kemajuan ekonomi, peluang investasi

advertisement
VOLUME VII | NO. 53 / JANUARI 2012
KEMAJUAN EKONOMI,
PELUANG INVESTASI
2012 Momentum Kebangkitan
Ekonomi Nasional
ISSN 1907-6320
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
1
2
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
dari lapangan banteng
Pencapaian yang
Mesti Ditingkatkan
S
ejumlah pencapaian yang terjadi sepanjang tahun 2011
menyiratkan semangat bagi kita untuk menyambut 2012
dengan tangan mengepal ke atas. Kesuksesan meraih juara
umum Sea Games, terlampauinya target pertumbuhan ekonomi,
hingga keberhasilan memegang amanat Keketuaan ASEAN
menunjukkan Indonesia memiliki pengaruh dan peranan strategis di
tingkat regional.
Pencapaian-pencapaian di atas dapat meninggikan posisi dan peran
Indonesia di kancah global, termasuk di sektor ekonomi. Konsumsi
domestik sepanjang tahun lalu bergerak lincah menyokong
fundamental ekonomi dan secara tidak langsung turut mengurangi
dampak krisis Amerika Serikat dan Eropa. Prestasi akhir tahun pun
tak main-main, Lembaga Pemeringkat Kredit Internasional Fitch
Ratings dan Moody’s menaikkan peringkat investasi Indonesia
menjadi investment grade. Terakhir kali kita menggenggam peringkat
ini adalah pada tahun 1997, yaitu pada masa pra krisis Asia. Potensi
bersinarnya ekonomi pada tahun 2012 terbuka lebar. Organisations
for Economics Co-operation and Development (OECD) bahkan
memperkirakan pertumbuhan ekonomi rata-rata Indonesia pada
jangka menengah (2012-2016) akan menjadi yang tertinggi diantara
negara-negara ASEAN lainnya.
Pencapaian pada tahun 2011 mestinya menjadi pemantik untuk bisa
berbuat lebih baik di tahun 2012. Perkembangan ekonomi dunia
yang masih fluktuatif menuntut sikap prudent. Seperti peribahasa
sedia payung sebelum hujan, meningkatkan kewaspadaan untuk
meminimalisasi dampak krisis finansial jelas diperlukan. Selain
itu, masalah klasik penghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu
pembangunan infrastruktur, perlu penanganan yang lebih serius.
Berbicara mengenai pembangunan, maka rasanya bukan hanya
pembangunan fisik yang harusnya menjadi fokus. Pembangunan
non-fisik melalui perbaikan sistem birokrasi, penegakan peraturan,
hingga pengembangan human resources harusnya termasuk pula
dalam skala prioritas.
Pencapaian
pada
tahun
2011
mestinya menjadi pemantik untuk bisa
berbuat yang lebih baik di tahun 2012.
Bagi Tim Redaksi, pergantian tahun menjadi momentum untuk
memulai perubahan. Jika Anda cermati, terdapat beberapa hal baru
pada majalah Media Keuangan. Dari segi konten, kami hadir dengan
tambahan empat halaman dan dua rubrik baru, yaitu Inspirasi dan
Komik. Ide-ide segar juga tertuang lewat konsep lay-out dan ukuran
majalah yang lebih handy.
Kami terbuka dengan saran, kritik, dan sumbangan tulisan dari para
pembaca. Jangan pernah ragu untuk menghubungi kami melalui
berbagai sarana. Harapan bersama agar media kesayangan kita ini
dapat terus meningkat kualitasnya.
Redaksi
Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menkeu RI Agus DW Martowardojo. Ketua Pengarah: Sekjen Kemenkeu Kiagus Ahmad
Badaruddin. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Kabiro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Yudi Pramadi. Pemimpin Redaksi: Herry Siswanto.
Redaktur Pelaksana: Yeti Wulandari. Dewan Redaksi: Supriyatno, Sasi Atiningsih, Agung Ardhianto, Fery Gunawan, Makmun Syadullah. Tim Redaksi: Rahmat
Widiana, Faisal, Rizwan Pribhakti, Zachrony, Bikner L. Tobing, Nico Aditia, Bagus Wijaya, Langgeng Wahyu P., Ari R. Kuncoro, Iin Kurniati, M. Iqbal Pramadi, Dwinanda Ardhi.
Sekretariat: Eva Lisbeth, Hesti Sulistiowati, Indri Maria, Lili Marini T., Sularno, Nicho Pratama. Desain Grafis dan Layout: Wardah Adina, Dewi Rusmayanti.
Alamat Redaksi: Gedung Djuanda (Gedung E) Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin No. 1, Jakarta Telp : (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. e-mail: [email protected]
website: http://www.depkeu.go.id
Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi. Bagi tulisan
atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan sepantasnya.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
3
daftar isi
LAPORAN UTAMA
REPORTASE
RENUNGAN
5 6 9
12 14
24
26
38
2012 Momentum Kebangkitan
Ekonomi Nasional
Menjaga Perekonomian Kita
Hari yang Cerah Untuk
Pasar Modal Indonesia
Konsistensi Kebijakan Sangat
Diperlukan
Pertumbuhan Ekonomi
Ditopang Konsumsi Domestik
WAWANCARA
16
Penyerapan Anggaran
Bukan Segalanya
PROFIL
18
Ketika Mahendra Berbagi
Cerita
LINTAS PERISTIWA
22Penandatanganan
Kesepakatan dengan KfW
22
Workshop Sinkronisasi
Tugas dan Peran
22
Seminar Nasional OJK
23
Sosialisasi Program
Pro Rakyat dalam APBN 2012
23
Peluncuran Kemajuan
NSW 2011
23
Penutupan Perdagangan
Bursa 2011
4
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Transformasi Capital Inflow
ke Dalam Investasi Sektor Riil
Kanwil DJBC Banda Aceh:
Menjadi Kanwil DJBC Terbaik
INFO KEBIJAKAN
31
2012: Manfaatkan Peluang dan
Momentum
ARTIKEL
33
34
Membangun dengan Kekuatan
Sendiri
Meringankan Beban dan
Menyejahterakan Rakyat
RIVIU
35
36
Riviu atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 211/
PMK.08/2011 Tentang Tata
Cara Seleksi Calon Pemberi
Pinjaman Dalam Negeri
Daftar Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) selama bulan
Desember 2011
ENGLISH CORNER
37
2012, the Momentum
of National Economic Revival
Kesempurnaan
RESENSI
39
39
39
39
Untuk Indonesia yang Kuat:
100 Langkah untuk Indonesia
Tidak Miskin
Revolusi Timur Tengah
Substitutability and
Protectionism: Latin America’s
Trade Policy and Imports from
China and India
VAT Design and Energy Trade:
The Case of Russia and Ukraine
INPIRASI
40
“ Tidak Neko-Neko”: Kesempurnaan Dalam
Pelayanan
CELENGAN
42
OJK: Pengawasan Terintegrasi
Sektor Keuangan
43
BUNG PISKAL
laporan utama
2012 Momentum Kebangkitan
Ekonomi Nasional
Teks: Iin Kurniati Ilustrasi: Dewi Rusmayanti
Awal 2012 merupakan momentum kebangkitan ekonomi nasional karena dibuka dengan kenaikan posisi
investment grade. Lembaga pemeringkat kredit internasional Fitch Ratings dan Moody’s menaikkan peringkat utang
(sovereign) Indonesia dari BB+/positive menjadi BBB- dengan outlook stable. Fitch Ratings dan Moody’s mendasarkan
kenaikan ini dengan peningkatan kinerja perekonomian, likuiditas eksternal yang kuat, rasio utang pemerintah
(public debt) yang rendah serta menunjukkan tren menurun, dan kebijakan rasio yang berhati-hati.
D
i tengah jatuhnya kepercayaan pasar terhadap Amerika
Serikat dan sebagian Eropa, kenaikan peringkat ini
mencerminkan volatilitas sebagai lanskap 2012. Indonesia
memang akan mendapatkan keuntungan dari peringkat investment
grade melalui peningkatan iklim investasi.
Namun, risiko krisis global yang fluktuatif masih berpotensi
mengganggu masa-masa pemanfaatan peluang ini. Artinya, grade
belum tentu berdampak signifikan bagi perekonomian domestik.
Kondisi perekonomian Indonesia ke depan diprediksi masih akan
dipengaruhi oleh perkembangan krisis perekonomian dunia.
Maka dari itu, terdapat tiga faktor penting untuk memajukan
perekonomian Indonesia. Pertama, memahami potret ekonomi
Indonesia saat ini dengan menghitung potensi dan kemampuan
melalui analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats).
Kedua, fokus pada tujuan nasional untuk menyejahterakan rakyat,
mengurangi kemiskinan serta menciptakan lebih banyak lapangan
pekerjaan. Terakhir, mencapai ‘gol‘ tersebut melalui implementasi
Rencana Kerja Pemerintah 2012, APBN 2012 hingga program MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia) hingga beberapa tahun mendatang.
Sejumlah peluang juga akan dimaksimalkan oleh pemerintah.
Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 240 juta jiwa dan
memiliki income per kapita yang tumbuh sekitar USD3400 per orang
per tahun, pemerintah berupaya meningkatan produksi pangan,
industri, dan jasa.
Hal ini seiring semakin tingginya demand atau daya beli masyarakat
dan tingkat konsumsi. Selain itu, penyerapan anggaran juga menjadi
faktor penting lainnya yang akan dibenahi agar tidak mengganggu
kelancaran dunia usaha dalam negeri.
Di sisi lain, ada beberapa hal yang memerlukan perhatian lebih
dari pemerintah seperti sektor infrastruktur yang berpengaruh
pada keberlangsungan sektor riil. Dana Sisa Anggaran Lebih (SAL)
sebesar hampir Rp40 triliun telah dipersiapkan untuk peningkatan
pembangunan infrastruktur. Kebutuhan sarana dan prasarana
diperlukan untuk pelayanan publik, menggerakkan aktivitas
ekonomi, hingga mendorong peningkatan investasi.
Pembangunan infrastruktur tidak terbatas pada pembangunan fisik,
tetapi juga pembangunan non fisik melalui sistem birokrasi yang
responsif, kepastian hukum, hingga pengembangan sumber daya
manusia dan teknologi.
Akhir dari semua ini adalah potensi melonjaknya spektrum ekonomi
domestik. Keberhasilan meraih posisi investment grade ini sebaiknya
diwarnai dengan sikap prudent dalam menyikapi perkembangan
perekonomian dunia setiap waktu. Sekalipun relatif minim, krisis
global bisa saja berpengaruh negatif bagi kondisi Indonesia.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
5
Menjaga Perekonomian Kita
Teks:
Dwinanda Ardhi
Foto:
Yeremia Listyagung
Wakil Menteri Keuangan II Mahendra Siregar optimis perekonomian
Indonesia pada tahun 2012 masih akan baik. Mahendra—panggilan
akrabnya—menyebut kenaikan peringkat investasi Indonesia menjadi
investment grade oleh lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings dan
Moody’s sebagai contoh konkrit dunia melihat kondisi prima ekonomi
kita. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang
bermarkas di Prancis bahkan menganalisis rata-rata pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2012-2016 akan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
M
ahendra mengungkapkan bahwa
salah satu kunci perbaikan ekonomi
Indonesia terletak pada ketahanan
terhadap dampak perkembangan ekonomi
global yang diperkirakan menimbulkan
downside crisis lebih besar pada tahun ini.
Standar pertumbuhan ekonomi global
yang baik, yaitu pada kisaran 4 persen, telah
direvisi menjadi 3,5 persen. Dampak krisis itu
menjadi lebih penting untuk diwasapadai
jika melihat kemungkinan Eropa masuk ke
dalam resesi. “Resesi itu apabila dua kuartal
berturut-turut, perekonomian suatu negara,
dalam hal ini (negara-negara) Eropa sebagai
suatu kawasan, berada di bawah nol atau
melambat,” ungkap Mahendra.
Pada kuartal keempat 2011, pertumbuhan
ekonomi zona Eropa hampir dipastikan di
bawah nol. Prediksi pada kuartal pertama
2012 pun tak jauh berbeda. Mahendra
menjelaskan bahwa pada kuartal kedua
2012, zona Eropa diprediksi sudah akan
rebound dengan pertumbuhan sedikit
di atas nol. Namun hal ini belum dapat
6
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
dipastikan.”Kita tidak tahu. Masih terlalu awal
untuk bisa terlalu optimis,” jelas Mahendra.
Dampak krisis Amerika Serikat, meskipun
tidak terlalu mengkhawatirkan seperti
Eropa, tetapi tetap diperlukan kewaspadaan.
“Masih di atas 1 (persen), tapi downside
crisis-nya tinggi,” ujar dia. Sementara Jepang
yang tadinya diharapkan dapat pulih cepat
setelah bencana tsunami, ternyata kembali
mengalami perlambatan pertumbuhan
ekonomi. Rebound yang sempat terjadi
hanya terefleksikan pada kuartal ketiga 2011
saja. “Bahkan kesannya masuk ke 2012 sudah
hilang momentum untuk memanfaatkan
rebound akibat bencana tsunami dan
gempa itu,” sambung Mahendra.
dampaknya tidak terjadi secara langsung
terhadap transaksi perdagangan dalam
negeri dengan negara-negara Eropa.
“Perdagangan kita dengan Eropa, tidak
sebesar dibandingkan persentase dari
perdagangan negara-negara tetangga kita.
Saya rasa kalau dengan Eropa keseluruhan,
sekitar 14-15 persen. Sebenarnya tidak
terlalu besar,” papar Mahendra. Yang perlu
diwaspadai adalah perdagangan dengan
negara-negara ASEAN, India, China, dan
sejumlah negara lain dimana Indonesia
menjual barang setengah jadi, barang
pertambangan, maupun barang pertanian
yang diolah mereka dan diekspor ke Eropa
atau Amerika Serikat. Ini adalah dampak
perdagangan secara tidak langsung.
Gambaran kondisi tiga kekuatan ekonomi
besar dunia di atas membuat tidak ada
kawasan maupun negara yang imun. Dalam
konteks Indonesia, transmisi atau jalur
masuk krisis Eropa antara lain melalui sektor
perdagangan, investasi, dan sentimen global
secara umum. Dari sektor perdagangan,
Tak jauh berbeda dengan sektor
perdagangan, investasi langsung dari
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat
ke Indonesia tidak terlalu besar, karena lebih
banyak bertumpu pada pasar dalam negeri
atau kawasan. Ini juga senada dengan
dampak dari sektor keuangan. Pembiayaan
“
pembiayaan bond stabilisation fund untuk
menanggulangi kendala dalam penjualan
surat berharga domestik.
Lebih baik kita kembangkan langkah-langkah yang bisa
meningkatkan daya tahan perekonomian dalam negeri
kita dan juga daya tahan nasional untuk menyikapi krisis.
dari bank-bank Eropa yang berasal dari
negara-negara yang terkena krisis langsung
tidak banyak di sini. “Tapi kalau terkait
dengan bank yang berasal dari negaranegara Eropa utama, apakah Jerman, Inggris,
Belanda, itu akan besar (dampaknya). Karena
mereka cukup aktif di dalam perekonomian
Indonesia,” ungkap Mahendra.
Pertumbuhan ekonomi
Meskipun pertumbuhan ekonomi global
telah mengalami revisi, Mahendra memilih
untuk tidak terlalu banyak ikut berspekulasi
tentang target pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam APBN 2012, yakni sebesar
”
Mahendra Siregar
6,7 persen. “Kalau sikap saya tidak usah
terlalu banyak berspekulasi mengenai bisa
seberapanya. Lebih baik kita kembangkan
langkah-langkah yang bisa meningkatkan
daya tahan perekonomian dalam negeri
kita dan juga daya tahan nasional untuk
menyikapi krisis,” tutur Mahendra.
Mahendra menambahkan bahwa APBN
memiliki ruang untuk mengantisipasi
kemungkinan terburuk dari perkembangan
ekonomi global. Terdapat beberapa mata
anggaran yang memang diperuntukkan
untuk itu. Mahendra mencontohkan
penggalangan dana melalui sumber
Di luar itu, potensi pasar dalam negeri
benar-benar mesti diperhatikan. Yang perlu
dilakukan adalah memikirkan langkahlangkah untuk menambah nilai barang yang
diproduksi. Peningkatan pendapatan dan
daya beli masyarakat dapat digunakan untuk
menghasilkan final goods yang lebih banyak.
“Sehingga tidak kemudian, katakanlah nilai
tambah dan rantai pasokannya tidak terjadi
di dalam negeri,” ujar Mahendra.
Sementara itu, kesinambungan dari
proses perbaikan dan reformasi yang
sudah dijalankan beberapa tahun terakhir
juga perlu dilanjutkan. Berbeda dari krisis
moneter tahun 1997/1998, krisis finansial di
Amerika Serikat dan Eropa dapat menjadi
momentum untuk belajar dari pengalaman
dan kesalahan negara-negara lain. Banyak
yang bisa dipelajari di sana. Mahendra
mengambil contoh, “Misalnya kalau terlalu
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
7
longgar dalam pengelolaan APBN, terlalu
longgar dalam pengeluaran tertentu yang
tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan yang produktif,” kata dia.
Terkait derasnya capital inflow yang masuk,
Mahendra mengaku tidak terlalu khawatir
mengenai proporsi antara modal dalam
negeri dan asing. Dalam hal ini, kata dia,
kita bisa belajar dari negara Jepang. Dari
seluruh negara anggota G-20, Jepang
memiliki utang publik yang paling tinggi
terhadap PDB. Namun demikian, Jepang
tidak terjerembab dalam krisis utang publik.
Hal ini dikarenakan 95 persen utang publik
dimiliki oleh warga negara itu sendiri.
Yang perlu menjadi catatan
sebenarnya bukan hanya
pertumbuhan tinggi yang
harus dicapai, melainkan juga
pertumbuhan yang berkualitas
dan disertai pemerataan yang
lebih baik.
menyebut reschedule utang di Paris Club
sebagai salah satu penyebab utama kala itu.
“Tapi perlu 12-13 tahun untuk naik kembali
ke situ (investment grade) dengan segala
reformasi,” kata Mahendra.
Peringkat investasi
Mahendra sepakat bahwa pertumbuhan
ekonomi memerlukan pembangunan
infrastruktur sebagai salah satu motor
penggeraknya. “Itu kunci untuk
meningkatan daya tahan dan pertumbuhan,”
tegas Mahendra. Namun demikian, dia tak
menampik segudang persoalan kompleks
terkait infrastruktur mesti diselesaikan
satu per satu. Persoalan yang sering
dianggap sebagai masalah klasik adalah
pembebasan lahan. “Itu memang realita
dalam pembangunan infrastruktur di
suatu perekonomian yang struktur pasar
dan jumlah populasinya begitu besar,”
tambahnya. Untuk menyelesaikan hal
tersebut antara lain diperlukan kemapanan
sistem hukum.
Kemapanan sistem hukum itu juga akan
menjadi sinyal baik bagi para investor.
Apalagi setelah kenaikan peringkat
investasi yang dikeluarkan oleh Lembaga
Pemeringkat Kredit Internasional Fitch
Ratings dan Moody’s, investasi yang bakal
masuk ke Indonesia diperkirakan akan
semakin besar. Mahendra menganggap
pentingnya kenaikan peringkat ini. “Terakhir
kali kita memiliki itu pra krisis Asia, tahun
‘97. Jadi lama sekali kita sudah terjerembab
dalam kondisi di bawah investment grade,”
ungkap Mahendra.
Apalagi jika ditengok lebih jauh, kredibilitas
sebagai negara tujuan investasi mudah
sekali terganggu. Pada tahun 1997, hanya
diperlukan waktu setahun untuk mengalami
penurunan peringkat dari investment
grade menjadi selective default. Mahendra
8
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Kenaikan peringkat tersebut dapat
diartikan sebagai bentuk kepercayaan
dan pengakuan bahwa kita memiliki
perekonomian yang tumbuh sehat dan
pengelolaannya berjalan baik. Pengakuan
ini, dalam bahasa Mahendra, tidak sekadar,
”Oke, kalau ini membaik lalu kemudian
investasi tambah berapa miliar dolar masuk.
Bukan begitu.” Terkait masalah masuknya
investasi, baik di portofolio maupun investasi
langsung (foreign direct investment), tak bisa
dilepaskan dari pertimbangan para investor
itu sendiri.
Untuk dapat mempertahankan peringkat
di atas, Mahendra menekankan perlunya
pengelolaan kebijakan fiskal yang baik dan
prudent. Hal itu dapat ditempuh melalui
governance yang makin baik, pengelolaan
ekonomi yang sehat dan berkelanjutan,
kemampuan untuk bisa mempertahankan
pertumbuhan ekonomi, serta pada
gilirannya mengurangi kemiskinan dan
menciptakan lapangan pekerjaan yang
meluas.
Menurut Mahendra, keputusan pemerintah
untuk tidak menerbitkan surat utang
pada akhir tahun 2011 karena defisit
anggaran bisa tertutup menunjukkan
pengelolaan ekonomi yang sudah lebih
mapan. Pemerintah memang diberikan
ruang tertentu untuk bisa memenuhi
kebutuhan melalui sumber pembiayaan
berupa utang. Namun, apakah ruang
tersebut digunakan atau tidak, berpulang
pada keputusan pemerintah. “Kita berani
menyatakan ternyata kita tidak terlalu
membutuhkan pada saat ini tambahan
utang tertentu. Saya rasa kemampuan kita
untuk mempresentasikan keseluruhan
pengelolaan yang berimbang itu yang
baik. Pengeluaran dan penerimaan itu
disesuaikan pada kebutuhan yang real,” jelas
dia.
Namun demikian, Mahendra tak menampik
bahwa keputusan untuk tidak menerbitkan
surat utang ini cukup mencuri perhatian
berbagai kalangan di dalam dan luar negeri.
“Memang yang menjadikan hal ini agak
mencolok adalah pada saat seluruh dunia
berada dalam tren yang berbeda. Sama
dengan investment grade. Up grade tadi itu,
pada saat semua orang turun, kita naik,” ujar
Mahendra.
Harapan
Ditanya soal harapannya terhadap
perekonomian Indonesia sepanjang
tahun 2012, Mahendra menjawab optimis.
Prediksi OECD yang menyatakan ratarata pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan menjadi yang tertinggi di kawasan
ASEAN dalam jangka waktu 5 tahun ke
depan dipandang sebagai hal yang sangat
mungkin terwujud. “Kemungkinannya
dua, memang kita tumbuhnya tinggi atau
karena (negara) ASEAN lain lebih rendah,
atau mungkin dua-duanya,” Mahendra
menerangkan.
Catatan sebenarnya bukan hanya
pertumbuhan tinggi yang harus dicapai,
melainkan juga pertumbuhan yang
berkualitas disertai pemerataan yang lebih
baik. Menurut Mahendra, pertumbuhan
yang berkualitas menyentuh pada hal-hal
seperti indeks pembangunan manusia,
prospek perbaikan gizi, kesempatan
untuk sekolah, dan pengurangan tingkat
buta huruf. Selain itu, pemberian social
protection seperti pengurangan tingkat
kemiskinan, penambahan lapangan kerja,
dan pembenahan sistem jaring pengaman
sosial yang baik dan berkelanjutan juga
termasuk dalam bagian yang tak dapat
dipisahkan. Menurut Mahendra, kita masih
perlu banyak belajar dari negara-negara lain
dalam membentuk jaring pengaman sosial
yang baik. “Ini harus diperluas, tapi tetap
melihat aspek keberlanjutan fiskal dan juga
governance-nya,” tutup Mahendra.
Hari yang Cerah
Untuk Pasar Modal Indonesia
Perekonomian tahun 2011 yang relatif baik salah satunya disokong oleh
kinerja dari lantai bursa. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
Ito Warsito menilai performa indeks bursa utama kita cukup cemerlang
dibandingkan bursa-bursa utama dunia lainnya. “Dari Hongkong,
Singapura, Tokyo, Shanghai, semua itu turun lebih banyak daripada indeks
Indonesia,” ujar pria yang biasa disapa Ito tersebut. Di sela-sela rutinitasnya
yang sangat padat, beberapa waktu lalu Ito berbicara kepada Media
Keuangan tentang kondisi pasar modal tahun 2011 dan peluang-peluang
yang bisa dicapai pada tahun ini.
Teks:
Dwinanda Ardhi
Foto:
Langgeng Wahyu P.
K
ondisi pasar modal yang bagus
tercermin dari laba para emiten
yang meningkat. Ito memperkirakan
pertumbuhan laba pada tahun 2011 sekitar
30 persen. Jumlah arus modal masuk (capital
inflow) dari pedagangan di lantai bursa tak
kurang dari 22,7 triliun rupiah. Masuknya
Indonesia pada level investment grade
diprediksi akan menambah potensi kenaikan
laba pada tahun ini. Jika mengacu pada
pertumbuhan ekonomi, Ito berpandangan
semua sektor di Indonesia relatif menarik
untuk kaum investor. Namun, karena
perekonomian kita lebih banyak didukung
oleh konsumsi dalam negeri, maka investasi
di sektor konsumsi dinilai memberikan
prospek yang lebih cerah.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
9
Dalam rangka mengoptimalkan derasnya
capital inflow yang masuk melalui bursa, Ito
menandaskan BEI senantiasa mengundang
semakin banyak perusahaan, termasuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk
melakukan go public. Dalam hal ini, dia
menilai pemerintah memiliki wewenang
untuk “memaksa” BUMN go public.“Kalau
BUMN go public, tersedia produk yang
banyak untuk dibeli juga oleh investor
domestik maupun investor asing. Itu
mekanisme menyalurkan dana dari investor
ke sektor rill,” ungkap Ito. Lebih jauh, Ito juga
menilai wacana penerbitan obligasi sebagai
langkah penting. Terutama jika mengingat
investasi di sektor tersebut memang
cenderung memerlukan pembiayaan
jangka panjang yang sulit dipenuhi dari
sumber pembiayaan perbankan. Investasi
yang bersifat jangka panjang juga penting
karena dapat mengurangi terjadinya potensi
sudden reversal.
Secara fundamental, menurut Ito,
sebenarnya tidak ada kendala berarti bagi
BUMN untuk melakukan Initial Public Offering
(IPO). Prosesnya juga relatif mudah. Jika
sudah begini, kemauan dari semua pihak
yang terlibat menjadi penting. Untuk sebuah
BUMN dapat melakukan IPO, terdapat
beberapa tahapan di sejumlah institusi
yang perlu dilalui. “Kendalanya birokrasi
pemerintah sendiri yang menghambat (dan)
solusinya good political will pemerintah,”
tegas Ito.
Derasnya capital inflow yang masuk
memang membuat cemas sebagian
10
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
kalangan. Porsi kepemilikan asing yang
terlalu besar dikhawatirkan dapat memicu
terjadinya sudden reversal. Namun demikian,
Ito menilai tidak ada masalah terkait
komposisi investor asing dan domestik.
“Sekarang investor dalam dan luar negeri
semuanya bisa membeli obligasi. Bahkan
obligasi pemerintah mungkin hampir
30 persen dimiliki oleh investor asing,”
ujar Ito. Secara umum, porsi kepemilikan
investor terhadap keseluruhan saham yang
diperdagangkan di bursa bahkan mencapai
61 persen. Alih-alih mengkhawatirkan
porsi kepemilikan asing, dalam pandangan
Ito, hal yang lebih penting saat ini adalah
memperbesar kapitalisasi pasar.
Yang perlu diupayakan secara terus menerus
antara lain meningkatkan pertumbuhan
pasar modal melalui penambahan basis
investor domestik. Untuk mencapai tujuan
itu, BEI, tandas Ito, giat melakukan kampanye
ke seluruh Indonesia.” Termasuk membantu
Kementerian Keuangan memasarkan
Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk,
bahkan sampai ke daerah-daerah tingkat II
di Indonesia,” jelas dia.
Perbandingan kinerja
Dampak krisis finansial yang melanda
Eropa dan Amerika Serikat dikatakan Ito
berdampak negatif ke seluruh bursa di
dunia sepanjang tahun lalu. Yang terasa di
bursa kita misalnya bertambah tingginya
volatilitas indeks setiap hari. “Memang
kecenderungannya turun karena banyak
global investor yang memutuskan mungkin
untuk memegang uang dulu. Artinya
mereka ingin menjual portofolionya sambil
menunggu sedikit kepastian mengenai
bagaimana mereka akan menanamkan
uangnya lagi nanti,” Ito menerangkan.
Prestasi tertinggi IHSG pada tahun ini terjadi
pada 1 Agustus 2011 pada angka 4.193.
Indeks kemudian sempat turun tajam
hingga di level 3.200-an. Di penghujung
tahun, IHSG berhasil naik lagi dan ditutup
pada level 3.821,992. Mengenai kondisi
bursa pada semester I tahun depan,
krisis Eropa yang dipandang Ito belum
jelas penyelesaiannya diperkirakan akan
memengaruhi fluktuasi indeks dalam negeri.
Namun demikian, fundamental ekonomi
yang baik dinilai tidak akan membuat
indeks terpengaruh secara signifikan.
Selama ekonomi kita tumbuh positif, kinerja
perusahaan Indonesia termasuk emitenemiten juga akan positif. Dengan demikian,
para investor tak perlu khawatir akan
rugi melakukan investasi. “Artinya kinerja
fundamental yang tetap baik dibandingkan
sentimen pasar yang turun, ada gap yang
suatu saat nanti akan ditebus di masa depan
setelah kondisi Amerika Serikat dan Eropa
kembali membaik,” ujar Ito.
Pengembangan pasar modal
Terkait pengembangan pasar modal,
Ito menekankan perlunya keterlibatan
seluruh komponen yang berperan. Bursa,
pemerintah, dan para pelaku pasar harus
bekerja sesuai porsi masing-masing. Peran
pemerintah antara lain menyediakan iklim
yang kondusif serta mengejar pertumbuhan
ekonomi yang optimal. Bursa, lanjut Ito,
perlu menciptakan kondisi yang aman
dan nyaman bagi para investor untuk
berinvestasi. Ini bisa dilakukan, antara lain
dengan menyediakan informasi obyektif
kepada para investor sehingga mereka
memahami semua informasi yang ada di
pasar modal, baik risiko maupun peluang
yang ada. Di samping itu, pelaku pasar dan
emiten juga harus patuh terhadap peraturan
yang berlaku dan mengedepankan praktik
good corporate governance.
Khususnya dalam rangka menciptakan
kondisi yang aman dan nyaman bagi
para investor, Ito menyebut perlunya
perbaikan sistem pasar modal.”Mulai
“
negara yang menjadi target pada dasarnya
adalah negara tradisional dimana investor
berada, seperti Singapura, Hongkong,
Jepang, negara-negara Eropa, dan Amerika
Serikat.
Pasar modal syariah
Selain pasar modal konvensional, BEI juga
terus berusaha mengembangkan pasar
modal syariah. Tahun 2011, Majelis Ulama
Indonesia telah mengeluarkan Fatwa
Nomor 80 mengenai halalnya mekanisme
perdagangan saham di BEI. “Karena selama
ini yang baru kita kembangkan adalah
saham yang masuk kategori saham syariah.
Tapi orang masih banyak yang ragu-ragu
Indonesia pada tahun 2012. Meskipun
volatilitas indeks bisa saja tinggi, angkanya
masih akan tetap di atas bursa-bursa lainnya.
Kemungkinan untuk muncul sebagai salah
satu indeks terbaik di dunia pun terbuka.
“Sampai sekarang (indeks) kita turun-naik,
tapi tetap di bagian atas. Tahun depan kita
yakin akan tetap seperti itu,” ujar Ito.
Dari sisi pemerintah, Ito mengaku
harapannya sederhana saja. Dia menilai,
insentif bagi pasar modal sudah cukup
banyak. Dia memuji langkah Menteri
Keuangan yang memberikan insentif
berupa keringanan potongan pajak kepada
perusahaan yang jumlah saham beredarnya
”
Sampai sekarang (indeks) kita turun-naik, tapi tetap di
bagian atas. Tahun depan kita yakin akan tetap seperti itu.
dari sistem perdagangan, sistem kliring,
sistem penyelesaian di BEI, KPEI (Kliring
Penjaminan Efek Indonesia), maupun KSEI
(Kustodian Sentral Efek Indonesia),” kata Ito.
Di samping itu, hal yang tak kalah penting
adalah menjaga integritas pasar. Penegakan
peraturan, misalnya dengan memberi sanksi
kepada emiten atau broker yang “nakal”
adalah contoh upaya yang bisa dilakukan.
Integritas pasar yang baik, sambung
Ito, pada akhirnya akan memunculkan
kepercayaan investor domestik dan
internasional.
Pengembangan pasar tidak berhenti sampai
upaya di atas. Upaya memasarkan pasar
modal Indonesia terus dilakukan, baik
di dalam maupun luar negeri. Program
sosialisasi dan edukasi dilaksanakan ke
berbagai kota di Indonesia sekaligus untuk
meningkatkan basis investor domestik.
Sementara ke luar negeri, ”Secara reguler
kami bersama emiten-emiten melakukan
road show. Pada dasarnya ‘menjual’ informasi
mengenai Indonesia supaya investor global
tertarik untuk membeli saham maupun
obligasi di Indonesia,” tutur Ito. Negara-
Ito Warsito
berdagang di Bursa Efek ini halal atau
tidak,” papar Ito. Fatwa MUI tersebut pada
intinya menyatakan bahwa mekanisme
perdagangan di BEI telah memenuhi kaidahkaidah syariah agama Islam. “Artinya orang
boleh berdagang di pasar regular BEI tanpa
harus khawatir bahwa ada hal yang haram,”
tambah Ito.
mencapai 40 persen atau lebih. Kebijakan
itu membuat makin banyak perusahaan
yang memperbesar jumlah saham
beredarnya, antara lain melalui penerbitan
right issue. “Dan akan makin banyak
perusahaan-perusahaan yang berminat
untuk menggunakan fasilitas itu,” kata Ito
memprediksi.
Hingga Desember 2011, menurut hitungan
Ito, sudah terdapat 235 dari 440 jenis
saham yang memenuhi kaidah syari’ah
agama Islam. Upaya sosialisasi untuk terus
menggalakan pasar modal syariah terus
dijalankan. Pengembangan pasar modal
syariah memiliki makna penting. Dalam
tataran masyarakat umum, produk-produk
investasi syariah akan memberikan pilihan
yang semakin beragam. Belum lagi jika
dilihat dari sudut pandang besarnya potensi
pertumbuhan pasar jenis ini dari komposisi
penduduk Indonesia yang mayoritasnya
muslim.
Namun demikian, Ito kembali menegaskan
pentingnya upaya pemerintah untuk
mendorong BUMN-BUMN melakukan IPO.
Dalam pandangan Ito, pemerintah seringkali
menggunakan IHSG maupun kinerja
bursa efek Indonesia sebagai barometer
untuk melihat kemajuan ekonomi. Artinya,
pemerintah sendiri yang perlu mendorong
pertumbuhan pasar modal Indonesia
melalui IPO BUMN. “Ada 140-an BUMN,
bayangkan kalau 100 saja yang IPO, 40
disimpan di ‘kantung’,” ujar Ito. Sampai
dengan saat ini, baru ada 18 BUMN yang
go public. Jumlah itu pun dicapai dalam
jangka waktu panjang, 20 tahun. Dorongan
pemerintah itu akan tampak sebagai
dukungan nyata terhadap pembangunan
pasar modal tanah air.
Harapan
Ito sekali lagi mengungkapkan
optimismenya terhadap kondisi pasar modal
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
11
Konsistensi Kebijakan Sangat Diperlukan
Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Langgeng Wahyu P.
Konsistensi kebijakan. Itulah poin penting yang
ditekankan oleh Ketua Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia, Raja Sapta Oktohari, ketika diwawancarai
Media Keuangan seputar harapan kalangan pelaku
usaha terhadap pemerintah di tahun 2012. Selain
itu, Okto—panggilan akrabnya—ingin pemerintah
berpihak lebih banyak kepada pengusaha lokal,
terutama dalam menyambut perdagangan bebas di
tingkat regional dan level-level lain yang lebih tinggi.
B
agi para pengusaha, kata Okto, konsistensi kebijakan dari
pemerintah selaku otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter lebih penting daripada angka-angka asumsi
makro ekonomi dalam APBN. “Konsistensi ini sangat terkait dengan
penyusunan business plan kita,” kata Okto. Dia mencontohkan, ketika
beberapa waktu lalu BI menurunkan suku bunganya, perbankan tidak
segera mengikuti langkah tersebut. Pada saat itu, Okto merasa BI
harusnya dapat melakukan intervensi dan memberikan sanksi kepada
bank-bank yang tidak melakukan penurunan suku bunga.
Pada tahun 2012 dan ke depannya, perdagangan bebas di berbagai
tingkat akan segera dibuka. Beberapa diantaranya adalah AFTA (ASEAN
Free Trade Area), CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area), dan SAFTA
(South Asian Free Trade Area). Okto berharap pemerintah berpihak
secara penuh kepada para pengusaha lokal sebagai pelaku utama
perkonomian dalam negeri. Dia menyebut kerja sama ASEAN Economic
Community yang akan diwujudkan pada tahun 2015 sebagai salah satu
ajang dimana pemerintah dapat menunjukkan keberpihakannya pada
12
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
pengusaha lokal. Keberpihakan ini, tambah Okto, dapat diwujudkan
dalam bentuk regulasi. “Umpamanya di Singapura atau di Malaysia,
kemudahan dalam membuat dan meregistrasi sebuah perusahaan itu
diikuti juga dengan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas kredit,”
tambah Okto.
Dengan kebijakan semacam itu, mereka kini bisa melakukan infiltrasi
pasar di negara-negara ASEAN dengan lebih cepat. “Ketika kita lagi
siap-siap bikin perusahaan, menyempurnakan data-data sehingga
boleh mendapatkan fasilitas dari lembaga keuangan, orang-orang
ini sudah terlanjur masuk ke Indonesia,” ungkap Okto. Kebijakan
pemerintah memang diakui Okto berpengaruh sangat besar terhadap
daya saing pelaku usaha.
Okto berharap pemerintah serius memberikan perhatian pada porsi
yang bisa dimainkan pengusaha lokal dalam perdagangan bebas
nanti. Jika tidak berhati-hati, Okto khawatir pos-pos yang strategis
diambil pengusaha dari negara lain. “Akhirnya orang Indonesia akan
menjadi penonton di negara sendiri,” tandas dia. Untuk menghindari
hal tersebut, privilege harus diberikan kepada pelaku usaha lokal. Salah
satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan membuat kebijakan
bahwa jika investor asing ingin melakukan usaha di Indonesia, maka
harus melibatkan pengusaha dalam negeri. Metode ini akan lebih
meningkatkan ketahanan ekonomi bangsa dan pengusaha lokal.
Apalagi, kata Okto, mayoritas penduduk Indonesia saat ini dalam usia
produktif. “Ini sumber daya manusia yang luar biasa, yang sebetulnya
harus dikelola dengan baik,” tegas Okto.
Lebih jauh, Okto juga menambahkan bahwa selama ini kalangan
pengusaha memberikan andil yang cukup besar dalam penerimaan
negara dari sektor pajak. Kemudahan dan fasilitas usaha yang diberikan
pemerintah kepada mereka dapat menghasilkan penerimaan yang
lebih besar, sehingga pajak yang disetor
kepada negara pun bisa lebih besar.
Yang tak luput dari perhatian Okto
adalah penggunaan belanja negara. Okto
menghimbau agar belanja tersebut dapat
lebih banyak digunakan secara efisien dan
produktif. Sebagai contoh pembangunan
infrastruktur yang akan memberikan multiplier
effect terhadap berbagai sektor, termasuk
dunia usaha. Kalau kita bisa mengefisienkan
penggunaan anggaran untuk hal-hal yang
produktif, kata Okto, ”Saya yakin sekali negara
ini akan mampu bersaing di pasar global.”
Sementara menyangkut konsistensi kebijakan
yang diharapkan Okto bisa segera terealisasi
adalah jaminan ketersediaan listrik dan Bahan
Bakar Minyak (BBM) bagi sektor dunia usaha.
“Sudah ditetapkan dengan harga yang tidak
murah, tetapi pasokannya tidak konsisten,”
keluh Okto.
Pertumbuhan ekonomi dan jumlah
pengusaha
Peran pengusaha lokal tentu berpengaruh
terhadap konsumsi domestik yang saat
ini menjadi penopang perekonomian
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang
relatif baik sepanjang tahun 2011 lalu tak
luput dari sumbangsih investasi yang
dilakukan pengusaha dalam negeri. Terkait
target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7
persen yang ditetapkan oleh pemerintah
dan DPR, Okto mempertanyakan apakah
angka tersebut sudah benar-benar
mempertimbangkan kondisi perekonomian
global, utamanya apa yang terjadi di Yunani
dan Italia.
Ekonomi Indonesia memang sedang berada
pada kondisi yang baik karena didukung
oleh konsumsi domestik. “Juga ditambah
ekspor kita yang luar biasa, yang sampai
USD100 miliar,” cetus Okto. Namun begitu, dia
mengingatkan bahwa komponen ekspor ini
adalah raw material, artinya bukan investasi
yang dapat menyerap tenaga kerja yang
besar, tetapi lebih banyak kepada investasi
portofolio yang punya kerentanan terhadap
capital flow.
Untuk memberikan fondasi yang lebih kuat
terhadap fundamental ekonomi di sektor
usaha, jumlah pertumbuhan pengusaha
lokal dipandang perlu menjadi perhatian
pemerintah. Saat ini, kata Okto, jumlah
pengusaha lokal hanya sekitar 0,18 persen dari
total penduduk. Padahal menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) orang yang melakukan
aktivitas usaha mencapai 15 persen. Angka
pengusaha dan orang yang melakukan
aktivitas usaha ini bisa berbeda karena banyak
masyarakat yang sudah melakukan usaha,
tetapi belum teregistrasi, utamanya mereka
yang bergerak di sektor usaha informal.
Dalam pandangan Okto, perlakuan khusus
Okto berharap pemerintah
serius memberikan perhatian
pada porsi yang bisa dimainkan
pengusaha lokal dalam
perdagangan bebas nanti. Jika
tidak berhati-hati, Okto khawatir
pos-pos yang strategis diambil
pengusaha dari negara lain.
“Akhirnya orang Indonesia akan
menjadi penonton di negara
sendiri,” tandas dia.
kepada para pelaku usaha di Indonesia, tanpa
memandang pelaku maupun klasifikasi
usahanya, mutlak diperlukan. “Ketika kita
bisa memberikan, umpamanya, ’Hei, tukang
warteg, ini kamu saya kasih satu surat yang
meregistrasi. Aktivitas kamu diakui oleh
negara dan kamu harus membayar pajak,”
ujar Okto memberikan contoh. Di satu sisi,
pengusaha warteg tersebut bisa menjalankan
usahanya karena memiliki izin yang sah
dan terdaftar. Sementara di sisi lain, negara
mendapatkan penerimaan tambahan dari
sektor pajak. “Bayangkan multiplier effectnya. Dia sah dan bisa bawa ini sertifikasinya
ini ke lembaga-lembaga finansial, katakan
umpamanya kredit usaha mikro,” sambung
Okto.
Dengan kebijakan semacam ini, daya saing
pengusaha lokal bisa bertambah. Jumlah 0,18
persen masih sangat jauh dari persentase
ideal jumlah pengusaha dalam sebuah
negara. Di negara-negara maju, menurut
Okto, persentase pelaku usaha mencapai
10 persen dari total penduduk. Contoh di
atas hanya satu alternatif upaya yang bisa
dilakukan. Okto menegaskan bahwa tetap
penting bagi pemerintah untuk melahirkan
program-program yang dapat merangsang
masyarakat melakukan aktivitas usaha.
Program MP3EI
Untuk menggenjot roda perekonomian
dalam jangka panjang, pemerintah telah
meluncurkan program Masterplan Percepatan
Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). Okto mengingatkan
peran pemerintah untuk memastikan bahwa
pengusaha-pengusaha di daerah dapat
dilibatkan dengan baik. “Jangan sampai
orang-orang di daerah jadi penonton. Jangan
kita cuma jadi kontraktornya, cuma jadi
supplier-nya. Mestinya kita punya tempat
sebagai owner,” kata Okto. Pemerintah
perlu lebih memahami bahwa Foreign
Direct Investment (FDI) yang masuk akan
memberikan perubahan yang signifikan
terhadap kesejahteraan daerah-daerah
tersebut.
Okto mengambil sebuah contoh upaya
melibatkan pengusaha daerah yang bisa
ditempuh pemerintah. “Ketika dia (investor
asing) melakukan investasi, katakan begini,
’Kamu boleh masuk untuk investasi terminal
di Mempawah, bikin lapangan terbang
di Bintuni. Tetapi kamu harus melibatkan
pengusaha lokal dalam hal perizinan.’ Hal ini
cukup wajar untuk dilakukan karena lahannya
yang punya kita, yang tahu izin mengurus
(usaha) kita juga, “ tutur Okto.
Okto meyakinkan bahwa HIPMI sebagai
mitra strategis siap mengeksekusi dan
mensosialisasikan program-program
pemerintah yang sifatnya memberikan
keberpihakan secara total kepada pengusaha
di Indonesia.
Sebagai penutup, sekali lagi Okto berharap
pemerintah memberikan keberpihakan
yang maksimal kepada pelaku dunia usaha
di Indonesia. Keberpihakan dan kepastian itu
sangat diperlukan terutama agar pelaku usaha
mendapatkan kenyamanan dalam melakukan
aktivitas usahanya. Dalam menyongsong
era perdagangan bebas, keberpihakan
dalam penyusunan kebijakan pun menjadi
faktor yang sangat penting. “Sehingga para
pengusaha ini terlindungi, bisa meningkatkan
kualitasnya, dan mampu bersaing,” pungkas
Okto.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
13
Pertumbuhan
Ekonomi
Ditopang
Konsumsi
Domestik
Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Langgeng Wahyu P.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang tahun 2010 dan 2011 melesat
di atas pertumbuhan ekonomi dunia.
Fauzi Ichsan, Managing Director dan
Senior Economist Standard Chartered
Bank, memperkirakan tren ini akan
berlanjut pada tahun 2012. Konsumsi
domestik masih akan menjadi tulang
punggung ekonomi kita.
D
alam wawancara dengan Media Keuangan
beberapa waktu lalu, Fauzi—akrab ia
disapa—mengatakan dalam dua tahun
terakhir, di saat pertumbuhan ekonomi dunia
melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia
justru lebih tinggi. Namun demikian, potensi krisis
finansial yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa
tetap bisa berdampak pada perkonomian dalam
negeri. Pintu masuknya, kata Fauzi, ”Yang pertama
melalui ekspor-impor, yang kedua melalui jalur
keuangan.”
Dari sisi ekspor-impor, dampaknya diperkirakan
tidak akan terlalu besar karena ekonomi Indonesia
lebih banyak ditopang oleh faktor domestik.
“Kalau kita melihat komposisi PDB (Produk
Domestik Bruto) Indonesia, sekitar 65 persen
adalah konsumsi domestik,”ungkap Fauzi. Selain
itu, sekitar 60 persen ekspor Indonesia adalah
komoditas. Saat pertumbuhan ekonomi dunia
melambat, harga komoditas di pasar global relatif
tidak mengalami penurunan signifikan, misalnya
jika dibandingkan dengan harga produk-produk
manufaktur.
Sementara melalui sektor keuangan, Fauzi
menerangkan bahwa krisis finansial Eropa dipicu
oleh turunnya kepercayaan investor, terutama
terhadap pemerintah Yunani, Italia, Portugal,
Spanyol, dan Irlandia dalam penerbitan Surat
14
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Utang Negara (SUN). Bahkan dalam pandangan Fauzi, secara teknis Pemerintah Yunani bisa dikatakan
sudah bangkrut. Utang pemerintah negara tersebut mencapai sekitar 360 miliar euro atau 160 persen
dari PDB. Rasio ini bahkan diprediksi meningkat menjadi 200 persen pada tahun mendatang. Tak jauh
berbeda dengan Yunani, Italia juga dilanda problem serius. Utang pemerintah menembus angka
1,9 triliun euro atau sekitar 120 persen dari PDB. Fauzi memaparkan bahwa Pemerintah Italia perlu
memberikan bunga 6,5-7 persen jika ingin menerbitkan obligasi dengan tenor 10 tahun. Bahkan sewaktu
puncak krisis Eropa terjadi, bunga yang ditawarkan di atas 7 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi
yang jauh lebih rendah dari angka-angka tadi, yaitu hanya di bawah 1 persen, Fauzi menilai Italia sedang
menuju kebangkrutan.
Ancaman hilangnya kepercayaan investor membuat harga SUN di banyak negara Eropa anjlok. Fauzi
mengungkapkan bahwa perbankan yang memiliki SUN dalam jumlah besar di banyak negara di benua
itu kini harus melakukan mark to market untuk merevaluasi harga SUN. Perbankan Eropa diestimasikan
memiliki lebih dari 300 miliar euro SUN yang bermasalah. Dengan lambannya pencegahan krisis di sana,
otomatis harga SUN negara-negara ini tetap rentan. “Dan sewaktu perbankan Eropa harus melakukan
mark to market harga SUN yang mereka miliki, mereka membukukan kerugian,”terang Fauzi. Dampaknya
mereka perlu menyuntik modal untuk menambah CAR perbankan yang turun.
Penerbitan right issue dan nasionalisasi perbankan merupakan dua alternatif solusi untuk masalah di atas.
Masalahnya, minat investor untuk membeli saham bank-bank Eropa saat ini sangat rendah, apalagi jika
melihat rentannya bursa saham global. Nasionalisasi juga terhadang persoalan defisit APBN negaranegara tersebut yang sudah terlalu tinggi. Sehingga alternatif terakhir kemudian adalah menarik atau
mengurangi kredit-kredit yang dikeluarkan perbankan. Selain itu, bank-bank di Eropa yang memiliki
“dana menganggur”umumnya akan mengambil langkah aman dengan menyimpan dana mereka di
European Center Bank (ECB).
Keadaan ini menyebabkan tersumbatnya pasar uang di Eropa. Karena perbankan Eropa menyalurkan
30-40 persen pendanaan valuta asing (valas) ke perbankan Asia, otomatis likuditas valas di kawasan ini
juga mengering. Salah satu dampak yang terlihat di Indonesia adalah mulai banyaknya perusahaan yang
menunda keputusan pengeluaran modal (capital expenditure) untuk kepentingan investasi. “Mereka
memang butuh likuiditas valas untuk mengimpor
bahan baku, bahan modal, mesin. Karena sektor
korporasi menjadwalkan kembali kegiatan
investasi mereka, otomatis salah satu motor
penggerak ekonomi Indonesia melambat,”papar
Fauzi.
Pilar-pilar ekonomi
Meskipun terdapat potensi perlambatan
pertumbuhan dari sektor investasi, Fauzi yakin
bahwa konsumsi domestik, faktor penggerak
ekonomi yang lain, masih akan kuat. Menurut dia,
konsumsi domestik kini menjadi pilar pertama
dari tiga pilar pendukung ekonomi Indonesia.
Pembiayaan dari bank dan lembaga pembiayaan
lain menopang sektor konsumsi domestik ini.
Apalagi dengan rasio kredit bank terhadap PDB
di Indonesia yang masih rendah, yaitu sekitar 29
persen, Fauzi menegaskan masih adanya ruang
bagi perbankan dan lembaga pembiayaan untuk
menopang konsumsi masyarakat Indonesia
dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang.
Sebagai perbandingan, rasio kredit bank terhadap
PDB di Cina saat ini sekitar 125 persen. “Jadi
artinya, kalau perbankan dan lembaga keuangan
tetap menyalurkan kredit terhadap masyarakat
Indonesia, otomatis pilar konsumsi domestik ini
akan terus terjaga,”kata Fauzi.
Pilar kedua adalah komoditas. Selama harga
komoditas di pasar international naik, Indonesia
akan diuntungkan. Dengan potensi sumber daya
alam yang melimpah di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua, Fauzi yakin para investor
masih akan melihat Indonesia sebagai negara
yang berprospek besar.
Pembangunan infrastruktur yang signifikan
menjadi pilar penting yang ketiga. Saat ini saja,
dalam pandangan Fauzi, dengan infrastruktur
yang masih buruk, ekonomi bisa menembus
6 persen. “Apalagi kalau ada jalan tol TransJawa,
TransSumatera, pembangkit tenaga listrik efisien,
modernisasi pelabuhan dan bandar udara.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik ke 8,
bahkan 9 persen setahun,”ungkap Fauzi.
Pembangunan infrastruktur pun akan membantu
kedua pilar sebelumnya. Dengan infrastruktur
yang lebih memadai, biaya-biaya seperti biaya
transportasi dan sumber energi bisa ditekan. Ini
bisa menurunkan inflasi dan suku bunga. Lebih
jauh, keadaan ini juga bisa membuat sektor
manufaktur lebih kompetitif sehingga para
pengusaha dapat melakukan perluasan investasi
dan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja.
Namun, ada sejumlah kendala dalam
pembangunan infrastruktur. Fauzi menyebut
masalah pembebasan lahan, ketidakmampuan
Pemda Dati II untuk melaksanakan proyek
secara tepat waktu, efisien, dan efektif, serta
kekhawatiran pemeriksaan dan audit KPK dan
BPK yang membuat banyak pegawai negeri sipil
enggan menjadi pimpinan proyek mesti segera
ditemukan jalan keluarnya.
Pertumbuhan ekonomi
Lambannya pembangunan infrastruktur di
Indonesia dalam kurun waktu 6-7 tahun terakhir
secara otomatis membuat defisit APBN selalu di
bawah target pemerintah dan batas atas yang
diberikan undang-undang (3persen dari PDB).
Implikasinya, rasio utang pemerintah terhadap
PDB terus menurun. “Dari sekitar 90 persen
tahun 2000, sekarang 26 persen. Pertumbuhan
ekonomi masih 6-6,5 persen. Jika kita bawa
angka-angka ini ke investor di New York, London,
lembaga peringkat risiko, mereka akan bilang,
’Wah hebat ya Indonesia...,’”papar Fauzi. Lebih jauh,
pembangunan infrastruktur yang macet juga
menyebabkan penyerapan dana APBN dan APBD
tidak optimal, sehingga secara kasat mata indikator
fiskal kita justru tampak menjadi sangat baik. Inilah
yang kemudian memicu kenaikan peringkat risiko
Indonesia menjadi invesment grade.
Dengan capaian peringkat di atas, aliran modal
yang masuk ke Indonesia akan semakin banyak.
Namun menurut pandangan Fauzi, kalau aliran
modal ini tidak bisa diserap oleh sektor riil,
termasuk untuk pembiayaan pembangunan
proyek infrastruktur, maka aliran dana ini hanya
akan lari ke pasar modal. “Ini akan berisiko
menciptakan bubble economics 2-3 tahun lagi,”
tandas Fauzi. Kunci utamanya, lanjut dia, adalah
peningkatan kemampuan ekonomi, terutama
sektor riil untuk menyerap dana bukan dari APBN
saja, tetapi juga aliran modal dari luar negeri.
Dengan kondisi sekarang, Fauzi menilai
target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7
persen dalam APBN 2012 berat untuk dicapai.
Apalagi pertumbuhan ekonomi negara lain
juga dikoreksi. Pertumbuhan ekonomi Cina
diperkirakan turun dari 9,2 persen menjadi 8,1
persen. Zona Eropa yang tahun 2011 tumbuh
1,5 persen, tahun depan diramalkan turun
tajam menjadi -1,5 persen. Pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat pun diprediksi hanya
akan mencapai 1,7 persen. “Tidak ada alasan
yang realistis kenapa pertumbuhan ekonomi
Indonesia lebih pesat tahun depan dibanding
tahun ini, kecuali ada pembangunan infrastruktur
besar-besaran seperti di Cina,” tegas Fauzi.
Harapan
Di ujung perbincangan, Fauzi menyampaikan
sejumlah harapannya kepada pemerintah.
Yang menjadi penekanan dia utamanya adalah
usulan untuk menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi pada tahun 2012. Hal
ini karena, kata Fauzi, “Lebih dari 90 persen subsidi
BBM dinikmati oleh kelas menengah ke atas.
Secara logika harga BBM harus naik ke harga real
ekonominya.”
Dia tak menampik bahwa kebijakan itu pasti
akan “memukul”masyarakat kelas bawah. Tugas
pemerintah untuk meminimalkan munculnya
dampak negatif kenaikan harga BBM menurut
Fauzi bisa dilakukan dengan memberikan subsidi
yang lebih terarah kepada masyarakat miskin.
“Mereka dikompensasikan dengan subsidi yang
terukur. Apakah itu BLT (Bantuan Langsung Tunai)
atau subsidi lain,”kata Fauzi. Dengan menaikkan
harga BBM bersubsidi 25-30 persen, subsidi
dapat dialihkan antara lain untuk pembangunan
infrastruktur dan memperkecil defisit APBN.
Lebih jauh, Fauzi juga berharap adanya kebijakan
untuk menambah likuiditas valas di sektor
perbankan. Tanpa itu, sektor korporasi sulit untuk
mengembangkan usahanya karena investasi
mereka umumnya memang dalam valas. Salah
satu wacana yang dapat dipertimbangkan adalah
penerbitan global bounds oleh Bank Indonesia
dengan tingkat bunga dan hasil yang sama
dengan obligasi pemerintah. Dana yang berhasil
dihimpun dari situ kemudian disalurkan ke
perbankan di Indonesia.
Fauzi memandang usulan ini baik untuk
mengatasi kendala segmentasi likuditas yang
bukan hanya terjadi di dalam dunia perbankan
saja, melainkan juga antar sektor swasta dan publik
di Indonesia. Menurut dia, penyerapan anggaran
di sektor swasta saat ini lebih pesat daripada di
sektor publik. “Sektor publiknya kelebihan uang
karena lambannya penyerapan APBN dan APBD,
sektor swastanya lagi kekurangan valas,”terang
Fauzi. Jika pendanaan sektor publik kuncinya
ada di Kementerian Keuangan, maka di sektor
swasta, BI berperan besar. “Cadangan devisa BI bisa
digunakan untuk memperkecil fluktuasi kurs dolar
terhadap rupiah per hari. Tapi tidak bisa digunakan
untuk menyuplai sektor korporasi dengan
pendanaan untuk capex dan investasi mereka,”
pungkas Fauzi.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
15
wawancara
Penyerapan Anggaran
Bukan Segalanya
Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Amelia Safitri
Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2012 telah
dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2011 di Istana Negara, Jakarta. DIPA
diserahkan lebih awal kepada masing-masing menteri/pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran. Penyerahan DIPA sebelum tahun anggaran
dimulai merupakan salah satu cara untuk memperbaiki pola penyerapan yang
cenderung tidak sehat, rendah di awal tahun dan menumpuk di akhir. Satu
hari setelah acara penyerahan DIPA, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus
Suprijanto berbicara kepada Media Keuangan mengenai latar belakang di
balik pemajuan jadwal kegiatan tersebut serta beberapa kendala penyerapan
anggaran dan langkah-langkah pemecahan yang terus diupayakan.
Pola penyerapan anggaran yang selama ini tertumpuk di akhir tahun anggaran
sangat tidak sehat bagi perekonomian. Apakah penyerahan DIPA lebih awal
merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki pola tersebut?
I
ya. Dulu di masa lalu DIPA itu sering terbitnya terlambat, kadang-kadang melewati tanggal
awal tahun. Itu menjadi keluhan banyak pihak. Lalu kita berusaha supaya bisa tepat pada
waktunya. Pertama kita selesaikan pada akhir Desember. Kemudian kita percepat lagi,
diserahkan pada tanggal 20. Ini supaya memberi kesempatan pada satker (satuan kerja) untuk
melakukan persiapan pelaksanaan anggaran di tahun 2012.
Banyak kejadian, pelaksanaan anggaran itu berjalan terlambat karena faktor persiapan
sangat kurang memadai. Misalnya penunjukkan pejabat pengelola perbendaharaan, itu
ketika tahun anggaran sudah dimulai, mereka belum menetapkan satu (orang) pun. Padahal
pejabat pengelolaan perbendaharaan itu banyak. Mulai dari KPA (Kuasa Pengguna Anggaran),
pejabat pembuat komitmen, pejabat penandatangan SPM, bendahara, pejabat pengadaan.
Itu harus disiapkan sebelum tahun anggaran dimulai. Kalau itu baru disiapkan setelah DIPA
diterima, akhirnya pada awal-awal tahun berjalan itu mereka masih sibuk mencari orang. Itu
kan pekerjaan enggak bisa main tunjuk begitu saja. Pejabat pengadaan harus dicari orang
yang punya sertifikat. Untuk jadi bendahara dia harus dipercaya, kemudian punya brevet
khusus bendahara. Untuk PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dia juga harus punya sertifikat
pengadaan. Ini membuat mereka sibuk mengurus itu saja, akhirnya kehabisan waktu. Pada
waktu mereka mau menetapkan (pejabat pengelolaan perbendaharaan), tahun anggaran
sudah berlalu beberapa bulan.
Lalu kemudian, yang lebih parah lagi, mereka tidak punya rencana pengadaan. Rencana
pengadaan, rencana penarikan dana, itu kan harus disusun sebelum anggaran dimulai. Jadi
pada bulan Desember ke belakang itu mereka sudah harus punya rencana penarikan dana.
Rencana itu disusun berdasarkan kalender kegiatan dan rencana procurement plan. Kalau
procurement plan itu kan basisnya adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya kontraktual. Di situ
bisa dilihat kapan termin-terminnya itu jatuh, sehingga schedule untuk menarik dananya sudah
jelas sepanjang tahun nanti.
Begitu juga untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya non-kontraktual, mereka harus susun
kalender kegiatan itu. Jangan semua kegiatan itu dijalankan pada bulan Desember atau
kuartal empat. Makanya hotel-hotel itu full, penuh karena semua (kegiatan) ditaruh di bulan
16
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
November-Desember. DIPA sudah diterima
tanggal 20 (Desember) ini. Ya sudah untuk
kegiatan sosialisasi, lakukan di bulan Februari,
training misalnya di bulan Maret. Dibagi
kalendernya, sehingga sepanjang tahun
(kegiatan) itu dilaksanakan. Kalau semua siap
menyusun itu, maka penarikan dana bisa
teratur.
Itu dari sisi persiapan pelaksanaan anggaran.
Jadi dengan diserahkannya DIPA, lebih
awal, mereka diberikan kesempatan untuk
mengevaluasi lagi itu. Ada waktu paling
tidak satu setengah minggu lah untuk
melihat apakah (pejabat pengelolaan
perbendaharaan) ini sudah selesai ditetapkan.
Begitu teng tanggal 2 Januari sudahlah “lari”
dia, eksekusi (melaksanakan anggaran) gitu.
Selain memajukan jadwal penyerahan
DIPA dan pemberian reward and
punishment kepada satker sehubungan
dengan pengelolaan anggaran di unit
mereka, apakah ada cara lain yang
ditempuh?
Kuncinya itu disbursement plan, rencana
penarikan tadi. Di dalam DIPA, halaman
nomor tiga, sebenarnya sudah ada rencana
penarikan dana. Tapi karena mereka enggak
tahu, (mereka) hanya sekadar mengisi supaya
terpenuhi persyaratannya. Orang bikin
rencana penarikan dana, anggaran satu tahun
itu dibagi dua belas. Jadi seperduabelas,
seperduabelas, seperduabelas. Kalau gaji iya,
lebih menyorot ke aspek (kinerja) ini. Jadi
jangan orang yang serapannya rendah, lalu
langsung di-punished enggak becus. Belum
tentu. Saya bilang kalau dia serapan belanja
rutinnya hanya 60 persen sampai akhir tahun
anggaran, (tapi) kita tahu kantornya jalan kok
satu tahun, itu artinya operasional kantor
terpenuhi. Dan dia mampu menghasilkan
output yang direncanakan. Enggak ada yang
salah dengan itu. Malah saya bilang lebih baik.
Anda spend less money untuk output yang
sama. Itu prinsip efisiensi dalam ekonomi.
seperduabelas, karena sama setiap bulan. Tapi
kalau termin, kontrak, itu kan enggak sama.
Jadi dengan memiliki rencana penarikan
yang bagus dan dilakukan dengan disiplin,
pasti penarikan dana bisa lebih merata dan
penyerapannya pasti lebih cepat.
Bagaimana pandangan Bapak
mengenai wacana pembentukan unit
layanan pengadaan barang dan jasa
pada masing-masing satker?
Pembentukan unit layanan pengadaan
barang dan jasa ini harus sudah diwujudkan.
Pejabat pengadaan, panitia lelang, itu
sekarang pekerjaan sambilan. Enggak bisa.
Itu pekerjaan yang sangat urgent, harus
ditangani secara full time, serius. Jadi tolong
dipercepat pembentukan unit layanan
pengadaan barang dan jasa. Tempatkan
orang-orang yang bersertifikat, profesional,
dan mendedikasikan seluruh waktunya untuk
mengurus pelelangan dan dikasih remunerasi
atau tunjangan yang lebih tinggi karena dia
punya risiko yang lebih dari lainnya.
Lalu lebih jauh lagi gunakan e-procurement
supaya lebih cepat dan efisien. Jadi kalau
sudah punya itu, kita nanti akan monitoring
seperti pidato Presiden. Beliau meminta
laporan pertama bulan April, kedua bulan
Juni, yang ketiga November. Mereka sudah
dengar semua itu. Mulai Januari ini saya
kerahkan semua staf di Kanwil (Kantor
Wilayah) dan KPPN (Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara) untuk membina
mereka. Dorong mereka supaya (dalam)
memenuhi penarikan dana bisa disiplin.
Kemudian pastikan bahwa ada penyerapan
pada kuartal pertama. Kalau kuartal pertama
masih sama seperti tahun lalu, selesai kita
semua. Idealnya (penyerapan anggaran
kuartal pertama) itu 20 persen lah.
Pola penyerapan anggaran yang
lamban seharusnya tidak perlu terjadi
mengingat pada tahun anggaran
2011 sudah diterapkan Anggaran
Berbasis Kinerja (Performance Based
Budgeting) secara penuh pada
Kementerian dan Lembaga, sehingga
mereka tinggal melaksanakan target
kinerja masing-masing yang sudah
tertuang pada program, kegiatan, dan
output. Bagaimana tanggapan Bapak
mengenai hal ini?
Saya sebetulnya ingin orang-orang itu beralih
pikirannya ya. Jangan fokus pada penyerapan.
Sekarang ini kita sudah menganut anggaran
yang berbasis kinerja. Fokus pada kinerja.
Kalau serapannya 60 persen, tapi output-nya
sudah 100 persen, enggak ada yang salah
kan itu. Malah bagus menurut saya. Jadi
penyerapan yang rendah itu tidak selalu
berkorelasi positif dengan kinerja yang
buruk. Tapi kalau kita selalu berorientasi pada
penyerapan anggaran, mereka cenderung
hambur-hamburkan duit. Output-nya enggak
jelas. Itu bahayanya. Mari masyarakat itu
Penganggaran berbasis kinerja begitu. Jadi
pertanggungjawabannya juga kinerja, bukan
uangnya. Sekarang Anda spend 100 juta, jadi
apa 100 juta itu harus kita counter. Misalnya
belanja modal tahun ini Anda dapat 200
miliar. Ketika Anda pertanggungjawabkan
200 miliar itu, harus ada barang atau aset
yang senilai dengan itu atau setidak-tidaknya
dikurangi dengan biaya administrasi dan
sebagainya, ada wujudnya gitu. Disitulah
akuntabilitas dari anggaran. Jadi jangan
ributkan soal penyerapan itu kalau menurut
saya. Ya boleh, dua-duanya kita kontrol,
serapan dan kinerja itu. Jalan seiring. Jadi
kalau kita katakan, ’Kamu serapannya rendah,
sudah kuartal ketiga masih 50 persen.’ Tapi
dia bisa kasih report secara fisik, output
sudah mencapai 75 persen, itu bagus.
Ini enggak mudah, tapi mindset itu harus
ditaruh sehingga kita enggak salah persepsi
seakan-akan penyerapan anggaran itu segalagalanya.
Bagaimana harapan Bapak terhadap
pelaksanaan anggaran pada tahun
2012?
Sederhana saja, menjadi lebih baik dari 2011.
Dari sisi kualitas dan tingkat penyerapannya.
Tapi yang lebih penting dari itu adalah
kualitas belanjanya, penggunaan uangnya.
Maksud saya betul-betul menghasilkan
output yang jelas. Kalau sudah seperti itu,
republik ini semakin baik saya kira. Orang
enggak bisa main-main untuk membuat
kuitansi fiktif, proyek fiktif, dan sebagainya.
Mudah-mudahan kemudian akan semakin
meningkatkan kualitas APBN kita, sehingga
dana yang kita ambil dari masyarakat lewat
pajak itu bisa dipertanggungjawabkan.
Jangan sampai orang susah-susah bayar
pajak, kita susah-susah memungutnya, eh
dipindahkan ke rekening pribadi gitu ya.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
17
profil
18
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Ketika Mahendra Berbagi Cerita
Teks: Dwinanda Ardhi Foto: Yeremia Listyagung
Mahendra Siregar diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Menteri Keuangan II pada
tanggal 19 Oktober 2011. Sudah puluhan tahun Mahendra—sapaan akrab Mahendra Siregar—berkecimpung di
lingkungan birokrasi. Dia memulai karier sebagai pegawai Departemen Luar Negeri pada tahun 1986. Kiprahnya
mulai meroket saat dipercaya menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Dorodjatun
Kuntjoro-Jakti pada tahun 2001. Pada medio 2005, Mahendra dilantik oleh Menko Perekonomian kala itu, Aburizal
Bakrie, menjadi Deputi Menteri Bidang Koordinasi Kerjasama Internasional. Jabatan itu tetap dipercayakan
kepadanya selama kepemimpinan Menko Perekonomian Boediono (2006-2008) dan Menko Perekonomian Sri
Mulyani Indrawati (2008-2009). Dia kemudian ditunjuk menjadi Chairman dan CEO Indonesia Eximbank, sejak
lembaga tersebut diresmikan pada tanggal 1 September 2009 hingga bulan Desember 2009. Jabatan terakhir yang
dipegangnya sebelum menjadi Wakil Menteri Keuangan II adalah Wakil Menteri Perdagangan.
M
edia Keuangan berkesempatan
berbincang dengan pria 49
tahun tersebut beberapa waktu
lalu. Sosoknya yang ramah dan hangat
terlihat menonjol selama wawancara
berlangsung. Jawaban-jawabannya
seputar perekonomian Indonesia dan
global pun seolah menegaskan tepatnya
keputusan Presiden menunjuk Mahendra
menggawangi urusan fiskal bersama
Menkeu Agus D. W. Martowardojo dan Wakil
Menkeu I Anny Ratnawati. Berikut ini petikan
perbincangan Media Keuangan dengan
pria yang menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Indonesia dan S2 di Monash
University, Australia, itu selengkapnya.
Bagaimana arahan Presiden terhadap
Bapak terkait penunjukkan sebagai
Wakil Menteri Keuangan?
Arahan Bapak Presiden itu pada saat
beliau memanggil saya ke Cikeas. Itu jelas
bahwa beliau mengharapkan dan optimis
bahwa Indonesia bisa menghadapi krisis
global ini dengan daya tahan yang tinggi.
Dalam konteks itu, beliau melihat perlu ada
langkah-langkah yang jelas dan terarah
untuk bisa membentengi perekonomian
Indonesia dari pengaruh negatif krisis global.
Itulah sebenarnya pesan beliau kepada saya.
Untuk semakin mencegah dampak negatif
krisis itu. Saya rasa jelas sekali karena ini
krisisnya datang dari internasional. Jadi perlu
katakanlah interface ataupun penanganan di
dua sisi, yang berangkat ke internasionalnya
tapi juga kesiapan di dalam negeri.
Dalam tugas sebagai Wamenkeu
II, Bapak mendapat amanat untuk
pengawasan Badan Kebijakan Fiskal
(BKF), Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BapepamLK), Ditjen Kekayaan Negara, dan
Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan
(BPPK). Bagaimana langkah-langkah
strategis yang akan Bapak lakukan
untuk memaksimalkan pelaksanaan
tugas ini?
Sebenarnya, kalau dari segi pembagian
tugas oleh Pak Menteri lebih dari segi
koordinasi yang diarahkan. Pak Menteri
terhadap kami dan Bu Anny dan juga Pak
Menteri sendiri. Jadi bukan pembagian
tugas dalam arti division of labour, struktural.
Tapi lebih koordinasi mengingat besarnya
Kementerian Keuangan dari segi jumlah unit
maupun cakupan tugas yang dilakukan.
Dalam kerangka itu sebenarnya arahan
yang kami pakai pada 4 unit eselon I
itu, BKF, Bapepam-LK, BPPK, dan Ditjen
Kekayaan Negara sebenarnya tidak ada
bedanya dengan arahan Pak Menteri
sendiri. Jadi tidak ada rencana ataupun
proses untuk kemudian saya maupun Bu
Anny mengembangkan strategi maupun
kebijakan khusus masalah itu. Pelaksanaan
tetap sama, hanya koordinasi dari kegiatan
maupun konsistensi antarunit. Karena,
tantangan yang salah satu dirasakan,
termasuk yang dicerminkan dalam
memperkenalkan nilai-nilai baru itu, saya
lihat bagaimana semakin meningkatkan
koordinasi dan integrasi diantara unit-unit di
kementerian. Saya rasa itu lebih challenging.
Bagaimana Bapak mengartikan
kepercayaan Bapak Presiden untuk
dapat berkiprah sebagai Wakil
Menkeu?
Di era (sekarang), dimana Indonesia yang
semula, katakanlah bagian dari negara yang
sedang berkembang, yang memang maju,
tapi lebih dilihat sebagai underdog. ‘Ya, oke
lah maju tapi kan dulu ‘di situ tempatnya’,
tiba-tiba dengan kondisi global yang
berubah, bisa melesat. Kalau sekarang jelas
di jajaran 20 besar ekonomi global dan kita
menuju 10 maupun 8 besar dunia.
Coba bayangkan, kita bukan hanya
hidup, tapi diberi kesempatan bertugas,
berkarya di era seperti itu. Mungkin kalau
bisa dibandingkan, barangkali excitementnya, gairahnya, itu hampir sama dengan
para founding father kita yang membawa
Indonesia menuju kemerdekaan. Cuma
bedanya founding father sudah membuktikan
mereka berhasil karena kita (sudah)
merdeka. (Kementerian) kita belum, dalam
proses. Dalam konteks itu, saya pikir kita
lebih menarik, karena kita masih ditantang.
Peluangnya besar sekali. Jadi tidak ada alasan
bagi kita melihat perspektif 2012 itu sebagai
satu tahun yang beda dengan tahun-tahun
sebelumnya. Tapi saya tetap lihat dalam
prespektif jangka menengah-panjang. Tahun
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
19
Keterangan foto:
Wakil Menteri Keuangan Mahendra
Siregar berbincang dengan
Vivanews dalam kunjungannya ke
kantor Vivanews, Jakarta (5/1).
Foto:
Yeremia Listyagung
2012 seperti tahun-tahun sebelumnya adalah
satu tahun lagi bagi kita untuk mencapai
tingkat yang lebih maju, lebih sejahtera
seperti yang kita harapkan semua.
Apakah Bapak ingin mengatakan
bahwa kita tidak perlu merasa minder
dalam pergaulan internasional?
Oh, tidak ada. Ini true story. (Pada
pertemuan) G-20 di Cannes, saya ingat
benar. Kalau katakanlah 10-15 tahun lalu
kita berhadapan dengan negara-negara
maju, pasti begitu dapat giliran ngomong
kita langsung kasih tahu mereka betapa
hebatnya ekonomi Indonesia. Kita ingin
membuktikan bahwa kita itu baik, bagus,
berusaha keras, progressing, membuktikan
supaya yakin semua.
Kemarin di Cannes itu, yang terjadi
urutannya, yang pertama Eropa karena tuan
rumah Prancis, Amerika, lalu Jepang. Mereka
itu, ini dunia yang betul-betul terbalik.
Mungkin 90 persen pembicaraan mereka,
intervensi yang pertama itu persis, berbusabusa meyakinkan betapa bagusnya recovery
mereka, sudah terjaganya mereka dari krisis
yang lebih buruk. Mencoba meyakinkan.
Seperti yang kita lakukan dulu?
Iya. Jadi makanya saya bilang tadi, kalau
bicara soal minder enggak terlalu pas,
merasa kurang yakin. Itu mereka. ‘Aduh
ekonomi kita gimana dilihat dunia?’ Mereka
yang punya beban seperti itu. Presiden kita
20
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
pada saat itu tidak menjelaskan, tidak perlu
lagi, mereka sudah tahu, sudah baca sendiri,
kita tidak usah “jualan” lagi.
Itu yang saya bilang tadi. Tidak disangka
bahwa dalam waktu yang begitu singkat,
dinamika global itu berubah begitu cepat.
Dalam konteks seperti itu, ngapain lagi
minder? Ngapain lagi kita enggak yakin,
apalagi (dalam hubungan kerja sama)
bilateral. Begitu kita bersalaman, belum
duduk, langsung dia (delegasi negara lain)
Tahun 2012 seperti tahun-tahun
sebelumnya adalah satu tahun
lagi bagi kita untuk mencapai
tingkat yang lebih maju, lebih
sejahtera seperti yang kita
harapkan semua.
bilang,‘Congratulations’. Kenapa? Kita enggak
ulang tahun. ‘Congratulations, Indonesian’s
economy is going very strong, you have very
sustainable fiscal, very managable inflation,
witnessing a lot of increase of investment’.
Dia yang ngomong. Kita enggak usah
ngomong lagi. Jadi itu percakapan awal
dari pertemuan internasional di tingkat
global, multilateral, maupun bilateral. Itu
yang terjadi. Jadi betul-betul sudah, bahwa
peribahasa klisenya, dunia itu berputar. Itu
benar dalam konteks global.
Dan saya yang enggak bayangkan, bisa
sebegitu cepat, 12-13 tahun dalam
perjalanan sejarah suatu bangsa itu kan
singkat sekali. Yang lalu, mungkin kalau
ada kasta, (kita) mungkin Paria di dalam
percaturan dan tatanan global. Tiba-tiba
sekarang kalau kita ngomong orang-orang
dengerin semua. Jangan lupa, bangsa di
Amerika Latin yang sekarang disejajarkan
dengan Asia, Meksiko, Argentina, Brazil itu
usianya 200-an tahun. Jadi perspektifnya
harus pas. Bukan berarti kita kemudian
sudah kaya cerita di dongeng, “life happily
ever after”. Bukan. Kita banyak sekali
tantangan soal infrastruktur, kesejahteraan,
masih banyak. Apalagi kalau kita tidak
tumbuh merata.
Tapi jangan juga kita mengecilkan
pencapaian kita sendiri yang oleh
internasional diakui. Kan aneh juga. Akhirnya
kalau kita merasa baik ya kita proporsional.
Kalau memang kurang ya kita perbaiki.
Sebab saya khawatir terus terang, apa yang
saya baca di media internasional sulit sekali
saya bisa baca dan cari di media dalam
negeri.
Media dalam negeri senangnya yang
kontroversial. Saya dari dulu termasuk yang
pragmatis dalam melihat ini. Kalau media
di dalam negara yang demokratis, good
news is no news, jadi kalau enggak banyak di
berita berarti bagus, karena bad news is good
news. Jadi ini yang harus disadari, bahwa kita
sudah sampai di situ.
Bapak dipercaya sebagai Sherpa
Presiden SBY pada pertemuanpertemuan G20. Apa saja pengalaman
menarik selama menjalankan tugas
tersebut?
Selama Keketuaan Prancis di G20, saya
menjadi Sherpa. Itu julukan yang dipakai
penunjuk jalan di pegunungan Himalaya.
Kalau mau naik Mount Everest, orang
yang nunjuk jalan itu biasanya orang tua
pakai tongkat, tapi dia yang paling tahu,
menunjuk jalan hingga sampai ke puncak.
Sherpa (dalam konteks ini bertugas)
menunjukkan jalan yang benar kepada
leaders, Presiden atau Perdana Menteri. Jadi
saya itu sherpa kepada Pak SBY, kurang lebih
kalau masuk jurang ya saya masuk jurang
duluan, tetapi kalau mau cari jalan yang
benar, mudah-mudahan saya bisa carikan
jalan untuk para leaders, masing-masing,
mencapai itu. Seperti penunjuk jalan dalam
proses pendakian gunung.
Tahun lalu, selama Keketuaan Prancis, secara
tidak resmi ada pertemuan negara-negara
berkembang anggota G20, Cina, India, Brazil,
Meksiko, Argentina, kita sendiri, siapa lagi, 7
(negara) mestinya. Nah, kita diminta di level
sherpa sebagai koordinator. Saya sudah 5
kali meeting, koordinasi, bahkan sekarang
setelah bergeser menjadi Meksiko menjadi
ketuanya, mereka minta lagi Indonesia
(menjadi koordinator sherpa). Saya bilang
enggak mau. Masa saya terus-terusan.
Jadi (kita) bukan hanya diterima dengan
lebih sejajar dan juga tadinya kita harus
membuktikan diri bahwa kita layak jadi
anggota di sini. Lihat ini betapa bagusnya
kita. Dia yang sudah bilang sendiri, malah
kita yang diminta mengkoordinir.
Maksud saya, takutnya dikira sombong,
mungkin jangan dilihat dari perspektif yang
keliru. Kalau saya istilah yang pas itu ‘Well, it’s
about time’, tempat Indonesia di situ, bukan
di tempat lain. Orang-orang menilai apakah
kita sudah sanggup? It’s about time. Karena
kita berusaha keras, bekerja keras, dan
karena juga ternyata orang-orang ini enggak
Superman juga. Buktinya krisis. Jadi dia juga
ada kesalahan. Dia ada tantangan, punya
masalah, jangan-jangan dia juga lebih besar
masalahnya. Belum tahu ini kita kan?
Dalam arti it’s about time, wah kita sekarang
sudah jagoan, bukan. It’s about time
karena yang lain juga bukan super, luar
biasa dibandingkan kita. Kita sudah kerja
keras sungguh-sungguh dan committed.
Nyampe juga sudah. So what? Itu yang saya
bilang tadi. Keberadaan kita sekarang ini
comparable dengan founding fathers. Luar
biasa kan? Bayangkan kita berada di sini,
jauh lebih beruntung daripada generasi kita
sebelumnya. Kalau saya melihatnya, apakah
saya mengada-ada, tidak tahu juga, tapi saya
“
ada di sini, besok dimana ya terserah saja.
Dari berbagai institusi tempat dimana
Bapak pernah berkarier, institusi
manakah yang paling berkesan?
Institusi Republik Indonesia. Karena
itu tadi, kita berada dalam era yang
luar biasa menariknya, so dimana pun
sama menariknya. Kalau di Republik
Indonesia, kalau ada yang enggak menarik
pertanyaannya sinis nih, ngapain aja lo?
Saya melihat Kementerian Keuangan sekarang ini,
kalau di tempat lain barangkali sudah 3 kementerian
jadi 1, saking besar tanggung jawab dan perannya.
”
Mahendra Siregar
rasa wajar-wajar saja, dan juga lebih banyak
kembangkan kemampuan dan percaya diri,
tidak terlalu pusing soal jabatan. Maka saya
bilang (penunjukkan sebagai wakil menkeu),
it’s just another job. Hahaha. Sekarang dikasih
besok diambil, so what? Pusing amat. Saya
tidak minta.
Kok enggak menarik. Hahaha. Negara kayak
begitu, di era kayak begini, kok enggak
menarik. Something is wrong with you or your
job?
Selain masih relatif muda, Bapak
juga memiliki banyak pengalaman
di dunia internasional. Bagaimana
Bapak menjawab ekspektasi yang
begitu besar atas penunjukkan Bapak
sebagai wakil menkeu?
Saya melihat Kementerian Keuangan
sekarang ini, kalau di tempat lain barangkali
sudah 3 kementerian jadi 1, saking besar
tanggung jawab dan perannya. Saya
melihatnya sebagai suatu kepercayaan dan
juga sekaligus tantangan untuk kita betulbetul bisa mengoptimalkan keberadaan
tadi itu. Dan dilihat dari sumber daya
manusianya, dilihat dari resources-nya itu,
sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak
bisa. Hanya masalah perlu semakin lebih
terkoordinasi, sinergis, dan sebagainya.
Nah, harus perspektifnya dulu yang pas.
Bahwa we can do that, I can do that, dan
kemudian itu terjadi. Jangan dibalik. Kalau
dibalik kayaknya begini nih, kalau dikasih
ijazah nanti saya pintar. Lho kan terbalik,
karena dikasih ijazah jadi pintar. Mestinya
enggak, karena saya pintar, kerja keras, rajin,
makanya dapat ijazah. Jangan terbalik kalau
saya melihatnya.
Saya kalau ada tugas dan tantangan,
penempatan dimana-mana saja lah, ini
institusi saya yang ke lima kan, sejak di
Kemenlu, Kemenko (Perekonomian), pindah
ke LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor
Impor), sebentar sekali. Bu Sri Mulyani
yang memindahkan ke situ. (Kemudian) ke
Kementerian Perdagangan, lalu ke sini. Saya
enteng aja lah, it’s just another job, sekarang
Bagaimana harapan Bapak terhadap
Kementerian Keuangan?
Tidak ada yang lain kecuali berupaya lebih
kuat dan bersinergi. Kata kunci lain di
samping kerja keras dan meningkatkan
kinerja, sinergi yang lebih efektif diantara
kita semua. Karena masih saya lihat belum
banyak yang merasa esprit de corps-nya
Kementerian Keuangan. Bukan belum
banyak, belum semua. Saya bisa begini
karena saya sudah kemana-mana. Jadi
loyalitas saya cuma ke republik saja lah.
Kalau yang lain-lain sama saja. Perahunya
sama, rumahnya sama.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
21
lintas peristiwa
Penandatanganan
Kesepakatan dengan KfW
Workshop Sinkronisasi Tugas
dan Peran
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P.
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengimbau
Waluyanto menandatangani kesepakatan dengan
agar Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik
Bank Pembangunan Jerman (KfW) untuk mendukung
Indonesia (POLRI) merencanakan anggarannya dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia dalam bidang
mengacu pada anggaran berbasis kinerja.
pendidikan di Indonesia.
P
enandatanganan tersebut dilakukan di Gedung A. A. Maramis I
Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (15/12). KfW mengurangi
piutangnya kepada pemerintah Indonesia yang semula sebesar
USD2,3 miliar menjadi EUR18,8 juta dengan meminta pemerintah
Indonesia menganggarkan dana sebesar EUR9,4 juta untuk program
beasiswa pelajar Sekolah Menengah Kejuruan dan mahasiswa program
doktoral. KfW juga menyediakan pinjaman sebesar EUR21 juta kepada
pemerintah Indonesia yang disediakan untuk peningkatan mutu
pendidikan dan pelatihan kejuruan.
D
emikian disampaikan dalam sambutannya pada acara
Workshop Sinkronisasi Tugas dan Peran POLRI, TNI, dan sipil
dalam Misi Pemeliharaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (13/12). Anny menekankan
pentingnya transformasi penganggaran berbasis kinerja bagi
TNI/Polri maupun Kementerian/Lembaga (K/L). "Harus jelas dulu
outcome-nya dan diyakinkan bahwa ini adalah prioritas dan
kepentingan nasional, dan in the long term mau dibawa ke mana"
ujarnya. Ia menambahkan, Kemenkeu sebagai Bendahara Umum
Negara juga akan melihat tingkat kepentingan program-program
yang diajukan K/L.
Seminar Nasional OJK
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P.
Pembentukan Undang-Undang Otoritas Jasa
Keuangan yang telah disahkan pada November
2011 lalu dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, baik
yuridis maupun kondisi sektor jasa keuangan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penataan kembali struktur
pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di
sektor jasa keuangan.
22
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
D
emikian disampaikan Menteri Keuangan Agus D. W.
Martowardojo pada Seminar Nasional OJK di Gedung
Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (21/12).
Dengan adanya OJK, kegiatan sektor jasa keuangan dapat
terselenggara secara lebih teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
Selain itu, OJK mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat. Menkeu juga menegaskan bahwa OJK
merupakan lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali
untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU OJK.
Sosialisasi Program
Pro Rakyat dalam APBN 2012
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P.
Kementerian Keuangan menyelenggarakan sosialisasi
program pro rakyat dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara 2012, pada prosesi penyelenggaraan
DIPA. Acara tersebut dibuka oleh Menteri Keuangan Agus
D. W. Martowardojo yang diselenggarakan di Gedung
Dhanapala, Jakarta pada Rabu (28/12).
M
enkeu mengatakan, program sosialisasi tersebut sangat penting
bagi masyarakat, agar mereka dapat mengetahui haknya
dan melakukan pengawasan terhadap jalannya anggaran.
"Kami harap masyarakat bisa mengukur seberapa besar kontribusi
APBN terhadap perekonomian nasional, seberapa jauh dukungan
APBN terhadap dunia usaha, seberapa besar APBN mendukung upaya
pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja," jelas Menkeu.
Peluncuran
Kemajuan NSW 2011
Penutupan
Perdagangan Bursa 2011
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Langgeng Wahyu P.
Teks: Sella Panduarsa G. Foto: Iqbal Pramadi
Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo
Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo menutup
menghadiri acara Peluncuran Kemajuan National
perdagangan bursa tahun 2011 tepat pukul 16.00 di
Single Window di Gedung Badan Pengawas Obat dan
Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Jumat (30/12).
Makanan, Jakarta, Kamis (29/12).
M
M
enkeu mengapresiasi kerja Tim NSW yang telah
melaksanakan target pekerjaan dari seluruh program kerja
tahun 2011. Secara umum, semua program kerja dapat
dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. “Karena itulah
pada kesempatan yang sangat baik ini, saya selaku pimpinan Tim
Persiapan NSW, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
seluruh jajaran Tim Persiapan NSW, yang telah bekerja keras dalam
mewujudkan cita-cita dan keinginan kita bersama,” ujar Menkeu.
enkeu yang didampingi oleh Wakil Menteri Keuangan Anny
Ratnawati, Direktur Utama PT BEI Ito Warsito, Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nurhaida,
dan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengaku
bangga dengan kinerja Pasar Modal Indonesia yang mampu bertahan
ditengah gejolak global. Bursa Efek Indonesia ditutup dengan nilai
Indeks Harga Saham Gabungan pada posisi 3.821,99. Pertumbuhan
sebesar 3,20 persen tersebut merupakan prestasi bagi Indonesia di
tengah gejolak ekonomi dunia yang sedang terjadi.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
23
reportase
Transformasi Capital Inflow
ke Dalam Investasi Sektor Riil
Teks:
Iin Kurniati
Foto:
Yeremia Listyagung
Deretan pegunungan terbentang
dari barat ke timur dengan
gugusan gunung berapi
diantaranya. Suasana pantai yang
eksotis dengan iklim tropis nan
sejuk membuat Bali menjadi salah
satu kota tujuan wisata favorit
dunia yang ada di Indonesia.
Pantaslah rasanya berbagai event
nasional hingga internasional
sering diadakan di daerah yang
terkenal dengan kekuatan seni
tradisionalnya tersebut.
24
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
T
ak heran, Badan Kebijakan Fiskal (BKF),
Kementerian Keuangan bersama
dengan Asian Development Bank (ADB)
mengadakan event internasional di Nusa Dua,
Bali. Seminar bertajuk “Transforming Capital
Inflow into Real Investment through Sound Fiscal
Policy” yang diselenggarakan di The Westin Hotel
ini dihadiri oleh negara anggota ASEAN +3
termasuk didalamnya Cina, Korea, Jepang dan
Australia.
Investasi riil ini merupakan salah satu prioritas
utama bagi negara ASEAN+3 misalnya,
pembangunan infrastruktur yang meliputi jalan,
pelabuhan, prasarana energi, telekomumikasi,
air bersih, dan lain-lain. Sehingga dibentuklah
ASEAN Infrastructure Fund (AIF), Asian Bond
Market Initiatives (ABMI), Asian Bond Fund serta
memperluas dan memperdalam pasar obligasi
lokal.
Indonesia tidak imun dengan krisis global
Adapun tujuan dari acara yang dibuka oleh
Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo ini,
adalah menjembatani infrastructure development
gap. Kesenjangan tersebut adalah antara arus
modal jangka pendek dengan kebutuhan
investasi untuk mendanai proyek infrastruktur
yang penting. Seminar ini memberi kesempatan
bagi para pembuat kebijakan fiskal untuk
mengembangkan konsep, metodologi, dan
harmonisasi kebijakan yang baru. Kebijakan
ini terkait dengan bagaimana menangani
dan mengelola arus modal masuk serta
mentransformasikannya menjadi investasi riil.
Selama dua dekade terakhir, ekonomi global
telah dihadapkan dengan beberapa krisis
keuangan. Krisis finansial Asia tahun 1997/1998,
krisis global tahun 2007/2008 hingga krisis
utang dua kekuatan ekonomi dunia, Eropa
dan Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu
memiliki efek dinamis bagi perekonomian
dunia. Indonesia pun tidak kebal pada setiap
perubahan akibat pengaruh peristiwa penting
tersebut.
Namun demikian, terjadinya krisis tersebut telah
memberikan pelajaran berharga untuk lebih siap
dalam merespon tekanan melalui instrumen
ekonomi. Sehingga dapat memberikan
peringatan awal atas krisis ekonomi, mengelola
eksposur keuangan, mengurangi risiko, serta
mengalokasikan anggaran negara untuk
menanggulagi dampak potensial krisis. Dan
juga bagaimana memanfaatkan kesempatan
yang diberikan kepada ekonomi domestik dan
mengkonversi peluang untuk kepentingan
perekonomian nasional.
Saat ini, arus masuk modal ke Indonesia
meningkat secara signifikan dari USD 2,7 miliar
pada 2006 menjadi USD 26,2 miliar pada tahun
2010, dan telah mencapai USD 16,1 miliar
pada kuartal ketiga 2011. Sebagian besar arus
modal tersebut berbentuk investasi jangka
pendek portofolio. Investasi portofolio akan
menghasilkan nilai tambah yang optimal
bagi perekonomian apabila berubah menjadi
investasi riil, seperti proyek infrastruktur.
Di sisi lain, Indonesia juga memiliki rencana
strategis jangka menengah yang dirancang
untuk mendorong perekonomian dalam visi
menjadi salah satu dari sepuluh negara dengan
ekonomi terbaik di dunia pada tahun 2025.
Rencana ini adalah “Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia”
atau MP3EI.
Untuk melaksanakan masterplan tersebut,
Indonesia membutuhkan investasi sekitar
USD214 miliar selama periode 2010-2014.
Diperkirakan sekitar USD140 miliar dapat
diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Sedangkan sisanya sebesar
USD74 miliar diperkirakan akan dicapai melalui
skema Public Private Partnership (PPP).
Persiapan skenario terburuk
Dalam seminar yang dihadiri para Menteri
Keuangan negara anggota ASEAN +3 dan
Australia, kalangan praktisi dan ekonom serta
akademisi dari universitas terkemuka mencakup
beberapa diskusi interaktif.
Diskusi interaktif tersebut mengenai arah
kebijakan penerimaan fiskal, kebijakan insentif
pajak, serta kebijakan mengenai belanja
negara. Dengan fokus pada pengelolaan dan
penyaluran arus modal asing pada investasi
jangka panjang secara efektif dan efisien.
“Kita akan fokus pada bagaimana kebijakan
fiskal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
stabilitas arus modal masuk, dan bagaimana
mengkonversi arus masuk modal ke investasi
jangka panjang yang dapat memberikan
manfaat lebih besar bagi pertumbuhan
ekonomi,” ungkap Menkeu.
Mengenai kebijakan penerimaan fiskal dan
insentif pajak, peningkatan penerimaan
harus berkonsentrasi pada empat jenis pajak.
Keempat jenis itu yaitu pendapatan pribadi,
laba usaha, nilai ekonomi dari sewa sumber
daya alam dan lahan, serta konsumsi swasta.
Sementara itu, tingkat pajak dapat optimal bila
pendapatan dinaikkan dengan suatu tujuan,
terdapatnya keseimbangan antara dampak
ekonomi dari pajak dan manfaat belanja
pemerintah. Tak ketinggalan, terdapatnya
proses check and balance terkait pengeluaran
dan pendapatan dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, terkait pengelolaan capital infow,
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
peningkatan signifikan arus modal masuk
dalam emerging market. Diantaranya global
push factor seperti suku bunga riil AS dan
risiko global. Kedua, domestic pull factor seperti
keterbukaan neraca modal domestik dan
suku bunga riil serta contagion factor akibat
keterikatan antar institusi.
Kemudian, dibahas pula mengenai tiga
kebijakan pengelolaan arus modal yaitu respon
makro, kesiapan langkah yang prudent, dan
kontrol atas modal. Indonesia juga berupaya
menarik arus modal masuk jangka panjang.
Selain dengan menjaga stabilitas ekonomi,
Indonesia masih terus melakukan reformasi
dan modernisasi sistem pajak dan insentif pajak
yang merupakan bagian integral dari MP3EI
untuk meningkatkan investasi dan iklim usaha
di dalam negeri.
Menkeu berharap dapat merumuskan
kebijakan fiskal yang sehat sebagai jembatan
untuk mengubah arus masuk modal ke
investasi riil. Dengan demikian, ASEAN +3 dapat
menghadapi tantangan atas arus modal masuk
yang cepat dan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. “Tidak
ada yang tahu kapan krisis akan datang dan
pergi. Namun, satu hal pasti adalah bahwa
prospek ekonomi global akan tetap berada
pada ketidakpastian untuk beberapa waktu.
Pemerintah di seluruh dunia, terutama di
pasar emerging market, harus mempersiapkan
skenario terburuk,” ujar Menkeu.
Indonesia dalam peringkat investment
grade
Menkeu menegaskan, meskipun pertumbuhan
ekonomi global diproyeksikan hanya berkisar 4
persen antara tahun 2011 hingga 2012. Namun
secara fundamental, kondisi perekonomian
Indonesia masih terjaga dengan diproyeksikan
mencapai 6,7 persen pada 2012.
“Keuntungan utama Indonesia adalah pasar
domestik yang besar dengan jumlah penduduk
lebih dari 230 juta jiwa. Ekonomi kita sebagian
besar didorong oleh permintaan domestik
mencapai hampir 70 persen dari Pendapatan
Domestik Bruto (PDB),” tegas Menkeu.
Secara struktur, keseimbangan neraca telah
berubah sepenuhnya menyesuaikan dengan
krisis keuangan Asia melalui utang publik dan
utang luar negeri diikuti cadangan devisa yang
tinggi. Manajemen kebijakan makro juga telah
meningkat pesat dengan Indonesia menjadi
salah satu negara yang memiliki volatilitas PDB
terendah. Pada saat yang sama amplitudo inflasi
dan siklus kebijakan moneter berada di jalur
bawah yang konsisten.
Pantaslah bila Lembaga Pemeringkat Fitch
Ratings dan Moody’s baru saja menaikan
sovereign credit rating Indonesia dari BB+
menjadi BBB- pada tanggal 15 Desember 2011.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah
mencapai tingkat layak investasi (investment
grade).
Akhirnya, setelah tiga belas tahun, Indonesia
berhasil mendapatkan kembali status
investment grade. Dalam laporannya, Fitch
Ratings dan Moody’s menekankan bahwa
peringkat ini mencerminkan disiplin fiskal yang
berkesinambungan, pertumbuhan ekonomi
yang kuat dan tangguh, rasio utang publik yang
rendah dan cenderung menurun, likuiditas
eksternal yang kuat, dan kerangka kebijakan
makro yang berhati-hati secara keseluruhan.
“Kami percaya dengan rating investment grade
ini, Indonesia akan menjadi tujuan investasi
yang lebih menarik dan akan menarik lebih
banyak aliran dana asing untuk datang. Arus
modal ini harus dikelola dan diubah menjadi
investasi riil lebih yang merupakan fokus utama
dari seminar ini,” pungkas Menkeu.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
25
Kanwil DJBC
Banda Aceh:
Menjadi
Kanwil DJBC
Terbaik
Teks: Iin Kurniati Foto: Dwinanda Ardhi
26 Desember 2004, tepat tujuh
tahun yang lalu, Bumi Serambi
Mekah luluh lantah; Korban jiwa
tak terhingga jumlahnya, menyapu
keindahan alam akibat bencana
gempa dan tsunami. Bahkan
kompleks perkantoran serta
rumah dinas kantor wilayah XXIII
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) Banda Aceh serta (Kantor
Pelayanan dan Pengawasan Bea
dan Cukai) KPPBC Ulee Lheue rata
dengan tanah.
D
alam kondisi darurat, akhirnya kantor
DJBC Banda Aceh dipindahkan ke
Gedung Keuangan Negara (GKN)
Medan, Sumatera Utara. Lalu, setelah
membaiknya kondisi pasca-tsunami dan
penandatanganan MOU Helsinki antara
pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM), maka April 2006, kantor DJBC kembali
ke Banda Aceh.
diikuti dengan bentang geografisnya yang terletak diantara sungai hingga pantai menjadi
tantangan tersendiri bagi DJBC Banda Aceh. Terutama terkait dengan rawannya pemasukan
barang ilegal maupun narkotika di wilayah perbatasan.
Bea dan Cukai di mata masyarakat
Aceh
Pasca tsunami, barang-barang bantuan maupun hibah masuk ke Aceh, seperti mobil,
perlengkapan kedokteran hingga alat-alat berat. Namun, masyarakat tidak mengetahui
prosedur formalitas kepabeanan. “Nah, sekarang ini kita membentuk tim untuk penyelesaian
barang bantuan hibah. Jadi fungsi kita di sini memang harus lebih mensosialisasikan, mereka
kita asistensi, kita bimbing dan kita bantu untuk menyelesaikan ini,” ujar Beni.
‘Menjadi kantor wilayah DJBC terbaik’
merupakan visi yang digaungkan kanwil
yang memiliki lima KPPBC, masingmasing di wilayah Banda Aceh, Sabang,
Lhokseumawe, Kuala Langsa, dan Meulaboh.
Menyelenggarakan fungsi pemberian
bimbingan, pengawasan, dan pengamanan
teknis pelaksanaan merupakan tugas pokok
DJBC Provinsi Aceh.
Namun, kondisi wilayah Aceh yang
berbatasan langsung dengan negara lain,
26
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Menurut kepala kantor DJBC Banda Aceh, Beni Novri, keterbatasan jumlah sumber daya
manusia serta terbatasnya kemampuan petugas untuk menjangkau wilayah Aceh Utara
hingga Aceh Timur menjadi catatan tersendiri bagi pemerintah. Tak ketinggalan, kurangnya
pemahaman masyarakat usaha mengenai peraturan kepabeanan yang ada juga menjadi
tantangan di lapangan ketika mereka melakukan kegiatan impor ekspor barang.
Pada dasarnya, setiap barang masuk ke Indonesia memerlukan dokumen Pemberitahuan
Impor Barang (PIB) yang menguraikan nama barang, asal barang, detail barang, dan harga
barang. Setelah dokumen lengkap, baru diselesaikan pembayaran bea masuknya dan barang
boleh keluar. Hal ini dikecualikan untuk bantuan hibah yang dibebaskan bea masuk dengan
syarat mendapatkan surat khusus dari Menteri Keuangan.
Bea dan Cukai menggagalkan penyelundupan sabu
Bea dan Cukai memilki empat fungsi, pertama revenue collection sebagai pemungut
Keterangan foto:
(kiri)
Kepala Kantor Wilayah
DJBC Banda Aceh
Beni Novri
(bawah)
Gedung Kantor Wilayah
DJBC Banda Aceh
penerimaan bea dan cukai. Kedua industrial assistant, yakni membantu industri-industri yang
sedang berkembang dnegan memberikan pembebasan bea masuk dan pembebasan izin
impor. Ketiga, fasilitasi perdagangan dengan memberikan kemudahan dalam perdagangan
internasional. Lalu, keempat community protect bargaining yakni mengamankan masuknya
barang-barang ilegal, narkoba, senjata api, kemudian barang-barang yang merusak bahkan
juga mungkin barang-barang yang berbahaya itu.
Beni mengungkapkan kinerja tahun 2011 menunjukkan hasil yang positif. “Secara keseluruhan
realisasi kontrak kinerja Kemenkeu tahun 2011 di atas 110 persen dan berwarna hijau,” ungkap
Beni. Sedangkan dari sisi pelaksanaan tugas pengawasan, berhasil menggagalkan upaya
pemasukan ilegal narkotika di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, serta mencegah
masuknya barang-barang impor ilegal.
Dari sisi ekspor-impor, volume barang yang berada di Aceh rendah. Dalam satu hari belum
tentu ada yang mengurus dokumen di KPP Bea dan Cukai Banda Aceh. Berbanding terbalik
dengan yang terjadi di pelabuhan maupun bandara yang ada di Jakarta, dalam sehari bisa
lebih dari 800 dokumen impor yang diajukan oleh pengusaha. Beni melihat sisi ini agar tidak
dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
‘Menjadi kantor wilayah
DJBC terbaik’ merupakan
visi yang digaungkan kanwil
yang memiliki lima KPPBC ini.
Menyelenggarakan fungsi
pemberian bimbingan,
pengawasan dan pengamanan
teknis pelaksanaan merupakan
tugas pokok DJBC
Provinsi Aceh.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
27
Sebagai contoh, saat Beni mulai bertugas di
Kantor Wilayah DJBC Aceh pada bulan Juli
2011. Dia mencoba menganalisis tingkat
kerawanan penyelundupan narkotika dan
psikotropika yang masuk melalui Bandara
Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh. Pada
hari kedua Beni bertugas di Aceh, ia mulai
berdialog dengan para petugas bandara
Sultan Iskandar Muda yang menangani
pemeriksaan penumpang/barang dari
luar negeri. Dari hasil dialog tersebut, dia
mengambil kesimpulan bahwa pengetahuan
dan kemampuan petugas dalam
menganalisa image x-ray, teknik analisis profil
penumpang, dan teknik pemeriksaan barang
dan penumpang masih kurang memadai.
Sehingga Beni mengambil keputusan untuk
mengirimkan enam orang pejabat/pegawai
kantor Wilayah DJBC Aceh dan KPPBC Tipe
A3 Banda Aceh, ke KPP Madya SoekarnoHatta untuk belajar dan magang bagaimana
melakukan pengawasan terhadap upaya
penyelundupan narkotika dan psikotropika
selama dua minggu.
Atas hasil kerja keras dan bekal ilmu dalam
magang tersebut maka pada tanggal 7
Oktober 2011 petugas Bea dan Cukai Bandara
SIM Banda Aceh berhasil menggagalkan
penyelundupan Methampethamine
(Sabu) seberat 2 Kg senilai Rp4 miliar yang
disembunyikan dan dicampur dengan
109 sachet bubuk kopi yang terdiri atas 56
bungkus berisi sabu dan 53 bungkus berisi
bubuk kopi instan.
Langkah strategis
Lebih jauh, Beni memaparkan sejumlah
langkah strategis yang dipersiapkan sebagai
28
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Pada tanggal 7 Oktober 2011
petugas Bea dan Cukai Bandara
SIM Banda Aceh berhasil
menggagalkan penyelundupan
Methampethamine (Sabu)
seberat 2 Kg senilai Rp4 miliar
yang disembunyikan dan
dicampur dengan 109 sachet
bubuk kopi yang terdiri atas
56 bungkus berisi sabu dan
53 bungkus berisi bubuk kopi
instan.
solusi untuk mengatasi berbagai tantangan
yang ada. Pertama, melaksanakan sosialisasi
yang lebih intensif dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat,
dunia usaha, dan instansi terkait tentang
tugas, fungsi, dan peraturan kepabeanan dan
cukai.
Kedua, peningkatan kompetensi dan
motivasi pegawai melalui kegiatan (Penelitian
untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran)
PPKP, pengusulan mengikuti diklat teknis di
semua bidang, serta pelaksanaan kegiatan
peningkatan motivasi dan disiplin, baik yang
bersifat kedinasan maupun non-kedinasan.
Sehingga diharapkan seluruh pegawai
dapat bekerja lebih optimal dalam suasana
kerja yang lebih kondusif dan mendukung
kebersamaan.
Ketiga, melaksanakan evaluasi kinerja semua
unit kerja secara berkala, baik triwulanan
ataupun semesteran sesuai rencana kinerja
tahunan yang telah ditetapkan di awal
tahun. Sehingga kendala pelaksanaan tugas
dapat diketahui lebih dini dan dapat segera
dicarikan kebijakan dan jalan keluarnya.
Keempat, mengusulkan anggaran untuk
kegiatan pengawasan, pengadaan
sarana prasarana yang belum dimiliki dan
pelaksanaan kegiatan perawatan sarana
prasarana kantor secara lebih baik lagi
sehingga dapat mendukung pelaksanaan
tugas baik di bidang pelayanan, pengawasan,
maupun administrasi.
Kelima, melaksanakan kegiatan koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi
terkait yang lebih intensif sehingga
diharapkan dapat menunjang pelaksanaan
tugas, terutama pelaksanaan tugas di bidang
pelayanan dan penegakan hukum.
Kemudian, melaksanakan pemberian
pembinaan dan bimbingan teknis
kepada KPPBC-KPPBC terutama dalam hal
penyusunan dan pelaksanaan anggaran,
pelaporan BMN, pelaporan keuangan,
penyusunan Analisa Beban Kerja, Manajemen
Resiko, penetapan Nilai Pabean, pemeriksaan
barang, intelijen, penyidikan, penyusunan
Data Base Harga bekerjasama dengan KP
DJBC dan kegiatan-kegiatan teknis lainnya.
Terakhir, terkait Sumber Daya Manusia
(SDM), Beni menekankan sisi disiplin, baru
kemudian meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan pegawai. “Misalnya ada
beberapa orang (diberi pendidikan) tentang
narkoba, kita tingkatkan kemampuan mereka
dengan optimal. Sehingga kita harapkan
prestasinya bagus,” pungkas Beni.
info kebijakan
2012: Manfaatkan Peluang dan Momentum
Teks: Iin Kurniati Foto: Langgeng Wahyu P.
“Mari kita jaga dan kita tingkatkan kinerja dan prestasi ekonomi kita termasuk kinerja dan prestasi pasar modal
di negeri Indonesia. Janganlah kita sia-siakan momentum dan peluang baik di tahun ini, termasuk peluang
yang tercipta dengan telah dinaikkannya kredit rating kita menjadi investment grade”. Demikian diungkapkan
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, saat meresmikan pembukaan perdagangan Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 di gedung BEI, Senin (12/1).
M
enurut Presiden, dinamika pasang
surut perkembangan ekonomi global
memberikan pelajaran tersendiri.
Kesiapan sebuah bangsa dalam menghadapi
krisis hingga bangsa tersebut tetap terjaga
perekonomiannya, ditentukan oleh sejumlah
hal. Apakah bangsa itu, pemerintahnya,
pelaku ekonomi dan dunia usahanya
memiliki keyakinan, semangat dan optimisme
menemukan jalan keluar dari setiap persoalan
yang ada.
Lalu, apakah mereka memiliki pemikiran,
gagasan, strategi maupun rencana yang
dapat digunakan sebagai tool untuk
mengatasi masalah dan mengembangkan
perekonomiannya. Dan bagaimana
mengimplementasikan strategi atau rencana
tersebut dalam sebuah kebijakan.
Hal ini sejalah dengan tujuan bangsa Indonesia
sejak 17 Agustus 1945, “The ultimate goal of
development sebenarnya tiada lain adalah
untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Presiden.
Kesejahteraan rakyat itu bisa dicapai ketika
ekonomi sebuah bangsa terus tumbuh dengan
baik, adil, merata, berimbang, berkelanjutan dan
dengan kondisi hukum dan politik yang stabil
serta keamanan yang terjaga.
Angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5
persen yang mewarnai perjalanan Indonesia
pada 2011 memberi posisi Gross Domestic
Product (GDP) yang diperkirakan akan mencapai
USD820 miliar. Diperkirakan pada 2012 GDP
akan mencapai USD1 triliun, dengan income per
kapita saat ini mencapai USD3400 per orang per
tahun.
Terkait pasar modal, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja terbaik
kedua di kawasan Asia-Pasifik setelah bursa
efek Filipina. IHSG ditutup pada posisi 3821,99
pada akhir 2011, meningkat 3,2 persen dari
penutupan akhir 2010 yang berada di level
3703,5. Peningkatan itu sebesar 8,54 persen dari
Rp3247,1 triliun pada 2010 menjadi Rp3524,48
triliun pada 29 Desember 2011 lalu.
Presiden juga mengingatkan bahwa bangsa
ini bukan mengelola suatu perusahaan. “A state
is not a company,” kata Presiden. Oleh karena
itu perlu dipahami aspek-aspek fundamental
dalam mengelola dan memajukan sebuah
perekonomian nasional. Presiden mengajak
kepada semua pelaku dunia ekonomi dan dunia
usaha untuk memahami serta mendasari apa
yang dilakukan untuk memajukan ekonomi ini
pada tiga faktor penting.
Pertama, memahami potret perekonomian
Indonesia saat ini baik secara nasional dan
daerah termasuk perekonomian di lingkup
regional hingga lingkup global. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan menghitung potensi
dan kemampuan diri melalui alat bantu berupa
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
29
analisis SWOT (strength, weakness, opportunity
dan threats).
Pemahaman pada unsur kekuatan (strength)
dan kesempatan (opportunity) memungkinkan
untuk mengetahui suatu peluang sehingga
dapat memanfaatkan peluang tersebut dalam
memajukan ekonomi. Sedangkan pemahaman
atas unsur kekurangan (weakness) dan ancaman
(threats) merupakan dua sisi yang harus
diwaspadai, dihindari, serta dicarikan solusi untuk
memecahkan setiap permasalahan tersebut.
“Perekonomian 2012, termasuk apa yang
dapat kita capai terlihat dari perkembangan
kawasan Asia, Asia-Pasifik, Asia Tenggara,
ataupun perekonomian global. Trennya seperti
apa. Kompetisi akan makin keras, pasar dunia
barangkali bisa menciut untuk sementara pada
tahun-tahun mendatang,” tutur Presiden.
Kedua, menentukan tujuan bangsa ke depan
akan seperti apa. Tidak hanya masalah angka
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan
sebesar 6,7 persen pada 2012, tetapi juga kondisi
ekonomi makro yang terjaga. Diantaranya
seperti asumsi nilai tukar Rupiah, laju inflasi,
harga minyak mentah dunia serta lifting minyak.
“
dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
Demi menjaga keberlanjutan fiskal,
pemerintah masih berpegang pada empat
pilar pembangunan yakni pro poor, pro job, pro
growth, dan pro environment. Hal ini dilakukan
dengan meningkatkan kualitas belanja negara
melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi
belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah
serta pengendalian defisit APBN yang dijaga
pada kisaran 1,5 persen terhadap GDP atau
Produk Domestik Bruto (PDB).
Pemerintah juga telah menetapkan target APBN
2012 berupa pendapatan negara dan hibah
sebesar Rp1.311,4 triliun, belanja negara sebesar
Rp1.435,4 triliun, serta defisit anggaran dan
pembiayaan sebesar Rp124 triliun. “Saya harap
kita semua memahami dan menjadikannya
sebagai landasan untuk melakukan perbaikan,
peningkatan, ke arah yang lebih real. Bagaimana
kita semua bergandengan tangan, bersinergi
untuk mencapai goal and objective,” tegas
Presiden.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia
mencapai lebih dari 240 juta jiwa diantara 7
miliar penduduk dunia. Diperkirakan jumlah
Saya ingin tahun ini dan tahun depan terus gali, cari,
temukan dan ciptakan peluang di bidang pertanian,
industri dan jasa. Invest more, do bussiness more
karena masih ada space yang besar, ada demand.
30
”
Susilo Bambang Yudhoyono
Selain kebijakan makro ekonomi, penciptaan
lapangan kerja juga penting untuk menurunkan
tingkat pengangguran dan kemiskinan
penduduk. Tahun ini, pengangguran ditargetkan
turun antara 6,4 hingga 6,6 persen, dan tingkat
kemiskinan juga ditargetkan berkurang hingga
10,5 hingga 11,5 persen. Tak ketinggalan,
pemerintah pun menargetkan penyerapan
tenaga kerja sebanyak 450.000 orang setiap 1
persen pertumbuhan penduduk.
penduduk dunia pada 2045 yang mencapai 9
miliar menjadi peluang tersendiri bagi negeri
ini. Dengan daya beli dan income makin baik,
Presiden mengundang para pelaku ekonomi,
pelaku dunia usaha, pelaku pasar modal untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut agar bisa
berkontribusi dalam menyediakan permintaan
masyarakat. Hal ini seiring semakin tingginya
tingkat konsumsi, permintaan, dan daya beli
masyarakat.
Ketiga, tujuan tersebut dapat tercapai dengan
mengimplementasikan strategi yang sudah
disiapkan pemerintah. Diantaranya seperti
Rencana Kerja Pemerintah melalui arah
kebijakan fiskal tahun 2012 yaitu memberikan
dorongan terhadap perekonomian (stimulus
fiskal) seraya memelihara stabilitas ekonomi,
Lebih lanjut, Presiden mengatakan bahwa
pemerintah terus berupaya meningkatkan
berbagai produksi domestik. “Lihat ekonomi
dunia, utamanya komoditas pangan, menjadi
masalah besar, ada gap, ada missed match
antara supply dan demand, itu adalah peluang.
Saya ingin tahun ini dan tahun depan terus
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
gali, cari, temukan dan ciptakan peluang di
bidang pertanian, industri dan jasa. Invest more,
do bussiness more karena masih ada space yang
besar. Ada demand,” lanjut Presiden.
Di sisi lain, meningkatnya investasi dan bisnis
semakin dituntut agar ekuivalen dengan sektor
riil, sektor fiskal dan sektor moneter yang dikelola
dengan baik. Asumsi pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,7 persen tidak akan tercapai bila ketiga
hal tersebut menunjukkan perkembangan
negatif. Maka dari itu, Presiden menjelaskan
bahwa pemerintah akan memberikan perhatian
lebih pada sektor infrastruktur, birokrasi, regulasi,
dan pembiayaan.
Pemerintah menyiapkan dana yang berasal
dari Sisa Anggaran Lebih (SILPA) untuk
meningkatkan sektor infrastruktur. “Telah kita
tetapkan pembangunan infrastruktur besarbesaran pada tahun-tahun mendatang. APBN
sedemikian rupa akan lebih diarahkan kesana,
dalam arti porsinya kita tingkatkan. Ini ada
SILPA sekitar Rp40 triliun maka akan digunakan
sebagian untuk meningkatkan infrastruktur. Agar
terjadi pergerakan perekonomian yang lebih
pesat lagi,” jelas Presiden.
Terkait birokrasi, Presiden mengeluarkan
kebijakan (policy) dan instruksi agar birokrasi
lebih responsif dan tidak tergesa-gesa dalam
mengeluarkan setiap keputusan. Selain itu,
regulasi yang dianggap kurang sesuai juga
akan segera disesuaikan, baik melalui Peraturan
Presiden, Peraturan Pemerintah Pusat dan
Daerah hingga Undang-Undang.
Di samping itu, Presiden juga memastikan
bahwa fungsi perbankan maupun fungsi pasar
modal dapat berjalan dengan baik. Hal ini
terkait dengan kesediaan pembiayaan dalam
meningkatan investasi Indonesia dan dunia
usaha tahun 2012.
Terakhir, Presiden berharap agar Indonesia dapat
meningkatkan dan memajukan perekonomian
di tengah krisis perekonomian global melalui
kerja sama dan kerja keras. Presiden menegaskan
bahwa untuk membuat suatu negara yang baik,
bersih dan maju bukanlah sebuah proses sekali
jadi. “Karena proses, mari kita jaga momentum.
Derap dan rangkaian pekerjaan kita dari
sekarang ke depan. Saya yakin apa yang menjadi
tujuan dan sasaran kita negara yang lebih baik
dengan ekonomi yang terus tumbuh akan
dapat kita capai,” pungkas Presiden.
KEBIJAKAN FISKAL 2012
Asumsi Makro
Pertumbuhan ekonomi 6,7%
Laju inflasi 5,3%
Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,0%
Nilai tukar Rp8.800/US dolar
Harga minyak US$ 90,0/barel
Lifting minyak 950 ribu barel/hari
Target pendapatan negara dan hibah Rp1.311,4 triliun
Rencana alokasi belanja negara Rp1.435,4 triliun,
sehingga diperkirakan akan mengalami defisit Rp124,0 triliun (1,5% terhadap PDB).
Untuk menutup defisit anggaran tersebut, pembiayaan APBN direncanakan bersumber dari
pembiayaan utang Rp133,6 triliun dan pembiayaan non utang sebesar negatif Rp9,5 triliun
(Berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 2011 tentang APBN 2012)
Kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi jenis premium yang akan dilaksanakan per 1 april 2012
Saat ini pemerintah dan instansi terkait sedang mempersiapkan prasarana dan infrastruktur pendukung untuk implementasi kebijakan ini
Langkah mitigasi krisis tahun 2012 antara lain:
a.Kebijakan percepatan dan perbaikan penyerapan belanja, khususnya belanja modal;
b.Menyusun Crisis Management Protocol (CMP);
c.Menyusun Bond Stabilization Framework (BSF);
d.Alokasi dana mitigasi krisis APBN 2012 berupa dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp15,8 triliun,
anggaran bantuan sosial Rp47,8 triliun, subsidi non energi Rp40,3 triliun antara lain untuk
pangan Rp15,6 triliun dan pupuk Rp16,9 triliun serta cadangan beras Pemerintah Rp2,0 triliun,
e.Membuat landasan hukum penambahan alokasi dana mitigasi krisis dalam UU APBN 2012 (pasal 40, 41, 42, 43)
* Penggunaan SAL untuk stabilisasi pasar SBN domestik dengan persetujuan DPR (pasal 40);
* Pinjaman siaga (contingency loan) untuk ketahanan pangan (pasal41);
* Pengajuan perubahan APBN (pasal 42);
* Pengeluaran yang dapat melebihi pagu untuk antisipasi keadaan darurat dengan persetujuan DPR (pasal 43).
f.Menjaga cadangan devisa dan melakukan kerja sama internasional penanggulangan krisis.
* Masih tersedianya cadangan devisa sebesar US$110, Rp12 miliar per Desember 2011 untuk dapat
digunakan dalam antisipasi krisis.
* Fasilitas lainnya dalam kerangka kerjasama internasional:
- Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) sebesar US$120 miliar dengan tujuan utama mengatasi
masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek;
- Currency Swap dengan China US$15 miliar dan Jepang US$12 miliar untuk meminimalisasi risiko
nilai tukar yang berfluktuasi.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
31
artikel
Membangun dengan Kekuatan Sendiri
Teks: Makmun Syadullah
Meningkatnya penerimaan pajak tidak lepas dari kontribusi masyarakat yang semakin besar.
Menguatnya kesadaran untuk turut berperan aktif dalam pembangunan melalui pajak ini terlihat dari fakta
meningkatnya jumlah wajib pajak.
I
ndonesia kini semakin mandiri dalam
membiayai pembangunan. Ini ditunjukkan
dengan semakin besarnya kontribusi pajak
terhadap pendapatan negara. Dari target
pendapatan negara sebesar Rp1.311,4 triliun
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun 2012, Rp914,2 triliun atau
69,7 persennya disumbang oleh penerimaan
pajak.
terakhir tidak lepas dari upaya-upaya perbaikan
yang dilakukan Kementerian Keuangan.
Salah satunya adalah upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
Upaya-upaya itu ditempuh dengan reformasi
peraturan perundang-undangan dan reformasi
administrasi.
Sisanya disumbang oleh penerimaan dari
kepabeanan dan cukai sebanyak Rp118,4 triliun
atau 9,03 persen, penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) sebesar Rp278 triliun atau 21,2
persen serta hibah sebesar Rp0,8 triliun atau
0,06 persen dari penerimaan negara.
Penerimaan pajak tahun 2012 akan mencapai
tiga kali lebih tinggi daripada penerimaan
tahun 2005 yang sekitar Rp298,5 triliun.
Kontribusi terbesar berasal dari penerimaan
PPh yang mencapai Rp520 triliun atau
39,7 persen dari total pendapatan negara.
Kemudian, kontribusi PPN dan PPnBM
diproyeksikan mencapai Rp353 triliun atau 26,9
persen dari total pendapatan negara.
Meningkatnya penerimaan pajak tidak lepas
dari kontribusi masyarakat yang semakin besar.
Menguatnya kesadaran untuk turut berperan
aktif dalam pembangunan melalui pajak ini
terlihat dari fakta meningkatnya jumlah wajib
pajak.
Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 4.358.014
wajib pajak terdaftar. 2.959.006-nya merupakan
wajib pajak orang pribadi, 1.124.530 wajib pajak
badan dan 274.478 wajib pajak bendaharawan
negara. Data 30 Oktober 2011 menunjukkan,
jumlah wajib pajak terdaftar meningkat
menjadi 23.213.633 wajib pajak. Dari jumlah
tersebut, 20.967.562- nya merupakan wajib
pajak orang pribadi, 1.761.605 wajib pajak
badan dan 484.466 wajib pajak bendaharawan
negara.
Peningkatan penerimaan pajak maupun
jumlah wajib pajak dalam beberapa tahun
32
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Reformasi peraturan perundang-undangan
diwujudkan melalui sunset policy, penurunan
tarif PPh Badan, kesetaraan antara wajib
pajak dengan fiskus, perlakuan perpajakan
atas bisnis berbasis syariah, serta berbagai
insentif perpajakan lainnya. Sementara
reformasi administrasi diwujudkan dalam
bentuk modernisasi kantor pelayanan pajak,
pembentukan call center (kring pajak),
serta kemudahan dalam mendaftar dan
menyampaikan SPT (e-registration, e-filing, drop
box).
Selain pajak, pendapatan negara juga
diperoleh dari kepabeanan dan cukai.
Penerimaan kepabeanan terdiri dari bea masuk
dan bea keluar. Bea masuk merupakan salah
satu instrumen untuk mengendalikan aliran
barang dari luar negeri untuk melindungi
industri dalam negeri. Bea keluar merupakan
instrumen untuk membatasi ekspor dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sedangkan cukai dimaksudkan untuk
mengendalikan peredaran barang yang
berdampak negatif bagi masyarakat.
Besarnya kontribusi penerimaan dari
kepabeanan dan cukai merupakan hasil dari
kebijakan Kementerian Keuangan. Beberapa
kebijakan utama adalah ekstensifikasi dan
penyesuaian tarif cukai, harmonisasi tarif
terkait dengan perjanjian internasional,
serta pemberian insentif bagi sektor
perdagangan dan industri. Sementara itu,
kebijakan administratif yang ditempuh antara
lain penerapan National Single Window,
pengembangan otomatisasi pelayanan
kepabeanan, peningkatan pengawasan
terhadap lalulintas barang ekspor dan impor,
serta optimalisasi fungsi pengawasan melalui
patroli darat, laut dan pangkalan operasi.
Sebagaimana halnya pajak serta kepabeanan
dan cukai, PNBP juga menunjukkan tren yang
terus meningkat. PNBP mencakup penerimaan
sumber daya alam (SDA) dan non-SDA. Hingga
kini, sumber utama PNBP masih berasal dari
SDA minyak bumi dan gas (migas) yang
mencapai Rp159,5 triliun atau sekitar 12,16
persen dari total pendapatan negara. Selain
migas, penerimaan PNBP SDA juga berasal
dari penerimaan pertambangan umum dan
kehutanan. Masing-masing sektor tersebut
berkontribusi sebesar 1,1 persen dan 0,23
persen terhadap pendapatan negara.
Pada prinsipnya, pengelolaan SDA migas dan
non migas harus didasarkan pada manfaat
dan kepentingannya bagi masyarakat. Artinya,
pengelolaannya tidak hanya dinilai dari
seberapa besar sumbangan bagi penerimaan
negara yang bisa diperoleh, akan tetapi
juga harus mempertimbangkan dampak
lingkungan dan ketersediaan SDA untuk
generasi mendatang.
Meski penerimaan yang berasal dari SDA masih
dominan, sumber penerimaan dari non-SDA
tidaklah kecil. Penerimaan itu berasal dari PNBP
yang dikelola oleh Kementerian/Lembaga,
dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).
Tahun 2012, pemerintah menetapkan target
PNBP non-SDA sebesar Rp100,7 triliun.
Seluruh pendapatan negara tersebut
menjadi sumber utama untuk membiayai
pembangunan. Namun, oleh karena
pemerintah hendak mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas
maka ditempuh kebijakan fiskal yang ekspansif.
Kebijakan ini dilakukan dengan menetapkan
belanja yang lebih besar daripada pendapatan
sehingga terjadi defisit. Meski demikian,
pemerintah tetap berkomitmen untuk
mengendalikan defisit ini dalam batas aman.
Undang-Undang Keuangan Negara
mengamanatkan batas maksimal defisit
anggaran sebesar 3 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB). Dalam lima tahun
terakhir, pemerintah mampu mengendalikan
defisit anggaran rata-rata 1,2 persen dari PDB.
Defisit anggaran 2012 ditetapkan pada tingkat
yang masih aman, yaitu sebesar Rp124 triliun
atau 1,53 persen dari PDB.
Salah satu jalan untuk menutup defisit
anggaran adalah utang. Pemerintah terus
berupaya menurunkan rasio utang terhadap
PDB. Rasio utang terhadap PDB tahun 2012
diperkirakan tinggal sekitar 24 persen. Angka
ini masih jauh di bawah batas maksimal
yang diperbolehkan oleh Undang-Undang
Keuangan Negara, yaitu sebesar 60 persen dari
PDB. Rasio utang terhadap PDB yang relatif
rendah ini menunjukkan membaiknya kondisi
keuangan Negara sebagai hasil dari kebijakan
fiskal yang hati-hati (prudent).
pembiayaan dalam negeri dan berisiko rendah.
Utang tersebut diarahkan untuk membiayai
kegiatan produktif. Ini dilakukan dengan
mengembangkan surat berharga negara (SBN),
yang antara lain meliputi surat utang negara
(SUN) dan surat berharga syariah negara.
Setelah 14 tahun berada pada peringkat
non-investment grade, sejak tanggal 14
Desember 2011 Indonesia telah berhasil
memperoleh kembali peringkat investment
grade dari lembaga pemeringkat internasional
Fitch Ratings dan Moody’s (BBB-/Stable).
Dengan pencapaian ini, biaya utang akan
semakin murah dan investasi diharapkan akan
meningkat.
Sumber utang berasal dari luar maupun
dalam negeri. Saat ini, pemerintah mengambil
kebijakan untuk mengutamakan sumber
***
Meringankan
Beban dan
Menyejahterakan Rakyat
Teks: Makmun Syadullah Foto: Reza Sahhilny A.
M
asyarakat Indonesia yang sejahtera
merupakan tujuan utama
pembangunan. Untuk itu, Pemerintah
terus berupaya mengentaskan mereka
yang masih miskin. Berbagai program untuk
memberdayakan masyarakat, meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesehatan, serta
menguatkan ketahanan pangan telah
disiapkan pada tahun 2012.
Setidaknya sekitar 1,5 juta rumah tangga
diperkirakan tergolong sangat miskin pada
tahun 2012. Pemerintah telah menyiapkan
anggaran sebesar Rp1,9 triliun dalam Program
Keluarga Harapan (PKH) sebagai pengganti
program Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Pemerintah pun menyiapkan anggaran sekitar
Rp15,6 triliun untuk menyediakan beras murah
bagi 17,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS).
Mereka berhak membeli raskin sebanyak 15 kg
setiap bulannya dengan harga sangat murah.
Selain program yang sifatnya membantu
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
33
Pemerintah menyadari bahwa
sangatlah sulit mengentaskan
kemiskinan tanpa meningkatkan
akses masyarakat miskin
terhadap pendidikan dan
kesehatan yang baik.
secara langsung, pemerintah tetap
mempertahankan program yang sifatnya
meningkatkan kemampuan masyarakat miskin.
Misalnya saja Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) serta perluasan dan
penguatan kegiatan ekonomi rakyat melalui
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Tahun 2010 lalu, dengan batas pengeluaran
per kapita sekitar Rp212 ribu per bulan atau
Rp7.060 setiap harinya, jumlah orang miskin
di Indonesia mencapai sekitar 31 juta orang.
Angka ini setara dengan 13,3 persen dari total
penduduk Indonesia. Tahun 2011, tingkat
kemiskinan telah menurun menjadi 12,5
persen (BPS, Maret 2011). Dengan program
yang bakal menghabiskan sekitar Rp99,2 triliun,
tingkat kemiskinan tahun 2012 diharapkan
dapat ditekan hingga tinggal 10,5-11,5 persen.
Pemerintah menyadari bahwa sangatlah
sulit mengentaskan kemiskinan tanpa
meningkatkan akses masyarakat miskin
terhadap pendidikan dan kesehatan yang baik.
Oleh sebab itu, anggaran pendidikan sebesar
Rp290 triliun dan anggaran kesehatan Rp48
triliun disiapkan pada tahun 2012 agar kualitas
hidup masyarakat terutama yang miskin
semakin baik.
Dana tersebut di antaranya akan digunakan
untuk bantuan operasional sekolah (BOS)
bagi 44,7 juta siswa sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama agar dapat menyelesaikan
pendidikan wajib 9 tahun. Tidak kurang dari
Rp5,4 triliun juga telah disiapkan bagi 8,2 juta
siswa atau mahasiswa miskin agar mereka tidak
putus sekolah atau kuliah.
Selain membantu pelajar dan mahasiswa,
anggaran pendidikan juga akan digunakan
untuk membangun dan memperbaiki sekolah,
meningkatkan kualitas guru serta memberikan
tunjangan untuk guru Pegawai Negeri Sipil
(PNS) daerah.
Sementara itu, anggaran kesehatan akan
digunakan agar seluruh masyarakat dapat
34
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
memperoleh layanan kesehatan yang
baik dengan biaya murah. Hal ini terutama
ditujukan untuk memberikan perhatian yang
lebih besar kepada masyarakat miskin dan
yang tinggal di daerah terpencil.
Melalui pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat atau yang lebih dikenal dengan
Jamkesmas, 76,4 juta orang miskin berhak
untuk mendapatkan layanan berobat gratis
di Puskesmas dan rawat inap gratis di kelas III
rumah sakit pemerintah.
Program yang telah berlangsung selama
empat tahun ini dimaksudkan untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin. Dengan demikian, kualitas kesehatan
masyarakat akan lebih merata.
Disamping Jamkesmas, pemerintah juga
mendorong masyarakat untuk berperan aktif
dalam pencegahan penyakit. Puskesmas dan
Posyandu akan menjadi tulang punggung
program yang antara lain diwujudkan dalam
bentuk peningkatan layanan air minum dan
sanitasi serta peningkatan layanan kesehatan
bagi ibu bersalin dan layanan Keluarga
Berencana.
Penanggulangan kemiskinan, perbaikan
kualitas pendidikan, serta peningkatan layanan
kesehatan akan semakin baik apabila ditopang
dengan ketahanan pangan yang kuat. Untuk
itu pemerintah mengalokasikan anggaran
sekitar Rp42,3 triliun pada tahun 2012 agar
sasaran- sasaran prioritas ketahanan pangan
dapat tercapai.
Program penguatan ketahanan pangan akan
difokuskan pada peningkatan ketersediaan
pangan, pemantapan distribusi pangan, serta
percepatan penganekaragaman pangan sesuai
dengan karakteristik daerah. Sasaran utamanya
adalah meningkatkan ketersediaan pangan,
meningkatkan akses masyarakat terhadap
pangan dan mencegah kerawanan pangan.
Dengan upaya yang nyata, masyarakat miskin
diharapkan akan dapat keluar dari kemiskinan.
Dengan begitu, cita-cita mensejahterakan
seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud.
***
Layanan pendidikan yang murah dan
terjangkau:
• Pendidikan gratis dan mampu
menuntaskan wajib belajar 9 tahun di
pendidikan dasar bagi 44,7 juta siswa bagi
siswa setingkat SD dan SMP
• Dana bantuan operasional untuk
meningkatkan mutu pendidikan
menengah bagi 7,1 juta siswa SMA/SMK
• Beasiswa miskin bagi 8,2 juta siswa/
mahasiswa berprestasi
• Rehabilitasi 166,3 ribu ruang kelas yang
rusak berat
• Tunjangan profesi guru
Penanggulangan kemiskinan:
• Program keluarga harapan dengan sasaran
1,5 juta RTS
• Penyediaan beras dengan harga murah
untuk rakyat miskin dengan sasaran 17,5
juta RTS
• PNPM perkotaan bagi 10.923 kelurahan/
desa
• PNPM Perdesaan bagi 5.100 kecamatan
• PNPM infrastruktur sosial ekonomi wilayah
bagi 237 kecamatan
• PNPM infrastruktur perdesaan bagi 5.000
kelurahan/desa
Layanan kesehatan murah untuk
masyarakat:
• Layanan berobat gratis di Puskesmas dan
rawat inap gratis di kelas III rumah sakit
pemerintah untuk masyarakat miskin bagi
76,4 juta orang
• Peningkatan peserta KB baru menjadi 7,3
juta dan KB aktif menjadi 28 juta
• Peningkatan jangkauan layanan KB melalui
23.500 klinik
• Pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin
melalui 2.269 fasilitas layanan kesehatan
• Peningkatan pelayanan air minum di 894
desa dan 513 kawasan
• Pelayanan sanitasi di 155 kab/kota
Penguatan ketahanan pangan:
• Surplus beras minimal 10 juta ton pada
tahun 2014 melalui pengelolaan produksi
tanaman padi
• Perluasan area dan pengolahan lahan
pertanian
• Pengolahan irigasi dan fasilitas sarana
produksi pertanian
• Pengembangan sumber daya manusia
dan kelembagaan
• Diseminasi teknologi dan informasi
pertanian
riviu
Riviu atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 211/PMK.08/2011
Tentang Tata Cara Seleksi
Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri
A.Kewenangan
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
berwenang untuk:
- melakukan seleksi calon Pemberi Pinjaman
Dalam Negeri (PDN); dan
- membentuk Panitia Seleksi.
B.Pembentukan Panitia Seleksi
1. Panitia Seleksi terdiri dari unsur Pegawai
Negeri Sipil (PNS), dengan persyaratan:
a. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas;
b.memahami pekerjaan yang akan
dilaksanakan;
c. memahami isi dokumen persyaratan
seleksi;
d. tidak memiliki konflik kepentingan; dan
e. menandatangani Pakta Integritas
yang memuat pernyataan untuk tidak
melakukan kolusi, korupsi, nepotisme,
dan atau pernyataan-pernyataan yang
diperlukan dalam proses seleksi.
2. Panitia Seleksi berjumlah gasal dan
beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang.
3. Masa kerja Panitia Seleksi ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang.
4. Apabila diperlukan, Panitia Seleksi dapat
meminta bantuan narasumber.
C.Metode Seleksi
1. Seleksi dilakukan melalui Seleksi Terbatas,
yang disampaikan kepada BUMN,
Pemerintah Daerah, dan Perusahaan Daerah
yang dinilai memenuhi persyaratan.
2. Apabila hanya terdapat 1 (satu) calon
Pemberi PDN yang memenuhi syarat, maka
seleksi dapat dilakukan melalui Penunjukan
Langsung.
D.Persyaratan Calon Pemberi PDN
1. Calon Pemberi PDN dari BUMN atau
Perusahaan Daerah harus memenuhi syarat
paling sedikit:
a. memiliki laba bersih selama 3 (tiga) tahun
terakhir berturut-turut;
b.mendapat persetujuan dari pihak
berwenang sesuai dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
BUMN/Perusahaan Daerah yang
bersangkutan; dan
c. memiliki Modal Ditempatkan dan Disetor
Penuh paling sedikit satu triliun rupiah.
2. Calon Pemberi PDN dari Pemerintah Daerah
harus memenuhi syarat paling sedikit:
a. telah melakukan pemenuhan urusan
wajib sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. tidak mempunyai tunggakan
pembayaran bunga, cicilan pokok,
dan kewajiban lainnya terkait dengan
pinjaman kepada pihak lain;
c. mendapat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah; dan
d. mendapat pertimbangan Menteri Dalam
Negeri.
E.Persiapan Seleksi Calon Pemberi PDN
Panitia Seleksi melaksanakan persiapan seleksi
yang meliputi kegiatan-kegiatan:
a. perencanaan seleksi calon Pemberi PDN;
b. penyusunan jadwal seleksi calon Pemberi
PDN; dan
c. penyusunan Dokumen Seleksi (ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang).
F. Proses Seleksi Calon Pemberi PDN
1. Panitia Seleksi melaksanakan seleksi dengan
tahapan:
a. penyampaian undangan kepada calon
Pemberi PDN;
b. pemberian penjelasan (aanwijzing);
c. penerimaan dokumen penawaran dari
calon Pemberi PDN;
d. evaluasi dokumen penawaran calon
Pemberi PDN;
e. penyusunan peringkat (shortlisted
candidates) calon Pemberi PDN;
f. beauty contest terhadap calon Pemberi
PDN; dan
g. pengusulan penetapan pemenang calon
Pemberi PDN.
2. Panitia Seleksi mengundang BUMN,
Pemerintah Daerah, dan/atau Perusahaan
Daerah yang memenuhi persyaratan untuk
menyampaikan dokumen penawaran PDN
(Request for Proposal).
3. Panitia Seleksi memberi penjelasan
(aanwijzing) kepada BUMN, Pemerintah
Daerah, dan Perusahaan Daerah yang
mengajukan dokumen penawaran PDN,
yang meliputi:
a. cara penyampaian penawaran;
Teks: Zachrony
b.dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam penawaran;
c. metode evaluasi; dan/atau
d. hal-hal yang dapat menggugurkan
penawaran.
4. Calon Pemberi PDN menyampaikan
dokumen penawaran kepada Panitia
Seleksi, dengan syarat:
a. ditandatangani oleh Direksi atau
pejabat yang berwenang pada BUMN/
Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah
yang bersangkutan;
b.bertanggal jelas dan bermeterai cukup;
dan
c. jangka waktu berlakunya penawaran
tidak kurang dari waktu yang ditetapkan
dalam Dokumen Seleksi.
5. Panitia Seleksi melakukan evaluasi atas
dokumen penawaran PDN, yang meliputi
evaluasi:
a. administrasi (meliputi evaluasi
kelengkapan dan keabsahan dokumen
penawaran PDN); dan
b.pendanaan (meliputi terms and
conditions dokumen penawaran PDN).
6. Pemenang penawaran ditentukan
berdasarkan hasil evaluasi administrasi dan
pendanaan.
7. Panitia Seleksi menyusun peringkat
(shortlisted candidates) hasil evaluasi
administrasi dan pendanaan, yang hasilnya
dilaporkan kepada Direktur Jenderal
Pengelolaan Utang.
8. Panitia Seleksi melakukan beauty
contest terhadap calon Pemberi PDN yang
memenuhi syarat, yang dilakukan dengan
melakukan konfirmasi terms and conditions
dan kesiapan operasional calon Pemberi
PDN, atau dengan ketentuan lain yang
ditetapkan dalam Dokumen Seleksi.
9. Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) calon
Pemberi PDN yang memenuhi syarat,
beauty contest tetap dilaksanakan.
G.Penetapan Pemenang, Pengumuman
Pemenang, dan Masa Sanggah Seleksi
Calon Pemberi PDN
1. Atas usulan Panitia Seleksi, Direktur
Jenderal Pengelolaan Utang menetapkan
pemenang seleksi calon Pemberi PDN.
2. Panitia Seleksi menyampaikan surat
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
35
penetapan pemenang kepada para peserta
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
menerima surat penetapan pemenang
seleksi calon Pemberi PDN.
3. Calon Pemberi PDN yang merasa dirugikan
dapat mengajukan surat sanggahan
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang paling lambat lima hari kerja setelah
diterimanya pengumuman pemenang.
4. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
memberikan jawaban paling lambat lima
hari kerja sejak surat sanggahan diterima,
setelah mendapat masukan dari Panitia
Seleksi.
5. Apabila terdapat ketidakpuasan atas
jawaban, calon Pemberi PDN dapat
mengajukan surat sanggahan banding
kepada Menteri Keuangan paling lambat
lima hari kerja sejak diterimanya jawaban
atas sanggahan tersebut. Menteri Keuangan
memberikan jawaban paling lambat lima
belas hari kerja sejak surat sanggahan
banding diterima.
6. Apabila sanggahan atau sanggahan
banding dinilai benar, maka proses seleksi
calon Pemberi PDN dievaluasi kembali atau
dilakukan seleksi ulang.
7. Setiap pengaduan ditindaklanjuti oleh
instansi yang menerima pengaduan sesuai
peraturan perundang-undangan.
8. Dalam hal pemenang seleksi calon
Pemberi PDN mengundurkan diri, maka
peringkat kedua seleksi calon Pemberi
PDN ditetapkan sebagai pemenang seleksi.
Calon Pemberi PDN yang mengundurkan
diri dimaksud tidak dapat mengikuti satu
kali kegiatan seleksi calon Pemberi PDN
berikutnya.
H.Kontrak PDN
Kontrak PDN ditandatangani oleh Menteri
Keuangan dan Direktur Utama BUMN/
Perusahaan Daerah atau Kepala Daerah
pemenang seleksi calon Pemberi PDN.
I. Biaya Seleksi
Pembiayaan yang timbul sebagai akibat
dari pelaksanaan seleksi calon Pemberi PDN
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Daftar Peraturan Menteri Keuangan (PMK) selama bulan Desember 2011
PMK No. 192/PMK.07/2011
Perubahan Atas PMK No. 160/PMK.07/2011
Pelaksanaan Penyaluran Dana Alokasi
Khusus Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 193/PMK.05/2011
Kredit Investasi Pemerintah.
PMK No. 194/PMK.02/2011
Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak
Tahun Jamak (Multi Years Contract) Dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
PMK No. 195/PMK.07/2011
Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 196/PMK.07/2011
Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam Pertambangan Umum
Yang Dialokasikan Dalam Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara
Perubahan Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 197/PMK.07/2011
Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak
Bumi Dan Bangunan Tahun Anggaran
2012.
PMK No. 198/PMK.07/2011
Alokasi Definitif Pajak Bumi Dan Bangunan
Bagian Pemerintah Pusat Yang Dibagikan
Kepada Seluruh Kabupaten Dan Kota
Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 199/PMK.05/2011
Tata Cara Pembayaran Jasa Bank
Penatausaha Penerusan Pinjaman Atas
Beban Bagian Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
PMK No. 200/PMK.04/2011
Audit Kepabeanan Dan Audit Cukai.
PMK No. 201/PMK.07/2011
Pedoman Umum Dan Alokasi Bantuan
Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 202/PMK.07/2011
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam Perikanan Tahun Anggaran
2012.
PMK No. 203/PMK.07/2011
Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak
Penghasilan Pasal 25 Dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Anggaran
2012.
36
PMK No. 204/PMK.05/2011
Perubahan Atas PMK No. 60/PMK.05/2011
Pelaksanaan Uji Coba Penerapan Sistem
Pembayaran Pajak Secara Elektronik (Billing
System) Dalam Sistem Modul Penerimaan
Negara.
PMK No. 205/PMK.07/2011
Perubahan Atas PMK No. 71/PMK.07/2011
Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan
Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 206/PMK.07/2011
Perubahan Atas PMK No. 72/PMK.07/2011
Pedoman Umum dan Alokasi Dana
Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai
Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran
2011.
PMK No. 207/PMK.07/2011
Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam Pertambangan Umum Tahun
Anggaran 2012.
PMK No. 208/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Umum Tahun Anggaran
2012.
PMK No. 209/PMK.07/2011
Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Alokasi
Khusus Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 210/PMK.07/2011
Alokasi Definitif Dana Bagi Hasil Pajak
Penghasilan Pasal 25 Dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Anggaran
2011.
PMK No. 211/PMK.08/2011
Tata Cara Seleksi Calon Pemberi Pinjaman
Dalam Negeri.
PMK No. 212/PMK.011/2011
Perubahan Atas PMK No. 107/PMK.04/2009
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor
Persenjataan, Amunisi, Perlengkapan
Militer Dan Kepolisian, Termasuk Suku
Cadang, Serta Barang Dan Bahan Yang
Dipergunakan Untuk Menghasilkan
Barang Yang Dipergunakan Bagi Keperluan
Pertahanan Dan Keamanan Negara.
PMK No. 213/PMK.011/2011
Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan
Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang
Impor.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
PMK No. 214/PMK.01/2011
Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya
Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
PMK No. 215/PMK.01/2011
Perubahan Atas PMK No. 94/PMK.01/2010
Tata Cara Penyaringan Dan Penerimaan
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan
II Dari Lulusan Program Diploma I Dan
III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara.
PMK No. 216/PMK.05/2011
Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat
Pembiayaan Perumahan Pada Kementerian
Perumahan Rakyat.
PMK No. 217/PMK.02/2011
Tata Cara Penyediaan Anggaran,
Penghitungan, Pembayaran, Dan
Pertanggungjawaban Subsidi Jenis Bahan
Bakar Minyak Tertentu.
PMK No. 218/PMK.02/2011
Tata Cara Penyediaan Anggaran,
Penghitungan, Pembayaran, Dan
Pertanggungjawaban Subsidi Liquefied
Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 Kilogram.
PMK No. 220/PMK.07/2011
Alokasi Tambahan Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi
Dan Gas Bumi Untuk Provinsi Aceh Tahun
Anggaran 2011.
PMK No. 221/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi
Dalam Rangka Otonomi Khusus Di Provinsi
Papua Barat Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 222/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pertambangan Minyak Bumi Dan Gas Bumi
Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 223/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam Pertambangan Panas Bumi Tahun
Anggaran 2011.
PMK No. 224/PMK.08/2011
Tata Cara Pemantauan Dan Evaluasi Atas
Pinjaman Dan Hibah Kepada Pemerintah.
PMK No. 225/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Kehutanan Tahun Anggaran 2011.
Sumber:
www.sjdih.depkeu.go.id
PMK No. 226/PMK.06/2011
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik
Negara.
PMK No. 241/PMK.05/2011
Perubahan Atas PMK No. 131/PMK.05/2009
Kredit Usaha Pembibitan Sapi.
PMK No. 227/PMK.05/2011
Penyusunan Dan Pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Lanjutan
Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran 2012
Dengan Sumber Dana Dari Sisa Anggaran
Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 228/PMK.05/2011
Pembayaran Tunjangan Cacat Prajurit
Tentara Nasional Indonesia.
PMK No. 229/PMK.07/2011
Alokasi Kurang Bayar Dana Sarana Dan
Prasarana Infrastruktur Provinsi Papua Barat
Tahun Anggaran 2008 Yang Dialokasikan
Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 242/PMK.07/2011
Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Insentif
Daerah Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 243/PMK.04/2011
Pemberian Premi.
PMK No. 244/PMK.07/2011
Peta Kapasitas Fiskal Daerah.
PMK No. 230/PMK.05/2011
Sistem Akuntansi Hibah.
PMK No. 231/PMK.011/2011
Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah
Dan Penghitungan Penerimaan Negara
Bukan Pajak Atas Hasil Pengusahaan
Sumber Daya Panas Bumi Untuk
Pembangkitan Energi/Listrik Tahun
Anggaran 2011.
PMK No. 232/PMK.07/2011
Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Perikanan Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 233/PMK.05/2011
Perubahan Atas PMK No. 171/PMK.05/2007
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
PMK No. 234/PMK.05/2011
Sistem Akuntansi Transaksi Khusus.
PMK No. 237/PMK.05/2011
Perubahan Atas PMK No. 228/
PMK.05/2010 Mekanisme Pelaksanaan
Dan Pertanggungjawaban atas Pajak
Ditanggung Pemerintah.
PMK No. 239/PMK.07/2011
Pedoman Umum Dan Alokasi Dana
Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun
Anggaran 2012.
PMK No. 240/PMK.07/2011
Pedoman Umum Dan Alokasi Dana
Otonomi Khusus Provinsi Papua Dan
Provinsi Papua Barat Serta Dana Tambahan
Infrastruktur Provinsi Papua Dan Provinsi
Papua Barat Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 245/PMK.08/2011
Tata Cara Penetapan Sumber Pembiayaan
Dan Pencarian Sumber Pembiayaan
Alternatif.
PMK No. 249/PMK.02/2011
Pengukuran Dan Evaluasi Kinerja Atas
Pelaksanaan Rencana Kerja Dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
PMK No. 250/PMK.06/2011
Tata Cara Pengelolaan Barang Milik
Negara Yang Tidak Digunakan Untuk
Menyelenggarakan Tugas Dan Fungsi
Kementerian/Lembaga.
PMK No. 253/PMK.04/2011
Pengembalian Bea Masuk Yang Telah
Dibayar Atas Impor Barang Dan Bahan
Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang
Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk
Diekspor.
PMK No. 254/PMK.04/2011
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang
Dan Bahan Untuk Diolah, Dirakit, Atau
Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan
Untuk Diekspor.
PMK No. 256/PMK.011/2011
Batasan Pengeluaran Alokasi Biaya Tidak
Langsung Kantor Pusat Yang Dapat
Dikembalikan Dalam Penghitungan Bagi
Hasil Dan Pajak Penghasilan Bagi Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Minyak Dan Gas Bumi.
PMK No. 257/PMK.011/2011
Tata Cara Pemotongan Dan Pembayaran
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Lain
Kontraktor Berupa Uplift Atau Imbalan
Lain Yang Sejenis Dan/Atau Penghasilan
Kontraktor Dari Pengalihan Participating
Interest.
PMK No. 258/PMK.011/2011
Batasan Maksimum Biaya Remunerasi
Tenaga Kerja Asing Untuk Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Minyak Dan Gas Bumi.
english corner
2012, the Momentum
of National Economic Revival
Alih Bahasa:
Haruadi Setiawan
Ilustrasi:
Dewi Rusmayanti
The beginning of 2012 is the
momentum of the national
economic revival as our economy
is one step closer from the
investment grade. Fitch Ratings
and Moody’s, global rating
agencies, raised Indonesia’s
sovereign rate from BB+/positive
to BBB- with stable outlook. This
is due to the improvement of
Indonesia’s economic performance,
strong external liquidity, constantly
declining public debt ratio, and the
prudent policy on ratio.
A
midst the worsening of market trust
on USA and a part of Europe, the
improvement of Indonesia’s sovereign
rate shows the volatility which consequently
becomes the landscape of 2012. Indonesia will
savour the advantage of the improvement of
investment climate due to the sovereign rate
upgrading.
However, the fluctuating global crisis risk still
holds the potential threat during this moment
of chances. It means that, the upgrading of the
grade does not necessarily pose significant
effect on domestic economy. Indonesia’s
economy in the future will still be under the
influence of global economy crises.
Therefore, there are three essential factors in
the effort of improving Indonesia’s economy.
First is recognizing the profile of current
Indonesian economy by taking into account
the potential and capacity using the SWOT
analysis (strengths, weaknesses, opportunities,
threats).
Second is focusing on the national goals which
are creating people’s welfare, reducing poverty,
and providing employment for public. Last
is achieving the goals by implementing the
Government’s Work Plan 2012, State Budget
2012, and the MP3EI program (Master plan for
the Acceleration and Expansion of Indonesia’s
Economy Development) in the years to come.
billion and the gross domestic product per
capita USD3400 per year, Indonesia seeks to
improve foods production, industries, and
services.
This is in line with the rise of demand or
people’s purchasing power and consumption.
In the other hand, budget absorption (budget
use) is another factor to improve, thus it will not
disrupt domestic business.
Meanwhile, there are few things requiring a bit
more of Government’s attention such as the
infrastructure sector which directly affects the
real sector cycle. The Remaining Budget Fund
(SAL) of around RP40 trillion was prepared to
support the improvement of the infrastructure
development. The infrastructure is needed
to improve public service, fuel the economic
cycle, and improve investment flow.
The development of infrastructure is not only
on physical but also on non-physical sector
by means of responsive bureaucratic reform
system, law certainty, as well as the human
resource and technology development
The last stop of it all is the boost of domestic
economy. This achievement of the investment
grade shall be equipped with prudence on
facing the development of global economy.
Despite of the relatively minimal threat it may
pose, the global crisis may still be a nuisance for
Indonesia.
Several chances will also be taken by the
Government. With population more than 240
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
37
renungan
Teks:
Siko Dian Sigit
Gambar:
http://maricormaricar.blogspot.
com/2011/12/be-excellent-toeach-other-new-sweater.html
Kesempurnaan
“Kelemahan yang paling mendasar
dari kesempurnaan adalah tidak
mungkin untuk dicapai”
(Ikhwan Sopa)
S
ebenarnya begitu subyektif arti kesempurnaan itu. Setiap
seringkali memiliki batasan tersendiri tentang kesempurnaan.
Sempurna bagi seseorang belum tentu sempurna bagi
orang lain kecuali ada kesepakatan tentang kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi tentang suatu hal. Benar suatu hal karena setiap
permasalahan memiliki kriteria yang berbeda. Sebagai contoh, bagi
seorang karyawan sempurnanya suatu laporan pekerjaan adalah
adanya beberapa informasi sekunder yang ditampilkan. Padahal
laporan yang diminta minimal hanya menampilkan beberapa
informasi utama saja.
Tidak penting ada foto atau tidak. Sangat miris jika ada karyawan
yang sedang dimintai laporan bosnya mengatakan bahwa dia
sedang menyempurnakan laporannya. Padahal laporannya
sudah mencukupi sesuai kebutuhan. Karyawan tersebut belum
puas. Hanya saja atasan ingin laporannya tepat waktu. Sampai
akhirnya karyawan tersebut menyelesaikan laporan dengan kriteria
kesempurnaan menurutnya. Tapi sayang, keputusan sudah diambil,
laporan yang dibuat karyawan tersebut sia-sia sebagaimanapun
sempurnanya.
Kesempurnaan memang penting. Sepertinya paparan berikut
agak kontradiktif dengan yang sebelumnya. Jangan khawatir
karena sebenarnya saya hanya menempatkan kesempurnaan
pada level moderate, tidak berlebihan. Kesempurnaan tetaplah
penting untuk menjaga kualitas. Kita tentu tidak ingin memakai
baju yang lepas satu kancingnya bukan? Kita tentu juga tidak ingin
membeli kamera yang lensanya tergores. Bahkan untuk hal-hal
tertentu, kesempurnaan diperlukan untuk menjamin keamanan.
38
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Beberapa bulan yang lalu, Toyota menarik ribuan unit mobilnya yang
dipasarkan di Amerika Serikat. Hal itu karena ketidaksempurnaan
pada sistem pengeremannya. Jika mobil tersebut tidak ditarik, maka
nyawa pengendara akan terancam. Orang-orang yang perfeksionis
sangat dibutuhkan di unit quality assurance.
Ketidaksempurnaanlah yang selalu membuat perubahan. Tanpa
perubahan peradaban manusia akan jalan di tempat. Kita tidak
akan bisa menikmati layanan internet broadband di rumah jika tidak
ada perubahan sambungan internet kabel. kantor-kantor akan
dipenuhi oleh mesin ketik dengan suara berisik memenuhi ruangan.
Itulah sebabnya ketidaksempurnaan itu penting untuk menjaga
kesinambungan perubahan.
Mencari kesempurnaan selalu berhadapan dengan waktu yang
tersedia. Seperti cerita kisah karyawan tadi. Kesempurnaan tidak
akan berarti apa-apa ketika terlambat. Tidak ada draft tulisan
yang langsung jadi dengan sempurna, yang ada hanya konsep
surat yang banyak mengalami editing hingga menjadi sempurna.
Ketika deadline mendekat, mau tidak mau kita harus ‘menentang’
kesempurnaan itu.
Manusia juga demikian adanya. Tidak ada manusia yang sempurna.
Yang ada adalah manusia yang terus senantiasa memperbaiki diri
hingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jika manusia sudah
sempurna maka tidak ada lagi pengembangan diri, pendidikan,
dan evaluasi. Kesadaran ketidaksempurnaan manusia merupakan
landasan untuk rendah hati. Kerendahan hati merupakan ciri khas
pemimpin level 5, level tertinggi pemimpin yang efektif.
resensi
Buku dan jurnal dapat diperoleh
di perpustakaan Kementerian
Keuangan atau perpustakaan online
www. perpustakaan.depkeu.go.id
Teks: Nur Wahyu Nugroho
Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah untuk Indonesia Tidak Miskin
Ligwina Hananto
Kelas ekonomi menengah yang kuat adalah andalan masyarakat yang stabil dalam pemerintahan yang
demokratis ini. Salah satunya mungkin adalah kita. Pasti kita pernah berpikir apakah masa depan keuangan kita
akan baik-baik saja? Apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun ke depan? Atau saat kita sudah tidak bekerja secara
produktif, apa yang akan terjadi? Sudahkah kita melakukan hal yang benar terhadap diri kita sendiri dan orang
lain? Dalam buku ini Ligwina memberikan jawabannya dengan jujur, jernih dan provokatif. Dan lebih penting
lagi buku ini memberikan skill dan penghayatan melalui kasus dalam kehidupan nyata. Misi membentuk Stronger
Middle Class Indonesians adalah apa yang dituangkan Ligwina dalam buku ini. Selain pemahaman tentang
Creative Economy, memang Middle Class Indonesians perlu mendapat pemahaman praktis cara mengelola
keuangan sehingga mampu mandiri dan berdikari secara ekonomi. Buku sangat cocok untuk semua kalangan.
Revolusi Timur Tengah
Apriadi Tamburaka, S. IP.
Pada penghujung 2010 hingga awal 2011, kawasan di Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami pergolakan
politik yang dikenal dengan “Jasmine Revolution,” suatu revolusi yang bertujuan untuk menumbangkan
penguasa mereka yang dimulai dari Tunisia menyusul Mesir, Aljazair, Yaman, Bahrain, Libya, dan negara-negara
lainnya. Timbulnya pergolakan rakyat di semenanjung Timur Tengah dan Afrika Utara begitu cepat dan hanya
butuh “pemantik api” untuk menyalakan api dalam sekam yang sudah lama tersimpan. Mengacu pada hukum
sebab-akibat, revolusi Timur Tengah ada bukan tanpa sebab. Ada sejumlah alasan mengapa rakyat melakukan
revolusi untuk menumbangkan penguasa mereka. Dan mengapa revolusi Timur Tengah mewabah dalam waktu
bersamaan dapat Anda temukan jawabannya dalam buku ini.
Substitutability and Protectionism: Latin America’s Trade Policy and Imports from China and India
Giovanni Facchini, Marcelo Olarreaga, Peri Silva, and GeraldWillmann
Published by Oxford University Press on behalf of the International Bank for Reconstruction and Development / THE WORLD BANK.
This article examines the trade policy response of Latin American governments to the rapid growth of Chinese and Indian exports in world markets.
To explain more protection in sectors where a large share of imports originates in China and India, the “protection for sale” model is extended to allow
for region-specific degrees of substitutability between domestic and imported varieties of a good. The results suggest that more protection toward
Chinese and Indian goods can be explained by the higher substitutability of Chinese and Indian goods with domestic varieties. The data support the
model, which performs better than the original protection for sale framework in explaining Latin America’s structure of protection.
Top 5 Fiction
Books of The
Year: 2011
1
2
Eclipse
Stephenie Meyer
Seri Kartun
Riwayat
Peradaban




1
2
3
Roidah
4
Janda-Janda
Cosmopolitan
Andrei Aksana
5
Seri The Naked
Traveller
Trinity







Jeffrey L. Cruikshank
Accounting
Theory:
Teori Akuntansi

Top 5 NonFiction Books of
The Year: 2011
Ahmed Riahi Belkaoui
Larry Gonick
Cinta Bertabur di
Langit Mekkah
The Apple Way
3
Cara Gampang
Belajar TOEFL

Peni R. Pramono
4
Manajemen
Keuangan

Arthur J. Keown, dkk.
5
Membaca Pikiran
Orang Lewat
Bahasa Tubuh

Dianata Eka Putra
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
39
inspirasi
“Tidak Neko-Neko”:
Kesempurnaan dalam Pelayanan
Teks:
Iin Kurniati
Foto:
Ari Ragil Kuncoro
“Alhamdulillah ada rasa bangga
melayani orang nomor satu di
Kementerian Keuangan. Dari
beberapa Menteri masih dipercaya
sampai sekarang. Istilahnya saya
tidak mau ‘neko-neko’ (anehaneh), jadi yang penting saya kerja
maksimal.” Demikian diungkapkan
Sugiyo, seorang staf tata usaha
Menteri Keuangan saat ditemui
Media Keuangan, Selasa (10/1).
S
ederhana, ramah, dan murah senyum.
Kesan itu yang pertama kali terlihat dari
Giyo - sapaan akrab pria yang lahir pada
10 Juni 1972. Giyo bersedia menceritakan
pengalaman menarik selama puluhan tahun
bekerja di Kementerian Keuangan, berikut
ulasan perbincangannya kepada Media
Keuangan.
Tak kenal waktu
Berasal dari kecamatan Banyuurip, sekitar 7
km dari kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
pria kelahiran Medan 40 tahun silam itu tidak
surut langkah untuk mengais rezeki di ibukota.
Berbekal ijazah Sekolah Menengah Pertama,
pada tahun 1989, Giyo mengikuti jejak kakaknya
yang sudah terlebih dahulu bekerja di Jakarta.
“Jadi saya magang dulu di Kemenkeu, tidak
langsung jadi pegawai. Sambil magang saya
sekolah SMA di sini,” ujar Giyo.
Setelah bekerja sebagai pegawai lepas
kurang lebih selama sepuluh tahun, akhirnya
40
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
tahun 1998, Giyo pun diangkat sebagai
pegawai tetap di Kementerian Keuangan.
Mulanya, Giyo bekerja di bawah Biro Umum,
lalu pada tahun 2003, Giyo ditawari untuk
pindah pada unit Tata Usaha Kementerian
yang saat ini di pegang Pusat Analisis dan
Harmonisasi Kebijakan (Pushaka). Sejak saat
itu, Giyo melayani Menteri Keuangan dari
masa kepemimpinan Prijadi Praptosuhardjo,
Rizal Ramli, Boediono, Jusuf Anwar, Sri
Mulyani Indrawati, hingga Agus D. W.
Martowardojo.
Selama kurang lebih 23 tahun mengabdi di
Kementerian, Giyo bertugas melayani segala
kebutuhan menteri. Kebutuhan itu meliputi
urusan dapur, memastikan kebersihan
ruangan, mempersiapkan segala keperluan
rapat, bahkan hingga piket saat akhir pekan
hanya untuk mengganti tanaman baru
yang segar setiap minggunya. Semua itu
dijalani pria yang menghabiskan tujuh
tahun masa kecilnya di Pematang Siantar ini
dengan penuh semangat tanpa mengeluh
sedikitpun.
Berbicara soal waktu, Giyo hampir
menghabiskan seluruh waktunya dengan
memberikan pelayanan terbaik untuk
Kementerian Keuangan. Menurut dia, tidak
masalah untuk datang lebih awal dan pulang
hingga larut malam atau hingga pagi lagi.
“Terkadang sewaktu bujangan sampai
menginap di kantor karena tanggung jawab.
Yah, melayani menteri seperti itu, jadi sudah
tidak kaget lagi,” kata pria yang tinggal di
Klender.
Kepercayaan
Unsur kepercayaan merupakan faktor
terpenting dalam pelayanan menteri. Tak
heran hingga enam periode pergantian
kepemimpinan, Giyo masih dipercaya
untuk melayani kebutuhan menteri. Hal ini
dilakukan demi tugas yang dianggap ringan
oleh banyak orang, namun ternyata amat
vital bagi kepentingan bersama. Misalnya
terkait dengan menjaga kerahasiaan negara
bahkan hingga menjaga hubungan dengan
seluruh stakeholders Kemenkeu baik secara
nasional hingga tingkat internasional.
Terkait vitalnya tugas Giyo, sudah beberapa
orang yang ditawari pekerjaan yang sama,
namun mundur karena masalah tuntutan
waktu. Namun saat ini ia dibantu oleh
Pribadi, seorang rekan yang sama-sama
bertugas melayani menteri. Jadi ketika Giyo
berhalangan karena urusan mendesak,
komunikasi antara Giyo dan Pribadi menjadi
faktor utama dalam bertugas.
Pengorbanan
Tak banyak yang tahu pengorbanan yang
telah dilakukan Ayah dari tiga gadis cilik,
Nadila (8), Virnanda (5) dan Bella (4 bulan).
Demi mengantarkan berkas dari sekretariat
Menteri ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak, Giyo misalnya, harus merelakan
pergelangan tangannya patah.
Saat itu rintik hujan membasahi hampir
seluruh Jakarta. Giyo pun beranjak menuju
kawasan Gatot Subroto. Ketika tiba di Sarinah,
genangan air sudah hampir menutupi
badan jalan hingga tidak terlihat adanya
Giyo melayani Menteri
Keuangan dari masa
kepemimpinan Prijadi
Praptosuhardjo, Rizal Ramli,
Boediono, Jusuf Anwar, Sri
Mulyani Indrawati hingga
Agus Dermawan Wintarto
Martowardojo
lubang. Tiba-tiba motor yang dikendarai Giyo
tersenggol motor lain hingga oleng dan
jatuh. Pergelangan tangan Giyo pun masuk
ke dalam lubang besi.
Tak lama, lampu lalu lintas berubah menjadi
hijau, khawatir terjadi hal yang tidak
diinginkan, Giyo meminta bantuan orang
sekitar untuk menarik tangannya ke atas.
Tiba-tiba, terdengar bunyi ‘krek’ dari tangan
Giyo dan kontan saja, Giyo tidak merasakan
respon apapun dari tangannya. Awalnya
Giyo hanya berobat ke tukang urut, karena
takut operasi hingga khawatir pergelangan
tangannya diamputasi.
Namun tiga hari kemudian tangannya
mengalami pembengkakan hingga berwarna
biru. Giyo langsung memberanikan diri pergi
ke Rumah Sakit Umum Gatot Subroto untuk
melakukan rontgen terhadap tangannya
dan hasil rontgen menunjukkan positif
pergelangan tangannya patah hingga
harus di beri gips. Bentuk pengorbanan ini
mencerminkan tanggung jawab tinggi pada
pelayanan. “Ya itu lah tugas negara sebagai
pelayan. Harus bisa bertanggung jawab dan
saya harus selalu stand by,” tutur Giyo.
Kesan terindah
Ketika ditanya kesan paling menarik dalam
melayani menteri, dengan antusias Giyo
menjawab semua menteri memiliki kesan
tersendiri dalam hidupnya. Misalnya, saat
kepemimpinan Boediono, Giyo dipercaya
mantan Menkeu yang sekarang menjabat
sebagai Wakil Presiden itu untuk menjaga
kediamannya saat libur lebaran tiba. “Saya
sendiri diminta Pak Boediono, untuk stand
by selama seminggu di Yogya sekalian cuti di
Purworejo karena kebetulan pembantunya
pulang kampung,” jelas suami dari Ani
Kurniasih ini.
Berbeda dengan Boediono, saat
kepemimpinan Sri Mulyani, Giyo sering diberi
wewenang khusus dalam acara keluarga
mantan Menkeu yang saat ini bekerja di
World Bank tersebut. Biasanya, Giyo diminta
memenuhi untuk urusan dapur sebagai seksi
konsumsi hingga bertanggung jawab pada
urusan katering.
Sedangkan terhadap kepemimpinan Agus D.
W. Martowardojo, Giyo menjelaskan bahwa
Menkeu merupakan seorang yang ramah,
disiplin, dan humoris. “Bapak sering humor,
sering menyalami, sering menyapa, peduli
kepada orang-orang terutama dengan
lingkungan sekitarnya, juga suka keindahan.
Bapak menyukai kerapian di dalam ruang
kerjanya,” papar Giyo.
Meskipun tidak memiliki permintaan khusus,
Giyo terkesan pada kepemimpinan Menkeu
saat ini yang menggalakkan pembuatan area
hijau serta menertibkan pedagang di sekitar
lingkungan Kementerian Keuangan. Kebijakan
Menkeu untuk merapikan lingkungan
sekitar dinilai menambah kenyamanan serta
pemandangan yang indah.
Harapan
Giyo sebenarnya ingin melanjutkan sekolah,
namun karena waktu yang tersita ia pun tidak
dapat berbuat lebih. Prioritas saat ini hanya
anak-anaknya dapat meneruskan jenjang
pendidikan ke perguruan tinggi. Giyo hanya
berharap lima tahun sebelum masa pensiun,
ia dapat kembali ke kampung halaman untuk
menikmati pensiun di daerah asalnya.
Selain itu, ia berpesan agar setiap pegawai di
Kemenkeu, khususnya pegawai yang junior
untuk memperhatikan etika kepada pegawai
yang lebih senior. Hal ini dimaksudkan agar
tidak terjadi miss communication antara
pegawai senior dan junior yang bisa saja
menyebabkan kesalahpahaman dapat terjadi.
Itulah Giyo, sosok sederhana yang berloyalitas
tinggi dalam menanamkan nilai-nilai
integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan
prima, dan kesempurnaan dalam setiap
langkah hidupnya.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
41
celengan
celebrity keuangan
Teks:
Iin Kurniati
Gambar:
http://nasional.inilah.com/read/
detail/1150332/nusron-wahidterpilih-sebagai-ketum-gp-ansor
OJK: Pengawasan Terintegrasi
Sektor Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditujukan agar kegiatan jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil. Pengesahan Undang-Undang OJK dalam Rapat Paripurna dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
27 Oktober silam, tentunya memiliki pertimbangan tertentu.
S
ebagai representasi rakyat yang
memiliki hak suara tertinggi di
Indonesia, Nusron Wahid, Mantan
Ketua Pansus OJK meyakini bahwa
disetujuinya pembentukan lembaga
tersebut berdasarkan pertimbangan. “Karena
kebutuhan di Indonesia atas pengawasan
yang terintegrasi dalam sektor keuangan,”
ungkap dia. Sebagai contoh di Jepang
yang dari awal justru pengawasan sektor
perbankan sudah ada di Kementerian
Keuangan.
Ketika ditanya seberapa besar efektivitas
OJK ke depan, menurut pria kelahiran 12
Oktober 1972 tersebut, otoritas moneter
atau monetery policy nantinya tetap akan
overlap dan tumpang tindih dengan
microprudential dan produk bisnisnya.
42
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
“Saya kira efektivitasnya memang harus
ada koordinasi. Tumpang tindih tidak dapat
terhindari karena memang ada wilayahwilayah yang sifatnya itu membutuhkan
survailance dari Bank Indonesia untuk
kepentingan macroprudential-nya itu,” tegas
Nusron.
Dengan demikian, pemerintah dituntut
harus dapat membuat pola koordinasi yang
efektif seperti batas-batas kapan suatu
institusi lembaga keuangan dapat dimasuki
atau diawasi oleh Bank Indonesia untuk
kepentingan macroprudential-nya.
Lebih jauh, Nusron menuturkan bahwa
pembentukan OJK sebagai pengawas sektor
keuangan dapat meminimalisir free area
antara Bank Indonesia dan Badan Pengawas
Pasar Modal Lembaga Keuangan (BapepamLK). Sehingga semua lembaga tersebut
dapat terintegrasi menjadi satu sistem
pengawasan dan mempersempit celah
pelaku industri yang ‘bermain-main’.
Adapun mengenai kewajiban OJK untuk
selalu melakukan pelaporan kepada
DPR dalam setiap tindakannya, Nusron
menekankan pentingnya hal tersebut. Hal ini
terkait keberadaan OJK yang tidak di bawah
Menteri Keuangan, Bank Indonesia maupun
di bawah Presiden. “Maka dia harus melapor
kepada rakyat yang diimplementasikan
kepada DPR, supaya koordinasi lebih baik
dan output pengawasan lebih terintegrasi
dan konsumen lebih satisfied,” pungkas
Nusron.
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2011
43
44
MEDIAKEUANGAN Vol. VII | No. 53 / Januari 2012
Download