VOLUME VII | NO. 53 / JANUARI 2012 KEMAJUAN EKONOMI, PELUANG INVESTASI 2012 Momentum Kebangkitan Ekonomi Nasional ISSN 1907-6320 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 1 2 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 dari lapangan banteng Pencapaian yang Mesti Ditingkatkan S ejumlah pencapaian yang terjadi sepanjang tahun 2011 menyiratkan semangat bagi kita untuk menyambut 2012 dengan tangan mengepal ke atas. Kesuksesan meraih juara umum Sea Games, terlampauinya target pertumbuhan ekonomi, hingga keberhasilan memegang amanat Keketuaan ASEAN menunjukkan Indonesia memiliki pengaruh dan peranan strategis di tingkat regional. Pencapaian-pencapaian di atas dapat meninggikan posisi dan peran Indonesia di kancah global, termasuk di sektor ekonomi. Konsumsi domestik sepanjang tahun lalu bergerak lincah menyokong fundamental ekonomi dan secara tidak langsung turut mengurangi dampak krisis Amerika Serikat dan Eropa. Prestasi akhir tahun pun tak main-main, Lembaga Pemeringkat Kredit Internasional Fitch Ratings dan Moody’s menaikkan peringkat investasi Indonesia menjadi investment grade. Terakhir kali kita menggenggam peringkat ini adalah pada tahun 1997, yaitu pada masa pra krisis Asia. Potensi bersinarnya ekonomi pada tahun 2012 terbuka lebar. Organisations for Economics Co-operation and Development (OECD) bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi rata-rata Indonesia pada jangka menengah (2012-2016) akan menjadi yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. Pencapaian pada tahun 2011 mestinya menjadi pemantik untuk bisa berbuat lebih baik di tahun 2012. Perkembangan ekonomi dunia yang masih fluktuatif menuntut sikap prudent. Seperti peribahasa sedia payung sebelum hujan, meningkatkan kewaspadaan untuk meminimalisasi dampak krisis finansial jelas diperlukan. Selain itu, masalah klasik penghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu pembangunan infrastruktur, perlu penanganan yang lebih serius. Berbicara mengenai pembangunan, maka rasanya bukan hanya pembangunan fisik yang harusnya menjadi fokus. Pembangunan non-fisik melalui perbaikan sistem birokrasi, penegakan peraturan, hingga pengembangan human resources harusnya termasuk pula dalam skala prioritas. Pencapaian pada tahun 2011 mestinya menjadi pemantik untuk bisa berbuat yang lebih baik di tahun 2012. Bagi Tim Redaksi, pergantian tahun menjadi momentum untuk memulai perubahan. Jika Anda cermati, terdapat beberapa hal baru pada majalah Media Keuangan. Dari segi konten, kami hadir dengan tambahan empat halaman dan dua rubrik baru, yaitu Inspirasi dan Komik. Ide-ide segar juga tertuang lewat konsep lay-out dan ukuran majalah yang lebih handy. Kami terbuka dengan saran, kritik, dan sumbangan tulisan dari para pembaca. Jangan pernah ragu untuk menghubungi kami melalui berbagai sarana. Harapan bersama agar media kesayangan kita ini dapat terus meningkat kualitasnya. Redaksi Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menkeu RI Agus DW Martowardojo. Ketua Pengarah: Sekjen Kemenkeu Kiagus Ahmad Badaruddin. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Kabiro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Yudi Pramadi. Pemimpin Redaksi: Herry Siswanto. Redaktur Pelaksana: Yeti Wulandari. Dewan Redaksi: Supriyatno, Sasi Atiningsih, Agung Ardhianto, Fery Gunawan, Makmun Syadullah. Tim Redaksi: Rahmat Widiana, Faisal, Rizwan Pribhakti, Zachrony, Bikner L. Tobing, Nico Aditia, Bagus Wijaya, Langgeng Wahyu P., Ari R. Kuncoro, Iin Kurniati, M. Iqbal Pramadi, Dwinanda Ardhi. Sekretariat: Eva Lisbeth, Hesti Sulistiowati, Indri Maria, Lili Marini T., Sularno, Nicho Pratama. Desain Grafis dan Layout: Wardah Adina, Dewi Rusmayanti. Alamat Redaksi: Gedung Djuanda (Gedung E) Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin No. 1, Jakarta Telp : (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. e-mail: [email protected] website: http://www.depkeu.go.id Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi. Bagi tulisan atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan sepantasnya. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 3 daftar isi LAPORAN UTAMA REPORTASE RENUNGAN 5 6 9 12 14 24 26 38 2012 Momentum Kebangkitan Ekonomi Nasional Menjaga Perekonomian Kita Hari yang Cerah Untuk Pasar Modal Indonesia Konsistensi Kebijakan Sangat Diperlukan Pertumbuhan Ekonomi Ditopang Konsumsi Domestik WAWANCARA 16 Penyerapan Anggaran Bukan Segalanya PROFIL 18 Ketika Mahendra Berbagi Cerita LINTAS PERISTIWA 22Penandatanganan Kesepakatan dengan KfW 22 Workshop Sinkronisasi Tugas dan Peran 22 Seminar Nasional OJK 23 Sosialisasi Program Pro Rakyat dalam APBN 2012 23 Peluncuran Kemajuan NSW 2011 23 Penutupan Perdagangan Bursa 2011 4 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Transformasi Capital Inflow ke Dalam Investasi Sektor Riil Kanwil DJBC Banda Aceh: Menjadi Kanwil DJBC Terbaik INFO KEBIJAKAN 31 2012: Manfaatkan Peluang dan Momentum ARTIKEL 33 34 Membangun dengan Kekuatan Sendiri Meringankan Beban dan Menyejahterakan Rakyat RIVIU 35 36 Riviu atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 211/ PMK.08/2011 Tentang Tata Cara Seleksi Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri Daftar Peraturan Menteri Keuangan (PMK) selama bulan Desember 2011 ENGLISH CORNER 37 2012, the Momentum of National Economic Revival Kesempurnaan RESENSI 39 39 39 39 Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Indonesia Tidak Miskin Revolusi Timur Tengah Substitutability and Protectionism: Latin America’s Trade Policy and Imports from China and India VAT Design and Energy Trade: The Case of Russia and Ukraine INPIRASI 40 “ Tidak Neko-Neko”: Kesempurnaan Dalam Pelayanan CELENGAN 42 OJK: Pengawasan Terintegrasi Sektor Keuangan 43 BUNG PISKAL laporan utama 2012 Momentum Kebangkitan Ekonomi Nasional Teks: Iin Kurniati Ilustrasi: Dewi Rusmayanti Awal 2012 merupakan momentum kebangkitan ekonomi nasional karena dibuka dengan kenaikan posisi investment grade. Lembaga pemeringkat kredit internasional Fitch Ratings dan Moody’s menaikkan peringkat utang (sovereign) Indonesia dari BB+/positive menjadi BBB- dengan outlook stable. Fitch Ratings dan Moody’s mendasarkan kenaikan ini dengan peningkatan kinerja perekonomian, likuiditas eksternal yang kuat, rasio utang pemerintah (public debt) yang rendah serta menunjukkan tren menurun, dan kebijakan rasio yang berhati-hati. D i tengah jatuhnya kepercayaan pasar terhadap Amerika Serikat dan sebagian Eropa, kenaikan peringkat ini mencerminkan volatilitas sebagai lanskap 2012. Indonesia memang akan mendapatkan keuntungan dari peringkat investment grade melalui peningkatan iklim investasi. Namun, risiko krisis global yang fluktuatif masih berpotensi mengganggu masa-masa pemanfaatan peluang ini. Artinya, grade belum tentu berdampak signifikan bagi perekonomian domestik. Kondisi perekonomian Indonesia ke depan diprediksi masih akan dipengaruhi oleh perkembangan krisis perekonomian dunia. Maka dari itu, terdapat tiga faktor penting untuk memajukan perekonomian Indonesia. Pertama, memahami potret ekonomi Indonesia saat ini dengan menghitung potensi dan kemampuan melalui analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Kedua, fokus pada tujuan nasional untuk menyejahterakan rakyat, mengurangi kemiskinan serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Terakhir, mencapai ‘gol‘ tersebut melalui implementasi Rencana Kerja Pemerintah 2012, APBN 2012 hingga program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) hingga beberapa tahun mendatang. Sejumlah peluang juga akan dimaksimalkan oleh pemerintah. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 240 juta jiwa dan memiliki income per kapita yang tumbuh sekitar USD3400 per orang per tahun, pemerintah berupaya meningkatan produksi pangan, industri, dan jasa. Hal ini seiring semakin tingginya demand atau daya beli masyarakat dan tingkat konsumsi. Selain itu, penyerapan anggaran juga menjadi faktor penting lainnya yang akan dibenahi agar tidak mengganggu kelancaran dunia usaha dalam negeri. Di sisi lain, ada beberapa hal yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah seperti sektor infrastruktur yang berpengaruh pada keberlangsungan sektor riil. Dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar hampir Rp40 triliun telah dipersiapkan untuk peningkatan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan sarana dan prasarana diperlukan untuk pelayanan publik, menggerakkan aktivitas ekonomi, hingga mendorong peningkatan investasi. Pembangunan infrastruktur tidak terbatas pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan non fisik melalui sistem birokrasi yang responsif, kepastian hukum, hingga pengembangan sumber daya manusia dan teknologi. Akhir dari semua ini adalah potensi melonjaknya spektrum ekonomi domestik. Keberhasilan meraih posisi investment grade ini sebaiknya diwarnai dengan sikap prudent dalam menyikapi perkembangan perekonomian dunia setiap waktu. Sekalipun relatif minim, krisis global bisa saja berpengaruh negatif bagi kondisi Indonesia. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 5 Menjaga Perekonomian Kita Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Yeremia Listyagung Wakil Menteri Keuangan II Mahendra Siregar optimis perekonomian Indonesia pada tahun 2012 masih akan baik. Mahendra—panggilan akrabnya—menyebut kenaikan peringkat investasi Indonesia menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings dan Moody’s sebagai contoh konkrit dunia melihat kondisi prima ekonomi kita. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang bermarkas di Prancis bahkan menganalisis rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012-2016 akan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. M ahendra mengungkapkan bahwa salah satu kunci perbaikan ekonomi Indonesia terletak pada ketahanan terhadap dampak perkembangan ekonomi global yang diperkirakan menimbulkan downside crisis lebih besar pada tahun ini. Standar pertumbuhan ekonomi global yang baik, yaitu pada kisaran 4 persen, telah direvisi menjadi 3,5 persen. Dampak krisis itu menjadi lebih penting untuk diwasapadai jika melihat kemungkinan Eropa masuk ke dalam resesi. “Resesi itu apabila dua kuartal berturut-turut, perekonomian suatu negara, dalam hal ini (negara-negara) Eropa sebagai suatu kawasan, berada di bawah nol atau melambat,” ungkap Mahendra. Pada kuartal keempat 2011, pertumbuhan ekonomi zona Eropa hampir dipastikan di bawah nol. Prediksi pada kuartal pertama 2012 pun tak jauh berbeda. Mahendra menjelaskan bahwa pada kuartal kedua 2012, zona Eropa diprediksi sudah akan rebound dengan pertumbuhan sedikit di atas nol. Namun hal ini belum dapat 6 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 dipastikan.”Kita tidak tahu. Masih terlalu awal untuk bisa terlalu optimis,” jelas Mahendra. Dampak krisis Amerika Serikat, meskipun tidak terlalu mengkhawatirkan seperti Eropa, tetapi tetap diperlukan kewaspadaan. “Masih di atas 1 (persen), tapi downside crisis-nya tinggi,” ujar dia. Sementara Jepang yang tadinya diharapkan dapat pulih cepat setelah bencana tsunami, ternyata kembali mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Rebound yang sempat terjadi hanya terefleksikan pada kuartal ketiga 2011 saja. “Bahkan kesannya masuk ke 2012 sudah hilang momentum untuk memanfaatkan rebound akibat bencana tsunami dan gempa itu,” sambung Mahendra. dampaknya tidak terjadi secara langsung terhadap transaksi perdagangan dalam negeri dengan negara-negara Eropa. “Perdagangan kita dengan Eropa, tidak sebesar dibandingkan persentase dari perdagangan negara-negara tetangga kita. Saya rasa kalau dengan Eropa keseluruhan, sekitar 14-15 persen. Sebenarnya tidak terlalu besar,” papar Mahendra. Yang perlu diwaspadai adalah perdagangan dengan negara-negara ASEAN, India, China, dan sejumlah negara lain dimana Indonesia menjual barang setengah jadi, barang pertambangan, maupun barang pertanian yang diolah mereka dan diekspor ke Eropa atau Amerika Serikat. Ini adalah dampak perdagangan secara tidak langsung. Gambaran kondisi tiga kekuatan ekonomi besar dunia di atas membuat tidak ada kawasan maupun negara yang imun. Dalam konteks Indonesia, transmisi atau jalur masuk krisis Eropa antara lain melalui sektor perdagangan, investasi, dan sentimen global secara umum. Dari sektor perdagangan, Tak jauh berbeda dengan sektor perdagangan, investasi langsung dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat ke Indonesia tidak terlalu besar, karena lebih banyak bertumpu pada pasar dalam negeri atau kawasan. Ini juga senada dengan dampak dari sektor keuangan. Pembiayaan “ pembiayaan bond stabilisation fund untuk menanggulangi kendala dalam penjualan surat berharga domestik. Lebih baik kita kembangkan langkah-langkah yang bisa meningkatkan daya tahan perekonomian dalam negeri kita dan juga daya tahan nasional untuk menyikapi krisis. dari bank-bank Eropa yang berasal dari negara-negara yang terkena krisis langsung tidak banyak di sini. “Tapi kalau terkait dengan bank yang berasal dari negaranegara Eropa utama, apakah Jerman, Inggris, Belanda, itu akan besar (dampaknya). Karena mereka cukup aktif di dalam perekonomian Indonesia,” ungkap Mahendra. Pertumbuhan ekonomi Meskipun pertumbuhan ekonomi global telah mengalami revisi, Mahendra memilih untuk tidak terlalu banyak ikut berspekulasi tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam APBN 2012, yakni sebesar ” Mahendra Siregar 6,7 persen. “Kalau sikap saya tidak usah terlalu banyak berspekulasi mengenai bisa seberapanya. Lebih baik kita kembangkan langkah-langkah yang bisa meningkatkan daya tahan perekonomian dalam negeri kita dan juga daya tahan nasional untuk menyikapi krisis,” tutur Mahendra. Mahendra menambahkan bahwa APBN memiliki ruang untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari perkembangan ekonomi global. Terdapat beberapa mata anggaran yang memang diperuntukkan untuk itu. Mahendra mencontohkan penggalangan dana melalui sumber Di luar itu, potensi pasar dalam negeri benar-benar mesti diperhatikan. Yang perlu dilakukan adalah memikirkan langkahlangkah untuk menambah nilai barang yang diproduksi. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat dapat digunakan untuk menghasilkan final goods yang lebih banyak. “Sehingga tidak kemudian, katakanlah nilai tambah dan rantai pasokannya tidak terjadi di dalam negeri,” ujar Mahendra. Sementara itu, kesinambungan dari proses perbaikan dan reformasi yang sudah dijalankan beberapa tahun terakhir juga perlu dilanjutkan. Berbeda dari krisis moneter tahun 1997/1998, krisis finansial di Amerika Serikat dan Eropa dapat menjadi momentum untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan negara-negara lain. Banyak yang bisa dipelajari di sana. Mahendra mengambil contoh, “Misalnya kalau terlalu MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 7 longgar dalam pengelolaan APBN, terlalu longgar dalam pengeluaran tertentu yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan yang produktif,” kata dia. Terkait derasnya capital inflow yang masuk, Mahendra mengaku tidak terlalu khawatir mengenai proporsi antara modal dalam negeri dan asing. Dalam hal ini, kata dia, kita bisa belajar dari negara Jepang. Dari seluruh negara anggota G-20, Jepang memiliki utang publik yang paling tinggi terhadap PDB. Namun demikian, Jepang tidak terjerembab dalam krisis utang publik. Hal ini dikarenakan 95 persen utang publik dimiliki oleh warga negara itu sendiri. Yang perlu menjadi catatan sebenarnya bukan hanya pertumbuhan tinggi yang harus dicapai, melainkan juga pertumbuhan yang berkualitas dan disertai pemerataan yang lebih baik. menyebut reschedule utang di Paris Club sebagai salah satu penyebab utama kala itu. “Tapi perlu 12-13 tahun untuk naik kembali ke situ (investment grade) dengan segala reformasi,” kata Mahendra. Peringkat investasi Mahendra sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi memerlukan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu motor penggeraknya. “Itu kunci untuk meningkatan daya tahan dan pertumbuhan,” tegas Mahendra. Namun demikian, dia tak menampik segudang persoalan kompleks terkait infrastruktur mesti diselesaikan satu per satu. Persoalan yang sering dianggap sebagai masalah klasik adalah pembebasan lahan. “Itu memang realita dalam pembangunan infrastruktur di suatu perekonomian yang struktur pasar dan jumlah populasinya begitu besar,” tambahnya. Untuk menyelesaikan hal tersebut antara lain diperlukan kemapanan sistem hukum. Kemapanan sistem hukum itu juga akan menjadi sinyal baik bagi para investor. Apalagi setelah kenaikan peringkat investasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat Kredit Internasional Fitch Ratings dan Moody’s, investasi yang bakal masuk ke Indonesia diperkirakan akan semakin besar. Mahendra menganggap pentingnya kenaikan peringkat ini. “Terakhir kali kita memiliki itu pra krisis Asia, tahun ‘97. Jadi lama sekali kita sudah terjerembab dalam kondisi di bawah investment grade,” ungkap Mahendra. Apalagi jika ditengok lebih jauh, kredibilitas sebagai negara tujuan investasi mudah sekali terganggu. Pada tahun 1997, hanya diperlukan waktu setahun untuk mengalami penurunan peringkat dari investment grade menjadi selective default. Mahendra 8 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Kenaikan peringkat tersebut dapat diartikan sebagai bentuk kepercayaan dan pengakuan bahwa kita memiliki perekonomian yang tumbuh sehat dan pengelolaannya berjalan baik. Pengakuan ini, dalam bahasa Mahendra, tidak sekadar, ”Oke, kalau ini membaik lalu kemudian investasi tambah berapa miliar dolar masuk. Bukan begitu.” Terkait masalah masuknya investasi, baik di portofolio maupun investasi langsung (foreign direct investment), tak bisa dilepaskan dari pertimbangan para investor itu sendiri. Untuk dapat mempertahankan peringkat di atas, Mahendra menekankan perlunya pengelolaan kebijakan fiskal yang baik dan prudent. Hal itu dapat ditempuh melalui governance yang makin baik, pengelolaan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan, kemampuan untuk bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi, serta pada gilirannya mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang meluas. Menurut Mahendra, keputusan pemerintah untuk tidak menerbitkan surat utang pada akhir tahun 2011 karena defisit anggaran bisa tertutup menunjukkan pengelolaan ekonomi yang sudah lebih mapan. Pemerintah memang diberikan ruang tertentu untuk bisa memenuhi kebutuhan melalui sumber pembiayaan berupa utang. Namun, apakah ruang tersebut digunakan atau tidak, berpulang pada keputusan pemerintah. “Kita berani menyatakan ternyata kita tidak terlalu membutuhkan pada saat ini tambahan utang tertentu. Saya rasa kemampuan kita untuk mempresentasikan keseluruhan pengelolaan yang berimbang itu yang baik. Pengeluaran dan penerimaan itu disesuaikan pada kebutuhan yang real,” jelas dia. Namun demikian, Mahendra tak menampik bahwa keputusan untuk tidak menerbitkan surat utang ini cukup mencuri perhatian berbagai kalangan di dalam dan luar negeri. “Memang yang menjadikan hal ini agak mencolok adalah pada saat seluruh dunia berada dalam tren yang berbeda. Sama dengan investment grade. Up grade tadi itu, pada saat semua orang turun, kita naik,” ujar Mahendra. Harapan Ditanya soal harapannya terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2012, Mahendra menjawab optimis. Prediksi OECD yang menyatakan ratarata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN dalam jangka waktu 5 tahun ke depan dipandang sebagai hal yang sangat mungkin terwujud. “Kemungkinannya dua, memang kita tumbuhnya tinggi atau karena (negara) ASEAN lain lebih rendah, atau mungkin dua-duanya,” Mahendra menerangkan. Catatan sebenarnya bukan hanya pertumbuhan tinggi yang harus dicapai, melainkan juga pertumbuhan yang berkualitas disertai pemerataan yang lebih baik. Menurut Mahendra, pertumbuhan yang berkualitas menyentuh pada hal-hal seperti indeks pembangunan manusia, prospek perbaikan gizi, kesempatan untuk sekolah, dan pengurangan tingkat buta huruf. Selain itu, pemberian social protection seperti pengurangan tingkat kemiskinan, penambahan lapangan kerja, dan pembenahan sistem jaring pengaman sosial yang baik dan berkelanjutan juga termasuk dalam bagian yang tak dapat dipisahkan. Menurut Mahendra, kita masih perlu banyak belajar dari negara-negara lain dalam membentuk jaring pengaman sosial yang baik. “Ini harus diperluas, tapi tetap melihat aspek keberlanjutan fiskal dan juga governance-nya,” tutup Mahendra. Hari yang Cerah Untuk Pasar Modal Indonesia Perekonomian tahun 2011 yang relatif baik salah satunya disokong oleh kinerja dari lantai bursa. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menilai performa indeks bursa utama kita cukup cemerlang dibandingkan bursa-bursa utama dunia lainnya. “Dari Hongkong, Singapura, Tokyo, Shanghai, semua itu turun lebih banyak daripada indeks Indonesia,” ujar pria yang biasa disapa Ito tersebut. Di sela-sela rutinitasnya yang sangat padat, beberapa waktu lalu Ito berbicara kepada Media Keuangan tentang kondisi pasar modal tahun 2011 dan peluang-peluang yang bisa dicapai pada tahun ini. Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Langgeng Wahyu P. K ondisi pasar modal yang bagus tercermin dari laba para emiten yang meningkat. Ito memperkirakan pertumbuhan laba pada tahun 2011 sekitar 30 persen. Jumlah arus modal masuk (capital inflow) dari pedagangan di lantai bursa tak kurang dari 22,7 triliun rupiah. Masuknya Indonesia pada level investment grade diprediksi akan menambah potensi kenaikan laba pada tahun ini. Jika mengacu pada pertumbuhan ekonomi, Ito berpandangan semua sektor di Indonesia relatif menarik untuk kaum investor. Namun, karena perekonomian kita lebih banyak didukung oleh konsumsi dalam negeri, maka investasi di sektor konsumsi dinilai memberikan prospek yang lebih cerah. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 9 Dalam rangka mengoptimalkan derasnya capital inflow yang masuk melalui bursa, Ito menandaskan BEI senantiasa mengundang semakin banyak perusahaan, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk melakukan go public. Dalam hal ini, dia menilai pemerintah memiliki wewenang untuk “memaksa” BUMN go public.“Kalau BUMN go public, tersedia produk yang banyak untuk dibeli juga oleh investor domestik maupun investor asing. Itu mekanisme menyalurkan dana dari investor ke sektor rill,” ungkap Ito. Lebih jauh, Ito juga menilai wacana penerbitan obligasi sebagai langkah penting. Terutama jika mengingat investasi di sektor tersebut memang cenderung memerlukan pembiayaan jangka panjang yang sulit dipenuhi dari sumber pembiayaan perbankan. Investasi yang bersifat jangka panjang juga penting karena dapat mengurangi terjadinya potensi sudden reversal. Secara fundamental, menurut Ito, sebenarnya tidak ada kendala berarti bagi BUMN untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Prosesnya juga relatif mudah. Jika sudah begini, kemauan dari semua pihak yang terlibat menjadi penting. Untuk sebuah BUMN dapat melakukan IPO, terdapat beberapa tahapan di sejumlah institusi yang perlu dilalui. “Kendalanya birokrasi pemerintah sendiri yang menghambat (dan) solusinya good political will pemerintah,” tegas Ito. Derasnya capital inflow yang masuk memang membuat cemas sebagian 10 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 kalangan. Porsi kepemilikan asing yang terlalu besar dikhawatirkan dapat memicu terjadinya sudden reversal. Namun demikian, Ito menilai tidak ada masalah terkait komposisi investor asing dan domestik. “Sekarang investor dalam dan luar negeri semuanya bisa membeli obligasi. Bahkan obligasi pemerintah mungkin hampir 30 persen dimiliki oleh investor asing,” ujar Ito. Secara umum, porsi kepemilikan investor terhadap keseluruhan saham yang diperdagangkan di bursa bahkan mencapai 61 persen. Alih-alih mengkhawatirkan porsi kepemilikan asing, dalam pandangan Ito, hal yang lebih penting saat ini adalah memperbesar kapitalisasi pasar. Yang perlu diupayakan secara terus menerus antara lain meningkatkan pertumbuhan pasar modal melalui penambahan basis investor domestik. Untuk mencapai tujuan itu, BEI, tandas Ito, giat melakukan kampanye ke seluruh Indonesia.” Termasuk membantu Kementerian Keuangan memasarkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk, bahkan sampai ke daerah-daerah tingkat II di Indonesia,” jelas dia. Perbandingan kinerja Dampak krisis finansial yang melanda Eropa dan Amerika Serikat dikatakan Ito berdampak negatif ke seluruh bursa di dunia sepanjang tahun lalu. Yang terasa di bursa kita misalnya bertambah tingginya volatilitas indeks setiap hari. “Memang kecenderungannya turun karena banyak global investor yang memutuskan mungkin untuk memegang uang dulu. Artinya mereka ingin menjual portofolionya sambil menunggu sedikit kepastian mengenai bagaimana mereka akan menanamkan uangnya lagi nanti,” Ito menerangkan. Prestasi tertinggi IHSG pada tahun ini terjadi pada 1 Agustus 2011 pada angka 4.193. Indeks kemudian sempat turun tajam hingga di level 3.200-an. Di penghujung tahun, IHSG berhasil naik lagi dan ditutup pada level 3.821,992. Mengenai kondisi bursa pada semester I tahun depan, krisis Eropa yang dipandang Ito belum jelas penyelesaiannya diperkirakan akan memengaruhi fluktuasi indeks dalam negeri. Namun demikian, fundamental ekonomi yang baik dinilai tidak akan membuat indeks terpengaruh secara signifikan. Selama ekonomi kita tumbuh positif, kinerja perusahaan Indonesia termasuk emitenemiten juga akan positif. Dengan demikian, para investor tak perlu khawatir akan rugi melakukan investasi. “Artinya kinerja fundamental yang tetap baik dibandingkan sentimen pasar yang turun, ada gap yang suatu saat nanti akan ditebus di masa depan setelah kondisi Amerika Serikat dan Eropa kembali membaik,” ujar Ito. Pengembangan pasar modal Terkait pengembangan pasar modal, Ito menekankan perlunya keterlibatan seluruh komponen yang berperan. Bursa, pemerintah, dan para pelaku pasar harus bekerja sesuai porsi masing-masing. Peran pemerintah antara lain menyediakan iklim yang kondusif serta mengejar pertumbuhan ekonomi yang optimal. Bursa, lanjut Ito, perlu menciptakan kondisi yang aman dan nyaman bagi para investor untuk berinvestasi. Ini bisa dilakukan, antara lain dengan menyediakan informasi obyektif kepada para investor sehingga mereka memahami semua informasi yang ada di pasar modal, baik risiko maupun peluang yang ada. Di samping itu, pelaku pasar dan emiten juga harus patuh terhadap peraturan yang berlaku dan mengedepankan praktik good corporate governance. Khususnya dalam rangka menciptakan kondisi yang aman dan nyaman bagi para investor, Ito menyebut perlunya perbaikan sistem pasar modal.”Mulai “ negara yang menjadi target pada dasarnya adalah negara tradisional dimana investor berada, seperti Singapura, Hongkong, Jepang, negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat. Pasar modal syariah Selain pasar modal konvensional, BEI juga terus berusaha mengembangkan pasar modal syariah. Tahun 2011, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor 80 mengenai halalnya mekanisme perdagangan saham di BEI. “Karena selama ini yang baru kita kembangkan adalah saham yang masuk kategori saham syariah. Tapi orang masih banyak yang ragu-ragu Indonesia pada tahun 2012. Meskipun volatilitas indeks bisa saja tinggi, angkanya masih akan tetap di atas bursa-bursa lainnya. Kemungkinan untuk muncul sebagai salah satu indeks terbaik di dunia pun terbuka. “Sampai sekarang (indeks) kita turun-naik, tapi tetap di bagian atas. Tahun depan kita yakin akan tetap seperti itu,” ujar Ito. Dari sisi pemerintah, Ito mengaku harapannya sederhana saja. Dia menilai, insentif bagi pasar modal sudah cukup banyak. Dia memuji langkah Menteri Keuangan yang memberikan insentif berupa keringanan potongan pajak kepada perusahaan yang jumlah saham beredarnya ” Sampai sekarang (indeks) kita turun-naik, tapi tetap di bagian atas. Tahun depan kita yakin akan tetap seperti itu. dari sistem perdagangan, sistem kliring, sistem penyelesaian di BEI, KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia), maupun KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia),” kata Ito. Di samping itu, hal yang tak kalah penting adalah menjaga integritas pasar. Penegakan peraturan, misalnya dengan memberi sanksi kepada emiten atau broker yang “nakal” adalah contoh upaya yang bisa dilakukan. Integritas pasar yang baik, sambung Ito, pada akhirnya akan memunculkan kepercayaan investor domestik dan internasional. Pengembangan pasar tidak berhenti sampai upaya di atas. Upaya memasarkan pasar modal Indonesia terus dilakukan, baik di dalam maupun luar negeri. Program sosialisasi dan edukasi dilaksanakan ke berbagai kota di Indonesia sekaligus untuk meningkatkan basis investor domestik. Sementara ke luar negeri, ”Secara reguler kami bersama emiten-emiten melakukan road show. Pada dasarnya ‘menjual’ informasi mengenai Indonesia supaya investor global tertarik untuk membeli saham maupun obligasi di Indonesia,” tutur Ito. Negara- Ito Warsito berdagang di Bursa Efek ini halal atau tidak,” papar Ito. Fatwa MUI tersebut pada intinya menyatakan bahwa mekanisme perdagangan di BEI telah memenuhi kaidahkaidah syariah agama Islam. “Artinya orang boleh berdagang di pasar regular BEI tanpa harus khawatir bahwa ada hal yang haram,” tambah Ito. mencapai 40 persen atau lebih. Kebijakan itu membuat makin banyak perusahaan yang memperbesar jumlah saham beredarnya, antara lain melalui penerbitan right issue. “Dan akan makin banyak perusahaan-perusahaan yang berminat untuk menggunakan fasilitas itu,” kata Ito memprediksi. Hingga Desember 2011, menurut hitungan Ito, sudah terdapat 235 dari 440 jenis saham yang memenuhi kaidah syari’ah agama Islam. Upaya sosialisasi untuk terus menggalakan pasar modal syariah terus dijalankan. Pengembangan pasar modal syariah memiliki makna penting. Dalam tataran masyarakat umum, produk-produk investasi syariah akan memberikan pilihan yang semakin beragam. Belum lagi jika dilihat dari sudut pandang besarnya potensi pertumbuhan pasar jenis ini dari komposisi penduduk Indonesia yang mayoritasnya muslim. Namun demikian, Ito kembali menegaskan pentingnya upaya pemerintah untuk mendorong BUMN-BUMN melakukan IPO. Dalam pandangan Ito, pemerintah seringkali menggunakan IHSG maupun kinerja bursa efek Indonesia sebagai barometer untuk melihat kemajuan ekonomi. Artinya, pemerintah sendiri yang perlu mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia melalui IPO BUMN. “Ada 140-an BUMN, bayangkan kalau 100 saja yang IPO, 40 disimpan di ‘kantung’,” ujar Ito. Sampai dengan saat ini, baru ada 18 BUMN yang go public. Jumlah itu pun dicapai dalam jangka waktu panjang, 20 tahun. Dorongan pemerintah itu akan tampak sebagai dukungan nyata terhadap pembangunan pasar modal tanah air. Harapan Ito sekali lagi mengungkapkan optimismenya terhadap kondisi pasar modal MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 11 Konsistensi Kebijakan Sangat Diperlukan Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Langgeng Wahyu P. Konsistensi kebijakan. Itulah poin penting yang ditekankan oleh Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Raja Sapta Oktohari, ketika diwawancarai Media Keuangan seputar harapan kalangan pelaku usaha terhadap pemerintah di tahun 2012. Selain itu, Okto—panggilan akrabnya—ingin pemerintah berpihak lebih banyak kepada pengusaha lokal, terutama dalam menyambut perdagangan bebas di tingkat regional dan level-level lain yang lebih tinggi. B agi para pengusaha, kata Okto, konsistensi kebijakan dari pemerintah selaku otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter lebih penting daripada angka-angka asumsi makro ekonomi dalam APBN. “Konsistensi ini sangat terkait dengan penyusunan business plan kita,” kata Okto. Dia mencontohkan, ketika beberapa waktu lalu BI menurunkan suku bunganya, perbankan tidak segera mengikuti langkah tersebut. Pada saat itu, Okto merasa BI harusnya dapat melakukan intervensi dan memberikan sanksi kepada bank-bank yang tidak melakukan penurunan suku bunga. Pada tahun 2012 dan ke depannya, perdagangan bebas di berbagai tingkat akan segera dibuka. Beberapa diantaranya adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area), CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area), dan SAFTA (South Asian Free Trade Area). Okto berharap pemerintah berpihak secara penuh kepada para pengusaha lokal sebagai pelaku utama perkonomian dalam negeri. Dia menyebut kerja sama ASEAN Economic Community yang akan diwujudkan pada tahun 2015 sebagai salah satu ajang dimana pemerintah dapat menunjukkan keberpihakannya pada 12 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 pengusaha lokal. Keberpihakan ini, tambah Okto, dapat diwujudkan dalam bentuk regulasi. “Umpamanya di Singapura atau di Malaysia, kemudahan dalam membuat dan meregistrasi sebuah perusahaan itu diikuti juga dengan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas kredit,” tambah Okto. Dengan kebijakan semacam itu, mereka kini bisa melakukan infiltrasi pasar di negara-negara ASEAN dengan lebih cepat. “Ketika kita lagi siap-siap bikin perusahaan, menyempurnakan data-data sehingga boleh mendapatkan fasilitas dari lembaga keuangan, orang-orang ini sudah terlanjur masuk ke Indonesia,” ungkap Okto. Kebijakan pemerintah memang diakui Okto berpengaruh sangat besar terhadap daya saing pelaku usaha. Okto berharap pemerintah serius memberikan perhatian pada porsi yang bisa dimainkan pengusaha lokal dalam perdagangan bebas nanti. Jika tidak berhati-hati, Okto khawatir pos-pos yang strategis diambil pengusaha dari negara lain. “Akhirnya orang Indonesia akan menjadi penonton di negara sendiri,” tandas dia. Untuk menghindari hal tersebut, privilege harus diberikan kepada pelaku usaha lokal. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebijakan bahwa jika investor asing ingin melakukan usaha di Indonesia, maka harus melibatkan pengusaha dalam negeri. Metode ini akan lebih meningkatkan ketahanan ekonomi bangsa dan pengusaha lokal. Apalagi, kata Okto, mayoritas penduduk Indonesia saat ini dalam usia produktif. “Ini sumber daya manusia yang luar biasa, yang sebetulnya harus dikelola dengan baik,” tegas Okto. Lebih jauh, Okto juga menambahkan bahwa selama ini kalangan pengusaha memberikan andil yang cukup besar dalam penerimaan negara dari sektor pajak. Kemudahan dan fasilitas usaha yang diberikan pemerintah kepada mereka dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar, sehingga pajak yang disetor kepada negara pun bisa lebih besar. Yang tak luput dari perhatian Okto adalah penggunaan belanja negara. Okto menghimbau agar belanja tersebut dapat lebih banyak digunakan secara efisien dan produktif. Sebagai contoh pembangunan infrastruktur yang akan memberikan multiplier effect terhadap berbagai sektor, termasuk dunia usaha. Kalau kita bisa mengefisienkan penggunaan anggaran untuk hal-hal yang produktif, kata Okto, ”Saya yakin sekali negara ini akan mampu bersaing di pasar global.” Sementara menyangkut konsistensi kebijakan yang diharapkan Okto bisa segera terealisasi adalah jaminan ketersediaan listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi sektor dunia usaha. “Sudah ditetapkan dengan harga yang tidak murah, tetapi pasokannya tidak konsisten,” keluh Okto. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah pengusaha Peran pengusaha lokal tentu berpengaruh terhadap konsumsi domestik yang saat ini menjadi penopang perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang relatif baik sepanjang tahun 2011 lalu tak luput dari sumbangsih investasi yang dilakukan pengusaha dalam negeri. Terkait target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR, Okto mempertanyakan apakah angka tersebut sudah benar-benar mempertimbangkan kondisi perekonomian global, utamanya apa yang terjadi di Yunani dan Italia. Ekonomi Indonesia memang sedang berada pada kondisi yang baik karena didukung oleh konsumsi domestik. “Juga ditambah ekspor kita yang luar biasa, yang sampai USD100 miliar,” cetus Okto. Namun begitu, dia mengingatkan bahwa komponen ekspor ini adalah raw material, artinya bukan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja yang besar, tetapi lebih banyak kepada investasi portofolio yang punya kerentanan terhadap capital flow. Untuk memberikan fondasi yang lebih kuat terhadap fundamental ekonomi di sektor usaha, jumlah pertumbuhan pengusaha lokal dipandang perlu menjadi perhatian pemerintah. Saat ini, kata Okto, jumlah pengusaha lokal hanya sekitar 0,18 persen dari total penduduk. Padahal menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) orang yang melakukan aktivitas usaha mencapai 15 persen. Angka pengusaha dan orang yang melakukan aktivitas usaha ini bisa berbeda karena banyak masyarakat yang sudah melakukan usaha, tetapi belum teregistrasi, utamanya mereka yang bergerak di sektor usaha informal. Dalam pandangan Okto, perlakuan khusus Okto berharap pemerintah serius memberikan perhatian pada porsi yang bisa dimainkan pengusaha lokal dalam perdagangan bebas nanti. Jika tidak berhati-hati, Okto khawatir pos-pos yang strategis diambil pengusaha dari negara lain. “Akhirnya orang Indonesia akan menjadi penonton di negara sendiri,” tandas dia. kepada para pelaku usaha di Indonesia, tanpa memandang pelaku maupun klasifikasi usahanya, mutlak diperlukan. “Ketika kita bisa memberikan, umpamanya, ’Hei, tukang warteg, ini kamu saya kasih satu surat yang meregistrasi. Aktivitas kamu diakui oleh negara dan kamu harus membayar pajak,” ujar Okto memberikan contoh. Di satu sisi, pengusaha warteg tersebut bisa menjalankan usahanya karena memiliki izin yang sah dan terdaftar. Sementara di sisi lain, negara mendapatkan penerimaan tambahan dari sektor pajak. “Bayangkan multiplier effectnya. Dia sah dan bisa bawa ini sertifikasinya ini ke lembaga-lembaga finansial, katakan umpamanya kredit usaha mikro,” sambung Okto. Dengan kebijakan semacam ini, daya saing pengusaha lokal bisa bertambah. Jumlah 0,18 persen masih sangat jauh dari persentase ideal jumlah pengusaha dalam sebuah negara. Di negara-negara maju, menurut Okto, persentase pelaku usaha mencapai 10 persen dari total penduduk. Contoh di atas hanya satu alternatif upaya yang bisa dilakukan. Okto menegaskan bahwa tetap penting bagi pemerintah untuk melahirkan program-program yang dapat merangsang masyarakat melakukan aktivitas usaha. Program MP3EI Untuk menggenjot roda perekonomian dalam jangka panjang, pemerintah telah meluncurkan program Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Okto mengingatkan peran pemerintah untuk memastikan bahwa pengusaha-pengusaha di daerah dapat dilibatkan dengan baik. “Jangan sampai orang-orang di daerah jadi penonton. Jangan kita cuma jadi kontraktornya, cuma jadi supplier-nya. Mestinya kita punya tempat sebagai owner,” kata Okto. Pemerintah perlu lebih memahami bahwa Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk akan memberikan perubahan yang signifikan terhadap kesejahteraan daerah-daerah tersebut. Okto mengambil sebuah contoh upaya melibatkan pengusaha daerah yang bisa ditempuh pemerintah. “Ketika dia (investor asing) melakukan investasi, katakan begini, ’Kamu boleh masuk untuk investasi terminal di Mempawah, bikin lapangan terbang di Bintuni. Tetapi kamu harus melibatkan pengusaha lokal dalam hal perizinan.’ Hal ini cukup wajar untuk dilakukan karena lahannya yang punya kita, yang tahu izin mengurus (usaha) kita juga, “ tutur Okto. Okto meyakinkan bahwa HIPMI sebagai mitra strategis siap mengeksekusi dan mensosialisasikan program-program pemerintah yang sifatnya memberikan keberpihakan secara total kepada pengusaha di Indonesia. Sebagai penutup, sekali lagi Okto berharap pemerintah memberikan keberpihakan yang maksimal kepada pelaku dunia usaha di Indonesia. Keberpihakan dan kepastian itu sangat diperlukan terutama agar pelaku usaha mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas usahanya. Dalam menyongsong era perdagangan bebas, keberpihakan dalam penyusunan kebijakan pun menjadi faktor yang sangat penting. “Sehingga para pengusaha ini terlindungi, bisa meningkatkan kualitasnya, dan mampu bersaing,” pungkas Okto. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 13 Pertumbuhan Ekonomi Ditopang Konsumsi Domestik Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Langgeng Wahyu P. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2010 dan 2011 melesat di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Fauzi Ichsan, Managing Director dan Senior Economist Standard Chartered Bank, memperkirakan tren ini akan berlanjut pada tahun 2012. Konsumsi domestik masih akan menjadi tulang punggung ekonomi kita. D alam wawancara dengan Media Keuangan beberapa waktu lalu, Fauzi—akrab ia disapa—mengatakan dalam dua tahun terakhir, di saat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru lebih tinggi. Namun demikian, potensi krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa tetap bisa berdampak pada perkonomian dalam negeri. Pintu masuknya, kata Fauzi, ”Yang pertama melalui ekspor-impor, yang kedua melalui jalur keuangan.” Dari sisi ekspor-impor, dampaknya diperkirakan tidak akan terlalu besar karena ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh faktor domestik. “Kalau kita melihat komposisi PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia, sekitar 65 persen adalah konsumsi domestik,”ungkap Fauzi. Selain itu, sekitar 60 persen ekspor Indonesia adalah komoditas. Saat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, harga komoditas di pasar global relatif tidak mengalami penurunan signifikan, misalnya jika dibandingkan dengan harga produk-produk manufaktur. Sementara melalui sektor keuangan, Fauzi menerangkan bahwa krisis finansial Eropa dipicu oleh turunnya kepercayaan investor, terutama terhadap pemerintah Yunani, Italia, Portugal, Spanyol, dan Irlandia dalam penerbitan Surat 14 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Utang Negara (SUN). Bahkan dalam pandangan Fauzi, secara teknis Pemerintah Yunani bisa dikatakan sudah bangkrut. Utang pemerintah negara tersebut mencapai sekitar 360 miliar euro atau 160 persen dari PDB. Rasio ini bahkan diprediksi meningkat menjadi 200 persen pada tahun mendatang. Tak jauh berbeda dengan Yunani, Italia juga dilanda problem serius. Utang pemerintah menembus angka 1,9 triliun euro atau sekitar 120 persen dari PDB. Fauzi memaparkan bahwa Pemerintah Italia perlu memberikan bunga 6,5-7 persen jika ingin menerbitkan obligasi dengan tenor 10 tahun. Bahkan sewaktu puncak krisis Eropa terjadi, bunga yang ditawarkan di atas 7 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah dari angka-angka tadi, yaitu hanya di bawah 1 persen, Fauzi menilai Italia sedang menuju kebangkrutan. Ancaman hilangnya kepercayaan investor membuat harga SUN di banyak negara Eropa anjlok. Fauzi mengungkapkan bahwa perbankan yang memiliki SUN dalam jumlah besar di banyak negara di benua itu kini harus melakukan mark to market untuk merevaluasi harga SUN. Perbankan Eropa diestimasikan memiliki lebih dari 300 miliar euro SUN yang bermasalah. Dengan lambannya pencegahan krisis di sana, otomatis harga SUN negara-negara ini tetap rentan. “Dan sewaktu perbankan Eropa harus melakukan mark to market harga SUN yang mereka miliki, mereka membukukan kerugian,”terang Fauzi. Dampaknya mereka perlu menyuntik modal untuk menambah CAR perbankan yang turun. Penerbitan right issue dan nasionalisasi perbankan merupakan dua alternatif solusi untuk masalah di atas. Masalahnya, minat investor untuk membeli saham bank-bank Eropa saat ini sangat rendah, apalagi jika melihat rentannya bursa saham global. Nasionalisasi juga terhadang persoalan defisit APBN negaranegara tersebut yang sudah terlalu tinggi. Sehingga alternatif terakhir kemudian adalah menarik atau mengurangi kredit-kredit yang dikeluarkan perbankan. Selain itu, bank-bank di Eropa yang memiliki “dana menganggur”umumnya akan mengambil langkah aman dengan menyimpan dana mereka di European Center Bank (ECB). Keadaan ini menyebabkan tersumbatnya pasar uang di Eropa. Karena perbankan Eropa menyalurkan 30-40 persen pendanaan valuta asing (valas) ke perbankan Asia, otomatis likuditas valas di kawasan ini juga mengering. Salah satu dampak yang terlihat di Indonesia adalah mulai banyaknya perusahaan yang menunda keputusan pengeluaran modal (capital expenditure) untuk kepentingan investasi. “Mereka memang butuh likuiditas valas untuk mengimpor bahan baku, bahan modal, mesin. Karena sektor korporasi menjadwalkan kembali kegiatan investasi mereka, otomatis salah satu motor penggerak ekonomi Indonesia melambat,”papar Fauzi. Pilar-pilar ekonomi Meskipun terdapat potensi perlambatan pertumbuhan dari sektor investasi, Fauzi yakin bahwa konsumsi domestik, faktor penggerak ekonomi yang lain, masih akan kuat. Menurut dia, konsumsi domestik kini menjadi pilar pertama dari tiga pilar pendukung ekonomi Indonesia. Pembiayaan dari bank dan lembaga pembiayaan lain menopang sektor konsumsi domestik ini. Apalagi dengan rasio kredit bank terhadap PDB di Indonesia yang masih rendah, yaitu sekitar 29 persen, Fauzi menegaskan masih adanya ruang bagi perbankan dan lembaga pembiayaan untuk menopang konsumsi masyarakat Indonesia dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang. Sebagai perbandingan, rasio kredit bank terhadap PDB di Cina saat ini sekitar 125 persen. “Jadi artinya, kalau perbankan dan lembaga keuangan tetap menyalurkan kredit terhadap masyarakat Indonesia, otomatis pilar konsumsi domestik ini akan terus terjaga,”kata Fauzi. Pilar kedua adalah komoditas. Selama harga komoditas di pasar international naik, Indonesia akan diuntungkan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, Fauzi yakin para investor masih akan melihat Indonesia sebagai negara yang berprospek besar. Pembangunan infrastruktur yang signifikan menjadi pilar penting yang ketiga. Saat ini saja, dalam pandangan Fauzi, dengan infrastruktur yang masih buruk, ekonomi bisa menembus 6 persen. “Apalagi kalau ada jalan tol TransJawa, TransSumatera, pembangkit tenaga listrik efisien, modernisasi pelabuhan dan bandar udara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik ke 8, bahkan 9 persen setahun,”ungkap Fauzi. Pembangunan infrastruktur pun akan membantu kedua pilar sebelumnya. Dengan infrastruktur yang lebih memadai, biaya-biaya seperti biaya transportasi dan sumber energi bisa ditekan. Ini bisa menurunkan inflasi dan suku bunga. Lebih jauh, keadaan ini juga bisa membuat sektor manufaktur lebih kompetitif sehingga para pengusaha dapat melakukan perluasan investasi dan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Namun, ada sejumlah kendala dalam pembangunan infrastruktur. Fauzi menyebut masalah pembebasan lahan, ketidakmampuan Pemda Dati II untuk melaksanakan proyek secara tepat waktu, efisien, dan efektif, serta kekhawatiran pemeriksaan dan audit KPK dan BPK yang membuat banyak pegawai negeri sipil enggan menjadi pimpinan proyek mesti segera ditemukan jalan keluarnya. Pertumbuhan ekonomi Lambannya pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam kurun waktu 6-7 tahun terakhir secara otomatis membuat defisit APBN selalu di bawah target pemerintah dan batas atas yang diberikan undang-undang (3persen dari PDB). Implikasinya, rasio utang pemerintah terhadap PDB terus menurun. “Dari sekitar 90 persen tahun 2000, sekarang 26 persen. Pertumbuhan ekonomi masih 6-6,5 persen. Jika kita bawa angka-angka ini ke investor di New York, London, lembaga peringkat risiko, mereka akan bilang, ’Wah hebat ya Indonesia...,’”papar Fauzi. Lebih jauh, pembangunan infrastruktur yang macet juga menyebabkan penyerapan dana APBN dan APBD tidak optimal, sehingga secara kasat mata indikator fiskal kita justru tampak menjadi sangat baik. Inilah yang kemudian memicu kenaikan peringkat risiko Indonesia menjadi invesment grade. Dengan capaian peringkat di atas, aliran modal yang masuk ke Indonesia akan semakin banyak. Namun menurut pandangan Fauzi, kalau aliran modal ini tidak bisa diserap oleh sektor riil, termasuk untuk pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur, maka aliran dana ini hanya akan lari ke pasar modal. “Ini akan berisiko menciptakan bubble economics 2-3 tahun lagi,” tandas Fauzi. Kunci utamanya, lanjut dia, adalah peningkatan kemampuan ekonomi, terutama sektor riil untuk menyerap dana bukan dari APBN saja, tetapi juga aliran modal dari luar negeri. Dengan kondisi sekarang, Fauzi menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen dalam APBN 2012 berat untuk dicapai. Apalagi pertumbuhan ekonomi negara lain juga dikoreksi. Pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan turun dari 9,2 persen menjadi 8,1 persen. Zona Eropa yang tahun 2011 tumbuh 1,5 persen, tahun depan diramalkan turun tajam menjadi -1,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pun diprediksi hanya akan mencapai 1,7 persen. “Tidak ada alasan yang realistis kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih pesat tahun depan dibanding tahun ini, kecuali ada pembangunan infrastruktur besar-besaran seperti di Cina,” tegas Fauzi. Harapan Di ujung perbincangan, Fauzi menyampaikan sejumlah harapannya kepada pemerintah. Yang menjadi penekanan dia utamanya adalah usulan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada tahun 2012. Hal ini karena, kata Fauzi, “Lebih dari 90 persen subsidi BBM dinikmati oleh kelas menengah ke atas. Secara logika harga BBM harus naik ke harga real ekonominya.” Dia tak menampik bahwa kebijakan itu pasti akan “memukul”masyarakat kelas bawah. Tugas pemerintah untuk meminimalkan munculnya dampak negatif kenaikan harga BBM menurut Fauzi bisa dilakukan dengan memberikan subsidi yang lebih terarah kepada masyarakat miskin. “Mereka dikompensasikan dengan subsidi yang terukur. Apakah itu BLT (Bantuan Langsung Tunai) atau subsidi lain,”kata Fauzi. Dengan menaikkan harga BBM bersubsidi 25-30 persen, subsidi dapat dialihkan antara lain untuk pembangunan infrastruktur dan memperkecil defisit APBN. Lebih jauh, Fauzi juga berharap adanya kebijakan untuk menambah likuiditas valas di sektor perbankan. Tanpa itu, sektor korporasi sulit untuk mengembangkan usahanya karena investasi mereka umumnya memang dalam valas. Salah satu wacana yang dapat dipertimbangkan adalah penerbitan global bounds oleh Bank Indonesia dengan tingkat bunga dan hasil yang sama dengan obligasi pemerintah. Dana yang berhasil dihimpun dari situ kemudian disalurkan ke perbankan di Indonesia. Fauzi memandang usulan ini baik untuk mengatasi kendala segmentasi likuditas yang bukan hanya terjadi di dalam dunia perbankan saja, melainkan juga antar sektor swasta dan publik di Indonesia. Menurut dia, penyerapan anggaran di sektor swasta saat ini lebih pesat daripada di sektor publik. “Sektor publiknya kelebihan uang karena lambannya penyerapan APBN dan APBD, sektor swastanya lagi kekurangan valas,”terang Fauzi. Jika pendanaan sektor publik kuncinya ada di Kementerian Keuangan, maka di sektor swasta, BI berperan besar. “Cadangan devisa BI bisa digunakan untuk memperkecil fluktuasi kurs dolar terhadap rupiah per hari. Tapi tidak bisa digunakan untuk menyuplai sektor korporasi dengan pendanaan untuk capex dan investasi mereka,” pungkas Fauzi. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 15 wawancara Penyerapan Anggaran Bukan Segalanya Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Amelia Safitri Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2012 telah dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2011 di Istana Negara, Jakarta. DIPA diserahkan lebih awal kepada masing-masing menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran. Penyerahan DIPA sebelum tahun anggaran dimulai merupakan salah satu cara untuk memperbaiki pola penyerapan yang cenderung tidak sehat, rendah di awal tahun dan menumpuk di akhir. Satu hari setelah acara penyerahan DIPA, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus Suprijanto berbicara kepada Media Keuangan mengenai latar belakang di balik pemajuan jadwal kegiatan tersebut serta beberapa kendala penyerapan anggaran dan langkah-langkah pemecahan yang terus diupayakan. Pola penyerapan anggaran yang selama ini tertumpuk di akhir tahun anggaran sangat tidak sehat bagi perekonomian. Apakah penyerahan DIPA lebih awal merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki pola tersebut? I ya. Dulu di masa lalu DIPA itu sering terbitnya terlambat, kadang-kadang melewati tanggal awal tahun. Itu menjadi keluhan banyak pihak. Lalu kita berusaha supaya bisa tepat pada waktunya. Pertama kita selesaikan pada akhir Desember. Kemudian kita percepat lagi, diserahkan pada tanggal 20. Ini supaya memberi kesempatan pada satker (satuan kerja) untuk melakukan persiapan pelaksanaan anggaran di tahun 2012. Banyak kejadian, pelaksanaan anggaran itu berjalan terlambat karena faktor persiapan sangat kurang memadai. Misalnya penunjukkan pejabat pengelola perbendaharaan, itu ketika tahun anggaran sudah dimulai, mereka belum menetapkan satu (orang) pun. Padahal pejabat pengelolaan perbendaharaan itu banyak. Mulai dari KPA (Kuasa Pengguna Anggaran), pejabat pembuat komitmen, pejabat penandatangan SPM, bendahara, pejabat pengadaan. Itu harus disiapkan sebelum tahun anggaran dimulai. Kalau itu baru disiapkan setelah DIPA diterima, akhirnya pada awal-awal tahun berjalan itu mereka masih sibuk mencari orang. Itu kan pekerjaan enggak bisa main tunjuk begitu saja. Pejabat pengadaan harus dicari orang yang punya sertifikat. Untuk jadi bendahara dia harus dipercaya, kemudian punya brevet khusus bendahara. Untuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dia juga harus punya sertifikat pengadaan. Ini membuat mereka sibuk mengurus itu saja, akhirnya kehabisan waktu. Pada waktu mereka mau menetapkan (pejabat pengelolaan perbendaharaan), tahun anggaran sudah berlalu beberapa bulan. Lalu kemudian, yang lebih parah lagi, mereka tidak punya rencana pengadaan. Rencana pengadaan, rencana penarikan dana, itu kan harus disusun sebelum anggaran dimulai. Jadi pada bulan Desember ke belakang itu mereka sudah harus punya rencana penarikan dana. Rencana itu disusun berdasarkan kalender kegiatan dan rencana procurement plan. Kalau procurement plan itu kan basisnya adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya kontraktual. Di situ bisa dilihat kapan termin-terminnya itu jatuh, sehingga schedule untuk menarik dananya sudah jelas sepanjang tahun nanti. Begitu juga untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya non-kontraktual, mereka harus susun kalender kegiatan itu. Jangan semua kegiatan itu dijalankan pada bulan Desember atau kuartal empat. Makanya hotel-hotel itu full, penuh karena semua (kegiatan) ditaruh di bulan 16 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 November-Desember. DIPA sudah diterima tanggal 20 (Desember) ini. Ya sudah untuk kegiatan sosialisasi, lakukan di bulan Februari, training misalnya di bulan Maret. Dibagi kalendernya, sehingga sepanjang tahun (kegiatan) itu dilaksanakan. Kalau semua siap menyusun itu, maka penarikan dana bisa teratur. Itu dari sisi persiapan pelaksanaan anggaran. Jadi dengan diserahkannya DIPA, lebih awal, mereka diberikan kesempatan untuk mengevaluasi lagi itu. Ada waktu paling tidak satu setengah minggu lah untuk melihat apakah (pejabat pengelolaan perbendaharaan) ini sudah selesai ditetapkan. Begitu teng tanggal 2 Januari sudahlah “lari” dia, eksekusi (melaksanakan anggaran) gitu. Selain memajukan jadwal penyerahan DIPA dan pemberian reward and punishment kepada satker sehubungan dengan pengelolaan anggaran di unit mereka, apakah ada cara lain yang ditempuh? Kuncinya itu disbursement plan, rencana penarikan tadi. Di dalam DIPA, halaman nomor tiga, sebenarnya sudah ada rencana penarikan dana. Tapi karena mereka enggak tahu, (mereka) hanya sekadar mengisi supaya terpenuhi persyaratannya. Orang bikin rencana penarikan dana, anggaran satu tahun itu dibagi dua belas. Jadi seperduabelas, seperduabelas, seperduabelas. Kalau gaji iya, lebih menyorot ke aspek (kinerja) ini. Jadi jangan orang yang serapannya rendah, lalu langsung di-punished enggak becus. Belum tentu. Saya bilang kalau dia serapan belanja rutinnya hanya 60 persen sampai akhir tahun anggaran, (tapi) kita tahu kantornya jalan kok satu tahun, itu artinya operasional kantor terpenuhi. Dan dia mampu menghasilkan output yang direncanakan. Enggak ada yang salah dengan itu. Malah saya bilang lebih baik. Anda spend less money untuk output yang sama. Itu prinsip efisiensi dalam ekonomi. seperduabelas, karena sama setiap bulan. Tapi kalau termin, kontrak, itu kan enggak sama. Jadi dengan memiliki rencana penarikan yang bagus dan dilakukan dengan disiplin, pasti penarikan dana bisa lebih merata dan penyerapannya pasti lebih cepat. Bagaimana pandangan Bapak mengenai wacana pembentukan unit layanan pengadaan barang dan jasa pada masing-masing satker? Pembentukan unit layanan pengadaan barang dan jasa ini harus sudah diwujudkan. Pejabat pengadaan, panitia lelang, itu sekarang pekerjaan sambilan. Enggak bisa. Itu pekerjaan yang sangat urgent, harus ditangani secara full time, serius. Jadi tolong dipercepat pembentukan unit layanan pengadaan barang dan jasa. Tempatkan orang-orang yang bersertifikat, profesional, dan mendedikasikan seluruh waktunya untuk mengurus pelelangan dan dikasih remunerasi atau tunjangan yang lebih tinggi karena dia punya risiko yang lebih dari lainnya. Lalu lebih jauh lagi gunakan e-procurement supaya lebih cepat dan efisien. Jadi kalau sudah punya itu, kita nanti akan monitoring seperti pidato Presiden. Beliau meminta laporan pertama bulan April, kedua bulan Juni, yang ketiga November. Mereka sudah dengar semua itu. Mulai Januari ini saya kerahkan semua staf di Kanwil (Kantor Wilayah) dan KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) untuk membina mereka. Dorong mereka supaya (dalam) memenuhi penarikan dana bisa disiplin. Kemudian pastikan bahwa ada penyerapan pada kuartal pertama. Kalau kuartal pertama masih sama seperti tahun lalu, selesai kita semua. Idealnya (penyerapan anggaran kuartal pertama) itu 20 persen lah. Pola penyerapan anggaran yang lamban seharusnya tidak perlu terjadi mengingat pada tahun anggaran 2011 sudah diterapkan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) secara penuh pada Kementerian dan Lembaga, sehingga mereka tinggal melaksanakan target kinerja masing-masing yang sudah tertuang pada program, kegiatan, dan output. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal ini? Saya sebetulnya ingin orang-orang itu beralih pikirannya ya. Jangan fokus pada penyerapan. Sekarang ini kita sudah menganut anggaran yang berbasis kinerja. Fokus pada kinerja. Kalau serapannya 60 persen, tapi output-nya sudah 100 persen, enggak ada yang salah kan itu. Malah bagus menurut saya. Jadi penyerapan yang rendah itu tidak selalu berkorelasi positif dengan kinerja yang buruk. Tapi kalau kita selalu berorientasi pada penyerapan anggaran, mereka cenderung hambur-hamburkan duit. Output-nya enggak jelas. Itu bahayanya. Mari masyarakat itu Penganggaran berbasis kinerja begitu. Jadi pertanggungjawabannya juga kinerja, bukan uangnya. Sekarang Anda spend 100 juta, jadi apa 100 juta itu harus kita counter. Misalnya belanja modal tahun ini Anda dapat 200 miliar. Ketika Anda pertanggungjawabkan 200 miliar itu, harus ada barang atau aset yang senilai dengan itu atau setidak-tidaknya dikurangi dengan biaya administrasi dan sebagainya, ada wujudnya gitu. Disitulah akuntabilitas dari anggaran. Jadi jangan ributkan soal penyerapan itu kalau menurut saya. Ya boleh, dua-duanya kita kontrol, serapan dan kinerja itu. Jalan seiring. Jadi kalau kita katakan, ’Kamu serapannya rendah, sudah kuartal ketiga masih 50 persen.’ Tapi dia bisa kasih report secara fisik, output sudah mencapai 75 persen, itu bagus. Ini enggak mudah, tapi mindset itu harus ditaruh sehingga kita enggak salah persepsi seakan-akan penyerapan anggaran itu segalagalanya. Bagaimana harapan Bapak terhadap pelaksanaan anggaran pada tahun 2012? Sederhana saja, menjadi lebih baik dari 2011. Dari sisi kualitas dan tingkat penyerapannya. Tapi yang lebih penting dari itu adalah kualitas belanjanya, penggunaan uangnya. Maksud saya betul-betul menghasilkan output yang jelas. Kalau sudah seperti itu, republik ini semakin baik saya kira. Orang enggak bisa main-main untuk membuat kuitansi fiktif, proyek fiktif, dan sebagainya. Mudah-mudahan kemudian akan semakin meningkatkan kualitas APBN kita, sehingga dana yang kita ambil dari masyarakat lewat pajak itu bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai orang susah-susah bayar pajak, kita susah-susah memungutnya, eh dipindahkan ke rekening pribadi gitu ya. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 17 profil 18 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Ketika Mahendra Berbagi Cerita Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Yeremia Listyagung Mahendra Siregar diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Menteri Keuangan II pada tanggal 19 Oktober 2011. Sudah puluhan tahun Mahendra—sapaan akrab Mahendra Siregar—berkecimpung di lingkungan birokrasi. Dia memulai karier sebagai pegawai Departemen Luar Negeri pada tahun 1986. Kiprahnya mulai meroket saat dipercaya menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti pada tahun 2001. Pada medio 2005, Mahendra dilantik oleh Menko Perekonomian kala itu, Aburizal Bakrie, menjadi Deputi Menteri Bidang Koordinasi Kerjasama Internasional. Jabatan itu tetap dipercayakan kepadanya selama kepemimpinan Menko Perekonomian Boediono (2006-2008) dan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati (2008-2009). Dia kemudian ditunjuk menjadi Chairman dan CEO Indonesia Eximbank, sejak lembaga tersebut diresmikan pada tanggal 1 September 2009 hingga bulan Desember 2009. Jabatan terakhir yang dipegangnya sebelum menjadi Wakil Menteri Keuangan II adalah Wakil Menteri Perdagangan. M edia Keuangan berkesempatan berbincang dengan pria 49 tahun tersebut beberapa waktu lalu. Sosoknya yang ramah dan hangat terlihat menonjol selama wawancara berlangsung. Jawaban-jawabannya seputar perekonomian Indonesia dan global pun seolah menegaskan tepatnya keputusan Presiden menunjuk Mahendra menggawangi urusan fiskal bersama Menkeu Agus D. W. Martowardojo dan Wakil Menkeu I Anny Ratnawati. Berikut ini petikan perbincangan Media Keuangan dengan pria yang menamatkan pendidikan S1 di Universitas Indonesia dan S2 di Monash University, Australia, itu selengkapnya. Bagaimana arahan Presiden terhadap Bapak terkait penunjukkan sebagai Wakil Menteri Keuangan? Arahan Bapak Presiden itu pada saat beliau memanggil saya ke Cikeas. Itu jelas bahwa beliau mengharapkan dan optimis bahwa Indonesia bisa menghadapi krisis global ini dengan daya tahan yang tinggi. Dalam konteks itu, beliau melihat perlu ada langkah-langkah yang jelas dan terarah untuk bisa membentengi perekonomian Indonesia dari pengaruh negatif krisis global. Itulah sebenarnya pesan beliau kepada saya. Untuk semakin mencegah dampak negatif krisis itu. Saya rasa jelas sekali karena ini krisisnya datang dari internasional. Jadi perlu katakanlah interface ataupun penanganan di dua sisi, yang berangkat ke internasionalnya tapi juga kesiapan di dalam negeri. Dalam tugas sebagai Wamenkeu II, Bapak mendapat amanat untuk pengawasan Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BapepamLK), Ditjen Kekayaan Negara, dan Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan (BPPK). Bagaimana langkah-langkah strategis yang akan Bapak lakukan untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas ini? Sebenarnya, kalau dari segi pembagian tugas oleh Pak Menteri lebih dari segi koordinasi yang diarahkan. Pak Menteri terhadap kami dan Bu Anny dan juga Pak Menteri sendiri. Jadi bukan pembagian tugas dalam arti division of labour, struktural. Tapi lebih koordinasi mengingat besarnya Kementerian Keuangan dari segi jumlah unit maupun cakupan tugas yang dilakukan. Dalam kerangka itu sebenarnya arahan yang kami pakai pada 4 unit eselon I itu, BKF, Bapepam-LK, BPPK, dan Ditjen Kekayaan Negara sebenarnya tidak ada bedanya dengan arahan Pak Menteri sendiri. Jadi tidak ada rencana ataupun proses untuk kemudian saya maupun Bu Anny mengembangkan strategi maupun kebijakan khusus masalah itu. Pelaksanaan tetap sama, hanya koordinasi dari kegiatan maupun konsistensi antarunit. Karena, tantangan yang salah satu dirasakan, termasuk yang dicerminkan dalam memperkenalkan nilai-nilai baru itu, saya lihat bagaimana semakin meningkatkan koordinasi dan integrasi diantara unit-unit di kementerian. Saya rasa itu lebih challenging. Bagaimana Bapak mengartikan kepercayaan Bapak Presiden untuk dapat berkiprah sebagai Wakil Menkeu? Di era (sekarang), dimana Indonesia yang semula, katakanlah bagian dari negara yang sedang berkembang, yang memang maju, tapi lebih dilihat sebagai underdog. ‘Ya, oke lah maju tapi kan dulu ‘di situ tempatnya’, tiba-tiba dengan kondisi global yang berubah, bisa melesat. Kalau sekarang jelas di jajaran 20 besar ekonomi global dan kita menuju 10 maupun 8 besar dunia. Coba bayangkan, kita bukan hanya hidup, tapi diberi kesempatan bertugas, berkarya di era seperti itu. Mungkin kalau bisa dibandingkan, barangkali excitementnya, gairahnya, itu hampir sama dengan para founding father kita yang membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Cuma bedanya founding father sudah membuktikan mereka berhasil karena kita (sudah) merdeka. (Kementerian) kita belum, dalam proses. Dalam konteks itu, saya pikir kita lebih menarik, karena kita masih ditantang. Peluangnya besar sekali. Jadi tidak ada alasan bagi kita melihat perspektif 2012 itu sebagai satu tahun yang beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tapi saya tetap lihat dalam prespektif jangka menengah-panjang. Tahun MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 19 Keterangan foto: Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar berbincang dengan Vivanews dalam kunjungannya ke kantor Vivanews, Jakarta (5/1). Foto: Yeremia Listyagung 2012 seperti tahun-tahun sebelumnya adalah satu tahun lagi bagi kita untuk mencapai tingkat yang lebih maju, lebih sejahtera seperti yang kita harapkan semua. Apakah Bapak ingin mengatakan bahwa kita tidak perlu merasa minder dalam pergaulan internasional? Oh, tidak ada. Ini true story. (Pada pertemuan) G-20 di Cannes, saya ingat benar. Kalau katakanlah 10-15 tahun lalu kita berhadapan dengan negara-negara maju, pasti begitu dapat giliran ngomong kita langsung kasih tahu mereka betapa hebatnya ekonomi Indonesia. Kita ingin membuktikan bahwa kita itu baik, bagus, berusaha keras, progressing, membuktikan supaya yakin semua. Kemarin di Cannes itu, yang terjadi urutannya, yang pertama Eropa karena tuan rumah Prancis, Amerika, lalu Jepang. Mereka itu, ini dunia yang betul-betul terbalik. Mungkin 90 persen pembicaraan mereka, intervensi yang pertama itu persis, berbusabusa meyakinkan betapa bagusnya recovery mereka, sudah terjaganya mereka dari krisis yang lebih buruk. Mencoba meyakinkan. Seperti yang kita lakukan dulu? Iya. Jadi makanya saya bilang tadi, kalau bicara soal minder enggak terlalu pas, merasa kurang yakin. Itu mereka. ‘Aduh ekonomi kita gimana dilihat dunia?’ Mereka yang punya beban seperti itu. Presiden kita 20 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 pada saat itu tidak menjelaskan, tidak perlu lagi, mereka sudah tahu, sudah baca sendiri, kita tidak usah “jualan” lagi. Itu yang saya bilang tadi. Tidak disangka bahwa dalam waktu yang begitu singkat, dinamika global itu berubah begitu cepat. Dalam konteks seperti itu, ngapain lagi minder? Ngapain lagi kita enggak yakin, apalagi (dalam hubungan kerja sama) bilateral. Begitu kita bersalaman, belum duduk, langsung dia (delegasi negara lain) Tahun 2012 seperti tahun-tahun sebelumnya adalah satu tahun lagi bagi kita untuk mencapai tingkat yang lebih maju, lebih sejahtera seperti yang kita harapkan semua. bilang,‘Congratulations’. Kenapa? Kita enggak ulang tahun. ‘Congratulations, Indonesian’s economy is going very strong, you have very sustainable fiscal, very managable inflation, witnessing a lot of increase of investment’. Dia yang ngomong. Kita enggak usah ngomong lagi. Jadi itu percakapan awal dari pertemuan internasional di tingkat global, multilateral, maupun bilateral. Itu yang terjadi. Jadi betul-betul sudah, bahwa peribahasa klisenya, dunia itu berputar. Itu benar dalam konteks global. Dan saya yang enggak bayangkan, bisa sebegitu cepat, 12-13 tahun dalam perjalanan sejarah suatu bangsa itu kan singkat sekali. Yang lalu, mungkin kalau ada kasta, (kita) mungkin Paria di dalam percaturan dan tatanan global. Tiba-tiba sekarang kalau kita ngomong orang-orang dengerin semua. Jangan lupa, bangsa di Amerika Latin yang sekarang disejajarkan dengan Asia, Meksiko, Argentina, Brazil itu usianya 200-an tahun. Jadi perspektifnya harus pas. Bukan berarti kita kemudian sudah kaya cerita di dongeng, “life happily ever after”. Bukan. Kita banyak sekali tantangan soal infrastruktur, kesejahteraan, masih banyak. Apalagi kalau kita tidak tumbuh merata. Tapi jangan juga kita mengecilkan pencapaian kita sendiri yang oleh internasional diakui. Kan aneh juga. Akhirnya kalau kita merasa baik ya kita proporsional. Kalau memang kurang ya kita perbaiki. Sebab saya khawatir terus terang, apa yang saya baca di media internasional sulit sekali saya bisa baca dan cari di media dalam negeri. Media dalam negeri senangnya yang kontroversial. Saya dari dulu termasuk yang pragmatis dalam melihat ini. Kalau media di dalam negara yang demokratis, good news is no news, jadi kalau enggak banyak di berita berarti bagus, karena bad news is good news. Jadi ini yang harus disadari, bahwa kita sudah sampai di situ. Bapak dipercaya sebagai Sherpa Presiden SBY pada pertemuanpertemuan G20. Apa saja pengalaman menarik selama menjalankan tugas tersebut? Selama Keketuaan Prancis di G20, saya menjadi Sherpa. Itu julukan yang dipakai penunjuk jalan di pegunungan Himalaya. Kalau mau naik Mount Everest, orang yang nunjuk jalan itu biasanya orang tua pakai tongkat, tapi dia yang paling tahu, menunjuk jalan hingga sampai ke puncak. Sherpa (dalam konteks ini bertugas) menunjukkan jalan yang benar kepada leaders, Presiden atau Perdana Menteri. Jadi saya itu sherpa kepada Pak SBY, kurang lebih kalau masuk jurang ya saya masuk jurang duluan, tetapi kalau mau cari jalan yang benar, mudah-mudahan saya bisa carikan jalan untuk para leaders, masing-masing, mencapai itu. Seperti penunjuk jalan dalam proses pendakian gunung. Tahun lalu, selama Keketuaan Prancis, secara tidak resmi ada pertemuan negara-negara berkembang anggota G20, Cina, India, Brazil, Meksiko, Argentina, kita sendiri, siapa lagi, 7 (negara) mestinya. Nah, kita diminta di level sherpa sebagai koordinator. Saya sudah 5 kali meeting, koordinasi, bahkan sekarang setelah bergeser menjadi Meksiko menjadi ketuanya, mereka minta lagi Indonesia (menjadi koordinator sherpa). Saya bilang enggak mau. Masa saya terus-terusan. Jadi (kita) bukan hanya diterima dengan lebih sejajar dan juga tadinya kita harus membuktikan diri bahwa kita layak jadi anggota di sini. Lihat ini betapa bagusnya kita. Dia yang sudah bilang sendiri, malah kita yang diminta mengkoordinir. Maksud saya, takutnya dikira sombong, mungkin jangan dilihat dari perspektif yang keliru. Kalau saya istilah yang pas itu ‘Well, it’s about time’, tempat Indonesia di situ, bukan di tempat lain. Orang-orang menilai apakah kita sudah sanggup? It’s about time. Karena kita berusaha keras, bekerja keras, dan karena juga ternyata orang-orang ini enggak Superman juga. Buktinya krisis. Jadi dia juga ada kesalahan. Dia ada tantangan, punya masalah, jangan-jangan dia juga lebih besar masalahnya. Belum tahu ini kita kan? Dalam arti it’s about time, wah kita sekarang sudah jagoan, bukan. It’s about time karena yang lain juga bukan super, luar biasa dibandingkan kita. Kita sudah kerja keras sungguh-sungguh dan committed. Nyampe juga sudah. So what? Itu yang saya bilang tadi. Keberadaan kita sekarang ini comparable dengan founding fathers. Luar biasa kan? Bayangkan kita berada di sini, jauh lebih beruntung daripada generasi kita sebelumnya. Kalau saya melihatnya, apakah saya mengada-ada, tidak tahu juga, tapi saya “ ada di sini, besok dimana ya terserah saja. Dari berbagai institusi tempat dimana Bapak pernah berkarier, institusi manakah yang paling berkesan? Institusi Republik Indonesia. Karena itu tadi, kita berada dalam era yang luar biasa menariknya, so dimana pun sama menariknya. Kalau di Republik Indonesia, kalau ada yang enggak menarik pertanyaannya sinis nih, ngapain aja lo? Saya melihat Kementerian Keuangan sekarang ini, kalau di tempat lain barangkali sudah 3 kementerian jadi 1, saking besar tanggung jawab dan perannya. ” Mahendra Siregar rasa wajar-wajar saja, dan juga lebih banyak kembangkan kemampuan dan percaya diri, tidak terlalu pusing soal jabatan. Maka saya bilang (penunjukkan sebagai wakil menkeu), it’s just another job. Hahaha. Sekarang dikasih besok diambil, so what? Pusing amat. Saya tidak minta. Kok enggak menarik. Hahaha. Negara kayak begitu, di era kayak begini, kok enggak menarik. Something is wrong with you or your job? Selain masih relatif muda, Bapak juga memiliki banyak pengalaman di dunia internasional. Bagaimana Bapak menjawab ekspektasi yang begitu besar atas penunjukkan Bapak sebagai wakil menkeu? Saya melihat Kementerian Keuangan sekarang ini, kalau di tempat lain barangkali sudah 3 kementerian jadi 1, saking besar tanggung jawab dan perannya. Saya melihatnya sebagai suatu kepercayaan dan juga sekaligus tantangan untuk kita betulbetul bisa mengoptimalkan keberadaan tadi itu. Dan dilihat dari sumber daya manusianya, dilihat dari resources-nya itu, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bisa. Hanya masalah perlu semakin lebih terkoordinasi, sinergis, dan sebagainya. Nah, harus perspektifnya dulu yang pas. Bahwa we can do that, I can do that, dan kemudian itu terjadi. Jangan dibalik. Kalau dibalik kayaknya begini nih, kalau dikasih ijazah nanti saya pintar. Lho kan terbalik, karena dikasih ijazah jadi pintar. Mestinya enggak, karena saya pintar, kerja keras, rajin, makanya dapat ijazah. Jangan terbalik kalau saya melihatnya. Saya kalau ada tugas dan tantangan, penempatan dimana-mana saja lah, ini institusi saya yang ke lima kan, sejak di Kemenlu, Kemenko (Perekonomian), pindah ke LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor), sebentar sekali. Bu Sri Mulyani yang memindahkan ke situ. (Kemudian) ke Kementerian Perdagangan, lalu ke sini. Saya enteng aja lah, it’s just another job, sekarang Bagaimana harapan Bapak terhadap Kementerian Keuangan? Tidak ada yang lain kecuali berupaya lebih kuat dan bersinergi. Kata kunci lain di samping kerja keras dan meningkatkan kinerja, sinergi yang lebih efektif diantara kita semua. Karena masih saya lihat belum banyak yang merasa esprit de corps-nya Kementerian Keuangan. Bukan belum banyak, belum semua. Saya bisa begini karena saya sudah kemana-mana. Jadi loyalitas saya cuma ke republik saja lah. Kalau yang lain-lain sama saja. Perahunya sama, rumahnya sama. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 21 lintas peristiwa Penandatanganan Kesepakatan dengan KfW Workshop Sinkronisasi Tugas dan Peran Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P. Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengimbau Waluyanto menandatangani kesepakatan dengan agar Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Bank Pembangunan Jerman (KfW) untuk mendukung Indonesia (POLRI) merencanakan anggarannya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia dalam bidang mengacu pada anggaran berbasis kinerja. pendidikan di Indonesia. P enandatanganan tersebut dilakukan di Gedung A. A. Maramis I Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (15/12). KfW mengurangi piutangnya kepada pemerintah Indonesia yang semula sebesar USD2,3 miliar menjadi EUR18,8 juta dengan meminta pemerintah Indonesia menganggarkan dana sebesar EUR9,4 juta untuk program beasiswa pelajar Sekolah Menengah Kejuruan dan mahasiswa program doktoral. KfW juga menyediakan pinjaman sebesar EUR21 juta kepada pemerintah Indonesia yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan kejuruan. D emikian disampaikan dalam sambutannya pada acara Workshop Sinkronisasi Tugas dan Peran POLRI, TNI, dan sipil dalam Misi Pemeliharaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (13/12). Anny menekankan pentingnya transformasi penganggaran berbasis kinerja bagi TNI/Polri maupun Kementerian/Lembaga (K/L). "Harus jelas dulu outcome-nya dan diyakinkan bahwa ini adalah prioritas dan kepentingan nasional, dan in the long term mau dibawa ke mana" ujarnya. Ia menambahkan, Kemenkeu sebagai Bendahara Umum Negara juga akan melihat tingkat kepentingan program-program yang diajukan K/L. Seminar Nasional OJK Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P. Pembentukan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan yang telah disahkan pada November 2011 lalu dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, baik yuridis maupun kondisi sektor jasa keuangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan. 22 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 D emikian disampaikan Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo pada Seminar Nasional OJK di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (21/12). Dengan adanya OJK, kegiatan sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara lebih teratur, adil, transparan, dan akuntabel. Selain itu, OJK mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Menkeu juga menegaskan bahwa OJK merupakan lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU OJK. Sosialisasi Program Pro Rakyat dalam APBN 2012 Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P. Kementerian Keuangan menyelenggarakan sosialisasi program pro rakyat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012, pada prosesi penyelenggaraan DIPA. Acara tersebut dibuka oleh Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo yang diselenggarakan di Gedung Dhanapala, Jakarta pada Rabu (28/12). M enkeu mengatakan, program sosialisasi tersebut sangat penting bagi masyarakat, agar mereka dapat mengetahui haknya dan melakukan pengawasan terhadap jalannya anggaran. "Kami harap masyarakat bisa mengukur seberapa besar kontribusi APBN terhadap perekonomian nasional, seberapa jauh dukungan APBN terhadap dunia usaha, seberapa besar APBN mendukung upaya pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja," jelas Menkeu. Peluncuran Kemajuan NSW 2011 Penutupan Perdagangan Bursa 2011 Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P. Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Iqbal Pramadi Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo menutup menghadiri acara Peluncuran Kemajuan National perdagangan bursa tahun 2011 tepat pukul 16.00 di Single Window di Gedung Badan Pengawas Obat dan Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Jumat (30/12). Makanan, Jakarta, Kamis (29/12). M M enkeu mengapresiasi kerja Tim NSW yang telah melaksanakan target pekerjaan dari seluruh program kerja tahun 2011. Secara umum, semua program kerja dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. “Karena itulah pada kesempatan yang sangat baik ini, saya selaku pimpinan Tim Persiapan NSW, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran Tim Persiapan NSW, yang telah bekerja keras dalam mewujudkan cita-cita dan keinginan kita bersama,” ujar Menkeu. enkeu yang didampingi oleh Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, Direktur Utama PT BEI Ito Warsito, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nurhaida, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengaku bangga dengan kinerja Pasar Modal Indonesia yang mampu bertahan ditengah gejolak global. Bursa Efek Indonesia ditutup dengan nilai Indeks Harga Saham Gabungan pada posisi 3.821,99. Pertumbuhan sebesar 3,20 persen tersebut merupakan prestasi bagi Indonesia di tengah gejolak ekonomi dunia yang sedang terjadi. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 23 reportase Transformasi Capital Inflow ke Dalam Investasi Sektor Riil Teks: Iin Kurniati Foto: Yeremia Listyagung Deretan pegunungan terbentang dari barat ke timur dengan gugusan gunung berapi diantaranya. Suasana pantai yang eksotis dengan iklim tropis nan sejuk membuat Bali menjadi salah satu kota tujuan wisata favorit dunia yang ada di Indonesia. Pantaslah rasanya berbagai event nasional hingga internasional sering diadakan di daerah yang terkenal dengan kekuatan seni tradisionalnya tersebut. 24 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 T ak heran, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan bersama dengan Asian Development Bank (ADB) mengadakan event internasional di Nusa Dua, Bali. Seminar bertajuk “Transforming Capital Inflow into Real Investment through Sound Fiscal Policy” yang diselenggarakan di The Westin Hotel ini dihadiri oleh negara anggota ASEAN +3 termasuk didalamnya Cina, Korea, Jepang dan Australia. Investasi riil ini merupakan salah satu prioritas utama bagi negara ASEAN+3 misalnya, pembangunan infrastruktur yang meliputi jalan, pelabuhan, prasarana energi, telekomumikasi, air bersih, dan lain-lain. Sehingga dibentuklah ASEAN Infrastructure Fund (AIF), Asian Bond Market Initiatives (ABMI), Asian Bond Fund serta memperluas dan memperdalam pasar obligasi lokal. Indonesia tidak imun dengan krisis global Adapun tujuan dari acara yang dibuka oleh Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo ini, adalah menjembatani infrastructure development gap. Kesenjangan tersebut adalah antara arus modal jangka pendek dengan kebutuhan investasi untuk mendanai proyek infrastruktur yang penting. Seminar ini memberi kesempatan bagi para pembuat kebijakan fiskal untuk mengembangkan konsep, metodologi, dan harmonisasi kebijakan yang baru. Kebijakan ini terkait dengan bagaimana menangani dan mengelola arus modal masuk serta mentransformasikannya menjadi investasi riil. Selama dua dekade terakhir, ekonomi global telah dihadapkan dengan beberapa krisis keuangan. Krisis finansial Asia tahun 1997/1998, krisis global tahun 2007/2008 hingga krisis utang dua kekuatan ekonomi dunia, Eropa dan Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu memiliki efek dinamis bagi perekonomian dunia. Indonesia pun tidak kebal pada setiap perubahan akibat pengaruh peristiwa penting tersebut. Namun demikian, terjadinya krisis tersebut telah memberikan pelajaran berharga untuk lebih siap dalam merespon tekanan melalui instrumen ekonomi. Sehingga dapat memberikan peringatan awal atas krisis ekonomi, mengelola eksposur keuangan, mengurangi risiko, serta mengalokasikan anggaran negara untuk menanggulagi dampak potensial krisis. Dan juga bagaimana memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepada ekonomi domestik dan mengkonversi peluang untuk kepentingan perekonomian nasional. Saat ini, arus masuk modal ke Indonesia meningkat secara signifikan dari USD 2,7 miliar pada 2006 menjadi USD 26,2 miliar pada tahun 2010, dan telah mencapai USD 16,1 miliar pada kuartal ketiga 2011. Sebagian besar arus modal tersebut berbentuk investasi jangka pendek portofolio. Investasi portofolio akan menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian apabila berubah menjadi investasi riil, seperti proyek infrastruktur. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki rencana strategis jangka menengah yang dirancang untuk mendorong perekonomian dalam visi menjadi salah satu dari sepuluh negara dengan ekonomi terbaik di dunia pada tahun 2025. Rencana ini adalah “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia” atau MP3EI. Untuk melaksanakan masterplan tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sekitar USD214 miliar selama periode 2010-2014. Diperkirakan sekitar USD140 miliar dapat diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan sisanya sebesar USD74 miliar diperkirakan akan dicapai melalui skema Public Private Partnership (PPP). Persiapan skenario terburuk Dalam seminar yang dihadiri para Menteri Keuangan negara anggota ASEAN +3 dan Australia, kalangan praktisi dan ekonom serta akademisi dari universitas terkemuka mencakup beberapa diskusi interaktif. Diskusi interaktif tersebut mengenai arah kebijakan penerimaan fiskal, kebijakan insentif pajak, serta kebijakan mengenai belanja negara. Dengan fokus pada pengelolaan dan penyaluran arus modal asing pada investasi jangka panjang secara efektif dan efisien. “Kita akan fokus pada bagaimana kebijakan fiskal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan stabilitas arus modal masuk, dan bagaimana mengkonversi arus masuk modal ke investasi jangka panjang yang dapat memberikan manfaat lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi,” ungkap Menkeu. Mengenai kebijakan penerimaan fiskal dan insentif pajak, peningkatan penerimaan harus berkonsentrasi pada empat jenis pajak. Keempat jenis itu yaitu pendapatan pribadi, laba usaha, nilai ekonomi dari sewa sumber daya alam dan lahan, serta konsumsi swasta. Sementara itu, tingkat pajak dapat optimal bila pendapatan dinaikkan dengan suatu tujuan, terdapatnya keseimbangan antara dampak ekonomi dari pajak dan manfaat belanja pemerintah. Tak ketinggalan, terdapatnya proses check and balance terkait pengeluaran dan pendapatan dari waktu ke waktu. Selanjutnya, terkait pengelolaan capital infow, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan signifikan arus modal masuk dalam emerging market. Diantaranya global push factor seperti suku bunga riil AS dan risiko global. Kedua, domestic pull factor seperti keterbukaan neraca modal domestik dan suku bunga riil serta contagion factor akibat keterikatan antar institusi. Kemudian, dibahas pula mengenai tiga kebijakan pengelolaan arus modal yaitu respon makro, kesiapan langkah yang prudent, dan kontrol atas modal. Indonesia juga berupaya menarik arus modal masuk jangka panjang. Selain dengan menjaga stabilitas ekonomi, Indonesia masih terus melakukan reformasi dan modernisasi sistem pajak dan insentif pajak yang merupakan bagian integral dari MP3EI untuk meningkatkan investasi dan iklim usaha di dalam negeri. Menkeu berharap dapat merumuskan kebijakan fiskal yang sehat sebagai jembatan untuk mengubah arus masuk modal ke investasi riil. Dengan demikian, ASEAN +3 dapat menghadapi tantangan atas arus modal masuk yang cepat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. “Tidak ada yang tahu kapan krisis akan datang dan pergi. Namun, satu hal pasti adalah bahwa prospek ekonomi global akan tetap berada pada ketidakpastian untuk beberapa waktu. Pemerintah di seluruh dunia, terutama di pasar emerging market, harus mempersiapkan skenario terburuk,” ujar Menkeu. Indonesia dalam peringkat investment grade Menkeu menegaskan, meskipun pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan hanya berkisar 4 persen antara tahun 2011 hingga 2012. Namun secara fundamental, kondisi perekonomian Indonesia masih terjaga dengan diproyeksikan mencapai 6,7 persen pada 2012. “Keuntungan utama Indonesia adalah pasar domestik yang besar dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa. Ekonomi kita sebagian besar didorong oleh permintaan domestik mencapai hampir 70 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB),” tegas Menkeu. Secara struktur, keseimbangan neraca telah berubah sepenuhnya menyesuaikan dengan krisis keuangan Asia melalui utang publik dan utang luar negeri diikuti cadangan devisa yang tinggi. Manajemen kebijakan makro juga telah meningkat pesat dengan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki volatilitas PDB terendah. Pada saat yang sama amplitudo inflasi dan siklus kebijakan moneter berada di jalur bawah yang konsisten. Pantaslah bila Lembaga Pemeringkat Fitch Ratings dan Moody’s baru saja menaikan sovereign credit rating Indonesia dari BB+ menjadi BBB- pada tanggal 15 Desember 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai tingkat layak investasi (investment grade). Akhirnya, setelah tiga belas tahun, Indonesia berhasil mendapatkan kembali status investment grade. Dalam laporannya, Fitch Ratings dan Moody’s menekankan bahwa peringkat ini mencerminkan disiplin fiskal yang berkesinambungan, pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh, rasio utang publik yang rendah dan cenderung menurun, likuiditas eksternal yang kuat, dan kerangka kebijakan makro yang berhati-hati secara keseluruhan. “Kami percaya dengan rating investment grade ini, Indonesia akan menjadi tujuan investasi yang lebih menarik dan akan menarik lebih banyak aliran dana asing untuk datang. Arus modal ini harus dikelola dan diubah menjadi investasi riil lebih yang merupakan fokus utama dari seminar ini,” pungkas Menkeu. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 25 Kanwil DJBC Banda Aceh: Menjadi Kanwil DJBC Terbaik Teks: Iin Kurniati Foto: Dwinanda Ardhi 26 Desember 2004, tepat tujuh tahun yang lalu, Bumi Serambi Mekah luluh lantah; Korban jiwa tak terhingga jumlahnya, menyapu keindahan alam akibat bencana gempa dan tsunami. Bahkan kompleks perkantoran serta rumah dinas kantor wilayah XXIII Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Banda Aceh serta (Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai) KPPBC Ulee Lheue rata dengan tanah. D alam kondisi darurat, akhirnya kantor DJBC Banda Aceh dipindahkan ke Gedung Keuangan Negara (GKN) Medan, Sumatera Utara. Lalu, setelah membaiknya kondisi pasca-tsunami dan penandatanganan MOU Helsinki antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), maka April 2006, kantor DJBC kembali ke Banda Aceh. diikuti dengan bentang geografisnya yang terletak diantara sungai hingga pantai menjadi tantangan tersendiri bagi DJBC Banda Aceh. Terutama terkait dengan rawannya pemasukan barang ilegal maupun narkotika di wilayah perbatasan. Bea dan Cukai di mata masyarakat Aceh Pasca tsunami, barang-barang bantuan maupun hibah masuk ke Aceh, seperti mobil, perlengkapan kedokteran hingga alat-alat berat. Namun, masyarakat tidak mengetahui prosedur formalitas kepabeanan. “Nah, sekarang ini kita membentuk tim untuk penyelesaian barang bantuan hibah. Jadi fungsi kita di sini memang harus lebih mensosialisasikan, mereka kita asistensi, kita bimbing dan kita bantu untuk menyelesaikan ini,” ujar Beni. ‘Menjadi kantor wilayah DJBC terbaik’ merupakan visi yang digaungkan kanwil yang memiliki lima KPPBC, masingmasing di wilayah Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Kuala Langsa, dan Meulaboh. Menyelenggarakan fungsi pemberian bimbingan, pengawasan, dan pengamanan teknis pelaksanaan merupakan tugas pokok DJBC Provinsi Aceh. Namun, kondisi wilayah Aceh yang berbatasan langsung dengan negara lain, 26 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Menurut kepala kantor DJBC Banda Aceh, Beni Novri, keterbatasan jumlah sumber daya manusia serta terbatasnya kemampuan petugas untuk menjangkau wilayah Aceh Utara hingga Aceh Timur menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah. Tak ketinggalan, kurangnya pemahaman masyarakat usaha mengenai peraturan kepabeanan yang ada juga menjadi tantangan di lapangan ketika mereka melakukan kegiatan impor ekspor barang. Pada dasarnya, setiap barang masuk ke Indonesia memerlukan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang menguraikan nama barang, asal barang, detail barang, dan harga barang. Setelah dokumen lengkap, baru diselesaikan pembayaran bea masuknya dan barang boleh keluar. Hal ini dikecualikan untuk bantuan hibah yang dibebaskan bea masuk dengan syarat mendapatkan surat khusus dari Menteri Keuangan. Bea dan Cukai menggagalkan penyelundupan sabu Bea dan Cukai memilki empat fungsi, pertama revenue collection sebagai pemungut Keterangan foto: (kiri) Kepala Kantor Wilayah DJBC Banda Aceh Beni Novri (bawah) Gedung Kantor Wilayah DJBC Banda Aceh penerimaan bea dan cukai. Kedua industrial assistant, yakni membantu industri-industri yang sedang berkembang dnegan memberikan pembebasan bea masuk dan pembebasan izin impor. Ketiga, fasilitasi perdagangan dengan memberikan kemudahan dalam perdagangan internasional. Lalu, keempat community protect bargaining yakni mengamankan masuknya barang-barang ilegal, narkoba, senjata api, kemudian barang-barang yang merusak bahkan juga mungkin barang-barang yang berbahaya itu. Beni mengungkapkan kinerja tahun 2011 menunjukkan hasil yang positif. “Secara keseluruhan realisasi kontrak kinerja Kemenkeu tahun 2011 di atas 110 persen dan berwarna hijau,” ungkap Beni. Sedangkan dari sisi pelaksanaan tugas pengawasan, berhasil menggagalkan upaya pemasukan ilegal narkotika di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, serta mencegah masuknya barang-barang impor ilegal. Dari sisi ekspor-impor, volume barang yang berada di Aceh rendah. Dalam satu hari belum tentu ada yang mengurus dokumen di KPP Bea dan Cukai Banda Aceh. Berbanding terbalik dengan yang terjadi di pelabuhan maupun bandara yang ada di Jakarta, dalam sehari bisa lebih dari 800 dokumen impor yang diajukan oleh pengusaha. Beni melihat sisi ini agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab. ‘Menjadi kantor wilayah DJBC terbaik’ merupakan visi yang digaungkan kanwil yang memiliki lima KPPBC ini. Menyelenggarakan fungsi pemberian bimbingan, pengawasan dan pengamanan teknis pelaksanaan merupakan tugas pokok DJBC Provinsi Aceh. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 27 Sebagai contoh, saat Beni mulai bertugas di Kantor Wilayah DJBC Aceh pada bulan Juli 2011. Dia mencoba menganalisis tingkat kerawanan penyelundupan narkotika dan psikotropika yang masuk melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh. Pada hari kedua Beni bertugas di Aceh, ia mulai berdialog dengan para petugas bandara Sultan Iskandar Muda yang menangani pemeriksaan penumpang/barang dari luar negeri. Dari hasil dialog tersebut, dia mengambil kesimpulan bahwa pengetahuan dan kemampuan petugas dalam menganalisa image x-ray, teknik analisis profil penumpang, dan teknik pemeriksaan barang dan penumpang masih kurang memadai. Sehingga Beni mengambil keputusan untuk mengirimkan enam orang pejabat/pegawai kantor Wilayah DJBC Aceh dan KPPBC Tipe A3 Banda Aceh, ke KPP Madya SoekarnoHatta untuk belajar dan magang bagaimana melakukan pengawasan terhadap upaya penyelundupan narkotika dan psikotropika selama dua minggu. Atas hasil kerja keras dan bekal ilmu dalam magang tersebut maka pada tanggal 7 Oktober 2011 petugas Bea dan Cukai Bandara SIM Banda Aceh berhasil menggagalkan penyelundupan Methampethamine (Sabu) seberat 2 Kg senilai Rp4 miliar yang disembunyikan dan dicampur dengan 109 sachet bubuk kopi yang terdiri atas 56 bungkus berisi sabu dan 53 bungkus berisi bubuk kopi instan. Langkah strategis Lebih jauh, Beni memaparkan sejumlah langkah strategis yang dipersiapkan sebagai 28 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Pada tanggal 7 Oktober 2011 petugas Bea dan Cukai Bandara SIM Banda Aceh berhasil menggagalkan penyelundupan Methampethamine (Sabu) seberat 2 Kg senilai Rp4 miliar yang disembunyikan dan dicampur dengan 109 sachet bubuk kopi yang terdiri atas 56 bungkus berisi sabu dan 53 bungkus berisi bubuk kopi instan. solusi untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Pertama, melaksanakan sosialisasi yang lebih intensif dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, dunia usaha, dan instansi terkait tentang tugas, fungsi, dan peraturan kepabeanan dan cukai. Kedua, peningkatan kompetensi dan motivasi pegawai melalui kegiatan (Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran) PPKP, pengusulan mengikuti diklat teknis di semua bidang, serta pelaksanaan kegiatan peningkatan motivasi dan disiplin, baik yang bersifat kedinasan maupun non-kedinasan. Sehingga diharapkan seluruh pegawai dapat bekerja lebih optimal dalam suasana kerja yang lebih kondusif dan mendukung kebersamaan. Ketiga, melaksanakan evaluasi kinerja semua unit kerja secara berkala, baik triwulanan ataupun semesteran sesuai rencana kinerja tahunan yang telah ditetapkan di awal tahun. Sehingga kendala pelaksanaan tugas dapat diketahui lebih dini dan dapat segera dicarikan kebijakan dan jalan keluarnya. Keempat, mengusulkan anggaran untuk kegiatan pengawasan, pengadaan sarana prasarana yang belum dimiliki dan pelaksanaan kegiatan perawatan sarana prasarana kantor secara lebih baik lagi sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas baik di bidang pelayanan, pengawasan, maupun administrasi. Kelima, melaksanakan kegiatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi terkait yang lebih intensif sehingga diharapkan dapat menunjang pelaksanaan tugas, terutama pelaksanaan tugas di bidang pelayanan dan penegakan hukum. Kemudian, melaksanakan pemberian pembinaan dan bimbingan teknis kepada KPPBC-KPPBC terutama dalam hal penyusunan dan pelaksanaan anggaran, pelaporan BMN, pelaporan keuangan, penyusunan Analisa Beban Kerja, Manajemen Resiko, penetapan Nilai Pabean, pemeriksaan barang, intelijen, penyidikan, penyusunan Data Base Harga bekerjasama dengan KP DJBC dan kegiatan-kegiatan teknis lainnya. Terakhir, terkait Sumber Daya Manusia (SDM), Beni menekankan sisi disiplin, baru kemudian meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai. “Misalnya ada beberapa orang (diberi pendidikan) tentang narkoba, kita tingkatkan kemampuan mereka dengan optimal. Sehingga kita harapkan prestasinya bagus,” pungkas Beni. info kebijakan 2012: Manfaatkan Peluang dan Momentum Teks: Iin Kurniati Foto: Langgeng Wahyu P. “Mari kita jaga dan kita tingkatkan kinerja dan prestasi ekonomi kita termasuk kinerja dan prestasi pasar modal di negeri Indonesia. Janganlah kita sia-siakan momentum dan peluang baik di tahun ini, termasuk peluang yang tercipta dengan telah dinaikkannya kredit rating kita menjadi investment grade”. Demikian diungkapkan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, saat meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 di gedung BEI, Senin (12/1). M enurut Presiden, dinamika pasang surut perkembangan ekonomi global memberikan pelajaran tersendiri. Kesiapan sebuah bangsa dalam menghadapi krisis hingga bangsa tersebut tetap terjaga perekonomiannya, ditentukan oleh sejumlah hal. Apakah bangsa itu, pemerintahnya, pelaku ekonomi dan dunia usahanya memiliki keyakinan, semangat dan optimisme menemukan jalan keluar dari setiap persoalan yang ada. Lalu, apakah mereka memiliki pemikiran, gagasan, strategi maupun rencana yang dapat digunakan sebagai tool untuk mengatasi masalah dan mengembangkan perekonomiannya. Dan bagaimana mengimplementasikan strategi atau rencana tersebut dalam sebuah kebijakan. Hal ini sejalah dengan tujuan bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945, “The ultimate goal of development sebenarnya tiada lain adalah untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Presiden. Kesejahteraan rakyat itu bisa dicapai ketika ekonomi sebuah bangsa terus tumbuh dengan baik, adil, merata, berimbang, berkelanjutan dan dengan kondisi hukum dan politik yang stabil serta keamanan yang terjaga. Angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen yang mewarnai perjalanan Indonesia pada 2011 memberi posisi Gross Domestic Product (GDP) yang diperkirakan akan mencapai USD820 miliar. Diperkirakan pada 2012 GDP akan mencapai USD1 triliun, dengan income per kapita saat ini mencapai USD3400 per orang per tahun. Terkait pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja terbaik kedua di kawasan Asia-Pasifik setelah bursa efek Filipina. IHSG ditutup pada posisi 3821,99 pada akhir 2011, meningkat 3,2 persen dari penutupan akhir 2010 yang berada di level 3703,5. Peningkatan itu sebesar 8,54 persen dari Rp3247,1 triliun pada 2010 menjadi Rp3524,48 triliun pada 29 Desember 2011 lalu. Presiden juga mengingatkan bahwa bangsa ini bukan mengelola suatu perusahaan. “A state is not a company,” kata Presiden. Oleh karena itu perlu dipahami aspek-aspek fundamental dalam mengelola dan memajukan sebuah perekonomian nasional. Presiden mengajak kepada semua pelaku dunia ekonomi dan dunia usaha untuk memahami serta mendasari apa yang dilakukan untuk memajukan ekonomi ini pada tiga faktor penting. Pertama, memahami potret perekonomian Indonesia saat ini baik secara nasional dan daerah termasuk perekonomian di lingkup regional hingga lingkup global. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menghitung potensi dan kemampuan diri melalui alat bantu berupa MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 29 analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan threats). Pemahaman pada unsur kekuatan (strength) dan kesempatan (opportunity) memungkinkan untuk mengetahui suatu peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang tersebut dalam memajukan ekonomi. Sedangkan pemahaman atas unsur kekurangan (weakness) dan ancaman (threats) merupakan dua sisi yang harus diwaspadai, dihindari, serta dicarikan solusi untuk memecahkan setiap permasalahan tersebut. “Perekonomian 2012, termasuk apa yang dapat kita capai terlihat dari perkembangan kawasan Asia, Asia-Pasifik, Asia Tenggara, ataupun perekonomian global. Trennya seperti apa. Kompetisi akan makin keras, pasar dunia barangkali bisa menciut untuk sementara pada tahun-tahun mendatang,” tutur Presiden. Kedua, menentukan tujuan bangsa ke depan akan seperti apa. Tidak hanya masalah angka pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 6,7 persen pada 2012, tetapi juga kondisi ekonomi makro yang terjaga. Diantaranya seperti asumsi nilai tukar Rupiah, laju inflasi, harga minyak mentah dunia serta lifting minyak. “ dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Demi menjaga keberlanjutan fiskal, pemerintah masih berpegang pada empat pilar pembangunan yakni pro poor, pro job, pro growth, dan pro environment. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas belanja negara melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah serta pengendalian defisit APBN yang dijaga pada kisaran 1,5 persen terhadap GDP atau Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah juga telah menetapkan target APBN 2012 berupa pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.311,4 triliun, belanja negara sebesar Rp1.435,4 triliun, serta defisit anggaran dan pembiayaan sebesar Rp124 triliun. “Saya harap kita semua memahami dan menjadikannya sebagai landasan untuk melakukan perbaikan, peningkatan, ke arah yang lebih real. Bagaimana kita semua bergandengan tangan, bersinergi untuk mencapai goal and objective,” tegas Presiden. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 240 juta jiwa diantara 7 miliar penduduk dunia. Diperkirakan jumlah Saya ingin tahun ini dan tahun depan terus gali, cari, temukan dan ciptakan peluang di bidang pertanian, industri dan jasa. Invest more, do bussiness more karena masih ada space yang besar, ada demand. 30 ” Susilo Bambang Yudhoyono Selain kebijakan makro ekonomi, penciptaan lapangan kerja juga penting untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan penduduk. Tahun ini, pengangguran ditargetkan turun antara 6,4 hingga 6,6 persen, dan tingkat kemiskinan juga ditargetkan berkurang hingga 10,5 hingga 11,5 persen. Tak ketinggalan, pemerintah pun menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 450.000 orang setiap 1 persen pertumbuhan penduduk. penduduk dunia pada 2045 yang mencapai 9 miliar menjadi peluang tersendiri bagi negeri ini. Dengan daya beli dan income makin baik, Presiden mengundang para pelaku ekonomi, pelaku dunia usaha, pelaku pasar modal untuk memanfaatkan kesempatan tersebut agar bisa berkontribusi dalam menyediakan permintaan masyarakat. Hal ini seiring semakin tingginya tingkat konsumsi, permintaan, dan daya beli masyarakat. Ketiga, tujuan tersebut dapat tercapai dengan mengimplementasikan strategi yang sudah disiapkan pemerintah. Diantaranya seperti Rencana Kerja Pemerintah melalui arah kebijakan fiskal tahun 2012 yaitu memberikan dorongan terhadap perekonomian (stimulus fiskal) seraya memelihara stabilitas ekonomi, Lebih lanjut, Presiden mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan berbagai produksi domestik. “Lihat ekonomi dunia, utamanya komoditas pangan, menjadi masalah besar, ada gap, ada missed match antara supply dan demand, itu adalah peluang. Saya ingin tahun ini dan tahun depan terus MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 gali, cari, temukan dan ciptakan peluang di bidang pertanian, industri dan jasa. Invest more, do bussiness more karena masih ada space yang besar. Ada demand,” lanjut Presiden. Di sisi lain, meningkatnya investasi dan bisnis semakin dituntut agar ekuivalen dengan sektor riil, sektor fiskal dan sektor moneter yang dikelola dengan baik. Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen tidak akan tercapai bila ketiga hal tersebut menunjukkan perkembangan negatif. Maka dari itu, Presiden menjelaskan bahwa pemerintah akan memberikan perhatian lebih pada sektor infrastruktur, birokrasi, regulasi, dan pembiayaan. Pemerintah menyiapkan dana yang berasal dari Sisa Anggaran Lebih (SILPA) untuk meningkatkan sektor infrastruktur. “Telah kita tetapkan pembangunan infrastruktur besarbesaran pada tahun-tahun mendatang. APBN sedemikian rupa akan lebih diarahkan kesana, dalam arti porsinya kita tingkatkan. Ini ada SILPA sekitar Rp40 triliun maka akan digunakan sebagian untuk meningkatkan infrastruktur. Agar terjadi pergerakan perekonomian yang lebih pesat lagi,” jelas Presiden. Terkait birokrasi, Presiden mengeluarkan kebijakan (policy) dan instruksi agar birokrasi lebih responsif dan tidak tergesa-gesa dalam mengeluarkan setiap keputusan. Selain itu, regulasi yang dianggap kurang sesuai juga akan segera disesuaikan, baik melalui Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah Pusat dan Daerah hingga Undang-Undang. Di samping itu, Presiden juga memastikan bahwa fungsi perbankan maupun fungsi pasar modal dapat berjalan dengan baik. Hal ini terkait dengan kesediaan pembiayaan dalam meningkatan investasi Indonesia dan dunia usaha tahun 2012. Terakhir, Presiden berharap agar Indonesia dapat meningkatkan dan memajukan perekonomian di tengah krisis perekonomian global melalui kerja sama dan kerja keras. Presiden menegaskan bahwa untuk membuat suatu negara yang baik, bersih dan maju bukanlah sebuah proses sekali jadi. “Karena proses, mari kita jaga momentum. Derap dan rangkaian pekerjaan kita dari sekarang ke depan. Saya yakin apa yang menjadi tujuan dan sasaran kita negara yang lebih baik dengan ekonomi yang terus tumbuh akan dapat kita capai,” pungkas Presiden. KEBIJAKAN FISKAL 2012 Asumsi Makro Pertumbuhan ekonomi 6,7% Laju inflasi 5,3% Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,0% Nilai tukar Rp8.800/US dolar Harga minyak US$ 90,0/barel Lifting minyak 950 ribu barel/hari Target pendapatan negara dan hibah Rp1.311,4 triliun Rencana alokasi belanja negara Rp1.435,4 triliun, sehingga diperkirakan akan mengalami defisit Rp124,0 triliun (1,5% terhadap PDB). Untuk menutup defisit anggaran tersebut, pembiayaan APBN direncanakan bersumber dari pembiayaan utang Rp133,6 triliun dan pembiayaan non utang sebesar negatif Rp9,5 triliun (Berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 2011 tentang APBN 2012) Kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi jenis premium yang akan dilaksanakan per 1 april 2012 Saat ini pemerintah dan instansi terkait sedang mempersiapkan prasarana dan infrastruktur pendukung untuk implementasi kebijakan ini Langkah mitigasi krisis tahun 2012 antara lain: a.Kebijakan percepatan dan perbaikan penyerapan belanja, khususnya belanja modal; b.Menyusun Crisis Management Protocol (CMP); c.Menyusun Bond Stabilization Framework (BSF); d.Alokasi dana mitigasi krisis APBN 2012 berupa dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp15,8 triliun, anggaran bantuan sosial Rp47,8 triliun, subsidi non energi Rp40,3 triliun antara lain untuk pangan Rp15,6 triliun dan pupuk Rp16,9 triliun serta cadangan beras Pemerintah Rp2,0 triliun, e.Membuat landasan hukum penambahan alokasi dana mitigasi krisis dalam UU APBN 2012 (pasal 40, 41, 42, 43) * Penggunaan SAL untuk stabilisasi pasar SBN domestik dengan persetujuan DPR (pasal 40); * Pinjaman siaga (contingency loan) untuk ketahanan pangan (pasal41); * Pengajuan perubahan APBN (pasal 42); * Pengeluaran yang dapat melebihi pagu untuk antisipasi keadaan darurat dengan persetujuan DPR (pasal 43). f.Menjaga cadangan devisa dan melakukan kerja sama internasional penanggulangan krisis. * Masih tersedianya cadangan devisa sebesar US$110, Rp12 miliar per Desember 2011 untuk dapat digunakan dalam antisipasi krisis. * Fasilitas lainnya dalam kerangka kerjasama internasional: - Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) sebesar US$120 miliar dengan tujuan utama mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek; - Currency Swap dengan China US$15 miliar dan Jepang US$12 miliar untuk meminimalisasi risiko nilai tukar yang berfluktuasi. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 31 artikel Membangun dengan Kekuatan Sendiri Teks: Makmun Syadullah Meningkatnya penerimaan pajak tidak lepas dari kontribusi masyarakat yang semakin besar. Menguatnya kesadaran untuk turut berperan aktif dalam pembangunan melalui pajak ini terlihat dari fakta meningkatnya jumlah wajib pajak. I ndonesia kini semakin mandiri dalam membiayai pembangunan. Ini ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi pajak terhadap pendapatan negara. Dari target pendapatan negara sebesar Rp1.311,4 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2012, Rp914,2 triliun atau 69,7 persennya disumbang oleh penerimaan pajak. terakhir tidak lepas dari upaya-upaya perbaikan yang dilakukan Kementerian Keuangan. Salah satunya adalah upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Upaya-upaya itu ditempuh dengan reformasi peraturan perundang-undangan dan reformasi administrasi. Sisanya disumbang oleh penerimaan dari kepabeanan dan cukai sebanyak Rp118,4 triliun atau 9,03 persen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp278 triliun atau 21,2 persen serta hibah sebesar Rp0,8 triliun atau 0,06 persen dari penerimaan negara. Penerimaan pajak tahun 2012 akan mencapai tiga kali lebih tinggi daripada penerimaan tahun 2005 yang sekitar Rp298,5 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari penerimaan PPh yang mencapai Rp520 triliun atau 39,7 persen dari total pendapatan negara. Kemudian, kontribusi PPN dan PPnBM diproyeksikan mencapai Rp353 triliun atau 26,9 persen dari total pendapatan negara. Meningkatnya penerimaan pajak tidak lepas dari kontribusi masyarakat yang semakin besar. Menguatnya kesadaran untuk turut berperan aktif dalam pembangunan melalui pajak ini terlihat dari fakta meningkatnya jumlah wajib pajak. Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 4.358.014 wajib pajak terdaftar. 2.959.006-nya merupakan wajib pajak orang pribadi, 1.124.530 wajib pajak badan dan 274.478 wajib pajak bendaharawan negara. Data 30 Oktober 2011 menunjukkan, jumlah wajib pajak terdaftar meningkat menjadi 23.213.633 wajib pajak. Dari jumlah tersebut, 20.967.562- nya merupakan wajib pajak orang pribadi, 1.761.605 wajib pajak badan dan 484.466 wajib pajak bendaharawan negara. Peningkatan penerimaan pajak maupun jumlah wajib pajak dalam beberapa tahun 32 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Reformasi peraturan perundang-undangan diwujudkan melalui sunset policy, penurunan tarif PPh Badan, kesetaraan antara wajib pajak dengan fiskus, perlakuan perpajakan atas bisnis berbasis syariah, serta berbagai insentif perpajakan lainnya. Sementara reformasi administrasi diwujudkan dalam bentuk modernisasi kantor pelayanan pajak, pembentukan call center (kring pajak), serta kemudahan dalam mendaftar dan menyampaikan SPT (e-registration, e-filing, drop box). Selain pajak, pendapatan negara juga diperoleh dari kepabeanan dan cukai. Penerimaan kepabeanan terdiri dari bea masuk dan bea keluar. Bea masuk merupakan salah satu instrumen untuk mengendalikan aliran barang dari luar negeri untuk melindungi industri dalam negeri. Bea keluar merupakan instrumen untuk membatasi ekspor dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan cukai dimaksudkan untuk mengendalikan peredaran barang yang berdampak negatif bagi masyarakat. Besarnya kontribusi penerimaan dari kepabeanan dan cukai merupakan hasil dari kebijakan Kementerian Keuangan. Beberapa kebijakan utama adalah ekstensifikasi dan penyesuaian tarif cukai, harmonisasi tarif terkait dengan perjanjian internasional, serta pemberian insentif bagi sektor perdagangan dan industri. Sementara itu, kebijakan administratif yang ditempuh antara lain penerapan National Single Window, pengembangan otomatisasi pelayanan kepabeanan, peningkatan pengawasan terhadap lalulintas barang ekspor dan impor, serta optimalisasi fungsi pengawasan melalui patroli darat, laut dan pangkalan operasi. Sebagaimana halnya pajak serta kepabeanan dan cukai, PNBP juga menunjukkan tren yang terus meningkat. PNBP mencakup penerimaan sumber daya alam (SDA) dan non-SDA. Hingga kini, sumber utama PNBP masih berasal dari SDA minyak bumi dan gas (migas) yang mencapai Rp159,5 triliun atau sekitar 12,16 persen dari total pendapatan negara. Selain migas, penerimaan PNBP SDA juga berasal dari penerimaan pertambangan umum dan kehutanan. Masing-masing sektor tersebut berkontribusi sebesar 1,1 persen dan 0,23 persen terhadap pendapatan negara. Pada prinsipnya, pengelolaan SDA migas dan non migas harus didasarkan pada manfaat dan kepentingannya bagi masyarakat. Artinya, pengelolaannya tidak hanya dinilai dari seberapa besar sumbangan bagi penerimaan negara yang bisa diperoleh, akan tetapi juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan dan ketersediaan SDA untuk generasi mendatang. Meski penerimaan yang berasal dari SDA masih dominan, sumber penerimaan dari non-SDA tidaklah kecil. Penerimaan itu berasal dari PNBP yang dikelola oleh Kementerian/Lembaga, dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). Tahun 2012, pemerintah menetapkan target PNBP non-SDA sebesar Rp100,7 triliun. Seluruh pendapatan negara tersebut menjadi sumber utama untuk membiayai pembangunan. Namun, oleh karena pemerintah hendak mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas maka ditempuh kebijakan fiskal yang ekspansif. Kebijakan ini dilakukan dengan menetapkan belanja yang lebih besar daripada pendapatan sehingga terjadi defisit. Meski demikian, pemerintah tetap berkomitmen untuk mengendalikan defisit ini dalam batas aman. Undang-Undang Keuangan Negara mengamanatkan batas maksimal defisit anggaran sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam lima tahun terakhir, pemerintah mampu mengendalikan defisit anggaran rata-rata 1,2 persen dari PDB. Defisit anggaran 2012 ditetapkan pada tingkat yang masih aman, yaitu sebesar Rp124 triliun atau 1,53 persen dari PDB. Salah satu jalan untuk menutup defisit anggaran adalah utang. Pemerintah terus berupaya menurunkan rasio utang terhadap PDB. Rasio utang terhadap PDB tahun 2012 diperkirakan tinggal sekitar 24 persen. Angka ini masih jauh di bawah batas maksimal yang diperbolehkan oleh Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu sebesar 60 persen dari PDB. Rasio utang terhadap PDB yang relatif rendah ini menunjukkan membaiknya kondisi keuangan Negara sebagai hasil dari kebijakan fiskal yang hati-hati (prudent). pembiayaan dalam negeri dan berisiko rendah. Utang tersebut diarahkan untuk membiayai kegiatan produktif. Ini dilakukan dengan mengembangkan surat berharga negara (SBN), yang antara lain meliputi surat utang negara (SUN) dan surat berharga syariah negara. Setelah 14 tahun berada pada peringkat non-investment grade, sejak tanggal 14 Desember 2011 Indonesia telah berhasil memperoleh kembali peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dan Moody’s (BBB-/Stable). Dengan pencapaian ini, biaya utang akan semakin murah dan investasi diharapkan akan meningkat. Sumber utang berasal dari luar maupun dalam negeri. Saat ini, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengutamakan sumber *** Meringankan Beban dan Menyejahterakan Rakyat Teks: Makmun Syadullah Foto: Reza Sahhilny A. M asyarakat Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan utama pembangunan. Untuk itu, Pemerintah terus berupaya mengentaskan mereka yang masih miskin. Berbagai program untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta menguatkan ketahanan pangan telah disiapkan pada tahun 2012. Setidaknya sekitar 1,5 juta rumah tangga diperkirakan tergolong sangat miskin pada tahun 2012. Pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,9 triliun dalam Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai pengganti program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemerintah pun menyiapkan anggaran sekitar Rp15,6 triliun untuk menyediakan beras murah bagi 17,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS). Mereka berhak membeli raskin sebanyak 15 kg setiap bulannya dengan harga sangat murah. Selain program yang sifatnya membantu MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 33 Pemerintah menyadari bahwa sangatlah sulit mengentaskan kemiskinan tanpa meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dan kesehatan yang baik. secara langsung, pemerintah tetap mempertahankan program yang sifatnya meningkatkan kemampuan masyarakat miskin. Misalnya saja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) serta perluasan dan penguatan kegiatan ekonomi rakyat melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tahun 2010 lalu, dengan batas pengeluaran per kapita sekitar Rp212 ribu per bulan atau Rp7.060 setiap harinya, jumlah orang miskin di Indonesia mencapai sekitar 31 juta orang. Angka ini setara dengan 13,3 persen dari total penduduk Indonesia. Tahun 2011, tingkat kemiskinan telah menurun menjadi 12,5 persen (BPS, Maret 2011). Dengan program yang bakal menghabiskan sekitar Rp99,2 triliun, tingkat kemiskinan tahun 2012 diharapkan dapat ditekan hingga tinggal 10,5-11,5 persen. Pemerintah menyadari bahwa sangatlah sulit mengentaskan kemiskinan tanpa meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dan kesehatan yang baik. Oleh sebab itu, anggaran pendidikan sebesar Rp290 triliun dan anggaran kesehatan Rp48 triliun disiapkan pada tahun 2012 agar kualitas hidup masyarakat terutama yang miskin semakin baik. Dana tersebut di antaranya akan digunakan untuk bantuan operasional sekolah (BOS) bagi 44,7 juta siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama agar dapat menyelesaikan pendidikan wajib 9 tahun. Tidak kurang dari Rp5,4 triliun juga telah disiapkan bagi 8,2 juta siswa atau mahasiswa miskin agar mereka tidak putus sekolah atau kuliah. Selain membantu pelajar dan mahasiswa, anggaran pendidikan juga akan digunakan untuk membangun dan memperbaiki sekolah, meningkatkan kualitas guru serta memberikan tunjangan untuk guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah. Sementara itu, anggaran kesehatan akan digunakan agar seluruh masyarakat dapat 34 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 memperoleh layanan kesehatan yang baik dengan biaya murah. Hal ini terutama ditujukan untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada masyarakat miskin dan yang tinggal di daerah terpencil. Melalui pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Jamkesmas, 76,4 juta orang miskin berhak untuk mendapatkan layanan berobat gratis di Puskesmas dan rawat inap gratis di kelas III rumah sakit pemerintah. Program yang telah berlangsung selama empat tahun ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin. Dengan demikian, kualitas kesehatan masyarakat akan lebih merata. Disamping Jamkesmas, pemerintah juga mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan penyakit. Puskesmas dan Posyandu akan menjadi tulang punggung program yang antara lain diwujudkan dalam bentuk peningkatan layanan air minum dan sanitasi serta peningkatan layanan kesehatan bagi ibu bersalin dan layanan Keluarga Berencana. Penanggulangan kemiskinan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan layanan kesehatan akan semakin baik apabila ditopang dengan ketahanan pangan yang kuat. Untuk itu pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar Rp42,3 triliun pada tahun 2012 agar sasaran- sasaran prioritas ketahanan pangan dapat tercapai. Program penguatan ketahanan pangan akan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, serta percepatan penganekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah. Sasaran utamanya adalah meningkatkan ketersediaan pangan, meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan dan mencegah kerawanan pangan. Dengan upaya yang nyata, masyarakat miskin diharapkan akan dapat keluar dari kemiskinan. Dengan begitu, cita-cita mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud. *** Layanan pendidikan yang murah dan terjangkau: • Pendidikan gratis dan mampu menuntaskan wajib belajar 9 tahun di pendidikan dasar bagi 44,7 juta siswa bagi siswa setingkat SD dan SMP • Dana bantuan operasional untuk meningkatkan mutu pendidikan menengah bagi 7,1 juta siswa SMA/SMK • Beasiswa miskin bagi 8,2 juta siswa/ mahasiswa berprestasi • Rehabilitasi 166,3 ribu ruang kelas yang rusak berat • Tunjangan profesi guru Penanggulangan kemiskinan: • Program keluarga harapan dengan sasaran 1,5 juta RTS • Penyediaan beras dengan harga murah untuk rakyat miskin dengan sasaran 17,5 juta RTS • PNPM perkotaan bagi 10.923 kelurahan/ desa • PNPM Perdesaan bagi 5.100 kecamatan • PNPM infrastruktur sosial ekonomi wilayah bagi 237 kecamatan • PNPM infrastruktur perdesaan bagi 5.000 kelurahan/desa Layanan kesehatan murah untuk masyarakat: • Layanan berobat gratis di Puskesmas dan rawat inap gratis di kelas III rumah sakit pemerintah untuk masyarakat miskin bagi 76,4 juta orang • Peningkatan peserta KB baru menjadi 7,3 juta dan KB aktif menjadi 28 juta • Peningkatan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik • Pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin melalui 2.269 fasilitas layanan kesehatan • Peningkatan pelayanan air minum di 894 desa dan 513 kawasan • Pelayanan sanitasi di 155 kab/kota Penguatan ketahanan pangan: • Surplus beras minimal 10 juta ton pada tahun 2014 melalui pengelolaan produksi tanaman padi • Perluasan area dan pengolahan lahan pertanian • Pengolahan irigasi dan fasilitas sarana produksi pertanian • Pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan • Diseminasi teknologi dan informasi pertanian riviu Riviu atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 211/PMK.08/2011 Tentang Tata Cara Seleksi Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri A.Kewenangan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang berwenang untuk: - melakukan seleksi calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri (PDN); dan - membentuk Panitia Seleksi. B.Pembentukan Panitia Seleksi 1. Panitia Seleksi terdiri dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS), dengan persyaratan: a. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; b.memahami pekerjaan yang akan dilaksanakan; c. memahami isi dokumen persyaratan seleksi; d. tidak memiliki konflik kepentingan; dan e. menandatangani Pakta Integritas yang memuat pernyataan untuk tidak melakukan kolusi, korupsi, nepotisme, dan atau pernyataan-pernyataan yang diperlukan dalam proses seleksi. 2. Panitia Seleksi berjumlah gasal dan beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang. 3. Masa kerja Panitia Seleksi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. 4. Apabila diperlukan, Panitia Seleksi dapat meminta bantuan narasumber. C.Metode Seleksi 1. Seleksi dilakukan melalui Seleksi Terbatas, yang disampaikan kepada BUMN, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan Daerah yang dinilai memenuhi persyaratan. 2. Apabila hanya terdapat 1 (satu) calon Pemberi PDN yang memenuhi syarat, maka seleksi dapat dilakukan melalui Penunjukan Langsung. D.Persyaratan Calon Pemberi PDN 1. Calon Pemberi PDN dari BUMN atau Perusahaan Daerah harus memenuhi syarat paling sedikit: a. memiliki laba bersih selama 3 (tiga) tahun terakhir berturut-turut; b.mendapat persetujuan dari pihak berwenang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMN/Perusahaan Daerah yang bersangkutan; dan c. memiliki Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh paling sedikit satu triliun rupiah. 2. Calon Pemberi PDN dari Pemerintah Daerah harus memenuhi syarat paling sedikit: a. telah melakukan pemenuhan urusan wajib sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. tidak mempunyai tunggakan pembayaran bunga, cicilan pokok, dan kewajiban lainnya terkait dengan pinjaman kepada pihak lain; c. mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan d. mendapat pertimbangan Menteri Dalam Negeri. E.Persiapan Seleksi Calon Pemberi PDN Panitia Seleksi melaksanakan persiapan seleksi yang meliputi kegiatan-kegiatan: a. perencanaan seleksi calon Pemberi PDN; b. penyusunan jadwal seleksi calon Pemberi PDN; dan c. penyusunan Dokumen Seleksi (ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang). F. Proses Seleksi Calon Pemberi PDN 1. Panitia Seleksi melaksanakan seleksi dengan tahapan: a. penyampaian undangan kepada calon Pemberi PDN; b. pemberian penjelasan (aanwijzing); c. penerimaan dokumen penawaran dari calon Pemberi PDN; d. evaluasi dokumen penawaran calon Pemberi PDN; e. penyusunan peringkat (shortlisted candidates) calon Pemberi PDN; f. beauty contest terhadap calon Pemberi PDN; dan g. pengusulan penetapan pemenang calon Pemberi PDN. 2. Panitia Seleksi mengundang BUMN, Pemerintah Daerah, dan/atau Perusahaan Daerah yang memenuhi persyaratan untuk menyampaikan dokumen penawaran PDN (Request for Proposal). 3. Panitia Seleksi memberi penjelasan (aanwijzing) kepada BUMN, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan Daerah yang mengajukan dokumen penawaran PDN, yang meliputi: a. cara penyampaian penawaran; Teks: Zachrony b.dokumen-dokumen yang harus dilampirkan dalam penawaran; c. metode evaluasi; dan/atau d. hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran. 4. Calon Pemberi PDN menyampaikan dokumen penawaran kepada Panitia Seleksi, dengan syarat: a. ditandatangani oleh Direksi atau pejabat yang berwenang pada BUMN/ Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah yang bersangkutan; b.bertanggal jelas dan bermeterai cukup; dan c. jangka waktu berlakunya penawaran tidak kurang dari waktu yang ditetapkan dalam Dokumen Seleksi. 5. Panitia Seleksi melakukan evaluasi atas dokumen penawaran PDN, yang meliputi evaluasi: a. administrasi (meliputi evaluasi kelengkapan dan keabsahan dokumen penawaran PDN); dan b.pendanaan (meliputi terms and conditions dokumen penawaran PDN). 6. Pemenang penawaran ditentukan berdasarkan hasil evaluasi administrasi dan pendanaan. 7. Panitia Seleksi menyusun peringkat (shortlisted candidates) hasil evaluasi administrasi dan pendanaan, yang hasilnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. 8. Panitia Seleksi melakukan beauty contest terhadap calon Pemberi PDN yang memenuhi syarat, yang dilakukan dengan melakukan konfirmasi terms and conditions dan kesiapan operasional calon Pemberi PDN, atau dengan ketentuan lain yang ditetapkan dalam Dokumen Seleksi. 9. Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) calon Pemberi PDN yang memenuhi syarat, beauty contest tetap dilaksanakan. G.Penetapan Pemenang, Pengumuman Pemenang, dan Masa Sanggah Seleksi Calon Pemberi PDN 1. Atas usulan Panitia Seleksi, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang menetapkan pemenang seleksi calon Pemberi PDN. 2. Panitia Seleksi menyampaikan surat MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 35 penetapan pemenang kepada para peserta paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima surat penetapan pemenang seleksi calon Pemberi PDN. 3. Calon Pemberi PDN yang merasa dirugikan dapat mengajukan surat sanggahan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang paling lambat lima hari kerja setelah diterimanya pengumuman pemenang. 4. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang memberikan jawaban paling lambat lima hari kerja sejak surat sanggahan diterima, setelah mendapat masukan dari Panitia Seleksi. 5. Apabila terdapat ketidakpuasan atas jawaban, calon Pemberi PDN dapat mengajukan surat sanggahan banding kepada Menteri Keuangan paling lambat lima hari kerja sejak diterimanya jawaban atas sanggahan tersebut. Menteri Keuangan memberikan jawaban paling lambat lima belas hari kerja sejak surat sanggahan banding diterima. 6. Apabila sanggahan atau sanggahan banding dinilai benar, maka proses seleksi calon Pemberi PDN dievaluasi kembali atau dilakukan seleksi ulang. 7. Setiap pengaduan ditindaklanjuti oleh instansi yang menerima pengaduan sesuai peraturan perundang-undangan. 8. Dalam hal pemenang seleksi calon Pemberi PDN mengundurkan diri, maka peringkat kedua seleksi calon Pemberi PDN ditetapkan sebagai pemenang seleksi. Calon Pemberi PDN yang mengundurkan diri dimaksud tidak dapat mengikuti satu kali kegiatan seleksi calon Pemberi PDN berikutnya. H.Kontrak PDN Kontrak PDN ditandatangani oleh Menteri Keuangan dan Direktur Utama BUMN/ Perusahaan Daerah atau Kepala Daerah pemenang seleksi calon Pemberi PDN. I. Biaya Seleksi Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan seleksi calon Pemberi PDN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Daftar Peraturan Menteri Keuangan (PMK) selama bulan Desember 2011 PMK No. 192/PMK.07/2011 Perubahan Atas PMK No. 160/PMK.07/2011 Pelaksanaan Penyaluran Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2011. PMK No. 193/PMK.05/2011 Kredit Investasi Pemerintah. PMK No. 194/PMK.02/2011 Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. PMK No. 195/PMK.07/2011 Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2011. PMK No. 196/PMK.07/2011 Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum Yang Dialokasikan Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2011. PMK No. 197/PMK.07/2011 Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak Bumi Dan Bangunan Tahun Anggaran 2012. PMK No. 198/PMK.07/2011 Alokasi Definitif Pajak Bumi Dan Bangunan Bagian Pemerintah Pusat Yang Dibagikan Kepada Seluruh Kabupaten Dan Kota Tahun Anggaran 2011. PMK No. 199/PMK.05/2011 Tata Cara Pembayaran Jasa Bank Penatausaha Penerusan Pinjaman Atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. PMK No. 200/PMK.04/2011 Audit Kepabeanan Dan Audit Cukai. PMK No. 201/PMK.07/2011 Pedoman Umum Dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012. PMK No. 202/PMK.07/2011 Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Perikanan Tahun Anggaran 2012. PMK No. 203/PMK.07/2011 Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan Pasal 25 Dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Anggaran 2012. 36 PMK No. 204/PMK.05/2011 Perubahan Atas PMK No. 60/PMK.05/2011 Pelaksanaan Uji Coba Penerapan Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik (Billing System) Dalam Sistem Modul Penerimaan Negara. PMK No. 205/PMK.07/2011 Perubahan Atas PMK No. 71/PMK.07/2011 Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran 2011. PMK No. 206/PMK.07/2011 Perubahan Atas PMK No. 72/PMK.07/2011 Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran 2011. PMK No. 207/PMK.07/2011 Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2012. PMK No. 208/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Umum Tahun Anggaran 2012. PMK No. 209/PMK.07/2011 Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2012. PMK No. 210/PMK.07/2011 Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan Pasal 25 Dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Anggaran 2011. PMK No. 211/PMK.08/2011 Tata Cara Seleksi Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri. PMK No. 212/PMK.011/2011 Perubahan Atas PMK No. 107/PMK.04/2009 Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Persenjataan, Amunisi, Perlengkapan Militer Dan Kepolisian, Termasuk Suku Cadang, Serta Barang Dan Bahan Yang Dipergunakan Untuk Menghasilkan Barang Yang Dipergunakan Bagi Keperluan Pertahanan Dan Keamanan Negara. PMK No. 213/PMK.011/2011 Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 PMK No. 214/PMK.01/2011 Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan. PMK No. 215/PMK.01/2011 Perubahan Atas PMK No. 94/PMK.01/2010 Tata Cara Penyaringan Dan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II Dari Lulusan Program Diploma I Dan III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. PMK No. 216/PMK.05/2011 Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan Pada Kementerian Perumahan Rakyat. PMK No. 217/PMK.02/2011 Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, Dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. PMK No. 218/PMK.02/2011 Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, Dan Pertanggungjawaban Subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 Kilogram. PMK No. 220/PMK.07/2011 Alokasi Tambahan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi Untuk Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2011. PMK No. 221/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi Dalam Rangka Otonomi Khusus Di Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2011. PMK No. 222/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2011. PMK No. 223/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi Tahun Anggaran 2011. PMK No. 224/PMK.08/2011 Tata Cara Pemantauan Dan Evaluasi Atas Pinjaman Dan Hibah Kepada Pemerintah. PMK No. 225/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan Tahun Anggaran 2011. Sumber: www.sjdih.depkeu.go.id PMK No. 226/PMK.06/2011 Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara. PMK No. 241/PMK.05/2011 Perubahan Atas PMK No. 131/PMK.05/2009 Kredit Usaha Pembibitan Sapi. PMK No. 227/PMK.05/2011 Penyusunan Dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Lanjutan Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran 2012 Dengan Sumber Dana Dari Sisa Anggaran Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran 2011. PMK No. 228/PMK.05/2011 Pembayaran Tunjangan Cacat Prajurit Tentara Nasional Indonesia. PMK No. 229/PMK.07/2011 Alokasi Kurang Bayar Dana Sarana Dan Prasarana Infrastruktur Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2008 Yang Dialokasikan Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011. PMK No. 242/PMK.07/2011 Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2012. PMK No. 243/PMK.04/2011 Pemberian Premi. PMK No. 244/PMK.07/2011 Peta Kapasitas Fiskal Daerah. PMK No. 230/PMK.05/2011 Sistem Akuntansi Hibah. PMK No. 231/PMK.011/2011 Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah Dan Penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak Atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk Pembangkitan Energi/Listrik Tahun Anggaran 2011. PMK No. 232/PMK.07/2011 Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Perikanan Tahun Anggaran 2011. PMK No. 233/PMK.05/2011 Perubahan Atas PMK No. 171/PMK.05/2007 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. PMK No. 234/PMK.05/2011 Sistem Akuntansi Transaksi Khusus. PMK No. 237/PMK.05/2011 Perubahan Atas PMK No. 228/ PMK.05/2010 Mekanisme Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban atas Pajak Ditanggung Pemerintah. PMK No. 239/PMK.07/2011 Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2012. PMK No. 240/PMK.07/2011 Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Serta Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012. PMK No. 245/PMK.08/2011 Tata Cara Penetapan Sumber Pembiayaan Dan Pencarian Sumber Pembiayaan Alternatif. PMK No. 249/PMK.02/2011 Pengukuran Dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. PMK No. 250/PMK.06/2011 Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas Dan Fungsi Kementerian/Lembaga. PMK No. 253/PMK.04/2011 Pengembalian Bea Masuk Yang Telah Dibayar Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor. PMK No. 254/PMK.04/2011 Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor. PMK No. 256/PMK.011/2011 Batasan Pengeluaran Alokasi Biaya Tidak Langsung Kantor Pusat Yang Dapat Dikembalikan Dalam Penghitungan Bagi Hasil Dan Pajak Penghasilan Bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak Dan Gas Bumi. PMK No. 257/PMK.011/2011 Tata Cara Pemotongan Dan Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Lain Kontraktor Berupa Uplift Atau Imbalan Lain Yang Sejenis Dan/Atau Penghasilan Kontraktor Dari Pengalihan Participating Interest. PMK No. 258/PMK.011/2011 Batasan Maksimum Biaya Remunerasi Tenaga Kerja Asing Untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak Dan Gas Bumi. english corner 2012, the Momentum of National Economic Revival Alih Bahasa: Haruadi Setiawan Ilustrasi: Dewi Rusmayanti The beginning of 2012 is the momentum of the national economic revival as our economy is one step closer from the investment grade. Fitch Ratings and Moody’s, global rating agencies, raised Indonesia’s sovereign rate from BB+/positive to BBB- with stable outlook. This is due to the improvement of Indonesia’s economic performance, strong external liquidity, constantly declining public debt ratio, and the prudent policy on ratio. A midst the worsening of market trust on USA and a part of Europe, the improvement of Indonesia’s sovereign rate shows the volatility which consequently becomes the landscape of 2012. Indonesia will savour the advantage of the improvement of investment climate due to the sovereign rate upgrading. However, the fluctuating global crisis risk still holds the potential threat during this moment of chances. It means that, the upgrading of the grade does not necessarily pose significant effect on domestic economy. Indonesia’s economy in the future will still be under the influence of global economy crises. Therefore, there are three essential factors in the effort of improving Indonesia’s economy. First is recognizing the profile of current Indonesian economy by taking into account the potential and capacity using the SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Second is focusing on the national goals which are creating people’s welfare, reducing poverty, and providing employment for public. Last is achieving the goals by implementing the Government’s Work Plan 2012, State Budget 2012, and the MP3EI program (Master plan for the Acceleration and Expansion of Indonesia’s Economy Development) in the years to come. billion and the gross domestic product per capita USD3400 per year, Indonesia seeks to improve foods production, industries, and services. This is in line with the rise of demand or people’s purchasing power and consumption. In the other hand, budget absorption (budget use) is another factor to improve, thus it will not disrupt domestic business. Meanwhile, there are few things requiring a bit more of Government’s attention such as the infrastructure sector which directly affects the real sector cycle. The Remaining Budget Fund (SAL) of around RP40 trillion was prepared to support the improvement of the infrastructure development. The infrastructure is needed to improve public service, fuel the economic cycle, and improve investment flow. The development of infrastructure is not only on physical but also on non-physical sector by means of responsive bureaucratic reform system, law certainty, as well as the human resource and technology development The last stop of it all is the boost of domestic economy. This achievement of the investment grade shall be equipped with prudence on facing the development of global economy. Despite of the relatively minimal threat it may pose, the global crisis may still be a nuisance for Indonesia. Several chances will also be taken by the Government. With population more than 240 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 37 renungan Teks: Siko Dian Sigit Gambar: http://maricormaricar.blogspot. com/2011/12/be-excellent-toeach-other-new-sweater.html Kesempurnaan “Kelemahan yang paling mendasar dari kesempurnaan adalah tidak mungkin untuk dicapai” (Ikhwan Sopa) S ebenarnya begitu subyektif arti kesempurnaan itu. Setiap seringkali memiliki batasan tersendiri tentang kesempurnaan. Sempurna bagi seseorang belum tentu sempurna bagi orang lain kecuali ada kesepakatan tentang kriteria-kriteria yang harus dipenuhi tentang suatu hal. Benar suatu hal karena setiap permasalahan memiliki kriteria yang berbeda. Sebagai contoh, bagi seorang karyawan sempurnanya suatu laporan pekerjaan adalah adanya beberapa informasi sekunder yang ditampilkan. Padahal laporan yang diminta minimal hanya menampilkan beberapa informasi utama saja. Tidak penting ada foto atau tidak. Sangat miris jika ada karyawan yang sedang dimintai laporan bosnya mengatakan bahwa dia sedang menyempurnakan laporannya. Padahal laporannya sudah mencukupi sesuai kebutuhan. Karyawan tersebut belum puas. Hanya saja atasan ingin laporannya tepat waktu. Sampai akhirnya karyawan tersebut menyelesaikan laporan dengan kriteria kesempurnaan menurutnya. Tapi sayang, keputusan sudah diambil, laporan yang dibuat karyawan tersebut sia-sia sebagaimanapun sempurnanya. Kesempurnaan memang penting. Sepertinya paparan berikut agak kontradiktif dengan yang sebelumnya. Jangan khawatir karena sebenarnya saya hanya menempatkan kesempurnaan pada level moderate, tidak berlebihan. Kesempurnaan tetaplah penting untuk menjaga kualitas. Kita tentu tidak ingin memakai baju yang lepas satu kancingnya bukan? Kita tentu juga tidak ingin membeli kamera yang lensanya tergores. Bahkan untuk hal-hal tertentu, kesempurnaan diperlukan untuk menjamin keamanan. 38 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 Beberapa bulan yang lalu, Toyota menarik ribuan unit mobilnya yang dipasarkan di Amerika Serikat. Hal itu karena ketidaksempurnaan pada sistem pengeremannya. Jika mobil tersebut tidak ditarik, maka nyawa pengendara akan terancam. Orang-orang yang perfeksionis sangat dibutuhkan di unit quality assurance. Ketidaksempurnaanlah yang selalu membuat perubahan. Tanpa perubahan peradaban manusia akan jalan di tempat. Kita tidak akan bisa menikmati layanan internet broadband di rumah jika tidak ada perubahan sambungan internet kabel. kantor-kantor akan dipenuhi oleh mesin ketik dengan suara berisik memenuhi ruangan. Itulah sebabnya ketidaksempurnaan itu penting untuk menjaga kesinambungan perubahan. Mencari kesempurnaan selalu berhadapan dengan waktu yang tersedia. Seperti cerita kisah karyawan tadi. Kesempurnaan tidak akan berarti apa-apa ketika terlambat. Tidak ada draft tulisan yang langsung jadi dengan sempurna, yang ada hanya konsep surat yang banyak mengalami editing hingga menjadi sempurna. Ketika deadline mendekat, mau tidak mau kita harus ‘menentang’ kesempurnaan itu. Manusia juga demikian adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Yang ada adalah manusia yang terus senantiasa memperbaiki diri hingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jika manusia sudah sempurna maka tidak ada lagi pengembangan diri, pendidikan, dan evaluasi. Kesadaran ketidaksempurnaan manusia merupakan landasan untuk rendah hati. Kerendahan hati merupakan ciri khas pemimpin level 5, level tertinggi pemimpin yang efektif. resensi Buku dan jurnal dapat diperoleh di perpustakaan Kementerian Keuangan atau perpustakaan online www. perpustakaan.depkeu.go.id Teks: Nur Wahyu Nugroho Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Indonesia Tidak Miskin Ligwina Hananto Kelas ekonomi menengah yang kuat adalah andalan masyarakat yang stabil dalam pemerintahan yang demokratis ini. Salah satunya mungkin adalah kita. Pasti kita pernah berpikir apakah masa depan keuangan kita akan baik-baik saja? Apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun ke depan? Atau saat kita sudah tidak bekerja secara produktif, apa yang akan terjadi? Sudahkah kita melakukan hal yang benar terhadap diri kita sendiri dan orang lain? Dalam buku ini Ligwina memberikan jawabannya dengan jujur, jernih dan provokatif. Dan lebih penting lagi buku ini memberikan skill dan penghayatan melalui kasus dalam kehidupan nyata. Misi membentuk Stronger Middle Class Indonesians adalah apa yang dituangkan Ligwina dalam buku ini. Selain pemahaman tentang Creative Economy, memang Middle Class Indonesians perlu mendapat pemahaman praktis cara mengelola keuangan sehingga mampu mandiri dan berdikari secara ekonomi. Buku sangat cocok untuk semua kalangan. Revolusi Timur Tengah Apriadi Tamburaka, S. IP. Pada penghujung 2010 hingga awal 2011, kawasan di Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami pergolakan politik yang dikenal dengan “Jasmine Revolution,” suatu revolusi yang bertujuan untuk menumbangkan penguasa mereka yang dimulai dari Tunisia menyusul Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya, dan negara-negara lainnya. Timbulnya pergolakan rakyat di semenanjung Timur Tengah dan Afrika Utara begitu cepat dan hanya butuh “pemantik api” untuk menyalakan api dalam sekam yang sudah lama tersimpan. Mengacu pada hukum sebab-akibat, revolusi Timur Tengah ada bukan tanpa sebab. Ada sejumlah alasan mengapa rakyat melakukan revolusi untuk menumbangkan penguasa mereka. Dan mengapa revolusi Timur Tengah mewabah dalam waktu bersamaan dapat Anda temukan jawabannya dalam buku ini. Substitutability and Protectionism: Latin America’s Trade Policy and Imports from China and India Giovanni Facchini, Marcelo Olarreaga, Peri Silva, and GeraldWillmann Published by Oxford University Press on behalf of the International Bank for Reconstruction and Development / THE WORLD BANK. This article examines the trade policy response of Latin American governments to the rapid growth of Chinese and Indian exports in world markets. To explain more protection in sectors where a large share of imports originates in China and India, the “protection for sale” model is extended to allow for region-specific degrees of substitutability between domestic and imported varieties of a good. The results suggest that more protection toward Chinese and Indian goods can be explained by the higher substitutability of Chinese and Indian goods with domestic varieties. The data support the model, which performs better than the original protection for sale framework in explaining Latin America’s structure of protection. Top 5 Fiction Books of The Year: 2011 1 2 Eclipse Stephenie Meyer Seri Kartun Riwayat Peradaban 1 2 3 Roidah 4 Janda-Janda Cosmopolitan Andrei Aksana 5 Seri The Naked Traveller Trinity Jeffrey L. Cruikshank Accounting Theory: Teori Akuntansi Top 5 NonFiction Books of The Year: 2011 Ahmed Riahi Belkaoui Larry Gonick Cinta Bertabur di Langit Mekkah The Apple Way 3 Cara Gampang Belajar TOEFL Peni R. Pramono 4 Manajemen Keuangan Arthur J. Keown, dkk. 5 Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh Dianata Eka Putra MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 39 inspirasi “Tidak Neko-Neko”: Kesempurnaan dalam Pelayanan Teks: Iin Kurniati Foto: Ari Ragil Kuncoro “Alhamdulillah ada rasa bangga melayani orang nomor satu di Kementerian Keuangan. Dari beberapa Menteri masih dipercaya sampai sekarang. Istilahnya saya tidak mau ‘neko-neko’ (anehaneh), jadi yang penting saya kerja maksimal.” Demikian diungkapkan Sugiyo, seorang staf tata usaha Menteri Keuangan saat ditemui Media Keuangan, Selasa (10/1). S ederhana, ramah, dan murah senyum. Kesan itu yang pertama kali terlihat dari Giyo - sapaan akrab pria yang lahir pada 10 Juni 1972. Giyo bersedia menceritakan pengalaman menarik selama puluhan tahun bekerja di Kementerian Keuangan, berikut ulasan perbincangannya kepada Media Keuangan. Tak kenal waktu Berasal dari kecamatan Banyuurip, sekitar 7 km dari kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pria kelahiran Medan 40 tahun silam itu tidak surut langkah untuk mengais rezeki di ibukota. Berbekal ijazah Sekolah Menengah Pertama, pada tahun 1989, Giyo mengikuti jejak kakaknya yang sudah terlebih dahulu bekerja di Jakarta. “Jadi saya magang dulu di Kemenkeu, tidak langsung jadi pegawai. Sambil magang saya sekolah SMA di sini,” ujar Giyo. Setelah bekerja sebagai pegawai lepas kurang lebih selama sepuluh tahun, akhirnya 40 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 tahun 1998, Giyo pun diangkat sebagai pegawai tetap di Kementerian Keuangan. Mulanya, Giyo bekerja di bawah Biro Umum, lalu pada tahun 2003, Giyo ditawari untuk pindah pada unit Tata Usaha Kementerian yang saat ini di pegang Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka). Sejak saat itu, Giyo melayani Menteri Keuangan dari masa kepemimpinan Prijadi Praptosuhardjo, Rizal Ramli, Boediono, Jusuf Anwar, Sri Mulyani Indrawati, hingga Agus D. W. Martowardojo. Selama kurang lebih 23 tahun mengabdi di Kementerian, Giyo bertugas melayani segala kebutuhan menteri. Kebutuhan itu meliputi urusan dapur, memastikan kebersihan ruangan, mempersiapkan segala keperluan rapat, bahkan hingga piket saat akhir pekan hanya untuk mengganti tanaman baru yang segar setiap minggunya. Semua itu dijalani pria yang menghabiskan tujuh tahun masa kecilnya di Pematang Siantar ini dengan penuh semangat tanpa mengeluh sedikitpun. Berbicara soal waktu, Giyo hampir menghabiskan seluruh waktunya dengan memberikan pelayanan terbaik untuk Kementerian Keuangan. Menurut dia, tidak masalah untuk datang lebih awal dan pulang hingga larut malam atau hingga pagi lagi. “Terkadang sewaktu bujangan sampai menginap di kantor karena tanggung jawab. Yah, melayani menteri seperti itu, jadi sudah tidak kaget lagi,” kata pria yang tinggal di Klender. Kepercayaan Unsur kepercayaan merupakan faktor terpenting dalam pelayanan menteri. Tak heran hingga enam periode pergantian kepemimpinan, Giyo masih dipercaya untuk melayani kebutuhan menteri. Hal ini dilakukan demi tugas yang dianggap ringan oleh banyak orang, namun ternyata amat vital bagi kepentingan bersama. Misalnya terkait dengan menjaga kerahasiaan negara bahkan hingga menjaga hubungan dengan seluruh stakeholders Kemenkeu baik secara nasional hingga tingkat internasional. Terkait vitalnya tugas Giyo, sudah beberapa orang yang ditawari pekerjaan yang sama, namun mundur karena masalah tuntutan waktu. Namun saat ini ia dibantu oleh Pribadi, seorang rekan yang sama-sama bertugas melayani menteri. Jadi ketika Giyo berhalangan karena urusan mendesak, komunikasi antara Giyo dan Pribadi menjadi faktor utama dalam bertugas. Pengorbanan Tak banyak yang tahu pengorbanan yang telah dilakukan Ayah dari tiga gadis cilik, Nadila (8), Virnanda (5) dan Bella (4 bulan). Demi mengantarkan berkas dari sekretariat Menteri ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Giyo misalnya, harus merelakan pergelangan tangannya patah. Saat itu rintik hujan membasahi hampir seluruh Jakarta. Giyo pun beranjak menuju kawasan Gatot Subroto. Ketika tiba di Sarinah, genangan air sudah hampir menutupi badan jalan hingga tidak terlihat adanya Giyo melayani Menteri Keuangan dari masa kepemimpinan Prijadi Praptosuhardjo, Rizal Ramli, Boediono, Jusuf Anwar, Sri Mulyani Indrawati hingga Agus Dermawan Wintarto Martowardojo lubang. Tiba-tiba motor yang dikendarai Giyo tersenggol motor lain hingga oleng dan jatuh. Pergelangan tangan Giyo pun masuk ke dalam lubang besi. Tak lama, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, Giyo meminta bantuan orang sekitar untuk menarik tangannya ke atas. Tiba-tiba, terdengar bunyi ‘krek’ dari tangan Giyo dan kontan saja, Giyo tidak merasakan respon apapun dari tangannya. Awalnya Giyo hanya berobat ke tukang urut, karena takut operasi hingga khawatir pergelangan tangannya diamputasi. Namun tiga hari kemudian tangannya mengalami pembengkakan hingga berwarna biru. Giyo langsung memberanikan diri pergi ke Rumah Sakit Umum Gatot Subroto untuk melakukan rontgen terhadap tangannya dan hasil rontgen menunjukkan positif pergelangan tangannya patah hingga harus di beri gips. Bentuk pengorbanan ini mencerminkan tanggung jawab tinggi pada pelayanan. “Ya itu lah tugas negara sebagai pelayan. Harus bisa bertanggung jawab dan saya harus selalu stand by,” tutur Giyo. Kesan terindah Ketika ditanya kesan paling menarik dalam melayani menteri, dengan antusias Giyo menjawab semua menteri memiliki kesan tersendiri dalam hidupnya. Misalnya, saat kepemimpinan Boediono, Giyo dipercaya mantan Menkeu yang sekarang menjabat sebagai Wakil Presiden itu untuk menjaga kediamannya saat libur lebaran tiba. “Saya sendiri diminta Pak Boediono, untuk stand by selama seminggu di Yogya sekalian cuti di Purworejo karena kebetulan pembantunya pulang kampung,” jelas suami dari Ani Kurniasih ini. Berbeda dengan Boediono, saat kepemimpinan Sri Mulyani, Giyo sering diberi wewenang khusus dalam acara keluarga mantan Menkeu yang saat ini bekerja di World Bank tersebut. Biasanya, Giyo diminta memenuhi untuk urusan dapur sebagai seksi konsumsi hingga bertanggung jawab pada urusan katering. Sedangkan terhadap kepemimpinan Agus D. W. Martowardojo, Giyo menjelaskan bahwa Menkeu merupakan seorang yang ramah, disiplin, dan humoris. “Bapak sering humor, sering menyalami, sering menyapa, peduli kepada orang-orang terutama dengan lingkungan sekitarnya, juga suka keindahan. Bapak menyukai kerapian di dalam ruang kerjanya,” papar Giyo. Meskipun tidak memiliki permintaan khusus, Giyo terkesan pada kepemimpinan Menkeu saat ini yang menggalakkan pembuatan area hijau serta menertibkan pedagang di sekitar lingkungan Kementerian Keuangan. Kebijakan Menkeu untuk merapikan lingkungan sekitar dinilai menambah kenyamanan serta pemandangan yang indah. Harapan Giyo sebenarnya ingin melanjutkan sekolah, namun karena waktu yang tersita ia pun tidak dapat berbuat lebih. Prioritas saat ini hanya anak-anaknya dapat meneruskan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Giyo hanya berharap lima tahun sebelum masa pensiun, ia dapat kembali ke kampung halaman untuk menikmati pensiun di daerah asalnya. Selain itu, ia berpesan agar setiap pegawai di Kemenkeu, khususnya pegawai yang junior untuk memperhatikan etika kepada pegawai yang lebih senior. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi miss communication antara pegawai senior dan junior yang bisa saja menyebabkan kesalahpahaman dapat terjadi. Itulah Giyo, sosok sederhana yang berloyalitas tinggi dalam menanamkan nilai-nilai integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan prima, dan kesempurnaan dalam setiap langkah hidupnya. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 41 celengan celebrity keuangan Teks: Iin Kurniati Gambar: http://nasional.inilah.com/read/ detail/1150332/nusron-wahidterpilih-sebagai-ketum-gp-ansor OJK: Pengawasan Terintegrasi Sektor Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditujukan agar kegiatan jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Pengesahan Undang-Undang OJK dalam Rapat Paripurna dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 27 Oktober silam, tentunya memiliki pertimbangan tertentu. S ebagai representasi rakyat yang memiliki hak suara tertinggi di Indonesia, Nusron Wahid, Mantan Ketua Pansus OJK meyakini bahwa disetujuinya pembentukan lembaga tersebut berdasarkan pertimbangan. “Karena kebutuhan di Indonesia atas pengawasan yang terintegrasi dalam sektor keuangan,” ungkap dia. Sebagai contoh di Jepang yang dari awal justru pengawasan sektor perbankan sudah ada di Kementerian Keuangan. Ketika ditanya seberapa besar efektivitas OJK ke depan, menurut pria kelahiran 12 Oktober 1972 tersebut, otoritas moneter atau monetery policy nantinya tetap akan overlap dan tumpang tindih dengan microprudential dan produk bisnisnya. 42 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012 “Saya kira efektivitasnya memang harus ada koordinasi. Tumpang tindih tidak dapat terhindari karena memang ada wilayahwilayah yang sifatnya itu membutuhkan survailance dari Bank Indonesia untuk kepentingan macroprudential-nya itu,” tegas Nusron. Dengan demikian, pemerintah dituntut harus dapat membuat pola koordinasi yang efektif seperti batas-batas kapan suatu institusi lembaga keuangan dapat dimasuki atau diawasi oleh Bank Indonesia untuk kepentingan macroprudential-nya. Lebih jauh, Nusron menuturkan bahwa pembentukan OJK sebagai pengawas sektor keuangan dapat meminimalisir free area antara Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (BapepamLK). Sehingga semua lembaga tersebut dapat terintegrasi menjadi satu sistem pengawasan dan mempersempit celah pelaku industri yang ‘bermain-main’. Adapun mengenai kewajiban OJK untuk selalu melakukan pelaporan kepada DPR dalam setiap tindakannya, Nusron menekankan pentingnya hal tersebut. Hal ini terkait keberadaan OJK yang tidak di bawah Menteri Keuangan, Bank Indonesia maupun di bawah Presiden. “Maka dia harus melapor kepada rakyat yang diimplementasikan kepada DPR, supaya koordinasi lebih baik dan output pengawasan lebih terintegrasi dan konsumen lebih satisfied,” pungkas Nusron. MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011 43 44 MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012