jurnal - login mahasiswa siakad jurusan mipa stkip lubuklinggau

advertisement
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA KELAS VII DI SMP AL-IKHLASLUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
JURNAL
Oleh
SERLI PUSPITASARI
NIM 4109125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA KELAS VII DI SMP AL-IKHLASLUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Serli Puspitasari1
Ahmad Amin, M. Si.2 dan Supartono, M.Pd.Si.3
ABSTRACT
This thesis entitled "Effect Type Model Cooperative Learning Outcomes Physics Jigsaw to
Class VII in SMP Al-IKHLAS Lubuklinggau academic year 2013/2014". The aim in this
study was to determine the effect of the learning model of Jigsaw on learning outcomes in
physics class VII SMP Al-IKHLAS Lubuklinggau academic year 2013/2014. This research
is a quantitative method of experimental research conducted by the pretest-posttest control
group design group design. As the population is all students of class VII SMP Al-Ikhlas
Lubuklinggau the school year 2013/2014, which consists of 161 students and a sample was
grade VII.1 experimental class and control class VII.2 grade students. The samples in this
study were randomized (Cluster Random Sampling) by means of the draw. Data collected
by the testing techniques. Data were analyzed using t-test. Based on the results of t-test
analysis at the level of α = 0.05, 1.67 is obtained so that it can be concluded there is the
influence of the type of jigsaw cooperative model the learning outcomes in junior high
school physics class VII Al-IKHLAS Lubuklinggau the school year 2013/2014.
Keywords: Jigsaw, learning outcomes.
A. PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peran guru sangatlah
penting. Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab atas terselengaranya
proses belajar mengajar, selain itu dituntut membawa perubahan dalam pembelajaran
yang efektif yang akan diterapkan. Dalam proses belajar mengajar didalam kelas,
peran guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga
kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa dalam pembelajaran dikelas, akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran guru
2
juga berperan dalam pemberi informasi umum tentang tujuan belajar, tata kerja,
kriteria keberhasilan belajar dan evalusi. Agar tidak kesulitan dalam belajar fisika di
kelas, guru memerlukanpembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan bagi
siswa, sehingga dapat menimbulkan minat siswa terhadap pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang guru
fisika SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau yaitu ibuHelna Yulianti, S.Pd. Pada tanggal 20
januari 2014,bahwa proses pembelajaran fisika yang diterapkan selama ini masih
kurang bervariasi, pembelajaran konvensional yang diterapkan bisa menjadi penyebab
siswakurang menyukai mata pelajaran fisika dan mengangap mata pelajaran fisika
merupakan mata pelajaran yang sulit, beliau mengatakan bahwa hasil belajarnyapun
masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pada ulangan harian di
kelas VII hanya mencapai 43,82% dari nilai KKM 75. Hal tersebut menunjukan bahwa
56,18% dari 161 jumlah siswa di kelas VII belum mencapai KKM sehingga mereka
harus mengikuti remedial.
Sebagai seorang guru harus bisa menciptakan daya tarik siswa untuk belajar
fisika. Misalnya denganmenciptakan kondisi belajar mengajar yang menarik, yang
memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif sehingga siswa dapat
membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari lingkungan belajarnya.
Dalam menciptakan kondisi belajar tersebut dapat digunakan suatu pembelajaran,
salah satunya dengan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw.
Menurut Arends,1997 (dalam Yamin, Martinis, 2013:90), pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya.
Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil
belajar Fisika di Kelas VII SMP AL-Ikhlas Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2013/2014”.Karena model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sangat cocok pada
pembelajaran fisika, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jiqsaw
masalah yang ada dalam pelajaran fisika dapat dipecahkan secara berkelompok.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh model
kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar fisikakelas VIIdi SMP
Lubuklinggautahun pelajaran 2013/2014?”.
3
Al-Ikhlas
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisikakelas VIIdi SMP
Al-Ikhlas Lubuklinggautahun pelajaran 2013/2014.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Menurut Surya (dalam Uno dan Mohamad, 2011:139) belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Sudjana
(dalam Rusman, 2012:1), belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Sedangkan menurut Slameto (dalam Uno dan Mohamad, 2011:139) belajar
merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu
proses
yang dilakukan
seseorang untuk
memperoleh
perubahan-
perubahanmenuju kearah yang lebih baik, yang meliputi perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Aunurrahman (2010:34), pembelajaran sebagai suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi
terjadinya proses belajar siswa. Menurut Jihad dan Haris (2010:11), pembelajaran
merupakan suatu proses yang terdiri kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju
kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang
harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajar. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pembelajaran.
Menurut Usman (dalam Jihad dan Haris, 2010:12), pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengandung serangkai perbuatan guru dan siswa
4
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa.Belajar
tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada
apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajar.
3.
Pengertian Hasil Belajar
Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, guru melakukan evaluasi
pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar. Menurut Sudjana (dalam Uno dan
Mohamad, 2011:141) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar.Selain itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3)
hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar sedangkan dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Menurut Foster (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:202), “Hasil belajar
pada aspek kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual”.Hasil
belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tolak
ukur untuk menentukan perubahan yang timbul setelah terjadinya proses
pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dan dalam
pembahasan skripsi ini aspek yang akan dibahas adalah aspek kognitif.
4. Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Uno dan Mohamad, (2011:110), Jigsaw adalah pembelajaran
kooperatif di mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompokkelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang
disiapkan guru sesuai dengan jumlah tim ahli, sedangkan menurut (Rusman,
2012:218) model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil.
5
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Jigsaw
adalah sebuah model pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok kecil
dan menitikberatkan pada kerja kelompok siswa.
Menurut
Uno
(2011:110),
menyatakan
langkah-langkah
model
pembelajaranJigsaw adalah sebagai berikut:
a.
Tahap 1: Menyiapkan bahan pembelajaran.
b.
Tahap 2: Menempatkan siswa dalam kelompok belajar, maksimal
4-5 orang secara heterogen (sama rata).
c.
Tahap 3: Menempatkan siswa dalam kelompok pakar
atauahli.
d.
Tahap 4: Menentukan skor awal untuk mencatat skor sebagai
skor dasar.
e.
Tahap 5: Membaca.
f.
Tahap 6: Diskusi kelompok pakar.
g.
Tahap 7: Laporan kelompok.
h.
Tahap 8: Para pakar atau ahli kembali kedalam
kelompok asal.
i.
Tahap 9: Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh untuk
semua siswa.
j.
Tahap 10: Para siswa mengambil kuis individu yangmencakup
semuatopik.
k.
Tahap 11: Penghargaan kelompok.
Menurut Margareta, (9 oktober 2013), kelebihan-kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini antara lain:
a.
Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
b.
Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di
diskusikan.
c.
Meningkatkan
rasa
tanggung
jawab
siswa
terhadap
pemahaman
pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d.
Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
e.
Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk
pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional
para siswa.
6
f.
Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g.
Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi
yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h.
Masalah fisika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang
dapat di demonstrasikan secara objektif.
Menurut Margareta,(9 oktober 2013),Adapun beberapa kelemahan
yang dimiliki oleh model pembelajarankooperatifJigsaw antara lain:
a. Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari
kelompok satu ke kelompok lain.
b. Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman
jika tidak punya rasa percaya diri.
c. Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada
teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d. Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota
kelompok.
e. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh
waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
5. Tinjauan TentangGerak
a.
Pengertian gerak
Menurut Sugiyarto (2008:184), gerak adalah perubahan posisi suatu
benda terhadap titik acuan. Titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal
atau titik tempat pengamat. Misal Seorang anak yang membawa buku di
kepalanya berjalan menjauhi meja. Jika anak yang semula berdidri di titik A
berubah kedudukannya menjadi di titik B, maka dapat di katakan bahwa anak
dan buku di atas kepalanya bergerak terhadap meja sebagai titik acuan. Akan
tetapi jika kamu melihat kedudukan buku yang selalu tetap di atas kepala anak
tersebut, maka buku dikatakan tidak bergerak terhadap kepala anak sebagai
titik acuan. Keadaan ini sering disebut gerak bersifat relatif artinya, benda
dapat dikatakan bergerak terhadap titik acuan tertentu, tetapi tidak bergerak
terhadap benda lain.
Ketika sedang mengendarai mobil, pohon - pohon di pinggir jalan
seolah–olah bergerak ke belakang, peristiwa ini di katakana geak semu.Gerak
7
semu terjadi pada benda yang sebenarnya diam tetapi benda seolah– olah
bergerak.Setiap benda yang bergerak menghasilkan suatu lintasan tertentu,
lintasan tersebut dapat berupa garis lurus di sebut gerak lurus.
Suatu
benda dikatakan bergerak
apabila
mengalami
perubahan
kedudukan terhadap suatu titik yang ditetapkan sebagai acuan atau patokan.
b.
Jenis-jenis gerak
1) Gerak relatif
Gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung
pada titik acuannya. Sebuah benda dikatakana bergerak jika benda tersebut
bergerak terhadap benda lain jika kedudukan benda itu berubah satu sama
lain. Suatu benda yang bergerak terhadap benda tertentu belum pasti
bergerak terhadap benda lainya. Inilah yang dimaksud dengan gerak
relatif. Gerak relatif dapat dinyatakan dari contoh berikut: meja yang ada
dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi.
Tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama
bumi mengelilingi matahari.
2) Gerak semu
Pada saat kamu berada di dalam sebuah mobil taksi yang sedang
berjalan, apakah yang kamu lihat di luar mobil? Pohon-pohon yang berada
di sisi jalan seolah-olah bergerak mendekati mu, padahal sesungguhnya
kamulah yang bergerak, sedangkan pohon-pohon tetap diam. Jenis gerak
seperti ini dinamakan gerak semu. Jadi sebuah benda dikatakan melakukan
gerak semu apabila benda tersebut seolah-olah bergerak, padahal benda
tersebut diam.
c.
Jarak dan perpindahan
Menurut Sugiyarto (2008:184), suatu lintasan dari sebuah mobil yang
bergerak dari titik A ke titik B, kemudian ke titik C dan berbalik lagi
sehingga berhenti di titik B. Dari kedudukan awal (titik A) dan kedudukan
akhir (titik B) mobil telah bergeser sejauh lintasan titik AB. Panjang
lintasan mobil dari titik A ke titik B ke titik C dan kembali ke titik B di
namakan jarak tempuh mobil. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan
bahwa, jarak adalah panjang lintasan yang di tempuh oleh suatu benda,
Sedangkan perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda akibat
terjadinya perubahan waktu.Perpindahan bergantung pada kedudukan awal
8
dan akhir, dan tidak bergantung pada lintasan yang ditempuh. Misal benda
x1 ke kedudukan
berpindah dari kedudukan
x 2 , maka perpindahan
kedudukan dirumuskan:
p12  x2  x1
d.
Kelajuan dan kecepatan
Kelajuan adalah besaran yang tidak bergantung pada arah, sehingga
kelajuan termasuk besaran skalar, sehingga kelajuan selalu bernilai positif.
Alat yang digunakan untuk mengukur kelajuan adalah spidometer.
Kecepatan adalah kelajuan yang arah gerak nya dinyatakan, sehingga
kecepatan termasuk besaran vector. Dalam fisika kelajuan dan kecepatan
mengandung arti yang berbeda misalnya mobil bergerak 70 km/jm, maka di
katakan mobil bergerak dengan kelajuan 70 km/jm bukan kecepatannya.
Misal, seseorang berlari 10 m/s kearah barat. Dari pernyataan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa kelajuan pelari tersebut 10 m/s, sedangkan
kecepatanya adalah 10 m/s kearah barat. Kecepatan termasuk besaran vector
karena bergantung pada arah nya. Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut:
v
s
t
(Sugiyarto,2008:186)
Keterangan:
v = kelajuan (m/s)
t = waktu (s)
s = jarak (s)
e.
Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang
menempuh lintasan lurus yang dalam waktu sama benda menempuh jarak
yang sama. Gerak lurus beraturan (GLB) juga dapat didefinisikan sebagai
gerak suatu benda yang menempuh lintasan lurus dengan kelajuan tetap.
Kecepatan tetap adalah saat benda menempuh perpindahan yang sama
sedangkan waktu yang di butuhkan juga sama. Contoh gerak lurus beraturan
misalnya, kenderaan dapat bergerak dengan kecepatan tetap selama
beberapa
waktu.
Tetapi
kebanyakan
gerak
mengalami
perubahan
kecepatan.Gerak lurus beraturan dapat dilihat seperti pada gambar 2.1.
9
Gambar 1. Kedudukan sebuah mobil yang sedang bergerak lurus beraturan.
Secara matematis dapat di tulis dengan rumus:
s
v
t
Keterangan:
v = kelajuan (m/s)
t = waktu (s)
s = jarak (s)
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Sebelum kita mendefinisikan gerak lurus berubah beraturan (glbb) kita
perlu mengetahui dulu pengertian percepatan.Percepatan di defenisikan sebagai
hasil kecepatan dengan selang waktu yang diperlukan untuk perubahan
kecepatan.Sedangkan perubahan kecepatan adalah selisih antara kecepatan
akhir dengan awal.
a
v
t
(Sugiyarto, 2008:193)
Keterangan:
a = percepatan (m/ s 2 )
v  perubahan kecepatan (m/s)
t  waktu
Percepatan rata-rata yang dapat diganti dengan percepatan sesaat. Perubahan
kecepatan (v) adalah beda kecepatan akhir (v) dengan kecepatan awal (v 0 ),
sehingga persamaan menjadi:
a =
vt −v
0
t − t0
Keterangan:
a = Percepatan (m/s s )
v0 = Kecepatan awal (m/s)
10
vt = Kecepatan akhir (m/s)
Jika sebuah mobil yang sedang melakukan gerak lurus berubah beraturan
(glbb). Pada awalnya (t=0) mobil dalam keadaan diam (kecepatannya=0). Satu
sekon berikutnya, yaitu pada t=1s, kecepatannya menjadi 3m/s. Satu sekon
berikutnya lagi, yaitu pada t=2s, kecepatannya menjadi 6m/s, satu sekon
berikutnya lagi yaitu pada t=3s. Kecepatannya menjadi 9m/s. Dengan demikian
kecepatan mobil mengalami perubahan yanag sama, setiap sekon yaitu
bertambah 3m/s .Gerak seperti ini di namakan gerak lurus berubah beraturan
(glbb). Dengan demikian, gerak lurus berubah beraturan dapat di defenisikan
sebagai gerak suatu benda pada lintasan garis lurus dengan percepatan berubah
secara teratur.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretest-postest group design atau
desain kelompok kontrol eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:75), desain penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Pretest-Posttest Control Group Design
Group
Pre-test
Treatment
Pos-test
Eksperimen
O1
X
O2
Kontrol
O1
-
O2
Keterangan:
O1
= tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen.
O2
= tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen.
X
= perlakuan model pembelajaran Jigsaw
-
= perlakuan pembelajaran konvesional
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al-Ikhlas
Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima kelas, sedangkan sampel
dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling
dengan metode pengundian. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas VII.2
sebagai kelas kontrol dan VII.2 sebagai kelas eksperimen.
11
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw, variabel
terikatnya adalah hasil belajar fisika.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Sebelum
pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal materi
Gerak lurus di kelas VIII. Uji coba soal ini dianalisis dengan empat kriteria yaitu
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil pretest
dianalisis dengan uji normalitas. Sedangkan hasil posttest dianalisis dengan uji-t.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis hasil penelitian
Tahap awal penelitian dilakukan adalah validasi instrumen. Validasi
instrumen dilakukan oleh dosen dan guru pengajar yang ada di sekolah. Nilai hasil
uji coba soal dianalisis melalui empat kriteria yaitu validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran. Berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan
4 kriteria tersebut diperoleh 5 soal dari 8 soal yang diujikan yang layak digunakan
sebagai soal pre-test dan post-test.
Kelas
Statistik
Eksperimen
Kontrol
Pretest
Postest
Pretest
Postest
x
44,66
82,69
43,28
76,43
S
3,12
6,28
3,27
6,86
xmaks
47
96
45
80
xmin
7
43
4
28
N
32
32
29
29
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen memperoleh nilai
rata-rata 37,12, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh rata-rata 34,41. Pada
hasil post-test yang diperoleh tampak mengalami kenaikan rata-rata hasil belajar
siswa pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol. Dari tabel dapat dilihat
rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran PBL naik menjadi 75,82. Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar
siswa yang menggunakan model konvensional (ekspositori) naik menjadi 59,73.
2. Pembahasan
Berdasarkan analisis data post-test (terlampir) terdapat perbedaan hasil belajar
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
12
perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (PBL)
diperoleh nilai rata-rata 82,69 dan standar deviasi 6,28. Sementara itu, kelas
kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional,
diperoleh skor rata-rata 76,43 dan standar deviasi 6,86. Dengan demikian ratarata hasil post-test kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan
α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 60, didapat thitung > ttabel (3,66 > 1,67),
dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh model kooperatif tipe
jigsaw terhadap hasil belajar fisika kelas VII di SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau
tahun pelajaran 2013/2014” dapat diterima.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar kelas
eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa
hal yang mempengaruhinya, antara lain:
1) Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, interaksi siswa dengan siswa lebih
besar dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa
lebih banyak belajar antara sesama siswa daripada belajar dari guru, sehingga
siswa yang merasa minder bila harus bertanya kepada guru, menjadi berani
bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan demikian, siswa
akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi.
Sementara pada pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab,
pembelajaran berpusat pada guru, sehingga interaksi siswa, dengan guru lebih
besar dibandingkan interaksi siswa dengan siswa padahal siswa yang belum
paham terkadang tidak berani atau malu untuk bertanya kepada guru.
2) Siswa yang berada dalam kelas Jigsaw dikelompokkan menjadi beberapa
kelas yang heterogen. Artinya, dalam satu kelompok terdapat siswa dengan
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini, mengakibatkan terjadinya
proses saling memberi dan menerima pengetahuan di dalam kelas. Siswa
dengan kemampuan tinggi akan memberikan bantuan kepada siswa yang
berkemampuan di bawahnya. Dengan kegiatan tersebut tentunya pemahaman
materi yang dipelajari siswa berkemampuan tinggi akan lebih mendalam,
sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah akan semakin
mengerti atau paham dengan penjelasan dari temannya.
13
3) Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal. Dalam kelompok ahli, siswa bertanggung jawab untuk
menemukan pengetahuan sendiri melalui interaksi dengan anggota kelompok
ahli. Dalam kelompok asal, siswa bertanggung jawab untuk menyampaikan
hasil pengetahuan yang diperoleh bersama kelompok ahli, sehingga terjadi
siswa saling bertukar informasi dan melaksanakan tanggung jawabnya untuk
menyampaikan tugasnya kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian,
semua siswa terlibat dalam pembelajaran dan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelas. Dengan
adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap
motivasi belajar siswa. Sementara pada kelas kontrol guru lebih banyak
menuntun siswa dan menerangkan materi, sehingga hasil belajar siswa kurang
bermakna.
4) Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru hanya berfungsi
sebagai fasilitator yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa,
keaktifan siswa lebih ditekankan. Hal ini menjadikan siswa tertantang untuk
menemukan pengetahuan sendiri. Pada kelas control pembelajaran berpusat
pada guru, siswa cenderung pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran.
D. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada pengaruh
model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisika kelas VII pada materi
gerak di SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata
hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen sebesar 82,69 sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 76,43.
2. Saran
a. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
sebagai model pembelajaran alternatif dalam meningkatkan hasil belajar fisika
siswa.
b. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi gerak dalam waktu yang relatif
singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dapat melaksanakan
penelitian pada materi yang lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi
serta dengan waktu yang lebih lama, misalnya dalam satu semester.
14
c. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga
terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa maupun antara guru
dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfa beta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Jihad dan Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Persindo.
Margareta. 2013. Kelemahan dan Kelebihan Model Kooperatif Jigsaw (Sumber
http://www. Com html)
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.
Sugiyarto, teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: DepartemenPendidikan
Nasional.
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah. B dan Mohamad, Nurdin. 2011. Belajar Dengan Pendekata PAILKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jambi:
Referensi.
15
Download