1 PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN HASIL BELAJAR

advertisement
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MALANG BERDASARKAN
JENDER DENGAN PENERAPAN STRATEGI JIGSAW
Agung Pambudiono, Siti Zubaidah, dan Susriyati Mahanal
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
ABSTRACT: Student diversity issue in school is one of the subjects in
educational research. Boys and girls are different in some ways. The objective of
this research was to determine differences in thinking skill and student
achievement based on gender by implementation of Jigsaw strategy. This
research used quasy experiment of pre test-post test nonequivalent group design.
The research populations were all of X Grade in 7th Public Senior High School of
Malang. Sample used was class X.3 consisting of 16 male and 22 female
students. Thinking skill and student achievement had been measured by essay
test. Data had been collected by pre test and post test. These data was then
analyzed with Anacova technique. The results showed that there was no
difference in student thinking skill, but there was a difference in student
achievement in Biology of the X Grade in 7th Public Senior High School of
Malang based on gender by implementation of Jigsaw strategy.
Key words: thinking skill, student achievement, gender, jigsaw
Salah satu topik yang menjadi pokok bahasan dan penelitian dalam dunia
pendidikan adalah masalah kemajemukan siswa di sekolah. Perbedaan-perbedaan
pada diri siswa harus diakui dalam dunia pendidikan, terutama selama proses
pembelajaran. Perbedaan yang cukup tampak terutama di sekolah umum adalah
perbedaan jender. Beberapa penelitian telah mengungkap pengaruh berbedaan
jender terhadap berbagai kemampuan siswa. Mahanal (2011) mengungkapkan
bahwa ada pengaruh jender terhadap keterampilan metakognisi dan kemampuan
berpikir kritis siswa SMA di kota Malang. Soraya (2010) juga melaporkan bahwa
strategi pembelajaran, jenis kelamin, dan interaksi antara strategi pembelajaran
dan jenis kelamin siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SD di kota
Malang.
Perbedaan jender merupakan satu dari berbagai macam perbedaan yang
ada di dalam kelas. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
beberapa hal. Elliott (2000) telah mengungkapkan beberapa perbedaan siswa
ditinjau dari perbedaan jender. Perbedaan yang tampak jelas adalah perbedaan
secara fisik. Anak laki-laki biasanya memiliki fisik yang lebih besar dan kuat
meskipun hampir semua anak perempuan matang lebih cepat daripada anak lakilaki. Anak laki-laki juga dinyatakan lebih unggul dalam hal keterampilan spasial
daripada anak perempuan. Meskipun demikian, anak laki-laki sering mengalami
masalah dalam hal berbahasa, sehingga anak perempuan dinyatakan lebih unggul
dalam hal kemampuan verbal. Perbedaan jender ini tampaknya juga berpengaruh
pada besarnya motivasi siswa untuk berprestasi. Hal tersebut karena adanya
anggapan bahwa anak laki-laki lebih unggul dalam bidang sains dan matematika,
sedangkan anak perempuan akan lebih unggul pada tugas-tugas yang lebih
feminim seperti seni dan musik. Perbedaan berikutnya yaitu tingkat
agresivitasnya, anak laki-laki cenderung akan lebih agresif daripada akan
perempuan.
1
2
Perbedaan-perbedaan ditinjau dari perbedaan gender tersebut tampaknya
berkaitan dengan kemampuan berpikir dan pencapaian hasil belajar siswa. Terkait
dengan perbedaan gender, proses berpikir dan kemampuan berpikir antara lakilaki dan perempuan diperkirakan memiliki perbedaan. Beberapa kajian telah
menjelaskan terkait perbedaan tersebut. Dengan demikian, pengembangan
kemampuan berpikir siswa di sekolah perlu memperhatikan aspek perbedaan
jender. Hal tersebut dilakukan karena mengembangkan kemampuan berpikir siswa
di sekolah merupakan hal yang penting. Kemampuan berpikir yang baik
diperlukan oleh siswa seumur hidup, terutama untuk memecahkan persoalan.
Kemampuan berpikir juga berkaitan dengan keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Beberapa kajian atau telaah mengungkapkan adanya hubungan bahkan
pengaruh antara kemampuan penalaran formal dan prestasi belajar biologi siswa,
termasuk keterampilan laboratorium dan keterampilan berpikir kritis (Corebima,
2005). Tanpa penekanan terhadap kemampuan berpikir, pemahaman yang
mendalam akan isi pembelajaran tampaknya akan sulit dilakukan (Eggen, 1996).
Salah satu ranah dari hasil belajar adalah ranah kognitif. Hasil belajar kognitif
siswa berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah (Suprijono, 2011). Hasil belajar tersebut
sangat penting bagi siswa karena sebagai tolok ukur langsung yang sering dipakai
oleh guru untuk mengetahui pemahaman siswanya mengenai materi yang telah
diberikan.
Mengajarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi juga merupakan salah
salah satu tujuan pendidikan. Namun demikian, di beberapa sekolah setingkat
SMA di kota Malang kemampuan tersebut tampaknya belum sepenuhnya
diberdayakan. Hal tersebut tampak dari kegiatan belajar siswa. Siswa cederung
kurang terlibat aktif dalam pembelajaran yang melibatkan kemampuan berpikir.
Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru. Pembelajaran
kontruktivistik seperti inquiri dan kooperatif juga masih kurang diterapkan. Soal
ujian atau ulangan harian yang digunakan juga masih terbatas di tingkat kognitif
rendah dengan bentuk soal berupa pilihan ganda. Kondisi tersebut menyebabkan
pencapaian hasil belajar yang masih rendah terutama hasil belajar kognitif.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat diajukan adalah
dengan mencoba menerapkan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw. Selain
cukup mudah diterapkan, strategi pembelajaran kooperatif tersebut diyakini
berpotensi memberdayakan keterampilan berpikir. Strategi pembelajaran
kooperatif Jigsaw melibatkan semua siswa untuk aktif belajar dan
mengakomodasi segala perbedaan yang ada di kelas, termasuk perbedaan jender.
Keterlibatan aktif semua siswa dalam belajar dan meningkatnya kemampuan
berpikir siswa diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah
Pre test Pos test Nonequivalent Group Desain. Rancangan penelitian disajikan
pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Rancangan Eksperimen Pre testt-Pos testt Nonequivalent Group Desain
Kelompok
Siswa laki-laki
Siswa perempuan
Pre test
O1
O3
Perlakuan
X
X
Post test
O2
O4
Keterangan : O1 = Skor pre test siswa laki-laki, O2 = Skor pos test siswa laki-laki, O3 = Skor pre
test siswa perempuan, O4 = Skor pos test kelas perempuan, X = Strategi pembelajaran Jigsaw
(Tuckman, 1978)
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Malang. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas X dari kelas X.1 hingga kelas X.10 pada
semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan sampelnya adalah kelas X.3
dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki
dan 22 orang siswa perempuan. Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan
dengan teknik random sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan meliputi
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),
dan Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran yang telah disusun.
Instrumen berikutnya merupakan instrumen pengukuran yaitu soal tes. Soal tes ini
digunakan untuk mengukur variabel terikat berupa kemampuan berpikir dan hasil
belajar kognitif. Kemampuan berpikir diukur terintegrasi dengan soal tes essay
yang sekaligus digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Soal yang
digunakan sebanyak 17 butir. Kemampuan kognitif yang diukur melalui tes ini
adalah dimensi Taxonomy Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan
Krathwohl yaitu pada level kognitif C2 hingga C4. Soal tes yang digunakan
tersebut telah memenuhi uji validitas dan uji reliabilitas.
Pengukuran kemampuan berpikir dilakukan dengan mengacu pada rumus
yang dikembangkan oleh Corebima (2005). Penilaian hasil tes dilakukan dengan
menggunakan rubrik dan tanpa rubrik kemudian diolah dengan menggunakan
rumus
dengan Y1 adalah penilaian hasil tes dengan rubrik, Y2 adalah
penilaian hasil tes tanpa memakai rubrik, dan X adalah kemampuan berpikir.
Berbeda dengan kemampuan berpikir, penilaian hasil belajar kognitif pada
penelitian ini dilakukan tanpa menggunakan rubrik.
Data hasil penelitian ini berupa nilai kemampuan berpikir dan hasil belajar
kognitif siswa. Analisis diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian
(Anakova) dengan dibantu Software SPSS for Windows dan dilakukan pada taraf
signifikan 5%. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p < 0,05 yang berarti hipotesis nol ditolak, dan hipotesis penelitian
diterima), maka proses analisis dilanjutkan dengan uji beda BNT.
HASIL PENELITIAN
Hasil uji keterlaksanaan sintaks dengan menggunakan lembar observer
telah menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung sesuai langkahlangkah pembelajaran Jigsaw. Selain itu, hasil analisis regresi untuk menguji
keterlaksanaan sintaks menunjukkan nilai tingkat paralel data sebesar 0,373
sedangkan tingkat koinsidensi data sebesar 0,000. Nilai tingkat paralel data
4
tersebut menunjukkan signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sedangkan nilai
tingkat koinsiden data menunjukkan signifikansi yang kurang dari 0,05. Hasil
tersebut sudah menunjukkan bahwa sintaks pembelajaran telah dilaksanakan
secara konsisten. Diagram hasil uji konsistensi keterlaksanaan sintaks Jigsaw
ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Konsistensi Keterlaksanaan Sintaks Jigsaw
Rerata nilai pre test kemampuan berpikir pada siswa laki-laki sebesar
17,94 sedangkan rerata nilai post test sebesar 45,06. Rerata nilai pre test
kemampuan berpikir untuk siswa perempuan sebesar 22,64 sedangkan rerata nilai
post test sebesar 53,64. Kemampuan berpikir kedua kelompok siswa baik laki-laki
maupun perempuan sama-sama mengalami peningkatan. Rerata kemampuan
berpikir pada siswa laki-laki mengalami peningkatan sebesar 27,12 atau 151,16%
sedangkan untuk kelompok siswa perempuan mengalami peningkatan sebesar
30,77 atau 135,92%. Rerata nilai pre test dan post test kemampuan berpikir
disajikan pada Tabel 2.
Rerata nilai pre test hasil belajar pada siswa laki-laki sebesar 17,72
sedangkan rerata nilai post test sebesar 52,20. Rerata nilai pre test hasil belajar
untuk siswa perempuan sebesar 17,87 sedangkan rerata nilai post test sebesar
59,03. Rerata nilai hasil belajar kedua kelompok siswa baik laki-laki maupun
perempuan sama-sama mengalami peningkatan. Rerata hasil belajar pada siswa
laki-laki mengalami peningkatan sebesar 34,48 atau 194,60% sedangkan untuk
kelompok siswa perempuan mengalami peningkatan sebesar 41,16 atau 230,31%.
Rerata nilai pre test dan post test hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 3.
Ringkasan Anakova hasil perhitungan data kemampuan berpikir
ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel ringkasan Anakova tersebut dapat
dilihat bahwa nilai signifikansi jender sebesar 0,078 yang lebih besar dari alpha
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis
penelitian ditolak, artinya tidak ada perbedaan kemampuan berpikir siswa kelas X
SMA Negeri 7 Malang berdasarkan jender dengan penerapan strategi Jigsaw.
Rerata nilai terkoreksi kemampuan berpikir terdapat pada Tabel 5. Pada Tabel 5
tersebut terlihat bahwa kelompok laki-laki dan perempuan memperoleh nilai
terkoreksi kemampuan berpikir yang berbeda. Rerata nilai terkoreksi kemampuan
berpikir pada siswa laki-laki sebesar 46,83 sedangkan kelompok siswa perempuan
5
memperoleh rerata nilai terkoreksi kemampuan berpikir sebesar 52,12. Dengan
demikian, kemampuan berpikir pada kelompok siswa perempuan 11,29% lebih
tinggi dari siswa laki-laki.
Tabel 2. Rerata Nilai Pre test dan Post test Kemampuan Berpikir
Rerata
No.
Jender
Pre test
Post test
Peningkatan (%)
1
Laki-laki
17,94
45,06
151,16
2
Perempuan
22,64
53,41
135,92
Tabel 3. Rerata Nilai Pre test dan Post test Hasil Belajar
Rerata
No.
Jender
Pre test
Post test
Peningkatan (%)
1
Laki-laki
17,72
52,20
194,60
2
Perempuan
17,87
59,03
230,31
Tabel 4. Ringkasan Anakova Hasil Perhitungan Data Kemampuan Berpikir dari Hasil Pre
test dan Post test
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
2150,667(a)
2
1075,334
14,470
,000
Intercept
9048,556
1
9048,556
121,758
,000
XKPIKIR
1505,397
1
1505,397
20,257
,000
JENDER
244,459
1
244,459
3,289
,078
Error
2601,055
35
74,316
Total
99337,176
38
Corrected Total
4751,722
37
Tabel 5. Rerata Nilai Kemampuan Berpikir Terkoreksi
Kemampuan
Kemampuan
Jender
Berpikir Awal
Berpikir Akhir
1=Laki-laki
17,94
45,06
2=Perempuan
22,64
53,41
Selisih
Koreksi
27,12
46,83
30,77
52,12
Ringkasan hasil perhitungan data hasil belajar ditunjukkan pada Tabel 6.
Berdasarkan ringkasan Anakova pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi jender sebesar 0,038 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima,
artinya ada perbedaan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang
berdasarkan jender dengan penerapan strategi Jigsaw. Rerata nilai terkoreksi hasil
belajar terdapat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 tersebut terlihat bahwa kelompok lakilaki dan perempuan memperoleh nilai terkoreksi hasil belajar yang berbeda.
Rerata nilai terkoreksi hasil belajar pada siswa laki-laki sebesar 52,27 sedangkan
kelompok siswa perempuan sebesar 58,98. Dengan demikian, hasil belajar pada
kelompok siswa perempuan 12,83% lebih tinggi dari siswa laki-laki.
6
Tabel 6. Ringkasan Anakova Hasil Perhitungan Data Hasil Belajar dari Hasil Pre test dan
Post test
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
2179,837(a)
2
1089,918
12,145
,000
Intercept
12133,752
1
12133,752
135,206
,000
XHB
1748,066
1
1748,066
19,479
,000
JENDER
416,653
1
416,653
4,643
,038
Error
3140,986
35
89,742
Total
125139,309
38
Corrected Total
5320,823
37
Tabel 7. Rerata Nilai Hasil Belajar Terkoreksi
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Jender
Awal
Akhir
1=Laki-laki
17,72
52,20
2=Perempuan
17,87
59,03
Selisih
Koreksi
34,48
41,16
52,27
58,98
PEMBAHASAN
Perbedaan Kemampuan Berpikir Siswa Berdasarkan Jender dengan
Penerapan Strategi Jigsaw
Hasil analisis data pengaruh jender terhadap kemampuan berpikir
menggunakan uji Anakova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan
berpikir siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang berdasarkan jender dengan
penerapan strategi pembelajaran Jigsaw. Hasil tersebut memberikan makna bahwa
tidak ada perbedaan secara signifikan dalam aspek kemampuan berpikir pada
siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hasil temuan ini sesuai yang diungkapkan
oleh Heong dkk. (2011) bahwa jender, prestasi akademik, dan status sosial
ekonomi tidak mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Sejalan hasil tersebut,
Reese dkk. (2009) juga melaporkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan berpikir divergen.
Kemampuan berpikir yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan
dapat disebabkan oleh karakter strategi pembelajaran kooperatif yang diterapkan.
Salah satu ciri khas pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah heterogenitas dalam
kelompok, termasuk dalam hal jender. Selama penerapan strategi pembelajaran
kooperatif Jigsaw, semua siswa baik laki-laki atau perempuan dikondisikan untuk
saling bekerja sama untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Eggen &
Kauchak (1996) mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif maka
setiap individu akan mendapatkan kesempatan sama untuk sukses.
Selama pembelajaran Jigsaw setiap siswa dituntut untuk berpikir secara
mandiri dan berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada lembar
siswa bersama kelompok ahlinya. Semua siswa baik laki-laki maupun perempuan
akan lebih aktif menemukan penyelesaian dari semua masalah-masalah yang
menjadi tanggungjawabnya sehingga kemampuan berpikirnya akan berkembang.
Siswa juga memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusinya pada
kelompok asal. Dengan demikian, siswa akan memikirkan rencana atau strategi
untuk memahamkan materi yang menjadi bagiannya pada rekan-rekannya di
kelompok asal. Aktivitas belajar tersebut akan mendorong para siswa menjadi
7
pebelajar mandiri. Menurut Corebima (2006) jelas terlihat bahwa pada self
regulated learning para pebelajar dikondisikan terus menerus berpikir dan
berpikir.
Temuan penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian serupa yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Mahanal (2011) melaporkan bahwa jender
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA di Kota Malang.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kelompok siswa perempuan menunjukkan
kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dibanding kelompok siswa laki-laki.
Sejalan dengan hasil tersebut Walsh & Hardy (1999) juga melaporkan bahwa
mahasiswa perempuan memperoleh skor yang lebih tinggi pada semua aspek
berpikir kritis daripada mahasiswa laki-laki. Beberapa hasil penelitian tersebut
menunjukkan perempuan lebih unggul dalam kemampuan berpikir. Hal tersebut
dapat dijelaskan karena perempuan lebih unggul dalam hal berbahasa. Beberapa
penelitian telah melaporkan bahwa siswa perempuan lebih unggul dalam
kemampuan verbal (Elliot dkk., 2000; Sasser, 2010). Bahasa dapat dipandang
sebagai alat untuk menyampaikan pikiran seseorang. De Bono (1990) juga
mengungkapkan bahwa bahasa atau sistematika perlambangan verbal adalah alat
penting dalam berpikir, bahkan mungkin yang terpenting, sehingga berpikir kerap
juga dipandang sebagai percakapan batin.
Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Berdasarkan Jender dengan
Penerapan Strategi Jigsaw
Hasil uji Anakova menunjukkan bahwa jender berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jender berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Temuan ini sejalan dengan beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Soraya (2010) melaporkan bahwa
pada tingkat sekolah dasar, siswa laki-laki memiliki hasil belajar kognitif 17, 46%
lebih tinggi daripada siswa perempuan. Hasil lain ditunjukkan Leong & Dindyal
(2007) yang melaporkan bahwa di Singapura, anak perempuan kelas 8
memperoleh hasil belajar kognitif lebih baik dalam bidang Biologi dan Kimia,
tetapi tidak untuk matematika.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa perempuan
memperoleh rata-rata skor terkoreksi hasil belajar 12,83% lebih tinggi dari siswa
laki-laki. Hasil tersebut menunjukkan kemampuan yang berbeda antara siswa lakilaki dan perempuan dalam aspek hasil belajar. Perbedaan hasil yang ditunjukkan
tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan siswa dalam hal berbahasa. Perbedaan
kemampuan tersebut terkait dengan perbedaan struktur bagian otak laki-laki dan
perempuan yang terlibat dalam pemrosesan bahasa. Menurut Zaidi (2010) lakilaki dan perempuan berbeda dalam hal proses belajar dan perkembangan
berbahasa. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa siswa perempuan lebih
unggul dalam kemampuan verbal (Elliot dkk., 2000; Sasser, 2010). Menurut
Shaywitz dkk. (1995) selama tugas fonologi, aktivasi otak pada laki-laki terfokus
pada daerah bagian kiri frontal gyrus, sedangkan pada wanita menunjukkan pola
aktivasi yang melibatkan saraf lebih menyebar di kedua inferior frontal gyrus kiri
dan kanan. Informasi tersebut memberikan bukti adanya variasi pada tingkat
pengolahan bahasa pada laki-laki dan perempuan.
Secara biologis, perbedaan beberapa struktur otak memungkinkan siswa
laki-laki dan siswa perempuan berbeda dalam beberapa hal seperti kemampuan
8
memroses, menanggapi informasi, atau menyimpan informasi jangka panjang.
Sasser (2010) melaporkan daerah sistem limbik pada laki-laki dan perempuan
memiliki struktur yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perempuan
umumnya memiliki hippocampus lebih besar daripada laki-laki, sehingga
berpotensi meningkatkan memori penyimpanan jangka panjang yang lebih baik.
Selain itu, bagian otak lain yang memiliki struktur berbeda antara laki-laki dan
perempuan adalah bagian cerebral cortex yang mengontrol berpikir, pengambilan
keputusan, dan fungsi intelektual. Lebih lanjut Sasser (2010) mengungkapkan
bahwa otak perempuan menerima sekitar 20% lebih banyak aliran darah dan
memiliki koneksi saraf yang lebih banyak. Menurut Witelson dkk. (1995) hal
tersebut memungkinkan perempuan dapat memproses dan menanggapi informasi
yang lebih cepat.
Aktivitas dalam strategi Jigsaw lebih banyak melibatkan siswa dalam
aktivitas verbal. Siswa dituntut untuk menyampaikan materi yang menjadi
tanggungjawabnya pada rekannya di kelompok asal. Selain itu, siswa juga harus
aktif mengajukan pertanyaan selama berdiskusi di kelompok asal untuk
memperoleh pemahaman yang lengkap. Aktivitas menjelaskan dan bertanya
semacam ini memungkinkan siswa perempuan terlibat lebih aktif dan
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Hal tersebut dapat terjadi karena
perempuan lebih unggul dalam kemampuan verbal (Elliot dkk., 2000; Sasser,
2010). Dengan demikian, siswa perempuan akan lebih lancar dalam berdiskusi
dan berkomunikasi dengan anggota kelompoknya.
Aktivitas lain dalam strategi pembelajaran Jigsaw yang mungkin
membedakan hasil belajar siswa laki-laki dan perempuan adalah kemampuan
siswa dalam aktivitas mendengar, menyimak, menulis, dan sebagainya yang
dilakukan secara bersamaan. Selama diskusi dengan kelompok ahli maupun
kelompok asal, siswa akan terlibat dalam tugas yang harus dilakukan secara
bersamaan seperti menjelaskan, mendengar, dan menulis untuk mencatat atau
mengerjakan lembar siswa. Kemampuan yang berbeda antara siswa laki-laki dan
perempuan dalam multitasking tersebut dapat memberikan pemahaman dan hasil
belajar yang berbeda. Sasser (2010) menjelaskan bahwa perbedaan bundel saraf
padat yang menghubungkan dua belahan otak atau Corpus callosum antara otak
laki-laki dan perempuan menyebabkan perempuan lebih unggul dalam
multitasking seperti melihat, mendengar, dan mencatat secara bersamaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan jender pada kelas yang
dibelajarkan menggunakan strategi Jigsaw akan berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar siswa. Namun demikian, dilihat dari peningkatan skor, baik siswa
laki-laki maupun siswa perempuan memperoleh skor hasil belajar yang
meningkat. Skor hasil belajar siswa laki-laki meningkat sebesar 194,60%,
sedangkan siswa perempuan sebesar 230,31%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
strategi pembelajaran Jigsaw berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Pratiwi (2009) menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran Jigsaw terbukti dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa
kelas X di SMAN 2 Malang. Hasil penelitian Tran & Lewis (2011) juga
melaporkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw terbukti mampu
meningkatkan prestasi dan retensi pengetahuan mahasiswa MAE di Universitas
Giang Vietnam.
9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kemampuan berpikir siswa kelas X SMA Negeri 7
Malang berdasarkan jender dengan penerapan strategi pembelajaran Jigsaw.
Namun demikian, ada perbedaan hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA Negeri
7 Malang berdasarkan jender dengan penerapan strategi pembelajaran Jigsaw.
Kelompok siswa perempuan memperoleh hasil belajar 12,83% lebih tinggi
daripada kelompok siswa laki-laki.
Saran
Pengukuran kemampuan berpikir dengan indikator kemampuan berbahasa
membutuhkan kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar lebih
teliti dalam melakukan penskoran pada penelitian selanjutnya. Selain itu,
pengaruh jender terhadap kemampuan berpikir dan hasil belajar dengan penerapan
strategi pembelajaran Jigsaw juga perlu diteliti lebih lanjut pada jenjang
pendidikan yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran
Biologi. Makalah disajikan dalam seminar Dies ke 41 Universitas Negeri
Yogyakarta dengan tema Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar
serta Pengelolaannya, Yogyakarta 14-15 Mei 2005.
Corebima, A. D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan
Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif
pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-Guru Biologi SMA di Kota
Palangkaraya, 23 Agustus 2006.
De Bono, E. 1990. Mengajar Berpikir. Terjemahan Soemardjo. 1992. Jakarta:
Erlangga.
Eggen, P. D. & Kauchak, D. P. 1996. Strategies for Teacher: Teaching Content
and Thinking Skills. Boston: Allyn & Bacon.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L. & Travers, J. F. 2000. Educational
Psycology: Effective Teaching, Effective Learning, Third Edition. United
States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
Heong, Y. M., Othman, W.B., Yunos, J.B.M., Kiong, T.T., Hassan, R.B., &
Mohamad. M.M.B. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills among Technical Education Students. International Journal of
Social Science and Humanity, Vol. 1, No. 2, July 2011, (Online),
(http://www.ijssh.org/papers/20-H009.pdf), diakses tanggal 27 April 2013.
Leong, B. K. & Dindyal, J. 2007. Singapore Grade 8 Students’ Performance in
Science by Gender in TIMSS 2007. Grade 8 Science and Gender in
TIMSS2007,
(Online),
(http://www.iea.nl/fileadmin/userupload/IRC/
IRC2010/Papers/IRC2010_Boey_Dindyal.pdf), diakses 16 Maret 2013.
Mahanal, S. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek pada Matapelajaran
Biologi dan Gender terhadap Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA di Malang. Laporan Penelitian. Malang: Lemlit
UM.
10
Norintan, A. M. 2008. Learning Through Teaching and Sharing in The Jigsaw
Classroom. Annals of Dentistry, University of Malaya, Vol. 15 No.2 2008.
(Online), (http://ejum.fsktm.um.edu.my/article/666.pdf), diakses 15
Desember 2012.
Pratiwi, M. E. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Jigsaw
terhadap Keterampilan Metakognitif dan Kemampuan Kognitif Siswa
Kelas di SMA Negeri 2 Malang pada Kemampuan Akademik Berbeda.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang.
Reese, H. W., Lee, L., & Cohen, S. H., Puckett, J. M. 2009. Effects of intellectual
variables, age, and gender on divergent thinking in adulthood.
International Journal of Behavioral Development, 2001 25 (6) 491–500,
(Online),
(nccuir.lib.nccu.edu.tw/bitstream/140.119/20791/1p99.pdf),
diakses tanggal 21 April 2013.
Sasser, L. 2010. Brain Differences between Genders. Gender Differences in
Learning, Genesis 5:1‐2, (Online), (http://www.faccs.org/assets/
Conventions/Convention-10/Workshops/Sasser-Gender-Differences-inLearning.pdf), diakses tanggal 27 April 2013.
Shaywitz, B. A., Shaywitz, S. E., & Pugh, K. R. 1995. Sex differences in the
functional organization of the brain for language. Nature 1995, 373(6515):
607-9, (Online), (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7854416), diakses
21 April 2013.
Soraya , R. 2010. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran (PBMP+TPS dan
Imkuiri) dan Jenis Kelamin terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan
Metakognitif Siswa Sekolah Dasar. Skripsi tidak diterbitkan: Malang.
Universitas Negeri Malang.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Tran, V. D. & Lewis, R. 2012. Effects of Cooperative Learning on Students at An
Giang University in Vietnam. International Education Studies Vol. 5, No.
1, (Online). (http://dx.doi.org/10.5539/ies.v5n1p86), diakses 3 April 2012.
Walsh, C. M., & Hardy, R.C. 1999. Dispositional Differences in Critical Thinking
Related to Gender and Academic Mayor. Journal of Nursing Education,
Apr 1999; 38, 4; ProQuest Central pg. 149, (Online), (http://textos.
pucp.edu.pe/textos/descargar/1111.pdf), diakses 2 Februari 2013.
Witelson, S. F., Glezer, I.I., & Kigar, D.L. 1995. Women Have Greater Density of
Neurons in Posterior Temporal Cortex. The Journal of Neuroscience,
15(5): 3418-3428, (Online), (www.jneurosci.org/content/15/5/3418.full.
pdf), diakses 20 April 2013.
Zaidi, Z. F. 2010. Gender Differences in Human Brain: A Review. The Open
Anatomy Journal, 2010, 2, 37-55, (Online), (http://www.benthamscience.
com/open/toanatj/articles/V002/37TOANATJ.pdf), diakses tanggal 27
April 2013.
Download