doc - ejurnal untag samarinda - Universitas 17 Agustus 1945

advertisement
GEDUNG KONSER MUSIK DI SAMARINDA
Annisa Astriyanti
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
ABSTRAK
Perencanaan dan perancangan Gedung Konser Musik di Samarinda ini dimaksudkan
untuk menciptakan ikon baru dalam dunia hiburan yang kiranya paling cepat dan terlihat
banyak mengundang peminat serta tentu saja memikat sejumlah besar penikmat musik di
Kalimantan Timur khususnya Kota Samarinda, dengan memberikan suatu wadah untuk
menikmati musik di Samarinda. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan Gedung
Konser Musik di Samarinda ini diharapkan mempunyai akses bisnis yang menguntungkan
disamping unsur hiburan dan edukatifnya.
Gedung Konser Musik Di Samarinda merupakan obyek arsitektural rumah musik
yang memfasilitasi event konser musik, dan mampu memfasilitasi musisi-musisi
Samarinda agar lebih bersemangat untuk berkembang serta memungkinkan muncul
musisi-musisi baru yang siap bersaing, sehingga kota Samarinda bisa dijadikan aset
yang potensial dalam perkembangan musik.
Adapun perancangan pada bangunan di interpretasikan dari tema “Music in
Architecture”. Jika dikaitkan dengan obyek rancangan, Music in Architecture diwujudkan
pada bentuk masa bangunan dari bentuk alat musik yaitu piano. Dimana piano merupakan
salah satu bagian dari suatu gedung konser yaitu sebagai alat musik. Dari bentuk piano
terwujud sebuah transformasi bentuk yang menyerupai setengah lingkaran.
Kata Kunci : Kota Samarinda, Gedung Konser Musik, Music in Architecture
ABSTRACT
Planning and design of Music Concert Hall in Samarinda is intended to create a new
icon in the world of entertainment that would most quickly and looks a lot more inviting
enthusiasts and of courselure a large number of music lovers in the city of Samarinda in East
Kalimantan in particular, to provide a plat form for enjoying music in Samarinda. Therefore,
the planning and design of Music Concert Hall in Samarinda is expected to have access to a
profitable business in addition to the element of entertainment and educative.
Music Concert Hall in Samarinda is a place in architecture, an architectural object that
facilitates music house music concertevents, and is able to facilitate Samarinda music ians to
be moree agert odevelop and enable new emerging musicians who are ready to compete;
Samarinda city that can be used potential asset in the development of music.
The design of the buildingis interpreted on the theme of "Music in Architecture". If the
object is associated with the design, Music in Architecture realized in the form of building
future shape of musical instruments, namely the piano. Where the pianois one part of a
concert hall that is a musical instrument. Of piano materialized for matrans form ation that
resembles a half circle shape.
Key Words : Samarinda City, Music Concert Hall, Music in Architecture
131
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesenian adalah perwujudan dari
kebudayaan,
sedangkan
pertunjukkan
kesenian
merupakan
ungkapan
atas
kesenian tersebut. Salah satu bentuk
kesenian yang paling dikenal adalah seni
musik, yaitu sebuah bentuk kesenian yang
merupakan ekspresi jiwa yang dituangkan
kedalam bentuk bunyi. Seni musik juga
merupakan salah satu bentuk seni yang turut
serta berperan dalam perkembangan
emosional maupun psikologis manusia.
Musik
mempunyai
kemampuan
mendamaikan hati, mempunyai terapi kreatif
dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Musik adalah suatu ungkapan
ekspesi seni. Melalui musik kita dapat
mengungkapkan
berbagai
macam
perasaan seperti senang, sedih, emosi dan
cinta. Musik sifatnya universal, sehingga
musik tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Di era sekarang banyak
bermunculan musisi-musisi berbakat dan
handal. Ini ditandai dengan banyaknya
hasil karya seni berupa lagu ataupun
instrument yang mampu mampu bersaing
di industri musik.
Kota Samarinda sekarang sudah
mulai
berkembang
dengan
banyak
dibangunnya pusat-pusat perbelanjaan
seperti Mall yang tidak kalah dengan Kota
Jakarta. Ini membuktikan Life Style di kota
Samarinda sendiri sudah naik. Keadaan
Ini merupakan potensi bagi para investor
untuk menanamkan modalnya di kota ini,
karena sejauh ini sarana musik di
Samarinda agak kurang, dilihat dari
kurangnya ‘rumah musik’ di Samarinda
dan kebanyakan menggunakan sistem
portable (bongkar pasang) di lahan kosong
atau mall-mall.
Apresiasi atau minat dari masyarakat
juga berkembang dengan pesat seiring
dengan perkembangan dunia musik di
tanah air. Berbagai macam kegiatan yang
berhubungan
dengan
musik
diselenggarakan setiap tahunnya, seperti
adanya konser, festival, seminar dan
pelatihan. Ini membuktikan banyaknya
minat masyarakat terhadap kegiatan musik.
Untuk itu dibutuhkan sebuah sarana yang
mewadahi apresiasi masyarakat untuk
menikmati dan
mengetahui
segala
sesuatunya tentang musik.
Di kota ini frekuensi konser musik juga
semakin meningkat dengan banyak nya artis
– artis dan band dari Ibu Kota datang untuk
menghibur
masyarakat
Samarinda.
Menyadari fenomena tersebut kemudian
digagaslah sebuah pusat hiburan yaitu
Gedung Konser Musik yang memiliki fasilitas
yang lengkap. Arsitektur tidak hanya
berperan sebagai wadah, tetapi juga sebagai
alat promosi, sehingga dirancanglah sebuah
desain bangunan yang mampu bersaing.
Untuk itu, fasilitas yang tepat dalam
menjawab berbagai hal di atas adalah
dengan perencanaan dan perancangan
Gedung Konser Musik di Samarinda
sebagai
wadah
untuk
memfasilitasi
kebutuhan masyarakat Kalimantan Timur
khususnya Samarinda akan hiburan.
Perencanaan Gedung Konser Musik di
Samarinda
ini
dimaksudkan
untuk
menciptakan ikon baru dalam dunia hiburan
yang kiranya paling cepat dan terlihat
banyak mengundang peminat serta tentu
saja memikat sejumlah besar penikmat
musik sehingga mampu mendobrag kota
Samarinda agar tidak terkesan anteng, yaitu
salah satunya dengan memberikan suatu
wadah untuk menikmati musik di Samarinda.
Maka
dari
itu,
perencanaan
dan
perancangan Gedung Konser Musik di
Samarinda ini diharapkan mempunyai akses
bisnis yang menguntungkan disamping
unsur hiburan dan edukatifnya.
Rumusan Permasalahan
Bagaimana
merancang
sebuah
gedung konser musik yang dapat memenuhi
citra dan kebutuhan penikmat musik di
Samarinda.
Tujuan
Tujuan penulis yang akan dicapai dari
Gedung Konser Musik di Samarinda adalah
untuk membuat acuan perencanaan dan
perancangan Gedung Konser Musik di
Samarinda khusus pada citra dan bentuk
bangunan agar tercipta sebuah visualisasi
bangunan yang menarik dan juga untuk
memfasilitasi event konser musik.
132
Lingkup Pembahasan
Dalam proses pembahasan dan
analisa dibuat terarah, oleh karena itu
penulisan hanya berfokus pada masalah
pembahasan perencanaan dan perancangan
dalam bangunan, baik penerapan konsep
maupun solusi pada bangunan serta dari
segi fungsi struktur juga estetika.
TINJAUAN GEDUNG KONSER
Sejarah Gedung Konser Musik
Gedung konser merupakan hasil
inovasi arsitektur dari budaya barat yang
secara teknis memang ditujukan untuk
menunjang budaya seni musik. Sejarahnya
dimulai sejak awal abad ke 19 dimulai
dengan bangunan berupa amphitheater,
gedung opera baru kemudian gedung
konser. Perkembangannya ini juga seiiring
dengan perkembangan ilmu akustik dan juga
arsitektur. Pada jaman modern ini, gedung
konser sudah merupakan hasil inovasi
mutakhir dari berbagai teknologi, ilmu
pengetahuan dan seni musik itu sendiri.
Pada mulanya berupa pertunjukan
tradisional pada upacara-upacara religus
dan upacara-upacara lainnya, seperti
pertunjukkan wayang di kraton dan tariantarian di pura-pura di Bali. Sejalan dengan
perkembangan dan peradaban yang lebih
maju dan unsur-unsur budaya barat yang
ditanamkan bersama dengan masuknya
bangsa-bangsa asing ke Indonesia, maka
seni pertunjukan mengalami perkembangan
pula, sehingga pada saat sekarang
cenderung untuk dipertunjukkan di atas
pentas.
Baru pada abad XIX di Jakarta pada
zaman
Rafles,
dibangun
gedung
pertunjukkan yang pertama, yaitu Gedung
Kesenian (City Hall) yang berfungsi sebagai
tempat penyajian seni pertunjukkan modern,
dimana materi, sruktur, dan pengolahannya
didasarkan pada seni pertunjukan barat,
misalnya : seni opera, tari, balet drama
barat.
TINJAUAN PERKEMBANGAN MUSIK DI
SAMARINDA
Perkembangan Musik di Samarinda
Berbicara
sejarah
scene
musik
Samarinda,
bagi
generasi
90an
di
Samarinda tentu masih ingat dengan band
yang dimotori oleh salah satu musisi senior
Eri Kuswari yaitu Make Up, yang merupakan
band Kalimantan Timur pertama yang
berhasil
melakukan
rekaman
secara
nasional, dari band inilah nama Kalimantan
Timur banyak dikenal orang di Indonesia,
kemudian ada Yusi Ananda yang juga anak
pengusaha salah satu hotel berbintang di
Samarinda juga berhasil rekaman secara
nasional, juga seorang Eet Syahranie sosok
gitaris
yang
sangat
bertalenta
asli
Samarinda ini tidak perlu diperdebatkan lagi
skill bergitarnya, dan yang terakhir adalah
Nia Paramitha berhasil memasuki musik
nasional pada tahun 90an lewat acara
Bahana Suara Pelajar yang digagas oleh
salah satu stasiun televisi swasta di
Indonesia. Youngky Suwarno melihat
potensi pada penyanyi bertubuh mungil ini
kemudian memproduserinya dalam album
perdanannya,
mereka
inilah
yang
merupakan angkatan generasi pertama yang
mengharumkan nama Kalimantan Timur
atau kota Samarinda dikancah musik
nasional.
Sekolah Musik di Samarinda
Di Samarinda sudah banyak terdapat
sekolah – sekolah music yang tujuannya
untuk melatih atau mengasah kemampuan
bermusik para peminat musik di Samarinda,
misalnya untuk melatih kemampuan vocal,
drum,
gitar
akustik,
gitar
electric,
piano/keyboard dan lain – lain.
Sekolah musik yang terdapat di
Samarinda antara lain :
1. Ibnu Music courses beralamat di Jl.
Mutiara Gg.1 No.23 Kel Pasar Pagi
Samarinda.
2. Dani Guitar Lesson beralamat di jalan
Urip Sumoharjo ( Kebaktian ) No. 35
lantai 2 Samarinda.
3. Purwacaraka Musik Studio terletak di
Ruko Grand Mahakam Blok A-8 Jl KH
Siredj Salman Samarinda.
4. Sekolah Musik Simfoni Cantata
terletak di Jl. Mulawarman No.20
Samarinda.
5. Mozart music courses beralamat di jl.
Bhayangkara.
6. Ebony Samarinda, dan lain –lain.
Salah satu profil kursus musik di
samarinda yaitu Purwacaraka Musik Studio
terletak di Ruko Grand Mahakam Blok A-8 Jl
KH Syiraj Salman Samarinda. Selain fasilitas
yang nyaman, pengajar di tempat ini juga di
133
datangkan langsung dari Purwacaraka Musik
Studio pusat di Bandung.
Keterampilan
musik
yang
bias
dipelajari yaitu, vokal, piano, keyboard, biola,
gitar klasik, gitar elektrik, gitar bass, dan
drum. Selain itu, fasilitas yang disediakan
berstandar Purwacaraka Musik Studio
secara nasional. Seperti, ruangan kedap
suara lengkap dengan full air conditioner
(ac). Selain itu, alat-alat musik berkualitas
tinggi.Sedangkan
pengajar,
saat
ini
Purwacaraka Musik Studio Samarinda
memiliki 9 pengajar dari Jakarta.
Waktu belajar yaitu, dalam satu
minggu siswa mengikuti 4 kali pertemuan.
Setiap pertemuan berdurasi 30 menit.
Khusus drum, waktu yang diberikan 45
menit. Selain itu, setiap mencapai satu
grade, siswa juga akan diberikan sertifikat
sudah berstandar nasional. “Sertifikat ini
juga ditandatangani Purwacaraka dan
diketahui kepala dinas pendidikan setempat.
TINJAUAN AKUSTIK
Prinsip utama desain akustik ruang
dalam
adalah
memperkuat
atau
mengarahkan bunyi yang berguna serta
menghilangkan atau memperlemah bunyi
yang tidak berguna bagi pendengaran
manusia.
Dalam
merancang
interior
gedung
auditorium yang menyajikan pertunjukan
seni teater, drama, atau musik, desain
akustiknya diarahkan untuk dapat memberi
kepuasan kepada setiap penonton yang
berada dalam ruang. Penonton dapat
mendengar dengan jelas setiap artikulasi
percakapan aktor sehingga nuansa dan efek
dramatis yang berusaha ditampilkan dapat
ditangkap dan dicerna. Tetapi dalam gedung
auditorium yang menyajikan pertunjukan
musik, artikulasi musiknya dan mimik aktor
bukan merupakan hal yang utama, Karena
yang terpenting adalah setiap penonton
yang berada dalam ruang dapat mendengar
dan menikmati harmoni irama musik tersebut
dengan baik.
Kata akustik berasal dari bahasa Yunani
”akuostikos” yang berarti, segala sesuatu
yang bersangkutan dengan pendengaran
pada suatu kondisi ruang yang dapat
mempengaruhi
mutu
bunyi.
Akustik
mempunyai tujuan untuk mencapai kondisi
pendengaran suara yang sempurna yaitu
murni, merata, jelas dan tidak berdengung
sehingga sama seperti aslinya, bebas dari
cacat dan kebisingan.
Akustik Ruang terdefinisi sebagai
bentuk dan bahan dalam suatu ruangan
yang terkait dengan perubahan bunyi atau
suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti
gejala perubahan suara karena sifat pantul
benda atau objek pasif dari alam.
Akustik ruang sangat berpengaruh
dalam reproduksi suara, misalnya dalam
gedung rapat akan sangat mempengaruhi
artikulasi dan kejelasan pembicara. Akustik
ruang banyak dikaitkan dengan dua hal
mendasar, yaitu :
- Perubahan suara karena pemantulan dan
- Gangguan suara ketembusan suara dari
ruang lain.
Faktor-faktor yang mendasari masalah
akustik adalah :
- Sumber suara
- Perambatan suara
- Penerimaan suara
- Intensitas suara
- Frekuensi suara
ALTERNATIF PEMILIHAN TAPAK
Berdasarkan fungsi bangunan sebagai
Gedung
konser,
maka
pertimbangan
pemilihan lokasi berdasarkan kesimpulan
dari Data ArTapakk (Neufert) kriteria
perencanaan lokasi meliputi sebagai berikut:
 Akses pencapaian yang mudah dari segala
penjuru kota agar dapat dijangkau oleh
pengguna kendaraan.
 Telah tersedia fasilitas pendukung guna
membentuk karakteristik daerah tersebut.
Maka diperoleh 2 alternatif yang
memenuhi kriteria tersebut,yaitu:
Alternatif 1 : Kelurahan Loa Bakung, Jalan
Rapak Indah
Alternatif 2 : Kelurahan Air Putih, Jalan Ring
Road ( Jl. P. Suryanata menuju
ke Sempaja )
Dari 2 alternatif yang dipilih di atas
dapat dilakukan penilaian untuk menentukan
tapak yang tepat sesuai dengan syarat syarat berikut :
Tabel 1. Perbandingan Alternatif Tapak
134
N
O
1
ASPEK
PERTIMBANGAN
Land Use
2
Persediaan Lahan
3
Akses Pencapaian
4
Kenyamanan
ALTERNATIF TAPAK
1
Lebih
Digunakan
Untuk
pemukiman
Luas, masih
Banyak lahan
kosong
Mudah,
karena
Terletak pada
Jalan kolektor
sekunder
Nyaman
SKOR
2
3
2
3
10
2
Digunakan
Untuk
Fasilitas
Umum
Luas, masih
Banyak lahan
kosong
Mudah,
karena
Terletak pada
Jalan arteri
sekunder
Nyaman
SKOR
3
3
3
3
12
- Fasilitas-fasilitas
yang
ada
di
sekitar Tapak sangat mendukung
kegiatan gedung konser di Samarinda.
- Tidak adanya suatu penghalang
pandangan menuju ke Tapak sehingga
bentuk bangunan bias terekspos
dengan baik.
- Sesuai dengan tata ruang kota
Samarinda
 Batas-batas tapak
KONDISI EKSISTING TAPAK
Tapak yang dipakai dalam tugas ini yaitu
berada pada jalan Ring Road I (Jl. P.
Suryanata ke Sempaja) Kelurahan Air putih
Kecamatan Samarinda Ulu.
KE TE
RONG
NGGA
U
KE SEMPAJA
SURY
JL. P.
A
ANAT
JL. RINGROAD I
Gambar 1. Kondisi Eksisting Tapak
DATA TAPAK
Tapak terletak di Jalan Ring Road I (Jl.
P. Suryanata ke Sempaja) Kelurahan Air
putih Kecamatan samarinda ulu. Kondisi
dan potensi tapak secara umum adalah
sebagai berikut (Rencana Detail Tata Ruang
Kota Samarinda Tahun 2011-2031):
 Luas Tapak 20 m²= 2 Ha
 Potensi Tapak
- Kondisi jalan yang lebar memudahkan
proses mobilisasi kendaraan ( sirkulasi)
- Letaknya yang mudah dijangkau baik
melaui kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi. Terletak di jalan
akses dari kota lain seperti Bontang
dan Tenggarong.
- Bangunan sekitar Tapak rata-rata
bangunan baru maka tidak banyak
kesulitan dalam penyesuaian antara
proyek dengan bangunan sekitar.
Batas Utara : Lahan kosong
Batas Timur : Lahan kosong
Batas Barat : Jalan Ring Road I
Batas Selatan : Lahan kosong
 Peraturan Bangunan
KDB : 60 %
KLB : 2 – 3 lantai
GSB sisi timur : 10 m
GSB sisi barat : 5 m
 Kondisi Iklim
Kondisi iklim pada Tapak ini antara lain :
Suhu udara : 21,5 º C – 36,4 º C
Kelembapan : Rata-rata 67 ,5 %- 70 % max
90 % min 43 %
Curah hujan :131 mm, curah hujan tertinggi
pada bulan Desember-maret.
Tekanan Angin : Tekanan udara rata-rata
1.009,4
mbs
dan
tekanan
udara
minimum sebesar 1.0052 mbs.
Kecepatan angin : Rata-rata mencapai
5-6
knots.
Dengan
arah
angin
terbanyak dari timur.
 Kondisi Topografi Tapak
Tanah di lokasi ini rata-rata tidak
terjal. Ketinggian rata-rata 20-25m
diatas permukaan laut. Profil tanah
memiliki daya dukung tanah yang baik.
 Kondisi Hidrografi
Air tanah pada tapak adalah air tawar.
Kedalaman air tanah kurang lebih 10 m di
bawah tanah.
 Vegetasi
Vegetasi sekitar Tapak rata-rata adalah
pohon-pohon besar dan semak-semak
liar.
 Sirkulasi dalam Tapak
Kawasan
Tapak
ini
merupakan
kawasan perkembangan baru untuk
kawasan Samarinda dengan mobilitas
tinggi karena mampu menghubungkan
kawasan Samarinda – Tenggarong dan
135
Samarinda - Bontang melalui jalan
lingkar ini. Sedang jalan –jalan sekitar
yang dapat mengakses Tapak antara lain
adalah jalan P. Suryanata, Jl. M. Yamin
dan Jl. K.H Wahid Hasyim.
 Utilitas
- Listrik dipasok dari gardu listrik Samarinda
- Kebutuhan air bersih disuplai dari PDAM
kawasan Air Putih
ANALISIS PELAKU KEGIATAN
1. Seniman/ Pemusik
Seniman atau pemusik adalah orang
yang berkepentingan langsung untuk
melakukan
pementasan
atau
mempertunjukan
kemampuan
dan
keterampilan dalam bidang musik yang
merupakan penciptaan ide dan kreasi musik
sebagai salah satu upaya dalam bentuk
berkomunikasi juga menghibur masyarakat.
2. Masyarakat/ Penikmat Musik
Masyarakat atau penikmat musik
berasal dari kalangan umum atau dari
kalangan tertentu yang bertujuan untuk
berapresiasi terhadap musik (contoh:
pencari bakat, produser, manager band, dll)
maupun bertujuan sekedar mencari hiburan
atau rekreasi.
3. Pengelola
Pengelola adalah kelompok tertentu
yang mengelola gedung pertunjukan musik,
baik dalam acara pertunjukannya maupun
dalam hal perawatan terhadap bangunan itu
sendiri.
4. Penyelenggara
Penyelenggara adalah badan atau
kelompok tertentu yang menyelenggarakan
acara
pementasan
dalam
gedung
pertunjukan musik, contoh E.O (Event
Organizer).
5. Pengunjung
Pengunjung pada pertunjukan dapat
dikualifikasikan menurut
strata
sosial
sebagai berikut:
a. Pengunjung masyarakat strata umum :
b. Pengunjung masyarakat strata menengah
c. Pengunjung dari masyarakat strata atas
6. Pengelolaan
Kepemilikan dipegang oleh pihak
swasta. Pengelolaannya diatur berdasarkan
perjanjian diantara pemilik dan pihak yang
terkait.
Disamping
berfungsi
sebagai
bangunan rekreatif, gedung konser musik
juga berfungsi sebagai wadah komunikasi
dan edukasi bagi pemusik dan penikmat
musik. Gedung konser musik sebagai pusat
pertunjukan musik memfasilitasi kegiatan
pengenalan juga pelatihan tentang musik
dan bermain musik dan kemudian dapat
berfungsi sebagai fasilitas pendukung
dengan
tujuan
komersial.
Sehingga
bersamaan dengan fasilitas rekreatif yang
ada akan menghasilkan pemasukan dengan
maksud membiayai perawatan gedung
konser itu sendiri.
DESKRIPSI KEBUTUHAN RUANG DAN
BESARAN RUANG
Pendekatan Perhitungan Kapasitas
 Gedung Konser
Penentuan kapasitas gedung konser musik
di Samarinda berdasarkan asumsi-asumsi
kapasitas
pengunjung
konser
yang
terselenggara di Samarinda. Kapasitas
pengunjung konser berdasarkan eventevent organizer yang telah melaksanakan
konser di Samarinda yaitu ±1.500 orang.
Berdasarkan data arsitek jika orang berdiri
membutuhkan ruang 40 cm2. dan orang
duduk beserta sirkulasinya pada saat
konser
diperkirakan
±80
cm2.
Perbandingan yang diperoleh adalah
pengunjung yang duduk setengah dari
pengunjung yang berdiri.
 Kelompok Ruang Pengunjung
Pada Balai Sidang Jakarta Convention
Center, kafe berkapasitas 10% dari jumlah
pengunjung/penonton konser. Maka untuk
kapasitas kafe Gedung Konser Musik di
Samarinda sebesar 10% dari jumlah
terbesar penonton setiap konser, atau 10%
x 2500 orang = 250 orang (dengan
pertimbangan meja makan berkapasitas 4
orang).
 Kelompok Ruang Pengelola
- R. Pimpinan, berkapasitas 1 orang
- R. Sekretaris, berkapasitas 1 orang
- R. Karyawan, berkapasitas 20 orang
- R. Rapat, berkapasitas 10 orang
- R. Tamu berkapasitas 5 orang
 Kelompok Ruang Pelayanan Umum
- Pos Keamanan (2 buah)
- R. P3K, berkapasitas 10 orang
- Parkir roda empat
136
 Kelompok Kegiatan Teknis
- R. Genset, 1 unit
- R. Pompa, 1 unit
- R. Chiller, 1 unit
- R. AHU, 1 unit
- R. Panel Listrik, 1 unit
- R. Cleaning Service, 1 unit
Pendekatan Besaran Ruang
Studi besaran ruang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain Jumlah pelaku
dan aktifitas yang mewadahi Peralatan dan
perabotan yang akan digunakan.
 R. Penonton
Ruang penonton/auditorium dituntut agar
mampu memberikan kenyamanan baik
bunyi/ suara serta visual yang baik, maka
penentuan luas auditorium berdasarkan
pada pendekatan akustik. Pendekatan
besaran ruang penonton dapat dilakukan
dengan
pendekatan
akustik,
yaitu
hubungan dengan waktu dengung dan
volume kursi. Volume kursi per tempat
duduk untuk ruang pertunjukan musik
adalah sebesar 7,8m3. dengan kapasitas
3000 orang penonton maka dapat dicari
volume ruang : 3000 orang x 7,8m3 =
23.400m3 Dari volume total (23.400m3)
didapat waktu dengung (RT) optimal
adalah 1,5 detik sesuai dengan grafik RT
optimum studio pada jangkauan frekuensi
tengah (500 Hz-1000 Hz)(sumber: Leslie L.
Doelle, Akustik Lingkungan).
 Kegiatan Pertunjukkan
Perhitungan panggung alat musik sebagai
berikut:
- Gitar Listrik
Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,4 m =
1,68 m2
- Bass
Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,8 m =
2,16 m2
- Keyboard
Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,4 m =
1,68 m2
- Drum Set
Perhitungannya adalah 2,0 m x 2,5 m = 5
m2
- Vokal
Perhitungannya adalah 0,8 m x 0,8 m =
0,64 m2
 Pertunjukkan
Dari ciri-ciri konser yang melibatkan 3-10
orang dan jenis musik yang modern yang
biasanya memerlukan keleluasaan musisi
dalam atraksi panggung, maka dihitung
besaran
4
m2/orang
sehingga
perhitungannya 4m2 x 10 orang = 40 m2.
KEBUTUHAN RUANG DAN LUASAN
RUANG
Kebutuhan ruang yang ada di Gedung
Konser Musik Samarinda terdiri dari Fasilitas
Penunjang,
fasilitas
utama,
fasilitas
pengelola, fasilitas penunjang dan fasilitas
servis. Berikut ini merupakan rekapitulasi
luas keseluruhan fasilitas gedung konser
musik di Samarinda adalah sebagai berikut:
Fasilitas Penunjang
Fasilitas Utama
Fasilitas Pengelola
Fasilitas Service
Fasilitas Parkir
Total Luas Bangunan
:
:
:
:
:
:
2407,45
4665,27
461,5
1375,4
4385
+
13.295 m2
Jadi total luas keseluruhan fasilitas
gedung konser musik di Samarinda adalah ±
13.295 m2.
KONSEP PERANCANGAN
Konsep Dasar
Bentuk masa bangunan diadaptasi
dari bentuk alat musik yaitu piano sebagai
interpretasi dari tema yaitu “Music in
Architecture”. Dimana piano merupakan
salah satu bagian dari suatu gedung konser
yaitu sebagai alat musik. Dari bentuk piano
terwujud sebuah transformasi bentuk yang
menyerupai setengah lingkaran.
DalamGambar
analisis
akustik
bentuk seperti
2. Alat
Musik Piano
lingkaran adalah bentuk paling efisien di
dalam pemantulan akustik dari segi denah.
137
Selain itu juga merupakan bentukan
transformasi dari lingkaran, dimana bentuk
lingkaran dan masa padat merupakan
tuntutan dari sebuah auditorium, untuk
mengefisiensi dan memipihkan bangunan
digunakan bentukan tersebut.
samping sehingga menyerupai bentuk kotakkotak pada kain sarung Samarinda.
Pendekatan Bentuk Bangunan
- Persegi Panjang
Berikut ini merupakan kelebihan dan
kekurangan dari bentuk bangunan persegi
panjang , yaitu :
(+) Menunjukkan Stabilitas
(+) Bentuk dinamis dan kokoh
(+) Penempatan ruang lebih mudah
(-) Bentuknya yang monoton.
Gambar 3. Persegi
- Setengah Lingkaran
Berikut ini merupakan kelebihan dan
kekurangan
dari
bentuk
bangunan
setengah lingkaran, yaitu :
(+) Bersifat melindungi dan mempertahanan
(+) Sebagai penarik perhatian
(+) Mampu menahan beban angin dari
segala arah
(-) Layout kurang efisien
Gambar 5. Sarung Samarinda
Kain Sarung Samarinda atau "Tajong
Samarinda" merupakan satu dari beraneka
mahakarya Nusantara. Popularitas kain
tenun bermotif indah dan sangat nyaman
dikenakan karena kelembutannya itu,
bahkan telah sampai ke negeri jiran,
khususnya Brunei Darussalam, Malaysia,
malahan ke negara-negara di Timur Tengah.
Selain pesona keindahannya, Tajong
Samarinda pun menjadi terkenal karena juga
menjadi simpul pengikat "kebhinekaan" atau
keanekaragaman budaya pendatang dengan
budaya lokal. Lebih dari itu, tenunan ini pun
terkait fakta sejarah, serta cermin keteguhan
generasi
untuk
melestarikan
budaya
daerahnya.
Penerapan Konsep Perancangan
Gambar 6. Konsep Perancangan
Gambar 4. Setengah Lingkaran
Pendekatan Unsur Budaya
Unsur budaya lokal yang ditampilkan
di bangunan ini adalah motif kain sarung
Samarinda yang biasanya terdapat unsur
garis sehingga terbentuk kotak – kotak atau
persegi. Bentuk ini diterapkan pada bagian
material kaca pada bangunan depan dan
Bentuk Persegi panjang digunakan
pada bangunan utama dengan bentuk yang
kokoh, dinamis dan memudahkan dalam
penempatan ruang.
Bentuk
setengah
lingkaran
digunakan pada bangunan sebagai bentuk
dalam pemantulan akustik dari segi denah.
Selain itu juga merupakan bentukan
transformasi dari lingkaran, dimana bentuk
lingkaran dan masa padat merupakan
tuntutan dari sebuah auditorium.
138
Motif
kain
sarung
samarinda
digunakan pada bagian material kaca pada
bangunan depan dan samping sehingga
menyerupai bentuk kotak-kotak pada kain
sarung Samarinda.
Konsep Penataan Massa
- Untuk menjaga sirkulasi yang telah di
konsepkan maka dibuat bangunan dengan
massa bangunan tunggal untuk fungsi
utama dan fungsi lainnya.
- Secara fungsional aktivitas yang satu
dengan yang diharapkan saling berinteraksi
untuk menghidupkan suasana dari gedung
konser tersebut.
- Menempatkan garis lurus / bentuk bentuk
bersudut lainnya disekitar bentuk lingkaran
/ menempatkan suatu unsur menurut arah
kelilingnya dapat menimbulkan perasaan
yang kuat.
Konsep Ruang Publik
Ruang publik sebagai wadah proses
sosial terjadi, perancangan ruang publik
memiliki karakteristik sendiri, seperti:
- Ruang tunggu merupakan bentuk yang
menjorok dari jalur sirkulasi yang ada tanpa
disadari. Sebagai tempat perhentian
sejenak tanpa mengganggu arus sirkulasi.
- Hall yang mengarahkan bukan memberi
pilihan arah, untuk menghindari kesalahan
arah dan tujuan yang tidak jelas (
penyaringan tujuan seseorang bergerak ).
- Lobby harus dapat menampung setengah
dari pengunjung yang direncanakan.
Skema 1.
Hubungan Kedekatan Ruang
- Permainan warna dan material bangunan
yang modern.
Gambar 7. Penampilan Bangunan
DAFTAR PUSTAKA
Beranek, L.L. 1962. Music, Acoustic, and
Architecture. The United States
of America :John Viley & Sons Inc.
Ecker, Gerhard, etc. 1997. Architecture
Music. Graz: HAD-Dokumente zur
Architektur.
Ernst Neufert (Alih Bahasa: Sjamsu Amril).,
1995. Data Arsitek, Edisi kedua, Jilid
1; Jakarta; Erlangga.
Dwi Tangoro., 2004. Utilitas Bangunan;
Jakarta; Universitas Indonesia-Press.
Mill, Edward D. 1976. Planning, London:
Newness-Butterworth.
Sleeper, Harold. (1955). Building Planning
and Design Standard. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Sumber dari Internet:
http://bappeda.samarindakota.go.id/profil.ph
http://www.acoustics.com/product
www.germesonline.com
www.wikipedia.org
Skema 2.
Hubungan Fungsional
Konsep Penampilan Bangunan
- Mengungkapkan perasaan estetis melalui
bentuk yang ramah, permainan rangka
dalam enterance dan exposed.
139
Download