Pemantauan Kualitas Airtanah pada Cekungan Airtanah Jakarta, Indonesia Groundwater Quality Monitoring of Jakarta Groundwater Basin, Indonesia Citra Paradisha1, Tantowi Eko Prayogi2, Nandang2, Bagus Giarto2, Achmad Kahfi Aminuddin1, R. Irvan Sophian1, Fikri Noor Azy1, and M. Wachyudi Memed2 1 Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21, 45363, Bandung, Indonesia 2 Resource Center Groundwater and Environmental Geology, Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources, Republic of Indonesia Sari Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dan sekitarnya merupakan daerah padat dan berkembang pesat. Pemukiman biasanya menyebabkan penurunan kualitas air tanah, terutama daerah penelitian kami pada Cekungan Airtanah Jakarta, yang merupakan kota Metropolitan. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk memantau kualitas air di Jakarta Selatan, Depok, Bekasi dan daerah sekitarnya sebagai bagian dari Cekungan Airtanah Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran, yaitu observasi lapangan dan data sekunder. Pemantauan tingkat air tanah adalah dengan mengukur dan mengamati kondisi sumur bor dan sumur gali, serta aspek lingkungan setempat. Sampel diambil pada tahun 2015, dari 52 sumur bor dan digali untuk mengetahui kondisi kualitas air tanah. Kualitas air seperti pH, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan elemen utama telah dipantau dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Republik Nomor 907 / Menkes / SK / VII / 2002. Dari hasil pengukuran kualitas air tanah, diperoleh nilai konduktivitas listrik 33-447 mikrodetik, nilai TDS 22-299 mg / L, nilai pH 5,6 - 11,5, ada 12 lokasi yang mengandung Fe lebih dari 0,3 mg / L, 26 lokasi dengan mangan lebih dari 0,1 mg / L, tidak ada daerah dengan Na lebih dari 200 mg / L, tidak ada daerah dengan klorida lebih dari 250 mg / L, tidak ada daerah dengan sulfat lebih dari 250 mg / L. Beberapa wilayah dari Cekungan Airtanah Jakarta memiliki komposisi kimia yang melebihi standar keamanan air dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fluktuasi kadar suatu unsur kimia dalam airtanah dipengaruhi oleh hal-hal seperti kontak antar batuan dan pengaruh limbah domestik dan industri pada airtanah. Kata kunci: air tanah, monitoring, Jakarta, kualitas, kuantitas Abstract Jakarta City as capital of Indonesia and its surroundings are an area of very dense and growing rapidly. Settlements are usually causes decreasing in the quality of groundwater, especially in our research area on Jakarta Groundwater Basin which is a Metropolitan City. Therefore, studies are performed to monitor the water quality in South Jakarta, Depok, Bekasi and surrounding area as a part of Jakarta Groundwater Basin.The research method used is mixed method, including field observation and secondary data. Groundwater level monitoring is by measuring and observing the condition of drilled wells and dugged wells, as well as aspects of the local environment. Samples were taken on 2015 from 52 drilled wells and they are dugged to determine the qualtiy condition of the groundwater. Water quality such as pH, electrical conductivity, total dissolved solids and major element have been monitored and refered to the Decree of the Minister of Health, Republic of Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002. Groundwater quality measurement resulted in obtaining electrical conductivity value of 33 to 447 μS, TDS value of 22 – 299 mg/L, pH value of 5,6 – 11,5, there are 12 locations that contain of Fe more than 0.3 mg/L, 26 locations with manganese more than 0.1 mg/L, there are no area with Na over 200 mg/L, there are no area with chloride more than 250 mg/L, there are no area with sulfate more than 250 mg/L. Some part of the Jakarta Groundwater Basin have chemical compositions that exceed the safety standards of water from the Ministry of Health. Fluctuations of the chemical element levels in groundwater are affected by such things like the contacts between the rock and also caused by the influence of domestic and industrial waste. Keywords: groundwater, monitoring, Jakarta, quality, quantity I. PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan penting bagi mahluk hidup serta berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan. Tingkat ketergantungan air bagi suatu kegiatan tinggi kadarnya adalah mangan (KEPMENKES 907 (2002)). Pentingnya penelitian air di daerah Jakarta dikarenakan Jakarta merupan ibukota dari Negara Republik Indonesia, yang menjadi sorotan dunia dalam hal pendidikan, Gambar 1. Peta Cekungan Air Tanah Jakarta ditentukan oleh jumlah yang dapat disediakan dan kesesuaian kualitas air yang dipasok. Mengingat bahwa air tanah merupakan sumber utama bagi pemenuhan kebutuhan air rumah tangga penduduk, dengan keadaan seperti itu sangat diperlukan untuk diketahui kandungan kimia dari air tanah tersebut. Air tanah di daerah Cekungan Jakarta (lokasi Cekungan Airtanah Jakarta seperti pada gambar 1) sudah mengalami perubahan pH air. Menurut data KEPMENKES 907 (2002) pH air normal sebesar 6,5-8,5 sedangkan hasil penelitian mendapatkan pH air daerah penelitian berkisar antara 5,60-11,50. Airtanah daerah penelitian tersebut telah tercemar oleh zat kimia, dengan salah satu zat yang paling kesejahteraan, lingkungan, keamanan dan lain sebagainya. Apabila Daerah Ibukota ini tidak diperhatikan dari salah satu aspek tersebut, maka pandangan dunia terhadap Negara Indonesia menjadi buruk. Maka dari itu, dengan diadakannya penelitian ini diharapkan bahwa kelestarian airtanah pada daerah penelitian tetap terjaga dan dapat ditingkatkan, serta menjadi tanggungjawab bagi semua pihak. II. LOKASI PENELITIAN Daerah penyelidikan berada pada wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta area IV meliputi beberapa daerah seperti Kota Bekasi, Kotam Depok, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, seperti yang terlihat pada gambar 2. Secara geografis terletak pada posisi 106º 48’ 29,69” - 107º 0’ 9.91” Bujur Timur dan 06º 14’ 18.94” - 06º 26’ 48.81” Lintang Selatan. berkembang adalah material lepas-lepas berupa endapan sedimen yang tidak terlitifikasi. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik landai menempati sekitar 60% dari total seluruh wilayah penyelidikan. Kemiringan Gambar 2. Peta Lokasi Daerah Penelitian Secara geomorfologi, bentang alam pada daerah penelitian terbagi menjadi tiga satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi dataran aluvium, satuan geomorfologi perbukitan vulkanik landai dan satuan geomorfologi gunung api muda. Pola aliran yang berkembang pada daerah penyelidikan adalah pola aliran dendritik – sub parallel dengan lembah sungai umumnya relatif dalam berbentuk huruf U-V. Satuan geomorfologi dataran alluvium menempati sekitar 35 % pada daerah penyelidikan, menyebar secara memanjang mengikuti sungai-sungai besar yang ada. Kemiringan lereng berkisar antara 0 – 7 % termasuk ke dalam klasifikasi lereng darat – agak landai (van Zuidam, 1985). Litologi yang lereng berkisar antara 7 dalam klasifikasi lereng 1985). Litologi yang material hasil vulkanik halus – kasar. – 15 % termasuk ke landai (van Zuidam, berkembang adalah halus dengan butir Satuan geomorfologi perbukitan gunung api muda adalah satuan geomorfologi yang paling sedikit dengan hanya menempati kira-kira 5 % dari total daerah penyelidikan yang berlokasi di daerah Depok. Kemiringan lereng berkisar antara 5-10 % termasuk ke dalam klasifikasi lereng agak landai – landai (van Zuidam, 1985). Litologi yang berkembang adalah produk dari gunung api muda. Gambar 3. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian Stratigrafi dan urutan litologi dari yang paling tua hingga paling muda yang menyusun daerah penelitian antara lain formasi serpong (Tpss), yaitu perselingan konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung dengan sisa tanaman, konglomerat batuapung dan tuf batuapung lalu terendapkan hasil batuan gunung api muda (Qv), yaitu breksi, lahar, tuf breksi, tuf batuapung berumur Plistosen, lalu masih pada umur yang sama terendapkan endapan kipas aluvium (Qav), yaitu tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan dengan tuf konglomerat dan endapan paling muda aluvium (Qa), yaitu lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah berumur Holosen (Turkandi, 1992). Kondisi hidrogeologi di daerah Jakarta meliputi akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, yaitu akuifer produktif dan luas sebarannya, keterusan sedang, muka air akuifer tertekan di bawah permukaan tanah Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian dan serahan sumur bor lebih dari 5 L/detik, tetapi umumnya kurang dari 5 L/detik dan akuifer produktif sedang dan luas sebarannya, keterusan sedang sampai rendah, paras air tanah beragam, debit sumur umumnya kurang dari 5 L/detik. Kondisi iklim daerah penyelidikan yang meliputi beberapa daerah di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat berbeda-beda. Jakarta Timur memiliki curah hujan rata-rata bulanan dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai 1.880.664 jiwa, jumlah penduduk Jakarta Selatan yang masuk dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai 1.081.395 jiwa, jumlah penduduk Kota Bekasi yang masuk dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai 815.790 jiwa, dan jumlah penduduk Kota Depok yang masuk dalam wilayah CAT Jakarta area IV mencapai 1.345.058 jiwa. Berdasarkan data rencana pola ruang dari Gambar 5. Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian sebesar 239.1 mm dan hari hujan rata-rata dalam sebulan adalah 17 hari, Jakarta Selatan memiliki curah hujan rata-rata bulanan sebesar 228.3 mm dan hari hujan rata-rata dalam sebulan adalah 16.4 hari, dan Kota Bekasi memiliki curah hujan rata-rata bulanan sebesar 153 mm dan hari hujan rata-rata dalam sebulan adalah 12.75 hari. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2013, jumlah penduduk Jakarta Timur yang masuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 20112030, tataguna lahan di daerah penelitian digunakan sebagai pemukiman penduduk, industri, permukiman, serta beban struktur bangunan mulai dari mall, apartemen, hotel, hingga jalan raya. Selain itu digunakan juga sebagai perkantoran, pesawahan, perkebunan dan fasilitas umum lainnya. III. METODE Metode penelitian yang digunakan merupakan metode pengambilan data lapangan, yaitu dengan menggunakan data observasi lapangan dan data sekunder. Metode yang digunakan untuk kegiatan pemantauan kualitas air tanah Cekungan Air Tanah Jakarta area IV ini adalah pengukuran daya hantar listrik (DHL), TDS, dan suhu air tanah pada sumur penyelidikan dengan menggunakan Electrical Conductivity Meter, serta mengukur derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter. Pengambilan sampel air untuk keperluan analisis kimia air diuji di laboratorium, analisis kimia air hasil laboratorium dan analisis data sekunder yang ada. Pemantauan kualitas air mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002. Untuk analisis menggunakan diagram piper untuk mengetahui fasies air tanah di lokasi penelitian. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, kualitas air tanah dapat diketahui dengan menggunakan unsur kimia dan fisika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakter fisik dari air tanah yang ada di daerah penelitian dengan parameter fisik air tanah yang diukur di lapangan sebagai berikut : temperatur (ºC), pH yaitu derajat keasaman dimana air yang bersifat asam memiliki pH <7 dan air yang bersifat basa memiliki pH >7, zat padat terlarut (TDS), daya hantar listrik (DHL) merupakan ukuran kemampuan suatu zat menghantarkan arus listrik dalam temperatur tertentu yang dinyatakan dalam micro omhs per centimeter. Aspek-aspek tersebut diukur langsung dilokasi dengan menggunakan pH meter dan Electrical Conductivity Meter. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai zat padat terlarut (TDS) daerah penyelidikan memiliki kisaran nilai 36 – 300 mg/L. Hal tersebut masih memenuhi standar kadar maksimum Zat Padat Terlarut (TDS) 1000 mg/L (KEPMENKES 907, 2002) dan termasuk ke dalam kategori fresh water 0-1000 mg/L (Freeze dan Cheery, 1979). Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa nilai pH daerah penyelidikan berkisar antara 5,60-11,50, sedangkan kadar maksimum pH Gambar 6. Peta Lokasi Sumur Pengamatan menurut KEPMENKES 907 (2002) adalah sebesar 6,5-8,5. Dari hasil analisis air didapatkan beberapa nilai diatas dan dibawah kadar yang telah ditentukan yaitu pada titik D2, D3, D4, D5, D10, D11, D12, D13, D15, D16, D18, D19, D20, D21, D24, D29, D34 dan D39. Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah Penelitian Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah Penelitian Tabel 1. Data Pengukuran Parameter Fisik Air Tanah di Beberapa Sumur Sedangkan nilai daya hantar listrik (DHL) daerah penelitian antara 33-447 µS dan menurut Mandel (1981) masih tergolong kategori fresh water (30 – 2000 µS) dan suhu antara 26,732,8 ºC. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan beberapa unsur kimia yang terdapat pada air tanah daerah penelitian seperti Mg, Ca, Na, K, Cl, SO4, Fe, Mn, HCO3 dan lain sebagainya. Berdasarkan KEPMENKES 907 (2002), nilai maksimum besi adalah 0,3 mg/L, karena apabila lebih dari itu maka akan mengakibatkan korosif dan warna kuning pada air. Titik-titik seperti D2, D7, D17, D22, D25, D27, D33, D36, D43, D45, D47 dan D51 memiliki nilai besi diatas 0,3 mg/L, seperti pada gambar 7. Gambar 7. Diagram Kadar Besi Daerah Penelitian Gambar 8. Diagram Kadar Mangan Daerah Penelitian Gambar 4.2. Diagram Kadar Mangan Daerah Penelitian Kadar mangan (Mn) tinggi menimbulkan racun yang dapat merusak kesehatan tubuh. Berdasarkan KEPMENKES 907 (2002), nilai maksimum mangan adalah 0,1 mg/L. Titik-titik seperti D2,D3, D5, D6, D9, D10, D11, D13, D16, D17, D18, D19, D20, S25, D27, D29, D30, D32, D34, D36, D43, D45, D47, D48, D50, dan D51 memiliki nilai mangan diatas 0,1 Gambar 9. Peta Kualitas Air Tanah Dangkal mg/L, seperti pada gambar 8. di kelurahan Ciracas. Dari data diatas, dapat dibuat peta zonasi lokasi kualitas air tanah yang dibedakan menjadi kualitas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Pemisahan air tanah dangkal dan air tanah dalam didasarkan pada jenis sumur yang ada, air tanah dangkal diidentifikasi dengan menggunakan sumur gali dan sumur pantek karena kedalaman sumur yang relatif dangkal, sedangkan air tanah dalam diidentifikasi dengan menggunakan sumur pantau dan sumur bor produksi dikarenakan kedalaman sumur yang relatif dalam. Dari peta air tanah dalam (Gambar 10), beberapa lokasi tidak memenuhi standar MENKES seperti di wilayah Kota Depok yaitu pada daerah Tugu, Sukamaju dan Jatikarya. Daerah Kota Bekasi seperti Jatikarya dan Rawalumbu. Wilayah DKI Jakarta seperti Pasar Rebo, Jagakarsa, Ciracas dan Lebak Bulus. Dari peta air tanah dangkal (Gambar 9), beberapa lokasi tidak memenuhi standar MENKES seperti di wilayah Kota Depok yaitu pada daerah Sukatani, Jatijajar, Sukamaju, Arjamukti, Buktijaya dan Tapos. Daerah Kota Bekasi seperti Jatikarya, Jatiasih, Jatiraden, Jatirangga, Jatirawa dan Jatiwaringin. Wilayah DKI Jakarta seperti Pasar Minggu, Jagakarsa dan beberapa tempat Pada tahun 2014, beberapa titik di daerah penelitian telah diteliti Badan Pusat Airtanah dan Geologi Lingkungan oleh Firman,dkk. Namun terjadi perubahan kandungan air tanah pada titik-titik penelitian yang sama. Perbandingan kandungan air tanah akan ditunjukkan pada tabel 2. Naik turunnya nilai kadar suatu unsur dalam air tanah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kontak antara air tanah terhadap batuan serta bisa juga diakibatkan karena adanya pengaruh dari aktivitas industri. Gambar 10. Peta Kualitas Air Tanah Dalam Tabel 2. Perbandingan Unsur yang Tidak Memenuhi Standar dengan Peneliti Terdahulu pada Daerah Penelitian Diagram Piper digunakan untuk mengetahui fasies air tanah agar jenis air tanah yang ada pada daerah penelitian dapat diidentifikasi seperti pada gambar 11. Dari hasil analisis kimia air tanah daerah penelitian, diperoleh delapan fasies (seperti Ca, HCO3 (Kalsium bikarbonat) yang menempati sekitar 6% dari total daerah penelitian, fasies Ca, Cl (Kalsium Klorida) yang menempati sekitar 10% dari total daerah penelitian, fasies Ca, SO4 (Kalsium Sulfat) yang menempati sekitar 15% dari total daerah Gambar 11. Diagram Piper Daerah Penelitian terlihat pada gambar 12 dan 13), yaitu fasies penelitian, fasies Mg, HCO3 (Magnesium Bikarbonat) yang menempati sekitar 25% dari total daerah penelitian, fasies Mg, Cl (Magnesium Klorida) yang menempati sekitar 23% dari total daerah penelitian, fasies Na, HCO3 (Natrium Bikarbonat) yang menempati sekitar 8% dari total daerah penelitian, fasies Na, Mg Cl (Natrium Magnesium Klorida) yang menempati sekitar 9% dari total daerah penelitian, dan fasies Ca, Mg HCO3 (Kalsium Magnesium Bikarbonat) yang menempati sekitar 5% dari total daerah penelitian. V. KESIMPULAN Dari hasil uji lapangan dan uji laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan data-data sifat fisik air tanah antara lain nilai pH antara (5,60 – 11,50), temperatur atau suhu sebesar (26,7 – 32,8 °C), nilai daya hantar listrik (DHL) memiliki nilai (33 – 447 µS) dan nilai zat padat terlarut (TDS) memiliki nilai (22 – 299 mg/L). Mengacu pada KEPMENKES 907 tahun 2002, kualitas air pada wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta area IV beberapa daerah memiliki kualitas air tanah yang tidak memenuhi standar seperti di wilayah Kota Depok yaitu pada daerah Jatijajar, Pondok Cina, Tugu, Arjamukti, Buktijaya, Tirtajaya, Sukamaju, Sukatani dan Cibubur. Daerah Kota Bekasi seperti daerah Bojong, Kemang, Jatikarya, Jatiasih, Jatiraden, Jatirangga, Gambar 12. Peta Fasies Air Tanah Dangkal Daerah Penelitian Gambar 13. Peta Fasies Air Tanah Dalam Daerah Penelitian Jatirawa dan Jatiwaringin. Wilayah DKI Jakarta seperti daerah Pasar Minggu, Pasar Rebo, Jagakarsa dan beberapa tempat di kelurahan Ciracas. Hasil Diagram Piper menunjukkan fasies kimia air tanah dapat dikelompokkan menjadi delapan fasies, yaitu fasies Ca, HCO3 (Kalsium Bikarbonat), fasies Ca, Cl (Kalsium Klorida), fasies Ca, SO4 (Kalsium Sulfat), fasies Mg, HCO3 (Magnesium Bikarbonat), fasies Mg, Cl (Magnesium Klorida), fasies Na, HCO3 (Natrium Bikarbonat), fasies Na, Mg Cl (Natrium Magnesium Klorida) dan fasies Ca, Mg HCO3 (Kalsium Magnesium Bikarbonat). VI. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Balai Konservasi Airtanah, Pusat Airtanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi, Kementiran ESDM yang telah membiming dan membiayai penelitian kami, Pak Irvan Sophian selaku dosen pembimbing kami, HMG dan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran yang selalu mendukung kami serta berbagai pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan paper ini, serta tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada PAAI sebagai penyelenggara acara ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Menteri Kesehatan republik Indonesia : Jakarta. Anonim. 2014. Jakarta Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik : Jakarta. Anonim. 2014. Jakarta Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik : Jakarta. Anonim. 2014. Kabupaten Bekasi dalam Angka. Badan Pusat Statistik : Bekasi. Anonim. 2014. Kota Depok dalam Angka. Badan Pusat Statistik : Depok. Anonim. 2016. Cekungan Air Tanah Jakarta Kritis. http://www.esdm.go.id/berita/42geologi/2749-cekungan-air-tanahjakarta-kritis. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Diunduh pada tanggal 03 November 2016. Anonim. 2016. Peta Cekungan Air Tanah Jakarta. http://www.esdm.go.id/images/stori es/cat%20JKT.jpg. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Diunduh pada tanggal 03 November 2016. Freeze & Cherry, 1979. Groundwater Hydrology. Prentice-Hall : New Jersey. Mandel, S., and Shiftan, Z. L. 1981. Groundwater Resources: Investigation and Development. Academic Press : New York. Soekardi, R. 1986. Peta Hidrogeologi Indonesia, skala 1 : 250.000 Lembar I – Jakarta, Jawa. Direktorat Geologi Tata Lingkungan : Bandung. Turkandi, Sidarto, D.A. Agustiyanto dan M.M. Purbo Hadiwidjoyo. 1992. Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung. van Zuidam, R.A., 1985 , Areal Photo interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping, The Hague.