BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin banyak dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Melihat perkembangan pembelajaran bahasa Perancis yang cukup signifikan, memberi peluang baru bagi pengajar (guru) untuk lebih memperkaya pengetahuannya agar dapat memperkenalkan dan mengajarkan bahasa Perancis kepada siswa dengan baik. Namun, tidak semata-mata dengan mudah pengajar dapat mengajarkan bahasa Perancis kepada siswa sebagai pembelajar pemula. Banyak hambatan yang perlu disikapi, seperti kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Perancis, persepsi siswa akan mata pelajaran bahasa Perancis yang dianggap sulit, serta sarana dan prasarana yang terbatas dalam mempelajari bahasa Perancis. Menanggapi masalah-masalah tersebut, pengajar dapat menggunakan teknik pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan. Agar siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Perancis, maka pengajar perlu berupaya untuk menambah motivasi belajar siswa, serta dapat mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa Perancis yang tadinya sulit menjadi mudah. 1 2 Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal asing bagi seorang pengajar. Model pembelajaran ini, dilaksanakan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Siswa diarahkan untuk dapat bersosialisasi baik antar sesama teman dalam kelompoknya maupun diluar kelompoknya, menjadikan siswa lebih aktif, dan peran pengajar hanya sebagai pengawas. Meskipun pelaksanaan model pembelajaran kooperatif cukup mudah, tetapi model pembelajaran ini masih jarang diterapkan di sekolah-sekolah. Penggunaannya lebih sering kita jumpai di tempat-tempat kursus bahasa asing, termasuk bahasa Perancis. Sehingga banyak siswa yang lebih tertarik belajar bahasa Perancis di tempat-tempat kursus daripada di sekolah. Ada begitu banyak teknik pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah teknik make-a-match. Teknik ini adalah teknik pembelajaran dengan cara guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan juga jawaban secara terpisah yang dibagikan kepada tiap-tiap siswa secara acak dan siswa diberi waktu untuk saling menemukan pasangan yang tepat (soal-jawaban) dengan waktu yang telah ditentukan. Jika siswa berhasil menemukan pasangannya sebelum waktu habis, maka mereka akan mendapatkan poin. Namun, jika siswa tidak dapat menemukan pasangannya sampai batas waktu yang ditentukan, maka mereka akan mendapatkan sanksi yang telah disepakati bersama. Pembelajaran bahasa Perancis di sekolah saat ini ditujukan pada empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Dengan begitu, tentu saja penguasaan kosakata merupakan salah satu kunci terpenting dalam mengembangkan keempat keterampilan berbahasa tersebut. 3 Sebab, dengan menguasai kosakata siswa akan dengan mudah untuk menyampaikan setiap gagasannya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Meskipun penguasaan kosakata begitu mendasar, siswa seringkali mengalami kesulitan ketika ingin menyampaikan gagasannya. Hal ini dikarenakan siswa malas mencari kosakata dalam kamus baik dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Selain itu, siswa pun sering lupa akan kosakata yang baru diketahui. Sekaitan dengan topik penelitian yang peneliti lakukan, terdapat dua hasil penelitian sebelumnya mengenai penerapan suatu teknik atau model dalam pembelajaran kosakata, yang dilakukan oleh Hasanah diperoleh hasil pada kelas kontrol nilai rata-rata postesnya sebesar 7,2 sedangkan untuk kelas eksperimen nilai rata-rata postes sebesar 9,1. Sehingga teruji bahwa teknik permainan tebak kata efektif digunakan untuk pembelajaran kosakata bahasa Jepang. Kemudian, Rahayu dalam penelitiannya memperoleh hasil rata-rata nilai prates sebesar 16,06 dengan hasil rata-rata nilai postes sebesar 22,06. Sehingga teruji bahwa teknik scramble efektif digunakan dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Perancis. Berdasarkan uraian di atas beserta hasil penelitian sebelumnya mengenai penguasaan kosakata, peneliti ingin mengaplikasikan teknik make-a-match yang digunakan dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Perancis. Selain itu, teknik make-a-match belum pernah diaplikasikan pada pembelajaran bahasa Perancis. Maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul penelitian : 4 “Penggunaan Teknik Make-a-Match dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Perancis (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 6 Bogor Tahun Ajaran 2009-2010). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Adakah perbedaan yang signifikan pada tingkat penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa kelas X.1 SMA Negeri 6 Bogor sebelum dan sesudah menggunakan teknik make-a-match? 2. Apakah teknik make-a-match efektif jika digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis di SMA Negeri 6 Bogor? 3. Apakah kelebihan dan kelemahan teknik make-a-match dalam pembelajaran bahasa Perancis? 4. Apakah pendapat siswa kelas X.1 SMA Negeri 6 Bogor dalam pembelajaran bahasa Perancis dengan menggunakan teknik make-amatch? 5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. perbedaan yang signifikan pada tingkat penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa kelas X.1 SMA Negeri 6 Bogor sebelum dan sesudah menggunakan teknik make-a-match; 2. efektivitas teknik make-a-match dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis di SMA Negeri 6 Bogor; 3. kelebihan dan kelemahan teknik make-a-match dalam pembelajaran bahasa Perancis; 4. pendapat siswa kelas X.1 SMA Negeri 6 Bogor dalam pembelajaran bahasa Perancis dengan menggunakan teknik make-a-match. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu : 1. bagi peneliti, menambah wawasan pengetahuan tentang berbagai teknik pembelajaran kosakata, khususnya teknik make-a-match; 2. bagi guru, mendorong kreatifitas dalam melakukan kegiatan pembelajaran bahasa Perancis, khususnya dalam menggunakan teknik pembelajaran kosakata; 3. bagi siswa, meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari bahasa Perancis, terutama dalam menguasai kosakata bahasa Perancis; 6 4. bagi lembaga, memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya mengenai teknik pembelajaran kosakata bahasa asing, khususnya teknik make-amatch dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis; 5. bagi peneliti lain, menjadi referensi sebagai landasan penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran kosakata. 1.5 Anggapan Dasar Dan Hipotesis 1.5.1 Anggapan Dasar Menurut Surakhmad (1980;97) “anggapan dasar bersifat akseomatis yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya dan berupa landasan teori yang kebenarannya tidak diragukan peneliti”. Anggapan yang melandasi penelitian ini adalah: 1. Teknik pembelajaran Make-a match merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif. 2. Penguasaan kosakata merupakan salah satu kunci terpenting dalam mengembangkan empat keterampilan berbahasa. 1.5.2 Hipotesis Dalam buku Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi (2005; 45) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub-masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji kebenarannya”. 7 Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Nol (H0) Tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran kosakata dengan teknik pembelajaran make-a-match dan teknik make-a-match tidak efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis di SMA Negeri 6 Bogor. 2. Hipotesis Kerja (H1) Terdapat perbedaan secara signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran kosakata dengan teknik pembelajaran make-a-match dan teknik make-a-match efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis di SMA Negeri 6 Bogor.