PENGGUNAAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION PADA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERUSAHAAN M. Anggionaldi Akuntansi, Unjani Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi email: [email protected] Abstrak – Tingginya kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa pada jaman modern ini mempengaruhi tingkat aktivitas bisnis perusahaan menjadi semakin rumit. Hal ini mendorong perkembangan teknologi yang semakin maju untuk memfasilitasi perusahaan baik yang bergerak dalam barang maupun jasa dalam hal menyediakan informasi keuangan dan non keuangan. Dibutuhkan teknologi yang mampu mengotomatisasi setiap pergerakan barang mulai dari proses produksi hingga proses penjualan. Pada saat ini berkembang teknologi bernama RFID (Radio Frequency Identification) yang mampu mengidentifikasi, mencatat, memantau, memonitoring, dan menyediakan informasi aktivitas barang. RFID memiliki kegunaan dan manfaat dalam aktivitas bisnis yang dijalankan dibeberapa perusahaan mulai dari perusahaan manufaktur, jasa pengiriman barang, dan supermarket. Kata Kunci : Radio Frequency Identification, Sistem Informasi Akuntansi Abstrak SNEB 2014: Hlm. 1 I. PENDAHULUAN Pada jaman modern saat ini, dimana pergerakan manusia menjadi tidak terbatas. Manusia dapat pindah atau melakukan transportasi dari satu benua ke benua lainnya dapat ditempuh dalam waktu yang relatif cepat dikarenakan kemajuan teknologi transportasi yang berkembang saat ini. Begitu juga dengan teknologi komunikasi, manusia jaman modern saat ini mampu berkomunikasi dengan manusia lain antar benua dengan menggunakan aplikasi multimedia teks, suara dan gambar. Hal ini mempengaruhi tingkat aktivitas bisnis menjadi semakin rumit, dikarenakan tingkat kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa semakin tinggi. Hal ini mendorong perkembangan teknologi yang semakin maju untuk memfasilitasi perusahaan baik yang bergerak dalam barang maupun jasa. Dibutuhkan teknologi yang mampu mengotomatisasi setiap pergerakan barang mulai dari proses produksi hingga proses penjualan. Pada saat ini berkembang teknologi bernama RFID (Radio Frequency Identification) yang mampu membantu mengidentifikasi, memantau, memonitoring dan menyediakan informasi aktivitas barang. RFID berawal diciptakan pada tahun 1945 digunakan dengan tujuan semula sebagai alat matamata oleh Leon Theremin untuk pemerintahan Uni Soviet. Kemudian dikembangkan oleh Mario Cardullo pada tahun 1973 yang dikenal sebagai nenek moyang pertama dari RFID modern yang didemonstrasikan kepada Perusahaan Pelabuhan New York (New York Port Authority). Hingga saat ini teknologi tersebut berkembang tidak hanya digunakan di perusahaan pelabuhan saja, namun juga digunakan oleh perusahaan manufaktur, jasa pengiriman barang,dan supermarket. Untuk itu penulis mencoba memaparkan mengenai kegunaan, fungsi serta manfaat teknologi RFID ini dalam membantu aktivitas bisnis perusahaan dalam beberapa bidang usaha. II. LANDASAN TEORI 2.1. Radio frequency identification Perangkat Radio Frequency Identification (RFID) adalah perangkat elektronika yang memiliki kemampuan untuk melacak posisi obyek di suatu ruang menggunakan gelombang radio. Selain melacak posisi perangkat ini juga mampu melakukan identifikasi suatu obyek sehingga mampu membedakan beberapa obyek berbeda. RFID tags adalah komponen berukuran kecil yang biasanya mudah untuk disematkan atau ditempelkan pada obyek seperti barang produksi. RFID tags memiliki identitas yang unik. Sistem RFID memerlukan tags, pemancar gelombang radio dengan frekuensi tertentu, serta penerima gelombang radio. Pemancar dan penerima RFID biasanya menyatu dalam satu modul (RFID transceiver) dan seringkali disebut RFID reader yang dapat dihubungkan ke sistem komputer. Ada dua macam RFID tags. Tag pasif akan memantulkan gelombang radio dengan frekuensi tertentu. Gelombang yang dipantulkan akan membawa identitas sesuai tag tersebut. Tag pasif tidak memiliki sumber energi mandiri, melainkan memperoleh energi dari gelombang radio yang dipantulkan. Biaya penerapan tag pasif relatif murah namun jarak efektif dari tag ke perangkat penerima gelombang radio juga terbatas untuk jarak dekat (kurang dari satu meter). Tag aktif memiliki sumber energi mandiri. Dengan fungsi yang serupa dengan tag pasif, tag aktif dapat digunakan untuk jarak yang lebih jauh, namun dengan biaya penerapan yang lebih mahal. 2.2. Sejarah RFID Pada tahun 1945, Léon Theremin menemukan alat mata-mata untuk pemerintah Uni Soviet yang dapat memancarkan kembali gelombang radio dengan informasi suara. Gelombang suara menggetarkan sebuah diafragma (diaphragm) yang mengubah sedikit bentuk resonator, yang kemudian memodulasi frekuensi radio yang terpantul. Walaupun alat ini adalah sebuah alat pendengar mata-mata yang pasif dan bukan sebuah kartu/label identitas, alat ini diakui sebagai benda pertama dan salah satu nenek-moyang teknologi RFID. Beberapa publikasi menyatakan bahwa teknologi yang digunakan RFID telah ada semenjak awal era 1920-an, sementara beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa sistem RFID baru muncul sekitar akhir era 1960-an. Sebuah teknologi yang lebih mirip, IFF Transponder, ditemukan oleh Inggris pada tahun 1939, dan secara rutin digunakan oleh tentara sekutu di Perang Dunia II untuk mengidentifikasikan pesawat tempur kawan atau lawan. Transponder semacam itu masih digunakan oleh pihak militer dan maskapai penerbangan hingga hari ini. Karya awal lainnya yang mengeksplorasi RFID adalah karya tulis ilmiah penting Harry Stockman pada tahun 1948 yang berjudul Communication by Means of Reflected Power(Komunikasi Menggunakan Tenaga Pantulan) yang terbit di IRE, halaman 1196–1204, Oktober 1948. Stockman memperkirakan bahwa "...riset dan pengembangan yang lebih serius harus dilakukan sebelum problem-problem mendasar di dalam komunikasi tenaga pantulan dapat dipecahkan, dan sebelum aplikasi-aplikasi (dari teknologi ini) dieksplorasi lebih jauh." Paten Amerika Serikat nomor 3,713,148 atas nama Mario Cardullo pada tahun 1973 adalah nenek moyang pertama dari RFID modern; sebuah Abstrak SNEB 2014: Hlm. 2 transponder radio pasif dengan memori ingatan. Alat pantulan tenaga pasif pertama didemonstrasikan pada tahun 1971 kepada Perusahaan Pelabuhan New York (New York Port Authority) dan pengguna potensial lainnya. Alat ini terdiri dari sebuah transponder dengan memori 16 bit untuk digunakan sebagai alat pembayaran bea. Pada dasarnya, paten Cardullo meliputi penggunaan frekuensi radio, suara dan cahaya sebagai media transmisi. Rencana bisnis pertama yang diajukan kepada para investor pada tahun 1969 menampilkan penggunaan teknologi ini di bidang transportasi (identifikasi kendaraan otomotif, sistem pembayaran tol otomatis, plat nomor elektronik, manifest [daftar barang] elektronik, pendata rute kendaraan, pengawas kelaikan kendaraan), bidang perbankan (buku cek elektronik, kartu kredit elektronik), bidang keamanan (tanda pengenal pegawai, pintu gerbang otomatis, pengawas akses) dan bidang kesehatan (identifikasi dan sejarah medis pasien). Demonstrasi label RFID dengan teknologi tenaga pantulan, baik yang pasif maupun yang aktif, dilakukan di Laboratorium Sains Los Alamos pada tahun 1973. Alat ini diperasikan pada gelombang 915 MHz dan menggunakan label yang berkapasitas 12 bit. Paten pertama yang menggunakan kata RFID diberikan kepada Charles Walton pada tahun 1983 (Paten Amerika Serikat nomor 4,384,288). 2.3. Aplikasi Sebuah label RFID dapat ditempelkan ke sebuah obyek dan digunakan untuk melacak dan mengelola inventaris, aset, orang, dan lain-lain. Sebagai contoh, label RFID bisa ditempelkan di mobil, peralatan komputer, buku-buku, ponsel, dan lain-lain. RFID menawarkan keunggulan dibandingkan sistem manual atau penggunaan kode batang. Label dapat dibaca jika melewati dekat pembaca label, bahkan jika pembaca tertutup oleh objek atau tidak terlihat. Label dapat dibaca di dalam sebuah wadah, karton, kotak atau lainnya. Label RFID dapat membaca ratusan pada satu waktu, sedangkan kode batang hanya dapat dibaca satu per satu. RFID dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti: 1. Manajement Akses 2. Pelacakan barang 3. Pengumpulan dan pembayaran toll tanpa kontak langsung 4. Mesin pembaca dokumen berjalan 5. Pelacakan identitas untuk memverifikasi keaslian 6. Pelacakan bagasi di bandara III. PEMBAHASAN 3.1. Penerapan RFID di Supermarket Permasalahan internal supermarket adalah aktivitas stock opname periodik dengan mengecek masing-masing barang di rak-rak penjualan, kebijakan manajemen untuk memaksimalkan fungsi gudang dan ketidaktahuan manajemen tentang jumlah barang saat ini secara real time. Hal ini sering menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman barang, sehingga berakibat terjadinya stockouts. Selain itu, ketidaktahuan manajemen tentang jumlah barang saat ini secara real time memungkinkan pemesanan kembali untuk barang yang secara fisik jumlah stoknya masih cukup. Sehingga hal ini berakibat terjadinya over stock. Selain faktor tersebut, persaingan supermarket di pasar global terjadi dalam kompetisi yang sangat ketat. Dalam kompetisi semacam ini diperlukan strategi kebijakan supermarket agar tidak terjadi permasalahan stockouts dan over stock Pemanfaatan teknologi informasi selain dapat digunakan sebagai media otomatisasi data dan akurasi informasi dalam optimalisasi stok, juga memungkinkan adanya koordinasi antar bagian di supermarket, menyederhanakan proses, serta mempermudah kontrol dan perencanaan bisnis. Dimana tujuan akhirnya adalah kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu, optimalisasi stok dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi, dalam hal ini Radio Frequency Identification (RFID) sebagai media input data dalam rangkaian aktivitas supermarket. RFID difungsikan sebagai alat komunikasi yang mampu membaca data barang dan merubah stok akhir yang pada akhirnya akan mengirimkan data ke database di bagian gudang supermarket. Pembacaan data barang dengan menggunakan RFID lebih baik daripada barcode, karena bisa dari berbagai arah tanpa penempatan yang presisi sehingga mengoptimalkan fungsi kasir. Ketika stok barang sudah mencapai titik minimal, teknologi RFID memungkinkan secara cepat dan otomatis mengirim Tinformasi ke bagian gudangT untuk dilakukan pengiriman ke rak-rak penjualan. Jika stok di gudang juga sudah mencapai titik minimal maka sistem ini memungkinkan mengirim informasi pemesanan secara cepat dan otomatis ke pusat distribusi. Suatu bisnis termasuk supermarket memerlukan alat komunikasi yang mampu mengirimkan atau menerima informasi secara efisien dan efektif [2]. RFID [3] dapat diintegrasikan sebagai teknologi untuk akurasi data. Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan Baars et. al. yang berjudul Combining RFID Technology and Business Intelligence for Supply Chain Optimization - Scenarios for Retail Logistics. Dalam penelitian tersebut, teknologi RFID dirancang sebagai media automaic collection dari data rantai pasok di supermarket yang terintegrasi dengan infrastruktur bisnis. Juga dijelaskan konsep dan skenario integrasi data dalam rantai pasok dengan menggunakan tabel data Abstrak SNEB 2014: Hlm. 3 Goods Distribution Center, retailer, consolidator, manufacturer dan logistics [1]. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ada suatu pemikiran untuk merancang bangun alat RFID yang bertujuan untuk mengoptimalkan stok, dalam hal ini meminimalkan stockouts dan over stock dengan mempertimbangkan faktor akurasi informasi. dalam pengiriman barang. Selain itu, penggunaan algoritma Dijkstra juga memberitahukan informasi kepada konsumen estimasi waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman barang dan efisiensi ongkos produksi perusahaan dalam mengirimkan barang. 3.2. Penerapan RFID di Perusahaan Kereta Api Di perusahaan manufaktur, biaya dipisahkan menjadi dua kategori utama yaitu biaya manufaktur (manufacturing cost) dan biaya nonmanufaktur (nonmanufacturing cost). Biaya-biaya manufaktur adalah semua biaya-biaya yang habis terpakai dalam pabrik yang diasosiasikan dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk akhir. Biaya-biaya nonmanufaktur adalah biaya-biaya pada suatu organisasi selain yang habis terpakai untuk membuat produk, misalnya biaya-biaya distribusi, biaya-biaya penjualan, biaya-biaya pemasaran, biaya-biaya purnajual, biaya-biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya-biaya umum serta administrasi. Biaya nonmanufaktur biasanya disebut juga expenses atau biaya periodik karena dianggap memiliki manfaat atau terpakai selama perioda tertentu (tiap bulan, tiap tahun). Contohnya, biaya pengecatan badan sedan di pabrik mobil adalah biaya manufaktur, biaya bahan baku baja untuk rangka sedan adalah biaya manufaktur, biaya promosi untuk memperkenalkan produk sedan ke masyarakat adalah biaya nonmanufaktur, biaya upah buruh perakitan sedan di pabrik adalah biaya manufaktur, gaji petugas administrasi di pabrik mobil adalah biaya nonmanufaktur. Biaya manufaktur secara umum dibagi lagi menjadi tiga kategori yaitu bahan langsung (direct material), tenaga kerja produksi langsung (direct labor), dan overhead manufaktur. Bahan langsung yaitu bahan-bahan yang menjadi bagian terintegrasi pada produk akhir dan dapat secara fisik dan dengan mudah ditelusuri (kepada produk tersebut). Contohnya, biaya bahan baku kayu di pabrik pembuat meja dan kursi. Tenaga kerja produksi langsung yaitu biayabiaya upah tenaga kerja yang dapat secara fisik dan dengan mudah ditelusuri kepada satuan-satuan produk, di mana tenaga kerja tersebut terlibat dalam proses produksi secara langsung. Contohnya, biaya upah buruh perakit meja di pabrik. Overhead manufaktur mencakup semua biaya-biaya manufaktur kecuali bahan langsung dan tenaga kerja produksi langsung. Contoh-contoh overhead manufaktur adalah tenaga kerja produksi tidak langsung, perawatan dan perbaikan peralatan produksi, energi listrik, pajak bumi dan bangunan, depresiasi dan asuransi di lokasi fasilitas pabrik. Istilah-istilah lain yang merupakan sinonim dari overhead manufaktur adalah indirect manufacturing cost (biaya manufaktur tidak Pengiriman barang dan jasa merupakan salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari misalnya mengirimkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui perusahaan jasa pengiriman barang atau ekspedisi juga berkaitan dengan kegiatan ekspor-impor. Pengriman barang terdiri dari dua macam yaitu: pengriman barang dalam negeri dan luar negeri. Cara pengiriman barang dalam negeri terbagi tiga macam yaitu: pengiriman melalui laut, udara, kombinasi udara dan darat. Sedangkan cara pengiriman barang ke luar negeri terbagi dua macam yaitu: pengiriman melalui laut dan udara. Permasalahan yang menyebabkan barang lama sampai tujuan atau tidak sampai tujuan dapat berupa: 1. Paket tertahan lama di kantor cabang atau pusat atau tertahan di transportasi udara, darat, dan laut. 2. Konsumen tidak mengetahui estimasi waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman barang. 3. Jalur yang dilalui untuk pengiriman barang tidak efisien, 4. Berkas resi pengiriman hilang atau penulisan alamat pengiriman salah karena data tidak dalam bentuk digital, 5. Barang rusak atau hilang saat pengiriman karena tidak diamankan atau disimpan dalam logistik, 6. Pendataan informasi logistik tidak terpusat, dan 7. Lonjakan pengiriman barang pada saatsaat tertentu. Untuk mempermudah perusahaan jasa pengiriman barang dalam mengatasi masalahmasalah tersebut dan meningkatkan pelayanan pelanggan, penggunaan teknologi RFID dan alogritma Dijkstra merupakan salah satu solusi terbaik. Tag RFID yang dilekatkan pada barang sebagai identitas elektronik untuk memudahkan petugas mengidentifikasikan barang secara cepat kemudian informasi barang dapat disimpan secara digital dalam sistem database terpusat. Sedangkan algoritma Dijksta digunakan untuk mempermudah pencarian jalur terpendek yang dilalui dalam pengiriman barang lalu menganalisa jalur yang dilalui dan mengestimasi waktu yang ditempuh 3.3.Penerapan RFID di perusahaan manufaktur Abstrak SNEB 2014: Hlm. 4 langsung), factory overhead (overhead pabrik), dan factory burden (beban pabrik). 3.3.1. Biaya simpan dan biaya transit Biaya simpan dan biaya transit barang hasil produksi di perusahaan manufaktur merupakan biaya tidak langsung. Meskipun biaya simpan bukan merupakan biaya tetap, biaya yang cenderung variabel ini tidaklah proporsional dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Saat barang berada di tempat tertentu baik karena disimpan sementara atau karena transit untuk mendapatkan perlakuan tertentu pada proses produksi di pabrik, maka berbagai biaya dapat timbul di tempat tersebut. Biaya timbul karena pemanfaatan berbagai sumberdaya, contohnya listrik, tenaga kerja, dan pemakaian ruangan (sewa tempat). Berbagai sumberdaya pendukung yang dimanfaatkan ini biasanya tidak dapat ditelusuri langsung karena nilainya seringkali tidak proporsional dengan jumlah unit barang. Seperti dalam contoh yang diilustrasikan di bagian pendahuluan, jenis barang yang jumlah unitnya sedikit bisa saja di suatu tempat memanfaatkan sumberdaya lebih banyak, misalnya karena tersimpan atau transit lebih lama, atau lebih sering (berada di suatu tempat secara repetitif). 3.3.2. Pool biaya Biaya-biaya sumberdaya yang timbul di suatu tempat penyimpanan atau tempat barang transit dapat dikelompokkan menjadi satu pool biaya dan didefinisikan sebagai biaya keseluruhan di tempat yang spesifik. Jumlah biaya dalam satu pool biaya kemudian dapat dialokasikan menjadi komponen biaya produk menggunakan pemicu biaya tertentu. Dalam penelitian ini, suatu tempat di mana barang disimpan atau transit dapat didefinisikan sebagai satu pool biaya. Penggabungan biaya dalam satu pool dapat juga dilakukan untuk menyederhanakan perhitungan biaya terutama akibat adanya unsur biaya yang sulit untuk dicari faktor pemicunya secara spesifik sehingga dengan pertimbangan tertentu, digabungkan dengan unsur biaya lain yang dianggap sesuai karakteristiknya untuk menghindari usaha pencatatan yang sulit dan menimbulkan biaya pencatatan yang tidak ekonomis. 3.3.3. Pemicu biaya (cost driver) Pemicu biaya adalah suatu faktor yang menyebabkan adanya perubahan biaya dari suatu aktivitas. Pada tempat penyimpanan atau tempat transit tertentu di pabrik, di mana terjadi pemanfaatan beberapa macam sumberdaya, pemicu biaya mengindikasikan adanya suatu aktivitas tertentu. Sumberdaya dimanfaatkan selama perlakuan tertentu terjadi terhadap barang saat transit, termasuk saat barang tersimpan tanpa tindakan atau perlakuan lain terhadapnya pun dapat dianggap sebagai aktivitas (aktivitas penyimpanan) karena tetap ada sumberdaya yang dimanfaatkan (misalnya sewa tempat, sumberdaya listrik). Pemicu biaya dapat berupa pemicu biaya sumberdaya sebagai faktor yang memperhitungkan penggunaan sumberdaya dan dapat berupa faktor yang memperhitungkan penggunaan suatu pool biaya. 3.3.4. Model Konseptual Perancangan sistem dengan teknologi RFID untuk keperluan deteksi posisi barang di area pabrik, dapat dengan memanfaatkan modul RFID reader yang dipasang di setiap ruang aktivitas produksi (transit maupun simpan). Tiap barang diberi kode identitas yang berbeda pada tag nya sehingga sistem dapat mengenali barang yang mana yang terbaca posisinya. Modul RFID reader diposisikan di dekat jalur barang masuk dan keluar sedemikian sehingga ketika barang masuk ke ruang aktivitas tertentu, tag yang terpasang pada barang dapat dipastikan terbaca oleh RFID reader. Barang akan dianggap sedang bergerak masuk ke suatu ruang aktivitas apabila pembacaan sekuensial terjadi oleh T1 kemudian T2. Sebaliknya jika pembacaan sekuensial terjadi oleh T2 kemudian T1, maka sistem dapat mengenali bahwa barang tertentu bergerak keluar dari ruang aktivitas. Sistem akan mencatat identitas barang dan seberapa lama waktu yang digunakan oleh barang tersebut di suatu ruang aktivitas. Konfigurasi ini dimaksudkan untuk asumsi bahwa tiap ruang aktivitas di pabrik memiliki hanya satu pintu atau bukaan untuk keluar-masuk barang. Jika barang masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu lainnya dari suatu ruang seperti umunya pada sistem produksi dengan ban berjalan, maka dapat digunakan konfigurasi lain misalnya T1 pada pintu masuk dan T2 pada pintu keluar. Barang yang terdeteksi oleh T1 menandakan barang masuk dan barang keluar jika terdeteksi oleh T2. Perangkat RFID reader diintegrasikan dengan sistem komputer pribadi. Saat suatu barang terdeteksi masuk sebuah area atau ruang di pabrik maka sistem komputer akan mencatat kode barang, kode area atau ruang yang dimasuki, dan waktu barang tersebut masuk. Saat terdeteksi ada barang keluar dari area atau ruang, sistem komputer kembali mencatat kode barang, kode ruang dan waktunya, kemudian sistem komputer mengkalkulasi berapa lama waktu yang diperlukan oleh barang di suatu ruang dengan mengurangi nilai waktu antara saat keluar dengan saat masuknya. IV. KESIMPULAN RFID merupakan teknologi yang masih baru, dan akan terus berkembang. Seiring dengan Abstrak SNEB 2014: Hlm. 5 kemajuan teknologi rangkaian terintegrasi, maka dapat dipastikan bahwa harga tag RFID dapat ditekan sangat murah. Kebutuhan akan tag RFID juga akan bertambah di waktu yang akan datang, karena kebutuhan akan proses yang berhubungan dengan identifikasi dan keamanan yang lebih nyaman, efisien, dan hemat waktu.. Semakin berkembangnya teknologi informasi maka akuntan harus mampu menggunakan teknologi informasi untuk menghadapi tantangan kemajuan jaman di bidang akuntansi. Teknologi RFID membantu dalam bidang sistem informasi akuntansi dalam berbagai bidang bisnis. Diharapkan teknologi ini terus dikembangkan sehingga mampu menjawab segala tantangan di bidang sistem informasi akuntansi di kemudian hari. Biodata Penulis M. Anggionaldi, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi Universitas Islam Bandung lulus tahun 2009. Saat ini sedang menempuh studi S2 Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran Bandung Referensi Junartho Halomoan (2010). Pengiriman Barang Dengan Menggunakan Teknologi RFID dan Algoritma Dijkstra. Institut Teknologi Telkom Bandung Rindra Yusianto (2010). Akurasi Informasi Dengan Menggunakan Teknologi RFID Pada Pengendalian Persediaan Barang Di Supermarket. Universitas Dwi Nuswantoro Semarang Markus Tanubrata (2013). Penggunaan RFID untuk Mendukung Otomasi Perhitungan Biaya Simpan Dan Transit Barang Produksi Di Pabrik. Universitas Kristen Maranatha Bandung. Abstrak SNEB 2014: Hlm. 6