PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA Siti Khoiroh Muflihatin E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test and post test control group yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Jumlah sampel 20 orang yang di rawat di Rumah Sakit yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan kriteria inklusi tidak mengalami komplikasi akut DM, mendapatkan terapi insulin dan beragama Islam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0.000) dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.003), Selisih ratarata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.133) akan tetapi jika dilihat dari selisih mean rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi yang paling besar adalah pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terapi dzikir efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan agar terapi dzikir dapat diterapkan di pelayanan klinik sebagai terapi tambahan pada terapi standar untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Kata Kunci : Terapi dzikir , Kadar glukosa darah ABSTRACT This is quasi experiment study with pretest and posttest with control group. This study aimed to determine of Dhikr theraphy on Blood Glucose score on Diabetic Type 2 Patient. Total sample on this study were 20 Diabetic Type 2 Patients who were hospitalized, divided into 2 groups patients. First group consist of patients who were received both dhikr and second group received control. The inclusion criteria patients were not experience diabetic acute complication, received insulin therapy, and believe in Islam. The result shows there is significant different between blood sugar level before and after intervention on every groups (p=0.000) and significant different on the mean blood sugar level after intervention (p=0.003). The mean different of blood glucose level before and after intervention shows no significant different amongst groups (p= 0.133) but when seen from the difference between the average mean blood glucose levels before and after the intervention is greatest in the intervention group than the control group.. From the research it can be concluded that the Dhikr therapy is effective effective to decrease blood sugar level in patients with type 2 diabetes.. This study recommends to give Dhikr therapy as a complementary therapy to standard (insulin) therapy to maintain blood sugar on normal level on diabetic type 2 patients. Keywords : Dhikr Therapy, Blood Sugar Level 0 Siti Khoiroh Muflihatin manajemen keperawatan yang tepat untuk LATAR BELAKANG mengatasi stres Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit pada pasien selain terapi medis sehingga glukosa darah pasien dapat gangguan metabolisme menahun/kronik yang terkontrol, salah satunya adalah dengan terapi ditandai dengan peningkatan kadar glukosa komplementer. Terapi komplementer yang darah (hiperglikemi) yang disebabkan karena sering digunakan pada pasien diabetes untuk jumlah insulin yang kurang atau jumlah membantu menurunkan kadar glukosa darah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih adalah Mind Body Medicine (Lorentz, 2006). akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012). Bentuk Mind Body Medicine Berbagai menunjukkan yang dapat penelitian epidemiologi digunakan untuk membantu menurunkan adanya kecenderungan kadar glukosa darah diantaranya adalah peningkatan angka insidensi dan prevalensi dengan therapi dzikir. DM di berbagai penjuru dunia termasuk juga merupakan di Indonesia (Perkeni, 2011). Meningkatnya menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk jumlah penderita DM dapat disebabkan oleh ucapan lisan, gerakan lisan, gerakan hati atau banyak faktor, diantaranya adalah faktor gerakan anggota badan yang mengandung arti keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara hidup, pola makan yang salah, obat-obatan yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya, yang mempengaruhi kadar glukosa darah, agar hati dan pikiran lebih tenang, nyaman kurangnya aktifitas fisik, proses menua, dan rileks serta memberikan perasaan dekat kehamilan, perokok dan stres (Soegondo, dengan Tuhan (Suhaimie, 2005). Kondisi ini Soewondo & Subekti, 2011). mendukung Pada penderita DM, stres fisiologi dan dapat karena itu reaktivitas sistem (HPA) sehingga menghambat adrenalin dan kortisol yang akan memicu mengganggu serangkaian glukosa dalam jaringan otot Oleh dan produksi / kerja hormon-hormon stres seperti perubahan fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah, pelambatan serta lemak dengan cara melawan kerja insulin. respon adrenal hormon ini akan meningkatkan produksi penggunaan glukosa darah melalui mekanisme sympathoadrenal dan hipotalamus pituitary kortisol dan hormon pertumbuhan. Hormon- dan kadar aktivasi stres yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, hati pengontrolan sistem saraf simpatis dengan menurunkan akan terjadi peningkatan hormon-hormon oleh mengingat, akan mengatur dan menurunkan aktifitas menimbulkan hiperglikemia. Sebagai respon terhadap stres glukosa untuk perbuatan relaksasi. Dengan relaksasi maka hipotalamus emosional seperti keadaan sakit, infeksi dan pembedahan suatu Therapi dzikir denyut jantung, terjadi pebaikan oksigenasi diperlukan 1 Siti Khoiroh Muflihatin dan metabolisme menurun (Smeltzer & bare, HASIL PENELITIAN 2010; Anderson & Taylor, 2011). Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, dan Kadar Glukosa Darah Pasien di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda (n = 20) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi N Variabel eksperimen dengan desain pre test and post o test control group. Sampel pada penelitian ini 1 Usia (gabungan) - Intervensi - Kontrol 2 Glukosa darah pre test pukul 16.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 3 Glukosa darah pre test pukul 06.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 4 Rata-rata glukosa darah pre test (gabungan) - Intervensi - Kontrol berjumlah 20 responden yang tebagi dalam 2 kelompok. 10 responden merupakan kelompok intervensi terapi dzikir dan 10 responden merupakan kelompok kontrol (diberikan intervensi PMR) Tehnik . pengambilan sampel yang digunakan adalah purposif sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Mean SD 54.00 54.50 53.50 9.492 10.374 9.058 293.60 290.40 296.80 57.890 68.221 48.971 231.40 228.10 234.70 46.874 46.431 49.583 262.75 259.50 266.00 42.703 47.117 40.078 RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Tabel 1 mennjukkan bahwa rata-rata usia Prosedur terapi dzikir dilakukan 2 kali sehari responden adalah 54 tahun, Rata-rata glukosa pada pagi dan sore hari selama 4 hari berturut darah pre test pukul 16.00 Wita adalah 293.60 turut dengan waktu 15 menit. Kadar glukosa mg/dl, rata-rata glukosa darah pre test pukul darah kedua kelompok diukur sebanyak 2 06.00 Wita adalah 231.40 mg/dl, sedangkan kali sehari setelah intervensi yaitu pada pukul nilai rata-rata glukosa darah pre test adalah 06.00 dan 16.00 Wita. Pemeriksaan kadar 262.75 mg/dl. glukosa darah mulai dilakukan pada hari sebelum intervensi dimulai sampai setelah hari ke-empat intervensi Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Berat Badan (IMT), Penyakit Penyerta dan Jenis Insulin di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, (n = 20) dengan menggunakan glukometer. Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat. Variabel Analisis Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Berat Badan (IMT) BB kurang BB normal BB lebih bivariat yang digunakan adalah uji dependent t-test dan uji independent t- test. 2 Siti Khoiroh Muflihatin Kel. Intervensi F % Kel Kontrol F % Total F % 3 7 30 70 4 6 40 60 7 13 35 65 1 4 5 10 40 50 1 5 4 10 50 40 2 9 9 10 45 45 Penyakit penyerta Ulkus diabetikum Non ulkus diabetikum Tanpa penyakit penyerta Jenis insulin Insulin pandrial Insulin basal + pandrial kelompok di dapatkan nilai P value 0.000 4 6 0 40 60 0 6 3 1 60 30 10 10 9 1 50 45 5 6 4 60 40 5 5 50 50 11 9 55 45 yang berati bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing masing kelompok. Tabel 4 Pada tabel 2 menunjukkan bahwa jenis Perbedaan Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda kelamin responden pada penelitian ini paling banyak adalah perempuan (65%), berdasarkan berat badan yang paling banyak adalah berat Kelompok badan normal (45%) dan berat badan lebih Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mean SD SE F P Value 2.480 0.133 (45%) meskipun jika dilihat dai nilai rata rata Intervensi 1 100.5 59.644 18.861 keseluruhan didapatkan nilai 23. 245 (berat Intervensi 2 95.7 34.406 10.880 badan berlebih), sebagian besar responden Pada tabel 4 didapatkan perbedaan selisih dalam penelitian ini dirawat dengan penyakit rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan penyerta dimana penyakit penyerta yang setelah terbanyak adalah ulkus kaki diabetik (50 %) intervensi antar kelompok menunjukkan nilai P value > 0,05, hal ini sedangkan berdasarkan jenis insulin yang berati bahwa tidak ada perbedaan yang didapatkan sebagian besar responden hanya signifikan selisih rata-rata kadar glukosa mendapatkan insulin prandial saja (55%). darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok. Namun jika dilihat dari nilai Tabel 3 selisih rata-rata terlihat bahwa selisih rata-rata Perbedaan Rata-rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Pada MasingMasing Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. N Kelompok o 1 Intervensi Sebelum Setelah 2 Kontrol Sebelum Setelah Mean SD T P Value 259.50 159.10 47.117 55.571 5.323 0.000* 266.00 170.30 40.078 16.385 8.796 0.000* kadar glukosa darah paling banyak terdapat pada kelompok intervensi (terapi dzikir) dibandingkan kelompok kontrol (PMR). Tabel 5 Perbedaan Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. *Bermakna pada α : 0.05 Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi Kelompok Pada tabel 3 terlihat perbedaan rata rata kadar Intervensi Kontrol glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok dimana pada kedua 3 Siti Khoiroh Muflihatin N 10 10 Mean 159.1 170.3 SD 55.571 16.385 F 12.101 P Value 0.003 Pada tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata kortisol, kadar glukosa darah setelah intervensi antar berdampak pada peningkatan kadar glukosa kelompok dimana didapatkan nilai P Value darah. Brown (1997) dalam Snyder & 0.003 (p<0,05) hal ini berarti bahwa terdapat Lindquist (2010) menyebutkan bahwa respon perbedaan yang signifikan rata-rata kadar stres merupakan bagian dari jalur umpan balik glukosa yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. darah setelah intervensi antar kelompok. glukagon dan ACTH yang Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang mengirimkan stimulus PEMBAHASAN ke otak dan membuat jalur umpan balik. Pada penelitian ini responden dibagi menjadi Therapi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan tersebut dengan cara mengaktifasi kerja kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi sistem saraf parasympatis dan memanipulasi diberikan hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk terapi kelompok dzikir kontrol sementara diberikan pada intervensi dzikir memperkuat relaksasi otot progresif (PMR) dengan tujuan rangsangan untuk menerapkan prinsip adil pada kedua berkurang. akan sikap stres menghambat positif terhadap jalur sehingga hipotalamus kelompok responden dengan sama sama memberikan intervensi, Dzikir termasuk komponen dari doa yang meskipun dimaknai dengan mengingat kepada Allah intervensinya berbeda. SWT. Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menajaga Hasil pada penelitian terlihat perbedaan rata dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah hati atau gerakan anggota tubuh yang intervensi pada kedua kelompok dimana pada mengandung arti pujian dan rasa syukur serta kedua kelompok di dapatkan nilai P value doa untuk mendapatkan ketentraman batin, 0.000 yang berati bahwa terdapat perbedaan keselamatan yang signifikan kadar glukosa darah sebelum dan dilakukan oleh umat Islam yang dapat kelompok. menimbulkan darah pada pasien panjang. erat Beberapa penelitian telah positif, emosi ini pada gilirannya akan Kondisi stres akan memicu peningkatan seperti dan dzikir dan doa akan menimbulkan emosi yang pasien baik stres fisik maupun psikologis. stres relaksasi menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti kaitannya dengan stres yang dialami oleh hormon-hormon respon memberikan efek terhadap kesehatan jangka Mekanisme therapi dzikir dalam menurunkan glukosa Dzikir merupakan salah satu ritual yang biasa dan setelah intervensi pada masing masing kadar pertolongan. membantu epinefrin, 4 Siti Khoiroh Muflihatin menurunkan stres seseorang dengan cara mengaktifasi kerja sistem syaraf membantu klien untuk selalu merasa sehat parasympatis (Zamry, 2012). dengan cara menghambat hormon hormon stres dan mengeluarkan endorphin yang pada akhirnya terjadi respon Hasil pada kelompok kontrol juga didapatkan relaksasi pebedaan yang signifikan antara rata-rata gula sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah. darah sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p value : 0.000. PMR dapat menurunkan Doa merupakan komponen dari kebutuhan kadar glukosa darah pasien DM dengan spiritualitas yang telah menjadi bagian dari memunculkan keperawatan kesehatan sejak berabad-abad penurunan keperawatan kesehatan, ilmu pengetahuan stres seperti epinefrin dan kortisol sehingga mencegah peningkatan kadar glukosa darah terhadap agamnaya amat penting dalam terjangkitnya yang adalah dengan menekan produksi hormon juga menggarisbawahi bahwa komitmen seseorang pencegahan stres Efek relaksasi terhadap kadar glukosa darah (dzikir dan doa) tidaklah efektif. Selain itu (2012) hormon-hormon berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. tanpa kerohanian, keimanan dan keagamaan Sanusi Respon kondisi stres tubuh yang diikuti dengan dalam Sanusi (2012) menyatakan dalam dalam rileks. relaksasi yang dicapai akan menurunkan lamanya. Menurut Dr. Ralp Snyderman Hawari kondisi (Smeltzer, et.al, 2009) penyakit, meningkatkan kemampuan dalam mengatasi Hasil dari perbedaan selisih rata-rata kadar penderitaan saat sakit serta mempercepat glukosa darah sebelum dan setelah intervensi penyembuhan antara selain terapi medis yang diberikan. klompok intervensi (dzikir) dan kelompok kontrol (PMR) menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05), akan Terapi dzikir lebih menekankan pada unsur tetapi bila dilihat dari nilai mean rata-rata keyakinan yang kuat pada Allah SWT sebagai selisihnya didapatkan selisih rata rata kadar sang pencipta yang akan selalu memberikan glukosa darah sebelum dan setelah intervensi perlindungan dan pertolongan serta bukan lebih hanya sebatas ketika proses relaksasi saja (Dzikir) akan tetapi sampai pada perwujutan dzikir itu (PMR). Respon relaksasi yang didapatkan sendiri kedalam segi kehidupan sehari hari. pada kelompok intervensi (terapi dzikir) lebih Terapi ini melibatkan unsur spiritualitas yaitu besar dimana selain mendapatkan perasaan keimanan dan keyakinan serta kedekatan pada rileks sang melakukan dzikir juga mendapatkan perasaan pencipta. Energi dari spiritualitas tinggi pada kelompok dibandingkan dari tarik intervensi kelompok nafas dalam kontrol sebelum rileks dari keyakinan dan kepasrahan diri 5 Siti Khoiroh Muflihatin secara total terhadap Allah SWT sebagai dzat Terdapat perbedaan yang bermakna antara yang memberikan pertolongan dan rasa kadar glukosa darah sebelum dan setelah nyaman serta ketenangan dan kesembuhan diberikan intervensi pada masing-masing penyakit melalui dzikir. Komitmen religius dan spiritual melalui dzikir dan kelompok. doa menyediakan semacam “bantalan” melawan stressor mayor menggunakan maupun jalur minor fisiologis Selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dengan dan setelah intervensi pada kedua kelompok langsung. menunjukkan tidak ada perbedaan yang Praktik-praktik religius seperti doa dan dzikir akan melawan respon stres bermakna, akan tetapi berdasarkan hasil melalui selisih rata-rata kadar glukosa darahnya mekanisme respon relaksasi. Pada respon terlihat bahwa selisih terbanyak adalah pada relaksasi terjadi peredaan ketegangan otot, kelompok intervensi (dzikir) dibandingkan penurunan tekanan darah, denyut jantung kelomok kontrol (PMR). melambat, pengurangan aktifitas sistem saraf simpatis, pengurangan aktifitas aksis hipofise- Terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata korteks adrenal, dan perbaikan oksigenasi kadar glukosa darah setelah intervensi antara yang pada akhirnya akan memberikan efek kelompok penurunan kadar glukosa darah pada pasien kontrol. intervensi dengan kelompok DM (Pasiak, 2012). Saran : Terapi dzikir SIMPULAN DAN SARAN dapat menjadi tindakan mandiri perawat pada pasien diabetes melitus Kesimpulan yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa Rata-rata usia responden adalah 54 tahun, membutuhkan banyak biaya. Agar terapi ini mayoritas responden adalah perempuan, rata- dapat dilaksanakan, maka perlu adanya rata IMT responden adalah 23.245 (berat sosialisasi tentang therapi dzikir di pelayanan badan lebih). Jenis insulin yang digunakan ruang rawat rumah sakit sehingga semua terbanyak adalah jenis insulin prandial dan perawat mayoritas responden dirawat dengan penyakit dapat mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien penyerta, penyakit penyerta terbanyak adalah DM. Selain itu therapi ini juga bisa diterapkan ulkus kaki diabetikum. pada pasien non muslim dengan cara mengganti terapi dzikir dengan doa/ritual Secara umum therapi dzikir berpengaruh yang sesuai dengan agama dan keyakinan terhadap penrunan kadar glukosa darah pasien masing-masing pasien. diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 6 Siti Khoiroh Muflihatin Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Author. Xviii untuk meneliti topik yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memperhatikan faktor diit pasien sebagai faktor konfonding, Sanusi, M. (2012). Berbagai terapi kesehatan melalui amalan-amalan ibadah. Jogjakarta: Najah. serta dicoba untuk dilakukan pada jenis penyakit yang berbeda. Selain hal tesebut disarankan untuk penelitian selanjutnya Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Texbook of medical surgical nursing Brunner & Suddarth’s. (11th.ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins dimana dalam mengukur kadar glukosa darah tidak menggunakan uji klinis dengan glukometer akan tetapi dianjurkan untuk menggunakan pemeriksaan hasil laboratrium hematologi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Direkomendasikan Snyder, M., & Lindquist, R. (2010), Complementary & Alternative terapies in nursing (6th-ed). New York: Springer Publishing Comphany. pada penelitian lebih lanjut disamping melihat sistem endokrin juga di telaah bagaimana perubahan di dalam sistem pernafasan dan Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. (2th ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. kardiovaskuler pasien. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.G., & Taylor, A.G. (2011). The metabolic sindrome and mind body terapies : A systematic review. Journal of Nutrition and Metabolism. 11. 1-8. Lorentz, M. (2006). Stress and psychoneuroimmunology revisited: Using mind body interventions to reduce stress. Alternative Journal of Nursing, 11, 1-11. Pasiak, T., (2012). Tuhan dalam otak manusia: Mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan neurosains, Bandung: Mizan. Suhaimie, M.Y. (2005). Dzikir dan Doa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Waspadji, S., Soebekti, I., Yunir, E.M., & Sukardji, K. (2012), Petunjuk praktis bagi penyandang diabetes tipe 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Zamry, A.M. (2012). Sehat tanpa obat : Cara Islami meraih kesehatan jasmani & ruhani. Bandung: Marja. 7 Siti Khoiroh Muflihatin