KUALITAS AIRTANAH TIDAK TERTEKAN DI INDRAMAYU, JAWA

advertisement
KUALITAS AIRTANAH TIDAK TERTEKAN DI INDRAMAYU, JAWA BARAT
SHALLOW GROUNDWATER QUALITY IN INDRAMAYU, WEST JAVA
Rizka Maria, Anna Fadliah Rusydi1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl Sangkuriang Bandung. Email: [email protected]
1
ABSTRAK
Kabupaten Indramayu adalah salah satu wilayah di pesisir utara Provinsi Jawa Barat yang berfungsi
sebagai daerah penyangga perkembangan wilayah pantai utara. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Indramayu Tahun 2013-2014 menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi sebesar 0.65%. Jumlah penduduk
yang meningkat berdampak meningkatnya konsumsi air yang dibutuhkan. Sebagian besar konsumsi air
berasal dari PDAM. Airtanah tidak tertekan sudah mulai jarang dimanfaatkan karena kualitas yang dirasa
tidak layak dikonsumsi. Penelitian airtanah dangkal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas airtanah,
dengan mengkaitkan karakter kimia air, kondisi lingkungan dan geologi setempat. Penelitian meliputi
pengamatan, pengukuran dan pengambilan 33 conto airtanah dari sumur gali, sumur bor dan mata air.
Analisis conto air dilakukan di laboratorium Puslit Geoteknologi LIPI. Hasil analisis menunjukan bahwa
di beberapa titik parameternya melewati ambang batas persyaratan kualitas air minum. Untuk tipe air
didominasi oleh NaMix, MgMix, CaMix.
Kata kunci: Indramayu, airtanah tidak tertekan, kualitas air
ABSTRACT
Indramayu regency is one of the areas on the north coast of West Java province which serves as a buffer
zone development of the northern coastal areas. The population growth rate of Indramayu District in
2013-2014 showed high increase of 0.65%. The population increased impact of increased consumption of
water needed. The majority of water consumption comes from the local water company. Shallow
groundwater has begun rarely exploited because the quality was deemed unfit for consumption. Shallow
groundwater study aims to determine the quality of groundwater, by linking the chemical character of the
water, the environment and the local geological conditions. The study includes the observation,
measurement and taking 33 samples of groundwater from wells, boreholes and springs. Analysis of water
samples carried out in the laboratory of Research Center for Geotechnology LIPI. Results of the analysis
showed that at some point over the threshold parameters of drinking water quality requirements. For the
type of water is dominated by NaMix, MgMix, CaMix.
Keywords: Indramayu, Shallow groundwater, water quality
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)
Daerah Indramayu merupakan daerah dataran rendah yang merupakan wilayah pesisir utara Jawa Barat.
Secara geologi dataran rendah Indramayu terbentuk dari endapan sungai, delta, pantai, dataran banjir dan
punggungan pantai yang terbentuk kala Holosen (Achdan dan Sudana, 1992). Berdasarkan Solihuddin
(2009), bahwa bentuk (morfodinamika) geometri delta Cimanuk dalam klasifikasi delta oleh bertipe
telapak kaki burung (birdfoot-type delta) atau menjari yang menunjukkan bahwa proses fluvial lebih
dominan dibandingkan dengan proses laut. Grouen, et al., (2000) bentuk hasil endapan delta merupakan
salah satu daratan memungkinkan terdapatnya air laut yang terjebak dikala pembentukan daratan.
Penyebarannya endapan delta meliputi seluruh daerah Indramayu bagian utara bahkan hingga sampai ke
1
Cirebon, untuk endapan dataran banjirnya yang meliputi luasan lebih dari 50% luasan wilayah
indramayu di bagian tengah dan selatan. Pembentukan daratan seperti tersebut diatas akan memberikan
pengaruh terhadap karakter airtanah yang berada di wilayah tersebut, karakternya tersebut akan terdeteksi
dari sifat kimiawi airtanah dan tipe airtanahnya. Pada masa pembangunan saat ini karakterisasi kimia
airtanah sangat diperlukan untuk menunjang keberlanjutan pembangunan di wilayah Indramayu.
Kabupaten Indramayu merupakan wilayah pesisir yang terletak di Pantai Utara Jawa yang lebih di kenal
dengan PANTURA (Pantai Utara) yang merupakan wilayah lumbung Padi Jawa Barat. Wilayah ini
merupakan daerah sedang berkembang seiring dengan perkembangan lintas TOL Trans Jawa dan
merupakan daerah peyangga untuk industri maupun permukiman dari DKI Jakarta. Sebagai daerah
penyangga dan wilayah yang sedang berkembang perlu diantisipasi kedepannya akan tingginya
kebutuhan air bersih dari jaringan air dari PDAM, karena airtanah tidak tertekan kualitasnya tidak
memenuhi syarat sebagai air minum.
Penelitian airtanah tidak tertekan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas airtanah, dengan melakukan
pengambilan contoh pada sumur dangkal penduduk penduduk secara acak. Selanjutnya penelitian ini
dilakukan dengan mengkaitkan karakter kimia air, kondisi lingkungan dan geologi setempat sehingga
dapat diketahui daerah-daerah mana yang telah mengalami degradasi kualitas airtanahnya
LOKASI PENELITIAN (STUDY AREA)
Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten Indramayu bagian utara, Provinsi Jawa Barat secara
geografi terletak pada 107º 52´-108º 36´ Bujur Timur dan 6º 15´-6º 40´ Lintang Selatan dengan luas
wilayah 204.011 Ha (Gambar 1). Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten indramayu didominasi oleh
lahan basah, sawah, pemukiman dan kebun campuran. Penggunaan lahan untuk industri terkonsentrasi di
Balongan, dan permukiman yang menempati di sepanjang koridor jalan Negara, Provinsi, maupun
Kabupaten. Kedudukan secara administratif, di sebelah utara dibatasi dengan Laut Jawa, sebelah timur
dibatasi oleh Kabupaten Cirebon, sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Subang dan sebelah selatan
dibatasi oleh Kabupaten Majalengka.
Gambar 1.Lokasi Penelitian di Indramayu
2
Jenis tanah di Kabupaten Indramayu meliputi Alluvial (63 %), Clay Grumosol (24 %) dan Podsolik (12
%). Musim hujannya berlangsung pada Oktober hingga Maret dan kemarau pada April sampai September
dengan tipe iklim D, dengan temperatur berkisar 18 – 28 ºC. Curah hujan rata-rata per tahun 1.418 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata 75 hari, curah hujan yang tertinggi pada bulan Januari dengan curah
hujan 364 mm dan terendah pada bulan Agustus dengan curah hujan 10 mm (BPS Indramayu, 2014).
Morfologi dan Geologi
Morfologi daerah indramayu menurut Hilman (2011) dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ; satuan
morfologi dataran dan satuan morfologi dataran bergelombang. Satuan morfologi dataran, merupakan
dataran delta, rawa, pematang pantai, alluvial sungai. Dataran delta dan rawa terdapat di bagian utara
mencakup 15% dari seluruh daerah penelitian yang mempunyai ketinggian antara 0-2 m dengan
kemiringan antara 0 – 3% , pematang pantai terdapat di bagian utara dan tengah dengan ketinggian antara
0 – 4 m dengan kemiringan 0 – 3%, alluvial sungai terdapat di bagian utara, tengah dan timur mencakup
50% dengan ketinggian tempat antara 0- 6 m dengan kemiringan antara 0 – 5% , sedangkan tanggul alam
dan alluvial sungai terdapat di sepanjang sungai Cimanuk lama dengan ketinggian tempat antara 2 – 10
m. Pada satuan morfologi dataran bergelombang, menempati bagian baratdaya mencakup luas sekitar
25% dari seluruh daerah penelitian. Satuan ini mempunyai kemiringan lereng 3 – 10% dengan ketinggian
7 – 20 m dari permukaan laut.
Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam cekungan air tanah Indramayu dengan luas 1.282 km2 (Perda
Jabar, 2012). Akuifer pada lokasi penelitian merupakan akuifer tidak tertekan dan tertekan multi layer
dengan tebal akuifer berkisar antara 0.5 – 5.2 m. Kedalaman akuifer tidak tertekan berkisar antara 8 - 18
m bmt sedangkan kedalaman akuifer Tertekan > 30 m bmt. Pada bagian atas atau permukaan, didominasi
oleh adanya lempung atau lumpur yang menutupi sebagian besar lapisan akuifer dangkal (Nugraha,
2016). Secara geologi daerah indramayu dan sekitarnya berdasarkan peta geologi lembar indramayu, Jawa
barat (Gambar 2) adalah sebagai berikut :
Endapan Sungai, terdiri atas pasir, lanau dan lempung, berwarna coklat, daerah penyebarannya
melampar terutama di sepanjang Sungai Cimanuk. Tebal satuan ini lebih kurang 50 m (berumur Holosen).
Endapan delta, satuan ini terdiri atas lanau dan lempung, berwarna coklat kehitaman, mengandung
sedikit moluska, ostrakoda, foraminifera plangton dan bentos. Tebal satuan ini lebih kurang 125 m.
Satuan ini merupakan daerah tempat budidaya/tambah bandeng, udang dan sebagian hutan bakau.
Penyebarannya meliputi daerah muara sungai Cimanuk dan sungai Cililin (umur satuan ini adalah
Holosen).
Endapan pantai, terdiri atas olanau, lempung dan pasir, banyak mengandung pecahan moluska,
berwarna abu-abu kehitaman, tebal lebih kurang 130 m. Satuan ini berbatasan dengan tanggul-tanggul
pantai dengan penyebaran di pantai bagian tengah dan Timur, merupakan daerah pesawahan dan tambak
garam (berumur Holosen).
Endapan dataran banjir, terdiri atas lempung pasiran, lempung humusan, dan lempung lanauan,
berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehitaman, satuan ini menutup satuan yang lebih tua ditandai
dengan adanya bidang erosi. Tebal satuan ini lebih kurang 120 m, dengan penyebaran satuan ini meluas
sampai ke lembar Cirebon dan arjowinangun. ( (Umur satuan ini Holosen).
Endapan punggungan pantai, terdiri atas pasir kasar – halus dan lempung, banyak mengandung
cangkang moluska, penyebaran satuan ini membentuk pematang yang tersebar di daerah pantai dengan
bentuk yang sejajar satu sama lain, beberapa ada yang memancar dari satu titik ada yang mencapai 5 m
dari muka laut. Ketebalan satuan ini berkisar 25 – 50 m.Endapan punggungan pantai ini merupakan
daerah permukiman dan lokasi jalur jalan (berumur Holosen).
3
Gambar 2. Peta geologi daerah Indramayu (Achdan dan Sudana, 1992) dan titik pengambilan conto
airtanah
Pengukuran, pengamatan dan pengambilan conto dilakukan terhadap airtanah tidak tertekan (bebas) yang
tersebar di wilayah pesisir hingga dataran yang diambil dari sumur gali,mata air serta sumur bor
(Gambar 2). Kondisi yang terjadi di lapangan juga dijumpai beberapa sumur gali yang sudah ditutup rapat
dengan beton sehingga tidak bisa diukur baik muka airtanah maupun ketebalan air. Jumlah keseluruhan
conto air adalah 33, yang terdiri 30 sumur gali,2 sumur bor (pantek) dan satu conto mata air.
Alat yang digunakan untuk pengambilan conto air adalah water sampler vertical yang terbuat dari fiber
glass sepanjang 40 cm dengan volume sekitar 600 ml. Ujung bagian atas tabung diikat dengan tali dan
pada ujung bagian bawah tabung terdapat katup penutup yang akan membuka ketika mendapat tekanan
dari air, dan menutup tatkala air sudah memenuhi tabung. Parameter kimia maupun fisika (pH, DHL, dan
temperatur) pengukurannya dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat water quality checker merk
Horiba tipe U 10. Conto airtanah diambil dari tiga kedalaman, yakni permukaan, tengah, serta dasar
sumur. Kemudian, conto di setiap kedalaman dicampur agar homogen. Selanjutnya, conto air disimpan
dalam botol plastik yang tidak transparan. Conto air dimasukkan ke dalam botol polyetilen 500 ml, dan
disimpan di dalam ice box berisi es. Analisis kimia unsur/senyawa utama yaitu ion natrium (Na +), kalium
(K+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), sulfat (SO42-), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-) dilakukan
di Laboratorium. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri serapan atom (AAS) untuk natium,
kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan untuk sulfat dengan metode turbidimetri, klorida secara
titrimetri argentometri, dan bikarbonat dengan metode titrimetri asam basa. Data hasil analisis kimia
unsur/senyawa kimia diolah melalui diagram Stiff guna membantu untuk menentukan tipe air. Selain itu,
penentuan tipe air dilakukan pula dengan metode yang berdasarkan jumlah anion dan kation yang paling
4
dominan (Stuyfzand, 1991).Untuk parameter kimia lainnya analisis dilakukan di laboratorium Air Pusat
Penelitian Geoteknologi LIPI di Bandung. Penilaian kualitas air mengacu kepada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum. Hasil analisis kimia air kemudian dianalisis menggunakan diaggram Pipper dan dilakukan kontur
konsentrasi kimia dengan software MapInfo Pro 12.5.
HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULT AND DISCUSIONS)
Pengambilan conto airtanah dangkal dari sumur gali, sumur bor penduduk dan mata air di wilayah
Indramayu dilakukan secara acak di perkotaan, perdesaan maupun di pesisir. Conto airtanah tidak
tertekan diambil pada kedalaman kurang dari 10 m, dengan jumlah conto yang diambil adalah 33, lokasi
pengambilan tertera di Tabel 1. Hasil analisis kimia air termasuk logam berat tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Lokasi pengambilan conto airtanah tidak tertekan
No
Kode
1
ID-1
2
ID-2
3
ID-3
4
ID-4
5
ID-5
6
ID-6
7
ID-7
8
ID-8
9
ID-9
ID10
ID11
ID12
ID13
ID14
ID15
ID16
ID17
10
11
12
13
14
15
16
17
Lokasi
Ds.Loh bener, RT 13,RW
4,Kec.Jatibarang
Ds. Malangsemirang, RT 04.RW 01. Kec
Jatibarang
Ds. Plumbon, RT 07 RW 3. Kec.
Indramayu
Ds. Gelar Mandala, RT 4 RW 2. Kec.
Balongan
Ds. Tegal Sembadra. RT 1 RW 1, Kec.
Balongan
Balai Desa Suka Urip. Kec. Balongan.
Ds Tegalurung,RT 15, RW4, Kec.
Balongan
Ds Singaraja. RT 4 RW 1. Kec
Indramayu
Ds Singaraja, RT 08, Rw 03.Kec.
Indramayu
Ds. Karanganyar,.Dsn Blok C, Kec.
Indramayu
Ds. Margadadi RT 07 RW 7 Kec.
Indramayu
Ds. Tambak, RT 2 RW 1, Kec
Indramayu
Ds.Gumiwang. RT 04 RW 2. Kec
Indramayu
Ds. Sindang Kln Mar'ali. Kec.
Indramayu
Ds Babadan. RT 10 RW3. Kec
Indramayu
Ds. Pabean Udik I, RT 01.RW 02. Ke
Indramayu
Ds.Brondong. Dsn Bondol,RT 2, RW 02.
Kec Pasekan
Mat
(m)
No
2.0
18
0.8
19
0.6
20
1.2
21
0.3
22
0.6
23
0.9
24
Lokasi
Ds. Brondong. RT 03 RW 04.
ID-18
Kec. Pasekan.
Ds. Pabean Ilir. RT 12 RW 07.
ID-19
Kec. Pasekan
Ds. Pekandangn,RT 18 Rw 07.
ID-20
Kec Indramayu
Ds. Jatisawit Lor RT 2 RW
ID-21
1.Kec Jatibarang
Ds. Lobener Lor. Kec.
ID-22
Jatibarang
Ds. Pawidean,RT 09 RW 02.
ID-23
Kec Jatibarang
Ds. Pawidean,RT 09 RW 02.
ID-23B Kec Jatibarang
1.1
25
ID-24
0.5
26
ID-25
1.1
27
ID-26
1.4
28
ID-27
0.5
29
ID-28
0.9
30
ID-29
0.9
31
ID-30
1.0
32
ID-31
0.5
33
ID-32
Kode
Ds. Lohbener. Dsn Celeng.
Ds. Pagirikan. RT 20 RW 07.
Kec Pasekan
Ds. Wanantara Timur.RT 03
RW 1. Kec Sindang
Ds. Wanasari Kec Bangodua.Jl
Raya Wanasari
Ds. Wanasari RT 03.RW 1.Kec
Bangodua.
Ds. Leuwigede.RT 12 RW
6.Kec Widasari
Ds. Legok RT 11 RW 3.Kec
Lohbener
Ds. Kalimati RT 7/RW 2. Kec
Arahan
Ds. Arahan, RT 14 RW 3.Kec
Arahan Lor.
Mat
(m)
1.6
1.0
0.9
0.8
1.3
1.3
0.5
0.7
0.4
1.2
2.5
1.3
0.8
3.2
Keterangan: (-) tidak dilakukan pengukuran muka airtanah karena sumur ditutup rapat dengan beton
5
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran di lapangan, diperoleh nilai muka airtanah(MAT) dan tebal
airtanah yang bervariasi. Nilai muka airtanah berkisar antara minus -0,5 m hingga -2.5 m, lokasi MAT
terdangkal terdapat di ID-26 dan MAT terdalam terdapat di ID-30. Nilai tebal air (ketinggian air)
berkisar antara 0,6 m hingga 4.4 m, lokasi conto air paling tebal terdapat di ID-23 dan yang paling tipis
terdapat di ID-3 (Gambar 3). Tebal air bervariasi pada lokasi pengambilan conto yang berdekatan
mempunyai nilai yang hampir sama, hal ini menandakan cadangan air relatif sama dalam satu lensa
akuifer. Variasi nilai MAT hampir sama, hal ini kemungkinan karena pola pengambilan dan penggunaan
airtanah hampir sama yaitu banyak menggunakan air permukaan (PDAM).
Gambar 3. Muka airtanah dan tebal air di lokasi penelitian Kabupaten Indramayu
Derajat keasaman (pH) digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan yang menunjukkan nilai yang umumnya memenuhi persyaratan kualitas air minum. Faktor
yang mempengaruhi pH adalah kandungan-kandungan senyawa yang ada dalam suatu perairan. Kadar pH
daerah penelitian berkisar dari 6.7 – 7.4. Pengambilan sampel yang mempunyai pH terendah yaitu 6.7
terdapat di ID-1 dan ID-2 di daerah Desa Lohbener dan Malangsemirang Kecamatan Jatibarang.
Sedangkan sampel yang mempunyai pH tertinggi yaitu 7.4 terdapat di ID-6 daerah Balai Desa Suka Urip
Kecamatan Balongan. Sebagian besar daerah penelitian mempunyai kadar pH cenderung basa. Kadar pH
yang baik untuk kesehatan dan bisa diperuntukan untuk air bersih berdasarkan baku mutu Menteri
Kesehatan tahun 1990 adalah berkisar 6,5 – 9,5. Semua nilai pH di daerah penelitian memenuhi
persyaratan ambang batas kualitas air (Gambar 4).
Gambar 4. Konsentrasi pH di daerah penelitian
6
Daya Hantar Listrik adalah kemampuan menghantarkan panas, listrik dan suara dengan satuan μmhos/cm.
Daya hantar listrik (DHL)dapat memberikan informasi mengenai air tawar, payau atau asin. Air asin
(laut) memiliki nilai DHL melebihi air tawar karena memiliki senyawa terlarut garam yang lebih besar
daripada air tawar. Klasifikasi keasinan airtanah berdasarkan nilai DHL diperlihatkan pada Tabel 2
(PAHIAA dalam Widada, 2007).
Tabel 2. Klasifikasi airtanah berdasarkan nilai DHL dan kandungan ion Cl
Sifat Air
DHL (µS/cm)
Cl- (mg/L)
Salinitas (%)
Air Tawar
<1.500
<500
< 0.05%
Air Agak Payau
1.500 – 5.000
500 – 2.000
Air Payau
5.000 – 15.000
2.000 – 5.000
0.05 - 3%
Air Asin
15.000 – 50.000
5.000 – 19.000
3 - 5%
Brine
>50.000
>19.000
>5%
Sumber: PHIAA (1986) dalam Widada (2007), KSU (2010).
Gambar 5. Peta sebaran DHL
Nilai DHL air sumur gali di Kabupaten Indramayu cukup bervariasi antara 487 – 11400 μmhos/cm.
Berasarkan klasifikasi sifat air oleh PHIAA (1986) terdapat 13 sumur yang bersifat tawar (ID-3,ID-4,ID6,ID-20,ID-21,ID-22,ID-23,ID-23B,ID-24,ID-26,ID-32,ID-30,ID-27), 16 sumur yang bersifat agak payau
(ID-1,ID-2,ID-5,ID-7,ID-8,ID-9,ID-10,ID-12,ID-13,ID15,ID-16,ID-17,ID-18,ID-28,ID-29,ID-31) dan 4
sumur yang bersifat payau (ID-11,ID-14,ID-19,ID-25), sementara air asin dan brine tidak ditemukan
dalam conto air yang diambil di lokasi penelitian. Lokasi ditemukannya air agak payau dan air payau di
7
lokasi penelitian berdekatan dengan laut (Gambar 5). Munculnya air agak payau dan air payau pada
lokasi penelitian dapat terjadi akibat pencemaran maupun jebakan air laut,sementara untuk lokasi conto
air yang berada jauh dari laut dan tidak ditemukan komposisi air payau dan agak payau dalam conto air,
yang kandungannya didominasi oleh kalsium tinggi yang mungkin berasal dari batuan di sekitarnya.
Salinity atau Kadar Garam Terlarut adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Faktor
yang mempengaruhi salinity adalah penguapan dan curah hujan. Nilai salinity yang diijinkan sebesar 3%
atau 0,3 dan tidak melebihi angka tersebut. Air dikelompokan menjadi tawar, payau, saline dan brine
dilihat dari kadar salinitas berdasarkan presentasi garam terlarut (Tabel 3).
Tabel 3. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
Air
Air tawar
Air payau
Air saline
Brine
Garam terlarut (%)
< 0,05
0,05 – 3
3–5
>5
Salinitas memiliki peran serupa seperti DHL yaitu dapat memberikan informasi mengenai kadar garam
terlarut dalam air atau keasinan air. Salinitas air laut adalah 3,5% (Anthoni, 2006). Kadar garam terendah
dengan nilai 0,02% di lokasi ID-3 dan ID-27 daerah Kelurahan Arahan Lor dan Kelurahan Plumbon
kecamatan Indramayu. Salinitas tertinggi dengann nilai 1.1% di daerah ID-17 di Dusun
Bondol,Ds.Brondong. RT 2, RW 02. Kec Pasekan (Gambar 6). Nilai air berdasarkan konsentrasi garam
terlarut termasuk dalam kelas air tawar dan air payau. Kehadiran air payau pada lokasi penelitian dapat
terjadi akibat pencemaran air laut, untuk lokasi conto air yang berada jauh dari laut dan tidak ditemukan
komposisi air payau. Nilai sailinitas tinggi berada pada litologi endapan delta dan endapan pantai.
Gambar 6. Peta sebaran salinitas
8
Hasil pengukuran logam berat umumnya memperlihatkan nilai yang berada dibawah ambang batas,
kecuali logam berat besi dan mangan memiliki nilai diatas ambang batas persyaratan kualitas air minum.
Kandungan logam berat besi yang melampaui ambang batas terdapat di empat lokasi dan berkisar antara
0,5 mg/L hingga 0.83 mg/L. Untuk kandungan logam berat mangan yang melampaui ambang batas
terdapat di tiga lokasi dengan kisaran nilai antara 0,46 mg/L hingga 0.69 mg/L (Gambar 7). Adanya nilai
besi dan mangan yang melampaui ambang batas kemungkinan dipengaruh oleh batuan yang terdapat di
lokasi penelitian.
Gambar 7. Konsentrasi Fe dan Mn di lokasi penelitian Kabupaten Indramayu
Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau
tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka
kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat,
2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu kondisi batuan,
jarak septictank, aktifitas penduduk dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.
Gambar 8. Konsentrasi Colliform Total di lokasi penelitian Kabupaten Indramayu
9
Hampir semua lokasi penelitian menunjukkan kandungan colliform total yang melampaui ambang batas
(Gambar 8). Konsentrasi tertinggi terakumulasi pada batuan endapan pantai. Kondisi memperlihatkan
porositas dan permeabilitas batuan mempengaruhi penyebaran colliform total (Gambar 9).
Gambar 9. Peta sebaran colliform total
Di dalam atmosfir kandungan H2O dan CO2 menunjukkan kadar yang cukup tinggi yaitu 0,1 – 2,8 %,
dan 0,03 % (prosentase volume). Kedua senyawa ini mudah bereaksi membentuk senyawa asam karbonat
yang kemudian terjadi dissosiasi sebagai berikut : H2CO3 <===> HCO3 - + H+ (Hem, 1989). Hal ini
menjadikan dasar bahwa ion negatif (anion) yang larut di dalam air tawar (fresh water) didominasi oleh
ion bikarbonat (HCO3-), sehingga air tawar bertipe anion bikarbonat. Kualitas airtanah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan batuan yang dilaluinya. Sebagai contoh airtanah yang
mengalir di batuan gamping dolomit akan memeperlihatkan kandungan Mg cukup tinggi karena dolomit
mengandung Mg 45.300 mg/kg (Matthess, 1982). Salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan
perubahan kualitas airtanah adalah air laut yang terjebak saat pembentukan daratan (Suherman dan
Sudaryanto, 2009). Pada airtanah yang belum terpengaruh air laut, ion yang dominan adalah CO3 dan
HCO3 sedangkan untuk airtanah yang terpengaruh air laut atau akibat adanya pelarutan mineral-mineral
garam yang terdapat pada batuan akuifer sehingga komposisi airtanah akan berubah, yaitu ion Cl akan
bertambah dan cenderung bertipe NaCl (Irham, 2006). Begitu juga kualitas airtanah yang berada di
wilayah pantai akan menunjukkan kandungan NaCl yang cukup tinggi. Dengan demikian, tipe air
merupakan indikator kondisi lingkungan dan bisa menentukan genesa air yang bersangkutan. Tipe air
secara garis besar ditentukan berdasarkana kepada kandungan ion klorida (Cl- ) dan kesadahan,
sedangkan secara mendetil didasarkan atas kandungan jumlah kation dan jumlah anion (Stuyfzand 1991).
10
Gambar 10. Diagram Piper conto air di Kabupaten Indramayu
Tipe air berdasarkan analisis diagram Piper (Hem, 1989), tipe air dapat dikelompokkan berdasarkan
kandungan jumlah kation dan jumlah anion dalam satuan meq/L (Gambar 10). Tipe air NaCl terjadi pada
kondisi air laut yang masuk ke daratan, yang ditandai dengan kandungan magnesium lebih besar daripada
kalsium (Mg>Ca), dan kondisi yang lainnya akibat pelarutan batuan di sekitanya yang ditandai dengan
kandungan magnesium lebih kecil daripada kalsium (Mg<Ca). Pada lokasi ID-11 dan ID-15 tipe air NaCl
terbentuk akibat pelarutan batuan yang dilaluinya.
Tipe air Na(HCO3)2, tipe ini bersifat tawar namun pembentukannya pengaruh dari lingkungan yang
banyak mengandung moluska sehingga terbentuk senyawa natrium. Kondisi ini ditemukan di ID-8,ID-28.
Lokasi conto air bertipe Na(HCO3)2 berada pada dataran aluvial dan endapan pantai.
Tipe MgCl2 mengindikasikan ada kontaminasi dengan air laut atau lingkungannya mengandung garam
purba, hal ini didukung dengan kadar magnesium (Mg) lebih besar daripada kalsium, kondisi ini
ditemukan di ID-6,ID-7,ID-10,ID-13,ID-16,ID-17,ID-18,ID-22. Lokasi conto air bertipe MgCl2 yang
berada di endapan pantai, lokasi tersebut kemungkinan terpengaruh oleh jebakan air laut pada masa
lampau. Kondisi ini sebanding dengan karakteristik hasil endapan yang memungkinkan terdapatnya air
laut yang terjebak dikala pembentukan daratan.
11
Pada tipe air NaMix terjadi pada fase pencucian oleh air tawar yang ditandai dengan tidak adanya
kandungan anion yang dominan dalam arti kandungan anion tidak ada yang melebihi 50 %. Tipe air
CaMix, MgMix menandakan ada indikasi kontaminasi dengan air laut sehingga tidak didapatkan anion
yang dominan. Kondisi ini ditemukan di ID-1,ID-2,ID-3,ID-4,ID-5,ID-9,ID-12,ID-14,ID-19,ID-20,ID3,ID-21,ID-23,ID-24,ID-25,ID-26,ID-27,ID-29,ID-30,ID-31,ID-32. Lokasi conto air tipe ini berada pada
dataran aluvial dan endapan pantai dan mendominasi hampir di wilayah Kabupaten Indramayu yaitu 65 %
dari seluruh lokasi. Tipe air merupakan indikator kondisi lingkungan dan bisa menentukan genesa air
yang bersangkutan.
KESIMPULAN (CONCLUSION)
Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap 33 conto air di lokasi penelitian Kabupaten Indramayu
menunjukkan ketebalan cadangan air tanah tidak tertekan relatif sama pada lokasi yang berdekatan
dengan ketinggian wilayah. Nilai pH secara umum masih memenuhi persyaratan kualitas untuk air
minum, berdasarkan nilai DHL dan salinitas sebagian besar conto air di lokasi penelitian bersifat tawar,
agak payau dan payau. Dari hasil analisis kimia, pada beberapa lokasi menunjukkan kandungan logam
besi hingga 0.83 mg/L dan mangan hingga 0.69 mg/Lyang melebihi ambang batas persyaratan. Hampir
semua lokasi penelitian menunjukkan kandungan colliform total yang melampaui ambang batas.
Konsentrasi tertinggi colliform total terakumulasi pada batuan endapan pantai, yang memperlihatkan
porositas dan permeabilitas batuan endapan pantai mempengaruhi penyebaran colliform total. Tipe air
NaCl terjadi pada kondisi air laut yang masuk ke daratan, yang ditandai dengan kandungan magnesium
lebih besar daripada kalsium (Mg>Ca). Tipe air Na(HCO3)2 bersifat tawar namun pembentukannya
pengaruh dari lingkungan dataran aluvial dan endapan pantai. Tipe MgCl2 mengindikasikan ada
kontaminasi dengan air laut atau lingkungannya mengandung garam purba. Tipe NaMix, CaMix, MgMix
mendominasi wilayah Kabupaten Indramayu yaitu 65 % dari seluruh lokasi pengambilan conto air.
UCAPAN TERIMAKASIH (ACKNOWLEDGEMENT)
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil kegiatan Kompetensi inti unggulan Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Kebumian dan Kemaritiman LIPI tahun 2016 yaitu “ Degradasi Potensi Airtanah di Pesisir
DAS Cimanuk”, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih pada Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,
atas kesempatan untuk melakukan penelitian tersebut. Penulis mengucapkan terimakasi kepada Ir.
Sudaryanto, MT yang telah membimbing pada saat penulisan dan juga mengucapkan terimakasih kepada
rekan-rekan peneliti dan teknisi yang telah membantu dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
Achdan dan Sudana, 1992, Peta geologi Lembar Indramayu, Jawa, skala 1 : 100.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung
Appelo, C.A.J. and Geinaert W., 1991, Processes Accompanying the Intrusion of Salt Water. Hydrology
of Salt Water Intrusion, A selection of SWIM Paper, V. 11, International Contribution to
Hydrology Series, Editorial Bord. International Association of Hydrologist. p 291 – 304.
Badan Pusat Satistik Indramayu, 2014. Indramayu Dalam Angka 2014. Indramayu Jawa Barat.
Hilman dan Ruswanto., 2011. Pemetaan Geologi Lingkungan daerah Indramayu Jawa Barat.
http://wandymausharing.blogspot.co.id/2011/03/pemetaan-geologi-lingkungan-daerah.html
12
Hem, J.D., 1989. Study and Interpretation of the Chemical Characteristic of Natural Water, 3rded, U.S.
Geological Survey, Water Supply Paper 2254, p. 8-10
Irham.M, Achmad.R dan Sugeng Widodo., 2006., Pemetaan Sebaran Airtanah Asin Pada Aquifer Dalam
di Wilayah Semarang Bawah. Berkala Fisika. Vol.9.No.3.
Ilahude.D dan Usman. E., 2009. Pendekatan Secara Empirik Terhadap Gejala Perubahan Garis pantai
Daerah Indramayu dan Sekitarnya. Jurnal Geologi Kelautan. Volume 7, No 2. Puslitbang Geologi
Kelautan.
Groen.J, Velstra.J & Meesters A.G.C.A., 2000. Salinization Procecces in Paleowater in Coastal Sediment
of Suriname: Evidence from δ37 Cl analysis and diffusion Modelling. Journal of Hydrology.
Nugraha, G.U. 2016. Lapisan Berpotensi Akuifer Berdasarkan Analisis Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger Di Kertajati, Majalengka. Prosiding Seminar Nasional Ke-3 di Fakultas Teknik
Geologi Tahun 2016. Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Kebencanaan.
King Saud University (KSU)., 2010. Salinity and TDS.
http://faculty.ksu.edu.sa/Almutaz/Documents/ChE-413/Salinity%20and%20TDS.pdf (Akses:
October 2015).
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Air Tanah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Jakarta, Nomor : 492/MENKES/PER/210,
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Suherman.D dan Sudaryanto., 2009. Tipe Air untuk Penentuan Aliran Airtanah Vertikal di Cekungan
Jakarta. Riset Geologi dan Pertambangan. Penerbit Vol.19 No.2.Pusat Penelitian GeoteknologiLIPI.
Stuyfzand, P.J., 1991.A New Hydrochemical Classification of Water Type : Principles and Aplication To
Coastal-Dunes Aquifer System of Netherlands, dalam De Breuck, 1991, Hydrology of Salt
Water Intrusion, A selection of SWIM Papers, V. 11, International Contribution to Hydrology
Series, Editorial Board. International Association of Hydrologist. p. 329 – 357
Solihuddin.T., 2009. Morfodinamika Delta Cimanuk, Jawa Barat Berdasarkan Analisis Citra Landsat.
Pusat Riset Wilayah dan Sumberdaya Non Hayati, BRKP-DKP.
Widada, S., 2007. Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan. Jurnal Ilmu Kelautan.
Semarang. ISSN 0853-7291. Vol. 12 (1). Hal: 45 – 52.
13
Download