Dauliyah Journal of Islamic and International Studies Ejournal.Unida.Gontor.ac.id International Relations Unida Gontor|Vol.1|No.2 August 2016 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control Hardi Alunaza SD Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Potensi Utama Medan [email protected] Abstract Health issue is one of national priority issue in Brunei in recent decades. Sultan of Brunei formed the seriousness of the health accord with the realization of the national development agenda Health Promotion Blueprint 2011-2015 and the Brunei Vision 2035. This paper is aims to answer the question why Brunei ratified the WHO Convention on Tobacco Control. This paper is an explanatory with qualitative approach. Data collection method in this research is through library with secondary data sources. All data are taken from books, journals, internet articles and other relevant data to the research. By using the theory of the rational actor model of decision making and the concept of health security, this research shows the policy taken by the Sultan of Brunei is a form of the Health Security of Government to the citizens. Sultan of Brunei ratified the WHO Framework Convention on Tobacco Control because of health issue is including in national development agenda. Various efforts to create Brunei Darussalam as a free smoke state in 2025 have been realized. The evidence of the successes policy of Brunei Government related to tobacco control shown by activities of imported tobacco is significantly decreased and also decreasing the number of smokers in Brunei in 2011. It was also offset by the increasing level of public health in Brunei and the achievement of some of WHO health targets as the Millennium Development Goals. Keywords: Health Security; Health Promotion; Development Goals telah mempengaruhi industri tembakau Pendahuluan Memasuki dasawarsa 90-an, gerakan secara keseluruhan (Oemry, 2014: 29). anti tembakau semakin menguat dan Kebijakan anti tembakau semakin kuat mencapai puncaknya di Amerika Serikat. ketika pada bulan Mei 1995 muncul Hal sebuah wacana untuk membentuk hukum ini antar pemboikotan lain dengan tembakau yang intelektual dan tembakau yang kemudian menghasilkan akademisi. Dampaknya terjadi penjualan resolusi World Health Assembly (WHA besar-besaran saham perusahaan tembakau 48.11). Tiga tahun kemudian, ketua WHO di dokter dipelopori lantai produk ditandai kalangan bursa. Walaupun tidak memberikan efek kehancuran pada industri tembakau, aksi boikot itu dapat dikatakan internasional Gro memfokuskan dalam Harlem hal pengendalian Burtland pengendalian mulai tembakau 176 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal menjadi isu internasional lewat program tertinggi Tobacco Free Initiative (WHO, 2009: 2). menetapkan WHO Framework Convention on Tobacco Control perjanjian (FCTC) internasional merupakan kesehatan. pengendalian prioritas FCTC tembakau dalam kesehatan masyarakat. Komitmen global ini pada yang intinya ialah untuk mengatasi secara bergerak di dalam bidang kesehatan. bersama-sama penyebaran tembakau yang Sidang Majelis Kesehatan Dunia (WHO) menjadi permasalahan kesehatan dunia. ke 56 pada bulan Mei 2003 yang dihadiri Konvensi ini sudah berlaku sejak 27 192 negara anggota WHO menetapkan Februari 2005 dan sampai saat ini sudah Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian 179 Tembakau (Framework Convention on konvensi Tobacco FCTC pemerintah setiap negara anggota untuk dirancang sejak tahun 1999 dan selesai bertanggung jawab mempromosikan dan disusun oleh WHO pada bulan Februari meningkatkan kesadaran masyarakat akan 2003. FCTC menyediakan suatu kerangka bahaya bagi upaya untuk pengendalian tembakau eksekutif, administratif dan aturan lainnya untuk yang Control). dilaksanakan pertama sebagai dalam Naskah oleh pihak-pihak terkait di tingkat nasional, regional dan internasional guna mengurangi prevalensi negara yang telah meratifikasi ini. rokok FCTC oleh efektif mengharapkan upaya legislatif, dan mengikat (http://ash.org/what-is-the-fctc/). Tujuan dari Konvensi dan protokol- konsumsi rokok serta paparan terhadap protokolnya asap rokok. FCTC mempunyai kekuatan generasi sekarang dan mendatang terhadap mengikat secara hukum bagi negara-negara kerusakan kesehatan, konsekuensi sosial, yang telah meratifikasinya. lingkungan dan ekonomi karena konsumsi Instrumen adalah untuk melindungi dalam FCTC ialah memberikan beberapa tembakau peraturan terkait dengan cara pengendalian tembakau, dengan menyediakan suatu tembakau di dalam negeri untuk menekan kerangka kematian tidak tembakau untuk dilaksanakan oleh pihak- berjangkit yang disebabkan oleh asap pihak terkait di tingkat nasional, regional rokok (Jenae Saly, 2011: 59). dan internasional guna mengurangi secara dan penyakit-penyakit WHO FCTC dikembangkan untuk menanggapi tembakau globalisasi dan merupakan dan bagi paparan upaya kepada pengendalian berkelanjutan dan bermakna prevalensi epidemik penggunaan perjanjian terhadap asap rokok (WHO, 2003: 5). berbasis bukti yang menegaskan kembali hak hidup semua orang untuk standar asap tembakau serta paparan 177 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control “The objective of this Convention and peran dan bahaya yang ditimbulkan oleh its protocols is to protect present and rokok, penggunaan tembakau merupakan future generations from the devastating salah satu dari empat faktor utama sebagai health, and penyebab penyakit tidak berjangkit (Non- tobacco Communicable Diseases-NCDs). Menurut consumption and exposure to tobacco data dari WHO, 90% penyakit kanker smoke by providing a framework for paru-paru, 75% penyakit bronkitis kronis tobacco serta economic social, environmental consequences control of measures to be 25% penyakit jantung adalah implemented by the Parties at the national, disebabkan regional and international levels in order (www.moh.gov). Di Brunei sendiri, rokok to reduce continually and substantially the adalah penyebab utama kematian dan prevalence of tobacco use and exposure to paling di anggap mengancam kehidupan tobacco smoke”, Article 3 FCTC. warga Brunei. Brunei merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian lebih di bidang kesehatan, mengingat banyak sekali penyakit-penyakit yang muncul di tengah kehidupan warga yang menyebabkan angka kematian cukup tinggi di Brunei. Dalam beberapa dekade terakhir, penyakit yang paling sering dialami warga Brunei ialah penyakit kanker, jantung koroner, penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus yang menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Brunei Darussalam (www.who.int). Kanker paru-paru penyumbang utama kematian di Brunei pada tahun 2008, dan 90% dari kasus kanker paru-paru tersebut ialah disebabkan oleh asap rokok (Wilson, 2010). Masalah kesehatan yang terjadi hampir di seluruh negara tidak lepas dari Tulisan bagian, oleh ini asap terbagi pertama rokok menjadi adalah tiga penjelasan mengenai latar belakang permasalahan isu kesehatan di Brunei dan WHO Convention on Tobacco Control, Kedua menjelaskan mengenai rasionalitas Brunei meratifikasi WHO Convention on Tobacco Control dengan kebijakan menganalisa dalam dari rasionalitas health promotion blueprint dan wawasan Brunei 2035. Serta, alasan dan konsekuensi kebijakan Luar Negeri Brunei dalam Ratifikasi FCTC. Kerangka Teori dan Konsep Model Aktor Rasional Dalam kasus ini, kajian teori yang digunakan yaitu teori politik luar negeri dari Graham T. Allison untuk menganalisa model kebijakan luar negeri Pemerintah Brunei. Politik luar negeri suatu negara dirumuskan dalam suatu proses pembuatan 178 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal keputusan making process). perilaku teori pembuat pemerintahan demi mencapai kepentingan keputusan dari Graham T. Allison model nasionalnya. Juga dijelaskan bahwa untuk pertama yaitu Model Aktor Rasional. mencapai kepentingan nasional, peran Dalam model ini, kebijakan luar negeri individulah yang lebih dominan dalam dipandang sebagai akibat dari tindakan- mengambil keputusan. Penulis (decision menggunakan tindakan aktor rasional dimana alternatifalternatif terbaik diambil individu dalam setiap Dalam fenomena yang sedang dikaji, berdasarkan penulis melihat bahwa politik luar negeri pemikiran strategis atau pertimbangan Brunei dalam mengambil sebuah kebijakan untung rugi (cost and benefits) atas sangat dominan oleh peran Sultan sebagai masing-masing Dengan rezim di negaranya, yakni Sultan Haji demikian politik luar negeri memusatkan Hassanal Bolkiah. Mengingat Kerajaan perhatian pada kepentingan nasional dan Brunei Darussalam adalah negara yang tujuan dari suatu bangsa (Perwita, 2005: memiliki corak pemerintahan monarki 63). konstitusional yang mengarah ke absolut alternatif. Pada Model Aktor Rasional ini, dengan Sultan yang menjabat sebagai Graham T. Allison memfokuskan pada kepala negara dan kepala pemerintahan, ‘state centric’. Dimana pengaruh yang sekaligus ditimbulkan dilihat dari pemimpinnya yang menteri, menteri keuangan dan menteri menjadi objek unit analisis (Scoot Burchil, pertahanan di 2009: 18). Analisis dari model pembuat dianggap paling keputusan ini didasari oleh tujuan dan merumuskan suatu kebijakan luar negeri sasaran yang ingin di capai. Dalam proses guna melindungi masyarakatnya. Dalam pengambilan keputusan, terdapat pilihan- hal ini terkait ratifikasi WHO FCTC, pilihan akan Brunei mengambil langkah tersebut untuk diterima oleh pemerintah suatu negara. melindungi permasalahan kesehatan terkait Sehingga pilihan terbaik akan diambil tembakau dan rokok yang mengancam menjadi kebijakan luar negeri untuk kesehatan masyarakat Brunei. dan mencapai konsekuensi tujuan negara. yang Penjelasan sederhana dari Mohtar Mas’oed (1990, 234) mengenai model aktor rasional ialah memandang politik luar negeri terlahir dari tindakan-tindakan aktor dengan proses intelektual yang lebih menekankan merangkap sebagai Brunei. Peran penting perdana Sultan untuk Konsep Health Security Penulis menggunakan konsep health security sebagai menjelaskan alat bagaimana analisa guna perlindungan pemerintah terhadap masyarakat Brunei. 179 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control Health security sendiri merupakan bagian terhadap kesehatan dan proteksi dari dari human security. Human security berbagai penyakit. pertama kali diperkenalkan di UNDP 1994 Konsep dari human security sendiri yakni dalam Human Development Report. dapat digunakan untuk menjelaskan segala Dalam security sesuatu yang berkaitan dengan tujuh aspek didefinisikan sebagai “safety from such yang telah dijelaskan oleh UNDP sendiri chronic threats as hunger, disease and tanpa repression; and protection from sudden termasuk and hurtful disruptions in the patterns of berkembang atau sedang berkembang. UNDP 1994 human daily life-whether in homes. In jobs or in communities (Hiroshi, 2009:22)” Dari definisi diatas, laporan UNDP 1994 menspesifikasikan elemen apa saja yang termasuk dalam human security, diantaranya adalah keamanan di bidang ekonomi yakni kemiskinan. makanan, memiliki bebas dari Keamanan dimana akses memperoleh adanya mengenai masyarakat yang mudah makanan. harus dalam Keamanan lingkungan yakni berupa perlindungan dari masalah polusi. Keamanan pribadi lebih menekankan kepada penyiksaan, perang, memandang dalam Pada intinya negara tersebut kategori jaminan maju kesehatan, merupakan bagian penting dari keamanan manusia. Hal ini menjadi basis pertama pertahanan terhadap keadaan darurat dalam kesehatan. Akibat dari hadirnya globalisasi menjadikan permasalahan ini lebih kompleksitas, berurusan dengan skala dan tingkat jaminan kesehatan akan membutuhkan upaya internasional yang lebih besar dan dukungan dari berbagai elemen yang terkait (Aldis, 2008: 369375). Rebecca Katz (2015) memberikan obat definisi yang lebih luas terkait dengan terlarang, kekerasan domestik, bunuh diri, health security yang fokus pada ancaman dan terhadap tindakan kriminal, bahkan penggunaan kecelakaan lalu lintas. individu. Konsep keamanan kepada manusia, hak dan kemampuan individu, perlindungan terhadap budaya tradisional komunitas dan masyarakat untuk memiliki dan kelompok etnik. Keamanan politik keamanan hidup yang bebas dari rasa dijelaskan mengenai kebebasan berpolitik, takut. Menjaga kesehatan publik biasanya dan kebebasan dari penindasan dalam menjadi perhatian dalam negeri. Namun, berpolitik dan keamanan kesehatan yang di dengan lahirnya globalisasi, kesehatan dalamnya menjelaskan mengenai akses masyarakat semakin diakui sebagai hal Keamanan komunitas lebih 180 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal penting dalam kebijakan luar negeri. permasalahan kesehatan. Pemerintah Sehingga kebijakan luar negeri dipandang Brunei terus melakukan pengawasan serta sebagai sebuah mekanisme penting untuk pengembangan terkait regulasi yang telah melindungi kesehatan masyarakat. dijalankan di Negara Brunei. Dalam menganalisa fenomena yang sedang dikaji penulis lebih melihat kepada health security. Karena melihat bagaimana kebijakan Pemerintah Brunei dalam Hasil dan Pembahasan Rasionalitas Brunei Meratifikasi WHO menangani permasalahan kesehatan yang Framework ada Control di negaranya. Terlepas Brunei Convention on Tobacco dikategorikan sebagai negara maju maupun Ketika sebagian besar negara-negara negara berkembang, Brunei sendiri mulai di kawasan Asia Tenggara sibuk menaruh memperhatikan kesehatan sejak tahun perhatiannya 1996 melalui pidato yang disampaikan Pemerintah Brunei mulai melirik hal oleh Sultan Hasanah Bolkiah selaku lainnya, yaitu permasalahan kesehatan pemimpin negara. Pidato-pidato Sultan yang mulai di tunjukkan Brunei sekitar telah terbukti melalui kebijakan yang telah tahun 1990an melalui pidato-pidato yang diambil Sultan dalam regulasi tembakau dilontarkan oleh Sultan. Selain untuk dan rokok di Brunei. memberantas Dalam beberapa dekade terakhir, dampak dari adanya asap rokok merupakan penyebab utama kematian di Brunei. Hal ini dibuktikan melalui penyakit-penyakit Non Communiable Diseases (NCDs) yang telah dialami Pemerintah masyarakat melalui Sultan Brunei. melihat permasalahan kesehatan di Brunei sebagai ancaman yang sangat serius. Karena itu penulis melihat bahwa langkah maupun kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Brunei melalui ratifikasi The WHO FCTC adalah sebagai bentuk Health Security pemerintah terhadap dalam bidang permasalahan ekonomi. kesehatan yang terjadi di Brunei, hal ini juga dikarenakan jumlah penduduk Brunei yang sedikit yakni sekitar 406.000 jiwa (http.pkpt.net), jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Di sisi lain, minimnya jumlah penduduk Brunei yang secara tidak langsung berdampak terhadap kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan pemerintah guna mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Selain itu, Pemerintah Brunei memandang bahwa penyakit tidak berjangkit (NCD-s) merupakan ancaman bagi pembangunan sosial ekonomi dan 181 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control menjadi penghalang Pembangunan terhadap Milenium Tujuan Dalam konvensi pengendalian tembakau (Millenium ini, negara-negara yang telah meratifikasi Development Goals-MDGs). diikat secara hukum internasional dalam Pemerintah Brunei mempunyai cara tersendiri untuk meningkatkan harapan bentuk Internationality legally binding instrumen (WHO, 2015). hidup masyarakatnya, selain membangun Adapun tindakan nyata yang telah di kapasitas medis dan pelayanan kesehatan ambil Pemerintah Brunei guna melindungi pada tingkat spesialis, Pemerintah Brunei masyarakatnya sesuai dengan instrumen juga FCTC. Pemerintah Brunei pada tanggal 1 melakukan gerakan-gerakan pencegahan melalui program kesadaran. Juni Salah dengan beberapa peraturan terkait masalah rokok memberantas kebiasaan merokok melalui dan peraturan-peraturan tembakau 2007 amandemen yang dibuat dalam bea dan yang salah satu isinya berbunyi “penjualan cukai produk satu rokok, caranya adalah tembakau dan produk 2005 secara rokok resmi kepada menerapkan anak berusia tembakau. Hal ini membuat masyarakat dibawah 18 tahun merupakan tindakan Brunei ilegal serta melarang semua iklan rokok sadar ditimbulkan akan bahaya oleh rokok. yang Brunei dipasang di area pemerintahan” menganggap bahwa rokok merupakan (Azzaraimy, 2008). Hal inilah yang pada salah satu barang yang paling berbahaya akhirnya membuat jumlah impor rokok dan merupakan sumber penyakit. dan Oleh karena itu Brunei telah tembakau penurunan. di Brunei Mengingat mengalami Brunei juga menandatangani, meratifikasi, dan menjadi merupakan salah satu negara yang tidak bagian dari kerangka kerja WHO yaitu The memproduksi tembakau maupun rokok WHO Framework Convention on Tobacco (Abdul Latif, 2013: 2) Control (WHO FCTC) pada 3 Juni 2004. Kesehatan merupakan salah satu Brunei menjadi Negara ke-18 dari 172 agenda yang telah dimasukkan dalam negara (WHO rencana pembangunan nasional Brunei, FCTC) menyediakan suatu kerangka bagi yaitu pembangunan jangka pendek dan upaya untuk jangka panjang. Pembangunan jangka dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait di pendek Pemerintah Brunei ialah Health tingkat nasional, regional dan internasional Promotion guna mengurangi prevalensi konsumsi merupakan satu dokumen kerangka kerja rokok serta paparan terhadap asap rokok. promosi kesehatan untuk tahun 2011-2015 yang meratifikasinya. pengendalian tembakau Blueprint 2011-2015. Ini 182 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal yang mengandung strategi-strategi jangka kesehatan. Sedangkan pada tahun 2010 pendek Sultan dan sederhana untuk melihat faktor lain mempromosikan cara hidup sehat dan mempengaruhi mencegah penyakit kronik di Brunei Brunei, (Aliddin, 2014). Sedangkan pembangunan kebersihan, dan lain-lain. Serta pada tahun rencana jangka panjang Brunei ialah 2011 Sultan mulai memfokuskan rokok Wawasan Brunei 2035 atau Vision Brunei sebagai 2035. sendiri kesehatan masyarakat dan juga merupakan terhadap kesehatan telah dimulai jauh penyebab utama kematian di Brunei (TC sebelum kesehatan menjadi salah satu Laws, 2013). Kebijakan yang dibuat oleh bagian dari Vision Brunei 2035. Hal ini Brunei tidak hanya bersifat domestik, dibuktikan dengan pidato-pidato yang telah melainkan Brunei juga mengambil langkah disampaikan oleh Sultan pada tahun 2011. internasional guna melindungi kesehatan Salah masyarakatnya. Perhatian satu pemerintah contoh pidato yang seperti In the field of health, aside from menjadi tahun bagian masyarakat halnya sebuah Sejak dikemukakan oleh Sultan berbunyi : kesehatan dalam makanan, ancaman 1985, dari terhadap Brunei World telah Health building up the Nation’s medical services Organization (WHO), masuknya Brunei capacity at the specialist level, efforts to dalam WHO guna meningkatkan kualitas improve health should also be intensified hidup through awareness kesehatan (UN, 2014). Pada tahun 2004, programmes. This includes strengthening Brunei juga telah meratifikasi kerangka efforts kerja tembakau dengan WHO FCTC yang prevention to and completely eradicate the masyarakatnya di amandments made in the duty and excise internasional of tembakau. Brunei juga ikut serta dalam tobacco and tobacco Products (www.bt.com.bn) terdapat terkait dangerous habit of smoking through the cigarettes, dalamnya terutama mengenai perjanjian pengendalian WTO (World Trade Organization) sejak Pidato yang disampaikan oleh Sultan tahun 1995 (WTO, 2014). Keikutsertaan tiap tahunnya lebih berkembang dalam Brunei dalam WTO bertujuan untuk capaian kesehatan, dimana perkembangan meningkatkan standar produk yang masuk tersebut membawa pemerintah Brunei ke dalamnya. Karena di dalam WTO lebih terdapat memperhatikan kesehatan 2 perjanjian yang spesifik masyarakatnya. Dalam pidato 1996 yang mengenai keselamatan pangan, kehidupan, menjadi fokus perhatian pemerintah Brunei keselamatan hewan, tumbuhan dan standar adalah peningkatan kualitas pelayanan produk. Perjanjian tersebut meliputi 183 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control sanitary and phitosanitary (SPS) dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat technical barrier to trade, dengan begitu Brunei dan memperkenalkan pada dunia tidak sembarang produk bisa dengan Negara Brunei Darussalam. Pada Januari mudah masuk ke dalam Brunei, terutama 2008, Sultan Haji Hassanal Bolkiah secara produk-produk makanan serta produk- resmi telah mengeluarkan kerangka kerja produk lain yang dapat merusak kesehatan National Vision atau Wawasan Brunei masyarakat Brunei (Herdjanto, 2015). 2035 (Hairaney, 2010). Dalam rangka kerja ini, terdapat 3 poin penting yang Health Promotion Blueprint 2011-2015 Blueprint promosi kesehatan atau ingin dicapai Pemerintah Brunei untuk pembangunan yang berkualitas, yaitu: 1). (Health Promotion Blueprint) 2011-2015 Menciptakan adalah untuk berpendidikan, mempunyai keterampilan agenda kesehatan dari pemerintah untuk dan beradab yang diukur dengan standar masyarakat Brunei. Blueprint ini dibuat internasional tertinggi 10 negara tertinggi untuk mempromosikan kesehatan yang di di dunia. 2). Memberikan kualitas hidup dalamnya mengandung strategi jangka yang tinggi terhadap masyarakat, setara pendek dengan 10 negara tertinggi di dunia. 3). dokumen rangka kerja untuk membiasakan masyarakat masyarakat yang Brunei dengan cara dan kebiasaan hidup Perekonomian sehat. Blueprint disini bertujuan untuk berkelanjutan mencegah serta memberantas penyakit kapita yang tinggi di negara, setara dengan kronik yang terjadi di Brunei (WHO, 10 negara tertinggi di dunia (Brunei Prime 2011). Penyakit tidak berjangkit di Brunei Minister, 2008) yang dengan dinamis dan pendapatan per memang telah menjadi penyebab utama Permasalahan kesehatan telah menjadi kematian di Negara Brunei. Blueprint salah satu isu penting dalam agenda Promosi Kesehatan ini telah dirumuskan nasional pada Wawasan Brunei 2035, dalam kesepakatan dengan stakeholder Sultan melalui Kementrian Kesehatan terkait kesehatan untuk Brunei telah menjadikan kesehatan sebagai meningkatkan kesehatan masyarakat Brunei. suatu visi tersendiri yang ingin dicapai dalam Pemerintahan Brunei sesuai dengan Wawasan Brunei (Vision Brunei) 2035 Pemerintah Brunei telah merumuskan rangka kerja pembangunan jangka panjang dalam waktu 30 tahun untuk terus salah satu dari tiga poin penting tujuan pembangunan diatas, yaitu memberikan kualitas hidup tertinggi kepada masyarakat di negaranya. Adapun dalam Vision Brunei 184 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal 2035, terdapat salah satu agenda kesehatan daya alam yang melimpah dan didominasi yang menjadi fokus perhatian pemerintah, oleh industri minyak dan gas. Brunei juga yaitu Health Vision 2035 yang bertemakan memiliki luas wilayah sekitar 5,765 sq km Together Towards a Healthy Nation. Visi (Asia ini dibandingkan bertujuan untuk memberikan Pasific News, 2014). dengan negara Jika sesama pendekatan holistik dan komprehensif anggota ASEAN yaitu Singapura, dari segi dalam memberikan pelayanan kesehatan luas wilayah yang hanya sekitar 660 sq dengan cara yang lebih efektif dan efisien km, Singapura (Abdul Salam, 2009). penduduk yang jauh diatas Brunei yaitu Alasan dan Konsekuensi Kebijakan sekitar 5,47 juta jiwa didalamnya. Hal Luar Negeri Brunei dalam Ratifikasi inilah FCTC kekhawatiran Pemerintah Brunei dalam Dalam proses kebijakan luar negeri yang pengelolaan justru memiliki jumlah menjadi sumber salah daya satu alam di terkait ratifikasi FCTC oleh Pemerintah negaranya. Selain itu, Pemerintah Brunei Brunei pada 3 Juni 2004. Sultan melihat melihat bahwa bahaya asap rokok yang beberapa pilihan untuk menentukan suatu ditimbulkan keputusan yang akan dibuat. Alternatif berjangkit ini merupakan ancaman yang terbaik dan menguntungkan akan diambil serius bagi pembangunan sosial ekonomi dengan segala di Brunei. Begitu pun dengan tujuan yang konsekuensi yang harus diterima oleh ingin dicapai pemerintah melalui Tujuan Pemerintah Brunei guna mencapai tujuan Pembangunan negara Development Goals-MDGs). mempertimbangkan atau kepentingan nasionalnya. Permasalahan kesehatan terkait rokok dan tembakau memang telah menjadi melalui Sultan penyakit Millenium Brunei menyampaikan bahwa (Millenium juga telah dalam bidang penyumbang utama kematian di Brunei ekonomi, melalui penyakit-penyakit tidak berjangkit alternatif-alternatif yang bisa digunakan seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan diabetes kebijakan. Namun dalam kesehatan, Sultan mellitus dan penyakit kardiovaskular. mungkin tidak dipilih dalam banyak terdapat mengambil suatu menegaskan dan memandang bahwa tidak Minimnya penduduk Brunei yang ada pilihan lain selain mengutamakan hanya sekitar 406.000 jiwa juga menjadi kesehatan indikator penting Pemerintah Brunei dalam kesehatan dan kehidupan adalah hal yang fokusnya Brunei utama yang harus dijaga di dalam hidup. adalah negara kecil yang memiliki sumber Dalam hal ini terkait rokok, Sultan terhadap kesehatan. dalam negaranya, karena 185 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control memang melihat bahwa rokok mempunyai pandangannya melihat bahwa hukum ini keuntungan dalam ekonomi di negaranya, diterapkan dalam menegakkan keadilan namun bahaya yang mengancam kesehatan dengan menolong agama Allah di muka disini lebih menjadi pilihan Sultan Brunei bumi untuk kemaslahatan bersama di untuk Brunei tetap mengutamakan kesehatan (Khullar, penelitian masyarakatnya (Dorotheo, 2014). dari 2014). Berdasarkan pakar-pakar mengenai Konsekuensi dari ratifikasi Brunei bahaya rokok dan melalui penyebaran terhadap FCTC adalah permasalahan pada epidemiknya, terdapat 4000 bahan kimia industri tembakau asing yang masuk ke beracun dalam kandungan asap rokok negara Brunei. Industri tembakau kini tersebut (Majidah, 2014). Kerajaan Sultan menggunakan perjanjian perdagangan dan melihat bahwa merokok adalah suatu investasi tindakan pembaziran dan memudaratkan kesehatan pengendalian tembakau paling tinggi di masyarakat Brunei. Oleh karena itu, Asia Tenggara. Mengingat kawasan inilah menurut fatwa Kerajaan Brunei, merokok yang pengguna telah diharamkan di Negara Brunei pada tembakau paling tinggi di dunia. Taktik tahun 2011 melalui hukum syara’. Menurut Industri diatas kini telah digunakan di hukum syarak, merokok dianggap sebagai seluruh dunia untuk melawan upaya dalam sebuah dosa karena membawa kerugian mengurangi tembakau. (mudharat) bagi para perokok dan orang- Bergabungnya Brunei dalam TPP, semakin orang di sekitar mereka yang telah mempermudah industri tembakau untuk diabaikan dampaknya. untuk menjadi mengambil menentang salah satu penggunaan hak perjanjian dalam perdagangan internasional. Hal ini menjadi Dampak Regulasi Tembakau dan Rokok kerugian di Brunei Pemerintah sekaligus Brunei tantangan dalam bagi meredam penggunaan tembakau di negaranya. Pandangan Hukum Syariah Implikasi dari hadirnya regulasi dan strategi kesehatan yang telah dikelurakan Islam Terhadap Tembakau dan Rokok Pada 1 Mei 2014, Brunei akhirnya menerapkan secara resmi hukum pidana syariah. Saat ini, Brunei adalah negara pertama yang menerapkan hukum syariah secara nasional. Sultan Brunei dalam oleh Pemerintah Brunei dinilai telah berhasil meredam peredaran industri tembakau yang masuk ke negaranya, begitu juga dengan konsumsi rokok yang terjadi pada masyarakat Brunei. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya kadar merokok pada masyarakat Brunei yang 186 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal mulanya sekitar 20% pada tahun 1997 tanda penurunan penggunaan konsumsi menjadi tembakau di negaranya. 17% pada tahun 2011 (http://moh.gov.bn/ncd/index.htm). Masyarakat Brunei juga semakin sadar akan bahaya dan dampak yang mengancam kesehatannya. Menurut World Bank report on Curbing The Tobacco Epidemic, peningkatan pajak tembakau menjadi cara yang paling efektif untuk mencegah anakanak menjadi perokok. Harga yang tinggi pada rokok akhirnya mendorong remaja untuk mengurangi mereka. Melalui tembakau konsumsi rokok peningkatan pajak adalah keberhasilan salah Brunei satu dalam nilai meredam peredaran tembakau di negaranya. Kesimpulan Rasionalitas Brunei Darussalam melalui Sultan Haji Hassanal Bolkiah meratifikasi WHO FCTC karena isu kesehatan termasuk dalam agenda pembangunan nasional. Berbagai upaya untuk menciptakan Negara Brunei bebas asap rokok 2025 telah direalisasikan Brunei. Sultan Brunei telah memfokuskan perhatian pada permasalahan kesehatan sejak tahun 1990an melalui berbagai pidato yang telah disampaikan. Dalam kurun Brunei Hal ini dibuktikan dari penurunan Pemerintah waktu 2004-2014, telah Pemerintah merancang dan mengimplementasikan agenda kesehatan importir rokok yang masuk ke negaranya, dalam jumlah Brunei Brunei guna meningkatkan kualitas hidup mengalami penurunan yang signifikan masyarakatnya. Salah satu permasalahan sampai ini kesehatan yang muncul dan dianggap disebabkan kenaikan bea cukai pajak dan paling berpengaruh dalam beberapa dekade persyaratan perizinan pada tahun 2010 terakhir di Brunei ialah terkait penyebaran serta epidemik tembakau importir pada rokok tahun peningkatan di 2013. Hal peringatan pada pelabelan kemasan bergambar yang sampai tujuan nasional pembangunan yang mengancam kesehatan masyarakat Brunei. pada 75% di Brunei (SEATCA, 2014: 12). Permasalahan kesehatan yang terjadi Brunei berada pada peringkat keempat di Brunei terutama terkait penyebaran terbaik peringatan epidemik tembakau membuat Sultan secara kesehatan rokok dari 198 negara. Ini tegas meratifikasi FCTC pada tahun 2004 menjadi salah satu dampak positif dari dan mengadopsi instrumen yang ditetapkan regulasi-regulasi yang terus diperketat oleh FCTC melalui Tobacco Order 2005, Pemerintah Brunei dan menjadi tanda- Peraturan-Peraturan 2007 dan Tobacco di dunia dalam Regulation Amendments 2012. Begitu pun 187 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control dengan fatwa haram rokok yang memiliki dari target kesehatan yang ditetapkan dampak WHO positif penggunaan untuk menekan tembakau, mengingat masyarakat Brunei sangat taat terhadap agamanya. Bentuk keseriusan Sultan dalam Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs). Tulisan ini hanya ingin menegaskan bahwa kebijakan pemerintah Brunei Brunei terhadap kesehatan juga selaras Darussalam meratifikasi dengan adalah karena alasan kesehatan yang direalisisasikannya agenda tujuan FCTC pembangunan nasional Health Promotion tertuang Blueprint 2011-2015 dan Vision Brunei millennium dengan melihat dari health 2035 yang di dalamnya terdapat poin promotion blueprint dan Vision Brunei penting untuk memberantas penggunaan 2035. Serta, dampak dari kebijakan yang tembakau dan rokok di negaranya. diambil berpengaruh terhadap regulasi Penulis melihat bahwa kebijakan yang dalam WHO pembangunan tembakau dan rokok di Brunei Darussalam. diambil oleh Sultan Brunei ialah bentuk Hasil dari health security Pemerintah terhadap Brunei meratifikasi WHO FCTC dalam masyarakatnya. Sultan telah menyatakan tulisan ini bisa saja mengalami perbedaan bahwa kesehatan merupakan hal yang jika ditulis oleh peneliti lain yang melihat lebih diutamakan dibanding nilai ekonomi dari sudut pandang yang berbeda. yang didapat dari industri tembakau di negaranya. Pemerintah Brunei memiliki dilema terkait dengan minimnya jumlah penduduk Brunei yang akan berdampak pada pengelolaan sumber daya alam yang melimpah di negaranya. Adapun dampak yang menjadi bukti keberhasilan Pemerintah Brunei terkait pengendalian tembakau di negaranya ialah menurunnya penjelasan mengenai kebijakan DAFTAR REFERENSI BUKU: Burchil, Scoot. 2009. Teori Hubungan Internasional. Bandung: Nusa Media. Dorotheo, Ulysses. 2014. Priorities and policy making for tobacco control in ASEAN. Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan metodologi, Jakarta : LP3ES. tingkat impor tembakau di Brunei secara signifikan dan menurunnya jumlah perokok di Brunei pada tahun 2011. Hal ini juga diimbangi dengan terus meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat Brunei pada tiap tahunnya dan tercapainya sebagian Latif, Abdul. Smoking: Brunei Darussalam Perspective. Brunei Darussalam: Ministry of Education. Oemry, AF. 2014. Pengendalian Perdagangan Tembakau Berdasarkan FCTC. Universitas Sumatera Utara. 188 Hardi Alunaza SD | DAULIYAH Journal Ohta, Hiroshi. 2009. The Interlinkage of Climate Security and Human Security: The Convergence on Policy Requirements. Denmark: Waseda University. Perwita, Bantu. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosdakarya. TCSC Indonesia. Framework Convention on Tobacco Control. Jakarta: TCSC IAKMI. World Health Organization. 2003. WHO Convention on Tobacco Control, Swiss: WHO Press. World Health Organization. 2009. History of the World Health Organization Framework Convention on Tobacco Control. Swiss: WHO Press. JURNAL, MAKALAH, LAPORAN PENELITIAN Aldis, William. 2008. Health Security as a Public Health Concept: a Critical Analysis. Oxford Journal Medicine and Health Volume 23 Issue 6 Neltje Saly, Jenae. 2011. Laporan Akhir Penelitian Hukum Efektivitas Peraturan Terkait Pengendalian Produk Tembakau Terhadap Kesehatan, Jakarta: Kementrian Hak Asasi Manusia. SEATCA. 2014. ASEAN Tobacco Tax Report Card. Working paper of Regional Comparisons and Trends INTERNET: Action on Smoking and Health. 2012. What is the FCTC. Diakses melalui laman http://ash.org/what-is-thefctc/ pada tanggal 26 April 2015, 11.03 WIB Azzaraimy. 2008. Tobacco Order Now In Force, diakses melalui http://www.moh.gov.bn/news/20080 602a.html pada 26 April 2015, 20.41 WIB BBC News Asia-Pacific.2014. Brunei Profile. Diakses melalui http://www.bbc.com/news/worldasia-pacific-12990058 (03 Desember 2014, 17.35 WIB) Brunei Darussalam national Multisectoral Action Plan for the Prevention and Control of Noncummunicable Diseases (BruMAP-NCD). 2013. Diakses melalui ftp://ftp.wpro.who.int/scratch/NHP/ NCD/NCD-policiesWPR/BRN/FINALBRUMAPBOOK.p df pada tanggal 26 April 2015, 20.48 WIB Brunei Darussalam-World Health Organization. 2014, diakses melalui http://www.who.int/nmh/countries/b rn_en.pdf pada tanggal 26 April 2015, 22.01 WIB Catherine Wilson. 2010. Smoking top cause of cancer death in Brunei, via http://www.bt.com.bn/sciencetechnology/2010/04/08/smokingtop-cause-cancer-death-brunei pada tanggal 26 April 2015, 22.06 WIB Dato Paduka Haji abdul Salam bin Abdul Momin. 2009. Strategi Kesihatan Visi 2035, diakses melalui http://www.nationalplanningcycles. org/sites/default/files/country_docs/ Brunei%20Darussalam/vision_book let.pdf pada tanggal 26 April 2015, 22.10 WIB Edy Herjanto, Notifikasi Dalam Perjanjian TBT-WTO Dalam Perkembangannya, diakses melalui 189 Kebijakan Pemerintah Brunei Darussalam Meratifikasi The WHO Framework Convention on Tobacco Control https://docs.google.com/viewer?a=v &q=cache:ChafCAAEM9cJ:www.bs n.go.id pada tanggal 26 April 2015, 21.01 WIB Haji Aliddin bin Haji Moktal. 2014. Pusat Promosi Kesehatan, diakses melalui http://www.pelitabrunei.gov.bn/nasi onal/item/9199-pusat-promosikesihatan-sentiasa-dipantaudireview pada tanggal 26 April 2015, 20.47 WIB Khullar, Arshiya. 2014. Brunei adopts sharia law amid international outcry (http://edition.cnn.com/2014/05/01/ world/asia/brunei-sharia-law/ diakses pada 22 November 2015) Ministry of Health Brunei Darussalam.2014. Kempen Kebangsaan Penyakit-Penyakit Tidak Berjangkit. Diakses melalui http://moh.gov.bn/ncd/index.htm (05 Desember 2014, 08.11 WIB) Menu data statistis Negara-negara. 2015. Jumlah Penduduk di Seluruh Dunia, diakses melalui laman http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a= area&info1=6 pada tanggal 26 April 2015, 20.32 WIB Ministry of Health. 2014. MAC. Diakses melalui http://www.moh.gov.bn/bulletinsnew sletters/download/Fokus153.pdf pada tanggal 22 April 2015, 20.03 WIB Mrs Hajah Siti Hairaney. 2010. Country Report Brunei Darussalam 2010, diakses melalui http://www.aseanvaluers.org/PDF/ Country%20Report%20of%20Brune i%20Darussalam%202010.pdf pada tanggal 26 April 2015, 22.01 WIB Rebecca Katz. WHO. Foreign Policy and Health Security, diakses melalui http://www.who.int/trade/glossary/st ory030/en/ pada tanggal 26 April 2015, 20.31 WIB The Prime Minister Office. 2008. Brunei’s National Vision, diakses melalui http://www.bedb.com.bn/why_wawa san2035.html pada tanggal 26 April 2015, 22.08 WIB Tobacco Control Laws. 2013. Brunei Darussalam, diakses melalui http://www.tobaccocontrollaws.org/ legislation/country/bruneidarussalam/summary pada tanggal 26 April 2015, 20.51 WIB United Nations Treaty Collection. 2014. Constitution od the World Health Organization. WHO. 2011. Health Promotion Blueprint Brunei 2011-2015, diakses melalui http://www.mindbank.info/item/3105 pada tanggal 26 April 2015, 21.04 WIB WHO. 2015. WHO Framework Convention on Tobacco Control, diakses melalui http://www.who.int/fctc/text_downlo ad/en/ pada tanggal 26 April 2015, 20.41 WIB World Trade Organization. 2014. Brunei Darussalam and the WTO, diakses melalui http://www.wto.org/english/thewto_ e/countries_e/brunei_darussalam_e. htm (23 pada tanggal 26 April 2015, 20.53 WIB