BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian,
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan dengan kegiatan lain, sebagai contoh,
kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum. Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan yang terkandung
dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem dan kehidupan yang
ada didalamnya.
I.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah tentang kualitas air tanah
yaitu agar kita mengetahui tentang kualitas air tanah, baik itu berupa faktor yang
mempengaruhi kualitas air tanah, kandungan kimia yang terdapat dalam air mapun
sifat fisiknya.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Kualitas air tanah
II.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Airtanah
Secara kuantitas airtanah di bumi sangat melimpah, namun kualitasnya relatif
menurun. Air yang dikonsumsi manusia sehari-hari harus memenuhi standar kualitas
kesehatan menurut WHO dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut
Todd (1980), tipe dan kadar airtanah dipengaruhi oleh asal airtanah, gerakan dan
lingkungan. Pada umumnya airtanah mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lebih
tinggi dari air permukaan, sebagai akibat banyaknya dijumpai material yang mudah
larut pada lapisan (formasi) geologi. Faktor yang mempengaruhi kualitas airtanah,
antara lain adalah:
1) Asal airtanah:
a. Batuan volkanik, yang mengandung Fe,S >>
b. Batuan karbonat, yang mengandung Ca >>
2) Gerakan/aliran
3) Lingkungan:
a. Macam tanah
b. Batuan
Kualitas airtanah dipandang sebagai sistem yang terdiri dari 3 komponen atau
subsistem (Angelen, 1981):
1) Material yang dilewati airtanah(macam tanah atau batuan), tergantung pada
pola atau pori, komposisi kimia, dan keisotropisan.
2) Aliran, yang meliputi aliran laminer, turbulen, konveksi, dispersi, dan difusi.
3) Perubahan secara fisik, kimia dan biologi.
Adapun perubahan kualitas airtanah dipengaruhi atau tergantung pada:
a. Densitas
b. Lokasi
c. Ruang dan waktu
d. Ragam pengaliran
e. Perubahan proses fisik, kimia dan biologis
V.2.2 Sifat Fisis, Kimia dan Biologis Airtanah
Sifat fisik airtanah antara lain sebagai berikut:
1) Warna: disebabkan oleh zat terlarut dalam air maupun yang tidak terlarut
dalam air. Tes warna menggunakan skala Pt/Co.
2) Bau dan rasa: bau disebabkan oleh gas-gas yang terlarut, sedangkan rasa
disebabkan oleh garam terlarut.
3) Kekeruhan: disebabkan oleh kandungan zat yang tidak terlarut (koloid).
Terdiri dari lanau lempung, zat organik, atau mikroorgan-isme. Alat ukurnya:
Turbidimeter dalam satuan NTU (Number Turbidimeter Unit).
4) Kekentalan: dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung di dalamnya,
semakin banyak akan semakin kental. Faktor yang mempengaruhi tingkat
kekentalan adalah cuaca, suhu, jumlah partikel terlarut, dan kadar garam.
Sifat kimia meliputi kegaraman, pH, kesadahan, dan pertukaran ion.
Kegaraman/jumlah garam terlarut (Total Disolved Solid) adalah jumlah konsentrasi
garam yang terkandung di dalam air. Keasaman (pH) ditentukan dengan alat pH
meter. Air yang asam mempunyai pH 7, bersifat mudah melarutkan besi. Air yang
basa mempunyai nilai pH 7, air yang mengandung garam Ca dan Mg karbonat,
bikarbonat tinggi mempunyai pH 7,5 – 8. Air yang netral mempunyai pH 7.
Kandungan ion, baik kation maupun anion (ion logam) diketahui dengan Volumetri,
calametri flamefotometri, spektrom fotometri. Ionnya adalah K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn,
Cu, Zn, Cl, SO4,CO2, CO3, HCO3, H2S, NO3, NO2, KMnO4, SiO2, dan Boron.
Kesadahan atau kekerasan (total hardness)- Hr jumlah Ca dan Mg disebut kesadahan
karbonat dan kesadahan nonkarbonat.
Sifat biologis (bakteriologis), bakteri yang biasanya berkembang pada air
adalah bakteri E. Colly dan ditentukan dengan daftar MPN dari Hoskins.
V.2.3 Interpretasi dari Data Kualitas Airtanah
Untuk keperluan interpretasi dari data kualitas airtanah, cukup berdasarkan
ion-ion penyusun utama airtanah baik berupa kation maupun anion. Kation terdiri
dari Ca, Mg, Na&K, Fe, Mn, sedangkan anion terdiri dari Cl, SO4, HCO3, CO3,
NO3 dan kadang – kadang F. Di samping itu sering ditambah pula dengan SiO2,
TDS, EC, suhu dan pH. Satuan ion-ion terlebih dahulu harus diubah dari satu mg/l
(ppm) menjadi epm (Equivalen per million) dengan:
Atau secara mudah satuan ppm dikalikan dengan faktor konfersi pada tabel berikut
Prinsip interpretasi data analisis kimia airtanah didasarkan atas hubungan ionion atau kelompok ion yang membentuk tipe kimia air. Hal tersebut diatas,
didasarkan pada kenyataan suatu gambar atau grafik tunggal yang tidak dapat
diterangkan secara keseluruhan. Untuk tujuan itu dikenal beberapa metode yang
dapat digolongkan menjadi 4 golongan (Zaporozec. 1972) yaitu:
1) Metode klasifikasi
Dipergunakan sebagai dasar perincian komposisi kimia airtanah sehingga
dapat dipakai untuk mengelompokkan atau membedakan tipe airtanah. Ada
beberapa cara dalam metode ini antara lain yang praktis adalah klasifikasi
tabel Korlov terutama sangat membantu dalam mengenal sifat-sifat utama
komposisi kimia airtanah. Komposisi kimia dinyatakan dalam fraksi semu,
dengan anion dan kation berturut-turut sebagai pembilang dan penyebut.
Analisis ditunjukan dalam urutan kadar ion baik kation maupun anion, yang
masing-masing berjumlah 100% epm. Selain anion dan kation, disertakan
pula penyusun airtanah yang lain misal adanya unsur langkah yang berkadar
tinggi, juga pH dan suhu. Penamaan klas air ditentukan oleh kandungan ion
yang mempunyai jumlah ≥ 25%.
2) Metode korelasi
Dengan menggunakan diagram pola Stiff (1951), dalam Walton (1970),
bertujuan untuk membandingkan analisis kimia airtanah agar didapat
perbedaan, kesamaan atau perkembangan dalam komposisi kimia airtanah.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan 4 sumbu mendatar yang sejajar dan sumbu tegak.
b. Anion (Cl, HCO3, SO4, CO3) diplot pada keempat sumbu mendatar di
sebelah kanan sumbu tegak.
c. Kation (Na+K, Mg, Ca, Fe) diplot pada keempat sumbu mendatar di
sebelah kiri sumbu tegak.
d. Kadar anion dan kation dalam epm..
e. Setiap pola mewakili satu tipe air, sehingga setiap perbedaan pola
menunjukkan tipe air yang berbeda pula.
f. Lebar/luas yang terbentuk menunjukkan kandungan ion keseluruhan.
3) Metode analisis
Dengan menggunakan diagram triliner piper (1953) dalam Walton (1970).
Bertujuan untuk menentukan proses kimia airtanah/genetik airtanah,
menentukan unsur penyusun larutan airtanah, dan perubahan sifat airtanah dan
hubunganya serta masalah geokimia airtanah.
Terdiri dari 2 segitiga disebelah kiri kanan dan 1 jajaran genjang ditengah
atas, skala pembacaan 100, segita kiri untuk kation, segitiga kanan untuk
anion dalam % epm. Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Data masing-masing ion dalam % epm diplot pada kedua segitiga.
b. Selanjutnya ditarik keatas pada jajaran genjang dan kedudukan dalam
jajaran genjang ini dapat diketahui sifat airtanahnya. Gambar subsidi dari
bentuk jajaran genjang.
c. Ploting jatuh pada subdivisi dari kelompok bentuk jajaran genjang dari
diagram trilinier piper dan dibaca sifat airtanahnya.
4) Metode sintesis dan ilustrasi
Dengan menggunakn metode Bar Collin (1932) dalam Walton (1970) dia
paggramar (fence diagram). Dalam diagram ini dibagi menjadi 2 kolom tegak
yang tingginya menyesuaikan dengan total kadar anion dan kation dalam
satuan epm. Dibedakan dengan pola (corak) dan warna yang berbeda. Urutan
dari bawah keatas pada kolom kanan adalah anion dan kolom sebekah kiri
adalah kation.
V.3 Kesimpulan
Download