(Sistem Multipartai) IDEOLOGI PKS (PARTAI

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi pasca otoritarisme Orde Baru, telah menghidupkan
kembali demokrasi. Pertumbuhan partai politik pada masa ini tidak
terhindarkan lagi sebab partai politik merupakan pilar dari demokrasi yang
harus ada didalam suatu negara modern. Masyarakat memiliki banyak
pilihan untuk memperjuangkan keinginan sosial mereka. Sebagai suatu
organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan
dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan
kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana
suksesi kepemimpinan politik secara absah dan damai.
Di Indonesia, munculnya partai-partai politik tidak lepas dari adanya
iklim kebebasan yang luas pada masyarakat pasca pemerintahan kolonial
Belanda. Kebebasan demikian memberikan ruang kepada masyarakat
untuk membentuk organisasi, termasuk partai politik. Selain itu, lahirnya
partai politik di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan gerakangerakan, yang tidak saja dimaksudkan untuk memperoleh kebebasan
yang lebih luas dari pemerintahan kolonial Belanda, juga menuntut
1
adanya kemerdekaan. Hal ini bisa kita lihat dengan lahirnya partai-partai
sebelum kemerdekaan.1
Disamping didorong oleh iklim demokrasi, munculnya partai-partai
politik di indonesia juga tidak lepas dari karakteristik masyarakat Indonesia
yang majemuk. Sebagaimana dikatan oleh John Furnival 2 Masyarakat
Indonesia atau Hindia belanda ketika itu merupakan masyarakat plural
(plural society), yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
elemen atau tatanan sosial yang hidup berdampingan satu sama lain.
Hanya saja, sambung Furnival, di antara mereka itu tidak pernah bertemu
di dalam suatu unit poltik. Namun realitas di Indonesia menunjukkan
bahwa masyarakat yang majemuk itu pada akhirnya bergabung dalam
suatu unit politik besar yang dinamakan partai politik.
Realitas
masyarakat
Indonesia
yang
majemuk
memberikan
kontribusi yang besar bagi lahirnya partai-partai politik dan sistem
multipartai di Indonesia. Baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan,
partai-partai politik yang ada tidak terlepas dari ikatan-ikatan kelompok
yang kuat, khususnya yang berkaitan dengan ikatan ideologi. Herbert
Feith menggambarkan corak ideologi partai-partai pada 1950-an, kedalam
lima aliran besar:3 Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam,
Sosialisme Demokratis, dan Komunisme. Corak politik aliran seperti ini
tidak hanya berbeda, tetapi juga bernuansa konfliktual karena di antara
1
Prof.Kacung Mrijan, Sistem Politik Indonesia “Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru Hal 60
2
Ibid.
3
Prof.Kacung Marijan Op.Cit 61-62
2
mereka terdapat perbedaan-perbedaan nilai yang cukup mendasar.
Sepertinya, di antara aliran-aliran yang terdapat pada partai-partai itu
terdapat sejumlah titik singgung, tetapi juga terdapat jarak yang jauh
diantara partai-partai tersebut. NU misalnya, memiliki aliran ideologis
Islam yang bertitik singgung dengan Tradisionalisme jawa. Tetapi, ideologi
Islam bertolak belakang dengan komunisme, dan menimbulkan adanya
jarak ideologi yang jauh antara partai berideologi agamais dengan partai
berideologi sekuler. Meminjam istilah Giovani Sartori, corak
sistem
kepartaian ketika itu lebih cenderung ke arah pluralisme ekstrem 4 karena
jumlah partai dominannya lebih dari dua dan relasi partai ideologi partai
yang satu dengan yang lain lebih cenderung ke arah sentrifugal.
Ikatan-ikatan ideologi seperti itu kemudian menjadi sebuah
ancaman pada masa pemerintahan orde baru. Berangkat dari pandangan
bahwa politik aliran seperti itu merupakan salah satu sumber pendorong
kuat bagi lahirnya ketidakstabilan politik, pemerintahan orde baru
melakukan
penyeragaman
ideologi,
yaitu
Pancasila
bagi
semua
organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik pada 1985. Kebijakan
seperti ini diikuti dengan rencana penyederhanaan sistem kepartaian, dari
sistem multipartai menjadi sitstem satu setengah partai. Dengan kata lain,
pemerintahan orde baru telah berupaya melakukan penyederhanaan
sistem
kepartaian
sekaligus
ideologi
yang
telah
beragam
sejak
pemerintahan orde lama.
4
Hanta Yuda AR, Presidensialisme Setengah Hati “Dari dilema ke Kompromi”, Hal 34
3
Setelah runtuhnya rezim orde baru, proses demokrasi di Indonesia
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat dengan berubahnya
sistem kepartaian, dari tiga partai menjadi sistem multi partai.5 Partaipartai poitik kemudian bangkit dan tumbuh pesat pada 1998 dan awal
1999. Kelompok-kelompok yang sebelumnya harus bergabung ke dalam
partai tertentu akhirnya bisa melepaskan diri dan mendirikan partai sendirisendiri. Perubahan tersebut menyebabkan banyaknya muncul partaipartai baru, baik yang beraliran nasionalis maupun yang beraliran agama.
Jika sebelumnya partai beraliran agama hanya diwakili oleh PPP, maka
pada perkembangan berikutnya partai beraliran agama, khususnya Islam
mulai banyak bermunculan.
Pada masa awal reformasi, politik kepartaian di Indonesia
memperlihatkan
satu
fenomena
yang
tampak
bertolak
belakang,
Menjelang pemilu tahun 1999, dengan mudah kita dapat melihat partaipartai politik itu bersaing keras dan diberikan kebebasan untuk
menegaskan warna ideologinya, dan pemilih tidak lagi diintimidasi dalam
menentukan partai pilihannya. Namun, sejak pemilihan umum 2004 dan
sepanjang pelaksanaan pemilukada 2005-2009, posisi ideologi politik
sebuah parpol saat ini tidak memiliki arti apa-apa, selanjutnya para politisi
duduk berhadapan di atas meja menyatukan persepsi yang cukup singkat.
5
http://PARTISIPASI POLITIK NON MUSLIM DALAM PARTAI POLITIK ISLAM (Analisa Terhadap PK
Sejahtera) _ Garam Manis.htm
4
Sistem pemilu yang diselenggarakan sejak era reformasi telah
melahirkan puluhan partai politik yang memenuhi persyaratan electoral
threshold. Banyaknya jumlah partai tersebut, di samping merupakan sinyal
positif atas keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya
membangun karakter nasional bangsa melalui perjuangan politik partai,
ternyata juga membawa berbagai masalah yang tidak diharapkan. Salah
satu persoalan serius yang muncul adalah semakin kaburnya batas
ideologi antar partai, dikarenakan baik partai kiri maupun kanan semakin
bergeser ke tengah.6, dan juga terjadi pergeseran ideologi seiring dengan
sistem multipartai yang diterapkan di Indonesia.
Pembentukan nilai ideologi partai politik sangat lemah dalam praktik
politik keseharian. Partai lebih cenderung mengangkat isu populis untuk
kepentingan politik praktis dari pada nilai ideologis. Implikasinya, koalisi
yang terbentuk lebih berbasis pada isu pragmatis partai politik dan
melupakan ideologi formal yang
dimiliki. Fenomena yang terdapat di
Indonesia saat ini adalah berlomba-lombanya partai-partai politik untuk
menginklusifkan diri dan mewadahi semua basis pemilih, sedangkan
ideologi partai tidak lagi menjadi variabel sentral dalam pembuatan
keputusan di internal partai, dan ideologi partai tidak menjadi tolak ukur
lagi dalam menyusun suatu kebijakan. Hal ini menjadi suatu fenomena
yang menarik diteliti, dimana partai yang berbasis religius (islam) yang
merupakan partai doktriner saat ini semakin mendekatkan diri dan terbuka
6
(http://urgensi-perbeda ideologi dalam partia politik « Inspirasi's Blog.htm)
5
pada partai yang berideologi sekuler ataupun nasionalis sehingga menjadi
partai yang pragmatis.
Keterbukaan terhadap partai yang memiliki platform berbeda
menandakan bahwa jarak ideologi diantara partai-partai politik saat ini
semakin menyatu tak ada penyekat diantara partai-partai yang memiliki
ideologi partai yang berbeda. Fenomena ini disebut oleh Giovanni Sartori
sebagai kecenderungan sentripetal dalam partai politik.7 Menurut Sartori,
dalam demokrasi yang sudah terinstitusionalisasi secara baik, ideologi
partai akan mengarah ke tengah dan membuat penyekat ideologi
antarpartai akan semakin tidak jelas. Dengan kata lain, partai-partai politik
akan semakin pragmatis dalam upayanya mendapatkan kekuasaan.
Fenomena ini mulai terlihat jelas pada pemilu tahun 2004. Berbagai
partai politik dengan variasi ideologinya bersaing keras dalam pemilu
legislatif dan presiden. Ketika pemilu berakhir, tampak jelas partai-partai
politik itu membuang jauh-jauh persaingan yang telah berlangsung, seolah
mereka mengabaikan sama sekali hasil-hasil pemilu dan bersatu dalam
membentuk pemerintahan inklusif yang melibatkan semua pihak. Hal ini
bisa kita lihat pada Kabinet Indonesia Bersatu yang dibentuk pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono yang berhasil memenangkan
pilpres pada saat itu.8 Kita bisa temukan dalam kabinet tersebut terdapat
partai-partai Islam yang merupakan lawan sebelumnya kemudian
7
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Hal.128
8
Presidensialisme setengah hati
6
bergabung dengan partai-partai sekuler menjadi kawan. Partai politik yang
awalnya merupakan partai yang memiliki basis ideologi sebagai partai
doktriner yang beridentitas sebagai partai kader mulai bergeser menjadi
partai yang pragmatis dan menunjukkan jati diri sebagai partai massa.
Jelas bahwa partai-partai di Indonesia semakin bergerak ke tengah dalam
spektrum ideologi. Relasi ideologi partai yang satu dengan yang lainnya
tidak seperti pada masa orde lama, dimana jarak ideologi partai pada saat
itu di sebut Sartori dalam klasifikasi sistem kepartaian pluralisme ekstrem
saat ini telah berubah ke sistem kepartaian yang cenderung lebih
moderat, dan juga pergesan ideologi partai. Contoh kasus koalisi dengan
jarak ideologi yang berjauhan terjadi dalam Pilkada Kota Yogyakarta,
PDIP sebagai partai nasionalis menjalin koalisi dengan PPP dan PKS
yang menjadikan islam sebagai ideologi formal partai. Bahkan di beberapa
daerah, partai islam seperti PKS juga menjalin koalisi dengan Partai
Damai Sejahtera (PDS) yang secara formal adalah partai umat Nasrani.
Demikian juga di tingkat nasional, pada pilpres 2004 putaran kedua, PPP
juga menjalin koalisi dengan PDIP dalam mencalonkan Megawati
Soekarnoputri.9 Hal ini menunjukkan bahwa internalisasi ideologi partai
politik sangat lemah dan koalisi yang dibangun parpol lebih dominan
sebagai ikatan koalisi pragmatis.
Fenomena yang terjadi di tatanan kehidupan partai politik Indonesia
tersebut, bukan saja membuat rakyat kesulitan melihat perbedaan
kontinum partai kiri-kanan, namun yang lebih esensial adalah semakin
9
Hanta Yuda AR, Op.cit Hal.35
7
jauh jarak partai itu sendiri dari basis historis pendiriannya dan juga perlu
dipertanyakan lagi akan konsistensi ideologi partai yang telah menjadi
nafas perjuangan partai. Wilayah keyakinan atas nilai-nilai yang akan
diperjuangkan melalui suatu sistem kekuasaan menjadi semakin sempit,
tidak variatif, dan mereduksi peluang kompetisi pencarian alternatifideologis. Kepercayaan masyarakat kepada partai-partai yang membawa
ideologi sebagai asas perjuangan partainya, misalnya saja partai berbasis
islam semakin berkurang. Hal ini menyebabkan semakin kecilnya
perolehan jumlah suara yang didapatkan sebagian besar partai-partai
islam selama pemilu beberapa tahun belakangan.
Belajar dari perjalanan sistem kepartaian di Indonesia hingga hari
ini, salah satu partai politik Islam yang memperoleh suara paling besar
diantara partai politik Islam lainnya, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
mulai mambaca situasi politik kepartaian yang terjadi di Indonesia.
Kemunculan atau lahirnya Partai Keadilan Sejahtera memberikan makna
tersendiri bagi berdirinya kembali partai islam di Indonesia yang
menandakan bahwa masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam masih
memberikan kepercayaan yang besar pada partai islam. Selanjutnya akan
dibahas lebih jauh awal terbentuknya Partai Keadilan Sejahtera yang
dulunya bernama Partai Keadilan.
Berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan
partai lainnya baik partai yang berbasis ideologis maupun yang non
ideologis. Kelahiran partai keadilan berangkat dari musyawarah yang
8
cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap era
reformasi yang membuka keran kebebasan untuk berkspresi diantaranya
mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang
hangat dibicarakan kalangan tarbiyah, sebagian mengatakan perlu
mendirikan partai politik dan sebagain menyatakan tidak perlu.
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera tidak bisa lepas dari peranan
Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Bisa kita amati dimana
pada pemilu 1999, Partai Keadilan menduduki peringkat ke tujuh diantara
48 partai politik peserta pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai
ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikut pemilu 2004
kecuali berganti nama dan lambang.10 Karena kegagalan ini Partai
Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Beberapa pengamat menilai bahwa salah satu faktor kekalahan partai
Islam pada pemilu 1999 adalah parpol Islam belum menampakan
inklusivitasnya. Indikasi ini diperkuat oleh kritikan Van Zorge, yang menilai
Partai
Keadilan
sebagai
modernis-ekslusif
(modernist-exclusivist).
Kecendrungan terlalu besar kearah eksklusif akan menyulitkan partai ini
untuk maju, dan bahayanya bagi, PK akan potensial untuk ‘layak
dimusuhi’ oleh kawan-kawan penganut Islam Kultural. Dan celakanya,
justru
eksklusifisme
adalah
lawan
paling
potensial
bagi cita-cita
membangun watak bangsa. Watak bangsa tidak mungkin dibangun
paralel dengan eksklusifisme. Dibalik kritikan itu Van Zorge juga
Bambang Setiawan dan Bestian Nainggolan, ed., Partai-Partai Politik Indonesia:
Ideologi Dan Progaram 2004-2009 (Jakarta: Kompas, 2004), h. 230.
10
9
memberikan penilain “inklusif”. PK yang diakuinya sebagai partai reformist
dan unique itu, disebut-sebut sebagai partai yang gampang berkompromi
dan bekerja sama ketika berhadapan dengan realitas politik. ”Partai
Keadilan has demonstrated a willingness in the past to compromise and
work within the confines of political realities,” ujar Van Zorge.11
Untuk itu, PK kedepannya memiliki prospek untuk menjadi partai inklusif
dan ini terlihat sejak transformasi Partai keadilan menjadi Partai Keadilan
Sejahtera.
Perlunya sikap inklusif ini juga dibenarkan oleh R William Liddle,
menurutnya Partai-partai inklusif dianggap lebih otonom atau mandiri,
sebab pengurusnya tidak dikuasai oleh satu kekuatan sosial, seperti
organisasi agama atau kelompok etnis tertentu. Partai-partai semacam itu
juga lebih luwes dan fleksibel, sebab pengurusnya tidak dihalangi oleh
komitmen-komitmen sempit dalam merangkul berbagai kekuatan sosial
baru. Lagi pula, selama ada pemilu yang “luber”, partai-partai inklusif
dirangsang terus untuk menambah jumlah pengikutnya dengan cara
memasukan golongan baru, sehingga menjadi lebih inklusif lagi.12
Sikap inklusif ini dijawab oleh PK(S) dengan melakukan rekrutmen
anggota dari orang-orang yang berlatar belakang non-tarbiyah. Bahkan
pada pemilu 2004, partai PKS menjaring lebih dari 30 calon legislatif non
Husain Al-Banjari, “SA, ET, dan Prospek Partai Keadilan,” dalam Hamid Basyaib dan Hamid
Abidin, ed., Mengapa Partai Islam Kalah? (Jakarta: Alvabet, 1999), h. 276.
11
12
R William Liddle, partisipasi dan partai politik. Penerjemah Tim Pustaka Utama Grafiti (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1992), h. 14.
10
muslim.13 Disamping itu, PK juga merekrut orang-orang non muslim
sebagai anggotanya. Hal ini terlihat dari di sahkanya DPD Partai Keadilan
Piniai pada tanggal 5 Juni 2002, yang mayoritas pengurusnya beragam
kristen.14 Para pimpinan PK(S) juga memberikan kesempatan kepada
tokoh agama hindu untuk menjadi anggota legislatif. Kesempatan
mengemuka pada mukernas di Bali pada 1-3 February 2008, ketika itu
Fahri Hamzah menawari Ida Pedanda Sebali Tianyar seorang tokoh Hindu
Bali untuk menjadi caleg dari partainya.15
Dalam perspektif seperti ini, perlu kita telaah lebih lanjut dimana
PKS sebagai partai baru yang berbeda dari partai politik kebanyakan, dan
terlebih lagi kita ketahui bersama bahwa PKS berasal dari komunitas
muslim baru di Indonesia dalam perkembangan kepartaian saat ini ada
kesan ideologi yang diusungnya semakin bergerak ke tengah. PKS
memilih untuk menjadi partai politik yang terbuka atau bisa dimaknai
bahwa Partai Keadilan Sejahtera saat ini memilih untuk menjadi partai
yang plural, menerima perbedaan dan keberagaman. Tentunya ini
bersebrangan dengan
visi umum dan visi khusus Partai Keadilan
Sejahtera yang secara resmi menyatakan akan mengarahkan partai
dakwah itu untuk memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; akan mengarahkannya menjadi kekuatan
13
Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
14
Cahyadi Takariawan, Bukan Di Negeri Dongeng Kisah Nyata Para Pejuang Keadilan, (Jakarta:
Syaamil,2003), h 124-126
15
http://garammanis.wordpress.com/2010/12/21/partisipasi-politik-non-muslim-dalam-partai-politikislam-analisa-terhadap-pk-sejahtera/
11
transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan
kembali umat dan bangsa di berbagai bidang; akan mengarahkannya
sebagai kekuatan yang menggalang dan memelopori kerja sama dengan
berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem
Islam
yang
rahmatan
lil-Alamin;
akan
mengarahkannya
sebagai
akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.16
Menjadi sebuah keharusan dan penegasan bahwa garis ideologi
suatu partai seharusnya menjadi panduan partai tersebut menjawab
berbagai persoalan yang ada, dan setiap kebijakan partai dapat dipahami
secara jelas oleh masyarakat. Penyimpangan kebijakan dari garis
ideologinya tentu akan mengakibatkan masalah internal bahkan dapat
membuat ketidakpercayaan pengikutnya. Konsistensi menjadi sangat
berarti dalam menjalankan kebijakan partai selaras dengan garis ideologi
yang menjadi asas perjuangan dari Partai Keadilan Sejahtera
Melihat
permasalahan
diatas,
maka
penulis
tertarik
untuk
melakukan penelitian mengenai :
“Konsistensi Ideologi Partai Keadilan Sejahtera”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas ,
maka penulis mengganggap penting memberikan batasan masalah
sebagai berikut :
16Dijelaskan
dalam buku Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera
12
Apakah ideologi Partai Keadilan Sejahtera mengalami pergeseran
seiring dengan perkembangan sistem kepartaian di Partai Keadilan
Sejahtera?”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka secara
umum penelitian bertujuan untuk menelaah perkembangan
politik partai Islam di pentas perpolitikan nasional yang terus
berubah-ubah .
Secara khusus penelitian ini bertujuan
1. Untuk menjelaskan
perjuangan
Partai
arti penting ideologi sebagai asas
Keadilan
Sejahtera
dalam
sistem
kepartaian di Indonesia.
2. Untuk mengkaji ada tidaknya perubahan ideologi partai yang
terjadi dalam Partai Keadilan Sejahtera
b. Kegunaan penelitian
a. Manfaat Akademik
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti
yang ingin mengetahui konsistensi Ideologi Partai
Keadilan Sejahtera.
13
2. Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya
perkembangan keilmuan.
3. Menjawab fenomena sosial politik yang ada
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
baik bagi pengambil keputusan publik maupun kalangan
aktivis
politik,
khususnya
islam
dalam
melakukan
pembaruan tatanan masyarakat yang dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi proses demokrasi di masa
depan.
2. Hasil penelitian ini nantinya juga
diharapakan dapat
menjadi rujukan dalam melakukan penelitian-penelitian
yang serupa di tempat lain.
3. Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu
politik.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan panduan penulisan dalam aspek
konseptual-teoritis. Pada bagian ini akan dipaparkan berbagai konsep
yang dijadikan sebagai alat analisis terhadap masalah yang diangkat
dalam skripsi ini yakni mengenai Konsistensi Ideologi Partai Keadilan
Sejahtera.
A. Konsep Ideologi
Dalam kehidupan sehari-hari, ideologi cenderung menjadi
istilah negatif yang terutama digunakan untuk mengelompokkan ideide yang bias dan/atau ekstrem. Sehingga, “lawan” dianggap memiliki
ideologi, sementara “kita” dicirikan dengan prinsip, pragmatisme, atau
akal sehat. Begitu juga dalam dunia akademis ideologi digunakan
dengan cara seperti itu, walaupun pada umumnya pendekatanpendekatan akademis lebih dicirikan oleh keagamaan.17
Secara teoritik, topik tulisan ini akan banyak bersentuhan
dengan gagasan-gagasan mengenai ideologi. Cukup banyak literatur
yang membahas mengenai konsep Ideologi itu sendiri. Ideologi dalam
kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern diartikan sebagai asas
pendapat, keyakinan yang dipakai atau yang dicita-citakan untuk
dasar pemerintahan. Dalam kamus istilah pengetahuan popular
17
Robert Eatwell dan Anthony Wright, Ideologi Politik Kontemporer, Hal.3
15
ideologi diartikan sebagai suatu cita-cita yang merupakan dasar salah
satu sistem politik, faham, kepercayaan dan seterusnya.18
Sementara dalam ilmu-ilmu sosial dikenal dua pengertian
mengenai ideologi. Pengertian ideologi yang dimaksud adalah
pengertian ideologi secara fungsional dan secara structural. Secara
fungsional diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama, atau tentang masyarakat dan Negara yang dianggap paling
baik. Sedangkan ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem
pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan
dan tindakan yang diambil oleh penguasa.19
Ideologi adalah sistem kepercayaan atau tata nilai yang
diperjuangkan dan dijabarkan secara sadar oleh para pemeluknya
dalam totalitas kehidupan, terutama dalam jagad sosial-politik.
20
ideologi menjadi visi yang komprehensif dalam memandang sesuatu,
yang diformulasikan secara sistemik dan ilmiah dari seseorang atau
sekelompok orang mengenai tujuan yang akan dicapai dan segala
metode pencapaiannya. Ideologi berisi pemikiran dan konsep yang
jelas mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta serta kehidupan,
dan mampu diyakini menyelesaikan problematika kehidupan. Dalam
hal ini, manusia tanpap ideologi hanya akan mengejar kemajuan
material, namun mengalami kehampaan dalam aspek emosional dan
18
Kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern, Muhammad Ali, hal 128
19
Ramlan Surbakti, Op.cit Hal.32-33
20
Platform Kebijakan Pembangunan PKS, Hal.30
16
spiritual, sehingga teraliensi dan kehilangan identitasnya yang sejati,
lalu mereka mengalami disorientasi dan kegersangan hidup.
Dimensi “ide” dari ideologi memberikan bingkai konsepsi
bagi pemahaman, arah perjuangan, dan dasar pergerakan bangsa.
Sementara “keyakinan” dan “Utopi” memunculkan komitman, militansi,
dan fanatisme positif yang memicu gairah dan darah perjuangan,
sekaligus memompakan semangat rela berkorban.21
Dalam arti fungsional, ideologi digolongkan secara tipologi
dengan beberapa tipe yakni ideologi yang doktriner dan ideologi yang
pragmatis. Suatu ideologi digolongkan sebagai doktriner apabila
ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya itu dirumuskan secara
sistematis dan terinci dengan jelas, didoktrinasikan kepada warga
masyarakat, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat
partai atau oleh aparat pemerintah. Dan contoh dari ideologi doktriner
ini adalah ideologi Islam dan ideologi komunisme. Sedangkan ideologi
digolongkan sebagai ideologi pragmatis jika ajaran-ajaran yang
terkandung
dalam
ideologi
tersebut
tidak
dirumuskan
secara
sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan secara umum (prinsipprinsipnya saja). Dalam hal ini, ideologi itu tidak didoktrinasikan, tetapi
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem
21
Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera Hal.30-31
17
pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem sosial.
Contoh dari ideologi ini adalah ideologi liberalisme.22
Dalam perkembangan berikutnya, ideologi dilihat sebagai
salah satu dari sekian banyak konsep yang paling ekuivokal
(meragukan) dan elusif (sukar ditangkap) yang terdapat dalam ilmuilmu sosial. Banyak pendekatan teoritis yang secara beragam diajukan
sehingga dapat menunjukkan suatu arti dan fungsi yang berbedabeda. Ideologi menunjuk suatu arti dan fungsi yang berbeda-beda.
Ideologi adalah konsep yang sarat dengan konotasi politik dan tentu
saja digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dengan
maknayang beragam pula.23
Dalam ilmu politik ideologi adalah penting dalam beberapa
hal karena ideologi menolong memilih alternatif nilai-nilai politik yang
terpusat pada masalah yang hakiki, atau mengetengahkan apa yang
penting bagi pengujian lebih lanjut. Ideologi mendorong terbentuknya
corak realita politik yang lain dengan cara mengundang kritik.
Pertentangan merupakan
dasar dari peristiwa
politik.
hal ini
melahirkan tolak ukur intelektual. Ia menyediakan petunjuk bagi
berbagai kegiatan para politisi. Karena itu ideologi mempengaruhi
kaum profesional, intelektual dan juga politisi.
22
Pengantar analisis politik, David Apter, hal 355-359
Arief Mudatsir Mandan, Krisis Ideologi (catatn tentang ideologi politik kaum santri, studi kasus penerapan
ideologi Islam PPP) Hal.21
23
18
Dalam melakukan studi tentang ideologi ada empat cara
yang dapat digunakan.24 Pertama adalah orang dapat menganggap
ideologi sebagai manifestasi popular dari suatu filsafat politik yang
khusus, atau tradisi, suatu kerangka pandangan yang lebih kurang
menyatu, ide, atau dogma yang digariskan oleh suatu kelompok.
Liberalisme,
marxisme,
fasisme,
nasionalisme,
sosialisme
dan
Amerikanisme, semuanya merupakan contoh ideologi. Ideologi yang
demikian diuraikan menurut istilah tertentu dengan menekankan nilainilai yang cukup berarti. Ideologi yang mempunyai batasan pengertian
yang paling doktrin, sejumlah prinsip yang memiliki logika tersendiri
dan menggariskan bahwa ini boleh, tapi yang itu jangan.
Kedua, adalah dengan mengkaji sebuah ideologi dengan
mempertanyakan apakah yang menjadi factor penentunya, kelas,
kedudukan sosial atau afiliasi etnis atau keagamaan. Mengkaji
ideologi dengan cara seperti ini berhubungan erat dengan teori social
learning. Orang dapat mempelajari sejauh mana kedudukan social
seseorang menentukan ideologinya atau bagaimana perananatau
kedudukan seseorang di dalam masyarakat menentukan nilai-nilai dan
kepercayaannya. Pendekatan ini mengarahkan kita kepada preferensi
doktrin determinan social. Ketiga, mengkaji ideologi adalah dengan
melihat pada kebutuhan yang dipenuhinya bagi individu dan
masyarakat. Bagi individu, ideologi membantu membuat suatu
kesatuan rasa sadar diri. Menerima suatu filsafat atau seperangkat
24
David Apter, ibid.
19
keyakinan tertentu akan menyebabkan seseorang menolak filsfat atau
keyakinan lain, sebaiknya ia akan mengidentifikasikan dirinya dengan
orang-orang yang melihat segala sesuatunya secara sama. Hal ini
mempengaruhi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai
keperluan afiliasi, suatu kebutuhan yang dipenuhi oleh atau dengan
menggabungkan diri pada suatu asosiasi yang mempunyai prinsip
tertentu yang mengetengahkan apa yang disebut ego ideal. Seorang
anak membentuk idealnya berdasarkan seperangkat contoh yang
diberikan oleh orang tuanya, tetapi juga mencari pembenaran umum
yang hubungannya dengan sistem kepercayaan, jadi ideologi adalah
cara untuk menghubungkan ego dengan lingkungan. Karena ego
identiti atau kesadaran diri sendiri, berkembang maka citra diri
seseorang akan merupakan potret diri yang dimiliki oleh orang
tersebut dalam masyarakat, ia mungkin bersifat aktif atau pasif,
diterima atau ditolak, radikal atau konservatif, dengan demikian orang
dapat mengatakan bahwa dimensi ketiga dari ideologi berhubungan
dengan identitas pribadi sendiri.
Keempat, dari ideologi adalah
hal yang berhubungan
dengan aspek ketiga. Ideologi tidak hanya menghubungkan individu
dengan masyarakat dalam cara yang mendasar, tetapi juga
menghubungkan
memberikan
penguasa
dasar
dengan
legitimasi,
yang
dikuasai.
mengabsahkan
Ideologi
penggunaaan
kekuasaan. Ia menetapkan prinsip moral diatas di mana kekuasaan
biasa dijalankan, jika inidvidu mulai merasa bahwa pemerintah tidak
20
lagi berdasarkan prinsip yang demikian, atau jika mereka ingin
mengubah prinsip itu, maka legitimasi pemerintah ada dalam keadaan
terancam. Ketika legitimasi mulai diragukan maka diantara penduduk
akan terlihat pembagian kutub yang dalam setiap pembagian atau
celah tersebut secara simbolis dibebani dengan arti penting moral.
B. Konsep Sistem Kepartaian dan Partai Politik
Konsep lain yang banyak bersentuhan dengan tulisan ini
adalah konsep tentang sistem kepartaian dan partai politik. Sistem
kepartaian menjelaskan format keberadaan antar partai politik
dalam
sebuah
sistem.Hal
ini
kepartaian dan partai politik
menunjukkan,
bahwa
sistem
adalah dua konsep yang saling
berkaitan satu sama lain.
B.1 Konsep Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian adalah “pola perilaku dan interaksi di
antara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik.25 Sistem
kepartaian bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam
suatu negara. Selain itu, ia juga bergantung pada kemajemukan
suku, agama, ekonomi, dan aliran politik yang ada. Semakin besar
derajat perbedaan kepentingan yang ada di negara tersebut,
semakin besar pula jumlah partai politik.
25
Ramlan Surbakti, Op.cit Hal 124
21
Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang
mapan. Artinya, tata cara melakukan klasifikasi sistem kepartaian
belum disepakati oleh para peneliti ilmu politik. Namun, yang paling
mudah dan paling banyak dilakukan peneliti adalah menurut jumlah
partai yang berkompetisi dalam
sistem politik,
Peter Mair
memuatnya dalam tabel berikut :26
TABEL 1 Sstem Kepartaian
Peneliti
Kriteria
Klasifikasi
Maurice
Duverger (1954)
Jumlah Partai
Robert Dahl
(1966)
Kompetitif Oposisi
Lionel Blondel
(1968)
Jumlah partai:
ukuran partai
secara relatif
Stanley Rokkan
(1968)
Jumlah partai:
kadang satu partai
mayoritas; distribusi
kekuatan partai
minoritas;
Giovani Sartori
(1976)
Jumlah partai
Jarak ideologi
Sistem Kepartaian



Sistem Partai Tunggal
Sistem 2 Partai
Sistem Multi Partai







Kompetitif Murni
Kompetitif – Kooperatif
Kompetitif-Koalisi
Koalisi Murni
Sistem 2 partai
Sistem 2 dan setengah partai
Multipartai dengan satu partai
dominan
Multipartai
tanpa
partai
dominan
Sistem 1 vs, 1+1 British
Jerman
Sistem 1 vs,3-4 Skandavia
Sistem Multipartai, 1 vs, 1 vs,
1+ 2-3








Sistem Multipartai
Pluralisme Moderat
Pluralisme terpolarisasi
Sistem partai berkuasa
(Sumber : Peter Mair, Party Systems and Structures of Competition)
Dari tabel di atas, kelihatan beberapa cara melakukan
klasifikasi sistem kepartaian. Sistem kepartaian (Party System)
pertama kali dijelaskan oleh Maurice Duverger dalam bukunya
26
Peter Mair, Party Systems and Structures of Competition, dalam Lawrence LeDuc, ed., et.al.,
Comparing Democracies: Elections and Voting in Global Perspective, (California: Sage Publications, 1996)
hal..93-106.
22
Political Parties. Duverger mengklasifikasi sistem kepartaian dalam
tiga kategori, sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem
multi-partai.27 Kemudian dikembangkan oleh Robert Dahl menurut
skala kompetisi yang opositif, Blondel melakukan menurut ukuran
jumlah dan besar partai secara relatif, Rokkan menurut jumlah
partai, kadang-kadang satu partai mayoritas, dan distribusi
kekuatan partai-partai minoritas, dan Giovani Sartori menurut
jumlah partai dan jarak ideologi antar partai-partai tersebut.
Mair sendiri cenderung menyebut klasifikasi Giovani Sartori
sebagai yang paling dekat digunakan untuk menjelaskan tentang
konsep sistem kepartaian . Alasannya, pertama, klasifikasi Sartori
bersifat paling komprehensif dan bisa diterapkan pada kasuskasus empiris (nyata). Kedua, ia bisa diterapkan di negara-negara
dengan jumlah dan sistem kepartaian berbeda. Misalnya Amerika
Serikat yang sistem 2 partai, India yang satu partai berkuasa
(Kongres), Malaysia yang satu partai berkuasa (UMNO), Jepang
yang satu partai berkuasa (Liberal Demokrat). Ketiga, klasifikasi
tersebut tetap memperhatikan pola-pola kompetisi dan interaksi
antar partai dan cocok dengan pengertian sistem kepartaian itu
sendiri. Keempat, ia mengkaitkan antara perilaku pemilih dengan
hasil pemilihan.28 Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji
konsep
sistem
kepartaian menurut
27
Ramlan Surbakti, Op.cit hal124.
28
(http://sistem-kepartaian-dan-partai-politik.html)
Giovani Sartori,
untuk
23
mengukur sistem kepartaian tidak hanya bisa mengandalkan pada
jumlah partai politiknya saja, melainkan juga kepada relasi ideologi
atau jarak ideologi antara partai yang satu dengan yang lain.
B.2 Konsep Partai Politik
a. Asal Usul Partai Politik
Ramlan Surbakti menyebutkan bahwa untuk menjelaskan
asalu-usul partai politik ada tiga teori yang dipakai, yaitu29 :
Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara
parlemen awal dan timbulnya partai politik. Kedua, teori situasi
historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sistem
politik mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan
masyarakat yang luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat
partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.
Definisi partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan
membentuk wadah organisasi, mereka bisa menyatukan orangorang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pemikiran dan
orientasi yang hendak di capai bisa dikonsolidasikan. Menurut
Prof.Miriam Budiardjo, parrtai politik dapat diartikan sebagai suatu
kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
29
Ramlan Surbakti, Op.Cit Hal.113 (mengutip dari Joseph Lapalombara dan Myron Weiner, 1996 dalam
”The Origin and depelopment political parties”)
24
adalah
untuk
memperoleh
kekuasaan
politik
dan
merebut
kedudukan politik untuk melaksanakan programnya.30
Selanjutnya, Carl J. Friedrich, memberikan batasan partai
politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara
stabil
dengan
tujuan
untuk
merebut
dan
mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan
berdasarkan kekuasaan tersebut akan memberikan kegunaan
materil dan idil kepada para anggotanya. Sedangkan menurut
Soltau definisi partai politik sebagai kelompok warga negara yang
sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu
kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih,
bertujuan
untuk
menguasai
pemerintahan
dan
menjalankan kebijakan umum yang mereka buat31
Berdasarkan
pengertian
di
atas
maka
penulis
mengelaborasi definisi partai politik ialah sekumpulan orang-orang
yang berada dalam satu wadah mempunyai orientasi dan tujuan
yang sama sesuai dengan konsitusi kelembagaan dan mengikuti
sistem politik/sistem pemilihan yang ada.
30
Prof.Miriam Budiardjo, Dasar_Dasar Ilmu Politik (edisi revisi) Hal 403-404
31
Ramlan Surbakri, Op.cit Hal 116
25
b. Fungsi Partai Politik
Fungsi
utama
partai
politik
adalah
mencari
dan
mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program
yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan
oleh partai politik untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan yaitu ikut serta dalam pemilihan umum. Sedangkan
untuk partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa paksaan
fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial kelompok (komunis)
maupun diktatorial individu (fasis). Untuk melaksanakan fungsi itu,
partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi calon-calon,
kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan
eksekutif).32
Adapun fungsi lain yang dilakukan oleh partai politik baik
dalam sistem politik demokrasi maupun sistem politik totaliter
adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi politik
Dalam ilmu politik sosialisasi politik dapat diartikan sebagai
suatu proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah
masyarakat dapat memperoleh sikap dan orientasi terhadap
kehidupan politik yang sedang berlangsung.
32
Ramlan Surbakti, Op Cit, hal. 116-117
26
2. Rekrutmen Politik
Rekrutmen
politik
pengangkatan
yaitu
seseorang
seleksi
atau
dan
pemilihan
sekelompok
orang
atau
untuk
melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
3. Partisipasi politik
Partai politik berfungsi dalam mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan
pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimakasud antara lain,
mengajukan
tuntutan,
membayar
pajak,
melaksanakan
keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan
suatu kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon
pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan
memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum.
4. Pemandu Kepentingan
Dalam masyarakat terdapat bebrbagai kepentingan yang
berbeda-beda bahkan saling betentangan satu sama lain.
Untuk menampung berbagai kepentingan tersebut maka partai
politik dibentuk. Pemandu kepentingan dimaksudkan sebagai
kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai
kepentingan yang berbeda dan bertentangan satu sama lain
menjadi
berbagai
alternatif
kebijakan
umum,
kemudian
diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik.
27
5. Pengendalian konflik
Partai politik berfungsi untuk melakukan pengendalian konflik
mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik
antar individu atau kelompok melalui cara berdialog dengan
pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan
berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang
berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah
badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian
berupa keputusan politik.
6. Kontrol politik
Partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan,
kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau
pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
c. Tipologi Partai Politik
Tipologi
partai
politik
merupakan
sebuah
bentuk
pengklasifikasian berbagai partai politik berdasarkan kriteria
tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi
anggota, basis sosial dan tujuan. Dibawah ini akan diuraikan
sejumlah tipologi partai politik menurut kriteria tersebut:33
1.
Asas dan Orientasi
Berdasarkan
asas
diklasifikasikan
pragmatis,
33
dan
menjadi
partai
politik
orientasinya,
tiga
partai
politik
tipe,
yaitu
partai
politik
dotriner,
dan
partai
politik
Ramlan Surbakti, Op.cit Hal 121
28
kepentingan. Partai politik pragmatis adalah partai politik
yang memiliki program dan kegiatan yang tidak terikat pada
suatu doktrin atau ideologi tertentu. Yang dimaksud dengan
partai politik doktriner ialah suatu partai politik yang memiliki
sejumlah program dan kegiatan yang kongkret sebagai
wujud dan penjabaran ideologinya. Selanjutnya, partai politik
kepentingan merupakan partai politik yang dibentuk dan
dikelola berdasarkan kepentingan tertentu, seperti petani,
buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup yang secara
langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.
2. Komposisi dan Fungsi Anggota
Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik
digolongkan menjadi dua, yaitu partai massa dan partai
kader. Yang dimaksud dengan partai massa adalah partai
politik yang mengandal kekuatan pada keunggulan jumlah
anggota dan mengandalkan massa sebanyak-banyaknya.
Sedangkan
partai
kader
ialah
partai
politik
yang
mengandalkan kualitas anggota, keketatan organisasi, dan
disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama partai.
3. Basis Sosial dan Tujuan
Gabriel Almond menggolongkan partai politik menjadi empat
tipe, yaitu:34
34
Ramlan Surbakti, Op.cit Hal.123
29
1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial
dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah dan
bawah.
2. Partai
politik
kalangan
yang
kelompok
keanggotaannya
kepentingan
berasal
tertentu,
dari
seperti
petani, buruh dan pengusaha.
3. Partai
politik
pemeluk
yang
agama
keanggotaannya
tertentu,
seperti
berasal
Islam,
dari
katolik,
Protestan, Hindu dan Budha.
4. Partai
politik
yang
keanggotaannya
berasal
dari
kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa,
bahasa, dan dari daerah tertentu.
Tipe-tipe partai politik dari para ahli cukup banyak, dan ini
cukup membingungkan. Namun, aneka klasifikasi tipe partai
politik tersebut diakibatkan sejumlah sudut pandang. Richard S.
Katz membagi tipe partai politik menjadi 4 tipe,35 yaitu :
1. Partai Elit – Partai jenis ini berbasis lokal, dengan sejumlah
elit inti yang menjadi basis kekuatan partai. Dukungan bagi
partai elit ini bersumber pada hubungan client (anak buah)
dari elit-elit yang duduk di partai ini. Biasanya, elit yang
duduk di kepemimpinan partai memiliki status ekonomi dan
jabatan yang terpandang. Partai ini juga didasarkan pada
35
http://sistem-kepartaian-dan-partai-politik.html
30
pemimpin-pemimpin faksi dan elit politik, yang biasanya
terbentuk di dalam parlemen.
2. Partai Massa – Partai jenis ini berbasiskan individu-individu
yang jumlahnya besar, tetapi kerap tesingkirkan dari
kebijakan negara. Partai ini kerap memobilisasi massa
pendukungnya untuk kepentingan partai. Biasanya, partai
massa berbasiskan kelas sosial tertentu, seperti “orang
kecil”, tetapi juga bisa berbasis agama. Loyalitas kepada
partai
lebih
didasarkan
pada
identitas sosial
partai
ketimbang ideologi atau kebijakan.
3. Partai Catch-All – Partai jenis ini di permukaan hampir
serupa dengan Partai Massa. Namun, berbeda dengan
partai massa yang mendasarkan diri pada kelas sosial
tertentu, Partai Catch-All mulai berpikir bahwa dirinya
mewakili kepentingan bangsa secara keseluruhan. Partai
jenis ini berorientasi pada pemenangan Pemilu sehingga
fleksibel untuk berganti-ganti isu di setiap kampanye. Partai
Catch-All juga sering disebut sebagai Partai ElectoralProfessional atau Partai Rational-Efficient.
4. Partai Kartel - Partai jenis ini muncul akibat berkurangnya
jumlah pemilih atau anggota partai. Kekurangan ini
berakibat pada suara mereka di tingkat parlemen. Untuk
mengatasi hal tersebut, pimpinan-pimpinan partai saling
berkoalisi untuk memperoleh kekuatan yang cukup untuk
31
bertahan. Dari sisi Partai Kartel, ideologi, janji pemilu, basis
pemilih hampir sudah tidak memiliki arti lagi.
5. Partai Integratif - Partai jenis berasal dari kelompok sosial
tertentu yang mencoba untuk melakukan mobilisasi politik
dan kegiatan partai. Mereka membawakan kepentingan
spesifik
suatu
kelompok.
Mereka
juga
berusaha
membangun simpati dari setiap pemilih, dan membuat
mereka menjadi anggota partai. Sumber utama keuangan
mereka
adalah
simpatisannya.
dari
iuran
Mereka
anggota
melakukan
dan
dukungan
propaganda
yang
dilakukan anggota secara sukarela, berpartisipasi dalam
bantuan-bantuan sosial.
C. Sistem Kepartaian Model Sartori
Menurut ilmuwan politik asal Italia bernama Giovanni Sartori,
penggolongan sistem kepartaian bukan hanya bisa digolongkan dari
jumlah partainya saja, melainkan dari jarak ideologi di antara partaipartai yang ada.36
Lebih jelasnya lagi, penggolongan sistem
kepartaian didasarkan atas jumlah kutub (polar), jarak diantara kutubkutub
itu
(polaritas),
dan
arah
perilaku
politiknya.
Adapun
pengklasifikasian sitem kepartaian menurut Sartori bisa dilihat jelas
pada tabel berikut ini:37
36
Ramlan Surbakti, op.cit Hal127
37
Ibid.
32
Tabel 2
Sistem Partai
Kutub
Polaritas
Arah
Pluralisme Sederhana
Bipolar
Tidak ada
Sentripetal
Pluralisme Moderat
Bipolar
Kecil
Sentripetal
Pluralisme Ekstrim
Multipolar
Besar
Sentrifugal
Sumber: Ramlan Surbakti, hal.127
Menurut Sartori, yang dimaksud dengan bipolar adalah
kegiatan aktual dari suatu sistem partai yang bertumpu pada dua
kutub, meskipun jumlah partai lebih dari dua karena sistem kepartaian
ini
tidak
memiliki
perbedaan
ideologi
yang
tajam.
Multipolar
menunjukkan bahwa sistem partai yang terdiri atas lebih dari dua
partai dan di antara kutub-kutub itu terdapat perbedaan ideologi yang
tajam. Namun, yang terpenting tidak hanya dilihat dari jumlah
kutubnya saja, tetapi juga dari jarak antara kutub-kutub tersebut. Yang
dimaksud polarisasi yang besar adalah jarak ideologi di antara kutubkutub tersebut sangat jauh; yang satu berideologi kiri (komunisme),
yang lainnya lagi berideologi kanan (kapitalisme). Dengan kata lain,
perbedaan ideologi di antara partai-partai sangat tajam sehingga
menimbulkan polarisasi yang besar. Hal ini menjadi sebuah indikator
yang menunjukkan tidak adanya konsensus dasar mengenai asas dan
tujuan masyarakat-negara yang hendak dicapai.
Sistem kepartaian pluralisme sederhana bisa kita lihat pada
sistem dua partai yang digunakan di Amerika Serikat yang memakai
sistem dua partai (bipolar), tidak terpolarisasi dan sntripetal. Sistem
33
banyak partai di Negeri Belandamerupakan contoh dari pluralisme
moderat, dengan tiga atau empat partai sebagai basis (bipolar),
polaritas kecil (depolarisasi), dan sentripetal. Sistem kepartaian
pluralisme ekstrem biasanya muncul di negara-negara berkembang
yang masyarakatnya secara kultur dibilang majemuk. Sistem ini
melahirkan partai dengan jumlah besar dan masing-masing memiliki
ideologi yang bertentangan sehingga konsensus dapat dicapai. Italia
merupakan negara yang memiliki sistem kepartaian berupa pluralisme
ekstrem, multipolar (banyak partai), polaritas sangat besar (polarisasi
dan radikalisasi terjadi karena jarak ideologi diantara kutub-kutub
sangat jauh, seperti komunis kiri, neofasis yang kanan, sosialis kiritengah dan kristen demokrat kanan-tengah), sentripugal.
D. Kerangka Pemikiran
Dari beberapa konsep yang telah dijelaskan diatas, maka
penulis melihat terdapat fenomena menarik dalam sistem kepartaian
di
Indonesia.
Perkembangan
sistem
kepartaian
yakni
sistem
multipartai yang saat ini diterapkan di Indonesia, mengindikasikan
bahwa secara umum partai politik di Indonesia telah mengalami
pergeseran jarak ideologi dan pergeseran makna ideologi. Pemilu
masa reformasi menunjukkan jarak ideologi antarpartai yang semakin
dekat. Jelas bahwa partai-partai di Indonesia semakin bergerak ke
tengah dalam spektrum ideologi.
34
Relasi ideologi partai yang satu dengan yang lainnya tidak
seperti pada masa orde lama, dimana jarak ideologi partai pada saat
itu di sebut Sartori dalam klasifikasi sistem kepartaian pluralisme
ekstrem saat ini telah berubah ke sistem kepartaian yang cenderung
lebih moderat. Selanjutnya, partai dengan ideologi islam sebagai
partai doktriner juga mengalami perubahan makna ideologi menjadi
lebih pragmatis, dalam hal ini Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai
yang berasakan ideologi islam yang merupakan partai kader saat ini
terlihat mulai menonjolkan diri sebagai partai massa melalui hasil
munas Partai Keadilan Sejahtera tahun 2010 di Bali.
Belajar dari sistem pemilu yang telah berlangsung yang diikuti
oleh Partai Keadilan sejahtera (saat itu masih Partai Keadilan) mulai
dari tahun 1999 dimana pada pemilu tahun ini dengan mudah kita
dapat melihat dengan jelas betapa partai-partai politik itu bersaing
keras dan diberikan kebebasan untuk menegaskan warna ideologinya,
dan pemilih tidak lagi diintimidasi dalam menentukan partai pilihannya.
Jarak ideologi diantara partai-partai politik terlihat jelas terdapat sekatsekat ideologi diantara masing-masing partai politik dengan corak
ideologi yang berbeda satu sama lain dan konsistensi ideologi nampak
jelas menjadi perjuangan partai ini.
Pada pemilu selanjutnya, yaitu pemilu tahun 2004 menunjukkan
semakin kaburnya batas ideologi antar partai, dikarenakan terjadinya
pergesaran sistem kepartaian diaman arah perilaku partai politik
bergerak menuju ke tengah dan juga terjadi pergeseran ideologi
35
seiring dengan sistem kepartaian yang diterapkan di Indonesia. Partaipartai politik semakin memperlihatkan keinklusifannya, dan mulai
bergabung dengan partai politik pemenang pemilu melalui koalisi
partai dalam kabinet walaupun visi-misi partai tampak jelas terdapat
perbedaan namun mereka semakin kompak bekerja sama dalam
menjalankan pemerintahan.
Perubahan sistem kepartaian semakin jelas pada pada pemilu
2009. Ideologi partai akan mengarah ke tengah dan membuat
penyekat ideologi antarpartai akan semakinkabur dan tidak jelasr.
Dengan kata lain, partai-partai politik akan semakin pragmatis dalam
upayanya mendapatkan kekuasaan.
E. Skema Kerangka Pikir
SISTEM KEPARTAIAN
INDONESIA
(Sistem Multipartai)
TIPOLOGI PARTAI
POLITIK
 KADER
 MASSA
IDEOLOGI PKS
(PARTAI ISLAM)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini, pembahasan mengenai metode penelitian akan
dibagi
beberapa
bagian
yaitu
tipe
dan
dasar
penelitian,
teknik
pengumpulan data, jenis data penelitian serta analisis data.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, tepatnya pada
Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Sulawesi
Selatan. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan karena kantor DPW
PKS Sul-Sel terletak di Kota Makassar dan merupakan representatif
dari Partai Keadilan Sejahtera di Indonesia.
B. Tipe dan dasar penelitian
Sebagai salah satu syarat dalam penelitian maka penulis
menggunakan metode penelitian Deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang digunakan untuk menggambarkan secara rinci mengenai objek
penelitian dalam hal ini mengenai pergeseran ideologi dalam Partai
Keadilan Sejahtera. Sedangkan dasar penelitian adalah menggunakan
dasar penelitian fenomenologis, dengan paradigma definisi sosial ini
akan memberi peluang individu sebagai subjek penelitian melakukan
interpretasi, dan kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap
interpretasi itu sampai mendapatkan pengetahuan tentang konsistensi
ideologi Partai Keadilan Sejahtera. Penelitian kualitatif mengacu
kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi
37
penelitian
lapangan,
observasi
partisipan,
dan
wawancara
mendalam38.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
Data primer adalah data yang didapat atau diperoleh melalui
studi lapangan dengan menggunakan teknik wawancara. Untuk
mendapatkan data dan informasi maka penulis melakukan
wawancara (komunikasi langsung) dengan para informan.
Mereka yang dijadikan informan adalah:
1. H. Andi Akmal Pasluddin (Ketua Umum DPW PKS
Prov.Sulawesi Selatan).
2. Mahmuddin,
S.Sos
(Wakil
Sekertaris
Umum
bidang
komunikasi politik dan media).
3. Syamsari, SPt, MM. (Ketua bidang kebijakan publik).
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan
dengan cara membaca buku, literatur-literatur, serta informasi
tertulis lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Dalam hal ini penulis lebih banyak mengkaji dan menganalisis
informasi yang terdapat dalam buku Ideologi Politik PKS dan
Platform Kebijakan Pembangunan PKS dimana kedua litelatur ini
lebih dalam mengkaji Partai Keadilan Sejahtera. Selain itu, terdapat
situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data yang
38
Dalam buku Bruce a. Chadwick H. metode penelitian ilmu Pengetahuan Sosial hal 234
38
lebih akurat. Data sekunder dimaksudkan sebagai data-data
penunjang untuk melengkapi penelitian ini.
D. Penentuan informan
Dalam mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini, maka penulis akan mencari informasi dari informan
berikut Pengurus DPW PKS Prov.Sul-Sel, Para intelektual dan
masyarakat. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian
ini maka penulis berusaha menentukan informan yang akan
diwawancarai. Pemilihan informan yang akan diwawancarai pada
penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel non-probability
sampling.Penetuan
informan
dengan
menggunakan
purposive
sampling yaitu informan dipilih berdasarkan tujuan penelitian dan
pertimbangan lainnya. Adapun key informan Pengurus DPW Partai
Keadilan Sejahtera Prov.Sul-Sel (Ketua, Koordinator bidang
atau
yang mewakili) sebanyak 3 orang.
E. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Wawancara
Penulis langsung melakukan wawancara dengan responden yang
terpilih. Selain itu dilakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah
key informan yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui dan
memahami maksud peneliti. Wawancara ialah tanya jawab lisan antara
dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut
39
intervieuwer
sedangkan
orang
yang
diwawancarai
disebut
interviewee.39
2. Studi Pustaka dan Dokumen
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan penelitian. Tekinik ini untuk lebih penunjang
data primer atau data utama yang diperoleh dari informan. Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang
diperoleh
dengan
dukumen-dokumen.40
Data
yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data
sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang
langsung diperoleh dari pihak pertama.
F. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan akan
diolah dan dianalisa secara kualitatif. Dikarenakan dalam metode
kualitatif terdapat beberapa perspektif teori yang dapat mendukung
penganalisaan yang lebih mendalam terhadap gejala yang terjadi.
Adapun objek kajian penulisan ini adalah fenomena ganda
yang mengidentifikasikan memiliki kecenderungan adanya pergeseran
ideologi di Partai Keadilan Sejahtera. Penelitian ini mencoba
memahami apa yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera seiring
dengan perkembangan sistem kepartaian di Indonesia. Analisa ini
39
Dalam buku Dr. Husaini Usman. Metodologi Penelitian Sosial. Hal 58
40
Ibid. hal 73
40
bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di lokasi
penelitian dapat di kaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat
digambarkan
secara
terperinci.
Sehingga
apa
yang
menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini bisa terjawab dengan maksimal.
Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan
melalui tiga alur, yakni:
1) Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan
(Miles,1992:16). Langkah-langkah
yang dilakukan
adalah
menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian
ke
dalam
tiap
mengarahkan,
permasalahan
membuang
melalui
yang
uraian
tidak
singkat,
perlu,
dan
mengorganisasikan data sehingga kesimpulan- kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Adapun data yang direduksi antara lain seluruh data
mengenai permasalahan penelitian dan kemudian dilakukan
penggolongan ke dalam beberapa bagian. Kemudian dari
masing-masing
berdasarkan
bagian
tersebut
sistematisasinya.
dikelompokkan
Adapun
perolehan
lagi
data
mengenai hal-hal yang tidak relevan dengan penelitian,
41
sebaiknya tidak dimasukkan dalam penyajian hasil, namun
tetap disimpan untuk masa yang akan datang jika diperlukan.
Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih spesisifk dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data
tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin
kompleks dan rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data
sehingga data tidak betumpuk dan mempersulit analisis
selanjutnya.
2) Sajian data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya
adalah penyajian (display) data. Penyajian data merupakan
analisis merancang deretan dan kolom sebuah matriks untuk
data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang
dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks (Miles, 1992:17-18).
Penyajian
data
diarahkan
agar
data
hasil
reduksi
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram
alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam
bentuk- bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami
apa
yang
terjadi
dan
merencanakan
kerja
penelitian
selanjutnya.
42
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang
relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan
dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan
dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar
fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan
apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
Penampilan atau display data yang baik dan jelas alur pikirnya
merupakan hal yang sangat diharapakan oleh setiap peneliti.
Display data yang baik merupakan satu langkah penting
menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.
3) Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan tinjauan terhadap catatan yang
telah dilakukan di lapangan. Sedangkan penarikan kesimpulan
atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab
akibat atau proposisi. Penarikan kesimpulan sebenarnya
hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Menurut Miles (1992:20) kesimpulan adalah tinjauan
ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau
sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang
merupakan validitasnya.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
A. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera
Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut
perjuangan Partai Keadilan (PK). Dimana, pada tanggal 20 Juli 1998
Partai Keadilan (PK) didirikan di Jakarta yang dinyatakan dalam
konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Setelah
dinyatakan lolos verifikasi Partai Keadilan (PK) ikut dalam pemilu 1999
dan merai 1,4 juta suara.
Karena
terhambat
ketentuan
undang-undang
pemilu
tentang
electoral threshold, maka para pemimpin Partai Keadilan memutuskan
untuk mendirikan sebuah partai baru yang akan menjadi wadah bagi
kelanjutan kiprah politik dakwah warga Partai keadilan, yaitu Partai
Keadilan Sejahtera. Partai Keadilan Sejahtera berdiri secara resmi
tertanggal 20 April 2002. Berdasarkan hasil musyawarah nasional
istimewa, merekomendasikan penggabungan Partai Keadilan dengan
Partai Keadilan Sejahtera yaitu pada tanggal 3 Juli 2003 yang dikuhkukan
di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan
penggabungan ini, seluruh hak milik Partai Keadilan (PK) menjadi milik
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), termasuk anggota dewan dan para
kadernya.
44
Partai Keadilan Sejahtera adalah partai kader yang berasaskan
Islam. PKS biasa juga disebut partai dakwah, di mana pergerakan
kadernya lebih militan jika dibanding dengan partai lain. Inilah perspektif
baru sebuah partai di Indonesia berbeda dengan partai kebanyakan.
Perbedaan tersebut meliputi41: Pertama, tidak seperti partai lain PKS
mengambil sumber inspirasi ideologi dari luar yaitu dari pergerakan
Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan Hasan Al Banna dan Sayyid Qutb
sebagai inspirasi pergerakan dan berkiblat kesana. Kedua, Partai
Keadilan Sejahtera adalah satu-satunya partai kader yang murni dalam
politik Indonesia saat ini. Kebanyakan mereka yang duduk di kursi
legislatif baik DPR dan DPRD adalah orang-orang yang merupakan
anggota yang telah melalu proses seleksi internal yang demokratis.
Ketiga, PKS adalah satu-satunya partai yang memiliki jaringan pelayanan
sosial yang luas. Keempat, PKS menjadikan moralitas dalam kehidupan
masyarakat sebagai program utama partai. Pada umumnya kader yang
dimiliki PKS berasaskan dari kalangan agamawan/santri, kalangan
akademisi yang berada di wilayah perkotaan. Maka banyak yang
menyarankan bahwa PKS masih bersikap ekslusif dikalangan masyarakat
apalagi di wilayah pedesaan. PKS lebih intensif dan konsisten dalam
menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya terhadap masyarakat.
41
Yon Mahmudi, Op.cit
45
B. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera
a. Visi
Visi Umum : "sebagai partai da’wah penegak keadilan dan
kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa”.
Visi Khusus : ”partai berpengaruh baik secara kekuatan politik,
partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang madani”.
b. Misi
Terdapat tujuh misi dari Partai Keadilan Sejahtera yakni :
Pertama,
menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-
kadernya sebagai anashir taghyir; Kedua, mengembangkan institusiinstitusi kemasyarakatan yang Islami di berbagai bidang sebagai
markaz taghyir dan pusat solusi; Ketiga, membangun opini umum
yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan ajaran Islam
yang
solutif
dan
membawa
rahmat;
Keempat,
membangun
kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan
pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya; Kelima, menegakkan
amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan
kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam; Keenam, secara aktif
melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan
berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya
ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai
komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam
46
merealisir agenda reformasi; Ketujuh, ikut memberikan kontribusi
positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kedhaliman
khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.
C. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera
Dalam anggaran rumah tangga Partai Keadilan Sejahtera, bab
III pasal 8 mengenai keanggotaan dijelaskan siapa saja yang
berhak menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera adalah sebagai
berikut :
1. Warga negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan
2. Berusia tujuh belas tahun ke atas, atau sudah menikah
3. Berkelakun baik
4. Setuju dengan tujuan-tujaun partai
5. Mengajukan
permohonan
menjadi
anggota
partai
kepada
sekretariat pusat melalui DPD (Dewan Pimpinan Daerah)
6. Melaksanakan
dan
disiplin
dengan
kewajiban-kewajiban
keanggotaan
7. Mengucapkan ikrar kesetiaan pada prinsip-prinsip dan disiplin
partai
47
Tabel 3 Jenjang Keanggotaan PKS
JENIS
KEANGGOTAAN
PENGERTIAN
Anggota Pemula
Mereka yang mengajukan permohonan untuk
menjadi anggota partai dan terdaftar dalam
keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) setelah lulus mengikuti
training orientasi partai I (satu).
Anggota Muda
Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian tingkat
dasar satu.
Anggota Madya
Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian tingkat
dasar dua.
Anggota Dewasa
Mereka yang terdaftar dalam keaggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan cabang
(DPC) dan telah lulus pelatihaan kepartaian tingkat
lanjutan
Anggota Ahli
Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan pusat
(DPP) dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat
tinggi.
Anggota Purna
Mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai
yang dikeluarkan oleh dewan pimpinan pusat
(DPP) dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat
ahli.
Anggota
Kehormatan
Mereka yang berjasa dalam perjuaangan partai
dan dikukuhkan oleh Majelis Pertimbangan Partai.
48
Jenjang keanggotaan ini merupakan jenjang kaderisasi para aktivis Partai
Keadilan Sejahtera. Jika telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan, maka jenjang keanggotaannya pun berubah.
D.Gambaran Umum Dewan Pengurus Wilayah PKS Sulawesi Selatan
Secara khusus kita melihat Partai Keadilan Sejahtera Provinsi
Sulawesi Selatan, yakni pada Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai
Keadilan Sejahtera Sulawesi Selatan beralamat di jalan DR. Sam
Ratulangi No.2 Makassar.
Dibawah ini, struktur pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai
Keadilan Sejahtera Sulawesi Selatan Periode 2010-2015 :
Ketua Umum
: H. Andi Akmal Pasluddin, SP., MM
Wakil Ketua Umum : Mallarangang, A.Md.Pt
Sekretaris Umum : H. Amru Saher, ST
Wakil Sekretaris Umum I
: Imam Rohani, ST
(Bidang Administrasi & Perencanaan)
Wakil Sekretaris Umum II
: Ahmad Jauhari, SE
(Bidang Lembaga, Organisasi & Protokoler)
Wakil Sekretaris Umum III
: E.Z. Muttaqien Yunus, S.ST
(Bidang Komunikasi Politik & Media)
Wakil Sekretaris Umum IV : Mahmuddin, S.Sos
(Bidang Arsip, Sejarah, Data, Informasi & Rumah Tangga)
Bendahara Umum : Muji Rohmad, Ak
49
Bidang-Bidang :
1. Bidang Daerah Dakwah 1 (Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Selayar)
Ketua
: Hasan Hamido, S.Pd
2. Bidang Daerah Dakwah 2 (Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Bone,
Soppeng, Wajo)
Ketua
: Drs. Andi Said Patombongi
3. Bidang Daerah Dakwah 3 (Pinrang, Enrekang, Sidrap, Toraja, Torut,
Luwu Raya)
Ketua
: Abdussalam Nur, Lc
4. Bidang Kaderisasi
Ketua
: Muhammad Yusuf Halid
5. Bidang Pembangunan Keummatan
Ketua
: Dr. H. Hasanna Lawang, MA
6. Bidang Kepanduan dan Olah Raga
Ketua
: La Ode Muh Fasal
7. Bidang Generasi Muda dan Profesi
Ketua
: Budi Prasetya, SE
8. Bidang Kebijakan Publik
Ketua
: Syamsari, SPt. MM
9. Bidang Kelembagaan Sosial
Ketua
: Dra. Hj. Devi Santi Erawaty
10. Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan
Ketua
: Hj. Sri Rahmi
11. Bidang Perempuan
Ketua
: Susi Smitha Pattisahusiwa, ST
Program-program yang ditetapkan oleh Partai Keadilan Sejahtera
Sulawesi Selatan : Pertemuan pekanan kader, Tarbiyah tsaqofiyah,
50
Daurah murobbi (pembina), Malam Bina dan Takwa (MABIT), Jalasa
ruhiy, Daurah khutoba (pelatihan khatib), Daurah tarqiyah, Munasharoh
Palestina dan penggalangan dana peduli dunia Islam, Amaliyah ramadhan
(paket program di bulan ramadhan: pawai simpatik, bazaar, buka puasa,
dan acara-acara amal lainnya yang dilaksanakan untuk menggalang dana
untuk kaum Duafah)
Untuk mencapai tujuan maupun orientasinya Partai Keadilan
Sejahtera menyadari bahwa tantangan yang akan dihadapi amat
kompleks akibat tuntutan dan kebutuhan dari masyarakat. Oleh karena
itulah Partai Keadilan Sejahtera Sulawesi Selatan akan lebih dituntut
meningkatkan kualitas kaderisasi terutama untuk mengembangkan kader
yang berkualitas, berakhlak, dan bermoral. Kader yang disatu sisi secara
intens terlibat dalam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, di sisi
lain juga mampu mengelola dan mengembangkan partainya secara
profesional untuk menunjukkan eksistensinya dalam dunia politik.
51
BAB V
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Pada dasarnya, setiap partai politik memiliki karakteristik tersendiri
sesuai dengan ideologi yang dianut, tidak terkecuali dengan Partai
Keadilan Sejahtera. Sebagai partai yang berideologi Islam, Partai
Keadilan Sejahtera mendeklarasikan dirinya sebagai partai dakwah. Hal
tersebut mempengaruhi seluruh gerak dan aktivitas partai. Tentunya,
segala aktifitas yang menjadi agenda partai menjadi sebuah pertanggung
jawaban tersendiri kepada masyarakat. Aktifitas partai memberikan
pengaruh dan menjadi perhatian masyarakat dalam menilai kualitas partai,
dan menjadikan partai tersebut sebagai partai yang mewakili aspirasinya.
Kualitas sebuah partai bisa dinilai dari aktifitas-aktifitas politiknya, tentunya
menyangkut keseluruhan sistem dalam Partai Keadilan Sejahtera.
Dalam
pembahasan
ini
diperuntukkan
untuk
menjawab
permasalahan yang telah ditawarkan yaitu dengan melihat konsistensi
ideologi Partai Keadilan Sejahtera.
Sebelum lebih jauh membahas
mengenai konsistensi ideologi PKS, terlebih dahulu dipetakan sikap dan
arah politik PKS. Tujuan atas pemetaan tersebut adalah untuk
mempertegas ideologi yang dibangun hingga saat ini.
52
1. Konsistensi Ideologi Partai Keadilan Sejahtera
a. Transformasi Partai Keadilan ke Partai Keadilan Sejahtera
Awal terbentuknya Partai Keadilan diprakarsai oleh para aktivis
dakwah kampus. Para aktivis yang sebagian besar berusia muda tersebut
bergerak dari dalam kampus dan juga ke sekolah-sekolah. Di kampus
mereka mendirikan dan mengelola pengajian yang diwadahi dalam bentuk
Lembaga
Dakwah
Kampus
(LDK).
Lembaga
inilah
yang
menyelenggarakan berbagai aktivitas keagamaaan, baik yang berupa
pegajian-pengajian untuk mahasiswa, maupun pengajaran islam bagi para
anggotanya. Di sekolah-sekolah, para aktivis ini berkiprah melalui
lembaga kesiswaan yang sering disebut Rohani Islam (ROHIS). Kegiatan
yang dilakukan di ROHIS sama dengan LDK, yakni memberikan
pemahaman dasar-dasar Islam dengan penekanan pada penanaman
semangat (ghirah) keislaman. Pada kondisi ini nampak jelas usaha para
aktivis muda islam untuk menunjukkan arah perjuangan islam dan
memperlihatkan eksistensi Islam dalam segala aspek kehidupan.
Kegiatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pada masa-masa awal
(era pertengahan tahun 1970-an hingga 1980-an) tersebut dilakukan
secara diam-diam jika menyelenggarakan pengajian untuk banyak orang,
mereka mengatasnamakan kegiatan mahasiswa atau siswa. Hal ini
dilakukan tetap menjalankan kegiatan dakwah walaupun pada saat itu
aktivitas dan kegiatan keagamaan sepertinya dibatasi oleh pemerintah,
hal ini tidak mengurangi semangat berdakwah para aktivis Islam.
Kegiatan ini dikenal dengan nama “Usroh” yang berarti keluarga. Metode
53
pengajian yang cenderung sembunyi-sembunyi ini tidak terlepas dari
kebijakan politik pemerintahan Orde Baru yang sangat represif terhadap
gerakan keagamaan.
Ketika memasuki era 1990-an dimana mulai muncul pergeseran
politik ketika Soeharto mulai menempatkan aktivis Islam sebagai sekutu.
Dalam kondisi seperti ini, para aktivis LDK lebih leluasa melakukan
dakwahnya dan mendapatkan sambutan yang lebih leluasa. Pada era ini,
mereka tidak lagi menggunakan sebutan Usroh, tetapi mengubahnya
menjadi Ikhwan dan menamai aktivitas mereka dengan sebutan Tarbiyah
(pendidikan). Perubahan nama ini dimaksudkan untuk membedakan diri
dari organisasi lain dalam dakwah kampus.
Gerakan Tarbiyah terdiri dari lima elemen penting: pertama, DDII
yang merupakan transformasi dari Masyumi dengan tokoh utamanya
adalah Mohammad Natsir. Kedua, elemen jaringan dakwah kampus (LDK)
sebagai tulang punggung Tarbiyah dan sekolah (ROHIS). Ketiga, elemen
para alumnus perguruan tinggi luar negeri, khususnya Timur Tengah.
Keempat: para aktivis ormas islam maupun kepemudaan islam. Kelima,
para da’i lulusan pesantren.
Dalam pergerakannya kelima elemen tersebut bergerak bersamasama, saling mendukung dan menguatkan dengan fungsi dan peranannya
masing-masing. Kombinasi kerja yang kompak dari lima elemen utama
Tarbiyah, menghasilkan pertumbuhan jaringan dakwah yang makin lama
54
makin cepat. Dilihat dari pertumbuhannya, perkembangan anggota dan
persebarannya menunjukkan tingkat akselerasi yang mengagumkan.
Dari perjalanan kegiatan dakwah yang telah dibangun oleh aktivis
islam sejak awal bisa kita lihat bahwa Islam menjadi asas perjuangan para
kader dalam berdakwah. Islam dalam gerakan dakwah menjadi sebuah
sistem pembenaran, dari gagasan dan formula politik atas setiap
kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa pada saat itu. Hal ini
kemudian menjadi satu kepercayaan yang diperjuangkan dan dijabarkan
secara sadar oleh para aktivis dakwah dalam totalitas kehidupan,
khususnya dalam jagad sosial-politik pada saat itu. Inilah yang dinamakan
ideologi. Kesamaan ideologi Islam menjadikan para kader dari kelima
elemen yang bersatu dalam satu tujuan kemudian menjadi sebuah awal
pemikiran kader-kader tarbiyah untuk membentuk sebuah partai politik.
Dari kesamaan ideologi para kader-kader tarbiyah maka sekitar
awal tahun 1998, tepatnya 20 Juli 1998, kader-kader gerakan tarbiyah
mendirikan partai politik Islam yaitu Partai Keadilan (PK). Sebuah partai
Islam dengan pemikiran baru, berbeda dengan partai Islam lainnya dan
memiliki kader yang pekembangannya semakin baik. Dalam waktu yang
relatif singkat, PK berhasil mengembangkan kepengurusan partai dan
memenuhi persyaratan mengikuti pemilu pertama pada tahun 1999. Pada
pemilu ini PK berhasil menjaring 1.436.565 suara atau sekitar 1,36% dari
total keseluruhan jumlah suara. Dari pencapaian PK ini, tujuh orang wakil
55
PK duduk di DPR pusat.
42
Hal ini menjadi sebuah awal yang menjadi
bukti keberhasilan para kader-kader Partai Keadilan yang semakin
memperlihatkan eksistensi perjuangan dakwah dan berhasil menghimpun
suara dengan baik.
Pada perkembangan berikutnya, para kader PK terus membenahi
dan memperkuat dirinya. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa
pencapaian pada pemilu 1999 tidak memungkinkan bagi sustansibilitas
partai ini. Ketentuan electoral threshold mengharuskan sebuah partai
melewati perolehan 2% jika ingin mengikuti pemilu berikutnya. Hal ini
didasarkan pada UU Pemilu tahun 1999, bab VII, pasal 39 mengenai
syarat dan ketentuan keikut sertaan dalam pemilu, Partai Keadilan tidak
diperbolehkan mengikuti pemilihan umum 2004, kecuali jika PK mau
bergabung dengan partai lainnya, atau mendirikan partai politik baru.
Langkah antisipasi awal yang kemudian ditempuh oleh PK untuk
mengikuti pemilu 2004 yaitu dengan mengajukan peninjauan kembali
mengenai electoral threshold. PK juga mempersiapkan partai baru, jika
gagal dalam memperjuangkan pengurangan batas ketentuan tersebut.
Oleh karena itu, dalam sebuah rapat pleno tahun 2001 dicari cara lain
untuk meneruskan dakwah melalui jalur politik. Dalam rapat tersebut,
muncul dua gagasan: pertama, pendapat agar PK menjadi organisasi
massa. Kedua, pendapat yang menginginkan membuat partai baru yang
42
Ideologi Politik PKS “Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen”, Hal.34
56
simbolnya tak jauh berbeda dengan Partai Keadilan. Pendapat kedua
inilah yang akhirnya dipilih pada saat itu.43
Perumusan mengenai pembentukan partai baru ini diserahkan
kepada sebuah tim yang dipimpin oleh Muzammil Yusuf. Dalam berbagai
rapat, disepakati untuk menambahkan kata “Sejahtera” sebagai nama
partai baru tersebut. Jadi, jika digabung dengan nama Partai Keadilan
akan menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tambahan ini dipilih
dengan mempertimbangkan filosofis bahwa partai baru yang akan lahir
tidak semata-mata menekankan pada perjuangan menegakkan keadilan
dalam ranah hukum pada tingkat politik, tetapi juga menyelesaikan
persoalan
tentang
belum
tercapainya
kesejahteraan
di
kalangan
masyarakat bawah.44
PKS secara resmi berdiri pada 20 April 2002, sebagai langkah
strategis dalam menjawab hambatan mengenai electoral threshold.
Dengan demikian maka visi dan misi partai tidak bergeser dari khittah PK
dan kalaupun ada perbedaannya hanya dalam bentuk redaksional dan
teknis semata. Atas dasar kesamaan visi dan misi tersebut, musyawarah
Majelis Syura Partai Keadilan ke-XIII yang berlangsung di Wisma Haji,
Bekasi, Jawa Barat, pada 17 April 2003, memustuskan Partai Keadilan
menggabungkan diri dengan Partai Keadilan Sejahtera.45
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ideologi Politik PKS, Hal.38
57
Sejatinya,
perubahan
PK
ke
PKS
hanyalah
semata-mata
perubahan nama untuk menyiasati agar bisa mengikuti pemilu 2004. Oleh
karena itu, suprastruktur (ideologi, pemikiran, dan konsep partai), maupun
infrastruktur PKS (baik berupa jaringan kader, kepengurusan, hingga asetaset partai) adalah pelimpahan dari PK. Hal ini dipertegas oleh H.Andi
Akmal Pasluddin,
“Partai Keadilan Sejahtera adalah partai kader yang menjadikan
islam sebagai ideologi politik partai, aktifitas dan konsep kepartaian
masih sama seperti dulu saat bernama Partai Keadilan. Yang
berubah hanya nama saja dan orang-orang yang terlibat
didalamnya tentunya berbeda dari yang dulu.”46
Dari hasil wawancara diatas penulis beranggapan bahwa, Partai
Keadilan Sejahtera menjadi penerus perjuangan Partai Keadilan. Aktiftas
yang dilakukan sejak berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera tidak
jauh berbeda dengan yang dilakukan Partai Keadilan. Hanya saja PKS
mengubah strategi dengan menampilkan citra yang lebih inklusif dengan
mengangkat isu-isu yang relevan bagi seluruh elemen masyarakat. Ini
ditempuh dengan harapan PKS mempu menjaring pemilih seluas-luasnya,
tidak terbatas hanya pada kalangan kader tarbiyah saja.
Dari penjelasan diatas penulis melihat arah perjuangan Partai
Keadilan yang telah bertransformasi kedalam Partai Keadilan Sejahtera
masih tetap sama, yaitu meperjuangkan Islam dalam totalitas kehidupan
berbangsa. Partai yang dalam tipologi partai politik yang dikemukakan
oleh Ramlan Surbakti termasuk dalam tipologi Partai Kader sesuai
46
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA,
58
komposisi dan jumlah anggotanya, hingga saat ini masih menjadikan
anggota sebagai sumber kekuatan utama partai Keadilan Sejahtera.
Meski telah bertransformasi menjadi PKS, metode pembinaan
yang digunakan PKS tetap mengacu pada sistem pengkaderan dakwah
tarbiyah yang dibawah dari PK. Ada berbagai pihak menilai, kuatnya
penguasaan gerakan tarbiyah terhadap lembaga dakwah formal kampuskampus dan sekolah-sekolah ini telah memberikan keuntungan politik
berupa dukungan para aktivis dakwah terhadap Partai Keadilan Sejahtera.
Hal ini pun diakui oleh H. Andi Akmal Pasluddin, SP.,MM ;
“Mencermati dan menganalisa munculnya gerakan-gerakan
Tarbiyah dan peranannya dalam perpolitikan nasional bukanlah
hal yang mudah. Salah satu sebabnya adalah gerakan yang
muncul pada pertengahan tahun 1980-an ini -hingga berubah
menjadi kekuatan nasional yang diperhitungkan- dirintis oleh
pioner-pioner yang bukanlah merupakan figur-figur yang
sebelumnya dikenal publik secara luas. Mereka itu tidak lain
hanyalah anak-anak muda biasa yang berkeinginan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan yang mereka yakini
sebagai ajaran agama yang universal dan menyeluruh dengan
sedikit upaya untuk memperluas kesadaran keagamaan itu dalam
berbagai aspek kehidupan termasuk politik.”47
Terkait dengan partai politik, kegiatan tarbiyah sebagai kegiatan
dakwah PKS, diberikan materi saluran politik yang bertujuan agar peserta
tarbiyah dapat mengetahui hak-hak sosialnya dalam dunia politik,
membandingkan beberapa saluran politik untuk melihat kelebihan,
kesamaan, dan kekurangannya dengan objektif, memilih saluran politik
dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya, dan terlibat aktif untuk
47
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA
59
menyalurkan ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran
politik yang dipilihnya.
Eksistensi Partai Kader ini diperlihatkan dalam proses kaderisasi
dan regenerasi dalam tubuh PKS yaitu dengan melaksanakan pelatihanpelatihan dan kegiatan-kegiatan/Daurah. Dari berbagai jenis daurah
tarbiyah (sarana untuk membekali peserta tarbiyah dengan pengalaman
untuk pengembangan keahlian dan pengetahuan), terdapat daurah yang
merupakan kegiatan sosial-politik misalnya daurah penyelenggaraan/
pengawasan pemilu dan pengelolaan lembaga kemasyarakatan (RT, RW,
Badan Desa, LSM).48
Sebagai partai yang mendeklarasikan dirinya sebagai partai kader,
PKS memiliki sistem kaderisasi kepartaian yang sistematis dan metodik.
Kaderisasi ini memiliki fungsi rekrutmen calon anggota dan fungsi
pembinaan untuk seluruh anggota, kader dan fungsionaris partai. Fungsifungsi ini dijalankan secara terbuka melalui infra struktur kelembagaan
yang tersebar dari tingkat pusat sampai tingkat ranting. Fungsionalisasi
berjalan sepanjang waktu selaras dengan tujuan dan sasaran umum
partai, khususnya dalam bidang penyiapan sumber daya manusia partai.
Perekrutan dan pengkaderan PKS yang tetap mengandalkan
gerakan Tarbiyah ini menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Jika
pada awal terbentuknya (1998) partai ini baru memiliki kader 42.202 orang
48
Tim Kaderisasi 2004
60
maka pada 2004 pertumbuhan kader (inti maupun pendukung) berjumlah
394.190 orang. Artinya pertumbuhan kader yang dibangun selama lima
tahun mencapai 834 persen. 49
Dari data tersebut penulis berpendapat bahwa pertumbuhan kader
yang dibangun selama kurun waktu 5 tahun menunjukkan kualitas Partai
Keadilan Sejahtera yang semakin kuat dengan kader yang dibina.
Capaian itu menjadikan eksistensi PKS makin mendapat tempat dalam
peta politik Indonesia.
Dari perjalanan pengkaderan yang tidak singkat itulah kemudian
membentuk pribadi-pribadi para kader PKS sebagai pribadi yang sangat
patuh dan taat bukan hanya kepada Tuhannya tetapi juga kepada para
pemimpin partainya selama instruksi yang diberikan adalah selaras
dengan Al-Qur`an dan Sunnah yang jadi pedomannya.
Salah satu keberhasilan tarbiyah yang dilakukan PKS terhadap
kadernya sehingga menjadi taat secara total adalah pengambilalihan
peran pendanaan partai yang biasanya oleh kaum kapitalis, bagi PKS
menjadi tanggung jawab seluruh kader partai. Gerakan Lima Ribu Rupiah
(GALIBU) dari para kader untuk mendanai aktifitas partai dapat diciptakan
oleh Dewan Pimpinan Pusat PKS. Dalam konteks Indonesia yang dilanda
krisis ekonomi gerakan GALIBU adalah indikasi militansi kader partai
terhadap partainya. Dana yang terkumpul digunakan untuk mendanai
49
Reform Institue, Studi Monografi Partai Politik Partai Keadilan Sejahtera. Hal 80-81
61
berbagai gerakan-gerakan sosial dilakaukan oleh kader-kader PKS
beserta para relawannya, seperti menerjunkan relawan ke daerah-daerah
bencana, mengirimkan bantuan-bantuan sosial, mengadakan kegiatan
pengobatan gratis untuk masyarakat, merupakan bentuk penetrasi politis
kepada masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang nyata dan bersentuhan
langsung dengan kepentingan masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh salah
satu kader Partai Keadilan Sejahtera yang juga menjadi pengurus DPW
PKS Prov.Sul-Sel, yakni saudara Mahmuddin S.Sos bahwa;
“Partai Keadilan Sejahtera adalah Partai Dakwah yang dalam
aktivitas kesehariannya diupayakan selalu berada di jalan dakwah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak hanya dilakukan pada saat
mendekati pemilu saja (seperti kebanyakan yang dilakukan oleh
partai-partai lain), tidak mencari keuntungan politik semata, tapi
untuk kepentingan masyarakat.”50
Dari pernyataan tersebut penulis beranggapan bahwa PKS berhasil
membentuk kader-kadernya menjadi kader militan, intelektual tetapi
berkarakter santun sehingga dapat diterima sebagian besar masyarakat
sehingga akhirnya mampu mempertahankan keberadaan partainya dan
dalam kurun waktu yang cukup singkat, hanya dalam 3 kali periode
pemilu,
PKS
sudah
mampu
membuktikan
kekuatan
politik
dan
gerakannya, dengan menempatkan dirinya berada pada jajaran elit partaipartai yang lebih mapan dari segi pengalaman, kekuatan dana dan
dukungan basis massa Islam yang lebih tersebar merata dan tradisional.
50
Wawancara dengan saudara Mahmuddin, S.Sos, di kantor DPW PKS Prov.Sulawesi Selatan,
Senin 11 April 2011.
62
Dalam landasan filosofis Partai Keadilan Sejahtera itu, terdapat
penegasan
bahwa
Islam
merupakan
kaca
mata
pandang
untuk
memahami realitas politik maupun untuk membangun strategi-strategi
cerdas perjuangan politik. Partai ini hendak membuktikan kebenaran
sebuah aksioma dalam dunia politik bahwa Islam merupakan agama
universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan dengan berbagai
dimensinya yang kompleks.51
Islam dalam konsepsi para aktivis PK tergambar dalam statemen
berikut :
“Islam adalah sistem yang hidup yang universal, mencakup seluruh
aspek kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan
dan umat, moral dan kekuatan, rahmat dan keadilan, kebudayaan
dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, materi dan sumber
daya alam, usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan
fikrah, aqidah yang lurus dan ibadah yang benar. Keuniversalan itu
sebagai inti dan pokok-pokok ajaran Islam yang bernilai perintah
kepada kaum muslimin untuk diterapkan secara utuh. Islam adalah
suatu tata hidup yang meliputi agama, politik, negara dan
masyarakat.”52
Dari pernyataan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Islam
dalam konsepsi para aktivis Partai Keadilan Sejahtera adalah sebuah
sistem hidup yang universal, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam
adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan
kekuatan, rahmat dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan,
ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, usaha dan kekayaan,
51
Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera...., hlm.124
52
PK online dalam Landasan filosofis, dalam buku Ideologi Politik PKS hal.113
63
jihad dan dakwah, tentara dan fikrah, akidah yang lurus dan ibadah yang
benar.
Sejak awal berdirinya, partai jaringan dakwah kampus ini telah
mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam. Lebih dari itu, partai ini
mencanangkan dirinya sebagai partai dakwah, yakni partai yang
mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada
semua orang dan merealisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan.
Dengan kata lain PK lahir untuk memperjuangkan kepentingan dan
kejayaan Islam.
Hal yang sama juga terjadi saat PK berubah nama menjadi PKS
pada tahun 2002. PKS merupakan kontinuitas ideologi, pemikiran, serta
dasar perjuangan PK. PKS sebagai partai dakwah menjadikan Islam
sebagai ideologinya.53 Partai Keadilan Sejahtera memandang bahwa
Islam bukan hanya sebagai agama namun juga sebagai ideologi. Ideologi
inilah yang memuat suatu kepercayaan atau tata nilai yang diperjuangkan
dan dijabarkan secara sadar oleh para pemeluknya dalam totalitas
kehidupan, terutama jagad sosial politik. Ideologi berisi pemikiran dan
konsep yang jelas mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta serta
kehidupan yang diyakini mampu menyelesaikan problematika kehidupan.
Ideologi yang mengajarkan bahwa Islam dapat dijadikan pijakan dalam
aktivitas politik yang menyediakan kejelasan arah bagi manusia,
53
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari Rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA
64
mendorong, pembenaran dan dasar bagi aktivitas untuk bergerak
menggulirkan agenda dan aksi-aksinya. Dalam wawancara dengan H.
Andi Akmal Pasluddin, SP, MM, beliau menegaskan;54
“Setiap muslim berkewajiban untuk menciptakan tatanan kehidupan
sesuai dengan ajaran Islam. Islam dipahami sebagai agama (Addin) yaitu tuntunan kehidupan dan penyerahan diri hanya pada
Allah SWT; dan juga sebagai negara (ad-daulah) yaitu sebuah tata
aturan mengelola kehidupan dalam konteks kekuasaan.”
Dari wawancara diatas penulis berpendapat bahwa Partai Keadilan
Sejahtera memandang Islam bukan hanya sebagai agama namun juga
sebagai ideologi. Ideologi inilah yang memuat suatu kepercayaan atau
tata nilai yang diperjuangkan dan dijabarkan secara sadar oleh para
pemeluknya dalam totalitas kehidupan, terutama jagad sosial politik.
Ideologi berisi pemikiran dan konsep yang jelas mengenai Tuhan,
manusia dan alam semesta serta kehidupan yang diyakini mampu
menyelesaikan problematika kehidupan. Ideologi yang mengajarkan
bahwa Islam dapat dijadikan pijakan dalam aktivitas politik yang
menyediakan kejelasan arah bagi manusia, mendorong, pembenaran dan
dasar bagi aktivitas untuk bergerak menggulirkan agenda dan aksiaksinya.
Melihat kebijakan dasar yang dirumuskan PKS sebagaimana
tersebut diatas, penulis melihat tampak jelas adanya semangat yang kuat
untuk menjadikan Islam sebagai dasar filosofis, sumber ide, landasan
54
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari Rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA
65
nilai, perspektif berfikir, serta acuan pembuatan sistem dan aturan dalam
rangka menyelesaikan masalah bangsa dan negara.
Dari analisis diatas, jika dikaitkan dengan konsep tipologi partai
politik berdasarkan Asas dan Orientasinya, menurut Ramlan Surbakti,
penulismenggolongkan PKS sebagai Partai Politik Doktriner.55 Dimana
PKS dengan jelas menunjukkan jati dirinya sebagai Partai Islam dan
memiliki sejumlah agenda kegiatan yang kongkret sebagai wujud
penjabaran ideologi Islam yang didoktrinasikannya.
b. PKS dan Keterbukaan Ideologi
Pada masa awal reformasi kepartaian, sistem pemilu yang
diselenggarakan telah melahirkan pulihan partai politik yang memenuhi
persyaratan electoral threhold. Disamping didorong oleh iklim demokrasi,
munculnya partai-partai politik di indonesia juga tidak lepas dari
karakteristik masyarakat Indonesia yang majemuk. Sebagaimana dikatan
oleh John Furnival56 Masyarakat Indonesia atau Hindia belanda ketika itu
merupakan masyarakat plural (plural society), yaitu suatu masyarakat
yang terdiri dari dua atau lebih elemen atau tatanan sosial yang hidup
berdampingan satu sama lain. Hanya saja, sambung Furnival, di antara
mereka itu tidak pernah bertemu di dalam suatu unit poltik. Namun realitas
di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat yang majemuk itu pada
55
Ramlan surbakti, memahami Ilmu politik hal.121
56
Prof.Kacung Mrijan, Sistem Politik Indonesia “Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru Hal 60
66
akhirnya bergabung dalam suatu unit politik besar yang dinamakan partai
politik.
Realitas
masyarakat
Indonesia
yang
majemuk
memberikan
kontribusi yang besar bagi lahirnya partai politik dan sistem multipartai di
Indonesia. Partai-partai politik yang lahir todak terlepas dari ikatan-ikatan
kelompok yang kiuat, khususnya berkaitan dengan ideologi yang menjadi
dasar perjuangan partai politiknya. Partai Keadilan Sejahtera dengan
segala agenda politiknya dalam memperjuangkan Islam kerap kali
beebenturan dengan asas-asas kemajemukan atau pluralisme yang
memberikan pengakuan akan keabsahan perbedaan dan keragaman.
Pluralisme menuntut penghormatan pada keberagaman, baik
terkait dengan budaya, ras, bahasa, ideologi, agama maupun keyakinan.
Asas pluralisme juga menuntut hak-hak politik dan persamaan didepan
hukum bagi seluruh warga negara tanpa membedakan ras, jenis kelamani,
golongan, maupun agama. Pluralisme menjadi sebuah pemikiran yang
lebih bersikap pragmatis dalam menilai sesuatu dalam kehidupan
berbangsa.
Ada satu hal yang menarik, melihat kondisi perpolitikan nasional
saat ini khususnya dalam Partai Keadilan Sejahtera yakni sikap inklusif
yang ditunjukkan PKS. Sikap inklusif ini diperlihatkan oleh PKS dengan
melakukan rekrutmen anggota dari orang-orang yang berlatar belakang
non-tarbiyah. Bahkan pada pemilu 2004, partai PKS menjaring lebih dari
67
30 calon legislatif non muslim.57 Disamping itu, PK juga merekrut orangorang
non
muslim
sebagai
anggotanya.
Hal
ini memperlihatkan
keterbukaan partai yang merupakan partai kader dan partai yang
menjadikan islam sebagai ideologi politiknya.
Sebagai partai dakwah yang mendasari langkah politiknya dengan
ideologi islam, PKS mengagendakan pemberlakuan syari’at Islam sebagai
hukum publik.58 Upaya ke arah itu dilakukan dengan memasukkan unsurunsur menguntungkan dakwah Islam dalam perbuatan perundangundangan, termasuk dalam pembuatan peraturan-peraturan daerah.
namun hal ini menjadi salah satu aspek yang menimbulkan pandangan
bahwa penerapan syari’at Islam menimbulkan diskriminasi kaum non
muslim. Hal ini dibantah oleh Syamsari, SPt. MM sebagai ketua bidang
kebijakan publik DPW PKS Prov.Sul-Sel;59
“PKS selalu menerapkan prinsip Syari’at Islam dalam setiap
rumusan kebijakan. Namun harus tetap mengandung nilai
kebersamaan, dan tetap menghormati keberagaman, sebab Islam
menghargai pluralitas, At-Ta’addudiyyah (keragaman) adalah
keniscayaan. Nabi sendiri tidak bisa mengislamkan munusia
seluruhnya di muka bumi ini. Keragaman bagi kami adalah sebuah
sunnatullah.”
Dari wawancara tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa
keragaman atau pluralitas adalah sebuah konsep yang telah dimaknai
PKS dari sikap Rasulullah SAW dan menjadi sebuah konsep yang sudah
57
Fealy dan Bubalo, Jejak Kafilah, h. 112
58
M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS. Hal.228
59
Wawancara dengan Syamsari, SPt. MM di ruang Fraksi PKS DPRD Prov.Sul-Sel, pada hari Rabu,
tanggal 06 April 2011
68
menjadi sebuah keharusan untuk tetap menghormati dan menghargai
keragaman dalam kehidupan berbangsa. Realitas kehidupan adalah
plural, oleh karena itu yang terpenting dalam sebuah interaksi sosial
adalah tetap menjaga dan menghindari terjadinya distorsi komunikasi agar
tidak terjadi kesalah pahaman. Selanjutnya Syamsari juga menegaskan,
“PKS selalu mmmembangun komunikasi yang intens dengan
berbagai pihak, dengan organisasi manapun, baik dengan kalangan
Cina, dengan kalangan Hindu, maupun dengan organisasiorganisasi di luar Islam, PKS selalu menjalin komunikasi yang baik”
Merespons keragaman ini, PKS memiliki rumusan yang konsep
yang menjadi tujuan akhir Partai Keadilan Sejhatera yaitu terwujudnya
Msyarakat Madani yang adil, sejahtera dan bermartabat.
Tujuan didirikannya PK Sejahtera adalah terwujudnya masyarakat
madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah SWT dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia. PK Sejahtera menyadari pluralitas
etnik dan agama masyarakat Indonesia yang mengisi wilayah beribu pulau
dan beratus suku yang membentang dari Sabang hingga Merauke.
‘Masyarakat madani’. Inilah salah satu kata kunci untuk lebih memahami
PKS. Pemahaman mengenai konsep Msyarakat madani juga dijelaskan
oleh H.A.Akmal Pasluddin;60
“Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan
maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang
ditopang keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan
demokratis; dan bergotong royong menjaga kedaulatan negara.”
60
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari Rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA
69
Dari penjelasan tersebut, nampak jelas Konsep Masyarakat
Madani menjadi dasar Falsafah perjuangan yang dilakukan PKS, yakni
ideologi tauhidullah. Maksudnya, mengesakan Tuhan. Dalam Politik,
demokrasi dijadikan jalan yang disepakati bersama. Dalam ekonomi, ingin
diterapkan model ekonomi egaliter atau equality opportunity. Di bidang
sosial, jelas sekali ingin mewujudkan masyarakat madani. Dalam
berbudaya, budaya pluralitas ini diinspirasi dari piagam madinah. Sebuah
perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad ketika hijrah dari mekah ke
Madinah.61
Pengertian dari masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan
konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang terikat dalam ukhuwah
Islamiyyah
(ikatan
keislaman),
ukhuwah
wathaniyyah
(ikatan
kebangsaan), dan ukhuwah basyariyyah (ikatan kemanusiaan) dalam
bingkai NKRI. Hal ini yang menjadi sebuah pemikiran baru dalam Partai
Keadilan sejahtera.
Dalam
konteks
penciptaan
masyarakat
madani
itu
yang
memungkinkan bagi umat beragama untuk melaksanakan ajaran dan
menghadirkan syariah Islam yang rahmatan lil alamin. Dalam wawancara
dengan bapak H. Andi Akmal Pasluddin, SP bahwa :62
“PKS menawarkan gagasan tentang ”objektivikasi Islam”, atau
persisnya ‘objektivikasi nilai-nilai Islam.Ini adalah sebuah gagasan
61
Platform kebijakan Pembangunan PKS, Hal.
62
Wawancara dengan Ketua Umum DPW PKS Prov.SUL-SEL, di Ruang wakil ketua DPRD Prov.SulSel pada hari Rabu, tanggal 06 April 2011 Pkl.11.00 WITA
70
atau bahkan konsep yang sangat menarik. Dalam perspektif PKS,
objektivikasi nilai-nilai Islam adalah proses transposisi konsep atau
ideologi dari wilayah personal-subjektif ke ranah publik objektif; dari
ranah internal merambah ke wilayah eksternal, agar bisa diterima
secara luas oleh publik sehingga terciptalah masyarakat madani.”
Penulis berpendapat bahwa secara subjektif, setiap Muslim
berkeinginan agar syariat Islam diterapkan oleh negara. Namun,
keinginan subjektif tersebut agar dapat dimenangkan di wilayah publik
mesti memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti: kesesuaian dengan
konteks dari segi ruang dan waktu; memenuhi rule of the game;
memenuhi prinsip pluralitas dan kehidupan bersama (non-diskriminatif)
dan; resolusi konflik agar konsep dan ide tadi memenuhi prinsip keadilan
publik.
PKS dalam konteks pluralitas kebangsaan tetap menghormati dan
menghargai adanya sikap keberagaman yang terdapat di Indonesia.
Kemajemukan masyarakat adalah sebuah tantangan baru bagi PKS
untuk mewujudkan cita-cita partai yakni terwujudnya masyarakat madani.
Islam sebagai konsepsi dasar PKS dalam memandang permasalahan
yang ada saat ini. Islam sebagai suatu Ide yang universal mencakup
seluruh aspek kehidupan dan merupakan Rahmatan Lil Alamin di muka
bumi ini menjadi sebuah konsep yang kuat bagi PKS dalam setiap
aktifitas politiknya.
Pluralisme dalam konsep Masyarakat Madani menunjukkan
kuatnya Ideologi Islam dalam penerimaan PKS terhadap konsep-konsep
kebangsaan
yang beragam. Namun, penulis melihat terdapat kesan
71
ambigu yang sangat kental. Di satu wajah PKS mencitrakan diri sebagai
partai inklusif dan bervisi kebangsaan, namun di wajah yang lain tampak
kuat eksklusivisme Islam Ideologinya. Dari kenyataan ini memunculkan
dua kemungkinan menyangkut penerimaan PKS terhadap pluralisme,
Pancasila, dan demokrasi. Yang pertama yakni praktik PKS yang
mengarah ke inklusivitas, dalam wujud koalisi PKS dengan berbagai
partai nasionalis dan bahkan dengan partai berasas kristen. Dan yeng
kedua, oleh khalayak politik PKS dimaknai dan dimaksudkan sebagai
semata-mata “siasat” atau strategi sebagai sebuah pencarian titik temu
yang serius.
Menurut pendapat penulis, arus kerah moderasi yang nampak
jelas pada PKS. Jika dalam konsep sistem kepartaian yang rumuskan
oleh Giovanni Sratori63 yang melihat pada jarak ideologi diantara partaipartai politik yang ada di Indonesia, PKS digolongkan sebagai partai yang
menganut sistem Kepartaian dengan model Pluralisme Moderat. Dimana
terlihat adanya batas ideologi yang semakin tidak jelas diantara partai
politik yang ada. Walaupun dalam PKS sendiri mereka masih
menganggap citra mereka kedalam sistem kepartaian model pluralisme
esktrem yang memperlihatkan eksistensi ideologi Islam dan sangat
berbeda dengan partai sekuler atau nasionalis yang lain. Sangat
disayangkan
sekali, pernyataan ini dibantah oleh PKS sendiri. Oleh
karena itu tidak bisa diingkari bahwa bagi sebagian besar berpendapat
63
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Hal127
72
bahwa langkah-langkah yang dilakukan PKS adalah sebagai suatu
langkah strategis demi kepentingan menaikkan suara pada pemilu
berikutnya.
73
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan singkat sebelumnya mengenai Konsistensi
Ideologi Partai Keadilan Sejahtera
sesuai dengan rumusan
masalah ada beberapa hal yang dapat disimpulkan penulis adlah
sebagai berikut :
 Partai Keadilan Sejahtera merupakan penerus perjuangan
Partai Keadilan yang kemudian melanjutkan aktivitasaktivitas dakwah melalui gerakan tarbiyah guna untuk
memperkuat kualitas kader yang dimiliki Partai Keadilan
Sejahtera.
 PKS
dalam
konteks
pluralitas
kebangsaan
tetap
menghormati dan menghargai adanya sikap keberagaman
yang terdapat di Indonesia. Islam sebagai konsepsi dasar
PKS dalam memandang permasalahan yang ada saat ini.
Islam sebagai suatu Ide yang universal mencakup seluruh
aspek kehidupan dan merupakan Rahmatan Lil Alamin.
B. Saran
Selain kesimpulan diatas penulis ingin memberiakan bebarapa
saran berkaitan dengan Konsistensi Ideologi PKS, sebagai berikut:
74
 Dalam Memperkuat kualitas kader yang dimiliki Partai Keadilan
Sejahtera, hendaknya PKS lebih aktif menjaring kader melalui
gerakan-gerakan dakwah yang sesuai dengan syari’at Islam sesuai
dengan ideolologi islam yang menjadi dasar perjuangan PKS.
 Partai Keadilan Sejahtera sebagai Partai dakwah menjadikan
ideologi
islam
sebagai
dasar
perjuangaan
partai,
dan
menempatkannya sebagai acuan dalam melakukan aktivitasaktivitas politiknya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Aay Muhammad Furqon. Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis
Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer. Jakarta: Teraju.
2004
Al-Banna, Hasan. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Surakarta: Era
Intermedia, 2008.
Ambardi,Kusridho. Mengungkap Politik Kartel (Studi tentang Sistem
Kepartaian di Indonesia Era Reformasi). Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2009.
Apter, David E. Pengantar Analisa Politik. 1988.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama, 1988.
________Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi). Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Eatwell Robert dan Anthony Wright, Ideologi Politik Kontemporer
Gaffar, Affan. Politik Indonesia “Transisi Menuju Demokrasi”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005.
Ichsanul, Amal. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: PT.Tiara
Wacana, 1996.
Kamaruddin. Ada Apa Dengan Partai Keadilan Sejahtera (Catatan Dari
Warga Universitas Indonesia). Jakarta: Pustaka Nauka.
Kencana, Inu, dan Azhari. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005.
Lijphart, Arend. Democracy in Plural Societies, A Comparative Exploration.
Yale University, 1977.
76
Madjid, Nurcholish. Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, 1992.
Mandan, Arif Mudatsir. Krisis Ideologi (Catatan tentang ideologi Politik
Kaum Santri, Studi Kasus Penerapan Ideologi Islam PPP). Jakarta:
Pustaka Indonesia Satu, 2009.
Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia “Konsolidasi Demokrasi PascaOrde Baru). Jakarta: Kencana, 2010.
Mas’oed. Muhtar, dan Colin MacAndrews (editor). Perbandingan Sistem
Politik. Yoyakarta: Gajah Mada University Press, 2001.
Matta, Anis. Integrasi Politik dan Dakwah. Sekretariat Jenderal Bidang
Arsip dan Sejarah DPP Partai Keadilan Sejahtera bekerja sama
dengan Arah Press.
_____, Menikmati Demokrasi. Bandung: Fitrah Rabbani, 2010
Platform Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera, disusun oleh
Majelis Pertimbangan Pusat Partai Keadilan Sejahtera Tahun 2007.
Rahmat, M.Imdadun. Ideologi Politik PKS. Yogyakarta: PT. LKS Printing
Cemerlang, 2009.
Sartori, Giovanni. Parties and Party Systems: A Framework for Analysis.
Vol.1. New York: Cambridge University, 1976.
Surbakti,
Ramlan.
Memahami
Ilmu
Politik.
Jakarta:
PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1992.
http://urgensi-perbeda ideologi dalam partia politik « Inspirasi's Blog.html.
(diakses pada tanggal 02 Februari 2011)
http://Bahaya Partai Terbuka « Sebuah Catatan Perjuangan.html
(diakses pada tanggal 02 Februari 2011).
http://PKS_DITENGAH_RIVALITAS_PARTAI-PARTAI_POLITIK.html.
(diakses pada tanggal 15 Februari 2011)
http://sistem-kepartaian-dan-partai-politik.html
(diakses pada Tanggal 16 Februrari 2011)
77
Download