Kumpulan Abstrak Tesis Semester Genap 2008/2009 Pendidikan Bahasa Inggris (ING) 228 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Menggunakan Film untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas 8 MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dalam Menulis Paragraf Narasi Akhmad Fauzan Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru Bahasa Inggris di MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap. Berdasarkan hasil stui pendahuluan siswa kelas VIII MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks narrative siswa kelas VIII E masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam proses belajar dan mengajar. untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan film teknik. Teknik ini dipilih karena dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga kemampuan menulis mereka dapat meningkat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana film bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis siswa MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dalam menulis paragraph narrative?”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas secara kolaborasi. Dalam penelitian ini, peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam menyusun rencana pelajaran, mengimplementasikan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E pada MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Prosedur penerapan media film dalam pembelajaran menulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mengawali pelajaran dengan ice breaking,(2) mengelompokan anak-anak dengan cara memberi daftar kata kunci.(3) menyuruh anak-anak duduk berkelompok, terdiri dari empat sampai lima orang setiap kelompoknya,(4) menyuruh anak-anak untuk membaca daftar kata dipandu oleh , (5). menampilkan gambar sesuai dengan tema , (6) menapilkan model teks, (6) menayangkan narrative film pendek secara lambat atau bahkan berhenti pada bebarapa kejadian dan mengisi narrative chart berkelompok, (8) Siswa menjawab pertanyaan bersama anggota kelompoknya, (9) Siswa mengembangkan draft berdasarkan jawaban-jawaban pada pertanyaan, (10) Siswa diminta untuk merevisi dan mengedit draft yang telah mereka buat, (11) Siswa diberi kesempatan untuk menampilkan karya tulisnya, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf narrative. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai tes rerata siswa pada siklus 1,dan siklus 2.Nilai rerata siswa pada sikulus 1 adalah 61dan pada siklus 2 menjadi 72. Selain itu film juga mampu meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa selama pembelajaran menulis. Hal ini dapat dilihat dari prosentase keterlibatan siswa pada siklus1 yaitu 63% dan 70% pada siklus 2. Berkaitan dengan response siswa, 86% menyatakn termotivasi pada siklus 1 dan 87% pada siklus 2. Berdasarkan temuan di atas, beberapa saran dikemukakan.Bagi guru bahasa inggris, untuk menerapkan media film dalam mengajar menulis. Kepada pihak sekolah untuk menyediakan media pembelajaran seperti halnya computer dan LCD proyektor Ketiga, bagi peneliti mendatang, disarankan melakukan studi semacam ini dengan ketrampilan dan type teks yang berbeda. Kata kunci: films, kemampuan menulis, paragraph narrative Penggunaan Blog untuk Memperbaiki Keterampilan Menulis Mahasiswa dalam Mengembangkan Esai Percontohan (Example Essay) di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Palangka Raya Akhmad Fauzan Abstrak Ada empat masalah utama dalam pengajaran menulis di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Masalah tersebut berhubungan dengan keterbatasan sumber materi cetak, kegiatan yang terpusat pada guru, pembaca tulisan mahasiswa, dan timbal balik terhadap tulisan mahasiswa. Keempat masalah ini kemudian mempengaruhi mahasiswa dalam menulis Bahasa Inggris, khususnya menulis esai akademik. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba memecahkan masalah dalam pengajaran menulis. Penggunaan blog dimaksudkan untuk membantu mahasiswa memperbaiki keterampilan menulis mereka dalam mengembangkan esai percontohan. Blog digunakan sebagai strategi dalam penelitian 227 Program Studi S2 ING 229 ini karena blog adalah sumber potensial untuk pembelajaran bahasa, blog cocok untuk mahasiswa, blog adalah pembelajaran otentik, dan blog praktis digunakan. Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Menulis 3 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya. Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini memiliki 2 siklus. Pada siklus pertama, perbaikan keterampilan menulis mahasiswa tidak menunjukkan kemajuan berarti. Hanya ada 3 mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria dalam rubrik penilaian. Jadi, siklus pertama tidak memenuhi kriteria keberhasilan. Kegagalan strategi dalam memperbaiki kemampuan menulis mahasiswa pada siklus pertama terdapat pada kekurangan waktu, kesulitan dalam mengungkapkan ide, dan keraguan dalam menggunakan kosa kata yang sesuai dan tata bahasa Inggris yang tepat. Setelah strategi diperbaiki berdasarkan temuan-temuan selama pelaksanaan siklus pertama, mahasiswa pun menunjukkan perbaikan dalam mengembangkan esai percontohan. Ada 16 mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria di rubrik penilaian. Angka ini menunjukkan 80% dari jumlah keseluruhan mahasiswa, dan ini berarti kriteria keberhasilan telah dicapai. Berdasarkan temuan-temuan pada kedua siklus, peneliti mengambil kesimpulan untuk keefektifan penerapan strategi blog. Pertama, dosen dan mahasiswa harus mendaftar di blog untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan blog. Kedua, mahasiswa harus menggunakan mesin pencari untuk menemukan situs jejaring atau blog yang berkenaan dengan topik tulisan mereka. Ketiga, mahasiswa juga harus memeriksa situs jejaring tata bahasa dan kamus Bahasa Inggris selama proses menulis untuk meyakinkan struktur kalimat dan pilihan kata. Keempat, dosen dan mahasiswa harus memberikan komentar, pembenaran, dan saran kepada blog mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengilhami guru Bahasa Inggris dalam memanfaatkan teknologi di dalam ruang kelas, mahasiswa yang berlatih keterampilan berbahasa melalui aplikasi internet, dan peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa yang bertujuan meningkatkan keterampilan mahasiswa tidak hanya dalam menulis, tetapi juga dalam menyimak dan membaca. Kata kunci: blog, keterampilan menulis, esai percontohan Keefektifan Jurnal Dialog dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Naratif Siswa Kelas 12 MAN 3 Malang Ali Mukti Abstrak Jurnal dialog adalah sesuatu yang baru dan keefektifannya pada siswa MAN 3 Malang belum terbukti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik jurnal dialog dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam menulis teks naratif. Masalah penelitian umum yang harus dijawab adalah, “Apakah para siswa yang diajar dengan menggunakan teknik jurnal dialog menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menulis teks naratif dari pada mereka yang tidak diajarkan dengan menggunakan teknik jurnal dialog?” Jawaban sementara untuk pertanyaan tersebut kemudian di formulasikan dalam sebuah hipotesa kerja yang berbunyi “Nilai rerata kelompok yang diajar dengan menggunakan jurnal dialog lebih tinggi secara signifikan dari pada nilai rerata kelompok yang tidak diajar menggunakan teknik jurnal dialog.“ Desain penelitian ini adalah semi-eksperimen dengan tes awal-tes akhir kelompok control yang tidak diacak. Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas 12 MAN 3 Malang tahun pelajaran 2008/2009; yaitu kelas 12 IPA 3 sebagai kelompok kontrol, dan kelas 12 IPA 2 sebagai kelompok eksperimen. Kedua kelas ini masing-masing diisi oleh 36 siswi. Dalam pengumpulan data, dua soal tes menulis digunakan sebagai instrumen; satu soal digunakan dalam tes awal, dan satu soal lain dalam tes akhir. Dalam tes tersebut, siswa diminta untuk menulis teks naratif. Kemudian, pekerjaan mereka dinilai dengan menggunakan rubrik penskoran analitik. Disamping itu, kuesioner digunakan sebagai instrumen sekunder. Kuesioner ini diberikan hanya pada kelompok eksperimen guna mengevaluasi pelaksanaan jurnal dialog. Berdasarkan karakteristik deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata dari kelima aspek menulis kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, teknik jurnal dialog yang diterapkan di kelompok eksperimen membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks naratif. Disamping itu, dengan menggunakan analisa covarian (ANCOVA) dengan tingkat signifikan 0,05, hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kosa kata dan tata bahasa menghasilkan perbedaan yang signifikan. Hal ini karena F hitung untuk kosa kata adalah 4,595 dan 27,548 untuk tata bahasa sementara F tabelnya adalah 3,988. Untuk tiga aspek yang lain, yaitu isi, organisasi, dan mekanis, menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung ketiga aspek ini lebih kecil dari 230 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 pada F tabelnya. Secara berurutan nial F hitung untuk masing-masing adalah 0,071, 0,669, and 3,755. Secara umum, akan tetapi, hasil yang dihitung dari keseluruhan aspek menunjukkan bahwa nilai F hitung dari seluruh aspek menulis (8,580) lebih besar dari pada F tabel (3,988). Maka, terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesa nol. Dengan kata lain, hipotesa kerja dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik jurnal dialog yang diberikan kepada kelompok eksperimen terbukti efektif meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks naratif. Oleh karena itu, disarankan bahwa guru bahasa Inggris menerapkan teknik jurnal dialog ini dalam pengajaran menulis. Disamping itu, guru juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap kemampuan menulis siswa berkaitan dengan tata bahasa dan mekanik selain ketiga aspek yang lain. Hal ini dikarenakan kedua aspek yang disebut pertama berada pada criteria rendah hingga sedang. Saran juga ditujukan kepada peneliti yang akan datang bahwa percobaan penelitian dapat dilakukan lebih dari 10 kali pertemuan dan pada siswa kelas 10 atau 11 sebagai subjeknya.Disamping itu, peneilitian dapat dilakukan pada kelas atau program yang memiliki perkembangan kognitif rendah dan atau masalah afektif. Peneliti, agar lebih netral, tidak perlu terlibat langsung dalam pengajaran di kelas tetapi dapat menugaskan seorang atau dua orang guru lain untuk mengajar di kedua kelompok. Kata kunci: keefektifan, jurnal dialog, keterampilan menulis, teks naratif Menerapkan Strategy DRTA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas Sebelas MAN Kandangan Kediri Ani Mutadayyinah Abstrak Membaca sebagai salah satu ketrampilan dasar bahasa yang harus dikuasai dipembelajaran bahasa. Biasanya diajarkan bersama dengan tiga ketrampilan bahasa lain. Sebagai salah satu ketrampilan bahasa, membaca mendapat perhatian lebih dari keterampilan bahasa lainnya. Ada prioritas utama. Bagaimanapun, banyak siswa tidak mempunyai cukup ketrampilan dalam membaca dan prestasi membaca mereka rendah. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan bertujuan meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa kelas sebelas pada teks narasi di MAN Kandangan melalui DRTA (Directed Reading Thinking Activity). Strategi ini dipilih karena membantu mengembangkan kemampuan membaca kritis and mendorong membaca aktif. Selain itu, strategi ini telah terbukti, melalui banyak penelitian, telah mampu meningkatkan prestasi pemahaman membaca dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah tiga puluh siswa kelas tiga MAN Kandangan pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, planning, implementing, observing, dan reflecting. Masing-masing siklus dalam penelitian terdiri dari dua pertemuan untuk penerapan strategi dan satu pertemuan untuk tes. Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa instrument berikut; lembar observasi, lembar catatan, kuestioner, dan tes membaca pemahaman. Hasil penelitian ini menunjukkan model yang tepat dari DRTA strategi dalam pengajaran membaca di MAN Kandangan terdiri dari langkah langkah berikut: ditahap membaca awal; (1) mengelompokkan siswa, (2) menjelaskan tujuan pelajaran, (3) mengiring siswa pada topic dengan memberi beberapa pertanyaan dan menunjukkan gambar, (4) meminta siswa memprediksi topic bacaan dari gambar dan judul yang diberikan, (5) mengenalkan kosakata baru. Ditahap membaca diam terpadu; (1) memberikan pertanyaan, (2) meminta siswa memprediksi bacaan kemudian menulisnya dalam lembaran, (3) meminta siswa berbagi dengan kelompok. Dalam hal ini, beberapa prediksi siswa ditulis di papan tulis, (4) menugaskan salah satu siswa untuk membaca keras diikuti oleh semua siswa membaca secara diam, (5) meminta untuk mencatat informasi, (6) meminta siswa berdiskusi dengan kelompok. Di tahap membaca akhir; (1) menugaskan untuk memeriksa dan membuktikan prediksi mereka, (2) meminta menemukan bukti untuk mendukung prediksi, (3) berdiskusi prediksi murid, (4) meminta siswa mengerjakan tugas, (5) mendiskusikan jawaban siswa. Lebih lanjut, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi DRTA meningkatkan pemahaman membaca siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari bertambahnya skor pemahaman membaca siswa yang dapat mencapai nilai target (75 pada rentang 0 sampai 100), yaitu pada tes awal, hanya ada 8 siswa atau 24% dari 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus pertama, ada 17 siswa atau 48% dari 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus kedua, ada 22 siswa atau 67% out of 33 siswa yang dapat Program Studi S2 ING 231 mencapai nilai target. Selain itu, penemuan ini menjelaskan bahwa strategi DRTA sukses meningkatkan murid aktif terlibat dikelas. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa strategi DRTA tidak hanya sukses dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa tetapi juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembelajara. Oleh sebab itu, beberapa saran dibuat. Pertama, guru-guru bahasa Inggris dapat menerapkan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca. Mereka harus mengunakan teks bacaan yang belum dibaca oleh siswa dan mereka juga harus positif, suportif, and memberi semangat. Kedua, peneliti-peneliti selanjutnya disarankan mereka melakukan penelitian yang sama mengunakan strategi DRTA pada ketrampilan bahasa lainnya dan pada jenis teks yang lain seperti expository, report, dan recount. Kata kunci: strategy directed reading thinking activity, pemahaman membaca Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Recount Dengan Menggunakan Teknik Pertanyaan Berakhir Terbuka Bagi Siswa MTsN Godean Kelas Delapan B.M. Hartono Abstrak Studi awal menunjukkan bahwa pengajaran menulis di MTsN Godeanbelum membantu siswa terampil menulis. Tulisan siswa terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu peneliti benar-benar perlu mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan teknik pertanyaan berakhir terbuka dalam mengajarkan menulis. Teknik ini merupakan gabungan dari proses menulis yang terdiri dari menggali gagasan, mengembangkan gagasan, menambah atau mengurangi gagasan, dan membenarkan kekeliruan-kekeliruan serta jenis teks ,khususnya recount, yang mengaitkan antara tujuan dan bentuk. Masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana teknik pertanyaan berakhir terbuka dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam teks recount? Berbasis pada masalah penelitian itu, penelitian menekankan pada penggunaan pertanyaan berakhir terbuka untuk meningkatkan kemampuan kemampuan menulis teks recount bagi siswa MTsN Godean kelas delapan. Rancangan penelitian yang diterapkan adala penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang teman sejawat. Penelitian dilakukan pada sebuah kelas yang terdiri 41 siswa yang diambil sebagai subyek penelitian. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, penerapan, pengamatan, dan penilaian. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen seperti daftar pengamatan, catatan-catatan lapangan, angket, dan porto folio atau tulisan-tulisan siswa. Penarapan open-ended questioning technique diawali dengan menanyakan kegiatan siswa yang telah mereka lakukan sebagai persiapan menulis. Berdasarkan jawaban siswa, guru mendisain gambaran situasi (prompt) dengan mempertimbangkan bahwa prompt tersebut menarik, dialami oleh seluruh siswa, dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa siswa. Kemudian secara berkelompok siswa mengubah prompt menjadi pembuka cerita pengalamannya yang akan ditulisnya. Kemudian untuk mengembangkan tulisan tentang pengalamannya guru memberikan pertanyaan terbuka. Untuk memperbaiki tulisannya, guru meminta siswa menambah keterangan yang diperlukan atau menghilangkan keterangan yang tidak diperlukan. Sebagai penutup tulisan siswa guru menanyakan kesan yang telah dirasakan dari apa yang telah ditulisan. Terakhir, siswa diminta membenahi hal-hal yang terkait dengan teknik penulisan. Penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik pertanyaan berakhir terbuka meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan skor rata-rata tulisan siswa dapat dilihat dari tiap-tiap siklus. Sebelum teknik ini diterapkan skor rata-rata tulisan siswa 45.585. Setelah teknik ini diterapkan pada siklus pertama skor rata-rata tulisan siswa 57.870. Dan skor rata-rata tulisan siswa pada siklus kedua 76.121. Berdasarkan hasil dari penerapan teknik pertanyaan berakhir terbuka untuk pengajaran menulis, guru-guru bahasa Inggris dianjurkan menerapkan teknik tersebut terutama dalam mengajar menulis teks recount. Dan bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi mereka yang tertarik untuk menerapkan teknik ini, dianjurkan untuk menerapkan teknik ini dalam menulis jenis-jenis teks yang lain seperti deskripsi, narasi, prosedur, dan laporan. Kata kunci: kemampuan menulis, teknik pertanyaan berakhir terbujka, recount 232 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Tadulako dalam Menulis Paragraf melalui Pendekatan Berbasis Proses Budi Abstrak Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar mata kuliah menulis paragraf dan hasil evaluasi diri program studi pendidikan bahasa Inggris, kemampuan mahasiswa menulis paragraf masih rendah. Sehubungan dengan data tersebut, beberapa masalah utama dalam paragraf yang berkaitan dengan isi, organisasi, pemilihan kata, dan struktur kalimat termasuk tata bahasa dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan huruf besar) dihadapi oleh mahasiswa di program studi tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara yang cocok untuk mengatasi masalah itu adalah menerapkan pendekatan berbasis proses. Penelitian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui pendekatan berbasis proses. Pendekatan ini dipilih karena dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses menulis. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf dapat ditingkatkan melalui pendekatan berbasis proses?” Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Peneliti dan collaborator bekerja sama untuk membuat rencana satuan pelajaran, menerapkan, mengamati, dan merefleksikannya. Subyek penelitian ini melibatkan 29 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris semester dua tahun pelajaran 2008/2009, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, Palu. Selama melaksanakan penelitian, dua orang tidak hadir karena sakit. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikuti prosedur: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama difokuskan pada kegiatan pramenulis dan menulis draf awal, pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan merevisi dan mengedit, dan pertemuan ketiga dilakukan untuk kegiatan menulis draf akhir. Data yang diambil melalui lembar pengamatan, catatan lapangan, questionnaire, dan hasil pekerjaan mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan berbasis proses berhasil meningkatkan kemampuan mahasiswa menulis paragraf. Peningkatan itu dapat diketahui dari hasil skor ratarata 19,04 (63,46) pada siklus pertama bertambah menjadi 25,37 (84,57) pada siklus kedua. Selanjutnya, peningkatan juga diketahui dari partisipasi aktif mahasiswa dalam proses menulis dari 56,82% pada siklus pertama bertambah menjadi 84,09% pada siklus kedua. Hasil tersebut diperoleh dari implementasi pendekatan ini yang dilakukan melalui lima tahap dalam menulis. Tahap pramenulis dilaksanakan untuk mengeluarkan dan mengorganisasikan gagasan dengan cara mengklasifikasi ide (gagasan) dan membuat kerangka atau outline dari sebuah paragraf. Tahap menulis draf awal digunakan untuk mengembangkan gagasan dari kerangka tersebut dengan cara menulis kalimat dalam draf dan mengorganisasikan kalimat itu menjadi tiga bagian yakni kalimat topik, pendukung, dan simpulan. Kalimat-kalimat itu disusun secara berhubungan dan beraturan dengan menggunakan tanda pengatur atau penghubung. Tahap merevisi dilakukan untuk mengidentifikasi dan memberbaiki isi dan organisasi sebuah paragraf dengan menggunakan strategi merevisi sendiri dan teman pasangan. Tahap mengedit dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan pada struktur kalimat, pemilihan kata, tata bahasa, dan mekanik seperti penulisan ejaan, tanda baca, dan huruf besar, dengan cara mengedit sendiri dan teman pasangan. Tahap menulis draf akhir dilakukan untuk menulis kembali draf yang telah direvisi dan diedit ke dalam draf akhir dengan menggunakan tulisan tangan dan pengetikan di komputer. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran. Saran pertama ditujukan kepada para dosen untuk mengimplementasikan prosedur dari strategi pada pendekatan ini dalam mengajar menulis paragraf dengan cara mengetahui dulu permasalahan mahasiswa jika mereka menemukan permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini. Saran kedua ditujukan kepada pimpinan program studi pendidikan bahasa Inggris pada fakultas ini agar membuat suatu kebijakan untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan mengadakan deseminasi dari prosedur pendekatan ini kepada para dosen mata kuliah Writing II (menulis paragraf) and meminta kepada mereka agar menggunakannya untuk mengajar mata kuliah tersebut. Selain itu, para peneliti disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan prosedur pendekatan ini untuk memecahkan permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini pada penulisan bentuk paragraf yang lain seperti narasi, eksposisi, persuasi, ataupun bentuk argumentasi. Kata kunci: pendekatan berbasis proses, paragraf, paragraf deskriptif, koherensi, kesatuan, kemampuan menulis Program Studi S2 ING 233 Menerapkan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas Sebelas MAN Muara Teweh, Kalimantan Tengah Budi Suryanto Abstrak Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada muridmurid Sekolah Menengah Atas dalam pelajaran Bahasa Inggris. Melalui proses belajar mengajar membaca, para siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang mereka baca. Akan tetapi berdasarkan study pendahuluan ditemukan bahwa siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Muara Teweh masih mengalami kesulitan dalam menemukan gambaran umum dari suatu bacaan, menemukan informasi tertentu, menemukan pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti; rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, terbatasnya jumlah kosakata bahasa Inggris yang mereka kuasai, kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan membaca, serta teknik mengajar yang kurang variatif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, penerapan sebuah metode atau strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar membaca sangatlah diperlukan. Dalam hal ini Reciprocal Teaching (RT) Method atau Metode Pengajaran Timbal Balik dengan empat strateginya; predicting (memprediksi), clarifying (mengklarifikasi), questioning (bertanya), dan summarizing (menyimpulkan) diterapkan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan memahami bacaan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keampuan pemahaman membaca siswa dalam bahasa Inggris melalui penerapan Metode Pengajaran Timbal-Balik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Dalam kegiatan Metode Pengajaran Timbal-Balik, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang siswa. Siswa belajar bagaimana memprediksi isi materi berikutnya; menjelaskan kata-kata, frase, atau kalimat yang dianggap sulit kepada rekannya; dan menyimpulkan isi dari apa yang mereka telah baca. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang mana peneliti dan guru bekerja sama dalam menyiapkan prosedur Metode Pengajaran Timbal-Balik yang sesuai, merancang rencana pembelajaran, menentukan criteria keberhasilan, melaksanakan kegiatan, mengamati, dan melakukan refleksi. Subyek penelitian ini berjumlah 40 orang siswa kelas XI IPS 2 MAN Muara Teweh-Kalimantan Tengah pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan Metode Pengajaran Timbal-Balik, (2) catatan lapangan, digunakan untuk mencatat data yang tidak tercakup pada lembar observasi, (3) kuis, digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam pemahaman membaca, dan (4) kuesener digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah strategi yang diterapkan dapat memotivasi siswa terlibat selama proses pengajaran dan pembelajaran. Prosedur penerapan Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah kegiatan awal. Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari empat strategi; memprediksi, menjelaskan, bertanya, dan merangkum. Tahap ketiga adalah kegiatan akhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Peningkatan tersebut ditunjukan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa melalui siklus kegiatan yaitu 53,56 untuk tes awal; 58,69 untuk tes Siklus 1; dan 72,00 untuk tes Siklus 2. Selain itu siswa termotivasi dan aktif dalam kelas belajar yang menggunakan metode tersebut dalam hal belajar bekerja bersama dan saling membantu satu sama lainnya dalam sebuah kelompok yang berbeda kemampuan yang ditunjukan dengan hasil kerja mereka. Berdasarkan temuan tesebut, disarankan kepada para guru untuk menggunakan Metode Pembelajaran Timbal-Balik sebagai satu alternative pengajaran pemahaman membaca di kelas dan pengajaran bahasa Inggris lainnya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kepada para siswa juga disarankan untuk menggunakan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk melatih kemampuan pemahaman membaca mereka yang dapat dilakukan melalui kegiatan intra atau ekstra kurikuler. Selanjutnya bagi para peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang sama yang mencakup tingkat siswa yang lebih tinggi atau rendah seperti menggunakan siswa kelas X and XII sekolah lanjutan tingkat atas sebagai subyek penelitian berikutnya. Kata kunci: metode pengajaran timbal-balik, meningkatkan, pemahaman membaca 234 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa di Madrasah Aliyah Sunan Drajat SugioLamongan melalui Teknik Bermain Peran Chothibul Umam Abstrak Berdasarkan penelitian pendahuluan, peneliti menemukan beberapa masalah terkait dengan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Masalah-masalah tersebut adalah rendahnya kemampuan berbicara siswa, rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, dan penggunaan teknik yang monoton dan tidak tepat oleh guru. Oleh karena itu, peneliti sangat termotivasi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara menerapkan teknik bermain peran dalam pengajaran ketrampilan berbicara. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana teknik bermain peran meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas 11 Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Rancangan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus secara kolaboratif dimana peneliti dibantu oleh guru kolaborator didalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan di dalam satu kelas yang terdiri dari 24 siswa yang secara keseluruhan dijadikan subyek penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, penerapan, pengamatan (pengambilan data), dan refleksi. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, catatan lapangan, dan angket. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketrampilan berbicara siswa meningkat secara signifikan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Ini bisa dilihat dari hasil di tiap siklus. Kemampuan berbicara siswa meningkat dari 41.7% siswa yang mampu mencapai paling tidak tingkat baik (good) di siklus pertama menjadi 66.7% siswa di siklus kedua. Rasa percaya diri siswa juga meningkat dari 37.5% siswa di siklus pertama menjadi 62.5% siswa di siklus kedua. Prosedur teknik bermain peran yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari 7 langkah pokok, yaitu: menentukan materi pembelajaran, mengatur kelompok siswa, memberikan teks situasi dan dialog yang harus dimainkan, mengajari teks dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa praktek bermain peran dengan teman kelompoknya sesuai dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa memodifikasi situasi dan dialog yang telah dimainkan bersama kelompoknya masing-masing, dan menyuruh siswa menampilkan dialog yang telah mereka buat atau modifikasi sendiri di depan kelas bersama anggota kelompoknya masing-masing. Berdasarkan efektifitas dari penerapan teknik bermain peran dalam pengajaran berbicara, maka bagi guru bahasa Inggris yang siswanya memiliki masalah kelas, karakter, dan situasi yang sama dengan Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan, disarankan bahwa teknik bermain peran ini bisa digunakan sebagai teknik alternativ untuk mengajarkan kemampuan berbicara bahasa Inggris di tingkat SMA/MA. Kata kunci: teknik bermain peran, kemampuan berbicara Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa dalam Menulis Teks Recount melalui Gambar Berseri di MTs Negeri Lubuk Basung I Sumatera Barat Era Susanti Abstrak Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit bagi siswa di MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatra Barat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang tidak memuaskan dan beberapa masalah yang dihadapi siswa ketika menulis. Menulis menempati skor terendah dibandingkan tiga kemampuan bahasa lainnya. Selain itu, siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan ide. Mereka tidak dapat menulis dengan lancar karena mereka tidak tahu apa yang akan ditulis dan mereka mandek ketika sedang menulis. Selain itu, mereka juga mendapatkan kesulitan bagaimana membuat kalimat. Hasilnya, siswa tidak memiliki motivasi untuk menulis dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan bagi mereka. Berkenaan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana gambar berseri digunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount di MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatera Barat. Program Studi S2 ING 235 Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi dimana peneliti dan guru kolaborasi bekerja sama dalam melaksanakan penelitian. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahapan utama, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes menulis, format observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Subyek penelitian ini adalah 31siswa MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatera Barat kelas VIII.4 tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini menemukan prosedur yang cocok dalam penggunaan gambar berseri dalam mengajar menulis teks recount sebagai berikut: (1) membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (2) meminta siswa menyusun gambar acak menjadi gambar berseri (3) meminta siswa mencari kosakata dan informasi-informasi dari gambar,(4) meminta siswa menentukan outline masing-masing gambar, (5) memberikan model teks recount kepada siswa, (6) meminta siswa mengidentifikasi kata kerja yang digunakan di dalam teks, (7) meminta siswa mengidentifikasi kata sambung yang digunakan dalam teks,(8) meminta siswa mendiskusikan bagian-bagian teks, (9) mendiskusikan isi teks dengan memberikan beberapa pertanyaan, (10) menyuruh siswa mengidentifikasi penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam teks model, (11) meminta siswa menyusun kalimat acak menjadi teks recount yang baik berdasarkan gambar berseri,(12) menyuruh siswa memasang kartu-kartu yang bertuliskan kata hubung untuk menghubungkan gambar-gambar, (13) meminta siswa menulis teks recount secara individu berdasarkan gambar berseri, (14) meminta siswa membaca kembali draf dan mengoreksinya, (15) meminta siswa membaca nyaring hasil tulisan siswa di depan kelas, dan (16) meminta siswa merespon karangan yang dibacakan oleh temanya. Setelah dites, skor rata-rata pada siklus ini naik menjadi 66.0 dimana 73.3% siswa memperoleh skor 65 keatas. Di samping peningkatan skor karangan siswa, temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa aktif dan antusias dalam kegiatan belajar. Menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi mereka. Penerapan penggunaan gambar berseri dalam mengajar menulis teks recount juga mendapat tanggapan positif dari siswa. Dari temuan penelitian, disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris yang menerapkan strategi ini untuk memberikan instruksi yang jelas kepada siswa, mengatur waktu seefektif mungkin, memberikan kontrol dan bimbingan dalam kerja kelompok, dan memilih topik dan gambar berseri yang dekat dengan kehidupan siswa. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan gambar berseri dalam pengajaran bahasa Inggris yang berfokus pada peningkatan penguasaan tata bahasa siswa. Kata kunci: kemampuan menulis, gambar berseri, teks recount Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTs Tarbiyah Takalar melalui Permainan Bahasa Herman Abstrak Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan juga pengalaman peneliti sebagai guru, siswa MTs Tarbiyah Takalar belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, khususnya kelas VIIIC yang menjadi subyek penelitian ini. Nilai rata-rata yang mereka peroleh dalam pelajaran berbicara bahasa Inggris adalah paling rendah diantara empat ketrampilan berbahasa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa tersebut yakni perasaan takut melakukan kesalahan, motivasi yang rendah, teknik mengajar guru yang monoton, dan penguasaan kosa kata yang kurang. Dari faktor tersebut, teknik mengajar yang monoton menjadi fokus penelitian ini. Karena teknik mengajar yang beragam sangat menentukan keberhasilan siswa, maka guru menyiapkan teknik yang menarik dalam mengajar ketrampilan berbahasa Inggris yaitu teknik permainan bahasa. Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana permainan bahasa bisa meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa kelas VIII MTs Tarbiyah Takalar?” Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang prosedurnya meliputi empat tahapan: perencanaan, penerapan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga pertemuan setiap siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, catatan lapangan, alat rekam, lembar penilaian diri siswa, dan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur permainan bahasa yang efektif dalam pengajaran berbicara memiliki prosedur yang berbeda. Dalam permainan ”Trainee Reporter”, prosedurnya adalah: (1) memberi contoh cara melakukan permainan dibantu dua orang siswa, (2) mengelompokkan siswa, (3) meminta satu kelompok untuk mencontohkan kembali permainan tersebut, (4) membagikan gambar berbeda 236 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 kepada setiap kelompok sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh ”Trainee Reporter”, (5) meminta setiap kelompok menentukan ”reporter” nya masing-masing, (6) meminta siswa menukar gambar dengan kelompok lain sebagai acuan wawancara, (7) meminta setiap kelompok memilih dua orang di dalam gambar tersebut untuk diperankan dan menyiapkan berbagai informasi yang berhubungan dengan kejadian di gambar tersebut untuk wawancara, (8) meminta ”reporter” setiap kelompok mewawancarai kelompok yang bertukar gambar dengan kelompoknya, (9) meminta para ”reporter” kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan hasil wawancara untuk laporan lisan, (10) meminta para ”reporter” menyampaikan laporan secara bergiliran dan siswa lain memperhatikan isi, tata bahasa dan pengucapan dari para reporter, (11) menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa lain setiap selesai satu reporter menyampaikan laporan untuk mengecek perhatian mereka, (12) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (13) menugaskan kepada masing-masing kelompok merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis. Sedangkan prosedur permainan ”Be Someone Else” adalah: (1) memberikan contoh cara melakukan permainan itu dengan menjadi ”orang lain” dan memberi beberapa informasi tentang ”diri barunya” (misalnya saya seorang polisi, saya sering menangkap penjahat, dst.), (2) memotivasi siswa bertanya sebanyak mungkin tentang ”diri baru” nya, (3) meminta siswa menentukan ”diri baru” mereka masing-masing dan memikirkan informasi-informasi tentang ”diri baru” mereka itu, (4) mengelompokkan siswa dalam dua kelompok (A dan B), (5) meminta siswa kelompok A mewawancarai siswa kelompok B secara berpasangan, (6) meminta siswa bertukar peran dan berganti pasangan, (7) melaporkan hasil wawancara mereka secara bergiliran dan menyuruh siswa yang lain memperhatikan isi, masalah tata bahasa, dan pengucapan dari setiap laporan, (8) menjawab beberapa pertanyaan setiap satu laporan selesai melaporkan, (9) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap ”reporter” dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (10) menugaskan masing-masing siswa merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis. Hasil penelitian pada Siklus Dua menunjukkan peningkatan berarti, baik mengenai keterlibatan siswa maupun unjuk kerja berbicara siswa. Rata-rata 86% siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Sedangkan nilai rata-rata siswa dalam melakukan dialog sederhana adalah 76 dan dalam menyampaikan laporan lisan adalah 74. Ini berarti bahwa temuan di Siklus Dua telah mencapai ke tiga kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru bahasa Inggris agar menerapkan teknik ini dalam pengajaran berbahasa Inggris di kelas yang siswanya bermotivasi rendah dan kemampuan yang beragam dan menyampaikan teknik ini pada kegiatan MGMP, workshop, ataupun pelatihan guru. Selain itu, disarankan pula kepada para calon peneliti untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan permasalahan yang mirip pula tetapi dengan tempat penelitian yang berbeda. Mereka dapat juga melalukan penelitian eksperimen mengenai keterampilan berbicara untuk menguji atau memperkuat hasil penelitian ini. Kata kunci: permainan bahasa, keterampilan berbicara Meningkatkan Pemahaman Membaca Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Strategi Pemahaman Membaca PreQueS Hermanto Abstrak Dalam konteks pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris, membaca adalah keterampilan wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat sekolah dasar dampai pendidikan tinggi. Namun demikian, hasil hasil yang diperoleh oleh para siswa dalam hal membaca tidak sebaik seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, keadaan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain, siswa menganggap membaca merupakan kegiatan yang tidak menarik dan mereka kurang menguasai strategi yang efektif untuk memahami suatu teks. Pada kasus mahasiswa ITS, kegagalan mendapatkan hasil yang memuaskan dalam membaca, menurut hasil survey yang diadakan, adalah terbatasnya latar belakang pengetahuan dan kurangnya penguasaan strategi membaca. Akibatnya, kemampuan memahami bacaan mereka tidak memuaskan. Berdasarkan hasil analisa kemampuan membaca mahasiswa Kelas XI TPB ITS semester Genap 2007/2008 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes membaca mereka adalah 68.8 dengan bentangan nilai 56 di mana nilai terendah adalah 40 dan yang tertinggi adalah 96. Untuk memperbaiki keadaan ini, maka strategi PreQueS, Program Studi S2 ING 237 yaitu sebuah strategi yang merupakan gabungan dari previewing, questioning, dan summarizing diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa ITS Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaborasi yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan berupa kegiatan untuk mempersiapkan rencana pembelajaran, kriteria keberhasilan serta instrument penelitian, pelaksanaan rencana yaitu kegiatan pelaksanaan rencana pembelajaran, pengamatan yaitu kegiatan pengumpulan data serta analisa data dan refleksi pelaksanaan kegiatan. Refleksi dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan criteria keberhasilan yang terdiri dari 1). mahasiswa mampu menerapkan strategi PreQueS dalam kegiatan membaca mereka, 2). nilai rata-rata membaca yang dicapai meningkat dari 68.8 (setara dengan B atau ‘Baik’ menurut peraturan akademik ITS) menjadi 71 (setara dengan AB atau ‘Sangat Baik’ menurut peraturan akademik ITS), 3). nilai terendah yang dicapai oleh mahasiswa adalah 56 (setara dengan C atau ‘Cukup’ menurut peraturan akademik ITS). Setelah satu putaran selesai, hasil penelitian menunjukkan dua aspek penting. Aspek pertama berhubungan dengan implementasi strategi PreQueS oleh pengajar. Dari empat pertemuan kelas yang dilakukan, guru secara bertahap berhasil memperkenalkan strategi PreQueS kepada siswa. Guru berhasil menerapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam mengimplementasikan strategi PreQueS seperti yang telah direncanakan sehingga pada akhir penelitian para siswa yang pada mulanya tidak mengetahui strategi PreQueS akhirnya menjadi tahu dan dapat menerapkannya sendiri. Aspek kedua adalah respon mahasiswa terhadap penerapan strategi PreQueS dan hasil yang dapat dicapai oleh mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari mahasiswa (73.5%) mampu mengimplementasikan strategi PreQueS dengan baik dan sebanyak 76.5% mampu menunjukkan secara eksplisit bagaimana cara mengimplementasikan strategi PreQueS dalam membaca. Selanjutnya pencapaian kemampuan membaca mahasiswa juga menunjukkan peningkatan dari rata-rata semula 68.8 menjadi 81.3 pada akhir penelitian. Nilai terendah yang diperoleh mahasiswa juga berubah dari semula 40 menjadi 66 pada akhir putaran. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi PreQueS mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru di mana penelitian ini dilakukan dalam 2 aspek. Aspek pertama terkait dengan pengembangan strategi membaca. Strategi membaca PreQueS yang pada dasarnya terdiri dari strategi previewing, questioning dan summarizing mampu membantu mahasiswa ITS Surabaya meningkatkan kemampuan membaca. Previewing membantu mahasiswa dalam membaca untuk menangkap ide umum dari isi bahan bacaan, sehingga mereka mampu mengantisipasi apa yang akan dibahas selanjutnya dari bahan bacaan tersebut. Questioning membantu mahasiswa dalam menentukan apa yang ingin mereka ketahui lebih lanjut pada saat membaca. Dari apa yang telah mereka putuskan untuk mereka ketahui dari bahan bacaan itu, mahasiswa akan menjadi lebih penasaran ingin tahu dan menikmati bahan bacaan itu. Summarizing membantu mahasiswa membangun kembali atau merekonstruksi apa yang telah mereka pahami dari bahan bacaan yang telah mereka baca. Penerapan strategi membaca PreQueS terdiri dari empat tahap yaitu brain storming, pemodelan, kerja kelompok, dan kerja individu. Brain storming berguna untuk memberi mahasiswa konsep strategi PreQueS secara kuat. Pemodelan adalah suatu langkah yang dilakukan oleh pengajar untuk memberi contoh atau model bagaimana menerapkan strategi PreQueS. Kerja kelompok berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa pada tahap awal dalam menerapkan strategi PreQueS. Dalam tahap kerja kelompok ini mahasiswa dipandu oleh guru dalam menerapkan strategi. Kerja individu bertujuan untuk meltih siswa menerapkan strategi PreQueS secara mandiri. Aspek kedua adalah peningkatan prestasi kemampuan membaca mahasiswa. Dalam hal ini, peningkatan prestasi tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian berupa peningkatan nilai rata-rata dan nilai minimum mahasiswa. Dengan hasil penelitian yang baik, maka disarankan para mahasiswa menerapkan strategi pemahaman membaca PreQueS dalam kegiatan membaca mereka. Para guru yang mengajar membaca juga disarankan untuk mengajar siswa strategi pemahaman membaca PreQueS. Selain itu, para peneliti lain juga disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan strategi pemahaman membaca PreQueS ini. Supaya semua yang disarankan ini dapat berjalan maka dukungan dari institusi juga sangat diharapkan. Kata kunci: meningkatkan pemahaman membaca, strategi pemahaman membaca PreQueS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 238 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MAN 2 Madiun Melalui Diskusi dalam kelompok kecil Ida Sriwidati Abstrak Membaca sebagai satu kegiatan yang penting pada setiap kegiatan bahasa. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari berbagai macam teks tertulis yang berasal dari koran, majalah, iklan, brosur, dan lain-lainnya. Menurut Djiwandono (2008:62), membaca merupakan kegiatan yang lebih penting dalam kehidupan dunia moderen dengan perkembangan setiap aspek kehidupan yang serba cepat Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dengan menggunakan diskusi kelompok kecil. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sasaran penelitian siswa kelas XI IPA 3 MAN 2 Madiun tahun 2008-2009 yang terdiri empat puluh siswa. Penelitian ini menggunakan kegiatan yang berkesinambungan untuk pengumpulan data yang terdiri dari penelitian sebelumnya, perencanaan, penerapan, pengamatan dan refleksi. Ada dua kriteria untuk menunjukan bahwa penelitian ini berhasil jika nilai rata-rata siswa yang didapatkan dari 5,6 menjadi 6,5 dimana siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan 80% siswa dapat menjawab tes pemahaman membaca. Hasil penelitian ini mengungkapkan model yang sesuai pada diskusi kelompok kecil dengan diterapkan tiga prosedur: (a) sebelum kegiatan membaca berfokus untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa; (b) kegiatan inti berfoukus untuk membaca teks dengan diam, mendiskusikan isi bacaan dengan diskusi kelompok kecil mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan pemahaman, mengamati dengan memberikan pengarahan dan memeriksa hasil tes siswa; (c) kegiatan akhir memfokuskan pemeriksaan kembali pada pemahaman bacaan siswa pada teks. Selanjutnya penemuan ini juga menunjukan bahwa siklus diskusi kelompok kecil berhasil dalam meningkatan kemampuan pemahaman bacaan siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari kenaikan nilai ratarata siswa dan keterlibatan dalam kegiatan pemahaman membaca. Nilai rata-rata diperoleh siswa pada dua siklus yang ditunjukkan dengan daftar pengamatan, catatan lapangan dan hasil tes siswa. Nilai rata-rata 64,70 di siklus I belum mencapai kriteria kesuksesan I. Di siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 70,83 yang berarti kriteria kesuksesan II tercapai. Disamping itu penemuan tersebut juga menunjukan bahwa diskusi kelompok kecil merupakan teknik yang efektif untuk menumbuhkan keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca pemahaman. Di siklus I, 65% keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca meningkat dan prosentase 80% lebih besar di siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa criteria kedua tercapai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil tidak hanya efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca. Oleh sebab itu, guru Bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan diskusi kelompok kecil khususnya dalam pengajaran membaca pemahaman. Namun, guru harus mendesain model diskusi kelompok kecil yang sesuai, mendesain rencana pembelajaran, memilih jenis teks, menyusun tugastugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan siswa yang berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip diskusi kelompok kecil sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Tugas-tugas tersebut bisa menjadi pekerjaan rumah apabila waktu di sekolah terbatas. Semakin banyak dan beragam tugas untuk siswa maka semakin meningkat pengetahuan siswa dan membuat mereka semakin terlatih. Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat dalam meneliti didalam kelasnya, dianjurkan untuk meneliti penerapan diskusi kelompok kecil dalam pengajaran membaca pemahaman yang berhubungan dengan jenis-jenis teks yang tidak hanya jenis teks penelitian ini , misalnya: procedure, report, recount, narrative dan hortatory exposition. Kata kunci: meningkatkan, kemampuan pemahaman membaca, teknik diskusi kelompok kecil Program Studi S2 ING 239 Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MA Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo dengan menggunakan Strategi Berpikir- BerpasanganBerbagi Juhari Abstrak Membaca adalah salah satu dari empat komponen bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Tanpa membaca, siswa tiadak bisa memperluas pengetahuannya, membuka cakrawala dunia, dan mengakses teknologi informasi dengan mendalam. Agar siswa dapat memahami bacaan dengan baik, banyak alternative strategy pengajaran reading dapat dikembangkan. Salah satunya adalah penerapan strategi BerpikirBerpasangan-Berbagi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan menggunakan stategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Dalam kegiatan ini, siswa di bagi dua (berpasangan) dan setiap pasang melakukan tiga tahap kegiatan kerjasama yang terpadu yaitu pada langkah awal, setiap siswa berpikir sendiri tentang pertanyaan atau masalah yang diberikan guru. Langkah ke dua, siswa berpasangan dan bertukar pikiran dengan pasangannya masing-masing. Pada langkah ke tiga, setiap pasangan berbagi jawaban dengan pasangan lain, kelompok lain, atau dengan seluruh kelompok atau kelas. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu kolaborasi antara peniliti dengan guru untuk berkerjasama untuk mengembangkan prosedur strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi yang sesuai, membuat rencana pengajaran, menentukan kreteria kesuksesan belajar, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas sebelas MA Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang terdiri atas tiga kali pertemuan. Dua Pertemuan untuk penerapan strategy Berpikir- Berpasangan-Berbagi dan satu pertemuan untuk test. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi, (2) Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data yang tidak terdapat pada lembar observasi, (3) Kuis membaca pemahaman digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam membaca pemahaman dan (4) kuesiner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah strategi yang diterapkan dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langhah-langkah dalam melaksanakan stategi BerpikirBerpasangan-Berbagi dalam pengajaran membaca pemahaman terdiri atas tiga langkah. Langkah pertama adalah kegiatan awal, yaitu (1) menunjukkan gambar kepada siswa dan memberikan beberapa pertanyaan lisan yang berhubungan dengan gambar, (2) menyuruh siswa memprediksi topic yang akan dipelajari, (3) meminta siswa menyebutkan kata-kata yang mungkin digunakan dalam tek dan menuliskan kata-kata yang telah diprediksi di papan tulis. Langkah ke dua adalah kegiatan initi, yaitu (1) menyuruh siswa membaca tek dalam hati, (2) memberikan contoh bagaimana cara membaca tek yang benar dan meminta siswa untuk mengikuti dan menggaris-bawahi kata-kata yang sulit, (3) menjelaskan arti dari kata-kata sulit, (4) menjelaskan isi dari tek, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (6), menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan (ya-tidak) secara lisan, (7) menjelaskan langkah-langkah dan kegiatan yang akan siswa lakukan dalam kelas membaca, (8) menyuruh siswa untuk menjawab sendiri pertanyaan pemahaman dan memberikan bantuan apabila diperlukan, (9) menyuruh siswa berpasangan, (10) menyuruh setiap pasangan untuk mendiskusikan pertanyaan dan memberikan semangat kepada siswa untuk membantu pasangannya, memonitor dan memberikan bantuan jika diperlukan, (11) menyuruh setiap pasangan untuk berbagi jawaban secara bergiliran. Langkah ke tiga adalah kegiatan akhir, yaitu (1) memeriksa kembali jawaban siswa, (2) menulis jawaban yang benar di papan tulis dan (3) membuat kesimpulan dan menutup pelajaran. Penelitian ini menunjukkan bahawa pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Lebih lanjut, siswa terlihat aktif dalam berbagi pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Siswa juga memberikan respon yang positip terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Disarankan kepada para guru untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi sebagai salah satu strategi alternatif dalam pengajaran membaca pemahaman di dalam kelas dan pelajaran bahasa Inggris lainnya. Siswa juga direkomendasikan untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi 240 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 sebagai strategi belakajar dalam membaca pemahaman yang dapat mereka lakukan pada kegiatan intra kurikuler atau ekstra kurikuler. Kata kunci: meningkatkan, kemampuan membaca pemahaman, strategy berpikir berpasangan berbagi. Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dengan Menggunakan Teknik Diagram Pohon Jumariati Abstrak Menulis esei argumentasi adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Lambung Mangkurat. Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang efektif untuk membimbing mahasiswa dalam menulis. Untuk mengatasi masalah tersebut, diadakanlah studi ini dengan menerapkan Teknik Diagram Pohon (TDP) dalam pengajaran menulis esei argumentasi. Teknik ini dipilih untuk mengatasi masalah mahasiswa karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, (Lee, 2004; Riley, 2002) teknik ini membantu siswa melihat hubungan antar ide-ide dalam tulisannya. Sebagai hasilnya, siswa dapat meningkatkan kualitas tulisan mereka, tidak hanya dalam hal organisasi tapi juga tata bahasa, kosakata, dan mekanisme penulisan. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif: peneliti bekerjasama dengan kolaborator dalam hal: merancang rencana pembelajaran, menerapkan dan mengamati tindakan, dan mengadakan refleksi. Subyek penelitian ini adalah para mahasiswa Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat yang sedang mengikuti Mata Kuliah Writing III pada Tahun Ajaran 2008/2009. Mereka adalah mahasiswa jalur non-reguler (mandiri), kelas B3. Mereka dipilih sebagai subyek karena berdasarkan silabus Mata Kuliah Writing III, mereka belajar bagaimana mengembangkan paragraf dan menulis esei. Hal ini sejalan dengan kegunaan teknik yang diterapkan, yakni Teknik Diagram Pohon. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus mengikuti langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Data penelitian diperoleh dari hasil tulisan akhir mahasiswa, lembar pengamatan, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TDP dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis esei argumentasi. Pada studi awal, dari 27 mahasiswa hanya 4 orang yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70 (kriteria keberhasilan minimal dalam studi ini). Setelah penerapan Teknik Diagram Pohon, 18 orang dari 33 mahasiswa mencapai nilai minimal. Meskipun demikian, peningkatan jumlah mahasiswa yang mencapai nilai minimal masih belum memenuhi kriteria keberhasilan studi, yakni 75% dari seluruh jumlah mahasiswa di kelas. Sehingga, tindakan dilanjutkan ke siklus kedua. Setelah penerapan TDP di siklus kedua, sejumlah 26 orang dari 31 mahasiswa (83.87%) berhasil mencapai kriteria keberhasilan studi. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, akhirnya dapat disarankan bahwa: (1) para mahasiswa mata kuliah Writing menggunakan Teknik Diagram Pohon untuk merencanakan dan menyusun tulisannya, (2) para pengajar ketrampilan menulis menerapkan Teknik Diagram Pohon didalam pengajarannya, (3) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat memberikan perhatian lebih terhadap masalah pengajaran ketrampilan menulis di lembaganya dengan mempertimbangkan kekuatan Teknik Diagram Pohon dan mensosialisasikan teknik tersebut, dan (4) para peneliti lain mengadakan penelitian serupa dengan menerapkan Teknik Diagram Pohon untuk meningkatkan tidak hanya kemampuan menulis esei dalam jenis teks lain seperti deskripsi, narasi, atau eksposisi, tetapi juga meningkatkan kemampuan berbicara dan membaca. Kata kunci: menulis, argumentasi, teknik diagram pohon Program Studi S2 ING 241 The Implementation of Cooperative Learning in Developing Students’ Speaking Ability at SMA Negeri 1 Malang Junette Cinthya Tamaela Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris interaksi antara siswa yang terjadi saat penerapan Cooperative Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapat pemerolehan Bahasa Inggris. Mempertimbangkan hal ini maka penelitian ini berusaha untuk memperlihatkan bahwa Cooperative Learning dapat membantu mengembangkan kemampuan berbicara siswa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah 35 orang siswa Kelas X-4 SMAN 1 Malang. Data diperoleh dari proses belajar dan mengajar melalui hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang dilakukan dilokasi penelitian. Dari data yang diperoleh, pendeskripsian penerapan Cooperative Learning untuk meningkatkan kemapuan berbicara siswa dapat diperoleh. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Cooperative Learning memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam bekerja sebagai suatu tim dimana mereka saling mengisi antar satu dengan yang lain dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini terlihat saat siswa yang mengetahui jawaban memberitahukan kepada teman yang lainnya dalam kelompok itu dan menanyakan pendapat mereka tentang jawaban yang ia berikan. Sehingga adanya saling mendorong dan saling mengembangkan kelemahan satu dengan yang lain. Kedua, dengan bekerja melalui Cooperative Learning, siswa termotivasi untuk berbicara. Mereka berkomunikasi satu dengan yang lain dengan memberikan opini, bertanya, menjawab pertanyaan, meminta klarifikasi, dan meresponi dukungan yang diberikan oleh teman. Mereka mengembangkan kemampuan berbicara mereka dengan mempraktekkan berbicara sebanyak mungkin melalui interaksi dengan teman sekelompok. Siswa memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara karena Cooperative Learning menuntut dan memperdalam kemampuan berbicara siswa. Keberhasilan kelompok bergantung pada interaksi dari masing-masing anggota. Dengan belajar dalam kelompok koperatif ada kesempatan bagi siswa untuk menerima bantuan secara individu dari teman sekelompoknya. Bantuan dari teman meningkatkan kemampuan baik bagi siswa yang dibantu maupun bagi yang membantu. Ada beberapa saran bagi guru Bahasa Inggris yang ingin menerapkan Cooperative Learning untuk meningkatkan berbicara siswa. Guru harus merencanakan dengan baik sebelum mengajar siswa menggunakan Cooperative Learning dimana guru harus mempersiapkan materi yang sesuai dengan tingkatan kelas dan kemampuan siswa dan menerapkan beberapa prinsip dasar (manajemen kooperatif, struktur tugas, tanggungjawab individu dan kelompok, peranan guru dan siswa, dan proses pengelompokkan). Dalam menggunakan kelompok kecil, empat siswa dalam satu kelompok merupakan jumlah yang maksimum untuk mengatur pembelajaran. Studi menunjukan bahwa empat siswa dapat bekerja secara berpasangan, karena masing-masing siswa mempunyai tiga kesempatan dalam berpasangan untuk bertukar pikiran. Hal ini memberikan kesempatan untuk mengalami pengalaman pembelajaran yang baik dan memberi ruang untuk memberi kontribusi secara individu. Formasi kelompok disusun sehingga siswa duduk berdekatan dan saling berhadapan dalam satu dengan mencampurkan siswa berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan agar tercipta perbedaan pandangan. Guru harus memonitor siswa saat mereka kerja kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Kata kunci: cooperative learning, speaking ability Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Delapan MTs PKP Manado Melalui Pemetaan Konsep Kalsum Maloho Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan pada studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas delapan MTs PKP Manado masih kurang memuaskan. Siswa kesulitan menulis dalam hal memperoleh ide, membuat tulisan relevan dengan topic, dan memilih kata-kata. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif strategi digunakan dalam pengajaran menulis paragraf deskripsi. Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemetaan konsep meningkatkan kemampuan menulis siswa 242 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 kelas delapan MTs PKP Manado?” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk mengembangkan stategi pemetaan konsep untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan. Pemetaan konsep ini dipilih karena dapat membantu siswa berusaha secara kooperatif dalam kegiatan menulis dan belajar menulis secara bersama dengan cara yang menyenangkan namun kompetitif. Selain itu, telah terbukti, dalam banyak penelitian, pemetaan konsep dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Menulis sebagai salah satu keterampilan bahasa berperan penting dalam konteks pengajaran bahasa Inggris. Menulis adalah salah satu cara bertukar pikiran dan menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan cara pandang berdasarkan topik tertentu (Hyland, 2003). Ini berarti bahwa pengungkapan ide dari pesan tertentu di tuangkan dalam bentuk tulisan. Menulis berarti menyalurkan pesan dalam bentuk tulisan. Subyek penelitian ini adalah dua puluh siswa (Kelas VIII-A) MTs PKP Manado, Sulawesi Utara pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari satu pertemuan untuk pelaksanaan strategi dan dua pertemuan untuk pemberian tugas melalui proses menulis. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu portofolio, lembar pengamatan dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata dan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Perolehan nilai rata-rata siswa pada dua siklus ditunjukkan melalui portofolio. Sementara keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis ditunjukkan melalui lembar pengamatan dan catatan lapangan. Berkaitan dengan produk akhir siswa, kriteria keberhasilan pertama dari penelitian ini adalah nilai rata-rata siswa harus mencapai 65 atau lebih. Sementara, berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam keiatan menulis, kriteria keberhasilan kedua adalah 70% siswa harus terlibat dan keterlibatan mereka berada pada skala “Baik” dan “Lebih Baik.” Nilai rata-rata 59.68 pada Siklus 1 belum memenuhi kriteria keberhasilan pertama. Pada Siklus 2, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 69.85. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep juga sangat efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Pada Siklus 1, 70% siswa terlibat dalam kegiatan menulis, dan persentasenya meningkat pada Siklus 2 menjadi 80%. Hal ini berarti memenuhi kriteria keberhasilan kedua. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pemetaan konsep yang sesuai dalam pengajaran menulis meliputi langkah-langkah berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topik dengan memberikan pertanyaan, (2) menghubungkan topik dengan pengetahuan siswa sebelumnya, (3) memperkenalkan topik dan menjelaskan tujuan pembelajaran, (4) menunjukkan gambar yang berkaitan dengan topik dengan cara menempelkannya di papan tulis, (5) meminta siswa untuk mengamati gambar, (6) meminta siswa memperoleh ide dan menyusun ide-ide mereka melalui pemetaan konsep sebagai contoh dipapan tulis, (7) membagikan contoh paragraf deskripsi, (8) meminta siswa duduk dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, (9) membagikan gambar-gambar binatang lucu, kertas berukuran (A4), dan spidol warna, (10) memberitahukan siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (11) meminta siswa menulis judul berdasarkan gambar yang dimulai dari tengah kertas, (12) meminta siswa menulis draf awal secara indifidu, (13) meminta siswa untuk saling bertukar draft mereka dalam kelompok, (14) membimbing siswa merevisi tulisan mereka dari segi isi dan organisasi, (15) meminta siswa untuk mengomentari dan memberikan saran terhadap tulisan mereka, (16) membimbing siswa mengedit tulisan mereka dari segi tata bahasa dan pilihan kata, (17) ) meminta siswa untuk saling bertukar draf mereka untuk di baca kembali oleh teman lain dalam kelompok, (18) meminta siswa untuk menulis draf akhir, dan (19) menyimpulkan pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemetaan konsep tidak hanya efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis, terutama dalam memperoleh dan menyusun ide-ide. Oleh sebab itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan pemetaan konsep khususnya dalam pengajaran menulis. Namun, guru harus mendisain model pemetaan konsep yang sesuai, mendisain rencana pembelajaran, memilih jenis teks, menyusun tugas-tugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan siswa yang berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemetaan konsep sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat dalam meneliti pemetaan konsep didalam kelasnya, dianjurkan untuk meneliti penerapan pemetaan konsep dalam pengajaran menulis yang berhubungan dengan jenis teks yang berbeda, misalnya narasi, prosedur, dan recount. Kata kunci: pemetaan konsep, kemampuan menulis Program Studi S2 ING 243 Menggunakan Teknik Incomplete Picture Series untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II MTs. Hikmatusysyarif NW Salut, Lombok Laila Wati Abstrak Penelitian ini didasarkan pada perlunya meningkatkan kemampuan berbicara siswa, maka penelitian ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui teknik Incomplete Picture Series. Dalam teknik ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi gambar seri yang berbeda. Teknik ini dipercaya bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan seorang guru bahasa Inggris dalam mengamati penerapan teknik tersebut. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2A MTs. Hikmatusysyarief NW Salut, Lombok Barat. Instrumen penelitian ini adalah angket, ceklist pengamatan, catatan lapangan, alat perekam suara, dan lembar penilaian diri siswa. Kriteria keberhasilan penelitian ini diketahui berdasarkan pada tanggapan siswa terhadap penerapan teknik tersebut dan keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar. Kedua kriteria keberhasilan ini dinyatakan tercapai apabila 70% dari keseluruhan siswa memberi tanggapan positif terhadap teknik tersebut dan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Kesuksesan teknik ini juga ditandai dengan nilai berbicara siswa. Apabila 65% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65, maka criteria keberhasilan dalam hal kemampuan berbicara siswa telah tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series berhasil meningkatkan kemampuan berbicara siswa sebagaimana halnya juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase siswa yang memperoleh nilai yang telah ditentukan pada kriteria keberhasilan yaitu minimal 65. Pada Siklus 1, hanya ada 48.6% dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Sementara di Siklus 2, ada 91.4% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series ini juga efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan berbicara, khususnya ketika berkelompok. Lebih lanjut, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara yang tepat dalam menggunakan teknik Incomplete Picture Series untuk pengajaran berbicara meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan pemanasan dengan bernyanyi kemudian memberi pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan berikutnya, (2) memberi tahu apa yang akan dilakukan, (3) membagi siswa menjadi beberapa kelompok; masing-masing kelompok duduk melingkar, (4), memberikan gambar seri yang tidak lengkap yang berbeda kepada setiap kelompok, (5) menugaskan siswa untuk memberitahukan kepada teman kelompoknya tentang gambar yang mereka lihat secara bergiliran, (6) meminta siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh dari teman kelompok mereka; siswa dianjurkan untuk menulis informasi tersebut, (7) meminta siswa untuk meyimpulkan akhir cerita setelah mereka mengumpulkan informasi dari semua teman kelompok mereka, (8) memberitahukan kepada siswa bahwa akhir ceritanya bebas berdasarkan imajinasi mereka, (9) menugaskan siswa untuk menyampaikan cerita tersebut di depan kelas satu persatu secara individu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa teknik Incomplete Picture Series telah terbukti tidak hanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa melainkan juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa, khususnya dalam pembelajaran berbicara. Dengan demikian, disarankan kepada guru bahasa Inggris untuk menerapkan teknik ini sebagai salah satu pilihan yang bisa dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Disarankan juga kepada peneliti yang akan datang supaya mengadakan penelitian serupa dengan menggunakan teknik Incomplete Picture Series terhadap subyek dan tempat yang berbeda untuk mengetahui apakah teknik ini efektif dan bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Bisa juga teknik ini diterapkan dalam meningkatkan keahlian produktif seperti keahlian menulis. Karena kelebihan teknik ini bukan hanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa melainkan juga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, disarankan kepada para siswa untuk mengadopsi teknik ini sebagai strategi belajar dalam praktek berbicara dan bahkan untuk latihan menulis dalam bahasa Inggris. Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dalam ekstra kurikuler. Kata kunci: teknik incomplete picture series, kemampuan berbicara 244 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Menggunakan Photo untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua MTsN Mojorejo Blitar Lilik Lutfiyah Abstrak Menulis adalah salah satu dari empat keahlian berbahasa yang memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa inggris karena sebenarnya menulis dapat membantu siswa mempelajari bahasa kedua. Bagaimanapun juga, kemampuan menulis siswa MTsN Mojorejo masih belum memuaskan. Siswa cenderung merasa kesulitan dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide. Di samping itu, siswa merasa bingung memulai kegiatan menulis dan siswa juga tampak kurang tertarik dengan kegiatan menulis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan MTsN Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount dengan menggunakan foto. Strategi ini dipilih karena dapat menuntun siswa dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide sampai menjadi tulisan yang bermakna. Foto biasanya menangkap masalalu, dan pasti ini dapat membantu siswa mengingat secara detail orang, tempat, dan kejadian yang ada dalam foto tersebut. Pendeknya, foto dapat menjadi sumber sebuah tulisan. Disamping itu, sebuah foto bisa bernilai beribu-ribu kata karena satu gambar dapat menceritakan sesuatu bahkan cerita di baliknya. Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan foto dapat meningkatkan kemampuan menulis teks recount siswa kelas dua MTs Negeri Mojorejo Blitar?”. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas dilakukan dalam studi ini dengan menggunakan 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas VIII MTs Negeri Mojorejo Blitar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus satu terdiri atas enam pertemuan, sedang siklus dua terdiri dari dua pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisioner dan tulisan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah yang tepat yang digunakan penerapan foto dalam menulis recount meliputi prosedur berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topic yang akan dibahas dengan memberikan pertanyaan (2) memperkenalkan strategi dan prosedur tentang cara membuat recount, (3) menyuruh siswa untuk bekerja dalam kelompok, (4) menyuruh siswa untuk meletakkan foto masingmasing di depan mereka. (5) menyuruh siswa untuk melihat foto dengan seksama selama beberapa saat (6) menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka lakukan dalam kelompok, (7) menyuruh siswa untuk mendaftar kata sebanyak mungkin yang berkaitan dengan foto, lalu menghasilkan ide dengan menjawab pertanyaan, (8) memberikan model sebuah teks recount lalu menjelaskan tentang teks recount beserta ciri-ciri kebahasaannya (Simple Past Tense, Connectors) kepada siswa sebelum mereka menulis draf kasar, (9) meminta siswa untuk menulis draf awal secara individu, (10) memberi siswa waktu untuk melihat kembali dan merevisi draft awal menggunakan panduan revisi (11) meminta siswa untuk menulis kembali draft berdasarka feedback dari guru, yang selanjutnya dikumpulkan sebagai draft akhir. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan foto telah meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII MTs Negeri Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount. Pada siklus satu, nilai rata-rata siswa adalah 60,7 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar 65. Dan, di siklus kedua, nilai rata-rata siswa menjadi 70,3 dengan 23 sisws mendapat nilai sama dengan atau lebih besar 65. Di samping itu, siswa kelihatan active dan bersemangat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan foto. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan foto sangat bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga dalam meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi ini dalam pengajaran menulis karena ini sangat membantu siswa dalam memberikan cara yang menarik untuk menemukan dan menghasilkan ide-ide yang akhirnya menjadi tulisan yang bermakna. Akhirnya, bagi peneliti selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang tertarik mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang berbeda contohnya SMA. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan penelitian dalam bidang menulis tapi dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif. Akhirnya, bagi peneliti selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang tertarik mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dalam bidang menulis tapi dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan penelitian dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang berbeda contohnya SMA. Kata kunci: photo, kemampuan menulis, teks recount Program Studi S2 ING 245 Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menulis Teks Recount melalui Starategi Menulis Proses di MTsN Grogol Kediri Luluk Rahmawati Abstrak Menurut para siswa kelas 8 di MTsN Grogol Kediri, menulis dianggap sebagai kecakapan berbahasa yang paling sulit dikuasai. Sayangnya, pembelajaran menulis tidak dilakukan dengan baik oleh para guru bahasa Inggris di sekolah tersebut dan hal itu menyebabkan rendahnya kemampuan menulis para siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, strategi menulis proses diajukan karena telah dibuktikan berhasil oleh beberapa peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis para siswa. Kemudian, penelitian yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 8 dalam menulis teks recount melalui strategi menulis proses di MTsN Grogol Kediri dilaksanakan. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut didahului oleh penelitian awal yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam pembelajaran menulis. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa tidak ada seorang siswapun yang mendapatkan nilai 65 sebagai nilai minimal. Subyek penelitian ini adalah 37 siswa kelas VIII-C pada tahun ajaran 2008-2009. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan 4 instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, portofolio, dan kuesioner. Penelitian ini dianggap berhasil apabila memenuhi kriteria kesuksesan berikut: (1) 75% siswa atau lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, (2) sekurang-kurangnya 50% siswa memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65, dan (3) sekurang-kurangnya 75% siswa memiliki tanggapan yang bagus terhadap penggunaan strategi menulis proses. Prosedur yang tepat dalam penerapan strategi menulis proses untuk mengajar menulis adalah (1) membagi siswa menjadi beberapa kelompok, (2) membagikan gambar berangkai untuk tahap pemodelan, lembar kerja siswa, dan media, (3) menugaskan siswa untuk memperoleh ide, (4) meminta siswa untuk menyusun ide-ide tersebut ke dalam paragraf, (5) menugaskan siswa untuk merevisi draf dalam hal isi dan penyusunan, (6) meminta siswa untuk mengedit draf dalam hal tata bahasa, kosa kata, ejaan, pemakaian huruf kapital, dan tanda baca, dan (7) meminta siswa untuk menulis hasil akhir karangan mereka. Pada setiap langkah, siswa diberi contoh terlebih dahulu. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua indikator kesuksesan telah dapat dicapai pada Siklus I. Mengenai indikator yang pertama, hasil temuan menunjukkan bahwa 75% siswa telah berpartisipasi pada sekurang;kurangnya 9 kegiatan dari 13 kegiatan di lembar observasi. Berkenaan dengan kriteria yang kedua, hasil analisis data menunjukkan bahwa 72.97% siswa (27 siswa) telah memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65. Untuk kriteria yang ketiga, hasil analisis data dari kuesioner menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya 94% siswa (34 siswa) memberikan respon positif terhadap penggunaan strategi menulis proses. Mempertimbangkan hasil temuan penelitian yang positif mengenai penggunaan strategi menulis proses untuk mengajar menulis, disarankan kepada para guru bahasa Inggris untuk memanfaatkan strategi ini untuk mengajar menulis. Bagi peneliti lainnya, disarankan agar mereka mengadakan penelitian mengenai pemanfaatan strategi menulis proses di tingkat SD (khususnya RSBI) dan SMA/MA karena belum ada penelitian mengenai hal itu di tingkat tersebut. Kata kunci: kemampuan menulis, teks recount, strategi menulis proses Memanfaatkan Gambar Kartun Berangkai Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Nganjuk Mochammad Abdul Rasyid Abstrak Salah satu permasalahan pengajaran menulis Bahasa Inggris di MTsN Nganjuk adalah tidak efektifnya pengajaran menulis yang diterapkan guru. Guru bahasa Inggris tidak membuat perencanaan yang baik dalam pengajaran menulis. Mereka tidak terbiasa menerapkan langkah-langkah pembejaran menulis sebagai proses. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti di kelas IX-E, ditemukan beberapa fakta sebagai berikut: (1) Siswa mempunyai masalah dalam mengembangkan ide dan mengorganisasikan teks; (2) 246 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Kempuan siswa terhadap kemampuan tata bahasa dan kosa kata kurang memadai; (3) Siswa kelas IX-E menginginkan adanya kegiatan menulis teks narasi karena mereka belum pernah menulis teks tersebut sebelumnya. Dari fakta di atas, peneliti merasa sangat termotivasi untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai melalui pendekatan menulis sebagai proses dan empat tahap pembelajaran Bahasa Inggris (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambar kartun berangkai dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa kelas IX MTsN Nganjuk. Mengacu pada rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa kelas IX dalam menulis teks narasi. Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tinadakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau penerapan strategi, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi dan dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-E yang terdiri dari 33 siswa. Sejumlah alat bantu penelitian seperti lembar observasi, kuesioner, dan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat keterlibatan siswa dan tingkat motivasi siswa selama penerapan strategi pembelajaran. Sedangakan hasil tulisan siswa dinilai berdasarkan format penilaian dengan menyesuaikan format yang dikembangkan oleh Hill, dkk (1998) dengan mempertimbangkan cara pendeskripsian tokoh pelaku dan tempat kejadian, alur cerita, tema, dan kesimpulan atau pesan cerita serta mempertimbangkan aspek bahasa seperti tata bahasa, kosa kata, dan susunan kalimat. Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi tiga criteria. Pertama, tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mencapai 75% dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat. Kedua, jumlah siswa yang mendapat nilai 65 atau lebih mencapai 70% (24 siswa) dari jumlah siswa keseluruhan. Ketiga, nilai rata-rata siswa minimal 65. Sejumlah temuan selama penelitian ini menunjukkan bahwa gambar kartun berangkai yang diimplementasikan dalam empat tahap pembelajaran dan pendekatan menulis sebagai proses sangat efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Pertama, gambar kartun berangkai membantu siswa dalam hal pengembangan ide dan mengorganisasikan teks. Kedua, pendekatan menulis sebagai proses memandu siswa terhadap langkah-langkah penciptaan teks, sedangkan empat tahap pembelajaran sangat efektif diterapkan dalam pengajaran menulis. Strategi tersebut lebih efektif dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengakses sendiri gambar kartun berangaki dan mengembangkankannya dalam bentuk cerita narasi. Pendekatan individu terhadap siswa juga mendorong mereka untuk lebih berkreasi dan meminimalkan jarak antara guru dan murid. Langkah-langkah penerapan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks narasi mengikuti empat tahap pembelajaran (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Kegiatan diawali dengan BKoF, yaitu bercerita oleh guru dan menulis kembali cerita tersebut. Dalam tahap MoT, sebuah teks narasi dicontohkan oleh guru untuk dipahami dan dianalisis. Pendekatan menulis sebagai proses muncul pada tahap JCoT. Diberikan satu set gambar kartun berangkai, siswa membuat garis besar cerita, mengembangkannya dalam bentuk teks, meminta teman lain untuk membaca untuk kemudian dikoreksi dan diperbaiki. Dalam tahap ICoT, siswa secara individu mengakses gambar kartun berangkai dari koran atau majalah dan mengembangkannya dalam bentuk cerita narasi. Para siswa melakukan proses menulis yang dimulai dari mengembangkan ide cerita, saling mengoreksi dengan teman dan atau guru, memperbaiki teks, dan menulis kembali teks setelah mendapatkan masukan dari teman dan atau guru. Pada akhir kegiatan, guru mempublikasikan karya-karya mereka melalui kegiatan membaca, bermain peran, dan memajangkannya di majalah dinding. Mengacu pada hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa gambar kartun berangkai efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Gambar kartun berangkai menginspirasi siswa dalam berimajinasi, mengembangkan ide-ide mereka, dan mengorganisasikan teks. Pendekatan menulis sebagai proses mengarahkan siswa untuk melakukan langkah-langkah dalam menulis. Sedangkan empat tahap pembelajaran memfasilitasi siswa terhadap langkah-langkah pembelajaran menulis secara berkelompok dan menulis secara mandiri. Guru Bahasa Inggris disarankan untuk memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks narasi. Para siswa disarankan untuk senantiasa berlatih menulis dalam topik yang berbeda dengan memanfaatkan keberadaan gambar kartun berangkai yang terdapat di koran, majalah, dsb. Untuk peneliti yang lain, diharapkan untuk melakukan penelitian berdasarkan temuan dalam penelitian ini demi mengembangkan strategi yang lebih baik dalam pengajaran menulis. Kata kunci: gambar kartun berangkai, meningkatkan, kemampuan menulis, teks narasi Program Studi S2 ING 247 Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas Tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik dalam Menulis Teks Narrative melalui Peer Feedback Mohammad Faizal Mubarok Abstrak Sebagai bagian dari tahapan-tahapan dalam writing process, feedback sangat penting dalam membantu siswa untuk memperbaiki tulisannya. Mereka pada umumnya menginginkan teksnya dibaca oleh guru mereka untuk melihat bagaimana respon guru terhadap pekerjaan mereka, dan berharap bahwa mereka bisa belajar dari respon tersebut untuk memperbaiki drafnya. Namun demikian, berdasarkan penelitian awal di kelas saya, kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik, dan pengalaman saya menjadi guru bahasa Inggris di sekolah tersebut, saya menemukan bahwa kebanyakan siswa tidak mampu memperbaiki draft pertama mereka khususnya draf dalam bentuk teks narrative setelah mendapatkan feedback dari saya, guru mereka. Kemungkinan penyebab dari permasalahan siswa tersebut terletak pada feedback yang tidak efektif yang diberikan oleh saya. Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut, peer feedback dalam bentuk revising checklists diajukan sebagai solusinya. Hal yang menonjol dari strategi ini adalah bahwa peer feedback memberi siswa cara bagaimana memperbaiki draft awal mereka. Karena alasan itulah, penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik dalam menulis teks narrative melalui pengimplementasian peer feedback. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas model kolaborasi dengan empat tahapan, yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, diimplementasikan dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus saja karena pada siklus kedua kriteria kesuksesan dalam penelitian ini telah tercapai. Setiap siklus dari penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Berkenaan dengan subjek penelitian, subjek penelitian ini adalah siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik tahun ajaran 2008/2009. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen sebagai berikut: lembar pengamatan checklists, catatan lapangan, angket, wawancara dan hasil pekerjaan siswa. Data yang diambil dari catatan lapangan dan wawancara dianalisa secara kualitatif dan dideskripsikan secara jelas. Sementara itu, data yang diambil melalui lembar pengamatan checklists, angket dan hasil pekerjaan tulis siswa dianalisis serta dipresentasikan secara kuantitatif dan diskipsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan peer feedback dalam pengajaran menulis dapat memperbaiki kemampuan menulis siswa serta sukses mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dan antusias dalam proses belajar mengajar menulis. Kemajuan penulisan narrative siswa terpotret dari hasil nilai menulis mereka. Hasil tulisan mereka telah mencapai kriteria kesuksesan yang berarti bahwa ada 26 siswa atau 82% siswa mendapatkan nilai yang sama atau lebih dari 60. Berkenaan dengan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, keterlibatan, ketertarikan dan keantusiasan siswa dalam seluruh kegiatan proses belajar mengajar sangat bagus, atau 87% siswa secara aktif berpartisipasi dalam aktivitas proses belajar mengajar. Hal ini berarti bahwa kriteria ketuntasan yang berkaitan dengan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar telah tercapai. Penerapan peer feedback dalam penelitian ini mengikuti prosedur sebagai berikut: (1) menentukan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 siswa, (2) meminta siswa secara berkelompok untuk menyusun paragraf acak ke dalam susunan yang tepat, (3) meminta siswa untuk ambil bagian dalam diskusi antara siswa dan guru berkenaan dengan susunan yang tepat dari paragraf acak tersebut, (4) menyuruh siswa untuk menulis topik dalam waktu 1-5 menit, (5) menyuruh siswa untuk menulis rencana awal penulisan, (6) meminta siswa untuk menulis draf awal mereka, (7) mendiskusikan makna masing-masing item dari revising checklists, (8) memerintahkan siswa untuk membaca dan memberikan feedback pada contoh draf dengan menggunakan lembar revising checklists, (9) meminta siswa untuk mendiskusikan contoh draf tersebut dalam kelompok, (10) menyuruh siswa untuk berdiskusi berkaitan dengan feedback siswa terhadap draf pilihan dalam bentuk diskusi kelas, (11) menyuruh mereka membaca dan memberi feedback terhadap draf teman sejawat mereka, (12) meminta mereka untuk saling mendiskusikan draf mereka masing-masing dengan memberikan komentar dan saran-saran terhadap draf teman mereka dengan cara menjelaskan checklists mereka, (13) meminta mereka untuk merivisi dan memperbaiki draf mereka berdasarkan feedback teman mereka, (14) memerintahkan mereka untuk menulis draf mereka sebagai draf akhir. Mengacu pada kekuatan penerapan peer feedback dalam penelitian ini, disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris yang mempunyai masalah pengajaran yang sama untuk menerapkan strategi ini sebagai solusi alternatif dalam pengajaran menulis. Namun demikian, dalam pengimplementasiannya, guru dianjurkan untuk memberi dan mengajarkan model penerapan peer feedback sebelum mengimplementasikannya, 248 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 mengelompokkan mereka berdasarkan kemampuan bahasa Inggrisnya, menunjuk siswa untuk memimpin diskusi, mengendalikan kegiatan peer feedback, mengaktifkan partisipasi siswa dalam kegiatan peer feedback, menempatkan posisi mereka sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar serta menentukan alokasi waktu yang sesuai khususnya ketika dalam kegiatan membaca dan memberi feedback berdasarkan kemampuan siswa. Sementara itu, bagi peneliti yang akan datang, mereka direkomendasikan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan strategi ini dalam pengajaran kemampuan bahasa lainnya atau dalam pengajaran menulis dengan model teks lainnya dan memperluas fokus mereka pada semua aspek menulis yang meliputi isi, organisasi, tatabahasa, kosa kata dan mekanik. Kata kunci: kemampuan menulis, teks narrative, peer feedback Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas X di MA Mambaus Sholihin Gresik melalui Pemetaan Ide M. Zaini Miftah Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh peneliti dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas. Pengalamannya sebagai guru Bahasa Inggris pada kelas X di Madasah Aliyah (MA) Mambaus Sholihin Gresik menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis masih rendah. Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa nilai rata-rata siswa dari tugas menulis adalah 50.5. Hasil ini cenderung belum memuaskan karena belum mencapai target belajar yang harus paling tidak 65 untuk standar kesuksesan di sekolah. Ditemukan juga bahwa ada beberapa masalah yang harus dipecahkan. Masalah utamanya adalah para siswa tidak mengetahui bagaimana cara menemukan dan mengorganisasi ide untuk menulis sebuah topic. Untuk memecahkan masalah tersebut, penilitian ini menitikberatkan pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan bagaimana cara siswa menemukan ide dan mengorganisasikannya dalam menulis sebuah topik. Penelitian ini menawarkan pemetaan ide yang dikembangkan dalam model yang cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X dalam menulis teks diskriptif. Masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana strategi pemetaan ide bisa meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X di MA Mambaus Sholihin Gresik?” Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Peneliti bekerja sama dengan guru Bahasa Inggris dalam kegiatan yang bersiklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi terhadap data yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat pertemuan. Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas X-6 semester kedua pada tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari tiga puluh delapan siswa putra. Instrumen yang digunakan adalah tugas menulis, observation checklist, field notes, dan questionnaire. Refleksi dilakukan berdasarkan temuan selama pengamatan dan dibandingkan dengan kriteria sukses yang meliputi: (1) dengan instrumen tugas menulis, prestasi menulis siswa meningkat (≥75% siswa dalam satu kelas mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dalam skala nilai 0-100), dan (2) dengan instrumen observation checklist, siswa terlibat aktif dalam kegiatan menulis. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan perencanaan terhadap siklus berikutnya. Setelah penelitian dilakukan, langkah-langkah model yang cocok dalam menerapkan pemetaan ide adalah sebagai berikut: (1) beritahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran, (2) tunjukkan gambar yang akan didiskripsikan dan suruh mereka untuk mengamatinya, (3) tulislah obyek (topik atau kata kunci) pada lingkaran dan datangkan ide-ide siswa, (4) bimbinglah mereka untuk mengembangkan setiap ide penjelas, (5) bimbinglah mereka untuk membuat kalimat dalam mengembangkan ide penjelas tersebut, (6) distribusikan contoh teks diskriptif, dan suruhlah mereka membaca dan memahaminya, (7) kelompokkan mereka menjadi empat kelompok, (8) distribusikan gambar-gambar yang berbeda atau (dengan cara lain) suruhlah mereka mengamati obyek yang nyata, (9) distribusikan kertas A4, lengkapilah dengan petunjuk kosa kata dan kamus, lalu latihlah mereka, (10) suruhlah mereka mencari ide dan mengelompokkannya dengan cara pemetaan ide, (11) bimbinglah mereka untuk melakukan drafting, (12) tugasi mereka untuk menulis draf awal berdasarkan ide yang dipetakan, (13) suruhlah lebih lebih menekankan isi dan organisasi daripada mekanik, (14) bimbinglah mereka untuk memperbaiki draf, (15) suruhlah mereka memperbaiki drafnya sendiri dengan menggunakan pedoman revising dan menggunakan ide yang dipetakan untuk mengembangkan isi dari draf tersebut, (16) tugasi mereka melakukan proofread terhadap draf temannya, (17) suruhlah mereka membuat perubahan yang sesungguhnya, (18) bimbinglah mereka untuk melakukan editing, Program Studi S2 ING 249 (19) suruhlah mereka meng-edit drafnya sendiri dengan menggunakan pedoman editing dan menggunakan ide yang dipetakan untuk meneliti/memperbaiki isi, organisasi, tata bahasa, dan mekanik terhadap draf tersebut, (20) tugasi mereka untuk melakukan proofread lagi, (21) tugasi mereka untuk berbagi hasil tulisan mereka, dan (22) suruhlah mereka mengumpulkan tulisan akhir untuk dinilai. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menjadi aktif selama pembelajaran menulis dan kemampuan siswa meningkat setelah penerapan tindakan dilakukan. Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh peningkatan persentase prestasi siswa dalam menulis teks diskriptif. Persentase siswa yang mendapatkan skor ≥65 pada akhir Siklus I 36.11% (13 siswa). Persentase ini meningkat menjadi 52.78% (19 siswa) pada akhir Siklus II. Pada akhir Siklus III, persentase siswa yang mendapatkan skor ≥65 mencapai 82.86% (29 siswa). Berdasarkan temuan, ada tiga saran yang diberikan. Pertama, para guru Bahasa Inggris disarankan agar menerapkan langkah-langkah model pemetaan ide sebagai salah satu strategi alternatif dalam pembelajaran menulis dan juga mengembangkan cara pembelajaran mereka sendiri agar lebih tepat dipakai dalam pembelajaran mereka di kelas. Kedua, kepala sekolah sebagai pihak pembuat kebijakan disarankan agar memberikan waktu pelajaran yang khusus bagi siswa untuk mempraktikkan menulis Bahasa Inggris yang berkelanjutan. Ketiga, para peneliti yang akan datang disarankan agar melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan penerapan pemetaan ide dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk skill yang lain seperti listening, speaking, and reading, dan untuk level yang lain misalnya Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Universitas dengan mempertimbangkan keampuhan pemetaan ide sebagai strategi dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Kata kunci: pemetaan ide, kemampuan menulis. Penggunaan Teknik Kolaborasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa MTsN PulosariTulungagung Menulis Teks Deskriptif Mahfud Efendi Abstrak Dari hasil penelitian pendahuluan diketahui bahwa siswa kelas depalan MTsN PulosariTulungagung memiliki kemampuan menulis yang kurang memuaskan dan tidak termotivasi dalam proses belajar dan mengajar. Hal ini disebabkan karena teknik pengajaran yang monoton dimana siswa belajar secara individu dalam situasi kompetitif. Oleh karena itu maka teknik kolaborasi dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTsN Pulosari-Tulungagung dalam menulis teks deskriptif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana peneliti yang bertindak sebagai seorang guru dan kolaborator yang bertindak sebagai seorang observator bekerja sama dalam melaksanakan semua tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan prosedur sirkular. Peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian untuk mengumpulkan data, yaitu lembar observasi, catatan lapangan, rubrik penilaian analitis, dan kuesioner. Subjek penelitian ini adalah 36 siswa kelas depalan (VIII C) MTsN Pulosari-Tulungagung tahun pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan teknik kolaborasi yang dilakukan dalam satu siklus dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan dalam menulis teks deskriptif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai 65 persen siswa mencapai 60 atau lebih tinggi dalam skala penilaian 1-100. Disamping meningkatkan prestasi siswa, penerapan teknik kolaborasi juga mampu meningkatkan motivasi siswa yang diindikasikan oleh tingkat keaktifan siswa dan partisipasi siswa terhadap semua kegiatan dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu, siswa juga memberikan respon positif (kategori Baik dan Sangat Baik) terhadap penerapan teknik kolaborasi. Adapun model penerapan teknik kolaborasi yang sesuai mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, seperti berpasangan, kelompok kecil, atau kelompok besar, (2) menugaskan kepada siswa dalam kelompok untuk melengkapi contoh model teks yang telah disediakan oleh guru, (3) menugaskan kepada siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan tugas yang telah ditentukan dan meminta masing-masing siswa untuk membuat catatan hasil diskusi secara individu, (4) menganjurkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas tersebut, (5) menganjurkan siswa untuk saling membantu satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menutupi kelemahan anggota kelompok yang mungkin kurang mampu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, dan (6) menugaskan siswa untuk membuat teks deskriptif secara individu dengan tetap memperhatikan masukan positif dari hasil diskusi kelompok. 250 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan teknik kolaborasi dalam pengajarannya dengan jalan mengadaptasi atau memodifikasinya dan juga mempertimbangkan kondisi riil kelas mereka. Bagi calon peneliti yang berkeinginan untuk meneliti teknik kolaborasi, sangat disarankan untuk memetakan kemampuan siswanya terlebih dahulu sebelum pengelompokan dan menilai setiap pekerjaan siswa selama proses belajar dan mengajar, tidak hanya mencatat perkembangan siswa dari tingkat keaktifan mengumpulkan tugas saja. Kata kunci: teknik kolaborasi, kemampuan menulis, teks dekriptif The Gricean Cooperative Principle: Flouting and Hedging in the Conversations in Joseph Conrad’s The Secret Agent Maria Goretti Sri Ningsih Abstrak Prinsip Kerja Sama (PK) diperkenalkan oleh seorang filsuf, H.P. Grice. Prinsip itu menyatakan bahwa seorang penutur harus bekerja sama dengan memberikan kontribusi yang diperlukan dalam tuturan itu. Grice mengemukakan empat macam maksim tuturan: (1) Maksim Kuantitas, yaitu memberikan kontribusi yang cukup informatif sesuai yang diperlukan, dan tidak lebih informatif dari yang diperlukan; (2) Maksim Kualitas, yaitu dengan tidak mengatakan suatu yang diyakini itu tidak benar atau suatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan; (3) Maksim Hubungan yang mengatakan bahwa penutur harus memberikan informasi yang relevan; dan (4) Maksim Cara yang mengatakan bahwa penutur harus memberikan informasi yang mudah dimengerti: (a) menghindari pernyataan-pernyataan yang samar, (b) menghindari ketaksaan, (c) usahakan membuat pernyataan yang ringkas, dan (d) usahakan berbicara dengan teratur. Dalam kenyataan hidup sehari-hari penutur sering tidak mematuhi maksim-maksim tersebut. Dengan kata lain mereka sering melanggar dan atau mengungkung/membatasi maksim-maksim tersebut. Melanggar (flouting) maksim berarti penutur tidak mematuhi maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama, sedangkan mengungkung/membatasi (hedging) berarti penutur tidak ingin terlibat sepenuhnya dalam isi pokok tuturan. Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja Sama sering dilakukan penutur dengan menggunakan majas. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan bagaimana para pelaku dalam novel The Secret Agent melanggar dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan. Hal ini dijabarkan dalam: (1) deskripsi tentang jenis maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi dalam tuturan, (2) penjelasan tentang distribusi dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging), (3) deskripsi dari kemungkinan alasan-alasan para penutur untuk melanggar dan/atau membatasi maksim-maksim tuturan, dan (4) deskripsi tentang pola tatabahasa dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) tersebut. Deskripsi tentang jenis-jenis maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi dalam tuturan-tuturan dan penjelasan tentang distribusi dari pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) didasarkan pada teori Grice tentang maksim-maksim dalam Prinsip Kerja Sama; deskripsi tentang alasan-alasan penutur untuk melanggar/membatasi maksim-maksim tersebut ditulis berdasarkan teori Grice tentang Prinsip Kerja Sama (PK) dan teori yang dikemukakan Leech tentang Prinsip Sopan Santun (PS); sementara diskripsi tentang pola tatbahasa dalam pelanggaran/pembatasan (flouting/hedging) didasarkan pada bagian kalimat yang mengandung pelanggaran/pembatasan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan riset kualitatif. Data diambil dari tuturan-tuturan para pelaku dalam novel tersebut, yang berisi 6 jenis majas yang disebutkan dalam Grundy (2000): ironi, metafor, hiperbola, pertanyaan retorik (rhetorical question), tautologi, dan understatement (pernyataan yang dibuat kurang dari yang sebenarnya). Hasil penelitian menunjukkan ada lima jenis majas yang digunakan dalam tuturan, dan majas yang paling banyak digunakan oleh para penutur adalah metaphor (83,72%), disusul dengan overstatement (4,65%), pertanyaan retorik (4,65%), tautologi (4,65%), dan yang paling sedikit adalah ironi (2,33%). Juga ditemukan ada tiga macam maksim tuturan yang dilanggar/dibatasi, dan maksim Cara adalah maksim yang paling banyak dilanggar/dibatasi oleh para penutur (50,73%), yang kedua adalah maksim Kualitas (42,03%), dan yang terakhir adalah maksim Kuantitas (7,24%). Sedangkan pola tatabahasa yang digunakan dalam pelanggaran (flouting) dan pembatasan (hedging) pola kalimat lengkap. Berdasarkan pada hasil penelitian, novel ini dianjurkan untuk digunakan sebagai bahan ajar literature dan cross-cultural understanding (CCU=pengertian tentang kultur negara/bangsa lain) karena novel Program Studi S2 ING 251 ini menyajikan penggunaan majas-majas untuk menyampaikan pesan atau pikiran, misalnya, “My heart went down into my boots (Jantungku turun ke sepatuku)” (hal.29), dan “I suppose the cup of horrors was full enough for such as me (Aku kira piala yang berisi hal-hal yang mengerikan ini terlalu penuh untuk orang sepertiku)” (hal.298). Ungkapan-ungkapan semacam itu akan memperkaya pengetahuan dan pengertian para mahasiswa tentang kultur bangsa Inggris. Kata kunci: prinsip kerja sama grice, pelanggaran, pembatasan, majas, tuturan, the secret agent Meningkatkan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sepuluh MAN Mojokerto dengan Menggunakan Strategi PQ4R Moh. Rodli Abstrak Membaca adalah salah satu keterampilan bahasa yang membantu keberhasil dalam belajar bahasa. Sehingga, membaca adalah salah satu ketrampilan bahasa inggris yang dianggap penting dalam pertumbuhan siswa dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan pertimbangan pentingnya membaca, membaca diajarkan lebih banyak dari pada ketrampilan bahasa yang lain, waluapun membaca diajarkan lebih banyak daripada keterampilan bahasa yang lain, namun kemampuan memahami bacaan siswa masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan, pengajaran membaca di MAN Mojokerto tidak memfasilitasi siswa dalam menguasai ketrampilan membaca. Keterampilan siswa dalam membaca adalah belum memadai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman membaca dengan menggunakan strategi PQ4R Dalam kegiatan PQ4R strategi, siswa diberi tugas untuk memahami sebuah teks dengan menggunakan prosedur PQ4R, yaitu preview(preview), question (bertanya), read (membaca), reflect (merefleks)i, recite (membaca nyaring), dan review (mereview) Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas kolaboratif, yaitu kolaborasi antara peniliti dengan guru yang berkerjasama untuk mengembangkan prosedur strategi PQ4R yang sesuai, membuat rencana pengajaran, menentukan kriteria kesuksesan belajar, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 42 siswa kelas X-10 MAN Mojokerto tahun pelajaran 20082009. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan strategi PQ4R, (2) catatan lapangan digunakan untuk mencatat data yang tidak terdapat pada lembar observasi, dan (3) tes pemahaman membaca, digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam pemahaman membaca. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi PQ4R dalam pembelajaran pemahaman membaca adalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Itu dapat diidentifikasi bahwa ada peningkatan nilai pemahaman membaca yang signifikan setelah pelaksanaan dari tindakan di setiap siklusnya. Di siklus ke-1 jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65 hanya 25 dari 42 siswa atau 59,52%. Itu adalah belum memenuhi kriteria keberhasilan. Di siklus ke-2, jumlah siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari 65 adalah34 dari 42 siswa atau 80,45%. Hasil tersebut adalah telah memenuhi kriteria sukses dari penelitian ini. Lebih lanjut, siswa terlihat aktif dalam berbagi pendapat, mempreiview atau meninjau bacaan, menjawab pertanyaan, membaca, merefleksikan, mendiskusikan dan mereview sebuah teks atau bacaan selama proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi PQ4R. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, disarankan kepada para guru untuk menggunakan strategi PQ4R sebagai salah satu strategi alternatif dalam pengajaran pemahaman membaca di dalam kelas. Siswa juga direkomendasikan untuk menggunakan strategi PQ4R sebagai strategi belajar dalam pemahaman membaca yang dapat mereka lakukan pada jenis-jenis teks yang lain. Untuk peneliti yang lain, temuan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti yang tertarik dalam melaksanakan riset di bidang yang sama. Kata kunci: meningkatkan, pemahaman membaca, strategi PQ4R 252 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Biringkanaya Makassar Dalam Penuliasan Paragraf Deskriptif Melalui Tehnik Bertanya Muhammad Saleh Abstrak Dari hasil kajian pendahuluan yang dilaksanakan di MTs Negeri Biringkanaya Makassar, didapatkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas II masih jauh dari apa yang diharapkan oleh kurikulum. Siswa-siswa masih mendapatkan kesulitan dalam menulis sebuah karangan dengan mengungkapkan ide, pikiran dan perasaanya dalam bentuk teks deskriptif. Di dalam menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf, siswa-siswa masih membuat kesalahan dalam hal isi karangan, organisasi, kosa kata, dan juga komponen bahasa Inggris lainnya. Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa tersebut, peneliti mengusulkan salah satu tehnik di dalam mengajarkan keterampilan menulis ini yaitu tehnik bertanya. Tehnik bertanya adalah salah satu komponen dari proses belajar mengajar secara kontekstual (CTL) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Ini adalah salah satu kegiatan guru yang dapat mendorong dan membimbing siswa mampu mengungkapkan ide melalui proses belajar mengajar secara kontekstual (CTL). Untuk menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf siswa diberikan beberapa pertanyaan lalu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban pertanyan itu akan menjadi rujukan untuk menyusun kalimat menjadi suatu paragraf. Permasalahan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: Bagaimana cara tehnik bertanya ini dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II MTs Negeri Biringkanaya Makassar dalam menulis paragraf deskriptif? Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkolaborasi di mana peneliti dan kolaborator bekerjasama merancang desain pembelajaran, mengimplementasikan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II MTs Negeri Biringkanaya Makassar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan yakni perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. Prosedur penerapan tehnik bertanya (questioning technique) dalam pembelajaran menulis pada penelitian ini adalah: (1) memperkenalkan topik kepada siswa dengan menunjukkan sebuah gambar, (2) membantu siswa memahami topik dengan memberikan beberapa pertanyaan berdasarkan gambar yang ditunjukkan, (3) memberikan contoh teks deskripsi, (4) meminta siswa untuk menyebutkan dan melafalkan beberapa kata dan frase yang berhubungan dengan topik dalam teks yang telah diberikan, (5) meminta siswa untuk menemukan arti kata dan frase dengan menjodohkan kata-kata dan frase tersebut dengan gambar yang sesuai, (6 ) meminta siswa untuk menemukan arti dari kata dan frase dengan menjodohkan kata dan frase di kolom A dan kolom B, (7) meminta siswa menjawab pertanyan yang diberikan dengan menggunakan katakata yang yang tersedia dalam kotak, (8) meminta siswa untuk menyempurnakan dialog dengan kata-katanya sendiri, (9) memberikan pertanyaan ke setiap siswa, (10) meminta siswa menjawab pertanyaan yang diberikan, (11) meminta siswa untuk menyusun jawaban pertanyaan itu ke dalam sebuah paragraf, (12) menugaskan siswa untuk menulis draft dari jawaban-jawaban pertanyaan itu, (13) meminta siswa untuk melakukan revisi yang difokuskan pada ide dan organisasi baik dalam kelompok atau pun dengan berpasangan, (14) meminta salah seorang dari kelompok tersebut untuk membaca tulisannya di depan kelas, (15) melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model tehnik bertanya (questioning technique) dapat meningkatkan kemampuan siswa di dalam menulis paragraf deskriptif. Peningkatan ini dapat dilihat pada mean skor tulisan siswa pada pre-test yang dilaksanakan pada penelitian pendahuluan (preliminary study) dan mean skor siswa pada kedua post-test yang diadakan masing-masing setelah siklus pertama dan siklus kedua. Pada pre-test, mean skor siswa adalah 52.4, dan mean skor siswa pada post-test di siklus pertama adalah 63.1, sementara mean skor siswa pada post-test siklus kedua mencapai 71.2. Disamping itu, tehnik bertanya (questioning technique) dapat juga memicu motivasi siswa dalam mengikuti proses kegiatan menulis di kelas. Faktanya dapat dilihat pada respon siswa terhadap kuestioner yang dibagikan kepada mereka. Lebih dari 75% siswa mengatakan bahwa mereka setuju bahwa tehnik bertanya (questioning technique) sangat menarik. Berdasarkan hasil temuan, beberapa saran akan diusulkan sebagai berikut, (1) guru bahasa Inggris hendaknya mempertimbangkan model tehnik bertanya (questioning technique) yang dikembangkan dalam peneltian ini sebagai salah strategi alternative yang digunakan dalam pengajaran menulis paragraf deskriptif siswa MTs atau SMP; (2) guru seharusnya memberikan seragkaian pertanyaan pada siswa untuk menghasilkan kalimat dengan menyediakan sebuah gambar yang berhubungan dengan topik yang dibahas; (3) siswa dianjurkan untuk melakukan praktek menulis di luar jam sekolah dengan menggunakan questioning Program Studi S2 ING 253 technique seperti yang dikembangkan dalam penelitian ini; (4) peneliti yang lain hendaknya melakukan penetian tindakan kelas dengan topik yang sama di sekolah lanjutan baik MTs maupun SMP. Kata kunci: tehnik bertanya, kemampuan menulis, paragraf Menerapkan Strategi Pengajaran Resiprokal untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Mahasiswa pada Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako Muhsin Abstrak Bahasa Inggris secara resmi dan wajib diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Mata pelajaran wajib yang diajarkan di SMP dan di SMA, dan mata kuliah Membaca lebih khusus diajarkan di tingkat universitas. Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako menawarkan mata kuliah Membaca Pemahaman yang dibagi menjadi Membaca I, Membaca II, Membaca III, Membaca IV, dan Membaca Ekstensif. Penelitian ini dilaksanakan pada mata kuliah Membaca Pemahaman II Kelas B tahun akademik 2008/2009. Dari proses pengajaran Membaca Pemahaman berdasarkan data awal sebelum penelitian, masalahmasalah berpusat pada: (1) rendahnya pencapaian mahasiswa dalam membaca pemahaman. (2) kesulitan mahasiswa dalam memahami teks. (3) kegiatan membaca dimonopoli oleh sebagian kelompok mahasiswa yang berkemampuan baik. (4) strategi yang diterapkan oleh dosen lebih terpusat pada dosen itu sendiri. Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi bagaimana Strategi Pengajaran Resiprokal (RT) dapat memperbaiki kemampuan pemahaman membaca mahasiswa. Dalam pemahaman membaca khususnya diarahkan untuk mengamati pelaksanaan Strategi RT dan sekaligus memperbaiki kemampuan pemahaman membaca mahasiswa dengan menggunakan model pengajaran Strategi RT. Pada khususnya, penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan pemahaman membaca mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako Palu melalui Strategi RT. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas kolaborasi (PTK) yang terdiri dari perencanaan (merancang prosedur pengajaran untuk menerapkan strategi Pengajaran Resiprokal, merancang rencana pembelajaran, menyiapkan materi pengajaran dan instrumen, dan menetapkan kriteria keberhasilan), melaksanakan rencana kegiatan, mengamati kegiatan, dan merefleksi hasil kegiatan. Penelitian ini telah dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan dan pertemuan ketiga dilaksanakan untuk memberikan tes membaca pemahaman dengan menggunakan strategi Pengajaran Resiprokal. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan salah seorang dosen Membaca Pemahaman pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako. Penerapan strategi RT meliputi enam komponen: (1) memprediksi (berguna untuk memberikan konsep yang kuat dan mengaktifkan pengetahuan awal mahasiswa), (2) mengklarifikasi (langkah yang dilaksanakan oleh peneliti yang bertujuan menambah kosakata mahasiswa), (3) bertanya (langkah yang mengarahkan mahasiswa untuk membuat pertanyaan sesuai dengan bacaan), (4) meringkas (langkah yang mengarahkan mahasiswa untuk menyatakan ide yang sesuai bacaan dengan menulis dalam bentuk satu paragraf), (5) bekerja kelompok (berguna untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa). Selama bekerja kelompok mahasiswa dibimbing oleh dosen untuk menerapkan strategi RT, dan (6) pemberian tes (praktik mandiri yang menggunakan strategi RT yang mana mahasiswa diharapkan dapat menerapkan strategi secara individu dan mandiri). Hasil penelitian menunjukkan pencapaian mahasiswa dalam tes membaca pemahaman setelah mereka menyelesaikan dua pertemuan penerapan strategi RT adalah 67% dari mahasiswa dalam kelas memperoleh nilai ≥80. Hal ini berarti bahwa terdapat sekitar dua puluh mahasiswa yang memperoleh nilai ≥80. Respon mahasiswa pada siklus 1 adalah 97% dari jumlah mahasiswa aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan strategi RT, kemudian pada siklus 2 respon mahasiswa adalah 100%. Hal ini berarti bahwa mahasiswa aktif dalam kelas resiprokal membaca pemahaman. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi RT dalam membaca pemahaman efektif menyelesaikan masalah mahasiswa. Dengan hasil penelitian yang baik maka disarankan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Tadulako agar membiasakan berdiskusi dan berbagi ide dengan temantemannya ketika mengalami masalah dalam pembelajaran. Disarankan juga kepada dosen mata kuliah Membaca Pemahaman yang ingin menerapkan strategi RT, agar melaksanakan tiga tahap dalam pengajaran sambil memberikan perbaikan terhadap pekerjaan mahasiswa. Terakhir, disarankan kepada peneliti 254 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 berikutnya agar melaksanakan penelitian di tingkat mahir membaca pemahaman seperti membaca kritis, membaca kreatif, dan membaca ekstensif. Kata kunci: strategi pengajaran resiprokal, meningkatkan, pemahaman membaca Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas II MAN Temanggung melalui Strategi “GRASP” Muslih Abstrak Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada muridmurid Sekolah Menengah Atas dalam pelajaran Bahasa Inggris. Melalui proses belajar mengajar membaca, para siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang mereka baca. Akan tetapi berdasarkan study pendahuluan ditemukan bahwa siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Temanggung masih mengalami kesulitan dalm menemukan gambaran umum dari suatu bacaan, menemukan informasi tertentu, menemukan pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti; rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris, terbatasnya jumlah kosakata bahasa Inggris yang mereka kuasai, kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan membaca, serta teknik mengajar yang kurang vareatif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan mebaca siswa, penerapan sebuah metode atau strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar membaca sangatlah diperlukan. Dalam hal ini Guided Reading and Summarizing Procedure atau disingkat GRASP diterapkan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan memahami bacaan. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan para siswa kelas XI MAN Temanggung Jawa Tengah. Masalah utama yang mesti dicari solusinyanya adalah “Bagaimana Strategi GRASP dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan siswa kelas XI MAN Temanggung?” Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah bahwa dengan menerapkan dan mengadaptasi Strategi GRASP yang terdiari dari 4 langkah, kemampuan memahami bacaan para siswa kelas XI MAN Temanggung dapat ditingkatkan. Sementara penelitian ini dikhususkan pada Analytical dan Hortatory Exposition text sebagai text type atau jenis-jenis text yang harus diajarkan kepada siswa siswi kelas dua Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakn secara berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru bahasa inggris yang mengajar dikelas yang dijadikan sebagai subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa 2 MAN Temanggung semester kedua pada tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus yang terdiri dari kegiatan yang meliputi, kegiatan pendahuluan (Preliminary study), Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Implemanting) sekaligus Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting) yakni melakukan analisa hasil penelitian untuk menentukan apakah criteria keberhasilan sudah tercapai atau belum. Ada 2 macam criteria yang ditetapkan untuk menentukan bahwa penelitian dianggap berhasil yaitu nilai rata-rata kemampuan membaca siswa meningkat dari 56.00 pada saat preliminary study menjadi 73.31 pada akhir siklus kedua, dan siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan penemuan dari penelitian ini, guru-guru bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan strategi GRASP dalam kegiatan belajar megajar membaca karena strategi GRASP terbukti dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan para siswa. Para peneliti yang akan datang disarankan untuk menerapkan Strategi GRASP kepada siswa siswi kelas X ataupun kelas XII dan juga disarankan untuk menerapkan strategi tersebut untuk beberapa jenis text yang lain seperti review, report, descriptive text dan lain-lain. Kata kunci: meningkatkan, pemahaman membaca, strategi “GRASP” Program Studi S2 ING 255 Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperative STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Membaca Pemahaman Siswa MAN 1 Kota Bima Najamuddin Abstrak Menyadari akan pentingnya penguasaan bahasa inggris dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, pemerintah Indonesia telah menetapkan bahawa bahasa Inggris adalah merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan pada siswa sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Pengajaran bahasa Inggris diarahkan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2004). Membaca adalah merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas. Adapun tujuan dari pada pengajaran membaca pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas adalah untuk membantu mereka memahami naskah bacaan dan materi-materi tertulis lainnya dalam bahasa inggris. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil study pendahuluan ditemukan bahwa pengajaran membaca pada MAN 1 Kota Bima tidak memberdayakan siswa untuk terampil dalam memahami isi bacaan. Siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Bima masih mengalami kesulitan dalam menemukan gambaran umum dan khusus, menemukan informasi tertentu, menemukan pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat didalam naskah bacaan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain; rendahnya pengetahuan guru bahasa inggris terhadap metode pembelajaran yang dapat motivasi siswa dalam memahami materi yang disampaikan, rendahnya motifasi siswa dan kadang-kadang mereka pasif mempelajari bahasa inggris, materi yang disajikan di dalam buku adalah sulit dipahami siswa, guru bahasa inggris tidak menyederhanakan dan mengembangkan materi yang disajikan di dalam buku paket yang sesuai kebutuhan siswa, dan guru bahasa inggris jarang sekali menggunakan media untuk menunjang kegiatan belajar. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dalam upaya untuk meningkatkan prestasi siswa didalam membaca pemahaman. Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode cooperative STAD dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi membaca pemahaman siswa. Dalam penerapan metode cooperative STAD, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang untuk satu kelompok yang digabung berdasarkan tingkat kemampuan, prestasi, ketrampilan, dan jenis kelamin. Fungsi dan tujuan utama pembagian kelompok tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok belajar, dan yang lebih khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok untuk menghadapi tes. Rancangan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus secara kolaboratif dimana peneliti dibantu oleh guru kolaborator didalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan di dalam satu kelas yang terdiri dari empat puluh dua siswa yang secara keseluruhan dijadikan subyek penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian adalah terdiri dari empat tahapan: tahap pertama adalah perencanaan, kedua adalah penerapan, ketiga adalah melakukan pengamatan, dan yang terakhrir adalah refleksi. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian yang antara lain angket, lembar observasi, catatan lapangan, dan mengadakan test pada siswa. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode cooperative STAD dalam pengajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan oleh adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada akhir Siklus 2. Skor rata-rata peroleh siswa pada tes pendahuluan adalah 58.46. Kemudian pada akhir Siklus 1 nilai rata-rata siswa masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Sementara pada akhir Siklus 2, perolehan nilai ratarata melebihi criteria ketuntasan yang telah ditentukan dengan skor rata-rata 72.44. Dengan melihat kelebihan maupun kelemahan dari pada penggunaan metode cooperative STAD didalam pengajaran membaca pemahaman, disarankan kepada guru bahasa inggris terutama yang mengajar bahasa inggris pada MAN 1 Kota Bima agar menerapkan metode tersebut di dalam kelasnya khususnya dalam pengajaran membaca pemahaman. Disamping itu, sangat disarankan kepada siswa bahwa hasil penelitian ini akan memberikan langkah-langkah kepada mereka sebagai fariasi metode dalam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan membaca pemahaman mereka. Kemudian kepada peneliti berikutnya, dan kepada siapa saja yang berminat menggunakan metode cooperative STAD pada Penelitian Tindakan Kelas, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode cooperative STAD untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dan mengurangi kesulitannya didalam memahami isi bacaan. Selanjutnya disarankan pula untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan metode cooperative STAD tersebut pada keterampilan-keterampilan bahasa yang lainnya. Kata kunci: metode cooperative STAD, membaca pemahaman 256 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Teknik Bercerita Menggunakan Puppets Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa MTsN Tangerang II Pamulang Nalti Nasution Abstrak Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di MTsN Tangerang II Pamulang ditemukan bahwa kemapuan berbicara siswa tahun 2008-2009 di kelas VIII-7 masih belum memuaskan. Siswa-siwa terlihat pasif dalam proses belajar-mengajar speaking. Siswa tidak mempunyai ide atau inisiatif untuk berbicara, atau jika mereka mempunyai ide, mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan ide tersebut. Semua itu dikarenakan kurangnya kosa-kata, kurang paham tata-bahasa, dan kurang praktek berbicara bahasa Inggris. Disamping itu, guru menggunakan teknik pengajaran yang monoton, dan jarang membuat mediamedia pengajaran. Karena itu, penelitian tindak kelas ini dilakukan untuk mengatasi masalah siswa dalam berbicara. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara melalui teknik bercerita menggunakan puppets dalam hal isi cerita dan penyampaian cerita. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus terdiri atas sembilan pertemuan. Tiga pertemuan untuk membaca (memahami tiga cerita), tiga pertemuan berikutnya untuk berbicara (memperaktekkan cerita menggunakan puppets dalam kelompok), dan tiga pertemuan terakhir untuk bercerita menggunakan puppets di depan kelas secara individu. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII7 MTsN Tangerang II Pamulang. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah lembar pengamatan, catatan lapangan, lembar penilaian diri, lembar penilaian antar sesama, penampilan berbicara siswa menggunakan rubrik penilaian, rekaman, dan angket. Kriteria sukses ditentukan berdasarkan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, pencapaian speaking siswa dalam hal nilai (menceritakan cerita secara perorangan), dan respon siswa terhadap penerapan teknik bercerita menggunakan puppets. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik tersebut berhasil dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa, karena kriteria sukses telah tercapai. Kriteria pertama adalah jika 65% siswa berpartisipasi atau terlibat aktif dalam proses berlaja mengajar, dan analisa data menjelaskan bahwa 83% siswa terlibat aktif. Mengenai kriteria kedua yaitu jika 65% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65, penemuan menunjukkan bahwa 87% siswa telah mencapai nilai lebih dari 65. Untuk kriteria terakhir, jika 75% siswa memiliki respon yang baik terhadap penerapan tehnik bercerita menggunakan puppets, temuan penelitian menjelaskan bahwa 89% siswa memperlihatkan respon baik terhadap teknik tersebut. Penerapan teknik bercerita menggunakan puppets dalam pengajaran berbicara terdiri aras beberapa langkah: 1) menujukkan gambar pada slide atau menunjukkan puppets, 2) menanyakan tentang gambar atau puppets tersebut, 3) membagi siswa menjadi kelompok kelompok, 4) memberikan siswa fotokopi teks narrative, 5) menugaskan siswa membaca teks dengan pelan, 6) mendiskusikan teks dalam kelompok berhubungan dengan topik and kata-kata sulitnya, 7) menanyakan cerita atau/dan mendiskusikan kosa-kata dan tata bahasa (kata kerja atau keterangan waktu yang digunakan dalam teks tersebut), 8) memberikan siswa fotokopi daftar kata-kata yang berhubungan dengan cerita, 9) mengidentifikasi dan menganalisa semua aspek dari teks narrative bersama dengan para siswa, 10) mendiskusikan pesan atau nilai moral dari teks tersebut bersama dengan siswa, 11) memberikan voucher bagi para siswa yang mau menjawab dan menjelaskan sesuatu mengenai cerita tersebut, 12) meminta siswa membaca teks dengan keras, 13) memberikan model kepada siswa bagaimana menyebutkan kata dengan benar, 14) memberikan lembar penilaian diri dan lembar kerja kepada siswa, 15) menyanyikan lagu berhubungan dengan cerita, 16) mencontohkan cara bercerita kepada siswa dengan menggunakan irama musik, 17) memberikan lembar penilaian antar sesama, dalam hal ini menilai penampilan guru, 18) meminta siswa memperaktekkan cerita dan bercerita menggunakan puppets dalam kelompok kecil, 19) memotivasi siswa untuk melafalkan cerita kembali di rumah, 20) meminta siswa menceritakan cerita tersebut dengan menggunakan puppets secara individu di depan kelas, 21) memberikan lembar penilaian sesama untuk menilai teman, 22) merekam suara siswa dan menilai penampilan mereka. Berdasarkan temuan dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita menggunakan puppets sangat efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam process belajar-mengajar, dan meningkatkan pencapaian – nilai– berbicara siswa. Disamping itu, teknik tersebut meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Guru-guru bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan teknik tersebut dalam pengajaran speaking atau skill lain seperti listening dan writing. Berhubungan dengan cerita dan puppets sebagai media dan materi pengajaran, para guru disarankan menyediakan media dan materi yang menarik dan bagus, tidak hanya sesuai dengan kebutuhan siswa tetapi juga dapat memotivasi siswa dalam belajar bahasa. Memberikan motivasi dari luar sangatlah diperlukan karena hal tersebut dapat membantu motivasi dari dalam diri siswa untuk belajar bahasa Inggris. Kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas dan alat-alat untuk membuat media yang dapat di pakai dalam kegiatan belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajaar Program Studi S2 ING 257 bahasa Inggris khususnya kemampuan berbicara. Disamping meyediakan berbagai jenis buku cerita berbahasa Inggris baik lokal maupun asing di perpustakaan untuk memperkaya jumlah bacaan siswa sangatlah diperlukan.Terakhir, calon peneliti disarankan melakukan penelitian dengan menerapkan teknik bercerita menggunakan puppets atau media lain dalam keterampilan berbahasa yang lain pula atau dengan menggunakan rancangan penelitian yang lain. Kata kunci: teknik bercerita menggunakan puppets, kemampuan berbicara Efektifitas Kegiatan Membaca Ekstensif dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca dan Kecepatan Membaca Teks Bahasa Inggris Pada Siswa-Siswa Kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 Nanang Rohmat Busthomi Abstrak Studi ini dilakukan untuk menentukan efektifitas kegiatan membaca ekstensif di dalam meningkatkan pemahaman membaca dan kecepatan membaca. Pertanyaan utama yang perlu dijawab adalah: (1) "Apakah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai pemahaman membaca lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan?" (2) "Apakah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai kecepatan membaca lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan?" Jawaban sementara untuk kedua pertanyaan utama tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang menyatakan sebagai berikut: (1) siswa yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai pemahaman membaca secara signifikan lebih tinggi dari pada siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan, dan (2) siswa yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai kecepatan membaca secara signifikan lebih tinggi dari pada siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental nonrandomized control group pretestposttest. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Negeri Pamekasan 1 yang berjumlah 72 siswa. 36 siswa ditetapkan di kelompok eksperimental sedangkan sisanya 36 siswa ditetapkan di kelompok kontrol. Instrumen penelitian ini dengan menggunakan 30 butir soal yang berbentuk pilihan ganda dengan meliputi materi membaca pemahaman untuk kelas IX semester dua. Kedua kelompok tersebut, eksperimental dan kontrol diberi sebuah tes awal, kemudian kelompok eksperimental diajar pemahaman membaca dan kecepatan membaca dengan menggunakan kegiatan membaca ekstensif tambahan, sedangkan kelompok kontrol diajar pemahaman membaca dan kecepatan membaca dengan tanpa kegiatan membaca ekstensif tambahan. Setelah itu, kedua kelompok diberi tes akhir dengan menggunakan instrument seperti yang dipakai dalam tes awal. Selanjutnya, data yang berbentuk skor pencapaian siswa dianalisa dengan menggunakan ANOVA satu jalur. Semua F-rasio yang dicapai dalam uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikan lebih tinggi pada p<.05 (df 70). Nilai F-rasio pada hipotesis pertama diperoleh angka 16.25 dan hipotesis kedua diperoleh nilai 27.69. Karena nilai F-rasio hasil perhitungan lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan nilai F Tabel (3.98) maka hasil tersebut merupakan cukup bukti untuk menolak hipotesis nol. Sehubungan dengan ditolaknya hipotesa nol, (1) prestasi pemahaman membaca siswa yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan tidak lebih tinggi secara signifikan dari prestasi siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan, (2) prestasi kecepatan membaca siswa tidak lebih tinggi secara signifikan dari prestasi siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan, maka sebagai konsekwensinya hipotesis alternative diterima. Dengan demikian, hal ini bisa diputuskan bahwa siswa yang diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan mencapai prestasi lebih tinggi dalam pemahaman membaca dan kecepatan membaca dari pada siswa yang tidak diberi kegiatan membaca ekstensif tambahan. Dengan kata lain, mengajar membaca dengan memberikan kegiatan membaca ekstensif tambahan lebih efektif bila dibandingkan dengan tanpa memberikan kegiatan membaca ekstensif tambahan. Berdasarkan penemuan-penemuan dalam eksperimen ini, ada beberapa saran yang tujukan pada guru-guru bahasa Inggris dan peneliti-peneliti yang akan datang. Guru bahasa Inggris seharusnya mempertimbangkan manfaat dari kegiatan membaca ekstensif dalam meningkatkan pemahaman membaca dan kecepatan membaca. Peneliti-peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan hasil temuan ini sebagai dasar dalam melakukan riset-riset berikutnya dengan topik yang sama. Kata kunci: kegiatan membaca ekstensif, pemahaman membaca, kecepatan membaca 258 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik Melalui Permainan tebak-tebakan (Guessing Games) Nif ‘atul Aula Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru Bahasa Inggris di MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks deskriptif siswa kelas II masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam kegiatan tugas menulis. Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana permainan tebak-tebakan digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik dalam menulis teks deskriptif?” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar menulis melalui strategi permainan tebak-tebakan. Strategi ini dipilih karena mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga mampu membantu meningkatkan kemampuan menulis siswa. Masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana strategi permainan tebak-tebakan digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas II MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik dalam menulis teks deskriptif?” Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VIII MTs Ihyaul Islam Ujungpangkah Gresik tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, planning, implementing, observing, dan reflecting. Tiap siklus meliputi tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisioner, interview dan tugas menulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model strategi permainan tebak-tebakan yang sesuai untuk pengajaran menulis teks deskriptif meliputi langkah-langkah berikut: (1) membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-4 siswa, (2) menyiapkan beberapa gambar atau benda kecil dan meminta salah satu siswa dari tiap kelompok untuk memilih gambar atau benda yang dimasukkan dalam sebuah amplop, (3) meminta siswa untuk membuat daftar kosakata berdasarkan gambar atau benda yang dipilih, (4) meminta siswa untuk menyusun kalimat dari daftar kata yang diperoleh untuk membuat kartu deskripsi, (5) meminta siswa untuk menebak kartu deskripsi –kegiatan ini digunakan sebagai kompetisi untuk meningkatkan motivasi siswa, (6) menyiapkan dan mendiskusikan model teks, (7) meminta siswa membuat draf secara individu dengan strategi yang sama dalam membuat kartu deskripsi, (8) meminta siswa merevisi draf yang difokuskan pada isi dan susunan, (9) meminta siswa mengedit kosakata yang digunakan, (10) meminta siswa membaca hasil tulisan di depan kelas (10) melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar kemampuan menulis. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa strategi permainan tebak-tebakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Peningkatan dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dalam menulis dan juga jumlah siswa yang nilainya dapat mencapai skor minimal untuk writing. Pada siklus 1 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 5.83 dan prosentase siswa yang nilainya di atas skor yang ditargetkan adalah 43.4%. Pada siklus 2 nilai rata-rata menjadi 7.07 dan prosentase siswa yang nilainya di atas skor yang ditargetkan adalah 82.6%. Disamping itu, strategi permainanan tebak-tebakan dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa selama mengerjakan tugas menulis. Berdasarkan hasil temuan, disarankan bagi para guru untuk menggunakan strategi permainan tebaktebakan untuk meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam pengajaran menulis. Bagi para peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan strategi tebak-tebakan dalam pengajaran menulis pada jenis teks yang lain. Kata kunci: permainan tebak-tebakan, kemampuan menulis Program Studi S2 ING 259 Efek Multimedia untuk Membantu Proses Mengajar Menulis Paragraf Deskriptif di SMPN 37 Semarang Nur Khamim Abstrak Penelitian ini merupakan sebuah investigasi terhadap efek penggunaan media, yaitu multimedia dan non-multimedia, terhadap kemampuan menulis paragraph deskriptif oleh siswa-siswa kelas 7 SMPN 37 Semarang pada tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu. Delapan puluh siswa terpilih dari jumlah total dua ratus tiga puluh delapan siswa yang berasal dari dua kelas berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian. Mereka terbagi dalam dua kelompok penelitian, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen, berdasarkan asal kelasnya. Sebelum perlakuan, subyek penelitian mengerjakan pre-tes untuk mengetahui kemampuan awal mereka dan untuk memastikan bahwa kedua kelompok tersebut setara. Setelah penelitian, subyek penelitian kembali mengerjakan post-tes dengan sosal yang sama untuk mengukur efek perlakuan pada masing-masing kelompok. Instrument lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, daftar cek pengamatan dan catatan pengamatan lapangan untuk mengukur sikap (positif atau negatif) dan motivasi siswa terhadap penggunaan multimedia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kovarian (ANAKOVA) untuk membandingkan skor rata-rata kedua kelompok dengan skor pre-tes sebagai kovariannya. Setelah analisis data, disimpulkan bahwa penggunaan multimedia mempunyai efek yang signifikan terhadap prestasi belajar, yaitu siswa yang diajar dengan menggunakan multimedia memperoleh skor yang lebih tinggi, baik skor keseluruhan maupun pada aspek-aspek menulis, yaitu isi, penyusunan komposisi, penggunaan kosakata yang tepat, dan tata bahasa, bila dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan multimedia. Dengan kata lain, implementasi multimedia dalam kelas menulis lebih efektif bila dibandingkan dengan non-multimedia untuk meningkatkan prestasi belajar. Berkenaan sikap belajar siswa dalam kelas menulis, analisis yang didasarkan pada jawaban siswa sebagai respon terhadap pertanyaan di kuesioner menyimpulkan bahwa para siswa cenderung bersikap positif terhadapnya. Dalam kuesioner yang mencakup lima faktor keterkaitan multimedia dengan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas, yaitu: kemenarikan media tersebut, efek media terhadap pemahaman materi belajar, efek media terhadap situasi belajar, faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran, dan penerapan media dalam pembelajaran sesungguhnya, hampir seluruh siswa menyatakan sikap positifnya. Selanjutnya, pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator menyimpulkan bahwa kelompok eksperimen cenderung lebih termotivasi dalam pembelajaran bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang ditunjukkan dengan pencapaian skala yang lebih tinggi untuk partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Terkait implikasi kependidikan dan saran-saran bagi penelitian lanjutan, peneliti menyajikannya dalam bab terakhir dari laporan penelitian ini. Kontribusi praktikal dari penelitian ini adalah penggunaan multimedia dalam kelas menulis bisa menjadi pilihan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Selanjutnya, penelitian ini juga menyarankan beberapa pengarahan bagi penelitian lanjutan terkait dengan desain penelitian, cakupan bidang penelitian, dan fenomena kehomogenan pada kelompok eksperimen setelah pemberian perlakuan yang ditemukan dalam penelitian ini. Kata kunci: multimedia, non-multimedia, efek, prestasi belajar, sikap Menggunakan Strategi Dialog Jurnal untuk Memperbaiki Keterampilan Menulis dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat Nurdin Abstrak Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di MTsN Tinambung Sulawesi Barat diketahui bahwa siswa-siswa sekolah tersebut mempunyai masalah dalam belajar menulis dalam bahasa Inggris. Masalah tersebut adalah kurangnya motivasi dalam belajar, ketidakmampuan dalam membuat kalimat dan kesukaran untuk memulai menulis. Penelitian ini dirancang untuk memperbaiki keterampilan menulis dalam bahasa Inggris melalui penerapan strategi dialog jurnal. Strategi ini dipilih karena beberapa alasan. Pertama, strategi dialog jurnal memberikan kegiatan menulis yang menarik kepada siswa, dimana siswa dapat dengan bebas menulis apa saja yang disukai seperti ide, fikiran dan perasaan. Siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru melalui 260 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 tulisan karena guru memberikan tanggapan terhadap tulisan-tulisan siswa. Dengan menulis jurnal, siswa mempunyai banyak kesempatan untuk berlatih menulis. Oleh karena itu, mereka diharapkan dapat menulis dengan baik karena adanya kegiatan menulis yang berlangsung secara teratur dan terus-menerus. Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana strategi dialog jurnal dapat memperbaiki keterampilan menulis dalam bahasa Inggris siswa kelas dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat?” Penelitian ini menerapkan desain penelitian tindakan kelas yang di dalamnya, peneliti dan kolaborator bekerja sama merancang rencana pembelajaran, menerapkan tindakan, mengobservasi dan melakukan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas dua MTsN Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tahun akademik 2008-2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan mengikuti prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas: perencanaan, penerapan, pengamatan dan refleksi. Prosedur penerapan strategi dialog jurnal dalam penelitian ini adalah: (1)mengarahkan siswa ke topik pelajaran dengan memberikan beberapa pertanyaan; (2) meminta siswa menceriatakan sesuatu, umpamanya, kegiatan seharihari atau pengalaman mereka; (3) meminta siswa untuk menuliskan apa yang telah mereka ceritakan; (4) menunjukkan kepada siswa model-model kalimat dan paragraph; (5)meminta siswa untuk membandingkan antara kalimat dan paragraph mereka dengan model kalimat dan paragraph yang ditunjukkan; (6) meminta siswa untuk menuliskan ulang kalimat dan paragraph mereka; (7) menunjukkan kepada siswa model-model dialog jurnal; (8) memberikan penjelasan tentang dialog jurnal; (9)menunjukkan kepada siswa daftar topic untuk ditulis dalam jurnal; (10) meminta siswa untuk menulis berdasarkan topic yang mereka pilih; dan (11) meminta siswa untuk menulis jurnal mereka sendiri di rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dialog jurnal dapat memperbaiki keterampilan menulis siswa dalam bahasa Inggris. Perbaikan keterampilan itu dapat dilihat dari jumlah tulisan siswa yang semakin baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Juga bias dilihat dari skor akhir dari siswa. Berkenaan dengan kuantitas, siswa dapat menulis beragam topic dengan jumlah kalimat dan paragraph yang terus bertambah di setiap entri. Berkenaan dengan kualitas, siswa-siswa menunjukkan kemajuan di empat aspek keterampilan menulis: isi, organisasi, kosa kata dan tata bahasa. Berkenaan dengan skor akhir, jumlah siswa yang skornya 60 atau lebih, bertambah dari pre-test ke post-test. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa saran diajukan sebagai berikut: (1) guru bahasa Inggris disarankan agar menggunakan strategi dialog jurnal dalam mengajarkan bahasa Inggris, khususnya menulis; (2) dalam menerapkan strategi dialog jurnal, guru seharusnya yakin bahwa siswa telah menguasai kosa kata dasar dan konsep-konsep dasar kalimat dan paragraf; (3) guru seharusnya menunjukkan contohcontoh dialog jurnal kepada siswa. Contoh-contoh kalimat dan paragraf juga perlu ditunjukkan kepada siswa, dan (4) pada kegiatan-kegiatan awal menulis jurnal, disarankan agar guru memberikan daftar topik yang bisa ditulis oleh siswa. Kata kunci: dialog jurnal, kemampuan menulis Implementasi Strategi “Put Yourself in the Picture” untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Bahasa Asing Siswa Kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Jombang Pryla Rochmah Wati Abstrak Menulis adalah salah satu keahlian yang mendukung kesuksesan dalam pembelajaran bahasa. Akhirakhir ini, pembelajaran menulis sering diabaikan. Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris adalah bagaimana memotivasi siswa untuk menulis materi yang menyenangkan. Oleh karena itu, kemampuan dalam menulis paragraf masih jauh dari yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Muhammadiyah 1 Jombang dalam menulis teks deskriptif dengan menggunakan strategi “Put Yourself in the Picture”. Strategi ini dipilih karena dapat menuntun siswa dalam menuangkan ide ke dalam sebuah tulisan dengan cara menempatkan dirinya dalam sebuah gambar. Masalah dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana strategi “Put Yourself in the Picture” dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif siswa kelas dua MTs Muhammadiyah 1 Jombang?’ Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas diimplementasikan dengan 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 15 siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Jombang tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar Program Studi S2 ING 261 observasi, catatan lapangan, kuisioner dan porto folio. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan dalam penerapan strategi “Put Yourself in the Picture” yang sesuai dalam pengajaran menulis meliputi langkah-langkah berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topic yang akan dibahas dengan memberikan pertanyaan dan gambar (2) memperkenalkan strategi dan membagikan gambar dan lembar kerja kepada siswa, (3) meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok, (4) menjelaskan kepada siswa tentang tugas mereka di dalam kelompok, (5) meminta siswa untuk menempatkan dirinya dalam gambar dan menjawab pertanyaan “Apa yang dapat kamu lihat dalam gambar?” dan “Apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang ada dalam gambar?” (6) meminta siswa untuk membuat kalimat berdasarkan daftar yang dibuat sebelumnya, (7) memberikan dan menjelaskan suatu model teks deskriptif beserta ciri-ciri kebahasaannya (Simple Present Tense, Preposition) kepada siswa sebelum mereka menulis draf kasar, (8) meminta siswa untuk menulis draf kasar (9) meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan draf dan merevisi draf teman mereka, (10) meminta siswa untuk melakukan konfrensi kecil dengan gurunya dan (11) meminta siswa untuk mengedit draf kasar sebagi rujukan dalam menulis karangan akhir mereka. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi “Put Yourself in the Picture” telah terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Jombang dalam menulis deskriptif teks. Peningkatan itu ditandai oleh peningkatan nilai rata-rata menulis siswa dari 46.22 pada tugas awal, 54.53 pada siklus pertama, menjadi 68.00 pada siklus kedua. Di samping itu, siswa antusias, bersemangat, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi “Put Yourself in the Picture”. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi “Put Yourself in the Picture” tidak hanya efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa namun juga dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi “Put Yourself in the Picture” yang bermanfaat dalam memeberikan kemudahan bagi siswa untuk menentukan ide dalam membuat tulisan. Akhirnya, disarankan agar penelitian-penelitian selanjutnya difokuskan pada pengajaran menulis teks deskriptif di jenjang yang berbeda misalnya pada Sekolah Dasar dan teks naratif dan diterapkan pada genre yang berbeda misalnya teks naratif dan recount (jenis teks). Kata kunci: strategi “Put Yourself in the Picture”, kemampuan menulis, teks diskriptif Penggunaan Pendekatan Menulis Proses untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Recount Siswa Kelas Dua MTsN Lamala Sulawesi Tengah Pudariati Abstrak Berdasarkan hasil studi awal yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 23 Juli 2008. Diketahui bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah. Nilai rata-rata siswa adalah 4.13 sedangkan kreteria ketuntasan minimum adalah 6.00. Rumusan masalah yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah”How can process writing approach be used to improve the ability in writing recount paragraphs of the second year students of MTsN Lamala Central Sulawesi? Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf recount siswa kelas dua MTsN Lamala Sulawesi Tengah dengan menggunakan pendekatan menulis proses. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sistim kolaborasi. Peneliti bekerjasama dengan seorang kolaborator dalam hal merancang rencana pembelajaran, menentukan kriteria kesuksesan belajar, melaksanakan dan mengobservasi kegiatan mengajar serta merefleksi data yang didapat dari proses pengajaran dan pembelajaran. Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) mengamati tindakan, dan (4) menganalisa dan merefleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas dua MTsN Lamala Central Sulawesi tahun pelajaran 2008-2009. Jumlah siswa dalam kelas adalah 38 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar format pengamatan, catatan lapangan, rubrik penilaian, kuisener dan lembaran wawancara untuk siswa. Model pendekatan menulis proses yang tepat dalam pengajaran menulis meliputi prosedur berikut: (1) memberikan siswa gambar kegiatan berangkai yang berwarna untuk membantu membangun pengetahuan mereka tentang teks recount, (2) Memberikan siswa model teks recount yang strukturnya sudah ditandai dengan jelas, (3) meminta siswa untuk bekerja kelompok untuk mempelajari struktur teks recount (4) 262 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 mengajak siswa untuk mengungkapkan ide mereka dalam tekhnik clustering, (5) menuntun siswa dalam menuangkan, memilih, dan mengatur ide mereka, (6) meminta siswa untuk menuangkan ide dalam bentuk kalimat dan mengatur kalimat tersebut dalam bentuk draft awal (7) meminta siswa untuk merevisi draft mereka dengan merujuk pada format petunjuk revisi (8) meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelas dan guru, (9) meminta siswa untuk saling menukar pekerjaan dengan pasangannya, (10) meminta siswa untuk memeriksa grammar dan mekanik tulisan mereka dengan merujuk pada format petunjuk mengedit, dan (11) meminta siswa untuk merapikan tulisan mereka. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga pertemuan. Pada siklus yang pertama, penjelasan tentang recount teks dilakukan pada pertemuan pertama, tahapan prewriting dan drafting pada pertemuan kedua, dan tahapan revising dan editing pada pertemuan ketiga. Pada siklus yang kedua, tahapan prewriting dan drafting dilakukan pada pertemuan pertama, tahapan revisi pada pertemuan kedua, dan tahapan editing pada pertemuan ketiga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan menulis proses berhasil meningkatkan kemampuan dalam menulis paragraf recount siswa kelas dua MTsN Lamala Sulawesi Tengah. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya partisipasi dan skor menulis siswa dalam kegiatan menulis. Hasil lembar pengamatan dan catatan lapangan menunjukkan bahwa pendekatan menulis proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dimana sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Sehubungan dengan hasil tulisan siswa, telah ditetapkan dalam kreteria keberhasilan kedua bahwa 60% dari keseluruhan jumlah siswa harus mencapai skor sama atau lebih tinggi dari 6.00. Skor siswa dalam siklus pertama belum mencapai kreteria keberhasilan karna hanya ada sepuluh (26.32%) dari tigapuluh delapan siswa yang memperoleh skor sama atau lebih tinggi dari 6.00. Sementara di siklus kedua, duapuluh empat (63.16%) memperoleh nilai sama atau lebih tinggi dari 6.00 yang berarti bahwa kreteria keberhasilan telah tercapai. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru-guru bahasa Inggris untuk menerapkan pendekatan menulis proses dalam pengajaran menulis. Namun guru-guru harus mempertimbangkan model yang sesuai bagi siswa yang dapat memfasilitasi mereka dengan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dan kepada para peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang serupa disarankan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hal pemilihan jenis teks, media pengajaran dan prosedur pelaksanaan empat tahapan dalam pendekatan proses menulis. Kata kunci: pendekatan menulis proses, kemampuan menulis, paragraf recount Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa MAN 2 Madiun Melalui Strategi SQ3R Purwatiningsih Abstrak Memebaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu membaca sangat bpenting untuk dipelajari. Bagi siswa membaca diperlukan sebagai alat untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Sehingga keberhasilan didalam membaca sangat penting bagi siswa. Sehubungan dengan pentingnya membaca bagi siswa, di Indonesia ketrampilan membaca diajarkan ditingkat SD sampai perguruan tinggi. Bagaimanapun, hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di MAN 2 Madiun menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa belum memadahi, terbukti prestasi mereka masih relatif rendah dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar minimal. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan yang diharapi siswa dalam membaca pemahaman. Dengan alasan tersebut, maka SQ3R diterapkan pada pembelajaran membaca pemahaman untuk meningkatkan membaca pemahaman siswa. Penelitian ini dirancang untuk penelitian tindakan kelas secara kolaborasi yang melibatkan peneliti dan guru kelas yang berkolaborasi merancang rencana pembelajaran, mengimplementasikan rencana tindakan, melakukan pengamatan, dan melakukan analisis dan refleksi. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai praktisi dan guru kelas berperan sebagai pengamat. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas sebelas MAN 2 Madiun Jurusan Bahasa tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas yang meliputi tahap perencanaan, implementasi, observasi, analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian yang berupa ceklist pengamatan, pedoman wawancara, catatan lapangan, dna tes membaca pemahaman. Program Studi S2 ING 263 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk membelajarkan siswa dalam membaca pemahaman melalui strategi SQ3R meliputi beberapa tahap yang masing-masing terdiri dari beberapa kegiatan penting yang antara lain: 1) mengaktifkan latarbelakang pengetahuan sebelum membaca tek, 2) menggunakan gambar atau benda nyata sebagai alat pembelajaran, 3) menemukan arti dari kata-kata sulit, 4) membuat pertanyaan prediksi, 5) membaca paragraph pembuka dan penutup, 6) mencari jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat, 7) menyimpan semua informasi yang diperoleh dalam ingatan jangka panjang, 8) mengingat kembali informasi yang disimpan, 9) melakukan laporan, 10) membuktikan laporan yang dibuat dengan membaca teks, 11) menulis hasil pembuktiannya. Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi SQ3R telah meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai membaca siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimal. Adapun rata-rata nilai yang diperoleh siswa dari tiga kali tes adalah 59,1 diperoleh dari pre-tes, 64,5 dari tes 1 dan 78,7 dari nilai tes 2. Dengan kata lain siswa yang terkategori sukses dalam pre-test sebanyak 33,3% atau 10 orang, 50% atau 15 dalam test 1, dan 86,7% atau 26 orang pada test 2. Di samping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi SQ3R sangat efketif untuk membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Peningkatan partisipasi siswa dalam pemebelajaran adalah 59% pada siklus1 dan 79% pada siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa saran ditujukan untuk guru dan peneliti yang akan datang. Bagi guru bahasa Inggris yang mempunyai masalah serupa diharapkan mereka dapat mengimplementasikan strategi SQ3R sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Kepada peneliti yang akan datang, mereka dianjurkan untuk membuat kajian penelitian serupa secara mendalam di tingkat pendidikan yang berbeda dengan tempat, subyek penelitan, dan jenis teks yang berbeda untuk mengetahui apakah strategi SQ3R juga efektif untuk meningkatkan prestasi membaca siswa. Kata kunci: strategi SQ3R, peningkatan, kemampuan membaca Meningkatkan Keterampilan Menyimak dalam Bahasa Inggris dengan Menggunakan Teknik Storytelling di Kelas Dua MTsN Model Amuntai Rahmah Fitriah Abstrak Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa prestasi siswa dalam kegiatan menyimak masih belum memuaskan. Beberapa kesulitan yang dialami siswa adalah memahami dan menemukan informasi rinci dalam teks yang mereka dengarkan. Kesulitan tersebut disebabkan beberapa factor. Pertama, kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan materi yang tersedia. Kedua, kurang beragamnya teknik dalam mengajar menyimak. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa dengan menggunakan teknik storytelling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana teknik storytelling bisa meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru bahasa Inggris dalam mengobservasi proses belajar mengajar. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F MTsN Model Amuntai. Instrumen penelitian ini adalah tes menyimak, checklist pengamatan, dan kuesioner. Kriteria kesuksesan penelitian ini adalah peningkatan nilai listening siswa dan minat mereka terhadap penerapan teknik storytelling. Kriteria kesuksesan tercapai jika 75% siswa mendapatkan nilai lebih dari 6. Disamping itu, kriteria kesuksesan juga ditentukan berdasarkan minat siswa terhadap kegiatan storytelling. Kriteria kesuksesan tercapai jika 75% siswa memiliki respon yang positif terhadap penerapan teknik storytelling. Dengan penerapan teknik storytelling, kriteria kesuksesan tercapai pada siklus kedua. Sebanyak 81% total siswa yang memperoleh nilai lebih dari 6 dan sebanyak 80% siswa memiliki respon yang positif terhadap penerapan teknik storytelling. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prosedur dari teknik storytelling yang efektif adalah (1) menunjukkan gambar berukuran 20x25 cm kepada siswa, (2) menanyakan tentang gambar, (3) memberikan kosakata kunci yang berkaitan dengan cerita, (4) mempraktekkan pengucapan kosakata, (5) menanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka terhadap cerita. (6) mengulangi cerita sekali lagi agar siswa benar-benar memahami ceritanya, dan (7) Menanyakan siswa tentang pendapat dan perasaan mereka terhadap ceritanya. Dapat disimpulkan bahwa teknik storytelling telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa dalam hal memahami cerita dan menemukan informasi rinci dalam cerita. Penelitian ini diakhiri dengan pemberian saran-saran. Guru-guru bahasa Inggris MTs diharapkan menggunakan teknik 264 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 storytelling sebagai teknik alternatif dalam mengajar untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Peneliti yang lain diharapkan untuk mengadakan penelitian tentang teknik storytelling untuk keterampilan berbahasa yang lain. Pengembang materi disarankan agar mengembangkan materi cerita untuk siswa MTs dengan mempertimbangkan karakter khusus mereka. Terakhir, disarankan kepada kepala sekolah untuk menyediakan fasilitas berupa buku-buku cerita berbahasa Inggris dan cerita-cerita lokal di perpustakaan dan menyelenggarakan acara-acara yang berkaitan dengan penggunaan cerita, seperti lomba bercerita untuk meningkatkan minat siswa pada cerita berbahasa Inggris dan juga pada bahasa Inggris itu sendiri. Kata kunci: keterampilan menyimak, teknik storytelling Sebuah Rancangan Silabus Kelas Speaking untuk Mata Kuliah Intensive English bagi Mahasiswa Tingkat Pertama di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin Raida Asfihana Abstrak Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan di institusi ini menunjukkan bahwa tidak ada silabus tertentu yang dapat dipakai untuk mengajarkan bahasa Inggris; para dosen hanya mengikuti panduan yang disajikan di buku teks, yang ruang lingkupnya adalah bahasa Inggris umum. Selanjutnya dapat dicermati bahwa panduan tersebut tidaklah memadai untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam hal konten keIslaman dan efisiensi pedagogisnya. Berangkat dari masalah diatas, muncullah suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi akan perancangan sebuah silabus untuk mahasiswa di institusi Islam ini. Lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah silabus yang sesuai untuk mengajarkan keterampilan berbicara kepada mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Prosedur penelitian pengembangan dipakai di dalam penelitian ini. Model pengembangan silabusnya merupakan perpaduan dari Pengembangan Program Bahasa oleh Yalden (1987) dan tahap-tahap penelitian pengembangan oleh Borg and Gall (1983). Prosedurnya melingkupi sembilan tahap pengembangan, yaitu: (1) analisa kebutuhan, (2) perencanaan, termasuk didalamnya deskripsi tujuan pengembangan dan pemilihan tipe silabus, (3) pembuatan silabus purwa-rupa, (4) validasi ahli terhadap silabus purwa-rupa, (5) pembuatan silabus pedagogis, (6) uji coba, (7) revisi produk akhir, (8) evaluasi (validasi ahli terhadap produk akhir yang telah direvisi), dan (9) produk akhir. Produk akhir dari penelitian pengembangan ini berupa sebuah Speaking for Islamic Studies silabus untuk pengajaran bahasa Inggris, terutama keterampilan berbicara, di kelas Intensive English tahap B di IAIN Antasari Banjarmasin. Silabus komunikatif berbasis genre ini terutama berisi gambaran singkat mata kuliah, tujuan pengajaran, pemilihan topik dan sub-topik, dan sistem evaluasi. Silabus yang dirancang untuk mata kuliah ini mengacu kepada empat jenis teks (genre); antara lain penceritaan, narasi, pelaporan informasi, dan ekposisi. Karena fungsi bahasa dalam silabus ini berbasis genre, maka keterampilan yang dilatih melingkupi keterampilan dasar berbicara yang dipadukan dengan fitur-fitur gramatikal dari jenis teks tersebut, seperti bentuk waktu kini dan lampau, kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata penghubung. Lebih lanjut, mata kuliah ini juga menyajikan keterampilan berbicara dalam bertukar peran percakapan, bekerja berpasangan, penceritaan kembali, penyajian presentasi singkat, dan melakukan diskusi kelompok kecil dan diskusi panel. Silabus ini berisi empat topik utama yang kemudian di rinci lagi menjadi sepuluh sub topik yang berkaitan dengan kepercayaan dan praktik-praktik budaya Islam. Empat model rencana pengajaran, yang telah diuji-cobakan secara empiris dalam tahap uji coba, juga tersedia didalamnya. Selain itu, akan mudah bagi para pemakai silabus ini untuk membuat rencana dan materi pengajaran lainnya dikarenakan format dari rancangan silabus ini, yang telah divalidasi oleh dua orang ahli, mudah untuk ditafsirkan. Berdasarkan temuan studi ini, disarankan kepada para dosen pengajar bahasa Inggris dan peneliti lain untuk merancang silabus keterampilan berbahasa Inggris lainnya yang berkaitan dengan studi Islam dikarenakan silabus yang baru dirancang ini mungkin perlu dievaluasi dan direvisi secara kontinyu sebagai akibat dari penerapannya dalam aktivitas pengajaran di kelas. Produk dari penelitian ini juga bisa disosialisasikan melalui diskusi rutin diantara para dosen pengajar mata kuliah bahasa Inggris, seminar lokal dan internasional, pertemuan-pertemuan profesional dengan para ahli di bidang pengembangan produk dan melalui tulisan dalam jurnal. Kegiatan ini akan sangat membantu dalam usaha menjaga kualitas dari produk akhir penelitian ini. Sehingga produk akhir dari penelitian pengembangan ini akan berhasil mengakomodir Program Studi S2 ING 265 kebutuhan pembelajar dalam menguasai keterampilan berbicara bahasa Inggris dalam konteks studi Islam, khususnya para mahasiswa di IAIN Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kata kunci: perancangan silabus, keterampilan berbicara, studi Islam. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Recount melalui Teknik TanyaJawab di MTs Siti Mariam Banjarmasin Raudhatun Nisa Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru Bahasa Inggris di MTs Siti Mariam Banjarmasin. Berdasarkan hasil studi awal pada siswa kelas delapan MTs Siti Mariam Banjarmasin, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks recount masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam tugas menulis. Teknik Tanya-Jawab dipilih untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk mengetahui bagaimana Teknik Tanya-Jawab dapat meningkatkan kemampuan siswa-siswi kelas delapan MTs Siti Mariam Banjarmasin dalam menulis teks recount. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana peneliti dan guru bekerja sama dalam melaksanakan penelitian ini. Peneliti berperan sebagai guru sedangkan guru bahasa Inggris menjadi observer yang mengobservasi pelaksanaan Teknik Tanya-Jawab. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu planning, implementing, observing, dan reflecting. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu ceklis observasi, catatan lapangan, kuisioner, dan tugas-tugas menulis siswa. Subyek penelitian ini adalah 35 siswa kelas delapan MTs Siti Mariam Banjarmasin pada tahun ajaran 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teknik Tanya-Jawab dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount dengan membimbing para siswa dalam membuat kalimat. Dalam membuat kalimat, para siswa diberi serangkaian pertanyaan berdasarkan media tertentu (seperti daftar kegiatan, gambar berseri, dan lain-lain). Jawaban lengkap dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diolah dengan cara tertentu untuk menghasilkan sebuah teks recount yang terorganisasi dengan baik. Lebih lanjut, peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks recount dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata menulis siswa dari 52,1 di putaran pertama, menjadi 70,1 di putaran kedua. Di samping itu, dari hasil ceklis observasi, catatan lapangan, dan kuisioner, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Teknik TanyaJawab sangat efektif dalam meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa dalam proses belajar dan mengajar. Terlebih lagi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Teknik Tanya-Jawab yang sesuai dalam pengajaran menulis meliputi prosedur berikut: (1) memberikan model teks recount kepada siswa, (2) memerintahkan siswa untuk membaca teks recount tersebut dan memperhatikan kosa kata dan tata bahasa atau ciri-ciri kebahasan dari teks recount, (3) memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk menyakinkan pemahaman siswa tentang isi cerita dan generic structure dari teks recount, (4) mengelompokkan siswa, (5) mendistribusikan gambar berseri dengan serangkaian pertanyaan (sebagian pertanyaan-pertanyaan itu berhubungan dengan topik dan gambar berseri tersebut, sebagian pertanyaan yang lain tidak berhubungan dengan topik dan gambar berseri tersebut) kepada masing-masing kelompok siswa, (6) menugaskan siswa untuk memilih pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik dan gambar berseri tersebut secara berkelompok, (7) menugaskan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dipilih secara berkelompok, (8) menugaskan siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka menjadi sebuah teks recount secara individu, (9) menugaskan siswa untuk menggabungkan kalimat-kalimat dalam teks recount mereka dengan kata sambung yang sesuai secara individu, dan (10) memberi pendapat dan saran kepada siswa untuk merevisi dan mengedit tulisan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan Teknik Tanya-Jawab karena teknik ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount. Lebih lanjut, kepada peneliti yang akan datang, khususnya bagi mereka yang memiliki permasalahan yang sama dan tertarik untuk menerapkan Teknik Tanya-Jawab dalam penelitian mereka, disarankan agar mereka menerapkan Teknik Tanya-Jawab pada bidang keterampilan yang sama yang difokuskan untuk peningkatan kreatifitas dan keinginan-tahu siswa dalam menulis (menulis kreatif) atau pada pembelajaran bidang keterampilan bahasa lainnya seperti menyimak dan berbicara (dengan menyuruh siswa untuk 266 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 menyimak sebuah monolog lisan, misalnya, dan kemudian menyuruh mereka menjawab pertanyaanpertanyaan tentang monolog tersebut secara lisan). Kata kunci: teks recount, menulis, teknik tanya-jawab Menggunakan Teknik Jigsaw untuk Memperbaiki Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua MTs Negeri 2 Medan Raudhatuz Zahrah Abstrak Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar bahasa Inggris dan studi awal yang dilakukan, prestasi siswa pada menulis teks narasi belum memuaskan. Nilai rata-rata tulisan teks narasi siswa adalah 49.6, sedangkan kreteria ketuntasan minimum adalah 60.0. Prestasi yang tidak memuaskan ini dikarenakan (1) siswa mengalami kesulitan untuk memulai menulis, mengorganisasikan dan mengalihbahasakan ide-ide mereka ke dalam teks yang menarik, (2) strategi pengajaran dan pembelajaran menulis yang tidak efektif, dan (3) motivasi siswa untuk menulis sangat rendah. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti mengusulkan salah satu strategi yang sesuai dalam mengajarkan menulis narasi, yaitu teknik Jigsaw. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan ketrampilan menulis teks narasi siswa dengan menggunakan teknik Jigsaw. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik Jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa di MTs Negeri 2 Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dimana peneliti dan guru bekerja sama dalam melaksanakan penelitian ini. Peneliti berperan sebagai pengajar sedangkan guru bahasa Inggris menjadi kolaborator peneliti untuk mengobservasi pelaksanaan teknik Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, planning, implementing, observing, dan reflecting. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan untuk pelaksanaan teknik. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisener, dan hasil tulisan siswa. Subyek penelitian ini adalah 42 siswa kelas dua MTs Negeri 2 Medan pada tahun ajaran 2008/2009. Semua siswa menjadi subyek penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teknik Jigsaw yang sesuai dalam pengajaran menulis teks narasi meliputi langkah-langkah berikut: (1) memberikan model teks narasi yang dilengkapi dengan rangkaian gambar berurutan kepada siswa dengan tujuan untuk membangun pengetahuan siswa tentang cerita dan input bahasa berupa kosa kata, tata bahasa, dan ciri-ciri kebahasan dari teks narasi, (2) memerintahkan siswa untuk membaca cerita dan memperhatikan kosa kata, tata bahasa, dan ciri-ciri kebahasaan dari teks narasi, (3) memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk menyakinkan pemahaman siswa tentang cerita dan ciri kebahasaan teks narasi, (4) mengelompokkan siswa dalam kelompok ahli yang terdiri dari empat siswa, (5) mendistribusikan sebuah gambar yang khusus dan berbeda dari rangkain gambar yang berurutan yang dilengkapi dengan beberapa kata kunci kepada setiap kelompok ahli, (6) meminta setiap siswa untuk menulis hasil diskusi tentang deskripsi sebuah gambar bagian dari sebuah cerita, (7) mengumpulkan gambar, (8) mengelompokkan kembali siswa ke kelompok jigsaw, (9) meminta siswa untuk mempresentasikan bagian dari cerita yang dikuasainya dan saling bertukar cerita untuk mendapatkan satu cerita yang lengkap, (10) berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk mengawasi proses pembelajaran, (11) meminta siswa untuk menulis kembali cerita tersebut secara perseorangan sehingga mereka menyadari bahwa bagian ini bukan sekedar permainan tetapi juga pembelajaran yang sangat berarti, (12) meminta siswa ntuk memperbaiki tulisan pertama mereka dengan menggunakan petunjuk pebaikan, (13) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyunting tulisan mereka dengan mengunakan petunjuk penyuntingan, dan (14) mempublikasikan hasil tulisan mereka pada sesi terakhir pembelajaran dengan membacanya di depan kelas atau menempelnya di majalah dinding. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Jigsaw efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks narasi. Peningkatan dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata menulis teks narasi siswa dari nilai studi awal 49.6; 60.2 di siklus pertama, dan 70,2 di siklus kedua. Di samping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa teknik Jigsaw sangat efektif dalam meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa. Diketahui bahwa 74.0% siswa termotivasi di siklus pertama dan 83.8% siswa termotivasi di siklus kedua. Selain itu, diketahui bahwa 83.1% siswa berpartisipasi secara aktif di siklus pertama dan 88.9% siswa berpatisipasi di siklus kedua. Program Studi S2 ING 267 Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan Jigsaw karena teknik ini tidak hanya bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan menulis teks narasi namun juga dalam memotivasi siswa untuk menulis dan bekerja sama dalam mendeskripsikan kejadian yang ada di dalam gambar. Selain itu, Jigsaw juga berguna dalam mendorong siswa untuk ikut serta secara aktif dalam menulis teks narasi. Di samping itu, disarankan agar guru Bahasa Inggris menggunakan teknik lain dari cooperative learning sebagai strategi belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa tidak hanya dalam keterampilan menulis tetapi juga pada ketiga keterampilan bahasa yang lain. Selain dari itu, disarankan agar siswa menggunakan teknik Jigsaw sebagai strategi belajar untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menulis teks narasi mereka yang dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Untuk calon guru-guru peneliti, khususnya bagi mereka yang mempunyai masalah yang sama dan tertarik untuk melaksanakan penelitian, disarankan untuk menerapkan Jigsaw pada bidang keterampilan yang sama di penelitian mereka atau pada bidang keterampilan bahasa yang lain, seperti keterampilan mendengar. Dalam keterampilan ini, para siswa mendengarkan bagian yang berbeda dari sebuah bacaan, dan kemudian saling bertukar informasi dengan yang lain untuk menyelesaikan tugas. Para siswa dapat melaporkan tugas tersebut secara lisan atau tertulis. Kata kunci: teknik jigsaw, teks narasi, kemempuan menulis Menggunakan Game Twenty-question untuk Memperbaiki Kemampuan Menulis Siswa Kelas Tujuh Semester Dua MTS. Hasyim Asy’ari Piyungan Bantul DIY Tahun Ajaran 2008/2009 Risnaryanto Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam bahasa Inggris dengan menggunakan model pengajaran berbasis Game Twenty-question dan bimbingan per langkah karena dapat membangun ketrampilan siswa menggunakan pertanyaan deskriptif, menerapkan ketrampilan mengubah kalimat dan pembimbingan proses menulis dengan suasana menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik dengan langkah-langkah menulis. Dengan demikian, hasil tulisannya akan lebih baik. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana permainanTwenty-question bisa meningkatkan kemampuan siswa kelas tujuh semester dua MTs. Hasyim Asy’ari Piyungan Bantul DIY dalam menulis teks deskriptif?” Model penelitian ini adalah tindakan kelas dimana peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam menyusun rencana pelajaran, mengimplementasikan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas dua pada MTs. Hasyim Asy’ari Piyungan tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus mengikuti langkah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi hingga refleksi. Berdasarkan hasil penilaian terhadap tulisan siswa dimana rerata pada pra-penelitian adalah 50, kemudian 61 pada siklus satu dan 69 pada siklus dua, terdapat peningkatan yang menggembirakan dan dengan demikian model pengajaran ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Model pembelajaran yang diterapkan adalah sebagai berikut: (1) mengenalkan dan menjelaskan tata cara, aturan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan permainan, (2) memainkan game, (3) menjelaskan cara mengubah kalimat tanya ya/tidak, (4) menjelaskan bermacam tipe kalimat yang dipakai untuk menggambarkan obyek sehingga siswa bisa menambahkan dengan deskripsinya sendiri, (4) menyajikan teks sebagai model guna dianalisa dan diikuti formatnya, (6) melengkapi bagian teks yang belum ada sebelum direvisi dan disunting, (7) memperoleh penilaian dan umpan balik dari kelompok atau siswa yang lain dalam hal organisasi, tata bahasa dan tanda baca, (8) menulis versi akhir, (9) membacakan atau mengumpulkan tulisan dalam kegiatan publikasi, dan (10) merefleksikan proses menulis. Dengan mempertimbangkan hasil temuan, disarankan agar (1) para guru Bahasa Inggris menerapkan dan memodifikasi model ini terutama bila siswa lemah dalam tata bahasa serta mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil, mempraktekkan permainan ini dan mengembangkan topiknya kedalam tulisan deskripsi; dan (3) calon peneliti memvariasikan permainan ini dengan rangkaian gambar deskriptif untuk meningkatkan efektifitas. Kata kunci: game twenty-question, kemampuan menulis 268 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Pengajaran Menulis Teks Prosedure Menggunakan Strategi Gambar Berseri di MTsN Malang III Roudlatul Hasanah Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur dengan menggunakan strategi gambar berseri. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas IX E MTsN Malang III, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks prosedur siswa kelas IX masih kurang memuaskan, nilai rata-rata mereka hanya 50.3, dan siswa mempunyai motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam kegiatan menulis. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru bahasa Inggris dalam mengobservasi proses belajar mengajar. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX E MTsN Malang III. Instrumen penelitian ini adalah hasil tulisan siswa, checklist pengamatan,field note dan kuesioner. Kriteria kesuksesan penelitian ini adalah peningkatan nilai menulis siswa, partisipasi aktif dan respon mereka dalam proses belajar mengajar. Kriteria kesuksesan tercapai jika 60% siswa mendapatkan nilai 70, dan jika 60% siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan penerapan strategi gambar berseri, kriteria kesuksesan tercapai pada siklus kedua. Sebanyak 71.70% total siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 dan sebanyak 82.3% siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar serta 84.7% siswa merespon positif terhadap penerapan gambar berseri. Prosedur dari strategi gambar berseri yang efektif adalah (1) menunjukkan gambar kepada siswa, (2) bertanya mengenai gambar, (3) memberikan kosakata kunci yang berkaitan dengan gambar ,(4) memberikan dan mendiskusikan contoh teks prosedur, (5) mempertunjukkan gambar acak, (6) meminta siswa untuk mengurutkan gambar, (7) menulis kalimat sesuai dengan gambar, (8) merevisi tulisan ditekankan pada konten, organisasi dan struktur tulisan, (9) mengedit tulisan ditekankan pada konten, organisasi dan struktur tulisan. Dapat disimpulkan bahwa strategi gambar berseri telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur. Penelitian ini diakhiri dengan pemberian saran-saran. Untuk guru-guru bahasa Inggris MTs, mereka diharapkan menggunakan strategi gambar berseri sebagai strategi alternatif dalam mengajar untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Bagi peneliti yang lain, mereka diharapkan untuk mengadakan penelitian tentang gambar berseri untuk keterampilan berbahasa yang lain. Kata kunci: pengajaran menulis, teks prosedur, strategi gambar berseri Meningkatkan Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Gambar Seri bagi Siswa Kelas II MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan Samsuddin Abstrak Kemampuan siswa kelas dua MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan Probolinggo dalam menulis paragraf masih kurang memuaskan. Siswa tidak mampu mengekspresikan gagasan mereka dalam sebuah paragraf yang baik. Mereka masih membuat kesalahan dalam menulis berkenaan dengan komposisi, isi, penggunaan bahasa, dan mekanisme. Untuk mengatasi masalah ini, diajukan peneliti sebagai salah satu strategi yang tepat dalam mengajarkan menulis paragraph narasi dengan menggunakan gambar seri. Penelitian ini bertujuan memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis paragraph narasi dengan menggunakan gambar seri bagi siswa kelas dua MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan Probolinggo , menggunakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam hal perencanaan, pengimplementasian, pengamatan tindakan dan refleksi data yang diperoleh selama proses kegiatan belajar mengajar dan hasil tulisan siswa. Subjek dari penelitian ini adalah 36 siswa kelas II B MA Darul Lughah wal Karomah Kraksaan tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dan setiap siklus dilaksanakan dalam 4 pertemuan. Terindikasi bahwa penemuan gambar seri telah memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis paragraph narasi. Setelah peneliti menyelesaikan siklus pertama dan kedua, terlihat bahwa hasil siswa pada siklus kedua meningkat. Hanya 6 dari 36 siswa (16,5%) saja yang masih mendapat skor di bawah target skor Program Studi S2 ING 269 60. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Pertama, guru memberikan gambar seri kepada kelompokkelompok siswa yang beranggotakan empat orang. Kedua, guru menjelaskan Simple Past, kosa kata dari kata kerja tak beraturan dan kata benda jamak untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah mereka dalam menulis paragraph narasi. Ketiga, guru menyediakan kosakata dari kata kerja yang tak beraturan dan kata benda jamak yang disediakan dalam lembaran kertas untuk membantu siswa menulis lebih baik. Berdasarkan temuan di atas, dibuatlah tiga saran. Pertama, untuk mengembangkan strategi guru dalam menerapkan gambar seri, disarankan bahwa guru mensosialisasikannya dalam pertemuan guru, workshop, pelatihan, atau menulis artikel yang menggunakan strategi gambar seri dalam buku-buku siswa, atau jurnal. Kedua, dianjurkan bahwa siswa menggunakan gambar seri sebagai salah satu strategi belajar untuk melatih kemampuan mereka dalam menulis paragraph narasi, yang dapat dilakukan dalam kegiatan ekstra kurikuler mereka. Ketiga, bagi peneliti mendatang, disarankan melakukan studi semacam ini dengan subjek dan tempat yang berbeda untuk perbaikan mengajar menulis paragraph narasi. Kata kunci: gambar seri, kemampuan menulis Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengarang Siswa non Inggris di SMP Negeri 4 Kepanjen, Malang Siti Umasitah Abstrak Keputusan menteri pendidikan nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiwah adalah: (1) meningkatkan kemampuan komunikatif berbicara dan menulis siswa, (2) menyadarkan siswa pada kenyataan dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan ide persaingan di masyarakat global, (3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap hubungan antara bahasa dan budaya. Juga berdasar pada pengalaman guru pada studi penjajakan di SMP Negeri 4 Kepanjen, ditemukan bahwa pelajaran mengarang pada siswa kelas delapan jauh dari yang diharapkan. Karena sebagian besar guru berfikir bahwa pelajaran mengarang jauh lebih sulit daripada keterampilan bahasa yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara terbaik dalam mengarang deskriptif. Masalah penelitiannya adalah “Bagaimana kemampuan mengarang siswa kelas delapan dapat ditingkatkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis computer.” Penelitian ini menerapkan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang mana guru dan kolaborator bekerja sama dalam merencanakan, menerapkan, mengamati dan melihat hasil tindakan. Model yang tepat dari strategi pembelajaran berbasis computer adalah sebagai berikut: (1) Membuat dratf. Siswa menulis paragraf dengan menggunakan computer mengambil gambar dari internet atau kamus encarta yang bisa diakses secara langsung dari microsotf yang telah tersedia di komputer. Gambar-gambar ini membantu siswa untuk diuraikan dalam karangan sesuai dengan topiknya secara rinci sehingga karangan mereka akan terlihat lebih hidup. (2) Mengadakan tanya jawab. Siswa mengungkapkan pendapat yang berhubungan dengan topic dengan guru dan temannya. (3) Pengeditan. Siswa mengaktifkan fasilitas spellchecker dan mengedit pekerjaannya dengan cara menyisipkan atau menghapus huruf yang kurang tepat berdasarkan masukan dari guru atau temannya dari hasil tanya jawab. (4) Pameran. Siswa menyimpan atau mencetak hasil pekerjaanya untuk ditempelkan di majalah dinding. Strategi pembelajaran berbasis computer menpunyai kelebihan. Pertama, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas delapan di SMP Negeri 4 Kepanjen. Kedua, siswa lebih aktif dan termotivasi karena ada kegiatan tanya jawab. Ketiga, siswa merasa senang karena kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium multimedia. Dalam penerapan strategi ini disarankan, guru bahasa Inggris memahami kebutuhan siswa untuk menghadapi persaingan yang ketat di masa depan. Guru mampu megoperasikan sarana technology dalam kegiatan belajar mengajar. Guru bahasa Inggris disarankan menerapkan strategi pembelajaran berbasis computer untuk memperkaya strategy dalam pengajaran bahasa. Bagi para peneliti berikutnya disarankan melanjutkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran berbasis computer untuk keterampilan bahasa yang lain dan unsur-unsur bahasa. Kata kunci: pembelajaran berbasis komputer, kemampuan mengarang siswa non Inggris 270 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Implementasi Metode Pembelajaran Akselerasi Melalui Teknik Master Untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Siswa kelas VIII di MTs Negeri Tuban Suwarno Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Negeri Tuban dalam menulis paragraf dengan menggunakan Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik Master. Teknik ini dipilih berdasarkan kelebihannya dalam memotivasi siswa untuk lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga kemampuan mereka dalam menulis paragraf recount meningkat. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik Master bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas delapan MTs Negeri Tuban dalam menulis paragraf ?” Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas dengan sistem kolaborasi diimplementasikan dengan 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat pertemuan. Subjek penelitian ini adalah 47 siswa kelas VIII A MTs Negeri Tuban tahun pelajaran 2008/2009. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data terdiri atas lembaran format pengamatan, catatan lapangan, dan kuestioner untuk siswa. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan adalah: menyajikan pembukaan, memotivasi siswa, menyediakan media pembelajaran yang memadai (gambar, LCD proyektor), memainkan musik yang tepat untuk latar belakang, menyajikan contoh teks recount, memberikan keterangan tentang cara menyusun teks recount dan memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti, mensugesti siswa supaya relaks, meminta siswa menutup mata dan mensugesti untuk mengimajinasikan kegiatan-kegiatan rekreasi, memasangkan atau mengelompokkan siswa, meminta siswa bercerita kepada pasangan atau kelompok tentang apa yang telah diimajinasikan, memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat peta pikiran, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun teks recount, memberi kesempatan kepada siswa untuk menampilkan karya dengan membaca di depan kelas, siswa diminta untuk menempelkan hasil karya mereka di papan pajangan, memberikan umpan balik pada karya siswa, memberikan kesmpatan kepada siswa untuk melakukan refleksi dengan memberi pertanyaan dan kemontar tentang apa yang sudah atau belum dimengerti, dan tentang kesan terhadap teknik pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan lisan dan melalui questionair. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Akselerasi melaui Teknik Master telah meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII A MTsN Tuban dalam menulis paragraf recount. Peningkatan itu ditandai oleh peningkatan nilai rata-rata menulis siswa dari 59,04 pada tes awal, 66,84 pada siklus pertama, lalu meningkat menjadi 81,4 pada siklus kedua. Yang mana pencapaian ini sudah memenuhi kriteria sukses yakni rata-rata siswa mencapai 75,00. Di samping itu, siswa sangat antusias, bersemangat, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Metode Pembelajaran Akselarasi melalui Teknik Master . Beberapa saran yang dapat diajukan kepada guru Bahasa Inggris berdasarkan temuan penelitian dan diskusi adalah sebagai berikut. Disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan teknik pembelajaran ini sebagai teknik alternatif atau strategi untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kepada guru juga disarankan agar mempelajari paradigma tentang kerja otak. Karena hal itu sangat penting untuk memaksimalkan kekuatan pikiran agar mudah melahirkan gagasan, membantu proses imajinasi, juga memperkuat kepercayaan diri. Saran kepada guru berikutnya adalah agar menyebarkan implementasi dari pembelajaran ini untuk mata pelajaran lain selain bahasa Inggris seperti matematika, Ilmu pengetahuan alam, sejarah dan lain-lain. Perlu dicobakan teknik ini sesering mungkin. Terakhir, kepada peneliti mendatang, peneliti berharap agar melakukan penelitian yang lebih bermutu agar bisa membuktikan efektifitas dari penerapan Metode Pembelajaran Akselerasi melalui Teknik Master untuk meningkatkan prestasi siswa tidak hanya dalam matapelajaran Bahasa inggrius tetapi juga pada matapelajaran lain. Kata kunci: pembelajaran akselerasi melalui teknik master, kemampuan menulis, dan paragraph recount Program Studi S2 ING 271 Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Berbentuk Recount dari Siswa Kelas I MAN Wlingi Blitar melalui Strategi Menulis dengan Cara Kolaboratif Syafudin Zuhri Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas satu MAN Wlingi melalui collaborative writing strategy. Strategi ini dipilih untuk mengatasi masalah di MAN Wlingi karena strategi tersebut dapat membimbing siswa untuk mengungkapkan ide, untuk membuat paragraph-paragrap yang terpadu, untuk mengorganisasi ide, dan untuk membuat kalimat-kalimat yang sesuai dengan tatabahasa. Berdasarkan penelitian pendahuluan, pengajaran di MAN Wlingi belum memfasilitasi siswa-siswa untuk menjadi terampil dalam menulis. Mereka mempunyai masalah: (1) bagaimana untuk memulai menulis, (2) bagaimana mengungkapkan ide (3) bagaimana membuat paragraph yang terpadu, (4) bagaimana mengorganisasi ide secara logis, (5) bagaimana membuat kalimat-kalimat sesuai dengan tatabahasa, (6) bagaimana untuk meningkatkan motivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu, peneliti sangat termotivasi untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan strategi collaborative writing dalam pengajaran writing karena strategi tersebut menyuruh siswa untuk mengikuti tahapan-tahapan menulis yaitu idea generating, drafting, reading, editing, copying, dan evaluating. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi collaborative writing dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis recount text dari siswa kelas satu MAN Wlingi? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menggunakan strategi collaborative writing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks dalam bentuk recount. Peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif, dengan dibantu oleh seorang guru (rekan sejawat) dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu kelas yang terdiri dari 32 siswa, yang seluruh siswanya merupakan subjek dari penelitian ini. Prosedur penelitian ni mencakup empat langkah utama: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen berupa kuesioner, angket, daftar pengamatan, catatan lapangan dan tulisan siswa. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi collaborative writing dalam pengajaran writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatannya ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa. Ini dapat dilihat dari hasil masing-masing siklus. Sebelum tindakan dilaksanakan, rata-rata nilai menulis siswa 50,51. Sesudah siklus pertama dilaksanakan, rata-rata nilai menjadi 54,40. Dan rata-rata nilai di siklus kedua adalah 60,23. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tahap-tahap yang tepat yang digunakan untuk menerapkan strategi collaborative writing terdiri dari langka-langkah sebagai berikut: Tahap 1 adalah idea generating. Guru melaksanakn kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyuruh helper bertanya untuk merangsang ide-ide penulis (writer), (2) menyuruh penulis untuk menulis ide-ide, (3) menyuruh helper untuk mendiskusikan atau meneliti kata-kata pokok dan membantu untuk mengorganisasi ide-ide itu. Tahap 2 adalah drafting. Di tahap ini, guru menyuruh murid (writer) untuk menulis draf sebagai draf yang pertama berdasarkan ide-ide yang ditemukan dan dari hasil review dari helper. Tahap 3 adalah reading. Guru melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyuruh murid (writer) membaca draf dan menyuruh murid (helper) untuk mengoreksi draf itu, (2) menyuruh penulis menata kembali apa yang telah ditulis di draf pertama dan memperbaiki ide-ide berdasarkan masukan pendapat dari helper. Tahap 4 adalah editing, di tahap ini guru menyuruh siswa mengedit draf mereka di bagian content, organazation, vocabulary, grammar, dan mechanic. Tahap 5 adalah copying. Di tahap ini guru menyuruh murid (writer) menulis draf yang paling baik. Tahap 6 adalah evaluating. Guru melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) mengadakan konferensi untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh kelas agar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan murid, (2) mengevaluasi karangan murid-murid dengan menggunakan analytic scroring rubric dan memberi komentar pada kesalahan itu. Berdasarkan keefektifan implementasi strategi collaborative writing pada pengajaran writing, disarankan pada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi collaborative writing, khususnya pada pengajaran writing. Kepada para peneliti di masa mendatang, khususnya yang berminat pada penerapan pendekatan strategi collaborative writing dalam penelitian kelas mereka, disarankan untuk menindak lajuti penelitian yang berkenaan dengan penggunaan collaborative writing strategy. Collaborative writing srategy dapat digunakan untuk mengajar jenis genre-genre yang berbeda dari berbagai tingkat pendidikan mulai SMP sampai SMA. Kata kunci: teks recount, kemampuan menulis, menulis secara kolaboratif 272 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 Developing a Prototype of Listening Materials for Grade XII Students of MAN Jombang Syamsul Ma’arif Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan materi menyimak Bahasa Inggris untuk kelas dua belas semester satu. Prosedur penelitian dan pengembangan yang diterapkan meliputi survei kebutuhan, pengembangan materi, validasi ahli dan guru, revisi, uji coba, revisi, dan produk akhir. Instrumen yang digunakan pada survei kebutuhan adalah angket, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Hasil dari survey kebutuhan menunjukkan bahwa siswa belum mendapatkan cukup latihan untuk ketrampilan menyimak. Mayoritas siswa setuju jika bahan ajar listening perlu disediakan. Berdasarkan penemuan itu, Bahan ajar menyimak dikembangkan. Ada sembilan unit yang dikembangkan dalam draft usulan. Setelah selesai, draft tersebut dikirim ke para ahli dan guru bahasa Inggris untuk divalidasi dan dievaluasi. Ahli dan Guru memvalidasi materi dalam hal bahasa, kesesuaian isi dengan kurikulum, panjangnya materi menyimak, kecepatan berbicara, kwalitas rekaman, dan kepraktisan penggunaannya. Hasil validasi ahli dan guru menunjukkan bahwa 8 unit dapat diterima dan diaplikasikan kecuali unit 1. Seorang ahli dan guru menyatakan bahwa unit tersebut terlalu mudah. Maka unit 1 dalam draft dihapus dan ditambahkan unit Review sebagaimana saran dari guru bahasa Inggris. Uji coba produk dilakukan pada tanggal 4 - 28 Maret 2008. Subyek uji coba adalah murid kelas dua belas Jurusan Bahasa pada MAN Jombang tahun pelajaran 2008/2009. Data yang diperoleh dari guru dan observasi yang berhubungan dengan kepraktisan dan keefektifan materi selama uji coba dipaparkan secara kwalitatif dan data dari siswa yang berhubungan dengan bahasa, kesesuaian isi dengan kurikulum, panjangnya materi menyimak, kecepatan berbicara, kwalitas rekaman dianalisa secara kwantitatif dengan prosentase. Hasil uji coba pertama menunjukkan bahwa hanya unit 5 yang perlu direvisi dalam hal bentuk latihannya. Revisi dilakukan dengan menambahkan soal tertulis pada bagian A dan bagian B yang semula dalam bentuk membuat ringkasan diubah menjadi menyusun paragraf acak. Kemudian, unit yang telah direvisi diujicobakan. Hasil uji coba kedua menunjukkan bahwa unit yang direvisi telah sesuai. Produk akhir berupa materi rekaman pada CD dan Kaset, buku petunjuk guru, dan lembar kerja siswa. Buku petunjuk guru berisi arahan bagaimana mengajarkan materi tersebut, urutan dalam mengajarkannya, naskah dan kunci jawaban. Lembar kerja siswa berisi latihan-latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama disarankan agar mengembangkan materi menyimak untuk siswa kelas X dan XI. Bagi guru bahasa Inggris yang akan memakai produk penelitian ini disarankan mengikuti buku petunjuk yang ada dan meragamkan jenis latihan bagian Expansion Activities. Kata kunci: mengembangkan, prototipe, materi menyimak Bahasa Inggris, MAN Jombang. Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas 11 MA Hasyim Asy’ari Kembangbahu Lamongan melalui Penerapan Strategi Scaffolding Uzlifatul Masruroh Isnawati Abstrak Menyadari rendahnya kemampuan siswa kelas sebelas MA Hasyim Asy’ari dalam menulis karangan Bahasa Inggris, maka studi tentang peningkatan kemampuan sisws dalam menulis perlu dilaksanakan. Penyebab rendahnya kemampuan menulis ini adalah pelaksanaan pengajaran menulis itu sendiri menggunakan pendekatan yang berpusat pada hasil. Guru kelas hanya menunggu hasil kerja siswa tanpa membimbing mereka dalam proses menyelesaikan tugas menulis tersebut. Berdasarkan alasan ini, kemudian strategi scaffolding diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Sehingga, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa kelas 11 MA Hasyim AS’ari Kembangbahu Lamongan dalam menulis dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi scaffolding?” Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan strategi scaffolding dalam proses menulis sehingga kemampuan siswa dalam menulis bisa meningkat. Menurut Vernon (2000), penggunaan strategi scaffolding dalam menulis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karena Program Studi S2 ING 273 strategi ini memberi kebebasan kepeda guru untuk mengatur kegiatan menulis secara sistematis untuk memenuhi kebutuhan dari semua siswa. Penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Pendekatan kolaborasi tindakan kelas dilaksanakan dimana peneliti secara bersama-sama dengan guru kelas melaksanakan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi tindakan. Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan strategi scaffolding. Strategi scaffolding diberikan diberikan dalam seluruh proses menulis yaitu pada tahap pra menulis, tahap pembuatan draft, tahap perbaikan, tahap pengeditan, dan tahap pemublikasian. Strategi scaffolding yang dilakukan dalam tahap pra menulis berupa tanya jawab, word webbing, gambar, pemberian daftar kosa kata dan permodelan, Strategi scaffolding dalam tahap pembuatan draft adalah permodelan dan pembahasan model text. Strategi scaffolding dalam tahap perbaikan adalah diskusi dengan siswa tentang draft mereka. Strategi scaffolding dalam tahap pengeditan adalah pengeditan teman sekelas. Strategi scaffolding dalam tahap pemublikasian adalah membacakan draft akhir di depan kelas dan memajangnya di majalah dinding kelas yang selanjutnya hasil karangan mereka akan dikomentari oleh teman satu kelas. Langkah-langkah dari strategi scaffolding dalam proses menulis ini adalah sebagai berikut: a) guru dan siswa melakukan kegiatan tanya jawab tentang topik, b) guru mengatur semua ide siswa dalam word webbing, c) guru memberi contoh atau model tentang pembuatan outline, d) siswa menulis outline mereka, d) guru menunjukkan model draft awal sebagai pengembangan dari outline, f) guru dan siswa mendiskusikan model dari teks tersebut, g) siswa menulis draft awal, h) guru berdiskusi dengan siswa tentang isi draft mereka i) siswa merevisi draft mereka, j) siswa menukar revisi draft mereka dengan draft temannya, k) guru menjelaskan cara mengoreksi atau mengedit draft, l) siswa menulis draft akhir mereka, dan m) siswa mempublikasikan hasil kerja mereka dengan membacanya di depan kelas di depan teman-teman mereka dan memajangnya di majalah dinding kelas dan n) siswa memberi komentar/apresiasi atas hasil tulisan teman mereka. . Terdapat tiga keunggulan dengan menggunakan strategi scaffolding dalam proses menulis. Pertama, siswa aktif dan termotivasi ketika strategi scaffolding ini diterapkan. Kedua, siswa mampu menyelesaikan dengan baik tugas-tugas menulis tertentu sebagaimana tujuan pengajaran di tiap tahap dari proses menulis. Ketiga, hasil dari tugas akhir siswa meningkat dimana 87 % siswa mencapai kriteria skor minimal adalah tujuh (7). Akhirnya, beberapa rekomendasi ditawarkan baik untuk guru bahasa Inggris maupun peneliti yang akan datang. Untuk Guru Bahasa Inggris diharapkan menerapkan strategi scaffolding dalam mengajar menulis. Dan bagi peneliti yang akan datang agar mengadakan penelitian pada keahlian Bahasa Inggris yang lain, yaitu pada keahlian membaca, menyimak, dan berbicara dengan menggunakan strategi scaffolding. Kata kunci: strategi scaffolding, kemampuan menulis Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua SMP Negeri 3 Tanggul melalui Pembelajaran Berbasis Proyek Wahyu Ekawati Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa SMP Negeri 3 TanggulJember kususnya menulis paragraf deskriptif melalui pembelajaran berbasis proyek dikarenakan kemampun menulis mereka yang kurang dalam empat aspek menulis yaitu pengaturan paragraf atau organisasi, perbendaharaan kata, tata bahasa, ejaan dan tanda baca. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang melibatkan dua guru bahasa Ingris dari sekolah dimana penelitian ini dilaksanakan; mereka adalah peneliti sendiri dan koleganya. Dua siklus diimplementasikan melalui empat langkah yang meliputi kegiatan merencanakan, mengimplementasikan, mengobservasi dan merefleksi pada setiap siklusnya. Data yang diperoleh melalui beberapa instrumen seperti: (1) pengecek proyek siswa, (2) catatan lapangan, (3) laporan kemajuan proyek, (4) portofolio siswa, (5) pedoman pengamatan, dan (6) kuesioner, dianalisa dengan mendeskripsikan semua kejadian dan peristiwa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dalam pelajaran menulis paragraf deskriptif yang dilaksanakan dalam empat pertemuan didalam kelas pada jam sekolah dan diluar kelas setelah pulang sekolah pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam dua siklus, kemampuan menulis siswa kelas 8E SMP Negeri 3 Tanggul-Jember pada tahun pelajaran 2008/2009 khususnya dalam menulis paragraf deskriptif bisa ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah 274 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 siswa yang mencapai tingkat kemampuan baik menjadi 37 siswa dari 40 siswa atau 92.5 %. Peningkatan ini dicapai melalui dua tahap dalam setiap siklusnya, yaitu: (1) tahap persiapan yang meliputi persiapan proyek dan bahasa yang dibutuhkan, dan (2) tahap penyelesaian yang mengunakan kegiatan proses menulis yang meliputi: (a) pra menulis yang terdiri dari pengamatan ’hot spot’ (tempat menarik yang paling disenangi siswa) sebagai kegiatan luar ruangan dan menuliskan hasil pengamatannya kedalam ’T-Chart’ yang sudah disediakan (format lembar observasi yang berbentuk seperti huruf ’T’), dan menulis bebas berdasarkan TChart, (b) membuat rancangan awal berdasarkan hasil menulis bebas, (c) mengevaluasi dengan melakukan penilaian sendiri dan teman, juga melalui kegiatan konferensi guru dan siswa, dan (d) merevisi untuk menghasilkan rancangan akhir, dan (e) menulis akhir dengan menyempurnakan tulisan dan memajang hasil proyek terakhir tersebut di majalah dinding sekolah sebagai kegiatan publikasi. Kata kunci: pembelajaran berbasis proyek, kemampuan menulis Menggunakan Buku Saku Kecakapan Keterampilan Fungsional untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa di MTsN Munjungan Trenggalek Wiratno Abstrak Pembelajaran bahasa Inggris di MTsN Munjungan belum mencapai tujuan kompetensi komunikatif karena para siswanya kurang mendapat kesempatan menggunakan bahasa itu. Faktanya kemampuan berbicara bahasa Inggris para siswa sangat rendah. Mereka sangat cemas dan tidak percaya diri ketika berbicara bahasa Inggris. Hampir semua siswa bahkan hampir tidak pernah berbahasa Inggris walaupun saat pelajaran di kelasnya adalah bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana buku saku kecakapan keterampilan fungsional dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa MTsN Munjungan Trenggalek. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti dibantu oleh teman sejawatnya yang juga guru bahasa Inggris. Penelitian ini diaplikasikan pada satu kelas yang terdiri dari tiga puluh lima anak yang seluruhnya menjadi subjek penelitian. Model penerapan buku saku kecakapan keterampilan fungsional yang tepat terdiri dari dua sesi utama. Pertama, pembelajaran di kelas yang mencakup tiga fase: (1) Fase pemanasan, guru mengaktifkan pikiran/ingatan siswa agar terpusat pada topik yang akan dipelajari; (2) Kegiatan inti mencakup dua tahap: (a) tahap pemahaman, and (b) percakapan terbimbing; (3) Fase penutup, guru memberikan penguatan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Kedua, kegiatan percakapan independen yang mencakup tahapan-tahapan berikut. (1) Siswa mencari pasangan dan mempersiapkan percakapannya sendiri. (2) Mereka menemui guru untuk mendemonstrasikan percakapannya. (3) Mereka meminta guru menandatangani buku sakunya. (4) Mereka meminta orang tua/wali muridnya untuk menandatangani buku sakunya. Temuan-temuan penelitian ini mengungkap bahwa penerapan buku saku kecakapan keterampilan fungsional dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat pada peningkatan prosentase respon positif siswa selama dua putaran proses penelitian.Rata-rata, prosentase respon positif hasil observasi meningkat dari 65.7% di putaran pertama menjadi 80.7% di putaran kedua; hasil kuesioner close-ended meningkat dari 70.0% menjadi 84.3%; hasil kuesioner open-ended meningkat dari 71.7% menjadi 84.3%; dan hasil wawancara meningkat dari 73.3% menjadi 90.0%. Prosentase respon positif hasil observasi tersebut lebih besar dari kriteria keberhasilan 65%, sedangkan prosentase respon positif hasil kuesioner dan wawancara lebih besar dari kriteria keberhasilan 75%. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan buku saku kecakapan keterampilan fungsional dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, para guru bahasa Inggris di sekolah tersebut disarankan menerapakan strategi tersebut dalam pembelajarannya karena ini sangat praktis dan bermanfaat. Yang terakhir, para peneliti disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap strategi ini dengan konteks dan tingkat kelas yang berbeda. Kata kunci: buku saku, keterampilan fungsional, kemampuan berbicara Program Studi S2 ING 275 Keefektivan Pengajaran Tatabahasa dalam Konteks untuk Mengurangi Kesilapan Tatabahasa Siswa dalam Menulis Yadhi Nur Amin Abstrak Menulis merupakan salah satu keterampilan dasar berbahasa yang harus diajarkan pada siswa sekolah menengah. Melalui pembelajaran keterampilan menulis, para siswa diharapkan dapat menuangkan ide, perasaan, pengalaman, dan penguasaan komponen bahasa dalam struktur bahasa Inggris tulis. Namun demikian, dalam menulis berbahasa Inggris, mereka masih menemui banyak kesulitan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2008, hasil tulisan siswa MAN Lasem tidak dapat dipahami dengan baik karena masih terdapat banyak kesilapan tatabahasa. Oleh karena itu, untuk mengurangi kesilapan tatabahasa dalam tulisan mereka, penggunaan metode pengajaran tatabahasa yang tepat sangat diperlukan. Maka dari itu, pengajaran tatabahasa dalam konteks yang dipadukan dengan pengajaran menulis diterapkan untuk mengatasi masalah kesilapan tatabahasa dalam tulisan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektivan pengajaran tatabahasa dalam konteks untuk mengurangi kesilapan tatabahasa dalam menulis. Masalah penelitian umum yang harus dijawab adalah, “Apakah siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan tatabahasa dalam menulis daripada siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa secara konvensional?” Jawaban sementara untuk pertanyaan ini dirumuskan dalam hipotesis kerja yaitu siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan tatabahasa dalam menulis daripada siswa yang diajar dengan pengajaran tatabahasa secara konvensional. Desain penelitian ini adalah semi-eksperimen dengan rancangan tes awal-tes akhir kelompok kontrol. Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas X MAN Lasem tahun pelajaran 2008/2009; yaitu kelas X-7 dengan 40 siswa sebagai kelompok kontrol, dan kelas X-5 dengan 40 siswa sebagai kelompok eksperimen. Dalam pengumpulan data, dua soal tes menulis digunakan sebagai instrumen; satu soal digunakan dalam tes awal, dan satu soal lain dalam tes akhir. Dalam tes tersebut, siswa disuruh untuk menulis sebuah teks recount. Pekerjaan siswa dikoreksi oleh dua penilai yang independen (peneliti sendiri dan salah satu guru bahasa Inggris MAN Lasem). Ada tiga langkah dalam analisis data, yaitu: (1) pengujian reliabilitas, (2) pengujian normalitas dan homogenitas data; dan (3) pengujian hipotesis. Langkah pertama dilakukan untuk mengukur tingkat reliabilitas penilaian yang dilakukan oleh dua penilai. Langkah kedua dimaksudkan untuk menguji normalitas dan homogenitas distribusi data, sementara langkah ketiga dilaksanakan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rerata komponen tatabahasa dari kelompok eksperimen dalam tes awal dan tes akhir masing-masing adalah 37,80 dan 54,00. Hal ini berarti bahwa nilai rerata dalam tes akhir lebih tinggi daripada nilai rerata dalam tes awal; dan nilai rerata naik 16,20 poin setelah pelaksanaan strategi. Sementara itu, nilai rerata dari kelompok kontrol masing-masing adalah 37,00 dan 37,20; yang berarti bahwa nilai rerata hanya naik 0,20 poin. Singkatnya, nilai rerata dari kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol. Hasil ini juga didukung oleh pengujian reliabilitas tes dari kelompok eksperimen yang masingmasing adalah 0,89 dalam tes awal dan 0,73 dalam tes akhir; sementara itu, hasil pengujian reliabilitas dari kelompok kontrol yaitu 0,99 baik dalam tes awal maupun tes akhir. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai assymp.sig. (2-tailed) dari tes menulis kedua kelompok tersebut pada tingkat signifikan 0,05 adalah 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal. Selain itu, hasil uji homogenitas yang menggunakan F-Lavene dengan tingkat signifikan 0,05 menunjukkan bahwa varian antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk tes menulis teks recount tidaklah berbeda atau homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas tersebut, soal tes dianggap reliabel untuk digunakan dalam uji hipotesis. Selanjutnya, analisis varian (ANOVA) digunakan dalam uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan menulis dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan tingkat signifikan 0,05. Selanjutnya, untuk mempermudah dalam analisis data, hipotesis kerja lebih dulu diformulasikan dalam hipotesis nol, yaitu “Siswa yang diajar tatabahasa dalam konteks tidak melakukan lebih sedikit kesilapan tatabahasa daripada siswa yang diajar tatabahasa secara konvensional. Hasil analisis menunjukkan bahwa F-hitung yang diperoleh adalah 17,967 dan F-tabel adalah 3,963. Dengan menggunakan cara yang sama yaitu memperbandingkan F-hitung dan F-tabel seperti yang digunakan dalam uji hipotesis, F-hitung yang diperoleh lebih tinggi daripada F-tabel. Hal itu berarti bahwa ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis kerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan 276 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009 tatabahasa dalam konteks membuat lebih sedikit kesilapan tatabahasa dalam menulis daripada siswa yang diajar tatabahasa secara konvensional. Dengan kata lain, strategi yang diujikan ini (pengajaran tatabahasa dalam konteks) terbukti efektif untuk mengurangi kesilapan tatabahasa siswa dalam menulis. Kata kunci: tatabahasa dalam konteks, mengurangi, kesilapan tatabahasa, menulis Mengembangkan Materi Pengajaran Mata Kuliah Writing untuk Mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Santu Paulus Ruteng Yerni Miss Endang Polly Abstrak Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas adalah ketersediaan materi pengajaran yang berfungsi sebagai sumber ilmu yang dapat mempermudah proses pembelajaran. Ketersediaan materi tersebut sangat penting terutama dalam pembelajaran menulis di mana banyak siswa menghadapi kesulitan ketika menuangkan idenya dalam tulisan. Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Santu Paulus Ruteng materi pembelajaran Writing III yang sesuai dengan silabus yang dipakai belum ada. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan materi pembelajaran untuk mata kuliah Writing III. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan karena tujuannya adalah untuk mengembangkan suatu produk, dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran mata kuliah Writing III. Berdasarkan adaptasi model pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1983:775), beberapa langkah pengembangan dilakukan sebagai berikut. Langkah pertama adalah proses pengumpulan informasi mengenai ketidaktersediaan materi untuk Writing III, dilanjutkan dengan pengembangan materi, proses validasi oleh seorang ahli dalam pengembangan produk dan seorang ahli di bidang pembelajaran menulis, proses revisi, uji coba pada mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Santu Paulus Ruteng, proses revisi sesudah uji coba, dan produk akhir. Dalam proses validasi ahli dan uji coba, ada pedoman evaluasi dan catatan lapangan yang dipakai sebagai instrumen untuk merekam masukan dari para ahli, dosen, dan mahasiswa dalam rangka perbaikan produk tersebut. Materi pembelajaran mata kuliah Writing III yang dikembangkan terdiri atas 7 unit dan memuat penjelasan tentang konsep dasar, model teks, contoh, dan latihan menulis dengan menggunakan pendekatan proses. Hasil evaluasi para ahli menunjukkan bahwa selain terdapat kelebihan dalam materi tersebut, ada juga beberapa kelemahan yang perlu direvisi. Ketika diujicobakan, para mahasiswa terlihat antusias mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan menggunakan materi tersebut. Ketika diminta pendapat mereka tentang apa yang hendak diperbaiki dalam produk tersebut, mereka menyarankan untuk menambahkan beberapa contoh lagi di setiap unit, dan karena itu produk direvisi seperti yang disarankan. Oleh karena itu, sesudah melakukan revisi dari hasil validasi ahli dan uji coba, produk akhir dapat diselesaikan seperti terlihat pada bagian akhir dari tesis ini. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, ketika akan menggunakan materi ini, dosen Writing III disarankan untuk memperhatikan alokasi waktu karena satu unit dialokasikan untuk 2 kali pertemuan. Pada awal pertemuan pertama, dosen menjelaskan konsep dan model teks, kemudian diikuti oleh penulisan esei dengan pendekatan proses termasuk kegiatan mengumpulkan ide dan penulisan draf awal. Pada pertemuan kedua, kegiatan di kelas adalah berupa kegiatan merevisi dan mengedit sekaligus menulis draf akhir. Untuk memonitor kemajuan siswa dalam menulis, dosen dapat memperkenalkan penggunaan portofolio untuk merekam seluruh aktivitas menulis dan semua draf yang dihasilkan oleh siswa. Bagi para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Writing III, mereka dapat belajar sendiri dengan menggunakan materi tersebut ketika dosen berhalangan hadir. Mereka dapat mengikuti petunjuk di dalam materi mulai dari tujuan, konsep, model teks, latihan, dan latihan menulis dengan pendekatan proses. Kedua, upaya untuk memperkenalkan materi ini dapat dilakukan pada awal pertemuan kepada mahasiawa. Para dosen yang mengajar mata kuliah Writing III juga dapat diperkenalkan pada materi ini untuk dipakai di kelas. Sosialisasi dapat pula dilakukan kepada institusi dalam rangka memperoleh izin penggunaan materi ini di kelas. Untuk memperbaiki produk tersebut, uji coba yang lebih luas perlu dilakukan. Selain itu, lebih banyak orang terutama para dosen mata kuliah Writing III perlu dilibatkan untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan materi tersebut. Bagi peneliti lain dalam bidang pengembangan materi terutama menulis, penelitian ini termasuk produk yang dihasilkan dapat dipakai sebagai rujukan dalam penelitian mereka. Kata kunci: pengembangan, materi pengajaran, Writing Program Studi S2 ING 277 Pengembangan Silabus Bahasa Inggris Komunikatif untuk Siswa Awak Kabin di Pusat Pelatihan Yudi Setyaningsih Abstrak Studi ini dimaksudkan untuk mengembangkan seperangkat silabus untuk siswa awak kabin yang sedang menempuh pendidikan di pusat pelatihan awak kabin. Karena kemampuan berkomunikasi dengan penumpang asing menggunakan Bahasa Inggris sangat penting, silabus yang dikembangkan dibuat berdasarkan kemampuan komunikatif sebagai dasar dalam pengembangannya. Penelitian hasil kerja pengembangan (Research and Development) ini didasarkan pada teori Yalden dalam artikelnya yang berjudul Language Program Development yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa dengan melalui delapan tahapan, yaitu: 1) Melaksanakan survey kebutuhan, 2) Mendeskripsikan/menentukan tujuan, 3) memilih tipe silabus, 4) menulis proto silabus, 5) menulis silabus pengajaran, 6) uji coba silabus, 7) evaluasi/revisi silabus, dan 8) produk akhir. Silabus yang dikembangkan ini terdiri dari topik-topik yang berhubungan dengan dunia penerbangan, yaitu: 1) Boarding and seating, 2) Before Take-off, 3) Meals and Drinks Service, 4) socializing/personal service/extra care, 5) Sales On-board, 6) Giving Information and before Landing, 7) After Landing and Parting, 8) Flight Safety Procedure, 9) Announcement, dan 10) Language Reinforcement. Topik-topik ini akan disajikan dalam dua belas kali pertemuan dengan waktu Sembilan puluh menit per pertemuan. Silabus yang sudah dilengkapi dengan tabel penyebaran kegiatan dan satuan pelajaran ini kemudian diuji-cobakan oleh guru Bahasa Inggris yang mengajar ESP di salah satu pusat pelatihan awak kabin di Malang. Setelah uji coba dilaksanakan kemudian dievaluasi oleh para pakar silabus, direvisi, untuk kemudian diolah untuk menjadi hasil akhir. Silabus yang diusulkan ini akan sangat berguna untuk para pengajar Bahasa Inggris yang mengajarkan ESP di pusat pelatihan awak kabin karena telah dilengkapi dengan satuan pelajaran yang menguraikan dengan sangat jelas kegiatan-kegiatan belajar/mengajar serta materi pengajaran yang terutama bersumber dari internet. Para pengajar Bahasa Inggris dan siswa awak kabin akan sangat terbantu oleh silabus ini karena pembuatannya didasarkan pada survey kebutuhan yang dilakukan terhadap orang-orang yang terlibat dalam dunia penerbangan. Silabus ini juga merefleksikan keadaan-keadaan nyata di dunia penerbangan sehingga para awak kabin akan mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan Bahasa Inggris yang baik dan benar karena hal tersebut merupakan aspek yang sangat penting di dalam dunia penerbangan. Saran untuk langkah selanjutnya adalah penggunaan silabus di pusat pelatihan awak kabin yang menggunakan silabus komunikatif yang didasarkan pada survei kebutuhan terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang ada di dunia nyata. Dengan begitu, maka pengajaran Bahasa Inggris di pusat pelatihan awak kabin akan semakin mengena pada sasaran yaitu seorang awak kabin tidak saja cakap dalam melayani penumpang namun juga mampu berbahasa Inggris secara baik dan benar dan dimengerti oleh penumpang asing. Kata kunci: silabus, ESP, awak kabin