Peningkatan Keterampilan Menulis … PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS VIII-2 MTSN MODEL KUOK KOTA BANGKINANG Indah Mei Diastuti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Hasyim Asy’ari Email: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan seberapa besar peningkatan dan hasil menulis laporan serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterampilan menulis laporan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. SiklusI dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi untuk siswa, guru, dan catatan lapangan. Hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada tes awal 17,85% dari 28 siswa, 5 orang yang tuntas dan 23 yang tidak tuntas. Kemudian dilanjutkan tes siklus I meningkat 35,71 % dari 28 siswa, 10 siswa yang tidak tuntas, dan 18 siswa yang tuntas. Pada tes siklus II 96,46 % siswa yang tuntas dari 28 siswa, 27 siswa yang tuntas dan 1 orang siswa yang tidak hadir, menunjukkan adanya peningkatan pada tes siklus II. Berdasarkan hasil penemuan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatiftipe jigsaw dapat meningkatkan minat siswa yang berimbas pada meningkatnya keterampilan menulis laporan. Kata kunci: kooperatif, jigsaw, peningkatan, menulis dan laporan. ABSTRACT: The purpose of the result is to explain the increasement and result of report writing and what factors affecting report writing skill through cooperative learning models specifically jigsaw. This research was being held in the form of Classroom Action Research that was divided into two cycles. Each cycle has two meetings. The qualitative data are observation sheet for student, teacher and field. The result of the research shows that there was increasement on students’ studying result in the beginning test is 17,85%. From 28 students, 5 students is complete and 23 students is incomplete. Then, there was 35,71% increasement in cycle I. From 28 students, there was 10 students ar incomplete and 18 students are complete. In cycle II, there was increasement 96,46%, from 28 students, there was 27 students are complete and 1 students is incomplete. Based on the result, it can be concluded that cooperative learning model specially jigsaw can increase the students’ interest affecting the increasement of students’ report writing skill. Keywords: cooperative, Jigsaw, increasement, writing, and report. menulis. Menulis adalah belajar untuk mengembangkan kemampuan diri melalui ide-ide yang muncul dalam diri seseorang. Keterampilan menulis merupakan tempat untuk menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain. Standar kompetensi ini dimaksudkan agar siswa siap mengakses situasi dan perkembangan multiglobal dan lokal yang berorientasi pada keterbukaan menuangkan ide (gagasan). Proses belajar dikatakan berhasil, japabila indikator atau tujuan dalam pembelajaran PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan juga merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia merupakan program untuk mengembangkan pengetahuan serta potensi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar 73 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kepuasan pengalaman belajar. Menurut Thahar (2008:12) kegiatan menulis adalah kegiatan intelektual. Seorang intelektual ditandai dengan kemampuannya mengekspresikan jalan pikirannya melalui tulisan dengan media bahasa yang sempurna. Seorang yang bukan intelektual, sukar merumuskan jalan pikirannya sendiri, tergambar dari cara dia berbicara, apalagi melalui menulis. Disisi lain, Suparno (2008:29) menjelaskan bahwa menulis pada dasarnya dipandang sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tulisan merupakan sebuah lambang atau simbol bahasa yang dapat dilihat atau disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat yaitu, penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Selain menyampaikan pesan, menulis juga memiliki tujuan, seperti yang dijelaskan oleh Semi. Semi(2009: 17), secara umum tujuan menulis adalah sebagai berikut, (1) memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu; misalnya petunjuk mengenai cara menjalankan mesin, petunjuk cara menggunakan atau meminum suatu abat, atau arahan cara merangkai bunga, (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain; misalnya penjelasan tentang manfaat lari pagi bagi kesehatan jantung, atau penjelasan tentang pentingnya kelestarian lingkungan hidup, (3) menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu. Misalnya, menceritakan tentang perjuangan tuanku Imam Bonjol menghadapi penjajah, atau menceritakan tentang peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan lintas Sumatera, (4) meringkaskan atau merangkum yaitu sudah tercapai. Oleh karena itu, setiap guru ketika dalam menentukan penilaian harus berpedoman berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu penegasan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bidang studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuokdiketahui siswa kurang mampu dalam materi menulis laporan. Hal itu ditandai dengan rendahnya nilai keterampilan menulis laporan siswa (KD 4.2 menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar). Kelemahan yang terlihat pada hasil lembar kerja siswa antara lain: (1) masih ada siswa yang belum dapat mengurutkan sistematika laporan, (2) masih ada siswa yang belum dapat menempatkan tanda baca sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan, dan (3) masih ada siswa yang belum dapat merangkai kalimat menjadi paragraf yang padu. Untuk membuktikan pengalaman empirik tersebut dilakukan tes awal. Dari 28 siswa yang mengikuti tes hanya 5 siswa (20%) yang mendapat nilai baik atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan, yaitu 70. Disamping belum mampu memenuhi KKM, tingkat ketuntasan klasikal masih di bawah 70 persen. Realitas rendahnya kualitas karya siswa menunjukkan perlunya penanganan khusus. Inti penanganannya adalahguru memerlukan suatu teknik pembelajaran menulis yang efektif dan efisien bagi siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan merencanakan teknik pembelajaran yang menarik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti mengadakan PTK untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran tipe Jigsaw melatih siswa untuk bersikap lebih komunikatif, sehingga siswa terbiasa untuk mengeluarkan pendapat dan yang pendapat orang lain. Hal ini, sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yaitu untuk mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang lebih baik, 74 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Peningkatan Keterampilan Menulis … ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif mempunyai kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Menurut Semi (2009: 218), ciri-ciri kalimat efektif adalah: (a) Gramatikal, artinya kalimat itu ditinjau dari aspek tata bahasa sesuai dengan pola kalimat bahasa Indonesia yang benar; (b) sesuai dengan tuntutan bahasa baku; (c) jelas, artinya kalimat itu mudah ditangkap maksudnya; (d) ringkas atau lugas, artinya kalimat itu tidak berbelit-belit; (e) adanya hubungan yang baik (koheren) antara satu kalimat dengan kalimat yang lain, antara paragraf yang satu dengan yang lain; (f) kalimat harus hidup, artinya kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang bervariasi; (g) tidak ada unsur yang tidak berfungsi, artinya setiap kata yang digunakan adalah fungsinya; setiap kata yang digunakan dalam paragraf mempunyai fungsi tertentu. Selanjutnya dalam menulis laporan, penggunaan pungtuasi merupakan sutu hal yang penting. Zainurrahman (2013: 145) mengatakan bahwa pungtuasi atau tanda baca merupakan elemen teks dalam tataran mikro. Meskipun disebut elemen mikro, namun pungtuasi memiliki peranan penting untuk menciptakan kohesi dan koherensi dari sebuah teks. Selain itu pungtuasi merupakan perwakilan unsur-unsur suprasegmental seperti halnya ketika kita berbicara. Pungtuasi adalah seperangkat tanda baca yang berfungsi sebagai penanda dalam teks yang memiliki seperangkat fungsi dan makna secara konvensional dipahami oleh masyarakat pengguna. Secara umum, kita mengenal dan menggunakan pungtuasi seperti titik (.), koma (,), titik ganda (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda seru (!), apostrof (‘) dan tanda kutip (“ “) dalam menulis secara “naluriah”. Menurut Taufik dan Muhammadi (2012:1) model dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat, misalnya dari seratus lima puluh halaman menjadi lima halaman, namun ide pokoknya tidak hilang, (5) menyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha menyakinkan orang lain agar orang lain setuju atau sependapat dengannya. Selain itu, Semi (2009:5) juga menyatakan bahwa untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu (1) keterampilan berbahasa, merupakan keterampilan yang paling penting karena menulis merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulis; (2) keterampilan penyajian, merupakan keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis; (3) keterampilan perwajahan, keterampilan pengaturan tipograf dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain. Berdasarkan pada penjelasan di atas, untuk menulis laporan, tentunya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Keraf (2004: 333) mengatakan seperti halnya dengan tulisan-tulisan atau karangan-karangan pada umumnya, laporan harus disampaikan dalam bentuk dan struktur yang baik. Bentuk lebih banyak dipertalikan dengan cara pengetikan dan penyusunan, sedangkan struktur lebih dipertalikan dengan organisasinya. Struktur laporan meliputi: pendahuluan, isi, kesimpulan dan saran. Dalam laporan yang paling penting bagi penerima laporan adalah kesimpulan dan saran. Pendahuluan dan isi laporan hanya mempunyai fungsi umum yaitu sebagai bahan ilustrasi atau bahan penjelasan. Dalam menulis sebuah laporan, penggunaan kalimat efektif adalah suatu hal yang penting untuk diketahui. Seperti yang diungkapkan oleh Keraf (2004: 40) bahwa sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana 75 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Mendukung pendapat di atas, Silberman (2010: 193) menjelaskan beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut, (1) pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian; (2) hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa, dan bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok; (3) Setelah waktu belajar selesai bentuklah kelompok belajar; (4) perintahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lainnya apa yang telah mereka pelajari; (5) perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. Disisi lain, Trianto (2009: 73), mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw, yaitu (1) siswa dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok anggotanya 5-6 orang; (2) materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagikan menjadi beberapa subbab; (3) setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya; (4) anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam satu kelompokkelompok ahli untuk mendiskusikannya; (5) setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temantemannya; dan (6) pada pertemuan dan diskusi pada kelompok asal, para siswa mendapat tagihan berupa kuis individu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu strategi belajar dengan cara berkelompok. Kelompok yang dibentuk bersifat heterogen. Setiap anggota kelompok dapat menjelaskan materi yang dikuasainya kepada teman kelompoknya. Oleh karena itu, terjadi kerja sama yang baik antarindividu dalam kelompok. Pembelajaran ini juga memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pelaksaannya. Dimana seluruh siswa dituntut untuk aktif. Hal itu, berbeda dengan model pembelajaran kelompok yang konvensional, merancang dan menyampaikan materi pembelajaran, mengorganisasikan peserta didik, dan memilih media dan metode dalam suatu kondisi pembelajaran. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pembelajaran dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran, yang digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pembelajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw. Rusman (2010: 218) mengatakanbahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mencontoh cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara kerja kelompok untuk mencapai tujuan bersama dan untuk mengoptimalkan manfaat belajar kerja kelompok. Anggota kelompok bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Hal serupa juga diungkapkan oleh Taufik (2012: 150), pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan dan latar belakang keluarga yang beragam. Penyajian materi dalam kelompok asal ini berbeda antar anggota kelompok. Pada kelompok ahli adalah kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok dan mendiskusikan materi tersebut secara bersama-sama, setelah selesai didiskusikan dalam kelompok ahli tersebut maka anggota kelompok ahli tersebut kembali kekelompok asalnya dan bertanggungjawab untuk mengajarkan atau menjelaskan materi yang dipelajarinya kepada anggota kelompok asalnya. 76 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Peningkatan Keterampilan Menulis … perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), serta refleksi (reflecting). Data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini diperoleh melalui instrumen. Penelitian ini menggunakan bentuk instrument antara lain; (1) lembarObservasi yang digunakan untuk mengungkap data keaktifan guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh seorang kolaborator; (2) wawancara yang digunakan untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan dan hambatan dalampembelajaranmenulislaporan; (3)catatan Lapangan yang digunakan untuk memperoleh kesan dan penafsiran subjektif mencakup perilaku kurang perhatian, kecerobohan, atau persoalan yang dianggap menarik; (4) tes dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang menulis laporan pengamatan yang benar sesuai dengan sistematika laporan setelah mengikuti proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah berupa data aktivitas dan interaksi guru dan siswa, kemajuan belajar dan suasana kelas selama proses pembelajaran serta data tentang hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Oleh karena itu, teknik pengabsahan data yang digunakan di dalam penelitian ini, yaitu teknik triangulasi. Teknik trianggulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian yang memiliki kriteria kredibilitas, kebergantungan dan kepastian. Dalam hal ini, peneliti merujuk pada pendapat Moleong (2007:320) bahwa yang dimaksud dengan keabsahan data harus memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu mendemonstrasikan nilai yang benar dan menyediakan dasar agar hal ini dapat diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusan. yang aktif hanya siswa yang rajin atau siswa yang pintar saja. Berdasarkan paparan di atas maka tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses peningkatan keterampilan menulis laporan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas VIII.2 MTsN Model Kuok Kota Bangkinang, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar keterampilan menulis laporan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas VIII.2 MTsN Model Kuok Kota Bangkinang dan (3) mendeskripsikan faktorfaktor apa saja yang mendukung peningkatan keterampilan menulis laporan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas VIII.2 MTsN Model Kuok Kota Bangkinang. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian merupakan penelitian sosial yang berupa penelitian tentang manusia dalam kehidupannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata. Data diperoleh melalui observasi, pencatatan lapangan, wawancara, dan tes. Oleh karena itu, laporan penelitian ini berupa uraian proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam beberapa siklus. Menurut Moleong (2012: 7) pendekatan kualitatif digunakan untuk menelaah sesuatu latar belakang manusia, misalnya, tentang motivasi, peranan, nilai, sikap atau persepsi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini karena fokus penelitian adalah peningkatan keterampilan menulis laporan pengamatan siswa. Rancangan penlitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindak-tindakan yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti bersama kolaborator terlibat dalam proses dari tahap awal sampai akhir penelitian. Peneliti bersama kolaborator secara bersiklus melakukan perenungan, 77 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari obsevasi pada tindakan siklus I dan tindakkan siklus II. Hasil tes tindakan pada siklus I dan siklus II berupa keterampilan menulis laporan dengan model pembelajaran koopepratif tipe Jigsaw dan hasil nontes berupa observasi dan catatan lapangan. Hasil Penelitian Siklus I Observasi pembelajaran dilaksanakan untuk mendapatkan informasi bagaimana respon siswa dan guru dalam melakssiswaan pembelajaran siklus I. Informasi diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolabolator. Instrumen pengamatannya berupa lembaran observasi siswa dan lembar observasi guru serta catatan lapangan. Dilihat dari tes unjuk kerja/catatan lapangan terlihat bahwa 27 siswa sudah berhasil dalam membuat sistematika laporan dengan benar, sedangkan satu orang siswa belum. Adapun dalam menulis siswa banyak melakukan kesalahan dalam segi penggunaan EYD, misalnya dalam menulis kata preposisi yang menunjukkan tempat kebanyakan siswa menggabungkan penulisannya. Selain itu, dalam penggunaan diksi banyak siswa yang menggunakan kata yang tidak logis serta terbawa oleh penggunaan bahasa lisan. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh kolabolator dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus I belum dikatakan sangat baik karena masih banyak mendapatkan skala1/kategori kurang dalam proses pembelajaran berlangsung dan ini perlu dilanjutkan ke siklus II. Dilihat dari tes unjuk kerja masih ada siswa mendapatkan nilai berkategori kurang atau mendpatkan skor yang sangat rendah seperti yang dapat dilihat dari tabel berikut. 3 Tidak Hadir Jumlah Keterangan 1 2 Tuntas Tidak Tuntas 00 28 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas pada tes awal lebih banyak dibandingakan dengan hasil tes siklus I hanya 5 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil menulis laporan siswa dan adanya perubahan proses belajar–mengajar siswa. Hal itu juga menunjukkan bahwa adanya keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan. Adapun 18 siswa yang tidak tuntas pada siklus I ini dikarenakan siswa tersebut kurang memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran dan memang kemampuan siswa tersebut di bawah rata-rata. Hasil Penelitian Siklus II Siklus ini merupakan kelanjutan daari siklus 1 yang terdiri dari dua kali pertemuan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolabolator, pada siklus II siswa merasa senang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam menulis laporan pengamatan. Siswa merasa diberi kebebasan dalam ketika belajar dalam kelompoknya. Siswa merasa bebas mengkonstruksi pengetahuan dan pengamatannya dalam menulis laporan pengamatan. Siswa merasa bebas dalam menyampaikan argumen serta apa yang mereka lihat berdasarkan setiap pengamatan. Data observasi pembelajaran siklus II diperoleh dari lembar observasi yang diamati/ diisi oleh kolabolator selama proses pembelajaran berlangsung. Kolabolator juga mengamati tindakan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan instrumen lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Berdasarkan hasil tes peulisan laporan observasi siswa kelihatan sudah lebih paham dibandingkan paada siklus I. Baik dari keruntutan dalam sistematika laporan, Isi, diksi, dan ejaan. Selain itu, siswa juga sudah bisa belajar secara inkuiri untuk menemukan, mengamati, dan mencatat semua unsur-unsur yang Table 1. Ketuntasan Individu Siswa Antara Tes Dasar dan Tes Siklus I No 00 28 Jumlah Siswa Pada Tes Awal Tes Siklus 1 05 10 23 18 78 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Peningkatan Keterampilan Menulis … mendukung ddalam pembuatan laporan observasi. Hal ini tergambar dari hasil tes, sebahagian siswa sudah bisa mengerjakan tugas dengan baik. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran menulis laporan observasi telah membuat siswa belajar secara aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Dari hasil observasi yang dilakukan kolabolator juga diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sudah diterapkan dalam proses pembelajaran dengan baik. Apabila dilihat dari data lembar observasi, dari 22 kriteria yang dinilai kepada siswa 18 kriteria yang berkategori sangat baik, Seperti halnya keseriusan belajar siswa, rasa tanggung jawab siswa dalam membuat tugas, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, serta ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas. Jadi, dapat disimpulkan ada peningkatan dalam perubahan sikap siswa dalam siklus II ini. Seperti yang dapat dilihat pada table berikut. itu, indikator keberhasilan hasil belajar penelitian ini adalah apabila 85% siswa memperoleh nilai 70 dan diatas 70. Seperti yang dapat dilihat pada table berikut. Tabel 3. Ketuntasan Klasikal Siklus I dan II No 1 2 Keterangan 1 Tuntas 2 Tidak Tuntas 3 Tidak Hadir Jumlah Jumlah siswa yang tuntas 35,71% 96,42% Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas pada siklus II dibandingkan pada siklus I dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 70. Hal ini menggambarkan bahwa terjadinya peningkatan menulis laporan siswa yang secara signifikan dari siklus I dan siklus II. Dari tabel di atas terlihat juga bahwa siswa yang tuntas pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 85% siswa yang tuntas sedangkan jumlah siswa yang tuntas pada siklus II yaitu 96,46%. Berdasarkan hasil temuan pada siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran menulis laporan untuk meningkatkan keterampilan dengan menggunakan model kooperatif Jigsaw hasil yang diperoleh belum maksimal atau sesuai dengan keinginan peneliti. Pada silkus I ini siswa yang tuntas ada 10 siswa dan 8 siswa yang tidak tuntas namun ada 2 siswa yang hampir mendekati sempurna nilai tes. Kedua siswa tersebut dalam kesehariannya dikenal dengan sikap pendiamnya dan nilai setiap hari tergolong cukup. Namun yang membuat mereka hampir mendekti sempurna karena adanya keseriusan, ketekunan, rasa tanggung jawab, semangat, kesungguhan, keterlibatan dalam belajar, keaktifan, dan menghargai teman dalam diskusi kelompok itu semua aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran. Disisi lain, hasil temuan pada siklus II keterampilan menulis laporan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Pada siklus II materi lebih dipusatkan pada kelompok Jigsaw diksi dan Jigsaw ejaan karena pada siklus I terdapat kelemahan dalam kelompok Table 2. Ketuntasan Individu Siswa Antara Tes Siklus I dan Tes Siklus II No Keterangan Tes Siklus I Tes Siklus II Jumlah Siswa Pada Tes Siklus 1 Tes Siklus 2 10 27 18 0 0 `1 28 28 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa ada 10 siswa yang tidak tuntas pada siklus I, namun pada siklus II tidak ada lagi tetapi ada satu orang siswa yang tidak hadir. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil menulis laporan siswa dan adanya perubahan proses belajar–mengajar siswa. Hal itu juga menunjukkan bahwa adanya keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan tabel di atas terlihat jelaslah bahwa pada siklus II semua siswa mendapat nilai di atas 70 dan mencapai KKM semuanya. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh dari siklus I dan II, maka ketuntasan lasikal juga dapat dihitung dengan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yaitu 70. Selain 79 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 laporan observasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sangat positif. Pada pembelajaran ini siswa lebih antusis dan memiliki semangat belajar yang tinggi dan sebagian besar ingin terampil dalam menulis teks-teks yang lainnya. Hal tersebut dapat diliha dengan jelas pada table pemerolehan hasil belajar keterampilan menulis laporan dari prasiklus, siklus I, dan Siklus II berikut ini. diksi dan ejaan kurangnya serius mereka membahas materi dan masih belum ada kerjasama yang kompak dalam kelompok tersebut. Maka peneliti mengacak lagi kelompok yang ada pada siklus I menjadi kelompok baru yang ada disiklus II terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Setelah adanya pengacakan ulang tersebut Hasil yang diperoleh sudah lebih baik daripada siklus I. Hal ini dibuktikan dari 28 siswa hanya 1 siswa yang tidak tuntas. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan menulis teks laporan observasi dengan memperhatikan sistematika laporan, isi laporan, penggunaan ejaan serta diksi yang digunakan dalam menulis. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis teks laporan yang terlampir di akhir laporan ini. Berikut ini akan penulis jabarkan setiap aspek yang difokuskan dalam menulis laporan observasi, yaitu; (1) sistematika laporan merupakan aspek yang cepat dipahami siswa dan mengalami perkembangan pada setiap siklus. Siswa sudah mampu membuat laporan dengan memperhatikan sistematika, mulai dari pendahuluan, isi, danpenutup; (2) padaaspekisi, siswa sudah mampu menulis secara berurutan dari apa yang telah mereka observasi. Sehingga apa yang ingin disampaikan pada bagian ini bisadipahamisecaralangsung; (3) aspekdiksi, kebanyakansiswa sudah mampu menulis teks laporan observasi dengan menggunakandiski yang benar; (4) aspekejaan, pada bagian ini siswa sudah bisa menulis dengan bai dan benar dengan memperhatikan penulisan ejaan, mulai dari penggunaan huruf kafital dan tanda baca. Meningkatnya keempat aspek yang disebutkan di atas, menunjukkan bahwa pada saat menulis teks laporan observasi siswa telah memperhatikan dengan teliti cara menulis laporan yang baik dengan memperhatikan sistematika, isi laporan, diksi, dan ejaan. Selain itu, berdasarkan data nontes juga diperoleh kenyataan bahwa sikap belajar siswa dalam pembelajaran menulis teks Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Presentasi Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Prasiklus 5 (siswa tuntas) 17.85% yang Siklus I Siklus II 10 (siswa yang tuntas) 27 (siswa yang tuntas) 35.71% 96.42% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tepat karena hasil belajar mengalami peningkatan lebih tinggi daripada tidak menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw. Hasil belajar pada prasiklus dengan ketuntasan 17.85% meningkat pada siklus I menjadi 35.71%. Pada prasiklus dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan nilai ratarata sebanyak 17.86%. walaupun sudah ada peningkatan namun belum tercapai nilai KKM 70. Dilihat dari nilai per indikator/ per aspek, sebagian besar juga mengalami peningkatan. Sebelum melakssiswaan tindakan nilai sistematika laporan 10 menjadi 15 setelah tindakan siklus I, nilai kesesuaian isi laporan 20 menjadi 30, nilai ejaan 9 menjadi 15, serta nilai diksi 6 menjadi 15. Dengan jumlah nilai sebelum tindakan 55 setelah tindakan mmeningkat menjadi 75. Tes unjuk kerja pada siklus II, meningkat menjadi 96.42% dibandingkan adengan siklus I, dengan demikian adanya peningkatan pada siklus I ke siklus II dengan rata-rata 60.71%. dan mencapai nilai KKM 70 dan diatas 75. Jika dilihat dari setiap aspek yang dinilai, sistematika laporan dengan nilai rata-rata 15, nilai isi laporan rata- 80 Ed-Humanistics. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2016 Peningkatan Keterampilan Menulis … rata 50, nilai ejaan rata-rata 15 dan nilai diksi rata-rata 15. Jadi penilaian nilai unjuk kerja pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik daripada siklus I. Suatu hal yang sangat penting dalam pembelajaran adalah respon siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Respon siswa dihimpun dari lembar observasi siswa yang diisi oleh kolaborator. Berdasarkan lembar observasi siswa yang telah diisi oleh kolaborator pada siklus I dan siklus II, dapat diartikan bahwa respon siswa terhadap proses pembelajaran menulis laporan melalui metode kooperatif tipe Jigsaw sangatlah positif, dengan demikian proses pembelajaran dianggap menyenangkan, tidak membosankan sehingga hasil belajar menulis laporan meningkat, dibandingkan dengan belajar sendiri-sendiri. pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak terlepas dari fakto-faktor pembelajaran. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan bisa menimbulkan semangat belajar siswa. Selain itu, kolabolator juga menjadi faktor pendukung karna kolaborator bisa mengamati proses belajar dan mengajar siswa dan guru, serta membantu guru dalam mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Selain motivasi ataupun reward yang diberikan guru lewat kata-kata sangat bagus dalam meningkatkan semangat belajar siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa; (1) melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini siswa bisa bermain sambil belajar, sehingga pembelajaran yang diciptakan menimbulkan suasana riang, senang, dan bahagia. Apabila dilihat dari segi pembelajarannya siswa termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh, aktif melakukan tanya jawab, serius dalam melaksanakan tugas, serta siswa dapat menyampaikan ideide atau pendapatnya kepada orang lain. Selanjutnya dengan pembelajaran tipe Jigsaw ini juga dapat meningkatkan kemampuan menulis laporan, dengan memperhatikan sistematika laporan, isi, diksi, dan ejaan yang baik dan benar. Selain itu, melalui pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil tes menulis laporan deskripsi pada siswa kelas VIII2 MTSN Model Kuok Kabupaten Kampar; (2) proses pembelajaranmenulis laporan observasi dengan menggunakn model Moleong, Lexi. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pres. Semi, M. Atar. 2009. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Silberman, Melvin L. 2010. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa. Suparno dan Muhamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Taufik, Taufina dan Muhammadi. 2012. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang: Sukabina Press. Thahar, Harris Efendi. 2008. Menulis Kreatif. Padang: UNP Press. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Zainurrahman. 2013. Menulis: dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta DAFTAR PUSTAKA Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Ende, Flores. __________. 2004. Komposisi. Jakarta: Ende, Flores. 81