bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Metode gravitasi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
struktur bawah permukaan bumi yang didasarkan pada variasi medan gravitasi
bumi karena adanya perbedaan densitas antar batuan. Massa jenis batuan
merupakan sifat fisis batuan yang bisa digunakan untuk membedakan batuan yang
satu dengan lainnya. Perbedaan bentuk permukaan bumi secara lateral dan
topografi yang tidak seragam memberikan variasi nilai medan gravitasi di
permukaan bumi. Variasi nilai medan gravitasi juga dapat disebabkan oleh
persebaran massa jenis batuan yang tidak homogen, tetapi dalam studi kasus yang
ada di lapangan tidak jarang formasi geologi bawah permukaan tanah seperti
sesar, kekar, antiklin dan lainnya memberikan dampak yang signifikan pada hasil
pengukuran gravitasi.
Gempa bumi yang terjadi pada 27 Mei 2006 berskala 6,4 Richter telah
terjadi di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, meliputi daerah Bantul, Kulonprogo,
Gunungkidul, Sleman, Solo, Karanganyar, Klaten dan Prambanan. Kurang lebih
6.000 jiwa kehilangan nyawa, 50.000 orang mengalami luka-luka dan ratusan
ribu orang kehilangan tempat tinggal [Consultative Group on Indonesia (CGI),
2006]. Sumber gempa tersebut berpusat pada kedalaman 33 km dan memiliki
jarak 37 km dari garis pantai dengan episentrum di dasar Samudera Hindia pada
koordinat 7.97° LS-110.44° BT (Sulaeman dkk., 2008). Banyak peneliti
berasumsi bahwa pergerakan tektonik Sesar Opak yang menjadi penyebab gempa
tersebut. Zona patahan aktif tersebut membentang dengan arah TimurlautBaratdaya. Daerah yang dilewati sesar itu yakni Depok, Tritohargo, Ngambangan,
dan Gondowulung di Yogyakarta. Sesar itu berada 10 kilometer dari Yogyakarta
atau sekitar 5 kilometer dari Bantul.
Studi kasus mengenai sesar (patahan) menjadi penting mengingat
banyaknya korban yang telah diakibatkan oleh gempa ini (baik korban jiwa
1
2
maupun kerugian materiil). Sesar Opak merupakan sesar yang berada di sekitar
Sungai Opak, Sesar Opak ini berarah Timurlaut-Baratdaya kurang lebih U235°/
80°S, di mana blok Timur relatif bergeser ke Utara dan blok Barat ke Selatan
dengan lebar dari zona sesar ini diperkirakan sekitar 2,5 kilometer (Subawa dkk.,
2007). Namun, beberapa penelitian terbaru menyatakan
bahwa penyebab
terjadinya gempa tersebut bukan karena pergerakan Sesar Opak.
Hasil kajian deformasi koseismik yang dilakukan oleh tim peneliti dari
Teknik Geodesi ITB dan UGM bekerja sama dengan Nagoya University
menyimpulkan bahwa sesar penyebab gempa bumi 27 Mei 2006 merupakan sesar
jenis sinistral dengan panjang 18 km, lebar 10 km, strike 48° dan dip 89° dan
berada di sebelah Timur 3-4 km dari lokasi Sesar Opak yang biasa digambarkan
pada peta geologi (Abidin dkk., 2007). Sementara itu berdasarkan kajian after
shock yang datanya diambil selama 3 bulan dimulai hari ke empat setelah gempa,
sesar penyebab gempa berada kurang lebih 10-20 km di sebelah Timur dari Sesar
Opak (Walter et.al., 2008).
I.2.
Perumusan Masalah
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti lain
terdahulu, dapat disimpulkan bahwa Sesar Opak memang benar adanya, tetapi
perkiraan lokasi tepatnya sesar ini berada masih merupakan kontroversi dan
analisa penyebab pasti terbentuknya Sesar Opak masih dalam perdebatan dengan
beberapa asumsi berbeda. Akibat dari ketidakjelasan ini, maka pada penelitian ini
akan dilakukan pengkajian Sesar Opak dengan pendekatan ilmu geofisika yaitu
dengan menerapkan metode gravitasi. Hal ini dilakukan dengan harapan hasil
tulisan ilmiah ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar penetapan perkiraan
posisi serta sifat dari Sesar Opak.
I.3.
Tujuan Penelitian
Studi gravitasi yang dilakukan pada daerah penelitian tersebut dengan
melakukan pengolahan data-data lapangan dan pemisahan anomali gravitasi
memiliki beberapa tujuan, yaitu :
3
1. Memetakan anomali gravitasi daerah Bantul dan sekitarnya khususnya
Sesar Opak
2. Memodelkan kondisi geologi bawah permukaan daerah penelitian
I.4.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah, yaitu :
1. Pemisahan anomali gravitasi dilakukan dengan menggunakan metode
moving average
2. Pemodelan dilakukan berupa model 2,5D dengan menggunakan
anomali lokal, dengan kedalaman batas regional-residual yang
ditentukan melalui analisis spektrum.
I.5.
Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak di kabupaten Bantul (Gambar 1.1), Yogyakarta
dengan posisi geografis 7o53’4.09” LS – 8o1’19.81” LS dan 110015’8.96” BT –
110022’58.48” BT. Luas daerah penelitian adalah 50 km x 50 km dan berbatasan
dengan garis pantai Selatan Yogyakarta.
U
U
U
U
Gambar 1.1. Peta area penelitian (Bakosurtanal, 2003)
Download