1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi membran saat ini telah berkembang pesat pada berbagai kalangan teknologi, industri maupun kalangan akademik. Keunggulan teknologi membran antara lain adalah membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Hanya molekul – molekul dengan ukuran tertentu yang saja yang dapat melewati membran, sedangkan sisanya tertahan di permukaan membran. Aplikasi membran yang telah meluas ke berbagai bidang dan dipicu fakta bahwa pemisahan dengan membran memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi lain. Pemisahan dengan membran dapat berlangsung terus menerus, tidak membutuhkan zat kimia tambahan, konsumsi energinya rendah, mudah digabung dengan proses pemisahan lain, dan mudah ditingkatkan kapasitasinya.1 Penelitian yang mendasar bagi perkembangan teknologi membran adalah proses pembuatan polimer yang merupakan bahan dasar membran. Salah satu polimer yang biasa digunakan sebagai bahan membran adalah polisulfon (PSF). Polisulfon banyak digunakan dalam pembuatan membran, karena polimer tersebut memiliki sifat kestabilan kimia yang cukup tinggi yaitu tahan terhadap perubahan pH, daya elastisitas rendah, daya tarik yang tinggi, dan stabil pada kondisi temperatur ruang.1 Banyak cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja membran polisulfon antara lain dengan penambahan zat aditif yang ditambahkan saat proses pembuatannya, seperti titanium dioksida (TiO2). TiO2 merupakan nanomaterial yang bersifat semikonduktor yang dapat menghantarkan listrik, sifat logam yang kuat, ringan dan memiliki kerapatan yang rendah. Peranan TiO2 dalam bidang industri sebagai pigmen, adsorben, pendukung katalik, dan semikonduktor.2 Penambahan TiO2 meningkatkan kekuatan fisik membran sehingga membran tidak terdekomposisi, meningkatkan hidropobilitas sehingga fluks meningkat.3 Dengan demikian, adanya penambahan TiO2 pada membran dapat memberikan konstribusi. Dalam penelitian ini difokuskan pada uji sifat kelistrikan dari membran polisulfon hasil teknik inversi fase rendam-endap. Metode ini merupakan metode pemecahan partikel menjadi berukuran dalam kisaran nano dengan menggunakan bantuan magnetic stirrer dan ultrasonic processor agar larutan membran yang dihasilkan menjadi membran yang homogen. Metode inversi fase rendamendap digunakan saat proses pembuatan larutan siap cetak yang akan dijadikan membran. Beberapa sifat kelistrikan yang diuji yaitu impedansi, kapasitansi, konduktansi, loss coefficient, dan sudut fasenya (θ) pada frekuensi rendah dengan perlakuan variasi konsentrasi TiO2. Dari penelitian ini diharapkan dapat mempelajari mekanisme transport elektron pada membran polisulfon hasil inversi fase rendam-endap sehingga dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan dalam bidang teknologi membran. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengkaji sifat listrik (karakterisasi arus-tegangan, kapasitansi, loss coefficient, impedansi, konduktansi, dan sudut fase) membran polisulfon yang didadah TiO2 dalam berbagai konsentrasi dengan memvariasikan frekuensi. Hipotesis Membran polisulfon yang didadah dengan TiO2 yang berbeda konsentrasinya akan menghasilkan sifat listrik yang berbeda. Apabila konsentrasi penambahan TiO2 semakin banyak maka dapat meningkatkan nilai kapasitansi, konduktansi, loss coefficient, dan menurunkan nilai impedansi. Rumusan Masalah Sejalan dengan latar belakang, penelitian ini diarahkan untuk mencari solusi bagi masalah saat ini, yaitu kajian sifat listrik membran polisulfon yang didadah dengan TiO2 dan pelarut dimetilasetamid (DMAc). Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah sifat listrik yang terdapat pada membran polisulfon (polimer) yang didadah TiO2 (semikonduktor) dengan pelarut DMAc? TINJAUAN PUSTAKA Membran Membran merupakan suatu lapisan tipis antara dua fase fluida yang bersifat penghalang (barrier) terhadap suatu zat tertentu, yang dapat memisahkan zat dengan ukuran berbeda, serta membatasi laju dari berbagai zat berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Skema sistem pemisahan dua fase 1 2 oleh membran dapat dilihat pada Gambar 1. Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya perbedaan ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai membran semipermeabel, artinya dapat menahan zat tertentu, tetapi dapat melewatkan zat yang lainnya. Fase campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed), dan fase hasil pemisahan disebut permeat (permeate). Sifat-sifat membran perlu dikarakterisasi, yang meliputi efisiensi serta mikrostruktumya.4 Berdasarkan bahan pembuatannya, membran dibagi menjadi dua golongan, yaitu membran dengan bahan organik dan anorganik. Untuk bahan organik membran dibagi menjadi dua bagian, yaitu membran alami dan membran sintesis. Membran alami adalah membran yang terdapat di jaringan makhluk hidup. Contohnya membran yang terbuat dari selulosa dan turunannya seperti selulosa nitrat dan asetat. Membran sintesis adalah membran yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan mirip dengan sifat membran alami. Contoh membran sintesis adalah polisulfon poliamida.5 Jika ditinjau dari sifat listriknya membran buatan dibagi menjadi dua, yaitu membran tidak bermuatan tetap dan membran bermuatan tetap. Membran tidak bermuatan tetap disebut juga membran netral. Membran ini terdiri dari polimer yang tidak mengikat ion-ion sebagai ion tetap dan bersifat selektif terhadap larutan kimia. Selektifitas membran netral ditentukan oleh unsur-unsur penyusun (monomer), ikatan kimia, ukuran pori-pori, daya tahan terhadap tekanan dan temperatur, serta karakteristik sifat listriknya. Membran bermuatan tetap terbentuk karena molekul-molekul ionik yang menempel pada membran secara kimia. lonion tidak dapat berpindah dan membentuk lapisan tipis bermuatan pada membran, sehingga membran ini dapat dilalui ion-ion tertentu saja.6 Berdasarkan bentuknya, membran terdiri atas membran simetrik dan membran asimetrik. Membran simetrik memiliki struktur pori yang homogen dan relatif sama, ketebalannya antara 10-200 µm. Sedangkan membran asimetri memiliki ukuran dan kerapatan yang tidak sama. Membran jenis ini terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan kulit yang tipis dan rapat (skinlayer) dengan ketebalan kurang dari 0.5 µm serta lapisan pendukung (sublayer) yang berpori dengan ketebalan 50 - 200 µm.7 Gambar 1. Skema sistem pemisahan dua fase oleh membran. Pembuatan membran dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu dengan teknik sintering, stretching, track-etching, inversi fase, dan leaching. Pemilihan teknik pembuatan membran ini sangat menentukan struktur membran yang dihasilkan.8 Teknik sintering merupakan teknik penggabungan (fusi) partikel-partikel kaku yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan temperatur tinggi atau dengan menggunakan perekat pada tekanan dan temperatur yang lebih rendah. Pori-pori dalam filter ini berupa ruangruang antar partikel. Ukuran pori ditentukan oleh distribusi partikelnya, semakin luas distribusi partikel maka ukuran pori semakin besar. Teknik ini akan membuat pori berukuran antara 0.1 - 10 µm dan membran yang terbentuk merupakan membran mikrofiltrasi. Teknik stretching hanya dapat digunakan untuk membuat membran dengan bahan polimer semikristal seperti teflon dan polipropilen. Teknik ini dilakukan dengan melakukan peregangan ke segala arah sehingga terjadi keretakan dan terbentuk poripori dengan ukuran antara 0.1 - 3 µm. Porositas membran yang dibuat dengan teknik ini lebih besar dibandingkan dengan yang dibuat dengan teknik sintering. Pada teknik track-etching, film ditembak dengan radiasi berenergi tinggi dengan arah tegak lurus terhadap film. Film kemudian dimasukkan ke dalam bak asam atau basa, sehingga matriks polimer akan membentuk goresan sepanjang lintasan. Goresan tersebut akan membentuk pori silinder dengan distribusi pori yang sempit. Ukuran pori yang terbentuk yaitu antara 0.02 – 10 µm. Salah satu teknik yang banyak dilakukan peneliti untuk pembuatan membran yaitu menggunakan teknik inversi fase. Teknik ini dilakukan dengan mengatur perubahan membran dari cair ke padat. Pada teknik inversi fase rendam-endap, membran dibuat dengan melarutkan suatu polimer dalam pelarut yang sesuai sehingga diperoleh larutan yang tipis homogen. Lapisan dari larutan tersebut kemudian 2 3 dikoagulasikan dalam non pelarut (air) sehingga terbentuk membran. Kemudian dibuat lapisan tipis dari larutan dan dikoagulasikan dengan air agar terbentuk membran.7 Polisulfon (PSF) Polisulfon adalah polimer yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan membran. Hal ini dikarenakan memiliki ketahanan yang baik terhadap temperatur tinggi, rentang pH yang lebar 1 – 13, memiliki resistansi yang baik terhadap klorin.3 Selain itu, PSF memiliki elastisitas rendah, kekuatan tarik tinggi, stabil pada temperatur ruang. Karakter-karakter yang dimiliki PSF tersebut disebabkan oleh struktur rantai yang rigid, seperti pada Gambar 2. PSF bersifat hidrofob atau tidak suka air, juga tidak larut dalam larutan asam ataupun basa. Kelarutan polisulfon dalam larutan alifatik rendah tetapi masih dapat larut dalam beberapa pelarut yang sedikit polar.9 Titanium Dioksida (TiO2) TiO2 adalah bahan material aktif dengan ukuran nano yang memiliki beberapa keunggulan yakni resistensi terhadap bakteri yang tinggi dan bersifat sangat hidropilik. Komposisi yang terbaik untuk pembuatan casting solution adalah (18 %-b/b) PSF; (2 %b/b) TiO2 ; (64%-b/b) DMAC; (16 %-b/b) NMP. Penambahan TiO2 tersebut meningkatkan kekuatan fisik membran sehingga membran tidak mudah terdekomposisi, meningkatkan hidropilitas sehingga fluks meningkat.3 Penggunaan TiO2 sintetis baik dalam bentuk tetragonal rutile ataupun anatase sangat banyak dipakai dalam industri antara lain sebagai pigmen pemutih, bahan utama keramik untuk elektronik (BaTiO3), bahan baku untuk pembuatan TiO2 polimeric precursor yang sangat penting untuk pembuatan bahan-bahan keramik maju. Bahan baku untuk membuat TiO2 sintetis banyak terdapat di alam, baik sebagai deposit utama atau deposit batuan keras ataupun sebagai secondary/placer deposit (yang pada umumnya dalam bentuk pasir pantai). Mineral-mineral yang ada di dalam deposit tersebut ada yang berbentuk mineral ilmenite (FeO.TiO2), rutile (tetragonal TiO2), anatase (tetragonal TiO2), brookite (rhombic TiO2) dan perovskite (CaO.TiO2).10 Gambar 2. Struktur kimia polisulfon. O CH3 H3C-C-N CH3 Gambar 3. Struktur kimia N,N – dimetilasetamida (DMAc). N,N-dimetilasetamida (DMAc) DMAc merupakan molekul sederhana yang berada dalam fase cair pada temperatur ruang. Dalam struktur kimia DMAc dapat diperlihatkan pada Gambar 3. Jenis cairan yang polar namun tidak bermuatan ini umum digunakan sebagai pelarut polimer.9 DMAc digunakan sebagai pelarut karena telah diketahui secara umum bahwa DMAc dan PSF adalah pasangan pelarut polimer yang cocok dan dapat membuat larutan menjadi homogen1. Sifat Listrik Membran Berdasarkan sifat listriknya, sifat bahan dikelompokan menjadi isolator, konduktor, semikonduktor dan superkonduktor akan memiliki sifat listrik yang berbeda. Jenis sifat listrik dalam penelitian ini meliputi karakterisasi arus-tegangan, kapasitansi, loss coefficient, impedansi, konduktansi, dan sudut fase (θ). Karakterisasi arus - tegangan Karakteristik arus-tegangan merupakan salah satu karakteristik kelistrikan membran. Karakteristik ini dipengaruhi oleh aliran elektron dan ion-ion pada membran. Aliran ion-ion berpengaruh pada aliran arus dalam membran dan proses pemindahan lainnya. Dari karakteristik arus-tegangan dapat ditentukan sifat ohmic-nya suatu membran, daya tahanan listrik dan energi diri ion yang melintasi membran. arus dipengaruhi oleh besamya beda tegangan dan beda konsentrasi muatan pembawa. Semakin besar beda konsentrasi muatan pembawa dan beda tegangan maka semakin besar pula arus yang mengalir pada membran.11 3 4 Rapat arus dari ion pembawa yang bergerak di dalam larutan dan menembus membran diberikan oleh persamaan beriku: dP dϕ J P = − kT µ p − Pq µ p dx dx dN dϕ J n = − kT µ n − Pq µ n dx dx (1) Keterangan: N, P adalah konsentrasi ion pembawa muatan negatif dan positif. T adalah suhu mutlak, J adalah rapat arus. µp, µn masing-masing merupakan mobilitas ion positif dan negatif dengan ߮ adalah beda potensial dan k adalah konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K), variabel P, N dan ߮ merupakan fungsi dari x. Kapasitansi listrik Kapasitansi merupakan suatu ukuran kapasitas penyimpanan muatan berdasarkan perbedaan potensial tertentu.12 Banyaknya muatan neto yang terakumulasi pada kapasitor sebanding dengan tegangan yang diberikan oleh sumber.6 Kapasitor adalah suatu piranti yang dapat menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua benda penghantar 13 yang terisolasi, dipisahkan pada jarak tertentu dan mempunyai luasan tertentu. Nilai kapasitansi tidak bergantung pada muatan atau tegangan melainkan dipengaruhi oleh faktor gemoetri dan sifat bahan dielektriknya.14 Faktor yang menentukan geometri yaitu luas keping sejajar dan jarak antar kepingnya. Sifat bahan dielektrik ditentukan oleh konstanta dielektrik bahan yang merupakan bahan non konduktor yang tidak memiliki elektron-elektron bebas sehingga tidak dapat menghantarkan listrik.15 Ketika luas area plat meningkat, maka kapasitansi akan meningkat. Ketika jarak antar plat besar, maka nilai kapasitansi berkurang dan ketika nilai konstanta dielektriknya besar, maka kapasitansinya berkurang.16 εA C = (2) d Keterangan : C = kapasitansi (farad) ε = permitivitas bahan (farad/m) A = luas plat (m2) d = jarak antara plat (m) Michael Faraday (1791-1867) membuat postulat bahwa sebuah kapasitor memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat membuat elektron sebanyak 1 C. Besar muatan (Q) yang tersimpan pada kapasitor sebanding dengan beda potensialnya (V).16 Q = CV (3) Keterangan: Q = muatan elektron dalam C (coulomb) C = nilai kapasitansi dalam F (farad) V = besarnya tegangan dalam V (volt) Jika kedua ujung plat logam diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) logamnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung logam yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak dapat menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang nonkonduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya.16 Pada Gambar 4 memperlihatkan skema kapasitor yang diberi tegangan Vs. Dan menurut Maxwell-Wagner, model rangkaian listrik membran dapat dimodelkan pada gambar 5. Perbandingan antara permitivitas suatu bahan (ℰ) dengan permitivitas ruang hampa (ℰ0) disebut permitivitas relatif atau konstanta dielektrik yang dinyatakan dengan: K = ε ε0 (4) Kapasitansi total membran (C) dalam rangkaian pada Gambar 5 dapat diperoleh persamaan: C = C1G 22 + C 2 G12 + ω 2 (C1C 22 + C12 C 2 ) ( G1 + G 2 ) 2 + ω 2 ( C1 + C 2 ) 2 (5) Kapasitansi membran menurun saat frekuensi meningkat menuju nilai maksimum yang setara dengan kapasitansi dua kapasitor yang dirangkai seri.7 C (ω ~ 0) = C1C2 C1 + C2 (6) Gambar 4. Kapasitor plat sejajar17 C1 G1 C2 G2 Gambar 5. Model rangkaian listrik untuk membran. 4 5 Xc G= I 1 R (10) Keterangan: θ δ R Gambar 6. Loss coefficient yang dibentuk antara I dan Xc. Loss coefficient Loss coefficient merupakan parameter yang menyatakan kemampuan suatu bahan untuk menghamburkan atau melepaskan energi dan mengkonversinya menjadi panas.18 Pada medium yang ideal, bahan dielektrik kapasitor tidak ada energi yang hilang, namun jika terjadi kehilangan energi, maka sudut fase akan berkurang dan sudut loss coefficient akan bertambah berdasarkan hubungan sebagai berikut: Sudut loss coefficient = 90° - sudut fase dimana sudut fase adalah sudut θ yang memisahkan antara arus total (I) dengan tegangan yan diberikan. Sudut loss coefficient merupakan sudut yang dibentuk antara arus bolak balik total (I) dan arus pengisian (Ic) pada kapasitor seperti Gambar 6.14 Pada frekuensi yang diberikan, bahan dielektrik dapat diperlihatkan sebagai rangkaian parallel yang terdiri dari kapasitansi dan resistansi yang ideal. Apabila tegangan sinusoidal diberikan pada bahan dielektrik ini maka akan menghasilkan arus pengisian. Pada kasus kehilangan dielektrik rendah (low loss dielectric), apabila δ kecil maka cos θ bisa menggantikan tan δ. Untuk dielektrik dengan kehilangan cukup besar, hubungan berikut dapat digunakan untuk menghitung loss coefficient:16 I tan δ = R (7) IC 1 tan δ = ωRC R = (8) Konduktansi listrik Konduktansi merupakan sebuah bentuk sifat listrik. Nilai konduktansi berbanding terbalik dengan nilai hambatan. Ion yang melintasi membran merupakan kuantitas elektrik, dinamakan sebagai arus (I). Konduktansi dan gradient elektrokimia (VmVx) dapat digunakan untuk memprediksi arus, tegangan membran (Vm), tegangan Nerst (Vx) dengan persamaan:16 I = G (Vm − V x ) (9) Vm Is Is arus yang diberikan (ampere), dan R hambatan acuan (ohm). Salah satu sifat yang dimiliki oleh membran yaitu konduktivitas listrik. Konduktivitas muncul disebabkan adanya interaksi antara ion dengan membran. Pengukuran konduktansi sangat penting untuk menentukan geometri dan dimensi pori. Besarnya konduktansi (G) membran dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:19 G = nG P (11) Dengan: G = G0 exp(− ∆U ) kT (12) Keterangan: n adalah jumlah pori membran dan Gp adalah konduktansi tiap pori dengan asumsi pori-porinya identik. Konduktansi total membran (G) dalam model rangkaian, dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:7 G= G1G2 (G1 + G2 ) + ω 2 (C12 G2 + C22 G1 ) (G1 + G2 ) 2 + ω 2 (C1 + C2 ) 2 (13) Konduktansi membran sangat tergantung pada frekuensi, saat frekuensinya rendah maka konduktansi membran akan memiliki nilai minimum dan setara dengan dua konduktor yang dihubungkan secara seri:20 G (ω ~ 0) = G1G 2 G1 + G 2 (14) Sebaliknya, saat frekuensi meningkat menuju nilai maksimum, maka konduktansi membrannya meningkat sesuai dengan persamaan berikut: G (ω ~ ∞ ) = C 12 G 2 + C 22 G 1 (C 1 + C 2 ) 2 (15) Keterangan: G1 dan C1 merupakan konduktansi dan kapasitansi dari sublayer, sedangkan G2 dan C2 merupakan konduktansi dan kapasitansi dari skin layer. Impedansi listrik Impedansi merupakan hambatan total pada rangkaian arus bolak-balik atau tingkat resistansi terhadap aliran arus listrik bolakbalik (alternating current = AC). Dalam model rangkaian membran, impedansi listrik membran dimodelkan dengan rangkaian elektronik seperti Gambar 5 yang terdiri atas sebuah kapasitor dengan resistor.5 5 6 Suatu hambatan (R) didapat untuk menghadirkan komponen dissipative (menghilangkan) respon dielektrik, sedangkan suatu kapasitansi menggambarkan komponen penyimpanan dielektrik bahan.6 Reaktansi kapasitif dari dan kapasitor C adalah: Xc = 1 jω C (16) Keterangan: j merupakan bilangan imajiner. Pada rangkaian ekuivalen, impedansi Z1 dari resistansi R1 dan sebuah kapasitansi yang terangkai parallel dapat diperoleh dari hukum Kirchoff, 1 1 1 = + Z 1 R p 1 /( jωC p ) Rp 1 + ( jω R p C p ) (18) Jika ditambahkan Rs secara seri pada elemen RC dengan ߱ digantikan dengan 2πf, maka diperoleh: Rp Z = Rs + 1 /( j . 2 π . f . R p C p ) (19) Pada impedansi kompleks Z, terdapat bagian real (Zre) dan imajiner (Zim). Keduanya dirumuskan dalam persamaan berikut:7 Z re = Rs + Z im = Rp 1 + (ω 2 .Rp2Cp2 ) R p .C p .ω 1 + (ω 2 . R p2 C p2 ) Metode Penelitian Penelitian ini meliputi karakterisasi sifat kelistrikan membran. Karakterisasi sifat kelistrikan membran dilakukan dengan mengukur karakterisasi I-V menggunakan I-V meter dan mengukur nilai kapasitansi, loss coefficient, konduktansi, impedansi, dan sudut fase (θ) membran menggunakan LCR meter. (17) Dari persamaan (17) diperoleh: Zp = berukuran 4 x 12 cm, aluminium foil, magnetic stirrer, tisu, lap, gunting, penggaris, kamera, alat tulis, hot plate stirrer, timbangan, gelas piala, dan HIOKI 3522-50 LCR meter, dan alat I-V meter tipe Keithley 2400. (20) (21) ω = frekuenasi sudut R = hambatan (ohm) C = kapasitor (farad) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan yaitu pada bulan November 2010 - September 2011. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polisulfon, pelarut DMAc, aquades, dan TiO2. Alat yang dipergunakan adalah cawan petri, gelas kimia, tabung reaksi, pipet volumetrik, spatula, labu erlenmenyer, plat kaca, plat kapasitor Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan persiapan penelitian, persiapan eksperimen, eksperimen, analisa dan serta dilanjutkan dengan pembahasan hasil dalam bentuk skripsi. Persiapan penelitian Pada kegiatan tahap ini dilakukan pencarian literatur seperti buku, jurnal, skripsi, dan sebagainya untuk mempersiapkan dasar - dasar teori, perumusan fisika dan matematika yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan eksperimen Persiapan eksperimen yang dilakukan antara lain persiapan alat, persiapan bahan, dan perancangan sistem. 1. Persiapan alat Plat kapasitor yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari dua buah PCB yang berukuran (12 x 4) cm. 2. Persiapan bahan Membran polisulfon yang dibuat dengan memvariasikan konsentrasi zat aditifnya yang mengandung konsentrasi larutan polisulfon 12 %. Zat aditif dan pelarut yang digunakan pada pembuatan membran berupa TiO2 dan DMAc. Teknik yang digunakan dalam pembuatan membran polisulfon menggunakan teknik inversi fase rendam-endap. Polisulfon yang telah dicampur dengan TiO2 dan pelarut DMAc dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml, dan ditutup dengan aluminium foil, kemudian larutan tersebut didiamkan selama ± 24 jam (dalam suhu ruang) hingga terbentuk larutan polisulfon. Setelah didiamkan selama 24 jam, larutan membran distrirring dengan stirrer selama 1,5 6