PAPER JURNAL ONLINE KOMUNIKASI PEMASARAN PARTAI

advertisement
PAPER JURNAL ONLINE
KOMUNIKASI PEMASARAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(Studi tentang Komunikasi Pemasaran Partai Keadilan Sejahtera
Menuju Pemilihan Umum Legislatif Kota Surakarta Tahun 2014)
Disusun Oleh:
Fauziah Nurlina
D0210044
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
KOMUNIKASI PEMASARAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(Studi tentang Komunikasi Pemasaran Partai Keadilan Sejahtera Menuju
Pemilihan Umum Legislatif Kota Surakarta Tahun 2014)
Fauziah Nurlina
Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmo Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Political marketing communication is the application of communication science
and marketing science in political domain constituting the way of making the political
party close to the society. This study concerned with that conducted by Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) in Surakarta City. This research employed a qualitative
approach. The location and population studied were functionaries and political elites
of DPD PKS of Surakarta City, party cadres and sympathizers of Surakarta City
PKS. This study employed convenience sampling method constituting the part of
purposive sampling. The data was collected through in-depth interview, observation,
documentation and library study. Considering the result of research, it could be seen
that PKS of Surakarta City employed the forms of political marketing
communication: a) advertising; b) direct marketing; c) internet marketing; d) public
relations; e) personal selling. These were done to make the party closer to the society
and to survive in political competition. Although the voting gain of PKS of Surakarta
City deceased by 4.157 votes from the 2009 election, in a variety of marketing
communication forms PKS obtained increase in the number of seats in Surakarta
City’s Local Legislative Assembly from 4 to 5 seats. It means that in every election
area, there was one PKS cadre representing the society’s voice in Surakarta City’s
Local Legislative Assembly.
Keywords: PKS of Surakarta City, Political Marketing Communication, Marketing
Communication Mix.
1
Pendahuluan
Kedaulatan berada di tangan rakyat sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal ini berarti rakyat
memiliki hak untuk berpartisipasi aktif menentukan wakil rakyat di pemerintah dan
mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan dari kedaulatan rakyat dilakukan
melalui Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif oleh rakyat dengan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Tahun 2014 merupakan tahun ketiga Indonesia menyelenggarakan Pemilu
legislatif yang secara langsung oleh rakyat. Tanggal 8 Januari 2013, KPU telah
menetapkan 15 partai politik yang telah lolos verifikasi yang terdiri dari 12 partai
nasional dan tiga partai daerah asal Aceh, untuk kemudian bersaing memperebutkan
kedudukan strategis di pemerintahan. Upaya untuk mendapatkan suara dilakukan oleh
partai politik dengan berbagai cara. Jennifer Lees-Mashment mengungkapkan bahwa
banyak partai politik yang menggunakan pemasaran cerdas untuk menginformasikan
politik mereka kepada pemilih (Lees-Marshment, 2010: 1). Oleh karenya,
penggunaan komunikasi pemasaran menjadi cara yang digunakan partai politik untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Partai politik sadar akan pentingnya komunikasi pemasaran, terbukti dengan
besarnya dana kampanye yang dikeluarkan oleh setiap partai di Pemilu 2014. Dikutip
dari koran Suara Merdeka edisi 3 Maret 2014, dana yang dikeluarkan untuk
pemasaran 12 partai politik nasional dengan total mencapai 1,97 T. Bukan menjadi
rahasia umum jika dana untuk pemasaran politik di Pemilu merupakan nominal yang
besar. Tidak mengherankan jika fenomena komunikasi pemasaran politik di setiap
Pemilu menjadi sorotan banyak pihak. Tak terkecuali, komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Partai dengan nama awal Partai Keadilan (PK), berdiri tanggal 20 April 1998.
Kegagalan PK di Pemilu 1999 mengharuskan PK membuat partai baru berdasarkan
aturan UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat minimum keikutsertaan
2
partai di Pemilu selanjutnya atau electoral threshold sebesar 2%. PK pun
bertransformasi menjadi Partai Keadilan Sejahtera.
PKS menjadi fenomena tersendiri dalam perpolitikan di Indonesia. Dalam Jurnal
Komunikasi Massa Vol 4, No.2 Tahun 2011 dituliskan bahwa PKS merupakan partai
adem ayem dari kekisruhan internal, partai getol mengusung isu antikorupsi, dan
relatif minim tersangkut kasus korupsi (Wijaya, 2011: 228). Perolehan suara PKS pun
terus meningkat. Pemilu 1999, PKS di urutan ke-24 dengan perolehan 1,35%, Pemilu
2004 diurutan ke-16 dengan perolehan 7,34% dan Pemilu 2009 diposisi kedelapan
dengan perolehan 7,88% (Wijaya, 2011: 234).
Namun, upaya meningkatkan suara dari hasil Pemilu 2009 mendapatkan
tantangan akibat kasus adanya kasus korupsi di PKS. Lutfi Hasan Ishaq yang saat itu
masih menjebat sebagai presiden partai, dijemput oleh KPK tanggal 30 Januari 2013.
Lutfi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi import daging sapi dengan menjual
pengaruhnya sebagai Presiden PKS terhadap menteri yang berasal dari partai tersebut.
Dengan adanya kasus korupsi PKS, beberapa lembaga survey mengungkapkan
elektabilitas PKS berada di urutan rendah. Dirilis oleh koran Republika edisi 29
Maret 2014, Indikator Politik Indonesia menyebutkan PKS berada di posisi ke-9
dengan perolehan suara 3,1% di Pemilu 2014. Versi dari Cyrus Network
memprediksikan PKS di urutan kedelapan dengan perolahan 2,7%. Dan
Charta
Politika menyebutkan PKS berada di posisi ke-9 dengan perolehan suara 3,2%.
Prediksi penurunan suara PKS benar terjadi di Pemilu 2014. Namun, prediksi dari
ketiga lembaga survey tentang hasil Pemilu PKS dengan perolehan rata-rata 3%
ternyata salah. Berdasarkan keputusan KPU, secara nasional PKS berada di posisi
ketujuh dengan perolehan suara 6,79%.
Prediksi dari lembaga survey Indokator Politik Indonesia, Cyrus Network, dan
Charta Politika tentang perolehan suara PKS di Pemilu 2014, ternyata juga tidak
sama dengan perolehan yang terjadi di Pemilu legislatif Kota Surakarta. Berdasarkan
data dari KPU Kota Surakarta, PKS berada di posisi keempat untuk perolehan suara
dan mengalami peningkatan pada jumlah kursi anggota legislatif Dewan Perwakilan
3
Rakyat Daerah (DPRD) yaitu empat orang di Pemilu 2009 menjadi lima orang di
Pemilu 2014. PKS berada di urutan kedua setelah perolahan dari PDI Perjuangan.
Melihat fenomena yang terjadi di PKS, maka penelitian ini dilakukan atas dasar
ketertarikan untuk mengetahui bagaimana komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh PKS khususnya di Kota Surakarta menuju Pemilihan Umum Legialatif Tahun
2014. Komunikasi pemasaran seperti apakah yang digunakan untuk tetap
mempertahankan suara di Pemilu 2014, mengingat persaingan politik begitu ketat,
terlebih setelah adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan pimpinan partai
yang saat ini berslogan cinta, kerja dan harmoni.
Rumusan Masalah
Bagaimana komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera
menuju Pemilihan Umum legislatif Kota Surakarta Tahun 2014?
Tujuan Penelitian
Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PKS
selama periode Pemilu legislatif 2014, khususnya di Kota Surakarta.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan ilmu yang dibangun dari berbagai macam
disiplin ilmu, yaitu ilmu komunikasi dan ilmu politik. Harold D laswell
mengungkapkan komunikasi adalah Who Say What In Which Channel To Whom
With What Effect (Mulyana, 2003: 69). Politik itu sendiri menurut Miriam
Budiarjo adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu.
4
Komunikasi politik telah dingkapkan oleh berbagai ahli termasuk
diungkapkan ileh INC ENCYL of Communication dalam buku Komunikasi
Politik (Arsianie, 2010: 14) yaitu adalah penyampaian pesan secara sengaja untuk
mendapatkan pengaruh di dalam masyarakat yang mengandung empat bentuk
yaitu elite communication, hegemoni communication, petitionary communication
dan associational communication.
Harun dan Sumarno (2006: 5) juga mendefinisikan komunikasi politik adalah
proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang
terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan menggunakan simbol-simbol
berarti.
b. Partai Politik
Pemerintah dan rakyat membutuhkan penghubung, disinilah tempat dan
kedudukan partai politik. Partai politik merupakan wujud dari bentuk negara
demokrasi. Partai politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak telah
terorganisir, mereka memiliki cita-cita untuk merebut dukungan rakyat, bertujuan
memperoleh dan mengendalikan politik atau pemerintahan untuk melaksanakan
kebijakan dengan jalan menduduki jabatan politik atau pemerintah (Haryanto,
1982: 88).
Di tiga Pemilu yang diselenggarakan secara demokratis, Indonesia telah
banyak mencetak partai politik. Tahun 2004, 2009 dan 2014 adalah bukti bahwa
Indonesia menjalankan kedaulatan rakyat. Namun, tak lantas Indonesia sukses
dalam setiap Pemilunya. Tingginya angka golongan putih (golput) menunjukan
masih perlunya perbaikan. Golput adalah orang yang tidak menggunakan haknya
dalam Pemilu.
Simpati masyarakat terhadap partai politik yang merupakan peserta Pemilu
kian pudar dengan banyaknya kasus yang dilakukan wakil rakyat. Data dari
Kompas.com tanggal 2 Januari 2014, menyebutkan bahwa menurut Indonesian
5
Corruption Watch (ICW), tercatat 81 anggota DPR terjerat korupsi. 431 anggota
DPRD Provinsi terjerat kasus hukum dan 83,7% adalah kasus korupsi.
Partai politik seharusnya memikirkan cara untuk mengambil hati rakyat,
bentuk-bentuk komunikasi pemasaran yang menarik dan efektif seharusnya
menjadi cara yang digunakan oleh partai politik.
c. Political Marketing
Political marketing menurut Firmanzah (2007: 141) adalah suatu pendekatan
dan metode marketing untuk membantu politikus dan partai politik agar lebih
efisien serta efektif dalam membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan
masyarakat.
Pengertian tentang political marketing menurut Lynda Lee Kaid (2004: 19)
berarti mengaplikasikan prosedur yang sama dari ilmu pemasaran ke dalam
pangsa pasar politik di mana para kandidat, lembaga pemerintahan dan partai
politik menggunakan ilmu pemasaran tersebut untuk mengendalikan opini
masyarakat sesuai arah yang diinginkan.
Praktik pemasaran yang kemudian coba diterapkan dalam kehidupan politik,
juga diungkapkan oleh Brett R Gordon etc (2012) dalam karyanya berjudul
Marketing Politics: Models, Behavior, and Policy Implications, mengungkapkan
bahwa:
Konsumen memilih antara merek-merek seperti pemilih memilih di
antara calon atau partai. Konsumen menampilkan preferensi merek
(loyalitas partai dan identifikasi partai) dan terpapar media massa (iklan
kampanye) dan penjualan langsung, yang dapat mengandalkan berbagai
daya tarik emosional dan pengaruh sosial. Calon, seperti perusahaan,
memilih positioning produk (posisi kebijakan), menentukan bauran
promosi (mengalokasikan sumber daya kampanye) dan melakukan riset
pasar (polling).
6
d. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran menurut Shimp (2003: 3) adalah menggambarkan
kumpulan dari elemen dalam prosuk marketing mix
yang memudahkan
penyampaian target produk kepada konsumen. Marketing mix menurut Kotler
(1999: 16) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mempersuasi
obyek pemasaran di dalam target pemasaran. Marketing mix terdiri dari Product
(produk barang atau jasa yang ditawarkan); Price (harga); Promotion (promosi);
Place (tempat).
Marketing mix merupakan teori pemasaran yang terdiri dari produk, promosi,
harga dan tempat. Semuanya merupakan komponen penting untuk pemasaran dari
suatu produk. Komunikasi pemasaran, yang melingkup semua hal untuk
mempromosikan suatu produk ataupun jasa disebut dengan promosi. Promotion
(promosi) yang merupakan bagian dari marketing mix tidak akan lepas dari
komunikasi pemasaran. Promosi adalah cara yang digunakan agar produk dapat
didistribusi dengan baik. Belch dan Belch (2009: 18) menyebutkan bahwa alat
yang digunakan sebagai komunikasi pemasaran untuk menyampaikan pesan biasa
disebut dengan promotional mix.
Promotional mix itu sendiri dalam buku
Komunikasi Pemasaran disamaartikan dengan marketing communication mix.
Istilah-istilah tersebut sering disamaartikan karena terdapat konteks pengertian
yang sama dalam memahami proses untuk konteks pijakan dasar yaitu 4P.
Promotion mix atau marketing communication mix menurut Belch dan Belch
yaitu:
Bagan 1. Promotion Mix
Advertisi
ng
Direct
Marketing
Interactive/
Internet
Marketing
Sumber: George Belch dan Michael Belch, 2009: 18.
7
Sales
Promotion
Publicity /
Public
Relations
Person
al
Selling
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi sebagai
instrumen pengumpulan data primer, selanjutnya dari hasil temuan data disajikan
secara deskriptif berdasarkan kategorisasi yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti.
Dalam upaya mendapatkan validitas data, hasil temuan dianalisis dengan
menggunakan trianggulasi sumber - dengan membandingkan dengan literature lain
(dokumentasi, buku, jurnal, artikel, surat kabar, majalah, internet, dsb).
Pemilihan informan (sample) sebagai sumber data penelitian menggunakan
teknik purposive sampling yang melibatkan sample penelitian pada seseorang yang
diyakini mengetahui persoalan penelitian (Pawito, 2007: 88). Bungin (2003: 107)
juga mengungkapkan, purposive sampling adalah menentukan kelompok peserta
yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
penelitian. Dengan teknik penarikan sampel ini, maka sample yang diambil untuk
menjawab rumusan masalah tentang penelitian komunikasi pemasaran Partai
Keadilan Sejahtera adalah dari elit politik yang memiliki jabatan di Dewan Pengurus
Daerah (DPD) PKS Kota Surakarta, kader PKS dan simpatisan PKS yang berada di
Kota Surakarta.
Pengambilan data di lapangan dilakukan oleh peneliti dengan menyusun
kategorisasi yang dituangkan dalam interview guide. Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis dengan menggunakan model Interaktif Miles dan Huberman
yang menurut Pawito (2007: 105) terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi dalam suatu
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Sajian dan Analisis Data
Komunikasi pemasaran politik atau lebih dikenal dengan sebutan political
marketing menjadi suatu pilihan cara yang dapat dijalankan saat “pesta domokrasi”.
Begitu halnya yang juga digunakan oleh Partai Keadilan Sejahtera di Kota Surakarta
8
untuk memperoleh dukungan masyarakat terlebih setelah terjadinya kasus korupsi
yang dilakukan oleh mantan Presiden PKS di awal Tahun 2013.
Diakui oleh kader PKS Kota Surakarta bahwa PKS menggunakan marketing
politik agar masyarakat memilih PKS. Irma Diah Ayu Usmaniyah, kader PKS Kota
Surakarta mengungkapkan bahwa:
“Kalo misalkan kita nggak memakai pemasaran politik ya gimana
rakyat tahu tentang PKS, kalo nggak ada pemasaran politik di sana.
Gimana masyarakat akan memilih PKS, kalo tidak dikenalkan dengan
PKS.” (Wawancara responden 8, Irma Diah Ayu Usmaniyah, Kader
PKS Kota Surakarta, 19 Februari 2014, Surakarta)
Komunikasi pemasaran politik PKS Kota Surakarta dilakukan dengan berbagai
macam cara yaitu:
a. Iklan (Advertising)
Iklan merupakan bentuk komunikasi berbayar dan menunjolkan sisi verbal
visual. Amin Supodo menjelaskan tentang penggunaan iklan di PKS. Ia
mengatakan bahwa penggunaan iklan di PKS tergantung dengan anggaran yang
dimiliki oleh calon anggota legislatif. Namun, dari DPD PKS Kota Surakarta
telah mengalokasikan dana sebesar 500 juta rupiah, yang kemudian dibagi kelima
dapil yang ada di Solo. Amin Supodo juga menjelaskan bahwa:
“Yang 100 juta ini bukan uang cash yang diberikan untuk tiap kader.
100 juga ini merupakan menjadi tanggungan DPD untuk 5 tahun yang
akan datang. Yang nanti akan dikembalikan oleh kader-kader yang
menjadi aleg. Dimana memang sudah ada aturan yang sudah jelas jika
menjadi anggota legislatif mereka mempunyai kewajiban untuk infaq
ke DPP dan DPD yang besarannya yaitu 50% dari gaji yang mereka
dapatkan itu.” (Wawancara responden 3, Amin Supodo, Bendahara
Umum DPD PKS Kota Surakarta, 12 Februari 2014, Surakarta)
Penggunaan iklan dalam pemasaran PKS dilakukan dengan menggunakan
media luar ruangan yaitu baliho yang sengaja dipasang di beberapa titik daerah
yang merupakan basis dari setiap caleg PKS. Penggunaan baliho dari PKS Kota
Surakarta juga diungkapkan oleh Abdul Ghofar yaitu dilakukan secara efisien dan
efektif. Abdul Ghofar mengatakan bahwa:
9
“Kalo di PKS iklan yang dibuat yang efektif, efisien. Karena menurut
saya, gambar-gambar itu kan kalo tidak sekalian total ya orang jadi
gak kenal. Kalo nggak begitu ya paling orang nggak lihat. Kalo tidak
seperti itu ya orang beranggapan, iki gambare sopo, caleg sopo dan
sebagainya. Bagi saya gambar-gambar itu hanya menguatkan saja.”
(Wawancara responden 5, Abdul Ghofar, Wakil Ketua Umum DPD
PKS Kota Surakarta, 13 Februari 2014, Surakarta)
Pandangan Abdul Ghofar tentang penggunaan iklan di PKS sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Moriaty, Mitchell dan Wells (2011: 13) tentang fungsi
penggunaan iklan yaitu penyampai informasi, pengingat, ajakan dan kesan positif
produk. Bentuk penggunaan iklan lain yang digunakan oleh PKS juga
diungkapkan oleh Asih Sunjoto Putro bahwa:
“Iklan dari APK yaitu alat peraga kampanye. Dari caleg PKS
kebanyakan menggunakan kalender ya, terus juga pemasangan
bendera partai ada juga sticker. Yang di sebarkan saat event-event kita
tadi pengajian, pertemuan dengan warga, pas direct selling, kajian,
pembinaan ekonomi. Spanduk juga ada di pasang di beberapa titik
yang di setiap dapil.” (Wawancara responden 3, Asih Sunjoto Putro,
Sekretaris Umum DPD PKS Kota Surakarta, 12 Februari 2014,
Surakarta)
Dalam pemasarannya, PKS Kota Surakarta menggunakan iklan yang
menurut Belch dan Belch (2009: 18) adalah bentuk komunikasi berbayar dan
tidak personal tentang suatu organisasi.
b. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung sering kali dilakukan untuk berkomunikasi secara
personal, dalam artian media yang digunakan bukan merupakan media massa.
Pemasaran PKS menuju Pemilu legislatif 2014 di Kota Surakarta dilakukan oleh
kader PKS Kota Surakarta. Partai ini menggunakan kader sebagai tulang
punggung serta operasional segala bentuk kegiatan termasuk dalam penggunaan
pemasaran langsung atau Direct marketing.
Kader bertugas melakukan pemasaran PKS menggunakan broadcast dan
pesan singkat melalui SMS yang dikirimkan melalui mobile phone dan juga
10
aplikasi chat yaitu Whatsapp ataupun melalui BBM yang marak digunakan oleh
masyarakat. Diungkapkan oleh kader PKS, Irma Diah Ayu Usmaniyah yang
mengatakan bahwa:
“Oh kalo itu juga dilakuin para kader, kalo mbak sendiri pake sms ada
juga, broadcast whatsapp, BBM iya. kan kita semua kerja “obah
kabeh mundak akeh” jadi ya kita lakuin lewat media apa aja untuk
memasarkan PKS, kan itu juga bagian dari dakwah untuk
memperbaiki pemerintahan.” (Wawancara responden 8, Irma Diah
Ayu Usmaniyah, Kader PKS Kota Surakarta, 19 Februari 2014,
Surakarta)
Pandangan tersebut diperkuat dengan pernyataan Norma Bima yang
mengungkapkan bahwa:
“Iya, memang penggunaan broadcast marak digunakan. Malah kadang
kita sendiri dapet dari kader yang bukan kader Solo. Jadi emang
persebaran broadcast itu sangat cepat ya, dan bahkan semua kader,
simpatisan itu juga nyebarin gak cuma Solo tapi semuanya. Jadi
memang sangat luas.” (Wawancara responden 6, Norma Bima, Kader
PKS Kota Surakarta, 19 Februari 2014, Surakarta)
Manfaat dari penggunaan pemasaran langsung juga dirasakan oleh Sutinah
yang merupakan simpatisan PKS Kota Surakarta, Sutinah mengungkapkan
bahwa:
“Ya bagus kok, kan fungsinya meyakinkan simpatisan atau orang yang
gak tau harus milih apa, atau gak tau tentang PKS biar pilih PKS dan
PKS pantes buat untuk dipilih gitu.” (Wawancara responden 10,
Sutinah, Simpatisan PKS Kota Surakarta, 8 Maret 2014, Surakarta)
Lila Fitriana kader PKS pun juga mengungkapkan manfaat dari penggunaan
sms dan broadcast dalam pemasaran PKS yaitu:
“Ya jadi penggunaan melalui sms apa broadcast itu untuk mengcounter pemberitaan negatif yang menyudutkan PKS. Kan di media
PKS selalu diberitakan buruknya terus tanpa ada pemberitaan baiknya.
Jadi penggunaan sms dan broadcast itu untuk memberikan informasi
tentang kerja PKS ini lho.” (Wawancara responden 7, Lila Fitriana,
Kader PKS Kota Surakarta, 21 Februari 2014, Surakarta)
11
Dari penggunaan SMS dan broadcase melalui aplikasi chat Whatsapp dan
BBM, diketahui bahwa PKS Kota Surakarta juga menggunakan bentuk direct
marketing dalam pemasaran politiknya menuju Pemilu legislatif 2014.
c. Pemasaran Melalui Internet (Interactive/ Internet Marketing)
Perkembangan teknologi yang terus terjadi, memaksa pemasaran pun juga
dilakukan secara interaktif. Berbagai macam media sosial yang digunakan
masyarakat juga menjadi media interaktif untuk memasarkan produk. PKS Kota
Surakarta cukup aktif menggunakan media sosial sebagai penyebar informasi
politik dari PKS. Rohmad Suryadi mengatakan bahwa:
“Humas partai membantu semua semua caleg untuk mempublikasikan
kinerja-kinerja partai baik tingkat kota, kecamatan, ranting bahkan
fraksi PKS di DPRD. Untuk media sosial kita menggunakan Twitter
yaitu di @pkskotasolo, Facebook PKS Kota Solo dan website pkssolo.or.id. dan penggunaan media sosial kita ini cukup aktif.”
(Wawancara responden 2, Rohmad Suryadi, Ketua Bidang Humas
DPD PKS Kota Surakarta, 7 Februari 2014, Surakarta)
Didukung pula oleh pernyataan Amin Supodo dalam wawancaranya pada
tanggal 12 Februari 2014 yaitu:
“PKS juga menggunakan publikasi melalui internet, temen-temen
Humas PKS yang mengelola ya. Dimana hal ini kita lakukan untuk
mewadahi masyarakat yang tidak gaptek agar mereka bisa melihat
kegiatan-kegiatan kita, atau hal-hal yang kita sampaikan ataupun ideide yang kita lontarkan ke masyarakat.” (Wawancara responden 3,
Amin Supodo, Bendahara Umum DPD PKS Kota Surakarta, 12
Februari 2014, Surakarta)
Dalam penggunaan interaktif media, PKS menggunakan 3 media yang aktif
dijalankan, yaitu website www.pks-solo.or.id, Twitter @pkskotasolo dan
penggunaan fanspage Facebook PKS Kota Solo. Pernyataan tentang penggunaan
media sosial dalam pemasaran politik juga diungkapkan oleh Norma Bima staff
Humas DPD PKS Kota Surakarta dan juga selaku admin dari media sosial DPD
12
PKS Kota Surakarta, dalam interview yang dilakukan pada tanggal 19 Februari
2014, yaitu:
“Sosial media kan udah banyak yang gunain, itu menjadi peluang kita
dari PKS untuk mengingatkan masyarakat akan adanya PKS dan
kegiatan PKS itu sendiri. Di sosial media, kita gak hanya humas ya
tapi semua kader yang punya sosial media.” (Wawancara responden 6,
Norma Bima, Kader PKS Kota Surakarta, 19 Februari 2014,
Surakarta)
Penggunaan media sosial untuk penyampaian informasi ini juga diungkapkan
oleh Belch dan Belch (2009: 22) merupakan media interaktif untuk saling
berbalas dan memungkinkan adanya partisipasi.
d. Promosi Penjualan (Sales promotion)
Dalam pemasaran komersial, penggunaan promosi pemasaran sering kali
diberikan dalam bentuk hadiah langsung, diskon, potongan harga yang membuat
konsumen ingin membeli produk tersebut, sehingga terjadinya peningkatan
penjualan
produk
secara
cepat.
Penggunaan
promosi
penjualan
yang
menggunakan insentif khusus untuk menarik perhatian sehingga terjadinya
penjualan, atau mampu untuk menstimulus penjualan dengan segera tidak
ditemukan dalam bentuk pemasaran yang dilakukan oleh PKS Kota Surakarta.
Hal ini karena produk dalam politik tidak dapat dijual dengan segera.
Belch dan Belch (2009: 23) menyebutkan bahwa promosi penjulan
merupakan aktifitas pemasaran yang memacu pada penjulan barang secara segera.
Penjulan yang secara segera inilah yang tidak ditemukan di partai politik. Dalam
pemasarannya, partai politik menjual partai itu sendiri, tokoh-tokoh politik yang
akan maju menjadi wakil rakyat, ideologi partai, hingga janji politik. Produk
politik akan dirasakan oleh masyarakat setelah para elit politik dapat menduduki
posisi strategis di pemerintah dan merumuskan serta mengaplikasikan janji politik
itu kedalam suatu program pemerintah ataupun kebijakan pemerintah. Produk
politik inilah yang tidak dapat dijual secara langsung dan dapat dirasakan secara
13
langsung oleh masyarakat karena memang membutuhkan waktu yang cukup
panjang.
e. Publikasi/Hubungan masyarakat (Publicity/Public Relations)
Layaknya perusahaan, partai politik juga memiliki public relations (PR) yaitu
manajemen yang mengatur tentang sikap publik dan mengorganisasi agar lebih
diterima oleh publik. Di DPD PKS Kota Surakarta terdapat bidang Politik Hukum
dan Hubungan Masyarakat (Polhum dan Humas) atau yang lebih dikenal sebagai
Humas PKS Solo. Berbagai macam kegiatan diselenggarakan untuk lebih dekat
dengan masyarakat. Bidang Kehumasan secara resmi mengatur tentang publikasi
yang merupakan salah satu aspek dari PR yaitu release media. Rohmad Suryadi
yang mengungkapkan bahwa:
“Kita sebagai Humas yang ada di DPD PKS Solo memfasilitasi para
caleg dengan adanya media-media yang kita gunakan jadi kita
memberitakan apa yang dilakukan caleg dan juga kegiatan partai,
release juga kita buat sebelum dan sesudah acara untuk dikirimkan ke
relasi media kita.” (Wawancara reponden 2, Rohmad Suryadi, Ketua
Bidang Humas DPD PKS Kota Surakarta, 7 Februari 2014, Surakarta)
Berbagai macam kegiatan yang bersentuhan dengan masyarakat
diselenggarakan, termasuk juga kegiatan keagamaan yaitu pengajian. Asih
Sunjoto Putro pun mengungkapkan bahwa hubungan langsung dengan
masyarakat yang dilakukan oleh kader PKS melalui kerja nyata melalui dakwah
itu sendiri, karena PKS merupakan partai dakwah, seperti yang diungkapkannya
bahwa:
“Kerja nyata yang pertama, kalo kita lihat akar dari basis kita adalah
basis religius ya, basis-basis pengajian. Maka kerja nyata kita di
masyarakat itu ya satu, kita membentuk kelompok-kelompok
pengajian. Dua, kita membersamai mereka. Dan tiga, kita menjadi
pengisi aktif dari majelis yang kita dirikan atau majelis-majelis ta’lim
yang dekat dengan kita atau majelis ta’lim yang sering mengundang
kita.” (Wawancara responden 4, Asih Sunjoto Putro, Sekretaris Umum
DPD PKS Kota Surakarta, 12 Februari 2014, Surakarta)
14
Dalam pemasarannya, PKS Kota Surakarta juga menggunakan kegiatan bakti
sosial seperti yang dilakukan pada tanggal 16 Februari 2014 di Pucangsawit.
Kegiatan ini berupa penjulan sembako murah, penjulan baju bekas layak pakai
dan juga pengobatan gratis. Kegiatan bakti sosial PKS pun juga dilakukan dengan
berbagai macam pemberian barang secara gratis. Abdul Ghofar juga
mengungkapkan tentang penggunaan barang-barang pendukung kampanye
bahwa:
“Barang-barang itu tadi kan hanya digunakan sebagai cindera mata,
oleh-oleh, nah kemudian tinggal niatan kita aja kan memang ini untuk
oleh-oleh, dan memang disengaja untuk mengingatkan tapi kan pilihan
tergantung pihak masyarakat sendiri.” (Wawancara responden 5,
Abdul Ghofar, Wakil Ketua Umum DPD PKS Kota Surakarta, 13
Februari 2014, Surakarta)
Penggunaan komunikasi pemasaran PKS yaitu melalui kegiatan langsung
kader PKS dengan masyarakat adalah cara paling efektif dalam meningkatkan
jumlah suara. Hal tersebut diungkapkan oleh Norma Bima sebagai berikut:
“Yang paling efektif ya kita dekat dan melayani. Dalam artian kita
dekat itu ya kita eksis di setiap kegiatan masyarakat baik itu secara
lokal maupun nasional, dan melayani ya kita berusaha membantu
masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan. Jadi memang hubungan
dengan masyarakat yang baik lah yang saat ini jika dilihat dari pemilupemilu sebelumnya itu yang paling efektif.” (Wawancara responden 6,
Norma Bima, Kader PKS Kota Surakarta, 19 Februari 2014,
Surakarta)
Begitu juga yang diungkapkan oleh simpatisan PKS bahwa penggunaan
hubungan dengan masyarakat merupakan cara yang membedakan antara PKS
dengan partai lainnya, menurut Sri Winarsih yaitu:
“Jadi PKS itu biar pun nggak mau pemilu ya tetep berjalan. Udah dari
dulu 2007. Jadi itu yang buat saya milih PKS aja dari pada partai lain
yang nggak pernah ada.” (Wawancara responden 9, Sri Winarsih,
Simpatisan PKS Kota Surakarta, 1 Maret 2014, Surakarta)
Berbagai macam kegiatan PKS untuk dekat dan melayani masyarakat juga
diperkuat dengan pernyataan Sandra Moriarti dkk (2009: 617) bahwa fungsi dari
15
kegiatan dengan masyarakat yaitu untuk mendapatkan relasi positif dengan publik
dalam rangka mengelola citra organisasi secara efektif.
f. Penjualan tatap muka (Personal Selling)
Pemasaran tatap muka tatap muka merupakan salah satu bentuk pemasaran
yang menggunakan sales atau penjual untuk menemui satu per satu pembelinya
dan mulai mempersuasi tentang produk yang ditawarkan. Dalam PKS, pemasaran
secara tatap muka dinamakan dengan direct selling (DS) yang secara harfiah
merupakan penjualan langsung. DS merupakan kegiatan pemasaran door to door.
Menurut Asih Sunjoto Putro, DS dilakukan secara tatap muka baik oleh caleg
maupun oleh kader pendukung PKS yang juga merupakan Humas dari partai. Hal
tersebut diungkapkan bahwa:
“Direct selling itu yang pertama dilakukan oleh caleg langsung
silaturohim, kemudian direct selling dilakukan oleh kader pendukung.
Kader pendukung itu direct selling dia akan membuka lahan-lahan
yang memang itu bukan basis PKS.” (Wawancara responden 4, Asih
Sunjoto Putro, Sekretaris Umum DPD PKS Kota Surakarta, 12
Februari 2014, Surakarta)
Kegiatan DS merupakan suatu kegiatan wajib yang telah diinstuksikan oleh
elit PKS Kota Surakarta untuk melakukan DS sekali dalam seminggu yaitu di hari
minggu. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari Rohmad Suryadi bahwa:
“Direct Selling yang merupakan kewajiban setiap kader ya, dalam
konteks kita memahaminya kader adalah humas ya. Semua humas atau
kabeh dadi humas.” (Wawancara responden 2, Rohmad Suryadi,
Ketua Bidang Humas DPD PKS Kota Surakarta, 7 Februari 2014,
Surakarta)
Senada dengan pernyataan Rohmad Suryadi, Sugeng Riyanto menjelaskan
sistematika DS PKS yaitu:
“Dan pola Direct selling berjalan, setiap hari minggu kader
dikumpukan. Tetapi sistematika direct selling-nya digilir. Misalnya
pekan ini untuk membackup caleg no 1, jadi ngumpul di satu titik
kemudian kader itu direct selling, keliling ke kampung-kampung
warga dengan mengkampanyekan caleh no 1. Pekan berikutnya nanti
16
yang di kampanyekan caleg no 2. Seterusnya begitu. Yang
mengkampanyekan sama juga. Kader itu itu juga, tetapi dia tidak
hanya untuk caleg tertentu saja tetapi di buat bergiliran. (Wawancara
responden 1, Sugeng Riyanto, Ketua Umum DPD PKS Kota
Surakarta, 4 Februari 2014, Surakarta)
Menurut Irma Diah Ayu Usmaniyah, program DS PKS berbeda karena kader
bekerja sesuai dengan keiklasannya dan dalam pelaksanaannya kader tidak
dibayar sama sekali untuk berkeliling dari rumah ke rumah sebagai bentuk dari
pemasaran partai. Irma Diah Ayu Usmaniyah mengungkapkan bahwa:
“…direct selling, untuk melakukan kerja-kerja kan nggak ada bayaran
sama sekali, semua bekerja berdasarkan keiklasan dari kader-kadernya
sendiri. Dan itu yang membuat dia beda dengan yang lain. Dan bentuk
promosinya seperti apa ya dengan direct sellng itu sendiri.”
(Wawancara responden 8, Irma Diah Ayu Usmaniyah, Kader PKS
Kota Surakarta, 19 februari 2014, Surakarta)
Direct Selling PKS yang merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang
berbeda pun juga diungkapkan oleh Amin Supodo, yang mengungkapkan bahwa:
“…direct selling, yang memang kita laksanakan dan khasnya PKS gitu
ya, karena kita itu partai kader. Dan itu menunjukan eksistensi PKS
bahwasannya kita itu kaderisasinya memang jalan. Terbukti
bahwasannya kita memiliki banyak personil tanpa bayaran, mungkin
di partai lain nggak mungkin gitu ya.” (Wawancara responden 3, Amin
Supodo, Bendahara Umum DPD PKS Kota Surakarta, 12 Februari
2014, Surakarta)
Sebagai suatu program yang telah ditetapkan untuk semua kader PKS, direct
selling efektif untuk menciptakan awareness, namun belum menjanjikan sebagai
komunikasi pemasaran politik yang memastikan masyarakat memilih PKS.
Sugeng Riyanto mengungkapkan bahwa:
“…yang kami rasakan itu adalah pola pola direct selling itu adalah
efektif untuk pengenalan tetapi belum sampai kearah untuk
memastikan nyoblos, itu belum bisa, sehingga perlunya pendekatanpendekatan yang lain.” (Wawancara responden 1, Sugeng Riyanto,
Ketua Umum DPD PKS Kota Surakarta, 4 Februari 2014, Surakarta)
Dengan adanya program direct selling dalam pemasarannya menuju Pemilu
legislatif 2014, PKS Kota Surakarta menggunakan bentuk komunikasi pemasaran
17
yaitu personal selling. Belch dan Belch (2009: 25) mendefinisikan Personal
selling adalah pemasaran antarindividu yang mana penjual mengajak untuk
melakukan pembelian produk atau jasa secara tatap muka.
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
kesimpulan tentang komunikasi pemasaran Partai Keadilan Sejahtera menuju Pemilu
2014, yaitu:
1. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggunakan komunikasi pemasaran politik
menuju Pemilihan umum legislatif Kota Surakarta
Tahun 2014. Dalam
pemasaran politiknya, PKS Kota Surakarta menggunakan bauran komunikasi
pemasaran yang terdiri dari advertising (Iklan), direct marketing (pemasaran
langsung), interactive/ internet marketing (pemasaran melalui internet), sales
promotion (promosi penjualan), public relations (publikasi/ hubungan
masyarakat), personal selling (penjualan tatap muka).
a. Penggunaan iklan yang terdiri dari above the line advertising yaitu baliho
dan banner. Penggunaan bellow the line advertising yaitu stiker, kalender,
surat suara, kartu nama caleg, pin partai, bendera, spanduk dan kaos
partai.
b. Pemasaran
langsung juga
dilakukan oleh
PKS
Kota Surakarta
menggunakan SMS maupun media aplikasi chat.
c. Media internet yang digunakan dalam pemasaran PKS yaitu melalui
Website, Twitter, Facebook.
d. Promosi penjualan tidak ditemukan di dalam ranah politik.
e. Hubungan masyarakat melalui publikasi dan kegiatan yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat.
f. Penjualan tatap muka yang merupakan ciri khas pemasaran PKS Kota
Surakarta jika dibandingkan dengan partai lain.
18
2. Selain adanya kesimpulan tersebut, penelitian ini juga mendapati bahwa, PKS
Kota Surakarta memaksimalkan berbagai bentuk komunikasi pemasaran
politik untuk dekat dengan masyarakat dan berusaha bertahan dalam
persaingan politik di Pemilu 2014. Walaupun dari hasil rekapitulasi perolehan
suara resmi KPU, PKS Kota Surakarta mengalami penurunan suara sebanyak
4.157 suara jika dibandingkan dengan perolehan di Pemilu 2009. Namun,
dengan berbagai macam bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh
PKS Kota Surakarta, PKS menduduki posisi keempat dan mendapatkan 5
kursi di DPRD Kota Surakarta. Hal kemudian terjadi sangat mungkin karena
Komunikasi pemasaran politik Partai Keadilan Sejahtera menuju Pemilihan
Umum Legislatif Kota Surakarta tahun 2014 dilakukan secara maksimal.
Saran
1. Perlu dilakukan pembahasan tentang keberhasilan dan kegagalan bentuk-bentuk
komunikasi yang dilakukan, yang tentu disesuaikan dengan tipologi masyarakat
Kota Surakarta. Sehingga terdapat evaluasi untuk meningkatkan kebermanfaatan
dari penggunaan komunikasi pemasaran politik.
2. Partai politik harus mementingkan pendidikan politik kepada masyarakat tentang
Pemilu di Indinesia. Bentuk-bentuk pendidikan politik dapat dilakukan dengan
sosialisasi, pertemuan secara langsung maupun dengan berbagai kegiatan di
masyarakat. Hal ini tentulah tidak lepas dari salah satu fungsi partai politik yang
tidak hanya mementingkan pemasaran, dan perolehan suara untuk partai.
Daftar Pustaka
Arsianie, Lely. (2010). Komunikasi Politik: Politisi dan Pencitraan di Panggung
politik. Bandung: Widya Padjajaran
19
Belch, George & Michael Belch. (2009). Advertising and Promotion. United States:
McGraw-Hill International Edition.
Bungin, Burhan. (2003). Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke
Arah Varian Kontemporer. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Firmanzah. (2007). Marketing politik. Jakarta: yayasan Obor Indonesia.
Haryanto. (1982). Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: UGM Press.
Harun, Rochajat & Sumarno. (2006). Komunikasi Politik sebagai Suatu Pengantar.
Bandung: Mandar Maju.
Kaid, Lynda Lee. (2004). Handbook of Political Communication Research. London:
Lawrence.
Kotler, Philip. (1999). Marketing Management : The Millennium Edition. UK:
Prentice Hall International Edition.
Less-Mershment, Jennifer. (2010). Global Political Marketing. New York:
Routledge.
Moriarti Sandra, Nancy Mitchell, William Wells. (2009). Advertising. Jakarta:
Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Shimp, Terence A. (2003). Advertising, Promotion & Suplemental Aspects of
Integrated
Marketing Communications. United States of America:
Thompson SouthWestern.
Gordon, Brett R, etc. (2012). Marketing Politics: Models, Behavior, and Policy
Implications. www.columbia.edu/~brg2114/files/mktletters.pdf . Diakses pada
2 Maret 2014 pukul 10.00 WIB.
Wijaya, Sri Herwindya Baskara. PKS Bertaruh Citra. Jurnal Komunikasi Massa , Vol
4, No. 2, Juli 2011. Surakarta: Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Sebelas Maret.
Sa’diyah, Halimatus. (2014). Partai Islam Beri Alternatif. Republika, edisi 29 Maret
2014, hlm. 1.
________.(2014). Quo Vadis” DPR Bersih dan Prorakyat (1).
http://nasional.kompas.com, Diakses tanggal 28 Maret 2014 pukul15.45 WIB.
Komisi Pemilihan Umum. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor:
412/Kpts/KPU/Tahun 2014 Tentang Penetapan Partai Politik Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2014 Yang Memenuhi dan Tidak Memenuhi
Ambang Batas Perolehan Suara Sah Politik Pemilihan Umum Secara Nasional
Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2014.
KPU Kota Surakarta. Berita Acara Nomor: 29/BA/V/2014 Tentang Penetapan
Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik Penetapan Calon Terpilih Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum
Tahun 2014.
20
Download