Meditasi Itu, Mudah

advertisement
Edisi 009
Rp 20.000,- (dana parami)
Lak Gwee Cap Kauw
2561/2010
Di Klenteng Boen Tek Bio
DHAMMA&SAINS
Hawking, Buddha dan Tuhan
KOAN ZEN
Payung di saat Hujan
SELEBRITIS BUDDHIS
Mick Jager
Meditasi Itu, Mudah
ind nes
o
ia
y
a
y
asan sat
JADWAL RETREAT
SATIPATTHANA
a
ip
atthan
Yasati Meditation Centre, Bacom, Puncak
Di Yasati, tersedia beberapa jenis program pelatihan.
• Program 3-4 hari, cocok bagi yang ingin mengenal meditasi Vipassana.
• Program 9-10 hari, cocok bagi yang ingin mendalami meditasi Vipassana.
• Untuk program jangka panjang, 1 bulan keatas, silakan mengkonsultasikan
jadwal pelatihan Anda dengan kami
Jadwal pelatihan:
3 days
17 - 19 Dec 2010
oleh: Sayadaw U Pandita (Junior)
10 days
7 - 16 Jan 2011
24 Dec 2010 - 2 Jan 2011
11 - 20 Nov 2010
oleh: Sayadaw U Pandita (Junior)
oleh: Sayadaw U Pandita (Junior)
oleh: Sayadaw Nanda Siddhi
31 days
17 Dec 2010 - 16 Jan 2011 oleh: Sayadaw U Pandita (Junior)
Sayadaw
Sayad
daw U Pandita
P
Untuk pelatihan di Bacom, peserta dapat
berangkat sendiri-sendiri. Bagi peserta
yang ingin berangkat bersama-sama
dapat berkumpul di Vihara Dhammacakka
Jaya, Jln Agung Permai XV No.12 Blok C,
Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara,
pukul 07:00 pagi.
Registrasi
Anda dapat memilih untuk melakukan
registrasi online atau Anda dapat
menghubungi:
Sekretariat Yasati : 0857 2877 666
Rini
: 0813 8961 5129
S d Nanda
N d Siddhi
Sayadaw
Pelindung
• Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimas Masyarakat Buddha
• Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Banten
• Bidang Agama Buddha Perkumpulan Boen Tek Bio
Penanggung Jawab
Vihara Padumuttara
Penasihat
Bhikkhu Aggadipo Thera
8 JURNAL
Kebencian yang Merusak
10 PELITA DHAMMA
TEACHING
12 DHAMMA
Kebencian yang Merusak
Pemimpin Umum
Sinato
14 PSIKOLOGI BUDDHIS
Gwee Cap Kauw
18 Lak
2561/2010
Pemimpin Redaksi
Arianti
Reporter
Yugi, Richard, Nuryanti, Selvy
Di Klenteng Boen Tek Bio
20 SEJARAH BUDAYA
Photographer
Sriloka
Kreatif & Desain
Yela, Sriloka
DAFTAR ISI
10
Sekretaris & Keuangan
Yanti
Iklan
Surya (ph.94184289)
Promosi & Sirkulasi
Agus, Bilie
Percetakan
CV Cipta Kreasi Cemerlang
Penerbit
Vihara Padumuttara
Jl. Bhakti No. 14 Tangerang 15118
16
18
E-mail
[email protected]
[email protected]
Telp./Fax.
021 55792445
No. Rekening
BCA KCP Plaza Merdeka Mas Tangerang
A/C. 882 031 3900
a.n. Perkumpulan Boen Tek Bio/Vihara Padumuttara
26 DHAMMA&SAINS
Hawking, Buddha dan Tuhan
30 SUTTA
Pattakamma Sutta
32 DHAMMAPADA
Namo Buddhaya,
Bulan Kathina sudah berakhir, tentunya Anda telah banyak berbuat bajik.
Mungkin banyak vihara yang Anda kunjungi di bulan Kathina ini, walau vihara
tersebut letaknya sangat jauh Anda tetap merasa senang karena Anda datang
untuk berbuat baik. Tapi sudahkah Anda melakukan kebajikan terhadap jasmani
dan spiritual Anda sendiri? Terkadang mental kita perlu asupan gizi yang
lebih dari sekedar berbuat baik. Memberi makan mental dengan bermeditasi
merupakan salah satu perbuatan bajik yang sangat diperlukan.
DARI REDAKSI
Patipujika Vatthu
38 Bamiyan Buddha
40 KATA BIJAK
WISATA
Mendekati akhir tahun ini tentu banyak dari saudara se-dhamma mengambil
cuti untuk rekreasi menyegarkan pikiran dan berkumpul bersama keluarga.
Cobalah pada kesempatan ini juga Anda menyempatkan diri bermeditasi, tidak
perlu lama mungkin 15menit sebelum tidur dan sesudah bangun tidur. Dengan
ini, mungkin akhir tahun Anda terasa lebih segar sehingga dapat menyambut
kedatangan tahun 2011 dengan lebih matang. Jika Anda sempat mengunjungi
meditasi center akan lebih baik karena pada meditasi center tersedia fasilitas
dan sarana yang dapat mendukung Anda berbuat baik terhadap mental Anda.
Happiness
46 JATAKA
48 JEJAK AGUNG
Yang Ariya Soni Theri
Di budaya Barat, akhir tahun terdapat hari thanksgiving. Hari dimana Anda
berkumpul dengan keluarga dan orang-orang terdekat untuk berterima kasih
26
50 KOAN ZEN
40 70
Payung di saat Hujan
kepada mereka, mereka berkumpul dengan memakan kalkun. Hal ini patut kita
contoh sebab, di penghujung tahun ada hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22
Desember. Jangan lupa mengucapkan rasa sayang Anda dan rasa terimakasih
kepada ibu Anda. Selamat berkumpul dengan keluarga Anda dan berbagi rasa
sayang dengan mereka.
Bhutan
Selamat hari Kathina dana 2545 BE..... Kami ucapkan terimakasih atas
dukungan dan motivasi teman-teman semua berkat terbitnya majalah edisi ini,
kami berusaha memberikan yang terbaik dan jangan lupa nantikan edisi kami
selanjutnya. Semoga penyebaran dhamma dari majalah Sinar Padummuttara
dapat terus berlangsung^^.
58 VIHARA & KELENTENG
60 BUDDHIS MANCANEGARA
66 RENUNGAN DHAMMA
70 SELEBRITIS BUDDHIS
Mick Jager
Salam metta,
redaksi
jurnal
KEBENCIAN
YANG
MERUSAK
D
Beberapa
waktu yang
lalu saya pernah
mendapatkan sebuah cerita dari
teman saya yang dikirim melalui
email. Cerita ini memiliki makna
hidup serta arti kebenaran yang
indah, halus serta sangat mendasar,
yang sering kali tanpa disadari
dilewatkan begitu saja seolah
keajaiban didalamnya hanya sebagai
penghias cerita yang manis. Semoga
dengan merenungi makna kebenaran
di dalamnya, nilai moralitas dan
spiritualitas kita bisa bertransformasi
menjadi lebih baik serta bisa
menuntun arus batin berada di
dalam jalur kesucian. Jadikan cerita
ini sebagai refleksi bagi kita untuk
dapat berintrospeksi diri.
08
edisi 9
ahulu kala di
Negeri Cina, hidup
seorang gadis
jelita bernama Aling. Ia
memiliki seorang kekasih
yang baik, tampan dan
kaya raya. Aling akhirnya
menikah dengan pria
pujaan hatinya dan tinggal
dengan keluarga sang
suami di sebuah rumah
yang besar dan indah.
Dalam waktu yang singkat,
Aling akhirnya menyadari
kalau ia tidak cocok untuk
hidup serumah bersama
dengan ibu mertuanya.
Penyebabnya adalah
karakter kedua wanita yang
berbeda generasi tersebut.
Aling yang masih berjiwa
muda serta berpikiran
terbuka dan modern
selalu berselisih pendapat
dengan ibu mertuanya
yang masih kolot dan
konservatif. Mereka berdua
tidak pernah berhenti
berdebat bahkan sampai
hal yang sepele sekalipun.
Yang membuat Aling kesal
adalah tradisi konservatif
yang harus dijalankannya.
Ketidaknyamanan ini
membuat suasana rumah
yang semula hangat
menjadi dingin.
Akhirnya kemarahan Aling
sudah pada klimaksnya
dan ia pun bertekad untuk
melakukan sesuatu. Aling
teringat dengan teman
karib ayahnya yang juga
merupakan tabib handal
bernama Sinshe Liu.
Dengan penuh kemarahan
dan gelora dendam
yang menggebu, Aling
menceritakan keadaan yang
dialaminya kepada Sinshe
Liu lalu meminta ramuan
racun yang ampuh untuk
meracuni ibu mertuanya.
Shinshe Liu berpikir sejenak
dan berkata, “Aling, saya
bersedia membantu
kamu, tetapi kamu harus
menuruti syarat yang saya
berikan.” Mendengar
jawaban Shinshe Liu yang
bersedia membantunya,
jurnal
Aling menjadi sangat gembira
dan dengan bersemangat ia pun
bersedia menyanggupi semua
syarat yang diberikan. Shinshe
Liu masuk ke dalam dan tak lama
kemudian dia keluar dengan
membawa sebuah bungkusan
ramuan. Ia memberikan ramuan
tersebut kepada Aling dan berkata,
“Kamu tidak bisa memakai racun
keras yang dapat membunuhnya
dengan seketika, karena orang lain
bisa curiga dengan kematiannya.
Karena itu saya berikan ramuan
yang akan menjadi racun dalam
tubuhnya secara perlahan.”
Shinshe Liu melanjutkan,
“Adalagi, setiap harinya kamu
harus menyiapkan makanan yang
enak dan masukan ramuan ini ke
dalam makanan tadi. Kamu juga
harus bersahabatlah dengannya,
turuti semua perintahnya dan
perlakukan dia dengan baik. Ini
untuk mengurangi kecurigaan
orang.” Dengan senangnya Aling
berterima kasih dan bergegas
pulang untuk memulai rencana
membunuh ibu mertuanya.
Hari berganti dan tak terasa bulan
pun berlalu, Aling melayani ibu
mertuanya dengan baik, menuruti
semua perkataan dan menyiapkan
makanan yang enak. Perlahan
Aling mampu mengendalikan
emosinya, dan menjadi
perempuan yang lembut. Suasana
rumah menjadi hangat kembali
karena tidak ada lagi perdebatan
antara Aling dengan Ibu
mertuanya. Aling juga merasakan
sikap ibu mertuanya menjadi
lebih ramah. Ibu mertuanya
sudah menganggap Aling seperti
puterinya sendiri. Suatu hari Aling
menjumpai Shinshe Liu untuk
meminta bantuan. Kali ini ia
meminta untuk diberikan penawar
racun. Aling menceritakan
semuanya kepada Shinshe Liu.
Mendengar cerita Aling, Shinshe
Liu tersenyum dan berkata,”
Aling, tak ada yang perlu kamu
khawatirkan, saya tidak pernah
memberimu racun. Ramuan yang
saya berikan itu adalah ramuan
penguat badan untuk menjaga
kesehatannya.” Lalu Shinshe Liu
melanjutkan,” Satu-satunya racun
adalah kebencian yang ada di
dalam diri kamu sendiri, di dalam
pikiran, ucapan dan perbuatan
kamu.”
Menarik bukan? Pernahkah
anda merenungkan racun apa
saja yang terdapat di dalam
diri Anda. Apakah kebencian
adalah salah satunya? Kebencian
yang menjelma menjadi racun
dalam diri kita hanya akan
membawa pengaruh yang buruk
bagi moralitas dan kejernihan
hati kita. Hal ini hanya akan
membawa kita terus berputar
dalam putaran roda samsara
yang membuat kita terapung
dalam keadaan yang hampa.
Mengambang tanpa mengerti
kapan ini akan terhenti yang
hanya akan menenggelamkan kita
dalam kelahiran yang berulang.
Hal dan kenyataan ini membuat
bulu kuduk saya merinding.
Ketakutan akan penderitaan seolah
memberikan tamparan agar kita
sadar dan segera mengobati
diri kita sendiri sehingga racun
kebencian tadi tidak berlarut dan
mengakar dalam pikiran kita.
Sangat sayang sekali jika pikiran
kita yang awalnya bersih tercemari
oleh kebencian yang bersumber
dari ketidaknyamanan terhadap
keadaan sekitar. Agar kita bisa
memberikan obat pada pikiran
kita ada baiknya kita bersahabat
dengan ketidaknyamanan tadi
dan menjadikan hal itu sebagai
motivasi percontohan bahwa hal
yang tidak baik. Memang sangat
sulit mengontrol kebencian dalam
pikiran, jika kita lengah maka
kebencian tadi akan langsung
membunuh kita. Perlu konsentrasi
penuh dalam menjaga pikiran
kita agar kebencian tadi menjadi
lemah dan lenyap dengan
perlahan. Tekan amarah yang
bisa menimbulkan kebencian dan
kembangkan cinta kasih kepada
sesama. Meredam gejolak ego
agar kita bias lebih mengerti akan
kondisi sekitar. “Ini tidak sesuai
dengan keinginanku, aku maunya
seperti ini, kamu seharusnya
seperti ini..” hilangkanlah
pemikiran-pemikiran di atas,
karena hal tersebut hanya akan
membuat anda tenggelam dalam
kebencian. Pancarkan gelombang
metta yang Anda miliki kepada
semua makhluk kesegala arah
agar kebahagiaan perlahan akan
tercipta. Mulailah dari orangorang terdekat anda, keluarga,
teman bermain bola, teman
kantor, teman kampus, atau
bahkan kepada musuh dan orangorang yang pernah menyakiti
Anda. Katakan “saya sudah
memaafkan kamu, dan saya juga
meminta maaf atas kesalahan saya
kepada kamu.” Biarkan kedamaian
dan kebahagiaan masuk ke dalam
diri Anda. Rasakan jiwa nada
menjadi jernih dan ajak pikiran
anda berjalan di koridor yang bisa
membawa Anda ke dalam kesucian.
Mari perlahan kita singkirkan racun
hati tadi dan bawa jiwa anda ke
dalam kesucian. Selamat berjuang.
(sp: andryan_yugi)
edisi 9
09
pelitadhamma
10
edisi 9
pelitadhamma
Sayalay Dipankara dilahirkan pada tahun 1964 di Myanmar. Saat usia
masih sangat muda, beliau sudah melatih meditasi tanpa bimbingan dari
luar. Ketika dewasa, beliau mulai melatih meditasi dengan bimbingan dari
beberapa Guru Besar meditasi.
Ketika kuliah, beliau diperkenalkan kepada Y.M. Pha-Auk Sayadaw, oleh
seorang profesornya, yang juga merupakan Guru Besar Abhidhamma
yang terkenal di Myanmar, untuk mendapat bimbingan langsung Meditasi
Samatha dan Vipassana. Beliau berhasil mencapai kemajuan batin dalam
waktu yang sangat singkat dibawah bimbingan dari gurunya yang sangat
baik kemampuannya tersebut. Tahun 1990 dia ditahbiskan sebagai seorang
Sayalay di Vihara Pha-Auk Tawya, dan sejak saat itu, beliau dilatih untuk
menjadi guru meditasi.
Sayalay Dipankara mempunyai pengalaman dalam mengajarkan setiap
dari 40 Kammatthana seperti yang tertulis di kitab Visuddhi Magga seperti
Anapanasati, Empat Unsur Meditasi, Metta, Buddhanussati, Asubha,
Marananussati dan 8 Samapatti (Jhana 1 sampai Jhana 8), Kasina, dll, dan
Meditasi Vipassana.
Pada tahun 1996, beliau diundang ke Sri Lanka oleh yang sangat terhormat
Yang Mulia Mahathera Ariya Dhamma untuk mendampingi gurunya, Y.M.
Pha-Auk Sayadaw untuk membimbing para Yogi. Sejak itu, beliau sering
diundang oleh berbagai Pusat Buddhist terkenal lainnya di berbagai negara
untuk mengajar meditasi dan membimbing Retreat Meditasi yang intensif
selama 2 bulan. Negara-negara tersebut seperti Amerika (Insight Meditation
Center), Canada, Taiwan (Hong Shih Foundation), Inggris (Amaravati dan
Citta Vevekha), Jepang, Malaysia, Singapore, Australia, New Zealand dan
lainnya.
Selama tinggal di Inggris, Oxford University dan Manchester University
mengundang beliau untuk diskusi Mind Training. Beliau juga diundang
untuk The Western Conference mengenai Jhana di Jubilados Foundation/
Leigh Brasington, Santa Fe, New Mexico pada tahun 2001. Sejak akhir
tahun 2005, beliau mulai membimbing retreat di Brahma Vihari Meditation
Centre, Maymyo, Myanmar yang telah berhasil didirikannya dan merupakan
cabang dari Pa-Auk Tawya Meditation Centre.
edisi 9
11
dhammateaching
Umumnya banyak dari
umat Buddha memiliki
hati yang senang berbuat
baik. Para umat ini diajak
baksos atau berpindapata
di tempat yang jauh pun
akan dilakukan dengan
senang hati. Tetapi ketika
diajak bermeditasi tidak
sedikit dari mereka memiliki
alasan yang bervariasi untuk
menolak. Mengapa? Hal ini
diungkapkan oleh Sayalay
Dipankara dalam mengawali
kegiatan short retreat di
Gedung Lautan, Kampung
Melayu, Tangerang, pada
tanggal
30
September
sampai 1 Oktober 2010
MEDITASI ITU, MUDAH
Oleh: Sayalay Dipankara
S
ayalay menjelaskan
sebenarnya konsep meditasi
sangat mudah. Meditasi
sebenarnya hanya mengontrol
pikiran untuk konsentrasi
terhadap satu objek. Sedangkan
pada faktanya, pikiran selalu
melompat-lompat seperti monyet
yang pindah dari ranting yang
satu ke ranting lainnya. Tipe
pikiran ini sangat berbahaya, oleh
karena itu, sebelum bermeditasi
sangat ditekankan untuk menjaga
sila (melaksanakan lima atau
delapan sila). Sila merupakan
12
edisi 9
pondasi dasar yang memberikan
kode agar pikiran tidak loncatloncat dan menjauhkan dari
pikiran tidak bermoral lainnya.
Pada saat berkonsentrasi pikiran
akan menjadi lunak, pikiran
yang lunak adalah pikiran yang
penuh metta. Pada saat inilah
pikiran siap untuk bermeditasi.
Sebaliknya, pikiran yang buruk
menghasilkan karma buruk dan
menghasilkan akusalacettana
sehingga pikiran ini bersifat tidak
lunak dan mengakibatkan pikiran
sulit berkonsentrasi.
Saat bermeditasi ada lima hal
yang perlu diperhatikan. Kelima
hal ini juga dapat berbahaya
dalam meditasi:
1. Hal-hal yang menyenangkan
Saat bermeditasi timbul pikiran
yang membahagiakan, sensual,
dan pikiran mengenai lawan
jenis
2. Rasa marah
Rasa marah timbul akibat
kenangan dimasa lalu seperti,
dhammateaching
kenangan pernah diputuskan
pacar yang menimbulkan rasa
sakit hati yang mendalam.
Rasa marah juga bisa
diakibatkan oleh frustrasi
saat bermeditasi yang tidak
mengalami kemajuan.
3. Ngantuk/ pikiran malas
Seseorang yang mudah
mengantuk diibaratkan
seperti ular. Ular hanya tidur
sepanjang hari dan hanya
terbangun ketika ada hal yang
menarik baginya. Apakah
kita memiliki sifat yang sama
dengan ular ini?
4. Pikiran yang berpindahpindah atau pikiran yang
melompat-lompat
Pikiran sangat cepat dalam
bergerak lebih cepat dari
perpindahan detik ke detik
selanjutnya. Oleh karena itu
konsentrasi sangat diperlukan
untuk mengontrol pikiran
5. Timbul keraguan dalam
bermeditasi atau dalam
dhamma
Saat bermeditasi akan timbul
keraguan akan meditasi
seperti “ada gunanya ga sih
bermeditasi?”, “kayaknya
meditasi ga da manfaatnya
nih!”, dan jenis keraguan
lainnya.
peningkatan. Puncak dari hasil
konsentrasi yang baik adalah
nimitta.
Nimitta dibagi menjadi 3 tahap:
1) Timbul cahaya yang berubahubah, ketika hal ini muncul
hendaknya kita tetap
berkonsentrasi pada nafas
masuk dan keluar dengan
mata terpejam
2) Cahaya yang timbul lebih
konsisten, semakin terang dan
terang kemudian semakin kita
fokus pada nafas masuk dan
keluar cahaya tersebut akan
menempel di hidung. Jika
cahaya muncul jangan
memperhatikan cahaya dan
tetap konsisten pada nafas
masuk dan keluar.
3) Cahaya berubah menjadi
seperti kristal, timbul
perasaan bahagia dan tenang.
Pada kondisi ini tetap fokus
pada nafas masuk dan keluar.
Jika kita masih terus fokus
sekitar 15 menit maka kita
akan masuk ke dalam kristal
tersebut dan masuk ke dalam
jhana 1.
Hal ini diberitahukan untuk
digunakan sebagai peta agar
ketika bermeditasi kita tahu
panduan arah yang benar
dan tidak tersesat di dalam
bermeditasi. Semoga dengan
penjelasan ini kita semua
dapat melaksanakan
praktik meditasi dengan
sebaik-baiknya. Selamat
mencoba^^
Mungkin saat bermeditasi kita
mengalami salah satu atau salah
dua bahkan lebih dari kelima
hal di atas. Cobalah dengan
kesabaran mengatasi
kelima hal tersebut.
Setelah kita berhasil
melalui kelima hal
tersebut membuktikan tingkat
konsentrasi kita mengalami
edisi 9
13
psikologibuddhis
Memberi
Menerima
Untuk
Sudah berkali-kali saya melewati
jalan ini, jalan rutin yang saya
lalui untuk tiba di rumah. Berkalikali juga saya berhenti di lampu
merah ini, bertemu dengan
para pengamen jalanan, penjual
koran dan pengemis wanita ini.
Namun apa yang saya lihat hari ini
membuat saya seketika menoleh
dan tidak sanggup menahan rasa
malu pada diri sendiri. Lampu
merah ini terkenal dengan
keberadaan seorang pengemis
wanita tua yang wajahnya sangat
14
edisi 9
pucat dan suka mengenakan
kerudung putih, yang alhasil
menimbulkan efek menyeramkan
jika kita melihatnya di malam hari.
Efek menyeramkan ini tentunya
berdampak kurang baik karena
para pengemudi mobil maupun
motor yang kebetulan berhenti
karena lampu merah menjadi takut
untuk memberi sedekah kepada
nenek ini. Begitu juga saya. Tiap
kali melewati jalan ini, saya lebih
sering acuh pada keberadaan si
nenek dan berharap lampu merah
cepat berganti hijau sehingga saya
bisa kembali melaju. Memang
kurang masuk akal, mengingat toh
si nenek ini sesungguhnya wanita
seperti saya, dan sudah jelas-jelas
manusia juga. Apa yang perlu
ditakuti? Entahlah, nampaknya
saya terlalu dipengaruhi oleh
ketakutan orang-orang di sekitar
saya terhadap si nenek.
Kembali pada pemandangan
yang saya lihat malam ini. Saya
tidak melihat si nenek berjalan
psikologibuddhis
menghampiri mobil-mobil untuk
meminta sedikit uang. Saya
melayangkan pandangan saya
sampai akhirnya menemukan si
nenek sedang duduk di pinggir
jalan, memegang bungkusan
makanan dan dikelilingi kucing.
Makan dikelilingi kucingkucing yang mengeong minta
makanan tentunya bukan kondisi
yang menyenangkan dan kita
(setidaknya, saya) akan cenderung
mengusir kucing-kucing tersebut
agar bisa makan dengan tenang.
Namun bukan itu yang dilakukan
oleh si nenek. Ia malah merobek
bungkusan makanannya,
mengaduk-aduk seluruh makanan
yang ia miliki dan menyisihkan
setengahnya untuk para kucing
itu, baru ia makan sisanya. Di titik
inilah saya malu setengah mati.
Saya sering mendengar perkataan,
‘orang yang kaya tidak dilihat
dari berapa banyak harta yang
ia kumpulkan, tapi dari berapa
banyak yang bisa ia berikan
pada orang lain, bahkan dalam
kekurangannya sekalipun’. Dan
malam ini tindakan sederhana
si nenek menunjukkan bahwa
perkataan tersebut benar adanya.
Memberi bukanlah ditentukan dari
berapa banyak yang kita miliki,
tapi dari berapa banyak kasih yang
ingin kita bagi kepada orang (atau
makhluk) lain.
Erich Fromm, seorang tokoh
Psikologi yang terkenal dengan
bukunya “The Art of Loving”,
mengungkapkan bahwa memberi
adalah tindakan yang jauh lebih
membahagiakan dibanding
dengan menerima. Dengan
memberi, kita tidak akan merasa
kekurangan, melainkan justru
kita dapat mengekspresikan
gairah kehidupan kita. Di setiap
pemberian yang kita lakukan,
kita mampu merasakan kekuatan,
kekayaan dan kebahagiaan di
dalam diri kita sendiri.
Pernah suatu kali saya mengikuti
sebuah ceramah bertemakan
Terima Kasih. Pertanyaan besar
yang diajukan si pembicara
adalah, mengapa setiap kali kita
menerima pemberian dari orang
lain, kita perlu mengucapkan
Terima Kasih? Jawabannya
sesederhana ini. Setiap kali kita
menerima pemberian atau berkat,
tidak boleh disimpan sendiri
namun harus diteruskan kepada
orang lain, barulah berkat yang
kita terima itu memiliki makna
yang utuh. Jadi kita terima
berkatnya kemudian kita kasih
berkat itu kepada orang lain.
Tindakan ini akan membawa
kita pada lingkaran kebahagiaan
karena di setiap kali kita memberi,
kita mendekatkan diri dengan
orang yang kita beri. Itulah
gunanya kita menjadi makhluk
sosial, bukan?
Yang lebih menguntungkan bagi
kita sebagai umat Buddha adalah
kita diberikan waktu khusus untuk
memberi yaitu di Hari Kathina.
Bukan sekedar memberi, tapi
berdana kepada para Bhikkhu
yang sudah banyak sekali memberi
kepada kita. Ilmu pengetahuan
dan ajaran mengenai kehidupan
yang diberikan oleh para Bhikkhu
tentunya sangat berharga bagi
hidup kita di masa kini dan
di masa selanjutnya sehingga
rasanya sudah sepantasnya kita
mengucapkan terima kasih dengan
mendukung mereka.
Pikirkanlah alur sederhana ini,
kita berdana kebutuhan para
Bhikkhu sehingga para Bhikkhu
dapat terus memiliki kekuatan
untuk mempelajari Dhamma dan
menyebarluaskan Agama Buddha
yang juga berarti KITA telah
mendukung pengembangan Agama
Buddha di dunia. Tindakan yang
sederhana namun dampaknya luar
biasa. Itulah memberi.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita
memberi yang terbaik dari diri kita
di Hari Kathina. Apapun yang kita
berikan, akan kembali kita terima,
dengan lebih baik.
(Dwiana Wahyudi)
edisi 9
15
liputan
PELATIHAN PABBAJA SAMANERA
STAB DHARMA WIDYA
Sekolah Tinggi Agama Buddha
(STAB) Dharma Widya, di bawah
naungan Vihara Vipassana Graha,
Lembang, Bandung, mengadakan
acara pelatihan Pabbaja Samanera
bagi para mahasiswanya. Hal ini
sekaligus sebagai salah satu syarat
kelulusan bagi mahasiswa tingkat
akhirnya. Kegiatan berlangsung
selama 8 hari, sejak tanggal 8
hingga 15 September 2010.
Kegiatan yang diadakan bertepatan
dengan liburan Lebaran ini diawali dengan
upacara penahbisan di Vihara Vipassana
Graha, pada tanggal 8 September 2001.
Upajaya dilakukan oleh YM. Bhante
Sukhemo Mahatera pada pukul 1 siang.
Tanggal 11 hingga 15 September kegiatan
dilanjutkan di Sekolah Bodhisatta, Kampung
Melayu – Tangerang, dengan bimbingan
dari 3 bhante yaitu, Bhante Aggadipo,
16
edisi 9
Samanera dan Silacarini berkumpul di
aula Vihara Padumuttara
Bhante Piyasilo dan Bhante
Abhi Khantiko. Sebanyak 38
samanera, dan 25 silacarini,
yang berasal dari Banten,
Jakarta, Bandung, Tasikmalaya,
ya,
Bhante Wongs
dan sekitarnya ikut serta dalam
am
in memimpin
pindapata
di sekitar Viha
pelatihan ini. Rangkaian
ra padumutta
ra
kegiatan rutin dilakukan
oleh para peserta pelatihan, mulai dari
chanting pukul 5 pagi, pindapata,
pata, meditasi,
Panca samanera dari Tangerang
liputan
Pindapata di Vihara Padumuttara
Menunggu giliran
Para samanera singgah di rumah umat
Mencuci piring sendiri
Foto bersama di Kebon Teki setelah pindapata
dan pemberian materi-materi
dhamma.
Rangkaian kegiatan pindapatta
Pada tanggal 12 September
para samanera dan silacarini
melakukan pindapatta di daerah
sekitar Vihara Padumuttara,
Tangerang. Keesokannya
dilanjutkan di daerah sekitar
Melewati rumah penduduk
sekolah Bodhisatta, dan juga
daerah Kebon Teki. Umat
setempat sangat antusias
menyambut kegiatan pindapattaa
ini. Dengan aneka makanan dan
n
minuman yang akan didanakan,,
mereka memenuhi sepanjang
jalan yang merupakan rute
yang akan dilewati para bhante,
samanera. Lepas jubah dilakukan
Umat sangat antusias
pada tanggal
15 September 2010, di Gedung
Lautan pukul 2 siang.
edisi 9
17
liputan
PERAYAAN LAK GWEE CAP KAUW 2561/2010
DI KLENTENG BOEN TEK BIO
Oleh: Td Santibalo
Perayaan YMS Kwan Im Hud Couw Mencapai kesempurnaan
atau yang lebih dikenal dengan Lak Gwe Cap Kauw diperingati
setiap tahunnya oleh umat yang menjunjung tinggi dan
menghormati YMS kwan Im Hud Couw atau Avalokitesvara
atas welas asih dan penyayang, perayaan ini dilakukan di
setiap penanggalan Imlek 19 di bulan Lak Gwee.
T
ak luput dari peringatan
ini , Klenteng Boen Tek Bio
sebagai klenteng tertua di
kota Tangerang yang di perkirakan
berdiri sekitar tahun 1684, dimana
sebagai tuan rumah dari klenteng
tersebut adalah YMS Kwan Im
Hud Couw, juga merayakan
perayaan tersebut setiap tahun
sebagai agenda acara di Klenteng
18
edisi 9
Boen Tek Bio, dimana merupakan
sebuah proses tradisi yang sudah
dijalankan oleh para pendahulu
hingga sekarang ini dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan
dengan kebudayaan masyarakat
Tangerang.
Perayaan YMS Kwan im Hud
Couw mencapai kesempurnaan
(Lak Gwee Cap Kauw) Tahun ini
jatuh pada tanggal 30 Juli 2010
atau dalam Tahun Imlek jatuh
pada tahun 2561 dirayakan
dengan penuh kemeriahan namun
tak mengurangi dari sisi religinya,
dimana diadakan pembacaan
Keng, pembacaan Paritta dan
pembacaan piau bun juga
diadakan fangshen dan aksi donor
darah.
Perayaan ini dilakukan oleh
Klenteng Boen Tek Bio,
berlangsung selama satu
minggu, guna memeriahkan
dan melengkapi perayaan YMS
Kwan Im Hud Couw mencapai
liputan
kesempurnaan pada kali ini,
dengan menampilkan wayang
potehi yang merupakan warisan
para leluhur kebudayaan kaum
peranakan yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena semakin
lama tergerus oleh perkembangan
jaman, karena penampilan
wayang potehi sedikitnya
mengingatkan kembali suasana
kota benteng tempo dulu, selain
dari itu, Nanfeng Nusantara yaitu
instrumen musik Tiongkok klasik
dengan dibawakan penuh syahdu
dengan nuansa yang sangat indah
pun di tampilkan pada perayaan
ini, lagu-lagu nuansa klasik
Tiongkok dapat mengingatkan
kembalii
kenangan
an masa lalu kepada
warga Tangerang terutama yang
berusia lanjut, serta tidak lupa
penampilan tarian naga/lang liong,
barongsay dan paduan suara dari
Wandani dan Pubbakari Vihara
Padumuttara.
Remang-remang lampu lampion
pun menambah suasana kesejukan
dan hikmatnya saat iringan-iringan
prosesi sebagai puncak acara
dengan
mengelilingi altar
YMS Kwan Im Hud Couw yang
pada malam ini tepat jam 00.00
WIB, di laksanakan prosesi
sebanyak tiga kali sebagai
objek dari perwujudan dan
penghormatan kepada YMS Kwan
im Hud Couw, dimana prosesi
berputar sampai dengan bantaran
kali Cisadane sebelah selatan
Klenteng Boen Tek Bio.
“Avalokita” (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna Melihat ke
Bawah atau Mendengarkan ke Bawah (“Bawah” disini bermakna ke dunia,
yang merupakan suatu alam (Sansekerta:lokita) dan Kata “Isvara” (Im / Yin),
berarti suara (suara jeritan mahkluk atas penderitaan yang mereka alami)
edisi 9
19
Sejarahbudaya
SELAYANG
PANDANG
ASAL USUL
KEDATANGAN
LELUHUR
MASYARAKAT
CINA BENTENG
Masyarakat Cina Benteng merupakan suatu masyarakat
yang memiliki kebudayaan Tionghoa yang sungguh unik,
begitu uniknya sehingga masyarakat Cina Benteng sendiri
kadang kala kurang menyadari betapa pentingnya budaya
yang dimilikinya, dimana budaya yang dimilikinya
tersebut memiliki nilai-nilai luhur yang sangat tinggi. Oleh
karenanya hal ini merupakan suatu tugas besar bagi kita
semua untuk melestarikan kebudayaan yang sungguh
memiliki nilai-nilai luhur yang sangat tinggi, sehingga
kita harapkan pula di kemudian hari kita dapat terus
melihat kebudayaan ini terus berkembang dan masih terus
dilestarikan oleh anak cucu kita.
dilest
dari suku Hakka dan
kecil da
suku-suku
suku-su lainnya dari
daratan Cina. Mengenai
asal-usul
asal-us kedatangan
leluhur
leluhu masyarakat Cina
Benteng
Bente ini sendiri ke
daerah
daera Tangerang sulit
sekali
sekal untuk melacaknya
karena
kare seperti diketahui
catatan-catatan
sejarah
cata
dan data-data otentik
mengenai
kedatangan
me
leluhur
masyarakat
lelu
Cina
Cin Benteng ini sangat
sedikit
sekali. Akan
se
tetapi
penulis berusaha
te
untuk
menyimpulkan
u
secara
garis besar
s
jak
se
g
n
a
y
bahwa
kedatangan
b
g
enten
kat Cina B rus melestarikan
ra
a
sy
a
m
leluhur masyarakat
ng.
rang
anya te
ina Bente
Salah seo
ri keluarg
syarakat C
a
murun da
m
te
l
Cina Benteng ini ke
a
–
n
n
io
ru
tu
tradis
an musik
daerah Tangerang
kebudaya
terbagi dalam 3 gelombang besar.
Ditelusuri dari keberadaannya,
masyarakat Cina Benteng telah
menempati daerah di Tangerang
sudah sejak lama dan memiliki
persebaran penduduk yang
hampir merata di seluruh daerah
Tangerang. Masyarakat Cina
Benteng sendiri sebagian besar
berasal dari daerah Hokkian
(Fujjian) dan juga ada sebagian
20
edisi 9
Gelombang
1 (tahun 1407),
G l b
seperti yang termuat dalam kitab
sejarah Sunda yang berjudul
“Tina Layang Parahyang“ (Catatan
dari Parahyangan) di dalamnya
memuat cerita tentang kedatangan
orang Tionghoa dari daratan Cina
untuk pertama kali ke Tangerang
pada tahun 1407. Pada waktu
itu pusat pemerintahan berada di
sekitar pusat Kota Tangerang saat
ini. Kepala pemerintahan saat itu
adalah Sanghyang Anggalarang
selaku wakil dari Sanghyang
Banyak Citra dari Kerajaan
Parahyangan. Rombongan orang
Tionghoa tersebut kemudian
diberi sebidang tanah di pantai
Utara Jawa, sebelah Timur Sungai
Cisadane, yang sekarang disebut
Kampung Teluk Naga. Kedatangan
orang Tionghoa pada tahun 1407
ini disinyalir sebagai kedatangan
pertama kalinya sebagian besar
leluhur masyarakat Cina Benteng.
Hal pertama yang memperkuat hal
ini yaitu bahwa pada masa-masa
tersebut yaitu merupakan masa
awal dinasti Ming di Cina (sekitar
abad 15) merupakan salah satu
masa kejayaan kebudayaan di
negeri Cina, sehingga tidak heran
pula pada masa tersebut Kaisar
dari dinasti Ming yaitu Kaisar
Yongle (Zhu Di) memutuskan
untuk mengirim ekspedisi laut
terbesar yang pernah dilancarkan
sepanjang sejarah Cina dimana
pimpinan dari ekspedisi laut
tersebut adalah Cheng Ho, yaitu
seorang tokoh besar dari Cina
dalam bidang maritim dimana
beliau memimpin 7 kali ekspedisi
laut terbesar sepanjang sejarah
Sejarahbudaya
Cina dan mengunjungi 33 negara
di Asia (termasuk Indonesia) dan
Afrika dari tahun 1405 hingga
tahun 1433. Bukan tidak mungkin
apa yang terdapat pada kitab
“Tina Layang Parahyang“ (Catatan
dari Parahyangan) yang di
dalamnya memuat cerita tentang
kedatangan orang Tionghoa dari
daratan Cina untuk pertama kali
ke Tangerang pada tahun 1407
adalah benar dan mungkin pula
bahwa armada orang Tionghoa
yang mendarat pada tahun
1407 tersebut adalah salah satu
rombongan dari ekspedisi yang
dipimpin oleh Cheng Ho, sebab
hal itu didasari dari inskripsiinskripsi batu tentang pelayaran
Cheng Ho ke Samudera Barat
didirikan pada 1431 di Kuil Mazu,
Liujianggang, Cina, dimana pada
inskripsi itu disebutkan bahwa
pada ekspedisi pertamanya yaitu
tahun 1405-1407 dan ekspedisi
keduanya yaitu tahun 1497-1409
Cheng Ho beserta rombongannya
pernah menyinggahi pulau Jawa.
Hal kedua yang memperkuat
bukti bahwa gelombang pertama
kedatangan orang Tionghoa
(leluhur Cina Benteng) yang
mendarat di Teluk Naga ini adalah
bukti bahwa hingga kini banyak
sekali terdapat pemukimanpemukiman masyarakat Cina
Benteng yang sudah sejak turuntemurun menetap di daerah
bagian Utara Tangerang, yaitu
daerah-daerah di sekitar Teluk
Naga seperti di: Teluk Naga,
Kebon Teki, Tegal Angus, Kampung
Melayu, Tanjung Burung,
Kajangan, Kalimati, Bojong Renget,
Selapajang, Kedaung, Sewan. Dan
dilihat dari ciri-ciri fisiknya mereka
yang menetap di sana diperkirakan
sudah menetap sejak ratusan
tahun yang lalu, sudah turun
temurun sehingga mereka sendiri
Gelombang 3 (tahun 1740).
banyak yang tidak tahu kapan
Gelombang ketiga kedatangan
uhur mereka sudah
leluh masyarakat
pastinya leluhur
leluhur
menetap
Cina Benteng
tu
sa
salah
Cian Ap,
luar
g
n
a
dipe
di situ dan
diperkirakan
terjadi
y
a
hasil kary cim
n
E
ri
a
d
sete
dari generasii
setelah
pembantaian
biasa
, seorang
Tjiang Nio ina
h
ora
keberapakah
orang-orang
tC
masyaraka
Ap yakni Tionghoa
n
ia
C
.
Tio
mereka
di Batavia
g
n
Bente
tak kayu
sebuah ko entuk
sekarang ini.
erb
berukir b
ng
rsegi panja
empat pe
a
y
sn
yang diata manisan
n
ditancapka ari buah
iri d
yang terd
ya
uah papa
kingkip, b
n
ka
h
a
b
ipersem
ng biasa d hyangan
a
,y
p
te
a
a
b
dan buah
n persem
melakuka wa –dewi.
e
pada saat
d
ra
a
pada p
khusus ke
Gelombang 2
).
(tahun 1619).
n
Diperkirakan
pada tahun
ini terjadi
gelombang
angan
besar kedatangan
masyarakat Cina
Benteng dari daerah Banten dan
sekitarnya, yaitu masyarakat
Tionghoa (ratusan keluarga) yang
dibawa hijrah oleh seorang tokoh
Tionghoa terkemuka dari Banten
yaitu Souw Beng Kong dari daerah
Banten ke Batavia yang melewati
daerah Tangerang (karena daerah
Tangerang waktu itu merupakan
jalur utama untuk menuju ke
Batavia dari Banten) dan disinyalir
ketika melewati daerah Tangerang
inilah banyak dari masyarakat
Tionghoa tersebut yang menetap
di daerah Tangerang dan menjadi
leluhur dari masyarakat Cina
Benteng ini, karena mengingat
daerah Tangerang waktu itu
merupakan tapal batas kekuasaan
antara Kesultanan Banten dan
Batavia yang dikuasai oleh
Belanda sehingga bukan mustahil
banyak dari orang-orang yang
dibawa oleh Souw Beng Kong
tersebut dari Banten ke Batavia
menetap di Tangerang. Catatan
pula bahwa Souw Beng Kong ini
merupakan Kapitan Cina (Kapitein
der Chineezen) pertama di Batavia
yang diangkat oleh Gubernur
Jenderal J.P Coen.
Makam Souw
Beng Kong (K
apitan Cina pe
di Batavia), ya
rtama
ng terletak di
Jl.Pangeran Ja
Jakarta, yang
yakarta,
hingga kini m
asih di
dijadikan seba
gai situs makam lestarikan dan
kuno.
da tahun
pada
40. Seperti diketahui setelah
1740.
terjadi peristiwa pembantaian
tersebut, Belanda melarang
orang-orang Tionghoa tinggal di
dalam benteng dan setelah itu
Belanda merelokasi pemukiman
masyarakat Tionghoa ke daerah
sekitar Glodok Batavia. Selain itu
juga Belanda mengirimkan orangorang Tionghoa yang ada di Batavia
ke daerah Tangerang untuk bertani
maka setelah itu terbentuklah pula
pemukiman-pemukiman untuk
bertani yang bernama Pondok
Jagung, Pondok Aren, Pondok
Cabe, dan sebagainya yang hingga
sekarang nama-nama untuk
pemukiman tersebut masih ada
di daerah Tangerang. Kedatangan
masyarakat Tionghoa yang
bermigrasi dari Batavia (sekarang
Jakarta) ke Tangerang inilah yang
diperkirakan salah satu gelombang
besar kedatangan dari leluhur
masyarakat Cina Benteng ke daerah
Tangerang.
(Donny Yana)
edisi 9
21
Segenap tim redaksi
turut berduka cita atas terjadinya bencana alam Gunung Merapi, Mentawai dan Wasior
dhamma&sains
Stephen Hawking dan
Gagasannya
Menurut Wikipedia, Hawking
bernama lengkap Stephen
William Hawking adalah seorang
ilmuwan fisika teoretis. Ia adalah
seorang profesor Lucasian
dalam bidang matematika di
Universitas Cambridge dan
anggota dari Gonville and Caius
College, Cambridge. Ia dikenal
akan sumbangannya di bidang
fisika kuantum, terutama karena
teori-teorinya mengenai teori
kosmologi, gravitasi kuantum,
lubang hitam, dan radiasi
Hawking. Meskipun mengalami
tetraplegia (kelumpuhan) karena
sklerosis lateral amiotrofik, karier
ilmiahnya terus berlanjut selama
lebih dari empat puluh tahun.
Buku-buku dan penampilan
publiknya menjadikan ia sebagai
seorang selebritis akademik dan
teoretikus fisika yang termasyhur
di dunia.
Boleh dikatakan bahwa Hawking
merupakan salah satu ilmuwan
Hawking, Buddha dan Tuhan
Awal September, dunia khususnya kalangan
agamawan dikejutkan dengan pernyataan
Stephen Hawking mengenai alam semesta.
Harian The Telegraph, melaporkan bahwa,
“Stephen Hawking telah menyatakan bahwa
Tuhan bukan pencipta alam semesta.”
Pernyataan Stephen Hawking tersebut menuai
banyak dukungan sekaligus kecaman dari
berbagai pihak.
26
edisi 9
paling jenius yang masih ada
saat ini. Ciri khas ilmuwan ini
adalah duduk di kursi roda dan
dengan kepala miring karena
penyakitnya. Karena salah
satu ilmuwan terhebat saat ini,
tentu pernyataannya tidak bisa
dianggap angin lalu. Ia mewakili
dunia sains yang sejak Galileo
pada sekitar abad ke-16 telah
bertentangan dengan agama
yang mempercayai Tuhan secara
personal.
dhamma&sains
Pada buku sebelumnya yang
sangat terkenal dan laris manis,
A Brief History of Time, ada
pernyataan yang dianggap oleh
pembaca bahwa Hawking masih
memberikan kemungkinan bahwa
alam semesta diciptakan Tuhan.
Namun, di buku terbarunya, The
Grand Design, Hawking akhirnya
menyatakan pandangannya
dengan tegas bahwa "Karena
adanya hukum seperti gravitasi,
tata surya dapat dan akan
membentuk dirinya sendiri.
Penciptaan spontan adalah
alasannya mengapa sekarang
ada 'sesuatu' dan bukannya
kehampaan, mengapa alam
semesta ada dan kita ada. Tidak
perlu memohon kepada Tuhan
untuk memulai segalanya dan
menggerakkan alam semesta."
Menurut Hawking, alam semesta
muncul dari gravitasi. Ruang dan
waktu juga muncul dari gravitasi.
Tidak ada istilah “sebelumnya”
karena waktu pun belum
muncul. Waktu muncul
ketika terbentuknya
alam semesta. Begitu
pula dengan ruang.
Tidak ada istilah
“di luar” ruangan
karena ruang
sendiri baru
muncul ketika
terbentuknya alam semesta.
Makna yang ingin disampaikan
oleh Hawking adalah bahwa
alam semesta muncul sesuai
dengan Hukum Alam dan tidak
perlu peran Tuhan di dalamnya.
Pun, secara tidak langsung
jelas ia mempunyai gagasan
bahwa kehidupan manusia tidak
diciptakan oleh Tuhan apalagi
mengatur kehidupan manusia.
Tuhan dan Sains
Dapat dikatakan hampir semua
agama mempunyai gagasan
mengenai Tuhan. Namun,
perlu diketahui bahwa makna
Tuhan dalam beberapa agama
ternyata sedikit berbeda dengan
agama lainnya. Secara umum
Tuhan diartikan sebagai suatu
sosok yang lebih
tinggi dari
manusia yang menciptakan
dan mengatur kehidupan
alam beserta isinya. Kematian
contohnya dikatakan oleh
kalangan agamawan yang
mempercayai konsep Tuhan
merupakan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh pencipta
tersebut.
Ilmu pengetahuan tidak pernah
membicarakan tentang Tuhan
karena ilmu pengetahuan
menjelaskan bagaimana suatu
kejadian muncul. Akan tetapi,
para ilmuwan jelas menganggap
bahwa kejadian-kejadian alam
ada sebabnya. Begitu pula
dengan berbagai fenomena yang
terjadi di sekitar masyarakat.
edisi 9
27
dhamma&sains
Apabila ilmuwan menganggap
segala fenomena telah
ditentukan oleh Tuhan, maka
ilmu pengetahuan tidak akan
berkembang. Di sinilah tahap
ketika ilmuwan memaksa para
agamawan mengubah cara
pandang mereka terhadap konsep
Tuhan dan membuat konsep
Tuhan mengalami evolusi dari
cara pandangnya.
Cara Pandang Buddha
Melalui Sutta, berkali-kali Buddha
mengatakan bahwa tidak ada
gunanya dan tidak akan ada
habisnya memperdebatkan asal
muasal alam semesta. Namun,
bukan berarti Buddha bungkam
seribu bahasa mengenai topik
tersebut. Mungkin Buddha
sudah bisa mengetahui secara
langsung dan ketika akan
dijelaskan, pikiran-pikiran dari
pendengarnya yang belum
tercerahkan akan mendistorsikan
makna yang disampaikan.
Buddha mengatakan bahwa
ketika mencapai pencerahan,
segala sesuatunya akan menjadi
jelas karena “melihatnya” secara
langsung.
Beberapa sutta menjelaskan asal
mula kehidupan menurut Buddhis
dan jelas mengindikasikan bahwa
ada suatu proses terbentuknya
makhluk hidup. Proses tersebut
yang saat ini secara sains disebut
evolusi. Di sini telah tampak
kesejajaran antara pemikiran
Buddha dengan pemikiran sains
saat ini.
Untuk masalah Tuhan, Buddha
mempunyai pandangan yang
Untuk masalah Tuhan, Buddha mempunyai
pandangan yang sangat bijak. Pengertian
Tuhan sebagai pencipta jelas ditolak oleh
Buddha. Apalagi Tuhan sebagai pengatur
alam semesta beserta isinya.
Akal sehat kita pun akan sepakat dengan
Buddha. Jelas kita mempunyai kehendak
bebas dan pikiran masing-masing.
28
edisi 9
sangat bijak. Pengertian Tuhan
sebagai pencipta jelas ditolak oleh
Buddha. Apalagi Tuhan sebagai
pengatur alam semesta beserta
isinya. Akal sehat kita pun akan
sepakat dengan Buddha. Jelas kita
mempunyai kehendak bebas dan
pikiran masing-masing. Setiap
kejadian ada sebab dan ada
akibat. Ini sangat logis dan dapat
diterima akal sehat. Inilah yang
dikatakan Buddha sebagai Hukum
Karma, Hukum Sebab-Akibat.
Hukum Karma menjelaskan
segala sesuatunya menjadi lebih
jelas dan dapat diterima oleh
kehidupan modern saat ini.
Lalu adakah konsep Tuhan
dalam Buddhis? Jawabannya
adalah tidak ada. Namun, dalam
Buddhis ada konsep ketuhanan.
Beda Tuhan dengan ketuhanan
adalah Tuhan bersifat personal
atau ada suatu sosok sedangkan
ketuhanan hanyalah suatu sifat.
Buddha jelas-jelas menolak suatu
Tuhan personal yang mencipta
apalagi pengatur.
Konsep ketuhanan dalam Buddhis
haruslah sejalan dengan ajaran
Buddha. Ada tiga gagasan
yang dapat dikatakan sebagai
ketuhanan dalam Buddhis, yaitu:
1.Sebagai sifat-sifat Luhur tanpa
batas atau Brahmawihara
Ketuhanan dalam pengertian
ini berupa sifat-sifat luhur tanpa
batas, tanpa egoistik yang
meliputi cinta kasih universal
(metta), belas kasih tanpa batas
(karuna), dan aspek lainnya.
2.Kemutlakkan dan tidak
terjangkau pikiran atau Nibbana
Ketuhanan dalam pengertian ini
adalah tidak terjangkau pikiran,
bersifat mutlak.
3.Hukum Alam atau Niyama
dhamma&sains
Perlu dipahami bahwa
ketuhanan dalam
Buddhis tidaklah
mengatur kehidupan
manusia, tidak pula
menentukan segala
yang terjadi pada
manusia.
Pengertian ketuhanan ini meliputi
Hukum Alam itu sendiri yaitu
Utu Niyama (Hukum Fisika), Bija
Niyama (Hukum Biologi), Citta
Niyama (Hukum Psikis), Kamma
Niyama (Hukum Sebab-Akibat),
Dhamma Niyama (Hukum di luar
ke-4 hukum tersebut)
Perlu dipahami bahwa ketuhanan
dalam Buddhis tidaklah mengatur
kehidupan manusia, tidak pula
menentukan segala yang terjadi
pada manusia. Setiap manusia
berkehendak bebas dan kehendak
tersebut akan berakibat sesuai
dengan kehendaknya. Apabila
kehendak/niat seseorang buruk
dan terwujud melalui ucapan,
pikiran atau perbuatan, maka
pasti akibatnya akan buruk yang
akan diterima oleh orang tersebut,
cepat atau lambat.
Kesimpulan
Hawking lahir sekitar 2500
tahun setelah Buddha, namun
gagasan Buddha dan Hawking
sejalan. Dua-duanya menolak
Tuhan personal. Hawking jelas
mengatakan bahwa kalau pun
ia percaya Tuhan, Hukum Alam
adalah Tuhannya dan manusia
mempunyai kehendak bebas
tanpa campur tangan Hukum
Alam. Jadi, jelas bahwa Hawking
dan ilmu pengetahuan semakin
membuktikan kebijaksanaan
Buddha 25 abad lampau.
Oleh Willy Liu
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/
Stephen_Hawking
edisi 9
29
sutta
Pa akamma Su a
Apakah keempat hal agung yang
diinginkan oleh setiap orang?
Keempat hal ini sangat diinginkan
oleh setiap orang tetapi sangat susah
untuk diraih. Keempat hal tersebut
tertuang dalam Pattakamma Sutta.
30
edisi 9
sutta
Suatu ketika Buddha
membabarkan Pattakamma
Sutta kepada Anathapindika di
vihara Jetavana.
"Perumah Tangga, terdapat
empat kondisi berikut
yang diminati, yang
menyenangkan, dan yang sulit
diperoleh di dunia ini. Apakah
keempat kondisi itu?
Pengharapan:
1. 'Semoga aku memperoleh
kekayaan dengan jalan yang
sah!',
2. 'Semoga aku memiliki
reputasi baik di mata sanak
keluarga dan para guruku!'
3. 'Semoga aku hidup lama
dan mencapai umur panjang!'
4. 'Saat tubuhku hancur,
setelah meninggal, semoga
aku terlahir kembali di alam
surgawi!'"
"Perumah Tangga, untuk
mencapai keempat kondisi
ini, terdapat empat kondisi
yang harus dipenuhi. Apakah
keempat kondisi itu?
1. Kesempurnaan keyakinan
(saddhasampada),
2. kesempurnaan kebajikan
(silasampada),
3. kesempurnaan
kedermawanan (cagasampada),
dan
4. kesempurnaan
kebijaksanaan (pannasampada)
Keinginan untuk
memperoleh kekayaan,
memperoleh kedudukan
dan kehormatan di dalam
khalayak ramai, kedamaian
dan kesehatan serta dapat
terlahir di alam-alam yang
baik merupakan keinginan
wajar manusia dan dapat
dicapai.
Keyakinan kepada
yang patut dihormat
seperti seorang Bhagava
merupakan tindakan yang
patut dilakukan karena
Buddha sempurna dalam
pengetahuan serta tindaktanduk-Nya, pengenal
segenap alam, pembimbing
manusia yang tiada
taranya untuk mencapai
pembebasan, guru para
dewa dan manusia, dan
Beliau adalah seorang
Buddha yang patut untuk
dimuliakan.
Dengan melaksanakan
sila khususnya Pancasila
yaitu menghindari diri dari
pembunuhan, pencurian,
perzinahan, mengeluarkan
perkataan yang tidak baik,
dan minum-minuman keras
yang melemahkan kesadaran
seseorang akan memperoleh
kedamaian.
Untuk belajar melepas dan
kemelekatan terhadap materi
hendaknya melakukan
paktek dana dan untuk
mendapatkan kebijaksanaan
diperlukan praktek Samadhi.
“Seper i dari
set mpuk bunga
dapat dibuat banyak
karangan bunga;
demikian pula
hendaknya banyak
kebajikan dapat
dilakukan oleh
manusia di dunia ini.”
(Dhammapada 53)
edisi 9
31
dhammapada
Patipujika
Vatthu
‘Walaupun seseorang sedang mengumpul bunga...
uraian dhamma ini dibabarkan Guru ketika
beliau tinggal di Savatthi, berkenaan dengan
seorang wanita bernama Patipujika (pemuja
suami). Ceritanya dimulai di alam Tavatimsa.
32
edisi 9
Tersebutlah
ada sesosok
dewa bernama
Malabhari disertai
1.000 dewi masuk
ke taman kesenangan
di alam dewa Tavatimsa.
Lima ratus dari para dewi
ini memanjat pohon dan
melempar bebungaan ke
bawah; 500 dewi yang lain
mengumpul bunga yang
jatuh dan mengenakannya
kepada dewa. Sesosok dewi
dari para dewi ini, selagi
ia duduk di cabang sebuah
pohon, ia meninggal dari ala
mini, tubuhnya lenyap seperti
nyala lampu, dan masuk
dalam sebuah pembuahan
(dalam kandungan) pada
sebuah keluarga di Savatthi.
Kemudian lahir dengan
dapat mengingat kembali
kehidupannya yang lalu, dan
ingat bahwa ia adalah istri
dari dewa Malabhari. Ketika
ia tumbuh menjadi remaja
ia melaksanakan puja bhakti
dengan wewangian dan
bebungaan, dan membuat
tekad untuk terlahir kembali
bersama suaminya.
Ketika ia berusia 16 tahun, ia
kawin dengan seorang pria
dari keluarga lain. Kapan pun,
bilamana ia memberikan
dana makanan (pindapata)
pada hari tertentu, pada
dhammapada
setiap dua minggu atau pada
musim vassa, ia akan berkata:
“Semoga dana ini membantu
saya untuk terlahir kembali
bersama suamiku yang dulu.”
Para bhikkhu berkata: “Wanita
ini, walaupun selalu sibuk
dan aktif, hanya merindukan
suaminya,” Karena itu mereka
menanamkannya Patipujika
(pemuja suami).
Secara tetap ia mengurus
Ruangan Pertemuan (Asanala)
dengan menyiapkan air
minum, dan menyediakan
tempat duduk bagi para
bhikkhu. Bilamana ada orang
yang ingin mendanakan
makanan setiap hari atau
setiap dua minggu, mereka
akan membawa makanan
itu dan menyerahkannya
kepadanya, dengan berkata:
“Nyonya, tolong berikan ini
kepada bhikkhu sangha.”
Dengan melakukan hal-hal
ini ia sekaligus mendapat 56
Kusaladhamma. Ia hamil dan
pada akhir 10 bulan lunar ia
melahirkan seorang putra;
ketika putranya telah dapat
berjalan, ia melahirkan seorang
putra pula, kemudian yang
lain, sehingga ia memiliki 4
putra,
Pada suatu hari ia memberikan
dana, memberikan hormat
kepada para bhikkhu,
mendengar dhamma serta
melaksanakan sila, namun
pada akhir dari hari itu ia
meninggal karena sakit yang
Bilamana manusia terlahir kembali dan
hidup begitu pendek usianya, apakah
mereka hidup tidur dan tidak waspada
atau mereka memberi dana-dana dan
memberikan hormat?”
tiba-tiba, dan terlahir kembali
bersama suaminya yang
lampau. Selama waktu itu
para dewi yang lain sedang
mengenakan bunga kepada
dewa.
Ketika dewa Malabhari
melihatnya, ia berkata: “Kami
tidak melihatmu sejak pagi.
Kemana saja Anda?”
“Saya meninggal dari
kehidupan ini, suamiku.”
“Apa yang anda katakan?”
“Seperti itulah, suamiku.”
“Dimana anda terlahir
kembali?”
“Pada sebuah keluarga yang
tinggal di Savatthi.”
“Berapa lama anda berada di
sana?”
“Pada akhir 10 bulan lunar
saya lahir dari kandungan
ibuku. Ketika saya berusia 16
tahun, saya kawin dengan
seorang pria dari keluarga
lain. Saya melahirkan 4
putra, memberikan danadana makanan, memberikan
hormat kepada bhikkhu,
membuat tekad kuat untuk
terlahir kembali bersamamu,
suamiku.”
“Berapa panjang usia
manusia?”
“Hanya 100 tahun.”
“Begitu pendek seperti itu?”
“Ya, suamiku.”
“Bilamana manusia terlahir
kembali dan hidup begitu
pendek usianya, apakah
mereka hidup tidur dan tidak
waspada atau mereka memberi
dana-dana dan memberikan
hormat?”
“Apa yang anda katakan,
suamiku? Manusia selalu tidak
waspada, bagaikan ia akan
hidup selama satu kappa, atau
bagaikan ia tidak akan diliputi
usia tua atau kematian.”
Dewa Malabhari sangat
terpengaruh, ia berkata:
“Bilamana, seperti yang
anda katakan bahwa manusia
terlahir kembali dengan hidup
100 tahun, dan mereka hidup
tidak waspada dan tidur, maka
kapan mereka akan terbebas
dari penderitaan?”
(Sementara itu, 100 tahun
manusia adalah sama dengan
sehari semalam alam dewa
Tavatimsa, 30 hari seperti itu
adalah satu bulan, 12 bulan
adalah satu tahun,
edisi 9
33
dhammapada
Guru menjawab: “Para bhikkhu,
Kehidupan makhluk di dunia ini memang
sangat pendek. Itulah sebabnya, sementara
para makhluk dimana di dunia ini
menginginkan hal-hal di dunia ini dan
belum memuaskan nafsu keinginan mereka,
kematian mengalahkan mereka dan
membawa ke dalam ratap dan tangis.”
dan panjang kehidupan
alam dewa Tavatimsa adalah
1.000 tahun surgawi, atau
dalam tahun manusia itu sama
dengan 36 juta tahun. Sehingga
kehidupan dewi di dunia ini
bagi alam dewa adalah itu
belum satu hari; juga belum
sesaat. Itulah sebabnya ia
(Dewa Malabhari) berpikir:
“Bilamana kehidupan manusia
begitu pendek, maka tidak
tepat bagi mereka untuk hidup
tidak waspada.”)
Pada keesokan harinya ketika
para bhikkhu masuk ke dalam
desa, menemukan Ruangan
Pertemuan tidak rapi, tempat
duduk tidak siap, dan air
minum tidak tersedia.
“Patipujika pergi kemana?”
tanya mereka.
“Para bhante, bagaimana
anda sekalian berharap untuk
melihatnya? Kemarin sore,
setelah beberapa lama anda
sekalian makan, ia meninggal.”
Demikianlah, bagi para bhikkhu
34
edisi 9
yang belum mencapai
Sotapana, mengenang
kebaikan pelayanannya, tak
dapat menahan linangan
air mata; sedangkan
para bhikkhu yang telah
mencapai kearahatan diliputi
dengan perasaan religius.
Setelah mereka selesai
sarapan, mereka pergi ke
vihara dan bertanya kepada
Guru: “Bhante, Patipujika
sangat sibuk dan aktif, selalu
melakukan semua perbuatan
baik dan berkehendak untuk
terlahir kembali dengan
suaminya yang lampau.
Dimana ia terlahir kembali?”
“Para bhikkhu, ia telah
terlahir kembali bersama
suaminya yang lampau.”
“Bhante, tetapi ia tidak mati
bersama suaminya.”
“Para bhikkhu, ia tidak
berkehendak dengan
suaminya yang itu. Suami
yang dimaksudnya adalah
Dewa Malabhari di alam
dewa Tavatimsa. Ia meninggal
dari alam itu ketika ia sedang
mengenakan bunga-bungaan
kepadanya. Sekarang ia telah
terlahir kembali ke alam
tersebut.”
“Bhante, betapa pendeknya
usia kehidupan makhluk di
dunia ini! Pada pagi hari
ia melayani kami dengan
makanan, pada waktu sore ia
sakit dan meninggal.”
Guru menjawab: “Para
bhikkhu, Kehidupan
makhluk di dunia ini
memang sangat pendek.
Itulah sebabnya, sementara
para makhluk dimana di
dunia ini menginginkan
hal-hal di dunia ini dan
belum memuaskan nafsu
keinginan mereka, kematian
mengalahkan mereka dan
membawa ke dalam ratap
dan tangis.”
Setelah berkata demikian,
beliau mengucapkan syair
berikut: “walaupun seseorang
sedang mengumpul bungabungaan, dengan pikiran
kacau dan tak pernah puas,
ia akan di bawah kekuasaan
sang penghancur.”
resensibuku
Judul buku
ANGER
Memadamkan Api Kemarahan Lewat
Kearifan Buddhis
Pengarang
Thich Nhat Hanh
Harga
Rp 38.000,Penerbit
Karaniya
Jumlah halaman
228 hal
Tanggal Penerbitan
30-09-2010
Sinopsis Buku:
Dua puluh lima abad yang
lalu di bawah pohon Bodhi
di India, Buddha telah
memahami suatu pengertian
yang mendalam mengenai
kondisi pikiran yang menjadi
sumber ketidakbahagiaan
dalam kehidupan. Pandanganpandangan yang salah, nafsu
keinginan yang tak terbendung
dan menggebu serta kemarahan
yang tak terkendali adalah
salah satu penyebab dari
ketidakbahagiaan tersebut.
Emosi
adalah
contoh termudah
yang dapat langsung
dimengerti oleh kita. Emosi
yang meledak ledak serta
kemarahan yang meluap
dapat menghancurkan
tatanan kehidupan dan dapat
merusak perkembangan dan
keseimbangan kesehatan serta
nilai spiritualitas. Melalui
buku ini Thich Nhat Hanh
memberikan kita alat dan
nasihat serta masukan agar
kita dapat mentransformasikan
relasi, memfokuskan energi
dan menyegarkan kembali
bagian-bagian dari diri kita
yang telah rusak akibat gejolak
emosi dan kemarahan yang
tak terkontrol. Beliau mencoba
untuk menggambarkan
hubungan vertikal dan horizontal
antara emosi dan kemarahan
dengan jiwa spiritual dan
lingkungan sosial. Dengan jiwa
kesederhanaan Beliau miliki serta
kata-kata yang halus dan tenang
dapat memberikan motivasi
serta supplement tambahan
agar anda mempunyai
kekuatan “untuk mengubah
segalanya”. Thich Nhat Hanh
tidak membatasi hanya pada
diskusi tentang kemarahan di
dalam keluarga dan pertemanan,
beliau juga berbicara tentang
kemarahan antara rakyat dengan
pemerintahnya. Visi yang luas
ini tidaklah mengejutkan, tetapi
menyegarkan, mengangkat buku
ini menjadi sangat layak untuk
menjadi salah satu “motivator”
Anda. (sp: andryan_yugi)
edisi 9
35
Serbaserbibuddhis
Asal-Usul jubah
Pada zaman Sang Buddha, para bhikkhu
memiliki satu stel jubah pamsukula civara.
Yang dimaksud pamsukula civara adalah
kain bekas pembungkus mayat yang telah dibuang orang di dalam hutan atau di
kuburan.
36
edisi 9
Serbaserbibuddhis
Pada zaman dahulu di India,
orang yang meninggal, baik
yang miskin maupun yang
kaya langsung dibungkus
kain dan dibuang ke hutan,
lalu para bhikkhu mengambil
kainnya dan dicuci kemudian
dicelup dengan getah pohon
yang berwarna kuning
(misalnya pohon nangka), lalu
dijahit dibuat jubah.
Pada zaman itu kain sulit
dicari dan bila ditemukan
mutunya kurang baik. Kain
hanya bisa dipakai paling
lama satu tahun karena
bila kain dipakai lebih dari
satu tahun kain tersebut
telah mengalami kerusakan.
Umumnya, pada masa
Kathina bhikkhu dapat
memperoleh jubah pengganti.
Buddha membuat peraturan
agar para bhikkhu juga
memiliki kain sangghati
untuk melindungi/menutup
badan sewaktu musim
dingin (para bhikkhu zaman
dulu kebanyakan hanya
memiliki satu jubah dan
tinggal di hutan).
Para umat Buddha di zaman
Buddha, bila melihat para
bhikkhu yang jubahnya
sudah rusak, mereka dengan
keyakinan dan belas-kasih
mencarikan kain untuk
dipersembahkan kepada
Sangha, kemudian para
bhikkhu membuat civara/
jubah bersama-sama.
Jubah biasanya juga diperoleh
pada perayaan kathina
dimana umat Buddha berdana
keperluan pokok bhikkhu
kepada Sangha.
Semua yang umat Buddha
danakan akan menjadi milik
Sangha dan bukan menjadi
milik bhikkhu tertentu. Cara
pembagian jubah melihat
dari aspek lamanya masa
vassa seorang bhikkhu dan
aspek kebutuhan akan jubah
tersebut seperti hal berikut ini:
1.Bhikkhu yang jubahnya
sudah lama sekali dan
sudah saatnya diganti.
2.Kalau jumlah bhikkhunya
banyak sedangkan kainnya
tidak mencukupi, maka
cara mengaturnya dengan
melihat bhikkhu yang
sudah tua dalam sila
kebhikkhuannya.
3.Kalau bhikkhu yang lebih
tua tersebut tidak mampu
membuat/ tidak mau, dapat
diberikan kepada bhikkhu
yang lainnya, tapi biasanya/
kebanyakan diberikan
kepada bhikkhu mahathera.
edisi 9
37
wisata
Afganistan..!! Apa yang Anda
pikirkan tentang negara yang satu
ini. Sebuah negara yang tergolong
miskin yang berada di perbatasan
Asia dengan Afrika. Afganistan
dikenal sebagai negara yang
jauh dari literatur dan tradisi
buddhis. Negara ini berada
jauh dari pusat perkembangan
Agama Buddha yang mayoritas
tumbuh di negara Asia Tengah.
Afganistan yang dikenal kental
dengan nuansa Islami ternyata
menyimpan sebuah rahasia yang
unik yang tersembunyi di Lembah
Bamiyan. Di lembah ini terdapat
sebuah patung Buddha raksasa
yang terukir di sebuah tebing.
Hal ini memberikan bukti bahwa
ajaran Buddha telah berkembang
luas bahkan sampai ke ujung
Asia. Dengan hal ini kita dapat
menyimpulkan bahwa Afganistan
bukan negara monokultur
melainkan sebuah negara yang
multikultur. Hal ini diperkuat
dengan adanya Bamiyan Buddha
sebuah saksi perkembangan
ajaran Buddha di Afganistan.
BAMIYAN BUDDHA
B
Cerita Rupang Agung di Afganistan
amiyan Buddha terdapat di
lembah Bamiyan, negara
Afganistan di perbatasan
Asia-Afrika. Nama patung raksasa
ini disesuaikan dengan nama
tempat patung ini berada. Lembah
Bamiyan terletak 230 kilometer
di sebelah barat laut dari Kabul
38
edisi 9
yang menjadi ibukota Afganistan
pada ketinggian 2.500 m dpl.
Bamiyan Buddha merupakan
sebuah patung raksasa yang
diukir di dinding sebuah lembah.
Patung ini mengingatkan kita pada
patung Grand Buddha yang berada
di negara China. Yang berbeda
adalah gaya dan tradisi yang
tersirat dari patung ini. The Grand
Buddha adalah patung Buddha
duduk yang kental dengan tradisi
Mahayana, sedangkan Bamiyan
Buddha adalah patung Buddha
berdiri yang kental dengan tradisi
Theravada yang berbaur dengan
wisata
kebudayaan Yunani. Dari bentuk
jubah yang dikenakan oleh kedua
patung ini juga sangat berbeda
jelas.
Asal usul sejarah dari patung ini
masih belum jelas dan masih
diperdebatkan. Diperkirakan
patung ini dibangun pada abad ke
3 atau ke 4 Masehi. Dari gayanya,
patung ini diduga kuat dirancang
oleh seniman-seniman yang
berasal dari Yunani. Kedua patung
ini dibangun dengan cara menata
dinding batu lembah Bamiyan.
Dengan bahan dasar semacam
campuran lumpur dan jerami,
patung ini mempunyai detail yang
sangat sempurna. Ekspresi wajah,
tangan dan lipatan jubah sangat
teliti dan akurat. Patung ini juga
diberi warna yang indah. Patung
kecil yang berukuran 37 meter
diberi warna dominan
biru sedangkan yang
lebih besar dengan
ukuran 55 meter
diberi warna dominan
merah. Untuk wajah
serta tangan kedua
patung ini diberi warna
emas. Langit-langit
gua tempat kedua
patung ini berada
diberi hiasan sebuah
gambar Bodhisatva dan
Dewa Matahari. Detail
hiasan memberikan
kesan bahwa Buddha
sebagai sumber cahaya
dengan aura yang
menenangkan. Seluruh
iconography patung
Buddha itu lagi-lagi
merupakan bauran
antara seni Yunani dan
India. Lukisan-lukisan
dinding di dalam gua
sangat mirip dengan
mural yang lazim
dijumpai di dinding
gua-gua Ajanta di Aurangabad,
India Tengah
Bamiyan Buddha di Masa Kini
Di masa kini, kondisi Bamiyan
Buddha sangat mengkhawatirkan.
Usia yang tua serta keadaan iklim
yang kejam merusak patung
Bamiyan Buddha. Di kawasan
lembah ini tingkat curah hujannya
sangat rendah. Ketika musim
panas, salju yang terdapat di
dinding lembah ikut meleleh
dan airnya mengikis beberapa
bagian dari patung ini. Selain itu
Lembah Bamiyan juga terletak di
zona gempa bumi aktif, sehingga
beberapa bagiannya mengalami
kerusakan.
Selain kedua patung berdiri ini,
diperkirakan juga terdapat juga
sebuah patung Buddha berbaring
yang panjangnya mencapai 300
meter dan merupakan patung
Buddha terbesar di dunia. Hal
ini diketahui dari catatan kuno
seorang Bhikkhu Xuan Zang
yang berasal dari China yang
hidup di abad ke 7. Patung ini
telah melewati beberapa kali
penghancuran akibat perang yang
terjadi di masa lalu mulai dari
penjajahan bangsa Mongolia di
bawah pimpinan Jenghis Khan
yang merusak wajah dan tangan
patung-patung ini sampai kepada
kekuasaan kekaisaran Mughal
Aurangzeb yang menghancurkan
kaki patung ini. Setelah melewati
beberapa kali pemugaran akhirnya
riwayat keperkasaan patung ini
berakhir di bulan Maret 2001. Di
bawah kekuasaan Taliban patung
ini dihancurkan secara total karena
dianggap berhala oleh Mullah
Mohammad Omar, Jenderal
tertinggi Taliban. Kini keindahan
patung ini hanya menyisakan
puing-puing. Yang terlihat hanya
sebuah rongga kosong di dinding
tebing yang dahulunya menjadi
tempat patung ini bernaung.
Sebuah penghapusan masa lalu
yang sangat berpengaruh besar
terhadap kebudayaan dunia.
Sebuah hasil karya berbesar dunia
telah hancur sehingga membawa
kesedihan bukan hanya bagi umat
Buddha tapi kepada dunia yang
sangat mencintai sebuah nilai kasih
karya pemikiran. Walaupun patung
ini telah hancur, bukan berarti
keyakinan kita terhadap Buddha
Dhamma ikut terkikis, jadikan
hal ini sebagai momentum agar
kita bisa selalu dalam kesadaran
yang utuh sehingga keharmonisan
dapat terjadi seperti keharmonisan
di Lembah Bamiyan yang sangat
multikultur saat patung ini berjaya.
(sp: andryan yugi)
edisi 9
39
Katabijak
Happiness is not something far away. It is to be found neither in fame nor in popularity.
When you live with integrity, your hearts begin to fill with a happiness as vast as the universe. It’s about being true to yourself and starting from where you are. From there your
happiness will expand and grow limitlessly.
A peaceful life does not mean a life free of toil and suffering, rather it means living without
being swayed no matter what happens. This is a state of true peace and happiness.
The truth is that devoting ourselves to others' happiness is actually a necessary condition
for becoming genuinely happy ourselves.
The more happiness we bring to others, the happier we ourselves become
The joy of life is to be found not by evading life's sufferings but by grappling with
them to the finish. True happiness is not born of escape; ecstasy based on
delusion does not continue. Enlightenment comes from seeing the truth,
no matter how unpleasant it may be.
If, as Buddhism teaches, "all is in flux, and there is no permanence,"
how do we cope with the world around us? Do we flee from it? Do
we merely resign ourselves to the fleeting nature of life? Or do
we challenge it? In fact, an appreciation of the constantly changing nature of all things is the key to happiness, for it means that
no matter how bad a situation is, it will change. No misfortune
is permanent; no misfortune insurmountable.
Happiness does not exist as an isolated quality, nor does it
conform to a single fixed pattern. Happiness is something that
breathes and lives in the relationships between one
Leave behind the passive dreaming of a rose-tinted future. The
energy of happiness exists in living today with roots sunk firmly
in reality's soil.
ha
It is impossible to build one's own happiness on the unhappiness of
others. This perspective is at the heart of Buddhist teachings.
The exclusive pursuit of one's own interests cannot bring true happiness.
It is in striving for the sake of others that the great path to genuine happiness is
opened.
pp
Where is happiness to be found? How can we become happy? Happiness is not a question of how you look to others. Rather it is a matter of what you yourself feel inside; it is a
deep answering response in your life.
One cannot expect to become happy without hardship or effort. Because we challenge ourselves we become strong. To become strong is to become happy.
40
edisi 9
Katabijak
The purpose of life is to become happy. The purpose of life is to challenge and triumph over
the darkness of misery.
There is no happiness without hardship. So often, we strive to reach the destination of happiness without walking the road of struggles and challenges which leads us there.
True happiness means forging a strong spirit that is undefeated, no matter how trying our
circumstances.
Freedom doesn't mean the absence of all restrictions. It means possessing unshakable conviction in the face of any obstacle. This is true freedom.
Genuine happiness is found in courage. Courage is the gateway to happiness.
Poverty is nothing to be ashamed of. What's disgraceful is to have an impoverished heart or to live dishonestly. Being born in a stately mansion is no
guarantee of happiness, any more than being born in a shack dooms
one to misery.
Happiness will never be a handout; it's something we create
with our own hands.
If you want to build a happy life, you have to give careful
thought to the foundations. Happiness certainly cannot be
secured on appearances or affectation. Happiness comes
down to the inner state of our life at a given moment.
s
s
pi ne
When we draw strength from within, our outlook undergoes
a dramatic transformation; everything around us looks completely different. To be strong-that is the key to happiness.
Where can we find happiness? Happiness is not found in a tranquil life free of storms and tempests. Real happiness is found in
the struggles we undergo to realize our goals, in our efforts to move
forward.
As long as we are alive we will experience sufferings. But that does not mean we
have to be unhappy. Unhappiness comes from allowing ourselves to be controlled by life's
ups and downs-from feeling defeated, from losing hope, losing courage, losing the will to
advance.
We each move forward secure on our own earth, not the earth of others. Happiness is
something we must create for ourselves. No one else can give it to us.
Source : Words of Wisdom by Buddhist Philosopher Daisaku Ikeda (www.ikedaquotes.org)
edisi 9
41
tirai
Sekat-sekat Hubungan
oleh: sati
Memiliki seorang teman yang baik
adalah suatu berkah yang tak terkira,
apalagi seorang teman spiritual yang
dapat membawa kita ke kemajuan
batin. Tetapi untuk dapat berteman
dengan baik, sebelumnya kita harus
bisa menembus sekat-sekat yang
menghalangi kita dalam menciptakan
suatu hubungan yang baik. Lalu
apakah yang menyebabkan
banyaknya sekat di dalam menjalin
suatu hubungan?
42
edisi 9
D
i dalam hubungan masyarakat
dan sosial, pernahkah Anda
merasa tidak nyaman dengan
kehadiran orang-orang tertentu
di kehidupan Anda??? Pastinya
kebanyakan dari Kita yang berprinsip
teguh pernah merasakan hal itu. Eit..
tapi yang berprinsip teguh yang mana
dan dalam hal apa dulu??? Prinsip
yang satu inilah yang berbahaya, yaitu
berprinsip teguh bahwa pandangan dan
pola pikir sendirilah yang paling benar
dan yang lain salah besar. Lalu, karena
yang satu itu tidak mau menerima
pandangan kita, maka kita anggap
orang itu sebagai lawan dan kita merasa
tidak nyaman akan kehadirannya di
lingkaran kehidupan kita.
tirai
Merasa benar sendiri saja sudah
menjadi sekat dalam hubungan
pertemanan, apalagi ditambah
berpikir bahwa yang lain itu
salah. Dulu ketika pertama kali
saya menjalin hubungan serius
dengan seseorang, saya baru
menyadari bahwa ternyata
setiap manusia punya sekat
yang dibuatnya sendiri, sekatsekat dalam hal berhubungan.
Awalnya saya belum mengerti
mengapa ada manusia
yang memiliki complicated
relationship (hubungan yang
ruwet) antar sesama. Padahal
pada prinsip dan teorinya setiap
masalah yang terjadi diantara
sesama manusia pastinya dapat
diselesaikan, maka otomatis
setiap hubungan akan baik-baik
saja. Tetapi mengapa begitu
banyak manusia yang membenci
dan tak mau berhubungan
dengan sesamanya??? Saat itu
orang yang pernah dekat sekali
dengan saya ini mengatakan
kepada saya kalau dia tidak
menyukai teman saya yang juga
merupakan guru spiritual saya,
dengan alasan guru saya ini
terlalu kaku dan berpandangan
sempit. Satu hal lagi, orang
yang saya sayang ini tidak suka
dengan teman saya yang juga
merupakan ketua kebaktian,
dan saya masuk di bawah
kepemimpinannya. Menurutnya
sikap dan pemikiran mereka
tidak sesuai dengan teori-teori
dan prinsip-prinsip yang ada di
kepalanya. Hasilnya, orang yang
saya harapkan bisa mengenal
semua teman-teman saya ini
tidak mau mengenal kedua
orang tadi dan merasa tidak
nyaman kalau kami berada
di dekat mereka. Memang
mungkin benar adanya sifatsifat, pandangan si guru spiritual
dan cara kepemimpinan si
ketua kebaktian tidak sesuai
dengan apa yang seharusnya
dilakukan dan dimiliki.
Tetapi pertanyaannya adalah
apakah hal yang seharusnya
itu? Pembenaran terkadang
hanya ada dalam pikiran
masing-masing. Begitu
pula pembenaran di dalam
pemikiran pacar saya saat
itu yang menganggap si guru
spiritual dan ketua kebaktian
tidak sesuai dengannya. Lalu,
mengapa sekat dalam hubungan
itu akhirnya terbentuk???
edisi 9
43
tirai
EGO Menjadi Sang Pembatas
EGO tiga huruf besar yang
selalu membayangi kehidupan
manusia. Mau bukti bagaimana
sang EGO berperan?? Kisah ini
dialami oleh guru spiritual saya
sendiri yang tadi dikatakan
selalu memegang prinsip, tetapi
saat ini dia sudah berubah
karena memang dia punya
kesadaran atas perilakunya.
Dulu dia sering bentrok dan
membuat sekat hubungan yang
cukup tebal dengan temannya
yang juga sama-sama seorang
guru spiritual. Temannya ini
lebih mementingkan hal-hal
praktis, materi, dan terkadang
beliau berpandangan bahwa
uang dan bisnis itu penting.
Sedangkan guru spiritual saya
lebih mementingkan hal-hal
religius dan beranggapan bahwa
nilai spiritual tidak seharusnya
disamakan dengan bisnis dan
uang. Otomatis segala tindakan
mereka berdua selalu saja
bertentangan. Saya yang saat
itu masih remaja dan cukup
hijau tak mau mencampuri
urusan keduanya, otomatis
saya tak punya masalah
dengan keduanya dan bisa
saja berhubungan dengan
keduanya. Itulah enaknya, saya
bisa jalan dengan guru saya,
lalu beberapa menit kemudian
bisa ngobrol-ngobrol dengan
temannya itu. Setelah mengikuti
keduanya, pada dasarnya apa
yang mereka utarakan masingmasing ada benarnya, tak ada
yang disalahkan dan masuk akal
juga. Tetapi kenapa masingmasing dari mereka menganggap
bahwa pemikiran satu sama
lainnya salah. Mengapa si guru A
menganggap si guru B salah dan
sebaliknya??? Sedangkan saya
44
edisi 9
yang berada di tengah-tengah,
menerima informasi, pandangan
dan pemikiran mereka dengan
pikiran kosong serta tidak
memihak, menganggap hal itu
biasa saja. Apa yang terjadi
dengan si Guru A dan si Guru
B? Mereka ternyata telah
membangun sekat-sekat yang
dibuatnya sendiri, karena
masing-masing menganggap
orang lain salah dan tidak sesuai
dengan pemikirannya. Ego yang
berperan dan menjadi pembatas
diantara hubungan mereka dan
setiap manusia.
Perlu Terbuka dan Saling
Memahami
Satu obat bagi sang Ego untuk
bisa mengenali jadi dirinya
adalah memberikannya
pengertian dan berusaha
memahami. Kalau saja pacar
saya saat itu mau membuka
sedikit ruang untuk mengobrol
dengan kedua orang yang
dianggapnya tidak asik untuk
berhubungan, pastinya ia akan
lebih mengerti dan memahami.
Karena setahu saya guru spiritual
saya itu tidak seburuk yang
dibayangkannya, walaupun
dia agak sedikit memegang
prinsip (keras dan kaku dengan
prinsipnya), akan tetapi pada
dasarnya dia punya kesadaran
atas prilaku yang dibuatnya
dan mau mengoreksi diri.
Begitu juga halnya dengan
ketua kebaktian saya, walaupun
memang cara kepemimpinannya
saat itu banyak menerima
protes, tapi saya mengenal
betul kalau wanita ini adalah
seseorang yang mau menerima
kritikan dan masukan, hanya
saja perlu waktu untuk banyak
belajar dalam mengubah cara
kepemimpinannya. Sama pula
dengan si kedua guru spiritual
tadi, Kalau saja si kedua guru
tirai
spiritual saling mau menanyakan
kabar masing-masing dan mau
membuka diri akan pemikiran
dan pandangan masing-masing,
serta berusaha memahami satu
sama lain, tentunya pemikiran
dan hubungan mereka akan lebih
baik lagi karena masing-masing
dapat melihat dari sisi pandang
yang berbeda. Namun pada
dasarnya Ego akan Harga Diri
mengerem semua laju perbaikan,
dan menghentikan semua niatan
baik yang muncul karena merasa
harga dirinya terlalu mahal untuk
mengakui bahwa prinsip dan
pandangannya belum tentu benar
adanya.
Lihatlah dan Kenali Lebih
Dalam, mereka Itu Berubah
Jika dirasakan dengan jujur,
diperhatikan lebih dalam,
Pandangan, pikiran, prinsip,
perasaan, kesadaran dan lain
sebagainya selalu berubah-ubah.
Seakan-akan terlihat seperti
mesin yang sedang menjalankan
proses, yaitu proses kesadaran,
proses pemikiran, proses perasaan
dan proses-proses lainnya. Kita
selalu dekat dengannya, akan
tetapi kita bodoh, kita seakanakan tidak tahu atau pura-pura
tidak tahu kalau pada dasarnya
setiap pandangan, pemikiran,
perasaan, kesadaran dan lainlain itu selalu berubah. Kita
memandang seseorang dengan
apa yang mereka miliki dan
terlihat nyata bagi kita saat itu.
Kita tidak menyadari bahwa itu
pun akan berubah. Namun pada
dasarnya kita melihat ilusi yang
diciptakan dari pikiran. Ya…
ilusi-ilusi itu sudah berhasil baik
dalam memainkan peranannya,
dan sudah sukses dalam
mengecohkan kebenaran serta
banyak memberikan sekat-sekat
di dalam kehidupan. Ilusi-ilusi
yang bersumber dari kebodohan,
kebencian dan keserakahan
manusia dan makhluk di alam
semesta.
Penakluk sang Ego
Untuk membuka diri, mengakui
kesalahan dan saling meminta
maaf adalah hal yang dirasakan
sulit oleh sebagian orang yang
merasa hal itu sulit. Perlu waktu
bagi mereka untuk menaklukkan
sang Ego dan berdamai dengan
harga dirinya. Tetapi ada satu hal
yang sebenarnya tidak kita sadari,
bahwasanya sang Ego akan takluk
dengan rasa kasihan dan kasih
sayang. Merasakan penderitaan
orang lain, dan merasakan
kesamaan penderitaan yang
kita alami akan memunculkan
kasih sayang yang luar biasa,
serta tidak tega untuk menyakiti
ataupun memusuhi makhluk lain.
“Semua makhluk hidup adalah
sahabat penderitaan, yang rentan
terhadap kesulitan.”
Cobalah kita renungkan satu buah
puisi di bawah ini :
Kita adalah satu
Kita adalah tetesan
dari satu samudera.
Kita adalah ombak dari satu laut.
Kita adalah pohon dari satu rimba.
Kita adalah buah dari satu pohon.
Kita adalah daun dari satu cabang.
Kita adalah bunga dari satu kebun.
Kita adalah bintang dari satu langit.
Kita adalah cahaya dari satu mentari.
Kita adalah jari dari satu tangan.
Kita adalah anggota
dari satu keluarga.
Dunia adalah satu keluarga.
Bumi adalah satu negeri.
(Sri Dhammananda 86)
Jika saja pikiran kasih sayang ini
kita kembangkan setiap harinya,
tentu saja segala pemikiran
maupun pandangan yang
berbeda dari orang lain tidak
akan mengganggu dan membuat
kita merasa tidak nyaman jika
bersama dengan orang tersebut.
Takkan ada ruang lagi bagi
sang Ego untuk berkeliaran dan
datang mengusik. Dengan begitu
sekat-sekat dalam hubungan
pertemanan secara otomatis akan
mulai hancur satu persatu, karena
kita merasa satu dengan mereka.
Inilah keadaan yang disebut
sebagai salah satu dari berkah
yang sesungguhnya.
Daftar pustaka:
Dhammananda, Sri. “Be Happy –
Mengatasi Takut dan Cemas Dari
Akarnya dan Berbahagia Dalam
Segala Situasi”, Yayasan Penerbit
Karaniya: 2004
edisi 9
45
jataka
Katthahari Jataka
“akulah anakmu...”
Kisah ini di ceritakan oleh
Sang Guru ketika berdiam di
Jetavana, yaitu kisah tentang
Vasabha-Khattiya (yang dapat
di baca pada Buku XII dalam
Bhaddasala Jataka).
Alkisah, Vasabha adalah putri
dari Mahanama Sakka dengan
seorang budak perempuan
bernama Nagamunda. Vasabha
kemudian menjadi permaisuri
dari Raja Kosala. Vasabha
melahirkan seorang anak
laki-laki; namun Raja Kosala
setelah mengetahui asalusulnya, menurunkan statusnya
dari seorang permaisuri serta
menurunkan status anaknya,
Vidudabha. Ibu dan anak
tersebut tidak diizinkan untuk
keluar istana.
Mendengar hal ini, Sang Guru
mengunjungi istana pada dini
46
edisi 9
hari disertai lima ratus bhikkhu.
Setelah menempati tempat
duduk yang sudah disiapkan
untuk Beliau, Sang Buddha
bertanya, “Raja, dimanakah
Vasabha-Khattiya?”
Kemudian Raja Kosala
menceritakan apa yang telah
terjadi.
“Raja, putri siapakah VasabhaKhattiya?” “Putri dari
Mahanama, Bhante.” “Dan
kepada siapakah ia menjadi
seorang istri ?” “Kepadaku,
Bhante.” “Raja, Vasabha adalah
putri seorang raja; kepada
seorang raja ia menikah; dan
kepada seorang raja pulalah
ia melahirkan seorang putra.
Dengan demikian, bukankah
anak tersebut memiliki hak
terhadap kerajaan di mana
ayahnya berkuasa? Pada zaman
dahulu, seorang raja yang
memiliki putra dengan seorang
yang mempunyai ketidak
jelasan status secara kebetulan
akhirnya menyerahkan
kedaulatan kepada putranya.
Raja Kosala memohon Yang
Terberkahi untuk menjelaskan
hal ini. Yang Terberkahi
membabarkan dengan jelas apa
yang tidak diketahui oleh Sang
Raja oleh karena Kelahiran
Kembali.”
Suatu ketika di Benares, Raja
Brahmadatta, melakukan
perjalanan di dalam negaranya
untuk menyenangkan hatinya,
sedang berjalan-jalan mencari
buah-buahan dan bunga
ketika Beliau secara tak sengaja
bertemu seorang gadis yang
bernyanyi dengan ceria sambil
memunguti ranting-ranting
pohon dari dalam belukar.
Merasa jatuh cinta pada
pandangan pertama, Raja
jataka
menjadi sangat akrab dengan si
gadis, dan tak lama kemudian
si gadis mengandung Sang
Bodhisatta. Merasa tubuhnya
semakin berat dan perutnya
membesar, si gadis tahu bahwa
dirinya sebentar lagi akan
menjadi seorang ibu, dan ia
memberitahukan hal ini kepada
Raja. Raja memberi sebuah
cincin bertanda dari jarinya dan
mengusir si gadis. Sebelumnya
Raja berkata, “Jika yang lahir
seorang perempuan, jual cincin
ini untuk memeliharanya; namun
jika yang lahir laki-laki, bawalah
cincin dan anakmu kepadaku.”
Ketika tiba saatnya melahirkan,
gadis itu melahirkan Sang
Bodhisatta. Beranjak dewasa,
saat Boddhisatta sedang berlarilarian dan bermain di halaman,
meledaklah suara tangisan
seorang anak, “Aku sudah tidak
punya ayah!” Mendengar hal ini,
Sang Bodhisatta berlari menemui
ibunya dan menanyakan siapa
ayahnya.
“Engkau adalah anak dari Raja
Benares, anakku.” “Apakah ada
buktinya, Ibu?” “Anakku, saat
Raja meninggalkan Ibu, Beliau
memberi Ibu cincin bertanda
ini dan berkata, ‘Jika yang lahir
seorang perempuan, jual cincin
ini untuk memeliharanya; namun
jika yang lahir laki-laki, bawalah
cincin dan anakmu kepadaku.’
” “Lalu mengapa Ibu tidak
membawa ku menemui ayah
ku?”
Melihat tekad si anak sudah
bulat, ia membawa anaknya
menuju gerbang istana dan
meminta agar dipertemukan
dengan Raja. Setelah di panggil,
ia menghadap dan berlutut di
depan Raja sambil berkata, “Ini
adalah anakmu, Tuanku.”
Raja mengetahui bahwa wanita
di hadapannya berkata yang
sebenarnya, namun Raja merasa
malu untuk mengakuinya
di hadapan bawahannya.
Beliau menjawab, “Dia
bukanlah anakku.” “Namun
ini adalah cincin bertanda
pemberian Tuanku; Tuanku pasti
mengenalinya.” “Ini pun bukan
cincinku,” jawab Raja. Kemudian
wanita itu berkata, “Tuanku,
sekarang hamba tidak punya
saksi untuk membuktikan katakata hamba, namun Hamba
menuntut kebenaran. Karenanya,
bila Tuanku memang ayah dari
anakku, biarlah ia boleh terbang
di udara; namun bila tidak,
biarlah ia jatuh dan mati.” Selesai
berkata, ia mengangkat Sang
Bodhisatta dan melemparkannya
tinggi ke udara.
Dengan duduk bersila di udara,
Sang Bodhisatta, dengan nada
yang lembut, mengucapkan
syair berikut kepada ayahnya,
menyatakan kebenaran:
Akulah anakmu, Raja yang
agung; rawatlah aku, Tuanku!
Raja merawat banyak banyak
orang, tetapi hendaknya
lebih banyak memperhatikan
anaknya sendiri.
Mendengar Sang Bodhisatta
mengajarkan kebenaran sambil
melayang di udara, Raja
merentangkan kedua tangannya
dan terisak “Datanglah kemari,
anakku! Tak ada seorangpun
kecuali aku yang akan merawat
dan memeliharamu!” Ribuan
lengan terentang hendak
memeluk Sang Bodhisatta;
namun hanya ke pelukan Rajalah
Sang Bodhisatta melayang turun
dan duduk di pangkuannya. Raja
mengangkatnya sebagai putra
mahkota, dan ibunya dijadikan
permaisuri kerajaan. Ketika
Raja mangkat, Beliau naik tahta
dengan gelar Raja Katthavahana
–pembawa seikat kayu bakar-,
dan setelah memerintah
kerajaannya dengan bijaksana,
Beliau wafat melanjutkan
kehidupan sesuai dengan
perbuatan yang telah di lakukan.
Ajaran Sang Buddha kepada Raja
Kosala berakhir, dan dua buah
kisah diceritakan. Kemudian Sang
Buddha menjelaskan hubungan
kedua kisah tersebut, dan
menjelaskan kelahiran-kelahiran
kembali tersebut: - “Mahamaya
adalah si ibu pada saat itu, Raja
Suddhodana adalah si ayah,
dan Aku sendiri adalah Raja
Katthavahana.”
edisi 9
47
jejakagung
Yang Ariya Soni Theri
“Walaupun seseorang hidup
seratus tahun, tetapi malas
dan tidak bersemangat, maka
sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang
yang berjuang penuh dengan
semangat.”
48
edisi 9
Sona adalah seorang
ibu rumah tangga yang
mempunyai sepuluh orang
anak. Beliau merawat,
mengasuh, membesarkan,
mendidik anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang.
Seluruh hidupnya di
curahkan hanya untuk anakanaknya, oleh karena itu
ia dikenal sebagai Sona “Si
Banyak Anak”.
Sona mempunyai 10 orang
anak yang dirawat dan
diasuhnya dengan penuh
kasih sayang.
Suami Sona adalah
pengikut Sang Buddha, ia
belajar banyak mengenai
kehidupan. Setelah beberapa
tahun menjadi kepala
rumah tangga, suami
Sona memutuskan untuk
terbebas dari belenggu
kehidupan dengan cara
menjalani kehidupan suci.
Dengan persetujuan Sona
sebagai istrinya, suami Sona
meninggalkan keluarganya,
menjalani kehidupan
suci dan ditahbiskan
(upasampada) sebagai
bhikkhu. Sona menjadi
orang tua tunggal yang
menghidupi dan merawat
kesepuluh anak-anaknya itu
dengan susah payah.
Waktu berlalu, Sona telah
tua, dan anak-anaknya telah
berkeluarga. Sona banyak
menghabiskan waktunya
pada kegiatan-kegiatan
keagamaan. Walaupun
demikian Sona yang telah
jejakagung
tua, merasa takut dan cemas
menghadapi hari tuanya.
Sona merasa ia hanya menjadi
beban bagi keluarga anakanaknya saja. Sona takut akan
kesepian, ditinggalkan oleh
anak-anaknya.
Sona akhirnya memutuskan
untuk memasuki kehidupan
suci menjadi bhikkhuni.
“Aku sekarang sudah
tua, sudah tidak seperti
dulu lagi, akankah anakanakku menyokongku….
memperhatikanku…
merawatku....ketika sakit,
seperti aku merawat mereka,
bagaimanakah aku nanti…?”
Sona menyadari kenyataan
bahwa ia tidak dapat
menggantungkan hidupnya
kepada anak-anaknya, tapi
harus bergantung kepada diri
sendiri.
Pemikiran ini, membuat Sona
memutuskan untuk mengikuti
jalan hidup suaminya, yaitu
menjalani kehidupan suci
dan menjadi anggota Sangha
Bhikkhuni, sehingga ia dapat
mengembangkan cinta kasih
dan sifat-sifat kebajikan.
Saat memasuki Sangha
Bhikkhuni, Sona yang sudah
lanjut usia itu membawa
kebiasaan-kebiasaannya
sendiri, ia harus menghadapi
hal-hal baru yang tidak pernah
dilakukannya, sehingga sering
mendapat kritik dan saran
dari para bhikkhuni lainnya
yang lebih muda, namun
memiliki vassa yang lebih
banyak. Sona menyadari
bahwa tidak mudah untuk
mencapai pencerahan, harus
berlatih dengan giat dan
penuh semangat.
Dengan usianya yang
telah lanjut, Sona merasa
tidak banyak waktu lagi
untuk berlatih sebelum
meninggalkan dunia ini. Oleh
karena itu, Sona berlatih
meditasi dengan giat. Setiap
malam ia habiskan waktunya
untuk bermeditasi dengan
sikap duduk dan sikap
berjalan, dan Sona hanya
tidur sebentar.
Dalam kegelapan malam,
Sona berlatih meditasi jalan
sambil memegang pilar demi
pilar vihara, berjaga-jaga agar
tidak tersandung benda.
Dengan usahanya yang giat,
tanpa mengenal lelah,
ia sendirian di dalam ruangan
vihara, dimana para bhikkhuni
lainnya sedang keluar, Sona
mencapai tingkat kesucian
Arahat.
Dia menggambarkan dalam
kata-katanya sendiri terdapat
dalam Apadana :
“Pada saat para bhikkhuni
lainnya meninggalkanku
sendiri di vihara Mereka telah
memberikanku instruksi
Merebus seketel air
Mengambil air
Menuangkannya ke dalam ketel
Menaruh ketel di atas kompor
dan duduk
Kemudian pikiranku menggubah
Aku melihat bahwa sesuatu tidak
kekal
Aku melihat sesuatu sebagai
penderitaan dan tidak berinti
Melepaskan segala segala
kekotoran batin
Di sana aku mencapai Arahat”
(Ap.ii, 3:6,
vv.23436)
edisi 9
49
Ilustrasi oleh: Yela
Pada suatu hari,di saat hujan...
GURUUU....tolong saya!
Bisakah Guru mengantar
saya ke depan?
Saya berada dibawah
hujan,kamu berada di bawah atap.
Dibawah atap tidak ada
hujan, mengapa kamu
butuh bantuan saya?
hmmm..dengan
begini,guru pasti
membantu saya
50
edisi 9
koanzen
Nah...Guru, sekarang saya sudah berada
dalam hujan. Apakah Guru bisa membantu saya sekarang?
Saya berada dalam hujan,kamu juga.
Saya tidak kehujanan karena ada payung,tapi
kamu kehujanan karena tidak ada payung.
Maka kamu tidak bisa meminta bantuan saya
karena saya sendiri dibantu payung.
Kalau kamu mau dibantu, carilah payungmu
sendiri...
Sebenarnya jarang sekali ada orang yang
membawa dua payung dalam perjalanannya.
Maka pastikan Anda menyiapkan payung
sebelum hujan. Anda tidak perlu kehujanan
untuk menyadari pentingnya payung. Bila
kita memiliki payung pada saat hujan, kita
tidak akan basah karena hujan...
edisi 9
51
inspirasi
Blind Cafe
‘Buta Mata Bukan
Berarti Buta Hati’
Pernahkah kita membayangkan bagaimana
rasanya menjadi buta? Pernahkah kita
membayangkan apa yang bisa kita lakukan
jikalau kita tidak lagi memiliki penglihatan
yang sudah menemani kita selama bertahuntahun masa hidup kita? Pernahkah terpikirkan
bagaimana rasanya Anda melakukan
aktivitas sehari-hari seperti makan, berjalan,
berinteraksi dengan teman atau keluarga
jikalau Anda tidak bisa melihat? Jikalau kita
seandainya mengalami buta untuk beberapa
saat, apakah yang akan ada di benak kita saat
itu? Mungkin dengan begitu kita akan mulai
menghargai orang-orang yang mempunyai
kekurangan, menghargai mereka yang tidak
bisa melihat, dan mulai menghargai semua
fungsi tubuh kita termasuk mata yang sudah
berjasa besar dalam hidup kita? Berterima
kasihlah saya pada satu tempat yang ada di
Bandung yang bernama ‘Blind Café’. Tempat
inilah yang mengajarkan saya bagaimana
rasanya menjadi buta dan menghargai
mereka yang buta...
52
edisi 9
Blind Café (rumah makan
buta) bukan hanya sekedar
nama saja, tetapi tempat
makan ini memang
dirancang khusus agar
Anda tidak bisa melihat di
kegelapan dan benar-benar
seperti orang buta – tidak
bisa melihat ketika Anda
sedang makan. Tempatnya
tidak terlalu besar dan
gedungnya bernuansa cat
hitam putih. Jika Anda
sampai di depannya Anda
akan melihat pintu kaca
tembus pandang yang telah
dipenuhi oleh coretancoretan testimony dari para
pelanggannya yang pernah
berkunjung ke tempat ini.
Sesampainya di depan
kasir, saya berserta dua
orang sahabat dimintai
untuk memilih menu.
Makanan yang disajikan di
sini cukup bervariatif dan
kebanyakan dari menu
yang ditawarkan adalah
berupa makanan western
seperti fried cheese potato
(kentang goreng keju), fried
sausages (sosis goreng) dll.
Tapi ada pula makanan khas
Indonesia seperti macammacam nasi goreng, dari
nasi goreng petai sampai
nasi goreng seafood. Untuk
harganya lumayan tidak
terlalu menguras kantong,
apalagi di sini tersedia paket
hemat senilai Rp. 30.000,rupiah dengan tiga pilihan
inspirasi
menu berupa makanan
dan minuman. Karena jenis
makanan dan minuman pada
paket hemat ini lumayan
ringan saya dan sahabat pun
memesannya agar tak repot
saat makan di kegelapan nanti
(hahahaha). Menu paket
hemat yang saya pesan adalah
Omelet, Potato Cheese dan 1
botol air mineral, sayangnya
saya lupa mengambil foto
makanan tersebut sebelum
dan sesudah dihidangkan.
menuju ruang makan, yang
tersisa di kantong saya saat
itu hanyalah sebuah kunci
loker beserta uang di dalam
saku (jaga-jaga takut semua
barang hilang dan saya
akhirnya tak bisa pulang ke
Tangerang wkwkwkw).
Untuk naik ke ruangan makan
kami dipandu oleh seorang
waiter (pelayan) tunanetra
yang sudah buta sejak lahir,
namanya mas Mikam.
Untuk mulai berjalan,
Sahabat saya diminta untuk
Setelah memilih menu saya
memegang pundaknya
diajak ke sebuah tangga
dan saya mengikutinya
menuju ke lantai dua, tetapi
dari belakang. Sedikit demi
sebelum ke ruangan makan
sedikit lama-lama keadaan
kita diwajibkan untuk
ruangan semakin remang dan
menyimpan barang-barang
akhirnya setelah melewati
bawaan kita (termasuk HP)
sebuah tirai hitam, ruangan
ke dalam loker yang sudah
itu menjadi benar-benar
disediakan tepat di depan
dekat pintu masuk kafe. Selesai gelap. Saya berusaha untuk
menutup mata, berharap
menyimpan semua barangsetelah membuka mata nanti
barang, saya pun bergegas
Sesekali saya menyentuh
atau meraba sesuatu,
pikiran saya dengan
cepat membayangkan
bentuk dan warna dari
benda-benda tersebut.
Ternyata fenomena ini
dirasakan pula oleh
kedua orang sahabat
saya dan mungkin hal ini
juga yang dialami bagi
mereka yang buta sejak
lahir, hanya saja mereka
tidak akan membayangkan warna dari benda
tersebut karena mereka
memang belum pernah
mengenal konsep warna,
mata saya akan mampu
menyesuaikan terhadap
ruangan. Tetapi ternyata tak
ada sedikit pun cahaya yang
bisa ditangkap oleh mata
saya. Keadaan benar-benar
gelap dan saya benar-benar
menjadi seperti orang buta.
Walaupun berjalan diurutan
paling belakang, saya tak
henti-hentinya meraba-raba
keadaan sekitar, karena benar
saja saya hampir menabrak
sesuatu di sebelah kiri jalan.
Pada saat saya melakukan
hal ini berulang-ulang, saya
merasakan fenomena yang
jarang sekali saya perhatikan.
Sesekali saya menyentuh atau
meraba sesuatu,
Blind Cafe, counter pemesanan makanan
edisi 9
53
inspirasi
pikiran saya dengan cepat
membayangkan bentuk dan
warna dari benda-benda
tersebut. Ternyata fenomena
ini dirasakan pula oleh
kedua orang sahabat saya
dan mungkin hal ini juga
yang dialami bagi mereka
yang buta sejak lahir, hanya
saja mereka tidak akan
membayangkan warna dari
yang tak henti-hentinya
meraba-raba setiap apa
saja yang ada di sekitar,
membayangkan kalau meja
itu berbentuk persegi panjang
dan terbuat dari kayu yang
dicat hitam. Lalu saya pun
membayangkan bentuk dari
sofa panjang yang saya duduki
seorang diri, beserta dinding
di sebelah kanan saya yang
Pelanggan bisa menuliskan testimonynya pada kaca di sekeliling cafe.
benda tersebut karena me
reka memang belum pernah
mengenal konsep warna,
(kecuali hitam <mungkin>).
Akan tetapi saya salut sekali
dengan mereka, khususnya
oleh mas Mikam yang
memiliki insting serta ingatan
yang tajam.
Sampailah kami akhirnya di
sebuah meja makan. Saya
54
edisi 9
terbuat dari kayu. Sepertinya
semua peralatan di sana
memang dibuat dan dirancang
khusus dengan menggunakan
material yang tepat untuk
keselamatan pengunjung,
seperti meja, tembok yang
terbuat dari kayu (semacam
papan tapi tidak tipis)
dan sofa yang empuk jika
diduduki.
Di ruangan itu tak
terdengar satu pun suara
dari pengunjung lain,
menandakan kalau hanya
ada kami bertiga di sana,
ditambah oleh mas Mikam
yang bersedia menemani
kami selama menunggu
pesanan datang. Tak ada
satu pun objek visual yang
dapat saya nikmati, hanya
suara-suara saja yang bisa
saya dengar, dan gambarangambaran di pikiran saya
yang membayangkan wajah
dari orang yang sedang
berbicara. Tak lama sebelum
hidangan datang, mas Mikam
menawarkan saya apakah
ingin memakai garpu untuk
memotong Omelet. Tadinya
saya berpikir bagaimana pula
caranya menggunakan alatalat itu dalam keadaan gelap.
Tetapi karena penasaran ingin
mencoba, diberikanlah garpu
dan pisau itu oleh mas Mikam
ke tangan saya. Sesekali
mas Mikam yang umurnya
32 tahun ini berjalan ke
sana – ke sini mengantarkan
sesuatu yang kami inginkan,
entah itu tissue ataukah
sambal saus yang saya minta
untuk dituangkan ke atas
Omelet saya. Saya tidak tahu
pastinya di mana mas Mikam
menuangkan sambal saus
itu, karena berkali-kali saya
mencoba memotong dan
memakan Omelet tersebut,
tak banyak sambal saus yang
dapat saya rasakan, sampai
akhirnya saya berusaha sendiri
untuk menuangkan sambal
inspirasi
Tetapi mereka yang buta
tidak menjadikan dirinya
terpuruk dan merasa
kekurangan, tetapi
melatih diri mereka dari
apa yang tidak dipunyai
oleh mereka yang bisa
melihat. Mereka melatih
merasakan, tidak hanya
merasakan dengan sentuhan, tetapi juga merasakan dengan hati, dan
bagaimana cara mempertahankan hidup di
dalam kegelapan…
saus itu ke dalam piring, tapi
harus dengan teknik khusus
pastinya (hehehe). Tetapi saya
sungguh tidak tahu sebanyak
apakah sambal saus yang
sudah saya tuang di piring itu.
Sesekali saya meminum air
mineral di dalam botol plastik
yang sengaja saya rapatkan di
pojok dinding agar saya dapat
dengan mudah mengambilnya.
Tetapi bagi sahabat saya yang
memesan Lemon Tea di dalam
gelas, ia harus berhati-hati
mengambil gelasnya. Karena
bisa saja gelasnya tersenggol,
jatuh dan pecah. Kejadian
semacam itu adalah hal yang
biasa kata mas Mikam, dan
Ayah dari satu anak itu bilang
pengunjung Blind Café tak
usah khawatir jikalau gelas atau
piringnya pecah (sebenarnya
bukan khawatir karena pecah,
tapi khawatir akan ganti
rugi jikalau pecah hahaha).
Omelet pun akhirnya habis di
piring saya. Setelah berhasil
bertarung dengan Omelet
menggunakan pisau dan garpu,
inilah saatnya bagi saya untuk
makan kentang goreng yang
masih tersisa di piring dengan
jurus meraba-raba (diobokobok hahaha…)
Acara makan sore saya
saat itu benar-benar
merupakan pengalaman
yang menakjubkan, bukan
hanya rasa makanan yang
saya rasakan tetapi juga rasa
syukur akan kehidupan yang
selama ini saya jalani. Banyak
hal yang saya lupakan dan
lewatkan selama melakukan
kegiatan rutinitas seharihari, banyak juga hal yang
saya tidak perhatikan selama
menjalani hidup di dunia
terang, dunia yang dipenuhi
oleh warna-warni keindahan
duniawi yang tidak mampu
dilihat oleh mereka yang
buta. Tetapi mereka yang
buta tidak menjadikan
dirinya terpuruk dan
merasa kekurangan, tetapi
melatih diri mereka dari apa
yang tidak dipunyai oleh
mereka yang bisa melihat.
Mereka melatih merasakan,
tidak hanya merasakan
dengan sentuhan, tetapi
juga merasakan dengan
hati, dan bagaimana cara
mempertahankan hidup di
dalam kegelapan… Dunia
gelap yang penuh dengan
misteri di pikiran semua
orang yang belum pernah
menjadi buta.
By: Selfy Parkit
Blind Café, 15 Februari 2010.
Ruang Tunggu Blind
Cafe yang tempatnya
berseberangan dengan
Counter pemesanan
makanan
edisi 9
55
meditasi
Kenapa Harus Meditasi?
Biasanya kita mau melaksanakan sesuatu karena
ingin mendapatkan manfaat dan tujuan dari
tindakan tersebut, atau karena keterdesakkan
hingga kita melakukannya. Mungkin juga kita
sendiri pencipta manfaat dan tujuan yang baru.
B
egitu pula dengan
meditasi, biasanya
seseorang mempunyai
alasan tersendiri kenapa dia mau
bermeditasi atau kenapa dia
tidak mau mencoba meditasi.
Sering kali orang mengeluh
sebelum ia mencoba! Dengan
alasan yang dijadikan tameng
untuk membenarkan keluhannya
seperti: sakit kaki, pegal-pegal,
tidak sempat/sibuk, lain kali
saja…atau cuma buang-buang
waktu!
Ada pula sekarang bermeditasi
punya harapan tertentu seperti
ingin kesaktian, mampu
meramal, bisa jalan di atas air/
56
edisi 9
terbang, ingin melihat makhluk
dewa, awet muda/cantik,
kesehatan, dll.
Memang ada tempat meditasi
yang mempromosikan
sedemikian rupa, untuk menarik
minat meditator baru, guna
mendapat manfaat dan tujuan
dari meditasinya. Hebatnya
tempat-tempat seperti itu lebih
ramai dikunjungi daripada di
meditasi center/vihara.
Apakah benar dia telah
mendapat manfaat dan tujuan
yang dijanjikan? Semua hanya
konsep di kepalanya bahwa dia
sudah menciptakan segalanya.
Dengan melaksanakan Dhamma
3¹ kita akan mengetahui apa
manfaat meditasi sebenarnya
dari Buddha, Guru Agung kita
Meditasi bukanlah untuk
menciptakan kekosongan pikiran
tapi menyadarkan pikiran.
Menyadarkan pikiran dari segala
kebodohan, kekotoran batin,
dan bisa melihat hidup dengan
sewajar-wajarnya sebagai apa
adanya.
Maka Buddha menasehati kita
“Sadarlah”, karena kehidupan
kita semenjak kecil terus dalam
bayang-bayang ilusi, khayalan,
bentuk pikiran yang terus
tercipta hingga sekarang. Bahkan
kita tak menyadari bahwa kita
adalah manusia. Setiap hari
kita melakukan banyak aktifitas
mulai dari bangun tidur, mandi,
makan, kerja, bahkan sedang
bercermin. Sadarkah apa yang
telah kita lakukan?
meditasi
Meditasi bukanlah
untuk menciptakan
kekosongan pikiran tapi
menyadarkan pikiran.
Menyadarkan pikiran
dari segala kebodohan,
kekotoran batin, dan bisa
melihat hidup dengan
sewajar-wajarnya
sebagai apa adanya.
Kita adalah manusia beruntung
yang dilahirkan saat Buddha
Sasana masih ada, tapi bisakah
kita mengambil manfaat dari
sekian banyak pilihan dari hidup.
Dengan meditasi Vipassana,
kita bisa mengambil manfaat
kehidupan yang tersadar sebagai
manusia. Karena meditasi ini
mengamati batin dan jasmani,
hingga mengerti corak Anicca,
Dukkha, dan Anatta. Yang selalu
berubah-rubah, penderitaan dan
tanpa aku yang kekal.
Selama ini kita hanya
memperhatikan segala hal di
dunia yang di luar diri kita, dan
menjanjikan kebahagiaan nafsu
duniawi yang harus dikejar,
entah kapan berakhir hingga
terpuaskan.
Sebenarnya semua itupun akan
berlalu, dia datang dan pergi,
timbul dan lenyap tiap saat.
Janganlah kita tercengkeram
oleh karenanya. Bisakah kita
memahami itu? Ya..hanya
dengan meditasi!..yang akan
menghapus khayalan, kepalsuan,
kekeliruan dari anggapan sesuatu
yang tidak cantik sebagai cantik,
derita sebagai bahagia, tidak
kekal sebagai kekal dan tanpa
aku sebagai aku.
Karena selama ini pandangan
kita seperti seekor kuda yang
memakai kacamata hijau,
sehingga jerami kering terlihat
seperti rumput hijau. Begitu
pula dalam kehidupan, kita
menganggap nafsu duniawi
sebagai kebahagiaan sejati. Kita
selama ini terus tertipu seperti
kuda bila tidak segera tersadar.
Di buku Abhidhammatthasangaha,
ada beberapa manfaat
Satipatthana². Mensucikan
makhluk, membebaskan makhluk
dari kesedihan dan kegelisahan,
membebaskan makhluk dari
keluh kesah, membebaskan
makhluk dari penderitaan
batin dan jasmani, merealisasi
magga dan phala, dan mencapai
Nibbana.
Tapi ada pula manfaat luar
biasa dari meditasi adalah bisa
mengurangi jumlah kelahiran
dimasa akan datang,
melenyapkan dukkha dan
mencapai Nibbana³.
intruksi yang diberikan oleh
Mahasi Sayadaw, maka sama
dengan 3600 detik pengamatan
konsentrasi di pastikan yogi
telah mengeliminasi 3600
kesempatan kehidupan yang
akan datang. Sehingga siklus
jumlah kehidupan dapat di
persingkat(4)…
Oleh karena itu, marilah
kita sebagai umat Buddha
melaksanakan salah satu ajaran
mulia dari Guru Agung kita, yaitu
bermeditasi.
Note:
1. Pariyati Dhamma, Patipati
Dhamma, Pativedha Dhamma
Kamus umum Buddha
Dharma, penyusun: Panjika
2. Abhidhammatthasangaha,
penyusun: Pandit J. Kaharuddin
3. Arahatta Magga dan Arahatta
Phala, kumpulan ceramah
YM.Acariya Maha
Boowa.
4. Dharma Discourts on
Vipassana Meditation, Sayadaw
Ashin Kundalabhivamsa.
Jika seorang meditator
bermeditasi duduk
selama 1 jam dan
melakukan penuh
perhatian gerakan
kembung dan
kempisnya rongga
perut sesuai dengan
edisi 9
57
vihara&kelenteng
Didirikan oleh Bhante Viriyanadi Mahathera (Presidium
SAGIN) sekitar tahun 1989, Vihara ini memiliki Patung
Buddha tidur terbesar di Asia Tenggara. Sesuatu yang khas
yang membedakan vihara ini dengan vihara yang ada di luar
negeri yaitu pada arsitek Jawa yang terlihat kental di setiap
bangunannya.
M
aha Vihara Mojopahit di
desa Bejijong Triwulon –
Mojokerto Jawa Timur,
merupakan Buddhist Center yang
berada di atas bayang-bayang
ke-prabu-an Mojopahit tempo
dulu. Berdiri di atas area seluas
20.000 M2 dalam lingkungan para
pengrajin kuningan dan seniman
pahat batu (pematung), dengan
bangunan bercorak khas Jawa,
58
edisi 9
beratap Joglo, dinding relief batu
pahat, rupang dari batu pahat
di tiga altar pemujaan, untuk
mazhab Hinayana, Mahayana dan
Tantrayana (Buddha Sakyamuni,
Avalokitesvara Kwan Se Im
Posat, Dewi Tara) di dalam satu
bhaktisala.
Di belakang bhaktisala juga ada
altar Maha Brahma/ She Mien Fuk,
dimana setiap bulan November
diadakan peringatan ulang tahun
Maha Brahma/ She Mien Fuk.
Di dalam area Maha Vihara juga
berdiri sebuah rupang sleeping
Buddha yang monumental,
merupakan yang terbesar di
Indonesia dan terbesar ketiga
di dunia setelah Thailand dan
Nepal. Dengan ukuran panjang
22 m, lebar 6 m dan tinggi 4,5
m, rupang ini telah mendapatkan
penghargaan dari MURI (museum
rekor Indonesia). Di bawah
rupang terdapat relief-relief yang
menggambarkan kehidupan
Buddha Gotama, hukum karma
phala dan hukum tumimbal
vihara&kelenteng
lahir. Sebuah kolam yang
indah mengelilingi rupang
yang megah ini. Juga terdapat
bangunan perpustakaan
dengan koleksi berbagai kitab
dalam bahasa sansekerta/ India/
Tibet/ Pali/ Mandarin/ Inggris
dan Indonesia, ruang kelas
aula pertemuan, ruang makan
dan penginapan yang dapat
menampung kurang lebih 200
tamu.
sering
menggunakan fasilitas di sini.
sini
Maha Vihara Mojopahit
merupakan salah satu tempat
pelatihan Samanera, tempat ini
juga sering dipergunakan untuk
retreat dan latihan meditasi,
bukan hanya dari kalangan
Buddhis saja, tetapi juga banyak
yang dari kalangan pondok
pesantren, sekolah tinggi agama
Islam, Kristen dan Katolik juga
Maha Vihara Mojopahit,
dikelola oleh yayasan
Lumbini, alamat : Jl. Candi
Brahu, desa Bejijong, kec.
Trowulon, Mojokerto, Jawa
Timur. Telp. 0321-495533.
dari Surabaya kea rah
M.
Jombang kurang lebih 50 KM.
seberang Museum Purbakala
Trowulon.
a
n raksas
erukura
Patung
Tidur b
Buddha
edisi 9
59
buddhismancanegara
ng
akstsha
Vihara T
Bhutan merupakan negara yang terletak di Asia
bagian selatan. Sebagai salah satu negara Buddhis
yang sangat terkenal akan keaslian alamnya tak
kalah dari Indonesia, Bhutan dikenal juga sebagai
negara “NAGA GUNTUR” atau “Druk Yul”.
BHUTAN
Buddhisme yang Membawa Kemakmuran dan Kedamaian
60
edisi 9
buddhismancanegara
buddha-tibet. Bhutan juga terletak
di sebelah timur Himalaya,
sehingga selain alamnya yang
natural, tradisi dalam negeri ini
masih cukup kental. Bhutan juga
memiliki pakaian tradisional yang
dipakai dalam keseharian mereka
seperti kebaya dalam keseharian
di Indonesia.
Pakaian tradisional Bhutan
B
hutan sendiri berasal dari
bahasa Sansekerta yang
berarti “dataran tinggi”.
Negara kecil yang memiliki tingkat
kedamaian yang tinggi, panorama
yang eksotik dan keindahan
hutan yang belum terjamah ini,
menjadi suatu fenomena yang
pernah diangkat salah satu majalah
ternama dunia. Banyak hewan
langka seperti bangau leher merah
dan fauna dan flora lainnya yang
dilindungi pemerintah setempat
dan organisasi dunia. Bhutan
juga disebut Sangrila terakhir
bagi para wisatawan yang pernah
mengunjunginya.
Ajaran Buddha masuk ke dalam
negara Bhutan pada abad
ke 8 Masehi. Karena kondisi
geografisnya, banyak kuil Buddha
yang berada di dataran tinggi.
Salah satu kuil yang terkenal
adalah kuil Taktsang yang terletak
2.300 kaki dari lembah Paro.
Kuil ini terkenal karena pondasi
arsitekturnya, dan merupakan
simbol Bhutan yang harus
dikunjungi.
Berbeda dengan Thailand yang
juga merupakan negara buddhis,
Bhutan memakai agama Buddha
dalam politik negaranya. Tak heran
Bhutan juga memiliki pangeran
yang tak kalah ganteng dari Pince
Harry dan Prince William dari
Inggris lho..Putra Mahkota Bhutan
bernama Jigme Khesar Namgyel
tingkat kepuasan penduduknya
penduduknya,
Wangchuck. Masih single, rendah
kedamaian dan kemakmuran bisa
hati, menawan, kharismatik, dan
terjadi di negara kecil ini. Mungkin
banyak yang tidak mengira kenapa selalu memakai pakaian tradisional
tingkat kemakmuran rakyat Bhutan negaranya, sering berdana, dan
mengutamakan aspek teknologi
tinggi. Kita berpikir mungkin
negaranya karena Bhutan belum
Amerika yang paling makmur?
semodern Indonesia. Hal ini ia
Atau Eropa? Atau negara-negara
lakukan untuk memajukan edukasi
maju lainnya. Memang, secara
bagi rakyatnya,,,,,(pasti temanglobal Amerika dan Eropa adalah
teman tambah bingung deh
benua yang terdiri dari negarakkenapa negara
an
negara maju, tetapi kepuasan
yyang mungkin
n
penduduk, kedamaian, dan
masih kurang di
m
kemakmuran rakyatnya
bidang teknologi
b
kurang terjamin, kalah
d
dari Indonesia
dengan Bhutan. Tingkat
ini bisa menjadi
i
n
kriminalitas di Amerika dan
ssalah satu negara
Eropa jauh lebih tinggi.
ttermakmur???
Kunjungi saja
K
Jadi Anda boleh
negaranya kalau
n
membayangkan
pe
penasaran......
an Putra Mahkota Bhutan p
kemakmuran dan kedamaian
bu
b
buruan!!! karena
negara buddhis dengan
masuk
ke negara
visa
untuk
masu
memakai “gambaran” Bhutan.
tan.
Lituania adalah salah satu negara di ini snagat terbatas lho tiap
tahunnya. Pemerintah bhutan
eropa yang bukan negara Buddhis
membatasi jumlah visa per
yang dapat menyaingi Bhutan
tahunnya jadi untuk masuk
karena kemakmuran negaranya,
Bhutan minimal booking 6 bulan
keamanannya, penduduknya
sebelumnya^^). Pangeran
yang sedikit dan jaminan warga
Bhutan juga sering mengunjungi
negara yang tidak kalah dari
negara Thailand dan mengunjungi
negara-negara di Eropa lainnya.
Luangta Mahaboa lho^^.
Bhutan menganut Buddha
(sp_rie)
aliran mahayana, oleh karena
itu, terkadang Bhutan disebut
edisi 9
61
cermin
L AH ILMUWAN
A
D
A
IS
H
D
D
U
B
T
A
UM
ATORIUMNYA
R
O
B
A
L
H
A
L
A
D
A
DAN PIKIRAN
oleh: [email protected]
Judul di atas sangat tepat diberikan kepada umat Buddha.
Bagaimana tidak, umat Buddha dianjurkan oleh penemu
ajarannya untuk tidak menelan mentah-mentah ajaranajaran yang diberikan oleh sang penemu ajarannya
yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama menganjurkan
umatnya untuk meneliti dan memeriksa kembali
setiap ajaran-ajaran yang diterima dari para pemimpin
agamanya, hal ini sangat berguna untuk umat itu sendiri,
karena dengan meneliti dan memeriksa kembali maka
pengertian/pemahaman yang didapat akan lebih jelas.
Metode ini serupa dengan metode yang digunakan oleh
para ilmuwan.
P
ara ilmuwan melakukan penelitian
berulang-ulang dari masing-masing
aspek yang harus diteliti terhadap suatu
fenomena yang terjadi. Hal ini memang
melelahkan namun tujuan dari meneliti
dan memeriksa kembali adalah untuk
memastikan dengan benar apa yang
sedang terjadi, bukan hanya berdasarkan
atas dugaan, rasa kepercayaan, atau
perasaan belaka. Siapa yang mau
meminum obat yang belum pernah
diteliti? Terkadang kita sebagai manusia
hanya mampu melihat sebatas apa
yang ingin kita lihat. Bagaikan
pemuda yang sedang kasmaran,
ketika sedang jatuh cinta perasaan
terasa indah, siapa yang tidak
suka dengan perasaan yang indah
tersebut. Setiap orang menyukai
indahnya perasaan tersebut,
setiap orang “ingin” memiliki
perasaan yang indah tersebut bersama
pasangannya untuk selama-lamanya. Rasa “ingin”
ini lah yang membuat kita sulit melihat siapa
pasangan kita yang sebenarnya. Rasa “ingin” ini
64
edisi 9
cermin
lah yang membuat pasangan kita
tampak baik dan sempurna di
mata kita. Rasa “ingin” ini lah yang
membuat mata menjadi terbatas
dalam melihat, karena rasa “ingin”
ini membuat mata hanya mampu
melihat sebatas apa yang “ingin”
kita lihat di dalam diri sang
kekasih dengan suatu harapan agar
perasaan indah tersebut dapat
terjaga dan terpelihara sesuai
dengan apa yang kita inginkan.
Dengan kata lain seseorang yang
sedang kasmaran secara tidak
sadar menyangkal kenyataankenyataan pahit yang ada demi
utuhnya kebahagiaan yang sedang
dirasakan.
Hal seperti itu yang dihindari oleh
umat Buddhis dalam berpikir,
sesuai dengan apa yang dianjurkan
oleh penemu ajarannya, bahwa
umatnya dianjurkan untuk meneliti
dan memeriksa kembali setiap
apa yang diterima agar segala
sesuatu yang diterima terbebas
dari dugaan, rasa kepercayaan
dan perasaan belaka, sehingga
apa yang diterima menjadi
sangat bermanfaat dan baik. Hal
ini sangat berbeda dengan apa
yang ada di agama lain, yang
lebih mengutamakan keyakinan
dan kepercayaan belaka tanpa
mengutamakan pikiran sebagai
sebuah laboratorium untuk
meneliti. Pantas saja ilmuwan
Stephen Hawking ditentang oleh
banyak tokoh agama dunia karena
di dalam salah satu bukunya
menyatakan bahwa Yang Maha
Esa tidak berperan dalam proses
pembentukan alam semesta.
Pikiran adalah laboratorium
Laboratorium merupakan tempat
yang menyediakan peralatan
untuk mengolah, meneliti dan
menyimpan apa yang diteliti.
Tempat ini dapat mengolah materi
menjadi materi lain, meneliti apa
yang sedang terjadi, mengapa
suatu materi bisa menjadi
materi lain dan terakhir dapat
menyimpan data hasil materi yang
diolah dan diteliti. Fungsi-fungsi
tersebut serupa dengan fungsifungsi yang ada di indera keenam
manusia yaitu pikiran.
Sekarang bayangkanlah suatu
pikiran seseorang yang sering
diasah dengan memusatkan
pikiran dalam kesehariannya.
Seiring dengan waktu, pikiran
yang terlatih akan membuat
fungsi-fungsi pikiran dapat bekerja
dengan tajam dan canggih,
terlebih lagi jika ketenangan
pikiran sudah muncul. Orang
tersebut sangat mungkin dapat
mengingat kembali pengalamanpengalaman masa kecilnya,
atau bahkan
pengalaman masa
lampaunya. Dengan
kemampuan seperti
itu, bayangkanlah
seberapa banyak
kesimpulankesimpulan tentang
hidup yang dapat
diperoleh, dan
berapa banyak
pengetahuan yang
dapat tergali oleh
orang tersebut,
jawabannya tak
terbatas.
pikiran kita dapat mengingat
berbagai macam pengalaman
yang dapat mendukung mengapa
suatu fenomena bisa terjadi,
dan melalui pikiran kita dapat
menyimpan berbagai macam
kesimpulan yang telah diperoleh.
Fungsi-fungsi pikiran tersebut
merupakan fungsi pikiran yang
paling sederhana yang bisa saya
terjemahkan, sedangkan ajaran
Buddha Gautama membahas
indera keenam manusia tersebut
secara terperinci, dimulai dari
awal sampai akhir dari akibat
pikiran tersebut. Hal ini tidak
dapat ditemukan di dalam suatu
ajaran yang hanya berlandaskan
pada keyakinan dan kepercayaan
belaka, karena hal ini hanya dapat
terungkap oleh orang-orang yang
melakukan pemusatan pikiran
bukan pemusatan keyakinan dan
kepercayaan belaka. Pantas saja
ilmuwan Albert Einstein memuji
ajaran Buddha.
Melalui pikiran kita
dapat mengolah
suatu pengalaman
menjadi suatu
kesimpulan, melalui
edisi 9
65
renungandhamma
RUANG PERAWATAN ORANG SAKIT
Pada suatu ketika Yang Terberkahi
berdiam di Vesali di hutan Besar di
dalam Dhammasala yang beratap
runcing. Pada saat malam itu,
Yang Terberkahi keluar dari tempat
penyepian-Nya dan pergi menuju
keruangan perawatan orang sakit.
Setelah itu duduk di tempat duduk
yang telah disediakan dan kemudian
memberikan khotbah kepada para
bhikkhu demikian:
“Para Bhikkhu, seorang Bhikkhu
sepatutnya menggunakan setiap
waktunya dengan memiliki
kesadaran penuh dan pemahaman
yg jernih. Inilah instruksi Kami
kepada kalian.”
“Dan bagaimana, para bhikkhu,
seorang bhikkhu dikatakan sadar
sepenuhnya?
Di sini, para bhikkhu, seorang
bhikkhu berdiam dan merenungkan
tubuh sebagai tubuh, dengan tanpa
malas, dengan pemahaman jernih,
dengan kesadaran, menyingkirkan
keserakahan dan kesenagan dalam
hal keduniawian. Ia berdiam dan
merenungkan perasaan sebagai
perasaan...,pikiran sebagai
pikiran...,perwujudan sebagai
perwujudan..., dengan tekun,
dengan pemahaman jernih, dengan
dengan kesadaran, menyingkirkan
keserakahan dan kesenangan dalam
hal keduniawian. Dengan jalan
demikian seorang bhikku dikatakan
sadar sepenuhnya.”
“Dan bagaimana para bhikkhu,
seorang bhikkhu dikatakan berlatih
dengan pandangan yang jernih?
Disini para bhikkhu, seorang
bhikkhu yang bertindak dengan
pandangan jernih ketika ia pergi
dan kembali, ketika melihat
kedepan atau kesamping, ketika
mengayunkan lengan, ketika
mengenakan jubah dan membawa
sanghati dan mangkuk makanannya
(patta), ketika makan, minum,
mengunyah makanannya dan
mengecap, ketika buang air besar
dan kecil, ketika berjalan, berdiri,
duduk, berbaring, bangun,
berbicara dan berdiam diri.
Dengan jalan demikian
seorang bhikkhu dikatakan
berlatih dengan pandangan
jernih.”
“Seorang bhikkhu sepatutnya
menggunakan setiap waktunya
dengan memiliki kesadaran penuh
dan pemahaman
yang jernih.
Inilah instruksi
kami kepada
kalian.”
Oleh: Bhikkhu Ciradhammo
Sumber: Kindred Saying 4, 142-143
(Vedana Samyutta, Salayatana Vagga, Samyutta Nikaya)
66
edisi 9
“Para
bhikkhu,
pada
saat
seorang
bhikkhu
berdiam
demikian,
dengan
kesadaran penuh dan dengan
pandangan jernih, tekun, rajin dan
teguh, jika didalam dirinya muncul
perasaan yang menyenangkan,
ia memahaminya; pada saat
ini muncul perasaan yang
menyenangkan dalam diri saya.
Perasaan itu muncul karena ada
ketergantungan, bukan tanpa
ketergantungan (tiba-tiba).
Tergantung pada apa? Tergantung
pada tubuh ini juga. Tetapi
tubuh ini juga tidaklah kekal,
terkondisi, timbul dari saling
ketergantungan. Jadi
ketika
perasaan
menyenangkan
yang timbul tergantung
pada tubuh yang tidak kekal,
terkondisi, yang timbul
dari saling
ketergantungan
ini, Bagaimana
mungkin
itu dapat
dikatakan
kekal? Ia
berdiam
dengan
merenungkan
ketidak-kekalan
dalam
renungandhamma
tubuh dan perasaan yang
menyenangkan, ia merenungkan
dalam ketiadaan, merenungkan
semua akan memudar,
merenungkan akan berakhir,
merenungkan untuk melepaskan.
Demikianlah seharusnya ia berdiam,
maka kecenderungan pengaruh
yang sangat kuat pada tubuh dan
suatu perasaan yang menyenangkan
akan ditinggalkan olehnya.”
“Para bhikkhu, pada saat seorang
bhikkhu berdiam demikian,
dengan kesadaran penuh dan
pandangan jernih, tekun, rajin
dan teguh, jika di dalam dirinya
muncul perasaan yang tidak
menyenangkan, ia memahaminya;
pada saat ini muncul perasaan
yang tidak menyenangkan dalam
diri saya. Perasaan itu muncul
karena ada ketergantungan,
bukan tanpa ketergantungan
(tiba-tiba). Tergantung pada apa?
Tergantung tepat pada tubuh ini
juga. Tetapi tubuh ini tidaklah
kekal, terkondisi, timbul dari saling
ketergantungan. Jadi ketika perasaan
tidak menyenangkan yang timbul
tergantung pada tubuh yang tidak
kekal, terkondisi, timbul dari saling
ketergantungan ini, Bagaimana
mungkin itu dapat dikatakan kekal?
Ia berdiam dengan merenungkan
ketidakkekalan dalam tubuh dan
perasaan yang tidak menyenangkan,
ia merenungkan dalam ketiadaan,
merenungkan semua akan
memudar, merenungkan akan
berakhir, merenungkan untuk
melepaskan. Demikianlah
seharusnya ia berdiam, maka
kecenderungan pengaruh yang
sangat kuat pada tubuh dan
perasaan yang tidak menyenangkan
akan ditinggalkan olehnya.”
“Para bhikkhu, pada saat seorang
bhikkhu berdiam demikian, dengan
kesadaran penuh dan pandangan
jernih, tekun, rajin dan teguh, jika
didalam dirinya muncul perasaan
yang bukan menyenangkan maupun
bukan tidak menyenangkan, ia
memahaminya; Pada saat ini
muncul perasaan yang bukan
menyenangkan maupun bukan
tidak menyenangkan dalam diri
saya. Perasaan itu muncul karena
ada ketergantungan, bukan
tanpa ketergantungan (tiba-tiba).
Tergantung pada apa? Tergantung
pada tubuh ini juga. Tetapi tubuh
ini tidaklah kekal, terkondisi,
timbul dari saling ketergantungan
ini, bagaimana mungkin itu dapat
dikatakan kekal? Ia berdiam dengan
merenungkan ketidakkekalan dalam
tubuh dan dalam perasaan yang
bukan menyenangkan maupun
bukan tidak menyenangkan, ia
merenungkan dalam ketiadaan,
merenungkan semua akan
memudar, akan berakhir,
merenungkan untuk melepaskan.
Demikianlah seharusnya ia
berdiam, maka kecenderungan
pengaruh yang sangat kuat
pada tubuh dan perasaan yang
bukan menyenangkan maupun
bukan tidak menyenangkan akan
ditinggalkan olehnya.”
“Jika ia merasakan sesuatu
perasaan yang menyenangkan,
ia memahami; ini tidaklah patut
untuk digenggam, ia memahami;
ini tidaklah patut untuk disenangi.
Jika ia merasakan suatu perasaan
yang tidak menyenangkan, ia
memahami; ini tidaklah kekal,
ia memahami; ini tidaklah patut
untuk digenggam, ia memahami;
ini tidaklah patut untuk dibenci.
Jika ia merasakan suatu perasaan
yang bukan menyenangkan
maupun bukan tidak
menyenangkan, ia memahami; ini
tidaklah kekal, ia memahami; ini
tidaklah patut untuk digenggam,
ia memahami; ini tidaklah patut
untuk disenangi dan tidak patut
untuk dibenci.”
“Jika ia merasakan suatu
perasaan yang menyenangkan, ia
merasa sebagai orang yang tidak
terbelenggu oleh perasaan tersebut;
jika ia merasakan suatu perasaan
yang tidak menyenangkan, ia
merasa sebagai orang yang tidak
terbelenggu oleh perasaan tersebut;
jika ia merasakan suatu perasaan
yang bukan menyenangkan
maupun bukan tidak
menyenangkan, ia merasa sebagai
orang yang tidak terbelenggu oleh
perasaan tersebut.”
“Ketika ia merasakan suatu
perasaan menyakitkan,
membahayakan tubuhnya, ia
sadar; saya memiliki perasaan sakit
yang membahayakan tubuh saya.
Ketika ia merasakan suatu perasaan
menyakitkan, membahayakan
hidupnya, ia sadar; saya memiliki
suatu perasaan yang menyakitkan,
membahayakan hidup saya. Ia
memahami; setelah hancurnya
tubuh ini, ketika kehidupan ini
berakhir, semua perasaan yang
dimanjakan ini, akan harus mati
pula, maka akan timbul ketenangan
di sini.”
“Seperti hal juga, para bhikkhu,
sebuah lampu minyak dapat
menyala tergantung pada minyak
dan sumbu, dan jika minyak dan
sumbunya habis, maka nyala api
akan padam. Demikian pula para
bhikkhu, ketika seorang bhikkhu
menyadari; setelah hancurnya
tubuh ini, ketika kehidupan ini
berakhir, semua perasaan yang
dimanjakan ini, akan harus
mati pula, maka akan timbul
ketenangan di sini.”
edisi 9
67
Kirim artikel VIA e-mail ke:
[email protected]
dengan subjek:
artikel_(nama pengirim)_(judul)
selebritisbuddhis
MICK JAGGER
menghabiskan waktu berjam-jam dengan para bhikkhu di
vihara dan berpuja bakti bersama mereka.
70
edisi 9
selebritisbuddhis
Sir Michael Philip "Mick" Jagger lahir di Dartford,
Kent, England, UK pada tanggal 26 Juli 1943.
Mick merupakan vokalis band The Rolling Stones,
band ini terkenal dengan logo mulut lebar dengan
lidah menjulur, pas banget dengan mulut Mick
Jagger sendiri yang memang terkenal lebar. Selain menjadi musikus rock, ia juga adalah seorang
aktor, penulis lagu, produser, serta pengusaha.
Prestasi karirnya ia dapat pada tanggal 12 Desember 2003 dengan mendapat gelar Ksatria dalam
bidang musik dari Pangeran Wales (Pangeran
Charles), dengan nama gelar Sir Michael Jagger.
S
ebuah kemewahan hidup
ternyata tidak menjamin
kebahagiaan seseorang.
Begitupun yang terjadi pada
Mick Jagger, yang selama ini
menikmati kemewahan hidup
namun tetap dirinya merasa
hampa. Kini ia menikmati sebuah
ketenangan dalam sebuah
perjalanan spiritualnya ke Laos,
Asia Tenggara. Dengan menginap
di sebuah hotel mewah, bintang
rock tersebut memilih untuk
menikmati kesendiriannya
dengan menutup rapat-rapat
jendela hotelnya dan hanya
keluar untuk mengunjungi viharavihara dan bermeditasi bersama
para bhikkhu. Mick hanya
minum air biasa selama sepekan
kesendiriannya di Kota Luang
Prabang di Laos, Asia Tenggara.
Mick memesan dua kamar
di hotel tersebut, satu untuk
dirinya sendiri dan yang lain
untuk barang bagasinya. Kamar
yang dipesannya memiliki
pemandangan terbaik yang
menghadap ke pegununungan
dan Vihara Phousi. Akan tetapi
dia malah menutup jendelanya,
meskipun lokasi hotel ini
sangat terpencil. Ia jelas ingin
berada sendiri dengan dirinya
sendiri. Selain itu, narasumber
mengatakan bahwa
Mick Jagger melakukan
perjalanan tersebut untuk
pembaruan dirinya. Ia
juga menghabiskan waktu
berjam-jam dengan para
bhikkhu di vihara dan
berpuja bakti bersama
mereka.
Ia mempraktikkan
Buddhisme dan meditasi
setiap hari. Ia mengatakan
bahwa hal itu yang
pertama kali dia lakukan
setelah bangun di pagi hari.
Mick secara teratur datang
ke Laos dan sebelumnya
pernah mengajak pacarnya
saat ini L’Wren Scott dan
anak-anaknya selama
tiga hari. Setelah tiba,
mereka menaiki perahu
menyusuri sungai Mekong. Mick
menggambarkan Laos sebagai
negara penyelamat hidupnya.
Menurut narasumber, “Mick
tinggal di tempat yang berbedabeda dan memiliki banyak kontak
dengan para bhikkhu. Ia menilai
Laos sebagai tempat favoritnya di
dunia.” (sp_berbagai sumber)
edisi 9
71
Download