pr ospektus pena w aran umum perd ana s aham pt a

advertisement
PROSPEKTUS PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA TBK TAHUN 2013
Tanggal Efektif
Masa Penawaran
Tanggal Penjatahan
Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan
Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik
Tanggal Pencatatan Saham Pada Bursa Efek Indonesia
:
:
:
:
:
:
1 Mei 2013
2 - 3 Mei 2013
6 Mei 2013
7 Mei 2013
7 Mei 2013
8 Mei 2013
OJK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA
MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG
BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. (“PERSEROAN”) DAN PENJAMIN PELAKSANA EMISI SAHAM
BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL, SERTA
KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI.
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk.
Kegiatan Usaha Utama:
Perdagangan dan jasa serta pengoperasian perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan
perdagangan produk sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak
Berkedudukan di Jakarta Selatan
Kantor Pusat:
Graha Irama Lantai 3
Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 1-2
Jakarta 12950, Indonesia
Telp: (021) 526-1415
Faks: (021) 526-1416
Website: www.austindogroup.com
e-mail: [email protected]
Memiliki 4 perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 2 perkebunan di Sumatera Utara, 1 perkebunan di Pulau Belitung dan
1 perkebunan di Kalimantan Barat;
1 konsesi hutan sagu yang terletak di Papua Barat;
2 pembangkit tenaga listrik terbarukan yang terdiri dari 1 pembangkit di Pulau Belitung dan
1 konsorsium pembangkit tenaga listrik di Jawa Barat.
PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM
Sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru atau sebesar 10% (sepuluh persen)
dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah)
setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap
saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai saham yang
ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar Rp400.020.000.000,- (empat ratus
miliar dua puluh juta Rupiah).
Saham biasa atas nama yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan
memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan Saham biasa atas nama lainnya
dari Perseroan telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan
suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, hak atas pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013
sebagaimana tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 161 tanggal
17 Januari 2013 dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, telah disetujui bahwa Perseroan
akan melaksanakan program kepemilikan saham oleh karyawan Perseroan melalui Employee Stock Allocation dengan
mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1% (satu persen) dari jumlah seluruh saham yang ditawarkan dalam Penawaran
Umum Saham Perdana ini atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus)
saham kepada karyawannya bersamaan dengan pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham ini dan program opsi
pembelian saham kepada manajemen Perseroan melalui program Management Stock Option Plan sebanyak-banyaknya
sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum atau
sebanyak-banyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham. Informasi lengkap mengenai program ESA dan MSOP dapat
dilihat pada Bab I Prospektus ini.
PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK
PT Bahana Securities
PENJAMIN EMISI EFEK
37$PDQWDUD6HFXULWLHVƔ37%XDQD&DSLWDOƔ37(UGLNKD(OLW6HNXULWDVƔ37+'&DSLWDO7ENƔ37-DVD8WDPD&DSLWDOƔ
37.UHVQD*UDKD6HNXULQGR7ENƔ37/DXWDQGKDQD6HFXULQGRƔ370DGDQL6HFXULWLHVƔ370HJD&DSLWDO,QGRQHVLDƔ
370LQQD3DGL,QYHVWDPD7ENƔ371,636HNXULWDVƔ372YHUVHDV6HFXULWLHVƔ373DQLQ6HNXULWDV7ENƔ
373KLOOLS6HFXULWLHV,QGRQHVLDƔ375HOLDQFH6HFXULWLHV7ENƔ37:DWHUIURQW6HFXULWLHV,QGRQHVLDƔ37<XOLH6HNXULQGR7EN
Saham - saham yang ditawarkan ini seluruhnya akan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan para Penjamin Emisi Efek menjamin dengan kesanggupan penuh (full commitment)
terhadap penawaran saham Perseroan.
RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT.
RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT DAPAT TERJADI AKIBAT PENGARUH HARGA INTERNASIONAL.
RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB VI TENTANG RISIKO USAHA DALAM PROSPEKTUS INI.
PERSEROAN TIDAK MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM DALAM PENAWARAN UMUM PERDANA
SAHAM INI, TETAPI SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG AKAN
DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI).
RISIKO YANG DIHADAPI INVESTOR PEMBELI EMISI EFEK ADALAH TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN
PADA PENAWARANUMUM PERDANA SAHAM INI YANG ANTARA LAIN DISEBABKAN OLEH TERBATASNYA
JUMLAH PEMEGANG SAHAM PERSEROAN.
Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 2013
Perseroan telah menyampaikan pernyataan Pendaftaran Emisi Efek sehubungan dengan penawaran
Umum Perdana Saham ini kepada Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK dengan surat
1R &6$1- WDQJJDO 0DUHW VHVXDL GHQJDQ SHUV\DUDWDQ \DQJ GLWHWDSNDQ GDODP
undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagaimana dimuat
dalam tambahan No. 3608 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64 tahun 1995, (selanjutnya
disebut ”UUPM”) dan peraturan pelaksanaannya berikut segala perubahannya.
Saham-saham yang ditawarkan dalam penawaran Umum Perdana Saham ini, direncanakan akan
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (”BEI”) sesuai dengan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek
yang telah dibuat antara Perseroan dengan BEI yang dibuat di bawah tangan pada tanggal 28 Februari
2013 apabila memenuhi persyaratan pencatatan yang ditetapkan oleh BEI. Apabila syarat-syarat
pencatatan saham di BEI tersebut tidak terpenuhi, maka Penawaran Umum Perdana Saham ini batal
demi hukum dan pembayaran Efek tersebut wajib dikembalikan kepada para pemesan sesuai dengan
ketentuan UUPM.
Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal yang disebut dalam rangka Penawaran Umum Perdana
Saham ini bertanggung jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi mereka,
sesuai dengan peraturan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia dan kode etik, norma
serta standar profesi masing-masing.
6HKXEXQJDQGHQJDQ3HQDZDUDQ8PXP3HUGDQD6DKDPVHWLDSSLKDNWHUD¿OLDVLGLODUDQJPHPEHULNDQ
keterangan atau pernyataan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam Prospektus tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Perseroan dan Penjamin Pelaksana Emisi.
Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini tidak
PHPSXQ\DL KXEXQJDQ D¿OLDVL GHQJDQ 3HUVHURDQ VHEDJDLPDQD GLPDNVXG GDODP XQGDQJXQGDQJ
3DVDU0RGDO+XEXQJDQD¿OLDVLDQWDUD/HPEDJDGDQ3URIHVL3HQXQMDQJ3DVDU0RGDOGDSDWGLOLKDWSDGD
Bab XV Lembaga dan Profesi Penunjang pasar Modal.
PT Bahana Securities selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek serta para Penjamin Emisi Efek adalah
SLKDN \DQJ WLGDN WHUD¿OLDVL GHQJDQ 3HUVHURDQ VHEDJDLPDQD GLGH¿QLVLNDQ GDODP 8830 .HWHUDQJDQ
lebih lanjut mengenai para Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Penjamin Emisi Efek dengan Perseroan
dapat dilihat pada Bab XIV Penjaminan Emisi Efek.
PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM INI TIDAK DIDAFTARKAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG/PERATURAN LAIN SELAIN YANG BERLAKU DI REPUBLIK INDONESIA. BARANG
SIAPA DI LUAR WILAYAH REPUBLIK INDONESIA MENERIMA PROSPEKTUS INI, MAKA
PROSPEKTUS INI TIDAK DIMAKSUDKAN SEBAGAI DOKUMEN PENAWARAN UNTUK
MEMBELI SAHAM KECUALI BILA PENAWARAN DAN PEMBELIAN SAHAM TERSEBUT TIDAK
BERTENTANGAN ATAU BUKAN MERUPAKAN PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN SERTA KETENTUAN-KETENTUAN BURSA EFEK YANG BERLAKU
DI NEGARA TERSEBUT ATAU YURISDIKSI DI LUAR REPUBLIK INDONESIA TERSEBUT.
PERSEROAN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA INFORMASI YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH
PUBLIK DAN TIDAK TERDAPAT LAGI INFORMASI YANG BELUM DIUNGKAPKAN SEHINGGA
TIDAK MENYESATKAN PUBLIK.
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................................i
Definisi dan Singkatan............................................................................................................................. iii
Ringkasan................................................................................................................................................x
I.
PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM....................................................................................1
II.
RENCANA PENGGUNAAN DANA................................................................................................8
III.
PERNYATAAN UTANG...............................................................................................................11
IV.
IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING....................................................................................19
V.
ANALISA DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN.................................................................24
VI.
RISIKO USAHA............................................................................................................................53
VII.
KEJADIAN DAN TRANSAKSI PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN..............................................................................................................................69
VIII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK...............................................70
1. Riwayat Singkat Perseroan...................................................................................................70
2. Kegiatan Usaha.....................................................................................................................72
3. Perkembangan Permodalan dan Kepemilikan Saham Perseroan........................................73
4. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Berbentuk Badan Hukum...................................75
5. Pengurusan dan Pengawasan..............................................................................................78
6. Sumber Daya Manusia..........................................................................................................89
7. Struktur Organisasi...............................................................................................................92
8. Struktur Kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak...............................................................93
9. Hubungan Kepengurusan dan Pengawasan........................................................................94
10. Keterangan Mengenai Entitas Anak dan Entitas Asosiasi....................................................94
11. Aset Tetap...........................................................................................................................127
12. Asuransi..............................................................................................................................134
13. Transaksi Dengan Pihak Afiliasi..........................................................................................134
14. Paten, HAKI, Merek Dagang dan Lisensi............................................................................137
15. Perjanjian-perjanjian Penting yang dilakukan Perseroan....................................................142
16. Perkara-perkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi....................................143
17. Potensi Tumpang Tindih Lahan Perseroan.........................................................................148
IX.
KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN.................................................................149
1. Pendahuluan.......................................................................................................................149
2. Keunggulan Bersaing..........................................................................................................151
3. Strategi Usaha dan Rencana Jangka Panjang...................................................................155
4. Kegiatan Usaha Perseroan Melalui Entitas Anak...............................................................158
5. Persaingan Untuk CPO, PK dan Produk Kelapa Sawit.......................................................182
6. Pengendalian Mutu.............................................................................................................183
i
7. Hal Mengenai Lingkungan Hidup........................................................................................183
8. Kesehatan dan Keselamatan..............................................................................................184
9. Keamanan...........................................................................................................................184
10. Teknologi Informasi.............................................................................................................185
11. Prospek Usaha....................................................................................................................185
12. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance – GCG)........................................186
13. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR)................187
14. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (“AMDAL”)...........................................................187
X.
TINJAUAN INDUSTRI................................................................................................................191
XI.
EKUITAS....................................................................................................................................214
XII.
PERPAJAKAN...........................................................................................................................216
XIII. KEBIJAKAN DIVIDEN................................................................................................................220
XIV. PENJAMINAN EMISI EFEK.......................................................................................................221
XV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL......................................................223
XVI. PENDAPAT DARI SEGI HUKUM..............................................................................................227
XVII. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN.................253
XVIII. ANGGARAN DASAR PERSEROAN..........................................................................................405
XIX. PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM.............................................................435
XX. PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS DAN FORMULIR PEMESANAN
PEMBELIAN SAHAM.................................................................................................................443
ii
Definisi dan Singkatan
Di dalam Prospektus ini, kata-kata di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut, kecuali bila kalimatnya
menyatakan lain:
Afiliasi
Berarti:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara satu pihak dengan pegawai, direktur atau
komisaris dari pihak tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat 1 (satu)
atau lebih anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris yang
sama;
d. hubungan antara perusahaan dengan suatu pihak, baik
langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau
dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Bapepam dan LK
Berarti Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
yang merupakan penggabungan dari Bapepam dan Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK), sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 606/KMK.01/2005
tanggal 30-12-2005 (tiga puluh Desember dua ribu lima) tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 184/PMK.01/2010 tanggal 11-10-2010 (sebelas
Oktober dua ribu sepuluh) tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, atau para pengganti dan penerima hak
dan kewajibannya.
BEI
Berarti pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di
antara mereka, yang dalam hal ini adalah PT Bursa Efek Indonesia,
suatu perseroan terbatas yang berkedudukan di Jakarta Selatan
atau pengganti dan penerima hak dan kewajibannya.
CAGR
Berarti Compound Annual Growth Rate.
Entitas Anak
Berarti perusahaan yang 50% atau lebih sahamnya dimiliki secara
langsung maupun tidak langsung oleh Perseroan dan laporan
keuangan perusahaan tersebut dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan Perseroan.
Entitas Asosiasi
Berarti suatu entitas termasuk entitas non korporasi seperti
persekutuan, dimana Perseroan mempunyai pengaruh signifikan
dengan kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Perseroan antara
20%- 50%.
iii
Efektif
Berarti terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan Pendaftaran
sesuai dengan ketentuan Peraturan nomor IX.A.2 angka 4
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-122/
BL/2009 tanggal 29 Mei 2009, (selanjutnya disebut Peraturan
No.IX.A.2) yaitu:
1. Atas dasar lewatnya waktu yaitu 45 (empat puluh lima) hari
sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran diterima Bapepam dan
LK secara lengkap yaitu telah mencakup seluruh kriteria yang
ditetapkan dalam peraturan yang terkait dengan Pernyataan
Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum dan peraturan
yang terkait dengan Penawaran Umum; atau 45 (empat puluh
lima) hari sejak tanggal perubahan terakhir atas Pernyataan
Pendaftaran yang diajukan Perseroan atau yang diminta
Bapepam dan LK dipenuhi; atau
2. Atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam dan LK bahwa
tidak ada lagi perubahan dan/atau tambahan informasi lebih
lanjut yang diperlukan.
Emisi
Berarti kegiatan penawaran Saham oleh Perseroan untuk
ditawarkan dan dijual kepada Masyarakat pada pasar perdana
melalui Penawaran Umum Perdana Saham dan dicatatkan dan
diperdagangkan di BEI.
Hari Bursa
Berarti hari-hari dimana BEI melakukan aktivitas transaksi
perdagangan efek menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Negara Republik Indonesia dan ketentuan-ketentuan
BEI tersebut.
Hari Kalender
Berarti setiap hari dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan kalender
Gregorian tanpa kecuali.
Hari Kerja
Berarti hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari libur
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau
Hari Kerja biasa yang karena suatu keadaan tertentu ditetapkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebagai bukan Hari Kerja biasa.
Kemenkumham
Berarti Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (dahulu dikenal dengan nama Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Departemen Kehakiman
Republik Indonesia, Departemen Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia atau nama lainnya).
KSEI
Berarti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, berkedudukan di Jakarta.
Kustodian
Berarti pihak yang memberi jasa penitipan efek dan harta lain
yang berkaitan dengan efek serta jasa lainnya termasuk menerima
bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan
mewakili Pemegang Rekening yang menjadi nasabahnya sesuai
dengan ketentuan UUPM yang meliputi KSEI, Perusahaan Efek
dan Bank Kustodian.
Masa Penawaran Umum
Berarti jangka waktu bagi Masyarakat untuk dapat mengajukan
pemesanan saham.
iv
Masyarakat
Berarti perorangan dan/atau badan, baik Warga Negara Indonesia/
Badan Indonesia maupun Warga Negara Asing/Badan Asing baik
yang bertempat tinggal/berkedudukan di Indonesia maupun yang
bertempat tinggal/berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Menkumham
Berarti Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
(dahulu dikenal dengan nama Menteri Kehakiman Republik
Indonesia, Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik
Indonesia atau nama lainnya).
OJK
Berarti Otoritas Jasa Keuangan, lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
No. 21 Tahun 2011 tanggal 22 November 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan.
Pemerintah
Berarti Pemerintah Republik Indonesia.
Pemegang Rekening
Berarti pihak yang namanya tercatat sebagai pemilik Rekening
Efek di KSEI yang meliputi Bank Kustodian dan/atau Perusahaan
Efek dan/atau pihak lain yang disetujui oleh KSEI dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal dan peraturan KSEI.
Penawaran Umum Perdana Saham Berarti Penawaran Umum Saham kepada Masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya dan ketentuan lain yang berhubungan, serta
ketentuan yang dimuat dalam Perjanjian Penjaminan Emisi Efek.
Penitipan Kolektif
Berarti jasa penitipan atas efek yang dimiliki bersama oleh lebih
dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasar Modal.
Peraturan No.IX.C.1
Berarti Peraturan Bapepam No. IX.C.1, Lampiran atas Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-113/PM/1996 tanggal 24 Desember
1996 diubah dengan No. Kep-42/PM/2000 tanggal 27 Oktober
2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum.
Peraturan No.IX.C.2
Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.C.2 Lampiran atas
Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-51/PM/1996 tanggal 17 Januari
1996 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dan
Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum.
Peraturan No.VIII.G.12
Berarti Peraturan Bapepam No. VIII.G.12 Lampiran atas Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/2004 tanggal 13 April 2004
tentang Pedoman Pemeriksaan Oleh Akuntan Atas Pemesanan
dan Penjatahan.
Peraturan No.IX.A.2
Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.2 Lampiran atas
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-122/BL/2009 tanggal
29 Mei 2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka
Penawaran Umum.
v
Peraturan No.IX.A.7
Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.7 Lampiran atas
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-691/BL/2011 tanggal
30 Desember 2011 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan
Dalam Rangka Pemesanan Dan Penjatahan Efek Dalam
Penawaran Umum.
Peraturan No.IX.I.4
Berarti Peraturan Bapepam No. IX.I.4 Lampiran atas Keputusan
Ketua Bapepam-LK No. Kep-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996
tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan.
Peraturan No. IX.I.5
Berarti Peraturan Bapepam No. IX.I.5 Lampiran atas Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 tanggal 24 September 2004
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit.
Peraturan No. IX.I.7
Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.I.7 Lampiran atas
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-496/BL/2008
tanggal 28 November 2008 tentang Pembentukan dan Pedoman
Penyusunan Piagam Unit Audit Internal.
Peraturan No. X.K.4
Berarti Peraturan Bapepam No. X.K.4 Lampiran atas Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.
Perjanjian Penjaminan Emisi Efek
Berarti Akta Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum
Perdana Saham Perseroan No. 27 tanggal 4 Maret 2013 juncto Akta
Perubahan I Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran
Umum Perdana Saham Perseroan No. 343 tanggal 27 Maret 2013
juncto Akta Perubahan II Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 380 tanggal
25 April 2013, yang dibuat di hadapan DR. Irawan Soerodjo, S.H.,
M.Si., Notaris di Jakarta.
Perkebunan Sumatera Utara I
Berarti perkebunan milik ANJA yang terletak di Binanga, Sumatera
Utara.
Perkebunan Sumatera Utara II
Berarti perkebunan milik ANJAS yang terletak di Angkola Selatan,
Sumatera Utara.
Pernyataan Efektif
Berarti pernyataan efektif sebagaimana dimaksud pada
terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan Pendaftaran sesuai
dengan ketentuan Peraturan nomor IX.A.2 angka 1 Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-122/BL/2009
tanggal 29 Mei 2009 (selanjutnya disebut Peraturan No. IX.A.2).
Perseroan
Berarti PT Austindo Nusantara Jaya Tbk., suatu perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan
berkedudukan di Jakarta Selatan atau pengganti dan penerima
hak dan kewajibannya.
vi
Pihak Berelasi
Berarti, sesuai dengan PSAK 7, adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan
keuangannya
a. Orang atau anggota keluarga terdekat terkait entitas pelopor
jika orang tersebut:
- memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas
entitas pelapor;
- memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor;
atau
- personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas
induk entitas pelapor.
b. Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor jika (salah satu);
- Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok
usaha yang sama;
- Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama
bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura
bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha
dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya kelompok
usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya;
- Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak
ketiga yang sama;
- Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga
dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas
ketiga;
- Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca
kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor
atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor;
- Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh
orang yang diidentifikasi dalam butir (a);
- Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki
pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota
manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Prospektus
Berarti setiap informasi tertulis sehubungan dengan Emisi Saham
yang disusun oleh Perseroan bersama-sama dengan Penjamin
Pelaksana Emisi Saham dengan tujuan agar Masyarakat membeli
Saham, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 26 UUPM
dan Peraturan No. IX.C.2.
Rekening Efek
Berarti rekening yang memuat catatan posisi Saham dan/atau
dana milik Pemegang Saham yang diadministrasikan oleh KSEI,
Bank Kustodian atau Perusahaan Efek berdasarkan Kontrak
Pembukaan Rekening Efek yang ditandatangani oleh dan antara
Pemegang Saham dan Pemegang Rekening.
RUPS
Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Perseroan.
RUPSLB
Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan
yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Perseroan.
RUPST
Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan
yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Perseroan.
vii
Tanggal Pembayaran
Berarti tanggal pembayaran dana hasil emisi Saham yang
merupakan seluruh nilai Pokok Saham kepada Perseroan yang
harus disetor oleh Penjamin Emisi Saham melalui Penjamin
Pelaksana Emisi Saham kepada Perseroan berdasarkan Perjanjian
Penjaminan Emisi Efek, yang juga merupakan Tanggal Emisi.
Turnkey
Berarti proyek dimana Perseroan menyediakan jasa dan dana
untuk pelaksanaan proyek, kemudian konsumen akan membayar
kembali seluruh kewajibannya atas jasa dan dana yang telah
dilakukan oleh Perseroan setelah pekerjaan diselesaikan dengan
persyaratan konsumen menyerahkan Bank Garansi sebagai
jaminan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
USD
Berarti Dolar Amerika Serikat.
UU
Berarti Undang-Undang.
UUPM
Berarti Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995
tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 64 Tahun 1995, Tambahan
No. 3608, beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
UUPT
Berarti Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007
tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 106 Tahun 2007, Tambahan
No. 4756, beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Istilah Industri Perkebunan Kelapa Sawit dan Sagu
AMDAL
Berarti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
BOD
Berarti Biochemical Oxygen Demand.
CPKO
Berarti Crude Palm Kernel Oil atau minyak inti sawit mentah.
CPO
Berarti Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah.
DPPL
Berarti Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.
HGB
Berarti Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
HGU
Berarti Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
HPE
Berarti Harga Patokan Ekspor.
ISCC
Berarti International Sustainability and Carbon Certification.
ISPO
Berarti Indonesian Sustainable Palm Oil.
IUP
Berarti Izin Usaha Perkebunan.
IUPHHBK
Berarti Izin Usaha Perkebunan Hasil Hutan Bukan Kayu.
Izin Lokasi
Berarti dokumen yang diberikan sebagai tanda sahnya untuk melakukan kegiatan usaha
perkebunan yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang.
KER
Berarti Kernel Extraction Rate atau tingkat ekstraksi kernel.
Kernel
Berarti inti sawit.
MDEX
Berarti Malaysia Derivatives Exchange, yang merupakan indeks komoditas yang dikelola
oleh Bursa Malaysia Derivatives Berhad di Kuala Lumpur, Malaysia.
NPK
Berarti Nitrogen, Fosfor dan Kalium, atau Nitrogen (N), Phosphorus (P) dan Potassium (K).
viii
OER
Berarti Oil Extraction Rate atau tingkat ekstraksi minyak.
PK
Berarti Palm Kernel atau inti sawit.
PKE
Berarti Palm Kernel Expeller atau bungkil sawit.
PKO
Berarti Palm Kernel Oil atau minyak inti sawit.
PKS
Berarti Pabrik Kelapa Sawit.
Pressing
Berarti proses pemerasan brondolan yang telah lumat menjadi minyak.
TBS
Berarti Tandan Buah Segar.
TBM
Berarti Tanaman Belum Menghasilkan yang merupakan tanaman dalam golongan usia
belum menghasilkan.
TKKS
Berarti Tandan Kosong Kelapa Sawit
TM
Berarti Tanaman Menghasilkan yang merupakan tanaman dalam golongan usia
menghasilkan.
UKL
Berarti Upaya Pengelolaan Lingkungan.
UPL
RBDPO
Berarti Upaya Pemantauan Lingkungan.
Berarti Refined Bleached Deodorized Palm Oil.
RBDOL
Berarti Refined Bleached Deodorized Olein.
RBDST
Berarti Refined Bleached Deodorized Stearin.
RSPO
Berarti Roundtable Sustainable Palm Oil.
Sterilizing
Berarti proses perebusan dengan uap dalam ruang tertutup yang bertekanan.
Wet Starch Berarti tepung basah yang merupakan produk perantara dalam pengolahan tepung sagu.
Singkatan Nama Perusahaan
ANJA
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
ANJAP
PT ANJ Agri Papua
ANJAS
PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais
AANE
PT Austindo Aufwind New Energy
ATI
PT Aceh Timur Indonesia
DGI
PT Darajat Geothermal Indonesia
GSB
PT Galempa Sejahtera Bersama
GMIT
PT Gading Mas Indonesian Tobacco
KAL
PT Kayung Agro Lestari
LSP
PT Lestari Sagu Papua
PPM
PT Permata Putera Mandiri
PMN
PT Prima Mitra Nusatama (dalam likuidasi)
PMP
PT Putera Manunggal Perkasa
SM
PT Surya Makmur
SMM
PT Sahabat Mewah dan Makmur
ix
Ringkasan
Ringkasan di bawah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan harus dibaca dalam kaitannya
dengan keterangan yang lebih rinci, serta laporan keuangan dan catatan-catatan yang tercantum dalam
Prospektus ini. Ringkasan ini dibuat atas dasar fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling
penting bagi Perseroan. Kecuali dinyatakan lain, seluruh pembahasan atas informasi keuangan yang
tercantum dalam Prospektus ini dilakukan pada tingkat konsolidasian. Semua informasi keuangan
Perseroan disusun berdasarkan laporan keuangan Perseroan yang disajikan dalam mata uang Dolar
Amerika Serikat dan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia.
1. Riwayat Singkat Perseroan
Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, berkedudukan di
Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo Teguhjaya” berdasarkan
Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di
Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal 21 Mei 1993, dan telah didaftarkan
dalam register di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di bawah No. 510/A.PT/HKM/1993/
PN.JAK.SEL, tanggal 23 Juni 1993 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan No. 4010.
Pada tahun 1997, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo
Teguhjaya” menjadi “PT Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
berdasarkan Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H.,
pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan
No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor
Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September
1997 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997,
Tambahan No. 5798.
Pada tahun 1998, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo
Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya” berdasarkan Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998
yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran
Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Agustus 1998, didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98
tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal
16 April 1999, Tambahan No. 2264.
Pada bulan Nopember 2000, PT Austindo Agro Nusantara melakukan penggabungan ke dalam
Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 39 tanggal 20 Nopember 2000 dibuat
dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh
para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa Perseroan No. 36 tanggal 20 Nopember 2000, dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan,
S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat No. 588/XII/2000 tanggal 1 Desember 2000 perihal Laporan Pemberitahuan
Penggabungan PT Austindo Agro Nusantara ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat
cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 1 Desember 2000.
x
Pada bulan Desember 2000, PT Austindo Nusantara Resources melakukan penggabungan ke
dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 37 tanggal 22 Desember 2000
dibuat dihadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta,
sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Austindo Nusantara Resources No. 35 tanggal 22 Desember
2000, dibuat di hadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di
Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat
No. 33/I/2001 tanggal 22 Januari 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo
Nusantara Resources ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat
Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 22 Januari 2001.
Pada bulan Juli 2001, PT Austindo Investama Jaya, PT Austindo Mining Corporindo dan PT Austindo
Nusantara Energi melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian
Penggabungan No. 7 tanggal 2 Juli 2001 dibuat di hadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M.,
Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 1 tanggal 2 Juli 2001,
dibuat oleh Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., saat itu Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan
kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 286/VII/2001 tanggal
18 Juli 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo investama Jaya, PT Austindo
Mining Corporation dan PT Austindo Nusantara Energi ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah
mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 18 Juli 2001.
Pada tahun 2008, Perseroan melakukan pengubahan atas seluruh ketentuan anggaran dasar
Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT berdasarkan Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat
di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02.
Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan
No. AHU-0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008.
Sejak tanggal pendirian, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali pengubahan.
Pengubahan terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
Perseroan No. 161 tanggal 17 Januari 2013, dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si,
Notaris di Jakarta, sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas: (i) perubahan
status Perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka; (ii) perubahan nama Perseroan
menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. dan (iii) persetujuan pengubahan seluruh Anggaran Dasar
Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peraturan yang berlaku
di pasar modal. Pengubahan Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan
Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-03796.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 31 Januari
2013 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0006463.AH.01.09.
Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013.
Komposisi permodalan dan struktur saham Perseroan pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah
sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Nilai nominal Rp100,- per saham
Jumlah Nilai Nominal
Jumlah Saham
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
Keterangan
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
-
PT Austindo Kencana Jaya
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
-
Yayasan Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Saham dalam Portepel
1.343.804.685
1.343.804.685
156.242.000
156.147.130
1.500
3.000.000.000
9.000.000.000
xi
134.380.468.500
134.380.468.500
15.624.200.000
15.614.713.000
150.000
300.000.000.000
900.000.000.000
(%)
44,79349
44,79349
5,20807
5,20490
0,00005
100,00000
Kegiatan usaha Perseroan saat ini adalah melakukan pengoperasian perkebunan, pengolahan dan
perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan produk sagu serta produksi dan
penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak.
Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan berdomisili di Graha Irama, Lantai 3 Jl. H.R. Rasuna
Said Kav. 1-2, Jakarta 12950, Indonesia.
2. Keterangan Tentang Entitas Anak dan Entitas Asosiasi
Nama
No.
Kedudukan
Perusahaan
Entitas Anak
1. ANJA
Indonesia
2.
ANJAP
Indonesia
3.
ANJAS
Indonesia
4.
AANE
5.
Lokasi
Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha
Kepemilikan
(secara
langsung
maupun tidak
langsung)
Status
Tahun
Operasional Penyertaan
Perkebunan
Kelapa Sawit
Agribisnis Sagu
99,996%
Beroperasi
2000
100,00%
Beroperasi
2007
Perkebunan
Kelapa Sawit
Energi Terbarukan
100,00%
Beroperasi
2004
Indonesia
Binanga, Sumatera
Utara
Sorong Selatan,
Papua Barat
Angkola Selatan,
Sumatera Utara
Belitung
98,99%
Beroperasi
2008
ATI
Indonesia
Jakarta
Agribisnis
99,998%
Beroperasi
1998
6.
DGI
Indonesia
Darajat, Jawa Barat
Energi Terbarukan
99,998%
Beroperasi
1997
7.
GSB
Indonesia
Beroperasi
2012
GMIT
Indonesia
Perkebunan
Kelapa Sawit
Agribisnis
100,00%
8.
Empat Lawang,
Sumatera Selatan
Jember, Jawa Timur
99,999%
Beroperasi
1976
9.
KAL
Indonesia
Beroperasi
2005
Indonesia
Perkebunan
Kelapa Sawit
Agribisnis Sagu
100,00%
10. LSP
51,00%
Beroperasi
2011
11. PPM
Indonesia
Beroperasi
2013
Indonesia
100,00%
Beroperasi
2013
13. SM
Indonesia
Perkebunan
Kelapa Sawit
Perkebunan
Kelapa Sawit
Agribisnis
100,00%
12. PMP
Ketapang,
Kalimantan Barat
Sorong Selatan,
Papua Barat
Sorong Selatan,
Papua Barat
Sorong Selatan dan
Maybrat, Papua Barat
Medan, Sumatera Utara
99,996%
Beroperasi
1998
14. SMM
Indonesia
Belitung
100,00%
Beroperasi
2003
15. PMN (dalam
likuidasi) (1)
Indonesia
Jakarta
Perkebunan
Kelapa Sawit
Jasa Keuangan
99,999%
Tidak
Beroperasi
1993
Catatan: (1) Perseroan memutuskan untuk melikuidasikan PMN karena maksud dan tujuan pendirian PMN yakni bergerak di
bidang jasa konsultasi manajemen, keuangan dan penanaman modal sudah tidak sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan dan
Entitas Anak pada saat ini.
xii
No.
Nama Perusahaan
Kedudukan
Lokasi
Kegiatan
Usaha
Kegiatan Usaha
Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya
1. PT Agro Muko
Indonesia
Bengkulu
2.
PT Bilah Plantindo
Indonesia
3.
PT Pangkatan Indonesia
Indonesia
4.
PT Puncakjaya Power
Indonesia
5.
PT Sembada Sennah Maju
Indonesia
6.
PT Simpang Kiri Plantation
Indonesia
PT Chevron Geothermal
Suoh Sekincau
PT Moon Lion Industries
Indonesia
Indonesia
7.
8.
Indonesia
Indonesia
Perkebunan Kelapa
Sawit
Sumatera
Perkebunan Kelapa
Utara
Sawit
Sumatera
Perkebunan Kelapa
Utara
Sawit, Karet dan Coklat
Papua Barat
Pembangkit Listrik
Sumatera
Utara
Aceh
Lampung
Barat
Jakarta dan
Banten
Perkebunan
Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa
Sawit, Karet dan Coklat
Pembangkit Listrik
Kepemilikan
(secara
Status
Tahun
langsung
Operasional Penyertaan
maupun tidak
langsung)
15,87%
Beroperasi
1990
20,0%
Beroperasi
1998
20,0%
Beroperasi
1997
14,288%
Beroperasi
1994
20,0%(1)
Beroperasi
2008
20,0%
Beroperasi
1998
5,0%
Beroperasi
2010
Industri Pengikat Baja,
11,88%
Beroperasi
1994
Baut, Mur dan
Batangan Baja
Catatan: (1) Perseroan memiliki 20,0% kepemilikan di PT Pangkatan Indonesia dan PT Pangkatan Indonesia memiliki 95,0%
kepemilikan di PT Sembada Sennah Maju. Perseroan juga memiliki 1,0% kepemilikan secara langsung di PT Sembada Sennah Maju.
3. Kegiatan Usaha Perseroan
Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif
pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian,
sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur
(pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam
perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan
mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus
operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen
pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas
alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan
masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun
dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan
kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut.
Dengan demikian, kegiatan usaha utama Perseroan saat ini adalah dalam bidang perkebunan dan
pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus
mengembangkan kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Perseroan saat
ini juga sedang mengembangkan kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku
makanan baru dari sagu dan pembangkit listrik energi terbarukan (renewable energy business) dari
biogas. Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti
tenaga surya, tenaga angin, arus air, panas bumi maupun proses biologis dan bersifat ramah lingkungan;
artinya tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan
pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain.
Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua
perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan
Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan yang belum ditanami (landbank) di Sumatera
Selatan dan Papua. Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan, kecuali perkebunan kelapa
sawit Perseroan yang terletak di Kalimantan Barat, merupakan perkebunan kelapa sawit yang sudah
xiii
menghasilkan dan memiliki fasilitas produksi di setiap lokasi perkebunan. Perseroan berencana untuk
membangun fasilitas produksi di Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit yang menghasilkan
sudah memadai jumlahnya. Perseroan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil
(“RSPO”) dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara
I. Pada saat ini Perseroan sedang dalam proses memperoleh sertifikat RSPO untuk perkebunan di
Sumatera Utara II.
Tabel berikut menunjukan izin, masa belaku, lokasi serta luas lahan yang dimiliki Perseroan dan Entitas
Anak dalam kegiatan usaha kelapa sawit dan sagu:
Entitas yang memiliki
hak atas tanah
Industri Kelapa Sawit
ANJA
ANJA
ANJA
ANJA
ANJAS
ANJAS
SMM
Luas berdasarkan
hak tanah (Hektar)
Lokasi
SMM
SMM
SMM
KAL
GSB
PMP
PPM
Total
Tanggal berakhirnya
hak atas tanah
Status
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Bangka Belitung
6.000
HGU
3.214
HGU
197
HGU
523
Non HGU (1)
8.000
HGU
1.639 (HGU – dalam proses) (2)
10.583
HGU
31 Desember 2076
25 Januari 2091
9 September 2044
27 Oktober 2039
31 Desember 2075
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
Papua Barat
Papua Barat
404
HGU
4.886
HGU
30
HGB
17.998 (HGU – dalam proses) (3)
20.000
Izin Lokasi
25.159 Izin Usaha Perkebunan
40.000
Izin Lokasi
139.038
23 Juni 2046
31 Desember 2075
16 Mei 2035
20 April 2015
-
Industri Sagu
ANJAP
LSP
Total
Sorong Selatan, Papua
Barat
Sorong Selatan, Papua
Barat
40.000
IUPHHBK
12 Desember 2035
40.000
-
-
Catatan: (1) Tahap akta jual beli dengan pemilik lama
(2) Tahap penyampaian dokumen ke Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara
(3) Tahap pemeriksaan dokumen di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Tabel berikut menunjukan jumlah lahan yang sudah dibebaskan dan luas lahan untuk Kebun Inti dan
Kebun Plasma pada tanggal 31 Desember 2012:
(dalam hektar)
Uraian
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Landbank Sumatera Selatan
Landbank Papua Barat
Total
Lahan yang
Dibebaskan
9.813
7.912
14.229
8.898
40.852
Kebun Inti
TM
9.813
7.912
14.229
31.954
TBM
8.898
8.898
Kebun Plasma
TM
TBM
-
-
Lahan
Tertanam
9.813
7.912
14.229
8.898
40.852
Usaha pengolahan sagu Perseroan dilakukan di atas daerah konsesi hutan sagu seluas 40.000 ha di
mana tidak ada lahan yang dibebaskan maupun yang ditanam oleh Perseroan.
xiv
Berikut adalah profil usia dari perkebunan kelapa sawit yang dimiliki Perseroan pada tanggal
31 Desember 2012:
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
656
7.912
1.552
10.120
24,8
Dewasa
8-20 tahun
6.902
9.293
16.195
39,6
Tua
Total TM
> 20 tahun
2.255
9.813
7.912
3.384
14.229
5.639
31.954
13,8
78,2
TBM
8.898
8.898
21,8
Total
9.813
7.912
14.229
8.898
40.852
100,0
Perseroan tidak dapat memaparkan profil usia dari tanaman sagu yang dikelola Perseroan di daerah
hutan konsesi sagu karena tanaman sagu tersebut merupakan bagian dari hutan sagu alam yang tidak
ditanam oleh Perseroan. Namun secara umum, usia tanaman sagu berkisar dari 0 hingga 12 tahun.
Berikut adalah produksi dan penjualan produk kelapa sawit Perseroan dan Entitas Anak untuk 3 tahun
terakhir:
Keterangan
Volume Produksi (dalam Ton)
CPO (1)
PK (1)
Total
2010
2011
2012
131.335
29.950
161.285
157.122
34.369
191.491
178.263
40.503
218.766
Volume Penjualan (dalam Ton)
CPO
PK
Total
127.450
29.508
156.958
156.016
32.865
188.881
177.125
40.447
217.572
Nilai Penjualan (dalam USD ribu)
CPO
PK
Total
100.576
14.655
115.231
135.804
18.545
154.349
138.421
16.165
154.586
Catatan: (1) Termasuk CPO dan PK dari hasil produksi TBS yang dibeli dari pihak ketiga
Perseroan belum mulai memproduksi dan menjual produk sagu pada tanggal 31 Desember 2012.
Perseroan berharap untuk mulai beroperasi secara komersial pada kuartal keempat tahun 2013.
4. Penawaran Umum Perdana Saham
Jumlah saham yang ditawarkan : Sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima
puluh ribu) saham biasa atas nama
Nilai Nominal
: Rp100,- (seratus Rupiah)
Harga Penawaran
: Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham yang harus dibayar
penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian
Saham
Jumlah Penawaran Umum
: Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah).
Tanggal Penawaran Umum
: 2 Mei & 3 Mei 2013
Tanggal Pencatatan di BEI
: 8 Mei 2013
xv
Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum Perdana Saham sebanyak 333.350.000 (tiga
ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan saham biasa atas
nama atau sebesar 10% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran
Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan
kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham, yang
harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai
saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar
Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah).
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana
Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah
Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
Jumlah Saham
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham
(%)
Jumlah Saham
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
(%)
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,68724
-
Sjakon GeorgeTahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,68439
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
-
Masyarakat
-
-
-
333.350.000
33.335.000.000
10,00045
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.333.350.000
333.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.666.650.000
866.665.000.000
Seluruh saham Perseroan yang akan dicatatkan, di luar saham-saham yang ditawarkan pada Penawaran
Umum ini, tidak akan dijual dalam jangka waktu maksimal 8 (delapan) bulan sejak Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif.
Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya
yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif.
Sesuai dengan keputusan RUPS Perseroan akan melaksanakan program ESA dan program MSOP.
Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Pegawai Perseroan
A. Program Alokasi Saham Karyawan Perseroan (Employee Stock Allocation/ESA)
Jumlah Saham dalam program ESA sebanyak-banyaknya sebesar 1,0% (satu koma nol persen) dari
jumlah saham yang akan ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus
tiga puluh tiga ribu lima ratus) saham biasa atas nama. Saham yang akan diberikan dalam program
ESA adalah dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon harga sebesar 20% (dua puluh persen) dari
harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana Saham.
xvi
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana Saham
ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran
Umum Perdana Saham dan program ESA secara proforma adalah sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham
dan program ESA
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
Jumlah Saham
(%)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
Jumlah Saham
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
(%)
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,68724
-
Sjakon GeorgeTahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,68439
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
-
Masyarakat
-
-
-
330.016.500
33.001.650.000
9,90045
-
Karyawan melalui program ESA
-
-
-
3.333.500
333.350.000
0,10000
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.333.350.000
333.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.666.650.000
866.665.000.000
B. Program Pemberian Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen (Management Stock
Option Plan/MSOP)
Hak opsi dalam program MSOP dapat digunakan untuk membeli saham baru Perseroan sebanyakbanyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham biasa atas nama yang akan diterbitkan dari
portepel atau sebanyak-banyaknya sebesar 1,5% (satu koma lima persen) saham ditempatkan dan
disetor penuh dalam Perseroan setelah pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham.
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan, pelaksanaan program ESA dan MSOP
dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham
Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai
berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham,
program ESA dan program MSOP
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
Jumlah Saham
(%)
Jumlah Saham
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
(%)
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
39,71817
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
39,71817
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,61797
-
Sjakon GeorgeTahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,61516
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
-
Masyarakat
-
-
-
330.016.500
33.001.650.000
9,75413
-
Karyawan melalui program ESA
-
-
-
3.333.500
333.350.000
0,09853
-
Program MSOP
-
-
-
50.000.000
5.000.000.000
1,47783
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.383.350.000
338.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.616.650.000
861.665.000.000
xvii
5. Rencana Penggunaan Dana
Perseroan merencanakan untuk menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham
setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk:
• Sekitar 60,4%, sejumlah USD21,4 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp207,8 miliar (1), akan
digunakan untuk membiayai belanja modal Entitas Anak .
• Sekitar 8,5%, sejumlah USD3 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp29,2 miliar (1), akan digunakan
untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung kegiatan usaha sagu
• Sekitar 2,8%, sejumlah USD1 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp9,7 miliar (1), akan digunakan
untuk menyelesaikan instalasi generator listrik biogas dan membangun proyek pembangkit listrik
biogas
• Sekitar 28,3%, sejumlah USD10 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp97,3 miliar (1), akan digunakan
untuk pembayaran cicilan pokok utang dari J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch.
Catatan: (1) Perseroan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 24 April 2013 yaitu
Rp9.727 untuk setiap dolar Amerika Serikat dalam perhitungan nilai ekuivalen Rupiah rencana
penggunaan dana.
Keterangan Rencana Penggunaan Dana selengkapnya dapat dilihat pada Bab II tentang Rencana
Penggunaan Dana dalam Prospektus ini.
6. Risiko Usaha
Risiko usaha Perseroan mencakup:
1. Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional.
2. Peraturan dan kebijakan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa
sawit.
3. Pajak ekspor Indonesia atau peraturan atas CPO serta tarif dan pajak impor dan pembatasan
lainnya yang dikenakan oleh Indonesia.
4. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional yang diberlakukan oleh negara-negara
pengimpor dan pengekspor minyak kelapa sawit dapat berdampak negatif terhadap industri minyak
kelapa sawit.
5. Penundaan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses memperoleh sertifikat HGU dan izin-izin
pemerintah lainnya dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan
profitabilitas Perseroan.
6. Penundaan dan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan sengketa hak tanah dan masalah
kompensasi yang berhubungan dengan lahan perkebunan dan landbank milik Perseroan dapat
mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan.
7. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak pengganti jenis lainnya.
8. Kegiatan usaha perkebunan milik Perseroan dapat menghadapi tantangan dari organisasi
lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan pihak perorangan.
9. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif oleh pemberlakuan dan penegakan peraturan
lingkungan yang lebih ketat.
10. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif atas perubahan persepsi biaya dan manfaat terkait
dengan produksi CPO dan pemakaian biofuel sebagai initiatif pencegahan perubahan iklim.
11. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang berhubungan dengan pengembangan/perluasan
perkebunan kelapa sawit dan operasional pengelolahan minyak kelapa sawit.
12. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang terkait dengan proyek ekspansi Perseroan.
13. Pengembangan usaha sagu di Papua memiliki risiko terhambat karena masalah sosial dengan
masyarakat setempat, logistik, infrastruktur dan pengalaman dalam pengolahan produk sagu.
14. Kegiatan usaha Perseroan adalah padat karya.
15. Gangguan transportasi dapat berdampak negatif terhadap operasi Perseroan.
16. Fluktuasi biaya pengiriman dan transportasi lainnya dapat berdampak negatif terhadap permintaan
produk Perseroan dan daya saing dan operasi Perseroan.
17. Tingkat laba Perseroan dapat terpengaruhi oleh harga bahan baku dan bahan bakar yang lebih
tinggi.
xviii
18. Penurunan kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga dapat berdampak negatif bagi Perseroan.
19. Kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit dan hama serta faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS dapat menimbulkan dampak negatif bagi Perseroan.
20. Perseroan bergantung kepada tim manajemen senior dan apabila Perseroan tidak mampu untuk
menarik dan mempertahankan personil yang berkualifikasi atau menarik, merekrut, melatih dan
mempertahankan pengganti yang sesuai, maka hal tersebut dapat menimbukan dampak negatif
terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional Perseroan.
21. Perseroan bergantung kepada sejumlah kecil pelanggan untuk lebih dari 50% penjualan.
22. Kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
23. Perseroan dapat terpengaruh oleh perluasan Program Plasma.
24. Estimasi profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung milik
Perseroan mungkin tidak sesuai dengan usia tanaman yang sebenarnya.
25. Nilai pertanggungan asuransi Perseroan mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian.
26. Tren dan preferensi cara hidup sehat pilihan konsumen pada saat ini maupun pada masa yang
akan datang dapat mengakibatkan adanya penurunan permintaan minyak kelapa sawit, sehingga
dapat mempengaruhi harga dan permintaan CPO secara negatif.
27. Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di fasilitas produksi
Perseroan atau risiko operasional lainnya dapat berdampak negatif yang material terhadap kegiatan
usaha Perseroan.
28. Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan mungkin dapat bertentangan dengan
kepentingan pembeli Saham Penawaran ini.
29. Harga saham Perseroan mungkin dapat sangat berfluktuasi.
30. Nilai aset bersih dari Saham yang ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini jauh di
bawah harga penawaran saham dan investor akan langsung mengalami dilusi nilai saham.
31. Penjualan saham Perseroan pada masa mendatang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
harga saham Perseroan di pasar saham.
7. Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan konsolidasian penting Perseroan yang berasal dari dan/
atau dihitung berdasarkan laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada
tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010, 2009 dan 2008.
Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012,
2011 dan 2010, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen,
dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI,
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK
10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012, yang laporannya tercantum
dalam Prospektus ini.
Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
dan 2008, yang tidak disajikan kembali dan tidak tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited),
auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum
dalam Prospektus ini.
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
(dalam USD ribu) Keterangan
Total Aset
Total Liabilitas
Total Ekuitas
2008*)
496.975
115.274
381.700
2009*)
592.562
171.997
420.565
Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen
xix
31 Desember
2010
735.276
283.337
451.939
2011
912.711
413.531
499.179
2012
399.368
71.699
327.669
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Keterangan
Pendapatan Usaha
Beban Usaha
Laba Sebelum Pajak
Beban Pajak
Laba Bersih dari Operasi yang dilanjutkan
Laba Bersih dari Operasi yang dihentikan
Laba bersih tahun berjalan
Jumlah Pendapatan Komprehensif Lain setelah
pajak
Jumlah Laba Komprehensif
Laba Bersih diatribusikan pada:
- Pemilik Entitas Induk
- Kepentingan Non-pengendali
Laba Komprehensif diatribusikan pada:
- Pemilik Entitas Induk
- Kepentingan Non-pengendali
2008*) 162.601
107.157
55.444
(23.801)
31.643
31.643
(dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember
2009 *)
2010 2011 2012 161.814
136.686
185.327
185.064
115.597
97.364
112.986
125.802
46.217
39.321
72.341
59.263
(19.176)
(14.793)
( 26.588)
(17.306)
27.041
24.528
45.753
41.957
8.072
10.572
56.703
27.041
32.600
56.325
98.660
-
-
11.878
44.478
(6.254)
50.071
(3.021)
95.639
30.567
1.077
25.961
1.080
31.447
1.154
55.629
696
96.299
2.361
-
-
43.166
1.312
49.396
675
93.300
2.339
Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen
8. Keunggulan Bersaing
Perseroan memiliki beberapa keunggulan bersaing yang memperkuat kinerja Perseroan, yaitu sebagai
berikut:
• Posisi yang baik untuk memanfaatkan pertumbuhan industri sektor minyak kelapa sawit.
• Profil usia perkebunan yang baik dan persediaan lahan (landbank) dalam jumlah besar yang
substansial untuk mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan.
• Kegiatan operasional yang efisien dapat menghasilkan biaya yang lebih kompetitif dan peningkatan
marjin.
• Rekam jejak profitabilitas yang konsisten, posisi keuangan dan posisi likuiditas yang kuat.
• Tim manajemen yang berpengalaman dengan tingkat komitmen tinggi untuk penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik.
• Kesadaran tinggi atas lingkungan dan menerapkan kebijakan pembangunan sosial ekonomis untuk
masyarakat sekitar.
9. Prospek Usaha
Perseroan merupakan induk perusahaan dari entitas-entitas anak yang bergerak dalam perkebunan,
pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan sagu serta produksi
dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan. Saat ini seluruh pendapatan dan laba Perseroan
berasal dari perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit dan pada masa yang akan
datang kelapa sawit tetap akan menjadi andalan utama penghasilan Perseroan.
Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture
(“USDA”) bulan Februari 2013, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan
produksi CPO sebesar 25,9 juta ton pada tahun 2012, atau lebih dari 50% total produksi CPO didunia.
Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
jumlah populasi dunia. Permintaan terbesar CPO berasal dari India, Indonesia dan Cina (sumber: USDA,
Februari 2013). Semua negara ini terletak di Asia dan memiliki jumlah populasi yang besar. Selain
digunakan untuk bahan pangan, kelapa sawit juga merupakan bahan dasar bagi berbagai industri,
seperti biodiesel dan oleochemical. Kebijakan energi melalui kewajiban pencampuran biodiesel yang
agresif di Argentina, Brasil, Kolombia, AS dan Eropa diperkirakan akan meningkatkan permintaan
biodiesel sehingga hal tersebut juga akan meningkatkan permintaan dan harga global CPO (sumber:
Oil World Annual, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu penghasil devisa yang besar di Indonesia,
dan juga merupakan cadangan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
xx
Perseroan berkeyakinan bahwa tanpa adanya kejadian yang tak terduga, meningkatnya permintaan atas
minyak kelapa sawit dan keterbatasan lahan untuk menghasilkan kelapa sawit akan terus mendukung
harga minyak kelapa sawit. Saat ini Perseroan memiliki landbank yang tersedia untuk perluasan usaha
kelapa sawit. Bersama dengan team manajemen yang berpengalaman, Perseroan berkeyakinan dapat
memperluas kebun kelapa sawit, meningkatkan volume produksi kelapa sawit dan, dengan dukungan
harga minyak kelapa sawit yang kondusif, pendapatan dan laba Perseroan akan terus meningkat
setelah kebun yang baru ditanami mulai berproduksi. Faktor-faktor domestik dan internasional seperti yang telah dibahas di atas akan memberikan iklim yang
baik bagi industri perkebunan kelapa sawit di masa depan. Perseroan berkeyakinan dapat memanfaatkan
peluang dari kondisi usaha tersebut melalui peningkatan produksi TBS yang signifikan dalam beberapa
tahun ke depan seiring dengan profil usia tanaman perkebunan kelapa sawit Entitas Anak yang makin
membaik. Perseroan juga bermaksud untuk meningkatkan usahanya lebih lanjut melalui perluasan
lahan perkebunan kelapa sawitnya dan peningkatan kemampuan pengolahan perkebunan.
Usaha pengolahan sagu Perseroan merupakan langkah industri perintis di Papua Barat. Perseroan
memanfaatkan sistem pemanenan hutan sagu alam dengan cara yang lestari (berkesinambungan),
tanpa merusak keseluruhan hutan alam itu sendiri. Apabila sagu yang tumbuh secara alami tidak
dimanfaatkan, maka sagu akan terbuang percuma. Perseroan memanfaatkan batang tanaman sagu
yang telah matang dan menghasilkan tepung sagu yang dapat digunakan sebagai bahan pangan,
maupun bahan baku industri, sumber karbohidrat lainnya. Sambil membangun, Perseroan akan
mencoba menjaga dan melestarikan alam, memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di Papua dan menghasilkan laba bagi pemegang saham Perseroan. Perseroan berkeyakinan
bahwa dengan mengelola hutan alami sagu secara tepat, maka prospek usaha sagu akan memberikan
kontribusi yang cukup signifikan bagi keseluruhan usaha Peseroan.
Kegiatan usaha energi terbarukan Perseroan saat ini difokuskan pada pengolahan limbah kelapa sawit
(dan nantinya limbah sagu) dan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Usaha ini merupakan usaha
pelengkap atas bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan sagu Perseroan, sehingga manajemen
dapat dilakukan dengan efisien. Tenaga listrik yang dihasilkan dijual kepada PLN untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat sekitar kebun Perseroan.
Dalam seluruh strategi usaha, Perseroan berusaha untuk menghasilkan laba optimal bagi pemegang
saham Perseroan dengan menjaga keseimbangan harmonis antara Perseroan dengan pekerja,
masyarakat sekitar usaha Perseroan, alam dan pemerintah, sesuai dengan misi dan visi Grup Perseroan.
10. Strategi Usaha Perseroan
Perseroan berencana untuk memanfaatkan kelebihan yang saat ini dimiliki oleh Perseroan, yaitu fondasi
perusahaan yang kuat, hubungan yang baik dengan pelanggan maupun pemasok serta program
CSR yang baik untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik pada masa yang akan datang dengan
menerapkan strategi dan rencana jangka panjang sebagai berikut:
• Meningkatkan jumlah tanaman kelapa sawit di lahan perkebunan Perseroan.
• Meningkatkan efisiensi kegiatan operasional secara berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil
panen Perseroan.
• Mencari peluang untuk melakukan akuisisi.
• Ekspansi pada bidang usaha pelengkap.
• Meningkatkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Perseroan untuk
terus membina hubungan baik dengan para stakeholders.
xxi
11. Kebijakan Dividen
Tidak terdapat pembatasan-pembatasan (negative covenants) yang merugikan pemegang saham
sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam rangka pembagian dividen.
Para pemegang saham baru yang berasal dari Penawaran Umum Perdana Saham ini akan memperoleh
hak-hak yang sama dan sederajat dengan pemegang saham lama Perseroan, termasuk hak untuk
menerima dividen.
Besarnya dividen yang akan dibagikan dikaitkan dengan keuntungan Perseroan pada tahun buku yang
bersangkutan, dengan tidak mengabaikan tingkat keuntungan Perseroan dan tanpa mengurangi hak
dari Rapat Umum Para Pemegang Saham Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar Perseroan. Berdasarkan hal-hal tersebut, kecuali ada alasan-alasan lain yang
mendasar, manajemen merencanakan pembayaran dividen tunai sebanyak-banyaknya 50% dari laba
bersih konsolidasian tahun berjalan mulai tahun buku 2013.
xxii
I. PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM
Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum Perdana Saham sebanyak 333.350.000 (tiga
ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan saham biasa atas
nama atau sebesar 10% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran
Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan
kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah)setiap saham, yang
harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai
saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar
Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah).
Saham biasa atas nama yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel
Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala
hal dengan Saham biasa atas nama lainnya dari Perseroan telah ditempatkan dan disetor penuh,
termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham, hak atas pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Sesuai dengan keputusan RUPS, Perseroan akan melaksanakan program ESA dengan mengalokasikan
Saham sebanyak-banyaknya sebesar 1% (satu persen) dari jumlah penerbitan Saham Yang Ditawarkan
dan menerbitkan opsi Saham untuk program MSOP sebanyak-banyaknya sebesar 1,5% (satu koma
lima persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana
Saham.
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk.
Kegiatan Usaha Utama:
Perdagangan dan jasa serta pengoperasian perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk
kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan produk sagu serta produksi dan penggunaan energi
terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak
Berkedudukan di Jakarta Selatan
Kantor Pusat:
Graha Irama Lantai 3
Jalan HR Rasuna Said Kav. 1-2
Jakarta 12950, Indonesia
Telp: (021) 526-1415
Faks: (021) 526-1416
Website: www.austindogroup.com
e-mail: [email protected]
4 perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 2 perkebunan di Sumatera Utara, 1 perkebunan di Pulau
Belitung dan 1 perkebunan di Kalimantan Barat
1 konsesi hutan sagu yang terletak di Papua Barat
2 pembangkit tenaga listrik terbarukan yang terdiri dari 1 pembangkit di Pulau Belitung dan 1
konsorsium pembangkit tenaga listrik di Jawa Barat
RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO HARGA PRODUK MINYAK
KELAPA SAWIT. RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT DAPAT TERJADI AKIBAT
PENGARUH HARGA INTERNASIONAL. RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB
VI TENTANG RISIKO USAHA DALAM PROSPEKTUS INI.
1
Struktur Permodalan Dan Susunan Pemegang Saham Perseroan
Struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan pada tanggal Prospektus ini diterbitkan
sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Jumlah Nilai Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
Keterangan
Jumlah Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
-
PT Austindo Kencana Jaya
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
-
Yayasan Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Saham dalam Portepel
1.343.804.685
1.343.804.685
156.242.000
156.147.130
1.500
3.000.000.000
9.000.000.000
(%)
134.380.468.500
134.380.468.500
15.624.200.000
15.614.713.000
150.000
300.000.000.000
900.000.000.000
44,79349
44,79349
5,20807
5,20490
0,00005
100,00000
Berikut rincian nama pemegang saham Perseroan yang melakukan setoran dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sebelum Pernyataan Pendaftaran disampaikan kepada OJK:
Nama Pemegang
Saham
PT Memimpin
Dengan Nurani
PT Austindo
Kencana Jaya
Total
Jumlah
Bentuk
(Rp)
Setoran
134.380.468.500
Tunai
134.380.468.500
Harga Perolehan Waktu Penyetoran
Waktu Distribusi
(Rp)
Saham
1.343.804.685 134.380.468.500
5 September 2012 5 September 2012
Jumlah Saham
Tunai
268.760.937.000
1.343.804.685
134.380.468.500
2.687.609.370
268.760.937.000
5 September 2012
5 September 2012
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana
Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah
Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
Jumlah Saham
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham
(%)
Jumlah Saham
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
(%)
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,68724
-
Sjakon George Tahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,68439
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
-
-
-
333.350.000
33.335.000.000
10,00045
-Masyarakat
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.333.350.000
333.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.666.650.000
866.665.000.000
Bersamaan dengan pencatatan sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima
puluh ribu) saham biasa atas nama atau saham baru yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini,
Perseroan atas nama pemegang saham sebelum Penawaran Umum akan mencatatkan 3.000.000.000
(tiga miliar) saham biasa atas nama sehingga jumlah seluruh saham yang akan dicatatkan pada BEI
berjumlah 3.333.350.000 (tiga miliar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham
atau 100,00% (seratus persen) dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah
Penawaran Umum.
2
Seluruh saham Perseroan yang akan dicatatkan, di luar saham-saham yang ditawarkan pada Penawaran
Umum ini, tidak akan dijual dalam jangka waktu maksimal 8 (delapan) bulan sejak Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif.
Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya
yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif.
Sesuai dengan keputusan RUPS, Perseroan akan melaksanakan program ESA dan program MSOP.
Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Karyawan Perseroan
Sesuai dengan keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013 yang sebagaimana
tertuang dalam Berita Acara RUPS Akta No. 161 tanggal 17 Januari 2013, dibuat di hadapan Doktor
Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, Perseroan akan melaksanakan program ESA dan
program MSOP.
Tujuan utama dilaksanakannya program ESA dan program MSOP adalah untuk meningkatkan rasa
kepemilikan (sense of belonging) terhadap Perseroan yang diharapkan akan meningkatkan produktivitas
kerja karyawan, kinerja korporasi secara keseluruhan dan pada akhirnya nilai perusahaan, sehingga
seluruh pemegang saham akan menikmati.
A. Program Alokasi Saham Karyawan (Employee Stock Allocation/ESA)
Jumlah Saham dalam program ESA sebanyak-banyaknya sebesar 1,0% (satu koma nol persen) dari
jumlah saham yang akan ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus
tiga puluh tiga ribu lima ratus) saham biasa atas nama.
Saham yang akan diberikan dalam program ESA adalah dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon
harga sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana
Saham.
Peserta yang dapat diikutsertakan dalam program ESA terdiri dari lebih dari 1.000 karyawan yang
memenuhi persyaratan kepersertaan yakni adalah sebagai berikut:
a. Karyawan yang tercatat pada daftar kepegawaian Perseroan dan semua Entitas Anak dan yang
berada pada jenjang jabatan (job grading) dari level 8 hingga 17; dalam hal ini adalah posisi
Karyawan Bulanan Tetap (KBT) hingga posisi manajer senior.
b. Pada tanggal 1 April 2013, karyawan yang bersangkutan telah menjadi karyawan Perseroan dan
telah lolos masa percobaan.
Apabila jumlah saham yang telah dialokasikan dalam program ESA tidak terbagi habis, maka sisanya
akan ditawarkan kembali kepada masyarakat.
Ketentuan pelaksanaan program ESA adalah sebagai berikut:
a. Program ESA ini merupakan pemberian dari Perseroan kepada karyawan dan karyawan memiliki
hak untuk berpartisipasi maupun tidak atas Program ESA ini .
b. Karyawan yang menduduki posisi sebagai General Manager dengan jenjang jabatan 18 ke atas
dan Direksi tidak dapat berpartisipasi dalam program ESA karena mereka akan diikutsertakan
dalam program MSOP.
c. ESA akan diberikan dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon harga sebesar 20% (dua puluh
persen) dari harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana Saham.
d. Perseroan akan memberikan pinjaman tanpa bunga untuk pembayaran harga saham ESA.
Peserta wajib melunasi pinjaman tersebut dengan menggunakan insentif tahunan yang akan
diterima peserta ESA untuk selambat-lambatnya 4 (empat) tahun sejak tanggal pencatatan saham
Perseroan di Bursa Efek Indonesia.
3
e. Karyawan yang mengundurkan diri sebelum pelunasan pinjaman wajib melunasi utangnya kepada
Perseroan. Karyawan tersebut dapat menjual saham yang dimiliki pada saat pengunduran diri dan
melunasi utangnya dengan hasil penjualan saham tersebut.
f. Apabila terdapat sisa alokasi saham yang disebabkan saham tidak dibeli oleh peserta, maka
kelebihan saham yang tidak dibeli oleh karyawan akan dijual ke masyarakat.
g. Saham ESA akan dikenakan lock-up sekurang-kurangnya selama 12 bulan sejak tanggal
pendistribusiannya dan/atau sampai dengan seluruh pinjaman telah dilunasi.
h. Biaya Program ESA antara lain berupa nilai discount sebesar 20% dari harga penawaran umum,
serta biaya lain terkait dengan pelaksanaan Program ESA ini, akan dikeluarkan Perseroan sebagai
biaya karyawan dan akan bersumber dari dana kas Perseroan.
Tata cara pembagian penjatahan saham.
a. Dasar alokasi penjatahan saham diskon kepada masing-masing karyawan meliputi:
1. Posisi dan jenjang jabatan karyawan yang bersangkutan.
2. Lama masa bakti karyawan yang bersangkutan.
3. Prestasi/kinerja karyawan yang bersangkutan.
4. Kontribusi karyawan yang bersangkutan dalam proses Penawaran Umum Perdana Saham
Perseroan (sesuai diskresi Direksi).
b. Peserta yang berminat ikut dalam Program Saham ESA agar melaksanakan ketentuan sebagai
berikut:
- Mentaati ketentuan peraturan kepemilikan saham ESA yang ditetapkan Perseroan dan
peraturan pasar modal Indonesia.
- Melakukan pendaftaran sebagai peminat saham ESA melalui bagian SDM Perseroan atau
Entitas Anak di tempat karyawan peserta bekerja.
Aspek perpajakan program ESA.
Untuk program ESA, peserta program ESA akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan tarif yang
berlaku dan wajib dibayarkan pada saat peserta program ESA menerima saham.
Pada saat peserta program ESA melakukan transaksi penjualan saham melalui bursa efek atau di luar
bursa efek maka pajak penghasilan akan dibebankan kepada masing-masing peserta program ESA.
Atas pelaksanaan penjualan tersebut, berlaku ketentuan perpajakan sebagai berikut :
a) Untuk pelaksanaan penjualan melalui bursa efek akan dikenakan pajak yang bersifat final yang
sebesar 0,1% dari nilai transaksi.
b) Untuk pelaksanaan penjualan saham di luar bursa efek akan dikenakan pajak yang diperhitungkan
dari capital gain yang diterima oleh peserta program ESA dan akan dikenakan pajak progresif
sesuai dengan tarif yang berlaku.
Seluruh peserta Program ESA mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan
Saham biasa atas nama lainnya dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk
antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS, hak atas
pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
4
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dan pelaksanaan program ESA dalam
Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan
sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Saham
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
(%)
12.000.000.000 1.200.000.000.000
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham dan
program ESA
Jumlah Saham
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
(%)
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
40,31394
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,68724
-
Sjakon George Tahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,68439
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
330.016.500
33.001.650.000
9,90045
3.333.500
333.350.000
0,10000
-Masyarakat
-
Karyawan melalui program ESA
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.333.350.000
333.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.666.650.000
866.665.000.000
B. Program Pemberian Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen (Management Stock Option
Plan/MSOP)
Hak opsi dalam program MSOP dapat digunakan untuk membeli saham baru Perseroan sebanyakbanyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham biasa atas nama yang akan diterbitkan dari
portepel atau sebesar 1,5% (satu koma lima persen) saham ditempatkan dan disetor penuh dalam
Perseroan setelah pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham.
Karyawan yang dapat berpartisipasi dalam program MSOP adalah karyawan dengan posisi General
Manager (jenjang jabatan 18 ke atas) serta Direksi Perseroan dan Entitas Anak yang tercatat pada 14
hari sebelum penerbitan hak opsi.
Periode Penerbitan Hak Opsi
Hak opsi dalam program MSOP akan diterbitkan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu:
Tahap I
Sejumlah 40% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini,
atau sebanyak-banyaknya sejumlah 20.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada
tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia.
Tahap II
Sejumlah 30% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini,
atau sebanyak-banyaknya sejumlah 15.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada
tanggal ulang tahun pertama pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia.
Tahap III
Sejumlah 30% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini,
atau sebanyak-banyaknya sejumlah 15.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada
tanggal ulang tahun kedua pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia.
Umur Opsi (Option Life)
Setiap 1 (satu) Hak opsi yang didistribusikan dapat digunakan untuk membeli 1 (satu) saham baru
Perseroan selama Umur Opsi (Option life) yakni 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal pendistribusiannya
5
Masa Tunggu Hak Opsi (Vesting Period)
Selama Umur Opsi, Hak opsi yang telah didistribusikan dapat digunakan untuk membeli saham baru
selama dengan ketentuan hak opsi tersebut akan dikenakan vesting period selama 1 (satu) tahun sejak
tanggal pendistribusiannya, dengan demikian dalam vesting period peserta belum dapat menggunakan
hak opsinya untuk membeli saham Perseroan. Hak opsi tidak dapat dilaksanakan pada saat manajemen
sedang berada dalam periode black-out guna menghindari adanya insider trading serta menuju tata
kelola perusahaan yang baik.
Periode Pelaksanaan
Periode Pelaksanaan akan ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pencatatan No. I-A lampiran
Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-305/BEJ/07-2004 tanggal 19 Juli 2004 yakni sebanyakbanyaknya 2 (dua) periode pelaksanaan setiap tahun dengan ketentuan setiap periode pelaksanaan
akan dibuka selama 30 (tiga puluh) hari Bursa. Program MSOP ini akan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Harga Pelaksanaan Program MSOP
Harga Pelaksanaan hak opsi akan ditetapkan berdasarkan Butir V.2.2 Peraturan Pencatatan No. I-A
Lampiran Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-305/BEJ/07-2004 tanggal 19 Juli 2004, yakni
sekurang-kurangnya 90% rata-rata harga penutupan perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek
Indonesia sebelum tanggal pemberitahuan Perseroan kepada Bursa Efek Indonesia tentang pembukaan
Periode Pelaksanaan (window exercise) atas hak opsi dalam program MSOP.
Aspek Perpajakan dalam Program MSOP
Dalam program MSOP, Perseroan menerbitkan hak opsi kepada para peserta, dimana Peserta dapat
mengunakan hak opsi tersebut untuk membeli saham pada periode pelaksanaan yang akan dibuka
sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Dalam hal ini, tidak terdapat aspek perpajakan bagi
Perseroan maupun peserta program MSOP yang menerima hak opsi. Apabila setelah periode lock-up
peserta program MSOP mengunakan hak opsinya untuk membeli saham dengan membayar harga
pelaksanaan dan yang bersangkutan melaksanakan transaksi penjualan saham hasil pelaksanaan hak
opsi, maka atas pelaksanaan penjualan saham hasil pelaksanaan hak opsi tersebut berlaku ketentuan
perpajakan sebagai berikut :
a) Untuk pelaksanaan penjualan melalui bursa efek akan dikenakan pajak yang bersifat final yang
besarnya 0,1% dari nilai transaksi.
b) Untuk pelaksanaan penjualan saham di luar bursa efek akan dikenakan pajak yang diperhitungkan
dari capital gain yang diterima oleh Perserta dan akan dikenakan pajak progresif sesuai dengan
tarif yang berlaku.
6
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan, pelaksanaan program ESA dan MSOP
dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham
Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai
berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama
Dengan Nilai Nominal Rp100,- (Seratus Rupiah) Setiap Saham
Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham
Keterangan
Modal Dasar
Jumlah Saham
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
(%)
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham,
program ESA dan program MSOP
Jumlah Saham
Jumlah Nilai
Nominal
(Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000
(%)
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
-
PT Memimpin Dengan Nurani
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
39,71817
-
PT Austindo Kencana Jaya
1.343.804.685
134.380.468.500
44,79349
1.343.804.685
134.380.468.500
39,71817
-
George Santosa Tahija
156.242.000
15.624.200.000
5,20807
156.242.000
15.624.200.000
4,61797
-
Sjakon George Tahija
156.147.130
15.614.713.000
5,20490
156.147.130
15.614.713.000
4,61516
-
Yayasan Tahija
1.500
150.000
0,00005
1.500
150.000
0,00004
330.016.500
33.001.650.000
9,75413
3.333.500
333.350.000
0,09853
50.000.000
5.000.000.000
1,47783
-Masyarakat
-
Karyawan melalui program ESA
-
Program MSOP
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
3.000.000.000
300.000.000.000 100,00000
3.383.350.000
338.335.000.000 100,00000
Saham dalam Portepel
9.000.000.000
900.000.000.000
8.616.650.000
861.665.000.000
7
II. RENCANA PENGGUNAAN DANA
Perseroan merencanakan untuk menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham
setelah dikurangi biaya-biaya emisi untuk:
•
Sekitar 60,4%, sejumlah USD21,4 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp207,8 miliar (1), akan
digunakan untuk membiayai belanja modal Entitas Anak yang berkaitan dengan:
(i) kegiatan penanaman perkebunan kelapa sawit pada tahun 2013-2014 serta pembangunan
PKS di perkebunan Kalimantan Barat yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat pada tahun
2013-2015; dan/atau
(ii) pembayaran kegiatan pembebasan lahan dan pengurusan perolehan sertifikat Hak Guna
Usaha, pembibitan, penanaman kelapa sawit, pembangunan infrastruktur dan fasilitas
pendukung perkebunan di lahan Empat Lawang, Sumatera Selatan dan Maybrat dan Sorong
Selatan, Papua Barat selama tahun 2013-2015.
Segmen kelapa sawit ini mendapatkan alokasi terbesar dari penerimaan hasil Penawaran Umum
Perdana Saham karena segmen ini merupakan kegiatan utama Perseroan dan Entitas Anak yang
akan terus dikembangkan mengingat potensi pasar yang baik dan permintaan pasar yang besar.
Hingga saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan belum menetapkan pihak-pihak yang akan terkait
dengan pelaksanaan pembelanjaan modal di atas. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran
Umum Perdana Saham, Perseroan juga akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/
atau sumber pembiayaan lainnya untuk kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini.
•
Sekitar 8,5%, sejumlah USD3 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp29,2 miliar (1), akan digunakan
untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung kegiatan usaha sagu, yang mencakup
antara lain adalah:
(i) penyelesaian pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu dengan kapasitas 3.000 ton/
bulan di Saga pada tahun 2013-2014; dan/atau
(ii) pembangunan kanal, jalan dan infrastruktur transportasi lainnya di daerah konsesi milik Entitas
Anak yaitu PT ANJ Agri Papua selama tahun 2013-2015; dan/atau
(iii) pembangunan dermaga, instalasi generator listrik, kantor, perumahan karyawan, sekolah dan
fasilitas-fasilitas lainnya untuk karyawan di kawasan Tanjung Seget pada tahun 2013-2015;
dan/atau
(iv) pembangunan pabrik tepung basah (wet starch) dan ekspansi lini produksi pabrik pengolahan
tepung sagu menjadi 5.000 ton/bulan di distrik Metamani pada tahun 2014-2015.
Pengalokasian hasil Penawaran Umum Perdana Saham pada segmen ini sejalan dengan rencana
Perseroan untuk melakukan diversifikasi jenis usaha baru dalam bidang pangan, yakni sagu
karena Perseroan menilai sagu memiliki prospek usaha yang baik bagi Perseroan. Perseroan
melalui Entitas Anak terkait, yaitu PT ANJ Agri Papua menggunakan jasa PT Duta Prima untuk
jasa pembangunan infrastruktur. Pada tanggal diterbitkannya Prospektus ini, Perseroan maupun
Entitas Anak terkait, yaitu PT ANJ Agri Papua tidak memiliki hubungan afiliasi dengan PT Duta
Prima. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan juga
akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/atau sumber pembiayaan lainnya untuk
kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini.
•
Sekitar 2,8%, sejumlah USD1 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp9,7 miliar (1), akan digunakan
untuk:
(i) menyelesaikan instalasi generator listrik biogas yang terletak di Pulau Belitung dengan
kapasitas 1,2MW yang diharapkan mulai beroperasi pada kuartal ketiga tahun 2013; dan/atau
(ii) untuk membangun proyek pembangkit listrik biogas yang serupa di Perkebunan Sumatera
Utara I dengan perkiraan kapasitas 1,2MW pada tahun 2013-2015.
8
Pengalokasian hasil Penawaran Umum Perdana Saham pada segmen ini sejalan dengan rencana
Perseroan untuk mengembangkan jenis usaha baru melalui Entitas Anaknya yaitu PT Austindo Aufwind
New Energy, guna melengkapi kegiatan usaha utama Perseroan di bidang perkebunan dan pengolahan
kelapa sawit, di mana limbah pengolahan kelapa sawit yang berbentuk gas metana dapat digunakan
oleh PT Austindo Aufwind New Energy sebagai bahan baku biogas penghasil tenaga listrik. Peralatan
pembangkit listrik biogas ini menggunakan teknologi Jerman yang dipasok oleh MWM GmbH, Biogas
Clean A/S, dan Hofstetter Umwelttechnik AG. Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan maupun
Entitas Anak terkait, yaitu PT Austindo Aufwind New Energy tidak memiliki hubungan terafiliasi dengan
para pemasok tersebut. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham,
Perseroan juga akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/atau sumber pembiayaan
lainnya untuk kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini.
•
Sekitar 28,3%, sejumlah USD10 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp97,3 miliar (1), akan digunakan
untuk pembayaran cicilan pokok utang Perseroan atas fasilitas pinjaman dari J.P. Morgan
International Bank Limited Brussels Branch.
1. Riwayat Utang
Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank sebesar
USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) dan pada tanggal 7 Januari 2013,
Perseroan telah mencairkan fasilitas tersebut sejumlah USD35.000.000 (tiga puluh lima juta
dolar Amerika Serikat).
2. Tingkat Bunga
Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank.
3. Jangka waktu dan jatuh tempo
Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan
dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode
pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya.
4.Jaminan
Perseroan tidak memberikan jaminan apapun untuk fasilitas pinjaman ini.
5. Tujuan penggunaan pinjaman
a. sebagai tambahan modal kerja;
b. sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM dan PMP yang memiliki lahan untuk
perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham PPM dan PMP telah diselesaikan pada
tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya akta jual beli dengan para penjualnya,
yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka Agro Sejahtera (“PAS”) untuk PMP
dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk PPM. Pada saat penandatanganan
akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation Pte. Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd.
maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari Perseroan maupun ANJA.
6. Nominal pinjaman
Nominal pinjaman adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat)
dan tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman pada saat
Prospektus ini diterbitkan berjumlah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar
Amerika Serikat).
7.Dividen
Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen.
8. Pembayaran Dipercepat
Tidak terdapat syarat untuk pembayaran yang dipercepat.
9
9. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan
Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan.
10. Jumlah utang yang akan dibayar
Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil
Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat), sedangkan sisanya berasal dari dana operasional Perseroan.
Catatan: (1) Perseroan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 24 April 2013 yaitu Rp9.727 untuk setiap dolar
Amerika Serikat dalam perhitungan nilai ekuivalen Rupiah rencana penggunaan dana.
Belanja modal akan dilakukan oleh Entitas Anak di mana Perseroan akan melakukannya melalui
penyertaan modal saham dan/atau pinjaman kepada Entitas Anak. Dalam hal Perseroan memberikan
pinjaman kepada Entitas Anak, pinjaman tersebut dapat dikonversikan menjadi penyertaan modal
saham dan/atau dikembalikan. Pengembalian pinjaman akan bersumber dari pendapatan masingmasing Entitas Anak. Diperkirakan masa pengembalian pinjaman tersebut adalah paling lama
10 tahun, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku umum. Dana yang diterima oleh Perseroan dari
pengembalian pinjaman tersebut selanjutnya akan dipergunakan kembali sebagai pembelanjaan modal.
Perseroan akan mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum
Perdana Saham ini secara periodik kepada Pemegang Saham dalam RUPS dan melaporkan kepada
OJK sesuai dengan Peraturan No. X.K.4 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-27/PM/2003
tanggal 17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.
Apabila di kemudian hari Perseroan bermaksud mengubah rencana penggunaan dananya maka
Perseroan terlebih dahulu akan meminta persetujuan RUPS dan akan melaporkannya ke OJK sesuai
dengan Peraturan No. X.K.4 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-27/PM/2003 tanggal
17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.
Apabila penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini maupun penggunaan dana
yang diperoleh dari sumber pembiayan lain yang terkait dengan kegiatan belanja modal tersebut di
atas memenuhi ketentuan kriteria Transaksi Afiliasi dan/atau Transaksi yang mengandung Benturan
Kepentingan serta Transaksi Material dan/atau Perubahan Kegiatan Usaha Utama, maka Perseroan
akan mengikuti Peraturan Bapepam-LK No.IX.E.1 dan/atau Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2.
Sesuai dengan Surat Edaran yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK No. SE-05/BL/2006 tanggal
29 September 2006 tentang Keterbukaan Informasi Mengenai Biaya yang Dikeluarkan Dalam Rangka
Penawaran Umum Saham maka total perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh Perseroan adalah sebesar
14% (empat belas persen) dari nilai emisi Saham yang meliputi:
• Biaya jasa untuk Penjamin Emisi Efek yang terdiri biaya jasa penyelenggaraan (praecipium fee)
sebesar 0,23% (nol koma dua tiga persen), biaya jasa penjaminan (underwriting fee) sebesar
0,575% (nol koma lima tujuh lima persen), dan biaya jasa penjualan (selling fee) sebesar 0,115%
(nol satu satu lima persen).
• Biaya Profesi Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari: biaya jasa Akuntan Publik sekitar 0,57%
(nol koma lima tujuh persen), Konsultan Hukum sekitar 0,38% (nol koma tiga delapan persen), dan
Notaris sekitar 0,06% (nol koma nol enam persen).
• Biaya Lembaga Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari: biaya jasa KSEI dan pencatatan BEI
sekitar 0,01% (nol koma nol satu persen) serta Biro Administrasi Efek sekitar 0,04% (nol koma nol
empat persen).
• Biaya jasa konsultasi keuangan sekitar 5,45% (lima koma empat lima persen).
• Biaya lain-lain (penyelenggaraan Public Expose dan Due Diligence, roadshow, percetakan
Prospektus, sertifikat serta formulir, iklan surat kabar, dan lain-lainnya) sekitar 6,57% (enam koma
lima tujuh persen).
Apabila dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham belum dipergunakan seluruhnya, maka
penempatan sementara dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham tersebut harus dilakukan
Perseroan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian atas kredibilitas penerima dana, dan likuiditas
dan tingkat imbal hasil atau keuntungan finansial yang wajar bagi Perseroan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
III. PERNYATAAN UTANG
Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan mempunyai jumlah liabilitas sebesar USD71,7 juta, yang
terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD55,9 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar USD15,8
juta. Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada
tanggal 31 Desember 2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen,
dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI,
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK
10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012.
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
Keterangan
Liabilitas Jangka Pendek
Utang bank jangka pendek
Utang usaha
Utang pajak
Utang lain-lain
Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Biaya masih harus dibayar
Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
1.500
4.580
26.534
9.646
1.340
8.167
2.341
1.773
55.881
Liabilitas Jangka Panjang
Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang lain-lain jangka panjang
Provisi konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
Jumlah Liabilitas
427
2.010
1.007
294
2.967
9.112
15.818
71.699
1. Liabilitas Jangka Pendek.
a. Utang Bank Jangka Pendek.
Saldo pinjaman bank jangka pendek Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar
USD1,5 juta, dapat diperinci pinjaman bank jangka pendek Perseroan sebagai berikut:
Keterangan
Credit Suisse Cabang Singapura
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
1.500
Credit Suisse Cabang Singapura
GMIT (entitas anak) memiliki fasilitas kredit commercial line sebesar USD3.000.000 dari Credit Suisse
Cabang Singapura, dengan tingkat bunga 0,5% di atas tingkat suku bunga pendanaan. Pada tanggal
31 Desember 2012, saldo pinjaman adalah sebesar USD1.500.000, dengan jangka waktu 3 bulan.
Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka milik Perseroan. Pada tanggal 17 Januari 2013,
pinjaman bank tersebut telah dilunasi sebesar USD1.000.000.
11
b. Utang Usaha.
Saldo utang usaha Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar USD4,6 juta
dapat diperinci berdasarkan jenis segmen usaha sebagai berikut:
Keterangan
Pihak Ketiga
Tanaman Kelapa Sawit
Pembangkit Listrik
Sagu
Tembakau
Jumlah
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
3.743
834
2
2
4.580
c. Utang Pajak
Saldo utang pajak yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD26,5
juta dapat diperinci sebagai berikut :
Keterangan
Pajak Penghasilan – Perseroan
Pajak Penghasilan – Entitas Anak
Pajak Penghasilan
Pasal 21
Pasal 25
Pasal 4 ayat 2
Pasal 23/26
Pasal 22
Pasal 15
Jumlah
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
17.795
2.982
3.207
2.152
345
29
23
0
26.534
d. Utang lain-lain
Saldo utang lain-lain Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD9,6 juta dapat
diperinci sebagai berikut:
Keterangan
Utang pihak ketiga
Uang muka dari pelanggan
Klaim atas pengembalian pajak
Lain-lain
Jumlah
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
3.697
4.384
1.350
215
9.646
e. Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Pada tahun 2012, pendapatan ditangguhkan merupakan selisih antara hasil penjualan dan nilai buku
aset dalam transaksi jual dan sewa balik oleh SMM sebesar USD3,3 juta yang disajikan sebagai bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar USD1,3 juta dan bagian jangka panjang sebesar USD2
juta.
12
f.
Biaya masih harus dibayar
Saldo biaya yang masih harus dibayar Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar
USD8,2 juta dapat diperinci sebagai berikut :
Keterangan
Gaji, bonus dan tunjangan
Jasa profesional
Lain-lain
Jumlah
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
5.305
57
2.806
8.167
g. Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun
Saldo pinjaman bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012
adalah sebesar USD2,3 juta dengan rincian sebagai berikut :
Keterangan
PT Bank Central Asia Tbk
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
2.341
Pada tanggal 29 Januari 2010, GMIT (entitas anak) memperoleh fasilitas kredit dari Bank BCA yang
terdiri dari:
- Fasilitas kredit lokal sebesar Rp 2 miliar, dengan tingkat bunga 10,75% per tahun.
- Fasilitas pinjaman berjangka revolving sebesar Rp 20 miliar, dengan tingkat suku bunga 10,50%
per tahun.
- Fasilitas pinjaman berjangka incidental sebesar Rp 3 miliar dengan tingkat suku bunga10,50% per
tahun.
Pada tanggal 28 Oktober 2012, GMIT memperoleh tambahan fasilitas pinjaman berjangka revolving
menjadi sebesar Rp 23 miliar.
Fasilitas kredit yang diperoleh dari BCA dijamin dengan persediaan GMIT (tembakau Besuki N.O.)
sejumlah Rp 15 miliar dan semua tanah dan bangunan GMIT. Pada tanggal 29 Januari 2012, fasilitas
kredit tersebut diperpanjang sampai tanggal 29 Januari 2013 dan diperpanjang kembali sampai tanggal
29 Januari 2014.
Perjanjian pinjaman juga mencakup persyaratan tertentu, antara lain membatasi hak GMIT untuk
memperoleh pinjaman/kredit baru dari pihak lain dan/atau mengikatkan diri sebagai penjamin,
meminjamkan uang kecuali dalam rangka menjalankan usaha, melakukan peleburan, penggabungan,
likuidasi serta mengubah status kelembagaan.
h. Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Saldo utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Perseroan pada tanggal 31 Desember
2012 sebesar USD1,8 juta dapat diperinci sebagai berikut :
Keterangan
Pembayaran yang jatuh tempo tahun :
2013
2014
2015
Jumlah pembayaran minimum sewa
Bunga
Nilai kini pembayaran minimum sewa
Utang sewa pembiayaan jangka pendek
Utang sewa pembiayaan jangka panjang - bersih
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
1.839
307
153
2.299
(99)
2.200
(1.773)
427
13
SMM (entitas anak) mengadakan perjanjian jual dan sewa balik atas bangunan, mesin dan peralatan
dengan PT Mitra Pinasthika Mustika Finance pada tanggal 7 Desember 2012. Berdasarkan evaluasi
terhadap persyaratan dan kondisi dalam perjanjian ini, SMM menentukan bahwa transaksi sewa ini
memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Hasil penjualan sebesar USD4 juta yang merupakan nilai wajar
aset telah diterima pada tanggal 7 Desember 2012. Selisih antara hasil penjualan dan nilai buku aset
sebesar USD3,3 juta dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan.
Ringkasan persyaratan dan ketentuan transaksi jual dan sewa balik diatas adalah sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
Pembiayaan bersih
Suku bunga
Jangka waktu
Cicilan
Beban provisi
Asuransi
:
:
:
:
:
:
USD2,2 juta
9,5% per tahun, suku bunga mengambang (setiap 6 bulan) di akhir
30 bulan
USD1,6 juta (pembayaran 1), USD25 ribu (bulan 2 - 30)
USD 11 ribu (0,5% dari pembayaran bersih)
Ditanggung penyewa
2. Liabilitas Jangka Panjang
a. Utang lain-lain jangka panjang
Saldo utang lain-lain jangka panjang Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD1,0 juta.
Perseroan membeli 22.825.100 saham atau 35,09% kepemilikan PMN (entitas anak) dari pemegang
saham lainnya yang dilakukan selama bulan Agustus – September 2012. Terdapat kewajiban kontinjensi
maksimum sebesar Rp 9,479 miliar (setara dengan USD1.006.781) yang akan dibayar dalam tahun
2014-2015, dalam hal Perseroan tidak menerima klaim dari pembeli saham AI (entitas anak), yang telah
menerima jaminan dari Perseroan untuk hak pemenuhan klaim tersebut.
b. Provisi perjanjian konsesi jasa
Saldo provisi perjanjian konsesi jasa Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD294 ribu.
Kontrak Operasi Bersama (KOB) dan Perjanjian Jual Beli Listrik DGI memiliki semua ciri konsesi jasa dan
infrastruktur yang timbul dari perjanjian-perjanjian yang dikendalikan oleh pemberi konsesi, oleh karena
itu manajemen berpendapat bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan perjanjian konsesi jasa.
DGI menerapkan ISAK 16 secara prospektif pada awal periode sajian paling awal karena tidak praktis
bagi DGI untuk menerapkan Interpretasi ini secara retrospektif sebagai mana diizinkan oleh Interpretasi
ini. Penerapan retrospektif tidak praktis karena aktivitas eksplorasi dan konstruksi dari Fasilitas
Lapangan dan Fasilitas Pembangkit Listrik dilakukan sebelum tahun 2000 untuk Pembangkit Tenaga
Listrik Darajat Unit II dan III sehingga pencatatan mengenai aktivitas konstruksi yang diperlukan untuk
melakukan penyesuaian secara retrospektif tidak disimpan/tersedia untuk memungkinkan estimasi
andal atas marjin konstruksi. Provisi atas kewajiban kontraktual dicatat secara restropektif.
Provisi Perjanjian Konsesi Jasa merupakan nilai masa kini dari kewajiban kontraktual minimum berkaitan
dengan KOB.
Mutasi provisi yang diakui dalam laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut:
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
490
(204)
8
294
Keterangan
Saldo awal
Pembentukan provisi
Realisasi selama periode berjalan
Kenaikan provisi yang disebabkan oleh berlalunya waktu
Saldo akhir
Dikurangi:
Bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Bagian tidak lancar
294
14
Penghitungan nilai kini provisi untuk tahun berakhir 31 Desember 2012 menggunakan tingkat diskonto
1,69%.
c. Liabilitas pajak tangguhan
Saldo liabilitas pajak tangguhan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD3,0
juta dengan rincian sebagai berikut :
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
Keterangan
Entitas anak :
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Surya Makmur
PT Aceh Timur Indonesia
Jumlah
984
1.127
856
2.967
d. Kewajiban imbalan pasca kerja
Kewajiban imbalan pasca kerja Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar
USD9,1 juta dapat diperinci sebagai berikut:
Keterangan
Nilai kini kewajiban jasa lalu
Biaya jasa lalu
Kewajiban bersih
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
9.195
(83)
9.112
Mutasi liabilitas bersih yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut:
Keterangan
Saldo awal tahun
Beban tahun berjalan
Pembayaran manfaat
Rugi aktuarial dicatat dalam pendapatan komprehensif lainnya
Kelebihan pembayaran periode berjalan
Tunjangan cuti
Penyesuaian kurs penjabaran
Saldo akhir tahun
(dalam USD ribu)
31 Desember
2012
9.334
10.340
(296)
605
(10.178)
2
(694)
9.112
Biaya imbalan pasca kerja ini dihitung setiap tahun oleh aktuaris independen, PT Dayamandiri
Dharmakonsilindo dalam laporan masing-masing tertanggal 23 Januari 2013, 14 Pebruari 2012 dan 7
Januari 2011 untuk 31 Desember 2012, 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010. Penilaian aktuarial
dilakukan menggunakan asumsi utama sebagai berikut:
31 Desember
2012
CSO-1980 dan Tabel Mortalitas Indonesia 1999
56-60 tahun
8,00% - 15,00%
6,30% - 8,90%
Keterangan
Tingkat kematian
Umur pensiun normal
Tingkat kenaikan gaji per tahun
Tingkat diskonto per tahun
15
3. Komitmen dan Kontinjensi
a. Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan dan ANJA (Entitas Anak) memperoleh fasilitas kredit
sebesar masing-masing sebesar USD35 juta dan USD10 juta dari J.P. Morgan International Bank
Limited Cabang Brussels, dengan bunga 0,25% di atas biaya pendanaan. Jangka waktu pinjaman
adalah 3 bulan setelah penarikan pertama, dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan dari kedua
belah pihak. Fasilitas ini dijaminkan dengan deposito berjangka pemegang saham, PT Memimpin
Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya di bank yang sama. Sampai dengan tanggal 31
Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan.
Adapun rincian utang tersebut adalah sebagai berikut:
- PT Austindo Nusantara Jaya
1. Nama Pihak
a. Perseroan sebagai Peminjam;
b. J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sebagai Pemberi Pinjaman
(“Bank”).
2. Riwayat Utang
Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank
sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat).
3. Tingkat Bunga
Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank.
4. Jangka waktu dan jatuh tempo
Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan
dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode
pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya.
5.Jaminan
Perseroan tidak memberikan jaminan apapun untuk fasilitas pinjaman ini.
6. Tujuan penggunaan pinjaman
a. sebagai tambahan modal kerja;
b. sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM dan PMP yang memiliki lahan
untuk perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham PPM dan PMP telah
diselesaikan pada tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya akta jual beli
dengan para penjualnya, yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka Agro
Sejahtera (“PAS”) untuk PMP dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk PPM.
Pada saat penandatanganan akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation Pte.
Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd. maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari
Perseroan maupun ANJA.
7. Nominal pinjaman
Nominal pinjaman adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika
Serikat) dan tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman
pada saat Prospektus ini diterbitkan berjumlah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima
juta dolar Amerika Serikat).
8.Dividen
Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen.
9. Pembayaran Dipercepat
Tidak terdapat syarat untuk pembayaran yang dipercepat.
10. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan
Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan.
11. Jumlah utang yang akan dilunasi
Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil
Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta
dolar Amerika Serikat).
16
-
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
1. Nama Pihak
a. PT Austindo Nusantara Jaya Agri sebagai Peminjam;
b. J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sebagai Pemberi Pinjaman
(“Bank”).
2. Riwayat Utang
Pada tanggal 29 November 2012, PT Austindo Nusantara Jaya Agri memperoleh fasilitas
pinjaman dari Bank sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat).
3. Tingkat Bunga
Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank.
4. Jangka waktu dan jatuh tempo
Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan
dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode
pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya.
5.Jaminan
PT Austindo Nusantara Jaya Agri atau Perseroan tidak memberikan jaminan apapun
untuk fasilitas pinjaman ini.
6. Tujuan penggunaan pinjaman adalah sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM
dan PMP yang memiliki lahan untuk perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham
PPM dan PMP telah diselesaikan pada tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya
akta jual beli dengan para penjualnya, yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka
Agro Sejahtera (“PAS”) untuk PMP dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk
PPM. Pada saat penandatanganan akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation
Pte. Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd. maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari
ANJA maupun Perseroan.
7. Nominal pinjaman
Nominal pinjaman sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan
tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman pada saat
Prospektus ini diterbitkan berjumlah USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat).
8.Dividen
Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen.
9. Pembayaran Dipercepat
Tidak terdapat persyaratan untuk pembayaran yang dipercepat.
10. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan
Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan ANJA atau dengan Perseroan.
11. Jumlah utang yang akan dilunasi
Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil
Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat).
b. Pada tanggal 17 Juli 2006, Perseroan memperoleh fasilitas kredit sebesar USD10 juta dari Credit
Suisse Bank. Bunga fasilitas kredit rekening koran tersebut sebesar 0,5% per tahun diatas tingkat
suku bunga rekening koran atau biaya pendanaan, mana yang lebih tinggi. Sampai dengan tanggal
31 Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan.
17
c. Pada tanggal 28 Agustus 2012, GMIT (entitas anak) menerima pembayaran uang muka dari
Scandinavian Tobacco Group (STG) sejumlah EUR120.877 untuk pembelian sejumlah tembakau
Besuki N.O.. Pengiriman tembakau akan dilakukan sesuai dengan instruksi dari STG. Sampai
dengan tanggal 31 Desember 2012, pengiriman belum dilakukan dan seluruh uang muka tersebut
dicatat dalam utang lain-lain.
d. Sepanjang tahun 2012, GMIT (entitas anak) menerima pembayaran uang muka dari Neos
Sigarefabriek N.V. (Neos) sejumlah EUR1.544.816 untuk pembelian sejumlah tembakau Besuki
N.O. Pengiriman tembakau akan dilakukan sesuai dengan instruksi dari Neos. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2012, GMIT telah mengirimkan sebagian tembakau yang dipesan senilai
EUR711.563, sehingga jumlah uang muka tersisa sejumlah EUR833.253, dicatat sebagai utang
lain-lain.
4. Penggunaan Fasilitas Kredit Setelah Tanggal Pelaporan Keuangan
a. Pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah mencairkan fasilitas pada J.P. Morgan International
Bank Limited Brussels Branch sejumlah USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat).
b. Pada tanggal 2 Januari 2013, PT Austindo Nusantara Jaya Agri telah mencairkan fasilitas pada J.P.
Morgan International Bank Limited Brussels Branch sejumlah USD10.000.000 (sepuluh juta dolar
Amerika Serikat).
SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012 TELAH DIUNGKAPKAN
DALAM PROSPEKTUS INI. PADA TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TELAH
MELUNASI SELURUH LIABILITAS YANG TELAH JATUH TEMPO. TIDAK ADA LIABILITAS YANG TELAH
JATUH TEMPO YANG BELUM DILUNASI OLEH PERSEROAN.
DARI TANGGAL 31 DESEMBER 2012 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
ATAS LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN TANGGAL 31 DESEMBER 2012, DAN DARI TANGGAL
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TERSEBUT SAMPAI DENGAN TANGGAL EFEKTIF PERNYATAAN
PENDAFTARAN INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS DAN IKATAN-IKATAN BARU SELAIN
LIABILITAS-LIABILITAS YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA
LIABILITAS-LIABILITAS YANG TELAH DINYATAKAN DI ATAS DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN
DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN PROSPEKTUS INI DAN TIDAK MEMILIKI PINJAMAN YANG DIBUAT
OLEH PERSEROAN DAN/ATAU ANAK PERUSAHAAN, YANG DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN PIHAK
BERELASI.
MANAJEMEN DALAM HAL INI BERTINDAK UNTUK DAN ATAS NAMA PERSEROAN SERTA SEHUBUNGAN
DENGAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWABNYA DALAM PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN
KESANGGUPANNYA UNTUK MEMENUHI PADA SAAT JATUH TEMPO SELURUH LIABILITAS YANG
TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN SERTA DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS INI.
ATAS MASING-MASING KEWAJIBAN TERSEBUT DI ATAS TIDAK TERDAPAT NEGATIVE COVENANTS
YANG MERUGIKAN KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM.
SAMPAI SAAT PENERBITAN PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI PEMBATASAN UTANG
YANG PENTING SEPERTI PEMBATASAN PEMBAGIAN DIVIDEN, PEMBATASAN PEROLEHAN UTANG
BARU DAN PEMBATASAN RASIO KEUANGAN.
SAMPAI SAAT PENERBITAN PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI PELANGGARAN ATAS
PERSYARATAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DILAKUKAN OLEH PERSEROAN ATAU ENTITAS
ANAK YANG BERDAMPAK MATERIAL TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA PERSEROAN.
18
IV. IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting Perseroan yang berasal dari dan/atau dihitung
berdasarkan laporan keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011,
2010, 2009 dan 2008.
Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31
December 2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan
ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI,
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK
10 revisi dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012.
Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2009 dan 2008, yang tidak disajikan kembali dan tidak tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited),
auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum
dalam Prospektus ini.
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
Keterangan
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya
Deposito berjangka
Investasi pada efek yang diperdagangkan
pada nilai wajar
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah
dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan
piutang ragu-ragu
Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan
piutang ragu-ragu
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan
penurunan nilai persediaan
Aset derivatif
Biaya dibayar di muka dan uang muka
Aset dimiliki untuk dijual
Jumlah Aset Lancar
(dalam USD ribu)
2008*)
31 Desember
2009*)
2010
2011
2012
94.475
1.915
119.433
801
10.000
132.294
294
-
90.913
-
76.599
1.500
81.435
45.269
57.752
110.470
4.846
13.949
-
17.356
25
25.263
28
33
40
27.494
52.356
58.249
-
-
1.084
4.348
4.883
1.213
1.434
5.127
10.527
15.076
-
-
1.585
1.757
2.984
1.971
2.251
6.510
5.313
4.378
243.265
9.302
9.016
280.189
11.172
8.974
316.969
14.261
4.132
424.441
647.434
16.067
6.582
109.319
19
Keterangan
Aset Tidak Lancar
Piutang dari perjanjian konsesi jasa
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi
bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah
dikurangi
bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Piutang lain - lain jangka panjang
Deposito berjangka
Investasi pada entitas asosiasi
Investasi lain-lain
Properti investasi
Aset pajak tangguhan
Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi
akumulasi penyusutan
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan
Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah
dikurangi akumulasi amortisasi
Uang muka pembelian mesin
Goodwill
Klaim atas pengembalian pajak
Aset lain-lain
Jumlah Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
LIABILITAS DAN EKUITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang bank jangka pendek
Utang usaha
Utang jasa asuransi
Uang muka atas penjualan investasi entitas
anak
Utang pajak
Liabilitas derivatif
Utang lain-lain
Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Biaya masih harus dibayar
Utang bank yang jatuh tempo dalam satu
tahun
Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki
untuk dijual
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
(dalam USD ribu)
2008*)
31 Desember
2009*)
2010
2011
2012
-
6.422
6.389
6.351
6.305
14.991
11.127
23.654
-
-
24.528
14.899
63.254
-
-
320
5.304
18.655
1.612
3.078
372
6.221
18.657
6.898
4.571
804
9.515
30.789
6.898
5.288
13. 025
24.635
6.898
5.634
688
16.829
23.978
6.267
127.944
130.861
129.512
133.072
140.965
48.766
97.597
128.142
62.255
77.866
964
5.689
1.858
253.710
496.975
989
2.387
8.951
65
2.355
312.373
592.562
994
89
7.493
1.724
3.762
418.307
735.276
1.135
1.907
4.968
1.592
3.805
265.276
912.711
865
2.065
4.968
1.430
7.825
290.049
399.368
3.101
7.808
-
22.438
2.544
15.375
-
10.041
7.537
19.298
3.405
-
1.500
4.580
-
9.737
1.818
5.322
5.990
283
7.129
8.766
933
10.799
11.007
6.727
8.418
26.534
9.646
5.160
5.101
8.551
8.045
1.340
8.167
62.581
45.616
68.674
2.255
2.341
-
1.086
503
-
1.773
-
869
136
-
-
95.527
106.432
135.239
354.828
394.685
55.881
20
Keterangan
Liabilitas Jangka Panjang
Utang bank - setelah dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi
bagian yang jatuh tempo dalam satu
tahun
Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi
bagian yang jatuh tempo dalam satu
tahun
Utang lain-lain jangka panjang
Obligasi konversi
Provisi program insentif kenaikan nilai
Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah
dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam
satu tahun
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Kompensasi berbasis saham
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
Jumlah Liabilitas
EKUITAS
Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per
saham
pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per
saham
pada 31 Desember 2011, 2010, 2009, dan
2008
Tambahan modal disetor:
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas
pengendali
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas
anak
Pendapatan komprehensif lain
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya
Tidak ditentukan penggunaannya
Ekuitas diatribusikan kepada pemilik
perusahaan
Kepentingan non-pengendali
Jumlah Ekuitas
Jumlah Liabilitas dan Ekuitas
(dalam USD ribu)
2008*)
31 Desember
2009*)
2010
2011
2012
9.049
45.107
114.483
-
-
-
725
440
-
427
4.540
3.742
4.540
2.806
12.494
4.112
1.900
2.010
1.007
-
1.752
3.672
733
19.747
115.274
869
1.191
5.689
3.703
65.565
171.997
2.190
9.452
2.123
148.099
283.337
7.612
9.334
18.846
413.531
294
2.967
9.112
15.818
71.699
15.084
15.084
15.084
15.084
43.159
-
-
-
13.004
31.346
(20.786)
31.077
(3.948)
31.428
8.348
32.386
1.826
30.608
(663)
676
346.654
676
366.064
676
386.760
676
437.390
676
240.179
372.973
8.727
381.700
496.975
408.952
11.613
420.565
592.562
442.296
9.643
451.939
735.276
487.361
11.818
499.179
912.711
326.962
707
327.669
399.368
Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen
21
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Keterangan
OPERASI YANG DILANJUTKAN:
Pendapatan dari penjualan
Pendapatan konsesi jasa
Pendapatan jasa kesehatan
Pendapatan sewa kendaraan
Pendapatan jasa pembiayaan
Bagian laba bersih entitas asosiasi
Laba instrumen derivatif
Pendapatan underwriting asuransi
Pendapatan dividen
Pendapatan bunga
Laba kurs mata uang asing
Pendapatan lain-lain
JUMLAH PENDAPATAN
Beban pokok penjualan
Beban jasa kesehatan
Beban jasa sewa kendaraan
Beban konsesi jasa
Provisi program insentif kenaikan nilai
Rugi penjualan efek diperdagangkan dan
investasi lain- lain
Penurunan nilai dari investasi lain-lain
Beban penjualan
Beban bunga
Beban karyawan
Beban umum dan administrasi
Rugi instrumen derivatif
Rugi kurs mata uang asing
Beban lain-lain
JUMLAH BEBAN
LABA SEBELUM PAJAK
BEBAN PAJAK
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI
OPERASI YANG DILANJUTKAN
OPERASI YANG DIHENTIKAN:
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN DARI:
Operasi yang di lanjutkan
Perubahan nilai wajar atas investasi
tersedia untuk dijual
Rugi aktuarial
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Manfaat (beban) pajak tangguhan
Operasi yang dihentikan
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Perubahan nilai transaksi lindung nilai
Beban pajak tangguhan
Jumlah pendapatan komprehensif lainsetelah pajak
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009*)
2010
2011
2012
2008*)
116.408
6.407
16.339
2.344
3.285
3.078
5.113
4.859
4.768
162.601
100.827
6.846
19.519
17.298
1.638
3.106
1.888
2.668
1.969
6.056
161.814
120.597
5.615
3.295
5.596
538
1.045
136.686
158.160
6.003
4.621
9.974
1.105
5.463
185.327
159.881
5.979
3.861
7.925
1.991
2.010
3.418
185.064
43.125
2.766
4.540
46.906
3.061
12.730
-
62.370
2.968
2.572
80.889
2.612
1.956
85.737
2.495
-
6.229
3.787
1.532
5.820
16.894
19.060
2.322
1.080
107.157
55.444
(23.801)
1.364
9.277
14.525
21.575
5.688
472
115.597
46.217
(19.176)
1.459
72
16.623
9.787
2.454
80
13.424
9.517
2.249
247
20.104
14.878
218
1.295
97.364
39.321
(14.793)
316
1.738
112.986
72.341
( 26.588)
91
125.802
59.263
(17.306)
31.643
27.041
24.528
45.753
41.957
-
-
8.072
10.572
56.703
31.643
27.041
32.600
56.325
98.660
-
-
8.843
-
(6.358)
-
371
(605)
-
-
-
-
2.994
(1.246)
(567)
1.246
(4.880)
95
-
-
1.898
(611)
-
(881)
408
(102)
1.998
-
-
-
11.878
44.478
(6.254)
50.071
(3.021)
95.639
22
Keterangan
LABA BERSIH YANG DAPAT
DIATRIBUSIKAN KEPADA:
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non-pengendali
Laba bersih tahun berjalan
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF YANG
DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA:
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non-pengendali
Jumlah Laba Komprehensif
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009*)
2010
2011
2012
2008*)
30.567
1.077
31.643
25.961
1.080
27.041
31.447
1.154
32.600
55.629
696
56.325
96.299
2.361
98.660
43.166
1.312
44.478
49.396
675
50.071
93.300
2.339
95.639
Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen
Rasio Pertumbuhan, Keuangan dan Usaha
Keterangan
Rasio Pertumbuhan
Pendapatan (%) (1)
Beban (%) (1)
Laba sebelum pajak (%) (1)
Total aset (%) (2)
Pertumbuhan kas yang dihasilkan operasi (%) (3)
Rasio Keuangan
Rasio kas (x) (4)
Rasio lancar (x) (5)
Rasio utang bersih terhadap ekuitas (x) (6)
Rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah ekuitas (Debt to Equity) (x) (7)
Rasio Usaha
Laba sebelum pajak / Pendapatan (%) (8)
Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan / Pendapatan (%) (9)
Rasio imbal hasil aset (ROA) (%) (10)
Rasio imbal hasil ekuitas (ROE) (%) (11)
Jumlah hari tertagihnya piutang usaha (hari) (12)
Beban usaha terhadap laba sebelum pajak (x) (13)
2008
31 Desember
2009
2010
2011
2012
t.d.b
t.d.b
t.d.b
t.d.b
t.d.b
-0,5
7,9
-16,6
19,2
-29,9
-15,5
-15,8
-14,9
24,1
t.d.b
35,6
16,0
84,0
24,1
55,3
-0,1
11,3
-18,1
-56,2
t.d.b
0,99
2,55
-0,06
0,30
1,12
2,63
-0,01
0,41
0,98
2,34
0,16
0,63
0,23
1,64
-0,18
0,83
1,37
1,96
-0,22
0,22
34,1
19,5
6,37
8,29
63
1,93
28,6
16,7
4,56
6,43
30
2,50
28,8
17,9
3,34
5,43
65
2,48
39,0
24,7
5,01
9,17
45
1,56
32,0
22,7
10,51
12,80
46
2,12
Catatan: t.d.b = tidak dapat dibandingkan
Keterangan:
1) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) saldo akun-akun laba rugi komprehensif untuk tahun berakhir 31 Desember
tahun yang bersangkutan dengan saldo akun-akun tersebut untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya.
2) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) total aset pada tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan dengan
total aset pada tanggal yang sama di tahun sebelumnya.
3) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) kas yang dihasilkan dari (digunakan untuk) kegiatan operasi untuk tahun
berakhir 31 Desember tahun yang bersangkutan dengan kas yang dihasilkan dari (digunakan untuk) kegiatan operasi untuk
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
4) Dihitung dengan membagi total kas yang dimiliki oleh Perseroan dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada
akhir periode terkait.
5) Dihitung dengan membagi total aset lancar dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait.
6) Dihitung dengan membagi total utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka
panjang dan utang obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan total ekuitas., masing-masing pada akhir
periode terkait.
7) Dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas, masing-masing pada akhir periode terkait.
8) Dihitung dengan membagi total laba sebelum pajak dengan total pendapatan untuk periode terkait.
9) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan dengan total pendapatan untuk
periode terkait.
10) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total
asset pada akhir periode tersebut.
11) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total
ekuitas pada akhir periode tersebut.
12) Dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahun (365 hari) dengan hasil pembagian total penjualan untuk periode
terkait dengan total piutang usaha pada akhir periode tersebut (untuk segmen tembakau dan energi terbarukan).
13) Dihitung dengan membagi total beban usaha periode/tahun berjalan dengan total laba sebelum pajak untuk periode terkait.
23
V. ANALISA DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN
Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan Perseroan tahun berakhir pada tanggal 31 Desember
2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio
& Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh
Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 revisi dan ISAK 16
yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012.
1.UMUM
Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, berkedudukan di
Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo Teguhjaya” berdasarkan
Akta Notaris Sutjipto, S.H., No. 72 tanggal 16 April 1993.
Perseroan memiliki kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit
menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus mengembangkan kegiatan usaha
utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Peseroan saat ini juga sedang mengembangkan
kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku atau produk makanan baru dari
sagu dan pembangkit listrik dari energi terbarukan, yang bersumber dari biogas.
Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua
perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan
Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua.
2. FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG DAPAT MEMPENGARUHI KINERJA PERSEROAN DAN
ENTITAS ANAK
Usaha dan kegiatan usaha Perseroan dan Entitas Anak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor penting
seperti berikut:
a. Harga Internasional CPO dan PK
Harga internasional CPO dan PK ditetapkan berdasarkan beberapa pasar seperti Malaysia Derivatives
Exchange (“MDEX”) dan c.i.f Rotterdam port. Meskipun dipengaruhi oleh harga internasional, harga
penjualan CPO Perseroan tidak terpatok kepada suatu indeks. Tabel berikut ini adalah harga rata-rata
penjualan CPO Perseroan, harga rata-rata CPO di MDEX dan c.i.f Rotterdam port dan harga rata-rata
FOB dari CPO yang dijual di Indonesia menurut LMC International untuk tahun 2010, 2011 dan 2012.
(USD per ton)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
Harga rata-rata penjualan CPO
MDEX (1)
c.i.f Rotterdam port (1)
FOB di Indonesia (1)
Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan (2)
838
901
855
789
1.063
1.125
1.082
870
961
1.000
940
781
Catatan:
1) Harga telah dikonversi menjadi USD dengan menggunakan kurs tengah dari Bank Negara Malaysia.
2) Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan adalah pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit dibagi dengan volume
penjualan minyak kelapa sawit.
24
Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan harga acuan
tersebut karena Perseroan menjual CPO di pasar domestik. Harga domestik CPO pada umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan harga internasional CPO, akan tetapi pajak ekspor dikenakan kepada
CPO yang diekspor sehingga harga penjualan bersih dari CPO yang diekspor menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan harga penjualan domestik. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan CPO
domestik memilih untuk tidak mengekspor CPO, sehingga pasokan domestik CPO meningkat. Harga
domestik CPO yang diterima oleh Perseroan kurang lebih setara atau terkadang lebih tinggi daripada
harga bersih yang akan diterima apabila Perseroan menjual CPO dengan harga internasional setelah
memperhitungkan pajak ekspor CPO dan biaya tambahan untuk transportasi dan penanganan yang
akan terjadi dalam penjualan CPO kepada pembeli internasional.
Harga CPO berfluktuasi berdasarkan faktor pasokan dan permintaan internasional dan regional.
Faktor yang mempengaruhi tingkat pasokan mencakup pola penanaman, kondisi cuaca serta hama
dan penyakit tanaman. Faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan mencakup kondisi pasar seperti
kondisi ekonomi, perubahaan peraturan, kebijakan dan pajak ekpor di negara produsen utama CPO
seperti Indonesia dan Malaysia, harga dan ketersediaan minyak nabati pengganti lainnya, serta harga
minyak mentah.
Faktor penting lainnya yang terkadang dapat mempengaruhi permintaan CPO adalah harga pasar
minyak mentah karena CPO dapat digunakaan sebagai bahan baku produksi biosolar.
Tingkat pasokan dan permintaan global CPO secara umum menunjukkan tren kenaikan pertumbuhan
secara stabil, walaupun demikian harga rata-rata CPO secara historis berfluktuasi secara signifikan.
Sebagai contoh, harga CPO (c.i.f Rotterdam) turun dari harga rata-rata USD949 per ton pada tahun
2008 menjadi USD683 pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga minyak
mentah karena krisis ekonomi dunia. Sejak tahun 2009, harga CPO telah pulih kembali seiring dengan
kenaikan harga minyak mentah. Pada tahun 2011, harga CPO (c.i.f Rotterdam) mencapai USD1.125
per ton. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya harga minyak mentah dan harga minyak nabati
lainnya serta pola cuaca yang tidak menguntungkan pada tahun 2009 dan 2010 sehingga menurunkan
pertumbuhan produksi CPO. Harga CPO pada tahun 2012 menunjukan tren penurunan dan telah stabil
pada harga USD771 per ton pada bulan Desember 2012, disebabkan oleh penurunan harga minyak
mentah seiring dengan perlambatan ekonomi dunia.
b. Volume Penjualan dan Harga Penjualan Rata-Rata
Walaupun harga CPO sangat ditentukan oleh harga komoditas global, namun volume dan harga jual
CPO dan PK Perseroan juga ditentukan oleh kontrak jual kepada pelanggan. Perseroan menjual CPO
melalui proses tender dan menentukan harga CPO Perseroan dengan referensi kepada tiga indikator
utama yaitu: (i) harga kuotasi di MDEX, (ii) harga pasar untuk c.i.f Rotterdam, dan (iii) harga pasar
domestik untuk pengiriman dari pelabuhan Belawan atau FOB pelabuhan Belawan. Karena likuiditas
pasar MDEX Perseroan dapat menetapkan harga CPO Perseroan setiap saat setiap hari. Harga MDEX
merupakan referensi harga yang terpenting dalam penetapan harga CPO PerseroanHarga penjualan
CPO Perseroan berbeda dengan harga MDEX, harga pasar c.i.f Rotterdam dan harga pasar untuk FOB
pelabuhan Belawan, karena harga jual Perseroan telah disesuaikan untuk beberapa hal seperti pajak
ekspor, biaya pengangkutan dan beban transportasi lain yang harus diperhitungkan untuk pengiriman
CPO ke pasar-pasar tersebut. Meskipun demikian, harga penjualan Perseroan secara umum mengikuti
tren harga di pasar-pasar tersebut.
Harga penjualan PK Perseroan ditentukan oleh harga pasar lokal yang mengikuti tren harga PKO di
pasar Rotterdam dan harga PKE di berbagai pasar Eropa.
25
Volume penjualan Perseroan ditentukan oleh volume produksi Perseroan. Perseroan dapat
menyesuaikan waktu penjualan sesuai dengan pandangan Perseroan mengenai tren harga CPO dan
kapasitas penyimpanan CPO. Sebagai contoh, apabila Perseroan berkeyakinan harga CPO sedang
meningkat dan Perseroan memiliki kapasitas penyimpanan berlebih, maka Perseroan dapat memutuskan
untuk menyimpan lebih banyak CPO untuk menunggu dan menjual dengan harga CPO yang lebih
tinggi. Penjualan CPO meningkat dari 127.450 ton pada tahun 2010 menjadi 177.125 ton pada tahun
2012 disebabkan oleh peningkatan produksi CPO karena Perseroan telah memulai operasional Pabrik
Kelapa Sawit (“PKS”) di perkebunan Sumatera Utara II.
Tabel berikut ini mengungkapkan data penjualan CPO dan PK Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan
2012. Data ini termasuk CPO dan PK yang diolah dari TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
2010
Tahun berakhir 31 Desember
2011
2012
Penjualan
CPO (USD ribu)
PK (USD ribu)
Total (USD ribu)
100.576
14.655
115.231
135.804
18.545
154.349
138.421
16.165
154.586
Volume Penjualan
CPO (ton)
PK (ton)
127.450
29.508
156.016
32.865
177.125
40.447
789
497
870
564
781
400
Harga Jual Rata-Rata Perseroan
CPO (USD per ton)
PK (USD per ton)
c. Profil Usia Tanaman Perkebunan
Tanaman kelapa sawit pada umumnya memiliki usia ekonomis 25 tahun, yang dapat diperpanjang
sampai 30 tahun atau lebih tergantung dari harga CPO yang berlaku. Tanaman kelapa sawit mulai
menghasilkan buah sekitar 28 – 30 bulan setelah ditanam, saat mana Perseroan akan mulai melakukan
panen. Pada awal panen, hasil rata-rata buah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit tersebut
secara relatif rendah. Tanaman kelapa sawit muda menghasilkan sekitar 4 sampai 9 ton TBS per hektar.
Seiring dengan pertumbuhan tanaman kelapa sawit, hasil rata-rata akan meningkat sampai sekitar
25 – 30 ton TBS per hektar ketika tanaman kelapa sawit telah mencapai pada usia dewasa. Hasil rata-rata
tanaman kelapa sawit mulai menurun setelah tahun ke 20 menjadi sekitar 16 – 20 ton TBS per hektar.
Tabel berikut adalah profil usia dari tanaman kelapa sawit Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012.
(dalam Hektar)
Muda (4-7 tahun)
Dewasa (8-20 tahun)
Tua (>20 tahun)
TBM
Total
2010
7.615
20.966
474
3.733
32.788
Tahun berakhir 31 Desember
2011
23,2%
8.818
24,0%
63,9%
18.062
49,1%
1,4%
3.410
9,3%
11,5%
6.462
17,6%
100,0%
36.752
100,0%
2012
10.120
16.195
5.639
8.898
40.852
24,8%
39,6%
13,8%
21,8%
100,0%
Persentase tanaman kelapa sawit muda dan TBM milik Perseroan meningkat dari 34,7% pada tanggal
31 Desember 2010 menjadi 46,6% pada tanggal 31 Desember 2012 karena tanaman-tanaman
kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara II mulai menghasilkan dan Perseroan menanam tanaman
kelapa sawit baru di perkebunan Kalimantan Barat. Persentase tanaman kelapa sawit muda dan TBM
milik Perseroan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2013 dan 2014 karena Perseroan akan
menyelesaikan proses penanaman di perkebunan Kalimantan Barat dan memulai proses penanaman
di persediaan lahan yang belum ditanami milik Perseroan di Papua Barat dan Sumatera Selatan.
Persentase tanaman dewasa milik Perseroan menurun dari 63,9% pada tanggal 31 Desember 2010
menjadi 39,6% pada tanggal 31 Desember 2012 karena bertambahnya tanaman-tanaman kelapa sawit
26
yang baru ditanam di perkebunan Kalimantan Barat dan juga seiring dengan peningkatan persentase
tanaman kelapa sawit muda. Persentase tanaman kelapa sawit tua meningkat dari 1,4% pada tanggal
31 Desember 2010 menjadi 13,8% pada tanggal 31 Desember 2012 karena sejumlah tanaman kelapa
sawit yang telah mencapai usia 20 tahun di perkebunan Sumatera Utara I dan Belitung. Meskipun
Perseroan memperkirakan hasil tanaman kelapa sawit tua milik Perseroan akan mulai menurun secara
perlahan, namun TBM dan tanaman kelapa sawit muda milik Perseroan akan mulai berproduksi dan
hasil TBS tanaman-tanaman tersebut akan meningkat secara signifikan ketika tanaman tersebut telah
tumbuh menjadi dewasa. Perseroan berkeyakinan hal ini akan mendorong pertumbuhan produksi TBS
di kemudian hari.
d. Tingkat Produktivitas dan Tingkat Ekstrasi PKS
Hasil perkebunan dan tingkat ekstrasi PKS milik Perseroan diukur berdasarkan hasil TBS per hektar TM
dan tingkat ektrasi minyak/oil extraction rate (”OER”). Kedua hal tersebut merupakan ukuran efisiensi
perkebunan Perseroan, sistem transportasi dan kegiatan pengolahan, Perseroan akan mendapatkan
indikasi jumlah TBS yang dihasilkan oleh setiap hektar perkebunan dan indikasi jumlah CPO yang
dihasilkan dari setiap ton TBS dalam bentuk persentase.
Tabel berikut menunjukan data produksi Perseroan, termasuk hasil TBS per hektar lahan TM dan OER
untuk tahun 2010, 2011 dan 2012.
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
Produksi TBS (ton)
515.179
564.843
695.479
Hasil TBS per hektar (ton)
17,7
18,6
21,8
131.335
157.122
178,263
Produksi CPO (ton) (1)
22,1
22,4
22,0
OER (%) (1)
Catatan: (1) Termasuk CPO yang diolah oleh TBS yang dibeli dari pihak ketiga
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil TBS per hektar mencakup:
• Profil usia tanaman kelapa sawit;
• Penerapan praktek agronomi dan metode manajemen perkebunan, termasuk teknik pemakaian
pupuk, pemangkasan dan pemanenan;
• Kualitas bibit tanaman kelapa sawit;
• Kualitas tanah perkebunan;
• Kondisi cuaca dan pasokan air;
• Penyakit atau hama; dan
• Bencana alam.
Hasil perkebunan sangat mempengaruhi kinerja operasional Perseroan. Sebagai contoh, hasil TBS per
hektar meningkat dari 17,7 ton pada tahun 2010 menjadi 21,8 ton pada tahun 2012. Hal tersebut dan
mulai dihasilkannya buah dari tanaman-tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara II menjadi
faktor utama yang mendorong peningkatan produksi TBS sebesar 35,0% atau dari 515.179 ton pada
tahun 2010 menjadi 695.479 ton pada tahun 2012.
OER sangat tergantung kepada kualitas dan tingkat kematangan TBS, waktu yang diperlukan untuk
mengangkut TBS ke PKS setelah pemanenan dan tingkat kehilangan minyak sela proses ekstraksi.
Dengan demikian, OER dari Perseroan dapat terpengaruh secara negatif apabila TBS yang dibeli dari
pihak ketiga memiliki kualitas yang lebih buruk dan tingkat kematangan yang lebih rendah daripada
TBS hasil produksi Perseroan dan apabila TBS tersebut diangkut dari lokasi yang relatif jauh dari PKS
milik Perseroan. Perseroan telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan OER dengan (i)
meningkatkan kualitas pemanenan, termasuk penerapan sistem pemanenan blok yang memungkinkan
pengangkutan yang lebih tepat waktu untuk TBS dan buah sisa yang terjatuh di bawah tanaman kelapa
sawit; (ii) melatih pekerja panen agar dapat mencapai standar panen kematangan yang lebih konsisten
guna memastikan hasil dan kualitas buah optimal dan (iii) membangun dan mengembangkan jaringan
jalan yang menghubungkan perkebunan dengan PKS guna mengurangi waktu pengangkutan ke PKS.
Perseroan juga memilih kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga secara hati-hati untuk memastikan
kualitas yang baik dan tingkat kematangan yang sesuai.
27
Tanaman kelapa sawit pada umumnya berbuah sepanjang tahun, akan tetapi tingkat panen TBS
umumnya lebih tinggi selama enam bulan setiap tahunnya. Sebagai contoh, Perseroan memanen sekitar
58% dari panen TBS tahunan di kedua perkebunan Perseroan yang terletak Sumatera Utara dan sekitar
51% dari panen TBS tahunan di perkebunan Perseroan di Pulau Belitung pada semester kedua tahun
kalendar. Produksi TBS juga dapat berubah karena variasi iklim yang berbeda dari daerah ke daerah
dan dari waktu ke waktu. Perkebunan Perseroan telah mengalami pola cuaca yang tidak pasti seperti
kondisi musim hujan dan kering berkepanjangan pada masa yang tidak terduga selama beberapa tahun
terakhir ini, yang telah menyebabkan produksi TBS milik Perseroan tidak merata. Sebagai contoh,
musim kering yang berkepanjangan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit menghasilkan bunga
betina yang lebih sedikit, sehingga jumlah TBS yang dihasilkan menurun. Sebaliknya, musim hujan
yang berkepanjangan dapat menyebabkan berkurangnya populasi kumbang penyerbuk bunga yang
juga dapat mengurangi hasil panen TBS.
e. Biaya Produksi – Khususnya Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja dan TBS Yang Dibeli Dari
Pihak Ketiga
Bagian tunai dari biaya pokok penjualan Perseroan terdiri dari biaya pupuk, tenaga kerja, bahan bakar
dan pembelian TBS dari pihak ketiga.
•
Pupuk.
Biaya utama penggunaan pupuk, yang terdiri dari urea, muriat garam, NPK dan batu fosfat,
berjumlah USD13,4 juta pada tahun 2010, USD12,0 juta pada tahun 2011 dan USD16,7 juta
pada tahun 2012. Jumlah tersebut masing-masing mewakili 23,2%, 15,4% dan 20,5% beban
pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Urea dan NPK diperoleh dari pemasok dalam
negeri, dan meskipun harga urea telah ditentukan oleh Pemerintah, harga tersebut secara historis
berfluktuasi seiring dengan harga internasional. Muriat garam dan batu fosfat yang dibeli Perseroan
dari perusahaan lokal diimpor dari Rusia, Kanada, Jerman, Mesir, Cina dan Maroko dan digunakan
di perkebunan berdasarkan jadwal yang telah direkomendasikan oleh spesialis agronomi.
Lebih dari 50% pembelian pupuk dilakukan melalui proses tender tahunan berdasarkan perkiraan
kebutuhan Perseroan sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah direkomendasikan. Pengiriman
aktual dilakukan secara bertahap di sepanjang tahun. Para peserta tender berkisar antara tiga
sampai sepuluh pemasok.
•
Tenaga Kerja.
Upah karyawan Perseroan yang bekerja di perkebunan dan pabrik (selain manajer umum di berbagai
perkebunan) termasuk di dalam biaya pemanenan, beban pemeliharaan perkebunan dan biaya
overhead pabrik. Biaya tenaga kerja untuk tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing berjumlah
USD10,4 juta, USD13,1 juta dan USD16,0 juta dan mewakili 18,1%, 16,9% dan 19,6% beban
pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Kenaikan beban tenaga kerja mencerminkan
tingkat inflasi upah kerja secara umum di Indonesia serta kenaikan jumlah tenaga kerja akibat
pertumbuhan perkebunan Perseroan.
•
Bahan Bakar.
Biaya bahan bakar pada tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing mewakili 2,9%, 3,3% dan
3,4% dari beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Perseroan menggunakan solar
sebagai bahan bakar untuk menjalankan truk, ekskavator dan peralatan lainnya di perkebunan.
•
TBS yang dibeli dari Pihak Ketiga.
Perseroan membeli TBS dari pihak ketiga sesuai dengan standar kualitas TBS yang dapat diterima.
Pembelian ini dimungkinkan ketika Perseroan memiliki kapasitas lebih di PKS. Secara umum
pembelian dilakukan hanya pada harga yang memungkinkan Perseroan mendapatkan marjin yang
cukup dari proses pengolahan. Tabel berikut menunjukan volume TBS yang dibeli dari pihak ketiga,
persentasenya dari jumlah TBS yang diproses Perseroan, harga rata-rata TBS tersebut dan total
biaya untuk pembelian TBS tersebut pada tahun 2010, 2011 dan 2012.
28
2010
TBS dibeli dari pihak ketiga (ton)
Persentase TBS pihak ketiga terhadap total TBS yang diproses
Harga beli rata-rata TBS dari pihak ketiga (USD/ton)
Total biaya pembelian TBS dari pihak ketiga (USD ‘000)
Tahun berakhir 31 Desember
2011
78.320
136.402
13,2
19,5
154
175
12.090
23.899 (1)
2012
116.460
14,3
137
15.930
Catatan:
1) Peningkatan pembelian TBS dari pihak ketiga pada tahun 2011 ditujukan untuk meningkatkan utilisasi PKS yang berkapasitas
60 ton per jam di perkebunan Sumatera Utara II karena Perseroan belum dapat mencapai kapasitas produksi penuh dengan
hanya menggunakan TBS produksi internal di perkebunan tersebut.
f.
Ekspansi Lahan Tertanam
Perseroan sedang dalam proses untuk memperluas lahan tertanam melalui tambahan penanaman di
perkebunan Kalimantan Barat dan berencana untuk memulai penanaman di persediaan lahan (landbank)
di Sumatera Selatan pada tahun 2013 dan di persediaan lahan (landbank) di Papua pada tahun 2014.
Walaupun biaya terkait dengan penanaman ini akan dikapitalisasi dan disusutkan setelah tanaman
kelapa sawit tersebut telah mencapai usia produktif dan menghasilkan buah, Perseroan berencana
untuk membiayai kegiatan penanaman ini melalui penggunaan sebagian dana yang akan diterima dari
Penawaran Umum Perdana Saham ini dan arus kas operasional Perseroan. Dengan perluasan lahan
tertanam dan usia tanaman kelapa sawit yang mulai mencapai usia produktif, Perseroan memperkirakan
peningkatan produksi TBS, yang akan meningkatkan penjualan CPO dan PK. Peningkatan produksi
tersebut akan diimbangi dengan pengurangan hasil produksi dari perkebunan di mana tanaman-tanaman
kelapa sawit telah mencapai usia tua. Perseroan saat ini berencana untuk menanam lebih cepat dari
tahun-tahun sebelumnya, oleh sebab itu Perseroan mungkin akan mengalami kenaikan biaya terkait
dengan pembelian bibit dan tenaga kerja untuk kegiatan penanaman. Kenaikan biaya tersebut akan
dikapitalisasi sebagai aset tidak lancar di laporan keuangan Perseroan dan hanya akan berdampak
kepada laporan laba rugi komprehensif ketika perkebunan tersebut telah mencapai usia dewasa, yang
sesuai dengan kebijakan akuntansi Perseroan hal tersebut didefinisikan sebagai saat ketika 70% dari
kawasan perkebunan telah dapat dipanen dan berat rata-rata TBS melebihi 3,5 kilogram. Kenaikan
biaya penanaman tersebut dapat mengurangi marjin penjualan CPO yang dihasilkan oleh perkebunan
baru tersebut pada masa mendatang.
g. Kapasitas Pengolahan
Perseroan saat ini mengoperasikan tiga PKS yang terletak di perkebunan Sumatera Utara I, perkebunan
Sumatera Utara II dan perkebunan Pulau Belitung. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki
total kapasitas pengolahan CPO dari ketiga fasilitas tersebut sebesar 180 ton TBS per jam. Perseroan
berencana untuk membangun PKS untuk operasional perseroan di Kalimantan Barat ketika tanaman
kelapa sawit di lokasi tersebut telah siap dipanen. Pada awalnya, Perseroan akan terlebih dahulu
membangun PKS dengan kapasitas 30 ton per jam yang dapat dikembangkan untuk mencapai kapasitas
60 ton per jam. Hal tersebut dilakukan agar Perseroan dapat secara lebih efisien menggunakan modal
kerja ketika tanaman di Perkebunan Kalimantan Barat masih belum mencapai usia produktif dewasa.
Perseroan mengolah 593.499 ton TBS pada tahun 2010, 701.245 ton pada tahun 2011 dan 811.939 ton
pada tahun 2012. Produksi CPO Perseroan pada tahun 2010 berjumlah 131.335 ton, 157.122 ton pada
tahun 2011 dan 178.263 ton pada tahun 2012.
Kemampuan Perseroan untuk mengelola kapasitas produksi dapat mempengaruhi kinerja operasional
Perseroan. Keterbatasan kapasitas PKS pada saat jumlah produksi TBS yang tinggi di perkebunan dapat
menyebabkan hilangnya potensi pendapatan karena Perseroan tidak akan mampu untuk mengolah
semua TBS yang dihasilkan dan harus menjual TBS yang berlebihan tersebut ke perusahaan lain
yang memiliki kelebihan kapasitas PKS, atau apabila tidak ada pihak lain yang bersedia untuk membeli
kelebihan TBS milik Perseroan, maka TBS tersebut akan terbuang dengan percuma. Perseroan sampai
saat ini belum pernah menghadapi keterbatasan kapasitas seperti yang telah diuraikan di atas. Selain itu,
apabila produksi TBS yang berlebihan tersebut menyebabkan waktu yang lebih lama untuk pengolahan
TBS tersebut, maka kualitas produksi CPO akan menurun. Di sisi lain, kapasitas PKS merupakan biaya
tetap bagi Perseroan karena sebagian biaya pabrik Perseroan harus dibayar terlepas dari jumlah TBS
yang diolah. Biaya tetap tersebut akan disebar ke volume produksi yang lebih besar apabila tingkat
produksi CPO dari PKS meningkat. Hal tersebut akan meningkatkan marjin laba Perseroan.
29
Kebijakan umum Perseroan adalah untuk memiliki kapasitas pengolah yang memadai untuk mengolah
seluruh perkiraan hasil panen per tahun. Saat terjadi kelebihan kapasitas, Perseroan membeli TBS dari
pihak ketiga, jika TBS yang dibeli memiliki kualitas baik dan dapat dibeli di harga yang menguntungkan.
h. Beban Penyusutan Dari Kegiatan Usaha Minyak Kelapa Sawit
Salah satu beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan adalah beban penyusutan. Beban
penyusutan, yang mencakup beban penyusutan aset tetap dari perkebunan dan PKS dan beban
penyusutan tanaman kelapa sawit menghasilkan di perkebunan, berjumlah USD11,9 juta pada tahun
2010, USD12,6 juta pada tahun 2011 dan USD13,4 juta pada tahun 2012. Beban tersebut mewakili
20,6% beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan pada tahun 2010, 16,2% pada tahun
2011 dan 16,4% pada tahun 2012.
Perseroan menyusutkan biaya tanaman kelapa sawit menghasilkan dengan menggunakan metode garis
lurus berdasarkan estimasi usia produktif selama 20 tahun, kecuali untuk tanaman-tanaman perkebunan
di Pulau Belitung yang disusutkan dengan metode menurun berganda sebesar 6,25% per tahun sampai
dengan tahun 2010, karena metode penyusutan tersebut adalah metode yang digunakan pada saat
Perseroan mengakuisisi perkebunan tersebut dari pihak ketiga. Perseroan telah mulai menggunakan
metode penyusutan garis lurus untuk perkebunan di Pulau Belitung pada tahun 2011 (sesuai dengan
perkebunan milik Perseroan lainnya). Perseroan menyimpan catatan profil usia perkebunan secara
blok. Properti, pabrik dan peralatan di perkebunan dan PKS disusutkan dengan menggunakan metode
garis lurus bedasarkan dengan perkiraan usia produktif dari aset, kecuali untuk aset di SMM yang
memiliki perkebunan di Pulau Belitung yang disusutkan dengan menggunakan metode menurun
berganda sampai tahun 2010 dan baru mulai disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus
pada tahun 2011,
Beban penyusutan Perseroan berfluktuasi seiring dengan profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan
Perseroan dan, diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang ketika tanaman-tanaman
kelapa sawit di perkebunan Kalimantan Barat mulai menghasilkan buah.
i.
Fluktuasi Dalam Kurs Mata Uang Asing
Mata uang yang digunakan di laporan keuangan Perseroan adalah dolar Amerika Serikat. Seluruh
hasil penjualan produk kelapa sawit dan energi terbarukan diterima dalam dolar Amerika Serikat.
Pengeluaran Perseroan, termasuk biaya tenaga kerja, dibayar dengan Rupiah, tetapi Perseroan
juga membeli beberapa peralatan berat seperti mesin pemasakan (boiler) dan membayar beberapa
anggota manajemen senior dalam dolar Amerika Serikat, sehingga terdapat perlindungan keuangan
parsial (partial hedging) terhadap fluktuasi kurs mata uang asing. Dengan adanya ketidakcocokan
antara pendapatan dalam dolar Amerika Serikat yang diterima oleh Perseroan melalui penjualan dan
biaya dalam bentuk Rupiah yang harus dibayarkan untuk beberapa jenis biaya operasional Perseroan,
maka apresiasi mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan mengurangi laba bersih (atau
meningkatkan rugi bersih), untuk pengukuran dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat maupun
Rupiah. Perseroan pada umumnya tidak menggunakan kontrak perlindungan keuangan (hedging
contract) untuk membatasi risiko kurs mata uang asing. Dengan demikian, setiap apresiasi yang
signifikan dalam nilai mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap pengeluaran dan laba bersih Perseroan.
30
3. ANALISA KEUANGAN
KINERJA LABA RUGI KONSOLIDASIAN
Tabel berikut menyajikan informasi rinci mengenai hasil operasional historis Perseroan:
Keterangan
OPERASI YANG DILANJUTKAN:
Pendapatan dari penjualan
Pendapatan konsesi jasa
Bagian laba bersih entitas asosiasi
Pendapatan dividen
Pendapatan bunga
Laba kurs mata uang asing
Pendapatan lain-lain
JUMLAH PENDAPATAN
Beban pokok penjualan
Beban konsesi jasa
Penyisihan atas program insentif kenaikan nilai
Beban penjualan
Beban bunga
Beban karyawan
Beban umum dan administrasi
Rugi kurs mata uang asing
Beban lain-lain
JUMLAH BEBAN
LABA SEBELUM PAJAK
BEBAN PAJAK
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG
DILANJUTKAN
OPERASI YANG DIHENTIKAN:
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
120.597
5.615
3.295
5.596
538
1.045
136.686
158.160
6.003
4.621
9.974
1.105
5.463
185.327
159.881
5.979
3.861
7.925
1.991
2.010
3.418
185.064
62.370
2.968
2.572
1.459
72
16.623
9.787
218
1.295
97.364
80.889
2.612
1.956
2.454
80
13.424
9.517
316
1.738
112.986
85.737
2.495
2.249
247
20.104
14.878
91
125.802
39.321
(14.793)
72.341
( 26.588)
59.263
(17.306)
24.528
45.753
41.957
8.072
10.572
56.703
32.600
56.325
98.660
a. Jumlah Pendapatan
Pendapatan Perseroan terdiri atas pendapatan dari: (i) penjualan; (ii) pendapatan konsesi jasa, yang
merupakan pendapatan DGI, Entitas Anak, dengan 5% partisipasi dalam konsorsium dengan Chevron
Geothermal Indonesia sebagai kontraktor yang menyediakan tenaga listrik panas bumi atas nama
Pertamina Geotermal untuk dijual kepada PLN; (iii) bagian laba bersih Entitas Asosiasi yang mewakili
bagian milik Perseroan atas laba bersih entitas-entitas, di mana Perseroan memiliki kepemilikan
minoritas sebesar 20% atau lebih, atau entitas dimana Perseroan memiliki pengaruh yang signifikan;
(iv) pendapatan dividen yang merupakan dividen diterima dari investasi Perseroan di entitas-entitas
dimana Perseroan memiliki kepemilikan kurang dari 20%; (v) pendapatan bunga; dan (vi) pendapatan
lain-lain. Pendapatan dari penjualan, yang merupakan pendapatan dari kegiatan usaha minyak kelapa
sawit dan tembakau, masing-masing mewakili 88,2%, 85,3% dan 86,4% total pendapatan Perseroan
masing-masing pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Penjualan CPO dan PK mewakili 95,6%, 97,6% dan
96,7% pendapatan dari penjualan masing-masing pada tahun 2010, 2011 dan 2012.
31
Berikut adalah pendapatan dari penjualan Perseroan berdasarkan masing-masing segmen usaha dan
sebagai persentase total pendapatan dari penjualan:
(dalam USD ribu, kecuali persentase)
Segmen kegiatan usaha
Minyak Kelapa Sawit
CPO
PK
Total Minyak Kelapa Sawit
Tembakau
Jumlah Pendapatan dari Penjualan
2010
100.576
14.655
115.231
5.367
120.597
Tahun berakhir 31 Desember
2011
83,4%
12,2%
95,6%
4,5%
100,0%
135.804
18.545
154.349
3.811
158.160
85,9%
11,7%
97,6%
2,4%
100,0%
2012
138.421
16.165
154.586
5.295
159.881
86,6%
10,1%
96,7%
3,3%
100,0%
Pendapatan dari tembakau merupakan pendapatan penjualan lokal dan ekspor GMIT, Entitas Anak
yang berusaha di kegiatan pengolahan dan perdagangan tembakau. Sejak Agustus 2012, Perseroan
memiliki 99,999% GMIT.
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011
Jumlah pendapatan Perseroan mengalami penurunan sebesar USD0,3 juta atau 0,1%, dari USD185,3
juta pada tahun 2011 menjadi USD185,1 juta pada 2012.
Pendapatan dari penjualan meningkat sebesar 1,1%, dari USD158,2 juta pada tahun 2011 menjadi
USD 159,9 juta pada tahun 2012. Pendapatan dari penjualan CPO meningkat sebesar 1,9%, dari USD
135,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD138,4 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh meningkatnya
volume penjualan, efek peningkatan mana dikurangi oleh penurunan harga CPO sejak kuartal ketiga
pada tahun 2012. Sejalan dengan tren harga global CPO, harga penjualan CPO Perseroan menurun
dari rata-rata sekitar USD870 per ton pada tahun 2011 menjadi rata-rata sekitar USD781 per ton pada
tahun 2012. Pada tahun yang sama, volume penjualan CPO Perseroan meningkat sebesar 13,5%, dari
156.016 ton pada tahun 2011 menjadi 177.125 ton pada tahun 2012. Pendapatan dari penjualan PK
Perseroan menurun sebesar 12,8%, dari USD18,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD16,2 juta pada
tahun 2012 disebabkan oleh penurunan harga PK sejak kuartal ketiga tahun 2012. Harga PK Perseroan
juga mengalami penurunan dari rata-rata sekitar USD564 per ton pada tahun 2011 menjadi rata-rata
sekitar USD400 per ton pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, volume penjualan PK meningkat
sebesar 23,1%, dari 32.865 ton pada tahun 2011 menjadi 40.447 ton pada tahun 2012. Tren penurunan
harga global CPO dan PK tersebut disebabkan oleh tingkat pasokan minyak sawit dunia yang masih
tinggi.
Produksi TBS Perseroan pada tahun 2012 meningkat dari 564.483 ton pada tahun 2011 menjadi
695.479 ton pada tahun 2012 dan pembelian TBS dari pihak ketiga Perseroan menurun dari 136.402
ton pada tahun 2011 menjadi 116.460 ton pada tahun 2012. Peningkatan produksi TBS Perseroan pada
tahun 2012 merupakan hasil dari program pemupukan yang lebih agresif sehingga Perseroan dapat
mengurangi jumlah TBS yang dibeli dari pihak ketiga dan sesuai dengan profil usia tanaman kelapa
sawit khususnya di perkebunan di Sumatera Utara II.
Pendapatan konsesi jasa tetap konstan sekitar USD6,0 juta pada tahun 2011 dan tahun 2012. Bagian
laba bersih entitas asosiasi mengalami penurunan sebesar USD0,8 juta atau 16,4%, dari USD4,6 juta
pada tahun 2011 menjadi USD3,9 juta pada tahun 2012, disebabkan oleh penurunan laba bersih dari
entitas asosiasi penghasil minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan Aceh, dimana Perseroan memiliki
kepemilikan minoritas. Pendapatan dividen Perseroan juga menurun pada tahun 2012 sebesar USD 2,1
juta atau setara dengan 20,5%, dari USD10,0 juta pada tahun 2011 menjadi USD7,9 juta pada tahun
2012 disebabkan oleh tidak adanya dividen khusus yang diterima dari investasi Perseroan pada tahun
2012. Pendapatan lain-lain menurun USD2,1 juta atau setara dengan 37,4%, dari USD5,5 juta pada
tahun 2011 menjadi USD3,4 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh pengakuan laba sebesar USD5,0
juta pada tahun 2011 atas penjualan investasi jangka panjang kepemilikan minoritas Perseroan pada
PT Tambang Tondano Nusajaya, yang bergerak di industri pertambangan emas, efek mana diimbangi
oleh laba nilai tukar mata uang sebesar USD2,0 juta pada tahun 2012.
32
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010
Jumlah pendapatan Perseroan meningkat sebesar USD48,6 juta atau setara dengan 35,6%, dari
USD136,7 juta pada tahun 2010 menjadi USD185,3 juta pada tahun 2011.
Peningkatan jumlah pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dari penjualan,
yang meningkat sebesar USD37,6 juta atau setara dengan 31,1%, dari USD120,6 juta pada tahun
2010 menjadi USD158,2 juta pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan dari penjualan disebabkan
oleh peningkatan pendapatan dari penjualan CPO dan PK. Pendapatan dari penjualan CPO Perseroan
meningkat sebesar USD35,2 juta atau setara dengan 35,0%, dari USD100,6 juta pada tahun 2010
menjadi USD 135,8 juta pada tahun 2011 disebabkan oleh meningkatnya produksi disertai dengan
peningkatan harga jual CPO. Harga jual CPO Perseroan meningkat dari rata-rata sekitar USD789 per
ton pada tahun 2010 hingga rata-rata sekitar USD870 per ton pada tahun 2011, akibat peningkatan
harga CPO global. Pada tahun yang sama, volume penjualan CPO Perseroan meningkat 22,4%, dari
127.450 ton pada tahun 2010 menjadi 156.016 ton pada tahun 2011. Pendapatan dari penjualan PK
Perseroan meningkat sebesar 26,5%, dari USD14,7 juta pada tahun 2010 menjadi USD18,5 juta pada
tahun 2011, akibat meningkatnya volume penjualan PK. Harga penjualan PK Perseroan meningkat dari
rata-rata sekitar USD497 per ton pada tahun 2010 menjadi rata-rata sekitar USD564 per ton pada tahun
2011. Pada tahun yang sama, volume penjualan PK meningkat sebesar 11,4%, dari 29.508 ton pada
tahun 2010 menjadi 32.865 ton pada tahun 2011. Peningkatan harga global CPO dan PK disebabkan
oleh meningkatnya harga minyak mentah dan harga minyak nabati lainnya serta pola cuaca yang tidak
menguntungkan pada tahun 2009 dan 2010 sehingga menurunkan pertumbuhan produksi global CPO.
Produksi TBS Perseroan pada tahun 2011 meningkat sebesar 9,6%, dari 515.179 ton pada tahun 2010
menjadi 564.843 ton pada tahun 2011 dan pembelian TBS dari pihak ketiga meningkat dari 78.320 ton
pada tahun 2010 menjadi 136.402 ton pada tahun 2011. Perseroan meningkatkan produksi TBS dan
pembelian TBS dari pihak ketiga pada tahun 2011 untuk mendukung produksi PKS di Perkebunan
Sumatera Utara II yang telah mulai operasional pada tahun 2011. Peningkatan pendapatan Perseroan
didukung oleh peningkatan bagian laba bersih entitas asosiasi dari USD3,3 juta pada tahun 2010
menjadi USD4,6 juta pada tahun 2011, yang disebabkan oleh peningkatan laba bersih dari entitas
asosiasi penghasil minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan Aceh, atas mana Perseroan memiliki
kepemilikan minoritas. Pendapatan konsesi jasa meningkat sebesar USD0,4 juta atau 6,9%, dari
USD5,6 juta pada 2010 menjadi USD6,0 juta pada tahun 2011. Jumlah pendapatan juga meningkat
akibat peningkatan pendapatan dividen, dari USD5,6 juta pada tahun 2010 menjadi USD10,0 juta pada
tahun 2011, dan juga akibat dibagikannya dividen khusus dari PT Agro Muko. Pendapatan lain-lain juga
meningkat dari USD1,0 juta pada tahun 2010 menjadi USD5,5 juta pada tahun 2011 yang disebabkan
oleh adanya pengakuan laba penjualan investasi jangka panjang kepemilikan minoritas Perseroan pada
PT Tambang Tondano Nusajaya, (yang bergerak di industri pertambangan emas) sebesar USD5,0 juta
pada tahun 2011.
Grafik Jumlah Pendapatan (dalam USD ribu)
2010 - 2012
185.327
185.064
2011
2012
136.686
2010
33
b. Jumlah Beban
(i) Beban Pokok Penjualan
Berikut ini adalah beban pokok penjualan untuk setiap segmen usaha Perseroan:
(dalam USD ribu, kecuali persentase)
Segmen kegiatan usaha
Minyak kelapa sawit
Tembakau
Total beban pokok penjualan
-
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
57.823
92,7%
77.813
96,2%
81.729
95,3%
4.547
7,3%
3.076
3,8%
4.007
4,7%
62.370
100,0%
80.889
100,0%
85.737
100,0%
Beban pokok penjualan untuk segmen usaha minyak kelapa sawit.
Beban pokok penjualan Perseroan untuk kegiatan usaha minyak kelapa sawit terdiri dari biaya-biaya
terkait dengan produksi TBS di perkebunan serta biaya-biaya produksi CPO dan PK di PKS milik
Perseroan.
Biaya utama yang terjadi di perkebunan Perseroan, yang disebut sebagai biaya TBS, meliputi:
• Biaya panen, yang mencakup upah pemanen dan biaya transportasi untuk mengangkut hasil panen
TBS ke PKS milik Perseroan;
• Biaya perawatan tanaman menghasilkan, yang mencakup upah pemanen, pemupukan, bahan
bakar dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk perawatan perkebunan milik Perseroan;
• Biaya tidak langsung termasuk penyusutan aset tetap seperti gedung, jalan, jembatan, mesin,
peralatan, perabotan, perlengkapan tetap dan kendaraan di PKS dan perkebunan, maupun biaya
umum yang mencakup gaji karyawan di kantor adminstrasi, biaya transportasi karyawan dari dan
ke perkebunan, biaya utilitas dan air;
• Penyusutan tanaman menghasilkan; dan
• Pembelian TBS.
Biaya utama yang terdapat di PKS, yang disebut sebagai biaya pengolahan, meliputi upah pekerja
PKS, biaya bahan bakar dan bahan kimia untuk operasional PKS dan biaya penyusutan aset tetap yang
mencakup biaya penyusutan PKS, mesin, peralatan, perabot dan perlengkapan tetap yang terdapat di
PKS milik Perseroan.
Dalam penyajian biaya pokok penjualan tahunan, Perseroan menambahkan biaya produksi rata-rata
dari persediaan awal barang jadi dan mengurangkan biaya produksi rata-rata dari persediaan akhir
barang jadi. Dengan demikian, biaya pokok penjualan Perseroan tidak meliputi biaya produksi barang
jadi yang tidak dijual dalam periode pelaporan.
Rincian biaya pokok penjualan untuk kegiatan usaha minyak kelapa sawit Perseroan dengan persentase
terhadap total beban pokok penjualan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut:
(dalam USD ribu, kecuali persentase)
Biaya panen
Biaya perawatan tanaman menghasilkan
Biaya tidak langsung, termasuk penyusutan aset tetap
Penyusutan tanaman menghasilkan
Pembelian TBS
Total biaya TBS
Biaya pengolahan dan penyusutan aset tetap
Jumlah biaya produksi minyak kelapa sawit
Barang Jadi (CPO dan PK):
Saldo awal tahun
Saldo akhir tahun
Jumlah beban pokok penjualan minyak kelapa sawit
34
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
6.342
11,0%
7.975
10,2%
10.788
18.149
31,4%
19.487
25,0%
23.819
9.478
16,4%
13.182
16,9%
14.702
8.317
14,4%
8.230
10,6%
8.714
12.090
20,9%
23.899
30,7%
15.930
54.377
94,0%
72.773
93,5%
73.953
13,2%
29,1%
18,0%
10,7%
19,5%
90,5%
5.060
59.437
8,8%
102,8%
6.391
79.163
8,2%
101,7%
7.245
81.198
8,9%
99,4%
2.397
(4.011)
57.823
4,1%
-6,9%
100,0%
4.011
(5.361)
77.813
5,2%
-6,9%
100,0%
5.361
6,6%
(4.830)
-5,9%
81.729 100,0%
-
Beban pokok penjualan untuk segmen usaha tembakau.
Beban pokok penjualan Perseroan untuk kegiatan usaha tembakau terdiri dari biaya pembelian dan
biaya pengolahan tembakau.
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD4,8 juta atau 6,0%, dari USD80,9 juta pada tahun 2011
menjadi USD85,7 juta pada tahun 2012, sedangkan beban pokok penjualan CPO dan PK meningkat
dari USD77,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD81,7 juta pada tahun 2012. Peningkatan beban pokok
penjualan CPO dan PK tersebut disebabkan oleh:
•
Biaya TBS.
- Biaya panen keseluruhan meningkat sebesar USD2,8 juta atau 35,3%, dari USD8,0 juta
pada tahun 2011 menjadi USD10,8 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya produksi TBS, yang juga meningkatkan beban upah pemanen dan beban
transportasi.
- Biaya perawatan tanaman menghasilkan juga mengalami peningkatan sebesar USD4,3 juta
atau 22,2%, dari USD19,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD23,8 juta pada tahun 2012.
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan pupuk pada tahun 2012 terkait
program aplikasi pupuk baru sesuai dengan hasil konsultasi bersama konsultan pihak ketiga.
- Biaya tidak langsung termasuk penyusutan aset tetap, meningkat sebesar USD1,5 juta
atau 11,5%, dari USD13,2 juta pada tahun 2011 menjadi USD14,7 juta pada tahun 2012.
Peningkatan ini disebabkan oleh inflasi.
- Penyusutan tanaman menghasilkan berjumlah USD8,2 juta pada tahun 2011, dibandingkan
dengan USD8,7 juta pada tahun 2012.
- Biaya pembelian TBS turun sebesar USD8,0 juta atau 33,3%, dari USD23,9 juta pada tahun
2011 menjadi USD15,9 juta pada 2012. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya volume
pembelian TBS dari 136.402 ton pada tahun 2011 menjadi 116.460 ton pada tahun 2012
serta harga rata-rata pembelian TBS dari USD175 per ton pada tahun 2011 menjadi USD137
pada tahun 2012. Penurunan volume pembelian tersebut disebabkan oleh meningkatnya hasil
panen TBS di Perkebunan Sumatera I sehingga kapasitas PKS yang tersisa untuk mengolah
TBS pihak ketiga menurun dan menurunnya kapasitas produksi PKS sehubungan dengan
perbaikan PKS.
•
Biaya pengolahan, termasuk penyusutan aset tetap meningkat sebesar USD0,9 juta atau 13,4%,
dari USD6,4 juta pada tahun 2011 menjadi USD7,2 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh
meningkatnya jumlah TBS yang diproses pada tahun 2012 dan mulai digunakannya (commissioning)
tangki penyimpanan sementara (transit tank) pada Perkebunan Sumatera II.
•
Barang Jadi. Perseroan memiliki persediaan CPO dan PK pada awal tahun 2012 sebesar USD5,4
juta dan pada tanggal 31 Desember 2012 persediaan CPO dan PK Perseroan sebesar USD4,8
juta, sedangkan pada CPO dan PK pada awal tahun 2011 berjumlah USD 4,0 juta. Penyesuaian
persediaan pada tahun 2012 menyebabkan peningkatan beban pokok penjualan sebesar USD2,0
juta selama tahun 2012.
Peningkatan beban pokok penjualan pada tahun 2012 juga disebabkan oleh meningkatnya beban pokok
penjualan pada usaha tembakau, dari USD3,1 juta pada tahun 2011 menjadi sebesar USD4,0 juta pada
tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan pada tahun 2012.
35
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD18,5 juta atau 29,6%, dari USD62,4 juta pada tahun
2010 menjadi USD80,9 juta pada tahun 2011, sedangkan beban pokok penjualan CPO dan PK
meningkat dari USD57,8 juta pada tahun 2010 menjadi USD77,8 juta pada tahun 2011. Peningkatan
beban pokok penjualan CPO dan PK tersebut disebabkan oleh:
•
Biaya TBS.
- Biaya panen keseluruhan meningkat sebesar USD1,6 juta atau 25,7%, dari USD6,3 juta
pada tahun 2010 menjadi USD8,0 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya produksi TBS, yang meningkatkan beban upah pemanen dan beban transportasi.
- Biaya perawatan tanaman menghasilkan juga mengalami peningkatan sebesar USD1,3 juta
atau 7,4%, dari USD18,1 juta pada tahun 2010 menjadi USD19,5 juta pada tahun 2011.
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya tenaga kerja dan transportasi.
- Biaya tidak langsung, termasuk penyusutan aset tetap, beban remunerasi karyawan
perkebunan, biaya perawatan, listrik dan air, biaya CSR, dan biaya RSPO meningkat sebesar
USD3,7 juta atau 39,1%, dari USD9,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD13,2 juta pada tahun
2011. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan biaya umum pada Perkebunan Sumatra
Utara II milik Perseroan sehubungan dengan mulai beroperasinya PKS pada bulan Juli 2010.
- Penyusutan tanaman menghasilkan berjumlah USD8,3 juta pada tahun 2010, dibandingkan
dengan USD8,2 juta pada tahun 2011.
- Biaya pembelian TBS meningkat sebesar USD11,8 juta atau 97,7%, dari USD12,1 juta pada
tahun 2010 menjadi USD23,9 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan
signifikan atas pembelian TBS di Perkebunan Sumatra Utara II dan kenaikan harga beli TBS
rata-rata per ton dari pihak ketiga, dari USD154 per ton pada tahun 2010 menjadi USD175 per
ton pada tahun 201.1 Kenaikan harga beli seiring dengan kenaikan harga pasar CPO. Volume
pembelian TBS meningkat dari 78.320 ton pada tahun 2010 menjadi 136.402 ton pada tahun
2011.
•
Biaya pengolahan meliputi penyusutan aset tetap, beban karyawan PKS, beban perawatan dan
biaya perjalanan dinas. Biaya pengolahan termasuk penyusutan aset tetap, meningkat sebesar
USD1,3 juta atau 26,3%, dari USD5,1 juta pada tahun 2010 menjadi USD6,4 juta pada tahun
2011. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan produksi CPO sehubungan dengan mulai
beroperasinya PKS di Perkebunan Sumatra Utara II pada bulan Juli 2010.
•
Barang Jadi. Perseroan memiliki persediaan CPO dan PK masing-masing sebesar USD4,0 juta dan
USD5,4 juta pada awal tahun 2011 dan pada tanggal 31 Desember 2011, sedangkan persediaan
pada CPO dan PK pada awal tahun 2010 berjumlah USD 2,4 juta. Fluktuasi nilai persediaan
menunjukkan penurunan dampak terhadap beban pokok penjualan Perseroan dari tahun 2010 ke
tahun 2011 sebesar USD0,2 juta.
Beban pokok penjualan bisnis tembakau menurun dari USD4,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD3,1
juta pada tahun 2011, volume penjualan pada tahun 2011 berkurang.
(ii) Beban Konsesi Jasa
Beban konsesi jasa mencakup perawatan dan pengeboran sumur panas bumi untuk menjaga kapasitas
produksi panas bumi sesuai dengan kewajiban dalam perjanjian konsesi jasa.
(iii) Beban Penjualan
Salah satu beban penjualan Perseroan adalah biaya pengiriman dan transportasi terkait dengan
aktivitas penjualan Perseroan di segmen usaha minyak kelapa sawit dan tembakau.
36
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Beban penjualan menurun sebesar USD0,2 juta atau 8,4%, dari USD2,5 juta pada tahun 2011 menjadi
USD2,2 juta pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya biaya pengangkutan CPO.
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Beban penjualan meningkat sebesar USD1,0 juta atau 68,2%, dari USD1,5 juta pada tahun 2010 menjadi
USD2,5 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan CPO
dan PK pada tahun 2011.
(iv) Beban Karyawan
Beban karyawan Perseroan (seperti beban manajemen dan karyawan kantor pusat) mencakup beban
gaji, tunjangan, bonus dan imbalan pasca kerja untuk karyawan yang tidak dialokasikan ke biaya pokok
penjualan.
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Beban karyawan Perseroan meningkat sebesar USD6,7 juta atau 49,8%, dari USD13,4 juta pada tahun
2011 menjadi USD20,1 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh biaya restrukturisasi yang
mencakup beban terminasi program insentif manajemen dan beban lain terkait dengan pengurangan
jumlah karyawan di kantor pusat.
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Beban karyawan Perseroan turun sebesar USD3,2 juta atau 19,2%, dari USD16,6 juta pada tahun 2010
menjadi USD13,4 juta pada tahun 2011. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran insidentil kepada
eksekutif Entitas Anak (yang dipekerjakan oleh segmen usaha yang saat itu belum dihentikan) pada
tahun 2010. Di luar pembayaran tersebut, beban karyawan rutin pada tahun 2011 meningkat sebesar
USD3,0 juta atau 32,6%, karena meningkatnya pembayaran bonus sehubungan dengan peningkatan
laba bersih tahun 2011.
(v) Provisi Program Insentif Kenaikan Nilai
Perseroan menyediakan program insentif kenaikan nilai bagi manajemen senior, berupa hak persentase
tertentu dari kenaikan nilai Perseroan dalam jangka waktu 4 tahun berlaku sejak tahun 2007-2010. Pada
tahun 2011, program dimulai kembali untuk jangka waktu tahun 2011-2014. Perseroan telah mengakhiri
program tersebut dan mentransfer saldo kewajibannya sebagai bagian dari terminasi karyawan.
(vi) Beban Umum dan Administrasi
Beban umum dan administrasi Perseroan terdiri dari beban jasa profesional, perjalanan dinas dan
transportasi, sumbangan, penyusutan, beban kantor, asuransi, perbaikan dan pemeliharaan, komunikasi
dan listrik, pelatihan, seminar dan rapat, beban keanggotaan dan langganan, jamuan, sewa kantor, jasa
kustodial dan beban bank, beban piutang ragu-ragu, amortisasi goodwill (hingga 2011), kompensasi
berbasis saham dan biaya lain-lain.
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Beban umum dan administrasi Perseroan meningkat sebesar USD5,4 juta atau 56,3%, dari USD9,5 juta
pada tahun 2011 menjadi USD 14,9 juta pada tahun 2012. Peningkatan beban umum dan administrasi
tersebut disebabkan oleh peningkatan jasa profesional sehubungan dengan aktivitas restrukturisasi.
37
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Beban umum dan administrasi Perseroan menurun sebesar USD0,3 juta atau 2,8%, dari USD9,8 juta
pada tahun 2010 menjadi USD9,5 juta pada tahun 2011. Penurunan pada beban umum dan administrasi
tersebut disebabkan oleh penurunan pada beban sumbangan, penyusutan, sewa kantor, amortisasi
goodwil dan kompensasi berbasis saham.
Grafik Jumlah Beban (dalam USD ribu)
- 2012
Grafik Jumlah2010
Beban
(dalam USD ribu)
2010 - 2012
125.802
97.364
97.364
112.986
112.986
125.802
2010
2011
2012
2010
2011
2012
c. Laba Sebelum Pajak
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Laba sebelum pajak Perseroan turun sebesar USD13,1 juta atau 18,1%, dari USD72,3 juta pada tahun
2011 menjadi USD59,3 juta pada tahun 2012.
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Laba sebelum pajak Perseroan mengalami peningkatan sebesar USD33,0juta atau 84,0%, dari USD39,3
juta pada tahun 2010 menjadi USD72,3 juta pada tahun 2011.
Grafik Laba Sebelum Pajak (dalam USD ribu)
2010Pajak
- 2012(dalam USD ribu)
Grafik Laba Sebelum
2010
- 2012
72.341
72.341
59.263
59.263
39.321
39.321
2010
2011
2012
2010
2011
2012
d. Beban Pajak
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Beban pajak Perseroan menurun sebesar USD9,3 juta atau 34,9%, dari USD26,6 juta pada tahun 2011
menjadi USD17,3 juta pada tahun 2012. Penurunan beban pajak tersebut disebabkan oleh penurunan
laba tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya.
38
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Beban pajak Perseroan meningkat sebesar USD11,8 juta atau 79,7%, dari USD14,8 juta pada tahun
2010 menjadi USD26,6 juta pada tahun 2011. Peningkatan beban pajak disebabkan oleh meningkatnya
laba Perseroan.
e. Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan
Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011.
Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan turun sebesar USD3,8 juta atau 8,3%, dari
USD45,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD42,0 juta pada tahun 2012, yang disebabkan oleh faktorfaktor yang telah diungkapkan di atas.
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010.
Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan meningkat sebesar USD21,2 juta atau 86,5%,
dari USD24,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD45,8 juta pada tahun 2011, yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang telah diungkapkan di atas.
Grafik Laba Bersih Tahun Berjalan Dari Operasi Yang Dilanjutkan
(dalam USD ribu)
2010 - 2012
45.753
41.957
24.528
2010
f.
2011
2012
Laba Bersih Dari Operasi Yang Dihentikan
Laba bersih Perseroan dari operasi yang dihentikan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing
berjumlah USD8,1 juta, USD10,6 juta dan USD56,7 juta. Laba bersih dari operasi yang dihentikan
tersebut terdiri dari laba penjualan dan laba bersih yang dihasilkan oleh kegiatan usaha penyewaan
kendaraan dan penyediaan jasa pembiayaan konsumen yang telah dijual kepada pihak ketiga tahun
2012.
Berikut adalah rincian laba bersih dari operasi yang dihentikan berdasarkan masing-masing segmen
usaha yang telah dihentikan dan sebagai persentase dari total laba bersih dari operasi yang dihentikan:
(dalam USD ribu, kecuali persentase)
Segmen usaha operasi yang dihentikan
Sewa kendaraan dan jasa pembiayaan konsumen*
Jasa kesehatan
Asuransi Umum*
Total laba bersih dari operasi yang dihentikan*
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
8.271
102,5%
10.409
98,5%
52.214
92,1%
(1.806)
-22,4%
(1.836)
-17,4%
(283)
-0,5%
1.607
19,9%
1.999
18,9%
4.772
8,4%
8.072
100,0%
10.572
100,0%
56.703
100,0%
Catatan: * Termasuk laba dari penjualan segmen usaha penyewaan kendaraan dan asuransi pada tahun 2012.
39
KINERJA NERACA
Aset, Liabilitas dan Ekuitas
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
735.276
283.337
451.939
Jumlah Aset
Jumlah Liabilitas
Jumlah Ekuitas
31 Desember
2011
912.711
413.531
499.179
2012
399.368
71.699
327.669
Aset, Liabilitias dan Ekuitas (dalam USD ribu)
912.711
735.276
451.939
499.179
413.531
399.368
327.669
283.338
71.699
2010
2011
Jumlah Aset
2012
Jumlah Liabilitas
Jumlah Ekuitas
a.Aset
(dalam USD ribu)
31 Desember
2010
2011
Keterangan
ASET LANCAR
Kas dan setara kas
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya
Deposito berjangka
Investasi pada efek yang diperdagangkan pada nilai wajar
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang
ragu-ragu
Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan
Biaya dibayar di muka dan uang muka
Aset dimiliki untuk dijual
Jumlah Aset Lancar
40
2012
132.294
294
57.752
25.263
28
90.913
110.470
33
76.599
1.500
4.846
40
58.249
4.883
15.076
2.984
11.172
8.974
316.969
1.213
1.971
14.261
4.132
424.441
647.434
1.434
2.251
16.067
6.582
109.319
Keterangan
(dalam USD ribu)
31 Desember
2010
2011
2012
6.389
6.351
6.305
ASET TIDAK LANCAR
Piutang dari perjanjian konsesi jasa
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Piutang lain - lain jangka panjang
Deposito berjangka
Investasi pada entitas asosiasi
Investasi lain-lain
Properti investasi
Aset pajak tangguhan
Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi
Uang muka pembelian mesin
23.654
-
-
63.254
804
9.515
30.789
6.898
5.288
129.512
128.142
994
89
13.025
24.635
6.898
5.634
133.072
62.255
1.135
1.907
688
16.829
23.978
6.267
140.965
77.866
865
2.065
Goodwill
Klaim atas pengembalian pajak
Aset lain-lain
Jumlah Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
7.493
1.724
3.762
418.307
735.276
4.968
1.592
3.805
265.276
912.711
4.968
1.430
7.825
290.049
399.368
(i) Aset Lancar
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011.
Pada tanggal 31 Desember 2012, aset lancar Perseroan berjumlah USD109,3 juta, turun sebesar
83,1% atau USD538,1 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD647,4 juta.
Penurunan aset lancar disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas serta aset dimiliki untuk dijual.
Kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD76.6 juta, turun sebesar 15,7%
atau USD14,3 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD90,9 juta.
Penurunan kas dan setara kas disebabkan karena Perseroan membagikan USD293,0 juta dari kas dan
setara kas Perseroan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Mayoritas kas dan setara kas
tersebut diterima dari penjualan operasi yang telah dihentikan dan penyetoran modal serta dari hasil
operasi.
Tidak ada aset dimiliki untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2012 , sedangkan aset dimiliki untuk dijual
pada tanggal 31 Desember 2011 berjumlah USD424,4 juta. Pada tahun 2011, Perseroan memutuskan
untuk melepas tiga entitas anak, yaitu PT Austindo Nusantara Jaya Rent (“ANJR”) dan entitas anak
(bergerak di bidang jasa sewa kendaraan bermotor dan pembiayaan konsumen), PT Asuransi Indrapura
(“AI”) (bergerak di bidang jasa asuransi) dan PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (“ANJHC”) dan
entitas anak (bergerak dibidang jasa kesehatan) sehingga seluruh aset dan liabilitas ketiga entitas anak
tersebut direklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual. Pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Februari
2012, Perseroan menandatangani perjanjian jual beli masing-masing dengan PT Mitra Pinasthika
Mustika untuk menjual ANJR dan Golden Eight Group Limited untuk menjual AI.
Tanggal 7 Mei 2012, Perseroan menjual ANJHC dan entitas anak ke PT Austindo Nusantara Jaya
Husada Cemerlang (entitas sepengendali). Setelah transaksi penjualan dilakukan, aset dimiliki untuk
dijual menjadi nihil.
41
Perbandingan antara 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2011, aset lancar Perseroan berjumlah USD647,4 juta, meningkat sebesar
104,3% atau setara dengan USD330,5 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar
USD317,0 juta. Peningkatan aset lancar disebabkan oleh peningkatan aset dimiliki untuk dijual.
Grafik Aset Lancar (dalam USD ribu)
2010 - 2012
647.434
316.969
109.319
31 Desember 2010
31 Desember 2011
31 Desember 2012
(ii) Aset Tidak Lancar
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011.
Pada tanggal 31 Desember 2012, jumlah aset tidak lancar Perseroan adalah sebesar USD290,0 juta,
dimana terjadi peningkatan sebesar 9,3% atau setara dengan USD24,8 juta dibandingkan dengan
posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD265,3 juta. Peningkatan aset tidak lancar disebabkan
oleh peningkatan aset tetap dan tanaman kelapa sawit.
Peningkatan aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan disebabkan oleh peningkatan sejumlah
aset tetap seperti tanah, bangunan, prasarana jalan dan jembatan, aset dalam penyelesaian dan aset
sewa pembiayaan.
Perbandingan antara 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tidak lancar Perseroan berjumlah USD265,3 juta, turun sebesar
36,6% atau setara dengan USD153,0 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar
USD418,3 juta. Penurunan aset tidak lancar disebabkan oleh reklasifikasi aset tidak lancar milik entitas
anak yang direncanakan untuk dijual.
Grafik Aset Tidak Lancar (dalam USD ribu)
2010 - 2012
418.307
265.276
31 Desember 2010
31 Desember 2011
42
290.049
31 Desember 2012
b.Liabilitas
Keterangan
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank jangka pendek
Utang usaha
Utang jasa asuransi
Uang muka atas penjualan investasi entitas anak
Utang pajak
Liabilitas derivatif
Utang lain-lain
Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Biaya masih harus dibayar
Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang bank - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Utang lain-lain jangka panjang
Obligasi konversi
Provisi program insentif kenaikan nilai
Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Kompensasi berbasis saham
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
2010
(dalam USD ribu)
31 Desember
2011
2012
10.041
7.537
19.298
8.766
933
10.799
8.551
68.674
503
136
135.239
3.405
11.007
6.727
8.418
8.045
2.255
354.828
394.685
1.500
4.580
26.534
9.646
1.340
8.167
2.341
1.773
55.881
114.483
-
-
440
-
427
2.806
12.494
4.112
1.900
2.010
1.007
-
2.190
9.452
2.123
148.099
7.612
9.334
18.846
294
2.967
9.112
15.818
(i) Liabilitas Jangka Pendek
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011.
Pada tanggal 31 Desember 2012, liabilitas jangka pendek Perseroan berjumlah USD55,9 juta, turun
sebesar 85,8% atau setara dengan USD338,8 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember
2011 sebesar USD394,7 juta. Penurunan liabilitas jangka pendek disebabkan oleh penurunan liabilitas
terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual.
Tidak ada liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2012.
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual berjumlah USD354,8 juta pada tanggal 31
Desember 2011, liabilitas ini berhubungan dengan liabilitas ANJR, AI dan ANJHC yang telah dijual
Perseroan pada tahun 2012.
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas jangka pendek Perseroan berjumlah USD394,7 juta,
meningkat sebesar 191,8% atau setara dengan USD259,4 juta dibandingkan dengan posisi tanggal
31 Desember 2010 sebesar USD135,2 juta. Peningkatan liabilitas jangka pendek disebabkan oleh
peningkatan liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual dikurangi penurunan utang bank
yang jatuh tempo dalam satu tahun.
43
Peningkatan liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual dan penurunan utang bank yang
jatuh tempo dalam satu tahun disebabkan oleh penerapan PSAK 58 (revisi 2009) pada tahun 2011
dimana liabilitas milik tiga entitas yang akan dijual, direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait
langsung dengan aset dimiliki untuk dijual.
Grafik Liabilitas Jangka Pendek (dalam USD ribu)
2010 - 2012
394.685
Grafik Liabilitas Jangka Pendek (dalam USD ribu)
2010 - 2012
135.239
394.685
55.881
31 Desember 2010
135.239
31 Desember 2011
31 Desember 2012
55.881
(ii) Liabilitas Jangka Panjang
Perbandingan antara 31
tanggal
31 Desember312012
dan tanggal 31
Desember 2011.
Desember 2010
Desember 2011
31 Desember 2012
Pada tanggal 31 Desember 2012, liabilitas jangka panjang Perseroan berjumlah USD15,8 juta, turun
sebesar 16,1% atau setara dengan USD3,0 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember
2011 sebesar USD18,8 juta.
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas jangka panjang Perseroan berjumlah USD18,8 juta, turun
sebesar 87,3% atau setara dengan USD129,3 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember
Grafik Liabilitas Jangka Panjang (dalam USD ribu)
2010 sebesar USD148,1 juta. Penurunan
liabilitas jangka panjang disebabkan oleh reklasifikasi liabilitas
2010 - 2012
jangka panjang tiga entitas anak yang direncanakan untuk dijual ke liabilitas terkait langsung dengan
aset dimiliki untuk dijual. 148.099
Grafik Liabilitas Jangka Panjang (dalam USD ribu)
2010 - 2012
148.099
31 Desember 2010
31 Desember 2010
18.846
15.818
31 Desember 2011
31 Desember 2012
37
18.846
15.818
31 Desember 2011
31 Desember 2012
37
44
(iii) Utang Perseroan
Dalam rangka pendanaan untuk akuisisi persediaan lahan (landbank) dan keperluan modal kerja,
Perseroan telah mendapatkan fasilitas pinjaman (bridging loan facility) dari JP Morgan sebesar USD45
juta, USD35 juta diantaranya merupakan fasilitas pinjaman untuk Perseroan dan USD10 juta untuk
ANJA. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka dari dua pemegang saham pendiri
Perseroan. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan belum melakukan penarikan atas fasilitas
pinjaman tersebut. Dalam rangka akuisisi Perseroan terhadap persediaan lahan (landbank) di Papua
pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah menarik seluruh fasilitas pinjaman tersebut sebesar
USD45 juta. Fasilitas pinjaman tersebut akan dibayar kembali secara penuh dengan menggunakan
dana hasil Penawaran Umum.
GMIT memiliki fasilitas pinjaman untuk modal kerja sebesar USD3 juta dengan Credit Suisse Cabang
Singapura dan fasilitas pinjaman revolving sebesar Rp23 miliar dengan PT Bank Central Asia (”BCA”).
Pinjaman dari BCA dijamin dengan persediaan dengan nilai setara Rp15 miliar. GMIT pada umumnya
menggunakan fasilitas tersebut sekitar lima bulan dalam setahun.
Tabel berikut menyajikan jumlah utang yang belum dilunasi dari fasilitas pinjaman yang dimiliki
Perseroan untuk operasi yang dilanjutkan:
(dalam USD ribu)
Keterangan
31 Desember
2011
2010
Operasi yang dilanjutkan
Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun dan utang jangka
pendek
Utang bank setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu
tahun
Jumlah utang bank dari operasi yang dilanjutkan (1)
Jumlah utang bank dari operasi yang dihentikan (2)
Jumlah utang bank
2012
539
2.255
3.841
–
–
–
539
205.152
205.692
2.255
312.569
314.824
3.841
–
3.841
Catatan:
1) Utang dari operasi yang dilanjutkan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terkait dengan pinjaman bank untuk modal kerja
usaha tembakau Perseroan untuk membiayai pembelian tembakau.
2) Utang dari operasi yang dihentikan terkait dengan utang usaha jasa pembiayaan Perseroan yang telah dijual pada tahun
2012.
c.Ekuitas
(dalam USD ribu)
31 Desember
2010
2011
Keterangan
Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per saham
pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per saham
pada 31 Desember 2011 dan 2010
Tambahan modal disetor:
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Pendapatan komprehensif lain
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya
Tidak ditentukan penggunaannya
Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Kepentingan Non-pengendali
Jumlah Ekuitas
45
2012
15.084
15.084
43.159
31.428
8.348
32.386
1.826
13.004
30.608
(663)
676
386.760
442.296
9.643
451.939
676
437.390
487.361
11.818
499.179
676
240.179
326.962
707
327.669
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011
Pada tanggal 31 Desember 2012, ekuitas Perseroan berjumlah USD327,7 juta, turun sebesar 34,4%
atau setara dengan USD171,5 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar
USD499,2 juta. Hal ini disebabkan oleh pembayaran dividen dikurangi peningkatan modal saham yang
disetor dan ditempatkan oleh para pemegang saham.
Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010
Pada tanggal 31 Desember 2011, ekuitas Perseroan berjumlah USD499,2 juta, meningkat sebesar
10,5% atau setara dengan USD47,2 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2010
sebesar USD451,9 juta. Hal ini berasal dari laba bersih tahun berjalan.
4.RASIO PERTUMBUHAN DAN KEUANGAN
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010
2011
2012
Keterangan
Likuiditas
Rasio Kas (x) (1)
Rasio lancar (x) (2)
Solvabilitas
Rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah ekuitas (Debt to Equity) (x) (3)
Rasio utang bersih terhadap ekuitas (Debt to Total Equity) (x) (4)
Imbal Hasil
Rasio imbal hasil aset (ROA) (%) (5)
Rasio imbal hasil ekuitas (ROE) (%) (6)
0,98
2,34
0,23
1,64
1,37
1,96
0,63
0,16
0,83
-0,18
0,22
-0,22
3,34
5,43
5,01
9,17
10,51
12,80
Keterangan:
1) Dihitung dengan membagi total kas yang dimiliki oleh Perseroan dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada
akhir periode terkait.
2) Dihitung dengan membagi total aset lancar dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait.
3) Dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas, masing-masing pada akhir periode terkait.
4) Dihitung dengan membagi total utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka
panjang dan utang obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan total ekuitas., masing-masing pada akhir
periode terkait.
5) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total
asset pada akhir periode tersebut.
6) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total
ekuitas pada akhir periode tersebut.
a.Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan Perseroan untuk memenuhi liabilitas jangka pendek, yang dapat
dihitung dengan rasio kas dan rasio lancar. Rasio kas dapat dihitung dengan cara membandingkan kas
yang dimiliki oleh Perseroan dengan jumlah liabilitas jangka pendek, sedangkan rasio lancar dihitung
dengan cara membandingkan jumlah aset lancar dengan jumlah liabilitas jangka pendek.
Rasio kas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 0,98x, 0,23x
dan 1,37x.
Rasio lancar Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 2,34x, 1,64x
dan 1,96x.
Perbaikan rasio kas dan rasio lancar Perseroan dari tahun 2010 sampai 2012 disebabkan oleh penurunan
liabilitas jangka pendek sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan ANJHC pada tahun 2012.
46
b.Solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar liabilitas-liabilitasnya, yang dapat
dihitung dengan beberapa cara, yaitu: (i) rasio liabilitas terhadap ekuitas (debt to equity ratio), yang
dihitung dengan cara membandingkan jumlah liabilitas dengan jumlah ekuitas, dan (ii) rasio utang
bersih terhadap ekuitas (net debt to equity ratio), yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah
utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka panjang dan utang
obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan jumlah ekuitas.
Rasio liabilitas terhadap ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masingmasing 0,63x, 0,83x dan 0,22x.
Rasio utang bersih terhadap ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012
masing-masing 0,16x, -0,18x dan -0,22x.
Solvabilitas, atau kemampuan Perseroan membayar liabilitasnya, meningkat karena penurunan liabilitas
sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan ANJHC pada tahun 2012.
c. Imbal Hasil Investasi
Imbal hasil investasi menunjukkan kemampuan aset produktif Perseroan dalam menghasilkan laba
bersih, yang dihitung dengan cara membandingkan laba bersih tahun berjalan dari operasi yang
dilanjutkan dengan jumlah aset.
Rasio imbal hasil aset Perseroan untuk tahun-tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta
2012 masing-masing 3,34%, 5,01% dan 10,51%.
Pergerakan pada imbal hasil investasi disebabkan oleh peningkatan laba bersih Perseroan dari operasi
yang dilanjutkan disertai dengan penurunan jumlah aset sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan
ANJHC pada tahun 2012.
d. Imbal Hasil Ekuitas
Imbal hasil ekuitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam menghasilkan laba bersih, yang dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan dengan jumlah
ekuitas.
Rasio imbal hasil ekuitas Perseroan untuk tahun-tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta
2012 masing-masing 5,43%, 9,17% dan 12,80%.
Pergerakan pada imbal hasil ekuitas disebabkan oleh peningkatan laba bersih Perseroan dari operasi
yang dilanjutkan disertai dengan penurunan jumlah ekuitas Perseroan setelah pembagian dividen
dalam jumlah signifikan dalam tahun 2012.
5. ANALISA LAPORAN ARUS KAS (CASH FLOW ANALYSIS)
Total Arus Kas Konsolidasian
Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi
Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas investasi
Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan
Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas
47
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
(17.272)
(7.713)
27.745
(54.925)
(110.830)
217.519
84.551
110.996
(259.577)
12.354
(7.548)
(14.314)
a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2012 berjumlah USD27,7juta. Arus kas
masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD169,4 juta,
sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan
karyawan masing-masing sebesar USD53,0 juta dan USD25,0 juta, pembayaran pajak penghasilan
sebesar USD24,0 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD31,3 juta.
Arus kas untuk aktivitas operasi pada tahun 2012 menunjukkan penerimaan bersih kas dibandingkan
dengan pengeluaran bersih kas pada tahun 2011. Tahun 2011 masih terdapat kas bersih yang
digunakan untuk aktivitas operasi karena pada tahun 2011 masih terdapat pembayaran bunga oleh
entitas anak yang bergerak di bidang penyewaan mobil dan pembiayaan sebesar USD27,3 juta. Entitas
anak tersebut telah dijual pada tahun 2012.
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2011 berjumlah USD7,7 juta. Arus kas
masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD200,3 juta,
sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan
karyawan masing-masing sebesar USD84,2 juta dan USD45,9 juta, pembayaran pajak penghasilan
sebesar USD23,0 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD28,3 juta. Arus kas
bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2011 menunjukkan pengeluaran bersih kas
yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2010 disebabkan oleh peningkatan arus kas masuk dari
pelanggan terkait dari entitas anak yang bergerak dalam bisnis kelapa sawit, sehubungan dengan
kenaikan harga CPO pada tahun tersebut.
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2010 berjumlah USD17,3 juta. Arus
kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD134,2 juta,
sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan
karyawan masing-masing sebesar USD58,5 juta dan USD34,1juta, pembayaran pajak penghasilan
sebesar USD18,4 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD24,3 juta.
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi pada tahun 2012 berjumlah USD217,5 juta. Arus kas
masuk dari aktivitas investasi berasal dari penerimaan kas dari penjualan investasi pada tiga entitas anak
pada tahun 2012 sebesar USD142,9 juta, penjualan efek diperdagangkan sebesar USD 105,6 juta dan
penerimaan dividen sebesar USD8,5 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas investasi berasal dari akuisisi
aset tetap, tanaman kelapa sawit dan aset lain-lain masing-masing sebesar USD20,6 juta, USD18,0 juta
dan USD4,0 juta. Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2012 menunjukkan penerimaan bersih
kas, yang merupakan peningkatan signifikandibandingkan dengan pengeluaran bersih kas pada tahun
2011 karena pada tahun 2011 terdapat pengeluaran untuk akuisisi aset tetap (aset kendaraan yang
disewakan oleh entitas anak yang bergerak dalam bisnis penyewaan mobil) , tanaman kelapa sawit dan
aset lain-lain (pembiayaan konsumen), serta penempatan dalam efek diperdagangkan yang lebih tinggi.
Tahun 2012 entitas anak yang bergerak dalam bisnis penyewaan mobil dan pembiayaan konsumen
sudah dijual, sehingga tak ada pengeluaran kas untuk keperluan pembelian aset tetap maupun aset
lain-lain terkait dengan entitas anak tersebut.
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2011 berjumlah USD110,8 juta. Arus
kas masuk dari aktivitas investasi berasal dari penerimaan dividen sebesar USD10,9 juta, penjualan
aset tetap sebesar USD 10,9 juta dan penerimaan uang muka penjualan investasi dalam entitas anak
sebesar USD11,0 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas investasi berasal dari akuisisi aset tetap, tanaman
kelapa sawit dan aset lain-lain masing-masing sebesar USD81,3 juta, USD12,2 juta dan USD0,2 juta
serta penempatan kas dalam efek diperdagangkan sebesar USD53,9 juta. Arus kas yang digunakan
untuk aktivitas investasi pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010,
disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran untuk akuisisi aset tetap, tanaman kelapa sawit dan aset
lain-lain serta penempatan kas dalam efek yang diperdagangkan yang lebih besar dari tahun 2010.
48
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2010 berjumlah USD54,9 juta. Arus kas
masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan dividen sebesar USD5,5 juta, penjualan aset tetap
sebesar USD5,2 juta dan pencairan deposito berjangka sebesar USD10,3 juta. Arus kas keluar untuk
aktivitas investasi berasal dari akuisisi aset tetap dan tanaman kelapa sawit masing-masing sebesar
USD48,0 juta dan USD5,5 juta serta penempatan kas dalam efek diperdagangkan sebesar USD13,8
juta.
c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2012 berjumlah USD259,6 juta.
Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan setoran modal dari pemegang
saham sebesar USD28,1 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan berasal dari dividen kepada
pemegang saham sebesar USD293,0 juta. Tahun 2012 menunjukkan pengeluaran bersih untuk aktivitas
pendanaan, sedangkan tahun 2011 menunjukkan penerimaan bersih untuk aktivitas pendanaan sebesar
USD111,0 juta karena kenaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham dalam tahun 2012 dan
berkurangnya penerimaan dari utang bank dalam tahun 2012. Dengan dijualnya entitas anak yang
memerlukan utang bank untuk pembiayaan bisnis penyewaan kendaraan dan pembiayaan konsumen,
maka jumlah utang bank menurun secara signifikan.
Kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan pada tahun 2011 berjumlah USD111,0 juta. Arus
kas masuk dari aktivitas pendanaan berasal penambahan utang jangka panjang sebesar USD127,0
juta. Arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan berasal dari pembayaran utang jangka pendek sebesar
USD12,6 juta dan pembayaran dividen kepada pemegang saham sebesar USD5,0 juta. Arus kas
masuk dari aktivitas pendanaan pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2010 disebabkan oleh peningkatan penambahan utang jangka panjang oleh entitas anak yang bergerak
dalam pembiayaan bisnis penyewaan kendaraan dan pembiayaan konsumen.
Kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan pada tahun 2010 berjumlah USD84,6 juta. Arus kas
masuk dari aktivitas pendanaan berasal dari penambahan utang jangka panjang sebesar USD83,5 juta
dan penerimaan dari penerbitan obligasi konversi sebesar USD12,5 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas
pendanaan berasal dari pembayaran utang jangka pendek sebesar USD1,4 juta dan pembayaran
dividen kepada pemegang saham sebesar USD10,8 juta.
6. PEMBELANJAAN MODAL
Berikut adalah rincian pembelanjaan modal Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012:
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
Total
5.474
12.191
18.003
35.668
398
531
3.296
4.225
424
4.222
535
5.181
1.044
129
1.173
1.181
1.195
1.557
3.933
1.566
2.100
3.666
265
499
30
794
1.686
1.610
308
3.604
26.153
53.787
1.214
81.154
13.548
11.333
14.209
39.090
937
452
4.000
5.389
52.675
88.046
43.153
183.874
Keterangan
Tanaman belum menghasilkan
Tanah
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Peralatan medis dan operasi
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraan bermotor
Aset dalam penyelesaian - net
Aset sewa pembiayaan
Pembelanjaan modal
49
a. Rencana Pembelanjaan Modal
Saat ini Perseroan memiliki sejumlah rencana ekspansi yang diharapkan untuk diimplementasikan
atau mulai dilaksanakan dalam tiga tahun ke depan. Perseroan memperkirakan akan menggunakan
sekitar USD219,7 juta sebagai pembelanjaan modal selama tiga tahun ke depan sehubungan dengan
perkebunan yang telah dimiliki Perseroan pada saat ini dan rencana ekspansi tersebut.
•
•
•
•
•
•
•
Perkebunan Sumatera Utara. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD11,5 juta
dan USD11,3 juta dari total belanja modal Perseroan masing-masing untuk biaya pemeliharaan
PKS dan infrastruktur pendukung lainnya di Perkebunan Sumatera Utara dari tahun 2013 sampai
dengan 2015;
Perkebunan Belitung. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD11,3 juta dari total
belanja modal Perseroan untuk biaya pembangunan fasilitas pelatihan manajemen, pemeliharaan
PKS dan infrastruktur pendukung lainnya di Perkebunan Belitung dari tahun 2013 sampai dengan
2015;
Perkebunan Kalimantan Barat. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD52,0
juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit
baru, biaya pembibitan, pembangunan PKS dan infrastruktur pendukung di Perkebunan Kalimantan
Barat dari tahun 2013 sampai dengan 2015;
Landbank Sumatera Selatan. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD47,6 juta
dari total belanja modal Perseroan untuk biaya kompensasi lahan, pembukaan lahan, penanaman
kelapa sawit baru, biaya pembibitan dan pembangunan infrastruktur pendukung di properti landbank
Sumatera Selatan dari tahun 2013 sampai dengan 2015;
Landbank Papua. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD60,8 juta dari total
belanja modal Perseroan untuk biaya kompensasi lahan, pembukaan lahan, penanaman kelapa
sawit baru, biaya pembibitan dan pembangunan infrastruktur pendukung di landbank Papua dari
tahun 2013 sampai dengan 2015;
Proyek Sagu Papua. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD20,8juta dari
total belanja modal Perseroan untuk biaya pembangunan infrastruktur guna mendukung operasi
bisnis sagu Perseroan. Hal ini termasuk pembangunan pabrik pengolahan sagu utama dan pabrik
penunjang, serta dermaga, kanal, jalan, sarana prasarana transportasi dan generator listrik, kantor,
perumahan, sekolah, klinik dan fasilitas lainnya bagi karyawan, dan
Proyek AANE. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD4,4 juta dari total
belanja modal Perseroan untuk biaya (i) pembelian dan pemasangan generator listrik di pabrik
biogas Pulau Belitung dan (ii) pembuatan proyek listrik biogas pembangkit serupa di Perkebunan
Sumatera Utara I.
Rencana pembelanjaan modal Perseroan sekitar USD219,7 ini adalah tambahan dari sekitar USD18
juta pembelanjaan modal yang telah dilakukan pada tahun 2013 untuk akuisisi landbank Papua.
Pembelanjaan modal tersebut akan dibiayai oleh kas yang tersedia, arus kas dari aktivitas operasi serta
hasil dari Penawaran Umum. Keseluruhan pengeluaran aktual dan alokasi dana antara proyek-proyek
ekspansi tersebut dipengaruhi oleh banyak hal. Perseroan dapat meningkatkan, mengurangi atau
menunda pengeluaran modal yang telah direncanakan atau mengubah waktu dan alokasi pengeluaran
modal dari rencana Perseroan sebagaimana telah dijelaskan di atas untuk menanggapi kondisi pasar
atau karena alasan lain. Penggunaan modal Perseroan yang sesungguhnya dapat menjadi jauh lebih
tinggi atau lebih rendah dari jumlah yang diperkirakan karena berbagai faktor, termasuk, antara lain,
biaya yang tidak direncanakan, kemampuan Perseroan untuk menghasilkan arus kas yang cukup dan
kemampuan Perseroan untuk memperoleh pendanaan modal eksternal yang cukup.
50
7. KEWAJIBAN KONTRAKTUAL
Berikut adalah informasi mengenai kewajiban kontraktual Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal
31 Desember 2012. Perseroan berharap untuk memenuhi kewajiban dan liabilitas melalui kas yang
dihasilkan dari aktivitas operasi dan kas yang tersedia.
(dalam USD juta)
Jadwal pembayaran
< 1 Tahun 1-3 Tahun 3-5 Tahun > 5 Tahun
Keterangan
Total
Kewajiban kontraktual
Pembelanjaan modal
3,1
3,1
48,8
48,8
Utang bank (1)
Sewa pembiayaan
2,2
1,8
0,4
50,3
25,4
14,2
1,6
9,1
Kewajiban kontraktual lainnya (2)
Total
104,5
79,1
14,6
1,6
9,1
Catatan:
1) Utang bank termasuk kewajiban pembayaran kembali utang bank kepada JP Morgan International Bank Limited Brussels
Branch sebesar USD45 juta yang ditarik tanggal 7 Januari 2013.
2) Kewajiban kontraktual lainnya termasuk imbalan pasca kerja, sewa kantor, komitmen pesawat charter dan estimasi kewajiban
terkait dengan harga pembelian bersyarat sesuai kontrak akuisisi tertentu.
8. KEWAJIBAN KONTINJENSI
Perseroan memiliki kewajiban kontinjensi sebagai berikut:
•
Kewajiban pembayaran kontinjensi yang berkaitan dengan pembelian saham PT Prima Mitra
Nusatama (”PMN”) oleh perseroan dari sejumlah investor yang bukan merupakan pihak berelasi
(”Investor Penjual”). PMN merupakan perusahaan induk dari AI yang memiliki kegiatan usaha
asuransi umum. AI telah dijual kepada pihak ketiga pada Februari 2012. Terdapat kewajiban
kontinjensi maksimum sebesar Rp 9,479 miliar (setara dengan USD1.006.781) yang akan dibayar
dalam tahun 2014-2015, dalam hal Perseroan tidak menerima klaim dari pembeli saham AI (entitas
anak), yang telah menerima jaminan dari Perseroan untuk hak pemenuhan klaim tersebut.
Perseroan menyatakan bahwa kewajiban pembayaran kontinjensi tersebut di atas tidak akan
membawa dampak negatif maupun dapat menimbulkan hambatan terhadap Penawaran Umum
Perdana Saham. Perseroan menyatakan bahwa tidak terdapat pembatasan pemegang saham
publik terkait dengan ketentuan kewajiban pembayaran kontinjensi sebagaimana diungkapkan di
atas.
•
Pembayaran kontinjen maksimum sebesar USD27,5 juta pada tanggal 31 Desember 2012 terkait
dengan akuisisi serta pembebasan lahan (landbank) untuk perkebunan kelapa sawit di Papua.
Pembayaran tergantung pada pencapaian target kemajuan tertentu terkait dengan proses
sertifikasi lahan perkebunan, yang mencakup kompensasi lahan kepada masyarakat setempat,
pemetaan dan penyelesaian tahapan-tahapan lain dalam proses sertifikasi tanah. Pada tanggal 7
Januari 2013, Perseroan telah melakukan pembayaran sebesar USD18 juta untuk akuisisi lahan
sehingga nilai pembayaran kontinjen yang tersisa pada saat Prospektus Awal ini diterbitkan adalah
maksimum sebesar USD 9,5 juta.
•
Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tertanggal 28 Desember 2010 atas kurang bayar PPN periode
Januari sampai Desember 2008 sebesar Rp 13,1 miliar (setara USD1.349.861 pada 31 Desember
2012). Pada tanggal 8 Februari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan
tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak Rp13,1 miliar. Pada tanggal 27 Januari
2012, DJP menolak keberatan yang diajukan oleh ANJAS. ANJAS mengajukan banding kepada
pengadilan pajak pada tanggal 25 April 2012. ANJAS belum membayar kekurangan pembayaran
PPN ini.
51
•
Pada tanggal 26 Desember 2012, SM menerima SKPKB dari DJP untuk pemeriksaan pajak tahun
2006. SKPKB ini juga mengoreksi seluruh penyesuaian fiskal positif Pajak Penghasilan Badan
2006, sehingga seluruh rugi fiskal SM sebesar Rp712 juta tidak diakui oleh pajak. Rugi fiskal
tersebut telah dikompensasi ke pendapatan kena pajak SM tahun 2007, yang belum diperiksa oleh
DJP sehingga menimbulkan eksposur kurang bayar pajak beserta penalti kurang lebih sebesar
Rp264 juta (setara dengan USD27.238). Manajemen SM berpendapat koreksi tersebut tidak sesuai
dengan peraturan pajak yang berlaku dan berencana mengajukan keberatan atas SKP tersebut.
9. MANAJEMEN RISIKO
Perseroan dan Entitas Anak berkomitmen untuk menjalankan manajemen risiko dalam usahanya
untuk mempertahankan kinerja yang sudah tercapai saat ini. Perseroan menyadari bahwa jalannya
operasional Perseroan dan Entitas Anak tidak terlepas dari berbagai risiko, baik risiko yang berada di
bawah kendali maupun risiko yang berada di luar kendali Perseroan. Karena itu risiko harus dikelola
secara terintegrasi dan berkelanjutan, sebagai bagian dari praktik tata kelola yang baik atas korporasi.
Sebagai bagian dari komitmen Perseroan untuk menjalankan manajemen risiko, Perseroan dan Entitas
Anak juga telah membentuk unit Internal Audit, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Utama / Wakil Direktur Utama. Pembentukan ini merupakan salah satu langkah manajemen untuk
penerapan manajemen resiko yang menyeluruh pada masa mendatang.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa contoh dari penerapan manajemen risiko yang dilakukan
oleh Perseroan dan Entitas Anak adalah:
-
Untuk mengurangi dampak risiko penurunan harga CPO dan PK, Perseroan dengan izin dari Dewan
Komisaris dapat menjual produk dengan kontrak berjangka apabila Perseroan menganggap tren
harga CPO dan PK akan menurun, dengan catatan bahwa : (i) jumlah total kontrak penjualan
berjangka yang berlaku tidak melebihi 30% dari hasil produksi CPO per bulan Perseroan, (ii)
periode kontrak penjualan berjangka tidak lebih dari 6 bulan dan (iii) masing-masing kontrak harus
mendapatkan izin dari Dewan Komisaris Entitas Anak tersebut, bila jumlah total kontrak penjualan
berjangka melebihi 30% dari hasil produksi CPO per bulan Perseroan atau periode kontrak
penjualan berjangka lebih dari 6 bulan.
-
Perseroan memastikan hubungan yang baik dengan regulator selalu terjaga dengan seringnya
komunikasi yang diadakan oleh kedua belah pihak. Selain itu Perseroan juga memastikan bahwa
semua aturan-aturan yang berlaku dan perubahannya selalu diawasi dengan seksama.
-
Untuk fluktuasi kurs mata uang asing, Perseroan memiliki risiko yang telah diuraikan di Bab V
dari Prospektus mengenai Risiko Usaha. Perseroan dan Entitas Anak dapat melakukan kontrak
valuta asing berjangka untuk tujuan lindung nilai dengan catatan bahwa masa kontrak tersebut
tidak lebih dari 6 bulan dan nilai kontrak tidak lebih dari jumlah mata uang Rupiah yang dibutuhkan
untuk kegiatan usaha Perseroan selama 3 bulan. Selain itu, untuk mengurangi dampak fluktuasi
kurs mata uang asing terhadap kas Perseroan, Perseroan memiliki kebijakan umum untuk
hanya mempertahankan jumlah kas mata uang Rupiah yang cukup untuk kebutuhan operasional
Perseroan selama 2 minggu, namun Perseroan dapat meningkatkan jumlah kas mata uang Rupiah
menjadi jumlah maksimum yang cukup untuk kebutuhan operasional Perseroan selama 3 bulan
apabila Perseroan berpandangan bahwa tren masa depan nilai tukar Rupiah tidak menguntungkan.
Perseroan berencana untuk memperkenalkan dan menerapkan manajemen risiko di Entitas Anak
dan unit-unit usahanya melalui pelatihan dan praktek kerja sebagai pembekalan pengetahuan dan
ketrampilan bagi para manajer dalam memfasilitasikan pelaksanaan proses manajemen risiko di unitnya
masing-masing.
52
VI. RISIKO USAHA
Di samping informasi lain yang telah disajikan dalam Prospektus ini, risiko-risiko usaha berikut ini juga
harus dijadikan pertimbangan oleh para investor. Tambahan risiko dan faktor-faktor ketidakpastian
yang saat ini tidak diketahui Perseroan atau yang saat ini dianggap tidak material oleh Perseroan,
dapat memiliki efek negatif pada kegiatan usaha Perseroan pada masa mendatang. Setiap risiko yang
dijelaskan di bawah ini dapat berdampak material pada kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional,
kondisi keuangan dan prospek usaha Perseroan. Harga saham Perseroan dapat turun akibat oleh salah
satu dari risiko ini dan para investor mungkin dapat kehilangan seluruh atau sebagian investasinya.
Risiko usaha yang dihadapi oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya baik yang secara
langsung dijalankan oleh Perseroan ataupun secara tidak langsung dijalakankan melalui Entitas Anak,
antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional.
Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional. Harga internasional
produk minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan atas:
a. Tingkat pasokan dan/atau permintaan untuk minyak kelapa sawit (CPO) dan produk substitusinya,
minyak pengganti, khususnya minyak kedelai dan rapeseed;
b. Tingkat produksi CPO dunia dan minyak nabati lainnya, yang cenderung dipengaruhi oleh kondisi
cuaca global dan luas lahan yang ditanami;
c. Tingkat konsumsi dan persediaan dunia dari CPO maupun minyak nabati lainnya;
d. Tarif impor dan ekspor, termasuk pajak ekspor Indonesia dan tarif impor yang berlaku di negaranegara yang mengimpor CPO;
e. Harga minyak nabati lainnya;
f. Peraturan lingkungan dan konservasi;
g. Perkembangan ekonomi serta pertumbuhan penduduk, konsumsi per kapita dan kebutuhan
pangan;
h. Kondisi cuaca dan pengaruh alam lainnya; dan
i. Perekonomian dunia pada umumnya.
Seperti harga komoditas-komoditas lainnya, harga CPO secara historis memiliki volatilitas yang tinggi
dan dipengaruhi musim. Harga CPO biasanya mengikuti tren harga minyak nabati lainnya, seperti
minyak kedelai. Sejak tahun 2003, harga CPO di MDEX telah berkisar antara titik terendah dengan harga
USD346,63 per ton pada bulan Januari 2005 sampai titik tertinggi USD1.248,55 per ton pada bulan
Februari 2011. Harga CPO pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD771 per ton. Walaupun
harga CPO di MDEX dan cost, insurance and freight (“c.i.f”) Rotterdam telah meningkat di akhir-akhir
ini, Perseroan tidak dapat menjamin bahwa harga tersebut akan terus meningkat, atau tidak turun di
bawah harga pada saat ini.
Selain itu, pajak dan faktor-faktor lainnya, seperti pajak ekspor Indonesia dan peraturan pemerintah di
negara-negara penghasil utama, termasuk Indonesia, dapat mempengaruhi harga internasional dan
domestik produk Perseroan. Sebagai contoh, kenaikan pajak ekspor atas CPO di Indonesia tanpa
disertai oleh peningkatan pajak ekspor atas produk olahan minyak kelapa sawit akan mengakibatkan
meningkatnya permintaan dan harga domestik CPO. Hal sebaliknya terjadi apabila pajak ekspor CPO
diturunkan sementara pajak ekspor atas produk olahan minyak kelapa sawit meningkat atau tidak
berubah. Perseroan menetapkan harga patokan penjualan CPO dengan beberapa penyesuaian, seperti
pajak ekspor minyak kelapa sawit yang berlaku di Indonesia.
Penurunan harga internasional CPO, perubahan peraturan pemerintah dan pajak dan penurunan
signifikan atas harga produk Perseroan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha,
arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek Perseroan.
53
2. Peraturan dan kebijakan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak
kelapa sawit.
Perseroan dipengaruhi oleh peraturan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak
kelapa sawit maupun kebijakan Pemerintah yang tidak mendorong pertumbuhan industri minyak kelapa
sawit secara efisien di Indonesia. Sebagai contoh, pada tahun 2011, Pemerintah telah mengeluarkan
peraturan yang secara signifikan meningkatkan pajak ekspor CPO. Saat ini, sejumlah produsen CPO di
Indonesia, tidak termasuk Perseroan, menjual CPO mereka ke pelanggan internasional untuk diolah lebih
lanjut di luar Indonesia. Kapasitas penyulingan CPO di Indonesia saat ini tidak cukup untuk mengolah
semua CPO yang diproduksi di Indonesia, sehingga pelaksanaan peraturan ini dapat berdampak negatif
terhadap industri CPO di Indonesia. Peraturan ini dan peraturan lainnya yang tidak konsisten dengan
kebutuhan dan kemampuan industri CPO Indonesia dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha,
arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek Perseroan.
Selain itu, walaupun industri minyak kelapa sawit di Indonesia selama dekade terakhir ini telah
berkembang menjadi produsen CPO terbesar di dunia, pembangunan infrastruktur penunjang oleh
Pemerintah masih belum memenuhi kebutuhan. Apabila Pemerintah tidak berhasil untuk membangun
lebih banyak pelabuhan, jalan dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk mengembangkan kapasitas
maka timbul dampak negatif atas kemampuan pertumbuhan industri CPO Indonesia. Hal ini dapat
berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan
prospek Perseroan.
3. Pajak ekspor Indonesia atau peraturan atas CPO serta tarif dan pajak impor dan pembatasan
lainnya yang dikenakan oleh Indonesia.
Pada tahun 1994, Pemerintah mengenakan pajak ekspor atas ekspor CPO dan produk minyak kelapa
sawit lainnya. Pemerintah menyatakan bahwa tujuan pajak ekspor tersebut adalah untuk mengendalikan
harga jual refined bleached deodorized olein (minyak goreng sawit atau RBDOL) di pasar domestik yang
telah meningkat karena peningkatan harga pasar dunia untuk produk tersebut. Depresiasi nilai tukar
Rupiah Indonesia pada tahun 1997 dan awal 1998 juga menyebabkan kenaikan signifikan harga domestik
RBDOL dan menyebabkan ekspor produk minyak kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan
dengan penjualan domestik. Akibatnya, pada bulan Desember 1997, Pemerintah melarang ekspor
produk minyak kelapa sawit. Larangan tersebut dicabut pada bulan April 1998 dan digantikan dengan
pajak ekspor. Pajak ekspor ini pada awalnya berkisar antara 10,0% sampai dengan 40,0% (tergantung
jenis produk) dan kemudian meningkat menjadi antara 20,0% sampai dengan 60,0%. Pemerintah telah
menurunkan pajak ekspor menjadi antara 7,0% sampai dengan 30,0% pada bulan Juni 1999.
Pada bulan September 2007, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.011/2007,
Pemerintah Indonesia mengubah tarif pajak ekspor menjadi antara 0,0% dan 10,0%, yang akan
ditentukan sesuai dengan rumus yang mengikuti harga CPO (c.i.f Rotterdam). Peraturan tersebut
kemudian direvisi pada bulan Februari 2008 dan yang terakhir pada bulan Mei 2012 oleh Peraturan
Menteri Keuangan No. 75/PMK.011/2012 dengan tarif antara 0,0% dan 22,5%, yang akan ditentukan
sesuai dengan rumus berdasarkan harga referensi CPO yang ditentukan atas dasar harga CPO di
MDEX, BEI dan c.i.f Rotterdam. Berdasarkan rumus ini, tarif pajak ekspor CPO dan CPKO mulai dari 1
Desember sampai 31 Desember 2012 masing-masing adalah 9,0% dan 9,0%.
Tidak akan ada kepastian bahwa Pemerintah tidak akan mengeluarkan pajak dan/atau tarif baru
yang lebih ketat, meningkatkan pajak ekspor CPO, meningkatkan lebih lanjut harga dasar atau
melarang ekspor CPO pada masa mendatang. Apabila Pemerintah meningkatkan pajak ekspor atau
memberlakukan kembali larangan ekspor terhadap produk Perseroan atau mengambil tindakan lain
yang serupa, maka harga CPOPerseroan di pasar Indonesia akan terpengaruh secara negatif. Sebagai
contoh, pada tahun 2008, pemerintah Malaysia mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa
perusahaan minyak kelapa sawit diwajibkan untuk membayar pajak yang lebih tinggi atas CPO dan
CPKO apabila harga-harga minyak tersebut melebihi RM2.000 per ton. Tidak dapat dipastikan bahwa
Pemerintah tidak akan memberlakukan pajak serupa atau bahkan lebih ketat terhadap perusahaanperusahaan CPO Indonesia, seperti Perseroan, pada masa mendatang.
54
Walaupun Perseroan dan Entitas Anak saat ini tidak mengekspor CPO, kenaikan pajak ekspor yang
disebabkan oleh meningkatnya Harga Patokan Ekspor (“HPE”) atau perubahan Peraturan Pemerintah
mengenai pajak ekspor CPO dan pengenaan tarif impor pada negara importir CPO serta produk
turunannya dapat berpengaruh pada harga dan permintaan atas produk Entitas Anak di pasar domestik
yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kinerja dan prospek usaha Perseroan dan Entitas
Anak.
4. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional yang diberlakukan oleh negara-negara
pengimpor dan pengekspor minyak kelapa sawit dapat berdampak negatif terhadap industri
minyak kelapa sawit.
Tarif dan pajak impor serta pembatasan lainnya yang dikenakan oleh negara-negara pengimpor minyak
kelapa sawit dapat mempengaruhi permintaan CPO dan produk turunannya serta mendorong substitusi ke
minyak nabati lainnya. Apabila negara-negara pengimpor memberlakukan pajak yang lebih rendah untuk
produk substitusi, seperti minyak kedelai, maka daya saing impor CPO dan produk turunannya dapat
terpengaruh secara negatif, sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan harga produk Perseroan.
Selain itu, pajak ekspor serta pembatasan lainnya yang dikenakan oleh negara-negara pengekspor minyak
kelapa sawit dapat mempengaruhi tingkat pasokan serta harga CPO dan produk turunannya. Sebagai
contoh, apabila Malaysia, sebagai negara produsen CPO terbesar kedua di dunia, menurunkan pajak ekspor
maka hal tersebut dapat meningkatkan volume ekspor CPO dari Malaysia dan juga tingkat pasokan dunia.
Jika salah satu hal di atas terjadi, maka hal tersebut dapat mempengaruhi harga global CPO secara
negatif. Apabila pengaruh negatif tersebut bersifat material, maka kegiatan usaha, kondisi keuangan,
kinerja operasional dan prospek Perseroan dapat secara material terganggu.
5. Penundaan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses perolehan sertifikat HGU dan izinizin pemerintah lainnya dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa
depan dan profitabilitas Perseroan.
Peraturan pemerintah dapat menunda atau membatasi kemampuan Perseroan untuk memperoleh hak
tanah yang memadai bagi pengembangan perkebunan baru atau perluasan perkebunan Perseroan yang
telah ada pada saat ini. Dalam rangka pengembangan suatu perkebunan, Perseroan wajib mendapatkan
Hak Guna Usaha (”HGU”) atas tanah perkebunan tersebut. Tahap-tahap proses perolehan sertifikat
HGU dapat dijabarkan sebagai berikut: perolehan izin lokasi, ANDAL dan Izin Usaha Perkebunan
(IUP) proses pembebasan lahan dengan ganti rugi untuk pemilik tanah pihak ketiga di dalam wilayah
yang termasuk dalam izin lokasi, penyelesaian survei lahan dan proses pemetaan (Peta Kadastral),
perolehan persetujuan dari Panitia B, perolehan Surat Keputusan HGU dan penerbitan sertifikat HGU.
Setiap tahap memerlukan jangka waktu yang panjang dan terdapat ketidakpastian bahwa Perseroan
tidak akan mengalami penundaan proses perolehan HGU.
Pada periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, terdapat 105.319 hektar lahan Perseroan
atas nama proses perolehan HGU atas lahan tersebut masih berjalan. Tertundanya perolehan HGU
dan izin-izin pemerintah lain, atau kesulitan dan penundaan lainnya dalam pengembangan lahan
Perseroan dapat mengganggu aspek-aspek lainnya dalam rencana perluasan, prospek pertumbuhan
masa depan dan profitabilitas Perseroan. Perseroan tidak diizinkan untuk memulai pembukaan lahan
dan penanaman di perkebunan sawit milik Perseroan sampai IUP dan SKPKH untuk lahan yang
diklarifikasikan sebagai Kawasan Hutan Produksi Konversi). Sebaliknya, sebelum dapat memperoleh
HGU, Perseroan diharuskan untuk memulai pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit sebagai
bukti bahwa lahan tersebut akan digunakan telah diperolehmenerima HGU (hanya untuk lahan yang tidak
diklasifikasikan sebagai Kawasan Hutan Produksi Konversi) untuk sebagai perkebunan kelapa sawit
dan bukan sekedar untuk spekulasi tanah, namun Perseroan dapat diwajibkan untuk mengembalikan
lahan ke kondisi semula jika permintaan HGU untuk lahan tersebut ditolak, sehingga akan berakibat
kerugian waktu dan investasi Perseroan di lahan tersebut. Apabila Perseroan gagal memperoleh izinizin yang diperlukan atau gagal memperoleh HGU atas lahan yang dimaksud di dalam izin lokasi, maka
Perseroan tidak dapat menggunakan lahan tersebut sesuai dengan rencana. Dalam hal tersebut,
Perseroan akan mengalami kerugian atas biaya-biaya terkait dalam akuisisi lahan yang bersangkutan.
Jika salah satu hal di atas terjadi, kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek
Perseroan akan secara material terganggu.
55
6. Penundaan dan kesulitan yang dihadapi untuk menyelesaikan sengketa hak tanah dan
masalah kompensasi yang berhubungan dengan lahan perkebunan dan landbank milik
Perseroan dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan
profitabilitas Perseroan.
Walaupun lahan telah diakuisisi untuk pengembangan perkebunan atau tujuan penggunaan lainnya,
pemilik perkebunan di Indonesia pada umumnya menghadapi masalah sengketa tanah dari penduduk
yang tinggal atau bekerja di kawasan lahan tersebut dan hal ini memerlukan negosiasi pembayaran
kompensasi kepada para penggugat tersebut. Selain itu, pihak berwenang akan meminta para pemilik
perkebunan untuk menyelesaikan seluruh masalah kompensasi tanah terkait sebagai syarat persetujuan
permohonan HGU. Penyelesaian sengketa hak tanah dan masalah kompensasi dapat menjadi proses
yang sulit dan memakan waktu panjang. Hal tersebut dapat mengganggu kegiatan usaha, kondisi
keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. Sebagai contoh, Perseroan sedang terlibat
dalam perkara hukum dengan pihak yang menggugat hak kepemilikan atas sebidang lahan yang
terletak di Perkebunan Sumatera Utara I. Pihak penggugat tersebut dalam beberapa kesempatan telah
memasuki kawasan perkebunan Perseroan tanpa izin sehingga menyebabkan penghentian sementara
terhadap kegiatan operasional perkebunan di bidang lahan yang bersangkutan.
Perkara-perkara mengenai sengketa lahan yang sedang dihadapi Perseroan dapat dilihat pada Bab
VIII mengenai Keterangan Tentang Perseroan dan Entitas Anak, sub-bab 16 mengenai PerkaraPerkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi. Terkait dengan perkara perdata yang sedang
dihadapi oleh ANJA dan KAL, apabila pengadilan yang berwenang untuk mengadili dan memutuskan
perkara tersebut memutuskan untuk menerima gugatan pihak lawan ANJA dan KAL, maka Perseroan
dan Entitas Anak akan berpotensi kehilangan 1,02% dari keseluruhan lahan (landbank) yang dimiliki.
Perkara perdata lain yang dihadapi oleh ANJAS tidak berkaitan dengan lahan ANJAS.
7. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak nabati substitusi jenis
lainnya.
Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari industri minyak goreng lainnya, khususnya
minyak kedelai dan minyak nabati substitusi lainnya seperti minyak rapeseed, minyak bunga matahari,
minyak kacang, minyak jagung, minyak kelapa dan lain-lain. Amerika Serikat, Eropa, Cina, India, Brasil
dan Argentina semuanya merupakan produsen minyak goreng yang besar. Pasokan yang berlebih dari
semua jenis minyak goreng tersebut dapat mengakibatkan penurunan harga yang dapat menyebabkan
konsumen minyak kelapa sawit beralih ke minyak goreng yang berasal dari minyak nabati jenis lainnya
itu. Peningkatan pasokan minyak nabati substitusi lainnya, seperti minyak kedelai, dapat mengakibatkan
penurunan harga minyak kelapa sawit dan juga harga CPO. Apabila hal tersebut terjadi maka kegiatan
usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional Perseroan akan terkena dampak negatif secara material.
Keberhasilan Perseroan dalam kegiatan usaha juga bergantung pada kemampuan untuk mengantisipasi
dan menanggapi faktor-faktor persaingan industri, termasuk diperkenalkannya produk baru, kebijakan
harga dari para pesaing, pilihan konsumen atas minyak dari produk substitusi, harga minyak goreng
alternatif lainnya dan kondisi ekonomi setempat dan sekitarnya. Tidak ada kepastian bahwa Perseroan
akan berhasil dalam memperkirakan atau dapat bersaing secara efektif pada masa mendatang. Setiap
faktor di atas dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional
dan prospek Perseroan.
56
8. Kegiatan usaha perkebunan milik Perseroan dapat menghadapi tantangan dari organisasi
lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan pihak perorangan.
Organisasi-organisasi lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan individu tertentu terkadang
dapat menimbulkan masalah dan menggangu aktivitas perusahaan-perusahaan perkebunan, misalnya
dengan melakukan aksi protes yang dapat mengganggu rencana pemanenan dan produksi. Mereka
jugadapat mengajukan atau mengancam untuk mengajukan tuntutan hukum yang dapat mengganggu
kegiatan usaha perusahaan perkebunan secara umum. Perseroan saat ini sedang menghadapi proses
hukum terkait dengan pembangunan kanal-kanal untuk pengembangan usaha sagu milik Perseroan
di Papua Barat, dimana beberapa individu tertentu menyatakan bahwa Perseroan telah melakukan
pelanggaran hukum dengan asumsi bahwa pembangunan kanal-kanal tersebut telah menyebabkan
kerusakan lahan yang merupakan warisan leluhur para penuntut tersebut. Beberapa organisasi nonpemerintah dan amal memiliki kehadiran yang berpengaruh di kawasan sekitar perkebunan milik
Perseroan. Mereka mendukung berbagai hal seperti perlindungan satwa liar asli dari pembukaan lahan.
Walaupun Perseroan secara historis telah memiliki hubungan yang baik dengan organisasi-organisasi
tersebut, namum terdapat risiko bahwa organisasi-organisasi tersebut dapat menjadi lebih aktif di
kawasan perkebunan Perseroan dan mempengaruhi pihak berwenang yang terkait untuk mengubah
peraturan lingkungan hidup yang berlaku saat ini dan memberlakukan standar lingkungan hidup yang
lebih ketat atas kegiatan operasional Perseroan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menimbulkan berita
negatif mengenai Perseroan dan perusahaan perkebunan secara umum. Setiap keterlambatan dalam
kegiatan produksi yang disebabkan oleh intervensi dari organisasi lingkungan hidup, non-pemerintah
atau individu yang terkait atau aksi lainnya dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap perusahaan
perkebunan secara umum, dan dapat berdampak negatif terhadap reputasi Perseroan, serta
mengganggu kegiatan operasional Perseroan. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan meningkatkan
pengeluaran Perseroan untuk persiapan lahan, sehingga mempengaruhi kinerja operasional Perseroan
dan menyebabkan kerugian keuangan.
9. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif oleh pemberlakuan dan penegakan peraturan
lingkungan yang lebih ketat.
Pembudidayaan tanaman kelapa sawit milik Perseroan, pengolahan TBS di pabrik pengolahan dan
pada masa mendatang, pemanenan tanaman sagu dan pengolahan tepung sagu berkaitan dengan
beberapa aspek lingkungan. Seperti perusahaan-perusahaan perkebunanan lainnya di Indonesia,
Perseroan wajib menaati berbagai peraturan mengenai lingkungan hidup dan perubahaan atas
peraturan-peraturan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap Perseroan. Perkebunanperkebunan milik Perseroan dapat sewaktu-waktu diinspeksi oleh berbagai instansi Pemerintah yang
masing-masing mungkin memiliki pandangan atau standar yang berbeda. Instansi-instansi Pemerintah
ini memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengontrol kepatuhan Perseroan terhadap peraturan
lingkungan hidup, termasuk menjatuhkan sanksi dan mencabut izin dan hak tanah. Instansi Pemerintah
mungkin dapat memberlakukan peraturan tambahan pada masa mendatang yang akan menyebabkan
Perseroan mengeluarkan biaya tambahan untuk mematuhi peraturan-peraturan tambahan tersebut,
seperti misalnya program Indonesian Sustainable Palm Oil (“ISPO”).
Perseroan adalah anggota RSPO dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan atau yang akan ditetapkan oleh RSPO. Beberapa prinsip dari RSPO tersebut melarang
Perseroan untuk menanami tanaman kelapa sawit di beberapa bagian dari landbank milik Perseroan
seperti lahan yang memiliki nilai konservasi hutan yang tinggi, cagar budaya dan perlindungan
lingkungan hidup lainnya.
Peraturan lingkungan hidup di Indonesia dapat menjadi lebih ketat pada masa mendatang sehingga
hal tersebut akan menyebabkan Perseroan mengalokasikan sumber daya yang signifikan atau akan
mempengaruhi cara Perseroan dalam melakukan kegiatan usaha. Hal ini dapat menimbulkan dampak
negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek
usaha Perseroan.
57
10. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif atas perubahan persepsi biaya dan manfaat
terkait dengan produksi CPO dan pemakaian biofuel sebagai inisiatif pencegahan perubahan
iklim.
Sebagian pertumbuhan industri CPO disebabkan oleh peningkatan permintaan biofuel sebagai bagian
dari upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara global. Namun organisasi lingkungan
hidup non-pemerintah telah mempertanyakan tingkat kesinambungan pertumbuhan produksi CPO dan
manfaat biofuel dibandingkan dengan dampak negatif peningkatan produksi CPO terhadap lingkungan
hidup. Perusahaan-perusahaan perkebunan dan pengolahan CPO kemungkinan besar akan terus
mendapatkan tuntutan untuk dapat menunjukan bahwa pertumbuhan produksi CPO merupakansebuah
kegiatan yang berkesinambungan (sustainable practice). Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa
larangan-larangan, seperti peraturan pemerintah atas pengembangan industri minyak kelapa sawit
tidak akan dikenakan atau permintaan minyak kelapa sawit tidak akan terkena dampak negatif secara
material oleh kekhawatiran perubahan iklim dan permintaan biofuel.
11. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang berhubungan dengan pengembangan/perluasan
perkebunan kelapa sawit dan operasional pengelolahan minyak kelapa sawit.
Perseroan berencana untuk mengembangkan kegiatan usaha minyak kelapa sawit dan berencana
memulai penanaman tanaman di landbank milik Perseroan yang terletak di Papua Barat dan Sumatera
Selatan dan melanjutkan proses penanaman tanaman di perkebunan milik Perseroan di Kalimantan
Barat dan pembangunan PKS di perkebunan Kalimantan Barat. Proyek-proyek pengembangan
tersebut melibatkan beberapa risiko. Risiko-risiko yang dapat menunda atau mencegah keberhasilan
penyelesaian atau operasional proyek-proyek Perseroan tersebut atau meningkatkan biaya Perseroan
secara signifikan, termasuk penanaman, regulasi, pendanaan dan risiko-risiko penting lainnya sebagai
berikut:
a. Peraturan-peraturan pemerintah dapat membatasi kemampuan Perseroan mendapatkan hak
tanah yang memadai untuk lahan tambahan yang cocok untuk kegiatan usaha Perseroan;
Perseroan mungkin dapat tidak memperolehsemua izin-izin pemerintah yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan menggunakan lahan Peseroan. Apabila hal tersebut terjadi, maka Perseroan
tidak dapat menggunakan sebagian atau seluruh lahan untuk rencana ekspansi Perseroan;
b. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan kegiatan operasional Perseroan
dengan masyarakat setempat atau memperoleh dukungan yang diperlukan untuk kelancaran
operasional Perseroan dari masyarakat sekitar wilayah kegiatan usaha Perseroan;
c. Bibit-bibit tanaman kelapa sawit yang telah ditanam di lahan perkebunan Perseroan mungkin tidak
dapat bertahan hidup atau tumbuh seperti yang diharapkan, karena bibit tanaman kelapa sawit
sangat rentan terhadap banjir atau kekeringan dan memerlukan lebih banyak perawatan daripada
tanaman kelapa sawit dewasa;
d. Lahan perkebunan baru atau yang telah dikembangankan milik Perseroan mungkin tidak akan
menghasilkan TBS pada tingkat produksi yang diharapkan atau mungkin akan memerlukan biaya
pemanenan dan pengolahan yang lebih tinggi dari perkiraan Perseroan;
e. PKS baru atau PKS yang telah dimiliki Perseroan mungkin tidak dapat mengolah TBS pada tingkat
produksi yang diharapkan, mungkin akan memerlukan waktu pengolahan yang lebih panjang atau
menimbulkan biaya operasional yang lebih tinggi dari perkiraan Perseroan;
f. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk menjual volume produksi tambahan dengan harga
yang menguntungkan;
g. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan kegiatan usaha baru, baik yang
tumbuh secara organik atau hasil diakuisisi, dengan kegiatan usaha Perseroan yang telah ada;
h. Perseroan berpotensi menghadapi tantangan atas peningkatan biaya, kesulitan logistik pasokan
dan kompetisi pembelian benih dan bibit untuk perkebunan Perseroan;
i. Perseroan mungkin tidak dapat mempekerjakan dan mempertahankan pekerja perkebunan yang
diperlukan untuk kegiatan usaha Perseroan atau mungkin harus membayar upah kerja yang lebih
tinggi dari perkiraan Perseroan; dan
j. Keadaan-keadaan yang tidak terduga dan masalah-masalah terkait dengan proyek-proyek ekspansi
Perseroan dapat mengalihkan perhatian pihak manajemen dari kegiatan usaha yang telah dimiliki
Perseroan pada saat ini.
58
Selain itu, pelaksanaan rencana ekspansi perkebunan dan operasi pengolahan milik Perseroan dapat
membebani pihak manajemen, keuangan dan sumber daya Perseroan lainnya, atau mengalihkan
sumber daya manajemen dari kegiatan usaha Perseroan yang telah ada saat ini dan juga usaha
mencari peluang bisnis lainnya. Hal tersebut dapat menggangu kegiatan usaha, kondisi keuangan,
kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan atau mengakibatkan hilangnya peluang bisnis lainnya
yang lebih menarik.
12. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang terkait dengan proyek ekspansi Perseroan.
Perseroan berencana untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit baru di Sumatera Selatan
dan Papua, serta perluasan lahan yang ditanami di perkebunan Kalimantan Barat milik Perseroan.
Selain itu, Perseroan bermaksud untuk melakukan diversifikasi ke usaha produk pertanian lainnya
dan saat ini sedang aktif mencari dan melakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang terkait dengan
produk pertanian lainnya. Sebagai contoh, Perseroan saat ini sedang membangun infrastruktur untuk
memanen tanaman sagu dan mengolah tepung sagu di Papua Barat, Indonesia. Perseroan juga
sedang dalam tahap mengembangkan usaha energi terbarukan (renewable energy) melalui proyek
biogas di perkebunan Pulau Belitung milik Perseroan. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan
telah melakukan investasi pembelanjaan modal sebesar USD18,3 juta untuk proyek tepung sagu dan
USD2,7 juta untuk pengembangan proyek biogas.
Perseroan belum memiliki pengalaman dalam produksi tepung sagu atau produk pertanian lainnya selain
CPO dan PK. Oleh sebab itu, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan berhasil dalam rencana ekspansi
kegiatan usaha secara geografis maupun ekspansi usaha untuk jenis produk lain. Pengembangan
dan pembangunan perkebunan dan PKS di Sumatera Selatan dan pembentukan operasi di Papua
Barat dan tempat lainnya menimbulkan kebutuhan bagi Perseroan untuk mempekerjakan pegawai,
mengidentifikasi dan merekrut manajer dan penyelia berpengalaman, membangun infrastruktur yang
signifikan, membuat prosedur pengelolaan air, dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat
setempat; Perseroan mungkin dapat tidak berhasil atau menghadapi tantangan-tantangan regional tidak
terduga yang tidak mampu dihadapi Perseroan dengan baik. Selain itu, Perseroan juga tidak memiliki
pengalaman dalam produksi energi biogas. Oleh sebab itu, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan
berhasil dalam rencana untuk memproduksi listrik di fasilitas Pulau Belitung.
Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa Perseroan tidak akan mengalami kerugian signifikan dari
investasi di proyek-proyek tersebut.
Selain tantangan-tantangan operasional terkait dengan pengelolaan perkebunan di daerah geografis baru
dan memasuki bisnis baru, tidak ada jaminan bahwa tuntutan dari pembangunan dan pengembangan
perkebunan-perkebunan dan bisnis tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kegiatan usaha minyak sawit Perseroan, karena anggota-anggota manajemen senior Perseroan harus
terlibat dalam pelaksanaan proyek-proyek baru tersebut, sehingga proyek tersebut akan mengalihkan
perhatian mereka dari kegiatan usaha utama Perseroan yaitu produksi CPO dan PK. Tidak ada jaminan
bahwa Perseroan akan mampu mengalokasikan sumber daya manajemen senior Perseroan secara
memadai dan efisien untuk memenuhi semua tantangan dari kegiatan usaha baru dan yang telah ada
pada saat ini.
13.Pengembangan usaha sagu di Papua memiliki risiko terhambat karena masalah sosial
dengan masyarakat setempat, logistik, infrastruktur dan pengalaman dalam pengolahan
produk sagu.
Perseroan sedang dalam proses pengembangan pemanenan dan pengolahan sagu di Papua Barat.
Perseroan telah memiliki izin untuk beroperasi di luas lahan lebih dari 40.000 hektar. Pada tanggal
31 Desember 2012, Perseroan telah membangun kanal untuk transportasi batang tanaman sagu, wet
starch dan karyawan selama tahap pertama kawasan panen perkebunan. Perseroan berharap untuk
memulai operasi komersial pada tahun 2013 dan berencana untuk terus mengembangkan fasilitasfasilitas lainnya di lahan seluas 40.000 hektar tersebut sepanjang tiga tahun berikutnya.
59
Perseroan belum mempunyai pengalaman dalam mendirikan, mengembangkan dan mengelola hutan
produksi sagu alami dan sepanjang pengetahuan Perseroan, belum ada hutan produksi sagu alami
lainnya telah dikelola di Indonesia. Lahan yang sedang dikembangkan oleh Perseroan merupakan
hutan produksi tanaman sagu alami yang padat dan Perseroan perlu mengembangkan dan memelihara
infrastruktur seperti kanal untuk transportasi batang tanaman sagu ke pabrik pengolahan, perumahan
permanen dan fasilitas lainnya untuk para karyawan, maupun pabrik pengolahan. Perseroan akan
menghadapi banyak tantangan logistik dan konstruksi dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
karena lokasi perkebunan yang terletak di tanah rawa-rawa dan jauh dari kota terdekat sehingga jauh
dari infrastruktur dan pasokan listrik yang dapat diandalkan. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan
berhasil dalam mengembangkan Proyek Papua ini atau bahwa Perseroan dapat menjaga agar biaya
pengembangan tidak melebihi proyeksi anggaran atau tidak melewati jadwal yang telah direncanakan.
Perseroan berencana untuk menginvestasikan jumlah modal dan sumber daya managemen yang
signifikan untuk proyek ini. Selain itu, Perseroan dapat menghadapi gugatan hukum terhadap kegiatan
usaha sagu Perseroan di Papua. Sebagai contoh, Perseroan saat ini sedang menghadapi proses
hukum terkait dengan pembangunan kanal-kanal untuk pengembangan usaha sagu milik Perseroan
di Papua Barat, dimana beberapa individu tertentu menyatakan bahwa Perseroan telah melakukan
pelanggaran hukum dengan asumsi bahwa pembangunan kanal-kanal tersebut telah menyebabkan
kerusakan lahan yang merupakan warisan dari para penuntut tersebut.
Perseroan mungkin akan tidak berhasil mendapatkan jumlah pelanggan yang memadai untuk kegiatan
usaha sagu dan tren permintaan juga dapat berubah. Perseroan juga mungkin dapat tidak berhasil
menembus pasar tepung dan bersaing untuk menarik dan mempertahankan pelanggan dari produsen
tepung lainnya yang telah lama berdiri, karena sagu pada saat ini belum dikenal secara luas oleh
konsumen global. Selain itu, Perseroan juga dapat terpengaruhi oleh persepsi negatif publik akibat isuisu lingkungan.
Selain tantangan operasional dan pemasaran yang dihadapi Perseroan, izin lahan di Papua akan
berakhir setelah 25 tahun dan tidak ada jaminan bahwa permintaan Perseroan untuk perpanjangan izin
tersebut akan diberikan. Apabila Perseroan gagal memperoleh perpanjangan tersebut, maka tidak ada
jaminan Perseroan dapat mendapatkan kembali investasi keuangan di proyek ini.
Kegiatan usaha sagu di Papua ini merupakan perkembangan penting dalam rencana bisnis keseluruhan
Perseroan dan apabila salah satu risiko yang telah dirangkum diatas ini terjadi, maka akan menimbulkan
dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan
prospek Perseroan.
14. Kegiatan usaha Perseroan merupakan usaha padat karya.
Industri minyak kelapa sawit merupakan industri yang padat karya. Perkebunan kelapa sawit memerlukan
jumlah tenaga kerja yang besar untuk pemeliharaan bibit, penanaman tanaman, pemupukan,
pemanenan serta pemeliharaan rutin lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki
sekitar 4.880 pegawai tetap, dimana 3.769, atau 77,2%, merupakan pekerja di perkebunan dan PKS
dan 1.111, atau 27,8%, merupakan tingkat staf ke atas. Biaya tenaga kerja terkait dengan kompensasi
untuk pegawai Perseroan yang bekerja di perkebunan dan pabrik pengolahan merupakan 16,9% beban
pokok penjualan Perseroan pada tahun 2011 dan 19,6% pada tahun 2012.
Pemanen dan pekerja perkebunan lainnya saat ini semakin mudah berpindah tempat kerja di
perkebunan-perkebunan lain guna memperoleh upah kerja yang lebih tinggi. Selain itu, seluruh pekerja
perkebunan Perseroan akan terpengaruh oleh kenaikan upah minimum regional yang diamanatkan
pemerintah daerah setempat dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013. Selama 10 tahun terakhir,
upah kerja minimum di Indonesia telah meningkat secara drastis. Selain itu, Peseroan juga terpengaruh
oleh variasi biaya tenaga kerja karena Perseroan beroperasi atau akan beroperasi di beberapa propinsi
di Indonesia. Upah minimum di setiap propinsi tersebut berbeda-beda dan disesuaikan setiap tahun
berdasarkan tingkat inflasi nasional dan daerah dan faktor-faktor lainnya. Pada 31 Desember 2012,
upah minimum di Bangka-Belitung Rp1.262.500 per bulan, di Sumatera Utara Rp1.375.000 per bulan,
di Sumatera Selatan Rp1.350.000 per bulan, di Kalimantan Barat Rp1.060.000 per bulan dan di Papua
Barat Rp1.450.000 per bulan.
60
Bila Perseroan tidak mampu mempekerjakan dan mempertahankan cukup pekerja atau jika tingkat
upah minimum meningkat secara signifikan, maka akan timbul dampak negatif yang material terhadapat
kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan.
15. Gangguan transportasi dapat berdampak negatif terhadap operasi Perseroan.
Perseroan biasanya menjual produk dengan basis ex-mill, ex-jetty atau FOB dan pelanggan Perseroan
bertanggung jawab atas transportasi produk yang telah dibeli dari PKS, dermaga atau pelabuhan dekat
perkebunan Perseroan. Pelanggan Perseroan bergantung kepada transportasi laut dan darat dan
setiap gangguan transportasi karena masalah cuaca, pemogokan kerja, lock-outs atau kejadian lainnya
yang dapat menghentikan pengiriman produk atau meningkatkan biaya pengiriman, sehingga membuat
produk Perseroan menjadi lebih mahal bagi mereka.
Gangguan-gangguan tersebut dapat juga menyebabkan masalah penyimpanan produk di perkebunan
milik Perseroan. Perseroan biasanya hanya menjual CPO setelah produk tersedia di fasilitas
penyimpanan, sehingga Perseroan bergantung kepada sistem transportasi yang efisien untuk
pengambilan produk yang tepat waktu oleh pembeli. Pada tahun-tahun sebelumnya, Perseroan pernah
mengalami masalah penyimpanan CPO karena kegagalan transportasi.
Apabila pelanggan Perseroan menghadapi kesulitan atau gangguan tersebut, pelanggan Perseroan
mungkin dapat melakukan negosiasi untuk menurunkan harga jual produk Perseroan atau Perseroan
mungkin akan terpaksa menghentikan pemanenan dan produksi untuk sementara. Karena tak ada
pembelian, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif secara material terhadap kondisi keuangan dan
kinerja operasional Perseroan.
16.Fluktuasi biaya pengiriman dan transportasi lainnya dapat berdampak negatif terhadap
permintaan produk Perseroan dan daya saing dan operasi Perseroan.
Biaya pengiriman dan transportasi lainnya mewakili biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan Perseroan,
oleh sebab itu biaya pengiriman dan transportasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pengambilan keputusan pembelian pelanggan Perseroan. Apabila lokasi pesaing-pesaing Perseroan
lebih dekat dengan pembeli, maka kenaikan biaya pengiriman dan transportasi lainnnya dapat membuat
produk Perseroan kurang kompetitif dibandingkan dengan produk pesaing-pesaing tersebut.
Perseroan menetapkan harga produk CPO-nya berdasarkan harga internasional dalam dolar Amerika
Serikat untuk CPO dengan acuan utama kepada tiga indikator: (i) harga pasar untuk pengiriman
ke pelabuhan Belawan atau free on board (“FOB”) pelabuhan Belawan, (ii) harga pasar untuk c.i.f
Rotterdam, dan (iii) harga kutipan MDEX yang di-diskon untuk memperhitungkan, antara lain, biaya
transportasi ke Belawan, Rotterdam dan Port Klang. Tidak ada jaminan bahwa biaya pengiriman dan
transportasi tidak akan meningkat lebih tinggi karena faktor lainnya seperti kenaikan biaya bahan bakar
dan keterbatasan jumlah kapal transportasi yang tersedia. Setiap peningkatan signfikan biaya-biaya
tersebut dapat menyebabkan harga produk Perseroan menjadi kurang kompetitif dan/atau mengurangi
laba Perseroan, sehingga dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi
keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan.
17. Tingkat laba Perseroan dapat terpengaruhi oleh harga bahan baku dan bahan bakar yang
lebih tinggi.
Salah satu bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan usaha Perseroan adalah pupuk. Sebagai contoh,
biaya pupuk utama yang digunakan (urea, muriat garam, NPK dan batu fosfat) mewakili 15,4% beban
pokok penjualan Perseroan pada tahun 2011 dan 20,5% pada tahun 2012. Urea dipasok di dalam
negeri, dan walaupun harganya ditetapkan oleh pemerintah, harga tersebut secara historis befluktuasi
sesuai dengan harga inernasional. Pupuk jenis lainnya yang digunakan Perseroan diimpor.
61
Selain pupuk, Perseroan juga menggunakan bahan bakar, seperti solar, untuk mengoperasikan
armada truk dan mengoperasikan alat-alat berat di perkebunan. Perseroan menggunakan truk untuk
mengangkut TBS dari perkebunan menuju pabrik pengolahan, dan di perkebunan yang terletak di Pulau
Belitung, truk juga digunakan untuk mengangkut CPO dan PK dari pabrik pengolahan ke dermaga
dan pelabuhan terdekat. Mesin-mesin di pabrik pengolahan, seperti boiler, menggunakan serat kelapa
sawit sebagai bahan bakar dan peralatan berat Perseroan menggunakan bahan bakar solar. Biaya
bahan bakar mewakili 3,3% dan 3,4% dari beban pokok penjualan masing-masing pada tahun 2011 dan
tahun 2012. Harga bahan bakar berfluktuasi berdasarkan kejadian-kejadian di luar kendali Perseroan,
termasuk perkembangan geopolitik, pasokan dan permintaan minyak dan gas, aksi-aksi oleh Oil
Petroleum Exporting Countries (“OPEC”) dan produsen minyak dan gas lainnya, perang dan kerusuhan
di negara-negara dan daerah penghasil minyak, pola produksi regional dan masalah lingkungan.
Setiap kenaikan harga yang tinggi atau pengurangan pasokan bahan baku, khususnya pupuk dan
bahan bakar, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja
operasional dan prospek Perseroan.
18.Penurunan kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga dapat berdampak negatif bagi
Perseroan.
Perseroan bergantung kepada pembelian TBS dari pihak ketiga yang dipasok melalui beberapa agen
pihak ketiga guna memanfaatkan kelebihan kapasitas di pabrik pengolahan. Perseroan membeli
TBS dari pihak ketiga sebanyak 136.402 ton pada tahun 2011 dan 116.460 ton pada tahun 2012.
Pembelian TBS pada tahun 2012 mencapai sekitar 16,7% dari produksi TBS Perseroan. Perseroan
dapat terpengaruh oleh penurunan kualitas TBS pasokanpihak ketiga. Apabila penurunan kualitas
TBS tersebut meluas dan berkelanjutan, maka Perseroan mungkin akan terpaksa membeli TBS
yang biasanya tidak akan memenuhi standar Perseroan. Penggunaan TBS berkualitas rendah dapat
berdampak negatif terhadap OER dan juga terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja
operasional dan prospek Perseroan.
19. Kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit dan hama serta faktor-faktor lainnya
yang mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS dapat menimbulkan dampak negatif
bagi Perseroan.
Kegiatan usaha Perseroan akan sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca yang buruk, bencana alam,
penyakit dan hama, dan faktor-faktor di luar kendali lainnya yang mempengaruhi produksi dan
pemanenan TBS. Kondisi cuaca, khususnya, dapat berdampak penting terhadap Perseroan karena
curah hujan yang kurang memadai akan menyebabkan tanaman kelapa sawit menghasilkan lebih
sedikit bunga yang akan berkembang menjadi TBS dan menghambat pemupukan kelapa sawit yang
efektif sehingga akan mengurangi panen TBS dan menunda jadual pemupukan. Sebagai contoh, pada
tahun 2005, Perseroan mengalami kondisi curah hujan yang sangat rendah sehingga hasil panen TBS
di Perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung berkurang. Akibatnya, hasil produksi lebih rendah
dari perkiraan dan Perseroan menanggung biaya operasi tambahan tak terduga dari pembelian dan
transportasi air dalam jumlah besar ke perkebunan. Tidak ada jaminan bahwa kondisi serupa tidak
akan terjadi kembali pada masa mendatang. Selain itu, penyakit dan hama dapat merusak tanaman
kelapa sawit dan kabut dari kebakaran hutan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit di perkebunan
milik Perseroan tidak menerima sinar matahari memadai sehingga dapat menggangu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman-tanaman tersebut.
Apabila salah satu dari risiko yang telah dirangkum di atas ini terjadi, maka pasokan TBS akan
terganggu sehingga dapat menyebabkan dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan.
62
20. Perseroan bergantung kepada tim manajemen senior dan apabila Perseroan tidak mampu
untuk menarik dan mempertahankan personil yang memenuhi kualifikasi atau menarik,
merekrut, melatih dan mempertahankan pengganti yang sesuai, maka hal tersebut dapat
menimbukan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional
Perseroan.
Perseroan percaya bahwa pertumbuhan dan keberhasilan kegiatan usaha Perseroan bergantung kepada
kemampuan Perseroan untuk menarik dan mempertahankan personil-personil yang sangat berkualitas,
terampil dan berpengalaman di industri minyak kelapa sawit. Perseroan bersaing untuk memperoleh
personil-personil tersebut dengan perusahaan-perusahaan lainnya dan tidak dapat menjamin investor
bahwa Perseroan akan selalu berhasil dalam merekrut atau mempertahankan personil berkualitas
tersebut. Secara khusus, Perseroan sangat bergantung kepada tim manajemen senior terkait dengan
keahlian mereka di industri kelapa sawit, dan akan sangat sulit untuk mengganti anggota tim manajemen
senior tersebut. Selain itu, karena industri CPO adalah industri dimana terdapat permintaan tinggi
dan persaingan ketat atas untuk rekrutmen pegawai yang terampil, maka Perseroan mungkin harus
menawarkan kompensasi dan tunjangan lainnya yang jauh lebih tinggi dari apa yang saat ini Perseroan
tawarkan untuk menarik dan mempertahankan eksekutif penting pada masa mendatang. Kepergian
anggota tim manajemen senior Perseroan atau ketidakmampuan Perseroan untuk menarik, merekrut,
melatih dan mempertahankan personil penting yang berkualitas, seperti manajer, asisten lapangan,
insinyur dan teknisi ahli lainnya dapat menimbulkan dampak negatif material terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan dan kinerja operasional Perseroan.
21. Perseroan bergantung kepada sejumlah kecil pelanggan untuk lebih dari 50% penjualan.
Pelanggan utama Perseroan, yaitu suatu perusahaan penyulingan CPO, mewakili sekitar 31,8%, 32,6%
dan 16,6% dari penjualan CPO Perseroan pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Lima pelanggan utama
Perseroan semuanya adalah perusahaan penyulingan CPO dan pada tahun 2010, 2011 dan 2012
mewakili sekitar 81,9%, 80,2% dan 61,2% dari penjualan produk kelapa sawit Perseroan. Perseroan
pada umumnya menjual CPO dan PK kepada perusahan penyulingan CPO dan pabrik pengolahan
CPKO dan PKO di Indonesia, yang menggunakan produk CPO dan PK tersebut untuk memproduksi
produk hilir dan juga tidak mencakup agen distribusi atau perusahaan trading. Oleh sebab itu,
Perseroan berpendapat bahwa lebih dari 50% hasil penjualan Perseroan pada masa mendatang akan
tetap mencakup jumlah pelanggan yang terbatas. Apabila Perseroan kehilangan satu atau lebih dari
satu pelanggan tersebut, atau apabila terdapat pengurangan pesanan oleh pelanggan utama atau
perusahaan afiliasinya, maka hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan
usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan.
22. Kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
Mata uang pelaporan keuangan Perseroan adalah dalam dolar Amerika Serikat dan hampir semua
penjualan Perseroan dilakukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Pengeluaran Perseroan,
termasuk biaya tenaga kerja, dilakukan dalam mata uang Rupiah, tetapi Perseroan juga membeli
peralatan berat tertentu, seperti boiler, truk dan peralatan penghancur dan penggali, serta membayar
beberapa anggota tim menajemen senior dalam mata uang dolar Amerika Serikat, sehingga terdapat
perlindungan keuangan parsial (partial hedging) terhadap fluktuasi kurs mata uang asing. Dengan
adanya perbedaanantara pendapatan dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang diterima oleh
Perseroan dengan beberapa biaya operasional Perseroan dalam mata uang Rupiah, maka apresiasi
mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan mengurangi laba bersih (atau meningkatkan
kerugian bersih), baik dalam mata uang dolar Amerika Serikat maupun Rupiah. Perseroan biasanya
tidak menggunakan kontrak lindung nilai keuangan (hedging contract) untuk membatasi risiko kurs
mata uang asing. Dengan demikian, setiap apresiasi yang signifikan dalam nilai mata uang Rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap pengeluaran dan laba
bersih Perseroan.
63
23. Perseroan dapat terpengaruh oleh perluasan Program Plasma.
Berdasarkan kebijakan pemerintah Indonesia, perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
memperoleh Izin Usaha Perkebunan (“IUP”) setelah tahun 2007 diwajibkan untuk mengembangkan
perkebunan baru yang akan dioperasikan oleh para petani kecil lokal. Program ini dikenal sebagai
Program Plasma. Pada saat ini Perseroan hanya memiliki Program Plasma di perkebunan Kalimantan
Barat, namun Perseroan masih belum melakukan alokasi lahan untuk Program Plasma tersebut,
mengingat sampai dengan saat ini, Perseroan masih dalam proses untuk mendapatkan HGU. Perseroan
berencana untuk mengalokasikan lahan Program Plasma setelah memperoleh HGU atas lahan tersebut
dan setelah dibentuknya koperasi Program Plasma serta selesainya penanaman tanaman di seluruh
lahan yang dapat ditanami. Perseroan akan wajib mengembangkan dan menanam lahan tambahan
seluas sekitar 20% dari total luas lahan sebagai partisipasi Program Plasma pada masa mendatang
untuk landbank Perseroan yang terletak di Papua Barat dan Sumatera Selatan. TBS yang dihasilkan oleh
lahan perkebunan yang dioperasikan oleh para petani kecil lokal mungkin dapat memiliki kualitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan TBS hasil produksi operasional Perseroan sendiri dan Perseroan
mungkin akan terpaksa membeli TBS berkualitas rendah tersebut.
Dengan Program Plasma, Perseroan memiliki komitmen untuk membeli TBS dari para pemilik lahan
dengan harga khusus yang ditentukan setiap dua minggu oleh pemerintah daerah setempat. Harga
khusus tersebut dihitung berdasarkan harga CPO dan pada umumnya mendekati harga pasar TBS.
Semua perkebunan di wilayah yang sama harus membeli TBS dari Program Plasma dengan harga
khusus tersebut,namun tidak ada jaminan bahwa harga khusus tersebut akan tetap mendekati harga
pasar TBS.
Selama Perseroan terus memperluas luas perkebunan yang ditanami tanaman kelapa sawit, luas lahan
yang telah dialokasikan untuk Program Plasma akan terus meningkat. Hal ini dapat berakibat negatif
terhadap tingkat laba Perseroan karena Perseroan mungkin harus membeli lebih banyak TBS dengan
harga khusus tersebut, yang mungkin dapat menjadi lebih tinggi dari harga pasar.
Selain itu, Program Plasma dapat melibatkan sejumlah risiko keuangan dan operasional pasokan tidak
terduga, antara lain kewajiban swadana pemberian, jaminan dan masalah-masalah terkait kelanjutan
TBS. Suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan kewajiban Program Plasma pada umumnya
diwajibkan untuk membiayai penuh pengembangan Program Plasma secara penuh sampai perkebunan
tersebut siap dipanen dan siap dialihkan kepada para petani kecil. Setelah itu, perusahaan akan
bekerja sama dengan sebuah bank untuk membiayai para petani kecil tersebut dan mengganti biaya
pengembangan perkebunan Plasma yang telah dikeluarkan permohonan. Di samping itu, perusahaan
perkebunan juga diwajibkan untuk menjamin utang-utang para petani kecil kepada bank setelah
perkebunan Plasma tersebut telah menjadi tanah milik para petani kecil tersebut. Jaminan utang ini
merupakan salah satu bentuk kewajiban di luar laporan posisi keuangan.
Banyak Program Plasma mewajibkan perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk bertindak sebagai
agen koleksi bank dengan memotong sekitar 30% hasil penjualan TBS para petani kecil kepada
perusahaan, namun beberapa petani kecil memilih untuk menjual TBS dengan harga tertinggi kepada
pabrik lain dan tidak menyetor 30% hasil penjualan mereka kepada perusahaan yang menjadi penjamin
utang mereka. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan seperti Perseroan terancam harus mengganti
kekurangan pembayaran utang para petani kepada bank. Kegagalan pembayaran utang yang material
dari para petani kecil tersebut kepada bank dan Perseroan dapat mengakibatkan dampak negatif
terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan.
Terdapat juga kemungkinan Perseroan akan terkena dampak perselisihan dengan para petani atas
penyimpangan dari perjanjian Program Plasma yang telah disetujui sebelumnya perselisihan tersebut
dapat berakibat negatif terhadap kegiatan usaha kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek
Perseroan.
64
Selain itu, pemerintah mungkin dapat berusaha untuk memperluas kawasan Program Plasma hingga
mencakup kawasan lahan perkebunan Perseroan yang saat ini tidak termasuk dalam kewajiban Plasma.
Penerapan aturan Program Plasma secara retrospektif atas semua atau beberapa lahan perkebunan
Perseroan dapat berakibat negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan. Semua risiko-risiko yang terkait
dengan Program Plasma yang telah dipaparkan diatas ini dapat berakibat negatif terhadap tingkat laba
Perseroan karena Perseroan mungkin dapat diwajibkan untuk membeli lebih banyak TBS dengan harga
khusus yang mungkin lebih tinggi daripada harga pasar.
24. Estimasi profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung
milik Perseroan mungkin tidak sesuai dengan usia tanaman yang sebenarnya.
Hampir semua tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung milik
Perseroan ditanam oleh pemilik sebelumnya. Dengan demikian, profil usia tanaman kelapa sawit yang
telah ditanam sebelum akuisisi Perseroan dicatat berdasarkan atas estimasi Perseroan dan informasi
dari pemilik sebelumnya. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan memperoleh semua informasi yang
relevan pada saat akuisisi dan mungkin akan ada perbedaan tertentu antara usia yang sebenarnya
dengan profil usia yang disajikan di Prospektus ini.
25. Nilai pertanggungan asuransi Perseroan mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian.
Perseroan memiliki asuransi yang melindungi aset bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan
perlengkapan, dan persediaan di perkebunan dan fasilitas lainnya terhadap kebakaran dan bencana alam
lainnya, kerusuhan, pemogokan kerja dan aksi perusakan. Selain itu, Perseroan juga memiliki asuransi
gangguan usaha untuk kehilangan laba usaha yang timbul dari gangguan usaha yang disebabkan oleh
kehilangan, kehancuran dan kerusakan aset yang dilindungi asuransi tersebut. Perseroan juga memiliki
asuransi untuk kerusakan mesin-mesin penting yang mencakup kerugian yang diakibatkan kerusakan
tersebut dan polis-polis asuransi lainnya yang mencakup peralatan berat dan kendaraan bermotor dan
juga asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan diri untuk para pegawai Perseroan. Walaupun demikian,
sesuai dengan praktek industri, Perseroan tidak memiliki perlindungan asuransi untuk tanaman kelapa
sawit atau untuk kerugian yang disebabkan oleh penyakit dan hama.
Apabila sebagian besar atau seluruh perkebunan atau pabrik pengolahan mengalami kerusakan
total atau parsial dan kegiatan usaha Perseroan terganggu untuk jangka waktu yang panjang, maka
Perseroan tidak dapat menjamin bahwa nilai tanggungan asuransi yang dimiliki Perseroan akan cukup
untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh gangguan operasional tersebut atau untuk menutupi
biaya perbaikan atau penggantian fasilitas yang rusak. Apabila Perseroan menderita kerugian besar
yang tidak diasuransikan, seperti kerusakan terhadap tanaman kelapa sawit, atau kerugian yang jauh
melebihi nilai tanggungan asuransi yang dimiliki Perseroan, maka hal tersebut dapat berdampak negatif
secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan.
26. Tren dan preferensi cara hidup sehat pilihan konsumen pada saat ini maupun pada masa
yang akan datang dapat mengakibatkan adanya penurunan permintaan CPO, sehingga
dapat mempengaruhi harga dan permintaan CPO secara negatif.
Perubahan preferensi dan kebiasaan makan konsumen dapat mengurangi permintaan untuk minyak
nabati, termasuk minyak kelapa sawit, dan meningkatkan permintaan jenis minyak goreng lainnya.
Selain itu, terdapat upaya berkelanjutan dari para pakar kesehatan dan pihak lainnya untuk mendorong
pengurangan konsumsi minyak dan lemak sehari-hari. Seperti contoh, terdapat upaya-upaya, termasuk
pengajuan tuntutan hukum, yang menuntut restoran-restoran makanan cepat saji dan produsen
makanan ringan untuk mengurangi kandungan asam lemak trans dalam makanan. Upaya ini dapat
mengurangi konsumsi semua jenis minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit.
65
Permintaan atas produk minyak kelapa sawit pada masa lalu dan mungkin juga pada masa mendatang
dipengaruhi oleh kampanye-kampanye yang diprakarsai oleh produsen minyak nabati lainnya yang
merupakan saingan minyak kelapa sawit dan juga oleh kelompok-kelompok lingkungan hidup. Sebagai
contoh, produsen minyak nabati jenis lainnya, khususnya minyak kedelai, termasuk produsen di
Amerika Serikat, secara historis telah melakukan kampanye-kampanye yang menentang minyak kelapa
sawit berdasarkan klaim gizi. Baru-baru ini, organisasi lingkungan hidup, seperti World Wide Fund for
Nature (sebelumnya dikenal sebagai World Wildlife Fund) telah memprakarsai kampanye-kampanye
yang mempromosikan budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan dan praktik perkebunan kelapa sawit
yang ramah lingkungan karena kekhawatiran bahwa perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan
perusakan meluas atas kawasan hutan tropis dan habitat spesies binatang langkaterancam punah.
Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan akan berhasil memperkirakan perubahan preferensi
konsumen atau bahwa Perseroan dapat bersaing secara efektif akibat perubahan tersebut atau
perubahan konsumen yang material tidak akan menyebabkan dampak negatif terhadap kegiatan
usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. Apabila terdapat penurunan
signifikan atas permintaan produk minyak kelapa sawit, Perseroan mungkin memiliki surplus produk
CPO yang tidak dapat dijual atau terpaksa dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar
yang berlaku saat ini, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif material terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan.
27. Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di fasilitas produksi
Perseroan atau risiko operasional lainnya dapat berdampak negatif secara material terhadap
kegiatan usaha Perseroan.
Perseroan dapat menghadapi beberapa risiko operasional di pabrik pengolahan dan perkebunan.
Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di pabrik pengolahan dapat
menyebabkan Perseroan tidak mampu mengolah TBS dalam jangka waktu tertentu atau sama sekali tidak
mampu mengolah TBS tersebut, sehingga dapat menyebabkan kehilangan produksi atau penurunan
kualitas produk. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan tidak akan menghadapi masalah teknis yang
menyebabkan kerusakan generator listrik milik Perseroan atau mesin dan peralatan lainnya, sehingga
menimbulkan gangguan signifikan terhadap operasi pabrik pengolahan.
Pabrik pengolahan dan perkebunan milik Perseroan terpapar terhadap beberapa risiko seperti
kebakaran, ledakan, bencana alam, keretakan dan tumpahan minyak dari tangki pengangkutan atau tanki
penyimpanan, gangguan pihak ketiga, gangguan layanan utilitas, perang atau terorisme, kerusuhan dan
kegagalan mekanik peralatan. Risiko-risiko tersebut dapat menyebabkan polusi lingkungan, klaim atas
cedera pribadi atau kematian dan kerusakan lainnya terhadap properti Perseroan atau asel lain miliknya.
Fasilitas Perseroan juga dapat mengalami penghentian operasi tidak terjadwal atau pemeliharaan tak
terduga yang dapat mengurangi penjualan dan meningkatkan beban operasi Perseroan.
Beberapa peralatan standar perkebunan dapat berbahaya dan menimbulkan risiko apabila ditangani
secara tidak benar atau tanpa kehati-hatian dan keterampilan yang memadai. Sebagai contoh,
kecelakaan atau kematian dapat terjadi apabila karyawan Perseroan menyalakan wadah pemasakan
(boiler) tanpa mengikuti prosedur atau salah menggunakan peralatan lainnya di perkebunan.
66
28. Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan mungkin dapat bertentangan dengan
kepentingan pembeli Saham Penawaran ini.
Setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini, para pemegang saham pengendali tidak langsung
Perseroan, George Santosa Tahija dan Sjakon Santosa Tahija serta keluarga mereka akan tetap
menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan di atas 50% dari jumlah modal yang telah
disetor dan ditempatkan penuh. Dengan demikian, pemegang saham pengendali Perseroan memiliki,
dan akan tetap memiliki, kekuasan untuk mengendalikan Perseroan, termasuk kekuasaan untuk:
a. Menyetujui merger, konsolidasi, atau pembubaran;
b. Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan usaha dan urusan Perseroan;
c. Memilih mayoritas Direksi dan Komisaris; dan
d. Menentukan keputusan atas persetujuan aksi korporasi yang memerlukan persetujuan pemegang
saham (selain dari persetujuan transaksi benturan kepentingan di mana pemegang saham
pengendali memiliki benturan kepentingan atau terdapat hubungan afiliasi dengan seorang Direksi,
Komisaris atau pemegang saham utama (didefinisikan sebagai pemegang saham langsung atau
tidak langsung sebesar 20,0% atau lebih dari hak suara) yang memiliki benturan kepentingan,
sehingga diharuskan untuk abstain berdasarkan peraturan Bapepam-LK), termasuk waktu dan
pembayaran dividen pada masa mendatang.
Para pemegang saham pengendali Perseroan mungkin memiliki kepentingan bisnis lainnya di luar
kegiatan usaha Perseroan, termasuk bisnis lainnya di industri CPO di dalam maupun di luar Indonesia,
dan mungkin dapat mengambil aksi yang melibatkan maupun tidak melibatkan Perseroan yang akan
lebih menguntungkan mereka atau perusahaan lain daripada Perseroan, dan dapat berdampak negatif
dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan.
Dari waktu ke waktu, Perseroan melakukan, dan akan tetap melakukan, transaksi dengan entitas yang
dikendalikan oleh pemegang saham pengendali Perseroan dan pihak terkait lainnnya dalam kegiatan
usaha normal.
Walaupun setiap transaksi dengan benturan kepentingan (seperti yang telah ditetapkan oleh peraturan
Bapepam-LK) yang dilakukan oleh Perseroan dengan pihak terafiliasi setelah Penawaran Umum Saham
ini harus disetujui oleh pemegang saham independen Perseroan sesuai dengan peraturan BapepamLK, namun keputusan mengenai keberadaan benturan kepentingan tergantung dari interpretasi
Perseroan dan para pemegang saham pengendali. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa jumlah yang
dibayar dalam transaksi-transaksi tersebut mencerminkan harga yang pihak ketiga independen untuk
bersedia membayar transaksi sebanding.
29. Harga saham Perseroan mungkin dapat sangat berfluktuasi.
Harga saham Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini mungkin dapat sangat
berfluktuasi, tergantung kepada berbagai faktor, termasuk:
a. Persepsi atas prospek kegiatan usaha Perseroan dan industri CPO secara umum;
b. Perbedaan antara realisasi kinerja keuangan dan operasional Perseroan dengan perkiraan investor
dan analis;
c. Pengumuman Perseroan mengenai rencana akuisisi, kerja sama strategis, usaha patungan atau
divestasi yang signifikan;
d. Perubahan rekomendasi analis atau persepsi mengenai Perseroan di Indonesia;
e. Perubahan kondisi ekonomi, politik atau pasar di Indonesia;
f. Perubahan harga saham perusahaan-perusahaan asing (khususnya di Asia) dan di bursa negara
berkembang;
g. Penambahan atau kepergian personil penting Perseroan;
h. Keterlibatan Perseroan dalam litigasi hukum; dan/atau
i. Fluktuasi pasar yang meluas terhadap harga saham.
Harga saham Perseroan mungkin dapat diperdagangkan dengan harga yang jauh di bawah harga
Penawaran Umum Perdana Saham ini.
67
30. Nilai aset bersih dari Saham yang ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini jauh
di bawah harga penawaran saham dan investor akan langsung mengalami dilusi nilai saham.
Harga penawaran saham ini jauh lebih tinggi daripada nilai aset bersih per saham yang dimiliki oleh
pemegang saham Perseroan pada saat ini. Oleh karena itu, investor yang membeli Saham yang
ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini akan langsung mengalami dilusi yang signifikan
dan pemegang saham Perseroan pada saat ini akan mengalami kenaikan material atas nilai aset bersih
dari saham yang mereka miliki.
31. Penjualan saham Perseroan pada masa mendatang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap harga saham Perseroan di pasar saham.
Penjualan saham Perseroan dalam jumlah besar di pasar pada masa mendatang,, atau persepsi bahwa
penjualan tersebut akan terjadi, dapat berdampak negatif terhadap harga saham Perseroan yang
berlaku di pasar atau terhadap kemampuan Perseroan untuk meningkatkan modal melalui penawaran
umum saham atau HMETD atas ekuitas tambahan atau sekuritas yang terkait dengan ekuitas. Setelah
Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan, mayoritas dari total saham Perseroan yang beredar
akan dimiliki secara langsung oleh pemegang saham Perseroan saat ini. Perseroan dan pemegang
saham Perseroan saat ini telah setuju untuk patuh terhadap beberapa larangan atas kemampuan
Perseroan untuk mentransfer atau melepas saham Perseroan selama jangka waktu yang terbatas
setelah pencatatan saham Perseroan di BEI. Walaupun demikian, penjualan saham Perseroan dalam
jumlah besar pada masa mendatang, atau persepsi bahwa penjualan tersebut akan terjadi, dapat
menyebabkan harga saham Perseroan untuk turun dan menyulitkan Perseroan untuk meningkatkan
modal pada masa mendatang.
MANAJEMEN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA RISIKO BERDASARKAN BOBOT DAMPAK
RISIKO YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEGIATAN USAHA DAN KEUANGAN PERSEROAN.
68
VII. KEJADIAN DAN TRANSAKSI PENTING SETELAH
TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Tidak ada kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap keadaan keuangan dan
hasil usaha Perseroan yang terjadi setelah tanggal laporan auditor independen tertanggal 26 Maret
2013 atas laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik Osman, Bing, Satrio dan Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited)
dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
69
VIII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ENTITAS
ANAK
1. Riwayat Singkat Perseroan
Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya
menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia
dan berkedudukan di Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo
Teguhjaya” berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 yang dibuat di hadapan
Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal 21 Mei 1993 dan
telah didaftarkan dalam register di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di bawah No.
510/A.PT/HKM/1993/PN.JAK.SEL tanggal 23 Juni 1993 serta telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan No. 4010.
Pada tahun 1997, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo
Teguhjaya” menjadi “PT Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
berdasarkan Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H.,
pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan
No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor
Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September
1997 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997,
Tambahan No. 5798.
Pada tahun 1998, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo
Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya” berdasarkan Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998
yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran
Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Agustus 1998, didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98
tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal
16 April 1999, Tambahan No. 2264.
Pada bulan Nopember 2000, PT Austindo Agro Nusantara melakukan penggabungan ke dalam
Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 39 tanggal 20 Nopember 2000 dibuat
dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh
para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa Perseroan No. 36 tanggal 20 Nopember 2000, dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan,
S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat No. 588/XII/2000 tanggal 1 Desember 2000 perihal Laporan Pemberitahuan
Penggabungan PT Austindo Agro Nusantara ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat
cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 1 Desember 2000.
Pada bulan Desember 2000, PT Austindo Nusantara Resources melakukan penggabungan ke
dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 37 tanggal 22 Desember 2000
dibuat dihadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta,
sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Austindo Nusantara Resources No. 35 tanggal 22 Desember
2000, dibuat di hadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di
Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat
No. 33/I/2001 tanggal 22 Januari 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo
Nusantara Resources ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat
Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 22 Januari 2001.
70
Pada bulan Juli 2001, PT Austindo Investama Jaya, PT Austindo Mining Corporindo dan PT Austindo
Nusantara Energi melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian
Penggabungan No. 7 tanggal 2 Juli 2001 dibuat di hadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M.,
Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 1 tanggal 2 Juli 2001,
dibuat oleh Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., saat itu Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan
kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 286/VII/2001 tanggal 18
Juli 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo investama Jaya, PT Austindo
Mining Corporation dan PT Austindo Nusantara Energi ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah
mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 18 Juli 2001.
Pada tahun 2008, Perseroan melakukan pengubahan atas seluruh ketentuan anggaran dasar
Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT berdasarkan Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat
di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02.
Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No.
AHU-0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008.
Sejak pendiriannya sampai dengan tanggal diterbitkannya Prospektus ini, Anggaran Dasar Perseroan
telah beberapa kali mengalami perubahan sebagaimana dimuat dalam akta-akta sebagai berikut:
a) Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H., pengganti
Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham
Perseroan atas penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguhjaya” menjadi “PT
Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan untuk
disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan
atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997,
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan
No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September 1997 dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997, Tambahan No. 5798.
b) Akta No. 14 tanggal 8 Januari 1998 yang dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta
sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas pengubahan pasal 11 ayat
3 Anggaran Dasar Perseroan. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah diterima
dan dicatat oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia dengan No. C2-HT.01.04.A-2492
tanggal 2 April 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP
No. 09317420874 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan di bawah No. 1046/
RUB/038/XI/2001 tanggal 8 November 2001.
c) Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris
di Jakarta sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas penggantian
nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya”.
Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3
Agustus 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya
Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98 tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal 16 April 1999, Tambahan No. 2264.
d) Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta
sehubungan dengan persetujuan pengubahan seluruh ketentuan anggaran dasar Perseroan
sesuai ketentuan UUPT. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh
persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02.Tahun 2008
tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008.
71
e) Akta No. 09 tanggal 6 September 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di
Jakarta sehubungan dengan persetujuan (i) peningkatan modal dasar Perseroan menjadi
Rp1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar Rupiah); (ii) peningkatan modal ditempatkan
dan disetor Perseroan menjadi Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah); (iii) pemecahan
nilai nominal saham Perseroan menjadi Rp100,00 (seratus Rupiah) per saham. Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan
Keputusan No. AHU-48475.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 12 September 2012 dan didaftarkan
dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0081862.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal
12 September 2012.
f)
Akta No. 107 tanggal 30 Oktober 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta
sehubungan dengan persetujuan pemegang saham atas perubahan ketentuan Pasal 12 ayat 3
dan ayat 5. Akta tersebut telah dicatatkan dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum
(Sisminbakum) berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan Menkumham No. AHU-AH.01.10-39460
tanggal 5 November 2012, dicatatkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU0096105.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 5 November 2012 dan Penerimaan Pemberitahuan
Menkumham No. AHU-AH.01.10-39461 tanggal 5 November 2012 serta didaftarkan dalam Daftar
Perseroan sesuai UUPT No. AHU-0096106.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 5 November 2012.
g) Akta No. 161 tanggal 17 Januari 2013 yang dibuat di hadapan DR. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si.,
Notaris di Jakarta, sehubungan dengan persetujuan pemegang saham, antara lain atas: (i)
perubahan status Perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka; (ii) perubahan
nama Perseroan menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. dan (iii) persetujuan pengubahan
seluruh Anggaran Dasar Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk peraturan yang berlaku di pasar modal. Pengubahan Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah memperoleh persetujuan Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-03796.AH.01.02.
Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan
No. AHU-0006463.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013.
2. Kegiatan Usaha
Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif
pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian,
sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur
(pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam
perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan
mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus
operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen
pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas
alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan
masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun
dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan
kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut.
72
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah sebagaimana termaktub dalam Pasal 3
Anggaran Dasar Perseroan adalah sebagai berikut:
a. Berusaha dalam bidang perdagangan dan jasa;
b. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan
usaha sebagai berikut:
i. Kegiatan usaha utama:
- Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan, yang meliputi perdagangan impor,
ekspor, lokal dan interinsulair serta menjadi grossier, leveransir/supplier, distributor, agen
dan pengecer dari segala macam barang yang dapat dilakukannya, baik untuk perhitungan
sendiri maupun atas perhitungan pihak lain, dengan cara amanat atau komisi; dan
- Berusaha dalam bidang jasa, termasuk mengusahakan perolehan kesempatan usaha dan
melakukan investasi (termasuk tetapi tidak terbatas pada pemberian fasilitas keuangan
dan fasilitas-fasilitas lainnya bagi pihak ketiga), kecuali jasa hukum dan pajak.
ii. Kegiatan usaha penunjang:
- Menyediakan jasa kepada pihak lain dengan memanfaatkan aset yang dimiliki Perseroan.
- Menjalankan usaha-usaha lain yang berkaitan dan menunjang kegiatan usaha pada butir
i diatas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berikut ini adalah izin-izin usaha yang dimiliki Perseroan dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya:
No.
1.
2.
Dokumen
Nomor Surat Izin
Surat Keterangan Domisili 0524/824/2013
Perusahaan
Surat Izin Usaha
00754/1.824.271
Perdagangan – (Besar)
Tanggal
Tanggal
Instansi
Penerbitan
Berakhir
19 Februari 2013 19 Februari 2014 Lurah Kuningan Timur
25 Maret 2009
25 Maret 2014
Dinas Koperasi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, dan
Perdagangan Provinsi DKI
Jakarta
3. Perkembangan Permodalan dan Kepemilikan Saham Perseroan
Riwayat struktur permodalan dan kepemilikan saham Perseroan sejak didirikan hingga saat Prospektus
ini diterbitkan adalah sebagai berikut:
Tahun 1993
Sesuai dengan Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 dibuat di hadapan Sutjipto,
S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan kepemilikan saham dalam Perseroan adalah sebagai
berikut:
Keterangan
Modal Dasar:
Pemegang Saham
-
Julius Tahija
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam Portepel
Saham Biasa Atas Nama
Nilai Nominal Rp1.000 per saham
Jumlah Saham
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
50.000.000
50.000.000.000,00
10.694.814
10.276.868
10.267.381
31.239.063
18.760.937
10.694.814.000
10.276.868.000
10.267.381.000
31.239.063.000
18.760.937.000
%
34,24
32,90
32,86
100,0
Sesuai dengan Akta Pemasukan Dalam Perseroan Terbatas No. 73 tanggal 16 April 1993, dibuat di
hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, 100% (seratus persen) dari nilai nominal setiap saham yang
telah ditempatkan tersebut di atas atau seluruhnya berjumlah Rp31.239.063.000,00 (tiga puluh satu
miliar dua ratus tiga puluh sembilan juta enam puluh tiga ribu Rupiah) telah disetor penuh kepada
Perseroan oleh masing-masing pendiri pada saat penandatanganan akta pendirian tersebut.
73
Tahun 1999
Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Perseroan No. 39 tanggal 22 Februari 1999 dibuat oleh Esther
Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Surat No. 17/J/III/1998 tanggal 15 Maret 1999 telah terjadi penghibahan
atas 5.347.407 saham milik Julius Tahija kepada George Santosa Tahija dan penghibahan atas
5.347.407 saham milik Julius Tahija kepada Sjakon George Tahija.
Setelah pengalihan saham-saham tersebut, susunan pemegang saham Perseroan menjadi sebagai berikut:
Keterangan
Modal Dasar:
Pemegang Saham
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam Portepel
Saham Biasa Atas Nama
Nilai Nominal Rp1.000 per saham
Jumlah Saham
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
50.000.000
50.000.000.000
15.624.275
15.614.788
31.239.063
18.760.937
15.624.275.000
15.614.788.000
31.239.063.000
18.760.937.000
%
50,02
49,98
100,0
Penghibahan saham-saham dalam Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari para
pemegang saham Perseroan sebagaimana termaktub dalam Akta Berita Acara Rapat Perseroan No.
39 tanggal 22 Februari 1999 dibuat oleh Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana
telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat No. 17/J/III/1998
tanggal 15 Maret 1999.
Tahun 2006
Sesuai dengan masing-masing:
-
Akta Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di hadapan
Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan penghibahan 75 (tujuh puluh
lima) saham dalam Perseroan yang dimiliki oleh George Santosa Tahija kepada Yayasan Tahija
dimana dalam melakukan penghibahan saham dalam Perseroan tersebut George Santosa Tahija
telah memperoleh persetujuan isterinya, Laurel Claire Tahija, sebagaimana disebutkan dalam Akta
Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di hadapan
Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta; dan
-
Akta Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di
hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan penghibahan 75
(tujuh puluh lima) saham dalam Perseroan yang dimiliki oleh Sjakon George Tahija kepada Yayasan
Tahija dimana dalam melakukan penghibahan saham dalam Perseroan tersebut Sjakon George
Tahija tidak memerlukan persetujuan isterinya karena adanya pemisahan harta sebagaimana Akta
Perjanjian Perkawinan Diluar Tiap Persekutuan Harta Perkawinan No. 23 tanggal 8 Desember
1980 yang dibuat di hadapan Frederik Alexander Tumbuan, Notaris di Jakarta.
Setelah pengalihan saham-saham tersebut, susunan pemegang saham Perseroan menjadi sebagai berikut:
Keterangan
Modal Dasar:
Pemegang Saham
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
-
Yayasan Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam Portepel
Saham Biasa Atas Nama
Nilai Nominal Rp1.000 per saham
Jumlah Saham
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
50.000.000
50.000.000.000,00
15.624.200
15.614.713
150
31.239.063
18.760.937
74
15.624.200.000
15.614.713.000
150.000
31.239.063.000
18.760.937.000
%
50,01
49,98
0,01
100,0
Penghibahan dan pengalihan saham-saham dalam Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan
dari para pemegang saham Perseroan sebagaimana termaktub dalam Akta Pernyataan Keputusan
Perseroan No. 1 tanggal 2 Oktober 2006, dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris
di Jakarta, yang telah dicatat di dalam database Sisminbakum berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Nama Pemegang Saham Perseroan No. W7-HT.01.10-2647 tanggal
20 Oktober 2006, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP pada tanggal
27 Desember 2006 berdasarkan cap pendaftaran perusahaan yang ditandatangani oleh Kasudin
Derindag Kodya Jakarta Selatan selaku Kepala Kantor Pendaftaran Perusahaan Dati II.
Tahun 2012
Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perseroan No. 09 tanggal
6 September 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, antara lain sehubungan
dengan persetujuan peningkatan modal dasar Perseroan menjadi sebesar Rp1.200.000.000.000,00
(satu triliun dua ratus miliar Rupiah), peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan menjadi
sebesar Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah) dan pemecahan nilai nominal saham
Perseroan menjadi Rp100,00 (seratus Rupiah) per saham. Dengan dilakukannya peningkatan modal
dasar, modal ditempatkan, modal disetor tersebut dan pemecahan nilai nominal saham, maka struktur
permodalan dan kepemilikan saham dalam Perseroan menjadi sebagai berikut:
Keterangan
Modal Dasar:
Pemegang Saham
-
George Santosa Tahija
-
Sjakon George Tahija
-
Yayasan Tahija
-
PT Memimpin Dengan Nurani
-
PT Austindo Kencana Jaya
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Jumlah Saham Dalam Portepel
Saham Biasa Atas Nama
Nilai Nominal Rp100 per saham
Jumlah Saham
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
12.000.000.000
1.200.000.000.000,00
156.242.000
156.147.130
1.500
1.343.804.685
1.343.804.685
3.000.000.000
9.000.000.000
15.624.200.000,00
15.614.713.000,00
150.000,00
134.380.468.500,00
134.380.468.500,00
300.000.000.000,00
900.000.000.000,00
%
5,20807
5,20490
0,00005
44,79349
44,79349
100,0
Seluruh 3.000.000.000 (tiga miliar) saham dengan nilai nominal setiap saham yang telah ditempatkan
dalam Perseroan tersebut di atas, sejumlah Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah) telah
disetor secara penuh oleh masing-masing pemegang saham Perseroan.
Pemegang saham baru merupakan perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham lama sehingga
secara substansi tidak terdapat perubahan pemegang saham ( ultimate shareholder). Adapun
penyetoran kepada Perrseroan pada tanggal 5 September 2012 adalah dalam bentuk tunai.
Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, struktur permodalan dan susunan pemegang saham
Perseroan tidak mengalami perubahan.
4. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Berbentuk Badan Hukum
a. PT Memimpin Dengan Nurani (“MDN”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
MDN adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan
di Jakarta Selatan. MDN didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas MDN No. 5 tanggal
11 Januari 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya, S.H., pengganti Esther
Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham
berdasarkan Keputusan No. AHU-12828.AH.01.01.Tahun 2012 tanggal 8 Maret 2012, didaftarkan dalam
Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0021278.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 8 Maret
2012 dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.70.77212 di
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan tanggal 4 Juni 2012.
75
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar MDN yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas
MDN No. 5 tanggal 11 Januari 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya,
S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., maksud dan tujuan MDN adalah berusaha dalam bidang
pemberian jasa dan perdagangan.
Kegiatan usaha MDN adalah (1) jasa pada umumnya; (2) jasa konsultasi bidang bisnis, manajemen dan
administrasi, antara lain meliputi pengelolaan manajemen dan administrasi, usaha pemberian konsultasi,
saran dan bantuan operasional, perencanaan, pengawasan, evaluasi dan strategi pengembangan bisnis
dan investasi, analisa studi kelayakan jasa usaha lain serta kegiatan usaha terkait; dan (3) menjalankan
usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, ekspor dan impor, perdagangan besar local (dalam
negeri), grosier, supplier, leveransier dan commission house, distributor,agen dan sebagai perwakilan
dari badan-badan perusahaan demikian baik di dalam maupun di luar negeri, dari berbagai macam
barang baik hasil perusahaan sendiri maupun pihak lain.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Di Luar Rapat Umum Luar Biasa
Para Pemegang Saham No. 2 tanggal 2 Mei 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso
Atmajaya, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan jo Akta Pernyataan
Keputusan Para Pemegang Saham No. 73 tanggal 14 Desember 2012, yang dibuat di hadapan Mala
Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi MDN adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris: Laurel Claire Pekar Tahija
Dewan Direksi
Direktur Utama: George Santosa Tahija
Direktur: Istini Tatiek Siddharta
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham di Luar Rapat MDN No. 76 tanggal
30 Agustus 2012, yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan
kepemilikan saham dalam MDN adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
George Santosa Tahija
Laurel Claire Pekar Tahija
Julia Pratiwi Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
680.000
680.000.000.000,00
85.505
85.502
3
171.010
508.990
85.505.000.000,00
85.502.000.000,00
3.000.000,00
171.010.000.000,00
508.990.000.000,00
%
50,00
49,9982
0,0018
100,00
b. PT Austindo Kencana Jaya (“AKJ”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
AKJ adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan
di Jakarta Selatan. AKJ didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas AKJ No. 59 tanggal
29 November 2011, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta Selatan.
Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-02140.
AH.01.01.Tahun 2012 tanggal 13 Januari 2012, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan
UUPT dengan No. AHU-0003418.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 13 Januari 2012 dan didaftarkan
dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.46.75084 di Suku Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Selatan tanggal
17 Februari 2012.
76
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar AKJ yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas
AKJ No. 59, tanggal 29 November 2011, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris
di Jakarta Selatan, maksud dan tujuan AKJ adalah berusaha dalam bidang pemberian jasa dan
perdagangan.
Kegiatan usaha AKJ adalah (i) jasa pada umumnya; (ii) jasa pengelolaan laboratorium, fasilitas
pelayanan kesehatan atau sejenisnya; (iii) jasa konsultasi bidang bisnis, manajemen dan administrasi,
antara lain meliputi pengelolaan manajemen dan administrasi, usaha pemberian konsultasi, saran dan
bantuan operasional, perencanaan, pengawasan, evaluasi dan strategi pengembangan bisnis dan
investasi, analisa studi kelayakan jasa usaha lain serta kegiatan usaha terkait; dan (iv) menjalankan
usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, ekspor dan impor, perdagangan besar local (dalam
negeri), grosier, supplier, leveransier dan commission house, distributor,agen dan sebagai perwakilan
dari badan-badan perusahaan demikian baik di dalam maupun di luar negeri, dari berbagai macam
barang baik hasil perusahaan sendiri maupun pihak lain.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 74 tanggal 14 Desember
2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi AKJ adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
: Shelley Laksman Tahija
Komisaris
: George Santosa Tahija
Komisaris: Clemens Selestiyanta
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Sjakon George Tahija
Direktur: Istini Tatiek Siddharta
Direktur: Sonny Susanto
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 73 tanggal 17 April 2012
jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 130 tanggal 27 September 2012,
keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang
saham AKJ adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Sjakon George Tahija
Shelley Laksman Tahija
Cynthia Jean Tahija
Krisna Arinanda Tahija
Nina Aryana Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
77
800.000
800.000.000.000,00
172.883
23.052
11.525
11.525
11.525
230.510
569.490
172.883.000.000,00
23.052.000.000,00
11.525.000.000,00
11.525.000.000,00
11.525.000.000,00
230.510.000.000,00
569.490.000.000,00
%
75,00
10,00
5,00
5,00
5,00
100,00
c. Yayasan Tahija
Pengurus dan Pengawas
Pembina
Ketua : Sjakon George Tahija
Anggota: George Santosa Tahija
Pengawas
Ketua Anggota
: Shelly Laksman Tahija
: Laurel Claire Pekar Tahija
Pengurus
Ketua: Anastasius Wahyuhadi
Sekretaris: Silvia Novi
Bendahara: Sonny Susanto
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Tidak terdapat modal dasar, ditempatkan dan disetor dalam struktur Yayasan. Harta kekayaan awal
Yayasan Tahija berjumlah Rp1.750.325.029.
5. Pengurusan dan Pengawasan
Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 161 tanggal 17
Januari 2013, yang dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta, susunan
manajemen Perseroan adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
• Komisaris Utama (Komisaris Independen)
• Komisaris • Komisaris
• Komisaris
• Komisaris
• Komisaris Independen • Komisaris Independen : : : : : : : Direksi
• Direktur Utama
: • Wakil Direktur Utama : • Direktur External Affair: • Direktur Risk & Compliance (Tidak Terafiliasi): Adrianto Machribie Reksohadiprodjo
Sjakon George Tahija
George Santosa Tahija
Anastasius Wahyuhadi
Istama Tatang Siddharta
Arifin Mohamed Siregar
Josep Kristiadi
Suwito Anggoro
Istini Tatiek Siddharta
Sucipto Maridjan
Achmad Hadi Fauzan
Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan telah memenuhi Peraturan Bapepam dan LK
No. IX.I.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-45/PM/2004 tanggal 29 November
2004 tentang Direksi dan Komisaris Emiten dan Perusahaan Publik.
Masa jabatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris terhitung sejak tanggal RUPS pengangkatannya
sampai dengan penutupan RUPS tahunan yang ke-3 setelah pengangkatannya, dengan tidak
mengurangi hak RUPS untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.
78
Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan:
Dewan Komisaris
Adrianto Machribie Reksohadiprodjo
Komisaris Utama (Komisaris Independen)
Warga Negara Indonesia, 71 Tahun, Lahir di Bandung, 1 Juli 1941.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia pada
tahun 1967; dan Magister di bidang Ilmu Sosial dari Institute of Social Studies,
The Hague, Netherlands pada tahun 1969.
Menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak tahun 2003. Saat ini juga
menjabat sebagai Presiden Direktur PT Media Televisi Indonesia (MetroTV)
(Juni 2011-sekarang), Non-Executive Director Intrepid Mines Ltd. (November
2011-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Komisaris PT Freeport Indonesia
(2006-2011), Senior Advisor Freeport McMoran (2006-2011), Presiden Direktur
dan Chief Executive Officer PT Freeport Indonesia (1996-2006), Anggota Dewan
Komisaris Perseroan (1996-2003), Executive Vice President/Chief Administrative
Officer (1992-1996), Vice President General Affairs Shell Companies Indonesia
(1986-1992), Direktur Administrasi anak perusahaan-perusahaan Shell di
Indonesia (1980-1985), Perencanaan Personalia Grup Usaha Shell International
Petrolium Maatschappij, secondment to The Hague, Netherlands (19781980), Pimpinan Pelayanan Umum (General Services) International Petrolium
Maatschappij, secondment to The Hague, Netherlands (1975-1978), Pierson,
Hedring en Pierson (Armsterdam) (1974-1975), Account Executive LintasSSC&B untuk Unilever (Rotterdam) (1972-1973), Product Manager Unilever
(Rotterdam) (1969-1972).
Sjakon George Tahija
Komisaris
Warga Negara Indonesia, 60 Tahun, Lahir di Jakarta, 17 Desember 1952.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran dari Universitas Indonesia pada
tahun 1980.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 1985. Saat ini juga menjabat
sebagai Direktur Utama AKJ (2012 – sekarang), Komisaris PT Austindo
Nusantara Jaya Husada Cemerlang (2012 – sekarang), Komisaris Utama PT
ANJ HealthCare (2010 – sekarang), Pembina Yayasan Tahija (2008 – sekarang),
Komisaris Utama PT Optik Klinik Mata Nusantara (2007 – sekarang), Spesialis
Bedah Vitreoretinal Klinik Mata Nusantara (2004-sekarang). Sebelumnya
menjabat sebagai Direktur Utama PT ANJ HealthCare (2006 – 2010), Komisaris
PT Elbatama Finance (2000-2004), Ketua Yayasan Tahija (1990-2008), Komisaris
PT Aceh Timur (1998), Komisaris PT Aceh Timur (1998-2003), Spesialis Bedah
Vitreoretinal Jakarta Eye Center (1994-2003), Kepala Puskesmas Kecamatan
Nangaroro, Nusa Tenggara Timur (1981-1983).
79
George Santosa Tahija
Komisaris
Warga Negara Indonesia, 54 Tahun, Lahir di Jakarta, 28 Agustus 1958.
Menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Teknik Mesin dari Universitas Trisakti
pada tahun 1983 dan Sarjana S2 di bidang bisnis dari Colgate Darden Graduate
School of Business Administration, Virginia, USA pada tahun 1986.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat
sebagai Komisaris Utama PT AANE (2013-sekarang), Pembina Yayasan Dharma
Bermakna (2013-sekarang), Direktur Utama MDN (2012-sekarang), Ketua
Pengurus Yayasan Dharma Bermakna (2012-2013), Dewan Pengawas Endeavor
Indonesia (2012-sekarang), Komisaris Utama LSP (2011-sekarang), Komisaris PT
Austindo Nusantara Jaya HealthCare (2011-sekarang), Dewan Penasihat Global
Executive MBA Darden School Universitas Virginia (2011-sekarang), Ketua
Dewan Pembina Yayasan Coral Triangle Center (2010-sekarang), Komisaris
Utama PT Austindo Nusantara Jaya Auto (2009-2012), Komisaris Utama PT
Austindo Nusantara Jaya Rent (2008-2012), Komisaris SM (2008-sekarang),
Pengawas Yayasan Tahija (2008-sekarang), Ketua Dewan Pengurus Yayasan
Trisakti (2008-2012), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Bea Siswa Trisakti (20082011), Dewan Pembina Asia Business Council (2008-sekarang), Komisaris
PT Optik Klinik Mata Nusantara (2007-sekarang), Komisaris Utama ANJAP
(2007-sekarang), Direktur Utama PT Prima Mitra Nusatama (2007-sekarang),
Komisaris Utama PT Austindo Nusantara Jaya Finance (2006-2012), Komisaris
Utama PT Austindo Nusantara Jaya HealthCare (2006-2011), Komisaris Utama
SMM (2005-sekarang), Komisaris Utama ANJAS (2005-sekarang), Komisaris
Utama KAL (2005-sekarang), Komisaris ATI (2005-sekarang), Non-Executive
Director Pearl Energy Pte. Ltd. Singapura (2005-2006), Komisaris Utama
GMIT (2002-sekarang), Komisaris PT Agro Muko (1997-sekarang), Komisaris
Utama DGI (1997-sekarang), Direktur PT Newcrest Sumbaya Jaya (1997-2001),
Direktur PT Newcrest Sumatera Mineral (1997-2001), Direktur PT Newcrest Nusa
Sulawesi (1997-2001), Dewan Pendiri Sekolah PSKD Mandiri (1996-sekarang),
Komisaris PT Puncakjaya Power (1995-sekarang), Komisaris PT Freeport
Indonesia Company (1992-2012), Komisaris Utama PT Asuransi Indrapura
(1991-2012), Sekretaris merangkap Bendahara Yayasan Tahija (1990-2008) dan
Direktur Utama Perseroan (1985-2012).
80
Anastasius Wahyuhadi
Komisaris
Warga Negara Indonesia, 66 Tahun, Lahir di Klaten, 15 April 1946.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Satya Wacana pada
tahun 1976.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2006. Saat ini juga menjabat
sebagai Direktur PT ANJ Healthcare (2010-sekarang), Komisaris ANJAP
(2007-sekarang), Komisaris PT Sembada Sennah Maju (2006-sekarang),
Komisaris SMM (2005-sekarang), Komisaris ANJAS (2005-sekarang),
Komisaris KAL (2005-sekarang), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Tahija
(2003-sekarang), Komisaris Utama PT Prima Mitra Nusatama (2003-sekarang),
Komisaris GMIT (2002-sekarang), Komisaris ANJA (2000-sekarang), Direktur
ATI (1998-sekarang), Direktur PT Surya Makmur (1998-sekarang), Komisaris
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia (1998-sekarang), Komisaris PT Bilah
Plantindo (1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Komisaris PT
Austindo Nusantara Jaya Finance (2006-2012), Komisaris Utama PT Asuransi
Indrapura (1998-2012), Direktur Utama PT Austindo Nusantara Jaya Rent
(2010-2011), Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya Rent (Juli 2011-Desember
2011, 2008-2010), Presiden Asosiasi Fundraising Profesional Jakarta Chapter
(2009-2010), Anggota Tim Pendiri Asosiasi Fundraising Profesional Jakarta
Chapter (2006), Charter Presiden Lions Club Jakarta Raya (2004-2006), Direktur
Perseroan (1997-2006), Direktur PT Anwar Sierad Group (1994-1997), Deputi
Presiden Direktur dan Direktur Hukum & Corporate Secretary PT Rothmans of
Pall Mall Indonesia (d/h PT Faroka SA) (1983-1994).
Istama Tatang Siddharta
Komisaris
Warga Negara Indonesia, 53 Tahun, Lahir di Jakarta, 16 Juni 1959.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Akuntansi dari Universitas Indonesia pada
tahun 1980.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2004. Saat ini juga menjabat
sebagai Presiden Direktur PT Amalgamated Tricor (2009-sekarang), Staf
Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1983-sekarang). Sebelumnya
menjabat sebagai Chairman KAP Siddharta Siddharta & Widjaja (Member
Firm, KPMG International) (2002-2004), Chairman KAP Siddharta Siddharta &
Harsono (Member Firm, Coopers&Lybrand International) (1998-2002), Managing
Partner KAP Siddharta Siddharta & Harsono (Member Firm, Coopers&Lybrand
International) (1991-1998), Partner KAP Drs. Siddharta & Siddharta (Associated
Firm, Coopers&Lybrand International) (1987-1991), Partner KAP Drs. Siddharta
& Co. (Associated Firm, Pannel Kerr Forster International) (1984-1987), Manager,
KAP Drs. Siddharta & Co. (1981-1984), Supervisor, KAP Drs. Siddharta & Co.
(1980-1981).
81
Arifin Mohamed Siregar
Komisaris Independen
Warga Negara Indonesia, 79 Tahun, Lahir di Medan, 11 Februari 1934.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 di bidang Ekonomi dari The
Netherlands School of Economics, Rotterdam pada tahun 1956; Sarjana Strata 2
di bidang Ekonomi dari Münster Universität, Jerman pada tahun 1958.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2011. Saat ini juga
menjabat sebagai Komisaris PT Cabot Indonesia (2011 – sekarang), Penasehat
Procter & Gamble Indonesia (2010 – sekarang), Komisaris Utama PT Airfast
Indonesia (2009 – sekarang), Ketua Dewan Penasehat Strategis Ancora Capital
Management Pte. Ltd. (2009 – sekarang), anggota Dewan Gubernur Indonesia
– Netherlands Association (INA) & Indonesian – Benelux Chamber of Commerce
(2008 – sekarang), Wakil Ketua United State – Indonesia Society (USINDO) (2007
– sekarang), Anggota Board of Governors pada Asian Institute of Management,
Manila (2001 – sekarang), Anggota Komisi Trilateral (2000 – sekarang), anggota
Board of Trustees pada World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia (1999
– sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Sime Darby Berhad,
Kuala Lumpur, Malaysia (2007 – 2010), Komisaris Utama PT Medco Energy
Internasional Tbk (2006 – 2008), Ketua Governing Board pada World Wide Fund
for Nature (WWF) Indonesia (1999-2010), Ketua Dewan Direksi pada IndonesianGerman Chamber of Commerce and Industry (EKOIND) (1999-2003), Penasehat
Internasional Goldman Sachs (Asia Pacific) L.L.C (1998-2006), Anggota Board of
Trustees pada United States – Indonesia Society (USINDO) (1994-2007), Duta
Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, St. Vincent dan Granadines, St.
Lucia dan Persekutuan Dominika (1993-1997), Menteri Perdagangan Republik
Indonesia (1988-1993), Gubernur Bank Indonesia (1983-1988), Gubernur
International Bank for Reconstruction and Development (The World Bank) for
Indonesia (1986-1988), Gubernur (Alternate Governor) Islamic Dovelopment
Bank (IDB) untuk Indonesia (1983-1988), Ketua Indonesia Economic Association
(ISEI) (1979 – 1987), Gubernur (Alternate Governor) International Monetary
Fund (IMF) untuk Indonesia (1973-1983), Wakil Gubernur Bank Indonesia (19711983), Perwakilan IMF di Laos dan Penasehat Keuangan untuk Pemerintah Laos
(1969-1971), Ahli Ekonomi, Asian Department, International Monetary Fund(IMF)
di Washington D.C (1965-1969), Ahli Ekonomi, Bagian Ekonomi UN Economic
and Social Office di Beirut, Lebanon (1963-1965), Economic Affairs Officer untuk
UN Bureau of General Economic Research and Policies, New York, USA (19611963), Peneliti di Munster University, Jerman (1960-1961).
82
Josep Kristiadi
Komisaris Independen
Warga Negara Indonesia, 65 Tahun, Lahir di Yogyakarta, 24 Maret 1948.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana di bidang Ilmu Sosial dan Politik dari
Universitas Gadjah Mada pada tahun 1976 dan Sarjana Strata 3 di bidang Ilmu
Politik dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1995.
Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga
menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Peduli PEMILUPersatuan Wartawan Indonesia (2006-sekarang), Sekretaris CSIS Foundation
(2005-sekarang), Dosen Tamu Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Tinggi
(SESPIMPTI) POLRI, Bandung (2000-sekarang), Dosen Tamu Lembaga
Administrasi Negara (LAN) (2000-sekarang), Dosen tetap FISIPOL Atma Jaya
Yogyajarta (1995-sekarang), Anggota Yayasan Trisakti (1995-sekarang), Dosen
Tamu Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) (1999-sekarang), Peneliti
di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) (1976-sekarang).
Sebelumnya menjabat sebagai Editor untuk The Indonesian Quarterly (Jurnal
Bahasa Inggris CSIS) dan Analisis CSIS (Jurnal Bahasa Indonesia CSIS) (19802011), Pembicara di kursus singkat untuk Kepala Daerah (Bupati/Walikota) seluruh
Indonesia, Kementerian Dalam Negeri (2010-2011), Dosen Tamu SESPIMTI
POLRI (1990-2011), Dosen Tamu SESKO Gabungan (1999-2009), Konsultan
untuk Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi (Yappika) (2005-2008), Wakil
Direktur Eksekutif CSIS (1999-2004), Konsultan Jaringan Masyarakat Pemantau
PEMILU (2000-2004), Wakil Direktur Eksekutif CSIS (1999-2004), Sekretaris
Dewan Direktur CSIS (1983-2004), Pembicara di kursus singkat pimpinan DPRD
Kab/Kota seluruh Indonesia, Kementerian Dalam Negeri (2002-2003), Kepala
Departemen Politik CSIS (1991-1999), Anggota MPR RI (1987-1992).
83
Direksi
Suwito Anggoro
Direktur Utama
Warga Negara Indonesia, 59 Tahun, Lahir di Malang, 2 Februari 1954.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik di bidang Elektro dari Fakultas Teknik
Institut Teknologi Bandung pada tahun 1979 dan Sarjana Strata 2 (Master of
Science) di bidang Engineering dari Master Degree Union College, New York,
USA pada tahun 1985.
Menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak bulan Desember 2012. Saat
ini juga menjabat sebagai Komisaris GMIT (Januari 2013-sekarang), Komisaris
SMM (Januari 2013-sekarang), Komisaris LSP (Januari 2013-sekarang),
Komisaris ANJAS (Januari 2013-sekarang), Komisaris KAL (Januari
2013-sekarang), Komisaris ANJAP (Januari 2013-sekarang), Komisaris PPM
(Januari 2013-sekarang), Komisaris PMP (Januari 2013-sekarang), Komisaris
AANE (Januari 2013-sekarang), Komisaris GSB (Mei 2012-sekarang), Komisaris
PT Dalle Energy (Maret 2012-sekarang), Komisaris ANJA (Juni 2011-sekarang).
Sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Perseroan (Februari
2012-Desember 2012), Komisaris Perseroan (Agustus 2010-Februari 2012),
Komisaris Utama PT Chevron Pacific Indonesia (2010-2011), Direktur Utama
PT Chevron Pacific Indonesia (2005-2010), Senior VP Expl/Prod Technology &
NOJV PT Chevron Pacific Indonesia (2004-2005), VP Sumatran Light PT Chevron
Pacific Indonesia (2002-2004), VP Corporate Human Resources PT Chevron
Pacific Indonesia (1999-2002), Man Corp Planning & Budget PT Chevron Pacific
Indonesia (1997-1999), Chief Civil Engineering PT Chevron Pacific Indonesia
(1995-1997), Assistant Project Manager Duri Steamfllod Project PT Chevron
Pacific Indonesia (1996-1997), Supt. Power Generation PT Chevron Pacific
Indonesia (1994-1996).
84
Istini Tatiek Siddharta
Wakil Direktur Utama
Warga Negara Indonesia, 50 Tahun, Lahir di Jakarta, 31 Oktober 1962.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di bidang Akuntansi di Universitas
Indonesia pada tahun 1985 dan Sarjana Strata 2 (Master) di bidang Finance
dari Anderson Graduate School of Management at University of California at Los
Angeles pada tahun 1994.
Menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2012. Saat
ini juga menjabat sebagai Komisaris GMIT (2013-sekarang), Komisaris
AANE (2013-sekarang), Komisaris PMP (2013-sekarang), Komisaris
PPM (2013-sekarang), Direktur dan likuidator PT Prima Mitra Nusatama
(2012-sekarang), Direktur MDN (2012-sekarang), Direktur AKJ (2012-sekarang),
Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (2010-sekarang), Komisaris PT
ANJ Healthcare (2006-sekarang), Komisaris ANJA (2006-sekarang), Komisaris
SMM (2006-sekarang), Komisaris ANJAS (2006-sekarang), Komisaris KAL
(2006-sekarang), Komisaris ANJAP (2006-sekarang), Direktur PT Bejana Krisna
(2001-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan Perseroan
(2000-2012), Komisaris PT Asuransi Indrapura (2009-2012), Komisaris PT
ANJ Auto (2009-2012), Komisaris PT ANJ Rent (2008-2012), Komisaris PT
ANJ Finance (2004-2012), Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(2006-2010), Non-Executive Director Pearl Energy Pte. Ltd. Singapore (20052006), anggota Majelis Kehormatan-IAI (2002-2006), Komite Audit-PT Asuransi
Bintang Tbk (2000-2004), Pengajar di Program MAKSI-FEUI (1998-2004), Ketua
DSAK-IAI (2000-2002), Komite Audit-PT BRI Tbk (2001-2002), Komite AuditBPPN (2000-2002), Anggota DSAK-IAI (1994-2000 dan 1990-1992), Pengajar
di Fakultas Ekonomi Universitas Katholik Atma Jaya (1985-1990), Akuntan
Publik, Siddharta & Siddharta, a member of KPMG (1998-2000), Akuntan Publik,
Siddharta & Siddharta, a member of Coopers & Lybrand (1985-1998).
Sucipto Maridjan
Direktur External Affair
Warga Negara Indonesia, 53 Tahun, Lahir di Tanjung Pinang, 12 Juli 1959.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Nasional Jakarta
pada tahun 1988.
Menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat
sebagai Komisaris GMIT (1 Januari 2013-sekarang), Direktur PPM (7 Januari
2013-sekarang), Direktur PMP (7 Januari 2013-sekarang), Direktur ANJA (1
September 2012-sekarang), Direktur SMM (1 September 2012-sekarang),
Direktur KAL (1 September 2012-sekarang), Direktur ANJAP (1 September
2012-sekarang), Presiden Direktur AANE (1 Agustus 2012-sekarang),
Direktur DGI (30 Agustus 1999-sekarang), Direktur PT Puncakjaya Power
(1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur PT Cibaliung
Sumberdaya (2000-2007), Presiden Komisaris PT Tambang Tondano Nusajaya
(2000-2007), Presiden Komisaris Meares Soputan Mining (2000-2007), Presiden
Direktur PT Torah Antareja Mining (1997-2003), Presiden Direktur PT Eastara
Melawi Minerals (1997-2003), Direktur Newcrest Mining Ltd., Australia (19911997), Direktur Muswellbrooke Energy & Minerals/Ashton Mines (1986-1991),
Direktur PT Erba Corporation (1983-1986).
85
Achmad Hadi Fauzan
Direktur Risk & Compliance / Direktur Tidak Terafiliasi
Warga Negara Indonesia, 52 Tahun, Lahir di Pasuruan, 28 Februari 1961.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 (Bachelor of Arts) di Kennedy
Western University, USA pada tahun 1998 dan Sarjana Strata 2 (Master of
Business Administration) dari dari Kennedy Western Univeristy, USA pada tahun
2001.
Menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak bulan Februari tahun 2013.
Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Aek Tarum (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Gunung Tua Abadi (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Telaga Hikmah (9 Januari 2012-1 Februari
2013), Direktur Utama PT Mutiara Bunda Jaya (9 Januari 2012-1 Februari 2013),
Direktur Utama PT Binasawit Makmur (13 Desember 2011-1 Februari 2013),
Direktur Utama PT Sawit Selatan (2 Februari 2012-1 Februari 2013), Direktur
Utama PT Sungai Menang (18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT
Selatanjaya Permai (2 Februari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Tania
Binatama (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sungai Rangit
(19 Januari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Indonesia (13
Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Pertiwi Lenggara Agromas
(13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Lanang Agro Bersatu
(13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sampoerna Bio Fuels
(18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT National Sago Prima (18 Mei
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Pertiwi Agro Sejahtera (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Nusantara Sago Prima (18 Mei 2011-1
Februari 2013), Direktur Utama PT Wawasan Kebun Utama (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Pangan Agro Nusantara (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Palma Timur Sejahtera (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sentosa Timur Palma (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Palma Timur Sentosa (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Sejahtera (13 Desember
2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Jaya (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Industri Hutan Unggul (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Industri Hutan Lestari (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Hutan Ketapang Industri (11 Juni 2012-1
Februari 2013), Direktur Utama PT Tebar Tandan Tenerah (21 Mei 2012 20111 Februari 2013), Direktur Corporate Affairs (Departemen Legal, Departemen
Investor Relations, Departemen Land Acquisitions dan Departemen CSR ) / Chief
Operating Officer – Non Palm Oil Operations PT Sampoerna Agro Tbk. (Juni
2010-November 2012), Direktur Corporate Affairs (Corporate Secretary, Legal,
Investor Relations, Departemen Land Acquisitions dan Departemen CSR ) PT
Sampoerna Agro Tbk. (Agro Business Company) (Juni 2008-Mei 2010), Direktur
Corporate Affairs (Departemen Communication, Departemen Regulatory,
Government Relations, Departemen CSR) PT HM Sampoerna Tbk. (Januari
2007-Mei 2008), Direktur Corporate Affairs Philip Morris International (LausanneSwitzerland) (September 2007-Desember 2007), Direktur Government and
Community Relations (Departemen Government Relations dan Departemen
Community Relations) PT HM Sampoerna Tbk. (Jakarta) (Juni 2005-Agustus
2007), Direktur General Affairs (Government, Community, Security dan Facility
Management) PT HM Sampoerna Tbk. (Surabaya) (November 2003-Mei 2005),
Senior Manajer Human Resources dan Industrial Relations PT HM Sampoerna
Tbk. (Surabaya) (Januari 2000-Oktober 2003), Senior Manajer Operations dan
Manufacturing (Mei 1995-September 2003).
86
Komite Audit
Sesuai dengan Peraturan No. IX.I.5 dan berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 001/
ANJ/2013 tanggal 6 Februari 2013, Dewan Komisaris Perseroan membentuk Komite Audit, dengan
susunan sebagai berikut :
Ketua Anggota Anggota
: DR. Arifin Mohamed Siregar
: DR. Danrivanto Budhijanto
: Muljawati Chitro, S.E., CPA
Para anggota Komite Audit Perseroan diangkat untuk jangka waktu sejak tanggal 6 Februari 2013
dan akan berakhir pada penutupan RUPS tahunan ketiga sejak 17 Januari 2013, kecuali apabila
diberhentikan lebih awal oleh Dewan Komisaris Perseroan.
DR. Danrivanto Budhijanto
Warga Negara Indonesia, 41 Tahun, Lahir di Cimahi, 14 November 1971.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1995,
Sarjana Strata 2 (Master) di bidang Information Technology Law dari The John Marshall Law School,
Chicago, Amerika Serikat pada tahun 2003 dan Sarjana Strata 3 (Doktorat) di bidang Ilmu Hukum dari
Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 2009.
Menjabat sebagai Anggota Komite Audit Perseroan sejak 2013. Saat ini menjabat Arbiter Terdaftar
(Listed Arbitrator) pada Badan Arbitrase dan Mediasi Hak Kekayaan Intelektual (BAM HKI) Jakarta
(Desember 2011-sekarang), Arbiter Terdaftar (Listed Arbitrator) pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) Jakarta (Oktober 2010-sekarang), Dosen Program Pascasarjana Universitas Padjajaran
Bandung (November 2003-sekarang), Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung (Juli
1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Anggota Komite Regulasi Telekomunikasi-Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Mei 2009-Mei
2012), Anggota Komite Audit pada PT Kimia Farma, Tbk. (Persero) (November 2001-Januari 2012),
Dosen pada Program Magister Manajemen di Sekolah Manajemen dan Bisnis Institut Teknologi Bandung
(SBM-ITB) (Maret 2007-November 2008), Dosen pada Program Magister Manajemen Telekomunikasi
di Institut Manajemen Telkom, Bandung (Juli 2005-Agustus 2008), Associate Lawyer pada Makes &
Partners Law Firm (Juni 1995-Mei 1997).
Muljawati Chitro, S.E., CPA
Warga Negara Indonesia, 46 Tahun, Lahir di Jakarta, 27 Februari 1967.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Atmajaya pada tahun 1990 dan Sarjana
Strata 2 di bidang Keuangan dari PPM pada tahun 2002.
Menjabat sebagai Anggota Komite Audit Perseroan sejak 2013. Saat ini menjabat sebagai Partner
pada Kantor Akuntan Publik Muljawati, Rini & Rekan (Desember 2000-sekarang), Anggota Komite
Audit PT Asuransi Wana Artha (Juni 2011-sekarang) dan Anggota Komite Audit PT Samudra Indonesia
Tbk (Oktober 2009-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Penanggung Jawab Bagian Pendidikan
pada Institut Akuntan Publik Indonesia (Mei 2005-Desember 2012), Anggota Komite Audit PT Asuransi
Bintang Tbk (Oktober 2005-Juni 2010), Anggota Komite Audit PT Century Textile Industry Tbk (Januari
2002-March 2008), Anggota Komite Audit PT Metrodata Tbk (Oktober 2002-April 2003), Associate
Partner pada Kantor Akuntan Publik Siddharta, Siddharta & Widjaja (Oktober 1988-Juni 2000).
87
Hak dan Wewenang Komite Audit adalah sebagai berikut:
1. Kepada anggota baru Komite Audit diberikan orientasi atau program pengenalan peran, tanggung
jawab dan kerangka kerja Komite Audit.
2. Komite Audit menerima otoritas dan penugasan dari Dewan Komisaris dengan memperhatikan
perundangan dan peraturan yang terkait.
3. Dalam menjalankan tugasnya Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi
tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya Perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya.
4. Jika terjadi kasus/indikasi penyimpangan dan perlu meneliti/mengklarifikasi kasus-kasus tersebut
maka Komite Audit, berdasarkan surat tugas dari Komisaris, memiliki hak akses penuh atas informasi
yang ada di perusahaan dari Direksi, audit internal dan semua satuan organisasi perusahaan.
5. Komite Audit dengan persetujuan Komisaris dapat meminta saran dan bantuan dari tenaga ahli dan
profesional lain yang dirasakan perlu untuk melaksanakan tugasnya atas beban Perusahaan.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit adalah sebagai berikut:
1. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan
atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris,
termasuk hal hal sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang
disampaikan/diterbitkan Perusahaan, antara lain laporan keuangan berkala, proyeksi dan
informasi keuangan lainnya, dan disampaikan kepada pemegang saham.
b. Menilai perencanaan, pelaksanaan serta hasil audit yang dilakukan oleh SPI (auditor internal)
maupun auditor eksternal untuk memastikan bahwa pelaksanaan prosedur audit dan pelaporan
audit para auditor sesuai dengan standar audit yang berlaku.
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian intern perusahaan
serta pelaksanaannya.
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris sepanjang masih dalam
lingkup tugas dan kewajiban Komisaris.
2. Komite Audit menerima dan meninjau program/rencana kerja tahunan internal auditor yang dibuat
oleh SPI serta memberikan masukan kepada Dewan Komisaris.
3. Komite Audit wajib menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi mengenai Perusahaan selamanya.
Piagam Unit Audit Internal
Sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.7 dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 001/
ANJ/2013 tanggal 6 Februari 2013, Direksi Perseroan membentuk Unit Audit Internal di bawah Kendali
Satuan Pengawas Internal. Adapun susunan Unit Audit Internal pada saat Prospektus ini diterbitkan
adalah sebagai berikut:
Ketua
Anggota Anggota
: Achmad Hadi Fauzan
: Airlangga Djati
: Wibowo Wijaya
88
Sekretaris Perusahaan
Sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.4 dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
001/FAD/ANJ/2013 tertanggal 3 Januari 2013, Perseroan telah mengangkat Naga Waskita sebagai
Sekretaris Perusahaan.
Fungsi jabatan Sekretaris Perusahaan adalah membantu Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama
dalam menyelenggarakan kegiatan di bidang Tata Usaha Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance), Pengelolaan Gedung Kantor Pusat dan Perlengkapan Perusahaan.
Bidang tugas Sekretaris Perusahaan antara lain:
- Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di bidang
pasar modal;
- Memberikan pelayanan atas setiap informasi yang dibutuhkan pemodal yang berkaitan dengan
kondisi Perseroan;
- Memberikan masukan kepada Direksi Perseroan untuk mematuhi ketentuan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya; dan
- Sebagai penghubung atau contact person antara Perseroan dengan OJK dan masyarakat.
6. Sumber Daya Manusia
Menurut Jenjang Pendidikan
2010
31 Desember
2011
2012
Perseroan
Diploma ke atas
SMU dan sederajat
Di bawah SMU
Jumlah
28
5
33
26
5
31
12
0
12
Entitas Anak
Diploma ke atas
SMU dan sederajat
Di bawah SMU
Jumlah
276
1.562
2.139
3.977
335
1.796
2.105
4.236
478
1.981
2.409
4.868
2010
31 Desember
2011
2012
2
3
7
16
5
33
2
3
7
14
5
31
3
1
2
6
12
6
12
40
197
3.722
3.977
8
12
46
247
3.923
4.236
7
13
59
289
4.500
4.868
Keterangan
Menurut Jenjang Manajemen
Keterangan
Perseroan
Direktur
General Manager/Vice President
Senior Manager / Manager
Senior Staf / Supervisor / Staf
Buruh / Pekerja
Jumlah
Entitas Anak
Direktur
General Manager/Vice President
Senior Manager / Manager
Senior Staf / Supervisor / Staf
Buruh / Pekerja
Jumlah
89
Menurut Jenjang Usia
2010
31 Desember
2011
2012
Perseroan
> 55 tahun
41 - 55 tahun
25 - 40 tahun
< 25 tahun
Jumlah
1
16
16
33
3
15
13
31
3
3
5
1
12
Entitas Anak
> 55 tahun
41 - 55 tahun
25 - 40 tahun
< 25 tahun
Jumlah
43
1.480
1.896
558
3.977
36
1.171
2.488
541
4.236
21
1.242
2.688
917
4.868
2010
31 Desember
2011
2012
Perseroan
Pegawai Tetap
Pegawai Tidak Tetap
Jumlah
33
33
31
31
9
12
Entitas Anak
Pegawai Tetap
Pegawai Tidak Tetap
Jumlah
3.977
3.977
4.236
4.236
4.868
4.868
Keterangan
Menurut Status Kontrak
Keterangan
Perseroan memberikan paket remunerasi yang kompetitif kepada pekerja perkebunan dan Perseroan
merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit pertama di Pulau Belitung yang
memperkenalkan skema bonus bagi pekerja yang dibayarkan berdasarkan produktivitas dan kinerja
individu. Setiap pemanen TBS bekerja dengan sistem insentif, di mana mereka menerima bonus untuk
tercapainya kinerja tertentu, yaitu jika mereka memanen TBS yang melebihi jumlah target tertentu yang
ditetapkan untuk masing-masing perkebunan. Apabila mereka tidak mencapai tingkat target terendah,
mereka hanya menerima gaji pokok yang sama dengan upah minimum daerah di tempat mereka
bekerja. Di sisi lain, mereka dapat memperoleh bonus lebih besar berdasarkan tingkatan target yang
tercapai.
Perseroan memiliki skema retensi untuk memberikan insentif bagi beberapa karyawan Perseroan untuk
tetap bekerja di Perseroan. Skema retensi tersebut terdiri dari program kepemilikan mobil, program
kepemilikan rumah, program kepemilikan sepeda motor dan program kepemilikan komputer.
Sebagai bagian dari inisiatif Perseroan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan retensi karyawan,
Perseroan berinvestasi dalam program pelatihan dan peningkatan taraf hidup karyawan, termasuk
penyediaan fasilitas perumahan berkualitas baik, fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi dan fasilitas
pendidikan anak. Selain menyediakan fasilitas dasar seperti perumahan, air dan layanan tertentu
lainnya tanpa biaya kepada karyawan, Perseroan telah membangun fasilitas rekreasi dan fasilitas
lainnya bagi karyawan di perkebunan. Selain itu, Perseroan menyediakan layanan kesehatan gratis,
mempekerjakan seorang dokter di masing-masing perkebunan bersama dengan tenaga medis yang
berkualitas di poliklinik. Perseroan juga memberikan nutrisi tambahan bagi anak-anak karyawan untuk
membantu menghilangkan jumlah anak kurang gizi di sekitar perkebunan. Fasilitas penitipan anak juga
diberikan kepada karyawan sehingga kedua orang tua dapat bekerja di perkebunan.
90
Perseroan menyediakan pelatihan teknis dan keahlian manajemen untuk karyawan. Untuk karyawan
non-staf, Perseroan menyediakan pelatihan teknis untuk meningkatkan efisiensi operasional. Kebijakan
Perseroan untuk investasi dalam pelatihan bagi karyawan staf dan non-staf telah menghasilkan lebih
dari 7.432 peserta program pelatihan teknis, pelatihan manajerial, pembangunan budaya perusahaan
dan seminar umum pada tahun 2010 sampai 2012. Pada tahun 2004, Perseroan telah mendirikan
sebuah pusat pelatihan di Binanga untuk melatih staf dalam berbagai aspek operasional Perseroan.
Perseroan juga berencana untuk membangun sebuah fasilitas pusat pelatihan di Perkebunan Pulau
Belitung sebagai bagian dari program pelatihan manajemen Perseroan.
Perseroan terdaftar dalam dan memberikan kontribusi kepada Jamsostek. Selain itu, Perkebunan Pulau
Belitung memiliki serikat pekerja, yang berhubungan dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Pada tanggal 31 Desember 2012, sekitar 67% karyawan tetap Perseroan terdaftar dengan SPSI.
Perseroan menegosiasikan perjanjian bersama dengan serikat pekerja di Perkebunan Pulau Belitung
setiap dua tahun sekali dan perjanjian yang ada saat ini akan berakhir pada tanggal 17 November 2013.
Tidak ada perbedaan dalam hal gaji atau manfaat lainnya yang diterima oleh anggota serikat dan nonanggota serikat.
Tenaga Kerja Asing (TKA)
Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan dan Entitas Anak mempekerjakan 7 (tujuh) orang
tenaga kerja asing dengan keterangan sebagai berikut:
No.
Nama
1. Koh Bing Hock
Warga
Keahlian
Negara
Malaysia Direktur Utama
2C21JE0886 – M
30 Juni 2013
2. Ho Chew An
Malaysia
2C21JE3775 – M
9 Januari 2014
2C11JB0034 – M
3 Januari 2014.
2C11HD0004-L
11 Februari 2013
2C21JE3362 – M
26 Januari 2014
2C21JE7481AL
31 Desember
2013
1 Juni 2013
President
Director
3. Joseph Simpson Malaysia Senior General
Poustie Gomez
Manager
4. Philip Liu Chern
Malaysia Senior General
Khang
Manager
5. MD Akhir Bin Man Malaysia Senior General
Manager
6. Wagner Thomas Jerman
Direktur Business
Gunter Clemens
Development
7. Aloysius D Cruz Malaysia Business
Development
Director
Catatan: (1) sedang dalam proses perpanjangan.
No. KITAS
2C11G10076 – L
Masa Berlaku
No. IMTA
26554/MEN/P/
IMTA/2012
26760/MEN/P/
IMTA/2012
05577/MEN/B/
IMTA/2013
07126/MEN/B/
IMTA/2012
000296/MEN/P/
IMTA/2003
22441/MEN/P/
IMTA/2012
24351/MEN/B/
IMTA/2012
Masa Berlaku
12 Juli 2013
9 Januari
2014
8 Januari
2014
11 Februari
2013 (1)
26 Januari
2014
31 Desember
2013
1 Juni 2013
Remunerasi
Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi ditetapkan oleh Komite Remunerasi yang anggotanya terdiri
dari beberapa anggota Dewan Komisaris yang mewakili pemegang saham dan bebera pa anggota
Direksi.
Remunerasi, yaitu jumlah imbalan kerja jangka pendek maupun jangka panjang yang dibayarkan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi per 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar
USD8.522.013, USD3.363.307 dan USD5.930.990.
91
7. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Perseroan saat ini adalah sebagai berikut:
RUPS
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Komite Audit
Wakil Direktur Utama
Direktur Risk & Compliance
Direktur External Affair
Internal Audit
Wakil Direktur
Keuangan
Sekretaris
Perusahaan
Anggota Internal Audit
Manajer Urusan
CSR
Departemen
Pertanahan
Departemen
Perizinan
General Manajer
Pengembangan Usaha
General
Manajer
SDM & GA
Manajer Legal
Penggajian
Pelaporan
Keuangan /
Akuntansi dan
Perpajakan
Treasury
Manajer SDM
Teknologi
Informasi
92
Manajer
Pengembangan
Organisasi
Manajer
Pelatihan
Manajer
Bagian Umum
Catatan:
PPM (2)
(95,00 %)
PMP (2)
(95,00 %)
SMM (3)
(99,996%)
KAL (4)
(99,95%)
BP
20,00%
SM
(99,996%)
AM
(15,87%)
SKPI
20,00%
ATI
(99,998%)
SSM (5)
95,00%
PI
(20,00%)
LSP
(51,00%)
PJP
(14,288%)
CGSS
(5,00%)
DGI
(99,998%)
AANE
(98,99%)
93
Cynthia Jean
Tahija
(5,00%)
Yayasan Tahija
(0,00005%)
Shelley Laksman
Tahija
(10,00%)
ANJAP (6)
(99,50%)
Sjakon George
Tahija
(5,2049%)
Sjakon George
Tahija
(75,00%)
(1) ANJA memiliki 99,998% dan SMM memiliki 0,002%.
(2) ANJA memiliki 95,00% dan Perseroan memiliki 5,00% secara langsung.
(3) ANJA memiliki 99,996% dan Perseroan memiliki 0,004% secara langsung.
(4) ANJA memiliki 99,95% dan SMM memiliki 0,05%.
(5) PI memiliki 95,00% dan Perseroan memiliki 1,00% secara langsung.
(6) Perseroan memiliki 99,5% secara langsung dan SMM memiliki 0,5%.
GSB (2)
(95,00%)
ANJA
(99,996%)
George Santosa
Tahija
(5,20805%)
Julia Pratiwi
Tahija
(0,0018%)
ANJAS (1)
(99,998%)
Laurel Claire
Pekar Tahija
(49,9982%)
MDN
(44,7935%)
George
Santosa Tahija
(50,00%)
Struktur kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak saat ini adalah sebagai berikut:
8. Struktur Kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak
PMN
(99,999 %)
MLII
(11,88%)
GMIT
(99,999%)
AKJ
(44,7935%)
Krisna Arinanda
Tahija
(5,00%)
Nina Aryana
Tahija
(5,00%)
:
:
:
:
:
:
PMP
PPM
SKPI
SM
SMM
SSM
Keterangan
AANE
:
AKJ
:
AM
:
ANJ
:
ANJA
:
ANJAP
:
ANJAS
:
ATI
:
BP
:
CGSS
:
DGI
:
GMIT
:
GSB
:
KAL
:
LSP
:
MLII
:
MDN
:
PI
:
PJP
:
PMN
:
PT Austindo Aufwind New Energy
PT Austindo Kencana Jaya
PT Agro Muko
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
PT ANJ Agri Papua
PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais
PT Aceh Timur Indonesia
PT Bilah Plantindo
PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Gading Mas Indonesian Tobacco
PT Galempa Sejahtera Bersama
PT Kayung Agro Lestari
PT Lestari Sagu Papua
PT Moon Lion Industries Indonesia
PT Memimpin Dengan Nurani
PT Pangkatan Indonesia
PT Puncakjaya Power
PT Prima Mitra Nusatama (dalam
likuidasi)
PT Putera Manunggal Perkasa
PT Permata Putera Mandiri
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Perusahaan Pertanian Perkebunan,
Perindustrian dan Perdagangan Surya
Makmur (PT Surya Makmur)
PT Sahabat Mewah dan Makmur
PT Sembada Sennah Maju
9. Hubungan Kepengurusan dan Pengawasan
Nama
Perseroan ANJA ANJAP ANJAS AANE ATI DGI GSB GMIT KAL LSP PPM PMP SM SMM
Adrianto M.
Reksohadiprojo
KU / KI
George Santosa
Tahija
K
KU
KU
KU
PK
K KU
KU
KU KU PK
PK K
KU
Sjakon George
Tahija
K
Arifin M.Siregar
KI
Anastasius
Wahyuhadi
K
K
K
K
K
D
K
K
K
K
K
D
K
Istama T. Siddharta
K
Josep Kristiadi
KI
Suwito Anggoro
DU
K
K
K
K
K
K
K
DU
K
K
K
Istini Tatiek
Siddharta
WDU
K
K
K
K
K
K
K
K
K
Sucipto Maridjan
D
D
D
D
PD
D
D
K
D
D
D
D
Achmad Hadi
Fauzan
DTT
Catatan:
PK / KU: Presiden Komisaris / Komisaris Utama, K: Komisaris, KI: Komisaris Independen, PD / DU: Presiden Direktur / Direktur
Utama, WDU: Wakil Direktur Utama, D: Direktur, DTT: Direktur Tidak Terafiliasi
10. Keterangan Mengenai Entitas Anak dan Entitas Asosiasi
Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki penyertaan secara langsung maupun tidak
langsung pada 15 (lima belas) Entitas Anak dan 8 (delapan) Entitas Asosiasi. Informasi mengenai
PT Permata Putera Mandiri (”PPM”) dan PT Putera Manunggal Perkasa (”PMP”) yang diakuisisi oleh
Perseroan pada tanggal 7 Januari 2013 telah disertakan sebagai informasi di dalam Prospektus ini
dalam rangka Penawaran Perdana Saham Perseroan.
A. Keterangan Mengenai Entitas Anak
No.
Nama
Perusahaan
Kedudukan
Lokasi
Kegiatan Usaha
Kegiatan
Usaha
Kepemilikan (secara
langsung maupun tidak
langsung)
Status
Operasional
Tahun
Penyertaan
99,996% (langsung)
Beroperasi
2000
Beroperasi
2007
Beroperasi
2004
98,99% (langsung)
Beroperasi
2008
99,998% (langsung)
Beroperasi
1998
Entitas Anak
1.
ANJA
Indonesia
Binanga,
Sumatera Utara
Perkebunan
Kelapa
Sawit
2.
ANJAP
Indonesia
Sorong Selatan,
Papua Barat
Agribisnis
Sagu
3.
ANJAS
Indonesia
Angkola Selatan,
Sumatera Utara
Perkebunan
Kelapa
Sawit
4.
AANE
Indonesia
Belitung
5.
ATI
Indonesia
6.
DGI
Indonesia
7.
GSB
Indonesia
8.
GMIT
Indonesia
Jakarta
Darajat, Jawa
Barat
Empat Lawang,
Sumatera
Selatan
Jember, Jawa
Timur
9.
KAL
Indonesia
Ketapang,
Kalimantan Barat
99,50% (langsung) &
0,50% (tidak langsung
melalui SMM)
99,998% (tidak langsung
melalui ANJA) & 0,002%
(tidak langsung melalui
SMM)
Energi
Terbarukan
Agribisnis
Energi
Terbarukan
Perkebunan
Kelapa
Sawit
99,998% (langsung)
Beroperasi
1997
95,00% (tidak langsung
melalui ANJA) & 5,00%
(langsung)
Beroperasi
2012
Agribisnis
99,999% (langsung)
Beroperasi
1976
Perkebunan
Kelapa
Sawit
99,95% (tidak langsung
melalui ANJA) & 0,05%
(tidak langsung melalui
SMM)
Beroperasi
2005
94
Kedudukan
Lokasi
Kegiatan Usaha
Kegiatan
Usaha
10. LSP
Indonesia
Sorong Selatan,
Papua Barat
11.
PPM
Indonesia
Sorong Selatan,
Papua Barat
12. PMP
Indonesia
Agribisnis
Sagu
Perkebunan
Kelapa
Sawit
Perkebunan
Kelapa
Sawit
Kepemilikan (secara
langsung maupun tidak
langsung)
51,00% (tidak langsung
melalui ANJAP)
95,00% (tidak langsung
melalui ANJA) & 5,00%
(langsung)
95,00% (tidak langsung
melalui ANJA) & 5,00%
(langsung)
13. SM
Indonesia
Agribisnis
99,996% (langsung)
No.
Nama
Perusahaan
Sorong Selatan
dan Maybrat,
Papua Barat
Medan,
Sumatera Utara
Status
Operasional
Tahun
Penyertaan
Beroperasi
2011
Beroperasi
2013
Beroperasi
2013
Beroperasi
1998
Perkebunan 99,996% (tidak langsung
Kelapa
melalui ANJA) & 0,004%
Beroperasi
2003
(langsung)
Sawit
Jasa
Tidak
PMN (dalam
Indonesia
Jakarta
99,999% (langsung)
1993
15.
Keuangan
Beroperasi
likuidasi) (1)
Catatan: (1) Perseroan memutuskan untuk melikuidasikan PMN karena maksud dan tujuan pendirian PMN yakni bergerak di
bidang jasa konsultasi manajemen, keuangan dan penanaman modal sudah tidak sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan dan
Entitas Anak pada saat ini.
14. SMM
Indonesia
Belitung
A1. PT Austindo Nusantara Jaya Agri (”ANJA”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
ANJA merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Medan. ANJ Agri
didirikan berdasarkan Akta No. 14 tanggal 20 Maret 1986, sebagaimana diubah dengan Akta
Perubahan No. 25 tanggal 24 Desember 1986, keduanya dibuat di hadapan Marah Sutan Nasution,
S.H., Notaris di Medan. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-20991HT.01-01.Th.87 tanggal 12 Maret 1987, didaftarkan
di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan di bawah No. 68/PT/Prob/1987, tertanggal 4 Mei 1987 dan
diumumkan dalam Berita Negara Repulik Indonesia No. 23 tanggal 21 Maret 1995, Tambahan No.
2658.
Anggaran Dasar ANJA telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir Anggaran Dasar
ANJA dimuat dalam Akta No. 95 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris
di Jakarta, sehubungan dengan perubahan tugas dan wewenang Direksi. Akta tersebut telah diterima
dan dicatat dalam database Sisminbakum berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan
Anggaran Dasar No. AHU-AH.01.10-02984 tanggal 4 Februari 2013 dan telah didaftarkan dalam Daftar
Perseroan No. AHU-0007120.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 4 Februari 2013.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar ANJA, maksud dan tujuan ANJA adalah berusaha dalam bidang
perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan
inti sawit (kernel).
Kegiatan usaha ANJA adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya
untuk memproduksi minyak sawit mentah dan inti sawit; (ii) memproduksi produk-produk turunan dari
minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas pada bahan bakar nabati
yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane;
dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit, serta memasarkan dan
menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya di antaranya tetapi tidak
terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane yang dihasilkan dari
padanya.
95
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta No. 16 tanggal 4 Juli 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta jo.
Akta No. 36 tanggal 24 September 2012, dibuat di hadapan Kartika Hendrawan, S.H., pengganti Esther
Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi ANJA adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Suwito Anggoro
: Anastasius Wahyuhadi
: Istini Tatiek Siddharta
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Koh Bing Hock
Direktur: Nopri Pitoy
Direktur
: Aloysius D Cruz
Direktur
: Sebastianus Yangmarga Yeo
Direktur: Sucipto Maridjan
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta No. 29 tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta
jo. Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 84 tanggal 22 November 2012, dibuat di
hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham
ANJA adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
Koh Bing Hock
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
Nilai Nominal Rp100,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
10.000.000.000
1.000.000.000.000,00
2.525.428.924
100.000
2.525.528.924
7.474.471.076
252.542.892.400,00
10.000.000,00
252.552.892.400,00
747.447.107.600,00
%
99,996
0,004
100,000
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJA yang berasal dari laporan keuangan
konsolidasian untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan konsolidasian ANJA untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011
dan 2010, telah diaudit oleh oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte
Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
58.973
117.013
175.986
12.557
6.582
19.139
156.847
175.986
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
96
31 Desember
2011
41.643
134.196
175.839
19.155
7.008
26.163
149.676
175.839
2012
54.628
152.307
206.935
22.467
9.570
32.037
174.898
206.935
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD13,0 juta atau sebesar 31,2% akibat
peningkatan kas dan setara kas dari hasil operasi perusahaan.
Jumlah liabilitas jangka panjang meningkat sebesar USD2,6 juta atau sebesar 36,6% akibat dari utang
sewa pembiayaan mesin dan peralatan yang berasal dari transaksi jual dan sewa kembali.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah liabilitas jangka pendek pada tahun 2011 meningkat sebesar USD6,6 juta atau 52,5%
disebabkan peningkatan utang pajak dan biaya masih harus dibayar. Peningkatan utang pajak terkait
dengan peningkatan laba sebelum pajak.
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Keterangan
Penjualan bersih
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban umum dan penjualan, serta pendapatan (beban) lain lain
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
115.231
154.349
154.586
(54.128)
(74.116)
(78.033)
61.102
80.233
76.553
(9.076)
(12.786)
(11.121)
52.026
67.447
65.432
(12.825)
(18.262)
(17.439)
39.201
49.185
47.993
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2010
Penjualan bersih tahun 2011 meningkat sebesar USD39,1 juta atau 33,9% karena peningkatan volume
produksi dan peningkatan harga minyak kelapa sawit.
Beban pokok penjualan tahun 2011 meningkat sebesar USD20,0 juta atau 36,9% karena peningkatan
volume produksi dan pengaruh inflasi.
Beban umum dan penjualan serta pendapatan (beban) lain-lain meningkat sebesar USD3,7 juta atau
40,9% karena peningkatan biaya profesional dan biaya karyawan.
Peningkatan beban pajak sebesar USD5,4 juta atau 42,4% terkait dengan peningkatan laba sebelum
pajak.
A2. PT ANJ Agri Papua (”ANJAP”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
ANJAP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut
dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. ANJAP didirikan
berdasarkan Akta Pendirian ANJAP No. 30 tanggal 26 Juni 2007 yang dibuat di hadapan Mala Mukti,
S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan
Surat Keputusan No. W7-10308 HT.01.01-TH.2007 tanggal 18 September 2007, didaftarkan pada
Daftar Perusahaan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No.
090315153878 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Jakarta Selatan dengan Nomor
Pendaftaran 2256/BH.09.03/X/2007 tanggal 24 Oktober 2007 dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 51 tanggal 24 Juni 2008, Tambahan No. 9797.
97
Pada tahun 2008, ANJAP mengubah statusnya dari semula perusahaan swasta nasional menjadi
perusahaan Penanaman Modal Asing (“PMA”) berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Para
Pemegang Saham No. 01 tanggal 8 Mei 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta,
yang mendapat persetujuan dari Menkumham berdasarkan keputusan No. AHU-25193.AH.01.02.
Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan
No. AHU-0036916.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008, dan telah memperoleh Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan ANJAP dari Menkumham dan dicatat dalam database
Sistem Administrasi Badan Hukum berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.10-12228 tanggal 19 Mei
2008 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0038528.
AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar ANJAP yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para
Pemegang Saham No. 19 tanggal 5 Agustus 2010 sebagaimana ditegaskan kembali berdasarkan Akta
Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAP No. 102 tanggal 30 September 2010, keduanya
dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan ANJAP adalah bergerak di
bidang pengusahaan hutan bukan kayu lainnya (sagu) dan industri berbagai macam pati palma (sagu).
Kegiatan usaha ANJAP adalah (i) menjalankan dan melaksanakan usaha pengusahaan hutan
bukan kayu lainnya (sagu) dalam arti luas, termasuk namun tidak terbatas pada perkebunan sagu;
(ii) menjalankan pemasaran dan penjualan produk-produk industri pati palma (sagu); dan (iii)
menjalankan dan melaksanakan usaha perindustrian, seperti industri pengolahan berbagai macam
pati palma (sagu).
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAP No. 98 tanggal 28 Januari
2013, dibuat dihadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi ANJAP adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
: Istini Tatiek Siddharta
: Suwito Anggoro
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Ho Chew An
Direktur: Sucipto Maridjan
Direktur
: Sebastianus Yangmarga Yeo
Direktur: Yusuf Hady
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta No. 129 tanggal 27 September 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris
di Jakarta dan Akta No. 02 tanggal 4 Desember 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di
Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham ANJAP adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
SMM
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
98
400.000
400.000.000.000,00
327.360
1.640
329.000
71.000
327.360.000.000,00
1.640.000.000,00
329.000.000.000,00
71.000.000.000,00
%
99,50
0,50
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJAP yang berasal dari laporan keuangan
konsolidasian untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan konsolidasian ANJAP untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011
dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte
Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
Keterangan
2010
32.321
7.129
39.450
460
460
38.990
39.450
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
54.499
137.301
58.843
157.013
113.342
294.314
5.069
4.382
3.239
6.087
8.309
10.469
105.033
283.845
113.342
294.314
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp82,8 miliar atau 151,9% disebabkan
oleh peningkatan kas dan setara kas dari peningkatan modal disetor pada akhir tahun 2012.
Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp98,2 miliar atau sebesar 166,8%
disebabkan oleh peningkatan aset dalam penyelesaian sehubungan denga pembangunan pabrik di
Papua.
Liabilitas jangka panjang meningkat sebesar Rp2,8 miliar atau sebesar 87,9% karena peningkatan
kewajiban imbalan pasca kerja. Kenaikan ini disebabkan bertambahnya jumlah karyawan pada tahun
2012, sehubungan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan.
Ekuitas meningkat sebesar Rp178,8 miliar atau 170,2% disebabkan oleh peningkatan modal disetor
selama tahun 2012.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp22,2 miliar atau sebesar 68,6%
disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas dari peningkatan modal disetor pada tahun 2011.
Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp51,7 miliar atau sebesar 725,4%
disebabkan oleh peningkatan aset dalam penyelesaian sehubungan dengan dimulainya pembangunan
pabrik pada tahun 2011.
Jumlah liabilitas jangka pendek meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp4,6 miliar atau sebesar 1002,0%
disebabkan oleh peningkatan biaya karyawan masih harus dibayar.
Jumlah liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp3,2 miliar dari nihil pada
tahun 2010 karena ANJAP baru mengakui kewajiban imbalan pasca kerja pada tahun 2011.
99
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
42
310
4.024
(7.443)
(22.815)
(35.260)
(7.402)
(22.505)
(31.236)
89
7.652
6.580
(7.313)
(14.852)
(24.656)
Keterangan
Pendapatan
Beban
Rugi sebelum pajak
Manfaat pajak
Rugi bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2011
Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp3,7 miliar atau 1.198,1% karena pengakuan laba kurs
mata uang asing yang belum direalisasi dari saldo kas.
Beban tahun 2012 meningkat Rp12,4 miliar atau 54,5% karena peningkatan biaya karyawan. Dengan
semakin intensifnya pembangunan pabrik di Papua, lebih banyak tenaga kerja dibutuhkan. Selain itu,
beban perjalanan dan bahan bakar juga meningkat.
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2010
Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar Rp268,0 juta atau 638,1% karena peningkatan pendapatan
bunga dari kas yang berasal dari penambahan modal disetor tahun 2011 dan belum digunakan.
Beban tahun 2011 meningkat sebesar Rp15,4 miliar atau 206,5% karena peningkatan biaya karyawan
sehubungan dengan dimulainya pembangunan pabrik di Papua.
A3. PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (”ANJAS”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
ANJAS merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Medan. ANJAS
pertama kali didirikan dengan nama PT Ondop Perkasa Makmur berdasarkan Akta No. 22 tanggal
10 Maret 1998, yang dibuat di hadapan Herman Saptaputra, S.H., Notaris di Medan. Akta tersebut
telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-08963
HT.01.01.TH.2002, tanggal 24 Mei 2002, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan
TDP No. 021215108217 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Medan di bawah No. 2213/BH.02.12/
XII/2003 tanggal 12 Desember 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1,
tanggal 4 Januari 2005, Tambahan No. 51.
Pada tahun 2010, ANJAS mengubah namanya dari semula PT Ondop Perkasa Makmur menjadi PT
Austindo Nusantara Jaya Agri Siais berdasarkan Akta No. 04 tanggal 2 Maret 2010, dibuat di hadapan
Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-15127.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 24 Maret 2010 dan telah
didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0022229.AH.01.09.Tahun
2010 tanggal 24 Maret 2010.
100
Anggaran Dasar ANJAS telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir Anggaran
Dasar ANJAS sebagaimana tercantum dalam Akta No. 97 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan
Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan tugas dan wewenang Direksi dan
Direktur yang berhak mewakili ANJAS. Perubahan Anggaran Dasar ANJAS tersebut telah diterima
dan dicatat dalam database Sisminbakum Menkumham perihal penerimaan pemberitahuan perubahan
anggaran dasar SIAIS berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-02833 tanggal 1 Februari 2013
dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0006843.AH.01.09.
Tahun 2013 tanggal 1 Februari 2013.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar ANJAS, maksud dan tujuan ANJAS adalah berusaha dalam
bidang perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm
oil) dan inti sawit (kernel).
Kegiatan usaha ANJAS adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit
pengolahannya untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (ii)
memproduksi produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi
tidak terbatas pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan
pabrik kelapa sawit dan gas methane; dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah
dan inti sawit, serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan
pengolahannya di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan
gas methane yang dihasilkan daripadanya.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAS No. 97 tanggal 28 Januari
2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi ANJAS adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
: Istini Tatiek Siddharta
: Suwito Anggoro
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Koh Bing Hock
Direktur: Nopri Pitoy
Direktur
: Sebastianus Yangmarga Yeo
Direktur: Sucipto Maridjan
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PT Ondop Perkasa Makmur No.
06 tanggal 6 Oktober 2009 dan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAS No. 09
tanggal 2 Februari 2011, yang keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur
permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJA
SMM
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
101
800.000
800.000.000.000,00
623.559
11
623.570
176.430
623.559.000.000,00
11.000.000,00
623.570.000.000,00
176.430.000.000,00
%
99,998
0,002
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJAS yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan ANJAS untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu
Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
5.072
60.980
66.052
3.922
434
4.356
61.695
66.052
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
31 Desember
2011
6.581
62.062
68.643
5.450
576
6.027
62.616
68.643
2012
11.842
59.813
71.655
4.774
676
5.450
66.205
71.655
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD5,3 juta atau sebesar 79,9%
disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas yang berasal dari kas yang diperoleh dari aktivitas
operasi.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah liabilitas jangka pendek pada tahun 2011 meningkat sebesar USD1,5 juta atau sebesar 39,0%
disebabkan oleh penerimaan uang muka dari pelanggan.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Keterangan
Penjualan
Beban Pokok Penjualan
Laba kotor
Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban) lain-lain
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
11.549
31,720
35.590
(12.029)
(25.242)
(28.253)
(480)
6.478
7.337
(1.092)
(4.583)
(2.084)
(1.572)
1.895
5.253
1.523
(974)
(1.597)
(49)
921
3.656
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2011
Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban lain-lain) tahun 2012 turun sebesar USD2,5
juta atau 54,5% karena adanya biaya denda pajak atas hasil pemeriksaan PPN yang diakui pada tahun
2011.
Beban pajak meningkat sebesar USD623 ribu atau 64,0% karena peningkatan laba sebelum pajak
tahun 2012.
102
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2010
Penjualan tahun 2011 meningkat sebesar USD20,2 juta atau 174,7% karena penjualan tahun 2010 baru
mulai dihasilkan pada pertengahan tahun, sedangkan tahun 2011 penjualan telah dilakukan selama
satu tahun penuh.
Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD13,2 juta atau 109,8%, sejalan dengan peningkatan
penjualan pada tahun 2011.
Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban lain-lain) tahun 2011 meningkat sebesar
USD3,5 juta atau 319,7% karena adanya beban denda pajak atas hasil pemeriksaan PPN yang diakui
pada tahun 2011.
Beban pajak tahun 2011 berjumlah USD974 ribu, sedangkan pada tahun 2010 terdapat manfaat pajak.
Pada tahun 2011, ANJAS telah memiliki laba sebelum pajak, sedangkan tahun 2010, perusahaan
mengakui aset pajak tangguhan dari rugi fiskal.
A4. PT Austindo Aufwind New Energy (”AANE”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
AANE merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut
dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. AANE didirikan
berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas AANE No. 23 tanggal 11 Agustus 2008, dibuat
di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari
Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-74449.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 16 Oktober
2008, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0096974.AH.01.09.Tahun
2008 tanggal 16 Oktober 2008 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 tanggal
10 Februari 2009, Tambahan No. 3893.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar AANE, yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para
Pemegang Saham AANE No. 15 tanggal 5 Februari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris
di Jakarta, maksud dan tujuan AANE adalah bergerak dalam bidang produksi dan pemanfaatan energi
terbarukan, ketenagalistrikan, dan jasa kehutanan lainnya, khususnya untuk menghasilkan dan jual
beli karbon (carbon trade), termasuk: (i) produksi dan pengelolaan energi ramah lingkungan yang
menunjang program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) dalam rangka pengendalian pemanasan
global; (ii) memberikan jasa konsultasi perencanaan dan pembangunan fasilitas penghasil energi
ramah lingkungan; (iii) pengolahan limbah industri seperti limbah industri kelapa sawit, tapioka, gula
dan limbah industri lainnya sepanjang dapat dijadikan energi ramah lingkungan dan/atau langsung dari
sumber yang ramah lingkungan seperti panas bumi, angin, panas matahari dan sebagainya; serta (iv)
memanfaatkan seluruh pengetahuan dalam bidang pembaharuan energi dan praktek-praktek agrikultur
sehubungan dengan penelitian dan pengembangan karya-karya untuk memperoleh efisiensi yang tinggi
dan produk-produk baru.
Kegiatan usaha AANE adalah (i) merencanakan, membuat dan menghasilkan sumber energi yang
berkualitas tinggi dan/atau fasilitas-fasilitas Clean Development Mechanism termasuk namun tidak
terbatas pada pabrik penghasil biogas (anaerobic digester); (ii) manajemen dan pemanfaatan atas
fasilitas-fasilitas tersebut; (iii) memberikan jasa konsultasi dan penasehat untuk sertifikasi Certified
Emission Reductions (CERs), sertifikat-sertifikat penjualan dan perdagangan biogas dan produkproduk lain dari fasilitas-fasilitas tersebut; (iv) memberikan jasa pengaturan pembiayaan untuk proyekproyek tersebut di atas; (v) menjual alat-alat/perlengkapan sehubungan dengan proyek-proyek terkait;
(vi) menjadi pemilik atas fasilitas-fasilitas tersebut di atas secara langsung atau melalui perjanjian joint
venture; (vii) melakukan penelitian yang terkait dan pengembangan karya-karya untuk memperoleh
efisiensi yang lebih tinggi dan produk-produk baru; (viii) mengembangkan dan mengoperasikan
generasi energi yang dapat diperbaharui dan Mekanisme Pembangunan Bersih dengan fokus utama
pada penangkapan biogas methane dan tambahan-tambahannya; (ix) melakukan investasi pada
103
proyek/perseroan lain yang sejenis dan/atau proyek/perseroan lain yang terkait; (x) berdagang produkproduk dan hak-hak yang dihasilkan dari proses tersebut pada maksud dan tujuan di atas, termasuk
namun tidak terbatas kepada: biogas, biomass, tenaga listrik, hak-hak paten dan produk turunannya
seperti pupuk organik; (xi) melakukan usaha di bidang ketenagalistrikan, termasuk industri pembangkit
tenaga listrik, mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas-fasilitas pembangkit tenaga listrik,
transmisi tenaga listrik, penjualan dan pendistribusian tenaga listrik; dan/atau (xii) melakukan usaha
penunjang ketenagalistrikan, termasuk konsultasi di bidang ketenagalistrikan, pembangunan dan
pemasangan peralatan dan perlengkapan ketenagalistrikan, pemeliharaan peralatan dan perlengkapan
ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi peralatan dan perlengkapan yang menunjang
penyediaan tenaga listrik.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AANE No. 96 tanggal 28 Januari
2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi AANE adalah:
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
: George Santosa Tahija
Komisaris: Suwito Anggoro
Komisaris
: Istini Tatiek Siddharta
Komisaris: Anastasius Wahyuhadi
Komisaris
: Koh Bing Hock
Dewan Direksi
Presiden Direktur
Direktur
: Sucipto Maridjan
: Thomas G. C. Wagner
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AANE No. 16 tanggal 5 November
2012 dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham
adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal USD1.000*,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (USD)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
Aufwind Schmack Asia Holding GMBH
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
* setara dengan Rp9.086.000.
10.000
10.000.000
4.306
44
4.350
5.650
4.306.000
44.000
4.350.000
5.650.000
%
98,99
1,01
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting AANE yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan AANE untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu
Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1
Januari 2012.
104
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
2010
16.953
2.656
19.610
853
853
18.757
19.610
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
4.992
7.827
2.910
15.420
7.902
23.248
1.282
1.021
38
1.282
1.059
6.621
22.188
7.902
23.248
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp2,8 miliar atau sebesar 56,8%
disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas yang berasal dari peningkatan modal disetor pada
tahun 2012.
Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp12,5 miliar atau sebesar 429,9%
disebabkan oleh pembangunan pabrik biogas dan pembangkit listrik di Belitung.
Ekuitas pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp15,6 miliar atau 235,1% karena peningkatan
modal disetor pada tahun 2012.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp12,0 miliar atau sebesar 70,6% disebabkan
karena penggunaan dana untuk pembangunan pabrik biogas di Belitung.
Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp429 juta atau sebesar
50,3% disebabkan oleh peningkatan utang lain-lain kepada pihak ketiga sehubungan dengan
pembangunan pabrik biogas.
Ekuitas pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp12,1 miliar atau 64,7% disebabkan oleh rugi tahun
berjalan, yang disebabkan oleh kerugian penurunan nilai aset tetap milik AANE.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
4
42
242
(631)
(12.189)
(3.829)
(628)
(12.147)
(3.587)
11
(2)
(628)
(12,136)
(3,589)
Keterangan
Pendapatan
Beban
Rugi sebelum pajak
Manfaat (beban) pajak
Rugi bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2011
Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp200 juta atau 476,2% disebabkan oleh laba kurs mata
uang asing dari kas dan setara kas dalam mata uang Euro dan AS Dolar.
Beban pada tahun 2012 turun sebesar Rp8,4 miliar atau 68,6% karena pada tahun 2011 terdapat rugi
penurunan nilai atas aset dalam penyelesaian.
105
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2010
Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar Rp38 juta atau 950,0% disebabkan oleh peningkatan
pendapatan bunga dari kas dan setara kas.
Beban tahun 2011 naik sebesar Rp11,6 miliar atau 1.831,7% disebabkan oleh rugi penurunan nilai atas
aset dalam penyelesaian.
A5. PT Aceh Timur Indonesia (“ATI”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
ATI, merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. ATI didirikan pertama kali
dengan nama N.V. Handel Maatschappij Kian Lie Hin berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 34,
tanggal 19 Februari 1952 yang diubah dengan Akta Pembetulan No. 33 tanggal 17 Mei 1952, keduanya
dibuat di hadapan Louis Jean Dalitz, menurut ketetapan dari Wali Negara Sumatera Timur tertanggal
8 Agustus 1949 No. 217/1949, wakil notaris Christiaan Joseph Johan Gottgents di Medan. Akta tersebut
telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman berdasarkan Penetapan No. J.A.5/87/23,
tanggal 10 Juli 1952, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan pada Pengadilan Negeri Medan dengan
No. 184/1952 tanggal 19 Juli 1952, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.
71, tanggal 2 September 1952, Tambahan No. 1007.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar ATI yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 38 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala
Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan ATI ialah berusaha dalam bidang eksploitasi dan
perdagangan umum.
Kegiatan usaha ATI adalah (i) mengusahakan (exploiteren) hak-hak sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan-peraturan lainnya, mengesahkan, mendapatkan
vergunning atau konsesi atas hal-hal itu dan mengadakan perjanjian-perjanjian tentang itu dengan
pemerintah; dan (ii) berdagang pada umumnya, seperti membeli dan memperniagakan (drijven) bahanbahan pertanian atau lain-lain, termasuk impor, ekspor, lokal dan interinsulair serta menjadi grossier,
leverancier, distributor, agen dan pengecer dari segala macam barang yang dapat dilakukannya, baik
untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain, dengan cara amanat atau komisi, satu
dan lain dalam arti kata seluas-luasnya.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ATI No. 30 tanggal
20 Juni 2012 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan, susunan
anggota Dewan Komisaris dan Direksi ATI adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
Dewan Direksi
Direktur: Anastasius Wahyuhadi
106
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ATI No. 38
tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan
pemegang saham adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp60.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
George Santosa Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
150.000
9.000.000.000,00
45.999
1
46.000
104.000
2.759.940.000,00
60.000,00
2.760.000.000,00
6.240.000.000,00
%
99,998
0,002
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ATI yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan ATI untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010,
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana dan Rekan (Member Firm of
PricewaterhouseCoopers), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan
beberapa standar akuntansi keuangan baru.
Laporan Posisi Keuangan
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
71
1.793
1.864
421
421
1.443
1.864
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
31 Desember
2011
57
2.764
2.820
664
664
2.157
2.820
2012
33
3.527
3.560
23
856
879
2.681
3.560
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah aset tidak lancar tahun 2011 meningkat sebesar USD971 ribu atau 54,2% karena kenaikan nilai
investasi dalam asosiasi akibat pengakuan bagian laba bersih entitas asosiasi.
Jumlah ekuitas tahun 2011 meningkat sebesar USD714 ribu atau 49,5% karena dihasilkannya laba
tahun 2011.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
675
971
798
(13)
(14)
(47)
662
957
751
(169)
(243)
(192)
493
714
559
Keterangan
Pendapatan
Beban
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
107
Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember
2010
Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar USD296 ribu atau 43,9% karena peningkatan bagian laba
dari entitas asosiasi yang dimiliki ATI, yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit
pada tahun 2011.
Beban pajak tahun 2011 meningkat sebesar USD74 ribu atau 43,8%, sejalan dengan peningkatan laba
sebelum pajak.
A6. PT Darajat Geothermal Indonesia (“DGI”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha DGI merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. DGI didirikan berdasarkan
Akta Pendirian Perseroan Terbatas DGI No. 160, tanggal 26 Februari 1997, dibuat di hadapan
Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5403.HT.01.01.TH’97 tanggal 24 Juni 1997,
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP 09631624228 di Kantor Pendaftaran
Perusahaan Kodya Jakarta Selatan di bawah No. 2258/BH.09.03/III/1998 tanggal 4 Maret 1998 dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan No. 2609.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar DGI yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI No. 44 tanggal 17 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala
Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan DGI ialah berusaha dalam bidang industri kelistrikan,
rancang bangun, perdagangan, agen.
Kegiatan usaha DGI adalah: (i) membangun fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan produksi dan
pengelolaan tenaga panas bumi (steam field production and management) dan membangun Pusat
Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) termasuk mulai dari rancang bangun, rekayasa, konstruksi,
pengadaan barang, fabrikasi, memasang dan commissioning/start up, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan pihak ketiga; (ii) memiliki, mengoperasikan, memelihara dan menjual tenaga
uap dan/atau listrik yang dihasilkan; (iii) membuat, merakit dan menjual peralatan Pusat Listrik Tenaga
Panas secara lengkap maupun komponen-komponennya; (iv) mengageni produsen peralatan Pusat
Listrik Tenaga Panas dalam dan luar negeri; dan (v) melakukan lain-lain kegiatan yang berhubungan
dengan pemanfaatan uap panas bumi dalam rangka ikut membantu dan mempercepat program
pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan panas bumi.
DGI merupakan salah satu pihak konsorsium dengan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dan Chevron
Darajat Limited (Grup Kontraktor) untuk mengembangkan Darajat Power Project Area Unit II dan III di
bawah Kontrak Operasi Bersama tanggal 16 November 1984.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan DGI No. 115,
tanggal 13 Juli 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan
Komisaris dan Direksi DGI adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
Direksi
Direktur: Sucipto Maridjan
108
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI No. 44,
tanggal 17 Juli 2008 dan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI
No. 26, tanggal 17 Maret 2009, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta,
struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
George Santosa Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
148.000.000
148.000.000.000,00
59.957.507
1.000
59.958.507
88.041.493
59.957.507.000,00
1.000.000,00
59.958.507.000,00
88.041.493.000,00
%
99,998
0,002
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting DGI yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan DGI untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana & Rekan (Member Firm of PricewaterhouseCoopers),
auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian, dengan paragraf tambahan mengenai penerapan ISAK 16 yang berlaku efektif
sejak 1 Januari 2012.
Laporan Posisi Keuangan
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
3.153
7.256
10.409
1.524
1.231
2.756
7.653
10.409
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
31 Desember
2011
3.267
7.212
10.479
1.215
1.438
2.654
7.825
10.479
2012
4.412
6.997
11.409
1.762
1.878
3.641
7.768
11.409
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Tahun 2012 aset lancar meningkat sebesar USD1,1 juta atau sebesar 35% karena kenaikan kas dan
setara kas yang berasal dari aktivitas operasi.
Liabilitas jangka pendek tahun 2012 meningkat sebesar USD547 ribu atau 45% karena kenaikan utang
konsorsium.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
5.615
6.003
5.979
(2.975)
(2.355)
(2.704)
2.641
3.648
3.275
(34)
(51)
9
2.607
3.597
3.284
(946)
(1.425)
(1.122)
1.661
2.172
2.162
Keterangan
Pendapatan
Beban usaha
Laba usaha
Pendapatan/beban lain-lain
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
109
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2010
Beban pajak tahun 2011 meningkat sebesar USD479 ribu atau 51% terkait dengan peningkatan laba
bersih sebelum pajak.
A7. PT Galempa Sejahtera Bersama (“GSB”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
GSB merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Palembang. GSB didirikan
berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas GSB No. 6, tanggal 14 Desember 2011, dibuat di
hadapan Haji Zulkifli Sitompul, S.H., Notaris di Palembang. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan
dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-04071.AH.01.01.Tahun 2012, tanggal 25
Januari 2012, terdaftar dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT No. AHU-0006525.AH.01.09.Tahun
2012 tanggal 25 Januari 2012, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP
060614606223 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Palembang di bawah No. 024/BH.06.06/II/2012
tanggal 8 Februari 2012.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar GSB, maksud dan tujuan GSB adalah berusaha dalam bidang
pertanian, pembangunan, perdagangan, pengangkutan darat, percetakan, perbengkelan, dan jasa.
Kegiatan usaha GSB adalah :
(i) Menjalankan usaha-usaha di bidang pertanian, agrobisnis (perdagangan hasil-hasil pertanian),
industri pertanian, agroindustri, peternakan, perkebunan tanaman pangan, perkebunan tanaman
keras (palawija), perkebunan tanaman industri, perkebunan kopi, perkebunan coklat (cocoa/
cacao), perkebunan kelapa (coconut), perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, peternakan,
perikanan darat/laut dan pertambakan, peternakan unggas, serta penangkaran dan pengembangbiakan satwa serta kehutanan.
(ii) Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan, pemborongan pada umumnya (general
contractor), pemasangan komponen bangunan berat/heavy lifting, pembangunan konstruksi
gedung, jembatan, jalan, bandara-dermaga serta pemasangan instalasi-instalasi, bertindak
sebagai pengembang, konstruksi besi dan baja, pembangunan sarana – pra sarana jaringan
komunikasi, pemborongan bidang pertambangan minyak, gas dan panas bumi, pemborongan
bidang pertambangan umum dan pemborongan bidang telekomunikasi serta pengembangan
wilayah pemukiman.
(iii) Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan, grosier, supplier, leveransier dan commission
house, distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan usaha perusahaan, perdagangan
besar lokal, export-import dan perdagangan alat tulis kantor, export-import dan perdagangan
pakaian jadi (garment) dan pakaian adat serta menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan
yang berhubungan dengan usaha real estate dan property.
(iv) Menjalankan usaha-usaha di bidang transportasi, expedisi dan pergudangan dan transportasi
penumpang serta transportasi pengangkutan.
(v) Menjalankan usaha dalam bidang pencetakan buku-buku, pencetakan dokumen, pencetakan
majalah-majalah dan tabloid (media-massa) desain dan cetak grafis dan offset serta sablon.
(vi) Menjalankan usaha di bidang perbengkelan, perawatan dan pemeliharaan dan perbaikan serta
penyediaan suku cadang alat berat..
(vii)Menjalankan usaha-usaha dibidang jasa, jasa periklanan dan reklame serta promosi dan
pemasaran, jasa kebersihan, jasa boga, jasa agen properti, jasa florist, konsultasi bidang arsitek,
landscape, design dan interior, jasa telekomunikasi umum, jasa penjualan tiket dan tour, konsultasi
bidang mesin (mekanikal), konsultasi bidang listrik (elektrikal), jasa pemeliharaan saluran air/pipa,
konsultasi bidang konstruksi sipil, jasa instalasi dan maintenance komputer, jaringan komputer
dan peripheral, rekruting dan penyalur tenaga kerja, konsultasi bidang pertambangan, jasa bidang
konstruksi pertambangan, jasa persewaan mesin dan peralatannya, jasa sablon, bordir, spanduk
dan reklame serta sarana penunjang perusahaan konstruksi.
110
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Keputusan Pernyataan Para Pemegang Saham No. 09 tanggal 3 Januari 2013,
dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
GSB adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris
: Suwito Anggoro
Direksi
Direktur: Sucipto Maridjan
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas GSB No. 6, tanggal 14 Desember 2011, dibuat di
hadapan Haji Zulkifli Sitompul, S.H., Notaris di Palembang jo. Akta Jual Beli No. 25 tanggal 4 Mei 2012
yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham
adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp100.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJA
Perseroan
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
120.000
12.000.000.000,00
114.000
6.000
120.000
-
11.400.000.000,00
600.000.000,00
12.000.000.000,00
-
%
95,00
5,00
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting GSB yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan GSB untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited),
auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
2010
-
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
111
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
10.514
1.064
11.579
88
88
11.491
11.579
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
(597)
89
(508)
Keterangan
Beban operasi
Pendapatan (beban) lain-lain
Rugi sebelum pajak dan rugi bersih
A8. PT Gading Mas Indonesia Tobacco (“GMIT”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
GMIT merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jember, Jawa Timur, Indonesia, yang
didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. GMIT
didirikan berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 17 tanggal 10 Oktober 1969 sebagaimana diubah
dengan Akta Perobahan No. 2 tanggal 2 Maret 1970, keduanya dibuat di hadapan Eliza Pondaag,
S.H., Notaris di Djakarta. Akta-akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. J.A.5/30/23 tanggal 21 Maret 1970 dan terdaftar
dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-turut di bawah No. 1066 dan No.
1067, keduanya tertanggal 7 April 1970 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.
35 tanggal 1 Mei 1970, Tambahan No. 128.
GMIT yang didirikan dengan nama PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated mengubah
namanya menjadi PT Gading Mas Indonesian Tobacco berdasarkan Akta Pernyataan Circular
Resolution GMIT No. 43 tanggal 21 Juni 2002 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H.,
Notaris di Jakarta.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar GMIT yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para
Pemegang Saham GMIT No. 02 tanggal 4 Agustus 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris
di Jakarta, maksud dan tujuan GMIT adalah berusaha dalam bidang pengolahan tembakau dan industri
bumbu masak serta penyedap masakan.
Kegiatan usaha GMIT adalah (i) untuk mengolah daun-daun dan tangkai-tangkai tembakau serta kulit
vanili; dan (ii) untuk mengekspor hasil produksi tersebut.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan GMIT No. 54
tanggal 30 Mei 2012, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan
jo. Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa GMIT No. 27 tanggal 29 Januari 2013, dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya,
S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan, susunan anggota Dewan
Komisaris dan Direksi GMIT adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
: Harso Wardono
: Suwito Anggoro
: Sucipto Maridjan
: Istini Tatiek Siddharta
Direksi
Direktur Utama
: Jahya Lukas
Direktur: Erwan Santoso
112
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham GMIT No. 02 tanggal 4 Agustus
2008 jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham GMIT No. 39 tanggal 12 September 2012,
keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang
saham adalah sebagai berikut :
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp163.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
Koh Bing Hock
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
250.000
%
40.750.000.000,00
172.139 28.058.657.000,00 99,999
1
163.000,00 0,001
172.140
28.058.820.000,00 100,00
77.860
12.691.180.000,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting GMIT yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan GMIT untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu
Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
2010
48.902
2.608
51.510
7.214
1.797
9.011
42.499
51.510
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
62.087
124.523
2.756
3.383
64.843
127.906
21.928
50.578
2.417
6.024
24.345
56.602
40.497
71.304
64.842
127.906
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp62,4 miliar atau sebesar 100,6%
disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas yang berasal dari penjualan tanah dan bangunan.
Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp28,7 miliar atau sebesar
130,7% disebabkan oleh kenaikan hutang bank yang digunakan untuk membeli persediaan tembakau.
Jumlah liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp3,6 miliar atau 149,2%
karena kenaikan kewajiban imbalan pasca kerja.
Jumlah ekuitas pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp30,8 miliar disebabkan oleh kenaikan
tambahan modal disetor yang berasal dari selisih harga tanah dan bangunan yang dijual kepada entitas
sepengendali dengan nilai buku tanah dan bangunan tersebut.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp14,7 miliar atau 204,0%
karena kenaikan utang bank yang digunakan untuk membeli persediaan tembakau.
113
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
49.060
33.499
49.730
(41.592)
(27.040)
(37.638)
7.468
6.459
12.091
(8.881)
(8.551)
(9.906)
(1.413)
(2.092)
2.186
203
90
(426)
(1.210)
(2.002)
1.760
Keterangan
Penjualan
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban usaha dan pendapatan (beban) lain lain
Laba (rugi) sebelum pajak
Manfaat (beban) pajak
Laba (rugi) bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2011
Penjualan tahun 2012 meningkat sebesar Rp16,2 miliar atau 48,5% disebabkan karena kenaikan
penjualan ke pasar lokal.
Beban pokok penjualan pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp10,6 miliar atau 39,2% sehubungan
dengan peningkatan penjualan.
Beban pajak GMIT tahun 2012 berjumlah Rp426 juta dibandingkan dengan manfaat pajak tahun 2011
sebesar Rp 90 juta, karena tahun 2012, GMIT telah menghasilkan laba sebelum pajak, sedangkan pada
tahun 2011, GMIT masih berada dalam posisi rugi fiskal.
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2010
Penjualan tahun 2011 turun sebesar Rp15,6 miliar atau 31,7% disebabkan oleh penurunan penjualan
lokal.
Beban pokok penjualan tahun 2011 juga turun sebesar Rp14,6 miliar atau 35,0% terkait dengan
penurunan penjualan.
Manfaat pajak tahun 2011 turun sebesar Rp113 juta atau 55,7% karena pencadangan aset pajak
tangguhan yang berasal dari rugi fiskal tahun 2010.
A9. PT Kayung Agro Lestari (“KAL”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
KAL merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Medan, didirikan menurut dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dengan nama PT Kayung Agro
Lestari berdasarkan Akta Pendirian KAL No. 2 tanggal 1 Agustus 2002, dibuat di hadapan Suwanto, S.H.,
Notaris di Pontianak. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-23313 HT.01.01.TH.2004 tanggal 17 September 2004,
didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Pontianak dengan No. 345/BH.14.03/X/2004 tanggal
10 Oktober 2004 dan diumumkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 55 tanggal 12 Juli
2005, Tambahan No. 7398.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar KAL sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan
Para Pemegang Saham KAL No. 42 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris
di Jakarta, maksud dan tujuan KAL adalah berusaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit dengan
unit pengolahannya.
114
Kegiatan usaha KAL adalah (1) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya
untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (2) memproduksi
produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas
pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa
sawit dan gas methane; dan (3) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit,
serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya
di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane
yang dihasilkan dari padanya.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham KAL No. 94 tanggal 28 Januari 2013,
yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi KAL adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
: Istini Tatiek Siddharta
: Suwito Anggoro
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Koh Bing Hock
Direktur: Nopri Pitoy
Direktur
: Sebastianus Yangmarga Yeo
Direktur: Sucipto Maridjan
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan KAL No. 30
tanggal 8 Juli 2011 jo. Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham KAL No.17 tanggal
5 November 2012, keduanya dibuat dihadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan
dan pemegang saham adalah sebagai berikut :
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp500.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJA
SMM
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
1.440.000
720.000.000.000,00
1.104.447
553
1.105.000
335.000
552.223.500.000,00
276.500.000,00
552.500.000.000,00
167.500.000.000,00
%
99,95
0,05
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting KAL yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan KAL untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited),
auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
115
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
2010
33.867
54.872
88.739
3.264
3.264
85.475
88.739
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
144.621
147.576
162.413
387.980
307.034
535.556
10.057
22.209
659
1.608
10.716
23.817
296.318
511.739
307.034
535.556
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp225,6 miliar atau 138,9% karena
bertambahnya tanaman belum menghasilkan, aset tetap dan uang muka untuk pengurusan hak legal
atas tanah.
Liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp12,2 miliar atau 120,8% karena
bertambahnya biaya masih harus dibayar, sehubungan dengan biaya pembukaan dan pembersihan
lahan.
Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp949 juta atau 144,0%, karena
kenaikan kewajiban imbalan pasca kerja sehubungan dengan meningkatnya jumlah karyawan.
Jumlah ekuitas pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp215,4 miliar atau 72.7%, karena penambahan
modal ditempatkan dan disetor pada tahun 2012.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Aset lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp110,8 miliar atau 327,0% karena kenaikan kas
dan setara kas yang berasal dari penambahan modal disetor.
Aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp107,5 miliar atau 196,0% karena
bertambahnya tanaman belum menghasilkan (sejalan dengan kemajuan program penanaman tanaman
kelapa sawit), aset tetap dan uang muka untuk pengurusan hak legal atas tanah.
Liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp6,8 miliar atau 208,1% karena
bertambahnya biaya masih harus dibayar, sehubungan dengan pembukaan dan pembersihan lahan.
Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp659 juta. Pada akhir tahun 2010
tidak ada liabilitas jangka panjang. Kenaikan ini terjadi karena mulai dihitungnya kewajiban imbalan
pasca kerja tahun 2011.
Ekuitas pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp210,8 miliar atau 246,7%, karena penambahan
modal ditempatkan dan disetor serta uang muka setoran modal tahun 2011.
116
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
(5,699)
(11,837)
(28,782)
5
2.679
6.873
(5.694)
(9.157)
(21.909)
Keterangan
Rugi sebelum pajak
Manfaat pajak
Rugi bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal
31 Desember 2011
Rugi sebelum pajak pada 2012 meningkat sebesar Rp16,9 miliar atau 143,2%, disebabkan oleh
kenaikan biaya profesional dan biaya karyawan.
Manfaat pajak pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp4,2 miliar atau 156,6% sehubungan dengan
kenaikan rugi sebelum pajak, atas mana aset pajak tangguhannya diakui.
Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2010
Rugi sebelum pajak pada 2011 meningkat sebesar Rp6,1 miliar atau 107,7% disebabkan oleh kenaikan
biaya karyawan dan biaya perjalanan dinas.
Manfaat pajak pada tahun 2011 meningkat sebesar Rp2,7 miliar atau 53.480,0% sehubungan dengan
kenaikan rugi sebelum pajak, atas mana aset pajak tangguhannya diakui.
A10. PT Lestari Sagu Papua (“LSP”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
LSP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. LSP didirikan berdasarkan
Akta Pendirian Perseroan Terbatas LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti,
S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan
Surat Keputusan No. AHU-56161.AH.01.01.Tahun 2011 tanggal 17 November 2011, didaftarkan dalam
Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0093172.AH.01.09.Tahun 2011 tanggal 17 November
2011 dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.02.73832
tanggal 9 Desember 2011 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Daerah Tingkat II Jakarta Selatan.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar LSP yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas
LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud
dan tujuan LSP adalah berusaha dalam bidang penanaman, pengolahan, pemurnian, dan pemasaran
produk pertanian dan hasil sampingan produk pertanian.
Kegiatan usaha LSP adalah (i) merencanakan dan membangun pabrik sagu; (ii) mengelola dan
memanfaatkan pabrik sagu dan fasilitas-fasilitasnya; (iii) melakukan penelitian dan pengembangan
yang saling terkait untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan menghasilkan produk baru; (iv)
memperoleh konsesi hutan sagu, melakukan rehabilitasi dan peningkatan kualitas produksi tanaman
sagu; (v) membangun, mengoperasikan dan memiliki pabrik sagu; (vi) menjual dan memperdagangkan
segala produk pertanian dan hasil sampingan produk pertanian dari tanaman sagu untuk pasar dalam
negeri dan/atau luar negeri; (vii) memiliki pabrik sagu dan segala infrastruktur pendukung dan fasilitasfasilitas terkait; (viii) merencanakan, mengoperasikan dan memiliki kapal, fasilitas penyimpanan, dan
dermaga; dan (ix) merencanakan, mengembangkan, mengoperasikan, dan memiliki kegiatan hilir bubur
sagu dan turunannya.
117
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 125 tanggal 31 Januari 2013,
dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
LSP adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Hendrik Sasmito
Direksi
Direktur Utama
Direktur
: Suwito Anggoro
: Chan Hian Siang
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011 jo Akta
Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 131 tanggal 27 September 2012, keduanya dibuat
di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah
sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal USD1.000*,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (USD)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJAP
SP Chemicals Pte. Ltd.
Grand Asia Holdings Pte. Ltd.
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
* setara dengan Rp8.597.000.
4.000
4.000.000
765
600
135
1.500
2.500
765.000
600.000
135.000
1.500.000
2.500.000
%
51,00
40,00
9,00
100
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting LSP yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan LSP untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor
independen dan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Drs. Biasa Sitepu, auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI,
masing-masing dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Laporan Posisi Keuangan
Keterangan
2010
-
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
118
(dalam Rupiah juta)
31 Desember
2011
2012
13.004
12.255
1.210
13.004
13.465
12
166
12
166
12.992
13.299
13.004
13.465
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Aset tidak lancar pada tahun 2012 merupakan tanah yang diakuisisi oleh LSP.
Liabilitas jangka pendek pada tahun 2012 terdiri dari utang pajak, utang lain-lain dan biaya yang masih
harus dibayar. Liabilitas jangka pendek tahun 2011 hanya terdiri dari utang pajak.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam Rupiah juta)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
144
924
(37)
(582)
108
342
(11)
(35)
97
307
Keterangan
Pendapatan
Beban
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2011
Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp780 juta atau 541,7% disebabkan oleh kenaikan dari
laba kurs mata uang asing yang berasal dari kas dan setara kas LSP dalam mata uang Dolar Amerika
Serikat.
Beban tahun 2012 meningkat sebesar Rp545 juta atau 1.473,0% karena munculnya biaya perjalanan
dinas dan penelitian. Pada tahun 2011, LSP baru mulai didirikan pada bulan Agustus.
A11. PT Permata Putera Mandiri (“PPM”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
PPM merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Pusat yang didirikan menurut
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. PPM didirikan
berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PPM No. 7 tanggal 14 Juni 2007, dibuat di hadapan
Darbi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham
berdasarkan Surat Keputusan No. W7-07403 HT.01.01-TH.2007 tanggal 4 Juli 2007, didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No. 090515156778 pada Kantor Pendaftaran
Perusahaan Kodya Jakarta Pusat, di bawah No. 2179/BH 09 05/VIII/2007 tanggal 15 Agustus 2007.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar PPM sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PPM No. 150 tanggal 29 November 2010, dibuat di
hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor, maksud dan tujuan PPM yaitu berusaha dalam
bidang perkebunan dan pertanian, jasa, perdagangan dan industri.
Kegiatan usaha PPM adalah (i) menjalankan usaha dalam bidang perkebunan dan pertanian, termasuk
juga usaha pengolahan hasil-hasil perkebunan dan pertanian, usaha pemungutan/pemanfaatan hasil
hutan dan pemeliharaan serta pengolahannya; (ii) menjalankan usaha dalam bidang jasa, seperti
jasa penunjang usaha perkebunan dan pertanian, termasuk kegiatan pembukaan dan pembersihan
lahan serta segala kegiatan usaha jasa lainnya yang berkaitan; (iii) menjalankan usaha dalam bidang
perdagangan, seperti perdagangan hasil usaha perkebunan dan pertanian, perdagangan hasil industri
perkebunan dan pertanian, berikut segala kegiatan usaha yang terkait lainnya, termasuk perdagangan
secara import-eksport, lokal, interinsulair juga bertindak sebagai leveransir, distributor, grossier, supplier
dan juga sebagai agen, komisioner atau perwakilan dari perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar
negeri; dan (iv) menjalankan usaha dalam bidang industri, seperti industri pengolahan hasil perkebunan
dan pertanian, berikut segala kegiatan usaha industri lainnya yang berkaitan.
119
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PPM No. 18 tanggal 7 Januari 2013,
dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
PPM adalah:
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
: George Santosa Tahija
Komisaris: Suwito Anggoro
Komisaris
: Istini Tatiek Siddharta
Komisaris: Anastasius Wahyuhadi
Komisaris: Budi Yasa
Dewan Direksi
Presiden Direktur
: Bambang Soerjanto
Direktur: Sucipto Maridjan
Direktur: Sebastianus Yangmarga Yeo
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PPM No.
150 tanggal 29 November 2010, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor jo. Akta
Pernyataan Keputusan Rapat PPM No. 18 tanggal 7 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H.,
Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham adalah sebagai berikut :
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJA
Perseroan
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
40.000.000
40.000.000.000,00
14.250.000
750.000
15.000.000
25.000.000
14.250.000.000,00
750.000.000,00
15.000.000.000,00
25.000.000.000,00
%
95,00
5,00
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
PPM baru diakuisisi oleh Perseroan pada bulan Januari 2013 sehingga ikhtisar data keuangan PPM
belum termasuk dalam ikhtisar data keuangan konsolidasian Perseroan per tanggal 31 Desember 2012.
A12. PT Putera Manunggal Perkasa (“PMP”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
PMP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Pusat yang didirikan menurut dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. PMP didirikan dengan
nama “PT Kebun Hutan Abadi” berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas “PT Kebun Hutan
Abadi” No. 58 tanggal 12 Juli 1999, dibuat di hadapan Darbi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No. C-18903 HT.01.01.TH 99 tanggal 18 November 1999, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai
dengan UUWDP dengan TDP No. 250515100738 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/
Kodya Ambon, di bawah No. 001/BH 25.05/I/2002 tanggal 4 Januari 2002, dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 24 tanggal 22 Maret 2002, Tambahan No. 2861.
120
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar PMP sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 2 tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Wikan
Praharani, S.H., Notaris di Bogor, maksud dan tujuan PMP yaitu berusaha dalam bidang: (i) perkebunan
kelapa sawit dan industri minyak makan (minyak makan) dari nabati; (ii) perdagangan skala besar dari
hasil akhir perkebunan dan industri; (iii) budidaya perkebunan kelapa sawit dan pengolahan tanaman
menjadi minyak kelapa sawit, kernel serta produk sawit lainnya; dan (iv) jasa perkebunan kelapa sawit
dan pengolahan pabrik.
Kegiatan usaha PMP adalah: (i) menjalankan usaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit, termasuk
pengolahan lahan kawasan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen buah kelapa sawit; (ii)
menjalankan usaha dalam bidang industri minyak kelapa sawit termasuk minyak inti sawit mentah, palm
kernel expelles, penyimpanan produk sawit dan bahan baku lainnya untuk perkebunan kelapa sawit
dan penggilingan dan kegiatan usaha industri lainnya yang berkaitan; (iii) menjalankan usaha dalam
bidang perdagangan skala besar dari hasil akhir perkebunan dan industri, termasuk perdagangan
dalam bentuk impor-ekspor, lokal, distributor, perdagangan grosir; dan (iv) menjalankan usaha dalam
bidang jasa perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan pabrik, termasuk segala kegiatan dan kegiatan
pendukung perkebunan dan kegiatan usaha lainnya yang terkait.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PMP No.19 tanggal 7 Januari 2013,
dibuat di hadapan Mala Mukti, SH., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
PMP adalah:
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
: George Santosa Tahija
Komisaris: Suwito Anggoro
Komisaris
: Istini Tatiek Siddharta
Komisaris: Anastasius Wahyuhadi
Komisaris: Budi Yasa
Direksi
Presiden Direktur
: Bambang Soerjanto
Direktur: Sucipto Maridjan
Direktur: Sebastianus Yangmarga Yeo
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 2
tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor jo. Akta Pernyataan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 19 tanggal 7 Januari 2013, dibuat
di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham
adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
ANJA
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
121
20.000.000
20.000.000.000,00
450.000
8.550.000
9.000.000
11.000.000
450.000.000,00
8.550.000.000,00
9.000.000.000,00
11.000.000.000,00
%
5,00
95,00
100,00
Ikhtisar Data Keuangan Penting
PMP baru diakuisisi oleh Perseroan pada bulan Januari 2013. Ikhtisar data keuangan PPM belum
termasuk dalam ikhtisar data keuangan konsolidasian Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 .
A13. PT Perusahaan Pertanian, Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Surya Makmur (PT
Surya Makmur) (“SM”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
SM merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Medan yang didirikan dan menjalankan
kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia. SM didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 24 tanggal 8 September
1961 yang diubah dengan Akta Perobahan No. 18 tanggal 9 Juni 1962, keduanya dibuat di hadapan
Panusunan Batubara, S.H., Notaris di Medan, akta mana telah mendapatkan pengesahan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. J.A.5/77/10 tanggal 6 September 1962, didaftarkan pada Pengadilan
Negeri Medan di bawah No. 2/1963 dan No. 4/1963 tanggal 4 Januari 1963, dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 96 tanggal 29 November 1963, Tambahan No. 732.
Berdasarkan pasal 3 Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SM No.
40 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan
SM adalah berusaha dalam bidang perkebunan, industri hasil perkebunan, perdagangan umum dan
keagenan.
Kegiatan usaha SM adalah (i) menjalankan usaha-usaha eksploitasi perkebunan-perkebunan
dan pertanian-pertanian dengan jalan memperoleh konsesi perkebunan atau membeli, menyewa,
menjalankan hak eksploitasi atau hak sebagai pachter atau dengan jalan-jalan lain yang sah; (ii)
mengusahakan berbagai perindustrian yang bertalian dengan usaha-usaha tersebut di atas di
antaranya menjalankan eksploitasi kilang getah (remilling getah) kilang minyak kelapa sawit dan lain
sebagainya; (iii) berdagang pada umumnya, kecuali impor, seperti dalam hasil-hasil usaha tersebut di
atas sub a dan sub b termasuk ekspor dan antar pulau baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk
perhitungan orang lain atas dasar komisi dan memegang keagenan dari perusahaan-perusahaan lain;
dan (iv) menjalankan sesuatu perusahaan yang bertalian langsung atau tidak langsung dengan maksud
tersebut yang pelaksanaannya tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku di negeri ini,
satu dan lain dalam arti kata seluas-luasnya.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan SM No. 31 tanggal
20 Juni 2012, dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Kota Jakarta Selatan, susunan
anggota Dewan Komisaris dan Direksi SM adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
Dewan Direksi
Direktur: Anastasius Wahyuhadi
122
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SM No. 40
tanggal 16 Juli 2008 dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan
pemegang saham adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
Perseroan
George Santosa Tahija
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
Nilai Nominal Rp150.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
90.000
13.500.000.000
28.499
1
28.500
61.500
4.274.850.000
150.000
4.275.000.000
9.225.000.000
%
99,996
0,004
100
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting SM yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan SM untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana dan Rekan (Member Firm of PricewaterhouseCoopers),
auditor independen, berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian, dengan paragraf tambahan mengenai penerapan beberapa standar akuntansi
keuangan baru.
Laporan Posisi Keuangan
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
59
2.346
2.404
557
557
1.847
2.404
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
31 Desember
2011
44
3.659
3.703
885
885
2.818
3.703
2012
20
4.620
4.640
25
1.127
1.152
3.488
4.640
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Aset lancar pada akhir tahun 2012 menurun sebesar USD24 ribu atau sebesar 54,5% disebabkan oleh
penurunan kas, terkait dengan pembayaran untuk aktivitas operasi perusahaan.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD1,3 juta atau sebesar 56,0% disebabkan
oleh kenaikan nilai investasi pada entitas asosiasi, terkait dengan pengakuan bagian laba dari entitas
asosiasi terkait.
Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD328 ribu atau 58,9% berasal
dari peningkatan liabilitas pajak tangguhan, terkait dengan meningkatnya nilai investasi pada entitas
asosiasi.
Ekuitas pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD1,0 juta atau 52,6% disebabkan oleh kenaikan
saldo laba yang berasal dari laba tahun berjalan.
123
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
1.035
1.313
983
(14)
(14)
(49)
1.021
1.299
935
(257)
(328)
(242)
764
970
693
Keterangan
Pendapatan
Beban
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31
Desember 2011
Beban tahun 2012 meningkat sebesar USD35 ribu atau 250% disebabkan oleh kenaikan biaya
profesional untuk audit.
A14. PT Sahabat Mewah dan Makmur (“SMM”)
Pendirian dan Kegiatan Usaha
SMM merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan. SMM
didirikan berdasarkan Akta SMM No. 4, tanggal 7 Maret 1980 yang kemudian diubah beberapa kali
berdasarkan Akta No.12, tanggal 12 April 1980, serta Akta No.58, tanggal 30 Juli 1981 ketiganya dibuat
di hadapan Ambrosius Sitompul, Notaris di Jakarta dan Akta No. 92, tanggal 8 Juli 1985 yang dibuat di
hadapan John Leonard Waworuntu, Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2.4311-HT01-01 th.85
tanggal 18 Juli 1985, didaftarkan dalam buku register pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Barat
tanggal 22 Juli 1985 dengan pendaftaran No. 644/1985, No. 645/1985, No. 646/1985, No. 647/1985 dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 55, tanggal 8 Juli 1988, Tambahan No. 673.
Pada tahun 2002, SMM mengubah statusnya dari semula PMDN menjadi perusahaan PMA berdasarkan
Akta No. 10 tanggal 17 Februari 2003, dibuat di hadapan Veronica Nataadmadja, S.H., Master of
Corporate Administration, Master of Commerce (Business Law), Notaris di Jakarta, yang telah mendapat
persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C-03848 HT.01.04.TH.2003 tanggal 21
Februari 2003 dan telah diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di bawah No. C-03981 HT.01.04.
TH.2003 tanggal 25 Februari 2003, didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Jakarta Pusat
No. 0480/RUB.09.05/II/2003 tanggal 27 Februari 2003 dan telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 23 tanggal 21 Maret 2003, Tambahan No. 2264.
Anggaran Dasar SMM telah beberapa kali diubah, terakhir sebagaimana tercantum dalam Akta
Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 06 tanggal 2 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala
Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar SMM tersebut telah memperoleh persetujuan
dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-44867.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 25
Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0063493.
AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 25 Juli 2008.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar SMM, maksud dan tujuan SMM adalah berusaha dalam bidang
perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan
inti sawit (kernel).
124
Kegiatan usaha SMM adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya
untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (ii) memproduksi
produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas
pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa
sawit dan gas methane; dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit,
serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya
di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane
yang dihasilkan daripadanya.
Pengurus dan Pengawas
Berdasarkan Akta No. 101 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di
Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi SMM adalah:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
: George Santosa Tahija
: Anastasius Wahyuhadi
: Istini Tatiek Siddharta
: Suwito Anggoro
Direksi
Direktur Utama
: Koh Bing Hock
Direktur: Nopri Pitoy
Direktur
: Sebastianus Yangmarga Yeo
Direktur: Sucipto Maridjan
Struktur Permodalan dan Pemegang Saham
Berdasarkan Akta No. 06 tanggal 2 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta,
struktur permodalan dan susunan pemegang saham SMM adalah sebagai berikut:
Pemegang Saham
Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham
Jumlah Saham (lembar)
Jumlah Nilai Nominal (Rp)
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan Disetor:
ANJA
Perseroan
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
Saham Dalam Portepel
80.000
80.000.000.000,00
24.999
1
25.000
55.000
24.999.000.000,00
1.000.000,00
25.000.000.000,00
55.000.000.000,00
%
99,996
0,004
100,000
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting SMM yang berasal dari laporan keuangan untuk
tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan SMM untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited),
auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
125
Laporan Posisi Keuangan
(dalam USD ribu)
Keterangan
2010
24.010
14.770
38.780
4.050
2.811
6.861
31.918
38.780
Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
Total Aset
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Total Liabilitas
Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
31 Desember
2011
4.051
14.497
18.548
6.475
2.680
9.155
9.393
18.548
2012
10.811
18.698
29.509
6.249
5.398
11.647
17.862
29.509
Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD6,8 juta atau 166,9% berasal dari
peningkatan kas dan setara kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi.
Jumlah ekuitas pada akhir tahun 2012 meningkat sebear USD8,5 juta atau 90,2% disebabkan oleh
kenaikan saldo laba yang berasal dari laba bersih tahun berjalan.
Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010
Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar USD20,0 juta atau 83,1%
disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas yang digunakan untuk pembagian dividen kepada
pemegang saham.
Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar USD2,4 juta atau
59,9% disebabkan oleh kenaikan utang pajak.
Jumlah ekuitas pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar USD22,5 juta atau 70,6%
disebabkan oleh pembagian dividen kepada pemegang saham, setelah dikurangi efek penambahan
saldo laba ditahan yang berasal dari laba bersih tahun berjalan.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
2012
51.877
61.418
59.984
(17.680)
(19.434)
(23.141)
34.197
41.984
36.843
(2.558)
(2.598)
(2.749)
31.639
39.387
34.094
(7.848)
(9.912)
(8.573)
23.792
29.475
25.521
Keterangan
Penjualan
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban usaha
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih tahun berjalan
115. PT Prima Mitra Nusatama (“PMN”)
Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, PMN sedang dalam proses likuidasi berdasarkan persetujuan
pemegang saham sebagaimana dimuat dalam Akta No. 73, tanggal 21 Nopember 2012, dibuat dihadapan
Mala Mukti, S.H., LL.M., Notaris di Kotamadya Jakarta Selatan serta telah diberitahukan kepada
Menkumham berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Pembubaran No. AHU-AH.01.10-00289,
tanggal 3 Januari 2013, yang telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan
No. AHU-0000639.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 3 Januari 2013, dimana berdasarkan akta tersebut
Istini Tatiek Siddharta telah ditunjuk selaku likuidator Perseroan.
126
B. Keterangan Mengenai Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya
No.
Nama Perusahaan
Lokasi
Kegiatan
Usaha
Kedudukan
Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya
1.
PT Agro Muko
Indonesia
Aceh
2.
PT Bilah Plantindo
Indonesia
3.
PT Pangkatan
Indonesia
Indonesia
4.
PT Puncakjaya Power
Indonesia
5.
PT Sembada Sennah
Maju
PT Simpang Kiri
Plantation Indonesia
Indonesia
PT Chevron
Geothermal Suoh
Sekincau
PT Moon Lion
Industries Indonesia
Indonesia
Lampung
Barat
Indonesia
Jakarta dan
Banten
6.
7.
8.
Sumatera
Utara
Sumatera
Utara
Papua
Barat
Sumatera
Utara
Aceh
Indonesia
Kepemilikan
(langsung
dan tidak
langsung)
Status
Operasional
Tahun
Penyertaan
15,87%
Beroperasi
1990
20,00%
Beroperasi
1998
20,00%
Beroperasi
1997
14,288%
Beroperasi
1994
Perkebunan Kelapa
Sawit
Perkebunan Kelapa
Sawit, Karet dan
Coklat
Pembangkit Listrik
20,00% (1)
Beroperasi
2008
20,00%
Beroperasi
1998
5,00%
Beroperasi
2010
Industri Pengikat
Baja, Baut, Mur dan
Batangan Baja
11,88%
Beroperasi
1994
Kegiatan Usaha
Perkebunan Kelapa
Sawit, Karet dan
Coklat
Perkebunan Kelapa
Sawit
Perkebunan Kelapa
Sawit, Karet dan
Coklat
Pembangkit Listrik
Catatan:
1) Perseroan memiliki 20,0% kepemilikan di PT Pangkatan Indonesia dan PT Pangkatan Indonesia memiliki 95,0% kepemilikan
di PT Sembada Sennah Maju; Perseroan juga memiliki 1,0% kepemilikan secara langsung di PT Sembada Sennah Maju.
11. Aset Tetap
Tanah
Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah memiliki beberapa bidang tanah dengan sah,
antara lain:
No.
No. dan Tanggal Sertifikat
Luas
(M2)
Berakhinya Hak
Pemegang
Hak
Lokasi/Surat Ukur / Gambar Situasi
1.
HGB No. 1/3 Februari 1998
8.910
3 Februari 2028
GMIT
Dukuh Menceh,Sukorambi, Dati II, Dati I Jawa
Timur
2.
HGB No. 7/3 Februari 1998
20.000
17 Maret 2032
GMIT
Tempeh kidul,Tempeh,Lumajang, Jawa Timur
3.
HGB No. 3/26 Oktober 2004
17.709
26 Oktober 2024
GMIT
Kelompangan, Ajung, Jember, Jawa Timur
4.
HGB No. 9 /6 November 1986
840
12 Oktober 2026
GMIT
Sumbersari, Dati II, Jember, Jawa Timur
5.
HGB No. 19h/ 22 Desember 1995
5.260
22 Desember 2015
GMIT
Wirolegi, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur
6.
HGB No. 271/ 11 Oktober 1997
4.680
24 September 2026
GMIT
Kebon Agung, Kalimates, Jember Jawa timur
7.
HGB No.191/ 3 Februari 1988
3.840
3 Februari 2028
GMIT
Wirolegi, Sumbersari, Dari II Jember, Jawa Timur
8.
HGB No. 258/29 Mei 1995
2.588
29 Mei 2015
GMIT
Kebon Agung, Kaliwates, Jember, Jawa Timur
9.
HGB No.83/ 2 April 1992
11.840
17 Maret 2032
GMIT
Tempeh Lor,Tempeh,Lumajang, Jawa Timur
10.
HGB No. 06/ Desa Klayas
70.328
14 Februari 2042
ANJAP
Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab.
Porong, Papua Barat
11.
HGB No. 02/ Desa Klayas
59.883
14 Februari 2042
ANJAP
Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab.
Porong, Papua Barat
12.
HGB No.03/ Desa Klayas
72.377
14 Februari 2042
ANJAP
Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab.
Porong, Papua Barat
13.
HGB No.04/ Desa Klayas
68.756
14 Februari 2042
ANJAP
Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab.
Porong, Papua Barat
14.
HGB No.05/ Desa Klayas
68.788
14 Februari 2042
ANJAP
Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab.
Porong, Papua Barat
127
No.
No. dan Tanggal Sertifikat
Luas
(M2)
Berakhinya Hak
Pemegang
Hak
Lokasi/Surat Ukur / Gambar Situasi
15.
HGU No.1/Ramba tanggal 10
September 2009
1.970.500
9 September 2044
ANJA
Desa Ramba, Kec. Huristak, Kab. Tapanuli
Selatan, Propisi Sumatera Utara
16.
HGU No. 1/Simangambat Julu
tanggal 4 September 1993
60.000.000 31 Desember 2076
ANJA
Desa Simangambat Julu, Pasir Pinang, Air Gala,
Kec. Barumun Tengah, Kab. Tapanuli Selatan,
Provinsi Sumatera Utara
17.
HGU No. 3/Simangambat Julu,
Pasir Pinang, Air Gala tanggal 26
Januari 2001
32.149.000 25 Januari 2091
ANJA
Desa Simangambat Julu, Pasir Pinang, Air Gala,
Kec. Barumun Tengah, Kab. Tapanuli Selatan,
Provinsi Sumatera Utara
18.
HGU, No. 1/Jangkang, tanggal 6
April 1990
40.319.600 31 Desember 2075
SMM
Desa Jangkang, Kecamatan Dendang, Kabupaten
Belitung, Provinsi Sumatera Selatan
19.
HGU, No. 1/Nyuruk, tanggal 6 April
1990
69.552.000 31 Desember 2075
SMM
Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang, Kabupaten
Belitung, Provinsi Sumatera Selatan
20.
HGU, No. 1, tanggal 6 April 1990
48.860.800 31 Desember 2075
SMM
Desa
Renggiang,
Kecamatan
Gantung,
Kabupaten Belitung, Provinsi Sumatera Selatan
21.
HGB, No. 2, tanggal 17 Mei 2005
149.800
16 Mei 2035
SMM
Kecamatan Dendang, Kabupaten
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
22.
HGB, No. 3, tanggal 17 Mei 2005
149.600
16 Mei 2035
SMM
Desa/Kelurahan Dendang, Kecamatan Dendang,
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
23.
HGU No. – tanggal 11 November
2004
80.000.000 27 Oktober 2039
ANJAS
24.
HGB No. 1 tanggal 21 April 2010
7.412
24 Mei 2030
ANJAS
Kelurahan Pasar Pargarutan
25.
HGB No. 2 tanggal 8 Juni 2010
2.999
8 April 2030
ANJAS
Kelurahan Pasar Pargarutan
26.
HGB No. 3 tanggal 8 Juni 2010
982
8 April 2030
ANJAS
Kelurahan Pasar Pargarutan
27.
HGB No. 07
63.624
31 Juli 2042
LSP
Kelurahan Klayas, Kecamatan Seget, Kabupaten
Sorong, Provinsi Papua Barat
28.
HGB No. 08
63.450
31 Juli 2042
LSP
Kelurahan Klayas, kecamatan Seget, Kabupaten
Sorong, Provinsi Papua Barat
29.
HGB No. 09
74.993
31 Juli 2042
LSP
Kelurahan Klayas, Kecamatan Seget, Kabupaten
Sorong, Provinsi Papua Barat
30.
HGU No. 03
15.040.000 31 Desember 2013
ATI
Desa Tenggulon, Kec. Kejuruan Muda, Kabupaten
Aceh Timur, Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
31.
HGU No. 106
11.500.000
31 Desember 2022
ATI
Desa Sidodadi Simpang Kiri, Kab, Aceh Timur,
Prop. Daerah Istimewa Aceh
32.
HGU No. 1/Desa Bilah
16.410.000 31 Desember 2018
SM
Desa Bilah, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten
Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara
33.
HGU No. 10/Perkebunan Bilah
13.150.700 31 Desember 2036
SM
Desa Perkebunan Bilah, Kecamatan Bilah Hilir,
Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera
Utara
Belitung,
Desa Pardemian
Bangunan
Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah memiliki beberapa bangunan, antara lain:
No.
Izin Mendirikan Bangunan
ANJA
1.
Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan
No.647/262/1995 tanggal 1 Maret 1995,
2.
Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan
No. 503/1152/2003 tanggal 26 Juni 2003.
3.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0004/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013
4.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0005/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0006/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013
5.
Peruntukkan
Pabrik kelapa sawit yang terletak di Desa Simangambat Julu, Kecamatan
Barumun Tengah berlantai 1 Permanent dengan luas lantai kurang lebih
13.799,52 m2.
(i) 1 unit bengkel induk; (ii) 1 unit sekolah dasar; (iii) 12 unit rumah
karyawan; (iv) 4 unit rumah asisten; (v) 2 unit rumah manager; (vi) 2 unit
kantor kebun; dan (vii) 1 unit kantor devisi/poliklinik yang terletak di Desa
Huristak, Simangambat Julu, Kec. Barumum Tengah.
Gudang Central, Gudang Civil Enginering, Rumah Tanki BBM, dan
Gudang Limbah B3, Luas 531,5 M2, Desa Simangambat Julu, Kec.
Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Hunian Rumah Tinggal karyawan, Luas 9.214,9 Ha, , Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 5.589 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara.
128
No.
Izin Mendirikan Bangunan
6.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0007/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013
7.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0008/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013
8.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0009/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013.
9.
Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0010/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013.
10. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0011/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013.
11. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0012/01.08.01/IMB/
BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013.
12. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Padang
Lawas Utara No. 503/0002/01.08.01/
IMB/1/2013, tanggal 28 Januari 2013.
Peruntukkan
Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 4.036,5 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara.
13. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No.
503/0148/IMB/2012, tanggal 9 Februari
2012.
14. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No.
503/0340/IMB/2012, tanggal 9 Maret 2012.
15. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No.
503/0308/IMB/2012, tanggal 6 Maret 2012.
(i) Type G2 luas 103,5 M2, (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, dan (iii) Kantor
Divisi Luas 98 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang
Lawas Propinsi Sumatera Utara.
(i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa
Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara.
i) Type G2 luas 103,5 M2, (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, dan (iii) Kantor
Divisi Luas 98 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang
Lawas Propinsi Sumatera Utara.
(i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa
Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara.
16. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No.
503/0180/IMB/2012, tanggal 15 Februari
2012.
17. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No.
503/0247/IMB/2012, tanggal 23 Februari
2012.
ANJAS
18. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.
503/4823/2009 tanggal13 Juli 2009.
19. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/06/IMB/2010 tanggal5 April 2010.
20. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/07/IMB/2010 tanggal 21 Juni 2011.
21. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.
503/10/IMB/X/2011 tanggal 21 Oktober
2011.
Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 931,5 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara.
Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 3.519 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 5.382 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Hunian rumah tinggal Asisten, Luas 3.277,8 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Hunian rumah tinggal Asisten, Luas 3.728,4 M2, Desa Simangambat
Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
Gedung Poliklinik Central, Club House, Lapangan tenis dan
lapangan Badminton, Luas 854,7 M2, Desa Simangambat Julu, Kec.
Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara.
(i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa
Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara.
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang berlokasi di Dusun Janji Matogu
Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya diatas
areal HGU ANJAS di Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan
KabupatenTapanuli Selatan.
Perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya diatas areal
HGU ANJAS yang terletak di Desa Pardomuan, Kecamatan Angkola
Selatan, KabupatenTapanuli Selatan.
Masjid, Gereja, Taman Kanak-Kanak, Poliklinik dan Rumah Penitipan
Anak diatas areal HGU ANJAS, yang terletak di Desa Pardomuan,
Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
22. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/15/IMB/XII/2011 tanggal 22
Desember 2011.
Rumah Karyawan di atas areal HGU ANJAS, yang terletak di Desa
Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan.
23. SuratIzinBupatiTapanuli Selatan No.
503/5366/2010 tanggal 9 Agustus 2010.
Bangunan Tangki Transit dan bangunan pendukung lainnya yang
berlokasi di Jalan Raya Padangsidempuan-Sipirok Kelurahan Pasar
Pargarutan Kecamatan Angkola Timur.
129
No.
Izin Mendirikan Bangunan
24. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/14/IMB/XII/2010 tanggal 10 Agutus
2010.
25. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/11/IMB/III/2012 tanggal 21 Maret
2012.
26. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan
No.503/14/IMB/V/2012 tanggal 30 Mei 2012.
27. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.
503/4823/2009, tanggal 13 Juli 2009.
SMM
28. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/146/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010.
29. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/147/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010
30. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/148/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010
31. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/085/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009.
32. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/229/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
33. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/230/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
34. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/231/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
35. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/232/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
36. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/233/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
37. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/234/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
38. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/235/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
39. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/236/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
40. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/237/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
41. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/238/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
42. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/239/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
43. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/240/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
44. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/241/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
Peruntukkan
Bangunan perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya yang
berlokasi di atas areal HGU ANJAS di Desa Pardomuan Kecamatan
Angkola Selatan.
Perumahan karyawan, perumahan asisten dan bangunan Central
Workshop yang berlokasi di Desa Pardomuan, Kec. Angkola Selatan,
Kab. Tapanuli Selatan.
Bangunan Sekolah Dasar, koperasi, mess manajer dan staf ANJAS
yang berlokasi di Desa Pardomuan, Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli
Selatan.
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, di Dusun Janji Matogu Desa
Pardomuan, Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli Selatan.
Rumah Asisten F, luas bangunan 116 m2 di desa Jangkang, Kec.
Dendang, Kab. Belitung Timur
Rumah Asisten G, luas bangunan 116 m2, di desa Jangkang, Kec.
Dendang, Kab. Belitung Timur
Rumah Asisten H, luas bangunan 116 M2, di desa Jangkang, Kec.
Dendang, Kab. Belitung Timur
Balai Karyawan Perumahan Balok, di Desa Balok, Kec. Dendang.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga,
Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga,
Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga,
Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec.
Dendang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec.
Dendang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec.
Dendang, Kab, Belitung Timur.
Hunian, Rumah Asisten,Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Ladang Jaya Estate, Luas 310,5 M2, di Desa
Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Hunian, Rumah G6 Ladang Jaya Estate, Luas 310,5 M2, di Desa
Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Usaha, Koperasi Serba Usaha Ladang Jaya Estate, Luas 96,375 M2, di
Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
130
No.
Izin Mendirikan Bangunan
45. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/242/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
46. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/243/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
47. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/244/IMB/BPMPT/
XII/2012, tanggal 26 Desember 2012
48. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/080/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
49. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/081/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
50. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/082/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
51. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/083/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
52. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/084/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
53. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/077/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
54. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/078/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
55. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/079/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
56. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/072/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
57. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/073/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
58. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/074/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
59. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/075/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
60. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/076/IMB/BPPT-4/
BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009
61. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/015/IMB/BPPT-4/
II/2011, tanggal 18 Februari 2011
62. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/016/IMB/BPPT-4/
II/2011, tanggal 18 Februari 2011
63. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/017/IMB/BPPT-4/
II/2011, tanggal 18 Februari 2011
64. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/018/IMB/BPPT-4/
II/2011, tanggal 18 Februari 2011
65. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/019/IMB/BPPT-4/
II/2011, tanggal 18 Februari 2011
Peruntukkan
Usaha, Koperasi Serba Usaha Ladang Jaya Estate, Luas 96,375 M2, di
Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Usaha, Gudang Pupuk, Luas 205,61 M2, di Desa Balok, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Sosial dan Budaya, Tempat Les Anak Sekolah, Luas 57 M2, di Desa
Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Garasi alat-alat berat kompleks perumahan Ladang Jaya, Luas 112 M2,
di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Extension Club House Perumahan Jangkang, Luas 288 M2, di Desa
Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
Bangunan Amiat Filter Perumahan Sari Bunga, Luas 10,5 M2, di Desa
Nyuruk, Kec. Dendang.
Bangunan Amiat Filter, Luas 10,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec. Dendang.
Balai Karyawan Perumahan Ladang Jaya, Luas 144 M2, Desa Balok, Kec.
Dendang.
Gudang Pupuk Permanen, Luas 203 M2, di Desa Jangkang, Kec.
Dendang.
Garasi alat-alat berat kompleks perumahan sari bunga, Luas 56 M2, di
Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang.
Garasi alat-alat berat kompleks perumahan Bentayan, Luas 56 M2, di
Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang.
Rumah Karyawan Type G-6, Luas 310,5 M2, di Desa Nyuruk, Kecamatan
Dendang.
Rumah Asisten Perumahan Balok, Luas 75 M2, di Desa Nyuruk,
Kecamatan Dendang.
Pos Security Pelabuhan Khusus TG. Resing, Luas 44 M2, di Desa
Dendang, Kec. Dendang.
Pos Security Kompleks Perumahan Sari Bunga, Luas 12 M2, Desa
Nyuruk, Kec. Dendang.
Pondok Rekreasi, Luas 96 m2, di Desa Dendang, Kec Dendang.
Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa
Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang.
Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa
Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang
Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa
Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang
Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa
Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang
Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa
Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang
131
No.
Izin Mendirikan Bangunan
66. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/140/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
Peruntukkan
Perumahan Karyawan Ladang Jaya Estate, Luas 283,5 M2, di Desa
Jangkang, Kec. Dendang.
67. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/141/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
68. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/142/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
69. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/143/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
70. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/144/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
71. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/145/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
72. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/146/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
73. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/148/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
74. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/150/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
75. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/152/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
76. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/153/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
77. Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu No. 503/154/IMB/BPPT-4/
VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011
78. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 25/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
79. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 26/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
80. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 27/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
81. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 28/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
82. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 29/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
83. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 30/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
84. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 31/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
85. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 32/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
86. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 33/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
87. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 34/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
88. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 35/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
89. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 36/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang.
Bangunan Biomas untuk perumahan Air Ruak Estate, Luas 228,48 M2, di
Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang.
Perumahan Karyawan Air Ruak Estate, Luas 283,5 M2, di Desa Simpang
Tiga, Kec. Simpang Renggiang.
Perumahan Karyawan Balok Estate, Luas 283,5 M2, di Desa Balok Kec.
Dendang.
Perumahan Karyawan Sari Bunga, Luas 283,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec.
Dendang.
Perumahan Karyawan Sari Bunga, Luas 283,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec.
Dendang.
Kantor Kebun dan Poliklinik, Luas 167M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Rumah Karyawan G2, Luas 378 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung,
Kab. Belitung Timur.
Rumah Karyawan G2, Luas 4.536 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Rumah Karyawan G2, Luas 567 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Rumah Asisten G1, Luas 150 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Mess Direksi, Luas 448,5 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung,
Kab. Belitung Timur.
Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Rumah Karyawan G2, Luas 4.536 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Rumah Karyawan G6, Luas 1.134 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung,
Kab. Belitung Timur
Rumah Karyawan G6, Luas 3.969 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang,
Kab. Belitung Timur.
Rumah Asisten G1, Luas 750 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
132
No.
Izin Mendirikan Bangunan
90. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 37/
IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006
91. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 52/
IMB/X/2006, tanggal 18 Oktober 2006
Peruntukkan
Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
Tangki Penimbunan CPO Kelapa Sawit, Luas 550 M2, Desa Jangkang,
Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur.
92. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 67/IMB/
XII/2006, tanggal 8 Desember 2006
KAL
93. Surat Keputusan Bupati Ketapang No.014
tahun 2012 tanggal 2 Februari 2012
AANE
94. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur No.503/163/IMB/BPPT-4/
XI/2010 tanggal 29 November 2010.
95. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur No.503/164/IMB/BPPT-4/
XI/2010 tanggal 29 November 2010.
GMIT
96. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah
Swatantra Tingkat Ke II Djember No.561
tanggal 24 Desember 1959.
97. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Jember No. 72 tanggal 17 April 1961.
98. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Jember No. 230 tanggal 31 Agustus 1961.
99. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Jember No. 503648/121/
IMB/64351/1988
100. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah
Sementara Kabupaten Djember No. DK/505/
I.R. tanggal 15 Desember 1954.
101. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah
Sementara Kabupaten Djember No. DK/29/
I.R. tanggal 8 Juli 1955.
102. Surat Keputusan Bupati Kepala daerah
Jember No. Drh/235/IB tanggal 22 Agustus
1963.
103. Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember
No 503.647/150/436.33/1991 tanggal 16
Oktober 1991
Tangki Limbah B3, Luas 21,65 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab.
Belitung Timur.
104. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Djember No. 302/IB tanggal 30 September
1963
105. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Djember No. 320/IB tanggal 30 Oktober1963
Bangunan gudang sortasi tembakau beserta kamar pres, dengan luas 1.604
Ha, di desa Klompangan, Kecamatan Mangli.
106. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Kabupaten Lumajang No.BKD.86/23/64
tanggal 30 Nopember 1974
107. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Kabupaten Lumajang No.BKD.86/23/61
tanggal 8 Juni 1964
108. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Jember No. 503.648/47/
IMB/643.51/1986 tanggal 18 Desember 1986
109. Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Jember No.
503.648/144/436.33/1997 tanggal 10
Desember 1997
Gudang
Bangunan yang berlokasi di Jl. Marsela Kasai, Desa Laman Satong,
Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang.
Kubah Penangkap Biogas, luas bangunan 3.282,56 M2
Kubah Penangkap Biogas, luas bangunan 1.117,6 M2
Gudang di Kecamatan Panti
Gudang tembakau, luas 0,540 ha, di Kecamatan Wirolegi
Gedung, Luas 1,36 Ha, di Kecamatan Wirolegi
Gudang, sortasi, dan pagar, di Jl. Banyuwangi, Kelurahan Wirolegi,
Kecamatan Sumbersari, Jember.
Bangunan, terletak di atas tanah di Jl. Rambipudji.
Bangunan , terletak di atas tanah di Jl. Rambipudji, Jember.
Bangunan gedung pengeringan tembakau, dengan luas 15.250 M2 ,
Jember.
Bangunan, gudang, pondasi, dengan luas 18.080 M2
Bangunan gudang afpak, dengan luas 1.604 ha di
Kecamatan Mangli.
desa Klompangan,
Perluasan pendirian gudang tembakau, yang terletak didesa Tompohlor,
Kec. Tompoh, Lumajang.
Gudang sortasi, yang terletak di Jl. Agung, Kel. Kebonagung, Kec.
Kaliwates, Jember.
Pemutihan IMB, untuk gudang Kebonagung yang terletak di Jl. Aruwana No.
67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember
133
No.
Izin Mendirikan Bangunan
110. Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Jember No.
503.648/142/436.33/1997 tanggal 10
Desember 1997
111. Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Jember No.
503.648/143/436.33/1997 tanggal 10
Desember 1997
Peruntukkan
Pemutihan IMB, untuk gudang dan rumah dinas yang terletak di Jl. Aruwana
No. 67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember
Pemutihan IMB, untuk gudang Kebonagung yang terletak di Jl. Aruwana No.
67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember
12.Asuransi
Perseroan telah mengasuransikan harta kekayaan miliknya berupa benda-benda tidak bergerak
maupun benda-benda bergerak yang penting bagi Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya
pada beberapa perusahaan asuransi pihak ketiga dengan jumlah yang memadai.
No.
1.
2.
3.
Jenis Asuransi dan
Nomor Polis
All Risk Policy (Personal
Effects) Insurance No,
AI.24.1213.11.000001
tanggal 13 Juni 2012
Money Insurance No
AI.24.1212.11.000001
tanggal 4 Januari 2012
I-Puri Plus No.
AI.24.0125.10.000006
tanggal 4 September 2012
Jumlah
Pertanggungan
Objek Asuransi
Berlaku Hingga
Movable portable items
1 Juni 2012 – 1
Juni 2013
USD11.264,13
PT Asuransi
Indrapura
Cash in safe & Cash in Cashier
Box dan Cash in transit
23 Januari 2013
– 23 Januari
2014
Rp2.003.000,00
PT Asuransi
Indrapura
Dwelling House Jalan Dukuh
Patra No. 25 RT 011/RW002
Menteng Dalam, Tebet,
Kuningan, Jakarta Selatan
29 September
2012 – 29
Rp1.700.000.000,00
September 2013
Penanggung
PT Asuransi
Indrapura
Perseroan tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan asuransi tersebut diatas dan
manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan
kerugian atas aset tetap yang bersangkutan.
13. Transaksi Dengan Pihak Afiliasi
a. Aircraft Charter Services Agreement No. 027/AF-ANJ/CSA-Embraer/2012 tanggal 7 Desember
2012 sebagaimana diubah terakhir dengan Amendment No. 1 Aircraft Charter Services Agreement
No. 027/AF-ANJ/CSA-Embraer/2012 tanggal 8 Januari 2013 oleh dan antara Perseroan dan PT
Airfast Indonesia (“Airfast”), yang menyatakan bahwa Perseroan bermaksud menggunakan jasa
penerbangan Airfast dengan jenis pesawat Embraer Legacy untuk membawa penumpang dan/atau
kargo. Biaya sewa bulanan tetap adalah sebesar USD67.888 (enam puluh tujuh ribu delapan ratus
delapan puluh delapan Dolar Amerika Serikat) per bulan. Selain itu, Perseroan juga akan membayar
kembali seluruh biaya operasional dan pemeliharaan pesawat terbang dan biaya jasa yaitu sebesar
10% (sepuluh persen) dari biaya operasional. Sebagai jaminan Perseroan akan memberikan uang
jaminan sebesar USD4.000.000 (empat juta Dolar Amerika Serikat). Perjanjian ini berlaku efektif
sejak tanggal penandatanganan. Perjanjian berlaku untuk masa 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan pesawat oleh Perseroan dan dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis
dari para pihak dengan memberikan pemberitahuan tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya Perjanjian. Perjanjian ini dibuat berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia dan
dalam hal timbul perselisihan, maka para pihak akan saling berkonsultasi untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut. Dalam hal konsultasi tersebut tidak dapat menyelesaikan perselisihan
tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui arbitrase di Singapura berdasarkan
peraturan Singapore International Arbitration Center (SIAC).
134
b. Aircraft Charter Services Agreement/Perjanjian Jasa Charter Pesawat No. 016/ANJ-AGRI/
CSA/2010/XII tanggal 17 Januari 2011 yang diubah dengan Amendment No. 1 to Aircraft Charter
Services Agrement No. 016/ANJ-AGRI/CSA/2010/XII tanggal 14 Februari 2013, keduanya dibuat
di bawah tangan oleh dan antara ANJA dengan Airfast, yang menyatakan bahwa ANJA bermaksud
menggunakan jasa penerbangan Airfast dengan jenis pesawat Raytheon B1900D (“Pesawat”)
untuk membawa penumpang dan/atau muatan. Biaya tagihan yang wajib dibayarkan berupa: (i)
biaya tetap lisensi bulanan sebesar USD11.500 (sebelas ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat)
per bulan ditambah pajak yang berlaku; (ii) biaya tetap bulanan tenaga kerja; dan (iii) biaya jasa
sebesar 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan Airfast untuk operasional
dan perawatan pesawat. Perjanjian ini berlaku sampai dengan 17 Juli 2013. Perjanjian ini dapat
dialihkan dengan persetujuan tertulis dari para pihak dengan syarat dan ketentuan yang sama
dalam perjanjian ini. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan berdasarkan hukum Republik Indonesia,
segala perselisihan yang timbul yang tidak dapat diselesaikan dengan konsultasi bersama akan
diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan peraturan arbitrase dari Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI) yang berlaku.
c. Perjanjian Novasi No. 015/Austindo/OCY-ANJ-AGRI/2011/XII tanggal 17 Januari 2011, dibuat di
bawah tangan oleh dan antara Perseroan, ANJA dan Airfast, yang menyatakan bahwa Perseroan
mengalihkan seluruh hak dan tanggung jawab yang timbul dalam Aircraft Service Charter Agreement
No. JKT.332/2007/VII sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Addendum No. 1 tanggal
1 Juli 2010 (“Perjanjian Charter Pesawat”) yang dibuat oleh dan antara Perseroan dengan Airfast
kepada ANJA, termasuk hak untuk menerima pengembalian security deposit. Perjanjian ini berlaku
terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian novasi dan Perjanjian Charter Pesawat antara ANJA
dan Airfast. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian ini, para pihak tidak dapat mengalihkan atau
mendelegasikan hak dan kewajiban dalam perjanjian ini tanpa persetujuan tertulis pihak lain.
Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia. Segala perselisihan yang timbul akan diselesaikan melalui arbitrase
sesuai dengan peraturan dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang berlaku saat ini.
d. Perjanjian Pinjam Pakai tanggal 17 Mei 2012, dibuat di bawah tangan oleh dan antara GMIT, MDN
dan AKJ (“Perjanjian”). Berdasarkan Perjanjian, GMIT menerima secara pinjam pakai dari MDN
dan AKJ: (i) sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 200/Kel. Kaliwates, seluas 1.215m2; (ii)
sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 210/Kel. Kaliwates, seluas 3.998m2; dan (iii) sebidang
tanah dengan sertifikat HGB No. 2398/Kel. Kaliwates, seluas 14.515m2; yang seluruhnya terletak
di Jl. Gajah Mada No. 254, Jember, Jawa Timur, untuk jangka waktu sampai dengan tanggal 17 Mei
2014 dan dapat diperpanjang. GMIT dilarang untuk menyerahkan/meminjampakaikan/mengalihkan
hak atas pinjam pakai tersebut kepada pihak atau badan lain. Para pihak memilih domisili di Kantor
Panitera Pengadilan Negeri Jember di Jember.
e. Service Agreement tanggal 1 Januari 2004, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan
antara Perseroan dengan DGI (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju untuk
memberikan jasa kepada DGI antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa corporate
secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas pemberian
Jasa tersebut, DGI harus membayar uang sejumlah USD2.000,00 (dua ribu Dolar Amerika Serikat)
per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian ini berlaku
terhitung sejak 1 Januari 2004 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap tahunnya,
kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis satu bulan sebelumnya kepada pihak
lainnya untuk tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik
Indonesia dan segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.
135
f.
Service Agreement tanggal 1 Januari 2001, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan
antara Perseroan dengan ATI (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju
untuk memberikan jasa kepada ATI antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa
corporate secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas
pemberian Jasa tersebut, ATI harus membayar uang sejumlah USD1.000,00 (seribu Dolar Amerika
Serikat) per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian
ini berlaku terhitung sejak 1 Januari 2001 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap
tahunnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk
tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia dan
segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
g. Service Agreement tanggal 1 Januari 2001, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan
antara Perseroan dengan SM (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju
untuk memberikan jasa kepada SM antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa
corporate secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas
pemberian Jasa tersebut, SM harus membayar uang sejumlah USD1.000,00 (seribu Dolar Amerika
Serikat) per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian
ini berlaku terhitung sejak 1 Januari 2001 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap
tahunnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk
tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia dan
segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
h. Perjanjian Pengalihan Hak Atas Merek dan Hak Cipta tanggal 10 Mei 2012, dibuat di bawah tangan
oleh dan antara Perseroan dan PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (“ANJHC”),
yang menyatakan bahwa Perseroan mengalihkan hak atas merek dan hak cipta kepada ANJHC.
Perjanjian ini berlaku sejak tanggal efektifnya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam perjanjian
ini. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia. Segala
perselisihan pendapat yang timbul dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini akan diselesaikan
secara musyawarah. Apabila dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari, perselisihan tersebut tidak
dapat diselesaikan maka perselisihan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
i.
Management and Technical Service Agreement No.002/ANJA-CORSEC/SPS.mp/II/2012 tanggal
1 Januari 2012 yang dibuat dibawah tangan dengan materai cukup, oleh dan antara ANJA dengan
ANJAS (“Perjanjian”). Berdasarkan Perjanjian ini, ANJA setuju untuk memberikan pekerjaan Jasa
Manajemen, Jasa Teknik, Jasa Corporate Secretary, dan jasa Administrasi kepada ANJAS. Nilai
Perjanjian ini sejumlah US$50.000/per bulan. Jangka waktu Perjanjian ini terhitung efektif sejak
tanggal 1 Januari 2012 dan secara otomatis setiap tahunnya kecuali terdapat pemberitahuan tertulis
untuk pengakhiran selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian ini. ANJAS
menjamin bahwa akan menanggung segala tanggung jawab dan kerugian dari manajemen ANJA
atau pegawainya yang bekerja dalam kapasitas untuk ANJAS dari segala klaim atau tindakan yang
timbul sehubungan dengan tindakannya yang dilakukan untuk ANJAS. Perjanjian ini tunduk dan
ditafsirkan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. Apabila terdapat perselisihan yang
tidak terselesaikan diantara para pihak, maka para pihak sepakat untuk memilih dan menyelesaikan
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
136
14. Paten, HAKI, Merek Dagang dan Lisensi
Pada Tanggal Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki harta kekayaan berupa Hak atas Kekayaan
Intelektual sebagai berikut:
-
Hak Cipta, yaitu sebagai berikut:
No.
1.
2.
-
Nomor dan Tanggal
Judul Ciptaan
Jenis Ciptaan
Permohonan
No. 031156, tanggal 25
ANJ
Seni Logo
Juli 2006
No. 029324, tanggal 28
PT. AUSTINDO
Seni Logo
Desember 2005
NUSANTARA JAYA
Tanggal Diumumkan
dan Tempat
25 Juli 2006,
di Jakarta
28 Desember 2005,
di Jakarta
Jangka Waktu
Pemegang Hak
Cipta
25 Juli 2056
Perseroan
28 Desember
2055
Perseroan
Hak Merek, yaitu sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nomor Pendaftaran /
Agenda dan Tanggal
Pendaftaran
IDM000212838, tanggal
6 Agustus 2009
IDM000133541, tanggal
28 Agustus 2007 *)
IDM000133542, tanggal
28 Agustus 2007 *)
IDM000151442,
tanggal 3 Januari 2008
IDM000151465, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151439, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151423, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151459, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151441, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151445, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151444, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151448, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151453, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151460, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151418, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151458, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151419, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151466, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151450, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151443, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151449, tanggal
3 Januari 2008
Etiket
Kelas
Barang /
Jasa
Warna
Jangka
Waktu
Pemilik Merek
ANJ
NCL9 35
Biru dan Putih
23 April 2019
Perseroan
KMN
44
Biru dan Putih
KDN
44
Biru dan Putih
AUSTINDO
01
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
2
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
03
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
04
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
05
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
06
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
07
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
08
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
09
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
10
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
11
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
12
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
13
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
14
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
15
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
16
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
17
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
18
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
137
28 Desember
2015
28 Desember
2015
Perseroan
Perseroan
No.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
Nomor Pendaftaran /
Agenda dan Tanggal
Pendaftaran
IDM000151429, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151428, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151425, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151427, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151461, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151440, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151446, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151447, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151457, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151464, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151434, tanggal
3 Januari 2008
IDM000150384, tanggal
18 Desember 2007
IDM000151431, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151432, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151433, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151463, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151435, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151454, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151451, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151452, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151437, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151455, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151456, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151438, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151436, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151422, tanggal
3 Januari 2008
IDM000151430, tanggal
3 Januari 2008
IDM000152183,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152181,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152176,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152173,
tanggal 7 Januari 2008
Etiket
Kelas
Barang /
Jasa
Warna
AUSTINDO
19
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
20
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
21
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
22
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
23
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
24
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
25
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
26
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
27
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
28
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
29
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
30
Hitam dan Putih
14 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
31
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
32
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
33
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
34
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
35
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
36
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
37
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
38
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
39
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
40
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
41
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
42
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
43
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
44
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
45
Hitam dan Putih
23 Juni 2016
Perseroan
1
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
2
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
3
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
4
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
138
Jangka
Waktu
Pemilik Merek
No.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
Nomor Pendaftaran /
Agenda dan Tanggal
Pendaftaran
IDM000152765,
tanggal 16 Januari
2008
IDM000152169,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152167,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152165,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152160,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152156,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152185,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152184,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152182,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152180,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152179,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152174,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152172,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152171,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152170,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152168,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152199,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152198,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152197,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152196,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152195,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152194,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152192,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152191,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152189,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152187,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152193,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152190,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152188,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152186,
tanggal 7 Januari 2008
Etiket
Kelas
Barang /
Jasa
Warna
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
5
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
6
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
7
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
8
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
9
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
10
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
11
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
12
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
13
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
14
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
15
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
16
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
17
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
18
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
19
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
20
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
21
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
22
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
23
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
24
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
25
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
26
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
27
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
28
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
29
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
30
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
31
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
32
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
33
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
34
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
139
Jangka
Waktu
Pemilik Merek
No.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
Nomor Pendaftaran /
Agenda dan Tanggal
Pendaftaran
IDM000152166,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152164,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152163,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152162,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152161,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152159,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152158,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152157,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152155,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000152154,
tanggal 7 Januari 2008
IDM000155442,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155421,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155420,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155419,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155418,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155417,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155416,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155415,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155414,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155413,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155412,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155411,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155410,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155409,
tanggal 25 Februari
2008
Kelas
Barang /
Jasa
Warna
36
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
37
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
38
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
39
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
40
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
41
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
42
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
43
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
44
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
45
Hitam dan Putih
30 Juni 2016
Perseroan
ANJ
1
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
2
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
3
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
4
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
5
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
6
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
7
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
8
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
9
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
10
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
11
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
12
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
13
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
14
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
Etiket
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
AUSTINDO
NUSANTARA JAYA
140
Jangka
Waktu
Pemilik Merek
No.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
Nomor Pendaftaran /
Agenda dan Tanggal
Pendaftaran
IDM000155408,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155407,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155406,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155405,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155404,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155403,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155396,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155393,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155392,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155391,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155390,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155389,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155388,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155386,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155387,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155431,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155430,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155429,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155428,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155427,
tanggal 25 Februari
2008
IDM000155426,
tanggal 25 Februari
2008
Etiket
Kelas
Barang /
Jasa
Warna
ANJ
15
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
16
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
17
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
18
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
19
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
20
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
21
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
22
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
23
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
24
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
26
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
27
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
28
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
29
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
30
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
32
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
33
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
34
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
35
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
36
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
ANJ
37
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
141
Jangka
Waktu
Pemilik Merek
Nomor Pendaftaran /
Kelas
Jangka
Agenda dan Tanggal
Etiket
Barang /
Warna
Pemilik Merek
Waktu
Pendaftaran
Jasa
IDM000155425,
128. tanggal 25 Februari
ANJ
38
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155424,
129. tanggal 25 Februari
ANJ
39
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155423,
130. tanggal 25 Februari
ANJ
40
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155400,
131. tanggal 25 Februari
ANJ
41
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000157315,
132. tanggal 25 Februari
ANJ
42
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155399,
133. tanggal 25 Februari
ANJ
43
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155398,
134. tanggal 25 Februari
ANJ
44
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
IDM000155397,
135. tanggal 25 Februari
ANJ
45
Biru dan Putih
24 Juli 2016
Perseroan
2008
Catatan: *) Pada tanggal 10 Mei 2012, bersamaan dengan pengalihan saham PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare kepada PT
Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang, Perseroan telah mengalihkan Hak Merek KMN dan KDN, masing-masing dengan
No. IDM000133541 dan No. IDM000133542, keduanya tanggal 28 Agustus 2007 kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada
Cemerlang secara cuma-cuma. Proses pemberitahuan dan pendaftaran pengalihan merek tersebut kepada Direktur Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atau instansi-instansi lain masih
dalam proses.
No.
15. Perjanjian-perjanjian Penting yang dilakukan Perseroan
Perjanjian Transaksi Pembayaran:
a. 2002 Master Agreement tanggal 17 Juli 2006 (“Perjanjian”) antara J.P. Morgan International
Bank Limited dan Perseroan. Berdasarkan Perjanjian, para pihak telah mengadakan atau akan
mengadakan suatu atau beberapa transaksi yang telah atau akan diatur oleh Perjanjian ini, yang
termasuk dalam lampiran dan dokumen-dokumen serta pertukaran bukti-bukti lain yang menguatkan
di antara para pihak atau sebaliknya efektif untuk tujuan menguatkan atau membuktikan transaksi
tersebut. Dalam Perjanjian diatur mengenai kewajiban para pihak, yaitu: (i) melaksanakan setiap
pembayaran atau penyerahan sebagaimana ditentukan dalam setiap konfirmasi yang dilaksanakan
dengan persetujuan yang diatur dalam ketentuan; dan (ii) pembayaran yang dilakukan sebagaimana
ditentukan dalam Perjanjian, akan dilaksanakan pada saat jatuh tempo untuk nilai dan, ke dalam akun
yang dinyatakan dalam konfirmasi, atau sesuai dengan Perjanjian. Cidera janji antara para pihak
dapat terjadi dalam hal: (i) kelalaian pembayaran atau penyerahan; (ii) pelanggaran atas Perjanjian
atau penyangkalan Perjanjian; (iii) kelalaian penyedia kredit untuk memenuhi atau melaksanakan
Perjanjian atau kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan sesuai dengan perjanjian atau
instrumen yang diatur dalam perjanjian ini (iv) pernyataan yang dibuat atau dianggap telah dibuat
oleh para pihak atau oleh para pihak penyedia dana kredit di dalam Perjanjian atau dalam dokumen
penyediaan dana (Credit Support Document) terbukti tidak benar atau menyesatkan; (v) kelalaian
dalam suatu transaksi tertentu (vi) cidera janji dalam suatu atau lebih perjanjian terkait dengan
suatu hutang tertentu baik sendiri maupun bersama-sama dimana jumlah keseluruhan perjanjian
atau instrumen tersebut tidak kurang dari jumlah batasan yang berlaku (Cross- default); (vii) pailit;
dan (viii) penggabungan.
142
b. 2002 Master Agreement tanggal 25 Juli 2006 (“Perjanjian”) antara Australia and New Zealand
Banking Group Limited dan Perseroan. Berdasarkan Perjanjian para pihak telah mengadakan
atau akan mengadakan suatu atau beberapa transaksi yang telah atau akan diatur oleh Perjanjian,
yang termasuk dalam lampiran dan dokumen-dokumen serta pertukaran bukti-bukti lain yang
menguatkan di antara para pihak atau sebaliknya efektif untuk tujuan menguatkan atau membuktikan
transaksi tersebut. Dalam Perjanjian diatur mengenai kewajiban para pihak yaitu: (i) para pihak
akan melaksanakan setiap pembayaran atau penyerahan sebagaimana ditentukan dalam setiap
konfirmasi yang dilaksanakan dengan persetujuan sebagaimana diatur dalam ketentuan; dan (ii)
pembayaran yang dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian, akan dilaksanakan pada
saat jatuh tempo untuk nilai ke dalam akun yang dinyatakan dalam konfirmasi atau sesuai dengan
Perjanjian ini. Cidera janji antara para pihak dapat terjadi dalam hal: (i) kelalaian pembayaran atau
penyerahan; (ii) pelanggaran atas perjanjian atau penyangkalan perjanjian; (iii) kelalaian penyedia
kredit untuk memenuhi atau melaksanakan perjanjian atau kewajiban yang harus dipenuhi atau
dilaksanakan sesuai dengan perjanjian atau instrumen yang diatur dalam perjanjian ini (iv)
pernyataan yang dibuat atau dianggap telah dibuat oleh para pihak atau oleh para pihak penyedia
dana kredit di dalam Perjanjian atau dalam dokumen penyediaan dana (Credit Support Document)
yang terbukti tidak benar atau menyesatkan; (v) kelalaian dalam suatu transaksi tertentu (vi) cidera
janji dalam suatu atau lebih perjanjian terkait dengan suatu hutang tertentu baik sendiri maupun
bersama-sama dimana jumlah keseluruhan perjanjian atau instrumen tersebut tidak kurang dari
jumlah batasan yang berlaku (Cross- default); (vii) pailit; dan (viii) penggabungan. Kerjasama
antara para pihak dapat diakhiri: (i) dalam hal ketidakabsahan, terkait dengan suatu peraturan yang
berlaku, termasuk namun tidak terbatas pada hukum di negara mana pembayaran, penyerahan,
atau pemenuhan yang disyaratkan oleh kedua belah pihak atau penyedia kredit; (ii) apabila terjadi
force majeure; (iii) dalam hal terkait pajak, dalam kaitan setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas
pajak atau diajukan kepada pengadilan yang berwenang setelah transaksi terjadi atau juga terjadi
perubahan undang-undang pajak; (iv) dalam hal terkait pajak, pada saat penggabungan; (v) dalam
hal kredit, pada saat penggabungan.
16. Perkara-perkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi
Pada Tanggal Prospektus ini diterbitkan, ANJA, KAL dan ANJAS sebagai Entitas Anak Perseroan
tercatat dalam perkara-perkara sebagai berikut:
a. Perkara Perdata No. 10/Pdt.Plw/2012/PN-Psp.Sbh.
Para pihak: Sutan Guru Hasibuan, dkk (“Para Pembantah”) melawan Riswan Siregar, S.H. (“Terbantah
I”), Matjon Sinaga, S.H. (“Terbantah II”), E.P Siregar, S.H. (“Terbantah III”), Abdul Karim Siregar
(“Terbantah IV”), H.Ismail (“Terbantah V”), Ali Sabet (“Terbantah VI”), Basri Harahap (“Terbantah
VII”), ANJA (“Terbantah VIII”), PT Perkebunan Nusantara-II (Persero) (“Terbantah IX”). Terbantah I-IX
selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai “Para Terbantah”.
Objek sengketa dalam perkara ini adalah tanah hak ulayat seluas ±789 Ha (tujuh ratus delapan puluh
sembilan hektar) yang terletak di Padang Ipar Ela, Desa Ramba, Kecamatan Huristak, Kabupaten
Padanglawas (d/h Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan) (“Tanah Ulayat”) atas
Tanah Ulayat mana telah dibuatkan Sertifikat Hak Guna Usaha (“SHGU”) No. 1 tanggal 10 September
2009 dan SHGU No.3 tanggal 23 Januari 2001 oleh Terbantah VII, yang diklaim oleh Para Pembantah
sebagai milik Para Pembantah. Dalam pokok gugatan perlawanannya, Para Pembantah memohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padangsidempuan untuk memutuskan hal-hal antara lain
sebagai berikut:
i. menyatakan Tanah Ulayat adalah milik Para Pembantah;
ii. menghukum Para Terbantah atau siapa saja yang mendapat hak dari Para Terbantah untuk
menyerahkan Tanah Ulayat tersebut dalam keadaan baik dan kosong kepada Para Pembantah;
dan
iii. menghukum Para Terbantah untuk membayar kerugian Para Pembantah secara tunai dan
sekaligus yakni berupa ganti rugi material dengan jumlah total sebesar Rp143.648.000.000,00
(seratus empat puluh tiga miliar enam ratus empat puluh delapan juta Rupiah) dan ganti rugi
imaterial sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Rupiah).
143
Pada mulanya, Obyek Sengketa tersebut di atas, pernah diajukan dalam Perkara Perdata No. 50/
PDT.G/1997/PN.PSP.GNT antara Sutan Raja Enderlan Harahap dkk (saat itu sebagai Penggugat)
melawan Para Pembantah dkk (yang dalam perkara tersebut sebagai Tergugat) dan Mastarip Siregar
(saat itu sebagai Penggugat Intervensi) (selanjutnya disebut “Perkara Perdata No. 50/1997”). Perkara
Perdata No. 50/1997 tersebut selanjutnya telah diperiksa dan diadili pada tingkat banding di Pengadilan
Tinggi Medan dengan Register Perkara No. 82/PDT/1998/PT.MDN dan kemudian diajukan kasasi di
Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Register Perkara No. 599K/Pdt/1999. Mahkamah Agung
Republik Indonesia dalam putusannya memutuskan untuk menolak permohonan kasasi yang diajukan
Sutan Raja Enderlan Harahap dkk (saat itu sebagai Pemohon Kasasi), dan putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap. Selanjutnya, pada tahun 2005, suatu perkara baru diajukan di Pengadilan
Negeri Padangsidempuan dengan Register Perkara No. 35/Pdt.G/2005/PN.PSP.GNT, oleh Terbantah
I, Terbantah II dan Terbantah III dalam kedudukannya saat itu sebagai penggugat terhadap Terbantah
IV sampai dengan Terbantah IX. Perkara inipun pada akhirnya telah diputuskan pada tingkat kasasi oleh
Mahkamah Agung Republik Indonesia berdasarkan Putusan No. 1021K/PDT/2010 yang memutuskan
menolak permohonan kasasi yang diajukan.
Pada tanggal 5 Februari 2013, atas gugatan perlawanan No. 10/Pdt.Plw/2012/PN-Psp.Sbh yang diajukan
oleh Para Pembantah, Pengadilan Negeri Padangsidempuan yang memeriksa perkara tersebut telah
mengeluarkan putusannya berdasarkan putusan No. 10/Pdt.Plw/2012/PN.PSP yang pada pokoknya
menolak gugatan Para Pembantah.
Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan
putusan yang memenangkan pihak Para Pembantah sesuai dengan hal-hal yang dituntut oleh Para
Pembantah dalam gugatannya, maka ANJA dapat kehilangan haknya atas tanah seluas ±789 Ha
(tujuh ratus delapan puluh sembilan hektar) di Padang Ipar Ela, Desa Ramba, Kecamatan Huristak,
Kabupaten Padanglawas, yang merupakan objek gugatan tersebut dan membayar secara tanggung
renteng dengan Terbantah lainnya uang ganti rugi material sebesar Rp143.648.000.000,00 (seratus
empat puluh tiga miliar enam ratus empat puluh delapan juta Rupiah) dan ganti rugi imaterial sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Rupiah). ANJA berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak akan membawa
dampak negatif material bagi kelangsungan usaha ANJA.
b. Perkara Perdata No. 19/Pdt.G/2012/PN.KTP.
Para pihak: Tengku Hamid selaku Direktur CV Empat Lima (“Penggugat”) melawan KAL (“Tergugat”).
Objek sengketa dalam perkara ini adalah klaim atas kepemilikan sebidang tanah yang terletak di
Terusan Rambang Hulu Sungai Tolak, termasuk dalam Wilayah Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan
Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, sesuai Surat Keterangan Tanah No. 593.3/02-AG/KT/1990 tanggal 20
Februari 1990 seluas ± 1.718 Ha sesuai hasil pengukuran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ketapang
tanggal 20 Juni 2012 yang dikuasai atau diambil alih oleh Tergugat seluas ± 633 Ha.
Dalam gugatannya tersebut, Penggugat mengklaim bahwa atas Surat Keterangan Tanah No. 593.3/02AG/KT/1990 tanggal 20 Februari 1990, atas nama CV Empat Lima qq Tengku Hamid yang dikeluarkan
oleh Kepala Desa Kuala Tolak, terdapat sebagian lahan seluas ± 633 Ha yang didalilkan oleh Penggugat
telah diambilalih atau dikuasai oleh Tergugat.
Selanjutnya, dalam gugatannya Penggugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Ketapang untuk memutuskan antara lain:
i. Tergugat membayar ganti kerugian sebesar Rp6.330.000.000,- (enam miliar tiga ratus tiga puluh
juta Rupiah) kepada Penggugat;
ii. memerintahkan Tergugat untuk menyerahkan/melepaskan tanah seluas ±633 Ha untuk
dikeluarkan dari areal perkebunan kelapa sawit milik Tergugat yang luas keseluruhannya
17.986,90 Ha tanpa syarat dan tanpa beban; dan
iii. menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) per hari setiap lalai memenuhi isi putusan terhitung sejak
putusan mempunyai kekuatan hukum tetap hingga dilaksanakan.
144
Sampai dengan Tanggal Prospektus ini diterbitkan, perkara ini masih dalam proses pemeriksaan
di Pengadilan Negeri Ketapang yang antara lain proses pemeriksaan bahwa surat ukur dari Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Ketapang tanggal 20 Juni 2012 yang sebagaimana disebutkan di atas
bukan merupakan alas hak atas tanah.
Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan
putusan yang memenangkan pihak Penggugat, maka KAL dapat diwajibkan untuk menyerahkan/
melepaskan tanah seluas ±633 Ha guna dikeluarkan dari areal perkebunan kelapa sawit milik KAL dan
membayar ganti kerugian sebesar Rp6.330.000.000,- (enam miliar tiga ratus tiga puluh juta Rupiah).
Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan
usaha KAL. KAL berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak akan membawa dampak negatif material bagi
kelangsungan usaha KAL.
c. Perkara Perdata No: 577/Pdt.G/2012/PN-Mdn
Para Pihak: PT Panel Lika Sejahtera (“Penggugat”) melawan PT Ondop Perkara Makmur cq. PT
Agri Nusantara Jaya [SIC] (“Tergugat I”), Harry Jusman (“Tergugat II”), Ir. Syahgiman Siregar (dahulu
selaku kepala Dinas Kehutanan dan Pertanahan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan) (“Tergugat III”),
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. cq. Dinas Kehutanan dan Pertahanan Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan (“Tergugat IV”), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (“Tergugat V” selanjutnya secara
bersama-sama Tergugat I-V disebut “Para Tergugat”) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
(“Turut Tergugat”).
Objek sengketa dalam perkara ini merupakan gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh
Penggugat karena kerugian yang dialami oleh Penggugat sehubungan dengan belum dilunasinya
pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (“PSDH”), Dana Reboiasasi (“DR”), dan Retribusi Hasil
Hutan (“RHH”) oleh Tergugat II sehingga Surat Perintah Pembayaran PSDH dan DR ditujukan kepada
Penggugat serta Penggugat mengalami kerugian karena kayu milik Penggugat yang berada di areal
HGU Tergugat I telah digunakan oleh Tergugat I untuk membuat jembatan dan jalan.
Dalam gugatannya, Penggugat memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan memutuskan
antara lain sebagai berikut:
i. menghukum Tergugat I, II, III dan Tergugat V telah melakukan perbuatan melawan hukum;
ii. menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas kayu di areal HGU Tergugat I sebanyak 46.788,18
M³; dan
iii. menghukum Tergugat I untuk membayar kerugian material kepada Penggugat sebesar
Rp50.000.000.000.- (lima puluh miliar Rupiah);
iv. menghukum Tergugat II, III dan V untuk membayar kepada negara Dana PSDH dan DR dan
Retribusi Hasil Hutan;
v. menghukum Tergugat II dan Tergugat III untuk membayar kerugian immaterial kepada Penggugat
sejumlah Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar Rupiah); dan
vi. menghukum Tergugat I, II, III, dan V untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp50.000,00
(lima puluh ribu Rupiah) sejak keputusan ini berkekuatan hukum jika lalai tidak melaksanakan
putusan ini.
Sampai dengan Tanggal Prospektus ini diterbitkan, perkara ini masih dalam proses pemeriksaan di
Pengadilan Negeri Medan dan belum terdapat putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan
putusan yang memenangkan pihak Penggugat, maka kayu di areal HGU ANJAS sebanyak 46.788,18
M³ dapat dikenakan sita jaminan diwajibkan untuk membayar kerugian material kepada Penggugat
sebesar Rp50.000.000.000.- (lima puluh miliar Rupiah). ANJAS berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak
akan membawa dampak negatif material bagi kelangsungan usaha ANJAS.
145
d. Perkara Perpajakan KAL
Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan sehubungan dengan surat ketetapan
pajak dari DJP tanggal 21 September 2010 untuk PPN kurang bayar untuk periode Januari sampai
Oktober 2009 sebesar Rp771.342.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh satu juta tiga ratus empat puluh dua
ribu) atau setara dengan USD85.790 (delapan puluh lima ribu tujuh ratus sembilan puluh Dolar Amerika
Serikat) dan lebih bayar PPN untuk periode November 2009 sebesar Rp385.671.000 (tiga ratus delapan
puluh lima juta enam ratus tujuh puluh satu ribu Rupiah) atau setara dengan USD42.895 (empat puluh
dua ribu delapan ratus sembilan puluh lima Dolar Amerika Serikat).
Pada tanggal 1 November 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan PPN periode
Januari sampai Oktober 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar
Rp771.342.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh satu juta tiga ratus empat puluh dua ribu) atau setara dengan
dengan USD79.766 (tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus enam puluh enam Dolar Amerika Serikat) pada
tahun 2012, USD85.062 (delapan puluh lima ribu enam puluh dua Dolar Amerika Serikat) pada tahun
2011 dan USD85.790 (delapan puluh lima ribu tujuh ratus sembilan puluh Dolar Amerika Serikat) pada
tahun 2010. Pada bulan Mei 2011, DJP dalam Surat Keputusan Pajak tanggal 27 Juli 2011 menolak
keberatan tersebut. Pada bulan Oktober 2011, KAL melakukan banding atas ketetapan tersebut dan
sampai tanggal Prospektus ini diterbitkan belum diterima keputusan dari Pengadilan Pajak.
Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL atas sengketa pajak di atas adalah KAL tetap harus
membayar PPN kurang bayar tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL tersebut tidak
akan mempengaruhi kelangsungan usaha KAL.
e. Perkara Perpajakan DGI
Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan Grup Kontraktor, dimana DGI memiliki
partisipasi kepemilikan piutang PPN tangguhan sebesar USD219.000, dengan surat ketetapan pajak
dari kantor pajak Badora tanggal 24 Januari 2000 sebagaimana diubah dengan surat ketetapan DJP
No. 125/WPJ.06/BD.04/2001 tanggal 7 Februari 2001 jo surat tagihan pajak No. 00126/109/99/053/02
tanggal 3 Januari 2002, untuk pembayaran tangguhan PPN sebesar Rp75,7 miliar (tujuh puluh lima
miliar tujuh ratus juta Rupiah) atau setara dengan USD7,8 juta (tujuh juta delapan ratus ribu Dolar
Amerika Serikat) dan denda sebesar Rp1,4 miliar (satu miliar empat ratus juta Rupiah) atau setara
dengan USD150.000 (seratus lima puluh ribu Dolar Amerika Serikat).
Pada tanggal 3 Mei 2002, pengadilan pajak mengeluarkan keputusan yang membenarkan ketetapan
tersebut, kemudian atas keputusan tersebut diajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. Pada
September 2003, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi tersebut. Selanjutnya pada
tanggal 27 Mei 2004, Kantor Pajak menerbitkan Surat Keputusan DJP No. 173/WPJ.07/KP.0709/2004
dan No. 175/WPJ.07/KP.0709/2004 mengenai pelaksanaan keputusan Mahkamah Agung yang
membatalkan persyaratan untuk pembayaran PPN tangguhan sebesar Rp75,7 miliar dan denda sebesar
Rp24,7 miliar. Namun demikan pada bulan Juli 2004, Kantor Pajak menerbitkan Surat Keputusan No.
195/WPJ.07/KP.0709/2004 dan No. 196/WPJ.07/KP.0709/2004 untuk membatalkan surat keputusan
sebelumnya. Pada November 2010, Grup Kontraktor dengan surat No. 3171/AI/JKT/2010 telah meminta
kantor pajak untuk melakukan proses pemindahbukuan dan restitusi atas PPN tangguhan tersebut.
Grup Kontraktor berkeyakinan bahwa kantor pajak telah mengakui keputusan Mahkamah Agung yang
mengabulkan kasasi tersebut di atas.
Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi DGI atas sengketa pajak di atas adalah DGI tetap harus
membayar PPN tangguhan tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi DGI tersebut tidak
akan mempengaruhi kelangsungan usaha DGI.
146
f.
Perkara Perpajakan SM
Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan sehubungan dengan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) yang dikeluarkan oleh DJP tanggal 26 Desember 2012 untuk pemeriksaan
pajak tahun 2006 sebesar Rp4.452.965,00 (empat juta empat ratus lima puluh dua ribu sembilan ratus
enam puluh lima Rupiah) atau setara dengan USD460 (empat ratus enam puluh Dolar Amerika Serikat)
untuk kurang bayar pajak penghasilan pasal 23, yang juga mengoreksi seluruh penyesuaian fiskal
positif pajak penghasilan badan 2006 sehingga seluruh rugi fiskal SM sebesar Rp711.863.708,00 (tujuh
ratus sebelas juta delapan ratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus delapan Rupiah) yang tidak diakui
oleh pajak. Manajemen SM berpendapat koreksi tersebut tidak sesuai dengan peraturan pajak yang
berlaku dan berencana mengajukan keberatan atas SKPKB tersebut. Pada bulan Januari 2013 SM
telah melunasi kurang bayar.
Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi SM atas sengketa pajak di atas adalah SM tetap harus
membayar pajak penghasilan pasal 23 tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi SM
tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha SM.
Tabel di bawah ini menggambarkan kondisi terburuk yang dapat dihadapi Perseroan terkait dengan
perkara-perkara lahan yang sedang dihadapi Entitas Anak.
Entitas Anak
ANJA
KAL
Total Perseroan
Total luas lahan yang dimiliki
Hektar
9.639
17.998
139.038
Potensi kehilangan lahan
Hektar
%
789
8,19
633
3,52
1.422
1,02
Pada saat Prospektus ini diterbitkan, selain dari perkara-perkara tersebut di atas, Perseroan dan
Entitas Anak Perseroan tidak tercatat sebagai pihak dalam suatu gugatan ataupun perkara lainnya
yang sedang berjalan di Lembaga Peradilan dan/atau Badan Arbitrase atau memiliki potensi perkara,
baik dalam perkara pidana, perdata, perpajakan, arbitrase, hubungan industrial, tata usaha negara
maupun kepailitan di muka badan peradilan di Indonesia. Perseroan dan Entitas Anak Perseroan yang
bersangkutan berkeyakinan bahwa perkara-perkara tersebut di atas tidak memiliki pengaruh secara
material terhadap kelangsungan usaha, harta kekayaan dan rencana Penawaran Umum Perseroan.
147
17. Potensi Tumpang Tindih Lahan Perseroan
Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, salah satu Entitas Anak Perseroan, yaitu KAL yang memiliki
areal perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kelompok Hutan Sungai Tulak, Kecamatan Matan
Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, telah mengalokasikan sebagian areal
konsesi perkebunan kelapa sawit yang dimilikinya yaitu seluas 2.949 hektar untuk dijadikan kawasan
konservasi untuk habitat orangutan, bekantan, beruang madu, rangkong badak, pelatuk kelabu dan
kerangkeng hitam sebagai inisiatif KAL untuk melestarikan cagar alam dan telah disetujui oleh Menteri
Kehutanan berdasarkan Surat Permohonan Penunjukan dan Penetapan sebagai Kawasan Konservasi,
No. S.300/Menhut-IV/2012, tanggal 13 Juli 2012. Terkait dengan hal tersebut, PT Laman Mining,
suatu perusahaan yang bukan merupakan pihak afiliasi dari Perseroan maupun KAL, telah melakukan
pembukaan kawasan konservasi tersebut untuk pembuatan jalan dan base camp. Sehubungan dengan
aktifitas PT Laman Mining tersebut, KAL telah menyampaikan pemberitahuan kepada Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam telah menindaklanjuti dengan menyurati Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat untuk
melakukan penyelidikan/pengumpulan bahan dan keterangan atas pembukaan kawasan konservasi
oleh PT Laman Mining. Pada tanggal 20 September 2011, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam menyampaikan surat kepada PT Laman Mining yang menyebutkan antara lain
bahwa kegiatan yang dilakukan oleh PT Laman Mining tersebut bertentangan dengan Undang-Undang
No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta UndangUndang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan PT Laman Mining diminta untuk menghentikan
kegiatan pembukaan kawasan konservasi untuk pembuatan jalan dan base camp. Sampai dengan
tanggal Prospektus ini diterbitkan, tidak terdapat klaim ataupun gugatan yang telah diajukan oleh PT
Laman Mining terhadap KAL, sehubungan dengan pemberitahuan tertulis yang disampaikan oleh
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang meminta agar PT Laman Mining
menghentikan kegiatan pembukaan kawasan konservasi untuk pembuatan jalan dan base camp.
Sehubungan dengan potensi tumpang tindih lahan KAL dengan PT Laman Mining, area yang
bersangkutan yang seluas 2.949 hektar telah dialokasikan oleh KAL untuk menjadi kawasan konservasi
yang berdasarkan surat Menteri Kehutanan No. S.300/Menhut-IV/2012 tanggal 13 Juli 2012, area
tersebut telah disetujui sebagai kawasan konservasi untuk habitat orangutan, bekantan, beruang madu,
rangkong badak, pelatuk kelabu dan kerangkeng hitam. Kawasan konservasi tersebut tidak akan
menjadi bagian dari tanah HGU yang akan diperoleh oleh KAL.
148
IX.KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN
1.
Pendahuluan
Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif
pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian,
sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur
(pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam
perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan
mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus
operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen
pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas
alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan
masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun
dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan
kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut.
Dengan demikian, kegiatan usaha utama Perseroan saat ini adalah dalam bidang perkebunan dan
pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus
mengembangkan kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Peseroan saat
ini juga sedang mengembangkan kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku
makanan baru dari sagu dan pembangkit listrik energi terbarukan (renewable energy business) dari
biogas. Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti
tenaga surya, tenaga angin, arus air, panas bumi maupun proses biologis dan bersifat ramah lingkungan;
artinya tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan
pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain. Perseroan memiliki rekam jejak
sebagai perusahaan yang senantiasa melakukan inovasi dan efisiensi dalam manajemen perkebunan
dan pengolahan CPO dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan OER. Perseroan memiliki
manajemen berpengalaman yang memiliki komitmen untuk senantiasa menerapkan manajemen
biaya dengan bijaksana, beroperasi sesuai dengan praktek manajemen yang terbaik untuk kegiatan
usaha perkebunan, meminimalisasi dampak negatif perkebunan terhadap lingkungan sekitarnya, serta
menjalankan tanggung jawab sosial dan tata kelola perusahaan yang baik.
Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua
perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan
Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan yang belum ditanami (landbank) di Sumatera
Selatan dan Papua. Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan, kecuali perkebunan kelapa
sawit Perseroan yang terletak di Kalimantan Barat, merupakan perkebunan kelapa sawit yang sudah
menghasilkan dan memiliki fasilitas produksi di setiap lokasi perkebunan. Perseroan berencana untuk
membangun fasilitas produksi di Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit yang menghasilkan
sudah memadai jumlahnya. Perseroan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil
(“RSPO”) dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara
I. Pada saat ini Perseroan sedang dalam proses memperoleh sertifikat RSPO untuk perkebunan di
Sumatera Utara II.
149
Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki area perkebunan yang telah ditanami seluas 40.852
hektar dengan total landbank seluas 139.038 hektar. Total luas landbank tersebut termasuk landbank
di Papua yang telah diakuisi pada tanggal 7 Januari 2013. Perseroan saat ini telah menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) untuk melakukan akuisisi landbank baru seluas 40.000 hektar
yang terletak di Sorong Selatan dan Maybrat, Papua Barat. Dari total luas area perkebunan yang telah
ditanami oleh Perseroan, sebesar 78,2 % atau seluas 31.954 hektar merupakan tanaman menghasilkan,
dengan usia lebih dari 4 tahun, sedangkan sisanya seluas 8.898 hektar merupakan tanaman belum
menghasilkan dengan usia maksimal 3 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2012, usia rata-rata dari
tanaman kelapa sawit diseluruh perkebunan yang dimilikin Perseroan adalah 10,9 tahun.
Dari seluruh landbank yang dimiliki oleh Perseroan, Perseroan memiliki landbank seluas 55.921 hektar
dapat ditanami, sedangkan sisanya merupakan landbank yang tidak dapat ditanami yang disebabkan
karena topografi yang tidak sesuai ataupun yang memang secara sukarela tidak ditanami oleh
Perseroan untuk tujuan konservasi lingkungan, daerah aliran sungai, konservasi untuk situs sejarah
maupun budaya serta untuk infrastruktur seperti jalan raya, perumahan karyawan dan fasilitas lainnya.
Total area perkebunan yang telah ditanami oleh Perseroan telah meningkat dari 32.788 hektar pada
tanggal 31 Desember 2010 menjadi 36.752 hektar pada tahun 2011 dan 40.852 hektar pada tahun
2012. Selain itu Perseroan memiliki kepemilikan minoritas yang berkisar antara 15,9% sampai dengan
20,0% pada usaha usaha perkebunan kelapa sawit lainnya dengan total luas area yang telah ditanami
sebesar 27.212 hektar. Perseroan berencana untuk mengalokasikan 20,0% dari lahan di Perkebunan
Kalimantan Barat untuk memenuhi kewajiban Program Plasma setelah Perseroan telah memperoleh
HGU atas lahan tersebut dan membentuk koperasi kemitraan program plasma serta penanaman
tanaman telah diselesaikan.
Pada tahun 2011 dan 2012, Perseroan telah memproduksi 564.843 ton dan 695.479 ton TBS. Pada
tahun 2011 dan 2012, perkebunan kelapa sawit Perseroan menghasilkan rata-rata 17,7 ton dan 21,8
ton TBS per hektar dari tanaman menghasilkan. Dengan profil usia tanaman kelapa sawit yang saat ini
dimiliki oleh Perseroan dan peningkatan program pemupukan, Perseroan berkeyakinan bahwa hasil
produksi TBS dapat terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Perseroan memproduksi CPO dan PK dari TBS hasil panen perkebunan kelapa sawit Perseroan.
Seluruh proses pengolahan TBS dilakukan di PKS yang dimiliki sendiri oleh Perseroan. Perseroan
mengoperasikan tiga PKS dengan masing-masing kapasitas pengolahan 60 ton TBS per jam, dengan
total kapasitas pengolahan sebesar 1.080.000 ton TBS per tahun. Pada tahun 2011 dan 2012, Perseroan
memproduksi CPO sebanyak 157.122 ton dan 178.263 ton, dan pada periode yang sama, Perseroan
juga memproduksi PK sebanyak 34.369 ton dan 40.503 ton. Pada tahun 2011 dan 2012, Oil Extraction
Rate (“OER”) CPO Perseroan adalah sebesar 22,4% dan 22,0%, sedangkan Kernel Extraction Rate
(“KER”) Perseroan pada periode yang sama adalah sebesar 4,9% dan 5,0%. Usaha minyak kelapa
sawit dimana Perseroan mempunyai kepemilikan minoritas secara total menghasilkan 23.327 ton CPO
pada tahun 2012. Untuk memaksimalkan utilisasi dan laba PKS Perseroan, Perseroan juga membeli
TBS dari pihak ketiga.
Selain menjalankan dan terus mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit, Perseroan juga
melaksanakan kegiatan usaha di bidang pemanfaatan hasil hutan dan pengolahan sagu. Perseroan
saat ini sedang membangun pabrik pengolahan sagu pertama dari rencana sejumlah pabrik pengolahan
yang akan dibangun oleh Perseroan di Papua sebagai fasilitas pengolahan batang tanaman sagu dan
wet starch yang terletak di dalam hutan alam sagu seluas 40.000 hektar yang perizinannya telah dimiliki
oleh Perseroan. Perseroan juga sedang mengembangkan kegiatan usaha pembangkit listrik dengan
energi terbarukan melalui pembangkit tenaga listrik biogas di Pulau Belitung yang direncanakan akan
mulai beroperasi pada semester kedua tahun 2013. Perseroan juga memiliki kegiatan usaha lain pada
pengolahan tembakau, dimana Perseroan bertindak sebagai pengolah dan perantara antara petani
tembakau dengan produsen rokok dan cerutu domestik maupun internasional.
Pada tahun 2012, Perseroan membukukan USD159,9 juta pendapatan dari penjualan, laba bersih dari
operasi yang dilanjutkan sebesar USD41,9 juta dan EBITDA yang disesuaikan sebesar USD63,3 juta.
Pendapatan dari penjualan masing-masing produk Perseroan adalah sebagai berikut:
150
Uraian
Pendapatan dari penjualan
minyak kelapa sawit 1)
Pendapatan dari penjualan
tembakau
Total
pendapatan
dari
penjualan
2008
USD
Juta
%
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009
2010
2011
USD
USD
USD
%
%
%
Juta
Juta
Juta
USD
Juta
2012
%
110,3
99,0
93,7
97,7
115,2
95,6
154,3
97,6
154,6
96,7
1,1
0,1
2,2
2,3
5,4
4,5
3,8
2,4
5,3
3,3
111,4
100,0
95,9
100,0
120,6
100,0
158,2
100,0
159,9
100,0
Catatan: 1) Pendapatan dari penjualan CPO dan PK
2.
Keunggulan Bersaing
Perseroan berkeyakinan bahwa dengan karakteristik yang dimiliki oleh Perseroan, maka Perseroan
akan dapat memanfaatkan pertumbuhan industri kelapa sawit dan melakukan diferensiasi dibandingkan
kompetitor Perseroan. Perseroan akan mempertahankan keunggulan bersaing Perseroan dengan
memperluas lahan perkebunan kelapa sawit, meningkatkan kapasitas pabrik dan meningkatkan
efisiensi operasional secara keseluruhan untuk meningkatkan produksi CPO dan PK. Sesuai dengan
kompetensinya, Perseroan juga melakukan proses diversifikasi kegiatan usaha dengan memperluas
kegiatan usaha Perseroan ke bidang usaha lainnya seperti sagu dan biogas, dengan tetap
mempertahankan fokus pada industri perkebunan kelapa sawit.
Perseroan memiliki beberapa keunggulan bersaing yaitu sebagai berikut:
a. Posisi yang baik untuk memanfaatkan pertumbuhan industri sektor minyak kelapa sawit
Perseroan memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari meningkatnya permintaan untuk
CPO dan produk kelapa sawit lainnya. Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling
banyak dikonsumsi karena harganya yang kompetitif dan kegunaannya berbagai macam. Menurut LMC
International, tingkat konsumsi global CPO meningkat dari 24,46 juta ton pada tahun 2002 menjadi 49,0
juta ton pada tahun 2012 atau dengan CAGR sebesar 7,2% dan diharapkan untuk meningkat menjadi
sekitar 57,88 juta ton pada tahun 2015. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, kelapa sawit
adalah tanaman minyak nabati yang paling produktif karena hasil minyak per hektar yang dihasilkan
lebih tinggi dari komoditas minyak nabati utama lainnya. Biaya produksi untuk minyak kelapa sawit
terbilang rendah dibandingkan dengan tanaman lain yang bersifat sama. Minyak kelapa sawit juga
bebas dari lemak trans (transfat). Minyak sawit memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat
dari pertumbuhan minyak yang dapat dikonsumsi di seluruh dunia.
Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi di negara-negara
Asia seperti Cina, India, Indonesia dan Malaysia, yang merupakan pasar utama minyak kelapa sawit.
b. Profil usia perkebunan yang baik dan persediaan lahan (landbank) dalam jumlah besar yang
substansial untuk mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan
Profil usia perkebunan dapat memiliki dampak signifikan pada produksi TBS dan CPO. Perseroan
berkeyakinan bahwa profil usia perkebunan milik Perseroan akan mendukung peningkatan produksi
TBS dan OER dengan kenaikan biaya produksi minimal. Usia komersial tanaman kelapa sawit pada
umumnya 25 tahun dan dapat diperpanjang hingga 30 tahun atau lebih tergantung pada beberapa faktor.
Pada tanggal 31 Desember 2012, 39,6% dari tanaman kelapa sawit Perseroan tergolong sebagai usia
komersil prima antara 8 sampai dengan 20 tahun, 46,6% tanaman kelapa sawit Perseroan tergolong
muda atau belum menghasilkan, dan 13,8% dari tanaman kelapa sawit Perseroan berusia lebih dari 20
tahun.
151
Perseroan berencana untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan lahan milik
Perseroan yang dapat ditanami namun belum tertanam. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan
memiliki 96.773 hektar lahan yang dapat ditanami, termasuk landbank Papua yang telah diakuisisi
oleh Perseroan pada tanggal 7 Januari 2013. Dari luas lahan tersebut, 40.852 hektar telah ditanami
dan dari lahan yang telah ditanami tersebut, 31.954 hektar merupakan perkebunan dengan tanaman
menghasilkan. Dengan demikian, Perseroan memiliki 55.921 hektar luas lahan yang tersedia untuk
ditanami.
Profil usia perkebunan milik Perseroan dan landbank yang luas akan mendukung prospek pertumbuhan
Perseroan pada masa mendatang.
c. Kegiatan operasional yang efisien dapat menghasilkan biaya yang lebih kompetitif dan
peningkatan marjin
Perseroan telah menerapkan praktek manajemen terbaik dengan tujuan untuk mengurangi biayabiaya terkait dengan penanaman tanaman, pemupukan, pemanenan dan pengolahan. Contoh-contoh
penerapan praktek tersebut adalah sebagai berikut:
•
Letak perkebunan dan pabrik CPO yang strategis. Perseroan telah membangun perkebunan dan
pabrik CPO dengan logistik yang efisien sehingga memungkinkan Perseroan untuk melakukan
pengiriman produk Perseroan dengan efisien dan mengurangi biaya pengiriman. Sebagai contoh,
pabrik Peseroan di Perkebunan Perseroan di Pulau Belitung terletak dekat dermaga dimana
pelanggan Perseroan dapat mengambil CPO yang telah dibelinya.
•
Peningkatan penggunaan otomatisasi. Perseroan belum lama ini meningkat tingkat otomatisasi
dalam operasional usaha Perseroan, termasuk penggunaan alat pemanenan bermotor dan sistem
pemuatan FFB secara mekanikal. Perseroan telah membangun PKS fully-automated pertama di
Indonesia yang hanya membutuhkan 15 pekerja per shift, dibandingkan dengan pabrik konvensional
yang memerlukan hingga 35 pekerja per shift. Sebagai hasil fokus Perseroan pada inovasi dan
peningkatan efisiensi, Perseroan telah memiliki dua buah paten yang berhubungan dengan mesin
yang telah dikembangkan Perseroan untuk mempercepat proses pengolahan minyak kelapa sawit
Perseroan.
•
Praktek-praktek agronomi dan pertanian. Perseroan telah mengadopsi sejumlah teknik agronomi
dan pertanian yang efektif, seperti berikut: (i) prosedur pengetesan/sampling lengkap daun dan
tanah dalam penggunaan pupuk untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi; (ii) penggunaan
tanaman legum untuk mencegah pertumbuhan tanaman gulma dan untuk menambah nutrisi ke
tanah; (iii) penerapan penggunaan limbah tandan buah kosong dan limbah cair pabrik minyak kelapa
sawit kembali ke tanah lahan; (iv) pemangkasan progresif, dimana petani Perseroan dilatih untuk
memangkas minyak kelapa sawit sementara masa panen TBS berlangsung, untuk memelihara dan
mengatur tingkat panen minyak kelapa sawit Perseroan sepanjang tahun dan untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi; (v) menjaga jadwal pemupukan terpisah untuk tanaman kelapa sawit
yang matang dan belum matang; dan (vi) penggunaan pupuk dengan mutu tinggi yang diimpor dari
produsen terkemuka.
•
Peningkatan kinerja proses pemanenan. Perseroan telah meningkatkan kinerja proses pemanenan
di perkebunan Perseroan melalui metode-metode seperti berikut: (i) penerapan sistem pemanenan
“block” yang telah meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi tenaga kerja yang
diperlukan per hektar, serta menyediakan peluang untuk lebih fokus pada pengawasan; dan (ii)
pelatihan petani untuk mencapai standar kematangan panen TBS yang lebih lebih konsisten
dan untuk memastikan bahwa semua buah brondolan sawit yang terjatuh dari tanaman juga
dikumpulkan. Sistem pemanenan “block” juga mengurangi kebutuhan transportasi Perseroan dan
memaksimalkan pemanfaatan kendaraan, sehingga mengurangi biaya transportasi Perseroan.
Sistem pemanenan “block” memfasilitasi evaluasi tanaman secara keseluruhan dan transportasi
hasil panen TBS yang efisien ke pabrik pengolahan kelapa sawit Perseroan, yang merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi OER dan tingkat asam lemak CPO.
152
•
Peningkatan kinerja sistem administrasi dan pendukung. Perseroan telah memperkenalkan
sistem komputerisasi akuntansi, manajemen, dan komunikasi. Hal ini telah meningkatkan efisiensi
operasional Perseroan secara signifikan dan dapat memaksimalkan penyampaian dan penerimaan
informasi operasional terkini, memungkinkan Perseroan untuk memantau kegiatan perkebunan
dari kantor pusat Perseroan. Operasional Perseroan didukung oleh sistem keamanan internal
Perseroan, yang menjaga terhadap pencurian, serangan sapi yang dapat merusak tanaman
minyak kelapa sawit Perseroan atau TBS yang telah dipanen dan serangan lainnya pada lahan
yang dimiliki Perseroan, dan juga termasuk patroli api selama musim kering untuk membantu
melindungi perkebunan Perseroan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran.
Perseroan juga mendukung operasional perkebunan dengan melaksanakan pemeliharaan jalan
yang dilakukan sendiri oleh Perseroan, yang penting untuk mempertahankan efisiensi transportasi
dan produktivitas.
Pengalaman Perseroan dalam manajemen perkebunan yang efisien dan inovasi teknologi juga telah
bermanfaat dalam pengembangan usaha perkebunan dan pengolah sagu serta energi terbarukan yang
dimiliki Perseroan.
d. Rekam jejak profitabilitas yang konsisten, posisi keuangan dan posisi likuiditas yang kuat
Kegiatan usaha minyak kelapa sawit Perseroan yang berkembang, ditambah dengan inisiatif
peningkatan efisiensi biaya telah menyebabkan Perseroan menghasilkan rekam jejak profitabilitas yang
konsisten, dengan pendapatan bersih dari operasional Perseroan sejumlah USD24,5 juta, USD45,8
juta dan USD41,9 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. Marjin EBITDA disesuaikan
Perseroan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah masing-masing sebesar 38,1%, 42,3% dan 38,2%.
Profitabilitas ini didukung dengan posisi keuangan dan posisi likuiditas Perseroan yang kuat, dengan
tingkat jumlah liabilitas yang sangat rendah pada tanggal 31 Desember 2012 serta kas dan setara kas
sejumlah USD76,6 juta pada tanggal yang sama dan akan ditambah dengan dana yang akan diperoleh
dari Penawaran Umum Perdana Saham. Likuiditas ini memungkinkan Perseroan untuk mengembangkan
dan menerapkan strategi pertumbuhan Perseroan seperti investasi untuk penanaman tanaman baru,
perluasan usaha sagu Perseroan dan pengembangan proyek biogas Perseroan. Dengan tidak adanya
hambatan untuk memperoleh dana pembiayaan proyek-proyek tersebut maka Perseroan dapat
menjalankan rencana Perseroan secara lebih mudah dan efisien.
e. Tim manajemen yang berpengalaman dengan tingkat komitmen tinggi untuk penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang baik
Tim manajemen Perseroan terdiri dari direksi yang berpengalaman dengan kemampuan yang terbukti
dalam pengelolaan aspek-aspek komersial, keuangan dan operasional bisnis Perseroan. Anggota tim
manajemen senior Perseroan rata-rata memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman dalam industri terkait
dan memiliki pengetahuan luas dalam industri perkebunan dan memiliki hubungan yang berharga dan
sudah terjalin lama dengan pelanggan, pemasok, dan peserta pasar lainnya. Tim manajemen Perseroan
telah menunjukkan rekam jejak yang sukses dalam pengelolaan Perseroan dan dalam mengenali dan
menggarap peluang akuisisi. Kualitas dan keahlian tim manajemen Perseroan akan menjadi faktor
penting dalam pencapaian tujuan Perseroan untuk mengoperasikan perkebunan Perseroan sesuai
dengan praktek pengelolaan perkebunan terbaik.
Perseroan selalu menekankan tata kelola perusahaan yang baik kepada seluruh karyawan melalui
sistem pelaporan manajemen yang terinci dan standar etika tinggi dalam menjalankan usaha Perseroan.
Hal ini sesuai dengan nilai-nilai Perseroan yang mengutamakan integritas, penghargaan terhadap
manusia dan lingkungan hidup serta perbaikan yang berkesinambungan. Perseroan berkeyakinan
bahwa nilai-nilai tersebut sangat penting terhadap keberhasilan Perseroan dalam kegiatan usahanya
dan oleh sebab itu Perseroan selalu menekankan hal tersebut kepada seluruh karyawan.
153
Perseroan selalu menekankan transparansi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan, baik secara
internal antara sesama unit usaha Perseroan maupun secara eksternal dalam hubungan Perseroan
dengan pelanggan dan pemasok. Hal tersebut tercerminkan dalam kebijakan Perseroan untuk
menerbitkan laporan tahunan Perseroan sejak tahun 1994, masih merupakan perusahaan tertutup.
Untuk meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar setara dengan tingkat internasional,
manajemen Perseroan secara aktif berpartisipasi dalam sejumlah forum dan asosiasi nasional maupun
internasional seperti Asian Corporate Governance Association (ACGA), Asian Business Leadership
Forum (ABLF), Association for Business Communication (ABC), Young Presidents Organization (YPO)
dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Mantan Presiden Direktur Perseroan, George Santosa
Tahija, telah menerima penghargaan ABLF untuk Business Courage - South East Asia pada tahun 2011.
f.
Kesadaran tinggi atas lingkungan dan menerapkan kebijakan pembangunan sosial ekonomis
untuk masyarakat sekitar
Perseroan menyadari pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dan selalu berusaha untuk
menjalankan kebijakan yang dapat meminmalisasi dampak negatif akibat keberadaan perkebunan serta
proses produksi yang dijalankan oleh Perseroan terhadap lingkungan sekitar. Selain meminimalisasi
dampak negatif, Perseroan juga selalu berusaha untuk memberikan manfaat positif bagi komunitas
yang berada pada lingkungan perkebunan maupun fasilitas produksi Perseroan. Adapun beberapa
kebijakan yang dilaksanakan oleh Perseroan adalah sebagai berikut:
•
Beroperasi dengan mengutamakan kelestarian lingkungan
Perseroan tidak melakukan pembakaran hutan dalam kegiatan pembukaan lahan baru untuk
perkebunan, Perseroan juga tidak membakar limbah bungkil TBS setelah proses pengolahan. Perseroan
meminimalisasi penggunakan pestisida dan mengadopsi solusi biologis seperti penggunaan burung
hantu untuk mengendalikan hama tanaman kelapa sawit. Perseroan juga telah menjalankan berbagai
praktek pengelolaan ramah lingkungan sebagai langkah konservasi dan pemeliharaan keanekaragaman
hayati di lingkungan perkebunan Perseroan dengan menerapkan sistem pengelolaan hama terpadu
dengan metode biologis untuk memerangi peyebaran hama. Perseroan juga mengolah tandan kosong
kelapa sawit menjadi pupuk untuk digunakan pada perkebunan Perseroan. Selain itu, Perseroan juga
menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik, untuk subtitusi generator
berbahan bakar solar, dalam penyediaan aliran listrik daerah-daerah terpencil di perkebunan Perseroan.
Perseroan juga berusaha meningkatkan tingkat kesehatan dan kesuburan tanah perkebunan dengan
menanam beberapa jenis tanaman di antara tanaman kelapa sawit dan mengolah limbah organik yang
dihasilkan oleh PKS menjadi pupuk. Perseroan saat ini sedang mengembangkan usaha pembangkit
listrik biogas yang dapat mengurangi dampak negatif limbah PKS dengan mengolah limbah tersebut
menjadi biogas. Tahap I dari konstruksi pabrik biogas di Pulau Belitung tersebut telah selesai dan
telah beroperasi. Saat ini Perseroan sedang menjalankan Tahap II dari pembangunan pabrik biogas
tersebut, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang lebih banyak terhadap lingkungan
setelah selesai, karena gas metana yang dihasilkan dari pabrik biogas dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk menghasilkan listrik yang akan dijual ke PLN dan kemudian akan didistribusikan kepada
pelanggan PLN.
•
Mengembangkan masyarakat
kesejahteraan karyawan
di
daerah
sekitar
perkebunan
dan
mengutamakan
Perseroan membina hubungan yang erat dengan karyawan dan masyarakat sekitar daerah perkebunan
melalui berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi pembangunan dan
pemeliharaan fasilitas umum seperti jalan raya dan jembatan, menyediakan fasilitas kesehatan dan
dokter kepada masyarakat di sekitar perkebunan Perseroan dan meyediakan fasilitas pendidikan dan
tempat ibadah bagi masyarakat. Selain itu, Perseroan juga memberikan perhatian yang cukup besar
kepada kesejahteraan karyawan dan keluarganya, antara lain dengan menyediakan pusat pelatihan
serta program pelatihan, perumahan, fasilitas pemeriksaan kesehatan, fasilitas penitipan anak dan
sekolah. Perseroan juga sedang membangun fasilitas pelatihan manajemen di Perkebunan Pulau
Belitung untuk mendukung pengembangan para manajer Perseroan. Dukungan Perseroan terhadap
karyawan telah diakui oleh pemerintah melalui penghargaan yang diberikan oleh Presiden Republik
Indonesia terkait dengan pemberdayaan tenaga kerja wanita pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2008.
154
•
Sertifikasi
Perseroan memiliki komitmen yang kuat untuk selalu menerapkan praktek-praktek operasi berdasarkan
standar operasional terbaik agar dapat mencapai produksi CPO yang berkesinambungan. Perseroan
merupakan anggota RSPO dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung
dan Sumatera Utara I. Pada saat ini Perseroan juga dalam proses perolehan sertifikat RSPO untuk
perkebunan di Sumatera Utara II. Selain itu, Perseroan telah memperoleh sertifikasi International
Sustainability and Carbon Certification (“ISCC”) untuk perkebunan di Pulau Belitung.
3.
Strategi Usaha dan Rencana Jangka Panjang
Perseroan berencana untuk memanfaatkan keunggulan yang saat ini dimiliki oleh Perseroan yaitu
kekuatan fundamental perusahaan, hubungan yang baik dengan pelanggan maupun pemasok, serta
program CSR yang baik, untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik pada masa men datang dengan
menerapkan strategi dan rencana jangka panjang sebagai berikut:
a. Meningkatkan jumlah tanaman kelapa sawit di lahan perkebunan Perseroan.
Perseroan berencana untuk meningkatkan jumlah tanaman tanaman kelapa sawit dengan memanfaatkan
lahan yang dapat ditanami tetapi belum ditanami milik Perseroan. Per tanggal 31 Desember 2012,
Perseroan memiliki lahan perkebunan yang dapat ditanami tetapi belum ditanami seluas 55.921 hektar
dari total lahan yang dapat ditanami seluas 96.773 hektar. Total luas lahan yang masih tersedia untuk
ditanami dan total luas lahan yang dapat ditanami milik Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012
telah termasuk landbank Papua yang telah diakuisisi pada tanggal 7 Desember 2012.
Perseroan saat ini sedang melakukan proses penanaman tanaman kelapa sawit di lahan yang belum
ditanami di Perkebunan Kalimantan Barat. Proses penanaman tersebut akan selesai pada akhir tahun
2013, sehingga jumlah total luas lahan yang ditanami untuk perkebunan di Kalimantan Barat menjadi
12.277 hektar. Perseroan juga berencana untuk memulai proses penanaman tanaman di landbank
yang terletak di Sumatera Selatan seluas 12.042 hektar pada tahun 2013 serta landbank di Papua
seluas 40.500 hektar pada tahun 2014. Perseroan berencana untuk menanam sekitar 5.379 hektar
pada tahun 2013, 6.500 hektar pada tahun 2014 dan 7.000 hektar pada tahun 2015 setelah berhasil
melakukan penanaman tanaman di Perkebunan Kalimantan Barat atas lahan seluas 4.022 hektar pada
tahun 2011 dan 4.132 hektar pada tahun 2012. Penanaman tanaman kelapa sawit tersebut sudah
termasuk penanaman atas lahan untuk memenuhi kewajiban Program Plasma. Perseroan akan
melakukan penanaman perkebunan plasma secara bersamaan di tiga lokasi perkebunan Perseroan
yang terletak di Papua, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan. Per tanggal 31 Desember 2012
Perseroan telah memiliki jumlah bibit yang cukup untuk kebutuhan penanaman tanaman kelapa sawit.
Perseroan akan membeli membeli bibit yang telah dibuahi sebagai salah satu langkah untuk menunjang
strategi penanaman tanaman kelapa sawit. Perseroan masih dalam proses pra-penanaman di ketiga
lokasi tersebut dan akan memastikan bahwa lahan yang ada telah dapat ditanami sesuai dengan
strategi Perseroan. Adapun proses pra-penanaman yang sedang atau akan oleh Perseroan termasuk
pembersihan lahan, pendekatan kepada masyarakat sekitar lokasi perkebunan, pembangunan fasilitas
perawatan bibit kelapa sawit serta kompensasi lahan.
Perseroan berencana untuk menerapkan strategi pertumbuhan yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil panen dari total area perkebunan yang ditanami. Sebagai salah satu bagian dari strategi tersebut,
Perseroan akan menggunakan generasi terbaru dari tanaman kelapa sawit hibrida (hybrid clone palms).
Dengan menggunakan hybrid clone palms, Perseroan dapat meningkatkan tingkat penggunaan lahan
dengan menanam lebih banyak tanaman di setiap area dan juga mempermudah proses pemanenan,
karena tanaman sawit hibrida memiliki tinggi yang relatif lebih rendah dari tanaman kelapa sawit biasa.
Strategi lain yang diterapkan oleh Perseroan termasuk melakukan penanaman tanaman kelapa sawit
dengan cara yang dapat mempermudah penggunaan alat-alat mekanik pada saat dilakukan pemanenan.
Perseroan berkeyakinan bahwa, dengan menerapkan strategi penanaman tersebut diatas, Perseroan
dapat meningkatkan hasil panen, menurunkan biaya pemeliharaan dan pemanenan untuk perkebunan
di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Papua Barat.
155
b. Meningkatkan efisensi kegiatan operasional secara berkelanjutan untuk memaksimalkan
hasil panen Perseroan.
Perseroan berkeyakinan bahwa peningkatan efisiensi operasional secara berkelanjutan hingga saat
ini telah dan akan terus menjadi salah satu faktor penting dalam sejarah kesuksesan Perseroan.
Perseroan secara aktif mengawasi, menjaga dan meningkatkan efektifitas kegiatan operasional serta
meminimalisasi dampak negatif kegiatan operasional terhadap lingkungan dengan tetap menjaga
standar dan kualitas keselamatan pekerja. Sebagai salah satu langkah inovasi, Perseroan merupakan
perusahaan pertama di Indonesia yang telah membangun PKS otomatis penuh dimana seluruh proses
dijalankan secara otomatis oleh mesin sehingga dapat beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang
lebih sedikit. Perseroan memiliki PKS tersebut di perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara II. Saat
ini Perseroan sedang mempertimbangkan untuk mengganti boiler lama dengan boiler otomatis pada
PKS yang terletak di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung.
Perseroan berencana untuk terus menerapkan praktek manajemen terbaik dalam menjalankan
kegiatan operasional, antara lain dengan menerapkan jadwal penggunaan pupuk dan pemanenan
TBS secara teratur, penerapan sistem panen berdasarkan blok perkebunan, penggunaan tandan buah
kosong sebagai pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan dan juga untuk memperbaiki
struktur tanah, penggunaan pupuk dengan tingkat pelepasan nutrisi perlahan, mempertahankan sistem
irigasi yang efisien dan mengurangi erosi lahan. Selain itu, Perseroan terus berupaya untuk selalu
meningkatkan efisensi kinerja operasional dengan menerapkan proses mekanisasi secara bertahap
untuk proses pemindahan dan tranportasi TBS di seluruh perkebunan Perseroan.
Perseroan akan terus mempekerjakan tenaga kerja yang bertugas dalam proses pemanenan secara
langsung, tanpa menggunakan tenaga kerja kontrak. Perseroan berkeyakinan dengan melakukan
hal tersebut, Perseroan akan dapat melakukan pengawasan dan pelatihan yang lebih baik serta
menerapkan prosedur pengawasan kualitas yang lebih ketat dengan tetap mempertahankan efisiensi
biaya tenaga kerja. Perseroan juga akan terus melakukan pelatihan kepada karyawan yang memiliki
potensi untuk berkembang dengan baik pada masa depan serta memberikan insetif berbasis kinerja
kepada karyawan di perkebunan. Perseroan juga telah mengembangkan sistem peringkat untuk setiap
perkebunan di mana kinerja setiap perkebunan dapat diperbandingkan satu sama lain untuk berbagai
kategori, termasuk produktifitas, efisiensi biaya, tanggung jawab lingkungan dan keselamatan. Perseroan
percaya bahwa sistem peringkat tersebut akan memotivasi manajer dan karyawan untuk senantiasa
meningkatkan kinerja, serta memberikan informasi kepada manajemen mengenai perkebunan yang
kinerjanya perlu ditingkatkan.
Selain itu, Perseroan juga akan menerapkan beberapa program peningkatan kualitas, dan terus
mengembangkan inovasi baru yang dapat meningkatkan kinerja PKS, seperti pendorong keranjang
(TBS cage pusher) dan menara pemulihan kondensasi (condensate recovery tower), yang diyakini oleh
Perseroan akan mengurangi biaya tenaga kerja.
c. Mencari peluang untuk melakukan akuisisi.
Perseroan memiliki rekam jejak yang kuat dalam mengakuisisi perkebunan dan landbank secara
berkelanjutan dan menerapkan praktek pengelolaan perkebunan terbaik pada landbank yang diakuisisi
tersebut, seperti yang dilakukan oleh Perseroan pada perkebunan Perseroan di Sumatera Utara
dan Pulau Belitung. Perseroan berkeyakinan bahwa pengalaman tersebut akan bermanfaat untuk
mendukung kesuksesan rencana akuisisi perkebunan dan landbank Perseroan pada masa mendatang.
Perseroan terus mencari peluang untuk melakukan akuisisi perkebunan dan landbank diseluruh
Indonesia. Perseroan secara cermat menganalisa peluang yang ada terhadap kriteria-kriteria khusus
sesuai dengan standar Perseroan, antara lain sebagai berikut:
•
•
Kualitas aset perkebunan seperti ketersediaan tanah yang optimal, kontur tanah yang sesuai,
tingkat curah hujan dan aliran sungai sebagai pemasok kebutuhan air bagi perkebunan;
Jumlah luas area yang optimal, di mana luas area ideal berjumlah 8.000 hektar dan berada dalam
hamparan yang sama;
156
•
•
•
•
•
•
•
Lokasi perkebunan dan ketersedian infrastruktur seperti jalan raya dan pelabuhan;
Kelengkapan IUP sebelum akuisisi;
Kejelasan atas status tanah (tidak terdapat hak kepemilikan ataupun konsesi ganda/tumpang
tindih);
Ketersediaan pekerja lokal;
Potensi rehabilitasi untuk perkebunan yang telah menghasilkan;
Kondisi masyarakat sekitar;
Potensi perluasan lahan pada masa depan melalui akuisisi lahan yang memiliki lokasi berdekatan.
d. Ekspansi pada bidang usaha pelengkap.
Saat ini Perseroan sedang mengembangkan kegiatan usaha di bidang perkebunan sagu dan
pembangkit listrik dengan energi terbarukan (renewable energy business). Keduanya merupakan
pelengkap kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit karena Perseroan dapat memanfaatkan keahlian
serta pengalaman yang dimiliki dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit untuk menjalankan kedua
kegiatan usaha pelengkap tersebut. Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan sedang membangun
pabrik pengolahan sagu yang pertama dari sejumlah pabrik pengolahan sagu yang akan dibangun oleh
Perseroan di Papua. Pabrik pengolahan sagu tersebut akan digunakan untuk mengolah hasil dari hutan
alam sagu seluas 40.000 hektar yang terletak di Papua. Pabrik pengolahan sagu tersebut diharapkan
dapat mulai beroperasi pada semester kedua tahun 2013. Selain membangun pabrik pengolahan sagu,
Perseroan juga membangun infrastruktur pelengkap dari pabrik tersebut antara lain seperti kanalkanal serta infrastruktur untuk menyalurkan hasil produksi tepung sagu kepada pelanggan. Perseroan
berkeyakinan bahwa jumlah permintaan tepung sagu lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pasokan
yang ada di dunia. Perseroan berencana untuk menjual produk tepung sagu ke pelanggan yang ada
di Jepang, Cina dan negara-negara lainnya di mana permintaan terhadap tepung sagu cukup besar.
Perseroan telah melakukan komunikasi secara informal dengan beberapa calon pelanggan dan juga
para peneliti untuk melakukan pembahasan mengenai pengembangan industri hilir dari tepung sagu
yang kemungkinan besar akan termasuk dalam industri makanan.
Perseroan juga mengembangkan kegiatan usaha pembangkit listrik dengan energi terbarukan dengan
membangun pembangkit listrik biogas di Pulau Belitung yang direncanakan akan mulai beroperasi pada
semester kedua tahun 2013. Dengan mengoperasikan pembangkit listrik biogas tersebut, Perseroan
akan memperoleh keuntungan dari penjualan listrik PLN. Selain itu pembangkit listrik biogas tersebut
juga dapat mengurangi dampak negatif operasional perkebunan Perseroan dengan mengurangi jumlah
gas metana yang dilepaskan ke lingkungan dari kolam limbah Perseroan. Perseroan saat ini juga
sedang mengkaji kemungkinan pembangunan pabrik biogas yang kedua untuk perkebunan Perseroan
yang terletak di Sumatera Utara.
Perseroan berharap pengembangan usaha sagu dan makanan berbasis sagu serta energi terbarukan
dapat memperkuat dan meningkatkan kinerja Perseroan melalui pendapatan yang lebih stabil dan tidak
terpengaruh musim. Perseroan berkeyakinan bahwa bisnis sagu dan makanan berbasis sagu serta
energi terbarukan mempunyai potensi pertumbuhan yang tinggi dan dapat membantu Perseroan untuk
memperoleh pertumbuhan jangka panjang berkelanjutan.
e. Meningkatkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Perseroan
untuk terus membina hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)
Perseroan telah menjalankan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan senantiasa
memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan masyarakat sekitar kegiatan usaha Perseroan.
Atas inisiatif sendiri Perseroan telah menjalankan berbagai program konservasi. Hal tersebut dilakukan
sejalan dengan nilai-nilai budaya Perseroan untuk menghargai masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Perseroan akan terus menjalankan program pendukung kesejahteraan kepada karyawan dan
masyarakat di sekitar pekebunan yang dimiliki Perseroan, serta menjalankan program serupa pada
perkebunan yang akan diakuisisi Perseroan. Perseroan juga akan terus melanjutkan diskusi dan dialog
dengan organisasi non-pemerintah yang telah memberikan banyak hasil positif untuk operasional
Perseroan serta memastikan bahwa kegiatan operasional Perseroan telah sesuai dengan standar
praktek internasional dalam memproduksi CPO yang ramah lingkungan.
157
Perseroan berencana untuk menjalankan Program Perkebunan Plasma pada perkebunan di Kalimantan
Barat dan perkebunan yang akan dibangun di Papua dan Sumatera Selatan. Walaupun Perseroan tidak
diwajibkan, Perseroan juga sedang dalam proses pengembangan program yang yang serupa dengan
Program Perkebunan Plasma di perkebunan Perseroan yang terletak di Sumatera Utara dan Pulau
Belitung. Melalui program pengembangan tersebut, Perseroan akan membantu masyarakat sekitar
akan menjadi anggota koperasi dan dapat juga menyerahkan lahannya sebagian lahan Koperasi.
Perseroan kemudian akan melatih mereka untuk menanami dan memelihara perkebunan tersebut.
Perseroan akan membeli hasil panen TBS tersebut melalui koperasi atau langsung dari masingmasing petani. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan menjalankan program ini, Perseroan dapat
membina dan mempererat hubungan yang lebih baik dengan masyarakat sekitar dan dapat membantu
meningkatkan standar kesejahteraan masyarakat sekaligus menyelaraskan kepentingan masyarakat
dengan kepentingan Perseroan.
4.
Kegiatan Usaha Perseroan Melalui Entitas Anak
4.1 Kegiatan Usaha Kelapa Sawit
a.Produk
Saat ini Perseroan melakukan produksi dan penjualan CPO dan PK. Tabel berikut ini menunjukkan
volume penjualan dari CPO dan PK untuk masing-masing periode.
(dalam ton)
Uraian
CPO
PK
2008
129.082
27.550
Volume Penjualan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009
2010
2011
139.200
127.450
156.016
30.575
29.508
32.865
2012
177.125
40.447
Tabel berikut ini menunjukkan nilai penjualan bersih dari masing-masing produk sebagai persentase
dari total penjualan bersih untuk masing-masing periode.
(dalam persentase)
Uraian
CPO
PK
Total
2008
89,2
10,8
100,0
Nilai Penjualan
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009
2010
2011
90,9
87,3
88,0
9,1
12,7
12,0
100,0
100,0
100,0
2012
89,5
10,5
100,0
Tabel berikut ini menunjukkan tingkat produksi masing-masing produk pada periode tertentu.
(dalam ton)
Uraian
CPO (1)
PK (1)
Total
2008
122.112
25.984
148.096
Total Produksi
Tahun berakhir tanggal 31 Desember
2009
2010
2011
138.806
131.335
157.122
30.390
29.950
34.369
169.196
161.285
191.491
2012
178.263
40.503
218.766
Catatan: (1) Termasuk CPO dan PK dari hasil produksi TBS yang dibeli dari pihak ketiga
Produk Kelapa Sawit
Saat ini Perseroan melakukan produksi CPO dan PK pada 3 lokasi PKS. Produksi CPO dilakukan
melalui pengolahan TBS yang berasal dari PKS yang dimiliki Perseroan dan juga dari pembelian melalui
pihak ketiga yang berlokasi di sekitar PKS. PK diproduksi dari biji kelapa sawit yang dikumpulkan selama
masa penggilingan.
158
b. Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Perseroan
Perkebunan Kelapa Sawit (1)
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Landbank
9.935 ha
Landbank
9.639 ha
Landbank
20.000 ha
Area yang dapat ditanami
9.813 ha
Area yang dapat ditanami
7.912 ha
Area yang dapat ditanami
12.042 ha(1)
9.813 ha
Area yang telah ditanami
-
7.912 ha
Area yang telah ditanami
Area pohon menghasilkan
9.813 ha
Area pohon menghasilkan
7.912 ha
Area pohon menghasilkan
-
Kapasitas PKS
60 ton/jam
Kapasitas PKS
60 ton/jam
Kapasitas PKS
-
Area yang telah ditanami
Medan
Binanga
Siais
Empat Lawang
Belitung
Ketapang
KALIMANTAN
PAPUA
SUMATERA
Jakarta
Pulau Belitung
Landbank Papua
Kalimantan Barat
TOTAL
Landbank
16.307 ha
Landbank
17.998 ha
Landbank
65.159 ha
Landbank
139.038 ha
Area yang dapat ditanami
14.229 ha
Area yang dapat ditanami
12.277ha
Area yang dapat ditanami
40.500 ha
Area yang dapat ditanami
96.773 ha
-
Area yang telah ditanami
8.898 ha
Area yang telah ditanami
Area yang telah ditanami
40.852 ha
Area pohon menghasilkan
14.229 ha
Area pohon menghasilkan
-
Area pohon menghasilkan
-
Area pohon menghasilkan
31.954 ha
Kapasitas PKS
60 ton/jam
Kapasitas PKS
60 ton/jam tahun 2016
Kapasitas PKS
-
Kapasitas PKS
180 ton/jam
Area yang telah ditanami
14.229 ha
Catatan:
1. Luas area yang dapat ditanami berpotensi untuk bertambah sebanya 4.300 ha.
c. Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan berlokasi di tiga wilayah geografis perkebunan di
Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Kepulauan Belitung, dan Kalimantan Barat, dengan PKS yang terletak
di Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan di Kepulauan Belitung. Sampai dengan 31 Desember
2012, Perseroan telah memiliki HGU atas kurang lebih 33.689 hektar lahan perkebunan kelapa sawit.
Bersama dengan lahan dimana Perseroan memiliki izin-izin pertanahan lainnya yang diperlukan untuk
proses persetujuan HGU, maka total lahan yang dimiliki Perseroan mencapai kurang lebih 139.038
hektar. Tabel berikut ini menunjukkan total izin pertanahan yang dimiliki Perseroan pada masing-masing
perkebunan dan dua persediaan lahan (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua pada 31 Desember
2012. Total luas lahan milik Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 sudah termasuk akuisisi landbank
Papua yang dirampungkan pada tanggal 7 Januari 2013.
(dalam Hektar)
Telah Ditanami
Dapat Ditanami
Tidak Dapat
Ditanami(1)
122
1.727
2.078
5.721
24.659
7.958
42.265
Total
Perkebunan Sumatera Utara I
9.813
9.813
9.935
Perkebunan Sumatera Utara II
7.912
7.912
9.639
Perkebunan Kepulauan Belitung
14.229
14.229
16.307
Perkebunan Kalimatan Barat
8.898
12.277
17.998
Landbank Papua
40.500
65.159
Landbank Sumatera Selatan
12.042
20.000
Total
40.352
96.773
139.038
Catatan:
Lahan yang tidak ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau lahan yang telah
digunakan untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam penyangga daerah aliran sungai konservasi lingkungan untuk
lahan bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, infrastruktur, seperti jalan raya, dan fasilitas perumahan
karyawan.
159
Tabel berikut ini menunjukkan perincian lahan yang menghasilkan dan jumlah landbank pada masingmasing perkebunan dimana Perseroan memiliki kepemilikan minoritas pada 31 Desember 2012.
Kepemilikan Area Tanaman
(%)
Menghasilkan
20,00
2.461
20,00
2.207
20,00
1.681
20,00
2.375
15,87
16.694
25.418
Telah
Ditanami
2.856
2.427
1.681
2.489
17.759
27.212
(dalam Hektar, kecuali persentase)
Dapat
Tidak Dapat
Total
Ditanami
Ditanami (1)
2.856
105
2.961
2.427
159
2.586
1.681
132
1.813
2.489
165
2.654
18.049
4.886 22.935 (4)
27.502
5.447
32.949
PT Bilah Plantindo (2)
PT Pangkatan Indonesia
PT Sembada Sennah Maju
PT Simpang Kiri Plantations (3)
PT Agro Muko
Total
Catatan:
(1) Lahan yang tidak ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau telah digunakan
untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam, penyangga daerah aliran sungan, konservasi lingkungan untuk lahan
bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, infrastruktur, seperti jalan raya dan fasilitas perumahan karyawan.
(2) Hak legal lahan yang dikelola PT Bilah Plantindo, dimiliki PT Surya Makmur
(3) Hak legal lahan yang dikelola PT Simpang Kiri, dimiliki PT Aceh Timur Indonesia
(4) Termasuk 2.100 hektar lahan perkebunan karet.
Tabel berikut ini menunjukan indikator kinerja utama dari perkebunan yang dimiliki Perseroan serta
landbank yang akan menjadi lahan penanaman kelapa sawit selama dan pada akhir periode tertentu.
Uraian
2008
53.879
44.320
32.043
23.588
73,6
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2011
53.879
53.879
53.879
44.320
44.320
44.263
32.043
32.787
36.752
27.379
29.054
30.290
85,4
88,6
82,4
2012
Total area (ha)
139.038
96.773
Total area yang dapat ditanam (ha) (1)
Area yang ditanam(ha)
40.853
Lahan tanaman menghasilkan(ha)
31.954
Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan
78,2
dengan total area (%)
TBS yang diproduksi (ton)
490.030
565.497
515.179
564.843
695.479
TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton)
38.233
31.465
78.320
136.402
116.460
20,8
20,7
17,7
18,6
21,8
Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2)
122.112
138.806
131.335
157.122
178.263
Produksi CPO (ton)(3)
23,1
23,3
22,1
22,4
22,0
OER (%)(3)
25.984
30.390
29.590
34.369
40.503
Produksi PK (ton)(3)
4,9
5,1
5,0
4,9
5,0
KER (%)(3)
Kapasitas pabrik (ton/jam)
120
120
180
180
180
Kapasitas penyimpanan (ton)
CPO
23.000
23.000
30.000
30.000
30.000
PK
2.080
2.080
2.680
2.680
2.880
Catatan:
(1) Area yang tidak ditanami digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan
sebagai kawasan konservasi.
(2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
(3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga.
1. Perkebunan Pulau Belitung
Penanamanan bibit kelapa sawit di Perkebunan Kepulauan Belitung dilakukan untuk pertama kalinya
pada tahun 1990. Pembangunan PKS Kepulauan Belitung selesai pada tahun 1996. Perseroan
kemudian memperluas PKS Pulau Belitung pada tahun 2003. Sampai dengan tanggal 31 Desember
2012, Perkebunan Pulau Belitung yang dimiliki Perseroan mencakup kurang lebih 16.307 hektar lahan
14.229 hektar diantaranya telah ditanami. Dari keseluruhan wilayah ini, lahan seluas 16,277 hektar
telah memiliki HGU dan 30 hektar telah memiliki HGB. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012,
tanaman menghasilkan di Perkebunan Pulau Belitung rata-rata berusia 16 tahun. PKS perkebunan
Pulau Belitung memiliki kapasitas pengolahan 60 ton per jam atau kurang lebih 360.000 ton, per tahun
dan mengolah TBS hasil Perkebunan Pulau Belitung dan juga TBS yang dibeli dari pihak ke tiga.
160
Tabel berikut ini menunjukan indikator kinerja utama dari Perkebunan Pulau Belitung selama dan pada
akhir periode tertentu.
Uraian
Total area (ha)
Total area yang dapat ditanam (ha)(1)
Area yang ditanam(ha)
Lahan tanaman menghasilkan(ha)
Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan
dengan total area (%)
TBS yang diproduksi (ton)
TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton)
Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2)
Produksi CPO (ton)(3)
OER (%)(3)
Produksi PK (ton)(3)
KER (%)(3)
Kapasitas pabrik (ton/jam)
Kapasitas penyimpanan (ton)
CPO
PK
2008
16.307
14.303
14.303
13.507
94,4
240.535
1.063
17,8
57.427
23,8
12.136
5,0
60
13.000
1.400
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2011
16.307
16.307
16.307
14.303
14.303 14.246 (4)
14.303
14.303
14.246
14.303
14.303
14.246
100,0
100,0
100,0
272.990
262.239
264.482
2.368
2.781
4.563
19,1
18,3
18,6
66.074
60.152
62.932
24,0
22,7
23,4
14.129
13.837
13.532
5,1
5,2
5,0
60
60
60
13.000
1.400
13.000
1.400
13.000
1.400
2012
16.307
14.229 (5)
14.229
14.229
100,0
300,130
7.756
21,1
69.362
22,5
15.947
5,2
60
13.000
1.400
Catatan:
(1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan
sebagai kawasan konservasi.
(2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
(3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga .
(4) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 57 hektar yang dialokasikan sebagai kawasan konservasi sehingga diklasifikasikan
sebagai lahan yang tidak dapat ditanam.
(5) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 17 hektar yang digunakan untuk gedung dan dialokasikan sebagai kawasan
konservasi sehingga diklasifikasikan sebagai lahan yang tidak dapat ditanam.
2. Perkebunan Sumatera Utara I
Bibit kelapa sawit pertama ditanam di Perkebunan Sumatera Utara I pada tahun 1988, dan PKS selesai
dibangun pada tahun 1996. Pada tanggal 31 Desember 2012, total luas area Perkebunan Sumatera Utara
I sekitar 9.935 hektar, 9.813 hektar diantaranya merupakan lahan yang ditanami kelapa sawit. Dari total
daerah tersebut, 9.412 hektar memiliki HGU dan 523 hektar memiliki hak non-HGU. Pada tanggal 31
Desember 2012, tanaman menghasilkan di Perkebunan Sumatera Utara I rata-rata berusia 17,6 tahun. PKS
Perkebunan Sumatera Utara I memiliki kapasitas pengolahan 60 ton per jam atau kurang lebih 360.000 ton
per tahun dan mengolah TBS hasil Perkebunan Sumatera Utara I dan TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan
Sumatera Utara I untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Uraian
Total area (ha)
Total area yang dapat ditanam (ha)(1)
Area yang ditanam(ha)
Lahan tanaman menghasilkan(ha)
Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan
dengan total area (%)
TBS yang diproduksi (ton)
TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton)
Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2)
Produksi CPO (ton)(3)
OER (%)(3)
Produksi PK (ton)(3)
KER (%)(3)
Kapasitas pabrik (ton/jam)
Kapasitas penyimpanan (ton)
CPO
PK
2008
9.935
9.813
9.813
9.343
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2011
9.935
9.935
9.935
9.813
9.813
9.813
9.813
9.813
9.813
9.813
9.813
9.813
2012
9.935
9.813
9.813
9.813
95,2
245.613
37.170
26,3
64.025
22,6
13.732
4,9
60
100,0
267.989
29.097
27,3
68.564
23,1
15.525
5,2
60
100,0
204.852
57.711
20,9
57.719
22,0
13.269
5,1
60
100,0
202.468
68.119
20,6
60.326
22,3
13.871
5,1
60
100,0
270.159
44.053
27,5
68.805
21,9
16.590
5,3
60
10.000
680
10.000
680
10.000
680
10.000
680
10.000
680
Catatan:
(1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan
sebagai kawasan konservasi.
(2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
(3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga.
161
3. Perkebunan Sumatera Utara II
Bibit kelapa sawit pertama ditanam di Perkebunan Sumatera Utara II pada tahun 2005, dan PKS selesai
dibangun pada tahun 2010. Pada tanggal 31 Desember 2012, total luas area Perkebunan Sumatera
Utara II sekitar 9.639 hektar, 7.912 hektar diantaranya merupakan lahan yang dapat ditanami kelapa
sawit. Dari total area tersebut, 8.000 hektar memiliki HGU dan 1.639 hektar memiliki izin lokasi dan
terdiri dari tanah lereng bukit yang dialokasikan sebagai lahan konservasi maupun program plasma.
Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh tanaman menghasilkan di Perkebunan Sumatera Utara II
rata-rata berusia 5,0 tahun. PKS Perkebunan Sumatera Utara II memiliki kapasitas pengolahan 60 ton
per jam atau kurang lebih 360.000 ton per tahun dan mengolah seluruh TBS dari Perkebunan Sumatera
Utara II dan juga TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan
Sumatera Utara II untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Uraian
Total area (ha)
Total area yang dapat ditanam (ha)(1)
Area yang ditanam(ha)
Lahan tanaman menghasilkan(ha)
Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan
dengan total area (%)
TBS yang diproduksi (ton)
TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton)
Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2)
Produksi CPO (ton)(3)
OER (%)(3)
Produksi PK (ton)(3)
KER (%)(3)
Kapasitas pabrik (ton/jam)
Kapasitas penyimpanan (ton)
CPO
PK
2008
9.639
7.927
7.927
738
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2011
9.639
9.639
9.639
7.927
7.927
7.927
7.927
7.927
7.927
3.263
4.938
6,231
2012
9.639
7.912
7.912 (4)
7.912
9,3
3.882
5,3
660
17,0
116
3,0
-
41,2
24.517
7,5
4.168
17,0
736
3,0
-
62,3
48.089
17.827
9,7
13.465
20,4
2.484
3,8
60
78,6
97.893
63.720
15,7
33.864
21,0
6.966
4,3
60
100,0
125.190
64.651
15,8
40.096
21,1
7.966
4,2
60
-
-
7.000
600
7.000
600
7.000
800
Catatan:
(1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan
sebagai kawasan konservasi.
(2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
(3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga.
(4) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 15 hektar yang digunakan sebagai kawasan peresapan air sehingga
diklasifikasikan sebagai lahan yang tidak dapat ditanam.
4. Perkebunan Kalimantan Barat
Pada bulan Desember tahun 2005, Perseroan telah mengakuisisi lahan untuk perkebunan di
Kalimantan Barat yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Bibit kelapa sawit pertama ditanam
di perkebunan Kalimantan Barat pada tahun 2010. Perseroan berencana untuk membangun PKS di
perkebunan kelapa sawit setelah tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada tahun 2014 dan
2015. Perseroan juga memperhitungkan kemungkinan membangun PKS kecil yang portabel untuk
memproses TBS ketika tanaman kelapa sawit baru mulai menghasilkan TBS (belajar berbuah). Pada
tanggal 31 Desember 2012, Perkebunan di Kalimantan Barat terdiri dari lahan seluas sekitar 17.998
hektar, dari jumlah tersebut, sekitar 2.949 hektar telah diserahkan kembali ke Pemerintah untuk tujuan
konservasi dan 8.898 hektar telah ditanami tanaman kelapa sawit. Perseroan juga sedang dalam tahap
akhir pengurusan kepemilikan izin HGU untuk seluruh lahan di Perkebunan Kalimantan Barat. Saat ini
Perseroan sedang dalam proses penanaman tanaman di lahan tersisa. Pada tanggal 31 Desember
2012, tidak ada tanaman kelapa sawit di Perkebunan Kalimantan Barat yang dapat dikategorikan
sebagai TM karena usia rata-rata tanaman adalah satu tahun.
162
Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan
Kalimantan Barat untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Uraian
Total area (ha)
Total area yang dapat ditanam (ha)(1)
Area yang ditanam(ha)
Lahan tanaman menghasilkan(ha)
Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan
dengan total area (%)
TBS yang diproduksi (ton)
TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton)
Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2)
Produksi CPO (ton)(3)
OER (%)(3)
Produksi PK (ton)(3)
KER (%)(3)
Kapasitas pabrik (ton/jam)
Kapasitas penyimpanan (ton)
CPO
PK
2008
17. 998
12.277
-
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2011
17. 998
17. 998
17. 998
12.277
12.277
12.277
744
4.766
-
2012
17. 998
12.277
8.898
-
0,0
-
0,0
-
0,0
-
0,0
-
0,0
-
-
-
-
-
-
Catatan:
(1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan
sebagai kawasan konservasi.
(2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga.
(3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga.
d. Properti Landbank
Selain Perkebunan Sumatera Utara, Perkebunan Pulau Belitung dan Perkebunan Kalimantan Barat,
Perseroan memiliki landbank yang belum ditanami di Sumatera Selatan dan Papua Barat. Di Sumatera
Selatan, Perseroan memiliki izin lokasi atas 20.000 hektar tanah melalui izin lokasi, dimana 12.042
hektar merupakan lahan yang dapat ditanam. Sekitar 4.300 hektar lahan dari 20.000 hektar landbank
di Sumatera Selatan tersebut berpotensi untuk menjadi lahan yang dapat ditanami tergantung dari
hasil konsultasi dan perjanjian kompensasi dengan para petani setempat. Apabila Perseroan berhasil
mengamankan lahan tersebut, maka total luas lahan yang dapat ditanami di landbank Sumatera
Selatan akan meningkat menjadi 16.342 hektar. Di Papua, Perseroan memiliki izin usaha perkebunan
(yang diperoleh dalam tahap proses izin sesudah izin lokasi) atas lahan seluas 65.159 hektar, dimana
40.500 hektar merupakan lahan yang dapat ditanami. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan
belum memulai program penanaman tanaman di kedua landbank tersebut. Perseroan berencana untuk
memulai program penanaman tanaman di Sumatera Selatan pada akhir tahun 2013 dan di Papua pada
tahun 2014. Total luas landbank Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 termasuk akuisisi landbank
Papua yang telah dirampungkan pada tanggal 7 Januari 2013.
e. Manajemen Produksi dan Perkebunan
Hasil Perkebunan Kelapa Sawit
CPO dihasilkan dari buah kelapa sawit dengan tandan besar yang dikenal sebagai Tandan Buah Segar
(TBS). Masing-masing TBS memiliki buah-buah kecil (brondolan) dan memiliki berat antara 5 - 40
kilogram, tergantung dari usia tanaman kelapa sawit. Setiap buah terdiri dari mesokarp daging, biji dan
kernel. Minyak yang dihasilkan dari mesokarp adalah CPO. PK adalah produk sampingan dari proses
produksi CPO. PK dapat diolah untuk menghasilkan PKO. Cangkang sawit yang tersisa digunakan
untuk tanah (agar dapat berfungsi sebagai pengerasan jalan) atau sebagai sumber bahan bakar.
163
Tabel berikut menyajikan hasil rata-rata TBS per hektar tanaman menghasilkan untuk tahun 2008, 2009,
2010, 2011 dan 2012.
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Hasil Rata-rata
2008
26,3
5,3
17,8
20,8
2009
27,3
7,5
19,1
20,7
2010
20,9
9,7
18,3
17,7
(dalam ton per hektar)
2011
2012
20,6
27,5
15,7
15,8
18,6
21,1
18,6
21,8
Salah satu faktor utama yang menentukan hasil panen TBS dari perkebunan kelapa sawit adalah usia
tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan. Selain itu, hasil panen juga bergantung kepada input
agronomi dan kualitas manajemen perkebunan, termasuk faktor-faktor seperti:
• kondisi tanah dan iklim;
• kualitas benih kelapa sawit dan praktek budidaya;
• kualitas dan penggunaan pupuk yang tepat;
• manajemen hama yang baik;
• pengambilan buah brondolan yang jatuh dari tanaman, dan
• pemanenan tepat waktu, serta transportasi dan pengolahan TBS.
Profil Usia Tanaman Kelapa Sawit
Rentang hidup ekonomis tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah 25 tahun dan dapat diperpanjang
hingga 30 tahun.
Tabel berikut menyajikan area dan profil usia tanaman kelapa sawit Perseroan per tanggal 31 Desember
2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Perseroan mengklasifikasikan tanaman kelapa sawit berusia 4 tahun
atau lebih sebagai Tanaman Menghasilkan (“TM”), 4 – 7 tahun sebagai tanaman kelapa sawit muda,
8 – 20 sebagai tanaman kelapa sawit dewasa dan tanaman dengan usia di atas 20 tahun sebagai
tanaman kelapa sawit tua. Sedangkan tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (“TBM”)
adalah tanaman-tanaman berusia 1-3 tahun. Usia tanaman tersebut diukur semenjak saat kelapa sawit
tersebut ditanam di perkebunan.
Tanggal 31 Desember 2012
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
656
7.912
1.552
10.120
24,8
Dewasa
8-20 tahun
6.902
9.293
16.195
39,6
Tua
> 20 tahun
2.255
3.384
5.639
13,8
Total TM
9.813
7.912
14.229
31.954
78,2
TBM
8.898
8.898
21,8
Total
9.813
7.912
14.229
8.898
40.852
100,0
Tanggal 31 Desember 2011
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
656
6.231
1.931
8.818
24,0
Dewasa
8-20 tahun
7.719
10.343
18.062
49,1
164
Tua
> 20 tahun
1.438
1.972
3.410
9,3
Total TM
9.813
6.231
14.246
30.290
82,4
TBM
1.696
4.766
6.462
17,6
Total
9.813
7.927
14.246
4.766
36.752
100,0
Tanggal 31 Desember 2010
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
695
4.983
1.982
7.615
23,2
Dewasa
8-20 tahun
8.644
12.322
20.966
63,9
Tua
> 20 tahun
474
474
1,4
Total TM
9.813
4.983
14.304
29.055
88,6
TBM
2.989
744
3.733
11,4
Total
9.813
7.927
14.304
744
32.788
100,0
Tanggal 31 Desember 2009
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
695
3.263
1.982
5.940
18,5
Dewasa
8-20 tahun
8.904
12.322
21.225
66,2
Tua
> 20 tahun
214
214
0,7
Total TM
9.813
3.263
14.304
27.380
85,4
TBM
4.664
4.664
14,6
Total
9.813
7.927
14.304
32.044
100,0
Tanggal 31 Desember 2008
(dalam hektar, kecuali persentase)
TM
Uraian
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Total Area yang Ditanam
Persentase Total Area yang Ditanam
Muda
4-7 tahun
225
738
2.025
2.988
9,7
Dewasa
8-20 tahun
8.904
12.279
21.182
68,4
Tua
> 20 tahun
214
214
0,7
Total TM
9.343
738
14.304
24.385
78,8
TBM
470
6.093
6.563
21,2
Total
9.813
6.831
14.304
30.948
100,0
Tanaman kelapa sawit mulai memproduksi buah untuk pertama kalinya pada bulan ke-28 sampai bulan
ke-30 setelah ditanam dan Perseroan mulai memanen kelapa sawit pada saat tersebut. Namun, ketika
panen baru dimulai, hasil rata-rata tanaman kelapa sawit tersebut relatif rendah. Hasil panen tanaman
kelapa sawit muda sekitar 4-9 ton TBS per hektar. Sejalan dengan proses pematangan tanaman kelapa
sawit, hasil panen rata-rata pada umumnya meningkat sampai puncak produksi sekitar 25 - 30 ton
TBS per hektar ketika tanaman-tanaman tersebut masuk ke dalam usia dewasa. Hasil panen rata-rata
tanaman kelapa sawit pada umumnya mulai menurun setelah usia 22 tahun menjadi sekitar 16 - 20 ton
TBS per hektar.
Iklim dan Tanah
Tanaman kelapa sawit tumbuh subur di iklim tropis lembab dengan suhu yang berkisar antara 24°C
sampai 32°C sepanjang tahun, sinar matahari yang cukup dan pola curah hujan yang didistribusikan
secara merata selama setiap periode. Dengan demikian, daerah geografis yang ideal untuk menanam
tanaman kelapa sawit adalah antara 10° Lintang Utara dan Lintang Selatan dari garis Khatulistiwa.
165
Perkebunan Sumatera Utara I terletak di dataran bertekstur gelombang dengan beberapa tanah aluvial.
Perkebunan Sumatera Utara II terletak pada daerah tanah datar (dengan tingkat kemiringan antara
0°-2°, dikelilingi oleh bukit-bukit, dengan daerah tanah dangkal sampai sedang dan tanah vulkanik.
Perkebunan Pulau Belitung terletak pada daerah tanah datar yang terdiri dari tanah mineral (bukan
gambut), dengan komposisi pasir yang banyak. Perkebunan Kalimantan Barat terletak pada daerah
tanah datar yang terdiri dari gambut dangkal dan tanah mineral, dengan beberapa tanah aluvial. Tanah
di setiap perkebunan sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan produksi TBS, dan
masing-masing lokasi memiliki sumber air yang cukup.
Penanaman
Untuk setiap hektar lahan, Perseroan membutuhkan sekitar 200 bibit kecambah. Perseroan membeli
bibit dengan persyaratan tertentu, yaitu bibit yang khusus dibiakkan dari Tanaman Induk Dura dan
Pisifera untuk digunakan dalam perkebunan kelapa sawit komersial dari produsen bibit tidak terafiliasi di
Indonesia. Berdasarkan pemeiliharaan agronomi yang baik sejak penanaman awal, produksi komersial
dapat dimulai 28 bulan sejak penanaman, meskipun tanaman kelapa sawit biasanya baru mulai
memproduksi panen komersial sekitar 3 tahun setelah penanaman. Untuk Perkebunan Sumatera Utara
II dan Perkebunan Kalimantan Barat, Perseroan telah membeli dan menanam bibit klon hibrida yang
umumnya menghasilkan lebih banyak TBS per tanaman memiliki ketinggian, lebih rendah dari tanaman
kelapa sawit biasa, sehingga memudahkan proses pemanenan, dan memiliki daun yang lebih pendek
sehingga lebih banyak tanaman yang dapat ditanam di luas lahan yang sama.
Pemasok mengirimkan bibit kecambah ke lokasi pembibitan awal (pre-nursery) di area perkebunan.
Kecambah awalnya ditanam di polybag dan dipelihara. Setelah sekitar tiga bulan di lokasi pembibitan
awal, dilakukan transplantasi bibit kelapa sawit ke dalam polybag besar yang mengandung tanah
dengan kualitas baik pada lokasi pembibitan utama (nursery). Sesuai kebutuhan dan ketersediaan,
Perseroan juga membeli bibit untuk menambah jumlah bibit yang ditanamkan pada proses pembibitan.
Tanaman-tanaman kelapa sawit tersebut ditanam di lokasi pembibitan utama selama 10 sampai 12
bulan sebelum dipindahkan ke lahan perkebunan. Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki
bibit yang cukup untuk menanam sekitar 2.000 hektar perkebunan cukup untuk memenuhi rencana
penanaman Perseroan pada awal tahun 2013. Setelah tanaman-tanaman kelapa sawit muda siap,
tanaman-tanaman tersebut ditanam di lahan dengan jarak terpisah sekitar 9 meter antara satu sama
lainnya dengan kepadatan penanaman sekitar 144 - 148 bibit per hektar.
Tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan harus dipelihara dengan baik sejak penanaman hingga
tanaman tersebut dapat menghasilkan secara komersial. Melalui sistem manajemen perkebunan,
Perseroan mencoba untuk memastikan bahwa:
•
•
•
•
tanaman kelapa sawit TBM diberi pupuk secara efisien dan benar;
daerah di seki0tar setiap tanaman kelapa sawit bebas dari vegetasi lain yang dapat bersaing untuk
menyerap pupuk, air dan sinar matahari;
tanaman polong penutup tanah tersedia untuk mencegah erosi dan tumbuhnya tanaman
saingan, untuk menjadi sumber nitrogen dan organik bagi tanah, memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan penganginan, infiltrasi dan retensi kelembaban yang lebih baik; dan
tanaman kelapa sawit terlindung dari hama dan penyakit.
Tabel berikut menunjukkan total luas area yang ditanam pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012
di Perkebunan Kalimantan Barat.
Uraian
Total Luas Area Ditanam
2008
-
2009
-
2010
744
2011
4.766
(dalam hektar)
2012
8.898
Perseroan berencana untuk menanam Perkebunan Kalimantan Barat serta landbank di Papua dan
Sumatera Selatan dengan total luas lahan sekitar 5.379 hektar pada tahun 2013, 6.500 pada tahun
2014 serta 7.000 hektar pada tahun 2015.
166
Proses Pemupukan
Jenis dan jumlah pupuk serta frekuensi dan metode penggunaan pupuk yang harus diaplikasikan
tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis tanah, kualitas tanah, medan, cuaca dan usia kelapa
sawit. Perseroan terus berusaha untuk mengoptimalkan pemantauan dan proses aplikasi pupuk.
Manajemen pupuk yang efektif penting untuk bisnis mengingat biaya pupuk mewakili sekitar 25,0%,
22,4%, 23,2%, 15,4%, dan 20,5%, dari total beban pokok penjualan untuk bisnis kelapa sawit masingmasing selama tahun 2008, 2009 2010, 2011 dan 2012. Untuk mengembalikan sejumlah besar nutrisi
yang diserap oleh tanaman kelapa sawit dan memastikan bahwa tingkat nutrisi di dalam tanah optimal,
Perseroan melakukan prosedur pengambilan sampel daun dan tanah dalam penentuan penggunaan
pupuk untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi, melakukan jadwal pemupukan yang berbeda
antara tanaman kelapa sawit TM dan TBM, melakukan metode aplikasi manual dan mekanis tergantung
pada daerah dan jenis pupuk (pupuk jenis tertentu hanya dapat diaplikasikan secara manual) dan
menggunakan pupuk bermutu tinggi yang diimpor dari produsen terpercaya, yang memiliki kandungan
gizi yang lebih baik.
Perseroan menggunakan pupuk organik seperti urea, NPK, fosfat dan kalium muriate yang diaplikasikan
sesuai dengan jadwal yang ketat, minimal dua kali setiap tahun, berdasarkan rekomendasi dari unit
penelitian setelah melakukan analisa daun untuk menentukan kebutuhan gizi. Perseroan juga mendaur
ulang produk sampingan yang dihasilkan oleh PKS sebagai pengganti pupuk. Perkebunan kelapa sawit
dan PKS pada umumnya menghasilkan limbah PKS dan tandan buah kosong dalam jumlah besar.
Perseroan melakukan daur ulang atas limbah PKS dan tandan buah kosong karena limbah PKS
merupakan sumber nutrisi tanaman yang baik dan tandan buah kosong bermanfaat bagi lingkungan
dengan memberikan retensi kelembaban serta memperbaiki nutrisi tanah melalui proses pembusukan
secara alami. Dengan cara ini, Perseroan dapat menurunkan biaya pemupukan dan mengurangi jumlah
polusi yang dihasilkan limbah.
Pengelolaan Hama Terpadu
Perseroan telah menerapkan berbagai metode pengelolaan hama terpadu dengan tujuan meminimalkan
penggunaan pestisida yang berbahaya dalam kegiatan operasional perkebunan. Pengelolaan hama
terpadu melibatkan penggunaan metode biologis untuk menanggulangi serangan hama. Sebagai
bagian dari pengelolaan hama terpadu, Perseroan menanam tanaman yang bermanfaat, seperti
Tunera Subalata, Antiginon Leptosus dan Cassia Cobaneensis, yang menarik predator alami hama
dan parasitoid untuk mengendalikan pertumbuhan populasi hama pemakan daun. Perseroan juga
menggunakan burung hantu untuk memberantas hama seperti tikus.
Proses Pemanenan
Panen berlangsung sepanjang tahun dan tidak ada musim panen yang spesifik, meskipun bulan Juli
hingga Desember biasanya memiliki hasil TBS yang lebih tinggi. Tanaman kelapa sawit berbuah tanpa
musim, meskipun produksi buah mungkin dapat dipengaruhi oleh variasi iklim.
Perseroan telah menerapkan prosedur pengendalian kualitas yang ketat dalam proses pemanenan
untuk menjaga kualitas CPO dan untuk mencapai tingkat ekstraksi minyak yang tinggi. Perseroan
mulai memanen TBS pada saat buah sawit telah menunjukan kematangan optimal yang ditandai
oleh sejumlah buah brondolan yang terjatuh di bawah tanaman kelapa sawit. Kematangan TBS yang
dipanen sangat penting untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ekstraksi minyak kelapa sawit.
TBS matang dipanen secara manual, dengan pisau tajam (sabit) yang terpasang di ujung tonggak yang
digunakan untuk memotong TBS dari tanaman.
Perseroan melatih karyawannya untuk hanya memanen TBS yang telah matang untuk memastikan
hasil yang optimal dan berkualitas. Dalam rangka mengoptimalkan hasil perkebunan dan meminimalkan
pemborosan, Perseroan telah memerintahkan pemanen untuk mengumpulkan semua buah brondolan
yang jatuh dari tanaman ke atas tanah. Selain itu, tim pengontrol kualitas memeriksa TBS dan buah
brondolan tersebut sebelum mengirimnya ke pabrik pengolahan.
167
Tingkat asam lemak (fatty acids) buah kelapa sawit akan mulai meningkat setelah TBS dipanen dari
tanaman kelapa sawit. Tingkat asam lemak yang tinggi akan mengurangi kualitas dan jumlah CPO
yang dapat diekstraksi dari buah kelapa sawit. Oleh sebab itu, Perseroan mengangkut TBS dan buah
brondolan yang telah dipanen ke PKS sesegera mungkin setelah dipanen. Lokasi PKS yang dekat
memungkinkan Perseroan untuk dapat segera mengangkut TBS dan buah brondolan ke PKS dengan
menggunakan truk dalam waktu 12 jam setelah buah sawit dipanen. Hal ini memungkinkan Perseroan
untuk memproduksi CPO dengan OER serta kualitas tinggi.
Perseroan terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sistem pemanenan dan
mengurangi biaya produksi melalui berbagai inisiatif. Inisiatif yang telah diperkenalkan meliputi sebuah
sistem mekanis dimana hasil panen TBS dimuat ke dalam scissor lift trailer, yang membawa hasil
panen ke area penampungan pada titik-titik tertentu di sepanjang jalan untuk kemudian diangkut ke
PKS dengan truk. Hal ini meningkatkan efisiensi setiap truk sehingga dapat mengangkut rata-rata 60
ton TBS per hari, dibandingkan dengan sebuah truk standar yang hanya dapat mengangkut rata-rata
25 ton TBS per hari. Truk-truk ini juga mampu mengangkut sekitar 30 ton tandan buah kosong per hari
dari PKS ke kawasan perkebunan.
Perseroan juga telah menerapkan sistem panen blok, di mana pemanen dialokasikan ke daerah
tertentu di perkebunan untuk meningkatkan efisiensi pemanenan. Setiap pemanen mendapat alokasi
area pemanenan sekitar 4 hektar dan sebuah tim pemanen yang terdiri dari sekitar 20 pemanen bekerja
di lahan seluas sekitar 80-120 hektar setiap hari. Semua pemanenan dibatasi di kawasan yang telah
dialokasikan tersebut untuk membantu memfokuskan pekerjaan pemanen, memfasilitasi pengawasan,
memonitor hasil pemanenan dan evakuasi TBS, memastikan bahwa tidak ada TBS yang tidak dipanen,
serta memfasilitasi efisiensi transportasi TBS ke PKS. Sistem pemanenan blok juga membantu
mempertahankan interval panen di bawah 10 hari dengan memungkinkan pemanen untuk kembali
setiap 8-10 hari ke lahan tertentu untuk memeriksa buah brondolan yang telah jatuh dari tanaman
kelapa sawit dan memanen setiap TBS yang matang. Perseroan juga telah menyediakan alat pemanen
bermotor sehingga pemanen wanita dapat memanen TBS dengan lebih efisien. Selain meningkatkan sistem pemanenan, Perseroan juga berusaha untuk meningkatkan produktivitas
pemanen. Sebagai contoh, Perseroan melakukan pelatihan pemangkasan progresif, yang merupakan
sistem dimana pemanen dilatih untuk memangkas kelapa sawit dan memangkas tanaman-tanaman
kelapa sawit pada saat yang sama dengan saat pemanenan. Selain itu, pemanen di perkebunan
memperoleh gaji pokok dan berhak untuk mendapatkan insentif lebih apabila mereka telah mencapai
dan melebihi target panen TBS tertentu. Hal ini mengarah pada produktivitas yang lebih baik dalam
panen TBS. Perseroan juga mempekerjakan pemanen untuk mengumpulkan buah brondolan yang
telah jatuh dari tanaman kelapa sawit sebagai bagian dari proses panen. Pengumpulan buah brondolan
tersebut dapat meningkatkan hasil perkebunan Perseroan.
Perseroan mengangkut TBS dan buah brondolan dari berbagai tempat pengumpulan di dalam perkebunan
ke PKS di dalam perkebunan dengan menggunakan truk. Perseroan mengoperasikan armada truk
sendiri untuk mengangkut TBS dan buah brondolan di Perkebunan Sumatera Utara dan memanfaatkan
kontraktor lokal untuk transportasi TBS dan buah brondolan di Perkebunan Pulau Belitung. Meskipun
Perseroan telah memiliki kendaraan dan peralatan mekanisasi yang telah memenuhi sekitar 72% dari
kebutuhan transportasi untuk perkebunan dan meskipun biaya outsourcing sedikit lebih mahal, namun
Perseroan bermaksud untuk terus melakukan outsourcing atas kebutuhan transportasi di Perkebunan
Pulau Belitung sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan untuk bermitra dengan
masyarakat setempat.
Program Penanaman Kembali
Kelapa sawit pada umumnya diremajakan dan penanaman kembali dilakukan ketika hasil ekonomisnya
di bawah 13 - 15 ton TBS per hektar per tahun. Hal ini biasanya terjadi ketika kelapa sawit berusia sekitar
25 tahun. Namun keputusan untuk menanam kembali juga sangat bergantung pada harga CPO yang
berlaku dan ekspektasi harga pada masa mendatang. Ketika harga CPO tinggi, tanaman yang sudah tua
mungkin dapat tetap menguntungkan meskipun hasil buahnya telah menurun. Dengan demikian, ada
kemungkinan bahwa kelapa sawit dapat tetap produktif secara ekonomis hingga 30 tahun atau lebih.
168
Perseroan belum melakukan program penanaman kembali karena lebih dari 75% tanaman kelapa sawit
di perkebunan belum mencapai akhir dari kehidupan ekonomisnya. Per tanggal 31 Desember 2012,
13,5% tanaman kelapa sawit dewasa berusia di atas 20 tahun. Pada masa mendatang Perseroan akan
menanam kembali sebagian dari tanaman secara bertahap, tergantung dari lokasi dan luas perkebunan,
topografi wilayah dan produktivitas daerah yang bersangkutan. Sesuai profil perkebunan Perseroan,
program penanaman kembali akan dimulai paling cepat pada tahun 2016, tergantung kepada harga
CPO yang berlaku pada saat tersebut.
Program Plasma
Sejak 28 Februari 2007, izin usaha perkebunan yang diperlukan untuk mengembangkan perkebunan
baru umumnya diberikan dengan persyaratan bahwa perusahaan harus mengembangkan 20% dari
luas total perkebunan untuk dioperasikan oleh petani lokal di samping mengembangkan perkebunan
sendiri. Namun, izin usaha perkebunan Perseroan di Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan
Pulau Belitung tidak terikat dengan pelaksanaan Program Plasma karena izin usaha kedua perkebunan
tersebut telah diperoleh sebelum tanggal 28 Februari 2007. Per 31 Desember 2012, hanya Perkebunan
Kalimantan Barat yang memiliki Program Plasma. Perseroan berencana untuk mengalokasikan 20,0%
lahan di Perkebunan Kalimantan Barat untuk memenuhi kewajiban Program Plasma setelah Perseroan
memperoleh HGU atas lahan tersebut, mendirikan koperasi Program Plasma serta menyelesaikan
penanaman tanaman. Landbank Perseroan di Papua dan Sumatera Selatan juga akan diwajibkan
untuk menerapkan Program Plasma setelah penanaman selesai dilakukan.
Di Perkebunan Kalimantan Barat serta landbank Papua dan Sumatera Selatan, Perseroan akan
menjalankan program yang akan meminimalkan risiko yang telah dihadapi oleh perkebunan lainnya
dan akan memastikan keberhasilan program plasma milik Perseroan. Perseroan bermaksud untuk
meminta para petani di sekitar perkebunan untuk menyatukan tanah mereka dan menamakan tanah
tersebut menjadi milik koperasi di mana masing-masing petani akan menjadi anggota dan memegang
presentase kepemilikan tertentu. Perseroan akan merawat dan mengembangkan tanah milik koperasi
tersebut dengan cara dan standar yang sama dengan perkebunan milik Perseroan. Setelah lahan
ditanam dan dikembangkan, Perseroan akan mengelola lahan tersebut atas nama koperasi dengan
cara dan standar yang sama dengan lahan di perkebunan Perseroan dan memberikan pendapatan
bersih (setelah dikurangi harga penjualan) dari penjualan TBS yang telah dipanen ke koperasi untuk
didistribusikan kepada petani, setelah dipotong cicilan pelunasan pinjaman bank untuk penggantian
biaya pengembangan lahan. Perseroan sedang dalam proses pelaksanaan inisiatif sukarela di
Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan Pulau Belitung untuk menyediakan program kemitraan
yang serupa dengan program plasma tanpa mengurangi lahan milik perkebunan sendiri (inti).
Program Plasma yang diusulkan bermanfaat bagi petani serta mengurangi risiko yang dihadapi operator
perkebunan dalam melaksanakan kewajiban Plasma. Lahan yang dimiliki oleh koperasi akan dikelola
secara efisien dan optimal dengan menggunakan metode panen dan transportasi mekanik serta standar
yang tinggi dalam pemeliharaan dan pemupukan, sehingga memaksimalkan pendapatan koperasi dan
petani kecil yang merupakan bagian koperasi. Selain itu, petani tidak akan dibatasi oleh luas lahan kecil
yang mereka miliki dan akan mempunyai pilihan untuk bekerja kepada Perseroan dan mendapatkan
gaji atas pekerjaan mereka di perkebunan Perseroan yang berlokasi lebih dekat dengan rumah mereka
sebagai tambahan penghasilan dari laba bersih koperasi. Kualitas tinggi pasokan TBS hasil panen
dapat dijaga secara stabil dan TBS dapat diangkut sesuai dengan standar Perseroan, sehingga hasil
ekstraksi minyak lebih tinggi. Selain itu, Perseroan dapat secara efisien berkomunikasi dengan satu
entitas koperasi tanpa harus berkomunikasi secara terpisah dengan masing-masing petani.
169
f.
Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki dan mengoperasikan 3 PKS, satu PKS di masingmasing Perkebunan Sumatera Utara, dan satu PKS di Perkebunan Pulau Belitung, dengan total kapasitas
produksi CPO sebesar 180 ton TBS per jam, atau masing-masing 60 ton TBS per jam. Pembangunan
PKS Perkebunan Pulau Belitung, Perkebunan Sumatera Utara I dan Perkebunan Sumatera Utara
II telah diselesaikan masing-masing pada tahun 1996, 1996 dan 2010. Selain itu, Perseroan akan
menyelesaikan pembangunan PKS di Perkebunan Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit di
perkebunan menjadi TM pada tahun 2014. PKS di Perkebunan Sumatera Utara II merupakan pabrik
pengolahan kelapa sawit otomatis pertama di Indonesia, yang membutuhkan lebih sedikit pekerja untuk
setiap shift kerja sehingga meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi biaya operasi.
Tabel berikut menyajikan volume produksi minyak kelapa sawit PKS, di perkebunan Perseroan dan
rata-rata tingkat ekstrasi CPO dan PK yang dihitung sebagai persentase dari berat TBS pada tahun
2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
(dalam ton)
Uraian
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2008
2011
2012
57.719
13.269
60.326
13.871
68.805
16.590
4.168
736
13.465
2.484
33.864
6.966
40.096
7.966
57.427
12.136
66.074
14.129
60.152
13.837
62.932
13.532
69.362
15.947
122.112
25.984
138.806
30.390
131.335
29.590
157.122
34.369
178.263
40.503
PKS Sumatera Utara I:
CPO
PK
64.025
13.732
68.564
15.525
PKS Sumatera Utara II:
CPO
PK
660
116
PKS Pulau Belitung:
CPO
PK
Total ketiga PKS:
CPO
PK
TBS yang diolah di PKS termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Tabel berikut ini menyajikan rincian
tonase dan persentase TBS yang diproduksi sendiri dan yang dibeli dari pihak ketiga.
(dalam ton, kecuali persentase)
Uraian
Tahun berakhir 31 Desember
2009
2010
2008
2011
2012
PKS Sumatera Utara I:
TBS produksi sendiri
TBS dari pihak ketiga
Total
245.613
37.170
282.783
86,9
13,1
100,0
267.989
29.097
297.086
90,2
0,8
100,0
204.852
57.711
262.564
78,0 202.468
22,0 68.119
100,0 270.587
74,8 270.159
86,0
25,2 44.053
14,0
100,0 314.212 100,0
PKS Sumatera Utara II:
TBS produksi sendiri
TBS dari pihak ketiga
Total
3.882
3.882
100,0
100,0
100,0
24.517
24.517
100,0
48.089
17.827
65.619
73,3 97.893
27,2 63.720
100,0 161.613
60,6 125.190
65,9
39,4 64.651
34,1
100,0 189.841 100,0
240.535
1.063
241.598
99,6
0,4
100,0
272.990
2.368
275.358
99,1
0,9
100,0
262.239
2.781
265.020
99,0 264.482
1,0
4.536
100,0 269.018
98,3 300.130
97,5
1,7
7.756
2,5
100,0 307.886 100,0
PKS Pulau Belitung:
TBS produksi sendiri
TBS dari pihak ketiga
Total
170
Tabel berikut menyajikan rata-rata tingkat ekstrasi CPO dan PK yang dihitung sebagai persentase dari
berat TBS untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
2008
2009
2010
(dalam persentase)
2011
2012
22,6
4,9
23,1
5,2
22,0
5,1
22,3
5,1
21,9
5,3
PKS Perkebunan Sumatera Utara II
OER
KER
17,0
3,0
17,0
3,0
20,4
3,8
21,0
4,3
21,1
4,2
PKS Perkebunan Pulau Belitung
OER
KER
23,8
5,0
24,0
5,1
22,7
5,2
23,4
5,0
22,5
5,2
Hasil Rata-rata
OER
KER
23,1
4,9
23,3
5,1
22,1
5,0
22,4
4,9
22,0
5,0
Keterangan
PKS Perkebunan Sumatera Utara I
OER
KER
Tabel berikut ini menyajikan kapasitas produksi dan tingkat utilisasi PKS untuk tahun 2008, 2009, 2010,
2011 dan 2012.
Keterangan
PKS Perkebunan Sumatera Utara I
Kapasitas Pengolahan per Jam (ton)
Kapasitas Pengolahan (ton) (1)
Tingkat Utilisasi (%) (2)
Pengolahan TBS (ton)
2008
2009
2010
2011
2012
60
360.000
78,6
282.783
60
360.000
82,5
297.086
60
360.000
72,9
262.564
60
360.000
75,2
270.587
60
360.000
87,3
314.212
PKS Perkebunan Sumatera Utara II
Kapasitas Pengolahan per Jam (ton)
Kapasitas Pengolahan (ton) (1)
Tingkat Utilisasi (%)(2)
Pengolahan TBS (ton)
-
-
60
360.000
18,3
65.916
60
360.000
44,9
161.613
60
360.000
52,7
189.841
PKS Perkebunan Pulau Belitung
Kapasitas Pengolahan per Jam (ton)
Kapasitas Pengolahan (ton) (1)
Tingkat Utilisasi (%)(2)
Pengolahan TBS (ton)
60
360.000
67,1
241.599
60
360.000
76,5
275.358
60
360.000
73,6
265.020
60
360.000
74,7
269.045
60
360.000
85,5
307.886
Hasil Rata-rata
Kapasitas Pengolahan per Jam (ton)
Kapasitas Pengolahan (ton) (1)
Tingkat Utilisasi (%)(2)
Pengolahan TBS (ton)
120
720.000
72,8
524.381
120
720.000
79,5
572.444
180
1.080.000
55,0
593.500
180
1.080.000
64,9
701.245
180
1.080.000
75,2
811.939
Catatan:
(1) Kapasitas pengolahan dihitung berdasarkan operasional 20 jam per hari, 25 hari per bulan.
(2) Utilisasi dihitung berdasarkan jumlah TBS yang diolah pada satu periode dibandingkan dengan kapasitas produksi pada
periode yang sama.
171
Diagram berikut ini menyajikan proses pengolahan minyak kelapa sawit di PKS Perseroan:
TBS
Penimbangan
(Weighgbridge)
Security
Administrasi Pabrik
(Mill Administraon)
Penampungan
(Loading Ramp)
Perebusan
(Sterilizing)
Pupuk organik
(Mulching /Organic
Ferlizer)
Tandan Kosong
(Empty Bunch)
Penebahan
(Threshing)
Pelumatan
(Digesng)
Fiber
Pengempaan
(Pressing)
Pemurnian
(Clarificaon)
Pemisahan
(Depericarper)
Sisa Hasil Produksi
(Limbah Cair)
Pemecahan
(Cracking)
Cangkang
(Shell)
Pembuangan sesuai
Ketentuan Pemerintah/
Pupuk
(Land Aplicaon)
Pemisahan Cangkang
Kernel
(Kernel Shell Separaon)
CPO
Penampungan
(Storage Tank)
Biogas*
*(Saa ni hanya di SMM)
Kernel
Pengeringan dan
Penyimpanan Kernel
(Kernel Silo)
Konsumen
(Customer)
Boiler House
g. Fasilitas Perkebunan
Perkebunan Sumatera Utara I, Perkebunan Sumatera Utara II dan Perkebunan Pulau Belitung milik
Perseroan memiliki fasilitas lain selain PKS.
Fasilitas lain di Perkebunan Sumatera Utara I meliputi:
•
•
•
•
tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS dengan total kapasitas sebesar 10.000 ton
CPO dan fasilitas penyimpanan untuk 680 ton PK;
jalan;
bangunan yang terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, perumahan karyawan, sekolah,
taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, klinik, masjid, dan rumah untuk tamu, gedung rekreasi,
serta fasilitas-fasilitas karyawan lainnya seperti toko koperasi bagi karyawan;
prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan.
Fasilitas lain di Perkebunan Sumatera Utara II meliputi:
• tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS dengan total kapasitas sebesar 7.000 ton CPO
dan fasilitas penyimpanan untuk 800 ton PK;
• jalan;
172
•
•
•
•
bangunan yang terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, dua gudang, perumahan karyawan,
tempat penitipan anak, klinik, masjid, dan rumah tamu;
tangki penyimpanan sementara (transit tank) berlokasi di Padang Sidempuan, dekat dengan
Perkebunan Sumatera Utara II, yang diresmikan bulan April 2012 dan digunakan sebagai tempat
penyimpanan sementara CPO sebelum ditransfer ke konsumen. Tempat penyimpanan sementara
juga berfungsi sebagai pusat pengumpulan TBS yang dibeli dari pihak ketiga di sekitar Perkebunan
Sumatera Utara II;
stasiun transfer untuk pembelian TBS pihak ketiga; dan
prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan.
Fasilitas lain di Perkebunan Pulau Belitung meliputi:
• dermaga;
• tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS Perseroan dengan kapasitas total sebesar
13.000 ton CPO dan fasilitas penyimpanan untuk 1.400 ton PK;
• bangunan, terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, lima gudang, perumahan karyawan,
satu poliklinik utama serta dua klinik kecil, gedung rekreasi, dan fasilitas-fasilitas lainnya seperti
toko koperasi bagi karyawan, sekolah, tempat penitipan anak, masjid dan rumah untuk tamu;
• prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan.
Perseroan juga telah membangun kantor perkebunan dan masjid. Perseroan juga sedang membangun
perumahan karyawan. Nantinya Perseroan akan membangun sekolah, taman kanak-kanak, tempat
penitipan anak, klinik, masjid, pusat loka karya, gedung rekreasi dan fasilitas-fasilitas lainnya untuk para
karyawandan rumah untuk tamu di Perkebunan Kalimantan Barat.
Transportasi
Kontrak Penjualan CPO Perseroan pada umumnya menyatakan bahwa pelanggan mengambil CPO
dari PKS Perseroan yang berlokasi di Perkebunan Sumatera Utara I (“ex-pabrik”), tangki penyimpanan
sementara (transit tank) yang terletak di dekat Perkebunan Sumatera Utara II (“ex-transit tank”) dan
dermaga yang terletak di Perkebunan Pulau Belitung (“ex-dermaga”). Perseroan biasanya menjual PK
dengan basis FOB dermaga. PK hasil produksi Perkebunan Sumatera Utara dijual melalui pelabuhan
Belawan, sedangkan PK dari Perkebunan Pulau Belitung Perseroan dijual melalui Tanjung Pandan. PK
yang dijual dengan basis FOB dermaga, diangkut dari PKS ke pelabuhan oleh perusahaan transportasi
pihak ketiga.
h. Listrik dan Bahan Bakar
Sebagai bagian dari proses pengolahan, Perseroan menggunakan listrik dan uap. Semua uap dan
kebutuhan listrik pabrik Perseroan dihasilkan oleh boiler. Setiap pabrik Perseroan memiliki boiler utama
dan boiler cadangan. Salah satu bahan bakar yang digunakan untuk boiler milik Perseroan adalah
serat kelapa sawit.
Fasilitas lain Perseroan seperti kantor perkebunan, pusat lokakarya, rumah karyawan dan sekolah
mendapat aliran listrik dari generator berbahan bakar solar.
Saat ini Perseroan sedang merampungkan pembangunan pembangkit listrik biogas di Perkebunan Pulau
Belitung, yang akan membantu Perseroan untuk mendapatkan tenaga listrik dengan memanfaatkan
limbah pabrik metana.
Perseroan juga menggunakan bahan bakar, seperti solar, untuk mengoperasikan armada truk, PKS dan
alat berat di perkebunan Perseroan. Sejalan dengan praktik industri, Perseroan membeli solar yang
dibutuhkan, truk generator dan peralatan dari pemasok bahan bakar utama milik negara dan importir
bahan bakar lokal lainnya.
173
i.
Penjualan dan Penetapan Harga
Perseroan biasanya menjual CPO dan PK kepada perusahaan yang mengoperasikan penyulingan
minyak sawit dan pabrik penghancur PK, yang mengolah bahan-bahan mentah menjadi produk hilir
minyak kelapa sawit. Pelanggan-pelanggan Perseroan adalah perusahaan yang berfokus pada usaha
pengolahan minyak produk sawit di Indonesia dan pada umumnya tidak mencakup agen distribusi atau
perusahaan dagang.
Harga CPO Perseroan ditentukan berdasarkan tiga indikator yaitu harga MDEX, harga pasar untuk c.i.f
ke pelabuhan Rotterdam dan harga pasar untuk pembelian ex-pelabuhan Belawan atau FOB pelabuhan
Belawan. Karena likuiditas pasar MDEX memungkinkan Perseroan untuk menentukan harga CPO
secara harian, maka harga MDEX telah menjadi titik acuan terpenting bagi harga CPO Perseroan.
Perseroan pada umumnya menjual CPO dan PK dengan harga spot. Namun tergantung dari harga
spot CPO dan PK, Perseroan terkadang menjual CPO dengan kontrak berjangka (forward contract)
untuk mengelola risiko terhadap harga penjualan CPO. Karena Perseroan pada umumnya menjual
CPO dari Perkebunan Sumatera Utara I dan Perkebunan Sumatera Utara II secara ex-pabrik dan CPO
dari Perkebunan Pulau Belitung secara ex-dermaga kepada perusahaan penyuling CPO di Indonesia,
maka Perseroan pada umumnya memberikan diskon daari harga MDEX atau c.i.f Rotterdam sebesar
estimasi biaya pengangkutan untuk pengiriman CPO Perseroan ke Port Klang atau Rotterdam, pajak
ekspor yang dapat dipungut Pemerintah apabila Perseroan mengekspor CPO, biaya dokumentasi, dan
juga
biaya transportasi darat untuk CPO dari Perkebunan Sumatera Utara I. Perseroan tidak memberikan
fasilitas kredit kepada pelanggan Perseroan dan mewajibkan pembayaran tunai sebelum atau pada
saat pengiriman.
Harga CPO di Indonesia dapat dipengaruhi oleh pajak ekspor yang dibebankan oleh Pemerintah.
Harga PK Perseroan ditentukan oleh harga pasar yang pada umumnya mengikuti tren harga PKO di
pasar Rotterdam dan harga PKE di berbagai pasar Eropa.
Entitas Anak pada umumnya mengadakan tender mingguan dengan harga indikatif yang diungkapkan
kepada penawar. Penawar yang berhasil mendapatkan kontrak penjualan dengan Perseroan akan
membayar CPO dan PK dalam mata uang dolar Amerika Serikat dalam waktu dua sampai lima hari
setelah tender ditutup dan pada umumnya mengambil pengiriman produk dalam waktu dua minggu
setelah pembayaran. Tidak ada kepastian dalam pemilihan pemenang tender penjualan tersebut.
Proses penjualan tender Entitas Anak diatur oleh manajer komersial yang bertugas untuk:
•
Memonitor kondisi pasar, khususnya harga CPO dan PK dengan referensi sebagai berikut:
-
-
-
-
•
•
•
Harga CPO pada MDEX (FOB Pelabuhan Klang);
Harga CPO c.i.f Rotterdam;
Harga FOB pelabuhan Belawan yang dipublikasikan oleh Reuters; dan
Harga dari proses tender yang sedang berjalan dibandingkan dengan harga pabrik di daerah
Sumatera Utara.
Melaporkan persediaan CPO dan PK secara harian dan harga pasar untuk CPO/PK kepada
Direktur Keuangan Entitas Anak, yang kemudian memberikan persetujuan atas harga minimum
(reserved price) yang akan dicapai dari penjualan CPO/PK serta kuantitas penjualan.
Mengundang hingga sepuluh pelanggan untuk berpartisipasi di dalam lelang yang menyatakan
kuantitas, spesifikasi dan harga minimum untuk CPO atau PK yang sedang dilelang. Hasil dari
perkebunan Perseroan biasanya dilelang secara terpisah.
Mempersiapkan lelang, merangkum seluruh kuotasi yang diterima dari pembeli, mengumumkan
hasil dan pemenang lelang pada hari yang sama kepada satu penawar terbaik atau melakukan
negosiasi harga yang lebih tinggi dengan penawar jika harga lelang tertinggi lebih rendah dari
harga minimum.
174
Harga akhir akan disetujui baik oleh Direktur Utama Entitas Anak.
Fluktuasi harga CPO dan PK global bergantung kepada jumlah penawaran dan permintaan produk.
Tabel berikut ini menunjukkan format penjualan Perseroan, volume penjualan serta harga rata-rata
CPO dan PK untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Penjualan
Keterangan
CPO
PK
Total
2008
98,4
11,9
110,3
2009
85,2
8,5
93,7
2010
100,6
14,7
115,2
2008
129.082
27.550
2009
139.200
30.575
2010
127.450
29.508
2008
762
431
2009
612
278
2010
789
497
(dalam USD juta)
2011
2012
135,8
138,4
18,5
16,2
154,3
154,6
Volume Penjualan
Keterangan
CPO
PK
2011
156.016
32.865
(dalam Ton)
2012
177.125
40.447
Rata-rata Harga Penjualan (1)
Keterangan
CPO
PK
(dalam USD per Ton)
2011
2012
870
781
564
400
Catatan: (1) Rata-rata harga penjualan adalah pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit dibagi dengan volume penjualan
minyak kelapa sawit.
Perseroan mampu menentukan harga CPO dan PK yang umumnya kompetitif melalui proses tender
terbuka yang diterapkan Perseroan berdasarkan keandalan reputasi dan hubungan bisnis baik yang
telah dikembangkan oleh Perseroan dengan para pelanggan. Dalam rangka mempertahankan marjin
yang lebih mudah diprediksi, Perseroan diizinkan untuk melakukan transaksi lindung nilai harga CPO
atas volume sebesar maksimum 30% produksi bulanan CPO, dengan jangka waktu penutupan transaksi
tidak lebih dari enam bulan.
j.Pelanggan
Lima pelanggan terbesar Perseroan pada 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 masing-masing terhitung
sebesar 79,0%, 81,6%, 81,9%, 80,2% dan 61,2% total penjualan produk kelapa sawit.
Tabel berikut menyajikan persentase penjualan yang berasal dari lima pelanggan terbesar peseroan
untuk CPO, PK dan produk kelapa sawit pada 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012.
(dalam persentase)
Tahun 2012
Nama Pelanggan
PT Wilmar Nabati Indonesia
PT Musim Mas
PT Louis Dreyfus Commodities
PT Pacific Indopalm Industries
PT Synergy Oil Nusantara
Total
16,6
14,9
12,5
9,1
8,1
61,2
175
Nama Pelanggan
PT Wilmar Nabati Indonesia
PT Sari Dumai Sejati
PT Musim Mas
PT Pacific Indopalm Industries
PT Multimas Nabati Asahan
Total
(dalam persentase)
Tahun 2011
32,6
18,7
11,3
9,9
7,7
80,2
Nama Pelanggan
PT Wilmar Nabati Indonesia
PT Pacific Indopalm Industries
PT Musim Mas
PT Multimas Nabati Asahan
PT Synergy Oil Nusantara
Total
(dalam persentase)
Tahun 2010
31,8
18,4
11,4
10,7
9,6
81,9
Nama Pelanggan
PT Sari Dumai Sejati
PT Wilmar Nabati Indonesia
PT Smart Tbk
PT Multimas Nabati Asahan
PT Tunas Baru Lampung
Total
(dalam persentase)
Tahun 2009
40,8
20,4
10,7
5,5
4,2
81,6
Nama Pelanggan
PT Bukti Kapureksa
PT Musim Mas
PT Nubika Jaya
PT Intibenua Perkasatama
PT Multimas Nabati Asahan
Total
(dalam persentase)
Tahun 2008
36,8
14,8
11,6
9,7
6,1
79,0
k.Pemasok
Pemasok utama Perseroan meliputi pemasok pupuk, benih, bahan kimia dan bahan bakar. Lebih dari
75% TBS yang digunakan dalam produksi CPO merupakan hasil panen perkebunan milik Perseroan
sendiri dan sisanya merupakan TBS yang dibeli dari pemasok pihak ketiga untuk diproses menjadi
CPO.
Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan menggunakan empat agen terpisah yang berlokasi di
beberapa pabrik untuk memenuhi kebutuhan Perseroan atas pasokan TBS dari pemasok lokal pihak ke
tiga. Perseroan memberikan pemesanan kepada agen setempat untuk memenuhi kebutuhan TBS dari
pemasok pihak ketiga. Agen Perseroan kemudian akan bekerja sama dengan pemasok setempat untuk
memenuhi pemesanan tersebut. Perseroan tidak mempekerjakan agen. Agen mendapatkan marjin dari
harga yang telah ditetapkan oleh pemasok pihak ketiga dan harga yang dibayarkan oleh Perseroan
kepada agen tersebut. Agar kualitas TBS yang dibeli dari pemasok pihak ketiga sesuai dengan standar
Perseroan, Perseroan memberlakukan penilaian TBS untuk setiap TBS yang dibeli. Perseroan tidak
penah mendapatkan masalah yang material dari TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Setiap TBS yang
tidak sesuai standar Perseroan akan ditolak. Perseroan juga mengadakan program pelatihan untuk
agen dengan tujuan mendapatkan TBS dengan kualitas terbaik Perseroan juga mengadakan acara
petani tahunan di perkebunan Perseroan untuk memberikan pelajaran praktek agromonomis terbaik
bagi para petani. Perseroan membayar pemasok TBS pihak ketiga berdasarkan harga pasar yang
berlaku.
176
Perseroan membeli benih sawit dari produsen benih Indonesia tidak terafiliasi dan ketika benih tersebut
mengalami penurunan pasokan di Indonesia.
Perseroan membeli kebutuhan pupuk dari pemasok lokal yang mengimpor batu fosfat dan kalium
muriate dari Rusia, Kanada, Jerman, Mesir, Cina dan Maroko dan urea dari produsen lokal. Harga
pupuk telah meningkat secara signifikan sejak 2008. Pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012,
biaya pupuk berkisar sebesar 25,0%, 22,4%, 23,2%, 15,4%, dan 20,5% dari total biaya pokok penjualan
untuk usaha kelapa sawit Perseroan.
Pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012, lima pemasok terbesar Perseroan mewakili sekitar
60,7%, 52,9%, 71,7%, 64,8% dan 61,3% total beban pokok penjualan minyak kelapa sawit. Sedangkan
pemasok terbesar mencakup 21,2%, 14,4%, 41,6%, 14,7% dan 18,3% dari beban pokok penjualan
minyak kelapa sawit.
l.
Hak Atas Tanah
Lahan untuk kegiatan usaha CPO milik Perseroan dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, dimana
Perseroan telah memiliki (i) HGU, (ii) izin usaha perkebunan, dan (iii) izin lokasi dan/atau atas lahan
di mana survei lahan serta proses pemetaan awal telah dilakukan sehingga Perseroan berpandangan
bahwa HGU akan dapat diperoleh.
(dalam hektar)
Telah
Ditanami
Perkebunan Sumatera Utara I
Perkebunan Sumatera Utara II
Perkebunan Pulau Belitung
Perkebunan Kalimantan Barat
Landbank Papua
Landbank Sumatera Selatan
Total
9.290
7.912
14.229
31.431
HGU
Tidak
Dapat
Dapat
Ditanami Ditanami(1)
9.290
122
7.912
88
14.229
2.048
31.431
2.258
Telah
Ditanami
523
8.898
9.421
Non-HGU
Dapat
Ditanami Tidak Dapat
Ditanami (1)
523
1.639
30
12.277
5.721
40.500
24.659
12.042
7.958
65.342
40.007
Total
9.935
9.639
16.307
17.998
65.159
20.000
139.038
Catatan:
(1) Lahan yang tidak dapat ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau telah digunakan
untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam, penyangga daerah aliran sungai, dan konservasi lingkungan untuk
lahan bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, termasuk lahan infrastruktur seperti jalan raya dan fasilitas
perumahan karyawan.
Tabel berikut ini mengungkapkan informasi mengenai hak atas tanah yang dimiliki oleh Perseroan untuk
perkebunan kelapa sawit per tanggal 31 Desember 2012.
Entitas yang memiliki
hak atas tanah
ANJA
ANJA
ANJA
ANJA
ANJAS
Luas berdasarkan
Lokasi
hak tanah (Hektar)
Sumatera Utara
6.000
Sumatera Utara
3.214
Sumatera Utara
197
Sumatera Utara
523
Sumatera Utara
8.000
ANJAS
SMM
SMM
SMM
SMM
Sumatera Utara
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
Bangka Belitung
1.639
10.583
404
4.886
30
KAL
GSB
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan
17.998
20.000
PMP
PPM
Total
Papua Barat
Papua Barat
25.159
40.000
139.038
Status
HGU
HGU
HGU
Non HGU (1)
HGU
(HGU – dalam proses)
(2)
HGU
HGU
HGU
HGB
(HGU – dalam proses)
(3)
Izin Lokasi
Izin Usaha
Perkebunan
Izin Lokasi
Catatan: (1) Tahap akta jual beli dengan pemilik lama
(2) Tahap penyampaian dokumen ke Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara
(3) Tahap pemeriksaan dokumen di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
177
Tanggal berakhirnya
hak atas tanah
31 Desember 2076
25 Januari 2091
9 September 2044
27 Oktober 2039
31 Desember 2075
23 Juni 2046
31 Desember 2075
16 Mei 2035
20 April 2015
-
Perseroan akan memperpanjang hak atas tanah sebelum berakhirnya hak atas tanah tersebut.
Perseroan berkeyakinan bahwa Perseroan telah menaati semua ketentuan penting yang terkait dengan
penggunaan lahan yang telah disetujui di dalam HGU. Meskipun Perseroan berkeyakinan bahwa tidak
akan terdapat masalah dalam perpanjangan HGU, namun Perseroan tidak dapat memprediksi waktu
yang diperlukan dalam proses perpanjangan tersebut atau jika Perseroan akan berhasil mendapatkan
perpanjangan HGU tersebut.
Tabel berikut menunjukan informasi terkait dengan hak atas tanah yang dimiliki oleh perusahaanperusahaan minyak kelapa sawit dimana Perseroan memiliki saham minoritas per tanggal 31 Desember
2012:
Entitas pemilik hak
Lokasi
Luas lahan hak atas
tanah (Hektar)
1.641
1.315
2.586
1.813
1.504
1.150
10.000
4.015
7.174
1.410
315
32.923
Status
Tahun berakhir
Sumatera Utara
HGU
PT Bilah Plantindo
Sumatera Utara
HGU
PT Bilah Plantindo (1)
PT Pangkatan Indonesia
Sumatera Utara
HGU
PT Sembada Sennah Maju
Sumatera Utara
HGU
Aceh
HGU
PT Simpang Kiri Plantations (2)
Aceh
HGU
PT Simpang Kiri Plantations (2)
PT Agro Muko
Bengkulu, Sumatera
HGU
PT Agro Muko
Bengkulu, Sumatera
HGU
PT Agro Muko
Bengkulu, Sumatera
HGU
PT Agro Muko
Bengkulu, Sumatera
HGU
PT Agro Muko
Bengkulu, Sumatera
HGU
Total
Catatan: (1) Lahan yang dikelola oleh PT Bilah Plantindo dimiliki oleh PT Surya Makmur
(2) Lahan yang dikelola oleh PT Simpang Kiri Plantantions dimiliki oleh PT Aceh Timur Indonesia
(1)
2018
2036
2023
2032
2013
2022
2019
2020
2022
2028
2031
4.2 Kegiatan Usaha Sagu
Perseroan sedang dalam proses mengembangkan usaha pemanenan dan pengolahan sagu di Papua
Barat. Perseroan memiliki izin untuk beroperasi di kawasan seluas lebih dari 40.000 hektar. Pada tanggal
31 Desember 2012, Perseroan telah membangun kanal untuk mengangkut batang tanaman sagu, wet
starch dan karyawan di seluruh tahap pertama pertama dari kawasan panen sagu atas mana izin dimiliki
Perseroan. Perseroan berharap untuk mulai beroperasi secara komersial pada kuartal keempat tahun
2013 dan berencana untuk memanen sebanyak-banyaknya 10.000 hektar dari total 40.000 hektar lahan
hutan sagu selama tiga tahun ke depan.
Setelah tahap pertama diselesaikan, fasilitas pengolahan sagu milik Perseroan diperkirakan akan terdiri
dari sebuah pabrik pengolahan sagu yang dapat menghasilkan 3.000 ton tepung sagu per bulan, serta
akses kanal, sungai dan jalan untuk sekitar 10.000 hektar lahan. Kapasitas pabrik pengolahan sagu
utama yang sedang dibangun dapat ditingkatkan di kemudian hari menjadi 5.000 ton tepung sagu per
bulan pada masa mendatang. Peningkatan kapasitas pabrik akan bergantung pada keberhasilan atas
dimulainya operasional pabrik pengolahan tersebut dan hasil dari studi kelayakan (feasibility study).
Tergantung dari hasil studi kelayakan tersebut, Perseroan juga memiliki opsi lainnya untuk membangun
lima pabrik penunjang untuk pengolahan wet starch yang akan meningkatkan total kapasitas produksi
di seluruh fasilitas pengolahan sagu menjadi 5.000 ton tepung sagu kering. Wet starch adalah produk
perantara dalam pengolahan tepung sagu yang akan diproduksi di pabrik penunjang sebelum dikirim
ke pabrik pengolahan tepung sagu utama untuk mengurangi volume batang tanaman sagu yang harus
diangkut di kanal sehingga mengurangi kemacetan.
Perseroan juga sedang melakukan riset dan penelitian mengenai pengembangan berbagai makanan
yang dapat diolah dari tepung sagu. Perseroan berencana untuk memperluas kegiatan usaha ke usaha
produksi makanan dari tepung sagu tersebut pada masa mendatang.
178
a. Peta Kegiatan Usaha Sagu
Peta-peta berikut ini menunjukan lokasi infrastruktur utama untuk usaha sagu milik Perseroan di Papua
Barat:
Kawasan Pabrik & Sagu
Aiware, Sorong Selatan
Sorong
Manokwari
IUPHHBK
40.000 ha
Konservasi
10.000 ha
Kapasitas Pabrik 3.000 MT/bulan
PAPUA BARAT
Fak-Fak
Rencana Pelabuhan & Kantor
Tj. Seget, Sorong Selatan
Hak Tanah
40 ha
INDONESIA
PT ANJ AGRI PAPUA
Onimsefa
HL
Izin
Makaroro
Kais (Kampung
Baru)
HL
Sumano (Sumbe)
Benawastu
HP
Blok I
HP
24.487 ha
Blok II
HPT
8.663 ha
HP
6.850 ha
40.000 ha
Yanadian
HL
Papua Barat
Mugim
BLOK I
Saga
HPT
Puragi
HL
HPK
HP
HP
BLOK II
HL
Kusuweri
HPT
HPT
= Hutan Produksi Terbatas
HP
= Hutan Produksi
HPK
= Hutan Produksi Konversi
= Lokasi Pabrik
INANWATAN
HL
= Hutan Lindung
Negeribesar
Papua Barat
Siwatori
Sitor
HL
Isago
179
b. Tanaman Sagu
Tepung sagu dihasilkan dari tanaman sagu. Tanaman sagu tumbuh secara alami di hutan dalam
kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima batang yang terpisah dan pada umumnya dapt ditemukan di
Asia Tenggara di daerah sekitar garis khatulistiwa, seperti di Indonesia dan Malaysia. Walaupun tanaman
sagu dapat dibudidayakan secara komersial namun Perseroan tidak berencana untuk melakukannya.
Tanaman sagu pada umumnya memiliki masa hidup sekitar 10 tahun yang terdiri dari empat tahap:
-Tahap Rosseta: 45 bulan setelah pembibitan. Pada tahap ini, tanaman sagu muda tumbuh tanpa
batang dengan tingkat pertumbuhan yang relatif rendah.
-Tahap Bole Formation: 54 bulan setelah tahap rosetta. Pada tahap ini, batang (atau bole) tanaman
sagu tumbuh mencapai tinggi maksimal dan bulai menghasilkan tepung sagu.
-Tahap Inflorescence dan Fruiting: periode setelah tahap bole formation. Pada tahap ini, tanaman
sagu telah dewasa dan mulai berbunga. Pemanenan tanaman sagu pada umumnya dilakukan
dalam waktu tiga bulan sebelum dan setelah tanaman mulai dewasa / berbunga.
- Tahap setelah Inflorescence dan Fruiting: sekitar 10 tahun setelah pembibitan. Setelah usia dewasa,
tanaman sagu mulai membusuk secara alami sebelum akhirnya tumbang.
c. Pemanenan Sagu dan Produksi Tepung
Perseroan berencana untuk memanen batang tanaman sagu di kawasan-kawasan yang sudah
ditentukan di lahan yang panennya milik Perseroan dan mengolah hasil panen secara berkelanjutan.
Tanaman sagu memerlukan sekitar 10 tahun untuk siap dipanen, oleh sebab itu Perseroan berencana
untuk memanen secara selektif dengan rata-rata tidak melebihi 10% dari total tanaman di setiap kawasan
setiap tahunnya atau setara dengan kira-kira 9.000 hektar sampai 10.000 hektar dalam waktu tiga tahun
berikutnya. Perseroan berkeyakinan bahwa sistem manajemen panen selektif akan memungkinkan
Perseroan untuk mempertahankan pasokan sagu yang berkelanjutan. Pemanenan dilakukan oleh tim
yang beranggota sekitar 6 pekerja dengan menggunakan gergaji mesin untuk menebang tanaman
sagu dan memotong batang tanaman sagu menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Perseroan
berencana untuk mempekerjakan sekitar 80 tim untuk proses pemanenan. Potongan-potongan batang
tanaman ini akan dikirim ke pabrik penunjang untuk diolah menjadi wet starch sebelum dikirim ke pabrik
tepung sagu utama atau dapat juga dikirim langsung ke pabrik utama tersebut. Sarana pengangkutan
utama di lahan panen adalah jalur air melalui kanal-kanal yang dibangun Perseroan. Perseroan juga
sedang dalam proses pembangunan dermaga untuk fasilitasi pemuatan tepung sagu untuk mengangkut
ke pembeli.
d.Pelanggan
Perseroan sedang berdiskusi dengan beberapa distributor, pengolah dan penjual retail makanan dan
tepung untuk memasarkan tepung sagu yang akan diproduksi Perseroan. Tepung sagu kering memiliki
berbagai kegunaan serupa dengan tepung lainnya, termasuk digunakan dalan produksi produk seperti
mie, pengganti nasi, produk roti, minuman dan produk makanan penutup. Tepung sagu kering juga
memiliki berbagai kegunaan sebagai produk non-makanan seperti penggunaan dalam produksi kertas,
bahan kimia, tekstil, logam, lem, produk farmasi, etanol industri dan dextrose glucose.
Sebagai bagian dari perkembangan strategis usaha makanan, Perseroan juga berencana untuk
menggunakan sebagian tepung sagu tersebut untuk memasuki pasar hilir, memproduksi berbagai
makanan sehat seperti mie dan makanan mudah saji lainnya serta minuman. Sagu akan diangkut ke
pembeli melalui laut dengan menggunakan kapal kargo ke Surabaya dan/atau Jakarta untuk penjualan
lokal dan selanjutnya ke tujuan negara lain untuk penjualan ekspor.
180
Diagram berikut menyajikan proses pengolahan produk tepung sagu di pabrik pengolahan milik
Perseroan:
4.3 Kegiatan Usaha Biogas
Perseroan juga menjalankan usaha biogas, dan sedang menyelesaikan pembangunan fasilitas biogas
di Perkebunan Pulau Belitung. Fasilitas biogas menangkap gas metana yang dihasilkan oleh materi
biologis yang membusuk, yang dalam hal ini berasal dari limbah PKS. Limbah tersebut disimpan di
dalam kolam besar yang tertutup sebagai tempat penyimpanan gas metana dan mencegah gas metana
terlepas ke udara bebas.
Pembangunan fasilitas biogas di perkebunan Pulau Belitung dipisahkan menjadi dua tahap. Tahap I,
yang melibatkan penyimpanan dan pembakaran gas metana, telah selesai dan mulai beroperasi pada
April 2012. Perseroan sedang dalam proses untuk menyelesaikan Tahap II setelah membeli generator
biogas dengan daya 1,2 megawat yang diproduksi oleh MWM GmbH, yang merupakan entitas anak
Caterpillar Inc. Tahap II dari fasilitas biogas tersebut diharapkan akan mulai beroperasi di semester kedua
tahun 2012. Perseroan telah menandatangani perjanjian pembelian listrik dengan PLN pada tanggal
29 November 2012 untuk pembelian semua listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik di Pulau
Belitung dengan kapasitas produksi yang diharapkan sebesar 1,2 megawat. Tarif tetap listrik untuk
biogas yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah bervariasi untuk setiap wilayah. Pada tanggal
31 Desember 2012, tarif yang berlaku untuk Pulau Belitung adalah Rp975 per kilowat jam. Perseroan juga
sedang merencanakan untuk membangun pembangkit listrik biogas kedua di perkebunan Sumatera Utara I.
181
Diagram berikut menyajikan proses pembangkit listrik biogas di pabrik pengolahan milik Perseroan:
4.4 Kegiatan Usaha Tembakau
Kegiatan usaha tembakau menghasilkan penjualan bersih sebesar USD5,3 juta dan laba bersih sebesar
USD0,2 juta pada tahun 2012 dari kegiatan pengolahan tembakau yang dibeli dari para petani kecil di
Indonesia. Keterlibatan Perseroan di usaha tembakau merupakan bagian dari inisiatif tanggung jawab
sosial perusahaan untuk melatih para pemilik lahan kecil mengenai prakter terbaik dalam kegiatan
budidaya tembakau dan bertindak sebagai pembeli hasil panen mereka. Perseroan mengolah tembakau
tersebut dan kemudian menjualnya kepada produsen rokok dan cerutu di Indonesia, Eropa dan Cina.
5.
Persaingan Untuk CPO, PK dan Produk Kelapa Sawit
CPO dan PK merupakan komoditas yang diperdagangkan di pasar komoditas internasional, dan harga
penjualan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pasokan dan permintaan produk-produk tersebut.
Dengan demikian, Perseroan tidak bersaing secara langsung dengan produsen CPO dan PK lainnya,
kecuali atas dasar waktu pengiriman dan lokasi perkebunan dan PKS. Terdapat sejumlah besar produsen
CPO dan PK, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Malaysia adalah produsen CPO terbesar ke dua
di dunia setelah Indonesia.
Industri perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia mencakup perusahaan-perusahaan perkebunan
milik pemerintah, perkebunan milik swasta yang diwakili oleh perusahaan-perusahaan konglomerat
serta perusahaan-perusahaan independen dan pemilik tanah kecil. Perusahaan perkebunan milik
pemerintah dan produsen besar swasta CPO dan PK di Indonesia mendominasi jumlah total CPO dan
PK yang diproduksi di Indonesia.
Perseroan juga bersaing dengan perkebunan kelapa sawit lainnya untuk memperoleh lahan yang dapat
dikembangkan dan karyawan yang terampil seperti pemanen dan staf manajemen. Sejak bulan Januari
1999, Pemerintah telah menghapus pembatasan investasi asing di perkebunan kelapa sawit yang
mewajibkan pihak Indonesia untuk memiliki persentase tertentu dari sebuah perkebunan kelapa sawit
dan pihak asing untuk melepaskan kepemilikan mereka setelah beroperasi selama jangka waktu tertentu.
Penghapusan pembatasan tersebut telah menyebabkan perusahaan-perusahaan asing berinvestasi di
industri perkebunan kelapa sawit domestik. Hal ini telah meningkatkan, dan kemungkinan akan terus
meningkatkan, persaingan untuk akuisisi lahan perkebunan yang cocok untuk dikembangkan dan
karyawan yang diperlukan untuk operasional perkebunan.
182
Hanya sebagian kecil dari tanah yang tersedia untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit telah
diizinkan oleh Pemerintah untuk digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit atau telah dikembangkan
sebagai perkebunan kelapa sawit, sehingga masih terdapat kemungkinan besar untuk pengembangan
perkebunan kelapa sawit baru di Indonesia.
Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak nabati lainnya yang merupakan
substitusi minyak kelapa sawit seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari,
minyak kacang, minyak kelapa dan lainnya.
6.
Pengendalian Mutu
Di seluruh operasional Perseroan, Perseroan sangat mementingkan aspek mutu produk. Sehubungan
dengan usaha minyak kelapa sawit, setiap pengiriman CPO dan PK harus melewati pengujian sampel
di laboratorium untuk pengendalian mutu CPO dan PK tersebut sebelum dikirimkan kepada pembeli.
Pengujian rutin telah diterapkan oleh Perseroan sebagai pedoman kerja pengukuran mutu produk.
Informasi yang didapatkan dari pengujian tersebut digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan manajemen dalam pengendalian mutu produk.
7.
Hal Mengenai Lingkungan Hidup
Pembubidayaan kelapa sawit di perkebunan dan pengolahan TBS di PKS milik Entitas Anak mematuhi
standar lingkungan hidup yang ketat. Perseroan tidak menggunakan pembakaran terbuka sebagai
metode pembukaan lahan dalam mengembangkan kawasan perkebunan baru. Pertimbangan utama
lingkungan hidup berhubungan dengan dua bidang kegiatan usaha Perseroan, yaitu pembudidayaan
dan pengolahan. Sehubungan dengan pembudidayaan, Perseroan terus meminimalkan penggunaan
pestisida dan berusaha menggunakan metode biologis dalam mengendalikan hama dan mencegah
penyakit untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Perseroan telah mengadopsi
sistem manajemen hama yang mempromosikan solusi biologis apabila memungkinkan.
Pengolahan, penguapan, penekanan dan pengadukan TBS untuk menghasilkan CPO tidak melibatkan
penggunaan bahan-bahan kimia dan hanya terdiri dari proses fisik seperti steaming, pressing dan
centrifuging. Semua limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dipakai
sebagai bahan bakar di boiler atau didaur ulang ke perkebunan sebagai pupuk melalui pemakaian
tandan kosong kelapa sawit. Limbah dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit merupakan polutan
utama yang timbul sebagai produk sampingan dari operasi pabrik pengolahan kelapa sawit Perseroan.
Setiap pabrik pengolahan mengoperasikan sistem pengolahan air limbah biologis yang independen,
dimana limbah tersebut dipindahkan ke kolam pengolahan anaerobik dan bakteri menguraikan limbah
tersebut. Limbah yang telah diolah tersebut memiliki nilai nutrisi yang tinggi sehingga digunakan di
lapangan sebagai bagian dari program penggunaan limbah untuk tanah perkebunan.
Walaupun limbah cair yang telah diolah tersebut berguna sebagai pupuk, proses pengolahannya
menyebabkan emisi gas metana, yang merupakan gas rumah kaca, ke lingkungan. Perseroan pada saat
ini sedang dalam proses pembangunan sebuah pembangkit tenaga listrik biogas di Perkebunan Pulau
Belitung. Tahap pertama yang telah dirampungkan dan beroperasional mengurangi gas metana yang
dihasilkan dari limbah cair melalui aktifitas pembakaran gas. Tahap kedua adalah tahap pembangunan
pembangkit tenaga listrik biogas yang akan memanfaatkan gas metana sebagai bahan baku untuk
memproduksi listrik yang dijual ke PLN dan kemudian digunakan konsumen pihak ketiga.
Perseroan berkeyakinan bahwa kegiatan usaha Perseroan telah sesuai dengan semua peraturan dan
regulasi nasional dan daerah mengenai lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia. Di samping itu,
Perseroan juga telah memenuhi standar Bank Dunia 50 ppm Biochemical Oxygen Demand (”BOD”) untuk
pembuangan akhir ke saluran air, dibandingkan dengan 100 ppm BOD standar peraturan di Indonesia,
dan 5.000 ppm BOD untuk aplikasi limbah cair untuk tanah. Sehubungan dengan pembiayaan dari
Deutsche Investitions und Entwicklungsgesellschaft atau Badan Investasi dan Pengembangan Jerman
(DEG) dan International Finance Corporation atau Badan Keuangan Internasional (IFC) pada tahun
2002, Perseroan telah menjalani studi uji lingkungan hidup yang terinci dimana operasional Peseroan
yang ada di perkebunan Sumatera Utara I dan perkebunan Pulau Belitung telah dievaluasi untuk
memenuhi standar tersebut. Perseroan terus beroperasi berdasarkan kebijakan lingkungan hidup yang
telah diterapkan pada saat itu.
183
Perseroan juga berkeyakinan bahwa kegiatan usaha Perseroan telah sesuai dengan semua peraturan,
regulasi dan pedoman lingkungan hidup yang berlaku secara nasional dan regional di Indonesia dan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27/1999 dan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup
No. 17/2001, Perseroan telah memporeh persetujuan-persetujuan seperti sertifikat Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (”AMDAL”), Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan.
Selain dari initiatif pengembangan berkelanjutan, Perseroan juga merupakan anggota dari RSPO,
sebuah asosiasi non-profit yang mempromosikan produksi dan penggunaan minyak kelapa sawit
secara berkelanjutan. Perkebunan Pulau Belitung dan Perkebunan Sumatera Utara I masing-masing
telah memperoleh sertifikasi RSPO dari Roundtable on Sustainable Palm Oil sehingga memungkinkan
Perseroan menjual produk CPO bersertifikat RSPO dari kedua perkebunan tersebut dan/atau menjual
sertifikat/kredit RSPO apabila Perseroan tidak memasarkan produk CPO dari perkebunan tersebut
sebagai produk yang bersertifikat RSPO. Perseroan berencana untuk mencapai sertifikasi penuh RSPO
untuk perkebunan Sumatera Utara II pada tahun-tahun mendatang.
Perkebunan Pulau Belitung telah mempertahankan sertifikasi internasional untuk sistem lingkungan
hidup, kesehatan dan keamanan dalam bentuk ISO 14001:2004 sejak penerbitannya pada tahun 2012.
Perseroan juga telah memperoleh sertifikasi ISCC dari SGS Germany di perkebunan Pulau Belitung.
Perseroan telah melibatkan pihak ketiga untuk melaksanakan survei terinci mengenai populasi satwa
liar, seperti orangutan dan spesies flora dan fauna langka lainnya untuk meminimalkan dampak
kegiatan usaha Perseroan terhadap lingkungan hidup dan untuk melestarikan flora dan fauna tersebut.
Dalam hal tersebut, Perseroan telah mengidentifikasikan hutan seluas 2.949 hektar di Perkebunan di
Kalimantan yang telah diserahkan kembali kepada Kementerian Kehutanan. Selain itu, Perseroan juga
telah mengalokasikan lahan lain seluas 657 hektar yang dianggap oleh Perseroan sebagai kawasan
penting untuk dikelola sendiri oleh Perseroan untuk tujuan pelestarian lingkungan hidup. Perseroan
juga telah melibatkan seorang ahli konservasi satwa liar yang akan bekerja sama dengan organisasi
internasional dan pemerintah lainnya.
8.
Kesehatan dan Keselamatan
Perseroan telah membentuk Departemen Environment, Health and Safety (“EHS”) di bawah Departemen
Operasi. Departemen EHS Perseroan berusaha untuk meminimalkan kecelakaan dalam operasi,
mencegah kerusakan peralatan akibat kesalahan manusia dan menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan di dalam dan sekitar daerah perkebunan. Dengan demikian, Perseroan dapat terus-menerus
memonitor, memperbaiki dan menerapkan langkah-langkah pengamanan dengan perangkat operasi
yang lebih komprehensif dan memastikan bahwa karyawan memiliki peralatan pelindung diri yang
lebih baik. Misalnya, sebagai bagian dari kebijakan kesehatan dan keselamatan, karyawan operasional
menggunakan peralatan keamanan yang memadai, seperti helm, sepatu bot dan menyarungi pisau
panen. Perseroan memiliki klinik di perkebunan operasional dengan dokter dan perawat sebagai staf
permanen serta mobil ambulans. Perseroan juga memiliki komite keamanan yang terdiri dari staf
dan pekerja yang mendukung Departemen EHS Perseroan mengadakan pelatihan kesehatan dan
keselamatan secara reguler, termasuk pelatihan dalam pertolongan pertama dan pelatihan dalam
kebakaran.
9.
Keamanan
Sistem keamanan Perseroan meliputi tim yang terdiri dari 37 sampai dengan 76 personel yang
ditempatkan di masing-masing perkebunan. Tim keamanan menjaga perkebunan dari pencurian,
serangan dari ternak yang dapat merusak tanaman kelapa sawit atau TBS yang telah dipanen,
serta serangan lainnya dan ancaman terhadap perkebunan. Tim keamanan juga melakukan patroli
pencegahan kebakaran selama musim kemarau untuk melindungi perkebunan dari risiko kerusakan
akibat kebakaran.
184
10. Teknologi Informasi
Perseroan telah membentuk sistem informasi untuk mendukung proses operasional dan akuntansi.
Sistem ini menyediakan rincian dari perkebunan, pabrik, kendaraan, persediaan, payroll dan biaya
lainnya. Data konsolidasian pada setiap perkebunan dilaporkan ke kantor pusat setiap bulan. Hal ini
memaksimalkan akurasi dan ketepatan laporan bulanan dan juga memungkinkan General Manager
masing-masing perkebunan untuk melacak kinerja mereka. Sistem tersebut umumnya fleksibel dan
komprehensif, memberikan jejak audit terperinci, mengamankan aset Perseroan dan mengelola
persediaan.
Perseroan juga berupaya untuk memastikan bahwa sistem komunikasi tetap lancar, dengan suara, data
dan koneksi internet yang tersedia di setiap perkebunan. Masing-masing perkebunan juga memiliki
koneksi komunikasi satelit atau terestrial yang disebut Very Small Aperture Terminal (“VSAT”) dengan
kantor Perseroan yang berada di Medan dan Jakarta. Sistem ini memfasilitasi manajemen komunikasi
antar perkebunan yang terletak di berbagai daerah di Indonesia dan mempermudah manajemen dengan
informasi terkini mengenai kinerja operasi.
11. Prospek Usaha
Perseroan merupakan induk perusahaan dari entitas-entitas anak yang bergerak dalam perkebunan,
pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan sagu serta produksi
dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan. Saat ini seluruh pendapatan dan laba Perseroan
berasal dari perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit dan pada masa yang akan
datang kelapa sawit tetap akan menjadi andalan utama penghasilan Perseroan.
Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture
(“USDA”) bulan Februari 2013, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia
dengan produksi CPO sebesar 25,9 juta ton pada tahun 2012, atau lebih dari 50% total produksi CPO
didunia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah populasi dunia. Permintaan terbesar CPO berasal dari India, Indonesia dan Cina
(sumber: USDA, Februari 2013). Semua negara ini terletak di Asia dan memiliki jumlah populasi yang
besar. Selain digunakan untuk bahan pangan, kelapa sawit juga merupakan bahan dasar bagi berbagai
industri, seperti biodiesel dan oleochemical. Kebijakan energi melalui kewajiban pencampuran biodiesel
yang agresif di Argentina, Brasil, Kolombia, AS dan Eropa diperkirakan akan meningkatkan permintaan
biodiesel sehingga hal tersebut juga akan meningkatkan permintaan dan harga global CPO (sumber:
Oil World Annual, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu penghasil devisa yang besar di Indonesia,
dan juga merupakan cadangan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perseroan berkeyakinan bahwa tanpa adanya kejadian yang tak terduga, meningkatnya permintaan atas
minyak kelapa sawit dan keterbatasan lahan untuk menghasilkan kelapa sawit akan terus mendukung
harga minyak kelapa sawit. Saat ini Perseroan memiliki landbank yang tersedia untuk perluasan usaha
kelapa sawit. Bersama dengan team manajemen yang berpengalaman, Perseroan berkeyakinan dapat
memperluas kebun kelapa sawit, meningkatkan volume produksi kelapa sawit dan, dengan dukungan
harga minyak kelapa sawit yang kondusif, pendapatan dan laba Perseroan akan terus meningkat
setelah kebun yang baru ditanami mulai berproduksi. Faktor-faktor domestik dan internasional seperti yang telah dibahas di atas akan memberikan iklim yang
baik bagi industri perkebunan kelapa sawit di masa depan. Perseroan berkeyakinan dapat memanfaatkan
peluang dari kondisi usaha tersebut melalui peningkatan produksi TBS yang signifikan dalam beberapa
tahun ke depan seiring dengan profil usia tanaman perkebunan kelapa sawit Entitas Anak yang makin
membaik. Perseroan juga bermaksud untuk meningkatkan usahanya lebih lanjut melalui perluasan
lahan perkebunan kelapa sawitnya dan peningkatan kemampuan pengolahan perkebunan.
185
Usaha pengolahan sagu Perseroan merupakan langkah industri perintis di Papua Barat. Perseroan
memanfaatkan sistem pemanenan hutan sagu alam dengan cara yang lestari (berkesinambungan), tanpa
merusak keseluruhan hutan alam itu sendiri. Apabila sagu yang tumbuh secara alami tidak dimanfaatkan,
maka sagu akan terbuang percuma. Perseroan memanfaatkan batang tanaman sagu yang telah
matang dan menghasilkan tepung sagu yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, maupun bahan
baku industri, sumber karbohidrat lainnya. Sambil membangun, Perseroan akan mencoba menjaga
dan melestarikan alam, memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di Papua
dan menghasilkan laba bagi pemegang saham Perseroan. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan
mengelola hutan alami sagu secara tepat, maka prospek usaha sagu akan memberikan kontribusi yang
cukup signifikan bagi keseluruhan usaha Peseroan.
Kegiatan usaha energi terbarukan Perseroan saat ini difokuskan pada pengolahan limbah kelapa sawit
(dan nantinya limbah sagu) dan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Usaha ini merupakan usaha
pelengkap atas bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan sagu Perseroan, sehingga manajemen
dapat dilakukan dengan efisien. Tenaga listrik yang dihasilkan dijual kepada PLN untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat sekitar kebun Perseroan.
Dalam seluruh strategi usaha, Perseroan berusaha untuk menghasilkan laba optimal bagi pemegang
saham Perseroan dengan menjaga keseimbangan harmonis antara Perseroan dengan pekerja,
masyarakat sekitar usaha Perseroan, alam dan pemerintah, sesuai dengan misi dan visi Grup Perseroan.
12. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance – GCG)
Perseroan telah memperhatikan dan mematuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
sebagaimana telah diatur oleh OJK dan BEI. Sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, Perseroan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-305BEJ/07-2004 Peraturan No. I-A mengenai Pencatatan Saham
dan Efek Bersifat Sekuritas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat dan peraturan
Bapepam-LK dengan menunjuk Komisaris Independen, Direktur Tidak Terafiliasi dan Sekretaris
Perusahaan untuk menyampaikan informasi atau data yang dibutuhkan oleh pemegang saham investor
maupun regulator.
Dalam rangka meningkatkan kinerja Perseroan, melindungi kepentingan seluruh pemangku kepentingan
(Stakeholder) Perseroan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
maka Perseroan wajib menjalankan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
Tata Kelola Perusahaan yang baik, yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Perseroan
menetapkan pertumbuhan usahanya sesuai dengan rencana bisnis tahunan dan dalam menjalankan
kegiatan usahanya sangat bergantung kepada kepercayaan masyarakat sekitar tempat kegiatan usaha
Perseroan, sehingga kepercayaan tersebut harus dijaga dengan meningkatkan kinerja, efisiensi serta
pengelolaannya berlandaskan prinsip kehati-hatian. Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik
juga sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan Stakeholder dan mengendalikan risiko-risiko
yang dihadapi Perseroan sebagai syarat untuk berkembang dengan baik dan sehat.
Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan Perseroan telah berkomitmen untuk menjunjung tinggi
dan melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik. Komitmen yang tinggi dalam
melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik di setiap kegiatan usaha Perseroan,
mutlak diperlukan dalam upaya membangun organisasi kompetitif dengan mutu sumber daya manusia
yang handal. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Perseroan secara terus-menerus berupaya
melakukan perbaikan serta penyempurnaan terhadap penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik
dengan membuat kebijakan-kebijakan internal Perseroan yang selaras dengan prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang baik.
186
13. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR)
Untuk keberhasilan jangka-panjang yang berkelanjutan dari kegiatan usaha, Perseroan mempunyai
keyakinan bahwa Perseroan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan kembali kepada
masyarakat sekitar perkebunan dengan mengembangkan dan meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial
masyarat tersebut. Perseroan berkeyakinan bahwa usaha-usaha tersebut merupakan bagian integral
dari stabilitas dan pengembangan usaha dan operasional Perseroan. Oleh sebab itu, Perseroan telah
berinvestasi dalam jumlah yang besar dan berkomitmen atas program pengembangan masyarakat
sebagai bagian dari inisiatif tanggung jawab sosial Perseroan. Fokus dari program-program ini adalah
untuk meningkatkan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, aktifitas keagamaan, kondisi lingkungan
hidup dan hubungan dengan pemerintah daerah setempat.
Beberapa inisiatif dan usaha yang sedang dilakukan atau telah dilakukan oleh Perseroan adalah:
a. Penyediaan suplemen makanan dan susu untuk anak-anak di perkebunan;
b. Penyediaan sistem kesehatan yang lebih baik dengan memperhatikan imunisasi untuk masyarakat
sekitar perkebunan;
c. Penyediaan pelayanan kesehatan seperti operasi katarak;
d. Mendirikan dan mengelola sekolah dan taman kanak-kanak di perkebunan Perseroan. Tergantung
dari kapasitas kelas, beberapa sekolah dan taman kanak-kanak tersebut juga terbuka untuk anakanak dari masyarakat setempat;
e. Mendirikan masjid dan gereja untuk masyarakat setempat;
f. Memberikan subsidi perabotan dan perlengkapan sekolah bagi sekolah-sekolah sekitarnya;
g. Menyelenggarakan program beasiswa bagi masyarakat sekitar perkebunan Perseroan;
h. Mengajarkan cara berkebun masyarakat sekitarnya;
i. Menyelenggarakan program ”Pelatihan untuk Petani” dimana para pemilik kecil lahan perkebunan
kelapa sawit diundang untuk pelatihan selama satu hari di perkebunan Perseroan untuk
mengembangkan kemampuan manajemen perkebunan dan mendapatkan saran mengenai cara
peremajaan perkebunan mereka;
j. Mendukung, melatih dan membangun hubungan dengan para petani setempat dengan tujuan
untuk mengembangkan hubungan dengan pemasok berkualitas baik;
k. Membangun jalan dan jembatan untuk masyarakat setempat. Sebagai contoh, Perseroan telah
bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat di Tapanuli Selatan untuk mendirikan jembatan
Barumun di perkebunan Sumatera Utara I. Jembatan tersebut tidak hanya menyediakan akses ke
perkebunan namun juga ke desa-desa sekitarnya, dan Perseroan telah menyumbang jembatan
tersebut kepada pemerintah daerah setempat.
l. Sumbangan untukacara-acara budaya untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
Perseroan berkeyakinan bahwa inisiatif-inisiatif seperti diungkapkan di atas telah menghasilkan
hubungan baik dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan karyawan Perseroan. Perseroan telah
memenangkan berbagai penghargaan Presiden untuk keberhasilan Perseroan dalam memberdayakan
tenaga kerja wanita pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2008, serta dalam memperkenalkan dan
menyediakan program pemberdayaan wanita dan program Keluarga Berencana secara cuma-cuma
kepada para pekerja di perkebunan Pulau Belitung.
14. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (“AMDAL”)
Perseroan selalu mematuhi undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku di Indonesia
mengenai perlindungan lingkungan hidup. Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 mengenai pelaksanaan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Perseroan telah memiliki atau sedang dalam proses memperoleh
AMDAL untuk setiap kegiatan usaha milik Entitas Anak.
187
Sebagaimana telah disyaratkan dalam AMDAL, perkebunan-perkebunan milik Entitas Anak
menggunakan metode biologi untuk sistem pengendalian hama antara lain dengan memanfaatkan
burung hantu sebagai predator hama tikus dan tanaman-tanaman pengendali gulma/tumbuhan
penggangu di perkebunan kelapa sawit, mengolah CPO dari TBS tanpa melibatkan penggunaan bahan
kimia, dan pendauran ulang atau pemanfaatan lebih lanjut limbah-limbah dari pengolahan CPO seperti
pemanfaatan tandan buah kosong sebagai bahan bakar boiler atau pupuk di perkebunan. Di samping itu,
Perseroan juga menjalankan kegiatan usaha pembangkit tenaga listrik biogas sebagai salah satu usaha
untuk pendauran ulang limbah dari produksi CPO. Perseroan juga tidak melakukan pembakaran hutan
sebagai metode untuk membuka lahan baru. Selain berkomitmen untuk selalu mematuhi peraturan
lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia, manajemen Perseroan bahkan telah melakukan berbagai
initiatif untuk melestarikan lingkungan hidup di sekitar perkebunan seperti inisiatif hutan lindung di
perkebunan yang terletak di Siais, Sumatera Utara dan inisiatif cagar alam untuk perlindungan satwa
orang utan di Kalimantan Barat.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2003 mengenai Pedoman Syarat
dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit, Perseroan telah melakukan pemantauan secara rutin atas dampak pemanfaatan limbah
cair terhadap kondisi tanah, air tanah dan permukaan air di setiap perkebunan, khususnya perkebunanan
dengan fasilitas PKS dan menyampaikan hasil pemantauan tersebut kepada Kantor Lingkungan Hidup
setempat. Sampai dengan tanggal Prospektus ini diterbitkan, kualitas limbah cair, tanah, air tanah dan
air permukaan di perkebunan milik Entitas Anak berada di dalam ambang batas yang telah ditentukan
oleh KEP-28/MENLK/2003.
Berikut ini adalah daftar surat persetujuan atas dokumen AMDAL, Upaya Pengelolaan Lingkungan
(”UPL”) dan Upaya Kelola Lingkungan (”UKL”) dan/atau Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (”DPPL”) untuk setiap kegiatan usaha milik Perseroan atau Entitas Anak.
1.
Nama Entitas
Anak
ANJA
2.
3.
No.
Lokasi Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha
Binanga, Sumatera Utara
Perkebunan Kelapa Sawit
ANJAP
Sorong Selatan, Papua
Barat
Agribisnis Sagu
ANJAS
Angkola Selatan, Sumatera
Utara
Perkebunan Kelapa Sawit
Surat Persetujuan atas Dokumen
AMDAL / UPL dan UKL / DPPL
Surat No. 08/ANDAL/RKL-RPL/
BA/III/1998 tanggal 11 Maret 1998,
dikeluarkan oleh Kepala Badan
Agribisnis atas nama Menteri
Pertanian.
Keputusan Gubernur Papua Barat
No.660.1/203/XII/2010 Tahun 2010
tanggal 22 Desember 2010.
AMDAL
Surat Keputusan No.
660.1/1670/K/2003 tanggal
14 Oktober 2003.
UKL/UPL
Surat Rekomendasi No. 660/432/
KPDL-TS/2009 tanggal 7 Agustus
2009 yang dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Kabupaten
Tapapanuli Selatan
Pembuangan Limbah Cair
Surat Keputusan Bupati Tapanuli
No. 116/KPTS/2012
188
No.
4.
5.
Nama Entitas
Anak
AANE
GMIT
Lokasi Kegiatan Usaha
Belitung
Kegiatan Usaha
Energi Terbarukan
Jember, Jawa Timur
Agribisnis
Surat Persetujuan atas Dokumen
AMDAL / UPL dan UKL / DPPL
UKL/UPL
Surat No. 660/08/RKM-BLHD/
XII/2009 tanggal 14 Desember
2009, di tandatangani oleh
pelaksana tugas Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah
Pemerintah Kabupaten Belitung
Timur dan disahkan melaui
lembaran pengesahan No. 08/
UKL-UPL/BLHDXII/2009, yang
ditandatangani oleh pelaksana
tugas Kepala Badan Lingkungan
Hidup Daerah Pemerintah
Kabupaten Belitung Timur.
Dokumen Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup
(DPPL)
Persetujuan Dokumen DPPL
No. 660.1/469e/512/2009
tanggal 11 Desember 2009 yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten
Jember.
Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup (DPLH)
(1) Rekomendasi atas DPLH
Kegiatan Gudang Tembakau
oleh PT Gading Mas Indonesia
Tobacco di Ds.Tempeh Kidul
Kec.Tempeh Kab.Lumajang
No.660/615/427.44/2010
tanggal 07 September 2010
yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas Lingkungan hidup
Kabupaten Lumajang.
6.
PPM
Sorong Selatan, Papua
Barat
Perkebunan Kelapa Sawit
(2) Rekomendasi atas DPLH
Kegiatan Gudang Tembakau
oleh PT Gading Mas Indonesia
Tobacco di Ds.Tempeh Lor
Kec.Tempeh Kab.Lumajang
No.660/616/427.44/2010
tanggal 07 September 2010
yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas Lingkungan hidup
Kabupaten Lumajang.
Keputusan Bupati Sorong Selatan
No. 525/76/BSS/IV/2011 Tahun
2011 tanggal 25 April 2011,
dikeluarkan oleh Bupati Sorong
Selatan.
Limbah yang dihasilkan oleh PKS terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa
cangkang, fiber, janjang kosong dan sisa pembakaran boiler (abu) sedangkan limbah cair berupa sludge
sisa proses pengolahan dan air yang mengandung calcium carbonate.
Cangkang dan fiber dimanfaatkan oleh Entitas Anak sebagai bahan bakar boiler penghasil uap
yang akan menggerakan steam turbin pada generator pembangkit tenaga listrik. Tenaga listrik yang
dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan operasional PKS, kantor dan fasilitas penunjang lainnya di
perkebunan. Sedangkan janjangan kosong dan sisa abu pembakaran dari boiler diaplikasikan pada
lahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik (janjangan) dan tambahan nutrisi (abu - non organik)
bagi tanaman sawit karena mengandung kalium.
Mulai tahun 2013 ini, penanganan limbah padat akan ditingkatkan dengan melakukan composting,
dimana limbah padat berupa janjang kosong akan difermentasikan terlebih dahulu dan dicampur dengan
sebagian hasil limbah cair dari PKS, lalu ditambahkan bakteri (microbe) tertentu untuk mempercepatkan
proses fermentasi menjadi kompos atau pupuk organik.
189
Sementara itu, limbah cair yang dihasilkan akan ditampung di kolam pendinginan sebelum dialirkan ke
dalam kolam effluent treatment, yakni kolam an-aerobic dan aerobic. Dalam kolam effluent inilah, PH
air limbah yang rendah (± 4) dan BOD yang tinggi ( 20,000 – 30,000 mg/l ) akan mengalami proses
an aerobic dan aerobic sehingga air limbah olahan akan mengalami kenaikan PH menjadi 6 – 9 dan
BOD akan turun sampai dibawah 100 mg/l. Setelah melalui proses ini, sesuai dengan Kerangka Acuan
Amdal, limbah yang sudah diolah tersebut dapat dibuang ke saluran air ataupun sungai sebagaimana
yang dilakukan pada Perkebunan Sumatera Utara I. Sedangkan pada Perkebunan Sumatera Utara II,
limbah yang sudah diolah tersebut akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik melalui Land
Application System Flatbed yang dibangun di antara jalur tanam sawit. Lain halnya dengan Perkebunan
Pulau Belitung, di mana limbah cair PKS diproses lebih lanjut dengan memanfaatkan tampungan gas
methane yang dihasilkan oleh limbah cair sebagai bahan pembangkit tenaga listrik biogas. (lihat diagram
pada bagian 4.3 Kegiatan Usaha Biogas).
Adapun perbandingan antara ambang batas tingkat pencemaran atas limbah yang dihasilkan oleh
masing-masing Perkebunan Perseroan dan Entitas Anak dengan batasan yang diatur oleh lembaga
yang berwenang/BAPEDAL adalah sebagai berikut:
Parameter
PH
Total Nitrogen (NTotal)
Tembaga (CU)
Kadmum (Cd)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Total Padatan
Tersuspensi
Satuan
Baku Mutu ke Sumber
Air
Perkebunan
Standar
Sumatera
BAPEDAL
Utara II
Electrometri 6,0 - 9,0
7,652
Metoda
Analisa
mg/l
Destilasi
50
26,49
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
AAS
AAS
AAS
AAS
-
0,115
< 0,02
< 0,05
0,162
mg/l
Gravimetri
250
Minyak dan Lemak
mg/l
COD dengan
K2Cr2O7
BOD 5 hari 20° C
mg/l
Partisi
Gravimetri
Refluks
Tertutup
Winkler
mg/l
Baku Mutu ke Aplikasi Tanah
Standar
BAPEDAL
6,0 - 9,0
-
Perkebunan
Sumatera
Utara I
7,38
Perkebunan
Pulau
Belitung
7,51
53,03
52,11
0,29
< 0,01
< 0,04
0,45
0,22
< 0,02
< 0,03
0,60
373,4
-
1.786,25
1.014,27
25
12,6
-
30,79
4,90
350
166,388
-
2.406,87
871,33
100
94,7
5.000
1.310,48
366,05
190
X. TINJAUAN INDUSTRI
KELAPA SAWIT
Peran kelapa sawit dalam pasar global minyak nabati
Dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif
dari segi hasil produksi minyak per hektar. Kelapa sawit menghasilkan dua sumber utama minyak
nabati: minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO), yang diperoleh dari bagian mesocarp luar pada
buah kelapa sawit, serta minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil atau CPKO), yang diperoleh
dengan menghancurkan inti sawit (palm kernel atau PK) yang berada di bagian tengah buahnya. Total
hasil tahunan yang umumnya diperoleh dari kedua minyak ini per hektar pada perkebunan-perkebunan
besar di Asia Tenggara adalah 4,5 hingga 5,0 ton, dibandingkan dengan hasil rata-rata dunia sebesar
0,5 hingga 1,0 ton minyak per hektar untuk minyak kedelai (soybean), minyak rapeseed dan minyak
biji bunga matahari (sunflower), yang merupakan tanaman-tanaman utama penghasil minyak nabati
oilseeds.
CPO dan CPKO digunakan dalam produk makanan maupun non-makanan, dan bersaing dengan
minyak nabati lainnya pada segmen-segment tersebut. Tidak seperti minyak sawit, tanaman
oilseedsharus ditanam kembali setiap tahunnya. Disamping itu, kualitas oilseeds menurun jauh lebih
lambat dibandingkan dengan buah kelapa sawit. Oleh karenanya, pemanenan dan pengolahan oilseed
pada umumnya terjadi selama berbulan-bulan dan dengan jarak beberapa kilometer antara perkebunan
dan pabrik pengolahan, namun perkebunan kelapa sawit dan PKS yang mengolah TBS harus terletak
saling berdekatan. Oleh sebab itu, penanaman dan pengolahan oilseed jarang terintegrasi dalam satu
perusahaan, sedangkan sektor kelapa sawit didominasi oleh perusahaan-perusahaan perkebunan dan
pengolahan yang terintegrasi, bersama dengan para penanam dan PKS independen berskala kecil.
Produksi minyak nabati
Tingkat pertumbuhan tinggi dalam penanaman kelapa sawit telah mengakibatkan peningkatan produksi
CPO dan CPKO dunia, baik dari secara keseluruhan maupun sebagai bagian dari produksi minyak
nabati dunia. Siklus tahunan panen oilseed telah menghasilkan suatu kebiasaan atau konvensi, di mana
statistik cenderung dihimpun berdasarkan tahun pemasaran, yang mencerminkan pengaturan waktu
panen. Oktober-September merupakan tahun pemasaran yang paling sering digunakan untuk statistik
panen oilseed, namun data minyak kelapa sawit umumnya dihimpun berdasarkan tahun kalender. Dalam
dokumen ini, data oilseed (yang diperoleh dari database Departemen Pertanian Amerika Serikat) untuk
tahun 2012 merujuk pada periode Oktober 2011- September 2012, sedangkan data minyak kelapa
sawit merujuk pada tahun kalender 2012.
Produksi CPO tumbuh pada tingkat compound annual growth rate (CAGR) sebesar 7,6% per tahun,
dari 25,3 juta ton pada tahun kalender 2002 menjadi 52,7 juta pada tahun 2012, yang merupakan 33,4%
dari total dunia yang dihasilkan oleh sembilan minyak nabati terbesar dari segi volume produk (Tabel 1).
LMC memperkirakan bahwa produksi global CPO akan sebesar 61,3 juta ton, dengan pangsa sebesar
35,1% pada tahun kalender 2015.
191
Tabel 1: Hasil produksi minyak kelapa sawit sedunia dan delapan minyak nabati terbesar lainnya,
untuk tahun 2002, 2007 dan 2012 serta perkiraan untuk tahun 2015 (dalam jutaan ton)
2002
2007
2012 E
Produksi Pangsa Produksi
Pangsa Produksi
Pangsa
25,3
27,3%
37,3
30,6%
52,7
33,4%
28,9
31,2%
36,5
29,9%
42,4
26,9%
13,1
14,1%
17,2
14,1%
24,3
15,4%
CAGR
2002-2012
7,6%
3,9%
6,4%
2015 E
Produksi Pangsa
61,3
35,1%
45,2
25,8%
26,7
15,3%
CPO
Kedelai
Rapeseed
Biji Bunga
Matahari
7,4
8,0%
10,7
8,8%
15,1
9,6%
7,3%
16,9
9,7%
CPKO
3,1
3,3%
4,4
3,6%
6,0
3,8%
6,8%
7,0
4,0%
Lainnya
14,9
16,1%
15,7
12,8%
17,3
11,0%
1,5%
17,7
10,1%
Total
92,7 100,0%
121,9
100,0%
157,8
100,0%
5,5%
174,7 100,0%
Sumber: Database US Department of Agriculture (USDA,) PSD termasuk perkiraan tahun 2012. Tahun-tahun yang disajikan
merupakan tahun-tahun pemasaran dari tanaman oilseed dan tahun-tahun kalender untuk CPO dan CPKO. Perkiraan
merupakan estimasi LMC Februari 2013.
Catatan:Kesembilan minyak utama adalah CPO, CPKO, minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari
(sunflower), minyak kelapa, minyak cottonseed, minyak kacang tanah (groundnut) dan minyak zaitun.
Terkait dengan produksi beberapa sumber minyak nabati utama lainnya, tingkat produksi minyak
kedelai didorong oleh permintaan atas makanan protein untuk pakan ternak, dimana pakan yang
terbuat dari kedelai bernilai tinggi karena kandungan proteinnya yang berkualitas tinggi (kandungan
makanan kacang kedelai mewakili hampir 80% berdasarkan berat dari pengolahan kacang kedelai,
sedangkan minyaknya mewakili kurang dari 20%). Karena pertumbuhan penjualan makan dibatasi oleh
pertumbuhan sektor utama konsumen produk unggas dan babi, persediaan pasokan minyak kedelai
dibatasi pertumbuhannya oleh laju pertumbuhan industri ternak dan telah mengalami penurunan pangsa
pasar secara terus menerus sejak tahun 2002. Pertumbuhan produksi minyak rapeseed didorong oleh
peningkatan permintaan akan bahan bakar biodiesel di Uni Eropa (UE), yang menggunakan minyak
rapeseed dalam jumlah banyak. Pertumbuhan produksi minyak biji bunga matahari diakibatkan oleh
pemulihan produksi komoditas tersebut di Ukraina dan Rusia.
Ekspor
CPO merupakan minyak nabati yang paling banyak diekspor di pasar global, dengan perkiraan pangsa
pasar ekspor sebesar 61,5% pada tahun 2012. Ekspor tumbuh dengan CAGR sebesar 8,3% dari 17,7
juta ton pada tahun 2002 menjadi 39,1 juta pada tahun 2012. LMC memberikan estimasi bahwa ekspor
CPO pada tahun 2015 akan sebesar 45,3 juta ton, yang akan merupakan 62,7% dari ekspor minyak
nabati secara global (Tabel 2).
Tabel 2: Ekspor dunia minyak kelapa sawit dan delapan minyak nabati utama lainnya untuk
tahun 2002, 2007 dan 2012 dan perkiraan untuk tahun 2015 (juta ton)
2002
Ekspor
Pangsa
17,7
53,6%
8,3
25,0%
2007
Ekspor
Pangsa
27,7
56,3%
10,6
21,4%
2012 E
Ekspor
Pangsa
39,1
61,5%
8,5
13,4%
CAGR
2002-2012
8,3%
0,3%
2015 E
Ekspor
Pangsa
45,7
62,7%
8,6
11,8%
CPO
Kedelai
Biji Bunga
Matahari
1,9
5,8%
4,0
8,2%
6,4
10,1%
12,8%
7,8
10,8%
Rapeseed
1,0
3,1%
2,0
4,0%
4,0
6,2%
14,4%
4,7
6,4%
CPKO
1,5
4,6%
2,1
4,3%
2,5
4,0%
5,3%
3,0
4,1%
Lain-lain
2,6
7,9%
2,8
5,6%
3,1
4,8%
1,7%
3,1
4,3%
Total
33,0
100,0%
49,2
100,0%
63,6
100,0%
6,8%
72,9
100,0%
Sumber : Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
192
Minyak-minyak Laurat
Dari kesembilan minyak nabati utama, hanya terdapat dua minyak yang dapat dikonsumsi di segmen
minyak laurat (dikarenakan kandungan asam lemak laurat yang tinggi), yakni minyak PK (CPKO) dan
minyak kelapa. CPKO merupakan produk sampingan murni dari produksi minyak kelapa sawit. PK yang
terdapat di dalam buah kelapa sawit merupakan hampir 20% dari buah tersebut dari segi berat (dan PK
mewakili hampir seperempat dari bobot hasil produksi CPO).
PK dihancurkan untuk menghasilkan kurang lebih 50% CPKO dan 50% PKE berdasarkan berat, yang
digunakan sebagai kandungan protein dalam pakan ternak dan peternakan ikan.
Hasil produksi minyak laurat tumbuh dengan tingkat CAGR sebesar 4,7% per tahun dari tahun 2002
hingga tahun 2012; CAGR berada pada tingkat 7,4% untuk PKO untuk periode yang sama (0,9% di
bawah pertumbuhan 8,3% untuk CPO sebagai akibat penurunan rasio PK terhadap CPO dengan para
pengembang biak bibit meningkatkan nilai tambah terhadap TBS melalu peningkatan kandungan CPO
dengan menurunkan nilai PK), dan berada pada tingkat 1,2% untuk minyak kelapa. Pangsa CPKO
dalam produksi minyak laurat meningkat dari 49,9% pada tahun 2002 menjadi 64,0% dan diperkirakan
akan menjadi 67,0% pada tahun 2015 (Tabel 3).
Pangsa CPKO dalam ekspor minyak laurat dunia adalah sedikit di bawah dengan pangsa dari segi hasil
produksi minyak laurat (Tabel 4).
Tabel 3: Produksi minyak laurat dunia, 2002 hingga 2012 dan perkiraan untuk tahun 2015 (dalam
juta ton)
2002
2007
2012 E
CAGR
2015 E
Produksi
Pangsa Produksi
Pangsa Produksi
Pangsa
2002-2012
Produksi
Pangsa
CPKO
3,10
49,4%
4,44
58,0%
6,32
64,0%
7,4%
7,33
67,0%
Kelapa
3,17
50,6%
3,22
42,0%
3,56
36,0%
1,2%
3,61
33,0%
Total laurat
6,27
100,0%
7,65
100,0%
9,88
100,0%
4,7%
10,94
100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
Tabel 4: Ekspor minyak-minyak laurat dunia, 2002 hingga 2012 dan perkiraan untuk hingga 2015
(dalam juta ton)
2002
2007
2012 E
CAGR
2015 E
Export
Pangsa
Export
Pangsa
Export
Pangsa 2002-2012
Export
Pangsa
CPKO
1,51
45,7%
2,13
55,0%
2,53
57,8%
5,3%
2,96
61,4%
Kelapa
1,79
54,3%
1,74
45,0%
1,85
42,2%
0,3%
1,86
38,6%
Total laurat
3,30
100,0%
3,87
100,0%
4,38
100,0%
2,9%
4,82
100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
Hasil minyak kelapa sawit
Hasil minyak kelapa sawit diukur dengan dua cara, dalam jumlah ton TBS dan dalam jumlah ton CPO
per hektar tanaman menghasilkan. Tingkat ekstraksi minyak atau OER, yang didefinisikan sebagai
produksi CPO per ton TBS, mengaitkan kedua cara pengukuran tersebut. Karena kelapa sawit
merupakan sebuah tanaman, maka dibutuhkan sekitar tiga tahun untuk tumbuh menjadi cukup dewasa
dan mulai menghasilkan panen.
Bagan 1 menyajikan hasil TBS sepanjangan usia tanaman kelapa sawit pada umumnya, dengan hasil
rata-rata per hektar sebesar 20 ton TBS per hektar selama periode ini. Hasil masih rendah pada awal
usia produktif tanaman kelapa sawit. Puncak penghasilan (hingga hampir 120% rata-rata) dimulai pada
tahun sepuluh. Para perusahaan perkebunan dengan proporsi tanaman muda cenderung memiliki
hasil yang rendah per hektar tanaman menghasilkan, sedangkan para perusahaan perkebunan yang
tanaman kelapa sawitnya berusia 10 hingga 20 tahun memiliki hasil yang lebih tinggi.
193
Bagan 1: Hasil TBS sepanjang usia tanaman kelapa sawit
Yield
tonnes
ofhektar
FFB per hectare
Hasilinton
TBS per
25
20
15
10
5
0
Year
Tahun1 1
Year
44
Tahun
Year
7 7
Tahun
Year
1010 Year
13 13 Year
1616 Year
1919 Year
22
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun22
Year
25 25 Year
2828
Tahun
Tahun
Sumber: Riset MPOB (Berbagai profil ini berlaku sama terhadap perkebunan Indonesia dan Malaysia), 2009
Perkembangan sektor global CPO dan CPKO
Produksi
Asia Tenggara mendominasi produksi CPO global dengan jumlah lebih dari 51 juta ton pada tahun
2012. Indonesia pada tahun 2012 memproduksi 27,2 juta ton CPO, yang merupakan lebih dari 50%
dari total produksi global, sedangkan Malaysia memproduksi 18,8 juta ton. Secara bersama sama,
Indonesia dan Malaysia memproduksi lebih dari 87% keseluruhan produksi global CPO pada tahun
2012 (Bagan 2).
CPKO dihasilkan dengan menghancurkan PK yang diperoleh selama proses penggilingan secara
bersamaan dengan produksi CPO. Produksi CPKO global secara keseluruhan adalah sekitar 6,0 juta
ton pada tahun 2012. Secara global, rata-rata produksi CPKO berkisar 11,4% dari total produksi CPO.
Indonesia memproduksi lebih dari 50% produksi CPKO global, serupa dengan kontribusi terhadap
produksi CPO global (Bagan 3).
194
55
55%
50
50%
45
45%
40
40%
35
35%
30
30%
25
25%
20
20%
15
15%
10
10%
5
5%
0
2002
2004
Rest
of the
World
Negara
lainnya
2006
2008
Malaysia
Indonesia
2010
%Indonesian
Indonesia terhadap
total
produksi
global
% share
of total
output
Juta
ton CPO
Million
tonnes
of CPO
Bagan 2: Produksi global CPO, 2002 hingga 2012 (dalam juta ton)
0%
2012
Indonesian
of Total
% Indonesia%dari
Total
Sumber: USDA, Februari 2013.
55
55%
6.6
50
55%
50%
6.0
45
50%
45%
5.4
40
45%
40%
4.8
35
40%
35%
4.2
30
35%
30%
3.6
25
30%
25%
3.0
20
25%
20%
2.4
15
20%
15%
1.8
10
15%
10%
1.2
5
10%
5%
0.6
0
2002
0.0
2002
2004
Rest
of the
World
Negara
lainnya
2004
Sumber: USDA, FebruariNegara
2013.
Rest
of the
World
lainnya
2006
2008
Malaysia
2006
Malaysia
Indonesia
2008
Indonesia
%
Indonesia
terhadap
total
produksi
global
%Indonesian
Indonesia
terhadap
produksi
global
Indonesian
%total
share
ofoutput
total
output
% share
of total
Juta
ton CPO
Million
tonnes
of CPO
ton
CPKO
MillionJuta
tonnes
of CPKO
Bagan 3: Produksi global CPKO, 2002 hingga 2012 (dalam juta ton)
5%
0%
2012
0%
Indonesian
of Total
% Indonesia%dari
Total
2010
2012
2010
Indonesian
% ofdari
Total
% Indonesia
Total
Konsumsi
ton CPKO
MillionJuta
tonnes
of CPKO
4.8
40%
4.2
35%
3.6
30%
3.0
2.4
195
25%
20%
% Indonesia
terhadap
total produksi
Indonesian
% share
of totalglobal
outpu
Beberapa negara merupakan konsumen besar CPO dan CPKO. CPO digunakan sebagai bahan
makanan,
khususnya untuk menggoreng dikarenakan sifatnya yang stabil,
6.6
55% dan sebagai minyak
memasak dan minyak untuk industri makanan, dimana sifatnya yang keras bernilai tinggi. CPO juga
6.0
50%
digunakan
sebagai bahan bakar biofuel dan sebagai pakan hewan untuk oleochemicals
dalam produksi
asam5.4lemak.
45%
CPKO lebih bergantung pada penggunaan oleochemicals, misalnya, pada deterjen dan produk
kebersihan pribadi, namun juga digunakan sebagai bahan makanan dalam produk-produk seperti es
krim dan margarin.
Permintaan akan komoditas tersebut tersebar secara internasional, dimana Cina, India, UE, Indonesia
dan Malaysia secara bersama-sama menduduki hampir 60% dari konsumsi CPO global dan lebih
dari 75% dari konsumsi CPKO secara global (Tabel 5 dan 6 serta Bagan 4 dan 5 menggambarkan
permintaan atas CPO dan CPKO).
UE, Cina, India dan Indonesia masing-masing menempati 10% dari konsumsi CPO secara global pada
tahun 2012, dimana Indonesia hampir melebihi India sebagai konsumen CPO terbesar. Permintaan
di Indonesia telah didorong oleh pembuatan biodiesel dan oleochemical secara lokal, dimana produk
akhirnya diekspor, dikarenakan para perusahaan pengolahan di Indonesia memanfaatkan insentif pajak
ekspor untuk proses pembuatan untuk keperluan ekspor. Pertumbuhan permintaan di Cina melambat
setelah tahun 2007, dikarenakan impor kedelai untuk dihancurkan (bukan impor minyak nabati secara
langsung) menyediakan minyak nabati tambahan yang dikonsumsi oleh konsumen lokal.
Karena kapasitas produksi oleochemical yang tinggi di Malaysia dan Indonesia, maka permintaan
global atas CPKO lebih terkonsentrasi secara tinggi daripada permintaan atas CPO di Asia Tenggara,
dimana kawasan tersebut sekarang menempati hampir 55% dari permintaan global pada tahun 2012,
meningkat dari 48% permintaan global pada tahun 2007.
CAGR berada pada tingkat 7,2% antara tahun 2002 dan 2012 untuk CPO dan 6,7% untuk CPKO,
dibandingkan dengan CAGR sebesar 4,4% untuk periode yang sama untuk keseluruhan jenis minyak
lainnya yang dapat dikonsumsi.
Tabel 5: Permintaan akan CPO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015
(dalam juta ton)
2002
2007
2012 E
CAGR
2015 E
Konsumsi Pangsa
Konsumsi Pangsa
Konsumsi Pangsa 2002-12
Konsumsi Pangsa
India
3,73
15,2%
3,67
10,1%
7,43
15,1%
7,1%
9,28
15,9%
Indonesia
3,38
13,8%
4,45
12,3%
6,93
14,1%
7,4%
8,83
15,1%
Cina
2,02
8,2%
5,14
14,2%
5,84
11,9%
11,2%
7,30
12,5%
Uni Eropa
2,92
11,9%
4,22
11,6%
5,53
11,3%
6,6%
6,08
10,4%
Malaysia
1,74
7,1%
3,11
8,6%
2,96
6,0%
5,4%
3,40
5,8%
Lainnya
10,67
43,6%
15,63
43,2%
20,38
41,5%
6,7%
23,43
40,2%
Total dunia
24,46
100,0%
36,21 100,0%
49,06 100,0%
7,2%
58,34 100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
Tabel 6: Permintaan akan CPKO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga
2015 (dalam juta ton)
2002
2007
2012 E
CAGR
2015 E
Konsumsi Pangsa
Konsumsi Pangsa
Konsumsi Pangsa 2002-12
Konsumsi Pangsa
Malaysia
1,04
35,1%
1,50
34,2%
1,70
30,2%
5,1%
1,87
28,0%
Indonesia
0,42
14,3%
0,59
13,5%
1,38
24,5%
12,6%
1,86
27,9%
Cina
0,61
20,5%
0,62
14,3%
0,57
10,1%
-0,6%
0,62
9,3%
Uni Eropa
0,10
3,3%
0,39
8,9%
0,48
8,4%
17,2%
0,60
8,9%
India
0,06
2,0%
0,13
3,1%
0,20
3,5%
12,9%
0,24
3,7%
Lainnya
0,73
24,8%
1,14
26,0%
1,31
23,3%
6,0%
1,48
22,1%
Total dunia
2,95 100,0%
4,37 100,0%
5,63 100,0%
6,7%
6,68 100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
196
Bagan
4: Konsumsi CPO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton)
50
50
45
45
40
Million
tonnes
tonnes
JutaMillion
ton
Juta
CPO
ton
CPO
40
35
35
30
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5
0
0
2002
2003
2005
2006
2010
2011
2012
2002
2003 India2004Indonesia
2005
2004
China
Cina
2006
EU2007 Malaysia
2008
Negara
lainnya
Rest
of the
World
2009
2010
2011
2012
China
Cina
EU
Negara
lainnya
Rest
of the
World
India
Indonesia
2007
2008
Malaysia
2009
Sumber: USDA, Februari 2013.
Bagan 5: Konsumsi CPKO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton)
6
6
5
Million
Million
tonnes
tonnes
Juta
ton
Juta
CPKO
ton CPKO
5
4
4
3
3
2
2
1
1
0
0
2002
2003
2002
2003Malaysia
2004 Indonesia
2005
2004
Sumber: USDA, Februari
2013.
Malaysia
2005
Indonesia
2006
2007
2008
EU
2006
China
Cina
2007
India
2008
Negara
lainnya
Rest
of the
World
2009
2010
2009
2010
EU
China
Cina
India
Negara
lainnya
Rest
of the
World
2011
2012
2011
2012
Ekspor
Hampir 80% dari produksi global CPO dan 50% dari produksi global CPKO diekspor dari negara produksi.
Lebih dari 50% ekspor tersebut terdiri dari minyak yang telah diolah (refined), karena pemerintah
Indonesia maupun Malaysia memberlakukan insentif untuk mendorong investasi terhadap fasilitas
pengolahan. Mereka melakukan ini dengan menerapkan pajak ekspor yang lebih tinggi terhadap CPO
dibandingkan dengan pajak terhadap ekspor produk hulu, termasuk minyak yang telah diolah, biodiesel
dan oleochemicals (Tabel 11 menjelaskan pajak ekspor Indonesia dan Malaysia yang berlaku pada
saat ini).
197
Pada tahun 2012, kapasitas pengolahan di Malaysia melebihi hasil produksi CPO negara tersebut dan
diperkirakan bahwa hal yang sama akan terjadi di Indonesia pada tahun 2013.
Indonesia merupakan pengekspor terbesar CPO dan CPKO. Pangsa Indonesia telah cukup konstan
(untuk CPO) atau menurun (untuk CPKO) sejak tahun 2010 dengan meluasnya pengolahan dalam
negeri (Bagan 6 dan 7).
Sebagai akibat peningkatan pengolahan dalam negeri, semakin besar pangsa produksi untuk CPO
maupun CPKO yang diekspor dengan pertambahan nilai. Sejumlah besar CPO dan CPKO yang
diekspor secara tidak langsung, dalam bentuk oleochemicals, biodiesel atau margarin misalnya, diolah
secara lokal sebelum diproses lebih lanjut.
45.0
45.0
50%
50%
40.5
40.5
45%
45%
36.0
36.0
40%
40%
31.5
31.5
35%
35%
27.0
27.0
30%
30%
22.5
22.5
25%
25%
18.0
18.0
20%
20%
13.5
13.5
15%
15%
9.0
9.0
10%
10%
4.5
4.5
5%
5%
0.0
0.0
2002
2002
2004
2004
Negara
lainnya
Rest
of
World
Negara
lainnya
Rest
of the
the
World
2006
2006
Malaysia
Malaysia
2008
2008
Indonesia
Indonesia
%%Indonesia
Indonesiaterhadap
terhadaptotal
totalekspor
ekspor
Indonesian
Indonesian%%share
shareof
oftotal
totalexports
exports
Juta
ton
tonCPO
CPO
Million
MillionJuta
tonnes
tonnes
of
ofCPO
CPO
Bagan 6: Ekspor global CPO, 2002-2012 (dalam juta ton)
0%
0%
2010
2012
2010
2012
%
Total
Indonesian
of
% Indonesia
Indonesia%
dari
Total
Indonesian
%dari
of Total
Total
Sumber: USDA, Februari 2013.
3.0
3.0
70%
70%
2.5
2.5
60%
60%
2.0
2.0
50%
50%
1.5
1.5
40%
40%
1.0
1.0
30%
30%
0.5
0.5
20%
20%
0.0
0.0
2002
2002
2004
2004
Negara
lainnya
Rest
World
Negara
lainnya
Rest of
of the
the
World
2006
2006
Malaysia
Malaysia
2008
2008
Indonesia
Indonesia
Source: USDA, Februari 2013.
198
10%
10%
2010
2012
2010
2012
% Indonesia
Indonesia
dari
Total
Indonesian
%
of
%
Total
Indonesian
%dari
of Total
Total
%%Indonesia
Indonesia
terhadap
total
totalekspor
ekspor
Indonesian
Indonesian
%%terhadap
share
shareof
oftotal
total
exports
exports
Juta
Juta
ton
tonCPKO
CPKO
Million
Million
tonnes
tonnes
of
ofCPKO
CPKO
Bagan 7: Ekspor global CPKO, 2002-2012
Impor
Dikarenakan sebaran geografis yang cukup luas dari konsumsi CPO dan CPKO, impor CPO terbagi
cukup rata diantara para negara konsumen terbesar, dimana India dan Cina merupakan pengimpor
terbesar pada tahun 2012 (Tabel 7 dan Bagan 8). Impor CPKO terkonsentrasi di UE dan Cina, dimana
kedua negara tersebut menggunakan dalam jumlah besar alkohol lemak (fatty alcohol) yang dihasilkan
secara alami oleh PKO sebagai bahan pakan ternak (Tabel 8 dan Bagan 9).
Tabel 7: Impor CPO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam
juta ton)
Impor
2,02
2,98
3,40
2002
Pangsa
12,3%
18,1%
20,6%
2007
Impor
Pangsa
5,14
18,9%
4,34
16,0%
3,65
13,4%
2012 E
Impor
Pangsa
5,84
15,2%
5,64
14,6%
7,47
19,4%
CAGR
2002-2012
11,2%
6,6%
8,2%
2015 E
Impor
Pangsa
7,30
15,9%
6,08
13,3%
8,82
19,3%
India
Cina
Uni Eropa
Bagian lain
dunia
8,08
49,0%
14,02
51,7%
19,55
50,8%
9,2%
23,57
51,5%
Total dunia
16,48
100,0%
27,15
100,0%
38,50
100,0%
8,9%
45,78
100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
Tabel 8: Impor CPKO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam
juta ton)
2002
2007
2012 E
CAGR
2015 E
Impor Pangsa
Impor Pangsa
Impor Pangsa 2002-2012
Impor Pangsa
Uni Eropa
0,59
46,7%
0,64
30,9%
0,61
23,8%
0,4%
0,67
22,2%
Cina
0,10
7,7%
0,39
18,9%
0,48
18,5%
17,2%
0,57
19,0%
India
0,05
4,2%
0,14
6,7%
0,18
6,8%
12,7%
0,23
7,8%
Bagian lain dunia
0,52
41,4%
0,90
43,5%
1,31
50,9%
9,6%
2,21
73,3%
Total dunia
1,26
100,0%
2,07
100,0%
2,57
100,0%
7,4%
3,01
100,0%
Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013.
Bagan 8: Impor CPO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton)
40
35
Million
Juta tonnes
ton CPO
30
25
20
15
10
5
0
2002
2003
2004
2005
India
2006
China
2007
EU
2008
2009
Rest
of the
World
Negara
lainnya
Sumber: USDA, Februari 2013.
199
2010
2011
2012
Bagan 9: Impor CPKO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton)
3
3
2.5
2.5
Million
Million
tonnes
tonnes
Juta
ton
Juta
CPKO
ton
CPKO
2
2
1.5
1.5
1
1
0.5
0.5
0
0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2002
2003
2004
EU
2005
China
2006
India
2007
Rest
of the
World
Negara
lainnya
2008
2009
EU
China
India
Rest
of the
World
Negara
lainnya
Sumber: USDA, Februari 2013.
2009
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Perkiraan (outlook) untuk sektor kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia
Penanaman
Sebagai tanaman panen, dengan masa persiapan yang panjang antara penanaman dan penghasilan,
kelapa sawit memiliki jangka waktu bertahun-tahun antara indikasi harga kepada calon penanam
dengan perolehan hasil yang dapat dipanen. Hubungan antara harga dan penanaman memberikan
metode perkiraan yang dapat dihandalkan untuk beberapa tahun mendatang. Terdapat keterkaitan erat
antara harga CPO di Asia Tenggara dan penjualan bibit kelapa sawit di Indonesia (Bagan 10). Harga
CPO yang lebih tinggi mendorong penanaman yang lebih banyak, yang tercermin pada penjualan bibit
yang telah dibuahi (germinated seed) yang lebih tinggi.
240
3,200
240
3,200
200
2,800
200
2,800
160
2,400
160
2,400
120
2,000
120
2,000
80
1,600
80
1,600
40
1,200
40
1,200
800
0
0
1992
1992
1995
1998
Total
bibit
Totalpenjualan
seed sales
1995
1998
Total
bibit
Totalpenjualan
seed sales
2001
2004
2007
Harga
CPO(MDEX
(MDEX3rd
3rdposition
position futures)
futures)
CPO
Price
2001
2004
2007
Harga
CPO(MDEX
(MDEX3rd
3rdposition
position futures)
futures)
CPO
Price
Sumber: Riset LMC, Februari 2013.
200
2010
2010
800
CPO
di Bursa
Malaysia
HargaHarga
CPO di
Bursa
Malaysia
BursaBursa
Malaysia
CPO
price,
CPO
MYR per
MYRtonne
per tonne
( per
MYR
perprice,
ton)
(Malaysia
MYR
ton)
Penjualan
Penjualan
bibit yang
bibit telah
yang dibuahi
telah dibuahi
( dalam
( dalam
jutaanjutaan
bibit ) bibit )
Germinated
Germinated
seed sales,
seed sales,
million
million
seedsseeds
Bagan 10: Penjualan bibit kelapa sawit yang telah dibuahi (germinated seeds) vs. Harga CPO di
Bursa Malaysia
Tabel 9: Perkiraan produksi CPO global dari tahun 2012 hingga 2015 (dalam juta ton)
Indonesia
Malaysia
Sisa Dunia
Total
18,8
19,0
19,9
20,0
6,7
6,9
7,1
7,3
52,7
55,6
59,9
61,3
2012 E
27,2
2013 E
29,8
2014 E
32,9
2015 E
34,0
Sumber: Estimasi LMC, Februari 2013.
Pertumbuhan
Y-o-Y
7,7%
5,6%
7,6%
2,4%
Tabel 10: Perkiraan produksi global CPKO dari tahun 2012 hingga tahun 2015 (dalam juta ton)
Indonesia
Malaysia
Sisa Dunia
Total
2,1
2,1
2,2
2,2
0,8
0,9
0,9
0,9
6,0
6,3
6,8
7,0
2012 E
3,1
2013 E
3,4
2014 E
3,7
2015 E
3,9
Sumber: Estimasi LMC, Februari 2013.
Pertumbuhan
Y-o-Y
7,7%
5,6%
7,6%
2,4%
Membandingkan produksi di Indonesia dan Malaysia
Produksi CPO rata-rata per hektar tanaman sawit dewasa untuk Indonesia, dibandingkan dengan di
Malaysia, ditampilkan pada Bagan 11. Terdapat selisih sebesar hampir satu ton per hektar antara
produksi CPO di Malaysia dan Indonesia. Sebagian dari selisih tersebut disebabkan oleh usia ratarata yang relatif muda di perkebunan di Indonesia, sebagai akibat dari pertumbuhan pesat penanaman
yang belum lama ini terjadi. Sebuah faktor lain yang menyebabkan rendahnya produksi CPO ratarata di Indonesia adalah rendahnya tingkat produksi dari sektor penanam yang berskala kecil. Sektor
penanam yang berskala kecil secara berangsur menjadi penting karena kewajiban semua perkebunan
baru untuk memiliki komponen plasma yang signifikan di daerah mereka masing-masing.
Bagan 11: Perbandingan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia
4.6
Hasil produksi CPO
CPO
yields,
tonnes
mature
hectare
( dalam
ton per
hektarper
tanaman
dewasa)
4.4
4.2
4.0
3.8
3.6
3.4
3.2
3.0
2.8
2.6
2000
2002
2004
2006
Malaysia
2008
2010
Indonesia
Sumber: MPOB untuk Malaysia dan estimasi LMC, yang diadaptasi dari data Direktorat Jenderal Pertanahan Indonesia, 2012.
201
Kondisi kebijakan di Indonesia dan kawasan lainnya
Pajak ekspor
Salah satu pengaruh besar terhadap profitabilitas sektor kelapa sawit Indonesia adalah sistem perpajakan
ekspor. Pemerintah menerapkan pajak ekspor, yang meningkat seiiring dengan meningkatnya harga
ekspor CPO. Disamping itu, peraturan perpajakan (yang berbeda dengan yang berlaku sebelum bulan
September 2011) menerapkan pajak ekspor yang lebih rendah untuk produk minyak sawit yang telah
diolah dibandingkan dengan CPO. Hal ini memberikankan insentif kepada para pengolah minyak sawit,
yang membeli CPO untuk diolah dengan harga ekspor dikurangi pajak ekspor dan mengekspor produk
sawit yang telah diolah pada harga ekspor dikurangi pajak ekspor produk olahan tersebut (yang lebih
rendah). Diantara produk-produk yang telah diolah, yang memainkan peran terpenting adalah minyak
goreng sawit (RBD olein atau RBDOL) yang telah diolah, diputihkan dan dihilangkan baunya (refined,
bleached, deodorized atau RBD), yang menempati lebih dari 75% dari produk yang diperoleh dari
pemurnian CPO.
Perusahaan pengolah CPO pada kuartal kedua tahun 2012 mendapatkan insentif hingga USD100 per
ton, ketika pajak ekspor CPO mendekati USD220 per ton dan pajak ekspor yang diberlakukan terhadap
RBD olein dibawah USD120 per ton (Bagan 12). CPO telah dikenakan pajak ekspor yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan RBD olein sejak bulan September 2011. Oleh karenanya, perusahaan yang
menjual CPO di Indonesia dapat menerima harga ekspor FOB dikurangi dengan pajak ekspor yang
telah mendekati USD220 per ton di pertengahan tahun 2012, sedangkan perusahaan yang menjual
RBD olein akan menerima harga ekspor FOB dikurangi dengan pajak ekspor di bawah USD120 per ton
pada pertengahan tahun 2012.
Para pengolah minyak sawit di Malaysia mengalami penurunan daya saing di pasar ekspor setelah
perubahan struktur pajak ekspor Indonesia pada bulan September 2011, namun sejak Januari 2013,
Pemerintah Malaysia telah memberlakukan insentif pajak ekspor kepada para pengolah, yang secara
umum dirancang untuk mengimbangi insentif yang diterima oleh para pengolah minyak sawit Indonesia.
(Tabel 11 mencantumkan tingkat pajak ekspor CPO dan RBD olein yang berlaku di kedua negara,
disamping juga selisih antara tingkat pajak untuk komoditas tersebut di Indonesia, yang mengindikasikan
skala insentif bagi para pengolah lokal.)
Bagan 12: Pajak ekspor Indonesia terhadap CPO dan RBD olein sejak bulan September 2011
220
Pajak Ekspor Indonesia
( dalam
USDtaxes,
per ton)
Indonesian
export
US$ per tonne
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Sep-11
Sep-11
Des-11
Dec-11
Mar-12
Mar-12
CPO
Jun-12
Jun-12
Oleinpalm
sawitolein
RBD
RBD
Sumber : Lembar Negara Pemerintah Indonesia, Februari 2013.
202
Sep-12
Sep-12
Tabel 11: Struktur pajak ekspor CPO dan RBD olein di Indonesia dan Malaysia
Pajak ekspor Indonesia
Kisaran harga CPO CPO
RBD olein
Selisih
Pajak ekspor Malaysia
Kisaran harga CPO
(pada MYR3 =
USD)
MYR2.250-2.400
USD750-800
MYR2.400-2.550
USD800-850
MYR2.550-2.700
USD850-900
MYR2.700-2.850
USD900-950
MYR2.850-3.000
USD950-1.000
MYR3.000-3.150
USD1.000-1.050
MYR3.150-3.300
USD1.050-1.100
MYR3.300-3.450
USD1.100-1.150
MYR3.450-3.600
USD1.150-1.200
<= USD750
0,0%
0,0%
0,0%
USD750-800
7,5%
2,0%
5,5%
USD800-850
9,0%
3,0%
6,0%
USD850-900
10,5%
4,0%
6,5%
USD900-950
12,0%
5,0%
7,0%
USD950-1.000
13,5%
6,0%
7,5%
USD1.000-1.050
15,0%
7,0%
8,0%
USD1.050-1.100
16,5%
8,0%
8,5%
USD1.100-1.150
18,0%
9,0%
9,0%
USD1.150-1.200
19,5%
10,0%
9,5%
USD1.200-1.250
21,0%
11,5%
9,5%
> USD1250
22,5%
13,0%
9,5%
Sumber : Lembar Negara Pemerintah Indonesia dan Malaysia, Februari 2013.
CPO
RBD olein
4,5%
5,0%
5,5%
6,0%
6,5%
7,0%
7,5%
8,0%
8,5%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Tarif impor
Diantara ketiga pengimpor utama produk minyak sawit, baik India maupun Uni Eropa menerapkan tarif
impor yang lebih tinggi terhadap CPO daripada minyak-minyak yang telah diolah. Setelah terjadinya
reformasi pajak di Indonesia pada bulan September 2011, Pemerintah India menata ulang sistem tarif
impor mereka di bulan Juli 2012 sehingga menyeimbangi keuntungan yang diberikan kepada pengolah
minyak sawit Indonesia oleh sistem pajak ekspor Indonesia.
Cina menerapkan tarif impor yang sama terhadap CPO dan RBD olein dan merupakan pengimpor produk
sawit olahan terbesar di dunia. Namun demikian, sejak Januari 2013, Pemerintah Cina memberlakukan
peraturan yang lebih ketat terhadap kualitas produk minyak sawit olahan yang diimpor, dan ini dapat
menurunkan kuantitas minyak sawit yang diimpor Cina.
Kesinambungan
Salah satu permasalahan yang memiliki dampak semakin besar dalam beberapa tahun belakangan
ini adalah tekanan dari berbagai pihak, seperti misalnya perusahaan makanan multinasional, untuk
menjamin kesinambungan produksi CPO. Asosiasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
telah didirikan untuk menjamin keberlanjutan produksi CPO di berbagai perkebunan yang menerima
persyaratannya yang ketat. Secara bersamaan, terdapat berbagai standar kesinambungan nasional
terpisah yang diberlakukan di Indonesia maupun Malaysia.
Tekanan ini telah berperan sebagai sebuah penghalang non-tarif terhadap penggunaan minyak sawit
di Uni Eropa serta di Amerika Serikat (AS), dan pemerintah di kedua negara tersebut bersikeras untuk
dipenuhinya ketentuan kesinambungan sebagai persyaratan dukungan mereka terhadap penggunaan
CPO sebagai sumber biofuel.
Namun demikian, Uni Eropa dan Amerika Utara saat ini bersama-sama menempati kurang dari 15%
dari konsumsi CPO secara global. Sebagai sebuah sumber lemak keras dengan harga bersaing untuk
proses memasak dan industri pembuatan makanan, CPO sulit untuk digantikan sebagai bahan bersifat
trans-fat-free (minyak nabati utama lainnya, seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji
bunga matahari, semua membutuhkan partial hydrogenation, yang menimbulkan asam lemak trans
(trans-fatty acids), yang dianggap tidak sehat). Oleh sebab itu, dampak penghalang non-tarif tersebut
sifatnya terbatas.
203
Perilaku harga minyak nabati
Pada tahun 2007, terjadi sebuah perubahan pada pola harga minyak nabati. Sebelum tahun tersebut,
berbagai harga minyak nabati utama tidak memiliki keterkaitan yang jelas dengan harga minyak bumi.
Bagan 13 membandingkan harga minyak mentah Brent North Sea per ton terhadap harga Uni Eropa
Barat Laut untuk tiga minyak nabati utama, yakni minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rapeseed,
dari tahun 1999 hingga 2006, dan dapat dilihat tidak ada korelasi yang berarti pada pergerakan harga.
Bagan 13: Harga minyak nabati Uni Eropa terhadap minyak mentah Brent North Sea tahun 19992006
900
NW Europe prices, US$ per tonne
750
600
450
300
150
0
Jan-99
Jan-00
Jan-01
Brent Crude
Jan-02
Jan-03
CPO
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Minyak
─ Minyak
Soy
Oil kedelai─ ─ ─
Rapeseed
Oilrapeseed
Sumber: IMF, MPOB, World Bank, Februari 2013.
Sementara itu, permintaan atas minyak nabati untuk biodiesel telah tumbuh dengan pesat. Pada tahun
2007 pangsa minyak nabati pada permintaan global untuk semua minyak nabati telah meningkat
di atas 10% untuk pertama kalinya. Persentase ini terbukti penting di beberapa pasar bahan baku
biofuel (termasuk tepung dan gula) dalam menciptakan hubungan antara harga produk pertanian dan
harga minyak bumi. Hubungan ini tercipta karena di sejumlah pasar utama biodiesel, termasuk dua
pasar terbesar, yakni Uni Eropa dan Amerika Serikat, dimana terdapat kewajiban biodiesel, para pihak
berwenang hanya mensyaratkan persentase campuran biodiesel di dalam bahan bakar solar agar
tercapai pada akhir tahun. Sebagai akibatnya, permintaan minyak nabati untuk memproduksi biodiesel
berfluktuasi dalam satu tahun, tergantung dari persepsi harga para pembeli terkait dengan harga bahan
bakar solar.
Hanya ketika biodiesel menyerap lebih dari 10% keluaran minyak nabati, barulah pergerakan permintaan
biodiesel jangka pendek menjadi cukup besar untuk menciptakan hubungan yang jelas antara harga
minyak bumi dan harga minyak nabati, dan menempatkan minyak nabati dalam sebuah kisaran harga
dimana harga minyak mentah merupakan batas harga bawah. Batas harga bawah ini timbul ketika
harga minyak nabati sejalan dengan harga minyak bumi sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak
ada subsidi yang diperlukan untuk mendorong penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar. Plafon dari
kisaran harga ini ditetapkan oleh tingginya subsidi yang diberikan pemerintah untuk biofuel. (Bagan 14
menggambarkan kisaran harga, dengan sebuah garis vertikal pada awal tahun 2007, ketika kisaran
harga ini pertama kali muncul.)
204
Bagan 14: Harga berbagai minyak nabati utama di Uni Eropa vs. minyak mentah Brent North Sea
pada tahun 2006-12
1,600
NW EU
Europe
US$ per
Harga
Barat prices,
Laut ( dalam
USDtonne
per ton )
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
Jan-06
Jan-07
Jan-08
Jan-09
Brent Crude
CPO
Jan-10
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Minyak
─ MinyakOil
rapeseed
Soy Oil kedelai─ ─ ─Rapeseed
Sumber: IMF, MPOB, World Bank, Februari 2013..
Substitusi antara berbagai jenis minyak
Timbulnya kisaran harga ini tidak bergantung pada kondisi dimana semua minyak digunakan dalam
jumlah besar sebagai biofuel. Permintaan dalam jumlah tinggi atas minyak rapeseed (di Uni Eropa)
dan minyak kedelai (di Amerika Serikat, Brazil dan Argentina) yang sekarang digunakan sebagai bahan
baku biodiesel telah mengalihkan pasokan dari pasar makanan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu jenis
minyak lainnya untuk mengisi kekurangan pasokan yang diakibatkan pada pengalihan ke biofuel, dan
minyak kelapa sawit berposisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Di dalam kisaran harga tersebut, perbedaan antara harga masing-masing minyak dapat dijelaskan oleh
pergeseran keseimbangan persediaan-permintaan di masing-masing sektor. Sebagai contoh, diskon
minyak sawit terhadap minyak nabati lainnya melebar ketika persediaan minyak sawit sedang tinggi,
sementara harga minyak kedelai dan rapeseed meningkat terhadap minyak sawit ketika persediaan
minyak kedelai dan rapeseed sedang rendah disebabkan hasil panen yang buruk.
Pengaruh biofuel terhadap harga minyak nabati juga terjadi secara tidak langsung sebagai akibat dari
kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk mendorong penggunaan bahan bakar etanol. Jagung
(tepung maizena) yang digunakan untuk memproduksi etanol di Amerika Serikat bersaing dengan
kedelai untuk lahan perkebunan. Peningkatan permintaan atas etanol mendongkrak harga jagung
dan menyebabkan petani untuk mengalihkan lahan perkebunan dari kedelai ke jagung, sehingga
mengurangi ketersediaan kedelai sebagai sebuah alternative dari minyak kelapa sawit sebagai sumber
minyak nabati.
Premi di Uni Eropa untuk CPO terhadap minyak mentah Brent bertolak belakang dengan persediaan
minyak kelapa sawit (Bagan 15). Dengan tidak adanya data resmi komprehensif tentang persediaan
Indonesia, data persediaan yang dikeluarkan oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) umumnya
digunakan sebagai indikator. Ketika persediaan MPOB sedang rendah, premi CPO terhadap Brent
juga rendah, dimana para penjual CPO bersaing mendapatkan pasar. Premi Uni Eropa untuk CPO
atas Brent telah menunjukkan rata-rata sekitar USD250 per ton pada periode dari Januari 2007 hingga
Februari 2013. (Premi ini dijelaskan dengan garis horizontal pada Bagan 17).
205
600
2,650
600
2,650
500
2,375
500
2,375
400
2,100
400
2,100
300
1,825
300
1,825
200
1,550
200
1,550
100
1,275
100
1,275
0
Jan-07
0
Jan-07
Tingkat
Tingkat
Persediaan
Persediaan
MPOB
(tonnes
ribuan
(tonnes
ribuan
ton) ton)
MPOB
MPOB
Stocks,
Stocks,
'000MPOB
'000
EU Harga
CPO
EUpremium
CPO
premium
over( Brent,
over( Brent,
$ perper
$tonne
per
tonne
Harga
EU Barat
EU Laut
Barat
Laut
dalam
dalam
USD
USD
tonper
) ton )
Bagan 15: Premi CPO Uni Eropa atas Brent vs. persediaan minyak sawit Malaysia tahun 20072012
1,000
Jan-08
Jan-09
Jan-08
Premium
Jan-09
Premi
Jan-10
Jan-11
Average premium
Jan-10
Rata-rata
premi Jan-11
Average premium
Sumber : IMF, MPOB, World Bank,Premium
Februari 2013. Rata-rata
Premi
premi
Jan-12
Stocks
Jan-12
Tingkat
persediaan
1,000
Stocks
Tingkat persediaan
Futures markets
Future trading memainkan peran yang semakin besar dalam penentuan harga minyak nabati. Future
market utama untuk minyak nabati adalah pasar di Chicago (memperdagangkan minyak kedelai), dan
di Kuala Lumpur serta Jakarta (keduanya memperdagangkan CPO).
Bagan 16: Harga Uni Eropa untuk kelapa sawit, inti sawit dan minyak kelapa, 2006-2012
2,400
Harga
Harga
EUEurope
Barat
EUEurope
Laut
Barat
( Laut
dalam
( dalam
USD
USD
tonper
) ton )
NW
NW
prices,
prices,
US$
per
US$per
tonne
per
tonne
2,400
2,200
2,200
2,000
2,000
1,800
1,800
1,600
1,600
1,400
1,400
1,200
1,200
1,000
1,000
800
800
600
600
400
400
200
Jan-06
Jan-07
200
Jan-06
Jan-07
MPOB, World Bank, Februari 2013..
Jan-08
CPKO
Jan-08
CPKO
Jan-09
CPO
Jan-09
Jan-10
Jan-10
CPO
Jan-11
Minyak kelapa
Coconut
Oil
Jan-11
Minyak kelapa
Coconut
Oil
MPOB, World Bank, Februari 2013..
Sources : IMF, Sumber: MPOB, World Bank, Februari 2013..
206
Jan-12
Jan-13
Jan-12
Jan-13 Sources:
IMF, Sumber:
Sources:
IMF, Sumber:
Minyak-minyak Laurat
Bagan 18 membandingkan harga di Uni Eropa untuk kedua minyak laurat tersebut (CPKO dan minyak
kelapa) terhadap harga CPO. Harga kedua minyak laurat tersebut saling mengikuti secara sangat
dekat, karena mereka dapat menggantikan satu dengan lainnya sebagai bahan bakar dalam industri
oleochemical. Namun demikian, perbedaan antara harga minyak laurat dan CPO dapat, terkadang,
menjadi sangat besar ketika persediaan kedua minyak laurat tersebut rendah, karena tidak ada
pengganti untuk kedua asam laurat tersebut dari segi kandungan asam lemak mereka.
Posisi Perseroan dibandingkan dengan beberapa perusahaan lain yang sejenis berdasarkan
pendapatan dan total aset
Tabel berikut menunjukan pendapatan dan total aset tahun 2011 dan 2012 dari beberapa perusahaan
produsen minyak kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:
Pendapatan
2011
2012
1.437,05
1.476,72
1.228,12
1.233,47
534,27
449,21
497,86
486,70 2)
358,24
317,13 2)
185,33
185,06
101,27
108,33 2)
56,20
48,52 2)
Nama Perusahaan
PT Salim Ivomas Pratama Tbk.
PT Astra Agro Lestari Tbk.
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk.
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
PT Sampoerna Agro Tbk.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
PT BW Plantations Tbk.
PT Gozco Plantations Tbk.
Sumber: Bloomberg
Catatan: 1) Berdasarkan nilai tukar USD-IDR 9.735 (Bloomberg, 27 Maret 2013)
2) Estimasi Bloomberg
3) Estimasi tidak tersedia
(dalam USD juta)1)
Total Aset
2011
2012
2.790,16
2.758,12
1.116,10
1.289,03
742,85
783,79
2.045,53
N/A 3)
320,29
N/A 3)
912,71
399,37
392,54
N/A 3)
310,03
N/A 3)
TEPUNG SAGU
Pasar dunia untuk native starch (tepung murni)
Tepung merupakan produk yang memiliki banyak penggunaan, baik dalam bentuk bahan mentah
maupun dalam kegunaannya. Tepung merupakan bahan yang berwarna putih, terdiri dari butiran
(granule), dan bersifat organik yang diproduksi secara alami oleh semua tumbuhan hijau. Tepung,
dalam bentuknya yang murni, adalah sebuah bubuk putih tanpa rasa yang tidak dapat larut dalam air
dingin, alkohol atau pelarut lainnya. Tepung murni memiliki penggunaan yang relatif terbatas, khususnya
sebagai bahan pengental (thickener) dan sebagai bahan pengikat (binder), dikarenakan sifatnya yang
menjadi gel yang kurang disukai, yang dikenal dengan sebutan retro-gradation. Modifikasi tepung, yang
dapat dilakukan secara kimiawi atau fisik, mempengaruhi fenomena ini. Tepung yang telah dimodifikasi
dapat memperoleh viskositas yang tinggi maupun rendah (cairan dengan tingkat viskositas tinggi
memiliki tingkat konsistensi yang lebih kental) serta dapat tahan terhadap panas atau terhadap tingkat
keasaman (pH) yang tinggi atau rendah. Untuk alasan-alasan tersebut, tepung merupakan bahan yang
menarik untuk banyak sektor makanan maupun non-makanan.
Tepung juga banyak diambil dari dua jenis tanaman yang berbeda:
• Biji-bijian, yang termasuk jagung, gandum, beras, barley, sorghum, rye dan biji-bijian utama lainnya.
• Tuber, yang termasuk ubi kayu (juga disebut dengan tapioka dan manioc), tepung kentang (starch
potatoes) dan kentang manis (sweet potatoes).
Selain dari tanaman-tanaman tersebut, terdapat sumber tepung lainnya, seperti misalnya tanaman
sagu dan legume (kacang polong, kacang beans, dan lentil). Tepung yang diproduksi dari bahan-bahan
mentah tersebut menempati hanya sebagian kecil dari volume pasar global tepung.
207
Terkait dengan kedua jenis tepung tersebut, tepung tuber umumnya dianggap lebih unggul dibandingkan
dengan tepung terigu. Hal ini mencerminkan beberapa sifat fungsionalnya yang menguntungkan,
disamping rasanya yang hambar yang disukai oleh para pengolah makanan. Oleh karenanya, tepung
tuber, seperti tepung kentang dan tepung ubi kayu, merupakan produk premium. Tepung kentang
diproduksi dalam skala yang relatif kecil secara global (memasok 5% hingga 6% dari produksi global
saat ini). Produk hasil ubi kayu telah tumbuh secara signifikan di Asia Tenggara sejak tahun 1970an dan
saat ini merupakan tanaman tepung yang dominan ditanam di kawasan ini. Dengan demikian, ubi kayu
telah menjadi sumber generik tepung murni di Asia Tenggara, dimana produk tersebut bersaing dengan
tepung-tepung yang dibuat dari gandum. Pada tahun 2010 dan 2011, tepung ubi kayu menempati
kurang lebih 30% dari produksi tepung murni dunia.
Dari segi volume, pasar tepung murni dunia didominasi oleh jagung dan ubi kayu. Walau beberapa jenis
tepung diproduksi menggunakan gandum, namun masih dianggap sebagai produk yang lebih rendah
dikarenakan keterbatasan kegunaannya. Produksi komersial (bukan produksi sebagai bahan makanan
pokok sehari-hari) atas tepung sagu menempati proporsi yang sangat kecil (kurang lebih 0,1% pada
tahun 2011) pada pasar global tepung murni.
Tanaman sagu dan tepung sagu
Tepung sagu diperoleh dari tanaman sagu (yang bukan merupakan tanaman palem), yakni tanaman
asli yang terdapat di Asia Tenggara dan Oceania. Tanaman sagu secara tradisional telah digunakan
sebagai tanaman yang dibudidayakan sebagai bahan makanan (bukan untuk tujuan komersil). Bagian
yang paling berharga dari tanaman tersebut adalah tepung yang terdapat di batang tanaman yang
dikonsumsi sebagai makanan. Tanaman ini miliki usia hidup yang relatif panjang (dari bibit ke bibit)
hingga 10 sampai 11 tahun.
Pada umumnya, tanaman sagu dianggap siap untuk diolah menjadi sagu pada saat berbunga. Hal ini
terjadi hanya satu kali, ketika tanaman tersebut mencapai usia dewasa, menjelang akhir usia hidupnya.
Diperkirakan bahwa masa untuk memanen batang tanaman adalah dua tahun (Berdasarkan sumber:
Flach, Michiel. 1997. Sago palm. International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy; dan
INSEDA. Sago Palm. Booklet No. 526. Sugar dan Starch Crops: SSCS – 4). Tinggi tanaman ini berkisar
antara 8 hingga 12 meter pada saat dipanen.
Dalam habitat alaminya, tanaman sagu tumbuh di air rawa. Total kawasan alami dari tanaman ini secara
global diperkirakan lebih dari dua juta hektar, yang hampir semuanya terletak di Papua New Guinea dan
Indonesia.
Dengan berjalannya waktu, pembudidayaan tanaman sagu secara komersil telah berkembang.
Perkebunan-perkebunan ini umumnya terdapat di Sarawak, Malaysia dan Kepulauan Riau di Indonesia.
Di daerah-daerah tersebut, tanaman ini ditanam di lahan gambut dan dipanen untuk produksi tepung
secara komersil. Model perkebunan umumnya didasarkan pada kepadatan tanaman rendah yang
membutuhkan tingkat pemeliharaan rendah. Pada umumnya, kepadatan tanaman sagu di suatu lahan
adalah sekitar 100 hingga 150 tanaman per hektar, dibandingkan dengan 250 hingga 400 tanaman
kelapa per hektar di lahan alami. Hal ini disebabkan karena, di hutan alami, tanaman-tanaman tersebar
melalui kembang biak alami, dari dahan dan lapisan, disamping juga melalui bibitnya, dimana kanopi
yang tercipta menghalangi tanaman-tanaman untuk mencapai hasil produksi tepung yang optimal per
hektar.
Hasil tepung kering berkisar antara 3 hingga 6 ton per hektar per tahun. Hal ini dibandingkan dengan
sekitar 14 ton per hektar untuk tepung ubi kayu Thailand dan 3,5 hingga 6,5 ton masing-masing untuk
tepung maizena di Cina dan Amerika Serikat.
208
Produksi tepung murni (native starch)
Pada tahun-tahun 2002 hingga 2011, produksi tepung murni dunia tumbuh CAGR sebesar 5,5%. Pada
tahun 2011, jumlah produksi lebih dari 27 juta ton (Tabel 12).
Tabel 12: Produksi tepung murni (native starch) dunia, 2002-2011 (dalam juta ton)
Produksi global tepung murni
terdiri dari:
Tepung maizena
Tepung ubi kayu
Tepung kentang
Tepung terigu
Tepung sagu
Tepung lainnya
2002
16,72
2003
17,22
2004
18,43
2005
20,25
2006
20,90
2007
22,30
2008
23,47
2009
25,28
2010
26,45
2011
27,03
8,62
5,36
1,30
1,07
0,03
0,32
8,81
5,59
1,38
1,06
0,03
0,35
9,75
6,08
1,34
0,85
0,04
0,38
10,98
6,35
1,45
1,05
0,04
0,39
10,91
6,96
1,50
1,10
0,04
0,40
12,05
7,21
1,39
1,18
0,04
0,43
13,20
7,18
1,38
1,22
0,04
0,45
14,43
7,56
1,52
1,27
0,03
0,47
15,38
7,61
1,60
1,33
0,04
0,49
15,75
7,90
1,50
1,34
0,03
0,51
Key producers of native starch
Cina
3,37
3,55
4,03
5,43
5,53
6,83
8,16
9,25
9,93 10,25
Thailand
2,49
2,79
2,93
3,07
3,54
3,46
3,34
3,86
3,86
4,03
Uni Eropa
2,67
2,74
2,71
2,90
2,96
2,75
2,71
2,94
3,22
2,84
2,25
Amerika Serikat
2,18
2,27
2,45
2,43
2,41
2,38
2,26
2,06
2,27
Indonesia
1,40
1,26
1,76
1,59
1,30
1,50
1,72
1,75
1,74
1,89
Negara lainnya
4,60
4,61
4,54
4,84
5,17
5,38
5,27
5,40
5,43
5,77
Total
16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03
Sumber: Database tepung LMC, 2013.
Catatan: Produksi tepung sagu dihitung hanya pada tingkat produksi komersial; produksi di tingkat rumah tangga untuk konsumsi
lokal tidak dimasukkan ke dalam analisa di atas.
Tepung maizena merupakan tepung murni terbesar dari segi berat yang diproduksi. Dua produsen
terbesar tepung jenis ini adalah Cina dan Amerika Serikat. Tepung ubi kayu, terbesar kedua berdasarkan
tonase, mayoritas diproduksi di Asia dan merupakan produk ekspor tepung murni terbesar (Tabel 14).
Tepung kentang dan terigu secara predominan diproduksi di UE. Hasil produksi rata-rata tepung sagu
dalam skala komersil adalah 30.000 hingga 40.000 ton per tahun sejak tahun 2002. Sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, tanaman sagu tumbuh di sejumlah negara di Asia Tenggara, namun umumnya
di Papua New Guinea dan tepung tersebut diproduksi secara komersial dalam volume yang signifikan
di Malaysia. Produksi rumah tangga tidak dimasukkan ke dalam Tabel 12, namun diperkirakan sebesar
100.000 ton per tahun di Indonesia. Sampoerna Agro saat ini mengembangkan proyek tepung sagu
komersial di Riau.
Konsumsi tepung murni
Perkembangan konsumsi tepung murni antara tahun 2002 dan 2011 dan proyek LMC hingga 2015
mengindikasikan bahwa Cina, disamping menjadi produsen terbesar, secara historis juga merupakan
konsumen terbesar (Tabel 13). Indonesia juga merupakan konsumen yang signifikan, namun tingkat
produksi lebih rendah daripada tingkat konsumsi, dan kekurangan tersebut dipenuhi oleh impor setiap
tahunnya yang sebesar kurang lebih 0,6 ton.
Konsumsi dunia tepung murni diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,6 juta ton dari 27,0 juta ton pada
tahun 2011 menjadi 30,6 juta pada tahun 2015, dan lebih dari setengah peningkatan tersebut terjadi di
Cina. Permintaan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 4% dari 2,4 juta ton
pada tahun 2011 menjadi 2,8 juta ton pada tahun 2015.
209
Diperkirakan bahwa jagung akan terus menjadi bahan baku untuk pemenuhan kebutuhan tepung murni
di masa mendatang, karena merupakan tanaman yang paling banyak tersedia dimana konsumsi dapat
dialihkan ke tepung dari penggunaan lainnya seperti bahan makan dan etanol. Setelah tepung maizena,
keseimbangan pertumbuhan akan dipenuhi oleh tepung murni ubi kayu Asia, dengan asumsi kondisi
cuaca buruk dan hama yang telah merugikan panen di Thailan selama beberapa tahun belakangan ini
dapat diatasi.
Tabel 13: Permintaan akan tepung murni (native starch), 2002-2011 dengan perkiraan hingga
tahun 2015 (dalam juta ton)
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Konsumsi global
16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03
tepung murni
Konsumen utama tepung murni
Cina
3,66 4,02 4,61 5,81 6,17 7,06 8,13 9,81 10,44 10,89
Indonesia
1,46 1,50 1,62 1,66 1,72 1,86 1,98 2,04 2,29 2,36
Amerika Serikat
2,20 2,32 2,49 2,46 2,43 2,41 2,30 2,13 2,30 2,31
Thailand
1,68 1,76 1,82 1,90 1,96 2,01 2,09 2,15 2,18 2,19
India
0,57 0,60 0,61 0,72 0,76 0,92 0,98 0,95 0,88 0,92
Negara lainnya
7,14 7,02 7,28 7,70 7,87 8,04 7,98 8,19 8,37 8,38
Total
16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03
Sumber: Database tepung LMC, 2013.
Catatan: E = estimasi
2012 2013 2014 2015
E
E
E
E
27,90 28,70 29,60 30,60
11,40 11,90 12,40 12,90
2,50 2,60 2,70 2,80
2,30 2,30 2,40 2,40
2,20 2,30 2,40 2,40
1,00 1,00 1,00 1,10
8,50 8,60 8,70 9,00
27,90 28,70 29,60 30,60
Perdagangan tepung murni (native starch)
Volume perdagangan tepung murni telah tumbuh dengan CAGR sebesar 5,5% per tahun dari tahun
2002 hingga 2011 (Tabel 14). Jenis ekspor yang dominan telah semakin berpindah menjadi ekspor
tepung ubi kayu. Penurunan dalam ekspor tepung maizena diakibatkan oleh penurunan impor Indonesia
dari 264.000 ton pada tahun 2010 menjadi 95.000 ton pada tahun 2011, setelah sebuah pabrik tepung
maizena lokal mulai beroperasi di Indonesia.
Thailand dan UE merupakan pengekspor utama tepung murni. Ekspor tepung murni dari Thailand
tertinggi adalah tepung ubi kayu, sedangkan ekspor tepung murni dari UE tertinggi adalah tepung
kentang.
Pada tahun 2011, Cina merupakan pengimpor terbesar tepung murni, diikuti oleh Indonesia dengan
jumlah impor tepung murni pada tahun 2010 dan 2011 melebihi 0,5 juta ton di masing-masing tahun.
Jumlah impor ini mewakili hampir 15% dari total impor global.
210
Tabel 14: Perdagangan dunia tepung murni (native starch) (dalam ribu ton)
Perdagangan global tepung murni
yang terdiri dari:
Tepung maizena
Tepung terigu
Tepung ubi kayu
Tepung kentang
Tepung sagu
Tepung lainnya
Ekspor berdasarkan negara
Thailand
UE
Vietnam
Cina
Indonesia
Negara lainnya
Pangsa ekspor global Indonesia
Impor berdasarkan negara
Cina
Taiwan
Malaysia
Amerika Serikat
Indonesia
Sisa dunia
Pangsa impor global Indonesia
Sumber: Global Trade Atlas, 2012.
2002
2,412
2003
2,903
2004
3,059
2005
3,086
2006
3,692
2007
3,479
2008
3,174
2009
3,717
2010
3,927
2011
3,926
574
122
1.133
475
19
90
547
136
1.602
497
17
103
581
139
1.791
416
20
112
638
131
1.641
531
22
123
660
130
2.202
539
21
140
778
120
2.017
361
22
180
845
120
1.633
367
24
185
711
127
2.163
514
19
183
939
150
1.982
672
21
162
793
117
2.400
409
19
187
842
617
152
207
18
577
1,072
655
362
242
4
567
1,151
539
363
245
237
523
1,218
635
298
263
88
585
1,622
631
530
309
3
597
1,493
413
454
496
21
601
1,297
411
299
567
33
568
1,760
606
407
384
10
550
1,749
796
198
456
20
708
1,885
488
406
314
97
736
0,7%
0,1%
7,8%
2,8%
0,1%
0,6%
1,0%
0,3%
0,5%
2,5%
494
405
143
155
80
1.136
705
399
152
172
249
1.225
824
419
191
163
96
1.366
649
588
200
188
168
1.294
954
433
214
177
427
1.486
724
412
208
183
387
1.565
531
378
204
193
298
1.570
937
443
259
188
308
1.583
963
414
294
196
577
1.483
949
395
330
197
580
1.475
3,3%
8,6%
3,1%
5,4% 11,6% 11,1%
9,4%
8,3% 14,7% 14,8%
Harga tepung murni
Terdapat hubungan yang relatif erat antara harga dari semua tepung murni utama yang diperdagangkan
di dunia (Bagan 17). Nilai unit ekspor merupakan dasar dari harga-harga tersebut dan dihitung dengan
membagi nilai ekspor dunia dari masing-masing tepung dengan volume ekspor.
Trend historis terkait dengan harga tepung adalah sebagai berikut:
• Tepung terigu dan maizena diperdagangkan pada harga yang serupa selama beberapa waktu
dikarenakan sifat saling substitusi mereka dalam kegunaannya sebagai makanan dan untuk
industri.
• Tepung ubi kayu dan sagu juga dapat saling menggantikan dan oleh karenanya harga mereka
cenderung sebanding.
• Tepung kentang diperdagangkan dengan harga premium dibandingkan dengan tepung lainnya
dikarenakan sifat-sifatnya yang khusus.
Jenis tepung murni yang utama (ubi kayu dan maizena) memiliki status sebagai komoditas. Tepung
murni saat ini memiliki standar yang luas di berbagai produsen dan, untuk alasan ini, terdapat persaingan
tinggi antara para produsen. Pasar tepung murni (pada usaha makanan, tekstil dan pembuatan kertas,
misalnya) memiliki posisi yang mapan dan margin pengolahan tepung dapat ditekan cukup rendah
melalui persaingan diantara para pemasok.
Harga tepung murni terdiri dari dua biaya komponen dasar: komponen utama adalah biaya bahan
mentah untuk penghasil tepung; komponen sekunder adalah biaya pengolahan bahan mentah tersebut
menjadi tepung. Unsur biaya lainnya adalah biaya pemasaran dan biaya distribusi, dan margin bagi
produsen.
211
Bagan 17: Harga tepung murni, 2002-2011 (USD per ton)
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2002
Tepung Starch
kentang
Potato
2003
2004
2005
Tepung Gandum
Wheat
Starch
2006
2007
Tepung
jagung
Corn Starch
2008
2009
Tepung
sagu
Sago Starch
2010
2011
Tepung singkong
Cassava
Starch
Sumber: Harga historis tepung murni adalah dari Global Trade Atlas, 2012 dan statistik perdagangan resmi nasional, 2012.
Catatan: 1. Harga historis bersifat nominal; harga perkiraan dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat riil (disesuaikan untuk
inflasi).
2. Dalam jangka panjang, tepung terigu murni diperkirakan akan diperdagangkan dengan nilai yang serupa dengan
tepung maizena murni karena kemampuannya untuk saling menggantikan aplikasi pada produk yang bernilai
rendah.
Pentingnya produk sampingan (by-products) untuk tingkat ekonomis tepung gandum (grain
starch)
Dari segi biaya bahan mentah, terdapat sebuah perbedaan penting antara tepung gandum (grain
starch) dengan jenis tepung lainnya. Pengolahan gandum menjadi tepung (baik yang murni maupun
dimodifikasi) menghasilkan sejumlah produk sampingan. Produk-produk sampingan tersebut memiliki
pasar yang cukup kuat pada sektor pakan dan makanan dan, pendapatan dari penjualan mereka berfungsi
untuk mengimbangi biaya bahan mentah yang ditanggung oleh para pengolah tepung gandum. Hal ini
menyiratkan bahwa biaya bersih (dikurangi dengan pendapatan dari produk sampingan) dari masukan
gandum untuk tepung murni adalah selalu lebih rendah daripada harga bahan mentah gandum yang
digunakan dalam pembuatan tepung. Bahan mentah tepung murni lainnya, termasuk ubi kayu dan
sagu, tidak menghasilkan produk sampingan dengan nilai pasar yang tinggi.
Karena biaya bahan mentah merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan harga tepung
murni, perubahan yang tajam pada harga bahan mentah akan dialihkan dengan cepat ke harga tepung
murni. Dinamika ini tampak pada tahun 2008, ketika sebuah peningkatan tajam pada harga komoditas
pertanian mengakibatkan peningkatan yang cukup besar pada harga berbagai tepung murni (Bagan
17).
212
Pada tahun 2009 dan 2010, tanaman ubi kayu Thailand mengalami kerusakan parah akibat hama.
Keadaan ini tercermin pada peningkatan harga tepung ubi kayu murni selama beberapa tahun
setelahnya. Harga tepung sagu secara dekat mengikuti tren harga tepung ubi kayu, dikarenakan sifat
mereka yang dapat saling menggantikan.
Di UE, hasil panen tepung kentang yang buruk pada tahun 2010 mengakibatkan harga tepung kentang
untuk meningkat dengan tajam pada tahun 2011. Kekurangan ketersediaan tepung kentang pada
tahun tersebut memberi tekanan terhadap pemasok, dan oleh karenanya membantu mempertahankan
meningkatnya harga tepung murni alternatif, seperti tepung maizena murni.
213
XI. EKUITAS
Di bawah ini disajikan posisi ekuitas Perseroan yang berasal dari dan/atau dihitung berdasarkan laporan
keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012,
2011 dan 2010, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen,
dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI,
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK
10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012, yang laporannya tercantum
dalam Prospektus ini.
(dalam USD ribu)
Tahun berakhir 31 Desember
2010
2011
Keterangan
2012
Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per saham
pada 31 Desember 2012, dan Rp 1.000 per saham
pada 31 Desember 2011 dan 2010
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Pendapatan komprehensif lain
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya
Tidak ditentukan penggunaannya
15.084
31.428
8.348
15.084
32.386
1.826
43.159
13.004
30.608
(663)
676
386.760
676
437.390
676
240.179
Ekuitas diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Kepentingan Non-pengendali
Jumlah Ekuitas
442.296
9.643
451.939
487.361
11.818
499.179
326.962
707
327.669
Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, Modal Disetor Perseroan yang disajikan berdasarkan
Anggaran Dasar terakhir yang tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa Perseroan No.161 tanggal 17 Januari 2013, yang dibuat oleh Doktor Irawan Soerodjo, SH, MSi,
Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, sesuai dengan Surat Keputusan No.AHU-03796.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 31
Januari 2013 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan No.AHU-0006463.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal
31 Januari 2013.
Di bawah ini disajikan posisi ekuitas proforma Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 setelah
memperhitungkan dampak dari dilakukannya Penawaran Umum Perdana Saham ini:
214
TABEL PROFORMA EKUITAS PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012
(dalam USD ribu)
Uraian
Posisi ekuitas menurut
laporan keuangan
konsolidasian auditan pada
tanggal 31 Desember 2012
Penawaran Umum
Perdana Saham sebesar
333.350.000 (tiga ratus tiga
puluh tiga juta tiga ratus
lima puluh ribu) saham
dengan nilai nominal
Rp100 (seratus Rupiah)
per saham yang ditawarkan
Rp1.200,-(seribu dua ratus
Rupiah) setiap saham
Posisi ekuitas proforma
pada tanggal 31 Desember
2012 setelah Penawaran
Umum Perdana Saham (1)
Catatan:
(1)
Modal
Saham
Tambahan
Modal
Disetor
Selisih nilai
transaksi
restrukturisasi
entitas
pengendali
Selisih
nilai akibat
Pendapatan
Saldo Laba
Saldo Laba
Kepentingan
perubahan
komprehensif
ditentukan
tidak ditentukan
Nonekuitas entitas
lain
penggunaannya penggunaannya pengendali
anak
Ekuitas
43.159
-
13.004
30.608
(663)
676
240.179
707
327.669
3.430
31.940
-
-
-
-
-
-
35.367
46.589
31.940
13.004
30.608
(663)
676
240.179
707
363.037
Disesuaikan untuk mencerminkan penerbitan dan penjualan 333.350.000 lembar saham biasa atas nama baru oleh
Perseroan dengan harga Rp1.200 per lembar, setelah dikurangi oleh fee dan komisi serta biaya lainnya yang terkait
dengan penerbitan dan penjualan saham tersebut yang diperkirakan sekitar USD5,757 juta.
Sampai dengan tanggal diterbitkannya Prospektus ini, tidak ada perubahan struktur dan komposisi
modal saham Perseroan yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2012.
215
XII. PERPAJAKAN
A. PERPAJAKAN UNTUK PEMEGANG SAHAM
Pajak Penghasilan atas dividen saham dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf (f) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008
(berlaku efektif 1 Januari 2009), penerima dividen atau pembagian keuntungan yang diterima oleh
Perseroan Terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia juga tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan sepanjang seluruh
syarat-syarat di bawah ini terpenuhi:
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
• Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 234/PMK.03/2009 tanggal 29
Desember 2009 tentang Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada
Dana Yang Dikecualikan Sebagai Objek Pajak maka penghasilan yang diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dari penanaman modal antara lain berupa
dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek di Indonesia tidak termasuk
sebagai objek Pajak Penghasilan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan
Saham di Bursa Efek dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-06/PJ.4/1997 tanggal 20 Juni
1997 perihal Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan
Saham di Bursa Efek, ditetapkan sebagai berikut:
1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan badan dari transaksi penjualan
saham di Bursa Efek dipungut Pajak Penghasilan sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi dan
bersifat final. Pembayaran Pajak Penghasilan yang terutang dilakukan dengan cara pemotongan
oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi
penjualan saham;
2. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5%
dari nilai saham perusahaan yang dimilikinya pada saat Penawaran Umum;
3. Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan dilakukan oleh Perseroan atas nama masing-masing
pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya sebulan setelah saham tersebut
diperdagangkan di Bursa Efek. Namun, apabila pemilik saham pendiri tidak memilih untuk
memenuhi kewajiban perpajakan dengan cara membayar tambahan Pajak Penghasilan final 0,5%
tersebut, penghitungan Pajak Penghasilan atas keuntungan penjualan saham pendiri dilakukan
berdasarkan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku umum sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang
No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan.
Dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Dalam Negeri (termasuk Bentuk Usaha Tetap) yang tidak
memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat 3 huruf (f) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun
2008 di atas, atas pembayaran dividen tersebut dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto sebagaimana diatur di dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-undang No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
No. 36 Tahun 2008. Lebih lanjut, sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (1a) maka apabila Wajib Pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan dividen tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% dari tarif yang semula dimaksud atau sebesar 30%
dari penerimaan brutonya.
216
Besarnya tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2c) Undang-undang No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen) dan bersifat final. Penetapan mengenai besarnya tarif tersebut berdasarkan ketentuan Pasal
17 ayat (2d) diatur dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas
Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Luar Negeri akan dikenakan tarif 20% dari kas yang
dibayarkan (dalam hal dividen tunai) atau 20% dari nilai pari (dalam hal dividen saham) atau tarif yang
lebih rendah dalam hal pembayaran dividen dilakukan kepada mereka yang merupakan penduduk dari
suatu Negara yang telah menandatangani Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan
Indonesia, dengan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak No. PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda,
sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010.
Agar Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) tersebut dapat menerapkan tarif sesuai P3B, sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda, sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010, Wajib Pajak Luar
Negeri diwajibkan untuk melampirkan Surat Keterangan Domisili (SKD) / Certificate of Domicile of Non
Resident for Indonesia Tax Withholding yaitu:
1. Form-DGT 1 atau;
2. Form-DGT 2 untuk bank dan WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui
kustodian sehubungan dengan penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi yang
diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia selain bunga dan dividen serta WPLN
yang berbentuk dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di negara mitra dan merupakan subjek pajak di negara mitra.
3. Form SKD yang lazim diterbitkan oleh negara mitra dalam hal Competent Authority di negara mitra
tidak berkenan menandatangani Form DGT-1 / DGT-2, dengan syarat:
• Form SKD tersebut diterbitkan menggunakan Bahasa Inggris;
• Diterbitkan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010;
• Berupa dokumen asli atau dokumen fotokopi yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan
Pajak tempat salah satu Pemotong/Pemungut Pajakterdaftar sebagai Wajib Pajak;
• sekurang-kurangnya mencantumkan informasi mengenai nama WPLN; dan
• mencantumkan tanda tangan pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat kantor
pajak yang berwenang di negara mitra P3B atau tanda yang setara dengan tanda tangan
sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B dan nama pejabat dimaksud.
Di samping persyaratan Form-DGT1 atau Form DGT-2 atau Form SKD Negara Mitra maka sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-62/PJ/2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-25/PJ/2010
tanggal 30 April 2010 maka WPLN wajib memenuhi persyaratan sebagai Beneficial Owner atau pemilik
yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-43/PJ/2011 Tentang Penentuan Subjek
Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri, Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia:
a. yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; atau
b. yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
217
Sedangkan, Subjek pajak dalam negeri adalah:
a. orang pribadi yang:
1) bertempat tinggal di Indonesia, atau
2) berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau
3) dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, dan
c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas adalah orang pribadi
yang:
a. mempunyai tempat tinggal (place of residence) di Indonesia yang digunakan oleh orang pribadi
sebagai tempat untuk:
1) berdiam (permanent dwelling place), yang tidak bersifat sementara dan tidak sebagai tempat
persinggahan,
2) melakukan kegiatan sehari-hari atau menjalankan kebiasaanya (ordinary course of life),
3) tempat menjalankan kebiasaan (place of habitual abode), atau
b. mempunyai tempat domisili (place of domicile) di Indonesia, yaitu orang pribadi yang dilahirkan di
Indonesia yang masih berada di Indonesia
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas yang kemudian pergi
keluar negeri tetap dianggap bertempat tinggal di Indonesia, apabila keberadaannya di luar negeri
berpindah-pindah dan berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan.
Orang pribadi Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri dianggap tidak bertempat tinggal di
Indonesia apabila bertempat tinggal tetap di luar negeri yang dibuktikan dengan salah satu dokumen
tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri, yaitu:
a. Green Card,
b. identity card,
c. student card,
d. pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik Indonesia diluar
negeri,
e. surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri, atau
f. tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi negara setempat.
Subjek Pajak orang pribadi dianggap mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana
dimaksud diatas dalam hal:
a. Subjek Pajak orang pribadi menunjukkan niatnya secara tegas untuk bertempat tinggal di Indonesia,
yang dapat dibuktikan dengan dokumen berupa:
1) Visa bekerja, atau
2) Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS),
lebih dari 183 hari (seratus delapan puluh tiga) hari atau kontrak/perjanjian untuk melakukan
pekerjaan, usaha, atau kegiatan yang dilakukan di Indonesia selama lebih 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari.
b. Subjek Pajak orang pribadi melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya akan bertempat
tinggal di Indonesia atau bersiap untuk bertempat tinggal di Indonesia, seperti menyewa atau
mengontrak tempat, termasuk menyewa tempat tinggal di Indonesia, memindahkan anggota
keluarga atau memperoleh tempat yang disediakan oleh pihak lain.
Orang pribadi yang merupakan Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan merupakan subjek pajak
luar negeri.Orang pribadi sebagaimana dimaksud diatas tetap merupakan subjek pajak dalam negeri
apabila tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang
masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri.
218
Badan yang bertempat kedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas adalah Subjek Pajak
badan yang:
a. mempunyai tempat kedudukan berada di Indonesia sebagaimana tercantum dalam akta pendirian
badan,
b. mempunyai kantor pusat di Indonesia,
c. mempunyai tempat kedudukan pusat administrasi dan/atau pusat keuangan di Indonesia,
d. mempunyai tempat kantor pimpinan yang berada di Indonesia yang melakukan pengendalian,
e. pengurusnya melakukan pertemuan di Indonesia untuk membuat keputusan strategis, atau
f. pengurusnya bertempat tinggal atau berdomisili di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri dapat menjalankan kegiatan atau usaha melalui suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia dalam hal mempunyai tempat kedudukan manajemen yang berada di Indonesia.Tempat
kedudukan manajemen sebagaimana dimaksud diatas adalah tempat kedudukan manajemen yang
menjalankan kegiatan/operasi perusahaan sehari-hari atau secara rutin yang tidak melakukan
pengendalian atas seluruh perusahaan dan tidak membuat keputusan yang bersifat strategis.Dalam
hal tempat kedudukan manajemen sebagaimana dimaksud pada diatas melakukan pengendalian atas
seluruh perusahaan atau tempat membuat keputusan yang bersifat strategis, subjek pajak luar negeri
tersebut diperlakukan sebagai subjek pajak dalam negeri.
B. PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN OLEH PERSEROAN
Sebagai Wajib Pajak, Emiten memiliki kewajiban perpajakan untuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Perseroan telah memenuhi kewajiban
pajaknya sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan perpajakan yang berlaku.
Kewajiban perpajakan Perseroan untuk tahun fiskal 2011 atas PPh 21, PPh 23, PPh 26, PPh pasal 4
(2), PPh pasal 29 dan PPN telah dipenuhi oleh Perseroan.
Transaksi Perseroan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa wajib memperhatikan ketentuan
pasal 18 ayat 4 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.
43 tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 32 tahun 2011 tentang
Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan
Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Calon pembeli saham dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini diharapkan untuk
berkonsultasi dangan konsultan pajak masing-masing mengenai akibat perpajakan yang
timbul dari pembelian, pemilikan maupun penjualan saham yang dibeli melalui Penawaran
Umum Perdana Saham ini.
219
XIII. KEBIJAKAN DIVIDEN
Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, pembagian dividen Perseroan dilakukan
berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Sebelum berakhirnya
tahun keuangan, dividen interim dapat dibagikan sepanjang hal itu diperbolehkan oleh Anggaran Dasar
Perseroan dan pembagian dividen interim tidak menyebabkan aset bersih Perseroan menjadi kurang
dari modal ditempatkan dan disetor penuh dan cadangan wajib Perseroan. Pembagian dividen interim
tersebut ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. Jika setelah
berakhirnya tahun keuangan dimana terjadi pembagian dividen interim Perseroan mengalami kerugian,
maka dividen interim yang telah dibagikan tersebut harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada
Perseroan. Dewan Komisaris serta Direksi akan bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
pengembalian dimaksud jika dividen interim tidak dikembalikan oleh pemegang saham.
Setelah dilaksanakannya Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan berniat untuk membayarkan
dividen dengan rasio pembayaran sebanyak-banyaknya 50% dari laba bersih konsolidasian tahun
berjalan mulai tahun buku 2013, setelah penyediaan semua giro wajib minimum (“GWM”). Kebijakan
rasio pembayaran dividen akan bergantung kepada arus kas, saldo laba pada masa mendatang,
kondisi keuangan, kebutuhan modal kerja dan rencana investasi Perseroan, serta kepatuhan terhadap
peraturan, perundang-undangan dan persyaratan lainnya.
Dalam kebijakannya, Direksi Perseroan dapat mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan atau
tidak melakukan pembayaran dividen sama sekali. Pembayaran dividen pada masa yang akan datang
akan bergantung, antara lain, pada hasil operasi, laba ditahan, kebutuhan kas, kondisi keuangan,
peluang bisnis, kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan, serta faktor-faktor lain yang
dianggap relevan oleh Direksi Perseroan. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu membayar
dividen atau akan membayar dividen atau keduanya pada masa yang akan datang.
Perseroan akan membayarkan dividen dalam bentuk kas (Rupiah). Pemegang saham pada tanggal
pencatatan untuk memperoleh dividen (recording date) akan memperoleh hak atas dividen dalam
jumlah penuh dan dikenakan pajak penghasilan yang berlaku dalam ketentuan perpajakan di Indonesia.
Dividen yang diterima oleh pemegang saham dari luar Indonesia akan dikenakan pajak penghasilan
sesuai dengan ketentuan perpajakan di Indonesia.
Tidak terdapat pembatasan-pembatasan (negative covenants) yang merugikan pemegang saham
sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam rangka pembagian dividen.
Para pemegang saham baru yang berasal Penawaran Umum Perdana Saham ini akan memperoleh
hak-hak yang sama dan sederajat dengan pemegang saham lama Perseroan, termasuk hak untuk
menerima dividen.
Dengan tetap memperhatikan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan, Direksi
Perseroan dapat, dari waktu ke waktu, mengubah kebijakan pembagian dividen Perseroan.
220
XIV. PENJAMINAN EMISI EFEK
1. Keterangan Tentang Penjaminan Emisi Efek
Berdasarkan Akta Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No.
27 tanggal 4 Maret 2013 juncto Akta Perubahan I Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran
Umum Perdana Saham Perseroan No. 343 tanggal 27 Maret 2013 juncto Akta Perubahan II Atas
Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 380 tanggal
25 April 2013, yang ketiganya dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, SH, M.Si, S.H., Notaris di
Jakarta, Penjamin Pelaksana Emisi Efek menyetujui untuk menawarkan dan menjual Saham Biasa Atas
Nama yang merupakan saham baru yang akan dikeluarkan dari dalam portepel kepada masyarakat
dengan kesanggupan penuh (full commitment) sebesar 100,00% (seratus persen) dari jumlah saham
yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini yaitu sebanyak 333.350.000 (tiga ratus
tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan Saham Biasa Atas Nama
atau sebesar 10% (sepuluh persen)) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum
Perdana Saham, sehingga mengikat diri untuk membeli sisa saham yang tidak habis terjual dengan
Harga Penawaran pada tanggal penutupan masa penawaran. Perjanjian Penjamin Emisi Efek ini
menghapuskan perikatan sejenis baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ada sebelumnya dan
yang akan ada di kemudian hari antara Perseroan dan Penjamin Emisi Efek.
Selanjutnya Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang ikut serta dalam Penjaminan Emisi Saham Perseroan
telah sepakat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan Peraturan Bapepam No.IX.A.7.
Adapun susunan dan jumlah porsi penjaminan serta persentase dari anggota sindikasi penjamin emisi
dalam Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan adalah sebagai berikut:
No.
Penjamin Emisi
Porsi Penjaminan
Jumlah Saham
(Rp)
Persentase
(%)
Penjamin Pelaksana Emisi:
1.
PT Bahana Securities
332.575.000
399.090.000.000
99,77
Penjamin Emisi:
1.
PT Amantara Securities
2.
PT Buana Capital
3.
PT Erdikha Elit Sekuritas
4.
PT HD Capital Tbk.
5.
PT Jasa Utama Capital
6.
PT Kresna Graha Sekurindo Tbk
7.
PT Lautandhana Securindo
8.
PT Madani Securities
9.
PT Mega Capital Indonesia
10.
PT Minna Padi Investama Tbk
11.
PT NISP Sekuritas
12.
PT Overseas Securities
13.
PT Panin Sekuritas Tbk
14.
PT Phillip Securities Indonesia
15.
PT Reliance Securities Tbk
16.
PT Waterfront Securities Indonesia
17.
PT Yulie Sekurindo Tbk
Jumlah
50.000
75.000
60.000
45.000
30.000
30.000
30.000
50.000
50.000
35.000
50.000
50.000
50.000
30.000
50.000
60.000
30.000
333.350.000
60.000.000
90.000.000
72.000.000
54.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
60.000.000
60.000.000
42.000.000
60.000.000
60.000.000
60.000.000
36.000.000
60.000.000
72.000.000
36.000.000
400.020.000.000
0,01
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,01
100,00
221
2. Penentuan Harga Penawaran Pada Pasar Perdana
Harga Penawaran untuk Saham ini ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dan negosiasi Perseroan
dengan Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Rentang harga yang dimasukkan oleh calon investor dalam
pelaksanaan Penawaran Awal adalah Rp1.200,- (seribu dua ratus Rupiah) sampai Rp1.800,- (seribu
delapan ratus Rupiah).
Penetapan Harga Penawaran sebesar Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) juga mempertimbangkan
hasil bookbuilding yang telah dilakukan para penjamin pelaksana emisi efek dengan melakukan
penjajakan kepada para investor di pasar domestik dengan pertimbangan berbagai faktor seperti:
- Kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan;
- Permintaan investor
- Permintaan dari calon investor yang berkualitas atau Quality Institutional Buyer (QIB);
- Kinerja Keuangan Perseroan;
- Data dan informasi mengenai Perseroan, kinerja Perseroan, sejarah singkat, prospek usaha dan
keterangan mengenai industri perbankan di Indonesia;
- Penilaian terhadap direksi dan manajemen, operasi atau kinerja Perseroan, baik pada masa lampau
maupun pada saat ini, serta prospek usaha dan prospek pendapatan pada masa mendatang;
- Status dari perkembangan terakhir Perseroan;
- Faktor-faktor di atas dalam kaitannya dengan penentuan nilai pasar dan berbagai metode penilaian
untuk beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis dengan Perseroan;
- Penilaian berdasarkan rasio perbandingan P/E dari beberapa perusahaan publik yang tercatat di
Bursa Efek regional yang dapat dijadikan perbandingan; dan
- Mempertimbangkan kinerja saham di pasar sekunder.
Tidak dapat dijamin atau dipastikan, bahwa setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini, harga
Saham Perseroan akan terus berada di atas Harga Penawaran atau perdagangan Saham Perseroan
akan terus berkembang secara aktif di Bursa dimana Saham tersebut dicatatkan.
222
XV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL
Profesi Penunjang Pasar Modal yang berperan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini adalah
sebagai berikut:
Akuntan Publik
Osman Bing Satrio & Eny (member of Deloitte Touche Tohmatsu
Limited)
The Plaza Office Tower, 32 Floor.
Jl. M.H. Thamrin Kav 28-30
Jakarta 10250, Indonesia
Tel. : (021) 2992 3100
Fax.: (021) 2992 8200/8300
No. STTD
: 09/BL/STTD-AP/2006
Nama dan Nomor Asosias : Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
No. 1046
Pedoman Kerja
:
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP)
Surat Penunjukan : 048/IX/2012/GA/650 - 04 September 2012
Tugas Pokok:
Melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
IAPI. Standar tersebut mengharuskan akuntan publik untuk merencanakan
dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlahjumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan
yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan.
Konsultan Hukum
Makes & Partners Law Firm
Menara Batavia Lt.7
Jl. K.H. Mas Mansyur Kav. 126
Jakarta 10220
Tel. : (021) 574 7181
Fax.: (021) 574 7180
No STTD
: 135/BL/STTD-KH/2012
tanggal 21 Desember 2012
Nama dan Nomor Asosias : Himpunan
Konsultan
Hukum
Pasar Modal (HKHPM) No. KEP.01/
HKHPM/2005 tanggal 18 Februari 2005
Pedoman Kerja
:Standar Profesi Konsultan Hukum
Pasar Modal Lampiran dari Keputusan
Humpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal No.KEP.01/HKHPM/2005 tanggal
18 Februari 2005
Surat Penunjukan
: No. 049/IX/2012/SA/650/SP
tanggal 19 Desember 2012
223
Tugas Pokok:
Ruang lingkup tugas Konsultan Hukum adalah melakukan pemeriksaan
dari segi hukum secara independen sesuai dengan norma atau standar
profesi dan kode etik konsultan hukum dan memberikan laporan
pemeriksaan dari segi hukum atas fakta yang ada mengenai Perseroan
yang disampaikan oleh Perseroan kepada Konsultan Hukum. Hasil
pemeriksaan Konsultan Hukum tersebut telah dimuat dalam Laporan Uji
Tuntas dari Segi Hukum yang merupakan penjelasan atas Perseroan dan
menjadi dasar dan bagian yang tidak terpisahkan dari Pendapat Hukum
yang diberikan secara obyektif dan mandiri.
Notaris
Dr. Irawan Soerodjo, SH, M.Si.
Jl. K.H. Zainul Arifin No.2
Komp. Ketapang Indah Blok B–2 No.4–5
Jakarta 11140
Tel. : (021) 630 1511
Fax.: (021) 633 7851
Tugas Pokok:
Biro Administrasi Efek
No STTD
: 31/STTD-N/PM/1996
Nama dan Nomor Asosiasi:Anggota Ikatan Notaris Indonesia No.
060.2.021.150152
Pedoman Kerja
:Pernyataan Undang-Undang No. 30
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia
Surat Penunjukan
:No. 998/SI.Not/X/2012/SP tanggal 5
Oktober 2012
Menghadiri rapat-rapat mengenai pembahasan segala aspek dalam
rangka Penawaran Umum Perdana Saham kecuali rapat-rapat yang
menyangkut aspek keuangan dan penentuan harga maupun strategi
pemasaran; menyiapkan dan membuatkan Akta-Akta dalam rangka
Penawaran Umum Perdana Saham, antara lain Perjanjian Penjaminan
Emisi Efek.
PT Datindo Entrycom
Puri Datindo- Wisma Sudirman
Jl. Jend Sudirman Kav 34-35
Jakarta 10220
Tel. : (021) 570 9009, 570 8912
Fax.: (021) 570 9026, 570 8914
No STTD
: Kep 16/PM/1991 tanggal 19 April 1995
Nama dan Nomor Asosiasi: Asosiasi Biro Administrasi Efek
Indonesia (ABI)
Pedoman Kerja
:Peraturan Pasar Modal dan Bapepam
dan LK
Surat Penunjukan
: No. 024/FAD/ANJ/2012/SP
tanggal 12 November 2012
224
Tugas Pokok:
Tugas dan tanggung jawab Biro Administrasi Efek (BAE) dalam Penawaran
Umum Perdana Saham ini, sesuai dengan Standar Profesi dan Peraturan
Pasar Modal yang berlaku, meliputi penerimaaan pemesanan saham
berupa Daftar Pemesanan Pembelian Saham (DPPS) dan Formulir
Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) yang telah dilengkapi dengan
dokumen sebagaimana disyaratkan dalam pemesanan pembelian saham
dan telah mendapat persetujuan dari Penjamin Emisi sebagai pemesanan
yang diajukan untuk diberikan penjatahan saham, serta melakukan
administrasi pemesanan pembelian saham sesuai dengan aplikasi yang
tersedia pada BAE.
Bersama-sama dengan Penjamin Emisi, BAE mempunyai hak untuk
menolak pemesanan saham yang tidak memenuhi persyaratan
pemesanan yang berlaku. Dalam hal terjadinya pemesanan yang melebihi
jumlah saham yang ditawarkan, BAE melakukan proses penjatahan sesuai
dengan rumus penjatahan yang ditetapkan oleh Manajer Penjatahan,
mencetak Formulir Konfirmasi Penjatahan dan menyiapkan laporan
penjatahan. BAE juga bertanggung jawab menerbitkan Surat Kolektif
Saham (SKS), apabila diperlukan, dan menyusun laporan Penawaran
Umum Perdana Saham sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 angka 1 juncto angka 23 UUPM, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada Bab XIV Prospektus ini maka para Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal
yang terlibat dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini menyatakan tidak ada hubungan Afiliasi
dengan Perseroan baik langsung maupun tidak langsung sebagaimana didefinisikan dalam UUPM.
225
Halaman ini sengaja dikosongkan
XVI. PENDAPAT DARI SEGI HUKUM
227
Halaman ini sengaja dikosongkan
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
Halaman ini sengaja dikosongkan
XVII.LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN LAPORAN
KEUANGAN PERSEROAN
253
Halaman ini sengaja dikosongkan
255
Halaman ini sengaja dikosongkan
256
257
258
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011 *)
AS$
31 Desember
2010 *)
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009 *)
AS$
5
6
7
76.598.758
1.500.000
90.912.822
-
132.294.121
293.576
-
119.432.789
801.086
10.000.000
8
4.846.197
110.469.605
57.752.179
45.269.108
9
58
39.581
32.789
25.262.564
28.374
17.355.674
24.553
10
-
-
58.249.135
52.355.983
4.883.114
4.348.070
15.076.421
10.526.767
Catatan
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya
Deposito berjangka
Investasi pada efek yang diperdagangkan
pada nilai wajar
Piutang sewa pembiayaan setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
sebesar AS$ 401.599 pada 31 Desember 2010 dan
sebesar AS$ 322.235 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
AS$ 1.236.231 pada 31 Desember 2010 dan
AS$ 1.308.713 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Piutang usaha - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar nihil
pada 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011,
AS$ 24.281 pada 31 Desember 2010 dan
AS$ 50.500 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
AS$ 55.611 pada 31 Desember 2010 dan
AS$ 53.191 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang
ragu-ragu sebesar AS$ 55.049 pada 31 Desember 2012,
AS$ 58.141 pada 31 Desember 2011,
AS$ 48.885 pada 31 Desember 2010 dan
AS$ 45.955 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan
nilai persediaan sebesar AS$ 134.994 pada 31 Desember 2012,
AS$ 128.156 pada 31 Desember 2011, AS$ 114.285 pada
31 Desember 2010 dan AS$ 673.456 pada
1 Januari 2010/31 Desember 2009
Biaya dibayar di muka dan uang muka
Aset dimiliki untuk dijual
11
12
-
1.212.718
-
13
2.251.012
1.971.142
2.984.041
1.757.141
15
16,57r,57s,57t
27
16.067.141
6.582.339
-
14.261.416
4.132.480
424.441.452
11.171.942
8.973.550
-
9.301.766
9.015.622
109.318.686
647.434.424
316.969.017
280.188.559
6.304.605
6.350.745
6.389.208
6.422.492
23.654.324
11.126.840
Jumlah Aset Lancar
ASET TIDAK LANCAR
Piutang dari perjanjian konsesi jasa
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi
bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun
Piutang lain-lain jangka panjang
Deposito berjangka
Investasi pada entitas asosiasi
Investasi lain-lain
Properti investasi
Aset pajak tangguhan
Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar AS$ 74.040.362 pada 31 Desember 2012,
AS$ 65.339.343 pada 31 Desember 2011
AS$ 57.133.764 pada 31 Desember 2010
dan AS$ 48.771.311 pada
1 Januari 2010/31 Desember 2009
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
sebesar AS$ 39.001.021 pada 31 Desember 2012,
AS$ 39.162.762 pada 31 Desember 2011,
AS$ 55.874.152 pada 31 Desember 2010 dan
AS$ 41.525.066 pada 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah dikurangi
akumulasi amortisasi sebesar AS$ 20.148 pada 31 Desember 2012,
AS$ 133.153 pada 31 Desember 2011, AS$ 115.786 pada
31 Desember 2010 dan AS$ 94.694 pada
1 Januari 2010/31 Desember 2009
Uang muka pembelian mesin
Goodwill
Klaim atas pengembalian pajak
Aset lain-lain
1.433.658
58
9
-
-
-
10
14
17
18
19
20
51
687.959
16.828.699
23.978.281
6.267.430
13.024.653
24.634.996
6.897.944
5.634.429
63.254.116
803.924
9.514.746
30.789.066
6.897.944
5.288.317
14.899.009
372.340
6.220.806
18.657.201
6.897.944
4.571.120
21
140.964.645
133.072.455
129.511.903
130.860.556
22
77.865.835
62.255.019
128.141.871
97.597.484
23
864.624
2.065.040
4.967.579
1.429.627
7.824.878
1.135.492
1.906.556
4.967.579
1.591.644
3.804.986
994.429
88.917
7.492.948
1.723.887
3.761.476
989.062
2.387.142
8.951.402
64.738
2.355.058
Jumlah Aset Tidak Lancar
290.049.202
265.276.498
418.307.076
312.373.194
JUMLAH ASET
399.367.888
912.710.922
735.276.093
592.561.753
24
25
26
*) disajikan kembali, lihat Catatan 2
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.
259
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 - LANJUTAN
Catatan
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011 *)
AS$
31 Desember
2010 *)
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009 *)
AS$
1.500.000
4.579.888
26.534.378
9.645.513
1.340.115
8.167.318
2.341.039
1.772.756
-
3.404.663
11.007.155
6.727.227
8.418.405
8.044.964
2.254.809
354.828.193
10.041.028
7.537.225
19.298.473
8.766.127
932.567
10.798.909
8.551.147
68.673.713
503.003
136.344
-
22.438.298
2.543.818
15.375.314
5.989.813
282.975
7.129.205
5.101.111
45.615.987
1.086.492
868.761
-
55.881.007
394.685.416
135.238.536
106.431.774
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank jangka pendek
Utang usaha
Utang jasa asuransi
Uang muka atas penjualan investasi entitas anak
Utang pajak
Liabilitas derivatif
Utang lain-lain
Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Biaya masih harus dibayar
Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun
Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
28
29
30
27
31
55
25,32
36
33
34
35
58
27
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang bank - setelah dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam satu tahun
Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Utang lain-lain jangka panjang
Obligasi konversi
Provisi program insentif kenaikan nilai
Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Kompensasi berbasis saham
34
-
-
114.482.826
45.106.659
35
427.244
-
439.520
725.150
36
57v
37
57b
2.010.173
1.006.781
-
1.900.000
2.805.791
12.494.338
4.111.564
58
51
38
57j
294.243
2.967.032
9.112.277
-
7.612.475
9.333.600
-
2.189.961
9.452.076
2.122.856
868.761
1.190.526
5.688.664
3.703.026
15.817.750
18.846.075
148.098.932
65.564.839
43.158.940
13.004.333
30.607.591
(663.289)
15.084.048
32.386.326
1.825.606
15.084.048
31.427.734
8.348.382
15.084.048
31.077.385
(3.948.299)
675.566
240.178.830
675.566
437.389.577
675.566
386.760.105
675.566
366.063.514
326.961.971
487.361.123
442.295.835
408.952.214
707.160
11.818.308
9.642.790
11.612.926
Jumlah Ekuitas
327.669.131
499.179.431
451.938.625
420.565.140
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
399.367.888
912.710.922
735.276.093
592.561.753
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham
pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per saham
pada 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Modal dasar - 12.000.000.000 saham pada 31 Desember 2012,
50.000.000 saham pada 31 Desember 2011, 2010 dan
1 Januari 2010/31 Desember 2009
Modal ditempatkan dan disetor - 3.000.000.000 saham
pada 31 Desember 2012, 31.239.063 saham pada 31 Desember
2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Pendapatan komprehensif lain
Saldo laba
Ditentukan penggunaannya
Tidak ditentukan penggunaannya
39
40
41
Ekuitas diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Kepentingan Non-pengendali
42
*) disajikan kembali, lihat Catatan 2
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.
260
-
3.742.053
4.540.000
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN
UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011 DAN 2010
Catatan
OPERASI YANG DILANJUTKAN :
PENDAPATAN
Pendapatan dari penjualan
Pendapatan konsesi jasa
Bagian laba bersih entitas asosiasi
Pendapatan dividen
Pendapatan bunga
Laba kurs mata uang asing
Pendapatan lain-lain
Jumlah Pendapatan
2012
AS$
2011 *)
AS$
2010 *)
AS$
43
58
44
45
46
61
47,55
159.880.575
5.979.192
3.861.440
7.924.909
1.990.658
2.009.636
3.417.845
185.064.255
158.160.274
6.003.116
4.620.864
9.974.132
1.105.177
5.463.334
185.326.897
120.597.287
5.615.287
3.294.593
5.595.775
538.113
1.044.630
136.685.685
48
58
85.736.972
2.494.800
2.248.691
247.418
20.104.253
14.878.463
91.022
125.801.619
80.888.937
2.612.357
1.955.897
2.453.513
80.250
13.424.455
9.516.989
315.757
1.738.076
112.986.231
62.370.057
2.968.007
2.571.564
1.459.318
72.038
16.623.278
9.787.124
218.101
1.294.699
97.364.186
59.262.636
72.340.666
39.321.499
(17.305.555)
41.957.081
(26.587.670)
45.752.996
(14.793.131)
24.528.368
56.703.023
98.660.104
10.572.117
56.325.113
8.071.807
32.600.175
371.463
(604.572)
(6.358.253)
-
8.842.901
-
(4.879.885)
94.689
(566.702)
1.246.250
2.994.359
(1.246.250)
1.997.539
(3.020.766)
95.639.338
(881.150)
407.951
(101.988)
(6.253.892)
50.071.221
1.897.784
(611.022)
11.877.772
44.477.947
LABA BERSIH DIATRIBUSIKAN KEPADA:
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non-pengendali
Laba bersih tahun berjalan
96.299.136
2.360.968
98.660.104
55.629.472
695.641
56.325.113
31.446.591
1.153.584
32.600.175
LABA KOMPREHENSIF DIATRIBUSIKAN KEPADA:
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non-pengendali
93.300.358
2.338.980
49.395.929
675.292
43.165.660
1.312.287
Jumlah Laba Komprehensif
95.639.338
50.071.221
44.477.947
BEBAN
Beban pokok penjualan
Beban konsesi jasa
Penyisihan atas program insentif kenaikan nilai
Beban penjualan
Beban bunga
Beban karyawan
Beban umum dan administrasi
Rugi kurs mata uang asing
Beban lain-lain
Jumlah Beban
38,49
50
61
55
LABA SEBELUM PAJAK
BEBAN PAJAK
51
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN
OPERASI YANG DIHENTIKAN
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN
52
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN DARI:
Operasi yang dilanjutkan
Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual
Rugi aktuarial
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Manfaat (beban) pajak tangguhan
Operasi yang dihentikan
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Perubahan nilai transaksi lindung nilai
Beban pajak tangguhan
Jumlah pendapatan komprehensif lain-setelah pajak
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
51
51
LABA PER SAHAM DASAR
Laba per saham dasar
Laba per saham dasar dari operasi yang dilanjutkan
Laba per saham dasar dari operasi yang dihentikan
53
*) disajikan kembali, lihat Catatan 2
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.
261
0,080
0,035
0,045
0,178
0,146
0,032
0,101
0,079
0,022
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN
UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010
DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
Catatan
Saldo per 1 Januari 2010 sebelum perubahan
standar akuntansi keuangan
15.084.048
Pengaruh penerapan:
PSAK 15 (revisi 2009)
PSAK 10 (revisi 2010)
ISAK 16
Saldo per 1 Januari 2010, disajikan kembali
Dividen
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2010:
Operasi yang dilanjutkan
Operasi yang dihentikan
Pendapatan Komprehensif Lain dari:
Operasi yang dilanjutkan
Perubahan nilai wajar investasi tersedia
untuk dijual, bersih setelah pajak
Selisih kurs penjabaran laporan
keuangan entitas anak
Operasi yang dihentikan
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Perubahan nilai transaksi lindung nilai
Jumlah laba komprehensif
Saldo per 31 Desember 2010
Dividen
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2011:
Operasi yang dilanjutkan
Operasi yang dihentikan
Pendapatan Komprehensif Lain dari :
Operasi yang dilanjutkan
Perubahan nilai wajar investasi tersedia
untuk dijual, bersih setelah pajak
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Operasi yang dihentikan
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Perubahan nilai transaksi lindung nilai
Jumlah laba komprehensif
Saldo per 31 Desember 2011
Dividen
Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
Penambahan modal
Penjualan entitas anak (Catatan 1c)
Pembelian kepentingan non-pengendali entitas anak
Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2012 :
Operasi yang dilanjutkan
Operasi yang dihentikan
Pendapatan Komprehensif Lain dari:
Operasi yang dilanjutkan :
Rugi aktuarial program imbalan pasti
Manfaat pajak tangguhan atas rugi aktuarial
Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Operasi yang dihentikan:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan
entitas anak
Jumlah laba komprehensif
Saldo per 31 Desember 2012
Modal saham
AS$
-
54
52
54
52
54
40
52
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.
15.084.048
-
Selisih nilai
transaksi restrukturisasi
entitas sepengendali
AS$
-
Selisih nilai akibat
perubahan ekuitas
entitas anak dan
entitas asosiasi
AS$
Pendapatan komprehensif lain
Revaluasi
Selisih kurs
investasi efek
penjabaran
tersedia untuk dijual
laporan keuangan
AS$
AS$
31.346.208
(268.823)
31.077.385
927.961
-
(6.259.518)
-
2.311.219
-
-
(3.948.299)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15.084.048
-
-
7.596.651
(577.612)
(577.612)
31.427.734
669.359
7.596.651
7.596.651
-
-
-
-
-
-
-
(5.112.003)
-
-
-
-
-
(5.112.003)
2.484.648
-
15.084.048
28.074.892
-
675.566
675.566
-
369.819.150
11.612.926
(3.282.423)
420.565.140
(10.750.000)
(2.354.462)
24.551.599
6.894.992
24.551.599
6.894.992
(23.231)
1.176.815
24.528.368
8.071.807
-
-
-
-
7.596.651
2.802.246
-
-
2.802.246
1.897.784
4.700.030
751.731
-
675.566
-
1.897.784
(611.022)
44.477.947
451.938.625
(5.000.000)
2.169.585
45.440.806
10.188.666
45.440.806
10.188.666
312.190
383.451
45.752.996
10.572.117
-
-
-
-
-
(5.112.003)
-
-
(529.623)
(37.079)
(566.702)
(881.150)
289.233
49.395.929
487.361.123
(293.000.000)
(1.337.434)
13.004.333
28.074.892
(441.301)
-
16.730
675.292
11.818.308
(129.804)
(13.320.324)
(881.150)
305.963
50.071.221
499.179.431
(293.000.000)
(1.337.434)
13.004.333
28.074.892
(571.105)
(13.320.324)
41.218.373
55.080.763
738.708
1.622.260
41.957.081
56.703.023
-
41.218.373
55.080.763
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
371.463
2.856.111
262
-6-
2.994.359
(33.410)
1.312.287
9.642.790
1.500.226
-
-
192.113
7.596.651
1.897.784
(577.612)
43.165.660
442.295.835
(5.000.000)
669.359
-
30.607.591
-
(566.476)
(1.146.764)
31.446.591
386.760.105
(5.000.000)
-
-
13.004.333
-
422.278.380
408.952.214
(10.750.000)
927.961
-
371.463
11.612.926
Jumlah ekuitas
AS$
366.063.514
(10.750.000)
-
-
(529.623)
-
410.665.454
Kepemilikan
non-pengendali
AS$
(566.476)
(1.146.764)
-
289.233
289.233
32.386.326
(1.337.434)
(441.301)
-
Ekuitas
diatribusikan kepada
pemilik Perusahaan
AS$
268.823
(2.877.695)
(1.146.764)
55.629.472
437.389.577
(293.000.000)
-
43.158.940
13.004.333
-
-
Saldo Laba
Ditentukan
Tidak ditentukan
penggunaannya
penggunaannya
AS$
AS$
(881.150)
(1.410.773)
(659.042)
-
675.566
-
-
(604.572)
94.689
-
(4.857.897)
-
-
1.997.539
(2.860.358)
(3.519.400)
675.566
95.789.253
240.178.830
(604.572)
94.689
371.463
(4.857.897)
1.997.539
93.300.358
326.961.971
-
(21.988)
2.338.980
707.160
(5.112.003)
(604.572)
94.689
371.463
(4.879.885)
1.997.539
95.639.338
327.669.131
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN
UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011 DAN 2010
2012
AS$
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan
Penerimaan bunga
Pembayaran imbalan pasca kerja
Pembayaran pajak penghasilan
Pembayaran untuk aktivitas operasi lain-lain
Pembayaran kepada pemasok
Pembayaran kepada karyawan
Pembayaran kompensasi berbasis saham
Pembayaran beban bunga
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Operasi
169.442.919
2.073.218
(10.473.856)
(23.961.988)
(31.343.898)
(52.949.823)
(25.041.921)
27.744.651
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Hasil penjualan investasi entitas anak
Hasil penjualan efek yang diperdagangkan
Penerimaan dividen
Hasil penjualan aset tetap
Hasil penjualan properti investasi
Hasil penjualan investasi lain-lain
Penempatan deposito berjangka
Pencairan deposito berjangka
Penambahan investasi pada entitas anak, entitas asosiasi dan
investasi lain-lain
Perolehan aset tetap
Perolehan tanaman kelapa sawit
Perolehan aset lain-lain
Pembayaran beban tangguhan - hak atas tanah
Penerimaan uang muka penjualan investasi entitas anak
Penempatan efek yang diperdagangkan
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan setoran modal dari pemegang saham
Penerimaan dari transaksi jual dan sewa balik
Pembayaran utang sewa pembiayaan
Penerimaan utang bank
Pembayaran beban bunga
Pembayaran dividen
Penambahan utang bank jangka panjang
Penerimaan dari penerbitan obligasi konversi
Penerimaan dari penyetoran modal pemegang
saham non-pengendali entitas anak
Pembayaran utang bank jangka pendek
Penyelesaian derivatif - bersih
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS
DAN SETARA KAS
2011
AS$
200.308.540
2.519.763
(668.370)
(22.997.189)
(28.254.183)
(84.221.441)
(45.919.399)
(1.182.027)
(27.299.063)
(7.713.369)
-
2010
AS$
134.227.514
1.703.744
(548.524)
(18.416.878)
(24.324.933)
(58.512.863)
(34.103.740)
(2.015.381)
(15.280.647)
(17.271.708)
142.949.918
105.625.310
8.498.642
7.246.431
6.930.536
2.630.886
(1.500.000)
-
21.316
10.886.271
10.889.124
5.000.000
(593.776)
-
696.556
5.464.997
5.202.283
(414.646)
10.692.542
(12.261.698)
(20.578.767)
(18.002.735)
(4.019.892)
217.518.631
(247.411)
(81.337.498)
(12.191.009)
(228.411)
(117.556)
11.007.155
(53.918.365)
(110.830.160)
(9.264.153)
(47.971.293)
(5.474.179)
(9.447)
(13.847.726)
(54.925.066)
28.074.892
4.000.000
1.586.230
(238.468)
(293.000.000)
-
(763.388)
(5.000.000)
127.049.143
-
(1.410.666)
(10.750.000)
83.512.066
12.494.339
(259.577.346)
2.297.789
(12.587.612)
110.995.932
2.933.457
(1.416.334)
(812.266)
84.550.596
(14.314.064)
(7.547.597)
12.353.822
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
Penurunan (kenaikan) pada rekening bank
yang dibatasi penggunaannya
90.912.822
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
Kas dan setara kas direklasifikasi ke aset
dimiliki untuk dijual
KAS DAN SETARA KAS SETELAH REKLASIFIKASI
76.598.758
124.542.933
132.294.121
76.598.758
(33.630.111)
90.912.822
132.294.121
-
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.
263
132.294.121
-
(203.591)
119.432.789
507.510
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT
1.
UMUM
a. Pendirian dan Informasi Umum
P.T. Austindo Nusantara Jaya (Perusahaan), d/h P.T. Austindo Teguh Jaya didirikan berdasarkan
Akta No. 12 notaris Tn. Sutjipto, S.H., tanggal 16 April 1993 yang disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal
21 Mei 1993, dan diumumkan dalam Berita Negara No.70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan
No. 4010. Anggaran Dasar perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Akta No. 3
notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 6 September 2012 terkait penambahan modal dasar dan modal
disetor. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-48475.AH.01.02.Th.2012 tanggal 12 September
2012.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasarnya, Perusahaan memiliki ruang lingkup kegiatan dalam
bidang perdagangan dan jasa umum. Perusahaan berhak untuk, antara lain, mendapatkan
kesempatan usaha dan berinvestasi. Saat ini Perusahaan memberikan jasa manajemen dan
beroperasi sebagai perusahaan induk dari entitas anak dan asosiasi yang beroperasi dalam
industri agribisnis yaitu perkebunan kelapa sawit, pengolahan sagu, dan pengolahan tembakau
serta energi terbarukan. Sebelum 2012, Perusahaan juga beroperasi sebagai Perusahaan induk
dari entitas anak yang beroperasi dalam bidang jasa keuangan, jasa kesehatan dan bidang
lainnya yang telah dijual pada tahun 2012. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1993. Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember
2009, Perusahaan dan entitas anak (Grup) memiliki masing-masing 4.880, 6.066, 5.237, dan
4.111 karyawan tetap.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dan Kantor Pusatnya berlokasi di Gedung Graha Irama lantai
3, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1 Kav. 1-2, Jakarta 12950.
Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, susunan
Komisaris dan Direktur Perusahaan adalah sebagai berikut:
2012
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
2011 dan 2010
Komisaris Utama
Komisaris
Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo
Tn. George Santosa Tahija
Tn. Sjakon George Tahija
Tn. Arifin Mohamed Siregar
Tn. Istama Tatang Siddharta
Tn. Anastasius Wahyuhadi
Tn. Josep Kristiadi
Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo
Tn. Sjakon George Tahija
Tn. Arifin Mohamed Siregar
Tn. Istama Tatang Siddharta
Tn. Anastasius Wahyuhadi
Tn. Suwito Anggoro
Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo
Tn. Sjakon George Tahija
Tn. Arifin Mohamed Siregar
Tn. Istama Tatang Siddharta
Tn. Anastasius Wahyuhadi
Direktur Utama
Wakil Direktur Utama
Direktur
Tn. Suwito Anggoro
Ny. Istini Tatiek Siddharta
Tn. Sucipto Maridjan
Tn. George Santosa Tahija
Ny. Istini Tatiek Siddharta
Tn. George Santosa Tahija
Ny. Istini Tatiek Siddharta
Perusahaan memberikan kompensasi kepada Komisaris dan Direktur sebagai berikut:
2012
AS$
Imbalan kerja jangka pendek
Imbalan kerja jangka panjang
Jumlah
1.799.192
6.722.821
8.522.013
264
2011
AS$
2.052.962
1.310.345
3.363.307
2010
AS$
1.616.445
4.314.545
5.930.990
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
b. Entitas Anak
Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, lebih dari 50% saham entitas anak
sebagai berikut:
Nama entitas anak dan aktivitas utama
Lokasi usaha
Entitas Anak Langsung
Energi terbarukan
PT Darajat Geothermal Indonesia (DGI)
PT Austindo Aufwind New
Energy (AANE)
Darajat, Jawa Barat
Belitung,Bangka
Belitung
Tahun
operasi
komersial
Persentase pemilikan
2012
%
2011
%
2010
%
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
Jumlah aset (sebelum dieliminasi)
%
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
1998
99,99
99,99
99,99
99,99
11.409.047
10.478.867
10.408.833
13.097.941
Pra-operasi
98,99
90,64
90,64
51,06
2.404.087
871.455
2.181.051
251.674
2003
1998
1998
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
100,00
99,99
99,99
3.559.968
4.639.805
2.820.416
3.702.894
1.863.633
2.404.286
28.150.862
1.240.470
1.501.206
Jember
2000
Binanga, Sumatera Utara
1995
Sorong Selatan,Papua
Pra-operasi
99,99
99,99
99,99
66,81
99,51
99,51
66,81
99,84
99,84
68,81
99,91
99,84
13.227.130
206.934.889
30.435.763
7.150.695
175.839.091
12.499.066
5.729.041
175.986.071
4.387.733
5.942.551
183.113.201
259.514
Jasa keuangan
PT Prima Mitra Nusatama (PMN)
(dalam likuidasi)
Jakarta
1994
99,99
64,91
64,91
64,48
39.421.846
39.726.191
34.708.835
28.895.928
Sewa dan perdagangan mobil
PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR)
Jakarta
2009
-
99,99
99,99
99,99
-
380.054.820
263.825.607
58.110.029
Jasa Kesehatan
PT Austindo Nusantara Jaya
Healthcare (ANJHC)
Jakarta
2008
-
99,99
99,99
99,99
-
14.278.249
14.922.243
10.029.850
1994
99,99
99,51
99,84
99,91
29.509.089
18.547.703
38.779.672
52.004.805
2009
99,99
99,51
99,84
99,91
71.654.954
68.642.882
66.051.633
57.855.439
Pra-operasi
Pra-operasi
Pra-operasi
99,99
51,00
99,99
99,51
51,00
-
99,84
-
99,86
-
55.383.203
1.392.481
1.197.388
33.859.033
1.434.023
-
9.869.814
-
2.147.457
-
Jakarta
2002
-
71,93
64,91
64,48
-
32.375.925
33.596.736
28.886.038
110.036.651
Agribisnis
Eastern Island Base Pte. Ltd (EIB)
PT Aceh Timur Indonesia (ATI)
PT Surya Makmur (SM)
PT Gading Mas Indonesian Tobacco
Incorporated (GMIT)
PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA)
PT ANJ Agri Papua (ANJAP)
Entitas Anak Tidak Langsung
Agribisnis
PT Sahabat Mewah Makmur (SMM) (1)
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
Siais (ANJAS) (1)
PT Kayung Agro Lestari (KAL) (1)
PT Lestari Sagu Papua (LSP) (2)
PT Galempa Sejahtera Bersama (GSB) (3)
Jasa keuangan
PT Asuransi Indrapura (AI) (4)
PT Austindo Nusantara Jaya
Finance (ANJF) (5)
Singapura
Jakarta
Medan
Belitung,Bangka
Belitung
Angkola Selatan
Sumatera Utara
Ketapang,
Kalimantan Barat
Sorong Selatan,Papua
Sumatera Selatan
Jakarta
1994
-
94,22
94,22
81,60
-
264.527.979
189.135.794
Sewa dan perdagangan mobil
PT Austindo Nusantara Jaya
Auto (ANJ Auto) (6)
PT Balai Lelang Asta Nara Jaya (7)
Jakarta
Tangerang
2010
2011
-
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
-
-
73.121
276.847
65.397
111.222
-
Jasa Kesehatan
PT Optik Klinik Mata Nusantara (OKMN) (8)
Jakarta
2009
-
59,99
59,99
59,99
-
560.169
390.200
310.035
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
67.223
Dimiliki oleh ANJA
Dimiliki oleh ANJAP per 31 Desember 2012 dan dimiliki oleh ANJA per 31 Desember 2011
95,00% dimiliki oleh ANJA
80,00% dimiliki oleh PMN dan 20,00% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011, dimiliki 99,00% oleh PMN di 2010 dan 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009
Dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010 serta dimiliki langsung oleh ANJ per 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009
99,80% dimiliki oleh ANJR
99,96% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011 dan 99,90% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2010
Dimiliki oleh ANJHC
Eastern Island Base (EIB)
Pada tanggal 22 Pebruari 2010, EIB mengumumkan dan membagikan dividen berupa 2.680.554
saham ARC Exploration Ltd., dengan nilai AS$ 111.913 kepada Perusahaan. Pada tanggal
19 Maret 2010, EIB menjual 1 saham GMIT kepada Perusahaan dengan harga AS$ 75.
Pengembalian modal terkait likuidasi EIB, diterima Perusahaan masing-masing berjumlah
AS$ 22.000.000 pada tanggal 16 Juni 2010, AS$ 276.000 pada tanggal 28 September 2010 dan
AS$ 46.106 pada tanggal 24 Nopember 2010. Pada tanggal 3 Desember 2010, EIB telah
dilikuidasi.
PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA)
Berdasarkan Akta No. 101 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 30 April 2010, pemegang saham
ANJA menyetujui kenaikan modal disetor dari Rp 251.540.286.500 menjadi Rp 251.712.301.900
melalui penerbitan 1.720.154 saham baru kepada Direksi dan manajemen ANJA, sehubungan
dengan pelaksanaan program opsi saham yang diberikan kepada manajemen. Kepemilikan
Perusahaan pada ANJA turun menjadi 99,84%.
265
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan Akta No. 29 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 8 Juli 2011, pemegang saham ANJA
menyetujui penyetoran modal setara dengan 5.900.000 saham baru dari salah satu Direksi ANJA.
Pemegang saham juga menyetujui penempatan 2.505.905 saham baru oleh Direksi dan
manajemen ANJA terkait dengan pelaksanaan program hak opsi saham yang diberikan kepada
manajemen. Modal disetor ANJA meningkat dari Rp 251.712.301.900 menjadi
Rp 252.552.892.400. Kepemilikan Perusahaan pada ANJA turun menjadi 99,51%.
Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 6 Maret 2012, pemegang saham
ANJA menyetujui penjualan 1.399.521 saham milik salah satu pemegang saham non-pengendali
kepada Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi
99,56%.
Berdasarkan Akta No. 45 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 12 Oktober 2012, pemegang saham
ANJA menyetujui penjualan 90.729 saham milik salah satu pemegang saham non-pengendali
kepada Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi
99,57%.
Berdasarkan Akta No. 84 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 22 Nopember 2012, pemegang saham
ANJA menyetujui penjualan 10.834.584 saham milik pemegang saham non-pengendali kepada
Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi 99,99%.
PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS), sebelumnya PT Ondop Perkasa Makmur (OPM)
Pada tanggal 2 Maret 2010, ANJA dan SMM menyetujui untuk mengubah nama PT Ondop
Perkasa Makmur menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS).
Pada tanggal 2 Oktober 2010, ANJA dan SMM menyediakan uang muka untuk modal sebesar
Rp 25.000.000.000 kepada ANJAS. Uang muka tersebut telah menjadi kenaikan modal disetor
berdasarkan Akta No. 9 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 2 Pebruari 2011. Modal disetor ANJAS
meningkat dari Rp 598.570.000.000 menjadi Rp 623.570.000.000.
Sejak 1 Januari 2011, ANJAS mengubah mata uang pelaporannya dari Rupiah menjadi Dolar
Amerika Serikat.
PT Austindo Aufwind New Energy (AANE)
Berdasarkan Akta No. 9 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 2 Desember 2010 ANJA dan Aufwind
Schmack Asia Holding GmbH (ASA) menyetujui kenaikan modal dasar AANE dari AS$ 1.800.000
menjadi AS$ 2.350.000 dan kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari AS$ 450.000 menjadi
AS$ 2.350.000. ANJA menempatkan dan menyetor AS$ 1.900.000 atau setara dengan
Rp 17.263.400.000 untuk penambahan 1.900 saham, sehingga kepemilikan ANJA di AANE
meningkat dari 51,11% menjadi 90,64%.
Berdasarkan Akta No. 135 notaris Mala Mukti, S.H. tanggal 19 Juli 2012, ANJA dan ASA
menyetujui penjualan 2.130 saham atau 90,64% kepemilikan AANE dari ANJA kepada
Perusahaan dan 176 saham atau 7,49% kepemilikan AANE dari ASA kepada Perusahaan,
sehingga Perusahaan memiliki 2.306 atau 98,13% kepemilikan saham di AANE.
Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2012, Perusahaan dan
ASA menyetujui peningkatan modal dasar dari AS$ 2.350.000 menjadi AS$ 10.000.000 dan
peningkatan modal disetor dari AS$ 2.350.000 menjadi AS$ 4.350.000 dengan penempatan
2.000 saham baru, yang seluruhnya ditempatkan dan disetor oleh Perusahaan, yang
menyebabkan kepemilikan Perusahaan di AANE meningkat dari 98,13% menjadi 98,99%.
PT Kayung Agro Lestari (KAL)
Berdasarkan Akta No. 17 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2010, pemegang saham
KAL menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 5.000.000.000 menjadi Rp 180.000.000.000
dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 5.000.000.000 menjadi
Rp 95.000.000.000 dengan penempatan 180.000 saham baru. Dari jumlah tersebut, 179.910
saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 90 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM.
266
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan Akta No. 30 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 8 Juli 2011, pemegang saham KAL
menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 180.000.000.000 menjadi Rp 720.000.000.000 dan
peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 95.000.000.000 menjadi Rp 180.000.000.000
dengan penempatan 170.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 169.915 saham ditempatkan dan
disetor oleh ANJA dan 85 saham ditempatkan dan dibayarkan oleh SMM.
Berdasarkan Akta No. 85 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 24 Pebruari 2012, pemegang saham
KAL menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 180.000.000.000 menjadi
Rp 315.000.000.000 dengan penempatan 270.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 269.865
saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 135 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM.
Berdasarkan Akta No. 19 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Juli 2012, pemegang saham KAL
menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 315.000.000.000 menjadi
Rp 410.000.000.000 dengan penempatan 190.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 189.905
saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 95 saham ditempatkan dan dibayar oleh SMM.
Berdasarkan Akta No. 17 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2012, pemegang saham
KAL menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 410.000.000.000 menjadi
Rp 552.500.000.000 dengan penempatan 285.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 284.857
saham diantaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 143 saham ditempatkan dan disetor
oleh SMM.
PT ANJ Agri Papua (ANJAP)
Berdasarkan Akta No. 4 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 15 September 2011, pemegang saham
ANJAP menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 50.000.000.000 menjadi
Rp 118.000.000.000 dengan penempatan 68.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 66.870
saham di antaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 1.130 saham ditempatkan dan
disetor oleh SMM.
Berdasarkan Akta No. 78 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 18 April 2012, pemegang saham
ANJAP menyetujui peningkatan modal disetor dari Rp 118.000.000.000 menjadi
Rp 164.000.000.000 dengan penempatan 46.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 45.540
saham diantaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 460 saham ditempatkan dan disetor
oleh SMM.
Berdasarkan Akta No. 45 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 15 Agustus 2012, ANJA dan SMM
menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan 162.360 saham atau 99% kepemilikan ANJAP
yang dimiliki oleh ANJA kepada Perusahaan, sehingga Perusahaan memiliki 99% ANJAP secara
langsung.
Berdasarkan Akta No. 129 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 September 2012, Perusahaan
dan SMM selaku pemegang saham ANJAP menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 200
milyar menjadi Rp 400 milyar yang terdiri dari 400.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000
per saham dan peningkatan modal disetor dari Rp 164.000.000.000 menjadi Rp 246.000.000.000
dengan penempatan 82.000 saham baru, yang seluruhnya ditempatkan dan disetor oleh
Perusahaan. Kepemilikan langsung Perusahaan di ANJAP meningkat dari 99% menjadi 99,33%.
Berdasarkan Akta No. 2 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Desember 2012, pemegang saham
ANJAP menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 246.000.000.000 menjadi
Rp 329.000.000.000 dengan penempatan 83.000 saham baru, yang seluruhnya disetor oleh
Perusahaan. Kepemilikan langsung Perusahaan di ANJAP meningkat dari 99,33% menjadi
99,50%.
PT Lestari Sagu Papua (LSP)
Berdasarkan Akta no. 105 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 1 Juli 2011, ANJA, SP Chemical Pte.
Ltd dan Grand Asia Holding Pte. Ltd. mendirikan LSP, dengan modal dasar AS$ 4.000.000 dan
modal ditempatkan dan disetor sebesar AS$ 1.500.000. ANJA menempatkan dan menyetor 765
saham atau senilai AS$ 765.000 untuk 51% kepemilikan.
267
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan Akta No. 103 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 21 September 2012, para pemegang
saham LSP menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan 765 saham atau 51% kepemilikan
LSP yang dimiliki oleh ANJA kepada ANJAP.
PT Asuransi Indrapura (AI)
Berdasarkan Akta No. 3 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Nopember 2011, pemegang saham
AI menyetujui pemindahan hak atas 163.998 saham AI atau 19,99% kepemilikan dari PMN
kepada ANJR. Kepemilikan langsung PMN pada AI turun dari 99,99% menjadi 80%.
Berdasarkan Akta No.88 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 Pebruari 2012, PMN menjual
656.000 saham AI atau 80% kepemilikan atas AI ke Golden Eight Group Limited. Setelah
transaksi ini, PMN tidak lagi memiliki AI, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
PT Prima Mitra Nusatama (PMN)
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham PMN tanggal 18 Maret 2010 dan Akta
No. 18 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 7 April 2010, pemegang saham PMN menyetujui
peningkatan modal PMN dengan menempatkan 19.047.620 saham pada harga Rp 1.575 per
saham. Dari jumlah tersebut, 12.562.134 saham di antaranya ditempatkan oleh Perusahaan,
sehingga kepemilikan Perusahaan di PMN meningkat dari 64,48% menjadi 64,91%.
Berdasarkan Akta No. 53, 54, 75 dan 24 notaris Mala Mukti, S.H., masing-masing tanggal
16 Agustus 2012, 16 Agustus 2012, 30 Agustus 2012 dan 7 September 2012, Adrian Park Ltd.,
Investor Investment Asia Ltd., Hamon Private Equity Ltd., dan Lattice Ltd., masing-masing
sebagai pemilik 19.514.286 saham, 1.915.587 saham, 718.061 saham dan 677.166 saham atau
masing-masing 30%, 2,95%, 1,11% dan 1,04% kepemilikan PMN menyetujui penjualan,
pengalihan dan penyerahan seluruh saham yang dimilikinya kepada Perusahaan.
Berdasarkan Akta No. 128 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 September 2012, Perusahaan
menjual 1 saham PMN kepada Tn. George Santosa Tahija.
Sebagai akibat dari seluruh transaksi pembelian dan penjualan saham PMN di atas, Perusahaan
memiliki 65.047.619 saham atau 99,99% kepemilikan PMN.
Berdasarkan Akta No. 73 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 21 Nopember 2012, pemegang saham
menyetujui pembubaran PMN yang berlaku efektif sejak 13 Nopember 2012 dan mengangkat
likuidator untuk melakukan likuidasi.
PT Austindo Nusantara Jaya Finance (ANJF)
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham ANJF seperti yang dinyatakan dalam
Akta No. 90 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 27 April 2010, pemegang saham ANJF menyetujui
pemindahan hak atas 25.053 saham ANJF dari Investor (Guernsey) II, Ltd. dan Hamon Private
Equity Ltd. kepada Perusahaan, sehingga jumlah saham yang dimiliki Perusahaan menjadi
136.615 saham dan kepemilikan Perusahaan pada ANJF meningkat dari 81,60% menjadi
99,92%.
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham ANJF seperti yang dinyatakan dalam
Akta No. 29 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 18 Mei 2010, pemegang saham ANJF menyetujui
peningkatan modal dasar dari Rp 170.000.000.000 menjadi Rp 800.000.000.000 dan peningkatan
modal ditempatkan dan disetor dari Rp 136.723.000.000 menjadi Rp 200.083.000.000 dengan
menempatkan 63.360 saham baru dengan harga Rp 1.199.495 per saham kepada ANJR.
Perusahaan tidak berpartisipasi dalam peningkatan modal ini, sehingga menyebabkan dilusi
kepemilikan langsung Perusahaan dari 99,92% menjadi 68,28%.
Berdasarkan Akta No. 22 notaris Mala Mukti, SH., tanggal 11 Juni 2010, Perusahaan menjual
136.615 saham ANJF kepada ANJR pada nilai buku yang juga merupakan nilai pasar, atau
setara dengan Rp 172.000.006.340. Sebagai akibatnya, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJF
secara langsung.
268
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR)
Berdasarkan Akta No. 07 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 4 Juni 2010 pemegang saham ANJR
menyetujui kenaikan modal dasar dari Rp 155.000.000.000 (155.000 saham) menjadi
Rp 560.000.000.000 (560.000 saham) dan kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari
Rp 100.750.000.000 (100.750 saham) menjadi Rp 141.212.000.000 (141.212 saham) dengan
penempatan 40.462 saham (Rp 404.620.000.000), yang seluruhnya disetor oleh Perusahaan.
Berdasarkan Akta No. 65 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 26 Juni 2010 pemegang saham ANJR
menyetujui kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 141.212.000.000 (141.212 saham)
menjadi Rp 243.820.000.000 (243.820 saham) dengan penempatan 102.608 saham pada harga
Rp 1.158.398 per saham, seluruhnya disetor oleh Perusahaan.
Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 5 Nopember 2010, pemegang saham
ANJR menyetujui kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 243.820.000.000 (243.820
saham) menjadi Rp 270.000.000.000 (270.000 saham) dengan penempatan 26.180 saham baru
yang seluruhnya disetor oleh Perusahaan.
Berdasarkan Akta No. 16 notaris Fathiah Helmi, S.H., tanggal 17 Januari 2012, Perusahaan
menjual 2.699.990.000 lembar saham atau 99,99% kepemilikan ANJR kepada PT Mitra
Pinasthika Mustika. Setelah transaksi tersebut, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJR, ANJF, ANJ
Auto dan Balai Lelang Asta Nara Jaya, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (ANJHC)
Berdasarkan Rapat Tahunan Pemegang Saham ANJHC, seperti dinyatakan dalam Akta No. 63
notaris Mala Mukti S.H., tanggal 25 Juni 2010, pemegang saham menyetujui kenaikan modal
ditempatkan dari Rp 120.837.500.000 menjadi Rp 165.837.500.000, yang seluruhnya disetor
Perusahaan.
Berdasarkan Akta No.33 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan melakukan
penjualan, pengalihan dan penyerahan 165.837.499 saham atau 99.99% kepemilikan ANJHC
kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali) (Catatan 40).
Setelah transaksi ini, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJHC dan OKMN baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
PT Gading Mas Indonesian Tobacco (GMIT)
Berdasarkan Akta No. 39 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 12 September 2012, Southseas
Resources Ltd sebagai pemilik 57.140 saham atau 33,19% kepemilikan GMIT menyetujui
penjualan, pengalihan dan penyerahan 57.139 saham miliknya kepada Perusahaan dan 1 saham
kepada Tn. Koh Bing Hock. Sebagai akibat transaksi tersebut, Perusahaan memiliki 172.139
saham atau 99,99% kepemilikan langsung atas GMIT.
PT Galempa Sejahtera Bersama (GSB)
Berdasarkan Akta No. 25 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Mei 2012, Perusahaan dan ANJA
menandatangani perjanjian jual beli dengan Tn. Syamsi dan Tn. Muksin untuk membeli dari
Tn. Syamsi dan Tn. Muksin masing-masing 100.000 saham dan 20.000 saham GSB, dengan
komposisi 114.000 saham atau 95% dimiliki ANJA dan 6.000 saham atau 5% dimiliki
Perusahaan.
c. Pelepasan Entitas Anak
PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR)
Pada tanggal 17 Januari 2012, Perusahaan menjual 2.699.990.000 lembar saham atau 99,99%
kepemilikan atas ANJR kepada PT Mitra Pinasthika Mustika (MPM). Sebagai akibat transaksi
tersebut, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJR dan ANJF, baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
269
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Posisi aset dan liabilitas ANJR dan entitas anak pada tanggal 17 Januari 2012:
17 Januari 2012
AS$
Kas dan setara kas
Piutang sewa dan jasa lainnya - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang
ragu-ragu
Piutang pembiayaan konsumen dan jasa pembiayaan lainnya setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Persediaan
Pajak dibayar di muka
Biaya dibayar di muka dan uang muka
Rekening bank jaminan (escrow)
Deposito berjangka
Aset pajak tangguhan
Investasi pada entitas asosiasi
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Goodwill
Aset lain-lain
Jumlah aset
175.659.026
1.378.351
682.584
3.174.344
2.232.767
494.674
435.329
996.178
176.002
102.528.145
2.525.369
757.369
377.787.280
Utang bank
Utang usaha
Uang muka dan utang lain-lain
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Pendapatan ditangguhkan
Liabilitas derivatif - bersih
Uang jaminan
Utang sewa pembiayaan
Obligasi konversi
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Liabilitas kompensasi berbasis saham
Jumlah liabilitas
300.118.303
2.525.299
786.837
2.699.294
3.462.939
1.117.631
221.500
1.279.724
316.182
12.450.422
76.242
1.743.896
2.975.458
329.773.727
Aset bersih yang dijual
13.430.916
3.188.055
70.128.171
48.013.553
270
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Laba bersih pelepasan ANJR:
2012
AS$
Hasil penjualan ANJR
Jumlah aset bersih yang dilepaskan
Selisih nilai akibat perubahan entitas anak yang direklasifikasi
dari ekuitas karena hilangnya pengendalian
Penyesuaian kumulatif selisih kurs penjabaran yang direklasifikasi dari
ekuitas karena hilangnya pengendalian
Laba pelepasan ANJR
Biaya konsultan penjualan
Biaya pajak kini dan tangguhan terkait penjualan ANJR
Laba bersih pelepasan ANJR
120.748.487
(48.013.553)
(441.301)
407.883
72.701.516
(3.102.665)
(17.384.449)
52.214.402
Laba bersih pelepasan ANJR termasuk dalam laba bersih dari operasi yang dihentikan (Catatan
52).
Kas bersih pelepasan ANJR:
2012
AS$
Kas yang diterima dari penjualan ANJR
Kas dan setara kas ANJR yang dilepaskan
Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih
271
120.748.487
(13.430.916)
107.317.571
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
PT Asuransi Indrapura (AI)
Pada tanggal 27 Pebruari 2012, PMN menjual 656.000 saham AI atau 80% kepemilikan AI ke
Golden Eight Group Limited.
Posisi aset dan liabilitas AI pada tanggal 27 Pebruari 2012:
27 Pebruari 2012
AS$
Kas dan setara kas
Deposito wajib
Investasi
Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Aset lain-lain
Jumlah aset
17.309.557
935.608
2.159.892
11.733.509
639.619
375.390
344.541
33.498.116
Utang jasa asuransi
Utang lain-lain
Utang pajak
Pendapatan premi diterima di muka
Jumlah liabilitas
12.304.857
2.775.743
248.363
7.133.420
22.462.383
Aset bersih yang dijual
11.035.733
Laba pelepasan AI:
2012
AS$
Hasil penjualan AI
Jumlah aset bersih yang dilepaskan
Kepentingan non-pengendali
Penyesuaian kumulatif selisih kurs penjabaran yang
direklasifikasi dari ekuitas karena hilangnya pengendalian
Laba pelepasan AI
Biaya pajak kini dan tangguhan terkait penjualan AI
Laba bersih dari pelepasan AI
13.208.586
(11.035.733)
2.207.147
(143.171)
4.236.829
(1.004.660)
3.232.169
Laba pelepasan AI termasuk dalam laba bersih dari operasi yang dihentikan (Catatan 52).
Kas bersih dari pelepasan AI:
2012
AS$
Kas yang diterima dari penjualan AI
Kas dan setara kas AI yang dilepaskan
Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih
13.208.586
(17.309.557)
(4.100.971)
272
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (ANJHC)
Pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan menjual 165.837.499 saham atau 99,99% kepemilikan
ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali)
(Catatan 40).
Posisi aset dan liabilitas ANJHC pada tanggal 7 Mei 2012:
7 Mei 2012
AS$
Kas dan setara kas
Investasi jangka pendek
Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Persediaan
Uang muka dan biaya dibayar di muka
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Aset lain-lain
Jumlah aset
Utang usaha
Utang sewa pembiayaan
Utang lain-lain
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Kewajiban imbalan pasca kerja
Liabilitas pajak tangguhan
Jumlah liabilitas
Aset bersih yang dilepaskan
1.004.168
1.381.710
73.775
91.033
961.768
679.216
9.547.586
82.800
13.822.056
289.749
311.942
218.598
107.298
1.766.258
1.096.362
188.559
3.978.766
9.843.290
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali dari pelepasan ANJHC:
2012
AS$
Hasil penjualan ANJHC
Jumlah aset bersih yang dilepaskan
Kepentingan non-pengendali
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan yang direklasifikasi
dari ekuitas karena hilangnya pengendalian
Selisih antara hasil penjualan dan nilai buku ANJHC, dicatat sebagai
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
273
20.000.000
(9.843.290)
129.804
(2.262.251)
8.024.263
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Kas bersih dari pelepasan ANJHC:
2012
AS$
Kas yang diterima dari penjualan ANJHC
Kas dan setara kas ANJHC yang dilepaskan
Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih
2.
20.000.000
(1.004.168)
18.995.832
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BARU DAN REVISI (PSAK) DAN
INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK)
a. Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan
Dalam tahun berjalan, Grup telah menerapkan semua standar baru dan revisi serta
interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan
Indonesia yang relevan dengan operasinya dan efektif untuk periode akuntansi mulai tanggal
1 Januari 2012. Penerapan standar baru dan revisi serta interpretasi yang telah mempengaruhi
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun berjalan atau tahun
sebelumnya dan berdampak terhadap perubahan kebijakan akuntansi Grup adalah sebagai
berikut:

PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
Standar revisi ini memberikan indikator dalam menentukan mata uang fungsional entitas,
yang meliputi antara lain mata uang (a) yang paling mempengaruhi harga jual barang dan
jasa (b) dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar
menentukan harga jual barang dan jasa entitas dan (c) yang paling mempengaruhi biaya
tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa.
Jika indikator tersebut bercampur dan mata uang fungsional tidak jelas, maka manajemen
menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional yang paling tepat
menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi yang mendasari.
Standar sebelumnya hanya memberikan panduan terbatas dalam hal penentuan mata uang
fungsional.
Grup telah memutuskan perubahan mata uang fungsional PT Aceh Timur Indonesia (ATI)
dan PT Surya Makmur (SM) berdasarkan evaluasi mereka sesuai dengan ketetapan dalam
revisi standar tersebut. Dengan demikian, sejak 1 Januari 2012, ATI dan SM mengubah mata
uang fungsionalnya dari Rupiah menjadi Dolar Amerika Serikat dan menerapkan perubahan
mata uang fungsional secara retrospektif (Catatan 60).

PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja
Standar revisi ini memberikan pilihan pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial secara
penuh pada periode terjadinya, di luar komponen laba rugi, yaitu dalam pendapatan
komprehensif lain. Revisi standar ini juga mengharuskan Grup untuk menyajikan
pengungkapan tambahan (Catatan 38).
Efektif 1 Januari 2012, Grup mengakui keuntungan dan kerugian aktuarial dalam pendapatan
komprehensif lainnya. Karena terdapat ketentuan transisi atas standar revisi ini, perubahan
dalam kebijakan akuntansi ini diperlakukan secara prospektif.
274
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan

PSAK 60, Instrumen Keuangan :Pengungkapan
Standar baru ini menggantikan persyaratan pengungkapan dalam PSAK 50 (revisi 2006),
Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan mengharuskan pengungkapan
mengenai (a) signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan Grup,
(b) sifat dan paparan risiko yang timbul dari instrumen keuangan milik Grup selama periode
dan pada akhir periode pelaporan, dan (c) cara Grup mengelola risiko-risiko tersebut (Catatan
63).

ISAK 16, Perjanjian Konsesi jasa
Interpretasi ini berlaku untuk perjanjian konsesi jasa publik ke swasta jika:
-
Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus diberikan oleh
operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus diberikan, dan berapa harganya;
dan
-
Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau bentuk lain –
atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur pada akhir masa perjanjian.
DGI memiliki 5% bagian dari konsorsium dengan Chevron Geothermal Indonesia untuk
mengembangkan Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Darajat Unit II dan Unit III, yang
dioperasikan oleh Chevron Geothermal Indonesia. Pihak-pihak ini mempunyai ikatan dengan
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (“PERTAMINA”) dan Perusahaan
Listrik Negara (“PLN”) (Catatan 57g). Karena perjanjian dengan PERTAMINA dan PLN
merupakan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta, DGI harus mengadopsi ketentuan yang
ditetapkan dalam ISAK 16, terkait dengan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta. Dengan
demikian, laporan keuangan DGI disajikan kembali sesuai dengan ketentuan dalam ISAK 16
(Catatan 60).
AANE telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik dengan PLN pada tanggal
29 Nopember 2012. Karena perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN merupakan
perjanjian konsesi jasa publik ke swasta, AANE harus mengadopsi persyaratan yang
ditetapkan dalam ISAK 16 terkait dengan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta sejak
penandatanganan perjanjian tersebut (Catatan 57n).

ISAK 22, Perjanjian Konsesi Jasa : Pengungkapan
Interpretasi ini memberikan pedoman dalam pengungkapan perjanjian konsesi jasa. Adopsi
terhadap interpretasi ini mengakibatkan penambahan pengungkapan untuk perjanjian konsesi
jasa pada DGI.

ISAK 25, Hak atas Tanah
Interpretasi ini menjelaskan perlakuan biaya pengurusan hak legal atas tanah.
Biaya pengurusan hak legal atas tanah pada saat perolehan tanah tersebut diakui sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tanah sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011), Aset Tetap
atau standar lain yang relevan berdasarkan tujuan penggunaan lahan.
Biaya pengurusan perpanjangan atau pembaharuan hak legal atas tanah diakui sebagai aset
tidak berwujud dan diamortisasi sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2010), Aset Tidak Berwujud.
275
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Sebelumnya, Grup telah menghitung biaya pengurusan hak legal atas tanah pada saat
perolehan tanah sebagai biaya yang ditangguhkan dan kemudian diamortisasi selama jangka
waktu hak-hak tersebut
Berikut ini standar baru dan standar revisi serta interpretasi yang diterapkan dalam laporan
keuangan konsolidasian. Penerapan ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian tetapi mempengaruhi akuntansi untuk
transaksi masa depan :













PSAK 16 (revisi 2011), Aset Tetap
PSAK 26 (revisi 2011), Biaya Pinjaman
PSAK 30 (revisi 2011), Sewa
PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan
PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan : Penyajian
PSAK 53 (revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham
PSAK 55 (revisi 2011), Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
PSAK 56 (revisi 2010), Laba Per Saham
ISAK 15, PSAK 24 – Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan
Interaksinya
ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang
Sahamnya.
ISAK 23, Sewa Operasi – Insentif
ISAK 24, Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa
ISAK 26, Penilaian Ulang Derivatif Melekat
b. Standar telah diterbitkan tetapi belum diterapkan
Standar akuntansi revisi yang relevan dengan operasi Grup dan diterbitkan serta efektif untuk
periode mulai pada atau setelah 1 Januari 2013 adalah PSAK 38 (revisi 2012), Kombinasi Bisnis
Entitas Sepengendali.
Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian, dampak dari penerapan
standar atas laporan keuangan konsolidasian tidak dapat diketahui atau diestimasi secara wajar
oleh manajemen.
3. KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Pernyataan kepatuhan
Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia. Laporan keuangan ini tidak dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan hasil
operasi dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi dan praktek pelaporan yang berlaku umum
di negara dan yurisdiksi lain.
b. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian disusun
menggunakan dasar akrual. Mata uang pelaporan (penyajian) yang digunakan untuk penyusunan
laporan keuangan konsolidasian adalah mata uang Dolar Amerika Serikat (AS$) dan laporan
keuangan konsolidasian tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali untuk beberapa akun
tertentu yang diukur dengan menggunakan dasar pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam
kebijakan akuntansi masing-masing akun terkait.
276
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
c. Prinsip Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas
yang dikendalikan oleh Perusahaan (entitas anak). Pengendalian dianggap ada apabila
Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas
untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya.
Penghasilan dan beban entitas anak yang diakuisisi atau penjualan selama tahun berjalan
termasuk dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal efektif akuisisi
sampai dengan tanggal efektif penjualan.
Jika diperlukan, penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan entitas anak agar
kebijakan akuntansi yang digunakan entitas anak, sesuai dengan kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh Grup.
Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban intra kelompok usaha
dieliminasi pada saat konsolidasian.
Kepentingan non-pengendali pada entitas anak diidentifikasi secara terpisah dan disajikan dalam
ekuitas. Kepentingan non-pengendali pemegang saham pada awalnya boleh diukur sebesar nilai
wajar atau sebesar bagian pemilikan kepentingan non-pengendali atas nilai wajar aset bersih
yang dapat diidentifikasi dari pihak yang diakuisisi. Pilihan metode pengukuran dilakukan pada
saat akuisisi. Setelah akuisisi, nilai tercatat kepentingan non-pengendali merupakan jumlah
kepentingan non-pengendali pada pengakuan awal ditambah dengan bagian kepentingan nonpengendali dari perubahan selanjutnya dalam ekuitas. Jumlah pendapatan komprehensif entitas
anak tersebut diatribusikan kepada pemilik Perusahaan dan pada kepentingan non-pengendali,
bahkan jika hal ini mengakibatkan kepentingan non-pengendali mempunyai saldo defisit.
Perubahan dalam bagian kepemilikan Grup pada entitas anak yang tidak mengakibatkan
hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas. Nilai tercatat kepentingan Grup dan
kepentingan non-pengendali disesuaikan untuk mencerminkan perubahan bagian kepemilikannya
atas entitas anak. Setiap perbedaan antara jumlah kepentingan non-pengendali setelah
disesuaikan dan nilai wajar imbalan yang diberikan atau diterima diakui secara langsung dalam
ekuitas dan diatribusikan pada pemilik entitas induk.
Ketika Grup kehilangan pengendalian atas entitas anak, laba dan rugi diakui dalam laporan laba
rugi dan dihitung sebagai perbedaan antara (i) keseluruhan nilai wajar yang diterima dan nilai
wajar dari setiap sisa investasi dan (ii) nilai tercatat sebelumnya dari aset (termasuk goodwill) dan
liabilitas dari entitas anak dan setiap kepentingan non-pengendali. Ketika aset dari entitas anak
dinyatakan sebesar nilai revaluasi atau nilai wajar dan akumulasi laba atau rugi telah diakui
sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan terakumulasi dalam ekuitas, maka jumlah yang
sebelumnya diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan akumulasi ekuitas dicatat
seolah-olah Grup telah melepas secara langsung aset yang relevan (sehingga jumlah tersebut
direklasifikasi ke laporan laba rugi atau ditransfer langsung ke saldo laba sebagaimana
ditentukan oleh PSAK yang berlaku). Nilai wajar setiap sisa investasi pada entitas anak pada
tanggal hilangnya pengendalian dianggap sebagai nilai wajar pada saat pengakuan awal aset
keuangan sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2011), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran atau, sebagai biaya perolehan saat pengakuan awal investasi pada entitas asosiasi
atau pengendalian bersama entitas.
Perusahaan telah menyajikan sisa saldo yang berkaitan dengan pengaruh transaksi modal tahun
sebelumnya dari entitas anak dengan pihak ketiga sebagai bagian yang terpisah dalam ekuitas.
277
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
d. Kombinasi Bisnis
Akuisisi entitas anak dan bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya akuisisi
pada tanggal pertukaran diakui sebesar keseluruhan nilai wajar aset yang diperoleh, liabilitas
yang terjadi atau ditanggung dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai instrumen yang
dipertukarkan untuk memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi. Biaya-biaya akuisisi
terkait diakui di dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.
Dalam penerapannya, imbalan untuk akuisisi termasuk setiap aset atau liabilitas yang dihasilkan
dari suatu kesepakatan imbalan kontinjen, yang diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal
akuisisi. Perubahan nilai wajar selanjutnya akan menyebabkan penyesuaian pada biaya akuisisi,
apabila memenuhi persyaratan untuk penyesuaian dalam periode pengukuran. Semua
perubahan selanjutnya atas nilai wajar imbalan kontinjensi diklasifikasikan sebagai aset atau
liabilitas yang dihitung sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Perubahan dalam nilai
wajar imbalan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai ekuitas tidak dicatat.
Aset teridentifikasi, liabilitas dan liabilitas kontinjensi pihak yang diakuisisi, yang memenuhi
kondisi-kondisi pengakuan berdasarkan PSAK 22 (revisi 2010) Kombinasi Bisnis, efektif sejak
1 Januari 2011 diakui pada nilai wajar, kecuali untuk aset dan liabilitas tertentu yang diukur
dengan menggunakan standar terkait.
Jika pengakuan awal untuk kombinasi bisnis belum selesai pada akhir periode pelaporan saat
kombinasi terjadi, Grup harus melaporkan jumlah provisi sementara untuk pos-pos yang proses
pengukurannya belum selesai. Jumlah provisi sementara tersebut disesuaikan selama periode
pengukuran, atau tambahan pada aset atau liabilitas diakui untuk mencerminkan perolehan
informasi baru tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi dan, yang jika
diketahui, akan berdampak pada jumlah yang diakui pada tanggal tersebut.
Periode pengukuran adalah periode dari tanggal akuisisi hingga tanggal Grup memperoleh
informasi lengkap tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi. Periode
pengukuran dibatasi maksimum satu tahun dari tanggal akuisisi.
e. Transaksi Restrukturisasi antar Entitas Sepengendali
Transaksi restrukturisasi antar entitas sepengendali, berupa pengalihan aset dan liabilitas, saham
atau instrumen kepemilikan lainnya yang diselenggarakan dalam rangka reorganisasi entitas
dalam suatu grup bisnis yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti
substansi ekonomi, sehingga transaksi tersebut tidak menghasilkan laba atau rugi untuk
keseluruhan Grup ataupun individu di dalam kelompok entitas tersebut.
Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak menghasilkan perubahan
dalam substansi ekonomi terhadap kepemilikan aset, saham, liabilitas atau instrumen
kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, aset dan liabilitas yang dialihkan secara legal diakui
sebesar nilai tercatat dengan menggunakan metode penyatuan kepentingan. Komponen laporan
keuangan perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi dan untuk
periode lain yang disajikan untuk tujuan perbandingan, disajikan seolah-olah perusahaan telah
bergabung sejak periode paling awal yang disajikan.
Selisih antara harga pengalihan dan nilai tercatat dari transaksi restrukturisasi antara entitas
sepengendali dibukukan dalam akun “Selisih nilai dari transaksi restrukturisasi antara entitas
sepengendali”, dan disajikan sebagai bagian ekuitas, yang akan diakui sebagai pendapatan atau
beban pada saat penjualan investasi tersebut.
278
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
f.
Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing
Pembukuan tersendiri dari Perusahaan dan masing-masing entitas dalam Grup, kecuali untuk
KAL, GSB, GMIT, PMN, ANJAP, LSP, dan AANE, diselenggarakan dalam mata uang Dolar
Amerika Serikat sebagai mata uang fungsional. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam
mata uang selain Dolar Amerika Serikat dicatat dengan menggunakan kurs yang berlaku pada
saat terjadinya transaksi. Pada tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang
selain Dolar Amerika Serikat disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal
tersebut. Laba atau rugi kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi
komprehensif.
Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas entitas anak yang
menggunakan mata uang pencatatan selain Dolar Amerika Serikat, dijabarkan ke dalam Dolar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs pada tanggal pelaporan, ekuitas dijabarkan dengan
menggunakan kurs historis, sementara pendapatan dan biaya dijabarkan dengan menggunakan
kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai
bagian dari pendapatan komprehensif lain.
g. Transaksi Pihak Berelasi
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Grup (entitas pelapor):
a. Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang
tersebut:
i.
memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor;
ii.
memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau
iii. merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas
pelapor.
b. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut:
i.
Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya
entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya saling berelasi dengan entitas
lainnya).
ii.
Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas
asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang
mana entitas lain tersebut menjadi anggotanya).
iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama pihak ketiga yang sama.
iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah
entitas asosiasi dari entitas ketiga.
v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah
satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor
adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga
berelasi dengan entitas pelapor.
vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam
huruf (a).
vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau
merupakan personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Seluruh transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak berelasi, baik dilakukan dengan kondisi dan
persyaratan yang sama dengan pihak ketiga ataupun berbeda, diungkapkan pada laporan
keuangan konsolidasian.
279
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
h. Instrumen Keuangan
Aset dan liabilitas keuangan diakui pada saat Grup menjadi pihak yang memiliki hak dan
kewajiban sesuai persyaratan dalam kontrak instrumen keuangan yang bersangkutan.
Aset dan liabilitas keuangan diukur berdasarkan nilai wajar. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset dan liabilitas keuangan
(selain aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi) ditambahkan
pada atau dikurangkan dari nilai wajar aset atau liabilitas keuangan, pada pengakuan awal. Biaya
transaksi yang secara langsung digunakan untuk perolehan aset atau liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi diakui segera dalam laba rugi.
Aset Keuangan
Aset keuangan Grup diklasifikasikan berdasarkan kategori berikut: diakui pada nilai wajar melalui
laba rugi (FVTPL), aset keuangan tersedia untuk dijual, dan pinjaman yang diberikan dan piutang.
Klasifikasi tergantung pada sifat dan tujuan dari aset keuangan dan ditentukan pada saat awal
pengakuan. Seluruh pembelian atau penjualan reguler aset keuangan diakui dan dihentikan
pengakuannya pada tanggal perdagangan. Pembelian atau penjualan reguler aset keuangan
adalah pembelian atau penjualan aset keuangan yang memerlukan transfer aset dalam jangka
waktu yang ditetapkan oleh peraturan atau konvensi di pasar.
Metode suku bunga efektif
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan
setelah amortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan
bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat
mendiskontokan estimasi penerimaan kas pada masa yang akan datang (mencakup seluruh
komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak, yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium atau
diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, selama
periode yang lebih singkat, untuk memperoleh nilai tercatat bersih aset keuangan pada saat
pengakuan awal.
Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain aset
keuangan yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.
Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL)
Aset keuangan diklasifikasikan dalam FVTPL, jika aset keuangan termasuk dalam kelompok
diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur sebagai FVTPL.
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan, jika:

diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau

pada pengakuan awal, merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang
dikelola bersama dan terdapat bukti aktual mengenai pola ambil untung dalam jangka
pendek; atau

merupakan derivatif yang tidak ditetapkan atau tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Aset keuangan selain aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai kelompok untuk tujuan
diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:

penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan inkonsistensi
pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau
280
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan

kelompok aset keuangan, liabilitas atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi
berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi
Grup yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut tersedia secara
internal menurut dasar tersebut; atau

membentuk bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan
PSAK 55 (revisi 2011) memperbolehkan seluruh kontrak gabungan (aset atau kewajiban)
ditetapkan sebagai FVTPL.
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, laba atau rugi yang timbul diakui dalam laba
rugi. Laba atau rugi bersih yang diakui dalam laba rugi mencakup dividen atau bunga yang
diperoleh dari aset keuangan, dan diklasifikasikan sebagai pendapatan dividen dan pendapatan
bunga pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Nilai wajar ditentukan dengan cara
seperti dijelaskan pada Catatan 8.
Aset keuangan tersedia untuk dijual (AFS)
Obligasi dan saham milik Grup yang tercatat di bursa dan diperdagangkan pada pasar aktif
diklasifikasikan sebagai AFS dan dinyatakan pada nilai wajar.
Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan komprehensif
lainnya dan akumulasi revaluasi investasi AFS di ekuitas, kecuali untuk rugi penurunan nilai,
bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif dan laba rugi selisih kurs atas aset
moneter yang diakui pada laba rugi. Jika investasi dilepas atau mengalami penurunan nilai,
akumulasi laba atau rugi yang sebelumnya diakumulasi sebagai laba belum direalisasi atas
investasi AFS, direklasifikasi ke laba rugi.
Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak tercatat di bursa, tidak mempunyai kuotasi harga di
pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal juga diklasifikasikan sebagai AFS
dan diukur pada biaya perolehan dikurangi penurunan nilai.
Dividen dari instrumen ekuitas AFS, jika ada, diakui pada laba rugi pada saat hak Grup untuk
memperoleh pembayaran dividen ditetapkan.
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau jumlah
pembayaran yang telah ditentukan dan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, diklasifikasi
sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan setelah
amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai.
Pendapatan bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang
jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material.
Penurunan nilai aset keuangan
Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada
setiap tanggal pelaporan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif adanya:
(i) penurunan nilai sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan
awal aset keuangan, (ii) peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas
masa depan dari aset keuangan tersebut dan (iii) besar penurunan nilai dapat diestimasi secara
andal.
Untuk investasi ekuitas AFS yang tercatat dan tidak tercatat di bursa, penurunan jangka panjang
yang signifikan atas nilai wajar instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya dianggap sebagai
bukti obyektif penurunan nilai.
281
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Untuk aset keuangan lainnya, bukti objektif penurunan nilai termasuk hal-hal sebagai berikut:

kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau

pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau
bunga; atau

terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan
reorganisasi keuangan.
Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti pinjaman yang diberikan dan piutang, aset yang
dinilai tidak mengalami penurunan nilai secara individual akan dievaluasi penurunan nilainya
secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang termasuk pengalaman Grup
atas penagihan piutang pada masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran
piutang dibandingkan rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi
ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kegagalan pembayaran piutang.
Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan setelah diamortisasi, jumlah kerugian
penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dan nilai kini dari estimasi
arus kas masa depan yang didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari
aset keuangan.
Untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan, jumlah rugi penurunan nilai diukur
berdasarkan perbedaan antara jumlah tercatat aset dan nilai kini estimasi arus kas masa depan
yang didiskonto dengan menggunakan tingkat pengembalian saat ini dari aset keuangan serupa.
Rugi penurunan nilai tersebut tidak akan dipulihkan pada periode berikutnya.
Jumlah tercatat seluruh aset keuangan langsung dikurangi dengan rugi penurunan nilai, kecuali
piutang, yang nilai tercatatnya dikurangi melalui akun penyisihan piutang. Jika piutang pasti tidak
tertagih, maka piutang tersebut dihapuskan dengan mengurangi akun penyisihan piutang tidak
tertagih. Pemulihan atas jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan ke akun
penyisihan piutang tidak tertagih. Perubahan nilai tercatat penyisihan piutang diakui dalam laba
rugi.
Jika aset keuangan AFS diturunkan nilainya, laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya telah
diakui dalam ekuitas direklasifikasi ke laba rugi.
Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan setelah amortisasi, jika, pada periode
berikutnya, jumlah rugi penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan
secara obyektif dengan peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian
penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laba rugi, hingga nilai tercatat
investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan setelah
amortisasi yang seharusnya terhitung, jika pengakuan rugi penurunan nilai tidak dilakukan.
Untuk efek ekuitas AFS, rugi penurunan nilai yang sebelumnya diakui dalam laba rugi tidak boleh
dipulihkan melalui laba rugi. Setiap kenaikan nilai wajar setelah penurunan nilai dilakukan, diakui
secara langsung ke pendapatan komprehensif lain.
Penghentian pengakuan aset keuangan
Grup menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas
yang berasal dari aset berakhir, atau Grup secara substansi mengalihkan aset keuangan dan
seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Grup secara substansi
tidak mengalihkan maupun tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat kepemilikan, serta masih
mengendalikan aset yang dialihkan, maka Grup mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset
yang dialihkan dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Grup secara
substansi tetap memiliki seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang dialihkan,
maka Grup masih mengakui aset keuangan dan Grup juga harus mengakui pinjaman yang
dijamin oleh aset keuangan tersebut sebesar pinjaman yang diterima.
282
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, perbedaan antara jumlah
tercatat aset dan jumlah dari imbalan yang diterima dan piutang serta akumulasi keuntungan atau
kerugian yang telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan terakumulasi dalam
ekuitas diakui dalam laba rugi.
Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan selain dari pengakuan secara keseluruhan,
Grup mengalokasikan nilai tercatat atas aset keuangan antara bagian yang masih diakui, dan
bagian yang tidak lagi diakui berdasarkan proporsi nilai wajar bagian-bagian terkait pada tanggal
dialihkan. Perbedaan antara nilai tercatat yang dialokasikan ke bagian yang tidak lagi diakui dan
jumlah imbalan yang diterima untuk bagian yang tidak lagi diakui dan akumulasi keuntungan atau
kerugian yang telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lain yang dialokasi untuk bagian
tersebut diakui dalam laba rugi. Akumulasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebagai
pendapatan komprehensif lain dialokasikan antara bagian yang terus diakui dan bagian yang
tidak lagi diakui berdasarkan proporsi nilai wajar bagian-bagian tersebut.
Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas
Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas
Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Grup diklasifikasi sesuai dengan
substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas.
Instrumen ekuitas
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Grup setelah
dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih
setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.
Liabilitas keuangan
Utang usaha, utang lain-lain, utang bank dan pinjaman lainnya selanjutnya diukur pada biaya
perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan
setelah amortisasi dari liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan beban bunga
selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat
mendiskontokan estimasi pembayaran kas pada masa datang (mencakup seluruh komisi dan
bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium atau diskonto lainnya)
selama perkiraan umur liabilitas keuangan, atau, jika lebih tepat, selama periode yang lebih
singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih liabilitas keuangan pada saat pengakuan awal.
Selisih antara hasil penerimaan (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau
pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman.
Penghentian pengakuan liabilitas keuangan
Grup menghentikan pengakuan atas liabilitas keuangan jika dan hanya jika, liabilitas Grup telah
dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa. Perbedaan antara nilai tercatat dari liabilitas keuangan
yang dihentikan pengakuannya dan perkiraan pembayaran dan utang diakui dalam laba rugi.
Instrumen derivatif
Grup menggunakan instrumen keuangan untuk mengelola risiko suku bunga dan perubahan nilai
tukar mata uang asing. Penggunaan derivatif lebih rinci diungkapkan pada Catatan 55.
283
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Derivatif pada awalnya diakui sebesar nilai wajar saat kontrak dilakukan; selanjutnya diukur
sebesar nilai wajarnya pada setiap akhir periode pelaporan. Laba atau rugi segera diakui dalam
laba rugi, karena derivatif ini tidak dimaksudkan dan tidak memenuhi persyaratan akuntansi
lindung nilai, walaupun secara ekonomis dilakukan sebagai lindung nilai terhadap risiko harga
komoditas dan nilai tukar mata uang asing.
Perubahan nilai wajar instrumen derivatif yang ditujukan sebagai lindung nilai arus kas masa
depan diakui sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lainnya dan bagian yang tidak efektif
diakui segera dalam laba rugi. Jika transaksi lindung nilai berakibat diakuinya aset atau liabilitas,
akumulasi laba dan rugi pada bagian pendapatan komprehensif lainnya direklasifikasi ke dalam
laba rugi pada periode yang sama saat aset atau liabilitas terkait mempengaruhi laba. Untuk
lindung nilai yang tidak melibatkan pengakuan aset dan liabilitas, jumlah yang ditangguhkan pada
pendapatan komprehensif lainnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian
dalam periode yang sama dengan saat transaksi dasar yang dilindungi nilainya mempengaruhi
jumlah laba atau rugi.
Akuntansi lindung nilai dihentikan jika masa instrumen lindung nilai berakhir atau instrumen
lindung nilai dijual, dihentikan atau dieksekusi, atau tidak lagi memenuhi persyaratan akuntansi
lindung nilai. Pada saat itu akumulasi laba atau rugi atas instrumen lindung nilai yang diakui
dalam pendapatan komprehensif lainnya tetap dicatat dalam pendapatan komprehensif lainnya
sampai transaksi dasar yang dilindungi nilainya terjadi. Jika transaksi dasar yang dilindungi
nilainya tidak lagi diharapkan akan terjadi, akumulasi laba atau rugi yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lainnya segera direklasifikasi ke laba atau rugi periode tersebut.
Saling hapus antar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan
Grup hanya melakukan saling hapus aset dan liabilitas keuangannya dan menyajikan nilai
bersihnya dalam laporan posisi keuangan jika Grup:
i.

memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah
diakui tersebut; dan

berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan
liabilitasnya secara bersamaan.
Kas dan Setara Kas
Untuk tujuan penyajian laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua
investasi yang (i) jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya, (ii)
yang tidak dijaminkan dan (iii) tidak dibatasi penggunaannya.
j.
Deposito Berjangka
Deposito berjangka dengan jangka waktu akan jatuh tempo dalam tiga bulan namun dijaminkan
dan deposito berjangka dengan jangka waktu akan jatuh tempo lebih dari tiga bulan tetapi kurang
dari satu tahun sejak periode pelaporan disajikan secara terpisah.
Pendapatan bunga dari deposito berjangka diakui saat dihasilkan, dihitung berdasarkan sisa
pokok dan tingkat bunga yang berlaku.
k. Akuntansi Pembiayaan Konsumen
Piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang,
yang setelah pengakuan awal, dinyatakan pada biaya perolehan setelah amortisasi dengan
menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 3h) dikurangi penurunan nilai.
284
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Piutang pembiayaan konsumen pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya, yaitu sebesar nilai
piutang pembiayaan konsumen ditambah (dikurangi) dengan biaya (pendapatan) transaksi yang
dapat diatribusikan secara langsung pada piutang, seperti pendapatan administrasi bersih dan
beban dealer yang terkait langsung dengan pembiayaan konsumen.
Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui merupakan selisih antara jumlah
keseluruhan pembayaran angsuran yang akan diterima dari konsumen dan jumlah pokok
pembiayaan. Pendapatan yang belum diakui akan diakui sebagai penghasilan sesuai dengan
jangka waktu kontrak dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif.
Sewa
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara
substansi seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset terkait kepada penyewa. Sewa lainnya,
yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Sebagai Lessor
Sewa pembiayaan
Seluruh tagihan sewa pembiayaan diakui sebagai piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah
investasi neto Grup dalam sewa pembiayaan tersebut. Pengakuan pendapatan sewa
pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi sedemikian rupa sehingga mencerminkan
suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi neto dalam sewa pembiayaan.
Apabila aset sewa pembiayaan dijual kepada penyewa sebelum masa sewa pembiayaan
berakhir, maka selisih antara harga jual dan investasi neto sewa pembiayaan dicatat sebagai laba
atau rugi dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Jika aset sewa pembiayaan ditarik (repossessed) dan kemudian dijual, maka jumlah tercatat aset
tersebut dikeluarkan dari investasi neto sewa pembiayaan dan akun yang bersangkutan,
sedangkan laba atau rugi yang terjadi dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian.
Sewa Operasi
Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan berdasarkan metode garis lurus
selama masa sewa. Biaya langsung yang terjadi dalam proses negoisasi dan pengaturan pada
awal sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan
menggunakan metode garis lurus selama masa sewa.
Jika aset sewa operasi dijual, maka biaya perolehan dan akumulasi penyusutan dikeluarkan dari
akun yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian.
Sebagai Lessee
Sewa Pembiayaan
Aset sewa pembiayaan pada awalnya diakui sebagai aset Grup sebesar nilai wajar aset sewaan
Grup pada awal kontrak, atau, jika nilai wajar ini lebih rendah dari nilai kini pembayaran sewa
minimum, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Liabilitas terkait kepada lessor
disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian sebagai liabilitas sewa pembiayaan.
Pembayaran sewa harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian
yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa, sehingga tercapai suatu tingkat bunga
konstan (tetap) terhadap saldo kewajiban. Beban keuangan dibebankan dalam periode
terjadinya.
285
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Sewa Operasi
Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan menggunakan metode garis lurus
selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih tepat mencerminkan pola
waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Beban sewa kontinjen dibebankan dalam
periode terjadinya.
Jual dan Sewa-Balik
Aset yang dijual dalam transaksi jual dan sewa-balik dicatat sebagai berikut:

Jika transaksi jual dan sewa-balik menghasilkan sewa pembiayaan, maka selisih lebih hasil
penjualan atas jumlah tercatat ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

Jika transaksi jual dan sewa-balik menghasilkan sewa operasi dan jelas bahwa transaksi
tersebut terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi diakui segera. Jika harga jual di bawah
nilai wajar, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali jika rugi tersebut dikompensasi dengan
pembayaran sewa masa depan yang lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal ini, rugi
tersebut ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa
selama perkiraan periode penggunaan aset. Jika harga jual di atas nilai wajar, maka selisih
lebih atas nilai wajar tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama perkiraan periode
penggunaan aset.
Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih rendah
daripada jumlah tercatatnya, maka rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar
diakui segera.
Untuk sewa pembiayaan, penyesuaian tersebut tidak diperlukan, kecuali jika telah terjadi
penurunan nilai. Dalam keadaan demikian, jumlah tercatat berkurang menjadi jumlah terpulihkan.
l.
Akuntansi Anjak Piutang
Tagihan anjak piutang dinyatakan sebesar nilai tercatat dikurangi dengan penurunan nilai. Nilai
tercatat tagihan anjak piutang diamortisasi dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif
(Catatan 3h).
m. Akuntansi Asuransi
Pengakuan Pendapatan Premi
Premi dari kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis
(kontrak) berdasarkan proporsi jumlah perlindungan asuransi yang diberikan. Premi dari polis
penutupan bersama diakui sebesar proporsi bagian premi entitas anak. Premi yang menjadi hak
reasuradur diakui sebagai premi reasuransi selama periode kontrak reasuransi sesuai dengan
jangka waktu perlindungan asuransi yang diperoleh.
Pendapatan premi diterima di muka dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan dan diakui
sebagai pendapatan selama masa pertanggungan.
Premi yang belum merupakan pendapatan, kecuali untuk premi pengangkutan kargo laut,
dihitung berdasarkan premi retensi sendiri (premi bruto dikurangi premi reasuransi) secara
proporsional terhadap jumlah sisa hari pertanggungan setiap polis asuransi. Premi yang belum
merupakan pendapatan untuk pengangkutan kargo laut diestimasi secara keseluruhan
berdasarkan asumsi bahwa pendapatan diakui secara proporsional selama 45 hari yaitu rata rata
jangka waktu perlindungan asuransi. Kenaikan atau penurunan premi yang belum merupakan
pendapatan merupakan selisih antara saldo premi yang belum merupakan pendapatan pada
akhir periode berjalan dan periode sebelumnya.
286
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pendapatan premi pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian mencerminkan premi
bruto, premi reasuransi dan kenaikan/penurunan premi belum merupakan pendapatan. Premi
reasuransi dicerminkan sebagai pengurang dari premi bruto.
Reasuransi
Entitas anak mereasuransikan sebagian risiko penutupan pertanggungan asuransi kepada
perusahaan asuransi dan reasuransi lain. Jumlah premi yang dibayar atau bagian premi atas
transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi selama sisa periode kontrak
reasuransi secara proporsional dengan proteksi yang diberikan. Pembayaran atau pengakuan
liabilitas atas transaksi reasuransi restropektif diakui pula sebagai piutang reasuransi sebesar
liabilitas yang dicatat sehubungan dengan kontrak reasuransi tersebut.
Beban Klaim
Klaim mencakup klaim yang telah diselesaikan (settled claim) dan klaim dalam proses
penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan dan beban penyelesaian
klaim. Klaim diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim.
Klaim reasuransi yang diterima dari reasuradur diakui dan dicatat sebagai pengurangan beban
klaim pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim. Hak subrogasi diakui
sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi.
Estimasi klaim retensi sendiri (klaim dalam proses penyelesaian) dihitung berdasarkan estimasi
kerugian retensi sendiri entitas anak dari klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk
klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan. Perubahan dalam estimasi klaim retensi
sendiri diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada periode terjadinya
perubahan. Kenaikan/penurunan estimasi klaim retensi sendiri merupakan selisih antara saldo
estimasi klaim retensi sendiri pada akhir periode berjalan dan periode sebelumnya.
Biaya klaim pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian merupakan jumlah klaim bruto,
klaim reasuransi dan kenaikan/penurunan estimasi klaim retensi sendiri. Klaim reasuransi
dicerminkan sebagai pengurang klaim bruto.
Komisi
Komisi yang dibayarkan kepada pialang asuransi, agen dan perusahaan asuransi lain
sehubungan dengan penutupan pertanggungan asuransi dicatat sebagai beban komisi,
sedangkan komisi yang diterima dari transaksi reasuransi dicatat sebagai pengurang beban
komisi dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya.
Beban komisi disajikan bersih setelah dikurangi komisi yang diperoleh dari transaksi reasuransi
dan diakui sebagai pendapatan atau beban.
Komisi diterima di muka dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan dan diakui sebagai
pendapatan selama jangka waktu pertanggungan.
n. Piutang dari Perjanjian Konsesi Jasa
Piutang dari perjanjian konsesi jasa merupakan jasa yang diberikan sehubungan dengan
perjanjian konsesi jasa dimana pembayaran minimum yang dijamin telah disetujui tanpa
tergantung tingkat penggunaan. Karena lamanya rencana pembayaran, piutang diukur pada nilai
tunai biaya setelah amortisasi. Akumulasi bunga tahunan atas nilai terdiskonto disajikan sebagai
pendapatan bunga sebagai bagian dari pendapatan. Pembayaran dari pelanggan dibagi menjadi
bagian yang dipotong dari piutang dan bunga dari jumlah pokok belum dibayar dan bagian untuk
pemberian konsesi jasa lainnya.
Jika piutang diperkirakan dapat ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang, piutang
diklasifikasikan sebagai aset lancar. Jika tidak, piutang disajikan sebagai aset tidak lancar.
287
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
o. Persediaan
Persediaan dinyatakan pada biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah.
Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual persediaan dalam situasi normal usaha,
dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan.
Bahan baku, suku cadang dan perlengkapan dinyatakan pada biaya perolehan, yang dhitung
menggunakan metode rata-rata tertimbang.
Penyisihan untuk penurunan nilai persediaan dibuat berdasarkan evaluasi atas keadaan
persediaan pada akhir tahun.
p. Investasi pada Entitas Asosiasi
Entitas asosiasi adalah suatu perusahaan dimana Grup mempunyai pengaruh signifikan, namun
tidak mempunyai kemampuan pengendalian atau pengendalian bersama melalui partisipasi
dalam pengambilan keputusan atas kebijakan keuangan dan operasional investee.
Penghasilan, aset dan liabilitas dari entitas asosiasi digabungkan dalam laporan keuangan
konsolidasian dan dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali ketika investasi
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Investasi pada entitas asosiasi
dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya
disesuaikan untuk perubahan dalam aset bersih entitas asosiasi yang terjadi setelah perolehan
yang menjadi bagian kepemilikan Grup dikurangi dengan penurunan nilai yang ditentukan untuk
setiap investasi secara individu. Bagian Grup atas rugi entitas asosiasi yang melebihi nilai tercatat
investasi (yang mencakup semua kepentingan jangka panjang, yang secara substansi,
merupakan bagian dari nilai investasi bersih dalam entitas asosiasi) hanya diakui jika Grup telah
mempunyai kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atau melakukan pembayaran atas
kewajiban entitas asosiasi.
Setiap kelebihan biaya perolehan investasi atas nilai wajar bersih dari aset yang teridentifikasi,
liabilitas dan liabilitas kontinjen entitas asosiasi yang menjadi bagian kepemilikan Grup pada
tanggal akuisisi, diakui sebagai goodwill. Goodwill termasuk dalam jumlah tercatat investasi, dan
diuji penurunan nilainya sebagai bagian investasi. Setiap kelebihan nilai wajar bersih aset yang
teridentifikasi, liabilitas dan liabilitas kontinjen yang menjadi bagian kepemilikan Grup atas biaya
perolehan investasi sesudah pengujian kembali segera diakui di dalam laba rugi.
Ketika Grup melakukan transaksi dengan entitas asosiasi, laba dan rugi dari transaksi tersebut
dieliminasi sebesar kepentingan Grup dalam entitas asosiasi.
q. Investasi Lain-lain
Investasi dalam saham dengan kepemilikan kurang dari 20% dicatat pada nilai wajar setelah
dikurangi penurunan nilai (Catatan 3h). Jika tidak terdapat kuotasi nilai saham dalam pasar aktif
atau jika nilai wajar tidak dapat diukur secara meyakinkan, maka investasi diukur pada harga
perolehannya.
r.
Aset Dimiliki untuk Dijual
Aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama
melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian. Kondisi ini terpenuhi hanya ketika
penjualan harus sangat mungkin terjadi dan aset tersebut siap untuk dijual dalam kondisi saat ini.
Manajemen harus berkomitmen untuk melaksanakan penjualan, dan diperkirakan memenuhi
ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi.
288
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Aset yang dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai
wajar setelah dikurangi dengan taksiran biaya untuk menjual.
s. Properti Investasi
Properti investasi adalah properti (tanah, atau bangunan, atau bagian dari suatu bangunan, atau
tanah dan bangunan) yang dimiliki untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau
untuk kedua tujuan tersebut. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi
dengan akumulasi rugi penurunan nilai.
t.
Aset Tetap – Pemilikan Langsung
Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif diakui sebesar biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi
penyusutan, dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Penyusutan, kecuali untuk aset tertentu di PT Sahabat Mewah Makmur (SMM), diakui sebagai
penghapusan biaya perolehan aset, dihitung dari harga perolehan aset dikurangi nilai residu
dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset
tetap sebagai berikut:
Tahun
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraan bermotor
4 - 20
3
4-8
4
4-8
4-8
Sebelum 1 Januari 2011, sebagian aset tetap SMM disusutkan menggunakan metode saldo
menurun berganda, berdasarkan persentase sebagai berikut:
Tahun
Mesin dan peralatan
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraan bermotor
4 - 16
4-8
4-8
Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama
dengan aset yang dimiliki sendiri.
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan
pengaruh setiap perubahan estimasi diberlakukan secara prospektif.
Tanah diakui sebesar harga perolehan dan tidak disusutkan.
Harga Perolehan
Tanah terdiri dari harga beli tanah, ganti rugi kompensasi tanah, dan seluruh biaya pengurusan
hak legal atas tanah terkait.
Biaya pengurusan hak legal atas tanah yang Hak Guna Usaha (HGU)nya masih dalam proses
dicatat sebagai aset lain-lain dan direklasifikasi sebagai harga perolehan tanah saat HGU
diperoleh.
289
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang timbul untuk menambah, mengganti
atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset, jika dan hanya jika, besar
kemungkinan manfaat ekonomis pada masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Nilai tercatat aset tetap yang dihentikan pengakuannya atau yang dijual, dikeluarkan dari
kelompok aset tetap. Laba atau rugi penjualan aset tetap tersebut diakui dalam laba rugi.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan, termasuk biaya pinjaman selama
masa pembangunan dari utang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut (jika ada).
Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap pada saat
pembangunan selesai dan aset siap digunakan.
u. Goodwill
Goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis diakui sebagai aset pada tanggal diperolehnya
pengendalian (tanggal akuisisi). Goodwill diukur sebagai selisih dari jumlah imbalan yang
dialihkan, jumlah setiap kepentingan non-pengendali pada pihak yang diakuisisi dan nilai wajar
dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi
(jika ada) atas jumlah selisih bersih dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih pada tanggal akuisisi.
Jika setelah penilaian kembali, kepemilikan Grup pada nilai wajar aset bersih yang teridentifikasi
dari pihak yang diakuisisi melebihi jumlah imbalan yang dialihkan, jumlah setiap kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi dan nilai wajar dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya
dimiliki pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi (jika ada), maka selisihnya diakui segera
dalam laba atau rugi sebagai pembelian dengan diskon.
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill dialokasikan ke setiap unit penghasil kas dari Grup
yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut. Unit penghasil kas
yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilainya secara tahunan. Jika jumlah
terpulihkan dari unit penghasil kas kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai
dialokasikan, pertama untuk mengurangi jumlah tercatat aset atas setiap goodwill yang
dialokasikan pada unit tersebut dan selanjutnya ke aset lainnya dari unit dibagi prorata
berdasarkan jumlah tercatat setiap aset dalam unit tersebut. Rugi penurunan nilai yang diakui
atas goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya.
Pada pelepasan entitas anak, jumlah goodwill yang dapat diatribusikan diperhitungkan dalam
penentuan laba atau rugi atas pelepasan.
Kebijakan Grup atas goodwill yang timbul dari akuisisi entitas asosiasi dijelaskan pada
Catatan 3p.
v. Tanaman kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman
menghasilkan.
Tanaman belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehan yang merupakan akumulasi biaya
yang terjadi sebelum tanaman tersebut menghasilkan dan dipanen. Biaya-biaya tersebut
mencakup biaya untuk pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan,
bunga atas pinjaman yang diperoleh untuk membiayai pengembangan tanaman sampai
menghasilkan, dan alokasi biaya tidak langsung lainnya berdasarkan luas tanah yang ditanami.
Biaya-biaya ini diakumulasikan sampai saat tanaman siap untuk dipanen, selama nilai tercatat
tanaman belum menghasilkan tidak melebihi nilai tertinggi antara nilai penggantian dan jumlah
yang dapat dipulihkan.
290
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan ketika lebih dari 70% lahan
dapat dipanen dan rata-rata berat tandan melebihi 3,5 kg, yang biasanya dapat dicapai dalam
waktu tiga sampai empat tahun setelah penanaman. Pada saat tanaman kelapa sawit dinyatakan
menghasilkan, tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman menghasilkan dan
disusutkan sejak tanggal transfer.
Tanaman menghasilkan diakui sebesar harga perolehan pada saat tanggal transfer, dikurangi
dengan akumulasi penyusutan. Tanaman menghasilkan disusutkan menggunakan metode garis
lurus berdasarkan estimasi umur produktif selama 20 tahun, kecuali untuk SMM pada tahun
2010, yang menyusutkan tanaman menghasilkan menggunakan metode saldo menurun
berganda sebesar 6,25% per tahun.
SMM mengubah metode penyusutan atas tanaman menghasilkan dari metode saldo menurun
berganda menjadi metode garis lurus dan juga mengubah taksiran masa manfaat dari 16 tahun
menjadi 20 tahun efektif tanggal 1 Januari 2011, karena manajemen yakin bahwa perubahan ini
lebih baik mencerminkan pola penggunaan manfaat ekonomi atas aset terkait berdasarkan
kondisi dan rencana SMM pada saat ini dan pada masa depan.
w. Beban Tangguhan Hak atas Tanah
Sejak 1 Januari 2012, biaya pengurusan legal hak atas tanah pada saat perolehan tanah tersebut
diakui sebagai bagian dari biaya perolehan Aset Tetap tanah.
Sebelum tahun 2012, biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah
ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang masa manfaat hak legal
atas tanah berlaku, karena masa berlaku hak legal atas tanah lebih pendek dari umur
ekonomisnya.
Efektif sejak 1 Januari 2012, beban tangguhan hak atas tanah yang terdiri dari biaya pembaruan
atau pengurusan perpanjangan hak atas tanah diamortisasi dengan menggunakan metode garis
lurus selama periode berlakunya hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam izin legal hak
atas tanah atau selama umur ekonomis aset, mana yang lebih pendek.
x. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan kecuali Goodwill
Pada setiap akhir periode pelaporan, Grup menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk
menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika
terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk
menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk
mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Grup mengestimasi
nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas di mana aset tersebut menjadi
bagiannya.
Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual dan nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset nonkeuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas)
dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui
langsung ke laba rugi.
Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam Catatan 3h;
penurunan nilai untuk goodwill dijelaskan dalam Catatan 3u.
291
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
y. Provisi
Provisi diakui ketika Grup (i) memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, (ii) kemungkinan besar Grup diharuskan
menyelesaikan kewajiban dan (iii) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut
dapat dibuat.
Jumlah yang diakui sebagai provisi merupakan estimasi terbaik mengenai jumlah pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan, dengan
mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang meliputi kewajibannya. Apabila suatu provisi
diukur menggunakan arus kas yang diperkirakan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
kini, maka nilai tercatatnya adalah nilai kini dari arus kas tersebut.
Jika beberapa atau seluruh manfaat ekonomi yang diperlukan untuk penyelesaian provisi
diharapkan dapat dipulihkan dari pihak ketiga, maka piutang diakui sebagai aset apabila terdapat
kepastian bahwa penggantian akan diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal.
Provisi perjanjian konsesi jasa
Sebagai bagian kewajiban sesuai Kontrak Operasi Bersama (KOB), konsorsium bertanggung
jawab atas pemeliharaan dan inspeksi atau pemulihan (overhauls) Fasilitas Lapangan dan
Fasilitas Pembangkit Listrik yang dikelolanya. Selain itu, konsorsium juga bertanggung jawab
untuk mengelola sumber daya panas melalui pengeboran sumur pengganti (“make up”) dan
sumur injeksi untuk memastikan tersedianya uap panas untuk memenuhi kebutuhan pembangkit
listrik. Program sumur pengganti (“make up”) biasanya dilakukan setiap empat tahun termasuk
pengeboran sumur injeksi jika dperlukan.
Karena konsorsium tidak secara spesifik dibayar atas kegiatan pemeliharaan dan pengeboran
sumur pengganti dan injeksi, kewajiban pemeliharan dan pengeboran tersebut diakui dan diukur
sesuai dengan PSAK 57, Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi, yaitu sebesar nilai
kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dengan
menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai
waktu uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas tersebut.
z.
Pengakuan Pendapatan dan Beban
Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:

Grup telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada
pembeli;

Grup tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas
barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;

Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan mengalir kepada
Grup tersebut; dan

Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.
292
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pendapatan dari Pembiayaan dan Asuransi
Pengakuan pendapatan untuk pembiayaan konsumen, transaksi sewa pembiayaan dan anjak
piutang dijelaskan dalam Catatan 3k dan 3l.
Pengakuan pendapatan untuk transaksi asuransi dijelaskan dalam Catatan 3m.
Pendapatan dari Sewa Kendaraan
Pendapatan dari sewa kendaraan dan jasa pengemudi diakui saat jasa diberikan kepada
pelanggan. Uang muka yang diterima dari pelanggan diklasifikasikan sebagai pendapatan
ditangguhkan dan akan diakui sebagai pendapatan ketika jasa telah diberikan.
Pendapatan dari jasa perbaikan kendaraan diakui berdasarkan marjin tertentu di atas biaya
perbaikan dan pemeliharaan aktual ketika jasa diberikan. Pendapatan akan disesuaikan dengan
tagihan aktual yang disetujui oleh perusahaan asuransi (pelanggan) sebagai penyelesaian atas
beban klaim mereka.
Pendapatan dari Jasa Kesehatan
Pendapatan dari jasa kesehatan diakui saat jasa diberikan.
Pendapatan konsesi jasa
Kontruksi jasa yang berhubungan dengan perjanjian konsesi jasa diakui sebagai pendapatan
sesuai dengan PSAK 34, Kontrak Konstruksi dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian. Jika hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal, pendapatan
dihitung mengunakan metode keuntungan nihil sebesar jumlah pengeluaran yang terjadi dan
kemungkinan dapat dipulihkan.
Berdasarkan konsesi jasa DGI, konsorsium hanya menerima satu pembayaran untuk jasa yang
diberikan. Manajemen berpendapat bahwa pembayaran tersebut harus dibagi menjadi dua
aktivitas yaitu aktivitas pembiayaan dan aktivitas operasi dan pemeliharaan. DGI menggunakan
metode nilai residu dalam mengalokasi pendapatannya ke pendapatan pembiayaan dan
pendapatan operasi dan pemeliharaan. Karena penerapan prospektif ISAK 16, DGI
menggunakan tingkat suku bunga implisit untuk menghitung pendapatan pembiayaannya.
Tingkat suku bunga implisit adalah suku bunga diskonto yang menyebabkan nilai tunai
keseluruhan dari pembayaran minimum yang dijamin sama dengan nilai tunai aset keuangan dari
konsesi jasa pada tanggal awal penerapan. Dalam hal ini, DGI telah menggunakan suku bunga
implisit sebesar 15%.
Pendapatan Dividen
Pendapatan dividen dari investasi lain diakui saat hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran ditetapkan.
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu, dengan acuan jumlah pokok dan tingkat bunga
yang berlaku.
Beban
Beban diakui pada saat terjadinya. Beban yang berhubungan dengan transaksi asuransi di
jelaskan di Catatan 3m.
293
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
aa. Imbalan Pasca Kerja
Grup mengakui dan menghitung imbalan pasca kerja untuk karyawannya sesuai dengan UndangUndang Tenaga Kerja No. 13/2003. Selain untuk DGI, tidak terdapat pendanaan yang dibuat
untuk program imbalan pasti ini.
Efektif sejak 1 Januari 2012, PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja, memperkenankan pengakuan
akumulasi laba dan rugi aktuarial sebagai pendapatan komprehensif lain dalam saldo laba, selain
pengakuan berdasarkan pendekatan koridor dalam perhitungan laba rugi. Grup memilih untuk
mengakui laba dan rugi akturial dalam pendapatan komprehensif lain.
Perhitungan imbalan pasca kerja ditentukan dengan menggunakan metode Projected Unit Credit.
Sebelum tahun 2012, akumulasi laba dan rugi aktuarial bersih yang belum diakui dan melebihi
10% dari nilai kini imbalan pasti Grup diakui dengan metode garis lurus selama estimasi rata-rata
sisa masa kerja dari para pekerja peserta program tersebut. Efektif sejak 1 Januari 2012, laba
dan rugi aktuarial yang timbul dari penyesuaian dan perubahan dalam asumsi-asumsi aktuarial
langsung diakui seluruhnya dalam pendapatan komprehensif lain. Akumulasi laba dan rugi
aktuarial dicatat dalam saldo laba. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut
telah menjadi hak karyawan atau vested. Jika biaya jasa lalu belum menjadi hak karyawan, maka
biaya jasa lalu tersebut akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode
rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak karyawan (vested).
Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasca kerja di laporan posisi keuangan
konsolidasian merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti, disesuaikan dengan laba dan rugi
aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
bb. Program Opsi Saham Karyawan
Entitas anak menyelenggarakan program opsi saham untuk karyawannya yang memenuhi syarat.
Program ini terdiri dari program opsi saham yang dilakukan melalui penerbitan saham baru.
Satu entitas anak menyelenggarakan program opsi saham untuk manajemen senior. Program ini
terdiri dari program opsi saham yang memberikan alternatif penyelesaian kepada karyawan baik
melalui penerbitan saham baru yang dicatat sebagai ekuitas atau pembayaran tunai yang dicatat
sebagai liabilitas. Program ini berakhir tahun 2010.
Kompensasi berbasis saham diukur mulai dari tanggal diberikan (grant date) dengan
menggunakan nilai instrisik dari opsi saham, yang ditetapkan berdasarkan selisih antara harga
pelaksanaan opsi saham dan estimasi nilai wajar saham entitas anak pada tanggal pengukuran.
Kompensasi untuk opsi saham diakui dalam laba rugi selama periode vesting.
cc. Pajak Penghasilan
Beban pajak menyajikan jumlah pajak kini dan pajak tangguhan.
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan,
yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.
294
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul
dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan aset dan
liabilitas yang menjadi dasar pengenaan pajak. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua
perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer
sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada
masa depan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diperkirakan
akan berlaku dalam periode ketika liabilitas dilunasi atau aset direalisasikan, dan peraturan
perpajakan berlaku atau secara substansi telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak pada akhir
periode pelaporan yang sesuai dengan taksiran Grup, dapat dipulihkan dari jumlah tercatat aset
atau harus diselesaikan liabilitasnya.
Jumlah tercatat aset pajak tangguhan dikaji ulang pada akhir periode pelaporan dan dikurangi
jumlah tercatatnya, jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah
yang memadai untuk mengkompensasikan pemulihan sebagian atau seluruh aset pajak
tangguhan tersebut.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan saling hapus ketika entitas (1) memiliki hak yang dapat
dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak
kini, (2) aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan
dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama, dan (3) Grup bermaksud untuk memulihkan aset
dan liabilitas pajak kini secara neto.
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba rugi, kecuali
pajak penghasilan yang berasal dari transaksi atau kejadian yang diakui, di luar laba rugi (baik
dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung di ekuitas). Dalam hal tersebut
pajak kini dan pajak tangguhan juga diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya atau diakui
langsung dalam ekuitas. Dalam kasus kombinasi bisnis, pengaruh pajak diperhitungkan dalam
akuntansi kombinasi bisnis.
dd. Laba per Saham
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik
entitas dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar dalam tahun yang bersangkutan.
Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik
entitas dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang telah disesuaikan dengan dampak
dari semua potensi efek dilutif saham biasa.
ee. Informasi Segmen
Segmen operasi diidentifikasi berdasarkan laporan internal mengenai komponen operasi dari
Grup yang secara teratur ditelaah oleh “pengambil keputusan operasional” dalam rangka alokasi
sumber daya dan penilaian kinerja segmen operasi.
Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:
a)
yang terlibat dalam aktivitas bisnis dari mana diperoleh pendapatan dan ditanggung beban
(termasuk pendapatan dan beban terkait transaksi dengan komponen lain dari entitas yang
sama);
295
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
b)
yang hasil operasinya ditelaah secara teratur oleh pengambil keputusan operasional yang
bertanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya ke segmen tersebut dan, atas
penilaian kinerjanya; dan
c)
atas mana tersedia informasi keuangan tersendiri yang secara jelas dapat dipisahkan.
Informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan operasional dalam rangka alokasi sumber
daya dan penilaian kinerja mereka terfokus pada kategori jenis industri.
4.
ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING
Dalam penerapan kebijakan akuntansi Grup, yang dijelaskan dalam Catatan 3, direksi diwajibkan
untuk membuat penilaian, estimasi dan asumsi tentang jumlah tercatat aset dan liabilitas yang tidak
tersedia dari sumber lain. Estimasi dan asumsi yang terkait didasarkan pada pengalaman historis
dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan. Hasil aktualnya mungkin berbeda dari estimasi
tersebut.
Estimasi dan asumsi yang mendasari perhitungan estimasi tersebut ditelaah secara berkelanjutan.
Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode saat estimasi tersebut direvisi jika revisi hanya
mempengaruhi periode itu, atau pada periode revisi dan periode masa depan jika revisi
mempengaruhi kedua periode, baik saat ini dan masa depan.
Pertimbangan Kritis dalam Penerapan Kebijakan Akuntansi
Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi yang dijelaskan dalam Catatan 3, tidak terdapat
pertimbangan kritis yang memiliki dampak signifikan pada jumlah yang diakui dalam laporan
keuangan konsolidasian, selain dari estimasi, seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Sumber Ketidakpastian Estimasi
Asumsi utama mengenai masa depan dan sumber utama lainnya yang menyebabkan ketidakpastian
estimasi pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan dan dapat mengakibatkan
penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan
berikutnya, dijelaskan dibawah ini:
i) Rugi Penurunan Nilai Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Grup menelaah penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang pada setiap akhir periode
pelaporan. Dalam menentukan apakah rugi penurunan nilai harus dicatat dalam laba rugi,
manajemen mempertimbangkan ada tidaknya bukti obyektif bahwa telah terjadi peristiwa
kerugian (Catatan 3h atas penurunan nilai aset keuangan). Manajemen juga mempertimbangkan
metodologi dan asumsi untuk memperkirakan jumlah dan waktu arus kas masa depan yang dikaji
ulang secara teratur untuk mengurangi perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian
aktualnya. Nilai tercatat pinjaman yang diberikan dan piutang telah diungkapkan dalam Catatan
11.
ii) Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit dan Aset Tetap
Masa manfaat setiap perkebunan kelapa sawit dan aset tetap Grup ditentukan berdasarkan
lamanya masa manfaat yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan
berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman Grup atas aset sejenis. Masa manfaat
setiap aset ditelaah secara periodik dan disesuaikan apabila perkiraan terkini berbeda dengan
estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau
keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Hasil operasi masa depan dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya karena perubahan faktor
yang disebutkan diatas.
296
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Nilai tercatat tanaman kelapa sawit dan aset tetap diungkapkan dalam Catatan 21 dan 22.
iii) Penurunan Nilai Goodwill
Dalam menentukan apakah goodwill mengalami penurunan nilai, diperlukan estimasi nilai pakai
unit penghasil kas dimana goodwill dialokasikan. Perhitungan nilai pakai mengharuskan
manajemen untuk mengestimasi aliran kas masa depan yang diharapkan timbul dari unit
penghasil kas dengan menggunakan tingkat pertumbuhan yang pantas dan tingkat diskonto yang
sesuai untuk perhitungan nilai kini.
Nilai tercatat goodwill diungkapkan dalam Catatan 24.
iv) Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan
Grup membentuk penyisihan penurunan nilai persediaan berdasarkan estimasi penggunaan
persediaan pada masa mendatang. Walaupun asumsi yang digunakan dalam mengestimasi
penurunan nilai persediaan telah sesuai dan wajar, perubahan signifikan atas asumsi ini akan
berdampak material terhadap penyisihan penurunan nilai persediaan, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil usaha Grup.
Nilai tercatat persediaan setelah penyisihan penurunan nilai persediaan diungkapkan dalam
Catatan 15.
v) Kemampuan Untuk Merealisasi Aset Pajak Tangguhan
Nilai tercatat aset pajak tangguhan dievaluasi pada setiap akhir periode pelaporan dan diturunkan
apabila besar kemungkinan bahwa laba kena pajak pada masa depan tidak akan tersedia untuk
memulihkan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan. Berdasarkan penilaian saat ini,
manajemen berkeyakinan bahwa laba kena pajak yang cukup dapat dihasilkan untuk memulihkan
sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan.
Nilai tercatat aset pajak tangguhan diungkapkan dalam Catatan 51.
vi) Manfaat Karyawan
Penentuan liabilitas imbalan kerja tergantung pada pemilihan asumsi tertentu yang digunakan
oleh aktuaris dalam menghitung jumlah liabilitas tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain
tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji. Realisasi yang berbeda dari asumsi Grup diakumulasi
dan diamortisasi selama periode mendatang dan akibatnya akan berpengaruh terhadap jumlah
biaya serta liabilitas yang diakui pada masa mendatang. Walaupun asumsi Grup dianggap tepat
dan wajar, namun perubahan signifikan pada kenyataannya atau perubahan signifikan dalam
asumsi yang digunakan dapat berpengaruh secara material terhadap kewajiban imbalan pasca
kerja Grup.
Nilai tercatat kewajiban imbalan pasca kerja diungkapkan dalam Catatan 38.
vii) Penurunan Nilai Aset Non-keuangan
Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat dipulihkan, yaitu nilai yang
lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset dan nilai pakainya. Perhitungan
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual didasarkan atas data yang tersedia dari transaksi
penjualan kepada pihak ketiga untuk aset serupa atau harga pasar yang dapat diobservasi
dikurangi biaya untuk menjual aset. Dalam menaksir nilai pakai, estimasi arus kas masa depan
didiskonto untuk mendapatkan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum
pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini atas nilai waktu uang dan risiko atas aset
tertentu.
297
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
5.
KAS DAN SETARA KAS
31 Desember
2012
AS$
Kas
Bank - pihak ketiga
Rupiah
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd.
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank UOB Buana Tbk
PT Bank Bukopin
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
PT Bank Permata Tbk
Citibank N.A.
PT Bank Rabobank International Indonesia
PT Bank ANZ Indonesia
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank Resona Perdania
PT Bank Mestika Dharma
The Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ, Cabang Jakarta
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank Mayapada International Tbk
PT Bank SBI Indonesia
PT Bank Pan Indonesia Tbk
PT Bank Commonwealth
PT Bank ICBC Indonesia
PT Bank Chinatrust Indonesia
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank Rabobank International Indonesia
Barclays Bank plc
J.P. Morgan International Bank Ltd
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk
Bank OCBC Singapore
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd
PT Bank ANZ Indonesia
Citibank N.A.
Credit Suisse Singapore
Royal Bank of Canada (Asia) Ltd
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank International Indonesia Tbk
PT Bank Permata Tbk
Morgan Stanley & Co. International plc
PT Bank Commonwealth
PT Bank Resona Perdania
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank Chinatrust Indonesia
Deutsche Bank
298
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
77.902
89.217
398.701
239.084
3.470.105
1.842.831
531.098
107.802
17.618
15.731
10.549
7.480
5.785
5.501
4.770
3.473
2.638
1.939
-
3.524.796
48.860
59.330
18.666
24.763
11.244
10.099
5.416
11.979
3.587
5.560
2.152
467
-
2.391.148
29.901
187.978
15.772
3.105.446
1.289
5.326
9.744
28.757
100.423
97.532
7.028
2.765
158.723
87.979
16.680
14.755
14.340
2.916
996
575
556
389
-
2.000.973
7.521
305.746
13.955
2.960.458
1.262
15.847
37.404
37.330
9.561
18.354
176.874
64.614
215.791
52.666
1.740
1.290
89
3.902.473
3.672.054
2.289.688
2.074.055
374.980
333.644
43.195
33.437
13.107
9.830
9.641
7.066
3.281
2.350
960
715
18
-
2.227.811
1.746.230
1.660.255
778.778
188.578
51.647
1.169
9.839
7.964
502
6.458
1.582
830.385
-
3.161.842
1.704.501
1.538.347
566.579
63.478
69.754
798.882
8.014
17.126
3.592
2.010
312
92
-
1.130.144
2.774.476
2.336.147
1.607.504
415.999
504.681
785.925
8.533
56.365
2.988
1.000
116
28.149.554
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
31 Desember
2012
AS$
Euro
PT Bank Permata Tbk
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank International Indonesia Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
Dolar Australia
J.P. Morgan International Bank Ltd
Yuan Cina
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd.
Deposito berjangka - pihak ketiga
Rupiah
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank Permata Tbk
PT Bank UOB Buana Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Rabobank International Indonesia
PT Bank International Indonesia Tbk
PT Bank ANZ Indonesia
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank Bukopin Tbk.
Bank BTPN
PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk
PT Bank SBI Indonesia
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank ICBC Indonesia
PT Bank Victoria Tbk
PT Bank Resona Perdania
Citibank N.A.
Dolar Amerika Serikat
PT Bank UOB Buana Tbk
PT Bank Rabobank International Indonesia
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank Permata Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank ANZ Indonesia
Credit Suisse Singapore
Royal Bank of Canada (Asia) Ltd
ANZ Banking Group Ltd. Cabang Singapura
J.P. Morgan International Bank Ltd
Sarasin Rabo Singapore
PT Bank International Indonesia Tbk
PT Bank Resona Perdania
PT Bank SBI Indonesia
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Citibank N.A.
Dolar Australia
PT Bank ANZ Indonesia
Credit Suisse Singapore
31 Desember
2010
AS$
8.498
8.480
2.615
1.121
3.120
300.576
1.159
1.692
281.994
2.776
2.647
2.516
2.416
-
201.861
-
1.750
3.579
-
-
353.381
1.983.367
2.779.003
3.308.337
-
3.214.462
556.112
556.112
3.425.648
333.667
9.453.898
5.347.434
2.724.947
1.668.335
1.445.890
1.334.668
1.001.001
600.601
589.478
278.056
166.834
-
1.815.786
5.018.360
638.298
1.170.213
531.915
957.447
212.766
638.298
744.681
957.447
1.329.787
1.063.830
1.686.170
1.308.511
53.191
6.861.702
42.553
18.115.467
15.028.833
9.026.832
6.627.888
3.416.274
1.609.018
1.092.448
160.818
-
6.144.356
16.370.487
1.901.675
2.027.014
92.729
14.044.641
20.010.378
10.060.888
-
5.504.418
8.040.801
11.047.480
1.719.532
4.061.822
800.000
14.023.907
10.023.177
20.000.196
5.135.325
2.502.326
1.535.302
299.566
-
4.002.433
26.517
2.040.464
2.332.132
2.289.828
10.677.632
2.740.449
20.000.410
128.160
5.000.000
400.000
250.000
-
-
76.598.758
90.912.822
132.294.121
3,25% - 6,25%
0,02% - 3,00%
-
3,85% - 8,25%
0,04% - 2,75%
-
4,80% - 9,50%
0,05% - 2,25%
-
299
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
1.385.263
827.797
240.888
104.174
63.981
-
-
Jumlah
Tingkat suku bunga per tahun deposito berjangka
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
Dolar Australia
31 Desember
2011
AS$
536.444
38.045
119.432.789
5,05% - 13,00%
0,01% - 6,00%
2,41% - 3,71%
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Kas dan setara kas diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Nilai
wajar dari kas dan setara kas adalah nilai tercatatnya.
Seluruh saldo bank dan deposito berjangka ditempatkan pada pihak ketiga.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58(revisi 2009), pada akhir tahun 2011, kas dan setara kas
sejumlah AS$ 33.630.111 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
6.
REKENING BANK YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA
Rupiah
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Permata Tbk
Dolar Amerika Serikat
The Hongkong and Shanghai
Banking Corporation Ltd
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
-
-
246.680
46.896
133.414
43.464
-
-
293.576
624.208
801.086
Sehubungan dengan fasilitas kredit dari PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Permata Tbk
(Catatan 34), ANJR diharuskan untuk membuka rekening jaminan (escrow) pada bank-bank
tersebut.
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang
diberikan dan piutang. Nilai wajar dari rekening bank yang dibatasi penggunaannya adalah nilai
tercatatnya.
Seluruh saldo rekening bank yang dibatasi penggunaannya ditempatkan pada pihak ketiga.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat
rekening bank yang dibatasi penggunaannya sejumlah AS$ 494.674 direklasifikasi sebagai bagian
dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
7.
DEPOSITO BERJANGKA
Akun ini merupakan deposito berjangka Perusahaan yang digunakan sebagai jaminan untuk
pinjaman dari J.P. Morgan International Bank Ltd. untuk ANJR pada tahun 2009 dan pinjaman dari
Credit Suisse untuk GMIT pada tahun 2012 dan 2009.
Deposito berjangka diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Nilai
wajar atas deposito berjangka adalah nilai tercatatnya.
Seluruh saldo deposito berjangka ditempatkan pada pihak ketiga.
8.
INVESTASI PADA EFEK YANG DIPERDAGANGKAN PADA NILAI WAJAR
Investasi pada efek yang diperdagangkan diklasifikasikan dalam kelompok FVTPL. Nilai wajar dari
dana pasar uang, obligasi dan saham tercatat di bursa ditentukan berdasarkan nilai pasar pada akhir
periode pelaporan.
300
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
31 Desember 2012
Harga perolehan
Rugi
setelah amortisasi
belum direalisasi
AS$
AS$
Dana pasar uang
Obligasi
Jumlah
826.097
4.088.113
4.914.210
Harga perolehan
setelah amortisasi
AS$
Dana pasar uang
Obligasi
Jumlah
105.524.707
5.068.658
110.593.365
Harga perolehan
setelah amortisasi
AS$
Dana pasar uang
Obligasi
Saham tercatat
Jumlah
56.176.790
1.398.832
9.995
57.585.617
-
(68.013)
(68.013)
31 Desember 2011
Rugi
belum direalisasi
AS$
(123.760)
(123.760)
31 Desember 2010
Laba (Rugi)
belum direalisasi
AS$
203.103
(49.558)
13.017
166.562
Nilai wajar
AS$
826.097
4.020.100
4.846.197
Nilai wajar
AS$
105.524.707
4.944.898
110.469.605
Nilai wajar
AS$
56.379.893
1.349.274
23.012
57.752.179
1 Januari 2010/ 31 Desember 2009
Harga perolehan
Laba (Rugi)
setelah amortisasi
belum direalisasi
Nilai wajar
AS$
AS$
AS$
Dana pasar uang
Obligasi
Saham tercatat
Jumlah
42.792.296
2.036.875
120.798
44.949.969
301
159.710
(34.697)
194.126
319.139
42.952.006
2.002.178
314.924
45.269.108
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
9.
PIUTANG SEWA PEMBIAYAAN
Akun ini merupakan piutang sewa pembiayaan yang berasal dari jasa pembiayaan yang disediakan
ANJF, dengan rincian berdasarkan jatuh tempo sebagai berikut:
Nilai kini pembayaran minimum
Pembayaran minimum sewa pembiayaan
sewa pembiayaan
31 Desember
31 Desember
31 Desember
1 Januari 2010 /
31 Desember
31 Desember
31 Desember
1 Januari 2010 /
2012
2011
2010
31 Desember 2009
2012
2011
2010
31 Desember 2009
AS$
AS$
AS$
AS$
AS$
AS$
AS$
AS$
-
-
22.985.876
7.567.830
17.417.140
3.324.030
-
-
18.977.502
6.686.661
14.671.304
3.006.605
-
-
17.654.213
8.466.590
10.325.199
1.975.063
-
-
15.689.380
7.964.944
9.253.794
1.873.046
Jumlah - Bersih
Dikurangi pendapatan sewa
pembiayaan yang belum diakui
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
Nilai kini pembayaran
minimum sewa pembiayaan
Penyisihan piutang
ragu-ragu, seluruhnya terhadap
piutang yang jatuh tempo
dalam satu tahun
-
-
56.674.509
33.041.432
-
-
49.318.487
28.804.749
-
-
(5.973.207)
(1.382.815)
(3.817.240)
(419.443)
-
-
-
-
49.318.487
28.804.749
-
-
-
-
(401.599)
(322.235)
-
-
(401.599)
(322.235)
Jumlah - Bersih
Bagian yang jatuh tempo
-
-
48.916.888
28.482.514
-
-
48.916.888
28.482.514
dalam satu tahun
-
-
(25.262.564)
(17.355.674)
-
-
(25.262.564)
(17.355.674)
-
-
23.654.324
11.126.840
-
-
23.654.324
11.126.840
Tahun pertama
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
Tahun kedua sampai
dengan kelima
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
-
-
49.318.487
28.804.749
Piutang sewa pembiayaan setelah
dikurangi bagian yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Piutang sewa pembiayaan diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang, dan
diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif.
Piutang sewa pembiayaan terdiri dari piutang dengan suku bunga tetap maupun mengambang.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat
piutang sewa pembiayaan sejumlah AS$ 70.128.171 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27).
Estimasi nilai wajar piutang sewa pembiayaan dengan suku bunga tetap tanpa kuotasi harga di
pasar ditentukan dengan mendiskontokan estimasi arus kas masa datang dengan menggunakan
suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu serupa. Nilai wajar aset keuangan ini pada
tanggal 31 Desember 2010 berjumlah Rp 440.396.951.954 (setara dengan AS$ 48.981.977).
Tingkat bunga efektif rata-rata per tahun adalah sebagai berikut:
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
2012
%
2011
%
-
-
302
2010
%
2009
%
16,42
8,21
17,34
9,85
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Jumlah angsuran sewa pembiayaan sesuai dengan jatuh temponya adalah sebagai berikut:
Jatuh tempo tahun
2010
2011
2012
2013
2014 and selanjutnya
Jumlah
Pendapatan belum diakui
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
31 Desember
2010
AS$
30.553.707
18.649.089
7.436.942
34.771
56.674.509
(7.356.022)
49.318.487
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
20.741.171
9.840.205
2.460.056
33.041.432
(4.236.683)
28.804.749
Aset yang dibiayai oleh ANJF adalah kendaraan baru dan bekas dengan tenor pembiayaan satu
sampai empat tahun dengan mayoritas pembiayaan tenor tiga tahun.
ANJF menggunakan piutang sewa pembiayaan yang dimiliki sebagai jaminan utang bank
(Catatan 28 dan 34). Piutang sewa pembiayaan (setelah dikurangi pendapatan belum diakui)
sebesar Rp 482.456.700.759 (setara dengan AS$ 53.659.960) dijaminkan pada akhir tahun 2010.
Piutang sewa pembiayaan dijamin dengan aset yang dibiayai oleh ANJF.
Kualitas piutang sewa pembiayaan pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
2010
AS$
Tidak mengalami penurunan nilai
Mengalami penurunan nilai
Bersih
55.818.336
856.173
56.674.509
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu untuk tahun-tahun berakhir 31 Desember 2012, 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Saldo awal
Penerapan awal PSAK 50 dan 55
(revisi 2006)
Penyisihan tahun berjalan
Individual
Kolektif
Akrual bunga pada piutang yang
mengalami penurunan nilai
Penyesuaian selisih kurs penjabaran
Diklasifikasi sebagai aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27)
Saldo akhir
31 Desember
2011
AS$
-
31 Desember
2010
AS$
401.599
-
-
-
22.719
(207.186)
-
(51.708)
3.830
-
(169.254)
-
322.235
24.122
-
102.392
(62.307)
15.157
-
401.599
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup
kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang. Manajemen juga berpendapat tidak terdapat
konsentrasi signifikan atas risiko kredit piutang sewa pembiayaan tersebut.
Semua piutang sewa pembiayaan ANJF berasal dari pihak ketiga.
303
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
10. PIUTANG JASA PEMBIAYAAN LAINNYA
Akun ini merupakan piutang jasa pembiayaan lainnya yang disediakan ANJF, dengan rincian
sebagai berikut:
31 Desember 2010
Nilai tercatat
Dinilai
Tidak dinilai
secara
secara individual
individual
AS$
AS$
Jumlah
AS$
Piutang pembiayaan konsumen
Tagihan anjak piutang
Jumlah
Pendapatan pembiayaan konsumen
yang belum diakui
Penyisihan piutang ragu-ragu
151.928.079
97.453
152.025.532
-
151.928.079
97.453
152.025.532
(29.286.050)
(1.236.231)
-
(29.286.050)
(1.236.231)
Piutang jasa pembiayaan lainnya - bersih
Dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
121.503.251
-
121.503.251
(58.249.135)
-
(58.249.135)
63.254.116
-
63.254.116
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah
dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
1 Januari 2010 / 31 Desember 2009
Nilai tercatat
Dinilai
Tidak dinilai
secara
secara individual
individual
Jumlah
AS$
AS$
AS$
Piutang pembiayaan konsumen
Piutang pembiayaan operasi
Tagihan anjak piutang
Jumlah
Pendapatan pembiayaan konsumen
yang belum diakui
Penyisihan piutang ragu-ragu
81.100.838
1.865
2.626.487
83.729.190
-
81.100.838
1.865
2.626.487
83.729.190
(15.165.485)
(1.308.713)
-
(15.165.485)
(1.308.713)
Piutang jasa pembiayaan lainnya - bersih
Dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
67.254.992
-
67.254.992
(52.355.983)
-
(52.355.983)
Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah
dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun
14.899.009
-
14.899.009
Tingkat bunga efektif rata-rata pada tahun 2010 adalah 20,01% dan 18% per tahun masing-masing
untuk piutang pembiayaan konsumen dan tagihan anjak piutang.
304
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Piutang jasa pembiayaan lainnya diklasifikasi dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang,
diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif.
Piutang jasa pembiayaan lainnya memiliki tingkat suku bunga tetap.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat
piutang jasa pembiayaan lainnya sejumlah AS$ 175.659.026 direklasifikasikan sebagai bagian dari
aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
Estimasi nilai wajar dari piutang jasa pembiayaan lainnya dengan tingkat suku bunga tetap tanpa
kuotasi harga pasar didasarkan pada diskonto arus kas masa depan dengan menggunakan tingkat
suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu serupa. Nilai wajar dari aset keuangan ini pada
tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 1.099.162.187.938 (setara dengan
AS$ 122.251.383).
Rincian piutang jasa pembiayaan lainnya berdasarkan tahun jatuh tempo adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
Jatuh tempo tahun
2010
2011
2012
2013
2014 dan selanjutnya
Jumlah
Pendapatan belum diakui
Bersih
31 Desember
2010
AS$
75.635.541
47.241.442
22.558.014
6.590.535
152.025.532
(29.286.050)
122.739.482
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
49.729.495
26.377.599
7.235.954
386.142
83.729.190
(15.165.485)
68.563.705
Aset pembiayaan konsumen yang dibiayai ANJF berupa kendaraan baru dan bekas dengan tenor
pembiayaan berkisar dari satu sampai empat tahun, (mayoritas tenor pembiayaan tiga tahun).
Jangka waktu tagihan anjak piutang ditentukan berdasarkan perjanjian, yang berkisar antara 90 hari
sampai dengan satu tahun.
ANJF menggunakan piutang pembiayaan konsumen sebagai jaminan utang bank
(Catatan 28 dan 34). Jumlah piutang pembiayaan konsumen (setelah dikurangi pendapatan yang
belum diakui) sebesar Rp 1.187.538.035.134 (setara dengan AS$ 132.080.751) dijaminkan pada
tahun 2010.
Piutang pembiayaan konsumen dijamin dengan kendaraan bermotor yang dibiayai ANJF dan Bukti
Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dari kendaraan bermotor bersangkutan.
Kualitas piutang jasa pembiayaan lainnya adalah sebagai berikut:
31 Desember
2010
AS$
Tidak mengalami penurunan nilai
Mengalami penurunan nilai
Jumlah
149.407.778
2.617.754
152.025.532
305
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Saldo awal
Penerapan awal PSAK 50 dan 55
(revisi 2006)
Penyisihan tahun berjalan
Individual
Kolektif
Akrual bunga piutang yang
mengalami penurunan nilai
Penghapusan piutang
Penyesuaian selisih kurs penjabaran
Direklasifikasi sebagai aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27)
Saldo akhir
-
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1.236.231
1.308.713
60.241
2.550.351
-
(515.562)
(871.824)
(47.997)
-
(2.411.440)
-
(432.418)
145.558
849.589
(208.714)
(484.405)
57.908
1.236.231
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup
kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang.
11. PIUTANG USAHA
Pihak ketiga
Pembangkit listrik
Tembakau
Kelapa sawit
Sewa kendaraan bermotor
Jasa kesehatan
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan
nilai
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
1.037.444
396.214
1.433.658
1.212.718
1.212.718
981.184
984.752
2.902.334
39.125
4.907.395
459.725
123.840
2.130.000
1.655.997
29.008
4.398.570
1.433.658
1.212.718
(24.281)
4.883.114
(50.500)
4.348.070
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, piutang usaha dari
sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan sejumlah AS$ 3.256.821 direklasifikasikan sebagai
bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
306
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Ringkasan piutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
Euro
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan nilai
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
126.069
1.037.444
270.145
1.433.658
1.433.658
1.212.718
1.212.718
1.212.718
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
3.926.211
981.184
4.907.395
(24.281)
4.883.114
3.938.845
459.725
4.398.570
(50.500)
4.348.070
Piutang usaha diklasifikasi dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang dan diukur sebesar
biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Nilai wajar
atas piutang usaha adalah nilai tercatatnya.
Ringkasan umur piutang usaha adalah sebagai berikut:
< 30 hari
31 - 60 hari
> 60 hari
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan nilai
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
1.433.658
1.433.658
1.433.658
1.212.718
1.212.718
1.212.718
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
4.548.459
223.203
135.733
4.907.395
(24.281)
4.883.114
4.092.111
229.202
77.257
4.398.570
(50.500)
4.348.070
Mutasi penyisihan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Saldo awal
Penyisihan tahun berjalan
Penghapusan
Penyesuaian selisih kurs
penjabaran
Diklasifikasi sebagai aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27)
Saldo akhir
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
-
24.281
65.385
(25.605)
50.500
(26.699)
(1.486)
-
(1.426)
1.966
-
(62.635)
-
24.281
Manajemen yakin bahwa jumlah penyisihan rugi penurunan nilai memadai untuk menutupi rugi dari
piutang tidak tertagih. Manajemen juga berkeyakinan bahwa tidak terdapat risiko kredit
terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha.
Pada tanggal 31 Desember 2010, piutang sewa kendaraan bermotor sejumlah AS$ 53.659.960
digunakan sebagai jaminan utang bank ANJR (Catatan 28 dan 34).
307
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
12. PIUTANG JASA ASURANSI
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
Pihak ketiga
Piutang premi
Piutang reasuransi
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan nilai
Bersih
31 Desember
2010
AS$
11.358.952
3.773.080
15.132.032
(55.611)
15.076.421
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
8.154.685
2.425.273
10.579.958
(53.191)
10.526.767
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat
piutang jasa asuransi sejumlah AS$ 11.272.008 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk
dijual (Catatan 27).
Ringkasan umur piutang jasa asuransi adalah sebagai berikut:
1 - 60 hari
> 60 hari
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan nilai
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
31 Desember
2010
AS$
12.961.459
2.170.573
15.132.032
(55.611)
15.076.421
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
9.918.804
661.154
10.579.958
(53.191)
10.526.767
Rincian piutang jasa asuransi berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
Dolar Singapura
Euro
Yen Jepang
Jumlah
Penyisihan rugi penurunan nilai
Bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
5.979.802
8.905.354
199.343
39.485
8.048
15.132.032
(55.611)
15.076.421
Mutasi penyisihan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
Saldo awal
Penyesuaian selisih kurs penjabaran
Diklasifikasi sebagai aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27)
Saldo akhir
308
31 Desember
2010
AS$
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
-
(55.611)
-
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
8.408.784
2.165.685
299
5.190
10.579.958
(53.191)
10.526.767
31 Desember
2010
AS$
55.611
53.191
2.420
55.611
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup
kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang premi. Manajemen juga berpendapat
bahwa tidak terdapat risiko kredit terkonsentrasi secara signifikan atas piutang tersebut.
13. PIUTANG LAIN-LAIN
Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, akun ini terutama terdiri dari piutang dari kontrak
komoditas berjangka dan piutang karyawan. Pada tanggal 31 Desember 2010, akun ini terutama
terdiri dari kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh ANJAS dan KAL (Catatan
25) dan piutang karyawan. Pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 akun ini terutama terdiri
dari piutang karyawan. Piutang karyawan tidak dikenakan bunga dan dibayar melalui pemotongan
gaji bulanan.
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup
kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang.
14. PIUTANG LAIN-LAIN JANGKA PANJANG
Pada tanggal 29 Nopember 2012, AANE telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik
dengan PLN (catatan 57n). Perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN merupakan perjanjian
konsesi jasa publik ke swasta. Perjanjian ini berlaku efektif 15 tahun sejak ditandatanganinya
Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik. Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh aset yang akan
digunakan untuk mendukung pembangunan pembangkit direklasifikasikan sebagai piutang lain-lain
sampai aset tersebut siap untuk digunakan dalam operasi komersial, dengan jumlah tercatat sebesar
Rp. 6.652.566 ribu (setara dengan AS$ 687.959).
15. PERSEDIAAN
31 Desember
2012
AS$
Tembakau
Minyak kelapa sawit
Bahan pendukung dan
suku cadang
Perlangkapan medis
Jumlah
Penyisihan penurunan nilai
persediaan
Bersih
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
7.955.260
4.829.678
6.701.410
5.361.245
4.338.381
4.010.687
5.521.714
2.396.807
3.417.197
16.202.135
2.326.917
14.389.572
2.286.003
651.156
11.286.227
1.600.352
456.349
9.975.222
(134.994)
16.067.141
(128.156)
14.261.416
(114.285)
11.171.942
(673.456)
9.301.766
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, nilai tercatat
persediaan perlengkapan sejumlah AS$ 1.609.577 direklasifikasi sebagai bagian aset dimiliki untuk
dijual (Catatan 27).
Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan penurunan nilai persediaan memadai.
Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, persediaan tembakau milik GMIT senilai Rp 15
milyar digunakan sebagai jaminan atas utang bank dari PT Bank Central Asia Tbk (Catatan 34).
309
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Persediaan minyak kelapa sawit diasuransikan terhadap kerugian akibat kebakaran dan risiko lain
dengan polis asuransi utama senilai AS$ 14 juta dan Rp 5 milyar pada tahun 2012, AS$ 12 juta dan
Rp 10 milyar pada tahun 2011, AS$ 12 juta dan Rp 8 milyar pada tahun 2010 dan AS$ 14 juta dan
Rp 8 milyar pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Persediaan tembakau dan
perlengkapan medis diasuransikan terhadap kebakaran, pencurian, gempa bumi, banjir dan risiko
lainnya. Pertanggungan asuransi untuk persediaan tembakau pada tahun 2012, 2011, 2010 dan
1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sejumlah Rp 82,1 milyar, Rp 50 milyar,
Rp 36,25 milyar dan Rp 23,15 milyar. Pertanggungan asuransi untuk perlengkapan medis milik
ANJHC digabungkan dengan pertanggungan untuk aset tetapnya sebesar Rp 94,5 milyar pada
tahun 2010 dan Rp 61,5 milyar pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Manajemen
berkeyakinan bahwa pertanggungan asuransi tersebut memadai untuk menutupi seluruh kerugian
yang mungkin terjadi pada Grup.
16. BIAYA DIBAYAR DI MUKA DAN UANG MUKA
Biaya dibayar di muka
Asuransi
Sewa
Provisi bank
Lain-lain
Pajak Pertambahan Nilai
Biaya penawaran saham perdana
ke publik
Uang muka
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
206.505
183.959
185.660
4.993.304
208.754
162.083
154.691
3.603.171
449.709
2.198.404
229.396
561.569
5.058.755
594.457
1.297.809
451.443
1.176.005
4.657.713
475.717
8.973.550
-
949.504
63.407
6.582.339
-
3.781
4.132.480
838.195
9.015.622
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, biaya dibayar di
muka dan uang muka sejumlah AS$ 6.372.541 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk
dijual (Catatan 27).
17. DEPOSITO BERJANGKA
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
Deposito wajib
Deposito yang dibatasi
penggunaannya
Jumlah
-
-
389.278
-
-
414.646
803.924
Tingkat suku bunga rata-rata per tahun
-
-
7%
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
372.340
-
372.340
13%
Deposito wajib merupakan deposito milik entitas anak yang bergerak di bidang usaha asuransi, yang
ditempatkan sesuai dengan peraturan pemerintah.
Deposito yang dibatasi penggunaannya merupakan deposito berjangka milik ANJF yang
ditempatkan pada PT Bank Internasional Indonesia Tbk untuk memenuhi persyaratan utang bank
(Catatan 34), yang jatuh tempo pada tanggal 15 Pebruari 2014.
310
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat
deposito berjangka sejumlah AS$ 1.372.691 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk
dijual (Catatan 27).
Deposito berjangka diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang, diukur pada
biaya perolehan setelah amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Nilai wajar dari
deposito berjangka adalah nilai tercatatnya.
18. INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI
Biaya perolehan
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
Jumlah
533.775
496.988
2.959.700
3.990.463
Biaya perolehan
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
Jumlah
533.775
496.988
2.959.700
3.990.463
Biaya perolehan
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
PT Adhi Cipta Autobody (ACA)
PT Auto Management Services (AMS)
Jumlah
533.775
496.988
2.959.700
18.265
71.302
4.080.030
31 Desember 2012
Akumulasi bagian laba
dan penerimaan dividen
Nilai tercatat
AS$
AS$
4.085.568
3.029.734
5.722.934
12.838.236
4.619.343
3.526.722
8.682.634
16.828.699
31 Desember 2011
Akumulasi bagian laba
dan penerimaan dividen
AS$
Nilai tercatat
AS$
3.124.770
2.266.732
3.642.688
9.034.190
3.658.545
2.763.720
6.602.388
13.024.653
31 Desember 2010
Akumulasi bagian laba
dan penerimaan dividen
AS$
Nilai tercatat
AS$
1.811.949
1.296.054
2.305.325
(5.936)
27.324
5.434.716
2.345.724
1.793.042
5.265.025
12.329
98.626
9.514.746
1 Januari 2010/ 31 Desember 2009
Akumulasi bagian laba
Biaya perolehan
dan penerimaan dividen
Nilai tercatat
AS$
AS$
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
PT Adhi Cipta Autobody (ACA)
PT Auto Management Services (AMS)
Jumlah
533.775
496.988
2.959.700
18.265
71.302
4.080.030
311
776.930
621.097
720.708
3.951
18.090
2.140.776
1.310.705
1.118.085
3.680.408
22.216
89.392
6.220.806
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, nilai tercatat
investasi pada ACA dan AMS sebesar AS$ 176.002 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki
untuk dijual (Catatan 27).
Rincian dari entitas asosiasi yang dimiliki oleh Grup, persentase kepemilikan dan aktivitas utamanya
adalah sebagai berikut:
Nama entitas asosiasi
2012
%
Persentase kepemilikan
(termasuk kepemilikan
langsung dan tidak langsung)
1 Januari 2010/
2011
2011
31 Desember 2009
%
%
%
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
20,00
PT Adhi Cipta Autobody (ACA)
PT Auto Management Services (AMS)
-
40,00
26,40
40,00
26,40
40,00
26,40
Aktivitas utama
Agribisnis
Agribisnis
Agribisnis
Perdagangan, bengkel, transportasi
dan jasa
Konsultasi manajemen
Ringkasan informasi keuangan dari entitas asosiasi di atas adalah sebagai berikut:
Jumlah aset
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
Jumlah
24.766.337
19.349.167
46.531.582
90.647.086
Jumlah aset
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
Jumlah
20.499.213
15.963.998
43.367.005
79.830.216
Jumlah
liabilitas
AS$
31 Desember 2012
Jumlah pendapatan
Aset bersih
tahun berjalan
AS$
AS$
1.669.628
1.715.554
3.118.416
6.503.598
23.096.709
17.633.613
43.413.166
84.143.488
Jumlah
liabilitas
AS$
31 Desember 2011
Jumlah pendapatan
Aset bersih
tahun berjalan
AS$
AS$
2.206.487
2.145.389
7.224.305
11.576.181
11.501.910
9.724.110
33.182.043
54.408.063
18.292.726
13.818.609
36.142.700
68.254.035
13.080.494
10.917.218
35.246.758
59.244.470
31 Desember 2010
Jumlah aset
AS$
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
PT Pangkatan Indonesia
PT Adhi Cipta Autobody (ACA)
PT Auto Management Services (AMS)
Jumlah
14.026.601
10.281.372
32.635.969
321.110
544.505
57.809.557
Jumlah
liabilitas
AS$
Aset bersih
AS$
2.297.984
1.316.163
2.663.997
317.687
6.595.831
11.728.617
8.965.209
29.971.972
3.423
544.505
51.213.726
312
Jumlah pendapatan
tahun berjalan
AS$
10.908.904
7.921.336
28.241.788
659.681
47.731.709
Laba bersih
tahun berjalan
AS$
4.916.949
3.989.021
9.303.179
18.209.149
Laba bersih
tahun berjalan
AS$
6.564.110
4.853.392
11.786.007
23.203.509
Laba (rugi)
bersih tahun
berjalan
AS$
5.175.094
3.374.783
8.041.744
(13.946)
9.953
16.587.628
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
19. INVESTASI LAIN-LAIN
Akun ini merupakan investasi jangka panjang Grup atas saham pada perusahaan investee dengan
persentase kepemilikan kurang dari 20%.
31 Desember 2012
Penyesuaian
nilai wajar dan
penyisihan
Biaya perolehan
AS$
AS$
Nilai wajar atau
biaya
perolehan
AS$
PT Puncakjaya Power
PT Agro Muko
ARC Exploration Ltd. (ARC)
Investasi Kontrak Karya
PT Moon Lion Industries Indonesia
PT Sembada Sennah Maju (SSM)
PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS)
Paramount Life & General Holdings
Corporation, Phillipines
Lain-lain
10.271.880
7.108.324
2.911.153
2.611.030
1.026.225
222.411
150.000
2.914.187
(2.857.317)
(600.000)
-
10.271.880
10.022.511
53.836
2.611.030
426.225
222.411
150.000
220.388
41.964
(41.964)
220.388
-
Bersih
24.563.375
(585.094)
23.978.281
31 Desember 2011
Penyesuaian
nilai wajar dan
penyisihan
Biaya perolehan
AS$
AS$
Nilai wajar atau
biaya
perolehan
AS$
PT Puncakjaya Power
PT Agro Muko
ARC Exploration Ltd. (ARC)
Investasi Kontrak Karya
PT Bina Kosala Metropolitan (BKM)
PT Moon Lion Industries Indonesia
PT Sembada Sennah Maju (SSM)
PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS)
Paramount Life & General Holdings
Corporation, Phillipines
Lain-lain
10.271.880
7.108.324
2.911.153
2.611.030
2.280.678
1.026.225
222.411
37.500
2.467.502
(2.782.095)
(1.140.000)
(600.000)
-
10.271.880
9.575.826
129.058
2.611.030
1.140.678
426.225
222.411
37.500
220.388
41.964
(41.964)
220.388
-
Bersih
26.731.553
(2.096.557)
24.634.996
313
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Biaya
Perolehan
AS$
31 Desember 2010
Penyesuaian
Nilai wajar atau
nilai wajar dan
biaya
penyisihan
perolehan
AS$
AS$
PT Puncakjaya Power
PT Agro Muko
ARC Exploration Ltd. (ARC)
Investasi Kontrak Karya
PT Bina Kosala Metropolitan (BKM)
PT Moon Lion Industries Indonesia
PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS)
Paramount Life & General Holdings
Corporation, Phillipines
PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN)
Lain-lain
10.271.880
7.108.324
2.911.153
2.611.030
2.280.678
1.026.225
12.500
3.646.843
(2.588.182)
(1.140.000)
(600.000)
-
10.271.880
10.755.167
322.971
2.611.030
1.140.678
426.225
12.500
220.388
15.000
70.192
4.985.000
(41.965)
220.388
5.000.000
28.227
Bersih
26.527.370
4.261.696
30.789.066
1 Januari 2010/ 31 Desember 2009
Penyesuaian
Nilai wajar atau
nilai wajar dan
Biaya
biaya
penyisihan
Perolehan
perolehan
AS$
AS$
AS$
PT Puncakjaya Power
PT Agro Muko
ARC Exploration Ltd. (ARC)
Investasi Kontrak Karya
PT Bina Kosala Metropolitan (BKM)
PT Moon Lion Industries Indonesia
Paramount Life & General Holdings
Corporation, Phillipines
Lain-lain
10.271.880
3.960.000
3.787.281
2.611.030
2.280.678
1.026.225
(3.787.281)
(1.140.000)
(600.000)
10.271.880
3.960.000
2.611.030
1.140.678
426.225
220.388
83.964
(56.964)
220.388
27.000
Bersih
24.241.446
(5.584.245)
18.657.201
Investasi lain-lain diklasifikasikan sebagai investasi tersedia untuk dijual. Kecuali untuk
PT Agro Muko, ARC dan TTN, Perusahaan menggunakan biaya perolehan dalam mengukur
investasi lain-lain, karena investasi tersebut merupakan saham yang tidak terdaftar di bursa dan
tidak tersedia pengukuran nilai wajar atas saham tersebut.
PT Agro Muko
Pada tanggal 17 Maret 2010, Perusahaan melakukan perjanjian jual beli dengan Deutche
Investitions-Und Entwicklungsgesellchaft, MBH (DEG) dan International Finance Corporation (IFC),
dimana DEG dan IFC menyetujui penjualan dan pengalihan atas masing – masing 349.053 saham
PT Agro Muko kepada Perusahaan dengan nilai AS$ 4,51 per saham.
Kepemilikan Perusahaan pada PT Agro Muko meningkat dari 13,58% menjadi 15,87%.
314
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, kenaikan (penurunan) nilai wajar PT Agro Muko
sebesar masing-masing AS$ 446.685, (AS$ 1.179.341), AS$ 3.646.843 diakui Perusahaan melalui
pendapatan komprehensif lainnya sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual.
ARC Exploration Ltd. (ARC)
Pada bulan Pebruari 2010, EIB mengalihkan 2.680.566 saham ARC, dinilai pada AS$ 111.913,
sebagai dividen saham kepada Perusahaan.
Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, berdasarkan
harga pasar, kenaikan (penurunan) nilai wajar ARC masing-masing sebesar (AS$ 75.222),
AS$ 129.059, AS$ 322.971 dan AS$ 349.240 diakui Perusahaan dalam pendapatan komprehensif
lainnya sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual.
Investasi pada Kontrak Karya
Pada tahun 2000, Kontrak Karya PT Newcrest Sumbawa Jaya, PT Newcrest Sumatera Minerals,
PT Tamrau Jaya Mining, dan PT Mineralindo Mas Tapaktuan telah dihentikan dan/atau dalam
proses penghentian. Investasi pada PT Newcrest Nusa Sulawesi (yang namanya telah diubah
menjadi PT Gorontalo Sejahtera Mining) ditukar dengan hak royalti dari perusahaan yang sama.
Investasi perusahaan dalam investee ini dibiayai dengan utang kepada pihak lain. Pembayaran
utang ini tergantung kepada (kontinjen) ada tidaknya penerimaan pendapatan dividen dari
perusahaan investee terkait. Berdasarkan persyaratan dalam perjanjian joint venture, tidak terdapat
kewajiban pembayaran utang terkait investasi tersebut, jika Kontrak Karya terkait dihentikan sebelum
penerimaan dividen. Oleh karena persyaratan ini, meskipun investasi-investasi ini dan utang-utang
yang terkait tidak dapat direalisasikan, manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai
atas investasi terkait tidak diperlukan.
PT Bina Kosala Metropolitan (BKM)
Berdasarkan Akta No. 13 notaris Tina Chandra Gerung, S.H., tanggal 30 April 2008, Perusahaan
melakukan pembelian kembali 27.750 saham (18,14% kepemilikan) atas PT Bina Kosala
Metropolitan sebagai konsekuensi pembatalan perjanjian pengikatan jual beli strata title MMC Tower
yang gagal diserahkan secara tepat waktu oleh PT Assa Development.
Perusahaan menilai bahwa penyisihan sebesar AS$ 1,14 juta pada 31 Desember 2011 dan 2010
memadai untuk menutup kemungkinan penurunan nilai atas nilai investasi.
Berdasarkan Akta No. 145 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 23 Juli 2012 Perusahaan menjual dan
mengalihkan seluruh sahamnya sebanyak 27.750 saham kepada PT Austindo Nusantara Jaya
Husada Cemerlang (entitas sepengendali) dengan harga jual sebesar Rp 24.975.000.000 atau
setara dengan AS$ 2,6 juta. Penjualan ini termasuk dalam transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali (Catatan 40). Setelah transaksi ini, Perusahaan tidak lagi memiliki kepemilikan di BKM.
PT Sembada Sennah Maju (SSM)
Pada tanggal 8 Agustus 2011, Perusahaan membeli 28 saham SSM dari salah satu pemegang
saham untuk 1% kepemilikan senilai AS$ 222.411.
PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN)
Sebelumnya, Perusahaan telah menyisihkan penurunan nilai terhadap seluruh investasi di TTN.
Pada tahun 2010, Perusahaan berencana untuk menjual investasi tersebut kepada pihak ke tiga,
dan menghitung nilai wajarnya berdasarkan metode diskonto arus kas, yang telah disetujui bersama
oleh Perusahaan dan pihak pembeli. Peningkatan nilai wajar senilai AS$ 4.985.000 diakui dalam
pendapatan komprehensif lain sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual
pada tahun 2010.
315
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan Akta No.14 dan 15 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 11 Januari 2011, Perusahaan
menandatangani perjanjian jual beli untuk menjual masing-masing 5 dan 10 saham TTN ke PT Archi
Indonesia dan Archipelago Resources Pte. Ltd., senilai AS$ 1.666.667 dan AS$ 3.333.333.
PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS)
Berdasarkan Akta No. 21 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 27 April 2010, Perusahaan
menyetujui untuk menempatkan dan menyetor 125 saham di CGS dengan nilai nominal senilai
AS$ 100 per saham untuk 5% kepemilikan.
Berdasarkan Akta No. 43 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 28 Januari 2011, Perusahaan
menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor sebesar 250 saham baru CGS, sehingga
meningkatkan investasi Perusahaan pada CGS menjadi AS$ 37.500.
Berdasarkan Akta No. 52 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 20 Juli 2012, Perusahaan menyetujui
penambahan modal ditempatkan dan disetor sebanyak 1.125 saham, sehingga meningkatkan
investasi Perusahaan pada CGS menjadi AS$ 150.000.
20. PROPERTI INVESTASI
31 Desember
2012
AS$
Tanah
Bangunan
Jumlah
31 Desember 2011,
2010 dan 1 Januari
2010/ 31 Desember 2009
AS$
-
6.817.994
79.950
6.897.944
Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009, nilai wajar properti
investasi berjumlah AS$ 7.719.086.
Pada tanggal 14 Agustus 2012, Perusahaan menjual sebidang tanah dan bangunan kepada
PT Memimpin Dengan Nurani (entitas sepengendali) dan PT Austindo Kencana Jaya (entitas
sepengendali). Pada tanggal 5 September 2012, Perusahaan juga menjual sebidang tanah lainnya
ke PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali). Penjualan ini dicatat
sebagai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 40). Setelah penjualan ini,
Perusahaan tidak lagi memiliki properti investasi.
21. TANAMAN KELAPA SAWIT
1 Januari
2012
AS$
Tanaman menghasilkan
Biaya perolehan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku bersih
Tanaman belum
menghasilkan - biaya perolehan
Jumlah
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Reklasifikasi
AS$
176.196.151
(65.339.343)
110.856.808
(8.714.006)
(8.714.006)
(30.202)
12.987
(17.215)
8.701.698
8.701.698
22.215.647
18.002.735
133.072.455
-
(8.701.698)
Penyesuaian selisih
kurs penjabaran
AS$
31 Desember
2012
AS$
-
184.867.647
(74.040.362)
110.827.285
(1.379.324)
30.137.360
140.964.645
316
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
1 Januari
2011
AS$
Tanaman menghasilkan
Biaya perolehan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku bersih
Tanaman belum
menghasilkan - biaya perolehan
Jumlah
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Reklasifikasi
AS$
170.701.455
(57.133.764)
113.567.691
(8.229.826)
(8.229.826)
(67.158)
24.247
(42.911)
5.561.854
5.561.854
15.944.212
12.191.009
Tanaman belum
menghasilkan - biaya perolehan
Jumlah
31 Desember
2011
AS$
-
176.196.151
(65.339.343)
110.856.808
(5.561.854)
(357.720)
129.511.903
1 Januari
2010
AS$
Tanaman menghasilkan
Biaya perolehan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku bersih
-
Penyesuaian selisih
kurs penjabaran
AS$
22.215.647
133.072.455
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Reklasifikasi
AS$
Penyesuaian selisih
kurs penjabaran
AS$
31 Desember
2010
AS$
161.763.446
(48.771.311)
112.992.135
(8.316.663)
(8.316.663)
-
8.179.033
8.179.033
758.976
(45.790)
713.186
170.701.455
(57.133.764)
113.567.691
17.868.421
5.474.179
-
(8.179.033)
780.645
15.944.212
130.860.556
129.511.903
Beban penyusutan yang dialokasikan pada beban pokok penjualan pada tahun 2012, 2011 dan 2010
masing-masing berjumlah AS$ 8.714.006, AS$ 8.229.826 dan AS$ 8.316.663.
Luas perkebunan dengan tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan berdasarkan
lokasi adalah sebagai berikut:
2012
Tanaman
Tanaman Belum
Jumlah Area
Menghasilkan
Menghasilkan
Yang Ditanami
(Hektar)
(Hektar)
(Hektar)
Binanga, Sumatera Utara
Belitung, Bangka Belitung
Batang Angkola, Sumatera Utara
Ketapang, Kalimantan Barat
-
Jumlah
9.813
14.229
7.912
-
31.954
Tanaman
Menghasilkan
(Hektar)
Binanga, Sumatera Utara
Belitung, Bangka Belitung
Batang Angkola, Sumatera Utara
Ketapang, Kalimantan Barat
-
Jumlah
9.813
14.246
6.231
30.290
317
8.898
9.813
14.229
7.912
8.898
8.898
40.852
2011
Tanaman Belum
Menghasilkan
(Hektar)
-
Jumlah Area
Yang Ditanami
(Hektar)
1.681
4.766
9.813
14.246
7.912
4.766
6.447
36.737
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Tanaman
Menghasilkan
(Hektar)
Binanga, Sumatera Utara
Belitung, Bangka Belitung
Batang Angkola, Sumatera Utara
Ketapang, Kalimantan Barat
-
Jumlah
2010
Tanaman Belum
Menghasilkan
(Hektar)
9.813
14.304
4.938
29.055
-
Jumlah Area
Yang Ditanami
(Hektar)
2.989
744
9.813
14.304
7.927
744
3.733
32.788
Tanaman kelapa sawit ditanam di atas tanah HGU seluas 33.688 hektar. Tanah di Ketapang,
Kalimantan Barat sedang dalam pengurusan HGU.
Nilai tercatat tanaman kelapa sawit milik SMM yang disusutkan menggunakan metode saldo
menurun berganda berjumlah AS$ 4.566.021 atau 3,5% dari jumlah nilai buku tanaman kelapa sawit
pada tahun 2010.
Sejak 1 Januari 2011, SMM mengubah metode penyusutan tanaman menghasilkan dari metode
saldo menurun berganda ke metode garis lurus. SMM juga mengubah estimasi masa manfaat dari
16 tahun menjadi 20 tahun. Perubahan tersebut berakibat menurunnya beban penyusutan tanaman
menghasilkan dari AS$ 3.242.151 menjadi AS$ 2.849.494 pada tahun 2011.
Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang
mengindikasikan penurunan nilai untuk tanaman belum menghasilkan maupun tanaman
menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010.
22. ASET TETAP
1 Januari
2012
AS$
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Reklasifikasi
AS$
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
31 Desember
2012
AS$
Biaya Perolehan:
Pemilikan langsung
Tanah
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Mesin dan perlengkapan
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset dalam penyelesaian
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
13.241.772
36.745.637
37.103.495
211.675
3.977.890
5.151.150
4.986.162
101.417.781
3.295.881
535.307
1.557.347
30.034
308.340
1.213.998
14.209.341
4.000.000
25.150.248
(1.481.817)
(2.126.447)
(2.937.329)
(269.016)
(367.283)
(366.641)
(41.072)
(7.589.605)
422.346
4.427.291
774.178
27.307
(27.476)
(6.977.236)
(1.353.590)
(267.706)
(115.500)
(69.354)
(21.818)
(57.219)
(226.381)
(757.978)
15.210.476
39.466.288
36.428.337
3.869.653
5.941.288
11.950.814
4.000.000
116.866.856
Akumulasi penyusutan dan kerugian
penurunan nilai:
Pemilikan langsung
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Mesin dan perlengkapan
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset dalam penyelesaian
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
10.805.201
21.502.122
226.839
2.986.564
2.481.835
1.160.201
39.162.762
2.151.586
2.627.742
62.163
227.011
529.640
111.111
5.709.253
(1.588.772)
(2.191.385)
(225.344)
(347.944)
(265.314)
(4.618.759)
(1.087.973)
(1.087.973)
(50.268)
(17.058)
(9.341)
(15.367)
(72.228)
(164.262)
11.317.747
21.921.421
63.658
2.856.290
2.730.794
111.111
39.001.021
Jumlah tercatat
62.255.019
77.865.835
318
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
1 Januari
2011
AS$
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Reklasifikasi
AS$
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
Direklasifikasikan
ke aset dimiliki
untuk dijual
AS$
31 Desember
2011
AS$
Biaya Perolehan:
Pemilikan langsung
Tanah
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Peralatan medis dan operasi
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset dalam penyelesaian
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
16.043.940
33.862.402
1.760.638
35.395.664
6.063.017
1.483.877
8.259.058
74.887.344
2.734.705
3.525.378
184.016.023
530.574
4.221.926
128.958
1.194.760
2.099.868
498.534
1.609.826
53.786.653
11.332.543
451.631
75.855.273
(168.051)
(348.760)
(842)
(4.026)
(215.646)
(12.895.172)
(13.632.497)
8.004.859
884.391
752.955
(1.291)
(345.089)
1.145.655
(8.890.233)
(1.898.610)
(347.363)
(59.344)
(165.638)
(18.904)
(22.560)
(138.916)
(20.327)
(48.504)
(615.234)
(97.444)
(20.695)
(1.207.566)
(3.273.398)
(9.009.861)
(1.870.692)
(8.776.082)
(1.745.092)
(5.281.755)
(111.158.096)
(93.409)
(2.057.704)
(143.266.089)
13.241.772
36.745.637
37.103.495
211.675
3.977.890
5.151.150
4.986.162
101.417.781
Akumulasi penyusutan dan kerugian
penurunan nilai:
Pemilikan langsung
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Perlengkapan medis dan operasi
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset dalam penyelesaian
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
10.155.799
466.431
19.556.537
4.407.835
933.317
5.474.012
14.349.157
531.064
55.874.152
2.152.381
243.074
2.268.377
1.021.000
306.829
1.096.035
11.091.511
1.198.530
197.571
19.575.308
(65.920)
(317.491)
(842)
(3.882)
(205.394)
(4.503.314)
(5.096.843)
(51.572)
310.874
(310.874)
(51.572)
(26.806)
(11.412)
(5.301)
(68.706)
(14.036)
(41.830)
(311.093)
(38.329)
(1.040)
(518.553)
(1.410.253)
(698.093)
(5.359.287)
(995.389)
(3.284.687)
(18.455.300)
(416.721)
(30.619.730)
10.805.201
21.502.122
226.839
2.986.564
2.481.835
1.160.201
39.162.762
Jumlah tercatat
128.141.871
1 Januari
2010
AS$
62.255.019
Penambahan
AS$
Pengurangan
AS$
Biaya Perolehan:
Pemilikan langsung
Tanah
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Peralatan medis dan operasi
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset dalam penyelesaian
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
15.338.616
22.997.008
673.047
24.463.514
4.295.471
1.240.454
6.492.856
50.372.217
9.147.124
4.102.243
139.122.550
397.931
423.836
1.043.970
1.180.728
1.565.853
265.177
1.686.265
26.152.843
13.547.703
936.685
47.200.991
(5.267)
(85.935)
(269.951)
(13.051)
(50.282)
(105.304)
(5.939.886)
(6.469.676)
Akumulasi penyusutan:
Pemilikan langsung
Bangunan, prasarana jalan dan jembatan
Renovasi bangunan
Mesin dan perlengkapan
Perlengkapan medis dan operasi
Komputer dan peralatan komunikasi
Peralatan dan perabot kantor
Kendaraaan bermotor
Aset sewa pembiayaan
Jumlah
8.443.470
254.096
16.750.964
2.812.964
788.184
4.586.927
7.482.306
406.155
41.525.066
1.696.151
198.306
2.999.045
1.438.927
176.438
875.101
7.691.773
437.016
15.512.757
(71.888)
(213.945)
(1.088)
(50.283)
(102.785)
(1.498.344)
(1.938.333)
Jumlah tercatat
97.597.484
Reklasifikasi
AS$
10.245.189
9.874.178
(10.685)
1.861.368
(20.279.284)
(1.690.766)
-
2.716
(2.716)
331.890
(331.890)
-
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
31 Desember
2010
AS$
312.660
282.304
43.621
147.195
214.744
28.528
195.926
2.440.802
319.162
177.216
4.162.158
16.043.940
33.862.402
1.760.638
35.395.664
6.063.017
1.483.877
8.259.058
74.887.344
2.734.705
3.525.378
184.016.023
85.350
14.029
20.473
157.032
18.978
117.485
341.532
19.783
774.662
10.155.799
466.431
19.556.537
4.407.835
933.317
5.474.012
14.349.157
531.064
55.874.152
128.141.871
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), aset tetap sejumlah AS$ 112.646.351
direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
319
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan evaluasi manajemen, penurunan terus menerus atas harga Penurunan Emisi Karbon
(CER) di pasar global merupakan indikasi bahwa aset dalam penyelesaian milik AANE (entitas anak)
telah mengalami penurunan nilai. Estimasi rugi penurunan nilai sebesar AS$ 1.198.530 dicatat
sebagai beban lain-lain dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun berakhir
31 Desember 2011. Pada tahun 2012, manajemen berpendapat bahwa estimasi rugi penurunan nilai
tersebut tidak mengalami perubahan.
Beban penyusutan dan kerugian penurunan nilai dialokasikan sebagai berikut:
Beban pokok penjualan
Beban umum dan administrasi
(Catatan 50)
Beban lain-lain
Penyusutan dibebankan ke operasi
yang dilanjutkan
Penyusutan dibebankan ke operasi
yang dihentikan (Catatan 52)
Jumlah
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
4.712.427
4.347.859
3.594.702
996.826
-
423.756
1.198.530
1.534.445
-
5.709.253
5.970.145
5.129.147
5.709.253
13.605.163
19.575.308
10.383.610
15.512.757
ANJA memiliki beberapa tanah Hak Guna Usaha (HGU) mencakup 33.688 hektar di Binanga,
Ramba, Batang Angkola dan Siais, Sumatera Utara dan Gantung, Bangka dan Dendang, Belitung,
tanah Hak Guna Bangunan (HGB) mencakup 31 hektar di Dendang, Belitung dan 523 hektar tanah
non-HGU lainnya di Binanga. HGU dan HGB ini berlaku untuk periode antara 30 sampai 85 tahun
yang berakhir pada tahun 2039 sampai 2091.
GMIT memiliki beberapa bidang tanah HGU berlokasi di Jember dan Lumajang. HGU ini berlaku
untuk periode 20 tahun, berakhir pada tahun 2028.
Aset dalam penyelesaian merupakan bangunan, prasarana jalan dan jembatan dalam penyelesaian
serta mesin dan peralatan dalam proses instalasi yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2013.
Nilai buku aset tetap SMM yang disusutkan menggunakan metode saldo menurun ganda pada tahun
2010 berjumlah sebesar AS$ 2.946.697 atau 2,3% dari jumlah nilai buku aset tetap.
Sejak 1 Januari 2011, SMM mengubah metode penyusutan mesin dan perlengkapan, peralatan dan
perabot kantor dan kendaraan bermotor dari metode saldo menurun berganda ke metode garis
lurus, yang mengakibatkan peningkatan beban penyusutan aset tetap dari AS$ 704.047 menjadi
AS$ 715.290 pada tahun 2011. Semua penambahan aset tetap tersebut mulai 1 Januari 2011
disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, kendaraan bermotor maupun tanah dan bangunan
dalam penyelesaian milik ANJR sejumlah AS$ 54.526.494 dan AS$ 41.620.383 merupakan jaminan
utang bank (Catatan 34).
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanah dan bangunan milik GMIT masing-masing
sejumlah AS$ 46.618 dan AS$ 29.422 digunakan sebagai jaminan utang bank yang diperoleh dari
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) (Catatan 34). Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh tanah dan
bangunan milik GMIT digunakan sebagai jaminan utang bank yang diperoleh dari BCA (Catatan 34).
Pada tanggal 31 Desember 2012, aset tetap, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko
kebakaran, pencurian, dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Indrapura dan asuransi lainnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar AS$ 63.408.000 dan Rp 99.841.339.118. Manajemen
berkeyakinan bahwa pertanggungan asuransi memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas
aset yang diasuransikan.
320
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
23. BEBAN TANGGUHAN – HAK ATAS TANAH
31 Desember
2012
AS$
Biaya perolehan
Akumulasi amortisasi
Jumlah tercatat bersih
884.772
(20.148)
864.624
31 Desember
2011
AS$
1.268.645
(133.153)
1.135.492
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
1.110.215
(115.786)
994.429
1.083.756
(94.694)
989.062
Amortisasi yang dibebankan pada operasi berjumlah AS$ 1.433 pada tahun 2012, AS$ 17.489 pada
tahun 2011 dan AS$ 19.262 pada tahun 2010.
Efektif 1 Januari 2012, Grup menerapkan ISAK 25, Hak atas Tanah. Grup menghentikan amortisasi
beban tangguhan hak atas tanah yang diperoleh pada saat perolehan tanah. Grup
mereklasifikasikan sisa saldo beban tangguhan yang terkait dengan pembayaran legal untuk
memperoleh hak atas tanah yang merupakan bagian harga perolehan tanah dan belum diamortisasi
ke nilai tercatat tanah.
24. GOODWILL
ANJA
ANJR
Jumlah
Penyesuaian selisih kurs penjabaran
Akumulasi amortisasi
Awal tahun
Amortisasi
Dibebankan ke operasi yang
dilanjutkan (Catatan 50)
Dibebankan ke operasi yang
dihentikan (Catatan 52)
Akhir tahun
Jumlah tercatat bersih
31 Desember
2012
AS$
4.967.579
4.967.579
-
31 Desember
2011
AS$
4.967.579
4.967.579
-
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
7.211.813
4.147.139
11.358.952
(716.799)
7.211.813
4.147.139
11.358.952
(567.513)
-
-
2.975.063
1.523.053
-
-
360.591
360.591
1.247.149
3.866.004
7.492.948
1.091.419
2.407.550
8.951.402
4.967.579
4.967.579
Goodwill pada ANJA merupakan selisih lebih biaya perolehan kepemilikan Perusahaan dalam ANJA
dan entitas anak terhadap nilai wajar aset bersih pada tanggal akuisisi, sedangkan goodwill pada
ANJR merupakan selisih lebih biaya perolehan bisnis ANJR terhadap nilai wajar aset bersih yang
dibeli dari PT Autosale Lancar Mandiri (ASLM).
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, goodwill dari ANJR
sejumlah AS$ 2.525.369 direklasifikasi sebagai bagian aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
Efektif 1 Januari 2011, Grup mengimplementasikan PSAK 22 (revisi 2010), di mana amortisasi atas
goodwill dihentikan dan akumulasi amortisasi dieliminasi terhadap jumlah tercatatnya. Manajemen
berpendapat tidak terdapat penurunan nilai atas goodwill pada tahun 2012.
321
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
25. KLAIM ATAS PENGEMBALIAN PAJAK
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
ANJAS
KAL
1.349.861
79.766
1.439.474
152.170
1.570.414
153.473
Jumlah
1.429.627
1.591.644
1.723.887
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
-
64.738
64.738
ANJAS
Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima dua Surat Ketetapan Pajak dari Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) tanggal 2 Desember 2010 atas kekurangan bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
periode Januari sampai Oktober 2009 sejumlah Rp 13.503.529 ribu (setara dengan AS$ 1.501.894)
dan kelebihan bayar atas PPN untuk periode Nopember 2009 sebesar Rp 9.657.665 ribu (setara
dengan AS$ 1.027.411). Pada tanggal 19 Januari 2011, ANJAS telah sepenuhnya menerima
pengembalian kelebihan bayar PPN ini.
Pada tanggal 8 Pebruari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan PPN periode
Januari sampai Oktober 2009 dan Nopember 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim
pengembalian pajak sebesar Rp 14.119.588 ribu (setara dengan AS$ 1.570.414). Pada tanggal
16 Juni 2011, ANJAS membatalkan surat keberatan tersebut. Pada tanggal 15 Juli 2011, ANJAS
telah membayar sebagian dari kurang bayar PPN sebesar Rp 6.832.936 ribu (setara dengan
AS$ 759.975). Pada tanggal 31 Desember 2011, sisa kurang bayar PPN tersebut disajikan sebagai
utang lain-lain. Pada bulan Juli 2011, ANJAS mengajukan surat permohonan penghapusan denda
dan bunga dari hasil pemeriksaan PPN sebesar Rp 6.670.592 ribu (setara dengan AS$ 741.918)
kepada DJP yang ditolak pada bulan Januari 2012. Pada bulan Pebruari 2012, ANJAS melunasi
denda dan bunga sejumlah Rp 6.670.592 ribu tersebut kepada DJP. Pada tanggal 28 Maret 2012,
ANJAS mengajukan surat permohonan kedua penghapusan denda dan bunga dari hasil
pemeriksaan PPN ini kepada DJP. Pada tanggal 7 Agustus 2012, DJP menolak permohonan kedua
tersebut dan ANJAS menerima hasil keputusan tersebut.
Pada tanggal 15 Juli 2011, ANJAS menerima surat ketetapan kurang bayar PPN untuk periode
Desember 2009 sebesar Rp 1.323.345 ribu (setara dengan AS$ 145.936). Pada bulan Agustus
2011, ANJAS telah membayar sebagian kekurangan bayar tersebut sebesar Rp 973.047 ribu (setara
dengan AS$ 107.306). Pada tanggal 31 Desember 2011, sisa kurang bayar PPN sebesar
Rp 350.297 ribu (setara dengan AS$ 38.631) disajikan sebagai utang lain-lain.
Pada tanggal 15 Agustus 2011, ANJAS mengajukan surat permohonan penghapusan denda dan
bunga atas hasil pemeriksaan PPN periode Desember 2009 tersebut sebesar Rp 350.297 ribu
(setara dengan AS$ 38.631), yang ditolak oleh DJP pada bulan Januari 2012. ANJAS telah melunasi
denda dan bunga sejumlah Rp 350.297 ribu tersebut kepada DJP pada bulan Pebruari 2012. Pada
tanggal 28 Maret 2012, ANJAS mengajukan surat permohonan kedua penghapusan denda dan
bunga dari hasil pemeriksaan PPN ini kepada DJP. Pada tanggal 7 Agustus 2012, DJP menolak
permohonan kedua tersebut dan ANJAS menerima hasil keputusan tersebut.
Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima empat surat ketetapan dari DJP tertanggal
28 Desember 2010 untuk PPN kurang bayar untuk periode Januari sampai Desember 2008 sebesar
Rp 13.053.151 ribu (setara dengan AS$ 1.349.861 dan AS$ 1.439.474 masing-masing pada
31 Desember 2012 dan 2011).
322
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pada tanggal 8 Pebruari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan untuk periode
Januari sampai Desember 2008 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar
Rp 13.053.151 ribu. Pada tanggal 27 Januari 2012, DJP menolak keberatan yang diajukan oleh
ANJAS. Pada tanggal 25 April 2012, ANJAS mengajukan banding atas ketetapan tersebut dan
sampai pada tanggal pengesahan laporan keuangan konsolidasian ini belum menerima keputusan
dari Pengadilan Pajak. Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, jumlah yang diklaim ANJAS
sebesar Rp 13.053.151 ribu (setara dengan AS$ 1.349.861 dan AS$ 1.439.474 masing-masing pada
31 Desember 2012 dan 2011) disajikan sebagai klaim atas pengembalian pajak.
Pada tahun 2012, DJP telah selesai melakukan pemeriksaan kewajiban pajak ANJAS untuk tahun
2010, yang meliputi pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan pasal 4 (2), 23, 22, 21, 15, 26
dan PPN, dan menerbitkan surat ketetapan kurang bayar pajak sebesar Rp 484.620.870 (setara
dengan AS$ 51.599). ANJAS telah membayar kurang bayar tersebut pada tahun 2012 dan
menyajikannya sebagai beban penalti.
KAL
Pada tanggal 8 Januari 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan kurang bayar
PPN untuk periode Januari sampai Oktober 2008 kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak
sebesar Rp 608.536 ribu (setara dengan AS$ 67.108 pada tahun 2011 dan AS$ 67.683 pada tahun
2010). Pada bulan Desember 2010, DJP dalam Surat Ketetapan Pajak tanggal 23 Desember 2010
menolak keberatan tersebut. Pada bulan Maret 2011, KAL melakukan banding ke Pengadilan Pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan Pajak No. PUT/40525/PP/M.III/16/2012 tanggal 8 Oktober
2012, banding yang diajukan oleh KAL terkait lebih bayar PPN periode Januari sampai Oktober 2008
telah diterima. Pengembalian dana sebesar Rp 608.536 ribu telah diterima oleh KAL tanggal
3 Desember 2012.
Pada bulan September 2010, KAL menerima dua surat ketetapan pajak dari DJP tanggal
21 September 2010 untuk kurang bayar PPN periode Januari sampai Oktober 2009 sejumlah
Rp 771.342 ribu (setara dengan AS$ 85.790) dan lebih bayar PPN untuk periode Nopember 2009
sejumlah Rp 385.671 ribu (setara dengan AS$ 42.895). Jumlah bersih kurang bayar sebesar
Rp 385.671 ribu tersebut dibayar oleh KAL pada bulan Oktober 2010.
Pada tanggal 1 Nopember 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan PPN
periode Januari sampai Oktober 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak
sebesar Rp 771.342 ribu (setara dengan AS$ 79.766 pada tahun 2012, AS$ 85.062 pada tahun
2011 dan AS$ 85.790 pada tahun 2010). Pada bulan Mei 2011, DJP dalam Surat Keputusan Pajak
tanggal 27 Juli 2011 menolak keberatan tersebut. Pada bulan Oktober 2011, KAL melakukan
banding ke Pengadilan Pajak. Sampai dengan tanggal pengesahan laporan keuangan
konsolidasian, KAL belum menerima keputusan dari Pengadilan Pajak.
26. ASET LAIN-LAIN
Akun ini terdiri dari uang muka pengurusan hak atas tanah, uang jaminan dan aset lainnya. Uang
muka pengurusan hak atas tanah merupakan biaya yang dibayarkan untuk pengurusan HGU atas
10.920 ha dan 2.798 ha tanah KAL yang masing-masing akan digunakan untuk perkebunan inti dan
plasma serta 1.639 ha tanah ANJAS.
323
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
27. ASET DIMILIKI UNTUK DIJUAL
31 Desember
2011
AS$
Aset dimiliki untuk dijual:
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
PT Asuransi Indrapura
PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare
Jumlah aset dimiliki untuk dijual
377.787.280
32.375.924
14.278.248
424.441.452
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki
untuk dijual:
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
PT Asuransi Indrapura
PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare
Jumlah liabilitas terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual
Aset dimiliki untuk dijual - bersih
329.773.727
21.036.981
4.017.485
354.828.193
69.613.259
Pada tahun 2011, Perusahaan memutuskan untuk melepas tiga entitas anak, yaitu ANJR dan entitas
anak (bergerak di bidang jasa sewa kendaraan bermotor dan pembiayaan konsumen), AI (bergerak
di bidang jasa asuransi) dan ANJHC dan entitas anak (bergerak dibidang jasa kesehatan).
Pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Pebruari 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian jual
beli masing-masing dengan PT Mitra Pinasthika Mustika untuk menjual ANJR dan Golden Eight
Group Limited untuk menjual AI (Catatan 52).
Pada tanggal 26 Nopember 2011, Dewan Komisaris menyetujui rencana penjualan ANJHC.
Rencana penjualan ini konsisten dengan kebijakan jangka panjang Perusahaan untuk fokus dalam
agribisnis dan energi terbarukan. Perusahaan secara aktif melakukan langkah-langkah penjualan
ANJHC pada tahun 2011 dan pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan menjual ANJHC dan entitas
anak ke PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali)
(Catatan 1b). Penjualan ini dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali
(Catatan 40).
Pada reklasifikasi awal dari operasi sebagai dimiliki untuk dijual, Perusahaan tidak mengakui
kerugian penurunan nilai.
324
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Rincian akun untuk masing-masing unit usaha adalah sebagai berikut:
JASA SEWA KENDARAAN DAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (ANJR DAN ENTITAS ANAK)
31 Desember
2011
AS$
Kas dan setara kas
Piutang sewa dan jasa lainnya - setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang
ragu-ragu
Piutang pembiayaan konsumen dan jasa pembiayaan lainnya setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Persediaan
Pajak dibayar di muka
Uang muka dan biaya dibayar di muka
Rekening bank jaminan (escrow)
Deposito berjangka
Aset pajak tangguhan
Investasi pada entitas asosiasi
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Goodwill
Aset lain-lain
Aset dimiliki untuk dijual
Utang bank
Utang usaha
Uang muka dan utang lain-lain
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Pendapatan ditangguhkan
Liabilitas derivatif - bersih
Uang jaminan
Utang sewa pembiayaan
Obligasi konversi
Liabilitas pajak tangguhan
Kewajiban imbalan pasca kerja
Liabilitas kompensasi berbasis saham
Liabilitas terkait langsung dengan
aset dimiliki untuk dijual
13.430.916
3.188.055
70.128.171
175.659.026
1.378.351
682.584
3.174.344
2.232.767
494.674
435.329
996.178
176.002
102.528.145
2.525.369
757.369
377.787.280
300.118.303
2.525.299
786.837
2.699.294
3.462.939
1.117.631
221.500
1.279.724
316.182
12.450.422
76.242
1.743.896
2.975.458
329.773.727
Aset dimiliki untuk dijual - bersih
48.013.553
325
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
JASA ASURANSI (AI)
31 Desember
2011
AS$
Kas dan setara kas
Deposito wajib
Investasi
Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Biaya dibayar di muka dan uang muka
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Aset pajak tangguhan
Aset lain-lain
Aset dimiliki untuk dijual
17.610.570
937.362
1.124.311
11.272.008
202.927
196.774
388.929
433.295
209.748
32.375.924
Utang jasa asuransi
Utang lain-lain
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Pendapatan premi diterima di muka
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
17.085.923
1.754.492
387.234
831.331
978.001
21.036.981
Aset dimiliki untuk dijual - bersih
11.338.943
JASA KESEHATAN (ANJHC DAN ENTITAS ANAK)
31 Desember
2011
AS$
Kas dan setara kas
Investasi jangka pendek
Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
Piutang lain-lain
Persediaan
Pajak dibayar di muka
Uang muka dan biaya dibayar di muka
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan
Aset lain-lain
Aset dimiliki untuk dijual
326
2.588.625
21.027
68.766
91.273
926.993
80
768.576
9.729.277
83.631
14.278.248
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
31 Desember
2011
AS$
Utang usaha
Utang sewa pembiayaan
Utang lain-lain
Utang pajak
Biaya masih harus dibayar
Kewajiban imbalan pasca kerja
Liabilitas pajak tangguhan
Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual
Aset dimiliki untuk dijual - bersih
437.135
316.139
961.966
105.767
971.533
1.033.850
191.095
4.017.485
10.260.763
Dari penjualan ANJR diterima AS$ 11.007.155 pada tahun 2011 (dicatat sebagai uang muka
penjualan investasi pada entitas anak) dan AS$ 109.741.332 pada tahun 2012. Dari penjualan AI
diterima Rp 120.000.000.000 pada tahun 2012. Dari penjualan ANJHC diterima AS$ 20.000.000
pada tahun 2012.
28. UTANG BANK JANGKA PENDEK
31 Desember
2012
AS$
Credit Suisse Cabang Singapura Dolar Amerika Serikat
PT Bank Permata Tbk - Rupiah
PT Bank ANZ Panin - Dolar Amerika Serikat
PT Bank Central Asia Tbk - Rupiah
PT Bank Rabobank International Indonesia
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Commonw ealth - Dolar Amerika Serikat
J.P. Morgan International Bank Ltd
Brussel Branch - Dolar Amerika Serikat
Jumlah
Tingkat suku bunga rata-rata per tahun
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
1.500.000
-
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
-
3.624.695
906.483
-
-
509.850
5.000.000
-
1.500.000
-
10.041.028
0,70%
-
8,95%-10,50%
0,59%-4,85%
-
500.000
5.319.149
1.800.000
5.319.149
9.500.000
22.438.298
9,8% - 15,85 %
0,6% - 7,25 %
Utang bank diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lainnya yang diukur sebesar biaya perolehan
setelah amortisasi dengan menggunakan tingkat bunga efektif. Nilai wajar utang bank jangka pendek
sama dengan nilai tercatatnya.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada tahun 2011, seluruh utang bank
jangka pendek sejumlah AS$ 26.802.760 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung
dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
327
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Credit Suisse Singapore
GMIT memiliki fasilitas kredit commercial line sebesar AS$ 3.000.000 dari Credit Suisse Cabang
Singapura (Bank), dengan tingkat bunga 0,5% di atas tingkat suku bunga pendanaan. Pada tanggal
31 Desember 2012, jumlah saldo pinjaman adalah sebesar AS$ 1.500.000, dengan jangka waktu
3 bulan. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka milik Perusahaan. Pada tanggal 17 Januari
2013, pinjaman bank tersebut telah dilunasi sebesar AS$ 1.000.000.
Pada tanggal 23 Nopember 2009, GMIT menggunakan fasilitas kredit sebesar AS$ 500.000 dari
Bank dengan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan oleh Bank. Pinjaman ini digunakan untuk
membeli tembakau tambahan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Pinjaman ini telah dilunasi
pada tanggal 25 Pebruari 2010.
PT Bank Permata Tbk
Pada tanggal 28 Agustus 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Permata
Tbk (Bank) sebesar Rp 100 milyar untuk jangka waktu 12 bulan sejak tanggal perjanjian fasilitas,
dengan suku bunga pasar yang berlaku yang ditetapkan oleh Bank. Pada tanggal 20 April 2009,
pinjaman ini diperpanjang sampai tanggal 28 Agustus 2010. Pada tanggal 30 Juni 2010, perjanjian
fasilitas ini diubah untuk penurunan pagu menjadi Rp 30 milyar dan perpanjangan jangka waktu
kredit sampai 30 Juni 2011. Pada tanggal 30 Juni 2011 pinjaman ini diperpanjang sampai dengan 30
Juni 2012 dan pagu kredit dinaikkan menjadi Rp 105 milyar.
PT Bank ANZ Panin
Pada tanggal 18 Januari 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dalam bentuk pinjaman
revolving dari PT Bank ANZ Panin (Bank) sebesar AS$ 5 juta untuk jangka waktu 12 bulan. Tingkat
suku bunga mengambang per tahun didasarkan pada AS$ SIBOR + 1,4%. Perjanjian ini telah
beberapa kali mengalami perubahan, terakhir mengenai perubahan jumlah maksimum fasilitas kredit
dari AS$ 15 juta menjadi AS$ 12 juta, yang tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dan
perpanjangan jangka waktu pinjaman sampai dengan 31 Maret 2010. Pada tanggal 7 Juli 2010,
perjanjian atas fasilitas tersebut telah diubah sehubungan dengan penurunan fasilitas kredit menjadi
AS$ 5 juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dengan tingkat suku bunga yang
akan ditentukan oleh Bank selambat-lambatnya dua hari sebelum penarikan dan jatuh tempo pada
tanggal 31 Maret 2011. Pada tanggal 30 Juni 2011, perjanjian ini mengalami perubahan sehubungan
dengan perpanjangan jangka waktu jatuh tempo menjadi 31 Maret 2012. Untuk tahun 2010, tingkat
bunga per tahun untuk Dolar Amerika Serikat berkisar antara 3,98% - 4,20% dan untuk Rupiah
10,60%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF.
PT Bank Central Asia Tbk
ANJR
Pada tanggal 2 Nopember 2010, ANJR memperoleh fasilitas kredit rekening koran dari PT Bank
Central Asia Tbk (Bank) sebesar Rp 15 milyar dengan tingkat bunga tetap 10,75% per tahun dan
jatuh tempo pada tanggal 2 Nopember 2011. Pada tanggal 27 Oktober 2011, fasilitas kredit ini
diperpanjang sampai dengan 2 Pebruari 2012.
Pinjaman ini dijamin dengan tanah sebesar 8.864 meter persegi yang dimiliki ANJR. Perjanjian
pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR.
328
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
ANJF
Pada tanggal 9 Agustus 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit rekening koran sebesar Rp 20
milyar dengan tingkat bunga tetap 10,50% per tahun selama periode yang berakhir 12 bulan sejak
setiap tanggal penarikan fasilitas. Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang
wajib dipenuhi oleh ANJF. Pada tanggal 5 Agustus 2011, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan
9 Agustus 2012.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar persentase tertentu dari saldo utang bank
(Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi
oleh ANJF.
PT Bank Rabobank International Indonesia
ANJF memperoleh fasilitas kredit revolving sebesar Rp 150 milyar dari PT Rabobank International
Indonesia (Bank) untuk periode sampai tanggal 31 Oktober 2011. Perjanjian ini telah diubah
beberapa kali, terakhir pada bulan September 2011 mengenai perpanjangan batas waktu penarikan
hingga 31 Agustus 2012.
Fasilitas kredit ini dijamin dengan piutang ANJF sampai dengan 110% dari saldo utang bank
(Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi
oleh ANJF. Untuk tahun 2010, tingkat bunga per tahun untuk Rupiah antara 8,95% - 9,80%.
PT Bank Commonwealth
Pada tanggal 10 Desember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja (revolving) dari
PT Bank Commonwealth (Bank) sebesar AS$ 5 juta, dengan tingkat suku bunga per tahun
didasarkan pada AS$ SIBOR + 3%, jatuh tempo maksimum 12 bulan sejak tanggal fasilitas. Pada
tanggal 12 Oktober 2011, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan 20 Desember 2012. Pada tahun
2010, tingkat bunga per tahun 3,27%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
J.P Morgan International Bank Limited Cabang Brussel
Pada tanggal 26 Nopember 2008 ANJR memperoleh fasilitas kredit dari J.P. Morgan International
Bank Limited Cabang Brussels dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 7 juta. Perjanjian kredit
tersebut telah diperbaharui beberapa kali, yang terakhir pada tanggal 16 April 2010 mengenai
penambahan pagu fasilitas kredit menjadi AS$ 20 juta. Pinjaman ini telah dilunasi oleh ANJR tanggal
13 Desember 2010.
29. UTANG USAHA
Pihak ketiga
Tanaman kelapa sawit
Pembangkit listrik
Sagu
Tembakau
Sewa kendaraan
Jasa kesehatan
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
3.742.714
833.939
1.646
1.589
4.579.888
3.335.795
51.548
17.320
3.404.663
3.814.504
13.203
3.372.787
336.731
7.537.225
652.115
375.009
329
1.354.877
161.817
2.543.818
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan mata uang
Dolar Amerika Serikat
Rupiah
Jumlah
31 Desember
2012
31 Desember
2011
31 Desember
2010
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
2.656.194
1.923.694
4.579.888
1.278.597
2.126.066
3.404.663
6.265.570
1.271.655
7.537.225
1.786.176
757.642
2.543.818
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada tahun 2011, utang usaha dari sewa
kendaraan dan jasa kesehatan sejumlah AS$ 2.962.434 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas
terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
30. UTANG JASA ASURANSI
Utang reasuransi
Premi belum merupakan pendapatan
Estimasi klaim retensi sendiri
Utang klaim
Pendapatan premi ditangguhkan
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
8.634.225
5.049.574
2.786.096
481.808
2.346.770
19.298.473
6.282.631
5.053.976
3.294.834
743.873
15.375.314
Pada tahun 2010, premi ditangguhkan merupakan premi untuk masa pertanggungan asuransi di
atas satu tahun ditambah pendapatan komisi yang diterima oleh entitas anak.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh utang jasa
asuransi sejumlah AS$ 17.085.923 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung
dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
31. UTANG PAJAK
Pajak penghasilan - Perusahaan
(Catatan 51)
Pajak penghasilan - entitas anak
(Catatan 51)
Pajak penghasilan
Pasal 21
Pasal 25
Pasal 4 ayat 2
Pasal 23/26
Pasal 22
Pasal 15
Pajak Pertambahan Nilai - bersih
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
17.795.427
183.911
83.605
51.529
2.982.301
4.134.502
3.146.375
1.506.047
3.206.572
2.152.163
345.363
29.481
22.860
211
26.534.378
649.493
1.636.634
36.077
32.167
23.267
31.176
6.727.227
4.076.029
1.216.098
83.900
68.748
2.257
1.595
87.520
8.766.127
805.799
1.720.237
69.481
1.658.891
534
177.295
5.989.813
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, utang pajak dari
entitas anak yang direncanakan untuk dijual sejumlah AS$ 3.192.295 direklasifikasi sebagai bagian
dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
330
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
32. UTANG LAIN-LAIN
31 Desember
2012
AS$
Utang pihak ketiga
Uang muka dari pelanggan
Klaim atas pengembalian pajak
(Catatan 25)
Uang jaminan
Utang komisi
Utang retensi
Premi asuransi
Utang terkait pembelian perlengkapan dan
peralatan medis
Lain-lain
Jumlah
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
3.696.930
4.383.748
3.068.652
2.046.199
3.084.630
490.877
3.498.163
617.157
1.349.861
-
2.220.024
-
1.501.894
1.222.662
1.185.875
1.013.379
519.923
1.040.152
1.263.784
233.569
214.974
9.645.513
1.083.530
8.418.405
486.991
1.292.678
10.798.909
-
476.380
7.129.205
Utang lain-lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur sebesar biaya perolehan
setelah amortisasi. Nilai wajar atas utang lain-lain ditentukan sebesar sama dengan nilai tercatatnya.
Seluruh utang lain-lain merupakan utang kepada pihak ketiga.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, utang lain-lain
sejumlah AS$ 3.503.295 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
33. BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR
Gaji, bonus dan tunjangan
Jasa profesional
Bunga
Jasa dokter
Lain-lain
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
5.305.090
56.688
2.805.540
8.167.318
5.963.590
22.328
2.059.046
8.044.964
5.087.137
89.828
1.453.147
284.163
1.636.872
8.551.147
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
2.867.828
55.630
688.502
174.099
1.315.052
5.101.111
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, biaya masih harus
dibayar sejumlah AS$ 5.265.803 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan
aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
331
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
34. UTANG BANK JANGKA PANJANG
PT Bank Central Asia Tbk - Rupiah
PT Bank CIMB Niaga Tbk - Rupiah
PT Bank ANZ Panin
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Resona Perdania
Rupiah
Dolar Amerika Serikat
PT Bank Permata Tbk - Rupiah
PT Bank Pan Indonesia Tbk - Rupiah
PT Bank Mandiri Singapura Dolar Amerika Serikat
PT Bank DBS Indonesia - Rupiah
PT Bank Internasional Indonesia Tbk - Rupiah
Utang sindikasi yang dikordinasi oleh
DBS Bank Ltd. - Dolar Amerika Serikat
Jumlah
Bagian yang jatuh tempo kurang dari
satu tahun
Porsi jangka panjang
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
2.341.039
-
2.254.809
-
50.137.570
66.027.871
17.819.960
12.878.296
-
-
9.710.437
11.007.532
13.297.872
-
-
-
15.428.119
1.000.000
13.904.048
5.549.717
7.211.489
13.438.433
15.957.447
-
-
4.601.669
3.580.928
2.208.648
5.319.149
-
2.341.039
2.254.809
183.156.539
4.800.000
90.722.646
(2.341.039)
-
(2.254.809)
-
(68.673.713)
114.482.826
(45.615.987)
45.106.659
Utang bank diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lainnya yang diukur sebesar biaya perolehan
setelah amortisasi dengan menggunakan tingkat bunga efektif.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009) pada tahun 2011, seluruh utang bank
sejumlah AS$ 273.315.543 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
GMIT
Pada tanggal 29 Januari 2010, GMIT memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Central Asia Tbk
(Bank) yang terdiri dari:
- Fasilitas kredit lokal sebesar Rp 2 milyar, dengan tingkat bunga 10,75% per tahun.
- Fasilitas pinjaman berjangka revolving sebesar Rp 20 milyar, dengan tingkat suku bunga
10,50% per tahun.
- Fasilitas pinjaman berjangka incidental sebesar Rp 3 milyar dengan tingkat suku bunga 10,50%
per tahun.
Pada tanggal 28 Oktober 2012, GMIT memperoleh tambahan fasilitas pinjaman berjangka revolving
menjadi sebesar Rp 23 milyar.
Fasilitas kredit yang diperoleh dari Bank dijamin dengan persediaan GMIT (tembakau Besuki N.O.)
sejumlah Rp 15 milyar dan semua tanah dan bangunan GMIT. Pada tanggal 29 Januari 2012,
fasilitas kredit tersebut diperpanjang sampai tanggal 29 Januari 2013 dan diperpanjang kembali
sampai tanggal 29 Januari 2014.
332
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Perjanjian pinjaman juga mencakup persyaratan tertentu, antara lain membatasi hak GMIT untuk
memperoleh pinjaman atau kredit baru dari pihak lain dan/atau mengikatkan diri sebagai penjamin,
meminjamkan uang kecuali dalam rangka menjalankan usaha, melakukan peleburan,
penggabungan, likuidasi serta mengubah status kelembagaan.
ANJF
Pada tanggal 25 April 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja sebesar Rp 100 milyar
dari Bank, berjangka waktu 36 bulan, dengan tingkat suku bunga tetap untuk tahun pertama dan
tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan oleh Bank untuk tahun-tahun selanjutnya.
Fasilitas pinjaman ini telah dilunasi oleh ANJF pada tanggal 6 Mei 2011. Pada tahun 2010, tingkat
suku bunga pinjaman berkisar antara 10,75% - 13,50%.
Pada tanggal 9 Nopember 2009, ANJF memperoleh fasilitas sebesar Rp 100 milyar dengan jangka
waktu 36 bulan dengan tingkat suku bunga tetap 12,25% per tahun selama tiga tahun.
Pada tanggal 9 Agustus 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
Rp 280 milyar, dengan jangka waktu 36 bulan sejak tanggal penarikan, serta tingkat suku bunga
tetap 11,25% per tahun selama tiga tahun.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman Bank ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF.
ANJR
Pada tanggal 19 Maret 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit dari bank untuk pengambilalihan
utang PT Autosale Lancar Mandiri dan untuk pembelian kendaraan baru dan bekas sebesar
Rp 45 milyar dengan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan oleh Bank, dan dapat dievaluasi dan
disesuaikan oleh Bank, jatuh tempo 42 bulan sejak tanggal penarikan. Pada bulan Januari 2010,
pagu kredit tersebut ditingkatkan dengan tambahan fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan baru
dan bekas sebesar Rp 100 milyar untuk jangka waktu 4 tahun dengan tingkat suku bunga tetap
10,5% per tahun untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan
oleh Bank untuk tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara
10,50% - 11,25%.
Pada tanggal 2 Nopember 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas kredit dari
Bank untuk pembelian kendaraan baru dan bekas sebesar Rp 100 milyar dan untuk pembiayaan
pembangunan gedung kantor dan bengkel sebesar Rp 45 milyar dengan tingkat suku bunga tetap
10,5% untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan oleh Bank
untuk tahun-tahun selanjutnya dan jatuh tempo selambat-lambatnya 48 bulan sejak tanggal
penarikan.
Fasilitas ini dijamin dengan tanah sebesar 8.864 meter persegi, hak tanggungan atas agunan berupa
gedung kantor dan bengkel (workshop) dan kendaraan milik ANJR (Catatan 22) dengan nilai pasar
sebesar 125% dari pagu kredit fasilitas. Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu
yang wajib dipenuhi oleh ANJR.
PT Bank CIMB Niaga Tbk
ANJF
Pada tanggal 10 Pebruari 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari
PT Bank CIMB Niaga Tbk (Bank) sebesar Rp 200 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 11,75%
per tahun berlaku untuk 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 10 Agustus 2013. Perjanjian kredit
fasilitas ini telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 9 Desember 2010, mengenai
penambahan fasilitas pinjaman menjadi sebesar Rp 650 milyar, dengan tingkat suku bunga tetap per
tahun, dan jatuh tempo pinjaman terakhir pada tanggal 8 Juli 2017.
333
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari pinjaman yang akan ditarik (Catatan 9
dan 10). Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
ANJR
Pada tanggal 19 Januari 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit untuk refinancing pembelian mobil
baru dan bekas dari Bank sebesar Rp 47.859.335.163 dengan tingkat suku bunga yang ditentukan
oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 28 Juli 2012. Pada tahun 2010, tingkat bunga per
tahun berkisar antara 11,25% - 11,75%.
Pada tanggal 19 Januari 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit untuk refinancing pembelian
kendaraan baru dan bekas dari Bank sebesar Rp 30 milyar dengan tingkat suku bunga yang akan
ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014. Pada tahun 2010,
tingkat bunga per tahun berkisar antara 11,25% - 11,75%.
Pada tanggal 25 Nopember 2009, ANJR memperoleh tambahan fasilitas dari Bank sebesar Rp 75
milyar dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan cicilan bulanan yang
disetujui oleh kedua belah pihak. Pembayaran terakhir jatuh tempo pada tanggal 26 Juli 2015. Pada
tahun 2010, tingkat bunga atas pinjaman ini adalah 11,25%.
Pada tanggal 26 Agustus 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas kredit dari Bank untuk
peremajaan dan pengambilalihan kendaraan bekas sebesar Rp 60 milyar dengan tingkat suku
bunga tetap untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang untuk tahun-tahun
selanjutnya yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 11 Pebruari
2016. Pada tahun 2010, tingkat bunga atas pinjaman ini adalah 11%.
Sehubungan dengan pinjaman di atas, ANJR diharuskan untuk membuka rekening escrow pada
Bank. Saldo rekening escrow di Bank pada tanggal 31 Desember
2010 sebesar
Rp 2.217.897.605.
Pinjaman kepada Bank dijamin dengan kendaraaan bermotor ANJR dengan nilai minimal sebesar
111% pagu kredit untuk kendaraan baru, 125% untuk kendaraan bekas dan 130% untuk tagihan
atas pihak ketiga (Catatan 11 dan 22). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan yang
wajib dipenuhi oleh ANJR.
PT ANZ Panin Bank
Pada tanggal 18 Januari 2008, ANJF memperoleh fasilitas pinjaman revolving dari PT ANZ Panin
Bank (Bank). Perjanjian ini telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir mengenai besar
perubahan fasilitas kredit dari AS$ 15 juta menjadi AS$ 12 juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar
Amerika Serikat, dan diperpanjang sampai dengan 31 Maret 2010. Pada tanggal 7 Juli 2010,
perjanjian atas fasilitas tersebut telah diubah mengenai penurunan fasilitas kredit menjadi AS$ 5
juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dengan tingkat bunga yang ditentukan oleh
Bank.
Pada tanggal 16 Juli 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
Rp 125 milyar (tersedia dalam Rupiah atau Dolar Amerika Serikat), dengan tingkat suku bunga yang
akan ditentukan oleh Bank selambat-lambatnya dua hari sebelum penarikan dan jatuh tempo pada
tanggal 16 Juli 2012. Tingkat suku bunga mengambang per tahun ditentukan sebesar 2,9% di atas
tingkat suku bunga dasar SBI. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 9,27% - 9,53%.
Pada tanggal 7 Juli 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
Rp 100 milyar (tersedia dalam Rupiah atau Dolar Amerika Serikat) dengan tingkat suku bunga yang
akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 3 tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian.
Tingkat suku bunga mengambang per tahun ditentukan sebesar 2,5% di atas tingkat suku bunga
dasar AS$ LIBOR. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 2,75% - 2,80%.
334
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Tingkat suku bunga mengambang dalam Dolar Amerika Serikat ditukar ke tingkat suku bunga tetap
dalam Rupiah untuk mengatasi risiko nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga, sementara
pinjaman Bank dalam mata uang Rupiah dengan tingkat suku bunga mengambang dilindungi
dengan kontrak Interest-Rate-Swap (IRS) untuk mengatasi risiko tingkat suku bunga (Catatan 55).
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian utang pada Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
PT Bank Resona Perdania
ANJF
Pada tanggal 28 Januari 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Resona
Perdania (Bank) sebesar Rp 75 milyar, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun dan
jatuh tempo pada tanggal 25 Januari 2014. Perjanjian ini beberapa kali mengalami perubahan,
terakhir pada tanggal 24 September 2010 mengenai perubahan pagu kredit menjadi
Rp 64.062.500.000. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11,01% 11,66%.
Pada tanggal 7 Mei 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
Rp 17 milyar, dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada
tanggal 7 Mei 2014. Perjanjian ini beberapa kali mengalami perubahan, terakhir pada tanggal
14 Pebruari 2011, mengenai perubahan pagu kredit menjadi Rp 15.937.499.000. Pada tahun 2010,
tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11,01% - 11,66%.
Pada tanggal 24 September 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
AS$ 1 juta, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun dan jatuh tempo pada tanggal
3 Desember 2012. Pada tanggal 14 Pebruari 2011, perjanjian ini mengalami perubahan mengenai
pagu kredit menjadi AS$ 958.333. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara
3,84% - 3,90%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
ANJR
Pada tanggal 8 Januari 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar
Rp 52.977.000.000 dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan
oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 10 Desember 2012. Pada tahun 2010, tingkat bunga per
tahun berkisar antara 9,08% - 9,12%.
Pada tanggal 20 Maret 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar
Rp 35 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh
Bank dan jatuh tempo pada tanggal 20 Maret 2013. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun
berkisar antara 10,36% - 10,59%.
Pada tanggal 16 September 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi
sebesar Rp 15 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang
ditentukan oleh bank dan jatuh tempo pada tanggal 31 Agustus 2013. Pada tahun 2010, tingkat suku
bunga per tahun berkisar antara 10,21% - 10,38%.
Pada tanggal 19 Pebruari 2010, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving sebesar Rp 17,5 milyar
dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh Bank dan jatuh
tempo pada tanggal 19 Pebruari 2014. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar
antara 10,20% - 10,33%.
335
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pada tanggal 28 Juli 2010, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar
Rp 15 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh
Bank dan jatuh tempo pada tanggal 28 Juli 2014. Pada tahun 2010 tingkat suku bunga per tahun
berkisar antara 10,20% - 10,38%.
Pinjaman pada Bank dijamin dengan kendaraan bermotor ANJR (Catatan 22) sebesar persentase
tertentu dari saldo utang bank. Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang
wajib dipenuhi oleh ANJR.
Pada tanggal 18 Mei 2011 dan 28 Juli 2011, ANJR telah melunasi seluruh pinjaman dari Bank.
PT Bank Permata Tbk
ANJR
Pada tanggal 13 Maret 2009, ANJR memperoleh pinjaman fasilitas untuk financing atau refinancing
pembelian kendaraan baru atau bekas sebesar Rp 50 milyar dari PT Bank Permata Tbk (Bank),
dengan tingkat suku bunga mengambang yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 60 bulan dari
tanggal fasilitas. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11% - 12%.
Pada tanggal 17 Maret 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas untuk financing atau refinancing
pembelian kendaraan baru atau bekas sebesar Rp 50 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga
mengambang yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 48 bulan dari tanggal fasilitas. Pada tahun
2010, tingkat suku bunga pinjaman adalah 10%.
Sehubungan dengan pinjaman di atas, ANJR diharuskan untuk membuka rekening escrow pada
Bank. Pada tanggal 31 Desember 2010, saldo rekening jaminan di Bank berjumlah Rp 421.643.746.
Pinjaman pada Bank dijamin dengan kendaraaan bermotor ANJR yang dibiayai oleh Bank dan
tagihan ANJR hingga 20% dari pagu kredit (Catatan 11 dan 22). Perjanjian pinjaman Bank memuat
batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR.
ANJF
Pada tanggal 20 April 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar
Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap indikatif dan jangka waktu 36 bulan sejak penarikan
pertama. Pada bulan Mei 2010, ANJF melunasi pinjaman ini. Pada tanggal 30 Juni 2010, ANJF
memperoleh tambahan fasilitas modal kerja sebesar Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap
11,75% per tahun, jatuh tempo pinjaman maksimum 42 bulan sejak tanggal perjanjian. Pada tahun
2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 14% - 14,50%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 100% saldo utang bank (Catatan 9 dan
10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
PT Bank Pan Indonesia Tbk
Pada tanggal 24 Juni 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Pan
Indonesia Tbk (Bank) sebesar Rp 200 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 13% per tahun, jatuh
tempo selambat-lambatnya 25 bulan sejak tanggal fasilitas. Pada tanggal 24 Juni 2011, ANJF telah
melunasi seluruh utang ini.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
336
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
PT Bank Commonwealth
Pada tanggal 10 Desember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja
non-revolving dari PT Bank Commonwealth (Bank) sebesar Rp 50 milyar, dengan tingkat suku
bunga tetap 11% per tahun untuk jangka waktu pinjaman selama 36 bulan dari setiap tanggal
penarikan.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10).
Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk – Cabang Singapura
Pada tanggal 12 Nopember 2010 dan 21 Juli 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja
dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk – Cabang Singapura (Bank) masing-masing sebesar AS$ 2 juta
dan AS$ 3 juta, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun berdasarkan AS$ SIBOR + 3%
dan jatuh tempo 36 bulan sejak tanggal penarikan terakhir. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga
berkisar antara 3,26% - 3,27%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9
dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh
ANJF.
PT Bank DBS Indonesia
Pada tahun 2006, ANJF memperoleh fasilitas kredit revolving modal kerja dari PT Bank DBS
Indonesia (Bank) sebesar Rp 150 milyar, dengan tingkat suku bunga per tahun sebesar 2,63% di
atas biaya dana Bank. Pada tanggal 7 Agustus 2009, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan
tanggal 22 Juni 2012. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 9% - 11,95%.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 110% saldo utang bank (Catatan 9 dan
10). Perjanjian pinjaman pada Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh
ANJF.
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
Pada tanggal 12 Nopember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Bank) sebesar Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap
11,50% per tahun untuk 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 15 Pebruari 2014.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 100% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10)
dan deposito berjangka sebesar satu kali pembayaran angsuran pokok dan bunga (Catatan 17).
Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF.
Utang sindikasi yang dikoordinasi oleh DBS Bank Ltd.
Pada tanggal 27 Maret 2007, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Sindikasi
sebesar AS$ 48 juta untuk jangka waktu 3 tahun yang dikoordinasi oleh DBS Bank Ltd., Singapura
dengan peserta sindikasi sebagai berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank Pan Indonesia Tbk
PT ANZ Panin Bank
Natixis – Cabang Singapura
PT Bank Resona Perdania
Asean Finance Corporation Ltd. Cabang Singapura
337
: AS$ 15 Juta
: AS$ 10 Juta
: AS$ 10 Juta
: AS$ 5 Juta
: AS$ 5 Juta
: AS$ 3 Juta
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pada tanggal 2 Agustus 2007, PT Bank DBS Indonesia mengalihkan fasilitas sebesar US$ 3 juta
kepada PT Bank Permata Tbk, sehingga pada tanggal 31 Desember 2007 komposisi peserta
sindikasi sebagai berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank Pan Indonesia Tbk.
PT ANZ Panin Bank
Natixis – Cabang Singapura
PT Bank Resona Perdania
Asean Finance Corporation Ltd. Cabang Singapura
PT Bank Permata Tbk
: AS$ 12 Juta
: AS$ 10 Juta
: AS$ 10 Juta
: AS$ 5 Juta
: AS$ 5 Juta
: AS$ 3 Juta
: AS$ 3 Juta
Tingkat bunga mengambang didasarkan pada AS$ SIBOR ditambah marjin. Tingkat bunga
mengambang atas pinjaman Dolar Amerika Serikat ditukar ke tingkat bunga tetap dalam Rupiah
untuk mengatasi risiko nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga.
Fasilitas pinjaman sindikasi berakhir tanggal 29 Maret 2010.
Pinjaman ini dijamin dengan piutang perusahaan sebesar persentase tertentu dari saldo hutang
bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib
dipenuhi ANJF.
35. UTANG SEWA PEMBIAYAAN
SMM
SMM mengadakan perjanjian jual dan sewa balik atas bangunan, mesin dan peralatan dengan
PT Mitra Pinasthika Mustika Finance pada tanggal 7 Desember 2012. Berdasarkan evaluasi
terhadap persyaratan dan kondisi dalam perjanjian ini, SMM menentukan bahwa transaksi sewa ini
memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Hasil penjualan sebesar AS$ 4.000.000 yang merupakan nilai
wajar aset telah diterima pada tanggal 7 Desember 2012. Selisih antara hasil penjualan dan nilai
buku aset sebesar AS$ 3.350.288 dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan (Catatan 36).
Ringkasan persyaratan dan ketentuan transaksi jual dan sewa balik diatas adalah sebagai berikut:


Pembiayaan bersih
Suku bunga
:
:




Jangka waktu
Cicilan
Beban pencadangan
Asuransi
:
:
:
:
AS$ 2.200.000
9,5% per tahun, suku bunga mengambang (setiap 6 bulan) di
akhir
30 bulan
AS$ 1.557.418 (pembayaran 1), AS$ 25.561 (bulan 2 - 30)
AS$ 11.000 (0,5% dari pembayaran bersih)
Ditanggung penyewa
ANJR
Pada tanggal 15 September 2009, ANJR dan PT Resona Indonesia Finance mengadakan perjanjian
sewa pembiayaan untuk pembelian beberapa unit kendaraan bermotor. Jangka waktu sewa adalah
4 tahun dengan tingkat suku bunga tertentu per tahun.
Pada tanggal 6 Januari 2009, ANJR, PT Dipo Star Finance (DSF) dan PT Autosale Lancar Mandiri
(ASLM) mengadakan Perjanjian Pengalihan Hak dan Liabilitas. Berdasarkan perjanjian ini, ASLM
mengalihkan hak dan liabilitasnya atas DSF kepada ANJR dengan persetujuan DSF. ANJR
mengambil alih kewajiban ASLM untuk membayar cicilan bulanan sebesar Rp 891.114.579 sampai
dengan masa berakhirnya kontrak. Dan sebaliknya, ASLM mengalihkan haknya atas aset
pembiayaan, termasuk hak untuk menerima Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) saat
berakhirnya periode sewa pembiayaan.
338
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Semua utang sewa pembiayaan didenominasi dalam Rupiah yang dibayar setiap bulan sebesar
jumlah tetap. Utang sewa pembiayaan ini dijamin dengan aset sewa pembiayaan yang
bersangkutan.
Pada tanggal 28 Maret 2011, ANJR telah melunasi seluruh utang sewa pembiayaan dari DSF.
ANJHC
ANJHC melakukan perjanjian pembelian persediaan peralatan medis dengan PT Mensa Bina
Sukses (lessor) untuk jangka waktu bervariasi dari 20 sampai 60 bulan. Perjanjian ini diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan karena secara subtansi seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset
beralih ke ANJHC. Lessor akan menjamin dan menyediakan jasa purna jual dan penyewa harus
mengasuransikan aset yang bersangkutan.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2010), pada tahun 2011, utang sewa pembiayaan
sejumlah AS$ 316.182 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
Pembayaran minimum sewa berdasarkan perjanjian sewa adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jatuh tempo
Pembayaran yang jatuh tempo
tahun:
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah pembayaran minimum sewa
Bunga
Nilai kini pembayaran minimum
sewa
Bagian yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun
Utang sewa pembiayaan jangka
panjang - bersih
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
1.838.589
306.732
153.366
2.298.687
(98.687)
-
671.950
406.826
1.078.776
(136.253)
1.224.413
505.188
319.857
2.049.458
(237.816)
2.200.000
-
942.523
1.811.642
(1.772.756)
-
(503.003)
(1.086.492)
-
439.520
725.150
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
427.244
b. Berdasarkan lessor:
31 Desember
2012
AS$
PT Mitra Pinasthika Mustika Finance
PT Dipo Star Finance
PT Resona Indonesia Finance
PT Mensa Bina Sukses
Jumlah
2.200.000
2.200.000
339
31 Desember
2011
AS$
-
72.765
698.867
170.891
942.523
821.205
990.437
-
1.811.642
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
36. PENDAPATAN DITANGGUHKAN
Pendapatan ditangguhkan merupakan pendapatan sewa yang diterima oleh ANJR pada tahun 2011,
2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi
2010), pada tahun 2011, pendapatan sewa ditangguhkan sejumlah AS$ 1.117.631 direklasifikasi
sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
Pada tahun 2012, pendapatan ditangguhkan merupakan selisih antara hasil penjualan dan nilai buku
aset atas transaksi jual dan sewa kembali oleh SMM (Catatan 35) sebesar AS$ 3.350.288 yang
disajikan sebagai bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar AS$ 1.340.115 dan bagian
jangka panjang sebesar AS$ 2.010.173.
37. OBLIGASI KONVERSI
Akun ini merupakan obligasi yang diterbitkan ANJR kepada pihak ketiga, dengan rincian sebagai
berikut:
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
-
-
7.322.500
-
-
-
3.137.971
-
-
-
2.033.867
12.494.338
-
Josh Ridge Limited BVI, AS$ 7.322.500
- sebesar nilai nominal
Wigandia Pte., Ltd, Rp 28.213.500.000
- sebesar nilai nominal
Ariadne Global Pte. Ltd, Rp 18.286.500.000
- sebesar nilai nominal
Jumlah
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
Pada tanggal 1 Desember 2010, ANJR menerbitkan obligasi wajib konversi kepada Josh Ridge
Limited BVI, Wigandia Pte. Ltd., dan Ariadne Global Pte. Ltd., dengan nilai nominal masing-masing
sebesar AS$ 7.322.500, Rp 28.213.500.000 dan Rp 18.286.500.000. Obligasi tersebut akan berakhir
pada saat pendaftaran saham ANJR di Bursa Efek Indonesia atau pada saat jatuh tempo
31 Desember 2014, mana yang lebih dahulu terjadi. Pada saat ANJR terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, obligasi wajib dikonversi menjadi saham ANJR maksimum masing-masing sejumlah
67.660 saham, 28.213 saham dan 18.286 saham untuk Josh Ridge Limited BVI, Wigandia Pte. Ltd.
dan Ariadne Global Pte. Ltd. sesuai dengan syarat dan ketentuan yang dicantumkan dalam
perjanjian.
Jika ANJR tidak mencatatkan sahamnya sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, pemegang
obligasi dapat melaksanakan opsi jual atau penerbit dapat melakukan opsi beli atas obligasi pada
nilai tercatat. Obligasi dalam Dolar Amerika Serikat memiliki tingkat suku bunga 3,25% per tahun dan
obligasi dalam Rupiah memiliki tingkat suku bunga 10,5% per tahun, dibayarkan setiap kuartal mulai
90 hari setelah tanggal terbit sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Tidak ada biaya penerbitan, obligasi dikeluarkan sebesar nominal.
Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2010), pada akhir tahun 2011, obligasi konversi
sejumlah AS$ 12.450.422 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual (Catatan 27).
38. KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA
Grup menyediakan imbalan pasca kerja kepada karyawan yang berhak sesuai dengan Undang
Undang Tenaga Kerja No. 13/2003. Jumlah karyawan yang berhak terhadap imbalan tersebut
masing-masing adalah 4.880, 6.066 dan 5.237 pada tahun 2012, 2011 dan 2010.
340
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Jumlah yang dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian terkait dengan imbalan
pasca kerja ini adalah sebagai berikut:
Biaya jasa kini
Biaya bunga
Biaya jasa lalu
Amortisasi biaya jasa lalu
Laba penyelesaian kewajiban
Kelebihan pembayaran periode berjalan
Penyesuaian langsung untuk karyawan
tetap baru
Kewajiban dipindahkan ke Perusahaan Lain
Kewajiban dipindahkan dari Perusahaan Lain
Pengakuan langsung atas biaya jasa
lalu yang sudah menjadi hak karyawan
Biaya pesangon, penghentian dan
penyelesaian
Diklasifikasi sebagai beban
dari operasi dihentikan
Jumlah
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
1.940.209
624.190
(975)
12.859
(2.157.592)
10.178.035
2.185.134
889.182
1.453.148
650.856
12.073
(553.844)
352.748
465.284
-
767.622
-
(210.451)
9.979
899.964
411.111
115.090
142.845
10.340.097
-
(13.700)
(1.105.726)
2.841.264
-
74.664
(1.100.777)
2.860.567
Jumlah yang termasuk dalam laporan posisi keuangan konsolidasian yang berasal dari kewajiban
Grup terkait dengan imbalan pasca kerja tersebut adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Nilai kini kewajiban
Keuntungan (kerugian) aktuarial
Nilai wajar aset program
Diklasifikasi sebagai liabilitas terkait langsung
dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27)
Kewajiban bersih
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
9.331.520
(82.185)
(137.058)
15.299.635
(2.709.872)
(198.184)
10.744.329
(1.292.253)
-
9.112.277
(3.057.979)
9.333.600
9.452.076
341
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
5.910.197
(221.532)
-
5.688.665
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Mutasi nilai kini kewajiban manfaat pasti pada tahun berjalan adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Pada awal tahun
Biaya jasa lalu
Biaya jasa kini
Biaya bunga
Kerugian (keuntungan) aktuarial
Pembayaran manfaat
Efek penyelesaian
Liabilitas yang dialihkan ke
perusahaan lain
Liabilitas yang dialihkan dari
perusahaan lain
Liabilitas jasa lalu dari karyawan baru
Pengakuan liabilitas pajak
Perbedaan nilai tukar
Pada akhir tahun
31 Desember
2011
AS$
15.299.635
(265.446)
1.931.767
663.425
(1.054.938)
(690.710)
(2.072.226)
10.744.328
1.826.529
811.796
1.893.366
(921.542)
-
(3.890.829)
(109.100)
288.727
128.454
(1.006.339)
9.331.520
72.764
398.805
582.689
15.299.635
31 Desember
2010
AS$
1 Januari 2010/
31 Desember 2009
AS$
5.910.197
120.964
1.446.899
642.463
710.469
(336.437)
339.299
3.925.622
(51.345)
821.264
483.048
(61.472)
(124.730)
(86.053)
-
-
1.597.081
313.394
10.744.329
-
53.199
264.846
685.818
5.910.197
Mutasi liabilitas bersih yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai
berikut:
31 Desember
2012
AS$
Saldo awal tahun
Beban tahun berjalan
Pembayaran manfaat
Disajikan sebagai beban dari operasi
yang dihentikan
Nilai wajar aset program dana pensiun
Rugi aktuarial dicatat dalam pendapatan
komprehensif lainnya
Kelebihan pembayaran periode berjalan
Tunjangan cuti
Penyesuaian selisih kurs penjabaran
Diklasifikasi sebagai liabilitas
terkait langsung dengan aset
dimiliki untuk dijual (Catatan 27)
Saldo akhir tahun
31 Desember
2011
AS$
9.333.600
10.340.097
(295.821)
9.452.076
2.841.264
(580.109)
5.688.664
2.860.567
(548.524)
1.105.726
(198.184)
1.100.777
-
(229.194)
350.592
(3.057.979)
9.333.600
9.452.076
604.572
(10.178.035)
2.188
(694.324)
9.112.277
31 Desember
2010
AS$
Penyesuaian yang terjadi pada masa lalu adalah sebagai berikut:
Nilai kini kewajiban
Penyesuaian pengalaman kewajiban
program
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
31 Desember
2009
AS$
31 Desember
2008
AS$
9.331.520
15.299.635
10.744.329
5.910.197
3.925.622
(1.418.364)
1.066.827
1.011.721
(10.074)
(249.199)
342
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT Lanjutan
Biaya imbalan pasca kerja ini dihitung setiap tahun oleh aktuaris independen, PT Dayamandiri
Dharmakonsilindo dalam laporan masing-masing tertanggal 23 Januari 2013, 14 Pebruari 2012 dan
7 Januari 2011 untuk 31 Desember 2012, 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010. Penilaian
aktuarial dilakukan menggunakan asumsi utama sebagai berikut:
1 Januari 2010 /
31 Desember 2012
Tingkat kematian
31 Desember 2011
31 Desember 2010
31 Desember 2009
CSO - 1980 dan Tabel
CSO - 1980 dan Tabel
CSO - 1980 dan Tabel
CSO - 1980 dan Tabel
Mortalitas Indonesia 1999
Mortalitas Indonesia 1999
Mortalitas Indonesia 1999
Mortalitas Indonesia 1999
Umur pensiun normal
56 - 60 tahun
56 - 60 tahun
56 - 60 tahun
56 - 60 tahun
Tingkat kenaikan gaji per tahun
8,00% - 15,00%
8,00% - 15,00%
9,00% - 15,00%
9,00% - 15,00%
Tingkat diskonto per tahun
6,30% - 8,90%
6,30% - 8,90%
7,75% - 8,90%
9% - 10,75%
39. MODAL SAHAM
Susunan pemegang saham Perusahaan adalah sebagai berikut:
2012
Nama pemegang saham
PT Memimpin Dengan Nurani
PT Austindo Kencana Jaya
Tn. George Santosa Tahija
Tn. Sjakon George Tahija
Yayasan Tahija
Jumlah
Jumlah
saham
1.343.804.685
1.343.804.685
156.242.000
156.147.130
1.500
3.000.000.000
Persentase
kepemilikan
44,7935%
44,7935%
5,2081%
5,2049%
0,0001%
100,0000%
Jumlah modal saham disetor
Rp
Setara dengan AS$
134.380.468.500
134.380.468.500
15.624.200.000
15.614.713.000
150.000
300.000.000.000
14.037.446
14.037.446
7.544.278
7.539.697
73
43.158.940
Berdasarkan Akta No. 09, notaris Mala Mukti, S.H. tanggal 6 September 2012, para pemegang
saham menyetujui untuk:
Meningkatkan modal dasar perseroan dari Rp 50.000.000.000 menjadi Rp 1.200.000.000.000
Meningkatkan modal disetor dan ditempatkan dari Rp 31.239.063.000 menjadi
Rp 300.000.000.000
Melakukan pemecahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per lembar saham menjadi Rp 100 per
lembar saham, sehingga jumlah lembar saham yang dikeluarkan perusahaan adalah
3.000.000.000 saham.
Mengeluarkan 2.687.609.370 saham baru dengan nilai nominal Rp 268.760.937.000 yang akan
diambil bagian oleh :
- PT Memimpin Dengan Nurani sebanyak 1.343.804.685 saham senilai Rp 134.380.468.500
dan
- PT Austindo Kencana Jaya sebanyak 1.343.804.685 saham senilai Rp 134.380.468.500
Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan
No. AHU-48475.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 12 September 2012.
Nama pemegang saham
Tn. George Santosa Tahija
Tn. Sjakon George Tahija
Yayasan Tahija
Jumlah
31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009
Jumlah
Persentase
Jumlah modal saham disetor
saham
kepemilikan
Rp
Setara dengan AS$
15.624.200
15.614.713
150
31.239.063
343
50,0140%
49,9846%
0,0005%
100,0000%
15.624.200.000
15.614.713.000
150.000
31.239.063.000
7.544.278
7.539.697
73
15.084.048
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Perubahan jumlah saham beredar sejak 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2012 adalah sebagai
berikut :
Jumlah
Jumlah Modal
saham
Disetor
AS$
Saldo 1 Januari 2010, 31 Desember 2010 dan 2011
31.239.063
31.239.063.000
Pemecahan saham
Penempatan saham baru
312.390.630
2.687.609.370
31.239.063.000
268.760.937.000
Saldo 31 Desember 2012
3.000.000.000
300.000.000.000
40. SELISIH NILAI TRANSAKSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI
Akun ini terdiri dari selisih antara harga pengalihan dan nilai buku entitas yang dijual dalam transaksi
restrukturisasi antara entitas sepengendali. Pihak-pihak sepengendali yang melakukan transaksi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Pemegang saham PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang adalah PT Austindo Kencana
Jaya, yang juga merupakan pemegang saham Perusahaan.
 PT Memimpin Dengan Nurani merupakan pemegang saham Perusahaan.
 Tn. George Santosa Tahija merupakan pemegang saham PT Memimpin Dengan Nurani dan juga
pemegang saham Perusahaan.
 Tn. Sjakon George Tahija merupakan pemegang saham PT Austindo Kencana Jaya dan juga
pemegang saham Perusahaan.
Rincian saldo selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali adalah sebagai berikut:
31 Desember
2012
AS$
Penjualan investasi saham ANJHC (entitas anak)
Penjualan investasi saham BKM
Penjualan properti investasi
Penjualan aset tetap
Penjualan aset lain-lain
Jumlah
8.024.263
1.490.208
32.592
3.569.959
(112.689)
13.004.333
Penjualan investasi saham ANJHC (entitas anak)
Pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan melakukan pengalihan 165.837.499 atau 99.99% kepemilikan
saham ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai
AS$ 20.000.000. Selisih antara harga pengalihan dan nilai buku sebesar AS$ 8.024.263 dicatat
sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
344
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Penjualan investasi saham BKM
Pada tanggal 23 Juli 2012, Perusahaan melakukan pengalihan 27.750 saham BKM kepada
PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai AS$ 2.630.886. Selisih antara harga
pengalihan dan nilai buku sebesar AS$ 1.490.208 dicatat sebagai selisih nilai transaksi
restrukturisasi entitas sepengendali.
Penjualan properti investasi
Pada tanggal 14 Agustus 2012, Perusahaan melakukan penjualan investasi tanah dan bangunan
kepada PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya, dengan nilai AS$ 2.606.165.
Selisih antara harga penjualan dan nilai buku sebesar AS$ 994.316 dicatat sebagai selisih nilai
transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Pada tanggal 5 September 2012, Perusahaan melakukan penjualan investasi tanah kepada
PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai bersih AS$ 4.324.371. Selisih antara
harga penjualan dan nilai buku sebesar (AS$ 961.724) dicatat sebagai selisih nilai transaksi
restrukturisasi entitas sepengendali.
Penjualan aset tetap
Pada tanggal 6 Desember 2012, Perusahaan menjual bangunan hak strata beserta peralatan
perabot kantor ke PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya dengan jumlah
harga penjualan bersih senilai AS$ 2.970.834. Selisih antara harga jual dengan nilai buku sebesar
AS$ 2.392.599 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Pada tanggal 16 Mei 2012, GMIT menjual tanah dan bangunan yang berlokasi di Jember kepada
entitas sepengendali, PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya. Selisih antara
nilai tercatat tanah dan bangunan tersebut sebesar AS$ 1.177.360 dicatat sebagai selisih nilai
transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Penjualan aset lain-lain
Pada tanggal 29 Juni 2012, Perusahaan menjual aset lain-lain kepada Tn. Sjakon George Tahija
dengan nilai bersih sebesar AS$ 42.440. Selisih antara harga penjualan dan nilai buku sebesar
(AS $ 112.689) dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
41. SELISIH NILAI AKIBAT PERUBAHAN EKUITAS ENTITAS ANAK DAN ENTITAS ASOSIASI
Perubahan ekuitas akibat akuisisi
bertahap ANJA
Perubahan ekuitas akibat pengukuran
kembali mata uang fungsional SMM
Perubahan ekuitas ANJR
Perubahan ekuitas ANJA dari konversi
opsi saham dan pembelian saham
non-pengendali
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
29.217.031
29.217.031
29.217.031
29.217.031
1.860.354
-
1.860.354
441.301
1.860.354
350.349
1.860.354
-
(469.794)
30.607.591
867.640
32.386.326
31.427.734
31.077.385
345
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
42. KEPENTINGAN NON-PENGENDALI
PT Lestari Sagu Papua
PT Austindo Aufwind New Energy
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
PT Gading Mas Indonesian Tobacco
Incorporated
PT Prima Mitra Nusatama
PT Austindo Nusantara Jaya Finance
PT Austindo Nusantara Jaya
Healthcare
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
Lain-lain
Jumlah
31 Desember
2012
AS$
31 Desember
2011
AS$
31 Desember
2010
AS$
673.949
23.175
9.753
696.632
197.779
972.829
230.470
338.355
49
2.214.489
5.435.446
2.179.489
2.307.355
4.706.595
1.806.119
2.249.691
2.874.384
5.666.603
116.559
4.811
274
11.818.308
104.867
148.816
213
9.642.790
93.772
363.857
377
11.612.926
2011
AS$
2010
AS$
-
234
707.160
43. PENDAPATAN DARI PENJUALAN
2012
AS$
Minyak kelapa sawit
Tembakau
Jumlah
154.585.695
5.294.880
159.880.575
1 Januari 2010 /
31 Desember 2009
AS$
154.349.258
3.811.016
158.160.274
-
206.193
158.049
115.230.662
5.366.625
120.597.287
Rincian pelanggan dengan jumlah penjualan yang melebihi 10% dari jumlah penjualan adalah
sebagai berikut:
Nama
Jumlah
AS$
2012
Persentase
penjualan bersih
konsolidasian
%
Jumlah
AS$
2011
Persentase
penjualan bersih
konsolidasian
%
Jumlah
AS$
2010
Persentase
penjualan bersih
konsolidasian
%
PT Wilmar Nabati Indonesia
PT Musim Mas
PT Louis Dreyfus Commodities
PT Pacific Indopalm Industries
PT Sari Dumai Sejati
PT Multimas Nabati Asahan
25.658.798
23.063.907
19.369.420
14.023.150
11.689.873
3.021.243
16
14
12
10
7
2
50.298.387
17.504.083
5.244.000
15.290.565
28.842.622
11.866.921
32
11
3
10
18
8
36.596.548
13.120.164
21.149.136
10.439.313
12.373.280
30
11
18
9
10
Jumlah
96.826.391
61
129.046.578
82
93.678.441
78
44. BAGIAN LABA BERSIH ENTITAS ASOSIASI
PT Pangkatan Indonesia
PT Bilah Plantindo
PT Simpang Kiri Plantation Indonesia
Jumlah
346
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
2.080.246
983.390
797.804
3.861.440
2.337.363
1.312.822
970.679
4.620.864
1.584.617
1.035.019
674.957
3.294.593
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
45. PENDAPATAN DIVIDEN
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
Investasi dalam saham
Dana pasar uang
7.808.466
116.443
9.955.462
18.670
5.560.465
35.310
Jumlah
7.924.909
9.974.132
5.595.775
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
1.831.286
159.372
1.990.658
1.049.026
56.151
1.105.177
2012
AS$
2011
AS$
100.286
34.091
3.283.468
3.417.845
107.896
13.295
5.000.000
86.000
256.143
5.463.334
46. PENDAPATAN BUNGA
Deposito berjangka dan rekening bank
Lain-lain
Jumlah
533.168
4.945
538.113
47. PENDAPATAN LAIN-LAIN
Sewa
Laba penjualan aset tetap
Laba penjualan investasi lain-lain
Keuntungan likuidasi entitas anak
Lain-lain
Jumlah
2010
AS$
-
89.529
1.782
76.575
876.744
1.044.630
48. BEBAN POKOK PENJUALAN
2012
AS$
Minyak kelapa sawit
(Catatan 21 dan 22)
Tembakau
Jumlah
81.729.496
4.007.476
85.736.972
347
2011
AS$
77.812.678
3.076.259
80.888.937
2010
AS$
57.822.636
4.547.421
62.370.057
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Biaya Tandan Buah Segar (TBS)
Biaya panen
Biaya perawatan tanaman menghasilkan
Biaya tidak langsung termasuk penyusutan
aset tetap
Penyusutan tanaman menghasilkan
Pembelian TBS
2012
AS$
2011
AS$
2010
AS$
10.787.536
23.819.277
7.974.885
19.486.956
6.341.955
18.149.242
14.702.369
8.714.006
15.929.591
13.181.844
8.229.826
23.899.059
9.478.442
8.316.663
12.090.456
73.952.779
72.772.570
54.376.758
7.245.150
81.197.929
6.390.666
79.163.236
5.059.758
59.436.516
Biaya Tembakau
Pembelian tembakau
Biaya pengolahan tembakau
Jumlah biaya produksi tembakau
4.687.294
1.067.701
5.754.995
4.913.105
646.360
5.559.465
2.529.548
605.270
3.134.818
Barang Jadi :
Saldo awal tahun
Minyak kelapa sawit
Tembakau
5.361.245
6.233.793
4.010.687
4.240.559
2.396.807
5.728.945
(4.829.678)
(7.931.089)
(5.361.245)
(6.647.637)
(4.010.687)
(4.276.876)
(50.223)
(76.128)
(39.466)
Jumlah biaya TBS
Biaya pengolahan, termasuk penyusutan
aset tetap
Jumlah biaya produksi minyak kelapa sawit
Saldo akhir tahun
Minyak kelapa sawit
Tembakau
Penyesuaian kurs penjabaran persediaan
tembakau
Jumlah beban pokok penjualan
85.736.972
80.888.937
62.370.057
Rincian pemasok dengan jumlah pembelian melebihi 10% dari jumlah pembelian bersih
konsolidasian tandan buah segar (TBS) dan pupuk adalah sebagai berikut:
Nama
PT Pupuk Hikay
PT Sentana Adidaya Pratama
Abdul Somat Pulungan
Sulkan Arifin
Jumlah
Jumlah
AS$
2012
Persentase
pembelian bersih
konsolidasian
%
Jumlah
AS$
2011
Persentase
pembelian bersih
konsolidasian
%
Jumlah
AS$
2010
Persentase
pembelian bersih
konsolidasian
%
7.428.958
6.147.828
6.073.409
1.079.066
18
15
15
3
6.302.417
6.119.875
6.433.984
5.523.084
14
14
15
13
13.143.461
1.126.977
5.554.597
40
4
17
20.729.261
51
24.379.360
56
19.825.035
61
49. BEBAN KARYAWAN
Akun ini merupakan beban gaji, tunjangan, bonus dan imbalan pasca kerja untuk karyawan
(Catatan 38).
348
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
50. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
2012
AS$
Jasa profesional
Perjalanan dinas dan transportasi
Sumbangan
Penyusutan (Catatan 22)
Beban kantor
Asuransi
Perbaikan dan pemeliharaan
Komunikasi dan listrik
Pelatihan, seminar dan rapat
Biaya keanggotaan dan langganan
Jamuan
Sewa kantor
Jasa kustodial dan biaya bank
Beban piutang ragu-ragu
Amortisasi goodwill (Catatan 24)
Kompensasi berbasis saham (Catatan 57j)
Lain-lain
Jumlah
4.629.281
4.090.056
1.538.826
996.826
536.415
509.766
390.376
292.820
228.969
86.298
61.440
49.034
13.268
3.577
1.451.511
14.878.463
2011
AS$
2010
AS$
1.784.546
3.186.855
1.238.387
423.756
373.133
421.317
385.483
97.585
307.337
109.059
9.026
25.700
7.760
9.978
1.137.067
9.516.989
1.241.660
2.749.492
1.682.822
1.534.445
258.339
78.671
255.099
171.364
141.495
79.211
85.486
302.117
11.690
840
360.591
135.222
698.580
9.787.124
2011
AS$
2010
AS$
51. PAJAK PENGHASILAN
Beban pajak Grup adalah sebagai berikut:
2012
AS$
Operasi yang dilanjutkan:
Pajak kini
Pajak tangguhan
Jumlah beban pajak
17.743.889
(438.334)
17.305.555
Operasi yang dihentikan:
Pajak kini
Pajak tangguhan
Jumlah beban pajak - operasi
dihentikan (Catatan 52)
349
21.060.701
5.526.969
26.587.670
15.830.406
(1.037.275)
14.793.131
23.151.260
(4.762.152)
4.749.968
(507.131)
3.860.336
186.534
18.389.108
4.242.837
4.046.870
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pajak kini
Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan
laba kena pajak adalah sebagai berikut:
2012
AS$
Laba sebelum pajak menurut laporan
laba rugi komprehensif konsolidasian
Operasi yang dilanjutkan
Operasi yang dihentikan
Laba sebelum pajak entitas anak
Laba (rugi) sebelum pajak Perusahaan
Penyesuaian pajak penghasilan
Laba kena pajak Perusahaan
59.262.636
75.092.131
(68.261.039)
66.093.728
9.775.698
75.869.426
2011
AS$
2010
AS$
72.340.666
14.527.297
(84.804.695)
2.063.268
5.250.480
7.313.748
39.321.499
12.118.677
(63.233.536)
(11.793.360)
15.486.296
3.692.936
2011
AS$
2010
AS$
Rincian beban pajak kini adalah sebagai berikut:
2012
AS$
Operasi yang dilanjutkan:
Perusahaan
Entitas anak:
PT Austindo Nusantara Jaya Agri dan
PT Sahabat Mewah dan Makmur
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Prima Mitra Nusatama
PT Gading Mas Tobacco Indonesia
Jumlah
(2.655.832)
1.828.437
923.234
18.847.427
1.308.963
215.975
27.356
17.743.889
17.742.140
1.095.248
394.876
21.060.701
14.429.116
478.056
15.830.406
2012
AS$
Operasi yang dihentikan:
Perusahaan
Entitas anak
PT Prima Mitra Nusatama
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
PT Asuransi Indrapura
PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare
Jumlah
21.623.189
1.528.071
23.151.260
2011
AS$
2010
AS$
-
-
4.271.899
457.916
20.153
4.749.968
3.603.524
238.854
17.958
3.860.336
Sampai dengan tanggal laporan keuangan ini, Perusahaan belum menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan untuk tahun pajak 2012. Namun demikian, taksiran laba kena
pajak Perusahaan di tahun 2012 akan dilaporkan dalam SPT tahun 2012. Untuk tahun 2011 dan
2010, jumlah laba kena pajak Perusahaan sesuai dengan jumlah yang dilaporkan pada SPT untuk
tahun pajak 2011 dan 2010.
350
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Pajak tangguhan
Pada tahun 2012, 2011 dan 2010, Perusahaan memiliki perbedaan temporer yang berasal dari
investasi jangka panjang, penyisihan atas program insentif kenaikan nilai, akrual bonus, dan
kewajiban imbalan pasca kerja. Perusahaan hanya mengakui aset pajak tangguhan jika manajemen
yakin aset tersebut dapat dikompensasikan dengan laba kena pajak pada masa yang akan datang.
Rincian aset dan liabilitas pajak tangguhan Grup adalah sebagai berikut:
Aset pajak tangguhan
Perusahaan
PT Gading Mas Indonesian
Tobacco Incorporated
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
PT Austindo Nusantara Jaya Agri Papua
PT Austindo Aufwind New Energy
Jumlah
Liabilitas pajak tangguhan
Perusahaan
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Surya Makmur
PT Aceh Timur Indonesia
PT Prima Mitra Nusatama
Jumlah
1 Januari
2012
AS$
Restrukturisasi
Entitas anak
AS$
1.414.692
-
130.178
4.089.559
5.634.429
Dikreditkan
(dibebankan)
ke laba rugi
AS$
Dikreditkan
ke pendapatan
komprehensif
lainnya
AS$
(1.405.124)
21.094
(17.951)
1.408.901
660.869
(209)
646.486
73.923
(91.892)
18.757
68
21.950
(9.713)
(25.652)
(70)
(35.435)
176.437
4.555.367
1.503.992
972
6.267.430
4.238.740
226.322
(242.024)
(192.450)
523.412
4.554.000
-
18.702
18.702
(983.600)
(1.127.346)
(856.086)
(2.967.032)
(851.201)
850.018
1.183
-
(4.238.740)
(1.282.661)
(885.322)
(663.636)
(542.116)
(7.612.475)
-
Bersih
Aset pajak tangguhan
Perusahaan
PT Asuransi Indrapura
PT Gading Mas Indonesian
Tobacco Incorporated
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
PT Austindo Nusantara Jaya Finance
Jumlah
Liabilitas pajak tangguhan
Perusahaan
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Optik Klinik Mata Nusantara
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
PT Surya Makmur
PT Aceh Timur Indonesia
PT Prima Mitra Nusatama
Jumlah
5.200.486
1 Januari
2011
AS$
Dikreditkan
Dikreditkan ke pendapatan
(dibebankan) komprehensif
ke laba rugi
lainnya
AS$
AS$
360.061
494.282
121.249
3.773.596
539.129
5.288.317
(952.573)
(18.797)
(240.992)
(556.866)
(420.733)
(2.189.961)
Bersih
72.739
-
31 Desember
2012
AS$
30.662
94.689
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
Direklasifikasi
ke aset
dimiliki
untuk dijual
AS$
31 Desember
2011
AS$
(191.619)
(58.586)
1.246.250
-
(2.401)
(433.295)
1.414.692
-
10.274
353.821
575.687
689.577
(101.988)
1.144.262
(1.345)
(37.858)
(16.650)
(58.254)
(996.178)
(1.429.473)
130.178
4.089.559
5.634.429
5.521
(3.100)
17.143
19.564
191.095
76.242
267.337
(4.238.740)
(330.088)
(177.819)
167.850
(328.456)
(242.903)
(559.259)
(5.709.415)
(5.019.838)
351
-
72.739
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
1.144.262
(4.238.740)
(1.282.661)
(885.322)
(663.636)
(542.116)
(7.612.475)
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Aset pajak tangguhan
Perusahaan
PT Asuransi Indrapura
PT Gading Mas Indonesian
Tobacco Incorporated
PT Austindo Nusantara Jaya Agri
PT Austindo Nusantara Jaya Finance
Jumlah
Liabilitas pajak tangguhan
PT Darajat Geothermal Indonesia
PT Optik Klinik Mata Nusantara
PT Austindo Nusantara Jaya Rent
PT Surya Makmur
PT Aceh Timur Indonesia
Jumlah
1 Januari
2010
AS$
Dikreditkan
(dibebankan)
ke laporan
laba rugi
AS$
Dibebankan
ke pendapatan
komprehensif
lainnya
AS$
Penyesuaian
selisih kurs
penjabaran
AS$
31 Desember
2010
AS$
1.308.541
535.606
297.770
(64.880)
(1.246.250)
-
23.556
360.061
494.282
94.397
2.131.570
501.006
4.571.120
22.279
1.610.909
15.144
1.881.222
(1.246.250)
4.573
31.117
22.979
82.225
121.249
3.773.596
539.129
5.288.317
(485.098)
(106.643)
(46.196)
(299.397)
(253.192)
(1.190.526)
(467.475)
65.042
(203.038)
(257.469)
(167.541)
(1.030.481)
22.804
8.242
31.046
(952.573)
(18.797)
(240.992)
(556.866)
(420.733)
(2.189.961)
Bersih
850.741
(1.246.250)
Pajak tangguhan dialokasikan sebagai berikut:
2012
AS$
Dikreditkan (dibebankan) ke laporan
laba rugi - operasi yang dilanjutkan
Dikreditkan (dibebankan) ke laporan
laba rugi - operasi yang dihentikan
Jumlah
2011
AS$
438.334
(5.526.969)
4.762.152
5.200.486
507.131
(5.019.838)
2010
AS$
1.037.275
(186.534)
850.741
Beban atau manfaat pajak yang dibebankan atau dikreditkan pada pendapatan komprehensif
lainnya pada tahun 2012 merupakan perbedaan temporer dari laba (rugi) aktuarial; sedangkan pada
tahun 2011 dan 2010 merupakan perbedaan temporer dari perubahan nilai wajar atas investasi
tersedia untuk dijual.
52. LABA BERSIH DARI OPERASI YANG DIHENTIKAN
Pada tahun 2011, Perusahaan memutuskan untuk melepaskan tiga entitas anak yaitu ANJR dan
entitas anak, AI serta ANJHC dan entitas anak. Penjualan ANJR dan AI telah direalisasikan masingmasing pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Pebruari 2012 (Catatan 1c) kepada pihak ketiga. Pada
tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan telah menjual ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada
Cemerlang (entitas sepengendali), sehingga laba penjualan ANJHC ini diakui sebagai selisih nilai
transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
352
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
2012
AS$
Laba tahun berjalan dari operasi yang dihentikan
Laba bersih penjualan ANJR
Laba bersih penjualan AI
Reklasifikasi dari selisih nilai transaksi entitas
sepengendali - penjualan AI kepada ANJR
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
2011
AS$
2010
AS$
162.138
52.214.402
3.232.169
10.572.117
-
8.071.807
-
1.094.314
56.703.023
10.572.117
8.071.807
Hasil dari operasi yang dihentikan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian seperti dibawah ini:
2012
AS$
Pendapatan jasa sewa kendaraan
Pendapatan jasa pembiayaan
Keuntungan atas penjualan investasi
Laba (rugi) kurs mata uang asing
Pendapatan dividen
Pendapatan jasa kesehatan
Pendapatan underwriting
Pendapatan bunga
Pendapatan lain-lain
Beban pokok pendapatan jasa sewa
kendaraan
Beban dari pendapatan jasa kesehatan
Laba (rugi) belum direalisasi atas investasi
efek yang diperdagangkan
Beban penjualan
Beban bunga
Beban karyawan
Beban umum dan administrasi
Beban jasa konsultan terkait langsung dengan
penjualan entitas anak
Kerugian instrumen derivatif
Bagian rugi bersih entitas asosiasi
Beban lain-lain
Beban pajak terkait langsung dengan
penjualan entitas anak
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
353
2011
AS$
2010
AS$
78.032.659
(4.667)
3.584
5.882.790
936.729
156.859
89.318
42.512.225
39.091.074
46.242
30.377
12.085.408
6.277.002
1.394.059
9.011.484
29.884.906
25.511.662
165.253
317.623
9.171.925
4.480.394
1.164.832
6.903.379
(3.098.290)
(26.882.104)
(4.698.516)
(18.998.100)
(3.589.429)
(1.838.993)
(1.959.834)
(752.209)
(27.703.994)
(17.302.309)
(16.812.942)
(132.249)
(692.327)
(15.308.820)
(13.082.381)
(12.887.627)
(3.102.665)
(5.359)
(1.480.842)
(676.647)
(5.659)
(108.058)
(18.389.108)
56.703.023
(4.242.837)
10.572.117
(4.046.870)
8.071.807
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
2012
AS$
Laba diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk
Kepentingan non-pengendali
Laba bersih
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
Arus kas bersih dari aktivitas investasi
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
Arus kas bersih
2011
AS$
55.080.763
1.622.260
56.703.023
10.188.666
383.451
10.572.117
(2.057.100)
142.346.809
140.289.709
(52.112.213)
(60.764.351)
106.028.050
(6.848.514)
2010
AS$
6.894.992
1.176.815
8.071.807
(51.919.316)
(44.842.539)
101.017.044
4.255.189
53. LABA PER SAHAM
Berikut ini adalah data yang digunakan untuk perhitungan laba per saham dasar:
2012
AS$
Laba
Laba bersih yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk
Laba bersih tahun berjalan dari operasi
yang dilanjutkan
Laba bersih dari operasi yang dihentikan
2011
AS$
2010
AS$
96.299.136
55.629.472
31.446.591
41.957.081
56.703.023
45.752.996
10.572.117
24.528.368
8.071.807
1.208.260.420
312.390.630
312.390.630
0,080
0,178
0,101
0,035
0,146
0,079
0,045
0,032
0,022
Jumlah saham
Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar (setelah pemecahan saham)
Laba bersih per saham dasar
Laba bersih per saham dasar
dari operasi yang dilanjutkan
Laba per saham dasar dari operasi yang
dihentikan
Pada tahun 2012, Perusahaan melakukan pemecahan saham. Sebagai akibatnya, jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar pada tahun 2011 dan 2010 disajikan kembali pada jumlah
dimana seolah-olah pemecahan saham telah dilakukan pada tahun 2011 dan 2010.
Pada akhir periode pelaporan, Perusahaan tidak memiliki efek setara saham biasa yang berpotensi
dilutif.
54. DIVIDEN KAS
Berdasarkan Resolusi Dewan Komisaris tanggal 6 Agustus 2012, 24 September 2012 dan
10 Desember 2012, Perusahaan membagikan dividen interim pertama, kedua dan ketiga yang
berasal dari saldo laba tahun 2012 masing-masing sebesar AS$ 34.000.000, AS$ 135.000.000 dan
AS$ 30.000.000.
354
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 29 Juni 2012, pemegang saham
menyetujui pembayaran dividen final sebesar AS$ 30.000.000 yang berasal dari salo laba tahun
2011, sebagai tambahan terhadap dividen interim pertama sebesar AS$ 10.000.000, dividen interim
kedua sebesar AS$ 4.000.000 dan dividen interim ketiga sebesar AS$ 50.000.000, yang disetujui
pembagiannya dalam Keputusan Dewan Komisaris tanggal 8 Pebruari 2012, 6 Maret 2012 dan
3 April 2012 berdasarkan usulan Dewan Direksi Perusahaan, sehingga jumlah dividen yang berasal
dari saldo laba tahun 2011 adalah sebesar AS$ 94.000.000.
Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 8 Juni 2011, pemegang saham
menyetujui pembayaran dividen sebesar AS$ 5.000.000 yang berasal dari saldo laba tahun 2010,
sebagai tambahan terhadap AS$ 8.500.000 dividen interim tahun 2010.
Berdasarkan Rapat Luar Biasa Perusahaan tanggal 8 Nopember 2010, pemegang saham
menyetujui pembagian dividen interim pertama yang berasal dari saldo laba tahun 2010 sebesar
AS$ 8.500.000.
Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 10 Mei 2010, pemegang saham
menyetujui pembayaran dividen sebesar AS$ 2.250.000 yang berasal dari saldo laba tahun 2009
sebagai tambahan terhadap dividen interim sebesar AS$ 1.124.610, sehingga jumlah dividen adalah
sebesar AS$ 3.374.610.
55. INSTRUMEN DERIVATIF
a) Estimasi nilai wajar instrumen derivatif ANJF yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai
Cross-Currency-Interest-Rate-Swap (CCIRS) dan yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi
lindung nilai Interest-Rate-Swap (IRS) pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
31 Desember 2010
Jenis kontrak
Jumlah nosional
AS$
CCIRS
11.043.622
Rp
IRS
Nilai wajar (disajikan
sebagai liabilitas derivatif)
AS$
Saldo
AS$
11.043.622
(656.223)
125.000.000.000
(276.344)
Rp
125.000.000.000
Bersih
(932.567)
Rincian kontrak derivatif pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
Jenis kontrak
Bank-bank yang menjadi
lawan transaksi
Jatuh tempo
Periode
Memenuhi persyaratan
lindung nilai
CCIRS
Tidak memenuhi
persyaratan lindung nilai
IRS
ANZ Bank, Jakarta
7 Juli 2013
3 tahun
ANZ Bank, Jakarta
16 Juli 2012
3 tahun
355
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
Perubahan nilai wajar instrumen derivatif yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai
sebesar AS$ 577.612 (Rp 5.193.309.489) pada tahun 2010 dicatat sebagai bagian dari
pendapatan komprehensif lainnya.
Estimasi nilai wajar instrumen derivatif ANJF yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi
lindung nilai Interest-Rate-Swap (IRS) pada 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
1 Januari 2010 / 31 Desember 2009
Jenis kontrak
IRS
IRS
IRS
IRS
IRS
Jumlah nosional
AS$
14.250.000
14.000.000
10.000.000
6.000.000
3.750.000
48.000.000
Rp
IRS
Saldo
AS$
1.425.000
1.400.000
1.000.000
600.000
375.000
4.800.000
Rp
125.000.000.000
Nilai wajar (disajikan
sebagai aset (liabilitas)
derivatif)
AS$
42.799
24.473
19.276
13.758
13.220
113.526
AS$
125.000.000.000
Bersih
(396.501)
(282.975)
Rincian kontrak derivatif pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
Jenis kontrak
Bank-bank yang menjadi
lawan transaksi
Jatuh tempo
Periode
Tidak memenuhi
persyaratan lindung nilai
IRS
DBS Bank, Jakarta dan ANZ
Bank Jakarta
29 Maret 2010
16 Juli 2012
3 tahun
Risiko kredit terhadap pihak yang menjadi lawan transaksi dinilai rendah karena perjanjianperjanjian ini dilakukan dengan institusi kredit utama yang memiliki peringkat kredibilitas tinggi
dan diyakini dapat memenuhi seluruh kondisi yang terdapat dalam perjanjian.
b) Pada tahun 2012, 2011, dan 2010, ANJA mengadakan kontrak komoditas berjangka dengan
Morgan Stanley Capital Group Inc. dan Barclays Capital. Laba (rugi) dari kontrak komoditas
berjangka sejumlah AS$ 2.588.159, AS$ 1.759.786 dan (AS$ 905.730) masing-masing pada
tahun 2012, 2011 dan 2010, dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai
pendapatan (beban) lain-lain.
c) ANJA mengadakan kontrak forward mata uang dengan Citibank N.A., PT Bank OCBC NISP Tbk
dan PT Bank Rabobank International Indonesia untuk meminimalkan risiko pertukaran mata
uang asing. Kontrak mata uang asing mengharuskan ANJA pada masa yang akan datang, untuk
membeli dan menjual Dolar Amerika Serikat dengan Rupiah menggunakan kurs yang disetujui
pada awal kontrak.
356
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
d) Pada tanggal 1 Oktober 2010, GMIT mengadakan perjanjian fasilitas transaksi mata uang asing
dengan PT Bank Permata Tbk, dimana Bank menyetujui untuk menyediakan fasilitas transaksi
derivatif dengan nilai transaksi maksimum sebesar AS$ 1.000.000, jangka waktu maksimum 6
bulan dan jatuh tempo pada tanggal 6 Oktober 2013. Pada tanggal 31 Desember 2012, tidak
terdapat fasilitas yang digunakan.
Laba (rugi) dari kontrak derivatif di atas yang dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian sebagai pendapatan (beban) lain-lain adalah sebagai berikut:
2012
AS$
Kontrak komoditas berjangka ANJA
Perubahan nilai wajar derivatif ANJF
Beban swap ANJF
Direklasifikasi ke laba bersih dari
operasi yang dihentikan (Catatan 52)
Jumlah
2011
AS$
2010
AS$
2.588.159
-
1.759.786
(235.704)
(1.087.153)
(905.730)
147.001
(823.648)
2.588.159
1.322.857
1.759.786
676.647
(905.730)
56. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI
Sifat Hubungan Pihak Berelasi


Tn. George Santosa Tahija, Tn. Sjakon George Tahija, Yayasan Tahija, PT Memimpin Dengan
Nurani (MDN), PT Austindo Kencana Jaya (AKJ) adalah pemegang saham Perusahaan
PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang adalah entitas anak PT Austindo Kencana
Jaya
Transaksi-transaksi dengan pihak berelasi



Grup melakukan beberapa transaksi penjualan investasi dan aset lain dengan pihak berelasi
sebagaimana yang dijelaskan dalam Catatan 40.
Perusahaan mendonasikan masing-masing AS$ 1.330.209, AS$ 1.238.387 dan AS$ 1.673.777
yang merepresentasikan 1,06%, 1,10% dan 1,72% dari jumlah beban pada tahun 2012, 2011
dan 2010 untuk aktivitas tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) kepada Yayasan Tahija.
GMIT menggunakan tanah dan bangunan di Jember milik AKJ dan MDN sebagai kantor,
perumahan karyawan, pusat pelatihan dan gudangnya berdasarkan perjanjian pinjam pakai
sejak 17 Mei 2012. Perjanjian ini jatuh tempo pada 17 Mei 2014. Berdasarkan perjanjian pinjam
pakai tersebut GMIT tidak harus membayar biaya apapun kepada AKJ atau MDN, tetapi wajib
menanggung dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan, asuransi kebakaran, beban
pemeliharaan, perbaikan maupun beban listrik, air, telepon, keamanan dan semua biaya
perawatan lainnya yang berhubungan dengan tanah dan bangunan tersebut selama periode
pinjam pakai.
57. KOMITMEN DAN KONTINJENSI
a.
Grup memberikan program insentif economic value added (EVA) untuk manajemennya. Tahap
pertama dimulai sejak 1 Januari 2007, dan untuk tahap kedua dimulai sejak 1 Januari 2010
sampai dengan 31 Desember 2012, sedangkan untuk tahap ketiga belum diformalisasi oleh
Dewan Komisaris atau pemegang saham. Bonus dihitung secara tahunan berdasarkan rumus
tertentu yang ditetapkan dalam pedoman perhitungan EVA.
357
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
b.
Perusahaan menyediakan program insentif kenaikan nilai bagi manajemen senior, dalam bentuk
persentase tertentu dari kenaikan nilai Perusahaan dalam jangka waktu 4 tahun berlaku sejak
tahun 2007 - 2010. Pada tahun 2010, Perusahaan mengakui beban atas program insentif
kenaikan nilai sebesar AS$ 2.571.564. Pada tahun 2011, program dimulai kembali untuk jangka
waktu tahun 2011 - 2014. Provisi atas program insentif kenaikan nilai yang diakui Perusahaan
tahun 2011 berjumlah AS$ 1.955.857. Pembayaran atas program insentif ini masing-masing
berjumlah AS$ 4.167.421 dan AS$ 3.000.000 untuk tahun 2011 dan 2010. Perusahaan telah
mengakhiri program tersebut dan mentransfer saldo kewajibannya sebagai bagian dari terminasi
karyawan. Jumlah liabilitas yang diakui pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan
1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah masing-masing sebesar nihil, AS$ 1.900.000,
AS$ 4.111.564 dan AS$ 4.540.000.
c.
Pada tanggal 7 Desember 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian Jasa Sewa Pesawat
Terbang EJ-135 dengan PT Airfast Indonesia (Airfast) untuk penyediaan layanan penerbangan
untuk mengangkut penumpang dan/atau kargo. Perjanjian ini berlaku untuk periode minimal 5
tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan pemberitahuan tertulis 3 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa perjanjian. Besar beban sewa baru akan ditentukan kemudian saat pesawat telah
selesai diregistrasi dan memperoleh izin operasional dari otoritas berwenang Indonesia. Setelah
pesawat diterima, Perusahaan juga harus membayar uang jaminan sebesar AS$ 4.000.000 ke
Airfast sebagai jaminan pembayaran beban sewa sesuai perjanjian ini.
Berdasarkan perjanjian ini, Airfast memberikan hak opsi kepada Perusahaan untuk membeli
pesawat dari Airfast pada tanggal jatuh tempo perjanjian sewa atau pada saat pembatalan
perjanjian ini sebesar harga wajar pesawat saat itu. Hak opsi ini tersedia apabila Airfast
memutuskan untuk membeli pesawat dari pihak lessor yang menyediakan fasilitas sewa
pembiayaan bagi Airfast untuk pesawat yang bersangkutan. Pesawat terbang ini akan
digunakan untuk keperluan operasional seluruh grup, terutama pengembangan daerah sagu dan
kelapa sawit di Papua Barat.
Saat ini ANJA terikat perjanjian jasa sewa pesawat terbang Raytheon B1900D dengan Airfast
dengan besar komitmen sewa tetap AS$ 69.167 per bulan ditambah seluruh beban operasional
yang ditagihkan sesuai penggunaan pesawat.
d.
Pada tanggal 18 Desember 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian sewa dengan
PT Bumi Mulia Perkasa Development, untuk sewa ruangan kantor seluas 1.755,50 meter persegi
di Gedung Atrium Mulia. Beban sewa dan jasa sejumlah AS$ 92.164 harus dibayar setiap
kuartal. Perusahaan telah membayar uang jaminan untuk sewa dan jasa sebesar AS$ 92.164,
yang dicatat sebagai aset lain-lain tidak lancar. Sewa kantor efektif sejak 3 April 2013 untuk
masa tiga tahun dengan opsi untuk memperpanjang periode sewa untuk tiga tahun berikutnya.
Opsi ini dapat digunakan mulai 4 bulan sebelum tanggal jatuh tempo kontrak sewa dan berakhir
2 bulan sebelum tanggal jatuh tempo kontrak sewa.
e.
Pada tanggal 29 Nopember 2012, Perusahaan dan ANJA memperoleh fasilitas kredit sebesar
masing-masing sebesar AS$ 35 juta dan AS$ 10 juta dari J.P. Morgan International Bank Ltd
Cabang Brussels, dengan bunga 0,25% di atas biaya pendanaan. Jangka waktu pinjaman
adalah 3 bulan setelah penarikan pertama, dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan dari
kedua belah pihak. Fasilitas ini dijamin dengan deposito berjangka pemegang saham,
PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya di bank yang sama. Sampai
dengan tanggal 31 Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan.
f.
Pada tanggal 17 Juli 2006, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit sebesar AS$ 10 juta dari
Credit Suisse Singapore. Bunga fasilitas kredit rekening koran tersebut sebesar 0,5% per tahun
diatas tingkat suku bunga rekening koran atau biaya pendanaan, mana yang tertinggi.
358
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
g.
DGI memiliki 5% bagian hak dan kewajiban konsorsium bersama Chevron Geothermal
Indonesia (CGI) (sebelumnya Chevron Texaco Energy Indonesia Ltd) untuk mengembangkan
Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Darajat unit II dan unit-unit Darajat selanjutnya yang
dioperasikan oleh Chevron Geothermal Indonesia. Pihak-pihak ini mempunyai ikatan dengan
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, kini Pertamina Geothermal
(“PERTAMINA”) dan Perusahaan Listrik Negara (“PLN”):
i)
Kontrak Operasi Bersama - Pada tanggal 16 Nopember 1984, PERTAMINA sebagai Pihak
Pertama, Chevron Darajat Limited and Texaco Darajat Limited (bersama-sama disebut
Kontraktor) sebagai pihak kedua mengadakan Kontrak Operasi Bersama (KOB). Kontrak ini
telah diubah pada tanggal 15 Januari 1996 dan pada tanggal 7 Pebruari 2003 dan terakhir
kali diubah pada tanggal 1 Januari 2009.
Berdasarkan perjanjian, PERTAMINA
bertanggung jawab untuk mengelola operasi ladang panas bumi untuk unit yang dimiliki dan
dioperasikan oleh PLN, sedangkan operasi ladang panas bumi selanjutnya dan operasi
pembangkit tenaga listrik akan dibangun, dimiliki dan dioperasikan oleh kontraktor.
Kontraktor harus membiayai semua pengeluaran unit operasi ladang panas bumi yang
sudah ada (yang dimiliki dan dioperasikan oleh PLN), dan operasi ladang panas bumi dan
pembangkit tenaga listrik untuk unit selanjutnya dan semua unit yang dibangun berikutnya.
Kontraktor ditunjuk sebagai kontraktor eksklusif untuk semua operasi ladang panas bumi
dan pembangkit tenaga listrik di Kawasan Darajat Jawa Barat (wilayah kontrak). Kontraktor
akan menanggung semua resiko dan bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi ladang
panas bumi dan pembangkit tenaga listrik di wilayah tersebut.
Jangka waktu kontrak selama 564 bulan dimulai sejak tanggal efektif perjanjian, dengan
ketentuan jika masa produksi 360 bulan untuk setiap unit tidak mungkin tercapai dalam
periode 564 bulan setelah tanggal efektif maka jangka waktu kontrak akan diperpanjang.
Kontraktor telah membangun Darajat unit II dan III. Darajat III mulai melakukan penjualan
listriknya pada Juli 2007.
ii)
Kontrak Penjualan Energi – Kontrak Penjualan Energi (“ESC”) ditandatangani PLN sebagai
pembeli dan PERTAMINA sebagai penjual, dan Chevron Darajat Limited dan Texaco
Darajat Limited sebagai pelaksana dan bertindak sebagai kontraktor untuk PERTAMINA
dalam KOB tersebut. Kontrak ini telah diubah pada tanggal 15 Januari 1996 perubahan
selanjutnya ditandatangani pada tanggal 1 Mei 2000. Berdasarkan ESC, PLN menyetujui
untuk membeli dan membayar tenaga panas bumi dan listrik yang dihasilkan dari energi
panas bumi yang diserahkan dan / atau tersedia dari area Darajat, Jawa Barat (wilayah
kontrak), dan PERTAMINA telah setuju untuk menjual energi panas bumi dan listrik tersebut
kepada PLN berdasarkan suatu Kerjasama Operasi dengan Chevron Darajat Limited dan
Texaco Darajat Limited.
Jangka waktu perjanjian ini adalah 432 bulan, namun, baik PLN atau Chevron Texaco
Indonesia Limited dan Darajat mempunyai opsi, yang dapat dilaksanakan setiap saat selama
372 bulan pertama sejak tanggal efektif, untuk mengubah jangka waktu kontrak ini dari 432
bulan setelah tanggal efektif sampai 552 bulan setelah tanggal efektif. Selanjutnya, jika
terdapat periode produksi yang melampaui jangka waktu kontrak ini, jangka waktu kontrak
akan diperpanjang secara otomatis sampai akhir masa produksi.
Masa produksi untuk pengiriman tenaga panas bumi setidaknya 360 bulan, akan tetapi baik
PLN atau Darajat mempunyai opsi yang dapat dilaksanakan setiap saat dalam jangka waktu
300 bulan sejak tanggal efektif untuk mengubah jangka waktu produksi dari 360 bulan
menjadi 480 bulan.
359
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
h.
Pada tanggal 5 Desember 2012, ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan
Xinfeng Plantation Pte. Ltd. (Xinfeng), dimana ANJA bermaksud membeli dari Xinfeng
13.500.000 saham atau 90% kepemilikan PT Permata Putra Mandiri (PPM), suatu perusahaan
yang memiliki ijin lokasi atas 40.000 hektar tanah yang berlokasi di Kabupaten Sorong Selatan.
Harga beli termasuk (1) komponen harga beli tetap sebesar AS$ 9.402.998 ditambah 90% dari
Nilai Aset Bersih PPM pada tanggal 31 Desember 2012 yang disetujui oleh ANJA, dan (2)
komponen harga beli kontinjensi yang besarnya dihitung sesuai dengan luas tanah yang telah
dikompensasi dan akan dibayar pada saat terkumpulnya bukti telah dilakukannya kompensasi
tanah bagi pemilik ulayat sebelumnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jumlah maksimum komponen harga beli kontinjen tidak akan melebihi AS$ 2.089.555.
Pada tanggal 5 Desember 2012, Perusahaan dan ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual
beli dengan PT Pusaka Agro Sejahtera (PAS), dimana Perusahaan dan ANJA akan membeli
750.000 saham yang secara keseluruhan merepresentasikan 10% kepemilikan pada PT
Permata Putra Mandiri (PPM), suatu perusahaan yang memiliki ijin lokasi atas 40.000 hektar
tanah
di
Kabupaten
Sorong
Selatan,
dari
PAS.
Harga
beli
berjumlah
AS$ 1.044.777 ditambah 10% Nilai Aset Bersih PPM pada tanggal 31 Desember 2012 yang
disetujui oleh Perusahaan dan ANJA.
i.
Pada tanggal 5 Desember 2012, ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan
Xinyou Plantation Pte. Ltd. (Xinyou), dimana ANJA akan membeli dari Xinyou 8.100.000 saham
atau 90% kepemilikan saham PT Putera Manunggal Perkasa (PMP), suatu perusahaan yang
memiliki ijin lokasi atas 22.195 hektar tanah di Kabupaten Sorong Selatan. Harga pembelian
terdiri dari (1) komponen harga beli tetap sebesar AS$ 6.632.145 ditambah 90% dari Nilai Aset
Bersih PMP pada tanggal 31 Desember 2012, yang disetujui oleh ANJA, dan (2) komponen
harga beli kontinjensi yang besarnya dihitung sebagai berikut:

Tahap 1: Pembayaran pertama, akan dihitung sesuai dengan luas tanah yang telah
dikompensasi dan akan dibayar pada saat terkumpulnya bukti telah dilakukannya
kompensasi tanah bagi pemilik ulayat sebelumnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tahap 2: Pembayaran kedua akan dihitung sesuai dengan luas tanah atas mana telah
diterbitkan standar peta bidang tanah oleh Badan Pertanahan Nasional dan akan dibayar
pada saat tersedianya bukti peta yang bersangkutan.

Tahap 3: Pembayaran ketiga akan dihitung sesuai luas tanah dalam rapat Tim B dari
Badan Pertanahan Nasional, dan akan dibayar pada saat bukti risalah rapat diperoleh.

Tahap 4: Pembayaran keempat akan dihitung sesuai dengan luas tanah yang tercantum
dalam Keputusan Hak Guna Usaha atas tanah yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan
Nasional dan akan dibayar saat tersedianya Keputusan tersebut.

Tahap 5: Pembayaran kelima akan dihitung sesuai dengan luas tanah sesuai sertifikat Hak
Guna Usaha yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan dibayar saat
tersedianya Sertifikat Hak Guna Usaha tersebut.
Jumlah maksimum komponen harga beli kontinjen tidak akan melebihi AS$ 7.369.050.
Pada tanggal 5 Desember 2012, Perusahaan dan ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual
beli dengan PAS, dimana Perusahaan dan ANJA akan membeli dari PAS 450.000 saham yang
secara keseluruhan merepresentasikan 10% kepemilikan PMP, suatu perusahaan yang memiliki
ijin lokasi atas 22.195 hektar tanah di Kabupaten Sorong Selatan. Harga beli berjumlah
AS$ 736.905 ditambah 10% Nilai Aset Bersih PMP pada tanggal 31 Desember 2012 yang
disetujui oleh Perusahaan dan ANJA.
360
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
j.
ANJA memberikan opsi pemilikan saham kepada karyawan yang berhak. Tanggal diberikannya
opsi (grant date) adalah 1 Januari 2007 dengan harga pelaksanaan sebesar AS$ 0,4572 per
saham, bertambah secara majemuk sebesar 15% setiap tahun pada setiap tanggal ulang tahun
pemberian opsi dan berkurang (tetapi tidak di bawah nihil) berdasarkan kondisi tertentu sesuai
dengan perjanjian opsi saham. Opsi diberikan dalam 2 tahap: 57,9% menjadi hak pada tanggal
1 Januari 2010 dan 42,1% pada tanggal 1 Januari 2011. Pemegang Opsi melaksanakan opsi
dengan memberikan pemberitahuan pelaksanaan opsi yang menyatakan jumlah saham yang
telah menjadi haknya dan dapat dilaksanakan (vested) dan memilih sesuai dengan keinginannya
sendiri, cara pelaksanaan opsinya dengan membeli saham atau menerima pembayaran secara
tunai (atau kombinasi dari pembelian saham dan pembayaran tunai) dari ANJA sebesar jumlah
yang dihitung berdasarkan formula yang dinyatakan dalam perjanjian opsi. Beban kompensasi
diakui dan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian selama periode jasa diberikan dan
disajikan sebagai bagian dari beban umum dan administrasi (Catatan 50).
ANJA, SMM dan ANJAS menyetujui Perubahan Perjanjian Hak Opsi efektif tanggal 1 Januari
2009, sejak tanggal tersebut, masing-masing perusahaan memiliki kewajiban untuk menanggung
beban hak opsi masing-masing karyawan.
Tidak ada saldo opsi saham pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, sedangkan saldo opsi
pada 31 Desember 2010 berjumlah 2.985.468 opsi.
Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, tidak terdapat kesepakatan persetujuan
opsi yang berlaku.
k.
Pada tanggal 2 Desember 2005, KAL menandatangani Perjanjian Konsultasi Agensi (PKA)
dengan PT Sahabat Bangun Lestari (SBL). Berdasarkan perjanjian ini, SBL setuju untuk
membantu KAL untuk mendapatkan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) untuk tanah milik KAL,
dan merelokasi penghuni liar dan penduduk lokal dari tanah tersebut.
PKA telah diubah beberapa kali, terakhir pada 23 Mei 2010 mengenai jumlah saldo biaya yang
harus dibayar KAL untuk memperoleh hasil berita acara Komite B dan notifikasi BPHTB
sejumlah AS$ 760.570 sehingga total biaya menjadi AS$ 3.528.310.
Pada tanggal 28 September 2012, KAL dan SBL mengakhiri Perjanjian Konsultasi Agensi (PKA)
tersebut. Berdasarkan perjanjian pengakhiran, KAL harus membayar SBL sebesar
AS$ 1.350.000 untuk biaya jasa profesional; atas mana sejumlah AS$ 1.000.000 telah
dibayarkan sebelum akhir tahun dan AS$ 350.000 dilunasi pada Januari 2013. Beban ini dicatat
sebagai beban konsultan.
l.
Pada bulan Pebruari dan Juni 2010, KAL mengadakan beberapa kontrak dengan
PT Mitra Usaha Nusantara untuk pembuatan jalan, pembukaan lahan, dan konstruksi lainnya di
perkebunan KAL yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Jumlah kontrak diestimasi
sebesar Rp 69.990.074 ribu dan dibayarkan secara bulanan sesuai dengan kemajuan
penyelesaian pekerjaan. Biaya yang terjadi sehubungan dengan kontrak ini dicatat sebagai
bagian dari biaya perolehan tanaman belum menghasilkan. Utang yang timbul dari transaksi
tersebut dicatat sebagai utang lain-lain.
Kontrak ini berlaku sampai dengan 31 Desember 2011 dan diperpanjang sampai dengan
31 Desember 2012, kemudian sampai 31 Desember 2013.
m. Pada tanggal 10 Agustus 2010, AANE telah menandatangani perjanjian dengan
PT Tirtakreasi Amrita untuk pembangunan pabrik biogas di Desa Jangkang - kecamatan
Dendang, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung. Jumlah total kontrak sebesar
Rp 5.617.800 ribu, dan harus dibayar berdasarkan persentase kemajuan penyelesaian
pekerjaan. Masa kontrak adalah 30 minggu sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Biaya
yang terjadi hingga 2012 dicatat sebagai aset dalam penyelesaian. Perjanjian ini telah diubah
pada 18 Juli 2011 untuk memperhitungkan tambahan kontrak sebesar Rp 1.012.100 ribu,
sehingga biaya keseluruhan yang harus dibayar oleh AANE berjumlah Rp 6.629.900 ribu.
Periode efektif perjanjian ini diperpanjang sampai dengan Desember 2012 termasuk periode
pemantauan percobaan operasi. Pada tanggal 1 April 2012, pekerjaan konstruksi telah selesai
dan kedua pihak telah menandatangani berita acara serah terima.
361
P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009
DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan
n.
Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (“PPA”) ditandatangani PLN dan AANE pada tanggal
29 Nopember 2012 dan berlaku 15 tahun sejak ditandatanganinya perjanjian. AANE setuju untuk
menjual tenaga listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik kepada PLN dan PLN setuju untuk
membeli tenaga listri
Download