5327 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
MANUSKRIP
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN NYERI AKUT PADA NY. J DENGAN DIABETES MELLITUS
DI RUANG BOUGENVIL III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Oleh
ZACARIAS FERNANDES
NIM. 0131826
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
Pengelolaan Nyeri pada Ny.J Dengan Diabetes Melitus di RSUD Pandan Arang Boyolali
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2016
Zacarias fernandes*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo***
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darh melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun
absolute dan dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler
jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Nyeri pada pasien
diabetes melitus terjadi akibat adanya kerusakan atau kematian saraf. Kerusakan ini
merupakan efek kadar gula darah yang tinggi serta sirkulasi darah yang kurang baik.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan nyeri akut pada pasien nyeri di
RSUD Pandan Arang Boyolali.
Metode yang digunakan adalah pemberian asuhan keperawatan pengelolaan
nyeri pada pasien berupa proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai
evaluasi. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2 hari pada Ny.J dengan melakukan
pemberian kompres hangat, melakukan tehnik relaksasi dan pemberian obat analgetik.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan nyeri teratasi, pasien mengatakan tidak mersakan
nyeri, pasien tidak meringis kesakitan, skala nyeri 2.
Saran bagi perawat dirumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengatasi masalah nyeri akut pada pasien.
Kata kunci
Kepustakaan
: pengelolaan nyeri, dibetes melitus,
: 23 (2005-2015)
PENDAHULUAN
Diabetes merupakan suatu penyakit,
dimana tubuh penderitanya tidak bisa
secara otomatis mengendalikan tingkat
gula (glukosa) dalam darahnya. Pada
tubuh yang sehat, pankreas melepas
hormon
insulin
yang
bertugas
mengangkut gula melalui darah ke otototot dan jaringan lain untuk memasok
energi. Diabetes merupakan gangguan
metabolisrne
(metabolic syndrome)
dari distribusi
gula oleh tubuh.
Penderita diabetes
tidak
bisa
memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup, atau tubuh tak mampu
menggunakan insulin secara efektif,
sehingga terjadilah kelebihan gula di
dalam darah. Kelebihan gula yang
kronis di dalam darah (hiperglikemia)
ini menjadi racun bagi tubuh.Maka dari
itu diambil kesimpulan bahwa karena
pankreas tidak mampu memproduksi
insulin untuk mengendalikan tingkat
glukosa
dalam
darah,
sehingga
menyebabkan kelebihan dalam darah.
(Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010).
Kalau di tahun 1995 Indonesia berada
di nomor tujuh sebagai negara dengan
jumlah diabetes terbanyak di dunia,
maka pada tahun 2025 diperkirakan
Indonesia akan naik menjadi nomor
lima terbanyak. Kini dilaporkan di
masyarakat kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya, sudah mencapai hampir
10 persen penduduk yang mengidap
diabetes. Diabetes telah menjadi
penyebab kematian terbesar ke-4 di
dunia. Kematian yang disebabkan
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
langsung oleh diabetes di tahun 2012
sudah ada 4,8 juta orang. Tiap 10 detik
ada satu orang atau tiap 1 menit ada 6
orang yang meninggal akibat penyakit
yang berkaitan dengan diabetes.
Berdasakan
data
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
peningkatan
penderita Diabetes setiap tahun
bertambah meningkat dari tahun
sebelumnya terutama pada kota-kota
terbesar. (Tandra, 2013; Soegondo, dkk,
2013).
Diabetes menyebabkan kerusakan saraf
sehingga mengalami nyeri saraf.
Kerusakan ini merupakan efek kadar
gula darah yang tinggi serta sirkulasi
darah yang kurang baik. Gejala yang
umumnya ditemukan pada diabetes
adalah baal pada kaki dan tungkai. Nyeri
sering juga didaerah epigastrium dan
menyebar
ke
punggung,biasanya
setelah makan banyak atau minum
alkohol berlebihan. Nyeri juga bisa
disebabkan karena pembengkakan dan
peregangan duktus pangkreatikus. Nyeri
mungkin sangat hebat. Mual dan
muntah dapat menyertai serangan
pangkreatitis. Pasien tampak sangat
sakit. Nyeri itu sendiri merupakan
pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. Untuk mengatasi masalah
nyeri ini perawat berperan dalam
membuat
asuhan
keperawatan.
(Elizabeth J.corwin.2009).
Bedasarkan hal diatas, maka penulis
tertarik
untuk
mengambil
judul”Pengelolaan Nyeri akut pada Ny.J
dengan Diabetes Melitus di Ruang
Bougenville III RSUD Pandan Arang
Boyolali, KabupatenBoyolali, Propinsi
Jawa Tengah. Tujuan penulisan ini
penulis mampu memberikan gambaran
tentang pengelolaan nyeri akut pada
Ny. J dengan Diabetes Mellitus di Ruang
Bougenvil III RSUD Pandan Arang
Boyolali dengan Diabetes Melitus.
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif dilatar balakangi oleh
resistensi insulin yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah
disertai munculnya gejala utama yang
khas, yaitu urine yang berasa manis
dalam jumlah yang besar dan
merupakan penyakit kronik yang
mengalami kelainan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat
terjadinya gangguan pada produksi
insulin, kerja insulin atau keduanya.
(Sustrani, Alam, hadibroto, 2010;
Soegondo, Soewondo & Subekti, 2013;
Bilous
&
Donelly,
2014;
Damayanti,2015; padila, 2012).
Klasifikasi terbaru tahun 2012
menurut Padila lebih menekankan
penggolongan berdasarkan penyebab
dan proses penyakit. Ada 4 jenis
diabetes melitus berdasarkan klasifikasi
terbaru :
1. Diabetes mellitus Tipe I : Diabetes
mellitus tergantung insulin (IDDM).
2. Diabetes mellitus Tipe II : Diabetes
mellitus tidak tergantung insulin
(NIDDM).
3. Diabetes
mellitus
yang
berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lainnya.
4. Diabetes
Mellitus
gestational
(DMG).
LAPORAN KASUS
Pengkajian pada Ny J dengan DM
(Diabetes melitus) di ruang Bougenvil III
RSUD Boyolali Semarang yang dilakukan
pada hari rabu tanggal 13 April 2016
jam 09.45 wib diruang bougenvil RSUD
Boyolali dengan metode alloanamnesa
dan autoanamnesa. Keluhan utama
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
dan tangan kanan. Pasien diantar ke
IGD RSUD Boyolali pada tanggal 10-42016,jam 09.00 Wib diantar oleh
keluarga karena pasien merasa pusing,
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
mual, muntah dan nyeri diulu hati
keram pada tangan kanan. Selama 3
hari dan pasien berobat ke dokter
praktek tapi tidak ada perubahan.
Diantar keluarga ke RS dan langsung
diopname diruang bougenvil III.
Pengkajian Nyeri didapatkan Nyeri ulu
hati saat muntah, seperti ditusuk-tusuk,
di perut bagian kanan atas, skala nyeri 6
dan nyeri muncul pada saat muntah dan
lama sekitar 10-15 menit dan hilang
timbul.
Analisis data didapatkan Pasien
menyeluh nyeri diulu hati dan perut
bagian kanan, pasien terlihat menangis
kesakitan, Pengkajian Nyeri didapatkan
Nyeri ulu hati saat muntah, seperti
ditusuk-tusuk, di perut bagian kanan
atas, skala nyeri 6 dan nyeri muncul
pada saat muntah dan lama sekitar 1015 menit dan hilang timbul.
Rencana keperawatan yang disusun
yaitu Kaji keadaan umum pasien, Kaji
tingkat nyeri, Berikan posisi yang
nyaman, Berikan lingkungan yang
tenang dan Berikan kompres hangat
pada nyeri.
Tindakan yang dilakukan antara lain:
mengkaji keadaan umum pasien,
mengkaji tingkat nyeri, memberikan
kompres buli-buli hangat.
Evaluasi didapatkan pasien mengatakan
setelah kompres nyeri berkurang, nyeri
berkurang skala 4, masalah nyeri
teratasi
danlanjutkan
intervensi,
Motivasi pasien agar melakukan teknik
relaksasi saat nyeri timbul lagi.
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang
penulis lakukan pada hari Rabu
tanggal 13 April 2016 sampai
tanggal 14 April 2016 di ruang
bougenville III RSUD Boyolali sesuai
dengan data yang diperoleh dari
klien dan keluarga yaitu: identitas
pasien Ny.J, umur 50 tahun, agama
islam dengan diagnosa Diabetes
Melitus.
Keluhan
utama
yang
dirasakan oleh pasien adalah nyeri
pada perut bagian kanan atas, nyeri
dirasakan pada saat muntah, nyeri
hilang timbul, nyeri seperti ditusuktusuk. Keluhan yang menonjol pada
gawat abdomen adalah nyeri. Nyeri
perut ini dapat berupa viseral
maupun somatik, dan dapat berasal
dari berbagai proses dari berbagai
organ dirongga perut atau diluar
rongga perut, misalnya dirongga
dada. Nyeri viseral memperlihatkan
pola yang khas sesuai dengan
persarafan
embrional
organ
bersangkutan. Saluaran cerna yang
berasal dari usus depan yaitu
lambung,
duodenum,
sistem
heptobilier,
dan
pankreas
(Sjamsuhidajat, 2015).
Saat mengidentifikasi data
umum yaitu data tentang keluarga,
untuk mendapatkan data tersebut
dilakukan bina hubungan saling
percaya antara antar pasien dan
keluarga serta menjelaskan dengan
baik tujuan dilakukan pengkajian.
Sehingga untuk mendapatkan data
mengenai
status
keluarga,
diperlukan partisipasi keluarga.
Untuk mendapatkan data yang lain
yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan
fisik dilakukan untuk mengetahaui
keadaan
kondisi
klien.
Pada
pemeriksaan fisik berjalan dengan
baik karena pasien dan keluarga
kooperatif.
Sifat nyeri akut ini, yang
tidak dapat diprediksi membuat
klien
frustasi
dan
seringkali
mengarah pada depresi psikologis
(Potter & Perry, 2005). Sedangkan
penentuan skala nyeri didasarkan
pada skala nyeri Hayward yang
menggunakan skala yang terdiri dari
angka 0 sampai dengan 10. Angka 0
menggambarkan tidak ada nyeri, 1
sampai 3 menggambarkan nyeri
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
ringan, 4 sampai 6 menggambarkan
nyeri sedang, 7 sampai 10
menggambarkan nyeri yang sangat
berat serta tidak bisa dikontrol
(Mubarak, 2007). Nyeri pada Ny J.
didapatkan pada pengkajian hari
pertama adalah nyeri perut bagian
kanan atas, nyeri dirasakan pada
saat muntah, nyeri hilang timbul,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 6.
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut merupakan
suatu keadaan ketika individu
mengalami dan melakukan adanya
rasa ketidaknyaman yang hebat
atau
sensasi
yang
tidak
menyenangkan kurang dari 6 bulan.
Sehingga
nyeri
akut
dapat
ditegakkan
apabila
terdapat
batasan karakteristik yaitu batasan
karakteristik mayor (80% - 100%)
adalah mengungkapkan tentang
deskripsi
nyeri.
Sedangkan
karakteristik minor (60% - 79%)
antara lain mengatukkan rahang
atau
pergelangan
tangan,
perubahan kemampuan untuk
melanjutkan aktvitas selanjutnya,
agitasi, ansietas, peka rangsangan,
menggosok bagian yang nyeri
ketidakaktifan fisik atau imobilisasi,
masalah
dengan
kosentrasi,
perubahan pola makan, rasa takut
(Capernito, 2007).
Berdasarkan pada teori,
batasan karakteristik mayor dari
pengkajian Ny. J. sudah mencapai
80% karena Ny. J. menyatakan
nyerinya belum kurang. Sedangkan
untuk batasan karkteristika minor
pasien
secara teori dengan
kenyataan pada pasien. Batasan
karkteristik yang terdapat pada
pasien
diantaranya:
mengekspresikan perilaku gelisah,
terlihat seperti melindungi area
nyeri, ketidakefektifan fisik atau
imobilisasi, penurunan kemampuan
untuk beraktivitas, gangguan pola
tidur.
Batasan karakteristik dari
nyeri adalah perubahan selera
makan, perubahan tekanan darah,
perubahan
frekuensi
jantung,
perubahan frekuensi pernafasan,
laporan
isyarat,
diaphoresis,
perilaku distraksi, mengekspresikan
perilaku (misal gelisah, merengek,
merintih, menangis), masker wajah
(misal mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata
berpancar atau tetap pada suatu
focus meringis), sikap melindungi
area nyeri, focus menyempit (misal
gangguan persepsi nyeri, hambatan
interaksi dengan orang lain dan
lingkungan), indikasi nyeri yang
dapat diamati, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri, sikap
tubuh melindungi, dilatasi pupil
melaporkan nyeri secara verbal,
fokus pada diri sendiri, gangguan
tidur (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Data
objektif
yang
ditemukan antara lain ekspresi
wajah merintih kesakitan dan
memegangi punggunnya, klien
tampak tidak nyaman, klien
memoatasi aktivitas. Data tersbut
dapat
mendukung
diagnosa
tersebut karena melaporkan nyeri
secara verbal, mengekspresikan
perilaku meringis atau merintih,
sikap melindungi area yang nyei
sesuai batasan karakteristik nyeri
(Herdman & Kamitsuru, 2015).
Pada NY J. diagnosa nyeri
akut muncul karena didapatkan data
subyektif, pasien mengatakan nyeri
pada perut bagian kanan atas
setelah muntah dan nyeri seperti
ditusuk-tusuk. Nyeri muncul saat
muntah dan saat bergerak, skala
nyeri 6, waktunya hilang timbul atau
nyeri sedang.Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik yang lebih teliti
ditemukan nyeri pada perut bagian
kanan atas awalnya adalah pasien
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
muntah-muntah
itulah
yang
menyebabkan nyeri. Hal ini sesuai
dengan
data
objektif
yang
ditemukan pada klien yaitu ekspresi
wajah merintih kesakitan dan
memegangi perutnya, klien tampak
membatasi gerak dan klien tampak
lemah.
C. Intervensi keperawatan.
Berdasarkan data diatas penulis
memperioritaskan masalah Nyeri
sebagai perioritas utama karena
masalah tersebut membuat pasien
merasakan ketidaknyamanan, bila
masalah tersebut tidak diatasi
segera maka dapat menyebabkan
penderitaan
dan
mengganggu
psikologi individu.Pada keselamatan
dan
keamanan
dimana
mempertahankan keselamatan fisik
melibatkan keadaan mengurangi
atau mengeluarkan ancaman bagi
tubuh atau kehidupan seperti nyeri
(potter, 2005).
Intervensi
keperawatan
yang pertama yaitu kompres bulibuli hangat. Perawat memberikan
kompres buli-buli hangat karena
bertujuan untuk menurunkan rasa
nyeri, kompres hangat yaitu
kompres hangat yang bertujuan
untuk memperlebar pembuluh
darah pada daerah nyeri sehingga
suplai 02 kedaerah nyeri adekuat
dan menurunkan kekakuan atau
nyeri pada otot. Hal ini didukung
pula oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sani (2013) dari 40 responden
yang dibagi dalam dua kelompok
intervensi, kelompok yang pertama
dilakukan pemberian intervensi
kompres
hangat
sedangkan
kelompok
kedua
dilakukan
intervensi
kompres
dingin
menghasilkan kesimpulan bahwa
rata-rata penurunan skala nyeri
pada kompres hangat adalah 1,60
dan rata-rata penurunan skala nyeri
pada kompres dingin adalah 1,05.
Hal ini berarti kompres hangat lebih
efektif untuk menurunkan nyeri.
Kompres
hangat
dan
kompres dingin dapat meringankan
rasa nyeri dan radang ketika terjadi
serangan saraf yang berulang-ulang.
Efek pemberian terapi panas
terhadap tubuh antara lain
meningkatkan
aliran
darah,
meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme
atau kekakuan, meningkatkan aliran
darah
dan
meningkatkan
pergerakan zat sisa dan nutrisi
(Wurangian, 2014).
Intervensi yang
kedua
adalah berikan tindakan teknik
relaksasi
nafas
dalam
yaitu
bertujuan
untuk
membantu
mengekspresikan
perasaan,
membantu rehabilitasi atas fisik,
memberi
pengaruh
terhadap
kondisi suasana hati dan emosi
meningkatkan
memori,
serta
menyediakan kesempatan yang
unik untuk berinteraksi dan
membangun kedekatan emosional.
Panduan imajinasi dan aktivitas
waktu senggang tindakan ini
bertujuan
untuk
mengurangi
timbulnya rasa nyeri jika muncul
secara tiba-tiba, berhubungan
dengan
kasus
ini
penulis
mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam.
Hasil ini didukung dengan
penelitian Dewi, Setyoadi dan
Widastra (2009) bahwa ada
perbedaan hasil pengukuran skala
nyeri sebelum dan sesudah
pemberian teknik relaksasi napas
dalam. Ada pengaruh signifikan
antara pemberian teknik relaksasi
napas dalam dengan penurunan
persepsi nyeri. Hal ini didukung
Smeltzer & Bare (2013) bahwa
relaksasi
merupakan
teknik
pengendoran
atau
pelepasan
ketegangan, misalnya : bernafas
dalam dan pelan. Selain dapat
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan
oksigen
darah,
prinsip yang mendasari penurunan
nyeri oleh teknik relaksasi nafas
dalam terletak pada fisiologis
sistem
saraf
otonom
yang
merupakan bagian dari sistem saraf
perifer yang mempertahankan
homeostatis lingkungan internal
individu.Berhubungan dengan kasus
nyeri
pada
Ny.J
penulis
mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam karena teknik nafas dalam
merupakan teknik pengendoran
atau pelepasan ketegangan, selain
itu juga bisa meningkatkan ventilasi
paru dan menigkatkan oksigen
darah,
sehingga
penulis
merumuskan intervensi tairk nafas
dalam untuk pengelolaan nyeri
pada Ny.J.
Intervensi
keperawatan
ketiga yaitu pemberian analgesik
karena penggunaan obat-obatan
dan penatalaksanaan klien yang
menerima terapi analgesik. Hasil
penelitian Hapsari dan Astuti (2004)
di RSUD Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto terdapat penggunaan
obat analgesik adalah tramadol
sebanyak
4,40%,
tramadol.
Analgesik memiliki fungsi untuk
menekan reseptor nyeri pada saraf
simpatis.
D. Implementasi keperawatan
Pengelolaan nyeri pada
pasien
dilakukan
tindakan
memberikan
kopres
buli-buli
hangat, melatih teknik relaksasi
napas dalam dan memberikan obat
injeksi analgetik yaitu Ondancetron
2 x 4 mg dan ketorolac 2 x 30 mg
(Sukandar et al., 2008).
Setelah
dilakukan
pengelolaan nyeri akut pada Ny. J
menurut penulis faktor pendukung
pengelolaan nyeri ini adalah adanya
kerjasama yang baik antara pasien
dan perawat. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal
dari
pasien,
saat
memberikan perawatan pasien.
Selain itu dipengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu dari lingkungan
rumah sakit yang kurang tenang
sehingga mengganggu kenyamanan
pasien saat diberikan perawatan,
selain itu terdapat juga faktor
penghambat yaitu motivasi pasien
kurang untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam, alternative
dari pemecahan masalah yaitu
penulis memberikan motivasi pada
pasien
untuk
memberikan
semangat
dalam
proses
keperawatan untuk meningkatkan
kemampuan
pasien
dalam
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam. Selain itu ada faktor
pendukung yaitu keluarga tampak
kooperatif dan memotivasi klien
dalam
kegiatan yang dapat
meringankan rasa nyeri.
E. Evaluasi
Gambaran umum keadaan
diakhir
penerapan
proses
keperawatan
adalah
nyeri
berhubungan
dengan
refluk
peristaltik pada tanggal 13-14 April
2016 jam 13: 45 WIB dari hasil
evaluasi didapatkan data subjektif
klien mengatakan nyeri sudah
berkurang dengan skala nyeri 4.
Pengkajian nyeri pasien P : Pasien
mengatakan nyeri pada saat
bergerak sudah berkurang, Q : Nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R : Pasien
mengatakan nyeri pada perut
bagian atas, S : Skala nyeri 4, T :
Nyeri hilang timbul kurang lebih 5
menit , dan data objektif klien tidak
lemah, klien tampak rileks. TD :
120/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N :
88 x/menit, S : 36,8 ̊c. Sehingga
kesempulan dari evaluasi diatas
adalah masalah teratasi, oleh
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
karena itu rencana keperawatan
yang akan dilakukan penulis adalah
keperawatan mandiri dan motivasi
pasien yang bertujuan untuk
mengurangi
rasa
nyeri
dan
ketegangan otot dan rangsangan
sistem saraf simpatis.
Tanggal 14 April 2016 jam
08:00 WIB didapatkan evaluasi dari
Ny.J menyatakan P : Pasien
mengatakan tidak merasakan nyeri,
Q : Tidak ada nyeri, R : Pasien
mengatakan tidak merasakan nyeri
di perut bagian atas, S : Skala nyeri
2, T : Nyeri hilang. Keadaan umum
pasien komposmetris dan terlihat
rileks, TD : 120/90 mmHg, RR : 20
x/menit, N : 86 x/menit, S : 36,8 ̊c.
Sehingga kesimpulan dari evaluasi
di atas adalah masalah teratasi.
Sehingga penetapan intervensi
selanjutnya tindakan keperawatan
mandiri dan tetap motivasi pasien
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam saat nyeri kambuh, yang
bertujuan untuk mengurangi rasa
nyeri dan ketegangan otot dan
rangsangan sistem saraf simpatis.
(Smeltzer & Bare, 2013).
Kesimpulan
1. Penulis malakukan pengkajian pada
Ny.J dengan cara autoanamnesa
dan allowanamnesa, dan data dapat
diperoleh
penulis
dari
data
subyektif dan data obyektif.
2. Setelah melakukan pengkajian pada
Ny.J, penulis menemukan diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu
Nyeri akut yang berhubungan
dengan refluk peristaltik.
3. Setelah
penulis
menegakan
diagnosa,
penulis
menyusun
Intervensi yang ditetapkan untuk
mengatasi masalah Ny.J antara lain :
kaji dan pantau karekteristik nyeri,
berikan posisi yang nyaman,
anjurkan teknik relaksasi nafas
dalam, kompres hangat, berikan
terapi sesuai dengan terapi Dokter.
4. Penulis melakukan implementasi
dari semua intervensi nyeri akut
selama 2 hari dari tanggal 13-14
April 2016.
5. Tahap
akhir
dari
proses
keperawatan yang penulis lakukan
mengevaluasi tahap keadaan klien
terhadap tindakan. Dimana saat
dievaluasi permasalahan nyeri akut
yang muncul sudah teratasi
dikarenakan
sudah
mencapai
kriteria hasil yang diharapkan
penulis. Penulis merasa belum
optimal dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.J dengan
nyeri akut. Hal ini tidak jauh dari
adanya faktor penghambat dan
faktor
pendukung.
Faktor
penghambat adalah terbatasnya
waktu dalam pemberian asuhan
keperawatan, nyeri yang hilang
timbul sewaktu-waktu dan tidak
bisa diprediksi. Sedangkan faktor
pendukungnya adalah pasien dan
keluarga
kooperatif
terhadap
tindakan yang diberikan.
Saran
Bagi Institusi Rumah Sakit
Hendaknya memberlakukan standar
operasional
prosedur
untuk
penanganan nyeri berdasarkan masingmaisng penyebab nyeri. Memperbanyak
peralatan yang dpaat digunakan untuk
penanganan nyeri, seperti buli-buli,
karena dengan menggunakan kompers
buli-buli hangat pasien dapat dikelola
secara optimal dan mempercepat
proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Billous
& Donelly, (2015). Buku
pegangan Diabetes mellitus.
Alih bahasa Egi Komara Yudha.
Edisi 4. Jakarta: Bumi medika.
Budiono & Pertami, (2015). Buku
konsep dasar keperawatan.
Alih bahasa Restu Damayanti.
Edisi 1. Jakarta: Bumi Medika .
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
Carpenito & Moyet, (2013). Buku saku
Diagnosa keperawatan. Alih
bahasa Fruriolina Ariani. Edisi
13. Jakarta: EGC.
Corwin, (2009). Buku saku patofisiologi.
Alih bahasa Nike Budhi
Subekti. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Damayanti, (2015). Diabetes Melitus
dan
penatalaksanaan
keperawatan. Penerbit Nuha
Medika, Yogyakarta.
Dewi, Dina; Setyoadi; Widastra, Ni
Made,
(2009),
Pengaruh
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Persepsi
Nyeri, Jurusan Keperawatan,
Universitas Brawijaya, Malang,
Jurnal
Keperawatan
Soedirman (The Soedirman
Journal Of Nursing), Volume 4,
No.2 Juli 2009
Hendra,
(2013).
Buku
panduan
penatalaksanaan
Diabetes
Mellitus terpadu. Alih bahasa
Indah Suci Widyahening. Edisi
2. Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Herdman, T., & Kamitsuru, Shigemi.
(2015). Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 20152017. West Sussex UK: NANDA
International Inc.
Mubarak , (2007). Buku ajar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: EGC.
Murwani , (2008). Buku ketrampilan
dasar
praktek
klinik
keperawatan. Alih bahasa
Indra. Edisi 1. Yogyakarta:
penerbit fitramaya.
Nurarif & Kusuma. (2013). NANDA
Internasional
diagnosis
keperawatan : Defenisi dan
dan klasifikasi
Jakarta: EGC.
2013- 2015.
Padila, (2012). Buku ajar keperawatan
medikal bedah. Edisi 1. Nuha
medika: yogyakarta.
Potter & Perry, (2005). Buku ajar
fundamental keperawatan :
konsep, proses dan praktik.
Alih
bahasa
Renata
komalasari, Dkk. Edisi 4 olume
2. Jakarta: EGC.
Price
&
wilson
L.M,
(2006).
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Alih
bahasa Brahm Upendit. Edisi
6. Volume 2. Jakarta: EGC.
Rohmah & Walid, (2013). Buku proses
keperawatan:
teori
dan
aplikasi. Alih bahasa Leelo
Legowo. AR-RUZZ media:
jogjakarta.
Sani, Aida Tyas Kartika; Winarsih;
Fajriyah, Nuniek Nizmah,
(2013), Efektifitas Kompres
Hangat Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Gout, Prodi
Keperawatan,
STIKES
Muhammadiyah Pekajangan,
Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK),
Vol V, No II, September 2013.
Smeltzer & Price, (2005). Buku ajar
Medikal Bedah. Edisi 8.
volume 2. Jakarta EGC.
Soegndo & Soewondo, (2013). Buku
penatalaksanaan
Diabetes
Melitus. Alih bahasa Indah
Suci. Edisi 2. Balai penerbit
FKUI, Jakarta.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., &
Kusnandar.
(2008).
ISO
Farmakoterapi. Jakarta: ISFI.
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
Sustrani & Alam & Hadibroto, (2010).
Imformasi lengkap untuk
penderita
dan
keluarga
DIABETES.
Edisi 5. Alih
bahasa Asep D. Maksudi.
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Tandra,
(2013). Life healthy with
Diabetes: Diabetes mengapa
dan
bagaimana.
Setting
Binudi. Percetakan:
ANDI
OFFSET, Jogjakarta.
Wijaya & Putri, (2013). Keperawatan
Medikal Bedah 2. Nuha
Medika: Yogyakarta.
Wilkinson & Nancy R. Ahern, (2012).
Buku
saku
Diagnosis
Keperawatan:
Diagnosis
NANDA,
Intervensi
NIC,
Kriteria Hasil NOC. Alih bahasa
Esty Wahyuningsih. Edisi 9.
Jakarta EGC.
Wurangian, Mellynda; Bidjuni, Hendro;
Kallo,
Vandri,
(2014),
Pengaruh Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada lansia Di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Bahu
Manado, Program studi Ilmu
Keperawatan
Fakultas
Kedokteran, Universitas Sam
Ratulangi Manado.
AkademiKeperawatanNgudiWaluyo
Download