Pemantauan Kualitas Airtanah pada Cekungan Airtanah Jakarta

advertisement
Pemantauan Kualitas Airtanah pada Cekungan Airtanah
Jakarta, Indonesia
Groundwater Quality Monitoring of Jakarta Groundwater Basin,
Indonesia
Citra Paradisha1, Tantowi Eko Prayogi2, Nandang2, Bagus Giarto2,
Achmad Kahfi Aminuddin1, R. Irvan Sophian1, Fikri Noor Azy1, and M.
Wachyudi Memed2
1
Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21,
45363, Bandung, Indonesia
2
Resource Center Groundwater and Environmental Geology, Geological Agency, Ministry of Energy and
Mineral Resources, Republic of Indonesia
Sari
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dan sekitarnya merupakan daerah padat dan berkembang
pesat. Pemukiman biasanya menyebabkan penurunan kualitas air tanah, terutama daerah penelitian
kami pada Cekungan Airtanah Jakarta, yang merupakan kota Metropolitan. Oleh karena itu, penelitian
dilakukan untuk memantau kualitas air di Jakarta Selatan, Depok, Bekasi dan daerah sekitarnya
sebagai bagian dari Cekungan Airtanah Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
campuran, yaitu observasi lapangan dan data sekunder. Pemantauan tingkat air tanah adalah dengan
mengukur dan mengamati kondisi sumur bor dan sumur gali, serta aspek lingkungan setempat.
Sampel diambil pada tahun 2015, dari 52 sumur bor dan digali untuk mengetahui kondisi kualitas air
tanah. Kualitas air seperti pH, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan elemen utama telah
dipantau dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Republik Nomor 907 / Menkes /
SK / VII / 2002. Dari hasil pengukuran kualitas air tanah, diperoleh nilai konduktivitas listrik 33-447
mikrodetik, nilai TDS 22-299 mg / L, nilai pH 5,6 - 11,5, ada 12 lokasi yang mengandung Fe lebih
dari 0,3 mg / L, 26 lokasi dengan mangan lebih dari 0,1 mg / L, tidak ada daerah dengan Na lebih dari
200 mg / L, tidak ada daerah dengan klorida lebih dari 250 mg / L, tidak ada daerah dengan sulfat
lebih dari 250 mg / L. Beberapa wilayah dari Cekungan Airtanah Jakarta memiliki komposisi kimia
yang melebihi standar keamanan air dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fluktuasi kadar
suatu unsur kimia dalam airtanah dipengaruhi oleh hal-hal seperti kontak antar batuan dan pengaruh
limbah domestik dan industri pada airtanah.
Kata kunci: air tanah, monitoring, Jakarta, kualitas, kuantitas
Abstract
Jakarta City as capital of Indonesia and its surroundings are an area of very dense and
growing rapidly. Settlements are usually causes decreasing in the quality of groundwater, especially
in our research area on Jakarta Groundwater Basin which is a Metropolitan City. Therefore, studies
are performed to monitor the water quality in South Jakarta, Depok, Bekasi and surrounding area as
a part of Jakarta Groundwater Basin.The research method used is mixed method, including field
observation and secondary data. Groundwater level monitoring is by measuring and observing the
condition of drilled wells and dugged wells, as well as aspects of the local environment. Samples were
taken on 2015 from 52 drilled wells and they are dugged to determine the qualtiy condition of the
groundwater. Water quality such as pH, electrical conductivity, total dissolved solids and major
element have been monitored and refered to the Decree of the Minister of Health, Republic of
Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002. Groundwater quality measurement resulted in obtaining
electrical conductivity value of 33 to 447 μS, TDS value of 22 – 299 mg/L, pH value of 5,6 – 11,5,
there are 12 locations that contain of Fe more than 0.3 mg/L, 26 locations with manganese more than
0.1 mg/L, there are no area with Na over 200 mg/L, there are no area with chloride more than 250
mg/L, there are no area with sulfate more than 250 mg/L. Some part of the Jakarta Groundwater
Basin have chemical compositions that exceed the safety standards of water from the Ministry of
Health. Fluctuations of the chemical element levels in groundwater are affected by such things like
the contacts between the rock and also caused by the influence of domestic and industrial waste.
Keywords: groundwater, monitoring, Jakarta, quality, quantity
I.
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan penting
bagi mahluk hidup serta berguna untuk
menjaga kelestarian lingkungan. Tingkat
ketergantungan air bagi suatu kegiatan
tinggi kadarnya adalah mangan (KEPMENKES
907 (2002)). Pentingnya penelitian air di
daerah Jakarta dikarenakan Jakarta merupan
ibukota dari Negara Republik Indonesia, yang
menjadi sorotan dunia dalam hal pendidikan,
Gambar 1. Peta Cekungan Air Tanah Jakarta
ditentukan oleh jumlah yang dapat disediakan
dan kesesuaian kualitas air yang dipasok.
Mengingat bahwa air
tanah merupakan
sumber utama bagi pemenuhan kebutuhan air
rumah tangga penduduk, dengan keadaan
seperti itu sangat diperlukan untuk diketahui
kandungan kimia dari air tanah tersebut. Air
tanah di daerah Cekungan Jakarta (lokasi
Cekungan Airtanah Jakarta seperti pada
gambar 1) sudah mengalami perubahan pH air.
Menurut data KEPMENKES 907 (2002) pH air
normal sebesar 6,5-8,5 sedangkan hasil
penelitian mendapatkan pH air daerah
penelitian berkisar antara 5,60-11,50. Airtanah
daerah penelitian tersebut telah tercemar oleh
zat kimia, dengan salah satu zat yang paling
kesejahteraan, lingkungan, keamanan dan lain
sebagainya. Apabila Daerah Ibukota ini tidak
diperhatikan dari salah satu aspek tersebut,
maka pandangan dunia terhadap Negara
Indonesia menjadi buruk. Maka dari itu,
dengan diadakannya penelitian ini diharapkan
bahwa kelestarian airtanah pada daerah
penelitian tetap terjaga dan dapat ditingkatkan,
serta menjadi tanggungjawab bagi semua
pihak.
II.
LOKASI PENELITIAN
Daerah penyelidikan berada pada wilayah
Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta area
IV meliputi beberapa daerah seperti Kota
Bekasi, Kotam Depok, Jakarta Timur dan
Jakarta Selatan, seperti yang terlihat pada
gambar 2. Secara geografis terletak pada
posisi 106º 48’ 29,69” - 107º 0’ 9.91”
Bujur Timur dan 06º 14’ 18.94” - 06º 26’
48.81” Lintang Selatan.
berkembang adalah material lepas-lepas
berupa endapan sedimen yang tidak
terlitifikasi.
Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik
landai menempati sekitar 60% dari total
seluruh wilayah penyelidikan. Kemiringan
Gambar 2. Peta Lokasi Daerah Penelitian
Secara geomorfologi, bentang alam pada
daerah penelitian terbagi menjadi tiga satuan
geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi
dataran aluvium, satuan geomorfologi
perbukitan vulkanik landai dan satuan
geomorfologi gunung api muda. Pola aliran
yang berkembang pada daerah penyelidikan
adalah pola aliran dendritik – sub parallel
dengan lembah sungai umumnya relatif
dalam berbentuk huruf U-V.
Satuan geomorfologi dataran alluvium
menempati sekitar 35 % pada daerah
penyelidikan, menyebar secara memanjang
mengikuti sungai-sungai besar yang ada.
Kemiringan lereng berkisar antara 0 – 7 %
termasuk ke dalam klasifikasi lereng darat –
agak landai (van Zuidam, 1985). Litologi yang
lereng berkisar antara 7
dalam klasifikasi lereng
1985). Litologi yang
material hasil vulkanik
halus – kasar.
– 15 % termasuk ke
landai (van Zuidam,
berkembang adalah
halus dengan butir
Satuan geomorfologi perbukitan gunung api
muda adalah satuan geomorfologi yang paling
sedikit dengan hanya menempati kira-kira 5 %
dari total daerah penyelidikan yang berlokasi
di daerah Depok. Kemiringan lereng berkisar
antara 5-10 % termasuk ke dalam klasifikasi
lereng agak landai – landai (van Zuidam,
1985). Litologi yang berkembang adalah
produk dari gunung api muda.
Gambar 3. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
Stratigrafi dan urutan litologi dari yang paling
tua hingga paling muda yang menyusun
daerah penelitian antara lain formasi serpong
(Tpss), yaitu perselingan konglomerat,
batupasir, batulanau dan batulempung dengan
sisa tanaman, konglomerat batuapung dan tuf
batuapung lalu terendapkan hasil batuan
gunung api muda (Qv), yaitu breksi, lahar, tuf
breksi, tuf batuapung berumur Plistosen, lalu
masih pada umur yang sama terendapkan
endapan kipas aluvium (Qav), yaitu tuf halus
berlapis, tuf pasiran berselingan dengan tuf
konglomerat dan endapan paling muda
aluvium (Qa), yaitu lempung, lanau, pasir,
kerikil, kerakal dan bongkah berumur Holosen
(Turkandi, 1992).
Kondisi hidrogeologi di daerah Jakarta
meliputi akuifer dengan aliran melalui ruang
antar butir, yaitu akuifer produktif dan luas
sebarannya, keterusan sedang, muka air
akuifer tertekan di bawah permukaan tanah
Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian
dan serahan sumur bor lebih dari 5 L/detik,
tetapi umumnya kurang dari 5 L/detik dan
akuifer produktif sedang dan luas sebarannya,
keterusan sedang sampai rendah, paras air
tanah beragam, debit sumur umumnya kurang
dari 5 L/detik.
Kondisi iklim daerah penyelidikan yang
meliputi beberapa daerah di wilayah DKI
Jakarta dan Jawa Barat berbeda-beda. Jakarta
Timur memiliki curah hujan rata-rata bulanan
dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai
1.880.664 jiwa, jumlah penduduk Jakarta
Selatan yang masuk dalam wilayah CAT
Jakarta area IV mencapai 1.081.395 jiwa,
jumlah penduduk Kota Bekasi yang masuk
dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai
815.790 jiwa, dan jumlah penduduk Kota
Depok yang masuk dalam wilayah CAT
Jakarta area IV mencapai 1.345.058 jiwa.
Berdasarkan data rencana pola ruang dari
Gambar 5. Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian
sebesar 239.1 mm dan hari hujan rata-rata
dalam sebulan adalah 17 hari, Jakarta Selatan
memiliki curah hujan rata-rata bulanan
sebesar 228.3 mm dan hari hujan rata-rata
dalam sebulan adalah 16.4 hari, dan Kota
Bekasi memiliki curah hujan rata-rata bulanan
sebesar 153 mm dan hari hujan rata-rata dalam
sebulan adalah 12.75 hari.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2013,
jumlah penduduk Jakarta Timur yang masuk
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 20112030, tataguna lahan di daerah penelitian
digunakan sebagai pemukiman penduduk,
industri, permukiman, serta beban struktur
bangunan mulai dari mall, apartemen, hotel,
hingga jalan raya. Selain itu digunakan juga
sebagai perkantoran, pesawahan, perkebunan
dan fasilitas umum lainnya.
III.
METODE
Metode penelitian yang digunakan merupakan
metode pengambilan data lapangan, yaitu
dengan menggunakan data observasi lapangan
dan data sekunder. Metode yang digunakan
untuk kegiatan pemantauan kualitas air tanah
Cekungan Air Tanah Jakarta area IV ini adalah
pengukuran daya hantar listrik (DHL), TDS,
dan suhu air tanah pada sumur penyelidikan
dengan menggunakan Electrical Conductivity
Meter, serta mengukur derajat keasaman (pH)
dengan menggunakan pH meter. Pengambilan
sampel air untuk keperluan analisis kimia air
diuji di laboratorium, analisis kimia air hasil
laboratorium dan analisis data sekunder yang
ada. Pemantauan kualitas air mengacu pada
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002. Untuk analisis
menggunakan diagram piper untuk mengetahui
fasies air tanah di lokasi penelitian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air minum, kualitas air tanah dapat diketahui
dengan menggunakan unsur kimia dan fisika.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakter
fisik dari air tanah yang ada di daerah penelitian
dengan parameter fisik air tanah yang diukur di
lapangan sebagai berikut : temperatur (ºC), pH
yaitu derajat keasaman dimana air yang bersifat
asam memiliki pH <7 dan air yang bersifat
basa memiliki pH >7, zat padat terlarut (TDS),
daya hantar listrik (DHL) merupakan ukuran
kemampuan suatu zat menghantarkan arus
listrik dalam temperatur tertentu yang
dinyatakan dalam micro omhs per centimeter.
Aspek-aspek tersebut diukur langsung dilokasi
dengan menggunakan pH meter dan Electrical
Conductivity Meter.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan
bahwa nilai zat padat terlarut (TDS) daerah
penyelidikan memiliki kisaran nilai 36 – 300
mg/L. Hal tersebut masih memenuhi standar
kadar maksimum Zat Padat Terlarut (TDS)
1000 mg/L (KEPMENKES 907, 2002) dan
termasuk ke dalam kategori fresh water 0-1000
mg/L (Freeze dan Cheery, 1979).
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa
nilai pH daerah penyelidikan berkisar antara
5,60-11,50, sedangkan kadar maksimum pH
Gambar 6. Peta Lokasi Sumur Pengamatan
menurut KEPMENKES 907 (2002) adalah
sebesar 6,5-8,5. Dari hasil analisis air
didapatkan beberapa nilai diatas dan dibawah
kadar yang telah ditentukan yaitu pada titik D2,
D3, D4, D5, D10, D11, D12, D13, D15, D16,
D18, D19, D20, D21, D24, D29, D34 dan D39.
Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah
Penelitian
Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah Penelitian
Tabel 1. Data Pengukuran Parameter Fisik Air Tanah di Beberapa Sumur
Sedangkan nilai daya hantar listrik (DHL)
daerah penelitian antara 33-447 µS dan menurut
Mandel (1981) masih tergolong kategori fresh
water (30 – 2000 µS) dan suhu antara 26,732,8 ºC.
Hasil uji laboratorium juga menunjukkan
beberapa unsur kimia yang terdapat pada air
tanah daerah penelitian seperti Mg, Ca, Na, K,
Cl, SO4, Fe, Mn, HCO3 dan lain sebagainya.
Berdasarkan KEPMENKES 907 (2002), nilai
maksimum besi adalah 0,3 mg/L, karena
apabila lebih dari itu maka akan
mengakibatkan korosif dan warna kuning pada
air. Titik-titik seperti D2, D7, D17, D22, D25,
D27, D33, D36, D43, D45, D47 dan D51
memiliki nilai besi diatas 0,3 mg/L, seperti pada
gambar 7.
Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah Penelitian
Gambar 8. Diagram Kadar Mangan Daerah Penelitian
Gambar 4.2. Diagram Kadar Mangan Daerah
Penelitian
Kadar mangan (Mn) tinggi menimbulkan racun
yang dapat merusak kesehatan tubuh.
Berdasarkan KEPMENKES 907 (2002), nilai
maksimum mangan adalah 0,1 mg/L. Titik-titik
seperti D2,D3, D5, D6, D9, D10, D11, D13,
D16, D17, D18, D19, D20, S25, D27, D29,
D30, D32, D34, D36, D43, D45, D47, D48,
D50, dan D51 memiliki nilai mangan diatas 0,1
Gambar 9. Peta Kualitas Air Tanah Dangkal
mg/L, seperti pada gambar 8.
di kelurahan Ciracas.
Dari data diatas, dapat dibuat peta zonasi lokasi
kualitas air tanah yang dibedakan menjadi
kualitas air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Pemisahan air tanah dangkal dan air tanah
dalam didasarkan pada jenis sumur yang ada,
air tanah dangkal diidentifikasi dengan
menggunakan sumur gali dan sumur pantek
karena kedalaman sumur yang relatif dangkal,
sedangkan air tanah dalam diidentifikasi
dengan menggunakan sumur pantau dan sumur
bor produksi dikarenakan kedalaman sumur
yang relatif dalam.
Dari peta air tanah dalam (Gambar 10),
beberapa lokasi tidak memenuhi standar
MENKES seperti di wilayah Kota Depok yaitu
pada daerah Tugu, Sukamaju dan Jatikarya.
Daerah Kota Bekasi seperti Jatikarya dan
Rawalumbu. Wilayah DKI Jakarta seperti
Pasar Rebo, Jagakarsa, Ciracas dan Lebak
Bulus.
Dari peta air tanah dangkal (Gambar 9),
beberapa lokasi tidak memenuhi standar
MENKES seperti di wilayah Kota Depok yaitu
pada daerah Sukatani, Jatijajar, Sukamaju,
Arjamukti, Buktijaya dan Tapos. Daerah
Kota
Bekasi seperti Jatikarya, Jatiasih,
Jatiraden,
Jatirangga,
Jatirawa
dan
Jatiwaringin. Wilayah DKI Jakarta seperti
Pasar Minggu, Jagakarsa dan beberapa tempat
Pada tahun 2014, beberapa titik di daerah
penelitian telah diteliti Badan Pusat Airtanah
dan Geologi Lingkungan oleh Firman,dkk.
Namun terjadi perubahan kandungan air tanah
pada titik-titik penelitian yang sama.
Perbandingan kandungan air tanah akan
ditunjukkan pada tabel 2.
Naik turunnya nilai kadar suatu unsur dalam
air tanah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
kontak antara air tanah terhadap batuan serta
bisa juga diakibatkan karena adanya pengaruh
dari aktivitas industri.
Gambar 10. Peta Kualitas Air Tanah Dalam
Tabel 2. Perbandingan Unsur yang Tidak Memenuhi Standar dengan Peneliti Terdahulu pada Daerah Penelitian
Diagram Piper digunakan untuk mengetahui
fasies air tanah agar jenis air tanah yang ada
pada daerah penelitian dapat diidentifikasi
seperti pada gambar 11.
Dari hasil analisis kimia air tanah daerah
penelitian, diperoleh delapan fasies (seperti
Ca, HCO3
(Kalsium bikarbonat) yang
menempati sekitar 6% dari total daerah
penelitian, fasies Ca, Cl (Kalsium Klorida)
yang menempati sekitar 10% dari total daerah
penelitian, fasies Ca, SO4 (Kalsium Sulfat)
yang menempati sekitar 15% dari total daerah
Gambar 11. Diagram Piper Daerah Penelitian
terlihat pada gambar 12 dan 13), yaitu fasies
penelitian, fasies Mg, HCO3
(Magnesium
Bikarbonat) yang menempati sekitar 25% dari
total daerah penelitian, fasies
Mg,
Cl
(Magnesium Klorida) yang menempati sekitar
23% dari total daerah penelitian, fasies Na,
HCO3 (Natrium Bikarbonat) yang menempati
sekitar 8% dari total daerah penelitian, fasies
Na, Mg Cl (Natrium Magnesium Klorida) yang
menempati sekitar 9% dari total daerah
penelitian, dan fasies Ca, Mg HCO3 (Kalsium
Magnesium Bikarbonat) yang menempati
sekitar 5% dari total daerah penelitian.
V.
KESIMPULAN
Dari hasil uji lapangan dan uji laboratorium
yang telah dilakukan, didapatkan data-data
sifat fisik air tanah antara lain nilai pH antara
(5,60 – 11,50), temperatur atau suhu sebesar
(26,7 – 32,8 °C), nilai daya hantar listrik
(DHL) memiliki nilai (33 – 447 µS) dan nilai
zat padat terlarut (TDS) memiliki nilai (22 –
299 mg/L).
Mengacu pada KEPMENKES 907 tahun 2002,
kualitas air pada wilayah Cekungan Air Tanah
(CAT) Jakarta area IV beberapa daerah
memiliki kualitas air tanah yang tidak
memenuhi standar seperti di wilayah Kota
Depok yaitu pada daerah Jatijajar, Pondok
Cina, Tugu, Arjamukti, Buktijaya, Tirtajaya,
Sukamaju, Sukatani dan Cibubur. Daerah Kota
Bekasi seperti daerah Bojong, Kemang,
Jatikarya, Jatiasih, Jatiraden, Jatirangga,
Gambar 12. Peta Fasies Air Tanah Dangkal Daerah Penelitian
Gambar 13. Peta Fasies Air Tanah Dalam Daerah Penelitian
Jatirawa dan Jatiwaringin. Wilayah DKI
Jakarta seperti daerah Pasar Minggu, Pasar
Rebo, Jagakarsa dan beberapa tempat di
kelurahan Ciracas.
Hasil Diagram Piper menunjukkan fasies
kimia air tanah dapat dikelompokkan menjadi
delapan fasies, yaitu fasies Ca, HCO3
(Kalsium Bikarbonat), fasies Ca, Cl (Kalsium
Klorida), fasies Ca, SO4 (Kalsium Sulfat),
fasies Mg, HCO3 (Magnesium Bikarbonat),
fasies Mg, Cl (Magnesium Klorida), fasies Na,
HCO3 (Natrium Bikarbonat), fasies Na, Mg Cl
(Natrium Magnesium Klorida) dan fasies Ca,
Mg HCO3 (Kalsium Magnesium Bikarbonat).
VI.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Balai Konservasi
Airtanah, Pusat Airtanah dan Geologi
Lingkungan, Badan Geologi, Kementiran
ESDM yang telah membiming dan membiayai
penelitian kami, Pak Irvan Sophian selaku
dosen pembimbing kami, HMG dan Fakultas
Teknik Geologi Universitas Padjadjaran yang
selalu mendukung kami serta berbagai pihak
lain yang telah membantu dalam penyusunan
paper ini, serta tidak lupa juga ucapan
terimakasih
kepada
PAAI
sebagai
penyelenggara acara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Menteri
Kesehatan republik Indonesia :
Jakarta.
Anonim. 2014. Jakarta Selatan dalam Angka.
Badan Pusat Statistik : Jakarta.
Anonim. 2014. Jakarta Timur dalam Angka.
Badan Pusat Statistik : Jakarta.
Anonim. 2014. Kabupaten Bekasi dalam
Angka. Badan Pusat Statistik :
Bekasi.
Anonim. 2014. Kota Depok dalam Angka.
Badan Pusat Statistik : Depok.
Anonim. 2016. Cekungan Air Tanah Jakarta
Kritis.
http://www.esdm.go.id/berita/42geologi/2749-cekungan-air-tanahjakarta-kritis. Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
Diunduh pada tanggal 03
November 2016.
Anonim. 2016. Peta Cekungan Air Tanah
Jakarta.
http://www.esdm.go.id/images/stori
es/cat%20JKT.jpg. Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Diunduh pada tanggal 03
November 2016.
Freeze & Cherry, 1979. Groundwater
Hydrology. Prentice-Hall : New
Jersey.
Mandel, S., and Shiftan, Z. L. 1981.
Groundwater Resources:
Investigation and Development.
Academic Press : New York.
Soekardi, R. 1986. Peta Hidrogeologi
Indonesia, skala 1 : 250.000
Lembar I – Jakarta, Jawa.
Direktorat Geologi Tata
Lingkungan : Bandung.
Turkandi, Sidarto, D.A. Agustiyanto dan M.M.
Purbo Hadiwidjoyo. 1992. Peta
Geologi Bersistem Indonesia
Lembar Jakarta dan Kepulauan
Seribu, Jawa, Skala 1 : 100.000.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi : Bandung.
van Zuidam, R.A., 1985 , Areal Photo
interpretation in Terrain Analysis
and Geomorphologic Mapping, The
Hague.
Download