SUMBER AIR HIDUP RANCANGAN KHOTBAH Edisi: Januari

advertisement
SUMBER AIR HIDUP
RANCANGAN KHOTBAH
Edisi: Januari - Juni 2013
Diterbitkan oleh :
Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS
Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111
Telp. (0725) 42598 - E.mail : [email protected]
Website: www.gksbs.org
1
DAFAR ISI
1. Pengantar
3
2. RK 01 Januari 2013
4
3. RK 06 Januari 2013
13
4. RK 13 Januari 2013
20
5. RK 20 Januari 2013
26
6. RK 27 Januari 2013
37
7. RK 03 Pebruari 2013
47
8. RK 10 Pebruari 2013
56
9. RK 26 Mei 2013
64
10. RK 02 Juni 2013
71
11. RK 09 Juni 2013
79
12. RK 16 Juni 2013
88
13. RK 23 Juni 2013
98
14. RK 30 Juni 2013
107
2
Pengantar
Rekan-rekan pengguna bahan SAH Yang dikasihi Kristus, Senang sekali
dapat menjumpai rekan-rekan sekalian dengan Bahan Khotbah Sumber Air
Hidup Sinode GKSBS semester ganjil (Januari-Juni) 2013.
Penulisan Bahan Khotbah kali ini diawali dengan lokakarya Bengkel
penulisan bagi para penulis dengan fasilitator Pdt. Yoel Indrasmoro dari GKJ
(Gereja Kristen Jawa). Dilajutkan dengan tugas menulis di rumah masingmasing, dan satu bulan kemudian bertemu untuk mempresentasikan hasil
tulisan dan perbaikan, sebelum akhirnya di edit dan diterbitkan. Rangkaian
panjang proses penulisan tersebut diharapkan menghasilkan tulisan lebih baik
dari tulisan edisi sebelumnya.
Bahan Khotbah, semester ganjil 2013 ini, disajikan dalam bentuk
Rancangan Khotbah dan dilengkapi dengan khotbah jadi. Contoh khotbah jadi
disajikan dengan maksud sebagai pembanding dari khotbah yang telah temanteman buat. Bukan untuk dibacakan langsung pada waktu khotbah. Karena
situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan
konteks yang teman-teman hadapi. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kualitas pengkhotbah, akan sangat baik bila para pengkhotbah berkenan
mempelajari lebih dahulu rancangan khotbah ini, membuat khotbahnya sendiri
dan membandingkannya dengan contoh khotbah jadi. Bila memungkinkan
dapat diadakan bersiapan bersama para pengkhotbah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis; Pdt. Lilik Priyo
Santoso (LPS), Pdt. Bambang Nugroho Hadi (BNH), Pdt. Sumardining Waluyo
(SW), Pdt. Prasetyanto Aji (PA), Pdt. Em. Slamet Raharjo (SR), Pdt. Yohanes
Fajar Handoyo (YFH), Pdt. Theofilus Agus Rohadi (TAR), Pdt. Kurniawan
Diwanto Wijaya (KDW), Pdt. Kristiawan Heru (KH), serta Pdt. Parningotan
Siagian (PS). Kiranya jerih lelah dan pelayanan saudara menjadi berkat bagi
banyak orang dan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan.
Akhir kata, kiranya Bahan Khotbah ini menjadi berkat bagi kita
sekalian. Selamat berkhotbah, Tuhan Yesus memberkati.
Salam & Doa
MPS GKSBS
3
RANCANGAN KOTBAH, 01 Januari 2013
Tahun Baru 2013, Warna Liturgi Putih
Bacaan: Bilangan 6: 22 – 27
Tema:
PENYERTAAN TUHAN MEMASUKI TAHUN BARU
Tujuan:
Jemaat meyakini penyertaan Tuhan untuk memasuki Tahun Baru.
PENJELASAN TEKS
Kitab Bilangan menceritakan sejarah bangsa Iarael selama kurang
lebih 40 tahun, sejak mereka meninggalkan gunung Sinai, sampai ke
perbatasan Timur Kanaan. Nama BILANGAN diambil dari peristiwa
sensus bangsa Israel. Sensus pertama dilaksanakan di Gunung Sinai
sebelum berangkat menuju Kanaan.
Urutan peristiwa yang dikisahkan dalam Kitab Bilangan adalah:
Dari Sinai Israel mengembara ke utara memasuki padang gurun Paran. Di
sana, para pengintai yang membawa pulang "kabar busuk" menimbulkan
pemberontakan dan bangsa itu tidak bersedia masuk ke Kanaan.
Akibatnya mereka menderita kekalahan di tangan bangsa kafir dan
disuruh mengembara kembali di padang gurun sepanjang tiga puluh
delapan tahun lagi. Pada akhir periode ini mereka pergi ke dataran Moab,
di sebelah timur Yordan, dan mengalahkan serta menduduki seluruh
wilayah Trans-Yordan di utara Sungai Arnon. Di sini mereka terjerumus
ke dalam dosa dengan para perempuan Moab dan Midian serta
menyembah dewa-dewa mereka. Israel, kini generasi baru, dihitung lagi,
dan atas perintah Allah mereka kemudian menghancurkan orang Midian
yang telah demikian mengusik mereka.
Dari pasal 20 hingga pasal 36 kitab ini membahas rangkaian
peristiwa pada tahun keempat puluh (Bil 36:13). Banyaknya hukum dan
peraturan menjadikan bagian ini memiliki banyak kesamaan dengan
Kitab Ulangan.
Kitab ini menceritakan bangsa Israel yang seringkali berkecil hati
dan takut menghadapi kesukaran-kesukaran. Mereka melanggar perintah
Allah dan tidak mau menurut kepada Musa yang ditunjuk Allah menjadi
4
pemimpin mereka. Kitb ini juga menceritakan kesetiaan dan ketekunan
Tuhan dalam memelihara bangsaNya, walaupun mereka terkadang tidak
taat. Juga menceritakan Musa yang terkadang kurang sabar, tetapi tetap
melayani Tuhan dan bangsa Israel dengan tabah.
Bilangan 6:22-27: Ucapan berkat Imam
Imam dalam arti kata yang lebih luas, seorang wakil manusia
dalam urusan-urusan mengenai Allah. Mula-mula bertindak sebagai
pembantu nabi Musa dalam jabatannya sebagai perantara, (Kel 24:5)
kemudian pekerjaan imamat diserahkan kepada suku Lewi, Bil 16:40
mengaku jabatan sebagai imam besar dianggap suatu kedudukan yang
paling istimewa dan penting dalam negara Yahudi.
Bil 6:22-27 menunjukkan tanggapan Allah yang pengasih kepada
umat-Nya jikalau mereka memelihara kesucian di tengah jemaat dan
mengungkapkan pengabdian dengan segenap hati sebagaimana terlihat
dalam nazar seorang Nazir (orang yang membaktikan diri untuk
pelayanan kepada Tuhan, kadang untuk sementara waktu, kadang untuk
seumur hidup. Ia tidak boleh memangkas rambutnya atau minum air
anggur ataupun menyentuh jenazah Bil 6:1-21).
Berkat. Dalam bahasa Ibrani berakha, sering dihubungkan
dengan karunia benda, biasanya material (Ul 11:26; Ams 10:22; 28:20;
Yes 19:24). Sering dipertentangkan dengan kutukan (Kej 27:12; Ul
11:26-28; 23:5; 28:2; 33:23) dan kadang-kadang dipakai dalam rumusan
kata-kata yang merupakan ‘pemberkatan’ (Kej 27:36,38,41; Ul 33:1).
Kata eulogia dalam PB juga dipakai dengan arti terakhir (Yak 3:10), tapi
ditambahkan arti karunia rohani yg didatangkan oleh Injil (Rom 15:29;
Ef 1:3) dan karunia material pada umumnya (Ibr 6:7; 12:17; 2 Kor 9:5,
kemewahan). "Memberkati" mengandung ide bahwa kehadiran, tindakan,
dan kasih Allah memasuki kehidupan dan lingkungan seseorang.
1. Berkat ini diperhadapkan di depan hamba-hamba Allah yang setia
sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh-Nya (Ul 11:26,27).
2. Berkat keimaman itu terdiri atas tiga bagian:
a. Pemberian berkat Allah dan perlindungan-Nya dari kuasa-kuasa
kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan kesejahteraan hidup
seseorang (Bil 6:24; bd. Mazm 71:1-6).
5
b. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati, kehendak baik, dan kasih
karunia Allah kepada umat-Nya (Bil 6:25) adalah berlawanan
dengan murka-Nya (bd. Mazm 27:1; 31:16; Ams 15:30; 16:14; Yes
57:17). Kasih karunia Allah ialah pengampunan, kasih, dan kuasa
penyelamatan-Nya.
c. Wajah Allah yang dihadapkan kepada mereka (Bil 6:26), yaitu
pemeliharaan dan pemberkatan mereka dengan sepenuh hati (bd.
Mzm 4:7-8; 33:18; 34:17). Yang dianugerahkan oleh Allah ialah
"damai sejahtera" (Bil.6:26); (Ibr.shalom) berarti tidak ada
kekurangan apa-apa dan menerima segala sesuatu yang diperlukan
untuk menjadikan hidup ini sungguh-sungguh hidup (bd. Mal 2:5),
termasuk harapan akan masa depan (Yer.29:11). Lawan dari
"damai sejahtera" bukan hanya ketiadaan keselarasan, tetapi
kejahatan dalam segala bentuk (bd. Rom 1:7; 1 Kor 1:3; 1Tes 5:23)
3. Berkat Allah atas umat-Nya akan menghasilkan keselamatan yang
memancar bagaikan obor penerang kepada semua bangsa (Mazm
67:1-7; 68:1; Mazm 133:3; Yeh 34:26)
Melindungi : (KBBI)
1. Menutupi supaya tidak terlihat atau tampak, tidak kena panas, angin,
atau udara dingin,
2. Menjaga; merawat; memelihara
3. Menyelamatkan (memberi pertolongan dsb) supaya terhindar dari
mara bahaya
Menyinari : (KBBI)
1. Memancarkan cahaya kepada; menerangi dengan cahaya; (dengan
obor dsb)
2. Memberi terang (keterbukaan dihati, kebenaran)
Wajah: melambangkan:
1. Keberadaan di hadirat atau di dalam jangkauan pandangan seseorang.
Sering mengacu kepada Allah. Kel 33:11; 1 Kor 13:12; Mzm 27:8;
67:1; 105:4; Hos. 7:2; Why. 22:4.
2. Tujuan atau sasaran atau sikap seseorang; artinya tergantung
konteksnya. Bil. 24:1; Ams. 7:13; Yer. 2:27; Dan. 9:3; Pkh. 8:1.
6
3. Kemurahan hati Allah. Yer 18:17; Bil 6:25; Mzm 17:15; 31:1,6; 67:1;
80:3,7,19; 119:135.
4. Perasaan atau emosi seseorang (yg nampak dari wajahnya). Kel 3:6; 2
Sam 2:22; Ayb 11:15; Mzm 69:7; Yeh 3:9.
KASIH KARUNIA/ ANUGERAH
I. Dalam PL
Kasih karunia dipakai sebagai terjemahan bh Ibrani khen. Kata ini
berarti perbuatan atasan (dapat juga Allah) yg menunjukkan kepada
bawahannya kasih karunia, padahal sebenarnya bawahan itu tidak layak
menerimanya: mis Kej 6:7; Kel 33:17; Bil 6:25. Memang, tiada manusia
yang dapat menunjukkan khen kepada Allah. PL menjelaskan, Allah
memilih Bapak-bapak leluhur Israel dan Israel juga, hanya atas dasar
kasih karunia-Nya. Sama sekali tidak ada jasa atau kebenaran dalam
mereka, yang dapat dianggap alasan bagi pemilihan itu, Ul 7:7-8, bnd Ul
8:18. Dalam membuat perjanjian Sinai, seperti dulu dalam membuat
perjanjian Abraham, prakarsa dari Allah datangnya. Nabi-nabi juga, yang
menekankan perlunya pertobatan, mengakui bahwa hati yang baru harus
diperoleh sebagai karunia dari Tuhan (Yeh 36:26; Yer 31:31-34), artinya,
berdasarkan kasih karunia-Nya.
II. Dalam PB
Kata Yunani kharis adalah kata yang biasa dipakai untuk
menerjemahkan kata Ibrani khen. Kata kerja kharizesthai dipakai untuk
menunjukkan arti pengampunan, dari manusia dan juga dari Allah (Kol
2:13; 3:13; Ef 4:32).
DAMAI SEJAHTERA
Pengertian dasar dari kata Ibrani shalom adalah sehat walafiat,
utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene pertama-tama berarti negatif
dalam tulisan klasik. Tapi melalui LXX (yg memakai kata itu untuk
menerjemahkan shalom), maka kata itu dalam PB mempunyai makna
shalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu
mempunyai anti yang sangat luas, nampak dari banyaknya
terjemahannya:
1. Selamat : Kej 43:27; Kel 4:13; Mr 5:34; Luk 7:50
7
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Persahabatan : Yos. 9:15
Jangan kuatir : Hak. 19:20
Damai : 1 Raj 5:12; Ibr 12:14
Kesejahteraan : Mzm. 122:7; Yer 28:7
Kemujuran : Mzm. 73:3
Tenteram : Mzm. 4:7
Keselamatan : Mzm. 85:9
Damai sejahtera : Yes. 48:18; 57:19; Luk. 1:79; 2:14; 10:5;
Yoh.14:27; 20:19; Kis. 10:36.
Dalam Alkitab, nama sering merupakan METAFORIS untuk
sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang, misalnya "di dalam
namaku "berarti" karena aku adalah". Demikian pula dengan nama-nama
Allah. Nama dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan atau
pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen.
Karena dunia sudah kacau akibat dosa manusia, dan karena
kesejahteraan datang hanya sebagai karunia Allah, maka pengharapan
akan datangnya Mesias membawa zaman kedamaian atau kesejahteraan
(Yes 2:2-4; 11:1-9; Hag 2:6-8), dan merupakan kedatangan Raja Damai
(Yes 9:6 dab; bnd Yer 33:15 dab; Yeh 34:23 dab; Mi 5:6; Za 9:9 dab).
PB menunjukkan penggenapan dari pengharapan ini. Dalam Kristus
damai sejahtera sudah datang (Luk 1:79; 2:14,29 dab). Dia-lah yang
mengaruniakannya (Mr 5:34; Luk 7:50; Yoh 20:19,21,26), dan muridmurid-Nya menjadi pembawanya (Luk. 10:5 dab; Kis. 10:36).
KONTEKS MASA KINI
1. Tahun Baru menjadi kesempatan untuk membaharui sisi-sisi
kehidupan yang kurang tepat, misalnya, meninggalkan kebiasaan
buruk: merokok, minuman keras, begadang, dll.
2. Tahun baru juga bisa menjadi momen untuk memulai/merubah halhal menjadi baru: usaha baru, semangat baru dalam melayani,
membaharui hubungan dengan sesama, dll.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pendahuluan
a. Sampaikan cerita berbagai kegiatan menyambut Tahun Baru.
8
b. Sampaikan beberapa pertanyaan tentang Tahun Baru.
c. Sampaikan ucapan selamat tahun Baru tanggal 1 Januari 2013
.
2. Isi
a. Tuhan berkenan memberkati umat Israel
b. Memasuki Tahun Baru 2013 dengan optimis, karena Tuhan masih
berkenan memberkati umat manusia.
c. Penjelasan Berkat imam (24-26)
d. Berkat-Nya dinyatakan kepada umat yang sungguh-sungguh
menyembah ‘hanya’ Tuhan saja.
3. Penutup
Ajakan memasuki Tahun baru dengan penuh keyakinan akan
penyertaan Tuhan. Mohon pertolongan Tuhan untuk hal-hal yang
perlu diubah, ditanggalkan, harapan serta yang perlu dibaharui.
Daftar Ayat dan Nyanyian:
1. BA
Filipi 2 : 5-8
2. Persembahan
Mazmur 57 : 10-12
3. Nyanyian
KJ 242
4. Nyanyian
PKJ 242
5. Nyanyian
PKJ 128
6. Nyanyian
KJ 375
7. Nyanyian
KJ 450
8. Nyanyian
KJ 407
***
Contoh Kotbah Jadi
Meyakini Penyertaan Tuhan
Memasuki Tahun Baru
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
9
Hari ini kita bersama memasuki Tahun Baru 2013. Semalam
sampai pagi, masih jelas dalam ingatan kita berbagai kegiatan
masyarakat dalam menyambut Tahun Baru. Terompet, kembang api, juga
ibadah-ibadah yang dilaksanakan dalam meninggalkan tahun 2012 dan
menyongsong tahun baru 2013. Cukup meriah menyambut 1 Januari ini.
Kepada Saudara-saudara yang lahir tepat tanggal 1 Januari, kami
ucapkan Selamat Ulang Tahun.
Pertanyaan bagi kita sekalian, apa saja hal-hal yang penting bagi
kita memasuki tahun ini? Hal-hal apa yang perlu kita tanggalkan di
tahun 2013 ini? Harapan-harapan apa yang mau kita raih tahun ini?
Bacaan firman Tuhan saat ini sering disebut Ucapan Berkat
Imam. Bil 6:22-27 menunjukkan tanggapan Allah yang pengasih kepada
umat-Nya jikalau mereka memelihara kesucian di tengah jemaat dan
mengungkapkan pengabdian dengan segenap hati sebagaimana terlihat
dalam nazar seorang Nazir (=Orang yang membaktikan diri untuk
pelayanan kepada Tuhan, kadang-kadang untuk sementara waktu,
kadang-kadang untuk seumur hidup)
Perintah Tuhan disampaikan di padang gurun Sinai, ketika Israel
bersiap-siap untuk memasuki tanah Kanaan. “Memberkati” mengandung
ide bahwa kehadiran, tindakan, dan kasih Allah memasuki kehidupan dan
lingkungan seseorang.
1. Berkat ini diperhadapkan di depan hamba-hamba Allah yang setia
sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh-Nya (Ul 11:26,27).
2. Berkat (Ibrani berakha) keimaman itu terdiri atas tiga bagian:
a. Pemberian berkat Allah dan perlindungan-Nya dari kuasa-kuasa
kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan kesejahteraan hidup
seseorang.
b. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati, kehendak baik, dan kasih
karunia Allah kepada umat-Nya (Bil 6:25) adalah berlawanan
dengan murka-Nya Kasih karunia Allah ialah pengampunan, kasih,
dan kuasa penyelamatan-Nya.
c. Wajah Allah yang dihadapkan kepada mereka (Bil 6:26), yaitu
pemeliharaan dan pemberkatan mereka dengan sepenuh hati (bd.
Mzm. 4:7-8; 33:18; 34:17). Yang dianugerahkan oleh Allah ialah
“damai sejahtera”/Ibr. Shalom : berarti tidak ada kekurangan apaapa dan menerima segala sesuatu yang diperlukan untuk
10
menjadikan hidup ini sungguh-sungguh hidup (bd. Mal. 2:5),
termasuk harapan akan masa depan (Yer. 29:11). Lawan dari
“damai sejahtera” bukan hanya ketiadaan keselarasan, tetapi
kejahatan dalam segala bentuk.
3. Berkat Allah atas umat-Nya akan menghasilkan keselamatan yang
memancar bagaikan obor penerang kepada semua bangsa (Mzm. 67:17; 68:1; Mzm. 133:3; Yeh 34:26)
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Hari ini, kita mengawali memasuki Tahun Baru 2013. Sebagian
manusia sibuk untuk memahami tahun ini tahun apa? Tren pakaian
seperti apa? Bagaimana tahun ini ramalan untuk dirinya? Mereka
kemudian mengkaitkan dengan usaha apa yang membawa keberhasilan
di tahun ini, lalu sibuk mencari ‘penolong’ supaya berhasil. Ada yang
semakin optimis, tetapi ada yang pesimis, nglokro, semplah untuk
memasuki tahun ini. Bagaimana kita sebagai umat Tuhan?
Kita tidak perlu sibuk mencari ‘penolong’. Situasi, trend pakaian,
keinginan, atau jaman bisa berubah. Tetapi Tuhan tetap sama, kemarin,
hari ini, dan sampai selama-lamanya. Tuhan masih berkenan mengasihi
dunia ini.
Sebagaimana ketenangan, ayem tentremnya bangsa Israel ketika
hidup mereka diberkati Tuhan. Hal ini juga Tuhan berkenan nyatakan
dalam kehidupan kita. Memasuki Tahun Baru ini dalam keyakinan akan
berkat Tuhan yang menyertai kehidupan kita. Berkat dan perlindunganNya dari kuasa-kuasa kejahatan dan segala sesuatu yang merugikan
kesejahteraan hidup kita. Sinar wajah Tuhan, yaitu kebaikan hati,
kehendak baik, dan kasih karunia Allah kepada umat-Nya Kasih karunia
Allah, yaitu pengampunan, kasih, dan kuasa penyelamatan-Nya. Wajah
Allah yang dihadapkan kepada kita, yaitu pemeliharaan dan pemberkatan
dengan sepenuh hati. Semuanya Tuhan berkenan nyatakan dalam
kehidupan kita. Bahkan selalu dibaharui tiap ibadah-ibadah yang kita
ikuti. Kurang apa lagi ??.... semua Tuhan sediakan.
Puji nama Tuhan, karena siapa kita ini kok Tuhan berkenan
mengasihi demikian luar biasa…. Tuhan masih berkenan menyatakan
berkatNya atas kita. Oleh karena itu, marilah dengan selalu bersyukur
kepada Tuhan, kita memasuki Tahun Baru ini dengan semakin setia
11
hidup di dalam Tuhan. Hidup damai sejahtera, keberhasilan,
keselamatan, akan selalu menyertai setiap orang yang siap sedia diberkati
Tuhan, yaitu mereka yang dengan tulus dan sungguh-sungguh setia
menyembah kepada Tuhan (Ul. 11:27).
Kebiasaan, pola hidup, kesenangan yang mau kita tanggalkan di
tahun baru ini, catat dan sampaikan kepada Tuhan, mohon pertolongan
Tuhan memampukan kita melakukan hal itu. Harapan, cita-cita,
keinginan kita tahun ini, juga nyatakan kepada Tuhan. Tuhan masih
berkenan mendengar, menolong, dan memberkati umatNya.
Selamat Tahun Baru, Tuhan memberkati selalu. Amin. (LPS)
***
RANCANGAN KOTBAH, 6 Januari 2013
Minggu Epifania I, Warna Liturgi Putih
Bacaan: Lukas 3:15-17, 21-22
MENELADAN KERENDAHATIAN DAN KETAATAN
YOHANES PEMBAPTIS SERTA YESUS
12
Tujuan
1. Jemaat dapat dikuatkan keyakinannya bahwa Tuhan Yesus adalah
Anak Allah Yang Berkuasa.
2. Jemaat dapat meneladani Yohanes Pembaptis dan Yesus yang
rendah hati.
PENJELASAN TEKS
Perikop ini dilatarbelakangi kisah tampilnya Yohanes Pembaptis
berjalan ke daerah-daerah sekitar sungai Yordan sambil menyerukan
pertobatan; “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan
mengampuni dosamu!”
Tampilnya Yohanes Pembaptis disambut dengan antusias oleh
orang orang Yahudi di sekitar Sungai Yordan. Pengharapan yang kuat
dari orang-orang Yahudi akan datangnya Mesias dibangkitkan dengan
tampilnya Yohanes Pembaptis ke seluruh daerah sekitar Sungai Yordan
dan menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan
mengampuni dosamu” (Lukas 3:3). Maka berbondong-bondonglah orang
datang kepada Yohanes. Yohanes mengajarkan tentang pentingnya
menghasilkan buah-buah pertobatan. Bukan hanya dengan kata tapi juga
dengan perbuatan. Yohanes memberikan contoh praktisnya dalam sikap
berbagi, melakukan kejujuran, menghindarkan diri dari sikap memeras
atau korupsi, tidak mementingkan diri sendiri dan berusaha
mencukupkan diri dengan pendapatan/ gaji yang diterima (Luk 3: 10-14).
Karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya
bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
maka Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “ Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku
akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:15-16).
Dengan keterangan ini, Yohanes Pembaptis memperkenalkan Mesias
sebagai Sang Pembaptis yang lebih berkuasa daripada dirinya. Mesias
adalah Pembaptis yang tak tertandingi. Mesias akan membaptis dengan
Roh Kudus dan dengan api. Nubuatan Yohanes ini segera digenapi
tatkala Yesus menjalani baptisan. Saat Yesus sedang dibaptis dan sedang
berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung
13
merpati ke atasNya. Dan terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak
yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan! (ay 21-22)” Dan Yohanes
Pembaptis mengakui bahwa dirinya sekedar pelayan-Nya. Nyata benar
kerendahhatian sang nabi. Ia tak mau mengambil kemuliaan yang
selayaknya diberikan kepada Mesias. Maka, orang banyak itu memberi
diri mereka dibaptis sebagai tanda pertobatan. Mereka menyesali dosadosa mereka dan menerima perdamaian dengan Allah.
Diantara orang banyak yang dibaptiskan itu, hadir juga Yesus
Kristus meminta diriNya dibaptiskan. Maka Yesus pun dibaptis di sungai
Yordan. Mengapa Yesus harus dibaptis? Mengapa Yohanes bersedia
membaptis Yesus Sang Mesias yang dilayaninya? Lukas
mengesampingkan pergumulan Yohanes Pembaptis ini, demikian pula
penulis injil Markus dan penulis injil Yohanes. Hanya Injil Matius yang
mencatat bagaimana Yohanes Pembaptis ragu dan mencegah Yesus dan
berkata, “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau datang
kepadaku?” Dan Yesus menjawab dia, kataNya,”biarlah hal itu terjadi,
karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak
Allah” (Matius 3:14-15).
Yesus memberi diriNya dibaptis karena kerendahhatian yang
dimilikiNya. Ia dibaptiskan karena ketaatanNya yang total pada
kehendak BapaNya. Dan untuk menggenapkan rencana Allah, Yesus
Sang Pembaptis yang lebih berkuasa menerima baptisan Yohanes,
pelayanNya.
KONTEKS MASA KINI
1. Ada sebagian orang yang memiliki jabatan atau memiliki kuasa
dengan tidak mengedepankan sikap kerendahhatian. Meskipun
mereka menyebut diri mereka sebagai abdi masyarakat tetapi tindaktanduk mereka tidak mencerminkan sikap sebagai abdi/pelayan bagi
masyarakat. Jabatan atau kuasa yang dimiliki dipandang bukan
sebagai “amanah” tetapi sebagai kesempatan/peluang untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar, mendapatkan rasa hormat
dari masyarakat atau ditakuti masyarakat.
14
2. Warga masyarakat di berbagai tempat dibuat takut dan was-was oleh
berbagai tindak kejahatan pembegalan, pencurian dengan pemberatan
(curat), pencurian dengan kekerasan (curas). Pada pihak lain, pelaku
kejahatan banyak yang tidak tertangkap dan yang tertangkap pun
tidak jera sesudah mendapat hukuman penjara. Tidak adanya
pertobatan dalam LP membuat masyarakat bertanya-tanya tentang
efektivitas peradilan dan LP.
3. Adalah penting untuk menghubungkan pekerjaan kita sehari-hari
dengan anugerah Allah. Pekerjaan juga mengandung mandat yang
harus dipahami dan ditunaikan. Kita patut meneladani Yohanes
Pembaptis dan Yesus Kristus yang menghubungkan keberadaan dan
pekerjaan mereka dengan kehendak Allah yang harus diselesaikan.
Bagi Yesus Kristus, kehendak Allah menjadi prioritas untuk
dikerjakan. Yesus, Anak Allah dibaptis memenuhi kehendak Allah
dan Allah berkenan, sebagaimana firmanNya, “Engkaulah Anak yang
Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Luk. 3:22).
4. Mengupayakan hidup yang dikenan Allah sekaligus dikenan manusia
dalam sejarah kehidupan kita kadang kala tidak dapat dilakukan
bersamaan. Kadang kita harus memilih. Pengikut Kristus harus
mendahulukan
mengerjakan
kehendak
Allah
meskipun
mengesampingkan kehendak pribadi, keluarga dan orang lain.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi
mengenai Raja Hamengku Buwono IX yang sering menyamar
menjadi rakyat jelata dan berbaur dengan rakyat.
2. Utarakan konteks teks (Penjelasan teks), tekankan bahwa Tuhan
Yesus juga bersedia menanggalkan kemuliaanNya sebagai ALLAH
dan menjadi manusia yang rendah hati dan taat kepada Allah Bapa.
3. Ceritakan sejelas-jelasnya tentang pentingnya pertobatan untuk
menyongsong kerajaan Allah. Jelaskan juga meskipun Yohanes
Pembaptis dikira oleh orang banyak bahwa dirinya Mesias, ia
sebenarnya bisa saja mengaku-ngaku, tapi ia tidak mau karena
sifatnya yang rendah hati dan taat kepada Allah.
4. Kisahkan tentang kerendahhatian Yesus yang meminta diriNya
dibaptis oleh Yohanes. Sesungguhnya Yesus tidak harus melakukan
15
pertobatan, karena dia tidak berdosa tetapi bersedia dianggap berdosa
dan meminta baptisan tanda pertobatan.
5. Tekankan dalam kotbah Saudara, bahwa sebagai pengikut Yesus
Kristus, kita harus mendahulukan mengerjakan kehendak Allah.
Yesus Kristus mengajarkan melalui hidupNya bahwa Dia telah turun
dari sorga bukan untuk melakukan kehendakNya sendiri tetapi
melakukan kehendak BapaNya (Bdk Matius 3:14-15, Yohanes 6:38).
Hubungkan kotbah Saudara dengan konteks masa kini.
6. Tutup kotbah Saudara dengan dorongan motivasional, bahwa kita
diutus untuk meneladani Yesus,… siapapun kita harus memiliki sikap
rendah hati di hadapan sesama dan taat kepada Allah.
DAFTAR AYAT DAN NYANYIAN
Nas Pembimbing
: Mazmur 26:1-3
Berita Anugerah
: Efesus 2:8-10
Ayat Persembahan : II Korintus 8: 12-15
Nyanyian:
1. PKJ 13:1-3
2. PKJ 129 :1-3 / PKJ 251:1-2
3. PKJ 126:1-3
4. PKJ 123 /PKJ 230:1-4
5. PKJ 146:1-3
6. PKJ 182:1-2
***
Contoh Kotbah Jadi
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ada lagu semasa kita
di Sekolah Minggu : “Dia harus smakin bertambah, ku harus smakin
berkurang..... nama Yesus saja disembah.... ku di tempat paling blakang....
Bila Yesus ditinggikan, dan salibNya dibritakan... pasti kan menarik semua
orang, datang kepadaNya skarang.
Saudara-saudariku, lagu ini mengajarkan tentang sifat rendah hati,
bersedia mengesampingkan pujian dan hormat bagi diri sendiri dan
16
memberikan pujian dan hormat kepada Tuhan. Lagu ini isinya sangat indah.
Sederhana tapi indah. Syairnya juga menggambarkan kerinduan untuk
meninggikan Yesus, memberitakan kuasa penebusan melalui salib Kristus
dan keyakinan kuat bahwa melaluinya semakin banyak orang yang
menyadari kebutuhan akan keselamatan jiwanya dan kemudian datang
kepada Tuhan..... Luar biasa.
Saudara-saudariku, perikop ini dilatarbelakangi kisah tampilnya
Yohanes Pembaptis berjalan ke daerah-daerah sekitar sungai Yordan sambil
menyerukan pertobatan; “bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah
akan mengampuni dosamu !”
Tampilnya Yohanes Pembaptis disambut dengan antusias oleh orang orang
Yahudi di sekitar Sungai Yordan. Apalagi masyarakat Yahudi sudah lama
merasakan penderitaan hidup sebagai bangsa yang tidak merdeka. Pajakpajak begitu tinggi, tidak ada kebanggaan sebagai warga negara, kegiatankegiatan dibatasi, sungguh situasi sosial politik yang tidak menyenangkan.
Mendengar ada seorang Nabi tampil di tengah-tengah mereka, muncul
secercah harapan. Maka berbondong-bondonglah orang datang kepada
Yohanes. Yohanes mengajarkan tentang pentingnya menghasilkan buahbuah pertobatan. Bukan hanya dengan kata tapi juga dengan perbuatan.
Yohanes memberikan contoh praktisnya dalam sikap berbagi, melakukan
kejujuran, menghindarkan diri dari sikap memeras atau korupsi, tidak
mementingkan diri sendiri dan berusaha mencukupkan diri dengan
pendapatan/ gaji yang diterima (Luk 3: 10-14).
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus....
Karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya
bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
maka Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan
datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis
kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:15-16). Dengan
keterangan ini, Yohanes Pembaptis memperkenalkan Mesias sebagai Sang
Pembaptis yang lebih berkuasa daripada dirinya. Mesias adalah Pembaptis
yang tak tertandingi. Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus dan
dengan api. Nubuatan Yohanes ini segera digenapi tatkala Yesus menjalani
baptisan. Saat Yesus sedang dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasNya. Dan
17
terdengarlah suara dari langit, “Engkaulah Anak yang Kukasihi,
kepadaMulah Aku berkenan! (ay 21-22)” Dan Yohanes Pembaptis
mengakui bahwa dirinya sekedar pelayanNya. Nyata benar kerendahhatian
sang nabi. Ia tak mau mengambil kemuliaan yang selayaknya diberikan
kepada Mesias. Maka, orang banyak itu memberi diri mereka dibaptis
sebagai tanda pertobatan. Mereka menyesali dosa-dosa mereka dan
menerima perdamaian dengan Allah. Bila pelayan Mesias saja sudah sehebat
ini, apalagi Mesias yang dilayaninya. Mereka memberi diri dibaptis dan
menunggu Mesias yang segera akan datang.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, diantara orang banyak
yang dibaptiskan itu, hadir juga Yesus Kristus meminta diriNya dibaptiskan.
Maka Yesus pun dibaptis di sungai Yordan. Mengapa Yesus harus dibaptis?
Mengapa Yohanes bersedia membaptis Yesus Sang Mesias yang
dilayaninya? Lukas mengesampingkan pergumulan Yohanes Pembaptis ini,
demikian pula penulis injil Markus dan penulis injil Yohanes. Hanya Injil
Matius yang mencatat bagaimana Yohanes Pembaptis ragu dan mencegah
Yesus dan berkata, “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau datang
kepadaku?” Dan Yesus menjawab dia, kataNya,”biarlah hal itu terjadi,
karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah”
(Matius 3:14-15).
Yesus dibaptiskan karena Ia mau menggenapkan seluruh kehendak
Allah. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita harus mendahulukan
mengerjakan kehendak Allah. Yesus Kristus mengajarkan melalui hidupNya
bahwa Dia telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakNya
sendiri tetapi melakukan kehendak BapaNya (Bdk. Matius 3:14-15, Yohanes
6:38). Apakah kehendak Allah Bapa terhadap kita? Kita harus menjawab
pertanyaan ini secara pribadi. Allah menghendaki agar kita ambil bagian
dalam karya penyelamatan yang Allah lakukan, sebagaimana Tuhan Yesus
telah kerjakan. Menjadi Kristen berarti ikut ambil bagian mengerjakan
pekerjaan yang Kristus kerjakan. Tuhan Yesus Kristus mengerjakan karya
keselamatan bagi dunia. PengikutNya sesuai talenta mereka, juga harus
memberitakan karya keselamatan yang Yesus telah kerjakan kepada semua
orang.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Yesus memberi
diriNya dibaptis karena Ia memiliki sikap yang rendah hati. Yesus dibaptis
18
dengan baptisan pertobatan. Sesungguhnya Yesus tidak harus melakukan
pertobatan, karena Ia tidak berdosa tetapi bersedia dianggap berdosa dan
meminta baptisan tanda pertobatan. Yesus sungguh pribadi yang rendah
hati.
Dalam kehidupan kita, ada sebagian orang yang memiliki
jabatan atau memiliki kuasa dengan tidak mengedepankan sikap rendah hati.
Meskipun mereka menyebut diri mereka sebagai abdi masyarakat tetapi
tindak-tanduk mereka tidak mencerminkan sikap sebagai abdi/ pelayan bagi
masyarakat. Jabatan atau kuasa yang dimiliki dipandang bukan sebagai
“amanah” tetapi sebagai kesempatan/ peluang untuk memperoleh
pendapatan yang lebih besar, mendapatkan rasa hormat dari masyarakat
atau ditakuti masyarakat. Banyak orang, termasuk pejabat pemerintah/
pejabat gerejawi lebih ingin dilayani daripada melayani.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, begitu penting untuk
menghubungkan pekerjaan kita sehari-hari dengan anugerah Allah.
Pekerjaan juga mengandung mandat yang harus dipahami dan ditunaikan.
Kita patut meneladan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus yang
menghubungkan keberadaan dan pekerjaan mereka dengan kehendak Allah
yang harus diselesaikan. Bagi Yesus Kristus, kehendak Allah menjadi
prioritas untuk dikerjakan. Yesus, Anak Allah dibaptis memenuhi kehendak
Allah dan Allah berkenan, sebagaimana firmanNya, “Engkaulah Anak yang
Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Luk 3:22).
Saudara-saudariku di dalam tuhan Yesus Kristus, kita diutus untuk
meneladan Yesus,… siapapun kita hendaknya kita memiliki sikap rendah
hati di hadapan sesama dan taat kepada Allah. Tuhan memberkati. Amin.
(BNH)
RANCANGAN KOTBAH 13 Januari 2013
Minggu Epifania II, warna liturgi Hijau
Bacaan: Mazmur 36: 5-10
Thema:
BERDOA DAN BERSYUKUR KARENA KASIH TUHAN
Tujuan:
1. Jemaat dapat memahami tentang kasih Tuhan yang menyelamatkan.
19
2. Jemaat dapat dan mampu mengungkapkan doa dan syukur karena
kasih-Nya.
PENJELASAN TENTANG KITAB MAZMUR
Kitab Mazmur berisi pengalaman religius yang demikian
beragam. Mazmur juga mengisahkan pengalaman iman bangsa Israel
dimana Israel mengetahui kebenaran penyataan ilahi dari
pengalamannya. Pemahaman Israel tentang masa lalu dipadukan dengan
penyembahan kepada Alllah secara pribadi maupun bersama
diungkapkan. Pengalaman pribadi disini dikaitkan dengan kehidupan
bersama bangsa Israel. Oleh karena itu, dalam Kitab Mazmur ada
berbagai pengalaman rohani manusia dalam banyak periode sejarah dan
dalam berbagai situasi kehidupan. Setiap orang didorong oleh
keinginannya untuk memberikan tanggapan kepada Allah yang hidup.
Sehingga mereka menerapkan dalam kehidupan hari demi hari. Mereka
semua dipersatukan oleh keinginan hati mereka untuk menanggapi
dengan memakai perasaan terdalam mereka. Setiap jenis pengalaman
religius tercermin di dalam ujian hidup sehari-hari dan diterapkan ke
dalam hidup orang percaya masa kini.
Istilah "Mazmur" dalam bahasa Ibrani disebut dengan nama
Tehillîm, yang artinya "puji-pujian." Di dalam sastra para rabi istilah ini
kemudian diambil alih menjadi Séper Tehillîm yang artinya "Kitab Pujipujian." Akar kata dari istilah Ibrani dan Yunani itu berarti memainkan
alat musik. Seiring dengan waktu istilah tersebut menjadi berarti
bernyanyi dengan iringan alat musik, sebuah ciri dalam ibadah Israel
yang dipopulerkan dengan menyanyikan lagu-lagu kaum Lewi. Banyak
Mazmur memberikan bukti bahwa Mazmur tersebut dipakai oleh paduan
suara dan para peserta ibadah sebagai lagu pujian sedangkan yang lain
tidak demikian. Didalam LXX( baca :Septuaginta) dipakai istilah
Psalmoi, untuk kumpulan kidung ini. Salah satu naskah Alkitab yang
utama, Codex Alexandria, menambahkan sebutan "Pemazmur" dengan
memakai istilah Yunani Psalterion. Dalam mazmur ada berbagai topik
yang tercantum didalamnya jika didaftarkan, lima pokok utama dapat
dikenali:
1. Kesadaran akan kehadiran Allah.
2. Pengakuan akan perlunya mengucap syukur.
20
3. Persekutuan pribadi dengan Allah.
4. Mengingat peranan Allah dalam sejarah.
5. Perasaan dibebaskan dari musuh.
PENJELASAN TEKS:
Ayat 5, menjelaskan, orang fasik tidak membenci kejahatan.
Kejahatan orang fasik diwujudkan dalam hati maupun dalam perbuatan
oleh karena rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang fasik (ay 2).
Kejahatan selalu dirancangkan dengan segala tipu daya. Apa yang jahat
tidak ditolaknya.
Ayat 6-7: Ayat ini mengawali pujian akan kasih Tuhan bagi
seluruh dunia, dengan meyebut berbagai unsur, yakni langit, tanah(
gunung), dan laut. Dan menjelaskan bagaimana Allah tetap mengasihi
dan menyelamatkan manusia dan alam semesta serta isinya.
Pemeliharaan-Nya tidak hanya kepada manusia. Allah panjang sabar
dan berlimpah kasih setia. Hal inilah sifat Allah yang penuh kasih. Sifat
yang penuh kasih ini dinyatakan dalam pemeliharaan Allah atas alam
ciptaan.
Ayat 8-9: Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana Allah
menyatakan kasih setia-Nya dan memelihara semua ciptaan”.
Pemeliharaan Allah ini terbukti secara universal baik kepada manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan segenap isi dunia. Pemeliharaan tidak
akan berkesudahan dan ini bersifat terus-menerus karena Allah yang
penuh kasih. Pemazmur menggambarkan tentang perlindungan Tuhan
kepada umat-Nya bahwa anak-anak manusia berlindung dalam sayapNya. Sebuah gambaran bahwa Allah dikenal dalam bait Allah sebagai
“rumah Allah” atau menggunakan sebagai lambang perlindungan.
Karena itu pemazmur bersujud untuk menunjukkan kesetiaannya kepada
Tuhan.
Ayat 10, “. menjelaskan bahwa Allah adalah sumber kehidupan,
dan penghidupan bagi setiap mahkluk. Pemeliharaan dan perlindungan
Tuhan dinyatakan ketika semua Allah memberikan terang kepada semua
mahkluk. Karena Allah itu terang itu sendiri. Walaupun dunia didalam
kegelapan atau dosa namun, ketika datang kepada Allah Sang terang itu
maka semua mahkluk akan mendapatkan terang. Karena didalam terang
itu ada kehidupan.
21
KONTEKS MASA KINI
 Kehidupan dalam dunia sehari-hari ada banyak orang yang
menghargai kasih Tuhan yang menyelamatkan dunia ini. Kadang
kasih Tuhan dipahami hanya untuk manusia. Tetapi ternyata kasih
Tuhan adalah untuk semua ciptaan-Nya.
 Kondisi di masyarakat dan lingkungan kita terkadang ada yang
kurang mengasihi, baik dengan sesama maupun dengan semua
ciptaan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH;
1. Pendahuluan:
Pengkhotbah dapat menyampaikan: Andai saja tidak ada matahari,
bulan, bintang dan alat penerang (Lampu penerang, lilin) sungguh
kegelapan akan menyelimuti bumi ini. Allah sungguh penuh kasih,
kasih-Nya meliputi semua ciptaan.
2. Isi:
Pertama, pentingnya Kasih Tuhan.
Kedua, pentingnya perlindungan dan bimbingan Tuhan.
Ketiga, Pentingnya pemeliharaan Tuhan.
Keempat, menyatakan wujud kasihTuhan kepada Allah, sesama dan
segenap ciptaan, dalam doa dan syukur kepada Tuhan.
3. Penutup.
Pengkhotbah memotivasi jemaat agar hidupnya terus-menerus
mengungkapkan doa dan syukur karena kasih Tuhan.
DAFTAR AYAT DAN NYANYIAN
1. Nats Pembimbing
: Mazmur 5: 8-9
2. Berita Anugerah
: I Yohanes 1: 8-9
3. Persembahan
: Mazmur 4: 6
4. PKJ: 2
5. PKJ: 55
6. PKJ : 128
7. PKJ : 149
8. PKJ : 282
22
Contoh kotbah jadi
BERDOA DAN BERSYUKUR
KARENA KASIH TUHAN
Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Tuhan yesus Kristus,
Patutlah kiranya jika puji dan sembah kita naikkan kepada Tuhan,
jika pada saat ini, kita masih diperkenankan Tuhan untuk hadir datang
beribadah kepada Tuhan dalam kasih dan kesetiaaNya. Kita masih
menikmati indahnya kehidupan yang Allah berikan bagi kita. Kasih
Tuhan bisa kita rasakan dimana Ia memberikan kesehatan, kekuatan,
pertolongan. Kita bisa menikmati udara yang segar, kita bisa melihat
segala ciptaan, itu semua karena kasih Tuhan yang dianugerahkan-Nya
bagi kita. Oleh karena itu bersyukurlah kepada-Nya karena Ia sungguh
baik. Ia mengasihi kita dan segenap ciptaan.
Jemaat Tuhan yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga
tidak ada bulan dan bintang-bintang dimalam hari, sungguh kegelapan
akan menyilimuti bumi ini. Tuhan tahu benar, tak ada gunanya
menciptakan manusia dan mahluk-maklhuk lain apabila bumi masih
diliputi dengan kegelapan. Terang diciptakan terlebih dahulu sebelum Ia
menciptakan yang lainnya. Oleh karena kasih setia Tuhan kepada dunia
dan seluruh ciptaan. Bagaimanakah kita melihat Kasih Tuhan?
Jemaat Tuhan Yesus kristus yang terkasih,
Pemazmur mengungkapkan: “Betapa berharganya kasih setiaMu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayapMu”. Ini Menjelaskan tentang betapa besar dan berharga Kasih Tuhan
kepada dunia ini yaitu seluruh alam semesta dan segenap ciptaan-Nya.
Bagaimana Allah tetap mengasihi dan menyelamatkan manusia dan alam
semesta dan seisinya? Allah panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Hal
inilah sifat Allah yang penuh kasih. Sifat yang penuh kasih ini dinyatakan
dalam pemeliharaan-Nya bagi segenap ciptaan. Pemeliharaan Allah ini
23
terbukti secara universal baik kepada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
dan segenap isi dunia. Pemeliharaan tidak akan berkesudahan dan ini
bersifat terus-menerus karena Allah yang penuh kasih.
Jemaat Tuhan Yesus Kristus yang terkasih,
Apakah buktinya Tuhan penuh kasih? Memang manusia yang
hanya berasal dari debu tanah dan manusia kecenderungan hatinya berbuat
dosa. Dosa yang dilakukan manusia terwujud dalam hati, ucapan dan
perbuatannya yang selalu melanggar perintah Allah (ay 2-5). Namun
Tuhan itu Maha Pengampun, Ia mengampuni segala dosa-dosa manusia
termasuk kita. Tuhan menerima apa adanya kehidupan kita yang berdosa.
Kata pemazmur “ Ya Tuhan kasih-Mu sampai kelangit, setiamu sampai ke
awan”. Ini ingin menunjukan betapa kasih Tuhan itu sangat tinggi dan
kesetiaan Tuhan itu tidak ada batasnya bagi semua mahkluk.
Jemaat Tuhan yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus,
Bukti Tuhan mengasihi kita juga bisa dirasakan dan kita kecap
setiap hari, ketika Tuhan memelihara hidup kita. Tuhan mengerti setiap
kebutuhan kita, Dia lebih mengerti apa yang dibutuhkan oleh manusia dan
segala makhluk. Kita diberikan rezeki berupa makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal untuk berteduh. Tuhan telah mencukupkan segala
kebutuhan kita. Ini juga membuktikan kasih-Nya kepada kita. Inilah
pengalaman iman yang dirasakan Pemazmur ini menyadarkan Pemazmur
bahwa TUHAN adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia.
Kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Tanpa kehadiran Tuhan
tidak akan hidup, karena hidup ini hanyalah sebagai anugerah Tuhan .
Bukti Tuhan penuh kasih juga dapat kita alami bahwa Tuhan
melindungi hidup kita. Ketika kita tidur pada malam hari, pastilah kita
tidak akan mengerti apa yang akan terjadi dalam keadaan tidur. Namun
kita bisa merasakan, melihat, mengecap kasih Tuhan dalam perlindunganNya, ketika kita bangun ternyata Tuhan menyelamatkan karena Tuhan
telah menjaga ketika kita tidur. Ini membuktikan betapa kasih Tuhan
sangat dalam kepada kita.
Masih banyak kasih Tuhan yang dapat kita rasakan dalam
kehidupan ini. Seperti, kita bisa mempunyai tanah, pekerjaan, pasangan
24
hidup, anak, cucu, dll. Jika kita akan hitung berkat dan kasih Tuhan sangat
banyak. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Jemaat Tuhan Yesus Kristus yang terkasih,
Apakah yang harus kita perbuat untuk menghargai kasih Tuhan?
Sebagai mahkluk yang telah merasakan kasih Tuhan, pemazmur
menghayati mengalaman religiusnya dengan mengungkapkan “agar Tuhan
melanjutkan kasih-Nya”. Ini adalah sebuah doa dan ungkapan syukur
pemazmur agar Tuhan terus melanjutkan kasihNya yang tiada bertepi dan
berkesudahan bagi segenap mahkluk-Nya. Hal ini juga sebagai ungkapan
doa dan syukur kita mengingat bahwa Tuhan Allah penuh kasih
memberikan keselamatan, perlindungan, pertolongan, dalam hidup kita.
Semoga kita akan tekun dalam menaikan doa dan syukur kepada Tuhan.
Kiranya Tuhan menolong kita. Amin. (SW).
***
RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 20 Januari 2013
Minggu Epifania III, warna Hijau
Bacaan: I Korintus 12: 12-31
Thema:
SINERGI KEPELBAGAIAN
UNTUK MELAKSANAKAN MISI TUHAN
Tujuan
25
1. Jemaat dapat menyadari bahwa kepelbagaian dalam dunia umumnya
dan dalam gereja khususnya merupakan anugerah Tuhan.
2. Jemaat dapat mensyukuri kepelbagaian yang ada.
3. Jemaat dapat menyinergikan kepelbagaian yang ada untuk
melaksanakan misi Tuhan.
PENJELASAN TEKS
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal
merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman
Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini,
Korintus menjadi kota yang hebat secara intelek, kaya secara materi,
namun sayangnya ditengarai bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini seperti perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1 Korintus 16: 19) dan
rombongan rasulinya sendiri (Kis. 18: 5). Paulus mendirikan jemaat
Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada
masa perjalanan misinya yang kedua (Kis. 18: 1-17). Jemaat di Korintus
terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang
bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus
meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja
yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran
rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus
(Kis 20: 31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18: 23-21:
16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar
oleh Paulus di Efesus (1 Kor. 1: 11); setelah itu utusan dari jemaat
Korintus (1 Kor. 16: 17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus
yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1 Kor. 7: 1, 8: 1,
12: 1, 16: 1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya
dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis
surat ini :
1. Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus
yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi
pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi
dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
26
2. Untuk memberikan bimbingan atas berbagai pertanyaan yang telah
ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan
juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1
Korintus tedapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh
Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14). Lebih dari lain
tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat
dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula. Paulus menunjukkan
bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh
yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1 Kor. 12: 4-10) dan
orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1 Kor.
12: 28-30)- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan
banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1 Kor. 12: 12-27). Ketika
memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus
membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi
dan hal membangun segenap anggota, dengan menegaskan bahwa semua
manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari
kasih (pasal 13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang
sedang berhimpun (pasal 12 dan 14).
Dalam ayat 12, ada penggalan kata “demikian pula Kristus”
dimana Paulus ingin menunjukkan padanan antara penggambaran tubuh
manusia dan jemaat yang digambarkan sama dengan Kristus. Ini
menarik dalam konteks jemaat Korintus yang baru percaya dan dengan
pemahaman iman yang baru dalam kristus dan dalam konteks upacaraupacara keagamaan disekitarnya. Kristus Yesus satu, jemaat
sebagaimana tubuh manusia juga satu walaupun banyak perbedaan.
“Dalam satu roh kita semua ... telah dibaptis” (ayat 13), tidak menunjuk
kepada baptisan air ataupun baptisan orang percaya dalam Roh Kudus,
seperti yang terjadi pada hari Pentakosta. Sebaliknya, itu menunjuk
kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus,
yang menyatukan mereka ke dalam tubuh itu dan menjadikan mereka
satu secara rohani dengan orang percaya lainnya. Ini suatu perubahan
rohani (yaitu, pembaharuan/ kelahiran kembali) yang terjadi pada waktu
pertobatan dan menempatkan orang percaya itu "dalam Kristus" .
27
Ayat 14-25, Paulus menasihati kepada jemaat Korintus bahwa
kepelbagaian dalam jemaat dapat digambarkan dengan tubuh yang
memiliki keanekaragaman bentuk dan fungsinya. tidak ada yang
mengatakan paling hebat dan tidak perlu yang lain, tidak ada yang
mengatakan bahwa dirinya tidak termasuk tubuh padahal secara nyata
menempel bergandengan satu dengan yang lain. Semuanya ada, saling
membutuhkan dengan kekhasannya. Semuanya bersinergi, bersatu
menghasilkan sesuatu yang lebih hebat karena ada saling mengisi dan
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Uniknya lagi, penekanan
ayat ini bukan hanya saling menghargai, saling menghormati, saling
memerlukan dan bekerja sama saja, namun asas saling melindungi yang
kuat terhadap yang lemah, dipandang Paulus sebagai sebuah “hukum
alam” yang tidak bisa terbantahkan. Bahkan “satu tubuh satu rasa”,
adalah bagian yang tidak terpisahkan, bila satu menderita, semua turut
menderita, bila satu yang dihormati, yang lain ikut merasakan sukacita.
Mengenai karunia-karunia rohani, ini tidak harus menjadi dasar
untuk menghormati seorang atau menganggap seorang percaya lebih
penting daripada orang percaya yang lain (ayat 22-24). Sebaliknya,
setiap orang ditempatkan dalam tubuh Kristus menurut kehendak Allah
(ayat 18), dan semua anggota itu penting untuk kesehatan rohani dan
fungsi yang tepat dari tubuh itu. Karunia rohani harus digunakan, bukan
dalam kesombongan atau demi kemuliaan pribadi, tetapi dengan
kerinduan yang tulus untuk menolong orang lain dan dengan hati yang
betul-betul saling mempedulikan.
“Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat” (ayat 2830), di sini Paulus memberikan sebagian daftar dari karunia rohani dan
memberikan penekanan bahwa semuanya memiliki karunia yang tidak
sama, namun saling melengkapi demi menjalankan misi Tuhan, dimana
jemaat adalah hambaNya yang diutus di tengah-tengah dunia ini.
“adakah mereka semua ... berkata-kata dalam bahasa roh? (ayat
29-30) ini merupakan pertanyaan retoris Paulus. Dalam pertanyaan
retoris Paulus ini tersirat suatu jawaban negatif. Konteks dari pasal
1Korintus 12: 1-31, menyatakan bahwa Paulus sedang menunjuk kepada
penggunaan karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan pasangannya,
yaitu karunia menafsirkan bahasa roh, dalam kebaktian ibadah. Dia tidak
berusaha membatasi pemakaian bahasa roh dalam doa dan pujian yang
28
ditujukan kepada Allah secara pribadi. Kebanyakan orang percaya yang
telah dibaptis dalam Roh Kudus merasa mudah untuk berdoa dalam
bahasa roh waktu mereka menyerahkan diri kepada Roh. Pada hari
Pentakosta, di Kaisarea) dan di Efesus, semua orang yang dipenuhi
dengan Roh Kudus berkata-kata dalam bahasa roh sebagai suatu tanda
bahwa mereka telah menerima kepenuhan Roh itu .
(Ayat 31-13:1-) merupakan nasihat Paulus sekaligus ramburambunya, dimana karunia-karunia ini penting dalam membangun tubuh
Tuhan yakni jemaat, namun “jalan yang lebih utama lagi” janganlah
dilupakan yakni kasih sebagai pokok dan dasar dari karunia-karunia itu.
Kasihlah yang bisa membuat kepelbagaian tidak menjadi pertentangan
dan perpecahan, namun bisa menjadi menjadi kekuatan dalam
melaksanakan misi Tuhan.
KONTEKS MASA KINI:
1. Konflik yang terjadi dalam jemaat, terkadang dipicu oleh perbedaan
pemahaman teologi, perbedaan pemahaman dalam pengambilan
kebijakan gereja, perbedaan pandangan politik praktis dan lain-lain.
2. Ada anggota jemaat maupun denominasi gereja tertentu yang merasa
lebih baik ketika memiliki karunia jenis tertentu, sehingga kemudian
memandang rendah anggota dan denominasi lain.
3. Dalam suatu gereja, ada orang-orang yang memiliki karunia atau
status dan kekayaan yang dianggap lebih baik, merasa di atas.
Sedangkan sebaliknya ada rasa minder dari anggota jemaat yang
tidak memiliki karunia, status, jabatan atau kekayaan yang baik.
4. Adanya kejadian yang terdengar di beberapa wilayah dimana antar
gereja yang berbeda denominasi, berebut anggota jemaat.
5. Adanya “budaya seragam” yang mengharuskan semua sama dalam
hal apapun, walaupun budaya ini ada sisi positif dan negatifnya.
6. Tantangan jaman yang kian hebat dan misi Tuhan yang harus
dikerjakan, agak terpecah konsentrasinya ketika ada beberapa gereja
yang terpecah karena alasan “berbeda prinsip”.
7. Masih adanya gereja-gereja yang tidak pernah lekang oleh zaman dan
tantangan, dimana kasih selalu ada dan menjadi gaya hidup dalam
kehidupan jemaat.
29
8. Masih banyak gereja yang memiliki renstra yang memberdayakan
asset-aset yang begitu beragam yang ada di jemaat, baik karunia,
talenta, kekayaan dan lainnya.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pendahuluan.
Pengkotbah menjelaskan tentang istilah keberagaman, sinergi dan
ilustrasinya. Bisa juga ditambahkan atau diubah ilustrasi yang sudah
ada, bila memungkinkan akan semakin memperjelas baik pengkotbah
maupun jemaat.
2. Isi.
Pengkotbah menyampaikan bahwa Tuhan menciptakan isi alam
semesta ini dengan keberagaman agar bisa saling melengkapi dan
bersinergi. Jemaatpun diciptakan Tuhan dalam kepelbagaian, dimana
ini merupakan keindahan yang saling melengkapi untuk menjalankan
misi Tuhan di dunia ini.
3. Penutup.
Pengkotbah menyampaikan bahwa hendaknya waktu yang setiap hari
kita miliki akan sangat indah dan berguna jika kita saling melengkapi,
menghargai dan menyinergikan semua itu untuk menjalankan misi
Tuhan, dimana jemaat merupakan garam dan terang dunia.
Daftar ayat dan nyanyian:
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
KJ 21
KJ 260
KJ 338
KJ 450
KJ 422
KJ 249
: Amsal 6: 16-19.
: Mazmur 32: 1-2.
: Roma 12: 1-2
PKJ 04
PKJ 187
PKJ 264
PKJ 147
PKJ 182
PKJ 230
30
Contoh Kotbah Jadi.
Ibu, Bapak dan Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Diantara kita, mungkin ada yang pernah mendengar tentang kata
sinergi. Sinergi adalah menggambungkan atau menyatukan kepelbagaian/
keragaman menjadi energy, supaya menghasilkan sesuatu yang luar biasa
untuk memperoleh tujuan tertentu. Modal dasar dari sinergi adalah
keragaman, bukan keseragaman. Perbedaanlah yang bisa membuat
sinergi. Bayangkan jika di sebuah tim sepakbola, keinginan semua
pemainnya adalah mengegolkan bola, maka akhirnya semua ingin jadi
striker. Kesebelasan seperti Brazil yang punya falsafah “pertahanan
terbaik adalah menyerang” pun masih mempunyai penjaga gawang, bek,
dan gelandang. Karena perbedaanlah, sebuah tim atau sistem bisa kuat –
karena satu dengan yang lain saling mengisi.
Dalam sebuah sistem, sinergi sangat erat kaitannya dengan salah
satu sifat dari system itu, yakni EMERGENCE. Emergence adalah sifat
yang muncul hanya pada level/ tingkat system, dimana dampaknya
menjadi sangat luas pada sekitarnya. Sebagai contoh adalah sekumpulan
onderdil mobil yang ditumpuk di gudang yang kemudian dirangkai
menjadi sebuah sistem yang utuh, maka muncullah emergence property:
yakni sebuah mobil. Mobil ini bisa digunakan untuk memindahkan orang
dan barang. Jika banyak mobil disatukan ditambah dengan jalan raya,
rambu lalu-lintas, pejalan kaki, muncullah sistem tranportasi yang
memiliki emerging properties. Luar biasa. Inilah sinergi dalam kapasitas
yang lebih luas dan berdampak.
Ini pula yang terjadi dalam kapasitas tubuh Kristus yakni jemaat
atau gereja. Tuhan menciptakan keragaman: keragaman asal, status, dan
karunia, supaya ada sinergi. Sinergi yang memberikan kekuatan besar
sebagai tubuh Kristus dalam menjalankan misiNya di dunia ini. Dalam
JemaatNya yang memiliki status, asal dan karunia yang berbeda, jika
sinergi ini dilaksanakan dengan benar, maka gerejaNya bisa berfungsi
dan berdampak baik ketika berada di tengah-tengah masyarakat dalam
kehidupannya. Ini pula yang disadari oleh rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Korintus. Ia merasa bahwa karunia-karunia dan status
yang dimiliki oleh jemaat Korintus harusnya bukanlah biang perpecahan,
namun modal yang luar biasa untuk melaksanakan misi Tuhan di tengah31
tengah dunia ini. Sayangnya, ini yang masih menjadi pergumulan jemaat
di Korintus, hingga kemudian Rasul Paulus menulis surat ini.
Ibu, Bapak dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki dengan menciptakan
kepelbagaian/keragaman? Rasul Paulus dalam I Korintus 12: 12-31
melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk
satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk membuat anggota
jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk
menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan membentuk
kesatuan untuk bekerjasama (bersinergi) yang digambarkan sebagai satu
tubuh Kristus.
Melalui perikop ini Rasul Paulus merngajak kita untuk melihat
bagaimana seharusnya kita memandang dan memaknai keragaman dalam
jemaat, yang adalah tubuh Kristus. Rasul Paulus merasa penting untuk
menuliskan hal ini karena keragaman di tengah-tengah jemaat Korintus
telah membawa mereka pada perpecahan. Di antara mereka ada orangorang yang memiliki karunia yang dipandang spektakuler, lalu
memandang diri mereka lebih tinggi dari orang-orang yang tidak
memiliki karunia yang sama seperti mereka. Dan ada juga mereka yang
merasa hanya memiliki karunia yang biasa dan tidak spektakuler lalu
merasa diri rendah dan mulai menarik diri mereka dari persekutuan dan
pelayanan, karena merasa bukan bagian dari tubuh Kristus.
Rasul Paulus menegaskan bahwa Kristus hanya memiliki satu
tubuh. Dan sama seperti tubuh yang satu itu terdiri dari banyak anggota
tubuh, yang berbeda bentuk, posisi, peran dan fungsinya, demikian juga
dengan tubuh Kristus yang satu itu. Tiap-tiap anggota memang berbeda,
meskipun demikian, tidak peduli siapa mereka, orang Yahudi atau
Yunani, budak atau orang merdeka, mereka sudah dipersatukan di dalam
roh menjadi satu tubuh Kristus. Mereka memang berbeda, tetapi
keberbedaan mereka memang dirancang untuk membentuk suatu
kesatuan tubuh Kristus (ayat 12-14). Jika keadaan kita tidak sama dengan
orang lain dalam hal bentuk, posisi, peran dan fungsi kita dalam tubuh
Kristus, tidak semua orang di antara kita boleh merasa rendah diri dan
berkata bahwa kita bukan tubuh Kristus. Mengapa demikian?
32
Pertama, tiap-tiap anggota punya tempat dan peranannya sendiri,
yang tidak bisa digantikan oleh orang lain (ayat 15-20). Karena
sesungguhnya, anggota tubuh Kristus memang beranekaragam, dan
masing-masing diciptakan secara khusus, dan diberi tempat yang khusus
sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Kedua, tiap-tiap anggota tubuh dibentuk dan dirancang berbeda,
supaya satu sama lain dapat bekerja sama, saling membantu, mendukung
dan bersinergi (ayat 21-25). Anggota tubuh yang satu memerlukan
kehadiran anggota tubuh yang lain. Sekecil apapun anggota tubuh itu, ia
tetap diperlukan. Oleh sebab itu, tidak ada satu anggota tubuh pun yang
pantas untuk direndahkan dan diremehkan. Anggota yang terkecil dan
terlemah sekalipun memiliki fungsi dan peran yang penting untuk orang
lain. Dalam keragaman, setiap anggota tubuh diminta untuk saling
menghormati dan memperhatikan.
Ketiga, setiap anggota yang berbeda sudah disatukan sebagai
suatu kesatuan yang saling berkaitan (ayat 26). Keterkaitan satu dengan
yang lain membuat rasa sakit yang diderita oleh satu anggota tubuh
dirasakan oleh seluruh tubuh. Demikian juga, sebuah pujian dan
penghormatan dapat membawa sukacita bagi semuanya.
Keempat, tiap-tiap orang sebagai anggota tubuh Kristus telah
ditetapkan oleh Allah untuk menjalankan peran dan fungsinya masingmasing. Ada yang berperan sebagai rasul, sebagai nabi atau sebagai
pengajar. Ada yang kelihatan spektakuler, seperti menyembuhkan dan
melakukan mujizat, tetapi ada juga yang biasa. Tetapi tidak ada hirarki
karunia. Semua sama penting dan berharga, tipa-tiap karunia diberikan
kepada masing-masing anggota sesuai dengan fungsi dan peran yang
dikehendaki Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya (ayat 27-30, lihat
juga ayat 7-11).
Kalaupun berbeda status, asal dan karunia, semuanya dipandang
sama derajatnya oleh karena semua telah dibaptis menjadi satu tubuh dan
diberi minum dari satu Roh (ayat 13). Ayat ini mengingatkan jemaat di
Korintus tentang siapa mereka sebenarnya di hadapan Yesus Kristus.
Ibu, Bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sejarah membuktikan bahwa gereja Tuhan di dunia ini tidak selamanya
mulus dalam perannya menjadi garam dan terang dunia. Didalamnya
33
menyebutkan bahwa dari jaman dulu hingga pada masa kini, telah
terdengar ada perpecahan gerejaNya. Ini membawa kepedihan bagi
Tuhan dan juga kita semua sebagai umatNya. Fungsi garam dan terang
dunia tercoreng karena perpecahan ini. Di sisi lain kita masih terhibur
karena masih banyak gereja-gereja yang tetap bersatu dan bersinergi
menjalankan misi Tuhan dengan segala potensi keragaman yang mereka
miliki karena sadar akan tugas dan tanggung jawabnya itu.
Setiap jemaat atau gereja Tuhan yang tetap mau untuk menjaga
tugas dan tanggung jawabnya untuk misi Tuhan harusnya menyadari
bahwa Tuhan kita adalah Allah yang menyukai keragaman. Sebagai
contoh Ia telah menciptakan ribuan spesies serangga. Untuk jenis
kumbang saja, Ia telah menciptakan tiga ratus ribu spesies. Ia juga
melimpahkan berbagai warna, rancangan dan tekstur yang berbeda pada
dunia ini. Ini semua untuk keindahan dunia. Ia menciptakan orang negro
yang kulit hitam di Afrika, yang meneriakkan pujian mereka kepada
Tuhan dengan cara menari-nari diiringi bunyi-bunyian alat music
kendang mereka. Ada orang-orang percaya di Austria yang terdengar
monoton ketika memuji Tuhan dengan diiringi organ pipe yang megah.
Sementara orang-orang Kristen di Jepang yang tenang, mengungkapkan
rasa syukur mereka dengan menciptakan benda-benda indah. Dan orang
India mengangkat tangan mereka ke atas, dengan kedua telapak tangan
dirapatkan, dalam sikap hormat Namaste, yang berakar pada konsep
Hindu untuk menunjukkan "Aku menyembah Tuhan yang aku lihat di
dalam engkau".
Ketika melihat keragaman di antara kita, kita cenderung untuk
membandingkan diri dengan orang lain, atau membandingkan orang yang
satu dengan yang lain. Kadang kita merasa diri lebih baik, lebih benar
dari yang lain, lalu kita mulai mencela dan memandang rendah mereka
yang tidak sama dengan kita, tidak dapat menghargai mereka dan menerima
mereka sebagai bagian dari hidup kita.
Namun, tidak jarang juga kita merasa minder dengan keberadaan kita,
karena kita merasa orang lain lebih baik dari kita, merasa diri kurang,
bahkan tidak berguna. Tidak berarti dan berharga. Keragaman yang
dipandang dengan cara seperti itu membawa kita pada persaingan untuk
mencari siapa yang lebih penting dan utama. Hal itu biasanya
mengakibatkan perpecahan di antara kita.
34
Ibu, Bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang dapat dilakukan oleh seorang penderita gangguan jiwa? Mungkin
banyak yang mengabaikan mereka, karena dianggap tidak berguna. Namun
tahukah Anda bahwa William Cowper, pencipta lagu himne terkenal, There
Is A Fountain Filled With Blood (Kidung Jemaat No. 35: Tercurah Darah
Tuhanku), adalah seorang yang pernah menderita depresi berat? Berkali-kali
ia mencoba bunuh diri hingga ia pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Di
sanalah ia membaca Alkitab dan bertobat. Semasa hidup, Cowper menulis
68 syair lagu rohani, banyak di antaranya masih dinyanyikan gereja hingga
hari ini. Salah satu yang memengaruhi pertumbuhannya adalah kasih John
Newton, seorang pendeta di gerejanya, yang terus memberi dorongan, dan
mengajaknya melayani Tuhan. Apa yang dilakukan pendeta Newton
merupakan contoh konkret sikap saling menolong dalam tubuh Kristus,
seperti yang diilustrasikan Paulus. Tiap anggota tubuh telah ditentukan
Allah memiliki fungsi dan tempatnya masing-masing (ayat 18). Tak ada
yang dapat berdiri sendiri. Bagian yang tampak paling lemah bahkan punya
peran yang sangat penting (ayat 22). Yang tampak tidak elok, justru harus
lebih diperhatikan, bukan diabaikan, apalagi disingkirkan. Dengan saling
memperhatikan, masalah dalam tubuh dapat dihindari, karena tiap anggota
dapat memenuhi fungsinya dengan baik (ayat 25)
Ibu, bapak dan Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ada tiga tulang sangat kecil pada telinga kita yang mungkin
kelihatannya tidak penting benar, tetapi tanpa malleus, stapes, dan incus,
kita tidak dapat mendengar. Rambut hidung pun kelihatannya tidak penting,
tetapi tanpa rambut pemberian Allah ini, pernapasan kita pasti terganggu.
Barangkali kebanyakan dari kita juga tidak pernah memikirkan tentang air
liur, namun tanpanya, kita akan tercekik setiap kali makan. Organ-organ
semacam itu kurang lebih mewakili anggota Tubuh Kristus yang oleh Paulus
disebut sebagai anggota yang tampaknya paling lemah, yang menurut
pemandangan kita kurang terhormat, dan yang tidak elok (1 Korintus 12:2223). Paulus dengan hati-hati tidak menyebut anggota itu “lemah”, melainkan
“tampaknya paling lemah”. Artinya, kelemahan itu dilihat dari perspektif
manusia. Manusialah yang kadang memilah antara pelayanan yang
“penting” dan yang “kurang penting”.
Kita bersyukur bahwa kita memiliki perbedaan dalam banyak hal.
Kita tidak bisa membayangkan jika semua menjadi dokter atau guru, trus
35
yang menanam padi untuk kita konsumsi berasnya siapa? Walaupun
kelihatannya petani pekerjaannya penuh lumpur, tapi usahanya tersebut
mendtangkan kekenyangan dan sejahtera bagi orang lain. Kita juga
bersyukur ketika dalam gereja kita memiliki karunia dan talenta yang
berbeda, sehingga sinergi pendeta, penatua, diaken, pemain music, singers,
anggota jemaat, dan petugas-petugas yang lain, menjadikan kebaktian kita
hari ini menjadi indah. Sungguh luar biasa karya Tuhan dalm kehidupan ini.
Memberi perhatian, mengasihi dan menghormati mereka yang
tampaknya lemah; yang kurang terampil dan tidak pandai, merupakan
kehendak Kristus bagi anggota-anggota tubuh-Nya. Alangkah indah dan
eratnya persekutuan umat percaya jika setiap kita melakukannya. Kita bisa
memulainya hari ini.
Jadi, entah kita berdiri di depan mimbar, entah kita menyokong dari
balik layar, yang dituntut dari kita masing-masing adalah kasih dan
kesetiaan. Kita melayani bukan untuk mencari penghormatan, melainkan
untuk menghormati Allah, menjadi berkat buat gereja-Nya, dan menjadi
saksi bagi dunia. Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita, maka kita pun
melakukan kasih itu.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan akan memberikan kita melihat keberagaman itu sebagai yang
indah, sekaligus memekakan hati dan karsa kita untuk menjadikannya modal
yang luar biasa untuk mengerjakan misi Tuhan di dunia ini. Itu semua
karena kasih yang terus kita miliki, yang membuat keragaman menjadi
modal positif dalam bersinergi. Kasihlah yang menyatukan keragaman dan
menghasilkan kekuatan dalam melaksanakan misiNya.Tuhan memberkati.
Selamat bersinergi untuk menjalankan misi Tuhan. Tuhan akan
memampukan kita untuk melakukannya. Tuhan memberkati. Amin. (PA)
36
RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 27 Januari 2013
Minggu Epifania IV, Warna Liturgi Hijau
Bacaan: Yeremia 1:4-10
Thema:
TUHAN MENGUTUS DAN MENYERTAI
Tujuan
Agar jemat bersedia melakukan tugas pengutusan.
PENJELASAN TEKS
Pelayanan Yeremia sebagai nabi diarahkan kepada kerajaan
selatanYehuda, sepanjang 40 tahun terakhir dari sejarahnya (626-586
SM). Ia masih hidup untuk menyaksikan serbuan Babel ke Yehuda yang
berakhir dengan kebinasaan. Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas
Yeremia ialah bernubuat kepada bangsa itu selama tahun-tahun akhir dari
kemunduran dan kejatuhannya, dapatlah dimengerti bahwa, kitabnya
penuh dengan kesuraman dan firasat buruk.
37
Yeremia, putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, 6
km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye
yang jahat. Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13
pemerintahan Raja Yosia yang baik, dan ia ikut mendukung gerakan
pembaharuan Yosia. Akan tetapi, ia segera menyadari bahwa gerakan itu
tidak menghasilkan perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati bangsa
itu; Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional
sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang dengan tiba-tiba.
Pada tahun 612 SM, Asyur dikalahkan oleh suatu koalisi Babel.
Sekitar empat tahun setelah kematian Raja Yosia, Mesir dikalahkan oleh
Babel pada pertempuran di Karkemis (605 SM; lih. Yer 46:2). Pada
tahun yang sama pasukan Babel dibawah pimpinan Nebukadnezar
menyerang Palestina, merebut Yerusalem dan membawa sebagian
pemuda pilihan dari Yerusalem ke Babel, di antara mereka terdapat
Daniel dan ketiga sahabatnya. Penyerbuan kedua ke Yerusalem terjadi
tahun 597 SM; ketika itu dibawa 10.000 orang tawanan ke Babel, di
antaranya terdapat Yehezkiel. Selama ini nubuat Yeremia yang
memperingatkan tentang hukuman Allah yang mendatang tidak
diperhatikan. Kehancuran terakhir menimpa Yerusalem, Bait Suci, dan
seluruh kerajaan Yehuda dalam tahun 586 SM.
Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia, sering kali
disebut "nabi peratap," merupakan seorang yang membawa amanat keras
namun berhati lembut dan hancur (mis. Yer 8:21--9:1). Sifatnya yang
lembut itu menjadikan penderitaannya makin mendalam ketika firman
nubuat Allah ditolak dengan angkuh oleh kerabat dan sahabat, imam dan
raja, dan sebagian besar bangsa Yehuda. Walaupun sepi dan ditolak
seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani.
Kendatipun berhadapan dengan perlawanan yang berat, dengan setia ia
melaksanakan panggilannya sebagai nabi untuk memperingatkan sesama
warga Yehuda bahwa hukuman Allah makin dekat. Ketika merangkum
kehidupan Yeremia, seorang penulis mengatakan: "Tidak pernah manusia
fana memperoleh beban yang begitu meremukkan. Sepanjang sejarah
bangsa Yahudi tidak pernah ada teladan kesungguhan yang begitu
mendalam, penderitaan tak henti-hentinya, pemberitaan amanat Allah
tanpa takut, dan syafaat tanpa kenal lelah dari seorang nabi seperti halnya
Yeremia. Tetapi tragedi kehidupannya ialah: bahwa ia berkhotbah kepada
38
telinga yang tuli dan menuai hanya kebencian sebagai balasan kasihnya
kepada orang-orang senegerinya" (Farley).
Penulis kitab ini jelas disebut yaitu Yeremia (Yer 1:1). Setelah
bernubuat selama 20 tahun di Yehuda, Yeremia diperintahkan Allah
untuk menuangkan amanatnya dalam bentuk tertulis; hal ini
dilakukannya dengan mendiktekan nubuat-nubuatnya kepada Barukh,
juru tulisnya yang setia (Yer 36:1-4). Karena Yeremia dilarang
menghadap raja, Barukh diutus untuk membacakan nubuat-nubuat itu di
rumah Tuhan, dan setelah itu Yehud membacakannya kepada Raja
Yoyakim. Raja itu menunjukkan sikap menghina kepada Yeremia dan
firman Allah dengan menyobek-nyobek kitab gulungan itu dengan pisau
lalu melemparkannya ke dalam api (Yer. 36:22-23). Yeremia kemudian
mendiktekan kembali nubuat-nubuatnya kepada Barukh, kali ini ia
mencantumkan lebih banyak daripada di gulungan pertama.
Kemungkinan besar, Barukh menyusun kitab Yeremia dalam bentuk
terakhirnya segera sesudah wafatnya Yeremia (+585 -- 580 SM).
Tujuan Kitab ini ditulis:
1. Untuk menyediakan suatu catatan abadi dari pelayanan dan berita
nubuat Yeremia,
2. Untuk menyatakan hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan
ketika umat-Nya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam
pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya.
3. Untuk menunjukkan keaslian dan kekuasaan firman nubuat. Banyak
nubuatYeremia tergenapi pada zamannya sendiri (mis. Yer 16:9; Yer
20:4; Yer 25:1-14; Yer 27:19-22; Yer 28:15-17; Yer 32:10-13; Yer
34:1-5);nubuat lainnya yang meliputi masa depan yang amat jauh
digenapi kemudian atau masih belum digenapi (mis. Yer 23:5-6; Yer
30:8-9; Yer 31:31-34;Yer 33:14-16).
Penjelasan Teks (Perikop)Yeremia 1:4-10
Ayat 4: perkataan Tuhan ini ditujukan kepada Yeremia.
Ayat 5: TUHAN sudah mengenal Yeremia bahkan sejak Dia belum
membentuknya dalam rahim ibunya. Kedaulatan dan
kebijaksanaan TUHAN telah menguduskan menetapkan
39
Yeremia menjadi nabi bagi bangsa-bangsa, untuk
menyampaikan firman TUHAN kepada mereka.
Ayat 6: Yeremia tidak menolak pengutusan TUHAN, tetapi merasa
belum pantas karena masih muda dan tidak pandai berbicara.
Ayat 7: TUHAN tidak menerima alasan yang dikemukakan Yeremia;
kehendak-Nya harus ia dilaksanakan.
Ayat 8: TUHAN tahu bahwa ada perasaan takut pada diri Yeremia yang
akan memikul tugas besar dan berat. Karena itu TUHAN akan
menyertainya.
Ayat 9: Ayat ini menununjukkan bahwa Yeremia di dalam menjalankan
tugasnya tidak mengatakan kata-katanya sendiri, melainkan
firman TUHAN sendiri. Ia membawa wibawa TUHAN, karena
itu tidak perlu takut.
Ayat10: TUHAN menetapkan Yeremia menjadi nabi atas bangsa-bangsa
dan atas kerajaan-kerajaan dengan tugas untuk mencabut dan
merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk
membangun dan menanam. Yaitu untuk mengadakan reformasi.
KONTEKS MASA KINI.
A. Konteks masyarakat.
1. Kebanyakan orang muda pemberani bahkan kecenderungannya
terlalu berani tetapi kurang perhitungan. Karena itu kurang
mendapat tempat untuk dicalonkan sebagai pemimpin. Namun
demikian juga ada pemuda yang lemah lembut, berpenampilan
tenang dan pintar serta punya pengalaman yang cukup. Dari
antara mereka ada yang berhasil menjadi pimpinan.
2. Masih ada warga masyarakat yang tidak bersedia diberi
tanggungjawab untuk memimpin misalnya menjadi Ketua
lingkungan (Ketua RT), dll.
B. Konteks Jemaat.
1. Seperti halnya di masyarakat, dalam Jemaat semakin banyak
pendeta, penatua dan diaken yang masih muda atau bujang.
2. Masih ada warga jemaat yang menolak untuk dicalonkan sebagai
anggauta majelis dengan bermacam-macam dalih. Ada yang
berdalih beum mapan ekonominya, belum punya pengalaman, dll.
40
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
A. Pembukaan
Sebagai pembukaan dapat dituliskan pandangan Jawa terhadap
kaum muda sebagai orang yang kaduk wani kurang duga (terlalu
berani tetapi kurang perhitungan) sehingga tindakannya bisa
merugikan. Karena itu pemuda kurang diperhitungkan untuk dipilih
sebagai pemimpin.
B. Isi
Pokok pewartaan firman atau khotbah ialah TUHAN yang
mengutus maka Dia yang menyertai dan menolong utusan-Nya.
Siapa yang diutus? Yeremia yang masih muda diutus TUHAN
menjadi nabi untuk bangsa-bangsa. Kita pun juga mendapat tugas
pengutusan.
Apa tujuan pengutusan? Yeremia diutus untuk mencabut dan
merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk
membangun dan menanam. " Yaitu untuk mengadakan reformasi atau
pembaharuan. Kita juga diutus untuk melakukan pembaharuan
kondisi yang tidak baik agar menjadi baik.
Bagaimana jawaban yang diutus? Yeremia tidak menolak, tetapi
menyampaikan alasan bahwa masih muda dan tidak pandai berbicara.
Kita juga sering menyampaikan banyak dalih atau alas an untuk
menolak pengutusan.
TUHAN yang mengutus berjanji akan menyertai. Yeremia tidak
perlu takut menlakukan tugas pengutusan meskipun berat sebab
TUHAN menyertai dan menolong.
C. Penutup
Mengajak jemaat agar bersedia jika diutus untuk pekerjaan TUHAN.
Tidak perlu takut karena TUHAN menyertai. Sebagai anak-anak
TUHAN seharusnya menurut kehendak-Nya.
Daftar ayat dan lagu.
Pembimbing
: Mazmur 71:1-6
41
Berita Anugrah
Petunjuk Hidup Baru
Persembahan
Ny.Persiapan
Ny. Pujian
Ny. Kesanggupan
Ny. Sambutan firman
Ny. Tanggapan
Ny. Persembahan
Ny. Penutup
: Efesus 1:3-8
: 1 Pet.2:9-10
: Mazmur 30:5
: PKJ.19;
: KJ.4;
: PKJ. 97;
: KJ. 50a:1 dan 6
: KJ 357;
: PKJ 145;
: KJ 402
***
Contoh Kotbah Jadi.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Dalam pandangan masyarakat Jawa, orang yang masih muda
dinilai masih belum berpengalaman dan memiliki sifat kaduk wani
kurang duga artinya; orang muda memiliki sifat terlalu berani tetapi
kurang pertimbangan. Karena hanya mengandalkan keberanian tanpa
perhitungan yang matang maka tindakannya bias berakibat tidak baik.
Oleh sebab pengaruh pandangan bahwa orang muda kaduk wani
kurang duga, maka belum terbuka pintu lebar untuk calon presiden
Indonesia dari orang muda. Tetapi apakah semua orang muda bertabiat
demikian? Ternyata tidak semuanya demikian. Perikop yang kita baca
adalah salah satu bukti bahwa ada pemuda yang tidak kaduk wani kurang
duga yang dipilih, diutus menjadi nabi besar pada zamannya.
Siapa yang diutus?
Perikop yang kita baca mencatat pengutusan seorang yang masih
muda menjadi nabi yaitu Yeremia. Nabi Yeremia sendiri yang
42
mengisahkan pengutusan itu. Demikian percakapan antara TUHAN yang
mengutus dengan Yeremia:
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa." (ay.5)
Kebijaksanaan dan kedaulatan TUHAN telah menentukan Yeremia
sejak ia di dalam kandungan ibunya. Dia sudah mengenal siapa dan
bagaimana Yeremia; pada pandangan-Nya Yeremia pantas diberi
tanggungjawab yang besar meskipun masih muda berperasaan halus dan
kurang berani. Dia memilih seorang pemuda yang tidak kaduk wani
kurang duga. Dia memilih seorang pemuda yang halus perasaannya;
bukan yang beperangai kasar. Di tangan TUHAN Yeremia yang masih
muda, kurang berani akan dibina menjadi nabi besar yang bertugas
menyampaikan berita kehendak TUHAN kepada umat-Nya.
Sebagaimana TUHAN mengutus Yeremia pada zaman itu, pada zaman
ini Dia juga mau mengutus kita untuk melakukan rencana-Nya.
Bersediakah diutus?
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Apa tujuan pengutusan?
Tujuan pengutusan ialah untuk mencabut dan merobohkan, untuk
membinasakan dan meruntuhkan, untuk “membangun dan menanam."
(ay.10) Itulah yang akan dipikul Yeremia, sebuah tugas yang besar dan
berat. Ada sesuatu yang harus dicabut dan dirobohkan; ada sesuatu yang
harus dibinasakan dan diruntuhkan dalam kehidupan umat TUHAN pada
zaman itu, yaitu pada kehidupan bangsa Israel. Seumpama tanaman,
adalah tanaman yang tidak ada faedahnya, tanaman liar yang menggangu
dan bisa merusak tanaman yang baik. Seumpama bangunan, adalah
bangunan yang sudah tua dan usang yang menggangu pandangan dan
membahayakan, maka harus dirobohkan. Kemudian harus ditanam
tanaman yang baru, yang baik, yang berguna; dibangun bangunan baru
yang lebih baik. Praktek hidup umat TUHAN yang meninggalkan jalan
TUHAN, yaitu penyembahan berhala-berhala menyebabkan murka
TUHAN sehingga Ia menyerahkan mereka ke dalam pembuangan, hidup
menderita di negeri asing. Yeremia ditugasi memberitakan kehendak
TUHAN agar umat-Nya bertobat kembali kejalan TUHAN,
43
mengandalkan DIA, berharap pertolongan kepada-Nya. Dengan
demikian akan dibangun umat baru yang setia kepada TUHAN dan
mengalami hidup sejahtera. Dengan kata lain, Yeremia mengemban tugas
untuk reformasi, untuk pembaharuan.
Pada zaman ini kita juga dipanggil dan diutus untuk “mencabut
dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk
membangun dan menanam”; untuk membawa perubahan hidup yang
sesuai kehendak TUHAN.
Jawaban atas pengutusan
Yeremia menjawab pengutusan TUHAN: “Ah, Tuhan ALLAH!
Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.
”(ay.6) Jawaban Yeremia ini sering dipahami sebagai penolakan terhadap
pengutusannya. Tetapi sesungguhnya tidak demikian, sebab Yeremia
tidak berkata: “aku tidak bersedia” Ia hanya berkata jujur bahwa tidak
pandai berbicara, sebab masih muda. Pengakuannya yang lugas
menunjukkan bahwa ia rendah hati. Tentulah ia tahu bahwa menjadi nabi
utusan TUHAN memerlukan kemampuan berbicara untuk menghadapi
umat TUHAN yang cenderung melawan kehendak-Nya. Memang, tugas
yang akan dipikul adalah tugas yang besar dan berat.
Sebagai orang yang masih muda, belum punya pengalaman,
jawaban Yeremia itu wajar. Dari jawabannya tersirat rasa takut, tidak
percaya diri untuk memikul tugas yang besar dan berat, sebab ia akan
berhadapan dengan umat yang sudah mengeraskan hati, berhadapan
dengan para pemimpin bangsa yaitu para raja yang tidak takut akan
TUHAN. Penolakan akan ia alami, bahkan aniaya akan menimpanya.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Ketika TUHAN mengutus, kebanyakan dari kita juga berdalih
atau beralasan untuk menolak pengutusan. Ada yang menolak dipilih
menjadi penatua atau diaken dengan alasan masih muda, belum
pengalaman, ada yang menolak karena tidak disetujui suami atau
isterinya, ada yang beralasan ekonominya masih belum mantap, ada pula
yang menolak karena tidak mendapat gaji malah menuai celaan, kritikan
dan masih banyak alasan lainnya. Mari kita renungkan…pantaskah kita
44
menolak kehendak TUHAN? Bukankah diutus TUHAN adalah sebuah
kehormatan…?
TUHAN akan menyertai utusan-Nya
TUHAN yang mengutus tidak asal perintah, kemudian
membiarkan yang diutus dalam kelemahannya berjuang dendirian, tetapi
Ia menyertai, memberikan semangat, memberikan pertolongan
melepaskannya dari bahaya. Bukan kata-kata Yeremia sendiri yang akan
diucapkan melalui bibirnya, melainkan firman TUHAN yang ditaruh
pada mulutnya. Tidak ada gunanya Yeremia berdalih karena masih muda
jika TUHAN sudah mengutus dengan janji akan menyertainya. Ia tidak
perlu takut menghadapi pembesar-pembesar Negara, tidak perlu takut
jikalau nanti umat menolak dan melawan, karena ia boleh mengandalkan
TUHAN yang mengutus dan yang menyertainya.
Sebagaimana TUHAN berjanji menyertai dan menolong Yeremia
dalam menjalankan tugasnya, kita harus percaya bahwa Dia juga
menyertai dan menolong kita jika kita bersedia diutus. Karena itu
janganlah kiranya kita selalu menolak jika TUHAN mengutus kita.
Percaya saja kepada-Nya, maka semuanya akan berjalan dan berhasil
meskipun tidak bebas dari kesulitan.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
TUHAN telah mengutus Yeremia pada zamannya sebagaimana TUHAN
mengutus Yeremia, Dia juga mengutus kita pada zaman ini baik sebagai
pribadi Kristen maupun sebagai gereja; Tugas pengutusan itu sama yaitu
untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
meruntuhkan, untuk membangun dan menanam; untuk pembaharuan
kehidupan yang sesuai kehendak TUHAN. Bersediakah diutus TUHAN
untuk turut mewujudkan hidup yang Dia kehendaki yaitu hidup dengan
mentaati kehendak TUHAN Allah?
TUHAN mengutus kita untuk mencabut dan merobohkan, untuk
membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.
Apakah yang akan kita cabut? Apakah yang akan kita binasakan?
Apakah yang hendak kita bangun dan apakah yang hendak kita tanam?
Segala sesuatu yang tidak berguna untuk hidup yang sesuai kehendak
45
TUHAN harus kita robohkan, kita cabut, kita singkirkan. Dari mana kita
mulai?
Pertama-tama harus mulai dari diri kita masing-masing,
mencabut, membuang kebiasaan bertuturkata dan berperilaku yang tidak
mendatangkan manfaat seperti berkata-kata kotor, kebiasaan berbohong,
apalagi memfitnah. Malas bekerja, malas belajar, malas beribadah, dan
lain-lain. Sebaliknya kita tanamkan kebiasaan bertutur kata dan perilaku
yang membangun seperti menghargai orang lain, menyemangati,
menghibur, memberikan harapan. Itu berarti bahwa kita masing-masing
harus memperbaharui diri dengan pembaharuan budi (Roma 12:2).
Selanjutnya kita melihat sekeliling kita, apakah yang harus
dicabut dan dirobohkan? Dalam masyarakat masih ada tembok-tembok
pemisah yang menimbulkan hubungan sosial yang tidak harmonis seperti
fanatisme sempit yang mengklaim atau mengaku bahwa agamanya yang
paling benar, yang lain salah bahkan dikatakan kafir sehingga
merendahkan agama/ kepercayaan orang lain; merendahkan suku ataupun
ras yang lain, golongan lain. Masih ada tembok pemisah antara yang
kaya dan yang miskin, masih ada kekuatan yang menindas yang kecil dan
lemah. Bahkan dalam gereja pun masih ada tembok-tembok pemisah,
masih ada kesenjangan ekonomi, masih ada tatanan yang kurang adil.
Dalam kondisi yang demikian itulah kita diutus untuk membawa
perubahan agar terwujud kehidupan yang sesuai kehendak TUHAN,
yaitu damai sejahtera.
Dalam melaksanakan panggilan mencabut merobohkan dst, hendaknya
dilakukan dengan arif dan bijaksana.
Jemaat kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Adakah yang belum bersedia diutus TUHAN melaksanakan tugas
jabatan pelayanan? Adakah yang menolak meskipun TUHAN sudah
memberikan talenta yang cukup? Yang belum bersedia masih terbuka
kesempatan untuk bersedia, tetapi sebaiknya tidak mengulur-ulur waktu
dengan dalih apapun. Hendaklah kita ingat, bahwa TUHAN yang
memanggil dan mengutus akan menyertai dan menolong. Bagi yang
sampai kini masih menolak pengutusan TUHAN, marilah sadar bahwa
TUHAN sudah menerima kita sebagai anak-anak tebusan-Nya.
TUHAN telah mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya karena iman kita
46
kepada Tuhan Yesus Kristus Putra Tunggal-Nya yang sudah
mengorbankan Diri hingga mati disalib. Apakah hendak menjadi anak
Allah yang penurut, taat, ataukah akan menjadi anak yang tidak taat?
Tentulah ingin menjadi anak yang taat kepada Allah Bapa. Dengan
ketaatan dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus telah melaksanakan
pembaharuan. Ia memberikan hidup baru bagi kita yang percaya dan
melakukan perintah-Nya untuk hidup damai sejahtera. Dia mengutus kita
untuk turut menghadirkan damai sejahtera di bumi milik-Nya. AMIN.
(SR).
***
RANCANGAN KOTBAH MINGGU, 3Pebruari 2013
Minggu Epifania V; Warna Liturgi Hijau
Bacaan Kotbah: Lukas 5:1-11
Tema:
BERSEDIA MENJADI SAKSI-NYA
Tujuan:
Jemaat memahami bahwa dirinya telah dipanggil Tuhan untuk menjadi
saksi-Nya
PENJELASAN PERIKOP
Pada bagian awal cerita ini (ay. 1-3) digambarkan Yesus yang
sedang berdiri di Pantai Danau Genesaret, yaitu nama lain untuk Danau
Galilea. Danau ini luas, dengan panjang sekitar tiga belas mil dan lebar
delapan mil, dikelilingi oleh perbukitan. Pada zaman itu, wilayah di
sekitar danau itu sangat padat penduduknya, dan di sepanjang pantainya
47
terdapat banyak kota. Kapernaum dan Betsaida (di bagian utara)
merupakan pusat perikanan.
Pada ayat kedua dijelaskan bahwa Yesus melihat perahuperahu yang berada di pinggir pantai saat nelayan sedang membersihkan
jalanya. Membasuh jalanya atau membersihkan jala merupakan
pekerjaan pagi yang sudah rutin setelah menjala sepanjang malam. Agar
tidak terjepit di antara orang banyak, kemudian Ia naik ke salah satu
perahu itu (ay. 3). Yesus meminjam perahu Simon Petrus untuk dijadikan
mimbar. Ketiga ayat ini pada kitab injil yang lainnya terpisah, namun
Lukas menggabungkannya dengan cerita pemanggilan Simon Petrus
yang didahului dengan mujizat penangkapan Ikan.
Dalam ayat 4-10 menceritakan mujizat penangkapan Ikan. Yesus
yang meminta Simon menebarkan jala untuk menangkap ikan, namun
awalnya ditanggapi dengan keragu-raguan karena sepengetahuannya ikan
naik ke permukaan pada malam hari untuk makan, pada siang hari ikan
itu turun ke tempat air yang lebih sejuk di bagian yang lebih dalam.
"Bagaimana mungkin seorang tukang kayu mengajari seorang
nelayan tentang cara menangkap ikan?" Mungkin begitulah gambaran
pikiran Petrus saat Yesus menyuruh dia menangkap ikan lagi. Sementara
ia dan teman-temannya telah sepanjang malam bekerja keras tanpa hasil
(ay. 5).
Petrus, mewakili kebanyakan orang, keliru memahami Yesus. Yesus
pada awal-awal pelayanan menyatakan kemesiasan-Nya bukan hanya
dengan pernyataan diri (4:16-21), melainkan juga dengan pengajaran dan
karya-karya-Nya. Sebelum peristiwa dalam perikop ini, beberapa
pelayanan Yesus sudah menyatakan bahwa Ia lebih daripada manusia
biasa: roh jahat diusir (4:31-37) dan orang sakit disembuhkan (4:38-41).
Yesus juga bukan sekadar guru agung atau pembuat mujizat yang
populer. Yesus adalah Tuhan atas alam ini!
Tetapi karena Yesus menyuruhnya, Petrus yakin bahwa mereka akan
menangkap ikan, dan kata-katanya ini menunjukkan iman kepada Yesus.
Lalu sikap sok tahu Petrus berubah menjadi rasa malu dan gentar ketika
melihat Yesus berkuasa atas ikan di laut.
Pada ayat berikut, Jala mereka mulai koyak. Ikan yang ditangkap itu
demikian banyak sehingga jala maupun perahu mereka tidak mampu
48
untuk menampungnya. Ayat ke-8, Simon berkata: Tuhan, pergilah dari
padaku, karena aku ini seorang berdosa. Bukti bahwa Yesus mengetahui
lebih banyak tentang menjala ikan daripada Petrus, dan pemberian ikan
yang jumlahnya lebih daripada memuaskan setelah pekerjaan sia-sia
semalam, membuat Simon melihat dirinya di dalam terang yang baru.
Berbeda dengan Yesus, yang tampak keilahian-Nya melalui mujizat itu,
Petrus sadar bahwa dirinya penuh dosa, sehingga ia merasa tidak layak
berada bersama dengan Yesus.
Terakhir pada ayat 10 dan 11, Yesus menjawab: Jangan takut, mulai dari
sekarang engkau akan menjala manusia. Sekarang Yesus memanggil
mereka, Simon dan rekan-rekannya - Yakobus dan Yohanes, untuk
memulai sebuah pelayanan khusus yaitu menjadi penjala manusia, dan
mereka meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Dia.
KONTEKS MASA KINI
Banyak orang percaya yang saat ini merasa sudah banyak
melakukan berbagai pelayanan untuk memberitakan Kabar baik, tetapi
mereka merasa belum mendapatkan ‘berkat’ Tuhan. Pelayanan yang
dilakukan lebih banyak untuk menunjukkan ‘siapa dirinya’ ketimbang
‘siapa sebenarnya Yesus’ yang harus diberitakan kepada orang banyak.
Motivasi yang mendasari pelayanannya tidak semestinya.
Kadang-kadang pengetahuan serta akal budi yang dimiliki
seseorang tidak selalu membuatnya bisa memahami kekuasaan Tuhan
yang tidak terbatas.
Bahkan masih ada juga diantara orang percaya tidak memahami
bahwa dirinya telah dipanggil Tuhan untuk menjadi pembawa kabar
sukacita di dalam hidup, namun mereka seringkali mengabaikan atau
menghindari tugas-tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
Pendahuluan
Kotbah dapat diawali dengan ungkapan bahwa sesungguhnya kita
yang ada di tempat ini adalah orang-orang yang telah dipercayakan suatu
49
misi yang besar dan mulia. Kita dipanggil untuk melakukan perkaraperkara yang besar, di mana tidak semua orang bisa memperolehnya.
MENGAPA TUHAN MEMANGGIL
1. Pertama-tama karena anugerah-Nya saja. Jelaskan bahwa Tuhan
memanggil kita untuk menjadi Hamba-Nya karena anugerah-Nya
semata.
2. Kedua karena Tuhan mempunyai rencana tersendiri bagi setiap
manusia. Jelaskan bagaimana Tuhan mempunyai rancangan khusus
kepada setiap manusia agar manusia tetap boleh menikmati hidup
yang baik.
3. Ketiga Tuhan memanggil kita semua untuk menjangkau jiwa-jiwa
yang ‘belum merasakan hidup berkelimpahan’ di dalam Kristus.
PENUTUP
Buatlah kalimat yang mendorong jemaat bersedia untuk menerima
panggilan Tuhan untuk juga menjangkau jiwa-jiwa yang merindukan
‘kehidupan sejahtera’ di dalam Kristus.
USULAN LITURGI:
Nats Pembimbing
: Yesaya 6:8
Berita Anugerah
: Yesaya 6:5-7
Petunjuk Hidup Baru : 1 Korintus 15:1-3
Persembahan
: 2 Korintus 9:6-8
NYANYIAN:
1. PKJ. 13:1,2,3
2. PKJ. 46:1,2,3
3. PKJ. 19:1,2,3
4. PKJ. 198:1,3
5. PKJ. 282:1,2,3
6. PKJ. 271:1,2,3
7. PKJ. 274:1,2,3
Contoh Kotbah Jadi
50
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tahukah Saudara, bahwa sesungguhnya kita yang ada di tempat ini
adalah orang-orang yang telah dipercayakan suatu misi yang besar dan
mulia. Kita dipanggil untuk melakukan perkara-perkara besar, di mana
tidak semua orang bisa memperolehnya. Dan panggilan ini bukan
berasal dari seorang Presiden, Raja, atau orang penting lainnya, namun
dari Tuhan Yang Berkuasa, Raja di Atas Segala Raja, Tuhan yang telah
menciptakan seluruh alam semesta ini. Bukankah itu merupakan
kebanggaan yang luar biasa?
Paling tidak ada dua hal yang harus kita pahami berhubungan dengan
panggilan Allah ini!
I. Panggilan hamba Tuhan didasarkan pada anugerah-Nya semata.
Saudara, saya tidak tahu bagaimana perasaan Saudara ketika mengetahui
bahwa Tuhan telah memanggil Saudara menjadi hamba-Nya. Mungkin
ada yang merasa begitu tidak layak menerima panggilan ini. Tapi,
mungkin juga ada diantara kita yang menganggap, “ Oh, memang sudah
sepantasnya Tuhan memilih saya, karena saya adalah orang yang giat
melayani Tuhan, saya fasih dalam berbicara, saya pandai dan memiliki
banyak karunia, serta rajin mengabarkan Injil. Wah, pokoknya sosok
hamba Tuhan tuh gue banget gitu loch!”
Saudara, melalui perikop ini sesungguhnya kita bisa melihat dengan jelas
orang-orang seperti apa yang Tuhan panggil untuk menjadi murid-muridNya. Menarik sekali kalau kita lihat bagaimana Tuhan Yesus justru
memilih dan memanggil orang-orang yang berasal dari kalangan para
nelayan di tepi Danau Genesaret. Tepi Danau Genesaret adalah satu
daerah yang terpencil dan cukup miskin, di mana mata pencaharian
utama penduduknya adalah menangkap ikan. Orang-orang yang tinggal
di sana rata-rata kurang terpelajar, kurang sopan, dan tutur katanya pun
kasar. Namun, Tuhan tetap memanggil Simon, Yakobus dan Yohanes,
yang menurut orang tampaknya tidak berkualitas, untuk menjadi murid51
murid-Nya. Ketika Yesus tiba di tempat ini, orang-orang saling
berdesakan untuk mendekati Dia. Mereka ingin sekali mendengarkan
pengajaran-Nya. Agar tidak terjepit diantara orang banyak, Yesus pun
akhirnya meminjam perahu milik Simon dan memintanya untuk
menolakkan perahu tersebut sedikit jauh dari pantai. Kemudian, Yesus
mengajar dan setelah selesai mengajar, Yesus kembali meminta Simon
untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya.
Saudara-saudara, saat itu rupanya hari sudah cukup siang. Simon yang
adalah seorang nelayan profesional pasti tahu bahwa menangkap ikan
yang paling baik itu seharusnya dilakukan di malam hari, bukannya di
siang bolong seperti ini. Pada siang hari, ikan-ikan justru akan turun
untuk mencari tempat yang lebih sejuk. Mari kita mencoba
membayangkan apa yang kira-kira dipikirkan Simon pada saat
itu??.......... Berbagai kebingungan dan keberatan mungkin timbul di
benaknya, “Hah, kembali lagi ke laut? Yang benar saja! Apa tidak salah?
Kami yang sudah terbiasa melaut saja semalaman sudah tidak berhasil
mendapatkannya, apalagi sekarang di siang bolong seperti ini? Ini
sesuatu yang mustahil! Lagipula, Yesus itu kan seorang Guru. Masa
lalunya pun hanya tukang kayu. Ia pasti tidak tahu kapan waktu yang
tepat untuk menjala ikan!” Sesungguhnya pernyataan-pernyataan seperti
itu mungkin saja terlintas di benak Simon yang sudah ahli dalam menjala
ikan. Tetapi tahukah Saudara apa yang menjadi responnya saat itu?
Simon berkata, “Guru, telah semalam-malaman kami tak henti-hentinya
menjala dan kami tidak berhasil menangkap apa-apa. Tetapi, karena
Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Ya, Simon
memutuskan tetap mengikuti perintah Yesus. Walau bagaimanapun juga,
Yesus adalah Guru yang sangat ia hormati. Meskipun Simon mungkin
tidak setuju dengan pemikiran-Nya, meskipun saat itu Simon merasa
sangat lelah dan ingin cepat pulang, ia tetap menaati perintah Yesus.
Akhirnya mujizat itu pun terjadi di depan mata Simon, di dalam perahu
miliknya sendiri. Ia gentar, bingung! Pikirannya kembali dipenuhi
dengan pertanyaan-pertanyaan, “Sesungguhnya siapakah orang ini
sehingga laut dan segala isinya dapat tunduk kepada-Nya? Tidak
mungkin seorang biasa bisa melakukan mujizat seperti itu karena jumlah
52
ikan-ikan yang mereka peroleh jauh melebihi batas normal sehingga
peristiwa ini pasti bukan hanya kebetulan belaka.” Tiba-tiba ia sadar
siapakah Yesus yang sebenarnya. Saat itulah Simon langsung tersungkur
di hadapan Yesus. Ia merebahkan diri, berlutut dengan muka sampai
menyentuh tanah. Lalu dengan gentar Simon berkata, “Tuhan, pergilah
dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”.
Saudara-saudara, perkataan ini sesungguhnya bukanlah permintaan
kepada Yesus agar segera pergi, namun lebih mengacu pada teriakan
kebingungan, ketakutan, kegentaran, karena Simon yang inferior harus
berhadapan dengan Tuhan yang superior, dia yang hanya ciptaan harus
berhadapan dengan Sang Pencipta, dan dia yang berdosa harus
berhadapan dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Pdt. Stephen Tong pernah
mengatakan bahwa, “Seseorang yang telah mengalami mujizat-Nya,
tidak mungkin tidak menyadari akan kehadiran serta kuasa Allah di
dalam dunia ini!” Hal inilah yang dialami oleh Simon saat itu!
Dan hal yang serupa pernah dialami pula oleh Nabi Yesaya saat Allah
mendatanginya. Ia berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini
seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang
najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta
alam.” Saudara, saat berhadapan langsung dengan kekudusan Allah,
setiap orang pasti akan menyadari ketidaklayakan dirinya.
Saudara-Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Siapakah Petrus? Siapakah Yesaya? Siapakah saya? Dan siapakah
saudara di hadapan Allah? Sesungguhnya kita hanyalah orang-orang
berdosa, orang-orang yang sama sekali tidak layak di hadapan-Nya.
Tidak ada satu pun yang dapat kita banggakan di hadapan Allah Yang
Maha Kudus dan Maha Mulia. Namun, Ia telah memanggil kita untuk
menjadi hamba-Nya. Bukankah ini merupakan anugerah yang besar?
Karenanya, janganlah kita sombong! Jangan pernah merasa bahwa diri
kita memang layak menjadi hamba Tuhan karena kehebatan-kehebatan
yang kita miliki, kecakapan, kepintaran, atau apapun kelebihan yang ada
di dalam diri kita. Sesungguhnya panggilan kita sebagai hamba Tuhan
adalah karena anugerah-Nya semata.
53
Saudara, panggilan Allah bagi kita rupanya bukan hanya berbicara
tentang anugerah saja, melainkan berbicara juga mengenai suatu tujuan.
Dan inilah yang menjadi kebenaran kedua…
II.
Panggilan hamba Tuhan adalah menjangkau jiwa-jiwa
Saudara-saudara kekasih Tuhan Yesus Kristus,
Rasanya masih segar dalam ingatan kita berbagai peristiwa bencana alam
yang telah beberapa kali menimpa negara ini; mulai dari tsunami, gempa,
banjir, dan masih banyak peristiwa lainnya, yang telah menewaskan
ratusan ribu orang. Ketika melihat musibah ini, pernahkah Saudara
bertanya, “Berapa banyak diantara korban tersebut yang ternyata masih
belum mengenal Yesus sebagai Juruselamat?” Apa yang Saudara
rasakan ketika melihat realita ini? Sesungguhnya untuk orang-orang
demikianlah, yaitu orang-orang berdosa yang belum mengenal Kristus,
kita dipanggil, diutus, untuk menjangkau mereka.
Panggilan untuk menjangkau jiwa-jiwa inilah yang disampaikan Yesus
kepada Simon pada waktu itu. Ketika Simon tersungkur dan
menunjukkan ketakutannya yang luar biasa, Yesus menenangkannya
dengan berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala
manusia.” Dalam perkataan Yesus ini ada tiga frasa yang sangat
penting. Frasa yang pertama adalah perkataan “jangan takut”. Ini
merupakan frasa yang dikatakan Yesus kepada Simon untuk menyatakan
bahwa kehadiran-Nya pada saat itu bukanlah untuk menghukum Simon
yang berdosa, tetapi justru untuk menyatakan anugerah pangggilan-Nya
seperti yang telah dijelaskan diatas.
Frasa yang kedua adalah perkataan “mulai dari sekarang”. Frasa ini
rupanya sering dipakai oleh Lukas baik dalam Injilnya maupun dalam
Kisah Para Rasul. Frasa ini sesungguhnya bukan berbicara mengenai
kronologis waktu, tetapi berbicara mengenai suatu perubahan mendasar
dari kondisi sebelumnya. Simon yang tadinya adalah seorang fishermen,
kini menjadi fishers of men. Seorang yang tadinya menjala ikan, kini
menjala manusia. Seorang yang dulunya hanya berfokus pada dirinya
54
sendiri, kini hidup untuk melayani orang lain. Dan frasa yang terakhir
adalah “menjala manusia”.
Saudara, mungkin kita sempat bertanya-tanya mengapa untuk memanggil
Simon menjadi murid-Nya, Yesus harus melakukan mujizat penangkapan
ikan terlebih dahulu? Dan apakah tidak ada mujizat lainnya? Saya baru
menyadari bahwa mujizat penangkapan ikan tersebut bukan sekedar
dipakai Yesus untuk menyatakan kuasa-Nya sebagai Sang Mesias Yang
Ilahi, tetapi mujizat itu sendiri memiliki makna profetik bagi pelayanan
Simon di masa yang akan datang. Ketika Simon diperintahkan untuk
bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya, Yesus
ingin menunjukkan bahwa kelak Simon pun akan diutus pergi ke tengahtengah dunia untuk menebarkan jalanya, yaitu Injil keselamatan, dan
membawa orang-orang yang terhilang kepada kepada Yesus Kristus.
Di kemudian hari kita bisa melihat bahwa Simon benar-benar
menggenapi panggilan-Nya sebagai penjala manusia. Ia berkhotbah di
hadapan ribuan orang dan terhitung 3000 orang bertobat. Simon pun
menyembuhkan dan memperkenalkan kasih Kristus pada seorang yang
lumpuh di Bait Allah. Simon juga melayani Kornelius yang merupakan
orang kafir dan masih banyak lagi pelayanan yang telah ia lakukan untuk
menjangkau jiwa-jiwa yang masih terhilang. Jelaslah bahwa perkataan
Yesus ini sesungguhnya berbicara mengenai anugerah panggilan yang
telah Ia berikan kepada Simon yang membawanya kepada pembaharuan.
Simon yang tadinya hidup untuk diri sendiri dengan mencari materi,
sekarang menjadi hidup untuk Tuhan, dengan cara menjangkau jiwajiwa.
Saudara, sesungguhnya di sekeliling kita ini banyak sekali orang-orang
yang masih membutuhkan kasih Kristus. Orang-orang yang ada di rumah
sakit, penjara, dan jalanan, mereka semua adalah orang-orang yang bisa
kita layani. Atau jangan jauh-jauh dulu. Bagaimana dengan orang-orang
terdekat kita yang belum mengenal kasih Kristus? Mungkin orang itu
adalah orang tua kita, adik, kakak, saudara, anak-anak sekolah minggu,
atau sahabat kita. Sudahkah kita mengenalkan Kristus kepada mereka?
Saudara, sesungguhnya untuk merekalah kita dipanggil.
55
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jadi jelaslah bahwa panggilan yang kita terima adalah panggilan yang
didasarkan pada anugerah Allah untuk menjangkau jiwa-jiwa, dan bukan
untuk agenda yang lain. Kebenaran ini harus selalu kita bawa sebagai
prinsip ketika kita melayani Tuhan.
Bersyukurlah Saudara kalau kita telah menyadari kebenaran ini. Tetapi
adakah diantara kita yang mulai menganggap diri layak dipilih sebagai
hamba Tuhan, atau mungkin memiliki agenda-agenda pribadi, misalnya
mencari ketenaran atau fokus pada hal-hal materi? Mari kita sama-sama
menyelidiki hati kita, motivasi pelayanan yang telah kita lakukan selama
ini. Jika memang benar kita mulai melenceng dari tujuan panggilan
semula, bertobatlah!! Mintalah pengampunan kepada Kristus supaya Dia
benar-benar menjadikan kita seorang penjala manusia yang sejati.
Percayalah, ketika kita menyadari bahwa panggilan itu adalah sebuah
anugerah dan kita setia untuk mewujudkannya, akan ada kekuatan ketika
menjalaninya dan ada sukacita yang sangat besar ketika melihat banyak
orang yang bersedia datang kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Amin! (YFH)
***
56
RANCANGAN KOTBAH 10 Pebruari 2013
Minggu Terakhir Epifania, Warna Liturgi Hijau
Bacaan: Mazmur 99
Tema:
ALLAH ITU RAJA
Tujuan:
1. Warga jemaat dapat membedakan antara raja di bumi dengan Allah
sebagai Raja.
2. Warga jemaat termotivasi untuk memberikan penghormatan kepada
Allah lebih tinggi di bandingkan raja atau pemimpin di bumi.
PENJELASAN TEKS
Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang berisi nyanyian
dan doa. Kitab Mazmur ini dikarang oleh berbagai pujangga dalam waktu
yang cukup lama. Nyanyian-nyanyian dan doa-doa ini dikumpulkan oleh
orang Israel dan dipakai dalam ibadat mereka.
Sanjak-sanjak keagamaan ini bermacam ragam: ada nyanyian
pujian dan ada nyanyian untuk menyembah Allah; ada doa mohon
pertolongan, doa mohon perlindungan dan penyelamatan; doa mohon
ampun; nyanyian syukur atas berkat Allah, permohonan supaya lawanlawan yang di hadapi dihukum oleh Allah. Doa dan nyanyian ini ada
yang bersifat pribadi, ada pula yang bersifat bersama-sama. Beberapa di
57
antaranya menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam,
sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat
Allah.
Kitab Mazmur pasal 99 ini berisi pengalaman religius yang
demikian mendalam tentang Allah. Seperti diungkapkan pemazmur,
Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan Allah sebagai Raja yang Kudus. Di
sini kedalaman iman diungkapkan dengan jelas, sebab mereka
mengetahui kebenaran penyataan illahi dari pengalaman iman mereka
bahwa Allah berkuasa atas segalanya.
Mazmur pasal 99 termasuk Mazmur Sabat yang dikaitkan secara
erat dengan ibadah Sabat. Allah sebagai pusat ibadah diyakini oleh
pemazmur sebagai seorang raja yang sangat berkuasa atas segala yang
ada, dan layak untuk mendapatkan penghormatan dan kebesaran dari
semua umat dalam pasal 99 disebutkan peran dari Musa, Harun dan
Samuel, dalam konteks kepemimpinan Israel mereka adalah orang-orang
yang menjadi penghubung antara umat dan Allah. Pada satu sisi mereka
membawa keluhan, pergumulan, persoalan umat kepada Allah, dan di sisi
lain mereka berperan sebagai pewarta kehendak Allah untuk
mengembalakan umat Allah.
Mazmur pasal 99 mengungkapkan tentang kebesaran Allah
sebagai seorang Raja, kebesaran Tuhan nampak dalam kedasyatannya
ketika Ia bertahta sehingga bumi gemetar dan mengatasi semua yang ada.
Sebagai seorang raja Allah juga memberlakukan hukum kerajaan yang
tegas dan melaksanakan kadilan atas umatnya. Allah juga mendengar
setiap seruan dari permohonan para imam untuk membebaskan mereka
dari jerat musuh. Oleh karena itu semua umat diminta oleh pemazmur
untuk memuji dan menyembah Tuhan Allah sebagai raja yang mengatasi
segalanya. Setiap orang didorong oleh keinginannya untuk memberikan
tanggapan kepada Allah yang hidup. Mereka semua dipersatukan oleh
keinginan hati mereka untuk menanggapi dengan memakai perasaan
terdalam mereka.
Tafsiran Singkat
Ayat 1 dan 2: dalam ayat ini secara langsung sang pemazmur
menyebutkan bahwa Allah itu Raja, ini ingin menegaskan bahwa
58
Allah benar-benar Raja. Keberadaan-Nya sebagai raja dijelaskan
dengan mengatasi segala bangsa. Hal ini diungkapkan pemazmur “
maka bangsa-bangsa gemetar”. Kekuasaan Allah juga mengatasi
keberadaan segala mahluk baik di bumi maupun di surga. Kerubim
yang dimaksud kerub adalah mahluk sorgawi yang bersayap yang
menjadi penjaga Firdaus, kebesaran Tuhan juga nampak di Sion.
Sion adalah tempat di mana mula-mula bagian selatan dari bukit
Timur yang direbut Daud. Di sebelah utaranya kemudian Salomo
membangun bait suci, Bukit Sion berada di wilayah Yerusalem,
Ayat 3: ayat ini merupakan respon dari pemahaman terhadap kebesaran
Allah sebagai Raja, yang mengatasi bangsa-bangsa, alam semesta,
mahluk sorgawi. Dalam penyembahan umat kepada Allah di Sion,
nyanyian syukur diperdengarkan. Allah adalah Allah Yang Kudus
yang berarti Ia bebas terhadap dunia atau segala sesuatu yang
terpisahkan (dikhususkan) dari kebiasaan atau hal-hal yang
duniawi. Karena itu TUHAN Allahlah yang harus di puji dan
ditinggikan.
Ayat 4: Sebagai Raja Allah adalah raja yang kuat, bukan raja yang
lemah. Dalam kekuatannya ini Allah menegakan kebenaran.
Kebenaran hanya bisa ditegakan oleh mereka yang kuat. Allah
menegakan hukum itu secara turun temurun, hukum Allah tetap
untuk selamanya.
Ayat 5: Ungkapan Tinggikan dan menyembah juga di ungkapkan dalam
ayat ke-9. Respon terhadap keberadaan Allah sebagai raja yang
berkuasa sekaligus mendengarkan keluh kesah umatnya mendorong
umat untuk meninggikan dan menyembah Dia. kata sujud di
tumpuan kaki TUHAN merupakan sikap kerendahan hati terhadap
Allah sebagai raja yang layak untuk disembah dan di kagumi.
Ayat 6-8: ayat ini mennjukkan hakikat Allah sebagai raja yang
mendengarkan seruan Musa, Harun, dan Samuel. Sebagai raja
Allah melindungi umatNya melalui tiang awan dan membalaskan
serta menghukum musuh-musuhnya.
Ayat 9 : Umat perlu menyembah Tuhan di Gunung-Nya yang kudus
yaitu di gunung Sion. Bagi Bangsa Israel, Gunung Sion menjadi
pusat penyembahan kepada Allah.
59
KONTEKS MASA KINI
1. Dalam praktik kehidupan manusia, Allah tidak ditempatkan dalam
posisi yang tertinggi melainkan masih bisa dikalahkan dengan
kepentingan raja-raja yang ada di dunia ini
2. Didalam ibadah kita masih ada perilaku yang kurang menghargai dan
menghormati Allah, contohnya, orang masih rebut ketika ibadah
sudah mulai, masih memainkan Hp. Ketika ibadah sudah berjalan,
masih ada yang ngobrol ketika kotbah disampaikan sehingga orang
tidak memperhatikan isi kotbah, dan lain sebagainya.
3. Para penguasa dipercaya oleh Tuhan untuk menegakkan hukum,
tetapi dalam praktiknya masih ada penguasa yang menyalahgunakan
wewenang/hukum.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pendahuluan
a. Awali kotbah dengan pertanyaan mengapa Allah harus
dimuliakan.
b. Pengkotbah dapat melanjutkan dengan pertanyaan: “ mengapa
kita perlu beribadah kepada Tuhan?”
c. Jelaskan kepada jemaat tentang arti raja dalam pandangan umum,
agar jemaat memiliki gambaran awal tentang Allah sebagai raja.
2. Isi
a. Uraikan tetang peran Allah sebagai raja yang harus dihormati atau
ditakuti.
b. Allah menegakkan keadilan, serta berkenan mendengar seruan
umatnya ketika mereka minta tolong kepada Allah.
c. Ungkapkan juga perbedaan antara Allah sebagai Raja, dan raja
yang ada di dunia ini dalam kepribadian dan kepemimpinan
mereka.
d. Jemaat harus meninggikan dan menyembah TUHAN
3. Penutup
Akhiri kotbah dengan meyakinkan jemaat, bahwa Allah adalah Raja
diatas segala raja, maka sebagai umat datanglah kepadanya dan maka
Ia akan mendengar permohonan jemaat yang tertindas.
60
Ajak jemaat untuk memberikan penghormatan kepada Allah melebihi
penghormatan kepada raja di muka bumi ini.
Daftar Ayat dan Lagu
Pujian Pembukaan
Nats Pembimbing
Pujian Syukur
Berita anugerah
Nyanyian kesanggupan
Respon terhadap Firman
Nast Persembahan
Pujian Persembahan
Pujian Penutup
:KJ 227: 1,2
:Yes 33: 5
:KJ 13: 1,2,3
:Zef 3: 15
:KJ 222b : 1, 4, 6,7
:KJ 293: 1,3
:Wahyu 11: 17
:KJ 161: 1:KJ 406: 1
Contoh Kotbah Jadi
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Mengapa Allah perlu ditinggikan? Dalam diri kita mungkin ada
pelbagai macam alasan, mengapa kita meninggikan Allah. Ada yang
merasakan bahwa ialah Tuhan kita. Ada juga yang mengatakan Ialah Juru
Selamat kita. Ada juga yang mengatakan bahwa Ialah sumber berkat kita.
Apapun itu, semua adalah ungkapan iman kita. Dan hari ini kita belajar
sebuah naskah ibadat dari bangsa Israel, yang diambil dari Kitab Mazmur
pasal 99, pasal ini berisi salah satu dasar umat Israel untuk mengadakan
ritual ibadah mereka. Hal yang menarik adalah Allah yang diagungkan,
disembah sebagai Raja.
Dalam kamus bahasa Indonesia raja adalah orang yang
mengepalai dan berkuasa atas satu bangsa atau negara yang
kekuasaannya terbatas, yaitu dalam ruang lingkup yang ia pimpin. tetapi
dalam pemahaman Allah sebagai raja, kekuasaan-Nya tidak terbatas,
melainkan Ia berkuasa atas segala-galanya.
Pasal 99 menjelaskan kepada kita bahwa Allah adalah Raja, kalau
Allah yang menjadi Raja, maka siapa yang dikuasainya, siapa yang
dikepalainya, jawabnya ada dalam ayat-ayat yang kita renungkan saat ini.
61
Ada beberapa hal yang sangat penting, ketika kita hendak
menyembah Allah sebagai Raja dalam ritual ibadah dan dalam hidup kita
sehari-hari:
Yang pertama: Tuhan adalah Raja atas Bangsa-Bangsa, dalam
ayat 1-2 diungkapkan, bahwa Allah sebagai raja dapat membuat bangsabangsa gemetar, dan Ia lebih tinggi dari bangsa-bangsa. Ini menunjukan
bahwa keberadaan Allah sebagai Raja tidak bisa disamakan dengan rajaraja yang ada di muka bumi ini. Rasa gemetar adalah tanda yang paling
nyata dari rasa hormat, takjub terhadap kekuasaan yang lebih besar. Pada
kenyataanya Allah adalah Raja yang lebih besar dari semua raja di bumi.
Yang kedua: sebagai raja Ia berkuasa atas Alam semesta, tanda
yang nyata bahwa Allah berkuasa atas alam semesta, dapat kita lihat dari
ungkapan ayat ke-1 bumi goyang. Bumi dapat goyang manakala Allah
bersemayam atau duduk di dalam singasanana-Nya (kerub-kerubnya).
Yang ketiga: Raja Yang kuat dalam Hukum, Allah adalah raja
yang kuat, kekuatan Allah sebagai raja terletak pada hukum yang ia
miliki. Allah setia pada hukum yang Ia buat. Ayat 4 menegaskan kepada
para pengikutnya bahwa Allah menegakan kebenaran, ungkapan ini
dipertegas dengan pernyataan bahwa; Allah sangat mencintai hukum itu
dan menegakan kebenaran sesuai hukum itu turun menurun dalam
keturunan Yakub/ Israel.
Yang ke Empat: Raja yang mendegarkan keluh kesah,
Kemudian dalam ayat ke 6 dungkapakan, adanya orang-orang yang
berseru kepada Allah, dimana Allah diyakini sebagai Raja, diantaranya
ada Musa, Harun, dan Samuel yang kesemuan seruannya diungkapkan
dalam situasi yang berbeda, dan mereka didengar serta mendapatkan
jawaban atas pergumulan mereka, dan mereka ada di tengh-tengah umat
sebagai seorang iman dan nabi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika kesadaran keberadaan Allah yang mengatasi bangsabangsa dan alam semesta, serta kuat dalam hukum dan mendengarkan
keluh kesah umatnya maka kesadaran umat selanjtnya adalah:
Meninggikan Tuhan Allah, yang berarti umat menempatkan
Tuhan Allah sebagain satu-satunya yang utama didalam hidupnya, dan
dalam ritual ibadah Allah satu-satunya yang harus diagungkan. Didalam
62
ibadah orang Israel melalui pemazmur ini kemudian mereka melihat
sosok Allah yang menjadi pusat ibadah dan penyembahan.
Selanjutnya adalah Sujud menyembah, yang artinya berlutut
dan menundukan kepala kita dihadapan Tuhan sebagai sang Raja, bukan
hanya secara fisik yang nampak, tetapi juga secara totalitas dalam
hati, pikiran dan seluruh hidup, sebab ia yang menguasai seluruh
hidup umat manusia.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Ketika kita hidup didunia ini mau tidak mau, kita berada dalam
kekuasaan yang namanya pemerintah. Setiap negara memiliki model
kepemimpinan yang berbeda ada negara yang mengakui bahwa
pemimpin mereka disebut raja, negara yang lain menyebut pemimpin
mereka presiden. Apapun sebutannya para pemimpin tersebut adalah
orang yang diberi kuasa untuk memimpin saudara dan saya.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Gambaran Allah sebagai Raja yang disampaikan oleh pemazmur
ini, sangat berbeda dengan raja yang ada di muka bumi ini. Raja yang
kita kenal di muka bumi ini tidak akan pernah bisa menguasai alam
semesta ini yang memiliki kekuatan yang besar, raja yang ada di muka
bumi ini masih mencari penghormatan dan pengakuan atas bangsabangsa lain. Mungkin juga ada raja di muka bumi ini, namun belum tentu
tidak mendengar jeritan kita, bahkan tidak berani menegakkan kebenaran
atau hukum yang ada. Allah sungguh beda. Ialah Allah yang setia,
tegas namun penuh kasih.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Dalam dunia pemerintahan kita diwajibkan untuk menghargai dan
menghormati raja yang ada dimuka bumi ini. Sudah tentu kita juga harus
lebih lagi menghargai dan menghormati, bahkan meninggikan serta
menyembah Allah kita yang adalah Raja diatas segala raja.
Bagaimana cara kita untuk menghormati Allah kita sebagai Raja?
Kalau kita mengambarkan ibadah adalah salah satu bentuk untuk
meninggikan dan menyembah Allah secara nyata, maka penerapan yang
63
paling nyata dan dapat kita lakukan dalam hidup kita adalah dengan
melakukan hal-hal yang baik, dimulai lebih dulu dalam ibadah:
Pertama: Meninggikan Allah, dalam ayat 3 biarlah mereka
menyanyikan syukur. contohnya; ketika kita menyanyiakan pujian dalam
ibadah di gereja maupun kegiatan persekutuan mari kita memuji Tuhan
dengan sunguh-sungguh menghayati, bukan sekedar menyanyi, karena
pujian kita akan kita berikan untuk TUHAN Raja alam semesta.
Nyanyian bukan untuk menyenangkan diri sendiri tetapi untuk
menyenangkan hati Tuhan.
Kedua: sujud menyembah. Sujud menyembah adalah sikap
kerendahan hati dan ketertundukan kepada otoritas Allah. Contoh ketika
kotbah disampaikan, kalau kita menghormati Allah sebagai raja maka
kita patut mendengarkan dengan rasa hormat, tidak ngobrol sendiri, tidak
bermain HP (Hand phone) dll. Ketika kita berdoa mari kita datang
dengan ketulusan hati, dengan hati yang hancur, dengan menyadari
bahwa Allah sang Raja Yang Agung berkuasa dan menguasai seluruh
kehidupan kita.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita mengetahui bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna.
Namun kita juga percaya, bahwa Tuhan Yesus Kristus sanggup
memberikan kekuatan kepada kita untuk menjalankan perintahNya. Ialah
Raja yang sungguh mengasihi kita. Ia Raja yang peduli dengan kita.
Mari kita tetap yakin teguh menjadi umat yang dikasihi Sang Raja,
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kiranya TUHAN Allah memberkati kita semua menjadi umat
yang meninggikan dan meyembah Yesus Kristus sebagai Raja. Tuhan
memberkati. Amin. (TAR)
***
64
MULAI TANGGAL
13 Pebruari 2013
s/d.
19 Mei 2013
MENGGUNAKAN
PANDUAN MASA PERAYAAN
PASKAH DAN PENTAKOSTA
65
KOTBAH MINGGU, 26 Mei 2013
Minggu Trinitas, warna liturgi Putih
Bacaan: Roma 5:1-5
Tema:
BERMEGAH DALAM PENDERITAAN
Tujuan:
Jemaat menjalani hidup dalam ketekunan.
PENJELASAN TEKS
Surat ini ditulis dari Kota Korintus (Roma 15:32), di mana Paulus
berada di rumah Gayus (Roma 16:23), sementara menulis surat ini
melalui pembantunya, Tertius (Roma 16:22), agaknya pada akhir
perjalanan Paulus yang ketiga (Roma 15:25), menjelang awal musim
pelayaran di wilayah Laut Tengah, yaitu pada akhir musim dingin
(Februari–Maret thn. 57 M). Keadaan Rasul Paulus pada saat itu
digambarkan dalam KPR. 20:2-3. Ternyata pada waktu itu orang-orang
Yahudi bermaksud membunuh dia sehingga ia terpaksa membatalkan
pelayaran ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi (sekitar 700 km
dari Korintus). Ternyata Paulus sedang merencanakan untuk kembali ke
Yerusalem untuk hari Pentakosta (KPR 20:16) guna menyampaikan
secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non Yahudi kepada orangorang kudus di Yerusalem (Roma 15:25-27).
Roma 5 dibuka dengan kata, "sebab itu", yang menunjukkan
bahwa ayat ini merupakan kelanjutan atau hasil akhir dari ayat
sebelumnya, yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di
dalam Kristus yang telah mati dan bangkit demi menebus dan
menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan, maka kita
hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus
Kristus.
66
Kemudian dilanjutkan dengan ayat 2a, ayat ini mengajarkan
bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah
Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Melalui Kristus,
kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan izin masuk ke
dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera sejati. Tanpa Kristus,
tak mungkin ada jalan masuk kepada anugerah dan damai sejahtera dari
Allah ini.
Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan
yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah.
Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan
hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati,
kita pun akan menerima kemuliaan Allah.
Ayat 3 & 4, kata “Dan bukan hanya itu saja.” menunjukkan
bahwa selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah
dibenarkan melalui iman. Juga bermegah meskipun sendang mengalami
penderitaan atau kesengsaraan. Ini harus dilihat dalam konteks penulisan
surat Roma, di mana jemaat-jemaat Kristen menerima penganiayaan dari
kekaisaran Romawi yaitu barangsiapa yang berani menyebut Tuhan
kepada pribadi selain Kaisar, harus dihukum mati. Dalam konteks inilah,
Paulus menghibur jemaat Roma agar mereka juga bermegah di dalam
kesengsaraan selain menerima damai sejahtera dari dan dengan Allah
setelah dibenarkan melalui iman.
Paulus melihat realita/kenyataan penderitaan itu dari sudut
pandang kedaulatan Allah. Kesengsaraan dipandang secara positif oleh
Paulus sehingga orang beriman menghadapi kesengsaraan dengan tahan
uji. Karena kesengsaraan yang dialami itu akan berbuah ketekunan,
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan, dan pengharapan tidak mengecawakan karena kasih Allah
telah dianugerahkan. Jadi, penderitaan ternyata justru melahirkan 3 ciri
kualitas iman orang percaya, yaitu ketekunan, tahan uji dan pengharapan.
(Band. Yak 1:2-4).
KONTEKS MASA KINI
1. Keadaan ekonomi yang semakin sulit, menambah jumlah orang yang
menjadi miskin, orang menjadi sulit/susah bahkan menderita karena
67
2.
3.
4.
5.
ekonomi. Bagaimana perikop ini bisa menjadi inspirasi bagi kita
untuk mengatasi masalah tersebut.
Persaingan dalam dunia kerja yang semakin keras, yang tidak luput
bagaimana mencapai satu tujuan dengan cara yang tidak benar atau
saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Berbagai hal yang tidak
halal menjadi dihalalkan.
Adanya Bencana Alam gagal panen, pemutusan hubungan kerja.
Ada sikap dan sifat manusia yaitu manja dan mudah putus asa.
Ketika menghadapi persoalan dan kesulitan, tidak menjadi kuat atau
tangguh tetapi malah menjadi lemah dan putus asa.
Memang ada yang pesimis menghadapai penderitaan tetapi ada juga
yang tetap optimis berjuan untuk tetap bertahan dalam iman.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pembukaan
Pengkotbah membuka dengan sebuah pertanyaan: “Apakah menjadi
orang Kristen itu bahagia? Apa ukuran bahagia? Bisakah orang
Kristen yang sedang menderita merasa bahagia?”. Menunggu respon
dari anggota jemaat, beri apresiasi siapapun yang mau
menjawab/memberi respon.
Pengkotbah mengajak jemaat untuk melihat teks yang dibaca,
dengan diawali membaca Roma 4:25.
2. Isi
Pengkotbah menyampaikan isi teks berdasarkan penjelasan teks di
atas, sesuai dengan struktur teks di atas kepada jemaat, dengan
tematik sebagai berikut :
1) Sampaikan bahwa setiap orang Kristen sudah dibenarkan karena
iman, oleh karena itu sekalipun sedang menderita, kita bias
bermegah dalam penderitaan.
2) Sampaikan tanggapan iman Kristen terhadap penderitaan.
Dorong/motivasi jemaat untuk memandang penderitaan secara
positif.
3) Menghadapi penderitaan ketekunan, tahan uji dan tetap
berpengharapan.
4) Pengharapan kita tidak mengecewakan karena Allah telah
mengaruniakan Roh Kudusnya.
68
3. Penutup
Pengkotbah menyampaikan aplikasi/penerapan atau contoh-contoh
kongkrit terhadap hidup yang tekun, tahan uji dan berpengharapan
kepada Tuhan berdasarkan konteks masa kini. Contoh ketika
menghadapi kemarau kita cenderung untuk mengeluh. Padahal
kemarau justru menjadi kesempatan untuk membuat bata atau
kesempatan untuk menanam sayuran. Atau ada anggota jemaat yang
sakit, tetapi tetap setia kepada Tuhan daripada harus berobat ke
dukun.
Daftar ayat dan lagu.
Nats Pembimbing : Mazmur 145:8-9
Berita Anugerah : Roma 3:23-24
Petunjuk Hidup Baru :Roma 6:12-14
Nats Persembahan :Roma 10:9-10
Lagu-lagu:
1. KJ 10
PKJ 4
2. KJ 242
PKJ 101
3. KJ 33
PKJ 40
4. KJ 246
PKJ 102
5. KJ 267
PKJ 145
6. KJ 260
PKJ 185
***
Contoh Kotbah Jadi
BERMEGAH DALAM PENDERITAAN
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Apakah menjadi orang Kristen itu bahagia? Apa ukuran bahagia?
Bisakah orang Kristen yang sedang menderita merasa bahagia?”.
Roma 5 ini, dibuka dengan kata, "sebab itu". Hal ini menunjukkan bahwa
ayat ini merupakan kelanjutan dari perikop-perikop sebelumnya yang
mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang
69
telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang
berdosa. Setelah kita dibenarkan, maka kita hidup dalam damai sejahtera
dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus. Dilanjutkan ayat 2a,
“Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia
ini.” Ayat ini mengajarkan bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar
kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari
dosa.
Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan
yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah,
sebagaimana yang tertulis di ayat 2b, “Di dalam kasih karunia ini kita
berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima
kemuliaan Allah.” Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita,
karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga
damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah.
Kemuliaan Allah yang dahulu pernah dirusakkan oleh dosa sekarang di
dalam Kristus, kita mengharapkan kemuliaan Allah karena kita telah
dipulihkan/didamaikan oleh penebusan Yesus Kristus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan
tahan uji menimbulkan pengharapan”(ay. 3, 4), menunjukkan bahwa
selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah dibenarkan
melalui iman juga punya pengharapan walaupun mengalami
penderitaan/kesengsaraan.
Jemaat di Roma pada waktu itu mengalami penganiayaan dari
kekaisaran Romawi karena tidak mau menyembah Kaisar. Mereka tetap
mempertahankan iman kepada Yesus.
Rasul Paulus juga mengalami banyak penderitaan dalam
pelayanannya. Tetapi Ia tetap bersukacita, tidak putus asa dan selalu
berpengharapan. Karena ia yakin bahwa tidak ada seorangpun atau
sesuatupun yang dapat memisahkan dirinya dari kasih Kristus. Bahkan
kesengsaraan yang dialami itu, berbuah ketekunan, Ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Penderitaan tidak melahirkan keputus-asaan bagi pengikut Kristus,
70
melainkan melahirkan 3 buah baru, ketekunan, tahan uji dan
pengharapan.
Di kala seorang Kristen makin tekun dalam iman, ia akan makin
dekat dengan Tuhan Yesus. Hal inilah yang menyemangati seseorang
makin menjadi tahan uji. Menjadi seorang yang tahan uji ini berawal dari
sikap hati yang mau tekun dan bermegah oleh karena penderitaan/
kesengsaraan sebagai orang Kristen. Seperti dalam sabda-Nya melalui
rasul Yakobus adalah suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap
imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan oleh ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan
utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yak 1:2-4). Ketekunan, tahan
uji dan penegharapan tersebut dimungkinkan terjadi karena kita telah
dikaruniai Roh Kudus, yang menghibur, menguatkan, meneguhkan,
memimpin menyertai dll.
Jemaat-jemaat dizaman Rasul-Rasul telah menjadi teladan dalam
hal menghadapi berbagai tekanan dan penganiayaan. Dan mereka pun
tetap beriman dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Sekalipun ada
diantara mereka harus menjadi santapan bagi singa yang lapar, dibakar
hidup-hidup, dll.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, dari bacaan di atas,
ada banyak hal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sekarang
ini, menjadi orang yang bersyukur atas anugerah Tuhan dalam iman
kepada Yesus Kristus, dan kehidupan iman ini membawa kita bermegah
atas anugerah Tuhan walaupun menderita/sengsara. Contohnya ketika
menghadapi kemarau kita cenderung untuk mengeluh. Padahal kemarau
justru menjadi kesempatan untuk membuat bata atau kesempatan untuk
menanam sayuran. Kita juga terharu, terhibur dan bangga pada saat ada
anggota jemaat yang sakit tak kunjung sembuh, tetapi tetap memilih
untuk setia kepada Tuhan daripada harus berobat ke dukun klenik.
(dukun klenik adalah dukun yang menyembuhkan dengan menggunakan
kekuatan gaib atau roh-roh jahat). Contoh-contoh keteladanan dari para
pahlawan iman ini membawa hidup kita makin tekun, tahan uji dan
berpengharapan ketika kita mengalami penderitaan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, dibalik setiap penderitaan yang kita
alami, selalu ada sesuatu yang ingin Allah nyatakan bagi kita. Karena
71
setiap orang yang menderita akan beroleh kekuatan, penghiburan, dan
dukungan baik dari Roh Kudus maupun dari sesama anggota tubuh
Kristus. Marilah kita terus menjalani realitas kehidupan dengan tekun,
tahan uji dan berpengharapan pada kasih karunia Allah yang tidak pernah
mengecewakan. Amin. (KDW).
RANCANGAN KOTBAH, 2 Juni 2013
Minggu Biasa I Warna Liturgi Hijau
Bacaan: 1 Raja-Raja 18:20-39
72
Tema:
TUHAN MENGABULKAN DOA
TEPAT PADA WAKTUNYA
Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Tuhan adalah Allah yang sejati, yang hidup
berkarya dalam kehidupan manusia.
2. Jemaat memahami dan percaya bahwa pertolongan Tuhan tepat pada
waktunya Tuhan pasti datang dalam kehidupan orang percaya.
PENJELASAN TEKS.
Kitab I Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada
mulanya merupakan satu kitab yang menceritakan mengenai kehidupan
bangsa Israel selama empat abad sesudah kematian Daud dan
pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kitab itu menceritakan bagaimana
suatu negara yang kuat dan bersatu terpecah menjadi dua; bagaimana
kerajaan utara yang lebih besar yang terus menerus berpaling dari Allah
akhirnya dimusnahkan; bagaimana Yehuda juga gagal untuk memelihara
perjanjian dengan Allah dan bagaimana negeri itu juga dilanda bencana,
yang mencapai puncaknya pada penghancuran Yerusalem dan
pembuangan besar-besaran ke Babel. I Raja-raja merangkum 120 tahun
pertama dari kisah yang lengkap.
Siapa Penulisnya?
Kitab ini mungkin ditulis oleh seorang nabi atau sejumlah nabi
yang menulis di Babel selama masa pembuangan, sekitar tahun 550 SM.
Bahan tulisan diambil dari berbagai sumber, seperti catatan resmi
pemerintah atau kumpulan kisah-kisah tentang para nabi yang kemudian
disatukan sedemikian rupa untuk memberikan tekanan pada pokok-pokok
yang ingin diungkapkan oleh si penulis.
Tentang Sikap Dan Tindakan Allah:
1. Allah adalah Tuhan yang berkuasa sepanjang sejarah.
73

Rehabeam mencoba untuk tidak mengikutsertakan Allah, dan itu
tidak mungkin terjadi. Sebenarnya penghakiman Allahlah yang
menyebabkan ia kehilangan sepuluh suku dan bukan disebabkan
oleh pemberontakan rakyatnya. Bahkan, sebelum Salomo mangkat
Yerobeam telah diangkat oleh Allah untuk memerintah Israel.
1Raj. 11:26-12:24
 Ahab telah menyaksikan suatu peragaan kekuasaan Allah pada
waktu nabi-nabi Baal dikalahkan di Gunung Karmel. Walaupun
demikian, dalam perang Siria, Ahab mencoba untuk menghindari
kehendak Allah dengan jalan menyamar; tetapi ia mati seperti apa
yang dikatakan Allah. 1Raj. 18:1-46; 22:5-40
2. Allah tidak begitu saja membinasakan umat-Nya.
 Tidak taat kepada Tuhan dan menerima hukuman-Nya tidak
selalu berarti bahwa kita tidak lagi dapat melayani Dia. Bangsa
Yehuda menyadari hal ini setelah kerajaan itu terpecah. Tuhan
telah menghukum mereka, tetapi Dia masih tetap Allah mereka
dan masih berbicara kepada mereka.1Raj. 12:1-24
 Tidak satu pun dari ketujuh raja Israel pertama yang melayani
Tuhan, tetapi Allah masih belum berputus asa terhadap bangsa
itu. Dia masih menginginkan penyembahan mereka, dan di atas
Gunung Karmel kembali Allah menunjukkan kepada mereka
suatu peragaan kuasa-Nya yang besar. 1Raj. 18:1-46
TAFSIRAN TEKS
Pertandingan dengan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel ini adalah
salah satu cerita yang paling dramatis dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pertandingan ini bukan untuk menunjukan yang mana dari keduanya
yang lebih besar tetapi untuk menyatakan Allah yang sejati dan benar dan
sekaligus membuktikan allah yang palsu dan yang tidak mempunyai
kuasa apapun.
Ayat 20-25, nabi Elia yang menegur seluruh orang Israel dan
termasuk raja Ahab, raja Israel itu sebagai orang-orang yang telah
melakukan dosa dengan menolak untuk menyembah kepada Tuhan.
Mereka mengikuti nabi-nabi palsu untuk menyembah kepada Baal. Elia
menyebut sebagai orang yang berlaku timpang dan bercabang hatinya.
Elia ingin membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah yang hidup.
74
Sehingga tidak dapat mendengarkan doa dan tidak dapat bergerak. Hanya
Allah saja yang patut disembah karena Allah itu sanggup berbuat sesuatu
untuk menolong dan menyelamatkan manusia.
Ayat 26-29, untuk membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah
dengan cara meminta kepada nabi-nabi Baal agar berseru kepada
allahnya yaitu Baal untuk membuat Api yang dapat membakar korban
bakaran diatas Mezbah, yaitu korban lembu jantan yang terbaik. Dari
pagi hari sampai siang hari mereka menunggu dan tidak terjadi apa-apa,
lalu mereka mulai menari-nari dan sambil menyiksa diri dengan
menggoreskan pedang dan tombak ketubuh mereka masing-masing
sampai kira-kira jam tiga sore namun juga tidak terjadi apa-apa, tidak ada
api yang membakar korban yang mereka buat di Mezbah itu, mulailah
mereka putus asa dan kecewa. Akhirnya mereka kerasukan.Dengan
segala upaya nabi – nabi baal telah gagal membuktikan bahwa baal itu
ada, baal bukanlah allah.
Ayat 30-39 kemudian giliran nabi Elia, nabi Allah itu
memperagakan cara dia memanggil Allah dan mendatangkan api. Ia
meminta seluruh rakyat Israel mendekat untuk menyaksikan bagaimana
Allah menyatakan diri dan kuasaNya tepat pada waktuNya. Lalu ia
memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Yaitu
Mezbah yang dahulu telah dibangun oleh nabi-nabi Allah namun
telah dihancurkan oleh nabi-nabi baal.
Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku
keturunan Yakub. —Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN:
"Engkau akan bernama Israel." Ia mendirikan batu-batu itu menjadi
mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah
itu yang dapat memuat dua sukat benih (suatu ukuran lebih kurang
22,5 liter).
Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh
potongan-potongannya di atas kayu api itu lalu berkata: "Penuhilah
empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke
atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk kedua
kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian
katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka berbuat
begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu;
bahkan parit itupun penuh dengan air. Kemudian pada waktu
75
mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya
TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui
orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini
hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara
ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini
mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang
membuat hati mereka tobat kembali. Nabi Elia menaikkan doa singkat
yang isinya agar Tuhan menjawab semua permohonan Elia termasuk
menurunkan api keatas korban bakaran dan dengan demikian maka Elia
juga diakui oleh umat sebagai nabi Tuhan. "Lalu turunlah api TUHAN
(seperti halilintar) menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan
tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ini sangat
mengerankan bagi semua orang yang melihatnya. Artinya: api itu bukti
doa Elia dikabulkan Tuhan. Seluruh rakyat Israel lalu sujud kepada
Tuhan serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!
KONTEKS MASA KINI
1. Persoalan yang rumit dan berat misalnya masalah ekonomi, hubungan
perselingkuhan, kehilangan pekerjaan, susahnya memilih jodoh
sering menyebabkan seseorang meninggalkan imannya.
2. Iman yang lemah sering menjadikan orang bimbang dan memilih
menaruh pengharapan kepada jimat, pedukunan dsb.
3. Sakit yang berat misalnya stroke, lumpuh, jantung, paru-paru,
diabetes, tumor/ kanker, tidak punya keturunan biasanya membuat
orang tidak sabar menantikan kesembuhan dari Tuhan.
4. Sedikit orang saja yang sabar menantikan waktunya kuasa Tuhan
dinyatakan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pendahuluan:
Pengkotbah membuka kotbahnya dengan memberikan satu buah contoh
tentang waktunya Tuhan mengubah seorang Kristen yang semula
jarang ke gereja lalu menjadi rajin kegereja setelah mengalami
pengalaman rohani diselamatkan dari kecelakaan lalu lintas yang ia
alami.
76
2. Isi:
Pengkotbah memperhatikan penjelasan teks dengan memperhatikan
setiap bagiannya:
a. Bangsa Israel telah sesat dan menyembah Baal.
b. Kebobrokkan iman mereka digambarkan dengan mereka
membunuh nabi-nabi Tuhan. Tetapi masih ada 100 nabi yang
disembunyikan oleh Obaja. Hanya Elia seorang diri yang berani
menghadapi nabi-nabi Baal.
c. Ada 450 nabi-nabi Baal yang dipercaya oleh orang-orang Israel,
dan telah menyesatkan bangsa Israel dan raja-rajanya.
d. Waktunya Tuhan menyatakan diri sebagai Allah yang sejati yang
layak disembah oleh seluruh orang Israel. Allah mendatangkan
api besar yang membakar habis persembahan nabi Elia.
e. Semua nabi baal akhirnya dibinasakan dan tidak ada lagi penyesat
diseluruh Israel.
3. Penutup:
Pengkotbah mengakhir kotbahnya dengan memaparkan konteks masa
kini. Pengkotbah mendorong dan meyakinkan jemaat untuk
menantikan waktu Tuhan pasti dinyatakan bagi semua orang
percaya. Karena Tuhan itu Allah yang sejati.
Daftar ayat dan lagu
1.KJ 1
2.KJ 457
3.KJ 292
4.KJ 358
5.KJ 439
***
Contoh Kotbah Jadi
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
77
Ada sebuah ceritera kisah hidup seorang ibu yang menarik
demikian: “ada seorang ibu yang bekerja sebagai pedagang setiap harinya
sibuk berdagang sampai hari minggupun tidak sempat untuk beribadah,
sampailah pada suatu hari ia pulang dari berdagang dalam suasana hujan
lebat, tiba-tiba ia disrempet mobil truk sehingga ia jatuh tidak sadarkan
diri. Kepalanya terluka parah dan dirawat dirumah sakit sampai 25 hari.
Setelah ia sembuh ia mengatakan bahwa ia masih hidup karena mukjijat
Tuhan. Tuhan memberikan hidup kedua kepadanya yakni hidup baru. Ia
yang dulunya tidak pernah ke gereja karena sibuk berbisnis, kemudian
mulai rajin kegereja dan melayani Tuhan. Inilah waktu Tuhan berkarya
mengubah hati dan hidup seseorang.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Demikian pula dalam Firman Tuhan yang kita baca, kita dapat
mengetahui bahwa Tuhan itu menyatakan kuasaNya pada waktu yang Ia
tentukan sendiri. Ini terjadi dalam kisah tentang nabi Elia. Pada suatu
ketika diadakanlah pertandingan antara nabi-nabi Baal dan nabi Elia di
Gunung Karmel. Kisah ini adalah salah satu ceritera yang paling
dramatis dalam Kitab Perjanjian Lama. Pertandingan ini bukan untuk
menunjukkan yang mana dari keduanya yang lebih besar tetapi untuk
menyatakan Allah yang sejati dan benar dan sekaligus membuktikan
allah yang palsu dan yang tidak mempunyai kuasa apapun. Ini
dikarenakan seluruh orang Israel dan termasuk raja Ahab, raja Israel itu
sebagai orang-orang yang telah melakukan dosa dengan menolak untuk
menyembah kepada Tuhan. Bangsa Israel mengikuti nabi-nabi palsu
untuk menyembah kepada Baal. Elia menyebut sebagai orang yang
berlaku timpang dan bercabang hatinya. Elia ingin membuktikan bahwa
Baal itu bukan Allah yang hidup sehingga tidak dapat menjawab doa
mereka. Hanya Allah saja yang patut disembah karena Allah itu sanggup
berbuat sesuatu untuk menolong dan menyelamatkan manusia. Untuk
membuktikan bahwa Baal itu bukan Allah, maka nabi Elia meminta nabinabi Baal agar berseru kepada allahnya yaitu Baal untuk membuat Api
yang dapat membakar korban bakaran diatas Mezbah, yaitu korban
lembu jantan yang terbaik. Dari pagi hari sampai siang hari mereka
menunggu dan tidak terjadi apa-apa, lalu mereka mulai menari-nari,
menyiksa diri dengan menggoreskan pedang dan tombak ke tubuh
78
mereka masing-masing sampai kira-kira jam tiga sore namun juga tidak
terjadi apa-apa, tidak ada api yang membakar korban yang mereka buat
di Mezbah itu. Mulailah mereka putus asa dan kecewa. Belum lagi nabi
Elia mengejek nabi-nabi Baal itu mulai tengah hari sampai sore hari
dengan mengatakan: “berteriaklah lebih keras barangkali Baal itu sedang
sibuk, merenung atau sedang tertidur”. Artinya dengan segala upaya
nabi–nabi Baal telah gagal membuktikan bahwa baal itu Allah yang
berkuasa.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Kemudian giliran nabi Elia, nabi Allah itu memperagakan cara
dia memanggil Allah dan mendatangkan api. Ia meminta seluruh rakyat
Israel mendekat untuk menyaksikan bagaimana Allah menyatakan diri
dan kuasaNya tepat pada waktuNya. Lalu ia memperbaiki mezbah
TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Yaitu Mezbah yang dahulu telah
dibangun oleh nabi-nabi Allah namun telah dihancurkan oleh nabi-nabi
baal. Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku
keturunan Yakub. Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN:
"Engkau akan bernama Israel." Ia mendirikan batu-batu itu menjadi
mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah
itu yang dapat memuat dua sukat benih (suatu ukuran lebih kurang 22,5
liter). Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh
potongan-potongannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata:
"Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban
bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian katanya: "Buatlah begitu
untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya.
Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!" Dan mereka
berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air mengalir sekeliling
mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. Kemudian pada waktu
mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya
TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui
orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini
hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara
ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini
mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang
membuat hati mereka tobat kembali. Nabi Elia menaikkan doa singkat
79
yang isinya agar Tuhan itu Allah sejati dengan menjawab semua
permohonan Elia termasuk menurunkan api keatas korban bakaran dan
dengan demikian maka Elia juga diakui oleh umat sebagai nabi Tuhan.
"Lalu turunlah api TUHAN (seperti halilintar) menyambar habis korban
bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu
habis dijilatnya. Ini sangat mengherankan bagi semua orang yang
melihatnya. Seluruh rakyat Israel lalu sujud kepada Tuhan serta berkata:
"TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah! Dengan peristiwa itu
Elia berhasil memulihkan iman bangsa Israel untuk menyembah Tuhan
dan meninggalkan baal, allah yang palsu.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Memang ada banyak persoalan yang berat dan rumit misalnya
masalah ekonomi, sakit yang tidak kunjung sembuh dan juga masalah
hubungan keluarga yang tidak harmonis karena terjadinya
perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu diantara suami atau istri
dan sebagainya. Bagaimana sikap kita ketika menghadap persoalan yang
berat atau rumit ? Apakah kita mencari pertolongan kepada Tuhan yang
hidup? Atau masih mencari kepada pertolongan yang lain.
Sebagai orang beriman, kita bisa belajar dari apa yang dilakukan
nabi Elia. Seberat apapun persoalan yang dihadapi, bahkan pertaruhan
nyawanya yang harus ia lakukan, namun ia tetap mengimani bahwa
Tuhanlah sumber pertolongannya. Untuk itu, marilah kita memantapkan
keyakinan kita bahwa Tuhan akan menyatakan kuasa dan kasihNya tepat
pada waktuNya dalam kehidupan kita. Karena Tuhan itu Allah yang
sejati maka Ia pasti menolong dan menyelamatkan kita. Tuhan Yesus
memberkati kita. Amin .(KH).
***
RANCANGAN KHOTBAH 09 Juni 2013
Minggu Biasa II, Warna Hijau
Bacaan: Lukas 7:11-17
80
Tema:
ALLAH MENOLONG UMAT-NYA
Tujuan:
Anggota jemaat dapat mengimani pemeliharaan Allah kepada
umatNya, termasuk disaat umat merasa tidak ada lagi masa depan
dan harapan.
LATAR BELAKANG DAN PENAFSIRAN TEKS
Injil Lukas ditulis oleh Lukas. Oleh para ahli, Injil ini digolongkan
ke dalam Injil sinoptis. Yang termasuk dalam Injil Sinoptis adalah Injil
Matius, Markus dan Lukas. Ketiga Injil ini disebut sebagai Injil Sinoptis
karena ada kemiripan yang mencolok dalam beberapa bagian. Ada
banyak cerita yang sama yang ditemukan di ketiga Injil ini, bahkan ada
yang diantaranya yang sama persis kata per- katanya. Ada beberapa ahli
yang meneliti Injil sinoptis ini dan mencoba menarik kesimpulan
mengapa ketiga Injil ini mempunyai banyak kemiripan. Ada beberapa
teori yang kemudian dimunculkan, dan para ahli teologi banyak yang
menyetujui teori Dua Sumber. Dalam teori Dua Sumber ini, Injil Markus
diteliti sebagai sumber primer dari Matius dan Lukas. Itu artinya Markus
ditulis lebih dahulu dari Matius dan Lukas. Injil Markus ini kemudian
dibaca oleh penulis Injil Lukas dan Matius dan digunakan sebagai
sumber penulisan Injil sinoptis. Walaupun Injil Markus menjadi sumber
primer, rupanya ada beberapa bagian cerita dalam Injil Matius dan Lukas
yang tidak ditemukan dalam Injil Markus. Hal ini kemudian
memunculkan kesimpulan, ada sumber lain yang sama-sama digunakan
oleh Matius dan Lukas. Dan sumber ini disebut sebagai sumber Q.
Sumber Q yang merupakan kisah-kisah kehidupan Yesus ini diduga
sudah tersebar di zaman penulisan Injil Lukas dan Matius. Sumber Q
sendiri tidak pernah ditemukan wujudnya sebagai sebuah tulisan yang
utuh. Q adalah singkatan dari Quelle (bahasa Jerman yang berarti sumber
logika). Jika kita perhatikan, ternyata ada juga bagian-bagian khusus dari
injil Matius yang tidak ditemukan dalam Injil Lukas, Markus dan
Yohanes. Begitu juga dalam Injil Lukas, ada beberapa cerita yang tidak
ditemukan dalam Injil sinoptis lain dan juga dalam Injil Yohanes.
81
Bagian-bagian khusus ini diperoleh penulis Injil dari sumber khusus yang
diduga merupakan sumber lisan, yang biasa disingkat ”S”.
Dalam Injil Lukas, ada beberapa kisah yang tidak terdapat dalam
Injil lain, diantaranya adalah cerita tentang Yesus membangkitkan anak
muda di Nain (7:11-17), Yesus diurapi oleh perempuan berdosa (7:3650), Orang Samaria yang baik hati (10:25-37), Orang kaya yang bodoh
(12:21), Perumpamaan tentang anak yang hilang (15:11-32), Orang Kaya
dan Lazarus yang miskin (16:19-31), Zakheus (19:1-10) dan masih
banyak yang lainnya lagi. Kalau kita perhatikan dari cerita-cerita yang
hanya ada di Injil Lukas ini dan setelah dibandingkan secara menyeluruh
dengan isi Injil Lukas sepenuhnya, maka kita dapat melihat Lukas mau
menonjolkan tema tentang Kasih Yesus yang menyelamatkan orangorang berdosa, miskin dan tersisihkan.
Bacaan kita kali ini, yaitu Lukas 7:11-17 juga termasuk dalam
cerita khusus yang ada dalam Injil Lukas. Dari segi narasi, kejadian
dalam cerita ini terjadi setelah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba
seorang perwira Romawi di Kapernaum yang oleh Tuhan Yesus dipuji
karena imannya yang besar. Setelah dari Kapernaum, Tuhan Yesus dan
murid-murid-Nya pergi bersama-sama ke kota Nain (7:1). Dalam ayat ini
dijelaskan oleh Lukas bahwa banyak orang berbondong-bondong
menyertainya. Gambaran ini menegaskan kepada kita bahwa cerita ini
disaksikan oleh banyak orang. Kejadiannya terjadi ketika Yesus baru
sampai di gerbang kota, diceritakan ada orang mati yang diusung keluar.
Yang meninggal ini adalah anak lelaki tunggal dari seorang janda.
Menurut adat kebiasaan pada waktu itu, kuburan memang lazim berada
di luar pemukiman (kecuali Raja-raja Yehuda yang dikuburkan di dalam
kota. (2 Raja-raja 16:20; 21:18,26), mengingat jenazah adalah sesuatu hal
yang bisa menajiskan orang (bandingkan dengan Bilangan 19). Iringiringan jenazah ini digambarkan Lukas disertai oleh banyak orang. Jika
kita membayangkan kejadiannya pada waktu itu yang terjadi di gerbang
kota, yang adalah tempat yang ramai, akses keluar masuknya orang dan
barang maka kita akan membayangkan ada banyak sekali orang yang
menyaksikan kejadian ini.
Ketika Yesus melihat ibu yang janda ini, tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan. Yesus mengerti sekali bagaimana sedihnya perasaan
sang ibu yang sudah janda ini. Ia sudah kehilangan seorang suami dan
82
sekarang kehilangan anak laki-laki tunggalnya. Janda ini adalah
seseorang yang sudah kehilangan harapan dan masa depan. Selain
kesedihannya yang amat mendalam karena ditinggal oleh orang yang
dikasihinya, ia juga harus siap menghadapi kerasnya hidup. Dalam
budaya patriakhal waktu itu, tidak akan ada tempat untuk menerima
perlindungan, tidak ada tempat untuk bergantung dari segi ekonomi,
karena suami maupun anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal.
Lukas dalam ayat ke 13 ini menggunakan sapaan Tuhan untuk dikenakan
kepada Yesus. Disini ia mau mengatakan bahwa Yesus, sang juru
selamat, yang adalah Tuhan sangat memperhatikan keadaan orang-orang
yang tersisih dan tidak punya harapan. Ia berkata kepada janda
itu:”Jangan menangis!” dalam hal ini tentu kita bisa menafsirkannya
secara radikal bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki kita menangis,
tetapi kata-kata ini mau menunjukkan pemeliharaan dan kasih Tuhan
kepadanya.
Pada ayat ke 14, Tuhan Yesus menghampiri dan menyentuh
usungan yang membawa jenasah anak muda itu dan iring-iringan pun
berhenti. Tuhan Yesus kemudian membangkitkannya dari kematian.
Tindakannya yang secara nyata menyentuh usungan jenasah adalah
tindakan yang mengandung resiko, dimana pada waktu itu orang bisa
menjadi najis karena menyentuh orang yang sudah mati, memang Yesus
tidak menyentuh jenazah itu secara langsung, tetapi ia hanya menyentuh
usungannya. Di sini kita jangan membayangkan bahwa yang dimaksud
dengan usungan ini berupa sebuah peti. Peti Jenazah yang seperti kita
pakai sekarang ini, pada waktu itu di Palestina belum lazim digunakan,
kecuali di daerah Babilonia dan Mesir. Dari beberapa sumber, usungan
yang biasa dipakai pada zaman itu seperti alas tempat tidur dan jenazah
diletakan di atasnya sehingga orang yang menyentuh usungan itu bisa
saja terkena kepada jenazah yang sudah dibungkus kain. Dari cerita
sebelumnya, kita tahu bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan
hamba perwira yang sakit walaupun belum bertemu dengan hamba itu,
itu artinya bahwa muzijatpun sebenarnya dapat terjadi ketika Tuhan
menghendaki tanpa perlu Ia menyentuhnya. Tetapi dalam cerita ini,
Tuhan Yesus secara demonstratif menyentuh usungan jenazah itu yang
walaupun dalam hal ini ia beresiko menjadi najis. Dalam cerita ini, ada
hal yang menarik, tindakan Yesus itu menunjukkan inisiatif Allah yang
83
penuh cinta kasih terhadap orang yang kehilangan harapan. Dari cerita
ini, kita melihat bahwa janda itu tidaklah memohon supaya Tuhan Yesus
membangkitkan anaknya, mengingat cerita ini terjadi ketika mereka
berpapasan dengan rombongan Tuhan Yesus. Jadi sangat mungkin janda
itu sebenarnya tidak tahu kalau ia akan bertemu dengan Tuhan Yesus di
tengah perjalanan. Jadi Tuhan Yesus sendirilah yang
memang
memperhatikan dan bertindak untuk mewujudkan cita kasih Allah.
Dalam ayat ke 15, anak muda yang telah bangkit itu duduk dan
mulai berkata-kata. Ia benar-benar telah pulih dan Tuhan Yesus
menyerahkannya kepada ibunya. Kini, harapan yang telah hilang kembali
terang. Masa depan janda itu tidak lagi suram. Cinta kasih Allah telah
membuat masa depan dan harapannya kembali bersinar. Kejadian ini
tentu saja menggemparkan orang-orang yang menyaksikannya (16-17).
Orang-orang disitupun pastinya mengerti bagaimana nantinya masa
depan janda itu ketika anak lelakinya sudah mati. Dan ketika Tuhan
Yesus membangkitkan anak lelaki janda itu, mereka paham betul bahwa
Allah telah memelihara umatNya dan memberikan masa depan serta
harapan kepada janda itu. mereka takut dan memuji Allah. Mereka
mengatakan, “seorang nabi telah muncul di tengah-tengah kita,” mereka
menyamakan Yesus sebagai nabi besar yang menunjukkan bahwa Alah
telah melawat umatNya. Kejadian ini mungkin saja mengingatkan
mereka akan kisah nabi Elia yang juga dipakai Allah untuk
membangkitkan anak perempuan seorang janda (1 Raja-raja 17:17-24)
dan juga Elisa (2 Raja-raja 4:8-37). Dan peristiwa ini kemudian tersebar
ke seluruh Yudea dan daerah sekitarnya hingga sampai kepada Yohanes
Pembaptis diayat seterusnya.
KONTEKS MASA KINI
1. Setiap orang pasti pernah memasuki masa suram. Hal ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah karena kehilangan
orang-orang yang kita sayangi yang menjadi tumpuan harapan. Ada
juga yang disebabkan oleh kehilangan pekerjaan atau belum juga
mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, sakit yang tidak kunjung
sembuh, keretakan hubungan dengan pasangan hidup atau keluarga,
karena mendapatkan stigma atau cap dari masyarakat sebagai orang
yang tidak benar/berdosa/jahat, mengalami cacat fisik, dan masih
84
banyak hal lain yang sering kita jumpai sehari-hari.
2. Banyak orang yang bisa mengatasi masalah-masalahnya itu dengan
memperoleh pelampiasan sementara namun hal inipun akan
mendatangkan masalah lain yang mungkin bisa lebih serius, sebagai
contah karena tidak tahan dengan penderitaannya, orang lari kepada
obat-obatan terlarang. Ada juga yang tidak bisa mengatasi masalah
itu dan kemudian menggunakan jalan pintas untuk mengakhiri
hidupnya atau melakukan tindakan-tindakan kriminal. Ada juga
orang-orang yang putus asa dan memohon pertolongan di luar Tuhan,
entah itu melalui dukun-dukun atau dalam bentuk pemujaan kepada
berhala. Namun ada juga yang setia menanggung penderitaannya itu,
datang kepada Tuhan dan memperoleh kekuatan dari Nya untuk
menjalani kehidupan dan menemukan harapan.
SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Pendahuluan
Khotbah diawali dengan koteks masa kini. Contoh-contoh krisis
yang dihadapi oleh jemaat dan masyarakat secara umum. Lalu
pengkhotbah mengajak jemaat untuk mendiskusikan cara-cara orang
dalam memandang krisis dan menghadapi krisis itu.
2. Isi
Menjelaskan perikop Lukas 7:11-17 dengan menjelaskan latar
belakang dan penafsirannya. Tekanan kepada jemaat bahwa Allah
tetap memelihara umat Nya, bahkan disaat tergelap episode hidup
kita. Dalam perikop ini, Allahlah yang mau berinisiatif untuk
memberikan harapan kepada orang-orang yang membutuhkan.
3. Penutup
Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk tetap teguh
beriman dan berharap kepada Tuhan walaupun sedang menghadapi
krisis sehingga merasa sudah tidak akan ada lagi harapan dan masa
depan. Allah selalu memelihara Umat-Nya menurut cara-Nya yang
mungkin tidak bisa kita bayangkan sehingga kita akan menemukan
harapan dan masa depan di dalam Tuhan.
UsulanAyat-ayat dan lagu:
 Nats Pembimbing : Ulangan 31:8
 Berita Anugerah : Mazmur 146: 5-10
85

Nats Persembahan : II Korintus 8:12-15
1. PKJ. 13:1-2
2. PKJ. 3
3. PKJ 165:1-2
4. PKJ. 164:1-2
5. PKJ. 282:1 dst
6. PKJ. 255
***
Contoh Khotbah Jadi
Bapak dan Ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah ada di antara kita yang tidak pernah merasakan sedih?
Saya rasa kok tidak ada orang yang tidak pernah merasakan sedih.
Artinya tidak normal kalau tidak pernah merasa sedih. Perasaan sedih
adalah bagian dari emosi yang dianugrahkan Tuhan untuk
memperlengkapi hidup kita sebagai manusia. Rasa sedih akan
menyadarkan kita akan rasa bahagia, begitu juga dengan sakit, melalui
sakit kita juga diingatkan tentang kesehatan. Sedih dan bahagia, sakit dan
sehat adalah hal-hal yang bisa membuat kita semakin mengerti tentang
dinamika kehidupan. Yang menjadi masalah adalah, apakah ketika kita
merasakan saat-saat yang tidak menyenangkan itu kita bisa menjalaninya
dengan baik dan kuat. Kenyataannya dalam kehidupan kita sehari-hari,
ada orang-orang yang sangat berat mengalami masa-masa suram dalam
kehidupannya dan seringkali gagal melewatinya.
Terkadang orang sering menggolong-golongkan berat ringannya
sebuah masalah. Saya pernah mendengar ada orang yang setelah
mendengar curhat dari orang lain mengatakan bahwa masalah orang itu
tidak berat dan seharusnya orang tersebut bisa menyelesaikan
masalahnya dengan mudah. Namun, dengan apakah sebenarnya ukuran
berat atau tidaknya sebuah masalah bisa ditentukan? Hal ini sangatlah
subyektif dan tidak bisa seseorang mengukur berat ringannya masalah
yang dipikul oleh orang lain. itu artinya setiap orang mempunyai
ukurannya sendiri-sendiri dan masing-masing mempunyai tingkatan dan
86
daya tahan tersendiri terhadap sebuah masalah. Dari beberapa masalah
yang dihadapi oleh seseorang, orang akan bisa menjadi sangat tertekan
apabila dirasa masalahnya itu tidak mampu ia tangani dengan baik. Saat
seperti ini, seringkali orang akan merasa sudah tidak ada lagi harapan dan
masa depanpun dirasa begitu gelap. Ada banyak hal yang bisa
menyebabkan seseorang masuk ke dalam masa krisis seperti ini, mulai
dari masalah yang mungkin bisa jadi kita anggap sepele tetapi adalah
sebuah masalah yang sangat berat bagi orang lain, di antaranya adalah
karena kehilangan orang-orang yang kita sayangi yang menjadi tumpuan
harapan. Ada juga yang disebabkan karena kehilangan pekerjaan atau
belum juga mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, sakit yang tidak
kunjung sembuh, keretakan hubungan dengan pasangan hidup atau
keluarga, karena mendapatkan stigma atau cap dari masyarakat sebagai
orang yang tidak benar/berdosa/jahat, mengalami cacat fisik akibat
kejadian yang tidak terduga seperti kecelakaan, dan masih banyak hal
lain yang sering kita jumpai sehari-hari yang tentunya bisa kita
tambahkan atau pernah alami sendiri.
Bapak ibu dan saudara/i, ada banyak diantara kita yang tentu
pernah mengalami masa-masa suram dalam kehidupan. Diantara kita itu
ada yang bisa menjadi teladan. Mereka masih bisa bertahan dan bisa
melewati badai kehidupannya dengan penuh keteguhan hati. Terhadap
saudara-saudara kita yang sangat hebat ini, tentunya kita ikut berbahagia
dan bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah menguatkan mereka
sehingga mereka bisa dengan kuat menghadapi setiap permasalahan
hidupnya dan kita pun bisa belajar dari pengalaman hidup mereka.
Namun, diantara saudara-saudara kita yang mengalami masa-masa sukar,
ada juga orang-orang yang masih terus bejuang agar Tuhan
memampukan mereka. Terkadang ada beberapa orang yang karena
merasa tidak sanggup, memilih penyelesaian yang malah mengakibatkan
penderitaannya semakin bertambah. Tentu saja masih segar dalam
ingatan kita, beberapa waktu yang lalu, cerita tentang seorang remaja
putri yang malu karena ikut terjaring dalam razia PSK dan kemudian
bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu. Ketika masa depannya
dirasa hancur dengan adanya berita seperti itu, remaja ini kehabisan akal
dan jalan pintaslah yang menjadi pilihan hidupnya. Ada juga yang
kehilangan orang-orang yang disayangi dan kemudian rasa kehilangan itu
87
membuat orang kehilangan harapan dan membayangkan akan hancur
pula kehidupannya.
Ketika orang mengalami krisis, orang cenderung merasa bahwa
dunia ini runtuh dan menimpa dirinya. Oleh karena itu, seringkali orang
yang sedang tertekan karena masalah yang berat berpikiran pendek.
Orang menjadi mudah percaya kepada dukun-dukun, penggandaan uang
dan lain sebagainya dan orang juga bisa cenderung melakukan hal-hal
yang kurang baik, seperti bunuh diri, melakukan tindak kriminal ataupun
juga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan
membaca prikop kita pada hari ini. Dalam cerita ini, kita mendapatkan
suatu gambaran yang sangat menarik. Lukas sebagai penulisnya
menceritakan ada seorang janda yang sedang dalam perjalanan
menguburkan anak laki-laki tunggalnya. Tokoh yang dikisahkan ini
sangat tepat untuk menggambarkan orang yang sedang mengalami krisis
kehidupan. Dalam cerita ini, kita mendapatkan gambaran bahwa Tuhan
Yesus mengerti sekali bagaimana sedihnya perasaan sang ibu yang sudah
janda ini. Ia sudah kehilangan seorang suami dan sekarang kehilangan
anak laki-laki tunggalnya. Janda ini adalah seseorang yang sudah
kehilangan harapan dan masa depan. Selain kesedihannya yang amat
mendalam karena ditinggal oleh orang yang dikasihinya, ia juga harus
siap menghadapi kerasnya hidup. Dalam budaya patriakhal waktu itu,
seorang janda yang tidak mempunyai anak laki-laki tidak mempunyai
tempat untuk menerima perlindungan, tidak ada tempat untuk bergantung
dari segi ekonomi, karena perempuan-perempuan pada waktu itu
kebanyakan tidak bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri.
Perjalanan janda ini mengantar jenazah anak lelaki satu-satunya
adalah sebuah gambaran di mana seseorang sedang berjalan menuju
kegelapan, menuju kehidupan yang suram dan tanpa masa depan. Tetapi
rupanya Allah mempunyai rencana tersendiri dalam kehidupan sang
janda. Perjalanannya menuju kehidupan tanpa harapan ternyata malah
menjadi sebuah “model” yang menunjukkan kepada kita akan kebesaran
dan cinta-kasih Allah dalam memelihara umatNya. Tuhan Yesus yang
pada saat itu bertemu dengan iring-iringan yang membawa jenazah itu
tergerak oleh belas kasihan kepada sang ibu yang sudah janda ini. Ia
mengerti betul akan kepedihan hati dan juga masa depannya yang suram.
88
Tanpa diminta oleh sang ibu, Tuhan Yesus berinisiatif untuk
mendemonstrasikan kasih Allah terhadap umatnya yang sedang dilanda
krisis ini. Ia berkenan untuk membangkitkan anak lelaki semata wayang
sang ibu ini. Tindakan Tuhan Yesus ini tentu saja sangat beresiko,
mengingat umat Yahudi pada waktu itu masih memegang tradisi untuk tidak
menajiskan dirinya dengan memegang atau terkena pada jenazah. Tindakan
Tuhan Yesus ini adalah contoh yang sangat nyata mengenai pemeliharaan
Allah terhadap orang–orang yang sedang mengalami krisis.
Harapan yang telah hilang kini kembali terang. Masa depan janda itu
tidak lagi suram. Cinta kasih Allah telah membuat masa depan dan
harapannya kembali bersinar. Kejadian itu tentu saja menggemparkan orangorang yang menyaksikannya (16-17). Orang-orang disitupun pastinya
mengerti bagaimana nantinya masa depan janda itu ketika anak lelakinya
sudah mati. Dan ketika Tuhan Yesus membangkitkan anak lelaki janda itu,
mereka paham betul bahwa Allah telah memelihara umatNya dan
memberikan masa depan serta harapan kepada janda itu. Tindakan Tuhan
Yesus itu membuat banyak orang menjadi takut dan mereka kemudian
memuji Allah.
Dari cerita yang begitu menarik ini, setidaknya kita dapat mengambil
pembelajaran. Hidup kita mungkin tidak akan selalu senang, ada kalanya
kita akan mengalami kejadian yang membuat kita merasakan masa-masa
suram dalam kehidupan kita. Tetapi bagaimana caranya kita berjalan
ditengah krisis itu dan bagaimana kita bisa menghayati pemeliharaan Allah
dalam hidup kita, itulah yang menjadi pesan dalam khotbah kali ini. Kalau
Tuhan berinisiatif memulihkan harapan dan masa depan seorang janda
dalam cerita ini, apakah kita juga masih mempercayai ada pengharapan dan
kekuatan dari Tuhan dalam hidup kita? Tuhan yang adalah maha kuasa itu
mempunyai rencana-rencana yang indah dan bentuk-bentuk pemeliharaan
Allah dalam hidup kita tidaklah bisa kita atur menurut kemauan kita, tetapi
seturut dengan kehendakNya. Terpujilah Allah yang berkenan memelihara
kita menurut rahmatNya yang besar, dan kiranya pengharapan itu
memampukan kita untuk kuat menghadapi semua sisi kehidupan kita,
termasuk saat kita merasa terpuruk. Tuhan menyertai kita sekalian. Amin.
(PS)
89
RANCANGAN KOTBAH, 16 Juni 2012
Minggu Biasa III, Warna liturgi Hijau.
Bacaan: Mazmur 32 : 1-11
Tema:
BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIAMPUNI
PELANGGARANNYA
Tujuan
1. Warga jemaat berani mengakui dengan jujur dosa-dosanya di
hadapan Tuhan
90
2. Warga jemaat menyatakan pertobatannya dari dosa-dosa dalam
kehidupannya
PENJELASAN TEKS
Orang yang sungguh-sungguh bahagia adalah mereka yang telah
menerima pengampunan dosa dari Allah, sehingga kesalahan dari
pelanggaran mereka tidak membebani hati, pikiran, dan hati nurani
mereka. Kebahagiaan semacam ini tersedia bagi semua orang berdosa
yang datang kepada Tuhan (Mat.11:28-29). Pemazmur melukiskan
pengampunan Allah dengan tiga cara:
1. Dia mengampuni dosa.
2. Dia menutupi dosa itu, yaitu menyingkirkannya.
3. Dosa itu tidak diperhitungkan kepada orang berdosa itu (Mzm. 32:2),
yaitu kesalahan itu dihapus dari catatan.
Doa tobat,
Maz 32:6 dab yang berupa pengajaran ini diucapkan seseorang yang
sudah mengalami belas-kasihan Tuhan,
Maz 32:3-7. Lalu ada kesimpulan ini: Jangan orang keras kepala
melainkan hendaknya mengindahkan nasehat,
Maz 32:8-11. Pengakuan dosa juga dianjurkan Hos 14:3; Yes 1:18; Ams
28:13; Yak 5:16; 1Yo 1:9.
Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus,
sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan
pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiran-Nya
yang kekal.
Kata Ibrani syuv berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu
kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Dalam Yer 3:14
diterjemahkan ‘kembalilah’, dalam Mazm 78:34 ‘berbalik’, dalam Yer
18:8 ‘bertobat’. PL beberapa kali bicara tentang suatu bangsa kembali
kepada Allah, satu kali tentang bangsa kafir di Niniwe (Yun 3:7-10), dan
selebihnya berkaitan dengan Israel. PL jarang sekali mencatat pertobatan
perseorangan (Mazm 51:12, peristiwa Naaman, Yosia dan Manasye), tapi
menubuatkan pertobatan ‘segala ujung bumi’ kepada Allah (Mazm
22:27). Bagi orang Israel, yaitu umat perjanjian Allah, pertobatan berarti
kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya.
91
Dengan perkataan lain, bukan berubah agama tapi meneguhkan kembali
kepercayaan dan ketaatan pribadi kepada Allah.
PL menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita
penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun
pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri
batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan
Yahweh (Ul. 4:29 dab; Ul. 30:2,10; Yes. 6:9 dab; Yer. 24:7), disertai
pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalan-Nya (Yer. 24:7;
bnd 2 Raj. 5:15; 2Taw. 33:13).
II. Dalam PB
a. Metanoia dan metanoeo muncul dalam PB kr 58 kali dan selalu
diterjemahkan ‘bertobat’, kecuali Luk 17:3 (’menyesal’) dan Ibr
12:17 (’ memperbaiki kesalahan’). Arti asasi kedua kata di atas ialah
perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap,
pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari
dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang
terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak
dari karya Roh Kudus yg melahirkan kembali orang itu.
Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan
kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap
Allah. Memang benar, ada dukacita yang abnormal yang bukan
pertobatan (lih 2 Kor 7:10); dukacita demikian jelas dalam peristiwa
Yudas (Mat 27:3-5) dan Esau (Ibr 12:17). Tapi ada duka cita
penyesalan yang sesuai dengan kehendak Allah, yg melahirkan
pertobatan dan mendatangkan keselamatan (2Kor 7:9-10) dan hal ini,
mutlak sebagai unsur pertobatan (lih Ayub 42:5-6; Mazm 51:1-15;
Luk 22:61).
Pertobatan adalah syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus
memulai pelayanan-Nya di muka umum dengan seruan
‘bertobatlah’, dan salah satu ucapan-Nya sebelum Ia naik ke sorga
ialah, ‘pertobatan dan pengampunan dosa harus diberitakan kepada
segala bangsa’ (Luk 24:47, bnd Luk 13:3-5). Baik Petrus (Kis 2:38)
maupun Paulus (Kis 17:30) memberitakan mutlak perlunya
pertobatan, dan dalam Kis 20:21 Paulus meringkaskan injilnya
dengan, ‘Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita
92
Yesus Kristus’. Tuntutan supaya bertobat, dan kenyataan bahwa
pertobatan adalah mutlak perlu untuk pengampunan dosa dan
beroleh hidup yg kekal, menyatakan bahwa keselamatan mustahil
tanpa pertobatan. ‘Iman’ tanpa pertobatan bukanlah iman yang
membawa kepada keselamatan.
Adalah sia-sia mempertanyakan yang mana lebih dahulu: pertobatan
atau iman? Keduanya terjadi serentak. Iman terarah kepada Kristus
untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan
mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang
disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah termasuk
menerima anugerah Allah dalam Kristus dengan iman.
b. Epistrefo muncul kr 30 kali. Dalam arti harfiah kata ini diterjemahkan
‘kembali’ atau ‘berpaling’ (Mat 10:13; 24:18; Kis 16:18; Wahy
1:12). Satu kali diterjemahkan ‘insaf berkaitan dengan pemulihan
Petrus sesudah kejatuhannya ke dalam dosa (Luk. 22:32). Jika kata
itu mengandung makna keagamaan, maka biasanya diterjemahkan
‘berbalik’ (Mat 13:15 dan ayat-ayat sejajarnya, dialaskan pada kata
Ibrani syuv), dan dua kali diterjemahkan ‘bertobat’ (Kis 3:19; 15:3).
Kata kerja biasa strefo juga diterjemahkan ‘bertobat’ dalam Mat
18:3.
Jadi epistrefo menunjuk kepada tindakan ‘putar balik’ atau
‘pertobatan’ kepada Allah, unsur yg sangat menentukan dan dengan
itu orang berdosa — Yahudi atau non-Yahudi — masuk ke dalam
eskatologis Kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan
menerima pengampunan dosa. Tindakan ini menjamin perolehan
keselamatan yang dibawa oleh Kristus, dan sifatnya adalah sekali
untuk selamanya.
III. Kesimpulan
Jelaslah bahwa jika seseorang berbalik kepada Allah, tindak
perbuatan itu mengungkapkan terjadinya perubahan hati yg begitu
mutlak penting dan menentukan (biasanya disertai hati yang remuk).
Dalam tulisan penulis-penulis Kristen dan dalam pengertian umum
93
gereja di Indonesia, kata ‘pertobatan’ umumnya digunakan untuk
mengartikan gagasan-gagasan yang dalam bahasa Yunani
diungkapkan baik dengan epistrefo maupun metanoia (berbalik dan
berubah hati).
Pertobatan ditilik dari nalar ilmu jiwa adalah tindakan
manusia sendiri. Tapi nalar Alkitab menjelaskan bahwa dalam arti
asasi dan yg sesungguhnya, Allah turut berperan dalam pertobatan.
Rat 5:21 menyatakan bahwa orang berdosa bertobat kepada Allah
jika Allah membawa orang itu kepada pertobatan (bnd Yer 31:18
dab). PB menyatakan bahwa jika seseorang berkemauan dan bekerja
sesuai kehendak Allah berkaitan dengan keselamatannya, maka Allah
sendirilah yang bekerja dalam diri orang itu, yang memampukan dan
memotivasi dia melakukan itu (Fili 2:12 dab).
Pertobatan adalah karya ilahi. Allah menyembuhkan
ketidakmampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian
(Ef. 2:1 dab), melahirkan dia kembali (Yoh 3:1 dab), membuka
hatinya (Kis 16:14), membuka dan mencelikkan matanya yg buta
(2Kor 4:4-6), memberinya pengertian (1 Yoh 5:20). Dalam peristiwaperistiwa itu manusia tidak mempunyai andil apa pun. Manusia
menanggapi Injil hanyalah karena Allah telah lebih dahulu bekerja
dalam diri manusia menuju pertobatan itu. Berita pertobatan Paulus
dan beberapa ayat yang mengacu pada kuasa dan keyakinan yang
diberikan Roh Kudus kepada Firman Allah (Yoh 16:8; 1 Kor 2:4 dab;
1 Tes 1:5) menunjukkan bahwa Allah menarik manusia kepada-Nya
dengan daya ilahi yang mustahil ditolak, yang kadang-kadang
dirasakan sebagai tak dapat dilawan oleh manusia.
Ay 3: Ayat-ayat ini melukiskan penderitaan yang mendalam
dan hukuman yang terjadi apabila dosa disembunyikan. Ketika Daud
menyembunyikan dosanya dan tidak mengakuinya kepada Allah, dia
kehilangan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya —
kesehatan, ketenangan pikiran, kebahagiaan, dan perkenan Allah.
Sebagai gantinya dia mengalami rasa bersalah dan siksaan batin
sebagai hukuman Allah.
Ay 5: Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang
tulus, sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan
94
pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiranNya yang kekal.
Ay 6: "waktu banjir besar", yakni: waktu malapetaka
menimpa si pendosa akan hukuman, maka itu tiada akan menimpa
orang yang telah mengakui dosanya.
Ay 7: "Waktu kesesakan". berarti: Kesesakan hati karena sesal
atas dosa.
Ay 8: Tuhan berjanji untuk mengajar dan menuntun orang
percaya yang telah diampuni yang memiliki roh yang mudah diajari,
menghargai kehadiran dan nasihat Allah (bd. Mazm 32:7), percaya
Dia (Mazm 32:10), bersukacita di dalam Dia (Mazm 32:11), dan
tetap jujur hatinya (Mazm 32:11).
Ay 9: seperti kuda … Janganlah seperti bintang yang harus
dipaksa dengan kekerasan; jangan keras kepala, tetapi hendaklah
dengan rela menerima nasehat. ia tidak akan mendekati engkau.
Mungkin maksudnya Nasehat yang diberikan tidak akan diterima
orang yang keras kepala.
Maknanya: Si pendosa tidak boleh berlaku seperti binatang
tak berakal, yang kecenderungannya harus dipaksakan dengan keras.
Lebih baiklah ia dengan rela mendengarkan nasihat tadi.
KONTEKS MASA KINI
1. Kehidupan di Negara kita terkadang yang salah bisa dibetulkan dan
betul bisa disalahkan. Penegakkan hukum terkadang masih bisa
dibelokkan. Kita masih mendengar berita tentang salah tangkap,
jebakan yang bisa menyeret seseorang untuk dihukum. Penegakkan
hukum yang terkadang masih tebang pilih.
2. Manusia cenderung memandang negative akibat dari mengakui
kesalahan. Manusia sulit untuk mengakui kesalahannya, karena bisa
berakibat jatuhnya harga diri, ancaman hukuman, kehilangan harta,
dll. Rasa gengsi untuk mengakui kesalahan karena jabatan, status
sosial, dll.
3. Sebagian orang Kristen memahami penggembalaan khusus sebagai
tindakan penghakiman. Akibatnya terkadang orang berani melanggar
perintah atau peraturan, karena bisa berlindung pada pemahaman
orang Kriten terhadap penggembalaan khusus.
95
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH.
a. Pendahuluan
Ajakan agar warga jemaat merenungkan kembali hubungan dengan
sesama dengan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana sikap
warga jemaat ketika melakukan kesalahan terhadap sesama,
pernahkan warga jemaat memaafkan atau meminta maaf kepada
sesama. Ajak jemaat untuk mengingat kembali kesalahan yang tak
terlupakan yang pernah dilakukan.
b. Isi
1) Jelaskan kata ‘tobat’ (sumber PL dan PB)
2) Jelaskan bagimana manusia bisa bertobat dan bagaimana
pertobatan itu sendiri.
3) Jelaskan konteks masa kini berkaitan dengan kejujuran untuk
mengakui kesalahan.
4) Jelaskan buah dari pertobatan yang sungguh-sungguh.
5) Semangati warga jemaat untuk menyatakan pertobatan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Penutup
Kesempatan masih Allah berikan kepda manusia untuk bertobat.
Mereka yang berbahagia adalah orang yang diampuni
pelanggarannya.
Daftar ayat dan lagu:
1. Nats Pembimbing
:
2. Nats Berita Anugerah :
3. Nats P. Hidup Baru :
4. Nats Khotbah
:
5. Nats Persembahan
:
6. Nyanyian PKJ 35
7. Nyanyian PKJ 37
8. Nyanyian PKJ 46
9. Nyanyian PKJ 199
10. Nyanyian PKJ 198
Mazmur 103 : 1-5
Mazmur 103 : 8-13
Amsal 3 : 5-7
Mazmur 32 : 1-11
Amsal 3 : 9-10
96
11. Nyanyian KJ 439
12. Nyanyian KJ 453
***
Contoh Kotbah Jadi
BERBAHAGIALAH ORANG YANG DIAMPUNI
PELANGGARANNYA.
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk social, artinya
manusia hidup dengan berelasi dengan sasama. Dalam relasi manusia
dengan sesama, terkadang melakukan kesalahan, baik disengaja atau
tidak. Tidak terkecuali kita. Bagaimana jika Bpk/Ibu/Sdr melakukan
kesalahan pada sesama. Sikap apa yang Bpk/Ibu/Sdr tunjukkan…… ada
yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf… ada yang menyadari
kesalahannya tetapi segera melupakan… ada yang tidak menyadari jika
berbuat kesalahan kepada sesama. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Sdr jika
meminta maaf atau memaafkan sesama?
Mari kita bersama memahami kembali kasih Tuhan di mana Tuhan
berkenan mengampuni manusia yang bertobat dari segala pelanggaran.
Kita akan mempelajari tentang apa yang dimaksud dalam perikop ini,
yakni:
Tobat
1. Kata Ibrani syuv berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada
tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Bagi orang Israel, yaitu
umat perjanjian Allah, pertobatan berarti kembali kepada Allah
sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya.
PL menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita
penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa
pun pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup merendahkan
diri batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar
merindukan Yahweh, disertai pengenalan yang jelas dan baru akan
diriNya dan jalan-Nya.
97
2. Metanoia dan metanoeo diterjemahkan bertobat, menyesal,
memperbaiki kesalahan. Arti asasi kedua kata di atas ialah perubahan
hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan
arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah
dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang terungkap dalam perangai
atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yang
melahirkan kembali orang itu.
Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan
kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap
Allah. Duka cita penyesalan yang sesuai dengan kehendak Allah, yg
melahirkan pertobatan dan mendatangkan keselamatan dan hal ini,
mutlak sebagai unsur pertobatan.
3. Epistrefo diterjemahkan kembali, berpaling, insaf berkaitan dengan
pemulihan.
Orang yang sungguh-sungguh bahagia adalah mereka yang
telah menerima pengampunan dosa dari Allah, sehingga kesalahan
dari pelanggaran mereka tidak membebani hati, pikiran, dan hati
nurani mereka. Kebahagiaan semacam ini tersedia bagi semua orang
berdosa yang datang kepada Tuhan (Mat 11:28-29). Pemazmur
melukiskan pengampunan Allah dengan tiga cara:
1. Dia mengampuni dosa.
2. Dia menutupi dosa itu, yaitu menyingkirkannya.
3. Dosa itu tidak diperhitungkan kepada orang berdosa itu (Mazm
32:2), yaitu kesalahan itu dihapus dari catatan.
Ay 3: Ayat-ayat ini melukiskan penderitaan yang mendalam dan
hukuman yang terjadi apabila dosa disembunyikan. Ketika Daud
menyembunyikan dosanya dan tidak mengakuinya kepada Allah, dia
kehilangan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya — kesehatan,
ketenangan pikiran, kebahagiaan, dan perkenan Allah. Sebagai gantinya
dia mengalami rasa bersalah dan siksaan batin sebagai hukuman Allah.
Ay 5: Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus,
sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan
pengampunan Allah, penghapusan kesalahan dan karunia kehadiran-Nya
yang kekal.
98
Ay 6: "waktu banjir besar", yakni: waktu malapetaka menimpa si
pendosa akan hukuman, maka itu tiada akan menimpa orang yang telah
mengakui dosanya.
Ay 7: "Waktu kesesakan". berarti: Kesesakan hati karena sesal atas
dosa.
Ay 8: Tuhan berjanji untuk mengajar dan menuntun orang percaya
yang telah diampuni yang memiliki roh yang mudah diajari, menghargai
kehadiran dan nasihat Allah (bd. Mazm 32:7), percaya Dia (Mazm
32:10), bersukacita di dalam Dia (Mazm 32:11), dan tetap jujur hatinya
(Mazm 32:11).
Ay 9: seperti kuda … Janganlah seperti bintang yang harus
dipaksa dengan kekerasan; jangan keras kepala, tetapi hendaklah dengan
rela menerima nasehat.
ia tidak akan mendekati engkau. Mungkin maksudnya Nasihat
yang diberikan tidak akan diterima orang yang keras kepala.
Maknanya: Si pendosa tidak boleh berlaku seperti binatang tak berakal,
yang kecenderungannya harus dipaksakan dengan keras. Lebih baiklah ia
dengan rela mendengarkan nasihat tadi.
Pertobatan
adalah
karya
ilahi.
Allah
menyembuhkan
ketidakmampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian (Ef
2:1 dab), melahirkan dia kembali (Yoh 3:1 dab), membuka hatinya (Kis
16:14), membuka dan mencelikkan matanya yg buta (2Kor 4:4-6),
memberinya pengertian (1 Yoh. 5:20). Manusia menanggapi Injil
hanyalah karena Allah telah lebih dahulu bekerja dalam diri manusia
menuju pertobatan itu. Berita pertobatan Paulus dan beberapa ayat yang
mengacu pada kuasa dan keyakinan yang diberikan Roh Kudus kepada
Firman Allah (Yoh 16:8; 1 Kor 2:4 dab; 1 Tes 1:5) menunjukkan bahwa
Allah menarik manusia kepada-Nya dengan daya ilahi yang mustahil
ditolak, yang kadang-kadang dirasakan sebagai tak dapat dilawan oleh
manusia.
Nah saudara-saudara, inilah kasih Tuhan… setiap manusia
berkesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Kurang
apa maneh ?
Saudara mau menjadi orang yang berbahagia? Siap sedialah untuk
mendapatkan pengampunan atas segala pelanggaran kita, maka:
99
1. Akuilah setiap dosa yang kita perbuat. Akui secara rinci… bukan asal
mengaku bahwa kita berdosa di hadapan Tuhan, tetapi mengaku
dengan tulus dan jujur dosa-dosa apa yang kita perbuat… Tidak
seperti pada hari Lebaran, orang meminta maaf tapi tidak dijelaskan
kesalahan apa yang diperbuat. Yang penting minta maaf, semua
kesalahan, tetapi kadang tidak mengakui dirinya bersalah, atau
kesalahan apa yang diperbuat.
2. Mohon pengampunan kepada Tuhan didasari iman yang teguh bahwa
Tuhan masih berkenan menganugerahkan pengampunan kepada
orang yang mengaku dosa-dosanya.
3. Memohon kekuatan Tuhan agar kita bisa dimampukan untuk hidup
seturut dengan kehendakNya.
Saudara, saat ini adalah kesempatan kita menerima pengampunan
dosa. Saat ini kesempatan bagi kita untuk bertobat. Jadilah orang yang
berbahagi, yaitu orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya.
Amin. (LPS)
***
RANCANGAN KOTBAH MINGGU 23 Juni 2013
Minggu Biasa IV, Warna Liturgi Hijau
Kotbah: Galatia 4:21-31
Tema:
MENJADI ANAK-ANAK PERJANJIAN
Tujuan:
1. Jemaat tahu gambaran/metafor bahwa diri mereka adalah anak-anak
perjanjian.
2. Jemaat ditumbuhkan kembali kebanggaan mereka sebagai anak-anak
perjanjian.
100
3. Jemaat bersemangat
perjanjian.
menyatakan
hidup
sebagai
anak-anak
LATAR BELAKANG DAN PENJELASAN TEKS
LATAR BELAKANG TEKS
Rasul Paulus mengirimkan suratnya setelah mengetahui bahwa
sebagian jemaat Galatia mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya
bukan injil (Gal. 1:6-7). Paulus sangat marah kepada berbagai pihak yang
mengacaukan iman jemaat Galatia, sehingga ia menulis: ”Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah
kamu terima, terkutuklah dia.” (Gal. 1:8-9). Dengan marah Paulus
menulis bahwa akan lebih baik bagi mereka yang mengacaukan iman
jemaat untuk dikebiri saja. (Gal. 5:12). Paulus sangat gemas terhadap
orang-orang yang mengacaukan jemaat ini. Di jemaat Korintus, mereka
menyerang pribadi dan kerasulan Paulus dan di Galatia mereka
melakukan juga hal yang sama. Paulus menyebut mereka sebagai
“pesuruh iblis” (2 Kor. 11:14).
Paulus menyayangkan kemunduran iman jemaat Galatia karena
mencari aman dengan tidak lagi mengutamakan yang dikenan Allah dan
mengutamakan perkenan manusia. Jati diri kristen tak boleh luntur
apalagi dikorbankan demi menghindari salib yang memang harus dipikul
oleh setiap orang kristen (Gal 1:10). Salib memang selalu menjadi batu
sandungan bagi orang yang menolak Kristus (Gal 5:11).
Jemaat Galatia mulai meyakini kembali bahwa ketaatan kepada
hukum taurat sebagai syarat memperoleh kerajaan Allah di samping
pengorbanan Kristus. Sunat dengan demikian, dipandang sebuah
keharusan untuk dilakukan dan hidup berpantang makanan tertentu
merupakan kewajiban agamawi. Setiap orang kristen yang
berlatarbelakang orang Yunani harus diyahudikan terlebih dahulu dengan
hidup menurut cara hidup orang Yahudi.
101
Paulus menandaskan bahwa bagi semua orang, berlaku ketentuan
: yang dibenarkan Allah adalah orang yang hidup karena iman mereka
kepada Kristus. Menaati hukum taurat tidak menyelamatkan. Sekiranya
seseorang bisa dibenarkan karena melakukan hukum taurat, maka siasialah kematian Kristus (Gal 2:16,21).
Dengan surat ini Paulus dengan semangat menelanjangi ajaran
sesat yang beroperasi di Galatia dengan uraian logis dalam rangka
membela kemurnian injil. Di dalamnya terdapat pemikiran yang kuat,
perjuangan yang hebat, motif-motif yang luhur, pembelaan kebenaran
yang sangat berharga dan merupakan peperangan demi iman dan
kemerdekaan injil.
Ada yang menyamakan surat Galatia dengan sebuah pedang
mengkilat yang ada dalam tangan kokoh seorang pemain pedang. Paulus
dan Injil sedang diserang. Kalau serangan ini berhasil, kekristenan
mungkin telah menjadi sekte lain dalam agama Yahudi, atau telah
menjadi begitu bergantung pada sunat dan taurat, dan bukan merupakan
anugerah. Paling tidak, jika para lawan memenangkan “peperangan” ini,
besar kemungkinan Injil hanya akan menjadi milik orang Yahudi saja
dan kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan mengecap kasih
Kristus.
Paulus adalah seorang tokoh revolusi agama. Ia mengajarkan
bahwa menjadi Kristen tidak perlu di-Yahudi-kan dahulu. Dan dengan
ajarannya, ia menghadapi tantangan. Tantangan pertama adalah
mengenai kerasulannya. Banyak orang mengatakan bahwa ia bukan
rasul. Bila berpatokan pada Kisah Para Rasul 1:21-22, Paulus memang
tidak masuk kriteria sebagai rasul. Dengan penuh keyakinan, Paulus
mengatakan bahwa kerasulannya tidak bersumber dari usaha manusia.
Tidak ada seorangpun yang menahbiskannya menjadi rasul melainkan
Yesus Kristus sendiri di jalan raya Damsyik. Kualifikasi unik inilah yang
dimiliki Paulus: bertemu langsung dengan Yesus yang telah naik ke
Sorga.
Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang menjadi Kristen.
Mereka percaya bahwa janji-janji Allah dan segala anugerahNya hanya
bagi orang Yahudi saja dan tidak ada seorang kafirpun (bangsa-bangsa
lain) yang dibenarkan menerima hak istimewa yang mulia itu. Mereka
percaya bahwa kekristenan hanya bagi orang Yahudi saja. Orang Yahudi
102
adalah orang pilihan. Bahkan, membantu ibu non Yahudi yang mau
melahirkan juga dipandang salah, karena menambah jumlah orang kafir
ke dunia ini. Pada pihak lain, Paulus memberitakan Injil kepada orangorang non Yahudi. Hal ini membuat geram dan marah bagi “orang
Yahudi garis keras” ini.
Ada jalan bagi orang kafir yang mau diselamatkan. Yaitu :
mereka harus diyahudikan dahulu. Mereka harus menjalani sunat dan
mematuhi hukum taurat. Bagi Paulus, ketentuan ini bertentangan dengan
arti iman kristen. Iman manusia tidak tergantung pada usaha mereka
sendiri, melainkan rahmat Allah. Bagi Paulus, yang pokok bukanlah apa
yang manusia dapat perbuat bagi Allah, melainkan apa yang Allah telah
perbuat bagi manusia.
Orang Yahudi berkata: Bukankah Taurat merupakan sarana
tertinggi yang diberikan Allah kepada Musa? Paulus berkata: tunggu
dulu. Kepada siapakah janji Allah yang terbesar diberikan? Bukankah
kepada Abraham? Bagaimana Abraham memperoleh kemurahan Allah?
Bukan melalui Taurat. Tapi karena Abraham percaya. Imannya yang
telah menyelamatkan Abraham. Bukan hukum Taurat. Siapakah
keturunan Abraham? Bukan karena hubungan darah, tetapi mereka yang
dalam keadaan seperti Abraham memiliki iman kepada Allah.
PENJELASAN TEKS
Galatia 4:21, Paulus mengajak mereka yang meragukan Injil
yang diberitakan Paulus dan yang mengharapkan pembenaran melalui
hukum taurat untuk menyimak argumentasi dan pengajaran Paulus.
Galatia 4:22-23, Paulus menggambarkan tentang 2 anak Abraham yaitu
Ismael dan Ishak. Ismael ibunya adalah Hagar dan Ishak lahir dari Sara.
Ismael adalah anak dari hamba Abraham dan bukanlah anak yang
dijanjikan Allah, tetapi Ishak adalah anak isteri sah Abraham dan
merupakan anak yang dijanjikan Allah.
Galatia 4:24-25, Paulus menjadikan Hagar dan Sara sebagai
metafor (gambaran/kiasan). Hagar dikiaskan sebagai gunung Sinai di
tanah Arab atau Yerusalem pada masa Perjanjian Baru yang hidup dalam
perhambaan (kepada Romawi).
103
Galatia 4:26-27, Sara menjadi metafor/kiasan Yerusalem Surgawi
karena ia adalah perempuan merdeka.
Galatia 4:28-31, jemaat Galatia dikiaskan seperti Ishak yang adalah anak
dari perempuan merdeka (Sara). Ishak adalah anak perjanjian, demikian
pula jemaat Galatia adalah anak-anak perjanjian. Sebagaimana dahulu,
anak-anak perjanjian diperlakukan tidak baik oleh anak-anak
perhambaan, maka jemaat Galatia tidak perlu takut bersaksi tentang
Kristus dalam segala keadaan. Sebagaimana anak-anak perjanjian akan
menerima warisan keluarga, maka jemaat Galatia akan mewarisi kerajaan
Sorga.
KONTEKS MASA KINI
1. Pada masa kini, kehidupan tidak selalu dalam keadaan nyaman tetapi
tidak sedikit orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan,
kemiskinan, keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka.
Meskipun bangsa Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan
tertindas masih dialami oleh kaum minoritas di negeri ini terutama
dalam hal melaksanakan peribadahan dengan bebas.
2. Demikian pula persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi
angkatan kerja masih belum juga ditemukan solusinya. Persoalan
kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan banyak orang
terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi sampai
pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah.
3. Sebagian orang kristen diselimuti rasa takut untuk bersaksi tentang
Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Tuhan bagi dunia. Mereka
lebih terdorong untuk memperjuangkan penerimaan masyarakat atas
diri mereka, seperti kejiwaan masa anak remaja yang tak mau ditolak
teman-teman sebaya mereka.
4. Jemaat-jemaat pada masa kini bergumul antara injil dengan tradisi
dan kebudayaan. Mereka juga bergumul antara bersaksi dengan
mewujudkan harmoni (situasi diterima masyarakat).
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Awali kotbah semenarik mungkin. Bisa dengan sebuah ilustrasi atau
langsung menerangkan betapa marahnya Paulus (Paulus bisa marah).
104
2. Utarakan latar belakang dan Penjelasan teks, tekankan bahwa di
Jemaat Galatia muncul gerakan menolak kerasulan Paulus dan
menambahkan syarat memperoleh keselamatan dari Allah yaitu
dengan percaya pada Yesus dan taat melakukan hukum taurat.
3. Kisahkan tentang gambaran/metafor bahwa anggota jemaat adalah
anak-anak dari perjanjian.
4. Paparkan konteks masa kini. Tutup kotbah Saudara dengan dorongan
motivasional, bahwa kita harus bangga menjadi pengikut Yesus
Kristus dan berani bersaksi dalam segala keadaan.
Daftar ayat dan lagu:
1. Nas Pembimbing
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Berita Anugerah
Ayat Persembahan
Nyanyian
:
KJ 3:1-3
KJ 362:1-2
PKJ 2
PKJ 152:1-2
KJ 439:110. PKJ 183:1-2
: Mzm 33:2-5
: Mzm 34:8-10
: Mzm 37:25-26
Contoh Kotbah Jadi
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus berduka. Mengapa ia berduka? Karena sebagian
jemaat Galatia mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan injil
(Gal 1:6-7). Paulus sangat marah kepada berbagai pihak yang
mengacaukan iman jemaat Galatia, sehingga ia menulis: ”Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami
beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah
kamu terima, terkutuklah dia.” (Gal.1:8-9). Dengan marah Paulus
menulis bahwa akan lebih baik bagi mereka yang mengacaukan iman
105
jemaat untuk dikebiri saja. (Gal.5:12). Paulus sangat gemas terhadap
orang-orang yang mengacaukan jemaat ini. Di jemaat Korintus, mereka
menyerang pribadi dan kerasulan Paulus dan di Galatia mereka
melakukan juga hal yang sama. Paulus menyebut mereka sebagai
“pesuruh iblis” (2 Kor. 11:14).
Paulus menyayangkan kemunduran iman jemaat Galatia karena
mencari aman dengan tidak lagi mengutamakan yang dikenan Allah dan
mengutamakan perkenan manusia. Jati diri kristen tak boleh luntur
apalagi dikorbankan demi menghindari salib yang memang harus dipikul
oleh setiap orang kristen (Gal. 1:10). Salib memang selalu menjadi batu
sandungan bagi orang yang menolak Kristus (Gal. 5:11).
Jemaat Galatia mulai meyakini kembali bahwa ketaatan kepada
hukum taurat sebagai syarat memperoleh kerajaan Allah di samping
pengorbanan Kristus. Sunat dengan demikian, dipandang sebuah
keharusan untuk dilakukan dan hidup berpantang makanan tertentu
merupakan kewajiban agamawi. Setiap orang kristen yang
berlatarbelakang orang Yunani harus diyahudikan terlebih dahulu dengan
hidup menurut cara hidup orang Yahudi.
Paulus menandaskan bahwa bagi semua orang, berlaku ketentuan:
yang dibenarkan Allah adalah orang yang hidup karena iman mereka
kepada Kristus. Menaati hukum taurat tidak menyelamatkan. Sekiranya
seseorang bisa dibenarkan karena melakukan hukum taurat, maka siasialah kematian Kristus (Gal. 2:16, 21).
Dengan surat ini Paulus menelanjangi ajaran sesat yang
beroperasi di Galatia dengan uraian logis dalam rangka membela
kemurnian injil. Di dalamnya terdapat pemikiran yang kuat, perjuangan
yang hebat, motif-motif yang luhur, pembelaan kebenaran yang sangat
berharga dan merupakan peperangan demi iman dan kemerdekaan injil.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Ada yang menyamakan surat Galatia dengan sebuah pedang
mengkilat yang ada dalam tangan kokoh seorang pemain pedang. Paulus
dan Injil sedang diserang. Kalau serangan ini berhasil, kekristenan
mungkin telah menjadi sekte lain dalam agama Yahudi, atau telah
menjadi begitu bergantung pada sunat dan taurat, dan bukan merupakan
anugerah. Paling tidak, jika para lawan memenangkan “peperangan” ini,
106
besar kemungkinan Injil hanya akan menjadi milik orang Yahudi saja,
kita tidak akan pernah mendapatkan kesempatan mengecap kasih Kristus.
Paulus adalah seorang tokoh revolusi agama. Ia mengajarkan
bahwa menjadi Kristen tidak perlu di-Yahudi-kan dahulu. Ia menghadapi
tantangan dengan ajarannya. Tantangan pertama mengenai kerasulannya.
Banyak orang mengatakan bahwa ia bukan rasul. Bila berpatokan pada
Kisah Para Rasul 1:21-22, Paulus memang tidak masuk kriteria sebagai
rasul. Dengan penuh keyakinan, Paulus mengatakan bahwa kerasulannya
tidak bersumber dari usaha manusia. Tidak ada seorangpun yang
menahbiskannya menjadi rasul melainkan Yesus Kristus sendiri di jalan
raya Damsyik. Kualifikasi unik inilah yang dimiliki Paulus: bertemu
langsung dengan Yesus yang telah naik ke Sorga.
Pada waktu itu banyak orang Yahudi menjadi Kristen. Mereka
percaya bahwa janji dan anugerah Allah hanya bagi orang Yahudi saja
dan tidak ada seorang kafirpun (bangsa-bangsa lain) yang dibenarkan
menerima hak istimewa yang mulia itu. Mereka percaya bahwa
kekristenan hanya bagi orang Yahudi saja. Orang Yahudi adalah orang
pilihan. Bahkan, membantu ibu non Yahudi yang mau melahirkan juga
dipandang salah, karena menambah jumlah orang kafir ke dunia ini. Pada
pihak lain, Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi.
Hal ini membuat geram dan marah bagi “orang Yahudi garis keras” ini.
Ada jalan bagi orang kafir yang mau diselamatkan. Yaitu: mereka
harus diyahudikan dahulu. Mereka harus menjalani sunat dan mematuhi
hukum taurat. Bagi Paulus, ketentuan ini bertentangan dengan arti iman
kristen. Iman manusia tidak tergantung pada usaha mereka sendiri,
melainkan rahmat Allah. Bagi Paulus, yang pokok bukanlah apa yang
manusia dapat perbuat bagi Allah, melainkan apa yang Allah telah
perbuat bagi manusia.
Orang Yahudi berkata: Bukankah Taurat merupakan sarana
tertinggi yang diberikan Allah kepada Musa? Paulus berkata : tunggu
dulu. Kepada siapakah janji Allah yang terbesar diberikan? Bukankah
kepada Abraham? Bagaimana Abraham memperoleh kemurahan Allah?
Bukan melalui Taurat. Tapi karena Abraham percaya. Imannya yang
telah menyelamatkan Abraham. Bukan hukum Taurat. Siapakah
keturunan Abraham? Bukan karena hubungan darah, tetapi mereka yang
dalam keadaan seperti Abraham : memiliki iman kepada Allah.
107
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Kita adalah keturunan Abraham. Memang bukan keturunan
karena hubungan darah. Tetapi karena kesamaan iman. Kita dan
Abraham beriman kepada Allah yang sama. Dengan demikian, kita
adalah anak-anak perjanjian. Kita terhisap dalam perjanjian berkat antara
Allah dengan Abraham. Di tengah-tengah kehidupan yang tidak sepi
tantangan dan aneka ragam problematika kehidupan, jati diri kita sebagai
anak-anak perjanjian tidak pernah hilang. Meskipun kadang kala kita
tidak menyadari atau bahkan tidak mengingatnya, jati diri kita tetap tidak
hilang. Kita adalah anak-anak perjanjian.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Banyak orang kristen terutama ketika mengalami cobaan,
penderitaan, kemalangan, persoalan, sakit penyakit, ataupun kekurangan,
menjadi pangling (tidak ingat, lupa) bahwa dirinya adalah anak-anak
perjanjian, keturunan Abraham. Mereka melihat hidup sebagai musibah
dan tidak mengalami sukacita.
Pada pihak lain, perasaan kuat ingin diterima oleh masyarakat
membuat banyak orang kristen tidak berani bersaksi. yang pada
gilirannya mengorbankan sisi pemberitaan bahwa Tuhan Yesus Kristus
adalah Juru selamat dunia, bukan hanya Juruselamat bagi orang Kisten
saja. Rasa takut menjadi berbeda, takut untuk ditolak, kebutuhan
menggebu-gebu yang tidak sehat untuk diterima oleh masyarakat juga
membuat sebagian orang kristen kebingungan soal peran mereka di
tengah-tengah dunia. Tugas dari Tuhan Yesus “kamulah terang dunia”
(Mat.4:14) tidak lagi nyaring bergema di dalam kehidupan yang
diselimuti rasa ketakutan ini.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Kehidupan memang tidak bebas tantangan. Tidak sedikit
orang yang masih merasa terbelenggu oleh persoalan, kemiskinan,
keterikatan, ketidakmerdekaan dalam hidup mereka. Meskipun bangsa
Indonesia sudah lama merdeka, tetapi perasaan tertindas masih dialami
oleh kaum minoritas di negeri ini terutama dalam hal melaksanakan
peribadahan dengan bebas. Demikian pula persoalan ketersediaan
108
lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja masih belum juga ditemukan
solusinya. Persoalan kemiskinan masih saja menjadi masalah klasik dan
banyak orang terikat dalam budaya korupsi dari tingkat pejabat tinggi
sampai pejabat rendahan yang memperburuk nasib rakyat kelas bawah.
Dalam keadaan demikian, umat kristen sebagai anak-anak perjanjian
tidak boleh melupakan jati diri mereka. Jati diri sebagai anak-anak
perjanjian tidak boleh luntur oleh keadaan yang tidak menggembirakan.
Sebagaimana rasul Paulus dalam Galatia 4:28-31, mengiaskan
jemaat Galatia sebagai anak-anak perjanjian. Bagi Paulus, adalah lumrah
bila anak-anak perjanjian diperlakukan tidak baik oleh anak-anak
perhambaan. Maka jemaat Galatia tidak perlu takut bersaksi tentang
Kristus dalam segala keadaan. Demikian pula kita umat kristen pada
masa kini tidak boleh kecil hati atau diliputi rasa takut untuk berbeda
dengan yang lain. Kita dipercaya Tuhan untuk memberitakan kabar baik.
Mari kita bersukacita! Kita adalah anak-anak perjanjian. Beritakanlah
kabar baik, baik atau tidak baik waktunya. Yakinlah, bahwa selalu ada
penyertaan Tuhan dalam kerja dan karya kita! Amin. (BNH).
***
RANCANGAN KOTBAH 30 Juni 2013
MINGGU Biasa V, Warna Liturgi Hijau
Bacaan: 2 Raj-Raja 2: 1-2, 6-14
Tema:
PERGANTIAN KEPEMIMPINAN
Tujuan:
1. Anggota Jemaat memahami bahwa Allah mengutus setiap orang
percaya sebagai pemimpin.
2. Anggota Jemaat siap menjadi pemimpin yang melayani.
3. Anggota jemaat siap untuk dikader.
LATAR BELAKANG I DAN II RAJA-RAJA
Kitab I dan II Raja-Raja dinamakan demikian menurut isinya. Di
dalam Septuaginta, para raja Ibrani asli dianggap sebagai kesinambungan
109
dari yang dibahas di dalam Kitab Samuel. Kedua kitab ini jelas
merupakan satu kesatuan, mencakup sejarah Israel sejak masa
pemerintahan Salomo hingga pecahnya negeri itu pada zaman Zedekia.
Yang dibahas di dalamnya ialah jatuh bangunnya bangsa Israel di bawah
perjanjian dengan Allah dengan menunjukkan dosa-dosa para raja yang
melanggar perjanjian itu dan menghasilkan pembuangan Israel dan
Yehuda.
II Raja-Raja diakhiri dengan dilepasnya Raja Yoyakhin dari
penjara pada tahun ketiga puluh tujuh dari masa pemenjaraannya-sekitar
562/561 sM. Kitab ini tidak mungkin sudah selesai ditulis sebelum
tanggal itu, juga tidak mungkin sesudah 536 sM, yaitu tahun kembalinya
sebagian tawanan dari Babel karena peristiwa itu tidak disebut sama
sekali. Karena kitab ini merupakan satu kesatuan dan bukan hasil tulisan
beberapa orang penulis dalam kurun waktu yang berbeda-beda, maka
tanggal penulisan kitab ini adalah di antara 562-536 sM.
II Raja-Raja 2:2-4, 6-14, Adalah kisah Elia terangkat kesorga dan
Elisa menggantikan sebagai nabi. Elia berasal dari Tisbe di daerah
Gilead. Ia seorang pembela tentang pemujaan Yahwe pada zaman raja
Ahab dan permaisurinya, Izebel, yang berusaha memajukan pemujaan
Baal. Elia adalah seorang Nabi di daerah kerajaan utara. Ia sangat
populer. Ia sebagai serorang yang dilukiskan sebagai pemegang peran
legendaris. Suatu deretan cerita dan mujizat dimasukkan ke dalam Kitab
Raj (1Raj 17:1-19:21; 21:17-29; 2Raj 1:3-2:12). Kuasa Allah tetap
menyertainya.
Elisa adalah siap menjadi pengganti Elia (1Raj 19:16-21), ia
mewarisi jubah Elia (1Raj 2:1-18). Ia Menyehatkan air (2Raj 2:19-22).
Mengutuki anak-anak muda (2Raj 2:23-25). Ia Membantu dalam
kemenangan atas Moab (dalam 2Raj 3:1-27). Melipatgandakan minyak
seorang janda (2Raj 4:1-7). Menghidupkan anak laki-laki wanita Sunem
(2Raj.4:8-37).Menyehatkan makanan dalam kuali (2Raj.4:38-41).
memberi 100 orang makan (2Raj 4:42-44).Menyembuhkan Naaman dari
sakit kusta (dalam 2 Raj. 5:1-27).Menjadikan mata kapak mengapung
(2Raj 6:1-7).Menangkap orang Aram (2Raj 6:8-23).Penasihat politik
untuk Israel (2Raj 6:24-8:6; 9:1-3; 13:14-19) Mengurapi Yehu menjadi
110
raja Israel (2Raj 9:1-10). Dan ini semua dilakukan dengan keyakinan
kepada Allah yang telah mengutusnya.
PEJELASAN TEKS:
Dalam bacaan Alkitab ini, mengisahkan sebuah peristiwa tentang
terangkatnya Elia ke sorga dan Elisa yang menyaksikannya. Lalu Elisa
sebagai penggati Elia.
Ayat 2 , Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini,
sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel, tetapi Elisa menJawab: "Demi
TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak
akan meninggalkan engkau." Ini menjelaskan tentang keinginan Elisa
ingin melihat peristiwa elia terangkat ke sorga. Sebagai seorang
pengganti Elisa sangat terbuka, ia mempunyai semangat dengan spirit
yang kuat dan kesetiaan pada Elia.
Ayat 9 “.... Dua bagian dari Rohmu” istilah dua bagian dari
Rohmu” belum tentu berarti dua kali kuasa rohani Elia kepada Elisa.
Sebaliknya istilah itu menunjuk kepada hubungan ayah dengan anak,
dimana putra yang sulung menerima dua kali warisan putra-putri yang
lainnya (Ul 21;17). Elisa memohon kepada Ayah rohaninya untuk
memberikan kadar roh nabi yang lebih besar kepadanya supaya ia dapat
melanjutkan pelayanan Elia. Karena roh Allah itulah yang memampukan
dia didalam menyelesaikan tugasnya sebagai nabi. Allah mengabulkan
permohonan Elisa karena mengetahui bahwa nabi muda itu bersedia
untuk tetap setia kepada-Nya ditengah-tengah kemurtadan rohani, moral,
dan ajaran disekitarnya.
Ayat 11-12, “Kereta berapi dengan kuda berapi.”
Ini
menjelaskan tentang Elia terangkat ke sorga tanpa mengalami kematian.
Sama halnya dengan Henokh (Kej.5:24). Pengangkatan ajaib Elia ke
sorga menjadi meterai persetujuan tegas Allah. atas karya Allah dalam
pelayanan nabi Elia. Dengan pengangkatan itu di muliakan TUHAN
dengan kereta berapi dengan kuda berapi, karena Elia sepenuhnya
menyatukan diri dengan Firman Allah sepanjang masa pelayanannya.
Hingga saat terakhir dia hidup demi kehormatan Allah, ia menentang
dosa dan penyembahan berhala umat yang murtad, sambil memberikan
semangat kepada kaum sisa yang setia di Israel.
111
KONTEKS MASA KINI:
 Masih ada anggota jemaat yang sulit untuk bersedia dibina menjadi
pemimpin.
 Masih ada yang sudah dibina tetapi tidak mau menjadi pemimpin.
 Banyak gereja yang telah berhasil melaksanakan pengaderan
kepemimpinan.
SARAN PENYUSUNAN KOTBAH:
1. Pendahuluan:
Pengkhotbah menyampaikan secara singkat tentang sejarah bangsa
Israel pada masa nabi Elia dan Elisa.
2. Isi:
 Memahami pentingnya pergantian tugas kenabian Elia kepada
Elisa.
 Menyiapkan pengganti yang tepat dan mau bertanggungjawab.
 Menyambut bergantian dengan berbagai tugas dengan terbuka,
kuat, teguh dan mengandalkan kuasa Roh Allah.
3. Penutup:
 Pengkhotbah mengajak seluruh jemaat untuk mempersiapkan
pemimpin-pemimpin baru dalam jemaat.
Daftar ayat dan lagu
1. Nats Pembimbing
2. Berita Anugerah
3. Persembahan
4. KJ : 3
5. KJ : 40
6. PKJ: 198
7. PKJ: 127
8. KJ : 163
9. PKJ: 182
: Lukas 9: 51-56.
: Mazmur 51: 8-10
: Mazmur 37:3-5
***
Contoh Kotbah Jadi.
112
Jemaat Tuhan Yesus yang terkasih,
Kehidupan bangsa Israel sebagai umat Allah bukanlah suatu
kehidupan yang serba mulus, bukan suatu kehidupan yang tanpa
rintangan, bahkan jika kita cermati maka kehidupan umat Allah ini lebih
banyak hidup dalam penderitaan dari pada kehidupan yang penuh dengan
kenikmatan. Umat Israel hidupnya lebih banyak bebuat dosa kepada
Tuhan, sehingga Tuhan mengutus para nabi-nabi-Nya untuk menegur,
menasihat, dan mendidik dan mengajar dalam kebenaran Allah.
Ketika mereka jauh hidupnya dari Allah, maka penderitaan sering
mereka alami. Mereka hidup tanpa harapan, masa depan mereka menjadi
suram. Ini sungguh-sungguh dialami ketika mereka memberontak kepada
Allah. Dalam suasana hidup tanpa harapan, dan menjauhi Allah maka
seorang nabi bertugas untuk menyampaikan kabar dari Allah bagi umat.Nya. Ada yang mendengarkan berita tersebut, namun juga ada orang
yang tidak mau mendengarkan perkataan Nabi Allah.
Elia dan Elisa adalah seorang pelayan Tuhan, yang berfungsi untuk
menyampaikan kehendak Allah kepada umat. Mereka hidup dalam
ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. II Raja-Raja 2:2-4, 6-14 , Adalah
kisah Elia terangkat kesorga dan Elisa menggantikan sebagai nabi. Elia
berasal dari Tisbe di daerah Gilead. Ia seorang pembela ketat tentang
pemujaan Yahwe pada zaman raja Ahab dan permaisurinya, Izebel, yang
berusaha memajukan pemujaan Baal. Nabi Elia adalah seorang Nabi di
daerah kerajaan utara. Ia sangat populer. Ia serorang yang dilukiskan
sebagai pemegang peran kenabian di Israel yang penuh kuasa Allah.
Elisa adalah orang yang telah disiap Tuhan untuk pengganti Elia.
Elisa menyambut penugasannya dengan penuh tanggungjawab, tekun,
kuat dan terbuka . Oleh karena itu ia adalah orang yang tepat yang telah
disiapkan Tuhan menggantikan Elia. Ada kuasa Allah yang menyertai
Elisa. Ini membuktikan bahwa Allah memberikan mandat dan kuasa
kepada generasi yang mau setia dan taat dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Elisa adalah pelayan yang setia. Dalam bacaan kita pada ayat 2 “
Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN
menyuruh aku ke Betel, tetapi Elisa menJawab: "Demi TUHAN yang
hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan
113
meninggalkan engkau." Ini menjelaskan tentang keinginan Elisa ingin
melihat peristiwa elia terangkat ke sorga. Sebagai seorang pengganti
Elisa sangat terbuka, ia mempunyai semangat dan kesetiaan pada Elia.
Dalam tugas dan tanggungjawabnya, Elisa meminta kepada Elia,
dua bagian dari roh Elia ada padanya. Elisa berkata kepada Elia , pada
Ayat 9 “ .....Dua bagian dari Rohmu” istilah dua bagian dari rohmu”
berarti Elisa memohon kepada Ayah rohaninya untuk memberikan kadar
roh nabi yang lebih besar kepadanya supaya ia dapat melanjutkan
pelayanan Elia. Karena roh Allah itulah yang memampukan dia didalam
menyelesaikan tugasnya sebagai nabi. Allah mengabulkan permohonan
Elisa karena mengetahui bahwa nabi muda itu bersedia untuk tetap setia
kepada-Nya ditengah-tengah kemurtadan rohani, moral, dan ajaran
disekitarnya. Elia memberikan mandat kenabiannya kepada Elisa dengan
kuasa berasal dari Allah. Sebagai seorang pemimpin umat yang baru,
Elisa terus merespon panggilan Tuhan untuk bertanggungjawab, terbuka,
dan bersemangat untuk melayani Tuhan dan umat-Nya.
Ibu, bapak, dan saudara sekalian, yang terkasih,
GKSBS (Gereja Kristen Sumatera bagian Selatan) merupakan
gereja yang dinamis dalam merespon perubahan-perubahan. Perubahanperubahan ini meliputi barbagai hal, baik secara kelembaggaan GKSBS
(pemimpin-pemimpinnya), sampai pada keinginan-keinginan dan
harapan jemaat-jemaat dilingkungan GKSBS. Ini adalah kekuatan kita.
Ada banyak pihak kebingungan dengan perubahan-perubahan dan
kejadian-kejadian yang dialaminya, tetapi bila mencoba untuk
mengapresiasinya, ternyata itulah bagian dari dinamika bergereja dalam
menjawab perutusan dari Tuhan. Jadi, persoalannya adalah bagaimana
kita memaknai perubahan-perubahan tersebut. Dan menyiapkan generasigenerasi yang baru untuk menjadi pemimpin yang terbuka, tekun,
mempunyai semangat, memiliki motivasi yang murni serta
bertanggungjawab dalam setiap pelayanan dan kepemimpinannya. Di
samping itu memiliki spiritualitas yang baru.
Kisah pergantian pelayanan antara Elia kepada Elisa ini, bisa
menjadi inspirasi kita dalam meregenerasi kepemimpinandi GKSBS.
Ada banyak jemaat-jemaat yang sulit untuk mengader pemimpinpemimpin yang baru. contohnya ada banyak jemaat-jemaat yang sulit
mengader para diaken dan para penatua. Dengan alasan yang dikaderkan
114
tidak cukup memiliki kemampuan melayani dan memimpin jemaat, hal
ini pasti terjadi. Namun kita tidak perlu putus asa bagaimanakah
pergantian kepemimpinan itu dipersiapankan secara baik? Memang
tergantung bagaimana kepada pemimpin yang mampu menggerakkan
umatnya sebagai partisipan aktif, tergantung kepada pemimpin yang
menyadari bahwa kehadirannya bukan untuk menjawab kepentingan
pribadi dengan segala bentuk kebutuhan dan keinginan hatinya. Tugas
kita sebagai jemaat-jemaat GKSBS adalah menyiapkan pemimpinpemimpin yang menyadari kehadirannya menjadi tugas perutusan yang
dari Allah untuk bersama umat membangun persaudaraan dimana setiap
orang, yang kecil dan lemah, maupun besar dan kuat mendapat hak yang
sama. Selamat menyiapkan pemimpin-pemimpin yang baru. Tuhan
memberkati. Amin. (SW).
115
Download