1. Kurva Lorenz merupakan metode yang lazim digunakan untuk menganalisis statistik pendapatan perorangan. Lihat pada gambar berikut : Gambar di atas menunjukan mekanisme kerja kurva tersebut. Jumlah penerima pendapatan diyatakan pada sumbu horizontal, tidak dalam arti absolute melainkan dalam presentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi terendah (penduduk yang piling miskin) yang jumlahnya meliputi 20% dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60% kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu paling ujung yang meliputi 100% atau seluruh populasi atau jumlah penduduk. Sedangkan sumbu vertikal menyatakan bahwa dari pendapatan total yang diminta oleh masing-masing presentase kelompok penduduk tersebut. Sumbu terebut juga berakhir pada titik 100%, sehingga itu berarti bahwa kedua sumbu (vertikal dan horizontal) sama panjangnya. Gambar ini secara keseluruhan berbentuk bujur sangkar, dan dibelah oleh sebuah garis diagonal yang ditarik dari titik nol pada sudut kiri bawah (titik asal) menuju ke sudut kanan atas. Pada setiap titik yang terdapat pada garis diagonal itu, presentase pendapatan yang di terima persis sama dengan presentase jumlah penerimaannya-misalnya , titik tengah garis diagonal melambangkan 50% pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain garis diagonal pada gambar tersebut melambangkan “peranan sempurna” (perfect equality) dalam distribusi ukuran pendapatan. Masing-masing pendapatan kelompok penerimaan pendapatan menerima presentase pendapatan total yang sama besarnya; contoh. nya, 40% kelompok terbawah akan menerima 40% dari pendapatan total, sedangkan 5% kelompok teratas hanya menerima 5% dari pendapatan total. Kurva Lorenz memperhatikan hubungan kuantitatif aktual antara presentase penerima pendapatan dengan presentase pendapatan total yang benar-benar mereka terima selama, misalnya, satu tahun. Gambar diatas membuat kurva laurence yang menggunakan data desil (populasi terbagi menjadi sepuluh kelompok) yang terbuat dalam tabel diatas. Dalam kalimat lain, sumbu horizontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama, sesuai dengan sepuluh kelompok desil. Titik A menunjukan bahwa 20% kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanya menerima 10% pendapatan total, titik B menunjukan bahwa 40% kelompok terbawah hanya menerima 22% dari pendapatan total, demikian seterusnya bagi masing-masing 4 kelompok lainnya. Perhatikan bahwa titik tengah, yang menunjukan 50% penduduk hanya menerima 30% dari pendapatan total.Semakin jauh jarak kurva laurence dari garis diagonal (yang merupakan garis pemerataan sempurna), maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. Kasus ekstrem dari ketidakmerataan yang sempurna (yaitu, apabila hanya seorang saja yang tidak menerima pendapatan) akan diperhatikan oleh kurva laurence yang berhimpitan dengan sumbu horizontal sebelah bawah dan sumbu vertikal disebelah kanan. Oleh karena itu tidak ada satu Negara pun yang memperlihatkan pemerataan sempurna atau ketidaksamaan sempurna dalam distribusi pendapatannya, semua kurva laurence dari setiap Negara akan ada di sebelah kanan garis diagonal seperti yang ditunjukan gambar di atas. Semakin parah tingkat ketidakmerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan disuatu Negara, maka bentuk kurva laurencenya pun akan semakin melengkung mendekati sumbu horizontal bagian bawah. 2. a).Diketahui:I(investasi) = Rp. 3.500.000 W( upah dan gaji) = Rp. 15.000.000 R(sewa tanah) = Rp. 9.250.000 P(keuntungan) = Rp. 12.000.000 Yang ditanya adalah Y(pendapatan nasional) melalui pendekatan pendapatan berapa? Jadi, Y = R+W+I+P =Rp. 9.250.000 + Rp.15.000.000 + Rp.3500.000 + Rp.12.000.000 = Rp. 39.750.000 b). Diketahui: C(pengeluaran konsumsi RTK) = Rp. 18.000.000 I(pengeluaran investasi RTP) = Rp. 4.500.000 G(pengeluaran pemerintah) = Rp.14.000.000 X(ekspor) = Rp.12.500.000 M(impor) = Rp.7.250.000 Yang ditanya adalah pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran berapa? Jadi pendapatannya adalah : Y = C + G + I + (X - M) = Rp.18.000.000 + Rp.14.000.000 + Rp.4.500.000 + (Rp.12.500.000 - Rp.7.250.000) = Rp.41.750.000 3. Nama dosen :Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Mengajar : Riset Akuntansi Manajemen pada program Pascasarjana UGM Lulusan : Universitas Gajah Mada Yogyakarta 1977 Judul artikel : Ekonomi Terus Melambat, BI Diminta Tekan Penurunan Nilai Tukar Narasi artikel : pertumbuhan ekonomi RI hingga akhir tahun inihanya berkisar 4,7 persen.Hal itu menurutnya sesuai dengan prediksi dari IMF dan Bank Dunia. Melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan faktor internal karena pertumbuhan investasi dan konsumsi yang cenderung menurun, serta lambatnya penyerapan APBN. Sementara faktor eksternal disebabkan melemahnya harga komoditas dan dampak negatif dari kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. Amerika tidak punya ruang moneter, bunga acuan hampir 0 persen. Sekarang mereka menciptakan ruang moneter secara pelan-pelan menaikkan suku bunga, tapi itu belum dilakukan, dampaknya pada nilai tukar rupiah yang semakin tinggi. Atas kondisi faktor internal dan ekternal BI, IMF danBank Dunia merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi indonesia. Bahkan pertumbuhan ekonomi global juga direvisi dimana sebelumnya diprediksi tumbuh 3,5 persen lalu direvisi jadi 3 persen. Beberapa indikator yang menunjukkan melambatnya ekonomi indonesia diantaranya jumlah impor bahan baku hingga bulan april (jelang puasa dan lebaran) menurun hingga 22 persen dibanding tahun lalu. Hal itu disebabkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Bahkan jumlah ekspor RI yang menurun sejak 2011. Yang naik hanya ekspor sepeda motor, padahal penjualan otomotif di dalam negeri menurun hingga 16 persen, ekspor semen kita juga meningkat. Melambatnya ekonomi dalam negeri telah menguras cadangan devisa negara. Apabila pada periode bulan Desember tahun lalu cadangan devisa mencapai 111,9 milyar dollar, hingga bulan juni lalu jumlahnya menurun hingga 108 milyar dollar, bisa jadi sekarang 105 milyar dollar. Meski kondisi ekonomi tengah melambat angka consumer confidence masih diatas 100 masih ada optimisme. Tidak hanya itu, surat hutang RI saat ini termasuk tertinggi di Asean dan jumlah hutang luar negeri yang terus bertambah sejak 2010, namun rasio hutang masih dalam kondisi baik yakni 33,48 persen. Penyebab nilai hutang ini bertambah karena depresiasi rupiah, bila BI tidak berbuat apa-apa,kondisi rupiah terus melemah. Penurunan nilai tukar rupiah akan terus berlanjut hingga ada kepastian bank sentral Amerika menaikkan suku bunga. Nilai tukar rupiah terus tertahan atau tersandera oleh kebijakan bank sentral Amerika, masih akan lama ini gojang ganjing dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah dan melemahnya ekonomi tanah air kemungkinan akan berdampak pada angka pengangguran dan kemiskinan akan terus bertambah.Pengamat ekonomi dari Australian National University Prof Hal Hill mengatakan pemerintahan di era presiden Jokowi memiliki pekerjaan rumah yang lebih besar dalam bidang ekonomi. Pekerjaan rumah yang dimaksud oleh Hall Hill adalah menaikkan pendapatan perkapita masyarakat. Menurutnya untuk urusan yang satu ini, Indonesia termasuk yang tertinggal dibanding dengan China dan India. Padahal di era tahun 60 an, pendapatan perkapita Indonesia sama dengan kedua negara tersebut. Namun berselang 40 tahun kemudian, pendapatan perkapita indonesia hanya naik 5,5 kali lipat. Sebaliknya China naik 12 kali lipat. Bahkan pendapatan per kapitan Indonesia kalah dari Malaysia yang naik 7,9 kali, dan Thailand yang naik 8 kali lipat. "Indonesia hanya unggul dari Filipina, dulu tahun 90-an pendapatan perkapita Indonesia pernah lebih tinggi dari China," katanya.Meski begitu, ia menilai Indonesia termasuk negara yang berhasil menurunkan angka kemiskinan. Apabila di tahun 60-an angka kemiskinan mencapai 60 persen, selama 30 tahun bisa diturunkan hingga 10 persen."Pernah sempat naik 15 persen saat krisis moneter 1998," katanya.Kendati begitu, Hal Hill menilai penurunan angka kemiskinan saat ini tidak lagi signifikan seperti era presiden Soeharto dulu isa dikatakan laju pertumbuhan dengan penurunanangka kemiskinan tidak lagi beriring. 4. 1. Gambar pertama menunjukkan tingkat korupsi masih tinggi bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara terkorup di ASIA TENGGARA. Bahakan pertumbuhan perekonomian di Indonesia bisa dikatakan hanya 6% dari pertumbuhan perekonomian dinegara lain seperti China yang pertumbuhan perekonomiannya mencapai 69% sungguh jauh dari Indonesia, ini dikarenakan pertumbuhan faktor korupsi sangat tinggi yang mencapai 96%. Bahkan menurut saya Indonesia sudah kehilangan martabat perekonomiannya bagaimana tidak? Hampir semua pejabat membekam uang rakyat di ATM mereka sungguh ironis nasib bangsa kita. Korupsi juga menimbulkan kekacuan diberbagai sektor seperti sektor proyek negara seperti pembangunan proyek Hambalang di Palembang karena permainan para pejabat anggaran yang harusnya sudah disusun sebesar 125M menjadi 1,2T mereka menambah anggaran bukan untuk memperbagus fasilitas namun uang masuk kekantong mereka dan pembangunan tetap magrek tak berjalan. Sektor yang lain yang menjadi sasaran para korup adalah pendidikan, kesehatan dan paling merugikan negara kita penimbunan minyak bumi oleh para pihak tak bertanggungjawab negara kita adalah penghasil minyak paling tinggi hanya untuk kepentingan mereka logika jika minyak tak ditimbun kita bisa menjual di luar negeri dengan harga mahal dan bisa menambah pendapatan negara pertumbuhan perekonomian pun semakin tinggi namun jika ditimbun yang ada adalah kelangkaan sumber daya alam yang berakibat BBM naik yang malah membuat kekacuan perekonomian dan bertambahnya rakyat miskin. Negara ku sayang negara ku malang. 2. Gambar kedua memperlihatkan tentang penanaman modal yang dilakukan Indonesia untuk terus mengupayakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kemajuan perekonomian negara. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan mengajak bursa saham luar negeri untuk melakukan investasi diIndonesia. Semakin banyak investor asing yang menanamkan modalnya di indonesia, itu berarti dalam sektor industri mengalami pertumbuhan. Sehingga semakin luas kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia, serta Indonesia sedikit demi sedkit mampu mengurangi ketergantungannya terhadap negara lain. Pemerintah indonesia sepakat mengeluarkan surat berharga berupa obligasi maupun saham dengan tujuan untuk memanbah pendapatan negara serta menutupi defisit yang dialami oleh APBN Indonesia. Peranan obligasi yaitu memberikan sumbangsih dalam penambahan modal untuk kegiatan pembangunan yang membutuhkan dana tidak sedikit. Di samping itu Indonesia mendapatkan tambahan pemasukan dari segi pajak, apabila pada saat Indonesia membayar bunga obligasi pada negara yang bersangkutan. Di sisi lain pemerintah Indonesia juga membuka kesempatan kepada investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan cara turut serta dalam transaksi jual beli saham yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Dari sebagian saham yang dimiliki oleh investor asing maka pertumbuhan industri akan semakin cepat. Dalam pendapatan negara, dividen yang diterima oleh investor asing akan dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan sebagaimana mestinya.