MENGHITUNG KEMUNGKINAN MUNCULNYA FENOTIP TERTENTU DENGAN TEOREMA BAYES. FILE 3 (Naskah ini dikutib dari: Irawan, B. 2010. Genetika; penjelasan mekanisme pewarisan sifat. AUP, Surabaya) MENGHITUNG RESIKO BERDASAR ANALISIS BAYES Sering kali fenomena genetik tidaklah sesederhana seperti kasus di atas. Banyak hal yang dapat berpengaruh seperti adanya mutasi, frekuensi gen dalam populasi, penetrasi gen, atau bahkan kurangnya informasi genetik dari orang tua atau para tetua. Dalam kasus seperti ini kita dapat memodifikasi perhitungan berdasar prinsip Mendel dengan analisis Bayes. Teorema Bayes dipublikasikan pada tahun 1763 oleh R.T. Bayes, teorema ini menaksir besarnya kemungkinan relatif dari dua pilihan yang mungkin terjadi. Dalam hubungannya dengan genetika konseling pilihan kemungkinan tersebut adalah kemungkinan suatu individu memiliki alel tertentu (carrier) atau tidak memiliki alel tersebut. Kasus 2a. Gen terangkai kromosom X: hemofilia. Seorang lelaki penderita hemofilia B kawin dengan perempuan normal. Anak perempuan mereka kawin dengan lelaki normal, dan telah memiliki empat anak lelaki yang semuanya normal serta seorang anak perempuan normal. Pertanyaannya adalah berapa besar kemungkinannya cucu perempuan dari lelaki tersebut heterozigor atau carrier hemofilia. Langkah 1. Sebagaimana kasus pertama mula-mula kita harus menyusun silsilah keluarga tersebut (Gambar 2). B adalah lelaki penderita hemofilia, sedang A adalah istrinya, seorang perempuan normal. I adalah individu yang ditanyakan genotipnya. Gambar 2. Silsilah keluarga pasangan suami istri A dan B, dengan anak perempuan (C) yang kawin dengan lelaki normal (D). Anak I berfenotip normal, berapa besar kemungkinan I pembawa alel hemofilia (carrier) albino (C). 1 Langkah 2 Menyusun asumsi genetika untuk sifat tersebut. Asumsi 1. Hemofilia disebabkan oleh alel resesif h pada kromosom X. Berarti lelaki normal pasti memiliki alel normal, tetapi perempuan normal ada dua kemungkinan genotipnya yaitu HH atau Hh. Asumsi 2. Dalam kasus ini tidak ada mutasi, dan perkawinan terjadi sesuai dengan hukum Mendel. Langkah 3 Berdasar asumsi di atas kita akan melakukan perhitungan-perhitungan berikut. 1. C jelas carrier (heterozigot), karena dia mendapat alel h yang terkait kromosom X dari ayahnya yang telah diketahui penderita hemofilia. 2. Dengan kondisi di atas maka C memiliki kemungkinan mewariskan alel h pada keturunannya sebesar ½. Langkah 4 I seorang perempuan, karena itu dia memiliki dua kromosom X, satu diwarisi dari ayahnya yang jelas normal (H), sedang satu lagi dari ibunya yang mungkin membawa alel H, atau h. Dengan demikian kemungkinan I bersifat carrier adalah 0,5. Berdasar teori jelas bahwa C bersifat heterozigot, kenyataan bahwa dia memiliki empat anak lelaki normal tidak mengurangi kemungkinan bahwa I mewarisi alel h dari ibunya. Kasus 2b. Gen terangkai kromosom X: hemofilia. Seorang lelaki normal B kawin dengan perempuan A yang diketahui pembawa (bukan penderita) gen hemofilia. Mereka memiliki dua anak lelaki dan satu anak perempuan. Kedua anak lelakinya adalah penderita hemofilia A, sedang anak perempuannya normal. Anak perempuan tersebut kawin dengan lelaki normal, dan telah memiliki empat anak lelaki dan seorang anak perempuan yang semuanya normal. Pertanyaannya adalah berapa besar kemungkinannya cucu perempuan dari lelaki tersebut heterozigot atau carrier hemofilia. Langkah 1. Kembali kita harus menyusun silsilah keluarga tersebut. B adalah lelaki normal tersebut, sedang A adalah perempuan istrinya. M dan N adalah lelaki saudara kandung C. M dan N penderuta hemofilia A. Individu I adalah individu yang ditanyakan genotipnya (Gambar 7.3). Langkah 2 Menyusun asumsi genetika untuk sifat tersebut. Asumsi 1. Dengan asumsi bahwa hemofilia disebabkan oleh alel resesif h pada kromosom X. Berarti lelaki normal pasti memiliki alel normal, tetapi perempuan normal ada dua kemungkinan genotip yaitu HH atau Hh. Asumsi 2. Dalam kasus ini tidak ada mutasi. 2 Gambar 3. Silsilah keluarga pasangan suami istri A dan B, memiliki dua anak lelaki penderita hemofilia dan seorang anak perempuan normal (C) yang kawin dengan lelaki normal. I berfenotip normal, berapa besar kemungkinan I pembawa alel hemofilia (carrier) albino (C). Langkah 3 Berdasar asumsi di atas kita akan melakukan perhitungan-perhitungan berikut. Kalau kita mendasarkan perhitungan pada hukum Mendel maka kemungkinan C heterozigot adalah ½, dan kemungkinan C mewariskan alel h ke I juga ½, maka kemungkinan I heterozigot adalah ½ x ½ = ¼. Kenyataan bahwa empat anak lelakinya tidak satupun yang menderita hemofilia menyebabkan kita membuat perhitungan lain. Di sinilah kita menggunakan analisis Bayes. Pada dasarnya kita harus menghitung dengan segala kemungkinan yang ada, berapa besar sebenarnya kemungkinan C bersifat heterozigot. Ada beberapa jenis probabilitas yang akan kita hitung yaitu: prior probability, conditional probability, joint probability, dan posterior probability. 1. Prior probability. Berdasar hukum Mendel maka kemungkinan C bersifat heterozigot = ½. Ini adalah besarnya prior probabilirty. 2. Conditional probability. Kenyataan bahwa C memiliki empat anak lelaki normal menyebabkan kita bertanya benarkan C heterozigot? Kasus ini berbeda dengan kasus 2a, yang ayahnya jelas hemofilia, jadi pasti anak perempuannya bersifat heterozigot. Dalam kasus ini ayahnya normal sedang ibunya heterozigot maka kemungkinan C heterozigot adalah ½. Besarnya kemungkinan seorang perempuan heterozigot memiliki anak lelaki penderita hemofilia adalah sebesar ½, demikian juga kemungkinan memiliki anak lelaki normal juga sebesar ½. Tetapi kemungkinan dia memiliki empat anak lelaki normal adalah sebesar (½)4 atau sama dengan 1/16. Marilah kita baca dan pahami pelan-pelan, nilai 1/16 adalah besarnya kemungkinan seorang perempuan bergenotip heterozigot memiliki empat anak lelaki yang semuanya normal. Sekali lagi kemungkinan seorang perempuan heterozigot untuk hemofilia dengan syarat empat anak lelakinya normal semua. Inilah yang disebut condiotional probability. Syarat ini dipenuhi oleh C, sehingga kemungkinan C heterozigot = 1/16. Di lain pihak bila C bukan carrier, besarnya kemungkinan memiliki empat anak lelaki normal adalah sebesar 1. 3 3. Joint probability. Kita tidak dapat mengabaikan besarnya kemungkinan menurut hukum Mendel, yaitu kemungkinan heterozigot (Hh) ½, dan kemungkinan homozigot HH juga ½, oleh karena itu pertanyaan adalah berapa besar kemungkinan menurut hukum Mendel dan melihat kenyataan yang ada, yaitu memiliki empat anak lelaki normal. Jawabnya adalah ½ x 1/16 = 1/32. Inilah nilai yang disebut joint probability, bahwa C heterozigot dengan kenyataan memiliki empat anak lelaki normal. Di lain pihak besarnya kemungkinan bukan carrier adalah ½ x 1 = ½. 4. Posterior probability. Berdasar kenyataan bahwa C memiliki empat anak normal maka kemungkinan dia heterozigot adalah 1/32, sedang kemungkinan C bukan carrier adalah ½. Menghitung probabilitas pada dasarnya adalah menghitung perbandingan. Perhatikan bahwa dalam kasus ini kemungkinan C heterozigot dan tidak heterozigot adalah 1/32 dibanding ½, atau 1 : 16. Masih ingat bukan bahwa berdasar prinsip pertama menghitung besarnya kemungkinan yang diharapkan sama dengan perbandingan jumlah peristiwa tersebut dengan jumlah seluruh peristiwa. Dalam kasus ini berarti besarnya kemungkinan C heterozigot adalah 1/17 nilai ini berasal dari {1/(1+16)}. Inilah nilai porterior probability. Langkah 4. Sekarang saatnya kita menghitung besarnya kemungkinan I bersifat heterozigot. Besarnya I heterozigot sama dengan besarnya kemungkinan I mewarisi alel a dari ibunya yaitu C. Sesuai hukum Mendel maka besarnya kemungkinan ini adalah ½ . Tetapi karena kemungkina C bersifat heterozigot = 1/17, maka kemungkinan I bersifat heterozigot menjadi ½ x 1/17 = 1/34, atau sekitar 3%. Perhatikan bahwa dengan menggunakan teorema Bayes untuk memodifikasi perhitungan berdasar hukum Mendel memberikan nilai resiko yang jauh lebih kecil. 4