Daftar Isi 1. E-Business 1 2. Model E-Business 4 2.1 Business to Business (B2B) 5 2.2 Business to Customer (B2C) 7 2.3 Business to Employee (B2E) 10 2.4 Business to Government (B2G) 12 2.5 Customer to Customer (C2C) 14 2.6 Customer to Business (C2B) 17 2.7 Government to Business (G2B) 18 2.8 Government to Government (G2G) 19 2.9 Government to Citizen (G2C) 21 2.10 Government to Employee (G2E) 22 3. Paradigma Proses E-Business 23 3.1 Supply Chain Management (SCM) – B2B 23 3.2 Enterprise Resource Planning (ERP) – B2E 29 3.3 Product Design Management (PDM) – B2E 36 3.4 Customer Relationship Management (CRM) – B2C 38 4. Strategi dan Pengukuran E-Business 42 5. Simpulan 44 Daftar Pustaka 46 1. E-Business Electronic Business (E-Business) bukanlah merupakan sebuah istilah yang asing di telinga para manajer dan praktisi bisnis di era moderen. Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi yang disertai dengan berbagai perubahan paradigma dalam mengelola bisnis di era globalisasi telah menempatkan internet sebagai medium berinteraksi yang sangat menjanjikan. Keberadaannya tidak hanya menawarkan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya seharihari, namun lebih jauh lagi karakteristiknya mampu untuk memberikan manfaat signifikan bagi perkembangan industri di mana perusahaan terkait berada. Internet merupakan sebuah wujud strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengatasi tekanan-tekanan dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu, internet juga memberikan beberapa manfaat lain bagi perusahaan: (1) perusahaan dapat menjalin komunikasi dengan konsumen secara rutin - perusahaan dapat mengetahui keinginan, kebutuhan, dan tanggapan dari konsumennya, (2) jaringan komunitas konsumen yang terbentuk menciptakan kumpulan para konsumen yang loyal, serta memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan informasi mengenai produk - menghemat biaya promosi dan berpotensi meningkatkan jumlah konsumen, (3) perusahaan dapat menjalin kerja sama yang lebih baik dengan para supplier yaitu dengan membangun suatu Supply Chain Management (SCM), (4) mendukung pelaksanaan transaksi jarak jauh sehingga dapat menambah pendapatan perusahaan - transaksi tidak lagi terbatas pada tempat tertentu, dan (5) perusahaan dapat mengadakan promosi kepada para pengguna internet secara dua arah. E-Business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti: perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi (Steven Alter, Information System: Foundation of E-Business, Prentice Hall, 2002). E-Business meliputi semua hal yang harus dilakukan menggunakan TI dan Komunikasi (ICT) untuk melakukan kegiatan bisnis antar organisasi maupun dari organisasi ke konsumen. (Sid L. Huff, dkk, Cases in Electronic Commerce, McGraw-Hill, 2000). E-Business tidak memerlukan kantor yang formal karena hanya akan tampil di internet sebagai sebuah website. Para pihak yang terkait hanya membutuhkan web service sebagai perantara dan kesepakatan kerja sama antara pemasok dan pihak pengelola. Begitu pula kesepakatan dengan konsumen dan juga bank. Yang tidak bisa dilakukan secara online hanya proses produksi barang-barang fisik dan teknis pengirimannya. Sejak internet digunakan sebagai sarana bisnis pada tahun 1990-an, denyut nadi kehidupan perusahaan seakan tidak pernah terhenti. Toko-toko virtual dibuka selama 24/7 dalam seminggu untuk melayani transaksi Fungsi E-Business adalah untuk mendukung bagian pemasaran, produksi, accounting, keuangan, dan Human Resources Management (HRM). Dengan menerapkan E-Business, 1 perusahaan seakan membuka toko di berbagai daerah, bahkan negara, karena konsumen dari berbagai belahan dunia dapat mengakses situs-nya dan dapat melakukan transaksi kapan saja dan tanpa harus meninggalkan rumah. Selain itu, perusahaan dapat berkomunikasi secara langsung tanpa harus melalui birokrasi yang rumit. Salah satu nilai implementasi dari E-Business adalah tercapainya nilai cyberspace yang memungkinkan orang untuk berbelanja beraneka ragam produk ke berbagai lokasi hanya melalui komputer pribadinya. Pengertian pasar (market) merupakan tempat bertemunya para penjual dengan para pembeli. Demikian juga yang dimaksudkan dengan E-Market, yaitu tempat bertemunya para penjual dengan para pembeli melalui media internet. Dalam kurun waktu 7 tahun, yaitu sejak tahun 1996 hingga 2002 saja, jumlah komputer yang terkoneksi dengan internet telah meningkat hingga lebih dari 12 kali lipat, yaitu dari sebesar 14,7 juta menjadi 110 juta. Apalagi sekarang ini, di saat teknologi sudah semakin maju dan internet telah menjadi salah satu gaya hidup dalam masyarakat di seluruh dunia. E-Product merupakan produk yang ditawarkan melalui bisnis di internet. Hanya produkproduk yang secara global menjadi kebutuhan dan diminati masyarakat, serta memiliki standard kualitas yang dapat dipasarkan melalui internet, mengingat orang-orang yang terkait dengan E-Market berasal dari berbagai dareah, bahkan negara, yang memiliki karakteristik heterogen. Manfaat E-Business bagi perusahaan: (1) memperluas pasar hingga mencakup pasar nasional dan pasar global sehingga perusahaan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik, dan menjalin relasi dengan mitra bisnis yang dinilai paling sesuai, (2) menekan biaya menyusun, memproses, mendistribusikan, menyimpan, dan mengakses informasi berbasis kertas (paperbased information), (3) memungkinkan perusahaan mewujudkan bisnis yang sangat terspesialisasi, (4) menekan biaya persediaan dan overhead dengan cara memfasilitasi manajemen rantai, yang prosesnya berawal dari pesanan pelanggan dan menggunakan Just-in Time (JIT), (5) memungkinkan perusahaan untuk menerapkan mass customization terhadap produk dan jasanya, (6) menekan waktu antara pembayaran dan penerimaan produk/jasa, (7) meningkatkan produktivitas karyawan melalui rekayasa ulang proses bisnis, (8) menekan biaya telekomunikasi, (9) manfaat-manfaat lainnya, seperti citra yang lebih baik, layanan pelanggan yang lebih bagus, proses yang lebih sederhana, mitra bisnis yang baru, waktu siklus dan pengiriman yang lebih singkat, akses terhadap informasi yang lebih luas, biaya transportasi yang lebih murah, dan fleksibilitas yang lebih tinggi, (10) fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis guna dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas, harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor luar yang tidak berada di dalam kontrol perusahaan (Satyawira, 2008). Manfaat E-Business bagi konsumen: (1) memungkinkan konsumen berbelanja atau melakukan transaksi lainnya setiap saat (24 jam sehari) dan dari hampir semua lokasi, (2) memberikan pilihan produk dan pemasok yang lebih banyak kepada pelanggan, (3) memungkinkan konsumen dalam mendapatkan produk dan jasa yang lebih murah, karena 2 konsumen bias berbelanja di banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat, (4) dalam beberapa kasus, terutama produk yang terdigitalisasi, E-Business memungkinkan pengiriman produk secara cepat dan real-time, (5) memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam lelang virtual, (6) memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam electronic communities dan saling bertukar gagasan serta pengalaman, (7) memfasilitasi kompetisi yang mengarah pada diskon substansial bagi pelanggan (Satyawira, 2008). Manfaat E-Business bagi masyarakat luas: (1) memungkinkan lebih banyak orang bekerja di rumah dan lebih jarang bepergian untuk berbelanja, sehingga kemacetan dan polusi udara bisa berkurang, (2) memungkinkan beberapa jenis barang dijual dengan harga murah, sehingga bias terjangkau oleh orang yang kurang mampu, (3) memungkinkan masyarakat di negara berkembang dan kawasan pedalaman menikmati produk dan jasa yang relatif langka di tempat tinggalnya, termasuk di dalamnya belajar jarak jauh lewat universitas, (4) memfasilitasi penyampaian jasa publik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan distribusi layanan sosial pemerintah secara lebih murah dan/atau berkualitas (Satyawira, 2008). Jika dikaji secara sungguh-sungguh, perkembangan dari implementasi konsep E-Business sangat ditentukan oleh desakan faktor dari luar (external driving forces). Paling tidak ada empat faktor desakan yang saling berkonvergensi satu dengan lainnya yang secara signifikan akan menentukan percepatan implementasi konsep E-Business, yaitu masingmasing: customer expectations, competitive imperatives, deregulation, dan technology. E-Business tidak sama dengan E-Commerce. Ruang lingkup E-Business lebih besar dari E-Commerce. E-Commerce merupakan kepanjangan dari Electronic Commerce yang berarti perdagangan yang dilakukan secara elektronik. Dalam buku berjudul Introduction to Information Technology, E-Commerce berarti perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan, atau informasi melalui jaringan computer, termasuk internet (Turban, 2005). 3 Dengan kata lain, E-Commerce berarti transaksi bisnis melalui internet di mana pihakpihak yang terlibat melakukan penjualan atau pembelian. Transaksi yang dilakukan dalam E-Commerce pada dasarnya melibatkan pengalihan (transfer) atau penyerahterimaan (handing over) kepemilikan dan hak atas produk atau jasa. Perbedaan yang mendasar antara E-Commerce dan E-Business adalah bahwa tujuan ECommerce memang benar-benar money oriented (berorientasi pada perolehan uang), sedangkan E-Business berorientasi pada kepentingan jangka panjang yang sifatnya abstrak seperti kepercayaan konsumen, pelayanan terhadap konsumen, peraturan kerja, relasi antar mitra bisnis, dan penanganan masalah sosial lainnya. 2. Model E-Business Setiap bisnis online memiliki model bisnis masing-masing. Interaksi antara pelaku bisnis yang akan menggunakan teknologi E-Business dapat dikategorikan dalam beberapa model yaitu: Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C), Business to Employee (B2E), Business to Government (B2G), Customer to Customer (C2C), Customer to Business (C2B), Government to Business (G2B), Government to Government (G2G), Government to Citizen (G2C), Government to Employee (G2E). Model E-Business secara umum: 4 2.1 Business to Business (B2B) B2B adalah pertukaran jasa, informasi dan atau produk dari perusahaan kepada perusahaan menggunakan internet dan teknologi perdagangan elektronik. B2B pada intinya adalah Electronic Data Interchange (EDI) melalui internet menggunakan website. EDI adalah metode untuk saling bertukar data melalui jaringan komputer.Secara formal EDI Exchange Association (IDEA) sebagai: “transfer telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem dengan menggunakan media elektronik”. bisnis atau transaksi secara elektronik didefinisikan oleh International Data data terstruktur dengan format standard komputer ke sistem komputer lainnya EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia. Contoh tampilan EDI: 5 Tujuan utama dari pemakaian teknologi EDI, sebenarnya adalah agar teknologi ini dapat membantu para pelaku bisnis mengkomunikasikan dokumennya dengan pihak lain lebih cepat, akurat dan efisien - karena sifatnya yang dapat memperkecil kesalahan akibat proses re-entry dan dapat mengurangi pemakaian kertas. Selain itu, EDI diharapkan juga dapat menekan biaya yang tidak diperlukan, diharapkan dapat meningkatkan laba kepada pemakainya. Apabila proses tersebut terpenuhi, maka otomatis proses internal bisnis perusahaan tersebut akan menjadi lebih baik, terencana dan pada akhirnya hubungan bisnis dengan pihak lain-pun akan dapat lebih baik . Contoh kasus EDI: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mengimplementasikan EDI di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Pelabuhan laut tersibuk di negeri ini, nampaknya menjadi pilot project melakukan lompatan jauh ke depan dalam layanan kepabeanan. Sudah 140 perusahaan pelayaran dan keagenan pelayaran ikut bergabung ke dalam sistem EDI kepabeanan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai proaktif melakukan pendekatan ke berbagai instansi pemerintah terkait, seperti Pelindo II yang sedang mempersiapkan EDI pelayanan operasional dan nantinya bisa diharapkan interkoneksi dengan sistem EDI kepabeanan yang telah ada (Ebizzasia, Januari 2003). B2B adalah interaksi yang dimungkinkan oleh teknologi antara organisasi dengan organisasi (antar organisasi). Menggambarkan transaksi perdagangan antara perusahaan, seperti antara manfaktur dan grosir, atau antara grosir dan pengecer. Volume transaksi B2B jauh lebih tinggi dibandingkan volume transaksi B2C. Alasan utamanya karena dalam rantai pasokan (supply chain) ada banyak transaksi B2B yang mencakup bahan baku dan penjualan produk jadi ke konsumen. Karakteristik B2B: (1) trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan (relationship) yang cukup lama - informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut (karena sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust)), (2) pertukaran data (data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, (3) salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu partner, (4) model yang umum digunakan adalah peer-to-peer, di mana processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis. 6 Contoh tampilan B2B: Situs www.yellowpages.co.id adalah direktori bisnis terlengkap bagi sebuah mesin pencarian yang dikelola oleh Infomedia. Situs ini memiliki 700 ribu database, 3.000 klasifikasi bisnis, dan selalu diperbarui secara berkala. Tampilan Ini juga dilengkapi dengan peta. Pada saat ini, www.yellowpages.co.id adalah direktori bisnis yang lengkap di Indonesia. Menurut data statistik, pengunjung yang mengakses ke www.yellowpages.co.id adalah sebanyak 14.000.000/bulan, yang terdiri pengakses dari dalam negeri 7.000.000/bulan dan 33,65% adalah dari luar negeri. Sebelum berpindah ke media internet, masih dalam berbentuk buku, setiap kali Yellowpages terbit, banyak perusahaan berbondong-bondong ingin memilikinya – yang umumnya selalu digunakan oleh departemen pemasaran sebagai referensi bisnis. 2.2 Business to Customer (B2C) B2C adalah kegiatan E-Business dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang atau jasa. Dengan penjualan langsung di internet, pemesanan dapat langsung dilakukan oleh konsumen - umumnya biaya sudah tercantum. Karakter yang paling singnifikan dari B2C adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan langsung dengan konsumen tanpa melibatkan medium (perantara) seperti distributor, pedagang grosir. 7 Interaksi yang dimungkinkan oleh teknologi antara individu dan organisasi. B2C menggambarkan kegiatan bisnis melayani konsumen dengan produk atau jasa. Atau dengan kata lain, B2C adalah pertukaran jasa, informasi dan atau produk dari perusahaan kepada konsumen menggunakan internet dan teknologi perdagangan elektronik. Contoh kasus B2C Bank Central Asia (BCA): BCA internet banking merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan di bidang perbankan yang merupakan produk dari Bank BCA. Produk ini memberikan nasabah memiliki keleluasaan untuk melaksanakan aktivitas transaksi perbankan dengan menggunakan layanan internet. Layanan BCA internet banking merupakan salah satu komitmen dari Bank BCA sebagai bank yang mengedepankan teknologi dalam pelayanan nasabahnya. Salah satu buktinya adalah BCA hingga saat ini tercatat sebagai bank yang memiliki jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terbanyak di Indonesia. Hal ini sebagai wujud pelayanan BCA agar nasabah bisa leluasa bertransaksi selama 24 jam tanpa harus tergantung pada jam layanan bank. Pelayanan berbasis internet sendiri merupakan sebuah terobosan baru untuk membantu layanan yang diberikan petugas bank pada nasabah. Sehingga bagi nasabah yang tidak memiliki waktu banyak, dapat tetap bertransaksi dengan mengakses BCA internet banking dari tempatnya berada saja, tidak perlu antri di depan kasir atau mesin ATM untuk bertransaksi. Nilai transaksi BCA internet banking meningkat 50% dari Rp273,5 triliun pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp412,1 triliun pada kuartal pertama 2010. Untuk jumlah transaksi internet banking naik 87% dari 43,7 juta transaksi pada kuartal pertama 2009 menjadi 82,1 juta pada kuartal pertama 2010 (Inilah.com, April 2010). 8 Contoh tampilan B2C milik BCA: Contoh kasus B2C Bank Mandiri: Mandiri internet banking adalah salah satu sistem perbankan yang berbasis pada sistem transaksi Bank Mandiri. Bank ini lahir sejak tahun 1998, merupakan hasil merger empat buah bank pemerintah yang mengalami masalah likuiditas pada saat krisis ekonomi. Mandiri internet banking merupakan salah satu proses layanan yang menggunakan internet sebagai media perantara yang menghubungkan nasabah dengan pihak bank. Dengan sistem ini, nasabah tidak perlu harus datang ke Bank Mandiri dan antri untuk melakukan transaksi. Jumlah transaksi internet banking yang dilakukan nasabah Bank Mandiri hingga November 2010 mencapai lebih dari 96,39 juta transaksi dengan nilai transaksi Rp33,76 triliun atau melonjak tumbuh 121,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. (Antaranews, Desember 2010). Contoh tampilan B2C milik Bank Mandiri: 9 Datangnya internet banking telah membuka pintu gerbang payment system baru yang otomatis telah menciptakan goal baru bagi industri perbankan. Dari sekadar delivery channel alternatif, power dari internet banking bisa merambah ke B2B dan B2C yang otomatis memperlebar business goal masing-masing bank yang punya tujuan ke sana. Satu implikasi dari perubahan-perubahan ini adalah kini sangat memungkinkan perusahaan apa saja menawarkan financial services. Tidak lagi terbatas pada industri bank atau industri keuangan lain. Berarti, telah muncul new breed of competitors. 2.3 Business to Employee (B2E) B2E merupakan E-Business yang menggunakan jaringan intrabusiness yang memungkinkan perusahaan untuk menyediakan produk/jasa kepada karyawannya. Biasanya perusahaan menggunakan jaringan untuk mengotomatisasi B2E karyawan perusahaan yang terkait dengan proses. Atau bisa juga B2E diartikan sebagai layanan yang disediakan sebuah perusahaan pada karyawannya. B2E dibuat untuk memudahkan urusan karyawan dengan perusahaan. Contoh kasus B2E Jawa Pos News Network (JPNN): JPNN adalah jaringan media terbesar di Indonesia, yang memimpin pasar koran-koran lokal dari Aceh hingga Papua. Total saat ini terdapat 134 penerbitan (data Agustus 2008), terdiri dari surat kabar harian, tabloid, dan majalah yang terbit dan beredar di seluruh penjuru Nusantara. Dengan kekuatan jaringan tersebut, JPNN menghadirkan layanan portal sharing knowledge berita dengan suguhan direktori lengkap berita dan foto 10 nusantara, nasional dan internasional, peristiwa-peristiwa terkini, serta rubrik-rubrik lain yang tidak kalah menarik – hanya bisa diakses di kalangan Jawa Pos Group saja. Contoh tampilan B2E milik JPNN: 1. JPNN Foto (JP Photo) 2. JPNN Berita (JPNN) 11 2.4 Business to Government (B2G) Interaksi terjadi antara organisasi dengan pemerintah. B2G memiliki karakteristik yang sama dengan B2B, sehingga kadang B2G sering dikelompokkan ke dalam B2B. B2G adalah turunan dari B2B yang sering disebut sebagai public sector marketing, mencakup pemasaran produk dan jasa untuk berbagai tingkat pemerintahan melalui integrated marketing communication, seperti strategic public relation, advertising, dan komunikasi berbasis website. Contoh kasus B2G APJII: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dibentuk untuk melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan jaringan internet di Indonesia. Program-program tersebut adalah (1) tarif jasa internet, (2) pembentukan Indonesia-Network Information Center (ID-NIC), (3) pembentukan Indonesia Internet Exchange (IIX), (4) negosiasi tarif infrastruktur jasa telekomunikasi, dan (5) usulan jumlah dan jenis provider. Salah satu tugas APJII adalah menjadi mitra pemerintah dalam membangun sarana informasi dan komunikasi nasional dan internasional, sehingga seluruh sumber daya yang ada dapat digerakkan secara terpadu, efisien dan efektif. Selain itu, tugas APJII juga menyelenggarakan hubungan dengan badan perekonomian dan badan-badan lain yang berkaitan dengan dan bermanfaat bagi APJII baik nasional maupun internasional. 12 Contoh tampilan B2G milik APJII: Contoh kasus B2G Apkomindo: Salah satu tugas Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) adalah melakukan masukan dan lobi-lobi ke lingkungan pemerintahan. Hal ini terkait banyaknya “gangguan” yang dialami industri komputer lokal. Gangguan semacam itu sangat memberatkan pengusaha komputer rakitan. Saat ini Apkomindo menjadi asosiasi yang sangat diperhitungkan oleh pemerintah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan karena berdampak bagi para pelaku usaha di industri IT. Atau dengan kata lain, saat ini Apkomindo menjadi mitra strategis, serta penasehat yang kompeten bagi pemerintah – Apkomindo adalah pihak yang bertanggung jawab atas pertumbuhan industri komputer di Indonesia. Contoh tampilan B2G milik Apkomindo: 13 2.5 Customer to Customer (C2C) Model di mana perorangan atau individual sebagai penjual berinteraksi dan bertransaksi langsung dengan individu lain sebagai pembeli. Jenis ini banyak digunakan dalam situs online auction atau lelang secara online. Atau dengan kata lain, C2C terjadi seorang individu melakukan penjualan produk atau jasa langsung kepada individu lainnya. C2C adalah model E-Business yang menjamur di Indonesia saat ini. Karakteristik C2C adalah (1) E-Commerce antara individu dan individu secara langsung, (2) dengan semakin banyaknya individu yang terhubung pada internet maka pasar C2C semakin potensial. Contoh kasus C2C Kaskus: Kaskus adalah situs forum komunitas maya terbesar dan nomor 1 Indonesia dan penggunanya disebut dengan Kaskuser. Kaskus berdiri 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia. Situs ini dikelola oleh PT Darta Media Indonesia. Kaskus, yang merupakan singkatan dari Kasak Kusuk, bermula dari sekedar hobi dari komunitas kecil yang kemudian berkembang hingga saat ini. Kaskus dikunjungi sedikitnya oleh 900 ribu orang, dengan jumlah page view melebihi 15.000.000 setiap harinya. Hingga saat ini Kaskus sudah mempunyai lebih dari 250 juta posting. Menurut Alexa.com, Desember 2010, Kaskus berada di peringkat 251 dunia dan menduduki peringkat 6 situs yang paling banyak dikunjungi di Indonesia (Wikipedia). 14 Dalam satu tahun nilai transaksi yang dikumpulkan Kaskus rata-rata mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp.890 miliar - dalam sehari, pengunjung bisa mencapai 33 juta. Kaskus memanfaatkan Media 2,0 untuk mewadahi konsumen sekaligus pelanggan, produsen, komunitas, dan partisipan yang berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Sampai saat ini rata-rata per hari pengunjung Kaskus berasal dari 15 juta Internet Protocol (IP) Address. Mayoritas atau sekitar 60% transaksi jual-beli di Kaskus untuk transaksi ke luar Pulau Jawa, misalnya Makassar dan Kalimantan. Penjualan ke daerah itu semakin besar karena minimnya barang yang tersedia tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Kebanyakan barang yang laris diperjual-belikan berupa barang elektronik, terutama telepon seluler, fashion, dan aksesoris mobil (Onlinestoreku, com, Oktober 2010). Contoh tampilan C2C milik Kaskus: Contoh kasus C2C Tokobagus: Tokobagus.com adalah sebuah situs di mana perusahaan dan perorangan dapat menjual dan membeli produk maupun jasa. Tokobagus.com sangat mudah untuk digunakan dan lebih murah dibandingkan surat kabar atau media iklan lain. Tokobagus.com sukses meraih transaksi senilai Rp.300 miliar yang dilakukan oleh seller dan buyer di situsnya selama Desember 2010. Nilai transaksi tersebut didapat dari survei yang dilakukan pihak Tokobagus.com pada awal Januari 2011. Nilai sebesar Rp.300 miliar ini dipengaruhi oleh beberapa produk yang mempunyai nilai jual tinggi seperti properti dan otomotif. Tercatat sebanyak 30% buyer mengeluarkan uang sekitar Rp.1-5 juta untuk belanja barang di Tokobagus.com. Sebanyak 3% menghabiskan uang hingga Rp.10 juta untuk belanja, dan hanya 3% yang berbelanja di bawah Rp.10.000 (Detikinet, Januari 2011). 15 Contoh tampilan C2C milik Tokobagus: Contoh tampilan C2C lainnya: 1. Ayonikah 16 2. IklanBaris 2.6 Customer to Business (C2B) C2B adalah merupakan individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi dan individu yang mencari penjual dan melakukan transaksi. Model di mana pelaku bisnis perorangan atau individual melakukan transaksi atau interaksi dengan suatu atau beberapa perusahaan. Biasanya dalam C2B, konsumen sudah menetapkan harga dari produk atau jasa yang ditawarkannya kepada perusahaan dan juga segala macam atribut keterangan yang dibutuhkan mengenai produk atau jasa tersebut. Model seperti ini banyak diterapkan di Indonesia. Umumnya tidak pernah ditekuni secara maksimal, hanya sekedar mengisi waktu luang dan mencari uang tambahan saja. Atau pemilik dari website memang baru saja memulai usaha tersebut. 17 Contoh tampilan C2B milik Blog Yanuar: 2.7 Government to Business (G2B) Menurut World Information Technology and Services Alliance dalam Hidayat (2006), G2B adalah layanan dari pemerintah di mana pemerintah memenuhi kebutuhan spesifik komunitas bisnis melalui internet. Yang termasuk dalam komunitas bisnis adalah pemasok, mitra, pengguna jasa dan bahkan pesaing dalam hal layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Pelayanan G2B ini tidak hanya berbicara tentang peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan komunitas bisnis, namun juga berbagai aspek hubungan lain. G2B adalah hubungan kerjasama untuk meningkatkan value antara pelaku bisnis dengan pelanggan retail (consumer) dengan menggunakan internet. Atau dengan kata lain, G2B adalah interaksi online antara pemerintah dan sektor bisnis. Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Di samping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat 18 menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta. Contoh tampilan G2B milik Direktorat Jenderal Pajak: 2.8 Government to Government (G2G) Menurut World Information Technology and Services Alliance dalam Hidayat (2006), G2G adalah layanan yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas arus informasi antar lembaga pemerintah (misalnya antar lembaga pemerintah pusat dan daerah atau antar lembaga pemerintah daerah). Lebih jauh lagi G2G ini termasuk dalam pertukaran informasi antar negara (misalnya antar kepolisian atau antar lembaga imigrasi). G2G adalah hubungan kerjasama untuk meningkatkan value antara government dengan government lainnya dengan menggunakan internet. G2G didesain untuk memfasilitasi interaksi warga dengan pemerintah, yang bagi sebagian pengamat hal itu merupakan tujuan utama dari E-Government. Beberapa interaksi yang mungkin dilakukan, misalnya memperbaharui perizinan dan sertifikasi, pembayaran pajak, akses ke informasi publik, dan lain-lain. Jadi semacam ”one stop shopping” bagi warga masyarakat, dengan sekian banyak instansi yang terlibat dan aksesnya dapat dilakukan secara individual. Akhirnya memang terlihat pada 19 peningkatan akses dan partisipasi publik, pada setiap waktu dan tanpa hambatan geografis. Dalam banyak hal, sektor ini mewakili kekuatan dari E-Government. Beberapa pakar menyarankan agar pihak pemerintah pada setiap tingkatan harus memperbaiki dan mengupdate sistem internal dan juga prosedurnya sebelum timbul transaksi elektronik antara warga dan kalangan bisnis (dengan pihak pemerintah) berjalan dengan sukses. G2G melibatkan pembagian data dan pertukaran data yang bersifat elektronik di antara pelakupelaku pemerintah. Pelibatan pertukaran terjadi pada intra dan inter-instansi di level nasional, sebagaimana juga terjadi di tingkat provinsi dan daerah. Penerapan G2G: (1) hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing (sedang berada di tanah air), (2) aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintah setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain di mana pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya, (3) pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi warga negara yang boleh/tidak boleh masuk dari wilayah negara (cegah dan tangkal), (4) Sistem Informasi (SI) di bidang hak cipta intelektual untuk pengecekan dan pendaftaran terhadap karya-karya tertentu yang ingin memperoleh hak paten internasional; dan lain sebagainya. Contoh tampilan G2B milik Ditjen HKI: 20 2.9 Government to Citizen (G2C) Menurut World Information Technology and Services Alliance dalam Hidayat (2006), G2C adalah model tradisional dari E-Government dan paling banyak diimplementasikan. Layanan ini terbukti mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam praktek hubungan antara pemerintah dan masyarakat: misalnya kemudahan masyarakat dalam mendapatkan layanan, kemudahan akses, mempermudah masyarakat dalam memberikan respon dan kemudahan aksesibilitas data antara lembaga pemerintah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. G2C adalah hubungan kerjasama untuk meningkatkan value antara government dengan masyarakat dengan menggunakan teknologi internet. G2C merupakan E-Government yang paling umum, yaitu di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio TI dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya E-Government bertipe G2C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanalkanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contoh tampilan G2C milik Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jakarta: 21 2.10 Government to Employee (G2E) Menurut World Information Technology and Services Alliance dalam Hidayat (2006), G2E adalah layanan yang dirancang untuk menyediakan layanan informasi kepada tenaga kerja di sektor publik (PNS), dengan menggunakan intranet untuk mengakses informasi SDM. Informasi masa pensiun dan berbagai aplikasi lain untuk kepentingan tenaga kerja. G2E juga sangat efektif untuk dimanfaatkan sebagai sarana E-Learning dan mengembangkan Knowledge Management (KM). Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G2E ini antara lain: (1) sistem pengembangan karier pegawai pemerintah yang selain bertujuan untuk meyakinkan adanya perbaikan kualitas SDM, diperlukan juga sebagai penunjang proses mutasi, rotasi, demosi, dan promosi seluruh karyawan pemerintahan, (2) aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan yang merupakan hak dari pegawai pemerintahan sehingga yang bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya, (3) sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik, dan lain sebagainya) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dan lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan beserta keluarganya, (4) aplikasi yang dapat membantu karyawan pemerintah dalam membantu untuk melakukan perencanaan terhadap aspek finansial keluarganya termasuk di dalamnya masalah tabungan dan dana pensiun; dan lain sebagainya. Contoh tampilan G2E milik Departemen Perindustrian: 22 3. Paradigma Proses E-Business Di dalam dunia E-Business, begitu banyak aplikasi yang ditawarkan oleh para vendor. Berbeda dengan perkembangan aplikasi di dunia nyata yang bermula dari paket-paket aplikasi yang bersifat fungsional, di dunia maya beragam aplikasi E-Business dibangun berdasarkan paradigma proses (business process). Jika memperhatikan rangkaian business process yang kerap ditemukan di perusahaan, dari arah hulu menuju ke hilir, aplikasi E-Business dapat dikategorikan menjadi empat jenis: (1) Supply Chain Managament (SCM), (2) Enterprise Resource Planning (ERP), (3) Product Design Management (PDM), dan (4) Customer Relationship Management (CRM). 3.1 Supply Chain Management (SCM) – B2B SCM adalah sebuah proses di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah SCM merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan di mana organisasi mempertahankan dengan partner bisnis untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen (Kalakota, 2001). E-SCM adalah suatu konsep manajemen di mana perusahaan berusaha memanfaatkan TI untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). 23 SCM sebagai suatu pendekatan terpadu yang meliputi seluruh proses manajemen material, memberikan orientasi kepada proses untuk menyediakan, memproduksi, dan mendistribusikan produk kepada konsumen. Konteks material dalam pengertian SCM tentunya tidak hanya meliputi bahan baku dan barang jadi saja, tetapi juga termasuk bahan pembantu, komponen, suku cadang, work in process (barang setengah jadi) maupun berbagai jenis perlengkapan (supplies) yang digunakan untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan secara menyeluruh. SCM sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001) SCM merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. SCM berusaha mencapai optimasi global. SCM merupakan proses untuk menemukan strategi terbaik bagi keseluruhan supply chain (systemwide). Adalah sangat menantang untuk mendesain dan mengoperasikan supply chain yang secara keseluruhan biayanya minimal, serta service level-nya terjaga. Ada tiga macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu: (1) aliran barang dari hulu ke hilir (contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir), (2) aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu, (3) aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. 24 Berikut ini merupakan pemain utama dalam SCM: 1. Supplier (Chain 1): rantai pada supply chain di mulai dari sini, merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang. 2. Supplier-Manufacturer (Chain 1-2): rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Contohnya adalah penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering. 3. Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2-3): dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, di mana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (Chain 1-2-3-4): dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun relatif jumlahnya tidak banyak. 4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (Chain 1-2-3-4-5): customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini sebagai end-user. Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. Beberapa perusahaan besar di Indonesia yang sudah menerapkan SCM: 1. Pos Indonesia 25 2. Pertamina 3. NCS 26 4. JNE 5. Gas Negara 27 6. Antam Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi SCM adalah membutuhkan dukungan berbagai pihak (Chopra & Meindl, 2001): Incerasing Variety of Products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini bisa terlihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga terlihat dari strategi perusahan yang selalu berfokus pada customer (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu, bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen. Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang. Karena untuk mengatur pasokan barang tertentu, maka perusahaan membutuhkan waktu tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran. Increasingly Demand Customer. SCM berusaha mengatur peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang konsumen semakin menuntut pemenuhan permintaan secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standard (customize). Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini mebuat SCM semakin rumit dan kompleks. 28 Globalization. Membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena banyak pihak terlibat dan. juga tempat yang berbeda-beda pula. Konsep SCM yang baik, biasanya memiliki lima buah komponen saling mendukung yaitu masing-masing: • Supply Chain Replenishment: proses yang berkaitan dengan bagaimana para pemasok saling bekerja sama untuk menyediakan produk-produk atau bahan-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan sedemikian rupa sehingga memenuhi target permintaan dan service level. • Collaborative Planning: proses yang memfokuskan diri pada aktivitas perencanaan, berkaitan dengan operasi, produksi, inventori, dan distribusi sehingga keseluruhan perusahaan yang bekerja-sama mengetahui objektivitasnya masing-masing (mencegah tidak tercapainya kebutuhan pelanggan). • Collaborative Product Development: proses berkaitan dengan aktivitas penciptaan produk atau jasa yang membutuhkan kerja-sama antara berbagai mitra bisnis tersebut dengan perusahaan, sehingga kualitas produk dan/atau jasa dapat terpenuhi sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. • E-Procurement: manifestasi baru dari proses pengadaan konvensional, di mana dalam aktivitas ini teknologi internet dan prinsip-prinsip E-Business benar-benar diterapkan secara sungguh-sungguh. • E-Logistics: sama seperti E-Procurement, hanya saja proses ini berkaitan dengan aktivitas manajemen gudang dan transportasi. SCM yang didesain dengan baik menghasilkan net value positif dengan memberikan keuntungan, mengurang biaya, dan meningkatkan kelangsungan hidup keuangan. Perusahaan dengan supply chain baik dapat memberikan keuntungan dengan layak, dengan menghasilkan yang disebut ”win-win relationship”: (1) menekan lead time atau respon yang berorientasi pada pelanggan, (2) biaya dapat dikurangi berhubungan dengan keuntungan yang terintegritas (contohnya menghindari investasi yang berlebihan dalam warehousing dan mengurangi inventory level dengan berbagi informasi), (3) berbagai jenis informasi, seperti pesanan, inventory, atau permintan pelanggan harus dapat dibagi dan diproses dengan benar. 3.2 Enterprise Resource Planning (ERP) – B2E Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan ERP sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas organisasi tersebut. Secara garis besar, sistem ERP bisa digambarkan sebagai perkakas manajemen yang menyeimbangkan persediaan dan permintaan perusahaan secara menyeluruh, berkemampuan untuk menghubungkan pelanggan dan supplier dalam satu kesatuan rantai ketersediaan, mengadopsi proses-proses bisnis yang telah terbukti dalam pengambilan keputusan, dan mengintegrasikan seluruh bagian fungsional perusahaan; sales, 29 marketing, manufacturing, operations, logistics, purchasing, finance, new product development, dan human resources. Sehingga bisnis dapat berjalan dengan tingkat pelayanan pelanggan dan produktivitas yang tinggi, biaya dan inventory yang lebih rendah, dan menyediakan dasar untuk E-Commerce yang efektif (Midas Corporate, 2011). Tujuan ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara keseluruhan. ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk: (1) otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis, (2) membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise, (3) menghasilkan informasi yang real-time, (4) memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II). Di mana MRP II itu sendiri adalah hasil evolusi dari MRP yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan, shipping, invoice dan akuntasi perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengkontrol aktivitas bisnis; seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan SDM. 30 Sistem ERP dibagi atas beberapa sub-sistem yaitu sistem financial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem maintenance, dan sistem human resource. Industri analis TI seperti Gartner Group dan AMR Research sejak di tahun 1990-an telah memantau dan menganalisis paket-paket aplikasi yang tergolong dalam sistem ERP. Contoh paket ERP antara lain: SAP, Baan, Oracle, IFS, Peoplesoft dan JD.Edwards. Kelebihan ERP: (1) integrasi antara area fungsional yang berbeda untuk meyakinkan komunikasi, produktivitas dan efisiensi yang tepat, (2) rancangan perekayasaan, (3) pelacakan pemesanan dari penerimaan sampai fulfillment, (4) mengatur saling ketergantungan dari proses penagihan material yang kompleks, (5) pelacakan yang berkesuaian antara pemesanan pembelian, penerimaan inventori, dan pembiayaan, (6) akuntasi untuk keseluruhan tugas: melacak pemasukan, biaya dan keuntungan pada level inti. Kelemahan ERP: (1) keterbatasan kustomisasi, (2) sistem sangat mahal, (3) perekayasaan kembali proses bisnis untuk menyesuaikan dengan standard industri yang telah dideskripsikan dapat menyebabkan hilangnya keuntungan kompetitif, (4) sering terlihat terlalu sulit untuk beradaptasi dengan alur kerja dan proses bisnis tertentu dalam beberapa organisasi, (5) sistem dapat terlalu kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan dari pelanggan, (6) data dalam sistem berada dalam satu tempat, artinya risiko kehilangan informasi sangat tinggi. Untuk dapat mengadopsi teknologi sistem ERP, suatu perusahaan tidak jarang harus menyediakan dana dari ratusan juta hingga milyaran rupiah. Dana sebesar itu harus disediakan untuk investasi paket software aplikasi ERP, hardware berupa server dan desktop, database dan operating sistem software, high performance network, hingga biaya konsultasi untuk implementasi. Meskipun dihalangi oleh biaya investasi yang besar, banyak perusahaan di dunia dan tidak terkecuali di Indonesia seperti berlombalomba untuk mengadopsi sistem informasi ini. Hal ini karena paket software aplikasi ERPyang diimplementasikan secara baik akan menghasilkan ”return” terhadap investasi yang layak dan dalam waktu cepat (Midas Corporate, 2011). Karena sistem ERP menangani seluruh aktivitas dalam organisasi, membawa budaya kerja baru dan integrasi dalam organisasi. mengambil alih tugas rutin dari personel dari tingkat operator hingga manajer fungsional, sehingga memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia perusahaan untuk berkonsentrasi dalam penanganan masalah yang kritis dan berdampak jangka panjang. Sistem ERP juga membawa dampak penghematan biaya (cost efficiency) yang signifikan dengan adanya integrasi dan monitoring yang berkelanjutan terhadap performance organisasi (Midas Corporate, 2011). Implementasi sistem ERP tergantung pada ukuran bisnis, ruang lingkup dari perubahan dan peran serta pelanggan. Perusahaan membutuhkan jasa konsultasi, kustomisasi dan jasa pendukung. Migrasi data adalah salah satu aktivitas terpenting dalam menentukan kesuksesan dari implementasi ERP. Sayangnya, migrasi data merupakan aktivitas terakhir sebelum fase produksi. Langkah strategi migrasi data yang dapat menentukan kesuksesan implementasi ERP: (1) mengidentifikasi data yang akan di migrasi, (2) 31 menentukan waktu dari migrasi data, (3) membuat template data, (4) menentukan alat untuk migrasi data, (5) memutuskan persiapan yang berkaitan dengan migrasi, dan (6) menentukan pengarsipan data. System Application and Product in Data Processing (SAP) adalah suatu software yang dikembangkan untuk mendukung suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih efisien dan efektif. SAP merupakan software ERP, yaitu suatu tools IT dan manajemen untuk membantu perusahaan merencanakan dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai kemampuan saling mendukung dan terintegrasi, bekerja secara berkaitan satu dengan lainnya. Di Indonesia, banyak perusahaan besar yang telah mengimplementasikan SAP, misalnya Astra International, Toyota Astra Motor, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bentoel Prima, United Tractor, Daihatsu Motor, Pertamina, Aqua, Telkomsel, Auto 2000, Blue Bird dan masih banyak perusahaan lagi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Modul yang diimplementasikan setiap perusahaan pun beragam. Ada yang hanya memakai untuk keperluan area tertentu seperti Financial Accounting saja atau Sales and Distributon saja, namun banyak pula yang mengintegrasikan beberapa modul. 32 Beberapa contoh lain penerapan ERP di Indonesia: 1. PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) BUMA sebagai satu di antara kontraktor tambang batu bara terbesar di Indonesia menggunakan SAP ERP sebagai solusi bisnis yang terintegrasi. BUMA telah menggunakan SAP ERP Go-Live untuk meningkatkan keuntungan bisnisnya. Istilah GoLive itu menandakan solusi SAP ERP telah digunakannya secara real-time. Kebutuhan perusahaan yang semakin meningkat seperti integrasi antara fungsi bisnis dan informasi data yang selalu bisa diperbaharui secara terus menerus adalah alasan utama PT BUMA menggunakan solusi tersebut. Solusi yang telah digunakan 700 perusahaan di Indonesia akan memberikan PT BUMA integrasi data, proses bisnis yang efisien, informasi secara real time, penghematan biaya terutama maintenance management dan keuntungan lainnya. PT BUMA mencatatkan rekor sejarah SAP sebagai perusahaan bidang jasa kontraktor pertama yang mengimplementasikan SAP di Indonesia dan regional Asia Pasifik (Antaranews, April 2010). 2. PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) PT KAI secara resmi mengimplementasikan solusi SAP ERP untuk mendukung kinerja dan mempermudah sistem pelaporan di berbagai unit kerja di Kantor Pusat, Daerah Operasi, serta Divisi Regional. Penerapan ini dilakukan bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia dan Metrasys. 33 Dengan adanya penerapan SAP ERP, akan menciptakan sebuah platform tunggal yang terinterkoneksi dengan keuangan, SDM, dan kegiatan operasional PT KAI lainnya. ERP diharapkan dapat meningkatkan kinerja proses terhadap berbagai hal secara tepat waktu dan meningkatkan kontrol manajemen. Penggunaan SAP ERP bisa memberikan gambaran yang konsisten terhadap kegiatan dan informasi keuangan di seluruh organisasi, yang memungkinkan kegiatan pelaporan menjadi lebih cepat, juga lebih akurat dan bisa meningkatkan pengawasan dalam kegiatan operasional yang dilakukan bersama-sama. Selain itu, SAP ERP juga bisa berguna untuk menentukan apakah sebuah rute yang dilalui oleh kereta api bisa ditambah frekuensinya atau bahkan bisa dihapuskan. Tidak sebatas itu saja, PT KAI juga bisa merencanakan, melaksanakan, dan memonitor rolling stock, serta kegiatan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang dimiliki agar menjadi lebih baik (Kompas, Juni 2010). 3. PT Semen Gresik (PT SMGR) PT SMGR menerapkan satu platform ERP melalui implementasi SAP. Dengan SAP, Semen Gresik, Semen Padang dan Semen Tonasa akan memiliki sistem tersentralisasi dan terintegrasi. Selama ini, Semen Gresik Group ini berjalan sendiri-sendiri dengan platformnya masing-masing. Semen Padang dengan Oracle, sementara Semen Gresik dan Semen Tonasa berjalan dengan JD Edward. Itulah sebabnya SAP ECC 6.0 digunakan untuk merenovasi bisnis proses yang mampu mendukung transformasi PT SMGR lima tahun ke depan. Sekaligus meningkatkan kinerja operasi dan pelaksanaan bisnis di seluruh perusahaan. SAP yang digunakan oleh perusahaan merupakan rencana jangka 34 panjang Integrated Communications Technology Master Plan (ICTMP) (Detik Surabaya, Januari 2011). Ruang lingkup integrasi, harga license setiap user SAP relatif mahal, biaya konsultan yang lumayan, dan tingginya SDM “kutu loncat” SAP, menyebabkan tidak semua perusahaan berani memakai solusi SAP. Menurut pakar TI, Indrajit (2003), penerapan ERP juga terbukti sering juga mengalami kegagalan. Adapun latar belakang kegagalan tersebut: 1. Pihak Manajemen: Kurangnya dukungan dan komitmen dari pimpinan puncak dan manajemen perusahaan, sehingga inisiatif sistem ERP yang digulirkan berjalan dengan tersendatsendat. Buruknya perencanaan yang disusun oleh pihak manajemen sehingga ketika ingin dieksekusi mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Ketidakinginan manajemen dalam “merubah paradigma” berpikir maupun bekerja – lebih senang kondisi status quo – sehingga berbagai prasyarat utama untuk menjalankan atau mengimplementasikan sistem ERP tidak tercapai. Ekspektasi yang terlampau berlebihan dari pihak manajemen terhadap sistem ERP yang ingin diterapkan, tanpa perduli dengan isu-isu terkait dengan cara atau pendekatan atau strategi menerapkan sistem tersebut secara efektif. Pendefinisian kebutuhan yang kabur, sehingga ruang lingkup sistem ERP yang ingin diterapkan menjadi tidak - tentu saja mempertinggi risiko kegagalan dalam implementasinya. Sosialisasi mengenai sistem ERP yang buruk kepada segenap karyawan perusahaan sehingga banyak pihak yang menolak dibandingkan dengan mendukung. 2. Pihak Vendors: Kurangnya pengalaman dari vendor maupun orang-orang yang ditugaskan untuk mengimplementasikan sistem ERP, terutama untuk ruang lingkup penugasan serupa di industri yang sejenis. Tidak mampu memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai paradigma yang dipergunakan kepada pihak-pihak berkepentingan, sehingga seringkali terjadi kekeliruan dalam cara pandangnya. Pemilihan aplikasi ERP yang keliru, atau tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan perusahaan. Salah dalam usaha membantu manajemen dalam mendefinisikan kebutuhannya, sehingga ketika ERP diterapkan maka tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh para stakeholder terkait. Tidak memberikan pelatihan yang memadai dan efektif kepada segenap stakeholder sehingga tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya secara baik. 3. Pihak Users: Ketidakinginan user untuk merubah cara kerja dalam aktivitasnya sehari-hari - selalu menentang manajemen. 35 Harapan yang berlebihan dan cenderung keliru - biasanya para user menganggap bahwa software dapat menyelesaikan segala masalah dan kesulitan yang ada. Kurangnya porsi pelatihan bagi user. Tiga kata pimpinan puncak dan manajemen yang ingin menerapkan sistem ERP, yaitu 3C: (1) Commitment dari seluruh jajaran manajemen dan karyawan, (2) Communication harus terjadi terus-menerus agar tidak terjadi kesalahpahaman, dan (3) Consistency yang tinggi dalam usaha untuk menerapkan sistem ERP di perusahaan (Indrajit, 2003). Tidak semua perusahaan di Indonesia mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem dan konsep sistem ERP itu sendiri. Serta bagaimana suatu sistem ERP dapat memberikan "revenue" bagi suatu perusahaan yang mengimplementasikan sistem tersebut. Kalaupun perusahaan-perusahaan tersebut sudah mengetahuinya, mayoritas langsung mengurungkan niatnya ketika mengetahui sangat mahalnya harga pembuatan dan pengimplementasian sistem tersebut. Jadi tidaklah mengherankan jika di Indonesia hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang mau mengimplementasikan ERP. 3.3 Product Design Management (PDM) – B2E Produk yang dihasilkan perusahaan, dalam perjalanannya tentunya mengalami tahapan seperti yang sesuai siklus hidupnya, sehingga pemilihan produk, pendefinisian produk maupun desain produk perlu secara terus menerus diperbaharui. Oleh karenanya mengetahui bagaimana menciptakan dan mengembangkan produk baru dengan berhasil sudah merupakan suatu kewajiban perusahaan yang ingin terus hidup. Keadaan yang memberikan peluang munculnya produk baru di antaranya adalah: (1) pemahaman konsumen, (2) perubahan ekonomi, (3) perubahan sosiologis dan demografis, (4) perubahan teknologi, (5) perubahan politik/peraturan, (6) perubahan yang lain seperti: praktek di pasar, standard profesi, supplier, dan distributor (Dwiningsih, STEKPI). Product Life Cycle (PLC): (1) perkenalan (introduction) – pilihan strategi: masih menyesuaikan pasar dan banyak biaya untuk: riset, pengembangan produk, modifikasi proses, dan pengembangan pemasok, (2) pertumbuhan (growth) – pilihan strategi: desain produk sudah stabil sehingga perlu peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif dan perlu peningkatan kapasitas agar dapat memenuhi permintaan, (3) kematangan (maturity) – pilihan strategi: pesaing sudah dapat dipastikan dan memerlukan inovasi, pengendalian biaya harus lebih baik, meningkatkan keuntungan dengan pembatasan lini produk, (4) penurunan (decline) – pilihan strategi: produk hampir mati, maka mungkin perlu menghentikan produk tersebut dan menggantinya dengan desain produk baru (Dwiningsih, STEKPI). 36 Perusahaan perlu terus menerus melakukan upaya penciptaan produk baru atau pembaharuan produk karena untuk dapat mengimbangi persaingan yang dihadapi, di antaranya produk substitusi maupun perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen. Walaupun pada kenyataannya seringkali produk baru banyak mengalami kegagalan untuk dapat dipasarkan, akan tetapi usaha yang terus-menerus untuk memperkenalkan produk baru harus tetap dilakukan. Oleh karenanya seleksi produk, pendefinisian produk maupun desain produk sangat penting dilakukan terus menerus sehingga Manajer Operasional dan organisasinya harus memahami risiko kegagalan yang mungkin terjadi. Dan harus menampung banyak produk baru sementara aktivitas yang dijalankan tetap dilakukan. Tahapan pengembangan produk: (1) ide yang bisa berasal dari berbagai sumber dari dalam perusahaan misalnya Departemen Riset dan Pengembangan dan dari luar melalui pemahaman perilaku konsumen, persaingan, teknologi, pekerja, persediaan - tahapan ini menjadi dasar untuk memasuki pasar dan biasanya mengikuti strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan, (2) kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk merealisasikan ide - koordinasi dari berbagai bagian yang terkait di perusahaan bersangkutan, (3) permintaan konsumen untuk menang dalam bersaing dengan cara mengidentifikasi posisi dan manfaat produk yang diinginkan konsumen melaului atribut tentang produk, (4) spesifikasi fungsional - bagaimana membuat suatu produk bisa berfungsi melalui identifikasi karakteristik engineering produk, kemungkinan dibandingkan dengan produk dari pesaing, (5) spesifikasi produk - bagaimana produk dibuat melaui spesifikasi fisik seperti ukuran atau dimensi, (6) review desain, mengukur spesifikasi produk terbaik guna memenuhi kebutuhan konsumen, (7) tes pasar untuk memastikan pemenuhan harapan konsumen – dan juga untuk memastikan prospek ke depannya melalui produksi dalam jumlah besar, (8) perkenalan di pasar dengan memproduksi secara masal untuk dipasarkan, (9) evaluasi untuk mengukur kesuksesan atau kegagalan – kedepannya bisa diganti dengan produk lain yang lebih menguntungkan (Dwiningsih, STEKPI). Tujuan aktivitas memperbaiki desain, produksi, pemeliharaan dan penggunaan sebuah produk antara lain: (1) mengurangi kompleksitas produk, (2) standardisasi tambahan dari 37 komponen, (3) perbaikan aspek fungsional produk, (4) memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan, (5) memperbaiki kemudahan pemeliharaan produk, (6) desain yang tangguh. Strategi produk yang efektif memerlukan pemilihan desain produk yang kemudian mengimplementasikannya dalam kegiatan produksi. Apabila strategi ini dijalankan secara efektif maka fungsi produksi akan memberikan kontribusi maksimum pada organisasi. Manajer Operasional selayaknya membangun sistem pengembangan produk yang memiliki kemampuan dalam merancang dan memproduksi sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif. Pada saat produk memasuki tahapan sesuai PLC, maka stategi yang harus diambil berubah-ubah. Untuk itu dokumentasi produksi perlu dilakukan, demikian juga untuk produk jasa. 3.4 Customer Relationship Management (CRM) – B2C APICS (2005) mendefinisikan CRM sebagai suatu filosofi pemasaran yang menempatkan pelanggan sebagai yang utama. Bagian pemasaran dan penjualan perusahaan mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang pelanggan agar memahi dan meningkatkan inovasi nilai kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya. CRM adalah istilah yang sangat dekat bagi para marketing dan tim sales. CRM merupakan salah satu alat yang digunakan sebuah perusahaan untuk mempertahankan para relasi dan pelanggannya melalui berbagai macam cara agar para pelanggannya tidak berpindah ke para pesaing perusahaan tersebut. CRM adalah strategi memperoleh, mengkonsolidasi dan menganalisis data pelanggan dan kemudian dipergunakan untuk berinteraksi dengan para pelanggan. Dengan demikian memberikan suatu pandangan yang komprehensif terhadap pelanggan dan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan pelanggan. CRM merupakan suatu pendekatan sistematis dalam memanfaatkan informasi dan juga komunikasi untuk membangun hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan dengan para pelanggan. Penggunaan teknologi membentuk suatu strategi E-Business dan CRM ini sendiri saat ini sudah menjadi senjata ampuh bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis. CRM menggunakan TI untuk menciptakan cross-functional enterprise system yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses layanan pelanggan dalam bidang penjualan, pemasaran, dan layanan produk atau jasa berkaitan dengan perusahaan. Sistem CRM juga menciptakan IT framework yang menghubungkan semua proses dengan bisnis operasional perusahaan (O’Brien, 2002). Konsep CRM mengajarkan strategi untuk membangun dan menjalin hubungan yang efektif antara perusahaan dengan pelanggannnya agar tercapai customer satisfaction, customer royalty, dan customer retention. Termasuk dalam proses CRM ini adalah: (1) proses penanganan keluhan pelanggan, (2) proses penanganan pesanan pelanggan, (3) 38 proses penanganan permintaan informasi dari pelanggan, (4) proses pengelolaan data dan informasi seputar pelanggan, (5) proses pengelolaan kebutuhan pelanggan, (6) Proses analisis karakteristik dan perilaku pelanggan, dan (7) proses lainnya. Lingkungan bisnis telah bertransformasi dari product-centric kepada customer-centric. CRM sebagai pendekatan bisnis yang berorientasi pada pelanggan, dijadikan sebagai salah satu kapabilitas yang berpengaruh besar pada suatu organisasi, dengan cara membantu proses perubahan ke arah lingkungan customer-centric. Penggunaan CRM berhubungan secara langsung dengan peningkatan customer knowledge, di mana dapat memberikan dampak positif pada kepuasan pelanggan (Khalilabad et al., 2006). Menurut Kramer, tujuan dari CRM dapat dikategorikan dalam 3 komponen kegiatan, yaitu: (1) mendapatkan pelanggan baru (acquire), (2) meningkatkan keuntungan dari pelanggan yang telah ada (enhance), (3) mempertahankan pelanggan yang menguntungkan (retain). CRM dalam organisasi, memiliki dua tujuan utama: (1) untuk mengumpulkan informasi pelanggan yang berkualitas tinggi dan menciptakan profil pelanggan, (2) menyediakan website interaktif atau ekstranet untuk memperbolehkan pelanggan agar dapat mengakses informasi yang relevan secara cepat dan untuk memberikan pelayanan (Zyl, 2003). Beberapa manfaat CRM bagi perusahaan: (1) customer focus - perusahaan bersedia memandang proses pembelian dari sudut pelanggan dengan memperhatikan perasaan pelanggan, dan memperlakukan informasi pelanggan secara baik., (2) customer retention - perusahaan menyakinkan pelanggan atau memberikan berbagai macam penawaran agar pelanggan mau kembali dan melakukan transaksi dengan perusahaan yang sama, (3) share of customer - perusahaan ingin menyenangkan pelanggan secara langsung dengan menawarkan sesuatu yang lain (CRM berusaha menjadikan para pelanggan lebih dapat menghasilkan keuntungan dengan mengakui penjualan awal dan menawarkan barang atau jasa yang berhubungan), (4) long-term profitability - apabila perusahaan telah memperoleh keuntungan dengan berfokus pada pelanggan, mempertahankan pelanggan yang loyal dan meningkatkan jumlah pelanggan maka keuntungan jangka panjang juga akan meningkat. Marshal mengemukakan bahwa CRM dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori penggunaan, yaitu: (1) layanan dan bantuan pelanggan (customer service and Support, CSS) - meliputi Call Center Management, fasilitas online help, internal helpdesk, dan sistem berbasis pengetahuan untuk pemecahan masalah, (2) otomatisasi pemasaran perusahaan (Enterprise Marketing Automation, EMA) - fungsi otomatisasi pemasaran memiliki berbagai kemampuan seperti: sistem otomatisasi respon e-mail, execution tools, management survey and contents, serta manajemen dan distribusi materi pemasaran, baik hard copy maupun online kepada penjual dan rekan bisnis, (3) otomatisasi armada penjualan (Sales Force Automation, SFA) - aplikasi mencakup kemampuan seperti lead tracking, opportunities management, dan contact management. 39 Menurut META Group, teknologi CRM terdiri dari 3 tipe yakni: Operational CRM Merupakan otomatisasi proses bisnis yang terintegrasi melalui penjualan dan pemasaran serta manajemen. Fungsi bisnis yang lazim meliputi layanan pelanggan, Manajemen Pemasaran, Manajemen Pemesanan, penagihan, atau otomatisasi penjualan dan pemasaran, serta manajemen adalah bagian dari CRM tipe ini. Ini mungkin merupakan CRM yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Tipe CRM ini bisa diintegrasikan dengan fungsi keuangan dan SDM dari aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP) perusahaan. Analitycal CRM Analiss data yang dihasilkan oleh operasional CRM, meliputi aplikasi dan data mining dengan mengumpulkan, menyimpan, mengekstraksikan, mengolah, menginterpretasikan, dan melaporkan data pelanggan kepada pengguna. Nilai dari teknologi CRM ini bukan hanya pada algoritma dan penyimpanan saja, namun juga kemampuan untuk personalisasi secara individual terhadap respon pengguna data. Colaborative CRM Seperangkat aplikasi dari pelayanan kolaborasi termasuk e-mail, e-communities, publikasi personal, dan alat lainnya sejenis yang dirancang untuk memfasilitasi interaksi antara para pelanggan dengan perusahaan untuk memperbaiki proses dan pemenuhan kebutuhan pelanggan. CRM tipe ini merupakan pusat komunikasi, jaringan koordinasi yang menyediakan neural path kepada pelanggan dan pemasok. Ini bisa berupa portal, aplikasi Customer Interaction Center (CIC). Dapat berupa saluran komunikasi seperti website ataupun e-mail, aplikasi suara, atau surat pos. Simpulannya bahwa CRM ini berfungsi sebagai penyedia jalur interaksi antara pelanggan dengan salurannya sendiri. Beberapa langkah untuk membangun CRM: (1) identifikasi pelanggan utama dari perusahaan., (2) distribusi nilai secara berbeda kepada pelanggan berdasarkan kepetingannya, (3) fokus pada kemampuan strategi untuk menciptakan inovasi nilai kepada pelanggan utama, (4) mengembangkan ukuran-ukuran kinerja utama (Key Performance Indicator, KPI) untuk mengukur kinerja pelanggan (customer performance), (5) mengembangkan program peningkatan kinerja terus-menerus untuk meningkatkan inovasi nilai kepada pelanggan (Intranspro). Lima trend besar dalam strategi pengembangan dan penerapan solusi CRM bagi perusahaan: (1) meningkatkan kemampuan teknologi, (2) menggunakan real-time customer analytics, (3) meningkatkan revenue, (4) mengintegrasikan multi-channel marketing, (5) mendapatkan Return on Investment (ROI) yang solid (Ebizzasia, September 2005). 40 Contoh perusahaan yang menerapkan CRM: 1. Unilever 2. First Media 41 3. Telkom Selain contoh di atas, PT Parit Padang adalah contoh lain perusahaan di Indonesia yang menerapkan CRM. PT Parit Padang adalah anak perusahaan Soho Group. Bagi sebuah perusahaan distribusi semacam Parit Padang, relasi dengan pelanggan memiliki posisi krusial dan pasti dinomorsatukan. Diharapkan dengan adanya CRM, terbangun hubungan baik jangka panjang dengan pelanggan. CRM akan dapat mengerti dan mengantisipasi kebutuhan pelanggan. Konsep CRM muncul dengan kesadaran bahwa bisnis bukan sekedar menang di dalam teknologi. PT Parit Padang saat ini sedang dalam tahap pengimplementasian konsep Balanced Scorecard (BSC), dengan target tahun ini masuk hall of fame Balance Scorecard. PT Parit Padang berharap dengan begini akan ada integrasi kuat antara strategi, orang, dan teknologi (ITB Online). 4. Strategi dan Pengukuran E-Business E-Business sebernarnya merupakan bentuk bisnis yang berbasis elektronik, seperti radio dan televisi. Namun karena E-Business banyak dikenal masyarakat ketika menggunakan media internet, maka pengertiannya bergeser menjadi bisnis yang berbasis internet. Dalam membuangun suatu sistem E-Business, diperlukan suatu strategi khusus yang berbeda dengan stategi bisnis yang digunakan dalam perusahaan offline. Dalam proses pengimplementasian E-Business di Indonesia, masih terdapat sejumlah hambatan: (1) belum terbentuknya high trust society, (2) pada umumnya harga produk tidak bisa ditawar, tidak seperti pada pasar tradisinal, (3) adanya tindak kejahatan 42 penyalahgunaan kartu kredit, (4) perbedaan platform antar perusahaan, (5) ketaatan mengenai etika dan moralitas yang masih kurang. Penyebab kegagalan E-Business: (1) tidak ada komitmen yang utuh dari manajemen puncak, (2) penerapan E-Business tidak diikuti proses Change Management, (3) tidak profesionalnya vendor teknologi informasi yang menjadi mitra bisnis, (4) buruknya infrastruktur komunikasi, (5) tidak selarasnya strategi TI dengan strategi perusahaan, (6) adanya masalah keamanan dalam bertransaksi, (7) kurangnya dukungan finansial, (8) menggunakan target jangka pendek sebagai pijakan investasi E-Business. Dalam sistem E-Business, para konsumen harus bertindak lebih aktif untuk mencari informasi dan produk-produk yang dipasarkan dari pada konsumen tradisional yang lebih banyak menunggu usaha promosi dari para pebisnis. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi keaktifan konsumen pada sistem E-Business. Oleh karena itu, pebisnis harus dapat menentukan strategi yang tepat untuk meraih kesuksesan. Berryman dalam bukunya yang berjudul Electronic Commerce: Three Emerging Strategies, mengungkapkan beberapa model pembentukan E-Market yaitu: (1) sellercontrolled electronic marketplace - pasar dibentuk oleh penjual tunggal yang mencari banyak pembeli, (2) buyer-controlled electronic marketplace - pasar dibentuk oleh satu atau lebih pembeli dengan tujuan untuk mengalihkan kekuatan dan nilai dalam pasar kepada pihak pembeli, (3) natural electronic marketplace - pembentukan pasar dilakukan oleh pihak ketiga untuk mempertemukan banyak penjual dan banyak pembeli. Faktor-faktor keberhasilan E-Business: (1) tingkat kesesuaian dan dukungan aktivitas EBusiness atas strategi keseluruhan perusahaan, (2) kemampuan untuk menjamin bahwa proses E-Business memenuhi tiga karakteristik kunci yang dibutuhkan dalam transaksi bisnis apapun yaitu: validitas, integritas, dan privasi (Riswayan, 2010). Tujuh strategi taktis untuk sukses dalam E-Business: (1) fokus - produk-produk yang dijual di internet harus menjadi bagian fokus dari manajer produk, (2) banner berupa teks - respons berupa teks jauh lebih tinggi bila dibandingkan gambar, (3) ciptakan 2 level afiliasi - memiliki distributor penjualan utama dan agen penjualan kedua yang membantu penjualan produk/bisnis, (4) manfaatkan kekuatan e-mail - aktivitas pertama yang paling banyak digunakan di internet, maka pemasaran dapat dilakukan melalui e-mail atas dasar persetujuan, (5) menulis artikel - kebanyakan penjualan adalah hasil dari proses edukasi atau sosialisasi, sehingga produk dapat dipasarkan melalui tulisan-tulisan yang informatif, (6) lakukan E-Marketing - sediakan sebagian waktu untuk pemasaran secara online, (7) komunikasi instan - terus mengikuti perkembangan dari calon pembeli atau pelanggan tetap untuk menjaga kepercayaan dengan cara komunikasi langsung. Ukuran keberhasilan E-Business: (1) seberapa tinggi potensi penambahan pendapatan (revenue) perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang didapat pada saat konsep E-Business diimplementasikan, (2) seberapa tinggi potensi pengurangan biaya (cost), baik secara langsung maupun tidak langsung yang didapat pada saat konsep E-Business diterapkan. 43 Kriteria keberhasilan E-Business: (1) reduce overall costs, (2) displace costs, (3) avoid costs, (4) opportunity for revenue growth, (5) improved management information, (6) improved staff productivity, (7) capacity for increased volume, (8) reduce error, (9) competitive advantage, (10) catch up with competition, (11) improved management control, (12) management productivity, (13) improved staff morale, (14) improved corporate image, (15) improved customer service, (16) improved client/server relationships (Indrajit, 2002). Kriteria kinerja dari E-Business dapat dikembangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi diperlihatkan pada sepuluh hal di bawah ini (ukuran keberhasilan dipandang dari perspektif eksternal): (1) reduce customer’s cost (cost efficiency), (2) improve customer services (help desk), (3) reach the customers (delivery channels), (4) improve the quality of products and services (quality assurance), (5) satisfy customer specific needs (customization), (6) save customer’s time (speed), (7) reduce customer’s complain (satisfaction), (8) provide effective payment system (payment and security system), (9) add customer’s brand awareness (loyalty), (10) create customer’s identity (customer forever) (Indrajit, 2002). Dalam bukunya The Effective Measurements of IT Cost and Benefit Analysis, Arthur Money dan Remenyi memberikan 16 kriteria yang harus diukur di dalam perusahaan untuk menentukan apakah konsep E-Business yangditerapkan lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada saat E-Business belum diimplementasikan (manajemen bisnis konvensional). Secara ringkas keenam-belas kriteria tersebut: (1) kemampuan sistem dalam mengurangi biaya, (2) kemampuan sistem memindahkan biaya, (3) kemampuan sistem menghindarkan biaya, (4) kemampuan sistem menyediakan peluang pertumbuhan pendapatan, (5) kemampuan sistem menyediakan peningkatan informasi manajemen, (6) kemampuan sistem meningkatkan produktivitas staf, (7) kemampuan sistem menyediakan kapasitas untuk meningkatkan volume, (8) kemampuan sistem untuk mengurangi kesalahan, (9) kemampuan sistem menyediakan keuntungan kompetitif, (10) kemampuan sistem menyetarakan dengan persaingan, (11) kemampuan sistem menyediakan peningkatan kontrol manajemen, (12) kemampuan sistem meningkatkan produktivitas manajemen, (13) kemampuan sistem menyediakan peningkatan moral karyawan, (14) kemampuan sistem menyediakan peningkatan citra perusahaan, (15) kemampuan sistem menyediakan peningkatan layanan nasabah, dan (16) kemampuan sistem meningkatkan hubungan dengan klien. 5. Simpulan E-Business adalah penggunaan TI dan komunikasi oleh organisasi, individu, atau pihakpihak terkait untuk menjalankan dan mengelola proses bisnis utama sehingga dapat memberikan keuntungan—dapat berupa berupa keamanan, fleksibilitas, integrasi, optimasi, efisiensi, atau/dan peningkatan produktivitas dan profit. Pertumbuhan E-Business di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan 10-20 kali lipat pada tahun-tahun mendatang. Prospek E-Business ke depan sangat bagus. Hal 44 itu terlihat dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai sekitar 1% dari total jumlah penduduk. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2001 mencapai 4,2 juta orang. Meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan angka pada akhir tahun 2000 sebesar 1,9 juta orang. Sedangkan berdasarkan data yang diberikan oleh Internetworldstats, penduduk Indonesia yang menggunakan internet berjumlah 25.000.000 pada tahun 2008, atau meningkat sebesar 1,150 % dari tahun 2000 yang hanya berkisar 2.000.000 saja. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 pengguna internet di Asia. Dalam mempercepat perkembangan E-Business yang berorientasi pada keuntungan kompetitif, peran serta semua stakeholder yang ada sangat diperlukan. Stakeholder ini meliputi semua kalangan yaitu pemerintah, bisnis, institusi pendidikan, dan masyarakat yang selalu melakukan sharing knowledge, alignment, dan secara aktif memberikan feedback. Dalam hal ini bentuk-bentuk kebijakan yang dibuat adalah berdasarkan atas stakeholder tersebut. Perkembangan E-Business saat ini memang sangat pesat di Indonesia. Namun khusus untuk E-Commerce, masih ada hambatan yang ditemui dalam pelaksanaannya. Pada tingkat kebijakan, hingga saat ini pemerintah belum secara serius mendukung kegiatan ECommerce, setidaknya dilihat dari tidak adanya kebijakan-kebijakan yang khusus dari pemerintah yang mendukung kegiatan tersebut. Selain itu, belum ada deregulasi dari sistem TI khususnya internet yang merupakan salah satu tulang punggung dari perkembangan E-Commerce, perbaikan sistem pabeanan dan deregulasi dalam eksporimpor barang. Selain itu, infrastruktur di Indonesia untuk mendukung E-Commerce juga belum memadai, terutama masih minimnya koneksi internet yang masuk ke desa-desa di Indonesia. Sebagai langkah awal untuk memasyarakatkan internet di Indonesia. Pemerintah saat ini memang tengah menyelenggarakan program internet kecamatan di 7.500 kecamatan di seluruh Indonesia. Hambatan lain adalah kurangnya kesiapan institusi keuangan di Indonesia untuk menjadi bank penyedia solusi pembayaran online dari transaksi E-Commerce. Belum lagi masih kurangnya SDM yang menguasai E-Commerce secara menyeluruh serta faktor kemanan dan tindakan penipuan (fraud). 45 Daftar Pustaka Buku/Paper/Artikel: Alter, Steven. 2002. Information System: Foundation of E-Business. Prentice Hall, New Jersey. Dhewanto, Wawan; dan Falahah. 2007. ERP (Enterprise Resource Planning) Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis. Informatika Bandung. Dhian, Rima. “Strategi Perusahaan Dalam Menerapkan E-Business Guna Meraih Kesuksesan Bisnis”. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Diana, Anastasia. 2001. Mengenal E-Business. Andi Publisher, Yogyakarta. Firdaus, Alvin dan Febriansyah, Beni. 2010. Sistem Informasi Manajemen – Contoh Website B2B, B2C, G2B, C2C. Universitas Sriwijaya. Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Indrajit, Richardus Eko. 2002. Konsep dan Aplikasi E-Business. Andy, Yogyakarta. Kalakota, Ravi and Marcia Robinson. 2001. E-Business 2.0 Roadmap for Success, second edition, Addison Welsey, Massachusetts, USA. O’Brien, J. A. 2005. Pengantar Sistem Informasi. Edisi 12. Terjemahan: Introduction to Information Systems, 12th Ed. Palupi W. (editor), Dewi F. dan Deny A. K. (penerjemah). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. O’Brien, James A., 2002, “Customer Relationship Management”, Management Information Systems: Managing Information Technology in the E-Business Enterprise (5th ed.). McGraw-Hill Higher Education. Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2001. Perspektif E-Business. Andi Publisher, Yogyakarta. Safarina, Shitta Nur. 2011. Penerapan E-Business di Indonesia. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Sekolah Pascasarjana, IPB. Sawhney, Mohan dan Jeff Zabin. 2001. Seven Steps to Nirvana: Strategic Insights Into EBusiness Transformation. New York, McGraw Hill. Internet: http://12puby.blogspot.com/2011/03/e-business.html http://accountingcommunity.blogspot.com/2008/11/all-about-sap-erp.html http://agunk89zone.wordpress.com/2009/12/08/jenis-distribusi-dalam-supply-chainmanagement/ http://ausweb.scu.edu.au/aw03/papers/li/paper.html http://avicinna.wordpress.com/probolinggo/e-government-dan-pegi-di-kota-probolinggo/ 46 http://blog.politekniktelkom.ac.id/drw/2011/04/11/strategi-dan-kebijakanpengembangan-e-business-di-indonesia/ http://blogscreenpis9.blogspot.com/2010/03/peluang-bagi-e-government.html http://celemotan.wordpress.com/2008/01/04/mengenal-erp-bagaimana-suksesmengimplementasikannya-dalam-perusahaan-anda/ http://community.gunadarma.ac.id/public/archive/mod_blog/id_940/title_erp/ http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/23/e-business/ http://goeswateamwork.com/index.php/en/hubungan-pelanggan/67-customerrelationship-management-crmhttp://honeybee-space.blogspot.com/2008/08/implementasi-erp-di-pertamnia.html http://id.wikipedia.org/wiki/ERP http://industri09antongiardhi.blog.mercubuana.ac.id/?p=161 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scm-definisi.html http://kadandia.blogspot.com/2010/10/electronic-data-interchange-edi-dan.html http://k-dew.blogspot.com/2010/01/pengertian-b2b-b2c-c2cb2b2cb2e-dalam.html http://masterbiznet.com/pemasaran-bisnis/e-supply-chain-management.html http://paknewulan.wordpress.com/2007/09/27/merancang-content-e-government/ http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/499801/transaksi-internet-banking-bca-naik-50 http://persinggahan-netter.com/tutorial/web-based/blog-society/penerapan-bisnis-melaluidiagram-relasi-e-business/ http://punyawahyu.blogspot.com/2009/09/erp-adalah-sistem-informasi-yang.html http://raifertilini.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/14/71/ http://reagansatyawira.blogspot.com/2008/11/manfaat-e-business-bagi-perusahaan.html http://tekno.kompas.com/read/2010/06/10/0949169/PT.KAI.Implementasi.SAP.ERP-12 http://teknologi.infogue.com/ditjen_hki_berantas_pembajakan_dari_segala_penjuru http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/03/23/e-commerce-dan-e-business/ http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/10/11/pengantar-e-business-model-pengaruhfaktor-dan-infrastruktur/ http://us.surabaya.detik.com/read/2011/01/01/032312/1537179/475/integrasikan-sistemsemen-gresik-implementasikan-sap http://www.antaranews.com/berita/1271064582/buma-implementasikan-sap-erp-untuktingkatkan-proses-bisnis http://www.antaranews.com/berita/239467/transaksi-internet-banking-bank-mandirimelonjak http://www.antaranews.com/berita/245709/pt-buma-gunakan-sap-erp-go-live http://www.apkomindojabar.com/in-the-news http://www.arsip.net/id/link.php?lh=VgEHUlICAwsB http://www.blog.jtc-indonesia.com/2010/05/perbedaan-antara-e-commerce-dengane.html http://www.bumn.go.id/22650/publikasi/berita/bapepam-tidak-boleh-terlalu-bersahabatdengan-pelaku-pasar/ http://www.creativesolutionsaward.com/csa2/index.php?o=view/mencari_solusi_untuk_p erbaikan_e-commerce_di_indonesia http://www.detikinet.com/read/2011/01/25/121957/1553930/319/transaksitokobaguscom-tembus-rp-300-miliar http://www.ebizzasia.com/0103-2002/focus,0103,02.htm 47 http://www.ebizzasia.com/0109-2003/q&a,0109-2.htm http://www.ebizzasia.com/0329-2005/focus,0329,04.htm http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://downloadsoftwarestore.com/software_ima ges/05/20/00132005/New_Innovation_Advanced_Softwarescreenshot.gif&imgrefurl=http://downloadsoftwarestore.com/software/keyword/188 88/12&usg=__vG0_C4wRbBUz9BjnPwDfjyhhs7o=&h=537&w=1097&sz=47&hl =id&start=0&zoom=1&tbnid=ICK_LVpB_pQ62M:&tbnh=88&tbnw=180&ei=BDI ZTvzaK4XMrQfk7YzQAQ&prev=/search%3Fq%3Ddesign%2Bproduct%2Bmana gement%2Bsoftware%26um%3D1%26hl%3Did%26biw%3D1152%26bih%3D550 %26tbm%3Disch&um=1&itbs=1&iact=hc&vpx=301&vpy=93&dur=680&hovh=1 57&hovw=321&tx=167&ty=94&page=1&ndsp=16&ved=1t:429,r:1,s:0 http://www.itb.ac.id/news/1048.xhtml http://www.kamusilmiah.com/it/survey-eiu-e-commerce-business-readiness-2000-2004tempatkan-indonesia-di-peringkat-38/ http://www.midas-solusi.com/knowledge-space,en,detail,64,apa-itu-erp-%28enterpriseresource-planning%29 http://www.onlinestoreku.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=272:transaksi -kaskus-i-capai-us$100-juta&Itemid=257 http://www.scribd.com/doc/59560446/33494712-Strategi-an-Dalam-Menerapkan-EBusiness-Guna-Meraih-Kesuksesan-Bisnis http://www.yellowpages.co.id/ypcoid/yellowpages#main 48 Subyek : Ujian Tengah Triwulan (Take Home) Mata Kuliah : Sistim Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso M.Sc (CS) Waktu Penyerahan : 12 Juli 2011 Penerapan E-Bisnis di Indonesia Disusun oleh : Endro Sularso (P056100523.36E) MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 49