PENGARUH KOORDINASI PIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT (PERSERO) ASURANSI KREDIT INDONESIA CABANG SAMARINDA Katharina Helong 1 1 Administrasi Negara, Fakultas ISIPOL, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 2 Fakultas ISIPOL, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75234, Indonesia. ABSTRACT Efektifitas koordinasi antar pimpinan maupun antara pimpinan dan bawahan dalam suatu unit kerja dapat diukur dalam beberapa indikator, antara lain: intensitas komunikasi, bentuk instruksi, dan pola kerjasama. Produktivitas karyawan sendiri dapat diukur dari kuantitas waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, kualitas hasil pekerjaan, dan kemampuan mencapai hasil. Kondisi kinerja yang menurun menunjukkan ketidakmampuan pimpinan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien. Ada dugaan bahwa terjadi koordimasi yang lemah antara pimpinan dengan bawahan, sehingga produktivitas karyawan menjadi turun. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara Koordinasi Pimpinan dengan Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Samarinda. Sampel diambil sebanyak 38 responden. Penelitian ini merupakan bersifat kausalitas, yakni penelitian yang mencari hubungan antara variabel sebab dengan variabel akibat. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara Koordinasi (Independent variable) dengan Produktivitas Kerja (Dependent variable). Untuk menganalisis data variabel Koordinasi dan Produktivitas Kerja yang diperoleh melalui daftar pertanyaan penulis menggunakan rumus koefisien Rank Spearman (ρ). Berdasarkan analisis terhadap data yang terkumpul maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Koefisien korelasi rank spearman yang diperoleh sebesar 0,34 atau t hitung sebesar 1,88 menunjukkan terdapat hubungan (asosiasi) yang signifikan antara Komunikasi dengan Produktivitas Kerja.. Kondisi demikian menunjukkan bahwa koordinasi dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 2) Pada indikator Intensitas Komunikasi dan indikator Kerjasama terdapat beberapa karyawan menjawab tidak setuju menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi belum berjalan efektif, demikian juga dengan kerjasama yang dibina masih mengalami beberapa permasalahan yang memerlukan perhatian khusus. Kata kunci: Koordinasi, Produktivitas Kerja 1 Alumni Fisipol Untag 1945 Samarinda I. PENDAHULUAN Seorang pimpinan harus mempunyai perencanaan yang jelas, efektif dan terukur sehingga mampu dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga, seorang pimpinan harus mampu mengkoordinasikan atau mengorganisasikan semua sumber daya yang dimiliki sehingga terintegrasi dalam mendukung program-program yang direncanakan. Seorang pimpinan harus mampu melaksanakan apa yang telah direncanakan. Kalaupun apa yang direncanakan tidak terealisasi tentunya harus dapat dievalusasi, guna perbaikan di masa mendatang. Selanjutnya, fungsi pengendalian dan pengawasan dilakukan seorang pimpinan dalam rangka meminimalisir terjadinya kesalahan bawahan dalam menjalankan tugas. Terkait dengan fungsi pengkoordinasian, seorang pimpinan harus mampu menjebatani persoalan-persoalan yang dihadapi di dalam tubuh organisasi agar apa yang direncanakan dan yang ingin dicapai dapat dilaksanakan dengan baik. Koordinasi bukanlah perintahperintah yang diberikan pimpinan kepada bawahan untuk mau menjalankan tugasnya, namun bagaimana menghubungkan pekerjaan-pekerjaan atau unit-unit yang saling berhubungan untuk membangun produktivitas kerja karyawan. Efektifitas koordinasi antar pimpinan maupun antara pimpinan dan bawahan dalam suatu unit kerja dapat diukur dalam beberapa indikator, antara lain: intensitas komunikasi, bentuk instruksi, dan pola kerjasama. Produktivitas karyawan sendiri dapat diukur dari kuantitas waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, kualitas hasil pekerjaan, dan kemampuan mencapai hasil. Hubungan antara koordinasi pimpinan dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Samarinda (PT. Askrida). PT. Askrida berkantor Pusat di Jakarta dan mulai beroperasi pada 6 April 1971. Di Samarinda sendiri PT. Askrida mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2000. Perusahaan yang bergerak dalam pelayanan kredit bagi usaha kredit non KUR dan suretyship ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan selama tiga tahun terakhir. Selama tahun 2010-2012 terjadi peningkatan penggunaan jasa usaha asuransi kredit kecil dari Rp. 350.962 juta menjadi Rp. 782.888 juta. Meskipun selama tahun 20102012 terjadi peningkatan, namun pada tahun 2013 justru terjadi penurunan tajam pada penjualan semua produk. Tentu saja hal tersebut sangat mengganggu kinerja pimpinan selaku orang yang diberikan tugas dan kewenangan untuk terus meningkatkan penjualan perusahaan. Kondisi kinerja yang menurun menunjukkan ketidakmampuan pimpinan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien. Ada dugaan bahwa terjadi koordimasi yang lemah antara pimpinan dengan bawahan, sehingga produktivitas karyawan menjadi turun. Sehubungan dengan kondisi yang terjadi di PT. Askrida, penulis tertarik untuk melakukan penelitian memngenai Pengaruh Koordinasi Pimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. II. PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: “Pengaruh Koordinasi Pimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Samarinda?” III. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Cabang Samarinda yang terletak di Jalan Juanda 8 Samarinda. Sampel diambil sebesar 50% dari 75 orang, sehingga diperoleh sebanyak 38 responden. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian verifikatif atau yang bersifat kausalitas, yakni penelitian yang mencari hubungan antara variabel sebab dengan variabel akibat. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara Koordinasi (Independent variable) dengan Produktivitas Kerja (Dependent variable). Untuk menganalisis data variabel Koordinasi dan Produktivitas Kerja yang diperoleh melalui daftar pertanyaan penulis menggunakan rumus koefisien Rank Spearman (ρ) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007: 245). 𝜌 =1− 6 ∑ 𝑑𝑖2 𝑛(𝑛2 − 1) Apabila ρ < rho tabel (5%) maka hipotesis diterima, sedangkan bila ρ > rho tabel (5%) maka hipotesis ditolak. Ho : μ1 = μ1; artinya bahwa Koordinasi berasosiasi dengan Produktivitas Kerja Ha : μ1 ≠ μ1; artinya bahwa Koordinasi tidak berasosiasi dengan Produktivitas Kerja. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Variabel Koordinasi Koordinasi yang dilakukan Pimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menyatakan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan, sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai maksud/tujuan dengan memberikan perintah. Untuk lebih jelasnya koordinasi ini, maka disini akan dikutip beberapa pendapat para ahli, diantaranya Awaludin Djamin (1990 : 51) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “ Koordinasi adalah suatu kerjasama antara badan/instansi/unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling pengertian, saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi “. Pendapat Awaludin Djamin tersebut menekankan pada usaha kerjasama dari semua pihak, yang mengerahkan demi tercapainya tujuan organisasi. Hal ini diperjelas lagi oleh Moeney dan Reile yang dikutip oleh Handayaningrat (1992 : 89), yaitu sebagai berikut : ” Koordinasi adalah sebagai pencapaian usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan didalam mencapai tujuan ”.. 1. Indikator Intensitas Komunikasi Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Intensitas Komunikasi diperoleh jawaban sebagai berikut: 7 (18,42%) responden menjawab Tidak Setuju, 7 (8,42%) responden menjawab kadang-kadang dan 24 (63,16%) responden menjawab Setuju bahwa Pimpinan menanamkan budaya coffee morning. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Intensitas Komunikasi diperoleh jawaban sebagai berikut: 5 (13,16%) responden menjawab Tidak Setuju, 8 (21,05%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 25 (65,79%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan selalu meminta pendapat dari staf/karyawan. Hasil wawancara terhadap 25 responden berkaitan dengan indikator Intensitas Komunikasi diperoleh jawaban sebagai berikut: 7 (18,42%) responden menjawab Tidak Setuju, 4 (10,53%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 27 (71,05%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan setiap hari mendatangi karyawan untuk memperoleh informasi. 2. Indikator Bentuk Instruksi Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Bentuk Instruksi diperoleh jawaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 6 (24%) responden menjawab Kadangkadang, dan 32 (84,21%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan memberi perintah dengan tulisan tangan. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Bentuk Instruksi diperoleh jawaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 4 (10,53%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 34 (89,47%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan memberi perintah dengan cara memanggil yang bersangkutan secara langsung. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Bentuk Instruksi diperoleh jaswaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 3 (7,89%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 35 (2,11%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan memberi perintah dengan cara mengirim pesan via handphone. 3. Indikator Pola Kerjasama Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Pola Kerjasama diperoleh jawaban sebagai berikut: 6 (15,79%) responden menjawab Tidak Setuju, 7 (18,42%) responden menjawab kadang-kadang dan 25 (65,79%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan mampu mengakomodir semua kepentingan dengan baik. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Pola Kerjasama diperoleh jawaban sebagai berikut: 7 (18,42%) responden menjawab Tidak Setuju, 4 (10,53%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 27 (71,05%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan mampu mengambil keputusan sesuai kondisi. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Pola Kerjasama diperoleh jawaban sebagai berikut: sebanyak 6 (15,79%) responden menjawab Tidak Setuju, 4 (10,53%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 28 (73,68%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman. A. Variabel Produktivitas Kerja Secara filosofis, produktivitas merupakan sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Secara teknis produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dean keseluruhan sumber daya yang dipergunakan, produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan pasar tenaga kerja persatuan waktu dan sebagai titik tolak jika ekspansi dan aktivitas dari sikap sumber yang digunakian selama produktivitas berlangsung dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap sumber yang digunakan (Danang Sunyoto, 2013 : 202-203). Muchdarsyah Sinungan (1987: 8-9), menyatakan bahwa: Hubungan hasil nyata maupun fisik (barng- barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang. Produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan suksesnya suatu usara. Secara konseptual produktivitas menusia sering disebut sikap mental yang selalu memiliki pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Maka produktivitas harus dapat ditingkatkan dengan berbagai faktor yang dapat dipenuhi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, antara lain; pengetahuan (knowledge), keterampilan (sklills), kemampuan (abilities), sikap (atitude), dan perilaku (behaviors). Program-program produktivitas nampaknya dekat pada tiga bidang, yaitu perubahanperubahan di dalam struktur organisasi, proses-proses, dan prosedur-prosedur pelaksanaan. Bentuk-bentuk produktivitas dalam lingkup sebuah organisasi, antara lain:\ 1) Fleksibilitas dalam prosedur-prosedur pelayanan; 2) Sentralisasi manajemen yang mendukung pelayanan, seperti: mengetik, daftar gaji, pembelian; 3) Mengumpulkan laporanlaporan keuangan untuk meningkatkan pendapatan; 4) Desentralisasi yang terpilih atau reorganisasi ke dalam unit-unit yang sama; 5) Pemakaian yang meningkat mengenai ukuran-ukuran kinerja dan standar-standar kerja untuk monitor produktivitas. 6) Konsolidasi pelayananpelayanan; 7) Penggunaan model-model keputusan ekonomi rasional untuk menjadwalkan dan masalah-masalah konservasi energi lainnya. 8) Recycling projects. Dari faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tersebut, faktor kesempatan dari para pegawai untuk bekerja dengan baik sering diabaikan dan/atau tidak mendapat perhatian yang serius. Faktor lain yang berkaitan dengan produktivitas meliputi perhatian terhadap alat pengaman dan kondisi kerja. Sakit sehingga meninggalkan kerja, atau kompensasi dari pekerja, tentu berarti biaya bagi organisasi, dalam jumlah uang yang besar, dan kondisi kerja yang tidak nyaman jelas akan mengurangi kesempatan bagi pekerja untuk bekerja secara lebih efisien dan efektif (Faustino C. Gomes , 2003: 170). 1. Indikator Untuk Pekerjaan Kuantitas Waktu Menyelesaikan Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kuantitas Waktu Untuk Menyelesaikan Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 5 (13,16%) responden menjawab Tidak Setuju, 6 (15,79%) responden menjawab kadang-kadang dan 27 (71,05%) responden menjawab Setuju bahwa dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan. . Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kuantitas Waktu Untuk Menyelesaikan Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 7 (18,42%) responden menjawab Tidak Setuju, 6 (15,79%) responden menjawab kadang-kadang dan 25 (65,79%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan memberi motivasi untuk bekerja sesuai dengan target yang dibuat. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kuantitas Waktu Untuk Menyelesaikan Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 6 (15,79%) responden menjawab Tidak Setuju, 6 (15,79%) responden menjawab kadang-kadang dan 26 (68,42%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan selalu mengingatkan apa yang harus diprioritaskan. 2. Indikator Pekerjaan Kualitas Hasil Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kualitas Hasil Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 8 (21,05%) responen menjawab kadang-kadang dan 30 (78,95%) responden menjawab Setuju bahwa hasil pekerjaan menjadi lebih baik. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kualitas Hasil Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 10 (26,32%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 28 (73,68%) responden menjawab Setuju bahwa hasil pekerjaan memberi kepuasan bagi karyawan. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kualitas Hasil Pekerjaan diperoleh jawaban sebagai berikut: 0 (0%) responden menjawab Tidak Setuju, 10 (26,32%) responden menjawab Kadang-kadang, dan 28 (73,68%) responden menjawab Setuju bahwa pimpinan cukup puas dengan apa yang dihasilkan. 3. Indikator Mencapai Hasil Kemampuan Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kemampuan Mencapai Hasil diperoleh jawaban sebagai berikut: 4 (10,53%) responden menjawab Tidak Setuju, 19 (50%) responden menjawab kadangkadang dan 15 (39,47%) responden menjawab Setuju bahwa kemampuan mencapai target ada peningkatan. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kemampuan Mencapai Hasil diperoleh jawaban sebagai berikut: 10 (26,32%) responden menjawab Tidak Setuju, 17 (44,74%) responden menjawab kadang- kadang dan 11 (28,95%) responden menjawab Setuju bahwa targettarget pekerjaan dapat dilalui dengan baik. Hasil wawancara terhadap 38 responden berkaitan dengan indikator Kemampuan Mencapai Hasil diperoleh jawaban sebagai berikut: 12 (31,58%) responden menjawab Tidak Setuju, 18 (47,37%) responden menjawab kadangkadang dan 8 (21,05%) responden menjawab Setuju bahwa ada motivasi untuk mencapai target dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data yang terkumpul maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Koefisien korelasi rank spearman yang diperoleh sebesar 0,34 atau t hitung sebesar 1,88 menunjukkan terdapat hubungan (asosiasi) yang signifikan antara Komunikasi dengan Produktivitas Kerja.. Kondisi demikian menunjukkan bahwa koordinasi dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 2. Pada indikator Intensitas Komunikasi dan indikator Kerjasama terdapat beberapa karyawan menjawab tidak setuju menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi belum berjalan efektif, demikian juga dengan kerjasama yang dibina masih mengalami beberapa permasalahan memerlukan khusus.. yang perhatian B. Saran Saran yang dapat dikemukan sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Komunikasi efektif dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja sangat dibutuhkan. Karena itu sangat diperlukan pemimpin yang mampu secara efektif mengkomunikasikan kepentingan perusahaan terhadap para karyawananya. 2. Pada penelitian ini masih terlihat adanya kelemahan pada aspek pencapaian hasil. Karena itu, diperlukan upaya menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam bekerja bagi semua lini di perusahaan. BIBLIOGRAFI Awaluddin Djamin, 1990, DasarDasar Manajemen Perkantoran, Miswar Jakarta. Edi Soewarno, 1982. Aspek-Aspek Kepemimpinan Manajemen Operasional, Alumni, Bandung. Emory., 1985. Business Research Methods. Richard D. Irwin, New York. Handayaningrat, 1992, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung, Jakarta. Hani Handoko, 1986. Manajemen, Edisi II, BPFE dan LMP2MYKPN, Jakarta. J.P. Campbell Dan Richard M. Steers, 1988, Manajemen Kepegawaian. Rhineka Cipta Ilmu, Jakarta. J. Panglaykim, 1994, Management Suatu Pengantar. Ghalia Indonnesia, Jakarta. Janet M. Ruane., 2013. Metode Penelitian; Panduan Riset Ilmu Sosial. Nusa Media,Bandung. Koentjaraningrat, 1982, Metodologi Penelitian Masyarakat, LIPI, Jakarta. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1990, Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Michael H Walizer dan Paul L. Wienir, 1993. Metode dan Analisis Penelitian; Mencari Hubungan (terj. Arief Sukadi Sadiman dan Said Hutagaol). Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Mohammad Ali. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa, Bandung. Muchdarsyah Sinungan, 2000. Produktivitas; Apa dan Bagaimana, Bina Aksara, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, Jakarta. Muhammd Mustari., 2012. Pengantar Metode Penelitian. Laksbang, Yogyakarta. Sidney Siegel., 1985, Statistik Non Parametrik, Gramedia, Jakarta. Suwarno Handayaningrat, 1984, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. Gunung Agung, Jakarta. Sondang P. Siagian, 1990, Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Gunung Agung, Jakarta. Sondang P. Siagian, 1992. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta. Sugiyono., 2007. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bantung. Sugiyono., 2013. Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung. Sutrisno Hadi, 1984, Metodologi Research Jilid 1, Penerbit, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Usman Tampubolon, 1998. Metode Penelitian Ilmu Politik; Ilmu Administrasi dan Komunikasi Massa, Corp Mahasiswa Administrasi Negara FISIPOL Winarno Surachmad, 1984, DasarDasar Tehnik Research. Tarsito Bandung.