BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian utara, dan
Lempeng Pasifik di bagian Timur (Ibrahim, 2005). Pertemuan lempeng IndoAustralia dengan lempeng Eurasia terjadi di lepas pantai Sumatra, Jawa dan
Nusatenggara, sedangkan pertemuan lempeng Pasifik terjadi di utara Irian dan
Maluku Utara. Gambar 1 menunjukkan bahwa bagian selatan Pulau Jawa
merupakan daerah yang dekat dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dengan
lempeng Eurasia sehingga daerah tersebut rawan akan dampak dari pertemuan
lempeng tersebut.
Gambar 1. Peta tektonik kepulauan Indonesia dan sekitarnya (Hamilton,
1979).
1
Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini, akumulasi energi pertemuan lempeng
terkumpul di mana lapisan kerak bumi tidak sanggup lagi menahan tumpukan
energi sehingga energi tersebut terlepas dalam bentuk gempa bumi. Pelepasan
energi ini dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap keadaan di permukaan
bumi seperti terjadinya percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan
liquefaction.
Berdasarkan kondisi tersebut, tampak bahwa bagian selatan pulau Jawa rawan
akan aktivitas kegempaan. Gempa yang terjadi mengakibatkan banyak kerugian,
terlebih apabila terdapat sesar di daerah tersebut. Sesar ini akan mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar apabila di daerah tersebut kembali mengalami gempa
bumi yang berasal dari pergerakan sesar di darat.
Daerah Pacitan dan sekitarnya secara regional merupakan zona peralihan
antara jalur subduksi Zaman Kapur dengan Zaman Tersier (Purwanto,1997).
Struktur yang berkembang di daerah Pacitan dan sekitarnya adalah lipatan, sesar
dan kekar (Sampurna, 1997). Sesar di daerah Pacitan dan sekitarnya umumnya
merupakan sesar turun dan sesar geser. Sesar-sesar geser pada umumnya
mempunyai arah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Sesar yang berarah
timur laut-barat daya mempunyai jenis mendatar mengiri, sedangkan yang berarah
barat
laut-tenggara mempunyai
pergerakan
menganan
(Sudrajat, 1993).
Berdasarkan peta geologi yang terlihat pada Gambar 2, Pacitan adalah salah satu
daerah yang memiliki jumlah sesar yang cukup banyak dibandingkan dengan
daerah-daerah lain di Pulau Jawa.
2
Salah satu sesar di Pacitan adalah sesar Grindulu. Sesar Grindulu merupakan
sesar yang terbentuk pada zaman kwarter yang berorientasi timurlaut-baratdaya
dan berada di Pulau
Jawa sebelah Selatan. Sesar Grindulu merupakan jalur
patahan lempeng benua yang membentuk Pulau Jawa, yang membentang di lima
kecamatan, yakni Kecamatan Bandar, Nawangan,
Unung, Arjosari, serta
Donorojo. Sesar mayor sendiri memiliki sesar-sesar minor yang tersebar di
beberapa Kecamatan di Kabupaten Pacitan (Purwanto, 1997).
Sesar yang terletak di Kecamatan Arjosari menunjukkan adanya aktivitas
gerakan tanah disertai suara gemuruh yang terjadi pada tanggal 10 Januari 2014
yang mengakibatkan cukup banyak kerusakan, di antaranya adalah terjadinya
retakan pada dinding bangunan pada sebagian besar bangunan di Dusun Ngasem
dengan lebar beberapa millimeter sampai dengan 3 cm. Menurut informasi
penduduk retakan semakin berkembang dan melebar setelah terjadi hujan lebat.
Gerakan tanah ini mengancam 39 rumah. Lokasi bencana gerakan tanah ini secara
geografis terletak pada koordinat 111˚12’20,7” BT dan -8˚5’57,6” LS. (ESDM,
2014)
Hasil pengukuran dengan metode gravitasi dengan tujuan mencari struktur
lapisan bawah permukaan menunjukkan bahwa lapisan paling atas merupakan
lapisan sedimen tersier dengan densitas sebesar 2,51 g/cm3, lapisan bawahnya
merupakan lapisan sedimen pratersier dengan densitas sebesar 2,63 g/cm3 dan
lapisan paling bawah merupakan lapisan batuan dasar yang terdiri dari batuan
lava, basalt, granit dan andesit dengan densitas 2,81 g/cm3.
3
Gambar 2. Peta Geologi Lembar Pacitan (Samodra, dkk, 1992)
4
Selain itu dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat 2 arah orientasi sesar
Grindulu yang mengarah dari timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara. Sesar
tersebut kedalamannya mencapai lapisan batuan dasar (Indrianti, et al., 2013).
Berdasarkan data-data tersebut maka perlu adanya pengkajian mengenai
struktur dan arah sesar yang berada di Pacitan sehingga bisa meminimalisir
dampak dari aktivitas sesar. Informasi tentang sesar Grindulu ini sudah diketahui,
akan tetapi sesar-sesar minor yang berada di sekitarnya masih belum diketahui.
Analisis dengan menggunakan metode geomagnet diharapkan dapat menjelaskan
secara nyata struktur dan formasi batuan yang terdapat di sesar minor. Metode
geomagnet tepat digunakan untuk daerah perbukitan yang cukup sulit dijangkau
dibandingkan dengan metode-metode lainnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar sehingga
rawa akan gempa yang merupakan dampak dari pertemuan tersebut.
2. Pacitan adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki banyak sesar,
sehingga rawan akan kerusakan yang lebih besar apabila terjadi gempa yang
diakibatkan gerakan sesar darat.
3. Informasi mengenai sesar Grindulu sudah ada, tetapi informasi mengenai sesar
minornya masih minim.
5
4. Peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai struktur bawah
permukaan menggunakan data anomali gravitasi di daerah Pacitan sehingga
perlu dibandingkan dengan metode geomagnetik.
C. Batasan Masalah
Ruang lingkup masalah yang diamati pada penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan metode geomagnet untuk mengetahui jalur sesar minor Grindulu
ini hanya dibatasi untuk mengetahui pola anomali medan magnet dan
pemodelan struktur bawah permukaan sesar minor Grindulu.
2. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan
Jawa Timur, dengan koordinat geografis 8.10º BT-8.09º BT dan 111,12º LS –
111,15º LS.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat diperoleh rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pola anomali medan magnet jalur sesar minor Grindulu di sekitar
Kecamatan Arjosari, Pacitan berdasarkan data geomagnet?
2. Bagaimana arah dan struktur bawah permukaan jalur sesar minor Grindulu di
sekitar Kecamatan Arjosari, Pacitan berdasarkan data geomagnet?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola anomali medan magnet jalur sesar minor Grindulu
Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan berdasarkan data geomagnet.
6
2. Mengidentifikasi arah dan struktur bawah permukaan sesar minor Grindulu
Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan berdasarkan data geomagnet.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran struktur bawah permukaan serta struktur batuan dasar
pembentuk sesar Minor Grindulu Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur.
2. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam kebijakan pengembangan tata
ruang regional dan lokal maupun penelitian lanjutan.
7
Download