kajian sifat listrik membran selulosa asetat yang direndam

advertisement
KAJIAN SIFAT LISTRIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT
YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA
DAN KALIUM HIDROKSIDA
FITRI AZIZAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
KAJIAN SIFAT LISTRIK MEMBRAN SELULOSA ASETAT
YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA
DAN KALIUM HIDROKSIDA
FITRI AZIZAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ABSTRAK
FITRI AZIZAH. Kajian Sifat Listrik Membran Selulosa Asetat yang Direndam dalam Larutan
Asam Klorida dan Kalium Hidroksida. Dibimbing oleh Dr. Kiagus Dahlan dan Jajang Juansah,
M. Si.
Membran didefinisikan sebagai suatu lapisan yang memisahkan dua fasa dan mengatur
perpindahan massa dari kedua fasa yang dipisahkan. Karakteristik membran mencakup: sifat listrik
, termal, mekanik dan sebagainya. Sifat kelistrikan dapat dilihat dengan melakukan pengukuran
karakteristik I-V, konduktansi, kapasitansi dan impedansi. Karakteristik I-V membran dilakukan
dengan mengukur arus dan tegangan membran. Penentuan tegangan membran dilakukan dengan
cara meletakkan membran di dalam chamber yang diisi larutan elektrolit KCl, kemudian dialiri
arus dengan nilai tertentu, sehingga tegangan membran dapat diukur. Pengukuran konduktansi,
kapasitansi dan impedansi menggunakan plat kapasitor yang dihubungkan dengan LCRmeter dan
nilainya langsung dapat terbaca. Variasi konsentrasi dan lama perendaman larutan asam klorida
dan kalium hidroksida mempengaruhi konduktansi, kapasitansi dan impedansi membran.
Perendaman pada larutan asam klorida dan basa kalium hidroksida konsentrasi tinggi dan
perendaman paling lama kapasitansi semakin meningkat dan impedansi semakin menurun.
Perendaman pada larutan asam klorida konsentrasi tinggi dan perendaman paling lama
konduktansinya cenderung meningkat dan pada perendaman larutan kalium hidroksida konsentrasi
tinggi dan perendaman paling lama konduktansi cenderung menurun.
Kata Kunci: membran, konduktansi, kapasitansi, impedansi
Judul : Kajian Sifat Listrik Membran Selulosa Asetat yang Direndam dalam
Larutan Asam Klorida dan Kalium Hidroksida
Nama : Fitri Azizah
NIM : G74104004
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Kiagus Dahlan
Jajang Juansah, M. Si
NIP. 131 663 021
NIP. 132 311 933
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. drh. Hasim, DEA
NIP. 131 578 806
Tanggal Lulus:
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Situbondo pada tanggal 14 Februari 1986 dari Bapak
Nur Wakhid S. Ag dan ibu Umi Nadhiroh. Penulis merupakan putri kedua dari tiga
bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan Dasar di Madrasah Ibtida’iyah (MI) Al Huda
Tumpang Blitar dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah dapat
diselesaikan penulis pada tahun 2001 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Jabung Blitar. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004
di Madrasah Aliyah (MA) Perguruan Mu’allimat Cukir Jombang dan pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur USMI.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisika Dasar pada
tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan seperti di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman,
Himpunan Profesi Peminat Ilmu Fisika (HIMAFI) dan Klub Fotografi Lensa Faperta.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan terhadap Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga begitu banyak nikmat yang tak terhingga jumlahnya. Hanya dengan izin dan kemudahan
yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Kajian Sifat Listrik
Membran Selulosa Asetat yang Direndam dalam Larutan Asam Klorida dan Kalium Hidroksida”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Kiagus Dahlan dan Bapak Jajang Juansah , M. Si selaku pembimbing
2.
Ibu Siti Nikmatin, M. Si, Ibu Mersi, dan Bapak Husin Alatas selaku penguji
3.
Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan keluarga besar di Blitar atas doa dan kasih sayangnya
4.
M. Koko Prihartono dan keluarga besar di Jambi atas motivasi dan doanya
5.
Bapak Firman, Om Toni, Mang Njun dan seluruh staff serta laboran Departemen Fisika atas
bantuannya
6.
Ulil, Eli, Uwai, Inna, Riski, Devi, Ana, Rina, Hasti, As, Rahmi, Qory, Viter, Iphi, Rahma,
Nunung, Ibu Melly, Arum, Nunung, Vera, Dimi
7.
Agung, Aep, Heri, Erdi, Tebe, Isran, Casnan, Farid, Romzie, Ade, Ulul, Fazmi, Rifky, Novan,
Eka, Saor, Puji
8.
Kakak-kakak Fisika 39 dan 40, adik-adik Fisika 42 dan 43
9.
Temen-temen Nabila:Mirzah, Woro, Nadew, Tidar, Yuli, Andriz, Dede, Ovie
10. Ratih Damayanti
11. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam penerapan teknologi membran. Salah satunya adalah
karakterisasi sifat listrik membran. Banyak hal yang menarik telah dikemukakan oleh peneliti sebelumnya.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian dengan
mengkaji karakteristik sifat listrik membran selulosa asetat yang telah direndam pada larutan asam dan
basa.
Penulis menyadari dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang Allah berikan manfaatnya kepada semuanya.
Bogor, Mei 2008
Fitri azizah
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................viii
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 1
Hipotesis .................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 1
Membran .................................................................................................................... 1
Membran Selulosa Asetat .......................................................................................... 2
Larutan Elektrolit........................................................................................................ 2
Elektroda .................................................................................................................... 3
Karakteristik Kelistrikan Membran ........................................................................... 3
Konduktansi Membran..................................................................................... 4
Kapasitansi Membran ...................................................................................... 4
Impedansi membran ........................................................................................ 5
Asam dan Basa ........................................................................................................... 6
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................ 6
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................... 6
Alat dan Bahan ........................................................................................................... 6
Metode Penelitian ....................................................................................................... 6
Pelaksanaan Penelitian................................................................................................ 6
Persiapan Penelitian ........................................................................................ 6
Persiapan Eksperimen ..................................................................................... 6
Eksperimen ...................................................................................................... 7
Pengamatan ...................................................................................................... 7
Analisa Data .................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
Karakteristik Arus-Tegangan dalam Larutan KCl ..................................................... 8
Perendaman Larutan Asam Klorida ............................................................... 8
Pengaruh Konsentrasi ....................................................................... 8
Pengaruh Lama Perendaman............................................................. 8
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida ....................................................... 10
Pengaruh Konsentrasi ..................................................................... 10
Pengaruh Lama Perendaman............................................................ 10
Karakteristik Konduktansi ....................................................................................... 11
iv
Perendaman Larutan Asam Klorida .............................................................. 11
Pengaruh Konsentrasi .................................................................... 11
Pengaruh Lama Perendaman ......................................................... 11
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida...................................................... 12
Pengaruh Konsentrasi ................................................................... 12
Pengaruh Lama Perendaman .......................................................... 12
Karakteristik Kapasitif ............................................................................................ 12
Perendaman Larutan Asam Klorida ............................................................. 12
Pengaruh Konsentrasi ..................................................................... 12
Pengaruh Lama Perendaman .......................................................... 13
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida...................................................... 13
Pengaruh Konsentrasi ................................................................... 13
Pengaruh Lama Perendaman ......................................................... 13
Karakteristik Impedansi ........................................................................................... 14
Perendaman Larutan Asam Klorida ............................................................ 14
Pengaruh Konsentrasi ..................................................................... 14
Pengaruh Lama Perendaman .......................................................... 15
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida ................................................... 16
Pengaruh Konsentrasi..................................................................... 16
Pengaruh Lama Perendaman .......................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 17
Kesimpulan .............................................................................................................. 17
Saran ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17
LAMPIRAN........................................................................................................................... 19
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Aliran molekul membran ................................................................................................... 1
2 Membran selulosa asetat ..................................................................................................... 2
3 Elektroda Ag-AgCl ............................................................................................................. 3
4 Elektroda referensi Ag-AgCl ............................................................................................. 3
5 Model rangkaian membran ................................................................................................. 4
6 Skema kapasitor plat sejajar ................................................................................................ 5
7 Skema rangkaian sistem pengukuran I-V ........................................................................... 7
8 Skema rangkaian sistem pengukuran kapasitansi dan impedansi ....................................... 7
9 Grafik I-V MSA pada berbagai konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ........................................................................... 9
10 Grafik I-V MSA pada berbagai waktu perendaman
HCl 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ......................................................................... 9
11 Grafik I-V MSA pada berbagai konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ......................................................................... 10
12 Grafik I-V MSA pada berbagai waktu perendaman
KOH 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ..................................................................... 10
13 Konduktansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) .......................................................................... 11
14 Konduktansi MSA pada berbagai waktu perendaman
HCl 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ....................................................................... 12
15 Konduktansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ........................................................................ 12
16 Konduktansi MSA pada berbagai waktu perendaman
KOH 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ..................................................................... 13
17 Kapasitansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ......................................................................... 14
18 Kapasitansi MSA pada berbagai waktu perendaman
HCl 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ....................................................................... 14
19 Kapasitansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ......................................................................... 15
20 Kapasitansi MSA pada berbagai waktu perendaman
KOH 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ..................................................................... 15
21 Impedansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) ......................................................................... 15
22 Impedansi MSA pada berbagai waktu perendaman
HCl 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c) ....................................................................... 16
vi
23 Impedansi MSA pada berbagai konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9 jam (c) .......................................................................... 16
24 Impedansi MSA pada berbagai waktu perendaman
KOH 0.001M (a), 0.01M (b) dan 0.05M (c)...................................................................... 17
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Konstanta Dielektrik Bahan 1 ............................................................................................. 5
2 Konstanta Dielektrik Bahan 2 ............................................................................................. 5
3 pH larutan HCl
............................................................................................................... 9
4 Konduktansi membran selulosa asetat pada perendaman
larutan asam klorida ............................................................................................................ 9
5 pH larutan KOH ................................................................................................................. 9
6 Konduktansi membran selulosa asetat pada perendaman
arutan kalium hidroksida ................................................................................................... 10
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Diagram Alir Penelitian .................................................................................................. 19
2
Alat- alat Penelitian ........................................................................................................ 20
3
Skema Penelitian ............................................................................................................. 21
4
Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai
konsentrasi larutan Asam klorida selama 1 jam (a) dan selama 3 jam (b)........................ 22
5 Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Asam klorida selama 9 jam (a) dan Kalium hidroksida selama 1 jam (b) ............. 23
6 Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai
konsentrasi larutan Kalium hidroksida selama 3 jam (a) dan 9 jam (b)............................. 24
7 Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Asam klorida selama 1 jam (a) dan 3 jam (b) ....................................................... 25
8 Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Asam klorida selama 9 jam (a) dan Kalium hidroksida selama 1 jam (b) ............ 26
9 Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Kalium hidroksida selama 3 jam (a) dan 9 jam (b) ............................................... 27
10 Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Asam klorida selama 1 jam (a) dan 3 jam (b)........................................................ 28
11 Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Asam klorida selama 9 jam (a) dan Kalium hidroksida selama 1 jam (b) ............ 29
12 Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi
larutan Kalium hidroksida selama 3 jam (a) dan selama 9 jam (b) ................................... 30
13 Persamaan garis kurva I-V membran selulosa asetat pada perendaman
larutan Asam klorida (a) dan larutan Kalium hidroksida (b) ............................................ 31
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Membran adalah fasa antara atau fasa
penghalang khusus yang memisahkan dua
macam fasa dan membatasi bermacam spesi
kimia dengan cara spesifik (Ginanjar, 2004).
Oleh karena itu , membran dapat berfungsi
sebagai penghalang tipis yang sangat selektif
diantara dua fasa. Membran dapat melewatkan
molekul tertentu dan menahan molekul lain
dari suatu aliran fluida yang dilewatkan
melalui membran (Notodarmojo, 2004). Dua
fasa tersebut memiliki karakter yang berbeda.
Karakter tersebut diantaranya: perbedaan
konsentrasi, suhu, tekanan, viskositas dan
komposisi larutan.
Kemajuan teknologi membran dalam
bidang industri, kimia, biologi dan fisika kini
sedang berkembang. Salah satunya adalah
teknologi membran sebagai filtrasi yang
memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan teknologi yang lain. Adapun
keunggulan membran sebagai filtrasi adalah
memerlukan energi yang lebih rendah untuk
operasi dan pemeliharaan, desain dan
konstruksi untuk sistem dengan skala kecil,
menghasilkan
produk
kualitas
tinggi,
berlangsung kontinu, tidak menggunakan zat
kimia tambahan dan tidak membutuhkan
kondisi ekstrim (temperatur dan pH).
Walaupun demikian, membran mempunyai
keterbatasan seperti terjadinya fenomena
polarisasi konsentrasi, fouling (pengkotoran),
yang menjadi pembatas bagi volume air
terolah yang dihasilkan dan juga keterbatasan
umur membran (Notodarmojo, 2004).
Salah satu contoh membran sintetik yang
sering dimanfaatkan dalam filtrasi adalah
membran Selulosa asetat. Membran ini
merupakan polimer yang mengandung unsur
Selulosa asetat. Kualitas membran sangat
menentukan dalam proses aplikasi maupun
teknologinya. Kualitas membran buatan
(sintetik) ditentukan oleh karakteristiknya.
Karakteristik membran buatan mencakup:
sifat listrik , termal, mekanik dan sebagainya.
Sifat kelistrikan dapat dilihat dengan
melakukan pengukuran
konduktansi,
kapasitansi dan impedansi. Nilai konduktansi
membran dapat diperoleh dengan pengukuran
Arus-Tegangan (I-V). Karakteristik ini
dipengaruhi oleh aliran elektron atau ion-ion
yang melalui membran. Proses perendaman
pada larutan asam dan basa yang dilakukan
memberikan pengaruh pada sifat-sifat
membran Selulosa asetat yang merupakan
membran netral atau tidak bermuatan tetap.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
beberapa sifat kelistrikan membran Selulosa
Asetat yang telah direndam dalam larutan
asam klorida dan kalium hidroksida dengan
variasi konsentrasi dan lama perendaman.
Hipotesis
Perendaman pada larutan asam dan basa
mempengaruhi karakteristik I-V membran
selulosa asetat. Pada perendaman asam akan
meningkatkan
konduktansi
membran
sementara larutan basa akan terjadi
sebaliknya.
TINJAUAN PUSTAKA
Membran
Membran dapat didefinisikan suatu lapisan
yang memisahkan dua fasa dan mengatur
perpindahan massa dari kedua fasa yang
dipisahkan (Gea, 2005). Fasa pertama adalah
feed atau larutan pengumpan yaitu komponen
atau partikel yang akan dipisahkan. Dan yang
kedua adalah permeate yaitu hasil pemisahan
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1
(Rakhmanudin, 2005). Proses membran
melibatkan umpan (cair dan gas), dan gaya
dorong (driving force) akibat perbedaan
tekanan (ΔP), perbedaan konsentrasi (ΔC) dan
perbedaan energi (ΔE). Upaya pemisahan
dengan membran yang menggunakan gaya
dorong beda tekanan sangat dipengaruhi oleh
ukuran dan distribusi pori membran
(Notodarmojo, 2004).
Secara umum membran terbagi atas dua
jenis yaitu membran alami dan membran
buatan. Berdasarkan bahan pembuatnya,
membran dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu :
1. Membran Organik
Membran organik adalah membran yang
terbuat dari bahan organik. Membran ini
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Membran
alamiah,
contohnya
:membran yang terbuat dari selulosa
dan turunannya (Cellulosic) seperti
Selulosa asetat dan Selulosa nitrat.
Gambar 1. Aliran molekul
filtrasi membran
dalam
proses
2
Gambar 2. Membran selulosa asetat
b.
Membran síntesis (Noncellulosic),
contohnya Polisulfon, Poliamida dan
polimer sintesis lainnya.
2. Membran Anorganik
Membran anorganik adalah membran yang
berasal dari material anorganik. Material
anorganik memiliki stabilitas kimia dan termal
lebih baik dibandingkan dengan bahan
polimer. Ada empat tipe membran anorganik
yang sering digunakan, yaitu
membran
keramik, membran gelas, membran metal dan
membran zeolit (Baker, 2004).
Jika dilihat dari bentuk membran terdapat
membran simetrik dan membran asimetrik.
Membran simetrik memiliki struktur pori yang
homogen dan relatif sama, ketebalannya
antara 10-200µm. Sedangkan membran
asimetrik memiliki ukuran dan kerapatan pori
yang heterogen. Membran jenis ini memiliki
dua lapisan yaitu lapisan kulit tipis dan rapat
(skin layer) dengan ketebalan 20,5µm serta
lapisan pendukung yang berpori dengan
ketebalan 50-200µm (Rakhmanudin, 2005).
Berdasarkan ukuran pori maka membran
terbagi atas : membran mikrofiltrasi,
nanofiltrasi, ultrafiltrasi dan reserve osmosis
(RO). Ukuran pori ini dapat dilihat dari
ukuran partikel-partikel yang terseleksi oleh
membran.
Berdasarkan sifat listriknya membran
buatan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Membran Tidak Bermuatan Tetap
Membran tidak bermuatan tetap terdiri
dari polimer yang tidak mengikat ion-ion
sebagai ion tetap dan dapat bersifat selektif
terhadap larutan-larutan kimiawi. Selektifitas
membran netral ditentukan oleh unsur-unsur
penyusun (monomer), ikatan kimia, ukuran
pori-pori, daya tahan terhadap tekanan dan
suhu, resistivitas dan konduktansi serta
karakteristik sifat listrik lainnya.
2. Membran Bermuatan Tetap
Membran bermuatan tetap terbentuk
karena molekul-molekul ionik menempel pada
lattice membran secara kimiawi. Ion-ion tidak
dapat berpindah-pindah dan membentuk
lapisan tipis bermuatan pada membran.
Membran ini dapat dilalui ion-ion tertentu.
Membran ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Membran Penukar Kation / Kation
Exchange Membrane (KEM) adalah
membran bermuatan anion tetap yang
hanya dapat dilewati oleh kation.
b. Membran Penukar Anion / Anion
Exchange Membrane (AEM) adalah
membran bermuatan kation tetap yang
hanya dapat dilewati oleh anion.
c. Double Fixed Charge Membrane (DFCM)
adalah membran bermuatan yang memiliki
muatan anion dan kation tetap pada bagian
lattice tertentu yang merupakan gabungan
KEM dan AEM (Huriawati, 2006).
Membran Selulosa Asetat
Membran Selulosa asetat dikembangkan
oleh
Loeb-Sourirajan
sekitar
tahun
1950an(Baker, 2004). Membran ini telah
banyak tersedia secara komersil. Membran
yang terbentuk dari polimer sintetik ini
bersifat hidrofilik, murah, cenderung tidak
bermasalah terhadap penyerapan maupun
penyumbatan dan memiliki fluks tinggi.
Membran Selulosa asetat merupakan
membran organik. Selulosa berasal dari
tumbuhan dicampur dengan pelarut dan
dicetak menjadi film tipis. Film tipis yang
terbentuk
menjadi
sebuah
membran
semipermiabel. Membran selulosa asetat
termasuk ke dalam kelompok membran
nanofiltrasi asimetrik yang bermuatan netral
Selulosa asetat adalah ester asetat dari
selulosa. Asam sasetat anhidrat dengan
selulosa menggunakan katalis asam sulfat atau
seng klorida akan menghasilkan selulosa
terasetilasi. Hasil asetalisasi dapat berbentuk
selulosa mono asetat, selulosa diasetat atau
selulosa. Selulosa asetat berwarna putih
(Gambar 2), tidak berwarna, tidak berbau,
padatan tidak beracun, larut baik dalam aseton
(Adiarto, 2002)
Larutan Elektrolit
Larutan adalah campuran homogen dari
dua atau lebih komponen yang berada dalam
satu fasa. Komponen yang paling banyak
terdapat dalam larutan atau yang paling
menentukan sifat larutannya, disebut pelarut.
Komponen yang terdapat dalam jumlah lebih
sedikit disebut zat terlarut. Larutan yang
pelarutnya air disebut larutan berair
(aqueous). Larutan pekat adalah larutan yang
zat terlarutnya banyak, sedangkan larutan
encer adalah larutan yang zat terlarutnya
sedikit. Kata larutan umumnya berarti
pelarutnya zat cair, sedangkan zat terlarutnya
dapat berupa gas, cair, ataupun padat
(Setiawati, 2004).
3
Sifat suatu larutan ditentukan oleh
konsentrasi.
Yang
dimaksud
dengan
konsentrasi adalah jumlah zat terlarut dalam
satuan volume atau bobot pelarut maupun
larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dalam persen , molar, molal, fraksi mol,
persen mol, dan ppm.
Konsentrasi
molar
/molaritas
(M)
menyatakan banyaknya partikel zat terlarut
dalam 1 liter larutan. Molaritas larutan
dipengaruhi oleh suhu. Hal ini karena satuan
konsentrasi berdasar volume, dan volume
merupakan fungsi suhu. Dalam satuan SI,
molaritas dinyatakan sebagai :
Banyaknya mol zat terlarut
M=
(1)
Volume larutan
Beberapa jenis cairan dan larutan cair
mampu
menghantarkan
arus
listrik.
Penambahan zat terlarut tertentu ke dalam air
membentuk satu larutan yang merupakan
penghantar listrik yang baik. Berdasarkan
daya hantar listriknya (daya ionisasinya),
larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu:
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik
a. Elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan
yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya di dalam
pelarut (umumnya air), seluruhnya
berubah menjadi ion-ion (α=1). Yang
tergolong elektrolit kuat adalah: asamasam kuat, sepeerti: HCl, H2SO4. basabasa kuat, seperti: NaOH, KOH. Garamgaram yang mudah larut, seperti NaCl,
KCl, dan lain-lain.
b Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan
yang daya hantar listriknya lemah dengan
harga derajat ionisasi sebesar 0<α<1.
yang tergolong elektrolit lemah: asamasam lemah, seperti : CH2COOH, HCN.
Basa-basa lemah seperti: NH4OH,
Ni(OH)2. garam-garam yang sukar larut,
seperti: AgCl, CaCrO4, dan lain-lain.
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut
tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak
mengion). Tergolong ke dalam jenis ini
misalnya: larutan urea, sukrosa, glukosa,
alkohol, dan lain-lain.
Elektroda
Reaksi elektroda merupakan salah satu
contoh reaksi elektrokimia yang sedang
berkembang saat ini. Adapun elektroda yang
secara umum dimanfaatkan adalah elektroda
referensi sebagai elektroda setengah sel.
Persyaratan umum dari elektroda referensi
adalah mudah untuk disiapkan dan dipelihara,
dan potensialnya stabil. Syarat utama dari
elektroda adalah konsentrasi semua jenis ion
yang terlibat pada reaksi elektroda harus
mempunyai nilai yang tetap. Elektroda yang
paling umum digunakan adalah reaksi
elektrode yang disertai saturasi ion larutan
garam (Lower, 2007).
Elektroda referensi menggunakan KCl
dengan konsentrasi tertentu. KCl dihubungkan
dengan larutan ukur yang terhalang oleh
lubang yang sangat kecil atau tutup berpori.
Jika K+ dan Cl- terjadi difusi pada larutan ukur
dan menghasilkan potential junction, difusi
dapat
dianggap
tidak
mempengaruhi
konsentrasi ion pada KCl. KCl dipilih karena
koefisien difusi K+ dan Cl- sama sehingga
potential junction pada KCl mendekati nol.
Sehingga beda potensial untuk elektroda
referensi identik adalah
ΔVi = ΔVm
(2)
Karakteristik Kelistrikan Membran
Setiap bahan akan memiki sifat kelistrikan.
Bahan tersebut dapat termasuk dalam
konduktor, isolator, semikonduktor atau
superkonduktor.
Bahan
organik
pada
umumnya bersifat konduktor karena memiliki
kadar air yang cukup tinggi. Dalam bahan
konduktor terdapat beberapa sifat kelistrikan
yang meliputi konduktansi, kapasitansi,
impedansi dan lain-lain.
Gambar 3. Elektroda Ag-AgCl
Gambar 4. Elektroda referensi Ag-AgCl
4
Konduktansi Membran
Konduktansi merupakan sebuah bentuk
sifat listrik. Nilai konduktansi berbanding
terbalik dengan nilai hambatan dan biasanya
diberi lambang G. Ion yang melintasi
membran merupakan kuantitas elektrik,
dinamakan sebagai arus (I). Konduktansi dan
gradient elektrokimia (Vm-Vx) dapat
digunakan untuk memprediksi arus, tegangan
membran (Vm), Tegangan Nerst (Vx). Secara
matematis ditulis pada persamaan 3.
I = G (Vm − V x )
(3)
G=
1
R
Dimana
(4)
R=
Vm
Is
(5)
Is arus yang diberikan (ampere), dan R
hambatan acuan (ohm).
Secara umum konduktansi membran
merupakan fungsi suhu, yang mana
merupakan fungsi eksponensial dan terkait
dengan perubahan energi diri ionnya(
Guljarani, 1998).
(
G = G0 exp − du
kT
)
(6)
Kapasitansi Membran
Gambaran yang sangat sederhana dari sifat
kelistrikan membran adalah rangkaian
kapasitor dan hambatan. Sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 5
Sifat kelistrikan lain dari membran adalah
kapasitansi. Kapasitansi didefinisikan sebagai
konstanta pembanding yang menghubungkan
perbedaan tegangan dan muatan yang
melintasi dua titik atau kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan
elektron. Secara matematis dinyatakan sebagai
:
(7)
Q = CdV
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Kapasitor merupakan suatu elemen dasar
rangkaian listrik yang mampu menyimpan
muatan listrik (Dahlan, 2001). Struktur sebuah
kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal
misalnya udara vakum, keramik, gelas dan
lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif
akan mengumpul pada salah satu kaki
(elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung
metal yang satu lagi. Muatan positif tidak
dapat mengalir menuju ujung kutub negatif
dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa
menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah
oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak
ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di
alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi
pada saat terkumpulnya muatan-muatan
positif dan negatif di awan.
Coulombs pada abad 18 menghitung
bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron.
Kemudian Michael Faraday ( 1791-1867)
membuat postulat bahwa sebuah kapasitor
akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika
dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan
elektron sebanyak 1 coulombs. Besar muatan
(Q) yang disimpan sebuah kapasitor
sebanding dengan beda potensialnya (V).
Oleh karena itu, kapasitansi tidak bergantung
pada muatan maupun tegangan kapasitor.
Sedangkan besar arus yang melewati suatu
kapasitor ditentukan oleh perubahan potensial
terhadap waktu (t).
I = C (dV/dt)
(8)
Kapasitansi
dari
suatu
kapasitor
dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Luas permukaan plat
2. Jarak pisah antar plat
3. Tetapan dielektrik dari bahan antar plat
Ketika luas area plat meningkat, maka
kapasitansi akan meningkat. Ketika jarak
antar plat besar, maka nilai kapasitansi
berkurang. Ketika nilai konstanta dielektrik
besar,
maka
kapasitansi
akan
meningkat.Dengan mempertimbangkan tiga
faktor tersebut, maka kapasitansi kapasitor
antar dua plat sejajar dapat dihitung
menggunakan rumusan:
C = (8.85 x 10-12) (k A/d)
(9)
Di mana C adalah kapasitansi dalam farad, k
adalah tetapan dielektrik, luasan permukaan
plat dalam m2, dan d adalah jarak pisah antar
plat dalam meter.
Gambar
5.
Model rangkaian
(Benavente, 2000)
membran
5
(a)
(b)
Gambar 6. Skema kapasitor plat sejajar
Tabel 1. Konstanta Dielektrik Bahan 1
Udara vakum
k=1
Aluminium
oksida
k=8
Keramik
k = 100 - 1000
Gelas
k=8
Polyethylene
k=3
Tabel 2. Konstanta Dielektrik Bahan 2
dielektrik secara langsung. Walaupun
demikian informasi sifat dielektrik tidak
hilang bahkan dapat diinteprestasikan lewat
kapasitansi ini. (Dahlan, 2001)
Nilai konstanta dielektrik membran
berpengaruh pada proses transpor ion.
Membran yang memiliki konstanta dielektrik
lebih rendah daripada air, maka energi dirinya
akan lebih tinggi daripada air. Dalam
transportasi ion dalam membran diperlukan
energi atau sesuatu yang membuat ion
menjadi
energinya
meningkat
atau
menurunkan energi membran.
Impedansi Membran
Impedansi merupakan hambatan total pada
rangkaian arus bolak-balik. atau tingkat
resistansi terhadap aliran arus listrik bolakbalik
(Alternating
Current).
Secara
pendekatan, suatu hambatan (R) diambil
untuk menghadirkan komponen dissipative
(menghilangkan) respon dielektrik, sedangkan
suatu kapasitansi (C) menggambarkan
komponen penyimpan dielektrik bahan. Jika
suatu sirkuit paralel R–C yang ditunjukkan
pada Gambar 5 dipertimbangkan, hal tersebut
menciptakan suatu model yang cukup dari
polarisasi dielektrik pada cakupan frekuensi
yang didominasi oleh perpindahan muatan
bebas. Keseluruhan impedansi dari sirkuit ini
diberikan
oleh penjumlahan kontribusi
hambatan dan kapasitansi.
Resistansi dari kapasitansi C adalah
R= 1
( jωC ) , dimana j merupakan satuan
imajiner.
Pada
rangkaian
ekuivalen,
impedansi Zp dari resistansi (Rp) dan sebuah
Dalam praktek pembuatan kapasitor,
kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas
area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat
metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k)
bahan dielektrik. Berikut adalah tabel contoh
konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik
yang disederhanakan.
Sifat
dielektrik
menggambarkan
kemampuan suatu bahan untuk menyimpan,
mentransmisikan dan memantulkan energi
gelombang elektromagnetik. Pengukuran sifat
dielektrik tidak lepas dari pengukuran
kapasitansinya. Secara tidak langsung
pengukuran kapasitansi mempunyai arti
penting pada pengukuran dielektrik bahan.
Pengukuran kapasitansi cukup banyak dan
sudah terdapat di pasaran. Sehingga akan
lebih mudah dan terpercaya apabila digunakan
pengukuran kapasitansi daripada pengukuran
kapasitansi
1
(reaktansi
(ωC ) )
yang
p
terangkai paralel dapat diperoleh dari Hukum
Kirchoff ,
1
1
1
=
+
1
Zp
Rp
( jω C p )
(10)
Dari persamaan ( 10 ) didapatkan :
Zp =
Rp
1 + ( jωR p C p )
(11)
Jika ditambahkan Rs secara seri pada elemen
RC maka diperoleh :
Z = Rs +
Rp
1+ ( j ⋅ 2 ⋅π ⋅ f ⋅ Rp ⋅ C p )
(12)
6
dimana ω digantikan dengan 2πf . Real (Zre)
dan bagian imajiner (Zim) dari impedansi
kompleks Z adalah:
dan basa adalah zat yang dapat mendonorkan
pasangan elektron.
Rp
BAHAN DAN METODE
Z re = Rs +
1 + ω 2 ⋅ Rp ⋅ C p
2
2
(13)
dan
Rp ⋅ C p ⋅ω
2
Z im =
1+ ω 2 ⋅ Rp ⋅ C p
2
2
(14)
(Gitter, 2007)
Asam dan Basa
Sebagian besar bahan kimia yang umum
dijumpai adalah asam dan basa. Sifat asam
pertama diketahui dengan kuantitatif pada
akhir abad ke-19. Di tahun 1884, kimiawan
Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927)
mengusulkan teori disosiasi elektrolit yang
menyatakan bahwa elektrolit semacam asam,
basa dan garam terdisosiasi menjadi ion-ion
komponennya dalam air. Ia lebih lanjut
menyatakan bahwa beberapa elektrolit
terdisosiasi sempurna (elektrolit kuat) tetapi
beberapa
hanya
terdisosiasi
sebagian
(elektrolit lemah).
Menurut teori asam basa Arrhenius, asam
didefinisikan sebagai zat yang melarut dan
mengion dalam air menghasilkan proton (H+),
sedangkan basa adalah zat yang melarut dan
mengion dalam air menghasilkan ion
hidroksida (OH-). Jadi, dalam larutan asam,
H+ lebih besar dari OH-.Dengan demikian,
keasaman asam khlorida dan kalium
hidroksida dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
HCl + aq → H+ (aq) + Cl-(aq)
(15)
KOH + aq →K+ (aq) + OH-(aq)
(16)
(aq) menandai larutan dalam air.
Di tahun 1923, kimiawan Denmark
Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry
(1874-1936) secara independen mengusulkan
teori asam basa baru yang lebih umum.
Menurut teori ini asam merupakan zat yang
menghasilkan dan mendonorkan proton (H+)
pada zat lain, sedangkan basa adalah zat yang
dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Disoasiasi elektrolit asam dan basa kuat
adalah proses yang mirip. Dengan adanya
stabilisasi ion yang terdisosiasi oleh hidrasi,
asam dan basa kuat akan terdisosiasi
sempurna. Menurut teori Lewis asam adalah
zat yang dapat menerima pasangan elektron
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium
Biofisika Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor mulai bulan
september 2007 sampai bulan April 2008.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah membran Selulosa asetat,
empat buah elektroda perak (Ag) yang telah
dicoating, resistor, larutan asam HCl, serbuk
KOH, serbuk KCl, PCB, kabel, FeCl3 dan
Aquades
Peralatan yang digunakan adalah nampan
plastik, pemotong PCB,
gunting, signal
generator, osiloskop, chamber, multimeter
digital, neraca analitik, gelas piala, gelas ukur,
pipet,pinset, PH meter dan LCR meter.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua metode.
Pertama, metode pengukuran arus-tegangan
(I-V) untuk menentukan nilai konduktansi
membran . metode kedua yaitu pengukuran
kapasitansi dan impedansi dengan LCR meter
yang dirangkaikan dengan plat kapasitor.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi
persiapan penelitian, persiapan eksperimen,
eksperimen, analisa data dan kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan hasil dalam
bentuk skripsi.
Persiapan Penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian, pencarian
literatur seperti jurnal, buku, artikel, skripsi
dan
sebagainya
dilakukan
untuk
mempersiapkan dasar-dasar teori, perumusan
fisika dan matematika yang berhubungan
dengan penelitian sebagai acuan.
Persiapan Eksperimen
Persiapan eksperimen yang dilakukan
antara lain adalah persiapan alat, penyediaan
bahan dan perancangan sistem.
1. Persiapan Peralatan
a. Plat Kapasitor
Plat kapasitor yang digunakan dalam
penelitian ini terbuat dari PCB
berukuran luar (2,5 x 2,5) cm dan
7
bagian tengah berbentuk lingkaran
dengan diameter 1,8 cm.
b. Elektroda
Elektroda arus dan tegangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kawat perak (Ag) yang telah dicoating
(AgCl) dengan KCl 0,1 M.
c. Chamber
Chamber dibuat dengan rancangan alat
yang memungkinkan pengukuran arustegangan (I-V) yang terdiri dari dua
pasang
elektroda. Satu pasang
elektroda diletakkan diantara membran
untuk mengetahui tegangan membran.
Satu pasang yang lain untuk
mengalirkan arus secara homogen
dalam larutan. Membran diletakkan
pada bagian tengah chamber.
Gambar
7.
Gambar
8.
Skema rangkaian
pengukuran I-V
sistem
2. Persiapan Bahan
a. Membran sebanyak 5 lembar dengan
diameter 4,3 cm dipotong menjadi
empat bagian dengan ukuran yang
sama besar.
b. Membuat larutan KCl 20 mM, larutan
HCl dengan konsentrasi 0,001M;
0,01M dan 0,05M; Larutan KOH
dengan konsentrasi 0,001M; 0,01M
dan 0,05M.
3. Perancangan Sistem
a. Pengukuran I-V
Peralatan utama sistem ini adalah
sinyal generator, multimeter digital,
osiloskop dan chamber. Chamber
terdiri dari tempat membran terletak di
tengah dan
dua pasang elektroda
(AgCl). Satu pasang elektroda
dihubungkan dengan sumber tegangan
AC frekuensi 1KHz, hambatan 1K Ω
dan multimeter digital untuk membaca
tegangan acuan (Vs). Sedangkan satu
pasang elektroda diletakkan di tengah
chamber
dihubungkan
dengan
multimeter digital untuk mengukur
tegangan yang melintasi membran
(Vm). Gambar 8 menunjukkan sistem
dari peralatan pengukuran I-V.
b. Pengukuran Kapasitansi dan Impedansi
Sistem ini menggunakan peralatan
utama LCR meter Hi Tester Hioki
5322-50 dan plat kapasitor. Rangkaian
sistem
pengukuran
kapasitansi
ditunjukkan pada Gambar 9
Eksperimen
1. Pengamatan Membran Bersih
Skema rangkaian sistem
pengukuran
konduktansi,
kapasitansi dan impedansi.
Membran yang diamati adalah membran
yang tidak direndam dalam larutan asam
(HCl) dan basa (KOH).
2.
Pengamatan Membran yang telah
Mengalami Perendaman.
a. Membran yang diamati adalah
membran yang direndam dalam
larutan
asam
(HCl)
dengan
konsentrasi 0.001M, 0.01M dan
0.05M masing-masing selama 1 jam,
3 jam dan 9 jam.
b. Membran yang diamati adalah
membran yang direndam dalam
larutan
basa
(KOH)
dengan
konsentrasi 0.001M, 0.01M dan
0.05M masing-masing selama 1 jam,
3 jam dan 9 jam.
Pengamatan
Pengamatan
yang
dilakukan
pada
eksperimen antara lain:
1. Pengukuran pH
Larutan HCl dan KOH dengan
konsentrasi 0.001M, 0.01M dan 0.05M
8
diukur pHnya dengan menggunakan
pHmeter yang terlebih dahulu dikalibrasi
dengan larutan buffer pH 4. Setiap setelah
pengukuran pH masing-masing larutan
pHmeter dibilas dengan Aquades lalu
dikeringkan.
2.
Pengukuran Tegangan-arus
Pengukuran
tegangan-arus
sampel
dilakukan dengan arus yang diukur
adalah arus sumber tegangan, Is, dihitung
dari perbandingan tegangan resistor
acuan, Vs, terhadap hambatan acuan, Rs,
melalui persamaan 5 sedangkan tegangan
yang diukur merupakan tegangan yang
melintasi membran Vm. Pengukuran ini
berlangsung pada larutan eksternal KCl
dengan konsentrasi 20mM. Frekuensi
yang digunakan 1KHz dan amplitudo
bervariasi.
3.
Pengukuran Kapasitansi dan Impedansi
Kapasitansi dan Impedansi diukur dengan
menggunakan
sistem
pengukuran
kapasitansi
dan
impedansi
yang
menggunakan LCRmeter. Frekunsi yang
digunakan dalam pengukuran bervariasi
dari 75Hz sampai 30kHz.
4.
Penentuan Konduktansi
Konduktansi diperoleh dari persamaan
garis ( persamaan 3) yang dihasilkan dari
kurva I-V dari data pada pengukuran
tegangan-arus.
Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah
menggambarkan hubungan konsentrasi
larutan asam dan basa, waktu perendaman
terhadap karakteristik I-V, konduktansi,
kapasitansi dan impedansi membran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik
Arus-Tegangan
dalam
Larutan KCl
Perendaman Larutan Asam Klorida
Pengaruh Konsentrasi
Gambar 9 memperlihatkan kurva I-V
membran selulosa asetat (MSA) pada
perendaman berbagai konsentrasi asam
klorida selama 1 jam, 3 jam dan 9 jam.
Kemiringan kurva I-V menunjukkan nilai
konduktansi.
Perbedaan
konsentrasi
menunjukkan nilai pH larutan yang berbeda.
Pada konsentrasi yang paling tinggi nilai pH
paling kecil. Nilai pH ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi maka larutan
semakin bersifat asam. Sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.
Konduktansi merupakan salah satu sifat
listrik yang menunjukkan tingkat aliran ion
yang melintasi membran. Proses perendaman
larutan asam klorida yang dilakukan pada
membran
mempengaruhi
karakteristik
listriknya. Peningkatan konsentrasi larutan
asam klorida mengakibatkan konduktansi
membran meningkat. Hal ini terlihat jelas
pada gambar 9c.
Asam kuat HCl akan terdisosiasi secara
sempurna (Hutabarat, 2007). Adapun hasil
reaksinya adalah:
HCl
H+ + Cl-
(17)
Konsentrasi menunjukkan banyaknya zat yang
terlarut sehingga konsentrasi larutan asam
klorida yang semakin besar mengandung ion
H+ semakin besar pula. Membran selulosa
asetat merupakan membran yang tidak
bermuatan tetap sehingga tidak mengikat ionion melintas sebagai ion tetap dan bersifat
selektif terhadap larutan asam (Sulastri, 2006).
Ion H+ sebagai ion pembawa proton pada
larutan asam terseleksi dan menempel pada
pori-pori membran.
Penumpukan ion H+ pada
lapisan
membran terjadi ketika konsentrasi larutan
asam semakin meningkat. Peningkatan ion H+
tersebut mempermudah aliran arus yang
melewati membran. Menurut teori asam basa
Lewis, asam merupakan zat yang dapat
menerima elektron. Sedangkan menurut teori
asam basa Arrhenius, asam adalah zat yang
melarut dan mengion dalam air menghasilkan
proton (H+) (Hutabarat, 2007). Kelebihan
proton yang terjadi pada permukaan membran
mengakibatkan aliran arus meningkat.
Penangkapan elektron oleh ion H+
mengakibatkan arus yang lewat dan tegangan
membran
meningkat. Hal
ini
yang
menyebabkan konduktansi membran semakin
meningkat.
Pengaruh Lama Perendaman
Pada Gambar 10 terlihat kemiringan kurva
I-V membran selulosa asetat dipengaruhi oleh
waktu perendaman. Kemiringan kurva I-V
asam klorida 0,001M; 0,01M dan 0,05M
menunjukkan
konduktansi
membran.
Perendaman 1-3 jam konduktansi membran
cenderung meningkat, sedangkan perendaman
9 jam terjadi penurunan konduktansi.
Arus Is (mikroA)
9
70
HCl001-1
60
HCl01-1
50
HCl05-1
40
MCA-0
30
20
10
0
0
60
20
40
Tegangan Membran Vm (mVolt)
(a)
Tabel 5. pH larutan KOH
Konsentrasi larutan
basa KOH
KOH 0,001M
KOH 0,01M
KOH 0,05M
Arus Is (mikroA)
60
50
40
HCl001-3
30
HCl01-3
20
HCl05-3
MCA-0
10
Tabel 4. Konduktansi membran selulosa asetat
pada perendaman larutan asam
klorida
Konduktansi (ms)
Jam
HCl
HCl
HCl
0,001 M
0,01 M
0,05 M
1
0,712
4,1437
4,0651
3
4,758
4,5504
0,39583
9
0,6615
2,1509
4,558
pH
9,68
11,30
11,98
0
5
10
Tegangan Membran Vm (mVolt)
15
(b)
HCl001-9
Arus Is (mikroA)
60
HCl01-9
50
HCl05-9
40
Arus Is (mikroA)
0
60
HCl001-1
50
HCl001-3
40
HCl001-9
30
MCA-0
20
10
0
MCA-0
0
30
20
60
20
40
Tegangan Membran Vm (mV)
(a)
10
70
0
60
40
(c)
Gambar 9. Grafik I-V MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
Tabel 3. pH larutan HCl
Konsentrasi larutan
asam HCl
HCl 0,001M
HCl 0,01M
HCl 0,05M
Arus Is (mikroA)
10
20
30
Tegangan Membran Vm (mVolt)
Lama waktu perendaman menyebabkan
ion H+ yang bermuatan menumpuk pada
permukaan membran yang mempermudah
aliran arus. Peningkatan aliran arus yang
melintasi membran menunjukkan konduktansi
membran meningkat. Namun, kejenuhan
terjadi akibat kelebihan ion H+ pada lapisan
membran. Kejenuhan ini menyebabkan aliran
arus yang melintasi membran terhambat. Hal
ini terlihat pada Gambar 10 (a) dan (b)
40
HCl01-1
30
HCl01-3
20
HCl01-9
10
MCA-0
0
10
20
Tegangan Membran Vm (mV)
30
(b)
60
pH
2,71
1,97
1,29
50
0
Arus Is (mikroA)
0
50
40
HCl05-1
30
HCl05-3
20
HCl05-9
10
MCA-0
0
0
5
10
Tegangan Membran Vm (mV)
15
(c)
Gambar 10. Grafik I-V MSA pada berbagai
waktu perendaman HCl 0.001M
(a), 0.01M (b) dan 0.05M (c)
Namun, pada larutan asam konsentrasi
0,05M terjadi penurunan konduktansi pada
lama perendaman 3 jam dan peningkatan
konduktansi saat perendaman selama 9 jam
(Gambar 10c).
10
Tabel 6. Konduktansi membran selulosa asetat
pada perendaman larutan kalium
hidroksida
Konduktansi (ms)
Jam
KOH
KOH
KOH
0,01 M
0,001 M
0,05 M
1
0,0038
0,0055
0,0042
3
0,0042
0,005
0,0044
9
0,0042
0,004
0,0041
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida
Pengaruh Konsentrasi
Perendaman MSA pada variasi konsentrasi
larutan basa tidak memberi pengaruh yang
signifikan pada karakteristik I-Vnya(Gambar
11). Kurva I-V berupa garis linier
sebagaimana karakteristik MSA tanpa
perendaman. Perubahan kemiringan garis
tidak begitu besar. Pada konsentrasi larutan
basa yang paling tinggi mempunyai pH yang
semakin
besar.
Semakin
besar
pH
menunjukkan bahwa larutan semakin basa.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
0,45
Basa kuat KOH akan terdisosiasi secara
sempurna (Hutabarat, 2007). Adapun hasil
reaksinya adalah:
KOH
K+ + OH(18)
Perendaman membran pada larutan basa
selama 9 jam menunjukkan penurunan
konduktansi. Larutan basa konsentrasi tinggi
mengandung ion OH- yang lebih banyak
dibandingkan dengan konsentrasi rendah.
Peningkatan
konsentrasi
ion
OHmengakibatkan
konduktansi
semakin
menurun. Ion OH- cenderung melepaskan
elektron.
Sebagaimana
yang
telah
dikemukakan oleh teori asam basa Lewis
bahwa yang dinamakan basa adalah zat yang
dapat mendonorkan pasangan elektron.
Elektron yang terlepas mempengaruhi aliran
ion yang melewati membran. Elektron yang
dilepasakan ini mengakibatkan konduktansi
membran menurun karena arus yang melewati
membran dan tegangan membran menurun.
Pengaruh Lama Perendaman
0,3
0,35
0,3
0,25
0,2
KOH001-1
0,15
0,1
KOH01-1
0,05
KOH05-1
0
0
20
40
60
Tegangan Membran Vm (m Volt)
0,25
Arus Acuan Is (mA)
Arus Acuan Is (mA)
0,4
0,2
0,15
80
KOH001-1
0,1
KOH001-3
0,05
KOH001-9
0
0
(a)
0,6
0,7
0,5
0,6
0,4
0,3
KOH001-3
0,2
KOH01-3
0,1
KOH05-3
0
0
50
100
Tegangan Membran Vm (mVolt)
150
Arus Acuan Is (mA)
Arus Acuan Is (mA)
40
60
(a)
0,7
0,5
0,4
0,3
KOH01-1
0,2
KOH01-3
KOH01-9
0,1
0
0
(b)
0,16
0,14
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
50
100
Tegangan Membran Vm (mVolt)
150
(b)
KOH001-9
KOH01-9
KOH05-9
Arus Acuan Is (mA)
Arus Acuan Is (mA)
20
Tegangan Membran Vm (mVolt)
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
KOH05-1
KOH05-3
KOH05-9
0
0
10
20
30
Tegangan Membran Vm (mVolt)
40
(c)
Gambar 11. Grafik I-V MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
0
5
10
Tegangan Membran Vm (mVolt)
15
(c)
Gambar 12. Grafik I-V MSA pada berbagai
waktu
perendaman
KOH
0.001M (a), 0.01M (b) dan
0.05M (c)
11
Sebagaimana pada variasi konsentrasi,
variasi waktu perendaman larutan basa juga
tidak memberi pengaruh yang signifikan pada
karakteristik I-V MSA sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 12. Kurva I-V
berupa garis linier. Pada konsentrasi larutan
basa
0,001M
konduktansi
membran
mengalami peningkatan dengan adanya
peningkatan lama waktu perendaman. Akan
tetapi, pada konsentrasi larutan basa di atas
0,01M konduktansi mulai mengalami
penurunan ketika membran semakin lama
direndam.
Larutan
basa
konsentrasi
tinggi
mengandung ion OH- yang lebih banyak
dibandingkan dengan konsentrasi rendah.
Lama waktu perendaman mempengaruhi
jumlah ion OH-pada membran. Semakin lama
waktu perendaman jumlah ion OH- semakin
banyak.
Konduktansi (ns)
25000
20000
15000
HCl001-1
10000
HCl01-1
5000
HCl05-1
0
-5000
0
5
10
15
20
25
frekuensi (kHz)
(a)
Konduktansi (mikros)
70
60
50
HCl001-3
40
Konduktansi Membran
Perendaman Larutan Asam Klorida
Pengaruh Konsentrasi
Pada Gambar 13 diperlihatkan pengaruh
konsentrasi perendaman asam klorida
terhadap konduktansi membran selulosa asetat
dengan metode pengukuran menggunakan
LCRmeter. Peningkatan konduktansi terjadi
pada konsentrasi asam klorida 0,01M,
sedangkan pada konsentrasi 0,05M terjadi
penurunan konduktansi.
Konsentrasi menunjukkan banyaknya zat
yang terlarut sehingga konsentrasi larutan
asam klorida yang semakin besar mengandung
ion H+ semakin besar pula. Membran selulosa
asetat merupakan membran yang tidak
bermuatan tetap sehingga tidak mengikat ionion melintas sebagai ion tetap dan bersifat
selektif terhadap larutan asam (Sulastri, 2006).
Ion H+ sebagai ion pembawa proton pada
larutan asam terseleksi dan menempel pada
pori-pori
membran.
Hal
ini
yang
menyebabkan
adanya
peningkatan
konduktansi membran.
Namun, ketika konsentrasi paling tinggi
terjadi penurunan konduktansi. Ion H+ yang
terlalu banyak menumpuk pada permukaan
membran menghalangi aliran ion sehingga
konduktansi membran menurun.
HCl01-3
30
HCl05-3
20
10
0
0
10
20
30
40
frekuensi (kHz)
(b)
1200
Konduktansi(mikros)
Peningkatan
jumlah
ion
OHmengakibatkan
konduktansi
semakin
menurun. Ion OH- melepaskan elektron.
Elektron yang terlepas mempengaruhi aliran
ion yang melewati membran.
1000
800
HCl001-9
600
HCl01-9
400
HCl05-9
200
0
0
5
10
15
20
25
30
frekuensi (kHz)
(c)
Gambar 13. Konduktansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
Pengaruh Lama Perendaman
Pengaruh lama perendaman larutan asam
klorida terhadap konduktansi membran
ditunjukkan pada Gambar 14. Pada
konsentrasi asam klorida 0,001M dan 0,01M
memperlihatkan
terjadinya
peningkatan
konduktansi seiring dengan peningkatan lama
perendaman.
Ion H+ menangkap elektron. Penangkapan
elektron oleh ion H+ mengakibatkan arus yang
lewat dan tegangan membran meningkat.
Lama waktu perendaman menyebabkan ion
H+ yang bermuatan menumpuk pada
permukaan membran yang mempermudah
aliran arus. Peningkatan aliran arus yang
melintasi
membran
mengakibatkan
konduktansi membran meningkat.
Namun, pada konsentrasi asam klorida
0,05M terjadi penurunan konduktansi. Ion H+
mulai bereaksi dengan membran. Reaksi yang
terjadi menyebabkan konduktansi membran
menurun.
Konduktansi(mikros)
80
70
60
50
40
30
HCl001-1
Konduktansi(mikros)
12
HCl001-3
20
10
1800
1600
1400
1200
KOH001-1
1000
800
KOH01-1
KOH05-1
600
400
200
0
0
10
HCl001-9
10
20
frekuensi(kHz)
30
40
(a)
1200
1000
800
HCl01-1
600
HCl01-3
8000
Konduktansi(mikros)
0
7000
KOH001-3
6000
KOH01-3
5000
KOH05-3
4000
3000
2000
1000
0
0
HCl01-9
10
400
20
frekuensi(kHz)
30
40
(b)
200
60000
0
0
10
20
30
frekuensi(kHz)
40
(b)
120
HCl05-1
100
HCl05-3
80
HCl05-9
Konduktansi(mikros)
Konduktansi(mikros)
40
30
(a)
0
Konduktansi(ns)
20
fre k ue ns i(k Hz)
50000
KOH001-9
40000
KOH01-9
30000
KOH05-9
20000
10000
0
0
60
40
20
0
0
5
10
fre k ue ns i(k Hz)
15
20
(c)
Gambar 14. Konduktansi MSA pada berbagai
waktu perendaman HCl 0.001M
(a), 0.01M (b) dan 0.05M (c)
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida
Pengaruh Konsentrasi
Pada Gambar 15 diperlihatkan bahwa
konduktansi membran meningkat ketika
konsentrasi larutan kalium hidroksida semakin
meningkat.
Konsentrasi larutan kalium hidroksida
yang semakin tinggi menunjukkan banyaknya
ion OH-. Peningkatan jumlah ion OH- pada
larutan mempengaruhi membran ketika proses
perendaman terjadi. Membran selulosa
semakin bermuatan
dengan adanya
penumpukan ion OH- pada permukaan
membran.
Membran selulosa asetat yang semakin
bermuatan akan mempermudah aliran arus
yang melewati membran. Tingkat aliran
tersebut yang menyebabkan terjadinya
peningkatan konduktansi membran.
10
20
30
frekuensi(kHz)
40
(c)
Gambar 15. Konduktansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
Pengaruh Lama Perendaman
Sebagaimana pengaruh konsentrasi, lama
perendaman larutan kalium hidroksida
meningkatkan konduktansi membran. Hal ini
diperlihatkan pada Gambar 16.
Semakin
lama
waktu
perendaman
membran selulosa asetat pada larutan kalium
hidroksida menyebabkan semakin banyaknya
ion OH- yang menempel pada permukaan
membran. Ion-ion OH- tersebut melepaskan
elektron. Meningkatnya jumlah elektron pada
permukaan membran dapat meningkatkan
konduktansi dari membran selulosa asetat
.Karakteristik Kapasitif
Perendaman Larutan Asam Klorida
Pengaruh Konsentrasi
Gambar 17 menunjukkan pengaruh
konsentrasi larutan asam terhadap kapasitansi
membran selulosa asetat. Pada konsentrasi
larutan asam 0,001M - 0,01M kapasitansi
meningkat dan kapasitansi menurun pada
konsentrasi 0,05M.
13
Konduktansi(mikros)
600
500
KOH001-1
400
KOH001-3
300
KOH001-9
200
100
0
0
10
20
frekuensi(kHz)
30
40
(a)
Konduktansi(mikros)
600
KOH01-1
500
KOH01-3
400
KOH01-9
300
200
100
0
0
10
20
frekuensi(kHz)
30
40
(b)
Konduktansi(millis)
60
50
KOH05-1
40
KOH05-3
30
KOH05-9
20
10
0
0
10
20
frekuensi(kHz)
30
semakin banyak. Sebelum kapasitor terisi
penuh arah arus listrik sudah berbalik
sehingga terjadi pengosongan muatan pada
plat kapasitor dengan cepat. Hal ini
menyebabkan muatan dalam kapasitor
semakin berkurang dan kemampuan kapasitor
untuk menyimpan muatan semakin kecil
(Sulastri, 2006).
40
(c)
Gambar 16. Konduktansi MSA pada berbagai
waktu
perendaman
KOH
0.001M (a), 0.01M (b) dan
0.05M (c)
Kapasitansi
membran
merupakan
perbandingan antara muatan dan beda
potensial yang melintasi membran. Ketika
perendaman membran pada konsentrasi
larutan asam 0,001M - 0,01M terjadi
peningkatan muatan dari ion H+ yang
menempel pada lapisan membran. Hal ini
menyebabkan muatan dan beda potensial yang
melintasi membran meningkat. Akan tetapi,
penumpukan ion H+ yang terlalu banyak akan
menyebabkan
transport
muatan
pada
membran terhambat.
Variasi frekuensi mempengaruhi nilai
kapasitansi. Semakin tinggi frekuensi nilai
kapasitansi menurun. Pada frekuensi di bawah
1 kHz kapasitansi menurun secara tajam.
Sedangkan pada frekuensi di atas 1 kHz
penurunan
kapasitansi
lebih
landai.
Peningkatan
frekuensi
mengakibatkan
gelombang yang ditransmisikan tiap detiknya
Pengaruh Lama Perendaman
Peningkatan kapasitansi akibat lama waktu
perendaman terlihat pada Gambar 18 a dan b.
Akan tetapi pada konsentrasi tinggi, lama
waktu perendaman menyebabkan penurunan
kapasitansi
membran,
sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 18 c.
Peningkatan konsentrasi larutan asam
meningkatkan jumlah ion H+ yang menempel
pada lapisan membran. Ion H+ mengandung
muatan berupa proton. Peningkatan jumlah
proton pada lapisan membran menyebabkan
kapasitansi meningkat.
Peningkatan kapasitansi ini tidak berlaku
umum. Pada saat membran direndam pada
konsentrasi dan waktu perendaman yang
tinggi tejadi kejenuhan akibat penumpukan
muatan dalam jumlah besar pada lapisan
membran. Muatan yang menghalangi poripori membran menyebabkan mekanisme
transport pada membran berbeda. Aliran
muatan yang melintasi membran menjadi
terhambat.
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida
Pengaruh Konsentrasi
Pada Gambar 19 menunjukkan bahwa
ketika membran direndam pada larutan kalium
hidroksida konsentrasi paling besar 0,05M
terjadi
peningkatan
terhadap
nilai
kapasitansinya.
Larutan kalium hidroksida mengandung
ion K+ dan ion OH- . Ion K+ dapat melewati
membran sedangkan ion OH- terseleksi oleh
membran. Pada konsentrasi tinggi, larutan
kalium hidroksida mengandung ion OH- lebih
banyak. Ion OH- melepaskan elektron yang
bermuatan negatif. Peningkatan ion OH- pada
lapisan permukaan membran menyebabkan
peningkatan
muatan.
Hal
ini
yang
megakibatkan kapasitansi meningkat.
Pengaruh Lama Perendaman
Kapasitansi membran selulosa asetat
meningkat terhadap meningkatnya lama
waktu perendaman. Hal ini terlihat pada
Gambar 20. Elektron yang dilepaskan oleh ion
OH- bertambah pada lapisan membran
menyebabkan konstanta dielektrik membran
14
meningkat.
Peningkatan
ini
yang
mengakibatkan meningkatnya kapasitans
membran .
Variasi frekuensi mempengaruhi nilai
kapasitansi. Semakin tinggi frekuensi nilai
kapasitansi menurun. Pada frekuensi di bawah
1 kHz kapasitansi menurun secara tajam.
Sedangkan pada frekuensi di atas 1 kHz
penurunan
kapasitansi
lebih
landai.
Peningkatan
frekuensi
mengakibatkan
gelombang yang ditransmisikan tiap detiknya
semakin banyak. Sebelum kapasitor terisi
penuh arah arus listrik sudah berbalik
sehingga terjadi pengosongan muatan pada
plat kapasitor dengan cepat. Hal ini
menyebabkan muatan dalam kapasitor
semakin berkurang dan kemampuan kapasitor
untuk menyimpan muatan semakin kecil.
20
HCl01-1
HCl05-1
10
400
MCA-0
HCl001-1
0
0
5
10
15
Frekuensi (kHz)
Kapasitansi C (nF)
Kapasitansi C (nF)
HCl001-1
Karakteristik Impedansi
Perendaman Larutan Asam Klorida
Pengaruh Konsentrasi
Impedansi merupakan suatu rintangan
dalam medan listrik yang diberikan pada plat
kapasitor. Peningkatan impedansi terjadi pada
konsentrasi larutan asam 0,05M. Namun,
ketika konsentrasi larutan asam di bawah
0,05M impedansi cenderung menurun.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Kandungan ion H+ pada konsentrasi tinggi
lebih besar. Ion H+ yang terlalu banyak
tersebut terus menerus menumpuk pada
lapisan
membran.
Penumpukan
yang
berlebihan ini mengakibatkan terjadinya
penyumbatan pori sehingga muatan tidak
dapat melintas dan membran akan cenderung
sebagai penghambat aliran arus. Ketika
konsentrasi di bawah 0,05M terjadi penurunan
impedansi yang berarti hambatannya kecil.
Ion H+ yang menumpuk pada lapisan
membran cenderung mempermudah aliran
arus.
HCl001-3
HCl001-9
250
MCA-0
100
(a)
-50 0
Kapasitansi C (nF)
120
100
80
60
40
20
0
0
1
2
3
4
5
6
Frekuensi (kHz)
HCl01-3
HCl01-9
1000
MCA-0
500
0
5
HCl01-9
2000
HCl05-9
500
0
15
20
25
(b)
HCl05-1
1000
10
15
0,046
MCA-0
1500
10
Frekuensi (kHz)
HCl001-9
2500
30
Frekuensi (kHz)
(c)
Gambar 17. Kapasitansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
Kapasitansi C (nF)
Kapasitansi C (nF)
HCl01-1
1500
0
3000
5
15
(a)
(b)
0
10
Frekuensi (kHz)
2000
Kapasitansi C (nF)
HCl001-3
HCl01-3
HCl05-3
MCA-0
140
5
HCl05-3
0,044
HCl05-9
0,042
MCA-0
0,04
0,038
0,036
0,034
0
10
20
30
40
Frekuensi (kHz)
(c)
Gambar 18. Kapasitansi MSA pada berbagai
waktu perendaman HCl 0.001M
(a), 0.01M (b) dan 0.05M (c)
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
40000
KOH001-1
KOH01-1
KOH05-1
0
2
4
Frekuens i f (kHz)
Impedansi Z (kOhm)
Kapasitansi C(nF)
15
8
6
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
0
(a)
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
5
10
Frekuensi f (kHz)
KOH01-3
KOH05-3
0
2
4
6
Frekuens i f (kHz)
(b)
15
20
(a)
KOH001-3
30000
Impedansi Z (kOhm)
Kapasitansi C(nF)
HCl001-1
HCl01-1
HCl05-1
MCA-0
35000
HCl001-3
25000
HCl01-3
20000
HCl05-3
15000
MCA-0
10000
5000
0
KOH01-9
10
15
(b)
KOH05-9
70000
0
2
4
6
10
8
Frekuens i f (kHz)
(c)
Gambar 19. Kapasitansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
KOH001-1
2000
Kapasitansi C(nF)
5
Frekuensi f (kHz)
KOH001-9
KOH001-3
1500
KOH001-9
1000
500
Impedansi Z (kOhm)
Kapasitansi C(nF)
0
80
70
60
50
40
30
20
10
0
60000
HCl001-9
50000
HCl01-9
40000
HCl05-9
30000
MCA-0
20000
10000
0
0
10
20
Frekuensi f (kHz)
30
40
(c)
Gambar 21. Impedansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman HCl
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
0
0
2
4
6
Frekuens i f (kHz))
8
10
Kapasitansi C(nF)
(a)
3000
KOH01-1
2500
KOH01-3
KOH01-9
2000
1500
1000
500
0
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Frekuens i f (kHz)
Kapasitansi C(mikroF)
(b)
KOH05-1
50
Variasi
frekuensi
mempengaruhi
impedansi
membran.
Seperti
halnya
kapasitansi,
peningkatan
frekuensi
menyebabkan nilai impedansi menurun. Pada
frekuensi di bawah 1 kHz impedansi menurun
secara tajam. Akan tetapi, pada frekuensi di
atas 1kHz kurva impedansi landai, penurunan
yang terjadi tidak signifikan. Pada persamaan
18 ditunjukkan bahwa semakin besar
frekuensi yang digunakan maka impedansi
akan semakin menurun.
KOH05-3
40
KOH05-9
30
20
10
0
0
5
10
15
Frekuens i f (kHz)
(c)
Gambar 20. Kapasitansi MSA pada berbagai
waktu
perendaman
KOH
0.001M (a), 0.01M (b) dan
0.05M (c)
Pengaruh Lama Perendaman
Gambar 22 (a) dan 22 (b) menunjukkan
penurunan impedansi dengan semakin lama
waktu perendaman. Ini berarti membran
semakin kecil hambatan totalnya.
Impedansi membran berkurang dengan
banyaknya arus yang dibawa oleh muatan
dengan tidak adanya tolakan listrik. Hal ini
tidak berlaku umum. Pada konsentrasi larutan
16
Perendaman Larutan Kalium Hidroksida
Pengaruh Konsentrasi
Impedansi Z (MOhm)
20000
HCl001-1
15000
HCl001-3
HCl001-9
10000
Penambahan konsentrasi larutan basa
menurunkan impedansi membran ditunjukkan
oleh Gambar 23. Perendaman selama 9 jam
mengakibatkan penumpukan ion OH- pada
lapisan membran. Ion OH- mengandung
muatan berupa elektron. Peningkatan jumlah
elektron
pada
lapisan
membran
mempermudah aliran arus. Hal ini yang
menyebabkan hambatan total membran
menurun.
Variasi
frekuensi
mempengaruhi
impedansi
membran.
Seperti
halnya
kapasitansi,
peningkatan
frekuensi
menyebabkan nilai impedansi menurun. Pada
frekuensi di bawah 1 kHz impedansi menurun
secara tajam. Akan tetapi, pada frekuensi di
atas 1kHz kurva impedansi landai, penurunan
yang terjadi tidak signifikan.
Pengaruh Lama Perendaman
Impedansi Z (kOhm)
asam 0,05 M terjadi peningkatan nilai
impedansi dengan adanya peningkatan waktu
perendaman.
Pada saat membran direndam pada
konsentrasi tinggi tejadi kejenuhan akibat dari
arus muatan mengalir dalam jumlah besar,
sehingga
membran
tidak
mampu
melewatkannya. Jika hal ini terjadi maka
terdapat penumpukan muatan pada lapisan
membran. Muatan yang menghalangi poripori membran menyebabkan mekanisme
transport pada membran berbeda dan
cenderung sebagai penghambat.
Variasi
frekuensi
mempengaruhi
impedansi
membran.
Seperti
halnya
kapasitansi,
peningkatan
frekuensi
menyebabkan nilai impedansi menurun. Pada
frekuensi di bawah 1 kHz impedansi menurun
secara tajam. Akan tetapi, pada frekuensi di
atas 1kHz kurva impedansi landai, penurunan
yang terjadi tidak signifikan.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
KOH01-1
KOH05-1
0
MCA-0
10
5000
30
40
(a)
5
10
6
15
Frekuensi f (kHz)
Impedansi Z (kOhm)
0
(a)
160
HCl01-1
140
120
HCl01-3
100
5
4
KOH001-3
3
KOH01-3
KOH05-3
2
1
HCl01-9
80
0
60
0
10
40
20
30
40
Frekuensi f (kHz)
20
(b)
0
0
10
20
30
40
(b)
30
HCl05-1
25
HCl05-3
20
HCl05-9
15
10
Impedansi Z (kOhm)
Frekuensi f (kHz)
Impedansi Z (MOhm)
20
Frekuensi f (kHz)
0
Impedansi Z (kOhm)
KOH001-1
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
KOH001-9
KOH01-9
KOH05-9
0
10
20
30
40
Frekuensi f (kHz)
5
0
0
0,5
1
Frekuens i f (kHz)
1,5
2
(c)
Gambar 22. Impedansi MSA pada berbagai
waktu perendaman HCl 0.001M
(a), 0.01M (b) dan 0.05M (c)
(c)
Gambar 23. Impedansi MSA pada berbagai
konsentrasi perendaman KOH
selama 1 jam (a), 3 jam (b) dan 9
jam (c)
Impedansi Z (kOhm)
17
KOH001-1
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
KOH001-3
KOH001-9
0
10
20
40
30
Frekuensi f (kHz)
(a)
KOH01-1
Impedansi Z (kOhm)
12
KOH01-3
10
mempengaruhi karakteristik I-V, konduktansi,
kapasitansi dan impedansi.
Karakteristik I-V yang diperoleh berupa
garis linier. Perendaman pada larutan asam
akan
cenderung
meningkatkan
nilai
konduktansi membran dan larutan basa
cenderung menurunkan nilai konduktansi.
Peningkatan konsentrasi dan lama waktu
perendaman larutan asam dan basa
meningkatkan kapasitansi dan menurunkan
impedansi. Akan tetapi, pada saat terjadi
kejenuhan kapasitansi akan menurun dan
impedansi meningkat karena transport ion
pada membran terganggu.
KOH01-9
8
6
4
2
0
0
10
20
30
Frekuensi f (kHz)
40
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan
memperhatikan kondisi rangkaian
pengukuran karakteristik I-V yang
sensitif karena berhubungan dengan
ion.
Impedansi Z (kOhm)
(b)
DAFTAR PUSTAKA
KOH05-1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
KOH05-3
KOH05-9
[Anonim]. Kapasitansi dan Kapasitor.
http://www.elearning.unej.ac.id [4 Agust
2007]
[-].
0
10
20
untuk
untuk
sangat
aliran
30
40
Frekuensi f (kHz)
(c)
Gambar 24. Impedansi MSA pada berbagai
waktu
perendaman
KOH
0.001M (a), 0.01M (b) dan
0.05M (c)
Impedansi merupakan hambatan total
suatu kapasitor yang dirangkai dengan resistor
pada rangkaian arus bolak-balik. Semakin
lama waktu perendaman MSA pada larutan
basa akan menurunkan impedansinya. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 24. Penurunan
impedansi menunjukkan hambatan total
membran semakin kecil. Elektron yang
dilepaskan oleh ion OH- mempermudah aliran
arus yang melewati membran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perendaman membran selulosa asetat pada
variasi konsentrasi dan waktu perendaman
larutan asam klorida dan kalium hidroksida
2004. Beberapa Istilah Pickup.
http://audiopro.co.id [ 4 Agust 2007]
Adiarto T, Kurniadi B, Darmokusuma H.
2002. Modifikasi Struktur dan Pori
Membran yang sesuai untuk Transpor
Masa
pada
Proses
Membran
Hemodialisis. Jurnal penelitian Medika
Eksakta 3: 57-64
Baker, Richard W. 2004. Membrane
Technology and Applications Second
Edition. Menlo Park, California :
Membrane Technologi and Research, Inc.
Benavente J, Garcia J M, Riley R, Lozano A
E, Abajo J. 2000. Sulfonated poly(ether
ether sulfones) Characterization and
study of dielectrical properties by
impedance spectroscopy. J Membran
Science 175: 43-52.
Dahlan, Kiagus. Sidikrubadi Pramudito.
Jajang Juansah. 2001.
Karakterisasi
Sifat-Sifat Dielektrik Beras. Bogor :
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
18
Davey DF. 2002. Membrane conductance.
http://www.physiol.usyd.edu.au/daved/tea
ching/potential.html. [1 Des 2007]
Ermentrout G B. 1998. Electrical properties of
a
membrane.
http://www.cnbc.cmu.edu/%7Eband/passi
ve2/node5.html [10 Des 2007]
Gea, Sahaman. Andriyani. Sovia Lenny. 2005.
Pembuatan Elektroda Selektif – Ion Cu
(II) dari Kitosan Polietilen Oksida.
Padang: Universitas Sumatera Utara
Ginanjar, Reza P. 2004. Penentuan Fluks
Volum dan Koefisien Rejeksi Membran
Polimer dengan Variasi Berat Molekul
Aditif. [Tesis].
Bandung:
Institut
Teknologi Bandung.
Gitter Alfred H. The electrical impedance of
epithelia.
http://www.charite.de/klinphysio/themen
_ahg/impedance_e.htm [ 1 Des 2007 ]
Gulrajani, Ramesh M. 1998. Bioelectricity
and Biomagnetism. Canada. John Wiley
and Sons, Inc.
Hamonangan, Aswan. 2007. Kapasitor.
http://www.elektroniclab.com/index.php?
action=profile&pid=aswan.html [4 Agust
2007]
Huriawati, Farida. 2006. Kajian Filtrasi Sari
Buah Nenas dengan Menggunakan
Membran Selulosa Asetat.
[Skripsi].
Bogor : Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Hutabarat M T. 2007. Elektroda kimia dan
biologi. Dalam sistem Instrumentasi
chapter 9 [2 Des 2007]
Juansah, Jajang. Irmansyah. Fauzan. 2007.
Analisis Sifat Kapasitif dan Dielektrik
Buah Semangka (C. Vulgaris). Jurnal
Sains dan Teknologi
Lower S K. Electrochemistry. a Chem1
supplement text. Simon Fraser University
[10 Des 2007]
Nosek T M, Stoney S D. Membrane transport
and
bioelectric
activity.
http://www.lib.mcg.edu/edu/eshuphysio/p
rogram/section1/1ch1/1chline.htm
Des 2007]
[10
Notodarmojo, Suprihanto. Anne Deniva.
2004. Penurunan Zat Organik dan
Kekeruhan
Menggunakan Teknologi
Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem
Aliran Dead-End. Jurnal Sains dan
Teknologi Institut Teknologi Bandung
Vol. 36 No. 1, Hal. 63-82
Nurlaili, Eti. 2006. Kajian Konduktansi
Membran Selulosa Asetat yang Direndam
dalam Pati Jagung, Minyak Sawit,
Protein BSA dan Sari Buah Nenas.
[Skripsi]. Bogor : Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Rakhmanudin, Maman. 2005. Karakteristik
Kelistrikan Membran Selulosa Asetat
dalam Berbagai Tingkat Keasaman
Larutan. [Skripsi]. Bogor : Jurusan Fisika
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Setiawati, Tuti. dkk. 2004. Diktat Kimia
Dasar I. Bogor : Departemen Kimia
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor.
Sulastri, Eneng Jajah. 2006. Kajian Sifat
Listrik dan Fisik Daging Ayam Broiler
Giling selama Proses Penyimpanan dan
Pemanasan. [Skripsi]. Bogor : Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor
Timoti, Hana. 2005. Aplikasi Teknologi
Membran pada Pembuatan Virgin
Coconut Oi l(VCO). http: // www.
Nawapanca.com
Tipler, Paul A. 199l. Fisika Untuk Sains dan
Teknik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga
LAMPIRAN
19
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
Penyediaan Alat dan Bahan
tidak
siap
Pembuatan larutan asam HCl dan
basa KOH
Perendaman membran pada larutan
asam dan basa
Pengukuran arus (Is) dan tegangan (Vm)
Pegukuran kapasitansi dan impedansi
Pengambilan dan analisis
data
Penyusunan Laporan
Lampiran 2. Alat- alat Penelitian
(a)
(d)
(b)
(e)
(f)
(g)
(c)
(h)
(i)
Keterangan gambar: (a) Pipet volumetric dan sudip , (b) cawan Petri, corong, gelas kimia, botol, labu elenmeyer (kiri-kanan), (c) Neraca Analitik, (d) Multimeter, (e)
Sumber tegangan AC, (f) Tang dan Obeng, (g) chamber, (h) plat kapasitor, (i) LCRmeter Hioki 3522-50
20
Lampiran 3. Skema Penelitian
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
(7)
(5)
Keterangan:
(1)
Membran selulosa asetat
(2)
Pemotongan membran menjadi
empat bagian
(3),(4)Penyediaan larutan asam klorida dan
kalium hidroksida
(5),(6) Proses Perendaman
(7)
Pengukuran Kapasitansi dan
Impedansi
(8)
Pengukuran I-V
(8)
21
Lampiran 4. Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 1 jam (a) dan 3 jam (b)
HCl 0,001 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
14,3
22,1
26,4
31,2
34,3
35,6
42,4
45,7
50,0
56,1
7,2
12,1
14,7
17,5
19,9
21,4
26,0
28,7
31,9
36,8
HCl 0,01 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
5,2
6,8
7,9
8,8
10,2
10,9
11,1
11,9
12,6
13,6
23,0
29,8
34,2
38,1
44,1
46,3
47,2
50,7
53,5
58,3
HCl 0,05 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
2,0
14,8
17,3
19,6
19,6
20,7
22,2
23,2
24,8
25,4
4,5
29,8
35,1
40,2
40,5
43,0
46,6
49,1
53,2
55,3
11,2
13,3
16,4
19,2
22,3
26,0
28,3
32,5
35,4
37,2
HCl 0,05 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
2,1
3,0
3,7
4,2
4,9
5,9
7,1
8,1
8,8
9,6
9,4
13,2
16,0
17,7
20,5
24,4
29,2
33,2
36,9
39,3
(a)
HCl 0,001 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
0,1
0,9
1,6
2,0
2,2
2,9
3,3
4,1
4,3
5,0
1,2
5,2
8,6
10,5
11,4
14,8
16,6
20,2
21,5
24,6
HCl 0,01 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
2,2
2,6
3,3
3,9
4,6
5,4
5,9
6,8
7,5
7,9
(b)
22
Lampiran 5. Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 9 jam (a) dan basa KOH selama 1 jam (b)
HCl 0,001 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
3,1
8,8
12,6
14,3
15,5
18,3
21,0
23,1
25,9
28,7
2,1
5,7
8,4
9,7
10,8
13,6
16,7
18,6
21,2
23,7
HCl 0,01 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
2,0
14,8
17,3
19,6
19,6
20,7
22,2
23,2
24,8
25,4
4,5
29,8
35,1
40,2
40,5
43,0
46,6
49,1
53,2
55,3
HCl 0,05 M
Vm (mVolt)
Is (µA)
2,2
3,4
3,6
4,5
5,0
5,7
6,3
6,5
6,7
7,3
11,0
16,1
17,4
21,3
23,6
26,7
29,4
30,5
31,5
34,2
(a)
KOH 0,001M
Vm (mVolt)
Is (mA)
27,3
28,3
33,2
37,5
41,1
41,7
43,3
44,5
47,8
51,1
0,106
0,109
0,128
0,145
0,158
0,161
0,167
0,171
0,184
0,196
KOH 0,01M
Vm (mVolt)
Is (mA)
30,6
47,1
49,4
53,2
60,8
62,2
67,7
68,3
70,3
75,3
0,173
0,265
0,277
0,298
0,34
0,35
0,378
0,382
0,394
0,42
KOH 0,05M
Vm (mVolt)
Is (mA)
1,4
0,012
2,3
0,017
3,6
0,019
4,7
0,024
6,5
0,032
7,2
0,035
8,1
0,039
9,6
0,046
10,6
0,05
11,7
0,055
12,7
0,06
(b)
23
Lampiran 6. Data arus-tegangan membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan basa KOH selama 3 jam (a) dan 9 jam (b)
KOH 0,001M
Vm
Is (mA)
(mVolt)
34,3
0,158
42,3
0,194
48,7
0,223
55,4
0,254
58,4
0,268
62,8
0,289
71
0,33
79
0,343
85,4
0,368
90,7
0,392
KOH 0,01M
Vm
Is (mA)
(mVolt)
21,3
0,11
50,3
0,254
79,2
0,398
114,8
0,576
119,5
0,599
97,1
0,488
79
0,397
74,3
0,375
71,2
0,36
66
0,334
64
0,324
63,2
0,319
70
0,359
(a)
KOH 0,05M
Vm
Is (mA)
(mVolt)
2,7
0,016
3,3
0,018
4,3
0,022
5
0,025
5,7
0,028
6,3
0,031
7,3
0,036
8,5
0,041
9,2
0,044
10
0,048
10,8
0,051
KOH 0,001M
Vm (mVolt)
Is (mA)
7,7
15,8
17,3
23,3
21,7
22,1
23,9
25,5
26,3
28,1
30,5
32,4
0,038
0,074
0,079
0,105
0,097
0,099
0,107
0,114
0,117
0,125
0,136
0,143
KOH 0,01M
Vm
Is (mA)
(mVolt)
5,8
0,026
15,5
0,064
17,2
0,071
19,3
0,088
26,5
0,108
23,6
0,097
23,2
0,095
24
0,099
25,8
0,106
27,7
0,114
29,5
0,121
30,6
0,125
32,1
0,131
34,4
0,14
(b)
KOH 0,05M
Vm
Is (mA)
(mVolt)
3,8
0,019
4,6
0,022
6,1
0,028
7,4
0,033
8,6
0,038
9,8
0,043
11
0,048
12,3
0,053
13,7
0,059
14,7
0,063
15,1
0,066
24
Lampiran 7. Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 1 jam (a) dan 3 jam (b)
Frekuensi (kHz)
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
HCl 0,01 M
0,03524
0,0347
0,03448
0,03444
0,03427
0,03407
0,03396
0,03391
(a)
118,84
14,742
4,2145
3,0303
1,3682
0,5808
0,40736
0,33642
Frekuensi (kHz)
HCl 0,05 M
0,0442
0,0409
0,0399
0,0397
0,0392
0,0384
0,0382
0,0381
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
HCl 0,01 M
557,12
78,711
18,628
11,872
3,5665
1,033
0,66996
0,53663
(b)
619,51
124,17
33,903
24,314
7,9933
1,5499
0,86638
0,64916
HCl 0,05 M
0,03787
0,03719
0,03691
0,03685
0,03667
0,03644
0,03631
0,03623
25
Lampiran 8. Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 9 jam (a) dan basa KOH selama 1 jam (b)
Frekuensi (kHz)
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
HCl 0,01 M
1051,000
224,050
48,721
31,150
8,4771
1,6626
0,95771
0,73346
(a)
4564,9
1447,5
762,53
594,56
255,23
56,907
25,495
15,946
Frekuensi (kHz)
HCl 0,05 M
0,03698
0,03591
0,03566
0,03561
0,0354
0,03525
0,03516
0,0351
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
KOH 0,01 M
3081,2
297,05
98,002
78,789
17,53
4,7539
3,6263
2,2814
(b)
1239,9
523,94
138,68
101,02
36,7
5,2655
2,3645
2,3955
KOH 0,05 M
9167,5
2976,7
1290,7
1036,7
355,94
109,17
46,945
40,883
26
Lampiran 9. Data kapasitansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan basa KOH selama 3 jam (a) dan 9 jam (b)
Frekuensi (kHz)
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
KOH 0,01 M
5108,5
1415,8
616,41
487,11
234,62
48,29
20,435
14,686
(a)
2598,3
648,22
254,48
224,39
127,41
19,332
17,936
3,6422
Frekuensi (kHz)
KOH 0,05 M
38227
14131
4547
3164,8
1377,7
358,29
190,31
165,55
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Kapasitansi C (nF)
KOH 0,01 M
302,7
36,199
12,06
10,381
2,659
0,957
0,546
0,483
(b)
3904
1508,9
502,41
347,05
128,32
30,588
10,936
7,3899
KOH 0,05 M
176830
59843
25815
25500
13491
5058
3251,9
2575,7
27
Lampiran 10. Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 1 jam (a) dan 3 jam (b)
Frekuensi (kHz)
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
HCl 0,01 M
60255
15289
6153,4
4622,3
1856,8
467,13
234,38
156,46
(a)
146,3
132,17
113,56
105,17
73,221
36,16
24,376
19,127
Frekuensi (kHz)
HCl 0,05 M
48479
12986
5328,6
4016,8
1628,3
412,56
208,38
139,35
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
HCl 0,01 M
51,161
50,672
48,681
47,62
39,59
22,852
15,896
12,643
(b)
45,569
38,331
35,477
33,645
25,964
18,21
13,535
11,088
HCl 0,05 M
56082
14286
5753,3
4347,8
1733,9
436,76
219,12
146,41
28
Lampiran 11. Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan asam HCl selama 9 jam (a) dan basa KOH selama 1 jam (b)
Frekuensi (kHz)
HCl 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
HCl 0,01 M
18,501
19,891
25,109
25,5
23,508
16,337
11,924
9,6549
(a)
1,7629
1,64
1,3763
1,3485
1,2623
1,1209
1,036
0,97971
Frekuensi (kHz)
HCl 0,05 M
58210
14768
5948,6
4469,9
1790,2
451,41
226,43
151,18
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
KOH 0,01 M
3,765
11,497
15,689
13,997
16,353
9,0551
5,3681
4,6511
(b)
9,2951
10,663
10,143
10,404
8,7644
8,4455
8,1018
4,5548
KOH 0,05 M
0,6655
0,6685
0,7418
0,7181
0,84036
0,6976
0,6548
0,57801
29
Lampiran 12. Data impedansi membran selulosa asetat pada perendaman berbagai konsentrasi larutan basa KOH selama 3 jam (a) dan selama 9 jam (b)
Frekuensi (kHz)
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
KOH 0,01 M
KOH 0,05 M
1,7921
2,4875
2,5668
2,5422
2,3774
2,2677
2,0531
1,7256
(a)
4,2442
5,5143
5,0751
4,8077
2,8384
3,7407
2,0566
3,909
0,15685
0,14306
0,22183
0,23214
0,226
0,18329
0,1676
0,1269
Frekuensi (kHz)
KOH 0,001 M
0,075
0,3
0,75
1
2,5
10
20
30
Impedansi Z (kOhm)
KOH 0,01 M
69,748
77,46
62,45
51,36
48,674
25,156
18,903
14,228
(b)
2,6485
1,9343
2,9381
3,341
3,3571
3,0556
3,221
2,8737
KOH 0,05 M
0,03019
0,026874
0,023849
0,024259
0,02248
0,02005
0,0189
0,0184
30
Lampiran 13. Persamaan garis kurva I-V membran selulosa asetat pada perendaman larutan asam HCl (a) dan larutan basa KOH (b)
HCl 0,001 M
y = 0,712x -3,8784
y = 4,758x +0,8989
y = 0,6615x + 2,9553
Persamaan garis kurva I-V
HCl 0,01 M
HCl 0,05 M
y = 4,1437x + 1,4969
y = 4,0651x +0,9483
y = 4,5504x + 1,3824
y = 0,39583x + 1,1696
y = 2,1509x – 1,0501
y = 4,558x + 0,8331
(a)
KOH 0,001 M
y = 0,0038x + 0,0019
y = 0,0042x + 0,0231
y = 0,0042x + 0,8331
Persamaan garis kurva I-V
KOH 0,01 M
KOH 0,05 M
y = 0,0055x + 0,0036
y = 0,0042x + 0,0052
y = 0,005x + 0,0052
y = 0,0044x + 0,0033
y = 0,004x + 0,0042
y = 0,0041x + 0,003
(b)
Jam
1
3
9
Jam
1
3
9
HCl 0,001 M
0,9965
0,9997
0,4437
R2
HCl 0,01 M
0,9994
0,9998
0,9954
HCl 0,05 M
0,9997
0,9999
0,9997
KOH 0,001 M
0,9999
0,9723
0,9996
R2
KOH 0,01 M
0,9999
0,9998
0,9946
KOH 0,05 M
0,9959
0,9999
0,9993
31
Download