BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan merupakan
kebutuhan yang paling mendasar pada proses pengambilan keputusan bagi
investor di pasar modal. Salah satu sumber informasi tersebut adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk
menunjukkan kinerja manajemen yang diperlukan investor dalam menilai maupun
memprediksi kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang
ada (IAI, 2000). Semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi para pemakai,
namun biasanya perhatian lebih banyak ditujukan pada informasi laba. Sering kali
perhatian investor yang hanya terpusat pada laba ini membuatnya tidak
memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba
tersebut (Beattie et al. 1994).
Kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba
rugi yang ditentukan banyak peneliti. Situasi ini didasari oleh manajemen
terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour. Bentuk perilaku
yang tidak semestinya yang timbul dalam hubungannya dengan laba adalah
praktik perataan laba (income smoothing). Dilandasi hal tersebut, maka
mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba atau manipulasi atas laba
(Assih dan Gudono, 2000). Salah satu bentuk manipulasi laba adalah perataan
laba seperti yang dikatakan oleh Healy (1993) dalam Scott (2000) para manajer
memiliki dorongan yang cukup besar untuk melakukan perataan laba yaitu suatu
bentuk manipulasi atas laba yang dilakukan manajer untuk mengurangi fluktuasi
laba perusahaan, sehingga diharapkan kinerja perusahaan akan terlihat lebih bagus
dan investor akan lebih mudah memprediksi laba masa depan.
Asimetri informasi yaitu keadaan dimana manajer bertindak sebagai agen,
dan pemilik perusahaan sebagai prinsipal. Perbedaan informasi atau asimetri
informasi terjadi saat agen atau manajer sebagai pihak yang mengelola
manajemen memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan
mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan dengan pihak
eksternal. Dalam kondisi tersebut, manajer dapat menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan sebagai usaha untuk
memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000). Sesuai dengan
Scott (2000), terdapat dua tujuan manajemen perusahaan untuk melakukan praktik
manajemen laba. Pertama, manajemen perusahaan berusaha untuk menambah
tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan hal yang bersifat informasi
internal perusahaan, dalam hal ini pengelolaan laba yang dilakukan bersifat
efisien, sedangkan yang kedua adalah manajemen perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, dalam hal ini pengelolaan laba
bersifat oportunistik.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk., 2002).
Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen
untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabelvariabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil. Tindakan ini
menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi
menyesatkan, oleh karena itu akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan
keputusan
oleh
pihak-pihak
yang
berkepentingan
dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 2000).
Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari manajemen
laba (Cahan, 2008). Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba
umumnya didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan
kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga
muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko
ketidakpastian yang rendah (Juniarti dan Corolina, 2005), menaikkan harga saham
perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2002), dan untuk memuaskan
kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan
posisi jabatan (Juniarti dan Corolina, 2005).
Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing
menjadi dua yaitu real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing
berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan
berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba, sementara artificial smoothing
berkaitan dengan prosedur akuntansi yang diterapkan untuk menggeser revenue
ataupun expense dari suatu periode ke periode yang lain.
Praktik perataan laba merupakan suatu fenomena umum dan banyak terjadi di
beberapa negara (Dewi dan Carina, 2008). Praktik perataan laba dapat
menyebabkan pengungkapan laba yang menyesatkan. Apabila pihak eksternal
tidak menyadari adanya praktik perataan laba ini maka laba hasil rekayasa
tersebut dapat menyebabkan distorsi dalam pengambilan keputusan. Disisi lain
yaitu dari pihak manjemen, praktik perataan laba ini juga akan menimbulkan
kerugian yaitu harga saham perusahaan yang semula overvalued bisa menjadi
undervalued apabila pihak eksternal mengetahui bila informasi yang disajikan
manajer tidak benar.
Menurut Suwito dan Arleen (2005) perataan laba dapat melalui beberapa
dimensi perataan laba, yaitu: (1) perataan laba melalui kajadian atau pengakuan
suatu peristiwa, (2) perataan laba melalui alokasi selama satu periode tertentu, (3)
perataan laba melalui klasifikasi. Dilakukanya tindakan perataan laba ini biasanya
untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor yang beranggapan
laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang stabil dan menjaga
hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi gejolak kenaikan laba
dalam pelaporan laba yang cukup tajam.
Return on asset (ROA) diduga berpengaruh terhadap perataan laba karena jika
perusahaan memiliki ROA yang tinggi, menandakan bahwa laba yang diperoleh
perusahaan tinggi. Laba yang tinggi maka manajemen dengan mudah dapat mengatur
labanya (Assih dkk, 2007 dalam Prabayanti dan Yasa, 2010). Perusahaan yang
mempunyai laba yang tinggi akan cenderung melakukan praktik perataan laba karena
perusahaan akan menurunkan laba saat memperoleh laba yang tinggi (Prabayanti dan
Yasa, 2010). Tingkat laba yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen, yaitu
mengamankan posisi jabatan dalam perusahaan karena manajemen terlihat memiliki
kinerja yang baik jika dinilai dari kemampuan laba yang dihasilkan. Tingkat laba
yang stabil juga memberikan kayakinan kepada investor atas investasi yang dilakukan
karena perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba. Hal tersebut bertentangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Mita, 2010 yaitu return on asset
tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena semakin tinggi tingkat ROA maka
perusahaan tersebut akan menjadi sorotan publik, sehingga perusahaan kemungkinan
berusaha untuk tidak melakukan perataan laba karena akan membahayakan
kredibilitas perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Septoaji (2002), net profit margin
mempunyai pengaruh pada perataan laba karena jika net profit margin tinggi maka
perusahaan akan mempunyai nilai tambah bagi para investor. Hal yang sama juga
ditunjukkan terhadap para calon investor potensial, dimana diharapkan mereka akan
tertarik membeli saham perusahaan. Perusahaan akan cenderung melakukan perataan
laba agar net profit margin-nya selalu baik. Akan tetapi hasil yang kontradiktif
ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sumtaky (2007), net profit margin
tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena kemungkinan perusahaan
menggunakan pendanaan hutang yang cukup besar, sehingga struktur modalnya
optimal dan menghasilkan laba yang relatif rendah. Margin laba yang rendah
menunjukkan tidak ada masalah dalam operasi perusahaan sehingga perusahaan
memiliki tingkat pengembalian yang tinggi bagi para pemegang saham.
Menurut penelitian Aji dan Mita (2010) financial leverage yang diproksikan
dengan debt to equity ratio (DER) berpengaruh pada perataan laba. Jika semakin
tinggi financial leverage maka perusahaan akan cenderung melakukan praktik
perataan laba karena perusahaan berusaha menjaga variabilitas labanya agar terhindar
dari perjanjian hutang. Hasil penelitian Prabayanti dan Yasa (2010) menunjukkan
bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba karena
perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut memiliki tingkat hutang
yang rendah, sehingga dalam membiayai aktivanya perusahaan tidak bergantung pada
hutang.
Ukuran perusahaan diduga berpengaruh terhadap perataan laba. Pernyataan ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada perataan laba dimana semakin
besar perusahaan maka semakin besar pula indikasi adanya praktik perataan laba,
karena perusahaan yang lebih besar memiliki political cost yang lebih tinggi sehingga
perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari pajak yang
terlalu tinggi pada saat perusahaan memperoleh laba tinggi, dan menjaga image
perusahaan pada saat laba yang dihasilkan terlalu rendah. Menurut Corolina dan
Juniarti (2004) ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva tidak
berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang besar tidak selamanya
diidentikkan dengan padat modal tetapi bisa jadi padat karya, sehingga total aktiva
kurang tepat dalam untuk menjadi tolok ukur size perusahaan.
Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu
berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002). Hal ini menunjukkan
bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk
mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Oleh karena
itu, manajer berusaha memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai
perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
perataan laba, penting rasanya terutama bagi investor untuk mengetahui faktor–
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba sebelum
melakukan investasi. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba pada perusahaan publik yang listing pada Bursa Efek Indonesia
sejauh ini telah banyak dilakukan, namun hasil penelitian-penelitian tersebut
belum konsisten satu sama lain. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perataan laba oleh
perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Budhijono (2006) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,
kelompok usaha, operating leverage, dan winner/loss stock, menyebutkan bahwa
profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajer untuk
melakukan perataan laba.
Penelitian yang dilakukan Budhijono (2006) bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004) yang melakukan penelitian tentang
pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, status usaha dan financial leverage
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan asing dan non asing di Indonesia
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi perataan laba hanyalah financial
leverage, sedangkan faktor lain seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, status
perusahaan tidak terbukti mempengaruhi tindakan perataan laba di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Herni dan Susanto (2008) yang melakukan
penelitian tentang pengaruh struktur kepemilikan publik, praktik pengelolaan
perusahaan, jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan risiko keuangan
terhadap tindakan perataan laba menyatakan bahwa hanya variabel risiko
keuangan yang tidak mempengaruhi perataan laba. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Juniarti dan Carolina (2005) yang meneliti pengaruh antara ukuran
perusahaan, profitabilitas dan jenis industri menyatakan bahwa ketiga variabel
tersebut tidak mempengaruhi manajer untuk melakukan pertaan laba. Budiasih
(2009) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, dividend payout ratio dan financial leverage terhadap perataan laba,
dan pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas dan dividend pay out ratio terbukti berpengaruh terhadap tindakan
perataan laba. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kustono (2007) mengenai pengaruh ukuran perusahaan, dividend
pay out ratio, pertumbuhan perusahaan dan risiko spesifik terhadap perataan laba
yang kemudian menyatakan bahwa hanya variabel pertumbuhan perusahaan yang
terbukti memiliki pengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan
bahwa dari semua variabel yaitu jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas,
financial leverage, dan NPM, tidak ada satupun dari variabel tersebut yang
berpengaruh terhadap tindakan manajer untuk melakukan perataan laba. Penelitian
yang dilakukan oleh Santoso (2010) untuk mengetahui pengaruh NPM, ROA,
company size, financial leverage, dan DER terhadap perataan laba pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI, berkesimpulan bahwa
NPM, financial leverage dan DER berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Azhari (2010) tentang pengaruh ukuran
perusahaan, NPM, OPM, ROA dan financial leverage pada tindakan perataan laba
perusahaan manufaktur sektor industri dasar kimia yang terdaftar di BEI, dengan
hasil bahwa variabel NPM dan OPM berpengaruh terhadap tindakan perataan
laba. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Silviana (2010) yang melakukan penelitian tentang tindakan perataan laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri dasar kimia yang terdaftar di BEI terkait
dengan pengaruh ukuran perusahaan, ROA, financial leverage, NPM, dan DER
yang menyatakan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba.
Hasil penelitian-penelitian yang disebutkan di atas masih belum menunjukkan
hasil yang konsisten satu sama lain, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
perataan laba. Penelitian ini menguji faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap perataan laba antara lain Return On Assets, Net Profit Margin, Debt to
Equity Ratio dan Ukuran Perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul “Analisis
Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2013)”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Apakah ROA (Return on Assets) berpengaruh pada perataan laba ?
2) Apakah NPM (Net Profit Margin) berpengaruh pada perataan laba ?
3) Apakah DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh pada perataan laba ?
4) Apakah Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh pada perataan laba ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk menguji pengaruh ROA (Return on Assets) pada perataan laba.
2) Untuk menguji pengaruh NPM (Net Profit Margin) pada perataan laba.
3) Untuk menguji pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) pada perataan laba.
4) Untuk menguji pengaruh Size (Ukuran Perusahaan) pada perataan laba.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis antara lain sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan teori dan pengetahuan
di bidang akuntansi terutama berkaitan dengan perataan laba.
2) Kegunaan Praktis
a. Manajemen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik perataan laba atau
tidak.
b. Bagi Investor
Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar
modal dimana hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam
pembuatan keputusan investasi serta dalam pengelolaan portofolio saham
yang dimilikinya.
c. Bagi Kreditur
Bagi para kreditur hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.
d. Akademisi
Bagi kalangan akademisi yang melakukan penelitian dengan topik
sejenis, diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi dan
referensi tambahan.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, serta hipotesis alternatif
pemecahan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan variabel penelitian dan defifnisi operasional,
populasi serta penentuan sampel penelitian, sumber data, metode pengumpulan
data, dan analisis data serta pengujian hipotesis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil uji empiris terhadap data yang dikumpulkan
dan pengolahan data yang telah dilakukan, serta deskriptif uji statistik pembuktian
hipotesis berdasarkan informasi yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan difokuskan pada kesimpulan hasil penelitian serta mencoba untuk
menarik beberapa implikasi hasil penelitian. Keterbatasan dari penelitian ini akan
menjadi satu bagian pembahasan dalam bab ini.
Download