i PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) RIZKY ANGGRAINI I34120093 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 ii PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016 Rizky Anggraini NIM I34120093 iii ABSTRAK RIZKY ANGGRAINI. Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur). Dibawah bimbingan RILUS A. KINSENG. Sentra industri kerajinan kulit merupakan salah satu sektor yang bergerak dibidang perekonomian guna untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesempatan untuk menciptakan kesempatan kerja yang baru, salah satunya di industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Perkembangan dalam bidang perekonomian dapat berdampak kepada keberhasilan usaha yang salah satunya adalah tingkat pendapatan dan volume penjualan. Terdapat salah satu elemen yang dapat berperan dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satunya adalah modal sosial yang terdiri dari dimensi kepercayaan, jaringan dan norma yang dimiliki oleh masing-masing penjual/pengrajin kerajinan kulit dalam mengelola serta mengembangkan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis hubungan karakteristik individu dengan modal sosial yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit, 2) menganalisis hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, 3) mengidentifikasi dimensi modal sosial yang paling kuat terhadap keberhasilan usaha industri, dan 4) menganalisis faktorfaktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Kata Kunci: Modal sosial, keberhasilan usaha, sentra industri kerajinan kulit RIZKY ANGGRAINI. Role Of Social Capital In Industry Sales and Bussiness Success Custom Leather Craft ( Case Industrial Centers Selosari Village, District Magetan, Magetan, East Java). Supervise by RILUS A. KINSENG. The sentra leather industry is one sector that is engaged in the economy in order to increase revenue and improve opportunities to create new employment opportunities, one in the leather industry in Selosari Village, District Magetan, Magetan. Developments in the economy can impact the success of the business, one of which is the level of revenue and sales volume. There is one element that can be instrumental in the success of a business. One is the social capital consists of the dimensions of trust, norms and networks owned by the respective seller / leather craftsmen in managing and developing their business. This study aims to: 1) analyze the relationship between individual characteristics of social capital owned by the seller / craftsman leather, 2) analyze the relationship between social capital with the success of the leather industry in the Selosari Village, 3) identify the dimensions of social capital of the most powerful on the success industrial enterprises, and 4) analyze the factors that may affect the stock of social capital owned by the seller / leather craftsmen. This study uses quantitative method that are supported by qualitative methods. Key words: social capital, business success, center for leather industry iv PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT (KASUS SENTRA INDUSTRI KELURAHAN SELOSARI, KECAMATAN MAGETAN, KABUPATEN MAGETAN, PROVINSI JAWA TIMUR) RIZKY ANGGRAINI I34120093 Proposal Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 v Judul Proposal Penelitian : Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) Nama : Rizky Anggraini NIM : I34120093 Disetujui oleh Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA Dosen Pembimbing I Zessy A. Barlan, S.KPm, M.Si Dosen Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen Tanggal Lulus : vi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga proposal skripsi yang berjudul Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Industri Penjual dan Pengrajin Kerajinan Kulit Di Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga serta para sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Penulisan proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi pengambilan data lapang dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama penulisan proposal skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Rilus A Kinseng, MA dan Kak Zessy A Barlan, S.KPm, M.Si sebagai dosen pemimbing yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta Drs. Pandji Sinarko dan Dra. Suci Suriyati, kakak tersayang Shinta Citra Wardani, nenek serta semua keluarga besar yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terdekat Berla, Rizani, Rahmasari, Citra, Mona, Vanya dan Nurul yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Dan juga ucapan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini sehingga terselesaikannya proposal skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ini menjadi inspirasi bagi penulis-penulis selanjutnya. Bogor, Februari 2016 Rizky Anggraini NIM I34120093 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 3 Tujuan Penelitian 4 Kegunaan Penelitian 4 PENDEKATAAN TEORITIS Tinjauan Pustaka 5 5 Konsep Modal Sosial 5 Unsur- Unsur Modal Sosial 7 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha 9 Industri dan Industrialisasi 11 Konsep Sektor Informal 12 Keberhasilan Usaha 12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial 14 Kerangka Pemikiran 15 Hipotesis Penelitian 17 PENDEKATAN LAPANG 17 Metode Penelitian 17 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 Teknik Pengumpulan Data 18 Teknik Penentuan Responden dan Informan 18 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19 Definisi Operasional 20 DAFTAR PUSTAKA 23 RIWAYAT HIDUP 26 LAMPIRAN 27 viii DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 Perbandingan definisi modal sosial 7 Perbandingan untuk menentukan karakteristik pelaku usaha 10 Perbandingan untuk menentukan indikator keberhasilan usaha 13 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016 18 Definisi operasional karakteristik individu penjual/pengrajin kerajinan kulit 20 Definisi operasional modal sosial penjual/pengrajin kerajinan kulit 21 Definisi operasional keberhasilan usaha industri 22 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 Peta lokasi penelitian Daftar nama responden Kuesioner penelitian Panduan pertanyaan Tabel kosong (Dummy Table) Format catatan harian Outline skripsi 27 28 29 38 40 42 43 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor perekonomian merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dibelahan negara dunia termasuk di negara Indonesia. Perkembangan ini tidak hanya ditunjukkan dengan banyaknya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tetapi juga meningkatnya jumlah sumberdaya manusia untuk saling berebut mendapatkan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan. Terbatasnya lapangan pekerjaan ini yang membuat banyaknya tenaga kerja manusia menjadi pengangguran dan terancam tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam menunjang pemenuhan kebutuhan hidup dan upaya memperoleh penghasilan, masyarakat haruslah memiliki pemikiran yang kreatif untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan tidak tergantung dengan penyediaan lapangan pekerjaan formal yang ada. Jenis pekerjaan yang bisa diciptakan bisa melalui sektor informal. Sektor informal yang dimaksud disini dapat berupa sektor industri rumah tangga, usaha, penjual atau pedagang, yang mana menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 19951 terdapat tiga golongan usaha kecil. Usaha kecil formal, usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal adalah usaha yang telah terdaftar, tercatat dan telah berbadan hukum, sementara usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang asongan, petani dan pemulung. Dan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun atau berkaitan dengan seni dan budaya. Selain itu, sektor industri rumah tangga juga memberikan kontribusi di dalam perkembangan perekonomian Indonesia melalui Industri Kecil Menengah (IKM) yang nantinya dapat berpotensi untuk berkembang menjadi besar dan berhasil. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dibedakan menjadi: 1) industri rumah tangga dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara 1-4 orang, 2) industri kecil dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara 5-19 orang, 3) industri sedang atau industri menengah dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja antara 20-99, dan 4) industri besar dengan jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang. Terhitung sejak tahun 2014 menurut data BPS, jumlah usaha khususnya yang bergerak di bidang kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebanyak 701 unit usaha. Jumlah ini kian meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut Undang-Undang Nomer 5 Tahun 19842, industri adalah suatu kegiatan perekonomian yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang yang siap jual dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan perancangan dan perekayasaan industri. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa adanya sektor industri dapat berkontribusi dalam kemajuan serta perkembangan perekonomian yang dapat berdampak kepada pendapatan dan meningkatkan kesempatan untuk menciptakan kesempatan kerja yang baru. 1 2 Undang-Undang Nomer 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. 2 Menurut Triutami (2013) menyatakan bahwa perkembangan industri di wilayah pedesaan menempatkan industri kecil dalam kedudukannya sehingga mempunyai manfaat baik sosial maupun ekonomi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wijaya (2000) dalam Triutami (2013) yang menyatakan bahwa: 1) industri kecil menciptakan peluang berusaha dengan pembiayaan relatif murah, 2) berperan dalam meningkatkan dan untuk memobilisasi tabungan domestik, serta 3) memiliki kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang. Industri kecil yang ada didalam desa dipandang mampu untuk menggerakkan perekonomian pedesaan dan akhirnya dapat semakin berkembang sehingga mampu menggerakkan perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari peranan industri kecil yang strategis baik dilihat dari segi kualitas maupun kemampuan yang dimiliki dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Keberhasilan usaha baik di bidang industri ataupun non industri biasanya tidak terlepas dengan kerjasama serta peran serta dari masing-masing individu pelaku usaha. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa dalam pengembangan perekonomian yang dalam hal ini dikaitkan dengan keberhasilan usaha, tidak selalu dinilai dari aspek ekonomi saja namun haruslah memperhatikan berbagai aspek yang memungkinkan untuk menunjang keberhasilan suatu usaha yang selama ini mungkin kurang diperhatikan. Seperti aspek pengetahuan lokal, sistem religi, kelembagaan serta yang paling penting adalah aspek sosial (Nasution et al 2007). Didalam kegiatan usaha, masing-masing pelaku usaha pasti memiliki tujuan bersama yang dibangun yang mana tujuan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk dapat dicapai sehingga muncullah rasa kerjasama yang baik diantara individu, muncul rasa kepercayaan yang terjalin diantara satu dengan yang lain dan akan berdampak terbangunnya sebuah hubungan atau jaringan yang erat dalam mengelola usaha industri ataupun non industri. Hal ini yang sering disebut sebagai modal sosial. Menurut Coleman (1999), modal sosial didefinisikan sebagai suatu kemampuan masyarakat untuk dapat bekerja sama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, didalam berbagai kelompok dan organisasi. Pengertian itu mengungkapkan bahwa modal sosial berhubungan dengan karakteristik yang ada pada masing-masing individu untuk dapat saling melakukan kerjasama. Sedangkan, Putnam dalam Field (2010) memiliki pandangan yang berbeda tentang modal sosial yaitu bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Kelurahan Selosari merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Daerah ini merupakan sentral industri kerajinan kulit yang terkenal di daerah Magetan dan sekitarnya. Magetan memiliki kawasan industri yang paling banyak menghasilkan berbagai macam barang yang berbahan dasar kulit, seperti sepatu, sandal, tas, ikat pinggang serta accecories lainnya. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Magetan telah memberikan dukungan melalui peningkatan dan pengembangan potensi Industri Kecil dan Menengah (IKM) kerajinan kulit di Selosari sebagai salah satu langkah untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Kelurahan Selosari sendiri terdiri dari beberapa desa yang mayoritas penduduk disana bermata pencaharian sebagai penjual kerajian kulit dan tergabung menjadi satu ke dalam sentral industri kerajinan kulit yang 3 berada di Jalan Sawo. Di sepanjang Jalan Sawo tersebut ditemukan banyak sekali penjual kerajian kulit dengan barang dagangan yang rata-rata sama. Disini terdapat 37 toko yang menjual kerajinan kulit berupa sepatu, tas, sandal, ikat pinggang dan accecories yang lainnya, diantaranya 25 merupakan penjual sekaligus produsen dan sisanya hanya sebagai penjual kerajinan kulit saja. Dengan banyaknya para penjual kerajinan kulit dan menjadi satu kesatuan didalam sentral industri kerajinan kulit, maka masing-masing individu memiliki rasa kerjasama atau gotong royong dalam mengelola industri kerajian kulit yang menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakat di daerah tersebut serta mencapai tujuan bersama yaitu untuk mengembangkan usaha industri mereka supaya dapat berhasil dan meningkatkan perekonomian masyarakat disekitar wilayah sentral industri kerajinan kulit. Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan modal sosial dalam rangka untuk mendukung keberhasilan usaha industri penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Masalah Penelitian Keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, terlihat dari meningkatnya jumlah volume penjualan yang dialami oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Sampai saat ini sudah banyak produk-produk yang mampu dijual oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit hingga ke luar kota. Suatu keberhasilan usaha yang dialami oleh penjual/pengrajin tidak terlepas dari kerjasama yang terjalin diantara mereka. Kerjasama tersebut ditunjukkan dengan salah satu tokoh penggiat kerajinan kulit yang mengajak sebagian masyarakat Kelurahan Selosari untuk mendirikan usaha dan disertai dengan pemberian pelatihan guna meningkatkan produktivitas. Adanya lembaga Unit Pelayanan Teknis (UPT) juga turut andil dalam upaya pengembangan dan peningkatan industri kerajinan kulit melalui kerjasamanya. Bentuk kerjasama tersebut dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh individu pelaku usaha yang terdiri dari usia penjual/pengrajin, tingkat pendidikan yang ditempuh, pengalaman bekerja dalam berdagang serta jam kerja operasional dari masing-masing toko mereka. Selain karakteristik individu pelaku usaha, adanya modal sosial yang berlangsung diantara penjual/pengrajin kerajinan kulit berupa pengembangan jejaring, kepatuhan terhadap norma/kesepakatan baik tertulis ataupun tidak tertulis serta terjalinnya kepercayaan yang terbangun diantara penjual/pengrajin juga akan mempengaruhi keberhasilan usaha mereka. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan karakteristik penjual/pengrajin kerajinan kulit dengan modal sosial ? Modal sosial sendiri juga dapat memberikan andil dalam suatu keberhasilan usaha industri para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Keberhasilan usaha tersebut dapat dilihat dari modal yang digunakan untuk setiap kali membeli/memproduksi barang dagangan, tingkat pendapatan, volume penjualan serta jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis bagaimana hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ? 4 Pada dasarnya, modal sosial sangat erat kaitannya dengan tiga dimensi yang terdiri dari jejaring (network), norma (norms), dan kepercayaan (trust). Namun, kenyataannya didalam masyarakat luas ketiga dimensi tersebut ada yang sama kuatnya tetapi terdapat beberapa yang mungkin hanya satu elemen dimensi saja yang berpengaruh kuat dibanding dengan kedua dimensi lainnya. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengidentifikasi dimensi modal sosial apakah yang paling kuat terhadap keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ? Stok modal sosial yang berlaku didalam masyarakat penjual/pengrajin kerajinan kulit dapat memungkinkan terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat berasal baik dari kebijakan pemerintah maupun kebijakan internal dari lingkungan para penjual/pengrajin kerajinan kulit itu sendiri, sehingga dapat memungkinkan bahwa hubungan dari modal sosial yaitu jejaring, kepercayaan dan norma dapat terkikis. Oleh karena itu menjadi penting untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi stok modal sosial penjual/pengrajin kerajinan kulit ? Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah disusun, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan modal sosial yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit. 2. Menganalisis hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari. 3. Mengidentifikasi dimensi modal sosial yang paling kuat dan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari. 4. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial yang dimiliki oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam mengkaji peranan modal sosial dalam keberhasilan industri usaha kecil di pedesaan. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran atau acuan dalam pelaksanaan industri usaha kecil yang memanfaatkan modal sosial di pedesaan, seperti swasta, pemerintah dan dinas-dinas yang terkait. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu mendorong masyarakat dalam pengembangan industri usaha kecil melalui pemanfaatan modal sosial. 5 PENDEKATAAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Modal Sosial Konsep modal sosial muncul sebagai respons dari kondisi semakin meregangnya hubungan antar manusia dan semakin munculnya ketidakpedulian terhadap sesama manusia (Sasongko 2012). Menurut Mustofa (2013) modal sosial merupakan salah satu sumber daya sosial yang dapat dijadikan investasi untuk mendapatkan sumber daya baru lain di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan modal sosial dapat dikaitkan dengan komunitas, masyarakat sipil, maupun identitas-identitas lainnya yang kokoh. Keberadaan modal sosial di dalam masyarakat harus didayagunakan dan dioptimalkan karena di dalam masyarakat pasti memiliki modal sosial namun sudah lama tidak difungsikan yang disebabkan oleh adanya sistem sentralisasi pada Orde Baru yang mana peraturan harus berdasarkan dari pusat (Supratiwi 2013). Pada dasarnya modal sosial tidak selalu mengacu terhadap tiga dimensi saja yaitu kepercayaan, norma dan jaringan saja. Menurut Field (2010), seseorang akan berhubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lainnya dalam jaringan tersebut, sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya maka hal tersebut dapat dipandang sebagai modal sosial. Tetapi hal tersebut dapat dirumuskan berdasarkan kasus-kasus tertentu yang dapat ditemui pada saat dilapang. Menurut Nasution et al (2007), pendekatan modal sosial merupakan salah satu langkah alternatif dari suatu strategi pengembangan ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah yang ditunjang dengan dana berasal dari bantuan proyek yang dikelola oleh pemerintah. Sehubungan dengan ini, Gittell et al dalam Syahra yang dikutip oleh Nasution et al (2007) menyatakan bahwa selebihnya terdapat dua peranan yang dapat dimainkan dari modal sosial dalam upaya peningkatan kemampuan masyarakat dalam menjalankan kegiatan perekonomian mereka. Pada peranan yang pertama berkaitan dengan bagaimana modal sosial dapat memperkuat dalam kegiatan perekonomian melalui kapasitas organisasi dan yang kedua mencakup perasaan simpati dari seseorang atau kelompoknya yang meliputi rasa kepedulian, perhatian, kagum dan empati. Field (2010) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial dengan ekonomi yang mana Coleman mengembangkan konsep modal sosial sebagai cara untuk mengintegrasikan teori sosial dengan teori ekonomi dan mengklain bahwa modal sosial dan modal manusia secara umum saling melengkapi. Menurut Fukuyama (2007), menjelaskan social capital merupakan kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian-bagian tertentu darinya. Social capital berbeda dengan bentukbentuk human capital lain sejauh dia bisa diciptakan dan ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme kultural seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah. Social capital dibutuhkan untuk menciptakan jenis komunitas moral ini yang tidak bisa diperoleh seperti dalam kasus benttuk-bentuk human capital yang lain, begitu saja melalui keputusan investasi rasional, yakni keputusan individu untuk “berinvestasi” dalam human capital konvensional. Sedangkan menurut Putnam 6 dalam Hauberer (2011) mendefinisikan modal sosial sebagai jaringan, kepercayaan, dan norma-norma dari timbal balik dan fokus kepada keluaran sosial. Modal sosial diasumsikan positif untuk mempengaruhi politik dan pembangunan ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial). Sedangkan menurut Coleman dalam Field (2010) modal sosial dipresentasikan sumber daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas dan melampaui individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas dengan hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Tidak berbeda dengan Coleman, Bourdieu dalam Field (2010) menyatakan bahwa modal sosial sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau maya yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Nopianti dan Elvina (2011) didalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa terdapat tiga dimensi dalam modal sosial yaitu hubungan saling percaya, pranata, dan jaringan sosial. Pada dimensi hubungan saling percaya dapat dilihat dari adanya kejujuran, kewajaran, egaliter, toleransi, dan kemurahan hati. Dimensi pranata dapat dilihat dari adanya nilainilai yang dianut bersama, norma-norma dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan. Sedangkan pada dimensi jaringan sosial dapat dilihat dari adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan. Menurut Hasbullah (2006) terdapat enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, antara lain : participation in a network, reciprocity, trust, social norms, values dan proactive action. Dari berbagai pengertian modal sosial yang sudah dikemukakan di atas, maka Field (2010) mendapatkan pengertian kapital sosial yang lebih luas yaitu berupa jaringan sosial, atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam keadaan tersebut, dalam level mekanismenya modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama. Perlu ditegaskan bahwa ciri penting modal sosial sebagai sebuah modal, dibandingkan dengan bentuk modal lainnya adalah asal usulnya yang bersifat sosial, yaitu relasi sosial itu dianggap sinerji atau kompetisi dimana kemenangan seseorang hanya dapat dicap di atas kekalahan orang lain. Selain itu, terdapat tiga tipe modal sosial, antara lain: 1) social bounding yang berarti memiliki ikatan yang kuat atau perekat sosial dalam suatu sistem kemasyarakatan yang berupa nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat istiadat, 2) social bridging yang merupakan ikatan sosial yang muncul sebagai reaksi dari berbagai karakteristik kelompoknya karena adanya kelemahan sehingga memutuskan untuk membangun kekuatan diluar dirinya, dan 3) linking social capital yang berupa jaringan dengan adanya hubungan diantara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada didalam masyarakat. 7 Tabel 1 Perbandingan definisi modal sosial No Nama Ahli Definisi 1 Fukuyama (2007) Social capital merupakan kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian-bagian tertentu darinya. Social capital berbeda dengan bentuk-bentuk human capital lain sejauh dia bisa diciptakan dan ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme kultural seperti agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah. 2 Putnam Modal sosial sebagai jaringan, kepercayaan, dan dalam norma-norma dari timbal balik dan fokus kepada Hauberer (2011) keluaran sosial. Modal sosial diasumsikan positif untuk mempengaruhi politik dan pembangunan ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial). 3 Coleman Modal sosial dipresentasikan sumber daya karena hal dalam ini melibatkan harapan akan resiprositas dan Field (2010) melampaui individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas dengan hubunganhubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. 4 Bourdieu Modal sosial sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau dalam maya yang berkumpul pada seorang individu atau Field (2010) kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Unsur- Unsur Modal Sosial Pada dasarnya definisi modal sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli tidak jauh berbeda. Perbedaan tersebut berada pada jumlah dimensi yang digunakan untuk mengukur modal sosial serta bagaimana prosesdan ruang lingkupnya masing-masing. Menurut Putnam (1993) menjelaskan bahwa modal sosial memiliki tiga unsur utama, yaitu 1) kepercayaan, 2) jaringan, dan 3) norma yang dianggap sebagai “stock” modal sosial yang dapat dianggap sebagai aset sosial sehingga dapat memfasilitasi kerjasama di masa yang akan datang. Selain itu, modal sosial dapat menguntungkan untuk pekerjaan negara dan pasar. Didalam penelitian Putnam melihatkan bahwa modal sosial lebih penting untuk stabilitas, efektifitas pemerintahan, dan pengembangan perekonomian daripada fisik dan modal manusia. Kepercayaan Menurut Putnam dalam Hauberer (2011) mendefinisikan kepercayaan sebagai pelumas dari kepentingan kehidupan umum. Yang mana kepercayaan merupakan level yang paling tinggi pada tingkat komunitas, paling tinggi kemungkinannya dalam kerjasama. Kepercayaan merupakan hal yang kompleks didalam lingkungan yang modern dari dua sumber yang mengikat, yaitu : norma 8 dan jaringan. Sedangkan menurut Fukuyama (2007) modal sosial erat hubungannya dengan kepercayaan. Fukuyama menyepadankan istilah kepercayaan dengan istilah “trust” yang didefinisikan sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan kepada norma-norma yang dianut bersamasama dengan anggota-anggota komunitas itu. Fukuyama melihat trust dapat bermanfaat bagi penciptaan tatanan ekonomi karena bisa diandalkan untuk mengurangi biaya (cost). Dengan trust, orang-orang dapat bekerja sama secara lebih efektif dikarenakan hal ini memungkinkan adanya kesediaan diantara mereka untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Hal ini juga ditemukan didalam penelitian Syahyuti (2008) yang menyebutkan kepercayaan sebagai kehidupan ekonomi sangat bergantung kepada ikatan moral kepercayaan sosial yang dapat memperlancar transaksi, memberdayakan kreatifitas perorangan, dan dapat menjadi alasan kepada perlunya aksi kolektif yang mana ikatannya tidak terucap dan tidak tertulis. Jaringan Jaringan sosial salah satu dari jaringan formal atau informal. Sebelumnya dikenal sebagai keanggotaan resmi, seperti asosiasi. Disamping itu, jaringan memiliki struktur vertical dan horizontal. Jaringan horizontal membawa individu untuk memiliki status dan kekuatan yang sama, sedangkan jaringan vertical merupakan gabungan individu yang berbeda dan memiliki hubungan asimetris dari hirarkhi. Lebih dari itu, jaringan yang ada didalam komunitas dapat membentuk kerjasama dan mencapai keuntungan bersama. Jaringan merupakan efek yang sangat kuat karena dapat menambah biaya potensial dari setiap pengeluaran individu (Putnam dalam Hauberer 2011). Menurut Lawang dalam Azhari (2013) menjelaskan jaringan itu terjemahan dari network yang berarti secara etmologik mungkin malah lebih jelas. Dasarnya adalah jaringan yang berhubungan satu sama lain melalui simpul-simpul (ikatan). Dasar ini ditambah atau digabungkan dengan kerja (work). Kalau gabungan tersebut diberi arti maka tekananya ada pada kerjanya, bahkan pada jaringannya, sehingga muncullah arti kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaringan (net). Sedangkan menurut Syahyuti (2008) didalam penelitiannya mengemukakan bahwa jaringan diidentifikasikan dengan adanya partisipasi dalam jaringan, resiprositas, trust, social norm, sifat keumuman pemilikan, dan sikap warga yang proaktif sehingga modal sosial dapat dioperasikan dengan baik. Artinya suatu jaringan tidak hanya memperhitungkan pertukaran dan keuntungan yang didapat dalam jangka pendek tetapi lebih memikirkan hubungan untuk jangka panjang. Norma Menurut Fukuyama (2007) mengatakan norma berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkisar tentang “nilai-nilai” luhur seperti hakikat Tuhan dan keadilan. Namun demikian, norma-norma itu pun bisa tentang norma sekular seperti standart-standart profesional dan kode perilaku. Definisi lain dikemukakan oleh Putnam dalam Hauberer (2011) yang mengatakan bahwa norma menggerakkan dan mendukung sosialisasi dan sanksi. Karakteristik yang paling penting didalam dimensi norma adalah timbal balik. Timbal balik dapat menjadi penyeimbang. 9 Maksudnya adalah dengan adanya timbal balik maka dapat terjadi pertukaran barang dengan nilai yang sama. secara umum, timbal balik diartikan sebagai menolong satu sama lain tanpa mengharapkan imbalan dan norma inilah yang akan memastikan untuk percaya terhadap perilaku orang lain. Menurut Lawang dalam Azhari (2013) mengatakan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepentingan. Sifat norma kurang lebih seperti ini: a. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh satu pihak saja maka pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. b. Norma bersifat resiprokal, artinya norma menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar akan berdampak kepada berkurangnya keuntungan dan diberi sanksi megatif yang sangat keras. c. Jaringan yang terbina lama dan menjamin kedua belah pihak secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi yang keras juga. Definisi norma juga dikemukakan oleh Hasbullah (2006) bahwa norma merupakan sekumpulan aturan yang harus dipatuhi dan diikuti oleh seluruh masyarakat pada entitas tertentu. Norma-norma tersebut berperan untuk membentuk perilaku yang tumbuh di dalam masyarakat. norma tersebut biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu untuk berbuat sesuatu yang menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku. Studi dari Syahyuti (2008) juga menyebutkan bahwa modal sosial selalu berhubungan dengan norma. Artinya jika didalam suatu masyarakat modal sosial rendah, maka norma-nya akan sedikit dan kerjasama antar orang hanya dapat berlangsung di bawah sistem hukum dan regulasi yang bersifat formal. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Perkembangan perekonomian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan sektor informal baik disegala bidang seperti industri rumah tangga, penjual atau pedagang dan pengusaha. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya individu yang sedang bersaing untuk membuka usaha baik dalam bentuk barang ataupun jasa. Dengan berkembangnya sektor industri ini sangat membantu untuk pengurangan pengangguran yang ada di Indonesia yang seperti diketahui bahwa setiap tahun kian meningkat. Menurut Sasongko (2012), munculnya sektor informal ini terjadi karena adanya lonjakan jumlah penduduk di perkotaan atau yang sering disebut sebagai urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini berdampak kepada terbentuknya pelapisan masyarakat yang terbagi menjadi masyarakat atas, menengah, dan bawah sehingga masyarakat yang termasuk pada lapisan bawah lebih memilih untuk menggeluti sektor informal karena terbatasnya keterampilan, pendidikan dan akses terhadap sektor formal. Menurut Drucker dalam Thobias, Tungka, dan Rogahang (2013) mengatakan bahwa kewirausahaan adalah semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani industri atau kegiatan yang dapat mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang baik guna dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun, untuk dapat mengembangkan sektor 10 informal supaya dapat berhasil tidaklah mudah. Dalam implementasinya sangat diperlukan beberapa cara dan teknik supaya usaha yang digelutinya tersebut dapat berhasil. Tetapi tidak hanya itu saja, pelaku usaha juga harus memperhatikan berbagai aspek dan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha adalah karakteristik individu. Menurut Indartini (2009) didalam penelitiannya menyebutkan bahwa setidaknya terdapat empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaku usaha. Faktor tersebut antara lain: usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan jam kerja. Sedikit berbeda dengan penelitian (Didiek RW dan Djayastra 2014) yang menyebutkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha dan dapat berpengaruh langsung kepada pendapatan, antara lain : usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan jam kerja. Hal ini diperjelas dengan pernyataan yang dikutip dari Sethuraman dalam Sasongko (2012) yang menyebutkan bahwa terdapat tujuh ciri-ciri pekerja yang terlibat didalam sektor informal, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tingkat pendidikan : mayoritas tergolong rendah; Usia : berada dalam kalangan usia kerja utama; Etos kerja : kebanyakan adalah para migran; Berasal dari kalangan miskin; Rendahnya keterampilan; Kurangnya modal usaha; dan Upah dibawah upah minimum. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat terlihat bahwa faktor karakteristik individu yang dinilai dari berbagai aspek, merupakan salah satu pengaruh secara tidak langsung dalam keberhasilan usaha industri. Yang mana dari karakteristik individu tersebut dapat menentukan bagaimana individu dalam memainkan dimensi modal sosial yang berlaku. Tabel 2 Perbandingan untuk menentukan karakteristik pelaku usaha No Nama Ahli Indikator dalam Menilai Karakteristik Pelaku Usaha 1 Indartini 1. Usia (2009) 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Kerja 4. Jam Kerja 2 Djayastra dan 1. Usia Russicaria (2014) 2. Tingkat Pendidikan 3. Jumlah Tanggungan Keluarga 4. Jam Kerja 3 Sethuraman (1996) 1. Tingkat pendidikan dalam 2. Usia Sasongko (2012) 3. Etos kerja 4. Berasal dari kalangan miskin 5. Rendahnya keterampilan 6. Kurangnya modal usaha 7. Upah dibawah upah minimum 11 Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, maka disini peneliti memilih karakteristik pelaku usaha berupa : usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jam kerja yang akan digunakan untuk mengukur karakteristik pelaku usaha khususnya kepada penjual/pengrajin kerajinan kulit. Industri dan Industrialisasi Sektor industri di Indonesia sangat berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Berkembangnya sektor industri ini diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam perekonomian nasional. Industri sangat erat kaitannya dengan industrialisasi, yang mana dengan banyaknya industri-industri maka akan berdampak kepada industrialisasi baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Hal tersebut akan mengubah tatanan sosial ekonomi melalui perubahan sistem pencaharian utama masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Menurut Undang-Undang Nomer 5 tahun 1984 tentang perindustrian, industri didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk didalamnya kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal pengertian industri sangat luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia didalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial, dikarenakan industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk setiap negara atau daerah. Berbeda dengan industri, definisi industrialisasi dikemukakan oleh Sastrosoenarto dalam Maghfiroh (2014) yang mendefinisikan industrialisasi sebagai suatu “proses membangun masyarakat industri yang luas. Industrialisasi di Indonesia harus mengandung makna transformasi masyarakat menuju masyarakat sejahtera yang maju secara struktural maupun kultur”. Menurut Marijan (2005), sektor industri dapat dikategorisasikan berdasarkan jumah tenaga kerja yang digunakan, maka dapat dibagi menjadi: 1. Industri rumah tangga Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 4 orang. Industri yang termasuk kedalam industri rumah tangga adalah industri dengan modal yang sangat terbatas dan tenaga kerjanya berasal dari keluarganya sendiri. 2. Industri kecil Industri yang menggunakan tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Industri yang termasuk kedalam industri kecil adalah industri dengan modal yang relatif kecil dan dengan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan sekitar. 3. Industri sedang Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Industri yang termasuk kedalam industri sedang adalah industri dengan modal yang cukup besar dan tenaga kerja yang digunakan memiliki keterampilan dalam hal tertentu. 4. Industri besar Industri yang menggunakan tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang. Industri yang termasuk kedalam industri besar adalah industri dengan modal 12 besar yang dihimpun dalam bentuk pemilikan saham dan memiliki tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus serta harus melalui uji kelayakan dan kemampuan. Selain itu, Marijan (2005) juga mengkategorikan industri berdasar lokasi tempatnya, maka dapat dibagi menjadi: 1. Industri perkotaan Industri yang jaraknya dekat dengan kawasan metropolitan atau kota besar dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi. 2. Industri semi perkotaan Industri yang terletak di wilayah sekitar kabupaten. 3. Industri pedesaan Industri yang terletak di kecamatan dan penduduknya cukup besar. Konsep Sektor Informal Sektor informal identik denngan suatu kegiatan usaha kecil yang minim sekali terhadap kemampuan modal dan keterampilan rendah meskipun pada kenyataannya tidak selalu demikian (Budiartiningsih, Maulida, dan Taryono 2010). Menurut Simanjuntak dalam Budiartiningsih, Maulida, dan Taryono (2010) menyebutkan bahwa sektor informal merupakan suatu kegiatan usaha yang bersifat sederhana, berskala kecil, pendapatan yang diperoleh kecil, kegiatannya beraneka ragam, keterkaitannya pada usaha lain sangat rendah serta mayoritas sektor informal tidak mempunyai ijin usaha sehingga untuk akses lebih mudah sektor informal dari pada sektor formal. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 19953 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah suatu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil yang mana usaha kecil tersebut terbagi menjadi tiga, antara lain: usaha kecil formal, usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal adalah suatu usaha yang telah terdaftar , tercatat dan telah berbadan hukum. Usaha kecil informal adalah suatu usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang asongan, petani dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah suatu usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun dan berkaitan dengan seni dan budaya. Keberhasilan Usaha Menurut Munajat (2007), mendefinisikan keberhasilan usaha sebagai suatu keadaan yang mana perusahaan mampu untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan serta menunjukkan keadaan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya dan juga mampu untuk bertahan hidup untuk mengembangkan usahanya. Dalam bahasa sederhananya bisa juga dikatakan sebagai tingkat pencapaian atau pencapaian tujuan organisasi. Dalam suatu keberhasilan suatu usaha terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya serta membantu dalam mencapai keberhasilan industri. Menurut Velzen (1992) yang dikutip oleh Nurgandini (2014) menyebutkan bahwa keberhasilan industri tidak dapat 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 13 dipisahkan dari berbagai masukan dan sumber-sumber yang mempengaruhi proses produksi yang dijalankan industri tersebut. Tingkat keberhasilan usaha industri kecil dapat dilihat dari kinerja usaha industri dalam mencapai target yang diharapkan dari industri seperti tingkat keuntungan yang meningkat, jumlah produktivitas yang dihasilkan, serta jumlah unit industri yang dapat dikembangkan. Berbeda lagi dengan penelitian Haryadi (1998) yang dikutip oleh Triutami (2013) yang menyebutkan bahwa kriteria keberhasilan usaha dapat dilihat dari: - Peningkatan taraf hidup secara material, yang mana pemenuhan kebutuhan hidup sedah mampu melampaui sekedar kebutuhan dasar. - Peningkatan produktivitas usaha, yang mencakup terwujudnya efisiensi keuangan dan juga efektivitas rencana produksi. - Peningkatan skala usaha, yang mencakup singkatnya waktu pengembalian modal dan meningkatnya kebutuhan bahan baku dan volume usaha. - Peningkatan kemandirian dan kemampuan bersaing secara sehat. Sedangkan menurut Dwi Riyanti (2003), indikator dari keberhasilan usaha dapat dilihat dari empat faktor, yaitu: meningkatnya omzet, bertambahnya jumlah karyawan, meningkatnya volume penjualan, meningkatnya jumlah pelanggan dan transaksi. Hal ini sedikit berbeda dengan indikator keberhasilan usaha menurut Suryana (2011) yang melihat dari lima faktor, yaitu: modal, pendapatan, volume penjualan, output produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan menurut hasil penelitian dari (Triutami 2013)menyebutkan bahwa indikator dalam mengukur keberhasilan usaha dengan melihat tingkat keuntungan, produktivitas dan skala usaha. Tabel 3 Perbandingan untuk menentukan indikator keberhasilan usaha No Nama Ahli Indikator Keberhasilan Usaha 1 Haryadi (1998) 1. Taraf Hidup Meningkat dalam 2. Produktivitas Usaha Meningkat Triutami (2013) 3. Skala Usaha Meningkat 4. Kemandirian dan Kemampuan Meningkat 2 Riyanti 1. Meningkatnya Omzet (2003) 2. Bertambahnya Jumlah Karyawan 3. Meningkatnya Volume Penjualan 4. Meningkatnya Jumlah Pelanggan dan Transaksi 3 Suryana 1. Modal (2011) 2. Pendapatan 3. Volume Penjualan 4. Output Produksi 5. Tenaga Kerja 4 Triutami 1. Tingkat Keuntungan (2013) 2. Produktivitas 3. Skala Usaha 5 Velzen (1992) 1. Tingkat Keuntungan dalam 2. Produktivitas Nurgandini (2014) 3. Berkembangnya Unit Industri 14 Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli, maka disini peneliti memilih indikator keberhasilan usaha berupa: modal, pendapatan, output produksi, dan tenaga kerja yang akan dijadilkan sebagai alat ukur untuk mengukur keberhasilan usaha dari penjual/pengrajin kerajinan kulit. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial Modal sosial di dalam masyarakat dapat sewaktu-waktu mengalami perubahan atau dinamis. Perubahan tersebut terbukti dengan semakin kuat atau lemahnya dimensi modal sosial yang ada di dalam masyarakat. Perubahan dari masing-masing dimensi modal sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Menurut World Bank dalam Syahyuti (2008) setidaknya terdapat empat asumsi yang secara tidak langsung dapat berpengaruh dengan terhadap stok modal sosial. (a) Modal sosial berada didalam kaitan ekonomi, politik dan sosial serta hubungan sosial sehingga dapat mempengaruhi bagaimana pasar dan negara bekerja, dan sebaliknya pasar dan negara juga akan membentuk bagaimana modal sosial di masyarakat bersangkutan, (b) hubungan yang stabil antar aktor dapat mendorong keefektifan dan efisiensi baik perilaku kolektif atau individual, (c) modal sosial dalam masyarakat dapat diperkuat, tetapi membutuhkan sumberdaya untuk memperkuatnya, dan (d) adanya hubungan yang baik dan anggota masyarakat harus mendukungnya. Hal berbeda dikemukakan Sakaria (2014) didalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal sosial. Pertama, terdapat intervensi negara dan penetrasi pasar melalui program pengembangan struktur kelembagaan pemerintahan, pembangunan infrastruktur jalan dan proses pembangunan dapat menggerus dan menambah kapital sosial. Selain itu, hal terebut dapat menggerus kapasitas kewenangan pemerintah dalam pelaksanaan program pembangunan di wilayahnya. Kedua, tingkat pertambahan (rekapitalisasi) kapital sosial sebagai dampak dari intervensi negara dan penetrasi pasar lebih kecil dari pada proses penggerusan (dekapitalisasi) kapital sosial. Sedangkan menurut Jocom (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa stok modal sosial rasa percaya masih terfokus pada kepercayaan pada lingkup yang terbatas yaitu percaya pada tetangga dan orang yang dekat atau bounding social capital. Dan yang terakhir, adanya stok modal sosial ditemukan didalam penelitian Supratiwi (2013) yang mana terjadi penurunan atau perubahan dari keempat dimensi modal sosial yang digunakan oleh peneliti yaitu modal sosial hubungannya dengan aspek ekonomi, modal sosial hubungannya dengan aspek sosial, modal sosial hubungannya dengan aspek kultural, dan modal sosial hubungannya dengan aspek peranan perempuan dikarenakan adanya kebijakan pembangunan yang sentralisasi sehingga membuat partisipasi dari masyarakat mulai memudar. 15 Kerangka Pemikiran Usaha industri kerajinan kulit sudah lama berkembang di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Dapat dikatakan mayoritas masyarakat bekerja sebagai penjual kerajinan kulit yang terlihat dari banyaknya toko-toko berjajar di sepanjang Jalan Sawo. Industri kerajinan kulit di Magetan ini cukup terkenal karena barang yang dijual berbahan dasar kulit hewan asli sehingga menghasilkan barang-barang dari kulit seperti sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, dan accecories lainnya. Awalnya, industri kerajinan kulit ini hanya ditekuni oleh beberapa orang saja namun seiring dengan berkembangnya zaman masyarakat sekitar mulai tertarik dengan usaha tersebut dan bisa dikatakan sektor industri kerajinan kulit inilah merupakan salah satu pemasukan atau pendapatan dari masyarakat sekitar kawasan industri. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran sektor industri mampu berperan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar sehingga industri kerajinan kulit dapat berkembang dan berhasil sampai saat ini. Pada dasarnya, keberhasilan usaha industri tergantung dari pelaku usaha yang terlibat didalamnya. Adanya karakteristik individu dari pelaku usaha juga dapat berpengaruh terhadap dimensi modal sosial yang terjadi diantara para penjual kerajinan kulit. Dalam hal ini, Indartini (2009) menyebutkan terdapat indikator dalam menilai karakteristik individu pelaku usaha. Indikator tersebut antara lain : usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan jam kerja. Sering kali individu melupakan aspek modal sosial dan lebih memprioritaskan kepada aspek ekonomi, religi, pengetahuan lokal, dan kelembagaan. Padahal adanya peran modal sosial juga turut dalam proses keberhasilan usaha, yang mana dari sekelompok individu pasti mempunyai tujuan bersama yang akan dicapai. Dalam hal ini, menurut Fukuyama (2007) menyebutkan bahwa perlu adanya upaya dalam pengembangkan dimensi modal sosial seperti: membangun dan menciptakan kepercayaan, mengembangkan jejaring sosial, dan harus berbasiskan normanorma masyarakat. Pengorganisasian modal sosial yang terjadi diantara penjual kerajinan kulit dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha industri dari masing-masing penjual. Dalam hal ini, Suryana (2011) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat indikator keberhasilan usaha yang diukur dengan ketersediaan modal, tingkat pendapatan, volume penjualan yang berhasil dijual dalam rentang waktu tertentu, output produksi, dan jumlah dari tenaga kerja yang dimiliki. Selain itu, peneliti juga akan melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial yang mana terdapat beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial seperti hasil penelitain Sakaria (2014) yang mengemukakan bahwa adanya intervensi negara dan penetrasi pasar melalui program pengembangan struktur kelembagaan pemerintahan dapat menggerus dan menambah kapital sosial. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: 16 Karakteristik Pelaku Usaha o o o o Usia Tingkat Pendidikan Pengalaman Bekerja Jam Kerja Kebijakan pemerintah melalui program pelatihan pengembangan usaha Dimensi Modal Sosial o Jaringan o Kepercayaan o Norma Keberhasilan Usaha Industri o o o o Modal Pendapatan Volume Penjualan Tenaga Kerja Keterangan : Berhubungan : Variabel yang diuji statistik : Variabel yang tidak diuji statistik : Gambar 1 Kerangka pemikiran 17 Hipotesis Penelitian Hipotesis Pengarah Terdapat kebijakan pemerintah melalui program pelatihan dapat mempengaruhi stok modal sosial didalam keberhasilan usaha industri kerajinan kulit. Hipotesis Uji 1. Diduga karakteristik individu penjual dan pengrajin kerajinan kulit berhubungan dengan stok modal sosial. 2. Diduga stok modal sosial berhubungan dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit. PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mencari hubungan antar variabel yang akan diuji, yaitu hubungan karakteristik individu penjual/pengrajin kerajinan kulit terhadap stok modal sosial yang terdapat di sentra industri kerajinan kulit dan stok modal sosial terhadap suatu keberhasilan usaha industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Metode kuantitatif yang digunakan dengan menggunakan teknik sensus kepada responden, yaitu seluruh penjual/pengrajin yang ada di sentra industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari. Dalam mendapatkan data pada metode kuantitatif, peneliti akan menggunakan kuesioner yang telah dibuat dan disiapkan untuk ditanyakan kepada seluruh responden yang akan diambil. Metode kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang menjelaskan lebih lanjut hubungan stok modal sosial terhadap suatu keberhasilan usaha dari para penjual/pengrajin kerajinan kulit di Kelurahan Selosari dengan melalui metode observasi atau pengamatan langsung dan wawancara mendalam terhadap informan yang didasarkan pada panduan pertanyaan yang telah dibuat dan disiapkan sebelumnya sebagai data yang bersifat kualitatif. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih secara purposive karena lokasi ini merupakan sentral industri kerajinan kulit yang cukup besar dan terkenal di wilayah Magetan dan sekitarnya dengan banyaknya toko-toko yang menjual barang kerajinan kulit di sepanjang Jalan Sawo, Kelurahan Selosari. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu sekitar lima bulan (Tabel 4). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, uji petik proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapang, 18 pengelolaan data lapang, penyusunan skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Tabel 4 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016 Januari Februari Maret April Mei Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal penelitian Uji petik proposal penelitian Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan data lapang Penyusunan skripsi Uji petik skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran metode kuantitatif, yaitu pengisian kuesioner oleh responden yang terpilih. Data kualitatif yang diperoleh dari responden maupun informan melalui wawancara mendalam dan case study. Studi kasus sekaligus wawancara mendalam dilakukan kepada penjual kerajinan kulit yang dapat menjelaskan secara keseluruhan sejarah dari sentral industri kerajinan kulit tersebut. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, data-data, informasi tertulis yang dapat digunakan dan sesuai dengan topik penelitian, seperti konsep modal sosial, sektor industri dan industrialisasi pedesaan, indikator dalam mengukur keberhasilan usaha yang diperkuat dengan data-data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia mengenai hal tersebut. Data sekunder dapat diperoleh dari Bapeda Kabupaten Magetan, Kelurahan Selosari, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan, dan sumber-sumber data lainnya yang dianggap relevan. Teknik Penentuan Responden dan Informan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual dan pengrajin kerajinan kulit yang berada di sepanjang Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Responden dalam penelitian ini adalah penjual kerajinan kulit yang memiliki usaha sendiri dan dipilih berdasarkan purposive sampling. Sumber data penelitian diperoleh dari responden dan informan. 19 Responden merupakan sumber data utama sebagai acuan dan akan diberikan kuesioner. Sedangkan informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan tambahan diluar jawaban yang diberikan oleh responden sebagai pelengkap dan mendukung topik yang diteliti. Untuk unit analisis, peneliti menggunakan lingkup individu, yaitu penjual dan pengrajin kerajinan kulit yang memiliki usaha sendiri berupa toko serta memiliki barang dagangan yang dijual kepada konsumen, baik memproduksi sendiri maupun tidak. Alasan pemilihan unit analisis tersebut dikarenakan peneliti ingin melihat dimensi modal sosial yang dimiliki oleh masing-masing penjual dan pengrajin sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha disetiap penjual dan pengrajin kerajinan kulit. Pada penelitian ini, teknik pemilihan responden akan dilakukan secara sensus. Teknik ini dipilih dengan beberapa alasan diantaranya adalah karena jumlah penjual/pengrajin yang terdapat disana sebanyak 37 orang, oleh karena itu peneliti akan mengambil seluruh populasi yang ada di lapang dan dijadikan sebagai responden dalam penelitian supaya peneliti dapat mendapatkan dan menghasilkan data yang menyeluruh. Sementara itu, untuk pemilihan informan akan dilakukan secara purposive dan jumlahnya tidak dibatasi. Penetapan informan ini dengan menggunakan teknik snow ball sehingga dapat memungkinkan untuk memperoleh informasi dari satu informan ke informan selanjutnya. Namun, peneliti tidak menutup kemungkinan jika salah satu responden juga akan berlaku sebagai informan selama hasil wawancara yang diberikan dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap sebagai penambahan informasi dibanding dengan hasil wawancara yang diberikan oleh responden lainnya. Orang-orang yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah Lurah Selosari, penggerak sentra industri kerajinan kulit, ketua RT atau RW setempat, serta pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sentral industri kerajinan kulit. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif akan diperoleh melalui kuesioner (lampiran 3) yang sudah diisi oleh responden yang terpilih dan kemudian akan disajikan kedalam bentuk tabel frekuensi. Data kuantitatif akan diolah dengan uji hubungan untuk melihat hubungan pengaruh antar variabel dengan menggunakan Rank Spearman. Variabel-variabel yang akan diuji dengan Rank Spearman adalah variabel karakteristik individu penjual kerajinan kulit dengan dimensi modal sosial. Selain itu, peneliti juga akan menguji variabel lain yaitu variabel dimensi modal sosial dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit. Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows dan Microsoft Excell 2007. Sementara itu, untuk data kualitatif sendiri dapat digunakan untuk mendukung data kuantitatif dengan menganalisis melalui reduksi data, deskripsi, menyajikan data, dan menarik kesimpulan untuk memperkuat hasil penelitian. 20 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik individu adalah nilai-nilai yang khas dan dimiliki oleh masingmasing individu khususnya penjual/pengrajin kerajinan kulit yang dapat digunakan untuk memanfaatkan modal sosial yang berlaku didalamnya. Pengukuran karakteristik individu, antara lain : Tabel 5 Definisi operasional karakteristik individu penjual/pengrajin kerajinan kulit Definisi Jenis Kategori No Variabel Indikator Operasional Data Pengukuran 1. Usia Lama seseorang Dihitung mulai dari Rasio Remaja untuk hidup yang tahun kelahiran dan Dewasa dihitung sejak dibulatkan ke ulang Tua responden dilahirkan tahun terdekat pada sampai saat saat penelitian penelitian ini dilakukan dan dilakukan dan dihitung dalam dinyatakan dalam satuan tahun. satuan tahun. 2. Tingkat Pendidikan formal o Tidak Sekolah Ordinal Rendah Pendidikan terakhir yang o SD / Sederajat Sedang ditempuh oleh o SMP / Sederajat Tinggi responden sampai o SMA / Sederajat saat penelitian ini o Diploma dilakukan. o Sarjana 3. Pengalaman Lama responden o Lama Rasio Singkat Bekerja menekuni pekerjaan waktu/masa Sedang tersebut sampai saat kerja Lama penelitian ini o Penguasaan dilakukan dan terhadap dinyatakan dalam pekerjaan dan satuan tahun. peralatan o Relasi bisnis semakin luas 4. Jam Kerja Durasi waktu yang Diukur dengan Rasio Singkat diperlukan oleh melihat jam kerja Sedang responden untuk operasional unit Lama berjualan dalam usaha per hari dan sehari yang dihitung dihitung dalam mulai dari responden satuan jam. membuka tempat usahanya sampai menutup tempat usaha tersebut. 21 2. Modal sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam mencapai suatu tujuan bersama yaitu untuk menentukan keberhasilan usaha dari penjual kerajinan kulit dengan cara bekerjasama melalui pengembangan jejaring, membangun dan menciptakan kepercayaan, serta berbasiskan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat. Pengukuran modal sosial, antara lain : Tabel 6 Definisi operasional modal sosial penjual/pengrajin kerajinan kulit Definisi Jenis Kategori No Variabel Indikator Operasional Data Pengukuran 1. Jaringan Suatu hubungan o Hubungan Ordinal Rendah yang terjalin satu kekerabatan Sedang sama lain sehingga o Hubungan antar Tinggi membentuk simpulpenjual/pengrajin simpul (ikatan) yang kerajinan kulit tidak hanya o Hubungan dengan mempertimbangkan pemasok pertukaran dan o Hubungan dengan keuntungan dalam pelanggan/ jangka pendek tetapi konsumen lebih memikirkan o Hubungan dengan hubungan untuk pemerintah/ jangka panjang. stakeholders/ pihakpihak yang terkait o Kerjasama antar penjual/pengrajin kerajinan kulit o Organisasi/ kelembagaan formal/informal yang diikuti oleh penjual/pengrajin kerajinan kulit 2. Keperca Bagian terpenting o Kesamaan profesi Ordinal Rendah yaan dari dimensi modal o Kesamaan tujuan Sedang sosial yang berisikan o Kepercayaan yang Tinggi dengan suatu terjalin antar harapan-harapan penjual/pengrajin terhadap kerajinan kulit keteraturan, dan o Kepercayaan yang kejujuran yang dapat terjalin kepada terjalin diantara satu pelanggan/ sama lain. konsumen o Kepercayaan yang terjalin kepada pemasok o Kepercayaan yang terjalin kepada 22 o o 3. Norma Nilai-nilai tertulis o atau tidak tertulis yang berlaku didalam masyarakat o dan dijadikan sebagai pedoman untuk berperilaku serta adanya sanksi o bagi individu yang melanggar nilai-nilai tersebut. o o o 3. pemerintah/ stakeholders/ pihakpihak yang terkait Kejujuran Kepercayaan yang terbangun dari pihak luar kepada penjual /pengrajin Aturan antar penjual/pengrajin kerajinan kulit Aturan antar penjual/pengrajin kerajinan kulit dengan pemasok Aturan antar penjual/pengrajin kerajinan kulit dengan pelanggan/ konsumen Aturan yang dibuat oleh organisasi atau kelembagaan setempat Aturan yang dibuat oleh pemerintah/ stakeholders/ pihakpihak yang terkait Ketaatan penjual/pengrajin terhadap aturaan tersebut. Ordinal Rendah Sedang Tinggi Keberhasilan usaha industri adalah suatu kondisi dimana unit usaha yang dimiliki penjual kerajinan kulit mampu bertahan dan berkembang hingga saat ini dalam jangka waktu yang lama serta bertambahnya keuntungan yang didapatkan dari waktu ke waktu. Pengukuran keberhasilan usaha industri, antara lain : Tabel 7 Definisi operasional keberhasilan usaha industri Definisi No Variabel Indikator Operasional Biaya yang Diukur dengan digunakan oleh menghitung Biaya responden untuk yang dikeluarkan 1. Modal memproduksi atau untuk setiap kali membeli barang membeli atau secara lebih lanjut memproduksi Jenis Data Kategori Pengukuran Ordinal Rendah Sedang Tinggi 23 2. Pendapatan 3. Volume Penjualan 4. Tenaga Kerja dalam jangka waktu barang atau yang panjang. komoditas kepada pemasok dan dihitung dalam satuan rupiah. Rata-rata hasil kerja atau pemasukan dari unit usaha yang ≤X diperoleh individu =X dalam jangka waktu ≥X satu bulan dan dihitung dalam satuan rupiah. Banyaknya jumlah o Jumlah barang barang yang mampu yang mampu dijual oleh terjual responden dalam o Jenis barang jangka waktu satu yang paling bulan dan dihitung banyak terjual dalam satuan buah. Jumlah karyawan Diukur dengan yang bekerja pada banyaknya suatu unit usaha dan karyawan yang mampu untuk dimiliki oleh memproduksi atau pelaku usaha menjual barang didalam unit kepada konsumen. usaha tersebut. Ordinal Rendah Sedang Tinggi Ordinal Sedikit Sedang Banyak Ordinal Sedikit Sedang Banyak DAFTAR PUSTAKA Azhari Y. 2013. Modal Sosial Masyarakat Dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang Menurut Sub Sektor (2 digit KBLI), 2000-2014. [Internet]. Dapat diunduh di : http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/896 Djayastra dan Russicaria. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Kepala Rumah Tangga Miskin pada Sektor Informal di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. E-Jurnal EP Unud Vol. 3 No 4: 134-144 ISSN: 2303-0178. [Internet]. [Diunduh tanggal 16 Februari 2016, pukul 12:29 WIB]. Tersedia pada alamat : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/8144/6480 Field J. 2010. Modal Sosial (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh NURHADI). Bantul [ID]: Kreasi Wacana. [Judul asli Social Capital] Fukuyama F. 2007. Trust : Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta [ID]: Penerbit Qalam. 563 hlm. 24 Hauberer J. 2011. Social Capital Theory (Toward a Methodological Foundation. 330 hlm. Indartini M. 2009. Analisis Variabel yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Kaki Lima di Alon-Alon Kota Madiun. Jurnal Sosial Vol. 10 No 1: 66-76. [Internet]. [Diunduh tanggal 16 Februari 2016, pukul 11:59 WIB]. Tersedia pada alamat : http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20So sial/Jurnal%20Sosial%202009/Maret/MINTARTI%20INDARINI.pdf Jocom S. G. 2015. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Kemiskinan Menurut Tahapan Perkembangan Desa di Provinsi Gorontalo. [Disertasi]: Institut Pertanian Bogor. Maghfiroh N. 2014. Sumbangan Industri Kecil Menengah Terhadap Nafkah Rumah Tangga Pedesaan di Kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor. Marijan K. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui Pendekatan Kluster. INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005 : 1-10. [Internet]. [Diunduh tanggal 13 Januari 2016, pukul 17:12 WIB]. Tersedia pada alamat : http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/02%20%20Mengembangkan%20Industri%20Kecil%20Menengah%20Melalui%20 Pendekatan%20Kluster.pdf Munajat A. 2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha. [Skripsi]: Universitas Pendidikan Indonesia. Mustofa M. F. 2013. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha (Studi Kasus : Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal Ekonomi dan Bisnis : 1-20. [Internet]. [Diunduh tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10:33 WIB]. Tersedia pada alamat : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=6467&titl e=Peran%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengembangan%20U saha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PKL%20SMAN%20 8%20Jalan%20Veteran%20Malang%29 Nasution Z, Sastrawidjaja et all. 2007. Sosial Budaya Masyarakat Nelayan (Konsep dan Indikator Pemberdayaan). Jakarta [ID]: Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 147 hlm. Nopianti H dan Elvina N. 2011. Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Pulau Baai (Studi pada Nelayan di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu). AKSES Vol.8 No.1. Pp 55-63. [Internet]. [Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul 18:35 WIB]. Tersedia pada alamat : http://repository.unib.ac.id/138/ Nurgandini P. 2014. Peranan Modal Sosial Dalam Industri Kecil Tas di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea – Bogor. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor. 25 Sakaria. 2014. Kapital Sosial, Negara dan Pasar : Studi pada Komunitas PulauPulau Kecil (Kasus Komunitas Nelayan di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar-Provinsi Sulawesi Selatan). [Disertasi]: Institut Pertanian Bogor. Sasongko YAT. 2012. Diaspora Madura : Analisis Modal Sosial Dalam Usaha Sektor Informal Oleh Migran Madura di Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung [ID]: Pusat Bahasa Depdiknas. Singarimbun M. 2008. Metode Penelitian Survai (Edisi Revisi). Jakarta [ID]: LP3ES Indonesia. 336 hlm. Supratiwi. 2013. Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Jurnal Penelitian : 1-5. [Internet]. [Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul 09:45 WIB]. Tersedia pada alamat : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/4846 Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam Perdagangan Hasil Pertanian (The Role Of Social Capital In Agricultural Trade). Jurnal Penelitian Agro Ekonomi Vol.26 No.1 : 32-43. [Internet]. [Diunduh tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:00 WIB]. Tersedia pada alamat : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE26-1c.pdf Thobias E, Tungka A. K, dan Rogahang J. J. 2013. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Suatu studi pada pelaku usaha mikro kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud). Journal “ACTA DIURNA” Edisi April 2013 : 1-12. [Internet]. [Diunduh tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB]. Tersedia pada alamat : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/viewFile/1412/1120 Triutami T. 2013. Peranan Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Alas Kaki di Desa Ciomas – Bogor. [Skripsi]: Institur Pertanian Bogor. 26 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Rizky Anggraini dilahirkan di Madiun pada tanggal 5 Juni 1994 dari pasangan Pandji Sinarko dan Suci Suriyati. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah TK RA Masyithoh (1999-2000), MI Islamiyah 01 Kota Madiun (2000-2006), SMP Negeri 6 Kota Madiun (2006-2009), dan SMA Negeri 1 Kota Madiun (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi, antara lain : Anggota Divisi Public Relation Sanggar Juara (20132014), Anggota Divisi Fotografer Majalah Komunitas (2013-2015), Anggota Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (2014-2015). Selain itu, penulis juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan di dalam kampus, diantaranya : Anggota Divisi Dekorasi dan Dokumentasi pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2014, Anggota Divisi Public Relation pada Sanggar Juara Festival 2014, Anggota Divisi Public Relation dalam acara Newmont Goes To Campus 2015. 27 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Peta Wilayah Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan 28 Lampiran 2 Daftar nama responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Ibu Siam Suci Lestari Lilo Suwito Eko Yudi Agus Heru Ismun 9. H. Maskur 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. Joko Martono Heriyanto Marsono Saman Suwito Junior Triyono Tono Tri Wiyanto Agus Mursit Kasiman Siswanto Lina Muryanto Muhammad Azhari Suparni Sugeng Ibu Sulikah Kukuh Purwanto Supri Sugianto Usup Edi Pranoto Sunoto Untung Ismanto Situk Ibu Sriyatun 37. Suwito Nama Toko Verry Puas Lilo Collection Kartika Praktis Soga Istiyana Shawo Karya Pahala I Karya Pahala II Karya Pahala III Karya Pahala IV Karya Pahala V Karya Pahala VI Karya Pahala VII Avin Favorit Amanah Saman Hidayah Nur Wahid Dimas Kulit Difallo Mustika Shalud Figha Bonafit Menink Siasem Sempurna Rifa’at Barokah P&S Ireng The Great Cello Widodo Yudha Firdaus Rohmat Donika Armada Dewi-Dewi Kartika I Kartika II Pekerjaan Pengrajin dan Penjual Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Pengrajin dan Penjual Penjual Pengrajin dan Penjual 29 Lampiran 3 Kuesioner penelitian Nomor Responden Hari, Tanggal Survei KUESIONER PENELITIAN PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) Saya Rizky Anggraini, mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan studi sarjana. Kuesioner ini merupakan salah satu alat untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi tersebut. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan di dalam kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan akademik. Saya ucapkan terima kasih atas partisipasi dan kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini. I. KARAKTERISTIK RESPONDEN *) Centang salah satu 1. Nama : ) 2. Jenis Kelamin * 3. Usia : ( )L 4. Alamat Usaha 5. No HP / Telepon : 6. Pendidikan Terakhir *) 7. Pekerjaan 8. Pengalaman Bekerja 9. Jam Usaha ( )P : ____________ tahun : : ( ( ( ( ( ( : ) Tidak Sekolah ) SD / Sederajat ) SMP / Sederajat ) SMA / Sederajat ) Diploma ) Sarjana : ____________ tahun Operasional : ____________ jam / hari 30 II. MODAL SOSIAL (JARINGAN) Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Saudara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih dua kolom tanggapan yang ada, dan terdiri dari pilihan “ya” atau “tidak”. No 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Pernyataan Ya (2) Tidak (1) Saya mengenal dengan baik seluruh penjual/pengrajin yang ada di sentra industri kerajinan kulit. Saya selalu menjaga hubungan baik dengan sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit. Saya mengenal dengan baik pemasok bahan baku untuk mendukung usaha saya. Saya selalu menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku usaha saya. Saya mengenal dengan baik pelanggan/konsumen tetap yang saya miliki. Saya menjaga hubungan baik dengan para pelanggan/konsumen tetap yang saya miliki. Saya mengenal dengan baik aparat pemerintahan/daerah/kabupaten/kecamatan/kelurahan setempat. Saya menjaga hubungan baik dengan aparat pemerintahan/daerah/kabupaten/kecamatan/kelurahan setempat. Saya mengenal pihak dari binaan yang saya ikuti dalam membantu keberhasilan usaha. Saya selalu menjaga hubungan baik dengan pihak binaan yang saya ikuti. 20. Apakah Anda meminta bantuan kepada anggota keluarga ketika menghadapi permasalahan dalam usaha ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa jumlah anggota keluarga yang Anda mintai bantuan ? ______________________________________________________________ 21. Apakah Anda meminta bantuan kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit ketika menghadapi permasalahan dalam usaha ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa jumlah penjual/pengrajin yang Anda mintai bantuan ? ______________________________________________________________ 22. Apakah Anda meminta bantuan kepada aparat pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/perbankan/LSM/lembaga keuangan yang memungkinkan untuk dimintai bantuan ketika menghadapi permasalahan dalam usaha ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa banyak pihak-pihak yang Anda libatka ketika menghadapi permasalahan usaha Anda ? Sebutkan ? ______________________________ 23. Apakah Anda mengikuti perkumpulan yang diadakan oleh para penjual/pengrajin kerajinan kulit ? ( ) Ya ( ) Tidak 31 24. 25. 26. 27. 28. 29. Jika Ya, berapa kali Anda mengikuti perkumpulan tersebut selama 1 bulan ? ______________________________________________________________ Apakah Anda terlibat/tergabung menjadi anggota kedalam sebuah organisasi/perkumpulan ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa organisasi yang Anda ikuti sampai saat ini ? Sebutkan ? ______________________________________________________________ Apakah Anda selalu rutin untuk menghadiri pertemuan dari suatu organisasi yang Anda ikuti ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa kali Anda menghadiri pertemuan tersebut selama 1 bulan ? ______________________________________________________________ Apakah Anda mengenal orang di luar wilayah kelurahan yang dapat Anda minta bantuan ketika menghadapi permasalahan dalam usaha Anda ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa orang yang Anda kenal ? Sebutkan ? ___________________ Apakah Anda memiliki pelanggan/konsumen tetap yang selalu membeli/memesan barang dalam jumlah besar di toko Anda ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa jumlah pelanggan/konsumen yang Anda miliki ? Sebutkan ? ______________________________________________________________ Apakah Anda menjadi distibutor yang menyediakan/menitipkan/menjualkan barang ke berbagai toko/orang lain baik didalam/diluar wilayah setempat ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa jumlah toko/orang yang menjadikan Anda sebagai distibutor? ______________________________________________________________ Apakah Anda memiliki orang/kerabat dekat yang mana Anda sering meminta bantuan dalam kegiatan promosi untuk meningkatkan volume penjualan Anda? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, berapa jumlah orang/kerabat dekat tersebut ? Sebutkan ? ______________________________________________________________ III. MODAL SOSIAL (KEPERCAYAAN) Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan yang terdapat dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Suadara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih dua kolom tanggapan yang ada, dan terdiri dari pilihan “ya” atau “tidak”. a. Tingkat Kepercayaan terhadap Sesama Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit Ya Tidak No Pernyataan (2) (1) Saya percaya kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit 30. karena memiliki kesamaan profesi. Saya percaya kepada sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit 31. karena memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan bersama. Saya bersedia meminjamkan alat atau teknologi produksi 32. kepada penjual/pengrajin kerajinan kulit lainnya. 32 Saya bersedia membantu penjual/pengrajin kerajinan kulit yang lain ketika mengalami permasalahan dalam usaha. Saya percaya dengan berbagai informasi mengenai 34. pengembangan usaha yang berasal dari penjual/pengrajin kerajinan kulit. Saya bersedia memberikan sebagian pesanan kepada 35. penjual/pengrajin kerajinan kulit lainnya ketika banyak pesanan. Saya dapat mengambil barang dari penjual/pengrajin kerajinan 36. kulit yang lainnya ketika saya sedang kekurangan barang dagangan. b. Tingkat Kepercayaan terhadap Pemasok Bahan Baku 33. No Pernyataan Ya (2) Tidak (1) Ya (2) Tidak (1) Saya percaya kepada pemasok bahan baku bahwa pemasok akan memberikan bahan baku yang berkualitas. Saya tidak pernah mengecek bahan baku dari pemasok karena 38. sudah percaya dengan kualitasnya. c. Tingkat Kepercayaan terhadap Konsumen 37. No Pernyataan Saya percaya kepada pelanggan/konsumen tetap yang membeli/memesan barang dari usaha saya. Saya memiliki pelanggan/konsumen tetap yang percaya 40. terhadap kualitas barang yang saya miliki. d. Tingkat Kepercayaan terhadap Aparat Pemerintah/Pihak Terkait Ya Tidak No Pernyataan (2) (1) Saya percaya dengan aparat pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/ 41. perbankan/LSM/lembaga keuangan bahwa mereka akan membantu/peduli terhadap usaha dari para penjual/pengrajin kerajinan kulit. Saya percaya dengan pihak dari binaan yang saya ikuti bahwa 42. mereka akan membantu dalam usaha saya mengenai peminjaman modal, tekonologi dan pemasaran. Saya percaya bahwa dengan mengikuti program pemerintah 43. melalui pelatihan akan berdampak positif terhadap keberhasilan usaha saya. e. Tingkat Kepercayaan yang Diberikan Kepada Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit 39. No Pernyataan Penjual/pengrajin yang lain percaya terhadap saya dalam hal 44. berjualan dan memproduksi barang dengan persaingan yang sehat dan curang. Ya (2) Tidak (1) 33 Konsumen/pelanggan tetap percaya dengan saya bahwa barang 45. yang saya jual memiliki kualitas bagus tanpa mereka mengecek barang yang akan dibeli. Pemasok percaya dengan saya dalam hal kegiatan jual beli 46. bahan baku. Aparat pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/ perbankan/LSM/lembaga keuangan percaya kepada saya bahwa 47. bantuan/program yang mereka berikan akan saya manfaatkan dengan baik untuk dapat meningkatkan usaha. IV. MODAL SOSIAL (NORMA) Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dibawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Suadara/i tentang pernyataan tersebut. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban penyataan yang dianggap paling sesuai. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih dua kolom tanggapan yang terdiri dari pilihan “ya” atau “tidak” pada bagian soal pernyataan dan tiga kolom tanggapan yang terdiri dari pilihan “selalu”, “kadang-kadang” atau “tidak pernah” pada bagian soal pertanyaan. a. Tingkat Pengetahuan tentang Norma/Kesepakatan Setempat No Pernyataan Saya mengetahui bahwa terdapat aturan/kesepakatan yang ada di dalam sentra industri kerajinan kulit baik secara tertulis/tidak tertulis. 48. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ? ____________________________________________________ ____________________________________________________ Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat oleh sesama penjual/pengrajin kerajinan kulit baik secara tertulis/tidak tertulis. 49. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ? ____________________________________________________ ____________________________________________________ Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat antara pemasok bahan baku dan saya. 50. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ? ____________________________________________________ ____________________________________________________ Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat antara pelanggan/konsumen tetap dengan saya. 51. Jika Ya, aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda ketahui ? ____________________________________________________ ____________________________________________________ 52. Saya mengetahui aturan/kesepakatan yang dibuat oleh aparat pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/desa/ Ya (2) Tidak (1) 34 perbankan/LSM/lembaga kepada penjual/pengrajin kerajinan kulit. Jika Ya, aturan/kesempatan seperti apa yang Anda ketahui ? ____________________________________________________ ____________________________________________________ b. Ketaatan Norma dengan Sesama Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit Kadang- Tidak No Pertanyaan Selalu Kadang Pernah Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang ada di dalam sentra industri kerajinan kulit untuk meningkatkan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk 53. aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda taati/jalankan ? _____________________________________ _____________________________________ Apakah Anda pernah melanggar aturan/kesepakatan yang ada di dalam sentra industri kerajinan kulit untuk meningkatkan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit ? 54. Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa yang Anda terima? _____________________________________ _____________________________________ Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati diantara penjual/pengrajin kerajinan kulit ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk 55. aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda taati/jalankan ? ________________________ _____________________________________ _____________________________________ Apakah Anda pernah melanggar aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati diantara penjual/pengrajin kerajinan kulit ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa 56. yang Anda terima ? ____________________ _____________________________________ _____________________________________ 35 c. Ketaatan Norma dengan Pemasok Bahan Baku No 57. Pertanyaan Selalu KadangKadang Tidak Pernah Selalu KadangKadang Tidak Pernah Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati antara Anda dengan pemasok bahan baku ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda taati/jalankan ? __________________________ _______________________________________ _______________________________________ Apakah Anda pernah melanggar aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati antara Anda dengan pemasok bahan baku ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa 58. yang Anda terima ? _______________________ _______________________________________ _______________________________________ d. Ketaatan Norma dengan Konsumen No Pertanyaan Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati antara Anda dengan konsumen/pelanggan tetap ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk 59. aturan/kesepakatan seperti apa yang Anda taati/jalankan ? __________________________ _______________________________________ _______________________________________ Apakah Anda pernah melanggar aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati antara Anda dengan konsumen/pelanggan tetap ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa 60. yang Anda terima ? _______________________ _______________________________________ _______________________________________ e. Ketaatan Norma dengan Aparat Pemerintah/Pihak Terkait KadangNo Pertanyaan Selalu Kadang Apakah Anda menaati aturan/kesepakatan yang 61. telah dibuat/disepakati antara Anda dengan aparat Tidak Pernah 36 pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/d esa/ perbankan/LSM/lembaga ? Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk aturan seperti apa yang Anda taati/jalankan ? _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ Apakah Anda pernah melanggar aturan/kesepakatan yang telah dibuat/disepakati antara Anda dengan aparat pemerintahan/kabupaten/kecamatan/kelurahan/d esa/ perbankan/LSM/lembaga ? 62. Jika Selalu/Kadang-kadang, bentuk sanksi apa yang Anda terima ? _______________________ _______________________________________ _______________________________________ 63. Ketika Anda melanggar/tidak menjalankan aturan/kesepakatan yang berlaku di lingkungan Anda, apakah ada perasaan bersalah yang Anda alami ? ( ) Merasa Bersalah ( ) Sedikit Merasa Bersalah ( ) Tidak Merasa Bersalah V. TINGKAT KEBERHASILAN USAHA Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk membaca pertanyaan yang terdapat dibawah ini dan mengisi sesuai dengan kondisi yang terjadi khususnya berhubungan dengan keberhasilan usaha industri kerajinan kulit yang Bapak/Ibu/Saudara/i miliki. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai ketika menjawab pertanyaan bertanda *) 64. Rata-rata modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dalam setiap kali memproduksi kerajinan kulit/membeli barang yang akan dijual ? ______________________________________________________________ 65. Rata-rata pendapatan dari hasil penjualan kerajinan kulit per bulan ? __________________________________________________________________ 66. Berapakah jumlah barang kerajinan kulit yang mampu terjual dalam jangka waktu satu bulan ? _______________________________________________ 67. Jenis barang apa yang paling banyak terjual ? *) ( ) Sepatu ( ) Tas ( ) Dompet ( ) Sandal ( ) Jaket Kulit ( ) Ikat Pinggang 68. Apakah Anda memiliki karyawan/pegawai untuk membantu usaha kerajinan kulit Anda ? * ( ) Ya ( ) Tidak 37 69. Jika ya, berapakah jumlah karyawan yang Anda miliki ? _________________ 70. Rata-rata berapa barang yang mampu diproduksi barang/menjual barang kepada konsumen untuk setiap karyawan/pegawai yang dimiliki ? ______________________________________________________________ 71. Apakah saat ini Anda sedang mengembangkan usaha di tempat lain ? * ( ) Ya 72. ( ) Tidak Jika ya, usaha jenis apa yang sedang Anda kembangkan ? ______________________________________________________________ 38 Lampiran 4 Panduan pertanyaan PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Nama Informan : Usia : : Jabatan Pertanyaan untuk pihak Kelurahan/pihak-pihak pengelola sentra industri kulit. 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dari masyarakat yang ada di dalam kawasan sentra industri kerajinan kulit ? 2. Sejak tahun berapa sentra industri kerajinan kulit dibentuk sampai berkembang hingga sekarang ? 3. Mengapa sentra industri kerajinan kulit dibentuk dan dikembangkan di kawasan Kelurahan Selosari ? 4. Apa saja hal-hal yang dapat membuat sentra industri kerajinan kulit dapat bertahan dan berkembang hingga saat ini ? 5. Apakah ada peraturan-peraturan dari aparat Kelurahan Selosari/pihak-pihak pengelola yang diberikan kepada penjual dan produsen kerajinan kulit ? 6. Menurut Anda, bagaimana hubungan yang terjalin diantara para penjual dan produsen dalam bekerjasama untuk mengembangkan usahanya sehingga dapat berhasil ? 7. Menurut Anda, bagaimana rasa kepercayaan yang terjalin diantara para penjual dan produsen kerajinan kulit ? Pertanyaan untuk ketua penggerak usaha kerajinan kulit dan pemilik usaha kerajinan kulit. 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dari para penjual dan produsen kerajinan kulit ? 2. Jika dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu, apakah kondisi sosial ekonomi para penjual dan produsen kerajinan kulit mengalami peningkatan atau perbedaan yang signifikan ? Jika terdapat perbedaan, dalam bentuk apa ? 3. Bagaimana hubungan sosial yang terjalin diantara Anda dengan para penjual dan produsen kerajinan kulit yang lain ? 39 4. Strategi apakah yang Anda lakukan dalam menunjang keberhasilan usaha Anda ? 5. Apakah Anda menggunakan media informasi/media sosial dalam mempromosikan usaha Anda ? Jika iya, media informasi/media sosial seperti apa yang Anda gunakan ? 6. Siapa sajakah pihak-pihak yang terkait didalam jaringan yang Anda gunakan untuk menunjang keberhasilan usaha ? 7. Bagaimana hubungan jaringan tersebut dapat terbina baik dengan para pihak-pihak yang terlibat dalam keberhasilan usaha ? 8. Menurut Anda, apakah dengan memiliki jaringan yang luas akan berdampak kepada keberhasilan usaha Anda ? Mengapa ? 9. Bentuk kepercayaan seperti apa yang Anda bina selama ini dengan pihakpihak yang terlibat dalam keberhasilan usaha Anda ? 10. Menurut Anda, apakah dengan menanamkan rasa kepercayaan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam usaha, maka akan berdampak kepada proses keberhasilan usaha Anda ? Mengapa ? 11. Adakah nilai-nilai/ aturan baik tertulis atau tidak tertulis yang mengatur usaha Anda dan para penjual produsen yang lain ? 12. Apakah Anda juga membuat nilai-nilai/aturan yang Anda tujukan kepada pihak-pihak tertentu ? 13. Apa manfaat yang dapat Anda peroleh jika menaati peraturan yang ada khususnya dalam keberhasilan usaha Anda ? 14. Adakah lembaga/kelompok tertentu yang dapat berperan dalam keberhasilan usaha Anda ? 15. Selama Anda menjadi penjual/produsen kerajinan kulit, apakah Anda pernah mengalami kesulitan/kegagalan dalam kegiatan usaha ? Jika pernah, langkah apa yang Anda lakukan untuk dapat menanggulangi hal tersebut ? 16. Apakah Anda sedang mengembangkan usaha ditempat lain ? Bagaimana upaya Anda dalam mengembangkan usaha tersebut ? 40 Lampiran 5 Tabel kosong (Dummy Table) TABEL KOSONG HUBUNGAN ANTARA KARAKTERSITIK PELAKU USAHA TERHADAP STOK MODAL SOSIAL PENJUAL/PENGRAJIN KERAJINAN KULIT DI KECAMATAN MAGETAN, KABUPATEN MAGETAN A. Hubungan Dua Variabel Variabel Pengaruh : Usia Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial Stok Modal Sosial Rendah Sedang Usia n f n f Remaja Dewasa Tua Total 100% 100% Tinggi n f 100% Hipotesis : Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (usia pelaku usaha) dengan stok modal sosial. B. Hubungan Dua Variabel Variabel Pengaruh : Tingkat Pendidikan Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial Stok Modal Sosial Tingkat Rendah Sedang Pendidikan n f n f Rendah Sedang Tinggi Total 100% 100% Tinggi n f 100% Hipotesis : Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (tingkat pendidikan) dengan stok modal sosial. C. Hubungan Dua Variabel Variabel Pengaruh : Pengalaman Bekerja Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial Stok Modal Sosial Pengalaman Rendah Sedang Bekerja n f n f Singkat Sedang Lama Total 100% 100% Tinggi n f 100% 41 Hipotesis : Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (pengalaman bekerja) dengan stok modal sosial. D. Hubungan Dua Variabel Variabel Pengaruh : Jam Kerja Variabel Terpengaruh : Stok Modal Sosial Stok Modal Sosial Rendah Sedang Jam Kerja n f n f Singkat Sedang Lama Total 100% 100% Tinggi n f 100% Hipotesis : Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pelaku usaha (jam kerja) dengan stok modal sosial. 42 Lampiran 6 Format catatan harian CATATAN HARIAN KE – PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI PENJUAL DAN PENGRAJIN KERAJINAN KULIT (Kasus Sentra Industri Kelurahan Selosari, Kecamatan magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur) Topik Metode Informan/Partisipan Hari & Tanggal Waktu & Durasi Tempat Kondisi & Situasi : : : : : : : DESKRIPSI INTERPRETASI 43 Lampiran 7 Outline skripsi PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Kondisi Demografis Kondisi Sosial dan Ekonomi ANALISIS STOK MODAL SOSIAL PENJUAL/PENGRAJIN KERAJINAN KULIT Karakteristik Individu Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit Modal Sosial Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Modal Sosial PERANAN STOK MODAL SOSIAL TERHADAP KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI KERAJINAN KULIT Tingkat Keberhasilan Penjual/Pengrajin Kerajinan Kulit Hubungan Stok Modal Sosial Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kerajinan Kulit ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOK MODAL SOSIAL Program Pelatihan Pengembangan Usaha PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP