PERT EMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu paling tua Zodiac of Denderah Merupakan sebuah peta langit yang melukiskan 12 rasi zodiak. Ditemukan di dalam kuil Hathor pada masa kebudayaan Mesir kuno. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB SIFAT BINTANG Bintang :Reaktor fusi di angkasa-Bola gas Matahari terlihat sebagai sebuah bola gas yang berpijar. Dalam sistem tata surya, ukuran matahari jauh lebih besar daripada planetplanet yang mengelilinginya. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB SIFAT BINTANG Keberadaan bintang di langit berawal dan berakhir Tidak semua bintang di langit muncul bersamaan. Semua bintang memiliki riwayat hidup, yang berarti ada kelahiran dan kematian. Pada gambar medan bintang di samping, terlihat bintang-bintang dari berbagai usia. Beberapa diantaranya ada yang baru lahir dan ada yang hampir habis masa hidupnya. Tapi kita tidak dapat melihat perubahannya secara langsung karena membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang daripada skala hidup manusia. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB PENGUKURAN BINTANG MENGGUNAKAN TELESKOP DAN SATELIT Radiasi Elektromagnetik Setiap hari kita hidup dengan dihujani oleh cahaya. Cahaya merupakan sebagian kecil radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh bintang. Sebuah bintang memancarkan energinya pada seluruh panjang gelombang. Karena letak bintang yang sangat jauh dan tak terjangkau, maka astronom hanya bermodalkan hujan radiasi elektromagnetik tersebut berupaya menguak misteri langit. Pengukuran foton: Panjang gelombang, Intensitas dan Arah Variasi 3 parameter di atas SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB Grafik perubahan intensitas cahaya asteroid 201 Penelope (atas). Pemetaan arah bintang pada bola langit (bawah). Spektrum dari 7 bintang dengan kelas spektrum yang berbeda, yaitu O, B, A, F, G, K, dan M SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB TELESKOP Disain Optik Pembias (menggunakan lensa) Pemantul (menggunakan cermin) Jenis Pengamatan Astrometri (posisi) Fotometri (intensitas) Spektroskopi (warna) SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB TELESKOP Kepekaan Terhadap Cahaya Dualisme Cahaya : Gelombang (radio – ultraviolet) Partikel (extreme ultraviolet – sinar gamma) SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB TELESKOP Posisi Landas Bumi Landas angkasa Pengamatan Astronomi dilakukan pada seluruh panjang gelombang. Pada beberapa panjang gelombang tertentu atmosfer bumi bersifat kedap. Pada daerah panjang gelombang tersebut, pengamatan harus SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB dilakukan dari luar atmosfer Bumi. Distribusi energi menurut panjang gelombang untuk pancaran benda hitam dengan berbagai temperatur (Spektrum Benda Hitam) Intensitas Spesifik [B(T)] UV Kasatmata Inframerah 8 000 K Intensitas spesifik benda hitam sebagai fungsi panjang gelombang 7 000 K 6 000 K 5 000 K 4 000 K 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 (m) 1,75 2,00 Makin tinggi temperatur benda hitam, makin tinggi pula intensitas spesifiknya dan jumlah energi terbesar dipancarkan pada pendek Suryadi Siregar, Astronomi-FMIPA-ITB Panjang gelombang maksimum bagi pancaran benda hitam, yaitu pada harga yang maksimum (maks) dapat diperoleh dari syarat maksimum, yaitu, d B(T) d =0 . . . . . . . . . . . . . . . (2-17) Intensitas Spesifik [B(T)] Garis Singgung 0,00 0,50 λmaks 1,00 1,50 1,75 2,00 (m) Suryadi Siregar, Astronomi-FMIPA-ITB Dari pers. (2-15) : B (T) = dan pers. (2-17) : diperoleh, d B(T) d hc kT 2 h c2 1 5 e hc/kT - 1 =0 = 4,965 Buktikan ! Apabila kita masukan harga h, k dan c, maka pers. Menjadi. Ingat T dalam Kelvin dan dalam cm T=0,2988 Suryadi Siregar, Astronomi-FMIPA-ITB MATAHARI Matahari Adalah Bintang Terdekat Dari bumi Struktur Pusat bintang Zona Konveksi (Convection Zone) Fotosfer Kromosfere Korona SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB MATAHARI Interaksi Dengan Lingkungan Sekitar Aliran partikel bermuatan Salah satu bukti interaksi Matahari dengan lingkungan sekitarnya dapat dilihat pada aktifitas partikel bermuatan yang dipancarkan Matahari terhadap magnetosfer bumi dalam bentuk aurora. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB Solar Wind Flows out from the corona Continuously, in all directions Impacts Earth’s magnetic field Earth’s magnetosphere R Y AEndo, DI SIREG A R , A S T Science R O N O M I - F M Inc. IPA-ITB Image credit:S UK. Nikkei SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB ENERGI MATAHARI Sumber Energi Matahari Semua berawal dari hidrogen Reaksi Fusi 3 langkah pembakaran hidrogen 1) P + P D + e+ + neutrino + energi 2) D + P 3He + foton + energi 3) 3He + 3He 4He + 2protons + foton + energi Perkiraan Lama Hidup 11 milyar tahun SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB KERAGAMAN JENIS BINTANG Perbedaan Tampak Warna Kecerlangan (magnitudo) Jarak Kecerlangan mutlak (magnitudo absolut) Output energi luminositas Kecerlangan tampak (magnitudo semu) Skala magnitudo: bintang yang redup magnitudonya lebih besar dari bintang yang terang. Magnitudo 0 bintang Alpha Lyrae Perilaku Massa total umur SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB SKALA JARAK DALAM ASTRONOMI Satuan Tahun cahaya Metode Pengukuran Triangulasi Bintang variabel Cepheid SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB Kecepatan tangensial, kecepatan radial dan kecepatan ruang dihitung dari formula: Vt 4 , 74 r km / s , Vr c V Vt 2 Vr2 gerak diri r jarak bintang panjang gelombang acuan o SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB DIAGRAM HERTZSPRUNG-RUSSEL Pengelompokan Bintang Bintang deret utama Raksasa merah Katai putih SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB FLUKS(F) , LUMINOSITAS(L) DAN MAGNITUDO(M) L L L 4 R T F 4 r 2 F1 m1 m2 2,5log F2 2 4 F R _____ r ____ M AG N I T U D O S E M U ( m ) = M AG N I T U D O YA N G K I T A A M AT I D I B U M I MAGNITUDO ABSOLUT(M)=MAGNITUDO SEMU B I N TA N G B I L A J A R A K N YA 10 PA R S E K m M 5 5log r SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB KELAHIRAN BINTANG Hipotesis Nebula Laplace (a) nebula yang berotasi perlahan (b) piringan dengan gumpalan masif di tengahnya (c) planet yang dalam proses kelahiran terlihat berupa gumpalan materi, dan (d) tata surya yang terbentuk. SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB DERET UTAMA DAN KEMATIAN BINTANG Bintang Bermassa Lebih Kecil Dari Matahari Katai coklat Bercahaya selama 100 milyar tahun Tanpa perubahan ukuran, temperatur, dan output energi SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB DERET UTAMA DAN KEMATIAN BINTANG Bintang bermassa sama dengan Matahari 1. Pembakaran hidrogen berlangsung lebih cepat Bergeser dari deret utama 2. Pembakaran Helium 3. Raksasa merah 4. Keruntuhan pusat dimulai 5. Katai putih Hubungan massa-luminositas Log M = 0,1 (4,6-Mb ) bila 0 < Mb < 7,5 Log M = 0,145 (5,2 - Mb ) bila 7,5 < Mb < 11 Dalam hal ini M [ massa Matahari], Mb magnitudo absolut bolometrik SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB DERET UTAMA DAN KEMATIAN BINTANG Bintang Bermassa Lebih Besar Dari Matahari Keruntuhan dan pembakaran beruntun Pusat besi Keruntuhan katastropik supernova Animasi SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB BINTANG NEUTRON DAN PULSAR Bintang Neutron Berkerapatan tinggi dan berukuran kecil Berotasi sangat cepat Hampir tak bercahaya Pulsar Bintang neutron dengan kondisi khusus Radiasi elektromagnetik Tahap akhir supernova SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB LUBANG HITAM Sisa keruntuhan bintang yang sangat besar “Penjara gravitasi”. Terjadi bila massa awal cukup besar Tak bercahaya, dikenal lewat sifat-sifat dinamis bintang disekitarnya Pengaruh keberadaannya terhadap bintang lain Terdeteksi pada sinar-X dan sinar gamma SURYADI SIREGAR, ASTRONOMI-FMIPA-ITB