1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perarutan Daerah Kulon Progo Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kulonprogo tahun 2012-2032 menetapkan pembangunan bandara di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan hasil studi kelayakan, daerah tujuan pembangunan bandara baru adalah Desa Glagah, Desa Palihan dan sekitarnya, Pantai Glagah-Pantai Congot, Kecamatan Temon. Pembangunan bandara tentu memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar. Pembangunan bandara memerlukan data geologi seperti jenis batuan, geomorfologi, struktur geologi dan hidrogeologi. Lokasi pembangunan bandara yang berada disekitar Pantai Glagah-Pantai Congot, memerlukan penelitian hidrogeologi yang lebih komprehensif untuk mengetahui kualitas dan kuantitas airtanah yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan bandara. Menurut Suistaining Partnreship (2011) Bandara Kulon Progo memiliki luas lahan sekitar 350 hektar dengan panjang landasan 3600 meter dengan estimasi 30 juta penumpang/tahun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan Bandara Adi Sucipto, Sleman yang memiliki panjang landasan terbang hanya 2200 meter dan jumlah penumpang 3 juta/tahun. Adapun Kebutuhan air bersih pada Bandara Kulon Progo sekitar 300 juta liter/tahun. Eksploitasi airtanah ini dapat menyebabkan terganggunya sistem hidrogeologi di sekitar wilayah bandara. 2 Lingkungan disekitar Pantai Glagah-Pantai Congot juga akan terkena dampak dari eksploitasi airtanah. Dua parameter utama untuk mengidentifikasi kondisi hidrogeologi suatu daerah adalah kuantitas dan kualitas airtanah. Kuantitas airtanah berkaitan dengan jumlah airtanah yang dapat diekploitasi. Keterdapatan airtanah di dalam suatu sistem akuifer menentukan jumlah dari airtanah yang ada. Dengan mengetahui kuantitas airtanah, dapat menentukan potensi pengembangan dari suatu daerah. Parameter penting lainnya adalah kualitas air tanah. Menurut Suharyadi (1984) kualitas airtanah ditentukan oleh sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis. Sifat fisik berarti faktor yang dapat dilihat bentuk fisiknya, dapat dirasakan dan dapat dibedakan. Analisis kualitas airtanah melalui sifat fisik mudah untuk dilakukan karena bisa langsung dibedakan tanpa memerlukan uji laboratorium. Sifat fisik terdiri dari ; warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan dan suhu. Berbeda dengan sifat fisik, sifat kimia berarti kehadiran kandungan kimia pada airtanah yang memengaruhi kualitas airtanah tersebut. Sifat kimia tersebut antara lain ; jumlah garam terlarut(TDS/Total Dissolved Solids), daya hantar listrik, kandungan ion, ph dan keasaman. Jumlah garam terlarut atau Total Dissolved Solids adalah konsentrasi kandungan garam di dalam air. Sedangkan sifat biologis berarti kandungan material organik yang ada di airtanah seperti kandungan mikroba dan kandungan bakteri. Daerah pembangunan bandara yang berada di sekitar Pantai Glagah-Pantai Congot berpotensi terjadinya intrusi airasin. Kehadiran air laut ini dapat mengurangi kualitas dari air tanah di daerah tersebut. Fenomena masuknya air laut 3 di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai disebut intrusi air asin (Hendrayana, 2002). Masuknya air laut ini akan mengganggu keseimbangan hidrostatik antara airtanah dan air asin. Intrusi air asin berarti terjadi setelah ada aksi terlebih dahulu, bisa berupa eksploitasi airtanah secara besar-besaran. Airtanah yang sebelumnya layak dikonsumsi menjadi tercemar dan tidak aman untuk dikonsumsi. Daerah pesisir atau dareah yang dekat dengan pantai tentu tidak memiliki cadangan airtanah sebanyak daerah pegunungan atau daerah lainnya. Untuk itu diperlukan penelitian mengenai potensi airtanah agar kuantitas dan kualitas airtanah di daerah ini dapat ditentukan. Kemudian dari hasil studi tersebut, dapat digunakan untuk memperkirakan cadangan yang diperlukan untuk pemukiman dan calon bandara baru di daerah tersebut. Selain itu sifat geokimia airtanah juga perlu diketahui untuk menentukan ion penyusun airtanah di daerah ini. Penelitian mengenai potensi airtanah dan sifat geokimia airtanah di sepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot juga belum pernah dilakukan. Maka dari itu, diperlukan penelitian mengenai hidoregologi Pantai Glagah-Pantai Congot yang menjadi lokasi pembangunan bandara baru. I.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana potensi airtanah di sepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya? 4 2. Bagaimana sifat geokimia airtanah di sepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo? I.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi airtanah disepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain ; 1. Mengetahui potensi airtanah, yang terdiri dari kualitas dan kuantitas airtanah, disepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. 2. Mengetahui sifat geokimia airtanah disepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat dimanfaatkan baik untuk pemerintah maupun penelitianpenelitian selanjutnya. Penelitian ini diharapkan menjadi data penting bagi pemerintah untuk mengambil keputusan berkaitan dengan penggunaan tata guna lahan dan perlindungan airtanah di sepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot, Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini juga diharapkan dapat memacu timbulnya penelitian lain dengan tema yang berbeda namun masih memiliki keterkaitan. 5 I.5. Ruang Lingkup Penelitian I.5.1. Lingkup Wilayah Penelitian Pada Gambar I.1 dijelaskan daerah penelitian berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Kecamatan Temon. Tepatnya Kecamatan Temon bagian selatan. Berada disepanjang Pantai Glagah-Pantai Congot dan sekitarnya. Daerah penelitian dapat ditempuh dengan sepeda motor ke arah barat daya dari Kota Yogyakarta. Daerah penelitian berjarak sekitar 40 km dengan waktu 90 menit dari Kota Yogyakarta. 6 Gambar I.1. Lokasi Penelitian 7 I.5.2. Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan meliputi beberapa hal, yakni ; 1. Studi literatur dan data sekunder mengenai kualitas airtanah, potensi airtanah, data curah hujan, iklim dan data geolistrik daerah penelitian. Data geolistrik digunakan untuk mengetahui kuantitas airtanah daerah penelitian. 2. Penelitian lapangan meliputi pengambilan data geologi dan data hidrogeologi. Data geologi berupa litologi dan morfologi, kemudian dilakukan pengambilan sampel litologi. Data hidrogeologi berupa data kedalaman muka airtanah dan data kualitas airtanah, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel airtanah. 3. Analisis Labotarorium berupa analisis kandungan ion utama airtanah, analisis dilakukan di laboratorium BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit), Yogyakarta. 4. Interpretasi kondisi hidrogeologi daerah penelitian yakni analisis potensi dan sifat geokimia airtanah daerah penelitian. Analisis kuantitas airtanah berdasarkan data geolistrik tahun 2005 yang interpretasinya diperbarui dan diperbaiki. Analisis kualitas airtanah berdasarkan pengukuran jumlah garam terlarut dan daya hantar listrik pada airtanah. Analisis sifat geokimia 8 airtanah berdasarkan Klasifikasi Kurlov, Diagram Trilinier Piper dan Diagram Stiff. I.6. Batasan Penelitian Batasan penelitian mencakup batasan waktu dan batasan data. Batasan penelitian ini bertujuan agar bahasan pada tulisan lebih terfokus dan menghindari terjadinya pelebaran masalah. I.6.1. Batasan Waktu Pengambilan data primer berupa data hidrogeologi dan litologi dilakukan pada bulan Januari hingga Februari tahun 2015. I.6.2. Batasan Data Pengambilan data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa pemetaan geologi, pengamatan geomorfologi, pengukuran kedalaman muka airtanah dan pengamatan hidrogeologi daerah penelitian. Sedangkan data sekunder meliputi data curah hujan, data geolistrik, data temperatur(data klimatologi) daerah penelitian serta analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan ion utama penyusun airtanah. 9 I.7. Peneliti Terdahulu 1. Allorerung dan Suharyadi (1992) Allorerung dan Suharyadi (1992) dalam penelitiannya “Kondisi dan Prospek Pengembangan Airtanah-Dangkal di Kecamatan Temon dan sekitarnya, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta” menerangkan airtanah dangkal di daerah penelitian hampir semuanya memiliki tingkat kegaraman rendah-sedang. Kuantitas cadangan airtanah dangkal sebesar 1.735.759,9 m3/km2. Potensi airtanah di daerah penelitian masih dapat mendukung kebutuhan rumah tangga dan pertanian sampai tahun 2011. Alternatif pengembangan airtanah yaitu meneruskan pola konvensional, pompaninisasi dan kombinasi keduanya. 2. Fitriany dan Suharyadi (1999) Fitriany dan Suharyadi (1999) dalam penelitiannya yang berjudul “Airtanah di Daerah Gumuk Pasir Pantai, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta” menjelaskan bahwa aliran airtanah di daerah gumuk pasir pantai terbagi menjadi dua yakni aliran airtanah yang mengalir ke utara dan ke selatan. Masing-masing aliran air tanah tersebut memiliki kecepatan yang hampir sama berkisar antara 1,0.10-5cm/detik. Adapun nilai DHL(Daya Hantar Listrik) yang diukur pada suhu 25 C berkisar dari 166,67-688,68 µmhos/cm dan nilai TDS(Jumlah garam terlarut) berkisar antara 110-660 ppm. Dapat disimpulkan airtanah di daerah ini belum mengalami intrusi air laut. 10 3. Siregar dan Suharyadi (1999) Siregar dan Suharyadi (1999) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan dan Pengembangan Airtanah untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Lahan Pertanian di Kawasan Gumuk Pasir Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta” menerangkan kualitas airtanah di Daerah Gumuk Pasir belum terpengaruh intrusi air laut. Cadangan dinamis optimal airtanah di Daerah Gumuk Pasir Pantai Glagah bagian selatan dapat dikembangkan untuk lapangan golf sedangkan di bagian utara dapat dikembangkan untuk lahan cabe. 4. Hendrayana (2002) Hendrayana (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Intrusi Air Asin ke dalam Akuifer di Daratan” menjelaskan tentang dampak pemanfaatan air tanah yang tidak terkontrol akan menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah intrusi air asin. Intrusi air asin ini dapat terjadi karena penurunan muka air bawah tanah, pemompaan yang tidak terkontrol di daerah pantai dan masuknya air laut ke daratan melalui sungai, rawa dan cekungan lainnya. Penyusupan air asin pada akuifer tanah akan mengakibatkan terjadinya perubahan total proses pelarutan dan pengendapan. Adapun usaha pengendalian intrusi air asin yang paling utama adalah dengan cara mengurangi pemompaan airtanah di daerah pantai. 11 5. Fahruddin dan Suharyadi (2005) Fahruddin dan Suharyadi (2005) menjelaskan tentang arahan pengembangan airtanah di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi dua zona yaitu zona airtanah dangkal dan zona airtanah dalam. Zona airtanah dangkal digunakan untuk pengembangan sumur dangkal . Sedangkan zona airtanah dalam digunakan untuk pengembangan sumur bor.