Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 Reaktor Biologis dengan Penambahan Powdered Activated Carbon dalam Merespon Bahan Beracun Berbasis Phenol Tri Widjaja Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya (60111) Email: [email protected]/[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja reaktor biologis dengan penambahan powdered activated carbon (PAC) dalam merespon substansi berbasis phenol didasarkan pada kemampuan adsorpsi-desorpsi dan biodegradasi. Karbon aktif yang digunakan untuk penelitian ini adalah terbuat dari soft coal, coal, sawdust dan dari bahan lumpur aktif. Untuk menguji kemampuan adsorpsi didalam powdered activated carbon treatment (PACT) proses digunakan 3,5-DCP karena mempunyai kemampuan adsorpsi yang besar dan sangat bersifat racun terhadap lumpur aktif. Kemampuan adsorpsi dari berbagai tipe karbon aktif terhadap bahan organik berbasis phenol di PACT proses tidak hanya dipengaruhi oleh luas permukaan spesifik (BET), tetapi juga banyak dipengaruhi faktor-faktor lain seperti pHPZC dan zeta potensial. Sedangkan untuk mengevaluasi mekanisme biodegrdasi dan adsorpsi-desorpsi pada penelitian ini ditambahkan substansi 3-bromophenol(3-BP) dan 3,5-dichlorophenol (3,5DCP) secara shock-loading di reactor PACT dan lumpur aktif tanpa penambahan karbon aktif sebagai reaktor kontrol untuk waktu tertentu. PACT reactor mempunyai kinerja yang sangat baik untuk mengolah limbah cair dengan kandungan baik substansi berbasis phenol, dalam hal ini total removal untuk 3-BP adalah 87% dan untuk 3,5-DCP adalah 88%. Walaupun adsorpsi merupakan mekanisme utama untuk mengambil substansi 3,5-DCP dengan kemampuan desorpsi yang rendah, tetapi mekanisme adsorpsi, desorpsi dan biodegradasi telah terjadi pada substansi 3-BP. Hasil pelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan biodegradasi yang semakin baik pada reaktor PACT dibanding dengan reaktor lumpur aktif dalam mengolah substansi 3-BP. Kata kunci: powdered activated carbon treatment, 3-bromophenol, 3,5-dichlorophenol, biodegradasi, adsorpsi-desorpsi 1. Pendahuluan Didalam proses lumpur aktif secara conventional aktivitas kontrol dapat dilakukan melalui tanki ekualisasi, laju aliran udara, sludge recycle flow rate, sludge wasting rate dan bentuk pengumpanan. Metode kontrol ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengatasi kenaikan beban organik atau untuk mengatasi pengaruh bahan beracun seperti phenol, sianida, o-cresol dan lain-lainnya. Pada akhir-akhir ini, beberapa studi dilakukan dengan menambahkan PAC ke tangki aerasi (De Walle and Chian, 1977; Sundstrom et al., 1979, Specchia and Gianetto, 1984). Proses yang ada merupakan kombinasi proses adsorpsi dan biodegradasi sebagai alternatif penyelesaian masalah pemakaian proses lumpur aktif untuk mengolah kandungan substabsi beracun, yang prosesnya disebut dengan PACT. Proses PACT ini diketahui menunjukkan kinerja yang lebih stabil karena karbon aktif yang ditambahkan ke Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 1 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 dalam kolam aerasi diharapkan dapat mengambil bahan beracun secara adsorpsi, setelah itu diikuti dengan kenaikan kemampuan biodegradasi dari lumpur aktif. Bila dibandingkan dengan proses lumpur aktif saja, PACT menunjukkan peningkatan jumlah bahan organik yang terambil, kemampuan adsorpsi beberapa komponen non-biodegradable dan diperoleh eflunt yang lebih uniformpada berbagai kondisi loading. Pentingnya proses adsorpsi pada PACT proses telah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain; Fox dan Suidan (1994) melaporkan bahwa tujuan dari proses adsorpsi didalam PACT proses adalah menurunkan konsentrasi bahan yang mudah diadsorb (adsorbable) oleh karbon aktif dan secara simultan memfasilitasi proses biodegradasi oleh lumpur aktif. Kombinasi mekanisme adsorpsi dan biodegradasi dapat menurunkan konsentrasi bahan beracun menggunakan proses adsorpsi yang besar oleh karbon aktif di dalam PACT proses, menjadikan PACT proses lebih lenting terhadap perubahan kondisi operasi dan komposisi (de Jonge et al., 1991). Selanjutnya, Okada et al., (2000) melaporkan bahwa karbon aktif sebagai suatu habitat yang lebih baik untuk mikroorganisme pengolah limbah, hal ini menjadikan aktifitas mikroorganisme didalam PACT proses bertambah baik daripada didalam pengolah limbah lumpur aktif. Demikian juga Orshansky et al., (1997) melaporkan bahwa laju biodegradasi daripada phenol telah terstimulasi dengan kenaikan jumlah karbon aktif yang ditambahkan. Disisi lain, de Jonge et al., (1996) melaporkan bahwa proses desorpsi daripada komponen sorbed adalah proses penting didalam PACT dimana proses adsorpsi dan biodegradasi berinteraksi. Sebagian besar bahan organik dapat dihilangkan dengan proses biodegradasi di pengolah limbah lumpur aktif, sedangkan bahan beracun dengan sedikit atau tanpa kemampuan biodegradasi harus dihilangkan dengan proses adsorpsi. Oleh karena itu, kinerja kombinasi proses adsorpsi dan biodegradasi di sistem pengolahan PACT seharusnya sangat tergantung pada kemampuan adsorpsi. Seperti yang dilakukan Specchia et al., (1988), telah mencoba mengekspresikan kinerja sistem PACT untuk bahan yang beracun menggunakan metoda Langmuir adsorption isotherm. Sebagaimana diketahui bahwa biasanya industri membuang limbah cair beracun secara shock load, sehingga diperlukan evaluasi kemampuan adsorpsi berbagai karbon aktif terhadap bahan beracun berbasis phenol dan menyelidiki respon PACT reaktor pada kondisi shock loading dari proses adsorpsi-desorpsi serta biodegradasi. 2. Percobaan Reaktor PACT Penelitian tentang kinerja PACT proses dilakukan dengan menggunakan reaktor biologis lumpur aktif yang terdiri dari tangki aerasi dan sedimentasi. Pada reaktor dipisahkan oleh dinding dan pada bagian bawah terbuka (berlubang), yang memungkinkan adanya aliran effluent dari tangki aerasi ke tangi sedimentasi. Tangki aerasi dan sedimentasi mempunyai volume kerja masing-masing 2,5 l dan 0,2 l. Lumpur aktif diaklimasikan dengan limbah sintetik sampai stabil effluennya sebelum dimulai shock loading. Sedangkan komposisi daripada limbah sintetik dapat dilihat pada Tabel 1. (Nishijima et al., 1993). Selanjutnya limbah sintetik dimasukkan ke dalam tangki aerasi dengan laju alir 7 l h-1. pH dipertahankan pada kisaran 6,5-7,5 dan suhu ruangan dipertahankan pada 20 oC. Karbon aktif dievaluasi kinerjanya berdasarkan bahan karbon aktif dan industri pembuat, meliputi soft coal (A, Calgon), coal (B, Mitsubishi), sawdust (C, Katayama) dan juga dicoba penggunaan karbon aktif dari bahan lumpur aktif (D, Kawasaki). Karbon aktif yang berupa serbuk (PAC) Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 2 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 dimasukkan ke dalam lumpur aktif dengan konsentrasi 1500 mg l-1 pada masing-masing tangki aerasi. Mixed liquor suspended solid (MLSS) di masing-masing tangki aerasi lumpur aktif adalah dipertahankan pada 3000 mg l-1. Sludge retention time (SRT) dipertahankan pada 15 h. Karbon aktif berupa serbuk yang digunakan mempunyai ukuran dengan diameter antara 53 sampai 75 µm. Tabel 1. Komposisi limbah sintetik Komponen Konsentrasi (mg l-1) Polypepton 446 KH2PO4 17.40 NaHCO3 111 MgSO4.7H2O 5.2 CaSO4.5H2O 2.11 FeSO4.7H2O 0.06 TOC 200 Kemampuan adsorpsi- desorpsi dan biodegradasi Komponen organik beracun yang digunakan untuk penelitian ini dipilih berdasarkan sifat adsorpsi-desorpsi dari karbon aktif dan kemapuan biodegradasi dari lumpr aktif terhadap bahan beracun, sehingga dipilih adalah 3,5-DCP dan 3-BP. Untuk mengevaluasi kemampuan adsorpsi dari karbon aktif digunakan 3,5-DCP sebagai bahan yang beracun terhadap mikroorganisme di dalam pengolah limbah lumpur aktif. Selain itu juga dilakukan adsorpsi secara batch, dimana 200 mg dari karbon aktif diletakkan kedalam erlenmeyer dan dicampurkan dengan larutan 3,5-DCP yang bervariasi konsentrasinya untuk dikocok pada shaker pada 120 rpm dan suhu ruangan 20oC. Setelah tercapai equilibrium, cairan yang terdapat pada erlenmeyer diambil dan segera difilter untuk dipisahkan dari karbon aktif untuk dianalisa jumlah solute yang dapat diadsorpsi didalam karbon aktif pada keadaan equilibrium. Juga dilakukan analisa kemampuan adsorpsi sludge, yang mana sludge diambil dari tangki aerasi yang tanpa ditambahkan karbon aktif atau disebut sebagai kontrol. Isotherm merupakan persamaan empiris yang dapat digunakan untuk memperkirakan seberapa banyak bahan terlarut yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, dan untuk menentukan kemampuan adsorpsi digunakan persamaan empiris isotherm Freundlich. Sedangkan kemampuan desorpsi daripada PAC ditentukan dari % rate desorpsi yang diperoleh setelah proses adsorpsi tercapai dalam keadaan equilibrium. Untuk kemampuan biodegradasi dari lumpur aktif dilakukan percobaan secara batch untuk lumpur aktif dengan konsentrasi sludge (MLSS) 2000 mg l-1 dengan menambahkan 50 mg l-1 masing-masing 3,5-DCP dan BP untuk dianalisa setiap saat 3,5-DCP dan 3-BP serta konsentrasi yang terbiodegradasi Cl- dan Br-. Dari percobaan shock loading nantinya juga dapat dilihat proses biodegradasi dari substansi phenol yang terbentuk menjadi Cl- dan Br- selama dan setelah shock loading berlangsung. Percobaan pada kondisi shock loading Percobaan ini dilakukan setelah proses aklimasi dengan limbah sintetik, biasanya dilakukan untuk waktu sekitar 20 hari dengan melihat kestabilan konsentrasi DOC dari pada efluen. Shock loading diberikan pada tangki aerasi pada konsentrasi 50 mg l-1 3,5-dcp atau 3-BP dengan laju alir sama dengan limbah sintetik selama 1 hari. Sampling dari efluen diambil Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 3 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 secara periodik selama 7 hari operasi. Untuk 3,5-DCP besarnya konsentrasi yang diadsorpsi dihitung dari 3,5-DCP balance di influen, efluen dan yang dibiodegradasi. Besarnya 3,5-DCP yang dibiodegradasi diestimasikan dari konsentrasi Cl- pada efluen. Demikian juga untuk 3BP dimana biodegradasi dari 3-BP ditentukan daripada konsentrasi Br- pada efluen. Metoda analisa Untuk keperluan evaluasi kinerja dari pengolah limbah lumpur aktif dilakukan analisa konsentrasi dissolved organic carbon (DOC) yang dilakukan dengan TOC analyzer (Shimadzu TOC-500). Konsentrasi 3,5-DCP dan 3-BP dianalisis menggunakan high performance liquid chromatography (JASCO-LC2000 plus HPLC) dengan kolom zorbac SBC18 dan UV detector pada panjang gelombang 280 nm serta menggunakan mobile phase larutan 0,1% asam phosphor-air/acetonitrile dengan rasio 40/60 dengan laju alir 0,8 ml min.-1 (Berbani dkk, 1987). Konsentrasi Cl- dan Br- dianalisis dengan menggunakan ionchromatography (Dionex DX-500). MLSS ditentukan berdasarkan standard methods for examinition of waste and wastewater (APPA, 1989). 3. Hasil dan pembahasan Kemapuan adsorpsi karbon aktif baru dan didalam tangki aerasi pada shock loading Kemampuan adsorpsi dari karbon aktif baru terhadap 3,5-DCP pada keadaan baru dan didalam tangki aerasi dapat dilihat pada Gambar 1 yang menggunakan perhitungan dengan cara Freundlich adsorption isotherm. Kemampuan adsorpsi daripada karbon aktif yang terbuat dari bahan lumpur aktif sangat rendah dibandingkan daripada karbon aktif yang lainnya, yang mempunyai kemampauan adsorpsi yang hampir sama yaitu yaitu karbon aktif A, B dan C. Dari Isotherm berdasarkan Freundlich diperoleh hasil nilai konstanta K yang setara dengan kemampuan adsorpsi untuk masing-masing bahan karbon aktif baru A, B, C dan D adalah 237, 270, 217 dan 5 mg g-1. Untuk itu perlu diklarifikasi dengan percobaan shock loading. x/m, mg 3,5-DCP teradsorb/g PAC 1000 100 Calgon PAC Mitsubishi PAC Katayama PAC Kawasaki PAC 10 1 0.1 1 10 100 1000 Konsentrasi Equilibrium, Ce (mg/L) Gambar 1. Adsorption Isotherm berbagai PAC baru terhadap substansi 3,5-DCP Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 4 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 Sedangkan Gambar 2 menunjukkan konsentrasi 3,5-DCP selama dan setelah shock loading pada tangki aerasi dengan penembahan lumpur aktif dan tangki aerasi kontrol (tanpa penambahan karbon aktif). Kinerja PACT sistem pada tangki aerasi dengan penambahan karbon aktif A dan B menunjukkan hampir sama (ditunjukkan dengan peak yang hampir sama), sedangkan pada penambahan karbon aktif C diperoleh sangat berbeda yang ditunjukkan hampir separuh dari tangki aerasi kontrol. Sedangkan penambahan karbon aktif D menunjukkan kinerja yang hampir sama dengan lumpur aktif. Hal ini menunjukkan bahwa karbon aktif D tidak layak digunakan sebagai bahan karbon aktif untuk ditambahkan di reaktor PACT karena tidak mempunyai kemampuan adsorpsi yang diperlukan untuk mengadsorpsi bahan yang bersifat toksik seperti 3,5-DCP. Untuk itu, selanjutnya karbon aktif tipe D tidak dibahas lagi, yang diklarifikasi adalah karbon aktif tipe A, B dan C. Dari analisa konsentrasi Cl- pada efluen selama dan setelah shock loading menunjukkan hasil tidak adanya perubahan, konsentrasi efluen sekitar 1-2 mg l-1. Padahal dari perhitungan secara teoritis diperoleh bahwa dari 50 mg l-1 3,5-DCP akan diproduksi Cl- sebesar 21,78 mg l-1. Jadi 3,5-DCP bisa dianggap tidak terbiodegradasi selama shock loading, dan hanya proses adsorpsi saja yang dominan untuk selanjutnya dibahas secara lebih mendalam. -1 3,5-DCP (mg l ) 50 Kontrol (tanpa PAC) Calgon-PAC Mitsubishi-PAC Katayama-PAC Kawasaki-PAC 40 30 20 10 0 0 24 48 72 96 120 144 Waktu (jam) Gambar 2. Konsentrasi 3,5-DCP pada berbagai karbon aktif selama shock loading Berdasarkan perhitungan 3,5-DCP balance selama shock loading diperoleh 3,5-DCP yang diadsorpsi oleh karbon aktif A,B dan C adalah masing-masing 77,82 dan 55 mg g-1, seperti yang disajikan pada Tabel 2. Jadi kemampuan adsorpsi karbon aktif A dan B terhadap 3,5DCP adalah hampir sama, sedangkan pada karbon aktif C lebih rendah dibandingkan terhadap keduanya yaitu prosen penurunan adalah sekitar 30 %. Dari hasil klarifikasi untuk percobaan shock loading PACT proses diatas diperoleh bahwa besarnya kemampuan adsorpsi karbon aktif (ditunjukkan dengan perhitungan mass balance substansi 3,5-DCP) A dan B di dalam lumpur aktif menunjukkan harga yang hampir sama, tetapi bila dibandingkan terhadap karbon aktif C adalah terdapat perbedaan yang signifikan yaitu semakin kecil. Jadi kalau dilihat dari Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 5 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 Tabel 2, besarnya kemampuan adsorpsi dihasilkan tidak tergantung sesuai dengan luas permukaan spesifik yang ditentukan berdasarkan Brunauer-Emmett-Teller (BET) (Samaras et al., 1995). Tetapi dari Tabel 3 sifat-sifat karbon aktif yaitu pH at the point of zero charge (pHPZC) dan zeta potential kelihatannya sesuai terhadap perbedaan kemampuan adsorpsi masing-masing karbon aktif (Mazet and Baudu, 1994; Moreno-Castilla dkk., 1995). pHPZC dari karbon aktif A, B dan C adalah masing-masing 7.0, 7.5 dan 5.8, sedangkan pH dari tangki aerasi pengolah limbah Lumpur aktif dipertahankan pada harga diantara 6.5 sampai 7.5. Jadi karbon aktif A dan B tidak mempunyai muatan, sedangkan karbon aktif C (pHPZC is 5.8) mempunyai muatan negatif. Selanjutnya, bila dilihat dari nilai zeta potential daripada C (-25.8 mV) mengindikasikan bahwa sangat bermuatan negatif dibandingkan dengan karbon aktif A (-16.4 mV) dan B (-10.4 mV). Menurut Mazet dan Baudu (1994) dikatakan bahwa kemampuan adsorpsi dari karbon aktif terhadap phenol didapatkan turun sewaktu karbon aktif bermuatan negatif, karena turunnya gaya elektrostatik antara muatan negatif pada permuakaan karbon aktif dan muatan negatif pada aromatic ring daripada molekul phenol (Franz dkk., 2000). Tabel 2. Hasil perhitungan 3,5-DCP mass balance pada kondisi shock loading Tipe PAC Input (mg) Out put (mg) Jumlah teradsorpsi (mg) Adsorption Capacity (mg/g) Kontrol 350 32 28 8 Calgon-PAC 350 61 219 77 Mitsubishi-PAC 350 40 310 82 Katayama-PAC 350 142 208 55 Tabel 3. Karakteristik berbagai tipe karbon aktif*) PAC characteristics Type of PAC A B Raw Material soft coal coal Activation steam steam BET specific surface area (m2 g-1) 1061,2 885,6 Total surface acidity (mmol g-1) 0,96 0,60 -1 Total surface basicity (mmol g ) 0,33 0,28 pHPZC 7,0 7,5 Zeta potential (mV) - 10,4 -16,4 Iodine number (mg g-1) 1092 1160 C sawdust steam 961,9 0,95 0,45 5,8 -25,8 1136 *) Tri Widjaja et al. (2004) Proses biodegradasi pada PACT proses dan lumpur aktif proses Proses biodegradasi pada PACT tidak terlepas daripada proses adsorpsi-desorpsi. Hal ini erat kaitannya dengan sihat-sifat bahan kimia yang akan diadsorpsi oleh karbon aktif dan kemampuan biodegradasi lumpur aktif terhadap bahan kimia tersebut. Pada seksi ini hanya digunakan tipe karbon aktif B yaitu Mitsubishi, yang mempunyai kemampuan adsorpsi Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 6 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 terhadap 3,5-DCP maupun 3-BP adalah masing-masing 270 dan 203 mg g-1 (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3). Sedangkan kemampuan desorpsi dari PAC terhadap 3,5-DCP dan 3-BP adalah masing-masing diperoleh harganya sekitar 2 % dan 15-20 %. Sedangkan untuk kemampuan biodegradasi lumpur aktif terhadap 3,5-DCP adalah tidak terbiodegradasi, dan terhadap 3-BP lumpur aktif mampu melakukan biodegradasi (lihat Gambar 4). Adsorption capacity (mg/g PAC) 1000 0.1397 y = 270.63x 100 2 R = 0.9928 0.1689 Mits-PAC[3-BP] y = 203.66x 2 R = 0.9812 Mits-PAC[3,5-DCP] 10 0.1 1 10 100 1000 -1 Konsentrasi Equilibrium (mg l ) Gambar 3. Adsorption Isotherm untuk PAC terhadap substansi 3-BP dan 3,5-DCP 60 Br ion Konsentrasi (mg l-1) 50 3-BP 40 30 20 10 0 0 5 10 15 Waktu (hari) Gambar 4. Batch test biodegradasi 3-BP didalam lumpur aktif Batch test biodegradasi 3-BP didalam lumpur aktif dilakukan pada reaktor dengan volume 2 l yang mempunyai konsentrasi solid sebagai MLSS 2000 mg l-1. Konsentrasi awal 3-BP adalah 50 mg l-1 , sedangkan akhir dari biodegradasi ditandai dengan diperoleh konsentrasi Br- yang tidak berubah sebesar 27,8 mg l-1. Pada lumpur aktif setelah diaklimasi dengan limbah sintetik polypepton dan menunjukkan Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 7 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 kinerja yang stabil, selanjutnya dilakukan penambahan masing-masing substansi 3,5-DCP dan 3-BP baik untuk reaktor PACT maupun reaktor kontrol (lumpur aktif tanpa penambahan PAC) secara shock loading. Dari Gambar 5 diperoleh hasil peak untuk reaktor kontrol dengan penambahan secara shock loading 3,5-DCP menunjukkan lebih tidak dapat terolah dengan lumpur aktif dibandingkan dengan 3-BP, hal ini karena toxicity terhadap lumpur aktif daripada 3,5-DCP lebih tinggi daripada 3-BP. -1 3,5-DCP atau 3-BP (mg l ) 50 3,5-DCP (Kontrol) 40 3-BP (Kontrol) 3,5-DCP (PACT) 30 3-BP (PACT) 20 10 0 0 24 48 72 96 120 144 168 192 Waktu (Jam) Gambar 5. Perubahan konsentrasi efluen dari substansi 3,5-DCP dan 3-BP pada reaktorPACT maupun reaktor kontrol Selain itu juga ditunjukkan bahwa proses pengolah dengan lumpur aktif telah mampu melakukan proses biodegradasi terhadap substansi 3-BP dengan ditandai adanya perubahankonsentrasi Br- pada efluen setiap waktu. Sedangkan pada reaktor PACT diperoleh hasil peak untuk 3,5-DCP hampir sama dengan 3-BP, hal ini dikarenakan walaupun pada 3,5DCP hanya terjadi proses adsorpsi saja tetapi untuk 3-BP telah dihasilkan total removal yang sama pada proses adsorpsi dan biodegradasi. Untuk klarifikasi bahwa 3,5-DCP tidak terbiodegradasi dapat ditunjukkan secara teoritis bahwa 21,78 mg l-1 akan dihasilkan dari penambahan shock loading 50 mg l-1, akan tetapi dari hasil analisa Cl- tidak menunjukkan perubahan konsentrasi yang signifikan yaitu konsentrasi efluent berkisar antara 1-3 mg l-1. Berdasarkan hal tersebut diatas, selanjutnya dilakukan klarifikasi dengan perhitungan secara mass balance daripada komponen untuk 3,5-DCP dan 3-BP baik di reaktor kontrol maupun di reaktor PACT, diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Disini terlihat bahwa di PACT proses untuk mengambil 3,5-DCP hanya melalui proses adsorpsi (88% removal) sedangkan pada PACT untuk mengambil 3-BP melalui proses adsorpsi (50% removal) dan proses biodegradasi (37% removal). Disamping itu juga terlihat bahwa bila diperbadingkan antara removal 3-BP pada reaktor PACT untuk biodegradasi bertambah tinggi dibandingkan dengan biodegradasi di reaktor kontrol (kemampuan biodegradasi removalnya adalah 1,4 kali lebih baik), hal ini menyebabkan stabilatas bertambah baik oleh adanya Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 8 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 kombinasi adsorpsi dan biodegradasi, sesuai dengan pendapat De Walle and Chian (1977), Sundstrom et al., (1979) dan Okada et al., (2000). %Discharge 100 %Adsorpsi 9 %Biodegradasi 25 80 37 13 60 88 40 50 20 0 Control [3,5-DCP] PACT [3,5-DCP] Control [3-BP] PACT [3-BP] Gambar 6. Perbandingan jumlah dari substansi 3,5-DCP dan 3-BP yang teradsorpsi dan terbiodegradasi pada reaktor PACT maupun reaktor kontrol 4. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan adsorpsi dari berbagai tipe karbon aktif terhadap bahan organik berbasis phenol di PACT proses tidak hanya dipengaruhi oleh luas permukaan spesifik (BET), tetapi juga banyak dipengaruhi faktor-faktor lain seperti pHPZC dan zeta potensial. 2. PACT reactor mempunyai kinerja yang sangat baik untuk mengolah limbah cair dengan kandungan baik substansi berbasis phenol, dalam hal ini total removal untuk 3-BP adalah 87% dan untuk 3,5-DCP adalah 88%. 3. Walaupun adsorpsi merupakan mekanisme utama untuk mengambil substansi 3,5DCP dengan kemampuan desorpsi yang rendah, tetapi mekanisme adsorpsi, desorpsi dan biodegradasi telah terjadi pada substansi 3-BP. 4. Hasil pelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan biodegradasi yang semakin baik pada reaktor PACT dibanding dengan reaktor lumpur aktif dalam mengolah substansi 3-BP. 5. Ucapan terima kasih Penelitian ini dilakukan di laboratorium Green Process Chemistry (Okada laboratorium), di Department of Chemistry and Chemical Engineering, Hiroshima University, Jepang. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih pada rekan-rekan laboratorium dan pihak yang terkait. Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 9 Proses Kimia Ramah Lingkungan ISSN 1410-9891 6. Daftar Pustaka 1. Barbeni, M., Minero, C., Pelizzetti, E., (1987) Chemical degradation of chlorophenols with fenton’s reagent. Chemosphere, 16, p. 2225-2237. 2. De Jonge, R.J., Breure, A.M., Van Andel, J.G. (1991) Enhanced biodegradation of ocresol by activated sludge in the presence of powdered activated carbon. Appl Microbiol Biotechnol, 34, p. 683-687. 3. De Walle, F.B., Chian, E.S.K. (1977) Biological regeneration of powdered activated carbon added to activated sludge units. Water Research, 11, p. 439-446. 4. Franz, M., Arafat, H.A., Pinto, N.G. (2000) Effect of chemical surface heterogenity on the adsorption mechanism of dissolved aromatics on activated carbon. Carbon, 38, 1807-1819. 5. Fox, P. and Suidan M. T. (1994) Adsorption of biologically inhibitory compounds as process control mechanism in biological reactors. J. of Hazardous Materials, 38, p. 389-404. 6. Nishijima, W., Itoh, H., Okada, M., Murakami, A. (1993) Simultaneous removal of phenol and ammonium nitrogen by activated process added with biological support media and fixed-bed process. J. of Japan Society on Water Environment, 16, p. 284290. 7. Okada, M., Morinaga, H. And Nishijima, W. (2000) Activated carbon as a better habitat for water and wastewater treatment microorganisms. Water Science and Technology, 42, p.149-154. 8. Specchia, V., Gianetto, A. (1984) Powdered activated carbon in an activated sludge treatment plant. Water Research, 18, p. 133-137. 9. Sundstrom, D.W., Klei, H.E., Tsui, T., Nayar, S. (1979) Response of biological reactors to the addition of powdered activated carbon. Water Research, 13, p.12251231. 10. Tri Widjaja, Miyata, T., Nakano, Y., Nishijima, W., Okada, M. (2004) Adsorption capacity of powdered activated carbon for 3,5-dichlorophenol in activated sludge. Chemosphere, 57, p. 1219-1224. Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif 10