1 HUBUNGAN SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DENGAN KOMPETENSI GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK A.Muin, Masluyah Syuib, Herculanus Bahari Sindju Program Studi Magister AP, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: [email protected] Abstrak: Penelitian hubungan supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan supervisi, kepemimpinan kepala madrasah, dan kompetensi guru; (2) mengetahui tingkat hubungan antara supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru , baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Ibtidaiyah kota Pontianak yang telah memiliki sertifikat pendidik sebanyak 137 orang. Sampel penelitian diambil sebanyak 40 orang. Dari hasil penelitian ini ditemukan: (1) supervisi yang dilaksanakan kepala madrasah sudah baik, (2) kepemimpinan kepala madrasah sudah baik, (3) kompetensi guru sudah baik, (4) tingkat hubungan supervisi kepala madrasah dengan kompetensi guru sudah baik, (5) tingkat hubungan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru sudah baik. Kata Kunci: Hubungan, supervisi, kepemimpinan, kompetensi guru Abstract: The research of the correlation of supervision and principal leadership to competence of certified teacher has some purposes: (1) to describe supervision, principal leadership, and the teachers’ competence; (2) to know the level of correlation of supervision and principal leadership to the teachers’ competence both of individual and simultaneous way. The population of the research is 137 certified teachers of Madrasah Ibtidaiyah in Pontianak city. The sample of the research is 40 teachers. From the result of the research it is found that: (1) Supervision that is conducted by the principal has been good, (2) the principal leadership is good, (3) the teacher competence is good, (4) the level of correlation of principal supervision to the teachers’ competence is good, (5) the level of principal leadership to the teachers’ competence is good, Key words: Correlation, supervision, leadership, teachers’ competence 1 2 K epemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah, membina guru, atau mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal. Edward Salis (2006:174) mengatakan: “aspek penting dari peran pemimpin dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar”. Menurut Mulyasa (2011:181) kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya. Lebih lanjut dikatakan kepala sekolah harus mampu menjadi supervisor tim yang terdiri dari guru, staf, dan siswa dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga tercapai produktivitas belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala madrasah yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi anggota. Salah satu indikator yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya. Kepala madrasah sebagai figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan madrasah. Kepala madrasah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala madrasah sebagai pemimpin harus dapat melakukan tindakan yang membuat seseorang atau kelompok, bekerja untuk mencapai tujuan. Sebagai pemimpin dan supervisor, kepala madrasah harus dapat memberikan perhatian, dorongan dan memberikan motivasi kepada guru agar mereka bersemangat dalam bekerja sehingga menghasilkan kinerja lebih baik. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kepala madrasah sebagai supervisor belum maksimal dalam melaksanakan supervisi, hal ini terlihat bahwa supervisi dilaksanakan hanya sekali dalam satu semester. Hasil supervisi yang dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam pemberkasan untuk pencairan dana bagi guru-guru yang sudah disertifikasi. Sehingga supervisi yang dilaksanakan belum maksimal dan tidak ada tindak lanjutnya. Sehingga pelaksanaan supervisi hanya sekedar petugas yang menjalankan fungsi administrasi mengecek apa saja ketentuan yang telah dan belum dilaksanakan. Dari penjelasan di atas, tindakan supervisi berpengaruh pula pada penguasaan kompetensi guru. Hasil pengamatan penulis pada madrasah Ibtidaiyah yang ada di kota Pontianak menunjukkan bahwa kurangnya penguasaan kompetensi guru. Hal ini dapat dilihat kurangnya disiplin yang ditunjukkan guru, tidak mau mengembangkan materi pembelajaran dan jarang sekali menggunakan media pembelajaran. 3 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti tentang hubungan supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005:76) hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dari deskripsi dan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan supervisi kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak, (2) Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak, (3) Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah secara bersamasama dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak, (4) Ada kontribusi hubungan supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru yang bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak. METODE Penelitian ini akan mengkaji tentang supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada madrasah ibtidaiyah Negeri di kota Pontianak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. “Penelitian kuantitatif adalah penelitian untuk memecahkan masalah berdasarkan teori-teori yang relevan dengan menggunakan data kuantitatif (Uray Husna Asmara 2011:32). Senada dengan Sugiyono (2011:8) “penelitian nilai variabel mandiri, baik satu variabelnakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Menurut Sugiyono (2012:90) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. “Populasi adalah obyek atau subyek penelitian yang menjadi sumber data” (Uray Husna Asmara 2011:36). Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Sejalan dengan pendapat diatas, Riduwan (2010:55) menyatakan “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sugiyono (2012:91) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Riduwan (2010:56) mengatakan bahwa: “bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan sampel adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. 4 Tabel 1 Data sampel pada setiap Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Nama Madrasah MIN Teladan Pontianak MIN Paal Lima MIN Bangka Belitung MIS DDI MIS Nahdatussubhan MIS Raudatul Islamiyah MIA Al Anwar MIS Al Itqon MIS Miftahul Ulum MIS NU 3 MIS Darul Falah MIS Nurul Islam MIS NU 2 MIS Darul Ikhsan MIS Darussalam MIS Assalam MIS Husnul Yaqin MIS Miftahussaadah MIS Raudhatussaadah Mis Tarbiyatul Athfal MIS Nurul Ulum MIS Al Ikhwah Jumlah Jumlah 31 13 14 3 6 3 4 8 3 6 5 7 3 4 3 2 3 4 2 2 2 9 137 Jumlah Sampel 10 5 4 0 3 0 0 3 0 4 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Supervisi Kepala Madrasah (X1) dan Kepemimpinan Kepala Madrasah (X2) sebagai variabel bebas dan Kompetensi Guru Bersertifikasi Pendidik (Y) sebagai variabel terikat dalam penelitian ini. Untuk mempermudah interpretasi/penafsiran deskripsi data yang disajikan, peneliti menentukan pedoman secara profersional berdasarkan katagori dengan tabel sebagai berikut: 0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199 = Sangat kuat = Kuat = Cukup kuat = Rendah = Sangat rendah 5 Tabel 3.14 Uji signifikansi Koefisien Korelasi Supervisi Kepala Madrasah (X1) dengan Kompetensi Guru Bersertifikasi Pendidik (Y) Tabel 3.15 Uji signifikansi Koefisien Korelasi Kepemimpinan Kepala Madrasah (X2) dengan Kompetensi Guru Bersertifikasi Pendidik (Y) Tabel 3.18 Perbandingaan Kekuatan Hubungan antara (X1) dan (X2) secara bersamasama dengan (Y) Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, secara parsial supervisi kepala madrasah berhubungan signifikan dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak dengan mengendalikan (dibuat tetap) kompetensi guru bersertifikat pendidik. Hubungan tersebut termasuk katagori rendah dan sumbangan pengaruh supervisi kepala madrasah terhadap kompetensi guru bersertifikat pendidik sebesar 21,8%. Secara parsial hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepemimpinan kepala madrasah berhubungan signifikan dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik pada madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak. Hubungan tersebut termasuk katagori sangat rendah dan sumbangan pengaruh kepemimpinan kepala madrasah terhadap kompetensi guru bersertifikat pendidik sebesar 14,4%. Berdasarkan anlisis data, hasil penelitian menunjukkan bahwa Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Madrasah secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Pontianak. Hubungan tersebut tergolong rendah dan sumbangan pengaruh supervisi sebesar 27,6% 6 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan persentase supervisi kepala madrasah sebesar 65,24%, tergolong pada kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa supervisi yang dilaksanakan oleh kepala madrasah sudah baik. Dengan demikian berarti supervisi kepala madrasah di madrasah ibtidaiah di kota pontianak dilaksanakan dengan baik. Dari ketiga dimensi ditemukan pada dimensi orientasi supervisi direktif dengan jumlah skor teoritis 3200 didapatkan jumlah skor empirik 2126 dengan persentase skor 66,44% masuk dalam kategori kuat, berarti orientasi supervisi direktif yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi non direktif dengan jumlah skor teoritis 2200 didapatkan jumlah skor empirik 1354 dengan persentase skor 61,55% masuk dalam kategori kuat, berarti supervisi non direktif yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi kolaboratif dengan jumlah skor teoritis 2000 didapatkan jumlah skor empirik 1348 dengan persentase skor 67,4% masuk dalam kategori kuat, berarti supervisi kolaboratif yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Dari temuan persentase jumlah skor maksimal yang didapatkan sebesar 65,24%, termasuk kategoti baik. Hubungan supervisi kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada madrasah ibtidaiyah di kota Pontianak tersebut sebesar 21,8%, termasuk katagori rendah. Supervisi yang dilaksanakan belum optimal sesuai dengan yang diharapkan untuk dapat meningkatkan kompetensi guru bersertifikat pendidik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh: Made pidarda (2009: 18) menyatakan “kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membina para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Oleh sebab itu hendaknya kepala sekolah selalu untuk meningkatkan supervisi yang dilakukan baik dalam aspek orientasi direktif, non direktif, dan kolaboratif. Penelitian tentang supervisi juga telah dilakukan oleh Da’i Wibowo (2009) berjudul pengaruh supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap kinerja guru SD Negeri Kersana Kab Brebes mengemukakan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru. Dimensi yang diukur dalam kepemimpinan kepala madrasah adalah: (1) teknik penyiapan pengikut, (2) teknik hubungan antar manusia, (3) teknik menjadi teladan, (4) teknik persuasi dan pemberian perintah, (5) penggunaan komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah sebesar 77,12% tergolong kategori baik, hal ini membuktikan kepemimpinan kepala madrasah ibtidaiyah di kota pontianak dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian kepemimpinan kepala madrasah ibtidayah di kota pontianak dilaksanakan dengan baik. Dari kelima dimensi ditemukan pada dimensi penyiapan pengikut dengan jumlah skor teoritis 1800 didapatkan jumlah skor empirik 1439 dengan persentase skor 79,94% masuk dalam kategori kuat, berarti penyiapan pengikut yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi hubungan antar manusia dengan jumlah skor teoritis 1200 didapatkan jumlah skor empirik 922 dengan persentase skor 76,83% masuk dalam kategori kuat, berarti hubungan antar manusia yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi menjadi 7 teladan dengan jumlah skor teoritis 600 didapatkan jumlah skor empirik 458 dengan persentase skor 76,33 masuk dalam kategori kuat, berarti dimensi menjadi teladan yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi persuasi dan pemberian perintah dengan jumlah skor teoritis 1400 didapatkan jumlah skor empirik 1030 dengan persentase skor 73,57% masuk dalam kategori kuat, berarti dimensi pemberian perintah yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi penggunaan komunikasi dengan jumlah skor teoritis 1600 didapatkan jumlah skor empirik 1214 dengan persentase skor 75,88% masuk dalam kategori kuat, berarti penggunaan komunikasi yang dilakukan kepala madrasah sudah baik. Pada dimensi teknik penyediaan fasilitas dengan jumlah skor teoritis 800 didapatkan jumlah skor empirik 664 dengan persentase skor 80,5% masuk dalam kategori sangat kuat, berarti penyediaan fasilitas yang dilakukan kepala sekolah sangat baik. Dari temuan persentase jumlah skor maksimal yang didapatkan sebesar 77,12%, termasuk dalam kategori baik. Hubungan kepemimpinan kepala madrasah dengan kompetensi guru bersertifikatpendidik pada ibtidaiyah di kota Pontianak sebesar 14,4% termasuk katagori sangat rendah, kepemimpinan yang dilaksanakan belum optimal sesuai dengan yang diharapkan untuk dapat meningkatkan kompetensi guru bersertifikat pendidik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Engkoswara dan Komariah (2011: 177-178) “ Kepemimpinan terjadi apabila didalam situasi tertentu seseorang lebih menonjol dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan atau kelompok dengan kesadaran orang-orang dapat mengikuti apa yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan”. Selain itu menurut Mulyasa (2011: 115) “ keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh: (1) meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan untuk meningkatkan kinerjanya, (2) meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan atau guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh sebab itu hendaknya kepala sekolah selalu untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinannya dalam aspek teknik penyiapan pengikut, teknik hubungan antar manusia, teknik menjadi teladan, teknik persuasi dan pemberian perintah, teknik penggunaan komunikasi yang tepat, dan teknik penyediaan fasilitas. Penelitian tentang kepemimpinan juga telah dilakukan Sumarno (2009) tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru sekolah dasar negeri di kecamatan Paguyuban Kabupaten Brebes menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Dimensi yang diukur dalam kompetensi guru bersertifikat pendidik terdiri dari: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial. Hasil penelitian menunjukkan persentase kompetensi guru bersertifikat pendidik sebesar 71,32% tergolong katagori kuat, hal ini membuktikan bahwa kompetensi guru bersertifikat pendidik pada madrasah ibtidayah di kota pontianak baik. Dari pembahasan keempat dimensi diatas pada dimensi kompetensi pedagogik dengan jumlah skor teoritis 2800 didapatka jumlah skor empirik 1898 dengan persentase skor 67,79 masuk dalam kategori kuat, berarti kompetensi 8 pedagogik guru madrasah ibtidaiyah di kota pontianak tergolong baik. Pada dimensi kompetensi kepribadian dengan jumlah skor teoritis 2600 didapatkan jumlah skor empirik 1832 dengan persentase skor 77,00 % masuk dalam kategori kuat, berarti kompetensi kepribadian guru pada madrasah ibtidaiyah kota pontianak tergolong baik. Pada dimensi kompetensi profesional dengan jumlah skor teoritis 1200 didapatkan jumlah skor empirik 924 dengan persentase skor 77,00% masuk dalam kategori kuat, berarti kompetensi profesional guru pada madrasah ibtidaiyah kota pontianak tergolong baik. Pada dimensi kompetensi sosial dengan jumlah skor teoritis 800 didapatkan jumlah skor empirik 624 dengan persentase skor 78,00% masuk dalam kategori kuar, berarti kompetensi sosioal guru pada madrasah ibtidaiyah kota pontianak tergolong baik. Dari temuan persentase jumlah skor maksimal yang didapatkan sebesar 77,12% masuk dalam kategori baik, yang berarti kompetensi guru bersertifikat pendidik pada madrasah ibtidaiyah di kota pontianak sudah baik. Walaupun demikian kompetensi yang dilaksanakan belum optimal sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Masnur Muslih (2007: 11) menyatakan “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah. Pendapat senada dikemukakan Syaiful Segala (2009: 21) yang mengungkapkan “ bahwa guru adalah yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Hal ini berarti hendaknya guru harus meningkatkan kompetensinya dalam mengajar agar meningkatkan kualitas peserta didik. Selain itu dalam peningkatan kompetensi guru hendaknya dilakukan dengan pelaksanaan supervisi dan kepemimpinan yang baik oleh kepala madrasah agar kompetensi guru bersertifikat pendidik menunjukkan seseorang yang benar-benar memiliki kualifikasi sebagai pendidik. Hubungan supervisi dan kepemimpinan kepala madrasah secara bersamasama dengan kompetensi guru bersertifikat pendidik pada madrasah ibtidaiyah di kota Pontianak supervisi sebesar 27,6%, hubungan tersebut tergolong rendah. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan positif antara Supervisi Kepala Madrasah dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Kota Pontianak. Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel yang menunjukkan angka sebesar 0.467 pada taraf signifikansi 0.05%. Besarnya kontribusi Supervisi Kepala Madrasah (X1) secara langsung terhadap Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) adalah 21.81%. Adapun bentuk hubungan antara Supervisi Kepala Madrasah (X1) dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) dapat ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 89.446 + 0.352 X1. Ini berarti setiap perubahan skor variabel Supervisi Kepala Madrasah (X1) sebesar 1 unit dapat diestimasikan skor Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) akan berubah sebesar 0.352 pada arah yang sama dengan konstanta sebesar 89.446, (2) Terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Kepala 9 Madrasah dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Kota Pontianak. Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel yang menunjukkan angka sebesar 0.379 pada taraf signifikansi 0.05%. Besarnya kontribusi Kepemimpinan Kepala madrasah (X2) secara langsung terhadap Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) adalah 14.36%. Adapun bentuk hubungan antara Kepemimpinan Kepala madrasah (X2) dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) dapat ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 102.095 + 0.209 X2. Ini berarti setiap perubahan skor variabel Kepemimpinan Kepala Madrasah (X2) sebesar 1 unit dapat diestimasikan skor Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) akan berubah sebesar 0.209 pada arah yang sama dengan konstanta sebesar 102.095, (3) Terdapat hubungan positif antara Supervisi Kepala Madrasah dan Kepemimpinan Kepala madrasah secara bersama-sama dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Kota Pontianak. Hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel yang menunjukkan angka sebesar 0.5254 pada taraf signifikansi 0.05%. Besarnya kontribusi Supervisi Kepala Madrasah (X1) dan Kepemimpinan Kepala madrasah (X2) secara langsung terhadap Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) adalah 27.60%. Adapun bentuk hubungan antara Supervisi Kepala Madrasah (X1) dan Kepemimpinan Kepala madrasah (X2) dengan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik (Y) dapat ditunjukkan oleh persamaan regresi Ŷ = 76.83 + 0.290 X1 + 0.141 X2. Ini berarti bahwa apabila secara bersama-sama antara Supervisi Kepala Madrasah dan Kepemimpinan Kepala madrasah ditingkatkan satu unit, maka akan terjadi peningkatan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik sebesar 0.431 (0.290 + 0.141) unit dengan konstanta 76.83. Saran Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, serta dalam rangka meningkatkan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik di Kota Pontianak, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: Pertama, Semua pihak yang ada di lingkungan Kementerian Agama Kota Pontianak khususnya pada Madrasah Ibtidaiyah, untuk dapat menciptakan hubungan kerja yang harmonis pada sesama rekan kerja (guru dan Kepala Madrasah), pembenahan administrasi, serta pemberdayaan sarana yang maksimal. Kedua, para guru sebagai ujung tombak dalam kegiatatan pross belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah memegang peranan penting dan strategis, oleh karena itu guru hendaknya senantiasa berupaya untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin, serta dapat menjadi teladan bagi semua siswanya. Ketiga, Manajemen Madrasah Ibtidaiyah hendaknya berusaha membangun kesadaran para anggotanya mulai dari Kepala, guru, staff, dan berbagai unsur terkait akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran secara berkesinambungan. Keempat, karena peranan Kepala madrasah dalam meningkatkan Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik sangat dominan, maka Kepala Madrasah hendaknya melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan jalan memberikan 10 ketauladan kepada semua pihak, serta melaksanakan pembinaan secara rutin, sehingga Kompetensi Guru Bersertifikat Pendidik senantiasa meningkat. Kelima, setiap guru hendaknya meningkatkan kompetensinya tidak hanya terpaku oleh adanya kondisi Supervisi Kepala Madrasah dan Kepemimpinan Kepala madrasah, melainkan harus mampu memacu kompetensinya dengan menyadari akan tanggung jawab dan tugasnya sebagai pendidik. DAFTAR PUSTAKA Abror, Rachman, Abd. 1984. Kepemimpinan Pendidikan Bagi Perbaikan dan Peningkatan Pengajaran. Yogyakarta: Nur Cahaya. Alma, Buchari, dkk. 2009. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: RINEKA CIPTA. Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: ALFABETA. Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: GACA MEDIA. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Engkoswara dan Komariah, Aan. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung: ALFABETA, cv. Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Herabudin. 2009. Administrasi & Supervisi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka setia. Lazaruth, Soewadji. 2000. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta: Kanisius Lovell. T. John. 1982. Supervision For Better Schools. Fifth Edition. New Jersey: Hall, Ine. Mohanty. Jagannath. 1998. Educational Administration, Supervision and School Management. New Delhi: Rajouri Garden. Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada (GP Press). Mulyasa. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Prihatin, Eka. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: ALFABETA Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogyakarta: LKiS Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: ALFABETA. 11 Riva’i, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. (2011) Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers. Roald. F. Campbell. 1983. Introduction To Educational Administration. Amerika: Allyn and Bacon, Inc Robbins P. Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta:Indeks Rohman. Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidik. Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo. Rosilawati, Ana. 2008. Profesionalisme Keguruan. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabet. Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Pemberdayaan Guru dan Masyarakat Dalam Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabet. Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran. Dalam Profesi Pendidikan. Bandung: ALVABETA, cv Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana. Syafaruddin, dan Nasution, Irwan. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan Nasional. Wibowo, Da’i. 2009. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Kinerja Guru SD Negeri Kecamatan Kersana