TUBERKULOSIS EKSTRA PARU, TBC EXTRA PULMONAL

advertisement
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
Tuberkulosis ekstraparu adalah pasien dengan gambaran klinis
sesuai dengan tuberkulosis aktif atau pasien dengan kelainan
histologis atau pasien dengan satu sediaan dari organ ekstraparunya
menunjukkan hasil bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu
saluran napas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut, tonsil,
lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah bening, tulang,
sendi, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata,
adrenal, kulit dan jaringan di bawah kulit (abses)
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit tuberkulosis
yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.1,3 Kasus total dari
tuberkulosis ekstraparu dari suatu negara ditemukan antara 4000/tahun.
Tuberkulosis ekstraparu terjadi apabila terdapat daya tahan tubuh yang
rendah. Risiko tinggi untuk mendapat tuberkulosis ekstraparu meningkat
pada orang yang terinfeksi HIV, anak-anak, dan pada orang tua. Dari 50%
pasien
yang
mempunyai
tuberkulosis
aktif
ditemukannya
penyakit
tuberkulosis ekstraparu dan 25% dari pasien yang didiagnosis tuberkulosis
ekstraparu biasanya selalu mempunyai riwayat tuberkulosis dan sering
dengan terapi yang tidak adekuat. Penelitian di Amerika membuktikan
bahwa anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun, dan orang tua dengan usia
di atas 65 tahun, perempuan, penduduk asing suatu negara lebih mudah
untuk
mendapatkan
tuberkulosis
ekstraparu.
Tuberkulosis ekstraparu disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
sebagai basil tuberkel merupakan salah satu dari tiga puluh genus
Mycobacterium. Lebih dari 80% Mycobacterium tuberculosis menyerang paru
dan sebagian kecil mengenai organ tubuh lain. Kuman tuberkulosis
berbentuk batang ramping lurus berukuran panjang 0,4 x 3 mm, mempunyai
dinding sel lipid sehingga tahan terhadap asam, ketika dilakukan pewarnaan
Ziehl Neelson kuman berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru.
Oleh karena itu kuman ini disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup
dalam beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dorman, tertidur lama dalam beberapa tahun.
1. TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS:
EPIGLOTIS, LARING, FARING
2. TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL dan LIDAH
3. TUBERKULOSIS MENINGITIS
4. TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
5. TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
6. TUBERKULOSIS TULANG dan SENDI
7. TUBERKULOSIS GINJAL dan SALURAN KENCING
8. TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA WANITA
9. TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-LAKI
10. TUBERKULOSIS USUS/ GASTROINTESTINAL/ PERITONEAL
11. TUBERKULOSIS MATA
12. TUBERKULOSIS ADRENAL
13. TUBERKULOSIS KULIT dan ABSES (Jaringan di Bawah
Kulit)
Hampir semua tuberkulosis pada traktus
respiratoris atas merupakan komplikasi
penyakit paru. Terapi infeksi secara hematogen
kadang menyebabkan tuberkulosis laring sering
didiagnosis salah sebagai kanker laring.
Kelainan epiglotis dan faring sering diikuti
tuberkulosis laring
Gambaran Klinis
 Penderita batuk dan keluar spuntum selama
beberapa waktu karena penyakit laring lebih
sering tejadi pada tuberkulosis lanjut. Penderita
menurun berat badannya.
 Suara serak dan perubahan suara menjadi serakserak basah.
 Otalgia
 Odinofagia (sakit telan) biasanya epiglotis
terkena. Rasa sakit dapat berat.
 Pada tingkat lanjut ditemukan ulkus pada lidah
 Penelitian menunjukkan ulkus pada pita suara
atau area lain traktus respiratorius atas.
Diagnosis
 Pemeriksaan sputum tuberculosis
 Foto toraks.
 Biopsi.
Diagnosis Banding
Penyakit utama yang dibedakan dari tuberkulosis adalah
kanker. Penyakit keganasan laring jarang mengeluh sakit.
Sputum biasanya positif diagnosis dapat ditegakkan dari
pemeriksaan biopsy pada kasus yang sulit. Jika tidak dapat
melakukan biopsi dan memperkirakan kemungkinan
penyakitnya tuberkulosis, cobalah efek kemoterapi.
Penatalaksanaan
 Tuberkulosis laring mempunyai respon yang baik dengan
kemoterapi. Bila nyeri tidak segera berkurang dengan
kemoterapi, tambahkan prednisolon 10 mg dua kali sehari
selama 2 sampai 3 minggu. Sesudah itu turunkan dosis
harian 5 mg perminggu.
Tuberkulosis mulut jarang terjadi. Biasanya
terdapat pada gusi, berupa pembengkakan
yang tidak nyeri dan sering kali menjadi ulkus.
Lesi primer disertai pembengkakan kelenjar
limfe regional. Tuberkulosis mulut dan tonsil
penularannya lewat susu yang terinfeksi,
kadang dari makanan maupun droplet lewat
udara. Lesi lidah biasanya merupakan lesi
skunder dari tuberkulosis paru. Lesinya
berbentuk ulkus dan mungkin sangat nyeri.
Respon terhadap kemoterapi baik.
Tuberkulosis meningitis merupakan masalah besar dan penting
sebagai penyebab kematian di beberapa negara. Human
Mycobacterium tuberkulosis merupaka penyebab, tetapi
mikobakteria lain terjadi pada penderita Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS).
Patogenesis
Adanya focus primer tuberkulosis atau tuberkulosis milier yang
menyebar, menyebabkan adanya tuberkel kecil di otak atau selaput
meningen. Biasanya juga menyebar ke tulang tengkorak atau
vertebra. Bila tuberkel ini pecah ke ruang subaraknoid,
menyebabkan:
 Peradangan selaput meningen
 Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di dasar otak
 Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan
lokal pada otak.
Ketiga kejadian tersebut menyebabkan tampaknya gejala klinik.
Gejala Klinis

Biasanya terjadi penurunan keadaan umum 2 sampai 8 minggu, berupa: malaise, kelelahan,
iritabel, perubahan tingkah laku, nafsu makan turun, penurunan berat badan dan demam ringan.
Kemudian karena proses:7,9

Meningitis menyebabkan nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk

Eksudat abu-abu pada dasar otak menyebabkan gangguan N.II-VIII berupa gangguan penglihatan,
paralisis kelopak mata, pupil anisokor, ketulian. Oedem papil terjadi pada 40% penderita.

Kerusakan arteri menyebabkan gangguan berbicara, gangguan motorik anggota gerak. Beberapa
area otak mungkin mengalami kerusakan bersama.

Kadang terjadi hidrosefalus. Ini terjadi karena tersumbatnya saluran cairan serebrospinal oleh
eksudat. Hidrosefalus merupakan penyebab utama gangguan kesadaran. Kerusakan yang
ditimbulkan mungkin permanen dan merupakan tanda prognosis yang buruk.

Blockade spinal oleh eksudat dapat menyebabkan kelemahan ’upper motor neuron’ atau paralisis
tungkai.

Perlu dicari tuberkulosis di lain tempat diseluruh tubuh:




Tuberkulosis kelenjar getah bening
Dari pemeriksaan foto rontgen dapat ditemukan tuberkulosis paru, tuberkulosis milier.
Pembesaran hati dan lien.
Tuberkulosis koroid, tuberkel terlihat pada pemeriksaan retina.
Uji tuberkulin mungkin negatif, khususnya pada penyakit stadium lanjut.
Diagnosis
Keadaan yang terutama yang harus dibedakan dengan meningitis bakterial,
meningitis virus dan meningitis kriptokokus yang berhubungan dengan HIV.
Meningitis bakterial dan viral onsetnya lebih akut. Kriptokokus onsetnya
lebih lama. Riwayat keluarga yang tuberkulosis paru atau tuberkulosis lain
perlu dicurigai. Tetapi bukti utama adalah dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal dengan pungsi lumbal. Hal-hal penting:
 Tekanan: biasanya meningkat
 Kejernihan : mula-mula jernih dan kemudian membentuk jaring labalaba. Mungkin kekuningan bila terjadi blokade spinal.
 Sel 200-800/m3. Mula-mula banyak sel neutrofil (tapi tidak sebanyak
infeksi baktrial) ada akhirnya banyak limfosit.
 Glukosa: rendah pada 90% penderita, tetapi mungkin normal pada tahap
awal. Ini penting untuk membedakan dengan infeksi virus yang
glukosanya normal.
 Bakteriologi: preparat hapus (+) hanya pada 10% penderita, kecuali jika
volumenya banyak (10-12ml) dan disentripus kuat dan lama. Jika diamati
selama 30 menit, maka hampir 90% penderita hasilnya (+). Biakan bias
dilakukan bila mungkin. Biasanya (+), tetapi ini hanya untuk konfirmasi
diagnosis yang terlambat karena prosesnya lama. Diagnosis bakteriologis
banya ditegakkan bila dijumpai kuman di spesimen, seperti sputum dan
pus.
Penatalaksanaan
Respon dengan kemoterapi baik ditambah dengan kortikosteroid
(prednisolon) 30 mg dua kali sehari selama 4 minggu, kemudian
diturunkan secara bertahap selama beberapa minggu. Tindakan
bedah dapat diperlukan untuk mengurangi tekanan berlebihan
dalam cairan serebrospinal di dalam ventrikel otak.
Prognosis
Kematian terjadi bila tidak diobati. Semakin dini diagnosis dibuat
dan di obati, semakin baik pemulihannya tanpa disertai kerusakan
permanen. Semakin baik kesadarannya saat awal pengobatan,
semakin baik prognosisnya. Bila penderita koma, prognosisnya untuk
pulih sangat jelek. 10-30% yang selamat biasanya menderita
beberapa kerusakan seperti paralisis (N kranial), serangan epilepsi
atau gangguan intelektual.7 Karena tingginya angka kematian bila
diagnosis terlewatkan, maka obatilah segera bila diagnosisnya mirip
atau curiga meningitis tuberkulosis.
Penyakit ini jarang dijumpai, hanya di daerah
tertentu khususnya bila infeksi HIV tersebar
luas, antara lain di Transkei.
Patogenesis
Kuman mencapai perikardium lewat darah (bila
dijumpai tuberkulosis di organ lain) tetapi
umumnya timbul karena pecahnya kelenjar
getah bening mediastinal ke rongga
perikardial. Jarang terjadi bersamaan dengan
tuberkulosis paru.
Gejala Klinik
Perikarditis kering berupa:
1.
2.
3.
4.
Nyeri akut dibelakang sternum, yang akan membaik bila penderita
duduk condong kedepan
erdengar suara gesekan pada saat bunyi jantung
EKG: perubahan gel-T melebar.
Efusi perkardial:









Sesak napas saat kegiatan (ataupun istirahat)
Nadi cepat dan paradoksial, atau terjadi penurunan tekanan darahdan tekanan
nadi saat inspirasi. (normalnya tekanan rongga dada yang negatif saat inspirasi
akan memacu darah dari vena ke jantung, tetapi hal ini dihambat oleh cairan
efusi). Hal ini jarang dijumpai;
Tekanan darah rendah (kadang berat)
JVP meningkat
Pembesaran hati
Cairan dalam rongga perut
Demam (bervariasi)
Suara gesekan mungkin hilang bila cairannya banyak, tapi biasanya tetap
terdengar.
Uji tuberkulin biasanya positif.
Gejala Klinik
Perikarditis konstriktif
Peradangan perikardium dapat menyebabkan penebalan dan kalsifikasi. Kalsifikasi
tampak pada foto sebagai garis putih tipis ireguler sepanjang tepi bayangan jantung.
Hal ini menghambat dilatasi jantung saat diastole, sehingga jantung tidak mendapat
cukup darah dari vena untuk dipompa. Konstriksi mungkin timbul beberapa bulan atau
minggu setelah efusi. Kadang timbul beberapa tahun kemudian dan mungkin tak pernah
didiagnosis efusi sebelumnya. Gejala yang ada:
 Sesak napas. Selama paru belum edema. Penderita bisa tiduran tanpa menimbulkan
sesak selama belum edema paru tidak terdengar krepitasi.
 Edema kaki dsb, terjadi karena hambatan curahan darah vena sistemik.
 Hati mungkin sangat besar, mungkin ada asites dan pembesaran lien.
 Jantung kecil dan lemah. Lemahnya suara jantung berbeda dengan kasus gagal
jantung kongestif yang jantungnya melebar
 JVP meningkat selama inspirasi menurun
 Terjadi nadi paradoksikal
 Cari tanda tuberkulosis di organ lain
Kebanyakan perikarditis konstriktif terjadi oleh karena Tuberkulosis. Patut dicurigai bila
jantung kecil dan edema anggota gerak tanpa disertai edema paru. Bila mungkin terjadi
ambilan foto rontgen yang dapat menunjukkan
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis perikarditis bila:
 Ada tuberkulosis di bagian tubuh manapun
 Kultur cairan perikardium (60% positif)
 Biopsi perikardium, (70% positif)
Harus dibedakan dengan penyakit otot jantung, gagal jantung,
dan keganasan.
Penatalaksanaan
Respons terhadap kemoterapi standar baik. Bila perlu
prednisolon 5 mg 4 kali sehari dapat diberikan selama 12
minggu. Ini akan mengurangi tindakan aspirasi cairan dan
menurunkan angka kematian. Drainase terbuka jarang
diperlukan. 7 Pembedahan perikardium kadang diperlukan bila
terjadi konstriksi . tetapi coba dahulu dengan kemoterapi. Bila
tidak mungkin dilakukan pembedahan maka yang terbaik yang
dapat dilakukan adalah kemoterapi.
Gejala Klinik
Tuberkulosis kelenjar getah bening pada orang dewasa mirip
tuberkulosis kelenjar pada anak. Namun ada sedikit catatan
yang perlu diperhatikan:
 Pada orang dewasa mengingat kemungkinan bahwa
perluasan nodus mungkin disebabkan timbunan karsinoma
yang berasal dari karsinoma primer dari tempat lain (area
pindahan). Kelenjar yang keras di medial bagian dalam
klavikula sering dihubungkan dengan kanker paru. Di
beberapa negara kejadian ini berkembang sering dengan
kebiasaan merokok yang meluas.
 Pada dewasa, seperti pada anak-anak, biasanya tanpa
disertai demam, kadang-kadang subfebril. Pada keadaan
tertentu terdapat demam yang sangat tinggi pada orang
dewasa yang dengan foto rontgen toraks menunjukkan
pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Uji tuberkulin biasanya positif, tapi mungkin negatif, jika ada
malnutrisi.
Penatalaksanaan
Kemoterapi standar dapat diberikan, perhatikan reaksi pada
kelenjar getah bening ketika memberikan pengobatan. Sekitar 25%
kelenjar getah bening mungkin membesar pada pengobatan.
Kelenjar-kelenjar baru mungkin tumbuh. Pada sekitar 20% akan
timbul abses dan kadang-kadang timbul sinus. Kejadian tersebut
diatas dimungkinkan oleh reaksi hipersensitivitas pada tuberkulin
yang dilepaskan dari kuman yang mati. Jangan mengubah terapi jika
hal ini terjadi. Kelenjar-kelenjar tersebut akan berkurang jika anda
meneruskan terapi sebelumnya. Sekitar 5% penderita anda mungkin
masih dapat merasakan kelenjar-kelenjar pada akhir terapi, tapi
biasanya tidak memberikan kesulitan lebih jauh. Pemberian
prednisolon, secara rutin, tidak perlu. Tapi jika timbul abses luas,
prednisolon mungkin mencegah timbulnya sinus dan membantu
penghilangan abses tanpa pembedahan. Gunakan prednisolon, jika
ada kelenjar mediastinum yang masif. Hal ini membantu
mengecilkan kelenjar. Aspirasi abses sebaiknya dihindari jika
mungkin sebab sinus mungkin berkembang pada daerah bekas
suntikan. Bedah insisi lebih dianjurkan dilakukan untuk
mengeluarkan pus.
Prognosis
Prognosis adalah baik sejauh perkembangan
terus diperhatikan. Tapi jika ada banyak
terjadi fistulasi akan mengakibatkan banyak
bekas luka
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke
tulang atau sendi manapun. Risiko kejadian tersebut semakin
besar pada anak dengan usia semakin muda. Kebanyak dari
tuberkulosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun
sesudah terjadinya infeksi pertama, tetapi dapat saja timbul
lebih lama sesudahnya. Sekalipun tulang atau sendi manapun
dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung
lebih sering terkena adalah tulang belakang, kemudian
pinggul, lutut, serta tulang-tulang kaki, sedangkan tulangtulang lengan atau tangan lebih jarang terkena.
Pembengkakkan pada sendi muncul secara perlahantanpa
adanya rasa panas atau nyeri akut seperti pada infeksi septik
(sekalipun sendi terkadang teraba sedikit lebih hangat,
dibandingkan dengan sendi tungkai sebelahnya).
Pembengkakan yang muncul secara perlahan pada daerah di
sekitar tulang atau sendi perlu mengarahkan anda pada
kemungkinan adanya tuberkulosis.
Patogenesis
Tuberkulosis tulang belakang timbul akibat penyebaran
kuman tuberkulosis melalui aliran darah. Pada sekitar
70% dari pasien, dua ruas tulang belakang (vertebra)
terkena: pada 20%, tiga atau lebih. Tuberkulosis tulang
belakang berawal di sudut anterior superior (depan,
atas) atau inferior (bawah) dari badan vertebra dan
meluas ke vertebra yang berdekatan. Diskus terkena
dan ruang antar diskus akan menyempit. Sejalan
dengan perkembangan penyakit, terbentuk abses yang
dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke
bawah ligament inguinal (abses psoas). Hal ini juga
dapat menekan susunan saraf tulang belakang. Lokasi
yang paling sering terkena adalah torakal 10 (T10).
Tulang belakang yang semakin jauh dari T10, baik ke
atas maupun kebawah, semakin jarang terkena.
Gejala Klinis
Penyakit tuberkulosis tulang belakang tidak di temukan
pada bayi usia di bawah satu tahun. Penyakit ini baru
muncul setelah anak tersebut belajar berjalan dan
melompat. Setelah itu penyakit ini dapat timbul pada
usia berapa saja.

Gejala pertama adalah rasa nyeri, untuk mengurangi
rasa tersebut, anak atau orang dewasa yang sakit
enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakanakan kaku. Orang tersebut akan menolak untuk
membungkuk atau mengangkat barang dari lantai.
Bila diminta, orang tersebut akan menekuk lututnya
agar punggung tetap lurus. Nyeri tersebut berkurang
bila orang tersebut beristirahat.
Gejala Klinis
 Tanda-tanda pada berbagai lokasi:






Pada leher
Pada punggung ke bawah hingga ke tulang rusuk terakhir (region
torakalis)
Abses dapat meluas membentuk jalur yang dapat mengelilingi
dada ke kiri atau ke kanan dan muncul sebagai benjolan yang
lunak ada dinding dada.
Bila tulang belakang di bawah dada yang terkena (region lumbal),
letaknya juga di tulang belakang bagian bawah, tetapi nanah dapat
masuk ke dalam otot-otot yang sama sebagaimana terjadi pada
tulang belakang yang lebih tinggi.
Pada pasien yang kurang gizi.
Pada penyakit yang sudah lanjut, terkadang tidak hanya
terdapat gibbus(punggung bungkuk membentuk sudut).
Dapat juga ditemukan kelemahan tungkai bawah dan
paralisis (paraplegia) akibat tekanan pada saraf tulang
belakang atau pada pembuluh darah terkait.
Diagnosis




Bila mungkin, ambil foto rontgen antero-posterior dan
lateral. Ciri-ciri awal yang seringdi jumpai adalah
hilangnya sudut anterior superior atau inferior dari badan
vertebra dan hilangnya rongga antar vertebra (diskus).
Ingat bahwa lesi multiple/ganda dapat ditemukan pada
sekitar 10% dari pasien. Abses lokal akan mengikis
permukaan anterior badan vertebra. Abses intratorakal
dapat menyerupai aneurisma aorta.
Tes darah terhadap titer anti-stafilokokus dan antistreptolisin hemolisin, tifoid, paratifoid, dan bruselosis
dapat membantu penegakkan diagnosis pada kasus sulit
dan pada pusat-pusat dengan fasilitas yang memadai.
Biopsi jarum juga dapat bermanfaat pada kasus sulit,
namun membutuhkan pengalaman serta pemeriksaan
histologi yang baik.
Jangan berupaya membuka abses. Abses tersebut akan
menghilang dengan pengobatan.
Komplikasi
Komplikasi utama adalah kelemahan atau kelumpuhan tungkai, hilangnya
kekuatan terkadang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Bila diobati dengan
segera, sering kali cepat menunjukkan perbaikan (dibandingkan dengan
kelumpuhan akibat tumor).
Diagnosis Banding
Pada kebanyakan kasus diagnosis langsung jelas, tetapi terkadang tuberkulosis
sulit di bedakan dengan: - Infeksi piogenik - Infeksi enterik - Tumor.
Penatalaksanaan
Gunakan kemoterapi standar, dapat berobat jalan, tanpa istirahat di tempat
tidur. Penelitian disertai kontrol membuktikan bahwa penyakit selalu dapat
dihentikan dengan kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat destruksi yang luas,
pembedahan secara terampil dapat mengurang I deformitas di kemudian hari
melalui tindakan operasi secara dini. Ahli bedah membersihkan jaringan abses
dan jaringan mati, lalu melakukan pemasangan/penguatan tulang. Pasca operasi
pasien istirahat selama 3-6 minggu di tempat tidur. Tindakan operasi kadangkadang perlu, guna mengurangi tekanan pada saraf-saraf spinal.
Pinggul merupakan letak Tuberkulosis tulang yang paling sering di
jumpai setelah tuberkulosis tulang/sendi. Penyakit tersebut juga
lebih sering di temukan setelah usia 5 tahun dari pada sebelumnya.
Anak-anak kecil dapat tampak menderita, berhenti berjalan, dan
menolak berjalan bila diminta. Anak-anak yang lebih besar dan
orang dewasa terkadang berjalan pincang dan mengeluh nyeri yang
terkadang beralih ke lutut. Otot paha umumnya mengecil.
Pemeriksaan foto rontgen harus dibuat dari kedua pinggul.
Kebanyakan penyakit mulai pada bagian dalam kapsul sendi, tetapi
terkadang sendi tersebut tampak sehat dan penyakit berada pada
leher femur. Pada awalnya terdapat penyempitan dari ruang sendi
antara asetabulum dan kepala femur, tetapi kemudian dapat timbul
perubahan pada tulang sejalan dengan berlangsungnya penyakit.
Pada kasus yang sudah berat, sendi rusak berat, dan terjadi
dislokasi femur. Penatalaksanaan diawali dengan istirahat hingga
spasme menghilang. Semakin muda umur, semakin banyak
regenerasi tulang yang dapat diharapkan, pengobatan anti
tuberkulosis yang teratur dan lama akan menghasilkan kesembuhan
yang cukup berarti.
Penyakit pada sendi lutut umumnya muncul
perlahan dengan pembengkakan yang diikuti
rasa nyeri. Pembengkakan muncul akibat
adanya cairan di dalam sendi. Pada perabaan
hangat dan dapat teraba penebalan sinovia di
atas patella. Otot paha umumnya menyusut.
Pada foto rontgen mungkin tidak akan tampak
adanya perubahan pada tulang
Gejala klinis awal rasa nyeri dan pincang.
Pembengkakan pada tulang atau sendi yang
terkena menandakan pembentukan suatu
abses. Otot betis sering kali mengalami
penyusutan. Tulang yang sama dapat terkena
pada setiap sisi. Pembengkakan cepat reda
dengan pengobatan. Bila kulit di atas daerah
yang bengkak menjadi merah dan berfluktuasi,
keluarkan nanah dengan alat suntik. Hal ini
dapat mencegah terbentuknya sinus yang
mengeluarkan nanah.
Anggota gerak atas lebih jarang terkena di bandingkan dengan yang
bawah. Rasa nyeri lebih jarang. Pada pundak, siku, dan pergelangan
tangan mula-mula terdapat keterbatasan gerak dan kemudian
pembengkakan di sekitar sendi. Bila tulang-tulang kecil pada
pergelangan tangan atau jari-jari terkena, lesi dapat mengenai
tulang yang sama pada setiap sisi. Tuberkulosis jari-jari (daktilitis)
dapat tampak sebagai pembengkakan jari yang memanjang, dengan
pembengkakan sedikit oval dan pembengkakan lebih ringan di
sekitar falang proksimal dan terminal. Beberapa jari dapat terkena
pada setiap tangan. Tanda awal dari infeksi tuberkulosis pada
pergelangan tangan hampir selalu merupakan benjolan yang tidak
nyeri pada punggung tangan. Seperti halnya pada sendi-sendi besar
yang lain, tuberkulosis pada pundak dapat muncul dalam bentuk
cairan di dalam sendiatau fokus tulang pada kepala humerus;
dengan terbatasnya gerak, otot pundak menjadi lunak dan
menyusut. Tuberkulosis sendi siku mengikuti pola yang serupa,
dengan keterbatasan gerak, pembengkakan sendi, rasa nyeri lebih
ringan di bandingkan dengan tuberkulosis tulang tungkai.
Tuberkulosis dapat mengenai tulang manapun.
Umumnya akan tampak sebagai bengkak yang
tidak nyeri. Lambat laun bengkak tersebut
dapat menjadi merah dan mengeluarkan nanah
dari sinus. Dapat ditemukan lebih satu dari
pembengkakan. Terkadang ditemukan adanya
abses tulang multipel secara bersamaan,
disertai demam, terkadang tidak nyeri tetapi
beberapa penelitian di jumpai abses yang
terasa sakit dan nyeri tekan pada orang
dewasa, sekalipun kulit tidak terlalu memerah.
Foto rontgen menunjukkan berkurangnya
bayangan tulang pada lokasi pembengkakan.
Tuberkulosis kistik ditemukan di daerah yang
banyak terdapat tuberkulosis seperti Afrika.
Tampak sebagai pembengkakan yang lebih keras
dan tidak nyeri secara perlahan yang tidak
mengenai kulit di atasnya yang tidak mengeluarkan
nanah ataupun membentuk abses. Kelainan
tersebut terutama ditemukan pada tangan, kaki,
tulang tengkorak, dan tulang panjang, terutama
pada kepala humerus dekat sendi pundak atau
pada kepala tibia. Foto rontgen menujukkan
pembengkakan memiliki rongga-rongga yang
menyerupai kista dengan dindingnya yang
menyerupai sarang laba-laba. Kista tersebut berisi
perkijuan dan mengandung kuman tuberkulosis
dalam jumlah yang besar. Diperlukan pengobatan
yang lengkap.
Patogenesis
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh penyebaran hematogen
dari infeksi primer. Penyakit biasanya berkembang lambat, 515 tahun setelah infeksi pertama. Penyakit ini tidak tampak
seperti bentuk tuberkulosis umumnya, bahkan di negaranegara dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi. Jarang
terjadi pada anak-anak. Basanya terjadi hanya pada salah
satu ginjal.7 Penyakit biasanya mulai dari bagian terluar
ginjal (korteks). Seiring dengan penyebarannya akan merusak
jaringan ginjal dan membentuk kavitas. Bila material
inflamasi menghambat hubungan antar ginjal dan ureter,
tekanan balik mungkin mengakibatkan kerusakan lebih luas
pada ginjal. Infeksi menyebar melalui ureter (menimbulkan
obstruksi). Infeksi dapat menyebar melalui ureter
(menimbulkan obstruksi). Infeksi dapat menyebar ke kandung
kencing di mana ulserasi mungkin terbentuk di prostat,
vesikula seminalis, dan epididimis.
Gejala Klinis
 Kencing yang sering
 Sakit ketika kencing
 Sakit pada ginjal, biasanya lemah, kadangkadang akut (kolik ginjal).
 Darah dalam air kemih. Bila penyakit utama
pada ginjal, dengan sedikit infeksi pada kandung
kencing, darah dalam air kemih mungkin
merupakan satu-satunya gejala. Ingat akan
kemungkinan tumor ginjal.
 Pembengkakan pada epididimis
 Nanah di dalam air kemih.
 Abses pinggang pada kasus yang lanjut.
Diagnosis
Beberapa pemeriksaan yang harus diperhatikan:
 Urin: periksa untuk nanah dan Tuberkulosis.
 Foto rontgen dari ginjal
 Pemeriksaan klinik untuk epididimis dan testis dapat sangat berguna. P
 Foto rontgen toraks: biasanya tidak ada kelainan.
 Uji tuberkulin: tidak begitu membantu
 Ureum darah (jika tersedia) akan menggambarkan apakah ginjal yang lain
fungsinya normal.
Bila hanya sedikit pemeriksaan yang tersedia: jika anda tidak dapat
melakukan biakan air kemih atau foto rontgen anda harus memutuskan atas
dasar klinis apakah akan memulai pengobatan atau tidak. Frekuensi dan
nyeri pada saat kencing biasanya berkurang secara bertahap. Hal tersebut
mungkin terjadi selama seminggu atau sebulan sebelum anda bertemu
penderita, seperti sistitis akut biasanya bermula secara tiba-tiba dan
penderita harus segera mendapat pertolongan.13 Periksalah secara teliti
tanda-tanda tuberkulosis di daerah yang lain, terutama di epididimis. Jika
ragu-ragu, berikan terapi standar untuk sistitis sederhana, jika perderita
tidak menunjukkan perbaikan anda boleh mencoba kemoterapi
antituberkulosis. Gejala-gejala biasanya membaik setelah 10 hari.
Patogenesis
Tuberkulosis genitalia wanita sebagai akibat penyebaran
aliran darah dari infeksi primer. Tuberkulosis menginfeksi
endometrium dan tuba falopi.
Gejala Klinis
 Infertilitas, merupakan alasan umum untuk mencari
pertolongan. Diagnosis sering ditegakkan sebagi hasil
pemeriksaan rutin untuk infertilitas. Hal ini seharusnya
termasuk mencari tanda-tandatTuberkulosis.
 Sakit perut bawah, rasa tak enak, gangguan siklus
menstruasi.
 Perkembangan membentuk abses tuba falopi kadangkadang dengan massa abdomen yang besar.
 Kehamilan ektopik
Diagnosis
 Pemeriksaan pelvis, massa yang kecil atau besar dapat
dirasakan diatas daerah tuba falopi.
 Foto rontgen dari saluran genitalia.
Penatalaksanaan
Penderita membaik dengan kemoterapi. Massa yang luas`bias
menghilang. Pembedahan tidak diperlukan untuk ini.
Walaupun penyakit sering tertahan, jika kemoterapi
diberikan dengan benar, kerusakkan pada tuba falopi ini
dapat menutup lumen yang sangat kecil sehingga penderita
tetap infertil. Oleh karena ovum mungkin tidak dapat melalui
tuba yang menyempit maka kehamilan ektopik tuba dapat
terjadi (tidak dalam uterus namun dalam tuba). Perawatan
atau terapi pembedahan yang terampil dari tuba yang
menutup, jika tersedia kadang-kadang dapat memperbaiki
fertilitas
Patogenesis
Prostat, vesikula seminalis dan epididimis terlibat secara terpisah
atau bersama-sama. Infeksi mungkin dari aliran darah atau dari
ginjal melalui saluran kencing.
Gejala Klinis
Penderita datang dengan keluhan ada sesuatu yang tidak beres
dengan salah satu testis. Biasanya pada epididimis bukan testis.
Epididimis membesar dan menjadi keras dan tak rata, biasanya
bermula dari ujung atas. Kadang hanya sedikit mengeras.
Epididimitis tuberkulosis akut biasanya sangat membengkak dan
nyeri. Lesi dari epididimis dapat menjadi abses menembus kulit dan
menghasilkan suatu sinus. Seharusnya juga diperiksa vesikula
seminalis melalui rectum. Prostat mungkin terasa tak rata dan and
dapat merasakan vesikulasi seminalis pada tiap sisi, proksimal dan
lateral dari prostat. Bila vesikula seminalis dapat diraba, biasanya
berarti ada kelainan. Pada 40% kasus penderita juga mempunyai
gejala-gejala dan tanda-tanda dari tuberkulosis saluran kemih.
Diagnosis
 Urin untuk mencari adanya kuman tuberkulosis
 Foto rontgen ginjal
 Uji tuberkulin jarang membantu
Diagnosis Banding
 Epididimitis akut: seperti demam, nyeri lokal akut
 Tumor: biasanya licin dan keras, permukaan massa
dari tuberkulosis biasanya khas.
Penatalaksanaan
Kemoterapi akan memberikan hasil yang memuaskan
jika diberikan dengan baik. Pembedahan hanya
diperlukan jika dicurigai adanya tumor.
Patogenesis
Ada tiga bentuk tuberkulosis abdomen:
 Fokus primer. Dahulu di Eropa disebabkan oleh tuberkulosa Bovinus
melalui infeksi dari susu sapi. Lesi primer mungkin terjadi pada dinding
usus besar tetapi lesi-lesi pada kelenjar limfe mesenterika dan
penyebarannya yang menyebabkan timbulnya gejal-gejala klinik. Pada
beberapa kasus, penyakit timbul dari penyebaran hematogen melalui
kelenjar limfe atau peritoneum. Hal ini mengkin sama dengan yang
terjadi di Asia Afrika, dimana penyakit bovines jarang dicurigai, meskipun
di banyak negara kita tidak mempunyai informasi yang cukup. Kelenjar
limfe membesar dan jika kelenjar ini pecah, infeksi akan menyebar ke
kavum peritoneum dan dapat terjadi asites. Perlekatan dari kelenjarkelenjar usus besar, menyebabkan terjadinya obstruksi. Fistula mungkin
terjadi antara usus dan kandung kencing atau usus dengan dinding perut.
 Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan
sputumnya. Kuman tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding usus,
biasanya ileum dan menyebabkan ulserasi . Fistula dapat terjadi. Infeksi
dapat menyebar ke kavum abdomen dan menyebabkan asites.
 Tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik, merupakan bentuk yang jarang
terjadi pada penyakit ini. Terjadi pada daerah katup ileocaecal.
Gejala Klinis
Gejala klinis dari tuberkulosis usus yaitu:
 Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan sering terjadi.
 Nyeri samar abdomen, demam, keringat malam hari, diare,
memendeknya masa menstruasi
 Massa abdomen sering terasa lunak, sering juga terdapat cairan
abdomen (asites), kadang-kadang banyak terdapt cairan,
sehingga tidak dapat dirasakan adanya suatu massa, sehingga
asites merupakan satu-satunya tanda. Pada Tuberkulosis
ileocaecal hiperplastik terdapat nyeri dan massa yang dirasakan
di perut kanan bawah. Mungkin tidak ditemukan tanda-tanda
ditempat lain
 Serangan obstruksi gastrointestinal dengan nyeri akut dan
distensi abdomen.
 Batuk dengan sputum, jika kelainan usus besar ini disebabkan
oleh tertelannya sputum dari tuberkulosisi paru bentuk skunder.
Diagnosis
Kecurigaan adanya tuberkulosis abdominal pada penderita yang
kehilangan berat badan, demam, nyeri samar abdomen. Lebih
dicurigai lagi jika ditemukan massa di abdomen atau cairan di
abdomen. Kadang-kadang anda dapat menentukan diagnosis dari
gambaran klinik, diperlukan pemeriksaan tambahan antara lain:
 Foto rontgen di usus besar
 Biopsi kelenjar limfe atau peritoneum dengan operasi atau
laparoskopi.
 Biakan bahan aspirasi cairan abdomen atau pus dari sinus.
Kadang-kadang penderita hanya merasakan nyeri samar di abdomen
yang berulang. Mungkin tidak dirasakan adanya cairan atau massa,
hanya demam ringan. Jika tidak mungkin melakukan pemeriksaan
diatas maka kemoterapi dapat diberikan. Jika penyakitnya
tuberkulosis maka gejala-gejalanya akan menghilang dan keadaan
akan membaik.
Penatalaksanaan
Kemoterapi mempunyai efektifitas yang tinggi. Bahkan massa yang
besar dapat hilang. Kadang-kadang penyembuhan dari penyakit ini
meninggalkan perlekatan di antara usus atau jaringan parut yang
menyebabkan obstruksi mekanik yang memerlukan tindakan bedah.
Jika terdapat banyak cairan, seharusnya dilakukan aspirasi.
Sebaiknya diberikan prednisolon bersamaan dengan kemoterapi jika
memungkinkan.
Komplikasi
Fistula anus, merupakan komplikasi dari tuberkulosis abdominal.
Tetapi mungkin juga merupakan satu-satunya gejala yang terlihat.
Di negara dengan prevalensi tuberkulosis tinggi, tuberkulosis
merupakan penyebab yang paling sering. Namun hal ini dapat
terjadi bersamaan dengan kolitis ulserativa, “crohn diseases”, dan
kelainan yang lain. Jika oleh karena tuberkulosis maka perbaikan
akan segera terjadi dengan pemberian kemoterapi.
Tuberkulosis menyerang mata lebih sering dari
pada yang diduga. Kuman dapat tertanam di
bawah kelopak mata melalui debu atau dari
batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai
mata melalui aliran darah berasal dari fokus
primer atau tempat lain.7 Selain itu, terdapat
juga keadaan yang disertai nyeri hebat, yaitu
konjunktivitis fliktenular-yang tidak di
akibatkan oleh infeksi langsung, tetapi
kemungkinan terjadi akibat “sensitivitas”
terhadap tuberkulin yang dihasilkan dari lokasi
fokus primer pada paru atau lokasi lain.
Infeksi Primer pada Mata (Konjunktiva)
Bila kuman tuberkulosis tertanam di bawah kelopak mata atas atau bawah
dari seorang anak yang selama ini belum terkena infeksi primer pada paru
atau abdomen, kuman tersebut dapat berkembang biak dan membentuk lesi
tuberkulosis. Keadaan ini sama halnya seperti infeksi primer pada tempat
lain. Perkembangbiakan kuman diikuti oleh timbulnya perkejuan. Bila anda
membalik kelopak mata, maka tampak bintik-bintik kuning kecil-kecil.
Reaksi ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau gangguan pada anak. Mata
anak tersebut dapat berair dan mungkin ada sedikit iritasi dan kelopak dapat
sedikit membengkak. Namun sejalan dengan perkembangan proses pada
mata, aliran limfe dari bagian tubuh tersebut akan melalui kelenjar getah
bening kecil tepat di depan telinga. Kelenjar getah bening terkena
tuberkulosis, membesar, dan dapat melunak. Pembengkakan atau
perlunakan tersebut atau bahkan pecahnya absess kelenjar getah bening
yang membawa anak tersebut untuk datang berobat. Hal ini menjadi contoh
yang baik bagaimana infeksi primer tuberkulosis selalu terdiri dari dua hal,
tempat masuknya kuman dan pembesaran kelenjar getah bening terdekat.
Dari jenis infeksi ini, kuman tuberkulosis juga dapat lolos ke dalam aliran
darah dan terbawa ke jaringan tubuh lainnya, seperti tulang, sama halnya
seperti yang terjadi setelah infeksi primer di paru. Pengobatannya sama
seperti pada infeksi primer di manapun.
Konjunktivitis Fliktenularis
Reaksi yang sangat menyakitkan ini dapat terjadi kapan saja pada perjalanan
infeksi tuberkulosis, tetapi paling sering dijumpai pada tahun pertama setelah
infeksi. Penyakit tersebut diawali oleh nyeri, rasa gatal, lakrimasi (mata berair)
dan fotofobia (rasa silau yang berlebihan) pada salah satu atau kedua mata.
Ditemukan satu atau lebih bintik kelabu atau kuning disekitar limbus dimana
kornea berbatasan dengan sklera. Sejumlah pembuluh darah kecil mengalir dari
tepi kantung konjunktiva menuju bintik-bintik tersebut. Tiap-tiap bintik bertahan
selama sekitar satu minggu kemudian perlahan-lahan menghilang. Namun bintik
itu dapat digantikan oleh bintik-bintik yang baru. Pada serangan yang berat,
kornea dapat mengalami ulserasi, bila hal ini terjadi, timbul nyeri hebat dan
pasien tidak tahan menatap cahaya, sehingga menutupi atau memejam matanya
atau duduk pojok yang gelap. Bila timbul infeksi sekunder, dapat terjadi
pernanahan dan kornea dapat terkena cacat menetap berupa bintik- bintik putih
di lokasi bekas ulkus. Keadaan yang sangat nyeri dan berulang ini terutama
mengenai usia 5-15 tahun dan sering dijumpai di Afrika, India, dan Asia tenggara.
Keadaan ini umumnya diakibatkan oleh tuberkulosis, tetapi dapat juga terjadi
pada infeksi Streptococcus haemolyticus. Pengobatan: pupil harus dalam keadaan
dilatasi dengan salep atropine 0,25%, bila tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
sekunder, pemberian tetes mata hidrokortison 1% dapat memberikan rasa nyaman
dengan cepat, tetapi pengobatan ini tidak dapat diberikan bila terdapat infeksi
atau ulkus kornea. Lanjutkan pengobatan terhadap infeksi primer.
Tuberkel Koroid (retina)
Pemeriksaan retina dengan oftalmoskop setelah pupil diperlebar dengan salep atropine
0,25% terkadang dapat menegakkan diagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan tersebut
terutama penting dikerjakan bila dibutuhkan diagnosis secepatnya seperti pada kasus
tuberkulosis milier atau pada meningitis tuberkulosis. Pada seorang anak yang sakit dan
rewel, pemeriksaan retina secara menyeluruh baru dapat dilaksanakan bila anak
tersebut dibius total. Hal ini layak dikerjakan pada kasus yang sulit. Saat anda melihat
kedalam bola mata, perhatikan diskus optikus dan arteri retina sentralis yang meluas
dari pusat retina. Coba ikuti tiap-tiap cabang utama saat menyebar ke dalam retina.
Tuberkel baru akan tampak sebagi bercak-bercak 1-3 mm yang kekuningan, bula, dan
sedikit menonjol. Batas-batasnya membaur ke dalam retina yang secara umum
berwarna merah muda. Bercak-bercak tersebut terutama di temukan di dalam daerah
dengan diameter dua kali diskus pada pusat diskus optikus. Tuberkel yang sudah
semakin tua akan berbatas tegas dengan pusat yang berwarna putih. Bila pengobatan
dimulai saat tuberkel masih berwarna kuning, tuberkel tersebut dapat lenyap
seluruhnya tanpa meninggalkan bekas, namun bila bercak sudah berwarna putih dengan
batas yang tegas pada saat pertama kali ditemukan, bercak akan menetap dan daerah
yang berwarna putih dapat perlahan-lahan semakin dipenuhi oleh bintik-bintik pigmen
berwarna hitam.
Panoftalmitis Tuberkulosis Akut
Keadaan ini merupakan abses yang sangat destruktif yang mengenai seluruh
mata. Pasien akan kehilangan penglihatannya secara progresif dan seluruh
mata menjadi berawan. Pada akhirnya mata tersebut mungkin harus
diangkat seluruhnya.7
Uveitis
Kelainan “mutton fat” dapat muncul pada belakang kornea dan iris.
Retinitis
Lapisan berwarna putih kelabu muncul pada retina dan pembuluh darah
balik mungkin membengkak dengan perdarahan-perdarahan lokal.
Pengobatan Tuberkulosis mata:
Semua penyakit tuberkulosis mata yang diuraikan diatas menunjukkan
respons yang baik terhadap pengobatan dengan kemoterapi. Obat
kortikosteroid juga dapat berguna pada tahap-tahap awal dari penyakit yang
destruktif yang mengancam penglihatan mata.
Gejala klinis
Di negara dimana tuberkulosis sering terjadi, diduga
menjadi penyebab 50% dari kasus insufisiensi adrenal
(Addison disease). Kuman tuberkulosis sampai di
adrenal melalui aliran darah.
Gejala utamanya:
1. Kelelahan yang sangat dan kelemahan umum.
2. Sering muntah-muntah dan diare berulang.
3. Pigmentasi kulit terutama terjadi di daerah yang
banyak mengalami penekanan, misalnya siku atau
punggung bagian bawah.
4. Juga timbul bercak-bercak disekitar mulut, terutama
dapat dinilai pada ras kulit putih.
5. Tekanan darah turun.
Diagnosis
Jika dapat diperiksa, maka kadar Na dalam serum
sering dibawah normal dan K plasma yang tinggi
sering terjadi. Foto rontgen abdomen
menunjukkan adanya kalsifikasi di bagian adrenal
kira-kira pada 20% kasus. Tuberkulosis kelenjar
adrenal biasanya meluas tetapi hanya bias diamati
dengan USG atau tomografi yang sering tersedia.
Penatalaksanaan
Tuberkulosis bisa diobati dengan kemoterapi
namun perlu diberikan pengganti hormon-hormon
yang hilang. Seharusnya penderita di rujuk ke
dokter ahli yang tepat.
Tuberkulosis kulit tidak begitu banyak
dijumpai. Tetapi diagnosisnya sering keliru.
Jika anda dapat menegakkan diagnosis yang
benar pada kulit, maka juga akan membantu
menemukan tuberkulosis di bagian tubuh yang
lain.
Beberapa macam jenis kelainan akibat
tuberkulosis:
Lesi Primer
Tuberkulosis dapat menginfeksi kulit baik pada stadium
infeksi primer maupun sewaktu kuman menyebar dalam
aliran darah. Infeksi primer jarang diketahui karena
tidak menyakitkan dan kebanyakkan terlewatkan.
Kuman masuk ke kulit melalui irisan atau abrasi ini
sering terjadi pada permukaan yang terbuka seperti
muka, tungkai bawah lutut/kaki, tangan dan lengan.
Irisan atau abrasi mula-mula menyembuh kemudian
secara perlahan setelah waktu tertentu dapat pecah
membentuk suatu ulkus yang dangkal. Nodus limfatikus
regional membesar dan dapat mengalami perlunakan.
Pembesaran kelenjar dapat terlihat sebagai penebalan
kulit dan di kelilingi oleh bintik-bintik kekuningan kecil
pada kulit.
Eritema Nodosum
Merupakan jenis hipersensitivitas tuberkulin. Biasanya terjadi bersamaan
dengan infeksi primer. Kulit putih lebih sering dari kulit hitam. Eritema
nodosum tidak hanya disebabkan oleh tuberkulosis. Penyebab lain meliputi:
infeksi streptokokus, obat-obatan, sarkoidosis, lepra, histoplasmosis dan
koksidiodomikosis.7,16 Jarang terjadi pada usia kurang 7 tahun, sering terjadi
pada wanita, pada semua umur. Sering didahului dengan demam yang dapat
tinggi pada wanita muda. Pada wanita mungkin didapatkan nyeri pada sendisendi besar, yang mungkin terasa panas dan lunak seperti pada demam
reumatik.7,10,11 Yang lebih sering ditemukan yaitu perlunakan, merah
kehitaman, lesi noduler yang tipis pada bagian depan kaki di bawah lutut.
Diameter 5-20 mm dan tepinya tidak tegas. Lesi-lesi tersebut muncul
bersamaan dan menyatu, biasanya di atas pergelangan kaki. Lesi akan
membentuk suatu batas yang tegas. Lesi terasa perih berwarna merah
kehitaman.7 Uji tuberkulin biasanya memberikan hasil yang positif. Pada
dosis normal tuberkulin dapat menimbulkan reaksi kulit yang berat atau
bahkan reaksi umum dengan demam. Pertama berikan sepersepuluh dari
dosis normal, jika reaksinya negatif berikan dosis normal. Jika tuberkulosis,
maka eritema nodosum biasanya akan segera membaik dengan pengobatan
tuberkulosis.
Lesi Milier
Lesi jarang terjadi, tetapi mungkin banyak ditemukan pada
penderita dengan infeksi HIV dan tuberkulosis. Dapat atau
tidak dapat berhubungan dengan tuberkulosis millier
generalisata. Ada 3 bentuk :
1. Nodul-nodul kecil, multiple, berwarna keperakan,
2. Papula multiple, cekung di tengah dan membentuk
pustule
3. Abses subkutan multiple, pada tangan dan kaki, dinding
dada atau abses perianal.
Tuberkulosis Verukosa
Lesi-lesi terjadi pada penderita dengan imunitas yang baik
terhadap tuberkulosis, terutama terlihat pada pekerja
kesehatan. Lesi-lesi yang menyerupai kutil terlihat pada
bagian tubuh yang terpapar. Kelenjar getah bening tidak
membesar.
Luka pada mulut, hidung dan anus
Kadang-kadang terjadi pada penderita dengan tuberkulosis lanjut.
Luka dirasakan sangat nyeri.
Skrofuloderma
Merupakan hasil pendesakkan langsung dan kerusakkan kulit dari
lesi tuberkulosis yang mendasari. Biasanya kelenjar limfe, tulang
atau epididimis. Sinus biasanya membesar dan meninggalkan
jaringan parut setelah sembuh.
Lupus Vulgaris
Biasanya pada kepala dan leher. Sering juga pada batang hidung dan
pipi. Tampak gambaran nodul seperti jeli. Kadang-kadang
mengalami ulserasi. Hal ini akan menimbulkan jaringan parut yang
luas dan kerusakkan jaringan wajah. Kuman tuberkulosis jarang
terlihat tetapi uji tuberkulin biasanya positif. Umumnya penyakit ini
kronik. Diagnosisnya dapat terlewatkan selama sekian tahun.
Tuberkulid
Berupa penebalan kulit yang berbentuk bundar,
bersifat local, warna merah kebiruan, agak
menonjol dan agak nyeri. Terutama terdapat
pada bagian belakang dari betis. Tes tuberkulin
hampir selalu positif. Lesi demikian tidak
selalu disebabkan oleh tuberkulosis.
Penatalaksanaan Tuberkulosis Kulit dan Abses
Semua kelainan kulit dan jaringan di bawah
kulit bereaksi baik terhadap kemoterapi anti
tuberkulosis.
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif dan fase lanjutan. Kemoterapi atau Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu:
Tabel 2.1 Jenis dan dosis OAT
Obat
Dosis
(mg/
kgBB/
hari)
Dosis yang
Dianjurkan
Harian
Intermitten
(mg/kgBB/ (mg/kgBB/
Hari
kali
Dosis (mg)/BB (kg)
Dosis
Maks(mg)
<40
40-60
>60
R
8-12
10
10
600
300
450
600
H
4-6
5
10
300
150
300
450
Z
20-30
25
35
750
1000
1500
E
15-20
15
30
750
1000
1500
S
15-18
15
15
Sesuai BB
750
1000
1000
International Union Against Tuberkulosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarankan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap.
Tabel 2.2
Dosis obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap
Fase intensif
(2 bulan)
BB
Fase lanjutan
(4 bulan)
Harian
Harian
3x/minggu
Harian
3x/minggu
(RHZE)
150/75/400/
275
(RHZ)
150/75/400
(RHZ)
150/150/500
(RH)
150/75
(RH)
150/150
30-37
2
2
2
2
2
38-54
3
3
3
3
3
55-70
4
4
4
4
4
>71
5
5
5
5
5
Terhadap Infeksi tuberkulosis.
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
- Case finding
- Isolasi penderita dan mengobati penderita
- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang
terinfeksi oleh Mikobakterium bovis akan mencegah
tuberkulosis bovin pada manusia
Meningkatkan daya tahan tubuh
1. Memperbaiki standar hidup
2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi
BCG Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika
baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes
Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes
tersebut negatif.
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia. Tuberkulosis
ekstraparu menyerang organ tubuh lain selain paru
yaitu saluran napas bagian atas (epiglotis, laring,
faring), mulut, tonsil, lidah, selaput otak,
perikardium, kelenjar getah bening, tulang, sendi,
ginjal, saluran kemih, alat kelamin,
usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan jaringan
di bawah kulit (abses). Oleh karena itu sangat
penting untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium (kultur), foto rontgen, biopsy atau
patologi anatomi, sehingga dapat diberikan
pengobatan yang adekuat sesuai dengan kriteria
diagnosis masing-masing.








Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.
Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007: 988-93.
Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006: 1-40.
Fauci AS, Kasper DL. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious Diseases. In:
Isselbacher KJ, et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume 1.
13th Edition United State America: McGraw Hill, 2005: 712-4.
4. Mehta JB, Dutt A, Harvill L, Mathews KM. Epidemiology of Extrapulmonary
Tuberculosisa – A Comparative Analysis with Pre-AIDS Era. Chest 1998; 99:1134-38.
5. Albert RK, Spiro SG, Jett JR. Ekstrapulmonary Tuberculosis In: Tuberculosis and
Desease Caused by Atypical Mycobacteria. Clinical Respiratory Medicine 2004;
2:325-7.
6. Antaz PR, Ding L, Hackman J, Hammock LR, Shintani AK, Schiffer J, et al.
Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous
Ekstrapulmonary Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol 2006; 117:916-23.
Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis nonpulmonal pada orang dewasa. Dalam:
Tuberkulosis klinis. Jakarta: Widya Medika, 2002: 121-39.
Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Ailangga, 2002: 73-108.









Tumer HE. Tuberkulosis paru. Dalam: Davey P, editors. At a Glance Medicine.
Jakarta: Erlangga. 2006; 274-5.
10. Rieder HL, Snider DE, Cauthen GM. Extrapulmonary Tuberculosis in the United
States. Am Rev Respir Dis 1998; 141:347-51.
11. Yoon HJ, Song YG, Park W, Choi JP, Chang KH, Kim JM. Clinical Manifestations
and Diagnosis of Extrapulmonary Tuberculosis. Yonsei Med J 2004; 45:453-61.
12. Crompton GK, Haslett C. Diseases of the Respiratory System. In: Edwards CRW,
Bouchier IAD, Haslett C, Chilvers ER, editors. Davidsons Principles and Practice of
Medicine. 17th edition. Edinburgh: Churchill Livingstone, 2000: 358-67.
Kumar PJ, Clark ML, Huskisson EC, Davies RJ. Extrapulmonary Tuberculosis. In:
Kumar PJ, Clark ML, editors. Clinical Medicine. 2sd edition. London: Bailliere Tindall,
1998: 209-29, 401-3, 677-83.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Tuberkulosis Paru.
Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors.
Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus Besar
PAPDI, 2004. 251-5.
Britton R, Lamb P. Respiratorius Infection. In: Underwood JCE, editors. General and
Systematic Pathology. London: Churchill Livingstone, 2000: 394-7.
Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Kosasih A, Aisah S,
Wiryadi E, Natahusada, et al, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005: 391-410.
Gardjito, Widjoseno. Tuberkulosis ekstrapulmonal. Dalam: Sjamsuhidayat, Jong WD,
editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC,2005: 25-30, 415, 725-55, 910.
Download