BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu krisis di kawasan Asia Timur merupakan bahan pembicaraan utama yang ramai dibicarakan oleh masyarakat internasional. Krisis yang terjadi di kawasan Asia Timur merupakan krisis klasik. Dari berbagai krisis yang terjadi, krisis yang saat ini masih menjadi isu sentral di kawasan Asia Timur adalah krisis Semenanjung Korea. Krisis Semenanjung Korea ini adalah warisan dari Perang Korea. Semenanjung Korea pada awalnya dikuasai oleh Jepang, namun karena kekalahan Jepang menyebabkan lahirnya dua negara Korea yang masing-masing berada di bawah pengaruh Uni Soviet (Korea Utara) dan Amerika Serikat (Korea Selatan) sebagai pemenang perang saat itu. Setelah beberapa tahun kemudian karena adanya perbedaan ideologi di antara keduanya, maka terjadilah perang Korea dari tahun 1950-1953. Pada awalnya, Korea Utara berada di bawah kekuasaan Uni soviet. Namun karena pada masa pemerintahan Krushchev, Krushchev bernegosiasi dengan negara-negara barat dan menolak menolong program angkasa RRC, maka timbul Perpecahan Tiongkok-Soviet, sehingga Korea Utara kemudian lebih memilih mengikuti RRC yang saat itu dikenal dengan Tiongkok. Hal ini menyebabkan Korea Utara pun berpindah kekuasaan dari Uni Soviet ke tangan RRC. Korea Utara dan Korea Selatan telah menyepakati gencatan senjata pada tahun 1953, dimana masing-masing pihak yang terlibat perang, yakni Korea 1 2 Utara, Amerika Serikat, Rusia, Republik Rakyat RRC (RRC), dan Jepang menandatangani kesepakatan untuk menghentikan perang di Semenanjung. Sedangkan pihak Korea Selatan menolak untuk menandatanganinya namun berjanji untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Sehingga sampai saat ini, krisis skala kecil masih sering terjadi. Kedua negara di Semenanjung Korea itu memang berbeda ideologi. Korea Utara lebih dikenal sebagai sebuah negara yang berideologi komunis yang mendasarkan kegiatan perekonomian mereka pada sistem sosialis. Sementara itu, Korea Selatan menganut ideologi Kapitalis Liberal yang mendasarkan kegiatan perekonomian negaranya pada sistem kapitalis. Kedua negara memperjuangkan ideologinya masing-masing. Perbedaan ideologi inilah yang juga menjadi penyebab ketegangan di Semenanjung Korea. Ketegangan di Semenanjung Korea bukanlah semata antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan juga melibatkan Amerika Serikat dan Republik Rakyat RRC (RRC). Korea Selatan dan Korea Utara merupakan wilayah yang digunakan oleh Amerika Serikat dan RRC sebagai wilayah persaingan ideologi dan kepentingan masing-masing dalam politik global. Dari sudut pandang Geopolitik dan Geostrategi, Semenanjung Korea merupakan wilayah strategis bagi keduanya, dimana Korea Utara adalah daerah penyangga untuk RRC, sementara Korea Selatan adalah daerah penyangga untuk sekutu-sekutu Amerika Serikat di Asia-Pasifik. Secara historis, hubungan Amerika Serikat dan Korea Selatan erat terjalin setelah Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, dimana Korea Selatan 3 berada di bawah pengaruh Amerika Serikat. Hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan hingga pada waktu ini masih terpelihara dengan baik karena memang ada kepentingan yang saling membutuhkan, disamping karena persamaan ideologinya. Pasukan Amerika Serikat masih tetap ditempatkan di Korea Selatan sehingga membuat Korea Selatan merasa aman dari invasi Korea Utara. Kondisi tersebut merupakan faktor yang membuat Korea Selatan saat ini masih merasa aman dari ancaman agresi dari luar negaranya, terutama oleh Korea Utara. Kerjasama Amerika Serikat-Korea Selatan merupakan mata rantai penting untuk menjaga keamanan Asia. Hubungan RRC dan Korea Utara sudah terjalin erat sejak dulu. Dalam perang Korea, RRC yang memiliki kedekatan geografis dengan Korea Utara, menerapkan paham komunisme pada pemimpin Korea Utara, sekaligus membantu Korea Utara dalam perang tersebut. Seusai perang Korea, RRC dan Korea Utara menyepakati sebuah perjanjian persahabatan.1 Rezim Korea Utara selalu dapat mengandalkan dukungan dari pemerintah RRC. Di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, RRC selalu membela Korea Utara dan menggunakan hak vetonya untuk menghalangi setiap sanksi terhadap negara itu. RRC melindungi Korea Utara karena RRC khawatir jika rakyat Korea Utara kelaparan atau mengalami kekacauan, maka warga Korea Utara akan berbondong-bondong melintasi perbatasan ke RRC untuk mencari perlindungan. Menurut RRC, penyatuan kembali Korea Utara dan Korea Selatan bukan merupakan solusi. RRC memerlukan Korea Selatan sebagai zona pemisah dengan 1 Yong Sun Song. 1992. Korea: Past and Present. Seoul: Kwangmyong Publishing Co. 4 kawasan yang bersahabat dengan Amerika Serikat. Karena itu, RRC mempertahankan status quo Korea Utara.2 Melalui Korea Utara, RRC ingin tetap mempertahankan pengaruh Komunisme di kawasan Asia Timur.3 Hubungan Amerika Serikat-RRC kini lebih banyak mengarah ke persaingan. RRC bangkit sebagai tantangan terbesar terhadap Amerika Serikat (AS). RRC menjadi negara yang diperhitungkan dalam peta politik dunia dan memungkinkan adanya pergeseran kekuatan global dari Barat ke Timur. Segala bentuk kemajuan RRC dapat dipandang sebagai ancaman bagi seluruh negara maju lainnya, khususnya bagi negara-negara yang terlibat dalam krisis Semenanjung Korea.4 Kenyataan ini menjadikan Amerika Serikat menganggap RRC sebagai pesaing, bukan mitra strategis. Persaingan Amerika Serikat-RRC ini dapat dilihat dari upaya Amerika Serikat mengisolasi RRC, dan mengurangi pengaruh RRC di negara-negara yang berhubungan atau berbatasan dengan RRC. Persaingan Amerika Serikat-RRC juga jelas terlihat dalam krisis Semenanjung Korea, dimana Amerika Serikat menggunakan konfliknya dengan Korea Utara untuk mengisolasi RRC. Bila Amerika Serikat secara terang-terangan menggelar kekuatan militernya untuk mendukung Korea Selatan dalam melawan Korea Utara, maka hal demikian akan memancing RRC untuk juga terlibat dalam perang itu. Sebagai sekutu lama dan seideologi komunis-sosialis, tentu RRC akan mendukung Korea Utara. 2 Andriani Nangoy. Pengaruh RRC terhadap Korea Utara. www.dwworld.de/dw/article/0,,6262746,00.html, diakses tanggal 08-03-2011. Pukul 19.00 WITA 3 Jonathan D.Pollack and Richard H.Yang. 1998. “In RRC’s Shadow: Regional Perspectives in Chinesde Foreign Policy and Military Development”. RAND- National Security Research Division. Hal. 51 4 Aa Kustia Sukarnaprawira. 2009. RRC, Peluang atau Ancaman. Jakarta: Restu Agung. Hal. 168 5 Kepentingan Amerika Serikat dalam krisis Semenanjung Korea jelas terlihat dari perbuatan, pernyataan dan tanggapannya. Salah satunya adalah memperkuat keberadaannya disana sehingga membuat negara-negara di wilayah tersebut untuk semakin tergantung kepadanya. Amerika Serikat berusaha mengendalikan krisis untuk menguatkan posisi di kawasan Asia Timur, dan menunjukkan kepemimpinan, terutama untuk menakut-nakuti RRC bahwa Amerika Serikat tidak segan untuk mengobarkan perang di tetangga dekat dan sekutu RRC, seperti Korea Utara kapan saja. Amerika Serikat menilai Korea Utara sebagai poros kejahatan dan ancaman perdamaian dunia. Menurut Amerika Serikat, Korea Utara mengancam ketenangan masyarakat Asia Timur dan merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan juga terhadap komitmen Korea Utara sendiri. Namun sesungguhnya itu adalah strategi politik untuk mengelabui, sehingga Korea Selatan dan Jepang benar-benar menganggap Korea Utara sebagai ancaman sehingga Amerika Serikat memiliki alasan untuk mempertahankan ribuan pasukannya di Semenanjung Korea dan Jepang. Keberadaan pasukan tersebut bukanlah untuk mengantisipasi ancaman Korea Utara namun sesungguhnya adalah upaya untuk menghambat laju RRC.5 Kepentingan RRC dalam Krisis Semenanjung Korea, lebih didasarkan pada kekhawatiran akan kehadiran pasukan Amerika Serikat yang nantinya akan menggunakan kesempatan menduduki Korea Utara, untuk kemudian menyerang provinsi-provinsi di Timur Laut RRC. RRC berbagi perbatasan terbuka dengan Reilly J, Feb 2002, The U.S. “War on Terror” and East Asia,’ Foreign Policy In Focus, http://www.globalissues.org/article/324/the-us-war-on-terror-and-east-Asia. diakses tanggal 10-122010, pukul 17.30 WITA 5 6 Semenanjung Korea, sehingga setiap eskalasi permusuhan akan membawa militer Amerika Serikat secara lebih dekat kepada perbatasan RRC. Oleh karena itu, untuk mengimbangi dominasi kekuatan Amerika Serikat di kawasan ini, maka diperlukan kekuatan RRC yang mana dapat mengimbangi kekuatan Amerika Serikat agar terjadi stabilitas keamanan kawasan. Perseteruan Amerika Serikat-RRC tersebut merupakan persaingan merebut pengaruh di kawasan tersebut. Amerika Serikat dengan kelengkapan amunisi perangnya dapat dengan mudah berada di sisi Korea Selatan. Sementara itu, RRC akan memberikan pengaruhnya pada Korea Utara yang berideologi sama dengannya. Korea Utara melihat adanya ancaman dengan kehadiran personel militer Amerika Serikat yang semakin bertambah di Korea Selatan yang menandakan semakin kuatnya aliansi Amerika Serikat terhadap Korea Selatan. Sedangkan bagi pihak Korea Selatan, juga menanggapi hal yang sama, adanya ancaman dengan melihat perkembangan teknologi nuklir milik Korea Utara yang semakin meningkat setiap tahunnya.6 Amerika Serikat dan RRC merupakan dua kekuatan superpower dalam politik global yang apabila bersinggungan secara langsung akan membawa kehancuran yang tidak terelakkan. Krisis Semenanjung Korea disinyalir sebagai perang merebut pengaruh di kawasan tersebut. Amerika dengan kelengkapan amunisi perangnya dapat dengan mudah berada di sisi Korea Selatan. Sementara itu, RRC akan memberikan pengaruhnya pada negara yang berideologi sama dengannya, Korea Utara. Hal ini kemudian yang dianggap penting oleh penulis 6 A. Agus Sriyono. 2004. Korea Utara: Antara Diplomasi dan Perang. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 88 7 untuk dikaji. Sehingga penulis mengangkat judul “PENGARUH PERSAINGAN AMERIKA SERIKAT–RRC DALAM KRISIS SEMENANJUNG KOREA”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Dari pembahasan yang penulis telah uraikan pada latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah pada 10 tahun terakhir krisis Semenanjung Korea, serta merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Apa yang mendasari persaingan Amerika Serikat-RRC dalam krisis Semenanjung Korea? 2. Bagaimana pengaruh persaingan tersebut di bidang politik dan keamanan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui hal yang mendasari persaingan Amerika SerikatRRC dalam krisis Semenanjung Korea. b. Untuk mengetahui pengaruh persaingan Amerika Serikat- RRC dalam krisis Semenanjung Korea di bidang politik dan keamanan. 2. Kegunaan Penelitian Adapun tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua elemen dan orang-orang yang memiliki kepentingan ataupun yang berminat pada permasalahan yang ditulis oleh penulis sehingga tulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi. Secara khususnya tulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: 8 a. Kegunaan Akademik Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi para mahasiswa Hubungan Internasional pada khususnya dan pemerhati masalah-masalah internasional pada umumnya mengenai kajian wilayah Asia Timur, khususnya mengenai Persaingan Amerika Serikat – RRC dan Krisis Semenanjung Korea. b. Kegunaan Praktis Diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan (pemerintah) dalam membuat kebijakan menyangkut penyelesaian krisis Semenanjung Korea D. Kerangka Konseptual Persaingan sering dialami oleh negara dalam berinteraksi dengan yang lainnya. Tentunya negara yang ikut dalam suatu persaingan memiliki kapabilitas (kemampuan yang diunggulkan). Mulai dari beberapa bidang misalnya dalam bidang militer. Teuku May Rudy, seorang ahli ilmu politik, menyatakan bahwa: Persaingan antar kekuatan dunia telah berlangsung sejak dahulu dan akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Hubungan internasional, yang selalu diwarnai persaingan antar sesama negara untuk mencapai status keadidayaan. Ini sebabnya situasi internasional tidaklah stabil dan selalu berubah.7 Persaingan di kawasan Asia Timur, dimana terdapat kekuatan Amerika Serikat sebagai penjaga keamanan kawasan tapi kemudian muncul kekuatan militer RRC sebagai pesaing. Masing-masing negara mengambil ancang-ancang 7 Teuku May Rudy, Studi Kawasan : Sejarah Diplimasi dan Perkembangan Politik di Asia. Penerbit Bina Budhaya: Bandung. Hal. 25 9 untuk melemahkan pihak lainnya. Persaingan dalam konteks di atas, sebagai konsekuensi dalam memperebutkan obyek yang sama. Lebih lanjut, Teuku May Rudy, mengatakan bahwa: Persaingan antar negara meupakan aksi saling mencurigai dan ketidakpercayaan yang mengakibatkan aksi spionase, membentuk persekutuan militer menghadapi saingannya, berusaha menanamkan pengaruh yang sebesarnya dan membatasi pengaruh saingannya.8 Dalam konteks negara seperti yang terjadi antara Amerika Serikat-RRC akan semakin berkembang masalah persaingan yang harus siap dihadapi. Berawal dari perbedaan pandangan dan pada akhirnya berujung pada kepentingan. Kepentingan dan keinginan yang sama antara dua pihak dalam satu kawasan. Persaingan Amerika Serikat-RRC merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan karena merupakan satu konsekuensi yang harus dihadapi dalam hubungan antar bangsa. Munculnya isu nuklir Korea Utara tentunya memberikan kekhawatiran bagi masyarakat dunia jika nuklir tersebut diaktifkan demi kepentingan perang. Itulah mengapa krisis Semenanjung Korea merupakan wacana utama yang banyak menarik perhatian masyarakat internasional secara umum. Krisis internasional adalah krisis antara negara. Ada banyak definisi dari krisis internasional. Menurut Glenn H. Snyder (Professor ilmu politik di Cornell University New York), "krisis antar negara adalah urutan interaksi antara pemerintah dari dua atau lebih negara berdaulat dalam konflik yang parah dan memiliki kemungkinan tinggi akan munculnya perang".9 8 Ibid Glenn H. Snyder and Diesing, Paul:1977. Conflict Among Nations: Bargaining, Decision Making and System Structure in International Crises. 9 10 Krisis Semenanjung Korea merupakan jenis krisis politik yang berimplikasi kepada keamanan atau yang disebut oleh Ilmuwan Politik Amerika yang terkenal, Richard N Lebow sebagai Krisis Brinkmanship, yaitu krisis yang berupa penerusan politik luar negeri menuju perang. Sengaja memaksa krisis untuk memaksa pihak lain untuk mundur.10 Dari berbagai strategi yang dikemukakan Alexander L George (Professor HI di Stanford University) dalam bukunya Avoiding War: Problems of Crisis Management, strategi serangan dalam krisis Semenanjung Korea merupakan pengurangan dan strategi pertahanannya merupakan uji kemampuan.11 Hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan selalu mengalami ketegangan yang berdampak pada munculnya konflik-konflik baru. Adanya sikap Korea Utara yang secara diam-diam mengembangkan kekuatan nuklirnya yang membuat ketegangan kembali terjadi. Korea Selatan yang masih berstatus konflik dengan Korea Utara melihat adanya potensi konflik yang jika tidak dihentikan maka dapat memicu terjadinya perang kembali. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptifanalitik. Dalam metode ini dijelaskan secara sistematis mengenai faktafakta ataupun variabel-variabel yang menandai persaingan Amerika Serikat-RRC dalam krisis Semenanjung Korea 2. Jenis Data 10 11 Richard N. Lebow:1981. Between Peace and War: The Nature of International Crisis. Alexander L. George (ed): 1991. Avoiding War: Problems of Crisis Management. 11 Jenis data yang akan digunakan oleh penulis adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur, buku-buku, dokumendokumen, jurnal, surat kabar,dan informasi yang diakses dari internet yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan metode telaah pustaka, yaitu dengan cara pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik berupa jurnal, artikel, makalah, serta beberapa situs yang berhubungan penelitian ini. Dengan penelitian bertempat di Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa yang bersifat kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur kemudian dihubungkan antara fakta-fakta yang ada kemudian permasalahan yang ada dijelaskan dan dianalisa berdasarkan fakta-fakta yang ada dan disusun dalam suatu tulisan serta ditarik suatu kesimpulan akhir dari data dan fakta yang ada. Pokok analisa dalam tulisan ini adalah persaingan Amerika Serikat-RRC dalam krisis Semenanjung Korea dalam bidang politik dan keamanan. 12