PROSPEKTUS PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA TBK TAHUN 2013 Tanggal Efektif Masa Penawaran Tanggal Penjatahan Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik Tanggal Pencatatan Saham Pada Bursa Efek Indonesia : : : : : : 1 Mei 2013 2 - 3 Mei 2013 6 Mei 2013 7 Mei 2013 7 Mei 2013 8 Mei 2013 OJK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM. PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. (“PERSEROAN”) DAN PENJAMIN PELAKSANA EMISI SAHAM BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI. PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. Kegiatan Usaha Utama: Perdagangan dan jasa serta pengoperasian perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan produk sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak Berkedudukan di Jakarta Selatan Kantor Pusat: Graha Irama Lantai 3 Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 1-2 Jakarta 12950, Indonesia Telp: (021) 526-1415 Faks: (021) 526-1416 Website: www.austindogroup.com e-mail: [email protected] Memiliki 4 perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 2 perkebunan di Sumatera Utara, 1 perkebunan di Pulau Belitung dan 1 perkebunan di Kalimantan Barat; 1 konsesi hutan sagu yang terletak di Papua Barat; 2 pembangkit tenaga listrik terbarukan yang terdiri dari 1 pembangkit di Pulau Belitung dan 1 konsorsium pembangkit tenaga listrik di Jawa Barat. PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM Sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru atau sebesar 10% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah). Saham biasa atas nama yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan Saham biasa atas nama lainnya dari Perseroan telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, hak atas pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013 sebagaimana tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 161 tanggal 17 Januari 2013 dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, telah disetujui bahwa Perseroan akan melaksanakan program kepemilikan saham oleh karyawan Perseroan melalui Employee Stock Allocation dengan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1% (satu persen) dari jumlah seluruh saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Saham Perdana ini atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus) saham kepada karyawannya bersamaan dengan pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham ini dan program opsi pembelian saham kepada manajemen Perseroan melalui program Management Stock Option Plan sebanyak-banyaknya sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum atau sebanyak-banyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham. Informasi lengkap mengenai program ESA dan MSOP dapat dilihat pada Bab I Prospektus ini. PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK PT Bahana Securities PENJAMIN EMISI EFEK 37$PDQWDUD6HFXULWLHVƔ37%XDQD&DSLWDOƔ37(UGLNKD(OLW6HNXULWDVƔ37+'&DSLWDO7ENƔ37-DVD8WDPD&DSLWDOƔ 37.UHVQD*UDKD6HNXULQGR7ENƔ37/DXWDQGKDQD6HFXULQGRƔ370DGDQL6HFXULWLHVƔ370HJD&DSLWDO,QGRQHVLDƔ 370LQQD3DGL,QYHVWDPD7ENƔ371,636HNXULWDVƔ372YHUVHDV6HFXULWLHVƔ373DQLQ6HNXULWDV7ENƔ 373KLOOLS6HFXULWLHV,QGRQHVLDƔ375HOLDQFH6HFXULWLHV7ENƔ37:DWHUIURQW6HFXULWLHV,QGRQHVLDƔ37<XOLH6HNXULQGR7EN Saham - saham yang ditawarkan ini seluruhnya akan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan para Penjamin Emisi Efek menjamin dengan kesanggupan penuh (full commitment) terhadap penawaran saham Perseroan. RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT. RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT DAPAT TERJADI AKIBAT PENGARUH HARGA INTERNASIONAL. RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB VI TENTANG RISIKO USAHA DALAM PROSPEKTUS INI. PERSEROAN TIDAK MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM DALAM PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM INI, TETAPI SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG AKAN DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI). RISIKO YANG DIHADAPI INVESTOR PEMBELI EMISI EFEK ADALAH TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PENAWARANUMUM PERDANA SAHAM INI YANG ANTARA LAIN DISEBABKAN OLEH TERBATASNYA JUMLAH PEMEGANG SAHAM PERSEROAN. Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 2013 Perseroan telah menyampaikan pernyataan Pendaftaran Emisi Efek sehubungan dengan penawaran Umum Perdana Saham ini kepada Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK dengan surat 1R &6$1- WDQJJDO 0DUHW VHVXDL GHQJDQ SHUV\DUDWDQ \DQJ GLWHWDSNDQ GDODP undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagaimana dimuat dalam tambahan No. 3608 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64 tahun 1995, (selanjutnya disebut ”UUPM”) dan peraturan pelaksanaannya berikut segala perubahannya. Saham-saham yang ditawarkan dalam penawaran Umum Perdana Saham ini, direncanakan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (”BEI”) sesuai dengan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek yang telah dibuat antara Perseroan dengan BEI yang dibuat di bawah tangan pada tanggal 28 Februari 2013 apabila memenuhi persyaratan pencatatan yang ditetapkan oleh BEI. Apabila syarat-syarat pencatatan saham di BEI tersebut tidak terpenuhi, maka Penawaran Umum Perdana Saham ini batal demi hukum dan pembayaran Efek tersebut wajib dikembalikan kepada para pemesan sesuai dengan ketentuan UUPM. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal yang disebut dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham ini bertanggung jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia dan kode etik, norma serta standar profesi masing-masing. 6HKXEXQJDQGHQJDQ3HQDZDUDQ8PXP3HUGDQD6DKDPVHWLDSSLKDNWHUD¿OLDVLGLODUDQJPHPEHULNDQ keterangan atau pernyataan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam Prospektus tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Perseroan dan Penjamin Pelaksana Emisi. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini tidak PHPSXQ\DL KXEXQJDQ D¿OLDVL GHQJDQ 3HUVHURDQ VHEDJDLPDQD GLPDNVXG GDODP XQGDQJXQGDQJ 3DVDU0RGDO+XEXQJDQD¿OLDVLDQWDUD/HPEDJDGDQ3URIHVL3HQXQMDQJ3DVDU0RGDOGDSDWGLOLKDWSDGD Bab XV Lembaga dan Profesi Penunjang pasar Modal. PT Bahana Securities selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek serta para Penjamin Emisi Efek adalah SLKDN \DQJ WLGDN WHUD¿OLDVL GHQJDQ 3HUVHURDQ VHEDJDLPDQD GLGH¿QLVLNDQ GDODP 8830 .HWHUDQJDQ lebih lanjut mengenai para Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Penjamin Emisi Efek dengan Perseroan dapat dilihat pada Bab XIV Penjaminan Emisi Efek. PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM INI TIDAK DIDAFTARKAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG/PERATURAN LAIN SELAIN YANG BERLAKU DI REPUBLIK INDONESIA. BARANG SIAPA DI LUAR WILAYAH REPUBLIK INDONESIA MENERIMA PROSPEKTUS INI, MAKA PROSPEKTUS INI TIDAK DIMAKSUDKAN SEBAGAI DOKUMEN PENAWARAN UNTUK MEMBELI SAHAM KECUALI BILA PENAWARAN DAN PEMBELIAN SAHAM TERSEBUT TIDAK BERTENTANGAN ATAU BUKAN MERUPAKAN PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SERTA KETENTUAN-KETENTUAN BURSA EFEK YANG BERLAKU DI NEGARA TERSEBUT ATAU YURISDIKSI DI LUAR REPUBLIK INDONESIA TERSEBUT. PERSEROAN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA INFORMASI YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH PUBLIK DAN TIDAK TERDAPAT LAGI INFORMASI YANG BELUM DIUNGKAPKAN SEHINGGA TIDAK MENYESATKAN PUBLIK. Daftar Isi Daftar Isi....................................................................................................................................................i Definisi dan Singkatan............................................................................................................................. iii Ringkasan................................................................................................................................................x I. PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM....................................................................................1 II. RENCANA PENGGUNAAN DANA................................................................................................8 III. PERNYATAAN UTANG...............................................................................................................11 IV. IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING....................................................................................19 V. ANALISA DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN.................................................................24 VI. RISIKO USAHA............................................................................................................................53 VII. KEJADIAN DAN TRANSAKSI PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN..............................................................................................................................69 VIII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK...............................................70 1. Riwayat Singkat Perseroan...................................................................................................70 2. Kegiatan Usaha.....................................................................................................................72 3. Perkembangan Permodalan dan Kepemilikan Saham Perseroan........................................73 4. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Berbentuk Badan Hukum...................................75 5. Pengurusan dan Pengawasan..............................................................................................78 6. Sumber Daya Manusia..........................................................................................................89 7. Struktur Organisasi...............................................................................................................92 8. Struktur Kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak...............................................................93 9. Hubungan Kepengurusan dan Pengawasan........................................................................94 10. Keterangan Mengenai Entitas Anak dan Entitas Asosiasi....................................................94 11. Aset Tetap...........................................................................................................................127 12. Asuransi..............................................................................................................................134 13. Transaksi Dengan Pihak Afiliasi..........................................................................................134 14. Paten, HAKI, Merek Dagang dan Lisensi............................................................................137 15. Perjanjian-perjanjian Penting yang dilakukan Perseroan....................................................142 16. Perkara-perkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi....................................143 17. Potensi Tumpang Tindih Lahan Perseroan.........................................................................148 IX. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN.................................................................149 1. Pendahuluan.......................................................................................................................149 2. Keunggulan Bersaing..........................................................................................................151 3. Strategi Usaha dan Rencana Jangka Panjang...................................................................155 4. Kegiatan Usaha Perseroan Melalui Entitas Anak...............................................................158 5. Persaingan Untuk CPO, PK dan Produk Kelapa Sawit.......................................................182 6. Pengendalian Mutu.............................................................................................................183 i 7. Hal Mengenai Lingkungan Hidup........................................................................................183 8. Kesehatan dan Keselamatan..............................................................................................184 9. Keamanan...........................................................................................................................184 10. Teknologi Informasi.............................................................................................................185 11. Prospek Usaha....................................................................................................................185 12. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance – GCG)........................................186 13. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR)................187 14. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (“AMDAL”)...........................................................187 X. TINJAUAN INDUSTRI................................................................................................................191 XI. EKUITAS....................................................................................................................................214 XII. PERPAJAKAN...........................................................................................................................216 XIII. KEBIJAKAN DIVIDEN................................................................................................................220 XIV. PENJAMINAN EMISI EFEK.......................................................................................................221 XV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL......................................................223 XVI. PENDAPAT DARI SEGI HUKUM..............................................................................................227 XVII. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN.................253 XVIII. ANGGARAN DASAR PERSEROAN..........................................................................................405 XIX. PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM.............................................................435 XX. PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS DAN FORMULIR PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM.................................................................................................................443 ii Definisi dan Singkatan Di dalam Prospektus ini, kata-kata di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut, kecuali bila kalimatnya menyatakan lain: Afiliasi Berarti: a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; b. hubungan antara satu pihak dengan pegawai, direktur atau komisaris dari pihak tersebut; c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat 1 (satu) atau lebih anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris yang sama; d. hubungan antara perusahaan dengan suatu pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut; e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama. Bapepam dan LK Berarti Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang merupakan penggabungan dari Bapepam dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK), sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 606/KMK.01/2005 tanggal 30-12-2005 (tiga puluh Desember dua ribu lima) tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 184/PMK.01/2010 tanggal 11-10-2010 (sebelas Oktober dua ribu sepuluh) tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, atau para pengganti dan penerima hak dan kewajibannya. BEI Berarti pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka, yang dalam hal ini adalah PT Bursa Efek Indonesia, suatu perseroan terbatas yang berkedudukan di Jakarta Selatan atau pengganti dan penerima hak dan kewajibannya. CAGR Berarti Compound Annual Growth Rate. Entitas Anak Berarti perusahaan yang 50% atau lebih sahamnya dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh Perseroan dan laporan keuangan perusahaan tersebut dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Perseroan. Entitas Asosiasi Berarti suatu entitas termasuk entitas non korporasi seperti persekutuan, dimana Perseroan mempunyai pengaruh signifikan dengan kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Perseroan antara 20%- 50%. iii Efektif Berarti terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan Pendaftaran sesuai dengan ketentuan Peraturan nomor IX.A.2 angka 4 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-122/ BL/2009 tanggal 29 Mei 2009, (selanjutnya disebut Peraturan No.IX.A.2) yaitu: 1. Atas dasar lewatnya waktu yaitu 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran diterima Bapepam dan LK secara lengkap yaitu telah mencakup seluruh kriteria yang ditetapkan dalam peraturan yang terkait dengan Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum dan peraturan yang terkait dengan Penawaran Umum; atau 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal perubahan terakhir atas Pernyataan Pendaftaran yang diajukan Perseroan atau yang diminta Bapepam dan LK dipenuhi; atau 2. Atas dasar pernyataan efektif dari Bapepam dan LK bahwa tidak ada lagi perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang diperlukan. Emisi Berarti kegiatan penawaran Saham oleh Perseroan untuk ditawarkan dan dijual kepada Masyarakat pada pasar perdana melalui Penawaran Umum Perdana Saham dan dicatatkan dan diperdagangkan di BEI. Hari Bursa Berarti hari-hari dimana BEI melakukan aktivitas transaksi perdagangan efek menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan ketentuan-ketentuan BEI tersebut. Hari Kalender Berarti setiap hari dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan kalender Gregorian tanpa kecuali. Hari Kerja Berarti hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau Hari Kerja biasa yang karena suatu keadaan tertentu ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai bukan Hari Kerja biasa. Kemenkumham Berarti Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu dikenal dengan nama Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Departemen Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia atau nama lainnya). KSEI Berarti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, berkedudukan di Jakarta. Kustodian Berarti pihak yang memberi jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lainnya termasuk menerima bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili Pemegang Rekening yang menjadi nasabahnya sesuai dengan ketentuan UUPM yang meliputi KSEI, Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Masa Penawaran Umum Berarti jangka waktu bagi Masyarakat untuk dapat mengajukan pemesanan saham. iv Masyarakat Berarti perorangan dan/atau badan, baik Warga Negara Indonesia/ Badan Indonesia maupun Warga Negara Asing/Badan Asing baik yang bertempat tinggal/berkedudukan di Indonesia maupun yang bertempat tinggal/berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Menkumham Berarti Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu dikenal dengan nama Menteri Kehakiman Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia atau nama lainnya). OJK Berarti Otoritas Jasa Keuangan, lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tanggal 22 November 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pemerintah Berarti Pemerintah Republik Indonesia. Pemegang Rekening Berarti pihak yang namanya tercatat sebagai pemilik Rekening Efek di KSEI yang meliputi Bank Kustodian dan/atau Perusahaan Efek dan/atau pihak lain yang disetujui oleh KSEI dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan KSEI. Penawaran Umum Perdana Saham Berarti Penawaran Umum Saham kepada Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya dan ketentuan lain yang berhubungan, serta ketentuan yang dimuat dalam Perjanjian Penjaminan Emisi Efek. Penitipan Kolektif Berarti jasa penitipan atas efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasar Modal. Peraturan No.IX.C.1 Berarti Peraturan Bapepam No. IX.C.1, Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-113/PM/1996 tanggal 24 Desember 1996 diubah dengan No. Kep-42/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum. Peraturan No.IX.C.2 Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.C.2 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dan Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum. Peraturan No.VIII.G.12 Berarti Peraturan Bapepam No. VIII.G.12 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/2004 tanggal 13 April 2004 tentang Pedoman Pemeriksaan Oleh Akuntan Atas Pemesanan dan Penjatahan. Peraturan No.IX.A.2 Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.2 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-122/BL/2009 tanggal 29 Mei 2009 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum. v Peraturan No.IX.A.7 Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.7 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-691/BL/2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan Dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum. Peraturan No.IX.I.4 Berarti Peraturan Bapepam No. IX.I.4 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-63/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan. Peraturan No. IX.I.5 Berarti Peraturan Bapepam No. IX.I.5 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Peraturan No. IX.I.7 Berarti Peraturan Bapepam dan LK No. IX.I.7 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-496/BL/2008 tanggal 28 November 2008 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal. Peraturan No. X.K.4 Berarti Peraturan Bapepam No. X.K.4 Lampiran atas Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Berarti Akta Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 27 tanggal 4 Maret 2013 juncto Akta Perubahan I Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 343 tanggal 27 Maret 2013 juncto Akta Perubahan II Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 380 tanggal 25 April 2013, yang dibuat di hadapan DR. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta. Perkebunan Sumatera Utara I Berarti perkebunan milik ANJA yang terletak di Binanga, Sumatera Utara. Perkebunan Sumatera Utara II Berarti perkebunan milik ANJAS yang terletak di Angkola Selatan, Sumatera Utara. Pernyataan Efektif Berarti pernyataan efektif sebagaimana dimaksud pada terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan Pendaftaran sesuai dengan ketentuan Peraturan nomor IX.A.2 angka 1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-122/BL/2009 tanggal 29 Mei 2009 (selanjutnya disebut Peraturan No. IX.A.2). Perseroan Berarti PT Austindo Nusantara Jaya Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan atau pengganti dan penerima hak dan kewajibannya. vi Pihak Berelasi Berarti, sesuai dengan PSAK 7, adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya a. Orang atau anggota keluarga terdekat terkait entitas pelopor jika orang tersebut: - memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; - memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau - personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. b. Suatu entitas terkait dengan entitas pelapor jika (salah satu); - Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama; - Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya; - Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama; - Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga; - Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor; - Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (a); - Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas). Prospektus Berarti setiap informasi tertulis sehubungan dengan Emisi Saham yang disusun oleh Perseroan bersama-sama dengan Penjamin Pelaksana Emisi Saham dengan tujuan agar Masyarakat membeli Saham, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 26 UUPM dan Peraturan No. IX.C.2. Rekening Efek Berarti rekening yang memuat catatan posisi Saham dan/atau dana milik Pemegang Saham yang diadministrasikan oleh KSEI, Bank Kustodian atau Perusahaan Efek berdasarkan Kontrak Pembukaan Rekening Efek yang ditandatangani oleh dan antara Pemegang Saham dan Pemegang Rekening. RUPS Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan. RUPSLB Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan. RUPST Berarti Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan. vii Tanggal Pembayaran Berarti tanggal pembayaran dana hasil emisi Saham yang merupakan seluruh nilai Pokok Saham kepada Perseroan yang harus disetor oleh Penjamin Emisi Saham melalui Penjamin Pelaksana Emisi Saham kepada Perseroan berdasarkan Perjanjian Penjaminan Emisi Efek, yang juga merupakan Tanggal Emisi. Turnkey Berarti proyek dimana Perseroan menyediakan jasa dan dana untuk pelaksanaan proyek, kemudian konsumen akan membayar kembali seluruh kewajibannya atas jasa dan dana yang telah dilakukan oleh Perseroan setelah pekerjaan diselesaikan dengan persyaratan konsumen menyerahkan Bank Garansi sebagai jaminan sebelum pekerjaan dilaksanakan. USD Berarti Dolar Amerika Serikat. UU Berarti Undang-Undang. UUPM Berarti Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64 Tahun 1995, Tambahan No. 3608, beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya. UUPT Berarti Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 106 Tahun 2007, Tambahan No. 4756, beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Istilah Industri Perkebunan Kelapa Sawit dan Sagu AMDAL Berarti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. BOD Berarti Biochemical Oxygen Demand. CPKO Berarti Crude Palm Kernel Oil atau minyak inti sawit mentah. CPO Berarti Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah. DPPL Berarti Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan. HGB Berarti Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. HGU Berarti Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. HPE Berarti Harga Patokan Ekspor. ISCC Berarti International Sustainability and Carbon Certification. ISPO Berarti Indonesian Sustainable Palm Oil. IUP Berarti Izin Usaha Perkebunan. IUPHHBK Berarti Izin Usaha Perkebunan Hasil Hutan Bukan Kayu. Izin Lokasi Berarti dokumen yang diberikan sebagai tanda sahnya untuk melakukan kegiatan usaha perkebunan yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang. KER Berarti Kernel Extraction Rate atau tingkat ekstraksi kernel. Kernel Berarti inti sawit. MDEX Berarti Malaysia Derivatives Exchange, yang merupakan indeks komoditas yang dikelola oleh Bursa Malaysia Derivatives Berhad di Kuala Lumpur, Malaysia. NPK Berarti Nitrogen, Fosfor dan Kalium, atau Nitrogen (N), Phosphorus (P) dan Potassium (K). viii OER Berarti Oil Extraction Rate atau tingkat ekstraksi minyak. PK Berarti Palm Kernel atau inti sawit. PKE Berarti Palm Kernel Expeller atau bungkil sawit. PKO Berarti Palm Kernel Oil atau minyak inti sawit. PKS Berarti Pabrik Kelapa Sawit. Pressing Berarti proses pemerasan brondolan yang telah lumat menjadi minyak. TBS Berarti Tandan Buah Segar. TBM Berarti Tanaman Belum Menghasilkan yang merupakan tanaman dalam golongan usia belum menghasilkan. TKKS Berarti Tandan Kosong Kelapa Sawit TM Berarti Tanaman Menghasilkan yang merupakan tanaman dalam golongan usia menghasilkan. UKL Berarti Upaya Pengelolaan Lingkungan. UPL RBDPO Berarti Upaya Pemantauan Lingkungan. Berarti Refined Bleached Deodorized Palm Oil. RBDOL Berarti Refined Bleached Deodorized Olein. RBDST Berarti Refined Bleached Deodorized Stearin. RSPO Berarti Roundtable Sustainable Palm Oil. Sterilizing Berarti proses perebusan dengan uap dalam ruang tertutup yang bertekanan. Wet Starch Berarti tepung basah yang merupakan produk perantara dalam pengolahan tepung sagu. Singkatan Nama Perusahaan ANJA PT Austindo Nusantara Jaya Agri ANJAP PT ANJ Agri Papua ANJAS PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais AANE PT Austindo Aufwind New Energy ATI PT Aceh Timur Indonesia DGI PT Darajat Geothermal Indonesia GSB PT Galempa Sejahtera Bersama GMIT PT Gading Mas Indonesian Tobacco KAL PT Kayung Agro Lestari LSP PT Lestari Sagu Papua PPM PT Permata Putera Mandiri PMN PT Prima Mitra Nusatama (dalam likuidasi) PMP PT Putera Manunggal Perkasa SM PT Surya Makmur SMM PT Sahabat Mewah dan Makmur ix Ringkasan Ringkasan di bawah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan harus dibaca dalam kaitannya dengan keterangan yang lebih rinci, serta laporan keuangan dan catatan-catatan yang tercantum dalam Prospektus ini. Ringkasan ini dibuat atas dasar fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting bagi Perseroan. Kecuali dinyatakan lain, seluruh pembahasan atas informasi keuangan yang tercantum dalam Prospektus ini dilakukan pada tingkat konsolidasian. Semua informasi keuangan Perseroan disusun berdasarkan laporan keuangan Perseroan yang disajikan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di Indonesia. 1. Riwayat Singkat Perseroan Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo Teguhjaya” berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal 21 Mei 1993, dan telah didaftarkan dalam register di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di bawah No. 510/A.PT/HKM/1993/ PN.JAK.SEL, tanggal 23 Juni 1993 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan No. 4010. Pada tahun 1997, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguhjaya” menjadi “PT Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September 1997 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997, Tambahan No. 5798. Pada tahun 1998, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya” berdasarkan Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Agustus 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98 tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal 16 April 1999, Tambahan No. 2264. Pada bulan Nopember 2000, PT Austindo Agro Nusantara melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 39 tanggal 20 Nopember 2000 dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 36 tanggal 20 Nopember 2000, dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 588/XII/2000 tanggal 1 Desember 2000 perihal Laporan Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo Agro Nusantara ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 1 Desember 2000. x Pada bulan Desember 2000, PT Austindo Nusantara Resources melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 37 tanggal 22 Desember 2000 dibuat dihadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Austindo Nusantara Resources No. 35 tanggal 22 Desember 2000, dibuat di hadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 33/I/2001 tanggal 22 Januari 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo Nusantara Resources ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 22 Januari 2001. Pada bulan Juli 2001, PT Austindo Investama Jaya, PT Austindo Mining Corporindo dan PT Austindo Nusantara Energi melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 7 tanggal 2 Juli 2001 dibuat di hadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 1 tanggal 2 Juli 2001, dibuat oleh Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., saat itu Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 286/VII/2001 tanggal 18 Juli 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo investama Jaya, PT Austindo Mining Corporation dan PT Austindo Nusantara Energi ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 18 Juli 2001. Pada tahun 2008, Perseroan melakukan pengubahan atas seluruh ketentuan anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT berdasarkan Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008. Sejak tanggal pendirian, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali pengubahan. Pengubahan terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 161 tanggal 17 Januari 2013, dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas: (i) perubahan status Perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka; (ii) perubahan nama Perseroan menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. dan (iii) persetujuan pengubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peraturan yang berlaku di pasar modal. Pengubahan Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-03796.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0006463.AH.01.09. Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013. Komposisi permodalan dan struktur saham Perseroan pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Nilai nominal Rp100,- per saham Jumlah Nilai Nominal Jumlah Saham (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Keterangan Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani - PT Austindo Kencana Jaya - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija - Yayasan Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Saham dalam Portepel 1.343.804.685 1.343.804.685 156.242.000 156.147.130 1.500 3.000.000.000 9.000.000.000 xi 134.380.468.500 134.380.468.500 15.624.200.000 15.614.713.000 150.000 300.000.000.000 900.000.000.000 (%) 44,79349 44,79349 5,20807 5,20490 0,00005 100,00000 Kegiatan usaha Perseroan saat ini adalah melakukan pengoperasian perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan produk sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak. Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan berdomisili di Graha Irama, Lantai 3 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 1-2, Jakarta 12950, Indonesia. 2. Keterangan Tentang Entitas Anak dan Entitas Asosiasi Nama No. Kedudukan Perusahaan Entitas Anak 1. ANJA Indonesia 2. ANJAP Indonesia 3. ANJAS Indonesia 4. AANE 5. Lokasi Kegiatan Usaha Kegiatan Usaha Kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung) Status Tahun Operasional Penyertaan Perkebunan Kelapa Sawit Agribisnis Sagu 99,996% Beroperasi 2000 100,00% Beroperasi 2007 Perkebunan Kelapa Sawit Energi Terbarukan 100,00% Beroperasi 2004 Indonesia Binanga, Sumatera Utara Sorong Selatan, Papua Barat Angkola Selatan, Sumatera Utara Belitung 98,99% Beroperasi 2008 ATI Indonesia Jakarta Agribisnis 99,998% Beroperasi 1998 6. DGI Indonesia Darajat, Jawa Barat Energi Terbarukan 99,998% Beroperasi 1997 7. GSB Indonesia Beroperasi 2012 GMIT Indonesia Perkebunan Kelapa Sawit Agribisnis 100,00% 8. Empat Lawang, Sumatera Selatan Jember, Jawa Timur 99,999% Beroperasi 1976 9. KAL Indonesia Beroperasi 2005 Indonesia Perkebunan Kelapa Sawit Agribisnis Sagu 100,00% 10. LSP 51,00% Beroperasi 2011 11. PPM Indonesia Beroperasi 2013 Indonesia 100,00% Beroperasi 2013 13. SM Indonesia Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit Agribisnis 100,00% 12. PMP Ketapang, Kalimantan Barat Sorong Selatan, Papua Barat Sorong Selatan, Papua Barat Sorong Selatan dan Maybrat, Papua Barat Medan, Sumatera Utara 99,996% Beroperasi 1998 14. SMM Indonesia Belitung 100,00% Beroperasi 2003 15. PMN (dalam likuidasi) (1) Indonesia Jakarta Perkebunan Kelapa Sawit Jasa Keuangan 99,999% Tidak Beroperasi 1993 Catatan: (1) Perseroan memutuskan untuk melikuidasikan PMN karena maksud dan tujuan pendirian PMN yakni bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen, keuangan dan penanaman modal sudah tidak sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan dan Entitas Anak pada saat ini. xii No. Nama Perusahaan Kedudukan Lokasi Kegiatan Usaha Kegiatan Usaha Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya 1. PT Agro Muko Indonesia Bengkulu 2. PT Bilah Plantindo Indonesia 3. PT Pangkatan Indonesia Indonesia 4. PT Puncakjaya Power Indonesia 5. PT Sembada Sennah Maju Indonesia 6. PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau PT Moon Lion Industries Indonesia Indonesia 7. 8. Indonesia Indonesia Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Perkebunan Kelapa Utara Sawit Sumatera Perkebunan Kelapa Utara Sawit, Karet dan Coklat Papua Barat Pembangkit Listrik Sumatera Utara Aceh Lampung Barat Jakarta dan Banten Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Coklat Pembangkit Listrik Kepemilikan (secara Status Tahun langsung Operasional Penyertaan maupun tidak langsung) 15,87% Beroperasi 1990 20,0% Beroperasi 1998 20,0% Beroperasi 1997 14,288% Beroperasi 1994 20,0%(1) Beroperasi 2008 20,0% Beroperasi 1998 5,0% Beroperasi 2010 Industri Pengikat Baja, 11,88% Beroperasi 1994 Baut, Mur dan Batangan Baja Catatan: (1) Perseroan memiliki 20,0% kepemilikan di PT Pangkatan Indonesia dan PT Pangkatan Indonesia memiliki 95,0% kepemilikan di PT Sembada Sennah Maju. Perseroan juga memiliki 1,0% kepemilikan secara langsung di PT Sembada Sennah Maju. 3. Kegiatan Usaha Perseroan Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian, sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur (pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut. Dengan demikian, kegiatan usaha utama Perseroan saat ini adalah dalam bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus mengembangkan kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Perseroan saat ini juga sedang mengembangkan kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku makanan baru dari sagu dan pembangkit listrik energi terbarukan (renewable energy business) dari biogas. Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air, panas bumi maupun proses biologis dan bersifat ramah lingkungan; artinya tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain. Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan yang belum ditanami (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua. Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan, kecuali perkebunan kelapa sawit Perseroan yang terletak di Kalimantan Barat, merupakan perkebunan kelapa sawit yang sudah xiii menghasilkan dan memiliki fasilitas produksi di setiap lokasi perkebunan. Perseroan berencana untuk membangun fasilitas produksi di Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit yang menghasilkan sudah memadai jumlahnya. Perseroan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (“RSPO”) dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara I. Pada saat ini Perseroan sedang dalam proses memperoleh sertifikat RSPO untuk perkebunan di Sumatera Utara II. Tabel berikut menunjukan izin, masa belaku, lokasi serta luas lahan yang dimiliki Perseroan dan Entitas Anak dalam kegiatan usaha kelapa sawit dan sagu: Entitas yang memiliki hak atas tanah Industri Kelapa Sawit ANJA ANJA ANJA ANJA ANJAS ANJAS SMM Luas berdasarkan hak tanah (Hektar) Lokasi SMM SMM SMM KAL GSB PMP PPM Total Tanggal berakhirnya hak atas tanah Status Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Bangka Belitung 6.000 HGU 3.214 HGU 197 HGU 523 Non HGU (1) 8.000 HGU 1.639 (HGU – dalam proses) (2) 10.583 HGU 31 Desember 2076 25 Januari 2091 9 September 2044 27 Oktober 2039 31 Desember 2075 Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Kalimantan Barat Sumatera Selatan Papua Barat Papua Barat 404 HGU 4.886 HGU 30 HGB 17.998 (HGU – dalam proses) (3) 20.000 Izin Lokasi 25.159 Izin Usaha Perkebunan 40.000 Izin Lokasi 139.038 23 Juni 2046 31 Desember 2075 16 Mei 2035 20 April 2015 - Industri Sagu ANJAP LSP Total Sorong Selatan, Papua Barat Sorong Selatan, Papua Barat 40.000 IUPHHBK 12 Desember 2035 40.000 - - Catatan: (1) Tahap akta jual beli dengan pemilik lama (2) Tahap penyampaian dokumen ke Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara (3) Tahap pemeriksaan dokumen di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tabel berikut menunjukan jumlah lahan yang sudah dibebaskan dan luas lahan untuk Kebun Inti dan Kebun Plasma pada tanggal 31 Desember 2012: (dalam hektar) Uraian Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Landbank Sumatera Selatan Landbank Papua Barat Total Lahan yang Dibebaskan 9.813 7.912 14.229 8.898 40.852 Kebun Inti TM 9.813 7.912 14.229 31.954 TBM 8.898 8.898 Kebun Plasma TM TBM - - Lahan Tertanam 9.813 7.912 14.229 8.898 40.852 Usaha pengolahan sagu Perseroan dilakukan di atas daerah konsesi hutan sagu seluas 40.000 ha di mana tidak ada lahan yang dibebaskan maupun yang ditanam oleh Perseroan. xiv Berikut adalah profil usia dari perkebunan kelapa sawit yang dimiliki Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012: (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 656 7.912 1.552 10.120 24,8 Dewasa 8-20 tahun 6.902 9.293 16.195 39,6 Tua Total TM > 20 tahun 2.255 9.813 7.912 3.384 14.229 5.639 31.954 13,8 78,2 TBM 8.898 8.898 21,8 Total 9.813 7.912 14.229 8.898 40.852 100,0 Perseroan tidak dapat memaparkan profil usia dari tanaman sagu yang dikelola Perseroan di daerah hutan konsesi sagu karena tanaman sagu tersebut merupakan bagian dari hutan sagu alam yang tidak ditanam oleh Perseroan. Namun secara umum, usia tanaman sagu berkisar dari 0 hingga 12 tahun. Berikut adalah produksi dan penjualan produk kelapa sawit Perseroan dan Entitas Anak untuk 3 tahun terakhir: Keterangan Volume Produksi (dalam Ton) CPO (1) PK (1) Total 2010 2011 2012 131.335 29.950 161.285 157.122 34.369 191.491 178.263 40.503 218.766 Volume Penjualan (dalam Ton) CPO PK Total 127.450 29.508 156.958 156.016 32.865 188.881 177.125 40.447 217.572 Nilai Penjualan (dalam USD ribu) CPO PK Total 100.576 14.655 115.231 135.804 18.545 154.349 138.421 16.165 154.586 Catatan: (1) Termasuk CPO dan PK dari hasil produksi TBS yang dibeli dari pihak ketiga Perseroan belum mulai memproduksi dan menjual produk sagu pada tanggal 31 Desember 2012. Perseroan berharap untuk mulai beroperasi secara komersial pada kuartal keempat tahun 2013. 4. Penawaran Umum Perdana Saham Jumlah saham yang ditawarkan : Sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham biasa atas nama Nilai Nominal : Rp100,- (seratus Rupiah) Harga Penawaran : Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham Jumlah Penawaran Umum : Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah). Tanggal Penawaran Umum : 2 Mei & 3 Mei 2013 Tanggal Pencatatan di BEI : 8 Mei 2013 xv Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum Perdana Saham sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan saham biasa atas nama atau sebesar 10% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah). Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Nilai Nominal (Rp) Jumlah Saham Setelah Penawaran Umum Perdana Saham (%) Jumlah Saham 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Jumlah Nilai Nominal (Rp) (%) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,68724 - Sjakon GeorgeTahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,68439 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 - Masyarakat - - - 333.350.000 33.335.000.000 10,00045 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.333.350.000 333.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.666.650.000 866.665.000.000 Seluruh saham Perseroan yang akan dicatatkan, di luar saham-saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam jangka waktu maksimal 8 (delapan) bulan sejak Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Sesuai dengan keputusan RUPS Perseroan akan melaksanakan program ESA dan program MSOP. Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Pegawai Perseroan A. Program Alokasi Saham Karyawan Perseroan (Employee Stock Allocation/ESA) Jumlah Saham dalam program ESA sebanyak-banyaknya sebesar 1,0% (satu koma nol persen) dari jumlah saham yang akan ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus) saham biasa atas nama. Saham yang akan diberikan dalam program ESA adalah dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon harga sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana Saham. xvi Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham dan program ESA secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Setelah Penawaran Umum Perdana Saham dan program ESA Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Nilai Nominal (Rp) Jumlah Saham (%) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) (%) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,68724 - Sjakon GeorgeTahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,68439 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 - Masyarakat - - - 330.016.500 33.001.650.000 9,90045 - Karyawan melalui program ESA - - - 3.333.500 333.350.000 0,10000 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.333.350.000 333.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.666.650.000 866.665.000.000 B. Program Pemberian Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen (Management Stock Option Plan/MSOP) Hak opsi dalam program MSOP dapat digunakan untuk membeli saham baru Perseroan sebanyakbanyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham biasa atas nama yang akan diterbitkan dari portepel atau sebanyak-banyaknya sebesar 1,5% (satu koma lima persen) saham ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham. Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan, pelaksanaan program ESA dan MSOP dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Setelah Penawaran Umum Perdana Saham, program ESA dan program MSOP Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Nilai Nominal (Rp) Jumlah Saham (%) Jumlah Saham 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 (%) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 39,71817 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 39,71817 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,61797 - Sjakon GeorgeTahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,61516 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 - Masyarakat - - - 330.016.500 33.001.650.000 9,75413 - Karyawan melalui program ESA - - - 3.333.500 333.350.000 0,09853 - Program MSOP - - - 50.000.000 5.000.000.000 1,47783 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.383.350.000 338.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.616.650.000 861.665.000.000 xvii 5. Rencana Penggunaan Dana Perseroan merencanakan untuk menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk: • Sekitar 60,4%, sejumlah USD21,4 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp207,8 miliar (1), akan digunakan untuk membiayai belanja modal Entitas Anak . • Sekitar 8,5%, sejumlah USD3 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp29,2 miliar (1), akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung kegiatan usaha sagu • Sekitar 2,8%, sejumlah USD1 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp9,7 miliar (1), akan digunakan untuk menyelesaikan instalasi generator listrik biogas dan membangun proyek pembangkit listrik biogas • Sekitar 28,3%, sejumlah USD10 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp97,3 miliar (1), akan digunakan untuk pembayaran cicilan pokok utang dari J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch. Catatan: (1) Perseroan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 24 April 2013 yaitu Rp9.727 untuk setiap dolar Amerika Serikat dalam perhitungan nilai ekuivalen Rupiah rencana penggunaan dana. Keterangan Rencana Penggunaan Dana selengkapnya dapat dilihat pada Bab II tentang Rencana Penggunaan Dana dalam Prospektus ini. 6. Risiko Usaha Risiko usaha Perseroan mencakup: 1. Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional. 2. Peraturan dan kebijakan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa sawit. 3. Pajak ekspor Indonesia atau peraturan atas CPO serta tarif dan pajak impor dan pembatasan lainnya yang dikenakan oleh Indonesia. 4. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional yang diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dan pengekspor minyak kelapa sawit dapat berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa sawit. 5. Penundaan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses memperoleh sertifikat HGU dan izin-izin pemerintah lainnya dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan. 6. Penundaan dan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan sengketa hak tanah dan masalah kompensasi yang berhubungan dengan lahan perkebunan dan landbank milik Perseroan dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan. 7. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak pengganti jenis lainnya. 8. Kegiatan usaha perkebunan milik Perseroan dapat menghadapi tantangan dari organisasi lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan pihak perorangan. 9. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif oleh pemberlakuan dan penegakan peraturan lingkungan yang lebih ketat. 10. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif atas perubahan persepsi biaya dan manfaat terkait dengan produksi CPO dan pemakaian biofuel sebagai initiatif pencegahan perubahan iklim. 11. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang berhubungan dengan pengembangan/perluasan perkebunan kelapa sawit dan operasional pengelolahan minyak kelapa sawit. 12. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang terkait dengan proyek ekspansi Perseroan. 13. Pengembangan usaha sagu di Papua memiliki risiko terhambat karena masalah sosial dengan masyarakat setempat, logistik, infrastruktur dan pengalaman dalam pengolahan produk sagu. 14. Kegiatan usaha Perseroan adalah padat karya. 15. Gangguan transportasi dapat berdampak negatif terhadap operasi Perseroan. 16. Fluktuasi biaya pengiriman dan transportasi lainnya dapat berdampak negatif terhadap permintaan produk Perseroan dan daya saing dan operasi Perseroan. 17. Tingkat laba Perseroan dapat terpengaruhi oleh harga bahan baku dan bahan bakar yang lebih tinggi. xviii 18. Penurunan kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga dapat berdampak negatif bagi Perseroan. 19. Kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit dan hama serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS dapat menimbulkan dampak negatif bagi Perseroan. 20. Perseroan bergantung kepada tim manajemen senior dan apabila Perseroan tidak mampu untuk menarik dan mempertahankan personil yang berkualifikasi atau menarik, merekrut, melatih dan mempertahankan pengganti yang sesuai, maka hal tersebut dapat menimbukan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional Perseroan. 21. Perseroan bergantung kepada sejumlah kecil pelanggan untuk lebih dari 50% penjualan. 22. Kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing. 23. Perseroan dapat terpengaruh oleh perluasan Program Plasma. 24. Estimasi profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung milik Perseroan mungkin tidak sesuai dengan usia tanaman yang sebenarnya. 25. Nilai pertanggungan asuransi Perseroan mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian. 26. Tren dan preferensi cara hidup sehat pilihan konsumen pada saat ini maupun pada masa yang akan datang dapat mengakibatkan adanya penurunan permintaan minyak kelapa sawit, sehingga dapat mempengaruhi harga dan permintaan CPO secara negatif. 27. Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di fasilitas produksi Perseroan atau risiko operasional lainnya dapat berdampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha Perseroan. 28. Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan mungkin dapat bertentangan dengan kepentingan pembeli Saham Penawaran ini. 29. Harga saham Perseroan mungkin dapat sangat berfluktuasi. 30. Nilai aset bersih dari Saham yang ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini jauh di bawah harga penawaran saham dan investor akan langsung mengalami dilusi nilai saham. 31. Penjualan saham Perseroan pada masa mendatang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap harga saham Perseroan di pasar saham. 7. Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan konsolidasian penting Perseroan yang berasal dari dan/ atau dihitung berdasarkan laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010, 2009 dan 2008. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012, yang laporannya tercantum dalam Prospektus ini. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, yang tidak disajikan kembali dan tidak tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum dalam Prospektus ini. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (dalam USD ribu) Keterangan Total Aset Total Liabilitas Total Ekuitas 2008*) 496.975 115.274 381.700 2009*) 592.562 171.997 420.565 Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen xix 31 Desember 2010 735.276 283.337 451.939 2011 912.711 413.531 499.179 2012 399.368 71.699 327.669 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian Keterangan Pendapatan Usaha Beban Usaha Laba Sebelum Pajak Beban Pajak Laba Bersih dari Operasi yang dilanjutkan Laba Bersih dari Operasi yang dihentikan Laba bersih tahun berjalan Jumlah Pendapatan Komprehensif Lain setelah pajak Jumlah Laba Komprehensif Laba Bersih diatribusikan pada: - Pemilik Entitas Induk - Kepentingan Non-pengendali Laba Komprehensif diatribusikan pada: - Pemilik Entitas Induk - Kepentingan Non-pengendali 2008*) 162.601 107.157 55.444 (23.801) 31.643 31.643 (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2009 *) 2010 2011 2012 161.814 136.686 185.327 185.064 115.597 97.364 112.986 125.802 46.217 39.321 72.341 59.263 (19.176) (14.793) ( 26.588) (17.306) 27.041 24.528 45.753 41.957 8.072 10.572 56.703 27.041 32.600 56.325 98.660 - - 11.878 44.478 (6.254) 50.071 (3.021) 95.639 30.567 1.077 25.961 1.080 31.447 1.154 55.629 696 96.299 2.361 - - 43.166 1.312 49.396 675 93.300 2.339 Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen 8. Keunggulan Bersaing Perseroan memiliki beberapa keunggulan bersaing yang memperkuat kinerja Perseroan, yaitu sebagai berikut: • Posisi yang baik untuk memanfaatkan pertumbuhan industri sektor minyak kelapa sawit. • Profil usia perkebunan yang baik dan persediaan lahan (landbank) dalam jumlah besar yang substansial untuk mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan. • Kegiatan operasional yang efisien dapat menghasilkan biaya yang lebih kompetitif dan peningkatan marjin. • Rekam jejak profitabilitas yang konsisten, posisi keuangan dan posisi likuiditas yang kuat. • Tim manajemen yang berpengalaman dengan tingkat komitmen tinggi untuk penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik. • Kesadaran tinggi atas lingkungan dan menerapkan kebijakan pembangunan sosial ekonomis untuk masyarakat sekitar. 9. Prospek Usaha Perseroan merupakan induk perusahaan dari entitas-entitas anak yang bergerak dalam perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan. Saat ini seluruh pendapatan dan laba Perseroan berasal dari perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit dan pada masa yang akan datang kelapa sawit tetap akan menjadi andalan utama penghasilan Perseroan. Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture (“USDA”) bulan Februari 2013, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan produksi CPO sebesar 25,9 juta ton pada tahun 2012, atau lebih dari 50% total produksi CPO didunia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi dunia. Permintaan terbesar CPO berasal dari India, Indonesia dan Cina (sumber: USDA, Februari 2013). Semua negara ini terletak di Asia dan memiliki jumlah populasi yang besar. Selain digunakan untuk bahan pangan, kelapa sawit juga merupakan bahan dasar bagi berbagai industri, seperti biodiesel dan oleochemical. Kebijakan energi melalui kewajiban pencampuran biodiesel yang agresif di Argentina, Brasil, Kolombia, AS dan Eropa diperkirakan akan meningkatkan permintaan biodiesel sehingga hal tersebut juga akan meningkatkan permintaan dan harga global CPO (sumber: Oil World Annual, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu penghasil devisa yang besar di Indonesia, dan juga merupakan cadangan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. xx Perseroan berkeyakinan bahwa tanpa adanya kejadian yang tak terduga, meningkatnya permintaan atas minyak kelapa sawit dan keterbatasan lahan untuk menghasilkan kelapa sawit akan terus mendukung harga minyak kelapa sawit. Saat ini Perseroan memiliki landbank yang tersedia untuk perluasan usaha kelapa sawit. Bersama dengan team manajemen yang berpengalaman, Perseroan berkeyakinan dapat memperluas kebun kelapa sawit, meningkatkan volume produksi kelapa sawit dan, dengan dukungan harga minyak kelapa sawit yang kondusif, pendapatan dan laba Perseroan akan terus meningkat setelah kebun yang baru ditanami mulai berproduksi. Faktor-faktor domestik dan internasional seperti yang telah dibahas di atas akan memberikan iklim yang baik bagi industri perkebunan kelapa sawit di masa depan. Perseroan berkeyakinan dapat memanfaatkan peluang dari kondisi usaha tersebut melalui peningkatan produksi TBS yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan profil usia tanaman perkebunan kelapa sawit Entitas Anak yang makin membaik. Perseroan juga bermaksud untuk meningkatkan usahanya lebih lanjut melalui perluasan lahan perkebunan kelapa sawitnya dan peningkatan kemampuan pengolahan perkebunan. Usaha pengolahan sagu Perseroan merupakan langkah industri perintis di Papua Barat. Perseroan memanfaatkan sistem pemanenan hutan sagu alam dengan cara yang lestari (berkesinambungan), tanpa merusak keseluruhan hutan alam itu sendiri. Apabila sagu yang tumbuh secara alami tidak dimanfaatkan, maka sagu akan terbuang percuma. Perseroan memanfaatkan batang tanaman sagu yang telah matang dan menghasilkan tepung sagu yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, maupun bahan baku industri, sumber karbohidrat lainnya. Sambil membangun, Perseroan akan mencoba menjaga dan melestarikan alam, memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di Papua dan menghasilkan laba bagi pemegang saham Perseroan. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan mengelola hutan alami sagu secara tepat, maka prospek usaha sagu akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi keseluruhan usaha Peseroan. Kegiatan usaha energi terbarukan Perseroan saat ini difokuskan pada pengolahan limbah kelapa sawit (dan nantinya limbah sagu) dan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Usaha ini merupakan usaha pelengkap atas bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan sagu Perseroan, sehingga manajemen dapat dilakukan dengan efisien. Tenaga listrik yang dihasilkan dijual kepada PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar kebun Perseroan. Dalam seluruh strategi usaha, Perseroan berusaha untuk menghasilkan laba optimal bagi pemegang saham Perseroan dengan menjaga keseimbangan harmonis antara Perseroan dengan pekerja, masyarakat sekitar usaha Perseroan, alam dan pemerintah, sesuai dengan misi dan visi Grup Perseroan. 10. Strategi Usaha Perseroan Perseroan berencana untuk memanfaatkan kelebihan yang saat ini dimiliki oleh Perseroan, yaitu fondasi perusahaan yang kuat, hubungan yang baik dengan pelanggan maupun pemasok serta program CSR yang baik untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik pada masa yang akan datang dengan menerapkan strategi dan rencana jangka panjang sebagai berikut: • Meningkatkan jumlah tanaman kelapa sawit di lahan perkebunan Perseroan. • Meningkatkan efisiensi kegiatan operasional secara berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil panen Perseroan. • Mencari peluang untuk melakukan akuisisi. • Ekspansi pada bidang usaha pelengkap. • Meningkatkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Perseroan untuk terus membina hubungan baik dengan para stakeholders. xxi 11. Kebijakan Dividen Tidak terdapat pembatasan-pembatasan (negative covenants) yang merugikan pemegang saham sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam rangka pembagian dividen. Para pemegang saham baru yang berasal dari Penawaran Umum Perdana Saham ini akan memperoleh hak-hak yang sama dan sederajat dengan pemegang saham lama Perseroan, termasuk hak untuk menerima dividen. Besarnya dividen yang akan dibagikan dikaitkan dengan keuntungan Perseroan pada tahun buku yang bersangkutan, dengan tidak mengabaikan tingkat keuntungan Perseroan dan tanpa mengurangi hak dari Rapat Umum Para Pemegang Saham Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. Berdasarkan hal-hal tersebut, kecuali ada alasan-alasan lain yang mendasar, manajemen merencanakan pembayaran dividen tunai sebanyak-banyaknya 50% dari laba bersih konsolidasian tahun berjalan mulai tahun buku 2013. xxii I. PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum Perdana Saham sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan saham biasa atas nama atau sebesar 10% (sepuluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham dengan nilai nominal Rp100,- (seratus Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan Harga Penawaran Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah)setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (”FPPS”). Nilai saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham secara keseluruhan adalah sebesar Rp400.020.000.000,- (empat ratus miliar dua puluh juta Rupiah). Saham biasa atas nama yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan Saham biasa atas nama lainnya dari Perseroan telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, hak atas pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Sesuai dengan keputusan RUPS, Perseroan akan melaksanakan program ESA dengan mengalokasikan Saham sebanyak-banyaknya sebesar 1% (satu persen) dari jumlah penerbitan Saham Yang Ditawarkan dan menerbitkan opsi Saham untuk program MSOP sebanyak-banyaknya sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham. PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. Kegiatan Usaha Utama: Perdagangan dan jasa serta pengoperasian perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan produk sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan melalui Entitas Anak Berkedudukan di Jakarta Selatan Kantor Pusat: Graha Irama Lantai 3 Jalan HR Rasuna Said Kav. 1-2 Jakarta 12950, Indonesia Telp: (021) 526-1415 Faks: (021) 526-1416 Website: www.austindogroup.com e-mail: [email protected] 4 perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 2 perkebunan di Sumatera Utara, 1 perkebunan di Pulau Belitung dan 1 perkebunan di Kalimantan Barat 1 konsesi hutan sagu yang terletak di Papua Barat 2 pembangkit tenaga listrik terbarukan yang terdiri dari 1 pembangkit di Pulau Belitung dan 1 konsorsium pembangkit tenaga listrik di Jawa Barat RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI PERSEROAN ADALAH RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT. RISIKO HARGA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT DAPAT TERJADI AKIBAT PENGARUH HARGA INTERNASIONAL. RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB VI TENTANG RISIKO USAHA DALAM PROSPEKTUS INI. 1 Struktur Permodalan Dan Susunan Pemegang Saham Perseroan Struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan pada tanggal Prospektus ini diterbitkan sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Keterangan Jumlah Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani - PT Austindo Kencana Jaya - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija - Yayasan Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Saham dalam Portepel 1.343.804.685 1.343.804.685 156.242.000 156.147.130 1.500 3.000.000.000 9.000.000.000 (%) 134.380.468.500 134.380.468.500 15.624.200.000 15.614.713.000 150.000 300.000.000.000 900.000.000.000 44,79349 44,79349 5,20807 5,20490 0,00005 100,00000 Berikut rincian nama pemegang saham Perseroan yang melakukan setoran dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum Pernyataan Pendaftaran disampaikan kepada OJK: Nama Pemegang Saham PT Memimpin Dengan Nurani PT Austindo Kencana Jaya Total Jumlah Bentuk (Rp) Setoran 134.380.468.500 Tunai 134.380.468.500 Harga Perolehan Waktu Penyetoran Waktu Distribusi (Rp) Saham 1.343.804.685 134.380.468.500 5 September 2012 5 September 2012 Jumlah Saham Tunai 268.760.937.000 1.343.804.685 134.380.468.500 2.687.609.370 268.760.937.000 5 September 2012 5 September 2012 Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Nilai Nominal (Rp) Jumlah Saham Setelah Penawaran Umum Perdana Saham (%) Jumlah Saham 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 (%) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,68724 - Sjakon George Tahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,68439 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 - - - 333.350.000 33.335.000.000 10,00045 -Masyarakat Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.333.350.000 333.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.666.650.000 866.665.000.000 Bersamaan dengan pencatatan sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham biasa atas nama atau saham baru yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini, Perseroan atas nama pemegang saham sebelum Penawaran Umum akan mencatatkan 3.000.000.000 (tiga miliar) saham biasa atas nama sehingga jumlah seluruh saham yang akan dicatatkan pada BEI berjumlah 3.333.350.000 (tiga miliar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham atau 100,00% (seratus persen) dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah Penawaran Umum. 2 Seluruh saham Perseroan yang akan dicatatkan, di luar saham-saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam jangka waktu maksimal 8 (delapan) bulan sejak Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Sesuai dengan keputusan RUPS, Perseroan akan melaksanakan program ESA dan program MSOP. Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Karyawan Perseroan Sesuai dengan keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013 yang sebagaimana tertuang dalam Berita Acara RUPS Akta No. 161 tanggal 17 Januari 2013, dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, Perseroan akan melaksanakan program ESA dan program MSOP. Tujuan utama dilaksanakannya program ESA dan program MSOP adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belonging) terhadap Perseroan yang diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan, kinerja korporasi secara keseluruhan dan pada akhirnya nilai perusahaan, sehingga seluruh pemegang saham akan menikmati. A. Program Alokasi Saham Karyawan (Employee Stock Allocation/ESA) Jumlah Saham dalam program ESA sebanyak-banyaknya sebesar 1,0% (satu koma nol persen) dari jumlah saham yang akan ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 3.333.500 (tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus) saham biasa atas nama. Saham yang akan diberikan dalam program ESA adalah dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon harga sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana Saham. Peserta yang dapat diikutsertakan dalam program ESA terdiri dari lebih dari 1.000 karyawan yang memenuhi persyaratan kepersertaan yakni adalah sebagai berikut: a. Karyawan yang tercatat pada daftar kepegawaian Perseroan dan semua Entitas Anak dan yang berada pada jenjang jabatan (job grading) dari level 8 hingga 17; dalam hal ini adalah posisi Karyawan Bulanan Tetap (KBT) hingga posisi manajer senior. b. Pada tanggal 1 April 2013, karyawan yang bersangkutan telah menjadi karyawan Perseroan dan telah lolos masa percobaan. Apabila jumlah saham yang telah dialokasikan dalam program ESA tidak terbagi habis, maka sisanya akan ditawarkan kembali kepada masyarakat. Ketentuan pelaksanaan program ESA adalah sebagai berikut: a. Program ESA ini merupakan pemberian dari Perseroan kepada karyawan dan karyawan memiliki hak untuk berpartisipasi maupun tidak atas Program ESA ini . b. Karyawan yang menduduki posisi sebagai General Manager dengan jenjang jabatan 18 ke atas dan Direksi tidak dapat berpartisipasi dalam program ESA karena mereka akan diikutsertakan dalam program MSOP. c. ESA akan diberikan dalam bentuk saham jatah pasti dengan diskon harga sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga penawaran pada saat Penawaran Umum Perdana Saham. d. Perseroan akan memberikan pinjaman tanpa bunga untuk pembayaran harga saham ESA. Peserta wajib melunasi pinjaman tersebut dengan menggunakan insentif tahunan yang akan diterima peserta ESA untuk selambat-lambatnya 4 (empat) tahun sejak tanggal pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia. 3 e. Karyawan yang mengundurkan diri sebelum pelunasan pinjaman wajib melunasi utangnya kepada Perseroan. Karyawan tersebut dapat menjual saham yang dimiliki pada saat pengunduran diri dan melunasi utangnya dengan hasil penjualan saham tersebut. f. Apabila terdapat sisa alokasi saham yang disebabkan saham tidak dibeli oleh peserta, maka kelebihan saham yang tidak dibeli oleh karyawan akan dijual ke masyarakat. g. Saham ESA akan dikenakan lock-up sekurang-kurangnya selama 12 bulan sejak tanggal pendistribusiannya dan/atau sampai dengan seluruh pinjaman telah dilunasi. h. Biaya Program ESA antara lain berupa nilai discount sebesar 20% dari harga penawaran umum, serta biaya lain terkait dengan pelaksanaan Program ESA ini, akan dikeluarkan Perseroan sebagai biaya karyawan dan akan bersumber dari dana kas Perseroan. Tata cara pembagian penjatahan saham. a. Dasar alokasi penjatahan saham diskon kepada masing-masing karyawan meliputi: 1. Posisi dan jenjang jabatan karyawan yang bersangkutan. 2. Lama masa bakti karyawan yang bersangkutan. 3. Prestasi/kinerja karyawan yang bersangkutan. 4. Kontribusi karyawan yang bersangkutan dalam proses Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan (sesuai diskresi Direksi). b. Peserta yang berminat ikut dalam Program Saham ESA agar melaksanakan ketentuan sebagai berikut: - Mentaati ketentuan peraturan kepemilikan saham ESA yang ditetapkan Perseroan dan peraturan pasar modal Indonesia. - Melakukan pendaftaran sebagai peminat saham ESA melalui bagian SDM Perseroan atau Entitas Anak di tempat karyawan peserta bekerja. Aspek perpajakan program ESA. Untuk program ESA, peserta program ESA akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan tarif yang berlaku dan wajib dibayarkan pada saat peserta program ESA menerima saham. Pada saat peserta program ESA melakukan transaksi penjualan saham melalui bursa efek atau di luar bursa efek maka pajak penghasilan akan dibebankan kepada masing-masing peserta program ESA. Atas pelaksanaan penjualan tersebut, berlaku ketentuan perpajakan sebagai berikut : a) Untuk pelaksanaan penjualan melalui bursa efek akan dikenakan pajak yang bersifat final yang sebesar 0,1% dari nilai transaksi. b) Untuk pelaksanaan penjualan saham di luar bursa efek akan dikenakan pajak yang diperhitungkan dari capital gain yang diterima oleh peserta program ESA dan akan dikenakan pajak progresif sesuai dengan tarif yang berlaku. Seluruh peserta Program ESA mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan Saham biasa atas nama lainnya dari Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen, hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS, hak atas pembagian saham bonus dan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 4 Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dan pelaksanaan program ESA dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (seratus Rupiah) Setiap Saham Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) (%) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 Setelah Penawaran Umum Perdana Saham dan program ESA Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 (%) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 40,31394 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,68724 - Sjakon George Tahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,68439 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 330.016.500 33.001.650.000 9,90045 3.333.500 333.350.000 0,10000 -Masyarakat - Karyawan melalui program ESA Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.333.350.000 333.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.666.650.000 866.665.000.000 B. Program Pemberian Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen (Management Stock Option Plan/MSOP) Hak opsi dalam program MSOP dapat digunakan untuk membeli saham baru Perseroan sebanyakbanyaknya sebesar 50.000.000 (lima puluh juta) saham biasa atas nama yang akan diterbitkan dari portepel atau sebesar 1,5% (satu koma lima persen) saham ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham. Karyawan yang dapat berpartisipasi dalam program MSOP adalah karyawan dengan posisi General Manager (jenjang jabatan 18 ke atas) serta Direksi Perseroan dan Entitas Anak yang tercatat pada 14 hari sebelum penerbitan hak opsi. Periode Penerbitan Hak Opsi Hak opsi dalam program MSOP akan diterbitkan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu: Tahap I Sejumlah 40% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini, atau sebanyak-banyaknya sejumlah 20.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia. Tahap II Sejumlah 30% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini, atau sebanyak-banyaknya sejumlah 15.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada tanggal ulang tahun pertama pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia. Tahap III Sejumlah 30% dari total hak opsi yang dapat diterbitkan dalam program MSOP ini, atau sebanyak-banyaknya sejumlah 15.000.000 hak opsi, akan didistribusikan pada tanggal ulang tahun kedua pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia. Umur Opsi (Option Life) Setiap 1 (satu) Hak opsi yang didistribusikan dapat digunakan untuk membeli 1 (satu) saham baru Perseroan selama Umur Opsi (Option life) yakni 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal pendistribusiannya 5 Masa Tunggu Hak Opsi (Vesting Period) Selama Umur Opsi, Hak opsi yang telah didistribusikan dapat digunakan untuk membeli saham baru selama dengan ketentuan hak opsi tersebut akan dikenakan vesting period selama 1 (satu) tahun sejak tanggal pendistribusiannya, dengan demikian dalam vesting period peserta belum dapat menggunakan hak opsinya untuk membeli saham Perseroan. Hak opsi tidak dapat dilaksanakan pada saat manajemen sedang berada dalam periode black-out guna menghindari adanya insider trading serta menuju tata kelola perusahaan yang baik. Periode Pelaksanaan Periode Pelaksanaan akan ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pencatatan No. I-A lampiran Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-305/BEJ/07-2004 tanggal 19 Juli 2004 yakni sebanyakbanyaknya 2 (dua) periode pelaksanaan setiap tahun dengan ketentuan setiap periode pelaksanaan akan dibuka selama 30 (tiga puluh) hari Bursa. Program MSOP ini akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Harga Pelaksanaan Program MSOP Harga Pelaksanaan hak opsi akan ditetapkan berdasarkan Butir V.2.2 Peraturan Pencatatan No. I-A Lampiran Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep-305/BEJ/07-2004 tanggal 19 Juli 2004, yakni sekurang-kurangnya 90% rata-rata harga penutupan perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia sebelum tanggal pemberitahuan Perseroan kepada Bursa Efek Indonesia tentang pembukaan Periode Pelaksanaan (window exercise) atas hak opsi dalam program MSOP. Aspek Perpajakan dalam Program MSOP Dalam program MSOP, Perseroan menerbitkan hak opsi kepada para peserta, dimana Peserta dapat mengunakan hak opsi tersebut untuk membeli saham pada periode pelaksanaan yang akan dibuka sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Dalam hal ini, tidak terdapat aspek perpajakan bagi Perseroan maupun peserta program MSOP yang menerima hak opsi. Apabila setelah periode lock-up peserta program MSOP mengunakan hak opsinya untuk membeli saham dengan membayar harga pelaksanaan dan yang bersangkutan melaksanakan transaksi penjualan saham hasil pelaksanaan hak opsi, maka atas pelaksanaan penjualan saham hasil pelaksanaan hak opsi tersebut berlaku ketentuan perpajakan sebagai berikut : a) Untuk pelaksanaan penjualan melalui bursa efek akan dikenakan pajak yang bersifat final yang besarnya 0,1% dari nilai transaksi. b) Untuk pelaksanaan penjualan saham di luar bursa efek akan dikenakan pajak yang diperhitungkan dari capital gain yang diterima oleh Perserta dan akan dikenakan pajak progresif sesuai dengan tarif yang berlaku. 6 Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan, pelaksanaan program ESA dan MSOP dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum Perdana Saham secara proforma adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Biasa Atas Nama Dengan Nilai Nominal Rp100,- (Seratus Rupiah) Setiap Saham Sebelum Penawaran Umum Perdana Saham Keterangan Modal Dasar Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 (%) Setelah Penawaran Umum Perdana Saham, program ESA dan program MSOP Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000 (%) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - PT Memimpin Dengan Nurani 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 39,71817 - PT Austindo Kencana Jaya 1.343.804.685 134.380.468.500 44,79349 1.343.804.685 134.380.468.500 39,71817 - George Santosa Tahija 156.242.000 15.624.200.000 5,20807 156.242.000 15.624.200.000 4,61797 - Sjakon George Tahija 156.147.130 15.614.713.000 5,20490 156.147.130 15.614.713.000 4,61516 - Yayasan Tahija 1.500 150.000 0,00005 1.500 150.000 0,00004 330.016.500 33.001.650.000 9,75413 3.333.500 333.350.000 0,09853 50.000.000 5.000.000.000 1,47783 -Masyarakat - Karyawan melalui program ESA - Program MSOP Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 3.000.000.000 300.000.000.000 100,00000 3.383.350.000 338.335.000.000 100,00000 Saham dalam Portepel 9.000.000.000 900.000.000.000 8.616.650.000 861.665.000.000 7 II. RENCANA PENGGUNAAN DANA Perseroan merencanakan untuk menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham setelah dikurangi biaya-biaya emisi untuk: • Sekitar 60,4%, sejumlah USD21,4 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp207,8 miliar (1), akan digunakan untuk membiayai belanja modal Entitas Anak yang berkaitan dengan: (i) kegiatan penanaman perkebunan kelapa sawit pada tahun 2013-2014 serta pembangunan PKS di perkebunan Kalimantan Barat yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat pada tahun 2013-2015; dan/atau (ii) pembayaran kegiatan pembebasan lahan dan pengurusan perolehan sertifikat Hak Guna Usaha, pembibitan, penanaman kelapa sawit, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung perkebunan di lahan Empat Lawang, Sumatera Selatan dan Maybrat dan Sorong Selatan, Papua Barat selama tahun 2013-2015. Segmen kelapa sawit ini mendapatkan alokasi terbesar dari penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham karena segmen ini merupakan kegiatan utama Perseroan dan Entitas Anak yang akan terus dikembangkan mengingat potensi pasar yang baik dan permintaan pasar yang besar. Hingga saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan belum menetapkan pihak-pihak yang akan terkait dengan pelaksanaan pembelanjaan modal di atas. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan juga akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/ atau sumber pembiayaan lainnya untuk kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini. • Sekitar 8,5%, sejumlah USD3 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp29,2 miliar (1), akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung kegiatan usaha sagu, yang mencakup antara lain adalah: (i) penyelesaian pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu dengan kapasitas 3.000 ton/ bulan di Saga pada tahun 2013-2014; dan/atau (ii) pembangunan kanal, jalan dan infrastruktur transportasi lainnya di daerah konsesi milik Entitas Anak yaitu PT ANJ Agri Papua selama tahun 2013-2015; dan/atau (iii) pembangunan dermaga, instalasi generator listrik, kantor, perumahan karyawan, sekolah dan fasilitas-fasilitas lainnya untuk karyawan di kawasan Tanjung Seget pada tahun 2013-2015; dan/atau (iv) pembangunan pabrik tepung basah (wet starch) dan ekspansi lini produksi pabrik pengolahan tepung sagu menjadi 5.000 ton/bulan di distrik Metamani pada tahun 2014-2015. Pengalokasian hasil Penawaran Umum Perdana Saham pada segmen ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk melakukan diversifikasi jenis usaha baru dalam bidang pangan, yakni sagu karena Perseroan menilai sagu memiliki prospek usaha yang baik bagi Perseroan. Perseroan melalui Entitas Anak terkait, yaitu PT ANJ Agri Papua menggunakan jasa PT Duta Prima untuk jasa pembangunan infrastruktur. Pada tanggal diterbitkannya Prospektus ini, Perseroan maupun Entitas Anak terkait, yaitu PT ANJ Agri Papua tidak memiliki hubungan afiliasi dengan PT Duta Prima. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan juga akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/atau sumber pembiayaan lainnya untuk kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini. • Sekitar 2,8%, sejumlah USD1 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp9,7 miliar (1), akan digunakan untuk: (i) menyelesaikan instalasi generator listrik biogas yang terletak di Pulau Belitung dengan kapasitas 1,2MW yang diharapkan mulai beroperasi pada kuartal ketiga tahun 2013; dan/atau (ii) untuk membangun proyek pembangkit listrik biogas yang serupa di Perkebunan Sumatera Utara I dengan perkiraan kapasitas 1,2MW pada tahun 2013-2015. 8 Pengalokasian hasil Penawaran Umum Perdana Saham pada segmen ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk mengembangkan jenis usaha baru melalui Entitas Anaknya yaitu PT Austindo Aufwind New Energy, guna melengkapi kegiatan usaha utama Perseroan di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, di mana limbah pengolahan kelapa sawit yang berbentuk gas metana dapat digunakan oleh PT Austindo Aufwind New Energy sebagai bahan baku biogas penghasil tenaga listrik. Peralatan pembangkit listrik biogas ini menggunakan teknologi Jerman yang dipasok oleh MWM GmbH, Biogas Clean A/S, dan Hofstetter Umwelttechnik AG. Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan maupun Entitas Anak terkait, yaitu PT Austindo Aufwind New Energy tidak memiliki hubungan terafiliasi dengan para pemasok tersebut. Selain dana yang diterima dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan juga akan menggunakan dana dari operasional Perseroan dan/atau sumber pembiayaan lainnya untuk kegiatan usaha yang telah diungkapkan di atas ini. • Sekitar 28,3%, sejumlah USD10 juta, atau dengan nilai ekuivalen Rp97,3 miliar (1), akan digunakan untuk pembayaran cicilan pokok utang Perseroan atas fasilitas pinjaman dari J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch. 1. Riwayat Utang Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) dan pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah mencairkan fasilitas tersebut sejumlah USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). 2. Tingkat Bunga Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank. 3. Jangka waktu dan jatuh tempo Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya. 4.Jaminan Perseroan tidak memberikan jaminan apapun untuk fasilitas pinjaman ini. 5. Tujuan penggunaan pinjaman a. sebagai tambahan modal kerja; b. sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM dan PMP yang memiliki lahan untuk perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham PPM dan PMP telah diselesaikan pada tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya akta jual beli dengan para penjualnya, yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka Agro Sejahtera (“PAS”) untuk PMP dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk PPM. Pada saat penandatanganan akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation Pte. Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd. maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari Perseroan maupun ANJA. 6. Nominal pinjaman Nominal pinjaman adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) dan tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman pada saat Prospektus ini diterbitkan berjumlah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). 7.Dividen Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen. 8. Pembayaran Dipercepat Tidak terdapat syarat untuk pembayaran yang dipercepat. 9 9. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan. 10. Jumlah utang yang akan dibayar Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat), sedangkan sisanya berasal dari dana operasional Perseroan. Catatan: (1) Perseroan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal 24 April 2013 yaitu Rp9.727 untuk setiap dolar Amerika Serikat dalam perhitungan nilai ekuivalen Rupiah rencana penggunaan dana. Belanja modal akan dilakukan oleh Entitas Anak di mana Perseroan akan melakukannya melalui penyertaan modal saham dan/atau pinjaman kepada Entitas Anak. Dalam hal Perseroan memberikan pinjaman kepada Entitas Anak, pinjaman tersebut dapat dikonversikan menjadi penyertaan modal saham dan/atau dikembalikan. Pengembalian pinjaman akan bersumber dari pendapatan masingmasing Entitas Anak. Diperkirakan masa pengembalian pinjaman tersebut adalah paling lama 10 tahun, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku umum. Dana yang diterima oleh Perseroan dari pengembalian pinjaman tersebut selanjutnya akan dipergunakan kembali sebagai pembelanjaan modal. Perseroan akan mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham ini secara periodik kepada Pemegang Saham dalam RUPS dan melaporkan kepada OJK sesuai dengan Peraturan No. X.K.4 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. Apabila di kemudian hari Perseroan bermaksud mengubah rencana penggunaan dananya maka Perseroan terlebih dahulu akan meminta persetujuan RUPS dan akan melaporkannya ke OJK sesuai dengan Peraturan No. X.K.4 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-27/PM/2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. Apabila penggunaan dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini maupun penggunaan dana yang diperoleh dari sumber pembiayan lain yang terkait dengan kegiatan belanja modal tersebut di atas memenuhi ketentuan kriteria Transaksi Afiliasi dan/atau Transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan serta Transaksi Material dan/atau Perubahan Kegiatan Usaha Utama, maka Perseroan akan mengikuti Peraturan Bapepam-LK No.IX.E.1 dan/atau Peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2. Sesuai dengan Surat Edaran yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK No. SE-05/BL/2006 tanggal 29 September 2006 tentang Keterbukaan Informasi Mengenai Biaya yang Dikeluarkan Dalam Rangka Penawaran Umum Saham maka total perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh Perseroan adalah sebesar 14% (empat belas persen) dari nilai emisi Saham yang meliputi: • Biaya jasa untuk Penjamin Emisi Efek yang terdiri biaya jasa penyelenggaraan (praecipium fee) sebesar 0,23% (nol koma dua tiga persen), biaya jasa penjaminan (underwriting fee) sebesar 0,575% (nol koma lima tujuh lima persen), dan biaya jasa penjualan (selling fee) sebesar 0,115% (nol satu satu lima persen). • Biaya Profesi Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari: biaya jasa Akuntan Publik sekitar 0,57% (nol koma lima tujuh persen), Konsultan Hukum sekitar 0,38% (nol koma tiga delapan persen), dan Notaris sekitar 0,06% (nol koma nol enam persen). • Biaya Lembaga Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari: biaya jasa KSEI dan pencatatan BEI sekitar 0,01% (nol koma nol satu persen) serta Biro Administrasi Efek sekitar 0,04% (nol koma nol empat persen). • Biaya jasa konsultasi keuangan sekitar 5,45% (lima koma empat lima persen). • Biaya lain-lain (penyelenggaraan Public Expose dan Due Diligence, roadshow, percetakan Prospektus, sertifikat serta formulir, iklan surat kabar, dan lain-lainnya) sekitar 6,57% (enam koma lima tujuh persen). Apabila dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham belum dipergunakan seluruhnya, maka penempatan sementara dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham tersebut harus dilakukan Perseroan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian atas kredibilitas penerima dana, dan likuiditas dan tingkat imbal hasil atau keuntungan finansial yang wajar bagi Perseroan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10 III. PERNYATAAN UTANG Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan mempunyai jumlah liabilitas sebesar USD71,7 juta, yang terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD55,9 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar USD15,8 juta. Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 Keterangan Liabilitas Jangka Pendek Utang bank jangka pendek Utang usaha Utang pajak Utang lain-lain Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun Biaya masih harus dibayar Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 1.500 4.580 26.534 9.646 1.340 8.167 2.341 1.773 55.881 Liabilitas Jangka Panjang Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang lain-lain jangka panjang Provisi konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Jumlah Liabilitas Jangka Panjang Jumlah Liabilitas 427 2.010 1.007 294 2.967 9.112 15.818 71.699 1. Liabilitas Jangka Pendek. a. Utang Bank Jangka Pendek. Saldo pinjaman bank jangka pendek Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD1,5 juta, dapat diperinci pinjaman bank jangka pendek Perseroan sebagai berikut: Keterangan Credit Suisse Cabang Singapura (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 1.500 Credit Suisse Cabang Singapura GMIT (entitas anak) memiliki fasilitas kredit commercial line sebesar USD3.000.000 dari Credit Suisse Cabang Singapura, dengan tingkat bunga 0,5% di atas tingkat suku bunga pendanaan. Pada tanggal 31 Desember 2012, saldo pinjaman adalah sebesar USD1.500.000, dengan jangka waktu 3 bulan. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka milik Perseroan. Pada tanggal 17 Januari 2013, pinjaman bank tersebut telah dilunasi sebesar USD1.000.000. 11 b. Utang Usaha. Saldo utang usaha Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar USD4,6 juta dapat diperinci berdasarkan jenis segmen usaha sebagai berikut: Keterangan Pihak Ketiga Tanaman Kelapa Sawit Pembangkit Listrik Sagu Tembakau Jumlah (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 3.743 834 2 2 4.580 c. Utang Pajak Saldo utang pajak yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD26,5 juta dapat diperinci sebagai berikut : Keterangan Pajak Penghasilan – Perseroan Pajak Penghasilan – Entitas Anak Pajak Penghasilan Pasal 21 Pasal 25 Pasal 4 ayat 2 Pasal 23/26 Pasal 22 Pasal 15 Jumlah (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 17.795 2.982 3.207 2.152 345 29 23 0 26.534 d. Utang lain-lain Saldo utang lain-lain Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD9,6 juta dapat diperinci sebagai berikut: Keterangan Utang pihak ketiga Uang muka dari pelanggan Klaim atas pengembalian pajak Lain-lain Jumlah (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 3.697 4.384 1.350 215 9.646 e. Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun Pada tahun 2012, pendapatan ditangguhkan merupakan selisih antara hasil penjualan dan nilai buku aset dalam transaksi jual dan sewa balik oleh SMM sebesar USD3,3 juta yang disajikan sebagai bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar USD1,3 juta dan bagian jangka panjang sebesar USD2 juta. 12 f. Biaya masih harus dibayar Saldo biaya yang masih harus dibayar Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD8,2 juta dapat diperinci sebagai berikut : Keterangan Gaji, bonus dan tunjangan Jasa profesional Lain-lain Jumlah (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 5.305 57 2.806 8.167 g. Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Saldo pinjaman bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD2,3 juta dengan rincian sebagai berikut : Keterangan PT Bank Central Asia Tbk (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 2.341 Pada tanggal 29 Januari 2010, GMIT (entitas anak) memperoleh fasilitas kredit dari Bank BCA yang terdiri dari: - Fasilitas kredit lokal sebesar Rp 2 miliar, dengan tingkat bunga 10,75% per tahun. - Fasilitas pinjaman berjangka revolving sebesar Rp 20 miliar, dengan tingkat suku bunga 10,50% per tahun. - Fasilitas pinjaman berjangka incidental sebesar Rp 3 miliar dengan tingkat suku bunga10,50% per tahun. Pada tanggal 28 Oktober 2012, GMIT memperoleh tambahan fasilitas pinjaman berjangka revolving menjadi sebesar Rp 23 miliar. Fasilitas kredit yang diperoleh dari BCA dijamin dengan persediaan GMIT (tembakau Besuki N.O.) sejumlah Rp 15 miliar dan semua tanah dan bangunan GMIT. Pada tanggal 29 Januari 2012, fasilitas kredit tersebut diperpanjang sampai tanggal 29 Januari 2013 dan diperpanjang kembali sampai tanggal 29 Januari 2014. Perjanjian pinjaman juga mencakup persyaratan tertentu, antara lain membatasi hak GMIT untuk memperoleh pinjaman/kredit baru dari pihak lain dan/atau mengikatkan diri sebagai penjamin, meminjamkan uang kecuali dalam rangka menjalankan usaha, melakukan peleburan, penggabungan, likuidasi serta mengubah status kelembagaan. h. Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Saldo utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar USD1,8 juta dapat diperinci sebagai berikut : Keterangan Pembayaran yang jatuh tempo tahun : 2013 2014 2015 Jumlah pembayaran minimum sewa Bunga Nilai kini pembayaran minimum sewa Utang sewa pembiayaan jangka pendek Utang sewa pembiayaan jangka panjang - bersih (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 1.839 307 153 2.299 (99) 2.200 (1.773) 427 13 SMM (entitas anak) mengadakan perjanjian jual dan sewa balik atas bangunan, mesin dan peralatan dengan PT Mitra Pinasthika Mustika Finance pada tanggal 7 Desember 2012. Berdasarkan evaluasi terhadap persyaratan dan kondisi dalam perjanjian ini, SMM menentukan bahwa transaksi sewa ini memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Hasil penjualan sebesar USD4 juta yang merupakan nilai wajar aset telah diterima pada tanggal 7 Desember 2012. Selisih antara hasil penjualan dan nilai buku aset sebesar USD3,3 juta dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan. Ringkasan persyaratan dan ketentuan transaksi jual dan sewa balik diatas adalah sebagai berikut: • • • • • • Pembiayaan bersih Suku bunga Jangka waktu Cicilan Beban provisi Asuransi : : : : : : USD2,2 juta 9,5% per tahun, suku bunga mengambang (setiap 6 bulan) di akhir 30 bulan USD1,6 juta (pembayaran 1), USD25 ribu (bulan 2 - 30) USD 11 ribu (0,5% dari pembayaran bersih) Ditanggung penyewa 2. Liabilitas Jangka Panjang a. Utang lain-lain jangka panjang Saldo utang lain-lain jangka panjang Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD1,0 juta. Perseroan membeli 22.825.100 saham atau 35,09% kepemilikan PMN (entitas anak) dari pemegang saham lainnya yang dilakukan selama bulan Agustus – September 2012. Terdapat kewajiban kontinjensi maksimum sebesar Rp 9,479 miliar (setara dengan USD1.006.781) yang akan dibayar dalam tahun 2014-2015, dalam hal Perseroan tidak menerima klaim dari pembeli saham AI (entitas anak), yang telah menerima jaminan dari Perseroan untuk hak pemenuhan klaim tersebut. b. Provisi perjanjian konsesi jasa Saldo provisi perjanjian konsesi jasa Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD294 ribu. Kontrak Operasi Bersama (KOB) dan Perjanjian Jual Beli Listrik DGI memiliki semua ciri konsesi jasa dan infrastruktur yang timbul dari perjanjian-perjanjian yang dikendalikan oleh pemberi konsesi, oleh karena itu manajemen berpendapat bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan perjanjian konsesi jasa. DGI menerapkan ISAK 16 secara prospektif pada awal periode sajian paling awal karena tidak praktis bagi DGI untuk menerapkan Interpretasi ini secara retrospektif sebagai mana diizinkan oleh Interpretasi ini. Penerapan retrospektif tidak praktis karena aktivitas eksplorasi dan konstruksi dari Fasilitas Lapangan dan Fasilitas Pembangkit Listrik dilakukan sebelum tahun 2000 untuk Pembangkit Tenaga Listrik Darajat Unit II dan III sehingga pencatatan mengenai aktivitas konstruksi yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian secara retrospektif tidak disimpan/tersedia untuk memungkinkan estimasi andal atas marjin konstruksi. Provisi atas kewajiban kontraktual dicatat secara restropektif. Provisi Perjanjian Konsesi Jasa merupakan nilai masa kini dari kewajiban kontraktual minimum berkaitan dengan KOB. Mutasi provisi yang diakui dalam laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut: (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 490 (204) 8 294 Keterangan Saldo awal Pembentukan provisi Realisasi selama periode berjalan Kenaikan provisi yang disebabkan oleh berlalunya waktu Saldo akhir Dikurangi: Bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun Bagian tidak lancar 294 14 Penghitungan nilai kini provisi untuk tahun berakhir 31 Desember 2012 menggunakan tingkat diskonto 1,69%. c. Liabilitas pajak tangguhan Saldo liabilitas pajak tangguhan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar USD3,0 juta dengan rincian sebagai berikut : (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 Keterangan Entitas anak : PT Darajat Geothermal Indonesia PT Surya Makmur PT Aceh Timur Indonesia Jumlah 984 1.127 856 2.967 d. Kewajiban imbalan pasca kerja Kewajiban imbalan pasca kerja Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar USD9,1 juta dapat diperinci sebagai berikut: Keterangan Nilai kini kewajiban jasa lalu Biaya jasa lalu Kewajiban bersih (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 9.195 (83) 9.112 Mutasi liabilitas bersih yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut: Keterangan Saldo awal tahun Beban tahun berjalan Pembayaran manfaat Rugi aktuarial dicatat dalam pendapatan komprehensif lainnya Kelebihan pembayaran periode berjalan Tunjangan cuti Penyesuaian kurs penjabaran Saldo akhir tahun (dalam USD ribu) 31 Desember 2012 9.334 10.340 (296) 605 (10.178) 2 (694) 9.112 Biaya imbalan pasca kerja ini dihitung setiap tahun oleh aktuaris independen, PT Dayamandiri Dharmakonsilindo dalam laporan masing-masing tertanggal 23 Januari 2013, 14 Pebruari 2012 dan 7 Januari 2011 untuk 31 Desember 2012, 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010. Penilaian aktuarial dilakukan menggunakan asumsi utama sebagai berikut: 31 Desember 2012 CSO-1980 dan Tabel Mortalitas Indonesia 1999 56-60 tahun 8,00% - 15,00% 6,30% - 8,90% Keterangan Tingkat kematian Umur pensiun normal Tingkat kenaikan gaji per tahun Tingkat diskonto per tahun 15 3. Komitmen dan Kontinjensi a. Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan dan ANJA (Entitas Anak) memperoleh fasilitas kredit sebesar masing-masing sebesar USD35 juta dan USD10 juta dari J.P. Morgan International Bank Limited Cabang Brussels, dengan bunga 0,25% di atas biaya pendanaan. Jangka waktu pinjaman adalah 3 bulan setelah penarikan pertama, dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak. Fasilitas ini dijaminkan dengan deposito berjangka pemegang saham, PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya di bank yang sama. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan. Adapun rincian utang tersebut adalah sebagai berikut: - PT Austindo Nusantara Jaya 1. Nama Pihak a. Perseroan sebagai Peminjam; b. J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sebagai Pemberi Pinjaman (“Bank”). 2. Riwayat Utang Pada tanggal 29 November 2012, Perseroan memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). 3. Tingkat Bunga Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank. 4. Jangka waktu dan jatuh tempo Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya. 5.Jaminan Perseroan tidak memberikan jaminan apapun untuk fasilitas pinjaman ini. 6. Tujuan penggunaan pinjaman a. sebagai tambahan modal kerja; b. sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM dan PMP yang memiliki lahan untuk perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham PPM dan PMP telah diselesaikan pada tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya akta jual beli dengan para penjualnya, yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka Agro Sejahtera (“PAS”) untuk PMP dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk PPM. Pada saat penandatanganan akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation Pte. Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd. maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari Perseroan maupun ANJA. 7. Nominal pinjaman Nominal pinjaman adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat) dan tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman pada saat Prospektus ini diterbitkan berjumlah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). 8.Dividen Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen. 9. Pembayaran Dipercepat Tidak terdapat syarat untuk pembayaran yang dipercepat. 10. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan. 11. Jumlah utang yang akan dilunasi Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). 16 - PT Austindo Nusantara Jaya Agri 1. Nama Pihak a. PT Austindo Nusantara Jaya Agri sebagai Peminjam; b. J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sebagai Pemberi Pinjaman (“Bank”). 2. Riwayat Utang Pada tanggal 29 November 2012, PT Austindo Nusantara Jaya Agri memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat). 3. Tingkat Bunga Tingkat suku bunga pinjaman adalah 0,25% per tahun ditambah biaya pendanaan Bank. 4. Jangka waktu dan jatuh tempo Utang pokok dan bunga akan jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan antara Perseroan dengan bank pada saat Perseroan menarik fasilitas pinjaman. Utang bunga untuk periode pinjaman lebih dari tiga bulan terhutang pada bulan ketiga dan kelipatannya. 5.Jaminan PT Austindo Nusantara Jaya Agri atau Perseroan tidak memberikan jaminan apapun untuk fasilitas pinjaman ini. 6. Tujuan penggunaan pinjaman adalah sebagai pembayaran perolehan akuisisi saham PPM dan PMP yang memiliki lahan untuk perkebunan sawit di Papua Barat. Akuisisi saham PPM dan PMP telah diselesaikan pada tanggal 7 Januari 2013 dengan ditandatanganinya akta jual beli dengan para penjualnya, yaitu (i) Xinyou Plantation Pte. Ltd. dan PT Pusaka Agro Sejahtera (“PAS”) untuk PMP dan (ii) Xinfeng Plantation Pte. Ltd. dan PAS untuk PPM. Pada saat penandatanganan akta jual beli PPM dan PMP, baik Xinyou Plantation Pte. Ltd., Xinfeng Plantation Pte. Ltd. maupun PAS bukan merupakan pihak afiliasi dari ANJA maupun Perseroan. 7. Nominal pinjaman Nominal pinjaman sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat) dan tidak ada saldo pinjaman pada tanggal 31 Desember 2012. Saldo pinjaman pada saat Prospektus ini diterbitkan berjumlah USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat). 8.Dividen Tidak terdapat larangan / pembatasan pembayaran dividen. 9. Pembayaran Dipercepat Tidak terdapat persyaratan untuk pembayaran yang dipercepat. 10. Sifat hubungan afiliasi dengan Perseroan Bank tidak memiliki hubungan afiliasi dengan ANJA atau dengan Perseroan. 11. Jumlah utang yang akan dilunasi Jumlah utang kepada Bank yang akan dilunasi dengan menggunakan penerimaan hasil Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebesar USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat). b. Pada tanggal 17 Juli 2006, Perseroan memperoleh fasilitas kredit sebesar USD10 juta dari Credit Suisse Bank. Bunga fasilitas kredit rekening koran tersebut sebesar 0,5% per tahun diatas tingkat suku bunga rekening koran atau biaya pendanaan, mana yang lebih tinggi. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan. 17 c. Pada tanggal 28 Agustus 2012, GMIT (entitas anak) menerima pembayaran uang muka dari Scandinavian Tobacco Group (STG) sejumlah EUR120.877 untuk pembelian sejumlah tembakau Besuki N.O.. Pengiriman tembakau akan dilakukan sesuai dengan instruksi dari STG. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, pengiriman belum dilakukan dan seluruh uang muka tersebut dicatat dalam utang lain-lain. d. Sepanjang tahun 2012, GMIT (entitas anak) menerima pembayaran uang muka dari Neos Sigarefabriek N.V. (Neos) sejumlah EUR1.544.816 untuk pembelian sejumlah tembakau Besuki N.O. Pengiriman tembakau akan dilakukan sesuai dengan instruksi dari Neos. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, GMIT telah mengirimkan sebagian tembakau yang dipesan senilai EUR711.563, sehingga jumlah uang muka tersisa sejumlah EUR833.253, dicatat sebagai utang lain-lain. 4. Penggunaan Fasilitas Kredit Setelah Tanggal Pelaporan Keuangan a. Pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah mencairkan fasilitas pada J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sejumlah USD35.000.000 (tiga puluh lima juta dolar Amerika Serikat). b. Pada tanggal 2 Januari 2013, PT Austindo Nusantara Jaya Agri telah mencairkan fasilitas pada J.P. Morgan International Bank Limited Brussels Branch sejumlah USD10.000.000 (sepuluh juta dolar Amerika Serikat). SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012 TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI. PADA TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TELAH MELUNASI SELURUH LIABILITAS YANG TELAH JATUH TEMPO. TIDAK ADA LIABILITAS YANG TELAH JATUH TEMPO YANG BELUM DILUNASI OLEH PERSEROAN. DARI TANGGAL 31 DESEMBER 2012 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN TANGGAL 31 DESEMBER 2012, DAN DARI TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TERSEBUT SAMPAI DENGAN TANGGAL EFEKTIF PERNYATAAN PENDAFTARAN INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS DAN IKATAN-IKATAN BARU SELAIN LIABILITAS-LIABILITAS YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA LIABILITAS-LIABILITAS YANG TELAH DINYATAKAN DI ATAS DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN PROSPEKTUS INI DAN TIDAK MEMILIKI PINJAMAN YANG DIBUAT OLEH PERSEROAN DAN/ATAU ANAK PERUSAHAAN, YANG DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN PIHAK BERELASI. MANAJEMEN DALAM HAL INI BERTINDAK UNTUK DAN ATAS NAMA PERSEROAN SERTA SEHUBUNGAN DENGAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWABNYA DALAM PERSEROAN DENGAN INI MENYATAKAN KESANGGUPANNYA UNTUK MEMENUHI PADA SAAT JATUH TEMPO SELURUH LIABILITAS YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN SERTA DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS INI. ATAS MASING-MASING KEWAJIBAN TERSEBUT DI ATAS TIDAK TERDAPAT NEGATIVE COVENANTS YANG MERUGIKAN KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM. SAMPAI SAAT PENERBITAN PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI PEMBATASAN UTANG YANG PENTING SEPERTI PEMBATASAN PEMBAGIAN DIVIDEN, PEMBATASAN PEROLEHAN UTANG BARU DAN PEMBATASAN RASIO KEUANGAN. SAMPAI SAAT PENERBITAN PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI PELANGGARAN ATAS PERSYARATAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DILAKUKAN OLEH PERSEROAN ATAU ENTITAS ANAK YANG BERDAMPAK MATERIAL TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA PERSEROAN. 18 IV. IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting Perseroan yang berasal dari dan/atau dihitung berdasarkan laporan keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010, 2009 dan 2008. Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 December 2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 revisi dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, yang tidak disajikan kembali dan tidak tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya tidak tercantum dalam Prospektus ini. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Keterangan ASET Aset Lancar Kas dan setara kas Rekening bank yang dibatasi penggunaannya Deposito berjangka Investasi pada efek yang diperdagangkan pada nilai wajar Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan Aset derivatif Biaya dibayar di muka dan uang muka Aset dimiliki untuk dijual Jumlah Aset Lancar (dalam USD ribu) 2008*) 31 Desember 2009*) 2010 2011 2012 94.475 1.915 119.433 801 10.000 132.294 294 - 90.913 - 76.599 1.500 81.435 45.269 57.752 110.470 4.846 13.949 - 17.356 25 25.263 28 33 40 27.494 52.356 58.249 - - 1.084 4.348 4.883 1.213 1.434 5.127 10.527 15.076 - - 1.585 1.757 2.984 1.971 2.251 6.510 5.313 4.378 243.265 9.302 9.016 280.189 11.172 8.974 316.969 14.261 4.132 424.441 647.434 16.067 6.582 109.319 19 Keterangan Aset Tidak Lancar Piutang dari perjanjian konsesi jasa Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang lain - lain jangka panjang Deposito berjangka Investasi pada entitas asosiasi Investasi lain-lain Properti investasi Aset pajak tangguhan Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi Uang muka pembelian mesin Goodwill Klaim atas pengembalian pajak Aset lain-lain Jumlah Aset Tidak Lancar JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Jangka Pendek Utang bank jangka pendek Utang usaha Utang jasa asuransi Uang muka atas penjualan investasi entitas anak Utang pajak Liabilitas derivatif Utang lain-lain Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun Biaya masih harus dibayar Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual Jumlah Liabilitas Jangka Pendek (dalam USD ribu) 2008*) 31 Desember 2009*) 2010 2011 2012 - 6.422 6.389 6.351 6.305 14.991 11.127 23.654 - - 24.528 14.899 63.254 - - 320 5.304 18.655 1.612 3.078 372 6.221 18.657 6.898 4.571 804 9.515 30.789 6.898 5.288 13. 025 24.635 6.898 5.634 688 16.829 23.978 6.267 127.944 130.861 129.512 133.072 140.965 48.766 97.597 128.142 62.255 77.866 964 5.689 1.858 253.710 496.975 989 2.387 8.951 65 2.355 312.373 592.562 994 89 7.493 1.724 3.762 418.307 735.276 1.135 1.907 4.968 1.592 3.805 265.276 912.711 865 2.065 4.968 1.430 7.825 290.049 399.368 3.101 7.808 - 22.438 2.544 15.375 - 10.041 7.537 19.298 3.405 - 1.500 4.580 - 9.737 1.818 5.322 5.990 283 7.129 8.766 933 10.799 11.007 6.727 8.418 26.534 9.646 5.160 5.101 8.551 8.045 1.340 8.167 62.581 45.616 68.674 2.255 2.341 - 1.086 503 - 1.773 - 869 136 - - 95.527 106.432 135.239 354.828 394.685 55.881 20 Keterangan Liabilitas Jangka Panjang Utang bank - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang lain-lain jangka panjang Obligasi konversi Provisi program insentif kenaikan nilai Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Kompensasi berbasis saham Jumlah Liabilitas Jangka Panjang Jumlah Liabilitas EKUITAS Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per saham pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per saham pada 31 Desember 2011, 2010, 2009, dan 2008 Tambahan modal disetor: Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Pendapatan komprehensif lain Saldo laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya Ekuitas diatribusikan kepada pemilik perusahaan Kepentingan non-pengendali Jumlah Ekuitas Jumlah Liabilitas dan Ekuitas (dalam USD ribu) 2008*) 31 Desember 2009*) 2010 2011 2012 9.049 45.107 114.483 - - - 725 440 - 427 4.540 3.742 4.540 2.806 12.494 4.112 1.900 2.010 1.007 - 1.752 3.672 733 19.747 115.274 869 1.191 5.689 3.703 65.565 171.997 2.190 9.452 2.123 148.099 283.337 7.612 9.334 18.846 413.531 294 2.967 9.112 15.818 71.699 15.084 15.084 15.084 15.084 43.159 - - - 13.004 31.346 (20.786) 31.077 (3.948) 31.428 8.348 32.386 1.826 30.608 (663) 676 346.654 676 366.064 676 386.760 676 437.390 676 240.179 372.973 8.727 381.700 496.975 408.952 11.613 420.565 592.562 442.296 9.643 451.939 735.276 487.361 11.818 499.179 912.711 326.962 707 327.669 399.368 Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen 21 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian Keterangan OPERASI YANG DILANJUTKAN: Pendapatan dari penjualan Pendapatan konsesi jasa Pendapatan jasa kesehatan Pendapatan sewa kendaraan Pendapatan jasa pembiayaan Bagian laba bersih entitas asosiasi Laba instrumen derivatif Pendapatan underwriting asuransi Pendapatan dividen Pendapatan bunga Laba kurs mata uang asing Pendapatan lain-lain JUMLAH PENDAPATAN Beban pokok penjualan Beban jasa kesehatan Beban jasa sewa kendaraan Beban konsesi jasa Provisi program insentif kenaikan nilai Rugi penjualan efek diperdagangkan dan investasi lain- lain Penurunan nilai dari investasi lain-lain Beban penjualan Beban bunga Beban karyawan Beban umum dan administrasi Rugi instrumen derivatif Rugi kurs mata uang asing Beban lain-lain JUMLAH BEBAN LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN OPERASI YANG DIHENTIKAN: Laba bersih dari operasi yang dihentikan LABA BERSIH TAHUN BERJALAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN DARI: Operasi yang di lanjutkan Perubahan nilai wajar atas investasi tersedia untuk dijual Rugi aktuarial Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Manfaat (beban) pajak tangguhan Operasi yang dihentikan Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Perubahan nilai transaksi lindung nilai Beban pajak tangguhan Jumlah pendapatan komprehensif lainsetelah pajak JUMLAH LABA KOMPREHENSIF (dalam USD ribu) Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009*) 2010 2011 2012 2008*) 116.408 6.407 16.339 2.344 3.285 3.078 5.113 4.859 4.768 162.601 100.827 6.846 19.519 17.298 1.638 3.106 1.888 2.668 1.969 6.056 161.814 120.597 5.615 3.295 5.596 538 1.045 136.686 158.160 6.003 4.621 9.974 1.105 5.463 185.327 159.881 5.979 3.861 7.925 1.991 2.010 3.418 185.064 43.125 2.766 4.540 46.906 3.061 12.730 - 62.370 2.968 2.572 80.889 2.612 1.956 85.737 2.495 - 6.229 3.787 1.532 5.820 16.894 19.060 2.322 1.080 107.157 55.444 (23.801) 1.364 9.277 14.525 21.575 5.688 472 115.597 46.217 (19.176) 1.459 72 16.623 9.787 2.454 80 13.424 9.517 2.249 247 20.104 14.878 218 1.295 97.364 39.321 (14.793) 316 1.738 112.986 72.341 ( 26.588) 91 125.802 59.263 (17.306) 31.643 27.041 24.528 45.753 41.957 - - 8.072 10.572 56.703 31.643 27.041 32.600 56.325 98.660 - - 8.843 - (6.358) - 371 (605) - - - - 2.994 (1.246) (567) 1.246 (4.880) 95 - - 1.898 (611) - (881) 408 (102) 1.998 - - - 11.878 44.478 (6.254) 50.071 (3.021) 95.639 22 Keterangan LABA BERSIH YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Entitas Induk Kepentingan Non-pengendali Laba bersih tahun berjalan JUMLAH LABA KOMPREHENSIF YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Entitas Induk Kepentingan Non-pengendali Jumlah Laba Komprehensif (dalam USD ribu) Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009*) 2010 2011 2012 2008*) 30.567 1.077 31.643 25.961 1.080 27.041 31.447 1.154 32.600 55.629 696 56.325 96.299 2.361 98.660 43.166 1.312 44.478 49.396 675 50.071 93.300 2.339 95.639 Catatan: *) Diaudit tanpa penyajian kembali terkait dengan pelepasan segmen Rasio Pertumbuhan, Keuangan dan Usaha Keterangan Rasio Pertumbuhan Pendapatan (%) (1) Beban (%) (1) Laba sebelum pajak (%) (1) Total aset (%) (2) Pertumbuhan kas yang dihasilkan operasi (%) (3) Rasio Keuangan Rasio kas (x) (4) Rasio lancar (x) (5) Rasio utang bersih terhadap ekuitas (x) (6) Rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah ekuitas (Debt to Equity) (x) (7) Rasio Usaha Laba sebelum pajak / Pendapatan (%) (8) Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan / Pendapatan (%) (9) Rasio imbal hasil aset (ROA) (%) (10) Rasio imbal hasil ekuitas (ROE) (%) (11) Jumlah hari tertagihnya piutang usaha (hari) (12) Beban usaha terhadap laba sebelum pajak (x) (13) 2008 31 Desember 2009 2010 2011 2012 t.d.b t.d.b t.d.b t.d.b t.d.b -0,5 7,9 -16,6 19,2 -29,9 -15,5 -15,8 -14,9 24,1 t.d.b 35,6 16,0 84,0 24,1 55,3 -0,1 11,3 -18,1 -56,2 t.d.b 0,99 2,55 -0,06 0,30 1,12 2,63 -0,01 0,41 0,98 2,34 0,16 0,63 0,23 1,64 -0,18 0,83 1,37 1,96 -0,22 0,22 34,1 19,5 6,37 8,29 63 1,93 28,6 16,7 4,56 6,43 30 2,50 28,8 17,9 3,34 5,43 65 2,48 39,0 24,7 5,01 9,17 45 1,56 32,0 22,7 10,51 12,80 46 2,12 Catatan: t.d.b = tidak dapat dibandingkan Keterangan: 1) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) saldo akun-akun laba rugi komprehensif untuk tahun berakhir 31 Desember tahun yang bersangkutan dengan saldo akun-akun tersebut untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya. 2) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) total aset pada tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan dengan total aset pada tanggal yang sama di tahun sebelumnya. 3) Dihitung dengan membagi kenaikan (penurunan) kas yang dihasilkan dari (digunakan untuk) kegiatan operasi untuk tahun berakhir 31 Desember tahun yang bersangkutan dengan kas yang dihasilkan dari (digunakan untuk) kegiatan operasi untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya. 4) Dihitung dengan membagi total kas yang dimiliki oleh Perseroan dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait. 5) Dihitung dengan membagi total aset lancar dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait. 6) Dihitung dengan membagi total utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka panjang dan utang obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan total ekuitas., masing-masing pada akhir periode terkait. 7) Dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas, masing-masing pada akhir periode terkait. 8) Dihitung dengan membagi total laba sebelum pajak dengan total pendapatan untuk periode terkait. 9) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan dengan total pendapatan untuk periode terkait. 10) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total asset pada akhir periode tersebut. 11) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total ekuitas pada akhir periode tersebut. 12) Dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahun (365 hari) dengan hasil pembagian total penjualan untuk periode terkait dengan total piutang usaha pada akhir periode tersebut (untuk segmen tembakau dan energi terbarukan). 13) Dihitung dengan membagi total beban usaha periode/tahun berjalan dengan total laba sebelum pajak untuk periode terkait. 23 V. ANALISA DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN Angka-angka ini diambil dari laporan keuangan Perseroan tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 revisi dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. 1.UMUM Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo Teguhjaya” berdasarkan Akta Notaris Sutjipto, S.H., No. 72 tanggal 16 April 1993. Perseroan memiliki kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus mengembangkan kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Peseroan saat ini juga sedang mengembangkan kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku atau produk makanan baru dari sagu dan pembangkit listrik dari energi terbarukan, yang bersumber dari biogas. Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua. 2. FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG DAPAT MEMPENGARUHI KINERJA PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK Usaha dan kegiatan usaha Perseroan dan Entitas Anak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor penting seperti berikut: a. Harga Internasional CPO dan PK Harga internasional CPO dan PK ditetapkan berdasarkan beberapa pasar seperti Malaysia Derivatives Exchange (“MDEX”) dan c.i.f Rotterdam port. Meskipun dipengaruhi oleh harga internasional, harga penjualan CPO Perseroan tidak terpatok kepada suatu indeks. Tabel berikut ini adalah harga rata-rata penjualan CPO Perseroan, harga rata-rata CPO di MDEX dan c.i.f Rotterdam port dan harga rata-rata FOB dari CPO yang dijual di Indonesia menurut LMC International untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. (USD per ton) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 Harga rata-rata penjualan CPO MDEX (1) c.i.f Rotterdam port (1) FOB di Indonesia (1) Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan (2) 838 901 855 789 1.063 1.125 1.082 870 961 1.000 940 781 Catatan: 1) Harga telah dikonversi menjadi USD dengan menggunakan kurs tengah dari Bank Negara Malaysia. 2) Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan adalah pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit dibagi dengan volume penjualan minyak kelapa sawit. 24 Harga rata-rata penjualan CPO Perseroan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan harga acuan tersebut karena Perseroan menjual CPO di pasar domestik. Harga domestik CPO pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan harga internasional CPO, akan tetapi pajak ekspor dikenakan kepada CPO yang diekspor sehingga harga penjualan bersih dari CPO yang diekspor menjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga penjualan domestik. Hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan CPO domestik memilih untuk tidak mengekspor CPO, sehingga pasokan domestik CPO meningkat. Harga domestik CPO yang diterima oleh Perseroan kurang lebih setara atau terkadang lebih tinggi daripada harga bersih yang akan diterima apabila Perseroan menjual CPO dengan harga internasional setelah memperhitungkan pajak ekspor CPO dan biaya tambahan untuk transportasi dan penanganan yang akan terjadi dalam penjualan CPO kepada pembeli internasional. Harga CPO berfluktuasi berdasarkan faktor pasokan dan permintaan internasional dan regional. Faktor yang mempengaruhi tingkat pasokan mencakup pola penanaman, kondisi cuaca serta hama dan penyakit tanaman. Faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan mencakup kondisi pasar seperti kondisi ekonomi, perubahaan peraturan, kebijakan dan pajak ekpor di negara produsen utama CPO seperti Indonesia dan Malaysia, harga dan ketersediaan minyak nabati pengganti lainnya, serta harga minyak mentah. Faktor penting lainnya yang terkadang dapat mempengaruhi permintaan CPO adalah harga pasar minyak mentah karena CPO dapat digunakaan sebagai bahan baku produksi biosolar. Tingkat pasokan dan permintaan global CPO secara umum menunjukkan tren kenaikan pertumbuhan secara stabil, walaupun demikian harga rata-rata CPO secara historis berfluktuasi secara signifikan. Sebagai contoh, harga CPO (c.i.f Rotterdam) turun dari harga rata-rata USD949 per ton pada tahun 2008 menjadi USD683 pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah karena krisis ekonomi dunia. Sejak tahun 2009, harga CPO telah pulih kembali seiring dengan kenaikan harga minyak mentah. Pada tahun 2011, harga CPO (c.i.f Rotterdam) mencapai USD1.125 per ton. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya harga minyak mentah dan harga minyak nabati lainnya serta pola cuaca yang tidak menguntungkan pada tahun 2009 dan 2010 sehingga menurunkan pertumbuhan produksi CPO. Harga CPO pada tahun 2012 menunjukan tren penurunan dan telah stabil pada harga USD771 per ton pada bulan Desember 2012, disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. b. Volume Penjualan dan Harga Penjualan Rata-Rata Walaupun harga CPO sangat ditentukan oleh harga komoditas global, namun volume dan harga jual CPO dan PK Perseroan juga ditentukan oleh kontrak jual kepada pelanggan. Perseroan menjual CPO melalui proses tender dan menentukan harga CPO Perseroan dengan referensi kepada tiga indikator utama yaitu: (i) harga kuotasi di MDEX, (ii) harga pasar untuk c.i.f Rotterdam, dan (iii) harga pasar domestik untuk pengiriman dari pelabuhan Belawan atau FOB pelabuhan Belawan. Karena likuiditas pasar MDEX Perseroan dapat menetapkan harga CPO Perseroan setiap saat setiap hari. Harga MDEX merupakan referensi harga yang terpenting dalam penetapan harga CPO PerseroanHarga penjualan CPO Perseroan berbeda dengan harga MDEX, harga pasar c.i.f Rotterdam dan harga pasar untuk FOB pelabuhan Belawan, karena harga jual Perseroan telah disesuaikan untuk beberapa hal seperti pajak ekspor, biaya pengangkutan dan beban transportasi lain yang harus diperhitungkan untuk pengiriman CPO ke pasar-pasar tersebut. Meskipun demikian, harga penjualan Perseroan secara umum mengikuti tren harga di pasar-pasar tersebut. Harga penjualan PK Perseroan ditentukan oleh harga pasar lokal yang mengikuti tren harga PKO di pasar Rotterdam dan harga PKE di berbagai pasar Eropa. 25 Volume penjualan Perseroan ditentukan oleh volume produksi Perseroan. Perseroan dapat menyesuaikan waktu penjualan sesuai dengan pandangan Perseroan mengenai tren harga CPO dan kapasitas penyimpanan CPO. Sebagai contoh, apabila Perseroan berkeyakinan harga CPO sedang meningkat dan Perseroan memiliki kapasitas penyimpanan berlebih, maka Perseroan dapat memutuskan untuk menyimpan lebih banyak CPO untuk menunggu dan menjual dengan harga CPO yang lebih tinggi. Penjualan CPO meningkat dari 127.450 ton pada tahun 2010 menjadi 177.125 ton pada tahun 2012 disebabkan oleh peningkatan produksi CPO karena Perseroan telah memulai operasional Pabrik Kelapa Sawit (“PKS”) di perkebunan Sumatera Utara II. Tabel berikut ini mengungkapkan data penjualan CPO dan PK Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. Data ini termasuk CPO dan PK yang diolah dari TBS yang dibeli dari pihak ketiga. 2010 Tahun berakhir 31 Desember 2011 2012 Penjualan CPO (USD ribu) PK (USD ribu) Total (USD ribu) 100.576 14.655 115.231 135.804 18.545 154.349 138.421 16.165 154.586 Volume Penjualan CPO (ton) PK (ton) 127.450 29.508 156.016 32.865 177.125 40.447 789 497 870 564 781 400 Harga Jual Rata-Rata Perseroan CPO (USD per ton) PK (USD per ton) c. Profil Usia Tanaman Perkebunan Tanaman kelapa sawit pada umumnya memiliki usia ekonomis 25 tahun, yang dapat diperpanjang sampai 30 tahun atau lebih tergantung dari harga CPO yang berlaku. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah sekitar 28 – 30 bulan setelah ditanam, saat mana Perseroan akan mulai melakukan panen. Pada awal panen, hasil rata-rata buah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit tersebut secara relatif rendah. Tanaman kelapa sawit muda menghasilkan sekitar 4 sampai 9 ton TBS per hektar. Seiring dengan pertumbuhan tanaman kelapa sawit, hasil rata-rata akan meningkat sampai sekitar 25 – 30 ton TBS per hektar ketika tanaman kelapa sawit telah mencapai pada usia dewasa. Hasil rata-rata tanaman kelapa sawit mulai menurun setelah tahun ke 20 menjadi sekitar 16 – 20 ton TBS per hektar. Tabel berikut adalah profil usia dari tanaman kelapa sawit Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. (dalam Hektar) Muda (4-7 tahun) Dewasa (8-20 tahun) Tua (>20 tahun) TBM Total 2010 7.615 20.966 474 3.733 32.788 Tahun berakhir 31 Desember 2011 23,2% 8.818 24,0% 63,9% 18.062 49,1% 1,4% 3.410 9,3% 11,5% 6.462 17,6% 100,0% 36.752 100,0% 2012 10.120 16.195 5.639 8.898 40.852 24,8% 39,6% 13,8% 21,8% 100,0% Persentase tanaman kelapa sawit muda dan TBM milik Perseroan meningkat dari 34,7% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 46,6% pada tanggal 31 Desember 2012 karena tanaman-tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara II mulai menghasilkan dan Perseroan menanam tanaman kelapa sawit baru di perkebunan Kalimantan Barat. Persentase tanaman kelapa sawit muda dan TBM milik Perseroan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2013 dan 2014 karena Perseroan akan menyelesaikan proses penanaman di perkebunan Kalimantan Barat dan memulai proses penanaman di persediaan lahan yang belum ditanami milik Perseroan di Papua Barat dan Sumatera Selatan. Persentase tanaman dewasa milik Perseroan menurun dari 63,9% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 39,6% pada tanggal 31 Desember 2012 karena bertambahnya tanaman-tanaman kelapa sawit 26 yang baru ditanam di perkebunan Kalimantan Barat dan juga seiring dengan peningkatan persentase tanaman kelapa sawit muda. Persentase tanaman kelapa sawit tua meningkat dari 1,4% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 13,8% pada tanggal 31 Desember 2012 karena sejumlah tanaman kelapa sawit yang telah mencapai usia 20 tahun di perkebunan Sumatera Utara I dan Belitung. Meskipun Perseroan memperkirakan hasil tanaman kelapa sawit tua milik Perseroan akan mulai menurun secara perlahan, namun TBM dan tanaman kelapa sawit muda milik Perseroan akan mulai berproduksi dan hasil TBS tanaman-tanaman tersebut akan meningkat secara signifikan ketika tanaman tersebut telah tumbuh menjadi dewasa. Perseroan berkeyakinan hal ini akan mendorong pertumbuhan produksi TBS di kemudian hari. d. Tingkat Produktivitas dan Tingkat Ekstrasi PKS Hasil perkebunan dan tingkat ekstrasi PKS milik Perseroan diukur berdasarkan hasil TBS per hektar TM dan tingkat ektrasi minyak/oil extraction rate (”OER”). Kedua hal tersebut merupakan ukuran efisiensi perkebunan Perseroan, sistem transportasi dan kegiatan pengolahan, Perseroan akan mendapatkan indikasi jumlah TBS yang dihasilkan oleh setiap hektar perkebunan dan indikasi jumlah CPO yang dihasilkan dari setiap ton TBS dalam bentuk persentase. Tabel berikut menunjukan data produksi Perseroan, termasuk hasil TBS per hektar lahan TM dan OER untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 Produksi TBS (ton) 515.179 564.843 695.479 Hasil TBS per hektar (ton) 17,7 18,6 21,8 131.335 157.122 178,263 Produksi CPO (ton) (1) 22,1 22,4 22,0 OER (%) (1) Catatan: (1) Termasuk CPO yang diolah oleh TBS yang dibeli dari pihak ketiga Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil TBS per hektar mencakup: • Profil usia tanaman kelapa sawit; • Penerapan praktek agronomi dan metode manajemen perkebunan, termasuk teknik pemakaian pupuk, pemangkasan dan pemanenan; • Kualitas bibit tanaman kelapa sawit; • Kualitas tanah perkebunan; • Kondisi cuaca dan pasokan air; • Penyakit atau hama; dan • Bencana alam. Hasil perkebunan sangat mempengaruhi kinerja operasional Perseroan. Sebagai contoh, hasil TBS per hektar meningkat dari 17,7 ton pada tahun 2010 menjadi 21,8 ton pada tahun 2012. Hal tersebut dan mulai dihasilkannya buah dari tanaman-tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara II menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan produksi TBS sebesar 35,0% atau dari 515.179 ton pada tahun 2010 menjadi 695.479 ton pada tahun 2012. OER sangat tergantung kepada kualitas dan tingkat kematangan TBS, waktu yang diperlukan untuk mengangkut TBS ke PKS setelah pemanenan dan tingkat kehilangan minyak sela proses ekstraksi. Dengan demikian, OER dari Perseroan dapat terpengaruh secara negatif apabila TBS yang dibeli dari pihak ketiga memiliki kualitas yang lebih buruk dan tingkat kematangan yang lebih rendah daripada TBS hasil produksi Perseroan dan apabila TBS tersebut diangkut dari lokasi yang relatif jauh dari PKS milik Perseroan. Perseroan telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan OER dengan (i) meningkatkan kualitas pemanenan, termasuk penerapan sistem pemanenan blok yang memungkinkan pengangkutan yang lebih tepat waktu untuk TBS dan buah sisa yang terjatuh di bawah tanaman kelapa sawit; (ii) melatih pekerja panen agar dapat mencapai standar panen kematangan yang lebih konsisten guna memastikan hasil dan kualitas buah optimal dan (iii) membangun dan mengembangkan jaringan jalan yang menghubungkan perkebunan dengan PKS guna mengurangi waktu pengangkutan ke PKS. Perseroan juga memilih kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga secara hati-hati untuk memastikan kualitas yang baik dan tingkat kematangan yang sesuai. 27 Tanaman kelapa sawit pada umumnya berbuah sepanjang tahun, akan tetapi tingkat panen TBS umumnya lebih tinggi selama enam bulan setiap tahunnya. Sebagai contoh, Perseroan memanen sekitar 58% dari panen TBS tahunan di kedua perkebunan Perseroan yang terletak Sumatera Utara dan sekitar 51% dari panen TBS tahunan di perkebunan Perseroan di Pulau Belitung pada semester kedua tahun kalendar. Produksi TBS juga dapat berubah karena variasi iklim yang berbeda dari daerah ke daerah dan dari waktu ke waktu. Perkebunan Perseroan telah mengalami pola cuaca yang tidak pasti seperti kondisi musim hujan dan kering berkepanjangan pada masa yang tidak terduga selama beberapa tahun terakhir ini, yang telah menyebabkan produksi TBS milik Perseroan tidak merata. Sebagai contoh, musim kering yang berkepanjangan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit menghasilkan bunga betina yang lebih sedikit, sehingga jumlah TBS yang dihasilkan menurun. Sebaliknya, musim hujan yang berkepanjangan dapat menyebabkan berkurangnya populasi kumbang penyerbuk bunga yang juga dapat mengurangi hasil panen TBS. e. Biaya Produksi – Khususnya Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja dan TBS Yang Dibeli Dari Pihak Ketiga Bagian tunai dari biaya pokok penjualan Perseroan terdiri dari biaya pupuk, tenaga kerja, bahan bakar dan pembelian TBS dari pihak ketiga. • Pupuk. Biaya utama penggunaan pupuk, yang terdiri dari urea, muriat garam, NPK dan batu fosfat, berjumlah USD13,4 juta pada tahun 2010, USD12,0 juta pada tahun 2011 dan USD16,7 juta pada tahun 2012. Jumlah tersebut masing-masing mewakili 23,2%, 15,4% dan 20,5% beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Urea dan NPK diperoleh dari pemasok dalam negeri, dan meskipun harga urea telah ditentukan oleh Pemerintah, harga tersebut secara historis berfluktuasi seiring dengan harga internasional. Muriat garam dan batu fosfat yang dibeli Perseroan dari perusahaan lokal diimpor dari Rusia, Kanada, Jerman, Mesir, Cina dan Maroko dan digunakan di perkebunan berdasarkan jadwal yang telah direkomendasikan oleh spesialis agronomi. Lebih dari 50% pembelian pupuk dilakukan melalui proses tender tahunan berdasarkan perkiraan kebutuhan Perseroan sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah direkomendasikan. Pengiriman aktual dilakukan secara bertahap di sepanjang tahun. Para peserta tender berkisar antara tiga sampai sepuluh pemasok. • Tenaga Kerja. Upah karyawan Perseroan yang bekerja di perkebunan dan pabrik (selain manajer umum di berbagai perkebunan) termasuk di dalam biaya pemanenan, beban pemeliharaan perkebunan dan biaya overhead pabrik. Biaya tenaga kerja untuk tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing berjumlah USD10,4 juta, USD13,1 juta dan USD16,0 juta dan mewakili 18,1%, 16,9% dan 19,6% beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Kenaikan beban tenaga kerja mencerminkan tingkat inflasi upah kerja secara umum di Indonesia serta kenaikan jumlah tenaga kerja akibat pertumbuhan perkebunan Perseroan. • Bahan Bakar. Biaya bahan bakar pada tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing mewakili 2,9%, 3,3% dan 3,4% dari beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan. Perseroan menggunakan solar sebagai bahan bakar untuk menjalankan truk, ekskavator dan peralatan lainnya di perkebunan. • TBS yang dibeli dari Pihak Ketiga. Perseroan membeli TBS dari pihak ketiga sesuai dengan standar kualitas TBS yang dapat diterima. Pembelian ini dimungkinkan ketika Perseroan memiliki kapasitas lebih di PKS. Secara umum pembelian dilakukan hanya pada harga yang memungkinkan Perseroan mendapatkan marjin yang cukup dari proses pengolahan. Tabel berikut menunjukan volume TBS yang dibeli dari pihak ketiga, persentasenya dari jumlah TBS yang diproses Perseroan, harga rata-rata TBS tersebut dan total biaya untuk pembelian TBS tersebut pada tahun 2010, 2011 dan 2012. 28 2010 TBS dibeli dari pihak ketiga (ton) Persentase TBS pihak ketiga terhadap total TBS yang diproses Harga beli rata-rata TBS dari pihak ketiga (USD/ton) Total biaya pembelian TBS dari pihak ketiga (USD ‘000) Tahun berakhir 31 Desember 2011 78.320 136.402 13,2 19,5 154 175 12.090 23.899 (1) 2012 116.460 14,3 137 15.930 Catatan: 1) Peningkatan pembelian TBS dari pihak ketiga pada tahun 2011 ditujukan untuk meningkatkan utilisasi PKS yang berkapasitas 60 ton per jam di perkebunan Sumatera Utara II karena Perseroan belum dapat mencapai kapasitas produksi penuh dengan hanya menggunakan TBS produksi internal di perkebunan tersebut. f. Ekspansi Lahan Tertanam Perseroan sedang dalam proses untuk memperluas lahan tertanam melalui tambahan penanaman di perkebunan Kalimantan Barat dan berencana untuk memulai penanaman di persediaan lahan (landbank) di Sumatera Selatan pada tahun 2013 dan di persediaan lahan (landbank) di Papua pada tahun 2014. Walaupun biaya terkait dengan penanaman ini akan dikapitalisasi dan disusutkan setelah tanaman kelapa sawit tersebut telah mencapai usia produktif dan menghasilkan buah, Perseroan berencana untuk membiayai kegiatan penanaman ini melalui penggunaan sebagian dana yang akan diterima dari Penawaran Umum Perdana Saham ini dan arus kas operasional Perseroan. Dengan perluasan lahan tertanam dan usia tanaman kelapa sawit yang mulai mencapai usia produktif, Perseroan memperkirakan peningkatan produksi TBS, yang akan meningkatkan penjualan CPO dan PK. Peningkatan produksi tersebut akan diimbangi dengan pengurangan hasil produksi dari perkebunan di mana tanaman-tanaman kelapa sawit telah mencapai usia tua. Perseroan saat ini berencana untuk menanam lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya, oleh sebab itu Perseroan mungkin akan mengalami kenaikan biaya terkait dengan pembelian bibit dan tenaga kerja untuk kegiatan penanaman. Kenaikan biaya tersebut akan dikapitalisasi sebagai aset tidak lancar di laporan keuangan Perseroan dan hanya akan berdampak kepada laporan laba rugi komprehensif ketika perkebunan tersebut telah mencapai usia dewasa, yang sesuai dengan kebijakan akuntansi Perseroan hal tersebut didefinisikan sebagai saat ketika 70% dari kawasan perkebunan telah dapat dipanen dan berat rata-rata TBS melebihi 3,5 kilogram. Kenaikan biaya penanaman tersebut dapat mengurangi marjin penjualan CPO yang dihasilkan oleh perkebunan baru tersebut pada masa mendatang. g. Kapasitas Pengolahan Perseroan saat ini mengoperasikan tiga PKS yang terletak di perkebunan Sumatera Utara I, perkebunan Sumatera Utara II dan perkebunan Pulau Belitung. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki total kapasitas pengolahan CPO dari ketiga fasilitas tersebut sebesar 180 ton TBS per jam. Perseroan berencana untuk membangun PKS untuk operasional perseroan di Kalimantan Barat ketika tanaman kelapa sawit di lokasi tersebut telah siap dipanen. Pada awalnya, Perseroan akan terlebih dahulu membangun PKS dengan kapasitas 30 ton per jam yang dapat dikembangkan untuk mencapai kapasitas 60 ton per jam. Hal tersebut dilakukan agar Perseroan dapat secara lebih efisien menggunakan modal kerja ketika tanaman di Perkebunan Kalimantan Barat masih belum mencapai usia produktif dewasa. Perseroan mengolah 593.499 ton TBS pada tahun 2010, 701.245 ton pada tahun 2011 dan 811.939 ton pada tahun 2012. Produksi CPO Perseroan pada tahun 2010 berjumlah 131.335 ton, 157.122 ton pada tahun 2011 dan 178.263 ton pada tahun 2012. Kemampuan Perseroan untuk mengelola kapasitas produksi dapat mempengaruhi kinerja operasional Perseroan. Keterbatasan kapasitas PKS pada saat jumlah produksi TBS yang tinggi di perkebunan dapat menyebabkan hilangnya potensi pendapatan karena Perseroan tidak akan mampu untuk mengolah semua TBS yang dihasilkan dan harus menjual TBS yang berlebihan tersebut ke perusahaan lain yang memiliki kelebihan kapasitas PKS, atau apabila tidak ada pihak lain yang bersedia untuk membeli kelebihan TBS milik Perseroan, maka TBS tersebut akan terbuang dengan percuma. Perseroan sampai saat ini belum pernah menghadapi keterbatasan kapasitas seperti yang telah diuraikan di atas. Selain itu, apabila produksi TBS yang berlebihan tersebut menyebabkan waktu yang lebih lama untuk pengolahan TBS tersebut, maka kualitas produksi CPO akan menurun. Di sisi lain, kapasitas PKS merupakan biaya tetap bagi Perseroan karena sebagian biaya pabrik Perseroan harus dibayar terlepas dari jumlah TBS yang diolah. Biaya tetap tersebut akan disebar ke volume produksi yang lebih besar apabila tingkat produksi CPO dari PKS meningkat. Hal tersebut akan meningkatkan marjin laba Perseroan. 29 Kebijakan umum Perseroan adalah untuk memiliki kapasitas pengolah yang memadai untuk mengolah seluruh perkiraan hasil panen per tahun. Saat terjadi kelebihan kapasitas, Perseroan membeli TBS dari pihak ketiga, jika TBS yang dibeli memiliki kualitas baik dan dapat dibeli di harga yang menguntungkan. h. Beban Penyusutan Dari Kegiatan Usaha Minyak Kelapa Sawit Salah satu beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan adalah beban penyusutan. Beban penyusutan, yang mencakup beban penyusutan aset tetap dari perkebunan dan PKS dan beban penyusutan tanaman kelapa sawit menghasilkan di perkebunan, berjumlah USD11,9 juta pada tahun 2010, USD12,6 juta pada tahun 2011 dan USD13,4 juta pada tahun 2012. Beban tersebut mewakili 20,6% beban pokok penjualan minyak kelapa sawit Perseroan pada tahun 2010, 16,2% pada tahun 2011 dan 16,4% pada tahun 2012. Perseroan menyusutkan biaya tanaman kelapa sawit menghasilkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi usia produktif selama 20 tahun, kecuali untuk tanaman-tanaman perkebunan di Pulau Belitung yang disusutkan dengan metode menurun berganda sebesar 6,25% per tahun sampai dengan tahun 2010, karena metode penyusutan tersebut adalah metode yang digunakan pada saat Perseroan mengakuisisi perkebunan tersebut dari pihak ketiga. Perseroan telah mulai menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk perkebunan di Pulau Belitung pada tahun 2011 (sesuai dengan perkebunan milik Perseroan lainnya). Perseroan menyimpan catatan profil usia perkebunan secara blok. Properti, pabrik dan peralatan di perkebunan dan PKS disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus bedasarkan dengan perkiraan usia produktif dari aset, kecuali untuk aset di SMM yang memiliki perkebunan di Pulau Belitung yang disusutkan dengan menggunakan metode menurun berganda sampai tahun 2010 dan baru mulai disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus pada tahun 2011, Beban penyusutan Perseroan berfluktuasi seiring dengan profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan Perseroan dan, diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang ketika tanaman-tanaman kelapa sawit di perkebunan Kalimantan Barat mulai menghasilkan buah. i. Fluktuasi Dalam Kurs Mata Uang Asing Mata uang yang digunakan di laporan keuangan Perseroan adalah dolar Amerika Serikat. Seluruh hasil penjualan produk kelapa sawit dan energi terbarukan diterima dalam dolar Amerika Serikat. Pengeluaran Perseroan, termasuk biaya tenaga kerja, dibayar dengan Rupiah, tetapi Perseroan juga membeli beberapa peralatan berat seperti mesin pemasakan (boiler) dan membayar beberapa anggota manajemen senior dalam dolar Amerika Serikat, sehingga terdapat perlindungan keuangan parsial (partial hedging) terhadap fluktuasi kurs mata uang asing. Dengan adanya ketidakcocokan antara pendapatan dalam dolar Amerika Serikat yang diterima oleh Perseroan melalui penjualan dan biaya dalam bentuk Rupiah yang harus dibayarkan untuk beberapa jenis biaya operasional Perseroan, maka apresiasi mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan mengurangi laba bersih (atau meningkatkan rugi bersih), untuk pengukuran dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat maupun Rupiah. Perseroan pada umumnya tidak menggunakan kontrak perlindungan keuangan (hedging contract) untuk membatasi risiko kurs mata uang asing. Dengan demikian, setiap apresiasi yang signifikan dalam nilai mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap pengeluaran dan laba bersih Perseroan. 30 3. ANALISA KEUANGAN KINERJA LABA RUGI KONSOLIDASIAN Tabel berikut menyajikan informasi rinci mengenai hasil operasional historis Perseroan: Keterangan OPERASI YANG DILANJUTKAN: Pendapatan dari penjualan Pendapatan konsesi jasa Bagian laba bersih entitas asosiasi Pendapatan dividen Pendapatan bunga Laba kurs mata uang asing Pendapatan lain-lain JUMLAH PENDAPATAN Beban pokok penjualan Beban konsesi jasa Penyisihan atas program insentif kenaikan nilai Beban penjualan Beban bunga Beban karyawan Beban umum dan administrasi Rugi kurs mata uang asing Beban lain-lain JUMLAH BEBAN LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN OPERASI YANG DIHENTIKAN: Laba bersih dari operasi yang dihentikan LABA BERSIH TAHUN BERJALAN (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 120.597 5.615 3.295 5.596 538 1.045 136.686 158.160 6.003 4.621 9.974 1.105 5.463 185.327 159.881 5.979 3.861 7.925 1.991 2.010 3.418 185.064 62.370 2.968 2.572 1.459 72 16.623 9.787 218 1.295 97.364 80.889 2.612 1.956 2.454 80 13.424 9.517 316 1.738 112.986 85.737 2.495 2.249 247 20.104 14.878 91 125.802 39.321 (14.793) 72.341 ( 26.588) 59.263 (17.306) 24.528 45.753 41.957 8.072 10.572 56.703 32.600 56.325 98.660 a. Jumlah Pendapatan Pendapatan Perseroan terdiri atas pendapatan dari: (i) penjualan; (ii) pendapatan konsesi jasa, yang merupakan pendapatan DGI, Entitas Anak, dengan 5% partisipasi dalam konsorsium dengan Chevron Geothermal Indonesia sebagai kontraktor yang menyediakan tenaga listrik panas bumi atas nama Pertamina Geotermal untuk dijual kepada PLN; (iii) bagian laba bersih Entitas Asosiasi yang mewakili bagian milik Perseroan atas laba bersih entitas-entitas, di mana Perseroan memiliki kepemilikan minoritas sebesar 20% atau lebih, atau entitas dimana Perseroan memiliki pengaruh yang signifikan; (iv) pendapatan dividen yang merupakan dividen diterima dari investasi Perseroan di entitas-entitas dimana Perseroan memiliki kepemilikan kurang dari 20%; (v) pendapatan bunga; dan (vi) pendapatan lain-lain. Pendapatan dari penjualan, yang merupakan pendapatan dari kegiatan usaha minyak kelapa sawit dan tembakau, masing-masing mewakili 88,2%, 85,3% dan 86,4% total pendapatan Perseroan masing-masing pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Penjualan CPO dan PK mewakili 95,6%, 97,6% dan 96,7% pendapatan dari penjualan masing-masing pada tahun 2010, 2011 dan 2012. 31 Berikut adalah pendapatan dari penjualan Perseroan berdasarkan masing-masing segmen usaha dan sebagai persentase total pendapatan dari penjualan: (dalam USD ribu, kecuali persentase) Segmen kegiatan usaha Minyak Kelapa Sawit CPO PK Total Minyak Kelapa Sawit Tembakau Jumlah Pendapatan dari Penjualan 2010 100.576 14.655 115.231 5.367 120.597 Tahun berakhir 31 Desember 2011 83,4% 12,2% 95,6% 4,5% 100,0% 135.804 18.545 154.349 3.811 158.160 85,9% 11,7% 97,6% 2,4% 100,0% 2012 138.421 16.165 154.586 5.295 159.881 86,6% 10,1% 96,7% 3,3% 100,0% Pendapatan dari tembakau merupakan pendapatan penjualan lokal dan ekspor GMIT, Entitas Anak yang berusaha di kegiatan pengolahan dan perdagangan tembakau. Sejak Agustus 2012, Perseroan memiliki 99,999% GMIT. Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011 Jumlah pendapatan Perseroan mengalami penurunan sebesar USD0,3 juta atau 0,1%, dari USD185,3 juta pada tahun 2011 menjadi USD185,1 juta pada 2012. Pendapatan dari penjualan meningkat sebesar 1,1%, dari USD158,2 juta pada tahun 2011 menjadi USD 159,9 juta pada tahun 2012. Pendapatan dari penjualan CPO meningkat sebesar 1,9%, dari USD 135,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD138,4 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan, efek peningkatan mana dikurangi oleh penurunan harga CPO sejak kuartal ketiga pada tahun 2012. Sejalan dengan tren harga global CPO, harga penjualan CPO Perseroan menurun dari rata-rata sekitar USD870 per ton pada tahun 2011 menjadi rata-rata sekitar USD781 per ton pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, volume penjualan CPO Perseroan meningkat sebesar 13,5%, dari 156.016 ton pada tahun 2011 menjadi 177.125 ton pada tahun 2012. Pendapatan dari penjualan PK Perseroan menurun sebesar 12,8%, dari USD18,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD16,2 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh penurunan harga PK sejak kuartal ketiga tahun 2012. Harga PK Perseroan juga mengalami penurunan dari rata-rata sekitar USD564 per ton pada tahun 2011 menjadi rata-rata sekitar USD400 per ton pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, volume penjualan PK meningkat sebesar 23,1%, dari 32.865 ton pada tahun 2011 menjadi 40.447 ton pada tahun 2012. Tren penurunan harga global CPO dan PK tersebut disebabkan oleh tingkat pasokan minyak sawit dunia yang masih tinggi. Produksi TBS Perseroan pada tahun 2012 meningkat dari 564.483 ton pada tahun 2011 menjadi 695.479 ton pada tahun 2012 dan pembelian TBS dari pihak ketiga Perseroan menurun dari 136.402 ton pada tahun 2011 menjadi 116.460 ton pada tahun 2012. Peningkatan produksi TBS Perseroan pada tahun 2012 merupakan hasil dari program pemupukan yang lebih agresif sehingga Perseroan dapat mengurangi jumlah TBS yang dibeli dari pihak ketiga dan sesuai dengan profil usia tanaman kelapa sawit khususnya di perkebunan di Sumatera Utara II. Pendapatan konsesi jasa tetap konstan sekitar USD6,0 juta pada tahun 2011 dan tahun 2012. Bagian laba bersih entitas asosiasi mengalami penurunan sebesar USD0,8 juta atau 16,4%, dari USD4,6 juta pada tahun 2011 menjadi USD3,9 juta pada tahun 2012, disebabkan oleh penurunan laba bersih dari entitas asosiasi penghasil minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan Aceh, dimana Perseroan memiliki kepemilikan minoritas. Pendapatan dividen Perseroan juga menurun pada tahun 2012 sebesar USD 2,1 juta atau setara dengan 20,5%, dari USD10,0 juta pada tahun 2011 menjadi USD7,9 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh tidak adanya dividen khusus yang diterima dari investasi Perseroan pada tahun 2012. Pendapatan lain-lain menurun USD2,1 juta atau setara dengan 37,4%, dari USD5,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD3,4 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh pengakuan laba sebesar USD5,0 juta pada tahun 2011 atas penjualan investasi jangka panjang kepemilikan minoritas Perseroan pada PT Tambang Tondano Nusajaya, yang bergerak di industri pertambangan emas, efek mana diimbangi oleh laba nilai tukar mata uang sebesar USD2,0 juta pada tahun 2012. 32 Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010 Jumlah pendapatan Perseroan meningkat sebesar USD48,6 juta atau setara dengan 35,6%, dari USD136,7 juta pada tahun 2010 menjadi USD185,3 juta pada tahun 2011. Peningkatan jumlah pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dari penjualan, yang meningkat sebesar USD37,6 juta atau setara dengan 31,1%, dari USD120,6 juta pada tahun 2010 menjadi USD158,2 juta pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan dari penjualan disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari penjualan CPO dan PK. Pendapatan dari penjualan CPO Perseroan meningkat sebesar USD35,2 juta atau setara dengan 35,0%, dari USD100,6 juta pada tahun 2010 menjadi USD 135,8 juta pada tahun 2011 disebabkan oleh meningkatnya produksi disertai dengan peningkatan harga jual CPO. Harga jual CPO Perseroan meningkat dari rata-rata sekitar USD789 per ton pada tahun 2010 hingga rata-rata sekitar USD870 per ton pada tahun 2011, akibat peningkatan harga CPO global. Pada tahun yang sama, volume penjualan CPO Perseroan meningkat 22,4%, dari 127.450 ton pada tahun 2010 menjadi 156.016 ton pada tahun 2011. Pendapatan dari penjualan PK Perseroan meningkat sebesar 26,5%, dari USD14,7 juta pada tahun 2010 menjadi USD18,5 juta pada tahun 2011, akibat meningkatnya volume penjualan PK. Harga penjualan PK Perseroan meningkat dari rata-rata sekitar USD497 per ton pada tahun 2010 menjadi rata-rata sekitar USD564 per ton pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, volume penjualan PK meningkat sebesar 11,4%, dari 29.508 ton pada tahun 2010 menjadi 32.865 ton pada tahun 2011. Peningkatan harga global CPO dan PK disebabkan oleh meningkatnya harga minyak mentah dan harga minyak nabati lainnya serta pola cuaca yang tidak menguntungkan pada tahun 2009 dan 2010 sehingga menurunkan pertumbuhan produksi global CPO. Produksi TBS Perseroan pada tahun 2011 meningkat sebesar 9,6%, dari 515.179 ton pada tahun 2010 menjadi 564.843 ton pada tahun 2011 dan pembelian TBS dari pihak ketiga meningkat dari 78.320 ton pada tahun 2010 menjadi 136.402 ton pada tahun 2011. Perseroan meningkatkan produksi TBS dan pembelian TBS dari pihak ketiga pada tahun 2011 untuk mendukung produksi PKS di Perkebunan Sumatera Utara II yang telah mulai operasional pada tahun 2011. Peningkatan pendapatan Perseroan didukung oleh peningkatan bagian laba bersih entitas asosiasi dari USD3,3 juta pada tahun 2010 menjadi USD4,6 juta pada tahun 2011, yang disebabkan oleh peningkatan laba bersih dari entitas asosiasi penghasil minyak kelapa sawit di Sumatera Utara dan Aceh, atas mana Perseroan memiliki kepemilikan minoritas. Pendapatan konsesi jasa meningkat sebesar USD0,4 juta atau 6,9%, dari USD5,6 juta pada 2010 menjadi USD6,0 juta pada tahun 2011. Jumlah pendapatan juga meningkat akibat peningkatan pendapatan dividen, dari USD5,6 juta pada tahun 2010 menjadi USD10,0 juta pada tahun 2011, dan juga akibat dibagikannya dividen khusus dari PT Agro Muko. Pendapatan lain-lain juga meningkat dari USD1,0 juta pada tahun 2010 menjadi USD5,5 juta pada tahun 2011 yang disebabkan oleh adanya pengakuan laba penjualan investasi jangka panjang kepemilikan minoritas Perseroan pada PT Tambang Tondano Nusajaya, (yang bergerak di industri pertambangan emas) sebesar USD5,0 juta pada tahun 2011. Grafik Jumlah Pendapatan (dalam USD ribu) 2010 - 2012 185.327 185.064 2011 2012 136.686 2010 33 b. Jumlah Beban (i) Beban Pokok Penjualan Berikut ini adalah beban pokok penjualan untuk setiap segmen usaha Perseroan: (dalam USD ribu, kecuali persentase) Segmen kegiatan usaha Minyak kelapa sawit Tembakau Total beban pokok penjualan - Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 57.823 92,7% 77.813 96,2% 81.729 95,3% 4.547 7,3% 3.076 3,8% 4.007 4,7% 62.370 100,0% 80.889 100,0% 85.737 100,0% Beban pokok penjualan untuk segmen usaha minyak kelapa sawit. Beban pokok penjualan Perseroan untuk kegiatan usaha minyak kelapa sawit terdiri dari biaya-biaya terkait dengan produksi TBS di perkebunan serta biaya-biaya produksi CPO dan PK di PKS milik Perseroan. Biaya utama yang terjadi di perkebunan Perseroan, yang disebut sebagai biaya TBS, meliputi: • Biaya panen, yang mencakup upah pemanen dan biaya transportasi untuk mengangkut hasil panen TBS ke PKS milik Perseroan; • Biaya perawatan tanaman menghasilkan, yang mencakup upah pemanen, pemupukan, bahan bakar dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk perawatan perkebunan milik Perseroan; • Biaya tidak langsung termasuk penyusutan aset tetap seperti gedung, jalan, jembatan, mesin, peralatan, perabotan, perlengkapan tetap dan kendaraan di PKS dan perkebunan, maupun biaya umum yang mencakup gaji karyawan di kantor adminstrasi, biaya transportasi karyawan dari dan ke perkebunan, biaya utilitas dan air; • Penyusutan tanaman menghasilkan; dan • Pembelian TBS. Biaya utama yang terdapat di PKS, yang disebut sebagai biaya pengolahan, meliputi upah pekerja PKS, biaya bahan bakar dan bahan kimia untuk operasional PKS dan biaya penyusutan aset tetap yang mencakup biaya penyusutan PKS, mesin, peralatan, perabot dan perlengkapan tetap yang terdapat di PKS milik Perseroan. Dalam penyajian biaya pokok penjualan tahunan, Perseroan menambahkan biaya produksi rata-rata dari persediaan awal barang jadi dan mengurangkan biaya produksi rata-rata dari persediaan akhir barang jadi. Dengan demikian, biaya pokok penjualan Perseroan tidak meliputi biaya produksi barang jadi yang tidak dijual dalam periode pelaporan. Rincian biaya pokok penjualan untuk kegiatan usaha minyak kelapa sawit Perseroan dengan persentase terhadap total beban pokok penjualan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut: (dalam USD ribu, kecuali persentase) Biaya panen Biaya perawatan tanaman menghasilkan Biaya tidak langsung, termasuk penyusutan aset tetap Penyusutan tanaman menghasilkan Pembelian TBS Total biaya TBS Biaya pengolahan dan penyusutan aset tetap Jumlah biaya produksi minyak kelapa sawit Barang Jadi (CPO dan PK): Saldo awal tahun Saldo akhir tahun Jumlah beban pokok penjualan minyak kelapa sawit 34 Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 6.342 11,0% 7.975 10,2% 10.788 18.149 31,4% 19.487 25,0% 23.819 9.478 16,4% 13.182 16,9% 14.702 8.317 14,4% 8.230 10,6% 8.714 12.090 20,9% 23.899 30,7% 15.930 54.377 94,0% 72.773 93,5% 73.953 13,2% 29,1% 18,0% 10,7% 19,5% 90,5% 5.060 59.437 8,8% 102,8% 6.391 79.163 8,2% 101,7% 7.245 81.198 8,9% 99,4% 2.397 (4.011) 57.823 4,1% -6,9% 100,0% 4.011 (5.361) 77.813 5,2% -6,9% 100,0% 5.361 6,6% (4.830) -5,9% 81.729 100,0% - Beban pokok penjualan untuk segmen usaha tembakau. Beban pokok penjualan Perseroan untuk kegiatan usaha tembakau terdiri dari biaya pembelian dan biaya pengolahan tembakau. Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD4,8 juta atau 6,0%, dari USD80,9 juta pada tahun 2011 menjadi USD85,7 juta pada tahun 2012, sedangkan beban pokok penjualan CPO dan PK meningkat dari USD77,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD81,7 juta pada tahun 2012. Peningkatan beban pokok penjualan CPO dan PK tersebut disebabkan oleh: • Biaya TBS. - Biaya panen keseluruhan meningkat sebesar USD2,8 juta atau 35,3%, dari USD8,0 juta pada tahun 2011 menjadi USD10,8 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya produksi TBS, yang juga meningkatkan beban upah pemanen dan beban transportasi. - Biaya perawatan tanaman menghasilkan juga mengalami peningkatan sebesar USD4,3 juta atau 22,2%, dari USD19,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD23,8 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan pupuk pada tahun 2012 terkait program aplikasi pupuk baru sesuai dengan hasil konsultasi bersama konsultan pihak ketiga. - Biaya tidak langsung termasuk penyusutan aset tetap, meningkat sebesar USD1,5 juta atau 11,5%, dari USD13,2 juta pada tahun 2011 menjadi USD14,7 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh inflasi. - Penyusutan tanaman menghasilkan berjumlah USD8,2 juta pada tahun 2011, dibandingkan dengan USD8,7 juta pada tahun 2012. - Biaya pembelian TBS turun sebesar USD8,0 juta atau 33,3%, dari USD23,9 juta pada tahun 2011 menjadi USD15,9 juta pada 2012. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya volume pembelian TBS dari 136.402 ton pada tahun 2011 menjadi 116.460 ton pada tahun 2012 serta harga rata-rata pembelian TBS dari USD175 per ton pada tahun 2011 menjadi USD137 pada tahun 2012. Penurunan volume pembelian tersebut disebabkan oleh meningkatnya hasil panen TBS di Perkebunan Sumatera I sehingga kapasitas PKS yang tersisa untuk mengolah TBS pihak ketiga menurun dan menurunnya kapasitas produksi PKS sehubungan dengan perbaikan PKS. • Biaya pengolahan, termasuk penyusutan aset tetap meningkat sebesar USD0,9 juta atau 13,4%, dari USD6,4 juta pada tahun 2011 menjadi USD7,2 juta pada tahun 2012 disebabkan oleh meningkatnya jumlah TBS yang diproses pada tahun 2012 dan mulai digunakannya (commissioning) tangki penyimpanan sementara (transit tank) pada Perkebunan Sumatera II. • Barang Jadi. Perseroan memiliki persediaan CPO dan PK pada awal tahun 2012 sebesar USD5,4 juta dan pada tanggal 31 Desember 2012 persediaan CPO dan PK Perseroan sebesar USD4,8 juta, sedangkan pada CPO dan PK pada awal tahun 2011 berjumlah USD 4,0 juta. Penyesuaian persediaan pada tahun 2012 menyebabkan peningkatan beban pokok penjualan sebesar USD2,0 juta selama tahun 2012. Peningkatan beban pokok penjualan pada tahun 2012 juga disebabkan oleh meningkatnya beban pokok penjualan pada usaha tembakau, dari USD3,1 juta pada tahun 2011 menjadi sebesar USD4,0 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan pada tahun 2012. 35 Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD18,5 juta atau 29,6%, dari USD62,4 juta pada tahun 2010 menjadi USD80,9 juta pada tahun 2011, sedangkan beban pokok penjualan CPO dan PK meningkat dari USD57,8 juta pada tahun 2010 menjadi USD77,8 juta pada tahun 2011. Peningkatan beban pokok penjualan CPO dan PK tersebut disebabkan oleh: • Biaya TBS. - Biaya panen keseluruhan meningkat sebesar USD1,6 juta atau 25,7%, dari USD6,3 juta pada tahun 2010 menjadi USD8,0 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya produksi TBS, yang meningkatkan beban upah pemanen dan beban transportasi. - Biaya perawatan tanaman menghasilkan juga mengalami peningkatan sebesar USD1,3 juta atau 7,4%, dari USD18,1 juta pada tahun 2010 menjadi USD19,5 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya tenaga kerja dan transportasi. - Biaya tidak langsung, termasuk penyusutan aset tetap, beban remunerasi karyawan perkebunan, biaya perawatan, listrik dan air, biaya CSR, dan biaya RSPO meningkat sebesar USD3,7 juta atau 39,1%, dari USD9,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD13,2 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan biaya umum pada Perkebunan Sumatra Utara II milik Perseroan sehubungan dengan mulai beroperasinya PKS pada bulan Juli 2010. - Penyusutan tanaman menghasilkan berjumlah USD8,3 juta pada tahun 2010, dibandingkan dengan USD8,2 juta pada tahun 2011. - Biaya pembelian TBS meningkat sebesar USD11,8 juta atau 97,7%, dari USD12,1 juta pada tahun 2010 menjadi USD23,9 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan signifikan atas pembelian TBS di Perkebunan Sumatra Utara II dan kenaikan harga beli TBS rata-rata per ton dari pihak ketiga, dari USD154 per ton pada tahun 2010 menjadi USD175 per ton pada tahun 201.1 Kenaikan harga beli seiring dengan kenaikan harga pasar CPO. Volume pembelian TBS meningkat dari 78.320 ton pada tahun 2010 menjadi 136.402 ton pada tahun 2011. • Biaya pengolahan meliputi penyusutan aset tetap, beban karyawan PKS, beban perawatan dan biaya perjalanan dinas. Biaya pengolahan termasuk penyusutan aset tetap, meningkat sebesar USD1,3 juta atau 26,3%, dari USD5,1 juta pada tahun 2010 menjadi USD6,4 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan produksi CPO sehubungan dengan mulai beroperasinya PKS di Perkebunan Sumatra Utara II pada bulan Juli 2010. • Barang Jadi. Perseroan memiliki persediaan CPO dan PK masing-masing sebesar USD4,0 juta dan USD5,4 juta pada awal tahun 2011 dan pada tanggal 31 Desember 2011, sedangkan persediaan pada CPO dan PK pada awal tahun 2010 berjumlah USD 2,4 juta. Fluktuasi nilai persediaan menunjukkan penurunan dampak terhadap beban pokok penjualan Perseroan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar USD0,2 juta. Beban pokok penjualan bisnis tembakau menurun dari USD4,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD3,1 juta pada tahun 2011, volume penjualan pada tahun 2011 berkurang. (ii) Beban Konsesi Jasa Beban konsesi jasa mencakup perawatan dan pengeboran sumur panas bumi untuk menjaga kapasitas produksi panas bumi sesuai dengan kewajiban dalam perjanjian konsesi jasa. (iii) Beban Penjualan Salah satu beban penjualan Perseroan adalah biaya pengiriman dan transportasi terkait dengan aktivitas penjualan Perseroan di segmen usaha minyak kelapa sawit dan tembakau. 36 Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Beban penjualan menurun sebesar USD0,2 juta atau 8,4%, dari USD2,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD2,2 juta pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya biaya pengangkutan CPO. Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Beban penjualan meningkat sebesar USD1,0 juta atau 68,2%, dari USD1,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD2,5 juta pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan CPO dan PK pada tahun 2011. (iv) Beban Karyawan Beban karyawan Perseroan (seperti beban manajemen dan karyawan kantor pusat) mencakup beban gaji, tunjangan, bonus dan imbalan pasca kerja untuk karyawan yang tidak dialokasikan ke biaya pokok penjualan. Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Beban karyawan Perseroan meningkat sebesar USD6,7 juta atau 49,8%, dari USD13,4 juta pada tahun 2011 menjadi USD20,1 juta pada tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh biaya restrukturisasi yang mencakup beban terminasi program insentif manajemen dan beban lain terkait dengan pengurangan jumlah karyawan di kantor pusat. Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Beban karyawan Perseroan turun sebesar USD3,2 juta atau 19,2%, dari USD16,6 juta pada tahun 2010 menjadi USD13,4 juta pada tahun 2011. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran insidentil kepada eksekutif Entitas Anak (yang dipekerjakan oleh segmen usaha yang saat itu belum dihentikan) pada tahun 2010. Di luar pembayaran tersebut, beban karyawan rutin pada tahun 2011 meningkat sebesar USD3,0 juta atau 32,6%, karena meningkatnya pembayaran bonus sehubungan dengan peningkatan laba bersih tahun 2011. (v) Provisi Program Insentif Kenaikan Nilai Perseroan menyediakan program insentif kenaikan nilai bagi manajemen senior, berupa hak persentase tertentu dari kenaikan nilai Perseroan dalam jangka waktu 4 tahun berlaku sejak tahun 2007-2010. Pada tahun 2011, program dimulai kembali untuk jangka waktu tahun 2011-2014. Perseroan telah mengakhiri program tersebut dan mentransfer saldo kewajibannya sebagai bagian dari terminasi karyawan. (vi) Beban Umum dan Administrasi Beban umum dan administrasi Perseroan terdiri dari beban jasa profesional, perjalanan dinas dan transportasi, sumbangan, penyusutan, beban kantor, asuransi, perbaikan dan pemeliharaan, komunikasi dan listrik, pelatihan, seminar dan rapat, beban keanggotaan dan langganan, jamuan, sewa kantor, jasa kustodial dan beban bank, beban piutang ragu-ragu, amortisasi goodwill (hingga 2011), kompensasi berbasis saham dan biaya lain-lain. Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Beban umum dan administrasi Perseroan meningkat sebesar USD5,4 juta atau 56,3%, dari USD9,5 juta pada tahun 2011 menjadi USD 14,9 juta pada tahun 2012. Peningkatan beban umum dan administrasi tersebut disebabkan oleh peningkatan jasa profesional sehubungan dengan aktivitas restrukturisasi. 37 Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Beban umum dan administrasi Perseroan menurun sebesar USD0,3 juta atau 2,8%, dari USD9,8 juta pada tahun 2010 menjadi USD9,5 juta pada tahun 2011. Penurunan pada beban umum dan administrasi tersebut disebabkan oleh penurunan pada beban sumbangan, penyusutan, sewa kantor, amortisasi goodwil dan kompensasi berbasis saham. Grafik Jumlah Beban (dalam USD ribu) - 2012 Grafik Jumlah2010 Beban (dalam USD ribu) 2010 - 2012 125.802 97.364 97.364 112.986 112.986 125.802 2010 2011 2012 2010 2011 2012 c. Laba Sebelum Pajak Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Laba sebelum pajak Perseroan turun sebesar USD13,1 juta atau 18,1%, dari USD72,3 juta pada tahun 2011 menjadi USD59,3 juta pada tahun 2012. Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Laba sebelum pajak Perseroan mengalami peningkatan sebesar USD33,0juta atau 84,0%, dari USD39,3 juta pada tahun 2010 menjadi USD72,3 juta pada tahun 2011. Grafik Laba Sebelum Pajak (dalam USD ribu) 2010Pajak - 2012(dalam USD ribu) Grafik Laba Sebelum 2010 - 2012 72.341 72.341 59.263 59.263 39.321 39.321 2010 2011 2012 2010 2011 2012 d. Beban Pajak Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Beban pajak Perseroan menurun sebesar USD9,3 juta atau 34,9%, dari USD26,6 juta pada tahun 2011 menjadi USD17,3 juta pada tahun 2012. Penurunan beban pajak tersebut disebabkan oleh penurunan laba tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya. 38 Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Beban pajak Perseroan meningkat sebesar USD11,8 juta atau 79,7%, dari USD14,8 juta pada tahun 2010 menjadi USD26,6 juta pada tahun 2011. Peningkatan beban pajak disebabkan oleh meningkatnya laba Perseroan. e. Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan Tahun berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2011. Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan turun sebesar USD3,8 juta atau 8,3%, dari USD45,8 juta pada tahun 2011 menjadi USD42,0 juta pada tahun 2012, yang disebabkan oleh faktorfaktor yang telah diungkapkan di atas. Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir 31 Desember 2010. Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan meningkat sebesar USD21,2 juta atau 86,5%, dari USD24,5 juta pada tahun 2010 menjadi USD45,8 juta pada tahun 2011, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah diungkapkan di atas. Grafik Laba Bersih Tahun Berjalan Dari Operasi Yang Dilanjutkan (dalam USD ribu) 2010 - 2012 45.753 41.957 24.528 2010 f. 2011 2012 Laba Bersih Dari Operasi Yang Dihentikan Laba bersih Perseroan dari operasi yang dihentikan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing berjumlah USD8,1 juta, USD10,6 juta dan USD56,7 juta. Laba bersih dari operasi yang dihentikan tersebut terdiri dari laba penjualan dan laba bersih yang dihasilkan oleh kegiatan usaha penyewaan kendaraan dan penyediaan jasa pembiayaan konsumen yang telah dijual kepada pihak ketiga tahun 2012. Berikut adalah rincian laba bersih dari operasi yang dihentikan berdasarkan masing-masing segmen usaha yang telah dihentikan dan sebagai persentase dari total laba bersih dari operasi yang dihentikan: (dalam USD ribu, kecuali persentase) Segmen usaha operasi yang dihentikan Sewa kendaraan dan jasa pembiayaan konsumen* Jasa kesehatan Asuransi Umum* Total laba bersih dari operasi yang dihentikan* Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 8.271 102,5% 10.409 98,5% 52.214 92,1% (1.806) -22,4% (1.836) -17,4% (283) -0,5% 1.607 19,9% 1.999 18,9% 4.772 8,4% 8.072 100,0% 10.572 100,0% 56.703 100,0% Catatan: * Termasuk laba dari penjualan segmen usaha penyewaan kendaraan dan asuransi pada tahun 2012. 39 KINERJA NERACA Aset, Liabilitas dan Ekuitas (dalam USD ribu) Keterangan 2010 735.276 283.337 451.939 Jumlah Aset Jumlah Liabilitas Jumlah Ekuitas 31 Desember 2011 912.711 413.531 499.179 2012 399.368 71.699 327.669 Aset, Liabilitias dan Ekuitas (dalam USD ribu) 912.711 735.276 451.939 499.179 413.531 399.368 327.669 283.338 71.699 2010 2011 Jumlah Aset 2012 Jumlah Liabilitas Jumlah Ekuitas a.Aset (dalam USD ribu) 31 Desember 2010 2011 Keterangan ASET LANCAR Kas dan setara kas Rekening bank yang dibatasi penggunaannya Deposito berjangka Investasi pada efek yang diperdagangkan pada nilai wajar Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan Biaya dibayar di muka dan uang muka Aset dimiliki untuk dijual Jumlah Aset Lancar 40 2012 132.294 294 57.752 25.263 28 90.913 110.470 33 76.599 1.500 4.846 40 58.249 4.883 15.076 2.984 11.172 8.974 316.969 1.213 1.971 14.261 4.132 424.441 647.434 1.434 2.251 16.067 6.582 109.319 Keterangan (dalam USD ribu) 31 Desember 2010 2011 2012 6.389 6.351 6.305 ASET TIDAK LANCAR Piutang dari perjanjian konsesi jasa Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang lain - lain jangka panjang Deposito berjangka Investasi pada entitas asosiasi Investasi lain-lain Properti investasi Aset pajak tangguhan Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi Uang muka pembelian mesin 23.654 - - 63.254 804 9.515 30.789 6.898 5.288 129.512 128.142 994 89 13.025 24.635 6.898 5.634 133.072 62.255 1.135 1.907 688 16.829 23.978 6.267 140.965 77.866 865 2.065 Goodwill Klaim atas pengembalian pajak Aset lain-lain Jumlah Aset Tidak Lancar JUMLAH ASET 7.493 1.724 3.762 418.307 735.276 4.968 1.592 3.805 265.276 912.711 4.968 1.430 7.825 290.049 399.368 (i) Aset Lancar Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011. Pada tanggal 31 Desember 2012, aset lancar Perseroan berjumlah USD109,3 juta, turun sebesar 83,1% atau USD538,1 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD647,4 juta. Penurunan aset lancar disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas serta aset dimiliki untuk dijual. Kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD76.6 juta, turun sebesar 15,7% atau USD14,3 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD90,9 juta. Penurunan kas dan setara kas disebabkan karena Perseroan membagikan USD293,0 juta dari kas dan setara kas Perseroan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Mayoritas kas dan setara kas tersebut diterima dari penjualan operasi yang telah dihentikan dan penyetoran modal serta dari hasil operasi. Tidak ada aset dimiliki untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2012 , sedangkan aset dimiliki untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2011 berjumlah USD424,4 juta. Pada tahun 2011, Perseroan memutuskan untuk melepas tiga entitas anak, yaitu PT Austindo Nusantara Jaya Rent (“ANJR”) dan entitas anak (bergerak di bidang jasa sewa kendaraan bermotor dan pembiayaan konsumen), PT Asuransi Indrapura (“AI”) (bergerak di bidang jasa asuransi) dan PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (“ANJHC”) dan entitas anak (bergerak dibidang jasa kesehatan) sehingga seluruh aset dan liabilitas ketiga entitas anak tersebut direklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual. Pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Februari 2012, Perseroan menandatangani perjanjian jual beli masing-masing dengan PT Mitra Pinasthika Mustika untuk menjual ANJR dan Golden Eight Group Limited untuk menjual AI. Tanggal 7 Mei 2012, Perseroan menjual ANJHC dan entitas anak ke PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali). Setelah transaksi penjualan dilakukan, aset dimiliki untuk dijual menjadi nihil. 41 Perbandingan antara 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011, aset lancar Perseroan berjumlah USD647,4 juta, meningkat sebesar 104,3% atau setara dengan USD330,5 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD317,0 juta. Peningkatan aset lancar disebabkan oleh peningkatan aset dimiliki untuk dijual. Grafik Aset Lancar (dalam USD ribu) 2010 - 2012 647.434 316.969 109.319 31 Desember 2010 31 Desember 2011 31 Desember 2012 (ii) Aset Tidak Lancar Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011. Pada tanggal 31 Desember 2012, jumlah aset tidak lancar Perseroan adalah sebesar USD290,0 juta, dimana terjadi peningkatan sebesar 9,3% atau setara dengan USD24,8 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD265,3 juta. Peningkatan aset tidak lancar disebabkan oleh peningkatan aset tetap dan tanaman kelapa sawit. Peningkatan aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan disebabkan oleh peningkatan sejumlah aset tetap seperti tanah, bangunan, prasarana jalan dan jembatan, aset dalam penyelesaian dan aset sewa pembiayaan. Perbandingan antara 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tidak lancar Perseroan berjumlah USD265,3 juta, turun sebesar 36,6% atau setara dengan USD153,0 juta dibandingkan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD418,3 juta. Penurunan aset tidak lancar disebabkan oleh reklasifikasi aset tidak lancar milik entitas anak yang direncanakan untuk dijual. Grafik Aset Tidak Lancar (dalam USD ribu) 2010 - 2012 418.307 265.276 31 Desember 2010 31 Desember 2011 42 290.049 31 Desember 2012 b.Liabilitas Keterangan LIABILITAS JANGKA PENDEK Utang bank jangka pendek Utang usaha Utang jasa asuransi Uang muka atas penjualan investasi entitas anak Utang pajak Liabilitas derivatif Utang lain-lain Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun Biaya masih harus dibayar Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual Jumlah Liabilitas Jangka Pendek LIABILITAS JANGKA PANJANG Utang bank - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang lain-lain jangka panjang Obligasi konversi Provisi program insentif kenaikan nilai Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Kompensasi berbasis saham Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 2010 (dalam USD ribu) 31 Desember 2011 2012 10.041 7.537 19.298 8.766 933 10.799 8.551 68.674 503 136 135.239 3.405 11.007 6.727 8.418 8.045 2.255 354.828 394.685 1.500 4.580 26.534 9.646 1.340 8.167 2.341 1.773 55.881 114.483 - - 440 - 427 2.806 12.494 4.112 1.900 2.010 1.007 - 2.190 9.452 2.123 148.099 7.612 9.334 18.846 294 2.967 9.112 15.818 (i) Liabilitas Jangka Pendek Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011. Pada tanggal 31 Desember 2012, liabilitas jangka pendek Perseroan berjumlah USD55,9 juta, turun sebesar 85,8% atau setara dengan USD338,8 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD394,7 juta. Penurunan liabilitas jangka pendek disebabkan oleh penurunan liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual. Tidak ada liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual pada tanggal 31 Desember 2012. Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual berjumlah USD354,8 juta pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas ini berhubungan dengan liabilitas ANJR, AI dan ANJHC yang telah dijual Perseroan pada tahun 2012. Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas jangka pendek Perseroan berjumlah USD394,7 juta, meningkat sebesar 191,8% atau setara dengan USD259,4 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD135,2 juta. Peningkatan liabilitas jangka pendek disebabkan oleh peningkatan liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual dikurangi penurunan utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun. 43 Peningkatan liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual dan penurunan utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun disebabkan oleh penerapan PSAK 58 (revisi 2009) pada tahun 2011 dimana liabilitas milik tiga entitas yang akan dijual, direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual. Grafik Liabilitas Jangka Pendek (dalam USD ribu) 2010 - 2012 394.685 Grafik Liabilitas Jangka Pendek (dalam USD ribu) 2010 - 2012 135.239 394.685 55.881 31 Desember 2010 135.239 31 Desember 2011 31 Desember 2012 55.881 (ii) Liabilitas Jangka Panjang Perbandingan antara 31 tanggal 31 Desember312012 dan tanggal 31 Desember 2011. Desember 2010 Desember 2011 31 Desember 2012 Pada tanggal 31 Desember 2012, liabilitas jangka panjang Perseroan berjumlah USD15,8 juta, turun sebesar 16,1% atau setara dengan USD3,0 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD18,8 juta. Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas jangka panjang Perseroan berjumlah USD18,8 juta, turun sebesar 87,3% atau setara dengan USD129,3 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember Grafik Liabilitas Jangka Panjang (dalam USD ribu) 2010 sebesar USD148,1 juta. Penurunan liabilitas jangka panjang disebabkan oleh reklasifikasi liabilitas 2010 - 2012 jangka panjang tiga entitas anak yang direncanakan untuk dijual ke liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual. 148.099 Grafik Liabilitas Jangka Panjang (dalam USD ribu) 2010 - 2012 148.099 31 Desember 2010 31 Desember 2010 18.846 15.818 31 Desember 2011 31 Desember 2012 37 18.846 15.818 31 Desember 2011 31 Desember 2012 37 44 (iii) Utang Perseroan Dalam rangka pendanaan untuk akuisisi persediaan lahan (landbank) dan keperluan modal kerja, Perseroan telah mendapatkan fasilitas pinjaman (bridging loan facility) dari JP Morgan sebesar USD45 juta, USD35 juta diantaranya merupakan fasilitas pinjaman untuk Perseroan dan USD10 juta untuk ANJA. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka dari dua pemegang saham pendiri Perseroan. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan belum melakukan penarikan atas fasilitas pinjaman tersebut. Dalam rangka akuisisi Perseroan terhadap persediaan lahan (landbank) di Papua pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah menarik seluruh fasilitas pinjaman tersebut sebesar USD45 juta. Fasilitas pinjaman tersebut akan dibayar kembali secara penuh dengan menggunakan dana hasil Penawaran Umum. GMIT memiliki fasilitas pinjaman untuk modal kerja sebesar USD3 juta dengan Credit Suisse Cabang Singapura dan fasilitas pinjaman revolving sebesar Rp23 miliar dengan PT Bank Central Asia (”BCA”). Pinjaman dari BCA dijamin dengan persediaan dengan nilai setara Rp15 miliar. GMIT pada umumnya menggunakan fasilitas tersebut sekitar lima bulan dalam setahun. Tabel berikut menyajikan jumlah utang yang belum dilunasi dari fasilitas pinjaman yang dimiliki Perseroan untuk operasi yang dilanjutkan: (dalam USD ribu) Keterangan 31 Desember 2011 2010 Operasi yang dilanjutkan Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun dan utang jangka pendek Utang bank setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Jumlah utang bank dari operasi yang dilanjutkan (1) Jumlah utang bank dari operasi yang dihentikan (2) Jumlah utang bank 2012 539 2.255 3.841 – – – 539 205.152 205.692 2.255 312.569 314.824 3.841 – 3.841 Catatan: 1) Utang dari operasi yang dilanjutkan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terkait dengan pinjaman bank untuk modal kerja usaha tembakau Perseroan untuk membiayai pembelian tembakau. 2) Utang dari operasi yang dihentikan terkait dengan utang usaha jasa pembiayaan Perseroan yang telah dijual pada tahun 2012. c.Ekuitas (dalam USD ribu) 31 Desember 2010 2011 Keterangan Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per saham pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per saham pada 31 Desember 2011 dan 2010 Tambahan modal disetor: Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Pendapatan komprehensif lain Saldo laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Kepentingan Non-pengendali Jumlah Ekuitas 45 2012 15.084 15.084 43.159 31.428 8.348 32.386 1.826 13.004 30.608 (663) 676 386.760 442.296 9.643 451.939 676 437.390 487.361 11.818 499.179 676 240.179 326.962 707 327.669 Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2012 dan tanggal 31 Desember 2011 Pada tanggal 31 Desember 2012, ekuitas Perseroan berjumlah USD327,7 juta, turun sebesar 34,4% atau setara dengan USD171,5 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2011 sebesar USD499,2 juta. Hal ini disebabkan oleh pembayaran dividen dikurangi peningkatan modal saham yang disetor dan ditempatkan oleh para pemegang saham. Perbandingan antara tanggal 31 Desember 2011 dan tanggal 31 Desember 2010 Pada tanggal 31 Desember 2011, ekuitas Perseroan berjumlah USD499,2 juta, meningkat sebesar 10,5% atau setara dengan USD47,2 juta dibandingkan dengan posisi tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD451,9 juta. Hal ini berasal dari laba bersih tahun berjalan. 4.RASIO PERTUMBUHAN DAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 2011 2012 Keterangan Likuiditas Rasio Kas (x) (1) Rasio lancar (x) (2) Solvabilitas Rasio jumlah liabilitas terhadap jumlah ekuitas (Debt to Equity) (x) (3) Rasio utang bersih terhadap ekuitas (Debt to Total Equity) (x) (4) Imbal Hasil Rasio imbal hasil aset (ROA) (%) (5) Rasio imbal hasil ekuitas (ROE) (%) (6) 0,98 2,34 0,23 1,64 1,37 1,96 0,63 0,16 0,83 -0,18 0,22 -0,22 3,34 5,43 5,01 9,17 10,51 12,80 Keterangan: 1) Dihitung dengan membagi total kas yang dimiliki oleh Perseroan dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait. 2) Dihitung dengan membagi total aset lancar dengan total liabilitas jangka pendek, masing-masing pada akhir periode terkait. 3) Dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas, masing-masing pada akhir periode terkait. 4) Dihitung dengan membagi total utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka panjang dan utang obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan total ekuitas., masing-masing pada akhir periode terkait. 5) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total asset pada akhir periode tersebut. 6) Dihitung dengan membagi total laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan untuk periode terkait dengan total ekuitas pada akhir periode tersebut. a.Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan Perseroan untuk memenuhi liabilitas jangka pendek, yang dapat dihitung dengan rasio kas dan rasio lancar. Rasio kas dapat dihitung dengan cara membandingkan kas yang dimiliki oleh Perseroan dengan jumlah liabilitas jangka pendek, sedangkan rasio lancar dihitung dengan cara membandingkan jumlah aset lancar dengan jumlah liabilitas jangka pendek. Rasio kas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 0,98x, 0,23x dan 1,37x. Rasio lancar Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 2,34x, 1,64x dan 1,96x. Perbaikan rasio kas dan rasio lancar Perseroan dari tahun 2010 sampai 2012 disebabkan oleh penurunan liabilitas jangka pendek sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan ANJHC pada tahun 2012. 46 b.Solvabilitas Solvabilitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar liabilitas-liabilitasnya, yang dapat dihitung dengan beberapa cara, yaitu: (i) rasio liabilitas terhadap ekuitas (debt to equity ratio), yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah liabilitas dengan jumlah ekuitas, dan (ii) rasio utang bersih terhadap ekuitas (net debt to equity ratio), yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah utang bersih (hasil penjumlahan dari utang bank jangka pendek, utang bank jangka panjang dan utang obligasi setelah dikurangi dengan kas dan setara kas) dengan jumlah ekuitas. Rasio liabilitas terhadap ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masingmasing 0,63x, 0,83x dan 0,22x. Rasio utang bersih terhadap ekuitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 0,16x, -0,18x dan -0,22x. Solvabilitas, atau kemampuan Perseroan membayar liabilitasnya, meningkat karena penurunan liabilitas sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan ANJHC pada tahun 2012. c. Imbal Hasil Investasi Imbal hasil investasi menunjukkan kemampuan aset produktif Perseroan dalam menghasilkan laba bersih, yang dihitung dengan cara membandingkan laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan dengan jumlah aset. Rasio imbal hasil aset Perseroan untuk tahun-tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 3,34%, 5,01% dan 10,51%. Pergerakan pada imbal hasil investasi disebabkan oleh peningkatan laba bersih Perseroan dari operasi yang dilanjutkan disertai dengan penurunan jumlah aset sehubungan dengan penjualan ANJR, AI dan ANJHC pada tahun 2012. d. Imbal Hasil Ekuitas Imbal hasil ekuitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam menghasilkan laba bersih, yang dihitung dengan cara membandingkan laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan dengan jumlah ekuitas. Rasio imbal hasil ekuitas Perseroan untuk tahun-tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010, 2011 serta 2012 masing-masing 5,43%, 9,17% dan 12,80%. Pergerakan pada imbal hasil ekuitas disebabkan oleh peningkatan laba bersih Perseroan dari operasi yang dilanjutkan disertai dengan penurunan jumlah ekuitas Perseroan setelah pembagian dividen dalam jumlah signifikan dalam tahun 2012. 5. ANALISA LAPORAN ARUS KAS (CASH FLOW ANALYSIS) Total Arus Kas Konsolidasian Kas bersih yang diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas investasi Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas 47 (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 (17.272) (7.713) 27.745 (54.925) (110.830) 217.519 84.551 110.996 (259.577) 12.354 (7.548) (14.314) a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2012 berjumlah USD27,7juta. Arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD169,4 juta, sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan karyawan masing-masing sebesar USD53,0 juta dan USD25,0 juta, pembayaran pajak penghasilan sebesar USD24,0 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD31,3 juta. Arus kas untuk aktivitas operasi pada tahun 2012 menunjukkan penerimaan bersih kas dibandingkan dengan pengeluaran bersih kas pada tahun 2011. Tahun 2011 masih terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi karena pada tahun 2011 masih terdapat pembayaran bunga oleh entitas anak yang bergerak di bidang penyewaan mobil dan pembiayaan sebesar USD27,3 juta. Entitas anak tersebut telah dijual pada tahun 2012. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2011 berjumlah USD7,7 juta. Arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD200,3 juta, sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan karyawan masing-masing sebesar USD84,2 juta dan USD45,9 juta, pembayaran pajak penghasilan sebesar USD23,0 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD28,3 juta. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2011 menunjukkan pengeluaran bersih kas yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2010 disebabkan oleh peningkatan arus kas masuk dari pelanggan terkait dari entitas anak yang bergerak dalam bisnis kelapa sawit, sehubungan dengan kenaikan harga CPO pada tahun tersebut. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2010 berjumlah USD17,3 juta. Arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar USD134,2 juta, sedangkan arus kas keluar untuk aktivitas operasi digunakan untuk pembayaran kepada pemasok dan karyawan masing-masing sebesar USD58,5 juta dan USD34,1juta, pembayaran pajak penghasilan sebesar USD18,4 juta serta pembayaran untuk operasi lain-lain sebesar USD24,3 juta. b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi pada tahun 2012 berjumlah USD217,5 juta. Arus kas masuk dari aktivitas investasi berasal dari penerimaan kas dari penjualan investasi pada tiga entitas anak pada tahun 2012 sebesar USD142,9 juta, penjualan efek diperdagangkan sebesar USD 105,6 juta dan penerimaan dividen sebesar USD8,5 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas investasi berasal dari akuisisi aset tetap, tanaman kelapa sawit dan aset lain-lain masing-masing sebesar USD20,6 juta, USD18,0 juta dan USD4,0 juta. Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2012 menunjukkan penerimaan bersih kas, yang merupakan peningkatan signifikandibandingkan dengan pengeluaran bersih kas pada tahun 2011 karena pada tahun 2011 terdapat pengeluaran untuk akuisisi aset tetap (aset kendaraan yang disewakan oleh entitas anak yang bergerak dalam bisnis penyewaan mobil) , tanaman kelapa sawit dan aset lain-lain (pembiayaan konsumen), serta penempatan dalam efek diperdagangkan yang lebih tinggi. Tahun 2012 entitas anak yang bergerak dalam bisnis penyewaan mobil dan pembiayaan konsumen sudah dijual, sehingga tak ada pengeluaran kas untuk keperluan pembelian aset tetap maupun aset lain-lain terkait dengan entitas anak tersebut. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2011 berjumlah USD110,8 juta. Arus kas masuk dari aktivitas investasi berasal dari penerimaan dividen sebesar USD10,9 juta, penjualan aset tetap sebesar USD 10,9 juta dan penerimaan uang muka penjualan investasi dalam entitas anak sebesar USD11,0 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas investasi berasal dari akuisisi aset tetap, tanaman kelapa sawit dan aset lain-lain masing-masing sebesar USD81,3 juta, USD12,2 juta dan USD0,2 juta serta penempatan kas dalam efek diperdagangkan sebesar USD53,9 juta. Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010, disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran untuk akuisisi aset tetap, tanaman kelapa sawit dan aset lain-lain serta penempatan kas dalam efek yang diperdagangkan yang lebih besar dari tahun 2010. 48 Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2010 berjumlah USD54,9 juta. Arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari penerimaan dividen sebesar USD5,5 juta, penjualan aset tetap sebesar USD5,2 juta dan pencairan deposito berjangka sebesar USD10,3 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas investasi berasal dari akuisisi aset tetap dan tanaman kelapa sawit masing-masing sebesar USD48,0 juta dan USD5,5 juta serta penempatan kas dalam efek diperdagangkan sebesar USD13,8 juta. c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2012 berjumlah USD259,6 juta. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan setoran modal dari pemegang saham sebesar USD28,1 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan berasal dari dividen kepada pemegang saham sebesar USD293,0 juta. Tahun 2012 menunjukkan pengeluaran bersih untuk aktivitas pendanaan, sedangkan tahun 2011 menunjukkan penerimaan bersih untuk aktivitas pendanaan sebesar USD111,0 juta karena kenaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham dalam tahun 2012 dan berkurangnya penerimaan dari utang bank dalam tahun 2012. Dengan dijualnya entitas anak yang memerlukan utang bank untuk pembiayaan bisnis penyewaan kendaraan dan pembiayaan konsumen, maka jumlah utang bank menurun secara signifikan. Kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan pada tahun 2011 berjumlah USD111,0 juta. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan berasal penambahan utang jangka panjang sebesar USD127,0 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan berasal dari pembayaran utang jangka pendek sebesar USD12,6 juta dan pembayaran dividen kepada pemegang saham sebesar USD5,0 juta. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010 disebabkan oleh peningkatan penambahan utang jangka panjang oleh entitas anak yang bergerak dalam pembiayaan bisnis penyewaan kendaraan dan pembiayaan konsumen. Kas bersih yang diterima dari aktivitas pendanaan pada tahun 2010 berjumlah USD84,6 juta. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan berasal dari penambahan utang jangka panjang sebesar USD83,5 juta dan penerimaan dari penerbitan obligasi konversi sebesar USD12,5 juta. Arus kas keluar untuk aktivitas pendanaan berasal dari pembayaran utang jangka pendek sebesar USD1,4 juta dan pembayaran dividen kepada pemegang saham sebesar USD10,8 juta. 6. PEMBELANJAAN MODAL Berikut adalah rincian pembelanjaan modal Perseroan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012: (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 Total 5.474 12.191 18.003 35.668 398 531 3.296 4.225 424 4.222 535 5.181 1.044 129 1.173 1.181 1.195 1.557 3.933 1.566 2.100 3.666 265 499 30 794 1.686 1.610 308 3.604 26.153 53.787 1.214 81.154 13.548 11.333 14.209 39.090 937 452 4.000 5.389 52.675 88.046 43.153 183.874 Keterangan Tanaman belum menghasilkan Tanah Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Peralatan medis dan operasi Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor Aset dalam penyelesaian - net Aset sewa pembiayaan Pembelanjaan modal 49 a. Rencana Pembelanjaan Modal Saat ini Perseroan memiliki sejumlah rencana ekspansi yang diharapkan untuk diimplementasikan atau mulai dilaksanakan dalam tiga tahun ke depan. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD219,7 juta sebagai pembelanjaan modal selama tiga tahun ke depan sehubungan dengan perkebunan yang telah dimiliki Perseroan pada saat ini dan rencana ekspansi tersebut. • • • • • • • Perkebunan Sumatera Utara. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD11,5 juta dan USD11,3 juta dari total belanja modal Perseroan masing-masing untuk biaya pemeliharaan PKS dan infrastruktur pendukung lainnya di Perkebunan Sumatera Utara dari tahun 2013 sampai dengan 2015; Perkebunan Belitung. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD11,3 juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya pembangunan fasilitas pelatihan manajemen, pemeliharaan PKS dan infrastruktur pendukung lainnya di Perkebunan Belitung dari tahun 2013 sampai dengan 2015; Perkebunan Kalimantan Barat. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD52,0 juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit baru, biaya pembibitan, pembangunan PKS dan infrastruktur pendukung di Perkebunan Kalimantan Barat dari tahun 2013 sampai dengan 2015; Landbank Sumatera Selatan. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD47,6 juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya kompensasi lahan, pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit baru, biaya pembibitan dan pembangunan infrastruktur pendukung di properti landbank Sumatera Selatan dari tahun 2013 sampai dengan 2015; Landbank Papua. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD60,8 juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya kompensasi lahan, pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit baru, biaya pembibitan dan pembangunan infrastruktur pendukung di landbank Papua dari tahun 2013 sampai dengan 2015; Proyek Sagu Papua. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD20,8juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya pembangunan infrastruktur guna mendukung operasi bisnis sagu Perseroan. Hal ini termasuk pembangunan pabrik pengolahan sagu utama dan pabrik penunjang, serta dermaga, kanal, jalan, sarana prasarana transportasi dan generator listrik, kantor, perumahan, sekolah, klinik dan fasilitas lainnya bagi karyawan, dan Proyek AANE. Perseroan memperkirakan akan menggunakan sekitar USD4,4 juta dari total belanja modal Perseroan untuk biaya (i) pembelian dan pemasangan generator listrik di pabrik biogas Pulau Belitung dan (ii) pembuatan proyek listrik biogas pembangkit serupa di Perkebunan Sumatera Utara I. Rencana pembelanjaan modal Perseroan sekitar USD219,7 ini adalah tambahan dari sekitar USD18 juta pembelanjaan modal yang telah dilakukan pada tahun 2013 untuk akuisisi landbank Papua. Pembelanjaan modal tersebut akan dibiayai oleh kas yang tersedia, arus kas dari aktivitas operasi serta hasil dari Penawaran Umum. Keseluruhan pengeluaran aktual dan alokasi dana antara proyek-proyek ekspansi tersebut dipengaruhi oleh banyak hal. Perseroan dapat meningkatkan, mengurangi atau menunda pengeluaran modal yang telah direncanakan atau mengubah waktu dan alokasi pengeluaran modal dari rencana Perseroan sebagaimana telah dijelaskan di atas untuk menanggapi kondisi pasar atau karena alasan lain. Penggunaan modal Perseroan yang sesungguhnya dapat menjadi jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari jumlah yang diperkirakan karena berbagai faktor, termasuk, antara lain, biaya yang tidak direncanakan, kemampuan Perseroan untuk menghasilkan arus kas yang cukup dan kemampuan Perseroan untuk memperoleh pendanaan modal eksternal yang cukup. 50 7. KEWAJIBAN KONTRAKTUAL Berikut adalah informasi mengenai kewajiban kontraktual Perseroan dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2012. Perseroan berharap untuk memenuhi kewajiban dan liabilitas melalui kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan kas yang tersedia. (dalam USD juta) Jadwal pembayaran < 1 Tahun 1-3 Tahun 3-5 Tahun > 5 Tahun Keterangan Total Kewajiban kontraktual Pembelanjaan modal 3,1 3,1 48,8 48,8 Utang bank (1) Sewa pembiayaan 2,2 1,8 0,4 50,3 25,4 14,2 1,6 9,1 Kewajiban kontraktual lainnya (2) Total 104,5 79,1 14,6 1,6 9,1 Catatan: 1) Utang bank termasuk kewajiban pembayaran kembali utang bank kepada JP Morgan International Bank Limited Brussels Branch sebesar USD45 juta yang ditarik tanggal 7 Januari 2013. 2) Kewajiban kontraktual lainnya termasuk imbalan pasca kerja, sewa kantor, komitmen pesawat charter dan estimasi kewajiban terkait dengan harga pembelian bersyarat sesuai kontrak akuisisi tertentu. 8. KEWAJIBAN KONTINJENSI Perseroan memiliki kewajiban kontinjensi sebagai berikut: • Kewajiban pembayaran kontinjensi yang berkaitan dengan pembelian saham PT Prima Mitra Nusatama (”PMN”) oleh perseroan dari sejumlah investor yang bukan merupakan pihak berelasi (”Investor Penjual”). PMN merupakan perusahaan induk dari AI yang memiliki kegiatan usaha asuransi umum. AI telah dijual kepada pihak ketiga pada Februari 2012. Terdapat kewajiban kontinjensi maksimum sebesar Rp 9,479 miliar (setara dengan USD1.006.781) yang akan dibayar dalam tahun 2014-2015, dalam hal Perseroan tidak menerima klaim dari pembeli saham AI (entitas anak), yang telah menerima jaminan dari Perseroan untuk hak pemenuhan klaim tersebut. Perseroan menyatakan bahwa kewajiban pembayaran kontinjensi tersebut di atas tidak akan membawa dampak negatif maupun dapat menimbulkan hambatan terhadap Penawaran Umum Perdana Saham. Perseroan menyatakan bahwa tidak terdapat pembatasan pemegang saham publik terkait dengan ketentuan kewajiban pembayaran kontinjensi sebagaimana diungkapkan di atas. • Pembayaran kontinjen maksimum sebesar USD27,5 juta pada tanggal 31 Desember 2012 terkait dengan akuisisi serta pembebasan lahan (landbank) untuk perkebunan kelapa sawit di Papua. Pembayaran tergantung pada pencapaian target kemajuan tertentu terkait dengan proses sertifikasi lahan perkebunan, yang mencakup kompensasi lahan kepada masyarakat setempat, pemetaan dan penyelesaian tahapan-tahapan lain dalam proses sertifikasi tanah. Pada tanggal 7 Januari 2013, Perseroan telah melakukan pembayaran sebesar USD18 juta untuk akuisisi lahan sehingga nilai pembayaran kontinjen yang tersisa pada saat Prospektus Awal ini diterbitkan adalah maksimum sebesar USD 9,5 juta. • Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tertanggal 28 Desember 2010 atas kurang bayar PPN periode Januari sampai Desember 2008 sebesar Rp 13,1 miliar (setara USD1.349.861 pada 31 Desember 2012). Pada tanggal 8 Februari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak Rp13,1 miliar. Pada tanggal 27 Januari 2012, DJP menolak keberatan yang diajukan oleh ANJAS. ANJAS mengajukan banding kepada pengadilan pajak pada tanggal 25 April 2012. ANJAS belum membayar kekurangan pembayaran PPN ini. 51 • Pada tanggal 26 Desember 2012, SM menerima SKPKB dari DJP untuk pemeriksaan pajak tahun 2006. SKPKB ini juga mengoreksi seluruh penyesuaian fiskal positif Pajak Penghasilan Badan 2006, sehingga seluruh rugi fiskal SM sebesar Rp712 juta tidak diakui oleh pajak. Rugi fiskal tersebut telah dikompensasi ke pendapatan kena pajak SM tahun 2007, yang belum diperiksa oleh DJP sehingga menimbulkan eksposur kurang bayar pajak beserta penalti kurang lebih sebesar Rp264 juta (setara dengan USD27.238). Manajemen SM berpendapat koreksi tersebut tidak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku dan berencana mengajukan keberatan atas SKP tersebut. 9. MANAJEMEN RISIKO Perseroan dan Entitas Anak berkomitmen untuk menjalankan manajemen risiko dalam usahanya untuk mempertahankan kinerja yang sudah tercapai saat ini. Perseroan menyadari bahwa jalannya operasional Perseroan dan Entitas Anak tidak terlepas dari berbagai risiko, baik risiko yang berada di bawah kendali maupun risiko yang berada di luar kendali Perseroan. Karena itu risiko harus dikelola secara terintegrasi dan berkelanjutan, sebagai bagian dari praktik tata kelola yang baik atas korporasi. Sebagai bagian dari komitmen Perseroan untuk menjalankan manajemen risiko, Perseroan dan Entitas Anak juga telah membentuk unit Internal Audit, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama / Wakil Direktur Utama. Pembentukan ini merupakan salah satu langkah manajemen untuk penerapan manajemen resiko yang menyeluruh pada masa mendatang. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa contoh dari penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh Perseroan dan Entitas Anak adalah: - Untuk mengurangi dampak risiko penurunan harga CPO dan PK, Perseroan dengan izin dari Dewan Komisaris dapat menjual produk dengan kontrak berjangka apabila Perseroan menganggap tren harga CPO dan PK akan menurun, dengan catatan bahwa : (i) jumlah total kontrak penjualan berjangka yang berlaku tidak melebihi 30% dari hasil produksi CPO per bulan Perseroan, (ii) periode kontrak penjualan berjangka tidak lebih dari 6 bulan dan (iii) masing-masing kontrak harus mendapatkan izin dari Dewan Komisaris Entitas Anak tersebut, bila jumlah total kontrak penjualan berjangka melebihi 30% dari hasil produksi CPO per bulan Perseroan atau periode kontrak penjualan berjangka lebih dari 6 bulan. - Perseroan memastikan hubungan yang baik dengan regulator selalu terjaga dengan seringnya komunikasi yang diadakan oleh kedua belah pihak. Selain itu Perseroan juga memastikan bahwa semua aturan-aturan yang berlaku dan perubahannya selalu diawasi dengan seksama. - Untuk fluktuasi kurs mata uang asing, Perseroan memiliki risiko yang telah diuraikan di Bab V dari Prospektus mengenai Risiko Usaha. Perseroan dan Entitas Anak dapat melakukan kontrak valuta asing berjangka untuk tujuan lindung nilai dengan catatan bahwa masa kontrak tersebut tidak lebih dari 6 bulan dan nilai kontrak tidak lebih dari jumlah mata uang Rupiah yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha Perseroan selama 3 bulan. Selain itu, untuk mengurangi dampak fluktuasi kurs mata uang asing terhadap kas Perseroan, Perseroan memiliki kebijakan umum untuk hanya mempertahankan jumlah kas mata uang Rupiah yang cukup untuk kebutuhan operasional Perseroan selama 2 minggu, namun Perseroan dapat meningkatkan jumlah kas mata uang Rupiah menjadi jumlah maksimum yang cukup untuk kebutuhan operasional Perseroan selama 3 bulan apabila Perseroan berpandangan bahwa tren masa depan nilai tukar Rupiah tidak menguntungkan. Perseroan berencana untuk memperkenalkan dan menerapkan manajemen risiko di Entitas Anak dan unit-unit usahanya melalui pelatihan dan praktek kerja sebagai pembekalan pengetahuan dan ketrampilan bagi para manajer dalam memfasilitasikan pelaksanaan proses manajemen risiko di unitnya masing-masing. 52 VI. RISIKO USAHA Di samping informasi lain yang telah disajikan dalam Prospektus ini, risiko-risiko usaha berikut ini juga harus dijadikan pertimbangan oleh para investor. Tambahan risiko dan faktor-faktor ketidakpastian yang saat ini tidak diketahui Perseroan atau yang saat ini dianggap tidak material oleh Perseroan, dapat memiliki efek negatif pada kegiatan usaha Perseroan pada masa mendatang. Setiap risiko yang dijelaskan di bawah ini dapat berdampak material pada kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek usaha Perseroan. Harga saham Perseroan dapat turun akibat oleh salah satu dari risiko ini dan para investor mungkin dapat kehilangan seluruh atau sebagian investasinya. Risiko usaha yang dihadapi oleh Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya baik yang secara langsung dijalankan oleh Perseroan ataupun secara tidak langsung dijalakankan melalui Entitas Anak, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional. Harga produk minyak kelapa sawit Perseroan dipengaruhi oleh harga internasional. Harga internasional produk minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan atas: a. Tingkat pasokan dan/atau permintaan untuk minyak kelapa sawit (CPO) dan produk substitusinya, minyak pengganti, khususnya minyak kedelai dan rapeseed; b. Tingkat produksi CPO dunia dan minyak nabati lainnya, yang cenderung dipengaruhi oleh kondisi cuaca global dan luas lahan yang ditanami; c. Tingkat konsumsi dan persediaan dunia dari CPO maupun minyak nabati lainnya; d. Tarif impor dan ekspor, termasuk pajak ekspor Indonesia dan tarif impor yang berlaku di negaranegara yang mengimpor CPO; e. Harga minyak nabati lainnya; f. Peraturan lingkungan dan konservasi; g. Perkembangan ekonomi serta pertumbuhan penduduk, konsumsi per kapita dan kebutuhan pangan; h. Kondisi cuaca dan pengaruh alam lainnya; dan i. Perekonomian dunia pada umumnya. Seperti harga komoditas-komoditas lainnya, harga CPO secara historis memiliki volatilitas yang tinggi dan dipengaruhi musim. Harga CPO biasanya mengikuti tren harga minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai. Sejak tahun 2003, harga CPO di MDEX telah berkisar antara titik terendah dengan harga USD346,63 per ton pada bulan Januari 2005 sampai titik tertinggi USD1.248,55 per ton pada bulan Februari 2011. Harga CPO pada tanggal 31 Desember 2012 berjumlah USD771 per ton. Walaupun harga CPO di MDEX dan cost, insurance and freight (“c.i.f”) Rotterdam telah meningkat di akhir-akhir ini, Perseroan tidak dapat menjamin bahwa harga tersebut akan terus meningkat, atau tidak turun di bawah harga pada saat ini. Selain itu, pajak dan faktor-faktor lainnya, seperti pajak ekspor Indonesia dan peraturan pemerintah di negara-negara penghasil utama, termasuk Indonesia, dapat mempengaruhi harga internasional dan domestik produk Perseroan. Sebagai contoh, kenaikan pajak ekspor atas CPO di Indonesia tanpa disertai oleh peningkatan pajak ekspor atas produk olahan minyak kelapa sawit akan mengakibatkan meningkatnya permintaan dan harga domestik CPO. Hal sebaliknya terjadi apabila pajak ekspor CPO diturunkan sementara pajak ekspor atas produk olahan minyak kelapa sawit meningkat atau tidak berubah. Perseroan menetapkan harga patokan penjualan CPO dengan beberapa penyesuaian, seperti pajak ekspor minyak kelapa sawit yang berlaku di Indonesia. Penurunan harga internasional CPO, perubahan peraturan pemerintah dan pajak dan penurunan signifikan atas harga produk Perseroan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek Perseroan. 53 2. Peraturan dan kebijakan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa sawit. Perseroan dipengaruhi oleh peraturan Pemerintah yang berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa sawit maupun kebijakan Pemerintah yang tidak mendorong pertumbuhan industri minyak kelapa sawit secara efisien di Indonesia. Sebagai contoh, pada tahun 2011, Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang secara signifikan meningkatkan pajak ekspor CPO. Saat ini, sejumlah produsen CPO di Indonesia, tidak termasuk Perseroan, menjual CPO mereka ke pelanggan internasional untuk diolah lebih lanjut di luar Indonesia. Kapasitas penyulingan CPO di Indonesia saat ini tidak cukup untuk mengolah semua CPO yang diproduksi di Indonesia, sehingga pelaksanaan peraturan ini dapat berdampak negatif terhadap industri CPO di Indonesia. Peraturan ini dan peraturan lainnya yang tidak konsisten dengan kebutuhan dan kemampuan industri CPO Indonesia dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek Perseroan. Selain itu, walaupun industri minyak kelapa sawit di Indonesia selama dekade terakhir ini telah berkembang menjadi produsen CPO terbesar di dunia, pembangunan infrastruktur penunjang oleh Pemerintah masih belum memenuhi kebutuhan. Apabila Pemerintah tidak berhasil untuk membangun lebih banyak pelabuhan, jalan dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk mengembangkan kapasitas maka timbul dampak negatif atas kemampuan pertumbuhan industri CPO Indonesia. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, arus kas, kinerja operasional, kondisi keuangan dan prospek Perseroan. 3. Pajak ekspor Indonesia atau peraturan atas CPO serta tarif dan pajak impor dan pembatasan lainnya yang dikenakan oleh Indonesia. Pada tahun 1994, Pemerintah mengenakan pajak ekspor atas ekspor CPO dan produk minyak kelapa sawit lainnya. Pemerintah menyatakan bahwa tujuan pajak ekspor tersebut adalah untuk mengendalikan harga jual refined bleached deodorized olein (minyak goreng sawit atau RBDOL) di pasar domestik yang telah meningkat karena peningkatan harga pasar dunia untuk produk tersebut. Depresiasi nilai tukar Rupiah Indonesia pada tahun 1997 dan awal 1998 juga menyebabkan kenaikan signifikan harga domestik RBDOL dan menyebabkan ekspor produk minyak kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan dengan penjualan domestik. Akibatnya, pada bulan Desember 1997, Pemerintah melarang ekspor produk minyak kelapa sawit. Larangan tersebut dicabut pada bulan April 1998 dan digantikan dengan pajak ekspor. Pajak ekspor ini pada awalnya berkisar antara 10,0% sampai dengan 40,0% (tergantung jenis produk) dan kemudian meningkat menjadi antara 20,0% sampai dengan 60,0%. Pemerintah telah menurunkan pajak ekspor menjadi antara 7,0% sampai dengan 30,0% pada bulan Juni 1999. Pada bulan September 2007, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.011/2007, Pemerintah Indonesia mengubah tarif pajak ekspor menjadi antara 0,0% dan 10,0%, yang akan ditentukan sesuai dengan rumus yang mengikuti harga CPO (c.i.f Rotterdam). Peraturan tersebut kemudian direvisi pada bulan Februari 2008 dan yang terakhir pada bulan Mei 2012 oleh Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.011/2012 dengan tarif antara 0,0% dan 22,5%, yang akan ditentukan sesuai dengan rumus berdasarkan harga referensi CPO yang ditentukan atas dasar harga CPO di MDEX, BEI dan c.i.f Rotterdam. Berdasarkan rumus ini, tarif pajak ekspor CPO dan CPKO mulai dari 1 Desember sampai 31 Desember 2012 masing-masing adalah 9,0% dan 9,0%. Tidak akan ada kepastian bahwa Pemerintah tidak akan mengeluarkan pajak dan/atau tarif baru yang lebih ketat, meningkatkan pajak ekspor CPO, meningkatkan lebih lanjut harga dasar atau melarang ekspor CPO pada masa mendatang. Apabila Pemerintah meningkatkan pajak ekspor atau memberlakukan kembali larangan ekspor terhadap produk Perseroan atau mengambil tindakan lain yang serupa, maka harga CPOPerseroan di pasar Indonesia akan terpengaruh secara negatif. Sebagai contoh, pada tahun 2008, pemerintah Malaysia mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa perusahaan minyak kelapa sawit diwajibkan untuk membayar pajak yang lebih tinggi atas CPO dan CPKO apabila harga-harga minyak tersebut melebihi RM2.000 per ton. Tidak dapat dipastikan bahwa Pemerintah tidak akan memberlakukan pajak serupa atau bahkan lebih ketat terhadap perusahaanperusahaan CPO Indonesia, seperti Perseroan, pada masa mendatang. 54 Walaupun Perseroan dan Entitas Anak saat ini tidak mengekspor CPO, kenaikan pajak ekspor yang disebabkan oleh meningkatnya Harga Patokan Ekspor (“HPE”) atau perubahan Peraturan Pemerintah mengenai pajak ekspor CPO dan pengenaan tarif impor pada negara importir CPO serta produk turunannya dapat berpengaruh pada harga dan permintaan atas produk Entitas Anak di pasar domestik yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kinerja dan prospek usaha Perseroan dan Entitas Anak. 4. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional yang diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dan pengekspor minyak kelapa sawit dapat berdampak negatif terhadap industri minyak kelapa sawit. Tarif dan pajak impor serta pembatasan lainnya yang dikenakan oleh negara-negara pengimpor minyak kelapa sawit dapat mempengaruhi permintaan CPO dan produk turunannya serta mendorong substitusi ke minyak nabati lainnya. Apabila negara-negara pengimpor memberlakukan pajak yang lebih rendah untuk produk substitusi, seperti minyak kedelai, maka daya saing impor CPO dan produk turunannya dapat terpengaruh secara negatif, sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan harga produk Perseroan. Selain itu, pajak ekspor serta pembatasan lainnya yang dikenakan oleh negara-negara pengekspor minyak kelapa sawit dapat mempengaruhi tingkat pasokan serta harga CPO dan produk turunannya. Sebagai contoh, apabila Malaysia, sebagai negara produsen CPO terbesar kedua di dunia, menurunkan pajak ekspor maka hal tersebut dapat meningkatkan volume ekspor CPO dari Malaysia dan juga tingkat pasokan dunia. Jika salah satu hal di atas terjadi, maka hal tersebut dapat mempengaruhi harga global CPO secara negatif. Apabila pengaruh negatif tersebut bersifat material, maka kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan dapat secara material terganggu. 5. Penundaan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses perolehan sertifikat HGU dan izinizin pemerintah lainnya dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan. Peraturan pemerintah dapat menunda atau membatasi kemampuan Perseroan untuk memperoleh hak tanah yang memadai bagi pengembangan perkebunan baru atau perluasan perkebunan Perseroan yang telah ada pada saat ini. Dalam rangka pengembangan suatu perkebunan, Perseroan wajib mendapatkan Hak Guna Usaha (”HGU”) atas tanah perkebunan tersebut. Tahap-tahap proses perolehan sertifikat HGU dapat dijabarkan sebagai berikut: perolehan izin lokasi, ANDAL dan Izin Usaha Perkebunan (IUP) proses pembebasan lahan dengan ganti rugi untuk pemilik tanah pihak ketiga di dalam wilayah yang termasuk dalam izin lokasi, penyelesaian survei lahan dan proses pemetaan (Peta Kadastral), perolehan persetujuan dari Panitia B, perolehan Surat Keputusan HGU dan penerbitan sertifikat HGU. Setiap tahap memerlukan jangka waktu yang panjang dan terdapat ketidakpastian bahwa Perseroan tidak akan mengalami penundaan proses perolehan HGU. Pada periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, terdapat 105.319 hektar lahan Perseroan atas nama proses perolehan HGU atas lahan tersebut masih berjalan. Tertundanya perolehan HGU dan izin-izin pemerintah lain, atau kesulitan dan penundaan lainnya dalam pengembangan lahan Perseroan dapat mengganggu aspek-aspek lainnya dalam rencana perluasan, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan. Perseroan tidak diizinkan untuk memulai pembukaan lahan dan penanaman di perkebunan sawit milik Perseroan sampai IUP dan SKPKH untuk lahan yang diklarifikasikan sebagai Kawasan Hutan Produksi Konversi). Sebaliknya, sebelum dapat memperoleh HGU, Perseroan diharuskan untuk memulai pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit sebagai bukti bahwa lahan tersebut akan digunakan telah diperolehmenerima HGU (hanya untuk lahan yang tidak diklasifikasikan sebagai Kawasan Hutan Produksi Konversi) untuk sebagai perkebunan kelapa sawit dan bukan sekedar untuk spekulasi tanah, namun Perseroan dapat diwajibkan untuk mengembalikan lahan ke kondisi semula jika permintaan HGU untuk lahan tersebut ditolak, sehingga akan berakibat kerugian waktu dan investasi Perseroan di lahan tersebut. Apabila Perseroan gagal memperoleh izinizin yang diperlukan atau gagal memperoleh HGU atas lahan yang dimaksud di dalam izin lokasi, maka Perseroan tidak dapat menggunakan lahan tersebut sesuai dengan rencana. Dalam hal tersebut, Perseroan akan mengalami kerugian atas biaya-biaya terkait dalam akuisisi lahan yang bersangkutan. Jika salah satu hal di atas terjadi, kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan akan secara material terganggu. 55 6. Penundaan dan kesulitan yang dihadapi untuk menyelesaikan sengketa hak tanah dan masalah kompensasi yang berhubungan dengan lahan perkebunan dan landbank milik Perseroan dapat mengganggu rencana ekspansi, prospek pertumbuhan masa depan dan profitabilitas Perseroan. Walaupun lahan telah diakuisisi untuk pengembangan perkebunan atau tujuan penggunaan lainnya, pemilik perkebunan di Indonesia pada umumnya menghadapi masalah sengketa tanah dari penduduk yang tinggal atau bekerja di kawasan lahan tersebut dan hal ini memerlukan negosiasi pembayaran kompensasi kepada para penggugat tersebut. Selain itu, pihak berwenang akan meminta para pemilik perkebunan untuk menyelesaikan seluruh masalah kompensasi tanah terkait sebagai syarat persetujuan permohonan HGU. Penyelesaian sengketa hak tanah dan masalah kompensasi dapat menjadi proses yang sulit dan memakan waktu panjang. Hal tersebut dapat mengganggu kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. Sebagai contoh, Perseroan sedang terlibat dalam perkara hukum dengan pihak yang menggugat hak kepemilikan atas sebidang lahan yang terletak di Perkebunan Sumatera Utara I. Pihak penggugat tersebut dalam beberapa kesempatan telah memasuki kawasan perkebunan Perseroan tanpa izin sehingga menyebabkan penghentian sementara terhadap kegiatan operasional perkebunan di bidang lahan yang bersangkutan. Perkara-perkara mengenai sengketa lahan yang sedang dihadapi Perseroan dapat dilihat pada Bab VIII mengenai Keterangan Tentang Perseroan dan Entitas Anak, sub-bab 16 mengenai PerkaraPerkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi. Terkait dengan perkara perdata yang sedang dihadapi oleh ANJA dan KAL, apabila pengadilan yang berwenang untuk mengadili dan memutuskan perkara tersebut memutuskan untuk menerima gugatan pihak lawan ANJA dan KAL, maka Perseroan dan Entitas Anak akan berpotensi kehilangan 1,02% dari keseluruhan lahan (landbank) yang dimiliki. Perkara perdata lain yang dihadapi oleh ANJAS tidak berkaitan dengan lahan ANJAS. 7. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak nabati substitusi jenis lainnya. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari industri minyak goreng lainnya, khususnya minyak kedelai dan minyak nabati substitusi lainnya seperti minyak rapeseed, minyak bunga matahari, minyak kacang, minyak jagung, minyak kelapa dan lain-lain. Amerika Serikat, Eropa, Cina, India, Brasil dan Argentina semuanya merupakan produsen minyak goreng yang besar. Pasokan yang berlebih dari semua jenis minyak goreng tersebut dapat mengakibatkan penurunan harga yang dapat menyebabkan konsumen minyak kelapa sawit beralih ke minyak goreng yang berasal dari minyak nabati jenis lainnya itu. Peningkatan pasokan minyak nabati substitusi lainnya, seperti minyak kedelai, dapat mengakibatkan penurunan harga minyak kelapa sawit dan juga harga CPO. Apabila hal tersebut terjadi maka kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional Perseroan akan terkena dampak negatif secara material. Keberhasilan Perseroan dalam kegiatan usaha juga bergantung pada kemampuan untuk mengantisipasi dan menanggapi faktor-faktor persaingan industri, termasuk diperkenalkannya produk baru, kebijakan harga dari para pesaing, pilihan konsumen atas minyak dari produk substitusi, harga minyak goreng alternatif lainnya dan kondisi ekonomi setempat dan sekitarnya. Tidak ada kepastian bahwa Perseroan akan berhasil dalam memperkirakan atau dapat bersaing secara efektif pada masa mendatang. Setiap faktor di atas dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 56 8. Kegiatan usaha perkebunan milik Perseroan dapat menghadapi tantangan dari organisasi lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan pihak perorangan. Organisasi-organisasi lingkungan hidup, organisasi non-pemerintah dan individu tertentu terkadang dapat menimbulkan masalah dan menggangu aktivitas perusahaan-perusahaan perkebunan, misalnya dengan melakukan aksi protes yang dapat mengganggu rencana pemanenan dan produksi. Mereka jugadapat mengajukan atau mengancam untuk mengajukan tuntutan hukum yang dapat mengganggu kegiatan usaha perusahaan perkebunan secara umum. Perseroan saat ini sedang menghadapi proses hukum terkait dengan pembangunan kanal-kanal untuk pengembangan usaha sagu milik Perseroan di Papua Barat, dimana beberapa individu tertentu menyatakan bahwa Perseroan telah melakukan pelanggaran hukum dengan asumsi bahwa pembangunan kanal-kanal tersebut telah menyebabkan kerusakan lahan yang merupakan warisan leluhur para penuntut tersebut. Beberapa organisasi nonpemerintah dan amal memiliki kehadiran yang berpengaruh di kawasan sekitar perkebunan milik Perseroan. Mereka mendukung berbagai hal seperti perlindungan satwa liar asli dari pembukaan lahan. Walaupun Perseroan secara historis telah memiliki hubungan yang baik dengan organisasi-organisasi tersebut, namum terdapat risiko bahwa organisasi-organisasi tersebut dapat menjadi lebih aktif di kawasan perkebunan Perseroan dan mempengaruhi pihak berwenang yang terkait untuk mengubah peraturan lingkungan hidup yang berlaku saat ini dan memberlakukan standar lingkungan hidup yang lebih ketat atas kegiatan operasional Perseroan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menimbulkan berita negatif mengenai Perseroan dan perusahaan perkebunan secara umum. Setiap keterlambatan dalam kegiatan produksi yang disebabkan oleh intervensi dari organisasi lingkungan hidup, non-pemerintah atau individu yang terkait atau aksi lainnya dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap perusahaan perkebunan secara umum, dan dapat berdampak negatif terhadap reputasi Perseroan, serta mengganggu kegiatan operasional Perseroan. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan meningkatkan pengeluaran Perseroan untuk persiapan lahan, sehingga mempengaruhi kinerja operasional Perseroan dan menyebabkan kerugian keuangan. 9. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif oleh pemberlakuan dan penegakan peraturan lingkungan yang lebih ketat. Pembudidayaan tanaman kelapa sawit milik Perseroan, pengolahan TBS di pabrik pengolahan dan pada masa mendatang, pemanenan tanaman sagu dan pengolahan tepung sagu berkaitan dengan beberapa aspek lingkungan. Seperti perusahaan-perusahaan perkebunanan lainnya di Indonesia, Perseroan wajib menaati berbagai peraturan mengenai lingkungan hidup dan perubahaan atas peraturan-peraturan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap Perseroan. Perkebunanperkebunan milik Perseroan dapat sewaktu-waktu diinspeksi oleh berbagai instansi Pemerintah yang masing-masing mungkin memiliki pandangan atau standar yang berbeda. Instansi-instansi Pemerintah ini memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengontrol kepatuhan Perseroan terhadap peraturan lingkungan hidup, termasuk menjatuhkan sanksi dan mencabut izin dan hak tanah. Instansi Pemerintah mungkin dapat memberlakukan peraturan tambahan pada masa mendatang yang akan menyebabkan Perseroan mengeluarkan biaya tambahan untuk mematuhi peraturan-peraturan tambahan tersebut, seperti misalnya program Indonesian Sustainable Palm Oil (“ISPO”). Perseroan adalah anggota RSPO dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan atau yang akan ditetapkan oleh RSPO. Beberapa prinsip dari RSPO tersebut melarang Perseroan untuk menanami tanaman kelapa sawit di beberapa bagian dari landbank milik Perseroan seperti lahan yang memiliki nilai konservasi hutan yang tinggi, cagar budaya dan perlindungan lingkungan hidup lainnya. Peraturan lingkungan hidup di Indonesia dapat menjadi lebih ketat pada masa mendatang sehingga hal tersebut akan menyebabkan Perseroan mengalokasikan sumber daya yang signifikan atau akan mempengaruhi cara Perseroan dalam melakukan kegiatan usaha. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan. 57 10. Perseroan dapat terpengaruhi secara negatif atas perubahan persepsi biaya dan manfaat terkait dengan produksi CPO dan pemakaian biofuel sebagai inisiatif pencegahan perubahan iklim. Sebagian pertumbuhan industri CPO disebabkan oleh peningkatan permintaan biofuel sebagai bagian dari upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara global. Namun organisasi lingkungan hidup non-pemerintah telah mempertanyakan tingkat kesinambungan pertumbuhan produksi CPO dan manfaat biofuel dibandingkan dengan dampak negatif peningkatan produksi CPO terhadap lingkungan hidup. Perusahaan-perusahaan perkebunan dan pengolahan CPO kemungkinan besar akan terus mendapatkan tuntutan untuk dapat menunjukan bahwa pertumbuhan produksi CPO merupakansebuah kegiatan yang berkesinambungan (sustainable practice). Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa larangan-larangan, seperti peraturan pemerintah atas pengembangan industri minyak kelapa sawit tidak akan dikenakan atau permintaan minyak kelapa sawit tidak akan terkena dampak negatif secara material oleh kekhawatiran perubahan iklim dan permintaan biofuel. 11. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang berhubungan dengan pengembangan/perluasan perkebunan kelapa sawit dan operasional pengelolahan minyak kelapa sawit. Perseroan berencana untuk mengembangkan kegiatan usaha minyak kelapa sawit dan berencana memulai penanaman tanaman di landbank milik Perseroan yang terletak di Papua Barat dan Sumatera Selatan dan melanjutkan proses penanaman tanaman di perkebunan milik Perseroan di Kalimantan Barat dan pembangunan PKS di perkebunan Kalimantan Barat. Proyek-proyek pengembangan tersebut melibatkan beberapa risiko. Risiko-risiko yang dapat menunda atau mencegah keberhasilan penyelesaian atau operasional proyek-proyek Perseroan tersebut atau meningkatkan biaya Perseroan secara signifikan, termasuk penanaman, regulasi, pendanaan dan risiko-risiko penting lainnya sebagai berikut: a. Peraturan-peraturan pemerintah dapat membatasi kemampuan Perseroan mendapatkan hak tanah yang memadai untuk lahan tambahan yang cocok untuk kegiatan usaha Perseroan; Perseroan mungkin dapat tidak memperolehsemua izin-izin pemerintah yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menggunakan lahan Peseroan. Apabila hal tersebut terjadi, maka Perseroan tidak dapat menggunakan sebagian atau seluruh lahan untuk rencana ekspansi Perseroan; b. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan kegiatan operasional Perseroan dengan masyarakat setempat atau memperoleh dukungan yang diperlukan untuk kelancaran operasional Perseroan dari masyarakat sekitar wilayah kegiatan usaha Perseroan; c. Bibit-bibit tanaman kelapa sawit yang telah ditanam di lahan perkebunan Perseroan mungkin tidak dapat bertahan hidup atau tumbuh seperti yang diharapkan, karena bibit tanaman kelapa sawit sangat rentan terhadap banjir atau kekeringan dan memerlukan lebih banyak perawatan daripada tanaman kelapa sawit dewasa; d. Lahan perkebunan baru atau yang telah dikembangankan milik Perseroan mungkin tidak akan menghasilkan TBS pada tingkat produksi yang diharapkan atau mungkin akan memerlukan biaya pemanenan dan pengolahan yang lebih tinggi dari perkiraan Perseroan; e. PKS baru atau PKS yang telah dimiliki Perseroan mungkin tidak dapat mengolah TBS pada tingkat produksi yang diharapkan, mungkin akan memerlukan waktu pengolahan yang lebih panjang atau menimbulkan biaya operasional yang lebih tinggi dari perkiraan Perseroan; f. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk menjual volume produksi tambahan dengan harga yang menguntungkan; g. Perseroan dapat menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan kegiatan usaha baru, baik yang tumbuh secara organik atau hasil diakuisisi, dengan kegiatan usaha Perseroan yang telah ada; h. Perseroan berpotensi menghadapi tantangan atas peningkatan biaya, kesulitan logistik pasokan dan kompetisi pembelian benih dan bibit untuk perkebunan Perseroan; i. Perseroan mungkin tidak dapat mempekerjakan dan mempertahankan pekerja perkebunan yang diperlukan untuk kegiatan usaha Perseroan atau mungkin harus membayar upah kerja yang lebih tinggi dari perkiraan Perseroan; dan j. Keadaan-keadaan yang tidak terduga dan masalah-masalah terkait dengan proyek-proyek ekspansi Perseroan dapat mengalihkan perhatian pihak manajemen dari kegiatan usaha yang telah dimiliki Perseroan pada saat ini. 58 Selain itu, pelaksanaan rencana ekspansi perkebunan dan operasi pengolahan milik Perseroan dapat membebani pihak manajemen, keuangan dan sumber daya Perseroan lainnya, atau mengalihkan sumber daya manajemen dari kegiatan usaha Perseroan yang telah ada saat ini dan juga usaha mencari peluang bisnis lainnya. Hal tersebut dapat menggangu kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan atau mengakibatkan hilangnya peluang bisnis lainnya yang lebih menarik. 12. Perseroan menghadapi risiko-risiko yang terkait dengan proyek ekspansi Perseroan. Perseroan berencana untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit baru di Sumatera Selatan dan Papua, serta perluasan lahan yang ditanami di perkebunan Kalimantan Barat milik Perseroan. Selain itu, Perseroan bermaksud untuk melakukan diversifikasi ke usaha produk pertanian lainnya dan saat ini sedang aktif mencari dan melakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang terkait dengan produk pertanian lainnya. Sebagai contoh, Perseroan saat ini sedang membangun infrastruktur untuk memanen tanaman sagu dan mengolah tepung sagu di Papua Barat, Indonesia. Perseroan juga sedang dalam tahap mengembangkan usaha energi terbarukan (renewable energy) melalui proyek biogas di perkebunan Pulau Belitung milik Perseroan. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah melakukan investasi pembelanjaan modal sebesar USD18,3 juta untuk proyek tepung sagu dan USD2,7 juta untuk pengembangan proyek biogas. Perseroan belum memiliki pengalaman dalam produksi tepung sagu atau produk pertanian lainnya selain CPO dan PK. Oleh sebab itu, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan berhasil dalam rencana ekspansi kegiatan usaha secara geografis maupun ekspansi usaha untuk jenis produk lain. Pengembangan dan pembangunan perkebunan dan PKS di Sumatera Selatan dan pembentukan operasi di Papua Barat dan tempat lainnya menimbulkan kebutuhan bagi Perseroan untuk mempekerjakan pegawai, mengidentifikasi dan merekrut manajer dan penyelia berpengalaman, membangun infrastruktur yang signifikan, membuat prosedur pengelolaan air, dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat setempat; Perseroan mungkin dapat tidak berhasil atau menghadapi tantangan-tantangan regional tidak terduga yang tidak mampu dihadapi Perseroan dengan baik. Selain itu, Perseroan juga tidak memiliki pengalaman dalam produksi energi biogas. Oleh sebab itu, tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan berhasil dalam rencana untuk memproduksi listrik di fasilitas Pulau Belitung. Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa Perseroan tidak akan mengalami kerugian signifikan dari investasi di proyek-proyek tersebut. Selain tantangan-tantangan operasional terkait dengan pengelolaan perkebunan di daerah geografis baru dan memasuki bisnis baru, tidak ada jaminan bahwa tuntutan dari pembangunan dan pengembangan perkebunan-perkebunan dan bisnis tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha minyak sawit Perseroan, karena anggota-anggota manajemen senior Perseroan harus terlibat dalam pelaksanaan proyek-proyek baru tersebut, sehingga proyek tersebut akan mengalihkan perhatian mereka dari kegiatan usaha utama Perseroan yaitu produksi CPO dan PK. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu mengalokasikan sumber daya manajemen senior Perseroan secara memadai dan efisien untuk memenuhi semua tantangan dari kegiatan usaha baru dan yang telah ada pada saat ini. 13.Pengembangan usaha sagu di Papua memiliki risiko terhambat karena masalah sosial dengan masyarakat setempat, logistik, infrastruktur dan pengalaman dalam pengolahan produk sagu. Perseroan sedang dalam proses pengembangan pemanenan dan pengolahan sagu di Papua Barat. Perseroan telah memiliki izin untuk beroperasi di luas lahan lebih dari 40.000 hektar. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah membangun kanal untuk transportasi batang tanaman sagu, wet starch dan karyawan selama tahap pertama kawasan panen perkebunan. Perseroan berharap untuk memulai operasi komersial pada tahun 2013 dan berencana untuk terus mengembangkan fasilitasfasilitas lainnya di lahan seluas 40.000 hektar tersebut sepanjang tiga tahun berikutnya. 59 Perseroan belum mempunyai pengalaman dalam mendirikan, mengembangkan dan mengelola hutan produksi sagu alami dan sepanjang pengetahuan Perseroan, belum ada hutan produksi sagu alami lainnya telah dikelola di Indonesia. Lahan yang sedang dikembangkan oleh Perseroan merupakan hutan produksi tanaman sagu alami yang padat dan Perseroan perlu mengembangkan dan memelihara infrastruktur seperti kanal untuk transportasi batang tanaman sagu ke pabrik pengolahan, perumahan permanen dan fasilitas lainnya untuk para karyawan, maupun pabrik pengolahan. Perseroan akan menghadapi banyak tantangan logistik dan konstruksi dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut karena lokasi perkebunan yang terletak di tanah rawa-rawa dan jauh dari kota terdekat sehingga jauh dari infrastruktur dan pasokan listrik yang dapat diandalkan. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan berhasil dalam mengembangkan Proyek Papua ini atau bahwa Perseroan dapat menjaga agar biaya pengembangan tidak melebihi proyeksi anggaran atau tidak melewati jadwal yang telah direncanakan. Perseroan berencana untuk menginvestasikan jumlah modal dan sumber daya managemen yang signifikan untuk proyek ini. Selain itu, Perseroan dapat menghadapi gugatan hukum terhadap kegiatan usaha sagu Perseroan di Papua. Sebagai contoh, Perseroan saat ini sedang menghadapi proses hukum terkait dengan pembangunan kanal-kanal untuk pengembangan usaha sagu milik Perseroan di Papua Barat, dimana beberapa individu tertentu menyatakan bahwa Perseroan telah melakukan pelanggaran hukum dengan asumsi bahwa pembangunan kanal-kanal tersebut telah menyebabkan kerusakan lahan yang merupakan warisan dari para penuntut tersebut. Perseroan mungkin akan tidak berhasil mendapatkan jumlah pelanggan yang memadai untuk kegiatan usaha sagu dan tren permintaan juga dapat berubah. Perseroan juga mungkin dapat tidak berhasil menembus pasar tepung dan bersaing untuk menarik dan mempertahankan pelanggan dari produsen tepung lainnya yang telah lama berdiri, karena sagu pada saat ini belum dikenal secara luas oleh konsumen global. Selain itu, Perseroan juga dapat terpengaruhi oleh persepsi negatif publik akibat isuisu lingkungan. Selain tantangan operasional dan pemasaran yang dihadapi Perseroan, izin lahan di Papua akan berakhir setelah 25 tahun dan tidak ada jaminan bahwa permintaan Perseroan untuk perpanjangan izin tersebut akan diberikan. Apabila Perseroan gagal memperoleh perpanjangan tersebut, maka tidak ada jaminan Perseroan dapat mendapatkan kembali investasi keuangan di proyek ini. Kegiatan usaha sagu di Papua ini merupakan perkembangan penting dalam rencana bisnis keseluruhan Perseroan dan apabila salah satu risiko yang telah dirangkum diatas ini terjadi, maka akan menimbulkan dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 14. Kegiatan usaha Perseroan merupakan usaha padat karya. Industri minyak kelapa sawit merupakan industri yang padat karya. Perkebunan kelapa sawit memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar untuk pemeliharaan bibit, penanaman tanaman, pemupukan, pemanenan serta pemeliharaan rutin lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki sekitar 4.880 pegawai tetap, dimana 3.769, atau 77,2%, merupakan pekerja di perkebunan dan PKS dan 1.111, atau 27,8%, merupakan tingkat staf ke atas. Biaya tenaga kerja terkait dengan kompensasi untuk pegawai Perseroan yang bekerja di perkebunan dan pabrik pengolahan merupakan 16,9% beban pokok penjualan Perseroan pada tahun 2011 dan 19,6% pada tahun 2012. Pemanen dan pekerja perkebunan lainnya saat ini semakin mudah berpindah tempat kerja di perkebunan-perkebunan lain guna memperoleh upah kerja yang lebih tinggi. Selain itu, seluruh pekerja perkebunan Perseroan akan terpengaruh oleh kenaikan upah minimum regional yang diamanatkan pemerintah daerah setempat dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013. Selama 10 tahun terakhir, upah kerja minimum di Indonesia telah meningkat secara drastis. Selain itu, Peseroan juga terpengaruh oleh variasi biaya tenaga kerja karena Perseroan beroperasi atau akan beroperasi di beberapa propinsi di Indonesia. Upah minimum di setiap propinsi tersebut berbeda-beda dan disesuaikan setiap tahun berdasarkan tingkat inflasi nasional dan daerah dan faktor-faktor lainnya. Pada 31 Desember 2012, upah minimum di Bangka-Belitung Rp1.262.500 per bulan, di Sumatera Utara Rp1.375.000 per bulan, di Sumatera Selatan Rp1.350.000 per bulan, di Kalimantan Barat Rp1.060.000 per bulan dan di Papua Barat Rp1.450.000 per bulan. 60 Bila Perseroan tidak mampu mempekerjakan dan mempertahankan cukup pekerja atau jika tingkat upah minimum meningkat secara signifikan, maka akan timbul dampak negatif yang material terhadapat kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 15. Gangguan transportasi dapat berdampak negatif terhadap operasi Perseroan. Perseroan biasanya menjual produk dengan basis ex-mill, ex-jetty atau FOB dan pelanggan Perseroan bertanggung jawab atas transportasi produk yang telah dibeli dari PKS, dermaga atau pelabuhan dekat perkebunan Perseroan. Pelanggan Perseroan bergantung kepada transportasi laut dan darat dan setiap gangguan transportasi karena masalah cuaca, pemogokan kerja, lock-outs atau kejadian lainnya yang dapat menghentikan pengiriman produk atau meningkatkan biaya pengiriman, sehingga membuat produk Perseroan menjadi lebih mahal bagi mereka. Gangguan-gangguan tersebut dapat juga menyebabkan masalah penyimpanan produk di perkebunan milik Perseroan. Perseroan biasanya hanya menjual CPO setelah produk tersedia di fasilitas penyimpanan, sehingga Perseroan bergantung kepada sistem transportasi yang efisien untuk pengambilan produk yang tepat waktu oleh pembeli. Pada tahun-tahun sebelumnya, Perseroan pernah mengalami masalah penyimpanan CPO karena kegagalan transportasi. Apabila pelanggan Perseroan menghadapi kesulitan atau gangguan tersebut, pelanggan Perseroan mungkin dapat melakukan negosiasi untuk menurunkan harga jual produk Perseroan atau Perseroan mungkin akan terpaksa menghentikan pemanenan dan produksi untuk sementara. Karena tak ada pembelian, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif secara material terhadap kondisi keuangan dan kinerja operasional Perseroan. 16.Fluktuasi biaya pengiriman dan transportasi lainnya dapat berdampak negatif terhadap permintaan produk Perseroan dan daya saing dan operasi Perseroan. Biaya pengiriman dan transportasi lainnya mewakili biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan Perseroan, oleh sebab itu biaya pengiriman dan transportasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian pelanggan Perseroan. Apabila lokasi pesaing-pesaing Perseroan lebih dekat dengan pembeli, maka kenaikan biaya pengiriman dan transportasi lainnnya dapat membuat produk Perseroan kurang kompetitif dibandingkan dengan produk pesaing-pesaing tersebut. Perseroan menetapkan harga produk CPO-nya berdasarkan harga internasional dalam dolar Amerika Serikat untuk CPO dengan acuan utama kepada tiga indikator: (i) harga pasar untuk pengiriman ke pelabuhan Belawan atau free on board (“FOB”) pelabuhan Belawan, (ii) harga pasar untuk c.i.f Rotterdam, dan (iii) harga kutipan MDEX yang di-diskon untuk memperhitungkan, antara lain, biaya transportasi ke Belawan, Rotterdam dan Port Klang. Tidak ada jaminan bahwa biaya pengiriman dan transportasi tidak akan meningkat lebih tinggi karena faktor lainnya seperti kenaikan biaya bahan bakar dan keterbatasan jumlah kapal transportasi yang tersedia. Setiap peningkatan signfikan biaya-biaya tersebut dapat menyebabkan harga produk Perseroan menjadi kurang kompetitif dan/atau mengurangi laba Perseroan, sehingga dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan. 17. Tingkat laba Perseroan dapat terpengaruhi oleh harga bahan baku dan bahan bakar yang lebih tinggi. Salah satu bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan usaha Perseroan adalah pupuk. Sebagai contoh, biaya pupuk utama yang digunakan (urea, muriat garam, NPK dan batu fosfat) mewakili 15,4% beban pokok penjualan Perseroan pada tahun 2011 dan 20,5% pada tahun 2012. Urea dipasok di dalam negeri, dan walaupun harganya ditetapkan oleh pemerintah, harga tersebut secara historis befluktuasi sesuai dengan harga inernasional. Pupuk jenis lainnya yang digunakan Perseroan diimpor. 61 Selain pupuk, Perseroan juga menggunakan bahan bakar, seperti solar, untuk mengoperasikan armada truk dan mengoperasikan alat-alat berat di perkebunan. Perseroan menggunakan truk untuk mengangkut TBS dari perkebunan menuju pabrik pengolahan, dan di perkebunan yang terletak di Pulau Belitung, truk juga digunakan untuk mengangkut CPO dan PK dari pabrik pengolahan ke dermaga dan pelabuhan terdekat. Mesin-mesin di pabrik pengolahan, seperti boiler, menggunakan serat kelapa sawit sebagai bahan bakar dan peralatan berat Perseroan menggunakan bahan bakar solar. Biaya bahan bakar mewakili 3,3% dan 3,4% dari beban pokok penjualan masing-masing pada tahun 2011 dan tahun 2012. Harga bahan bakar berfluktuasi berdasarkan kejadian-kejadian di luar kendali Perseroan, termasuk perkembangan geopolitik, pasokan dan permintaan minyak dan gas, aksi-aksi oleh Oil Petroleum Exporting Countries (“OPEC”) dan produsen minyak dan gas lainnya, perang dan kerusuhan di negara-negara dan daerah penghasil minyak, pola produksi regional dan masalah lingkungan. Setiap kenaikan harga yang tinggi atau pengurangan pasokan bahan baku, khususnya pupuk dan bahan bakar, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 18.Penurunan kualitas TBS yang dibeli dari pihak ketiga dapat berdampak negatif bagi Perseroan. Perseroan bergantung kepada pembelian TBS dari pihak ketiga yang dipasok melalui beberapa agen pihak ketiga guna memanfaatkan kelebihan kapasitas di pabrik pengolahan. Perseroan membeli TBS dari pihak ketiga sebanyak 136.402 ton pada tahun 2011 dan 116.460 ton pada tahun 2012. Pembelian TBS pada tahun 2012 mencapai sekitar 16,7% dari produksi TBS Perseroan. Perseroan dapat terpengaruh oleh penurunan kualitas TBS pasokanpihak ketiga. Apabila penurunan kualitas TBS tersebut meluas dan berkelanjutan, maka Perseroan mungkin akan terpaksa membeli TBS yang biasanya tidak akan memenuhi standar Perseroan. Penggunaan TBS berkualitas rendah dapat berdampak negatif terhadap OER dan juga terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasional dan prospek Perseroan. 19. Kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit dan hama serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS dapat menimbulkan dampak negatif bagi Perseroan. Kegiatan usaha Perseroan akan sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit dan hama, dan faktor-faktor di luar kendali lainnya yang mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS. Kondisi cuaca, khususnya, dapat berdampak penting terhadap Perseroan karena curah hujan yang kurang memadai akan menyebabkan tanaman kelapa sawit menghasilkan lebih sedikit bunga yang akan berkembang menjadi TBS dan menghambat pemupukan kelapa sawit yang efektif sehingga akan mengurangi panen TBS dan menunda jadual pemupukan. Sebagai contoh, pada tahun 2005, Perseroan mengalami kondisi curah hujan yang sangat rendah sehingga hasil panen TBS di Perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung berkurang. Akibatnya, hasil produksi lebih rendah dari perkiraan dan Perseroan menanggung biaya operasi tambahan tak terduga dari pembelian dan transportasi air dalam jumlah besar ke perkebunan. Tidak ada jaminan bahwa kondisi serupa tidak akan terjadi kembali pada masa mendatang. Selain itu, penyakit dan hama dapat merusak tanaman kelapa sawit dan kabut dari kebakaran hutan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit di perkebunan milik Perseroan tidak menerima sinar matahari memadai sehingga dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan tanaman-tanaman tersebut. Apabila salah satu dari risiko yang telah dirangkum di atas ini terjadi, maka pasokan TBS akan terganggu sehingga dapat menyebabkan dampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan. 62 20. Perseroan bergantung kepada tim manajemen senior dan apabila Perseroan tidak mampu untuk menarik dan mempertahankan personil yang memenuhi kualifikasi atau menarik, merekrut, melatih dan mempertahankan pengganti yang sesuai, maka hal tersebut dapat menimbukan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional Perseroan. Perseroan percaya bahwa pertumbuhan dan keberhasilan kegiatan usaha Perseroan bergantung kepada kemampuan Perseroan untuk menarik dan mempertahankan personil-personil yang sangat berkualitas, terampil dan berpengalaman di industri minyak kelapa sawit. Perseroan bersaing untuk memperoleh personil-personil tersebut dengan perusahaan-perusahaan lainnya dan tidak dapat menjamin investor bahwa Perseroan akan selalu berhasil dalam merekrut atau mempertahankan personil berkualitas tersebut. Secara khusus, Perseroan sangat bergantung kepada tim manajemen senior terkait dengan keahlian mereka di industri kelapa sawit, dan akan sangat sulit untuk mengganti anggota tim manajemen senior tersebut. Selain itu, karena industri CPO adalah industri dimana terdapat permintaan tinggi dan persaingan ketat atas untuk rekrutmen pegawai yang terampil, maka Perseroan mungkin harus menawarkan kompensasi dan tunjangan lainnya yang jauh lebih tinggi dari apa yang saat ini Perseroan tawarkan untuk menarik dan mempertahankan eksekutif penting pada masa mendatang. Kepergian anggota tim manajemen senior Perseroan atau ketidakmampuan Perseroan untuk menarik, merekrut, melatih dan mempertahankan personil penting yang berkualitas, seperti manajer, asisten lapangan, insinyur dan teknisi ahli lainnya dapat menimbulkan dampak negatif material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasional Perseroan. 21. Perseroan bergantung kepada sejumlah kecil pelanggan untuk lebih dari 50% penjualan. Pelanggan utama Perseroan, yaitu suatu perusahaan penyulingan CPO, mewakili sekitar 31,8%, 32,6% dan 16,6% dari penjualan CPO Perseroan pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Lima pelanggan utama Perseroan semuanya adalah perusahaan penyulingan CPO dan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 mewakili sekitar 81,9%, 80,2% dan 61,2% dari penjualan produk kelapa sawit Perseroan. Perseroan pada umumnya menjual CPO dan PK kepada perusahan penyulingan CPO dan pabrik pengolahan CPKO dan PKO di Indonesia, yang menggunakan produk CPO dan PK tersebut untuk memproduksi produk hilir dan juga tidak mencakup agen distribusi atau perusahaan trading. Oleh sebab itu, Perseroan berpendapat bahwa lebih dari 50% hasil penjualan Perseroan pada masa mendatang akan tetap mencakup jumlah pelanggan yang terbatas. Apabila Perseroan kehilangan satu atau lebih dari satu pelanggan tersebut, atau apabila terdapat pengurangan pesanan oleh pelanggan utama atau perusahaan afiliasinya, maka hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan. 22. Kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Mata uang pelaporan keuangan Perseroan adalah dalam dolar Amerika Serikat dan hampir semua penjualan Perseroan dilakukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Pengeluaran Perseroan, termasuk biaya tenaga kerja, dilakukan dalam mata uang Rupiah, tetapi Perseroan juga membeli peralatan berat tertentu, seperti boiler, truk dan peralatan penghancur dan penggali, serta membayar beberapa anggota tim menajemen senior dalam mata uang dolar Amerika Serikat, sehingga terdapat perlindungan keuangan parsial (partial hedging) terhadap fluktuasi kurs mata uang asing. Dengan adanya perbedaanantara pendapatan dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang diterima oleh Perseroan dengan beberapa biaya operasional Perseroan dalam mata uang Rupiah, maka apresiasi mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan mengurangi laba bersih (atau meningkatkan kerugian bersih), baik dalam mata uang dolar Amerika Serikat maupun Rupiah. Perseroan biasanya tidak menggunakan kontrak lindung nilai keuangan (hedging contract) untuk membatasi risiko kurs mata uang asing. Dengan demikian, setiap apresiasi yang signifikan dalam nilai mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap pengeluaran dan laba bersih Perseroan. 63 23. Perseroan dapat terpengaruh oleh perluasan Program Plasma. Berdasarkan kebijakan pemerintah Indonesia, perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memperoleh Izin Usaha Perkebunan (“IUP”) setelah tahun 2007 diwajibkan untuk mengembangkan perkebunan baru yang akan dioperasikan oleh para petani kecil lokal. Program ini dikenal sebagai Program Plasma. Pada saat ini Perseroan hanya memiliki Program Plasma di perkebunan Kalimantan Barat, namun Perseroan masih belum melakukan alokasi lahan untuk Program Plasma tersebut, mengingat sampai dengan saat ini, Perseroan masih dalam proses untuk mendapatkan HGU. Perseroan berencana untuk mengalokasikan lahan Program Plasma setelah memperoleh HGU atas lahan tersebut dan setelah dibentuknya koperasi Program Plasma serta selesainya penanaman tanaman di seluruh lahan yang dapat ditanami. Perseroan akan wajib mengembangkan dan menanam lahan tambahan seluas sekitar 20% dari total luas lahan sebagai partisipasi Program Plasma pada masa mendatang untuk landbank Perseroan yang terletak di Papua Barat dan Sumatera Selatan. TBS yang dihasilkan oleh lahan perkebunan yang dioperasikan oleh para petani kecil lokal mungkin dapat memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan TBS hasil produksi operasional Perseroan sendiri dan Perseroan mungkin akan terpaksa membeli TBS berkualitas rendah tersebut. Dengan Program Plasma, Perseroan memiliki komitmen untuk membeli TBS dari para pemilik lahan dengan harga khusus yang ditentukan setiap dua minggu oleh pemerintah daerah setempat. Harga khusus tersebut dihitung berdasarkan harga CPO dan pada umumnya mendekati harga pasar TBS. Semua perkebunan di wilayah yang sama harus membeli TBS dari Program Plasma dengan harga khusus tersebut,namun tidak ada jaminan bahwa harga khusus tersebut akan tetap mendekati harga pasar TBS. Selama Perseroan terus memperluas luas perkebunan yang ditanami tanaman kelapa sawit, luas lahan yang telah dialokasikan untuk Program Plasma akan terus meningkat. Hal ini dapat berakibat negatif terhadap tingkat laba Perseroan karena Perseroan mungkin harus membeli lebih banyak TBS dengan harga khusus tersebut, yang mungkin dapat menjadi lebih tinggi dari harga pasar. Selain itu, Program Plasma dapat melibatkan sejumlah risiko keuangan dan operasional pasokan tidak terduga, antara lain kewajiban swadana pemberian, jaminan dan masalah-masalah terkait kelanjutan TBS. Suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan kewajiban Program Plasma pada umumnya diwajibkan untuk membiayai penuh pengembangan Program Plasma secara penuh sampai perkebunan tersebut siap dipanen dan siap dialihkan kepada para petani kecil. Setelah itu, perusahaan akan bekerja sama dengan sebuah bank untuk membiayai para petani kecil tersebut dan mengganti biaya pengembangan perkebunan Plasma yang telah dikeluarkan permohonan. Di samping itu, perusahaan perkebunan juga diwajibkan untuk menjamin utang-utang para petani kecil kepada bank setelah perkebunan Plasma tersebut telah menjadi tanah milik para petani kecil tersebut. Jaminan utang ini merupakan salah satu bentuk kewajiban di luar laporan posisi keuangan. Banyak Program Plasma mewajibkan perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk bertindak sebagai agen koleksi bank dengan memotong sekitar 30% hasil penjualan TBS para petani kecil kepada perusahaan, namun beberapa petani kecil memilih untuk menjual TBS dengan harga tertinggi kepada pabrik lain dan tidak menyetor 30% hasil penjualan mereka kepada perusahaan yang menjadi penjamin utang mereka. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan seperti Perseroan terancam harus mengganti kekurangan pembayaran utang para petani kepada bank. Kegagalan pembayaran utang yang material dari para petani kecil tersebut kepada bank dan Perseroan dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha Perseroan. Terdapat juga kemungkinan Perseroan akan terkena dampak perselisihan dengan para petani atas penyimpangan dari perjanjian Program Plasma yang telah disetujui sebelumnya perselisihan tersebut dapat berakibat negatif terhadap kegiatan usaha kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 64 Selain itu, pemerintah mungkin dapat berusaha untuk memperluas kawasan Program Plasma hingga mencakup kawasan lahan perkebunan Perseroan yang saat ini tidak termasuk dalam kewajiban Plasma. Penerapan aturan Program Plasma secara retrospektif atas semua atau beberapa lahan perkebunan Perseroan dapat berakibat negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan. Semua risiko-risiko yang terkait dengan Program Plasma yang telah dipaparkan diatas ini dapat berakibat negatif terhadap tingkat laba Perseroan karena Perseroan mungkin dapat diwajibkan untuk membeli lebih banyak TBS dengan harga khusus yang mungkin lebih tinggi daripada harga pasar. 24. Estimasi profil usia tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung milik Perseroan mungkin tidak sesuai dengan usia tanaman yang sebenarnya. Hampir semua tanaman kelapa sawit di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung milik Perseroan ditanam oleh pemilik sebelumnya. Dengan demikian, profil usia tanaman kelapa sawit yang telah ditanam sebelum akuisisi Perseroan dicatat berdasarkan atas estimasi Perseroan dan informasi dari pemilik sebelumnya. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan memperoleh semua informasi yang relevan pada saat akuisisi dan mungkin akan ada perbedaan tertentu antara usia yang sebenarnya dengan profil usia yang disajikan di Prospektus ini. 25. Nilai pertanggungan asuransi Perseroan mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian. Perseroan memiliki asuransi yang melindungi aset bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan perlengkapan, dan persediaan di perkebunan dan fasilitas lainnya terhadap kebakaran dan bencana alam lainnya, kerusuhan, pemogokan kerja dan aksi perusakan. Selain itu, Perseroan juga memiliki asuransi gangguan usaha untuk kehilangan laba usaha yang timbul dari gangguan usaha yang disebabkan oleh kehilangan, kehancuran dan kerusakan aset yang dilindungi asuransi tersebut. Perseroan juga memiliki asuransi untuk kerusakan mesin-mesin penting yang mencakup kerugian yang diakibatkan kerusakan tersebut dan polis-polis asuransi lainnya yang mencakup peralatan berat dan kendaraan bermotor dan juga asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan diri untuk para pegawai Perseroan. Walaupun demikian, sesuai dengan praktek industri, Perseroan tidak memiliki perlindungan asuransi untuk tanaman kelapa sawit atau untuk kerugian yang disebabkan oleh penyakit dan hama. Apabila sebagian besar atau seluruh perkebunan atau pabrik pengolahan mengalami kerusakan total atau parsial dan kegiatan usaha Perseroan terganggu untuk jangka waktu yang panjang, maka Perseroan tidak dapat menjamin bahwa nilai tanggungan asuransi yang dimiliki Perseroan akan cukup untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh gangguan operasional tersebut atau untuk menutupi biaya perbaikan atau penggantian fasilitas yang rusak. Apabila Perseroan menderita kerugian besar yang tidak diasuransikan, seperti kerusakan terhadap tanaman kelapa sawit, atau kerugian yang jauh melebihi nilai tanggungan asuransi yang dimiliki Perseroan, maka hal tersebut dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 26. Tren dan preferensi cara hidup sehat pilihan konsumen pada saat ini maupun pada masa yang akan datang dapat mengakibatkan adanya penurunan permintaan CPO, sehingga dapat mempengaruhi harga dan permintaan CPO secara negatif. Perubahan preferensi dan kebiasaan makan konsumen dapat mengurangi permintaan untuk minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit, dan meningkatkan permintaan jenis minyak goreng lainnya. Selain itu, terdapat upaya berkelanjutan dari para pakar kesehatan dan pihak lainnya untuk mendorong pengurangan konsumsi minyak dan lemak sehari-hari. Seperti contoh, terdapat upaya-upaya, termasuk pengajuan tuntutan hukum, yang menuntut restoran-restoran makanan cepat saji dan produsen makanan ringan untuk mengurangi kandungan asam lemak trans dalam makanan. Upaya ini dapat mengurangi konsumsi semua jenis minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit. 65 Permintaan atas produk minyak kelapa sawit pada masa lalu dan mungkin juga pada masa mendatang dipengaruhi oleh kampanye-kampanye yang diprakarsai oleh produsen minyak nabati lainnya yang merupakan saingan minyak kelapa sawit dan juga oleh kelompok-kelompok lingkungan hidup. Sebagai contoh, produsen minyak nabati jenis lainnya, khususnya minyak kedelai, termasuk produsen di Amerika Serikat, secara historis telah melakukan kampanye-kampanye yang menentang minyak kelapa sawit berdasarkan klaim gizi. Baru-baru ini, organisasi lingkungan hidup, seperti World Wide Fund for Nature (sebelumnya dikenal sebagai World Wildlife Fund) telah memprakarsai kampanye-kampanye yang mempromosikan budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan dan praktik perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan karena kekhawatiran bahwa perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan perusakan meluas atas kawasan hutan tropis dan habitat spesies binatang langkaterancam punah. Perseroan tidak dapat menjamin bahwa Perseroan akan berhasil memperkirakan perubahan preferensi konsumen atau bahwa Perseroan dapat bersaing secara efektif akibat perubahan tersebut atau perubahan konsumen yang material tidak akan menyebabkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. Apabila terdapat penurunan signifikan atas permintaan produk minyak kelapa sawit, Perseroan mungkin memiliki surplus produk CPO yang tidak dapat dijual atau terpaksa dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar yang berlaku saat ini, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. 27. Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di fasilitas produksi Perseroan atau risiko operasional lainnya dapat berdampak negatif secara material terhadap kegiatan usaha Perseroan. Perseroan dapat menghadapi beberapa risiko operasional di pabrik pengolahan dan perkebunan. Pemadaman listrik atau penghentian operasional yang berkepanjangan di pabrik pengolahan dapat menyebabkan Perseroan tidak mampu mengolah TBS dalam jangka waktu tertentu atau sama sekali tidak mampu mengolah TBS tersebut, sehingga dapat menyebabkan kehilangan produksi atau penurunan kualitas produk. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan tidak akan menghadapi masalah teknis yang menyebabkan kerusakan generator listrik milik Perseroan atau mesin dan peralatan lainnya, sehingga menimbulkan gangguan signifikan terhadap operasi pabrik pengolahan. Pabrik pengolahan dan perkebunan milik Perseroan terpapar terhadap beberapa risiko seperti kebakaran, ledakan, bencana alam, keretakan dan tumpahan minyak dari tangki pengangkutan atau tanki penyimpanan, gangguan pihak ketiga, gangguan layanan utilitas, perang atau terorisme, kerusuhan dan kegagalan mekanik peralatan. Risiko-risiko tersebut dapat menyebabkan polusi lingkungan, klaim atas cedera pribadi atau kematian dan kerusakan lainnya terhadap properti Perseroan atau asel lain miliknya. Fasilitas Perseroan juga dapat mengalami penghentian operasi tidak terjadwal atau pemeliharaan tak terduga yang dapat mengurangi penjualan dan meningkatkan beban operasi Perseroan. Beberapa peralatan standar perkebunan dapat berbahaya dan menimbulkan risiko apabila ditangani secara tidak benar atau tanpa kehati-hatian dan keterampilan yang memadai. Sebagai contoh, kecelakaan atau kematian dapat terjadi apabila karyawan Perseroan menyalakan wadah pemasakan (boiler) tanpa mengikuti prosedur atau salah menggunakan peralatan lainnya di perkebunan. 66 28. Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan mungkin dapat bertentangan dengan kepentingan pembeli Saham Penawaran ini. Setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini, para pemegang saham pengendali tidak langsung Perseroan, George Santosa Tahija dan Sjakon Santosa Tahija serta keluarga mereka akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan di atas 50% dari jumlah modal yang telah disetor dan ditempatkan penuh. Dengan demikian, pemegang saham pengendali Perseroan memiliki, dan akan tetap memiliki, kekuasan untuk mengendalikan Perseroan, termasuk kekuasaan untuk: a. Menyetujui merger, konsolidasi, atau pembubaran; b. Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan usaha dan urusan Perseroan; c. Memilih mayoritas Direksi dan Komisaris; dan d. Menentukan keputusan atas persetujuan aksi korporasi yang memerlukan persetujuan pemegang saham (selain dari persetujuan transaksi benturan kepentingan di mana pemegang saham pengendali memiliki benturan kepentingan atau terdapat hubungan afiliasi dengan seorang Direksi, Komisaris atau pemegang saham utama (didefinisikan sebagai pemegang saham langsung atau tidak langsung sebesar 20,0% atau lebih dari hak suara) yang memiliki benturan kepentingan, sehingga diharuskan untuk abstain berdasarkan peraturan Bapepam-LK), termasuk waktu dan pembayaran dividen pada masa mendatang. Para pemegang saham pengendali Perseroan mungkin memiliki kepentingan bisnis lainnya di luar kegiatan usaha Perseroan, termasuk bisnis lainnya di industri CPO di dalam maupun di luar Indonesia, dan mungkin dapat mengambil aksi yang melibatkan maupun tidak melibatkan Perseroan yang akan lebih menguntungkan mereka atau perusahaan lain daripada Perseroan, dan dapat berdampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek Perseroan. Dari waktu ke waktu, Perseroan melakukan, dan akan tetap melakukan, transaksi dengan entitas yang dikendalikan oleh pemegang saham pengendali Perseroan dan pihak terkait lainnnya dalam kegiatan usaha normal. Walaupun setiap transaksi dengan benturan kepentingan (seperti yang telah ditetapkan oleh peraturan Bapepam-LK) yang dilakukan oleh Perseroan dengan pihak terafiliasi setelah Penawaran Umum Saham ini harus disetujui oleh pemegang saham independen Perseroan sesuai dengan peraturan BapepamLK, namun keputusan mengenai keberadaan benturan kepentingan tergantung dari interpretasi Perseroan dan para pemegang saham pengendali. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa jumlah yang dibayar dalam transaksi-transaksi tersebut mencerminkan harga yang pihak ketiga independen untuk bersedia membayar transaksi sebanding. 29. Harga saham Perseroan mungkin dapat sangat berfluktuasi. Harga saham Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini mungkin dapat sangat berfluktuasi, tergantung kepada berbagai faktor, termasuk: a. Persepsi atas prospek kegiatan usaha Perseroan dan industri CPO secara umum; b. Perbedaan antara realisasi kinerja keuangan dan operasional Perseroan dengan perkiraan investor dan analis; c. Pengumuman Perseroan mengenai rencana akuisisi, kerja sama strategis, usaha patungan atau divestasi yang signifikan; d. Perubahan rekomendasi analis atau persepsi mengenai Perseroan di Indonesia; e. Perubahan kondisi ekonomi, politik atau pasar di Indonesia; f. Perubahan harga saham perusahaan-perusahaan asing (khususnya di Asia) dan di bursa negara berkembang; g. Penambahan atau kepergian personil penting Perseroan; h. Keterlibatan Perseroan dalam litigasi hukum; dan/atau i. Fluktuasi pasar yang meluas terhadap harga saham. Harga saham Perseroan mungkin dapat diperdagangkan dengan harga yang jauh di bawah harga Penawaran Umum Perdana Saham ini. 67 30. Nilai aset bersih dari Saham yang ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini jauh di bawah harga penawaran saham dan investor akan langsung mengalami dilusi nilai saham. Harga penawaran saham ini jauh lebih tinggi daripada nilai aset bersih per saham yang dimiliki oleh pemegang saham Perseroan pada saat ini. Oleh karena itu, investor yang membeli Saham yang ditawarkan di Penawaran Umum Perdana Saham ini akan langsung mengalami dilusi yang signifikan dan pemegang saham Perseroan pada saat ini akan mengalami kenaikan material atas nilai aset bersih dari saham yang mereka miliki. 31. Penjualan saham Perseroan pada masa mendatang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap harga saham Perseroan di pasar saham. Penjualan saham Perseroan dalam jumlah besar di pasar pada masa mendatang,, atau persepsi bahwa penjualan tersebut akan terjadi, dapat berdampak negatif terhadap harga saham Perseroan yang berlaku di pasar atau terhadap kemampuan Perseroan untuk meningkatkan modal melalui penawaran umum saham atau HMETD atas ekuitas tambahan atau sekuritas yang terkait dengan ekuitas. Setelah Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan, mayoritas dari total saham Perseroan yang beredar akan dimiliki secara langsung oleh pemegang saham Perseroan saat ini. Perseroan dan pemegang saham Perseroan saat ini telah setuju untuk patuh terhadap beberapa larangan atas kemampuan Perseroan untuk mentransfer atau melepas saham Perseroan selama jangka waktu yang terbatas setelah pencatatan saham Perseroan di BEI. Walaupun demikian, penjualan saham Perseroan dalam jumlah besar pada masa mendatang, atau persepsi bahwa penjualan tersebut akan terjadi, dapat menyebabkan harga saham Perseroan untuk turun dan menyulitkan Perseroan untuk meningkatkan modal pada masa mendatang. MANAJEMEN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA RISIKO BERDASARKAN BOBOT DAMPAK RISIKO YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEGIATAN USAHA DAN KEUANGAN PERSEROAN. 68 VII. KEJADIAN DAN TRANSAKSI PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Tidak ada kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap keadaan keuangan dan hasil usaha Perseroan yang terjadi setelah tanggal laporan auditor independen tertanggal 26 Maret 2013 atas laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman, Bing, Satrio dan Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. 69 VIII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK 1. Riwayat Singkat Perseroan Perseroan adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan. Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT Austindo Teguhjaya” berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 yang dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal 21 Mei 1993 dan telah didaftarkan dalam register di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di bawah No. 510/A.PT/HKM/1993/PN.JAK.SEL tanggal 23 Juni 1993 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan No. 4010. Pada tahun 1997, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguhjaya” menjadi “PT Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September 1997 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997, Tambahan No. 5798. Pada tahun 1998, Perseroan melakukan penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya” berdasarkan Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Agustus 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98 tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal 16 April 1999, Tambahan No. 2264. Pada bulan Nopember 2000, PT Austindo Agro Nusantara melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 39 tanggal 20 Nopember 2000 dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 36 tanggal 20 Nopember 2000, dibuat dihadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 588/XII/2000 tanggal 1 Desember 2000 perihal Laporan Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo Agro Nusantara ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 1 Desember 2000. Pada bulan Desember 2000, PT Austindo Nusantara Resources melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 37 tanggal 22 Desember 2000 dibuat dihadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Austindo Nusantara Resources No. 35 tanggal 22 Desember 2000, dibuat di hadapan Suprapta S.H., pengganti Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 33/I/2001 tanggal 22 Januari 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo Nusantara Resources ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 22 Januari 2001. 70 Pada bulan Juli 2001, PT Austindo Investama Jaya, PT Austindo Mining Corporindo dan PT Austindo Nusantara Energi melakukan penggabungan ke dalam Perseroan berdasarkan Akta Perjanjian Penggabungan No. 7 tanggal 2 Juli 2001 dibuat di hadapan Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta, sebagaimana telah disetujui oleh para pemegang saham Perseroan berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 1 tanggal 2 Juli 2001, dibuat oleh Amrul Partomuan Pohan, S.H., LL.M., saat itu Notaris di Jakarta dan telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. 286/VII/2001 tanggal 18 Juli 2001 perihal Laporan/Pemberitahuan Penggabungan PT Austindo investama Jaya, PT Austindo Mining Corporation dan PT Austindo Nusantara Energi ke dalam PT Austindo Nusantara Jaya dan telah mendapat cap Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan tanggal 18 Juli 2001. Pada tahun 2008, Perseroan melakukan pengubahan atas seluruh ketentuan anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT berdasarkan Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008. Sejak pendiriannya sampai dengan tanggal diterbitkannya Prospektus ini, Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan sebagaimana dimuat dalam akta-akta sebagai berikut: a) Akta No. 131 tanggal 17 Desember 1996 yang dibuat di hadapan Achmad Abid, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguhjaya” menjadi “PT Austindo Teguh Jaya” dan pengubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-7572.HT.01.04.Th.97 tanggal 4 Agustus 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 1521/BH.09.03/IX/1997 tanggal 26 September 1997 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 98 tanggal 9 Desember 1997, Tambahan No. 5798. b) Akta No. 14 tanggal 8 Januari 1998 yang dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas pengubahan pasal 11 ayat 3 Anggaran Dasar Perseroan. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah diterima dan dicatat oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia dengan No. C2-HT.01.04.A-2492 tanggal 2 April 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No. 09317420874 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan di bawah No. 1046/ RUB/038/XI/2001 tanggal 8 November 2001. c) Akta No. 54 tanggal 16 Juli 1998 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham Perseroan atas penggantian nama Perseroan dari semula “PT Austindo Teguh Jaya” menjadi “PT Austindo Nusantara Jaya”. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-10249.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Agustus 1998, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan No. 3194/BH.09.03/IX/98 tanggal 28 September 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 31 tanggal 16 April 1999, Tambahan No. 2264. d) Akta No. 03 tanggal 1 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan pengubahan seluruh ketentuan anggaran dasar Perseroan sesuai ketentuan UUPT. Perubahan atas Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-45237.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU0063931.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 28 Juli 2008. 71 e) Akta No. 09 tanggal 6 September 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan (i) peningkatan modal dasar Perseroan menjadi Rp1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar Rupiah); (ii) peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan menjadi Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah); (iii) pemecahan nilai nominal saham Perseroan menjadi Rp100,00 (seratus Rupiah) per saham. Perubahan Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-48475.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 12 September 2012 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0081862.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 12 September 2012. f) Akta No. 107 tanggal 30 Oktober 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan persetujuan pemegang saham atas perubahan ketentuan Pasal 12 ayat 3 dan ayat 5. Akta tersebut telah dicatatkan dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan Menkumham No. AHU-AH.01.10-39460 tanggal 5 November 2012, dicatatkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU0096105.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 5 November 2012 dan Penerimaan Pemberitahuan Menkumham No. AHU-AH.01.10-39461 tanggal 5 November 2012 serta didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT No. AHU-0096106.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 5 November 2012. g) Akta No. 161 tanggal 17 Januari 2013 yang dibuat di hadapan DR. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta, sehubungan dengan persetujuan pemegang saham, antara lain atas: (i) perubahan status Perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka; (ii) perubahan nama Perseroan menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. dan (iii) persetujuan pengubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk peraturan yang berlaku di pasar modal. Pengubahan Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-03796.AH.01.02. Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0006463.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013. 2. Kegiatan Usaha Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian, sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur (pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut. 72 Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan adalah sebagai berikut: a. Berusaha dalam bidang perdagangan dan jasa; b. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: i. Kegiatan usaha utama: - Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan, yang meliputi perdagangan impor, ekspor, lokal dan interinsulair serta menjadi grossier, leveransir/supplier, distributor, agen dan pengecer dari segala macam barang yang dapat dilakukannya, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain, dengan cara amanat atau komisi; dan - Berusaha dalam bidang jasa, termasuk mengusahakan perolehan kesempatan usaha dan melakukan investasi (termasuk tetapi tidak terbatas pada pemberian fasilitas keuangan dan fasilitas-fasilitas lainnya bagi pihak ketiga), kecuali jasa hukum dan pajak. ii. Kegiatan usaha penunjang: - Menyediakan jasa kepada pihak lain dengan memanfaatkan aset yang dimiliki Perseroan. - Menjalankan usaha-usaha lain yang berkaitan dan menunjang kegiatan usaha pada butir i diatas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut ini adalah izin-izin usaha yang dimiliki Perseroan dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya: No. 1. 2. Dokumen Nomor Surat Izin Surat Keterangan Domisili 0524/824/2013 Perusahaan Surat Izin Usaha 00754/1.824.271 Perdagangan – (Besar) Tanggal Tanggal Instansi Penerbitan Berakhir 19 Februari 2013 19 Februari 2014 Lurah Kuningan Timur 25 Maret 2009 25 Maret 2014 Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta 3. Perkembangan Permodalan dan Kepemilikan Saham Perseroan Riwayat struktur permodalan dan kepemilikan saham Perseroan sejak didirikan hingga saat Prospektus ini diterbitkan adalah sebagai berikut: Tahun 1993 Sesuai dengan Akta Perseroan Terbatas No. 72 tanggal 16 April 1993 dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan kepemilikan saham dalam Perseroan adalah sebagai berikut: Keterangan Modal Dasar: Pemegang Saham - Julius Tahija - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Jumlah Saham Dalam Portepel Saham Biasa Atas Nama Nilai Nominal Rp1.000 per saham Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 50.000.000 50.000.000.000,00 10.694.814 10.276.868 10.267.381 31.239.063 18.760.937 10.694.814.000 10.276.868.000 10.267.381.000 31.239.063.000 18.760.937.000 % 34,24 32,90 32,86 100,0 Sesuai dengan Akta Pemasukan Dalam Perseroan Terbatas No. 73 tanggal 16 April 1993, dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, 100% (seratus persen) dari nilai nominal setiap saham yang telah ditempatkan tersebut di atas atau seluruhnya berjumlah Rp31.239.063.000,00 (tiga puluh satu miliar dua ratus tiga puluh sembilan juta enam puluh tiga ribu Rupiah) telah disetor penuh kepada Perseroan oleh masing-masing pendiri pada saat penandatanganan akta pendirian tersebut. 73 Tahun 1999 Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Perseroan No. 39 tanggal 22 Februari 1999 dibuat oleh Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat No. 17/J/III/1998 tanggal 15 Maret 1999 telah terjadi penghibahan atas 5.347.407 saham milik Julius Tahija kepada George Santosa Tahija dan penghibahan atas 5.347.407 saham milik Julius Tahija kepada Sjakon George Tahija. Setelah pengalihan saham-saham tersebut, susunan pemegang saham Perseroan menjadi sebagai berikut: Keterangan Modal Dasar: Pemegang Saham - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Jumlah Saham Dalam Portepel Saham Biasa Atas Nama Nilai Nominal Rp1.000 per saham Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 50.000.000 50.000.000.000 15.624.275 15.614.788 31.239.063 18.760.937 15.624.275.000 15.614.788.000 31.239.063.000 18.760.937.000 % 50,02 49,98 100,0 Penghibahan saham-saham dalam Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham Perseroan sebagaimana termaktub dalam Akta Berita Acara Rapat Perseroan No. 39 tanggal 22 Februari 1999 dibuat oleh Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta, akta mana telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat No. 17/J/III/1998 tanggal 15 Maret 1999. Tahun 2006 Sesuai dengan masing-masing: - Akta Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan penghibahan 75 (tujuh puluh lima) saham dalam Perseroan yang dimiliki oleh George Santosa Tahija kepada Yayasan Tahija dimana dalam melakukan penghibahan saham dalam Perseroan tersebut George Santosa Tahija telah memperoleh persetujuan isterinya, Laurel Claire Tahija, sebagaimana disebutkan dalam Akta Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta; dan - Akta Penyimpanan Hibah Hak-hak Atas Saham No. 2 tanggal 2 Oktober 2006 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta sehubungan dengan penghibahan 75 (tujuh puluh lima) saham dalam Perseroan yang dimiliki oleh Sjakon George Tahija kepada Yayasan Tahija dimana dalam melakukan penghibahan saham dalam Perseroan tersebut Sjakon George Tahija tidak memerlukan persetujuan isterinya karena adanya pemisahan harta sebagaimana Akta Perjanjian Perkawinan Diluar Tiap Persekutuan Harta Perkawinan No. 23 tanggal 8 Desember 1980 yang dibuat di hadapan Frederik Alexander Tumbuan, Notaris di Jakarta. Setelah pengalihan saham-saham tersebut, susunan pemegang saham Perseroan menjadi sebagai berikut: Keterangan Modal Dasar: Pemegang Saham - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija - Yayasan Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Jumlah Saham Dalam Portepel Saham Biasa Atas Nama Nilai Nominal Rp1.000 per saham Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 50.000.000 50.000.000.000,00 15.624.200 15.614.713 150 31.239.063 18.760.937 74 15.624.200.000 15.614.713.000 150.000 31.239.063.000 18.760.937.000 % 50,01 49,98 0,01 100,0 Penghibahan dan pengalihan saham-saham dalam Perseroan tersebut telah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham Perseroan sebagaimana termaktub dalam Akta Pernyataan Keputusan Perseroan No. 1 tanggal 2 Oktober 2006, dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah dicatat di dalam database Sisminbakum berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Nama Pemegang Saham Perseroan No. W7-HT.01.10-2647 tanggal 20 Oktober 2006, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP pada tanggal 27 Desember 2006 berdasarkan cap pendaftaran perusahaan yang ditandatangani oleh Kasudin Derindag Kodya Jakarta Selatan selaku Kepala Kantor Pendaftaran Perusahaan Dati II. Tahun 2012 Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perseroan No. 09 tanggal 6 September 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, antara lain sehubungan dengan persetujuan peningkatan modal dasar Perseroan menjadi sebesar Rp1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar Rupiah), peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan menjadi sebesar Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah) dan pemecahan nilai nominal saham Perseroan menjadi Rp100,00 (seratus Rupiah) per saham. Dengan dilakukannya peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor tersebut dan pemecahan nilai nominal saham, maka struktur permodalan dan kepemilikan saham dalam Perseroan menjadi sebagai berikut: Keterangan Modal Dasar: Pemegang Saham - George Santosa Tahija - Sjakon George Tahija - Yayasan Tahija - PT Memimpin Dengan Nurani - PT Austindo Kencana Jaya Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Jumlah Saham Dalam Portepel Saham Biasa Atas Nama Nilai Nominal Rp100 per saham Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) 12.000.000.000 1.200.000.000.000,00 156.242.000 156.147.130 1.500 1.343.804.685 1.343.804.685 3.000.000.000 9.000.000.000 15.624.200.000,00 15.614.713.000,00 150.000,00 134.380.468.500,00 134.380.468.500,00 300.000.000.000,00 900.000.000.000,00 % 5,20807 5,20490 0,00005 44,79349 44,79349 100,0 Seluruh 3.000.000.000 (tiga miliar) saham dengan nilai nominal setiap saham yang telah ditempatkan dalam Perseroan tersebut di atas, sejumlah Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus miliar Rupiah) telah disetor secara penuh oleh masing-masing pemegang saham Perseroan. Pemegang saham baru merupakan perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham lama sehingga secara substansi tidak terdapat perubahan pemegang saham ( ultimate shareholder). Adapun penyetoran kepada Perrseroan pada tanggal 5 September 2012 adalah dalam bentuk tunai. Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan tidak mengalami perubahan. 4. Keterangan Mengenai Pemegang Saham Berbentuk Badan Hukum a. PT Memimpin Dengan Nurani (“MDN”) Pendirian dan Kegiatan Usaha MDN adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan. MDN didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas MDN No. 5 tanggal 11 Januari 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-12828.AH.01.01.Tahun 2012 tanggal 8 Maret 2012, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0021278.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 8 Maret 2012 dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.70.77212 di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan tanggal 4 Juni 2012. 75 Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar MDN yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas MDN No. 5 tanggal 11 Januari 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., maksud dan tujuan MDN adalah berusaha dalam bidang pemberian jasa dan perdagangan. Kegiatan usaha MDN adalah (1) jasa pada umumnya; (2) jasa konsultasi bidang bisnis, manajemen dan administrasi, antara lain meliputi pengelolaan manajemen dan administrasi, usaha pemberian konsultasi, saran dan bantuan operasional, perencanaan, pengawasan, evaluasi dan strategi pengembangan bisnis dan investasi, analisa studi kelayakan jasa usaha lain serta kegiatan usaha terkait; dan (3) menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, ekspor dan impor, perdagangan besar local (dalam negeri), grosier, supplier, leveransier dan commission house, distributor,agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan demikian baik di dalam maupun di luar negeri, dari berbagai macam barang baik hasil perusahaan sendiri maupun pihak lain. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Di Luar Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham No. 2 tanggal 2 Mei 2012, yang dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 73 tanggal 14 Desember 2012, yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi MDN adalah: Dewan Komisaris Komisaris: Laurel Claire Pekar Tahija Dewan Direksi Direktur Utama: George Santosa Tahija Direktur: Istini Tatiek Siddharta Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham di Luar Rapat MDN No. 76 tanggal 30 Agustus 2012, yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan kepemilikan saham dalam MDN adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: George Santosa Tahija Laurel Claire Pekar Tahija Julia Pratiwi Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 680.000 680.000.000.000,00 85.505 85.502 3 171.010 508.990 85.505.000.000,00 85.502.000.000,00 3.000.000,00 171.010.000.000,00 508.990.000.000,00 % 50,00 49,9982 0,0018 100,00 b. PT Austindo Kencana Jaya (“AKJ”) Pendirian dan Kegiatan Usaha AKJ adalah suatu perseroan terbatas yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan. AKJ didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas AKJ No. 59 tanggal 29 November 2011, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta Selatan. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Keputusan No. AHU-02140. AH.01.01.Tahun 2012 tanggal 13 Januari 2012, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0003418.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 13 Januari 2012 dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.46.75084 di Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Selatan tanggal 17 Februari 2012. 76 Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar AKJ yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas AKJ No. 59, tanggal 29 November 2011, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta Selatan, maksud dan tujuan AKJ adalah berusaha dalam bidang pemberian jasa dan perdagangan. Kegiatan usaha AKJ adalah (i) jasa pada umumnya; (ii) jasa pengelolaan laboratorium, fasilitas pelayanan kesehatan atau sejenisnya; (iii) jasa konsultasi bidang bisnis, manajemen dan administrasi, antara lain meliputi pengelolaan manajemen dan administrasi, usaha pemberian konsultasi, saran dan bantuan operasional, perencanaan, pengawasan, evaluasi dan strategi pengembangan bisnis dan investasi, analisa studi kelayakan jasa usaha lain serta kegiatan usaha terkait; dan (iv) menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pada umumnya, ekspor dan impor, perdagangan besar local (dalam negeri), grosier, supplier, leveransier dan commission house, distributor,agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan demikian baik di dalam maupun di luar negeri, dari berbagai macam barang baik hasil perusahaan sendiri maupun pihak lain. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 74 tanggal 14 Desember 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi AKJ adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama : Shelley Laksman Tahija Komisaris : George Santosa Tahija Komisaris: Clemens Selestiyanta Dewan Direksi Direktur Utama : Sjakon George Tahija Direktur: Istini Tatiek Siddharta Direktur: Sonny Susanto Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 73 tanggal 17 April 2012 jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AKJ No. 130 tanggal 27 September 2012, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham AKJ adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Sjakon George Tahija Shelley Laksman Tahija Cynthia Jean Tahija Krisna Arinanda Tahija Nina Aryana Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 77 800.000 800.000.000.000,00 172.883 23.052 11.525 11.525 11.525 230.510 569.490 172.883.000.000,00 23.052.000.000,00 11.525.000.000,00 11.525.000.000,00 11.525.000.000,00 230.510.000.000,00 569.490.000.000,00 % 75,00 10,00 5,00 5,00 5,00 100,00 c. Yayasan Tahija Pengurus dan Pengawas Pembina Ketua : Sjakon George Tahija Anggota: George Santosa Tahija Pengawas Ketua Anggota : Shelly Laksman Tahija : Laurel Claire Pekar Tahija Pengurus Ketua: Anastasius Wahyuhadi Sekretaris: Silvia Novi Bendahara: Sonny Susanto Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Tidak terdapat modal dasar, ditempatkan dan disetor dalam struktur Yayasan. Harta kekayaan awal Yayasan Tahija berjumlah Rp1.750.325.029. 5. Pengurusan dan Pengawasan Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 161 tanggal 17 Januari 2013, yang dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta, susunan manajemen Perseroan adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris • Komisaris Utama (Komisaris Independen) • Komisaris • Komisaris • Komisaris • Komisaris • Komisaris Independen • Komisaris Independen : : : : : : : Direksi • Direktur Utama : • Wakil Direktur Utama : • Direktur External Affair: • Direktur Risk & Compliance (Tidak Terafiliasi): Adrianto Machribie Reksohadiprodjo Sjakon George Tahija George Santosa Tahija Anastasius Wahyuhadi Istama Tatang Siddharta Arifin Mohamed Siregar Josep Kristiadi Suwito Anggoro Istini Tatiek Siddharta Sucipto Maridjan Achmad Hadi Fauzan Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan telah memenuhi Peraturan Bapepam dan LK No. IX.I.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-45/PM/2004 tanggal 29 November 2004 tentang Direksi dan Komisaris Emiten dan Perusahaan Publik. Masa jabatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris terhitung sejak tanggal RUPS pengangkatannya sampai dengan penutupan RUPS tahunan yang ke-3 setelah pengangkatannya, dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikannya sewaktu-waktu. 78 Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan: Dewan Komisaris Adrianto Machribie Reksohadiprodjo Komisaris Utama (Komisaris Independen) Warga Negara Indonesia, 71 Tahun, Lahir di Bandung, 1 Juli 1941. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia pada tahun 1967; dan Magister di bidang Ilmu Sosial dari Institute of Social Studies, The Hague, Netherlands pada tahun 1969. Menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak tahun 2003. Saat ini juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Media Televisi Indonesia (MetroTV) (Juni 2011-sekarang), Non-Executive Director Intrepid Mines Ltd. (November 2011-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Komisaris PT Freeport Indonesia (2006-2011), Senior Advisor Freeport McMoran (2006-2011), Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Freeport Indonesia (1996-2006), Anggota Dewan Komisaris Perseroan (1996-2003), Executive Vice President/Chief Administrative Officer (1992-1996), Vice President General Affairs Shell Companies Indonesia (1986-1992), Direktur Administrasi anak perusahaan-perusahaan Shell di Indonesia (1980-1985), Perencanaan Personalia Grup Usaha Shell International Petrolium Maatschappij, secondment to The Hague, Netherlands (19781980), Pimpinan Pelayanan Umum (General Services) International Petrolium Maatschappij, secondment to The Hague, Netherlands (1975-1978), Pierson, Hedring en Pierson (Armsterdam) (1974-1975), Account Executive LintasSSC&B untuk Unilever (Rotterdam) (1972-1973), Product Manager Unilever (Rotterdam) (1969-1972). Sjakon George Tahija Komisaris Warga Negara Indonesia, 60 Tahun, Lahir di Jakarta, 17 Desember 1952. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran dari Universitas Indonesia pada tahun 1980. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 1985. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama AKJ (2012 – sekarang), Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (2012 – sekarang), Komisaris Utama PT ANJ HealthCare (2010 – sekarang), Pembina Yayasan Tahija (2008 – sekarang), Komisaris Utama PT Optik Klinik Mata Nusantara (2007 – sekarang), Spesialis Bedah Vitreoretinal Klinik Mata Nusantara (2004-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT ANJ HealthCare (2006 – 2010), Komisaris PT Elbatama Finance (2000-2004), Ketua Yayasan Tahija (1990-2008), Komisaris PT Aceh Timur (1998), Komisaris PT Aceh Timur (1998-2003), Spesialis Bedah Vitreoretinal Jakarta Eye Center (1994-2003), Kepala Puskesmas Kecamatan Nangaroro, Nusa Tenggara Timur (1981-1983). 79 George Santosa Tahija Komisaris Warga Negara Indonesia, 54 Tahun, Lahir di Jakarta, 28 Agustus 1958. Menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Teknik Mesin dari Universitas Trisakti pada tahun 1983 dan Sarjana S2 di bidang bisnis dari Colgate Darden Graduate School of Business Administration, Virginia, USA pada tahun 1986. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT AANE (2013-sekarang), Pembina Yayasan Dharma Bermakna (2013-sekarang), Direktur Utama MDN (2012-sekarang), Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bermakna (2012-2013), Dewan Pengawas Endeavor Indonesia (2012-sekarang), Komisaris Utama LSP (2011-sekarang), Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya HealthCare (2011-sekarang), Dewan Penasihat Global Executive MBA Darden School Universitas Virginia (2011-sekarang), Ketua Dewan Pembina Yayasan Coral Triangle Center (2010-sekarang), Komisaris Utama PT Austindo Nusantara Jaya Auto (2009-2012), Komisaris Utama PT Austindo Nusantara Jaya Rent (2008-2012), Komisaris SM (2008-sekarang), Pengawas Yayasan Tahija (2008-sekarang), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Trisakti (2008-2012), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Bea Siswa Trisakti (20082011), Dewan Pembina Asia Business Council (2008-sekarang), Komisaris PT Optik Klinik Mata Nusantara (2007-sekarang), Komisaris Utama ANJAP (2007-sekarang), Direktur Utama PT Prima Mitra Nusatama (2007-sekarang), Komisaris Utama PT Austindo Nusantara Jaya Finance (2006-2012), Komisaris Utama PT Austindo Nusantara Jaya HealthCare (2006-2011), Komisaris Utama SMM (2005-sekarang), Komisaris Utama ANJAS (2005-sekarang), Komisaris Utama KAL (2005-sekarang), Komisaris ATI (2005-sekarang), Non-Executive Director Pearl Energy Pte. Ltd. Singapura (2005-2006), Komisaris Utama GMIT (2002-sekarang), Komisaris PT Agro Muko (1997-sekarang), Komisaris Utama DGI (1997-sekarang), Direktur PT Newcrest Sumbaya Jaya (1997-2001), Direktur PT Newcrest Sumatera Mineral (1997-2001), Direktur PT Newcrest Nusa Sulawesi (1997-2001), Dewan Pendiri Sekolah PSKD Mandiri (1996-sekarang), Komisaris PT Puncakjaya Power (1995-sekarang), Komisaris PT Freeport Indonesia Company (1992-2012), Komisaris Utama PT Asuransi Indrapura (1991-2012), Sekretaris merangkap Bendahara Yayasan Tahija (1990-2008) dan Direktur Utama Perseroan (1985-2012). 80 Anastasius Wahyuhadi Komisaris Warga Negara Indonesia, 66 Tahun, Lahir di Klaten, 15 April 1946. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Satya Wacana pada tahun 1976. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2006. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur PT ANJ Healthcare (2010-sekarang), Komisaris ANJAP (2007-sekarang), Komisaris PT Sembada Sennah Maju (2006-sekarang), Komisaris SMM (2005-sekarang), Komisaris ANJAS (2005-sekarang), Komisaris KAL (2005-sekarang), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Tahija (2003-sekarang), Komisaris Utama PT Prima Mitra Nusatama (2003-sekarang), Komisaris GMIT (2002-sekarang), Komisaris ANJA (2000-sekarang), Direktur ATI (1998-sekarang), Direktur PT Surya Makmur (1998-sekarang), Komisaris PT Simpang Kiri Plantation Indonesia (1998-sekarang), Komisaris PT Bilah Plantindo (1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya Finance (2006-2012), Komisaris Utama PT Asuransi Indrapura (1998-2012), Direktur Utama PT Austindo Nusantara Jaya Rent (2010-2011), Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya Rent (Juli 2011-Desember 2011, 2008-2010), Presiden Asosiasi Fundraising Profesional Jakarta Chapter (2009-2010), Anggota Tim Pendiri Asosiasi Fundraising Profesional Jakarta Chapter (2006), Charter Presiden Lions Club Jakarta Raya (2004-2006), Direktur Perseroan (1997-2006), Direktur PT Anwar Sierad Group (1994-1997), Deputi Presiden Direktur dan Direktur Hukum & Corporate Secretary PT Rothmans of Pall Mall Indonesia (d/h PT Faroka SA) (1983-1994). Istama Tatang Siddharta Komisaris Warga Negara Indonesia, 53 Tahun, Lahir di Jakarta, 16 Juni 1959. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Akuntansi dari Universitas Indonesia pada tahun 1980. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2004. Saat ini juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Amalgamated Tricor (2009-sekarang), Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1983-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Chairman KAP Siddharta Siddharta & Widjaja (Member Firm, KPMG International) (2002-2004), Chairman KAP Siddharta Siddharta & Harsono (Member Firm, Coopers&Lybrand International) (1998-2002), Managing Partner KAP Siddharta Siddharta & Harsono (Member Firm, Coopers&Lybrand International) (1991-1998), Partner KAP Drs. Siddharta & Siddharta (Associated Firm, Coopers&Lybrand International) (1987-1991), Partner KAP Drs. Siddharta & Co. (Associated Firm, Pannel Kerr Forster International) (1984-1987), Manager, KAP Drs. Siddharta & Co. (1981-1984), Supervisor, KAP Drs. Siddharta & Co. (1980-1981). 81 Arifin Mohamed Siregar Komisaris Independen Warga Negara Indonesia, 79 Tahun, Lahir di Medan, 11 Februari 1934. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 di bidang Ekonomi dari The Netherlands School of Economics, Rotterdam pada tahun 1956; Sarjana Strata 2 di bidang Ekonomi dari Münster Universität, Jerman pada tahun 1958. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2011. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris PT Cabot Indonesia (2011 – sekarang), Penasehat Procter & Gamble Indonesia (2010 – sekarang), Komisaris Utama PT Airfast Indonesia (2009 – sekarang), Ketua Dewan Penasehat Strategis Ancora Capital Management Pte. Ltd. (2009 – sekarang), anggota Dewan Gubernur Indonesia – Netherlands Association (INA) & Indonesian – Benelux Chamber of Commerce (2008 – sekarang), Wakil Ketua United State – Indonesia Society (USINDO) (2007 – sekarang), Anggota Board of Governors pada Asian Institute of Management, Manila (2001 – sekarang), Anggota Komisi Trilateral (2000 – sekarang), anggota Board of Trustees pada World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia (1999 – sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Sime Darby Berhad, Kuala Lumpur, Malaysia (2007 – 2010), Komisaris Utama PT Medco Energy Internasional Tbk (2006 – 2008), Ketua Governing Board pada World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia (1999-2010), Ketua Dewan Direksi pada IndonesianGerman Chamber of Commerce and Industry (EKOIND) (1999-2003), Penasehat Internasional Goldman Sachs (Asia Pacific) L.L.C (1998-2006), Anggota Board of Trustees pada United States – Indonesia Society (USINDO) (1994-2007), Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, St. Vincent dan Granadines, St. Lucia dan Persekutuan Dominika (1993-1997), Menteri Perdagangan Republik Indonesia (1988-1993), Gubernur Bank Indonesia (1983-1988), Gubernur International Bank for Reconstruction and Development (The World Bank) for Indonesia (1986-1988), Gubernur (Alternate Governor) Islamic Dovelopment Bank (IDB) untuk Indonesia (1983-1988), Ketua Indonesia Economic Association (ISEI) (1979 – 1987), Gubernur (Alternate Governor) International Monetary Fund (IMF) untuk Indonesia (1973-1983), Wakil Gubernur Bank Indonesia (19711983), Perwakilan IMF di Laos dan Penasehat Keuangan untuk Pemerintah Laos (1969-1971), Ahli Ekonomi, Asian Department, International Monetary Fund(IMF) di Washington D.C (1965-1969), Ahli Ekonomi, Bagian Ekonomi UN Economic and Social Office di Beirut, Lebanon (1963-1965), Economic Affairs Officer untuk UN Bureau of General Economic Research and Policies, New York, USA (19611963), Peneliti di Munster University, Jerman (1960-1961). 82 Josep Kristiadi Komisaris Independen Warga Negara Indonesia, 65 Tahun, Lahir di Yogyakarta, 24 Maret 1948. Menyelesaikan pendidikan Sarjana di bidang Ilmu Sosial dan Politik dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1976 dan Sarjana Strata 3 di bidang Ilmu Politik dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1995. Menjabat sebagai Komisaris Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Peduli PEMILUPersatuan Wartawan Indonesia (2006-sekarang), Sekretaris CSIS Foundation (2005-sekarang), Dosen Tamu Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Tinggi (SESPIMPTI) POLRI, Bandung (2000-sekarang), Dosen Tamu Lembaga Administrasi Negara (LAN) (2000-sekarang), Dosen tetap FISIPOL Atma Jaya Yogyajarta (1995-sekarang), Anggota Yayasan Trisakti (1995-sekarang), Dosen Tamu Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) (1999-sekarang), Peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) (1976-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Editor untuk The Indonesian Quarterly (Jurnal Bahasa Inggris CSIS) dan Analisis CSIS (Jurnal Bahasa Indonesia CSIS) (19802011), Pembicara di kursus singkat untuk Kepala Daerah (Bupati/Walikota) seluruh Indonesia, Kementerian Dalam Negeri (2010-2011), Dosen Tamu SESPIMTI POLRI (1990-2011), Dosen Tamu SESKO Gabungan (1999-2009), Konsultan untuk Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi (Yappika) (2005-2008), Wakil Direktur Eksekutif CSIS (1999-2004), Konsultan Jaringan Masyarakat Pemantau PEMILU (2000-2004), Wakil Direktur Eksekutif CSIS (1999-2004), Sekretaris Dewan Direktur CSIS (1983-2004), Pembicara di kursus singkat pimpinan DPRD Kab/Kota seluruh Indonesia, Kementerian Dalam Negeri (2002-2003), Kepala Departemen Politik CSIS (1991-1999), Anggota MPR RI (1987-1992). 83 Direksi Suwito Anggoro Direktur Utama Warga Negara Indonesia, 59 Tahun, Lahir di Malang, 2 Februari 1954. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik di bidang Elektro dari Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung pada tahun 1979 dan Sarjana Strata 2 (Master of Science) di bidang Engineering dari Master Degree Union College, New York, USA pada tahun 1985. Menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak bulan Desember 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris GMIT (Januari 2013-sekarang), Komisaris SMM (Januari 2013-sekarang), Komisaris LSP (Januari 2013-sekarang), Komisaris ANJAS (Januari 2013-sekarang), Komisaris KAL (Januari 2013-sekarang), Komisaris ANJAP (Januari 2013-sekarang), Komisaris PPM (Januari 2013-sekarang), Komisaris PMP (Januari 2013-sekarang), Komisaris AANE (Januari 2013-sekarang), Komisaris GSB (Mei 2012-sekarang), Komisaris PT Dalle Energy (Maret 2012-sekarang), Komisaris ANJA (Juni 2011-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Perseroan (Februari 2012-Desember 2012), Komisaris Perseroan (Agustus 2010-Februari 2012), Komisaris Utama PT Chevron Pacific Indonesia (2010-2011), Direktur Utama PT Chevron Pacific Indonesia (2005-2010), Senior VP Expl/Prod Technology & NOJV PT Chevron Pacific Indonesia (2004-2005), VP Sumatran Light PT Chevron Pacific Indonesia (2002-2004), VP Corporate Human Resources PT Chevron Pacific Indonesia (1999-2002), Man Corp Planning & Budget PT Chevron Pacific Indonesia (1997-1999), Chief Civil Engineering PT Chevron Pacific Indonesia (1995-1997), Assistant Project Manager Duri Steamfllod Project PT Chevron Pacific Indonesia (1996-1997), Supt. Power Generation PT Chevron Pacific Indonesia (1994-1996). 84 Istini Tatiek Siddharta Wakil Direktur Utama Warga Negara Indonesia, 50 Tahun, Lahir di Jakarta, 31 Oktober 1962. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di bidang Akuntansi di Universitas Indonesia pada tahun 1985 dan Sarjana Strata 2 (Master) di bidang Finance dari Anderson Graduate School of Management at University of California at Los Angeles pada tahun 1994. Menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris GMIT (2013-sekarang), Komisaris AANE (2013-sekarang), Komisaris PMP (2013-sekarang), Komisaris PPM (2013-sekarang), Direktur dan likuidator PT Prima Mitra Nusatama (2012-sekarang), Direktur MDN (2012-sekarang), Direktur AKJ (2012-sekarang), Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (2010-sekarang), Komisaris PT ANJ Healthcare (2006-sekarang), Komisaris ANJA (2006-sekarang), Komisaris SMM (2006-sekarang), Komisaris ANJAS (2006-sekarang), Komisaris KAL (2006-sekarang), Komisaris ANJAP (2006-sekarang), Direktur PT Bejana Krisna (2001-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan Perseroan (2000-2012), Komisaris PT Asuransi Indrapura (2009-2012), Komisaris PT ANJ Auto (2009-2012), Komisaris PT ANJ Rent (2008-2012), Komisaris PT ANJ Finance (2004-2012), Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (2006-2010), Non-Executive Director Pearl Energy Pte. Ltd. Singapore (20052006), anggota Majelis Kehormatan-IAI (2002-2006), Komite Audit-PT Asuransi Bintang Tbk (2000-2004), Pengajar di Program MAKSI-FEUI (1998-2004), Ketua DSAK-IAI (2000-2002), Komite Audit-PT BRI Tbk (2001-2002), Komite AuditBPPN (2000-2002), Anggota DSAK-IAI (1994-2000 dan 1990-1992), Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Katholik Atma Jaya (1985-1990), Akuntan Publik, Siddharta & Siddharta, a member of KPMG (1998-2000), Akuntan Publik, Siddharta & Siddharta, a member of Coopers & Lybrand (1985-1998). Sucipto Maridjan Direktur External Affair Warga Negara Indonesia, 53 Tahun, Lahir di Tanjung Pinang, 12 Juli 1959. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Nasional Jakarta pada tahun 1988. Menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris GMIT (1 Januari 2013-sekarang), Direktur PPM (7 Januari 2013-sekarang), Direktur PMP (7 Januari 2013-sekarang), Direktur ANJA (1 September 2012-sekarang), Direktur SMM (1 September 2012-sekarang), Direktur KAL (1 September 2012-sekarang), Direktur ANJAP (1 September 2012-sekarang), Presiden Direktur AANE (1 Agustus 2012-sekarang), Direktur DGI (30 Agustus 1999-sekarang), Direktur PT Puncakjaya Power (1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur PT Cibaliung Sumberdaya (2000-2007), Presiden Komisaris PT Tambang Tondano Nusajaya (2000-2007), Presiden Komisaris Meares Soputan Mining (2000-2007), Presiden Direktur PT Torah Antareja Mining (1997-2003), Presiden Direktur PT Eastara Melawi Minerals (1997-2003), Direktur Newcrest Mining Ltd., Australia (19911997), Direktur Muswellbrooke Energy & Minerals/Ashton Mines (1986-1991), Direktur PT Erba Corporation (1983-1986). 85 Achmad Hadi Fauzan Direktur Risk & Compliance / Direktur Tidak Terafiliasi Warga Negara Indonesia, 52 Tahun, Lahir di Pasuruan, 28 Februari 1961. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1 (Bachelor of Arts) di Kennedy Western University, USA pada tahun 1998 dan Sarjana Strata 2 (Master of Business Administration) dari dari Kennedy Western Univeristy, USA pada tahun 2001. Menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak bulan Februari tahun 2013. Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Aek Tarum (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Gunung Tua Abadi (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Telaga Hikmah (9 Januari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Mutiara Bunda Jaya (9 Januari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Binasawit Makmur (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sawit Selatan (2 Februari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sungai Menang (18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Selatanjaya Permai (2 Februari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Tania Binatama (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sungai Rangit (19 Januari 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Indonesia (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Pertiwi Lenggara Agromas (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Lanang Agro Bersatu (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sampoerna Bio Fuels (18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT National Sago Prima (18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Pertiwi Agro Sejahtera (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Nusantara Sago Prima (18 Mei 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Wawasan Kebun Utama (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Pangan Agro Nusantara (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Palma Timur Sejahtera (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Sentosa Timur Palma (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Palma Timur Sentosa (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Sejahtera (13 Desember 2011-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Usaha Agro Jaya (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Industri Hutan Unggul (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Industri Hutan Lestari (13 Desember 20111 Februari 2013), Direktur Utama PT Hutan Ketapang Industri (11 Juni 2012-1 Februari 2013), Direktur Utama PT Tebar Tandan Tenerah (21 Mei 2012 20111 Februari 2013), Direktur Corporate Affairs (Departemen Legal, Departemen Investor Relations, Departemen Land Acquisitions dan Departemen CSR ) / Chief Operating Officer – Non Palm Oil Operations PT Sampoerna Agro Tbk. (Juni 2010-November 2012), Direktur Corporate Affairs (Corporate Secretary, Legal, Investor Relations, Departemen Land Acquisitions dan Departemen CSR ) PT Sampoerna Agro Tbk. (Agro Business Company) (Juni 2008-Mei 2010), Direktur Corporate Affairs (Departemen Communication, Departemen Regulatory, Government Relations, Departemen CSR) PT HM Sampoerna Tbk. (Januari 2007-Mei 2008), Direktur Corporate Affairs Philip Morris International (LausanneSwitzerland) (September 2007-Desember 2007), Direktur Government and Community Relations (Departemen Government Relations dan Departemen Community Relations) PT HM Sampoerna Tbk. (Jakarta) (Juni 2005-Agustus 2007), Direktur General Affairs (Government, Community, Security dan Facility Management) PT HM Sampoerna Tbk. (Surabaya) (November 2003-Mei 2005), Senior Manajer Human Resources dan Industrial Relations PT HM Sampoerna Tbk. (Surabaya) (Januari 2000-Oktober 2003), Senior Manajer Operations dan Manufacturing (Mei 1995-September 2003). 86 Komite Audit Sesuai dengan Peraturan No. IX.I.5 dan berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 001/ ANJ/2013 tanggal 6 Februari 2013, Dewan Komisaris Perseroan membentuk Komite Audit, dengan susunan sebagai berikut : Ketua Anggota Anggota : DR. Arifin Mohamed Siregar : DR. Danrivanto Budhijanto : Muljawati Chitro, S.E., CPA Para anggota Komite Audit Perseroan diangkat untuk jangka waktu sejak tanggal 6 Februari 2013 dan akan berakhir pada penutupan RUPS tahunan ketiga sejak 17 Januari 2013, kecuali apabila diberhentikan lebih awal oleh Dewan Komisaris Perseroan. DR. Danrivanto Budhijanto Warga Negara Indonesia, 41 Tahun, Lahir di Cimahi, 14 November 1971. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1995, Sarjana Strata 2 (Master) di bidang Information Technology Law dari The John Marshall Law School, Chicago, Amerika Serikat pada tahun 2003 dan Sarjana Strata 3 (Doktorat) di bidang Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 2009. Menjabat sebagai Anggota Komite Audit Perseroan sejak 2013. Saat ini menjabat Arbiter Terdaftar (Listed Arbitrator) pada Badan Arbitrase dan Mediasi Hak Kekayaan Intelektual (BAM HKI) Jakarta (Desember 2011-sekarang), Arbiter Terdaftar (Listed Arbitrator) pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Jakarta (Oktober 2010-sekarang), Dosen Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung (November 2003-sekarang), Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung (Juli 1998-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Anggota Komite Regulasi Telekomunikasi-Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Mei 2009-Mei 2012), Anggota Komite Audit pada PT Kimia Farma, Tbk. (Persero) (November 2001-Januari 2012), Dosen pada Program Magister Manajemen di Sekolah Manajemen dan Bisnis Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) (Maret 2007-November 2008), Dosen pada Program Magister Manajemen Telekomunikasi di Institut Manajemen Telkom, Bandung (Juli 2005-Agustus 2008), Associate Lawyer pada Makes & Partners Law Firm (Juni 1995-Mei 1997). Muljawati Chitro, S.E., CPA Warga Negara Indonesia, 46 Tahun, Lahir di Jakarta, 27 Februari 1967. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Atmajaya pada tahun 1990 dan Sarjana Strata 2 di bidang Keuangan dari PPM pada tahun 2002. Menjabat sebagai Anggota Komite Audit Perseroan sejak 2013. Saat ini menjabat sebagai Partner pada Kantor Akuntan Publik Muljawati, Rini & Rekan (Desember 2000-sekarang), Anggota Komite Audit PT Asuransi Wana Artha (Juni 2011-sekarang) dan Anggota Komite Audit PT Samudra Indonesia Tbk (Oktober 2009-sekarang). Sebelumnya menjabat sebagai Penanggung Jawab Bagian Pendidikan pada Institut Akuntan Publik Indonesia (Mei 2005-Desember 2012), Anggota Komite Audit PT Asuransi Bintang Tbk (Oktober 2005-Juni 2010), Anggota Komite Audit PT Century Textile Industry Tbk (Januari 2002-March 2008), Anggota Komite Audit PT Metrodata Tbk (Oktober 2002-April 2003), Associate Partner pada Kantor Akuntan Publik Siddharta, Siddharta & Widjaja (Oktober 1988-Juni 2000). 87 Hak dan Wewenang Komite Audit adalah sebagai berikut: 1. Kepada anggota baru Komite Audit diberikan orientasi atau program pengenalan peran, tanggung jawab dan kerangka kerja Komite Audit. 2. Komite Audit menerima otoritas dan penugasan dari Dewan Komisaris dengan memperhatikan perundangan dan peraturan yang terkait. 3. Dalam menjalankan tugasnya Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta sumber daya Perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. 4. Jika terjadi kasus/indikasi penyimpangan dan perlu meneliti/mengklarifikasi kasus-kasus tersebut maka Komite Audit, berdasarkan surat tugas dari Komisaris, memiliki hak akses penuh atas informasi yang ada di perusahaan dari Direksi, audit internal dan semua satuan organisasi perusahaan. 5. Komite Audit dengan persetujuan Komisaris dapat meminta saran dan bantuan dari tenaga ahli dan profesional lain yang dirasakan perlu untuk melaksanakan tugasnya atas beban Perusahaan. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit adalah sebagai berikut: 1. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris, termasuk hal hal sebagai berikut: a. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang disampaikan/diterbitkan Perusahaan, antara lain laporan keuangan berkala, proyeksi dan informasi keuangan lainnya, dan disampaikan kepada pemegang saham. b. Menilai perencanaan, pelaksanaan serta hasil audit yang dilakukan oleh SPI (auditor internal) maupun auditor eksternal untuk memastikan bahwa pelaksanaan prosedur audit dan pelaporan audit para auditor sesuai dengan standar audit yang berlaku. c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian intern perusahaan serta pelaksanaannya. d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris. 2. Komite Audit menerima dan meninjau program/rencana kerja tahunan internal auditor yang dibuat oleh SPI serta memberikan masukan kepada Dewan Komisaris. 3. Komite Audit wajib menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi mengenai Perusahaan selamanya. Piagam Unit Audit Internal Sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.7 dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 001/ ANJ/2013 tanggal 6 Februari 2013, Direksi Perseroan membentuk Unit Audit Internal di bawah Kendali Satuan Pengawas Internal. Adapun susunan Unit Audit Internal pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah sebagai berikut: Ketua Anggota Anggota : Achmad Hadi Fauzan : Airlangga Djati : Wibowo Wijaya 88 Sekretaris Perusahaan Sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.4 dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 001/FAD/ANJ/2013 tertanggal 3 Januari 2013, Perseroan telah mengangkat Naga Waskita sebagai Sekretaris Perusahaan. Fungsi jabatan Sekretaris Perusahaan adalah membantu Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama dalam menyelenggarakan kegiatan di bidang Tata Usaha Perusahaan, Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), Pengelolaan Gedung Kantor Pusat dan Perlengkapan Perusahaan. Bidang tugas Sekretaris Perusahaan antara lain: - Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di bidang pasar modal; - Memberikan pelayanan atas setiap informasi yang dibutuhkan pemodal yang berkaitan dengan kondisi Perseroan; - Memberikan masukan kepada Direksi Perseroan untuk mematuhi ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya; dan - Sebagai penghubung atau contact person antara Perseroan dengan OJK dan masyarakat. 6. Sumber Daya Manusia Menurut Jenjang Pendidikan 2010 31 Desember 2011 2012 Perseroan Diploma ke atas SMU dan sederajat Di bawah SMU Jumlah 28 5 33 26 5 31 12 0 12 Entitas Anak Diploma ke atas SMU dan sederajat Di bawah SMU Jumlah 276 1.562 2.139 3.977 335 1.796 2.105 4.236 478 1.981 2.409 4.868 2010 31 Desember 2011 2012 2 3 7 16 5 33 2 3 7 14 5 31 3 1 2 6 12 6 12 40 197 3.722 3.977 8 12 46 247 3.923 4.236 7 13 59 289 4.500 4.868 Keterangan Menurut Jenjang Manajemen Keterangan Perseroan Direktur General Manager/Vice President Senior Manager / Manager Senior Staf / Supervisor / Staf Buruh / Pekerja Jumlah Entitas Anak Direktur General Manager/Vice President Senior Manager / Manager Senior Staf / Supervisor / Staf Buruh / Pekerja Jumlah 89 Menurut Jenjang Usia 2010 31 Desember 2011 2012 Perseroan > 55 tahun 41 - 55 tahun 25 - 40 tahun < 25 tahun Jumlah 1 16 16 33 3 15 13 31 3 3 5 1 12 Entitas Anak > 55 tahun 41 - 55 tahun 25 - 40 tahun < 25 tahun Jumlah 43 1.480 1.896 558 3.977 36 1.171 2.488 541 4.236 21 1.242 2.688 917 4.868 2010 31 Desember 2011 2012 Perseroan Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap Jumlah 33 33 31 31 9 12 Entitas Anak Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap Jumlah 3.977 3.977 4.236 4.236 4.868 4.868 Keterangan Menurut Status Kontrak Keterangan Perseroan memberikan paket remunerasi yang kompetitif kepada pekerja perkebunan dan Perseroan merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit pertama di Pulau Belitung yang memperkenalkan skema bonus bagi pekerja yang dibayarkan berdasarkan produktivitas dan kinerja individu. Setiap pemanen TBS bekerja dengan sistem insentif, di mana mereka menerima bonus untuk tercapainya kinerja tertentu, yaitu jika mereka memanen TBS yang melebihi jumlah target tertentu yang ditetapkan untuk masing-masing perkebunan. Apabila mereka tidak mencapai tingkat target terendah, mereka hanya menerima gaji pokok yang sama dengan upah minimum daerah di tempat mereka bekerja. Di sisi lain, mereka dapat memperoleh bonus lebih besar berdasarkan tingkatan target yang tercapai. Perseroan memiliki skema retensi untuk memberikan insentif bagi beberapa karyawan Perseroan untuk tetap bekerja di Perseroan. Skema retensi tersebut terdiri dari program kepemilikan mobil, program kepemilikan rumah, program kepemilikan sepeda motor dan program kepemilikan komputer. Sebagai bagian dari inisiatif Perseroan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan retensi karyawan, Perseroan berinvestasi dalam program pelatihan dan peningkatan taraf hidup karyawan, termasuk penyediaan fasilitas perumahan berkualitas baik, fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi dan fasilitas pendidikan anak. Selain menyediakan fasilitas dasar seperti perumahan, air dan layanan tertentu lainnya tanpa biaya kepada karyawan, Perseroan telah membangun fasilitas rekreasi dan fasilitas lainnya bagi karyawan di perkebunan. Selain itu, Perseroan menyediakan layanan kesehatan gratis, mempekerjakan seorang dokter di masing-masing perkebunan bersama dengan tenaga medis yang berkualitas di poliklinik. Perseroan juga memberikan nutrisi tambahan bagi anak-anak karyawan untuk membantu menghilangkan jumlah anak kurang gizi di sekitar perkebunan. Fasilitas penitipan anak juga diberikan kepada karyawan sehingga kedua orang tua dapat bekerja di perkebunan. 90 Perseroan menyediakan pelatihan teknis dan keahlian manajemen untuk karyawan. Untuk karyawan non-staf, Perseroan menyediakan pelatihan teknis untuk meningkatkan efisiensi operasional. Kebijakan Perseroan untuk investasi dalam pelatihan bagi karyawan staf dan non-staf telah menghasilkan lebih dari 7.432 peserta program pelatihan teknis, pelatihan manajerial, pembangunan budaya perusahaan dan seminar umum pada tahun 2010 sampai 2012. Pada tahun 2004, Perseroan telah mendirikan sebuah pusat pelatihan di Binanga untuk melatih staf dalam berbagai aspek operasional Perseroan. Perseroan juga berencana untuk membangun sebuah fasilitas pusat pelatihan di Perkebunan Pulau Belitung sebagai bagian dari program pelatihan manajemen Perseroan. Perseroan terdaftar dalam dan memberikan kontribusi kepada Jamsostek. Selain itu, Perkebunan Pulau Belitung memiliki serikat pekerja, yang berhubungan dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Pada tanggal 31 Desember 2012, sekitar 67% karyawan tetap Perseroan terdaftar dengan SPSI. Perseroan menegosiasikan perjanjian bersama dengan serikat pekerja di Perkebunan Pulau Belitung setiap dua tahun sekali dan perjanjian yang ada saat ini akan berakhir pada tanggal 17 November 2013. Tidak ada perbedaan dalam hal gaji atau manfaat lainnya yang diterima oleh anggota serikat dan nonanggota serikat. Tenaga Kerja Asing (TKA) Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan dan Entitas Anak mempekerjakan 7 (tujuh) orang tenaga kerja asing dengan keterangan sebagai berikut: No. Nama 1. Koh Bing Hock Warga Keahlian Negara Malaysia Direktur Utama 2C21JE0886 – M 30 Juni 2013 2. Ho Chew An Malaysia 2C21JE3775 – M 9 Januari 2014 2C11JB0034 – M 3 Januari 2014. 2C11HD0004-L 11 Februari 2013 2C21JE3362 – M 26 Januari 2014 2C21JE7481AL 31 Desember 2013 1 Juni 2013 President Director 3. Joseph Simpson Malaysia Senior General Poustie Gomez Manager 4. Philip Liu Chern Malaysia Senior General Khang Manager 5. MD Akhir Bin Man Malaysia Senior General Manager 6. Wagner Thomas Jerman Direktur Business Gunter Clemens Development 7. Aloysius D Cruz Malaysia Business Development Director Catatan: (1) sedang dalam proses perpanjangan. No. KITAS 2C11G10076 – L Masa Berlaku No. IMTA 26554/MEN/P/ IMTA/2012 26760/MEN/P/ IMTA/2012 05577/MEN/B/ IMTA/2013 07126/MEN/B/ IMTA/2012 000296/MEN/P/ IMTA/2003 22441/MEN/P/ IMTA/2012 24351/MEN/B/ IMTA/2012 Masa Berlaku 12 Juli 2013 9 Januari 2014 8 Januari 2014 11 Februari 2013 (1) 26 Januari 2014 31 Desember 2013 1 Juni 2013 Remunerasi Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi ditetapkan oleh Komite Remunerasi yang anggotanya terdiri dari beberapa anggota Dewan Komisaris yang mewakili pemegang saham dan bebera pa anggota Direksi. Remunerasi, yaitu jumlah imbalan kerja jangka pendek maupun jangka panjang yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi per 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 masing-masing sebesar USD8.522.013, USD3.363.307 dan USD5.930.990. 91 7. Struktur Organisasi Struktur organisasi Perseroan saat ini adalah sebagai berikut: RUPS Dewan Komisaris Direktur Utama Komite Audit Wakil Direktur Utama Direktur Risk & Compliance Direktur External Affair Internal Audit Wakil Direktur Keuangan Sekretaris Perusahaan Anggota Internal Audit Manajer Urusan CSR Departemen Pertanahan Departemen Perizinan General Manajer Pengembangan Usaha General Manajer SDM & GA Manajer Legal Penggajian Pelaporan Keuangan / Akuntansi dan Perpajakan Treasury Manajer SDM Teknologi Informasi 92 Manajer Pengembangan Organisasi Manajer Pelatihan Manajer Bagian Umum Catatan: PPM (2) (95,00 %) PMP (2) (95,00 %) SMM (3) (99,996%) KAL (4) (99,95%) BP 20,00% SM (99,996%) AM (15,87%) SKPI 20,00% ATI (99,998%) SSM (5) 95,00% PI (20,00%) LSP (51,00%) PJP (14,288%) CGSS (5,00%) DGI (99,998%) AANE (98,99%) 93 Cynthia Jean Tahija (5,00%) Yayasan Tahija (0,00005%) Shelley Laksman Tahija (10,00%) ANJAP (6) (99,50%) Sjakon George Tahija (5,2049%) Sjakon George Tahija (75,00%) (1) ANJA memiliki 99,998% dan SMM memiliki 0,002%. (2) ANJA memiliki 95,00% dan Perseroan memiliki 5,00% secara langsung. (3) ANJA memiliki 99,996% dan Perseroan memiliki 0,004% secara langsung. (4) ANJA memiliki 99,95% dan SMM memiliki 0,05%. (5) PI memiliki 95,00% dan Perseroan memiliki 1,00% secara langsung. (6) Perseroan memiliki 99,5% secara langsung dan SMM memiliki 0,5%. GSB (2) (95,00%) ANJA (99,996%) George Santosa Tahija (5,20805%) Julia Pratiwi Tahija (0,0018%) ANJAS (1) (99,998%) Laurel Claire Pekar Tahija (49,9982%) MDN (44,7935%) George Santosa Tahija (50,00%) Struktur kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak saat ini adalah sebagai berikut: 8. Struktur Kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak PMN (99,999 %) MLII (11,88%) GMIT (99,999%) AKJ (44,7935%) Krisna Arinanda Tahija (5,00%) Nina Aryana Tahija (5,00%) : : : : : : PMP PPM SKPI SM SMM SSM Keterangan AANE : AKJ : AM : ANJ : ANJA : ANJAP : ANJAS : ATI : BP : CGSS : DGI : GMIT : GSB : KAL : LSP : MLII : MDN : PI : PJP : PMN : PT Austindo Aufwind New Energy PT Austindo Kencana Jaya PT Agro Muko PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. PT Austindo Nusantara Jaya Agri PT ANJ Agri Papua PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais PT Aceh Timur Indonesia PT Bilah Plantindo PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau PT Darajat Geothermal Indonesia PT Gading Mas Indonesian Tobacco PT Galempa Sejahtera Bersama PT Kayung Agro Lestari PT Lestari Sagu Papua PT Moon Lion Industries Indonesia PT Memimpin Dengan Nurani PT Pangkatan Indonesia PT Puncakjaya Power PT Prima Mitra Nusatama (dalam likuidasi) PT Putera Manunggal Perkasa PT Permata Putera Mandiri PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Perusahaan Pertanian Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Surya Makmur (PT Surya Makmur) PT Sahabat Mewah dan Makmur PT Sembada Sennah Maju 9. Hubungan Kepengurusan dan Pengawasan Nama Perseroan ANJA ANJAP ANJAS AANE ATI DGI GSB GMIT KAL LSP PPM PMP SM SMM Adrianto M. Reksohadiprojo KU / KI George Santosa Tahija K KU KU KU PK K KU KU KU KU PK PK K KU Sjakon George Tahija K Arifin M.Siregar KI Anastasius Wahyuhadi K K K K K D K K K K K D K Istama T. Siddharta K Josep Kristiadi KI Suwito Anggoro DU K K K K K K K DU K K K Istini Tatiek Siddharta WDU K K K K K K K K K Sucipto Maridjan D D D D PD D D K D D D D Achmad Hadi Fauzan DTT Catatan: PK / KU: Presiden Komisaris / Komisaris Utama, K: Komisaris, KI: Komisaris Independen, PD / DU: Presiden Direktur / Direktur Utama, WDU: Wakil Direktur Utama, D: Direktur, DTT: Direktur Tidak Terafiliasi 10. Keterangan Mengenai Entitas Anak dan Entitas Asosiasi Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki penyertaan secara langsung maupun tidak langsung pada 15 (lima belas) Entitas Anak dan 8 (delapan) Entitas Asosiasi. Informasi mengenai PT Permata Putera Mandiri (”PPM”) dan PT Putera Manunggal Perkasa (”PMP”) yang diakuisisi oleh Perseroan pada tanggal 7 Januari 2013 telah disertakan sebagai informasi di dalam Prospektus ini dalam rangka Penawaran Perdana Saham Perseroan. A. Keterangan Mengenai Entitas Anak No. Nama Perusahaan Kedudukan Lokasi Kegiatan Usaha Kegiatan Usaha Kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung) Status Operasional Tahun Penyertaan 99,996% (langsung) Beroperasi 2000 Beroperasi 2007 Beroperasi 2004 98,99% (langsung) Beroperasi 2008 99,998% (langsung) Beroperasi 1998 Entitas Anak 1. ANJA Indonesia Binanga, Sumatera Utara Perkebunan Kelapa Sawit 2. ANJAP Indonesia Sorong Selatan, Papua Barat Agribisnis Sagu 3. ANJAS Indonesia Angkola Selatan, Sumatera Utara Perkebunan Kelapa Sawit 4. AANE Indonesia Belitung 5. ATI Indonesia 6. DGI Indonesia 7. GSB Indonesia 8. GMIT Indonesia Jakarta Darajat, Jawa Barat Empat Lawang, Sumatera Selatan Jember, Jawa Timur 9. KAL Indonesia Ketapang, Kalimantan Barat 99,50% (langsung) & 0,50% (tidak langsung melalui SMM) 99,998% (tidak langsung melalui ANJA) & 0,002% (tidak langsung melalui SMM) Energi Terbarukan Agribisnis Energi Terbarukan Perkebunan Kelapa Sawit 99,998% (langsung) Beroperasi 1997 95,00% (tidak langsung melalui ANJA) & 5,00% (langsung) Beroperasi 2012 Agribisnis 99,999% (langsung) Beroperasi 1976 Perkebunan Kelapa Sawit 99,95% (tidak langsung melalui ANJA) & 0,05% (tidak langsung melalui SMM) Beroperasi 2005 94 Kedudukan Lokasi Kegiatan Usaha Kegiatan Usaha 10. LSP Indonesia Sorong Selatan, Papua Barat 11. PPM Indonesia Sorong Selatan, Papua Barat 12. PMP Indonesia Agribisnis Sagu Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit Kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung) 51,00% (tidak langsung melalui ANJAP) 95,00% (tidak langsung melalui ANJA) & 5,00% (langsung) 95,00% (tidak langsung melalui ANJA) & 5,00% (langsung) 13. SM Indonesia Agribisnis 99,996% (langsung) No. Nama Perusahaan Sorong Selatan dan Maybrat, Papua Barat Medan, Sumatera Utara Status Operasional Tahun Penyertaan Beroperasi 2011 Beroperasi 2013 Beroperasi 2013 Beroperasi 1998 Perkebunan 99,996% (tidak langsung Kelapa melalui ANJA) & 0,004% Beroperasi 2003 (langsung) Sawit Jasa Tidak PMN (dalam Indonesia Jakarta 99,999% (langsung) 1993 15. Keuangan Beroperasi likuidasi) (1) Catatan: (1) Perseroan memutuskan untuk melikuidasikan PMN karena maksud dan tujuan pendirian PMN yakni bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen, keuangan dan penanaman modal sudah tidak sesuai dengan kegiatan usaha Perseroan dan Entitas Anak pada saat ini. 14. SMM Indonesia Belitung A1. PT Austindo Nusantara Jaya Agri (”ANJA”) Pendirian dan Kegiatan Usaha ANJA merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Medan. ANJ Agri didirikan berdasarkan Akta No. 14 tanggal 20 Maret 1986, sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan No. 25 tanggal 24 Desember 1986, keduanya dibuat di hadapan Marah Sutan Nasution, S.H., Notaris di Medan. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan No. C2-20991HT.01-01.Th.87 tanggal 12 Maret 1987, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan di bawah No. 68/PT/Prob/1987, tertanggal 4 Mei 1987 dan diumumkan dalam Berita Negara Repulik Indonesia No. 23 tanggal 21 Maret 1995, Tambahan No. 2658. Anggaran Dasar ANJA telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir Anggaran Dasar ANJA dimuat dalam Akta No. 95 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan tugas dan wewenang Direksi. Akta tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-AH.01.10-02984 tanggal 4 Februari 2013 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan No. AHU-0007120.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 4 Februari 2013. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar ANJA, maksud dan tujuan ANJA adalah berusaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel). Kegiatan usaha ANJA adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya untuk memproduksi minyak sawit mentah dan inti sawit; (ii) memproduksi produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane; dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit, serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane yang dihasilkan dari padanya. 95 Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta No. 16 tanggal 4 Juli 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta jo. Akta No. 36 tanggal 24 September 2012, dibuat di hadapan Kartika Hendrawan, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi ANJA adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Suwito Anggoro : Anastasius Wahyuhadi : Istini Tatiek Siddharta Dewan Direksi Direktur Utama : Koh Bing Hock Direktur: Nopri Pitoy Direktur : Aloysius D Cruz Direktur : Sebastianus Yangmarga Yeo Direktur: Sucipto Maridjan Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta No. 29 tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta jo. Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 84 tanggal 22 November 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham ANJA adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan Koh Bing Hock Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel Nilai Nominal Rp100,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) 10.000.000.000 1.000.000.000.000,00 2.525.428.924 100.000 2.525.528.924 7.474.471.076 252.542.892.400,00 10.000.000,00 252.552.892.400,00 747.447.107.600,00 % 99,996 0,004 100,000 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJA yang berasal dari laporan keuangan konsolidasian untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan konsolidasian ANJA untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (dalam USD ribu) Keterangan 2010 58.973 117.013 175.986 12.557 6.582 19.139 156.847 175.986 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 96 31 Desember 2011 41.643 134.196 175.839 19.155 7.008 26.163 149.676 175.839 2012 54.628 152.307 206.935 22.467 9.570 32.037 174.898 206.935 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD13,0 juta atau sebesar 31,2% akibat peningkatan kas dan setara kas dari hasil operasi perusahaan. Jumlah liabilitas jangka panjang meningkat sebesar USD2,6 juta atau sebesar 36,6% akibat dari utang sewa pembiayaan mesin dan peralatan yang berasal dari transaksi jual dan sewa kembali. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah liabilitas jangka pendek pada tahun 2011 meningkat sebesar USD6,6 juta atau 52,5% disebabkan peningkatan utang pajak dan biaya masih harus dibayar. Peningkatan utang pajak terkait dengan peningkatan laba sebelum pajak. Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian Keterangan Penjualan bersih Beban pokok penjualan Laba kotor Beban umum dan penjualan, serta pendapatan (beban) lain lain Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 115.231 154.349 154.586 (54.128) (74.116) (78.033) 61.102 80.233 76.553 (9.076) (12.786) (11.121) 52.026 67.447 65.432 (12.825) (18.262) (17.439) 39.201 49.185 47.993 Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Penjualan bersih tahun 2011 meningkat sebesar USD39,1 juta atau 33,9% karena peningkatan volume produksi dan peningkatan harga minyak kelapa sawit. Beban pokok penjualan tahun 2011 meningkat sebesar USD20,0 juta atau 36,9% karena peningkatan volume produksi dan pengaruh inflasi. Beban umum dan penjualan serta pendapatan (beban) lain-lain meningkat sebesar USD3,7 juta atau 40,9% karena peningkatan biaya profesional dan biaya karyawan. Peningkatan beban pajak sebesar USD5,4 juta atau 42,4% terkait dengan peningkatan laba sebelum pajak. A2. PT ANJ Agri Papua (”ANJAP”) Pendirian dan Kegiatan Usaha ANJAP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. ANJAP didirikan berdasarkan Akta Pendirian ANJAP No. 30 tanggal 26 Juni 2007 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. W7-10308 HT.01.01-TH.2007 tanggal 18 September 2007, didaftarkan pada Daftar Perusahaan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No. 090315153878 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Jakarta Selatan dengan Nomor Pendaftaran 2256/BH.09.03/X/2007 tanggal 24 Oktober 2007 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 51 tanggal 24 Juni 2008, Tambahan No. 9797. 97 Pada tahun 2008, ANJAP mengubah statusnya dari semula perusahaan swasta nasional menjadi perusahaan Penanaman Modal Asing (“PMA”) berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Para Pemegang Saham No. 01 tanggal 8 Mei 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, yang mendapat persetujuan dari Menkumham berdasarkan keputusan No. AHU-25193.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0036916.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008, dan telah memperoleh Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan ANJAP dari Menkumham dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.10-12228 tanggal 19 Mei 2008 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0038528. AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar ANJAP yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 19 tanggal 5 Agustus 2010 sebagaimana ditegaskan kembali berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAP No. 102 tanggal 30 September 2010, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan ANJAP adalah bergerak di bidang pengusahaan hutan bukan kayu lainnya (sagu) dan industri berbagai macam pati palma (sagu). Kegiatan usaha ANJAP adalah (i) menjalankan dan melaksanakan usaha pengusahaan hutan bukan kayu lainnya (sagu) dalam arti luas, termasuk namun tidak terbatas pada perkebunan sagu; (ii) menjalankan pemasaran dan penjualan produk-produk industri pati palma (sagu); dan (iii) menjalankan dan melaksanakan usaha perindustrian, seperti industri pengolahan berbagai macam pati palma (sagu). Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAP No. 98 tanggal 28 Januari 2013, dibuat dihadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi ANJAP adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi : Istini Tatiek Siddharta : Suwito Anggoro Dewan Direksi Direktur Utama : Ho Chew An Direktur: Sucipto Maridjan Direktur : Sebastianus Yangmarga Yeo Direktur: Yusuf Hady Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta No. 129 tanggal 27 September 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta dan Akta No. 02 tanggal 4 Desember 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham ANJAP adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan SMM Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 98 400.000 400.000.000.000,00 327.360 1.640 329.000 71.000 327.360.000.000,00 1.640.000.000,00 329.000.000.000,00 71.000.000.000,00 % 99,50 0,50 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJAP yang berasal dari laporan keuangan konsolidasian untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan konsolidasian ANJAP untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Keterangan 2010 32.321 7.129 39.450 460 460 38.990 39.450 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 54.499 137.301 58.843 157.013 113.342 294.314 5.069 4.382 3.239 6.087 8.309 10.469 105.033 283.845 113.342 294.314 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp82,8 miliar atau 151,9% disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas dari peningkatan modal disetor pada akhir tahun 2012. Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp98,2 miliar atau sebesar 166,8% disebabkan oleh peningkatan aset dalam penyelesaian sehubungan denga pembangunan pabrik di Papua. Liabilitas jangka panjang meningkat sebesar Rp2,8 miliar atau sebesar 87,9% karena peningkatan kewajiban imbalan pasca kerja. Kenaikan ini disebabkan bertambahnya jumlah karyawan pada tahun 2012, sehubungan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan. Ekuitas meningkat sebesar Rp178,8 miliar atau 170,2% disebabkan oleh peningkatan modal disetor selama tahun 2012. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp22,2 miliar atau sebesar 68,6% disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas dari peningkatan modal disetor pada tahun 2011. Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp51,7 miliar atau sebesar 725,4% disebabkan oleh peningkatan aset dalam penyelesaian sehubungan dengan dimulainya pembangunan pabrik pada tahun 2011. Jumlah liabilitas jangka pendek meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp4,6 miliar atau sebesar 1002,0% disebabkan oleh peningkatan biaya karyawan masih harus dibayar. Jumlah liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp3,2 miliar dari nihil pada tahun 2010 karena ANJAP baru mengakui kewajiban imbalan pasca kerja pada tahun 2011. 99 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 42 310 4.024 (7.443) (22.815) (35.260) (7.402) (22.505) (31.236) 89 7.652 6.580 (7.313) (14.852) (24.656) Keterangan Pendapatan Beban Rugi sebelum pajak Manfaat pajak Rugi bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp3,7 miliar atau 1.198,1% karena pengakuan laba kurs mata uang asing yang belum direalisasi dari saldo kas. Beban tahun 2012 meningkat Rp12,4 miliar atau 54,5% karena peningkatan biaya karyawan. Dengan semakin intensifnya pembangunan pabrik di Papua, lebih banyak tenaga kerja dibutuhkan. Selain itu, beban perjalanan dan bahan bakar juga meningkat. Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar Rp268,0 juta atau 638,1% karena peningkatan pendapatan bunga dari kas yang berasal dari penambahan modal disetor tahun 2011 dan belum digunakan. Beban tahun 2011 meningkat sebesar Rp15,4 miliar atau 206,5% karena peningkatan biaya karyawan sehubungan dengan dimulainya pembangunan pabrik di Papua. A3. PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (”ANJAS”) Pendirian dan Kegiatan Usaha ANJAS merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Medan. ANJAS pertama kali didirikan dengan nama PT Ondop Perkasa Makmur berdasarkan Akta No. 22 tanggal 10 Maret 1998, yang dibuat di hadapan Herman Saptaputra, S.H., Notaris di Medan. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-08963 HT.01.01.TH.2002, tanggal 24 Mei 2002, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 021215108217 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Medan di bawah No. 2213/BH.02.12/ XII/2003 tanggal 12 Desember 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1, tanggal 4 Januari 2005, Tambahan No. 51. Pada tahun 2010, ANJAS mengubah namanya dari semula PT Ondop Perkasa Makmur menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais berdasarkan Akta No. 04 tanggal 2 Maret 2010, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-15127.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 24 Maret 2010 dan telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0022229.AH.01.09.Tahun 2010 tanggal 24 Maret 2010. 100 Anggaran Dasar ANJAS telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir Anggaran Dasar ANJAS sebagaimana tercantum dalam Akta No. 97 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan tugas dan wewenang Direksi dan Direktur yang berhak mewakili ANJAS. Perubahan Anggaran Dasar ANJAS tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sisminbakum Menkumham perihal penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar SIAIS berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-02833 tanggal 1 Februari 2013 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0006843.AH.01.09. Tahun 2013 tanggal 1 Februari 2013. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar ANJAS, maksud dan tujuan ANJAS adalah berusaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel). Kegiatan usaha ANJAS adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (ii) memproduksi produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane; dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit, serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane yang dihasilkan daripadanya. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAS No. 97 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi ANJAS adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi : Istini Tatiek Siddharta : Suwito Anggoro Dewan Direksi Direktur Utama : Koh Bing Hock Direktur: Nopri Pitoy Direktur : Sebastianus Yangmarga Yeo Direktur: Sucipto Maridjan Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PT Ondop Perkasa Makmur No. 06 tanggal 6 Oktober 2009 dan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham ANJAS No. 09 tanggal 2 Februari 2011, yang keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJA SMM Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 101 800.000 800.000.000.000,00 623.559 11 623.570 176.430 623.559.000.000,00 11.000.000,00 623.570.000.000,00 176.430.000.000,00 % 99,998 0,002 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ANJAS yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan ANJAS untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan (dalam USD ribu) Keterangan 2010 5.072 60.980 66.052 3.922 434 4.356 61.695 66.052 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 31 Desember 2011 6.581 62.062 68.643 5.450 576 6.027 62.616 68.643 2012 11.842 59.813 71.655 4.774 676 5.450 66.205 71.655 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD5,3 juta atau sebesar 79,9% disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas yang berasal dari kas yang diperoleh dari aktivitas operasi. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah liabilitas jangka pendek pada tahun 2011 meningkat sebesar USD1,5 juta atau sebesar 39,0% disebabkan oleh penerimaan uang muka dari pelanggan. Laporan Laba Rugi Komprehensif Keterangan Penjualan Beban Pokok Penjualan Laba kotor Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban) lain-lain Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 11.549 31,720 35.590 (12.029) (25.242) (28.253) (480) 6.478 7.337 (1.092) (4.583) (2.084) (1.572) 1.895 5.253 1.523 (974) (1.597) (49) 921 3.656 Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban lain-lain) tahun 2012 turun sebesar USD2,5 juta atau 54,5% karena adanya biaya denda pajak atas hasil pemeriksaan PPN yang diakui pada tahun 2011. Beban pajak meningkat sebesar USD623 ribu atau 64,0% karena peningkatan laba sebelum pajak tahun 2012. 102 Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Penjualan tahun 2011 meningkat sebesar USD20,2 juta atau 174,7% karena penjualan tahun 2010 baru mulai dihasilkan pada pertengahan tahun, sedangkan tahun 2011 penjualan telah dilakukan selama satu tahun penuh. Beban pokok penjualan meningkat sebesar USD13,2 juta atau 109,8%, sejalan dengan peningkatan penjualan pada tahun 2011. Beban umum dan administrasi serta pendapatan (beban lain-lain) tahun 2011 meningkat sebesar USD3,5 juta atau 319,7% karena adanya beban denda pajak atas hasil pemeriksaan PPN yang diakui pada tahun 2011. Beban pajak tahun 2011 berjumlah USD974 ribu, sedangkan pada tahun 2010 terdapat manfaat pajak. Pada tahun 2011, ANJAS telah memiliki laba sebelum pajak, sedangkan tahun 2010, perusahaan mengakui aset pajak tangguhan dari rugi fiskal. A4. PT Austindo Aufwind New Energy (”AANE”) Pendirian dan Kegiatan Usaha AANE merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. AANE didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas AANE No. 23 tanggal 11 Agustus 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-74449.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 16 Oktober 2008, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0096974.AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 16 Oktober 2008 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 tanggal 10 Februari 2009, Tambahan No. 3893. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar AANE, yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AANE No. 15 tanggal 5 Februari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan AANE adalah bergerak dalam bidang produksi dan pemanfaatan energi terbarukan, ketenagalistrikan, dan jasa kehutanan lainnya, khususnya untuk menghasilkan dan jual beli karbon (carbon trade), termasuk: (i) produksi dan pengelolaan energi ramah lingkungan yang menunjang program Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) dalam rangka pengendalian pemanasan global; (ii) memberikan jasa konsultasi perencanaan dan pembangunan fasilitas penghasil energi ramah lingkungan; (iii) pengolahan limbah industri seperti limbah industri kelapa sawit, tapioka, gula dan limbah industri lainnya sepanjang dapat dijadikan energi ramah lingkungan dan/atau langsung dari sumber yang ramah lingkungan seperti panas bumi, angin, panas matahari dan sebagainya; serta (iv) memanfaatkan seluruh pengetahuan dalam bidang pembaharuan energi dan praktek-praktek agrikultur sehubungan dengan penelitian dan pengembangan karya-karya untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dan produk-produk baru. Kegiatan usaha AANE adalah (i) merencanakan, membuat dan menghasilkan sumber energi yang berkualitas tinggi dan/atau fasilitas-fasilitas Clean Development Mechanism termasuk namun tidak terbatas pada pabrik penghasil biogas (anaerobic digester); (ii) manajemen dan pemanfaatan atas fasilitas-fasilitas tersebut; (iii) memberikan jasa konsultasi dan penasehat untuk sertifikasi Certified Emission Reductions (CERs), sertifikat-sertifikat penjualan dan perdagangan biogas dan produkproduk lain dari fasilitas-fasilitas tersebut; (iv) memberikan jasa pengaturan pembiayaan untuk proyekproyek tersebut di atas; (v) menjual alat-alat/perlengkapan sehubungan dengan proyek-proyek terkait; (vi) menjadi pemilik atas fasilitas-fasilitas tersebut di atas secara langsung atau melalui perjanjian joint venture; (vii) melakukan penelitian yang terkait dan pengembangan karya-karya untuk memperoleh efisiensi yang lebih tinggi dan produk-produk baru; (viii) mengembangkan dan mengoperasikan generasi energi yang dapat diperbaharui dan Mekanisme Pembangunan Bersih dengan fokus utama pada penangkapan biogas methane dan tambahan-tambahannya; (ix) melakukan investasi pada 103 proyek/perseroan lain yang sejenis dan/atau proyek/perseroan lain yang terkait; (x) berdagang produkproduk dan hak-hak yang dihasilkan dari proses tersebut pada maksud dan tujuan di atas, termasuk namun tidak terbatas kepada: biogas, biomass, tenaga listrik, hak-hak paten dan produk turunannya seperti pupuk organik; (xi) melakukan usaha di bidang ketenagalistrikan, termasuk industri pembangkit tenaga listrik, mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas-fasilitas pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, penjualan dan pendistribusian tenaga listrik; dan/atau (xii) melakukan usaha penunjang ketenagalistrikan, termasuk konsultasi di bidang ketenagalistrikan, pembangunan dan pemasangan peralatan dan perlengkapan ketenagalistrikan, pemeliharaan peralatan dan perlengkapan ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi peralatan dan perlengkapan yang menunjang penyediaan tenaga listrik. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AANE No. 96 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi AANE adalah: Dewan Komisaris Presiden Komisaris : George Santosa Tahija Komisaris: Suwito Anggoro Komisaris : Istini Tatiek Siddharta Komisaris: Anastasius Wahyuhadi Komisaris : Koh Bing Hock Dewan Direksi Presiden Direktur Direktur : Sucipto Maridjan : Thomas G. C. Wagner Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham AANE No. 16 tanggal 5 November 2012 dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal USD1.000*,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (USD) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan Aufwind Schmack Asia Holding GMBH Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel * setara dengan Rp9.086.000. 10.000 10.000.000 4.306 44 4.350 5.650 4.306.000 44.000 4.350.000 5.650.000 % 98,99 1,01 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting AANE yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan AANE untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. 104 Laporan Posisi Keuangan Keterangan 2010 16.953 2.656 19.610 853 853 18.757 19.610 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 4.992 7.827 2.910 15.420 7.902 23.248 1.282 1.021 38 1.282 1.059 6.621 22.188 7.902 23.248 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp2,8 miliar atau sebesar 56,8% disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas yang berasal dari peningkatan modal disetor pada tahun 2012. Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp12,5 miliar atau sebesar 429,9% disebabkan oleh pembangunan pabrik biogas dan pembangkit listrik di Belitung. Ekuitas pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp15,6 miliar atau 235,1% karena peningkatan modal disetor pada tahun 2012. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp12,0 miliar atau sebesar 70,6% disebabkan karena penggunaan dana untuk pembangunan pabrik biogas di Belitung. Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp429 juta atau sebesar 50,3% disebabkan oleh peningkatan utang lain-lain kepada pihak ketiga sehubungan dengan pembangunan pabrik biogas. Ekuitas pada akhir tahun 2011 turun sebesar Rp12,1 miliar atau 64,7% disebabkan oleh rugi tahun berjalan, yang disebabkan oleh kerugian penurunan nilai aset tetap milik AANE. Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 4 42 242 (631) (12.189) (3.829) (628) (12.147) (3.587) 11 (2) (628) (12,136) (3,589) Keterangan Pendapatan Beban Rugi sebelum pajak Manfaat (beban) pajak Rugi bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp200 juta atau 476,2% disebabkan oleh laba kurs mata uang asing dari kas dan setara kas dalam mata uang Euro dan AS Dolar. Beban pada tahun 2012 turun sebesar Rp8,4 miliar atau 68,6% karena pada tahun 2011 terdapat rugi penurunan nilai atas aset dalam penyelesaian. 105 Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar Rp38 juta atau 950,0% disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga dari kas dan setara kas. Beban tahun 2011 naik sebesar Rp11,6 miliar atau 1.831,7% disebabkan oleh rugi penurunan nilai atas aset dalam penyelesaian. A5. PT Aceh Timur Indonesia (“ATI”) Pendirian dan Kegiatan Usaha ATI, merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. ATI didirikan pertama kali dengan nama N.V. Handel Maatschappij Kian Lie Hin berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 34, tanggal 19 Februari 1952 yang diubah dengan Akta Pembetulan No. 33 tanggal 17 Mei 1952, keduanya dibuat di hadapan Louis Jean Dalitz, menurut ketetapan dari Wali Negara Sumatera Timur tertanggal 8 Agustus 1949 No. 217/1949, wakil notaris Christiaan Joseph Johan Gottgents di Medan. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman berdasarkan Penetapan No. J.A.5/87/23, tanggal 10 Juli 1952, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 184/1952 tanggal 19 Juli 1952, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 71, tanggal 2 September 1952, Tambahan No. 1007. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar ATI yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 38 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan ATI ialah berusaha dalam bidang eksploitasi dan perdagangan umum. Kegiatan usaha ATI adalah (i) mengusahakan (exploiteren) hak-hak sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan-peraturan lainnya, mengesahkan, mendapatkan vergunning atau konsesi atas hal-hal itu dan mengadakan perjanjian-perjanjian tentang itu dengan pemerintah; dan (ii) berdagang pada umumnya, seperti membeli dan memperniagakan (drijven) bahanbahan pertanian atau lain-lain, termasuk impor, ekspor, lokal dan interinsulair serta menjadi grossier, leverancier, distributor, agen dan pengecer dari segala macam barang yang dapat dilakukannya, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas perhitungan pihak lain, dengan cara amanat atau komisi, satu dan lain dalam arti kata seluas-luasnya. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ATI No. 30 tanggal 20 Juni 2012 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi ATI adalah: Dewan Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija Dewan Direksi Direktur: Anastasius Wahyuhadi 106 Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ATI No. 38 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp60.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan George Santosa Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 150.000 9.000.000.000,00 45.999 1 46.000 104.000 2.759.940.000,00 60.000,00 2.760.000.000,00 6.240.000.000,00 % 99,998 0,002 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting ATI yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan ATI untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana dan Rekan (Member Firm of PricewaterhouseCoopers), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan beberapa standar akuntansi keuangan baru. Laporan Posisi Keuangan (dalam USD ribu) Keterangan 2010 71 1.793 1.864 421 421 1.443 1.864 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 31 Desember 2011 57 2.764 2.820 664 664 2.157 2.820 2012 33 3.527 3.560 23 856 879 2.681 3.560 Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah aset tidak lancar tahun 2011 meningkat sebesar USD971 ribu atau 54,2% karena kenaikan nilai investasi dalam asosiasi akibat pengakuan bagian laba bersih entitas asosiasi. Jumlah ekuitas tahun 2011 meningkat sebesar USD714 ribu atau 49,5% karena dihasilkannya laba tahun 2011. Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 675 971 798 (13) (14) (47) 662 957 751 (169) (243) (192) 493 714 559 Keterangan Pendapatan Beban Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan 107 Tahun berakhir 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Pendapatan tahun 2011 meningkat sebesar USD296 ribu atau 43,9% karena peningkatan bagian laba dari entitas asosiasi yang dimiliki ATI, yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit pada tahun 2011. Beban pajak tahun 2011 meningkat sebesar USD74 ribu atau 43,8%, sejalan dengan peningkatan laba sebelum pajak. A6. PT Darajat Geothermal Indonesia (“DGI”) Pendirian dan Kegiatan Usaha DGI merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. DGI didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas DGI No. 160, tanggal 26 Februari 1997, dibuat di hadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5403.HT.01.01.TH’97 tanggal 24 Juni 1997, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP 09631624228 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan di bawah No. 2258/BH.09.03/III/1998 tanggal 4 Maret 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan No. 2609. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar DGI yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI No. 44 tanggal 17 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan DGI ialah berusaha dalam bidang industri kelistrikan, rancang bangun, perdagangan, agen. Kegiatan usaha DGI adalah: (i) membangun fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan produksi dan pengelolaan tenaga panas bumi (steam field production and management) dan membangun Pusat Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) termasuk mulai dari rancang bangun, rekayasa, konstruksi, pengadaan barang, fabrikasi, memasang dan commissioning/start up, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga; (ii) memiliki, mengoperasikan, memelihara dan menjual tenaga uap dan/atau listrik yang dihasilkan; (iii) membuat, merakit dan menjual peralatan Pusat Listrik Tenaga Panas secara lengkap maupun komponen-komponennya; (iv) mengageni produsen peralatan Pusat Listrik Tenaga Panas dalam dan luar negeri; dan (v) melakukan lain-lain kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan uap panas bumi dalam rangka ikut membantu dan mempercepat program pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan panas bumi. DGI merupakan salah satu pihak konsorsium dengan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dan Chevron Darajat Limited (Grup Kontraktor) untuk mengembangkan Darajat Power Project Area Unit II dan III di bawah Kontrak Operasi Bersama tanggal 16 November 1984. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan DGI No. 115, tanggal 13 Juli 2012, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi DGI adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi Direksi Direktur: Sucipto Maridjan 108 Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI No. 44, tanggal 17 Juli 2008 dan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa DGI No. 26, tanggal 17 Maret 2009, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., LL.M., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan George Santosa Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 148.000.000 148.000.000.000,00 59.957.507 1.000 59.958.507 88.041.493 59.957.507.000,00 1.000.000,00 59.958.507.000,00 88.041.493.000,00 % 99,998 0,002 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting DGI yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan DGI untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana & Rekan (Member Firm of PricewaterhouseCoopers), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf tambahan mengenai penerapan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. Laporan Posisi Keuangan (dalam USD ribu) Keterangan 2010 3.153 7.256 10.409 1.524 1.231 2.756 7.653 10.409 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 31 Desember 2011 3.267 7.212 10.479 1.215 1.438 2.654 7.825 10.479 2012 4.412 6.997 11.409 1.762 1.878 3.641 7.768 11.409 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Tahun 2012 aset lancar meningkat sebesar USD1,1 juta atau sebesar 35% karena kenaikan kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi. Liabilitas jangka pendek tahun 2012 meningkat sebesar USD547 ribu atau 45% karena kenaikan utang konsorsium. Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 5.615 6.003 5.979 (2.975) (2.355) (2.704) 2.641 3.648 3.275 (34) (51) 9 2.607 3.597 3.284 (946) (1.425) (1.122) 1.661 2.172 2.162 Keterangan Pendapatan Beban usaha Laba usaha Pendapatan/beban lain-lain Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan 109 Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Beban pajak tahun 2011 meningkat sebesar USD479 ribu atau 51% terkait dengan peningkatan laba bersih sebelum pajak. A7. PT Galempa Sejahtera Bersama (“GSB”) Pendirian dan Kegiatan Usaha GSB merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Palembang. GSB didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas GSB No. 6, tanggal 14 Desember 2011, dibuat di hadapan Haji Zulkifli Sitompul, S.H., Notaris di Palembang. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-04071.AH.01.01.Tahun 2012, tanggal 25 Januari 2012, terdaftar dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT No. AHU-0006525.AH.01.09.Tahun 2012 tanggal 25 Januari 2012, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP 060614606223 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Palembang di bawah No. 024/BH.06.06/II/2012 tanggal 8 Februari 2012. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar GSB, maksud dan tujuan GSB adalah berusaha dalam bidang pertanian, pembangunan, perdagangan, pengangkutan darat, percetakan, perbengkelan, dan jasa. Kegiatan usaha GSB adalah : (i) Menjalankan usaha-usaha di bidang pertanian, agrobisnis (perdagangan hasil-hasil pertanian), industri pertanian, agroindustri, peternakan, perkebunan tanaman pangan, perkebunan tanaman keras (palawija), perkebunan tanaman industri, perkebunan kopi, perkebunan coklat (cocoa/ cacao), perkebunan kelapa (coconut), perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, peternakan, perikanan darat/laut dan pertambakan, peternakan unggas, serta penangkaran dan pengembangbiakan satwa serta kehutanan. (ii) Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan, pemborongan pada umumnya (general contractor), pemasangan komponen bangunan berat/heavy lifting, pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan, bandara-dermaga serta pemasangan instalasi-instalasi, bertindak sebagai pengembang, konstruksi besi dan baja, pembangunan sarana – pra sarana jaringan komunikasi, pemborongan bidang pertambangan minyak, gas dan panas bumi, pemborongan bidang pertambangan umum dan pemborongan bidang telekomunikasi serta pengembangan wilayah pemukiman. (iii) Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan, grosier, supplier, leveransier dan commission house, distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan usaha perusahaan, perdagangan besar lokal, export-import dan perdagangan alat tulis kantor, export-import dan perdagangan pakaian jadi (garment) dan pakaian adat serta menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan yang berhubungan dengan usaha real estate dan property. (iv) Menjalankan usaha-usaha di bidang transportasi, expedisi dan pergudangan dan transportasi penumpang serta transportasi pengangkutan. (v) Menjalankan usaha dalam bidang pencetakan buku-buku, pencetakan dokumen, pencetakan majalah-majalah dan tabloid (media-massa) desain dan cetak grafis dan offset serta sablon. (vi) Menjalankan usaha di bidang perbengkelan, perawatan dan pemeliharaan dan perbaikan serta penyediaan suku cadang alat berat.. (vii)Menjalankan usaha-usaha dibidang jasa, jasa periklanan dan reklame serta promosi dan pemasaran, jasa kebersihan, jasa boga, jasa agen properti, jasa florist, konsultasi bidang arsitek, landscape, design dan interior, jasa telekomunikasi umum, jasa penjualan tiket dan tour, konsultasi bidang mesin (mekanikal), konsultasi bidang listrik (elektrikal), jasa pemeliharaan saluran air/pipa, konsultasi bidang konstruksi sipil, jasa instalasi dan maintenance komputer, jaringan komputer dan peripheral, rekruting dan penyalur tenaga kerja, konsultasi bidang pertambangan, jasa bidang konstruksi pertambangan, jasa persewaan mesin dan peralatannya, jasa sablon, bordir, spanduk dan reklame serta sarana penunjang perusahaan konstruksi. 110 Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Keputusan Pernyataan Para Pemegang Saham No. 09 tanggal 3 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi GSB adalah: Dewan Komisaris Komisaris : Suwito Anggoro Direksi Direktur: Sucipto Maridjan Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas GSB No. 6, tanggal 14 Desember 2011, dibuat di hadapan Haji Zulkifli Sitompul, S.H., Notaris di Palembang jo. Akta Jual Beli No. 25 tanggal 4 Mei 2012 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp100.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJA Perseroan Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 120.000 12.000.000.000,00 114.000 6.000 120.000 - 11.400.000.000,00 600.000.000,00 12.000.000.000,00 - % 95,00 5,00 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting GSB yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan GSB untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan Keterangan 2010 - Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 111 (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 10.514 1.064 11.579 88 88 11.491 11.579 Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 (597) 89 (508) Keterangan Beban operasi Pendapatan (beban) lain-lain Rugi sebelum pajak dan rugi bersih A8. PT Gading Mas Indonesia Tobacco (“GMIT”) Pendirian dan Kegiatan Usaha GMIT merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jember, Jawa Timur, Indonesia, yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. GMIT didirikan berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 17 tanggal 10 Oktober 1969 sebagaimana diubah dengan Akta Perobahan No. 2 tanggal 2 Maret 1970, keduanya dibuat di hadapan Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Djakarta. Akta-akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. J.A.5/30/23 tanggal 21 Maret 1970 dan terdaftar dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-turut di bawah No. 1066 dan No. 1067, keduanya tertanggal 7 April 1970 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 35 tanggal 1 Mei 1970, Tambahan No. 128. GMIT yang didirikan dengan nama PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated mengubah namanya menjadi PT Gading Mas Indonesian Tobacco berdasarkan Akta Pernyataan Circular Resolution GMIT No. 43 tanggal 21 Juni 2002 yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar GMIT yang tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham GMIT No. 02 tanggal 4 Agustus 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan GMIT adalah berusaha dalam bidang pengolahan tembakau dan industri bumbu masak serta penyedap masakan. Kegiatan usaha GMIT adalah (i) untuk mengolah daun-daun dan tangkai-tangkai tembakau serta kulit vanili; dan (ii) untuk mengekspor hasil produksi tersebut. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan GMIT No. 54 tanggal 30 Mei 2012, yang dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan jo. Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa GMIT No. 27 tanggal 29 Januari 2013, dibuat di hadapan Ferdinandus Indra Santoso Atmajaya, S.H., pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Jakarta Selatan, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi GMIT adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi : Harso Wardono : Suwito Anggoro : Sucipto Maridjan : Istini Tatiek Siddharta Direksi Direktur Utama : Jahya Lukas Direktur: Erwan Santoso 112 Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham GMIT No. 02 tanggal 4 Agustus 2008 jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham GMIT No. 39 tanggal 12 September 2012, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut : Pemegang Saham Nilai Nominal Rp163.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan Koh Bing Hock Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 250.000 % 40.750.000.000,00 172.139 28.058.657.000,00 99,999 1 163.000,00 0,001 172.140 28.058.820.000,00 100,00 77.860 12.691.180.000,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting GMIT yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan GMIT untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan Keterangan 2010 48.902 2.608 51.510 7.214 1.797 9.011 42.499 51.510 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 62.087 124.523 2.756 3.383 64.843 127.906 21.928 50.578 2.417 6.024 24.345 56.602 40.497 71.304 64.842 127.906 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp62,4 miliar atau sebesar 100,6% disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas yang berasal dari penjualan tanah dan bangunan. Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp28,7 miliar atau sebesar 130,7% disebabkan oleh kenaikan hutang bank yang digunakan untuk membeli persediaan tembakau. Jumlah liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp3,6 miliar atau 149,2% karena kenaikan kewajiban imbalan pasca kerja. Jumlah ekuitas pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp30,8 miliar disebabkan oleh kenaikan tambahan modal disetor yang berasal dari selisih harga tanah dan bangunan yang dijual kepada entitas sepengendali dengan nilai buku tanah dan bangunan tersebut. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp14,7 miliar atau 204,0% karena kenaikan utang bank yang digunakan untuk membeli persediaan tembakau. 113 Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 49.060 33.499 49.730 (41.592) (27.040) (37.638) 7.468 6.459 12.091 (8.881) (8.551) (9.906) (1.413) (2.092) 2.186 203 90 (426) (1.210) (2.002) 1.760 Keterangan Penjualan Beban pokok penjualan Laba kotor Beban usaha dan pendapatan (beban) lain lain Laba (rugi) sebelum pajak Manfaat (beban) pajak Laba (rugi) bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Penjualan tahun 2012 meningkat sebesar Rp16,2 miliar atau 48,5% disebabkan karena kenaikan penjualan ke pasar lokal. Beban pokok penjualan pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp10,6 miliar atau 39,2% sehubungan dengan peningkatan penjualan. Beban pajak GMIT tahun 2012 berjumlah Rp426 juta dibandingkan dengan manfaat pajak tahun 2011 sebesar Rp 90 juta, karena tahun 2012, GMIT telah menghasilkan laba sebelum pajak, sedangkan pada tahun 2011, GMIT masih berada dalam posisi rugi fiskal. Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Penjualan tahun 2011 turun sebesar Rp15,6 miliar atau 31,7% disebabkan oleh penurunan penjualan lokal. Beban pokok penjualan tahun 2011 juga turun sebesar Rp14,6 miliar atau 35,0% terkait dengan penurunan penjualan. Manfaat pajak tahun 2011 turun sebesar Rp113 juta atau 55,7% karena pencadangan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal tahun 2010. A9. PT Kayung Agro Lestari (“KAL”) Pendirian dan Kegiatan Usaha KAL merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Medan, didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dengan nama PT Kayung Agro Lestari berdasarkan Akta Pendirian KAL No. 2 tanggal 1 Agustus 2002, dibuat di hadapan Suwanto, S.H., Notaris di Pontianak. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-23313 HT.01.01.TH.2004 tanggal 17 September 2004, didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Pontianak dengan No. 345/BH.14.03/X/2004 tanggal 10 Oktober 2004 dan diumumkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 55 tanggal 12 Juli 2005, Tambahan No. 7398. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar KAL sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham KAL No. 42 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan KAL adalah berusaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit dengan unit pengolahannya. 114 Kegiatan usaha KAL adalah (1) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (2) memproduksi produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane; dan (3) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit, serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane yang dihasilkan dari padanya. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham KAL No. 94 tanggal 28 Januari 2013, yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi KAL adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi : Istini Tatiek Siddharta : Suwito Anggoro Dewan Direksi Direktur Utama : Koh Bing Hock Direktur: Nopri Pitoy Direktur : Sebastianus Yangmarga Yeo Direktur: Sucipto Maridjan Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan KAL No. 30 tanggal 8 Juli 2011 jo. Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham KAL No.17 tanggal 5 November 2012, keduanya dibuat dihadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut : Pemegang Saham Nilai Nominal Rp500.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJA SMM Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 1.440.000 720.000.000.000,00 1.104.447 553 1.105.000 335.000 552.223.500.000,00 276.500.000,00 552.500.000.000,00 167.500.000.000,00 % 99,95 0,05 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting KAL yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan KAL untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. 115 Laporan Posisi Keuangan Keterangan 2010 33.867 54.872 88.739 3.264 3.264 85.475 88.739 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 144.621 147.576 162.413 387.980 307.034 535.556 10.057 22.209 659 1.608 10.716 23.817 296.318 511.739 307.034 535.556 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Aset tidak lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp225,6 miliar atau 138,9% karena bertambahnya tanaman belum menghasilkan, aset tetap dan uang muka untuk pengurusan hak legal atas tanah. Liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp12,2 miliar atau 120,8% karena bertambahnya biaya masih harus dibayar, sehubungan dengan biaya pembukaan dan pembersihan lahan. Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar Rp949 juta atau 144,0%, karena kenaikan kewajiban imbalan pasca kerja sehubungan dengan meningkatnya jumlah karyawan. Jumlah ekuitas pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp215,4 miliar atau 72.7%, karena penambahan modal ditempatkan dan disetor pada tahun 2012. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Aset lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp110,8 miliar atau 327,0% karena kenaikan kas dan setara kas yang berasal dari penambahan modal disetor. Aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp107,5 miliar atau 196,0% karena bertambahnya tanaman belum menghasilkan (sejalan dengan kemajuan program penanaman tanaman kelapa sawit), aset tetap dan uang muka untuk pengurusan hak legal atas tanah. Liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp6,8 miliar atau 208,1% karena bertambahnya biaya masih harus dibayar, sehubungan dengan pembukaan dan pembersihan lahan. Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp659 juta. Pada akhir tahun 2010 tidak ada liabilitas jangka panjang. Kenaikan ini terjadi karena mulai dihitungnya kewajiban imbalan pasca kerja tahun 2011. Ekuitas pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar Rp210,8 miliar atau 246,7%, karena penambahan modal ditempatkan dan disetor serta uang muka setoran modal tahun 2011. 116 Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 (5,699) (11,837) (28,782) 5 2.679 6.873 (5.694) (9.157) (21.909) Keterangan Rugi sebelum pajak Manfaat pajak Rugi bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Rugi sebelum pajak pada 2012 meningkat sebesar Rp16,9 miliar atau 143,2%, disebabkan oleh kenaikan biaya profesional dan biaya karyawan. Manfaat pajak pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp4,2 miliar atau 156,6% sehubungan dengan kenaikan rugi sebelum pajak, atas mana aset pajak tangguhannya diakui. Tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2010 Rugi sebelum pajak pada 2011 meningkat sebesar Rp6,1 miliar atau 107,7% disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan dan biaya perjalanan dinas. Manfaat pajak pada tahun 2011 meningkat sebesar Rp2,7 miliar atau 53.480,0% sehubungan dengan kenaikan rugi sebelum pajak, atas mana aset pajak tangguhannya diakui. A10. PT Lestari Sagu Papua (“LSP”) Pendirian dan Kegiatan Usaha LSP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Selatan yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. LSP didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-56161.AH.01.01.Tahun 2011 tanggal 17 November 2011, didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai UUPT dengan No. AHU-0093172.AH.01.09.Tahun 2011 tanggal 17 November 2011 dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 09.03.1.02.73832 tanggal 9 Desember 2011 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Daerah Tingkat II Jakarta Selatan. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar LSP yang tercantum dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan LSP adalah berusaha dalam bidang penanaman, pengolahan, pemurnian, dan pemasaran produk pertanian dan hasil sampingan produk pertanian. Kegiatan usaha LSP adalah (i) merencanakan dan membangun pabrik sagu; (ii) mengelola dan memanfaatkan pabrik sagu dan fasilitas-fasilitasnya; (iii) melakukan penelitian dan pengembangan yang saling terkait untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan menghasilkan produk baru; (iv) memperoleh konsesi hutan sagu, melakukan rehabilitasi dan peningkatan kualitas produksi tanaman sagu; (v) membangun, mengoperasikan dan memiliki pabrik sagu; (vi) menjual dan memperdagangkan segala produk pertanian dan hasil sampingan produk pertanian dari tanaman sagu untuk pasar dalam negeri dan/atau luar negeri; (vii) memiliki pabrik sagu dan segala infrastruktur pendukung dan fasilitasfasilitas terkait; (viii) merencanakan, mengoperasikan dan memiliki kapal, fasilitas penyimpanan, dan dermaga; dan (ix) merencanakan, mengembangkan, mengoperasikan, dan memiliki kegiatan hilir bubur sagu dan turunannya. 117 Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 125 tanggal 31 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi LSP adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris : George Santosa Tahija : Hendrik Sasmito Direksi Direktur Utama Direktur : Suwito Anggoro : Chan Hian Siang Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas LSP No. 105 tanggal 26 Agustus 2011 jo Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 131 tanggal 27 September 2012, keduanya dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal USD1.000*,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (USD) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJAP SP Chemicals Pte. Ltd. Grand Asia Holdings Pte. Ltd. Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel * setara dengan Rp8.597.000. 4.000 4.000.000 765 600 135 1.500 2.500 765.000 600.000 135.000 1.500.000 2.500.000 % 51,00 40,00 9,00 100 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting LSP yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan LSP untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen dan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Drs. Biasa Sitepu, auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, masing-masing dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Posisi Keuangan Keterangan 2010 - Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 118 (dalam Rupiah juta) 31 Desember 2011 2012 13.004 12.255 1.210 13.004 13.465 12 166 12 166 12.992 13.299 13.004 13.465 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Aset tidak lancar pada tahun 2012 merupakan tanah yang diakuisisi oleh LSP. Liabilitas jangka pendek pada tahun 2012 terdiri dari utang pajak, utang lain-lain dan biaya yang masih harus dibayar. Liabilitas jangka pendek tahun 2011 hanya terdiri dari utang pajak. Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam Rupiah juta) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 144 924 (37) (582) 108 342 (11) (35) 97 307 Keterangan Pendapatan Beban Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Pendapatan tahun 2012 meningkat sebesar Rp780 juta atau 541,7% disebabkan oleh kenaikan dari laba kurs mata uang asing yang berasal dari kas dan setara kas LSP dalam mata uang Dolar Amerika Serikat. Beban tahun 2012 meningkat sebesar Rp545 juta atau 1.473,0% karena munculnya biaya perjalanan dinas dan penelitian. Pada tahun 2011, LSP baru mulai didirikan pada bulan Agustus. A11. PT Permata Putera Mandiri (“PPM”) Pendirian dan Kegiatan Usaha PPM merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Pusat yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. PPM didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas PPM No. 7 tanggal 14 Juni 2007, dibuat di hadapan Darbi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. W7-07403 HT.01.01-TH.2007 tanggal 4 Juli 2007, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No. 090515156778 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat, di bawah No. 2179/BH 09 05/VIII/2007 tanggal 15 Agustus 2007. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar PPM sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PPM No. 150 tanggal 29 November 2010, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor, maksud dan tujuan PPM yaitu berusaha dalam bidang perkebunan dan pertanian, jasa, perdagangan dan industri. Kegiatan usaha PPM adalah (i) menjalankan usaha dalam bidang perkebunan dan pertanian, termasuk juga usaha pengolahan hasil-hasil perkebunan dan pertanian, usaha pemungutan/pemanfaatan hasil hutan dan pemeliharaan serta pengolahannya; (ii) menjalankan usaha dalam bidang jasa, seperti jasa penunjang usaha perkebunan dan pertanian, termasuk kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan serta segala kegiatan usaha jasa lainnya yang berkaitan; (iii) menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, seperti perdagangan hasil usaha perkebunan dan pertanian, perdagangan hasil industri perkebunan dan pertanian, berikut segala kegiatan usaha yang terkait lainnya, termasuk perdagangan secara import-eksport, lokal, interinsulair juga bertindak sebagai leveransir, distributor, grossier, supplier dan juga sebagai agen, komisioner atau perwakilan dari perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar negeri; dan (iv) menjalankan usaha dalam bidang industri, seperti industri pengolahan hasil perkebunan dan pertanian, berikut segala kegiatan usaha industri lainnya yang berkaitan. 119 Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PPM No. 18 tanggal 7 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PPM adalah: Dewan Komisaris Presiden Komisaris : George Santosa Tahija Komisaris: Suwito Anggoro Komisaris : Istini Tatiek Siddharta Komisaris: Anastasius Wahyuhadi Komisaris: Budi Yasa Dewan Direksi Presiden Direktur : Bambang Soerjanto Direktur: Sucipto Maridjan Direktur: Sebastianus Yangmarga Yeo Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PPM No. 150 tanggal 29 November 2010, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor jo. Akta Pernyataan Keputusan Rapat PPM No. 18 tanggal 7 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham adalah sebagai berikut : Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJA Perseroan Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 40.000.000 40.000.000.000,00 14.250.000 750.000 15.000.000 25.000.000 14.250.000.000,00 750.000.000,00 15.000.000.000,00 25.000.000.000,00 % 95,00 5,00 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting PPM baru diakuisisi oleh Perseroan pada bulan Januari 2013 sehingga ikhtisar data keuangan PPM belum termasuk dalam ikhtisar data keuangan konsolidasian Perseroan per tanggal 31 Desember 2012. A12. PT Putera Manunggal Perkasa (“PMP”) Pendirian dan Kegiatan Usaha PMP merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Pusat yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. PMP didirikan dengan nama “PT Kebun Hutan Abadi” berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas “PT Kebun Hutan Abadi” No. 58 tanggal 12 Juli 1999, dibuat di hadapan Darbi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-18903 HT.01.01.TH 99 tanggal 18 November 1999, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan UUWDP dengan TDP No. 250515100738 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/ Kodya Ambon, di bawah No. 001/BH 25.05/I/2002 tanggal 4 Januari 2002, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 24 tanggal 22 Maret 2002, Tambahan No. 2861. 120 Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar PMP sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 2 tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor, maksud dan tujuan PMP yaitu berusaha dalam bidang: (i) perkebunan kelapa sawit dan industri minyak makan (minyak makan) dari nabati; (ii) perdagangan skala besar dari hasil akhir perkebunan dan industri; (iii) budidaya perkebunan kelapa sawit dan pengolahan tanaman menjadi minyak kelapa sawit, kernel serta produk sawit lainnya; dan (iv) jasa perkebunan kelapa sawit dan pengolahan pabrik. Kegiatan usaha PMP adalah: (i) menjalankan usaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit, termasuk pengolahan lahan kawasan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen buah kelapa sawit; (ii) menjalankan usaha dalam bidang industri minyak kelapa sawit termasuk minyak inti sawit mentah, palm kernel expelles, penyimpanan produk sawit dan bahan baku lainnya untuk perkebunan kelapa sawit dan penggilingan dan kegiatan usaha industri lainnya yang berkaitan; (iii) menjalankan usaha dalam bidang perdagangan skala besar dari hasil akhir perkebunan dan industri, termasuk perdagangan dalam bentuk impor-ekspor, lokal, distributor, perdagangan grosir; dan (iv) menjalankan usaha dalam bidang jasa perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan pabrik, termasuk segala kegiatan dan kegiatan pendukung perkebunan dan kegiatan usaha lainnya yang terkait. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PMP No.19 tanggal 7 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, SH., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi PMP adalah: Dewan Komisaris Presiden Komisaris : George Santosa Tahija Komisaris: Suwito Anggoro Komisaris : Istini Tatiek Siddharta Komisaris: Anastasius Wahyuhadi Komisaris: Budi Yasa Direksi Presiden Direktur : Bambang Soerjanto Direktur: Sucipto Maridjan Direktur: Sebastianus Yangmarga Yeo Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 2 tanggal 8 Juli 2011, dibuat di hadapan Wikan Praharani, S.H., Notaris di Bogor jo. Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PMP No. 19 tanggal 7 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan ANJA Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 121 20.000.000 20.000.000.000,00 450.000 8.550.000 9.000.000 11.000.000 450.000.000,00 8.550.000.000,00 9.000.000.000,00 11.000.000.000,00 % 5,00 95,00 100,00 Ikhtisar Data Keuangan Penting PMP baru diakuisisi oleh Perseroan pada bulan Januari 2013. Ikhtisar data keuangan PPM belum termasuk dalam ikhtisar data keuangan konsolidasian Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 . A13. PT Perusahaan Pertanian, Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Surya Makmur (PT Surya Makmur) (“SM”) Pendirian dan Kegiatan Usaha SM merupakan suatu perseroan terbatas berkedudukan di Medan yang didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia. SM didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 24 tanggal 8 September 1961 yang diubah dengan Akta Perobahan No. 18 tanggal 9 Juni 1962, keduanya dibuat di hadapan Panusunan Batubara, S.H., Notaris di Medan, akta mana telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A.5/77/10 tanggal 6 September 1962, didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan di bawah No. 2/1963 dan No. 4/1963 tanggal 4 Januari 1963, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 96 tanggal 29 November 1963, Tambahan No. 732. Berdasarkan pasal 3 Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SM No. 40 tanggal 16 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, maksud dan tujuan SM adalah berusaha dalam bidang perkebunan, industri hasil perkebunan, perdagangan umum dan keagenan. Kegiatan usaha SM adalah (i) menjalankan usaha-usaha eksploitasi perkebunan-perkebunan dan pertanian-pertanian dengan jalan memperoleh konsesi perkebunan atau membeli, menyewa, menjalankan hak eksploitasi atau hak sebagai pachter atau dengan jalan-jalan lain yang sah; (ii) mengusahakan berbagai perindustrian yang bertalian dengan usaha-usaha tersebut di atas di antaranya menjalankan eksploitasi kilang getah (remilling getah) kilang minyak kelapa sawit dan lain sebagainya; (iii) berdagang pada umumnya, kecuali impor, seperti dalam hasil-hasil usaha tersebut di atas sub a dan sub b termasuk ekspor dan antar pulau baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk perhitungan orang lain atas dasar komisi dan memegang keagenan dari perusahaan-perusahaan lain; dan (iv) menjalankan sesuatu perusahaan yang bertalian langsung atau tidak langsung dengan maksud tersebut yang pelaksanaannya tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku di negeri ini, satu dan lain dalam arti kata seluas-luasnya. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan SM No. 31 tanggal 20 Juni 2012, dibuat di hadapan Esther Mercia Sulaiman, S.H., Notaris di Kota Jakarta Selatan, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi SM adalah: Dewan Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija Dewan Direksi Direktur: Anastasius Wahyuhadi 122 Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SM No. 40 tanggal 16 Juli 2008 dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan pemegang saham adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: Perseroan George Santosa Tahija Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel Nilai Nominal Rp150.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) 90.000 13.500.000.000 28.499 1 28.500 61.500 4.274.850.000 150.000 4.275.000.000 9.225.000.000 % 99,996 0,004 100 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting SM yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan SM untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana dan Rekan (Member Firm of PricewaterhouseCoopers), auditor independen, berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf tambahan mengenai penerapan beberapa standar akuntansi keuangan baru. Laporan Posisi Keuangan (dalam USD ribu) Keterangan 2010 59 2.346 2.404 557 557 1.847 2.404 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 31 Desember 2011 44 3.659 3.703 885 885 2.818 3.703 2012 20 4.620 4.640 25 1.127 1.152 3.488 4.640 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Aset lancar pada akhir tahun 2012 menurun sebesar USD24 ribu atau sebesar 54,5% disebabkan oleh penurunan kas, terkait dengan pembayaran untuk aktivitas operasi perusahaan. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Aset tidak lancar pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD1,3 juta atau sebesar 56,0% disebabkan oleh kenaikan nilai investasi pada entitas asosiasi, terkait dengan pengakuan bagian laba dari entitas asosiasi terkait. Liabilitas jangka panjang pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD328 ribu atau 58,9% berasal dari peningkatan liabilitas pajak tangguhan, terkait dengan meningkatnya nilai investasi pada entitas asosiasi. Ekuitas pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar USD1,0 juta atau 52,6% disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang berasal dari laba tahun berjalan. 123 Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 1.035 1.313 983 (14) (14) (49) 1.021 1.299 935 (257) (328) (242) 764 970 693 Keterangan Pendapatan Beban Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun berakhir tanggal 31 Desember 2011 Beban tahun 2012 meningkat sebesar USD35 ribu atau 250% disebabkan oleh kenaikan biaya profesional untuk audit. A14. PT Sahabat Mewah dan Makmur (“SMM”) Pendirian dan Kegiatan Usaha SMM merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta Selatan. SMM didirikan berdasarkan Akta SMM No. 4, tanggal 7 Maret 1980 yang kemudian diubah beberapa kali berdasarkan Akta No.12, tanggal 12 April 1980, serta Akta No.58, tanggal 30 Juli 1981 ketiganya dibuat di hadapan Ambrosius Sitompul, Notaris di Jakarta dan Akta No. 92, tanggal 8 Juli 1985 yang dibuat di hadapan John Leonard Waworuntu, Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2.4311-HT01-01 th.85 tanggal 18 Juli 1985, didaftarkan dalam buku register pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 22 Juli 1985 dengan pendaftaran No. 644/1985, No. 645/1985, No. 646/1985, No. 647/1985 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 55, tanggal 8 Juli 1988, Tambahan No. 673. Pada tahun 2002, SMM mengubah statusnya dari semula PMDN menjadi perusahaan PMA berdasarkan Akta No. 10 tanggal 17 Februari 2003, dibuat di hadapan Veronica Nataadmadja, S.H., Master of Corporate Administration, Master of Commerce (Business Law), Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C-03848 HT.01.04.TH.2003 tanggal 21 Februari 2003 dan telah diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di bawah No. C-03981 HT.01.04. TH.2003 tanggal 25 Februari 2003, didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Jakarta Pusat No. 0480/RUB.09.05/II/2003 tanggal 27 Februari 2003 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 23 tanggal 21 Maret 2003, Tambahan No. 2264. Anggaran Dasar SMM telah beberapa kali diubah, terakhir sebagaimana tercantum dalam Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham No. 06 tanggal 2 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar SMM tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menkumham berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-44867.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 25 Juli 2008 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0063493. AH.01.09.Tahun 2008 tanggal 25 Juli 2008. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar SMM, maksud dan tujuan SMM adalah berusaha dalam bidang perkebunan kelapa sawit terpadu dengan pengolahannya menjadi minyak mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel). 124 Kegiatan usaha SMM adalah (i) menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit beserta unit pengolahannya untuk memproduksi minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (kernel); (ii) memproduksi produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya, di antaranya tetapi tidak terbatas pada bahan bakar nabati yang berasal dari minyak sawit mentah, limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane; dan (iii) memasarkan dan menjual produk minyak sawit mentah dan inti sawit, serta memasarkan dan menjual produk-produk turunan dari minyak sawit mentah dan pengolahannya di antaranya tetapi tidak terbatas pada limbah hasil pengolahan pabrik kelapa sawit dan gas methane yang dihasilkan daripadanya. Pengurus dan Pengawas Berdasarkan Akta No. 101 tanggal 28 Januari 2013, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi SMM adalah: Dewan Komisaris Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris : George Santosa Tahija : Anastasius Wahyuhadi : Istini Tatiek Siddharta : Suwito Anggoro Direksi Direktur Utama : Koh Bing Hock Direktur: Nopri Pitoy Direktur : Sebastianus Yangmarga Yeo Direktur: Sucipto Maridjan Struktur Permodalan dan Pemegang Saham Berdasarkan Akta No. 06 tanggal 2 Juli 2008, dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., Notaris di Jakarta, struktur permodalan dan susunan pemegang saham SMM adalah sebagai berikut: Pemegang Saham Nilai Nominal Rp1.000.000,- per saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor: ANJA Perseroan Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham Dalam Portepel 80.000 80.000.000.000,00 24.999 1 25.000 55.000 24.999.000.000,00 1.000.000,00 25.000.000.000,00 55.000.000.000,00 % 99,996 0,004 100,000 Ikhtisar Data Keuangan Penting Di bawah ini disajikan ikhtisar data keuangan penting SMM yang berasal dari laporan keuangan untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan SMM untuk tahun berakhir tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. 125 Laporan Posisi Keuangan (dalam USD ribu) Keterangan 2010 24.010 14.770 38.780 4.050 2.811 6.861 31.918 38.780 Aset Lancar Aset Tidak Lancar Total Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas Ekuitas Total Liabilitas & Ekuitas 31 Desember 2011 4.051 14.497 18.548 6.475 2.680 9.155 9.393 18.548 2012 10.811 18.698 29.509 6.249 5.398 11.647 17.862 29.509 Tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2011 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2012 meningkat sebesar USD6,8 juta atau 166,9% berasal dari peningkatan kas dan setara kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Jumlah ekuitas pada akhir tahun 2012 meningkat sebear USD8,5 juta atau 90,2% disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang berasal dari laba bersih tahun berjalan. Tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010 Jumlah aset lancar pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar USD20,0 juta atau 83,1% disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas yang digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham. Jumlah liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar USD2,4 juta atau 59,9% disebabkan oleh kenaikan utang pajak. Jumlah ekuitas pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar USD22,5 juta atau 70,6% disebabkan oleh pembagian dividen kepada pemegang saham, setelah dikurangi efek penambahan saldo laba ditahan yang berasal dari laba bersih tahun berjalan. Laporan Laba Rugi Komprehensif (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 2012 51.877 61.418 59.984 (17.680) (19.434) (23.141) 34.197 41.984 36.843 (2.558) (2.598) (2.749) 31.639 39.387 34.094 (7.848) (9.912) (8.573) 23.792 29.475 25.521 Keterangan Penjualan Beban pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba sebelum pajak Beban pajak Laba bersih tahun berjalan 115. PT Prima Mitra Nusatama (“PMN”) Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, PMN sedang dalam proses likuidasi berdasarkan persetujuan pemegang saham sebagaimana dimuat dalam Akta No. 73, tanggal 21 Nopember 2012, dibuat dihadapan Mala Mukti, S.H., LL.M., Notaris di Kotamadya Jakarta Selatan serta telah diberitahukan kepada Menkumham berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Pembubaran No. AHU-AH.01.10-00289, tanggal 3 Januari 2013, yang telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai dengan UUPT dengan No. AHU-0000639.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 3 Januari 2013, dimana berdasarkan akta tersebut Istini Tatiek Siddharta telah ditunjuk selaku likuidator Perseroan. 126 B. Keterangan Mengenai Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya No. Nama Perusahaan Lokasi Kegiatan Usaha Kedudukan Entitas Asosiasi dan Investasi Penting Lainnya 1. PT Agro Muko Indonesia Aceh 2. PT Bilah Plantindo Indonesia 3. PT Pangkatan Indonesia Indonesia 4. PT Puncakjaya Power Indonesia 5. PT Sembada Sennah Maju PT Simpang Kiri Plantation Indonesia Indonesia PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau PT Moon Lion Industries Indonesia Indonesia Lampung Barat Indonesia Jakarta dan Banten 6. 7. 8. Sumatera Utara Sumatera Utara Papua Barat Sumatera Utara Aceh Indonesia Kepemilikan (langsung dan tidak langsung) Status Operasional Tahun Penyertaan 15,87% Beroperasi 1990 20,00% Beroperasi 1998 20,00% Beroperasi 1997 14,288% Beroperasi 1994 Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Coklat Pembangkit Listrik 20,00% (1) Beroperasi 2008 20,00% Beroperasi 1998 5,00% Beroperasi 2010 Industri Pengikat Baja, Baut, Mur dan Batangan Baja 11,88% Beroperasi 1994 Kegiatan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Coklat Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Coklat Pembangkit Listrik Catatan: 1) Perseroan memiliki 20,0% kepemilikan di PT Pangkatan Indonesia dan PT Pangkatan Indonesia memiliki 95,0% kepemilikan di PT Sembada Sennah Maju; Perseroan juga memiliki 1,0% kepemilikan secara langsung di PT Sembada Sennah Maju. 11. Aset Tetap Tanah Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah memiliki beberapa bidang tanah dengan sah, antara lain: No. No. dan Tanggal Sertifikat Luas (M2) Berakhinya Hak Pemegang Hak Lokasi/Surat Ukur / Gambar Situasi 1. HGB No. 1/3 Februari 1998 8.910 3 Februari 2028 GMIT Dukuh Menceh,Sukorambi, Dati II, Dati I Jawa Timur 2. HGB No. 7/3 Februari 1998 20.000 17 Maret 2032 GMIT Tempeh kidul,Tempeh,Lumajang, Jawa Timur 3. HGB No. 3/26 Oktober 2004 17.709 26 Oktober 2024 GMIT Kelompangan, Ajung, Jember, Jawa Timur 4. HGB No. 9 /6 November 1986 840 12 Oktober 2026 GMIT Sumbersari, Dati II, Jember, Jawa Timur 5. HGB No. 19h/ 22 Desember 1995 5.260 22 Desember 2015 GMIT Wirolegi, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 6. HGB No. 271/ 11 Oktober 1997 4.680 24 September 2026 GMIT Kebon Agung, Kalimates, Jember Jawa timur 7. HGB No.191/ 3 Februari 1988 3.840 3 Februari 2028 GMIT Wirolegi, Sumbersari, Dari II Jember, Jawa Timur 8. HGB No. 258/29 Mei 1995 2.588 29 Mei 2015 GMIT Kebon Agung, Kaliwates, Jember, Jawa Timur 9. HGB No.83/ 2 April 1992 11.840 17 Maret 2032 GMIT Tempeh Lor,Tempeh,Lumajang, Jawa Timur 10. HGB No. 06/ Desa Klayas 70.328 14 Februari 2042 ANJAP Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab. Porong, Papua Barat 11. HGB No. 02/ Desa Klayas 59.883 14 Februari 2042 ANJAP Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab. Porong, Papua Barat 12. HGB No.03/ Desa Klayas 72.377 14 Februari 2042 ANJAP Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab. Porong, Papua Barat 13. HGB No.04/ Desa Klayas 68.756 14 Februari 2042 ANJAP Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab. Porong, Papua Barat 14. HGB No.05/ Desa Klayas 68.788 14 Februari 2042 ANJAP Jalan Poros Seget, Desa Klayas, Kec. Seget, Kab. Porong, Papua Barat 127 No. No. dan Tanggal Sertifikat Luas (M2) Berakhinya Hak Pemegang Hak Lokasi/Surat Ukur / Gambar Situasi 15. HGU No.1/Ramba tanggal 10 September 2009 1.970.500 9 September 2044 ANJA Desa Ramba, Kec. Huristak, Kab. Tapanuli Selatan, Propisi Sumatera Utara 16. HGU No. 1/Simangambat Julu tanggal 4 September 1993 60.000.000 31 Desember 2076 ANJA Desa Simangambat Julu, Pasir Pinang, Air Gala, Kec. Barumun Tengah, Kab. Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara 17. HGU No. 3/Simangambat Julu, Pasir Pinang, Air Gala tanggal 26 Januari 2001 32.149.000 25 Januari 2091 ANJA Desa Simangambat Julu, Pasir Pinang, Air Gala, Kec. Barumun Tengah, Kab. Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara 18. HGU, No. 1/Jangkang, tanggal 6 April 1990 40.319.600 31 Desember 2075 SMM Desa Jangkang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung, Provinsi Sumatera Selatan 19. HGU, No. 1/Nyuruk, tanggal 6 April 1990 69.552.000 31 Desember 2075 SMM Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung, Provinsi Sumatera Selatan 20. HGU, No. 1, tanggal 6 April 1990 48.860.800 31 Desember 2075 SMM Desa Renggiang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung, Provinsi Sumatera Selatan 21. HGB, No. 2, tanggal 17 Mei 2005 149.800 16 Mei 2035 SMM Kecamatan Dendang, Kabupaten Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 22. HGB, No. 3, tanggal 17 Mei 2005 149.600 16 Mei 2035 SMM Desa/Kelurahan Dendang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 23. HGU No. – tanggal 11 November 2004 80.000.000 27 Oktober 2039 ANJAS 24. HGB No. 1 tanggal 21 April 2010 7.412 24 Mei 2030 ANJAS Kelurahan Pasar Pargarutan 25. HGB No. 2 tanggal 8 Juni 2010 2.999 8 April 2030 ANJAS Kelurahan Pasar Pargarutan 26. HGB No. 3 tanggal 8 Juni 2010 982 8 April 2030 ANJAS Kelurahan Pasar Pargarutan 27. HGB No. 07 63.624 31 Juli 2042 LSP Kelurahan Klayas, Kecamatan Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat 28. HGB No. 08 63.450 31 Juli 2042 LSP Kelurahan Klayas, kecamatan Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat 29. HGB No. 09 74.993 31 Juli 2042 LSP Kelurahan Klayas, Kecamatan Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat 30. HGU No. 03 15.040.000 31 Desember 2013 ATI Desa Tenggulon, Kec. Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Daerah Istimewa Aceh. 31. HGU No. 106 11.500.000 31 Desember 2022 ATI Desa Sidodadi Simpang Kiri, Kab, Aceh Timur, Prop. Daerah Istimewa Aceh 32. HGU No. 1/Desa Bilah 16.410.000 31 Desember 2018 SM Desa Bilah, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara 33. HGU No. 10/Perkebunan Bilah 13.150.700 31 Desember 2036 SM Desa Perkebunan Bilah, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara Belitung, Desa Pardemian Bangunan Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya telah memiliki beberapa bangunan, antara lain: No. Izin Mendirikan Bangunan ANJA 1. Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan No.647/262/1995 tanggal 1 Maret 1995, 2. Surat Keputusan Bupati Tapanuli Selatan No. 503/1152/2003 tanggal 26 Juni 2003. 3. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0004/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013 4. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0005/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013 Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0006/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013 5. Peruntukkan Pabrik kelapa sawit yang terletak di Desa Simangambat Julu, Kecamatan Barumun Tengah berlantai 1 Permanent dengan luas lantai kurang lebih 13.799,52 m2. (i) 1 unit bengkel induk; (ii) 1 unit sekolah dasar; (iii) 12 unit rumah karyawan; (iv) 4 unit rumah asisten; (v) 2 unit rumah manager; (vi) 2 unit kantor kebun; dan (vii) 1 unit kantor devisi/poliklinik yang terletak di Desa Huristak, Simangambat Julu, Kec. Barumum Tengah. Gudang Central, Gudang Civil Enginering, Rumah Tanki BBM, dan Gudang Limbah B3, Luas 531,5 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Hunian Rumah Tinggal karyawan, Luas 9.214,9 Ha, , Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 5.589 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara. 128 No. Izin Mendirikan Bangunan 6. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0007/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013 7. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0008/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013 8. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0009/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013. 9. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0010/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013. 10. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0011/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013. 11. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0012/01.08.01/IMB/ BPPT/1/2013, tanggal 28 Januari 2013. 12. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Padang Lawas Utara No. 503/0002/01.08.01/ IMB/1/2013, tanggal 28 Januari 2013. Peruntukkan Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 4.036,5 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara. 13. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No. 503/0148/IMB/2012, tanggal 9 Februari 2012. 14. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No. 503/0340/IMB/2012, tanggal 9 Maret 2012. 15. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No. 503/0308/IMB/2012, tanggal 6 Maret 2012. (i) Type G2 luas 103,5 M2, (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, dan (iii) Kantor Divisi Luas 98 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. (i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. i) Type G2 luas 103,5 M2, (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, dan (iii) Kantor Divisi Luas 98 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. (i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. 16. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No. 503/0180/IMB/2012, tanggal 15 Februari 2012. 17. Surat Izin Bupati Padang Lawas, No. 503/0247/IMB/2012, tanggal 23 Februari 2012. ANJAS 18. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No. 503/4823/2009 tanggal13 Juli 2009. 19. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/06/IMB/2010 tanggal5 April 2010. 20. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/07/IMB/2010 tanggal 21 Juni 2011. 21. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No. 503/10/IMB/X/2011 tanggal 21 Oktober 2011. Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 931,5 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas utara. Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 3.519 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Hunian rumah tinggal karyawan, Luas 5.382 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Hunian rumah tinggal Asisten, Luas 3.277,8 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Hunian rumah tinggal Asisten, Luas 3.728,4 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. Gedung Poliklinik Central, Club House, Lapangan tenis dan lapangan Badminton, Luas 854,7 M2, Desa Simangambat Julu, Kec. Simangambat, Kab. Padang Lawas Utara. (i) Type G2 luas 103,5 M2,dan (ii) Type G6 Luas 310,5 M2, di Desa Tobing, Jae Kec. Huristak, Kab. Padang Lawas Propinsi Sumatera Utara. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang berlokasi di Dusun Janji Matogu Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya diatas areal HGU ANJAS di Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan KabupatenTapanuli Selatan. Perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya diatas areal HGU ANJAS yang terletak di Desa Pardomuan, Kecamatan Angkola Selatan, KabupatenTapanuli Selatan. Masjid, Gereja, Taman Kanak-Kanak, Poliklinik dan Rumah Penitipan Anak diatas areal HGU ANJAS, yang terletak di Desa Pardomuan, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. 22. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/15/IMB/XII/2011 tanggal 22 Desember 2011. Rumah Karyawan di atas areal HGU ANJAS, yang terletak di Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. 23. SuratIzinBupatiTapanuli Selatan No. 503/5366/2010 tanggal 9 Agustus 2010. Bangunan Tangki Transit dan bangunan pendukung lainnya yang berlokasi di Jalan Raya Padangsidempuan-Sipirok Kelurahan Pasar Pargarutan Kecamatan Angkola Timur. 129 No. Izin Mendirikan Bangunan 24. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/14/IMB/XII/2010 tanggal 10 Agutus 2010. 25. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/11/IMB/III/2012 tanggal 21 Maret 2012. 26. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No.503/14/IMB/V/2012 tanggal 30 Mei 2012. 27. Surat Izin Bupati Tapanuli Selatan No. 503/4823/2009, tanggal 13 Juli 2009. SMM 28. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/146/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010. 29. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/147/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010 30. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/148/IMB/BPPT4/X/2010, tanggal 1 Oktober 2010 31. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/085/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009. 32. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/229/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 33. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/230/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 34. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/231/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 35. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/232/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 36. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/233/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 37. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/234/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 38. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/235/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 39. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/236/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 40. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/237/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 41. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/238/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 42. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/239/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 43. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/240/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 44. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/241/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 Peruntukkan Bangunan perumahan karyawan dan bangunan penunjang lainnya yang berlokasi di atas areal HGU ANJAS di Desa Pardomuan Kecamatan Angkola Selatan. Perumahan karyawan, perumahan asisten dan bangunan Central Workshop yang berlokasi di Desa Pardomuan, Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli Selatan. Bangunan Sekolah Dasar, koperasi, mess manajer dan staf ANJAS yang berlokasi di Desa Pardomuan, Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli Selatan. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, di Dusun Janji Matogu Desa Pardomuan, Kec. Angkola Selatan, Kab. Tapanuli Selatan. Rumah Asisten F, luas bangunan 116 m2 di desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur Rumah Asisten G, luas bangunan 116 m2, di desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur Rumah Asisten H, luas bangunan 116 M2, di desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur Balai Karyawan Perumahan Balok, di Desa Balok, Kec. Dendang. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec. Dendang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec. Dendang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Air Ruak Estate, luas 324 M2, di Desa Balok, Kec. Dendang, Kab, Belitung Timur. Hunian, Rumah Asisten,Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Hunian, Rumah Asisten, Luas 95 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Ladang Jaya Estate, Luas 310,5 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Hunian, Rumah G6 Ladang Jaya Estate, Luas 310,5 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Usaha, Koperasi Serba Usaha Ladang Jaya Estate, Luas 96,375 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. 130 No. Izin Mendirikan Bangunan 45. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/242/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 46. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/243/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 47. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/244/IMB/BPMPT/ XII/2012, tanggal 26 Desember 2012 48. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/080/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 49. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/081/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 50. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/082/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 51. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/083/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 52. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/084/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 53. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/077/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 54. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/078/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 55. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/079/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 56. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/072/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 57. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/073/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 58. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/074/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 59. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/075/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 60. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/076/IMB/BPPT-4/ BELTIM/VI/2009, tanggal 11 Juni 2009 61. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/015/IMB/BPPT-4/ II/2011, tanggal 18 Februari 2011 62. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/016/IMB/BPPT-4/ II/2011, tanggal 18 Februari 2011 63. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/017/IMB/BPPT-4/ II/2011, tanggal 18 Februari 2011 64. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/018/IMB/BPPT-4/ II/2011, tanggal 18 Februari 2011 65. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/019/IMB/BPPT-4/ II/2011, tanggal 18 Februari 2011 Peruntukkan Usaha, Koperasi Serba Usaha Ladang Jaya Estate, Luas 96,375 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Usaha, Gudang Pupuk, Luas 205,61 M2, di Desa Balok, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Sosial dan Budaya, Tempat Les Anak Sekolah, Luas 57 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Garasi alat-alat berat kompleks perumahan Ladang Jaya, Luas 112 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Extension Club House Perumahan Jangkang, Luas 288 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Bangunan Amiat Filter Perumahan Sari Bunga, Luas 10,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec. Dendang. Bangunan Amiat Filter, Luas 10,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec. Dendang. Balai Karyawan Perumahan Ladang Jaya, Luas 144 M2, Desa Balok, Kec. Dendang. Gudang Pupuk Permanen, Luas 203 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang. Garasi alat-alat berat kompleks perumahan sari bunga, Luas 56 M2, di Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang. Garasi alat-alat berat kompleks perumahan Bentayan, Luas 56 M2, di Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang. Rumah Karyawan Type G-6, Luas 310,5 M2, di Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang. Rumah Asisten Perumahan Balok, Luas 75 M2, di Desa Nyuruk, Kecamatan Dendang. Pos Security Pelabuhan Khusus TG. Resing, Luas 44 M2, di Desa Dendang, Kec. Dendang. Pos Security Kompleks Perumahan Sari Bunga, Luas 12 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang. Pondok Rekreasi, Luas 96 m2, di Desa Dendang, Kec Dendang. Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang. Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang Rumah Karyawan, Luas 310,5 M2, di Areal Perkebunan PT. SMM, Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang 131 No. Izin Mendirikan Bangunan 66. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/140/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 Peruntukkan Perumahan Karyawan Ladang Jaya Estate, Luas 283,5 M2, di Desa Jangkang, Kec. Dendang. 67. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/141/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 68. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/142/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 69. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/143/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 70. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/144/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 71. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/145/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 72. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/146/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 73. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/148/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 74. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/150/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 75. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/152/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 76. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/153/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 77. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No. 503/154/IMB/BPPT-4/ VIII/2011, tanggal 25 Agustus 2011 78. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 25/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 79. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 26/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 80. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 27/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 81. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 28/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 82. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 29/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 83. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 30/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 84. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 31/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 85. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 32/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 86. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 33/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 87. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 34/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 88. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 35/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 89. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 36/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Rumah Asisten, Luas 75 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang. Bangunan Biomas untuk perumahan Air Ruak Estate, Luas 228,48 M2, di Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang. Perumahan Karyawan Air Ruak Estate, Luas 283,5 M2, di Desa Simpang Tiga, Kec. Simpang Renggiang. Perumahan Karyawan Balok Estate, Luas 283,5 M2, di Desa Balok Kec. Dendang. Perumahan Karyawan Sari Bunga, Luas 283,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec. Dendang. Perumahan Karyawan Sari Bunga, Luas 283,5 M2, di Desa Nyuruk, Kec. Dendang. Kantor Kebun dan Poliklinik, Luas 167M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Karyawan G2, Luas 378 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur. Rumah Karyawan G2, Luas 4.536 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Karyawan G2, Luas 567 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Asisten G1, Luas 150 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Mess Direksi, Luas 448,5 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur. Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Karyawan G2, Luas 4.536 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Karyawan G6, Luas 1.134 M2, Desa Simpang Tiga, Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur Rumah Karyawan G6, Luas 3.969 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Rumah Asisten G1, Luas 750 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. 132 No. Izin Mendirikan Bangunan 90. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 37/ IMB/V/2006, tanggal 10 Mei 2006 91. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 52/ IMB/X/2006, tanggal 18 Oktober 2006 Peruntukkan Rumah Manager, Luas 140,60 M2, Desa Nyuruk, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. Tangki Penimbunan CPO Kelapa Sawit, Luas 550 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. 92. Keputusan Bupati Belitung Timur No. 67/IMB/ XII/2006, tanggal 8 Desember 2006 KAL 93. Surat Keputusan Bupati Ketapang No.014 tahun 2012 tanggal 2 Februari 2012 AANE 94. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Belitung Timur No.503/163/IMB/BPPT-4/ XI/2010 tanggal 29 November 2010. 95. Surat Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Belitung Timur No.503/164/IMB/BPPT-4/ XI/2010 tanggal 29 November 2010. GMIT 96. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat Ke II Djember No.561 tanggal 24 Desember 1959. 97. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Jember No. 72 tanggal 17 April 1961. 98. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Jember No. 230 tanggal 31 Agustus 1961. 99. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No. 503648/121/ IMB/64351/1988 100. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kabupaten Djember No. DK/505/ I.R. tanggal 15 Desember 1954. 101. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kabupaten Djember No. DK/29/ I.R. tanggal 8 Juli 1955. 102. Surat Keputusan Bupati Kepala daerah Jember No. Drh/235/IB tanggal 22 Agustus 1963. 103. Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No 503.647/150/436.33/1991 tanggal 16 Oktober 1991 Tangki Limbah B3, Luas 21,65 M2, Desa Jangkang, Kec. Dendang, Kab. Belitung Timur. 104. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Djember No. 302/IB tanggal 30 September 1963 105. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Djember No. 320/IB tanggal 30 Oktober1963 Bangunan gudang sortasi tembakau beserta kamar pres, dengan luas 1.604 Ha, di desa Klompangan, Kecamatan Mangli. 106. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lumajang No.BKD.86/23/64 tanggal 30 Nopember 1974 107. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lumajang No.BKD.86/23/61 tanggal 8 Juni 1964 108. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No. 503.648/47/ IMB/643.51/1986 tanggal 18 Desember 1986 109. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No. 503.648/144/436.33/1997 tanggal 10 Desember 1997 Gudang Bangunan yang berlokasi di Jl. Marsela Kasai, Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang. Kubah Penangkap Biogas, luas bangunan 3.282,56 M2 Kubah Penangkap Biogas, luas bangunan 1.117,6 M2 Gudang di Kecamatan Panti Gudang tembakau, luas 0,540 ha, di Kecamatan Wirolegi Gedung, Luas 1,36 Ha, di Kecamatan Wirolegi Gudang, sortasi, dan pagar, di Jl. Banyuwangi, Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Jember. Bangunan, terletak di atas tanah di Jl. Rambipudji. Bangunan , terletak di atas tanah di Jl. Rambipudji, Jember. Bangunan gedung pengeringan tembakau, dengan luas 15.250 M2 , Jember. Bangunan, gudang, pondasi, dengan luas 18.080 M2 Bangunan gudang afpak, dengan luas 1.604 ha di Kecamatan Mangli. desa Klompangan, Perluasan pendirian gudang tembakau, yang terletak didesa Tompohlor, Kec. Tompoh, Lumajang. Gudang sortasi, yang terletak di Jl. Agung, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember. Pemutihan IMB, untuk gudang Kebonagung yang terletak di Jl. Aruwana No. 67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember 133 No. Izin Mendirikan Bangunan 110. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No. 503.648/142/436.33/1997 tanggal 10 Desember 1997 111. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jember No. 503.648/143/436.33/1997 tanggal 10 Desember 1997 Peruntukkan Pemutihan IMB, untuk gudang dan rumah dinas yang terletak di Jl. Aruwana No. 67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember Pemutihan IMB, untuk gudang Kebonagung yang terletak di Jl. Aruwana No. 67, Kel. Kebonagung, Kec. Kaliwates, Jember 12.Asuransi Perseroan telah mengasuransikan harta kekayaan miliknya berupa benda-benda tidak bergerak maupun benda-benda bergerak yang penting bagi Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya pada beberapa perusahaan asuransi pihak ketiga dengan jumlah yang memadai. No. 1. 2. 3. Jenis Asuransi dan Nomor Polis All Risk Policy (Personal Effects) Insurance No, AI.24.1213.11.000001 tanggal 13 Juni 2012 Money Insurance No AI.24.1212.11.000001 tanggal 4 Januari 2012 I-Puri Plus No. AI.24.0125.10.000006 tanggal 4 September 2012 Jumlah Pertanggungan Objek Asuransi Berlaku Hingga Movable portable items 1 Juni 2012 – 1 Juni 2013 USD11.264,13 PT Asuransi Indrapura Cash in safe & Cash in Cashier Box dan Cash in transit 23 Januari 2013 – 23 Januari 2014 Rp2.003.000,00 PT Asuransi Indrapura Dwelling House Jalan Dukuh Patra No. 25 RT 011/RW002 Menteng Dalam, Tebet, Kuningan, Jakarta Selatan 29 September 2012 – 29 Rp1.700.000.000,00 September 2013 Penanggung PT Asuransi Indrapura Perseroan tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan asuransi tersebut diatas dan manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset tetap yang bersangkutan. 13. Transaksi Dengan Pihak Afiliasi a. Aircraft Charter Services Agreement No. 027/AF-ANJ/CSA-Embraer/2012 tanggal 7 Desember 2012 sebagaimana diubah terakhir dengan Amendment No. 1 Aircraft Charter Services Agreement No. 027/AF-ANJ/CSA-Embraer/2012 tanggal 8 Januari 2013 oleh dan antara Perseroan dan PT Airfast Indonesia (“Airfast”), yang menyatakan bahwa Perseroan bermaksud menggunakan jasa penerbangan Airfast dengan jenis pesawat Embraer Legacy untuk membawa penumpang dan/atau kargo. Biaya sewa bulanan tetap adalah sebesar USD67.888 (enam puluh tujuh ribu delapan ratus delapan puluh delapan Dolar Amerika Serikat) per bulan. Selain itu, Perseroan juga akan membayar kembali seluruh biaya operasional dan pemeliharaan pesawat terbang dan biaya jasa yaitu sebesar 10% (sepuluh persen) dari biaya operasional. Sebagai jaminan Perseroan akan memberikan uang jaminan sebesar USD4.000.000 (empat juta Dolar Amerika Serikat). Perjanjian ini berlaku efektif sejak tanggal penandatanganan. Perjanjian berlaku untuk masa 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan pesawat oleh Perseroan dan dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis dari para pihak dengan memberikan pemberitahuan tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian. Perjanjian ini dibuat berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia dan dalam hal timbul perselisihan, maka para pihak akan saling berkonsultasi untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Dalam hal konsultasi tersebut tidak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui arbitrase di Singapura berdasarkan peraturan Singapore International Arbitration Center (SIAC). 134 b. Aircraft Charter Services Agreement/Perjanjian Jasa Charter Pesawat No. 016/ANJ-AGRI/ CSA/2010/XII tanggal 17 Januari 2011 yang diubah dengan Amendment No. 1 to Aircraft Charter Services Agrement No. 016/ANJ-AGRI/CSA/2010/XII tanggal 14 Februari 2013, keduanya dibuat di bawah tangan oleh dan antara ANJA dengan Airfast, yang menyatakan bahwa ANJA bermaksud menggunakan jasa penerbangan Airfast dengan jenis pesawat Raytheon B1900D (“Pesawat”) untuk membawa penumpang dan/atau muatan. Biaya tagihan yang wajib dibayarkan berupa: (i) biaya tetap lisensi bulanan sebesar USD11.500 (sebelas ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat) per bulan ditambah pajak yang berlaku; (ii) biaya tetap bulanan tenaga kerja; dan (iii) biaya jasa sebesar 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan Airfast untuk operasional dan perawatan pesawat. Perjanjian ini berlaku sampai dengan 17 Juli 2013. Perjanjian ini dapat dialihkan dengan persetujuan tertulis dari para pihak dengan syarat dan ketentuan yang sama dalam perjanjian ini. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan berdasarkan hukum Republik Indonesia, segala perselisihan yang timbul yang tidak dapat diselesaikan dengan konsultasi bersama akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan peraturan arbitrase dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang berlaku. c. Perjanjian Novasi No. 015/Austindo/OCY-ANJ-AGRI/2011/XII tanggal 17 Januari 2011, dibuat di bawah tangan oleh dan antara Perseroan, ANJA dan Airfast, yang menyatakan bahwa Perseroan mengalihkan seluruh hak dan tanggung jawab yang timbul dalam Aircraft Service Charter Agreement No. JKT.332/2007/VII sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Addendum No. 1 tanggal 1 Juli 2010 (“Perjanjian Charter Pesawat”) yang dibuat oleh dan antara Perseroan dengan Airfast kepada ANJA, termasuk hak untuk menerima pengembalian security deposit. Perjanjian ini berlaku terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian novasi dan Perjanjian Charter Pesawat antara ANJA dan Airfast. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian ini, para pihak tidak dapat mengalihkan atau mendelegasikan hak dan kewajiban dalam perjanjian ini tanpa persetujuan tertulis pihak lain. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan Negara Republik Indonesia. Segala perselisihan yang timbul akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan peraturan dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang berlaku saat ini. d. Perjanjian Pinjam Pakai tanggal 17 Mei 2012, dibuat di bawah tangan oleh dan antara GMIT, MDN dan AKJ (“Perjanjian”). Berdasarkan Perjanjian, GMIT menerima secara pinjam pakai dari MDN dan AKJ: (i) sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 200/Kel. Kaliwates, seluas 1.215m2; (ii) sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 210/Kel. Kaliwates, seluas 3.998m2; dan (iii) sebidang tanah dengan sertifikat HGB No. 2398/Kel. Kaliwates, seluas 14.515m2; yang seluruhnya terletak di Jl. Gajah Mada No. 254, Jember, Jawa Timur, untuk jangka waktu sampai dengan tanggal 17 Mei 2014 dan dapat diperpanjang. GMIT dilarang untuk menyerahkan/meminjampakaikan/mengalihkan hak atas pinjam pakai tersebut kepada pihak atau badan lain. Para pihak memilih domisili di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jember di Jember. e. Service Agreement tanggal 1 Januari 2004, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan antara Perseroan dengan DGI (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju untuk memberikan jasa kepada DGI antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa corporate secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas pemberian Jasa tersebut, DGI harus membayar uang sejumlah USD2.000,00 (dua ribu Dolar Amerika Serikat) per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian ini berlaku terhitung sejak 1 Januari 2004 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap tahunnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis satu bulan sebelumnya kepada pihak lainnya untuk tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia dan segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 135 f. Service Agreement tanggal 1 Januari 2001, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan antara Perseroan dengan ATI (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju untuk memberikan jasa kepada ATI antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa corporate secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas pemberian Jasa tersebut, ATI harus membayar uang sejumlah USD1.000,00 (seribu Dolar Amerika Serikat) per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian ini berlaku terhitung sejak 1 Januari 2001 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap tahunnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia dan segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. g. Service Agreement tanggal 1 Januari 2001, dibuat di bawah tangan bermeterai cukup, oleh dan antara Perseroan dengan SM (“Perjanjian”), yang menyatakan bahwa Perseroan telah setuju untuk memberikan jasa kepada SM antara lain sebagai berikut (i) jasa manajemen, (ii) jasa corporate secretarial dan (iii) jasa administrasi, sebagaimana dirinci dalam Perjanjian (“Jasa”). Atas pemberian Jasa tersebut, SM harus membayar uang sejumlah USD1.000,00 (seribu Dolar Amerika Serikat) per bulan tidak termasuk biaya operasional dan PPN, tetapi termasuk PPh. Perjanjian ini berlaku terhitung sejak 1 Januari 2001 dan akan diperbaharui secara otomatis pada setiap tahunnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk tidak melanjutkan Perjanjian. Perjanjian ini tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia dan segala sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. h. Perjanjian Pengalihan Hak Atas Merek dan Hak Cipta tanggal 10 Mei 2012, dibuat di bawah tangan oleh dan antara Perseroan dan PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (“ANJHC”), yang menyatakan bahwa Perseroan mengalihkan hak atas merek dan hak cipta kepada ANJHC. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal efektifnya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia. Segala perselisihan pendapat yang timbul dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah. Apabila dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari, perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan maka perselisihan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. i. Management and Technical Service Agreement No.002/ANJA-CORSEC/SPS.mp/II/2012 tanggal 1 Januari 2012 yang dibuat dibawah tangan dengan materai cukup, oleh dan antara ANJA dengan ANJAS (“Perjanjian”). Berdasarkan Perjanjian ini, ANJA setuju untuk memberikan pekerjaan Jasa Manajemen, Jasa Teknik, Jasa Corporate Secretary, dan jasa Administrasi kepada ANJAS. Nilai Perjanjian ini sejumlah US$50.000/per bulan. Jangka waktu Perjanjian ini terhitung efektif sejak tanggal 1 Januari 2012 dan secara otomatis setiap tahunnya kecuali terdapat pemberitahuan tertulis untuk pengakhiran selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian ini. ANJAS menjamin bahwa akan menanggung segala tanggung jawab dan kerugian dari manajemen ANJA atau pegawainya yang bekerja dalam kapasitas untuk ANJAS dari segala klaim atau tindakan yang timbul sehubungan dengan tindakannya yang dilakukan untuk ANJAS. Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. Apabila terdapat perselisihan yang tidak terselesaikan diantara para pihak, maka para pihak sepakat untuk memilih dan menyelesaikan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 136 14. Paten, HAKI, Merek Dagang dan Lisensi Pada Tanggal Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki harta kekayaan berupa Hak atas Kekayaan Intelektual sebagai berikut: - Hak Cipta, yaitu sebagai berikut: No. 1. 2. - Nomor dan Tanggal Judul Ciptaan Jenis Ciptaan Permohonan No. 031156, tanggal 25 ANJ Seni Logo Juli 2006 No. 029324, tanggal 28 PT. AUSTINDO Seni Logo Desember 2005 NUSANTARA JAYA Tanggal Diumumkan dan Tempat 25 Juli 2006, di Jakarta 28 Desember 2005, di Jakarta Jangka Waktu Pemegang Hak Cipta 25 Juli 2056 Perseroan 28 Desember 2055 Perseroan Hak Merek, yaitu sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Nomor Pendaftaran / Agenda dan Tanggal Pendaftaran IDM000212838, tanggal 6 Agustus 2009 IDM000133541, tanggal 28 Agustus 2007 *) IDM000133542, tanggal 28 Agustus 2007 *) IDM000151442, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151465, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151439, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151423, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151459, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151441, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151445, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151444, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151448, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151453, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151460, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151418, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151458, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151419, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151466, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151450, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151443, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151449, tanggal 3 Januari 2008 Etiket Kelas Barang / Jasa Warna Jangka Waktu Pemilik Merek ANJ NCL9 35 Biru dan Putih 23 April 2019 Perseroan KMN 44 Biru dan Putih KDN 44 Biru dan Putih AUSTINDO 01 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 2 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 03 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 04 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 05 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 06 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 07 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 08 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 09 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 10 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 11 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 12 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 13 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 14 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 15 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 16 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 17 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 18 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan 137 28 Desember 2015 28 Desember 2015 Perseroan Perseroan No. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. Nomor Pendaftaran / Agenda dan Tanggal Pendaftaran IDM000151429, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151428, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151425, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151427, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151461, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151440, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151446, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151447, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151457, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151464, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151434, tanggal 3 Januari 2008 IDM000150384, tanggal 18 Desember 2007 IDM000151431, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151432, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151433, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151463, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151435, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151454, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151451, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151452, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151437, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151455, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151456, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151438, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151436, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151422, tanggal 3 Januari 2008 IDM000151430, tanggal 3 Januari 2008 IDM000152183, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152181, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152176, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152173, tanggal 7 Januari 2008 Etiket Kelas Barang / Jasa Warna AUSTINDO 19 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 20 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 21 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 22 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 23 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 24 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 25 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 26 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 27 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 28 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 29 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 30 Hitam dan Putih 14 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 31 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 32 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 33 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 34 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 35 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 36 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 37 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 38 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 39 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 40 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 41 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 42 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 43 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 44 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO 45 Hitam dan Putih 23 Juni 2016 Perseroan 1 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 2 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 3 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 4 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA 138 Jangka Waktu Pemilik Merek No. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. Nomor Pendaftaran / Agenda dan Tanggal Pendaftaran IDM000152765, tanggal 16 Januari 2008 IDM000152169, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152167, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152165, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152160, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152156, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152185, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152184, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152182, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152180, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152179, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152174, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152172, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152171, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152170, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152168, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152199, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152198, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152197, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152196, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152195, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152194, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152192, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152191, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152189, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152187, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152193, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152190, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152188, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152186, tanggal 7 Januari 2008 Etiket Kelas Barang / Jasa Warna AUSTINDO NUSANTARA JAYA 5 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 6 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 7 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 8 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 9 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 10 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 11 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 12 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 13 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 14 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 15 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 16 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 17 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 18 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 19 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 20 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 21 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 22 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 23 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 24 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 25 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 26 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 27 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 28 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 29 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 30 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 31 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 32 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 33 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 34 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA 139 Jangka Waktu Pemilik Merek No. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. Nomor Pendaftaran / Agenda dan Tanggal Pendaftaran IDM000152166, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152164, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152163, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152162, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152161, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152159, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152158, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152157, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152155, tanggal 7 Januari 2008 IDM000152154, tanggal 7 Januari 2008 IDM000155442, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155421, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155420, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155419, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155418, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155417, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155416, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155415, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155414, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155413, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155412, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155411, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155410, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155409, tanggal 25 Februari 2008 Kelas Barang / Jasa Warna 36 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 37 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 38 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 39 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 40 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 41 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 42 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 43 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 44 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan 45 Hitam dan Putih 30 Juni 2016 Perseroan ANJ 1 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 2 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 3 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 4 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 5 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 6 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 7 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 8 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 9 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 10 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 11 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 12 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 13 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 14 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan Etiket AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA AUSTINDO NUSANTARA JAYA 140 Jangka Waktu Pemilik Merek No. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. Nomor Pendaftaran / Agenda dan Tanggal Pendaftaran IDM000155408, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155407, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155406, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155405, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155404, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155403, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155396, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155393, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155392, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155391, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155390, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155389, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155388, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155386, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155387, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155431, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155430, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155429, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155428, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155427, tanggal 25 Februari 2008 IDM000155426, tanggal 25 Februari 2008 Etiket Kelas Barang / Jasa Warna ANJ 15 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 16 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 17 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 18 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 19 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 20 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 21 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 22 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 23 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 24 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 26 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 27 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 28 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 29 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 30 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 32 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 33 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 34 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 35 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 36 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan ANJ 37 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 141 Jangka Waktu Pemilik Merek Nomor Pendaftaran / Kelas Jangka Agenda dan Tanggal Etiket Barang / Warna Pemilik Merek Waktu Pendaftaran Jasa IDM000155425, 128. tanggal 25 Februari ANJ 38 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155424, 129. tanggal 25 Februari ANJ 39 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155423, 130. tanggal 25 Februari ANJ 40 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155400, 131. tanggal 25 Februari ANJ 41 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000157315, 132. tanggal 25 Februari ANJ 42 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155399, 133. tanggal 25 Februari ANJ 43 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155398, 134. tanggal 25 Februari ANJ 44 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 IDM000155397, 135. tanggal 25 Februari ANJ 45 Biru dan Putih 24 Juli 2016 Perseroan 2008 Catatan: *) Pada tanggal 10 Mei 2012, bersamaan dengan pengalihan saham PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang, Perseroan telah mengalihkan Hak Merek KMN dan KDN, masing-masing dengan No. IDM000133541 dan No. IDM000133542, keduanya tanggal 28 Agustus 2007 kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang secara cuma-cuma. Proses pemberitahuan dan pendaftaran pengalihan merek tersebut kepada Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atau instansi-instansi lain masih dalam proses. No. 15. Perjanjian-perjanjian Penting yang dilakukan Perseroan Perjanjian Transaksi Pembayaran: a. 2002 Master Agreement tanggal 17 Juli 2006 (“Perjanjian”) antara J.P. Morgan International Bank Limited dan Perseroan. Berdasarkan Perjanjian, para pihak telah mengadakan atau akan mengadakan suatu atau beberapa transaksi yang telah atau akan diatur oleh Perjanjian ini, yang termasuk dalam lampiran dan dokumen-dokumen serta pertukaran bukti-bukti lain yang menguatkan di antara para pihak atau sebaliknya efektif untuk tujuan menguatkan atau membuktikan transaksi tersebut. Dalam Perjanjian diatur mengenai kewajiban para pihak, yaitu: (i) melaksanakan setiap pembayaran atau penyerahan sebagaimana ditentukan dalam setiap konfirmasi yang dilaksanakan dengan persetujuan yang diatur dalam ketentuan; dan (ii) pembayaran yang dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian, akan dilaksanakan pada saat jatuh tempo untuk nilai dan, ke dalam akun yang dinyatakan dalam konfirmasi, atau sesuai dengan Perjanjian. Cidera janji antara para pihak dapat terjadi dalam hal: (i) kelalaian pembayaran atau penyerahan; (ii) pelanggaran atas Perjanjian atau penyangkalan Perjanjian; (iii) kelalaian penyedia kredit untuk memenuhi atau melaksanakan Perjanjian atau kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan sesuai dengan perjanjian atau instrumen yang diatur dalam perjanjian ini (iv) pernyataan yang dibuat atau dianggap telah dibuat oleh para pihak atau oleh para pihak penyedia dana kredit di dalam Perjanjian atau dalam dokumen penyediaan dana (Credit Support Document) terbukti tidak benar atau menyesatkan; (v) kelalaian dalam suatu transaksi tertentu (vi) cidera janji dalam suatu atau lebih perjanjian terkait dengan suatu hutang tertentu baik sendiri maupun bersama-sama dimana jumlah keseluruhan perjanjian atau instrumen tersebut tidak kurang dari jumlah batasan yang berlaku (Cross- default); (vii) pailit; dan (viii) penggabungan. 142 b. 2002 Master Agreement tanggal 25 Juli 2006 (“Perjanjian”) antara Australia and New Zealand Banking Group Limited dan Perseroan. Berdasarkan Perjanjian para pihak telah mengadakan atau akan mengadakan suatu atau beberapa transaksi yang telah atau akan diatur oleh Perjanjian, yang termasuk dalam lampiran dan dokumen-dokumen serta pertukaran bukti-bukti lain yang menguatkan di antara para pihak atau sebaliknya efektif untuk tujuan menguatkan atau membuktikan transaksi tersebut. Dalam Perjanjian diatur mengenai kewajiban para pihak yaitu: (i) para pihak akan melaksanakan setiap pembayaran atau penyerahan sebagaimana ditentukan dalam setiap konfirmasi yang dilaksanakan dengan persetujuan sebagaimana diatur dalam ketentuan; dan (ii) pembayaran yang dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian, akan dilaksanakan pada saat jatuh tempo untuk nilai ke dalam akun yang dinyatakan dalam konfirmasi atau sesuai dengan Perjanjian ini. Cidera janji antara para pihak dapat terjadi dalam hal: (i) kelalaian pembayaran atau penyerahan; (ii) pelanggaran atas perjanjian atau penyangkalan perjanjian; (iii) kelalaian penyedia kredit untuk memenuhi atau melaksanakan perjanjian atau kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan sesuai dengan perjanjian atau instrumen yang diatur dalam perjanjian ini (iv) pernyataan yang dibuat atau dianggap telah dibuat oleh para pihak atau oleh para pihak penyedia dana kredit di dalam Perjanjian atau dalam dokumen penyediaan dana (Credit Support Document) yang terbukti tidak benar atau menyesatkan; (v) kelalaian dalam suatu transaksi tertentu (vi) cidera janji dalam suatu atau lebih perjanjian terkait dengan suatu hutang tertentu baik sendiri maupun bersama-sama dimana jumlah keseluruhan perjanjian atau instrumen tersebut tidak kurang dari jumlah batasan yang berlaku (Cross- default); (vii) pailit; dan (viii) penggabungan. Kerjasama antara para pihak dapat diakhiri: (i) dalam hal ketidakabsahan, terkait dengan suatu peraturan yang berlaku, termasuk namun tidak terbatas pada hukum di negara mana pembayaran, penyerahan, atau pemenuhan yang disyaratkan oleh kedua belah pihak atau penyedia kredit; (ii) apabila terjadi force majeure; (iii) dalam hal terkait pajak, dalam kaitan setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas pajak atau diajukan kepada pengadilan yang berwenang setelah transaksi terjadi atau juga terjadi perubahan undang-undang pajak; (iv) dalam hal terkait pajak, pada saat penggabungan; (v) dalam hal kredit, pada saat penggabungan. 16. Perkara-perkara yang dihadapi Perseroan, Komisaris dan Direksi Pada Tanggal Prospektus ini diterbitkan, ANJA, KAL dan ANJAS sebagai Entitas Anak Perseroan tercatat dalam perkara-perkara sebagai berikut: a. Perkara Perdata No. 10/Pdt.Plw/2012/PN-Psp.Sbh. Para pihak: Sutan Guru Hasibuan, dkk (“Para Pembantah”) melawan Riswan Siregar, S.H. (“Terbantah I”), Matjon Sinaga, S.H. (“Terbantah II”), E.P Siregar, S.H. (“Terbantah III”), Abdul Karim Siregar (“Terbantah IV”), H.Ismail (“Terbantah V”), Ali Sabet (“Terbantah VI”), Basri Harahap (“Terbantah VII”), ANJA (“Terbantah VIII”), PT Perkebunan Nusantara-II (Persero) (“Terbantah IX”). Terbantah I-IX selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai “Para Terbantah”. Objek sengketa dalam perkara ini adalah tanah hak ulayat seluas ±789 Ha (tujuh ratus delapan puluh sembilan hektar) yang terletak di Padang Ipar Ela, Desa Ramba, Kecamatan Huristak, Kabupaten Padanglawas (d/h Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan) (“Tanah Ulayat”) atas Tanah Ulayat mana telah dibuatkan Sertifikat Hak Guna Usaha (“SHGU”) No. 1 tanggal 10 September 2009 dan SHGU No.3 tanggal 23 Januari 2001 oleh Terbantah VII, yang diklaim oleh Para Pembantah sebagai milik Para Pembantah. Dalam pokok gugatan perlawanannya, Para Pembantah memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padangsidempuan untuk memutuskan hal-hal antara lain sebagai berikut: i. menyatakan Tanah Ulayat adalah milik Para Pembantah; ii. menghukum Para Terbantah atau siapa saja yang mendapat hak dari Para Terbantah untuk menyerahkan Tanah Ulayat tersebut dalam keadaan baik dan kosong kepada Para Pembantah; dan iii. menghukum Para Terbantah untuk membayar kerugian Para Pembantah secara tunai dan sekaligus yakni berupa ganti rugi material dengan jumlah total sebesar Rp143.648.000.000,00 (seratus empat puluh tiga miliar enam ratus empat puluh delapan juta Rupiah) dan ganti rugi imaterial sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Rupiah). 143 Pada mulanya, Obyek Sengketa tersebut di atas, pernah diajukan dalam Perkara Perdata No. 50/ PDT.G/1997/PN.PSP.GNT antara Sutan Raja Enderlan Harahap dkk (saat itu sebagai Penggugat) melawan Para Pembantah dkk (yang dalam perkara tersebut sebagai Tergugat) dan Mastarip Siregar (saat itu sebagai Penggugat Intervensi) (selanjutnya disebut “Perkara Perdata No. 50/1997”). Perkara Perdata No. 50/1997 tersebut selanjutnya telah diperiksa dan diadili pada tingkat banding di Pengadilan Tinggi Medan dengan Register Perkara No. 82/PDT/1998/PT.MDN dan kemudian diajukan kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Register Perkara No. 599K/Pdt/1999. Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusannya memutuskan untuk menolak permohonan kasasi yang diajukan Sutan Raja Enderlan Harahap dkk (saat itu sebagai Pemohon Kasasi), dan putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap. Selanjutnya, pada tahun 2005, suatu perkara baru diajukan di Pengadilan Negeri Padangsidempuan dengan Register Perkara No. 35/Pdt.G/2005/PN.PSP.GNT, oleh Terbantah I, Terbantah II dan Terbantah III dalam kedudukannya saat itu sebagai penggugat terhadap Terbantah IV sampai dengan Terbantah IX. Perkara inipun pada akhirnya telah diputuskan pada tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia berdasarkan Putusan No. 1021K/PDT/2010 yang memutuskan menolak permohonan kasasi yang diajukan. Pada tanggal 5 Februari 2013, atas gugatan perlawanan No. 10/Pdt.Plw/2012/PN-Psp.Sbh yang diajukan oleh Para Pembantah, Pengadilan Negeri Padangsidempuan yang memeriksa perkara tersebut telah mengeluarkan putusannya berdasarkan putusan No. 10/Pdt.Plw/2012/PN.PSP yang pada pokoknya menolak gugatan Para Pembantah. Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan putusan yang memenangkan pihak Para Pembantah sesuai dengan hal-hal yang dituntut oleh Para Pembantah dalam gugatannya, maka ANJA dapat kehilangan haknya atas tanah seluas ±789 Ha (tujuh ratus delapan puluh sembilan hektar) di Padang Ipar Ela, Desa Ramba, Kecamatan Huristak, Kabupaten Padanglawas, yang merupakan objek gugatan tersebut dan membayar secara tanggung renteng dengan Terbantah lainnya uang ganti rugi material sebesar Rp143.648.000.000,00 (seratus empat puluh tiga miliar enam ratus empat puluh delapan juta Rupiah) dan ganti rugi imaterial sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar Rupiah). ANJA berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak akan membawa dampak negatif material bagi kelangsungan usaha ANJA. b. Perkara Perdata No. 19/Pdt.G/2012/PN.KTP. Para pihak: Tengku Hamid selaku Direktur CV Empat Lima (“Penggugat”) melawan KAL (“Tergugat”). Objek sengketa dalam perkara ini adalah klaim atas kepemilikan sebidang tanah yang terletak di Terusan Rambang Hulu Sungai Tolak, termasuk dalam Wilayah Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, sesuai Surat Keterangan Tanah No. 593.3/02-AG/KT/1990 tanggal 20 Februari 1990 seluas ± 1.718 Ha sesuai hasil pengukuran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ketapang tanggal 20 Juni 2012 yang dikuasai atau diambil alih oleh Tergugat seluas ± 633 Ha. Dalam gugatannya tersebut, Penggugat mengklaim bahwa atas Surat Keterangan Tanah No. 593.3/02AG/KT/1990 tanggal 20 Februari 1990, atas nama CV Empat Lima qq Tengku Hamid yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Kuala Tolak, terdapat sebagian lahan seluas ± 633 Ha yang didalilkan oleh Penggugat telah diambilalih atau dikuasai oleh Tergugat. Selanjutnya, dalam gugatannya Penggugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Ketapang untuk memutuskan antara lain: i. Tergugat membayar ganti kerugian sebesar Rp6.330.000.000,- (enam miliar tiga ratus tiga puluh juta Rupiah) kepada Penggugat; ii. memerintahkan Tergugat untuk menyerahkan/melepaskan tanah seluas ±633 Ha untuk dikeluarkan dari areal perkebunan kelapa sawit milik Tergugat yang luas keseluruhannya 17.986,90 Ha tanpa syarat dan tanpa beban; dan iii. menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) per hari setiap lalai memenuhi isi putusan terhitung sejak putusan mempunyai kekuatan hukum tetap hingga dilaksanakan. 144 Sampai dengan Tanggal Prospektus ini diterbitkan, perkara ini masih dalam proses pemeriksaan di Pengadilan Negeri Ketapang yang antara lain proses pemeriksaan bahwa surat ukur dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ketapang tanggal 20 Juni 2012 yang sebagaimana disebutkan di atas bukan merupakan alas hak atas tanah. Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan putusan yang memenangkan pihak Penggugat, maka KAL dapat diwajibkan untuk menyerahkan/ melepaskan tanah seluas ±633 Ha guna dikeluarkan dari areal perkebunan kelapa sawit milik KAL dan membayar ganti kerugian sebesar Rp6.330.000.000,- (enam miliar tiga ratus tiga puluh juta Rupiah). Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha KAL. KAL berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak akan membawa dampak negatif material bagi kelangsungan usaha KAL. c. Perkara Perdata No: 577/Pdt.G/2012/PN-Mdn Para Pihak: PT Panel Lika Sejahtera (“Penggugat”) melawan PT Ondop Perkara Makmur cq. PT Agri Nusantara Jaya [SIC] (“Tergugat I”), Harry Jusman (“Tergugat II”), Ir. Syahgiman Siregar (dahulu selaku kepala Dinas Kehutanan dan Pertanahan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan) (“Tergugat III”), Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. cq. Dinas Kehutanan dan Pertahanan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan (“Tergugat IV”), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (“Tergugat V” selanjutnya secara bersama-sama Tergugat I-V disebut “Para Tergugat”) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (“Turut Tergugat”). Objek sengketa dalam perkara ini merupakan gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh Penggugat karena kerugian yang dialami oleh Penggugat sehubungan dengan belum dilunasinya pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (“PSDH”), Dana Reboiasasi (“DR”), dan Retribusi Hasil Hutan (“RHH”) oleh Tergugat II sehingga Surat Perintah Pembayaran PSDH dan DR ditujukan kepada Penggugat serta Penggugat mengalami kerugian karena kayu milik Penggugat yang berada di areal HGU Tergugat I telah digunakan oleh Tergugat I untuk membuat jembatan dan jalan. Dalam gugatannya, Penggugat memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan memutuskan antara lain sebagai berikut: i. menghukum Tergugat I, II, III dan Tergugat V telah melakukan perbuatan melawan hukum; ii. menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas kayu di areal HGU Tergugat I sebanyak 46.788,18 M³; dan iii. menghukum Tergugat I untuk membayar kerugian material kepada Penggugat sebesar Rp50.000.000.000.- (lima puluh miliar Rupiah); iv. menghukum Tergugat II, III dan V untuk membayar kepada negara Dana PSDH dan DR dan Retribusi Hasil Hutan; v. menghukum Tergugat II dan Tergugat III untuk membayar kerugian immaterial kepada Penggugat sejumlah Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar Rupiah); dan vi. menghukum Tergugat I, II, III, dan V untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu Rupiah) sejak keputusan ini berkekuatan hukum jika lalai tidak melaksanakan putusan ini. Sampai dengan Tanggal Prospektus ini diterbitkan, perkara ini masih dalam proses pemeriksaan di Pengadilan Negeri Medan dan belum terdapat putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht). Dalam hal ternyata di kemudian hari, pengadilan yang berwenang memutuskan perkara ini dengan putusan yang memenangkan pihak Penggugat, maka kayu di areal HGU ANJAS sebanyak 46.788,18 M³ dapat dikenakan sita jaminan diwajibkan untuk membayar kerugian material kepada Penggugat sebesar Rp50.000.000.000.- (lima puluh miliar Rupiah). ANJAS berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak akan membawa dampak negatif material bagi kelangsungan usaha ANJAS. 145 d. Perkara Perpajakan KAL Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan sehubungan dengan surat ketetapan pajak dari DJP tanggal 21 September 2010 untuk PPN kurang bayar untuk periode Januari sampai Oktober 2009 sebesar Rp771.342.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh satu juta tiga ratus empat puluh dua ribu) atau setara dengan USD85.790 (delapan puluh lima ribu tujuh ratus sembilan puluh Dolar Amerika Serikat) dan lebih bayar PPN untuk periode November 2009 sebesar Rp385.671.000 (tiga ratus delapan puluh lima juta enam ratus tujuh puluh satu ribu Rupiah) atau setara dengan USD42.895 (empat puluh dua ribu delapan ratus sembilan puluh lima Dolar Amerika Serikat). Pada tanggal 1 November 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan PPN periode Januari sampai Oktober 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar Rp771.342.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh satu juta tiga ratus empat puluh dua ribu) atau setara dengan dengan USD79.766 (tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus enam puluh enam Dolar Amerika Serikat) pada tahun 2012, USD85.062 (delapan puluh lima ribu enam puluh dua Dolar Amerika Serikat) pada tahun 2011 dan USD85.790 (delapan puluh lima ribu tujuh ratus sembilan puluh Dolar Amerika Serikat) pada tahun 2010. Pada bulan Mei 2011, DJP dalam Surat Keputusan Pajak tanggal 27 Juli 2011 menolak keberatan tersebut. Pada bulan Oktober 2011, KAL melakukan banding atas ketetapan tersebut dan sampai tanggal Prospektus ini diterbitkan belum diterima keputusan dari Pengadilan Pajak. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL atas sengketa pajak di atas adalah KAL tetap harus membayar PPN kurang bayar tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi KAL tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha KAL. e. Perkara Perpajakan DGI Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan Grup Kontraktor, dimana DGI memiliki partisipasi kepemilikan piutang PPN tangguhan sebesar USD219.000, dengan surat ketetapan pajak dari kantor pajak Badora tanggal 24 Januari 2000 sebagaimana diubah dengan surat ketetapan DJP No. 125/WPJ.06/BD.04/2001 tanggal 7 Februari 2001 jo surat tagihan pajak No. 00126/109/99/053/02 tanggal 3 Januari 2002, untuk pembayaran tangguhan PPN sebesar Rp75,7 miliar (tujuh puluh lima miliar tujuh ratus juta Rupiah) atau setara dengan USD7,8 juta (tujuh juta delapan ratus ribu Dolar Amerika Serikat) dan denda sebesar Rp1,4 miliar (satu miliar empat ratus juta Rupiah) atau setara dengan USD150.000 (seratus lima puluh ribu Dolar Amerika Serikat). Pada tanggal 3 Mei 2002, pengadilan pajak mengeluarkan keputusan yang membenarkan ketetapan tersebut, kemudian atas keputusan tersebut diajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. Pada September 2003, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi tersebut. Selanjutnya pada tanggal 27 Mei 2004, Kantor Pajak menerbitkan Surat Keputusan DJP No. 173/WPJ.07/KP.0709/2004 dan No. 175/WPJ.07/KP.0709/2004 mengenai pelaksanaan keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan persyaratan untuk pembayaran PPN tangguhan sebesar Rp75,7 miliar dan denda sebesar Rp24,7 miliar. Namun demikan pada bulan Juli 2004, Kantor Pajak menerbitkan Surat Keputusan No. 195/WPJ.07/KP.0709/2004 dan No. 196/WPJ.07/KP.0709/2004 untuk membatalkan surat keputusan sebelumnya. Pada November 2010, Grup Kontraktor dengan surat No. 3171/AI/JKT/2010 telah meminta kantor pajak untuk melakukan proses pemindahbukuan dan restitusi atas PPN tangguhan tersebut. Grup Kontraktor berkeyakinan bahwa kantor pajak telah mengakui keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan kasasi tersebut di atas. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi DGI atas sengketa pajak di atas adalah DGI tetap harus membayar PPN tangguhan tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi DGI tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha DGI. 146 f. Perkara Perpajakan SM Objek sengketa dalam perkara ini adalah sengketa perpajakan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) yang dikeluarkan oleh DJP tanggal 26 Desember 2012 untuk pemeriksaan pajak tahun 2006 sebesar Rp4.452.965,00 (empat juta empat ratus lima puluh dua ribu sembilan ratus enam puluh lima Rupiah) atau setara dengan USD460 (empat ratus enam puluh Dolar Amerika Serikat) untuk kurang bayar pajak penghasilan pasal 23, yang juga mengoreksi seluruh penyesuaian fiskal positif pajak penghasilan badan 2006 sehingga seluruh rugi fiskal SM sebesar Rp711.863.708,00 (tujuh ratus sebelas juta delapan ratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus delapan Rupiah) yang tidak diakui oleh pajak. Manajemen SM berpendapat koreksi tersebut tidak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku dan berencana mengajukan keberatan atas SKPKB tersebut. Pada bulan Januari 2013 SM telah melunasi kurang bayar. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi SM atas sengketa pajak di atas adalah SM tetap harus membayar pajak penghasilan pasal 23 tersebut. Kondisi paling buruk yang mungkin dihadapi SM tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha SM. Tabel di bawah ini menggambarkan kondisi terburuk yang dapat dihadapi Perseroan terkait dengan perkara-perkara lahan yang sedang dihadapi Entitas Anak. Entitas Anak ANJA KAL Total Perseroan Total luas lahan yang dimiliki Hektar 9.639 17.998 139.038 Potensi kehilangan lahan Hektar % 789 8,19 633 3,52 1.422 1,02 Pada saat Prospektus ini diterbitkan, selain dari perkara-perkara tersebut di atas, Perseroan dan Entitas Anak Perseroan tidak tercatat sebagai pihak dalam suatu gugatan ataupun perkara lainnya yang sedang berjalan di Lembaga Peradilan dan/atau Badan Arbitrase atau memiliki potensi perkara, baik dalam perkara pidana, perdata, perpajakan, arbitrase, hubungan industrial, tata usaha negara maupun kepailitan di muka badan peradilan di Indonesia. Perseroan dan Entitas Anak Perseroan yang bersangkutan berkeyakinan bahwa perkara-perkara tersebut di atas tidak memiliki pengaruh secara material terhadap kelangsungan usaha, harta kekayaan dan rencana Penawaran Umum Perseroan. 147 17. Potensi Tumpang Tindih Lahan Perseroan Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, salah satu Entitas Anak Perseroan, yaitu KAL yang memiliki areal perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kelompok Hutan Sungai Tulak, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, telah mengalokasikan sebagian areal konsesi perkebunan kelapa sawit yang dimilikinya yaitu seluas 2.949 hektar untuk dijadikan kawasan konservasi untuk habitat orangutan, bekantan, beruang madu, rangkong badak, pelatuk kelabu dan kerangkeng hitam sebagai inisiatif KAL untuk melestarikan cagar alam dan telah disetujui oleh Menteri Kehutanan berdasarkan Surat Permohonan Penunjukan dan Penetapan sebagai Kawasan Konservasi, No. S.300/Menhut-IV/2012, tanggal 13 Juli 2012. Terkait dengan hal tersebut, PT Laman Mining, suatu perusahaan yang bukan merupakan pihak afiliasi dari Perseroan maupun KAL, telah melakukan pembukaan kawasan konservasi tersebut untuk pembuatan jalan dan base camp. Sehubungan dengan aktifitas PT Laman Mining tersebut, KAL telah menyampaikan pemberitahuan kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah menindaklanjuti dengan menyurati Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat untuk melakukan penyelidikan/pengumpulan bahan dan keterangan atas pembukaan kawasan konservasi oleh PT Laman Mining. Pada tanggal 20 September 2011, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam menyampaikan surat kepada PT Laman Mining yang menyebutkan antara lain bahwa kegiatan yang dilakukan oleh PT Laman Mining tersebut bertentangan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta UndangUndang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan PT Laman Mining diminta untuk menghentikan kegiatan pembukaan kawasan konservasi untuk pembuatan jalan dan base camp. Sampai dengan tanggal Prospektus ini diterbitkan, tidak terdapat klaim ataupun gugatan yang telah diajukan oleh PT Laman Mining terhadap KAL, sehubungan dengan pemberitahuan tertulis yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang meminta agar PT Laman Mining menghentikan kegiatan pembukaan kawasan konservasi untuk pembuatan jalan dan base camp. Sehubungan dengan potensi tumpang tindih lahan KAL dengan PT Laman Mining, area yang bersangkutan yang seluas 2.949 hektar telah dialokasikan oleh KAL untuk menjadi kawasan konservasi yang berdasarkan surat Menteri Kehutanan No. S.300/Menhut-IV/2012 tanggal 13 Juli 2012, area tersebut telah disetujui sebagai kawasan konservasi untuk habitat orangutan, bekantan, beruang madu, rangkong badak, pelatuk kelabu dan kerangkeng hitam. Kawasan konservasi tersebut tidak akan menjadi bagian dari tanah HGU yang akan diperoleh oleh KAL. 148 IX.KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN 1. Pendahuluan Pada awal pendirian, Perseroan adalah merupakan perusahaan induk yang memiliki investasi pasif pada Entitas Anak yang bergerak di bidang finansial (mencakup perbankan, asuransi kerugian, sekuritas, dan manajemen investasi), pertambangan (tembaga, emas dan batu bara), infrastruktur (pembuatan kabel dan pembangkit tenaga listrik), kelapa sawit, perkebunan dan lainnya. Dalam perjalanannya, Perseroan menjual investasinya pada beberapa Entitas Anak termasuk perbankan dan mulai beralih dari peranannya sebagai investor pasif minoritas menjadi investor mayoritas sekaligus operator di bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit serta bidang pembiayaan konsumen pada tahun 2000. Selama tahun 2000-2005, Perseroan melakukan beberapa akuisisi dalam bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta beberapa bisnis lainnya seperti minyak bumi dan gas alam, klinik mata dan jasa sewa kendaraan bermotor. Hingga tahun 2011, kegiatan usaha Perseroan masih mencakup bidang jasa keuangan, jasa sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan, namun dengan adanya restrukturisasi yang dilakukan Perseroan pada tahun 2011 hingga 2012, Perseroan kemudian memutuskan untuk menjual semua investasi pada ketiga bidang usaha tersebut. Dengan demikian, kegiatan usaha utama Perseroan saat ini adalah dalam bidang perkebunan dan pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (“CPO”) dan Palm Kernel (“PK”). Selain terus mengembangkan kegiatan usaha utama dalam bidang perkebunan dan produksi CPO, Peseroan saat ini juga sedang mengembangkan kegiatan usaha lainnya seperti pengembangan produk bahan baku makanan baru dari sagu dan pembangkit listrik energi terbarukan (renewable energy business) dari biogas. Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air, panas bumi maupun proses biologis dan bersifat ramah lingkungan; artinya tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain. Perseroan memiliki rekam jejak sebagai perusahaan yang senantiasa melakukan inovasi dan efisiensi dalam manajemen perkebunan dan pengolahan CPO dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan OER. Perseroan memiliki manajemen berpengalaman yang memiliki komitmen untuk senantiasa menerapkan manajemen biaya dengan bijaksana, beroperasi sesuai dengan praktek manajemen yang terbaik untuk kegiatan usaha perkebunan, meminimalisasi dampak negatif perkebunan terhadap lingkungan sekitarnya, serta menjalankan tanggung jawab sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Saat ini Perseroan memiliki dan mengoperasikan empat perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari dua perkebunan di Sumatera Utara, satu perkebunan di di Pulau Belitung dan satu perkebunan di Kalimantan Barat. Saat ini Perseroan juga memiliki persediaan lahan yang belum ditanami (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua. Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan, kecuali perkebunan kelapa sawit Perseroan yang terletak di Kalimantan Barat, merupakan perkebunan kelapa sawit yang sudah menghasilkan dan memiliki fasilitas produksi di setiap lokasi perkebunan. Perseroan berencana untuk membangun fasilitas produksi di Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit yang menghasilkan sudah memadai jumlahnya. Perseroan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (“RSPO”) dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara I. Pada saat ini Perseroan sedang dalam proses memperoleh sertifikat RSPO untuk perkebunan di Sumatera Utara II. 149 Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki area perkebunan yang telah ditanami seluas 40.852 hektar dengan total landbank seluas 139.038 hektar. Total luas landbank tersebut termasuk landbank di Papua yang telah diakuisi pada tanggal 7 Januari 2013. Perseroan saat ini telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk melakukan akuisisi landbank baru seluas 40.000 hektar yang terletak di Sorong Selatan dan Maybrat, Papua Barat. Dari total luas area perkebunan yang telah ditanami oleh Perseroan, sebesar 78,2 % atau seluas 31.954 hektar merupakan tanaman menghasilkan, dengan usia lebih dari 4 tahun, sedangkan sisanya seluas 8.898 hektar merupakan tanaman belum menghasilkan dengan usia maksimal 3 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2012, usia rata-rata dari tanaman kelapa sawit diseluruh perkebunan yang dimilikin Perseroan adalah 10,9 tahun. Dari seluruh landbank yang dimiliki oleh Perseroan, Perseroan memiliki landbank seluas 55.921 hektar dapat ditanami, sedangkan sisanya merupakan landbank yang tidak dapat ditanami yang disebabkan karena topografi yang tidak sesuai ataupun yang memang secara sukarela tidak ditanami oleh Perseroan untuk tujuan konservasi lingkungan, daerah aliran sungai, konservasi untuk situs sejarah maupun budaya serta untuk infrastruktur seperti jalan raya, perumahan karyawan dan fasilitas lainnya. Total area perkebunan yang telah ditanami oleh Perseroan telah meningkat dari 32.788 hektar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 36.752 hektar pada tahun 2011 dan 40.852 hektar pada tahun 2012. Selain itu Perseroan memiliki kepemilikan minoritas yang berkisar antara 15,9% sampai dengan 20,0% pada usaha usaha perkebunan kelapa sawit lainnya dengan total luas area yang telah ditanami sebesar 27.212 hektar. Perseroan berencana untuk mengalokasikan 20,0% dari lahan di Perkebunan Kalimantan Barat untuk memenuhi kewajiban Program Plasma setelah Perseroan telah memperoleh HGU atas lahan tersebut dan membentuk koperasi kemitraan program plasma serta penanaman tanaman telah diselesaikan. Pada tahun 2011 dan 2012, Perseroan telah memproduksi 564.843 ton dan 695.479 ton TBS. Pada tahun 2011 dan 2012, perkebunan kelapa sawit Perseroan menghasilkan rata-rata 17,7 ton dan 21,8 ton TBS per hektar dari tanaman menghasilkan. Dengan profil usia tanaman kelapa sawit yang saat ini dimiliki oleh Perseroan dan peningkatan program pemupukan, Perseroan berkeyakinan bahwa hasil produksi TBS dapat terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Perseroan memproduksi CPO dan PK dari TBS hasil panen perkebunan kelapa sawit Perseroan. Seluruh proses pengolahan TBS dilakukan di PKS yang dimiliki sendiri oleh Perseroan. Perseroan mengoperasikan tiga PKS dengan masing-masing kapasitas pengolahan 60 ton TBS per jam, dengan total kapasitas pengolahan sebesar 1.080.000 ton TBS per tahun. Pada tahun 2011 dan 2012, Perseroan memproduksi CPO sebanyak 157.122 ton dan 178.263 ton, dan pada periode yang sama, Perseroan juga memproduksi PK sebanyak 34.369 ton dan 40.503 ton. Pada tahun 2011 dan 2012, Oil Extraction Rate (“OER”) CPO Perseroan adalah sebesar 22,4% dan 22,0%, sedangkan Kernel Extraction Rate (“KER”) Perseroan pada periode yang sama adalah sebesar 4,9% dan 5,0%. Usaha minyak kelapa sawit dimana Perseroan mempunyai kepemilikan minoritas secara total menghasilkan 23.327 ton CPO pada tahun 2012. Untuk memaksimalkan utilisasi dan laba PKS Perseroan, Perseroan juga membeli TBS dari pihak ketiga. Selain menjalankan dan terus mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit, Perseroan juga melaksanakan kegiatan usaha di bidang pemanfaatan hasil hutan dan pengolahan sagu. Perseroan saat ini sedang membangun pabrik pengolahan sagu pertama dari rencana sejumlah pabrik pengolahan yang akan dibangun oleh Perseroan di Papua sebagai fasilitas pengolahan batang tanaman sagu dan wet starch yang terletak di dalam hutan alam sagu seluas 40.000 hektar yang perizinannya telah dimiliki oleh Perseroan. Perseroan juga sedang mengembangkan kegiatan usaha pembangkit listrik dengan energi terbarukan melalui pembangkit tenaga listrik biogas di Pulau Belitung yang direncanakan akan mulai beroperasi pada semester kedua tahun 2013. Perseroan juga memiliki kegiatan usaha lain pada pengolahan tembakau, dimana Perseroan bertindak sebagai pengolah dan perantara antara petani tembakau dengan produsen rokok dan cerutu domestik maupun internasional. Pada tahun 2012, Perseroan membukukan USD159,9 juta pendapatan dari penjualan, laba bersih dari operasi yang dilanjutkan sebesar USD41,9 juta dan EBITDA yang disesuaikan sebesar USD63,3 juta. Pendapatan dari penjualan masing-masing produk Perseroan adalah sebagai berikut: 150 Uraian Pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit 1) Pendapatan dari penjualan tembakau Total pendapatan dari penjualan 2008 USD Juta % Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009 2010 2011 USD USD USD % % % Juta Juta Juta USD Juta 2012 % 110,3 99,0 93,7 97,7 115,2 95,6 154,3 97,6 154,6 96,7 1,1 0,1 2,2 2,3 5,4 4,5 3,8 2,4 5,3 3,3 111,4 100,0 95,9 100,0 120,6 100,0 158,2 100,0 159,9 100,0 Catatan: 1) Pendapatan dari penjualan CPO dan PK 2. Keunggulan Bersaing Perseroan berkeyakinan bahwa dengan karakteristik yang dimiliki oleh Perseroan, maka Perseroan akan dapat memanfaatkan pertumbuhan industri kelapa sawit dan melakukan diferensiasi dibandingkan kompetitor Perseroan. Perseroan akan mempertahankan keunggulan bersaing Perseroan dengan memperluas lahan perkebunan kelapa sawit, meningkatkan kapasitas pabrik dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan untuk meningkatkan produksi CPO dan PK. Sesuai dengan kompetensinya, Perseroan juga melakukan proses diversifikasi kegiatan usaha dengan memperluas kegiatan usaha Perseroan ke bidang usaha lainnya seperti sagu dan biogas, dengan tetap mempertahankan fokus pada industri perkebunan kelapa sawit. Perseroan memiliki beberapa keunggulan bersaing yaitu sebagai berikut: a. Posisi yang baik untuk memanfaatkan pertumbuhan industri sektor minyak kelapa sawit Perseroan memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari meningkatnya permintaan untuk CPO dan produk kelapa sawit lainnya. Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi karena harganya yang kompetitif dan kegunaannya berbagai macam. Menurut LMC International, tingkat konsumsi global CPO meningkat dari 24,46 juta ton pada tahun 2002 menjadi 49,0 juta ton pada tahun 2012 atau dengan CAGR sebesar 7,2% dan diharapkan untuk meningkat menjadi sekitar 57,88 juta ton pada tahun 2015. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, kelapa sawit adalah tanaman minyak nabati yang paling produktif karena hasil minyak per hektar yang dihasilkan lebih tinggi dari komoditas minyak nabati utama lainnya. Biaya produksi untuk minyak kelapa sawit terbilang rendah dibandingkan dengan tanaman lain yang bersifat sama. Minyak kelapa sawit juga bebas dari lemak trans (transfat). Minyak sawit memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan manfaat dari pertumbuhan minyak yang dapat dikonsumsi di seluruh dunia. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi di negara-negara Asia seperti Cina, India, Indonesia dan Malaysia, yang merupakan pasar utama minyak kelapa sawit. b. Profil usia perkebunan yang baik dan persediaan lahan (landbank) dalam jumlah besar yang substansial untuk mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan Profil usia perkebunan dapat memiliki dampak signifikan pada produksi TBS dan CPO. Perseroan berkeyakinan bahwa profil usia perkebunan milik Perseroan akan mendukung peningkatan produksi TBS dan OER dengan kenaikan biaya produksi minimal. Usia komersial tanaman kelapa sawit pada umumnya 25 tahun dan dapat diperpanjang hingga 30 tahun atau lebih tergantung pada beberapa faktor. Pada tanggal 31 Desember 2012, 39,6% dari tanaman kelapa sawit Perseroan tergolong sebagai usia komersil prima antara 8 sampai dengan 20 tahun, 46,6% tanaman kelapa sawit Perseroan tergolong muda atau belum menghasilkan, dan 13,8% dari tanaman kelapa sawit Perseroan berusia lebih dari 20 tahun. 151 Perseroan berencana untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan lahan milik Perseroan yang dapat ditanami namun belum tertanam. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki 96.773 hektar lahan yang dapat ditanami, termasuk landbank Papua yang telah diakuisisi oleh Perseroan pada tanggal 7 Januari 2013. Dari luas lahan tersebut, 40.852 hektar telah ditanami dan dari lahan yang telah ditanami tersebut, 31.954 hektar merupakan perkebunan dengan tanaman menghasilkan. Dengan demikian, Perseroan memiliki 55.921 hektar luas lahan yang tersedia untuk ditanami. Profil usia perkebunan milik Perseroan dan landbank yang luas akan mendukung prospek pertumbuhan Perseroan pada masa mendatang. c. Kegiatan operasional yang efisien dapat menghasilkan biaya yang lebih kompetitif dan peningkatan marjin Perseroan telah menerapkan praktek manajemen terbaik dengan tujuan untuk mengurangi biayabiaya terkait dengan penanaman tanaman, pemupukan, pemanenan dan pengolahan. Contoh-contoh penerapan praktek tersebut adalah sebagai berikut: • Letak perkebunan dan pabrik CPO yang strategis. Perseroan telah membangun perkebunan dan pabrik CPO dengan logistik yang efisien sehingga memungkinkan Perseroan untuk melakukan pengiriman produk Perseroan dengan efisien dan mengurangi biaya pengiriman. Sebagai contoh, pabrik Peseroan di Perkebunan Perseroan di Pulau Belitung terletak dekat dermaga dimana pelanggan Perseroan dapat mengambil CPO yang telah dibelinya. • Peningkatan penggunaan otomatisasi. Perseroan belum lama ini meningkat tingkat otomatisasi dalam operasional usaha Perseroan, termasuk penggunaan alat pemanenan bermotor dan sistem pemuatan FFB secara mekanikal. Perseroan telah membangun PKS fully-automated pertama di Indonesia yang hanya membutuhkan 15 pekerja per shift, dibandingkan dengan pabrik konvensional yang memerlukan hingga 35 pekerja per shift. Sebagai hasil fokus Perseroan pada inovasi dan peningkatan efisiensi, Perseroan telah memiliki dua buah paten yang berhubungan dengan mesin yang telah dikembangkan Perseroan untuk mempercepat proses pengolahan minyak kelapa sawit Perseroan. • Praktek-praktek agronomi dan pertanian. Perseroan telah mengadopsi sejumlah teknik agronomi dan pertanian yang efektif, seperti berikut: (i) prosedur pengetesan/sampling lengkap daun dan tanah dalam penggunaan pupuk untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi; (ii) penggunaan tanaman legum untuk mencegah pertumbuhan tanaman gulma dan untuk menambah nutrisi ke tanah; (iii) penerapan penggunaan limbah tandan buah kosong dan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit kembali ke tanah lahan; (iv) pemangkasan progresif, dimana petani Perseroan dilatih untuk memangkas minyak kelapa sawit sementara masa panen TBS berlangsung, untuk memelihara dan mengatur tingkat panen minyak kelapa sawit Perseroan sepanjang tahun dan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (v) menjaga jadwal pemupukan terpisah untuk tanaman kelapa sawit yang matang dan belum matang; dan (vi) penggunaan pupuk dengan mutu tinggi yang diimpor dari produsen terkemuka. • Peningkatan kinerja proses pemanenan. Perseroan telah meningkatkan kinerja proses pemanenan di perkebunan Perseroan melalui metode-metode seperti berikut: (i) penerapan sistem pemanenan “block” yang telah meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi tenaga kerja yang diperlukan per hektar, serta menyediakan peluang untuk lebih fokus pada pengawasan; dan (ii) pelatihan petani untuk mencapai standar kematangan panen TBS yang lebih lebih konsisten dan untuk memastikan bahwa semua buah brondolan sawit yang terjatuh dari tanaman juga dikumpulkan. Sistem pemanenan “block” juga mengurangi kebutuhan transportasi Perseroan dan memaksimalkan pemanfaatan kendaraan, sehingga mengurangi biaya transportasi Perseroan. Sistem pemanenan “block” memfasilitasi evaluasi tanaman secara keseluruhan dan transportasi hasil panen TBS yang efisien ke pabrik pengolahan kelapa sawit Perseroan, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi OER dan tingkat asam lemak CPO. 152 • Peningkatan kinerja sistem administrasi dan pendukung. Perseroan telah memperkenalkan sistem komputerisasi akuntansi, manajemen, dan komunikasi. Hal ini telah meningkatkan efisiensi operasional Perseroan secara signifikan dan dapat memaksimalkan penyampaian dan penerimaan informasi operasional terkini, memungkinkan Perseroan untuk memantau kegiatan perkebunan dari kantor pusat Perseroan. Operasional Perseroan didukung oleh sistem keamanan internal Perseroan, yang menjaga terhadap pencurian, serangan sapi yang dapat merusak tanaman minyak kelapa sawit Perseroan atau TBS yang telah dipanen dan serangan lainnya pada lahan yang dimiliki Perseroan, dan juga termasuk patroli api selama musim kering untuk membantu melindungi perkebunan Perseroan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran. Perseroan juga mendukung operasional perkebunan dengan melaksanakan pemeliharaan jalan yang dilakukan sendiri oleh Perseroan, yang penting untuk mempertahankan efisiensi transportasi dan produktivitas. Pengalaman Perseroan dalam manajemen perkebunan yang efisien dan inovasi teknologi juga telah bermanfaat dalam pengembangan usaha perkebunan dan pengolah sagu serta energi terbarukan yang dimiliki Perseroan. d. Rekam jejak profitabilitas yang konsisten, posisi keuangan dan posisi likuiditas yang kuat Kegiatan usaha minyak kelapa sawit Perseroan yang berkembang, ditambah dengan inisiatif peningkatan efisiensi biaya telah menyebabkan Perseroan menghasilkan rekam jejak profitabilitas yang konsisten, dengan pendapatan bersih dari operasional Perseroan sejumlah USD24,5 juta, USD45,8 juta dan USD41,9 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. Marjin EBITDA disesuaikan Perseroan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah masing-masing sebesar 38,1%, 42,3% dan 38,2%. Profitabilitas ini didukung dengan posisi keuangan dan posisi likuiditas Perseroan yang kuat, dengan tingkat jumlah liabilitas yang sangat rendah pada tanggal 31 Desember 2012 serta kas dan setara kas sejumlah USD76,6 juta pada tanggal yang sama dan akan ditambah dengan dana yang akan diperoleh dari Penawaran Umum Perdana Saham. Likuiditas ini memungkinkan Perseroan untuk mengembangkan dan menerapkan strategi pertumbuhan Perseroan seperti investasi untuk penanaman tanaman baru, perluasan usaha sagu Perseroan dan pengembangan proyek biogas Perseroan. Dengan tidak adanya hambatan untuk memperoleh dana pembiayaan proyek-proyek tersebut maka Perseroan dapat menjalankan rencana Perseroan secara lebih mudah dan efisien. e. Tim manajemen yang berpengalaman dengan tingkat komitmen tinggi untuk penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik Tim manajemen Perseroan terdiri dari direksi yang berpengalaman dengan kemampuan yang terbukti dalam pengelolaan aspek-aspek komersial, keuangan dan operasional bisnis Perseroan. Anggota tim manajemen senior Perseroan rata-rata memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman dalam industri terkait dan memiliki pengetahuan luas dalam industri perkebunan dan memiliki hubungan yang berharga dan sudah terjalin lama dengan pelanggan, pemasok, dan peserta pasar lainnya. Tim manajemen Perseroan telah menunjukkan rekam jejak yang sukses dalam pengelolaan Perseroan dan dalam mengenali dan menggarap peluang akuisisi. Kualitas dan keahlian tim manajemen Perseroan akan menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan Perseroan untuk mengoperasikan perkebunan Perseroan sesuai dengan praktek pengelolaan perkebunan terbaik. Perseroan selalu menekankan tata kelola perusahaan yang baik kepada seluruh karyawan melalui sistem pelaporan manajemen yang terinci dan standar etika tinggi dalam menjalankan usaha Perseroan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai Perseroan yang mengutamakan integritas, penghargaan terhadap manusia dan lingkungan hidup serta perbaikan yang berkesinambungan. Perseroan berkeyakinan bahwa nilai-nilai tersebut sangat penting terhadap keberhasilan Perseroan dalam kegiatan usahanya dan oleh sebab itu Perseroan selalu menekankan hal tersebut kepada seluruh karyawan. 153 Perseroan selalu menekankan transparansi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan, baik secara internal antara sesama unit usaha Perseroan maupun secara eksternal dalam hubungan Perseroan dengan pelanggan dan pemasok. Hal tersebut tercerminkan dalam kebijakan Perseroan untuk menerbitkan laporan tahunan Perseroan sejak tahun 1994, masih merupakan perusahaan tertutup. Untuk meningkatkan standar tata kelola perusahaan agar setara dengan tingkat internasional, manajemen Perseroan secara aktif berpartisipasi dalam sejumlah forum dan asosiasi nasional maupun internasional seperti Asian Corporate Governance Association (ACGA), Asian Business Leadership Forum (ABLF), Association for Business Communication (ABC), Young Presidents Organization (YPO) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Mantan Presiden Direktur Perseroan, George Santosa Tahija, telah menerima penghargaan ABLF untuk Business Courage - South East Asia pada tahun 2011. f. Kesadaran tinggi atas lingkungan dan menerapkan kebijakan pembangunan sosial ekonomis untuk masyarakat sekitar Perseroan menyadari pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dan selalu berusaha untuk menjalankan kebijakan yang dapat meminmalisasi dampak negatif akibat keberadaan perkebunan serta proses produksi yang dijalankan oleh Perseroan terhadap lingkungan sekitar. Selain meminimalisasi dampak negatif, Perseroan juga selalu berusaha untuk memberikan manfaat positif bagi komunitas yang berada pada lingkungan perkebunan maupun fasilitas produksi Perseroan. Adapun beberapa kebijakan yang dilaksanakan oleh Perseroan adalah sebagai berikut: • Beroperasi dengan mengutamakan kelestarian lingkungan Perseroan tidak melakukan pembakaran hutan dalam kegiatan pembukaan lahan baru untuk perkebunan, Perseroan juga tidak membakar limbah bungkil TBS setelah proses pengolahan. Perseroan meminimalisasi penggunakan pestisida dan mengadopsi solusi biologis seperti penggunaan burung hantu untuk mengendalikan hama tanaman kelapa sawit. Perseroan juga telah menjalankan berbagai praktek pengelolaan ramah lingkungan sebagai langkah konservasi dan pemeliharaan keanekaragaman hayati di lingkungan perkebunan Perseroan dengan menerapkan sistem pengelolaan hama terpadu dengan metode biologis untuk memerangi peyebaran hama. Perseroan juga mengolah tandan kosong kelapa sawit menjadi pupuk untuk digunakan pada perkebunan Perseroan. Selain itu, Perseroan juga menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik, untuk subtitusi generator berbahan bakar solar, dalam penyediaan aliran listrik daerah-daerah terpencil di perkebunan Perseroan. Perseroan juga berusaha meningkatkan tingkat kesehatan dan kesuburan tanah perkebunan dengan menanam beberapa jenis tanaman di antara tanaman kelapa sawit dan mengolah limbah organik yang dihasilkan oleh PKS menjadi pupuk. Perseroan saat ini sedang mengembangkan usaha pembangkit listrik biogas yang dapat mengurangi dampak negatif limbah PKS dengan mengolah limbah tersebut menjadi biogas. Tahap I dari konstruksi pabrik biogas di Pulau Belitung tersebut telah selesai dan telah beroperasi. Saat ini Perseroan sedang menjalankan Tahap II dari pembangunan pabrik biogas tersebut, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang lebih banyak terhadap lingkungan setelah selesai, karena gas metana yang dihasilkan dari pabrik biogas dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan listrik yang akan dijual ke PLN dan kemudian akan didistribusikan kepada pelanggan PLN. • Mengembangkan masyarakat kesejahteraan karyawan di daerah sekitar perkebunan dan mengutamakan Perseroan membina hubungan yang erat dengan karyawan dan masyarakat sekitar daerah perkebunan melalui berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi pembangunan dan pemeliharaan fasilitas umum seperti jalan raya dan jembatan, menyediakan fasilitas kesehatan dan dokter kepada masyarakat di sekitar perkebunan Perseroan dan meyediakan fasilitas pendidikan dan tempat ibadah bagi masyarakat. Selain itu, Perseroan juga memberikan perhatian yang cukup besar kepada kesejahteraan karyawan dan keluarganya, antara lain dengan menyediakan pusat pelatihan serta program pelatihan, perumahan, fasilitas pemeriksaan kesehatan, fasilitas penitipan anak dan sekolah. Perseroan juga sedang membangun fasilitas pelatihan manajemen di Perkebunan Pulau Belitung untuk mendukung pengembangan para manajer Perseroan. Dukungan Perseroan terhadap karyawan telah diakui oleh pemerintah melalui penghargaan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia terkait dengan pemberdayaan tenaga kerja wanita pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2008. 154 • Sertifikasi Perseroan memiliki komitmen yang kuat untuk selalu menerapkan praktek-praktek operasi berdasarkan standar operasional terbaik agar dapat mencapai produksi CPO yang berkesinambungan. Perseroan merupakan anggota RSPO dan telah memiliki sertifikat RSPO untuk perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara I. Pada saat ini Perseroan juga dalam proses perolehan sertifikat RSPO untuk perkebunan di Sumatera Utara II. Selain itu, Perseroan telah memperoleh sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (“ISCC”) untuk perkebunan di Pulau Belitung. 3. Strategi Usaha dan Rencana Jangka Panjang Perseroan berencana untuk memanfaatkan keunggulan yang saat ini dimiliki oleh Perseroan yaitu kekuatan fundamental perusahaan, hubungan yang baik dengan pelanggan maupun pemasok, serta program CSR yang baik, untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik pada masa men datang dengan menerapkan strategi dan rencana jangka panjang sebagai berikut: a. Meningkatkan jumlah tanaman kelapa sawit di lahan perkebunan Perseroan. Perseroan berencana untuk meningkatkan jumlah tanaman tanaman kelapa sawit dengan memanfaatkan lahan yang dapat ditanami tetapi belum ditanami milik Perseroan. Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki lahan perkebunan yang dapat ditanami tetapi belum ditanami seluas 55.921 hektar dari total lahan yang dapat ditanami seluas 96.773 hektar. Total luas lahan yang masih tersedia untuk ditanami dan total luas lahan yang dapat ditanami milik Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 telah termasuk landbank Papua yang telah diakuisisi pada tanggal 7 Desember 2012. Perseroan saat ini sedang melakukan proses penanaman tanaman kelapa sawit di lahan yang belum ditanami di Perkebunan Kalimantan Barat. Proses penanaman tersebut akan selesai pada akhir tahun 2013, sehingga jumlah total luas lahan yang ditanami untuk perkebunan di Kalimantan Barat menjadi 12.277 hektar. Perseroan juga berencana untuk memulai proses penanaman tanaman di landbank yang terletak di Sumatera Selatan seluas 12.042 hektar pada tahun 2013 serta landbank di Papua seluas 40.500 hektar pada tahun 2014. Perseroan berencana untuk menanam sekitar 5.379 hektar pada tahun 2013, 6.500 hektar pada tahun 2014 dan 7.000 hektar pada tahun 2015 setelah berhasil melakukan penanaman tanaman di Perkebunan Kalimantan Barat atas lahan seluas 4.022 hektar pada tahun 2011 dan 4.132 hektar pada tahun 2012. Penanaman tanaman kelapa sawit tersebut sudah termasuk penanaman atas lahan untuk memenuhi kewajiban Program Plasma. Perseroan akan melakukan penanaman perkebunan plasma secara bersamaan di tiga lokasi perkebunan Perseroan yang terletak di Papua, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan. Per tanggal 31 Desember 2012 Perseroan telah memiliki jumlah bibit yang cukup untuk kebutuhan penanaman tanaman kelapa sawit. Perseroan akan membeli membeli bibit yang telah dibuahi sebagai salah satu langkah untuk menunjang strategi penanaman tanaman kelapa sawit. Perseroan masih dalam proses pra-penanaman di ketiga lokasi tersebut dan akan memastikan bahwa lahan yang ada telah dapat ditanami sesuai dengan strategi Perseroan. Adapun proses pra-penanaman yang sedang atau akan oleh Perseroan termasuk pembersihan lahan, pendekatan kepada masyarakat sekitar lokasi perkebunan, pembangunan fasilitas perawatan bibit kelapa sawit serta kompensasi lahan. Perseroan berencana untuk menerapkan strategi pertumbuhan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil panen dari total area perkebunan yang ditanami. Sebagai salah satu bagian dari strategi tersebut, Perseroan akan menggunakan generasi terbaru dari tanaman kelapa sawit hibrida (hybrid clone palms). Dengan menggunakan hybrid clone palms, Perseroan dapat meningkatkan tingkat penggunaan lahan dengan menanam lebih banyak tanaman di setiap area dan juga mempermudah proses pemanenan, karena tanaman sawit hibrida memiliki tinggi yang relatif lebih rendah dari tanaman kelapa sawit biasa. Strategi lain yang diterapkan oleh Perseroan termasuk melakukan penanaman tanaman kelapa sawit dengan cara yang dapat mempermudah penggunaan alat-alat mekanik pada saat dilakukan pemanenan. Perseroan berkeyakinan bahwa, dengan menerapkan strategi penanaman tersebut diatas, Perseroan dapat meningkatkan hasil panen, menurunkan biaya pemeliharaan dan pemanenan untuk perkebunan di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Papua Barat. 155 b. Meningkatkan efisensi kegiatan operasional secara berkelanjutan untuk memaksimalkan hasil panen Perseroan. Perseroan berkeyakinan bahwa peningkatan efisiensi operasional secara berkelanjutan hingga saat ini telah dan akan terus menjadi salah satu faktor penting dalam sejarah kesuksesan Perseroan. Perseroan secara aktif mengawasi, menjaga dan meningkatkan efektifitas kegiatan operasional serta meminimalisasi dampak negatif kegiatan operasional terhadap lingkungan dengan tetap menjaga standar dan kualitas keselamatan pekerja. Sebagai salah satu langkah inovasi, Perseroan merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang telah membangun PKS otomatis penuh dimana seluruh proses dijalankan secara otomatis oleh mesin sehingga dapat beroperasi dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit. Perseroan memiliki PKS tersebut di perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara II. Saat ini Perseroan sedang mempertimbangkan untuk mengganti boiler lama dengan boiler otomatis pada PKS yang terletak di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung. Perseroan berencana untuk terus menerapkan praktek manajemen terbaik dalam menjalankan kegiatan operasional, antara lain dengan menerapkan jadwal penggunaan pupuk dan pemanenan TBS secara teratur, penerapan sistem panen berdasarkan blok perkebunan, penggunaan tandan buah kosong sebagai pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan dan juga untuk memperbaiki struktur tanah, penggunaan pupuk dengan tingkat pelepasan nutrisi perlahan, mempertahankan sistem irigasi yang efisien dan mengurangi erosi lahan. Selain itu, Perseroan terus berupaya untuk selalu meningkatkan efisensi kinerja operasional dengan menerapkan proses mekanisasi secara bertahap untuk proses pemindahan dan tranportasi TBS di seluruh perkebunan Perseroan. Perseroan akan terus mempekerjakan tenaga kerja yang bertugas dalam proses pemanenan secara langsung, tanpa menggunakan tenaga kerja kontrak. Perseroan berkeyakinan dengan melakukan hal tersebut, Perseroan akan dapat melakukan pengawasan dan pelatihan yang lebih baik serta menerapkan prosedur pengawasan kualitas yang lebih ketat dengan tetap mempertahankan efisiensi biaya tenaga kerja. Perseroan juga akan terus melakukan pelatihan kepada karyawan yang memiliki potensi untuk berkembang dengan baik pada masa depan serta memberikan insetif berbasis kinerja kepada karyawan di perkebunan. Perseroan juga telah mengembangkan sistem peringkat untuk setiap perkebunan di mana kinerja setiap perkebunan dapat diperbandingkan satu sama lain untuk berbagai kategori, termasuk produktifitas, efisiensi biaya, tanggung jawab lingkungan dan keselamatan. Perseroan percaya bahwa sistem peringkat tersebut akan memotivasi manajer dan karyawan untuk senantiasa meningkatkan kinerja, serta memberikan informasi kepada manajemen mengenai perkebunan yang kinerjanya perlu ditingkatkan. Selain itu, Perseroan juga akan menerapkan beberapa program peningkatan kualitas, dan terus mengembangkan inovasi baru yang dapat meningkatkan kinerja PKS, seperti pendorong keranjang (TBS cage pusher) dan menara pemulihan kondensasi (condensate recovery tower), yang diyakini oleh Perseroan akan mengurangi biaya tenaga kerja. c. Mencari peluang untuk melakukan akuisisi. Perseroan memiliki rekam jejak yang kuat dalam mengakuisisi perkebunan dan landbank secara berkelanjutan dan menerapkan praktek pengelolaan perkebunan terbaik pada landbank yang diakuisisi tersebut, seperti yang dilakukan oleh Perseroan pada perkebunan Perseroan di Sumatera Utara dan Pulau Belitung. Perseroan berkeyakinan bahwa pengalaman tersebut akan bermanfaat untuk mendukung kesuksesan rencana akuisisi perkebunan dan landbank Perseroan pada masa mendatang. Perseroan terus mencari peluang untuk melakukan akuisisi perkebunan dan landbank diseluruh Indonesia. Perseroan secara cermat menganalisa peluang yang ada terhadap kriteria-kriteria khusus sesuai dengan standar Perseroan, antara lain sebagai berikut: • • Kualitas aset perkebunan seperti ketersediaan tanah yang optimal, kontur tanah yang sesuai, tingkat curah hujan dan aliran sungai sebagai pemasok kebutuhan air bagi perkebunan; Jumlah luas area yang optimal, di mana luas area ideal berjumlah 8.000 hektar dan berada dalam hamparan yang sama; 156 • • • • • • • Lokasi perkebunan dan ketersedian infrastruktur seperti jalan raya dan pelabuhan; Kelengkapan IUP sebelum akuisisi; Kejelasan atas status tanah (tidak terdapat hak kepemilikan ataupun konsesi ganda/tumpang tindih); Ketersediaan pekerja lokal; Potensi rehabilitasi untuk perkebunan yang telah menghasilkan; Kondisi masyarakat sekitar; Potensi perluasan lahan pada masa depan melalui akuisisi lahan yang memiliki lokasi berdekatan. d. Ekspansi pada bidang usaha pelengkap. Saat ini Perseroan sedang mengembangkan kegiatan usaha di bidang perkebunan sagu dan pembangkit listrik dengan energi terbarukan (renewable energy business). Keduanya merupakan pelengkap kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit karena Perseroan dapat memanfaatkan keahlian serta pengalaman yang dimiliki dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit untuk menjalankan kedua kegiatan usaha pelengkap tersebut. Pada saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan sedang membangun pabrik pengolahan sagu yang pertama dari sejumlah pabrik pengolahan sagu yang akan dibangun oleh Perseroan di Papua. Pabrik pengolahan sagu tersebut akan digunakan untuk mengolah hasil dari hutan alam sagu seluas 40.000 hektar yang terletak di Papua. Pabrik pengolahan sagu tersebut diharapkan dapat mulai beroperasi pada semester kedua tahun 2013. Selain membangun pabrik pengolahan sagu, Perseroan juga membangun infrastruktur pelengkap dari pabrik tersebut antara lain seperti kanalkanal serta infrastruktur untuk menyalurkan hasil produksi tepung sagu kepada pelanggan. Perseroan berkeyakinan bahwa jumlah permintaan tepung sagu lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pasokan yang ada di dunia. Perseroan berencana untuk menjual produk tepung sagu ke pelanggan yang ada di Jepang, Cina dan negara-negara lainnya di mana permintaan terhadap tepung sagu cukup besar. Perseroan telah melakukan komunikasi secara informal dengan beberapa calon pelanggan dan juga para peneliti untuk melakukan pembahasan mengenai pengembangan industri hilir dari tepung sagu yang kemungkinan besar akan termasuk dalam industri makanan. Perseroan juga mengembangkan kegiatan usaha pembangkit listrik dengan energi terbarukan dengan membangun pembangkit listrik biogas di Pulau Belitung yang direncanakan akan mulai beroperasi pada semester kedua tahun 2013. Dengan mengoperasikan pembangkit listrik biogas tersebut, Perseroan akan memperoleh keuntungan dari penjualan listrik PLN. Selain itu pembangkit listrik biogas tersebut juga dapat mengurangi dampak negatif operasional perkebunan Perseroan dengan mengurangi jumlah gas metana yang dilepaskan ke lingkungan dari kolam limbah Perseroan. Perseroan saat ini juga sedang mengkaji kemungkinan pembangunan pabrik biogas yang kedua untuk perkebunan Perseroan yang terletak di Sumatera Utara. Perseroan berharap pengembangan usaha sagu dan makanan berbasis sagu serta energi terbarukan dapat memperkuat dan meningkatkan kinerja Perseroan melalui pendapatan yang lebih stabil dan tidak terpengaruh musim. Perseroan berkeyakinan bahwa bisnis sagu dan makanan berbasis sagu serta energi terbarukan mempunyai potensi pertumbuhan yang tinggi dan dapat membantu Perseroan untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang berkelanjutan. e. Meningkatkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Perseroan untuk terus membina hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) Perseroan telah menjalankan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan senantiasa memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan masyarakat sekitar kegiatan usaha Perseroan. Atas inisiatif sendiri Perseroan telah menjalankan berbagai program konservasi. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan nilai-nilai budaya Perseroan untuk menghargai masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Perseroan akan terus menjalankan program pendukung kesejahteraan kepada karyawan dan masyarakat di sekitar pekebunan yang dimiliki Perseroan, serta menjalankan program serupa pada perkebunan yang akan diakuisisi Perseroan. Perseroan juga akan terus melanjutkan diskusi dan dialog dengan organisasi non-pemerintah yang telah memberikan banyak hasil positif untuk operasional Perseroan serta memastikan bahwa kegiatan operasional Perseroan telah sesuai dengan standar praktek internasional dalam memproduksi CPO yang ramah lingkungan. 157 Perseroan berencana untuk menjalankan Program Perkebunan Plasma pada perkebunan di Kalimantan Barat dan perkebunan yang akan dibangun di Papua dan Sumatera Selatan. Walaupun Perseroan tidak diwajibkan, Perseroan juga sedang dalam proses pengembangan program yang yang serupa dengan Program Perkebunan Plasma di perkebunan Perseroan yang terletak di Sumatera Utara dan Pulau Belitung. Melalui program pengembangan tersebut, Perseroan akan membantu masyarakat sekitar akan menjadi anggota koperasi dan dapat juga menyerahkan lahannya sebagian lahan Koperasi. Perseroan kemudian akan melatih mereka untuk menanami dan memelihara perkebunan tersebut. Perseroan akan membeli hasil panen TBS tersebut melalui koperasi atau langsung dari masingmasing petani. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan menjalankan program ini, Perseroan dapat membina dan mempererat hubungan yang lebih baik dengan masyarakat sekitar dan dapat membantu meningkatkan standar kesejahteraan masyarakat sekaligus menyelaraskan kepentingan masyarakat dengan kepentingan Perseroan. 4. Kegiatan Usaha Perseroan Melalui Entitas Anak 4.1 Kegiatan Usaha Kelapa Sawit a.Produk Saat ini Perseroan melakukan produksi dan penjualan CPO dan PK. Tabel berikut ini menunjukkan volume penjualan dari CPO dan PK untuk masing-masing periode. (dalam ton) Uraian CPO PK 2008 129.082 27.550 Volume Penjualan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009 2010 2011 139.200 127.450 156.016 30.575 29.508 32.865 2012 177.125 40.447 Tabel berikut ini menunjukkan nilai penjualan bersih dari masing-masing produk sebagai persentase dari total penjualan bersih untuk masing-masing periode. (dalam persentase) Uraian CPO PK Total 2008 89,2 10,8 100,0 Nilai Penjualan Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009 2010 2011 90,9 87,3 88,0 9,1 12,7 12,0 100,0 100,0 100,0 2012 89,5 10,5 100,0 Tabel berikut ini menunjukkan tingkat produksi masing-masing produk pada periode tertentu. (dalam ton) Uraian CPO (1) PK (1) Total 2008 122.112 25.984 148.096 Total Produksi Tahun berakhir tanggal 31 Desember 2009 2010 2011 138.806 131.335 157.122 30.390 29.950 34.369 169.196 161.285 191.491 2012 178.263 40.503 218.766 Catatan: (1) Termasuk CPO dan PK dari hasil produksi TBS yang dibeli dari pihak ketiga Produk Kelapa Sawit Saat ini Perseroan melakukan produksi CPO dan PK pada 3 lokasi PKS. Produksi CPO dilakukan melalui pengolahan TBS yang berasal dari PKS yang dimiliki Perseroan dan juga dari pembelian melalui pihak ketiga yang berlokasi di sekitar PKS. PK diproduksi dari biji kelapa sawit yang dikumpulkan selama masa penggilingan. 158 b. Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Perseroan Perkebunan Kelapa Sawit (1) Sumatera Utara Sumatera Selatan Sumatera Utara Landbank 9.935 ha Landbank 9.639 ha Landbank 20.000 ha Area yang dapat ditanami 9.813 ha Area yang dapat ditanami 7.912 ha Area yang dapat ditanami 12.042 ha(1) 9.813 ha Area yang telah ditanami - 7.912 ha Area yang telah ditanami Area pohon menghasilkan 9.813 ha Area pohon menghasilkan 7.912 ha Area pohon menghasilkan - Kapasitas PKS 60 ton/jam Kapasitas PKS 60 ton/jam Kapasitas PKS - Area yang telah ditanami Medan Binanga Siais Empat Lawang Belitung Ketapang KALIMANTAN PAPUA SUMATERA Jakarta Pulau Belitung Landbank Papua Kalimantan Barat TOTAL Landbank 16.307 ha Landbank 17.998 ha Landbank 65.159 ha Landbank 139.038 ha Area yang dapat ditanami 14.229 ha Area yang dapat ditanami 12.277ha Area yang dapat ditanami 40.500 ha Area yang dapat ditanami 96.773 ha - Area yang telah ditanami 8.898 ha Area yang telah ditanami Area yang telah ditanami 40.852 ha Area pohon menghasilkan 14.229 ha Area pohon menghasilkan - Area pohon menghasilkan - Area pohon menghasilkan 31.954 ha Kapasitas PKS 60 ton/jam Kapasitas PKS 60 ton/jam tahun 2016 Kapasitas PKS - Kapasitas PKS 180 ton/jam Area yang telah ditanami 14.229 ha Catatan: 1. Luas area yang dapat ditanami berpotensi untuk bertambah sebanya 4.300 ha. c. Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh Perseroan berlokasi di tiga wilayah geografis perkebunan di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Kepulauan Belitung, dan Kalimantan Barat, dengan PKS yang terletak di Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan di Kepulauan Belitung. Sampai dengan 31 Desember 2012, Perseroan telah memiliki HGU atas kurang lebih 33.689 hektar lahan perkebunan kelapa sawit. Bersama dengan lahan dimana Perseroan memiliki izin-izin pertanahan lainnya yang diperlukan untuk proses persetujuan HGU, maka total lahan yang dimiliki Perseroan mencapai kurang lebih 139.038 hektar. Tabel berikut ini menunjukkan total izin pertanahan yang dimiliki Perseroan pada masing-masing perkebunan dan dua persediaan lahan (landbank) di Sumatera Selatan dan Papua pada 31 Desember 2012. Total luas lahan milik Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 sudah termasuk akuisisi landbank Papua yang dirampungkan pada tanggal 7 Januari 2013. (dalam Hektar) Telah Ditanami Dapat Ditanami Tidak Dapat Ditanami(1) 122 1.727 2.078 5.721 24.659 7.958 42.265 Total Perkebunan Sumatera Utara I 9.813 9.813 9.935 Perkebunan Sumatera Utara II 7.912 7.912 9.639 Perkebunan Kepulauan Belitung 14.229 14.229 16.307 Perkebunan Kalimatan Barat 8.898 12.277 17.998 Landbank Papua 40.500 65.159 Landbank Sumatera Selatan 12.042 20.000 Total 40.352 96.773 139.038 Catatan: Lahan yang tidak ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau lahan yang telah digunakan untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam penyangga daerah aliran sungai konservasi lingkungan untuk lahan bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, infrastruktur, seperti jalan raya, dan fasilitas perumahan karyawan. 159 Tabel berikut ini menunjukkan perincian lahan yang menghasilkan dan jumlah landbank pada masingmasing perkebunan dimana Perseroan memiliki kepemilikan minoritas pada 31 Desember 2012. Kepemilikan Area Tanaman (%) Menghasilkan 20,00 2.461 20,00 2.207 20,00 1.681 20,00 2.375 15,87 16.694 25.418 Telah Ditanami 2.856 2.427 1.681 2.489 17.759 27.212 (dalam Hektar, kecuali persentase) Dapat Tidak Dapat Total Ditanami Ditanami (1) 2.856 105 2.961 2.427 159 2.586 1.681 132 1.813 2.489 165 2.654 18.049 4.886 22.935 (4) 27.502 5.447 32.949 PT Bilah Plantindo (2) PT Pangkatan Indonesia PT Sembada Sennah Maju PT Simpang Kiri Plantations (3) PT Agro Muko Total Catatan: (1) Lahan yang tidak ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau telah digunakan untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam, penyangga daerah aliran sungan, konservasi lingkungan untuk lahan bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, infrastruktur, seperti jalan raya dan fasilitas perumahan karyawan. (2) Hak legal lahan yang dikelola PT Bilah Plantindo, dimiliki PT Surya Makmur (3) Hak legal lahan yang dikelola PT Simpang Kiri, dimiliki PT Aceh Timur Indonesia (4) Termasuk 2.100 hektar lahan perkebunan karet. Tabel berikut ini menunjukan indikator kinerja utama dari perkebunan yang dimiliki Perseroan serta landbank yang akan menjadi lahan penanaman kelapa sawit selama dan pada akhir periode tertentu. Uraian 2008 53.879 44.320 32.043 23.588 73,6 Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2011 53.879 53.879 53.879 44.320 44.320 44.263 32.043 32.787 36.752 27.379 29.054 30.290 85,4 88,6 82,4 2012 Total area (ha) 139.038 96.773 Total area yang dapat ditanam (ha) (1) Area yang ditanam(ha) 40.853 Lahan tanaman menghasilkan(ha) 31.954 Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan 78,2 dengan total area (%) TBS yang diproduksi (ton) 490.030 565.497 515.179 564.843 695.479 TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton) 38.233 31.465 78.320 136.402 116.460 20,8 20,7 17,7 18,6 21,8 Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2) 122.112 138.806 131.335 157.122 178.263 Produksi CPO (ton)(3) 23,1 23,3 22,1 22,4 22,0 OER (%)(3) 25.984 30.390 29.590 34.369 40.503 Produksi PK (ton)(3) 4,9 5,1 5,0 4,9 5,0 KER (%)(3) Kapasitas pabrik (ton/jam) 120 120 180 180 180 Kapasitas penyimpanan (ton) CPO 23.000 23.000 30.000 30.000 30.000 PK 2.080 2.080 2.680 2.680 2.880 Catatan: (1) Area yang tidak ditanami digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan sebagai kawasan konservasi. (2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. (3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga. 1. Perkebunan Pulau Belitung Penanamanan bibit kelapa sawit di Perkebunan Kepulauan Belitung dilakukan untuk pertama kalinya pada tahun 1990. Pembangunan PKS Kepulauan Belitung selesai pada tahun 1996. Perseroan kemudian memperluas PKS Pulau Belitung pada tahun 2003. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, Perkebunan Pulau Belitung yang dimiliki Perseroan mencakup kurang lebih 16.307 hektar lahan 14.229 hektar diantaranya telah ditanami. Dari keseluruhan wilayah ini, lahan seluas 16,277 hektar telah memiliki HGU dan 30 hektar telah memiliki HGB. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, tanaman menghasilkan di Perkebunan Pulau Belitung rata-rata berusia 16 tahun. PKS perkebunan Pulau Belitung memiliki kapasitas pengolahan 60 ton per jam atau kurang lebih 360.000 ton, per tahun dan mengolah TBS hasil Perkebunan Pulau Belitung dan juga TBS yang dibeli dari pihak ke tiga. 160 Tabel berikut ini menunjukan indikator kinerja utama dari Perkebunan Pulau Belitung selama dan pada akhir periode tertentu. Uraian Total area (ha) Total area yang dapat ditanam (ha)(1) Area yang ditanam(ha) Lahan tanaman menghasilkan(ha) Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan dengan total area (%) TBS yang diproduksi (ton) TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton) Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2) Produksi CPO (ton)(3) OER (%)(3) Produksi PK (ton)(3) KER (%)(3) Kapasitas pabrik (ton/jam) Kapasitas penyimpanan (ton) CPO PK 2008 16.307 14.303 14.303 13.507 94,4 240.535 1.063 17,8 57.427 23,8 12.136 5,0 60 13.000 1.400 Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2011 16.307 16.307 16.307 14.303 14.303 14.246 (4) 14.303 14.303 14.246 14.303 14.303 14.246 100,0 100,0 100,0 272.990 262.239 264.482 2.368 2.781 4.563 19,1 18,3 18,6 66.074 60.152 62.932 24,0 22,7 23,4 14.129 13.837 13.532 5,1 5,2 5,0 60 60 60 13.000 1.400 13.000 1.400 13.000 1.400 2012 16.307 14.229 (5) 14.229 14.229 100,0 300,130 7.756 21,1 69.362 22,5 15.947 5,2 60 13.000 1.400 Catatan: (1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan sebagai kawasan konservasi. (2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. (3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga . (4) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 57 hektar yang dialokasikan sebagai kawasan konservasi sehingga diklasifikasikan sebagai lahan yang tidak dapat ditanam. (5) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 17 hektar yang digunakan untuk gedung dan dialokasikan sebagai kawasan konservasi sehingga diklasifikasikan sebagai lahan yang tidak dapat ditanam. 2. Perkebunan Sumatera Utara I Bibit kelapa sawit pertama ditanam di Perkebunan Sumatera Utara I pada tahun 1988, dan PKS selesai dibangun pada tahun 1996. Pada tanggal 31 Desember 2012, total luas area Perkebunan Sumatera Utara I sekitar 9.935 hektar, 9.813 hektar diantaranya merupakan lahan yang ditanami kelapa sawit. Dari total daerah tersebut, 9.412 hektar memiliki HGU dan 523 hektar memiliki hak non-HGU. Pada tanggal 31 Desember 2012, tanaman menghasilkan di Perkebunan Sumatera Utara I rata-rata berusia 17,6 tahun. PKS Perkebunan Sumatera Utara I memiliki kapasitas pengolahan 60 ton per jam atau kurang lebih 360.000 ton per tahun dan mengolah TBS hasil Perkebunan Sumatera Utara I dan TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan Sumatera Utara I untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Uraian Total area (ha) Total area yang dapat ditanam (ha)(1) Area yang ditanam(ha) Lahan tanaman menghasilkan(ha) Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan dengan total area (%) TBS yang diproduksi (ton) TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton) Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2) Produksi CPO (ton)(3) OER (%)(3) Produksi PK (ton)(3) KER (%)(3) Kapasitas pabrik (ton/jam) Kapasitas penyimpanan (ton) CPO PK 2008 9.935 9.813 9.813 9.343 Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2011 9.935 9.935 9.935 9.813 9.813 9.813 9.813 9.813 9.813 9.813 9.813 9.813 2012 9.935 9.813 9.813 9.813 95,2 245.613 37.170 26,3 64.025 22,6 13.732 4,9 60 100,0 267.989 29.097 27,3 68.564 23,1 15.525 5,2 60 100,0 204.852 57.711 20,9 57.719 22,0 13.269 5,1 60 100,0 202.468 68.119 20,6 60.326 22,3 13.871 5,1 60 100,0 270.159 44.053 27,5 68.805 21,9 16.590 5,3 60 10.000 680 10.000 680 10.000 680 10.000 680 10.000 680 Catatan: (1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan sebagai kawasan konservasi. (2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. (3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga. 161 3. Perkebunan Sumatera Utara II Bibit kelapa sawit pertama ditanam di Perkebunan Sumatera Utara II pada tahun 2005, dan PKS selesai dibangun pada tahun 2010. Pada tanggal 31 Desember 2012, total luas area Perkebunan Sumatera Utara II sekitar 9.639 hektar, 7.912 hektar diantaranya merupakan lahan yang dapat ditanami kelapa sawit. Dari total area tersebut, 8.000 hektar memiliki HGU dan 1.639 hektar memiliki izin lokasi dan terdiri dari tanah lereng bukit yang dialokasikan sebagai lahan konservasi maupun program plasma. Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh tanaman menghasilkan di Perkebunan Sumatera Utara II rata-rata berusia 5,0 tahun. PKS Perkebunan Sumatera Utara II memiliki kapasitas pengolahan 60 ton per jam atau kurang lebih 360.000 ton per tahun dan mengolah seluruh TBS dari Perkebunan Sumatera Utara II dan juga TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan Sumatera Utara II untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Uraian Total area (ha) Total area yang dapat ditanam (ha)(1) Area yang ditanam(ha) Lahan tanaman menghasilkan(ha) Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan dengan total area (%) TBS yang diproduksi (ton) TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton) Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2) Produksi CPO (ton)(3) OER (%)(3) Produksi PK (ton)(3) KER (%)(3) Kapasitas pabrik (ton/jam) Kapasitas penyimpanan (ton) CPO PK 2008 9.639 7.927 7.927 738 Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2011 9.639 9.639 9.639 7.927 7.927 7.927 7.927 7.927 7.927 3.263 4.938 6,231 2012 9.639 7.912 7.912 (4) 7.912 9,3 3.882 5,3 660 17,0 116 3,0 - 41,2 24.517 7,5 4.168 17,0 736 3,0 - 62,3 48.089 17.827 9,7 13.465 20,4 2.484 3,8 60 78,6 97.893 63.720 15,7 33.864 21,0 6.966 4,3 60 100,0 125.190 64.651 15,8 40.096 21,1 7.966 4,2 60 - - 7.000 600 7.000 600 7.000 800 Catatan: (1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan sebagai kawasan konservasi. (2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. (3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga. (4) Berkurangnya luas lahan disebabkan oleh 15 hektar yang digunakan sebagai kawasan peresapan air sehingga diklasifikasikan sebagai lahan yang tidak dapat ditanam. 4. Perkebunan Kalimantan Barat Pada bulan Desember tahun 2005, Perseroan telah mengakuisisi lahan untuk perkebunan di Kalimantan Barat yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Bibit kelapa sawit pertama ditanam di perkebunan Kalimantan Barat pada tahun 2010. Perseroan berencana untuk membangun PKS di perkebunan kelapa sawit setelah tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada tahun 2014 dan 2015. Perseroan juga memperhitungkan kemungkinan membangun PKS kecil yang portabel untuk memproses TBS ketika tanaman kelapa sawit baru mulai menghasilkan TBS (belajar berbuah). Pada tanggal 31 Desember 2012, Perkebunan di Kalimantan Barat terdiri dari lahan seluas sekitar 17.998 hektar, dari jumlah tersebut, sekitar 2.949 hektar telah diserahkan kembali ke Pemerintah untuk tujuan konservasi dan 8.898 hektar telah ditanami tanaman kelapa sawit. Perseroan juga sedang dalam tahap akhir pengurusan kepemilikan izin HGU untuk seluruh lahan di Perkebunan Kalimantan Barat. Saat ini Perseroan sedang dalam proses penanaman tanaman di lahan tersisa. Pada tanggal 31 Desember 2012, tidak ada tanaman kelapa sawit di Perkebunan Kalimantan Barat yang dapat dikategorikan sebagai TM karena usia rata-rata tanaman adalah satu tahun. 162 Tabel berikut ini memperlihatkan beberapa informasi dan indikator kinerja utama untuk Perkebunan Kalimantan Barat untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Uraian Total area (ha) Total area yang dapat ditanam (ha)(1) Area yang ditanam(ha) Lahan tanaman menghasilkan(ha) Persentase lahan dengan tanaman menghasilkan dibandingkan dengan total area (%) TBS yang diproduksi (ton) TBS yang dibeli dari pihak ketiga(ton) Hasil kelapa sawit (ton TBS per ha) (2) Produksi CPO (ton)(3) OER (%)(3) Produksi PK (ton)(3) KER (%)(3) Kapasitas pabrik (ton/jam) Kapasitas penyimpanan (ton) CPO PK 2008 17. 998 12.277 - Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2011 17. 998 17. 998 17. 998 12.277 12.277 12.277 744 4.766 - 2012 17. 998 12.277 8.898 - 0,0 - 0,0 - 0,0 - 0,0 - 0,0 - - - - - - Catatan: (1) Area yang tidak ditanam digunakan untuk infrastruktur seperti jalanan, drainase dan perumahan staf serta dicadangkan sebagai kawasan konservasi. (2) Tidak termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. (3) Termasuk CPO atau PK yang dihasilkan dari pembelian TBS dari pihak ketiga. d. Properti Landbank Selain Perkebunan Sumatera Utara, Perkebunan Pulau Belitung dan Perkebunan Kalimantan Barat, Perseroan memiliki landbank yang belum ditanami di Sumatera Selatan dan Papua Barat. Di Sumatera Selatan, Perseroan memiliki izin lokasi atas 20.000 hektar tanah melalui izin lokasi, dimana 12.042 hektar merupakan lahan yang dapat ditanam. Sekitar 4.300 hektar lahan dari 20.000 hektar landbank di Sumatera Selatan tersebut berpotensi untuk menjadi lahan yang dapat ditanami tergantung dari hasil konsultasi dan perjanjian kompensasi dengan para petani setempat. Apabila Perseroan berhasil mengamankan lahan tersebut, maka total luas lahan yang dapat ditanami di landbank Sumatera Selatan akan meningkat menjadi 16.342 hektar. Di Papua, Perseroan memiliki izin usaha perkebunan (yang diperoleh dalam tahap proses izin sesudah izin lokasi) atas lahan seluas 65.159 hektar, dimana 40.500 hektar merupakan lahan yang dapat ditanami. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan belum memulai program penanaman tanaman di kedua landbank tersebut. Perseroan berencana untuk memulai program penanaman tanaman di Sumatera Selatan pada akhir tahun 2013 dan di Papua pada tahun 2014. Total luas landbank Perseroan per tanggal 31 Desember 2012 termasuk akuisisi landbank Papua yang telah dirampungkan pada tanggal 7 Januari 2013. e. Manajemen Produksi dan Perkebunan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit CPO dihasilkan dari buah kelapa sawit dengan tandan besar yang dikenal sebagai Tandan Buah Segar (TBS). Masing-masing TBS memiliki buah-buah kecil (brondolan) dan memiliki berat antara 5 - 40 kilogram, tergantung dari usia tanaman kelapa sawit. Setiap buah terdiri dari mesokarp daging, biji dan kernel. Minyak yang dihasilkan dari mesokarp adalah CPO. PK adalah produk sampingan dari proses produksi CPO. PK dapat diolah untuk menghasilkan PKO. Cangkang sawit yang tersisa digunakan untuk tanah (agar dapat berfungsi sebagai pengerasan jalan) atau sebagai sumber bahan bakar. 163 Tabel berikut menyajikan hasil rata-rata TBS per hektar tanaman menghasilkan untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Hasil Rata-rata 2008 26,3 5,3 17,8 20,8 2009 27,3 7,5 19,1 20,7 2010 20,9 9,7 18,3 17,7 (dalam ton per hektar) 2011 2012 20,6 27,5 15,7 15,8 18,6 21,1 18,6 21,8 Salah satu faktor utama yang menentukan hasil panen TBS dari perkebunan kelapa sawit adalah usia tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan. Selain itu, hasil panen juga bergantung kepada input agronomi dan kualitas manajemen perkebunan, termasuk faktor-faktor seperti: • kondisi tanah dan iklim; • kualitas benih kelapa sawit dan praktek budidaya; • kualitas dan penggunaan pupuk yang tepat; • manajemen hama yang baik; • pengambilan buah brondolan yang jatuh dari tanaman, dan • pemanenan tepat waktu, serta transportasi dan pengolahan TBS. Profil Usia Tanaman Kelapa Sawit Rentang hidup ekonomis tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah 25 tahun dan dapat diperpanjang hingga 30 tahun. Tabel berikut menyajikan area dan profil usia tanaman kelapa sawit Perseroan per tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Perseroan mengklasifikasikan tanaman kelapa sawit berusia 4 tahun atau lebih sebagai Tanaman Menghasilkan (“TM”), 4 – 7 tahun sebagai tanaman kelapa sawit muda, 8 – 20 sebagai tanaman kelapa sawit dewasa dan tanaman dengan usia di atas 20 tahun sebagai tanaman kelapa sawit tua. Sedangkan tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (“TBM”) adalah tanaman-tanaman berusia 1-3 tahun. Usia tanaman tersebut diukur semenjak saat kelapa sawit tersebut ditanam di perkebunan. Tanggal 31 Desember 2012 (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 656 7.912 1.552 10.120 24,8 Dewasa 8-20 tahun 6.902 9.293 16.195 39,6 Tua > 20 tahun 2.255 3.384 5.639 13,8 Total TM 9.813 7.912 14.229 31.954 78,2 TBM 8.898 8.898 21,8 Total 9.813 7.912 14.229 8.898 40.852 100,0 Tanggal 31 Desember 2011 (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 656 6.231 1.931 8.818 24,0 Dewasa 8-20 tahun 7.719 10.343 18.062 49,1 164 Tua > 20 tahun 1.438 1.972 3.410 9,3 Total TM 9.813 6.231 14.246 30.290 82,4 TBM 1.696 4.766 6.462 17,6 Total 9.813 7.927 14.246 4.766 36.752 100,0 Tanggal 31 Desember 2010 (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 695 4.983 1.982 7.615 23,2 Dewasa 8-20 tahun 8.644 12.322 20.966 63,9 Tua > 20 tahun 474 474 1,4 Total TM 9.813 4.983 14.304 29.055 88,6 TBM 2.989 744 3.733 11,4 Total 9.813 7.927 14.304 744 32.788 100,0 Tanggal 31 Desember 2009 (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 695 3.263 1.982 5.940 18,5 Dewasa 8-20 tahun 8.904 12.322 21.225 66,2 Tua > 20 tahun 214 214 0,7 Total TM 9.813 3.263 14.304 27.380 85,4 TBM 4.664 4.664 14,6 Total 9.813 7.927 14.304 32.044 100,0 Tanggal 31 Desember 2008 (dalam hektar, kecuali persentase) TM Uraian Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Total Area yang Ditanam Persentase Total Area yang Ditanam Muda 4-7 tahun 225 738 2.025 2.988 9,7 Dewasa 8-20 tahun 8.904 12.279 21.182 68,4 Tua > 20 tahun 214 214 0,7 Total TM 9.343 738 14.304 24.385 78,8 TBM 470 6.093 6.563 21,2 Total 9.813 6.831 14.304 30.948 100,0 Tanaman kelapa sawit mulai memproduksi buah untuk pertama kalinya pada bulan ke-28 sampai bulan ke-30 setelah ditanam dan Perseroan mulai memanen kelapa sawit pada saat tersebut. Namun, ketika panen baru dimulai, hasil rata-rata tanaman kelapa sawit tersebut relatif rendah. Hasil panen tanaman kelapa sawit muda sekitar 4-9 ton TBS per hektar. Sejalan dengan proses pematangan tanaman kelapa sawit, hasil panen rata-rata pada umumnya meningkat sampai puncak produksi sekitar 25 - 30 ton TBS per hektar ketika tanaman-tanaman tersebut masuk ke dalam usia dewasa. Hasil panen rata-rata tanaman kelapa sawit pada umumnya mulai menurun setelah usia 22 tahun menjadi sekitar 16 - 20 ton TBS per hektar. Iklim dan Tanah Tanaman kelapa sawit tumbuh subur di iklim tropis lembab dengan suhu yang berkisar antara 24°C sampai 32°C sepanjang tahun, sinar matahari yang cukup dan pola curah hujan yang didistribusikan secara merata selama setiap periode. Dengan demikian, daerah geografis yang ideal untuk menanam tanaman kelapa sawit adalah antara 10° Lintang Utara dan Lintang Selatan dari garis Khatulistiwa. 165 Perkebunan Sumatera Utara I terletak di dataran bertekstur gelombang dengan beberapa tanah aluvial. Perkebunan Sumatera Utara II terletak pada daerah tanah datar (dengan tingkat kemiringan antara 0°-2°, dikelilingi oleh bukit-bukit, dengan daerah tanah dangkal sampai sedang dan tanah vulkanik. Perkebunan Pulau Belitung terletak pada daerah tanah datar yang terdiri dari tanah mineral (bukan gambut), dengan komposisi pasir yang banyak. Perkebunan Kalimantan Barat terletak pada daerah tanah datar yang terdiri dari gambut dangkal dan tanah mineral, dengan beberapa tanah aluvial. Tanah di setiap perkebunan sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan produksi TBS, dan masing-masing lokasi memiliki sumber air yang cukup. Penanaman Untuk setiap hektar lahan, Perseroan membutuhkan sekitar 200 bibit kecambah. Perseroan membeli bibit dengan persyaratan tertentu, yaitu bibit yang khusus dibiakkan dari Tanaman Induk Dura dan Pisifera untuk digunakan dalam perkebunan kelapa sawit komersial dari produsen bibit tidak terafiliasi di Indonesia. Berdasarkan pemeiliharaan agronomi yang baik sejak penanaman awal, produksi komersial dapat dimulai 28 bulan sejak penanaman, meskipun tanaman kelapa sawit biasanya baru mulai memproduksi panen komersial sekitar 3 tahun setelah penanaman. Untuk Perkebunan Sumatera Utara II dan Perkebunan Kalimantan Barat, Perseroan telah membeli dan menanam bibit klon hibrida yang umumnya menghasilkan lebih banyak TBS per tanaman memiliki ketinggian, lebih rendah dari tanaman kelapa sawit biasa, sehingga memudahkan proses pemanenan, dan memiliki daun yang lebih pendek sehingga lebih banyak tanaman yang dapat ditanam di luas lahan yang sama. Pemasok mengirimkan bibit kecambah ke lokasi pembibitan awal (pre-nursery) di area perkebunan. Kecambah awalnya ditanam di polybag dan dipelihara. Setelah sekitar tiga bulan di lokasi pembibitan awal, dilakukan transplantasi bibit kelapa sawit ke dalam polybag besar yang mengandung tanah dengan kualitas baik pada lokasi pembibitan utama (nursery). Sesuai kebutuhan dan ketersediaan, Perseroan juga membeli bibit untuk menambah jumlah bibit yang ditanamkan pada proses pembibitan. Tanaman-tanaman kelapa sawit tersebut ditanam di lokasi pembibitan utama selama 10 sampai 12 bulan sebelum dipindahkan ke lahan perkebunan. Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki bibit yang cukup untuk menanam sekitar 2.000 hektar perkebunan cukup untuk memenuhi rencana penanaman Perseroan pada awal tahun 2013. Setelah tanaman-tanaman kelapa sawit muda siap, tanaman-tanaman tersebut ditanam di lahan dengan jarak terpisah sekitar 9 meter antara satu sama lainnya dengan kepadatan penanaman sekitar 144 - 148 bibit per hektar. Tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan harus dipelihara dengan baik sejak penanaman hingga tanaman tersebut dapat menghasilkan secara komersial. Melalui sistem manajemen perkebunan, Perseroan mencoba untuk memastikan bahwa: • • • • tanaman kelapa sawit TBM diberi pupuk secara efisien dan benar; daerah di seki0tar setiap tanaman kelapa sawit bebas dari vegetasi lain yang dapat bersaing untuk menyerap pupuk, air dan sinar matahari; tanaman polong penutup tanah tersedia untuk mencegah erosi dan tumbuhnya tanaman saingan, untuk menjadi sumber nitrogen dan organik bagi tanah, memperbaiki struktur tanah dan menyediakan penganginan, infiltrasi dan retensi kelembaban yang lebih baik; dan tanaman kelapa sawit terlindung dari hama dan penyakit. Tabel berikut menunjukkan total luas area yang ditanam pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 di Perkebunan Kalimantan Barat. Uraian Total Luas Area Ditanam 2008 - 2009 - 2010 744 2011 4.766 (dalam hektar) 2012 8.898 Perseroan berencana untuk menanam Perkebunan Kalimantan Barat serta landbank di Papua dan Sumatera Selatan dengan total luas lahan sekitar 5.379 hektar pada tahun 2013, 6.500 pada tahun 2014 serta 7.000 hektar pada tahun 2015. 166 Proses Pemupukan Jenis dan jumlah pupuk serta frekuensi dan metode penggunaan pupuk yang harus diaplikasikan tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis tanah, kualitas tanah, medan, cuaca dan usia kelapa sawit. Perseroan terus berusaha untuk mengoptimalkan pemantauan dan proses aplikasi pupuk. Manajemen pupuk yang efektif penting untuk bisnis mengingat biaya pupuk mewakili sekitar 25,0%, 22,4%, 23,2%, 15,4%, dan 20,5%, dari total beban pokok penjualan untuk bisnis kelapa sawit masingmasing selama tahun 2008, 2009 2010, 2011 dan 2012. Untuk mengembalikan sejumlah besar nutrisi yang diserap oleh tanaman kelapa sawit dan memastikan bahwa tingkat nutrisi di dalam tanah optimal, Perseroan melakukan prosedur pengambilan sampel daun dan tanah dalam penentuan penggunaan pupuk untuk memperbaiki ketidakseimbangan nutrisi, melakukan jadwal pemupukan yang berbeda antara tanaman kelapa sawit TM dan TBM, melakukan metode aplikasi manual dan mekanis tergantung pada daerah dan jenis pupuk (pupuk jenis tertentu hanya dapat diaplikasikan secara manual) dan menggunakan pupuk bermutu tinggi yang diimpor dari produsen terpercaya, yang memiliki kandungan gizi yang lebih baik. Perseroan menggunakan pupuk organik seperti urea, NPK, fosfat dan kalium muriate yang diaplikasikan sesuai dengan jadwal yang ketat, minimal dua kali setiap tahun, berdasarkan rekomendasi dari unit penelitian setelah melakukan analisa daun untuk menentukan kebutuhan gizi. Perseroan juga mendaur ulang produk sampingan yang dihasilkan oleh PKS sebagai pengganti pupuk. Perkebunan kelapa sawit dan PKS pada umumnya menghasilkan limbah PKS dan tandan buah kosong dalam jumlah besar. Perseroan melakukan daur ulang atas limbah PKS dan tandan buah kosong karena limbah PKS merupakan sumber nutrisi tanaman yang baik dan tandan buah kosong bermanfaat bagi lingkungan dengan memberikan retensi kelembaban serta memperbaiki nutrisi tanah melalui proses pembusukan secara alami. Dengan cara ini, Perseroan dapat menurunkan biaya pemupukan dan mengurangi jumlah polusi yang dihasilkan limbah. Pengelolaan Hama Terpadu Perseroan telah menerapkan berbagai metode pengelolaan hama terpadu dengan tujuan meminimalkan penggunaan pestisida yang berbahaya dalam kegiatan operasional perkebunan. Pengelolaan hama terpadu melibatkan penggunaan metode biologis untuk menanggulangi serangan hama. Sebagai bagian dari pengelolaan hama terpadu, Perseroan menanam tanaman yang bermanfaat, seperti Tunera Subalata, Antiginon Leptosus dan Cassia Cobaneensis, yang menarik predator alami hama dan parasitoid untuk mengendalikan pertumbuhan populasi hama pemakan daun. Perseroan juga menggunakan burung hantu untuk memberantas hama seperti tikus. Proses Pemanenan Panen berlangsung sepanjang tahun dan tidak ada musim panen yang spesifik, meskipun bulan Juli hingga Desember biasanya memiliki hasil TBS yang lebih tinggi. Tanaman kelapa sawit berbuah tanpa musim, meskipun produksi buah mungkin dapat dipengaruhi oleh variasi iklim. Perseroan telah menerapkan prosedur pengendalian kualitas yang ketat dalam proses pemanenan untuk menjaga kualitas CPO dan untuk mencapai tingkat ekstraksi minyak yang tinggi. Perseroan mulai memanen TBS pada saat buah sawit telah menunjukan kematangan optimal yang ditandai oleh sejumlah buah brondolan yang terjatuh di bawah tanaman kelapa sawit. Kematangan TBS yang dipanen sangat penting untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ekstraksi minyak kelapa sawit. TBS matang dipanen secara manual, dengan pisau tajam (sabit) yang terpasang di ujung tonggak yang digunakan untuk memotong TBS dari tanaman. Perseroan melatih karyawannya untuk hanya memanen TBS yang telah matang untuk memastikan hasil yang optimal dan berkualitas. Dalam rangka mengoptimalkan hasil perkebunan dan meminimalkan pemborosan, Perseroan telah memerintahkan pemanen untuk mengumpulkan semua buah brondolan yang jatuh dari tanaman ke atas tanah. Selain itu, tim pengontrol kualitas memeriksa TBS dan buah brondolan tersebut sebelum mengirimnya ke pabrik pengolahan. 167 Tingkat asam lemak (fatty acids) buah kelapa sawit akan mulai meningkat setelah TBS dipanen dari tanaman kelapa sawit. Tingkat asam lemak yang tinggi akan mengurangi kualitas dan jumlah CPO yang dapat diekstraksi dari buah kelapa sawit. Oleh sebab itu, Perseroan mengangkut TBS dan buah brondolan yang telah dipanen ke PKS sesegera mungkin setelah dipanen. Lokasi PKS yang dekat memungkinkan Perseroan untuk dapat segera mengangkut TBS dan buah brondolan ke PKS dengan menggunakan truk dalam waktu 12 jam setelah buah sawit dipanen. Hal ini memungkinkan Perseroan untuk memproduksi CPO dengan OER serta kualitas tinggi. Perseroan terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sistem pemanenan dan mengurangi biaya produksi melalui berbagai inisiatif. Inisiatif yang telah diperkenalkan meliputi sebuah sistem mekanis dimana hasil panen TBS dimuat ke dalam scissor lift trailer, yang membawa hasil panen ke area penampungan pada titik-titik tertentu di sepanjang jalan untuk kemudian diangkut ke PKS dengan truk. Hal ini meningkatkan efisiensi setiap truk sehingga dapat mengangkut rata-rata 60 ton TBS per hari, dibandingkan dengan sebuah truk standar yang hanya dapat mengangkut rata-rata 25 ton TBS per hari. Truk-truk ini juga mampu mengangkut sekitar 30 ton tandan buah kosong per hari dari PKS ke kawasan perkebunan. Perseroan juga telah menerapkan sistem panen blok, di mana pemanen dialokasikan ke daerah tertentu di perkebunan untuk meningkatkan efisiensi pemanenan. Setiap pemanen mendapat alokasi area pemanenan sekitar 4 hektar dan sebuah tim pemanen yang terdiri dari sekitar 20 pemanen bekerja di lahan seluas sekitar 80-120 hektar setiap hari. Semua pemanenan dibatasi di kawasan yang telah dialokasikan tersebut untuk membantu memfokuskan pekerjaan pemanen, memfasilitasi pengawasan, memonitor hasil pemanenan dan evakuasi TBS, memastikan bahwa tidak ada TBS yang tidak dipanen, serta memfasilitasi efisiensi transportasi TBS ke PKS. Sistem pemanenan blok juga membantu mempertahankan interval panen di bawah 10 hari dengan memungkinkan pemanen untuk kembali setiap 8-10 hari ke lahan tertentu untuk memeriksa buah brondolan yang telah jatuh dari tanaman kelapa sawit dan memanen setiap TBS yang matang. Perseroan juga telah menyediakan alat pemanen bermotor sehingga pemanen wanita dapat memanen TBS dengan lebih efisien. Selain meningkatkan sistem pemanenan, Perseroan juga berusaha untuk meningkatkan produktivitas pemanen. Sebagai contoh, Perseroan melakukan pelatihan pemangkasan progresif, yang merupakan sistem dimana pemanen dilatih untuk memangkas kelapa sawit dan memangkas tanaman-tanaman kelapa sawit pada saat yang sama dengan saat pemanenan. Selain itu, pemanen di perkebunan memperoleh gaji pokok dan berhak untuk mendapatkan insentif lebih apabila mereka telah mencapai dan melebihi target panen TBS tertentu. Hal ini mengarah pada produktivitas yang lebih baik dalam panen TBS. Perseroan juga mempekerjakan pemanen untuk mengumpulkan buah brondolan yang telah jatuh dari tanaman kelapa sawit sebagai bagian dari proses panen. Pengumpulan buah brondolan tersebut dapat meningkatkan hasil perkebunan Perseroan. Perseroan mengangkut TBS dan buah brondolan dari berbagai tempat pengumpulan di dalam perkebunan ke PKS di dalam perkebunan dengan menggunakan truk. Perseroan mengoperasikan armada truk sendiri untuk mengangkut TBS dan buah brondolan di Perkebunan Sumatera Utara dan memanfaatkan kontraktor lokal untuk transportasi TBS dan buah brondolan di Perkebunan Pulau Belitung. Meskipun Perseroan telah memiliki kendaraan dan peralatan mekanisasi yang telah memenuhi sekitar 72% dari kebutuhan transportasi untuk perkebunan dan meskipun biaya outsourcing sedikit lebih mahal, namun Perseroan bermaksud untuk terus melakukan outsourcing atas kebutuhan transportasi di Perkebunan Pulau Belitung sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan untuk bermitra dengan masyarakat setempat. Program Penanaman Kembali Kelapa sawit pada umumnya diremajakan dan penanaman kembali dilakukan ketika hasil ekonomisnya di bawah 13 - 15 ton TBS per hektar per tahun. Hal ini biasanya terjadi ketika kelapa sawit berusia sekitar 25 tahun. Namun keputusan untuk menanam kembali juga sangat bergantung pada harga CPO yang berlaku dan ekspektasi harga pada masa mendatang. Ketika harga CPO tinggi, tanaman yang sudah tua mungkin dapat tetap menguntungkan meskipun hasil buahnya telah menurun. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa kelapa sawit dapat tetap produktif secara ekonomis hingga 30 tahun atau lebih. 168 Perseroan belum melakukan program penanaman kembali karena lebih dari 75% tanaman kelapa sawit di perkebunan belum mencapai akhir dari kehidupan ekonomisnya. Per tanggal 31 Desember 2012, 13,5% tanaman kelapa sawit dewasa berusia di atas 20 tahun. Pada masa mendatang Perseroan akan menanam kembali sebagian dari tanaman secara bertahap, tergantung dari lokasi dan luas perkebunan, topografi wilayah dan produktivitas daerah yang bersangkutan. Sesuai profil perkebunan Perseroan, program penanaman kembali akan dimulai paling cepat pada tahun 2016, tergantung kepada harga CPO yang berlaku pada saat tersebut. Program Plasma Sejak 28 Februari 2007, izin usaha perkebunan yang diperlukan untuk mengembangkan perkebunan baru umumnya diberikan dengan persyaratan bahwa perusahaan harus mengembangkan 20% dari luas total perkebunan untuk dioperasikan oleh petani lokal di samping mengembangkan perkebunan sendiri. Namun, izin usaha perkebunan Perseroan di Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan Pulau Belitung tidak terikat dengan pelaksanaan Program Plasma karena izin usaha kedua perkebunan tersebut telah diperoleh sebelum tanggal 28 Februari 2007. Per 31 Desember 2012, hanya Perkebunan Kalimantan Barat yang memiliki Program Plasma. Perseroan berencana untuk mengalokasikan 20,0% lahan di Perkebunan Kalimantan Barat untuk memenuhi kewajiban Program Plasma setelah Perseroan memperoleh HGU atas lahan tersebut, mendirikan koperasi Program Plasma serta menyelesaikan penanaman tanaman. Landbank Perseroan di Papua dan Sumatera Selatan juga akan diwajibkan untuk menerapkan Program Plasma setelah penanaman selesai dilakukan. Di Perkebunan Kalimantan Barat serta landbank Papua dan Sumatera Selatan, Perseroan akan menjalankan program yang akan meminimalkan risiko yang telah dihadapi oleh perkebunan lainnya dan akan memastikan keberhasilan program plasma milik Perseroan. Perseroan bermaksud untuk meminta para petani di sekitar perkebunan untuk menyatukan tanah mereka dan menamakan tanah tersebut menjadi milik koperasi di mana masing-masing petani akan menjadi anggota dan memegang presentase kepemilikan tertentu. Perseroan akan merawat dan mengembangkan tanah milik koperasi tersebut dengan cara dan standar yang sama dengan perkebunan milik Perseroan. Setelah lahan ditanam dan dikembangkan, Perseroan akan mengelola lahan tersebut atas nama koperasi dengan cara dan standar yang sama dengan lahan di perkebunan Perseroan dan memberikan pendapatan bersih (setelah dikurangi harga penjualan) dari penjualan TBS yang telah dipanen ke koperasi untuk didistribusikan kepada petani, setelah dipotong cicilan pelunasan pinjaman bank untuk penggantian biaya pengembangan lahan. Perseroan sedang dalam proses pelaksanaan inisiatif sukarela di Perkebunan Sumatera Utara dan Perkebunan Pulau Belitung untuk menyediakan program kemitraan yang serupa dengan program plasma tanpa mengurangi lahan milik perkebunan sendiri (inti). Program Plasma yang diusulkan bermanfaat bagi petani serta mengurangi risiko yang dihadapi operator perkebunan dalam melaksanakan kewajiban Plasma. Lahan yang dimiliki oleh koperasi akan dikelola secara efisien dan optimal dengan menggunakan metode panen dan transportasi mekanik serta standar yang tinggi dalam pemeliharaan dan pemupukan, sehingga memaksimalkan pendapatan koperasi dan petani kecil yang merupakan bagian koperasi. Selain itu, petani tidak akan dibatasi oleh luas lahan kecil yang mereka miliki dan akan mempunyai pilihan untuk bekerja kepada Perseroan dan mendapatkan gaji atas pekerjaan mereka di perkebunan Perseroan yang berlokasi lebih dekat dengan rumah mereka sebagai tambahan penghasilan dari laba bersih koperasi. Kualitas tinggi pasokan TBS hasil panen dapat dijaga secara stabil dan TBS dapat diangkut sesuai dengan standar Perseroan, sehingga hasil ekstraksi minyak lebih tinggi. Selain itu, Perseroan dapat secara efisien berkomunikasi dengan satu entitas koperasi tanpa harus berkomunikasi secara terpisah dengan masing-masing petani. 169 f. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Per tanggal 31 Desember 2012, Perseroan memiliki dan mengoperasikan 3 PKS, satu PKS di masingmasing Perkebunan Sumatera Utara, dan satu PKS di Perkebunan Pulau Belitung, dengan total kapasitas produksi CPO sebesar 180 ton TBS per jam, atau masing-masing 60 ton TBS per jam. Pembangunan PKS Perkebunan Pulau Belitung, Perkebunan Sumatera Utara I dan Perkebunan Sumatera Utara II telah diselesaikan masing-masing pada tahun 1996, 1996 dan 2010. Selain itu, Perseroan akan menyelesaikan pembangunan PKS di Perkebunan Kalimantan Barat setelah tanaman kelapa sawit di perkebunan menjadi TM pada tahun 2014. PKS di Perkebunan Sumatera Utara II merupakan pabrik pengolahan kelapa sawit otomatis pertama di Indonesia, yang membutuhkan lebih sedikit pekerja untuk setiap shift kerja sehingga meningkatkan produktivitas pekerja dan mengurangi biaya operasi. Tabel berikut menyajikan volume produksi minyak kelapa sawit PKS, di perkebunan Perseroan dan rata-rata tingkat ekstrasi CPO dan PK yang dihitung sebagai persentase dari berat TBS pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. (dalam ton) Uraian Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2008 2011 2012 57.719 13.269 60.326 13.871 68.805 16.590 4.168 736 13.465 2.484 33.864 6.966 40.096 7.966 57.427 12.136 66.074 14.129 60.152 13.837 62.932 13.532 69.362 15.947 122.112 25.984 138.806 30.390 131.335 29.590 157.122 34.369 178.263 40.503 PKS Sumatera Utara I: CPO PK 64.025 13.732 68.564 15.525 PKS Sumatera Utara II: CPO PK 660 116 PKS Pulau Belitung: CPO PK Total ketiga PKS: CPO PK TBS yang diolah di PKS termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Tabel berikut ini menyajikan rincian tonase dan persentase TBS yang diproduksi sendiri dan yang dibeli dari pihak ketiga. (dalam ton, kecuali persentase) Uraian Tahun berakhir 31 Desember 2009 2010 2008 2011 2012 PKS Sumatera Utara I: TBS produksi sendiri TBS dari pihak ketiga Total 245.613 37.170 282.783 86,9 13,1 100,0 267.989 29.097 297.086 90,2 0,8 100,0 204.852 57.711 262.564 78,0 202.468 22,0 68.119 100,0 270.587 74,8 270.159 86,0 25,2 44.053 14,0 100,0 314.212 100,0 PKS Sumatera Utara II: TBS produksi sendiri TBS dari pihak ketiga Total 3.882 3.882 100,0 100,0 100,0 24.517 24.517 100,0 48.089 17.827 65.619 73,3 97.893 27,2 63.720 100,0 161.613 60,6 125.190 65,9 39,4 64.651 34,1 100,0 189.841 100,0 240.535 1.063 241.598 99,6 0,4 100,0 272.990 2.368 275.358 99,1 0,9 100,0 262.239 2.781 265.020 99,0 264.482 1,0 4.536 100,0 269.018 98,3 300.130 97,5 1,7 7.756 2,5 100,0 307.886 100,0 PKS Pulau Belitung: TBS produksi sendiri TBS dari pihak ketiga Total 170 Tabel berikut menyajikan rata-rata tingkat ekstrasi CPO dan PK yang dihitung sebagai persentase dari berat TBS untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. 2008 2009 2010 (dalam persentase) 2011 2012 22,6 4,9 23,1 5,2 22,0 5,1 22,3 5,1 21,9 5,3 PKS Perkebunan Sumatera Utara II OER KER 17,0 3,0 17,0 3,0 20,4 3,8 21,0 4,3 21,1 4,2 PKS Perkebunan Pulau Belitung OER KER 23,8 5,0 24,0 5,1 22,7 5,2 23,4 5,0 22,5 5,2 Hasil Rata-rata OER KER 23,1 4,9 23,3 5,1 22,1 5,0 22,4 4,9 22,0 5,0 Keterangan PKS Perkebunan Sumatera Utara I OER KER Tabel berikut ini menyajikan kapasitas produksi dan tingkat utilisasi PKS untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Keterangan PKS Perkebunan Sumatera Utara I Kapasitas Pengolahan per Jam (ton) Kapasitas Pengolahan (ton) (1) Tingkat Utilisasi (%) (2) Pengolahan TBS (ton) 2008 2009 2010 2011 2012 60 360.000 78,6 282.783 60 360.000 82,5 297.086 60 360.000 72,9 262.564 60 360.000 75,2 270.587 60 360.000 87,3 314.212 PKS Perkebunan Sumatera Utara II Kapasitas Pengolahan per Jam (ton) Kapasitas Pengolahan (ton) (1) Tingkat Utilisasi (%)(2) Pengolahan TBS (ton) - - 60 360.000 18,3 65.916 60 360.000 44,9 161.613 60 360.000 52,7 189.841 PKS Perkebunan Pulau Belitung Kapasitas Pengolahan per Jam (ton) Kapasitas Pengolahan (ton) (1) Tingkat Utilisasi (%)(2) Pengolahan TBS (ton) 60 360.000 67,1 241.599 60 360.000 76,5 275.358 60 360.000 73,6 265.020 60 360.000 74,7 269.045 60 360.000 85,5 307.886 Hasil Rata-rata Kapasitas Pengolahan per Jam (ton) Kapasitas Pengolahan (ton) (1) Tingkat Utilisasi (%)(2) Pengolahan TBS (ton) 120 720.000 72,8 524.381 120 720.000 79,5 572.444 180 1.080.000 55,0 593.500 180 1.080.000 64,9 701.245 180 1.080.000 75,2 811.939 Catatan: (1) Kapasitas pengolahan dihitung berdasarkan operasional 20 jam per hari, 25 hari per bulan. (2) Utilisasi dihitung berdasarkan jumlah TBS yang diolah pada satu periode dibandingkan dengan kapasitas produksi pada periode yang sama. 171 Diagram berikut ini menyajikan proses pengolahan minyak kelapa sawit di PKS Perseroan: TBS Penimbangan (Weighgbridge) Security Administrasi Pabrik (Mill Administraon) Penampungan (Loading Ramp) Perebusan (Sterilizing) Pupuk organik (Mulching /Organic Ferlizer) Tandan Kosong (Empty Bunch) Penebahan (Threshing) Pelumatan (Digesng) Fiber Pengempaan (Pressing) Pemurnian (Clarificaon) Pemisahan (Depericarper) Sisa Hasil Produksi (Limbah Cair) Pemecahan (Cracking) Cangkang (Shell) Pembuangan sesuai Ketentuan Pemerintah/ Pupuk (Land Aplicaon) Pemisahan Cangkang Kernel (Kernel Shell Separaon) CPO Penampungan (Storage Tank) Biogas* *(Saa ni hanya di SMM) Kernel Pengeringan dan Penyimpanan Kernel (Kernel Silo) Konsumen (Customer) Boiler House g. Fasilitas Perkebunan Perkebunan Sumatera Utara I, Perkebunan Sumatera Utara II dan Perkebunan Pulau Belitung milik Perseroan memiliki fasilitas lain selain PKS. Fasilitas lain di Perkebunan Sumatera Utara I meliputi: • • • • tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS dengan total kapasitas sebesar 10.000 ton CPO dan fasilitas penyimpanan untuk 680 ton PK; jalan; bangunan yang terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, perumahan karyawan, sekolah, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, klinik, masjid, dan rumah untuk tamu, gedung rekreasi, serta fasilitas-fasilitas karyawan lainnya seperti toko koperasi bagi karyawan; prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan. Fasilitas lain di Perkebunan Sumatera Utara II meliputi: • tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS dengan total kapasitas sebesar 7.000 ton CPO dan fasilitas penyimpanan untuk 800 ton PK; • jalan; 172 • • • • bangunan yang terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, dua gudang, perumahan karyawan, tempat penitipan anak, klinik, masjid, dan rumah tamu; tangki penyimpanan sementara (transit tank) berlokasi di Padang Sidempuan, dekat dengan Perkebunan Sumatera Utara II, yang diresmikan bulan April 2012 dan digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara CPO sebelum ditransfer ke konsumen. Tempat penyimpanan sementara juga berfungsi sebagai pusat pengumpulan TBS yang dibeli dari pihak ketiga di sekitar Perkebunan Sumatera Utara II; stasiun transfer untuk pembelian TBS pihak ketiga; dan prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan. Fasilitas lain di Perkebunan Pulau Belitung meliputi: • dermaga; • tangki penyimpanan yang berlokasi di sebelah PKS Perseroan dengan kapasitas total sebesar 13.000 ton CPO dan fasilitas penyimpanan untuk 1.400 ton PK; • bangunan, terdiri dari kantor perkebunan, pusat lokakarya, lima gudang, perumahan karyawan, satu poliklinik utama serta dua klinik kecil, gedung rekreasi, dan fasilitas-fasilitas lainnya seperti toko koperasi bagi karyawan, sekolah, tempat penitipan anak, masjid dan rumah untuk tamu; • prasarana termasuk generator listrik untuk kantor dan rumah karyawan. Perseroan juga telah membangun kantor perkebunan dan masjid. Perseroan juga sedang membangun perumahan karyawan. Nantinya Perseroan akan membangun sekolah, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, klinik, masjid, pusat loka karya, gedung rekreasi dan fasilitas-fasilitas lainnya untuk para karyawandan rumah untuk tamu di Perkebunan Kalimantan Barat. Transportasi Kontrak Penjualan CPO Perseroan pada umumnya menyatakan bahwa pelanggan mengambil CPO dari PKS Perseroan yang berlokasi di Perkebunan Sumatera Utara I (“ex-pabrik”), tangki penyimpanan sementara (transit tank) yang terletak di dekat Perkebunan Sumatera Utara II (“ex-transit tank”) dan dermaga yang terletak di Perkebunan Pulau Belitung (“ex-dermaga”). Perseroan biasanya menjual PK dengan basis FOB dermaga. PK hasil produksi Perkebunan Sumatera Utara dijual melalui pelabuhan Belawan, sedangkan PK dari Perkebunan Pulau Belitung Perseroan dijual melalui Tanjung Pandan. PK yang dijual dengan basis FOB dermaga, diangkut dari PKS ke pelabuhan oleh perusahaan transportasi pihak ketiga. h. Listrik dan Bahan Bakar Sebagai bagian dari proses pengolahan, Perseroan menggunakan listrik dan uap. Semua uap dan kebutuhan listrik pabrik Perseroan dihasilkan oleh boiler. Setiap pabrik Perseroan memiliki boiler utama dan boiler cadangan. Salah satu bahan bakar yang digunakan untuk boiler milik Perseroan adalah serat kelapa sawit. Fasilitas lain Perseroan seperti kantor perkebunan, pusat lokakarya, rumah karyawan dan sekolah mendapat aliran listrik dari generator berbahan bakar solar. Saat ini Perseroan sedang merampungkan pembangunan pembangkit listrik biogas di Perkebunan Pulau Belitung, yang akan membantu Perseroan untuk mendapatkan tenaga listrik dengan memanfaatkan limbah pabrik metana. Perseroan juga menggunakan bahan bakar, seperti solar, untuk mengoperasikan armada truk, PKS dan alat berat di perkebunan Perseroan. Sejalan dengan praktik industri, Perseroan membeli solar yang dibutuhkan, truk generator dan peralatan dari pemasok bahan bakar utama milik negara dan importir bahan bakar lokal lainnya. 173 i. Penjualan dan Penetapan Harga Perseroan biasanya menjual CPO dan PK kepada perusahaan yang mengoperasikan penyulingan minyak sawit dan pabrik penghancur PK, yang mengolah bahan-bahan mentah menjadi produk hilir minyak kelapa sawit. Pelanggan-pelanggan Perseroan adalah perusahaan yang berfokus pada usaha pengolahan minyak produk sawit di Indonesia dan pada umumnya tidak mencakup agen distribusi atau perusahaan dagang. Harga CPO Perseroan ditentukan berdasarkan tiga indikator yaitu harga MDEX, harga pasar untuk c.i.f ke pelabuhan Rotterdam dan harga pasar untuk pembelian ex-pelabuhan Belawan atau FOB pelabuhan Belawan. Karena likuiditas pasar MDEX memungkinkan Perseroan untuk menentukan harga CPO secara harian, maka harga MDEX telah menjadi titik acuan terpenting bagi harga CPO Perseroan. Perseroan pada umumnya menjual CPO dan PK dengan harga spot. Namun tergantung dari harga spot CPO dan PK, Perseroan terkadang menjual CPO dengan kontrak berjangka (forward contract) untuk mengelola risiko terhadap harga penjualan CPO. Karena Perseroan pada umumnya menjual CPO dari Perkebunan Sumatera Utara I dan Perkebunan Sumatera Utara II secara ex-pabrik dan CPO dari Perkebunan Pulau Belitung secara ex-dermaga kepada perusahaan penyuling CPO di Indonesia, maka Perseroan pada umumnya memberikan diskon daari harga MDEX atau c.i.f Rotterdam sebesar estimasi biaya pengangkutan untuk pengiriman CPO Perseroan ke Port Klang atau Rotterdam, pajak ekspor yang dapat dipungut Pemerintah apabila Perseroan mengekspor CPO, biaya dokumentasi, dan juga biaya transportasi darat untuk CPO dari Perkebunan Sumatera Utara I. Perseroan tidak memberikan fasilitas kredit kepada pelanggan Perseroan dan mewajibkan pembayaran tunai sebelum atau pada saat pengiriman. Harga CPO di Indonesia dapat dipengaruhi oleh pajak ekspor yang dibebankan oleh Pemerintah. Harga PK Perseroan ditentukan oleh harga pasar yang pada umumnya mengikuti tren harga PKO di pasar Rotterdam dan harga PKE di berbagai pasar Eropa. Entitas Anak pada umumnya mengadakan tender mingguan dengan harga indikatif yang diungkapkan kepada penawar. Penawar yang berhasil mendapatkan kontrak penjualan dengan Perseroan akan membayar CPO dan PK dalam mata uang dolar Amerika Serikat dalam waktu dua sampai lima hari setelah tender ditutup dan pada umumnya mengambil pengiriman produk dalam waktu dua minggu setelah pembayaran. Tidak ada kepastian dalam pemilihan pemenang tender penjualan tersebut. Proses penjualan tender Entitas Anak diatur oleh manajer komersial yang bertugas untuk: • Memonitor kondisi pasar, khususnya harga CPO dan PK dengan referensi sebagai berikut: - - - - • • • Harga CPO pada MDEX (FOB Pelabuhan Klang); Harga CPO c.i.f Rotterdam; Harga FOB pelabuhan Belawan yang dipublikasikan oleh Reuters; dan Harga dari proses tender yang sedang berjalan dibandingkan dengan harga pabrik di daerah Sumatera Utara. Melaporkan persediaan CPO dan PK secara harian dan harga pasar untuk CPO/PK kepada Direktur Keuangan Entitas Anak, yang kemudian memberikan persetujuan atas harga minimum (reserved price) yang akan dicapai dari penjualan CPO/PK serta kuantitas penjualan. Mengundang hingga sepuluh pelanggan untuk berpartisipasi di dalam lelang yang menyatakan kuantitas, spesifikasi dan harga minimum untuk CPO atau PK yang sedang dilelang. Hasil dari perkebunan Perseroan biasanya dilelang secara terpisah. Mempersiapkan lelang, merangkum seluruh kuotasi yang diterima dari pembeli, mengumumkan hasil dan pemenang lelang pada hari yang sama kepada satu penawar terbaik atau melakukan negosiasi harga yang lebih tinggi dengan penawar jika harga lelang tertinggi lebih rendah dari harga minimum. 174 Harga akhir akan disetujui baik oleh Direktur Utama Entitas Anak. Fluktuasi harga CPO dan PK global bergantung kepada jumlah penawaran dan permintaan produk. Tabel berikut ini menunjukkan format penjualan Perseroan, volume penjualan serta harga rata-rata CPO dan PK untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Penjualan Keterangan CPO PK Total 2008 98,4 11,9 110,3 2009 85,2 8,5 93,7 2010 100,6 14,7 115,2 2008 129.082 27.550 2009 139.200 30.575 2010 127.450 29.508 2008 762 431 2009 612 278 2010 789 497 (dalam USD juta) 2011 2012 135,8 138,4 18,5 16,2 154,3 154,6 Volume Penjualan Keterangan CPO PK 2011 156.016 32.865 (dalam Ton) 2012 177.125 40.447 Rata-rata Harga Penjualan (1) Keterangan CPO PK (dalam USD per Ton) 2011 2012 870 781 564 400 Catatan: (1) Rata-rata harga penjualan adalah pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit dibagi dengan volume penjualan minyak kelapa sawit. Perseroan mampu menentukan harga CPO dan PK yang umumnya kompetitif melalui proses tender terbuka yang diterapkan Perseroan berdasarkan keandalan reputasi dan hubungan bisnis baik yang telah dikembangkan oleh Perseroan dengan para pelanggan. Dalam rangka mempertahankan marjin yang lebih mudah diprediksi, Perseroan diizinkan untuk melakukan transaksi lindung nilai harga CPO atas volume sebesar maksimum 30% produksi bulanan CPO, dengan jangka waktu penutupan transaksi tidak lebih dari enam bulan. j.Pelanggan Lima pelanggan terbesar Perseroan pada 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 masing-masing terhitung sebesar 79,0%, 81,6%, 81,9%, 80,2% dan 61,2% total penjualan produk kelapa sawit. Tabel berikut menyajikan persentase penjualan yang berasal dari lima pelanggan terbesar peseroan untuk CPO, PK dan produk kelapa sawit pada 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. (dalam persentase) Tahun 2012 Nama Pelanggan PT Wilmar Nabati Indonesia PT Musim Mas PT Louis Dreyfus Commodities PT Pacific Indopalm Industries PT Synergy Oil Nusantara Total 16,6 14,9 12,5 9,1 8,1 61,2 175 Nama Pelanggan PT Wilmar Nabati Indonesia PT Sari Dumai Sejati PT Musim Mas PT Pacific Indopalm Industries PT Multimas Nabati Asahan Total (dalam persentase) Tahun 2011 32,6 18,7 11,3 9,9 7,7 80,2 Nama Pelanggan PT Wilmar Nabati Indonesia PT Pacific Indopalm Industries PT Musim Mas PT Multimas Nabati Asahan PT Synergy Oil Nusantara Total (dalam persentase) Tahun 2010 31,8 18,4 11,4 10,7 9,6 81,9 Nama Pelanggan PT Sari Dumai Sejati PT Wilmar Nabati Indonesia PT Smart Tbk PT Multimas Nabati Asahan PT Tunas Baru Lampung Total (dalam persentase) Tahun 2009 40,8 20,4 10,7 5,5 4,2 81,6 Nama Pelanggan PT Bukti Kapureksa PT Musim Mas PT Nubika Jaya PT Intibenua Perkasatama PT Multimas Nabati Asahan Total (dalam persentase) Tahun 2008 36,8 14,8 11,6 9,7 6,1 79,0 k.Pemasok Pemasok utama Perseroan meliputi pemasok pupuk, benih, bahan kimia dan bahan bakar. Lebih dari 75% TBS yang digunakan dalam produksi CPO merupakan hasil panen perkebunan milik Perseroan sendiri dan sisanya merupakan TBS yang dibeli dari pemasok pihak ketiga untuk diproses menjadi CPO. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan menggunakan empat agen terpisah yang berlokasi di beberapa pabrik untuk memenuhi kebutuhan Perseroan atas pasokan TBS dari pemasok lokal pihak ke tiga. Perseroan memberikan pemesanan kepada agen setempat untuk memenuhi kebutuhan TBS dari pemasok pihak ketiga. Agen Perseroan kemudian akan bekerja sama dengan pemasok setempat untuk memenuhi pemesanan tersebut. Perseroan tidak mempekerjakan agen. Agen mendapatkan marjin dari harga yang telah ditetapkan oleh pemasok pihak ketiga dan harga yang dibayarkan oleh Perseroan kepada agen tersebut. Agar kualitas TBS yang dibeli dari pemasok pihak ketiga sesuai dengan standar Perseroan, Perseroan memberlakukan penilaian TBS untuk setiap TBS yang dibeli. Perseroan tidak penah mendapatkan masalah yang material dari TBS yang dibeli dari pihak ketiga. Setiap TBS yang tidak sesuai standar Perseroan akan ditolak. Perseroan juga mengadakan program pelatihan untuk agen dengan tujuan mendapatkan TBS dengan kualitas terbaik Perseroan juga mengadakan acara petani tahunan di perkebunan Perseroan untuk memberikan pelajaran praktek agromonomis terbaik bagi para petani. Perseroan membayar pemasok TBS pihak ketiga berdasarkan harga pasar yang berlaku. 176 Perseroan membeli benih sawit dari produsen benih Indonesia tidak terafiliasi dan ketika benih tersebut mengalami penurunan pasokan di Indonesia. Perseroan membeli kebutuhan pupuk dari pemasok lokal yang mengimpor batu fosfat dan kalium muriate dari Rusia, Kanada, Jerman, Mesir, Cina dan Maroko dan urea dari produsen lokal. Harga pupuk telah meningkat secara signifikan sejak 2008. Pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012, biaya pupuk berkisar sebesar 25,0%, 22,4%, 23,2%, 15,4%, dan 20,5% dari total biaya pokok penjualan untuk usaha kelapa sawit Perseroan. Pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012, lima pemasok terbesar Perseroan mewakili sekitar 60,7%, 52,9%, 71,7%, 64,8% dan 61,3% total beban pokok penjualan minyak kelapa sawit. Sedangkan pemasok terbesar mencakup 21,2%, 14,4%, 41,6%, 14,7% dan 18,3% dari beban pokok penjualan minyak kelapa sawit. l. Hak Atas Tanah Lahan untuk kegiatan usaha CPO milik Perseroan dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, dimana Perseroan telah memiliki (i) HGU, (ii) izin usaha perkebunan, dan (iii) izin lokasi dan/atau atas lahan di mana survei lahan serta proses pemetaan awal telah dilakukan sehingga Perseroan berpandangan bahwa HGU akan dapat diperoleh. (dalam hektar) Telah Ditanami Perkebunan Sumatera Utara I Perkebunan Sumatera Utara II Perkebunan Pulau Belitung Perkebunan Kalimantan Barat Landbank Papua Landbank Sumatera Selatan Total 9.290 7.912 14.229 31.431 HGU Tidak Dapat Dapat Ditanami Ditanami(1) 9.290 122 7.912 88 14.229 2.048 31.431 2.258 Telah Ditanami 523 8.898 9.421 Non-HGU Dapat Ditanami Tidak Dapat Ditanami (1) 523 1.639 30 12.277 5.721 40.500 24.659 12.042 7.958 65.342 40.007 Total 9.935 9.639 16.307 17.998 65.159 20.000 139.038 Catatan: (1) Lahan yang tidak dapat ditanami mencakup lahan yang tidak dapat ditanami karena kondisi topografi atau telah digunakan untuk kepentingan lain seperti misalnya cagar alam, penyangga daerah aliran sungai, dan konservasi lingkungan untuk lahan bersejarah atau lahan dengan situs budaya yang penting, termasuk lahan infrastruktur seperti jalan raya dan fasilitas perumahan karyawan. Tabel berikut ini mengungkapkan informasi mengenai hak atas tanah yang dimiliki oleh Perseroan untuk perkebunan kelapa sawit per tanggal 31 Desember 2012. Entitas yang memiliki hak atas tanah ANJA ANJA ANJA ANJA ANJAS Luas berdasarkan Lokasi hak tanah (Hektar) Sumatera Utara 6.000 Sumatera Utara 3.214 Sumatera Utara 197 Sumatera Utara 523 Sumatera Utara 8.000 ANJAS SMM SMM SMM SMM Sumatera Utara Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung 1.639 10.583 404 4.886 30 KAL GSB Kalimantan Barat Sumatera Selatan 17.998 20.000 PMP PPM Total Papua Barat Papua Barat 25.159 40.000 139.038 Status HGU HGU HGU Non HGU (1) HGU (HGU – dalam proses) (2) HGU HGU HGU HGB (HGU – dalam proses) (3) Izin Lokasi Izin Usaha Perkebunan Izin Lokasi Catatan: (1) Tahap akta jual beli dengan pemilik lama (2) Tahap penyampaian dokumen ke Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara (3) Tahap pemeriksaan dokumen di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 177 Tanggal berakhirnya hak atas tanah 31 Desember 2076 25 Januari 2091 9 September 2044 27 Oktober 2039 31 Desember 2075 23 Juni 2046 31 Desember 2075 16 Mei 2035 20 April 2015 - Perseroan akan memperpanjang hak atas tanah sebelum berakhirnya hak atas tanah tersebut. Perseroan berkeyakinan bahwa Perseroan telah menaati semua ketentuan penting yang terkait dengan penggunaan lahan yang telah disetujui di dalam HGU. Meskipun Perseroan berkeyakinan bahwa tidak akan terdapat masalah dalam perpanjangan HGU, namun Perseroan tidak dapat memprediksi waktu yang diperlukan dalam proses perpanjangan tersebut atau jika Perseroan akan berhasil mendapatkan perpanjangan HGU tersebut. Tabel berikut menunjukan informasi terkait dengan hak atas tanah yang dimiliki oleh perusahaanperusahaan minyak kelapa sawit dimana Perseroan memiliki saham minoritas per tanggal 31 Desember 2012: Entitas pemilik hak Lokasi Luas lahan hak atas tanah (Hektar) 1.641 1.315 2.586 1.813 1.504 1.150 10.000 4.015 7.174 1.410 315 32.923 Status Tahun berakhir Sumatera Utara HGU PT Bilah Plantindo Sumatera Utara HGU PT Bilah Plantindo (1) PT Pangkatan Indonesia Sumatera Utara HGU PT Sembada Sennah Maju Sumatera Utara HGU Aceh HGU PT Simpang Kiri Plantations (2) Aceh HGU PT Simpang Kiri Plantations (2) PT Agro Muko Bengkulu, Sumatera HGU PT Agro Muko Bengkulu, Sumatera HGU PT Agro Muko Bengkulu, Sumatera HGU PT Agro Muko Bengkulu, Sumatera HGU PT Agro Muko Bengkulu, Sumatera HGU Total Catatan: (1) Lahan yang dikelola oleh PT Bilah Plantindo dimiliki oleh PT Surya Makmur (2) Lahan yang dikelola oleh PT Simpang Kiri Plantantions dimiliki oleh PT Aceh Timur Indonesia (1) 2018 2036 2023 2032 2013 2022 2019 2020 2022 2028 2031 4.2 Kegiatan Usaha Sagu Perseroan sedang dalam proses mengembangkan usaha pemanenan dan pengolahan sagu di Papua Barat. Perseroan memiliki izin untuk beroperasi di kawasan seluas lebih dari 40.000 hektar. Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah membangun kanal untuk mengangkut batang tanaman sagu, wet starch dan karyawan di seluruh tahap pertama pertama dari kawasan panen sagu atas mana izin dimiliki Perseroan. Perseroan berharap untuk mulai beroperasi secara komersial pada kuartal keempat tahun 2013 dan berencana untuk memanen sebanyak-banyaknya 10.000 hektar dari total 40.000 hektar lahan hutan sagu selama tiga tahun ke depan. Setelah tahap pertama diselesaikan, fasilitas pengolahan sagu milik Perseroan diperkirakan akan terdiri dari sebuah pabrik pengolahan sagu yang dapat menghasilkan 3.000 ton tepung sagu per bulan, serta akses kanal, sungai dan jalan untuk sekitar 10.000 hektar lahan. Kapasitas pabrik pengolahan sagu utama yang sedang dibangun dapat ditingkatkan di kemudian hari menjadi 5.000 ton tepung sagu per bulan pada masa mendatang. Peningkatan kapasitas pabrik akan bergantung pada keberhasilan atas dimulainya operasional pabrik pengolahan tersebut dan hasil dari studi kelayakan (feasibility study). Tergantung dari hasil studi kelayakan tersebut, Perseroan juga memiliki opsi lainnya untuk membangun lima pabrik penunjang untuk pengolahan wet starch yang akan meningkatkan total kapasitas produksi di seluruh fasilitas pengolahan sagu menjadi 5.000 ton tepung sagu kering. Wet starch adalah produk perantara dalam pengolahan tepung sagu yang akan diproduksi di pabrik penunjang sebelum dikirim ke pabrik pengolahan tepung sagu utama untuk mengurangi volume batang tanaman sagu yang harus diangkut di kanal sehingga mengurangi kemacetan. Perseroan juga sedang melakukan riset dan penelitian mengenai pengembangan berbagai makanan yang dapat diolah dari tepung sagu. Perseroan berencana untuk memperluas kegiatan usaha ke usaha produksi makanan dari tepung sagu tersebut pada masa mendatang. 178 a. Peta Kegiatan Usaha Sagu Peta-peta berikut ini menunjukan lokasi infrastruktur utama untuk usaha sagu milik Perseroan di Papua Barat: Kawasan Pabrik & Sagu Aiware, Sorong Selatan Sorong Manokwari IUPHHBK 40.000 ha Konservasi 10.000 ha Kapasitas Pabrik 3.000 MT/bulan PAPUA BARAT Fak-Fak Rencana Pelabuhan & Kantor Tj. Seget, Sorong Selatan Hak Tanah 40 ha INDONESIA PT ANJ AGRI PAPUA Onimsefa HL Izin Makaroro Kais (Kampung Baru) HL Sumano (Sumbe) Benawastu HP Blok I HP 24.487 ha Blok II HPT 8.663 ha HP 6.850 ha 40.000 ha Yanadian HL Papua Barat Mugim BLOK I Saga HPT Puragi HL HPK HP HP BLOK II HL Kusuweri HPT HPT = Hutan Produksi Terbatas HP = Hutan Produksi HPK = Hutan Produksi Konversi = Lokasi Pabrik INANWATAN HL = Hutan Lindung Negeribesar Papua Barat Siwatori Sitor HL Isago 179 b. Tanaman Sagu Tepung sagu dihasilkan dari tanaman sagu. Tanaman sagu tumbuh secara alami di hutan dalam kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima batang yang terpisah dan pada umumnya dapt ditemukan di Asia Tenggara di daerah sekitar garis khatulistiwa, seperti di Indonesia dan Malaysia. Walaupun tanaman sagu dapat dibudidayakan secara komersial namun Perseroan tidak berencana untuk melakukannya. Tanaman sagu pada umumnya memiliki masa hidup sekitar 10 tahun yang terdiri dari empat tahap: -Tahap Rosseta: 45 bulan setelah pembibitan. Pada tahap ini, tanaman sagu muda tumbuh tanpa batang dengan tingkat pertumbuhan yang relatif rendah. -Tahap Bole Formation: 54 bulan setelah tahap rosetta. Pada tahap ini, batang (atau bole) tanaman sagu tumbuh mencapai tinggi maksimal dan bulai menghasilkan tepung sagu. -Tahap Inflorescence dan Fruiting: periode setelah tahap bole formation. Pada tahap ini, tanaman sagu telah dewasa dan mulai berbunga. Pemanenan tanaman sagu pada umumnya dilakukan dalam waktu tiga bulan sebelum dan setelah tanaman mulai dewasa / berbunga. - Tahap setelah Inflorescence dan Fruiting: sekitar 10 tahun setelah pembibitan. Setelah usia dewasa, tanaman sagu mulai membusuk secara alami sebelum akhirnya tumbang. c. Pemanenan Sagu dan Produksi Tepung Perseroan berencana untuk memanen batang tanaman sagu di kawasan-kawasan yang sudah ditentukan di lahan yang panennya milik Perseroan dan mengolah hasil panen secara berkelanjutan. Tanaman sagu memerlukan sekitar 10 tahun untuk siap dipanen, oleh sebab itu Perseroan berencana untuk memanen secara selektif dengan rata-rata tidak melebihi 10% dari total tanaman di setiap kawasan setiap tahunnya atau setara dengan kira-kira 9.000 hektar sampai 10.000 hektar dalam waktu tiga tahun berikutnya. Perseroan berkeyakinan bahwa sistem manajemen panen selektif akan memungkinkan Perseroan untuk mempertahankan pasokan sagu yang berkelanjutan. Pemanenan dilakukan oleh tim yang beranggota sekitar 6 pekerja dengan menggunakan gergaji mesin untuk menebang tanaman sagu dan memotong batang tanaman sagu menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Perseroan berencana untuk mempekerjakan sekitar 80 tim untuk proses pemanenan. Potongan-potongan batang tanaman ini akan dikirim ke pabrik penunjang untuk diolah menjadi wet starch sebelum dikirim ke pabrik tepung sagu utama atau dapat juga dikirim langsung ke pabrik utama tersebut. Sarana pengangkutan utama di lahan panen adalah jalur air melalui kanal-kanal yang dibangun Perseroan. Perseroan juga sedang dalam proses pembangunan dermaga untuk fasilitasi pemuatan tepung sagu untuk mengangkut ke pembeli. d.Pelanggan Perseroan sedang berdiskusi dengan beberapa distributor, pengolah dan penjual retail makanan dan tepung untuk memasarkan tepung sagu yang akan diproduksi Perseroan. Tepung sagu kering memiliki berbagai kegunaan serupa dengan tepung lainnya, termasuk digunakan dalan produksi produk seperti mie, pengganti nasi, produk roti, minuman dan produk makanan penutup. Tepung sagu kering juga memiliki berbagai kegunaan sebagai produk non-makanan seperti penggunaan dalam produksi kertas, bahan kimia, tekstil, logam, lem, produk farmasi, etanol industri dan dextrose glucose. Sebagai bagian dari perkembangan strategis usaha makanan, Perseroan juga berencana untuk menggunakan sebagian tepung sagu tersebut untuk memasuki pasar hilir, memproduksi berbagai makanan sehat seperti mie dan makanan mudah saji lainnya serta minuman. Sagu akan diangkut ke pembeli melalui laut dengan menggunakan kapal kargo ke Surabaya dan/atau Jakarta untuk penjualan lokal dan selanjutnya ke tujuan negara lain untuk penjualan ekspor. 180 Diagram berikut menyajikan proses pengolahan produk tepung sagu di pabrik pengolahan milik Perseroan: 4.3 Kegiatan Usaha Biogas Perseroan juga menjalankan usaha biogas, dan sedang menyelesaikan pembangunan fasilitas biogas di Perkebunan Pulau Belitung. Fasilitas biogas menangkap gas metana yang dihasilkan oleh materi biologis yang membusuk, yang dalam hal ini berasal dari limbah PKS. Limbah tersebut disimpan di dalam kolam besar yang tertutup sebagai tempat penyimpanan gas metana dan mencegah gas metana terlepas ke udara bebas. Pembangunan fasilitas biogas di perkebunan Pulau Belitung dipisahkan menjadi dua tahap. Tahap I, yang melibatkan penyimpanan dan pembakaran gas metana, telah selesai dan mulai beroperasi pada April 2012. Perseroan sedang dalam proses untuk menyelesaikan Tahap II setelah membeli generator biogas dengan daya 1,2 megawat yang diproduksi oleh MWM GmbH, yang merupakan entitas anak Caterpillar Inc. Tahap II dari fasilitas biogas tersebut diharapkan akan mulai beroperasi di semester kedua tahun 2012. Perseroan telah menandatangani perjanjian pembelian listrik dengan PLN pada tanggal 29 November 2012 untuk pembelian semua listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik di Pulau Belitung dengan kapasitas produksi yang diharapkan sebesar 1,2 megawat. Tarif tetap listrik untuk biogas yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah bervariasi untuk setiap wilayah. Pada tanggal 31 Desember 2012, tarif yang berlaku untuk Pulau Belitung adalah Rp975 per kilowat jam. Perseroan juga sedang merencanakan untuk membangun pembangkit listrik biogas kedua di perkebunan Sumatera Utara I. 181 Diagram berikut menyajikan proses pembangkit listrik biogas di pabrik pengolahan milik Perseroan: 4.4 Kegiatan Usaha Tembakau Kegiatan usaha tembakau menghasilkan penjualan bersih sebesar USD5,3 juta dan laba bersih sebesar USD0,2 juta pada tahun 2012 dari kegiatan pengolahan tembakau yang dibeli dari para petani kecil di Indonesia. Keterlibatan Perseroan di usaha tembakau merupakan bagian dari inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan untuk melatih para pemilik lahan kecil mengenai prakter terbaik dalam kegiatan budidaya tembakau dan bertindak sebagai pembeli hasil panen mereka. Perseroan mengolah tembakau tersebut dan kemudian menjualnya kepada produsen rokok dan cerutu di Indonesia, Eropa dan Cina. 5. Persaingan Untuk CPO, PK dan Produk Kelapa Sawit CPO dan PK merupakan komoditas yang diperdagangkan di pasar komoditas internasional, dan harga penjualan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pasokan dan permintaan produk-produk tersebut. Dengan demikian, Perseroan tidak bersaing secara langsung dengan produsen CPO dan PK lainnya, kecuali atas dasar waktu pengiriman dan lokasi perkebunan dan PKS. Terdapat sejumlah besar produsen CPO dan PK, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Malaysia adalah produsen CPO terbesar ke dua di dunia setelah Indonesia. Industri perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia mencakup perusahaan-perusahaan perkebunan milik pemerintah, perkebunan milik swasta yang diwakili oleh perusahaan-perusahaan konglomerat serta perusahaan-perusahaan independen dan pemilik tanah kecil. Perusahaan perkebunan milik pemerintah dan produsen besar swasta CPO dan PK di Indonesia mendominasi jumlah total CPO dan PK yang diproduksi di Indonesia. Perseroan juga bersaing dengan perkebunan kelapa sawit lainnya untuk memperoleh lahan yang dapat dikembangkan dan karyawan yang terampil seperti pemanen dan staf manajemen. Sejak bulan Januari 1999, Pemerintah telah menghapus pembatasan investasi asing di perkebunan kelapa sawit yang mewajibkan pihak Indonesia untuk memiliki persentase tertentu dari sebuah perkebunan kelapa sawit dan pihak asing untuk melepaskan kepemilikan mereka setelah beroperasi selama jangka waktu tertentu. Penghapusan pembatasan tersebut telah menyebabkan perusahaan-perusahaan asing berinvestasi di industri perkebunan kelapa sawit domestik. Hal ini telah meningkatkan, dan kemungkinan akan terus meningkatkan, persaingan untuk akuisisi lahan perkebunan yang cocok untuk dikembangkan dan karyawan yang diperlukan untuk operasional perkebunan. 182 Hanya sebagian kecil dari tanah yang tersedia untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit telah diizinkan oleh Pemerintah untuk digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit atau telah dikembangkan sebagai perkebunan kelapa sawit, sehingga masih terdapat kemungkinan besar untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit baru di Indonesia. Industri minyak kelapa sawit menghadapi persaingan dari minyak nabati lainnya yang merupakan substitusi minyak kelapa sawit seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari, minyak kacang, minyak kelapa dan lainnya. 6. Pengendalian Mutu Di seluruh operasional Perseroan, Perseroan sangat mementingkan aspek mutu produk. Sehubungan dengan usaha minyak kelapa sawit, setiap pengiriman CPO dan PK harus melewati pengujian sampel di laboratorium untuk pengendalian mutu CPO dan PK tersebut sebelum dikirimkan kepada pembeli. Pengujian rutin telah diterapkan oleh Perseroan sebagai pedoman kerja pengukuran mutu produk. Informasi yang didapatkan dari pengujian tersebut digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan manajemen dalam pengendalian mutu produk. 7. Hal Mengenai Lingkungan Hidup Pembubidayaan kelapa sawit di perkebunan dan pengolahan TBS di PKS milik Entitas Anak mematuhi standar lingkungan hidup yang ketat. Perseroan tidak menggunakan pembakaran terbuka sebagai metode pembukaan lahan dalam mengembangkan kawasan perkebunan baru. Pertimbangan utama lingkungan hidup berhubungan dengan dua bidang kegiatan usaha Perseroan, yaitu pembudidayaan dan pengolahan. Sehubungan dengan pembudidayaan, Perseroan terus meminimalkan penggunaan pestisida dan berusaha menggunakan metode biologis dalam mengendalikan hama dan mencegah penyakit untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Perseroan telah mengadopsi sistem manajemen hama yang mempromosikan solusi biologis apabila memungkinkan. Pengolahan, penguapan, penekanan dan pengadukan TBS untuk menghasilkan CPO tidak melibatkan penggunaan bahan-bahan kimia dan hanya terdiri dari proses fisik seperti steaming, pressing dan centrifuging. Semua limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dipakai sebagai bahan bakar di boiler atau didaur ulang ke perkebunan sebagai pupuk melalui pemakaian tandan kosong kelapa sawit. Limbah dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit merupakan polutan utama yang timbul sebagai produk sampingan dari operasi pabrik pengolahan kelapa sawit Perseroan. Setiap pabrik pengolahan mengoperasikan sistem pengolahan air limbah biologis yang independen, dimana limbah tersebut dipindahkan ke kolam pengolahan anaerobik dan bakteri menguraikan limbah tersebut. Limbah yang telah diolah tersebut memiliki nilai nutrisi yang tinggi sehingga digunakan di lapangan sebagai bagian dari program penggunaan limbah untuk tanah perkebunan. Walaupun limbah cair yang telah diolah tersebut berguna sebagai pupuk, proses pengolahannya menyebabkan emisi gas metana, yang merupakan gas rumah kaca, ke lingkungan. Perseroan pada saat ini sedang dalam proses pembangunan sebuah pembangkit tenaga listrik biogas di Perkebunan Pulau Belitung. Tahap pertama yang telah dirampungkan dan beroperasional mengurangi gas metana yang dihasilkan dari limbah cair melalui aktifitas pembakaran gas. Tahap kedua adalah tahap pembangunan pembangkit tenaga listrik biogas yang akan memanfaatkan gas metana sebagai bahan baku untuk memproduksi listrik yang dijual ke PLN dan kemudian digunakan konsumen pihak ketiga. Perseroan berkeyakinan bahwa kegiatan usaha Perseroan telah sesuai dengan semua peraturan dan regulasi nasional dan daerah mengenai lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia. Di samping itu, Perseroan juga telah memenuhi standar Bank Dunia 50 ppm Biochemical Oxygen Demand (”BOD”) untuk pembuangan akhir ke saluran air, dibandingkan dengan 100 ppm BOD standar peraturan di Indonesia, dan 5.000 ppm BOD untuk aplikasi limbah cair untuk tanah. Sehubungan dengan pembiayaan dari Deutsche Investitions und Entwicklungsgesellschaft atau Badan Investasi dan Pengembangan Jerman (DEG) dan International Finance Corporation atau Badan Keuangan Internasional (IFC) pada tahun 2002, Perseroan telah menjalani studi uji lingkungan hidup yang terinci dimana operasional Peseroan yang ada di perkebunan Sumatera Utara I dan perkebunan Pulau Belitung telah dievaluasi untuk memenuhi standar tersebut. Perseroan terus beroperasi berdasarkan kebijakan lingkungan hidup yang telah diterapkan pada saat itu. 183 Perseroan juga berkeyakinan bahwa kegiatan usaha Perseroan telah sesuai dengan semua peraturan, regulasi dan pedoman lingkungan hidup yang berlaku secara nasional dan regional di Indonesia dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27/1999 dan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 17/2001, Perseroan telah memporeh persetujuan-persetujuan seperti sertifikat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (”AMDAL”), Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan. Selain dari initiatif pengembangan berkelanjutan, Perseroan juga merupakan anggota dari RSPO, sebuah asosiasi non-profit yang mempromosikan produksi dan penggunaan minyak kelapa sawit secara berkelanjutan. Perkebunan Pulau Belitung dan Perkebunan Sumatera Utara I masing-masing telah memperoleh sertifikasi RSPO dari Roundtable on Sustainable Palm Oil sehingga memungkinkan Perseroan menjual produk CPO bersertifikat RSPO dari kedua perkebunan tersebut dan/atau menjual sertifikat/kredit RSPO apabila Perseroan tidak memasarkan produk CPO dari perkebunan tersebut sebagai produk yang bersertifikat RSPO. Perseroan berencana untuk mencapai sertifikasi penuh RSPO untuk perkebunan Sumatera Utara II pada tahun-tahun mendatang. Perkebunan Pulau Belitung telah mempertahankan sertifikasi internasional untuk sistem lingkungan hidup, kesehatan dan keamanan dalam bentuk ISO 14001:2004 sejak penerbitannya pada tahun 2012. Perseroan juga telah memperoleh sertifikasi ISCC dari SGS Germany di perkebunan Pulau Belitung. Perseroan telah melibatkan pihak ketiga untuk melaksanakan survei terinci mengenai populasi satwa liar, seperti orangutan dan spesies flora dan fauna langka lainnya untuk meminimalkan dampak kegiatan usaha Perseroan terhadap lingkungan hidup dan untuk melestarikan flora dan fauna tersebut. Dalam hal tersebut, Perseroan telah mengidentifikasikan hutan seluas 2.949 hektar di Perkebunan di Kalimantan yang telah diserahkan kembali kepada Kementerian Kehutanan. Selain itu, Perseroan juga telah mengalokasikan lahan lain seluas 657 hektar yang dianggap oleh Perseroan sebagai kawasan penting untuk dikelola sendiri oleh Perseroan untuk tujuan pelestarian lingkungan hidup. Perseroan juga telah melibatkan seorang ahli konservasi satwa liar yang akan bekerja sama dengan organisasi internasional dan pemerintah lainnya. 8. Kesehatan dan Keselamatan Perseroan telah membentuk Departemen Environment, Health and Safety (“EHS”) di bawah Departemen Operasi. Departemen EHS Perseroan berusaha untuk meminimalkan kecelakaan dalam operasi, mencegah kerusakan peralatan akibat kesalahan manusia dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan di dalam dan sekitar daerah perkebunan. Dengan demikian, Perseroan dapat terus-menerus memonitor, memperbaiki dan menerapkan langkah-langkah pengamanan dengan perangkat operasi yang lebih komprehensif dan memastikan bahwa karyawan memiliki peralatan pelindung diri yang lebih baik. Misalnya, sebagai bagian dari kebijakan kesehatan dan keselamatan, karyawan operasional menggunakan peralatan keamanan yang memadai, seperti helm, sepatu bot dan menyarungi pisau panen. Perseroan memiliki klinik di perkebunan operasional dengan dokter dan perawat sebagai staf permanen serta mobil ambulans. Perseroan juga memiliki komite keamanan yang terdiri dari staf dan pekerja yang mendukung Departemen EHS Perseroan mengadakan pelatihan kesehatan dan keselamatan secara reguler, termasuk pelatihan dalam pertolongan pertama dan pelatihan dalam kebakaran. 9. Keamanan Sistem keamanan Perseroan meliputi tim yang terdiri dari 37 sampai dengan 76 personel yang ditempatkan di masing-masing perkebunan. Tim keamanan menjaga perkebunan dari pencurian, serangan dari ternak yang dapat merusak tanaman kelapa sawit atau TBS yang telah dipanen, serta serangan lainnya dan ancaman terhadap perkebunan. Tim keamanan juga melakukan patroli pencegahan kebakaran selama musim kemarau untuk melindungi perkebunan dari risiko kerusakan akibat kebakaran. 184 10. Teknologi Informasi Perseroan telah membentuk sistem informasi untuk mendukung proses operasional dan akuntansi. Sistem ini menyediakan rincian dari perkebunan, pabrik, kendaraan, persediaan, payroll dan biaya lainnya. Data konsolidasian pada setiap perkebunan dilaporkan ke kantor pusat setiap bulan. Hal ini memaksimalkan akurasi dan ketepatan laporan bulanan dan juga memungkinkan General Manager masing-masing perkebunan untuk melacak kinerja mereka. Sistem tersebut umumnya fleksibel dan komprehensif, memberikan jejak audit terperinci, mengamankan aset Perseroan dan mengelola persediaan. Perseroan juga berupaya untuk memastikan bahwa sistem komunikasi tetap lancar, dengan suara, data dan koneksi internet yang tersedia di setiap perkebunan. Masing-masing perkebunan juga memiliki koneksi komunikasi satelit atau terestrial yang disebut Very Small Aperture Terminal (“VSAT”) dengan kantor Perseroan yang berada di Medan dan Jakarta. Sistem ini memfasilitasi manajemen komunikasi antar perkebunan yang terletak di berbagai daerah di Indonesia dan mempermudah manajemen dengan informasi terkini mengenai kinerja operasi. 11. Prospek Usaha Perseroan merupakan induk perusahaan dari entitas-entitas anak yang bergerak dalam perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit, pengolahan dan perdagangan sagu serta produksi dan penggunaan energi terbarukan dan kelistrikan. Saat ini seluruh pendapatan dan laba Perseroan berasal dari perkebunan, pengolahan dan perdagangan produk kelapa sawit dan pada masa yang akan datang kelapa sawit tetap akan menjadi andalan utama penghasilan Perseroan. Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat atau United States Department of Agriculture (“USDA”) bulan Februari 2013, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan produksi CPO sebesar 25,9 juta ton pada tahun 2012, atau lebih dari 50% total produksi CPO didunia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi dunia. Permintaan terbesar CPO berasal dari India, Indonesia dan Cina (sumber: USDA, Februari 2013). Semua negara ini terletak di Asia dan memiliki jumlah populasi yang besar. Selain digunakan untuk bahan pangan, kelapa sawit juga merupakan bahan dasar bagi berbagai industri, seperti biodiesel dan oleochemical. Kebijakan energi melalui kewajiban pencampuran biodiesel yang agresif di Argentina, Brasil, Kolombia, AS dan Eropa diperkirakan akan meningkatkan permintaan biodiesel sehingga hal tersebut juga akan meningkatkan permintaan dan harga global CPO (sumber: Oil World Annual, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu penghasil devisa yang besar di Indonesia, dan juga merupakan cadangan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Perseroan berkeyakinan bahwa tanpa adanya kejadian yang tak terduga, meningkatnya permintaan atas minyak kelapa sawit dan keterbatasan lahan untuk menghasilkan kelapa sawit akan terus mendukung harga minyak kelapa sawit. Saat ini Perseroan memiliki landbank yang tersedia untuk perluasan usaha kelapa sawit. Bersama dengan team manajemen yang berpengalaman, Perseroan berkeyakinan dapat memperluas kebun kelapa sawit, meningkatkan volume produksi kelapa sawit dan, dengan dukungan harga minyak kelapa sawit yang kondusif, pendapatan dan laba Perseroan akan terus meningkat setelah kebun yang baru ditanami mulai berproduksi. Faktor-faktor domestik dan internasional seperti yang telah dibahas di atas akan memberikan iklim yang baik bagi industri perkebunan kelapa sawit di masa depan. Perseroan berkeyakinan dapat memanfaatkan peluang dari kondisi usaha tersebut melalui peningkatan produksi TBS yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan profil usia tanaman perkebunan kelapa sawit Entitas Anak yang makin membaik. Perseroan juga bermaksud untuk meningkatkan usahanya lebih lanjut melalui perluasan lahan perkebunan kelapa sawitnya dan peningkatan kemampuan pengolahan perkebunan. 185 Usaha pengolahan sagu Perseroan merupakan langkah industri perintis di Papua Barat. Perseroan memanfaatkan sistem pemanenan hutan sagu alam dengan cara yang lestari (berkesinambungan), tanpa merusak keseluruhan hutan alam itu sendiri. Apabila sagu yang tumbuh secara alami tidak dimanfaatkan, maka sagu akan terbuang percuma. Perseroan memanfaatkan batang tanaman sagu yang telah matang dan menghasilkan tepung sagu yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, maupun bahan baku industri, sumber karbohidrat lainnya. Sambil membangun, Perseroan akan mencoba menjaga dan melestarikan alam, memberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di Papua dan menghasilkan laba bagi pemegang saham Perseroan. Perseroan berkeyakinan bahwa dengan mengelola hutan alami sagu secara tepat, maka prospek usaha sagu akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi keseluruhan usaha Peseroan. Kegiatan usaha energi terbarukan Perseroan saat ini difokuskan pada pengolahan limbah kelapa sawit (dan nantinya limbah sagu) dan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Usaha ini merupakan usaha pelengkap atas bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan sagu Perseroan, sehingga manajemen dapat dilakukan dengan efisien. Tenaga listrik yang dihasilkan dijual kepada PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar kebun Perseroan. Dalam seluruh strategi usaha, Perseroan berusaha untuk menghasilkan laba optimal bagi pemegang saham Perseroan dengan menjaga keseimbangan harmonis antara Perseroan dengan pekerja, masyarakat sekitar usaha Perseroan, alam dan pemerintah, sesuai dengan misi dan visi Grup Perseroan. 12. Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance – GCG) Perseroan telah memperhatikan dan mematuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana telah diatur oleh OJK dan BEI. Sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik, Perseroan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-305BEJ/07-2004 Peraturan No. I-A mengenai Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Sekuritas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat dan peraturan Bapepam-LK dengan menunjuk Komisaris Independen, Direktur Tidak Terafiliasi dan Sekretaris Perusahaan untuk menyampaikan informasi atau data yang dibutuhkan oleh pemegang saham investor maupun regulator. Dalam rangka meningkatkan kinerja Perseroan, melindungi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (Stakeholder) Perseroan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, maka Perseroan wajib menjalankan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Perseroan menetapkan pertumbuhan usahanya sesuai dengan rencana bisnis tahunan dan dalam menjalankan kegiatan usahanya sangat bergantung kepada kepercayaan masyarakat sekitar tempat kegiatan usaha Perseroan, sehingga kepercayaan tersebut harus dijaga dengan meningkatkan kinerja, efisiensi serta pengelolaannya berlandaskan prinsip kehati-hatian. Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik juga sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan Stakeholder dan mengendalikan risiko-risiko yang dihadapi Perseroan sebagai syarat untuk berkembang dengan baik dan sehat. Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan Perseroan telah berkomitmen untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik. Komitmen yang tinggi dalam melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik di setiap kegiatan usaha Perseroan, mutlak diperlukan dalam upaya membangun organisasi kompetitif dengan mutu sumber daya manusia yang handal. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Perseroan secara terus-menerus berupaya melakukan perbaikan serta penyempurnaan terhadap penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik dengan membuat kebijakan-kebijakan internal Perseroan yang selaras dengan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik. 186 13. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR) Untuk keberhasilan jangka-panjang yang berkelanjutan dari kegiatan usaha, Perseroan mempunyai keyakinan bahwa Perseroan memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan kembali kepada masyarakat sekitar perkebunan dengan mengembangkan dan meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarat tersebut. Perseroan berkeyakinan bahwa usaha-usaha tersebut merupakan bagian integral dari stabilitas dan pengembangan usaha dan operasional Perseroan. Oleh sebab itu, Perseroan telah berinvestasi dalam jumlah yang besar dan berkomitmen atas program pengembangan masyarakat sebagai bagian dari inisiatif tanggung jawab sosial Perseroan. Fokus dari program-program ini adalah untuk meningkatkan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, aktifitas keagamaan, kondisi lingkungan hidup dan hubungan dengan pemerintah daerah setempat. Beberapa inisiatif dan usaha yang sedang dilakukan atau telah dilakukan oleh Perseroan adalah: a. Penyediaan suplemen makanan dan susu untuk anak-anak di perkebunan; b. Penyediaan sistem kesehatan yang lebih baik dengan memperhatikan imunisasi untuk masyarakat sekitar perkebunan; c. Penyediaan pelayanan kesehatan seperti operasi katarak; d. Mendirikan dan mengelola sekolah dan taman kanak-kanak di perkebunan Perseroan. Tergantung dari kapasitas kelas, beberapa sekolah dan taman kanak-kanak tersebut juga terbuka untuk anakanak dari masyarakat setempat; e. Mendirikan masjid dan gereja untuk masyarakat setempat; f. Memberikan subsidi perabotan dan perlengkapan sekolah bagi sekolah-sekolah sekitarnya; g. Menyelenggarakan program beasiswa bagi masyarakat sekitar perkebunan Perseroan; h. Mengajarkan cara berkebun masyarakat sekitarnya; i. Menyelenggarakan program ”Pelatihan untuk Petani” dimana para pemilik kecil lahan perkebunan kelapa sawit diundang untuk pelatihan selama satu hari di perkebunan Perseroan untuk mengembangkan kemampuan manajemen perkebunan dan mendapatkan saran mengenai cara peremajaan perkebunan mereka; j. Mendukung, melatih dan membangun hubungan dengan para petani setempat dengan tujuan untuk mengembangkan hubungan dengan pemasok berkualitas baik; k. Membangun jalan dan jembatan untuk masyarakat setempat. Sebagai contoh, Perseroan telah bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat di Tapanuli Selatan untuk mendirikan jembatan Barumun di perkebunan Sumatera Utara I. Jembatan tersebut tidak hanya menyediakan akses ke perkebunan namun juga ke desa-desa sekitarnya, dan Perseroan telah menyumbang jembatan tersebut kepada pemerintah daerah setempat. l. Sumbangan untukacara-acara budaya untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat. Perseroan berkeyakinan bahwa inisiatif-inisiatif seperti diungkapkan di atas telah menghasilkan hubungan baik dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan karyawan Perseroan. Perseroan telah memenangkan berbagai penghargaan Presiden untuk keberhasilan Perseroan dalam memberdayakan tenaga kerja wanita pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2008, serta dalam memperkenalkan dan menyediakan program pemberdayaan wanita dan program Keluarga Berencana secara cuma-cuma kepada para pekerja di perkebunan Pulau Belitung. 14. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (“AMDAL”) Perseroan selalu mematuhi undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku di Indonesia mengenai perlindungan lingkungan hidup. Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 mengenai pelaksanaan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Perseroan telah memiliki atau sedang dalam proses memperoleh AMDAL untuk setiap kegiatan usaha milik Entitas Anak. 187 Sebagaimana telah disyaratkan dalam AMDAL, perkebunan-perkebunan milik Entitas Anak menggunakan metode biologi untuk sistem pengendalian hama antara lain dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predator hama tikus dan tanaman-tanaman pengendali gulma/tumbuhan penggangu di perkebunan kelapa sawit, mengolah CPO dari TBS tanpa melibatkan penggunaan bahan kimia, dan pendauran ulang atau pemanfaatan lebih lanjut limbah-limbah dari pengolahan CPO seperti pemanfaatan tandan buah kosong sebagai bahan bakar boiler atau pupuk di perkebunan. Di samping itu, Perseroan juga menjalankan kegiatan usaha pembangkit tenaga listrik biogas sebagai salah satu usaha untuk pendauran ulang limbah dari produksi CPO. Perseroan juga tidak melakukan pembakaran hutan sebagai metode untuk membuka lahan baru. Selain berkomitmen untuk selalu mematuhi peraturan lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia, manajemen Perseroan bahkan telah melakukan berbagai initiatif untuk melestarikan lingkungan hidup di sekitar perkebunan seperti inisiatif hutan lindung di perkebunan yang terletak di Siais, Sumatera Utara dan inisiatif cagar alam untuk perlindungan satwa orang utan di Kalimantan Barat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2003 mengenai Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit, Perseroan telah melakukan pemantauan secara rutin atas dampak pemanfaatan limbah cair terhadap kondisi tanah, air tanah dan permukaan air di setiap perkebunan, khususnya perkebunanan dengan fasilitas PKS dan menyampaikan hasil pemantauan tersebut kepada Kantor Lingkungan Hidup setempat. Sampai dengan tanggal Prospektus ini diterbitkan, kualitas limbah cair, tanah, air tanah dan air permukaan di perkebunan milik Entitas Anak berada di dalam ambang batas yang telah ditentukan oleh KEP-28/MENLK/2003. Berikut ini adalah daftar surat persetujuan atas dokumen AMDAL, Upaya Pengelolaan Lingkungan (”UPL”) dan Upaya Kelola Lingkungan (”UKL”) dan/atau Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (”DPPL”) untuk setiap kegiatan usaha milik Perseroan atau Entitas Anak. 1. Nama Entitas Anak ANJA 2. 3. No. Lokasi Kegiatan Usaha Kegiatan Usaha Binanga, Sumatera Utara Perkebunan Kelapa Sawit ANJAP Sorong Selatan, Papua Barat Agribisnis Sagu ANJAS Angkola Selatan, Sumatera Utara Perkebunan Kelapa Sawit Surat Persetujuan atas Dokumen AMDAL / UPL dan UKL / DPPL Surat No. 08/ANDAL/RKL-RPL/ BA/III/1998 tanggal 11 Maret 1998, dikeluarkan oleh Kepala Badan Agribisnis atas nama Menteri Pertanian. Keputusan Gubernur Papua Barat No.660.1/203/XII/2010 Tahun 2010 tanggal 22 Desember 2010. AMDAL Surat Keputusan No. 660.1/1670/K/2003 tanggal 14 Oktober 2003. UKL/UPL Surat Rekomendasi No. 660/432/ KPDL-TS/2009 tanggal 7 Agustus 2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Tapapanuli Selatan Pembuangan Limbah Cair Surat Keputusan Bupati Tapanuli No. 116/KPTS/2012 188 No. 4. 5. Nama Entitas Anak AANE GMIT Lokasi Kegiatan Usaha Belitung Kegiatan Usaha Energi Terbarukan Jember, Jawa Timur Agribisnis Surat Persetujuan atas Dokumen AMDAL / UPL dan UKL / DPPL UKL/UPL Surat No. 660/08/RKM-BLHD/ XII/2009 tanggal 14 Desember 2009, di tandatangani oleh pelaksana tugas Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dan disahkan melaui lembaran pengesahan No. 08/ UKL-UPL/BLHDXII/2009, yang ditandatangani oleh pelaksana tugas Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah Kabupaten Belitung Timur. Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPPL) Persetujuan Dokumen DPPL No. 660.1/469e/512/2009 tanggal 11 Desember 2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Jember. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) (1) Rekomendasi atas DPLH Kegiatan Gudang Tembakau oleh PT Gading Mas Indonesia Tobacco di Ds.Tempeh Kidul Kec.Tempeh Kab.Lumajang No.660/615/427.44/2010 tanggal 07 September 2010 yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Lumajang. 6. PPM Sorong Selatan, Papua Barat Perkebunan Kelapa Sawit (2) Rekomendasi atas DPLH Kegiatan Gudang Tembakau oleh PT Gading Mas Indonesia Tobacco di Ds.Tempeh Lor Kec.Tempeh Kab.Lumajang No.660/616/427.44/2010 tanggal 07 September 2010 yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Lumajang. Keputusan Bupati Sorong Selatan No. 525/76/BSS/IV/2011 Tahun 2011 tanggal 25 April 2011, dikeluarkan oleh Bupati Sorong Selatan. Limbah yang dihasilkan oleh PKS terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang, fiber, janjang kosong dan sisa pembakaran boiler (abu) sedangkan limbah cair berupa sludge sisa proses pengolahan dan air yang mengandung calcium carbonate. Cangkang dan fiber dimanfaatkan oleh Entitas Anak sebagai bahan bakar boiler penghasil uap yang akan menggerakan steam turbin pada generator pembangkit tenaga listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan operasional PKS, kantor dan fasilitas penunjang lainnya di perkebunan. Sedangkan janjangan kosong dan sisa abu pembakaran dari boiler diaplikasikan pada lahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik (janjangan) dan tambahan nutrisi (abu - non organik) bagi tanaman sawit karena mengandung kalium. Mulai tahun 2013 ini, penanganan limbah padat akan ditingkatkan dengan melakukan composting, dimana limbah padat berupa janjang kosong akan difermentasikan terlebih dahulu dan dicampur dengan sebagian hasil limbah cair dari PKS, lalu ditambahkan bakteri (microbe) tertentu untuk mempercepatkan proses fermentasi menjadi kompos atau pupuk organik. 189 Sementara itu, limbah cair yang dihasilkan akan ditampung di kolam pendinginan sebelum dialirkan ke dalam kolam effluent treatment, yakni kolam an-aerobic dan aerobic. Dalam kolam effluent inilah, PH air limbah yang rendah (± 4) dan BOD yang tinggi ( 20,000 – 30,000 mg/l ) akan mengalami proses an aerobic dan aerobic sehingga air limbah olahan akan mengalami kenaikan PH menjadi 6 – 9 dan BOD akan turun sampai dibawah 100 mg/l. Setelah melalui proses ini, sesuai dengan Kerangka Acuan Amdal, limbah yang sudah diolah tersebut dapat dibuang ke saluran air ataupun sungai sebagaimana yang dilakukan pada Perkebunan Sumatera Utara I. Sedangkan pada Perkebunan Sumatera Utara II, limbah yang sudah diolah tersebut akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik melalui Land Application System Flatbed yang dibangun di antara jalur tanam sawit. Lain halnya dengan Perkebunan Pulau Belitung, di mana limbah cair PKS diproses lebih lanjut dengan memanfaatkan tampungan gas methane yang dihasilkan oleh limbah cair sebagai bahan pembangkit tenaga listrik biogas. (lihat diagram pada bagian 4.3 Kegiatan Usaha Biogas). Adapun perbandingan antara ambang batas tingkat pencemaran atas limbah yang dihasilkan oleh masing-masing Perkebunan Perseroan dan Entitas Anak dengan batasan yang diatur oleh lembaga yang berwenang/BAPEDAL adalah sebagai berikut: Parameter PH Total Nitrogen (NTotal) Tembaga (CU) Kadmum (Cd) Timbal (Pb) Seng (Zn) Total Padatan Tersuspensi Satuan Baku Mutu ke Sumber Air Perkebunan Standar Sumatera BAPEDAL Utara II Electrometri 6,0 - 9,0 7,652 Metoda Analisa mg/l Destilasi 50 26,49 mg/l mg/l mg/l mg/l AAS AAS AAS AAS - 0,115 < 0,02 < 0,05 0,162 mg/l Gravimetri 250 Minyak dan Lemak mg/l COD dengan K2Cr2O7 BOD 5 hari 20° C mg/l Partisi Gravimetri Refluks Tertutup Winkler mg/l Baku Mutu ke Aplikasi Tanah Standar BAPEDAL 6,0 - 9,0 - Perkebunan Sumatera Utara I 7,38 Perkebunan Pulau Belitung 7,51 53,03 52,11 0,29 < 0,01 < 0,04 0,45 0,22 < 0,02 < 0,03 0,60 373,4 - 1.786,25 1.014,27 25 12,6 - 30,79 4,90 350 166,388 - 2.406,87 871,33 100 94,7 5.000 1.310,48 366,05 190 X. TINJAUAN INDUSTRI KELAPA SAWIT Peran kelapa sawit dalam pasar global minyak nabati Dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dari segi hasil produksi minyak per hektar. Kelapa sawit menghasilkan dua sumber utama minyak nabati: minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO), yang diperoleh dari bagian mesocarp luar pada buah kelapa sawit, serta minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil atau CPKO), yang diperoleh dengan menghancurkan inti sawit (palm kernel atau PK) yang berada di bagian tengah buahnya. Total hasil tahunan yang umumnya diperoleh dari kedua minyak ini per hektar pada perkebunan-perkebunan besar di Asia Tenggara adalah 4,5 hingga 5,0 ton, dibandingkan dengan hasil rata-rata dunia sebesar 0,5 hingga 1,0 ton minyak per hektar untuk minyak kedelai (soybean), minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari (sunflower), yang merupakan tanaman-tanaman utama penghasil minyak nabati oilseeds. CPO dan CPKO digunakan dalam produk makanan maupun non-makanan, dan bersaing dengan minyak nabati lainnya pada segmen-segment tersebut. Tidak seperti minyak sawit, tanaman oilseedsharus ditanam kembali setiap tahunnya. Disamping itu, kualitas oilseeds menurun jauh lebih lambat dibandingkan dengan buah kelapa sawit. Oleh karenanya, pemanenan dan pengolahan oilseed pada umumnya terjadi selama berbulan-bulan dan dengan jarak beberapa kilometer antara perkebunan dan pabrik pengolahan, namun perkebunan kelapa sawit dan PKS yang mengolah TBS harus terletak saling berdekatan. Oleh sebab itu, penanaman dan pengolahan oilseed jarang terintegrasi dalam satu perusahaan, sedangkan sektor kelapa sawit didominasi oleh perusahaan-perusahaan perkebunan dan pengolahan yang terintegrasi, bersama dengan para penanam dan PKS independen berskala kecil. Produksi minyak nabati Tingkat pertumbuhan tinggi dalam penanaman kelapa sawit telah mengakibatkan peningkatan produksi CPO dan CPKO dunia, baik dari secara keseluruhan maupun sebagai bagian dari produksi minyak nabati dunia. Siklus tahunan panen oilseed telah menghasilkan suatu kebiasaan atau konvensi, di mana statistik cenderung dihimpun berdasarkan tahun pemasaran, yang mencerminkan pengaturan waktu panen. Oktober-September merupakan tahun pemasaran yang paling sering digunakan untuk statistik panen oilseed, namun data minyak kelapa sawit umumnya dihimpun berdasarkan tahun kalender. Dalam dokumen ini, data oilseed (yang diperoleh dari database Departemen Pertanian Amerika Serikat) untuk tahun 2012 merujuk pada periode Oktober 2011- September 2012, sedangkan data minyak kelapa sawit merujuk pada tahun kalender 2012. Produksi CPO tumbuh pada tingkat compound annual growth rate (CAGR) sebesar 7,6% per tahun, dari 25,3 juta ton pada tahun kalender 2002 menjadi 52,7 juta pada tahun 2012, yang merupakan 33,4% dari total dunia yang dihasilkan oleh sembilan minyak nabati terbesar dari segi volume produk (Tabel 1). LMC memperkirakan bahwa produksi global CPO akan sebesar 61,3 juta ton, dengan pangsa sebesar 35,1% pada tahun kalender 2015. 191 Tabel 1: Hasil produksi minyak kelapa sawit sedunia dan delapan minyak nabati terbesar lainnya, untuk tahun 2002, 2007 dan 2012 serta perkiraan untuk tahun 2015 (dalam jutaan ton) 2002 2007 2012 E Produksi Pangsa Produksi Pangsa Produksi Pangsa 25,3 27,3% 37,3 30,6% 52,7 33,4% 28,9 31,2% 36,5 29,9% 42,4 26,9% 13,1 14,1% 17,2 14,1% 24,3 15,4% CAGR 2002-2012 7,6% 3,9% 6,4% 2015 E Produksi Pangsa 61,3 35,1% 45,2 25,8% 26,7 15,3% CPO Kedelai Rapeseed Biji Bunga Matahari 7,4 8,0% 10,7 8,8% 15,1 9,6% 7,3% 16,9 9,7% CPKO 3,1 3,3% 4,4 3,6% 6,0 3,8% 6,8% 7,0 4,0% Lainnya 14,9 16,1% 15,7 12,8% 17,3 11,0% 1,5% 17,7 10,1% Total 92,7 100,0% 121,9 100,0% 157,8 100,0% 5,5% 174,7 100,0% Sumber: Database US Department of Agriculture (USDA,) PSD termasuk perkiraan tahun 2012. Tahun-tahun yang disajikan merupakan tahun-tahun pemasaran dari tanaman oilseed dan tahun-tahun kalender untuk CPO dan CPKO. Perkiraan merupakan estimasi LMC Februari 2013. Catatan:Kesembilan minyak utama adalah CPO, CPKO, minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari (sunflower), minyak kelapa, minyak cottonseed, minyak kacang tanah (groundnut) dan minyak zaitun. Terkait dengan produksi beberapa sumber minyak nabati utama lainnya, tingkat produksi minyak kedelai didorong oleh permintaan atas makanan protein untuk pakan ternak, dimana pakan yang terbuat dari kedelai bernilai tinggi karena kandungan proteinnya yang berkualitas tinggi (kandungan makanan kacang kedelai mewakili hampir 80% berdasarkan berat dari pengolahan kacang kedelai, sedangkan minyaknya mewakili kurang dari 20%). Karena pertumbuhan penjualan makan dibatasi oleh pertumbuhan sektor utama konsumen produk unggas dan babi, persediaan pasokan minyak kedelai dibatasi pertumbuhannya oleh laju pertumbuhan industri ternak dan telah mengalami penurunan pangsa pasar secara terus menerus sejak tahun 2002. Pertumbuhan produksi minyak rapeseed didorong oleh peningkatan permintaan akan bahan bakar biodiesel di Uni Eropa (UE), yang menggunakan minyak rapeseed dalam jumlah banyak. Pertumbuhan produksi minyak biji bunga matahari diakibatkan oleh pemulihan produksi komoditas tersebut di Ukraina dan Rusia. Ekspor CPO merupakan minyak nabati yang paling banyak diekspor di pasar global, dengan perkiraan pangsa pasar ekspor sebesar 61,5% pada tahun 2012. Ekspor tumbuh dengan CAGR sebesar 8,3% dari 17,7 juta ton pada tahun 2002 menjadi 39,1 juta pada tahun 2012. LMC memberikan estimasi bahwa ekspor CPO pada tahun 2015 akan sebesar 45,3 juta ton, yang akan merupakan 62,7% dari ekspor minyak nabati secara global (Tabel 2). Tabel 2: Ekspor dunia minyak kelapa sawit dan delapan minyak nabati utama lainnya untuk tahun 2002, 2007 dan 2012 dan perkiraan untuk tahun 2015 (juta ton) 2002 Ekspor Pangsa 17,7 53,6% 8,3 25,0% 2007 Ekspor Pangsa 27,7 56,3% 10,6 21,4% 2012 E Ekspor Pangsa 39,1 61,5% 8,5 13,4% CAGR 2002-2012 8,3% 0,3% 2015 E Ekspor Pangsa 45,7 62,7% 8,6 11,8% CPO Kedelai Biji Bunga Matahari 1,9 5,8% 4,0 8,2% 6,4 10,1% 12,8% 7,8 10,8% Rapeseed 1,0 3,1% 2,0 4,0% 4,0 6,2% 14,4% 4,7 6,4% CPKO 1,5 4,6% 2,1 4,3% 2,5 4,0% 5,3% 3,0 4,1% Lain-lain 2,6 7,9% 2,8 5,6% 3,1 4,8% 1,7% 3,1 4,3% Total 33,0 100,0% 49,2 100,0% 63,6 100,0% 6,8% 72,9 100,0% Sumber : Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. 192 Minyak-minyak Laurat Dari kesembilan minyak nabati utama, hanya terdapat dua minyak yang dapat dikonsumsi di segmen minyak laurat (dikarenakan kandungan asam lemak laurat yang tinggi), yakni minyak PK (CPKO) dan minyak kelapa. CPKO merupakan produk sampingan murni dari produksi minyak kelapa sawit. PK yang terdapat di dalam buah kelapa sawit merupakan hampir 20% dari buah tersebut dari segi berat (dan PK mewakili hampir seperempat dari bobot hasil produksi CPO). PK dihancurkan untuk menghasilkan kurang lebih 50% CPKO dan 50% PKE berdasarkan berat, yang digunakan sebagai kandungan protein dalam pakan ternak dan peternakan ikan. Hasil produksi minyak laurat tumbuh dengan tingkat CAGR sebesar 4,7% per tahun dari tahun 2002 hingga tahun 2012; CAGR berada pada tingkat 7,4% untuk PKO untuk periode yang sama (0,9% di bawah pertumbuhan 8,3% untuk CPO sebagai akibat penurunan rasio PK terhadap CPO dengan para pengembang biak bibit meningkatkan nilai tambah terhadap TBS melalu peningkatan kandungan CPO dengan menurunkan nilai PK), dan berada pada tingkat 1,2% untuk minyak kelapa. Pangsa CPKO dalam produksi minyak laurat meningkat dari 49,9% pada tahun 2002 menjadi 64,0% dan diperkirakan akan menjadi 67,0% pada tahun 2015 (Tabel 3). Pangsa CPKO dalam ekspor minyak laurat dunia adalah sedikit di bawah dengan pangsa dari segi hasil produksi minyak laurat (Tabel 4). Tabel 3: Produksi minyak laurat dunia, 2002 hingga 2012 dan perkiraan untuk tahun 2015 (dalam juta ton) 2002 2007 2012 E CAGR 2015 E Produksi Pangsa Produksi Pangsa Produksi Pangsa 2002-2012 Produksi Pangsa CPKO 3,10 49,4% 4,44 58,0% 6,32 64,0% 7,4% 7,33 67,0% Kelapa 3,17 50,6% 3,22 42,0% 3,56 36,0% 1,2% 3,61 33,0% Total laurat 6,27 100,0% 7,65 100,0% 9,88 100,0% 4,7% 10,94 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. Tabel 4: Ekspor minyak-minyak laurat dunia, 2002 hingga 2012 dan perkiraan untuk hingga 2015 (dalam juta ton) 2002 2007 2012 E CAGR 2015 E Export Pangsa Export Pangsa Export Pangsa 2002-2012 Export Pangsa CPKO 1,51 45,7% 2,13 55,0% 2,53 57,8% 5,3% 2,96 61,4% Kelapa 1,79 54,3% 1,74 45,0% 1,85 42,2% 0,3% 1,86 38,6% Total laurat 3,30 100,0% 3,87 100,0% 4,38 100,0% 2,9% 4,82 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. Hasil minyak kelapa sawit Hasil minyak kelapa sawit diukur dengan dua cara, dalam jumlah ton TBS dan dalam jumlah ton CPO per hektar tanaman menghasilkan. Tingkat ekstraksi minyak atau OER, yang didefinisikan sebagai produksi CPO per ton TBS, mengaitkan kedua cara pengukuran tersebut. Karena kelapa sawit merupakan sebuah tanaman, maka dibutuhkan sekitar tiga tahun untuk tumbuh menjadi cukup dewasa dan mulai menghasilkan panen. Bagan 1 menyajikan hasil TBS sepanjangan usia tanaman kelapa sawit pada umumnya, dengan hasil rata-rata per hektar sebesar 20 ton TBS per hektar selama periode ini. Hasil masih rendah pada awal usia produktif tanaman kelapa sawit. Puncak penghasilan (hingga hampir 120% rata-rata) dimulai pada tahun sepuluh. Para perusahaan perkebunan dengan proporsi tanaman muda cenderung memiliki hasil yang rendah per hektar tanaman menghasilkan, sedangkan para perusahaan perkebunan yang tanaman kelapa sawitnya berusia 10 hingga 20 tahun memiliki hasil yang lebih tinggi. 193 Bagan 1: Hasil TBS sepanjang usia tanaman kelapa sawit Yield tonnes ofhektar FFB per hectare Hasilinton TBS per 25 20 15 10 5 0 Year Tahun1 1 Year 44 Tahun Year 7 7 Tahun Year 1010 Year 13 13 Year 1616 Year 1919 Year 22 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun22 Year 25 25 Year 2828 Tahun Tahun Sumber: Riset MPOB (Berbagai profil ini berlaku sama terhadap perkebunan Indonesia dan Malaysia), 2009 Perkembangan sektor global CPO dan CPKO Produksi Asia Tenggara mendominasi produksi CPO global dengan jumlah lebih dari 51 juta ton pada tahun 2012. Indonesia pada tahun 2012 memproduksi 27,2 juta ton CPO, yang merupakan lebih dari 50% dari total produksi global, sedangkan Malaysia memproduksi 18,8 juta ton. Secara bersama sama, Indonesia dan Malaysia memproduksi lebih dari 87% keseluruhan produksi global CPO pada tahun 2012 (Bagan 2). CPKO dihasilkan dengan menghancurkan PK yang diperoleh selama proses penggilingan secara bersamaan dengan produksi CPO. Produksi CPKO global secara keseluruhan adalah sekitar 6,0 juta ton pada tahun 2012. Secara global, rata-rata produksi CPKO berkisar 11,4% dari total produksi CPO. Indonesia memproduksi lebih dari 50% produksi CPKO global, serupa dengan kontribusi terhadap produksi CPO global (Bagan 3). 194 55 55% 50 50% 45 45% 40 40% 35 35% 30 30% 25 25% 20 20% 15 15% 10 10% 5 5% 0 2002 2004 Rest of the World Negara lainnya 2006 2008 Malaysia Indonesia 2010 %Indonesian Indonesia terhadap total produksi global % share of total output Juta ton CPO Million tonnes of CPO Bagan 2: Produksi global CPO, 2002 hingga 2012 (dalam juta ton) 0% 2012 Indonesian of Total % Indonesia%dari Total Sumber: USDA, Februari 2013. 55 55% 6.6 50 55% 50% 6.0 45 50% 45% 5.4 40 45% 40% 4.8 35 40% 35% 4.2 30 35% 30% 3.6 25 30% 25% 3.0 20 25% 20% 2.4 15 20% 15% 1.8 10 15% 10% 1.2 5 10% 5% 0.6 0 2002 0.0 2002 2004 Rest of the World Negara lainnya 2004 Sumber: USDA, FebruariNegara 2013. Rest of the World lainnya 2006 2008 Malaysia 2006 Malaysia Indonesia 2008 Indonesia % Indonesia terhadap total produksi global %Indonesian Indonesia terhadap produksi global Indonesian %total share ofoutput total output % share of total Juta ton CPO Million tonnes of CPO ton CPKO MillionJuta tonnes of CPKO Bagan 3: Produksi global CPKO, 2002 hingga 2012 (dalam juta ton) 5% 0% 2012 0% Indonesian of Total % Indonesia%dari Total 2010 2012 2010 Indonesian % ofdari Total % Indonesia Total Konsumsi ton CPKO MillionJuta tonnes of CPKO 4.8 40% 4.2 35% 3.6 30% 3.0 2.4 195 25% 20% % Indonesia terhadap total produksi Indonesian % share of totalglobal outpu Beberapa negara merupakan konsumen besar CPO dan CPKO. CPO digunakan sebagai bahan makanan, khususnya untuk menggoreng dikarenakan sifatnya yang stabil, 6.6 55% dan sebagai minyak memasak dan minyak untuk industri makanan, dimana sifatnya yang keras bernilai tinggi. CPO juga 6.0 50% digunakan sebagai bahan bakar biofuel dan sebagai pakan hewan untuk oleochemicals dalam produksi asam5.4lemak. 45% CPKO lebih bergantung pada penggunaan oleochemicals, misalnya, pada deterjen dan produk kebersihan pribadi, namun juga digunakan sebagai bahan makanan dalam produk-produk seperti es krim dan margarin. Permintaan akan komoditas tersebut tersebar secara internasional, dimana Cina, India, UE, Indonesia dan Malaysia secara bersama-sama menduduki hampir 60% dari konsumsi CPO global dan lebih dari 75% dari konsumsi CPKO secara global (Tabel 5 dan 6 serta Bagan 4 dan 5 menggambarkan permintaan atas CPO dan CPKO). UE, Cina, India dan Indonesia masing-masing menempati 10% dari konsumsi CPO secara global pada tahun 2012, dimana Indonesia hampir melebihi India sebagai konsumen CPO terbesar. Permintaan di Indonesia telah didorong oleh pembuatan biodiesel dan oleochemical secara lokal, dimana produk akhirnya diekspor, dikarenakan para perusahaan pengolahan di Indonesia memanfaatkan insentif pajak ekspor untuk proses pembuatan untuk keperluan ekspor. Pertumbuhan permintaan di Cina melambat setelah tahun 2007, dikarenakan impor kedelai untuk dihancurkan (bukan impor minyak nabati secara langsung) menyediakan minyak nabati tambahan yang dikonsumsi oleh konsumen lokal. Karena kapasitas produksi oleochemical yang tinggi di Malaysia dan Indonesia, maka permintaan global atas CPKO lebih terkonsentrasi secara tinggi daripada permintaan atas CPO di Asia Tenggara, dimana kawasan tersebut sekarang menempati hampir 55% dari permintaan global pada tahun 2012, meningkat dari 48% permintaan global pada tahun 2007. CAGR berada pada tingkat 7,2% antara tahun 2002 dan 2012 untuk CPO dan 6,7% untuk CPKO, dibandingkan dengan CAGR sebesar 4,4% untuk periode yang sama untuk keseluruhan jenis minyak lainnya yang dapat dikonsumsi. Tabel 5: Permintaan akan CPO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam juta ton) 2002 2007 2012 E CAGR 2015 E Konsumsi Pangsa Konsumsi Pangsa Konsumsi Pangsa 2002-12 Konsumsi Pangsa India 3,73 15,2% 3,67 10,1% 7,43 15,1% 7,1% 9,28 15,9% Indonesia 3,38 13,8% 4,45 12,3% 6,93 14,1% 7,4% 8,83 15,1% Cina 2,02 8,2% 5,14 14,2% 5,84 11,9% 11,2% 7,30 12,5% Uni Eropa 2,92 11,9% 4,22 11,6% 5,53 11,3% 6,6% 6,08 10,4% Malaysia 1,74 7,1% 3,11 8,6% 2,96 6,0% 5,4% 3,40 5,8% Lainnya 10,67 43,6% 15,63 43,2% 20,38 41,5% 6,7% 23,43 40,2% Total dunia 24,46 100,0% 36,21 100,0% 49,06 100,0% 7,2% 58,34 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. Tabel 6: Permintaan akan CPKO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam juta ton) 2002 2007 2012 E CAGR 2015 E Konsumsi Pangsa Konsumsi Pangsa Konsumsi Pangsa 2002-12 Konsumsi Pangsa Malaysia 1,04 35,1% 1,50 34,2% 1,70 30,2% 5,1% 1,87 28,0% Indonesia 0,42 14,3% 0,59 13,5% 1,38 24,5% 12,6% 1,86 27,9% Cina 0,61 20,5% 0,62 14,3% 0,57 10,1% -0,6% 0,62 9,3% Uni Eropa 0,10 3,3% 0,39 8,9% 0,48 8,4% 17,2% 0,60 8,9% India 0,06 2,0% 0,13 3,1% 0,20 3,5% 12,9% 0,24 3,7% Lainnya 0,73 24,8% 1,14 26,0% 1,31 23,3% 6,0% 1,48 22,1% Total dunia 2,95 100,0% 4,37 100,0% 5,63 100,0% 6,7% 6,68 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. 196 Bagan 4: Konsumsi CPO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton) 50 50 45 45 40 Million tonnes tonnes JutaMillion ton Juta CPO ton CPO 40 35 35 30 30 25 25 20 20 15 15 10 10 5 5 0 0 2002 2003 2005 2006 2010 2011 2012 2002 2003 India2004Indonesia 2005 2004 China Cina 2006 EU2007 Malaysia 2008 Negara lainnya Rest of the World 2009 2010 2011 2012 China Cina EU Negara lainnya Rest of the World India Indonesia 2007 2008 Malaysia 2009 Sumber: USDA, Februari 2013. Bagan 5: Konsumsi CPKO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton) 6 6 5 Million Million tonnes tonnes Juta ton Juta CPKO ton CPKO 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 2002 2003 2002 2003Malaysia 2004 Indonesia 2005 2004 Sumber: USDA, Februari 2013. Malaysia 2005 Indonesia 2006 2007 2008 EU 2006 China Cina 2007 India 2008 Negara lainnya Rest of the World 2009 2010 2009 2010 EU China Cina India Negara lainnya Rest of the World 2011 2012 2011 2012 Ekspor Hampir 80% dari produksi global CPO dan 50% dari produksi global CPKO diekspor dari negara produksi. Lebih dari 50% ekspor tersebut terdiri dari minyak yang telah diolah (refined), karena pemerintah Indonesia maupun Malaysia memberlakukan insentif untuk mendorong investasi terhadap fasilitas pengolahan. Mereka melakukan ini dengan menerapkan pajak ekspor yang lebih tinggi terhadap CPO dibandingkan dengan pajak terhadap ekspor produk hulu, termasuk minyak yang telah diolah, biodiesel dan oleochemicals (Tabel 11 menjelaskan pajak ekspor Indonesia dan Malaysia yang berlaku pada saat ini). 197 Pada tahun 2012, kapasitas pengolahan di Malaysia melebihi hasil produksi CPO negara tersebut dan diperkirakan bahwa hal yang sama akan terjadi di Indonesia pada tahun 2013. Indonesia merupakan pengekspor terbesar CPO dan CPKO. Pangsa Indonesia telah cukup konstan (untuk CPO) atau menurun (untuk CPKO) sejak tahun 2010 dengan meluasnya pengolahan dalam negeri (Bagan 6 dan 7). Sebagai akibat peningkatan pengolahan dalam negeri, semakin besar pangsa produksi untuk CPO maupun CPKO yang diekspor dengan pertambahan nilai. Sejumlah besar CPO dan CPKO yang diekspor secara tidak langsung, dalam bentuk oleochemicals, biodiesel atau margarin misalnya, diolah secara lokal sebelum diproses lebih lanjut. 45.0 45.0 50% 50% 40.5 40.5 45% 45% 36.0 36.0 40% 40% 31.5 31.5 35% 35% 27.0 27.0 30% 30% 22.5 22.5 25% 25% 18.0 18.0 20% 20% 13.5 13.5 15% 15% 9.0 9.0 10% 10% 4.5 4.5 5% 5% 0.0 0.0 2002 2002 2004 2004 Negara lainnya Rest of World Negara lainnya Rest of the the World 2006 2006 Malaysia Malaysia 2008 2008 Indonesia Indonesia %%Indonesia Indonesiaterhadap terhadaptotal totalekspor ekspor Indonesian Indonesian%%share shareof oftotal totalexports exports Juta ton tonCPO CPO Million MillionJuta tonnes tonnes of ofCPO CPO Bagan 6: Ekspor global CPO, 2002-2012 (dalam juta ton) 0% 0% 2010 2012 2010 2012 % Total Indonesian of % Indonesia Indonesia% dari Total Indonesian %dari of Total Total Sumber: USDA, Februari 2013. 3.0 3.0 70% 70% 2.5 2.5 60% 60% 2.0 2.0 50% 50% 1.5 1.5 40% 40% 1.0 1.0 30% 30% 0.5 0.5 20% 20% 0.0 0.0 2002 2002 2004 2004 Negara lainnya Rest World Negara lainnya Rest of of the the World 2006 2006 Malaysia Malaysia 2008 2008 Indonesia Indonesia Source: USDA, Februari 2013. 198 10% 10% 2010 2012 2010 2012 % Indonesia Indonesia dari Total Indonesian % of % Total Indonesian %dari of Total Total %%Indonesia Indonesia terhadap total totalekspor ekspor Indonesian Indonesian %%terhadap share shareof oftotal total exports exports Juta Juta ton tonCPKO CPKO Million Million tonnes tonnes of ofCPKO CPKO Bagan 7: Ekspor global CPKO, 2002-2012 Impor Dikarenakan sebaran geografis yang cukup luas dari konsumsi CPO dan CPKO, impor CPO terbagi cukup rata diantara para negara konsumen terbesar, dimana India dan Cina merupakan pengimpor terbesar pada tahun 2012 (Tabel 7 dan Bagan 8). Impor CPKO terkonsentrasi di UE dan Cina, dimana kedua negara tersebut menggunakan dalam jumlah besar alkohol lemak (fatty alcohol) yang dihasilkan secara alami oleh PKO sebagai bahan pakan ternak (Tabel 8 dan Bagan 9). Tabel 7: Impor CPO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam juta ton) Impor 2,02 2,98 3,40 2002 Pangsa 12,3% 18,1% 20,6% 2007 Impor Pangsa 5,14 18,9% 4,34 16,0% 3,65 13,4% 2012 E Impor Pangsa 5,84 15,2% 5,64 14,6% 7,47 19,4% CAGR 2002-2012 11,2% 6,6% 8,2% 2015 E Impor Pangsa 7,30 15,9% 6,08 13,3% 8,82 19,3% India Cina Uni Eropa Bagian lain dunia 8,08 49,0% 14,02 51,7% 19,55 50,8% 9,2% 23,57 51,5% Total dunia 16,48 100,0% 27,15 100,0% 38,50 100,0% 8,9% 45,78 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. Tabel 8: Impor CPKO berdasarkan negara, 2002 hingga 2012 dan perkiraan hingga 2015 (dalam juta ton) 2002 2007 2012 E CAGR 2015 E Impor Pangsa Impor Pangsa Impor Pangsa 2002-2012 Impor Pangsa Uni Eropa 0,59 46,7% 0,64 30,9% 0,61 23,8% 0,4% 0,67 22,2% Cina 0,10 7,7% 0,39 18,9% 0,48 18,5% 17,2% 0,57 19,0% India 0,05 4,2% 0,14 6,7% 0,18 6,8% 12,7% 0,23 7,8% Bagian lain dunia 0,52 41,4% 0,90 43,5% 1,31 50,9% 9,6% 2,21 73,3% Total dunia 1,26 100,0% 2,07 100,0% 2,57 100,0% 7,4% 3,01 100,0% Sumber: Database USDA PSD, termasuk estimasi tahun 2012. Perkiraan untuk tahun 2015 adalah estimasi LMC Februari 2013. Bagan 8: Impor CPO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton) 40 35 Million Juta tonnes ton CPO 30 25 20 15 10 5 0 2002 2003 2004 2005 India 2006 China 2007 EU 2008 2009 Rest of the World Negara lainnya Sumber: USDA, Februari 2013. 199 2010 2011 2012 Bagan 9: Impor CPKO berdasarkan negara, 2002-2012 (dalam juta ton) 3 3 2.5 2.5 Million Million tonnes tonnes Juta ton Juta CPKO ton CPKO 2 2 1.5 1.5 1 1 0.5 0.5 0 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 EU 2005 China 2006 India 2007 Rest of the World Negara lainnya 2008 2009 EU China India Rest of the World Negara lainnya Sumber: USDA, Februari 2013. 2009 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Perkiraan (outlook) untuk sektor kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia Penanaman Sebagai tanaman panen, dengan masa persiapan yang panjang antara penanaman dan penghasilan, kelapa sawit memiliki jangka waktu bertahun-tahun antara indikasi harga kepada calon penanam dengan perolehan hasil yang dapat dipanen. Hubungan antara harga dan penanaman memberikan metode perkiraan yang dapat dihandalkan untuk beberapa tahun mendatang. Terdapat keterkaitan erat antara harga CPO di Asia Tenggara dan penjualan bibit kelapa sawit di Indonesia (Bagan 10). Harga CPO yang lebih tinggi mendorong penanaman yang lebih banyak, yang tercermin pada penjualan bibit yang telah dibuahi (germinated seed) yang lebih tinggi. 240 3,200 240 3,200 200 2,800 200 2,800 160 2,400 160 2,400 120 2,000 120 2,000 80 1,600 80 1,600 40 1,200 40 1,200 800 0 0 1992 1992 1995 1998 Total bibit Totalpenjualan seed sales 1995 1998 Total bibit Totalpenjualan seed sales 2001 2004 2007 Harga CPO(MDEX (MDEX3rd 3rdposition position futures) futures) CPO Price 2001 2004 2007 Harga CPO(MDEX (MDEX3rd 3rdposition position futures) futures) CPO Price Sumber: Riset LMC, Februari 2013. 200 2010 2010 800 CPO di Bursa Malaysia HargaHarga CPO di Bursa Malaysia BursaBursa Malaysia CPO price, CPO MYR per MYRtonne per tonne ( per MYR perprice, ton) (Malaysia MYR ton) Penjualan Penjualan bibit yang bibit telah yang dibuahi telah dibuahi ( dalam ( dalam jutaanjutaan bibit ) bibit ) Germinated Germinated seed sales, seed sales, million million seedsseeds Bagan 10: Penjualan bibit kelapa sawit yang telah dibuahi (germinated seeds) vs. Harga CPO di Bursa Malaysia Tabel 9: Perkiraan produksi CPO global dari tahun 2012 hingga 2015 (dalam juta ton) Indonesia Malaysia Sisa Dunia Total 18,8 19,0 19,9 20,0 6,7 6,9 7,1 7,3 52,7 55,6 59,9 61,3 2012 E 27,2 2013 E 29,8 2014 E 32,9 2015 E 34,0 Sumber: Estimasi LMC, Februari 2013. Pertumbuhan Y-o-Y 7,7% 5,6% 7,6% 2,4% Tabel 10: Perkiraan produksi global CPKO dari tahun 2012 hingga tahun 2015 (dalam juta ton) Indonesia Malaysia Sisa Dunia Total 2,1 2,1 2,2 2,2 0,8 0,9 0,9 0,9 6,0 6,3 6,8 7,0 2012 E 3,1 2013 E 3,4 2014 E 3,7 2015 E 3,9 Sumber: Estimasi LMC, Februari 2013. Pertumbuhan Y-o-Y 7,7% 5,6% 7,6% 2,4% Membandingkan produksi di Indonesia dan Malaysia Produksi CPO rata-rata per hektar tanaman sawit dewasa untuk Indonesia, dibandingkan dengan di Malaysia, ditampilkan pada Bagan 11. Terdapat selisih sebesar hampir satu ton per hektar antara produksi CPO di Malaysia dan Indonesia. Sebagian dari selisih tersebut disebabkan oleh usia ratarata yang relatif muda di perkebunan di Indonesia, sebagai akibat dari pertumbuhan pesat penanaman yang belum lama ini terjadi. Sebuah faktor lain yang menyebabkan rendahnya produksi CPO ratarata di Indonesia adalah rendahnya tingkat produksi dari sektor penanam yang berskala kecil. Sektor penanam yang berskala kecil secara berangsur menjadi penting karena kewajiban semua perkebunan baru untuk memiliki komponen plasma yang signifikan di daerah mereka masing-masing. Bagan 11: Perbandingan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia 4.6 Hasil produksi CPO CPO yields, tonnes mature hectare ( dalam ton per hektarper tanaman dewasa) 4.4 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 2000 2002 2004 2006 Malaysia 2008 2010 Indonesia Sumber: MPOB untuk Malaysia dan estimasi LMC, yang diadaptasi dari data Direktorat Jenderal Pertanahan Indonesia, 2012. 201 Kondisi kebijakan di Indonesia dan kawasan lainnya Pajak ekspor Salah satu pengaruh besar terhadap profitabilitas sektor kelapa sawit Indonesia adalah sistem perpajakan ekspor. Pemerintah menerapkan pajak ekspor, yang meningkat seiiring dengan meningkatnya harga ekspor CPO. Disamping itu, peraturan perpajakan (yang berbeda dengan yang berlaku sebelum bulan September 2011) menerapkan pajak ekspor yang lebih rendah untuk produk minyak sawit yang telah diolah dibandingkan dengan CPO. Hal ini memberikankan insentif kepada para pengolah minyak sawit, yang membeli CPO untuk diolah dengan harga ekspor dikurangi pajak ekspor dan mengekspor produk sawit yang telah diolah pada harga ekspor dikurangi pajak ekspor produk olahan tersebut (yang lebih rendah). Diantara produk-produk yang telah diolah, yang memainkan peran terpenting adalah minyak goreng sawit (RBD olein atau RBDOL) yang telah diolah, diputihkan dan dihilangkan baunya (refined, bleached, deodorized atau RBD), yang menempati lebih dari 75% dari produk yang diperoleh dari pemurnian CPO. Perusahaan pengolah CPO pada kuartal kedua tahun 2012 mendapatkan insentif hingga USD100 per ton, ketika pajak ekspor CPO mendekati USD220 per ton dan pajak ekspor yang diberlakukan terhadap RBD olein dibawah USD120 per ton (Bagan 12). CPO telah dikenakan pajak ekspor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan RBD olein sejak bulan September 2011. Oleh karenanya, perusahaan yang menjual CPO di Indonesia dapat menerima harga ekspor FOB dikurangi dengan pajak ekspor yang telah mendekati USD220 per ton di pertengahan tahun 2012, sedangkan perusahaan yang menjual RBD olein akan menerima harga ekspor FOB dikurangi dengan pajak ekspor di bawah USD120 per ton pada pertengahan tahun 2012. Para pengolah minyak sawit di Malaysia mengalami penurunan daya saing di pasar ekspor setelah perubahan struktur pajak ekspor Indonesia pada bulan September 2011, namun sejak Januari 2013, Pemerintah Malaysia telah memberlakukan insentif pajak ekspor kepada para pengolah, yang secara umum dirancang untuk mengimbangi insentif yang diterima oleh para pengolah minyak sawit Indonesia. (Tabel 11 mencantumkan tingkat pajak ekspor CPO dan RBD olein yang berlaku di kedua negara, disamping juga selisih antara tingkat pajak untuk komoditas tersebut di Indonesia, yang mengindikasikan skala insentif bagi para pengolah lokal.) Bagan 12: Pajak ekspor Indonesia terhadap CPO dan RBD olein sejak bulan September 2011 220 Pajak Ekspor Indonesia ( dalam USDtaxes, per ton) Indonesian export US$ per tonne 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Sep-11 Sep-11 Des-11 Dec-11 Mar-12 Mar-12 CPO Jun-12 Jun-12 Oleinpalm sawitolein RBD RBD Sumber : Lembar Negara Pemerintah Indonesia, Februari 2013. 202 Sep-12 Sep-12 Tabel 11: Struktur pajak ekspor CPO dan RBD olein di Indonesia dan Malaysia Pajak ekspor Indonesia Kisaran harga CPO CPO RBD olein Selisih Pajak ekspor Malaysia Kisaran harga CPO (pada MYR3 = USD) MYR2.250-2.400 USD750-800 MYR2.400-2.550 USD800-850 MYR2.550-2.700 USD850-900 MYR2.700-2.850 USD900-950 MYR2.850-3.000 USD950-1.000 MYR3.000-3.150 USD1.000-1.050 MYR3.150-3.300 USD1.050-1.100 MYR3.300-3.450 USD1.100-1.150 MYR3.450-3.600 USD1.150-1.200 <= USD750 0,0% 0,0% 0,0% USD750-800 7,5% 2,0% 5,5% USD800-850 9,0% 3,0% 6,0% USD850-900 10,5% 4,0% 6,5% USD900-950 12,0% 5,0% 7,0% USD950-1.000 13,5% 6,0% 7,5% USD1.000-1.050 15,0% 7,0% 8,0% USD1.050-1.100 16,5% 8,0% 8,5% USD1.100-1.150 18,0% 9,0% 9,0% USD1.150-1.200 19,5% 10,0% 9,5% USD1.200-1.250 21,0% 11,5% 9,5% > USD1250 22,5% 13,0% 9,5% Sumber : Lembar Negara Pemerintah Indonesia dan Malaysia, Februari 2013. CPO RBD olein 4,5% 5,0% 5,5% 6,0% 6,5% 7,0% 7,5% 8,0% 8,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% Tarif impor Diantara ketiga pengimpor utama produk minyak sawit, baik India maupun Uni Eropa menerapkan tarif impor yang lebih tinggi terhadap CPO daripada minyak-minyak yang telah diolah. Setelah terjadinya reformasi pajak di Indonesia pada bulan September 2011, Pemerintah India menata ulang sistem tarif impor mereka di bulan Juli 2012 sehingga menyeimbangi keuntungan yang diberikan kepada pengolah minyak sawit Indonesia oleh sistem pajak ekspor Indonesia. Cina menerapkan tarif impor yang sama terhadap CPO dan RBD olein dan merupakan pengimpor produk sawit olahan terbesar di dunia. Namun demikian, sejak Januari 2013, Pemerintah Cina memberlakukan peraturan yang lebih ketat terhadap kualitas produk minyak sawit olahan yang diimpor, dan ini dapat menurunkan kuantitas minyak sawit yang diimpor Cina. Kesinambungan Salah satu permasalahan yang memiliki dampak semakin besar dalam beberapa tahun belakangan ini adalah tekanan dari berbagai pihak, seperti misalnya perusahaan makanan multinasional, untuk menjamin kesinambungan produksi CPO. Asosiasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) telah didirikan untuk menjamin keberlanjutan produksi CPO di berbagai perkebunan yang menerima persyaratannya yang ketat. Secara bersamaan, terdapat berbagai standar kesinambungan nasional terpisah yang diberlakukan di Indonesia maupun Malaysia. Tekanan ini telah berperan sebagai sebuah penghalang non-tarif terhadap penggunaan minyak sawit di Uni Eropa serta di Amerika Serikat (AS), dan pemerintah di kedua negara tersebut bersikeras untuk dipenuhinya ketentuan kesinambungan sebagai persyaratan dukungan mereka terhadap penggunaan CPO sebagai sumber biofuel. Namun demikian, Uni Eropa dan Amerika Utara saat ini bersama-sama menempati kurang dari 15% dari konsumsi CPO secara global. Sebagai sebuah sumber lemak keras dengan harga bersaing untuk proses memasak dan industri pembuatan makanan, CPO sulit untuk digantikan sebagai bahan bersifat trans-fat-free (minyak nabati utama lainnya, seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari, semua membutuhkan partial hydrogenation, yang menimbulkan asam lemak trans (trans-fatty acids), yang dianggap tidak sehat). Oleh sebab itu, dampak penghalang non-tarif tersebut sifatnya terbatas. 203 Perilaku harga minyak nabati Pada tahun 2007, terjadi sebuah perubahan pada pola harga minyak nabati. Sebelum tahun tersebut, berbagai harga minyak nabati utama tidak memiliki keterkaitan yang jelas dengan harga minyak bumi. Bagan 13 membandingkan harga minyak mentah Brent North Sea per ton terhadap harga Uni Eropa Barat Laut untuk tiga minyak nabati utama, yakni minyak sawit, minyak kedelai dan minyak rapeseed, dari tahun 1999 hingga 2006, dan dapat dilihat tidak ada korelasi yang berarti pada pergerakan harga. Bagan 13: Harga minyak nabati Uni Eropa terhadap minyak mentah Brent North Sea tahun 19992006 900 NW Europe prices, US$ per tonne 750 600 450 300 150 0 Jan-99 Jan-00 Jan-01 Brent Crude Jan-02 Jan-03 CPO Jan-04 Jan-05 Jan-06 Minyak ─ Minyak Soy Oil kedelai─ ─ ─ Rapeseed Oilrapeseed Sumber: IMF, MPOB, World Bank, Februari 2013. Sementara itu, permintaan atas minyak nabati untuk biodiesel telah tumbuh dengan pesat. Pada tahun 2007 pangsa minyak nabati pada permintaan global untuk semua minyak nabati telah meningkat di atas 10% untuk pertama kalinya. Persentase ini terbukti penting di beberapa pasar bahan baku biofuel (termasuk tepung dan gula) dalam menciptakan hubungan antara harga produk pertanian dan harga minyak bumi. Hubungan ini tercipta karena di sejumlah pasar utama biodiesel, termasuk dua pasar terbesar, yakni Uni Eropa dan Amerika Serikat, dimana terdapat kewajiban biodiesel, para pihak berwenang hanya mensyaratkan persentase campuran biodiesel di dalam bahan bakar solar agar tercapai pada akhir tahun. Sebagai akibatnya, permintaan minyak nabati untuk memproduksi biodiesel berfluktuasi dalam satu tahun, tergantung dari persepsi harga para pembeli terkait dengan harga bahan bakar solar. Hanya ketika biodiesel menyerap lebih dari 10% keluaran minyak nabati, barulah pergerakan permintaan biodiesel jangka pendek menjadi cukup besar untuk menciptakan hubungan yang jelas antara harga minyak bumi dan harga minyak nabati, dan menempatkan minyak nabati dalam sebuah kisaran harga dimana harga minyak mentah merupakan batas harga bawah. Batas harga bawah ini timbul ketika harga minyak nabati sejalan dengan harga minyak bumi sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada subsidi yang diperlukan untuk mendorong penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar. Plafon dari kisaran harga ini ditetapkan oleh tingginya subsidi yang diberikan pemerintah untuk biofuel. (Bagan 14 menggambarkan kisaran harga, dengan sebuah garis vertikal pada awal tahun 2007, ketika kisaran harga ini pertama kali muncul.) 204 Bagan 14: Harga berbagai minyak nabati utama di Uni Eropa vs. minyak mentah Brent North Sea pada tahun 2006-12 1,600 NW EU Europe US$ per Harga Barat prices, Laut ( dalam USDtonne per ton ) 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09 Brent Crude CPO Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-13 Minyak ─ MinyakOil rapeseed Soy Oil kedelai─ ─ ─Rapeseed Sumber: IMF, MPOB, World Bank, Februari 2013.. Substitusi antara berbagai jenis minyak Timbulnya kisaran harga ini tidak bergantung pada kondisi dimana semua minyak digunakan dalam jumlah besar sebagai biofuel. Permintaan dalam jumlah tinggi atas minyak rapeseed (di Uni Eropa) dan minyak kedelai (di Amerika Serikat, Brazil dan Argentina) yang sekarang digunakan sebagai bahan baku biodiesel telah mengalihkan pasokan dari pasar makanan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu jenis minyak lainnya untuk mengisi kekurangan pasokan yang diakibatkan pada pengalihan ke biofuel, dan minyak kelapa sawit berposisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di dalam kisaran harga tersebut, perbedaan antara harga masing-masing minyak dapat dijelaskan oleh pergeseran keseimbangan persediaan-permintaan di masing-masing sektor. Sebagai contoh, diskon minyak sawit terhadap minyak nabati lainnya melebar ketika persediaan minyak sawit sedang tinggi, sementara harga minyak kedelai dan rapeseed meningkat terhadap minyak sawit ketika persediaan minyak kedelai dan rapeseed sedang rendah disebabkan hasil panen yang buruk. Pengaruh biofuel terhadap harga minyak nabati juga terjadi secara tidak langsung sebagai akibat dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk mendorong penggunaan bahan bakar etanol. Jagung (tepung maizena) yang digunakan untuk memproduksi etanol di Amerika Serikat bersaing dengan kedelai untuk lahan perkebunan. Peningkatan permintaan atas etanol mendongkrak harga jagung dan menyebabkan petani untuk mengalihkan lahan perkebunan dari kedelai ke jagung, sehingga mengurangi ketersediaan kedelai sebagai sebuah alternative dari minyak kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati. Premi di Uni Eropa untuk CPO terhadap minyak mentah Brent bertolak belakang dengan persediaan minyak kelapa sawit (Bagan 15). Dengan tidak adanya data resmi komprehensif tentang persediaan Indonesia, data persediaan yang dikeluarkan oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) umumnya digunakan sebagai indikator. Ketika persediaan MPOB sedang rendah, premi CPO terhadap Brent juga rendah, dimana para penjual CPO bersaing mendapatkan pasar. Premi Uni Eropa untuk CPO atas Brent telah menunjukkan rata-rata sekitar USD250 per ton pada periode dari Januari 2007 hingga Februari 2013. (Premi ini dijelaskan dengan garis horizontal pada Bagan 17). 205 600 2,650 600 2,650 500 2,375 500 2,375 400 2,100 400 2,100 300 1,825 300 1,825 200 1,550 200 1,550 100 1,275 100 1,275 0 Jan-07 0 Jan-07 Tingkat Tingkat Persediaan Persediaan MPOB (tonnes ribuan (tonnes ribuan ton) ton) MPOB MPOB Stocks, Stocks, '000MPOB '000 EU Harga CPO EUpremium CPO premium over( Brent, over( Brent, $ perper $tonne per tonne Harga EU Barat EU Laut Barat Laut dalam dalam USD USD tonper ) ton ) Bagan 15: Premi CPO Uni Eropa atas Brent vs. persediaan minyak sawit Malaysia tahun 20072012 1,000 Jan-08 Jan-09 Jan-08 Premium Jan-09 Premi Jan-10 Jan-11 Average premium Jan-10 Rata-rata premi Jan-11 Average premium Sumber : IMF, MPOB, World Bank,Premium Februari 2013. Rata-rata Premi premi Jan-12 Stocks Jan-12 Tingkat persediaan 1,000 Stocks Tingkat persediaan Futures markets Future trading memainkan peran yang semakin besar dalam penentuan harga minyak nabati. Future market utama untuk minyak nabati adalah pasar di Chicago (memperdagangkan minyak kedelai), dan di Kuala Lumpur serta Jakarta (keduanya memperdagangkan CPO). Bagan 16: Harga Uni Eropa untuk kelapa sawit, inti sawit dan minyak kelapa, 2006-2012 2,400 Harga Harga EUEurope Barat EUEurope Laut Barat ( Laut dalam ( dalam USD USD tonper ) ton ) NW NW prices, prices, US$ per US$per tonne per tonne 2,400 2,200 2,200 2,000 2,000 1,800 1,800 1,600 1,600 1,400 1,400 1,200 1,200 1,000 1,000 800 800 600 600 400 400 200 Jan-06 Jan-07 200 Jan-06 Jan-07 MPOB, World Bank, Februari 2013.. Jan-08 CPKO Jan-08 CPKO Jan-09 CPO Jan-09 Jan-10 Jan-10 CPO Jan-11 Minyak kelapa Coconut Oil Jan-11 Minyak kelapa Coconut Oil MPOB, World Bank, Februari 2013.. Sources : IMF, Sumber: MPOB, World Bank, Februari 2013.. 206 Jan-12 Jan-13 Jan-12 Jan-13 Sources: IMF, Sumber: Sources: IMF, Sumber: Minyak-minyak Laurat Bagan 18 membandingkan harga di Uni Eropa untuk kedua minyak laurat tersebut (CPKO dan minyak kelapa) terhadap harga CPO. Harga kedua minyak laurat tersebut saling mengikuti secara sangat dekat, karena mereka dapat menggantikan satu dengan lainnya sebagai bahan bakar dalam industri oleochemical. Namun demikian, perbedaan antara harga minyak laurat dan CPO dapat, terkadang, menjadi sangat besar ketika persediaan kedua minyak laurat tersebut rendah, karena tidak ada pengganti untuk kedua asam laurat tersebut dari segi kandungan asam lemak mereka. Posisi Perseroan dibandingkan dengan beberapa perusahaan lain yang sejenis berdasarkan pendapatan dan total aset Tabel berikut menunjukan pendapatan dan total aset tahun 2011 dan 2012 dari beberapa perusahaan produsen minyak kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: Pendapatan 2011 2012 1.437,05 1.476,72 1.228,12 1.233,47 534,27 449,21 497,86 486,70 2) 358,24 317,13 2) 185,33 185,06 101,27 108,33 2) 56,20 48,52 2) Nama Perusahaan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. PT Astra Agro Lestari Tbk. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. PT Sampoerna Agro Tbk. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. PT BW Plantations Tbk. PT Gozco Plantations Tbk. Sumber: Bloomberg Catatan: 1) Berdasarkan nilai tukar USD-IDR 9.735 (Bloomberg, 27 Maret 2013) 2) Estimasi Bloomberg 3) Estimasi tidak tersedia (dalam USD juta)1) Total Aset 2011 2012 2.790,16 2.758,12 1.116,10 1.289,03 742,85 783,79 2.045,53 N/A 3) 320,29 N/A 3) 912,71 399,37 392,54 N/A 3) 310,03 N/A 3) TEPUNG SAGU Pasar dunia untuk native starch (tepung murni) Tepung merupakan produk yang memiliki banyak penggunaan, baik dalam bentuk bahan mentah maupun dalam kegunaannya. Tepung merupakan bahan yang berwarna putih, terdiri dari butiran (granule), dan bersifat organik yang diproduksi secara alami oleh semua tumbuhan hijau. Tepung, dalam bentuknya yang murni, adalah sebuah bubuk putih tanpa rasa yang tidak dapat larut dalam air dingin, alkohol atau pelarut lainnya. Tepung murni memiliki penggunaan yang relatif terbatas, khususnya sebagai bahan pengental (thickener) dan sebagai bahan pengikat (binder), dikarenakan sifatnya yang menjadi gel yang kurang disukai, yang dikenal dengan sebutan retro-gradation. Modifikasi tepung, yang dapat dilakukan secara kimiawi atau fisik, mempengaruhi fenomena ini. Tepung yang telah dimodifikasi dapat memperoleh viskositas yang tinggi maupun rendah (cairan dengan tingkat viskositas tinggi memiliki tingkat konsistensi yang lebih kental) serta dapat tahan terhadap panas atau terhadap tingkat keasaman (pH) yang tinggi atau rendah. Untuk alasan-alasan tersebut, tepung merupakan bahan yang menarik untuk banyak sektor makanan maupun non-makanan. Tepung juga banyak diambil dari dua jenis tanaman yang berbeda: • Biji-bijian, yang termasuk jagung, gandum, beras, barley, sorghum, rye dan biji-bijian utama lainnya. • Tuber, yang termasuk ubi kayu (juga disebut dengan tapioka dan manioc), tepung kentang (starch potatoes) dan kentang manis (sweet potatoes). Selain dari tanaman-tanaman tersebut, terdapat sumber tepung lainnya, seperti misalnya tanaman sagu dan legume (kacang polong, kacang beans, dan lentil). Tepung yang diproduksi dari bahan-bahan mentah tersebut menempati hanya sebagian kecil dari volume pasar global tepung. 207 Terkait dengan kedua jenis tepung tersebut, tepung tuber umumnya dianggap lebih unggul dibandingkan dengan tepung terigu. Hal ini mencerminkan beberapa sifat fungsionalnya yang menguntungkan, disamping rasanya yang hambar yang disukai oleh para pengolah makanan. Oleh karenanya, tepung tuber, seperti tepung kentang dan tepung ubi kayu, merupakan produk premium. Tepung kentang diproduksi dalam skala yang relatif kecil secara global (memasok 5% hingga 6% dari produksi global saat ini). Produk hasil ubi kayu telah tumbuh secara signifikan di Asia Tenggara sejak tahun 1970an dan saat ini merupakan tanaman tepung yang dominan ditanam di kawasan ini. Dengan demikian, ubi kayu telah menjadi sumber generik tepung murni di Asia Tenggara, dimana produk tersebut bersaing dengan tepung-tepung yang dibuat dari gandum. Pada tahun 2010 dan 2011, tepung ubi kayu menempati kurang lebih 30% dari produksi tepung murni dunia. Dari segi volume, pasar tepung murni dunia didominasi oleh jagung dan ubi kayu. Walau beberapa jenis tepung diproduksi menggunakan gandum, namun masih dianggap sebagai produk yang lebih rendah dikarenakan keterbatasan kegunaannya. Produksi komersial (bukan produksi sebagai bahan makanan pokok sehari-hari) atas tepung sagu menempati proporsi yang sangat kecil (kurang lebih 0,1% pada tahun 2011) pada pasar global tepung murni. Tanaman sagu dan tepung sagu Tepung sagu diperoleh dari tanaman sagu (yang bukan merupakan tanaman palem), yakni tanaman asli yang terdapat di Asia Tenggara dan Oceania. Tanaman sagu secara tradisional telah digunakan sebagai tanaman yang dibudidayakan sebagai bahan makanan (bukan untuk tujuan komersil). Bagian yang paling berharga dari tanaman tersebut adalah tepung yang terdapat di batang tanaman yang dikonsumsi sebagai makanan. Tanaman ini miliki usia hidup yang relatif panjang (dari bibit ke bibit) hingga 10 sampai 11 tahun. Pada umumnya, tanaman sagu dianggap siap untuk diolah menjadi sagu pada saat berbunga. Hal ini terjadi hanya satu kali, ketika tanaman tersebut mencapai usia dewasa, menjelang akhir usia hidupnya. Diperkirakan bahwa masa untuk memanen batang tanaman adalah dua tahun (Berdasarkan sumber: Flach, Michiel. 1997. Sago palm. International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy; dan INSEDA. Sago Palm. Booklet No. 526. Sugar dan Starch Crops: SSCS – 4). Tinggi tanaman ini berkisar antara 8 hingga 12 meter pada saat dipanen. Dalam habitat alaminya, tanaman sagu tumbuh di air rawa. Total kawasan alami dari tanaman ini secara global diperkirakan lebih dari dua juta hektar, yang hampir semuanya terletak di Papua New Guinea dan Indonesia. Dengan berjalannya waktu, pembudidayaan tanaman sagu secara komersil telah berkembang. Perkebunan-perkebunan ini umumnya terdapat di Sarawak, Malaysia dan Kepulauan Riau di Indonesia. Di daerah-daerah tersebut, tanaman ini ditanam di lahan gambut dan dipanen untuk produksi tepung secara komersil. Model perkebunan umumnya didasarkan pada kepadatan tanaman rendah yang membutuhkan tingkat pemeliharaan rendah. Pada umumnya, kepadatan tanaman sagu di suatu lahan adalah sekitar 100 hingga 150 tanaman per hektar, dibandingkan dengan 250 hingga 400 tanaman kelapa per hektar di lahan alami. Hal ini disebabkan karena, di hutan alami, tanaman-tanaman tersebar melalui kembang biak alami, dari dahan dan lapisan, disamping juga melalui bibitnya, dimana kanopi yang tercipta menghalangi tanaman-tanaman untuk mencapai hasil produksi tepung yang optimal per hektar. Hasil tepung kering berkisar antara 3 hingga 6 ton per hektar per tahun. Hal ini dibandingkan dengan sekitar 14 ton per hektar untuk tepung ubi kayu Thailand dan 3,5 hingga 6,5 ton masing-masing untuk tepung maizena di Cina dan Amerika Serikat. 208 Produksi tepung murni (native starch) Pada tahun-tahun 2002 hingga 2011, produksi tepung murni dunia tumbuh CAGR sebesar 5,5%. Pada tahun 2011, jumlah produksi lebih dari 27 juta ton (Tabel 12). Tabel 12: Produksi tepung murni (native starch) dunia, 2002-2011 (dalam juta ton) Produksi global tepung murni terdiri dari: Tepung maizena Tepung ubi kayu Tepung kentang Tepung terigu Tepung sagu Tepung lainnya 2002 16,72 2003 17,22 2004 18,43 2005 20,25 2006 20,90 2007 22,30 2008 23,47 2009 25,28 2010 26,45 2011 27,03 8,62 5,36 1,30 1,07 0,03 0,32 8,81 5,59 1,38 1,06 0,03 0,35 9,75 6,08 1,34 0,85 0,04 0,38 10,98 6,35 1,45 1,05 0,04 0,39 10,91 6,96 1,50 1,10 0,04 0,40 12,05 7,21 1,39 1,18 0,04 0,43 13,20 7,18 1,38 1,22 0,04 0,45 14,43 7,56 1,52 1,27 0,03 0,47 15,38 7,61 1,60 1,33 0,04 0,49 15,75 7,90 1,50 1,34 0,03 0,51 Key producers of native starch Cina 3,37 3,55 4,03 5,43 5,53 6,83 8,16 9,25 9,93 10,25 Thailand 2,49 2,79 2,93 3,07 3,54 3,46 3,34 3,86 3,86 4,03 Uni Eropa 2,67 2,74 2,71 2,90 2,96 2,75 2,71 2,94 3,22 2,84 2,25 Amerika Serikat 2,18 2,27 2,45 2,43 2,41 2,38 2,26 2,06 2,27 Indonesia 1,40 1,26 1,76 1,59 1,30 1,50 1,72 1,75 1,74 1,89 Negara lainnya 4,60 4,61 4,54 4,84 5,17 5,38 5,27 5,40 5,43 5,77 Total 16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03 Sumber: Database tepung LMC, 2013. Catatan: Produksi tepung sagu dihitung hanya pada tingkat produksi komersial; produksi di tingkat rumah tangga untuk konsumsi lokal tidak dimasukkan ke dalam analisa di atas. Tepung maizena merupakan tepung murni terbesar dari segi berat yang diproduksi. Dua produsen terbesar tepung jenis ini adalah Cina dan Amerika Serikat. Tepung ubi kayu, terbesar kedua berdasarkan tonase, mayoritas diproduksi di Asia dan merupakan produk ekspor tepung murni terbesar (Tabel 14). Tepung kentang dan terigu secara predominan diproduksi di UE. Hasil produksi rata-rata tepung sagu dalam skala komersil adalah 30.000 hingga 40.000 ton per tahun sejak tahun 2002. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, tanaman sagu tumbuh di sejumlah negara di Asia Tenggara, namun umumnya di Papua New Guinea dan tepung tersebut diproduksi secara komersial dalam volume yang signifikan di Malaysia. Produksi rumah tangga tidak dimasukkan ke dalam Tabel 12, namun diperkirakan sebesar 100.000 ton per tahun di Indonesia. Sampoerna Agro saat ini mengembangkan proyek tepung sagu komersial di Riau. Konsumsi tepung murni Perkembangan konsumsi tepung murni antara tahun 2002 dan 2011 dan proyek LMC hingga 2015 mengindikasikan bahwa Cina, disamping menjadi produsen terbesar, secara historis juga merupakan konsumen terbesar (Tabel 13). Indonesia juga merupakan konsumen yang signifikan, namun tingkat produksi lebih rendah daripada tingkat konsumsi, dan kekurangan tersebut dipenuhi oleh impor setiap tahunnya yang sebesar kurang lebih 0,6 ton. Konsumsi dunia tepung murni diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,6 juta ton dari 27,0 juta ton pada tahun 2011 menjadi 30,6 juta pada tahun 2015, dan lebih dari setengah peningkatan tersebut terjadi di Cina. Permintaan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR sebesar 4% dari 2,4 juta ton pada tahun 2011 menjadi 2,8 juta ton pada tahun 2015. 209 Diperkirakan bahwa jagung akan terus menjadi bahan baku untuk pemenuhan kebutuhan tepung murni di masa mendatang, karena merupakan tanaman yang paling banyak tersedia dimana konsumsi dapat dialihkan ke tepung dari penggunaan lainnya seperti bahan makan dan etanol. Setelah tepung maizena, keseimbangan pertumbuhan akan dipenuhi oleh tepung murni ubi kayu Asia, dengan asumsi kondisi cuaca buruk dan hama yang telah merugikan panen di Thailan selama beberapa tahun belakangan ini dapat diatasi. Tabel 13: Permintaan akan tepung murni (native starch), 2002-2011 dengan perkiraan hingga tahun 2015 (dalam juta ton) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Konsumsi global 16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03 tepung murni Konsumen utama tepung murni Cina 3,66 4,02 4,61 5,81 6,17 7,06 8,13 9,81 10,44 10,89 Indonesia 1,46 1,50 1,62 1,66 1,72 1,86 1,98 2,04 2,29 2,36 Amerika Serikat 2,20 2,32 2,49 2,46 2,43 2,41 2,30 2,13 2,30 2,31 Thailand 1,68 1,76 1,82 1,90 1,96 2,01 2,09 2,15 2,18 2,19 India 0,57 0,60 0,61 0,72 0,76 0,92 0,98 0,95 0,88 0,92 Negara lainnya 7,14 7,02 7,28 7,70 7,87 8,04 7,98 8,19 8,37 8,38 Total 16,72 17,22 18,43 20,25 20,90 22,30 23,47 25,28 26,45 27,03 Sumber: Database tepung LMC, 2013. Catatan: E = estimasi 2012 2013 2014 2015 E E E E 27,90 28,70 29,60 30,60 11,40 11,90 12,40 12,90 2,50 2,60 2,70 2,80 2,30 2,30 2,40 2,40 2,20 2,30 2,40 2,40 1,00 1,00 1,00 1,10 8,50 8,60 8,70 9,00 27,90 28,70 29,60 30,60 Perdagangan tepung murni (native starch) Volume perdagangan tepung murni telah tumbuh dengan CAGR sebesar 5,5% per tahun dari tahun 2002 hingga 2011 (Tabel 14). Jenis ekspor yang dominan telah semakin berpindah menjadi ekspor tepung ubi kayu. Penurunan dalam ekspor tepung maizena diakibatkan oleh penurunan impor Indonesia dari 264.000 ton pada tahun 2010 menjadi 95.000 ton pada tahun 2011, setelah sebuah pabrik tepung maizena lokal mulai beroperasi di Indonesia. Thailand dan UE merupakan pengekspor utama tepung murni. Ekspor tepung murni dari Thailand tertinggi adalah tepung ubi kayu, sedangkan ekspor tepung murni dari UE tertinggi adalah tepung kentang. Pada tahun 2011, Cina merupakan pengimpor terbesar tepung murni, diikuti oleh Indonesia dengan jumlah impor tepung murni pada tahun 2010 dan 2011 melebihi 0,5 juta ton di masing-masing tahun. Jumlah impor ini mewakili hampir 15% dari total impor global. 210 Tabel 14: Perdagangan dunia tepung murni (native starch) (dalam ribu ton) Perdagangan global tepung murni yang terdiri dari: Tepung maizena Tepung terigu Tepung ubi kayu Tepung kentang Tepung sagu Tepung lainnya Ekspor berdasarkan negara Thailand UE Vietnam Cina Indonesia Negara lainnya Pangsa ekspor global Indonesia Impor berdasarkan negara Cina Taiwan Malaysia Amerika Serikat Indonesia Sisa dunia Pangsa impor global Indonesia Sumber: Global Trade Atlas, 2012. 2002 2,412 2003 2,903 2004 3,059 2005 3,086 2006 3,692 2007 3,479 2008 3,174 2009 3,717 2010 3,927 2011 3,926 574 122 1.133 475 19 90 547 136 1.602 497 17 103 581 139 1.791 416 20 112 638 131 1.641 531 22 123 660 130 2.202 539 21 140 778 120 2.017 361 22 180 845 120 1.633 367 24 185 711 127 2.163 514 19 183 939 150 1.982 672 21 162 793 117 2.400 409 19 187 842 617 152 207 18 577 1,072 655 362 242 4 567 1,151 539 363 245 237 523 1,218 635 298 263 88 585 1,622 631 530 309 3 597 1,493 413 454 496 21 601 1,297 411 299 567 33 568 1,760 606 407 384 10 550 1,749 796 198 456 20 708 1,885 488 406 314 97 736 0,7% 0,1% 7,8% 2,8% 0,1% 0,6% 1,0% 0,3% 0,5% 2,5% 494 405 143 155 80 1.136 705 399 152 172 249 1.225 824 419 191 163 96 1.366 649 588 200 188 168 1.294 954 433 214 177 427 1.486 724 412 208 183 387 1.565 531 378 204 193 298 1.570 937 443 259 188 308 1.583 963 414 294 196 577 1.483 949 395 330 197 580 1.475 3,3% 8,6% 3,1% 5,4% 11,6% 11,1% 9,4% 8,3% 14,7% 14,8% Harga tepung murni Terdapat hubungan yang relatif erat antara harga dari semua tepung murni utama yang diperdagangkan di dunia (Bagan 17). Nilai unit ekspor merupakan dasar dari harga-harga tersebut dan dihitung dengan membagi nilai ekspor dunia dari masing-masing tepung dengan volume ekspor. Trend historis terkait dengan harga tepung adalah sebagai berikut: • Tepung terigu dan maizena diperdagangkan pada harga yang serupa selama beberapa waktu dikarenakan sifat saling substitusi mereka dalam kegunaannya sebagai makanan dan untuk industri. • Tepung ubi kayu dan sagu juga dapat saling menggantikan dan oleh karenanya harga mereka cenderung sebanding. • Tepung kentang diperdagangkan dengan harga premium dibandingkan dengan tepung lainnya dikarenakan sifat-sifatnya yang khusus. Jenis tepung murni yang utama (ubi kayu dan maizena) memiliki status sebagai komoditas. Tepung murni saat ini memiliki standar yang luas di berbagai produsen dan, untuk alasan ini, terdapat persaingan tinggi antara para produsen. Pasar tepung murni (pada usaha makanan, tekstil dan pembuatan kertas, misalnya) memiliki posisi yang mapan dan margin pengolahan tepung dapat ditekan cukup rendah melalui persaingan diantara para pemasok. Harga tepung murni terdiri dari dua biaya komponen dasar: komponen utama adalah biaya bahan mentah untuk penghasil tepung; komponen sekunder adalah biaya pengolahan bahan mentah tersebut menjadi tepung. Unsur biaya lainnya adalah biaya pemasaran dan biaya distribusi, dan margin bagi produsen. 211 Bagan 17: Harga tepung murni, 2002-2011 (USD per ton) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2002 Tepung Starch kentang Potato 2003 2004 2005 Tepung Gandum Wheat Starch 2006 2007 Tepung jagung Corn Starch 2008 2009 Tepung sagu Sago Starch 2010 2011 Tepung singkong Cassava Starch Sumber: Harga historis tepung murni adalah dari Global Trade Atlas, 2012 dan statistik perdagangan resmi nasional, 2012. Catatan: 1. Harga historis bersifat nominal; harga perkiraan dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat riil (disesuaikan untuk inflasi). 2. Dalam jangka panjang, tepung terigu murni diperkirakan akan diperdagangkan dengan nilai yang serupa dengan tepung maizena murni karena kemampuannya untuk saling menggantikan aplikasi pada produk yang bernilai rendah. Pentingnya produk sampingan (by-products) untuk tingkat ekonomis tepung gandum (grain starch) Dari segi biaya bahan mentah, terdapat sebuah perbedaan penting antara tepung gandum (grain starch) dengan jenis tepung lainnya. Pengolahan gandum menjadi tepung (baik yang murni maupun dimodifikasi) menghasilkan sejumlah produk sampingan. Produk-produk sampingan tersebut memiliki pasar yang cukup kuat pada sektor pakan dan makanan dan, pendapatan dari penjualan mereka berfungsi untuk mengimbangi biaya bahan mentah yang ditanggung oleh para pengolah tepung gandum. Hal ini menyiratkan bahwa biaya bersih (dikurangi dengan pendapatan dari produk sampingan) dari masukan gandum untuk tepung murni adalah selalu lebih rendah daripada harga bahan mentah gandum yang digunakan dalam pembuatan tepung. Bahan mentah tepung murni lainnya, termasuk ubi kayu dan sagu, tidak menghasilkan produk sampingan dengan nilai pasar yang tinggi. Karena biaya bahan mentah merupakan unsur yang paling penting dalam pembentukan harga tepung murni, perubahan yang tajam pada harga bahan mentah akan dialihkan dengan cepat ke harga tepung murni. Dinamika ini tampak pada tahun 2008, ketika sebuah peningkatan tajam pada harga komoditas pertanian mengakibatkan peningkatan yang cukup besar pada harga berbagai tepung murni (Bagan 17). 212 Pada tahun 2009 dan 2010, tanaman ubi kayu Thailand mengalami kerusakan parah akibat hama. Keadaan ini tercermin pada peningkatan harga tepung ubi kayu murni selama beberapa tahun setelahnya. Harga tepung sagu secara dekat mengikuti tren harga tepung ubi kayu, dikarenakan sifat mereka yang dapat saling menggantikan. Di UE, hasil panen tepung kentang yang buruk pada tahun 2010 mengakibatkan harga tepung kentang untuk meningkat dengan tajam pada tahun 2011. Kekurangan ketersediaan tepung kentang pada tahun tersebut memberi tekanan terhadap pemasok, dan oleh karenanya membantu mempertahankan meningkatnya harga tepung murni alternatif, seperti tepung maizena murni. 213 XI. EKUITAS Di bawah ini disajikan posisi ekuitas Perseroan yang berasal dari dan/atau dihitung berdasarkan laporan keuangan Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. Laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited), auditor independen, dan ditandatangani oleh Drs. Osman Sitorus, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan PSAK 10 (revisi 2010) dan ISAK 16 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012, yang laporannya tercantum dalam Prospektus ini. (dalam USD ribu) Tahun berakhir 31 Desember 2010 2011 Keterangan 2012 Modal Saham - nilai nominal Rp 100 per saham pada 31 Desember 2012, dan Rp 1.000 per saham pada 31 Desember 2011 dan 2010 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Pendapatan komprehensif lain Saldo laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya 15.084 31.428 8.348 15.084 32.386 1.826 43.159 13.004 30.608 (663) 676 386.760 676 437.390 676 240.179 Ekuitas diatribusikan kepada pemilik entitas induk Kepentingan Non-pengendali Jumlah Ekuitas 442.296 9.643 451.939 487.361 11.818 499.179 326.962 707 327.669 Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, Modal Disetor Perseroan yang disajikan berdasarkan Anggaran Dasar terakhir yang tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No.161 tanggal 17 Januari 2013, yang dibuat oleh Doktor Irawan Soerodjo, SH, MSi, Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, sesuai dengan Surat Keputusan No.AHU-03796.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013 dan didaftarkan dalam Daftar Perseroan No.AHU-0006463.AH.01.09.Tahun 2013 tanggal 31 Januari 2013. Di bawah ini disajikan posisi ekuitas proforma Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 setelah memperhitungkan dampak dari dilakukannya Penawaran Umum Perdana Saham ini: 214 TABEL PROFORMA EKUITAS PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2012 (dalam USD ribu) Uraian Posisi ekuitas menurut laporan keuangan konsolidasian auditan pada tanggal 31 Desember 2012 Penawaran Umum Perdana Saham sebesar 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham dengan nilai nominal Rp100 (seratus Rupiah) per saham yang ditawarkan Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) setiap saham Posisi ekuitas proforma pada tanggal 31 Desember 2012 setelah Penawaran Umum Perdana Saham (1) Catatan: (1) Modal Saham Tambahan Modal Disetor Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali Selisih nilai akibat Pendapatan Saldo Laba Saldo Laba Kepentingan perubahan komprehensif ditentukan tidak ditentukan Nonekuitas entitas lain penggunaannya penggunaannya pengendali anak Ekuitas 43.159 - 13.004 30.608 (663) 676 240.179 707 327.669 3.430 31.940 - - - - - - 35.367 46.589 31.940 13.004 30.608 (663) 676 240.179 707 363.037 Disesuaikan untuk mencerminkan penerbitan dan penjualan 333.350.000 lembar saham biasa atas nama baru oleh Perseroan dengan harga Rp1.200 per lembar, setelah dikurangi oleh fee dan komisi serta biaya lainnya yang terkait dengan penerbitan dan penjualan saham tersebut yang diperkirakan sekitar USD5,757 juta. Sampai dengan tanggal diterbitkannya Prospektus ini, tidak ada perubahan struktur dan komposisi modal saham Perseroan yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2012. 215 XII. PERPAJAKAN A. PERPAJAKAN UNTUK PEMEGANG SAHAM Pajak Penghasilan atas dividen saham dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf (f) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 (berlaku efektif 1 Januari 2009), penerima dividen atau pembagian keuntungan yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia juga tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan sepanjang seluruh syarat-syarat di bawah ini terpenuhi: • Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan • Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 234/PMK.03/2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada Dana Yang Dikecualikan Sebagai Objek Pajak maka penghasilan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dari penanaman modal antara lain berupa dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek di Indonesia tidak termasuk sebagai objek Pajak Penghasilan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-06/PJ.4/1997 tanggal 20 Juni 1997 perihal Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek, ditetapkan sebagai berikut: 1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan badan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek dipungut Pajak Penghasilan sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi dan bersifat final. Pembayaran Pajak Penghasilan yang terutang dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham; 2. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5% dari nilai saham perusahaan yang dimilikinya pada saat Penawaran Umum; 3. Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan dilakukan oleh Perseroan atas nama masing-masing pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya sebulan setelah saham tersebut diperdagangkan di Bursa Efek. Namun, apabila pemilik saham pendiri tidak memilih untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan cara membayar tambahan Pajak Penghasilan final 0,5% tersebut, penghitungan Pajak Penghasilan atas keuntungan penjualan saham pendiri dilakukan berdasarkan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku umum sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Dalam Negeri (termasuk Bentuk Usaha Tetap) yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat 3 huruf (f) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 di atas, atas pembayaran dividen tersebut dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto sebagaimana diatur di dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Lebih lanjut, sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (1a) maka apabila Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dividen tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% dari tarif yang semula dimaksud atau sebesar 30% dari penerimaan brutonya. 216 Besarnya tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2c) Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. Penetapan mengenai besarnya tarif tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2d) diatur dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Luar Negeri akan dikenakan tarif 20% dari kas yang dibayarkan (dalam hal dividen tunai) atau 20% dari nilai pari (dalam hal dividen saham) atau tarif yang lebih rendah dalam hal pembayaran dividen dilakukan kepada mereka yang merupakan penduduk dari suatu Negara yang telah menandatangani Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, dengan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010. Agar Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) tersebut dapat menerapkan tarif sesuai P3B, sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-61/PJ/2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, sebagaimana telah diubah dengan PER-24/PJ/2010, Wajib Pajak Luar Negeri diwajibkan untuk melampirkan Surat Keterangan Domisili (SKD) / Certificate of Domicile of Non Resident for Indonesia Tax Withholding yaitu: 1. Form-DGT 1 atau; 2. Form-DGT 2 untuk bank dan WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui kustodian sehubungan dengan penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia selain bunga dan dividen serta WPLN yang berbentuk dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di negara mitra dan merupakan subjek pajak di negara mitra. 3. Form SKD yang lazim diterbitkan oleh negara mitra dalam hal Competent Authority di negara mitra tidak berkenan menandatangani Form DGT-1 / DGT-2, dengan syarat: • Form SKD tersebut diterbitkan menggunakan Bahasa Inggris; • Diterbitkan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010; • Berupa dokumen asli atau dokumen fotokopi yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat salah satu Pemotong/Pemungut Pajakterdaftar sebagai Wajib Pajak; • sekurang-kurangnya mencantumkan informasi mengenai nama WPLN; dan • mencantumkan tanda tangan pejabat yang berwenang, wakilnya yang sah, atau pejabat kantor pajak yang berwenang di negara mitra P3B atau tanda yang setara dengan tanda tangan sesuai dengan kelaziman di negara mitra P3B dan nama pejabat dimaksud. Di samping persyaratan Form-DGT1 atau Form DGT-2 atau Form SKD Negara Mitra maka sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-62/PJ/2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda sebagaimana telah diubah dengan PER-25/PJ/2010 tanggal 30 April 2010 maka WPLN wajib memenuhi persyaratan sebagai Beneficial Owner atau pemilik yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-43/PJ/2011 Tentang Penentuan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri, Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia: a. yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; atau b. yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. 217 Sedangkan, Subjek pajak dalam negeri adalah: a. orang pribadi yang: 1) bertempat tinggal di Indonesia, atau 2) berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau 3) dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, dan c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas adalah orang pribadi yang: a. mempunyai tempat tinggal (place of residence) di Indonesia yang digunakan oleh orang pribadi sebagai tempat untuk: 1) berdiam (permanent dwelling place), yang tidak bersifat sementara dan tidak sebagai tempat persinggahan, 2) melakukan kegiatan sehari-hari atau menjalankan kebiasaanya (ordinary course of life), 3) tempat menjalankan kebiasaan (place of habitual abode), atau b. mempunyai tempat domisili (place of domicile) di Indonesia, yaitu orang pribadi yang dilahirkan di Indonesia yang masih berada di Indonesia Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas yang kemudian pergi keluar negeri tetap dianggap bertempat tinggal di Indonesia, apabila keberadaannya di luar negeri berpindah-pindah dan berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Orang pribadi Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri dianggap tidak bertempat tinggal di Indonesia apabila bertempat tinggal tetap di luar negeri yang dibuktikan dengan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri, yaitu: a. Green Card, b. identity card, c. student card, d. pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik Indonesia diluar negeri, e. surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, atau f. tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi negara setempat. Subjek Pajak orang pribadi dianggap mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas dalam hal: a. Subjek Pajak orang pribadi menunjukkan niatnya secara tegas untuk bertempat tinggal di Indonesia, yang dapat dibuktikan dengan dokumen berupa: 1) Visa bekerja, atau 2) Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), lebih dari 183 hari (seratus delapan puluh tiga) hari atau kontrak/perjanjian untuk melakukan pekerjaan, usaha, atau kegiatan yang dilakukan di Indonesia selama lebih 183 (seratus delapan puluh tiga) hari. b. Subjek Pajak orang pribadi melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya akan bertempat tinggal di Indonesia atau bersiap untuk bertempat tinggal di Indonesia, seperti menyewa atau mengontrak tempat, termasuk menyewa tempat tinggal di Indonesia, memindahkan anggota keluarga atau memperoleh tempat yang disediakan oleh pihak lain. Orang pribadi yang merupakan Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan merupakan subjek pajak luar negeri.Orang pribadi sebagaimana dimaksud diatas tetap merupakan subjek pajak dalam negeri apabila tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri. 218 Badan yang bertempat kedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud diatas adalah Subjek Pajak badan yang: a. mempunyai tempat kedudukan berada di Indonesia sebagaimana tercantum dalam akta pendirian badan, b. mempunyai kantor pusat di Indonesia, c. mempunyai tempat kedudukan pusat administrasi dan/atau pusat keuangan di Indonesia, d. mempunyai tempat kantor pimpinan yang berada di Indonesia yang melakukan pengendalian, e. pengurusnya melakukan pertemuan di Indonesia untuk membuat keputusan strategis, atau f. pengurusnya bertempat tinggal atau berdomisili di Indonesia. Subjek pajak luar negeri dapat menjalankan kegiatan atau usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dalam hal mempunyai tempat kedudukan manajemen yang berada di Indonesia.Tempat kedudukan manajemen sebagaimana dimaksud diatas adalah tempat kedudukan manajemen yang menjalankan kegiatan/operasi perusahaan sehari-hari atau secara rutin yang tidak melakukan pengendalian atas seluruh perusahaan dan tidak membuat keputusan yang bersifat strategis.Dalam hal tempat kedudukan manajemen sebagaimana dimaksud pada diatas melakukan pengendalian atas seluruh perusahaan atau tempat membuat keputusan yang bersifat strategis, subjek pajak luar negeri tersebut diperlakukan sebagai subjek pajak dalam negeri. B. PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN OLEH PERSEROAN Sebagai Wajib Pajak, Emiten memiliki kewajiban perpajakan untuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Perseroan telah memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan perpajakan yang berlaku. Kewajiban perpajakan Perseroan untuk tahun fiskal 2011 atas PPh 21, PPh 23, PPh 26, PPh pasal 4 (2), PPh pasal 29 dan PPN telah dipenuhi oleh Perseroan. Transaksi Perseroan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa wajib memperhatikan ketentuan pasal 18 ayat 4 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 43 tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 32 tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Calon pembeli saham dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini diharapkan untuk berkonsultasi dangan konsultan pajak masing-masing mengenai akibat perpajakan yang timbul dari pembelian, pemilikan maupun penjualan saham yang dibeli melalui Penawaran Umum Perdana Saham ini. 219 XIII. KEBIJAKAN DIVIDEN Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, pembagian dividen Perseroan dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Sebelum berakhirnya tahun keuangan, dividen interim dapat dibagikan sepanjang hal itu diperbolehkan oleh Anggaran Dasar Perseroan dan pembagian dividen interim tidak menyebabkan aset bersih Perseroan menjadi kurang dari modal ditempatkan dan disetor penuh dan cadangan wajib Perseroan. Pembagian dividen interim tersebut ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. Jika setelah berakhirnya tahun keuangan dimana terjadi pembagian dividen interim Perseroan mengalami kerugian, maka dividen interim yang telah dibagikan tersebut harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dewan Komisaris serta Direksi akan bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk pengembalian dimaksud jika dividen interim tidak dikembalikan oleh pemegang saham. Setelah dilaksanakannya Penawaran Umum Perdana Saham, Perseroan berniat untuk membayarkan dividen dengan rasio pembayaran sebanyak-banyaknya 50% dari laba bersih konsolidasian tahun berjalan mulai tahun buku 2013, setelah penyediaan semua giro wajib minimum (“GWM”). Kebijakan rasio pembayaran dividen akan bergantung kepada arus kas, saldo laba pada masa mendatang, kondisi keuangan, kebutuhan modal kerja dan rencana investasi Perseroan, serta kepatuhan terhadap peraturan, perundang-undangan dan persyaratan lainnya. Dalam kebijakannya, Direksi Perseroan dapat mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan atau tidak melakukan pembayaran dividen sama sekali. Pembayaran dividen pada masa yang akan datang akan bergantung, antara lain, pada hasil operasi, laba ditahan, kebutuhan kas, kondisi keuangan, peluang bisnis, kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan, serta faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu membayar dividen atau akan membayar dividen atau keduanya pada masa yang akan datang. Perseroan akan membayarkan dividen dalam bentuk kas (Rupiah). Pemegang saham pada tanggal pencatatan untuk memperoleh dividen (recording date) akan memperoleh hak atas dividen dalam jumlah penuh dan dikenakan pajak penghasilan yang berlaku dalam ketentuan perpajakan di Indonesia. Dividen yang diterima oleh pemegang saham dari luar Indonesia akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan perpajakan di Indonesia. Tidak terdapat pembatasan-pembatasan (negative covenants) yang merugikan pemegang saham sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam rangka pembagian dividen. Para pemegang saham baru yang berasal Penawaran Umum Perdana Saham ini akan memperoleh hak-hak yang sama dan sederajat dengan pemegang saham lama Perseroan, termasuk hak untuk menerima dividen. Dengan tetap memperhatikan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan, Direksi Perseroan dapat, dari waktu ke waktu, mengubah kebijakan pembagian dividen Perseroan. 220 XIV. PENJAMINAN EMISI EFEK 1. Keterangan Tentang Penjaminan Emisi Efek Berdasarkan Akta Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 27 tanggal 4 Maret 2013 juncto Akta Perubahan I Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 343 tanggal 27 Maret 2013 juncto Akta Perubahan II Atas Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan No. 380 tanggal 25 April 2013, yang ketiganya dibuat di hadapan Doktor Irawan Soerodjo, SH, M.Si, S.H., Notaris di Jakarta, Penjamin Pelaksana Emisi Efek menyetujui untuk menawarkan dan menjual Saham Biasa Atas Nama yang merupakan saham baru yang akan dikeluarkan dari dalam portepel kepada masyarakat dengan kesanggupan penuh (full commitment) sebesar 100,00% (seratus persen) dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini yaitu sebanyak 333.350.000 (tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu) saham baru yang merupakan Saham Biasa Atas Nama atau sebesar 10% (sepuluh persen)) dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham, sehingga mengikat diri untuk membeli sisa saham yang tidak habis terjual dengan Harga Penawaran pada tanggal penutupan masa penawaran. Perjanjian Penjamin Emisi Efek ini menghapuskan perikatan sejenis baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ada sebelumnya dan yang akan ada di kemudian hari antara Perseroan dan Penjamin Emisi Efek. Selanjutnya Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang ikut serta dalam Penjaminan Emisi Saham Perseroan telah sepakat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan Peraturan Bapepam No.IX.A.7. Adapun susunan dan jumlah porsi penjaminan serta persentase dari anggota sindikasi penjamin emisi dalam Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan adalah sebagai berikut: No. Penjamin Emisi Porsi Penjaminan Jumlah Saham (Rp) Persentase (%) Penjamin Pelaksana Emisi: 1. PT Bahana Securities 332.575.000 399.090.000.000 99,77 Penjamin Emisi: 1. PT Amantara Securities 2. PT Buana Capital 3. PT Erdikha Elit Sekuritas 4. PT HD Capital Tbk. 5. PT Jasa Utama Capital 6. PT Kresna Graha Sekurindo Tbk 7. PT Lautandhana Securindo 8. PT Madani Securities 9. PT Mega Capital Indonesia 10. PT Minna Padi Investama Tbk 11. PT NISP Sekuritas 12. PT Overseas Securities 13. PT Panin Sekuritas Tbk 14. PT Phillip Securities Indonesia 15. PT Reliance Securities Tbk 16. PT Waterfront Securities Indonesia 17. PT Yulie Sekurindo Tbk Jumlah 50.000 75.000 60.000 45.000 30.000 30.000 30.000 50.000 50.000 35.000 50.000 50.000 50.000 30.000 50.000 60.000 30.000 333.350.000 60.000.000 90.000.000 72.000.000 54.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 60.000.000 60.000.000 42.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 36.000.000 60.000.000 72.000.000 36.000.000 400.020.000.000 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 100,00 221 2. Penentuan Harga Penawaran Pada Pasar Perdana Harga Penawaran untuk Saham ini ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dan negosiasi Perseroan dengan Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Rentang harga yang dimasukkan oleh calon investor dalam pelaksanaan Penawaran Awal adalah Rp1.200,- (seribu dua ratus Rupiah) sampai Rp1.800,- (seribu delapan ratus Rupiah). Penetapan Harga Penawaran sebesar Rp1.200,-(seribu dua ratus Rupiah) juga mempertimbangkan hasil bookbuilding yang telah dilakukan para penjamin pelaksana emisi efek dengan melakukan penjajakan kepada para investor di pasar domestik dengan pertimbangan berbagai faktor seperti: - Kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan; - Permintaan investor - Permintaan dari calon investor yang berkualitas atau Quality Institutional Buyer (QIB); - Kinerja Keuangan Perseroan; - Data dan informasi mengenai Perseroan, kinerja Perseroan, sejarah singkat, prospek usaha dan keterangan mengenai industri perbankan di Indonesia; - Penilaian terhadap direksi dan manajemen, operasi atau kinerja Perseroan, baik pada masa lampau maupun pada saat ini, serta prospek usaha dan prospek pendapatan pada masa mendatang; - Status dari perkembangan terakhir Perseroan; - Faktor-faktor di atas dalam kaitannya dengan penentuan nilai pasar dan berbagai metode penilaian untuk beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis dengan Perseroan; - Penilaian berdasarkan rasio perbandingan P/E dari beberapa perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek regional yang dapat dijadikan perbandingan; dan - Mempertimbangkan kinerja saham di pasar sekunder. Tidak dapat dijamin atau dipastikan, bahwa setelah Penawaran Umum Perdana Saham ini, harga Saham Perseroan akan terus berada di atas Harga Penawaran atau perdagangan Saham Perseroan akan terus berkembang secara aktif di Bursa dimana Saham tersebut dicatatkan. 222 XV. LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL Profesi Penunjang Pasar Modal yang berperan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini adalah sebagai berikut: Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Eny (member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) The Plaza Office Tower, 32 Floor. Jl. M.H. Thamrin Kav 28-30 Jakarta 10250, Indonesia Tel. : (021) 2992 3100 Fax.: (021) 2992 8200/8300 No. STTD : 09/BL/STTD-AP/2006 Nama dan Nomor Asosias : Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) No. 1046 Pedoman Kerja : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) Surat Penunjukan : 048/IX/2012/GA/650 - 04 September 2012 Tugas Pokok: Melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAPI. Standar tersebut mengharuskan akuntan publik untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlahjumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Konsultan Hukum Makes & Partners Law Firm Menara Batavia Lt.7 Jl. K.H. Mas Mansyur Kav. 126 Jakarta 10220 Tel. : (021) 574 7181 Fax.: (021) 574 7180 No STTD : 135/BL/STTD-KH/2012 tanggal 21 Desember 2012 Nama dan Nomor Asosias : Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) No. KEP.01/ HKHPM/2005 tanggal 18 Februari 2005 Pedoman Kerja :Standar Profesi Konsultan Hukum Pasar Modal Lampiran dari Keputusan Humpunan Konsultan Hukum Pasar Modal No.KEP.01/HKHPM/2005 tanggal 18 Februari 2005 Surat Penunjukan : No. 049/IX/2012/SA/650/SP tanggal 19 Desember 2012 223 Tugas Pokok: Ruang lingkup tugas Konsultan Hukum adalah melakukan pemeriksaan dari segi hukum secara independen sesuai dengan norma atau standar profesi dan kode etik konsultan hukum dan memberikan laporan pemeriksaan dari segi hukum atas fakta yang ada mengenai Perseroan yang disampaikan oleh Perseroan kepada Konsultan Hukum. Hasil pemeriksaan Konsultan Hukum tersebut telah dimuat dalam Laporan Uji Tuntas dari Segi Hukum yang merupakan penjelasan atas Perseroan dan menjadi dasar dan bagian yang tidak terpisahkan dari Pendapat Hukum yang diberikan secara obyektif dan mandiri. Notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH, M.Si. Jl. K.H. Zainul Arifin No.2 Komp. Ketapang Indah Blok B–2 No.4–5 Jakarta 11140 Tel. : (021) 630 1511 Fax.: (021) 633 7851 Tugas Pokok: Biro Administrasi Efek No STTD : 31/STTD-N/PM/1996 Nama dan Nomor Asosiasi:Anggota Ikatan Notaris Indonesia No. 060.2.021.150152 Pedoman Kerja :Pernyataan Undang-Undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia Surat Penunjukan :No. 998/SI.Not/X/2012/SP tanggal 5 Oktober 2012 Menghadiri rapat-rapat mengenai pembahasan segala aspek dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham kecuali rapat-rapat yang menyangkut aspek keuangan dan penentuan harga maupun strategi pemasaran; menyiapkan dan membuatkan Akta-Akta dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham, antara lain Perjanjian Penjaminan Emisi Efek. PT Datindo Entrycom Puri Datindo- Wisma Sudirman Jl. Jend Sudirman Kav 34-35 Jakarta 10220 Tel. : (021) 570 9009, 570 8912 Fax.: (021) 570 9026, 570 8914 No STTD : Kep 16/PM/1991 tanggal 19 April 1995 Nama dan Nomor Asosiasi: Asosiasi Biro Administrasi Efek Indonesia (ABI) Pedoman Kerja :Peraturan Pasar Modal dan Bapepam dan LK Surat Penunjukan : No. 024/FAD/ANJ/2012/SP tanggal 12 November 2012 224 Tugas Pokok: Tugas dan tanggung jawab Biro Administrasi Efek (BAE) dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini, sesuai dengan Standar Profesi dan Peraturan Pasar Modal yang berlaku, meliputi penerimaaan pemesanan saham berupa Daftar Pemesanan Pembelian Saham (DPPS) dan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) yang telah dilengkapi dengan dokumen sebagaimana disyaratkan dalam pemesanan pembelian saham dan telah mendapat persetujuan dari Penjamin Emisi sebagai pemesanan yang diajukan untuk diberikan penjatahan saham, serta melakukan administrasi pemesanan pembelian saham sesuai dengan aplikasi yang tersedia pada BAE. Bersama-sama dengan Penjamin Emisi, BAE mempunyai hak untuk menolak pemesanan saham yang tidak memenuhi persyaratan pemesanan yang berlaku. Dalam hal terjadinya pemesanan yang melebihi jumlah saham yang ditawarkan, BAE melakukan proses penjatahan sesuai dengan rumus penjatahan yang ditetapkan oleh Manajer Penjatahan, mencetak Formulir Konfirmasi Penjatahan dan menyiapkan laporan penjatahan. BAE juga bertanggung jawab menerbitkan Surat Kolektif Saham (SKS), apabila diperlukan, dan menyusun laporan Penawaran Umum Perdana Saham sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 angka 1 juncto angka 23 UUPM, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab XIV Prospektus ini maka para Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal yang terlibat dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini menyatakan tidak ada hubungan Afiliasi dengan Perseroan baik langsung maupun tidak langsung sebagaimana didefinisikan dalam UUPM. 225 Halaman ini sengaja dikosongkan XVI. PENDAPAT DARI SEGI HUKUM 227 Halaman ini sengaja dikosongkan 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 Halaman ini sengaja dikosongkan XVII.LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN 253 Halaman ini sengaja dikosongkan 255 Halaman ini sengaja dikosongkan 256 257 258 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 *) AS$ 31 Desember 2010 *) AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 *) AS$ 5 6 7 76.598.758 1.500.000 90.912.822 - 132.294.121 293.576 - 119.432.789 801.086 10.000.000 8 4.846.197 110.469.605 57.752.179 45.269.108 9 58 39.581 32.789 25.262.564 28.374 17.355.674 24.553 10 - - 58.249.135 52.355.983 4.883.114 4.348.070 15.076.421 10.526.767 Catatan ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Rekening bank yang dibatasi penggunaannya Deposito berjangka Investasi pada efek yang diperdagangkan pada nilai wajar Piutang sewa pembiayaan setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar AS$ 401.599 pada 31 Desember 2010 dan sebesar AS$ 322.235 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Piutang dari perjanjian konsesi jasa lancar Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar AS$ 1.236.231 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 1.308.713 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar nihil pada 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011, AS$ 24.281 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 50.500 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar AS$ 55.611 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 53.191 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar AS$ 55.049 pada 31 Desember 2012, AS$ 58.141 pada 31 Desember 2011, AS$ 48.885 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 45.955 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan sebesar AS$ 134.994 pada 31 Desember 2012, AS$ 128.156 pada 31 Desember 2011, AS$ 114.285 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 673.456 pada 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Biaya dibayar di muka dan uang muka Aset dimiliki untuk dijual 11 12 - 1.212.718 - 13 2.251.012 1.971.142 2.984.041 1.757.141 15 16,57r,57s,57t 27 16.067.141 6.582.339 - 14.261.416 4.132.480 424.441.452 11.171.942 8.973.550 - 9.301.766 9.015.622 109.318.686 647.434.424 316.969.017 280.188.559 6.304.605 6.350.745 6.389.208 6.422.492 23.654.324 11.126.840 Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Piutang dari perjanjian konsesi jasa Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang lain-lain jangka panjang Deposito berjangka Investasi pada entitas asosiasi Investasi lain-lain Properti investasi Aset pajak tangguhan Tanaman kelapa sawit - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar AS$ 74.040.362 pada 31 Desember 2012, AS$ 65.339.343 pada 31 Desember 2011 AS$ 57.133.764 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 48.771.311 pada 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar AS$ 39.001.021 pada 31 Desember 2012, AS$ 39.162.762 pada 31 Desember 2011, AS$ 55.874.152 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 41.525.066 pada 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Beban tangguhan - hak atas tanah - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar AS$ 20.148 pada 31 Desember 2012, AS$ 133.153 pada 31 Desember 2011, AS$ 115.786 pada 31 Desember 2010 dan AS$ 94.694 pada 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Uang muka pembelian mesin Goodwill Klaim atas pengembalian pajak Aset lain-lain 1.433.658 58 9 - - - 10 14 17 18 19 20 51 687.959 16.828.699 23.978.281 6.267.430 13.024.653 24.634.996 6.897.944 5.634.429 63.254.116 803.924 9.514.746 30.789.066 6.897.944 5.288.317 14.899.009 372.340 6.220.806 18.657.201 6.897.944 4.571.120 21 140.964.645 133.072.455 129.511.903 130.860.556 22 77.865.835 62.255.019 128.141.871 97.597.484 23 864.624 2.065.040 4.967.579 1.429.627 7.824.878 1.135.492 1.906.556 4.967.579 1.591.644 3.804.986 994.429 88.917 7.492.948 1.723.887 3.761.476 989.062 2.387.142 8.951.402 64.738 2.355.058 Jumlah Aset Tidak Lancar 290.049.202 265.276.498 418.307.076 312.373.194 JUMLAH ASET 399.367.888 912.710.922 735.276.093 592.561.753 24 25 26 *) disajikan kembali, lihat Catatan 2 Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. 259 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 - LANJUTAN Catatan 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 *) AS$ 31 Desember 2010 *) AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 *) AS$ 1.500.000 4.579.888 26.534.378 9.645.513 1.340.115 8.167.318 2.341.039 1.772.756 - 3.404.663 11.007.155 6.727.227 8.418.405 8.044.964 2.254.809 354.828.193 10.041.028 7.537.225 19.298.473 8.766.127 932.567 10.798.909 8.551.147 68.673.713 503.003 136.344 - 22.438.298 2.543.818 15.375.314 5.989.813 282.975 7.129.205 5.101.111 45.615.987 1.086.492 868.761 - 55.881.007 394.685.416 135.238.536 106.431.774 LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK Utang bank jangka pendek Utang usaha Utang jasa asuransi Uang muka atas penjualan investasi entitas anak Utang pajak Liabilitas derivatif Utang lain-lain Pendapatan ditangguhkan yang jatuh tempo dalam satu tahun Biaya masih harus dibayar Utang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan yang jatuh tempo dalam satu tahun Provisi perjanjian konsesi jasa yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual 28 29 30 27 31 55 25,32 36 33 34 35 58 27 Jumlah Liabilitas Jangka Pendek LIABILITAS JANGKA PANJANG Utang bank - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang sewa pembiayaan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Pendapatan ditangguhkan - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang lain-lain jangka panjang Obligasi konversi Provisi program insentif kenaikan nilai Provisi perjanjian konsesi jasa - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Kompensasi berbasis saham 34 - - 114.482.826 45.106.659 35 427.244 - 439.520 725.150 36 57v 37 57b 2.010.173 1.006.781 - 1.900.000 2.805.791 12.494.338 4.111.564 58 51 38 57j 294.243 2.967.032 9.112.277 - 7.612.475 9.333.600 - 2.189.961 9.452.076 2.122.856 868.761 1.190.526 5.688.664 3.703.026 15.817.750 18.846.075 148.098.932 65.564.839 43.158.940 13.004.333 30.607.591 (663.289) 15.084.048 32.386.326 1.825.606 15.084.048 31.427.734 8.348.382 15.084.048 31.077.385 (3.948.299) 675.566 240.178.830 675.566 437.389.577 675.566 386.760.105 675.566 366.063.514 326.961.971 487.361.123 442.295.835 408.952.214 707.160 11.818.308 9.642.790 11.612.926 Jumlah Ekuitas 327.669.131 499.179.431 451.938.625 420.565.140 JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 399.367.888 912.710.922 735.276.093 592.561.753 Jumlah Liabilitas Jangka Panjang EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham pada 31 Desember 2012 dan Rp 1.000 per saham pada 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Modal dasar - 12.000.000.000 saham pada 31 Desember 2012, 50.000.000 saham pada 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Modal ditempatkan dan disetor - 3.000.000.000 saham pada 31 Desember 2012, 31.239.063 saham pada 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Pendapatan komprehensif lain Saldo laba Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya 39 40 41 Ekuitas diatribusikan kepada pemilik entitas induk Kepentingan Non-pengendali 42 *) disajikan kembali, lihat Catatan 2 Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. 260 - 3.742.053 4.540.000 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011 DAN 2010 Catatan OPERASI YANG DILANJUTKAN : PENDAPATAN Pendapatan dari penjualan Pendapatan konsesi jasa Bagian laba bersih entitas asosiasi Pendapatan dividen Pendapatan bunga Laba kurs mata uang asing Pendapatan lain-lain Jumlah Pendapatan 2012 AS$ 2011 *) AS$ 2010 *) AS$ 43 58 44 45 46 61 47,55 159.880.575 5.979.192 3.861.440 7.924.909 1.990.658 2.009.636 3.417.845 185.064.255 158.160.274 6.003.116 4.620.864 9.974.132 1.105.177 5.463.334 185.326.897 120.597.287 5.615.287 3.294.593 5.595.775 538.113 1.044.630 136.685.685 48 58 85.736.972 2.494.800 2.248.691 247.418 20.104.253 14.878.463 91.022 125.801.619 80.888.937 2.612.357 1.955.897 2.453.513 80.250 13.424.455 9.516.989 315.757 1.738.076 112.986.231 62.370.057 2.968.007 2.571.564 1.459.318 72.038 16.623.278 9.787.124 218.101 1.294.699 97.364.186 59.262.636 72.340.666 39.321.499 (17.305.555) 41.957.081 (26.587.670) 45.752.996 (14.793.131) 24.528.368 56.703.023 98.660.104 10.572.117 56.325.113 8.071.807 32.600.175 371.463 (604.572) (6.358.253) - 8.842.901 - (4.879.885) 94.689 (566.702) 1.246.250 2.994.359 (1.246.250) 1.997.539 (3.020.766) 95.639.338 (881.150) 407.951 (101.988) (6.253.892) 50.071.221 1.897.784 (611.022) 11.877.772 44.477.947 LABA BERSIH DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Entitas Induk Kepentingan Non-pengendali Laba bersih tahun berjalan 96.299.136 2.360.968 98.660.104 55.629.472 695.641 56.325.113 31.446.591 1.153.584 32.600.175 LABA KOMPREHENSIF DIATRIBUSIKAN KEPADA: Pemilik Entitas Induk Kepentingan Non-pengendali 93.300.358 2.338.980 49.395.929 675.292 43.165.660 1.312.287 Jumlah Laba Komprehensif 95.639.338 50.071.221 44.477.947 BEBAN Beban pokok penjualan Beban konsesi jasa Penyisihan atas program insentif kenaikan nilai Beban penjualan Beban bunga Beban karyawan Beban umum dan administrasi Rugi kurs mata uang asing Beban lain-lain Jumlah Beban 38,49 50 61 55 LABA SEBELUM PAJAK BEBAN PAJAK 51 LABA BERSIH TAHUN BERJALAN DARI OPERASI YANG DILANJUTKAN OPERASI YANG DIHENTIKAN Laba bersih dari operasi yang dihentikan LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 52 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN DARI: Operasi yang dilanjutkan Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual Rugi aktuarial Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Manfaat (beban) pajak tangguhan Operasi yang dihentikan Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Perubahan nilai transaksi lindung nilai Beban pajak tangguhan Jumlah pendapatan komprehensif lain-setelah pajak JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 51 51 LABA PER SAHAM DASAR Laba per saham dasar Laba per saham dasar dari operasi yang dilanjutkan Laba per saham dasar dari operasi yang dihentikan 53 *) disajikan kembali, lihat Catatan 2 Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. 261 0,080 0,035 0,045 0,178 0,146 0,032 0,101 0,079 0,022 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 Catatan Saldo per 1 Januari 2010 sebelum perubahan standar akuntansi keuangan 15.084.048 Pengaruh penerapan: PSAK 15 (revisi 2009) PSAK 10 (revisi 2010) ISAK 16 Saldo per 1 Januari 2010, disajikan kembali Dividen Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2010: Operasi yang dilanjutkan Operasi yang dihentikan Pendapatan Komprehensif Lain dari: Operasi yang dilanjutkan Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual, bersih setelah pajak Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Operasi yang dihentikan Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Perubahan nilai transaksi lindung nilai Jumlah laba komprehensif Saldo per 31 Desember 2010 Dividen Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2011: Operasi yang dilanjutkan Operasi yang dihentikan Pendapatan Komprehensif Lain dari : Operasi yang dilanjutkan Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual, bersih setelah pajak Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Operasi yang dihentikan Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Perubahan nilai transaksi lindung nilai Jumlah laba komprehensif Saldo per 31 Desember 2011 Dividen Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Penambahan modal Penjualan entitas anak (Catatan 1c) Pembelian kepentingan non-pengendali entitas anak Laba bersih tahun berakhir 31 Desember 2012 : Operasi yang dilanjutkan Operasi yang dihentikan Pendapatan Komprehensif Lain dari: Operasi yang dilanjutkan : Rugi aktuarial program imbalan pasti Manfaat pajak tangguhan atas rugi aktuarial Perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Operasi yang dihentikan: Selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak Jumlah laba komprehensif Saldo per 31 Desember 2012 Modal saham AS$ - 54 52 54 52 54 40 52 Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. 15.084.048 - Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali AS$ - Selisih nilai akibat perubahan ekuitas entitas anak dan entitas asosiasi AS$ Pendapatan komprehensif lain Revaluasi Selisih kurs investasi efek penjabaran tersedia untuk dijual laporan keuangan AS$ AS$ 31.346.208 (268.823) 31.077.385 927.961 - (6.259.518) - 2.311.219 - - (3.948.299) - - - - - - - - - - - - - - 15.084.048 - - 7.596.651 (577.612) (577.612) 31.427.734 669.359 7.596.651 7.596.651 - - - - - - - (5.112.003) - - - - - (5.112.003) 2.484.648 - 15.084.048 28.074.892 - 675.566 675.566 - 369.819.150 11.612.926 (3.282.423) 420.565.140 (10.750.000) (2.354.462) 24.551.599 6.894.992 24.551.599 6.894.992 (23.231) 1.176.815 24.528.368 8.071.807 - - - - 7.596.651 2.802.246 - - 2.802.246 1.897.784 4.700.030 751.731 - 675.566 - 1.897.784 (611.022) 44.477.947 451.938.625 (5.000.000) 2.169.585 45.440.806 10.188.666 45.440.806 10.188.666 312.190 383.451 45.752.996 10.572.117 - - - - - (5.112.003) - - (529.623) (37.079) (566.702) (881.150) 289.233 49.395.929 487.361.123 (293.000.000) (1.337.434) 13.004.333 28.074.892 (441.301) - 16.730 675.292 11.818.308 (129.804) (13.320.324) (881.150) 305.963 50.071.221 499.179.431 (293.000.000) (1.337.434) 13.004.333 28.074.892 (571.105) (13.320.324) 41.218.373 55.080.763 738.708 1.622.260 41.957.081 56.703.023 - 41.218.373 55.080.763 - - - - - - - - - - - - - 371.463 2.856.111 262 -6- 2.994.359 (33.410) 1.312.287 9.642.790 1.500.226 - - 192.113 7.596.651 1.897.784 (577.612) 43.165.660 442.295.835 (5.000.000) 669.359 - 30.607.591 - (566.476) (1.146.764) 31.446.591 386.760.105 (5.000.000) - - 13.004.333 - 422.278.380 408.952.214 (10.750.000) 927.961 - 371.463 11.612.926 Jumlah ekuitas AS$ 366.063.514 (10.750.000) - - (529.623) - 410.665.454 Kepemilikan non-pengendali AS$ (566.476) (1.146.764) - 289.233 289.233 32.386.326 (1.337.434) (441.301) - Ekuitas diatribusikan kepada pemilik Perusahaan AS$ 268.823 (2.877.695) (1.146.764) 55.629.472 437.389.577 (293.000.000) - 43.158.940 13.004.333 - - Saldo Laba Ditentukan Tidak ditentukan penggunaannya penggunaannya AS$ AS$ (881.150) (1.410.773) (659.042) - 675.566 - - (604.572) 94.689 - (4.857.897) - - 1.997.539 (2.860.358) (3.519.400) 675.566 95.789.253 240.178.830 (604.572) 94.689 371.463 (4.857.897) 1.997.539 93.300.358 326.961.971 - (21.988) 2.338.980 707.160 (5.112.003) (604.572) 94.689 371.463 (4.879.885) 1.997.539 95.639.338 327.669.131 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2012, 2011 DAN 2010 2012 AS$ ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari pelanggan Penerimaan bunga Pembayaran imbalan pasca kerja Pembayaran pajak penghasilan Pembayaran untuk aktivitas operasi lain-lain Pembayaran kepada pemasok Pembayaran kepada karyawan Pembayaran kompensasi berbasis saham Pembayaran beban bunga Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Operasi 169.442.919 2.073.218 (10.473.856) (23.961.988) (31.343.898) (52.949.823) (25.041.921) 27.744.651 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Hasil penjualan investasi entitas anak Hasil penjualan efek yang diperdagangkan Penerimaan dividen Hasil penjualan aset tetap Hasil penjualan properti investasi Hasil penjualan investasi lain-lain Penempatan deposito berjangka Pencairan deposito berjangka Penambahan investasi pada entitas anak, entitas asosiasi dan investasi lain-lain Perolehan aset tetap Perolehan tanaman kelapa sawit Perolehan aset lain-lain Pembayaran beban tangguhan - hak atas tanah Penerimaan uang muka penjualan investasi entitas anak Penempatan efek yang diperdagangkan Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan setoran modal dari pemegang saham Penerimaan dari transaksi jual dan sewa balik Pembayaran utang sewa pembiayaan Penerimaan utang bank Pembayaran beban bunga Pembayaran dividen Penambahan utang bank jangka panjang Penerimaan dari penerbitan obligasi konversi Penerimaan dari penyetoran modal pemegang saham non-pengendali entitas anak Pembayaran utang bank jangka pendek Penyelesaian derivatif - bersih Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS 2011 AS$ 200.308.540 2.519.763 (668.370) (22.997.189) (28.254.183) (84.221.441) (45.919.399) (1.182.027) (27.299.063) (7.713.369) - 2010 AS$ 134.227.514 1.703.744 (548.524) (18.416.878) (24.324.933) (58.512.863) (34.103.740) (2.015.381) (15.280.647) (17.271.708) 142.949.918 105.625.310 8.498.642 7.246.431 6.930.536 2.630.886 (1.500.000) - 21.316 10.886.271 10.889.124 5.000.000 (593.776) - 696.556 5.464.997 5.202.283 (414.646) 10.692.542 (12.261.698) (20.578.767) (18.002.735) (4.019.892) 217.518.631 (247.411) (81.337.498) (12.191.009) (228.411) (117.556) 11.007.155 (53.918.365) (110.830.160) (9.264.153) (47.971.293) (5.474.179) (9.447) (13.847.726) (54.925.066) 28.074.892 4.000.000 1.586.230 (238.468) (293.000.000) - (763.388) (5.000.000) 127.049.143 - (1.410.666) (10.750.000) 83.512.066 12.494.339 (259.577.346) 2.297.789 (12.587.612) 110.995.932 2.933.457 (1.416.334) (812.266) 84.550.596 (14.314.064) (7.547.597) 12.353.822 KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN Penurunan (kenaikan) pada rekening bank yang dibatasi penggunaannya 90.912.822 KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN Kas dan setara kas direklasifikasi ke aset dimiliki untuk dijual KAS DAN SETARA KAS SETELAH REKLASIFIKASI 76.598.758 124.542.933 132.294.121 76.598.758 (33.630.111) 90.912.822 132.294.121 - Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. 263 132.294.121 - (203.591) 119.432.789 507.510 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum P.T. Austindo Nusantara Jaya (Perusahaan), d/h P.T. Austindo Teguh Jaya didirikan berdasarkan Akta No. 12 notaris Tn. Sutjipto, S.H., tanggal 16 April 1993 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-3479.HT.01.01.TH.93 tanggal 21 Mei 1993, dan diumumkan dalam Berita Negara No.70 tanggal 31 Agustus 1993, Tambahan No. 4010. Anggaran Dasar perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Akta No. 3 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 6 September 2012 terkait penambahan modal dasar dan modal disetor. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-48475.AH.01.02.Th.2012 tanggal 12 September 2012. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasarnya, Perusahaan memiliki ruang lingkup kegiatan dalam bidang perdagangan dan jasa umum. Perusahaan berhak untuk, antara lain, mendapatkan kesempatan usaha dan berinvestasi. Saat ini Perusahaan memberikan jasa manajemen dan beroperasi sebagai perusahaan induk dari entitas anak dan asosiasi yang beroperasi dalam industri agribisnis yaitu perkebunan kelapa sawit, pengolahan sagu, dan pengolahan tembakau serta energi terbarukan. Sebelum 2012, Perusahaan juga beroperasi sebagai Perusahaan induk dari entitas anak yang beroperasi dalam bidang jasa keuangan, jasa kesehatan dan bidang lainnya yang telah dijual pada tahun 2012. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993. Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, Perusahaan dan entitas anak (Grup) memiliki masing-masing 4.880, 6.066, 5.237, dan 4.111 karyawan tetap. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan Kantor Pusatnya berlokasi di Gedung Graha Irama lantai 3, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1 Kav. 1-2, Jakarta 12950. Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, susunan Komisaris dan Direktur Perusahaan adalah sebagai berikut: 2012 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 2011 dan 2010 Komisaris Utama Komisaris Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo Tn. George Santosa Tahija Tn. Sjakon George Tahija Tn. Arifin Mohamed Siregar Tn. Istama Tatang Siddharta Tn. Anastasius Wahyuhadi Tn. Josep Kristiadi Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo Tn. Sjakon George Tahija Tn. Arifin Mohamed Siregar Tn. Istama Tatang Siddharta Tn. Anastasius Wahyuhadi Tn. Suwito Anggoro Tn. Adrianto Machribie Reksohadiprodjo Tn. Sjakon George Tahija Tn. Arifin Mohamed Siregar Tn. Istama Tatang Siddharta Tn. Anastasius Wahyuhadi Direktur Utama Wakil Direktur Utama Direktur Tn. Suwito Anggoro Ny. Istini Tatiek Siddharta Tn. Sucipto Maridjan Tn. George Santosa Tahija Ny. Istini Tatiek Siddharta Tn. George Santosa Tahija Ny. Istini Tatiek Siddharta Perusahaan memberikan kompensasi kepada Komisaris dan Direktur sebagai berikut: 2012 AS$ Imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka panjang Jumlah 1.799.192 6.722.821 8.522.013 264 2011 AS$ 2.052.962 1.310.345 3.363.307 2010 AS$ 1.616.445 4.314.545 5.930.990 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan b. Entitas Anak Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, lebih dari 50% saham entitas anak sebagai berikut: Nama entitas anak dan aktivitas utama Lokasi usaha Entitas Anak Langsung Energi terbarukan PT Darajat Geothermal Indonesia (DGI) PT Austindo Aufwind New Energy (AANE) Darajat, Jawa Barat Belitung,Bangka Belitung Tahun operasi komersial Persentase pemilikan 2012 % 2011 % 2010 % 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Jumlah aset (sebelum dieliminasi) % 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 1998 99,99 99,99 99,99 99,99 11.409.047 10.478.867 10.408.833 13.097.941 Pra-operasi 98,99 90,64 90,64 51,06 2.404.087 871.455 2.181.051 251.674 2003 1998 1998 99,99 99,99 99,99 99,99 99,99 99,99 100,00 99,99 99,99 3.559.968 4.639.805 2.820.416 3.702.894 1.863.633 2.404.286 28.150.862 1.240.470 1.501.206 Jember 2000 Binanga, Sumatera Utara 1995 Sorong Selatan,Papua Pra-operasi 99,99 99,99 99,99 66,81 99,51 99,51 66,81 99,84 99,84 68,81 99,91 99,84 13.227.130 206.934.889 30.435.763 7.150.695 175.839.091 12.499.066 5.729.041 175.986.071 4.387.733 5.942.551 183.113.201 259.514 Jasa keuangan PT Prima Mitra Nusatama (PMN) (dalam likuidasi) Jakarta 1994 99,99 64,91 64,91 64,48 39.421.846 39.726.191 34.708.835 28.895.928 Sewa dan perdagangan mobil PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR) Jakarta 2009 - 99,99 99,99 99,99 - 380.054.820 263.825.607 58.110.029 Jasa Kesehatan PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (ANJHC) Jakarta 2008 - 99,99 99,99 99,99 - 14.278.249 14.922.243 10.029.850 1994 99,99 99,51 99,84 99,91 29.509.089 18.547.703 38.779.672 52.004.805 2009 99,99 99,51 99,84 99,91 71.654.954 68.642.882 66.051.633 57.855.439 Pra-operasi Pra-operasi Pra-operasi 99,99 51,00 99,99 99,51 51,00 - 99,84 - 99,86 - 55.383.203 1.392.481 1.197.388 33.859.033 1.434.023 - 9.869.814 - 2.147.457 - Jakarta 2002 - 71,93 64,91 64,48 - 32.375.925 33.596.736 28.886.038 110.036.651 Agribisnis Eastern Island Base Pte. Ltd (EIB) PT Aceh Timur Indonesia (ATI) PT Surya Makmur (SM) PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated (GMIT) PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA) PT ANJ Agri Papua (ANJAP) Entitas Anak Tidak Langsung Agribisnis PT Sahabat Mewah Makmur (SMM) (1) PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS) (1) PT Kayung Agro Lestari (KAL) (1) PT Lestari Sagu Papua (LSP) (2) PT Galempa Sejahtera Bersama (GSB) (3) Jasa keuangan PT Asuransi Indrapura (AI) (4) PT Austindo Nusantara Jaya Finance (ANJF) (5) Singapura Jakarta Medan Belitung,Bangka Belitung Angkola Selatan Sumatera Utara Ketapang, Kalimantan Barat Sorong Selatan,Papua Sumatera Selatan Jakarta 1994 - 94,22 94,22 81,60 - 264.527.979 189.135.794 Sewa dan perdagangan mobil PT Austindo Nusantara Jaya Auto (ANJ Auto) (6) PT Balai Lelang Asta Nara Jaya (7) Jakarta Tangerang 2010 2011 - 99,99 99,99 99,99 99,99 99,99 - - 73.121 276.847 65.397 111.222 - Jasa Kesehatan PT Optik Klinik Mata Nusantara (OKMN) (8) Jakarta 2009 - 59,99 59,99 59,99 - 560.169 390.200 310.035 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 67.223 Dimiliki oleh ANJA Dimiliki oleh ANJAP per 31 Desember 2012 dan dimiliki oleh ANJA per 31 Desember 2011 95,00% dimiliki oleh ANJA 80,00% dimiliki oleh PMN dan 20,00% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011, dimiliki 99,00% oleh PMN di 2010 dan 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 Dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010 serta dimiliki langsung oleh ANJ per 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 99,80% dimiliki oleh ANJR 99,96% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2011 dan 99,90% dimiliki oleh ANJR per 31 Desember 2010 Dimiliki oleh ANJHC Eastern Island Base (EIB) Pada tanggal 22 Pebruari 2010, EIB mengumumkan dan membagikan dividen berupa 2.680.554 saham ARC Exploration Ltd., dengan nilai AS$ 111.913 kepada Perusahaan. Pada tanggal 19 Maret 2010, EIB menjual 1 saham GMIT kepada Perusahaan dengan harga AS$ 75. Pengembalian modal terkait likuidasi EIB, diterima Perusahaan masing-masing berjumlah AS$ 22.000.000 pada tanggal 16 Juni 2010, AS$ 276.000 pada tanggal 28 September 2010 dan AS$ 46.106 pada tanggal 24 Nopember 2010. Pada tanggal 3 Desember 2010, EIB telah dilikuidasi. PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA) Berdasarkan Akta No. 101 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 30 April 2010, pemegang saham ANJA menyetujui kenaikan modal disetor dari Rp 251.540.286.500 menjadi Rp 251.712.301.900 melalui penerbitan 1.720.154 saham baru kepada Direksi dan manajemen ANJA, sehubungan dengan pelaksanaan program opsi saham yang diberikan kepada manajemen. Kepemilikan Perusahaan pada ANJA turun menjadi 99,84%. 265 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan Akta No. 29 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 8 Juli 2011, pemegang saham ANJA menyetujui penyetoran modal setara dengan 5.900.000 saham baru dari salah satu Direksi ANJA. Pemegang saham juga menyetujui penempatan 2.505.905 saham baru oleh Direksi dan manajemen ANJA terkait dengan pelaksanaan program hak opsi saham yang diberikan kepada manajemen. Modal disetor ANJA meningkat dari Rp 251.712.301.900 menjadi Rp 252.552.892.400. Kepemilikan Perusahaan pada ANJA turun menjadi 99,51%. Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 6 Maret 2012, pemegang saham ANJA menyetujui penjualan 1.399.521 saham milik salah satu pemegang saham non-pengendali kepada Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi 99,56%. Berdasarkan Akta No. 45 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 12 Oktober 2012, pemegang saham ANJA menyetujui penjualan 90.729 saham milik salah satu pemegang saham non-pengendali kepada Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi 99,57%. Berdasarkan Akta No. 84 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 22 Nopember 2012, pemegang saham ANJA menyetujui penjualan 10.834.584 saham milik pemegang saham non-pengendali kepada Perusahaan yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan pada ANJA naik menjadi 99,99%. PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS), sebelumnya PT Ondop Perkasa Makmur (OPM) Pada tanggal 2 Maret 2010, ANJA dan SMM menyetujui untuk mengubah nama PT Ondop Perkasa Makmur menjadi PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais (ANJAS). Pada tanggal 2 Oktober 2010, ANJA dan SMM menyediakan uang muka untuk modal sebesar Rp 25.000.000.000 kepada ANJAS. Uang muka tersebut telah menjadi kenaikan modal disetor berdasarkan Akta No. 9 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 2 Pebruari 2011. Modal disetor ANJAS meningkat dari Rp 598.570.000.000 menjadi Rp 623.570.000.000. Sejak 1 Januari 2011, ANJAS mengubah mata uang pelaporannya dari Rupiah menjadi Dolar Amerika Serikat. PT Austindo Aufwind New Energy (AANE) Berdasarkan Akta No. 9 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 2 Desember 2010 ANJA dan Aufwind Schmack Asia Holding GmbH (ASA) menyetujui kenaikan modal dasar AANE dari AS$ 1.800.000 menjadi AS$ 2.350.000 dan kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari AS$ 450.000 menjadi AS$ 2.350.000. ANJA menempatkan dan menyetor AS$ 1.900.000 atau setara dengan Rp 17.263.400.000 untuk penambahan 1.900 saham, sehingga kepemilikan ANJA di AANE meningkat dari 51,11% menjadi 90,64%. Berdasarkan Akta No. 135 notaris Mala Mukti, S.H. tanggal 19 Juli 2012, ANJA dan ASA menyetujui penjualan 2.130 saham atau 90,64% kepemilikan AANE dari ANJA kepada Perusahaan dan 176 saham atau 7,49% kepemilikan AANE dari ASA kepada Perusahaan, sehingga Perusahaan memiliki 2.306 atau 98,13% kepemilikan saham di AANE. Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2012, Perusahaan dan ASA menyetujui peningkatan modal dasar dari AS$ 2.350.000 menjadi AS$ 10.000.000 dan peningkatan modal disetor dari AS$ 2.350.000 menjadi AS$ 4.350.000 dengan penempatan 2.000 saham baru, yang seluruhnya ditempatkan dan disetor oleh Perusahaan, yang menyebabkan kepemilikan Perusahaan di AANE meningkat dari 98,13% menjadi 98,99%. PT Kayung Agro Lestari (KAL) Berdasarkan Akta No. 17 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2010, pemegang saham KAL menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 5.000.000.000 menjadi Rp 180.000.000.000 dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 5.000.000.000 menjadi Rp 95.000.000.000 dengan penempatan 180.000 saham baru. Dari jumlah tersebut, 179.910 saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 90 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM. 266 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan Akta No. 30 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 8 Juli 2011, pemegang saham KAL menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 180.000.000.000 menjadi Rp 720.000.000.000 dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 95.000.000.000 menjadi Rp 180.000.000.000 dengan penempatan 170.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 169.915 saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 85 saham ditempatkan dan dibayarkan oleh SMM. Berdasarkan Akta No. 85 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 24 Pebruari 2012, pemegang saham KAL menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 180.000.000.000 menjadi Rp 315.000.000.000 dengan penempatan 270.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 269.865 saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 135 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM. Berdasarkan Akta No. 19 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Juli 2012, pemegang saham KAL menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 315.000.000.000 menjadi Rp 410.000.000.000 dengan penempatan 190.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 189.905 saham ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 95 saham ditempatkan dan dibayar oleh SMM. Berdasarkan Akta No. 17 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 5 Nopember 2012, pemegang saham KAL menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 410.000.000.000 menjadi Rp 552.500.000.000 dengan penempatan 285.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 284.857 saham diantaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 143 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM. PT ANJ Agri Papua (ANJAP) Berdasarkan Akta No. 4 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 15 September 2011, pemegang saham ANJAP menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 50.000.000.000 menjadi Rp 118.000.000.000 dengan penempatan 68.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 66.870 saham di antaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 1.130 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM. Berdasarkan Akta No. 78 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 18 April 2012, pemegang saham ANJAP menyetujui peningkatan modal disetor dari Rp 118.000.000.000 menjadi Rp 164.000.000.000 dengan penempatan 46.000 saham baru. Dari jumlah tersebut 45.540 saham diantaranya ditempatkan dan disetor oleh ANJA dan 460 saham ditempatkan dan disetor oleh SMM. Berdasarkan Akta No. 45 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 15 Agustus 2012, ANJA dan SMM menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan 162.360 saham atau 99% kepemilikan ANJAP yang dimiliki oleh ANJA kepada Perusahaan, sehingga Perusahaan memiliki 99% ANJAP secara langsung. Berdasarkan Akta No. 129 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 September 2012, Perusahaan dan SMM selaku pemegang saham ANJAP menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 200 milyar menjadi Rp 400 milyar yang terdiri dari 400.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham dan peningkatan modal disetor dari Rp 164.000.000.000 menjadi Rp 246.000.000.000 dengan penempatan 82.000 saham baru, yang seluruhnya ditempatkan dan disetor oleh Perusahaan. Kepemilikan langsung Perusahaan di ANJAP meningkat dari 99% menjadi 99,33%. Berdasarkan Akta No. 2 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Desember 2012, pemegang saham ANJAP menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 246.000.000.000 menjadi Rp 329.000.000.000 dengan penempatan 83.000 saham baru, yang seluruhnya disetor oleh Perusahaan. Kepemilikan langsung Perusahaan di ANJAP meningkat dari 99,33% menjadi 99,50%. PT Lestari Sagu Papua (LSP) Berdasarkan Akta no. 105 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 1 Juli 2011, ANJA, SP Chemical Pte. Ltd dan Grand Asia Holding Pte. Ltd. mendirikan LSP, dengan modal dasar AS$ 4.000.000 dan modal ditempatkan dan disetor sebesar AS$ 1.500.000. ANJA menempatkan dan menyetor 765 saham atau senilai AS$ 765.000 untuk 51% kepemilikan. 267 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan Akta No. 103 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 21 September 2012, para pemegang saham LSP menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan 765 saham atau 51% kepemilikan LSP yang dimiliki oleh ANJA kepada ANJAP. PT Asuransi Indrapura (AI) Berdasarkan Akta No. 3 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Nopember 2011, pemegang saham AI menyetujui pemindahan hak atas 163.998 saham AI atau 19,99% kepemilikan dari PMN kepada ANJR. Kepemilikan langsung PMN pada AI turun dari 99,99% menjadi 80%. Berdasarkan Akta No.88 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 Pebruari 2012, PMN menjual 656.000 saham AI atau 80% kepemilikan atas AI ke Golden Eight Group Limited. Setelah transaksi ini, PMN tidak lagi memiliki AI, baik secara langsung ataupun tidak langsung. PT Prima Mitra Nusatama (PMN) Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham PMN tanggal 18 Maret 2010 dan Akta No. 18 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 7 April 2010, pemegang saham PMN menyetujui peningkatan modal PMN dengan menempatkan 19.047.620 saham pada harga Rp 1.575 per saham. Dari jumlah tersebut, 12.562.134 saham di antaranya ditempatkan oleh Perusahaan, sehingga kepemilikan Perusahaan di PMN meningkat dari 64,48% menjadi 64,91%. Berdasarkan Akta No. 53, 54, 75 dan 24 notaris Mala Mukti, S.H., masing-masing tanggal 16 Agustus 2012, 16 Agustus 2012, 30 Agustus 2012 dan 7 September 2012, Adrian Park Ltd., Investor Investment Asia Ltd., Hamon Private Equity Ltd., dan Lattice Ltd., masing-masing sebagai pemilik 19.514.286 saham, 1.915.587 saham, 718.061 saham dan 677.166 saham atau masing-masing 30%, 2,95%, 1,11% dan 1,04% kepemilikan PMN menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan seluruh saham yang dimilikinya kepada Perusahaan. Berdasarkan Akta No. 128 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 27 September 2012, Perusahaan menjual 1 saham PMN kepada Tn. George Santosa Tahija. Sebagai akibat dari seluruh transaksi pembelian dan penjualan saham PMN di atas, Perusahaan memiliki 65.047.619 saham atau 99,99% kepemilikan PMN. Berdasarkan Akta No. 73 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 21 Nopember 2012, pemegang saham menyetujui pembubaran PMN yang berlaku efektif sejak 13 Nopember 2012 dan mengangkat likuidator untuk melakukan likuidasi. PT Austindo Nusantara Jaya Finance (ANJF) Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham ANJF seperti yang dinyatakan dalam Akta No. 90 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 27 April 2010, pemegang saham ANJF menyetujui pemindahan hak atas 25.053 saham ANJF dari Investor (Guernsey) II, Ltd. dan Hamon Private Equity Ltd. kepada Perusahaan, sehingga jumlah saham yang dimiliki Perusahaan menjadi 136.615 saham dan kepemilikan Perusahaan pada ANJF meningkat dari 81,60% menjadi 99,92%. Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham ANJF seperti yang dinyatakan dalam Akta No. 29 Notaris Mala Mukti S.H., tanggal 18 Mei 2010, pemegang saham ANJF menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 170.000.000.000 menjadi Rp 800.000.000.000 dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 136.723.000.000 menjadi Rp 200.083.000.000 dengan menempatkan 63.360 saham baru dengan harga Rp 1.199.495 per saham kepada ANJR. Perusahaan tidak berpartisipasi dalam peningkatan modal ini, sehingga menyebabkan dilusi kepemilikan langsung Perusahaan dari 99,92% menjadi 68,28%. Berdasarkan Akta No. 22 notaris Mala Mukti, SH., tanggal 11 Juni 2010, Perusahaan menjual 136.615 saham ANJF kepada ANJR pada nilai buku yang juga merupakan nilai pasar, atau setara dengan Rp 172.000.006.340. Sebagai akibatnya, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJF secara langsung. 268 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR) Berdasarkan Akta No. 07 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 4 Juni 2010 pemegang saham ANJR menyetujui kenaikan modal dasar dari Rp 155.000.000.000 (155.000 saham) menjadi Rp 560.000.000.000 (560.000 saham) dan kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 100.750.000.000 (100.750 saham) menjadi Rp 141.212.000.000 (141.212 saham) dengan penempatan 40.462 saham (Rp 404.620.000.000), yang seluruhnya disetor oleh Perusahaan. Berdasarkan Akta No. 65 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 26 Juni 2010 pemegang saham ANJR menyetujui kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 141.212.000.000 (141.212 saham) menjadi Rp 243.820.000.000 (243.820 saham) dengan penempatan 102.608 saham pada harga Rp 1.158.398 per saham, seluruhnya disetor oleh Perusahaan. Berdasarkan Akta No. 16 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 5 Nopember 2010, pemegang saham ANJR menyetujui kenaikan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 243.820.000.000 (243.820 saham) menjadi Rp 270.000.000.000 (270.000 saham) dengan penempatan 26.180 saham baru yang seluruhnya disetor oleh Perusahaan. Berdasarkan Akta No. 16 notaris Fathiah Helmi, S.H., tanggal 17 Januari 2012, Perusahaan menjual 2.699.990.000 lembar saham atau 99,99% kepemilikan ANJR kepada PT Mitra Pinasthika Mustika. Setelah transaksi tersebut, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJR, ANJF, ANJ Auto dan Balai Lelang Asta Nara Jaya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (ANJHC) Berdasarkan Rapat Tahunan Pemegang Saham ANJHC, seperti dinyatakan dalam Akta No. 63 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 25 Juni 2010, pemegang saham menyetujui kenaikan modal ditempatkan dari Rp 120.837.500.000 menjadi Rp 165.837.500.000, yang seluruhnya disetor Perusahaan. Berdasarkan Akta No.33 notaris Mala Mukti S.H., tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan melakukan penjualan, pengalihan dan penyerahan 165.837.499 saham atau 99.99% kepemilikan ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali) (Catatan 40). Setelah transaksi ini, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJHC dan OKMN baik secara langsung ataupun tidak langsung. PT Gading Mas Indonesian Tobacco (GMIT) Berdasarkan Akta No. 39 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 12 September 2012, Southseas Resources Ltd sebagai pemilik 57.140 saham atau 33,19% kepemilikan GMIT menyetujui penjualan, pengalihan dan penyerahan 57.139 saham miliknya kepada Perusahaan dan 1 saham kepada Tn. Koh Bing Hock. Sebagai akibat transaksi tersebut, Perusahaan memiliki 172.139 saham atau 99,99% kepemilikan langsung atas GMIT. PT Galempa Sejahtera Bersama (GSB) Berdasarkan Akta No. 25 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 4 Mei 2012, Perusahaan dan ANJA menandatangani perjanjian jual beli dengan Tn. Syamsi dan Tn. Muksin untuk membeli dari Tn. Syamsi dan Tn. Muksin masing-masing 100.000 saham dan 20.000 saham GSB, dengan komposisi 114.000 saham atau 95% dimiliki ANJA dan 6.000 saham atau 5% dimiliki Perusahaan. c. Pelepasan Entitas Anak PT Austindo Nusantara Jaya Rent (ANJR) Pada tanggal 17 Januari 2012, Perusahaan menjual 2.699.990.000 lembar saham atau 99,99% kepemilikan atas ANJR kepada PT Mitra Pinasthika Mustika (MPM). Sebagai akibat transaksi tersebut, Perusahaan tidak lagi memiliki ANJR dan ANJF, baik secara langsung ataupun tidak langsung. 269 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Posisi aset dan liabilitas ANJR dan entitas anak pada tanggal 17 Januari 2012: 17 Januari 2012 AS$ Kas dan setara kas Piutang sewa dan jasa lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang pembiayaan konsumen dan jasa pembiayaan lainnya setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar di muka Biaya dibayar di muka dan uang muka Rekening bank jaminan (escrow) Deposito berjangka Aset pajak tangguhan Investasi pada entitas asosiasi Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Goodwill Aset lain-lain Jumlah aset 175.659.026 1.378.351 682.584 3.174.344 2.232.767 494.674 435.329 996.178 176.002 102.528.145 2.525.369 757.369 377.787.280 Utang bank Utang usaha Uang muka dan utang lain-lain Utang pajak Biaya masih harus dibayar Pendapatan ditangguhkan Liabilitas derivatif - bersih Uang jaminan Utang sewa pembiayaan Obligasi konversi Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Liabilitas kompensasi berbasis saham Jumlah liabilitas 300.118.303 2.525.299 786.837 2.699.294 3.462.939 1.117.631 221.500 1.279.724 316.182 12.450.422 76.242 1.743.896 2.975.458 329.773.727 Aset bersih yang dijual 13.430.916 3.188.055 70.128.171 48.013.553 270 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Laba bersih pelepasan ANJR: 2012 AS$ Hasil penjualan ANJR Jumlah aset bersih yang dilepaskan Selisih nilai akibat perubahan entitas anak yang direklasifikasi dari ekuitas karena hilangnya pengendalian Penyesuaian kumulatif selisih kurs penjabaran yang direklasifikasi dari ekuitas karena hilangnya pengendalian Laba pelepasan ANJR Biaya konsultan penjualan Biaya pajak kini dan tangguhan terkait penjualan ANJR Laba bersih pelepasan ANJR 120.748.487 (48.013.553) (441.301) 407.883 72.701.516 (3.102.665) (17.384.449) 52.214.402 Laba bersih pelepasan ANJR termasuk dalam laba bersih dari operasi yang dihentikan (Catatan 52). Kas bersih pelepasan ANJR: 2012 AS$ Kas yang diterima dari penjualan ANJR Kas dan setara kas ANJR yang dilepaskan Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih 271 120.748.487 (13.430.916) 107.317.571 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan PT Asuransi Indrapura (AI) Pada tanggal 27 Pebruari 2012, PMN menjual 656.000 saham AI atau 80% kepemilikan AI ke Golden Eight Group Limited. Posisi aset dan liabilitas AI pada tanggal 27 Pebruari 2012: 27 Pebruari 2012 AS$ Kas dan setara kas Deposito wajib Investasi Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset lain-lain Jumlah aset 17.309.557 935.608 2.159.892 11.733.509 639.619 375.390 344.541 33.498.116 Utang jasa asuransi Utang lain-lain Utang pajak Pendapatan premi diterima di muka Jumlah liabilitas 12.304.857 2.775.743 248.363 7.133.420 22.462.383 Aset bersih yang dijual 11.035.733 Laba pelepasan AI: 2012 AS$ Hasil penjualan AI Jumlah aset bersih yang dilepaskan Kepentingan non-pengendali Penyesuaian kumulatif selisih kurs penjabaran yang direklasifikasi dari ekuitas karena hilangnya pengendalian Laba pelepasan AI Biaya pajak kini dan tangguhan terkait penjualan AI Laba bersih dari pelepasan AI 13.208.586 (11.035.733) 2.207.147 (143.171) 4.236.829 (1.004.660) 3.232.169 Laba pelepasan AI termasuk dalam laba bersih dari operasi yang dihentikan (Catatan 52). Kas bersih dari pelepasan AI: 2012 AS$ Kas yang diterima dari penjualan AI Kas dan setara kas AI yang dilepaskan Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih 13.208.586 (17.309.557) (4.100.971) 272 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare (ANJHC) Pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan menjual 165.837.499 saham atau 99,99% kepemilikan ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali) (Catatan 40). Posisi aset dan liabilitas ANJHC pada tanggal 7 Mei 2012: 7 Mei 2012 AS$ Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Persediaan Uang muka dan biaya dibayar di muka Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset lain-lain Jumlah aset Utang usaha Utang sewa pembiayaan Utang lain-lain Utang pajak Biaya masih harus dibayar Kewajiban imbalan pasca kerja Liabilitas pajak tangguhan Jumlah liabilitas Aset bersih yang dilepaskan 1.004.168 1.381.710 73.775 91.033 961.768 679.216 9.547.586 82.800 13.822.056 289.749 311.942 218.598 107.298 1.766.258 1.096.362 188.559 3.978.766 9.843.290 Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali dari pelepasan ANJHC: 2012 AS$ Hasil penjualan ANJHC Jumlah aset bersih yang dilepaskan Kepentingan non-pengendali Selisih kurs penjabaran laporan keuangan yang direklasifikasi dari ekuitas karena hilangnya pengendalian Selisih antara hasil penjualan dan nilai buku ANJHC, dicatat sebagai Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali 273 20.000.000 (9.843.290) 129.804 (2.262.251) 8.024.263 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Kas bersih dari pelepasan ANJHC: 2012 AS$ Kas yang diterima dari penjualan ANJHC Kas dan setara kas ANJHC yang dilepaskan Kas yang dihasilkan (dilepaskan), bersih 2. 20.000.000 (1.004.168) 18.995.832 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BARU DAN REVISI (PSAK) DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) a. Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan Dalam tahun berjalan, Grup telah menerapkan semua standar baru dan revisi serta interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia yang relevan dengan operasinya dan efektif untuk periode akuntansi mulai tanggal 1 Januari 2012. Penerapan standar baru dan revisi serta interpretasi yang telah mempengaruhi penyajian dan pengungkapan laporan keuangan konsolidasian untuk tahun berjalan atau tahun sebelumnya dan berdampak terhadap perubahan kebijakan akuntansi Grup adalah sebagai berikut: PSAK 10 (revisi 2010), Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing Standar revisi ini memberikan indikator dalam menentukan mata uang fungsional entitas, yang meliputi antara lain mata uang (a) yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa (b) dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa entitas dan (c) yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa. Jika indikator tersebut bercampur dan mata uang fungsional tidak jelas, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi yang mendasari. Standar sebelumnya hanya memberikan panduan terbatas dalam hal penentuan mata uang fungsional. Grup telah memutuskan perubahan mata uang fungsional PT Aceh Timur Indonesia (ATI) dan PT Surya Makmur (SM) berdasarkan evaluasi mereka sesuai dengan ketetapan dalam revisi standar tersebut. Dengan demikian, sejak 1 Januari 2012, ATI dan SM mengubah mata uang fungsionalnya dari Rupiah menjadi Dolar Amerika Serikat dan menerapkan perubahan mata uang fungsional secara retrospektif (Catatan 60). PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja Standar revisi ini memberikan pilihan pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial secara penuh pada periode terjadinya, di luar komponen laba rugi, yaitu dalam pendapatan komprehensif lain. Revisi standar ini juga mengharuskan Grup untuk menyajikan pengungkapan tambahan (Catatan 38). Efektif 1 Januari 2012, Grup mengakui keuntungan dan kerugian aktuarial dalam pendapatan komprehensif lainnya. Karena terdapat ketentuan transisi atas standar revisi ini, perubahan dalam kebijakan akuntansi ini diperlakukan secara prospektif. 274 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan PSAK 60, Instrumen Keuangan :Pengungkapan Standar baru ini menggantikan persyaratan pengungkapan dalam PSAK 50 (revisi 2006), Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan mengharuskan pengungkapan mengenai (a) signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan Grup, (b) sifat dan paparan risiko yang timbul dari instrumen keuangan milik Grup selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan (c) cara Grup mengelola risiko-risiko tersebut (Catatan 63). ISAK 16, Perjanjian Konsesi jasa Interpretasi ini berlaku untuk perjanjian konsesi jasa publik ke swasta jika: - Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus diberikan oleh operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus diberikan, dan berapa harganya; dan - Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau bentuk lain – atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur pada akhir masa perjanjian. DGI memiliki 5% bagian dari konsorsium dengan Chevron Geothermal Indonesia untuk mengembangkan Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Darajat Unit II dan Unit III, yang dioperasikan oleh Chevron Geothermal Indonesia. Pihak-pihak ini mempunyai ikatan dengan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (“PERTAMINA”) dan Perusahaan Listrik Negara (“PLN”) (Catatan 57g). Karena perjanjian dengan PERTAMINA dan PLN merupakan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta, DGI harus mengadopsi ketentuan yang ditetapkan dalam ISAK 16, terkait dengan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta. Dengan demikian, laporan keuangan DGI disajikan kembali sesuai dengan ketentuan dalam ISAK 16 (Catatan 60). AANE telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik dengan PLN pada tanggal 29 Nopember 2012. Karena perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN merupakan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta, AANE harus mengadopsi persyaratan yang ditetapkan dalam ISAK 16 terkait dengan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta sejak penandatanganan perjanjian tersebut (Catatan 57n). ISAK 22, Perjanjian Konsesi Jasa : Pengungkapan Interpretasi ini memberikan pedoman dalam pengungkapan perjanjian konsesi jasa. Adopsi terhadap interpretasi ini mengakibatkan penambahan pengungkapan untuk perjanjian konsesi jasa pada DGI. ISAK 25, Hak atas Tanah Interpretasi ini menjelaskan perlakuan biaya pengurusan hak legal atas tanah. Biaya pengurusan hak legal atas tanah pada saat perolehan tanah tersebut diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tanah sesuai dengan PSAK 16 (revisi 2011), Aset Tetap atau standar lain yang relevan berdasarkan tujuan penggunaan lahan. Biaya pengurusan perpanjangan atau pembaharuan hak legal atas tanah diakui sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2010), Aset Tidak Berwujud. 275 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Sebelumnya, Grup telah menghitung biaya pengurusan hak legal atas tanah pada saat perolehan tanah sebagai biaya yang ditangguhkan dan kemudian diamortisasi selama jangka waktu hak-hak tersebut Berikut ini standar baru dan standar revisi serta interpretasi yang diterapkan dalam laporan keuangan konsolidasian. Penerapan ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian tetapi mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan : PSAK 16 (revisi 2011), Aset Tetap PSAK 26 (revisi 2011), Biaya Pinjaman PSAK 30 (revisi 2011), Sewa PSAK 46 (revisi 2010), Pajak Penghasilan PSAK 50 (revisi 2010), Instrumen Keuangan : Penyajian PSAK 53 (revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham PSAK 55 (revisi 2011), Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran PSAK 56 (revisi 2010), Laba Per Saham ISAK 15, PSAK 24 – Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya ISAK 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya. ISAK 23, Sewa Operasi – Insentif ISAK 24, Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa ISAK 26, Penilaian Ulang Derivatif Melekat b. Standar telah diterbitkan tetapi belum diterapkan Standar akuntansi revisi yang relevan dengan operasi Grup dan diterbitkan serta efektif untuk periode mulai pada atau setelah 1 Januari 2013 adalah PSAK 38 (revisi 2012), Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian, dampak dari penerapan standar atas laporan keuangan konsolidasian tidak dapat diketahui atau diestimasi secara wajar oleh manajemen. 3. KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Pernyataan kepatuhan Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan keuangan ini tidak dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan hasil operasi dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi dan praktek pelaporan yang berlaku umum di negara dan yurisdiksi lain. b. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan keuangan konsolidasian, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian disusun menggunakan dasar akrual. Mata uang pelaporan (penyajian) yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah mata uang Dolar Amerika Serikat (AS$) dan laporan keuangan konsolidasian tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali untuk beberapa akun tertentu yang diukur dengan menggunakan dasar pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun terkait. 276 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. c. Prinsip Konsolidasian Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan (entitas anak). Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Penghasilan dan beban entitas anak yang diakuisisi atau penjualan selama tahun berjalan termasuk dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal efektif akuisisi sampai dengan tanggal efektif penjualan. Jika diperlukan, penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan entitas anak agar kebijakan akuntansi yang digunakan entitas anak, sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Grup. Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban intra kelompok usaha dieliminasi pada saat konsolidasian. Kepentingan non-pengendali pada entitas anak diidentifikasi secara terpisah dan disajikan dalam ekuitas. Kepentingan non-pengendali pemegang saham pada awalnya boleh diukur sebesar nilai wajar atau sebesar bagian pemilikan kepentingan non-pengendali atas nilai wajar aset bersih yang dapat diidentifikasi dari pihak yang diakuisisi. Pilihan metode pengukuran dilakukan pada saat akuisisi. Setelah akuisisi, nilai tercatat kepentingan non-pengendali merupakan jumlah kepentingan non-pengendali pada pengakuan awal ditambah dengan bagian kepentingan nonpengendali dari perubahan selanjutnya dalam ekuitas. Jumlah pendapatan komprehensif entitas anak tersebut diatribusikan kepada pemilik Perusahaan dan pada kepentingan non-pengendali, bahkan jika hal ini mengakibatkan kepentingan non-pengendali mempunyai saldo defisit. Perubahan dalam bagian kepemilikan Grup pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas. Nilai tercatat kepentingan Grup dan kepentingan non-pengendali disesuaikan untuk mencerminkan perubahan bagian kepemilikannya atas entitas anak. Setiap perbedaan antara jumlah kepentingan non-pengendali setelah disesuaikan dan nilai wajar imbalan yang diberikan atau diterima diakui secara langsung dalam ekuitas dan diatribusikan pada pemilik entitas induk. Ketika Grup kehilangan pengendalian atas entitas anak, laba dan rugi diakui dalam laporan laba rugi dan dihitung sebagai perbedaan antara (i) keseluruhan nilai wajar yang diterima dan nilai wajar dari setiap sisa investasi dan (ii) nilai tercatat sebelumnya dari aset (termasuk goodwill) dan liabilitas dari entitas anak dan setiap kepentingan non-pengendali. Ketika aset dari entitas anak dinyatakan sebesar nilai revaluasi atau nilai wajar dan akumulasi laba atau rugi telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan terakumulasi dalam ekuitas, maka jumlah yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan akumulasi ekuitas dicatat seolah-olah Grup telah melepas secara langsung aset yang relevan (sehingga jumlah tersebut direklasifikasi ke laporan laba rugi atau ditransfer langsung ke saldo laba sebagaimana ditentukan oleh PSAK yang berlaku). Nilai wajar setiap sisa investasi pada entitas anak pada tanggal hilangnya pengendalian dianggap sebagai nilai wajar pada saat pengakuan awal aset keuangan sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2011), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran atau, sebagai biaya perolehan saat pengakuan awal investasi pada entitas asosiasi atau pengendalian bersama entitas. Perusahaan telah menyajikan sisa saldo yang berkaitan dengan pengaruh transaksi modal tahun sebelumnya dari entitas anak dengan pihak ketiga sebagai bagian yang terpisah dalam ekuitas. 277 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan d. Kombinasi Bisnis Akuisisi entitas anak dan bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Biaya akuisisi pada tanggal pertukaran diakui sebesar keseluruhan nilai wajar aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau ditanggung dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai instrumen yang dipertukarkan untuk memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi. Biaya-biaya akuisisi terkait diakui di dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Dalam penerapannya, imbalan untuk akuisisi termasuk setiap aset atau liabilitas yang dihasilkan dari suatu kesepakatan imbalan kontinjen, yang diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Perubahan nilai wajar selanjutnya akan menyebabkan penyesuaian pada biaya akuisisi, apabila memenuhi persyaratan untuk penyesuaian dalam periode pengukuran. Semua perubahan selanjutnya atas nilai wajar imbalan kontinjensi diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas yang dihitung sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Perubahan dalam nilai wajar imbalan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai ekuitas tidak dicatat. Aset teridentifikasi, liabilitas dan liabilitas kontinjensi pihak yang diakuisisi, yang memenuhi kondisi-kondisi pengakuan berdasarkan PSAK 22 (revisi 2010) Kombinasi Bisnis, efektif sejak 1 Januari 2011 diakui pada nilai wajar, kecuali untuk aset dan liabilitas tertentu yang diukur dengan menggunakan standar terkait. Jika pengakuan awal untuk kombinasi bisnis belum selesai pada akhir periode pelaporan saat kombinasi terjadi, Grup harus melaporkan jumlah provisi sementara untuk pos-pos yang proses pengukurannya belum selesai. Jumlah provisi sementara tersebut disesuaikan selama periode pengukuran, atau tambahan pada aset atau liabilitas diakui untuk mencerminkan perolehan informasi baru tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi dan, yang jika diketahui, akan berdampak pada jumlah yang diakui pada tanggal tersebut. Periode pengukuran adalah periode dari tanggal akuisisi hingga tanggal Grup memperoleh informasi lengkap tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi. Periode pengukuran dibatasi maksimum satu tahun dari tanggal akuisisi. e. Transaksi Restrukturisasi antar Entitas Sepengendali Transaksi restrukturisasi antar entitas sepengendali, berupa pengalihan aset dan liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang diselenggarakan dalam rangka reorganisasi entitas dalam suatu grup bisnis yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi tersebut tidak menghasilkan laba atau rugi untuk keseluruhan Grup ataupun individu di dalam kelompok entitas tersebut. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak menghasilkan perubahan dalam substansi ekonomi terhadap kepemilikan aset, saham, liabilitas atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, aset dan liabilitas yang dialihkan secara legal diakui sebesar nilai tercatat dengan menggunakan metode penyatuan kepentingan. Komponen laporan keuangan perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi dan untuk periode lain yang disajikan untuk tujuan perbandingan, disajikan seolah-olah perusahaan telah bergabung sejak periode paling awal yang disajikan. Selisih antara harga pengalihan dan nilai tercatat dari transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun “Selisih nilai dari transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali”, dan disajikan sebagai bagian ekuitas, yang akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat penjualan investasi tersebut. 278 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan f. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing Pembukuan tersendiri dari Perusahaan dan masing-masing entitas dalam Grup, kecuali untuk KAL, GSB, GMIT, PMN, ANJAP, LSP, dan AANE, diselenggarakan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang fungsional. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang selain Dolar Amerika Serikat dicatat dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang selain Dolar Amerika Serikat disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif. Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas entitas anak yang menggunakan mata uang pencatatan selain Dolar Amerika Serikat, dijabarkan ke dalam Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs pada tanggal pelaporan, ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis, sementara pendapatan dan biaya dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain. g. Transaksi Pihak Berelasi Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Grup (entitas pelapor): a. Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut: i. memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii. memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor; atau iii. merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas pelapor. b. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut: i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya saling berelasi dengan entitas lainnya). ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut menjadi anggotanya). iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama pihak ketiga yang sama. iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga. v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor. vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a). vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas). Seluruh transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak berelasi, baik dilakukan dengan kondisi dan persyaratan yang sama dengan pihak ketiga ataupun berbeda, diungkapkan pada laporan keuangan konsolidasian. 279 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan h. Instrumen Keuangan Aset dan liabilitas keuangan diakui pada saat Grup menjadi pihak yang memiliki hak dan kewajiban sesuai persyaratan dalam kontrak instrumen keuangan yang bersangkutan. Aset dan liabilitas keuangan diukur berdasarkan nilai wajar. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset dan liabilitas keuangan (selain aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi) ditambahkan pada atau dikurangkan dari nilai wajar aset atau liabilitas keuangan, pada pengakuan awal. Biaya transaksi yang secara langsung digunakan untuk perolehan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi diakui segera dalam laba rugi. Aset Keuangan Aset keuangan Grup diklasifikasikan berdasarkan kategori berikut: diakui pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL), aset keuangan tersedia untuk dijual, dan pinjaman yang diberikan dan piutang. Klasifikasi tergantung pada sifat dan tujuan dari aset keuangan dan ditentukan pada saat awal pengakuan. Seluruh pembelian atau penjualan reguler aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal perdagangan. Pembelian atau penjualan reguler aset keuangan adalah pembelian atau penjualan aset keuangan yang memerlukan transfer aset dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh peraturan atau konvensi di pasar. Metode suku bunga efektif Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan setelah amortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas pada masa yang akan datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium atau diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, selama periode yang lebih singkat, untuk memperoleh nilai tercatat bersih aset keuangan pada saat pengakuan awal. Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL) Aset keuangan diklasifikasikan dalam FVTPL, jika aset keuangan termasuk dalam kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur sebagai FVTPL. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan, jika: diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau pada pengakuan awal, merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti aktual mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek; atau merupakan derivatif yang tidak ditetapkan atau tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai. Aset keuangan selain aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai kelompok untuk tujuan diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika: penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan inkonsistensi pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau 280 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan kelompok aset keuangan, liabilitas atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Grup yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut tersedia secara internal menurut dasar tersebut; atau membentuk bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2011) memperbolehkan seluruh kontrak gabungan (aset atau kewajiban) ditetapkan sebagai FVTPL. Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, laba atau rugi yang timbul diakui dalam laba rugi. Laba atau rugi bersih yang diakui dalam laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan, dan diklasifikasikan sebagai pendapatan dividen dan pendapatan bunga pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 8. Aset keuangan tersedia untuk dijual (AFS) Obligasi dan saham milik Grup yang tercatat di bursa dan diperdagangkan pada pasar aktif diklasifikasikan sebagai AFS dan dinyatakan pada nilai wajar. Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya dan akumulasi revaluasi investasi AFS di ekuitas, kecuali untuk rugi penurunan nilai, bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif dan laba rugi selisih kurs atas aset moneter yang diakui pada laba rugi. Jika investasi dilepas atau mengalami penurunan nilai, akumulasi laba atau rugi yang sebelumnya diakumulasi sebagai laba belum direalisasi atas investasi AFS, direklasifikasi ke laba rugi. Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak tercatat di bursa, tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal juga diklasifikasikan sebagai AFS dan diukur pada biaya perolehan dikurangi penurunan nilai. Dividen dari instrumen ekuitas AFS, jika ada, diakui pada laba rugi pada saat hak Grup untuk memperoleh pembayaran dividen ditetapkan. Pinjaman yang diberikan dan piutang Kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau jumlah pembayaran yang telah ditentukan dan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Pendapatan bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material. Penurunan nilai aset keuangan Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal pelaporan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif adanya: (i) penurunan nilai sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, (ii) peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan dari aset keuangan tersebut dan (iii) besar penurunan nilai dapat diestimasi secara andal. Untuk investasi ekuitas AFS yang tercatat dan tidak tercatat di bursa, penurunan jangka panjang yang signifikan atas nilai wajar instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya dianggap sebagai bukti obyektif penurunan nilai. 281 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Untuk aset keuangan lainnya, bukti objektif penurunan nilai termasuk hal-hal sebagai berikut: kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan. Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti pinjaman yang diberikan dan piutang, aset yang dinilai tidak mengalami penurunan nilai secara individual akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang termasuk pengalaman Grup atas penagihan piutang pada masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dibandingkan rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kegagalan pembayaran piutang. Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan setelah diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan, jumlah rugi penurunan nilai diukur berdasarkan perbedaan antara jumlah tercatat aset dan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto dengan menggunakan tingkat pengembalian saat ini dari aset keuangan serupa. Rugi penurunan nilai tersebut tidak akan dipulihkan pada periode berikutnya. Jumlah tercatat seluruh aset keuangan langsung dikurangi dengan rugi penurunan nilai, kecuali piutang, yang nilai tercatatnya dikurangi melalui akun penyisihan piutang. Jika piutang pasti tidak tertagih, maka piutang tersebut dihapuskan dengan mengurangi akun penyisihan piutang tidak tertagih. Pemulihan atas jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan ke akun penyisihan piutang tidak tertagih. Perubahan nilai tercatat penyisihan piutang diakui dalam laba rugi. Jika aset keuangan AFS diturunkan nilainya, laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya telah diakui dalam ekuitas direklasifikasi ke laba rugi. Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan setelah amortisasi, jika, pada periode berikutnya, jumlah rugi penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif dengan peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laba rugi, hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan setelah amortisasi yang seharusnya terhitung, jika pengakuan rugi penurunan nilai tidak dilakukan. Untuk efek ekuitas AFS, rugi penurunan nilai yang sebelumnya diakui dalam laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laba rugi. Setiap kenaikan nilai wajar setelah penurunan nilai dilakukan, diakui secara langsung ke pendapatan komprehensif lain. Penghentian pengakuan aset keuangan Grup menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Grup secara substansi mengalihkan aset keuangan dan seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Grup secara substansi tidak mengalihkan maupun tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat kepemilikan, serta masih mengendalikan aset yang dialihkan, maka Grup mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang dialihkan dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Grup secara substansi tetap memiliki seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang dialihkan, maka Grup masih mengakui aset keuangan dan Grup juga harus mengakui pinjaman yang dijamin oleh aset keuangan tersebut sebesar pinjaman yang diterima. 282 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, perbedaan antara jumlah tercatat aset dan jumlah dari imbalan yang diterima dan piutang serta akumulasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya dan terakumulasi dalam ekuitas diakui dalam laba rugi. Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan selain dari pengakuan secara keseluruhan, Grup mengalokasikan nilai tercatat atas aset keuangan antara bagian yang masih diakui, dan bagian yang tidak lagi diakui berdasarkan proporsi nilai wajar bagian-bagian terkait pada tanggal dialihkan. Perbedaan antara nilai tercatat yang dialokasikan ke bagian yang tidak lagi diakui dan jumlah imbalan yang diterima untuk bagian yang tidak lagi diakui dan akumulasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lain yang dialokasi untuk bagian tersebut diakui dalam laba rugi. Akumulasi keuntungan atau kerugian yang telah diakui sebagai pendapatan komprehensif lain dialokasikan antara bagian yang terus diakui dan bagian yang tidak lagi diakui berdasarkan proporsi nilai wajar bagian-bagian tersebut. Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Grup diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Grup setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung. Liabilitas keuangan Utang usaha, utang lain-lain, utang bank dan pinjaman lainnya selanjutnya diukur pada biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan setelah amortisasi dari liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran kas pada masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium atau diskonto lainnya) selama perkiraan umur liabilitas keuangan, atau, jika lebih tepat, selama periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih liabilitas keuangan pada saat pengakuan awal. Selisih antara hasil penerimaan (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman. Penghentian pengakuan liabilitas keuangan Grup menghentikan pengakuan atas liabilitas keuangan jika dan hanya jika, liabilitas Grup telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa. Perbedaan antara nilai tercatat dari liabilitas keuangan yang dihentikan pengakuannya dan perkiraan pembayaran dan utang diakui dalam laba rugi. Instrumen derivatif Grup menggunakan instrumen keuangan untuk mengelola risiko suku bunga dan perubahan nilai tukar mata uang asing. Penggunaan derivatif lebih rinci diungkapkan pada Catatan 55. 283 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Derivatif pada awalnya diakui sebesar nilai wajar saat kontrak dilakukan; selanjutnya diukur sebesar nilai wajarnya pada setiap akhir periode pelaporan. Laba atau rugi segera diakui dalam laba rugi, karena derivatif ini tidak dimaksudkan dan tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, walaupun secara ekonomis dilakukan sebagai lindung nilai terhadap risiko harga komoditas dan nilai tukar mata uang asing. Perubahan nilai wajar instrumen derivatif yang ditujukan sebagai lindung nilai arus kas masa depan diakui sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lainnya dan bagian yang tidak efektif diakui segera dalam laba rugi. Jika transaksi lindung nilai berakibat diakuinya aset atau liabilitas, akumulasi laba dan rugi pada bagian pendapatan komprehensif lainnya direklasifikasi ke dalam laba rugi pada periode yang sama saat aset atau liabilitas terkait mempengaruhi laba. Untuk lindung nilai yang tidak melibatkan pengakuan aset dan liabilitas, jumlah yang ditangguhkan pada pendapatan komprehensif lainnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dalam periode yang sama dengan saat transaksi dasar yang dilindungi nilainya mempengaruhi jumlah laba atau rugi. Akuntansi lindung nilai dihentikan jika masa instrumen lindung nilai berakhir atau instrumen lindung nilai dijual, dihentikan atau dieksekusi, atau tidak lagi memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai. Pada saat itu akumulasi laba atau rugi atas instrumen lindung nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya tetap dicatat dalam pendapatan komprehensif lainnya sampai transaksi dasar yang dilindungi nilainya terjadi. Jika transaksi dasar yang dilindungi nilainya tidak lagi diharapkan akan terjadi, akumulasi laba atau rugi yang diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya segera direklasifikasi ke laba atau rugi periode tersebut. Saling hapus antar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan Grup hanya melakukan saling hapus aset dan liabilitas keuangannya dan menyajikan nilai bersihnya dalam laporan posisi keuangan jika Grup: i. memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara bersamaan. Kas dan Setara Kas Untuk tujuan penyajian laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang (i) jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya, (ii) yang tidak dijaminkan dan (iii) tidak dibatasi penggunaannya. j. Deposito Berjangka Deposito berjangka dengan jangka waktu akan jatuh tempo dalam tiga bulan namun dijaminkan dan deposito berjangka dengan jangka waktu akan jatuh tempo lebih dari tiga bulan tetapi kurang dari satu tahun sejak periode pelaporan disajikan secara terpisah. Pendapatan bunga dari deposito berjangka diakui saat dihasilkan, dihitung berdasarkan sisa pokok dan tingkat bunga yang berlaku. k. Akuntansi Pembiayaan Konsumen Piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, yang setelah pengakuan awal, dinyatakan pada biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 3h) dikurangi penurunan nilai. 284 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Piutang pembiayaan konsumen pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya, yaitu sebesar nilai piutang pembiayaan konsumen ditambah (dikurangi) dengan biaya (pendapatan) transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada piutang, seperti pendapatan administrasi bersih dan beban dealer yang terkait langsung dengan pembiayaan konsumen. Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui merupakan selisih antara jumlah keseluruhan pembayaran angsuran yang akan diterima dari konsumen dan jumlah pokok pembiayaan. Pendapatan yang belum diakui akan diakui sebagai penghasilan sesuai dengan jangka waktu kontrak dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif. Sewa Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansi seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset terkait kepada penyewa. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Sebagai Lessor Sewa pembiayaan Seluruh tagihan sewa pembiayaan diakui sebagai piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi neto Grup dalam sewa pembiayaan tersebut. Pengakuan pendapatan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi sedemikian rupa sehingga mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi neto dalam sewa pembiayaan. Apabila aset sewa pembiayaan dijual kepada penyewa sebelum masa sewa pembiayaan berakhir, maka selisih antara harga jual dan investasi neto sewa pembiayaan dicatat sebagai laba atau rugi dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Jika aset sewa pembiayaan ditarik (repossessed) dan kemudian dijual, maka jumlah tercatat aset tersebut dikeluarkan dari investasi neto sewa pembiayaan dan akun yang bersangkutan, sedangkan laba atau rugi yang terjadi dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Sewa Operasi Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung yang terjadi dalam proses negoisasi dan pengaturan pada awal sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan menggunakan metode garis lurus selama masa sewa. Jika aset sewa operasi dijual, maka biaya perolehan dan akumulasi penyusutan dikeluarkan dari akun yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Sebagai Lessee Sewa Pembiayaan Aset sewa pembiayaan pada awalnya diakui sebagai aset Grup sebesar nilai wajar aset sewaan Grup pada awal kontrak, atau, jika nilai wajar ini lebih rendah dari nilai kini pembayaran sewa minimum, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Liabilitas terkait kepada lessor disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian sebagai liabilitas sewa pembiayaan. Pembayaran sewa harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa, sehingga tercapai suatu tingkat bunga konstan (tetap) terhadap saldo kewajiban. Beban keuangan dibebankan dalam periode terjadinya. 285 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Sewa Operasi Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan menggunakan metode garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih tepat mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Beban sewa kontinjen dibebankan dalam periode terjadinya. Jual dan Sewa-Balik Aset yang dijual dalam transaksi jual dan sewa-balik dicatat sebagai berikut: Jika transaksi jual dan sewa-balik menghasilkan sewa pembiayaan, maka selisih lebih hasil penjualan atas jumlah tercatat ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa. Jika transaksi jual dan sewa-balik menghasilkan sewa operasi dan jelas bahwa transaksi tersebut terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi diakui segera. Jika harga jual di bawah nilai wajar, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali jika rugi tersebut dikompensasi dengan pembayaran sewa masa depan yang lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal ini, rugi tersebut ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama perkiraan periode penggunaan aset. Jika harga jual di atas nilai wajar, maka selisih lebih atas nilai wajar tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama perkiraan periode penggunaan aset. Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih rendah daripada jumlah tercatatnya, maka rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar diakui segera. Untuk sewa pembiayaan, penyesuaian tersebut tidak diperlukan, kecuali jika telah terjadi penurunan nilai. Dalam keadaan demikian, jumlah tercatat berkurang menjadi jumlah terpulihkan. l. Akuntansi Anjak Piutang Tagihan anjak piutang dinyatakan sebesar nilai tercatat dikurangi dengan penurunan nilai. Nilai tercatat tagihan anjak piutang diamortisasi dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif (Catatan 3h). m. Akuntansi Asuransi Pengakuan Pendapatan Premi Premi dari kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah perlindungan asuransi yang diberikan. Premi dari polis penutupan bersama diakui sebesar proporsi bagian premi entitas anak. Premi yang menjadi hak reasuradur diakui sebagai premi reasuransi selama periode kontrak reasuransi sesuai dengan jangka waktu perlindungan asuransi yang diperoleh. Pendapatan premi diterima di muka dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama masa pertanggungan. Premi yang belum merupakan pendapatan, kecuali untuk premi pengangkutan kargo laut, dihitung berdasarkan premi retensi sendiri (premi bruto dikurangi premi reasuransi) secara proporsional terhadap jumlah sisa hari pertanggungan setiap polis asuransi. Premi yang belum merupakan pendapatan untuk pengangkutan kargo laut diestimasi secara keseluruhan berdasarkan asumsi bahwa pendapatan diakui secara proporsional selama 45 hari yaitu rata rata jangka waktu perlindungan asuransi. Kenaikan atau penurunan premi yang belum merupakan pendapatan merupakan selisih antara saldo premi yang belum merupakan pendapatan pada akhir periode berjalan dan periode sebelumnya. 286 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pendapatan premi pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian mencerminkan premi bruto, premi reasuransi dan kenaikan/penurunan premi belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi dicerminkan sebagai pengurang dari premi bruto. Reasuransi Entitas anak mereasuransikan sebagian risiko penutupan pertanggungan asuransi kepada perusahaan asuransi dan reasuransi lain. Jumlah premi yang dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi selama sisa periode kontrak reasuransi secara proporsional dengan proteksi yang diberikan. Pembayaran atau pengakuan liabilitas atas transaksi reasuransi restropektif diakui pula sebagai piutang reasuransi sebesar liabilitas yang dicatat sehubungan dengan kontrak reasuransi tersebut. Beban Klaim Klaim mencakup klaim yang telah diselesaikan (settled claim) dan klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan dan beban penyelesaian klaim. Klaim diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Klaim reasuransi yang diterima dari reasuradur diakui dan dicatat sebagai pengurangan beban klaim pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. Estimasi klaim retensi sendiri (klaim dalam proses penyelesaian) dihitung berdasarkan estimasi kerugian retensi sendiri entitas anak dari klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan. Perubahan dalam estimasi klaim retensi sendiri diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada periode terjadinya perubahan. Kenaikan/penurunan estimasi klaim retensi sendiri merupakan selisih antara saldo estimasi klaim retensi sendiri pada akhir periode berjalan dan periode sebelumnya. Biaya klaim pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian merupakan jumlah klaim bruto, klaim reasuransi dan kenaikan/penurunan estimasi klaim retensi sendiri. Klaim reasuransi dicerminkan sebagai pengurang klaim bruto. Komisi Komisi yang dibayarkan kepada pialang asuransi, agen dan perusahaan asuransi lain sehubungan dengan penutupan pertanggungan asuransi dicatat sebagai beban komisi, sedangkan komisi yang diterima dari transaksi reasuransi dicatat sebagai pengurang beban komisi dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya. Beban komisi disajikan bersih setelah dikurangi komisi yang diperoleh dari transaksi reasuransi dan diakui sebagai pendapatan atau beban. Komisi diterima di muka dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama jangka waktu pertanggungan. n. Piutang dari Perjanjian Konsesi Jasa Piutang dari perjanjian konsesi jasa merupakan jasa yang diberikan sehubungan dengan perjanjian konsesi jasa dimana pembayaran minimum yang dijamin telah disetujui tanpa tergantung tingkat penggunaan. Karena lamanya rencana pembayaran, piutang diukur pada nilai tunai biaya setelah amortisasi. Akumulasi bunga tahunan atas nilai terdiskonto disajikan sebagai pendapatan bunga sebagai bagian dari pendapatan. Pembayaran dari pelanggan dibagi menjadi bagian yang dipotong dari piutang dan bunga dari jumlah pokok belum dibayar dan bagian untuk pemberian konsesi jasa lainnya. Jika piutang diperkirakan dapat ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang, piutang diklasifikasikan sebagai aset lancar. Jika tidak, piutang disajikan sebagai aset tidak lancar. 287 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan o. Persediaan Persediaan dinyatakan pada biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual persediaan dalam situasi normal usaha, dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Bahan baku, suku cadang dan perlengkapan dinyatakan pada biaya perolehan, yang dhitung menggunakan metode rata-rata tertimbang. Penyisihan untuk penurunan nilai persediaan dibuat berdasarkan evaluasi atas keadaan persediaan pada akhir tahun. p. Investasi pada Entitas Asosiasi Entitas asosiasi adalah suatu perusahaan dimana Grup mempunyai pengaruh signifikan, namun tidak mempunyai kemampuan pengendalian atau pengendalian bersama melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan atas kebijakan keuangan dan operasional investee. Penghasilan, aset dan liabilitas dari entitas asosiasi digabungkan dalam laporan keuangan konsolidasian dan dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali ketika investasi diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam aset bersih entitas asosiasi yang terjadi setelah perolehan yang menjadi bagian kepemilikan Grup dikurangi dengan penurunan nilai yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu. Bagian Grup atas rugi entitas asosiasi yang melebihi nilai tercatat investasi (yang mencakup semua kepentingan jangka panjang, yang secara substansi, merupakan bagian dari nilai investasi bersih dalam entitas asosiasi) hanya diakui jika Grup telah mempunyai kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atau melakukan pembayaran atas kewajiban entitas asosiasi. Setiap kelebihan biaya perolehan investasi atas nilai wajar bersih dari aset yang teridentifikasi, liabilitas dan liabilitas kontinjen entitas asosiasi yang menjadi bagian kepemilikan Grup pada tanggal akuisisi, diakui sebagai goodwill. Goodwill termasuk dalam jumlah tercatat investasi, dan diuji penurunan nilainya sebagai bagian investasi. Setiap kelebihan nilai wajar bersih aset yang teridentifikasi, liabilitas dan liabilitas kontinjen yang menjadi bagian kepemilikan Grup atas biaya perolehan investasi sesudah pengujian kembali segera diakui di dalam laba rugi. Ketika Grup melakukan transaksi dengan entitas asosiasi, laba dan rugi dari transaksi tersebut dieliminasi sebesar kepentingan Grup dalam entitas asosiasi. q. Investasi Lain-lain Investasi dalam saham dengan kepemilikan kurang dari 20% dicatat pada nilai wajar setelah dikurangi penurunan nilai (Catatan 3h). Jika tidak terdapat kuotasi nilai saham dalam pasar aktif atau jika nilai wajar tidak dapat diukur secara meyakinkan, maka investasi diukur pada harga perolehannya. r. Aset Dimiliki untuk Dijual Aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian. Kondisi ini terpenuhi hanya ketika penjualan harus sangat mungkin terjadi dan aset tersebut siap untuk dijual dalam kondisi saat ini. Manajemen harus berkomitmen untuk melaksanakan penjualan, dan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi. 288 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Aset yang dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi dengan taksiran biaya untuk menjual. s. Properti Investasi Properti investasi adalah properti (tanah, atau bangunan, atau bagian dari suatu bangunan, atau tanah dan bangunan) yang dimiliki untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau untuk kedua tujuan tersebut. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi rugi penurunan nilai. t. Aset Tetap – Pemilikan Langsung Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif diakui sebesar biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan, dan akumulasi rugi penurunan nilai. Penyusutan, kecuali untuk aset tertentu di PT Sahabat Mewah Makmur (SMM), diakui sebagai penghapusan biaya perolehan aset, dihitung dari harga perolehan aset dikurangi nilai residu dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut: Tahun Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor 4 - 20 3 4-8 4 4-8 4-8 Sebelum 1 Januari 2011, sebagian aset tetap SMM disusutkan menggunakan metode saldo menurun berganda, berdasarkan persentase sebagai berikut: Tahun Mesin dan peralatan Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor 4 - 16 4-8 4-8 Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri. Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan pengaruh setiap perubahan estimasi diberlakukan secara prospektif. Tanah diakui sebesar harga perolehan dan tidak disusutkan. Harga Perolehan Tanah terdiri dari harga beli tanah, ganti rugi kompensasi tanah, dan seluruh biaya pengurusan hak legal atas tanah terkait. Biaya pengurusan hak legal atas tanah yang Hak Guna Usaha (HGU)nya masih dalam proses dicatat sebagai aset lain-lain dan direklasifikasi sebagai harga perolehan tanah saat HGU diperoleh. 289 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset, jika dan hanya jika, besar kemungkinan manfaat ekonomis pada masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Nilai tercatat aset tetap yang dihentikan pengakuannya atau yang dijual, dikeluarkan dari kelompok aset tetap. Laba atau rugi penjualan aset tetap tersebut diakui dalam laba rugi. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan, termasuk biaya pinjaman selama masa pembangunan dari utang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut (jika ada). Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap pada saat pembangunan selesai dan aset siap digunakan. u. Goodwill Goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis diakui sebagai aset pada tanggal diperolehnya pengendalian (tanggal akuisisi). Goodwill diukur sebagai selisih dari jumlah imbalan yang dialihkan, jumlah setiap kepentingan non-pengendali pada pihak yang diakuisisi dan nilai wajar dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi (jika ada) atas jumlah selisih bersih dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada tanggal akuisisi. Jika setelah penilaian kembali, kepemilikan Grup pada nilai wajar aset bersih yang teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi melebihi jumlah imbalan yang dialihkan, jumlah setiap kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi dan nilai wajar dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi (jika ada), maka selisihnya diakui segera dalam laba atau rugi sebagai pembelian dengan diskon. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill dialokasikan ke setiap unit penghasil kas dari Grup yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilainya secara tahunan. Jika jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas kurang dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai dialokasikan, pertama untuk mengurangi jumlah tercatat aset atas setiap goodwill yang dialokasikan pada unit tersebut dan selanjutnya ke aset lainnya dari unit dibagi prorata berdasarkan jumlah tercatat setiap aset dalam unit tersebut. Rugi penurunan nilai yang diakui atas goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya. Pada pelepasan entitas anak, jumlah goodwill yang dapat diatribusikan diperhitungkan dalam penentuan laba atau rugi atas pelepasan. Kebijakan Grup atas goodwill yang timbul dari akuisisi entitas asosiasi dijelaskan pada Catatan 3p. v. Tanaman kelapa sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehan yang merupakan akumulasi biaya yang terjadi sebelum tanaman tersebut menghasilkan dan dipanen. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya untuk pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, bunga atas pinjaman yang diperoleh untuk membiayai pengembangan tanaman sampai menghasilkan, dan alokasi biaya tidak langsung lainnya berdasarkan luas tanah yang ditanami. Biaya-biaya ini diakumulasikan sampai saat tanaman siap untuk dipanen, selama nilai tercatat tanaman belum menghasilkan tidak melebihi nilai tertinggi antara nilai penggantian dan jumlah yang dapat dipulihkan. 290 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan ketika lebih dari 70% lahan dapat dipanen dan rata-rata berat tandan melebihi 3,5 kg, yang biasanya dapat dicapai dalam waktu tiga sampai empat tahun setelah penanaman. Pada saat tanaman kelapa sawit dinyatakan menghasilkan, tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman menghasilkan dan disusutkan sejak tanggal transfer. Tanaman menghasilkan diakui sebesar harga perolehan pada saat tanggal transfer, dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tanaman menghasilkan disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi umur produktif selama 20 tahun, kecuali untuk SMM pada tahun 2010, yang menyusutkan tanaman menghasilkan menggunakan metode saldo menurun berganda sebesar 6,25% per tahun. SMM mengubah metode penyusutan atas tanaman menghasilkan dari metode saldo menurun berganda menjadi metode garis lurus dan juga mengubah taksiran masa manfaat dari 16 tahun menjadi 20 tahun efektif tanggal 1 Januari 2011, karena manajemen yakin bahwa perubahan ini lebih baik mencerminkan pola penggunaan manfaat ekonomi atas aset terkait berdasarkan kondisi dan rencana SMM pada saat ini dan pada masa depan. w. Beban Tangguhan Hak atas Tanah Sejak 1 Januari 2012, biaya pengurusan legal hak atas tanah pada saat perolehan tanah tersebut diakui sebagai bagian dari biaya perolehan Aset Tetap tanah. Sebelum tahun 2012, biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang masa manfaat hak legal atas tanah berlaku, karena masa berlaku hak legal atas tanah lebih pendek dari umur ekonomisnya. Efektif sejak 1 Januari 2012, beban tangguhan hak atas tanah yang terdiri dari biaya pembaruan atau pengurusan perpanjangan hak atas tanah diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama periode berlakunya hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam izin legal hak atas tanah atau selama umur ekonomis aset, mana yang lebih pendek. x. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan kecuali Goodwill Pada setiap akhir periode pelaporan, Grup menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Grup mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas di mana aset tersebut menjadi bagiannya. Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset nonkeuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi. Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam Catatan 3h; penurunan nilai untuk goodwill dijelaskan dalam Catatan 3u. 291 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan y. Provisi Provisi diakui ketika Grup (i) memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, (ii) kemungkinan besar Grup diharuskan menyelesaikan kewajiban dan (iii) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Jumlah yang diakui sebagai provisi merupakan estimasi terbaik mengenai jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan, dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang meliputi kewajibannya. Apabila suatu provisi diukur menggunakan arus kas yang diperkirakan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini, maka nilai tercatatnya adalah nilai kini dari arus kas tersebut. Jika beberapa atau seluruh manfaat ekonomi yang diperlukan untuk penyelesaian provisi diharapkan dapat dipulihkan dari pihak ketiga, maka piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian bahwa penggantian akan diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara andal. Provisi perjanjian konsesi jasa Sebagai bagian kewajiban sesuai Kontrak Operasi Bersama (KOB), konsorsium bertanggung jawab atas pemeliharaan dan inspeksi atau pemulihan (overhauls) Fasilitas Lapangan dan Fasilitas Pembangkit Listrik yang dikelolanya. Selain itu, konsorsium juga bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya panas melalui pengeboran sumur pengganti (“make up”) dan sumur injeksi untuk memastikan tersedianya uap panas untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Program sumur pengganti (“make up”) biasanya dilakukan setiap empat tahun termasuk pengeboran sumur injeksi jika dperlukan. Karena konsorsium tidak secara spesifik dibayar atas kegiatan pemeliharaan dan pengeboran sumur pengganti dan injeksi, kewajiban pemeliharan dan pengeboran tersebut diakui dan diukur sesuai dengan PSAK 57, Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi, yaitu sebesar nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas tersebut. z. Pengakuan Pendapatan dan Beban Penjualan Barang Pendapatan dari penjualan barang diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: Grup telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli; Grup tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan mengalir kepada Grup tersebut; dan Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. 292 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pendapatan dari Pembiayaan dan Asuransi Pengakuan pendapatan untuk pembiayaan konsumen, transaksi sewa pembiayaan dan anjak piutang dijelaskan dalam Catatan 3k dan 3l. Pengakuan pendapatan untuk transaksi asuransi dijelaskan dalam Catatan 3m. Pendapatan dari Sewa Kendaraan Pendapatan dari sewa kendaraan dan jasa pengemudi diakui saat jasa diberikan kepada pelanggan. Uang muka yang diterima dari pelanggan diklasifikasikan sebagai pendapatan ditangguhkan dan akan diakui sebagai pendapatan ketika jasa telah diberikan. Pendapatan dari jasa perbaikan kendaraan diakui berdasarkan marjin tertentu di atas biaya perbaikan dan pemeliharaan aktual ketika jasa diberikan. Pendapatan akan disesuaikan dengan tagihan aktual yang disetujui oleh perusahaan asuransi (pelanggan) sebagai penyelesaian atas beban klaim mereka. Pendapatan dari Jasa Kesehatan Pendapatan dari jasa kesehatan diakui saat jasa diberikan. Pendapatan konsesi jasa Kontruksi jasa yang berhubungan dengan perjanjian konsesi jasa diakui sebagai pendapatan sesuai dengan PSAK 34, Kontrak Konstruksi dengan menggunakan metode persentase penyelesaian. Jika hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal, pendapatan dihitung mengunakan metode keuntungan nihil sebesar jumlah pengeluaran yang terjadi dan kemungkinan dapat dipulihkan. Berdasarkan konsesi jasa DGI, konsorsium hanya menerima satu pembayaran untuk jasa yang diberikan. Manajemen berpendapat bahwa pembayaran tersebut harus dibagi menjadi dua aktivitas yaitu aktivitas pembiayaan dan aktivitas operasi dan pemeliharaan. DGI menggunakan metode nilai residu dalam mengalokasi pendapatannya ke pendapatan pembiayaan dan pendapatan operasi dan pemeliharaan. Karena penerapan prospektif ISAK 16, DGI menggunakan tingkat suku bunga implisit untuk menghitung pendapatan pembiayaannya. Tingkat suku bunga implisit adalah suku bunga diskonto yang menyebabkan nilai tunai keseluruhan dari pembayaran minimum yang dijamin sama dengan nilai tunai aset keuangan dari konsesi jasa pada tanggal awal penerapan. Dalam hal ini, DGI telah menggunakan suku bunga implisit sebesar 15%. Pendapatan Dividen Pendapatan dividen dari investasi lain diakui saat hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. Pendapatan Bunga Pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu, dengan acuan jumlah pokok dan tingkat bunga yang berlaku. Beban Beban diakui pada saat terjadinya. Beban yang berhubungan dengan transaksi asuransi di jelaskan di Catatan 3m. 293 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan aa. Imbalan Pasca Kerja Grup mengakui dan menghitung imbalan pasca kerja untuk karyawannya sesuai dengan UndangUndang Tenaga Kerja No. 13/2003. Selain untuk DGI, tidak terdapat pendanaan yang dibuat untuk program imbalan pasti ini. Efektif sejak 1 Januari 2012, PSAK 24 (revisi 2010), Imbalan Kerja, memperkenankan pengakuan akumulasi laba dan rugi aktuarial sebagai pendapatan komprehensif lain dalam saldo laba, selain pengakuan berdasarkan pendekatan koridor dalam perhitungan laba rugi. Grup memilih untuk mengakui laba dan rugi akturial dalam pendapatan komprehensif lain. Perhitungan imbalan pasca kerja ditentukan dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. Sebelum tahun 2012, akumulasi laba dan rugi aktuarial bersih yang belum diakui dan melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti Grup diakui dengan metode garis lurus selama estimasi rata-rata sisa masa kerja dari para pekerja peserta program tersebut. Efektif sejak 1 Januari 2012, laba dan rugi aktuarial yang timbul dari penyesuaian dan perubahan dalam asumsi-asumsi aktuarial langsung diakui seluruhnya dalam pendapatan komprehensif lain. Akumulasi laba dan rugi aktuarial dicatat dalam saldo laba. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut telah menjadi hak karyawan atau vested. Jika biaya jasa lalu belum menjadi hak karyawan, maka biaya jasa lalu tersebut akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak karyawan (vested). Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasca kerja di laporan posisi keuangan konsolidasian merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti, disesuaikan dengan laba dan rugi aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui. bb. Program Opsi Saham Karyawan Entitas anak menyelenggarakan program opsi saham untuk karyawannya yang memenuhi syarat. Program ini terdiri dari program opsi saham yang dilakukan melalui penerbitan saham baru. Satu entitas anak menyelenggarakan program opsi saham untuk manajemen senior. Program ini terdiri dari program opsi saham yang memberikan alternatif penyelesaian kepada karyawan baik melalui penerbitan saham baru yang dicatat sebagai ekuitas atau pembayaran tunai yang dicatat sebagai liabilitas. Program ini berakhir tahun 2010. Kompensasi berbasis saham diukur mulai dari tanggal diberikan (grant date) dengan menggunakan nilai instrisik dari opsi saham, yang ditetapkan berdasarkan selisih antara harga pelaksanaan opsi saham dan estimasi nilai wajar saham entitas anak pada tanggal pengukuran. Kompensasi untuk opsi saham diakui dalam laba rugi selama periode vesting. cc. Pajak Penghasilan Beban pajak menyajikan jumlah pajak kini dan pajak tangguhan. Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan, yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. 294 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan aset dan liabilitas yang menjadi dasar pengenaan pajak. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa depan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diperkirakan akan berlaku dalam periode ketika liabilitas dilunasi atau aset direalisasikan, dan peraturan perpajakan berlaku atau secara substansi telah berlaku pada akhir periode pelaporan. Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak pada akhir periode pelaporan yang sesuai dengan taksiran Grup, dapat dipulihkan dari jumlah tercatat aset atau harus diselesaikan liabilitasnya. Jumlah tercatat aset pajak tangguhan dikaji ulang pada akhir periode pelaporan dan dikurangi jumlah tercatatnya, jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mengkompensasikan pemulihan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut. Aset dan liabilitas pajak tangguhan saling hapus ketika entitas (1) memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini, (2) aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama, dan (3) Grup bermaksud untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini secara neto. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba rugi, kecuali pajak penghasilan yang berasal dari transaksi atau kejadian yang diakui, di luar laba rugi (baik dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung di ekuitas). Dalam hal tersebut pajak kini dan pajak tangguhan juga diakui sebagai pendapatan komprehensif lainnya atau diakui langsung dalam ekuitas. Dalam kasus kombinasi bisnis, pengaruh pajak diperhitungkan dalam akuntansi kombinasi bisnis. dd. Laba per Saham Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar dalam tahun yang bersangkutan. Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang telah disesuaikan dengan dampak dari semua potensi efek dilutif saham biasa. ee. Informasi Segmen Segmen operasi diidentifikasi berdasarkan laporan internal mengenai komponen operasi dari Grup yang secara teratur ditelaah oleh “pengambil keputusan operasional” dalam rangka alokasi sumber daya dan penilaian kinerja segmen operasi. Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: a) yang terlibat dalam aktivitas bisnis dari mana diperoleh pendapatan dan ditanggung beban (termasuk pendapatan dan beban terkait transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama); 295 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan b) yang hasil operasinya ditelaah secara teratur oleh pengambil keputusan operasional yang bertanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya ke segmen tersebut dan, atas penilaian kinerjanya; dan c) atas mana tersedia informasi keuangan tersendiri yang secara jelas dapat dipisahkan. Informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan operasional dalam rangka alokasi sumber daya dan penilaian kinerja mereka terfokus pada kategori jenis industri. 4. ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING Dalam penerapan kebijakan akuntansi Grup, yang dijelaskan dalam Catatan 3, direksi diwajibkan untuk membuat penilaian, estimasi dan asumsi tentang jumlah tercatat aset dan liabilitas yang tidak tersedia dari sumber lain. Estimasi dan asumsi yang terkait didasarkan pada pengalaman historis dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan. Hasil aktualnya mungkin berbeda dari estimasi tersebut. Estimasi dan asumsi yang mendasari perhitungan estimasi tersebut ditelaah secara berkelanjutan. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode saat estimasi tersebut direvisi jika revisi hanya mempengaruhi periode itu, atau pada periode revisi dan periode masa depan jika revisi mempengaruhi kedua periode, baik saat ini dan masa depan. Pertimbangan Kritis dalam Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi yang dijelaskan dalam Catatan 3, tidak terdapat pertimbangan kritis yang memiliki dampak signifikan pada jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasian, selain dari estimasi, seperti yang dijelaskan di bawah ini. Sumber Ketidakpastian Estimasi Asumsi utama mengenai masa depan dan sumber utama lainnya yang menyebabkan ketidakpastian estimasi pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan dan dapat mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya, dijelaskan dibawah ini: i) Rugi Penurunan Nilai Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Grup menelaah penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang pada setiap akhir periode pelaporan. Dalam menentukan apakah rugi penurunan nilai harus dicatat dalam laba rugi, manajemen mempertimbangkan ada tidaknya bukti obyektif bahwa telah terjadi peristiwa kerugian (Catatan 3h atas penurunan nilai aset keuangan). Manajemen juga mempertimbangkan metodologi dan asumsi untuk memperkirakan jumlah dan waktu arus kas masa depan yang dikaji ulang secara teratur untuk mengurangi perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian aktualnya. Nilai tercatat pinjaman yang diberikan dan piutang telah diungkapkan dalam Catatan 11. ii) Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit dan Aset Tetap Masa manfaat setiap perkebunan kelapa sawit dan aset tetap Grup ditentukan berdasarkan lamanya masa manfaat yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman Grup atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset ditelaah secara periodik dan disesuaikan apabila perkiraan terkini berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Hasil operasi masa depan dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya karena perubahan faktor yang disebutkan diatas. 296 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Nilai tercatat tanaman kelapa sawit dan aset tetap diungkapkan dalam Catatan 21 dan 22. iii) Penurunan Nilai Goodwill Dalam menentukan apakah goodwill mengalami penurunan nilai, diperlukan estimasi nilai pakai unit penghasil kas dimana goodwill dialokasikan. Perhitungan nilai pakai mengharuskan manajemen untuk mengestimasi aliran kas masa depan yang diharapkan timbul dari unit penghasil kas dengan menggunakan tingkat pertumbuhan yang pantas dan tingkat diskonto yang sesuai untuk perhitungan nilai kini. Nilai tercatat goodwill diungkapkan dalam Catatan 24. iv) Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan Grup membentuk penyisihan penurunan nilai persediaan berdasarkan estimasi penggunaan persediaan pada masa mendatang. Walaupun asumsi yang digunakan dalam mengestimasi penurunan nilai persediaan telah sesuai dan wajar, perubahan signifikan atas asumsi ini akan berdampak material terhadap penyisihan penurunan nilai persediaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil usaha Grup. Nilai tercatat persediaan setelah penyisihan penurunan nilai persediaan diungkapkan dalam Catatan 15. v) Kemampuan Untuk Merealisasi Aset Pajak Tangguhan Nilai tercatat aset pajak tangguhan dievaluasi pada setiap akhir periode pelaporan dan diturunkan apabila besar kemungkinan bahwa laba kena pajak pada masa depan tidak akan tersedia untuk memulihkan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan. Berdasarkan penilaian saat ini, manajemen berkeyakinan bahwa laba kena pajak yang cukup dapat dihasilkan untuk memulihkan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan. Nilai tercatat aset pajak tangguhan diungkapkan dalam Catatan 51. vi) Manfaat Karyawan Penentuan liabilitas imbalan kerja tergantung pada pemilihan asumsi tertentu yang digunakan oleh aktuaris dalam menghitung jumlah liabilitas tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji. Realisasi yang berbeda dari asumsi Grup diakumulasi dan diamortisasi selama periode mendatang dan akibatnya akan berpengaruh terhadap jumlah biaya serta liabilitas yang diakui pada masa mendatang. Walaupun asumsi Grup dianggap tepat dan wajar, namun perubahan signifikan pada kenyataannya atau perubahan signifikan dalam asumsi yang digunakan dapat berpengaruh secara material terhadap kewajiban imbalan pasca kerja Grup. Nilai tercatat kewajiban imbalan pasca kerja diungkapkan dalam Catatan 38. vii) Penurunan Nilai Aset Non-keuangan Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat dipulihkan, yaitu nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset dan nilai pakainya. Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual didasarkan atas data yang tersedia dari transaksi penjualan kepada pihak ketiga untuk aset serupa atau harga pasar yang dapat diobservasi dikurangi biaya untuk menjual aset. Dalam menaksir nilai pakai, estimasi arus kas masa depan didiskonto untuk mendapatkan nilai sekarang dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini atas nilai waktu uang dan risiko atas aset tertentu. 297 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 5. KAS DAN SETARA KAS 31 Desember 2012 AS$ Kas Bank - pihak ketiga Rupiah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd. PT Bank Central Asia Tbk PT Bank UOB Buana Tbk PT Bank Bukopin PT Bank OCBC NISP Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Permata Tbk Citibank N.A. PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank ANZ Indonesia PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Resona Perdania PT Bank Mestika Dharma The Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ, Cabang Jakarta PT Bank DBS Indonesia PT Bank Mayapada International Tbk PT Bank SBI Indonesia PT Bank Pan Indonesia Tbk PT Bank Commonwealth PT Bank ICBC Indonesia PT Bank Chinatrust Indonesia Dolar Amerika Serikat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia Barclays Bank plc J.P. Morgan International Bank Ltd PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk Bank OCBC Singapore The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd PT Bank ANZ Indonesia Citibank N.A. Credit Suisse Singapore Royal Bank of Canada (Asia) Ltd PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank International Indonesia Tbk PT Bank Permata Tbk Morgan Stanley & Co. International plc PT Bank Commonwealth PT Bank Resona Perdania PT Bank DBS Indonesia PT Bank Chinatrust Indonesia Deutsche Bank 298 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 77.902 89.217 398.701 239.084 3.470.105 1.842.831 531.098 107.802 17.618 15.731 10.549 7.480 5.785 5.501 4.770 3.473 2.638 1.939 - 3.524.796 48.860 59.330 18.666 24.763 11.244 10.099 5.416 11.979 3.587 5.560 2.152 467 - 2.391.148 29.901 187.978 15.772 3.105.446 1.289 5.326 9.744 28.757 100.423 97.532 7.028 2.765 158.723 87.979 16.680 14.755 14.340 2.916 996 575 556 389 - 2.000.973 7.521 305.746 13.955 2.960.458 1.262 15.847 37.404 37.330 9.561 18.354 176.874 64.614 215.791 52.666 1.740 1.290 89 3.902.473 3.672.054 2.289.688 2.074.055 374.980 333.644 43.195 33.437 13.107 9.830 9.641 7.066 3.281 2.350 960 715 18 - 2.227.811 1.746.230 1.660.255 778.778 188.578 51.647 1.169 9.839 7.964 502 6.458 1.582 830.385 - 3.161.842 1.704.501 1.538.347 566.579 63.478 69.754 798.882 8.014 17.126 3.592 2.010 312 92 - 1.130.144 2.774.476 2.336.147 1.607.504 415.999 504.681 785.925 8.533 56.365 2.988 1.000 116 28.149.554 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 31 Desember 2012 AS$ Euro PT Bank Permata Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank International Indonesia Tbk PT Bank Central Asia Tbk Dolar Australia J.P. Morgan International Bank Ltd Yuan Cina The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd. Deposito berjangka - pihak ketiga Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk PT Bank Permata Tbk PT Bank UOB Buana Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank International Indonesia Tbk PT Bank ANZ Indonesia PT Bank DBS Indonesia PT Bank Bukopin Tbk. Bank BTPN PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk PT Bank SBI Indonesia PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank ICBC Indonesia PT Bank Victoria Tbk PT Bank Resona Perdania Citibank N.A. Dolar Amerika Serikat PT Bank UOB Buana Tbk PT Bank Rabobank International Indonesia PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Permata Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk PT Bank ANZ Indonesia Credit Suisse Singapore Royal Bank of Canada (Asia) Ltd ANZ Banking Group Ltd. Cabang Singapura J.P. Morgan International Bank Ltd Sarasin Rabo Singapore PT Bank International Indonesia Tbk PT Bank Resona Perdania PT Bank SBI Indonesia PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Citibank N.A. Dolar Australia PT Bank ANZ Indonesia Credit Suisse Singapore 31 Desember 2010 AS$ 8.498 8.480 2.615 1.121 3.120 300.576 1.159 1.692 281.994 2.776 2.647 2.516 2.416 - 201.861 - 1.750 3.579 - - 353.381 1.983.367 2.779.003 3.308.337 - 3.214.462 556.112 556.112 3.425.648 333.667 9.453.898 5.347.434 2.724.947 1.668.335 1.445.890 1.334.668 1.001.001 600.601 589.478 278.056 166.834 - 1.815.786 5.018.360 638.298 1.170.213 531.915 957.447 212.766 638.298 744.681 957.447 1.329.787 1.063.830 1.686.170 1.308.511 53.191 6.861.702 42.553 18.115.467 15.028.833 9.026.832 6.627.888 3.416.274 1.609.018 1.092.448 160.818 - 6.144.356 16.370.487 1.901.675 2.027.014 92.729 14.044.641 20.010.378 10.060.888 - 5.504.418 8.040.801 11.047.480 1.719.532 4.061.822 800.000 14.023.907 10.023.177 20.000.196 5.135.325 2.502.326 1.535.302 299.566 - 4.002.433 26.517 2.040.464 2.332.132 2.289.828 10.677.632 2.740.449 20.000.410 128.160 5.000.000 400.000 250.000 - - 76.598.758 90.912.822 132.294.121 3,25% - 6,25% 0,02% - 3,00% - 3,85% - 8,25% 0,04% - 2,75% - 4,80% - 9,50% 0,05% - 2,25% - 299 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 1.385.263 827.797 240.888 104.174 63.981 - - Jumlah Tingkat suku bunga per tahun deposito berjangka Rupiah Dolar Amerika Serikat Dolar Australia 31 Desember 2011 AS$ 536.444 38.045 119.432.789 5,05% - 13,00% 0,01% - 6,00% 2,41% - 3,71% P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Kas dan setara kas diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Nilai wajar dari kas dan setara kas adalah nilai tercatatnya. Seluruh saldo bank dan deposito berjangka ditempatkan pada pihak ketiga. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58(revisi 2009), pada akhir tahun 2011, kas dan setara kas sejumlah AS$ 33.630.111 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 6. REKENING BANK YANG DIBATASI PENGGUNAANNYA Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Permata Tbk Dolar Amerika Serikat The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ - - 246.680 46.896 133.414 43.464 - - 293.576 624.208 801.086 Sehubungan dengan fasilitas kredit dari PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Permata Tbk (Catatan 34), ANJR diharuskan untuk membuka rekening jaminan (escrow) pada bank-bank tersebut. Rekening bank yang dibatasi penggunaannya diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Nilai wajar dari rekening bank yang dibatasi penggunaannya adalah nilai tercatatnya. Seluruh saldo rekening bank yang dibatasi penggunaannya ditempatkan pada pihak ketiga. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat rekening bank yang dibatasi penggunaannya sejumlah AS$ 494.674 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 7. DEPOSITO BERJANGKA Akun ini merupakan deposito berjangka Perusahaan yang digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman dari J.P. Morgan International Bank Ltd. untuk ANJR pada tahun 2009 dan pinjaman dari Credit Suisse untuk GMIT pada tahun 2012 dan 2009. Deposito berjangka diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Nilai wajar atas deposito berjangka adalah nilai tercatatnya. Seluruh saldo deposito berjangka ditempatkan pada pihak ketiga. 8. INVESTASI PADA EFEK YANG DIPERDAGANGKAN PADA NILAI WAJAR Investasi pada efek yang diperdagangkan diklasifikasikan dalam kelompok FVTPL. Nilai wajar dari dana pasar uang, obligasi dan saham tercatat di bursa ditentukan berdasarkan nilai pasar pada akhir periode pelaporan. 300 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 31 Desember 2012 Harga perolehan Rugi setelah amortisasi belum direalisasi AS$ AS$ Dana pasar uang Obligasi Jumlah 826.097 4.088.113 4.914.210 Harga perolehan setelah amortisasi AS$ Dana pasar uang Obligasi Jumlah 105.524.707 5.068.658 110.593.365 Harga perolehan setelah amortisasi AS$ Dana pasar uang Obligasi Saham tercatat Jumlah 56.176.790 1.398.832 9.995 57.585.617 - (68.013) (68.013) 31 Desember 2011 Rugi belum direalisasi AS$ (123.760) (123.760) 31 Desember 2010 Laba (Rugi) belum direalisasi AS$ 203.103 (49.558) 13.017 166.562 Nilai wajar AS$ 826.097 4.020.100 4.846.197 Nilai wajar AS$ 105.524.707 4.944.898 110.469.605 Nilai wajar AS$ 56.379.893 1.349.274 23.012 57.752.179 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Harga perolehan Laba (Rugi) setelah amortisasi belum direalisasi Nilai wajar AS$ AS$ AS$ Dana pasar uang Obligasi Saham tercatat Jumlah 42.792.296 2.036.875 120.798 44.949.969 301 159.710 (34.697) 194.126 319.139 42.952.006 2.002.178 314.924 45.269.108 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 9. PIUTANG SEWA PEMBIAYAAN Akun ini merupakan piutang sewa pembiayaan yang berasal dari jasa pembiayaan yang disediakan ANJF, dengan rincian berdasarkan jatuh tempo sebagai berikut: Nilai kini pembayaran minimum Pembayaran minimum sewa pembiayaan sewa pembiayaan 31 Desember 31 Desember 31 Desember 1 Januari 2010 / 31 Desember 31 Desember 31 Desember 1 Januari 2010 / 2012 2011 2010 31 Desember 2009 2012 2011 2010 31 Desember 2009 AS$ AS$ AS$ AS$ AS$ AS$ AS$ AS$ - - 22.985.876 7.567.830 17.417.140 3.324.030 - - 18.977.502 6.686.661 14.671.304 3.006.605 - - 17.654.213 8.466.590 10.325.199 1.975.063 - - 15.689.380 7.964.944 9.253.794 1.873.046 Jumlah - Bersih Dikurangi pendapatan sewa pembiayaan yang belum diakui Rupiah Dolar Amerika Serikat Nilai kini pembayaran minimum sewa pembiayaan Penyisihan piutang ragu-ragu, seluruhnya terhadap piutang yang jatuh tempo dalam satu tahun - - 56.674.509 33.041.432 - - 49.318.487 28.804.749 - - (5.973.207) (1.382.815) (3.817.240) (419.443) - - - - 49.318.487 28.804.749 - - - - (401.599) (322.235) - - (401.599) (322.235) Jumlah - Bersih Bagian yang jatuh tempo - - 48.916.888 28.482.514 - - 48.916.888 28.482.514 dalam satu tahun - - (25.262.564) (17.355.674) - - (25.262.564) (17.355.674) - - 23.654.324 11.126.840 - - 23.654.324 11.126.840 Tahun pertama Rupiah Dolar Amerika Serikat Tahun kedua sampai dengan kelima Rupiah Dolar Amerika Serikat - - 49.318.487 28.804.749 Piutang sewa pembiayaan setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Piutang sewa pembiayaan diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang, dan diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Piutang sewa pembiayaan terdiri dari piutang dengan suku bunga tetap maupun mengambang. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat piutang sewa pembiayaan sejumlah AS$ 70.128.171 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Estimasi nilai wajar piutang sewa pembiayaan dengan suku bunga tetap tanpa kuotasi harga di pasar ditentukan dengan mendiskontokan estimasi arus kas masa datang dengan menggunakan suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu serupa. Nilai wajar aset keuangan ini pada tanggal 31 Desember 2010 berjumlah Rp 440.396.951.954 (setara dengan AS$ 48.981.977). Tingkat bunga efektif rata-rata per tahun adalah sebagai berikut: Rupiah Dolar Amerika Serikat 2012 % 2011 % - - 302 2010 % 2009 % 16,42 8,21 17,34 9,85 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Jumlah angsuran sewa pembiayaan sesuai dengan jatuh temponya adalah sebagai berikut: Jatuh tempo tahun 2010 2011 2012 2013 2014 and selanjutnya Jumlah Pendapatan belum diakui Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - 31 Desember 2010 AS$ 30.553.707 18.649.089 7.436.942 34.771 56.674.509 (7.356.022) 49.318.487 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 20.741.171 9.840.205 2.460.056 33.041.432 (4.236.683) 28.804.749 Aset yang dibiayai oleh ANJF adalah kendaraan baru dan bekas dengan tenor pembiayaan satu sampai empat tahun dengan mayoritas pembiayaan tenor tiga tahun. ANJF menggunakan piutang sewa pembiayaan yang dimiliki sebagai jaminan utang bank (Catatan 28 dan 34). Piutang sewa pembiayaan (setelah dikurangi pendapatan belum diakui) sebesar Rp 482.456.700.759 (setara dengan AS$ 53.659.960) dijaminkan pada akhir tahun 2010. Piutang sewa pembiayaan dijamin dengan aset yang dibiayai oleh ANJF. Kualitas piutang sewa pembiayaan pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: 2010 AS$ Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Bersih 55.818.336 856.173 56.674.509 Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu untuk tahun-tahun berakhir 31 Desember 2012, 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Saldo awal Penerapan awal PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) Penyisihan tahun berjalan Individual Kolektif Akrual bunga pada piutang yang mengalami penurunan nilai Penyesuaian selisih kurs penjabaran Diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Saldo akhir 31 Desember 2011 AS$ - 31 Desember 2010 AS$ 401.599 - - - 22.719 (207.186) - (51.708) 3.830 - (169.254) - 322.235 24.122 - 102.392 (62.307) 15.157 - 401.599 Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang. Manajemen juga berpendapat tidak terdapat konsentrasi signifikan atas risiko kredit piutang sewa pembiayaan tersebut. Semua piutang sewa pembiayaan ANJF berasal dari pihak ketiga. 303 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 10. PIUTANG JASA PEMBIAYAAN LAINNYA Akun ini merupakan piutang jasa pembiayaan lainnya yang disediakan ANJF, dengan rincian sebagai berikut: 31 Desember 2010 Nilai tercatat Dinilai Tidak dinilai secara secara individual individual AS$ AS$ Jumlah AS$ Piutang pembiayaan konsumen Tagihan anjak piutang Jumlah Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui Penyisihan piutang ragu-ragu 151.928.079 97.453 152.025.532 - 151.928.079 97.453 152.025.532 (29.286.050) (1.236.231) - (29.286.050) (1.236.231) Piutang jasa pembiayaan lainnya - bersih Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 121.503.251 - 121.503.251 (58.249.135) - (58.249.135) 63.254.116 - 63.254.116 Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 Nilai tercatat Dinilai Tidak dinilai secara secara individual individual Jumlah AS$ AS$ AS$ Piutang pembiayaan konsumen Piutang pembiayaan operasi Tagihan anjak piutang Jumlah Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui Penyisihan piutang ragu-ragu 81.100.838 1.865 2.626.487 83.729.190 - 81.100.838 1.865 2.626.487 83.729.190 (15.165.485) (1.308.713) - (15.165.485) (1.308.713) Piutang jasa pembiayaan lainnya - bersih Dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 67.254.992 - 67.254.992 (52.355.983) - (52.355.983) Piutang jasa pembiayaan lainnya - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 14.899.009 - 14.899.009 Tingkat bunga efektif rata-rata pada tahun 2010 adalah 20,01% dan 18% per tahun masing-masing untuk piutang pembiayaan konsumen dan tagihan anjak piutang. 304 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Piutang jasa pembiayaan lainnya diklasifikasi dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Piutang jasa pembiayaan lainnya memiliki tingkat suku bunga tetap. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat piutang jasa pembiayaan lainnya sejumlah AS$ 175.659.026 direklasifikasikan sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Estimasi nilai wajar dari piutang jasa pembiayaan lainnya dengan tingkat suku bunga tetap tanpa kuotasi harga pasar didasarkan pada diskonto arus kas masa depan dengan menggunakan tingkat suku bunga untuk piutang baru dengan jangka waktu serupa. Nilai wajar dari aset keuangan ini pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 1.099.162.187.938 (setara dengan AS$ 122.251.383). Rincian piutang jasa pembiayaan lainnya berdasarkan tahun jatuh tempo adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - Jatuh tempo tahun 2010 2011 2012 2013 2014 dan selanjutnya Jumlah Pendapatan belum diakui Bersih 31 Desember 2010 AS$ 75.635.541 47.241.442 22.558.014 6.590.535 152.025.532 (29.286.050) 122.739.482 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 49.729.495 26.377.599 7.235.954 386.142 83.729.190 (15.165.485) 68.563.705 Aset pembiayaan konsumen yang dibiayai ANJF berupa kendaraan baru dan bekas dengan tenor pembiayaan berkisar dari satu sampai empat tahun, (mayoritas tenor pembiayaan tiga tahun). Jangka waktu tagihan anjak piutang ditentukan berdasarkan perjanjian, yang berkisar antara 90 hari sampai dengan satu tahun. ANJF menggunakan piutang pembiayaan konsumen sebagai jaminan utang bank (Catatan 28 dan 34). Jumlah piutang pembiayaan konsumen (setelah dikurangi pendapatan yang belum diakui) sebesar Rp 1.187.538.035.134 (setara dengan AS$ 132.080.751) dijaminkan pada tahun 2010. Piutang pembiayaan konsumen dijamin dengan kendaraan bermotor yang dibiayai ANJF dan Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dari kendaraan bermotor bersangkutan. Kualitas piutang jasa pembiayaan lainnya adalah sebagai berikut: 31 Desember 2010 AS$ Tidak mengalami penurunan nilai Mengalami penurunan nilai Jumlah 149.407.778 2.617.754 152.025.532 305 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Saldo awal Penerapan awal PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) Penyisihan tahun berjalan Individual Kolektif Akrual bunga piutang yang mengalami penurunan nilai Penghapusan piutang Penyesuaian selisih kurs penjabaran Direklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Saldo akhir - 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1.236.231 1.308.713 60.241 2.550.351 - (515.562) (871.824) (47.997) - (2.411.440) - (432.418) 145.558 849.589 (208.714) (484.405) 57.908 1.236.231 Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang. 11. PIUTANG USAHA Pihak ketiga Pembangkit listrik Tembakau Kelapa sawit Sewa kendaraan bermotor Jasa kesehatan Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 1.037.444 396.214 1.433.658 1.212.718 1.212.718 981.184 984.752 2.902.334 39.125 4.907.395 459.725 123.840 2.130.000 1.655.997 29.008 4.398.570 1.433.658 1.212.718 (24.281) 4.883.114 (50.500) 4.348.070 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, piutang usaha dari sewa kendaraan bermotor dan jasa kesehatan sejumlah AS$ 3.256.821 direklasifikasikan sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 306 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Ringkasan piutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut: Rupiah Dolar Amerika Serikat Euro Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 126.069 1.037.444 270.145 1.433.658 1.433.658 1.212.718 1.212.718 1.212.718 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 3.926.211 981.184 4.907.395 (24.281) 4.883.114 3.938.845 459.725 4.398.570 (50.500) 4.348.070 Piutang usaha diklasifikasi dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang dan diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Nilai wajar atas piutang usaha adalah nilai tercatatnya. Ringkasan umur piutang usaha adalah sebagai berikut: < 30 hari 31 - 60 hari > 60 hari Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 1.433.658 1.433.658 1.433.658 1.212.718 1.212.718 1.212.718 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 4.548.459 223.203 135.733 4.907.395 (24.281) 4.883.114 4.092.111 229.202 77.257 4.398.570 (50.500) 4.348.070 Mutasi penyisihan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Saldo awal Penyisihan tahun berjalan Penghapusan Penyesuaian selisih kurs penjabaran Diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Saldo akhir 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ - 24.281 65.385 (25.605) 50.500 (26.699) (1.486) - (1.426) 1.966 - (62.635) - 24.281 Manajemen yakin bahwa jumlah penyisihan rugi penurunan nilai memadai untuk menutupi rugi dari piutang tidak tertagih. Manajemen juga berkeyakinan bahwa tidak terdapat risiko kredit terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha. Pada tanggal 31 Desember 2010, piutang sewa kendaraan bermotor sejumlah AS$ 53.659.960 digunakan sebagai jaminan utang bank ANJR (Catatan 28 dan 34). 307 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 12. PIUTANG JASA ASURANSI 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - Pihak ketiga Piutang premi Piutang reasuransi Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2010 AS$ 11.358.952 3.773.080 15.132.032 (55.611) 15.076.421 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 8.154.685 2.425.273 10.579.958 (53.191) 10.526.767 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat piutang jasa asuransi sejumlah AS$ 11.272.008 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Ringkasan umur piutang jasa asuransi adalah sebagai berikut: 1 - 60 hari > 60 hari Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - 31 Desember 2010 AS$ 12.961.459 2.170.573 15.132.032 (55.611) 15.076.421 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 9.918.804 661.154 10.579.958 (53.191) 10.526.767 Rincian piutang jasa asuransi berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut: Rupiah Dolar Amerika Serikat Dolar Singapura Euro Yen Jepang Jumlah Penyisihan rugi penurunan nilai Bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - 5.979.802 8.905.354 199.343 39.485 8.048 15.132.032 (55.611) 15.076.421 Mutasi penyisihan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut: Saldo awal Penyesuaian selisih kurs penjabaran Diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Saldo akhir 308 31 Desember 2010 AS$ 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - - (55.611) - 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 8.408.784 2.165.685 299 5.190 10.579.958 (53.191) 10.526.767 31 Desember 2010 AS$ 55.611 53.191 2.420 55.611 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan piutang ragu-ragu memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang premi. Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko kredit terkonsentrasi secara signifikan atas piutang tersebut. 13. PIUTANG LAIN-LAIN Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, akun ini terutama terdiri dari piutang dari kontrak komoditas berjangka dan piutang karyawan. Pada tanggal 31 Desember 2010, akun ini terutama terdiri dari kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh ANJAS dan KAL (Catatan 25) dan piutang karyawan. Pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 akun ini terutama terdiri dari piutang karyawan. Piutang karyawan tidak dikenakan bunga dan dibayar melalui pemotongan gaji bulanan. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang. 14. PIUTANG LAIN-LAIN JANGKA PANJANG Pada tanggal 29 Nopember 2012, AANE telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik dengan PLN (catatan 57n). Perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN merupakan perjanjian konsesi jasa publik ke swasta. Perjanjian ini berlaku efektif 15 tahun sejak ditandatanganinya Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik. Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh aset yang akan digunakan untuk mendukung pembangunan pembangkit direklasifikasikan sebagai piutang lain-lain sampai aset tersebut siap untuk digunakan dalam operasi komersial, dengan jumlah tercatat sebesar Rp. 6.652.566 ribu (setara dengan AS$ 687.959). 15. PERSEDIAAN 31 Desember 2012 AS$ Tembakau Minyak kelapa sawit Bahan pendukung dan suku cadang Perlangkapan medis Jumlah Penyisihan penurunan nilai persediaan Bersih 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 7.955.260 4.829.678 6.701.410 5.361.245 4.338.381 4.010.687 5.521.714 2.396.807 3.417.197 16.202.135 2.326.917 14.389.572 2.286.003 651.156 11.286.227 1.600.352 456.349 9.975.222 (134.994) 16.067.141 (128.156) 14.261.416 (114.285) 11.171.942 (673.456) 9.301.766 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, nilai tercatat persediaan perlengkapan sejumlah AS$ 1.609.577 direklasifikasi sebagai bagian aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan penurunan nilai persediaan memadai. Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, persediaan tembakau milik GMIT senilai Rp 15 milyar digunakan sebagai jaminan atas utang bank dari PT Bank Central Asia Tbk (Catatan 34). 309 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Persediaan minyak kelapa sawit diasuransikan terhadap kerugian akibat kebakaran dan risiko lain dengan polis asuransi utama senilai AS$ 14 juta dan Rp 5 milyar pada tahun 2012, AS$ 12 juta dan Rp 10 milyar pada tahun 2011, AS$ 12 juta dan Rp 8 milyar pada tahun 2010 dan AS$ 14 juta dan Rp 8 milyar pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Persediaan tembakau dan perlengkapan medis diasuransikan terhadap kebakaran, pencurian, gempa bumi, banjir dan risiko lainnya. Pertanggungan asuransi untuk persediaan tembakau pada tahun 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sejumlah Rp 82,1 milyar, Rp 50 milyar, Rp 36,25 milyar dan Rp 23,15 milyar. Pertanggungan asuransi untuk perlengkapan medis milik ANJHC digabungkan dengan pertanggungan untuk aset tetapnya sebesar Rp 94,5 milyar pada tahun 2010 dan Rp 61,5 milyar pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Manajemen berkeyakinan bahwa pertanggungan asuransi tersebut memadai untuk menutupi seluruh kerugian yang mungkin terjadi pada Grup. 16. BIAYA DIBAYAR DI MUKA DAN UANG MUKA Biaya dibayar di muka Asuransi Sewa Provisi bank Lain-lain Pajak Pertambahan Nilai Biaya penawaran saham perdana ke publik Uang muka Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 206.505 183.959 185.660 4.993.304 208.754 162.083 154.691 3.603.171 449.709 2.198.404 229.396 561.569 5.058.755 594.457 1.297.809 451.443 1.176.005 4.657.713 475.717 8.973.550 - 949.504 63.407 6.582.339 - 3.781 4.132.480 838.195 9.015.622 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, biaya dibayar di muka dan uang muka sejumlah AS$ 6.372.541 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 17. DEPOSITO BERJANGKA 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ Deposito wajib Deposito yang dibatasi penggunaannya Jumlah - - 389.278 - - 414.646 803.924 Tingkat suku bunga rata-rata per tahun - - 7% 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 372.340 - 372.340 13% Deposito wajib merupakan deposito milik entitas anak yang bergerak di bidang usaha asuransi, yang ditempatkan sesuai dengan peraturan pemerintah. Deposito yang dibatasi penggunaannya merupakan deposito berjangka milik ANJF yang ditempatkan pada PT Bank Internasional Indonesia Tbk untuk memenuhi persyaratan utang bank (Catatan 34), yang jatuh tempo pada tanggal 15 Pebruari 2014. 310 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh nilai tercatat deposito berjangka sejumlah AS$ 1.372.691 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Deposito berjangka diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang, diukur pada biaya perolehan setelah amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Nilai wajar dari deposito berjangka adalah nilai tercatatnya. 18. INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI Biaya perolehan AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia Jumlah 533.775 496.988 2.959.700 3.990.463 Biaya perolehan AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia Jumlah 533.775 496.988 2.959.700 3.990.463 Biaya perolehan AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia PT Adhi Cipta Autobody (ACA) PT Auto Management Services (AMS) Jumlah 533.775 496.988 2.959.700 18.265 71.302 4.080.030 31 Desember 2012 Akumulasi bagian laba dan penerimaan dividen Nilai tercatat AS$ AS$ 4.085.568 3.029.734 5.722.934 12.838.236 4.619.343 3.526.722 8.682.634 16.828.699 31 Desember 2011 Akumulasi bagian laba dan penerimaan dividen AS$ Nilai tercatat AS$ 3.124.770 2.266.732 3.642.688 9.034.190 3.658.545 2.763.720 6.602.388 13.024.653 31 Desember 2010 Akumulasi bagian laba dan penerimaan dividen AS$ Nilai tercatat AS$ 1.811.949 1.296.054 2.305.325 (5.936) 27.324 5.434.716 2.345.724 1.793.042 5.265.025 12.329 98.626 9.514.746 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Akumulasi bagian laba Biaya perolehan dan penerimaan dividen Nilai tercatat AS$ AS$ AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia PT Adhi Cipta Autobody (ACA) PT Auto Management Services (AMS) Jumlah 533.775 496.988 2.959.700 18.265 71.302 4.080.030 311 776.930 621.097 720.708 3.951 18.090 2.140.776 1.310.705 1.118.085 3.680.408 22.216 89.392 6.220.806 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, nilai tercatat investasi pada ACA dan AMS sebesar AS$ 176.002 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Rincian dari entitas asosiasi yang dimiliki oleh Grup, persentase kepemilikan dan aktivitas utamanya adalah sebagai berikut: Nama entitas asosiasi 2012 % Persentase kepemilikan (termasuk kepemilikan langsung dan tidak langsung) 1 Januari 2010/ 2011 2011 31 Desember 2009 % % % PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 PT Adhi Cipta Autobody (ACA) PT Auto Management Services (AMS) - 40,00 26,40 40,00 26,40 40,00 26,40 Aktivitas utama Agribisnis Agribisnis Agribisnis Perdagangan, bengkel, transportasi dan jasa Konsultasi manajemen Ringkasan informasi keuangan dari entitas asosiasi di atas adalah sebagai berikut: Jumlah aset AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia Jumlah 24.766.337 19.349.167 46.531.582 90.647.086 Jumlah aset AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia Jumlah 20.499.213 15.963.998 43.367.005 79.830.216 Jumlah liabilitas AS$ 31 Desember 2012 Jumlah pendapatan Aset bersih tahun berjalan AS$ AS$ 1.669.628 1.715.554 3.118.416 6.503.598 23.096.709 17.633.613 43.413.166 84.143.488 Jumlah liabilitas AS$ 31 Desember 2011 Jumlah pendapatan Aset bersih tahun berjalan AS$ AS$ 2.206.487 2.145.389 7.224.305 11.576.181 11.501.910 9.724.110 33.182.043 54.408.063 18.292.726 13.818.609 36.142.700 68.254.035 13.080.494 10.917.218 35.246.758 59.244.470 31 Desember 2010 Jumlah aset AS$ PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia PT Pangkatan Indonesia PT Adhi Cipta Autobody (ACA) PT Auto Management Services (AMS) Jumlah 14.026.601 10.281.372 32.635.969 321.110 544.505 57.809.557 Jumlah liabilitas AS$ Aset bersih AS$ 2.297.984 1.316.163 2.663.997 317.687 6.595.831 11.728.617 8.965.209 29.971.972 3.423 544.505 51.213.726 312 Jumlah pendapatan tahun berjalan AS$ 10.908.904 7.921.336 28.241.788 659.681 47.731.709 Laba bersih tahun berjalan AS$ 4.916.949 3.989.021 9.303.179 18.209.149 Laba bersih tahun berjalan AS$ 6.564.110 4.853.392 11.786.007 23.203.509 Laba (rugi) bersih tahun berjalan AS$ 5.175.094 3.374.783 8.041.744 (13.946) 9.953 16.587.628 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 19. INVESTASI LAIN-LAIN Akun ini merupakan investasi jangka panjang Grup atas saham pada perusahaan investee dengan persentase kepemilikan kurang dari 20%. 31 Desember 2012 Penyesuaian nilai wajar dan penyisihan Biaya perolehan AS$ AS$ Nilai wajar atau biaya perolehan AS$ PT Puncakjaya Power PT Agro Muko ARC Exploration Ltd. (ARC) Investasi Kontrak Karya PT Moon Lion Industries Indonesia PT Sembada Sennah Maju (SSM) PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS) Paramount Life & General Holdings Corporation, Phillipines Lain-lain 10.271.880 7.108.324 2.911.153 2.611.030 1.026.225 222.411 150.000 2.914.187 (2.857.317) (600.000) - 10.271.880 10.022.511 53.836 2.611.030 426.225 222.411 150.000 220.388 41.964 (41.964) 220.388 - Bersih 24.563.375 (585.094) 23.978.281 31 Desember 2011 Penyesuaian nilai wajar dan penyisihan Biaya perolehan AS$ AS$ Nilai wajar atau biaya perolehan AS$ PT Puncakjaya Power PT Agro Muko ARC Exploration Ltd. (ARC) Investasi Kontrak Karya PT Bina Kosala Metropolitan (BKM) PT Moon Lion Industries Indonesia PT Sembada Sennah Maju (SSM) PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS) Paramount Life & General Holdings Corporation, Phillipines Lain-lain 10.271.880 7.108.324 2.911.153 2.611.030 2.280.678 1.026.225 222.411 37.500 2.467.502 (2.782.095) (1.140.000) (600.000) - 10.271.880 9.575.826 129.058 2.611.030 1.140.678 426.225 222.411 37.500 220.388 41.964 (41.964) 220.388 - Bersih 26.731.553 (2.096.557) 24.634.996 313 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Biaya Perolehan AS$ 31 Desember 2010 Penyesuaian Nilai wajar atau nilai wajar dan biaya penyisihan perolehan AS$ AS$ PT Puncakjaya Power PT Agro Muko ARC Exploration Ltd. (ARC) Investasi Kontrak Karya PT Bina Kosala Metropolitan (BKM) PT Moon Lion Industries Indonesia PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS) Paramount Life & General Holdings Corporation, Phillipines PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) Lain-lain 10.271.880 7.108.324 2.911.153 2.611.030 2.280.678 1.026.225 12.500 3.646.843 (2.588.182) (1.140.000) (600.000) - 10.271.880 10.755.167 322.971 2.611.030 1.140.678 426.225 12.500 220.388 15.000 70.192 4.985.000 (41.965) 220.388 5.000.000 28.227 Bersih 26.527.370 4.261.696 30.789.066 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 Penyesuaian Nilai wajar atau nilai wajar dan Biaya biaya penyisihan Perolehan perolehan AS$ AS$ AS$ PT Puncakjaya Power PT Agro Muko ARC Exploration Ltd. (ARC) Investasi Kontrak Karya PT Bina Kosala Metropolitan (BKM) PT Moon Lion Industries Indonesia Paramount Life & General Holdings Corporation, Phillipines Lain-lain 10.271.880 3.960.000 3.787.281 2.611.030 2.280.678 1.026.225 (3.787.281) (1.140.000) (600.000) 10.271.880 3.960.000 2.611.030 1.140.678 426.225 220.388 83.964 (56.964) 220.388 27.000 Bersih 24.241.446 (5.584.245) 18.657.201 Investasi lain-lain diklasifikasikan sebagai investasi tersedia untuk dijual. Kecuali untuk PT Agro Muko, ARC dan TTN, Perusahaan menggunakan biaya perolehan dalam mengukur investasi lain-lain, karena investasi tersebut merupakan saham yang tidak terdaftar di bursa dan tidak tersedia pengukuran nilai wajar atas saham tersebut. PT Agro Muko Pada tanggal 17 Maret 2010, Perusahaan melakukan perjanjian jual beli dengan Deutche Investitions-Und Entwicklungsgesellchaft, MBH (DEG) dan International Finance Corporation (IFC), dimana DEG dan IFC menyetujui penjualan dan pengalihan atas masing – masing 349.053 saham PT Agro Muko kepada Perusahaan dengan nilai AS$ 4,51 per saham. Kepemilikan Perusahaan pada PT Agro Muko meningkat dari 13,58% menjadi 15,87%. 314 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010, kenaikan (penurunan) nilai wajar PT Agro Muko sebesar masing-masing AS$ 446.685, (AS$ 1.179.341), AS$ 3.646.843 diakui Perusahaan melalui pendapatan komprehensif lainnya sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual. ARC Exploration Ltd. (ARC) Pada bulan Pebruari 2010, EIB mengalihkan 2.680.566 saham ARC, dinilai pada AS$ 111.913, sebagai dividen saham kepada Perusahaan. Pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, berdasarkan harga pasar, kenaikan (penurunan) nilai wajar ARC masing-masing sebesar (AS$ 75.222), AS$ 129.059, AS$ 322.971 dan AS$ 349.240 diakui Perusahaan dalam pendapatan komprehensif lainnya sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual. Investasi pada Kontrak Karya Pada tahun 2000, Kontrak Karya PT Newcrest Sumbawa Jaya, PT Newcrest Sumatera Minerals, PT Tamrau Jaya Mining, dan PT Mineralindo Mas Tapaktuan telah dihentikan dan/atau dalam proses penghentian. Investasi pada PT Newcrest Nusa Sulawesi (yang namanya telah diubah menjadi PT Gorontalo Sejahtera Mining) ditukar dengan hak royalti dari perusahaan yang sama. Investasi perusahaan dalam investee ini dibiayai dengan utang kepada pihak lain. Pembayaran utang ini tergantung kepada (kontinjen) ada tidaknya penerimaan pendapatan dividen dari perusahaan investee terkait. Berdasarkan persyaratan dalam perjanjian joint venture, tidak terdapat kewajiban pembayaran utang terkait investasi tersebut, jika Kontrak Karya terkait dihentikan sebelum penerimaan dividen. Oleh karena persyaratan ini, meskipun investasi-investasi ini dan utang-utang yang terkait tidak dapat direalisasikan, manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai atas investasi terkait tidak diperlukan. PT Bina Kosala Metropolitan (BKM) Berdasarkan Akta No. 13 notaris Tina Chandra Gerung, S.H., tanggal 30 April 2008, Perusahaan melakukan pembelian kembali 27.750 saham (18,14% kepemilikan) atas PT Bina Kosala Metropolitan sebagai konsekuensi pembatalan perjanjian pengikatan jual beli strata title MMC Tower yang gagal diserahkan secara tepat waktu oleh PT Assa Development. Perusahaan menilai bahwa penyisihan sebesar AS$ 1,14 juta pada 31 Desember 2011 dan 2010 memadai untuk menutup kemungkinan penurunan nilai atas nilai investasi. Berdasarkan Akta No. 145 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 23 Juli 2012 Perusahaan menjual dan mengalihkan seluruh sahamnya sebanyak 27.750 saham kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali) dengan harga jual sebesar Rp 24.975.000.000 atau setara dengan AS$ 2,6 juta. Penjualan ini termasuk dalam transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 40). Setelah transaksi ini, Perusahaan tidak lagi memiliki kepemilikan di BKM. PT Sembada Sennah Maju (SSM) Pada tanggal 8 Agustus 2011, Perusahaan membeli 28 saham SSM dari salah satu pemegang saham untuk 1% kepemilikan senilai AS$ 222.411. PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) Sebelumnya, Perusahaan telah menyisihkan penurunan nilai terhadap seluruh investasi di TTN. Pada tahun 2010, Perusahaan berencana untuk menjual investasi tersebut kepada pihak ke tiga, dan menghitung nilai wajarnya berdasarkan metode diskonto arus kas, yang telah disetujui bersama oleh Perusahaan dan pihak pembeli. Peningkatan nilai wajar senilai AS$ 4.985.000 diakui dalam pendapatan komprehensif lain sebagai laba belum direalisasi atas investasi tersedia untuk dijual pada tahun 2010. 315 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan Akta No.14 dan 15 notaris Mala Mukti, S.H., tanggal 11 Januari 2011, Perusahaan menandatangani perjanjian jual beli untuk menjual masing-masing 5 dan 10 saham TTN ke PT Archi Indonesia dan Archipelago Resources Pte. Ltd., senilai AS$ 1.666.667 dan AS$ 3.333.333. PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau (CGS) Berdasarkan Akta No. 21 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 27 April 2010, Perusahaan menyetujui untuk menempatkan dan menyetor 125 saham di CGS dengan nilai nominal senilai AS$ 100 per saham untuk 5% kepemilikan. Berdasarkan Akta No. 43 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 28 Januari 2011, Perusahaan menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor sebesar 250 saham baru CGS, sehingga meningkatkan investasi Perusahaan pada CGS menjadi AS$ 37.500. Berdasarkan Akta No. 52 notaris Buchari Hanafi, S.H., tanggal 20 Juli 2012, Perusahaan menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor sebanyak 1.125 saham, sehingga meningkatkan investasi Perusahaan pada CGS menjadi AS$ 150.000. 20. PROPERTI INVESTASI 31 Desember 2012 AS$ Tanah Bangunan Jumlah 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ - 6.817.994 79.950 6.897.944 Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009, nilai wajar properti investasi berjumlah AS$ 7.719.086. Pada tanggal 14 Agustus 2012, Perusahaan menjual sebidang tanah dan bangunan kepada PT Memimpin Dengan Nurani (entitas sepengendali) dan PT Austindo Kencana Jaya (entitas sepengendali). Pada tanggal 5 September 2012, Perusahaan juga menjual sebidang tanah lainnya ke PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali). Penjualan ini dicatat sebagai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 40). Setelah penjualan ini, Perusahaan tidak lagi memiliki properti investasi. 21. TANAMAN KELAPA SAWIT 1 Januari 2012 AS$ Tanaman menghasilkan Biaya perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku bersih Tanaman belum menghasilkan - biaya perolehan Jumlah Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Reklasifikasi AS$ 176.196.151 (65.339.343) 110.856.808 (8.714.006) (8.714.006) (30.202) 12.987 (17.215) 8.701.698 8.701.698 22.215.647 18.002.735 133.072.455 - (8.701.698) Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 31 Desember 2012 AS$ - 184.867.647 (74.040.362) 110.827.285 (1.379.324) 30.137.360 140.964.645 316 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 1 Januari 2011 AS$ Tanaman menghasilkan Biaya perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku bersih Tanaman belum menghasilkan - biaya perolehan Jumlah Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Reklasifikasi AS$ 170.701.455 (57.133.764) 113.567.691 (8.229.826) (8.229.826) (67.158) 24.247 (42.911) 5.561.854 5.561.854 15.944.212 12.191.009 Tanaman belum menghasilkan - biaya perolehan Jumlah 31 Desember 2011 AS$ - 176.196.151 (65.339.343) 110.856.808 (5.561.854) (357.720) 129.511.903 1 Januari 2010 AS$ Tanaman menghasilkan Biaya perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku bersih - Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 22.215.647 133.072.455 Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Reklasifikasi AS$ Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 31 Desember 2010 AS$ 161.763.446 (48.771.311) 112.992.135 (8.316.663) (8.316.663) - 8.179.033 8.179.033 758.976 (45.790) 713.186 170.701.455 (57.133.764) 113.567.691 17.868.421 5.474.179 - (8.179.033) 780.645 15.944.212 130.860.556 129.511.903 Beban penyusutan yang dialokasikan pada beban pokok penjualan pada tahun 2012, 2011 dan 2010 masing-masing berjumlah AS$ 8.714.006, AS$ 8.229.826 dan AS$ 8.316.663. Luas perkebunan dengan tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan berdasarkan lokasi adalah sebagai berikut: 2012 Tanaman Tanaman Belum Jumlah Area Menghasilkan Menghasilkan Yang Ditanami (Hektar) (Hektar) (Hektar) Binanga, Sumatera Utara Belitung, Bangka Belitung Batang Angkola, Sumatera Utara Ketapang, Kalimantan Barat - Jumlah 9.813 14.229 7.912 - 31.954 Tanaman Menghasilkan (Hektar) Binanga, Sumatera Utara Belitung, Bangka Belitung Batang Angkola, Sumatera Utara Ketapang, Kalimantan Barat - Jumlah 9.813 14.246 6.231 30.290 317 8.898 9.813 14.229 7.912 8.898 8.898 40.852 2011 Tanaman Belum Menghasilkan (Hektar) - Jumlah Area Yang Ditanami (Hektar) 1.681 4.766 9.813 14.246 7.912 4.766 6.447 36.737 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Tanaman Menghasilkan (Hektar) Binanga, Sumatera Utara Belitung, Bangka Belitung Batang Angkola, Sumatera Utara Ketapang, Kalimantan Barat - Jumlah 2010 Tanaman Belum Menghasilkan (Hektar) 9.813 14.304 4.938 29.055 - Jumlah Area Yang Ditanami (Hektar) 2.989 744 9.813 14.304 7.927 744 3.733 32.788 Tanaman kelapa sawit ditanam di atas tanah HGU seluas 33.688 hektar. Tanah di Ketapang, Kalimantan Barat sedang dalam pengurusan HGU. Nilai tercatat tanaman kelapa sawit milik SMM yang disusutkan menggunakan metode saldo menurun berganda berjumlah AS$ 4.566.021 atau 3,5% dari jumlah nilai buku tanaman kelapa sawit pada tahun 2010. Sejak 1 Januari 2011, SMM mengubah metode penyusutan tanaman menghasilkan dari metode saldo menurun berganda ke metode garis lurus. SMM juga mengubah estimasi masa manfaat dari 16 tahun menjadi 20 tahun. Perubahan tersebut berakibat menurunnya beban penyusutan tanaman menghasilkan dari AS$ 3.242.151 menjadi AS$ 2.849.494 pada tahun 2011. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan penurunan nilai untuk tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2012, 2011 dan 2010. 22. ASET TETAP 1 Januari 2012 AS$ Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Reklasifikasi AS$ Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 31 Desember 2012 AS$ Biaya Perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Mesin dan perlengkapan Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset dalam penyelesaian Aset sewa pembiayaan Jumlah 13.241.772 36.745.637 37.103.495 211.675 3.977.890 5.151.150 4.986.162 101.417.781 3.295.881 535.307 1.557.347 30.034 308.340 1.213.998 14.209.341 4.000.000 25.150.248 (1.481.817) (2.126.447) (2.937.329) (269.016) (367.283) (366.641) (41.072) (7.589.605) 422.346 4.427.291 774.178 27.307 (27.476) (6.977.236) (1.353.590) (267.706) (115.500) (69.354) (21.818) (57.219) (226.381) (757.978) 15.210.476 39.466.288 36.428.337 3.869.653 5.941.288 11.950.814 4.000.000 116.866.856 Akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai: Pemilikan langsung Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Mesin dan perlengkapan Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset dalam penyelesaian Aset sewa pembiayaan Jumlah 10.805.201 21.502.122 226.839 2.986.564 2.481.835 1.160.201 39.162.762 2.151.586 2.627.742 62.163 227.011 529.640 111.111 5.709.253 (1.588.772) (2.191.385) (225.344) (347.944) (265.314) (4.618.759) (1.087.973) (1.087.973) (50.268) (17.058) (9.341) (15.367) (72.228) (164.262) 11.317.747 21.921.421 63.658 2.856.290 2.730.794 111.111 39.001.021 Jumlah tercatat 62.255.019 77.865.835 318 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 1 Januari 2011 AS$ Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Reklasifikasi AS$ Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ Direklasifikasikan ke aset dimiliki untuk dijual AS$ 31 Desember 2011 AS$ Biaya Perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Peralatan medis dan operasi Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset dalam penyelesaian Aset sewa pembiayaan Jumlah 16.043.940 33.862.402 1.760.638 35.395.664 6.063.017 1.483.877 8.259.058 74.887.344 2.734.705 3.525.378 184.016.023 530.574 4.221.926 128.958 1.194.760 2.099.868 498.534 1.609.826 53.786.653 11.332.543 451.631 75.855.273 (168.051) (348.760) (842) (4.026) (215.646) (12.895.172) (13.632.497) 8.004.859 884.391 752.955 (1.291) (345.089) 1.145.655 (8.890.233) (1.898.610) (347.363) (59.344) (165.638) (18.904) (22.560) (138.916) (20.327) (48.504) (615.234) (97.444) (20.695) (1.207.566) (3.273.398) (9.009.861) (1.870.692) (8.776.082) (1.745.092) (5.281.755) (111.158.096) (93.409) (2.057.704) (143.266.089) 13.241.772 36.745.637 37.103.495 211.675 3.977.890 5.151.150 4.986.162 101.417.781 Akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai: Pemilikan langsung Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Perlengkapan medis dan operasi Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset dalam penyelesaian Aset sewa pembiayaan Jumlah 10.155.799 466.431 19.556.537 4.407.835 933.317 5.474.012 14.349.157 531.064 55.874.152 2.152.381 243.074 2.268.377 1.021.000 306.829 1.096.035 11.091.511 1.198.530 197.571 19.575.308 (65.920) (317.491) (842) (3.882) (205.394) (4.503.314) (5.096.843) (51.572) 310.874 (310.874) (51.572) (26.806) (11.412) (5.301) (68.706) (14.036) (41.830) (311.093) (38.329) (1.040) (518.553) (1.410.253) (698.093) (5.359.287) (995.389) (3.284.687) (18.455.300) (416.721) (30.619.730) 10.805.201 21.502.122 226.839 2.986.564 2.481.835 1.160.201 39.162.762 Jumlah tercatat 128.141.871 1 Januari 2010 AS$ 62.255.019 Penambahan AS$ Pengurangan AS$ Biaya Perolehan: Pemilikan langsung Tanah Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Peralatan medis dan operasi Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset dalam penyelesaian Aset sewa pembiayaan Jumlah 15.338.616 22.997.008 673.047 24.463.514 4.295.471 1.240.454 6.492.856 50.372.217 9.147.124 4.102.243 139.122.550 397.931 423.836 1.043.970 1.180.728 1.565.853 265.177 1.686.265 26.152.843 13.547.703 936.685 47.200.991 (5.267) (85.935) (269.951) (13.051) (50.282) (105.304) (5.939.886) (6.469.676) Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung Bangunan, prasarana jalan dan jembatan Renovasi bangunan Mesin dan perlengkapan Perlengkapan medis dan operasi Komputer dan peralatan komunikasi Peralatan dan perabot kantor Kendaraaan bermotor Aset sewa pembiayaan Jumlah 8.443.470 254.096 16.750.964 2.812.964 788.184 4.586.927 7.482.306 406.155 41.525.066 1.696.151 198.306 2.999.045 1.438.927 176.438 875.101 7.691.773 437.016 15.512.757 (71.888) (213.945) (1.088) (50.283) (102.785) (1.498.344) (1.938.333) Jumlah tercatat 97.597.484 Reklasifikasi AS$ 10.245.189 9.874.178 (10.685) 1.861.368 (20.279.284) (1.690.766) - 2.716 (2.716) 331.890 (331.890) - Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 31 Desember 2010 AS$ 312.660 282.304 43.621 147.195 214.744 28.528 195.926 2.440.802 319.162 177.216 4.162.158 16.043.940 33.862.402 1.760.638 35.395.664 6.063.017 1.483.877 8.259.058 74.887.344 2.734.705 3.525.378 184.016.023 85.350 14.029 20.473 157.032 18.978 117.485 341.532 19.783 774.662 10.155.799 466.431 19.556.537 4.407.835 933.317 5.474.012 14.349.157 531.064 55.874.152 128.141.871 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), aset tetap sejumlah AS$ 112.646.351 direklasifikasi sebagai bagian dari aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 319 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan evaluasi manajemen, penurunan terus menerus atas harga Penurunan Emisi Karbon (CER) di pasar global merupakan indikasi bahwa aset dalam penyelesaian milik AANE (entitas anak) telah mengalami penurunan nilai. Estimasi rugi penurunan nilai sebesar AS$ 1.198.530 dicatat sebagai beban lain-lain dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun berakhir 31 Desember 2011. Pada tahun 2012, manajemen berpendapat bahwa estimasi rugi penurunan nilai tersebut tidak mengalami perubahan. Beban penyusutan dan kerugian penurunan nilai dialokasikan sebagai berikut: Beban pokok penjualan Beban umum dan administrasi (Catatan 50) Beban lain-lain Penyusutan dibebankan ke operasi yang dilanjutkan Penyusutan dibebankan ke operasi yang dihentikan (Catatan 52) Jumlah 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 4.712.427 4.347.859 3.594.702 996.826 - 423.756 1.198.530 1.534.445 - 5.709.253 5.970.145 5.129.147 5.709.253 13.605.163 19.575.308 10.383.610 15.512.757 ANJA memiliki beberapa tanah Hak Guna Usaha (HGU) mencakup 33.688 hektar di Binanga, Ramba, Batang Angkola dan Siais, Sumatera Utara dan Gantung, Bangka dan Dendang, Belitung, tanah Hak Guna Bangunan (HGB) mencakup 31 hektar di Dendang, Belitung dan 523 hektar tanah non-HGU lainnya di Binanga. HGU dan HGB ini berlaku untuk periode antara 30 sampai 85 tahun yang berakhir pada tahun 2039 sampai 2091. GMIT memiliki beberapa bidang tanah HGU berlokasi di Jember dan Lumajang. HGU ini berlaku untuk periode 20 tahun, berakhir pada tahun 2028. Aset dalam penyelesaian merupakan bangunan, prasarana jalan dan jembatan dalam penyelesaian serta mesin dan peralatan dalam proses instalasi yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2013. Nilai buku aset tetap SMM yang disusutkan menggunakan metode saldo menurun ganda pada tahun 2010 berjumlah sebesar AS$ 2.946.697 atau 2,3% dari jumlah nilai buku aset tetap. Sejak 1 Januari 2011, SMM mengubah metode penyusutan mesin dan perlengkapan, peralatan dan perabot kantor dan kendaraan bermotor dari metode saldo menurun berganda ke metode garis lurus, yang mengakibatkan peningkatan beban penyusutan aset tetap dari AS$ 704.047 menjadi AS$ 715.290 pada tahun 2011. Semua penambahan aset tetap tersebut mulai 1 Januari 2011 disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, kendaraan bermotor maupun tanah dan bangunan dalam penyelesaian milik ANJR sejumlah AS$ 54.526.494 dan AS$ 41.620.383 merupakan jaminan utang bank (Catatan 34). Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanah dan bangunan milik GMIT masing-masing sejumlah AS$ 46.618 dan AS$ 29.422 digunakan sebagai jaminan utang bank yang diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) (Catatan 34). Pada tanggal 31 Desember 2012, seluruh tanah dan bangunan milik GMIT digunakan sebagai jaminan utang bank yang diperoleh dari BCA (Catatan 34). Pada tanggal 31 Desember 2012, aset tetap, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, pencurian, dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Indrapura dan asuransi lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar AS$ 63.408.000 dan Rp 99.841.339.118. Manajemen berkeyakinan bahwa pertanggungan asuransi memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang diasuransikan. 320 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 23. BEBAN TANGGUHAN – HAK ATAS TANAH 31 Desember 2012 AS$ Biaya perolehan Akumulasi amortisasi Jumlah tercatat bersih 884.772 (20.148) 864.624 31 Desember 2011 AS$ 1.268.645 (133.153) 1.135.492 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 1.110.215 (115.786) 994.429 1.083.756 (94.694) 989.062 Amortisasi yang dibebankan pada operasi berjumlah AS$ 1.433 pada tahun 2012, AS$ 17.489 pada tahun 2011 dan AS$ 19.262 pada tahun 2010. Efektif 1 Januari 2012, Grup menerapkan ISAK 25, Hak atas Tanah. Grup menghentikan amortisasi beban tangguhan hak atas tanah yang diperoleh pada saat perolehan tanah. Grup mereklasifikasikan sisa saldo beban tangguhan yang terkait dengan pembayaran legal untuk memperoleh hak atas tanah yang merupakan bagian harga perolehan tanah dan belum diamortisasi ke nilai tercatat tanah. 24. GOODWILL ANJA ANJR Jumlah Penyesuaian selisih kurs penjabaran Akumulasi amortisasi Awal tahun Amortisasi Dibebankan ke operasi yang dilanjutkan (Catatan 50) Dibebankan ke operasi yang dihentikan (Catatan 52) Akhir tahun Jumlah tercatat bersih 31 Desember 2012 AS$ 4.967.579 4.967.579 - 31 Desember 2011 AS$ 4.967.579 4.967.579 - 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 7.211.813 4.147.139 11.358.952 (716.799) 7.211.813 4.147.139 11.358.952 (567.513) - - 2.975.063 1.523.053 - - 360.591 360.591 1.247.149 3.866.004 7.492.948 1.091.419 2.407.550 8.951.402 4.967.579 4.967.579 Goodwill pada ANJA merupakan selisih lebih biaya perolehan kepemilikan Perusahaan dalam ANJA dan entitas anak terhadap nilai wajar aset bersih pada tanggal akuisisi, sedangkan goodwill pada ANJR merupakan selisih lebih biaya perolehan bisnis ANJR terhadap nilai wajar aset bersih yang dibeli dari PT Autosale Lancar Mandiri (ASLM). Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, goodwill dari ANJR sejumlah AS$ 2.525.369 direklasifikasi sebagai bagian aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Efektif 1 Januari 2011, Grup mengimplementasikan PSAK 22 (revisi 2010), di mana amortisasi atas goodwill dihentikan dan akumulasi amortisasi dieliminasi terhadap jumlah tercatatnya. Manajemen berpendapat tidak terdapat penurunan nilai atas goodwill pada tahun 2012. 321 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 25. KLAIM ATAS PENGEMBALIAN PAJAK 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ ANJAS KAL 1.349.861 79.766 1.439.474 152.170 1.570.414 153.473 Jumlah 1.429.627 1.591.644 1.723.887 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ - 64.738 64.738 ANJAS Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima dua Surat Ketetapan Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tanggal 2 Desember 2010 atas kekurangan bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) periode Januari sampai Oktober 2009 sejumlah Rp 13.503.529 ribu (setara dengan AS$ 1.501.894) dan kelebihan bayar atas PPN untuk periode Nopember 2009 sebesar Rp 9.657.665 ribu (setara dengan AS$ 1.027.411). Pada tanggal 19 Januari 2011, ANJAS telah sepenuhnya menerima pengembalian kelebihan bayar PPN ini. Pada tanggal 8 Pebruari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan PPN periode Januari sampai Oktober 2009 dan Nopember 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar Rp 14.119.588 ribu (setara dengan AS$ 1.570.414). Pada tanggal 16 Juni 2011, ANJAS membatalkan surat keberatan tersebut. Pada tanggal 15 Juli 2011, ANJAS telah membayar sebagian dari kurang bayar PPN sebesar Rp 6.832.936 ribu (setara dengan AS$ 759.975). Pada tanggal 31 Desember 2011, sisa kurang bayar PPN tersebut disajikan sebagai utang lain-lain. Pada bulan Juli 2011, ANJAS mengajukan surat permohonan penghapusan denda dan bunga dari hasil pemeriksaan PPN sebesar Rp 6.670.592 ribu (setara dengan AS$ 741.918) kepada DJP yang ditolak pada bulan Januari 2012. Pada bulan Pebruari 2012, ANJAS melunasi denda dan bunga sejumlah Rp 6.670.592 ribu tersebut kepada DJP. Pada tanggal 28 Maret 2012, ANJAS mengajukan surat permohonan kedua penghapusan denda dan bunga dari hasil pemeriksaan PPN ini kepada DJP. Pada tanggal 7 Agustus 2012, DJP menolak permohonan kedua tersebut dan ANJAS menerima hasil keputusan tersebut. Pada tanggal 15 Juli 2011, ANJAS menerima surat ketetapan kurang bayar PPN untuk periode Desember 2009 sebesar Rp 1.323.345 ribu (setara dengan AS$ 145.936). Pada bulan Agustus 2011, ANJAS telah membayar sebagian kekurangan bayar tersebut sebesar Rp 973.047 ribu (setara dengan AS$ 107.306). Pada tanggal 31 Desember 2011, sisa kurang bayar PPN sebesar Rp 350.297 ribu (setara dengan AS$ 38.631) disajikan sebagai utang lain-lain. Pada tanggal 15 Agustus 2011, ANJAS mengajukan surat permohonan penghapusan denda dan bunga atas hasil pemeriksaan PPN periode Desember 2009 tersebut sebesar Rp 350.297 ribu (setara dengan AS$ 38.631), yang ditolak oleh DJP pada bulan Januari 2012. ANJAS telah melunasi denda dan bunga sejumlah Rp 350.297 ribu tersebut kepada DJP pada bulan Pebruari 2012. Pada tanggal 28 Maret 2012, ANJAS mengajukan surat permohonan kedua penghapusan denda dan bunga dari hasil pemeriksaan PPN ini kepada DJP. Pada tanggal 7 Agustus 2012, DJP menolak permohonan kedua tersebut dan ANJAS menerima hasil keputusan tersebut. Pada bulan Desember 2010, ANJAS menerima empat surat ketetapan dari DJP tertanggal 28 Desember 2010 untuk PPN kurang bayar untuk periode Januari sampai Desember 2008 sebesar Rp 13.053.151 ribu (setara dengan AS$ 1.349.861 dan AS$ 1.439.474 masing-masing pada 31 Desember 2012 dan 2011). 322 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pada tanggal 8 Pebruari 2011, ANJAS mengajukan keberatan atas hasil pemeriksaan untuk periode Januari sampai Desember 2008 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar Rp 13.053.151 ribu. Pada tanggal 27 Januari 2012, DJP menolak keberatan yang diajukan oleh ANJAS. Pada tanggal 25 April 2012, ANJAS mengajukan banding atas ketetapan tersebut dan sampai pada tanggal pengesahan laporan keuangan konsolidasian ini belum menerima keputusan dari Pengadilan Pajak. Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, jumlah yang diklaim ANJAS sebesar Rp 13.053.151 ribu (setara dengan AS$ 1.349.861 dan AS$ 1.439.474 masing-masing pada 31 Desember 2012 dan 2011) disajikan sebagai klaim atas pengembalian pajak. Pada tahun 2012, DJP telah selesai melakukan pemeriksaan kewajiban pajak ANJAS untuk tahun 2010, yang meliputi pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan pasal 4 (2), 23, 22, 21, 15, 26 dan PPN, dan menerbitkan surat ketetapan kurang bayar pajak sebesar Rp 484.620.870 (setara dengan AS$ 51.599). ANJAS telah membayar kurang bayar tersebut pada tahun 2012 dan menyajikannya sebagai beban penalti. KAL Pada tanggal 8 Januari 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan kurang bayar PPN untuk periode Januari sampai Oktober 2008 kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar Rp 608.536 ribu (setara dengan AS$ 67.108 pada tahun 2011 dan AS$ 67.683 pada tahun 2010). Pada bulan Desember 2010, DJP dalam Surat Ketetapan Pajak tanggal 23 Desember 2010 menolak keberatan tersebut. Pada bulan Maret 2011, KAL melakukan banding ke Pengadilan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan Pajak No. PUT/40525/PP/M.III/16/2012 tanggal 8 Oktober 2012, banding yang diajukan oleh KAL terkait lebih bayar PPN periode Januari sampai Oktober 2008 telah diterima. Pengembalian dana sebesar Rp 608.536 ribu telah diterima oleh KAL tanggal 3 Desember 2012. Pada bulan September 2010, KAL menerima dua surat ketetapan pajak dari DJP tanggal 21 September 2010 untuk kurang bayar PPN periode Januari sampai Oktober 2009 sejumlah Rp 771.342 ribu (setara dengan AS$ 85.790) dan lebih bayar PPN untuk periode Nopember 2009 sejumlah Rp 385.671 ribu (setara dengan AS$ 42.895). Jumlah bersih kurang bayar sebesar Rp 385.671 ribu tersebut dibayar oleh KAL pada bulan Oktober 2010. Pada tanggal 1 Nopember 2010, KAL mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan PPN periode Januari sampai Oktober 2009 tersebut kepada DJP dan mengklaim pengembalian pajak sebesar Rp 771.342 ribu (setara dengan AS$ 79.766 pada tahun 2012, AS$ 85.062 pada tahun 2011 dan AS$ 85.790 pada tahun 2010). Pada bulan Mei 2011, DJP dalam Surat Keputusan Pajak tanggal 27 Juli 2011 menolak keberatan tersebut. Pada bulan Oktober 2011, KAL melakukan banding ke Pengadilan Pajak. Sampai dengan tanggal pengesahan laporan keuangan konsolidasian, KAL belum menerima keputusan dari Pengadilan Pajak. 26. ASET LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari uang muka pengurusan hak atas tanah, uang jaminan dan aset lainnya. Uang muka pengurusan hak atas tanah merupakan biaya yang dibayarkan untuk pengurusan HGU atas 10.920 ha dan 2.798 ha tanah KAL yang masing-masing akan digunakan untuk perkebunan inti dan plasma serta 1.639 ha tanah ANJAS. 323 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 27. ASET DIMILIKI UNTUK DIJUAL 31 Desember 2011 AS$ Aset dimiliki untuk dijual: PT Austindo Nusantara Jaya Rent PT Asuransi Indrapura PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare Jumlah aset dimiliki untuk dijual 377.787.280 32.375.924 14.278.248 424.441.452 Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual: PT Austindo Nusantara Jaya Rent PT Asuransi Indrapura PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare Jumlah liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual Aset dimiliki untuk dijual - bersih 329.773.727 21.036.981 4.017.485 354.828.193 69.613.259 Pada tahun 2011, Perusahaan memutuskan untuk melepas tiga entitas anak, yaitu ANJR dan entitas anak (bergerak di bidang jasa sewa kendaraan bermotor dan pembiayaan konsumen), AI (bergerak di bidang jasa asuransi) dan ANJHC dan entitas anak (bergerak dibidang jasa kesehatan). Pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Pebruari 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian jual beli masing-masing dengan PT Mitra Pinasthika Mustika untuk menjual ANJR dan Golden Eight Group Limited untuk menjual AI (Catatan 52). Pada tanggal 26 Nopember 2011, Dewan Komisaris menyetujui rencana penjualan ANJHC. Rencana penjualan ini konsisten dengan kebijakan jangka panjang Perusahaan untuk fokus dalam agribisnis dan energi terbarukan. Perusahaan secara aktif melakukan langkah-langkah penjualan ANJHC pada tahun 2011 dan pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan menjual ANJHC dan entitas anak ke PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali) (Catatan 1b). Penjualan ini dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 40). Pada reklasifikasi awal dari operasi sebagai dimiliki untuk dijual, Perusahaan tidak mengakui kerugian penurunan nilai. 324 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Rincian akun untuk masing-masing unit usaha adalah sebagai berikut: JASA SEWA KENDARAAN DAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (ANJR DAN ENTITAS ANAK) 31 Desember 2011 AS$ Kas dan setara kas Piutang sewa dan jasa lainnya - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang sewa pembiayaan - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang pembiayaan konsumen dan jasa pembiayaan lainnya setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar di muka Uang muka dan biaya dibayar di muka Rekening bank jaminan (escrow) Deposito berjangka Aset pajak tangguhan Investasi pada entitas asosiasi Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Goodwill Aset lain-lain Aset dimiliki untuk dijual Utang bank Utang usaha Uang muka dan utang lain-lain Utang pajak Biaya masih harus dibayar Pendapatan ditangguhkan Liabilitas derivatif - bersih Uang jaminan Utang sewa pembiayaan Obligasi konversi Liabilitas pajak tangguhan Kewajiban imbalan pasca kerja Liabilitas kompensasi berbasis saham Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual 13.430.916 3.188.055 70.128.171 175.659.026 1.378.351 682.584 3.174.344 2.232.767 494.674 435.329 996.178 176.002 102.528.145 2.525.369 757.369 377.787.280 300.118.303 2.525.299 786.837 2.699.294 3.462.939 1.117.631 221.500 1.279.724 316.182 12.450.422 76.242 1.743.896 2.975.458 329.773.727 Aset dimiliki untuk dijual - bersih 48.013.553 325 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan JASA ASURANSI (AI) 31 Desember 2011 AS$ Kas dan setara kas Deposito wajib Investasi Piutang jasa asuransi - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Biaya dibayar di muka dan uang muka Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset pajak tangguhan Aset lain-lain Aset dimiliki untuk dijual 17.610.570 937.362 1.124.311 11.272.008 202.927 196.774 388.929 433.295 209.748 32.375.924 Utang jasa asuransi Utang lain-lain Utang pajak Biaya masih harus dibayar Pendapatan premi diterima di muka Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual 17.085.923 1.754.492 387.234 831.331 978.001 21.036.981 Aset dimiliki untuk dijual - bersih 11.338.943 JASA KESEHATAN (ANJHC DAN ENTITAS ANAK) 31 Desember 2011 AS$ Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar di muka Uang muka dan biaya dibayar di muka Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset lain-lain Aset dimiliki untuk dijual 326 2.588.625 21.027 68.766 91.273 926.993 80 768.576 9.729.277 83.631 14.278.248 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 31 Desember 2011 AS$ Utang usaha Utang sewa pembiayaan Utang lain-lain Utang pajak Biaya masih harus dibayar Kewajiban imbalan pasca kerja Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual Aset dimiliki untuk dijual - bersih 437.135 316.139 961.966 105.767 971.533 1.033.850 191.095 4.017.485 10.260.763 Dari penjualan ANJR diterima AS$ 11.007.155 pada tahun 2011 (dicatat sebagai uang muka penjualan investasi pada entitas anak) dan AS$ 109.741.332 pada tahun 2012. Dari penjualan AI diterima Rp 120.000.000.000 pada tahun 2012. Dari penjualan ANJHC diterima AS$ 20.000.000 pada tahun 2012. 28. UTANG BANK JANGKA PENDEK 31 Desember 2012 AS$ Credit Suisse Cabang Singapura Dolar Amerika Serikat PT Bank Permata Tbk - Rupiah PT Bank ANZ Panin - Dolar Amerika Serikat PT Bank Central Asia Tbk - Rupiah PT Bank Rabobank International Indonesia Rupiah Dolar Amerika Serikat PT Bank Commonw ealth - Dolar Amerika Serikat J.P. Morgan International Bank Ltd Brussel Branch - Dolar Amerika Serikat Jumlah Tingkat suku bunga rata-rata per tahun Rupiah Dolar Amerika Serikat 1.500.000 - 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ - 3.624.695 906.483 - - 509.850 5.000.000 - 1.500.000 - 10.041.028 0,70% - 8,95%-10,50% 0,59%-4,85% - 500.000 5.319.149 1.800.000 5.319.149 9.500.000 22.438.298 9,8% - 15,85 % 0,6% - 7,25 % Utang bank diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lainnya yang diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan tingkat bunga efektif. Nilai wajar utang bank jangka pendek sama dengan nilai tercatatnya. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada tahun 2011, seluruh utang bank jangka pendek sejumlah AS$ 26.802.760 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 327 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Credit Suisse Singapore GMIT memiliki fasilitas kredit commercial line sebesar AS$ 3.000.000 dari Credit Suisse Cabang Singapura (Bank), dengan tingkat bunga 0,5% di atas tingkat suku bunga pendanaan. Pada tanggal 31 Desember 2012, jumlah saldo pinjaman adalah sebesar AS$ 1.500.000, dengan jangka waktu 3 bulan. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka milik Perusahaan. Pada tanggal 17 Januari 2013, pinjaman bank tersebut telah dilunasi sebesar AS$ 1.000.000. Pada tanggal 23 Nopember 2009, GMIT menggunakan fasilitas kredit sebesar AS$ 500.000 dari Bank dengan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan oleh Bank. Pinjaman ini digunakan untuk membeli tembakau tambahan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Pinjaman ini telah dilunasi pada tanggal 25 Pebruari 2010. PT Bank Permata Tbk Pada tanggal 28 Agustus 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Permata Tbk (Bank) sebesar Rp 100 milyar untuk jangka waktu 12 bulan sejak tanggal perjanjian fasilitas, dengan suku bunga pasar yang berlaku yang ditetapkan oleh Bank. Pada tanggal 20 April 2009, pinjaman ini diperpanjang sampai tanggal 28 Agustus 2010. Pada tanggal 30 Juni 2010, perjanjian fasilitas ini diubah untuk penurunan pagu menjadi Rp 30 milyar dan perpanjangan jangka waktu kredit sampai 30 Juni 2011. Pada tanggal 30 Juni 2011 pinjaman ini diperpanjang sampai dengan 30 Juni 2012 dan pagu kredit dinaikkan menjadi Rp 105 milyar. PT Bank ANZ Panin Pada tanggal 18 Januari 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dalam bentuk pinjaman revolving dari PT Bank ANZ Panin (Bank) sebesar AS$ 5 juta untuk jangka waktu 12 bulan. Tingkat suku bunga mengambang per tahun didasarkan pada AS$ SIBOR + 1,4%. Perjanjian ini telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir mengenai perubahan jumlah maksimum fasilitas kredit dari AS$ 15 juta menjadi AS$ 12 juta, yang tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dan perpanjangan jangka waktu pinjaman sampai dengan 31 Maret 2010. Pada tanggal 7 Juli 2010, perjanjian atas fasilitas tersebut telah diubah sehubungan dengan penurunan fasilitas kredit menjadi AS$ 5 juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank selambat-lambatnya dua hari sebelum penarikan dan jatuh tempo pada tanggal 31 Maret 2011. Pada tanggal 30 Juni 2011, perjanjian ini mengalami perubahan sehubungan dengan perpanjangan jangka waktu jatuh tempo menjadi 31 Maret 2012. Untuk tahun 2010, tingkat bunga per tahun untuk Dolar Amerika Serikat berkisar antara 3,98% - 4,20% dan untuk Rupiah 10,60%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF. PT Bank Central Asia Tbk ANJR Pada tanggal 2 Nopember 2010, ANJR memperoleh fasilitas kredit rekening koran dari PT Bank Central Asia Tbk (Bank) sebesar Rp 15 milyar dengan tingkat bunga tetap 10,75% per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 2 Nopember 2011. Pada tanggal 27 Oktober 2011, fasilitas kredit ini diperpanjang sampai dengan 2 Pebruari 2012. Pinjaman ini dijamin dengan tanah sebesar 8.864 meter persegi yang dimiliki ANJR. Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR. 328 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan ANJF Pada tanggal 9 Agustus 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit rekening koran sebesar Rp 20 milyar dengan tingkat bunga tetap 10,50% per tahun selama periode yang berakhir 12 bulan sejak setiap tanggal penarikan fasilitas. Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. Pada tanggal 5 Agustus 2011, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan 9 Agustus 2012. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar persentase tertentu dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank Rabobank International Indonesia ANJF memperoleh fasilitas kredit revolving sebesar Rp 150 milyar dari PT Rabobank International Indonesia (Bank) untuk periode sampai tanggal 31 Oktober 2011. Perjanjian ini telah diubah beberapa kali, terakhir pada bulan September 2011 mengenai perpanjangan batas waktu penarikan hingga 31 Agustus 2012. Fasilitas kredit ini dijamin dengan piutang ANJF sampai dengan 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. Untuk tahun 2010, tingkat bunga per tahun untuk Rupiah antara 8,95% - 9,80%. PT Bank Commonwealth Pada tanggal 10 Desember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja (revolving) dari PT Bank Commonwealth (Bank) sebesar AS$ 5 juta, dengan tingkat suku bunga per tahun didasarkan pada AS$ SIBOR + 3%, jatuh tempo maksimum 12 bulan sejak tanggal fasilitas. Pada tanggal 12 Oktober 2011, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan 20 Desember 2012. Pada tahun 2010, tingkat bunga per tahun 3,27%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. J.P Morgan International Bank Limited Cabang Brussel Pada tanggal 26 Nopember 2008 ANJR memperoleh fasilitas kredit dari J.P. Morgan International Bank Limited Cabang Brussels dengan jumlah maksimum sebesar AS$ 7 juta. Perjanjian kredit tersebut telah diperbaharui beberapa kali, yang terakhir pada tanggal 16 April 2010 mengenai penambahan pagu fasilitas kredit menjadi AS$ 20 juta. Pinjaman ini telah dilunasi oleh ANJR tanggal 13 Desember 2010. 29. UTANG USAHA Pihak ketiga Tanaman kelapa sawit Pembangkit listrik Sagu Tembakau Sewa kendaraan Jasa kesehatan Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 3.742.714 833.939 1.646 1.589 4.579.888 3.335.795 51.548 17.320 3.404.663 3.814.504 13.203 3.372.787 336.731 7.537.225 652.115 375.009 329 1.354.877 161.817 2.543.818 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan mata uang Dolar Amerika Serikat Rupiah Jumlah 31 Desember 2012 31 Desember 2011 31 Desember 2010 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 2.656.194 1.923.694 4.579.888 1.278.597 2.126.066 3.404.663 6.265.570 1.271.655 7.537.225 1.786.176 757.642 2.543.818 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada tahun 2011, utang usaha dari sewa kendaraan dan jasa kesehatan sejumlah AS$ 2.962.434 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 30. UTANG JASA ASURANSI Utang reasuransi Premi belum merupakan pendapatan Estimasi klaim retensi sendiri Utang klaim Pendapatan premi ditangguhkan Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 8.634.225 5.049.574 2.786.096 481.808 2.346.770 19.298.473 6.282.631 5.053.976 3.294.834 743.873 15.375.314 Pada tahun 2010, premi ditangguhkan merupakan premi untuk masa pertanggungan asuransi di atas satu tahun ditambah pendapatan komisi yang diterima oleh entitas anak. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, seluruh utang jasa asuransi sejumlah AS$ 17.085.923 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 31. UTANG PAJAK Pajak penghasilan - Perusahaan (Catatan 51) Pajak penghasilan - entitas anak (Catatan 51) Pajak penghasilan Pasal 21 Pasal 25 Pasal 4 ayat 2 Pasal 23/26 Pasal 22 Pasal 15 Pajak Pertambahan Nilai - bersih Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 17.795.427 183.911 83.605 51.529 2.982.301 4.134.502 3.146.375 1.506.047 3.206.572 2.152.163 345.363 29.481 22.860 211 26.534.378 649.493 1.636.634 36.077 32.167 23.267 31.176 6.727.227 4.076.029 1.216.098 83.900 68.748 2.257 1.595 87.520 8.766.127 805.799 1.720.237 69.481 1.658.891 534 177.295 5.989.813 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, utang pajak dari entitas anak yang direncanakan untuk dijual sejumlah AS$ 3.192.295 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 330 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 32. UTANG LAIN-LAIN 31 Desember 2012 AS$ Utang pihak ketiga Uang muka dari pelanggan Klaim atas pengembalian pajak (Catatan 25) Uang jaminan Utang komisi Utang retensi Premi asuransi Utang terkait pembelian perlengkapan dan peralatan medis Lain-lain Jumlah 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 3.696.930 4.383.748 3.068.652 2.046.199 3.084.630 490.877 3.498.163 617.157 1.349.861 - 2.220.024 - 1.501.894 1.222.662 1.185.875 1.013.379 519.923 1.040.152 1.263.784 233.569 214.974 9.645.513 1.083.530 8.418.405 486.991 1.292.678 10.798.909 - 476.380 7.129.205 Utang lain-lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi. Nilai wajar atas utang lain-lain ditentukan sebesar sama dengan nilai tercatatnya. Seluruh utang lain-lain merupakan utang kepada pihak ketiga. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, utang lain-lain sejumlah AS$ 3.503.295 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 33. BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR Gaji, bonus dan tunjangan Jasa profesional Bunga Jasa dokter Lain-lain Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 5.305.090 56.688 2.805.540 8.167.318 5.963.590 22.328 2.059.046 8.044.964 5.087.137 89.828 1.453.147 284.163 1.636.872 8.551.147 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 2.867.828 55.630 688.502 174.099 1.315.052 5.101.111 Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009), pada akhir tahun 2011, biaya masih harus dibayar sejumlah AS$ 5.265.803 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 331 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 34. UTANG BANK JANGKA PANJANG PT Bank Central Asia Tbk - Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk - Rupiah PT Bank ANZ Panin Rupiah Dolar Amerika Serikat PT Bank Resona Perdania Rupiah Dolar Amerika Serikat PT Bank Permata Tbk - Rupiah PT Bank Pan Indonesia Tbk - Rupiah PT Bank Mandiri Singapura Dolar Amerika Serikat PT Bank DBS Indonesia - Rupiah PT Bank Internasional Indonesia Tbk - Rupiah Utang sindikasi yang dikordinasi oleh DBS Bank Ltd. - Dolar Amerika Serikat Jumlah Bagian yang jatuh tempo kurang dari satu tahun Porsi jangka panjang 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 2.341.039 - 2.254.809 - 50.137.570 66.027.871 17.819.960 12.878.296 - - 9.710.437 11.007.532 13.297.872 - - - 15.428.119 1.000.000 13.904.048 5.549.717 7.211.489 13.438.433 15.957.447 - - 4.601.669 3.580.928 2.208.648 5.319.149 - 2.341.039 2.254.809 183.156.539 4.800.000 90.722.646 (2.341.039) - (2.254.809) - (68.673.713) 114.482.826 (45.615.987) 45.106.659 Utang bank diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lainnya yang diukur sebesar biaya perolehan setelah amortisasi dengan menggunakan tingkat bunga efektif. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2009) pada tahun 2011, seluruh utang bank sejumlah AS$ 273.315.543 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). PT Bank Central Asia Tbk (BCA) GMIT Pada tanggal 29 Januari 2010, GMIT memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Central Asia Tbk (Bank) yang terdiri dari: - Fasilitas kredit lokal sebesar Rp 2 milyar, dengan tingkat bunga 10,75% per tahun. - Fasilitas pinjaman berjangka revolving sebesar Rp 20 milyar, dengan tingkat suku bunga 10,50% per tahun. - Fasilitas pinjaman berjangka incidental sebesar Rp 3 milyar dengan tingkat suku bunga 10,50% per tahun. Pada tanggal 28 Oktober 2012, GMIT memperoleh tambahan fasilitas pinjaman berjangka revolving menjadi sebesar Rp 23 milyar. Fasilitas kredit yang diperoleh dari Bank dijamin dengan persediaan GMIT (tembakau Besuki N.O.) sejumlah Rp 15 milyar dan semua tanah dan bangunan GMIT. Pada tanggal 29 Januari 2012, fasilitas kredit tersebut diperpanjang sampai tanggal 29 Januari 2013 dan diperpanjang kembali sampai tanggal 29 Januari 2014. 332 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Perjanjian pinjaman juga mencakup persyaratan tertentu, antara lain membatasi hak GMIT untuk memperoleh pinjaman atau kredit baru dari pihak lain dan/atau mengikatkan diri sebagai penjamin, meminjamkan uang kecuali dalam rangka menjalankan usaha, melakukan peleburan, penggabungan, likuidasi serta mengubah status kelembagaan. ANJF Pada tanggal 25 April 2008, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja sebesar Rp 100 milyar dari Bank, berjangka waktu 36 bulan, dengan tingkat suku bunga tetap untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan oleh Bank untuk tahun-tahun selanjutnya. Fasilitas pinjaman ini telah dilunasi oleh ANJF pada tanggal 6 Mei 2011. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga pinjaman berkisar antara 10,75% - 13,50%. Pada tanggal 9 Nopember 2009, ANJF memperoleh fasilitas sebesar Rp 100 milyar dengan jangka waktu 36 bulan dengan tingkat suku bunga tetap 12,25% per tahun selama tiga tahun. Pada tanggal 9 Agustus 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar Rp 280 milyar, dengan jangka waktu 36 bulan sejak tanggal penarikan, serta tingkat suku bunga tetap 11,25% per tahun selama tiga tahun. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF. ANJR Pada tanggal 19 Maret 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit dari bank untuk pengambilalihan utang PT Autosale Lancar Mandiri dan untuk pembelian kendaraan baru dan bekas sebesar Rp 45 milyar dengan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan oleh Bank, dan dapat dievaluasi dan disesuaikan oleh Bank, jatuh tempo 42 bulan sejak tanggal penarikan. Pada bulan Januari 2010, pagu kredit tersebut ditingkatkan dengan tambahan fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan baru dan bekas sebesar Rp 100 milyar untuk jangka waktu 4 tahun dengan tingkat suku bunga tetap 10,5% per tahun untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan oleh Bank untuk tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 10,50% - 11,25%. Pada tanggal 2 Nopember 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas kredit dari Bank untuk pembelian kendaraan baru dan bekas sebesar Rp 100 milyar dan untuk pembiayaan pembangunan gedung kantor dan bengkel sebesar Rp 45 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 10,5% untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang yang akan ditentukan oleh Bank untuk tahun-tahun selanjutnya dan jatuh tempo selambat-lambatnya 48 bulan sejak tanggal penarikan. Fasilitas ini dijamin dengan tanah sebesar 8.864 meter persegi, hak tanggungan atas agunan berupa gedung kantor dan bengkel (workshop) dan kendaraan milik ANJR (Catatan 22) dengan nilai pasar sebesar 125% dari pagu kredit fasilitas. Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR. PT Bank CIMB Niaga Tbk ANJF Pada tanggal 10 Pebruari 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (Bank) sebesar Rp 200 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 11,75% per tahun berlaku untuk 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 10 Agustus 2013. Perjanjian kredit fasilitas ini telah diubah beberapa kali, terakhir pada tanggal 9 Desember 2010, mengenai penambahan fasilitas pinjaman menjadi sebesar Rp 650 milyar, dengan tingkat suku bunga tetap per tahun, dan jatuh tempo pinjaman terakhir pada tanggal 8 Juli 2017. 333 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari pinjaman yang akan ditarik (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman ini memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. ANJR Pada tanggal 19 Januari 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit untuk refinancing pembelian mobil baru dan bekas dari Bank sebesar Rp 47.859.335.163 dengan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 28 Juli 2012. Pada tahun 2010, tingkat bunga per tahun berkisar antara 11,25% - 11,75%. Pada tanggal 19 Januari 2009, ANJR memperoleh fasilitas kredit untuk refinancing pembelian kendaraan baru dan bekas dari Bank sebesar Rp 30 milyar dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014. Pada tahun 2010, tingkat bunga per tahun berkisar antara 11,25% - 11,75%. Pada tanggal 25 Nopember 2009, ANJR memperoleh tambahan fasilitas dari Bank sebesar Rp 75 milyar dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan cicilan bulanan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Pembayaran terakhir jatuh tempo pada tanggal 26 Juli 2015. Pada tahun 2010, tingkat bunga atas pinjaman ini adalah 11,25%. Pada tanggal 26 Agustus 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas kredit dari Bank untuk peremajaan dan pengambilalihan kendaraan bekas sebesar Rp 60 milyar dengan tingkat suku bunga tetap untuk tahun pertama dan tingkat suku bunga mengambang untuk tahun-tahun selanjutnya yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo terakhir pada tanggal 11 Pebruari 2016. Pada tahun 2010, tingkat bunga atas pinjaman ini adalah 11%. Sehubungan dengan pinjaman di atas, ANJR diharuskan untuk membuka rekening escrow pada Bank. Saldo rekening escrow di Bank pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp 2.217.897.605. Pinjaman kepada Bank dijamin dengan kendaraaan bermotor ANJR dengan nilai minimal sebesar 111% pagu kredit untuk kendaraan baru, 125% untuk kendaraan bekas dan 130% untuk tagihan atas pihak ketiga (Catatan 11 dan 22). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan yang wajib dipenuhi oleh ANJR. PT ANZ Panin Bank Pada tanggal 18 Januari 2008, ANJF memperoleh fasilitas pinjaman revolving dari PT ANZ Panin Bank (Bank). Perjanjian ini telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir mengenai besar perubahan fasilitas kredit dari AS$ 15 juta menjadi AS$ 12 juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dan diperpanjang sampai dengan 31 Maret 2010. Pada tanggal 7 Juli 2010, perjanjian atas fasilitas tersebut telah diubah mengenai penurunan fasilitas kredit menjadi AS$ 5 juta, tersedia dalam Rupiah dan Dolar Amerika Serikat, dengan tingkat bunga yang ditentukan oleh Bank. Pada tanggal 16 Juli 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar Rp 125 milyar (tersedia dalam Rupiah atau Dolar Amerika Serikat), dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank selambat-lambatnya dua hari sebelum penarikan dan jatuh tempo pada tanggal 16 Juli 2012. Tingkat suku bunga mengambang per tahun ditentukan sebesar 2,9% di atas tingkat suku bunga dasar SBI. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 9,27% - 9,53%. Pada tanggal 7 Juli 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar Rp 100 milyar (tersedia dalam Rupiah atau Dolar Amerika Serikat) dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 3 tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Tingkat suku bunga mengambang per tahun ditentukan sebesar 2,5% di atas tingkat suku bunga dasar AS$ LIBOR. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 2,75% - 2,80%. 334 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Tingkat suku bunga mengambang dalam Dolar Amerika Serikat ditukar ke tingkat suku bunga tetap dalam Rupiah untuk mengatasi risiko nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga, sementara pinjaman Bank dalam mata uang Rupiah dengan tingkat suku bunga mengambang dilindungi dengan kontrak Interest-Rate-Swap (IRS) untuk mengatasi risiko tingkat suku bunga (Catatan 55). Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian utang pada Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank Resona Perdania ANJF Pada tanggal 28 Januari 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Resona Perdania (Bank) sebesar Rp 75 milyar, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 25 Januari 2014. Perjanjian ini beberapa kali mengalami perubahan, terakhir pada tanggal 24 September 2010 mengenai perubahan pagu kredit menjadi Rp 64.062.500.000. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11,01% 11,66%. Pada tanggal 7 Mei 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar Rp 17 milyar, dengan tingkat suku bunga yang akan ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 7 Mei 2014. Perjanjian ini beberapa kali mengalami perubahan, terakhir pada tanggal 14 Pebruari 2011, mengenai perubahan pagu kredit menjadi Rp 15.937.499.000. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11,01% - 11,66%. Pada tanggal 24 September 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar AS$ 1 juta, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 3 Desember 2012. Pada tanggal 14 Pebruari 2011, perjanjian ini mengalami perubahan mengenai pagu kredit menjadi AS$ 958.333. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 3,84% - 3,90%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. ANJR Pada tanggal 8 Januari 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar Rp 52.977.000.000 dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 10 Desember 2012. Pada tahun 2010, tingkat bunga per tahun berkisar antara 9,08% - 9,12%. Pada tanggal 20 Maret 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar Rp 35 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 20 Maret 2013. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 10,36% - 10,59%. Pada tanggal 16 September 2009, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar Rp 15 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh bank dan jatuh tempo pada tanggal 31 Agustus 2013. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 10,21% - 10,38%. Pada tanggal 19 Pebruari 2010, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving sebesar Rp 17,5 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 19 Pebruari 2014. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 10,20% - 10,33%. 335 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pada tanggal 28 Juli 2010, ANJR memperoleh pinjaman non-revolving untuk investasi sebesar Rp 15 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo pada tanggal 28 Juli 2014. Pada tahun 2010 tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 10,20% - 10,38%. Pinjaman pada Bank dijamin dengan kendaraan bermotor ANJR (Catatan 22) sebesar persentase tertentu dari saldo utang bank. Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR. Pada tanggal 18 Mei 2011 dan 28 Juli 2011, ANJR telah melunasi seluruh pinjaman dari Bank. PT Bank Permata Tbk ANJR Pada tanggal 13 Maret 2009, ANJR memperoleh pinjaman fasilitas untuk financing atau refinancing pembelian kendaraan baru atau bekas sebesar Rp 50 milyar dari PT Bank Permata Tbk (Bank), dengan tingkat suku bunga mengambang yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 60 bulan dari tanggal fasilitas. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 11% - 12%. Pada tanggal 17 Maret 2010, ANJR memperoleh tambahan fasilitas untuk financing atau refinancing pembelian kendaraan baru atau bekas sebesar Rp 50 milyar dari Bank, dengan tingkat suku bunga mengambang yang ditentukan oleh Bank dan jatuh tempo 48 bulan dari tanggal fasilitas. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga pinjaman adalah 10%. Sehubungan dengan pinjaman di atas, ANJR diharuskan untuk membuka rekening escrow pada Bank. Pada tanggal 31 Desember 2010, saldo rekening jaminan di Bank berjumlah Rp 421.643.746. Pinjaman pada Bank dijamin dengan kendaraaan bermotor ANJR yang dibiayai oleh Bank dan tagihan ANJR hingga 20% dari pagu kredit (Catatan 11 dan 22). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJR. ANJF Pada tanggal 20 April 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank sebesar Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap indikatif dan jangka waktu 36 bulan sejak penarikan pertama. Pada bulan Mei 2010, ANJF melunasi pinjaman ini. Pada tanggal 30 Juni 2010, ANJF memperoleh tambahan fasilitas modal kerja sebesar Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 11,75% per tahun, jatuh tempo pinjaman maksimum 42 bulan sejak tanggal perjanjian. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga per tahun berkisar antara 14% - 14,50%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 100% saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank Pan Indonesia Tbk Pada tanggal 24 Juni 2009, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Pan Indonesia Tbk (Bank) sebesar Rp 200 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 13% per tahun, jatuh tempo selambat-lambatnya 25 bulan sejak tanggal fasilitas. Pada tanggal 24 Juni 2011, ANJF telah melunasi seluruh utang ini. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. 336 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan PT Bank Commonwealth Pada tanggal 10 Desember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja non-revolving dari PT Bank Commonwealth (Bank) sebesar Rp 50 milyar, dengan tingkat suku bunga tetap 11% per tahun untuk jangka waktu pinjaman selama 36 bulan dari setiap tanggal penarikan. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk – Cabang Singapura Pada tanggal 12 Nopember 2010 dan 21 Juli 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk – Cabang Singapura (Bank) masing-masing sebesar AS$ 2 juta dan AS$ 3 juta, dengan tingkat suku bunga mengambang per tahun berdasarkan AS$ SIBOR + 3% dan jatuh tempo 36 bulan sejak tanggal penarikan terakhir. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 3,26% - 3,27%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 110% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank DBS Indonesia Pada tahun 2006, ANJF memperoleh fasilitas kredit revolving modal kerja dari PT Bank DBS Indonesia (Bank) sebesar Rp 150 milyar, dengan tingkat suku bunga per tahun sebesar 2,63% di atas biaya dana Bank. Pada tanggal 7 Agustus 2009, fasilitas ini diperpanjang sampai dengan tanggal 22 Juni 2012. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga berkisar antara 9% - 11,95%. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF minimum sebesar 110% saldo utang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman pada Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi oleh ANJF. PT Bank Internasional Indonesia Tbk Pada tanggal 12 Nopember 2010, ANJF memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Bank) sebesar Rp 100 milyar dengan tingkat suku bunga tetap 11,50% per tahun untuk 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 15 Pebruari 2014. Pinjaman ini dijamin dengan piutang ANJF sebesar 100% dari saldo utang bank (Catatan 9 dan 10) dan deposito berjangka sebesar satu kali pembayaran angsuran pokok dan bunga (Catatan 17). Perjanjian pinjaman Bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF. Utang sindikasi yang dikoordinasi oleh DBS Bank Ltd. Pada tanggal 27 Maret 2007, Perusahaan menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Sindikasi sebesar AS$ 48 juta untuk jangka waktu 3 tahun yang dikoordinasi oleh DBS Bank Ltd., Singapura dengan peserta sindikasi sebagai berikut: i. ii. iii. iv. v. vi. PT Bank DBS Indonesia PT Bank Pan Indonesia Tbk PT ANZ Panin Bank Natixis – Cabang Singapura PT Bank Resona Perdania Asean Finance Corporation Ltd. Cabang Singapura 337 : AS$ 15 Juta : AS$ 10 Juta : AS$ 10 Juta : AS$ 5 Juta : AS$ 5 Juta : AS$ 3 Juta P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pada tanggal 2 Agustus 2007, PT Bank DBS Indonesia mengalihkan fasilitas sebesar US$ 3 juta kepada PT Bank Permata Tbk, sehingga pada tanggal 31 Desember 2007 komposisi peserta sindikasi sebagai berikut: i. ii. iii. iv. v. vi. vii. PT Bank DBS Indonesia PT Bank Pan Indonesia Tbk. PT ANZ Panin Bank Natixis – Cabang Singapura PT Bank Resona Perdania Asean Finance Corporation Ltd. Cabang Singapura PT Bank Permata Tbk : AS$ 12 Juta : AS$ 10 Juta : AS$ 10 Juta : AS$ 5 Juta : AS$ 5 Juta : AS$ 3 Juta : AS$ 3 Juta Tingkat bunga mengambang didasarkan pada AS$ SIBOR ditambah marjin. Tingkat bunga mengambang atas pinjaman Dolar Amerika Serikat ditukar ke tingkat bunga tetap dalam Rupiah untuk mengatasi risiko nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga. Fasilitas pinjaman sindikasi berakhir tanggal 29 Maret 2010. Pinjaman ini dijamin dengan piutang perusahaan sebesar persentase tertentu dari saldo hutang bank (Catatan 9 dan 10). Perjanjian pinjaman bank memuat batasan-batasan tertentu yang wajib dipenuhi ANJF. 35. UTANG SEWA PEMBIAYAAN SMM SMM mengadakan perjanjian jual dan sewa balik atas bangunan, mesin dan peralatan dengan PT Mitra Pinasthika Mustika Finance pada tanggal 7 Desember 2012. Berdasarkan evaluasi terhadap persyaratan dan kondisi dalam perjanjian ini, SMM menentukan bahwa transaksi sewa ini memenuhi kriteria sewa pembiayaan. Hasil penjualan sebesar AS$ 4.000.000 yang merupakan nilai wajar aset telah diterima pada tanggal 7 Desember 2012. Selisih antara hasil penjualan dan nilai buku aset sebesar AS$ 3.350.288 dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan (Catatan 36). Ringkasan persyaratan dan ketentuan transaksi jual dan sewa balik diatas adalah sebagai berikut: Pembiayaan bersih Suku bunga : : Jangka waktu Cicilan Beban pencadangan Asuransi : : : : AS$ 2.200.000 9,5% per tahun, suku bunga mengambang (setiap 6 bulan) di akhir 30 bulan AS$ 1.557.418 (pembayaran 1), AS$ 25.561 (bulan 2 - 30) AS$ 11.000 (0,5% dari pembayaran bersih) Ditanggung penyewa ANJR Pada tanggal 15 September 2009, ANJR dan PT Resona Indonesia Finance mengadakan perjanjian sewa pembiayaan untuk pembelian beberapa unit kendaraan bermotor. Jangka waktu sewa adalah 4 tahun dengan tingkat suku bunga tertentu per tahun. Pada tanggal 6 Januari 2009, ANJR, PT Dipo Star Finance (DSF) dan PT Autosale Lancar Mandiri (ASLM) mengadakan Perjanjian Pengalihan Hak dan Liabilitas. Berdasarkan perjanjian ini, ASLM mengalihkan hak dan liabilitasnya atas DSF kepada ANJR dengan persetujuan DSF. ANJR mengambil alih kewajiban ASLM untuk membayar cicilan bulanan sebesar Rp 891.114.579 sampai dengan masa berakhirnya kontrak. Dan sebaliknya, ASLM mengalihkan haknya atas aset pembiayaan, termasuk hak untuk menerima Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) saat berakhirnya periode sewa pembiayaan. 338 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Semua utang sewa pembiayaan didenominasi dalam Rupiah yang dibayar setiap bulan sebesar jumlah tetap. Utang sewa pembiayaan ini dijamin dengan aset sewa pembiayaan yang bersangkutan. Pada tanggal 28 Maret 2011, ANJR telah melunasi seluruh utang sewa pembiayaan dari DSF. ANJHC ANJHC melakukan perjanjian pembelian persediaan peralatan medis dengan PT Mensa Bina Sukses (lessor) untuk jangka waktu bervariasi dari 20 sampai 60 bulan. Perjanjian ini diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan karena secara subtansi seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset beralih ke ANJHC. Lessor akan menjamin dan menyediakan jasa purna jual dan penyewa harus mengasuransikan aset yang bersangkutan. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2010), pada tahun 2011, utang sewa pembiayaan sejumlah AS$ 316.182 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Pembayaran minimum sewa berdasarkan perjanjian sewa adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan jatuh tempo Pembayaran yang jatuh tempo tahun: 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah pembayaran minimum sewa Bunga Nilai kini pembayaran minimum sewa Bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun Utang sewa pembiayaan jangka panjang - bersih 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 1.838.589 306.732 153.366 2.298.687 (98.687) - 671.950 406.826 1.078.776 (136.253) 1.224.413 505.188 319.857 2.049.458 (237.816) 2.200.000 - 942.523 1.811.642 (1.772.756) - (503.003) (1.086.492) - 439.520 725.150 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 427.244 b. Berdasarkan lessor: 31 Desember 2012 AS$ PT Mitra Pinasthika Mustika Finance PT Dipo Star Finance PT Resona Indonesia Finance PT Mensa Bina Sukses Jumlah 2.200.000 2.200.000 339 31 Desember 2011 AS$ - 72.765 698.867 170.891 942.523 821.205 990.437 - 1.811.642 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 36. PENDAPATAN DITANGGUHKAN Pendapatan ditangguhkan merupakan pendapatan sewa yang diterima oleh ANJR pada tahun 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2010), pada tahun 2011, pendapatan sewa ditangguhkan sejumlah AS$ 1.117.631 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). Pada tahun 2012, pendapatan ditangguhkan merupakan selisih antara hasil penjualan dan nilai buku aset atas transaksi jual dan sewa kembali oleh SMM (Catatan 35) sebesar AS$ 3.350.288 yang disajikan sebagai bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar AS$ 1.340.115 dan bagian jangka panjang sebesar AS$ 2.010.173. 37. OBLIGASI KONVERSI Akun ini merupakan obligasi yang diterbitkan ANJR kepada pihak ketiga, dengan rincian sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ - - 7.322.500 - - - 3.137.971 - - - 2.033.867 12.494.338 - Josh Ridge Limited BVI, AS$ 7.322.500 - sebesar nilai nominal Wigandia Pte., Ltd, Rp 28.213.500.000 - sebesar nilai nominal Ariadne Global Pte. Ltd, Rp 18.286.500.000 - sebesar nilai nominal Jumlah 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ Pada tanggal 1 Desember 2010, ANJR menerbitkan obligasi wajib konversi kepada Josh Ridge Limited BVI, Wigandia Pte. Ltd., dan Ariadne Global Pte. Ltd., dengan nilai nominal masing-masing sebesar AS$ 7.322.500, Rp 28.213.500.000 dan Rp 18.286.500.000. Obligasi tersebut akan berakhir pada saat pendaftaran saham ANJR di Bursa Efek Indonesia atau pada saat jatuh tempo 31 Desember 2014, mana yang lebih dahulu terjadi. Pada saat ANJR terdaftar di Bursa Efek Indonesia, obligasi wajib dikonversi menjadi saham ANJR maksimum masing-masing sejumlah 67.660 saham, 28.213 saham dan 18.286 saham untuk Josh Ridge Limited BVI, Wigandia Pte. Ltd. dan Ariadne Global Pte. Ltd. sesuai dengan syarat dan ketentuan yang dicantumkan dalam perjanjian. Jika ANJR tidak mencatatkan sahamnya sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, pemegang obligasi dapat melaksanakan opsi jual atau penerbit dapat melakukan opsi beli atas obligasi pada nilai tercatat. Obligasi dalam Dolar Amerika Serikat memiliki tingkat suku bunga 3,25% per tahun dan obligasi dalam Rupiah memiliki tingkat suku bunga 10,5% per tahun, dibayarkan setiap kuartal mulai 90 hari setelah tanggal terbit sampai dengan tanggal jatuh tempo. Tidak ada biaya penerbitan, obligasi dikeluarkan sebesar nominal. Sehubungan dengan penerapan PSAK 58 (revisi 2010), pada akhir tahun 2011, obligasi konversi sejumlah AS$ 12.450.422 direklasifikasi sebagai bagian dari liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27). 38. KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA Grup menyediakan imbalan pasca kerja kepada karyawan yang berhak sesuai dengan Undang Undang Tenaga Kerja No. 13/2003. Jumlah karyawan yang berhak terhadap imbalan tersebut masing-masing adalah 4.880, 6.066 dan 5.237 pada tahun 2012, 2011 dan 2010. 340 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Jumlah yang dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian terkait dengan imbalan pasca kerja ini adalah sebagai berikut: Biaya jasa kini Biaya bunga Biaya jasa lalu Amortisasi biaya jasa lalu Laba penyelesaian kewajiban Kelebihan pembayaran periode berjalan Penyesuaian langsung untuk karyawan tetap baru Kewajiban dipindahkan ke Perusahaan Lain Kewajiban dipindahkan dari Perusahaan Lain Pengakuan langsung atas biaya jasa lalu yang sudah menjadi hak karyawan Biaya pesangon, penghentian dan penyelesaian Diklasifikasi sebagai beban dari operasi dihentikan Jumlah 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 1.940.209 624.190 (975) 12.859 (2.157.592) 10.178.035 2.185.134 889.182 1.453.148 650.856 12.073 (553.844) 352.748 465.284 - 767.622 - (210.451) 9.979 899.964 411.111 115.090 142.845 10.340.097 - (13.700) (1.105.726) 2.841.264 - 74.664 (1.100.777) 2.860.567 Jumlah yang termasuk dalam laporan posisi keuangan konsolidasian yang berasal dari kewajiban Grup terkait dengan imbalan pasca kerja tersebut adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Nilai kini kewajiban Keuntungan (kerugian) aktuarial Nilai wajar aset program Diklasifikasi sebagai liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Kewajiban bersih 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 9.331.520 (82.185) (137.058) 15.299.635 (2.709.872) (198.184) 10.744.329 (1.292.253) - 9.112.277 (3.057.979) 9.333.600 9.452.076 341 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 5.910.197 (221.532) - 5.688.665 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Mutasi nilai kini kewajiban manfaat pasti pada tahun berjalan adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Pada awal tahun Biaya jasa lalu Biaya jasa kini Biaya bunga Kerugian (keuntungan) aktuarial Pembayaran manfaat Efek penyelesaian Liabilitas yang dialihkan ke perusahaan lain Liabilitas yang dialihkan dari perusahaan lain Liabilitas jasa lalu dari karyawan baru Pengakuan liabilitas pajak Perbedaan nilai tukar Pada akhir tahun 31 Desember 2011 AS$ 15.299.635 (265.446) 1.931.767 663.425 (1.054.938) (690.710) (2.072.226) 10.744.328 1.826.529 811.796 1.893.366 (921.542) - (3.890.829) (109.100) 288.727 128.454 (1.006.339) 9.331.520 72.764 398.805 582.689 15.299.635 31 Desember 2010 AS$ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 AS$ 5.910.197 120.964 1.446.899 642.463 710.469 (336.437) 339.299 3.925.622 (51.345) 821.264 483.048 (61.472) (124.730) (86.053) - - 1.597.081 313.394 10.744.329 - 53.199 264.846 685.818 5.910.197 Mutasi liabilitas bersih yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Saldo awal tahun Beban tahun berjalan Pembayaran manfaat Disajikan sebagai beban dari operasi yang dihentikan Nilai wajar aset program dana pensiun Rugi aktuarial dicatat dalam pendapatan komprehensif lainnya Kelebihan pembayaran periode berjalan Tunjangan cuti Penyesuaian selisih kurs penjabaran Diklasifikasi sebagai liabilitas terkait langsung dengan aset dimiliki untuk dijual (Catatan 27) Saldo akhir tahun 31 Desember 2011 AS$ 9.333.600 10.340.097 (295.821) 9.452.076 2.841.264 (580.109) 5.688.664 2.860.567 (548.524) 1.105.726 (198.184) 1.100.777 - (229.194) 350.592 (3.057.979) 9.333.600 9.452.076 604.572 (10.178.035) 2.188 (694.324) 9.112.277 31 Desember 2010 AS$ Penyesuaian yang terjadi pada masa lalu adalah sebagai berikut: Nilai kini kewajiban Penyesuaian pengalaman kewajiban program 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 31 Desember 2009 AS$ 31 Desember 2008 AS$ 9.331.520 15.299.635 10.744.329 5.910.197 3.925.622 (1.418.364) 1.066.827 1.011.721 (10.074) (249.199) 342 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT Lanjutan Biaya imbalan pasca kerja ini dihitung setiap tahun oleh aktuaris independen, PT Dayamandiri Dharmakonsilindo dalam laporan masing-masing tertanggal 23 Januari 2013, 14 Pebruari 2012 dan 7 Januari 2011 untuk 31 Desember 2012, 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2010. Penilaian aktuarial dilakukan menggunakan asumsi utama sebagai berikut: 1 Januari 2010 / 31 Desember 2012 Tingkat kematian 31 Desember 2011 31 Desember 2010 31 Desember 2009 CSO - 1980 dan Tabel CSO - 1980 dan Tabel CSO - 1980 dan Tabel CSO - 1980 dan Tabel Mortalitas Indonesia 1999 Mortalitas Indonesia 1999 Mortalitas Indonesia 1999 Mortalitas Indonesia 1999 Umur pensiun normal 56 - 60 tahun 56 - 60 tahun 56 - 60 tahun 56 - 60 tahun Tingkat kenaikan gaji per tahun 8,00% - 15,00% 8,00% - 15,00% 9,00% - 15,00% 9,00% - 15,00% Tingkat diskonto per tahun 6,30% - 8,90% 6,30% - 8,90% 7,75% - 8,90% 9% - 10,75% 39. MODAL SAHAM Susunan pemegang saham Perusahaan adalah sebagai berikut: 2012 Nama pemegang saham PT Memimpin Dengan Nurani PT Austindo Kencana Jaya Tn. George Santosa Tahija Tn. Sjakon George Tahija Yayasan Tahija Jumlah Jumlah saham 1.343.804.685 1.343.804.685 156.242.000 156.147.130 1.500 3.000.000.000 Persentase kepemilikan 44,7935% 44,7935% 5,2081% 5,2049% 0,0001% 100,0000% Jumlah modal saham disetor Rp Setara dengan AS$ 134.380.468.500 134.380.468.500 15.624.200.000 15.614.713.000 150.000 300.000.000.000 14.037.446 14.037.446 7.544.278 7.539.697 73 43.158.940 Berdasarkan Akta No. 09, notaris Mala Mukti, S.H. tanggal 6 September 2012, para pemegang saham menyetujui untuk: Meningkatkan modal dasar perseroan dari Rp 50.000.000.000 menjadi Rp 1.200.000.000.000 Meningkatkan modal disetor dan ditempatkan dari Rp 31.239.063.000 menjadi Rp 300.000.000.000 Melakukan pemecahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per lembar saham menjadi Rp 100 per lembar saham, sehingga jumlah lembar saham yang dikeluarkan perusahaan adalah 3.000.000.000 saham. Mengeluarkan 2.687.609.370 saham baru dengan nilai nominal Rp 268.760.937.000 yang akan diambil bagian oleh : - PT Memimpin Dengan Nurani sebanyak 1.343.804.685 saham senilai Rp 134.380.468.500 dan - PT Austindo Kencana Jaya sebanyak 1.343.804.685 saham senilai Rp 134.380.468.500 Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-48475.AH.01.02.Tahun 2012 tanggal 12 September 2012. Nama pemegang saham Tn. George Santosa Tahija Tn. Sjakon George Tahija Yayasan Tahija Jumlah 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Jumlah Persentase Jumlah modal saham disetor saham kepemilikan Rp Setara dengan AS$ 15.624.200 15.614.713 150 31.239.063 343 50,0140% 49,9846% 0,0005% 100,0000% 15.624.200.000 15.614.713.000 150.000 31.239.063.000 7.544.278 7.539.697 73 15.084.048 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Perubahan jumlah saham beredar sejak 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut : Jumlah Jumlah Modal saham Disetor AS$ Saldo 1 Januari 2010, 31 Desember 2010 dan 2011 31.239.063 31.239.063.000 Pemecahan saham Penempatan saham baru 312.390.630 2.687.609.370 31.239.063.000 268.760.937.000 Saldo 31 Desember 2012 3.000.000.000 300.000.000.000 40. SELISIH NILAI TRANSAKSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI Akun ini terdiri dari selisih antara harga pengalihan dan nilai buku entitas yang dijual dalam transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali. Pihak-pihak sepengendali yang melakukan transaksi dapat dijelaskan sebagai berikut: Pemegang saham PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang adalah PT Austindo Kencana Jaya, yang juga merupakan pemegang saham Perusahaan. PT Memimpin Dengan Nurani merupakan pemegang saham Perusahaan. Tn. George Santosa Tahija merupakan pemegang saham PT Memimpin Dengan Nurani dan juga pemegang saham Perusahaan. Tn. Sjakon George Tahija merupakan pemegang saham PT Austindo Kencana Jaya dan juga pemegang saham Perusahaan. Rincian saldo selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali adalah sebagai berikut: 31 Desember 2012 AS$ Penjualan investasi saham ANJHC (entitas anak) Penjualan investasi saham BKM Penjualan properti investasi Penjualan aset tetap Penjualan aset lain-lain Jumlah 8.024.263 1.490.208 32.592 3.569.959 (112.689) 13.004.333 Penjualan investasi saham ANJHC (entitas anak) Pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan melakukan pengalihan 165.837.499 atau 99.99% kepemilikan saham ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai AS$ 20.000.000. Selisih antara harga pengalihan dan nilai buku sebesar AS$ 8.024.263 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 344 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Penjualan investasi saham BKM Pada tanggal 23 Juli 2012, Perusahaan melakukan pengalihan 27.750 saham BKM kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai AS$ 2.630.886. Selisih antara harga pengalihan dan nilai buku sebesar AS$ 1.490.208 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Penjualan properti investasi Pada tanggal 14 Agustus 2012, Perusahaan melakukan penjualan investasi tanah dan bangunan kepada PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya, dengan nilai AS$ 2.606.165. Selisih antara harga penjualan dan nilai buku sebesar AS$ 994.316 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Pada tanggal 5 September 2012, Perusahaan melakukan penjualan investasi tanah kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang dengan nilai bersih AS$ 4.324.371. Selisih antara harga penjualan dan nilai buku sebesar (AS$ 961.724) dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Penjualan aset tetap Pada tanggal 6 Desember 2012, Perusahaan menjual bangunan hak strata beserta peralatan perabot kantor ke PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya dengan jumlah harga penjualan bersih senilai AS$ 2.970.834. Selisih antara harga jual dengan nilai buku sebesar AS$ 2.392.599 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Pada tanggal 16 Mei 2012, GMIT menjual tanah dan bangunan yang berlokasi di Jember kepada entitas sepengendali, PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya. Selisih antara nilai tercatat tanah dan bangunan tersebut sebesar AS$ 1.177.360 dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Penjualan aset lain-lain Pada tanggal 29 Juni 2012, Perusahaan menjual aset lain-lain kepada Tn. Sjakon George Tahija dengan nilai bersih sebesar AS$ 42.440. Selisih antara harga penjualan dan nilai buku sebesar (AS $ 112.689) dicatat sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 41. SELISIH NILAI AKIBAT PERUBAHAN EKUITAS ENTITAS ANAK DAN ENTITAS ASOSIASI Perubahan ekuitas akibat akuisisi bertahap ANJA Perubahan ekuitas akibat pengukuran kembali mata uang fungsional SMM Perubahan ekuitas ANJR Perubahan ekuitas ANJA dari konversi opsi saham dan pembelian saham non-pengendali Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 29.217.031 29.217.031 29.217.031 29.217.031 1.860.354 - 1.860.354 441.301 1.860.354 350.349 1.860.354 - (469.794) 30.607.591 867.640 32.386.326 31.427.734 31.077.385 345 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 42. KEPENTINGAN NON-PENGENDALI PT Lestari Sagu Papua PT Austindo Aufwind New Energy PT Austindo Nusantara Jaya Agri PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated PT Prima Mitra Nusatama PT Austindo Nusantara Jaya Finance PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare PT Austindo Nusantara Jaya Rent Lain-lain Jumlah 31 Desember 2012 AS$ 31 Desember 2011 AS$ 31 Desember 2010 AS$ 673.949 23.175 9.753 696.632 197.779 972.829 230.470 338.355 49 2.214.489 5.435.446 2.179.489 2.307.355 4.706.595 1.806.119 2.249.691 2.874.384 5.666.603 116.559 4.811 274 11.818.308 104.867 148.816 213 9.642.790 93.772 363.857 377 11.612.926 2011 AS$ 2010 AS$ - 234 707.160 43. PENDAPATAN DARI PENJUALAN 2012 AS$ Minyak kelapa sawit Tembakau Jumlah 154.585.695 5.294.880 159.880.575 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 AS$ 154.349.258 3.811.016 158.160.274 - 206.193 158.049 115.230.662 5.366.625 120.597.287 Rincian pelanggan dengan jumlah penjualan yang melebihi 10% dari jumlah penjualan adalah sebagai berikut: Nama Jumlah AS$ 2012 Persentase penjualan bersih konsolidasian % Jumlah AS$ 2011 Persentase penjualan bersih konsolidasian % Jumlah AS$ 2010 Persentase penjualan bersih konsolidasian % PT Wilmar Nabati Indonesia PT Musim Mas PT Louis Dreyfus Commodities PT Pacific Indopalm Industries PT Sari Dumai Sejati PT Multimas Nabati Asahan 25.658.798 23.063.907 19.369.420 14.023.150 11.689.873 3.021.243 16 14 12 10 7 2 50.298.387 17.504.083 5.244.000 15.290.565 28.842.622 11.866.921 32 11 3 10 18 8 36.596.548 13.120.164 21.149.136 10.439.313 12.373.280 30 11 18 9 10 Jumlah 96.826.391 61 129.046.578 82 93.678.441 78 44. BAGIAN LABA BERSIH ENTITAS ASOSIASI PT Pangkatan Indonesia PT Bilah Plantindo PT Simpang Kiri Plantation Indonesia Jumlah 346 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 2.080.246 983.390 797.804 3.861.440 2.337.363 1.312.822 970.679 4.620.864 1.584.617 1.035.019 674.957 3.294.593 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 45. PENDAPATAN DIVIDEN 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ Investasi dalam saham Dana pasar uang 7.808.466 116.443 9.955.462 18.670 5.560.465 35.310 Jumlah 7.924.909 9.974.132 5.595.775 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 1.831.286 159.372 1.990.658 1.049.026 56.151 1.105.177 2012 AS$ 2011 AS$ 100.286 34.091 3.283.468 3.417.845 107.896 13.295 5.000.000 86.000 256.143 5.463.334 46. PENDAPATAN BUNGA Deposito berjangka dan rekening bank Lain-lain Jumlah 533.168 4.945 538.113 47. PENDAPATAN LAIN-LAIN Sewa Laba penjualan aset tetap Laba penjualan investasi lain-lain Keuntungan likuidasi entitas anak Lain-lain Jumlah 2010 AS$ - 89.529 1.782 76.575 876.744 1.044.630 48. BEBAN POKOK PENJUALAN 2012 AS$ Minyak kelapa sawit (Catatan 21 dan 22) Tembakau Jumlah 81.729.496 4.007.476 85.736.972 347 2011 AS$ 77.812.678 3.076.259 80.888.937 2010 AS$ 57.822.636 4.547.421 62.370.057 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Biaya Tandan Buah Segar (TBS) Biaya panen Biaya perawatan tanaman menghasilkan Biaya tidak langsung termasuk penyusutan aset tetap Penyusutan tanaman menghasilkan Pembelian TBS 2012 AS$ 2011 AS$ 2010 AS$ 10.787.536 23.819.277 7.974.885 19.486.956 6.341.955 18.149.242 14.702.369 8.714.006 15.929.591 13.181.844 8.229.826 23.899.059 9.478.442 8.316.663 12.090.456 73.952.779 72.772.570 54.376.758 7.245.150 81.197.929 6.390.666 79.163.236 5.059.758 59.436.516 Biaya Tembakau Pembelian tembakau Biaya pengolahan tembakau Jumlah biaya produksi tembakau 4.687.294 1.067.701 5.754.995 4.913.105 646.360 5.559.465 2.529.548 605.270 3.134.818 Barang Jadi : Saldo awal tahun Minyak kelapa sawit Tembakau 5.361.245 6.233.793 4.010.687 4.240.559 2.396.807 5.728.945 (4.829.678) (7.931.089) (5.361.245) (6.647.637) (4.010.687) (4.276.876) (50.223) (76.128) (39.466) Jumlah biaya TBS Biaya pengolahan, termasuk penyusutan aset tetap Jumlah biaya produksi minyak kelapa sawit Saldo akhir tahun Minyak kelapa sawit Tembakau Penyesuaian kurs penjabaran persediaan tembakau Jumlah beban pokok penjualan 85.736.972 80.888.937 62.370.057 Rincian pemasok dengan jumlah pembelian melebihi 10% dari jumlah pembelian bersih konsolidasian tandan buah segar (TBS) dan pupuk adalah sebagai berikut: Nama PT Pupuk Hikay PT Sentana Adidaya Pratama Abdul Somat Pulungan Sulkan Arifin Jumlah Jumlah AS$ 2012 Persentase pembelian bersih konsolidasian % Jumlah AS$ 2011 Persentase pembelian bersih konsolidasian % Jumlah AS$ 2010 Persentase pembelian bersih konsolidasian % 7.428.958 6.147.828 6.073.409 1.079.066 18 15 15 3 6.302.417 6.119.875 6.433.984 5.523.084 14 14 15 13 13.143.461 1.126.977 5.554.597 40 4 17 20.729.261 51 24.379.360 56 19.825.035 61 49. BEBAN KARYAWAN Akun ini merupakan beban gaji, tunjangan, bonus dan imbalan pasca kerja untuk karyawan (Catatan 38). 348 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 50. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 2012 AS$ Jasa profesional Perjalanan dinas dan transportasi Sumbangan Penyusutan (Catatan 22) Beban kantor Asuransi Perbaikan dan pemeliharaan Komunikasi dan listrik Pelatihan, seminar dan rapat Biaya keanggotaan dan langganan Jamuan Sewa kantor Jasa kustodial dan biaya bank Beban piutang ragu-ragu Amortisasi goodwill (Catatan 24) Kompensasi berbasis saham (Catatan 57j) Lain-lain Jumlah 4.629.281 4.090.056 1.538.826 996.826 536.415 509.766 390.376 292.820 228.969 86.298 61.440 49.034 13.268 3.577 1.451.511 14.878.463 2011 AS$ 2010 AS$ 1.784.546 3.186.855 1.238.387 423.756 373.133 421.317 385.483 97.585 307.337 109.059 9.026 25.700 7.760 9.978 1.137.067 9.516.989 1.241.660 2.749.492 1.682.822 1.534.445 258.339 78.671 255.099 171.364 141.495 79.211 85.486 302.117 11.690 840 360.591 135.222 698.580 9.787.124 2011 AS$ 2010 AS$ 51. PAJAK PENGHASILAN Beban pajak Grup adalah sebagai berikut: 2012 AS$ Operasi yang dilanjutkan: Pajak kini Pajak tangguhan Jumlah beban pajak 17.743.889 (438.334) 17.305.555 Operasi yang dihentikan: Pajak kini Pajak tangguhan Jumlah beban pajak - operasi dihentikan (Catatan 52) 349 21.060.701 5.526.969 26.587.670 15.830.406 (1.037.275) 14.793.131 23.151.260 (4.762.152) 4.749.968 (507.131) 3.860.336 186.534 18.389.108 4.242.837 4.046.870 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pajak kini Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan laba kena pajak adalah sebagai berikut: 2012 AS$ Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi komprehensif konsolidasian Operasi yang dilanjutkan Operasi yang dihentikan Laba sebelum pajak entitas anak Laba (rugi) sebelum pajak Perusahaan Penyesuaian pajak penghasilan Laba kena pajak Perusahaan 59.262.636 75.092.131 (68.261.039) 66.093.728 9.775.698 75.869.426 2011 AS$ 2010 AS$ 72.340.666 14.527.297 (84.804.695) 2.063.268 5.250.480 7.313.748 39.321.499 12.118.677 (63.233.536) (11.793.360) 15.486.296 3.692.936 2011 AS$ 2010 AS$ Rincian beban pajak kini adalah sebagai berikut: 2012 AS$ Operasi yang dilanjutkan: Perusahaan Entitas anak: PT Austindo Nusantara Jaya Agri dan PT Sahabat Mewah dan Makmur PT Darajat Geothermal Indonesia PT Prima Mitra Nusatama PT Gading Mas Tobacco Indonesia Jumlah (2.655.832) 1.828.437 923.234 18.847.427 1.308.963 215.975 27.356 17.743.889 17.742.140 1.095.248 394.876 21.060.701 14.429.116 478.056 15.830.406 2012 AS$ Operasi yang dihentikan: Perusahaan Entitas anak PT Prima Mitra Nusatama PT Austindo Nusantara Jaya Rent PT Asuransi Indrapura PT Austindo Nusantara Jaya Healthcare Jumlah 21.623.189 1.528.071 23.151.260 2011 AS$ 2010 AS$ - - 4.271.899 457.916 20.153 4.749.968 3.603.524 238.854 17.958 3.860.336 Sampai dengan tanggal laporan keuangan ini, Perusahaan belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan untuk tahun pajak 2012. Namun demikian, taksiran laba kena pajak Perusahaan di tahun 2012 akan dilaporkan dalam SPT tahun 2012. Untuk tahun 2011 dan 2010, jumlah laba kena pajak Perusahaan sesuai dengan jumlah yang dilaporkan pada SPT untuk tahun pajak 2011 dan 2010. 350 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Pajak tangguhan Pada tahun 2012, 2011 dan 2010, Perusahaan memiliki perbedaan temporer yang berasal dari investasi jangka panjang, penyisihan atas program insentif kenaikan nilai, akrual bonus, dan kewajiban imbalan pasca kerja. Perusahaan hanya mengakui aset pajak tangguhan jika manajemen yakin aset tersebut dapat dikompensasikan dengan laba kena pajak pada masa yang akan datang. Rincian aset dan liabilitas pajak tangguhan Grup adalah sebagai berikut: Aset pajak tangguhan Perusahaan PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated PT Austindo Nusantara Jaya Agri PT Austindo Nusantara Jaya Agri Papua PT Austindo Aufwind New Energy Jumlah Liabilitas pajak tangguhan Perusahaan PT Darajat Geothermal Indonesia PT Surya Makmur PT Aceh Timur Indonesia PT Prima Mitra Nusatama Jumlah 1 Januari 2012 AS$ Restrukturisasi Entitas anak AS$ 1.414.692 - 130.178 4.089.559 5.634.429 Dikreditkan (dibebankan) ke laba rugi AS$ Dikreditkan ke pendapatan komprehensif lainnya AS$ (1.405.124) 21.094 (17.951) 1.408.901 660.869 (209) 646.486 73.923 (91.892) 18.757 68 21.950 (9.713) (25.652) (70) (35.435) 176.437 4.555.367 1.503.992 972 6.267.430 4.238.740 226.322 (242.024) (192.450) 523.412 4.554.000 - 18.702 18.702 (983.600) (1.127.346) (856.086) (2.967.032) (851.201) 850.018 1.183 - (4.238.740) (1.282.661) (885.322) (663.636) (542.116) (7.612.475) - Bersih Aset pajak tangguhan Perusahaan PT Asuransi Indrapura PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated PT Austindo Nusantara Jaya Agri PT Austindo Nusantara Jaya Finance Jumlah Liabilitas pajak tangguhan Perusahaan PT Darajat Geothermal Indonesia PT Optik Klinik Mata Nusantara PT Austindo Nusantara Jaya Rent PT Surya Makmur PT Aceh Timur Indonesia PT Prima Mitra Nusatama Jumlah 5.200.486 1 Januari 2011 AS$ Dikreditkan Dikreditkan ke pendapatan (dibebankan) komprehensif ke laba rugi lainnya AS$ AS$ 360.061 494.282 121.249 3.773.596 539.129 5.288.317 (952.573) (18.797) (240.992) (556.866) (420.733) (2.189.961) Bersih 72.739 - 31 Desember 2012 AS$ 30.662 94.689 Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ Direklasifikasi ke aset dimiliki untuk dijual AS$ 31 Desember 2011 AS$ (191.619) (58.586) 1.246.250 - (2.401) (433.295) 1.414.692 - 10.274 353.821 575.687 689.577 (101.988) 1.144.262 (1.345) (37.858) (16.650) (58.254) (996.178) (1.429.473) 130.178 4.089.559 5.634.429 5.521 (3.100) 17.143 19.564 191.095 76.242 267.337 (4.238.740) (330.088) (177.819) 167.850 (328.456) (242.903) (559.259) (5.709.415) (5.019.838) 351 - 72.739 Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 1.144.262 (4.238.740) (1.282.661) (885.322) (663.636) (542.116) (7.612.475) P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Aset pajak tangguhan Perusahaan PT Asuransi Indrapura PT Gading Mas Indonesian Tobacco Incorporated PT Austindo Nusantara Jaya Agri PT Austindo Nusantara Jaya Finance Jumlah Liabilitas pajak tangguhan PT Darajat Geothermal Indonesia PT Optik Klinik Mata Nusantara PT Austindo Nusantara Jaya Rent PT Surya Makmur PT Aceh Timur Indonesia Jumlah 1 Januari 2010 AS$ Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi AS$ Dibebankan ke pendapatan komprehensif lainnya AS$ Penyesuaian selisih kurs penjabaran AS$ 31 Desember 2010 AS$ 1.308.541 535.606 297.770 (64.880) (1.246.250) - 23.556 360.061 494.282 94.397 2.131.570 501.006 4.571.120 22.279 1.610.909 15.144 1.881.222 (1.246.250) 4.573 31.117 22.979 82.225 121.249 3.773.596 539.129 5.288.317 (485.098) (106.643) (46.196) (299.397) (253.192) (1.190.526) (467.475) 65.042 (203.038) (257.469) (167.541) (1.030.481) 22.804 8.242 31.046 (952.573) (18.797) (240.992) (556.866) (420.733) (2.189.961) Bersih 850.741 (1.246.250) Pajak tangguhan dialokasikan sebagai berikut: 2012 AS$ Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi - operasi yang dilanjutkan Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi - operasi yang dihentikan Jumlah 2011 AS$ 438.334 (5.526.969) 4.762.152 5.200.486 507.131 (5.019.838) 2010 AS$ 1.037.275 (186.534) 850.741 Beban atau manfaat pajak yang dibebankan atau dikreditkan pada pendapatan komprehensif lainnya pada tahun 2012 merupakan perbedaan temporer dari laba (rugi) aktuarial; sedangkan pada tahun 2011 dan 2010 merupakan perbedaan temporer dari perubahan nilai wajar atas investasi tersedia untuk dijual. 52. LABA BERSIH DARI OPERASI YANG DIHENTIKAN Pada tahun 2011, Perusahaan memutuskan untuk melepaskan tiga entitas anak yaitu ANJR dan entitas anak, AI serta ANJHC dan entitas anak. Penjualan ANJR dan AI telah direalisasikan masingmasing pada tanggal 17 Januari 2012 dan 27 Pebruari 2012 (Catatan 1c) kepada pihak ketiga. Pada tanggal 7 Mei 2012, Perusahaan telah menjual ANJHC kepada PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang (entitas sepengendali), sehingga laba penjualan ANJHC ini diakui sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 352 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 2012 AS$ Laba tahun berjalan dari operasi yang dihentikan Laba bersih penjualan ANJR Laba bersih penjualan AI Reklasifikasi dari selisih nilai transaksi entitas sepengendali - penjualan AI kepada ANJR Laba bersih dari operasi yang dihentikan 2011 AS$ 2010 AS$ 162.138 52.214.402 3.232.169 10.572.117 - 8.071.807 - 1.094.314 56.703.023 10.572.117 8.071.807 Hasil dari operasi yang dihentikan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian seperti dibawah ini: 2012 AS$ Pendapatan jasa sewa kendaraan Pendapatan jasa pembiayaan Keuntungan atas penjualan investasi Laba (rugi) kurs mata uang asing Pendapatan dividen Pendapatan jasa kesehatan Pendapatan underwriting Pendapatan bunga Pendapatan lain-lain Beban pokok pendapatan jasa sewa kendaraan Beban dari pendapatan jasa kesehatan Laba (rugi) belum direalisasi atas investasi efek yang diperdagangkan Beban penjualan Beban bunga Beban karyawan Beban umum dan administrasi Beban jasa konsultan terkait langsung dengan penjualan entitas anak Kerugian instrumen derivatif Bagian rugi bersih entitas asosiasi Beban lain-lain Beban pajak terkait langsung dengan penjualan entitas anak Laba bersih dari operasi yang dihentikan 353 2011 AS$ 2010 AS$ 78.032.659 (4.667) 3.584 5.882.790 936.729 156.859 89.318 42.512.225 39.091.074 46.242 30.377 12.085.408 6.277.002 1.394.059 9.011.484 29.884.906 25.511.662 165.253 317.623 9.171.925 4.480.394 1.164.832 6.903.379 (3.098.290) (26.882.104) (4.698.516) (18.998.100) (3.589.429) (1.838.993) (1.959.834) (752.209) (27.703.994) (17.302.309) (16.812.942) (132.249) (692.327) (15.308.820) (13.082.381) (12.887.627) (3.102.665) (5.359) (1.480.842) (676.647) (5.659) (108.058) (18.389.108) 56.703.023 (4.242.837) 10.572.117 (4.046.870) 8.071.807 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan 2012 AS$ Laba diatribusikan kepada: Pemilik entitas induk Kepentingan non-pengendali Laba bersih Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus kas bersih dari aktivitas investasi Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Arus kas bersih 2011 AS$ 55.080.763 1.622.260 56.703.023 10.188.666 383.451 10.572.117 (2.057.100) 142.346.809 140.289.709 (52.112.213) (60.764.351) 106.028.050 (6.848.514) 2010 AS$ 6.894.992 1.176.815 8.071.807 (51.919.316) (44.842.539) 101.017.044 4.255.189 53. LABA PER SAHAM Berikut ini adalah data yang digunakan untuk perhitungan laba per saham dasar: 2012 AS$ Laba Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Laba bersih tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan Laba bersih dari operasi yang dihentikan 2011 AS$ 2010 AS$ 96.299.136 55.629.472 31.446.591 41.957.081 56.703.023 45.752.996 10.572.117 24.528.368 8.071.807 1.208.260.420 312.390.630 312.390.630 0,080 0,178 0,101 0,035 0,146 0,079 0,045 0,032 0,022 Jumlah saham Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (setelah pemecahan saham) Laba bersih per saham dasar Laba bersih per saham dasar dari operasi yang dilanjutkan Laba per saham dasar dari operasi yang dihentikan Pada tahun 2012, Perusahaan melakukan pemecahan saham. Sebagai akibatnya, jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada tahun 2011 dan 2010 disajikan kembali pada jumlah dimana seolah-olah pemecahan saham telah dilakukan pada tahun 2011 dan 2010. Pada akhir periode pelaporan, Perusahaan tidak memiliki efek setara saham biasa yang berpotensi dilutif. 54. DIVIDEN KAS Berdasarkan Resolusi Dewan Komisaris tanggal 6 Agustus 2012, 24 September 2012 dan 10 Desember 2012, Perusahaan membagikan dividen interim pertama, kedua dan ketiga yang berasal dari saldo laba tahun 2012 masing-masing sebesar AS$ 34.000.000, AS$ 135.000.000 dan AS$ 30.000.000. 354 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 29 Juni 2012, pemegang saham menyetujui pembayaran dividen final sebesar AS$ 30.000.000 yang berasal dari salo laba tahun 2011, sebagai tambahan terhadap dividen interim pertama sebesar AS$ 10.000.000, dividen interim kedua sebesar AS$ 4.000.000 dan dividen interim ketiga sebesar AS$ 50.000.000, yang disetujui pembagiannya dalam Keputusan Dewan Komisaris tanggal 8 Pebruari 2012, 6 Maret 2012 dan 3 April 2012 berdasarkan usulan Dewan Direksi Perusahaan, sehingga jumlah dividen yang berasal dari saldo laba tahun 2011 adalah sebesar AS$ 94.000.000. Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 8 Juni 2011, pemegang saham menyetujui pembayaran dividen sebesar AS$ 5.000.000 yang berasal dari saldo laba tahun 2010, sebagai tambahan terhadap AS$ 8.500.000 dividen interim tahun 2010. Berdasarkan Rapat Luar Biasa Perusahaan tanggal 8 Nopember 2010, pemegang saham menyetujui pembagian dividen interim pertama yang berasal dari saldo laba tahun 2010 sebesar AS$ 8.500.000. Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham tanggal 10 Mei 2010, pemegang saham menyetujui pembayaran dividen sebesar AS$ 2.250.000 yang berasal dari saldo laba tahun 2009 sebagai tambahan terhadap dividen interim sebesar AS$ 1.124.610, sehingga jumlah dividen adalah sebesar AS$ 3.374.610. 55. INSTRUMEN DERIVATIF a) Estimasi nilai wajar instrumen derivatif ANJF yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai Cross-Currency-Interest-Rate-Swap (CCIRS) dan yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai Interest-Rate-Swap (IRS) pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: 31 Desember 2010 Jenis kontrak Jumlah nosional AS$ CCIRS 11.043.622 Rp IRS Nilai wajar (disajikan sebagai liabilitas derivatif) AS$ Saldo AS$ 11.043.622 (656.223) 125.000.000.000 (276.344) Rp 125.000.000.000 Bersih (932.567) Rincian kontrak derivatif pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Jenis kontrak Bank-bank yang menjadi lawan transaksi Jatuh tempo Periode Memenuhi persyaratan lindung nilai CCIRS Tidak memenuhi persyaratan lindung nilai IRS ANZ Bank, Jakarta 7 Juli 2013 3 tahun ANZ Bank, Jakarta 16 Juli 2012 3 tahun 355 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan Perubahan nilai wajar instrumen derivatif yang memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai sebesar AS$ 577.612 (Rp 5.193.309.489) pada tahun 2010 dicatat sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lainnya. Estimasi nilai wajar instrumen derivatif ANJF yang tidak memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai Interest-Rate-Swap (IRS) pada 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: 1 Januari 2010 / 31 Desember 2009 Jenis kontrak IRS IRS IRS IRS IRS Jumlah nosional AS$ 14.250.000 14.000.000 10.000.000 6.000.000 3.750.000 48.000.000 Rp IRS Saldo AS$ 1.425.000 1.400.000 1.000.000 600.000 375.000 4.800.000 Rp 125.000.000.000 Nilai wajar (disajikan sebagai aset (liabilitas) derivatif) AS$ 42.799 24.473 19.276 13.758 13.220 113.526 AS$ 125.000.000.000 Bersih (396.501) (282.975) Rincian kontrak derivatif pada tanggal 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: Jenis kontrak Bank-bank yang menjadi lawan transaksi Jatuh tempo Periode Tidak memenuhi persyaratan lindung nilai IRS DBS Bank, Jakarta dan ANZ Bank Jakarta 29 Maret 2010 16 Juli 2012 3 tahun Risiko kredit terhadap pihak yang menjadi lawan transaksi dinilai rendah karena perjanjianperjanjian ini dilakukan dengan institusi kredit utama yang memiliki peringkat kredibilitas tinggi dan diyakini dapat memenuhi seluruh kondisi yang terdapat dalam perjanjian. b) Pada tahun 2012, 2011, dan 2010, ANJA mengadakan kontrak komoditas berjangka dengan Morgan Stanley Capital Group Inc. dan Barclays Capital. Laba (rugi) dari kontrak komoditas berjangka sejumlah AS$ 2.588.159, AS$ 1.759.786 dan (AS$ 905.730) masing-masing pada tahun 2012, 2011 dan 2010, dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai pendapatan (beban) lain-lain. c) ANJA mengadakan kontrak forward mata uang dengan Citibank N.A., PT Bank OCBC NISP Tbk dan PT Bank Rabobank International Indonesia untuk meminimalkan risiko pertukaran mata uang asing. Kontrak mata uang asing mengharuskan ANJA pada masa yang akan datang, untuk membeli dan menjual Dolar Amerika Serikat dengan Rupiah menggunakan kurs yang disetujui pada awal kontrak. 356 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan d) Pada tanggal 1 Oktober 2010, GMIT mengadakan perjanjian fasilitas transaksi mata uang asing dengan PT Bank Permata Tbk, dimana Bank menyetujui untuk menyediakan fasilitas transaksi derivatif dengan nilai transaksi maksimum sebesar AS$ 1.000.000, jangka waktu maksimum 6 bulan dan jatuh tempo pada tanggal 6 Oktober 2013. Pada tanggal 31 Desember 2012, tidak terdapat fasilitas yang digunakan. Laba (rugi) dari kontrak derivatif di atas yang dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai pendapatan (beban) lain-lain adalah sebagai berikut: 2012 AS$ Kontrak komoditas berjangka ANJA Perubahan nilai wajar derivatif ANJF Beban swap ANJF Direklasifikasi ke laba bersih dari operasi yang dihentikan (Catatan 52) Jumlah 2011 AS$ 2010 AS$ 2.588.159 - 1.759.786 (235.704) (1.087.153) (905.730) 147.001 (823.648) 2.588.159 1.322.857 1.759.786 676.647 (905.730) 56. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI Sifat Hubungan Pihak Berelasi Tn. George Santosa Tahija, Tn. Sjakon George Tahija, Yayasan Tahija, PT Memimpin Dengan Nurani (MDN), PT Austindo Kencana Jaya (AKJ) adalah pemegang saham Perusahaan PT Austindo Nusantara Jaya Husada Cemerlang adalah entitas anak PT Austindo Kencana Jaya Transaksi-transaksi dengan pihak berelasi Grup melakukan beberapa transaksi penjualan investasi dan aset lain dengan pihak berelasi sebagaimana yang dijelaskan dalam Catatan 40. Perusahaan mendonasikan masing-masing AS$ 1.330.209, AS$ 1.238.387 dan AS$ 1.673.777 yang merepresentasikan 1,06%, 1,10% dan 1,72% dari jumlah beban pada tahun 2012, 2011 dan 2010 untuk aktivitas tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) kepada Yayasan Tahija. GMIT menggunakan tanah dan bangunan di Jember milik AKJ dan MDN sebagai kantor, perumahan karyawan, pusat pelatihan dan gudangnya berdasarkan perjanjian pinjam pakai sejak 17 Mei 2012. Perjanjian ini jatuh tempo pada 17 Mei 2014. Berdasarkan perjanjian pinjam pakai tersebut GMIT tidak harus membayar biaya apapun kepada AKJ atau MDN, tetapi wajib menanggung dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan, asuransi kebakaran, beban pemeliharaan, perbaikan maupun beban listrik, air, telepon, keamanan dan semua biaya perawatan lainnya yang berhubungan dengan tanah dan bangunan tersebut selama periode pinjam pakai. 57. KOMITMEN DAN KONTINJENSI a. Grup memberikan program insentif economic value added (EVA) untuk manajemennya. Tahap pertama dimulai sejak 1 Januari 2007, dan untuk tahap kedua dimulai sejak 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012, sedangkan untuk tahap ketiga belum diformalisasi oleh Dewan Komisaris atau pemegang saham. Bonus dihitung secara tahunan berdasarkan rumus tertentu yang ditetapkan dalam pedoman perhitungan EVA. 357 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan b. Perusahaan menyediakan program insentif kenaikan nilai bagi manajemen senior, dalam bentuk persentase tertentu dari kenaikan nilai Perusahaan dalam jangka waktu 4 tahun berlaku sejak tahun 2007 - 2010. Pada tahun 2010, Perusahaan mengakui beban atas program insentif kenaikan nilai sebesar AS$ 2.571.564. Pada tahun 2011, program dimulai kembali untuk jangka waktu tahun 2011 - 2014. Provisi atas program insentif kenaikan nilai yang diakui Perusahaan tahun 2011 berjumlah AS$ 1.955.857. Pembayaran atas program insentif ini masing-masing berjumlah AS$ 4.167.421 dan AS$ 3.000.000 untuk tahun 2011 dan 2010. Perusahaan telah mengakhiri program tersebut dan mentransfer saldo kewajibannya sebagai bagian dari terminasi karyawan. Jumlah liabilitas yang diakui pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah masing-masing sebesar nihil, AS$ 1.900.000, AS$ 4.111.564 dan AS$ 4.540.000. c. Pada tanggal 7 Desember 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian Jasa Sewa Pesawat Terbang EJ-135 dengan PT Airfast Indonesia (Airfast) untuk penyediaan layanan penerbangan untuk mengangkut penumpang dan/atau kargo. Perjanjian ini berlaku untuk periode minimal 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan pemberitahuan tertulis 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa perjanjian. Besar beban sewa baru akan ditentukan kemudian saat pesawat telah selesai diregistrasi dan memperoleh izin operasional dari otoritas berwenang Indonesia. Setelah pesawat diterima, Perusahaan juga harus membayar uang jaminan sebesar AS$ 4.000.000 ke Airfast sebagai jaminan pembayaran beban sewa sesuai perjanjian ini. Berdasarkan perjanjian ini, Airfast memberikan hak opsi kepada Perusahaan untuk membeli pesawat dari Airfast pada tanggal jatuh tempo perjanjian sewa atau pada saat pembatalan perjanjian ini sebesar harga wajar pesawat saat itu. Hak opsi ini tersedia apabila Airfast memutuskan untuk membeli pesawat dari pihak lessor yang menyediakan fasilitas sewa pembiayaan bagi Airfast untuk pesawat yang bersangkutan. Pesawat terbang ini akan digunakan untuk keperluan operasional seluruh grup, terutama pengembangan daerah sagu dan kelapa sawit di Papua Barat. Saat ini ANJA terikat perjanjian jasa sewa pesawat terbang Raytheon B1900D dengan Airfast dengan besar komitmen sewa tetap AS$ 69.167 per bulan ditambah seluruh beban operasional yang ditagihkan sesuai penggunaan pesawat. d. Pada tanggal 18 Desember 2012, Perusahaan menandatangani perjanjian sewa dengan PT Bumi Mulia Perkasa Development, untuk sewa ruangan kantor seluas 1.755,50 meter persegi di Gedung Atrium Mulia. Beban sewa dan jasa sejumlah AS$ 92.164 harus dibayar setiap kuartal. Perusahaan telah membayar uang jaminan untuk sewa dan jasa sebesar AS$ 92.164, yang dicatat sebagai aset lain-lain tidak lancar. Sewa kantor efektif sejak 3 April 2013 untuk masa tiga tahun dengan opsi untuk memperpanjang periode sewa untuk tiga tahun berikutnya. Opsi ini dapat digunakan mulai 4 bulan sebelum tanggal jatuh tempo kontrak sewa dan berakhir 2 bulan sebelum tanggal jatuh tempo kontrak sewa. e. Pada tanggal 29 Nopember 2012, Perusahaan dan ANJA memperoleh fasilitas kredit sebesar masing-masing sebesar AS$ 35 juta dan AS$ 10 juta dari J.P. Morgan International Bank Ltd Cabang Brussels, dengan bunga 0,25% di atas biaya pendanaan. Jangka waktu pinjaman adalah 3 bulan setelah penarikan pertama, dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan dari kedua belah pihak. Fasilitas ini dijamin dengan deposito berjangka pemegang saham, PT Memimpin Dengan Nurani dan PT Austindo Kencana Jaya di bank yang sama. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, fasilitas kredit ini belum digunakan. f. Pada tanggal 17 Juli 2006, Perusahaan memperoleh fasilitas kredit sebesar AS$ 10 juta dari Credit Suisse Singapore. Bunga fasilitas kredit rekening koran tersebut sebesar 0,5% per tahun diatas tingkat suku bunga rekening koran atau biaya pendanaan, mana yang tertinggi. 358 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan g. DGI memiliki 5% bagian hak dan kewajiban konsorsium bersama Chevron Geothermal Indonesia (CGI) (sebelumnya Chevron Texaco Energy Indonesia Ltd) untuk mengembangkan Proyek Pembangkit Tenaga Listrik Darajat unit II dan unit-unit Darajat selanjutnya yang dioperasikan oleh Chevron Geothermal Indonesia. Pihak-pihak ini mempunyai ikatan dengan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, kini Pertamina Geothermal (“PERTAMINA”) dan Perusahaan Listrik Negara (“PLN”): i) Kontrak Operasi Bersama - Pada tanggal 16 Nopember 1984, PERTAMINA sebagai Pihak Pertama, Chevron Darajat Limited and Texaco Darajat Limited (bersama-sama disebut Kontraktor) sebagai pihak kedua mengadakan Kontrak Operasi Bersama (KOB). Kontrak ini telah diubah pada tanggal 15 Januari 1996 dan pada tanggal 7 Pebruari 2003 dan terakhir kali diubah pada tanggal 1 Januari 2009. Berdasarkan perjanjian, PERTAMINA bertanggung jawab untuk mengelola operasi ladang panas bumi untuk unit yang dimiliki dan dioperasikan oleh PLN, sedangkan operasi ladang panas bumi selanjutnya dan operasi pembangkit tenaga listrik akan dibangun, dimiliki dan dioperasikan oleh kontraktor. Kontraktor harus membiayai semua pengeluaran unit operasi ladang panas bumi yang sudah ada (yang dimiliki dan dioperasikan oleh PLN), dan operasi ladang panas bumi dan pembangkit tenaga listrik untuk unit selanjutnya dan semua unit yang dibangun berikutnya. Kontraktor ditunjuk sebagai kontraktor eksklusif untuk semua operasi ladang panas bumi dan pembangkit tenaga listrik di Kawasan Darajat Jawa Barat (wilayah kontrak). Kontraktor akan menanggung semua resiko dan bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi ladang panas bumi dan pembangkit tenaga listrik di wilayah tersebut. Jangka waktu kontrak selama 564 bulan dimulai sejak tanggal efektif perjanjian, dengan ketentuan jika masa produksi 360 bulan untuk setiap unit tidak mungkin tercapai dalam periode 564 bulan setelah tanggal efektif maka jangka waktu kontrak akan diperpanjang. Kontraktor telah membangun Darajat unit II dan III. Darajat III mulai melakukan penjualan listriknya pada Juli 2007. ii) Kontrak Penjualan Energi – Kontrak Penjualan Energi (“ESC”) ditandatangani PLN sebagai pembeli dan PERTAMINA sebagai penjual, dan Chevron Darajat Limited dan Texaco Darajat Limited sebagai pelaksana dan bertindak sebagai kontraktor untuk PERTAMINA dalam KOB tersebut. Kontrak ini telah diubah pada tanggal 15 Januari 1996 perubahan selanjutnya ditandatangani pada tanggal 1 Mei 2000. Berdasarkan ESC, PLN menyetujui untuk membeli dan membayar tenaga panas bumi dan listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi yang diserahkan dan / atau tersedia dari area Darajat, Jawa Barat (wilayah kontrak), dan PERTAMINA telah setuju untuk menjual energi panas bumi dan listrik tersebut kepada PLN berdasarkan suatu Kerjasama Operasi dengan Chevron Darajat Limited dan Texaco Darajat Limited. Jangka waktu perjanjian ini adalah 432 bulan, namun, baik PLN atau Chevron Texaco Indonesia Limited dan Darajat mempunyai opsi, yang dapat dilaksanakan setiap saat selama 372 bulan pertama sejak tanggal efektif, untuk mengubah jangka waktu kontrak ini dari 432 bulan setelah tanggal efektif sampai 552 bulan setelah tanggal efektif. Selanjutnya, jika terdapat periode produksi yang melampaui jangka waktu kontrak ini, jangka waktu kontrak akan diperpanjang secara otomatis sampai akhir masa produksi. Masa produksi untuk pengiriman tenaga panas bumi setidaknya 360 bulan, akan tetapi baik PLN atau Darajat mempunyai opsi yang dapat dilaksanakan setiap saat dalam jangka waktu 300 bulan sejak tanggal efektif untuk mengubah jangka waktu produksi dari 360 bulan menjadi 480 bulan. 359 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan h. Pada tanggal 5 Desember 2012, ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan Xinfeng Plantation Pte. Ltd. (Xinfeng), dimana ANJA bermaksud membeli dari Xinfeng 13.500.000 saham atau 90% kepemilikan PT Permata Putra Mandiri (PPM), suatu perusahaan yang memiliki ijin lokasi atas 40.000 hektar tanah yang berlokasi di Kabupaten Sorong Selatan. Harga beli termasuk (1) komponen harga beli tetap sebesar AS$ 9.402.998 ditambah 90% dari Nilai Aset Bersih PPM pada tanggal 31 Desember 2012 yang disetujui oleh ANJA, dan (2) komponen harga beli kontinjensi yang besarnya dihitung sesuai dengan luas tanah yang telah dikompensasi dan akan dibayar pada saat terkumpulnya bukti telah dilakukannya kompensasi tanah bagi pemilik ulayat sebelumnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jumlah maksimum komponen harga beli kontinjen tidak akan melebihi AS$ 2.089.555. Pada tanggal 5 Desember 2012, Perusahaan dan ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan PT Pusaka Agro Sejahtera (PAS), dimana Perusahaan dan ANJA akan membeli 750.000 saham yang secara keseluruhan merepresentasikan 10% kepemilikan pada PT Permata Putra Mandiri (PPM), suatu perusahaan yang memiliki ijin lokasi atas 40.000 hektar tanah di Kabupaten Sorong Selatan, dari PAS. Harga beli berjumlah AS$ 1.044.777 ditambah 10% Nilai Aset Bersih PPM pada tanggal 31 Desember 2012 yang disetujui oleh Perusahaan dan ANJA. i. Pada tanggal 5 Desember 2012, ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan Xinyou Plantation Pte. Ltd. (Xinyou), dimana ANJA akan membeli dari Xinyou 8.100.000 saham atau 90% kepemilikan saham PT Putera Manunggal Perkasa (PMP), suatu perusahaan yang memiliki ijin lokasi atas 22.195 hektar tanah di Kabupaten Sorong Selatan. Harga pembelian terdiri dari (1) komponen harga beli tetap sebesar AS$ 6.632.145 ditambah 90% dari Nilai Aset Bersih PMP pada tanggal 31 Desember 2012, yang disetujui oleh ANJA, dan (2) komponen harga beli kontinjensi yang besarnya dihitung sebagai berikut: Tahap 1: Pembayaran pertama, akan dihitung sesuai dengan luas tanah yang telah dikompensasi dan akan dibayar pada saat terkumpulnya bukti telah dilakukannya kompensasi tanah bagi pemilik ulayat sebelumnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tahap 2: Pembayaran kedua akan dihitung sesuai dengan luas tanah atas mana telah diterbitkan standar peta bidang tanah oleh Badan Pertanahan Nasional dan akan dibayar pada saat tersedianya bukti peta yang bersangkutan. Tahap 3: Pembayaran ketiga akan dihitung sesuai luas tanah dalam rapat Tim B dari Badan Pertanahan Nasional, dan akan dibayar pada saat bukti risalah rapat diperoleh. Tahap 4: Pembayaran keempat akan dihitung sesuai dengan luas tanah yang tercantum dalam Keputusan Hak Guna Usaha atas tanah yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan akan dibayar saat tersedianya Keputusan tersebut. Tahap 5: Pembayaran kelima akan dihitung sesuai dengan luas tanah sesuai sertifikat Hak Guna Usaha yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan dibayar saat tersedianya Sertifikat Hak Guna Usaha tersebut. Jumlah maksimum komponen harga beli kontinjen tidak akan melebihi AS$ 7.369.050. Pada tanggal 5 Desember 2012, Perusahaan dan ANJA mengadakan perjanjian pengikatan jual beli dengan PAS, dimana Perusahaan dan ANJA akan membeli dari PAS 450.000 saham yang secara keseluruhan merepresentasikan 10% kepemilikan PMP, suatu perusahaan yang memiliki ijin lokasi atas 22.195 hektar tanah di Kabupaten Sorong Selatan. Harga beli berjumlah AS$ 736.905 ditambah 10% Nilai Aset Bersih PMP pada tanggal 31 Desember 2012 yang disetujui oleh Perusahaan dan ANJA. 360 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan j. ANJA memberikan opsi pemilikan saham kepada karyawan yang berhak. Tanggal diberikannya opsi (grant date) adalah 1 Januari 2007 dengan harga pelaksanaan sebesar AS$ 0,4572 per saham, bertambah secara majemuk sebesar 15% setiap tahun pada setiap tanggal ulang tahun pemberian opsi dan berkurang (tetapi tidak di bawah nihil) berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan perjanjian opsi saham. Opsi diberikan dalam 2 tahap: 57,9% menjadi hak pada tanggal 1 Januari 2010 dan 42,1% pada tanggal 1 Januari 2011. Pemegang Opsi melaksanakan opsi dengan memberikan pemberitahuan pelaksanaan opsi yang menyatakan jumlah saham yang telah menjadi haknya dan dapat dilaksanakan (vested) dan memilih sesuai dengan keinginannya sendiri, cara pelaksanaan opsinya dengan membeli saham atau menerima pembayaran secara tunai (atau kombinasi dari pembelian saham dan pembayaran tunai) dari ANJA sebesar jumlah yang dihitung berdasarkan formula yang dinyatakan dalam perjanjian opsi. Beban kompensasi diakui dan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian selama periode jasa diberikan dan disajikan sebagai bagian dari beban umum dan administrasi (Catatan 50). ANJA, SMM dan ANJAS menyetujui Perubahan Perjanjian Hak Opsi efektif tanggal 1 Januari 2009, sejak tanggal tersebut, masing-masing perusahaan memiliki kewajiban untuk menanggung beban hak opsi masing-masing karyawan. Tidak ada saldo opsi saham pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, sedangkan saldo opsi pada 31 Desember 2010 berjumlah 2.985.468 opsi. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, tidak terdapat kesepakatan persetujuan opsi yang berlaku. k. Pada tanggal 2 Desember 2005, KAL menandatangani Perjanjian Konsultasi Agensi (PKA) dengan PT Sahabat Bangun Lestari (SBL). Berdasarkan perjanjian ini, SBL setuju untuk membantu KAL untuk mendapatkan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) untuk tanah milik KAL, dan merelokasi penghuni liar dan penduduk lokal dari tanah tersebut. PKA telah diubah beberapa kali, terakhir pada 23 Mei 2010 mengenai jumlah saldo biaya yang harus dibayar KAL untuk memperoleh hasil berita acara Komite B dan notifikasi BPHTB sejumlah AS$ 760.570 sehingga total biaya menjadi AS$ 3.528.310. Pada tanggal 28 September 2012, KAL dan SBL mengakhiri Perjanjian Konsultasi Agensi (PKA) tersebut. Berdasarkan perjanjian pengakhiran, KAL harus membayar SBL sebesar AS$ 1.350.000 untuk biaya jasa profesional; atas mana sejumlah AS$ 1.000.000 telah dibayarkan sebelum akhir tahun dan AS$ 350.000 dilunasi pada Januari 2013. Beban ini dicatat sebagai beban konsultan. l. Pada bulan Pebruari dan Juni 2010, KAL mengadakan beberapa kontrak dengan PT Mitra Usaha Nusantara untuk pembuatan jalan, pembukaan lahan, dan konstruksi lainnya di perkebunan KAL yang terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Jumlah kontrak diestimasi sebesar Rp 69.990.074 ribu dan dibayarkan secara bulanan sesuai dengan kemajuan penyelesaian pekerjaan. Biaya yang terjadi sehubungan dengan kontrak ini dicatat sebagai bagian dari biaya perolehan tanaman belum menghasilkan. Utang yang timbul dari transaksi tersebut dicatat sebagai utang lain-lain. Kontrak ini berlaku sampai dengan 31 Desember 2011 dan diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2012, kemudian sampai 31 Desember 2013. m. Pada tanggal 10 Agustus 2010, AANE telah menandatangani perjanjian dengan PT Tirtakreasi Amrita untuk pembangunan pabrik biogas di Desa Jangkang - kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung. Jumlah total kontrak sebesar Rp 5.617.800 ribu, dan harus dibayar berdasarkan persentase kemajuan penyelesaian pekerjaan. Masa kontrak adalah 30 minggu sejak tanggal penandatanganan perjanjian. Biaya yang terjadi hingga 2012 dicatat sebagai aset dalam penyelesaian. Perjanjian ini telah diubah pada 18 Juli 2011 untuk memperhitungkan tambahan kontrak sebesar Rp 1.012.100 ribu, sehingga biaya keseluruhan yang harus dibayar oleh AANE berjumlah Rp 6.629.900 ribu. Periode efektif perjanjian ini diperpanjang sampai dengan Desember 2012 termasuk periode pemantauan percobaan operasi. Pada tanggal 1 April 2012, pekerjaan konstruksi telah selesai dan kedua pihak telah menandatangani berita acara serah terima. 361 P.T. AUSTINDO NUSANTARA JAYA DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2012, 2011, 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN-TAHUN BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT – Lanjutan n. Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (“PPA”) ditandatangani PLN dan AANE pada tanggal 29 Nopember 2012 dan berlaku 15 tahun sejak ditandatanganinya perjanjian. AANE setuju untuk menjual tenaga listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik kepada PLN dan PLN setuju untuk membeli tenaga listri