MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI AKUT PADA NY. J DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG BOUGENVIL III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Oleh ZACARIAS FERNANDES NIM. 0131826 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 AkademiKeperawatanNgudiWaluyo Pengelolaan Nyeri pada Ny.J Dengan Diabetes Melitus di RSUD Pandan Arang Boyolali Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Karya Tulis Ilmiah, Mei 2016 Zacarias fernandes*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** ABSTRAK Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darh melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolute dan dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Nyeri pada pasien diabetes melitus terjadi akibat adanya kerusakan atau kematian saraf. Kerusakan ini merupakan efek kadar gula darah yang tinggi serta sirkulasi darah yang kurang baik. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan nyeri akut pada pasien nyeri di RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode yang digunakan adalah pemberian asuhan keperawatan pengelolaan nyeri pada pasien berupa proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2 hari pada Ny.J dengan melakukan pemberian kompres hangat, melakukan tehnik relaksasi dan pemberian obat analgetik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan nyeri teratasi, pasien mengatakan tidak mersakan nyeri, pasien tidak meringis kesakitan, skala nyeri 2. Saran bagi perawat dirumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi masalah nyeri akut pada pasien. Kata kunci Kepustakaan : pengelolaan nyeri, dibetes melitus, : 23 (2005-2015) PENDAHULUAN Diabetes merupakan suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otototot dan jaringan lain untuk memasok energi. Diabetes merupakan gangguan metabolisrne (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh.Maka dari itu diambil kesimpulan bahwa karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin untuk mengendalikan tingkat glukosa dalam darah, sehingga menyebabkan kelebihan dalam darah. (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010). Kalau di tahun 1995 Indonesia berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, maka pada tahun 2025 diperkirakan Indonesia akan naik menjadi nomor lima terbanyak. Kini dilaporkan di masyarakat kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah mencapai hampir 10 persen penduduk yang mengidap diabetes. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar ke-4 di dunia. Kematian yang disebabkan AkademiKeperawatanNgudiWaluyo langsung oleh diabetes di tahun 2012 sudah ada 4,8 juta orang. Tiap 10 detik ada satu orang atau tiap 1 menit ada 6 orang yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Berdasakan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan penderita Diabetes setiap tahun bertambah meningkat dari tahun sebelumnya terutama pada kota-kota terbesar. (Tandra, 2013; Soegondo, dkk, 2013). Diabetes menyebabkan kerusakan saraf sehingga mengalami nyeri saraf. Kerusakan ini merupakan efek kadar gula darah yang tinggi serta sirkulasi darah yang kurang baik. Gejala yang umumnya ditemukan pada diabetes adalah baal pada kaki dan tungkai. Nyeri sering juga didaerah epigastrium dan menyebar ke punggung,biasanya setelah makan banyak atau minum alkohol berlebihan. Nyeri juga bisa disebabkan karena pembengkakan dan peregangan duktus pangkreatikus. Nyeri mungkin sangat hebat. Mual dan muntah dapat menyertai serangan pangkreatitis. Pasien tampak sangat sakit. Nyeri itu sendiri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Untuk mengatasi masalah nyeri ini perawat berperan dalam membuat asuhan keperawatan. (Elizabeth J.corwin.2009). Bedasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul”Pengelolaan Nyeri akut pada Ny.J dengan Diabetes Melitus di Ruang Bougenville III RSUD Pandan Arang Boyolali, KabupatenBoyolali, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penulisan ini penulis mampu memberikan gambaran tentang pengelolaan nyeri akut pada Ny. J dengan Diabetes Mellitus di Ruang Bougenvil III RSUD Pandan Arang Boyolali dengan Diabetes Melitus. TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar balakangi oleh resistensi insulin yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar dan merupakan penyakit kronik yang mengalami kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat terjadinya gangguan pada produksi insulin, kerja insulin atau keduanya. (Sustrani, Alam, hadibroto, 2010; Soegondo, Soewondo & Subekti, 2013; Bilous & Donelly, 2014; Damayanti,2015; padila, 2012). Klasifikasi terbaru tahun 2012 menurut Padila lebih menekankan penggolongan berdasarkan penyebab dan proses penyakit. Ada 4 jenis diabetes melitus berdasarkan klasifikasi terbaru : 1. Diabetes mellitus Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM). 2. Diabetes mellitus Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM). 3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya. 4. Diabetes Mellitus gestational (DMG). LAPORAN KASUS Pengkajian pada Ny J dengan DM (Diabetes melitus) di ruang Bougenvil III RSUD Boyolali Semarang yang dilakukan pada hari rabu tanggal 13 April 2016 jam 09.45 wib diruang bougenvil RSUD Boyolali dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Keluhan utama pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan tangan kanan. Pasien diantar ke IGD RSUD Boyolali pada tanggal 10-42016,jam 09.00 Wib diantar oleh keluarga karena pasien merasa pusing, AkademiKeperawatanNgudiWaluyo mual, muntah dan nyeri diulu hati keram pada tangan kanan. Selama 3 hari dan pasien berobat ke dokter praktek tapi tidak ada perubahan. Diantar keluarga ke RS dan langsung diopname diruang bougenvil III. Pengkajian Nyeri didapatkan Nyeri ulu hati saat muntah, seperti ditusuk-tusuk, di perut bagian kanan atas, skala nyeri 6 dan nyeri muncul pada saat muntah dan lama sekitar 10-15 menit dan hilang timbul. Analisis data didapatkan Pasien menyeluh nyeri diulu hati dan perut bagian kanan, pasien terlihat menangis kesakitan, Pengkajian Nyeri didapatkan Nyeri ulu hati saat muntah, seperti ditusuk-tusuk, di perut bagian kanan atas, skala nyeri 6 dan nyeri muncul pada saat muntah dan lama sekitar 1015 menit dan hilang timbul. Rencana keperawatan yang disusun yaitu Kaji keadaan umum pasien, Kaji tingkat nyeri, Berikan posisi yang nyaman, Berikan lingkungan yang tenang dan Berikan kompres hangat pada nyeri. Tindakan yang dilakukan antara lain: mengkaji keadaan umum pasien, mengkaji tingkat nyeri, memberikan kompres buli-buli hangat. Evaluasi didapatkan pasien mengatakan setelah kompres nyeri berkurang, nyeri berkurang skala 4, masalah nyeri teratasi danlanjutkan intervensi, Motivasi pasien agar melakukan teknik relaksasi saat nyeri timbul lagi. PEMBAHASAN A. Pengkajian Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 sampai tanggal 14 April 2016 di ruang bougenville III RSUD Boyolali sesuai dengan data yang diperoleh dari klien dan keluarga yaitu: identitas pasien Ny.J, umur 50 tahun, agama islam dengan diagnosa Diabetes Melitus. Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada perut bagian kanan atas, nyeri dirasakan pada saat muntah, nyeri hilang timbul, nyeri seperti ditusuktusuk. Keluhan yang menonjol pada gawat abdomen adalah nyeri. Nyeri perut ini dapat berupa viseral maupun somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses dari berbagai organ dirongga perut atau diluar rongga perut, misalnya dirongga dada. Nyeri viseral memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ bersangkutan. Saluaran cerna yang berasal dari usus depan yaitu lambung, duodenum, sistem heptobilier, dan pankreas (Sjamsuhidajat, 2015). Saat mengidentifikasi data umum yaitu data tentang keluarga, untuk mendapatkan data tersebut dilakukan bina hubungan saling percaya antara antar pasien dan keluarga serta menjelaskan dengan baik tujuan dilakukan pengkajian. Sehingga untuk mendapatkan data mengenai status keluarga, diperlukan partisipasi keluarga. Untuk mendapatkan data yang lain yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahaui keadaan kondisi klien. Pada pemeriksaan fisik berjalan dengan baik karena pasien dan keluarga kooperatif. Sifat nyeri akut ini, yang tidak dapat diprediksi membuat klien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis (Potter & Perry, 2005). Sedangkan penentuan skala nyeri didasarkan pada skala nyeri Hayward yang menggunakan skala yang terdiri dari angka 0 sampai dengan 10. Angka 0 menggambarkan tidak ada nyeri, 1 sampai 3 menggambarkan nyeri AkademiKeperawatanNgudiWaluyo ringan, 4 sampai 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 sampai 10 menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol (Mubarak, 2007). Nyeri pada Ny J. didapatkan pada pengkajian hari pertama adalah nyeri perut bagian kanan atas, nyeri dirasakan pada saat muntah, nyeri hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6. B. Diagnosa Keperawatan Nyeri akut merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami dan melakukan adanya rasa ketidaknyaman yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan kurang dari 6 bulan. Sehingga nyeri akut dapat ditegakkan apabila terdapat batasan karakteristik yaitu batasan karakteristik mayor (80% - 100%) adalah mengungkapkan tentang deskripsi nyeri. Sedangkan karakteristik minor (60% - 79%) antara lain mengatukkan rahang atau pergelangan tangan, perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktvitas selanjutnya, agitasi, ansietas, peka rangsangan, menggosok bagian yang nyeri ketidakaktifan fisik atau imobilisasi, masalah dengan kosentrasi, perubahan pola makan, rasa takut (Capernito, 2007). Berdasarkan pada teori, batasan karakteristik mayor dari pengkajian Ny. J. sudah mencapai 80% karena Ny. J. menyatakan nyerinya belum kurang. Sedangkan untuk batasan karkteristika minor pasien secara teori dengan kenyataan pada pasien. Batasan karkteristik yang terdapat pada pasien diantaranya: mengekspresikan perilaku gelisah, terlihat seperti melindungi area nyeri, ketidakefektifan fisik atau imobilisasi, penurunan kemampuan untuk beraktivitas, gangguan pola tidur. Batasan karakteristik dari nyeri adalah perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaphoresis, perilaku distraksi, mengekspresikan perilaku (misal gelisah, merengek, merintih, menangis), masker wajah (misal mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada suatu focus meringis), sikap melindungi area nyeri, focus menyempit (misal gangguan persepsi nyeri, hambatan interaksi dengan orang lain dan lingkungan), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil melaporkan nyeri secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur (Herdman & Kamitsuru, 2015). Data objektif yang ditemukan antara lain ekspresi wajah merintih kesakitan dan memegangi punggunnya, klien tampak tidak nyaman, klien memoatasi aktivitas. Data tersbut dapat mendukung diagnosa tersebut karena melaporkan nyeri secara verbal, mengekspresikan perilaku meringis atau merintih, sikap melindungi area yang nyei sesuai batasan karakteristik nyeri (Herdman & Kamitsuru, 2015). Pada NY J. diagnosa nyeri akut muncul karena didapatkan data subyektif, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas setelah muntah dan nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri muncul saat muntah dan saat bergerak, skala nyeri 6, waktunya hilang timbul atau nyeri sedang.Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik yang lebih teliti ditemukan nyeri pada perut bagian kanan atas awalnya adalah pasien AkademiKeperawatanNgudiWaluyo muntah-muntah itulah yang menyebabkan nyeri. Hal ini sesuai dengan data objektif yang ditemukan pada klien yaitu ekspresi wajah merintih kesakitan dan memegangi perutnya, klien tampak membatasi gerak dan klien tampak lemah. C. Intervensi keperawatan. Berdasarkan data diatas penulis memperioritaskan masalah Nyeri sebagai perioritas utama karena masalah tersebut membuat pasien merasakan ketidaknyamanan, bila masalah tersebut tidak diatasi segera maka dapat menyebabkan penderitaan dan mengganggu psikologi individu.Pada keselamatan dan keamanan dimana mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman bagi tubuh atau kehidupan seperti nyeri (potter, 2005). Intervensi keperawatan yang pertama yaitu kompres bulibuli hangat. Perawat memberikan kompres buli-buli hangat karena bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri, kompres hangat yaitu kompres hangat yang bertujuan untuk memperlebar pembuluh darah pada daerah nyeri sehingga suplai 02 kedaerah nyeri adekuat dan menurunkan kekakuan atau nyeri pada otot. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Sani (2013) dari 40 responden yang dibagi dalam dua kelompok intervensi, kelompok yang pertama dilakukan pemberian intervensi kompres hangat sedangkan kelompok kedua dilakukan intervensi kompres dingin menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri. Kompres hangat dan kompres dingin dapat meringankan rasa nyeri dan radang ketika terjadi serangan saraf yang berulang-ulang. Efek pemberian terapi panas terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi (Wurangian, 2014). Intervensi yang kedua adalah berikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam yaitu bertujuan untuk membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi atas fisik, memberi pengaruh terhadap kondisi suasana hati dan emosi meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Panduan imajinasi dan aktivitas waktu senggang tindakan ini bertujuan untuk mengurangi timbulnya rasa nyeri jika muncul secara tiba-tiba, berhubungan dengan kasus ini penulis mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil ini didukung dengan penelitian Dewi, Setyoadi dan Widastra (2009) bahwa ada perbedaan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi napas dalam. Ada pengaruh signifikan antara pemberian teknik relaksasi napas dalam dengan penurunan persepsi nyeri. Hal ini didukung Smeltzer & Bare (2013) bahwa relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, misalnya : bernafas dalam dan pelan. Selain dapat AkademiKeperawatanNgudiWaluyo menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah, prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas dalam terletak pada fisiologis sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu.Berhubungan dengan kasus nyeri pada Ny.J penulis mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam karena teknik nafas dalam merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, selain itu juga bisa meningkatkan ventilasi paru dan menigkatkan oksigen darah, sehingga penulis merumuskan intervensi tairk nafas dalam untuk pengelolaan nyeri pada Ny.J. Intervensi keperawatan ketiga yaitu pemberian analgesik karena penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi analgesik. Hasil penelitian Hapsari dan Astuti (2004) di RSUD Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terdapat penggunaan obat analgesik adalah tramadol sebanyak 4,40%, tramadol. Analgesik memiliki fungsi untuk menekan reseptor nyeri pada saraf simpatis. D. Implementasi keperawatan Pengelolaan nyeri pada pasien dilakukan tindakan memberikan kopres buli-buli hangat, melatih teknik relaksasi napas dalam dan memberikan obat injeksi analgetik yaitu Ondancetron 2 x 4 mg dan ketorolac 2 x 30 mg (Sukandar et al., 2008). Setelah dilakukan pengelolaan nyeri akut pada Ny. J menurut penulis faktor pendukung pengelolaan nyeri ini adalah adanya kerjasama yang baik antara pasien dan perawat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dari pasien, saat memberikan perawatan pasien. Selain itu dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu dari lingkungan rumah sakit yang kurang tenang sehingga mengganggu kenyamanan pasien saat diberikan perawatan, selain itu terdapat juga faktor penghambat yaitu motivasi pasien kurang untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam, alternative dari pemecahan masalah yaitu penulis memberikan motivasi pada pasien untuk memberikan semangat dalam proses keperawatan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Selain itu ada faktor pendukung yaitu keluarga tampak kooperatif dan memotivasi klien dalam kegiatan yang dapat meringankan rasa nyeri. E. Evaluasi Gambaran umum keadaan diakhir penerapan proses keperawatan adalah nyeri berhubungan dengan refluk peristaltik pada tanggal 13-14 April 2016 jam 13: 45 WIB dari hasil evaluasi didapatkan data subjektif klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 4. Pengkajian nyeri pasien P : Pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak sudah berkurang, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian atas, S : Skala nyeri 4, T : Nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit , dan data objektif klien tidak lemah, klien tampak rileks. TD : 120/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 88 x/menit, S : 36,8 ̊c. Sehingga kesempulan dari evaluasi diatas adalah masalah teratasi, oleh AkademiKeperawatanNgudiWaluyo karena itu rencana keperawatan yang akan dilakukan penulis adalah keperawatan mandiri dan motivasi pasien yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan ketegangan otot dan rangsangan sistem saraf simpatis. Tanggal 14 April 2016 jam 08:00 WIB didapatkan evaluasi dari Ny.J menyatakan P : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri, Q : Tidak ada nyeri, R : Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri di perut bagian atas, S : Skala nyeri 2, T : Nyeri hilang. Keadaan umum pasien komposmetris dan terlihat rileks, TD : 120/90 mmHg, RR : 20 x/menit, N : 86 x/menit, S : 36,8 ̊c. Sehingga kesimpulan dari evaluasi di atas adalah masalah teratasi. Sehingga penetapan intervensi selanjutnya tindakan keperawatan mandiri dan tetap motivasi pasien melakukan teknik relaksasi nafas dalam saat nyeri kambuh, yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan ketegangan otot dan rangsangan sistem saraf simpatis. (Smeltzer & Bare, 2013). Kesimpulan 1. Penulis malakukan pengkajian pada Ny.J dengan cara autoanamnesa dan allowanamnesa, dan data dapat diperoleh penulis dari data subyektif dan data obyektif. 2. Setelah melakukan pengkajian pada Ny.J, penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Nyeri akut yang berhubungan dengan refluk peristaltik. 3. Setelah penulis menegakan diagnosa, penulis menyusun Intervensi yang ditetapkan untuk mengatasi masalah Ny.J antara lain : kaji dan pantau karekteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, kompres hangat, berikan terapi sesuai dengan terapi Dokter. 4. Penulis melakukan implementasi dari semua intervensi nyeri akut selama 2 hari dari tanggal 13-14 April 2016. 5. Tahap akhir dari proses keperawatan yang penulis lakukan mengevaluasi tahap keadaan klien terhadap tindakan. Dimana saat dievaluasi permasalahan nyeri akut yang muncul sudah teratasi dikarenakan sudah mencapai kriteria hasil yang diharapkan penulis. Penulis merasa belum optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.J dengan nyeri akut. Hal ini tidak jauh dari adanya faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat adalah terbatasnya waktu dalam pemberian asuhan keperawatan, nyeri yang hilang timbul sewaktu-waktu dan tidak bisa diprediksi. Sedangkan faktor pendukungnya adalah pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan. Saran Bagi Institusi Rumah Sakit Hendaknya memberlakukan standar operasional prosedur untuk penanganan nyeri berdasarkan masingmaisng penyebab nyeri. Memperbanyak peralatan yang dpaat digunakan untuk penanganan nyeri, seperti buli-buli, karena dengan menggunakan kompers buli-buli hangat pasien dapat dikelola secara optimal dan mempercepat proses penyembuhan. DAFTAR PUSTAKA Billous & Donelly, (2015). Buku pegangan Diabetes mellitus. Alih bahasa Egi Komara Yudha. Edisi 4. Jakarta: Bumi medika. Budiono & Pertami, (2015). Buku konsep dasar keperawatan. Alih bahasa Restu Damayanti. Edisi 1. Jakarta: Bumi Medika . AkademiKeperawatanNgudiWaluyo Carpenito & Moyet, (2013). Buku saku Diagnosa keperawatan. Alih bahasa Fruriolina Ariani. Edisi 13. Jakarta: EGC. Corwin, (2009). Buku saku patofisiologi. Alih bahasa Nike Budhi Subekti. Edisi 3. Jakarta: EGC. Damayanti, (2015). Diabetes Melitus dan penatalaksanaan keperawatan. Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta. Dewi, Dina; Setyoadi; Widastra, Ni Made, (2009), Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri, Jurusan Keperawatan, Universitas Brawijaya, Malang, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of Nursing), Volume 4, No.2 Juli 2009 Hendra, (2013). Buku panduan penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Alih bahasa Indah Suci Widyahening. Edisi 2. Balai penerbit FKUI, Jakarta. Herdman, T., & Kamitsuru, Shigemi. (2015). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20152017. West Sussex UK: NANDA International Inc. Mubarak , (2007). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC. Murwani , (2008). Buku ketrampilan dasar praktek klinik keperawatan. Alih bahasa Indra. Edisi 1. Yogyakarta: penerbit fitramaya. Nurarif & Kusuma. (2013). NANDA Internasional diagnosis keperawatan : Defenisi dan dan klasifikasi Jakarta: EGC. 2013- 2015. Padila, (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 1. Nuha medika: yogyakarta. Potter & Perry, (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan praktik. Alih bahasa Renata komalasari, Dkk. Edisi 4 olume 2. Jakarta: EGC. Price & wilson L.M, (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Brahm Upendit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC. Rohmah & Walid, (2013). Buku proses keperawatan: teori dan aplikasi. Alih bahasa Leelo Legowo. AR-RUZZ media: jogjakarta. Sani, Aida Tyas Kartika; Winarsih; Fajriyah, Nuniek Nizmah, (2013), Efektifitas Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout, Prodi Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Pekajangan, Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK), Vol V, No II, September 2013. Smeltzer & Price, (2005). Buku ajar Medikal Bedah. Edisi 8. volume 2. Jakarta EGC. Soegndo & Soewondo, (2013). Buku penatalaksanaan Diabetes Melitus. Alih bahasa Indah Suci. Edisi 2. Balai penerbit FKUI, Jakarta. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., & Kusnandar. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI. AkademiKeperawatanNgudiWaluyo Sustrani & Alam & Hadibroto, (2010). Imformasi lengkap untuk penderita dan keluarga DIABETES. Edisi 5. Alih bahasa Asep D. Maksudi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tandra, (2013). Life healthy with Diabetes: Diabetes mengapa dan bagaimana. Setting Binudi. Percetakan: ANDI OFFSET, Jogjakarta. Wijaya & Putri, (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Nuha Medika: Yogyakarta. Wilkinson & Nancy R. Ahern, (2012). Buku saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih bahasa Esty Wahyuningsih. Edisi 9. Jakarta EGC. Wurangian, Mellynda; Bidjuni, Hendro; Kallo, Vandri, (2014), Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado, Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado. AkademiKeperawatanNgudiWaluyo