A. Distribusi Ikan Hiu Paus?

advertisement
MAKALAH IKTIOLOGI
IKAN HIU PAUS
OLEH:
L. FIRMAN YAYANG A.
NIM:2013154243008
PROGRAM STUDI IKTIOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS 45 MATARAM
MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Iktiologi yang membahas; Distribusi Ikan Hiu
Paus, Daerah Distribusi Ikan Hiu Paus di Indonesia, Sistem Klasifikasi Hiu Ikan hiu paus,
Morfologi Ikan Hiu Paus, Anatomi Ikan Hiu Paus, Sistem pencernaan ikan Hiu Paus, dan
Reproduksi Ikan Hiu Paus.
Saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, saya berharap semoga makalah
ini dapat berguna semua pihak sesuai dengan tujuan pembuatan makalah ini yaitu memberikan
wawasan atau gambaran dari salah satu spesies ikan yaitu ikan Hiu Paus. Selain itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah saya yang akan datang .saya
juga berterima kasih kepada semua pihak dan sumber-sumber referensi yang telah mambantu
penulisan makalah ini.
Mataram, 1 Oktober 2014
Penulis
i
Lembar Pengesahan
Ikan Hiu Paus
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing 1:
Aryani Rahmawati S.Pi MM.
Pembimbing 2:
Kurniawati S.Pi MM
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
iii
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………………
Landasan Teori ………………………………………………………………...
Rumusan Masalah ……………………………………………………………..
Tujuan ………………………………………………………………………….
1
2
3
3
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………………
Distribusi Ikan Hiu Paus ……………………………………………………….
Daerah Distribusi Ikan Hiu Paus di Indonesia …………………………………
Sistem Klasifikasi Ikan Hiu Paus ………………………………………………
Morfologi Ikan Hiu Paus ……………………………………………………....
Anatomi Ikan Hiu Paus …………………………………………………….......
Sistem pencernaan Hiu Paus ……………………………………………….......
Reproduksi Ikan Hiu Paus ……………………………………………………..
4
4
6
6
7
7
8
9
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………. 10
Kesimpulan ……………………………………………………..……………….10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 11
iii
BAB I
1.1 Pendahuluan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong
kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan
dibagi menjadi:
- Ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag),
- Ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya
tergolong
- Ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari Paus hiu yang berukuran 14 meter hingga
stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang
sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan hiu paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang
sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan. Hingga saat ini, ikan pada umumnya dikonsumsi
langsung. Upaya pengolahan masih belum banyak dilakukan kecuali ikan kering/ asin. Ikan
dapat diolah menjadi berbagai produk seperti ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk
ikan, ikan asin, kemplang, bakso ikan dan tepung darah ikan sebagai pupuk tanaman dan pakan
ikan.
Sedangkan berdasarkan UU 45 tahun 2009.Ikan dapat didefinisikan secara umum sebagai
hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirp,
bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.
Namun apabila kita mengacu kepada undang-undang 31 tahun 2004 tentang perikanan
sebagaimana telah diubah dalam undang-undang 45 tahun 2009, maka definisi ikan yang
dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya. Menurut Pasal 1 Undang-Undang 45 tahun
2009, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada
di dalam lingkungan perairan.
Pada bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk kedalam jenis ikan adalah :
a.ikan bersirip (pisces);
b.udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
c.kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);
d.ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
1
e.tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);
f.kodok dan sebangsanya (amphibia);
g.buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);
h.Paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);
i.rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan
j.biota perairan lainnya
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan, bahwa tidak hanya hewan bersirip dan
memiliki insang saja yang dimaksud dengan ikan, tapi segala biota perairan yang seluruh atau
sebagian dari silklus hidupnya berada di lingkungan perairan, termasuk coral, buaya, penyu,
kura-kura dll. Penggunaan dan definisi kata “ikan” pada undang-undang perikanan sebenarnya
kurang tepat dan mengena di lingkungan masyarakat atau akademisi. Mungkin akan lebih tepat
jika menggunakan kata spesies akuatik” atau “biota/organisme perairan”. Tetapi adanya undangundang dan penjelasan tentang perikanan ini memang diharapkan akan memperjelas ruang
lingkup pekerjaan Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang sebelumnya berada di departemen
pertanian dan departemen kehutanan. Sehingga tidak ada lagi perbedaan pemahaman ketika
melakukan pekerjaan di lapangan, terutama dalam penegakan dan pengawasan hukum.
1.2 Landasan Teori
Hiu paus, Rhincodon typus, adalah hiu pemakan plankton yang merupakan spesies ikan
terbesar. Cucut ini mendapatkan namanya (Ingg.: whale shark) karena ukuran tubuhnya yang
besar dan kebiasaan makannya dengan menyaring air laut menyerupai kebanyakan jenis paus.
Disebut pula dengan nama geger lintang (dari bahasa Jawa: punggung berbintang) dan hiu
tutul (nama yang cenderung menyesatkan, karena banyak jenis cucut yang berpola tutul),
merujuk pada pola warna di punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di langit.
Hiu ini mengembara di samudera tropis dan lautan yang beriklim hangat, dan dapat hidup
hingga berusia 70 tahun. Spesies ini dipercaya berasal dari sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Ikan hiu paus (Rhincodon typus) atau juga dikenal dengan nama hiu totol atau geger lintang
merupakan salah satu jenis ikan laut terbesar di dunia yang dapat mencapai panjang sekitar 12
meter, bahkan beberapa referensi menyebutkan ikan hiu paus dapat mencapai panjang 18 meter.
Ikan hiu paus merupkan jenis ikan yang berumur panjang, dapat mencapai usia 60 tahun, bahkan
referensi lain menyebutkan usianya dapat mencapai 100 tahun. Ikan ini secara rutin melakukan
migrasi dari perairan Australia menuju beberapa lokasi perairan di Indonesia, diantaranya
perairan Pantai Kenjeran, Surabaya – Jawa Timur. Migrasi ikan hiu paus dari Australia ke
2
perairan Indonesia ini diprediksi karena musim dingin yang sedang terjadi di Australia, sehingga
ikan hiu paus bergerak ke perairan yang lebih hangat antara lain ke perairan Indonesia. Selama
melakukan migrasi tersebut, ikan hiu paus sering kali terperangkap di dalam jaring nelayan, hal
ini dapat disebabkan karena disepanjang perairan tersebut beroperasi banyak alat penangkap
ikan. Umumnya ikan hiu paus terperangkap jaring nelayan karena ikan hiu paus tersebut sedang
mengejar ikan-ikan kecil yang menjadi makanannya.
1.3 Rumusan Masalah
A. Distribusi Ikan Hiu Paus?
B. Daerah Distribusi Ikan Hiu Paus di Indonesia?
C. Sistem Klasifikasi Ikan Hiu Paus?
D. Morfologi Ikan Hiu Paus?
E. Anatomi Ikan Hiu Paus?
F. Sistem pencernaan Hiu Paus?
G. Reproduksi Ikan Hiu Paus?
1.4 Tujuan Penulisan
A. Mengetahui Bagaimana Distribusi Ikan Hiu Paus
B. Mengetahui Bagaimana Daerah Distribusi Ikan Hiu Paus di Indonesia
C. Mengetahui Bagaimana Sistem Klasifikasi Ikan Hiu Paus
D. Mengetahui Bagaimana Morfologi Ikan Hiu Paus
E. Mengetahui Bagaimana Anatomi Ikan Hiu Paus
F. Mengetahui Bagaimana Sistem pencernaan Ikan Hiu Paus
G. Mengetahui Bagaimana Reproduksi Ikan Hiu Paus
3
BAB II
PEMBAHASAN
a)
Distribusi Ikan
Dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh Ana Sequeira tentang hiu paus atau whale
shark (Rhincodon typus) tak hanya berhasil menyimpulkan konektivitas global dan memetakan
kemungkinan jalur migrasi ikan terbesar di dunia ini, namun juga melangkah lebih jauh dan
berhasil melakukan pemodelan habitat yang cocok untuk spesies ini di skala global. Dalam
tulisan ini, Ana dan timnya memperluas prediksinya terkait apa yang akan terjadi dengan spesies
ini di tahun 2070 saat suhu perairan diperkirakan meningkat sekitar 2 derajat Celcius.
Dalam penelitian yang sudah dimuat di jurnal Global Change Biology ini, tim peneliti
mengumpulkan catatan penampakan hiu paus sebanyak 4.336 kali, dengan rentang 31 tahun
untuk Samudera Atlantik, 17 tahun untuk Samudera Hindia dan 11 tahun untuk kawasan barat
Samudera Pasifik.
Tim ini menggunakan berbagai variabel seperti jarak dari pantai, kedalaman rata-rata dan suhu
permukaan laut, yang saling mempengaruhi distribusi penyebaran hiu paus.
Kondisi habitat hiu paus yang diperkirakan berubah di tahun 2070 mendatang.
Ikan hiu paus hidup di bentang geografis antara 35 derajat di Utara hingga ke Selatan.
Kita juga tahu bahwa rentang geografis ini telah terlampaui pada beberapa kesempatan. Apa
yang kita tidak tahu adalah apakah kondisi yang cukup cocok untuk hiu paus untuk menyeberang
dari Samudera Hindia ke Samudera Atlantik – dengan kata lain, apakah mereka bisa bepergian
antara cekungan laut selatan Afrika Selatan. Hasil model global penelitian ini menunjukkan
4
bahwa habitat yang cocok di daerah ini memang ada (setidaknya selama musim panas), sehingga
mendukung hipotesis yang dibangun mengenai konektivitas global.
Secara keseluruhan ditemukan bahwa kecocokan habitat untuk hiu paus secara global memang
cocok dengan tempat-tempat munculnya hiu paus, kecuali di wilayah Pasifik Timur dimana
penelitian ini tidak memiliki data yang cukup lengkap untuk divalidasi.Kawasan yang paling
sesuai untuk hiu paus ini adalah Samudera Atlantik, diikuti dengan Samudera Hindia dan
kawasan barat Samudera Pasifik.
Sebaran habitat hiu paus yang ada saat ini.
Seperti diperkirakan oleh para peneliti, faktor suhu permukaan laut menjadi hal penting
terkait munculnya hiu paus, dan di tahun 2070 diperkirakan akan ada sedikit pergeseran habitat
yang sesuai (seperti juga halnya yang terjadi dengan spesies-spesies lainnya). Penelitian ini juga
memprediksi adanya kontraksi dalam pola habitat yang cocok untuk hiu paus, dengan pergeseran
terbesar terjadi di kawasan khatulistiwa yang hangat di Samudera Atlantik dan Samudera Hindia.
Akibatnya habitat-habitat ini bisa menyempit dan bahkan hilang di beberapa wilayah.
Dengan bukti yang saat ini tersedia untuk konektivitas global dan dikuatkan oleh peta
kesesuaian habitat global, hasil penelitian ini sangat menyarankan bahwa pendekatan saat ini
untuk pengelolaan hiu paus harus direvisi, karena saat ini kondisinya justru terlalu banyak fokus
pada kondisi hiu paus dalam konteks lokal, dan hanya sedikit upaya untuk jangkauan yang lebih
luas (regional). Orang sejauh ini benar-benar mengabaikan potensi dampak perubahan iklim
terhadap spesies ini. Kita harus bertindak hati-hati atau risiko kehilangan spesies ikan terbesar di
dunia. Hiu paus saat ini dikategorikan sebagai satwa yang ‘Rentan’ dalam Daftar Merah IUCN.
Ancaman utama yang dialami oleh hiu paus diantaranya adalah tabrakan dengan kapal,
5
perburuan ilegal, terjebak dalam jaring nelayan, wisata laut yang tidak tertata dengan baik, dan
tentu saja, perubahan iklim.
b)
Distribusi Ikan Hiu Paus di Indonesia
Hiu Paus menghuni semua lautan tropika dan ugahari yang bersuhu hangat. Ikan ini
diketahui beruaya setiap musim semi ke wilayah paparan benua di pesisir Australia barat, di
perairan bawah dekat Papua. Meskipun biasanya hidup menjelajah di tengah samudera luas,
secara musiman terlihat adanya kelompok-kelompok geger lintang yang mencari makanan di
sekitar pesisir benua, seperti di Australia barat itu; di Afrika Selatan (pantai selatan dan timur);
Belize; Filipina; India; Indonesia; Honduras; Madagaskar; Meksiko; Mozambik; Tanzania; serta
Zanzibar. Tidak jarang ikan-ikan ini terlihat memasuki laguna atau atol, atau
mendekati estuaria (muara sungai). Bahkan akhir-akhir ini hiu paus terdeteksi di teluk
cendrawasih, Papua. Serta di sungai piyuh, Pontianak, Kalimantan Barat. Ikan hiu paus berasal
dari daerah Afrika bagian timur seperti di bawah sungai Nil, Danau Tangayika, Nigeria yang
pada awal perkembangan ikan hiu paus masih digolongkan dalam kelompok Tilapia. Dalam
perkembangannya para taksonom menggolongkan ikan ini ke jenis Sarathrodon Niloticus atau
kelompok Tilapia yang yang mengerami telur dalam ikan betina yang disebut Mouth
Breeder. Nama ikan hiu paus diambil dari tempat asalnya yaitu sungai Nil (Satyani, 2001).
Ikan hiu paus banyak hidup di dareah sungai dan danau. Ikan hiu paus sangat cocok
dengan dipelihara pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan hiu paus merupakan
ikan tropis yang hidup pada perairan hangat yang berasal dari benua Afrika dan memiliki sifat
cepat tumbuh dan berkembang biak pada umur masih muda, sekitar 3.6 bulan (khoironi, 1996).
Ikan hiu paus akan mampu bertahan hidup pada air dengan salinitas 50 g/l dan tumbuh
baik pada air dengan salinitas 18ppt. sedangkan ikan hiu paus dengan jenis Tilapia
Aurea dan Tilapia Nilotica akan berkembang biak dan tumbuh baik pada salinitas perairan
berkisar 10-20 g/l (Boya, 1990).
c)
Klasifikasi Ikan Hiu Paus
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Chondrichthyes
Upakelas: Elasmobranchii
Ordo:
Orectolobiformes
6
Famili:
Rhincodontidae
(Müller dan Henle, 1839)
Genus:
Rhincodon
Smith, 1829
Spesies:
R. typus
d)
Morfologi Ikan Hiu Paus
Cucut geger lintang merupakan hewan terbesar yang masih hidup di dunia, di luar paus.
Ukuran rata-rata hewan dewasa diperkirakan sekitar 9,7 m (31.82 kaki) dan seberat 9 ton[3].
Spesimen terbesar yang dapat diverifikasi, adalah yang tertangkap pada 11 November 1947,
di Karachi, Pakistan. Panjangnya sekitar 12,65 m (41.50 kaki) dan beratnya lebih dari 21,5 ton,
sementara lingkar badannya sekitar 7 m (23.0 kaki).[3]. Bukan jarang kisah-kisah mengenai geger
lintang yang berukuran jauh lebih besar – dengan panjang hingga 18 m (59 kaki) dan berat
hingga 45,5 ton – namun sejauh ini tidak ada bukti-buktinya secara ilmiah.
Sebagai pemakan plankton, yang memperoleh mangsanya dengan menyaring air laut, hiu
paus memiliki mulut yang berukuran besar, hingga selebar 1,5 m (4.9 kaki) yang berisikan 10
lembaran penyaring dan sekitar 300 hingga 350 deret gigi kecil-kecil[4]. Ikan ini juga memiliki
lima pasang insang berukuran besar. Dua mata yang kecil terletak di ujung depan kepalanya
yang datar dan lebar. Warna tubuhnya umumnya keabu-abuan dengan perut putih; tiga gigir
memanjang terdapat di masing-masing sisi tubuhnya, serta lukisan bintik-bintik dan garis kuning
keputih-putihan yang membentuk pola kotak-kotak. Pola bintik-bintik – yang mengesankan
sebagai taburan bintang – itu bersifat khas untuk masing-masing individu, dan acap digunakan
dalam perhitungan populasi. Kulitnya hingga setebal 10 sentimeter (3.9 in). Sirip punggung dan
sirip dada masing-masing sepasang. Pada hewan muda, sirip ekornya lebih panjang yang sebelah
atas; sementara pada hewan dewasa sirip ini lebih berbentuk seperti bulan sabit.
e)
Anatomi Ikan Hiu Paus
Hiu paus berukuran panjang hingga 14 meter dengan berat mencapai 15 ton. Ukuran
rata-rata adalah 7,5 meter. Seperti kebanyakan hiu, ikan hiu paus betina lebih besar dari hiu paus
jantan. Hiu paus memiliki mulut besar yang lebarnya bisa sampai 1,4 meter. Mulutnya berada di
ujung moncongnya, bukan pada bagian bawah kepala seperti ikan hiu pada umumnya. Ia
memiliki kepala, lebar datar, moncong bulat, mata kecil, 5 celah insang yang sangat besar, 2 sirip
punggung, dan 2 sirip dada (di sisi-sisinya). Hiu paus memiliki 3.000 gigi yang sangat kecil
7
tetapi jarang digunakan. Hiu paus merupakan penyaring makanan (filter feeder) menggunakan
insangnya yang besar.
Ekornya memiliki sirip bagian atas jauh lebih besar daripada sirip sirip bagian bawah.
Hiu paus memiliki warna tubuh dengan corak khas yaitu berbintik dan bergaris kuning muda
dengan pola acak pada kulitnya yang berwarna abu-abu tua. Kulitnya sangat tebal mencapai 10
cm.
f)
Sistem Pencernaan Hiu Paus
Cucut geger lintang merupakan salah satu dari tiga spesies cucut, yang diketahui makan
dengan cara menyaring air laut. Makanannya di antaranya yalah plankton, krill, larva kepiting
pantai, makro alga, serta hewan-hewan kecil nektonik seperti cumi-cumi atau vertebratakecil.
Geger lintang juga diketahui memangsa ikan-ikan kecil serta hamburan jutaan telur dan sperma
ikan yang melayang-layang di air laut semasa musim memijah gerombolan ikan. Cucut raksasa
ini makan secara pasif dengan cara membuka mulutnya lebar-lebar sambil berenang pelahanlahan, membiarkan air laut masuk secara leluasa dan keluar di belakang rongga mulut melalui
celah insang, sementara makanannya tersaring oleh lembar-lembar penyaring di mulutnya.
Adakalanya pula, geger lintang makan secara aktif dengan membuka dan menutup mulutnya,
sehingga air laut terhisap masuk rongga mulut dan kemudian tertekan keluar melalui celah
insang. Pada kedua cara itu, air akan menembus lembaran filter – yang agaknya merupakan
modifikasi dari sisir saring insang – secara hampir sejajar dengan lembar-lembar itu, dan bukan
dengan arah tegak lurus terhadapnya; sementara aliran makanan yang lebih pekat terus berjalan
ke kerongkongan ikan. Deretan gigi-gigi kecil di mulut ikan ini agaknya tidak berperan dalam
proses makan. Sesekali, geger lintang terlihat ‘batuk’ dalam air; boleh jadi ini mekanisme untuk
membersihkan lembaran filter dari kotoran yang menyumbatnya. Hiu ini diketahui bermigrasi
dalam jarak jauh untuk mendapatkan makanannya, dan mungkin juga untuk berbiak. Kemudian
makanan masuk ke farink terdapat celah insang dan spirakel. Ikan hiu paus memiliki
kerongkongan yang pendek dan lebar hampir tidak terlihat dari lambung. Lambung, Merupakan
tempat pancernaan secara kimia dan mekanik. Usus memiliki klep spiral yang berfungsi
memperluas bidang penyerapan dan memperrpanjang proses digesti. Rectum, dari usus makanan
kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari kloaka sisa sisa makanan nantinya disalurkan
keluar tubuh. Selain berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi
sebagai tempat pengeluaran kencing dan sebagai saluran reproduksi
8
g)
Reproduksi Ikan Hiu Paus
Usia reproduksi ikan hiu paus terjadi pada usia sekitar 25 tahun, secara global
populasinya tidak banyak dan sangat rentan mengalami ancaman kepunahan. Hiu paus betina
siap kawin saat berumur 30 tahun. Ikan ini berkembang biak dengan cara beranak (vivivar). Hiu
melahirkan banyak anak dalam sekali masa kehamilan. Bayi hiu paus lahir dengan panjang
sekitar 60 cm. Diperkirakan hewan ini dapat hidup di laut antara 100 sampai 150 tahun.
9
BAB III
KESIMPULAN
Ikan hiu paus merupakan ikan purba yang masih hidup hingga saat ini. Maka dari itu kita
harus menjaga populasi dari ikan hiu paus tersebut, agar dapat menjaga keanekaragaman bahari
yang kita miliki. Terlebih lagi ikan hiu paus hanya dapat bereproduksi selama rentang waktu 2530 tahun sekali.
10
DAFTAR PUSTAKA
Mongabay, (2013), sebaran ikan hiu paus: [online]. Tersedia di:
http://www.mongabay.co.id/2013/08/28/penelitian-para-pakar-berhasil-petakan-sebaran-hiupaus-di-dunia/
News, Antara, (2013) ikan hiu paus terdeteksi di kalbar: [online]. Tersedia di:
http://www.antaranews.com/berita/376164/hiu-paus-terdeteksi-di-perairan-kalbar
Olvista, (2012) hiu paus: [online]. Tersedia di: http://olvista.com/fauna/hiu-paus-raksasa-lautyang-ramah/
Wikipedia, (2012) hiu paus: [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Hiu_paus
Sella, (2013) tentang hiu paus: [online]. Tersedia di: http://sellaroro.blogspot.com
11
Download