PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VII DI SMP AL-IKHLASLUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh SERLI PUSPITASARI NIM 4109125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015 PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VII DI SMP AL-IKHLASLUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Serli Puspitasari1 Ahmad Amin, M. Si.2 dan Supartono, M.Pd.Si.3 ABSTRACT This thesis entitled "Effect Type Model Cooperative Learning Outcomes Physics Jigsaw to Class VII in SMP Al-IKHLAS Lubuklinggau academic year 2013/2014". The aim in this study was to determine the effect of the learning model of Jigsaw on learning outcomes in physics class VII SMP Al-IKHLAS Lubuklinggau academic year 2013/2014. This research is a quantitative method of experimental research conducted by the pretest-posttest control group design group design. As the population is all students of class VII SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau the school year 2013/2014, which consists of 161 students and a sample was grade VII.1 experimental class and control class VII.2 grade students. The samples in this study were randomized (Cluster Random Sampling) by means of the draw. Data collected by the testing techniques. Data were analyzed using t-test. Based on the results of t-test analysis at the level of α = 0.05, 1.67 is obtained so that it can be concluded there is the influence of the type of jigsaw cooperative model the learning outcomes in junior high school physics class VII Al-IKHLAS Lubuklinggau the school year 2013/2014. Keywords: Jigsaw, learning outcomes. A. PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peran guru sangatlah penting. Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab atas terselengaranya proses belajar mengajar, selain itu dituntut membawa perubahan dalam pembelajaran yang efektif yang akan diterapkan. Dalam proses belajar mengajar didalam kelas, peran guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran dikelas, akan tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran guru 2 juga berperan dalam pemberi informasi umum tentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria keberhasilan belajar dan evalusi. Agar tidak kesulitan dalam belajar fisika di kelas, guru memerlukanpembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat menimbulkan minat siswa terhadap pelajaran fisika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang guru fisika SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau yaitu ibuHelna Yulianti, S.Pd. Pada tanggal 20 januari 2014,bahwa proses pembelajaran fisika yang diterapkan selama ini masih kurang bervariasi, pembelajaran konvensional yang diterapkan bisa menjadi penyebab siswakurang menyukai mata pelajaran fisika dan mengangap mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, beliau mengatakan bahwa hasil belajarnyapun masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pada ulangan harian di kelas VII hanya mencapai 43,82% dari nilai KKM 75. Hal tersebut menunjukan bahwa 56,18% dari 161 jumlah siswa di kelas VII belum mencapai KKM sehingga mereka harus mengikuti remedial. Sebagai seorang guru harus bisa menciptakan daya tarik siswa untuk belajar fisika. Misalnya denganmenciptakan kondisi belajar mengajar yang menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif sehingga siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari lingkungan belajarnya. Dalam menciptakan kondisi belajar tersebut dapat digunakan suatu pembelajaran, salah satunya dengan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw. Menurut Arends,1997 (dalam Yamin, Martinis, 2013:90), pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar Fisika di Kelas VII SMP AL-Ikhlas Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014”.Karena model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sangat cocok pada pembelajaran fisika, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jiqsaw masalah yang ada dalam pelajaran fisika dapat dipecahkan secara berkelompok. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisikakelas VIIdi SMP Lubuklinggautahun pelajaran 2013/2014?”. 3 Al-Ikhlas Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisikakelas VIIdi SMP Al-Ikhlas Lubuklinggautahun pelajaran 2013/2014. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Menurut Surya (dalam Uno dan Mohamad, 2011:139) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2012:1), belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sedangkan menurut Slameto (dalam Uno dan Mohamad, 2011:139) belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan- perubahanmenuju kearah yang lebih baik, yang meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. 2. Pengertian Pembelajaran Menurut Aunurrahman (2010:34), pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa. Menurut Jihad dan Haris (2010:11), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Usman (dalam Jihad dan Haris, 2010:12), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkai perbuatan guru dan siswa 4 atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa.Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajar. 3. Pengertian Hasil Belajar Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, guru melakukan evaluasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar. Menurut Sudjana (dalam Uno dan Mohamad, 2011:141) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.Selain itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Menurut Foster (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:202), “Hasil belajar pada aspek kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual”.Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tolak ukur untuk menentukan perubahan yang timbul setelah terjadinya proses pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dan dalam pembahasan skripsi ini aspek yang akan dibahas adalah aspek kognitif. 4. Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Uno dan Mohamad, (2011:110), Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif di mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompokkelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru sesuai dengan jumlah tim ahli, sedangkan menurut (Rusman, 2012:218) model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. 5 Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok kecil dan menitikberatkan pada kerja kelompok siswa. Menurut Uno (2011:110), menyatakan langkah-langkah model pembelajaranJigsaw adalah sebagai berikut: a. Tahap 1: Menyiapkan bahan pembelajaran. b. Tahap 2: Menempatkan siswa dalam kelompok belajar, maksimal 4-5 orang secara heterogen (sama rata). c. Tahap 3: Menempatkan siswa dalam kelompok pakar atauahli. d. Tahap 4: Menentukan skor awal untuk mencatat skor sebagai skor dasar. e. Tahap 5: Membaca. f. Tahap 6: Diskusi kelompok pakar. g. Tahap 7: Laporan kelompok. h. Tahap 8: Para pakar atau ahli kembali kedalam kelompok asal. i. Tahap 9: Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh untuk semua siswa. j. Tahap 10: Para siswa mengambil kuis individu yangmencakup semuatopik. k. Tahap 11: Penghargaan kelompok. Menurut Margareta, (9 oktober 2013), kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini antara lain: a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar. b. Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan. c. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain. d. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. e. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 6 f. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi. g. Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain. h. Masalah fisika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di demonstrasikan secara objektif. Menurut Margareta,(9 oktober 2013),Adapun beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajarankooperatifJigsaw antara lain: a. Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain. b. Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri. c. Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal. d. Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok. e. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik. 5. Tinjauan TentangGerak a. Pengertian gerak Menurut Sugiyarto (2008:184), gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat. Misal Seorang anak yang membawa buku di kepalanya berjalan menjauhi meja. Jika anak yang semula berdidri di titik A berubah kedudukannya menjadi di titik B, maka dapat di katakan bahwa anak dan buku di atas kepalanya bergerak terhadap meja sebagai titik acuan. Akan tetapi jika kamu melihat kedudukan buku yang selalu tetap di atas kepala anak tersebut, maka buku dikatakan tidak bergerak terhadap kepala anak sebagai titik acuan. Keadaan ini sering disebut gerak bersifat relatif artinya, benda dapat dikatakan bergerak terhadap titik acuan tertentu, tetapi tidak bergerak terhadap benda lain. Ketika sedang mengendarai mobil, pohon - pohon di pinggir jalan seolah–olah bergerak ke belakang, peristiwa ini di katakana geak semu.Gerak 7 semu terjadi pada benda yang sebenarnya diam tetapi benda seolah– olah bergerak.Setiap benda yang bergerak menghasilkan suatu lintasan tertentu, lintasan tersebut dapat berupa garis lurus di sebut gerak lurus. Suatu benda dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan kedudukan terhadap suatu titik yang ditetapkan sebagai acuan atau patokan. b. Jenis-jenis gerak 1) Gerak relatif Gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya. Sebuah benda dikatakana bergerak jika benda tersebut bergerak terhadap benda lain jika kedudukan benda itu berubah satu sama lain. Suatu benda yang bergerak terhadap benda tertentu belum pasti bergerak terhadap benda lainya. Inilah yang dimaksud dengan gerak relatif. Gerak relatif dapat dinyatakan dari contoh berikut: meja yang ada dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi. Tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari. 2) Gerak semu Pada saat kamu berada di dalam sebuah mobil taksi yang sedang berjalan, apakah yang kamu lihat di luar mobil? Pohon-pohon yang berada di sisi jalan seolah-olah bergerak mendekati mu, padahal sesungguhnya kamulah yang bergerak, sedangkan pohon-pohon tetap diam. Jenis gerak seperti ini dinamakan gerak semu. Jadi sebuah benda dikatakan melakukan gerak semu apabila benda tersebut seolah-olah bergerak, padahal benda tersebut diam. c. Jarak dan perpindahan Menurut Sugiyarto (2008:184), suatu lintasan dari sebuah mobil yang bergerak dari titik A ke titik B, kemudian ke titik C dan berbalik lagi sehingga berhenti di titik B. Dari kedudukan awal (titik A) dan kedudukan akhir (titik B) mobil telah bergeser sejauh lintasan titik AB. Panjang lintasan mobil dari titik A ke titik B ke titik C dan kembali ke titik B di namakan jarak tempuh mobil. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, jarak adalah panjang lintasan yang di tempuh oleh suatu benda, Sedangkan perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda akibat terjadinya perubahan waktu.Perpindahan bergantung pada kedudukan awal 8 dan akhir, dan tidak bergantung pada lintasan yang ditempuh. Misal benda x1 ke kedudukan berpindah dari kedudukan x 2 , maka perpindahan kedudukan dirumuskan: p12 x2 x1 d. Kelajuan dan kecepatan Kelajuan adalah besaran yang tidak bergantung pada arah, sehingga kelajuan termasuk besaran skalar, sehingga kelajuan selalu bernilai positif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelajuan adalah spidometer. Kecepatan adalah kelajuan yang arah gerak nya dinyatakan, sehingga kecepatan termasuk besaran vector. Dalam fisika kelajuan dan kecepatan mengandung arti yang berbeda misalnya mobil bergerak 70 km/jm, maka di katakan mobil bergerak dengan kelajuan 70 km/jm bukan kecepatannya. Misal, seseorang berlari 10 m/s kearah barat. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelajuan pelari tersebut 10 m/s, sedangkan kecepatanya adalah 10 m/s kearah barat. Kecepatan termasuk besaran vector karena bergantung pada arah nya. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: v s t (Sugiyarto,2008:186) Keterangan: v = kelajuan (m/s) t = waktu (s) s = jarak (s) e. Gerak Lurus Beraturan (GLB) Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang menempuh lintasan lurus yang dalam waktu sama benda menempuh jarak yang sama. Gerak lurus beraturan (GLB) juga dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang menempuh lintasan lurus dengan kelajuan tetap. Kecepatan tetap adalah saat benda menempuh perpindahan yang sama sedangkan waktu yang di butuhkan juga sama. Contoh gerak lurus beraturan misalnya, kenderaan dapat bergerak dengan kecepatan tetap selama beberapa waktu. Tetapi kebanyakan gerak mengalami perubahan kecepatan.Gerak lurus beraturan dapat dilihat seperti pada gambar 2.1. 9 Gambar 1. Kedudukan sebuah mobil yang sedang bergerak lurus beraturan. Secara matematis dapat di tulis dengan rumus: s v t Keterangan: v = kelajuan (m/s) t = waktu (s) s = jarak (s) 2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Sebelum kita mendefinisikan gerak lurus berubah beraturan (glbb) kita perlu mengetahui dulu pengertian percepatan.Percepatan di defenisikan sebagai hasil kecepatan dengan selang waktu yang diperlukan untuk perubahan kecepatan.Sedangkan perubahan kecepatan adalah selisih antara kecepatan akhir dengan awal. a v t (Sugiyarto, 2008:193) Keterangan: a = percepatan (m/ s 2 ) v perubahan kecepatan (m/s) t waktu Percepatan rata-rata yang dapat diganti dengan percepatan sesaat. Perubahan kecepatan (v) adalah beda kecepatan akhir (v) dengan kecepatan awal (v 0 ), sehingga persamaan menjadi: a = vt −v 0 t − t0 Keterangan: a = Percepatan (m/s s ) v0 = Kecepatan awal (m/s) 10 vt = Kecepatan akhir (m/s) Jika sebuah mobil yang sedang melakukan gerak lurus berubah beraturan (glbb). Pada awalnya (t=0) mobil dalam keadaan diam (kecepatannya=0). Satu sekon berikutnya, yaitu pada t=1s, kecepatannya menjadi 3m/s. Satu sekon berikutnya lagi, yaitu pada t=2s, kecepatannya menjadi 6m/s, satu sekon berikutnya lagi yaitu pada t=3s. Kecepatannya menjadi 9m/s. Dengan demikian kecepatan mobil mengalami perubahan yanag sama, setiap sekon yaitu bertambah 3m/s .Gerak seperti ini di namakan gerak lurus berubah beraturan (glbb). Dengan demikian, gerak lurus berubah beraturan dapat di defenisikan sebagai gerak suatu benda pada lintasan garis lurus dengan percepatan berubah secara teratur. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretest-postest group design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:75), desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pretest-Posttest Control Group Design Group Pre-test Treatment Pos-test Eksperimen O1 X O2 Kontrol O1 - O2 Keterangan: O1 = tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen. O2 = tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen. X = perlakuan model pembelajaran Jigsaw - = perlakuan pembelajaran konvesional Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima kelas, sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling dengan metode pengundian. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas VII.2 sebagai kelas kontrol dan VII.2 sebagai kelas eksperimen. 11 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw, variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal materi Gerak lurus di kelas VIII. Uji coba soal ini dianalisis dengan empat kriteria yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil pretest dianalisis dengan uji normalitas. Sedangkan hasil posttest dianalisis dengan uji-t. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis hasil penelitian Tahap awal penelitian dilakukan adalah validasi instrumen. Validasi instrumen dilakukan oleh dosen dan guru pengajar yang ada di sekolah. Nilai hasil uji coba soal dianalisis melalui empat kriteria yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan 4 kriteria tersebut diperoleh 5 soal dari 8 soal yang diujikan yang layak digunakan sebagai soal pre-test dan post-test. Kelas Statistik Eksperimen Kontrol Pretest Postest Pretest Postest x 44,66 82,69 43,28 76,43 S 3,12 6,28 3,27 6,86 xmaks 47 96 45 80 xmin 7 43 4 28 N 32 32 29 29 Dari tabel dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 37,12, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh rata-rata 34,41. Pada hasil post-test yang diperoleh tampak mengalami kenaikan rata-rata hasil belajar siswa pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol. Dari tabel dapat dilihat rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL naik menjadi 75,82. Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional (ekspositori) naik menjadi 59,73. 2. Pembahasan Berdasarkan analisis data post-test (terlampir) terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan 12 perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (PBL) diperoleh nilai rata-rata 82,69 dan standar deviasi 6,28. Sementara itu, kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, diperoleh skor rata-rata 76,43 dan standar deviasi 6,86. Dengan demikian ratarata hasil post-test kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 60, didapat thitung > ttabel (3,66 > 1,67), dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisika kelas VII di SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014” dapat diterima. Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain: 1) Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama siswa daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa minder bila harus bertanya kepada guru, menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan demikian, siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi. Sementara pada pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, pembelajaran berpusat pada guru, sehingga interaksi siswa, dengan guru lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan siswa padahal siswa yang belum paham terkadang tidak berani atau malu untuk bertanya kepada guru. 2) Siswa yang berada dalam kelas Jigsaw dikelompokkan menjadi beberapa kelas yang heterogen. Artinya, dalam satu kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini, mengakibatkan terjadinya proses saling memberi dan menerima pengetahuan di dalam kelas. Siswa dengan kemampuan tinggi akan memberikan bantuan kepada siswa yang berkemampuan di bawahnya. Dengan kegiatan tersebut tentunya pemahaman materi yang dipelajari siswa berkemampuan tinggi akan lebih mendalam, sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah akan semakin mengerti atau paham dengan penjelasan dari temannya. 13 3) Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Dalam kelompok ahli, siswa bertanggung jawab untuk menemukan pengetahuan sendiri melalui interaksi dengan anggota kelompok ahli. Dalam kelompok asal, siswa bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil pengetahuan yang diperoleh bersama kelompok ahli, sehingga terjadi siswa saling bertukar informasi dan melaksanakan tanggung jawabnya untuk menyampaikan tugasnya kepada anggota kelompok asal. Dengan demikian, semua siswa terlibat dalam pembelajaran dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelas. Dengan adanya keterlibatan semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Sementara pada kelas kontrol guru lebih banyak menuntun siswa dan menerangkan materi, sehingga hasil belajar siswa kurang bermakna. 4) Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih ditekankan. Hal ini menjadikan siswa tertantang untuk menemukan pengetahuan sendiri. Pada kelas control pembelajaran berpusat pada guru, siswa cenderung pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. D. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada pengaruh model kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar fisika kelas VII pada materi gerak di SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen sebesar 82,69 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 76,43. 2. Saran a. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai model pembelajaran alternatif dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa. b. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi gerak dalam waktu yang relatif singkat, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dapat melaksanakan penelitian pada materi yang lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi serta dengan waktu yang lebih lama, misalnya dalam satu semester. 14 c. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa maupun antara guru dengan siswa. DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfa beta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Jihad dan Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Persindo. Margareta. 2013. Kelemahan dan Kelebihan Model Kooperatif Jigsaw (Sumber http://www. Com html) Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers. Sugiyarto, teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional. Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Uno, Hamzah. B dan Mohamad, Nurdin. 2011. Belajar Dengan Pendekata PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jambi: Referensi. 15