SUMBER AIR HIDUP RANCANGAN KHOTBAH Edisi: Januari - Juni 2013 Diterbitkan oleh : Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111 Telp. (0725) 42598 - E.mail : [email protected] Website: www.gksbs.org 1 DAFAR ISI 1. Pengantar 3 2. RK 01 Januari 2013 4 3. RK 06 Januari 2013 13 4. RK 13 Januari 2013 20 5. RK 20 Januari 2013 26 6. RK 27 Januari 2013 37 7. RK 03 Pebruari 2013 47 8. RK 10 Pebruari 2013 56 9. RK 26 Mei 2013 64 10. RK 02 Juni 2013 71 11. RK 09 Juni 2013 79 12. RK 16 Juni 2013 88 13. RK 23 Juni 2013 98 14. RK 30 Juni 2013 107 2 Pengantar Rekan-rekan pengguna bahan SAH Yang dikasihi Kristus, Senang sekali dapat menjumpai rekan-rekan sekalian dengan Bahan Khotbah Sumber Air Hidup Sinode GKSBS semester ganjil (Januari-Juni) 2013. Penulisan Bahan Khotbah kali ini diawali dengan lokakarya Bengkel penulisan bagi para penulis dengan fasilitator Pdt. Yoel Indrasmoro dari GKJ (Gereja Kristen Jawa). Dilajutkan dengan tugas menulis di rumah masingmasing, dan satu bulan kemudian bertemu untuk mempresentasikan hasil tulisan dan perbaikan, sebelum akhirnya di edit dan diterbitkan. Rangkaian panjang proses penulisan tersebut diharapkan menghasilkan tulisan lebih baik dari tulisan edisi sebelumnya. Bahan Khotbah, semester ganjil 2013 ini, disajikan dalam bentuk Rancangan Khotbah dan dilengkapi dengan khotbah jadi. Contoh khotbah jadi disajikan dengan maksud sebagai pembanding dari khotbah yang telah temanteman buat. Bukan untuk dibacakan langsung pada waktu khotbah. Karena situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan konteks yang teman-teman hadapi. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas pengkhotbah, akan sangat baik bila para pengkhotbah berkenan mempelajari lebih dahulu rancangan khotbah ini, membuat khotbahnya sendiri dan membandingkannya dengan contoh khotbah jadi. Bila memungkinkan dapat diadakan bersiapan bersama para pengkhotbah. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis; Pdt. Lilik Priyo Santoso (LPS), Pdt. Bambang Nugroho Hadi (BNH), Pdt. Sumardining Waluyo (SW), Pdt. Prasetyanto Aji (PA), Pdt. Em. Slamet Raharjo (SR), Pdt. Yohanes Fajar Handoyo (YFH), Pdt. Theofilus Agus Rohadi (TAR), Pdt. Kurniawan Diwanto Wijaya (KDW), Pdt. Kristiawan Heru (KH), serta Pdt. Parningotan Siagian (PS). Kiranya jerih lelah dan pelayanan saudara menjadi berkat bagi banyak orang dan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan. Akhir kata, kiranya Bahan Khotbah ini menjadi berkat bagi kita sekalian. Selamat berkhotbah, Tuhan Yesus memberkati. Salam & Doa MPS GKSBS 3 RANCANGAN KOTBAH, 01 Januari 2013 Tahun Baru 2013, Warna Liturgi Putih Bacaan: Bilangan 6: 22 – 27 Tema: PENYERTAAN TUHAN MEMASUKI TAHUN BARU Tujuan: Jemaat meyakini penyertaan Tuhan untuk memasuki Tahun Baru. PENJELASAN TEKS Kitab Bilangan menceritakan sejarah bangsa Iarael selama kurang lebih 40 tahun, sejak mereka meninggalkan gunung Sinai, sampai ke perbatasan Timur Kanaan. Nama BILANGAN diambil dari peristiwa sensus bangsa Israel. Sensus pertama dilaksanakan di Gunung Sinai sebelum berangkat menuju Kanaan. Urutan peristiwa yang dikisahkan dalam Kitab Bilangan adalah: Dari Sinai Israel mengembara ke utara memasuki padang gurun Paran. Di sana, para pengintai yang membawa pulang "kabar busuk" menimbulkan pemberontakan dan bangsa itu tidak bersedia masuk ke Kanaan. Akibatnya mereka menderita kekalahan di tangan bangsa kafir dan disuruh mengembara kembali di padang gurun sepanjang tiga puluh delapan tahun lagi. Pada akhir periode ini mereka pergi ke dataran Moab, di sebelah timur Yordan, dan mengalahkan serta menduduki seluruh wilayah Trans-Yordan di utara Sungai Arnon. Di sini mereka terjerumus ke dalam dosa dengan para perempuan Moab dan Midian serta menyembah dewa-dewa mereka. Israel, kini generasi baru, dihitung lagi, dan atas perintah Allah mereka kemudian menghancurkan orang Midian yang telah demikian mengusik mereka. Dari pasal 20 hingga pasal 36 kitab ini membahas rangkaian peristiwa pada tahun keempat puluh (Bil 36:13). Banyaknya hukum dan peraturan menjadikan bagian ini memiliki banyak kesamaan dengan Kitab Ulangan. Kitab ini menceritakan bangsa Israel yang seringkali berkecil hati dan takut menghadapi kesukaran-kesukaran. Mereka melanggar perintah Allah dan tidak mau menurut kepada Musa yang ditunjuk Allah menjadi 4 pemimpin mereka. Kitb ini juga menceritakan kesetiaan dan ketekunan Tuhan dalam memelihara bangsaNya, walaupun mereka terkadang tidak taat. Juga menceritakan Musa yang terkadang kurang sabar, tetapi tetap melayani Tuhan dan bangsa Israel dengan tabah. Bilangan 6:22-27: Ucapan berkat Imam Imam dalam arti kata yang lebih luas, seorang wakil manusia dalam urusan-urusan mengenai Allah. Mula-mula bertindak sebagai pembantu nabi Musa dalam jabatannya sebagai perantara, (Kel 24:5) kemudian pekerjaan imamat diserahkan kepada suku Lewi, Bil 16:40 mengaku jabatan sebagai imam besar dianggap suatu kedudukan yang paling istimewa dan penting dalam negara Yahudi. Bil 6:22-27 menunjukkan tanggapan Allah yang pengasih kepada umat-Nya jikalau mereka memelihara kesucian di tengah jemaat dan mengungkapkan pengabdian dengan segenap hati sebagaimana terlihat dalam nazar seorang Nazir (orang yang membaktikan diri untuk pelayanan kepada Tuhan, kadang untuk sementara waktu, kadang untuk seumur hidup. Ia tidak boleh memangkas rambutnya atau minum air anggur ataupun menyentuh jenazah Bil 6:1-21). Berkat. Dalam bahasa Ibrani berakha, sering dihubungkan dengan karunia benda, biasanya material (Ul 11:26; Ams 10:22; 28:20; Yes 19:24). Sering dipertentangkan dengan kutukan (Kej 27:12; Ul 11:26-28; 23:5; 28:2; 33:23) dan kadang-kadang dipakai dalam rumusan kata-kata yang merupakan ‘pemberkatan’ (Kej 27:36,38,41; Ul 33:1). Kata eulogia dalam PB juga dipakai dengan arti terakhir (Yak 3:10), tapi ditambahkan arti karunia rohani yg didatangkan oleh Injil (Rom 15:29; Ef 1:3) dan karunia material pada umumnya (Ibr 6:7; 12:17; 2 Kor 9:5, kemewahan). "Memberkati" mengandung ide bahwa kehadiran, tindakan, dan kasih Allah memasuki kehidupan dan lingkungan seseorang. 1. Berkat ini diperhadapkan di depan hamba-hamba Allah yang setia sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh-Nya (Ul 11:26,27). 2. Berkat keimaman itu terdiri atas tiga bagian: a. Pemberian berkat Allah dan perlindungan-Nya dari kuasa-kuasa kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan kesejahteraan hidup seseorang (Bil 6:24; bd. Mazm 71:1-6). 5 b. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati, kehendak baik, dan kasih karunia Allah kepada umat-Nya (Bil 6:25) adalah berlawanan dengan murka-Nya (bd. Mazm 27:1; 31:16; Ams 15:30; 16:14; Yes 57:17). Kasih karunia Allah ialah pengampunan, kasih, dan kuasa penyelamatan-Nya. c. Wajah Allah yang dihadapkan kepada mereka (Bil 6:26), yaitu pemeliharaan dan pemberkatan mereka dengan sepenuh hati (bd. Mzm 4:7-8; 33:18; 34:17). Yang dianugerahkan oleh Allah ialah "damai sejahtera" (Bil.6:26); (Ibr.shalom) berarti tidak ada kekurangan apa-apa dan menerima segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadikan hidup ini sungguh-sungguh hidup (bd. Mal 2:5), termasuk harapan akan masa depan (Yer.29:11). Lawan dari "damai sejahtera" bukan hanya ketiadaan keselarasan, tetapi kejahatan dalam segala bentuk (bd. Rom 1:7; 1 Kor 1:3; 1Tes 5:23) 3. Berkat Allah atas umat-Nya akan menghasilkan keselamatan yang memancar bagaikan obor penerang kepada semua bangsa (Mazm 67:1-7; 68:1; Mazm 133:3; Yeh 34:26) Melindungi : (KBBI) 1. Menutupi supaya tidak terlihat atau tampak, tidak kena panas, angin, atau udara dingin, 2. Menjaga; merawat; memelihara 3. Menyelamatkan (memberi pertolongan dsb) supaya terhindar dari mara bahaya Menyinari : (KBBI) 1. Memancarkan cahaya kepada; menerangi dengan cahaya; (dengan obor dsb) 2. Memberi terang (keterbukaan dihati, kebenaran) Wajah: melambangkan: 1. Keberadaan di hadirat atau di dalam jangkauan pandangan seseorang. Sering mengacu kepada Allah. Kel 33:11; 1 Kor 13:12; Mzm 27:8; 67:1; 105:4; Hos. 7:2; Why. 22:4. 2. Tujuan atau sasaran atau sikap seseorang; artinya tergantung konteksnya. Bil. 24:1; Ams. 7:13; Yer. 2:27; Dan. 9:3; Pkh. 8:1. 6 3. Kemurahan hati Allah. Yer 18:17; Bil 6:25; Mzm 17:15; 31:1,6; 67:1; 80:3,7,19; 119:135. 4. Perasaan atau emosi seseorang (yg nampak dari wajahnya). Kel 3:6; 2 Sam 2:22; Ayb 11:15; Mzm 69:7; Yeh 3:9. KASIH KARUNIA/ ANUGERAH I. Dalam PL Kasih karunia dipakai sebagai terjemahan bh Ibrani khen. Kata ini berarti perbuatan atasan (dapat juga Allah) yg menunjukkan kepada bawahannya kasih karunia, padahal sebenarnya bawahan itu tidak layak menerimanya: mis Kej 6:7; Kel 33:17; Bil 6:25. Memang, tiada manusia yang dapat menunjukkan khen kepada Allah. PL menjelaskan, Allah memilih Bapak-bapak leluhur Israel dan Israel juga, hanya atas dasar kasih karunia-Nya. Sama sekali tidak ada jasa atau kebenaran dalam mereka, yang dapat dianggap alasan bagi pemilihan itu, Ul 7:7-8, bnd Ul 8:18. Dalam membuat perjanjian Sinai, seperti dulu dalam membuat perjanjian Abraham, prakarsa dari Allah datangnya. Nabi-nabi juga, yang menekankan perlunya pertobatan, mengakui bahwa hati yang baru harus diperoleh sebagai karunia dari Tuhan (Yeh 36:26; Yer 31:31-34), artinya, berdasarkan kasih karunia-Nya. II. Dalam PB Kata Yunani kharis adalah kata yang biasa dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani khen. Kata kerja kharizesthai dipakai untuk menunjukkan arti pengampunan, dari manusia dan juga dari Allah (Kol 2:13; 3:13; Ef 4:32). DAMAI SEJAHTERA Pengertian dasar dari kata Ibrani shalom adalah sehat walafiat, utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene pertama-tama berarti negatif dalam tulisan klasik. Tapi melalui LXX (yg memakai kata itu untuk menerjemahkan shalom), maka kata itu dalam PB mempunyai makna shalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu mempunyai anti yang sangat luas, nampak dari banyaknya terjemahannya: 1. Selamat : Kej 43:27; Kel 4:13; Mr 5:34; Luk 7:50 7 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persahabatan : Yos. 9:15 Jangan kuatir : Hak. 19:20 Damai : 1 Raj 5:12; Ibr 12:14 Kesejahteraan : Mzm. 122:7; Yer 28:7 Kemujuran : Mzm. 73:3 Tenteram : Mzm. 4:7 Keselamatan : Mzm. 85:9 Damai sejahtera : Yes. 48:18; 57:19; Luk. 1:79; 2:14; 10:5; Yoh.14:27; 20:19; Kis. 10:36. Dalam Alkitab, nama sering merupakan METAFORIS untuk sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang, misalnya "di dalam namaku "berarti" karena aku adalah". Demikian pula dengan nama-nama Allah. Nama dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Karena dunia sudah kacau akibat dosa manusia, dan karena kesejahteraan datang hanya sebagai karunia Allah, maka pengharapan akan datangnya Mesias membawa zaman kedamaian atau kesejahteraan (Yes 2:2-4; 11:1-9; Hag 2:6-8), dan merupakan kedatangan Raja Damai (Yes 9:6 dab; bnd Yer 33:15 dab; Yeh 34:23 dab; Mi 5:6; Za 9:9 dab). PB menunjukkan penggenapan dari pengharapan ini. Dalam Kristus damai sejahtera sudah datang (Luk 1:79; 2:14,29 dab). Dia-lah yang mengaruniakannya (Mr 5:34; Luk 7:50; Yoh 20:19,21,26), dan muridmurid-Nya menjadi pembawanya (Luk. 10:5 dab; Kis. 10:36). KONTEKS MASA KINI 1. Tahun Baru menjadi kesempatan untuk membaharui sisi-sisi kehidupan yang kurang tepat, misalnya, meninggalkan kebiasaan buruk: merokok, minuman keras, begadang, dll. 2. Tahun baru juga bisa menjadi momen untuk memulai/merubah halhal menjadi baru: usaha baru, semangat baru dalam melayani, membaharui hubungan dengan sesama, dll. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pendahuluan a. Sampaikan cerita berbagai kegiatan menyambut Tahun Baru. 8 b. Sampaikan beberapa pertanyaan tentang Tahun Baru. c. Sampaikan ucapan selamat tahun Baru tanggal 1 Januari 2013 . 2. Isi a. Tuhan berkenan memberkati umat Israel b. Memasuki Tahun Baru 2013 dengan optimis, karena Tuhan masih berkenan memberkati umat manusia. c. Penjelasan Berkat imam (24-26) d. Berkat-Nya dinyatakan kepada umat yang sungguh-sungguh menyembah ‘hanya’ Tuhan saja. 3. Penutup Ajakan memasuki Tahun baru dengan penuh keyakinan akan penyertaan Tuhan. Mohon pertolongan Tuhan untuk hal-hal yang perlu diubah, ditanggalkan, harapan serta yang perlu dibaharui. Daftar Ayat dan Nyanyian: 1. BA Filipi 2 : 5-8 2. Persembahan Mazmur 57 : 10-12 3. Nyanyian KJ 242 4. Nyanyian PKJ 242 5. Nyanyian PKJ 128 6. Nyanyian KJ 375 7. Nyanyian KJ 450 8. Nyanyian KJ 407 *** Contoh Kotbah Jadi Meyakini Penyertaan Tuhan Memasuki Tahun Baru Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 9 Hari ini kita bersama memasuki Tahun Baru 2013. Semalam sampai pagi, masih jelas dalam ingatan kita berbagai kegiatan masyarakat dalam menyambut Tahun Baru. Terompet, kembang api, juga ibadah-ibadah yang dilaksanakan dalam meninggalkan tahun 2012 dan menyongsong tahun baru 2013. Cukup meriah menyambut 1 Januari ini. Kepada Saudara-saudara yang lahir tepat tanggal 1 Januari, kami ucapkan Selamat Ulang Tahun. Pertanyaan bagi kita sekalian, apa saja hal-hal yang penting bagi kita memasuki tahun ini? Hal-hal apa yang perlu kita tanggalkan di tahun 2013 ini? Harapan-harapan apa yang mau kita raih tahun ini? Bacaan firman Tuhan saat ini sering disebut Ucapan Berkat Imam. Bil 6:22-27 menunjukkan tanggapan Allah yang pengasih kepada umat-Nya jikalau mereka memelihara kesucian di tengah jemaat dan mengungkapkan pengabdian dengan segenap hati sebagaimana terlihat dalam nazar seorang Nazir (=Orang yang membaktikan diri untuk pelayanan kepada Tuhan, kadang-kadang untuk sementara waktu, kadang-kadang untuk seumur hidup) Perintah Tuhan disampaikan di padang gurun Sinai, ketika Israel bersiap-siap untuk memasuki tanah Kanaan. “Memberkati” mengandung ide bahwa kehadiran, tindakan, dan kasih Allah memasuki kehidupan dan lingkungan seseorang. 1. Berkat ini diperhadapkan di depan hamba-hamba Allah yang setia sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh-Nya (Ul 11:26,27). 2. Berkat (Ibrani berakha) keimaman itu terdiri atas tiga bagian: a. Pemberian berkat Allah dan perlindungan-Nya dari kuasa-kuasa kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan kesejahteraan hidup seseorang. b. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati, kehendak baik, dan kasih karunia Allah kepada umat-Nya (Bil 6:25) adalah berlawanan dengan murka-Nya Kasih karunia Allah ialah pengampunan, kasih, dan kuasa penyelamatan-Nya. c. Wajah Allah yang dihadapkan kepada mereka (Bil 6:26), yaitu pemeliharaan dan pemberkatan mereka dengan sepenuh hati (bd. Mzm. 4:7-8; 33:18; 34:17). Yang dianugerahkan oleh Allah ialah “damai sejahtera”/Ibr. Shalom : berarti tidak ada kekurangan apaapa dan menerima segala sesuatu yang diperlukan untuk 10 menjadikan hidup ini sungguh-sungguh hidup (bd. Mal. 2:5), termasuk harapan akan masa depan (Yer. 29:11). Lawan dari “damai sejahtera” bukan hanya ketiadaan keselarasan, tetapi kejahatan dalam segala bentuk. 3. Berkat Allah atas umat-Nya akan menghasilkan keselamatan yang memancar bagaikan obor penerang kepada semua bangsa (Mzm. 67:17; 68:1; Mzm. 133:3; Yeh 34:26) Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Hari ini, kita mengawali memasuki Tahun Baru 2013. Sebagian manusia sibuk untuk memahami tahun ini tahun apa? Tren pakaian seperti apa? Bagaimana tahun ini ramalan untuk dirinya? Mereka kemudian mengkaitkan dengan usaha apa yang membawa keberhasilan di tahun ini, lalu sibuk mencari ‘penolong’ supaya berhasil. Ada yang semakin optimis, tetapi ada yang pesimis, nglokro, semplah untuk memasuki tahun ini. Bagaimana kita sebagai umat Tuhan? Kita tidak perlu sibuk mencari ‘penolong’. Situasi, trend pakaian, keinginan, atau jaman bisa berubah. Tetapi Tuhan tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. Tuhan masih berkenan mengasihi dunia ini. Sebagaimana ketenangan, ayem tentremnya bangsa Israel ketika hidup mereka diberkati Tuhan. Hal ini juga Tuhan berkenan nyatakan dalam kehidupan kita. Memasuki Tahun Baru ini dalam keyakinan akan berkat Tuhan yang menyertai kehidupan kita. Berkat dan perlindunganNya dari kuasa-kuasa kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan kesejahteraan hidup kita. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati, kehendak baik, dan kasih karunia Allah kepada umat-Nya Kasih karunia Allah, yaitu pengampunan, kasih, dan kuasa penyelamatan-Nya. Wajah Allah yang dihadapkan kepada kita, yaitu pemeliharaan dan pemberkatan dengan sepenuh hati. Semuanya Tuhan berkenan nyatakan dalam kehidupan kita. Bahkan selalu dibaharui tiap ibadah-ibadah yang kita ikuti. Kurang apa lagi ??.... semua Tuhan sediakan. Puji nama Tuhan, karena siapa kita ini kok Tuhan berkenan mengasihi demikian luar biasa…. Tuhan masih berkenan menyatakan berkatNya atas kita. Oleh karena itu, marilah dengan selalu bersyukur kepada Tuhan, kita memasuki Tahun Baru ini dengan semakin setia 11 hidup di dalam Tuhan. Hidup damai sejahtera, keberhasilan, keselamatan, akan selalu menyertai setiap orang yang siap sedia diberkati Tuhan, yaitu mereka yang dengan tulus dan sungguh-sungguh setia menyembah kepada Tuhan (Ul. 11:27). Kebiasaan, pola hidup, kesenangan yang mau kita tanggalkan di tahun baru ini, catat dan sampaikan kepada Tuhan, mohon pertolongan Tuhan memampukan kita melakukan hal itu. Harapan, cita-cita, keinginan kita tahun ini, juga nyatakan kepada Tuhan. Tuhan masih berkenan mendengar, menolong, dan memberkati umatNya. Selamat Tahun Baru, Tuhan memberkati selalu. Amin. (LPS) *** RANCANGAN KOTBAH, 6 Januari 2013 Minggu Epifania I, Warna Liturgi Putih Bacaan: Lukas 3:15-17, 21-22 MENELADAN KERENDAHATIAN DAN KETAATAN YOHANES PEMBAPTIS SERTA YESUS 12 Tujuan 1. Jemaat dapat dikuatkan keyakinannya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah Yang Berkuasa. 2. Jemaat dapat meneladani Yohanes Pembaptis dan Yesus yang rendah hati. PENJELASAN TEKS Perikop ini dilatarbelakangi kisah tampilnya Yohanes Pembaptis berjalan ke daerah-daerah sekitar sungai Yordan sambil menyerukan pertobatan; “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu!” Tampilnya Yohanes Pembaptis disambut dengan antusias oleh orang orang Yahudi di sekitar Sungai Yordan. Pengharapan yang kuat dari orang-orang Yahudi akan datangnya Mesias dibangkitkan dengan tampilnya Yohanes Pembaptis ke seluruh daerah sekitar Sungai Yordan dan menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Lukas 3:3). Maka berbondong-bondonglah orang datang kepada Yohanes. Yohanes mengajarkan tentang pentingnya menghasilkan buah-buah pertobatan. Bukan hanya dengan kata tapi juga dengan perbuatan. Yohanes memberikan contoh praktisnya dalam sikap berbagi, melakukan kejujuran, menghindarkan diri dari sikap memeras atau korupsi, tidak mementingkan diri sendiri dan berusaha mencukupkan diri dengan pendapatan/ gaji yang diterima (Luk 3: 10-14). Karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, maka Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “ Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:15-16). Dengan keterangan ini, Yohanes Pembaptis memperkenalkan Mesias sebagai Sang Pembaptis yang lebih berkuasa daripada dirinya. Mesias adalah Pembaptis yang tak tertandingi. Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Nubuatan Yohanes ini segera digenapi tatkala Yesus menjalani baptisan. Saat Yesus sedang dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung 13 merpati ke atasNya. Dan terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan! (ay 21-22)” Dan Yohanes Pembaptis mengakui bahwa dirinya sekedar pelayan-Nya. Nyata benar kerendahhatian sang nabi. Ia tak mau mengambil kemuliaan yang selayaknya diberikan kepada Mesias. Maka, orang banyak itu memberi diri mereka dibaptis sebagai tanda pertobatan. Mereka menyesali dosadosa mereka dan menerima perdamaian dengan Allah. Diantara orang banyak yang dibaptiskan itu, hadir juga Yesus Kristus meminta diriNya dibaptiskan. Maka Yesus pun dibaptis di sungai Yordan. Mengapa Yesus harus dibaptis? Mengapa Yohanes bersedia membaptis Yesus Sang Mesias yang dilayaninya? Lukas mengesampingkan pergumulan Yohanes Pembaptis ini, demikian pula penulis injil Markus dan penulis injil Yohanes. Hanya Injil Matius yang mencatat bagaimana Yohanes Pembaptis ragu dan mencegah Yesus dan berkata, “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau datang kepadaku?” Dan Yesus menjawab dia, kataNya,”biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:14-15). Yesus memberi diriNya dibaptis karena kerendahhatian yang dimilikiNya. Ia dibaptiskan karena ketaatanNya yang total pada kehendak BapaNya. Dan untuk menggenapkan rencana Allah, Yesus Sang Pembaptis yang lebih berkuasa menerima baptisan Yohanes, pelayanNya. KONTEKS MASA KINI 1. Ada sebagian orang yang memiliki jabatan atau memiliki kuasa dengan tidak mengedepankan sikap kerendahhatian. Meskipun mereka menyebut diri mereka sebagai abdi masyarakat tetapi tindaktanduk mereka tidak mencerminkan sikap sebagai abdi/pelayan bagi masyarakat. Jabatan atau kuasa yang dimiliki dipandang bukan sebagai “amanah” tetapi sebagai kesempatan/peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, mendapatkan rasa hormat dari masyarakat atau ditakuti masyarakat. 14 2. Warga masyarakat di berbagai tempat dibuat takut dan was-was oleh berbagai tindak kejahatan pembegalan, pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (curas). Pada pihak lain, pelaku kejahatan banyak yang tidak tertangkap dan yang tertangkap pun tidak jera sesudah mendapat hukuman penjara. Tidak adanya pertobatan dalam LP membuat masyarakat bertanya-tanya tentang efektivitas peradilan dan LP. 3. Adalah penting untuk menghubungkan pekerjaan kita sehari-hari dengan anugerah Allah. Pekerjaan juga mengandung mandat yang harus dipahami dan ditunaikan. Kita patut meneladani Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus yang menghubungkan keberadaan dan pekerjaan mereka dengan kehendak Allah yang harus diselesaikan. Bagi Yesus Kristus, kehendak Allah menjadi prioritas untuk dikerjakan. Yesus, Anak Allah dibaptis memenuhi kehendak Allah dan Allah berkenan, sebagaimana firmanNya, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Luk. 3:22). 4. Mengupayakan hidup yang dikenan Allah sekaligus dikenan manusia dalam sejarah kehidupan kita kadang kala tidak dapat dilakukan bersamaan. Kadang kita harus memilih. Pengikut Kristus harus mendahulukan mengerjakan kehendak Allah meskipun mengesampingkan kehendak pribadi, keluarga dan orang lain. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi mengenai Raja Hamengku Buwono IX yang sering menyamar menjadi rakyat jelata dan berbaur dengan rakyat. 2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa Tuhan Yesus juga bersedia menanggalkan kemuliaanNya sebagai ALLAH dan menjadi manusia yang rendah hati dan taat kepada Allah Bapa. 3. Ceritakan sejelas-jelasnya tentang pentingnya pertobatan untuk menyongsong kerajaan Allah. Jelaskan juga meskipun Yohanes Pembaptis dikira oleh orang banyak bahwa dirinya Mesias, ia sebenarnya bisa saja mengaku-ngaku, tapi ia tidak mau karena sifatnya yang rendah hati dan taat kepada Allah. 4. Kisahkan tentang kerendahhatian Yesus yang meminta diriNya dibaptis oleh Yohanes. Sesungguhnya Yesus tidak harus melakukan 15 pertobatan, karena dia tidak berdosa tetapi bersedia dianggap berdosa dan meminta baptisan tanda pertobatan. 5. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus mendahulukan mengerjakan kehendak Allah. Yesus Kristus mengajarkan melalui hidupNya bahwa Dia telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakNya sendiri tetapi melakukan kehendak BapaNya (Bdk Matius 3:14-15, Yohanes 6:38). Hubungkan kotbah Saudara dengan konteks masa kini. 6. Tutup kotbah Saudara dengan dorongan motivasional, bahwa kita diutus untuk meneladani Yesus,… siapapun kita harus memiliki sikap rendah hati di hadapan sesama dan taat kepada Allah. DAFTAR AYAT DAN NYANYIAN Nas Pembimbing : Mazmur 26:1-3 Berita Anugerah : Efesus 2:8-10 Ayat Persembahan : II Korintus 8: 12-15 Nyanyian: 1. PKJ 13:1-3 2. PKJ 129 :1-3 / PKJ 251:1-2 3. PKJ 126:1-3 4. PKJ 123 /PKJ 230:1-4 5. PKJ 146:1-3 6. PKJ 182:1-2 *** Contoh Kotbah Jadi Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ada lagu semasa kita di Sekolah Minggu : “Dia harus smakin bertambah, ku harus smakin berkurang..... nama Yesus saja disembah.... ku di tempat paling blakang.... Bila Yesus ditinggikan, dan salibNya dibritakan... pasti kan menarik semua orang, datang kepadaNya skarang. Saudara-saudariku, lagu ini mengajarkan tentang sifat rendah hati, bersedia mengesampingkan pujian dan hormat bagi diri sendiri dan 16 memberikan pujian dan hormat kepada Tuhan. Lagu ini isinya sangat indah. Sederhana tapi indah. Syairnya juga menggambarkan kerinduan untuk meninggikan Yesus, memberitakan kuasa penebusan melalui salib Kristus dan keyakinan kuat bahwa melaluinya semakin banyak orang yang menyadari kebutuhan akan keselamatan jiwanya dan kemudian datang kepada Tuhan..... Luar biasa. Saudara-saudariku, perikop ini dilatarbelakangi kisah tampilnya Yohanes Pembaptis berjalan ke daerah-daerah sekitar sungai Yordan sambil menyerukan pertobatan; “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu !” Tampilnya Yohanes Pembaptis disambut dengan antusias oleh orang orang Yahudi di sekitar Sungai Yordan. Apalagi masyarakat Yahudi sudah lama merasakan penderitaan hidup sebagai bangsa yang tidak merdeka. Pajakpajak begitu tinggi, tidak ada kebanggaan sebagai warga negara, kegiatankegiatan dibatasi, sungguh situasi sosial politik yang tidak menyenangkan. Mendengar ada seorang Nabi tampil di tengah-tengah mereka, muncul secercah harapan. Maka berbondong-bondonglah orang datang kepada Yohanes. Yohanes mengajarkan tentang pentingnya menghasilkan buahbuah pertobatan. Bukan hanya dengan kata tapi juga dengan perbuatan. Yohanes memberikan contoh praktisnya dalam sikap berbagi, melakukan kejujuran, menghindarkan diri dari sikap memeras atau korupsi, tidak mementingkan diri sendiri dan berusaha mencukupkan diri dengan pendapatan/ gaji yang diterima (Luk 3: 10-14). Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus.... Karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, maka Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:15-16). Dengan keterangan ini, Yohanes Pembaptis memperkenalkan Mesias sebagai Sang Pembaptis yang lebih berkuasa daripada dirinya. Mesias adalah Pembaptis yang tak tertandingi. Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Nubuatan Yohanes ini segera digenapi tatkala Yesus menjalani baptisan. Saat Yesus sedang dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasNya. Dan 17 terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan! (ay 21-22)” Dan Yohanes Pembaptis mengakui bahwa dirinya sekedar pelayanNya. Nyata benar kerendahhatian sang nabi. Ia tak mau mengambil kemuliaan yang selayaknya diberikan kepada Mesias. Maka, orang banyak itu memberi diri mereka dibaptis sebagai tanda pertobatan. Mereka menyesali dosa-dosa mereka dan menerima perdamaian dengan Allah. Bila pelayan Mesias saja sudah sehebat ini, apalagi Mesias yang dilayaninya. Mereka memberi diri dibaptis dan menunggu Mesias yang segera akan datang. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, diantara orang banyak yang dibaptiskan itu, hadir juga Yesus Kristus meminta diriNya dibaptiskan. Maka Yesus pun dibaptis di sungai Yordan. Mengapa Yesus harus dibaptis? Mengapa Yohanes bersedia membaptis Yesus Sang Mesias yang dilayaninya? Lukas mengesampingkan pergumulan Yohanes Pembaptis ini, demikian pula penulis injil Markus dan penulis injil Yohanes. Hanya Injil Matius yang mencatat bagaimana Yohanes Pembaptis ragu dan mencegah Yesus dan berkata, “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau datang kepadaku?” Dan Yesus menjawab dia, kataNya,”biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:14-15). Yesus dibaptiskan karena Ia mau menggenapkan seluruh kehendak Allah. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus mendahulukan mengerjakan kehendak Allah. Yesus Kristus mengajarkan melalui hidupNya bahwa Dia telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakNya sendiri tetapi melakukan kehendak BapaNya (Bdk. Matius 3:14-15, Yohanes 6:38). Apakah kehendak Allah Bapa terhadap kita? Kita harus menjawab pertanyaan ini secara pribadi. Allah menghendaki agar kita ambil bagian dalam karya penyelamatan yang Allah lakukan, sebagaimana Tuhan Yesus telah kerjakan. Menjadi Kristen berarti ikut ambil bagian mengerjakan pekerjaan yang Kristus kerjakan. Tuhan Yesus Kristus mengerjakan karya keselamatan bagi dunia. PengikutNya sesuai talenta mereka, juga harus memberitakan karya keselamatan yang Yesus telah kerjakan kepada semua orang. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Yesus memberi diriNya dibaptis karena Ia memiliki sikap yang rendah hati. Yesus dibaptis 18 dengan baptisan pertobatan. Sesungguhnya Yesus tidak harus melakukan pertobatan, karena Ia tidak berdosa tetapi bersedia dianggap berdosa dan meminta baptisan tanda pertobatan. Yesus sungguh pribadi yang rendah hati. Dalam kehidupan kita, ada sebagian orang yang memiliki jabatan atau memiliki kuasa dengan tidak mengedepankan sikap rendah hati. Meskipun mereka menyebut diri mereka sebagai abdi masyarakat tetapi tindak-tanduk mereka tidak mencerminkan sikap sebagai abdi/ pelayan bagi masyarakat. Jabatan atau kuasa yang dimiliki dipandang bukan sebagai “amanah” tetapi sebagai kesempatan/ peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, mendapatkan rasa hormat dari masyarakat atau ditakuti masyarakat. Banyak orang, termasuk pejabat pemerintah/ pejabat gerejawi lebih ingin dilayani daripada melayani. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, begitu penting untuk menghubungkan pekerjaan kita sehari-hari dengan anugerah Allah. Pekerjaan juga mengandung mandat yang harus dipahami dan ditunaikan. Kita patut meneladan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus yang menghubungkan keberadaan dan pekerjaan mereka dengan kehendak Allah yang harus diselesaikan. Bagi Yesus Kristus, kehendak Allah menjadi prioritas untuk dikerjakan. Yesus, Anak Allah dibaptis memenuhi kehendak Allah dan Allah berkenan, sebagaimana firmanNya, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Luk 3:22). Saudara-saudariku di dalam tuhan Yesus Kristus, kita diutus untuk meneladan Yesus,… siapapun kita hendaknya kita memiliki sikap rendah hati di hadapan sesama dan taat kepada Allah. Tuhan memberkati. Amin. (BNH) RANCANGAN KOTBAH 13 Januari 2013 Minggu Epifania II, warna liturgi Hijau Bacaan: Mazmur 36: 5-10 Thema: BERDOA DAN BERSYUKUR KARENA KASIH TUHAN Tujuan: 1. Jemaat dapat memahami tentang kasih Tuhan yang menyelamatkan. 19 2. Jemaat dapat dan mampu mengungkapkan doa dan syukur karena kasih-Nya. PENJELASAN TENTANG KITAB MAZMUR Kitab Mazmur berisi pengalaman religius yang demikian beragam. Mazmur juga mengisahkan pengalaman iman bangsa Israel dimana Israel mengetahui kebenaran penyataan ilahi dari pengalamannya. Pemahaman Israel tentang masa lalu dipadukan dengan penyembahan kepada Alllah secara pribadi maupun bersama diungkapkan. Pengalaman pribadi disini dikaitkan dengan kehidupan bersama bangsa Israel. Oleh karena itu, dalam Kitab Mazmur ada berbagai pengalaman rohani manusia dalam banyak periode sejarah dan dalam berbagai situasi kehidupan. Setiap orang didorong oleh keinginannya untuk memberikan tanggapan kepada Allah yang hidup. Sehingga mereka menerapkan dalam kehidupan hari demi hari. Mereka semua dipersatukan oleh keinginan hati mereka untuk menanggapi dengan memakai perasaan terdalam mereka. Setiap jenis pengalaman religius tercermin di dalam ujian hidup sehari-hari dan diterapkan ke dalam hidup orang percaya masa kini. Istilah "Mazmur" dalam bahasa Ibrani disebut dengan nama Tehillîm, yang artinya "puji-pujian." Di dalam sastra para rabi istilah ini kemudian diambil alih menjadi Séper Tehillîm yang artinya "Kitab Pujipujian." Akar kata dari istilah Ibrani dan Yunani itu berarti memainkan alat musik. Seiring dengan waktu istilah tersebut menjadi berarti bernyanyi dengan iringan alat musik, sebuah ciri dalam ibadah Israel yang dipopulerkan dengan menyanyikan lagu-lagu kaum Lewi. Banyak Mazmur memberikan bukti bahwa Mazmur tersebut dipakai oleh paduan suara dan para peserta ibadah sebagai lagu pujian sedangkan yang lain tidak demikian. Didalam LXX( baca :Septuaginta) dipakai istilah Psalmoi, untuk kumpulan kidung ini. Salah satu naskah Alkitab yang utama, Codex Alexandria, menambahkan sebutan "Pemazmur" dengan memakai istilah Yunani Psalterion. Dalam mazmur ada berbagai topik yang tercantum didalamnya jika didaftarkan, lima pokok utama dapat dikenali: 1. Kesadaran akan kehadiran Allah. 2. Pengakuan akan perlunya mengucap syukur. 20 3. Persekutuan pribadi dengan Allah. 4. Mengingat peranan Allah dalam sejarah. 5. Perasaan dibebaskan dari musuh. PENJELASAN TEKS: Ayat 5, menjelaskan, orang fasik tidak membenci kejahatan. Kejahatan orang fasik diwujudkan dalam hati maupun dalam perbuatan oleh karena rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang fasik (ay 2). Kejahatan selalu dirancangkan dengan segala tipu daya. Apa yang jahat tidak ditolaknya. Ayat 6-7: Ayat ini mengawali pujian akan kasih Tuhan bagi seluruh dunia, dengan meyebut berbagai unsur, yakni langit, tanah( gunung), dan laut. Dan menjelaskan bagaimana Allah tetap mengasihi dan menyelamatkan manusia dan alam semesta serta isinya. Pemeliharaan-Nya tidak hanya kepada manusia. Allah panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Hal inilah sifat Allah yang penuh kasih. Sifat yang penuh kasih ini dinyatakan dalam pemeliharaan Allah atas alam ciptaan. Ayat 8-9: Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana Allah menyatakan kasih setia-Nya dan memelihara semua ciptaan”. Pemeliharaan Allah ini terbukti secara universal baik kepada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan segenap isi dunia. Pemeliharaan tidak akan berkesudahan dan ini bersifat terus-menerus karena Allah yang penuh kasih. Pemazmur menggambarkan tentang perlindungan Tuhan kepada umat-Nya bahwa anak-anak manusia berlindung dalam sayapNya. Sebuah gambaran bahwa Allah dikenal dalam bait Allah sebagai “rumah Allah” atau menggunakan sebagai lambang perlindungan. Karena itu pemazmur bersujud untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Ayat 10, “. menjelaskan bahwa Allah adalah sumber kehidupan, dan penghidupan bagi setiap mahkluk. Pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dinyatakan ketika semua Allah memberikan terang kepada semua mahkluk. Karena Allah itu terang itu sendiri. Walaupun dunia didalam kegelapan atau dosa namun, ketika datang kepada Allah Sang terang itu maka semua mahkluk akan mendapatkan terang. Karena didalam terang itu ada kehidupan. 21 KONTEKS MASA KINI Kehidupan dalam dunia sehari-hari ada banyak orang yang menghargai kasih Tuhan yang menyelamatkan dunia ini. Kadang kasih Tuhan dipahami hanya untuk manusia. Tetapi ternyata kasih Tuhan adalah untuk semua ciptaan-Nya. Kondisi di masyarakat dan lingkungan kita terkadang ada yang kurang mengasihi, baik dengan sesama maupun dengan semua ciptaan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH; 1. Pendahuluan: Pengkhotbah dapat menyampaikan: Andai saja tidak ada matahari, bulan, bintang dan alat penerang (Lampu penerang, lilin) sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini. Allah sungguh penuh kasih, kasih-Nya meliputi semua ciptaan. 2. Isi: Pertama, pentingnya Kasih Tuhan. Kedua, pentingnya perlindungan dan bimbingan Tuhan. Ketiga, Pentingnya pemeliharaan Tuhan. Keempat, menyatakan wujud kasihTuhan kepada Allah, sesama dan segenap ciptaan, dalam doa dan syukur kepada Tuhan. 3. Penutup. Pengkhotbah memotivasi jemaat agar hidupnya terus-menerus mengungkapkan doa dan syukur karena kasih Tuhan. DAFTAR AYAT DAN NYANYIAN 1. Nats Pembimbing : Mazmur 5: 8-9 2. Berita Anugerah : I Yohanes 1: 8-9 3. Persembahan : Mazmur 4: 6 4. PKJ: 2 5. PKJ: 55 6. PKJ : 128 7. PKJ : 149 8. PKJ : 282 22 Contoh kotbah jadi BERDOA DAN BERSYUKUR KARENA KASIH TUHAN Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Tuhan yesus Kristus, Patutlah kiranya jika puji dan sembah kita naikkan kepada Tuhan, jika pada saat ini, kita masih diperkenankan Tuhan untuk hadir datang beribadah kepada Tuhan dalam kasih dan kesetiaaNya. Kita masih menikmati indahnya kehidupan yang Allah berikan bagi kita. Kasih Tuhan bisa kita rasakan dimana Ia memberikan kesehatan, kekuatan, pertolongan. Kita bisa menikmati udara yang segar, kita bisa melihat segala ciptaan, itu semua karena kasih Tuhan yang dianugerahkan-Nya bagi kita. Oleh karena itu bersyukurlah kepada-Nya karena Ia sungguh baik. Ia mengasihi kita dan segenap ciptaan. Jemaat Tuhan yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, Andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang dimalam hari, sungguh kegelapan akan menyilimuti bumi ini. Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan mahluk-maklhuk lain apabila bumi masih diliputi dengan kegelapan. Terang diciptakan terlebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Oleh karena kasih setia Tuhan kepada dunia dan seluruh ciptaan. Bagaimanakah kita melihat Kasih Tuhan? Jemaat Tuhan Yesus kristus yang terkasih, Pemazmur mengungkapkan: “Betapa berharganya kasih setiaMu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayapMu”. Ini Menjelaskan tentang betapa besar dan berharga Kasih Tuhan kepada dunia ini yaitu seluruh alam semesta dan segenap ciptaan-Nya. Bagaimana Allah tetap mengasihi dan menyelamatkan manusia dan alam semesta dan seisinya? Allah panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Hal inilah sifat Allah yang penuh kasih. Sifat yang penuh kasih ini dinyatakan dalam pemeliharaan-Nya bagi segenap ciptaan. Pemeliharaan Allah ini 23 terbukti secara universal baik kepada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan segenap isi dunia. Pemeliharaan tidak akan berkesudahan dan ini bersifat terus-menerus karena Allah yang penuh kasih. Jemaat Tuhan Yesus Kristus yang terkasih, Apakah buktinya Tuhan penuh kasih? Memang manusia yang hanya berasal dari debu tanah dan manusia kecenderungan hatinya berbuat dosa. Dosa yang dilakukan manusia terwujud dalam hati, ucapan dan perbuatannya yang selalu melanggar perintah Allah (ay 2-5). Namun Tuhan itu Maha Pengampun, Ia mengampuni segala dosa-dosa manusia termasuk kita. Tuhan menerima apa adanya kehidupan kita yang berdosa. Kata pemazmur “ Ya Tuhan kasih-Mu sampai kelangit, setiamu sampai ke awan”. Ini ingin menunjukan betapa kasih Tuhan itu sangat tinggi dan kesetiaan Tuhan itu tidak ada batasnya bagi semua mahkluk. Jemaat Tuhan yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus, Bukti Tuhan mengasihi kita juga bisa dirasakan dan kita kecap setiap hari, ketika Tuhan memelihara hidup kita. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, Dia lebih mengerti apa yang dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk. Kita diberikan rezeki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal untuk berteduh. Tuhan telah mencukupkan segala kebutuhan kita. Ini juga membuktikan kasih-Nya kepada kita. Inilah pengalaman iman yang dirasakan Pemazmur ini menyadarkan Pemazmur bahwa TUHAN adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Tanpa kehadiran Tuhan tidak akan hidup, karena hidup ini hanyalah sebagai anugerah Tuhan . Bukti Tuhan penuh kasih juga dapat kita alami bahwa Tuhan melindungi hidup kita. Ketika kita tidur pada malam hari, pastilah kita tidak akan mengerti apa yang akan terjadi dalam keadaan tidur. Namun kita bisa merasakan, melihat, mengecap kasih Tuhan dalam perlindunganNya, ketika kita bangun ternyata Tuhan menyelamatkan karena Tuhan telah menjaga ketika kita tidur. Ini membuktikan betapa kasih Tuhan sangat dalam kepada kita. Masih banyak kasih Tuhan yang dapat kita rasakan dalam kehidupan ini. Seperti, kita bisa mempunyai tanah, pekerjaan, pasangan 24 hidup, anak, cucu, dll. Jika kita akan hitung berkat dan kasih Tuhan sangat banyak. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Jemaat Tuhan Yesus Kristus yang terkasih, Apakah yang harus kita perbuat untuk menghargai kasih Tuhan? Sebagai mahkluk yang telah merasakan kasih Tuhan, pemazmur menghayati mengalaman religiusnya dengan mengungkapkan “agar Tuhan melanjutkan kasih-Nya”. Ini adalah sebuah doa dan ungkapan syukur pemazmur agar Tuhan terus melanjutkan kasihNya yang tiada bertepi dan berkesudahan bagi segenap mahkluk-Nya. Hal ini juga sebagai ungkapan doa dan syukur kita mengingat bahwa Tuhan Allah penuh kasih memberikan keselamatan, perlindungan, pertolongan, dalam hidup kita. Semoga kita akan tekun dalam menaikan doa dan syukur kepada Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin. (SW). *** RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 20 Januari 2013 Minggu Epifania III, warna Hijau Bacaan: I Korintus 12: 12-31 Thema: SINERGI KEPELBAGAIAN UNTUK MELAKSANAKAN MISI TUHAN Tujuan 25 1. Jemaat dapat menyadari bahwa kepelbagaian dalam dunia umumnya dan dalam gereja khususnya merupakan anugerah Tuhan. 2. Jemaat dapat mensyukuri kepelbagaian yang ada. 3. Jemaat dapat menyinergikan kepelbagaian yang ada untuk melaksanakan misi Tuhan. PENJELASAN TEKS Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang hebat secara intelek, kaya secara materi, namun sayangnya ditengarai bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini seperti perbuatan cabul dan hawa nafsu. Bersama dengan Priskila dan Akwila (1 Korintus 16: 19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis. 18: 5). Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis. 18: 1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20: 31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18: 23-21: 16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1 Kor. 1: 11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1 Kor. 16: 17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1 Kor. 7: 1, 8: 1, 12: 1, 16: 1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini. Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini : 1. Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius. 26 2. Untuk memberikan bimbingan atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat. Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus tedapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula. Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1 Kor. 12: 4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1 Kor. 12: 28-30)- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1 Kor. 12: 12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota, dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (pasal 12 dan 14). Dalam ayat 12, ada penggalan kata “demikian pula Kristus” dimana Paulus ingin menunjukkan padanan antara penggambaran tubuh manusia dan jemaat yang digambarkan sama dengan Kristus. Ini menarik dalam konteks jemaat Korintus yang baru percaya dan dengan pemahaman iman yang baru dalam kristus dan dalam konteks upacaraupacara keagamaan disekitarnya. Kristus Yesus satu, jemaat sebagaimana tubuh manusia juga satu walaupun banyak perbedaan. “Dalam satu roh kita semua ... telah dibaptis” (ayat 13), tidak menunjuk kepada baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari Pentakosta. Sebaliknya, itu menunjuk kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus, yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu perubahan rohani (yaitu, pembaharuan/ kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus" . 27 Ayat 14-25, Paulus menasihati kepada jemaat Korintus bahwa kepelbagaian dalam jemaat dapat digambarkan dengan tubuh yang memiliki keanekaragaman bentuk dan fungsinya. tidak ada yang mengatakan paling hebat dan tidak perlu yang lain, tidak ada yang mengatakan bahwa dirinya tidak termasuk tubuh padahal secara nyata menempel bergandengan satu dengan yang lain. Semuanya ada, saling membutuhkan dengan kekhasannya. Semuanya bersinergi, bersatu menghasilkan sesuatu yang lebih hebat karena ada saling mengisi dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Uniknya lagi, penekanan ayat ini bukan hanya saling menghargai, saling menghormati, saling memerlukan dan bekerja sama saja, namun asas saling melindungi yang kuat terhadap yang lemah, dipandang Paulus sebagai sebuah “hukum alam” yang tidak bisa terbantahkan. Bahkan “satu tubuh satu rasa”, adalah bagian yang tidak terpisahkan, bila satu menderita, semua turut menderita, bila satu yang dihormati, yang lain ikut merasakan sukacita. Mengenai karunia-karunia rohani, ini tidak harus menjadi dasar untuk menghormati seorang atau menganggap seorang percaya lebih penting daripada orang percaya yang lain (ayat 22-24). Sebaliknya, setiap orang ditempatkan dalam tubuh Kristus menurut kehendak Allah (ayat 18), dan semua anggota itu penting untuk kesehatan rohani dan fungsi yang tepat dari tubuh itu. Karunia rohani harus digunakan, bukan dalam kesombongan atau demi kemuliaan pribadi, tetapi dengan kerinduan yang tulus untuk menolong orang lain dan dengan hati yang betul-betul saling mempedulikan. “Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat” (ayat 2830), di sini Paulus memberikan sebagian daftar dari karunia rohani dan memberikan penekanan bahwa semuanya memiliki karunia yang tidak sama, namun saling melengkapi demi menjalankan misi Tuhan, dimana jemaat adalah hambaNya yang diutus di tengah-tengah dunia ini. “adakah mereka semua ... berkata-kata dalam bahasa roh? (ayat 29-30) ini merupakan pertanyaan retoris Paulus. Dalam pertanyaan retoris Paulus ini tersirat suatu jawaban negatif. Konteks dari pasal 1Korintus 12: 1-31, menyatakan bahwa Paulus sedang menunjuk kepada penggunaan karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan pasangannya, yaitu karunia menafsirkan bahasa roh, dalam kebaktian ibadah. Dia tidak berusaha membatasi pemakaian bahasa roh dalam doa dan pujian yang 28 ditujukan kepada Allah secara pribadi. Kebanyakan orang percaya yang telah dibaptis dalam Roh Kudus merasa mudah untuk berdoa dalam bahasa roh waktu mereka menyerahkan diri kepada Roh. Pada hari Pentakosta, di Kaisarea) dan di Efesus, semua orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus berkata-kata dalam bahasa roh sebagai suatu tanda bahwa mereka telah menerima kepenuhan Roh itu . (Ayat 31-13:1-) merupakan nasihat Paulus sekaligus ramburambunya, dimana karunia-karunia ini penting dalam membangun tubuh Tuhan yakni jemaat, namun “jalan yang lebih utama lagi” janganlah dilupakan yakni kasih sebagai pokok dan dasar dari karunia-karunia itu. Kasihlah yang bisa membuat kepelbagaian tidak menjadi pertentangan dan perpecahan, namun bisa menjadi menjadi kekuatan dalam melaksanakan misi Tuhan. KONTEKS MASA KINI: 1. Konflik yang terjadi dalam jemaat, terkadang dipicu oleh perbedaan pemahaman teologi, perbedaan pemahaman dalam pengambilan kebijakan gereja, perbedaan pandangan politik praktis dan lain-lain. 2. Ada anggota jemaat maupun denominasi gereja tertentu yang merasa lebih baik ketika memiliki karunia jenis tertentu, sehingga kemudian memandang rendah anggota dan denominasi lain. 3. Dalam suatu gereja, ada orang-orang yang memiliki karunia atau status dan kekayaan yang dianggap lebih baik, merasa di atas. Sedangkan sebaliknya ada rasa minder dari anggota jemaat yang tidak memiliki karunia, status, jabatan atau kekayaan yang baik. 4. Adanya kejadian yang terdengar di beberapa wilayah dimana antar gereja yang berbeda denominasi, berebut anggota jemaat. 5. Adanya “budaya seragam” yang mengharuskan semua sama dalam hal apapun, walaupun budaya ini ada sisi positif dan negatifnya. 6. Tantangan jaman yang kian hebat dan misi Tuhan yang harus dikerjakan, agak terpecah konsentrasinya ketika ada beberapa gereja yang terpecah karena alasan “berbeda prinsip”. 7. Masih adanya gereja-gereja yang tidak pernah lekang oleh zaman dan tantangan, dimana kasih selalu ada dan menjadi gaya hidup dalam kehidupan jemaat. 29 8. Masih banyak gereja yang memiliki renstra yang memberdayakan asset-aset yang begitu beragam yang ada di jemaat, baik karunia, talenta, kekayaan dan lainnya. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pendahuluan. Pengkotbah menjelaskan tentang istilah keberagaman, sinergi dan ilustrasinya. Bisa juga ditambahkan atau diubah ilustrasi yang sudah ada, bila memungkinkan akan semakin memperjelas baik pengkotbah maupun jemaat. 2. Isi. Pengkotbah menyampaikan bahwa Tuhan menciptakan isi alam semesta ini dengan keberagaman agar bisa saling melengkapi dan bersinergi. Jemaatpun diciptakan Tuhan dalam kepelbagaian, dimana ini merupakan keindahan yang saling melengkapi untuk menjalankan misi Tuhan di dunia ini. 3. Penutup. Pengkotbah menyampaikan bahwa hendaknya waktu yang setiap hari kita miliki akan sangat indah dan berguna jika kita saling melengkapi, menghargai dan menyinergikan semua itu untuk menjalankan misi Tuhan, dimana jemaat merupakan garam dan terang dunia. Daftar ayat dan nyanyian: Nats Pembimbing Berita Anugerah Persembahan KJ 21 KJ 260 KJ 338 KJ 450 KJ 422 KJ 249 : Amsal 6: 16-19. : Mazmur 32: 1-2. : Roma 12: 1-2 PKJ 04 PKJ 187 PKJ 264 PKJ 147 PKJ 182 PKJ 230 30 Contoh Kotbah Jadi. Ibu, Bapak dan Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Diantara kita, mungkin ada yang pernah mendengar tentang kata sinergi. Sinergi adalah menggambungkan atau menyatukan kepelbagaian/ keragaman menjadi energy, supaya menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk memperoleh tujuan tertentu. Modal dasar dari sinergi adalah keragaman, bukan keseragaman. Perbedaanlah yang bisa membuat sinergi. Bayangkan jika di sebuah tim sepakbola, keinginan semua pemainnya adalah mengegolkan bola, maka akhirnya semua ingin jadi striker. Kesebelasan seperti Brazil yang punya falsafah “pertahanan terbaik adalah menyerang” pun masih mempunyai penjaga gawang, bek, dan gelandang. Karena perbedaanlah, sebuah tim atau sistem bisa kuat – karena satu dengan yang lain saling mengisi. Dalam sebuah sistem, sinergi sangat erat kaitannya dengan salah satu sifat dari system itu, yakni EMERGENCE. Emergence adalah sifat yang muncul hanya pada level/ tingkat system, dimana dampaknya menjadi sangat luas pada sekitarnya. Sebagai contoh adalah sekumpulan onderdil mobil yang ditumpuk di gudang yang kemudian dirangkai menjadi sebuah sistem yang utuh, maka muncullah emergence property: yakni sebuah mobil. Mobil ini bisa digunakan untuk memindahkan orang dan barang. Jika banyak mobil disatukan ditambah dengan jalan raya, rambu lalu-lintas, pejalan kaki, muncullah sistem tranportasi yang memiliki emerging properties. Luar biasa. Inilah sinergi dalam kapasitas yang lebih luas dan berdampak. Ini pula yang terjadi dalam kapasitas tubuh Kristus yakni jemaat atau gereja. Tuhan menciptakan keragaman: keragaman asal, status, dan karunia, supaya ada sinergi. Sinergi yang memberikan kekuatan besar sebagai tubuh Kristus dalam menjalankan misiNya di dunia ini. Dalam JemaatNya yang memiliki status, asal dan karunia yang berbeda, jika sinergi ini dilaksanakan dengan benar, maka gerejaNya bisa berfungsi dan berdampak baik ketika berada di tengah-tengah masyarakat dalam kehidupannya. Ini pula yang disadari oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Ia merasa bahwa karunia-karunia dan status yang dimiliki oleh jemaat Korintus harusnya bukanlah biang perpecahan, namun modal yang luar biasa untuk melaksanakan misi Tuhan di tengah31 tengah dunia ini. Sayangnya, ini yang masih menjadi pergumulan jemaat di Korintus, hingga kemudian Rasul Paulus menulis surat ini. Ibu, Bapak dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki dengan menciptakan kepelbagaian/keragaman? Rasul Paulus dalam I Korintus 12: 12-31 melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk kesatuan untuk bekerjasama (bersinergi) yang digambarkan sebagai satu tubuh Kristus. Melalui perikop ini Rasul Paulus merngajak kita untuk melihat bagaimana seharusnya kita memandang dan memaknai keragaman dalam jemaat, yang adalah tubuh Kristus. Rasul Paulus merasa penting untuk menuliskan hal ini karena keragaman di tengah-tengah jemaat Korintus telah membawa mereka pada perpecahan. Di antara mereka ada orangorang yang memiliki karunia yang dipandang spektakuler, lalu memandang diri mereka lebih tinggi dari orang-orang yang tidak memiliki karunia yang sama seperti mereka. Dan ada juga mereka yang merasa hanya memiliki karunia yang biasa dan tidak spektakuler lalu merasa diri rendah dan mulai menarik diri mereka dari persekutuan dan pelayanan, karena merasa bukan bagian dari tubuh Kristus. Rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus hanya memiliki satu tubuh. Dan sama seperti tubuh yang satu itu terdiri dari banyak anggota tubuh, yang berbeda bentuk, posisi, peran dan fungsinya, demikian juga dengan tubuh Kristus yang satu itu. Tiap-tiap anggota memang berbeda, meskipun demikian, tidak peduli siapa mereka, orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, mereka sudah dipersatukan di dalam roh menjadi satu tubuh Kristus. Mereka memang berbeda, tetapi keberbedaan mereka memang dirancang untuk membentuk suatu kesatuan tubuh Kristus (ayat 12-14). Jika keadaan kita tidak sama dengan orang lain dalam hal bentuk, posisi, peran dan fungsi kita dalam tubuh Kristus, tidak semua orang di antara kita boleh merasa rendah diri dan berkata bahwa kita bukan tubuh Kristus. Mengapa demikian? 32 Pertama, tiap-tiap anggota punya tempat dan peranannya sendiri, yang tidak bisa digantikan oleh orang lain (ayat 15-20). Karena sesungguhnya, anggota tubuh Kristus memang beranekaragam, dan masing-masing diciptakan secara khusus, dan diberi tempat yang khusus sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Kedua, tiap-tiap anggota tubuh dibentuk dan dirancang berbeda, supaya satu sama lain dapat bekerja sama, saling membantu, mendukung dan bersinergi (ayat 21-25). Anggota tubuh yang satu memerlukan kehadiran anggota tubuh yang lain. Sekecil apapun anggota tubuh itu, ia tetap diperlukan. Oleh sebab itu, tidak ada satu anggota tubuh pun yang pantas untuk direndahkan dan diremehkan. Anggota yang terkecil dan terlemah sekalipun memiliki fungsi dan peran yang penting untuk orang lain. Dalam keragaman, setiap anggota tubuh diminta untuk saling menghormati dan memperhatikan. Ketiga, setiap anggota yang berbeda sudah disatukan sebagai suatu kesatuan yang saling berkaitan (ayat 26). Keterkaitan satu dengan yang lain membuat rasa sakit yang diderita oleh satu anggota tubuh dirasakan oleh seluruh tubuh. Demikian juga, sebuah pujian dan penghormatan dapat membawa sukacita bagi semuanya. Keempat, tiap-tiap orang sebagai anggota tubuh Kristus telah ditetapkan oleh Allah untuk menjalankan peran dan fungsinya masingmasing. Ada yang berperan sebagai rasul, sebagai nabi atau sebagai pengajar. Ada yang kelihatan spektakuler, seperti menyembuhkan dan melakukan mujizat, tetapi ada juga yang biasa. Tetapi tidak ada hirarki karunia. Semua sama penting dan berharga, tipa-tiap karunia diberikan kepada masing-masing anggota sesuai dengan fungsi dan peran yang dikehendaki Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya (ayat 27-30, lihat juga ayat 7-11). Kalaupun berbeda status, asal dan karunia, semuanya dipandang sama derajatnya oleh karena semua telah dibaptis menjadi satu tubuh dan diberi minum dari satu Roh (ayat 13). Ayat ini mengingatkan jemaat di Korintus tentang siapa mereka sebenarnya di hadapan Yesus Kristus. Ibu, Bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sejarah membuktikan bahwa gereja Tuhan di dunia ini tidak selamanya mulus dalam perannya menjadi garam dan terang dunia. Didalamnya 33 menyebutkan bahwa dari jaman dulu hingga pada masa kini, telah terdengar ada perpecahan gerejaNya. Ini membawa kepedihan bagi Tuhan dan juga kita semua sebagai umatNya. Fungsi garam dan terang dunia tercoreng karena perpecahan ini. Di sisi lain kita masih terhibur karena masih banyak gereja-gereja yang tetap bersatu dan bersinergi menjalankan misi Tuhan dengan segala potensi keragaman yang mereka miliki karena sadar akan tugas dan tanggung jawabnya itu. Setiap jemaat atau gereja Tuhan yang tetap mau untuk menjaga tugas dan tanggung jawabnya untuk misi Tuhan harusnya menyadari bahwa Tuhan kita adalah Allah yang menyukai keragaman. Sebagai contoh Ia telah menciptakan ribuan spesies serangga. Untuk jenis kumbang saja, Ia telah menciptakan tiga ratus ribu spesies. Ia juga melimpahkan berbagai warna, rancangan dan tekstur yang berbeda pada dunia ini. Ini semua untuk keindahan dunia. Ia menciptakan orang negro yang kulit hitam di Afrika, yang meneriakkan pujian mereka kepada Tuhan dengan cara menari-nari diiringi bunyi-bunyian alat music kendang mereka. Ada orang-orang percaya di Austria yang terdengar monoton ketika memuji Tuhan dengan diiringi organ pipe yang megah. Sementara orang-orang Kristen di Jepang yang tenang, mengungkapkan rasa syukur mereka dengan menciptakan benda-benda indah. Dan orang India mengangkat tangan mereka ke atas, dengan kedua telapak tangan dirapatkan, dalam sikap hormat Namaste, yang berakar pada konsep Hindu untuk menunjukkan "Aku menyembah Tuhan yang aku lihat di dalam engkau". Ketika melihat keragaman di antara kita, kita cenderung untuk membandingkan diri dengan orang lain, atau membandingkan orang yang satu dengan yang lain. Kadang kita merasa diri lebih baik, lebih benar dari yang lain, lalu kita mulai mencela dan memandang rendah mereka yang tidak sama dengan kita, tidak dapat menghargai mereka dan menerima mereka sebagai bagian dari hidup kita. Namun, tidak jarang juga kita merasa minder dengan keberadaan kita, karena kita merasa orang lain lebih baik dari kita, merasa diri kurang, bahkan tidak berguna. Tidak berarti dan berharga. Keragaman yang dipandang dengan cara seperti itu membawa kita pada persaingan untuk mencari siapa yang lebih penting dan utama. Hal itu biasanya mengakibatkan perpecahan di antara kita. 34 Ibu, Bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apa yang dapat dilakukan oleh seorang penderita gangguan jiwa? Mungkin banyak yang mengabaikan mereka, karena dianggap tidak berguna. Namun tahukah Anda bahwa William Cowper, pencipta lagu himne terkenal, There Is A Fountain Filled With Blood (Kidung Jemaat No. 35: Tercurah Darah Tuhanku), adalah seorang yang pernah menderita depresi berat? Berkali-kali ia mencoba bunuh diri hingga ia pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Di sanalah ia membaca Alkitab dan bertobat. Semasa hidup, Cowper menulis 68 syair lagu rohani, banyak di antaranya masih dinyanyikan gereja hingga hari ini. Salah satu yang memengaruhi pertumbuhannya adalah kasih John Newton, seorang pendeta di gerejanya, yang terus memberi dorongan, dan mengajaknya melayani Tuhan. Apa yang dilakukan pendeta Newton merupakan contoh konkret sikap saling menolong dalam tubuh Kristus, seperti yang diilustrasikan Paulus. Tiap anggota tubuh telah ditentukan Allah memiliki fungsi dan tempatnya masing-masing (ayat 18). Tak ada yang dapat berdiri sendiri. Bagian yang tampak paling lemah bahkan punya peran yang sangat penting (ayat 22). Yang tampak tidak elok, justru harus lebih diperhatikan, bukan diabaikan, apalagi disingkirkan. Dengan saling memperhatikan, masalah dalam tubuh dapat dihindari, karena tiap anggota dapat memenuhi fungsinya dengan baik (ayat 25) Ibu, bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ada tiga tulang sangat kecil pada telinga kita yang mungkin kelihatannya tidak penting benar, tetapi tanpa malleus, stapes, dan incus, kita tidak dapat mendengar. Rambut hidung pun kelihatannya tidak penting, tetapi tanpa rambut pemberian Allah ini, pernapasan kita pasti terganggu. Barangkali kebanyakan dari kita juga tidak pernah memikirkan tentang air liur, namun tanpanya, kita akan tercekik setiap kali makan. Organ-organ semacam itu kurang lebih mewakili anggota Tubuh Kristus yang oleh Paulus disebut sebagai anggota yang tampaknya paling lemah, yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, dan yang tidak elok (1 Korintus 12:2223). Paulus dengan hati-hati tidak menyebut anggota itu “lemah”, melainkan “tampaknya paling lemah”. Artinya, kelemahan itu dilihat dari perspektif manusia. Manusialah yang kadang memilah antara pelayanan yang “penting” dan yang “kurang penting”. Kita bersyukur bahwa kita memiliki perbedaan dalam banyak hal. Kita tidak bisa membayangkan jika semua menjadi dokter atau guru, trus 35 yang menanam padi untuk kita konsumsi berasnya siapa? Walaupun kelihatannya petani pekerjaannya penuh lumpur, tapi usahanya tersebut mendtangkan kekenyangan dan sejahtera bagi orang lain. Kita juga bersyukur ketika dalam gereja kita memiliki karunia dan talenta yang berbeda, sehingga sinergi pendeta, penatua, diaken, pemain music, singers, anggota jemaat, dan petugas-petugas yang lain, menjadikan kebaktian kita hari ini menjadi indah. Sungguh luar biasa karya Tuhan dalm kehidupan ini. Memberi perhatian, mengasihi dan menghormati mereka yang tampaknya lemah; yang kurang terampil dan tidak pandai, merupakan kehendak Kristus bagi anggota-anggota tubuh-Nya. Alangkah indah dan eratnya persekutuan umat percaya jika setiap kita melakukannya. Kita bisa memulainya hari ini. Jadi, entah kita berdiri di depan mimbar, entah kita menyokong dari balik layar, yang dituntut dari kita masing-masing adalah kasih dan kesetiaan. Kita melayani bukan untuk mencari penghormatan, melainkan untuk menghormati Allah, menjadi berkat buat gereja-Nya, dan menjadi saksi bagi dunia. Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, maka kita pun melakukan kasih itu. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Tuhan akan memberikan kita melihat keberagaman itu sebagai yang indah, sekaligus memekakan hati dan karsa kita untuk menjadikannya modal yang luar biasa untuk mengerjakan misi Tuhan di dunia ini. Itu semua karena kasih yang terus kita miliki, yang membuat keragaman menjadi modal positif dalam bersinergi. Kasihlah yang menyatukan keragaman dan menghasilkan kekuatan dalam melaksanakan misiNya.Tuhan memberkati. Selamat bersinergi untuk menjalankan misi Tuhan. Tuhan akan memampukan kita untuk melakukannya. Tuhan memberkati. Amin. (PA) 36 RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 27 Januari 2013 Minggu Epifania IV, Warna Liturgi Hijau Bacaan: Yeremia 1:4-10 Thema: TUHAN MENGUTUS DAN MENYERTAI Tujuan Agar jemat bersedia melakukan tugas pengutusan. PENJELASAN TEKS Pelayanan Yeremia sebagai nabi diarahkan kepada kerajaan selatanYehuda, sepanjang 40 tahun terakhir dari sejarahnya (626-586 SM). Ia masih hidup untuk menyaksikan serbuan Babel ke Yehuda yang berakhir dengan kebinasaan. Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas Yeremia ialah bernubuat kepada bangsa itu selama tahun-tahun akhir dari kemunduran dan kejatuhannya, dapatlah dimengerti bahwa, kitabnya penuh dengan kesuraman dan firasat buruk. 37 Yeremia, putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, 6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13 pemerintahan Raja Yosia yang baik, dan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan Yosia. Akan tetapi, ia segera menyadari bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati bangsa itu; Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang dengan tiba-tiba. Pada tahun 612 SM, Asyur dikalahkan oleh suatu koalisi Babel. Sekitar empat tahun setelah kematian Raja Yosia, Mesir dikalahkan oleh Babel pada pertempuran di Karkemis (605 SM; lih. Yer 46:2). Pada tahun yang sama pasukan Babel dibawah pimpinan Nebukadnezar menyerang Palestina, merebut Yerusalem dan membawa sebagian pemuda pilihan dari Yerusalem ke Babel, di antara mereka terdapat Daniel dan ketiga sahabatnya. Penyerbuan kedua ke Yerusalem terjadi tahun 597 SM; ketika itu dibawa 10.000 orang tawanan ke Babel, di antaranya terdapat Yehezkiel. Selama ini nubuat Yeremia yang memperingatkan tentang hukuman Allah yang mendatang tidak diperhatikan. Kehancuran terakhir menimpa Yerusalem, Bait Suci, dan seluruh kerajaan Yehuda dalam tahun 586 SM. Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia, sering kali disebut "nabi peratap," merupakan seorang yang membawa amanat keras namun berhati lembut dan hancur (mis. Yer 8:21--9:1). Sifatnya yang lembut itu menjadikan penderitaannya makin mendalam ketika firman nubuat Allah ditolak dengan angkuh oleh kerabat dan sahabat, imam dan raja, dan sebagian besar bangsa Yehuda. Walaupun sepi dan ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani. Kendatipun berhadapan dengan perlawanan yang berat, dengan setia ia melaksanakan panggilannya sebagai nabi untuk memperingatkan sesama warga Yehuda bahwa hukuman Allah makin dekat. Ketika merangkum kehidupan Yeremia, seorang penulis mengatakan: "Tidak pernah manusia fana memperoleh beban yang begitu meremukkan. Sepanjang sejarah bangsa Yahudi tidak pernah ada teladan kesungguhan yang begitu mendalam, penderitaan tak henti-hentinya, pemberitaan amanat Allah tanpa takut, dan syafaat tanpa kenal lelah dari seorang nabi seperti halnya Yeremia. Tetapi tragedi kehidupannya ialah: bahwa ia berkhotbah kepada 38 telinga yang tuli dan menuai hanya kebencian sebagai balasan kasihnya kepada orang-orang senegerinya" (Farley). Penulis kitab ini jelas disebut yaitu Yeremia (Yer 1:1). Setelah bernubuat selama 20 tahun di Yehuda, Yeremia diperintahkan Allah untuk menuangkan amanatnya dalam bentuk tertulis; hal ini dilakukannya dengan mendiktekan nubuat-nubuatnya kepada Barukh, juru tulisnya yang setia (Yer 36:1-4). Karena Yeremia dilarang menghadap raja, Barukh diutus untuk membacakan nubuat-nubuat itu di rumah Tuhan, dan setelah itu Yehud membacakannya kepada Raja Yoyakim. Raja itu menunjukkan sikap menghina kepada Yeremia dan firman Allah dengan menyobek-nyobek kitab gulungan itu dengan pisau lalu melemparkannya ke dalam api (Yer. 36:22-23). Yeremia kemudian mendiktekan kembali nubuat-nubuatnya kepada Barukh, kali ini ia mencantumkan lebih banyak daripada di gulungan pertama. Kemungkinan besar, Barukh menyusun kitab Yeremia dalam bentuk terakhirnya segera sesudah wafatnya Yeremia (+585 -- 580 SM). Tujuan Kitab ini ditulis: 1. Untuk menyediakan suatu catatan abadi dari pelayanan dan berita nubuat Yeremia, 2. Untuk menyatakan hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umat-Nya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya. 3. Untuk menunjukkan keaslian dan kekuasaan firman nubuat. Banyak nubuatYeremia tergenapi pada zamannya sendiri (mis. Yer 16:9; Yer 20:4; Yer 25:1-14; Yer 27:19-22; Yer 28:15-17; Yer 32:10-13; Yer 34:1-5);nubuat lainnya yang meliputi masa depan yang amat jauh digenapi kemudian atau masih belum digenapi (mis. Yer 23:5-6; Yer 30:8-9; Yer 31:31-34;Yer 33:14-16). Penjelasan Teks (Perikop)Yeremia 1:4-10 Ayat 4: perkataan Tuhan ini ditujukan kepada Yeremia. Ayat 5: TUHAN sudah mengenal Yeremia bahkan sejak Dia belum membentuknya dalam rahim ibunya. Kedaulatan dan kebijaksanaan TUHAN telah menguduskan menetapkan 39 Yeremia menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, untuk menyampaikan firman TUHAN kepada mereka. Ayat 6: Yeremia tidak menolak pengutusan TUHAN, tetapi merasa belum pantas karena masih muda dan tidak pandai berbicara. Ayat 7: TUHAN tidak menerima alasan yang dikemukakan Yeremia; kehendak-Nya harus ia dilaksanakan. Ayat 8: TUHAN tahu bahwa ada perasaan takut pada diri Yeremia yang akan memikul tugas besar dan berat. Karena itu TUHAN akan menyertainya. Ayat 9: Ayat ini menununjukkan bahwa Yeremia di dalam menjalankan tugasnya tidak mengatakan kata-katanya sendiri, melainkan firman TUHAN sendiri. Ia membawa wibawa TUHAN, karena itu tidak perlu takut. Ayat10: TUHAN menetapkan Yeremia menjadi nabi atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan dengan tugas untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. Yaitu untuk mengadakan reformasi. KONTEKS MASA KINI. A. Konteks masyarakat. 1. Kebanyakan orang muda pemberani bahkan kecenderungannya terlalu berani tetapi kurang perhitungan. Karena itu kurang mendapat tempat untuk dicalonkan sebagai pemimpin. Namun demikian juga ada pemuda yang lemah lembut, berpenampilan tenang dan pintar serta punya pengalaman yang cukup. Dari antara mereka ada yang berhasil menjadi pimpinan. 2. Masih ada warga masyarakat yang tidak bersedia diberi tanggungjawab untuk memimpin misalnya menjadi Ketua lingkungan (Ketua RT), dll. B. Konteks Jemaat. 1. Seperti halnya di masyarakat, dalam Jemaat semakin banyak pendeta, penatua dan diaken yang masih muda atau bujang. 2. Masih ada warga jemaat yang menolak untuk dicalonkan sebagai anggauta majelis dengan bermacam-macam dalih. Ada yang berdalih beum mapan ekonominya, belum punya pengalaman, dll. 40 SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH A. Pembukaan Sebagai pembukaan dapat dituliskan pandangan Jawa terhadap kaum muda sebagai orang yang kaduk wani kurang duga (terlalu berani tetapi kurang perhitungan) sehingga tindakannya bisa merugikan. Karena itu pemuda kurang diperhitungkan untuk dipilih sebagai pemimpin. B. Isi Pokok pewartaan firman atau khotbah ialah TUHAN yang mengutus maka Dia yang menyertai dan menolong utusan-Nya. Siapa yang diutus? Yeremia yang masih muda diutus TUHAN menjadi nabi untuk bangsa-bangsa. Kita pun juga mendapat tugas pengutusan. Apa tujuan pengutusan? Yeremia diutus untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. " Yaitu untuk mengadakan reformasi atau pembaharuan. Kita juga diutus untuk melakukan pembaharuan kondisi yang tidak baik agar menjadi baik. Bagaimana jawaban yang diutus? Yeremia tidak menolak, tetapi menyampaikan alasan bahwa masih muda dan tidak pandai berbicara. Kita juga sering menyampaikan banyak dalih atau alas an untuk menolak pengutusan. TUHAN yang mengutus berjanji akan menyertai. Yeremia tidak perlu takut menlakukan tugas pengutusan meskipun berat sebab TUHAN menyertai dan menolong. C. Penutup Mengajak jemaat agar bersedia jika diutus untuk pekerjaan TUHAN. Tidak perlu takut karena TUHAN menyertai. Sebagai anak-anak TUHAN seharusnya menurut kehendak-Nya. Daftar ayat dan lagu. Pembimbing : Mazmur 71:1-6 41 Berita Anugrah Petunjuk Hidup Baru Persembahan Ny.Persiapan Ny. Pujian Ny. Kesanggupan Ny. Sambutan firman Ny. Tanggapan Ny. Persembahan Ny. Penutup : Efesus 1:3-8 : 1 Pet.2:9-10 : Mazmur 30:5 : PKJ.19; : KJ.4; : PKJ. 97; : KJ. 50a:1 dan 6 : KJ 357; : PKJ 145; : KJ 402 *** Contoh Kotbah Jadi. Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Dalam pandangan masyarakat Jawa, orang yang masih muda dinilai masih belum berpengalaman dan memiliki sifat kaduk wani kurang duga artinya; orang muda memiliki sifat terlalu berani tetapi kurang pertimbangan. Karena hanya mengandalkan keberanian tanpa perhitungan yang matang maka tindakannya bias berakibat tidak baik. Oleh sebab pengaruh pandangan bahwa orang muda kaduk wani kurang duga, maka belum terbuka pintu lebar untuk calon presiden Indonesia dari orang muda. Tetapi apakah semua orang muda bertabiat demikian? Ternyata tidak semuanya demikian. Perikop yang kita baca adalah salah satu bukti bahwa ada pemuda yang tidak kaduk wani kurang duga yang dipilih, diutus menjadi nabi besar pada zamannya. Siapa yang diutus? Perikop yang kita baca mencatat pengutusan seorang yang masih muda menjadi nabi yaitu Yeremia. Nabi Yeremia sendiri yang 42 mengisahkan pengutusan itu. Demikian percakapan antara TUHAN yang mengutus dengan Yeremia: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (ay.5) Kebijaksanaan dan kedaulatan TUHAN telah menentukan Yeremia sejak ia di dalam kandungan ibunya. Dia sudah mengenal siapa dan bagaimana Yeremia; pada pandangan-Nya Yeremia pantas diberi tanggungjawab yang besar meskipun masih muda berperasaan halus dan kurang berani. Dia memilih seorang pemuda yang tidak kaduk wani kurang duga. Dia memilih seorang pemuda yang halus perasaannya; bukan yang beperangai kasar. Di tangan TUHAN Yeremia yang masih muda, kurang berani akan dibina menjadi nabi besar yang bertugas menyampaikan berita kehendak TUHAN kepada umat-Nya. Sebagaimana TUHAN mengutus Yeremia pada zaman itu, pada zaman ini Dia juga mau mengutus kita untuk melakukan rencana-Nya. Bersediakah diutus? Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Apa tujuan pengutusan? Tujuan pengutusan ialah untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk “membangun dan menanam." (ay.10) Itulah yang akan dipikul Yeremia, sebuah tugas yang besar dan berat. Ada sesuatu yang harus dicabut dan dirobohkan; ada sesuatu yang harus dibinasakan dan diruntuhkan dalam kehidupan umat TUHAN pada zaman itu, yaitu pada kehidupan bangsa Israel. Seumpama tanaman, adalah tanaman yang tidak ada faedahnya, tanaman liar yang menggangu dan bisa merusak tanaman yang baik. Seumpama bangunan, adalah bangunan yang sudah tua dan usang yang menggangu pandangan dan membahayakan, maka harus dirobohkan. Kemudian harus ditanam tanaman yang baru, yang baik, yang berguna; dibangun bangunan baru yang lebih baik. Praktek hidup umat TUHAN yang meninggalkan jalan TUHAN, yaitu penyembahan berhala-berhala menyebabkan murka TUHAN sehingga Ia menyerahkan mereka ke dalam pembuangan, hidup menderita di negeri asing. Yeremia ditugasi memberitakan kehendak TUHAN agar umat-Nya bertobat kembali kejalan TUHAN, 43 mengandalkan DIA, berharap pertolongan kepada-Nya. Dengan demikian akan dibangun umat baru yang setia kepada TUHAN dan mengalami hidup sejahtera. Dengan kata lain, Yeremia mengemban tugas untuk reformasi, untuk pembaharuan. Pada zaman ini kita juga dipanggil dan diutus untuk “mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam”; untuk membawa perubahan hidup yang sesuai kehendak TUHAN. Jawaban atas pengutusan Yeremia menjawab pengutusan TUHAN: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda. ”(ay.6) Jawaban Yeremia ini sering dipahami sebagai penolakan terhadap pengutusannya. Tetapi sesungguhnya tidak demikian, sebab Yeremia tidak berkata: “aku tidak bersedia” Ia hanya berkata jujur bahwa tidak pandai berbicara, sebab masih muda. Pengakuannya yang lugas menunjukkan bahwa ia rendah hati. Tentulah ia tahu bahwa menjadi nabi utusan TUHAN memerlukan kemampuan berbicara untuk menghadapi umat TUHAN yang cenderung melawan kehendak-Nya. Memang, tugas yang akan dipikul adalah tugas yang besar dan berat. Sebagai orang yang masih muda, belum punya pengalaman, jawaban Yeremia itu wajar. Dari jawabannya tersirat rasa takut, tidak percaya diri untuk memikul tugas yang besar dan berat, sebab ia akan berhadapan dengan umat yang sudah mengeraskan hati, berhadapan dengan para pemimpin bangsa yaitu para raja yang tidak takut akan TUHAN. Penolakan akan ia alami, bahkan aniaya akan menimpanya. Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Ketika TUHAN mengutus, kebanyakan dari kita juga berdalih atau beralasan untuk menolak pengutusan. Ada yang menolak dipilih menjadi penatua atau diaken dengan alasan masih muda, belum pengalaman, ada yang menolak karena tidak disetujui suami atau isterinya, ada yang beralasan ekonominya masih belum mantap, ada pula yang menolak karena tidak mendapat gaji malah menuai celaan, kritikan dan masih banyak alasan lainnya. Mari kita renungkan…pantaskah kita 44 menolak kehendak TUHAN? Bukankah diutus TUHAN adalah sebuah kehormatan…? TUHAN akan menyertai utusan-Nya TUHAN yang mengutus tidak asal perintah, kemudian membiarkan yang diutus dalam kelemahannya berjuang dendirian, tetapi Ia menyertai, memberikan semangat, memberikan pertolongan melepaskannya dari bahaya. Bukan kata-kata Yeremia sendiri yang akan diucapkan melalui bibirnya, melainkan firman TUHAN yang ditaruh pada mulutnya. Tidak ada gunanya Yeremia berdalih karena masih muda jika TUHAN sudah mengutus dengan janji akan menyertainya. Ia tidak perlu takut menghadapi pembesar-pembesar Negara, tidak perlu takut jikalau nanti umat menolak dan melawan, karena ia boleh mengandalkan TUHAN yang mengutus dan yang menyertainya. Sebagaimana TUHAN berjanji menyertai dan menolong Yeremia dalam menjalankan tugasnya, kita harus percaya bahwa Dia juga menyertai dan menolong kita jika kita bersedia diutus. Karena itu janganlah kiranya kita selalu menolak jika TUHAN mengutus kita. Percaya saja kepada-Nya, maka semuanya akan berjalan dan berhasil meskipun tidak bebas dari kesulitan. Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, TUHAN telah mengutus Yeremia pada zamannya sebagaimana TUHAN mengutus Yeremia, Dia juga mengutus kita pada zaman ini baik sebagai pribadi Kristen maupun sebagai gereja; Tugas pengutusan itu sama yaitu untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam; untuk pembaharuan kehidupan yang sesuai kehendak TUHAN. Bersediakah diutus TUHAN untuk turut mewujudkan hidup yang Dia kehendaki yaitu hidup dengan mentaati kehendak TUHAN Allah? TUHAN mengutus kita untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. Apakah yang akan kita cabut? Apakah yang akan kita binasakan? Apakah yang hendak kita bangun dan apakah yang hendak kita tanam? Segala sesuatu yang tidak berguna untuk hidup yang sesuai kehendak 45 TUHAN harus kita robohkan, kita cabut, kita singkirkan. Dari mana kita mulai? Pertama-tama harus mulai dari diri kita masing-masing, mencabut, membuang kebiasaan bertuturkata dan berperilaku yang tidak mendatangkan manfaat seperti berkata-kata kotor, kebiasaan berbohong, apalagi memfitnah. Malas bekerja, malas belajar, malas beribadah, dan lain-lain. Sebaliknya kita tanamkan kebiasaan bertutur kata dan perilaku yang membangun seperti menghargai orang lain, menyemangati, menghibur, memberikan harapan. Itu berarti bahwa kita masing-masing harus memperbaharui diri dengan pembaharuan budi (Roma 12:2). Selanjutnya kita melihat sekeliling kita, apakah yang harus dicabut dan dirobohkan? Dalam masyarakat masih ada tembok-tembok pemisah yang menimbulkan hubungan sosial yang tidak harmonis seperti fanatisme sempit yang mengklaim atau mengaku bahwa agamanya yang paling benar, yang lain salah bahkan dikatakan kafir sehingga merendahkan agama/ kepercayaan orang lain; merendahkan suku ataupun ras yang lain, golongan lain. Masih ada tembok pemisah antara yang kaya dan yang miskin, masih ada kekuatan yang menindas yang kecil dan lemah. Bahkan dalam gereja pun masih ada tembok-tembok pemisah, masih ada kesenjangan ekonomi, masih ada tatanan yang kurang adil. Dalam kondisi yang demikian itulah kita diutus untuk membawa perubahan agar terwujud kehidupan yang sesuai kehendak TUHAN, yaitu damai sejahtera. Dalam melaksanakan panggilan mencabut merobohkan dst, hendaknya dilakukan dengan arif dan bijaksana. Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus, Adakah yang belum bersedia diutus TUHAN melaksanakan tugas jabatan pelayanan? Adakah yang menolak meskipun TUHAN sudah memberikan talenta yang cukup? Yang belum bersedia masih terbuka kesempatan untuk bersedia, tetapi sebaiknya tidak mengulur-ulur waktu dengan dalih apapun. Hendaklah kita ingat, bahwa TUHAN yang memanggil dan mengutus akan menyertai dan menolong. Bagi yang sampai kini masih menolak pengutusan TUHAN, marilah sadar bahwa TUHAN sudah menerima kita sebagai anak-anak tebusan-Nya. TUHAN telah mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya karena iman kita 46 kepada Tuhan Yesus Kristus Putra Tunggal-Nya yang sudah mengorbankan Diri hingga mati disalib. Apakah hendak menjadi anak Allah yang penurut, taat, ataukah akan menjadi anak yang tidak taat? Tentulah ingin menjadi anak yang taat kepada Allah Bapa. Dengan ketaatan dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus telah melaksanakan pembaharuan. Ia memberikan hidup baru bagi kita yang percaya dan melakukan perintah-Nya untuk hidup damai sejahtera. Dia mengutus kita untuk turut menghadirkan damai sejahtera di bumi milik-Nya. AMIN. (SR). *** RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 3Pebruari 2013 Minggu Epifania V; Warna Liturgi Hijau Bacaan Kotbah: Lukas 5:1-11 Tema: BERSEDIA MENJADI SAKSI-NYA Tujuan: Jemaat memahami bahwa dirinya telah dipanggil Tuhan untuk menjadi saksi-Nya PENJELASAN PERIKOP Pada bagian awal cerita ini (ay. 1-3) digambarkan Yesus yang sedang berdiri di Pantai Danau Genesaret, yaitu nama lain untuk Danau Galilea. Danau ini luas, dengan panjang sekitar tiga belas mil dan lebar delapan mil, dikelilingi oleh perbukitan. Pada zaman itu, wilayah di sekitar danau itu sangat padat penduduknya, dan di sepanjang pantainya 47 terdapat banyak kota. Kapernaum dan Betsaida (di bagian utara) merupakan pusat perikanan. Pada ayat kedua dijelaskan bahwa Yesus melihat perahuperahu yang berada di pinggir pantai saat nelayan sedang membersihkan jalanya. Membasuh jalanya atau membersihkan jala merupakan pekerjaan pagi yang sudah rutin setelah menjala sepanjang malam. Agar tidak terjepit di antara orang banyak, kemudian Ia naik ke salah satu perahu itu (ay. 3). Yesus meminjam perahu Simon Petrus untuk dijadikan mimbar. Ketiga ayat ini pada kitab injil yang lainnya terpisah, namun Lukas menggabungkannya dengan cerita pemanggilan Simon Petrus yang didahului dengan mujizat penangkapan Ikan. Dalam ayat 4-10 menceritakan mujizat penangkapan Ikan. Yesus yang meminta Simon menebarkan jala untuk menangkap ikan, namun awalnya ditanggapi dengan keragu-raguan karena sepengetahuannya ikan naik ke permukaan pada malam hari untuk makan, pada siang hari ikan itu turun ke tempat air yang lebih sejuk di bagian yang lebih dalam. "Bagaimana mungkin seorang tukang kayu mengajari seorang nelayan tentang cara menangkap ikan?" Mungkin begitulah gambaran pikiran Petrus saat Yesus menyuruh dia menangkap ikan lagi. Sementara ia dan teman-temannya telah sepanjang malam bekerja keras tanpa hasil (ay. 5). Petrus, mewakili kebanyakan orang, keliru memahami Yesus. Yesus pada awal-awal pelayanan menyatakan kemesiasan-Nya bukan hanya dengan pernyataan diri (4:16-21), melainkan juga dengan pengajaran dan karya-karya-Nya. Sebelum peristiwa dalam perikop ini, beberapa pelayanan Yesus sudah menyatakan bahwa Ia lebih daripada manusia biasa: roh jahat diusir (4:31-37) dan orang sakit disembuhkan (4:38-41). Yesus juga bukan sekadar guru agung atau pembuat mujizat yang populer. Yesus adalah Tuhan atas alam ini! Tetapi karena Yesus menyuruhnya, Petrus yakin bahwa mereka akan menangkap ikan, dan kata-katanya ini menunjukkan iman kepada Yesus. Lalu sikap sok tahu Petrus berubah menjadi rasa malu dan gentar ketika melihat Yesus berkuasa atas ikan di laut. Pada ayat berikut, Jala mereka mulai koyak. Ikan yang ditangkap itu demikian banyak sehingga jala maupun perahu mereka tidak mampu 48 untuk menampungnya. Ayat ke-8, Simon berkata: Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa. Bukti bahwa Yesus mengetahui lebih banyak tentang menjala ikan daripada Petrus, dan pemberian ikan yang jumlahnya lebih daripada memuaskan setelah pekerjaan sia-sia semalam, membuat Simon melihat dirinya di dalam terang yang baru. Berbeda dengan Yesus, yang tampak keilahian-Nya melalui mujizat itu, Petrus sadar bahwa dirinya penuh dosa, sehingga ia merasa tidak layak berada bersama dengan Yesus. Terakhir pada ayat 10 dan 11, Yesus menjawab: Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia. Sekarang Yesus memanggil mereka, Simon dan rekan-rekannya - Yakobus dan Yohanes, untuk memulai sebuah pelayanan khusus yaitu menjadi penjala manusia, dan mereka meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Dia. KONTEKS MASA KINI Banyak orang percaya yang saat ini merasa sudah banyak melakukan berbagai pelayanan untuk memberitakan Kabar baik, tetapi mereka merasa belum mendapatkan ‘berkat’ Tuhan. Pelayanan yang dilakukan lebih banyak untuk menunjukkan ‘siapa dirinya’ ketimbang ‘siapa sebenarnya Yesus’ yang harus diberitakan kepada orang banyak. Motivasi yang mendasari pelayanannya tidak semestinya. Kadang-kadang pengetahuan serta akal budi yang dimiliki seseorang tidak selalu membuatnya bisa memahami kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas. Bahkan masih ada juga diantara orang percaya tidak memahami bahwa dirinya telah dipanggil Tuhan untuk menjadi pembawa kabar sukacita di dalam hidup, namun mereka seringkali mengabaikan atau menghindari tugas-tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH Pendahuluan Kotbah dapat diawali dengan ungkapan bahwa sesungguhnya kita yang ada di tempat ini adalah orang-orang yang telah dipercayakan suatu 49 misi yang besar dan mulia. Kita dipanggil untuk melakukan perkaraperkara yang besar, di mana tidak semua orang bisa memperolehnya. MENGAPA TUHAN MEMANGGIL 1. Pertama-tama karena anugerah-Nya saja. Jelaskan bahwa Tuhan memanggil kita untuk menjadi Hamba-Nya karena anugerah-Nya semata. 2. Kedua karena Tuhan mempunyai rencana tersendiri bagi setiap manusia. Jelaskan bagaimana Tuhan mempunyai rancangan khusus kepada setiap manusia agar manusia tetap boleh menikmati hidup yang baik. 3. Ketiga Tuhan memanggil kita semua untuk menjangkau jiwa-jiwa yang ‘belum merasakan hidup berkelimpahan’ di dalam Kristus. PENUTUP Buatlah kalimat yang mendorong jemaat bersedia untuk menerima panggilan Tuhan untuk juga menjangkau jiwa-jiwa yang merindukan ‘kehidupan sejahtera’ di dalam Kristus. USULAN LITURGI: Nats Pembimbing : Yesaya 6:8 Berita Anugerah : Yesaya 6:5-7 Petunjuk Hidup Baru : 1 Korintus 15:1-3 Persembahan : 2 Korintus 9:6-8 NYANYIAN: 1. PKJ. 13:1,2,3 2. PKJ. 46:1,2,3 3. PKJ. 19:1,2,3 4. PKJ. 198:1,3 5. PKJ. 282:1,2,3 6. PKJ. 271:1,2,3 7. PKJ. 274:1,2,3 Contoh Kotbah Jadi 50 Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Tahukah Saudara, bahwa sesungguhnya kita yang ada di tempat ini adalah orang-orang yang telah dipercayakan suatu misi yang besar dan mulia. Kita dipanggil untuk melakukan perkara-perkara besar, di mana tidak semua orang bisa memperolehnya. Dan panggilan ini bukan berasal dari seorang Presiden, Raja, atau orang penting lainnya, namun dari Tuhan Yang Berkuasa, Raja di Atas Segala Raja, Tuhan yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini. Bukankah itu merupakan kebanggaan yang luar biasa? Paling tidak ada dua hal yang harus kita pahami berhubungan dengan panggilan Allah ini! I. Panggilan hamba Tuhan didasarkan pada anugerah-Nya semata. Saudara, saya tidak tahu bagaimana perasaan Saudara ketika mengetahui bahwa Tuhan telah memanggil Saudara menjadi hamba-Nya. Mungkin ada yang merasa begitu tidak layak menerima panggilan ini. Tapi, mungkin juga ada diantara kita yang menganggap, “ Oh, memang sudah sepantasnya Tuhan memilih saya, karena saya adalah orang yang giat melayani Tuhan, saya fasih dalam berbicara, saya pandai dan memiliki banyak karunia, serta rajin mengabarkan Injil. Wah, pokoknya sosok hamba Tuhan tuh gue banget gitu loch!” Saudara, melalui perikop ini sesungguhnya kita bisa melihat dengan jelas orang-orang seperti apa yang Tuhan panggil untuk menjadi murid-muridNya. Menarik sekali kalau kita lihat bagaimana Tuhan Yesus justru memilih dan memanggil orang-orang yang berasal dari kalangan para nelayan di tepi Danau Genesaret. Tepi Danau Genesaret adalah satu daerah yang terpencil dan cukup miskin, di mana mata pencaharian utama penduduknya adalah menangkap ikan. Orang-orang yang tinggal di sana rata-rata kurang terpelajar, kurang sopan, dan tutur katanya pun kasar. Namun, Tuhan tetap memanggil Simon, Yakobus dan Yohanes, yang menurut orang tampaknya tidak berkualitas, untuk menjadi murid51 murid-Nya. Ketika Yesus tiba di tempat ini, orang-orang saling berdesakan untuk mendekati Dia. Mereka ingin sekali mendengarkan pengajaran-Nya. Agar tidak terjepit diantara orang banyak, Yesus pun akhirnya meminjam perahu milik Simon dan memintanya untuk menolakkan perahu tersebut sedikit jauh dari pantai. Kemudian, Yesus mengajar dan setelah selesai mengajar, Yesus kembali meminta Simon untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya. Saudara-saudara, saat itu rupanya hari sudah cukup siang. Simon yang adalah seorang nelayan profesional pasti tahu bahwa menangkap ikan yang paling baik itu seharusnya dilakukan di malam hari, bukannya di siang bolong seperti ini. Pada siang hari, ikan-ikan justru akan turun untuk mencari tempat yang lebih sejuk. Mari kita mencoba membayangkan apa yang kira-kira dipikirkan Simon pada saat itu??.......... Berbagai kebingungan dan keberatan mungkin timbul di benaknya, “Hah, kembali lagi ke laut? Yang benar saja! Apa tidak salah? Kami yang sudah terbiasa melaut saja semalaman sudah tidak berhasil mendapatkannya, apalagi sekarang di siang bolong seperti ini? Ini sesuatu yang mustahil! Lagipula, Yesus itu kan seorang Guru. Masa lalunya pun hanya tukang kayu. Ia pasti tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk menjala ikan!” Sesungguhnya pernyataan-pernyataan seperti itu mungkin saja terlintas di benak Simon yang sudah ahli dalam menjala ikan. Tetapi tahukah Saudara apa yang menjadi responnya saat itu? Simon berkata, “Guru, telah semalam-malaman kami tak henti-hentinya menjala dan kami tidak berhasil menangkap apa-apa. Tetapi, karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Ya, Simon memutuskan tetap mengikuti perintah Yesus. Walau bagaimanapun juga, Yesus adalah Guru yang sangat ia hormati. Meskipun Simon mungkin tidak setuju dengan pemikiran-Nya, meskipun saat itu Simon merasa sangat lelah dan ingin cepat pulang, ia tetap menaati perintah Yesus. Akhirnya mujizat itu pun terjadi di depan mata Simon, di dalam perahu miliknya sendiri. Ia gentar, bingung! Pikirannya kembali dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, “Sesungguhnya siapakah orang ini sehingga laut dan segala isinya dapat tunduk kepada-Nya? Tidak mungkin seorang biasa bisa melakukan mujizat seperti itu karena jumlah 52 ikan-ikan yang mereka peroleh jauh melebihi batas normal sehingga peristiwa ini pasti bukan hanya kebetulan belaka.” Tiba-tiba ia sadar siapakah Yesus yang sebenarnya. Saat itulah Simon langsung tersungkur di hadapan Yesus. Ia merebahkan diri, berlutut dengan muka sampai menyentuh tanah. Lalu dengan gentar Simon berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”. Saudara-saudara, perkataan ini sesungguhnya bukanlah permintaan kepada Yesus agar segera pergi, namun lebih mengacu pada teriakan kebingungan, ketakutan, kegentaran, karena Simon yang inferior harus berhadapan dengan Tuhan yang superior, dia yang hanya ciptaan harus berhadapan dengan Sang Pencipta, dan dia yang berdosa harus berhadapan dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa, “Seseorang yang telah mengalami mujizat-Nya, tidak mungkin tidak menyadari akan kehadiran serta kuasa Allah di dalam dunia ini!” Hal inilah yang dialami oleh Simon saat itu! Dan hal yang serupa pernah dialami pula oleh Nabi Yesaya saat Allah mendatanginya. Ia berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.” Saudara, saat berhadapan langsung dengan kekudusan Allah, setiap orang pasti akan menyadari ketidaklayakan dirinya. Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Siapakah Petrus? Siapakah Yesaya? Siapakah saya? Dan siapakah saudara di hadapan Allah? Sesungguhnya kita hanyalah orang-orang berdosa, orang-orang yang sama sekali tidak layak di hadapan-Nya. Tidak ada satu pun yang dapat kita banggakan di hadapan Allah Yang Maha Kudus dan Maha Mulia. Namun, Ia telah memanggil kita untuk menjadi hamba-Nya. Bukankah ini merupakan anugerah yang besar? Karenanya, janganlah kita sombong! Jangan pernah merasa bahwa diri kita memang layak menjadi hamba Tuhan karena kehebatan-kehebatan yang kita miliki, kecakapan, kepintaran, atau apapun kelebihan yang ada di dalam diri kita. Sesungguhnya panggilan kita sebagai hamba Tuhan adalah karena anugerah-Nya semata. 53 Saudara, panggilan Allah bagi kita rupanya bukan hanya berbicara tentang anugerah saja, melainkan berbicara juga mengenai suatu tujuan. Dan inilah yang menjadi kebenaran kedua… II. Panggilan hamba Tuhan adalah menjangkau jiwa-jiwa Saudara-saudara kekasih Tuhan Yesus Kristus, Rasanya masih segar dalam ingatan kita berbagai peristiwa bencana alam yang telah beberapa kali menimpa negara ini; mulai dari tsunami, gempa, banjir, dan masih banyak peristiwa lainnya, yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Ketika melihat musibah ini, pernahkah Saudara bertanya, “Berapa banyak diantara korban tersebut yang ternyata masih belum mengenal Yesus sebagai Juruselamat?” Apa yang Saudara rasakan ketika melihat realita ini? Sesungguhnya untuk orang-orang demikianlah, yaitu orang-orang berdosa yang belum mengenal Kristus, kita dipanggil, diutus, untuk menjangkau mereka. Panggilan untuk menjangkau jiwa-jiwa inilah yang disampaikan Yesus kepada Simon pada waktu itu. Ketika Simon tersungkur dan menunjukkan ketakutannya yang luar biasa, Yesus menenangkannya dengan berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dalam perkataan Yesus ini ada tiga frasa yang sangat penting. Frasa yang pertama adalah perkataan “jangan takut”. Ini merupakan frasa yang dikatakan Yesus kepada Simon untuk menyatakan bahwa kehadiran-Nya pada saat itu bukanlah untuk menghukum Simon yang berdosa, tetapi justru untuk menyatakan anugerah pangggilan-Nya seperti yang telah dijelaskan diatas. Frasa yang kedua adalah perkataan “mulai dari sekarang”. Frasa ini rupanya sering dipakai oleh Lukas baik dalam Injilnya maupun dalam Kisah Para Rasul. Frasa ini sesungguhnya bukan berbicara mengenai kronologis waktu, tetapi berbicara mengenai suatu perubahan mendasar dari kondisi sebelumnya. Simon yang tadinya adalah seorang fishermen, kini menjadi fishers of men. Seorang yang tadinya menjala ikan, kini menjala manusia. Seorang yang dulunya hanya berfokus pada dirinya 54 sendiri, kini hidup untuk melayani orang lain. Dan frasa yang terakhir adalah “menjala manusia”. Saudara, mungkin kita sempat bertanya-tanya mengapa untuk memanggil Simon menjadi murid-Nya, Yesus harus melakukan mujizat penangkapan ikan terlebih dahulu? Dan apakah tidak ada mujizat lainnya? Saya baru menyadari bahwa mujizat penangkapan ikan tersebut bukan sekedar dipakai Yesus untuk menyatakan kuasa-Nya sebagai Sang Mesias Yang Ilahi, tetapi mujizat itu sendiri memiliki makna profetik bagi pelayanan Simon di masa yang akan datang. Ketika Simon diperintahkan untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya, Yesus ingin menunjukkan bahwa kelak Simon pun akan diutus pergi ke tengahtengah dunia untuk menebarkan jalanya, yaitu Injil keselamatan, dan membawa orang-orang yang terhilang kepada kepada Yesus Kristus. Di kemudian hari kita bisa melihat bahwa Simon benar-benar menggenapi panggilan-Nya sebagai penjala manusia. Ia berkhotbah di hadapan ribuan orang dan terhitung 3000 orang bertobat. Simon pun menyembuhkan dan memperkenalkan kasih Kristus pada seorang yang lumpuh di Bait Allah. Simon juga melayani Kornelius yang merupakan orang kafir dan masih banyak lagi pelayanan yang telah ia lakukan untuk menjangkau jiwa-jiwa yang masih terhilang. Jelaslah bahwa perkataan Yesus ini sesungguhnya berbicara mengenai anugerah panggilan yang telah Ia berikan kepada Simon yang membawanya kepada pembaharuan. Simon yang tadinya hidup untuk diri sendiri dengan mencari materi, sekarang menjadi hidup untuk Tuhan, dengan cara menjangkau jiwajiwa. Saudara, sesungguhnya di sekeliling kita ini banyak sekali orang-orang yang masih membutuhkan kasih Kristus. Orang-orang yang ada di rumah sakit, penjara, dan jalanan, mereka semua adalah orang-orang yang bisa kita layani. Atau jangan jauh-jauh dulu. Bagaimana dengan orang-orang terdekat kita yang belum mengenal kasih Kristus? Mungkin orang itu adalah orang tua kita, adik, kakak, saudara, anak-anak sekolah minggu, atau sahabat kita. Sudahkah kita mengenalkan Kristus kepada mereka? Saudara, sesungguhnya untuk merekalah kita dipanggil. 55 Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Jadi jelaslah bahwa panggilan yang kita terima adalah panggilan yang didasarkan pada anugerah Allah untuk menjangkau jiwa-jiwa, dan bukan untuk agenda yang lain. Kebenaran ini harus selalu kita bawa sebagai prinsip ketika kita melayani Tuhan. Bersyukurlah Saudara kalau kita telah menyadari kebenaran ini. Tetapi adakah diantara kita yang mulai menganggap diri layak dipilih sebagai hamba Tuhan, atau mungkin memiliki agenda-agenda pribadi, misalnya mencari ketenaran atau fokus pada hal-hal materi? Mari kita sama-sama menyelidiki hati kita, motivasi pelayanan yang telah kita lakukan selama ini. Jika memang benar kita mulai melenceng dari tujuan panggilan semula, bertobatlah!! Mintalah pengampunan kepada Kristus supaya Dia benar-benar menjadikan kita seorang penjala manusia yang sejati. Percayalah, ketika kita menyadari bahwa panggilan itu adalah sebuah anugerah dan kita setia untuk mewujudkannya, akan ada kekuatan ketika menjalaninya dan ada sukacita yang sangat besar ketika melihat banyak orang yang bersedia datang kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin! (YFH) *** 56 RANCANGAN KOTBAH 10 Pebruari 2013 Minggu Terakhir Epifania, Warna Liturgi Hijau Bacaan: Mazmur 99 Tema: ALLAH ITU RAJA Tujuan: 1. Warga jemaat dapat membedakan antara raja di bumi dengan Allah sebagai Raja. 2. Warga jemaat termotivasi untuk memberikan penghormatan kepada Allah lebih tinggi di bandingkan raja atau pemimpin di bumi. PENJELASAN TEKS Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang berisi nyanyian dan doa. Kitab Mazmur ini dikarang oleh berbagai pujangga dalam waktu yang cukup lama. Nyanyian-nyanyian dan doa-doa ini dikumpulkan oleh orang Israel dan dipakai dalam ibadat mereka. Sanjak-sanjak keagamaan ini bermacam ragam: ada nyanyian pujian dan ada nyanyian untuk menyembah Allah; ada doa mohon pertolongan, doa mohon perlindungan dan penyelamatan; doa mohon ampun; nyanyian syukur atas berkat Allah, permohonan supaya lawanlawan yang di hadapi dihukum oleh Allah. Doa dan nyanyian ini ada yang bersifat pribadi, ada pula yang bersifat bersama-sama. Beberapa di 57 antaranya menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah. Kitab Mazmur pasal 99 ini berisi pengalaman religius yang demikian mendalam tentang Allah. Seperti diungkapkan pemazmur, Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan Allah sebagai Raja yang Kudus. Di sini kedalaman iman diungkapkan dengan jelas, sebab mereka mengetahui kebenaran penyataan illahi dari pengalaman iman mereka bahwa Allah berkuasa atas segalanya. Mazmur pasal 99 termasuk Mazmur Sabat yang dikaitkan secara erat dengan ibadah Sabat. Allah sebagai pusat ibadah diyakini oleh pemazmur sebagai seorang raja yang sangat berkuasa atas segala yang ada, dan layak untuk mendapatkan penghormatan dan kebesaran dari semua umat dalam pasal 99 disebutkan peran dari Musa, Harun dan Samuel, dalam konteks kepemimpinan Israel mereka adalah orang-orang yang menjadi penghubung antara umat dan Allah. Pada satu sisi mereka membawa keluhan, pergumulan, persoalan umat kepada Allah, dan di sisi lain mereka berperan sebagai pewarta kehendak Allah untuk mengembalakan umat Allah. Mazmur pasal 99 mengungkapkan tentang kebesaran Allah sebagai seorang Raja, kebesaran Tuhan nampak dalam kedasyatannya ketika Ia bertahta sehingga bumi gemetar dan mengatasi semua yang ada. Sebagai seorang raja Allah juga memberlakukan hukum kerajaan yang tegas dan melaksanakan kadilan atas umatnya. Allah juga mendengar setiap seruan dari permohonan para imam untuk membebaskan mereka dari jerat musuh. Oleh karena itu semua umat diminta oleh pemazmur untuk memuji dan menyembah Tuhan Allah sebagai raja yang mengatasi segalanya. Setiap orang didorong oleh keinginannya untuk memberikan tanggapan kepada Allah yang hidup. Mereka semua dipersatukan oleh keinginan hati mereka untuk menanggapi dengan memakai perasaan terdalam mereka. Tafsiran Singkat Ayat 1 dan 2: dalam ayat ini secara langsung sang pemazmur menyebutkan bahwa Allah itu Raja, ini ingin menegaskan bahwa 58 Allah benar-benar Raja. Keberadaan-Nya sebagai raja dijelaskan dengan mengatasi segala bangsa. Hal ini diungkapkan pemazmur “ maka bangsa-bangsa gemetar”. Kekuasaan Allah juga mengatasi keberadaan segala mahluk baik di bumi maupun di surga. Kerubim yang dimaksud kerub adalah mahluk sorgawi yang bersayap yang menjadi penjaga Firdaus, kebesaran Tuhan juga nampak di Sion. Sion adalah tempat di mana mula-mula bagian selatan dari bukit Timur yang direbut Daud. Di sebelah utaranya kemudian Salomo membangun bait suci, Bukit Sion berada di wilayah Yerusalem, Ayat 3: ayat ini merupakan respon dari pemahaman terhadap kebesaran Allah sebagai Raja, yang mengatasi bangsa-bangsa, alam semesta, mahluk sorgawi. Dalam penyembahan umat kepada Allah di Sion, nyanyian syukur diperdengarkan. Allah adalah Allah Yang Kudus yang berarti Ia bebas terhadap dunia atau segala sesuatu yang terpisahkan (dikhususkan) dari kebiasaan atau hal-hal yang duniawi. Karena itu TUHAN Allahlah yang harus di puji dan ditinggikan. Ayat 4: Sebagai Raja Allah adalah raja yang kuat, bukan raja yang lemah. Dalam kekuatannya ini Allah menegakan kebenaran. Kebenaran hanya bisa ditegakan oleh mereka yang kuat. Allah menegakan hukum itu secara turun temurun, hukum Allah tetap untuk selamanya. Ayat 5: Ungkapan Tinggikan dan menyembah juga di ungkapkan dalam ayat ke-9. Respon terhadap keberadaan Allah sebagai raja yang berkuasa sekaligus mendengarkan keluh kesah umatnya mendorong umat untuk meninggikan dan menyembah Dia. kata sujud di tumpuan kaki TUHAN merupakan sikap kerendahan hati terhadap Allah sebagai raja yang layak untuk disembah dan di kagumi. Ayat 6-8: ayat ini mennjukkan hakikat Allah sebagai raja yang mendengarkan seruan Musa, Harun, dan Samuel. Sebagai raja Allah melindungi umatNya melalui tiang awan dan membalaskan serta menghukum musuh-musuhnya. Ayat 9 : Umat perlu menyembah Tuhan di Gunung-Nya yang kudus yaitu di gunung Sion. Bagi Bangsa Israel, Gunung Sion menjadi pusat penyembahan kepada Allah. 59 KONTEKS MASA KINI 1. Dalam praktik kehidupan manusia, Allah tidak ditempatkan dalam posisi yang tertinggi melainkan masih bisa dikalahkan dengan kepentingan raja-raja yang ada di dunia ini 2. Didalam ibadah kita masih ada perilaku yang kurang menghargai dan menghormati Allah, contohnya, orang masih rebut ketika ibadah sudah mulai, masih memainkan Hp. Ketika ibadah sudah berjalan, masih ada yang ngobrol ketika kotbah disampaikan sehingga orang tidak memperhatikan isi kotbah, dan lain sebagainya. 3. Para penguasa dipercaya oleh Tuhan untuk menegakkan hukum, tetapi dalam praktiknya masih ada penguasa yang menyalahgunakan wewenang/hukum. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pendahuluan a. Awali kotbah dengan pertanyaan mengapa Allah harus dimuliakan. b. Pengkotbah dapat melanjutkan dengan pertanyaan: “ mengapa kita perlu beribadah kepada Tuhan?” c. Jelaskan kepada jemaat tentang arti raja dalam pandangan umum, agar jemaat memiliki gambaran awal tentang Allah sebagai raja. 2. Isi a. Uraikan tetang peran Allah sebagai raja yang harus dihormati atau ditakuti. b. Allah menegakkan keadilan, serta berkenan mendengar seruan umatnya ketika mereka minta tolong kepada Allah. c. Ungkapkan juga perbedaan antara Allah sebagai Raja, dan raja yang ada di dunia ini dalam kepribadian dan kepemimpinan mereka. d. Jemaat harus meninggikan dan menyembah TUHAN 3. Penutup Akhiri kotbah dengan meyakinkan jemaat, bahwa Allah adalah Raja diatas segala raja, maka sebagai umat datanglah kepadanya dan maka Ia akan mendengar permohonan jemaat yang tertindas. 60 Ajak jemaat untuk memberikan penghormatan kepada Allah melebihi penghormatan kepada raja di muka bumi ini. Daftar Ayat dan Lagu Pujian Pembukaan Nats Pembimbing Pujian Syukur Berita anugerah Nyanyian kesanggupan Respon terhadap Firman Nast Persembahan Pujian Persembahan Pujian Penutup :KJ 227: 1,2 :Yes 33: 5 :KJ 13: 1,2,3 :Zef 3: 15 :KJ 222b : 1, 4, 6,7 :KJ 293: 1,3 :Wahyu 11: 17 :KJ 161: 1:KJ 406: 1 Contoh Kotbah Jadi Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Mengapa Allah perlu ditinggikan? Dalam diri kita mungkin ada pelbagai macam alasan, mengapa kita meninggikan Allah. Ada yang merasakan bahwa ialah Tuhan kita. Ada juga yang mengatakan Ialah Juru Selamat kita. Ada juga yang mengatakan bahwa Ialah sumber berkat kita. Apapun itu, semua adalah ungkapan iman kita. Dan hari ini kita belajar sebuah naskah ibadat dari bangsa Israel, yang diambil dari Kitab Mazmur pasal 99, pasal ini berisi salah satu dasar umat Israel untuk mengadakan ritual ibadah mereka. Hal yang menarik adalah Allah yang diagungkan, disembah sebagai Raja. Dalam kamus bahasa Indonesia raja adalah orang yang mengepalai dan berkuasa atas satu bangsa atau negara yang kekuasaannya terbatas, yaitu dalam ruang lingkup yang ia pimpin. tetapi dalam pemahaman Allah sebagai raja, kekuasaan-Nya tidak terbatas, melainkan Ia berkuasa atas segala-galanya. Pasal 99 menjelaskan kepada kita bahwa Allah adalah Raja, kalau Allah yang menjadi Raja, maka siapa yang dikuasainya, siapa yang dikepalainya, jawabnya ada dalam ayat-ayat yang kita renungkan saat ini. 61 Ada beberapa hal yang sangat penting, ketika kita hendak menyembah Allah sebagai Raja dalam ritual ibadah dan dalam hidup kita sehari-hari: Yang pertama: Tuhan adalah Raja atas Bangsa-Bangsa, dalam ayat 1-2 diungkapkan, bahwa Allah sebagai raja dapat membuat bangsabangsa gemetar, dan Ia lebih tinggi dari bangsa-bangsa. Ini menunjukan bahwa keberadaan Allah sebagai Raja tidak bisa disamakan dengan rajaraja yang ada di muka bumi ini. Rasa gemetar adalah tanda yang paling nyata dari rasa hormat, takjub terhadap kekuasaan yang lebih besar. Pada kenyataanya Allah adalah Raja yang lebih besar dari semua raja di bumi. Yang kedua: sebagai raja Ia berkuasa atas Alam semesta, tanda yang nyata bahwa Allah berkuasa atas alam semesta, dapat kita lihat dari ungkapan ayat ke-1 bumi goyang. Bumi dapat goyang manakala Allah bersemayam atau duduk di dalam singasanana-Nya (kerub-kerubnya). Yang ketiga: Raja Yang kuat dalam Hukum, Allah adalah raja yang kuat, kekuatan Allah sebagai raja terletak pada hukum yang ia miliki. Allah setia pada hukum yang Ia buat. Ayat 4 menegaskan kepada para pengikutnya bahwa Allah menegakan kebenaran, ungkapan ini dipertegas dengan pernyataan bahwa; Allah sangat mencintai hukum itu dan menegakan kebenaran sesuai hukum itu turun menurun dalam keturunan Yakub/ Israel. Yang ke Empat: Raja yang mendegarkan keluh kesah, Kemudian dalam ayat ke 6 dungkapakan, adanya orang-orang yang berseru kepada Allah, dimana Allah diyakini sebagai Raja, diantaranya ada Musa, Harun, dan Samuel yang kesemuan seruannya diungkapkan dalam situasi yang berbeda, dan mereka didengar serta mendapatkan jawaban atas pergumulan mereka, dan mereka ada di tengh-tengah umat sebagai seorang iman dan nabi. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ketika kesadaran keberadaan Allah yang mengatasi bangsabangsa dan alam semesta, serta kuat dalam hukum dan mendengarkan keluh kesah umatnya maka kesadaran umat selanjtnya adalah: Meninggikan Tuhan Allah, yang berarti umat menempatkan Tuhan Allah sebagain satu-satunya yang utama didalam hidupnya, dan dalam ritual ibadah Allah satu-satunya yang harus diagungkan. Didalam 62 ibadah orang Israel melalui pemazmur ini kemudian mereka melihat sosok Allah yang menjadi pusat ibadah dan penyembahan. Selanjutnya adalah Sujud menyembah, yang artinya berlutut dan menundukan kepala kita dihadapan Tuhan sebagai sang Raja, bukan hanya secara fisik yang nampak, tetapi juga secara totalitas dalam hati, pikiran dan seluruh hidup, sebab ia yang menguasai seluruh hidup umat manusia. Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Ketika kita hidup didunia ini mau tidak mau, kita berada dalam kekuasaan yang namanya pemerintah. Setiap negara memiliki model kepemimpinan yang berbeda ada negara yang mengakui bahwa pemimpin mereka disebut raja, negara yang lain menyebut pemimpin mereka presiden. Apapun sebutannya para pemimpin tersebut adalah orang yang diberi kuasa untuk memimpin saudara dan saya. Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Gambaran Allah sebagai Raja yang disampaikan oleh pemazmur ini, sangat berbeda dengan raja yang ada di muka bumi ini. Raja yang kita kenal di muka bumi ini tidak akan pernah bisa menguasai alam semesta ini yang memiliki kekuatan yang besar, raja yang ada di muka bumi ini masih mencari penghormatan dan pengakuan atas bangsabangsa lain. Mungkin juga ada raja di muka bumi ini, namun belum tentu tidak mendengar jeritan kita, bahkan tidak berani menegakkan kebenaran atau hukum yang ada. Allah sungguh beda. Ialah Allah yang setia, tegas namun penuh kasih. Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Dalam dunia pemerintahan kita diwajibkan untuk menghargai dan menghormati raja yang ada dimuka bumi ini. Sudah tentu kita juga harus lebih lagi menghargai dan menghormati, bahkan meninggikan serta menyembah Allah kita yang adalah Raja diatas segala raja. Bagaimana cara kita untuk menghormati Allah kita sebagai Raja? Kalau kita mengambarkan ibadah adalah salah satu bentuk untuk meninggikan dan menyembah Allah secara nyata, maka penerapan yang 63 paling nyata dan dapat kita lakukan dalam hidup kita adalah dengan melakukan hal-hal yang baik, dimulai lebih dulu dalam ibadah: Pertama: Meninggikan Allah, dalam ayat 3 biarlah mereka menyanyikan syukur. contohnya; ketika kita menyanyiakan pujian dalam ibadah di gereja maupun kegiatan persekutuan mari kita memuji Tuhan dengan sunguh-sungguh menghayati, bukan sekedar menyanyi, karena pujian kita akan kita berikan untuk TUHAN Raja alam semesta. Nyanyian bukan untuk menyenangkan diri sendiri tetapi untuk menyenangkan hati Tuhan. Kedua: sujud menyembah. Sujud menyembah adalah sikap kerendahan hati dan ketertundukan kepada otoritas Allah. Contoh ketika kotbah disampaikan, kalau kita menghormati Allah sebagai raja maka kita patut mendengarkan dengan rasa hormat, tidak ngobrol sendiri, tidak bermain HP (Hand phone) dll. Ketika kita berdoa mari kita datang dengan ketulusan hati, dengan hati yang hancur, dengan menyadari bahwa Allah sang Raja Yang Agung berkuasa dan menguasai seluruh kehidupan kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kita mengetahui bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna. Namun kita juga percaya, bahwa Tuhan Yesus Kristus sanggup memberikan kekuatan kepada kita untuk menjalankan perintahNya. Ialah Raja yang sungguh mengasihi kita. Ia Raja yang peduli dengan kita. Mari kita tetap yakin teguh menjadi umat yang dikasihi Sang Raja, Tuhan Yang Maha Kuasa. Kiranya TUHAN Allah memberkati kita semua menjadi umat yang meninggikan dan meyembah Yesus Kristus sebagai Raja. Tuhan memberkati. Amin. (TAR) *** 64 MULAI TANGGAL 13 Pebruari 2013 s/d. 19 Mei 2013 MENGGUNAKAN PANDUAN MASA PERAYAAN PASKAH DAN PENTAKOSTA 65 KOTBAH MINGGU, 26 Mei 2013 Minggu Trinitas, warna liturgi Putih Bacaan: Roma 5:1-5 Tema: BERMEGAH DALAM PENDERITAAN Tujuan: Jemaat menjalani hidup dalam ketekunan. PENJELASAN TEKS Surat ini ditulis dari Kota Korintus (Roma 15:32), di mana Paulus berada di rumah Gayus (Roma 16:23), sementara menulis surat ini melalui pembantunya, Tertius (Roma 16:22), agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (Roma 15:25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah Laut Tengah, yaitu pada akhir musim dingin (Februari–Maret thn. 57 M). Keadaan Rasul Paulus pada saat itu digambarkan dalam KPR. 20:2-3. Ternyata pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi (sekitar 700 km dari Korintus). Ternyata Paulus sedang merencanakan untuk kembali ke Yerusalem untuk hari Pentakosta (KPR 20:16) guna menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non Yahudi kepada orangorang kudus di Yerusalem (Roma 15:25-27). Roma 5 dibuka dengan kata, "sebab itu", yang menunjukkan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan atau hasil akhir dari ayat sebelumnya, yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan, maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus. 66 Kemudian dilanjutkan dengan ayat 2a, ayat ini mengajarkan bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Melalui Kristus, kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan izin masuk ke dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera sejati. Tanpa Kristus, tak mungkin ada jalan masuk kepada anugerah dan damai sejahtera dari Allah ini. Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah. Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah. Ayat 3 & 4, kata “Dan bukan hanya itu saja.” menunjukkan bahwa selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah dibenarkan melalui iman. Juga bermegah meskipun sendang mengalami penderitaan atau kesengsaraan. Ini harus dilihat dalam konteks penulisan surat Roma, di mana jemaat-jemaat Kristen menerima penganiayaan dari kekaisaran Romawi yaitu barangsiapa yang berani menyebut Tuhan kepada pribadi selain Kaisar, harus dihukum mati. Dalam konteks inilah, Paulus menghibur jemaat Roma agar mereka juga bermegah di dalam kesengsaraan selain menerima damai sejahtera dari dan dengan Allah setelah dibenarkan melalui iman. Paulus melihat realita/kenyataan penderitaan itu dari sudut pandang kedaulatan Allah. Kesengsaraan dipandang secara positif oleh Paulus sehingga orang beriman menghadapi kesengsaraan dengan tahan uji. Karena kesengsaraan yang dialami itu akan berbuah ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecawakan karena kasih Allah telah dianugerahkan. Jadi, penderitaan ternyata justru melahirkan 3 ciri kualitas iman orang percaya, yaitu ketekunan, tahan uji dan pengharapan. (Band. Yak 1:2-4). KONTEKS MASA KINI 1. Keadaan ekonomi yang semakin sulit, menambah jumlah orang yang menjadi miskin, orang menjadi sulit/susah bahkan menderita karena 67 2. 3. 4. 5. ekonomi. Bagaimana perikop ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk mengatasi masalah tersebut. Persaingan dalam dunia kerja yang semakin keras, yang tidak luput bagaimana mencapai satu tujuan dengan cara yang tidak benar atau saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Berbagai hal yang tidak halal menjadi dihalalkan. Adanya Bencana Alam gagal panen, pemutusan hubungan kerja. Ada sikap dan sifat manusia yaitu manja dan mudah putus asa. Ketika menghadapi persoalan dan kesulitan, tidak menjadi kuat atau tangguh tetapi malah menjadi lemah dan putus asa. Memang ada yang pesimis menghadapai penderitaan tetapi ada juga yang tetap optimis berjuan untuk tetap bertahan dalam iman. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pembukaan Pengkotbah membuka dengan sebuah pertanyaan: “Apakah menjadi orang Kristen itu bahagia? Apa ukuran bahagia? Bisakah orang Kristen yang sedang menderita merasa bahagia?”. Menunggu respon dari anggota jemaat, beri apresiasi siapapun yang mau menjawab/memberi respon. Pengkotbah mengajak jemaat untuk melihat teks yang dibaca, dengan diawali membaca Roma 4:25. 2. Isi Pengkotbah menyampaikan isi teks berdasarkan penjelasan teks di atas, sesuai dengan struktur teks di atas kepada jemaat, dengan tematik sebagai berikut : 1) Sampaikan bahwa setiap orang Kristen sudah dibenarkan karena iman, oleh karena itu sekalipun sedang menderita, kita bias bermegah dalam penderitaan. 2) Sampaikan tanggapan iman Kristen terhadap penderitaan. Dorong/motivasi jemaat untuk memandang penderitaan secara positif. 3) Menghadapi penderitaan ketekunan, tahan uji dan tetap berpengharapan. 4) Pengharapan kita tidak mengecewakan karena Allah telah mengaruniakan Roh Kudusnya. 68 3. Penutup Pengkotbah menyampaikan aplikasi/penerapan atau contoh-contoh kongkrit terhadap hidup yang tekun, tahan uji dan berpengharapan kepada Tuhan berdasarkan konteks masa kini. Contoh ketika menghadapi kemarau kita cenderung untuk mengeluh. Padahal kemarau justru menjadi kesempatan untuk membuat bata atau kesempatan untuk menanam sayuran. Atau ada anggota jemaat yang sakit, tetapi tetap setia kepada Tuhan daripada harus berobat ke dukun. Daftar ayat dan lagu. Nats Pembimbing : Mazmur 145:8-9 Berita Anugerah : Roma 3:23-24 Petunjuk Hidup Baru :Roma 6:12-14 Nats Persembahan :Roma 10:9-10 Lagu-lagu: 1. KJ 10 PKJ 4 2. KJ 242 PKJ 101 3. KJ 33 PKJ 40 4. KJ 246 PKJ 102 5. KJ 267 PKJ 145 6. KJ 260 PKJ 185 *** Contoh Kotbah Jadi BERMEGAH DALAM PENDERITAAN Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, “Apakah menjadi orang Kristen itu bahagia? Apa ukuran bahagia? Bisakah orang Kristen yang sedang menderita merasa bahagia?”. Roma 5 ini, dibuka dengan kata, "sebab itu". Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan dari perikop-perikop sebelumnya yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang 69 telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan, maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus. Dilanjutkan ayat 2a, “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini.” Ayat ini mengajarkan bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah, sebagaimana yang tertulis di ayat 2b, “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah yang dahulu pernah dirusakkan oleh dosa sekarang di dalam Kristus, kita mengharapkan kemuliaan Allah karena kita telah dipulihkan/didamaikan oleh penebusan Yesus Kristus. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”(ay. 3, 4), menunjukkan bahwa selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah dibenarkan melalui iman juga punya pengharapan walaupun mengalami penderitaan/kesengsaraan. Jemaat di Roma pada waktu itu mengalami penganiayaan dari kekaisaran Romawi karena tidak mau menyembah Kaisar. Mereka tetap mempertahankan iman kepada Yesus. Rasul Paulus juga mengalami banyak penderitaan dalam pelayanannya. Tetapi Ia tetap bersukacita, tidak putus asa dan selalu berpengharapan. Karena ia yakin bahwa tidak ada seorangpun atau sesuatupun yang dapat memisahkan dirinya dari kasih Kristus. Bahkan kesengsaraan yang dialami itu, berbuah ketekunan, Ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Penderitaan tidak melahirkan keputus-asaan bagi pengikut Kristus, 70 melainkan melahirkan 3 buah baru, ketekunan, tahan uji dan pengharapan. Di kala seorang Kristen makin tekun dalam iman, ia akan makin dekat dengan Tuhan Yesus. Hal inilah yang menyemangati seseorang makin menjadi tahan uji. Menjadi seorang yang tahan uji ini berawal dari sikap hati yang mau tekun dan bermegah oleh karena penderitaan/ kesengsaraan sebagai orang Kristen. Seperti dalam sabda-Nya melalui rasul Yakobus adalah suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan oleh ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yak 1:2-4). Ketekunan, tahan uji dan penegharapan tersebut dimungkinkan terjadi karena kita telah dikaruniai Roh Kudus, yang menghibur, menguatkan, meneguhkan, memimpin menyertai dll. Jemaat-jemaat dizaman Rasul-Rasul telah menjadi teladan dalam hal menghadapi berbagai tekanan dan penganiayaan. Dan mereka pun tetap beriman dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Sekalipun ada diantara mereka harus menjadi santapan bagi singa yang lapar, dibakar hidup-hidup, dll. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, dari bacaan di atas, ada banyak hal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sekarang ini, menjadi orang yang bersyukur atas anugerah Tuhan dalam iman kepada Yesus Kristus, dan kehidupan iman ini membawa kita bermegah atas anugerah Tuhan walaupun menderita/sengsara. Contohnya ketika menghadapi kemarau kita cenderung untuk mengeluh. Padahal kemarau justru menjadi kesempatan untuk membuat bata atau kesempatan untuk menanam sayuran. Kita juga terharu, terhibur dan bangga pada saat ada anggota jemaat yang sakit tak kunjung sembuh, tetapi tetap memilih untuk setia kepada Tuhan daripada harus berobat ke dukun klenik. (dukun klenik adalah dukun yang menyembuhkan dengan menggunakan kekuatan gaib atau roh-roh jahat). Contoh-contoh keteladanan dari para pahlawan iman ini membawa hidup kita makin tekun, tahan uji dan berpengharapan ketika kita mengalami penderitaan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, dibalik setiap penderitaan yang kita alami, selalu ada sesuatu yang ingin Allah nyatakan bagi kita. Karena 71 setiap orang yang menderita akan beroleh kekuatan, penghiburan, dan dukungan baik dari Roh Kudus maupun dari sesama anggota tubuh Kristus. Marilah kita terus menjalani realitas kehidupan dengan tekun, tahan uji dan berpengharapan pada kasih karunia Allah yang tidak pernah mengecewakan. Amin. (KDW). RANCANGAN KOTBAH, 2 Juni 2013 Minggu Biasa I Warna Liturgi Hijau Bacaan: 1 Raja-Raja 18:20-39 72 Tema: TUHAN MENGABULKAN DOA TEPAT PADA WAKTUNYA Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhan adalah Allah yang sejati, yang hidup berkarya dalam kehidupan manusia. 2. Jemaat memahami dan percaya bahwa pertolongan Tuhan tepat pada waktunya Tuhan pasti datang dalam kehidupan orang percaya. PENJELASAN TEKS. Kitab I Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu kitab yang menceritakan mengenai kehidupan bangsa Israel selama empat abad sesudah kematian Daud dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kitab itu menceritakan bagaimana suatu negara yang kuat dan bersatu terpecah menjadi dua; bagaimana kerajaan utara yang lebih besar yang terus menerus berpaling dari Allah akhirnya dimusnahkan; bagaimana Yehuda juga gagal untuk memelihara perjanjian dengan Allah dan bagaimana negeri itu juga dilanda bencana, yang mencapai puncaknya pada penghancuran Yerusalem dan pembuangan besar-besaran ke Babel. I Raja-raja merangkum 120 tahun pertama dari kisah yang lengkap. Siapa Penulisnya? Kitab ini mungkin ditulis oleh seorang nabi atau sejumlah nabi yang menulis di Babel selama masa pembuangan, sekitar tahun 550 SM. Bahan tulisan diambil dari berbagai sumber, seperti catatan resmi pemerintah atau kumpulan kisah-kisah tentang para nabi yang kemudian disatukan sedemikian rupa untuk memberikan tekanan pada pokok-pokok yang ingin diungkapkan oleh si penulis. Tentang Sikap Dan Tindakan Allah: 1. Allah adalah Tuhan yang berkuasa sepanjang sejarah. 73 Rehabeam mencoba untuk tidak mengikutsertakan Allah, dan itu tidak mungkin terjadi. Sebenarnya penghakiman Allahlah yang menyebabkan ia kehilangan sepuluh suku dan bukan disebabkan oleh pemberontakan rakyatnya. Bahkan, sebelum Salomo mangkat Yerobeam telah diangkat oleh Allah untuk memerintah Israel. 1Raj. 11:26-12:24 Ahab telah menyaksikan suatu peragaan kekuasaan Allah pada waktu nabi-nabi Baal dikalahkan di Gunung Karmel. Walaupun demikian, dalam perang Siria, Ahab mencoba untuk menghindari kehendak Allah dengan jalan menyamar; tetapi ia mati seperti apa yang dikatakan Allah. 1Raj. 18:1-46; 22:5-40 2. Allah tidak begitu saja membinasakan umat-Nya. Tidak taat kepada Tuhan dan menerima hukuman-Nya tidak selalu berarti bahwa kita tidak lagi dapat melayani Dia. Bangsa Yehuda menyadari hal ini setelah kerajaan itu terpecah. Tuhan telah menghukum mereka, tetapi Dia masih tetap Allah mereka dan masih berbicara kepada mereka.1Raj. 12:1-24 Tidak satu pun dari ketujuh raja Israel pertama yang melayani Tuhan, tetapi Allah masih belum berputus asa terhadap bangsa itu. Dia masih menginginkan penyembahan mereka, dan di atas Gunung Karmel kembali Allah menunjukkan kepada mereka suatu peragaan kuasa-Nya yang besar. 1Raj. 18:1-46 TAFSIRAN TEKS Pertandingan dengan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ini adalah salah satu cerita yang paling dramatis dalam Kitab Perjanjian Lama. Pertandingan ini bukan untuk menunjukan yang mana dari keduanya yang lebih besar tetapi untuk menyatakan Allah yang sejati dan benar dan sekaligus membuktikan allah yang palsu dan yang tidak mempunyai kuasa apapun. Ayat 20-25, nabi Elia yang menegur seluruh orang Israel dan termasuk raja Ahab, raja Israel itu sebagai orang-orang yang telah melakukan dosa dengan menolak untuk menyembah kepada Tuhan. Mereka mengikuti nabi-nabi palsu untuk menyembah kepada Baal. Elia menyebut sebagai orang yang berlaku timpang dan bercabang hatinya. Elia ingin membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah yang hidup. 74 Sehingga tidak dapat mendengarkan doa dan tidak dapat bergerak. Hanya Allah saja yang patut disembah karena Allah itu sanggup berbuat sesuatu untuk menolong dan menyelamatkan manusia. Ayat 26-29, untuk membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah dengan cara meminta kepada nabi-nabi Baal agar berseru kepada allahnya yaitu Baal untuk membuat Api yang dapat membakar korban bakaran diatas Mezbah, yaitu korban lembu jantan yang terbaik. Dari pagi hari sampai siang hari mereka menunggu dan tidak terjadi apa-apa, lalu mereka mulai menari-nari dan sambil menyiksa diri dengan menggoreskan pedang dan tombak ketubuh mereka masing-masing sampai kira-kira jam tiga sore namun juga tidak terjadi apa-apa, tidak ada api yang membakar korban yang mereka buat di Mezbah itu, mulailah mereka putus asa dan kecewa. Akhirnya mereka kerasukan.Dengan segala upaya nabi – nabi baal telah gagal membuktikan bahwa baal itu ada, baal bukanlah allah. Ayat 30-39 kemudian giliran nabi Elia, nabi Allah itu memperagakan cara dia memanggil Allah dan mendatangkan api. Ia meminta seluruh rakyat Israel mendekat untuk menyaksikan bagaimana Allah menyatakan diri dan kuasaNya tepat pada waktuNya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Yaitu Mezbah yang dahulu telah dibangun oleh nabi-nabi Allah namun telah dihancurkan oleh nabi-nabi baal. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. —Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel." Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih (suatu ukuran lebih kurang 22,5 liter). Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu lalu berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. Kemudian pada waktu 75 mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali. Nabi Elia menaikkan doa singkat yang isinya agar Tuhan menjawab semua permohonan Elia termasuk menurunkan api keatas korban bakaran dan dengan demikian maka Elia juga diakui oleh umat sebagai nabi Tuhan. "Lalu turunlah api TUHAN (seperti halilintar) menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ini sangat mengerankan bagi semua orang yang melihatnya. Artinya: api itu bukti doa Elia dikabulkan Tuhan. Seluruh rakyat Israel lalu sujud kepada Tuhan serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah! KONTEKS MASA KINI 1. Persoalan yang rumit dan berat misalnya masalah ekonomi, hubungan perselingkuhan, kehilangan pekerjaan, susahnya memilih jodoh sering menyebabkan seseorang meninggalkan imannya. 2. Iman yang lemah sering menjadikan orang bimbang dan memilih menaruh pengharapan kepada jimat, pedukunan dsb. 3. Sakit yang berat misalnya stroke, lumpuh, jantung, paru-paru, diabetes, tumor/ kanker, tidak punya keturunan biasanya membuat orang tidak sabar menantikan kesembuhan dari Tuhan. 4. Sedikit orang saja yang sabar menantikan waktunya kuasa Tuhan dinyatakan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pendahuluan: Pengkotbah membuka kotbahnya dengan memberikan satu buah contoh tentang waktunya Tuhan mengubah seorang Kristen yang semula jarang ke gereja lalu menjadi rajin kegereja setelah mengalami pengalaman rohani diselamatkan dari kecelakaan lalu lintas yang ia alami. 76 2. Isi: Pengkotbah memperhatikan penjelasan teks dengan memperhatikan setiap bagiannya: a. Bangsa Israel telah sesat dan menyembah Baal. b. Kebobrokkan iman mereka digambarkan dengan mereka membunuh nabi-nabi Tuhan. Tetapi masih ada 100 nabi yang disembunyikan oleh Obaja. Hanya Elia seorang diri yang berani menghadapi nabi-nabi Baal. c. Ada 450 nabi-nabi Baal yang dipercaya oleh orang-orang Israel, dan telah menyesatkan bangsa Israel dan raja-rajanya. d. Waktunya Tuhan menyatakan diri sebagai Allah yang sejati yang layak disembah oleh seluruh orang Israel. Allah mendatangkan api besar yang membakar habis persembahan nabi Elia. e. Semua nabi baal akhirnya dibinasakan dan tidak ada lagi penyesat diseluruh Israel. 3. Penutup: Pengkotbah mengakhir kotbahnya dengan memaparkan konteks masa kini. Pengkotbah mendorong dan meyakinkan jemaat untuk menantikan waktu Tuhan pasti dinyatakan bagi semua orang percaya. Karena Tuhan itu Allah yang sejati. Daftar ayat dan lagu 1.KJ 1 2.KJ 457 3.KJ 292 4.KJ 358 5.KJ 439 *** Contoh Kotbah Jadi Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 77 Ada sebuah ceritera kisah hidup seorang ibu yang menarik demikian: “ada seorang ibu yang bekerja sebagai pedagang setiap harinya sibuk berdagang sampai hari minggupun tidak sempat untuk beribadah, sampailah pada suatu hari ia pulang dari berdagang dalam suasana hujan lebat, tiba-tiba ia disrempet mobil truk sehingga ia jatuh tidak sadarkan diri. Kepalanya terluka parah dan dirawat dirumah sakit sampai 25 hari. Setelah ia sembuh ia mengatakan bahwa ia masih hidup karena mukjijat Tuhan. Tuhan memberikan hidup kedua kepadanya yakni hidup baru. Ia yang dulunya tidak pernah ke gereja karena sibuk berbisnis, kemudian mulai rajin kegereja dan melayani Tuhan. Inilah waktu Tuhan berkarya mengubah hati dan hidup seseorang. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Demikian pula dalam Firman Tuhan yang kita baca, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan itu menyatakan kuasaNya pada waktu yang Ia tentukan sendiri. Ini terjadi dalam kisah tentang nabi Elia. Pada suatu ketika diadakanlah pertandingan antara nabi-nabi Baal dan nabi Elia di Gunung Karmel. Kisah ini adalah salah satu ceritera yang paling dramatis dalam Kitab Perjanjian Lama. Pertandingan ini bukan untuk menunjukkan yang mana dari keduanya yang lebih besar tetapi untuk menyatakan Allah yang sejati dan benar dan sekaligus membuktikan allah yang palsu dan yang tidak mempunyai kuasa apapun. Ini dikarenakan seluruh orang Israel dan termasuk raja Ahab, raja Israel itu sebagai orang-orang yang telah melakukan dosa dengan menolak untuk menyembah kepada Tuhan. Bangsa Israel mengikuti nabi-nabi palsu untuk menyembah kepada Baal. Elia menyebut sebagai orang yang berlaku timpang dan bercabang hatinya. Elia ingin membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah yang hidup sehingga tidak dapat menjawab doa mereka. Hanya Allah saja yang patut disembah karena Allah itu sanggup berbuat sesuatu untuk menolong dan menyelamatkan manusia. Untuk membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah, maka nabi Elia meminta nabinabi Baal agar berseru kepada allahnya yaitu Baal untuk membuat Api yang dapat membakar korban bakaran diatas Mezbah, yaitu korban lembu jantan yang terbaik. Dari pagi hari sampai siang hari mereka menunggu dan tidak terjadi apa-apa, lalu mereka mulai menari-nari, menyiksa diri dengan menggoreskan pedang dan tombak ke tubuh 78 mereka masing-masing sampai kira-kira jam tiga sore namun juga tidak terjadi apa-apa, tidak ada api yang membakar korban yang mereka buat di Mezbah itu. Mulailah mereka putus asa dan kecewa. Belum lagi nabi Elia mengejek nabi-nabi Baal itu mulai tengah hari sampai sore hari dengan mengatakan: “berteriaklah lebih keras barangkali Baal itu sedang sibuk, merenung atau sedang tertidur”. Artinya dengan segala upaya nabi–nabi Baal telah gagal membuktikan bahwa baal itu Allah yang berkuasa. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Kemudian giliran nabi Elia, nabi Allah itu memperagakan cara dia memanggil Allah dan mendatangkan api. Ia meminta seluruh rakyat Israel mendekat untuk menyaksikan bagaimana Allah menyatakan diri dan kuasaNya tepat pada waktuNya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Yaitu Mezbah yang dahulu telah dibangun oleh nabi-nabi Allah namun telah dihancurkan oleh nabi-nabi baal. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel." Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih (suatu ukuran lebih kurang 22,5 liter). Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali. Nabi Elia menaikkan doa singkat 79 yang isinya agar Tuhan itu Allah sejati dengan menjawab semua permohonan Elia termasuk menurunkan api keatas korban bakaran dan dengan demikian maka Elia juga diakui oleh umat sebagai nabi Tuhan. "Lalu turunlah api TUHAN (seperti halilintar) menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ini sangat mengherankan bagi semua orang yang melihatnya. Seluruh rakyat Israel lalu sujud kepada Tuhan serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah! Dengan peristiwa itu Elia berhasil memulihkan iman bangsa Israel untuk menyembah Tuhan dan meninggalkan baal, allah yang palsu. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Memang ada banyak persoalan yang berat dan rumit misalnya masalah ekonomi, sakit yang tidak kunjung sembuh dan juga masalah hubungan keluarga yang tidak harmonis karena terjadinya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu diantara suami atau istri dan sebagainya. Bagaimana sikap kita ketika menghadap persoalan yang berat atau rumit ? Apakah kita mencari pertolongan kepada Tuhan yang hidup? Atau masih mencari kepada pertolongan yang lain. Sebagai orang beriman, kita bisa belajar dari apa yang dilakukan nabi Elia. Seberat apapun persoalan yang dihadapi, bahkan pertaruhan nyawanya yang harus ia lakukan, namun ia tetap mengimani bahwa Tuhanlah sumber pertolongannya. Untuk itu, marilah kita memantapkan keyakinan kita bahwa Tuhan akan menyatakan kuasa dan kasihNya tepat pada waktuNya dalam kehidupan kita. Karena Tuhan itu Allah yang sejati maka Ia pasti menolong dan menyelamatkan kita. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin .(KH). *** RANCANGAN KHOTBAH 09 Juni 2013 Minggu Biasa II, Warna Hijau Bacaan: Lukas 7:11-17 80 Tema: ALLAH MENOLONG UMAT-NYA Tujuan: Anggota jemaat dapat mengimani pemeliharaan Allah kepada umatNya, termasuk disaat umat merasa tidak ada lagi masa depan dan harapan. LATAR BELAKANG DAN PENAFSIRAN TEKS Injil Lukas ditulis oleh Lukas. Oleh para ahli, Injil ini digolongkan ke dalam Injil sinoptis. Yang termasuk dalam Injil Sinoptis adalah Injil Matius, Markus dan Lukas. Ketiga Injil ini disebut sebagai Injil Sinoptis karena ada kemiripan yang mencolok dalam beberapa bagian. Ada banyak cerita yang sama yang ditemukan di ketiga Injil ini, bahkan ada yang diantaranya yang sama persis kata per- katanya. Ada beberapa ahli yang meneliti Injil sinoptis ini dan mencoba menarik kesimpulan mengapa ketiga Injil ini mempunyai banyak kemiripan. Ada beberapa teori yang kemudian dimunculkan, dan para ahli teologi banyak yang menyetujui teori Dua Sumber. Dalam teori Dua Sumber ini, Injil Markus diteliti sebagai sumber primer dari Matius dan Lukas. Itu artinya Markus ditulis lebih dahulu dari Matius dan Lukas. Injil Markus ini kemudian dibaca oleh penulis Injil Lukas dan Matius dan digunakan sebagai sumber penulisan Injil sinoptis. Walaupun Injil Markus menjadi sumber primer, rupanya ada beberapa bagian cerita dalam Injil Matius dan Lukas yang tidak ditemukan dalam Injil Markus. Hal ini kemudian memunculkan kesimpulan, ada sumber lain yang sama-sama digunakan oleh Matius dan Lukas. Dan sumber ini disebut sebagai sumber Q. Sumber Q yang merupakan kisah-kisah kehidupan Yesus ini diduga sudah tersebar di zaman penulisan Injil Lukas dan Matius. Sumber Q sendiri tidak pernah ditemukan wujudnya sebagai sebuah tulisan yang utuh. Q adalah singkatan dari Quelle (bahasa Jerman yang berarti sumber logika). Jika kita perhatikan, ternyata ada juga bagian-bagian khusus dari injil Matius yang tidak ditemukan dalam Injil Lukas, Markus dan Yohanes. Begitu juga dalam Injil Lukas, ada beberapa cerita yang tidak ditemukan dalam Injil sinoptis lain dan juga dalam Injil Yohanes. 81 Bagian-bagian khusus ini diperoleh penulis Injil dari sumber khusus yang diduga merupakan sumber lisan, yang biasa disingkat ”S”. Dalam Injil Lukas, ada beberapa kisah yang tidak terdapat dalam Injil lain, diantaranya adalah cerita tentang Yesus membangkitkan anak muda di Nain (7:11-17), Yesus diurapi oleh perempuan berdosa (7:3650), Orang Samaria yang baik hati (10:25-37), Orang kaya yang bodoh (12:21), Perumpamaan tentang anak yang hilang (15:11-32), Orang Kaya dan Lazarus yang miskin (16:19-31), Zakheus (19:1-10) dan masih banyak yang lainnya lagi. Kalau kita perhatikan dari cerita-cerita yang hanya ada di Injil Lukas ini dan setelah dibandingkan secara menyeluruh dengan isi Injil Lukas sepenuhnya, maka kita dapat melihat Lukas mau menonjolkan tema tentang Kasih Yesus yang menyelamatkan orangorang berdosa, miskin dan tersisihkan. Bacaan kita kali ini, yaitu Lukas 7:11-17 juga termasuk dalam cerita khusus yang ada dalam Injil Lukas. Dari segi narasi, kejadian dalam cerita ini terjadi setelah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira Romawi di Kapernaum yang oleh Tuhan Yesus dipuji karena imannya yang besar. Setelah dari Kapernaum, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya pergi bersama-sama ke kota Nain (7:1). Dalam ayat ini dijelaskan oleh Lukas bahwa banyak orang berbondong-bondong menyertainya. Gambaran ini menegaskan kepada kita bahwa cerita ini disaksikan oleh banyak orang. Kejadiannya terjadi ketika Yesus baru sampai di gerbang kota, diceritakan ada orang mati yang diusung keluar. Yang meninggal ini adalah anak lelaki tunggal dari seorang janda. Menurut adat kebiasaan pada waktu itu, kuburan memang lazim berada di luar pemukiman (kecuali Raja-raja Yehuda yang dikuburkan di dalam kota. (2 Raja-raja 16:20; 21:18,26), mengingat jenazah adalah sesuatu hal yang bisa menajiskan orang (bandingkan dengan Bilangan 19). Iringiringan jenazah ini digambarkan Lukas disertai oleh banyak orang. Jika kita membayangkan kejadiannya pada waktu itu yang terjadi di gerbang kota, yang adalah tempat yang ramai, akses keluar masuknya orang dan barang maka kita akan membayangkan ada banyak sekali orang yang menyaksikan kejadian ini. Ketika Yesus melihat ibu yang janda ini, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Yesus mengerti sekali bagaimana sedihnya perasaan sang ibu yang sudah janda ini. Ia sudah kehilangan seorang suami dan 82 sekarang kehilangan anak laki-laki tunggalnya. Janda ini adalah seseorang yang sudah kehilangan harapan dan masa depan. Selain kesedihannya yang amat mendalam karena ditinggal oleh orang yang dikasihinya, ia juga harus siap menghadapi kerasnya hidup. Dalam budaya patriakhal waktu itu, tidak akan ada tempat untuk menerima perlindungan, tidak ada tempat untuk bergantung dari segi ekonomi, karena suami maupun anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal. Lukas dalam ayat ke 13 ini menggunakan sapaan Tuhan untuk dikenakan kepada Yesus. Disini ia mau mengatakan bahwa Yesus, sang juru selamat, yang adalah Tuhan sangat memperhatikan keadaan orang-orang yang tersisih dan tidak punya harapan. Ia berkata kepada janda itu:”Jangan menangis!” dalam hal ini tentu kita bisa menafsirkannya secara radikal bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki kita menangis, tetapi kata-kata ini mau menunjukkan pemeliharaan dan kasih Tuhan kepadanya. Pada ayat ke 14, Tuhan Yesus menghampiri dan menyentuh usungan yang membawa jenasah anak muda itu dan iring-iringan pun berhenti. Tuhan Yesus kemudian membangkitkannya dari kematian. Tindakannya yang secara nyata menyentuh usungan jenasah adalah tindakan yang mengandung resiko, dimana pada waktu itu orang bisa menjadi najis karena menyentuh orang yang sudah mati, memang Yesus tidak menyentuh jenazah itu secara langsung, tetapi ia hanya menyentuh usungannya. Di sini kita jangan membayangkan bahwa yang dimaksud dengan usungan ini berupa sebuah peti. Peti Jenazah yang seperti kita pakai sekarang ini, pada waktu itu di Palestina belum lazim digunakan, kecuali di daerah Babilonia dan Mesir. Dari beberapa sumber, usungan yang biasa dipakai pada zaman itu seperti alas tempat tidur dan jenazah diletakan di atasnya sehingga orang yang menyentuh usungan itu bisa saja terkena kepada jenazah yang sudah dibungkus kain. Dari cerita sebelumnya, kita tahu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan hamba perwira yang sakit walaupun belum bertemu dengan hamba itu, itu artinya bahwa muzijatpun sebenarnya dapat terjadi ketika Tuhan menghendaki tanpa perlu Ia menyentuhnya. Tetapi dalam cerita ini, Tuhan Yesus secara demonstratif menyentuh usungan jenazah itu yang walaupun dalam hal ini ia beresiko menjadi najis. Dalam cerita ini, ada hal yang menarik, tindakan Yesus itu menunjukkan inisiatif Allah yang 83 penuh cinta kasih terhadap orang yang kehilangan harapan. Dari cerita ini, kita melihat bahwa janda itu tidaklah memohon supaya Tuhan Yesus membangkitkan anaknya, mengingat cerita ini terjadi ketika mereka berpapasan dengan rombongan Tuhan Yesus. Jadi sangat mungkin janda itu sebenarnya tidak tahu kalau ia akan bertemu dengan Tuhan Yesus di tengah perjalanan. Jadi Tuhan Yesus sendirilah yang memang memperhatikan dan bertindak untuk mewujudkan cita kasih Allah. Dalam ayat ke 15, anak muda yang telah bangkit itu duduk dan mulai berkata-kata. Ia benar-benar telah pulih dan Tuhan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Kini, harapan yang telah hilang kembali terang. Masa depan janda itu tidak lagi suram. Cinta kasih Allah telah membuat masa depan dan harapannya kembali bersinar. Kejadian ini tentu saja menggemparkan orang-orang yang menyaksikannya (16-17). Orang-orang disitupun pastinya mengerti bagaimana nantinya masa depan janda itu ketika anak lelakinya sudah mati. Dan ketika Tuhan Yesus membangkitkan anak lelaki janda itu, mereka paham betul bahwa Allah telah memelihara umatNya dan memberikan masa depan serta harapan kepada janda itu. mereka takut dan memuji Allah. Mereka mengatakan, “seorang nabi telah muncul di tengah-tengah kita,” mereka menyamakan Yesus sebagai nabi besar yang menunjukkan bahwa Alah telah melawat umatNya. Kejadian ini mungkin saja mengingatkan mereka akan kisah nabi Elia yang juga dipakai Allah untuk membangkitkan anak perempuan seorang janda (1 Raja-raja 17:17-24) dan juga Elisa (2 Raja-raja 4:8-37). Dan peristiwa ini kemudian tersebar ke seluruh Yudea dan daerah sekitarnya hingga sampai kepada Yohanes Pembaptis diayat seterusnya. KONTEKS MASA KINI 1. Setiap orang pasti pernah memasuki masa suram. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah karena kehilangan orang-orang yang kita sayangi yang menjadi tumpuan harapan. Ada juga yang disebabkan oleh kehilangan pekerjaan atau belum juga mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, sakit yang tidak kunjung sembuh, keretakan hubungan dengan pasangan hidup atau keluarga, karena mendapatkan stigma atau cap dari masyarakat sebagai orang yang tidak benar/berdosa/jahat, mengalami cacat fisik, dan masih 84 banyak hal lain yang sering kita jumpai sehari-hari. 2. Banyak orang yang bisa mengatasi masalah-masalahnya itu dengan memperoleh pelampiasan sementara namun hal inipun akan mendatangkan masalah lain yang mungkin bisa lebih serius, sebagai contah karena tidak tahan dengan penderitaannya, orang lari kepada obat-obatan terlarang. Ada juga yang tidak bisa mengatasi masalah itu dan kemudian menggunakan jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya atau melakukan tindakan-tindakan kriminal. Ada juga orang-orang yang putus asa dan memohon pertolongan di luar Tuhan, entah itu melalui dukun-dukun atau dalam bentuk pemujaan kepada berhala. Namun ada juga yang setia menanggung penderitaannya itu, datang kepada Tuhan dan memperoleh kekuatan dari Nya untuk menjalani kehidupan dan menemukan harapan. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Pendahuluan Khotbah diawali dengan koteks masa kini. Contoh-contoh krisis yang dihadapi oleh jemaat dan masyarakat secara umum. Lalu pengkhotbah mengajak jemaat untuk mendiskusikan cara-cara orang dalam memandang krisis dan menghadapi krisis itu. 2. Isi Menjelaskan perikop Lukas 7:11-17 dengan menjelaskan latar belakang dan penafsirannya. Tekanan kepada jemaat bahwa Allah tetap memelihara umat Nya, bahkan disaat tergelap episode hidup kita. Dalam perikop ini, Allahlah yang mau berinisiatif untuk memberikan harapan kepada orang-orang yang membutuhkan. 3. Penutup Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk tetap teguh beriman dan berharap kepada Tuhan walaupun sedang menghadapi krisis sehingga merasa sudah tidak akan ada lagi harapan dan masa depan. Allah selalu memelihara Umat-Nya menurut cara-Nya yang mungkin tidak bisa kita bayangkan sehingga kita akan menemukan harapan dan masa depan di dalam Tuhan. UsulanAyat-ayat dan lagu: Nats Pembimbing : Ulangan 31:8 Berita Anugerah : Mazmur 146: 5-10 85 Nats Persembahan : II Korintus 8:12-15 1. PKJ. 13:1-2 2. PKJ. 3 3. PKJ 165:1-2 4. PKJ. 164:1-2 5. PKJ. 282:1 dst 6. PKJ. 255 *** Contoh Khotbah Jadi Bapak dan Ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apakah ada di antara kita yang tidak pernah merasakan sedih? Saya rasa kok tidak ada orang yang tidak pernah merasakan sedih. Artinya tidak normal kalau tidak pernah merasa sedih. Perasaan sedih adalah bagian dari emosi yang dianugrahkan Tuhan untuk memperlengkapi hidup kita sebagai manusia. Rasa sedih akan menyadarkan kita akan rasa bahagia, begitu juga dengan sakit, melalui sakit kita juga diingatkan tentang kesehatan. Sedih dan bahagia, sakit dan sehat adalah hal-hal yang bisa membuat kita semakin mengerti tentang dinamika kehidupan. Yang menjadi masalah adalah, apakah ketika kita merasakan saat-saat yang tidak menyenangkan itu kita bisa menjalaninya dengan baik dan kuat. Kenyataannya dalam kehidupan kita sehari-hari, ada orang-orang yang sangat berat mengalami masa-masa suram dalam kehidupannya dan seringkali gagal melewatinya. Terkadang orang sering menggolong-golongkan berat ringannya sebuah masalah. Saya pernah mendengar ada orang yang setelah mendengar curhat dari orang lain mengatakan bahwa masalah orang itu tidak berat dan seharusnya orang tersebut bisa menyelesaikan masalahnya dengan mudah. Namun, dengan apakah sebenarnya ukuran berat atau tidaknya sebuah masalah bisa ditentukan? Hal ini sangatlah subyektif dan tidak bisa seseorang mengukur berat ringannya masalah yang dipikul oleh orang lain. itu artinya setiap orang mempunyai ukurannya sendiri-sendiri dan masing-masing mempunyai tingkatan dan 86 daya tahan tersendiri terhadap sebuah masalah. Dari beberapa masalah yang dihadapi oleh seseorang, orang akan bisa menjadi sangat tertekan apabila dirasa masalahnya itu tidak mampu ia tangani dengan baik. Saat seperti ini, seringkali orang akan merasa sudah tidak ada lagi harapan dan masa depanpun dirasa begitu gelap. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam masa krisis seperti ini, mulai dari masalah yang mungkin bisa jadi kita anggap sepele tetapi adalah sebuah masalah yang sangat berat bagi orang lain, di antaranya adalah karena kehilangan orang-orang yang kita sayangi yang menjadi tumpuan harapan. Ada juga yang disebabkan karena kehilangan pekerjaan atau belum juga mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, sakit yang tidak kunjung sembuh, keretakan hubungan dengan pasangan hidup atau keluarga, karena mendapatkan stigma atau cap dari masyarakat sebagai orang yang tidak benar/berdosa/jahat, mengalami cacat fisik akibat kejadian yang tidak terduga seperti kecelakaan, dan masih banyak hal lain yang sering kita jumpai sehari-hari yang tentunya bisa kita tambahkan atau pernah alami sendiri. Bapak ibu dan saudara/i, ada banyak diantara kita yang tentu pernah mengalami masa-masa suram dalam kehidupan. Diantara kita itu ada yang bisa menjadi teladan. Mereka masih bisa bertahan dan bisa melewati badai kehidupannya dengan penuh keteguhan hati. Terhadap saudara-saudara kita yang sangat hebat ini, tentunya kita ikut berbahagia dan bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah menguatkan mereka sehingga mereka bisa dengan kuat menghadapi setiap permasalahan hidupnya dan kita pun bisa belajar dari pengalaman hidup mereka. Namun, diantara saudara-saudara kita yang mengalami masa-masa sukar, ada juga orang-orang yang masih terus bejuang agar Tuhan memampukan mereka. Terkadang ada beberapa orang yang karena merasa tidak sanggup, memilih penyelesaian yang malah mengakibatkan penderitaannya semakin bertambah. Tentu saja masih segar dalam ingatan kita, beberapa waktu yang lalu, cerita tentang seorang remaja putri yang malu karena ikut terjaring dalam razia PSK dan kemudian bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu. Ketika masa depannya dirasa hancur dengan adanya berita seperti itu, remaja ini kehabisan akal dan jalan pintaslah yang menjadi pilihan hidupnya. Ada juga yang kehilangan orang-orang yang disayangi dan kemudian rasa kehilangan itu 87 membuat orang kehilangan harapan dan membayangkan akan hancur pula kehidupannya. Ketika orang mengalami krisis, orang cenderung merasa bahwa dunia ini runtuh dan menimpa dirinya. Oleh karena itu, seringkali orang yang sedang tertekan karena masalah yang berat berpikiran pendek. Orang menjadi mudah percaya kepada dukun-dukun, penggandaan uang dan lain sebagainya dan orang juga bisa cenderung melakukan hal-hal yang kurang baik, seperti bunuh diri, melakukan tindak kriminal ataupun juga mengonsumsi obat-obatan terlarang. Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan membaca prikop kita pada hari ini. Dalam cerita ini, kita mendapatkan suatu gambaran yang sangat menarik. Lukas sebagai penulisnya menceritakan ada seorang janda yang sedang dalam perjalanan menguburkan anak laki-laki tunggalnya. Tokoh yang dikisahkan ini sangat tepat untuk menggambarkan orang yang sedang mengalami krisis kehidupan. Dalam cerita ini, kita mendapatkan gambaran bahwa Tuhan Yesus mengerti sekali bagaimana sedihnya perasaan sang ibu yang sudah janda ini. Ia sudah kehilangan seorang suami dan sekarang kehilangan anak laki-laki tunggalnya. Janda ini adalah seseorang yang sudah kehilangan harapan dan masa depan. Selain kesedihannya yang amat mendalam karena ditinggal oleh orang yang dikasihinya, ia juga harus siap menghadapi kerasnya hidup. Dalam budaya patriakhal waktu itu, seorang janda yang tidak mempunyai anak laki-laki tidak mempunyai tempat untuk menerima perlindungan, tidak ada tempat untuk bergantung dari segi ekonomi, karena perempuan-perempuan pada waktu itu kebanyakan tidak bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri. Perjalanan janda ini mengantar jenazah anak lelaki satu-satunya adalah sebuah gambaran di mana seseorang sedang berjalan menuju kegelapan, menuju kehidupan yang suram dan tanpa masa depan. Tetapi rupanya Allah mempunyai rencana tersendiri dalam kehidupan sang janda. Perjalanannya menuju kehidupan tanpa harapan ternyata malah menjadi sebuah “model” yang menunjukkan kepada kita akan kebesaran dan cinta-kasih Allah dalam memelihara umatNya. Tuhan Yesus yang pada saat itu bertemu dengan iring-iringan yang membawa jenazah itu tergerak oleh belas kasihan kepada sang ibu yang sudah janda ini. Ia mengerti betul akan kepedihan hati dan juga masa depannya yang suram. 88 Tanpa diminta oleh sang ibu, Tuhan Yesus berinisiatif untuk mendemonstrasikan kasih Allah terhadap umatnya yang sedang dilanda krisis ini. Ia berkenan untuk membangkitkan anak lelaki semata wayang sang ibu ini. Tindakan Tuhan Yesus ini tentu saja sangat beresiko, mengingat umat Yahudi pada waktu itu masih memegang tradisi untuk tidak menajiskan dirinya dengan memegang atau terkena pada jenazah. Tindakan Tuhan Yesus ini adalah contoh yang sangat nyata mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang–orang yang sedang mengalami krisis. Harapan yang telah hilang kini kembali terang. Masa depan janda itu tidak lagi suram. Cinta kasih Allah telah membuat masa depan dan harapannya kembali bersinar. Kejadian itu tentu saja menggemparkan orangorang yang menyaksikannya (16-17). Orang-orang disitupun pastinya mengerti bagaimana nantinya masa depan janda itu ketika anak lelakinya sudah mati. Dan ketika Tuhan Yesus membangkitkan anak lelaki janda itu, mereka paham betul bahwa Allah telah memelihara umatNya dan memberikan masa depan serta harapan kepada janda itu. Tindakan Tuhan Yesus itu membuat banyak orang menjadi takut dan mereka kemudian memuji Allah. Dari cerita yang begitu menarik ini, setidaknya kita dapat mengambil pembelajaran. Hidup kita mungkin tidak akan selalu senang, ada kalanya kita akan mengalami kejadian yang membuat kita merasakan masa-masa suram dalam kehidupan kita. Tetapi bagaimana caranya kita berjalan ditengah krisis itu dan bagaimana kita bisa menghayati pemeliharaan Allah dalam hidup kita, itulah yang menjadi pesan dalam khotbah kali ini. Kalau Tuhan berinisiatif memulihkan harapan dan masa depan seorang janda dalam cerita ini, apakah kita juga masih mempercayai ada pengharapan dan kekuatan dari Tuhan dalam hidup kita? Tuhan yang adalah maha kuasa itu mempunyai rencana-rencana yang indah dan bentuk-bentuk pemeliharaan Allah dalam hidup kita tidaklah bisa kita atur menurut kemauan kita, tetapi seturut dengan kehendakNya. Terpujilah Allah yang berkenan memelihara kita menurut rahmatNya yang besar, dan kiranya pengharapan itu memampukan kita untuk kuat menghadapi semua sisi kehidupan kita, termasuk saat kita merasa terpuruk. Tuhan menyertai kita sekalian. Amin. (PS) 89 RANCANGAN KOTBAH, 16 Juni 2012 Minggu Biasa III, Warna liturgi Hijau. Bacaan: Mazmur 32 : 1-11 Tema: BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIAMPUNI PELANGGARANNYA Tujuan 1. Warga jemaat berani mengakui dengan jujur dosa-dosanya di hadapan Tuhan 90 2. Warga jemaat menyatakan pertobatannya dari dosa-dosa dalam kehidupannya PENJELASAN TEKS Orang yang sungguh-sungguh bahagia adalah mereka yang telah menerima pengampunan dosa dari Allah, sehingga kesalahan dari pelanggaran mereka tidak membebani hati, pikiran, dan hati nurani mereka. Kebahagiaan semacam ini tersedia bagi semua orang berdosa yang datang kepada Tuhan (Mat.11:28-29). Pemazmur melukiskan pengampunan Allah dengan tiga cara: 1. Dia mengampuni dosa. 2. Dia menutupi dosa itu, yaitu menyingkirkannya. 3. Dosa itu tidak diperhitungkan kepada orang berdosa itu (Mzm. 32:2), yaitu kesalahan itu dihapus dari catatan. Doa tobat, Maz 32:6 dab yang berupa pengajaran ini diucapkan seseorang yang sudah mengalami belas-kasihan Tuhan, Maz 32:3-7. Lalu ada kesimpulan ini: Jangan orang keras kepala melainkan hendaknya mengindahkan nasehat, Maz 32:8-11. Pengakuan dosa juga dianjurkan Hos 14:3; Yes 1:18; Ams 28:13; Yak 5:16; 1Yo 1:9. Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiran-Nya yang kekal. Kata Ibrani syuv berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Dalam Yer 3:14 diterjemahkan ‘kembalilah’, dalam Mazm 78:34 ‘berbalik’, dalam Yer 18:8 ‘bertobat’. PL beberapa kali bicara tentang suatu bangsa kembali kepada Allah, satu kali tentang bangsa kafir di Niniwe (Yun 3:7-10), dan selebihnya berkaitan dengan Israel. PL jarang sekali mencatat pertobatan perseorangan (Mazm 51:12, peristiwa Naaman, Yosia dan Manasye), tapi menubuatkan pertobatan ‘segala ujung bumi’ kepada Allah (Mazm 22:27). Bagi orang Israel, yaitu umat perjanjian Allah, pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya. 91 Dengan perkataan lain, bukan berubah agama tapi meneguhkan kembali kepercayaan dan ketaatan pribadi kepada Allah. PL menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan Yahweh (Ul. 4:29 dab; Ul. 30:2,10; Yes. 6:9 dab; Yer. 24:7), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalan-Nya (Yer. 24:7; bnd 2 Raj. 5:15; 2Taw. 33:13). II. Dalam PB a. Metanoia dan metanoeo muncul dalam PB kr 58 kali dan selalu diterjemahkan ‘bertobat’, kecuali Luk 17:3 (’menyesal’) dan Ibr 12:17 (’ memperbaiki kesalahan’). Arti asasi kedua kata di atas ialah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yg melahirkan kembali orang itu. Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap Allah. Memang benar, ada dukacita yang abnormal yang bukan pertobatan (lih 2 Kor 7:10); dukacita demikian jelas dalam peristiwa Yudas (Mat 27:3-5) dan Esau (Ibr 12:17). Tapi ada duka cita penyesalan yang sesuai dengan kehendak Allah, yg melahirkan pertobatan dan mendatangkan keselamatan (2Kor 7:9-10) dan hal ini, mutlak sebagai unsur pertobatan (lih Ayub 42:5-6; Mazm 51:1-15; Luk 22:61). Pertobatan adalah syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus memulai pelayanan-Nya di muka umum dengan seruan ‘bertobatlah’, dan salah satu ucapan-Nya sebelum Ia naik ke sorga ialah, ‘pertobatan dan pengampunan dosa harus diberitakan kepada segala bangsa’ (Luk 24:47, bnd Luk 13:3-5). Baik Petrus (Kis 2:38) maupun Paulus (Kis 17:30) memberitakan mutlak perlunya pertobatan, dan dalam Kis 20:21 Paulus meringkaskan injilnya dengan, ‘Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita 92 Yesus Kristus’. Tuntutan supaya bertobat, dan kenyataan bahwa pertobatan adalah mutlak perlu untuk pengampunan dosa dan beroleh hidup yg kekal, menyatakan bahwa keselamatan mustahil tanpa pertobatan. ‘Iman’ tanpa pertobatan bukanlah iman yang membawa kepada keselamatan. Adalah sia-sia mempertanyakan yang mana lebih dahulu: pertobatan atau iman? Keduanya terjadi serentak. Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah termasuk menerima anugerah Allah dalam Kristus dengan iman. b. Epistrefo muncul kr 30 kali. Dalam arti harfiah kata ini diterjemahkan ‘kembali’ atau ‘berpaling’ (Mat 10:13; 24:18; Kis 16:18; Wahy 1:12). Satu kali diterjemahkan ‘insaf berkaitan dengan pemulihan Petrus sesudah kejatuhannya ke dalam dosa (Luk. 22:32). Jika kata itu mengandung makna keagamaan, maka biasanya diterjemahkan ‘berbalik’ (Mat 13:15 dan ayat-ayat sejajarnya, dialaskan pada kata Ibrani syuv), dan dua kali diterjemahkan ‘bertobat’ (Kis 3:19; 15:3). Kata kerja biasa strefo juga diterjemahkan ‘bertobat’ dalam Mat 18:3. Jadi epistrefo menunjuk kepada tindakan ‘putar balik’ atau ‘pertobatan’ kepada Allah, unsur yg sangat menentukan dan dengan itu orang berdosa — Yahudi atau non-Yahudi — masuk ke dalam eskatologis Kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan menerima pengampunan dosa. Tindakan ini menjamin perolehan keselamatan yang dibawa oleh Kristus, dan sifatnya adalah sekali untuk selamanya. III. Kesimpulan Jelaslah bahwa jika seseorang berbalik kepada Allah, tindak perbuatan itu mengungkapkan terjadinya perubahan hati yg begitu mutlak penting dan menentukan (biasanya disertai hati yang remuk). Dalam tulisan penulis-penulis Kristen dan dalam pengertian umum 93 gereja di Indonesia, kata ‘pertobatan’ umumnya digunakan untuk mengartikan gagasan-gagasan yang dalam bahasa Yunani diungkapkan baik dengan epistrefo maupun metanoia (berbalik dan berubah hati). Pertobatan ditilik dari nalar ilmu jiwa adalah tindakan manusia sendiri. Tapi nalar Alkitab menjelaskan bahwa dalam arti asasi dan yg sesungguhnya, Allah turut berperan dalam pertobatan. Rat 5:21 menyatakan bahwa orang berdosa bertobat kepada Allah jika Allah membawa orang itu kepada pertobatan (bnd Yer 31:18 dab). PB menyatakan bahwa jika seseorang berkemauan dan bekerja sesuai kehendak Allah berkaitan dengan keselamatannya, maka Allah sendirilah yang bekerja dalam diri orang itu, yang memampukan dan memotivasi dia melakukan itu (Fili 2:12 dab). Pertobatan adalah karya ilahi. Allah menyembuhkan ketidakmampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian (Ef. 2:1 dab), melahirkan dia kembali (Yoh 3:1 dab), membuka hatinya (Kis 16:14), membuka dan mencelikkan matanya yg buta (2Kor 4:4-6), memberinya pengertian (1 Yoh 5:20). Dalam peristiwaperistiwa itu manusia tidak mempunyai andil apa pun. Manusia menanggapi Injil hanyalah karena Allah telah lebih dahulu bekerja dalam diri manusia menuju pertobatan itu. Berita pertobatan Paulus dan beberapa ayat yang mengacu pada kuasa dan keyakinan yang diberikan Roh Kudus kepada Firman Allah (Yoh 16:8; 1 Kor 2:4 dab; 1 Tes 1:5) menunjukkan bahwa Allah menarik manusia kepada-Nya dengan daya ilahi yang mustahil ditolak, yang kadang-kadang dirasakan sebagai tak dapat dilawan oleh manusia. Ay 3: Ayat-ayat ini melukiskan penderitaan yang mendalam dan hukuman yang terjadi apabila dosa disembunyikan. Ketika Daud menyembunyikan dosanya dan tidak mengakuinya kepada Allah, dia kehilangan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya — kesehatan, ketenangan pikiran, kebahagiaan, dan perkenan Allah. Sebagai gantinya dia mengalami rasa bersalah dan siksaan batin sebagai hukuman Allah. Ay 5: Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan 94 pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiranNya yang kekal. Ay 6: "waktu banjir besar", yakni: waktu malapetaka menimpa si pendosa akan hukuman, maka itu tiada akan menimpa orang yang telah mengakui dosanya. Ay 7: "Waktu kesesakan". berarti: Kesesakan hati karena sesal atas dosa. Ay 8: Tuhan berjanji untuk mengajar dan menuntun orang percaya yang telah diampuni yang memiliki roh yang mudah diajari, menghargai kehadiran dan nasihat Allah (bd. Mazm 32:7), percaya Dia (Mazm 32:10), bersukacita di dalam Dia (Mazm 32:11), dan tetap jujur hatinya (Mazm 32:11). Ay 9: seperti kuda … Janganlah seperti bintang yang harus dipaksa dengan kekerasan; jangan keras kepala, tetapi hendaklah dengan rela menerima nasehat. ia tidak akan mendekati engkau. Mungkin maksudnya Nasehat yang diberikan tidak akan diterima orang yang keras kepala. Maknanya: Si pendosa tidak boleh berlaku seperti binatang tak berakal, yang kecenderungannya harus dipaksakan dengan keras. Lebih baiklah ia dengan rela mendengarkan nasihat tadi. KONTEKS MASA KINI 1. Kehidupan di Negara kita terkadang yang salah bisa dibetulkan dan betul bisa disalahkan. Penegakkan hukum terkadang masih bisa dibelokkan. Kita masih mendengar berita tentang salah tangkap, jebakan yang bisa menyeret seseorang untuk dihukum. Penegakkan hukum yang terkadang masih tebang pilih. 2. Manusia cenderung memandang negative akibat dari mengakui kesalahan. Manusia sulit untuk mengakui kesalahannya, karena bisa berakibat jatuhnya harga diri, ancaman hukuman, kehilangan harta, dll. Rasa gengsi untuk mengakui kesalahan karena jabatan, status sosial, dll. 3. Sebagian orang Kristen memahami penggembalaan khusus sebagai tindakan penghakiman. Akibatnya terkadang orang berani melanggar perintah atau peraturan, karena bisa berlindung pada pemahaman orang Kriten terhadap penggembalaan khusus. 95 SARAN PENYUSUNAN KOTBAH. a. Pendahuluan Ajakan agar warga jemaat merenungkan kembali hubungan dengan sesama dengan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sikap warga jemaat ketika melakukan kesalahan terhadap sesama, pernahkan warga jemaat memaafkan atau meminta maaf kepada sesama. Ajak jemaat untuk mengingat kembali kesalahan yang tak terlupakan yang pernah dilakukan. b. Isi 1) Jelaskan kata ‘tobat’ (sumber PL dan PB) 2) Jelaskan bagimana manusia bisa bertobat dan bagaimana pertobatan itu sendiri. 3) Jelaskan konteks masa kini berkaitan dengan kejujuran untuk mengakui kesalahan. 4) Jelaskan buah dari pertobatan yang sungguh-sungguh. 5) Semangati warga jemaat untuk menyatakan pertobatan itu dalam kehidupan sehari-hari. c. Penutup Kesempatan masih Allah berikan kepda manusia untuk bertobat. Mereka yang berbahagia adalah orang yang diampuni pelanggarannya. Daftar ayat dan lagu: 1. Nats Pembimbing : 2. Nats Berita Anugerah : 3. Nats P. Hidup Baru : 4. Nats Khotbah : 5. Nats Persembahan : 6. Nyanyian PKJ 35 7. Nyanyian PKJ 37 8. Nyanyian PKJ 46 9. Nyanyian PKJ 199 10. Nyanyian PKJ 198 Mazmur 103 : 1-5 Mazmur 103 : 8-13 Amsal 3 : 5-7 Mazmur 32 : 1-11 Amsal 3 : 9-10 96 11. Nyanyian KJ 439 12. Nyanyian KJ 453 *** Contoh Kotbah Jadi BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIAMPUNI PELANGGARANNYA. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk social, artinya manusia hidup dengan berelasi dengan sasama. Dalam relasi manusia dengan sesama, terkadang melakukan kesalahan, baik disengaja atau tidak. Tidak terkecuali kita. Bagaimana jika Bpk/Ibu/Sdr melakukan kesalahan pada sesama. Sikap apa yang Bpk/Ibu/Sdr tunjukkan…… ada yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf… ada yang menyadari kesalahannya tetapi segera melupakan… ada yang tidak menyadari jika berbuat kesalahan kepada sesama. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Sdr jika meminta maaf atau memaafkan sesama? Mari kita bersama memahami kembali kasih Tuhan di mana Tuhan berkenan mengampuni manusia yang bertobat dari segala pelanggaran. Kita akan mempelajari tentang apa yang dimaksud dalam perikop ini, yakni: Tobat 1. Kata Ibrani syuv berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Bagi orang Israel, yaitu umat perjanjian Allah, pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya. PL menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan Yahweh, disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalan-Nya. 97 2. Metanoia dan metanoeo diterjemahkan bertobat, menyesal, memperbaiki kesalahan. Arti asasi kedua kata di atas ialah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yang melahirkan kembali orang itu. Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap Allah. Duka cita penyesalan yang sesuai dengan kehendak Allah, yg melahirkan pertobatan dan mendatangkan keselamatan dan hal ini, mutlak sebagai unsur pertobatan. 3. Epistrefo diterjemahkan kembali, berpaling, insaf berkaitan dengan pemulihan. Orang yang sungguh-sungguh bahagia adalah mereka yang telah menerima pengampunan dosa dari Allah, sehingga kesalahan dari pelanggaran mereka tidak membebani hati, pikiran, dan hati nurani mereka. Kebahagiaan semacam ini tersedia bagi semua orang berdosa yang datang kepada Tuhan (Mat 11:28-29). Pemazmur melukiskan pengampunan Allah dengan tiga cara: 1. Dia mengampuni dosa. 2. Dia menutupi dosa itu, yaitu menyingkirkannya. 3. Dosa itu tidak diperhitungkan kepada orang berdosa itu (Mazm 32:2), yaitu kesalahan itu dihapus dari catatan. Ay 3: Ayat-ayat ini melukiskan penderitaan yang mendalam dan hukuman yang terjadi apabila dosa disembunyikan. Ketika Daud menyembunyikan dosanya dan tidak mengakuinya kepada Allah, dia kehilangan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya — kesehatan, ketenangan pikiran, kebahagiaan, dan perkenan Allah. Sebagai gantinya dia mengalami rasa bersalah dan siksaan batin sebagai hukuman Allah. Ay 5: Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiran-Nya yang kekal. 98 Ay 6: "waktu banjir besar", yakni: waktu malapetaka menimpa si pendosa akan hukuman, maka itu tiada akan menimpa orang yang telah mengakui dosanya. Ay 7: "Waktu kesesakan". berarti: Kesesakan hati karena sesal atas dosa. Ay 8: Tuhan berjanji untuk mengajar dan menuntun orang percaya yang telah diampuni yang memiliki roh yang mudah diajari, menghargai kehadiran dan nasihat Allah (bd. Mazm 32:7), percaya Dia (Mazm 32:10), bersukacita di dalam Dia (Mazm 32:11), dan tetap jujur hatinya (Mazm 32:11). Ay 9: seperti kuda … Janganlah seperti bintang yang harus dipaksa dengan kekerasan; jangan keras kepala, tetapi hendaklah dengan rela menerima nasehat. ia tidak akan mendekati engkau. Mungkin maksudnya Nasihat yang diberikan tidak akan diterima orang yang keras kepala. Maknanya: Si pendosa tidak boleh berlaku seperti binatang tak berakal, yang kecenderungannya harus dipaksakan dengan keras. Lebih baiklah ia dengan rela mendengarkan nasihat tadi. Pertobatan adalah karya ilahi. Allah menyembuhkan ketidakmampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian (Ef 2:1 dab), melahirkan dia kembali (Yoh 3:1 dab), membuka hatinya (Kis 16:14), membuka dan mencelikkan matanya yg buta (2Kor 4:4-6), memberinya pengertian (1 Yoh. 5:20). Manusia menanggapi Injil hanyalah karena Allah telah lebih dahulu bekerja dalam diri manusia menuju pertobatan itu. Berita pertobatan Paulus dan beberapa ayat yang mengacu pada kuasa dan keyakinan yang diberikan Roh Kudus kepada Firman Allah (Yoh 16:8; 1 Kor 2:4 dab; 1 Tes 1:5) menunjukkan bahwa Allah menarik manusia kepada-Nya dengan daya ilahi yang mustahil ditolak, yang kadang-kadang dirasakan sebagai tak dapat dilawan oleh manusia. Nah saudara-saudara, inilah kasih Tuhan… setiap manusia berkesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Kurang apa maneh ? Saudara mau menjadi orang yang berbahagia? Siap sedialah untuk mendapatkan pengampunan atas segala pelanggaran kita, maka: 99 1. Akuilah setiap dosa yang kita perbuat. Akui secara rinci… bukan asal mengaku bahwa kita berdosa di hadapan Tuhan, tetapi mengaku dengan tulus dan jujur dosa-dosa apa yang kita perbuat… Tidak seperti pada hari Lebaran, orang meminta maaf tapi tidak dijelaskan kesalahan apa yang diperbuat. Yang penting minta maaf, semua kesalahan, tetapi kadang tidak mengakui dirinya bersalah, atau kesalahan apa yang diperbuat. 2. Mohon pengampunan kepada Tuhan didasari iman yang teguh bahwa Tuhan masih berkenan menganugerahkan pengampunan kepada orang yang mengaku dosa-dosanya. 3. Memohon kekuatan Tuhan agar kita bisa dimampukan untuk hidup seturut dengan kehendakNya. Saudara, saat ini adalah kesempatan kita menerima pengampunan dosa. Saat ini kesempatan bagi kita untuk bertobat. Jadilah orang yang berbahagi, yaitu orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya. Amin. (LPS) *** RANCANGAN KOTBAH MINGGU 23 Juni 2013 Minggu Biasa IV, Warna Liturgi Hijau Kotbah: Galatia 4:21-31 Tema: MENJADI ANAK-ANAK PERJANJIAN Tujuan: 1. Jemaat tahu gambaran/metafor bahwa diri mereka adalah anak-anak perjanjian. 2. Jemaat ditumbuhkan kembali kebanggaan mereka sebagai anak-anak perjanjian. 100 3. Jemaat bersemangat perjanjian. menyatakan hidup sebagai anak-anak LATAR BELAKANG DAN PENJELASAN TEKS LATAR BELAKANG TEKS Rasul Paulus mengirimkan suratnya setelah mengetahui bahwa sebagian jemaat Galatia mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan injil (Gal. 1:6-7). Paulus sangat marah kepada berbagai pihak yang mengacaukan iman jemaat Galatia, sehingga ia menulis: ”Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.” (Gal. 1:8-9). Dengan marah Paulus menulis bahwa akan lebih baik bagi mereka yang mengacaukan iman jemaat untuk dikebiri saja. (Gal. 5:12). Paulus sangat gemas terhadap orang-orang yang mengacaukan jemaat ini. Di jemaat Korintus, mereka menyerang pribadi dan kerasulan Paulus dan di Galatia mereka melakukan juga hal yang sama. Paulus menyebut mereka sebagai “pesuruh iblis” (2 Kor. 11:14). Paulus menyayangkan kemunduran iman jemaat Galatia karena mencari aman dengan tidak lagi mengutamakan yang dikenan Allah dan mengutamakan perkenan manusia. Jati diri kristen tak boleh luntur apalagi dikorbankan demi menghindari salib yang memang harus dipikul oleh setiap orang kristen (Gal 1:10). Salib memang selalu menjadi batu sandungan bagi orang yang menolak Kristus (Gal 5:11). Jemaat Galatia mulai meyakini kembali bahwa ketaatan kepada hukum taurat sebagai syarat memperoleh kerajaan Allah di samping pengorbanan Kristus. Sunat dengan demikian, dipandang sebuah keharusan untuk dilakukan dan hidup berpantang makanan tertentu merupakan kewajiban agamawi. Setiap orang kristen yang berlatarbelakang orang Yunani harus diyahudikan terlebih dahulu dengan hidup menurut cara hidup orang Yahudi. 101 Paulus menandaskan bahwa bagi semua orang, berlaku ketentuan : yang dibenarkan Allah adalah orang yang hidup karena iman mereka kepada Kristus. Menaati hukum taurat tidak menyelamatkan. Sekiranya seseorang bisa dibenarkan karena melakukan hukum taurat, maka siasialah kematian Kristus (Gal 2:16,21). Dengan surat ini Paulus dengan semangat menelanjangi ajaran sesat yang beroperasi di Galatia dengan uraian logis dalam rangka membela kemurnian injil. Di dalamnya terdapat pemikiran yang kuat, perjuangan yang hebat, motif-motif yang luhur, pembelaan kebenaran yang sangat berharga dan merupakan peperangan demi iman dan kemerdekaan injil. Ada yang menyamakan surat Galatia dengan sebuah pedang mengkilat yang ada dalam tangan kokoh seorang pemain pedang. Paulus dan Injil sedang diserang. Kalau serangan ini berhasil, kekristenan mungkin telah menjadi sekte lain dalam agama Yahudi, atau telah menjadi begitu bergantung pada sunat dan taurat, dan bukan merupakan anugerah. Paling tidak, jika para lawan memenangkan “peperangan” ini, besar kemungkinan Injil hanya akan menjadi milik orang Yahudi saja dan kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan mengecap kasih Kristus. Paulus adalah seorang tokoh revolusi agama. Ia mengajarkan bahwa menjadi Kristen tidak perlu di-Yahudi-kan dahulu. Dan dengan ajarannya, ia menghadapi tantangan. Tantangan pertama adalah mengenai kerasulannya. Banyak orang mengatakan bahwa ia bukan rasul. Bila berpatokan pada Kisah Para Rasul 1:21-22, Paulus memang tidak masuk kriteria sebagai rasul. Dengan penuh keyakinan, Paulus mengatakan bahwa kerasulannya tidak bersumber dari usaha manusia. Tidak ada seorangpun yang menahbiskannya menjadi rasul melainkan Yesus Kristus sendiri di jalan raya Damsyik. Kualifikasi unik inilah yang dimiliki Paulus: bertemu langsung dengan Yesus yang telah naik ke Sorga. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang menjadi Kristen. Mereka percaya bahwa janji-janji Allah dan segala anugerahNya hanya bagi orang Yahudi saja dan tidak ada seorang kafirpun (bangsa-bangsa lain) yang dibenarkan menerima hak istimewa yang mulia itu. Mereka percaya bahwa kekristenan hanya bagi orang Yahudi saja. Orang Yahudi 102 adalah orang pilihan. Bahkan, membantu ibu non Yahudi yang mau melahirkan juga dipandang salah, karena menambah jumlah orang kafir ke dunia ini. Pada pihak lain, Paulus memberitakan Injil kepada orangorang non Yahudi. Hal ini membuat geram dan marah bagi “orang Yahudi garis keras” ini. Ada jalan bagi orang kafir yang mau diselamatkan. Yaitu : mereka harus diyahudikan dahulu. Mereka harus menjalani sunat dan mematuhi hukum taurat. Bagi Paulus, ketentuan ini bertentangan dengan arti iman kristen. Iman manusia tidak tergantung pada usaha mereka sendiri, melainkan rahmat Allah. Bagi Paulus, yang pokok bukanlah apa yang manusia dapat perbuat bagi Allah, melainkan apa yang Allah telah perbuat bagi manusia. Orang Yahudi berkata: Bukankah Taurat merupakan sarana tertinggi yang diberikan Allah kepada Musa? Paulus berkata: tunggu dulu. Kepada siapakah janji Allah yang terbesar diberikan? Bukankah kepada Abraham? Bagaimana Abraham memperoleh kemurahan Allah? Bukan melalui Taurat. Tapi karena Abraham percaya. Imannya yang telah menyelamatkan Abraham. Bukan hukum Taurat. Siapakah keturunan Abraham? Bukan karena hubungan darah, tetapi mereka yang dalam keadaan seperti Abraham memiliki iman kepada Allah. PENJELASAN TEKS Galatia 4:21, Paulus mengajak mereka yang meragukan Injil yang diberitakan Paulus dan yang mengharapkan pembenaran melalui hukum taurat untuk menyimak argumentasi dan pengajaran Paulus. Galatia 4:22-23, Paulus menggambarkan tentang 2 anak Abraham yaitu Ismael dan Ishak. Ismael ibunya adalah Hagar dan Ishak lahir dari Sara. Ismael adalah anak dari hamba Abraham dan bukanlah anak yang dijanjikan Allah, tetapi Ishak adalah anak isteri sah Abraham dan merupakan anak yang dijanjikan Allah. Galatia 4:24-25, Paulus menjadikan Hagar dan Sara sebagai metafor (gambaran/kiasan). Hagar dikiaskan sebagai gunung Sinai di tanah Arab atau Yerusalem pada masa Perjanjian Baru yang hidup dalam perhambaan (kepada Romawi). 103 Galatia 4:26-27, Sara menjadi metafor/kiasan Yerusalem Surgawi karena ia adalah perempuan merdeka. Galatia 4:28-31, jemaat Galatia dikiaskan seperti Ishak yang adalah anak dari perempuan merdeka (Sara). Ishak adalah anak perjanjian, demikian pula jemaat Galatia adalah anak-anak perjanjian. Sebagaimana dahulu, anak-anak perjanjian diperlakukan tidak baik oleh anak-anak perhambaan, maka jemaat Galatia tidak perlu takut bersaksi tentang Kristus dalam segala keadaan. Sebagaimana anak-anak perjanjian akan menerima warisan keluarga, maka jemaat Galatia akan mewarisi kerajaan Sorga. KONTEKS MASA KINI 1. Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan nyaman tetapi tidak sedikit orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan, kemiskinan, keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih dialami oleh kaum minoritas di negeri ini terutama dalam hal melaksanakan peribadahan dengan bebas. 2. Demikian pula persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah. 3. Sebagian orang kristen diselimuti rasa takut untuk bersaksi tentang Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Tuhan bagi dunia. Mereka lebih terdorong untuk memperjuangkan penerimaan masyarakat atas diri mereka, seperti kejiwaan masa anak remaja yang tak mau ditolak teman-teman sebaya mereka. 4. Jemaat-jemaat pada masa kini bergumul antara injil dengan tradisi dan kebudayaan. Mereka juga bergumul antara bersaksi dengan mewujudkan harmoni (situasi diterima masyarakat). SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi atau langsung menerangkan betapa marahnya Paulus (Paulus bisa marah). 104 2. Utarakan latar belakang dan Penjelasan teks, tekankan bahwa di Jemaat Galatia muncul gerakan menolak kerasulan Paulus dan menambahkan syarat memperoleh keselamatan dari Allah yaitu dengan percaya pada Yesus dan taat melakukan hukum taurat. 3. Kisahkan tentang gambaran/metafor bahwa anggota jemaat adalah anak-anak dari perjanjian. 4. Paparkan konteks masa kini. Tutup kotbah Saudara dengan dorongan motivasional, bahwa kita harus bangga menjadi pengikut Yesus Kristus dan berani bersaksi dalam segala keadaan. Daftar ayat dan lagu: 1. Nas Pembimbing 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Berita Anugerah Ayat Persembahan Nyanyian : KJ 3:1-3 KJ 362:1-2 PKJ 2 PKJ 152:1-2 KJ 439:110. PKJ 183:1-2 : Mzm 33:2-5 : Mzm 34:8-10 : Mzm 37:25-26 Contoh Kotbah Jadi Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Rasul Paulus berduka. Mengapa ia berduka? Karena sebagian jemaat Galatia mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan injil (Gal 1:6-7). Paulus sangat marah kepada berbagai pihak yang mengacaukan iman jemaat Galatia, sehingga ia menulis: ”Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.” (Gal.1:8-9). Dengan marah Paulus menulis bahwa akan lebih baik bagi mereka yang mengacaukan iman 105 jemaat untuk dikebiri saja. (Gal.5:12). Paulus sangat gemas terhadap orang-orang yang mengacaukan jemaat ini. Di jemaat Korintus, mereka menyerang pribadi dan kerasulan Paulus dan di Galatia mereka melakukan juga hal yang sama. Paulus menyebut mereka sebagai “pesuruh iblis” (2 Kor. 11:14). Paulus menyayangkan kemunduran iman jemaat Galatia karena mencari aman dengan tidak lagi mengutamakan yang dikenan Allah dan mengutamakan perkenan manusia. Jati diri kristen tak boleh luntur apalagi dikorbankan demi menghindari salib yang memang harus dipikul oleh setiap orang kristen (Gal. 1:10). Salib memang selalu menjadi batu sandungan bagi orang yang menolak Kristus (Gal. 5:11). Jemaat Galatia mulai meyakini kembali bahwa ketaatan kepada hukum taurat sebagai syarat memperoleh kerajaan Allah di samping pengorbanan Kristus. Sunat dengan demikian, dipandang sebuah keharusan untuk dilakukan dan hidup berpantang makanan tertentu merupakan kewajiban agamawi. Setiap orang kristen yang berlatarbelakang orang Yunani harus diyahudikan terlebih dahulu dengan hidup menurut cara hidup orang Yahudi. Paulus menandaskan bahwa bagi semua orang, berlaku ketentuan: yang dibenarkan Allah adalah orang yang hidup karena iman mereka kepada Kristus. Menaati hukum taurat tidak menyelamatkan. Sekiranya seseorang bisa dibenarkan karena melakukan hukum taurat, maka siasialah kematian Kristus (Gal. 2:16, 21). Dengan surat ini Paulus menelanjangi ajaran sesat yang beroperasi di Galatia dengan uraian logis dalam rangka membela kemurnian injil. Di dalamnya terdapat pemikiran yang kuat, perjuangan yang hebat, motif-motif yang luhur, pembelaan kebenaran yang sangat berharga dan merupakan peperangan demi iman dan kemerdekaan injil. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Ada yang menyamakan surat Galatia dengan sebuah pedang mengkilat yang ada dalam tangan kokoh seorang pemain pedang. Paulus dan Injil sedang diserang. Kalau serangan ini berhasil, kekristenan mungkin telah menjadi sekte lain dalam agama Yahudi, atau telah menjadi begitu bergantung pada sunat dan taurat, dan bukan merupakan anugerah. Paling tidak, jika para lawan memenangkan “peperangan” ini, 106 besar kemungkinan Injil hanya akan menjadi milik orang Yahudi saja, kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan mengecap kasih Kristus. Paulus adalah seorang tokoh revolusi agama. Ia mengajarkan bahwa menjadi Kristen tidak perlu di-Yahudi-kan dahulu. Ia menghadapi tantangan dengan ajarannya. Tantangan pertama mengenai kerasulannya. Banyak orang mengatakan bahwa ia bukan rasul. Bila berpatokan pada Kisah Para Rasul 1:21-22, Paulus memang tidak masuk kriteria sebagai rasul. Dengan penuh keyakinan, Paulus mengatakan bahwa kerasulannya tidak bersumber dari usaha manusia. Tidak ada seorangpun yang menahbiskannya menjadi rasul melainkan Yesus Kristus sendiri di jalan raya Damsyik. Kualifikasi unik inilah yang dimiliki Paulus: bertemu langsung dengan Yesus yang telah naik ke Sorga. Pada waktu itu banyak orang Yahudi menjadi Kristen. Mereka percaya bahwa janji dan anugerah Allah hanya bagi orang Yahudi saja dan tidak ada seorang kafirpun (bangsa-bangsa lain) yang dibenarkan menerima hak istimewa yang mulia itu. Mereka percaya bahwa kekristenan hanya bagi orang Yahudi saja. Orang Yahudi adalah orang pilihan. Bahkan, membantu ibu non Yahudi yang mau melahirkan juga dipandang salah, karena menambah jumlah orang kafir ke dunia ini. Pada pihak lain, Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Hal ini membuat geram dan marah bagi “orang Yahudi garis keras” ini. Ada jalan bagi orang kafir yang mau diselamatkan. Yaitu: mereka harus diyahudikan dahulu. Mereka harus menjalani sunat dan mematuhi hukum taurat. Bagi Paulus, ketentuan ini bertentangan dengan arti iman kristen. Iman manusia tidak tergantung pada usaha mereka sendiri, melainkan rahmat Allah. Bagi Paulus, yang pokok bukanlah apa yang manusia dapat perbuat bagi Allah, melainkan apa yang Allah telah perbuat bagi manusia. Orang Yahudi berkata: Bukankah Taurat merupakan sarana tertinggi yang diberikan Allah kepada Musa? Paulus berkata : tunggu dulu. Kepada siapakah janji Allah yang terbesar diberikan? Bukankah kepada Abraham? Bagaimana Abraham memperoleh kemurahan Allah? Bukan melalui Taurat. Tapi karena Abraham percaya. Imannya yang telah menyelamatkan Abraham. Bukan hukum Taurat. Siapakah keturunan Abraham? Bukan karena hubungan darah, tetapi mereka yang dalam keadaan seperti Abraham : memiliki iman kepada Allah. 107 Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Kita adalah keturunan Abraham. Memang bukan keturunan karena hubungan darah. Tetapi karena kesamaan iman. Kita dan Abraham beriman kepada Allah yang sama. Dengan demikian, kita adalah anak-anak perjanjian. Kita terhisap dalam perjanjian berkat antara Allah dengan Abraham. Di tengah-tengah kehidupan yang tidak sepi tantangan dan aneka ragam problematika kehidupan, jati diri kita sebagai anak-anak perjanjian tidak pernah hilang. Meskipun kadang kala kita tidak menyadari atau bahkan tidak mengingatnya, jati diri kita tetap tidak hilang. Kita adalah anak-anak perjanjian. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Banyak orang kristen terutama ketika mengalami cobaan, penderitaan, kemalangan, persoalan, sakit penyakit, ataupun kekurangan, menjadi pangling (tidak ingat, lupa) bahwa dirinya adalah anak-anak perjanjian, keturunan Abraham. Mereka melihat hidup sebagai musibah dan tidak mengalami sukacita. Pada pihak lain, perasaan kuat ingin diterima oleh masyarakat membuat banyak orang kristen tidak berani bersaksi. yang pada gilirannya mengorbankan sisi pemberitaan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Juru selamat dunia, bukan hanya Juruselamat bagi orang Kisten saja. Rasa takut menjadi berbeda, takut untuk ditolak, kebutuhan menggebu-gebu yang tidak sehat untuk diterima oleh masyarakat juga membuat sebagian orang kristen kebingungan soal peran mereka di tengah-tengah dunia. Tugas dari Tuhan Yesus “kamulah terang dunia” (Mat.4:14) tidak lagi nyaring bergema di dalam kehidupan yang diselimuti rasa ketakutan ini. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Kehidupan memang tidak bebas tantangan. Tidak sedikit orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan, kemiskinan, keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih dialami oleh kaum minoritas di negeri ini terutama dalam hal melaksanakan peribadahan dengan bebas. Demikian pula persoalan ketersediaan 108 lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah. Dalam keadaan demikian, umat kristen sebagai anak-anak perjanjian tidak boleh melupakan jati diri mereka. Jati diri sebagai anak-anak perjanjian tidak boleh luntur oleh keadaan yang tidak menggembirakan. Sebagaimana rasul Paulus dalam Galatia 4:28-31, mengiaskan jemaat Galatia sebagai anak-anak perjanjian. Bagi Paulus, adalah lumrah bila anak-anak perjanjian diperlakukan tidak baik oleh anak-anak perhambaan. Maka jemaat Galatia tidak perlu takut bersaksi tentang Kristus dalam segala keadaan. Demikian pula kita umat kristen pada masa kini tidak boleh kecil hati atau diliputi rasa takut untuk berbeda dengan yang lain. Kita dipercaya Tuhan untuk memberitakan kabar baik. Mari kita bersukacita! Kita adalah anak-anak perjanjian. Beritakanlah kabar baik, baik atau tidak baik waktunya. Yakinlah, bahwa selalu ada penyertaan Tuhan dalam kerja dan karya kita! Amin. (BNH). *** RANCANGAN KOTBAH 30 Juni 2013 MINGGU Biasa V, Warna Liturgi Hijau Bacaan: 2 Raj-Raja 2: 1-2, 6-14 Tema: PERGANTIAN KEPEMIMPINAN Tujuan: 1. Anggota Jemaat memahami bahwa Allah mengutus setiap orang percaya sebagai pemimpin. 2. Anggota Jemaat siap menjadi pemimpin yang melayani. 3. Anggota jemaat siap untuk dikader. LATAR BELAKANG I DAN II RAJA-RAJA Kitab I dan II Raja-Raja dinamakan demikian menurut isinya. Di dalam Septuaginta, para raja Ibrani asli dianggap sebagai kesinambungan 109 dari yang dibahas di dalam Kitab Samuel. Kedua kitab ini jelas merupakan satu kesatuan, mencakup sejarah Israel sejak masa pemerintahan Salomo hingga pecahnya negeri itu pada zaman Zedekia. Yang dibahas di dalamnya ialah jatuh bangunnya bangsa Israel di bawah perjanjian dengan Allah dengan menunjukkan dosa-dosa para raja yang melanggar perjanjian itu dan menghasilkan pembuangan Israel dan Yehuda. II Raja-Raja diakhiri dengan dilepasnya Raja Yoyakhin dari penjara pada tahun ketiga puluh tujuh dari masa pemenjaraannya-sekitar 562/561 sM. Kitab ini tidak mungkin sudah selesai ditulis sebelum tanggal itu, juga tidak mungkin sesudah 536 sM, yaitu tahun kembalinya sebagian tawanan dari Babel karena peristiwa itu tidak disebut sama sekali. Karena kitab ini merupakan satu kesatuan dan bukan hasil tulisan beberapa orang penulis dalam kurun waktu yang berbeda-beda, maka tanggal penulisan kitab ini adalah di antara 562-536 sM. II Raja-Raja 2:2-4, 6-14, Adalah kisah Elia terangkat kesorga dan Elisa menggantikan sebagai nabi. Elia berasal dari Tisbe di daerah Gilead. Ia seorang pembela tentang pemujaan Yahwe pada zaman raja Ahab dan permaisurinya, Izebel, yang berusaha memajukan pemujaan Baal. Elia adalah seorang Nabi di daerah kerajaan utara. Ia sangat populer. Ia sebagai serorang yang dilukiskan sebagai pemegang peran legendaris. Suatu deretan cerita dan mujizat dimasukkan ke dalam Kitab Raj (1Raj 17:1-19:21; 21:17-29; 2Raj 1:3-2:12). Kuasa Allah tetap menyertainya. Elisa adalah siap menjadi pengganti Elia (1Raj 19:16-21), ia mewarisi jubah Elia (1Raj 2:1-18). Ia Menyehatkan air (2Raj 2:19-22). Mengutuki anak-anak muda (2Raj 2:23-25). Ia Membantu dalam kemenangan atas Moab (dalam 2Raj 3:1-27). Melipatgandakan minyak seorang janda (2Raj 4:1-7). Menghidupkan anak laki-laki wanita Sunem (2Raj.4:8-37).Menyehatkan makanan dalam kuali (2Raj.4:38-41). memberi 100 orang makan (2Raj 4:42-44).Menyembuhkan Naaman dari sakit kusta (dalam 2 Raj. 5:1-27).Menjadikan mata kapak mengapung (2Raj 6:1-7).Menangkap orang Aram (2Raj 6:8-23).Penasihat politik untuk Israel (2Raj 6:24-8:6; 9:1-3; 13:14-19) Mengurapi Yehu menjadi 110 raja Israel (2Raj 9:1-10). Dan ini semua dilakukan dengan keyakinan kepada Allah yang telah mengutusnya. PEJELASAN TEKS: Dalam bacaan Alkitab ini, mengisahkan sebuah peristiwa tentang terangkatnya Elia ke sorga dan Elisa yang menyaksikannya. Lalu Elisa sebagai penggati Elia. Ayat 2 , Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel, tetapi Elisa menJawab: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." Ini menjelaskan tentang keinginan Elisa ingin melihat peristiwa elia terangkat ke sorga. Sebagai seorang pengganti Elisa sangat terbuka, ia mempunyai semangat dengan spirit yang kuat dan kesetiaan pada Elia. Ayat 9 “.... Dua bagian dari Rohmu” istilah dua bagian dari Rohmu” belum tentu berarti dua kali kuasa rohani Elia kepada Elisa. Sebaliknya istilah itu menunjuk kepada hubungan ayah dengan anak, dimana putra yang sulung menerima dua kali warisan putra-putri yang lainnya (Ul 21;17). Elisa memohon kepada Ayah rohaninya untuk memberikan kadar roh nabi yang lebih besar kepadanya supaya ia dapat melanjutkan pelayanan Elia. Karena roh Allah itulah yang memampukan dia didalam menyelesaikan tugasnya sebagai nabi. Allah mengabulkan permohonan Elisa karena mengetahui bahwa nabi muda itu bersedia untuk tetap setia kepada-Nya ditengah-tengah kemurtadan rohani, moral, dan ajaran disekitarnya. Ayat 11-12, “Kereta berapi dengan kuda berapi.” Ini menjelaskan tentang Elia terangkat ke sorga tanpa mengalami kematian. Sama halnya dengan Henokh (Kej.5:24). Pengangkatan ajaib Elia ke sorga menjadi meterai persetujuan tegas Allah. atas karya Allah dalam pelayanan nabi Elia. Dengan pengangkatan itu di muliakan TUHAN dengan kereta berapi dengan kuda berapi, karena Elia sepenuhnya menyatukan diri dengan Firman Allah sepanjang masa pelayanannya. Hingga saat terakhir dia hidup demi kehormatan Allah, ia menentang dosa dan penyembahan berhala umat yang murtad, sambil memberikan semangat kepada kaum sisa yang setia di Israel. 111 KONTEKS MASA KINI: Masih ada anggota jemaat yang sulit untuk bersedia dibina menjadi pemimpin. Masih ada yang sudah dibina tetapi tidak mau menjadi pemimpin. Banyak gereja yang telah berhasil melaksanakan pengaderan kepemimpinan. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH: 1. Pendahuluan: Pengkhotbah menyampaikan secara singkat tentang sejarah bangsa Israel pada masa nabi Elia dan Elisa. 2. Isi: Memahami pentingnya pergantian tugas kenabian Elia kepada Elisa. Menyiapkan pengganti yang tepat dan mau bertanggungjawab. Menyambut bergantian dengan berbagai tugas dengan terbuka, kuat, teguh dan mengandalkan kuasa Roh Allah. 3. Penutup: Pengkhotbah mengajak seluruh jemaat untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru dalam jemaat. Daftar ayat dan lagu 1. Nats Pembimbing 2. Berita Anugerah 3. Persembahan 4. KJ : 3 5. KJ : 40 6. PKJ: 198 7. PKJ: 127 8. KJ : 163 9. PKJ: 182 : Lukas 9: 51-56. : Mazmur 51: 8-10 : Mazmur 37:3-5 *** Contoh Kotbah Jadi. 112 Jemaat Tuhan Yesus yang terkasih, Kehidupan bangsa Israel sebagai umat Allah bukanlah suatu kehidupan yang serba mulus, bukan suatu kehidupan yang tanpa rintangan, bahkan jika kita cermati maka kehidupan umat Allah ini lebih banyak hidup dalam penderitaan dari pada kehidupan yang penuh dengan kenikmatan. Umat Israel hidupnya lebih banyak bebuat dosa kepada Tuhan, sehingga Tuhan mengutus para nabi-nabi-Nya untuk menegur, menasihat, dan mendidik dan mengajar dalam kebenaran Allah. Ketika mereka jauh hidupnya dari Allah, maka penderitaan sering mereka alami. Mereka hidup tanpa harapan, masa depan mereka menjadi suram. Ini sungguh-sungguh dialami ketika mereka memberontak kepada Allah. Dalam suasana hidup tanpa harapan, dan menjauhi Allah maka seorang nabi bertugas untuk menyampaikan kabar dari Allah bagi umat.Nya. Ada yang mendengarkan berita tersebut, namun juga ada orang yang tidak mau mendengarkan perkataan Nabi Allah. Elia dan Elisa adalah seorang pelayan Tuhan, yang berfungsi untuk menyampaikan kehendak Allah kepada umat. Mereka hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. II Raja-Raja 2:2-4, 6-14 , Adalah kisah Elia terangkat kesorga dan Elisa menggantikan sebagai nabi. Elia berasal dari Tisbe di daerah Gilead. Ia seorang pembela ketat tentang pemujaan Yahwe pada zaman raja Ahab dan permaisurinya, Izebel, yang berusaha memajukan pemujaan Baal. Nabi Elia adalah seorang Nabi di daerah kerajaan utara. Ia sangat populer. Ia serorang yang dilukiskan sebagai pemegang peran kenabian di Israel yang penuh kuasa Allah. Elisa adalah orang yang telah disiap Tuhan untuk pengganti Elia. Elisa menyambut penugasannya dengan penuh tanggungjawab, tekun, kuat dan terbuka . Oleh karena itu ia adalah orang yang tepat yang telah disiapkan Tuhan menggantikan Elia. Ada kuasa Allah yang menyertai Elisa. Ini membuktikan bahwa Allah memberikan mandat dan kuasa kepada generasi yang mau setia dan taat dalam menjalankan kepemimpinannya. Elisa adalah pelayan yang setia. Dalam bacaan kita pada ayat 2 “ Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel, tetapi Elisa menJawab: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan 113 meninggalkan engkau." Ini menjelaskan tentang keinginan Elisa ingin melihat peristiwa elia terangkat ke sorga. Sebagai seorang pengganti Elisa sangat terbuka, ia mempunyai semangat dan kesetiaan pada Elia. Dalam tugas dan tanggungjawabnya, Elisa meminta kepada Elia, dua bagian dari roh Elia ada padanya. Elisa berkata kepada Elia , pada Ayat 9 “ .....Dua bagian dari Rohmu” istilah dua bagian dari rohmu” berarti Elisa memohon kepada Ayah rohaninya untuk memberikan kadar roh nabi yang lebih besar kepadanya supaya ia dapat melanjutkan pelayanan Elia. Karena roh Allah itulah yang memampukan dia didalam menyelesaikan tugasnya sebagai nabi. Allah mengabulkan permohonan Elisa karena mengetahui bahwa nabi muda itu bersedia untuk tetap setia kepada-Nya ditengah-tengah kemurtadan rohani, moral, dan ajaran disekitarnya. Elia memberikan mandat kenabiannya kepada Elisa dengan kuasa berasal dari Allah. Sebagai seorang pemimpin umat yang baru, Elisa terus merespon panggilan Tuhan untuk bertanggungjawab, terbuka, dan bersemangat untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Ibu, bapak, dan saudara sekalian, yang terkasih, GKSBS (Gereja Kristen Sumatera bagian Selatan) merupakan gereja yang dinamis dalam merespon perubahan-perubahan. Perubahanperubahan ini meliputi barbagai hal, baik secara kelembaggaan GKSBS (pemimpin-pemimpinnya), sampai pada keinginan-keinginan dan harapan jemaat-jemaat dilingkungan GKSBS. Ini adalah kekuatan kita. Ada banyak pihak kebingungan dengan perubahan-perubahan dan kejadian-kejadian yang dialaminya, tetapi bila mencoba untuk mengapresiasinya, ternyata itulah bagian dari dinamika bergereja dalam menjawab perutusan dari Tuhan. Jadi, persoalannya adalah bagaimana kita memaknai perubahan-perubahan tersebut. Dan menyiapkan generasigenerasi yang baru untuk menjadi pemimpin yang terbuka, tekun, mempunyai semangat, memiliki motivasi yang murni serta bertanggungjawab dalam setiap pelayanan dan kepemimpinannya. Di samping itu memiliki spiritualitas yang baru. Kisah pergantian pelayanan antara Elia kepada Elisa ini, bisa menjadi inspirasi kita dalam meregenerasi kepemimpinandi GKSBS. Ada banyak jemaat-jemaat yang sulit untuk mengader pemimpinpemimpin yang baru. contohnya ada banyak jemaat-jemaat yang sulit mengader para diaken dan para penatua. Dengan alasan yang dikaderkan 114 tidak cukup memiliki kemampuan melayani dan memimpin jemaat, hal ini pasti terjadi. Namun kita tidak perlu putus asa bagaimanakah pergantian kepemimpinan itu dipersiapankan secara baik? Memang tergantung bagaimana kepada pemimpin yang mampu menggerakkan umatnya sebagai partisipan aktif, tergantung kepada pemimpin yang menyadari bahwa kehadirannya bukan untuk menjawab kepentingan pribadi dengan segala bentuk kebutuhan dan keinginan hatinya. Tugas kita sebagai jemaat-jemaat GKSBS adalah menyiapkan pemimpinpemimpin yang menyadari kehadirannya menjadi tugas perutusan yang dari Allah untuk bersama umat membangun persaudaraan dimana setiap orang, yang kecil dan lemah, maupun besar dan kuat mendapat hak yang sama. Selamat menyiapkan pemimpin-pemimpin yang baru. Tuhan memberkati. Amin. (SW). 115