PERTEMUAN KETUJUH ZAT DAN SIFAT TUHAN SERTA TAUHID RUBUBIYAH DAN TAUHID ULUHIYAH ANTARA ZAT DAN SIFAT - Pembicaraan tentang zat dan sifat Tuhan dalam kajian ilmu kalam tidak dapat dipisahkan dari pengaruh filsafat, terutama filsafat Yunani. - Para mutakalimin ketika sampai kepada pembicaraan zat dan sifat Tuhan, terjadi perbedaan yang cukup kontroversial di antara mereka. - Sebagian membolehkan manusia membicarakan zat Tuhan, sebagian tidak. - Sebagian mengakui adanya sifat Tuhan, sebagian tidak. Zat Tuhan adalah: - Wujud Tuhan itu sendiri yang bersifat mutlak, kekal, tidak tersusun dari unsur luar, berbeda dengan zat selain Tuhan, tidak ada batasnya, tidak dapat dibagibagi. (menurut Ibnu Sina). - Keberadaan zat Tuhan hukumnya adalah wajib. Zat Tuhan tidak bergantung pada sesuatupun diluar dirinya. Zat Tuhan itu berdiri sendiri atau Esa. (menurut alGazali). Pengetahuan Manusia. - Pengetahuan manusia bersifat relatif, terbatas, terikat dengan ruang dan waktu. - Pertanyaannya: apakah bisa pengetahuan manusia yang terbatas mengenal zat Tuhan yang mutlak, tidak terbatas. - Karena itulah para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama salaf tidak mau membicarakannya, sebab diluar batas kemampuan akal manusia. - Sebagian ulama yang lain tetap membolehkan untuk membicarakan zat Tuhan. - Ungkapan ulama salaf: berfikirlah kamu tentang ciptaan-Nya, dan jangan berfikir tentang pencipta-Nya (Ibnu Kasir, Tafsirnya). -Media Pengenalan: - Satu-satunya media yang dapat digunakan untuk mengambarkan atau mendeskripsikan zat Tuhan adalah bahasa, yakni bahasa manusia. - Karena itu, mau tidak mau gambaran zat Tuhan tersebut tidak bisa lepas dari sifat bahasa manusia yang bersifat manusiawi. - Kesimpulannya: cara yang dapat dilakukan dalam membicarakan zat Tuhan adalah tasybih (personifikasi), yakni menyerupakan dg sesuatu. - Contoh: zat Tuhan sebagai pencipta, pemelihara, pemberi rizki, semuanya adalah personifikasi dari diri manusia. - Ayat yang mendukung: al-Muluk:16, al-An’am:60, an-Nahl:50, Taha:5, Yunus:3, al-Baqarah:210, dll. SIFAT TUHAN - Ulama juga berbeda pendapat tentang esensi sifat Tuhan. - Sebagian menyatakan bahwa Tuhan tidak punya sifat. Alasanya: jika Tuhan punya sifat berarti ada banyak yang kekal, dan ini akan membawa kepada syirik. - Dengan demikian, jika dikatakan Tuhan Mengetahui, bukan berarti Tuhan punya sifat mengetahui, tapi Tuhan mengetahui dengan zat atau diri-Nya sendiri. - Jadi pengetahuan Tuhan bukanlah sifat bagiNya, tapi pengetahuan itu adalah dirinya sendiri. Sebagian lagi berpendapat (al-Gazali): - Tuhan punya sifat. Hal itu dapat dilihat pada perbuatan-perbuatan Tuhan, seperti berkuasa, melihat, mendengar, dll. - Sifat Tuhan, bukanlah zat Tuhan. Akan tetapi sifat itu ada dalam zat. - Jadi sifat itu bukanlah Tuhan, tetapi juga bukan lain dari Tuhan. - sifat Tuhan adalah kekal, karena ada bersama zat-Nya. Namun tidak membawa kepada syirik. - Karena pada prinsipnya sifat dan zat Tuhan adalah satu. Meskipun sifat-Nya, tapi tetap berada dalam diri yang satu. TAUHID RUBUBIYAH DAN ULUHIYAH A. Tauhid Rububiyah. - Kata Rabb bisa berarti memelihara, mengelola, mencipta, memberi rizki, dan mendidik. - Kata Rabb juga dapat diartikan dengan memimpin, mengepalai dan menyelesaikan suatu perkara. - Arti dan pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan tauhid rububiyah adalah sebuah keyakinan bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Mencipta, Memelihara, Mengelola, Memiliki dan Memberi rizki hanyalah Allah. Contoh: al-Baqarah: 21, - Kata Rububiyah adalah isim sifat dari kata Rabb. contoh B. Tauhid Uluhiyah - Kata Ilah, dapat berarti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. - Kata Ilah erat kaitannya dengan kata ‘abdun, ibadah, al-Ma’bud. - Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tauhid uluhiyah adalah mempercayai Allah SWT sebagai satusatunya Zat al-ma’bud (Zat yang wajib disembah). Contohnya: surat Taha:14. - kata Uluhiyah merupakan isim sifat dari kata Ilah. contoh