BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat
serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan,
tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu
mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari
manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.1 Dengan
demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan
untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan
berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom
of expression).2
Reformasi yang berlangsung sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia
memasuki transisi dari negara dengan sistem otoriter menuju negara yang
demokratis. 3 Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan landasan bagi
kehidupan bangsa yang menerapkan nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar ideologi Negara yaitu Pancasila.
1
Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam
Pasal 28 UUD 1945, (Bandung : Lembaga Penelitian UNPAD, 2000), p. 15.
2
Ibid., p. 16.
3
Inu Kencana Syaffie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2002), p. 27.
2
Reformasi tersebut pada dasarnya menuntut sistem politik pengawasan dan
keseimbangan (checks and balances), supremasi hukum, penghormatan hak asasi
manusia (HAM), menegaskan kebebasan berpendapat, serta kebebasan berkumpul
dan berserikat.4
Setiap warga negara bebas melaksanakan permusyawaratan, rapat, forum
dialog, dan sebagainya, serta bebas untuk menjadi anggota suatu perkumpulan,
organisasi, atau partai yang mempunyai komitmen dan tujuan untuk memajukan
bangsa dan Negara Indonesia. Contoh penerapan budaya demokrasi dalam
kehidupan sehari–hari berdasarkan prinsip kebebasan berkumpul dan berserikat
adalah organisasi kemasyarakatan yang biasa disebut Ormas.5 Ormas dapat
dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan,
profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan, budaya, ekonomi, hukum
dan sebagainya. Ormas merupakan peran serta masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan untuk memajukan kehidupan yang berkeadilan dan kemakmuran.
Sejak awal kemerdekaan, organisasi-organisasi terus bermunculan. Tiap
organisasi dengan karakteristik yang dimiliki mencoba mengoptimalkan peran
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kekosongan kekuasaan dan institusi
sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, organisasiorganisasi itu tentu saja berhadapan dengan realitas perubahan sosial yang dilalui
sepanjang sejarahnya.
Perkembangan dan perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan
politik, memberikan pengaruh yang fungsional terhadap perkembangan pemikiran
4
5
Ibid., p. 28.
Rukmana Amanwinata, loc.cit.
3
ormas. Rumusan pemikiran tersebut kemudian membentuk satu sistem nilai yang
menjadi referensi atau rujukan aktivitas ormas baik dalam kapasitas individualnya
maupun kelembagaan.6 Tiap organisasi, masing-masing mengadopsi pemikiran ini
menjadi basis gerakan sosial. Keberadaan ormas di Indonesia sebenarnya
mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia. Bahkan
sebagian dari organisasi kemasyarakatan tersebut akhirnya menjadi partai politik
yang mempelopori gerakan kebangsaan.
Di Bali, terdapat beberapa ormas yang masing-masing memiliki massa
yang bisa dibilang tidak sedikit. Ormas-ormas yang ada memiliki berbagai agenda
menyangkut sosial kemasyarakatan hingga perpolitikan. Ormas-ormas di Bali juga
sangat aktif berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai
kegiatan politik. Peran aktif ormas selain menjaga situasi kondusif dan keamanan
Pulau Dewata dalam rangka Pemilu maupun Pemilukada, tidak jarang ormas juga
terlibat langsung dalam mensukseskan salah satu kandidat yang akan maju
maupun salah satu partai politik.
Ormas di Bali sendiri dewasa ini sudah semakin terorganisir dengan baik.
Ada beberapa latar belakang berdirinya ormas, salah satunya adalah lahir akibat
hubungan atau afiliasi ormas dengan Parpol atau penguasa seperti FPD, Laskar
Bali, Baladika Bali, dan PBB. Dengan latar belakang ini, maka organisasi
masyarakat memiliki keterikatan dengan kekuasaan Parpol atau tokoh masyarakat
tertentu. Tidak semua ormas lahir dari afiliasi (pembentukan kontak-kontak sosial
yang menghasilkan sebuah pertalian) dengan partai politik atau penguasa. Latar
6
Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta:
SIPress, 1999), pp. 16-17.
4
belakang yang kedua adalah lahir dari kelompok yang mengatasnamakan
kekuasaan atas sebuah kawasan atau daerah seperti SDPD dan Armada Racun.
Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat ini memiliki keterikatan
dengan kawasan dan anggota kelompok tersebut.
Di Kota Denpasar pada khususnya, kemunculan ormas dapat ditelusuri ke
belakang pada era 1960-an, ketika Suka Duka Pemuda Denpasar dibentuk.
Kelompok ini ingin melindungi Denpasar dari kelompok yang disebut “Anak
Sudirman”, atau militer non-Bali dari Kodam Udayana, yang berupaya melakukan
hal-hal yang negatif di Denpasar. Selain Suka Duka Pemuda Denpasar ada juga
Armada Racun, dan Forum Peduli Denpasar yang sudah lebih terorganisasi
dengan baik.
Sepintas, FPD berwujud sebuah organisasi yang santun. Organisasi ini
menggalang dukungan untuk pengungsi Timor Timur, dan menawarkan bantuan
bagi korban serangan bom di Legian pada Oktober 2002 sampai-sampai menerima
penghargaan bergengsi dari Kapolri, Dai Bachtiar, dalam sebuah acara besar di
Hotel Borobudur di Jakarta. Akan tetapi, FPD menunjukkan wajah kurang ramah
ketika menyerang seorang pembela salah satu pelaku insiden bom Bali, dan
terlibat dalam swiping anti pendatang pada 2002 dan 2003.7 Organisasi
kemasyarakatan sangat berkembang secara pesat dan kemunculan ormas-ormas
lainnya seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu, dan lain-lain
memiliki cakupan yang semakin luas hingga ke pelosok-pelosok desa di
Denpasar. Dua ormas pertama mempunyai massa terbesar di Bali. Setiap desa
7
A. Prasetyo (ed.), Henk Schule Nordholt, Bali Benteng Terbuka 19952005, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2010), p. 55.
5
ataupun kelurahan pasti memiliki perwakilan untuk daerah tersebut yang sering
disebut dengan koordinator lapangan atau akrab di telinga dengan sebutan korlap
yang akan mengkoordinir kegiatan ormas tersebut.
Kota Denpasar memiliki jumlah penduduk sebanyak 788.445 jiwa. Secara
administratif pemerintahan Kota ini terdiri dari 4 Kecamatan, 43 desa atau
kelurahan dengan 209 dusun.8 Kehidupan sosial masyarakat di Kota Denpasar
sangatlah beragam. Kehidupan sosial di Kota Denpasar memang sudah berada
dalam kumpulan desa serta banjar dan kelompok lainnya, akan tetapi saat ini
berkembang dengan dibebaskannya masyarakat tersebut berkumpul bersama
dengan cara membentuk susunan organisasi diluar desa atau lingkungannya.
Masyarakat di Kota Denpasar cenderung membentuk kelompok sendiri ataupun
ikut terlibat dengan ormas yang sudah ada.
Setiap sudut Kota Denpasar bisa dilihat berbagai spanduk-spanduk
maupun baliho yang menunjukkan keberadaan ormas di Kota Denpasar. Masingmasing ormas memiliki agenda dan program kerja mereka masing-masing yang
melingkupi kesejahteraan anggota dan masyarakat luas. Namun kebanyakan yang
terlihat mereka hanya berkegiatan untuk lingkup intern saja, dan belum ada
gerakan berarti untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat luas.
Selain itu, memang kerap terjadi bentrok yang melibatkan ormas. Ormas
dengan ormas seperti FPD dengan Laskar Bali pada awal tahun 2000an, atau
ormas dengan masyarakat umum seperti kasus Laskar Bali di karaoke Denpasar
Moon. Ini tentu membuat tanda tanya di masyarakat apa sebenarnya fungsi ormas
8
Pemerintah Kota Denpasar, Dresta Ilkita Pemerintah Kota Denpasar,
(Denpasar: 2010), p.20.
6
tersebut. Mereka seolah-olah hanya berjuang untuk kepentingan golongannya
saja. Sejauh ini, keberadaan dan aktivitas sosial ormas-ormas tersebut belum
terlalu terlihat di Kota Denpasar. Masing-masing ormas hanya menampakkan diri
dengan memasang baliho disetiap sudut Kota. Dari banyaknya ormas yang
terdapat di Kota Denpasar, beberapa ormas dengan massa yang besar sudah
mendaftar secara resmi di Kesbanglinmaspol. Salah satunya adalah Baladika Bali
yang sudah mendaftarkan organisasinya secara resmi di Badan Kesbangpolinmas
Provinsi Bali dengan nomer inverntarisasi ; 220 / 208 / KBPM / ORG.9
1.2 Rumusan Masalah
Suatu penelitian disebabkan oleh adanya sesuatu masalah yang
memerlukan suatu solusi dan pemecahan yang tepat. Dalam penulisan ini yang
menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota
Denpasar?
b. Bagaimana dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar?
c. Apa kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota
Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Agar sesuatu dapat terlaksana dengan baik, maka kegiatan ini harus
dilandasi dengan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas tersebut
9
DPD BALADIKA BALI, Anggaran Dasar Keluarga Suka Duka
Baladika Bali, (Denpasar: 2008), p. 2.
7
maka dapat direncanakan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan baik,
efektif dan efisien.
Bertolak pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka dapat
dikemukakan tujuan penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui
bagaimana
perkembangan
awal
organisasi
kemasyarakatan di Kota Denpasar.
b. Untuk mengetahui dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar.
c. Untuk mengetahui kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat
di Kota Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat teoritis dan praktis,
baik itu kepada pribadi maupun orang lain. Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka melalui penelitian ini
diharapkan mampu memperoleh manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai
berikut:
a.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitianpenelitian yang berkenaan dengan keterlibatan dan usaha organisasi
kemasyarakatan (ormas) dalam mewujudkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat. Selain itu pula dapat memberikan informasi dan masukan yang
memperjelas konsep maupun teori mengenai hubungan antar organisasiorganisasi kemasyarakatan yang ada.
8
b.
Manfaat Praktis
1) Bagi masyarakat di Kota Denpasar, diharapkan penelitian ini mampu
memberikan
pengetahuan
kepada
masyarakat
tentang
Organisasi
Kemasyarakatan dan bagi masyarakat yang ingin bergabung agar lebih
bijak dalam memilih ormas.
2) Bagi organisasi kemasyarakatan, diharapkan agar setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan harus berlandaskan kepada
AD/ART yang ada pada setiap organisasi kemasyarakatan.
3) Bagi pemerintah, diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam
mengambil kebijakan terkait menyikapi masalah-masalah ormas di
masyarakat, dan konflik-konflik ormas yang sering terjadi.
4) Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang
perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar.
1.5 Tinjauan Pustaka
Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Putra Widia Sukma dengan judul
“Eksistensi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam Partai Politik di
Kecamatan Sukawati” pada tahun 2013. Hasil penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Kecamatan Sukawati yang
bertujuan untuk dapat mengetahui (1) sejauh mana keterlibatan organisasi
kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik di Kecamatan Sukawati (2) strategi
9
yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai
politik di Kecamatan Sukawati (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi
kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik di
Kecamatan Sukawati. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah:
(a) anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) (b) anggota partai politik (c) tokoh
masyarakat dan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan empiris dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik
observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Serta dalam penelitian deskriptif
kualitatif ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang teramati dengan metode pengambilan sampel
(purfursip sampling).
Hasil penelitian ini adalah (1) keterlibatan organisasi kemasyarakatan
(ormas) dalam partai politik sejauh ini terlihat dalam (a) memberikan pengawalan
dalam kegiatan partai politik (b) turut serta hadir dalam undangan rapat partai
politik (c) memberikan dan mencarikan dukungan bagi anggota partai politik (d)
menjalin bentuk kerjasama atau kesepakatan antara anggota organisasi
kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai politik (e) pemasangan atribut
oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun partai politik. (2) Strategi yang
dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik
yaitu (a) karena adanya kedekatan dari salah seorang anggota organisasi
kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai yang mengarah pada seluruh
10
anggota organisasi kemasyarakatan (ormas). (3) kendala yang dihadapi oleh
organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik
yaitu (a) susahnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menolak
ajakan dari anggota partai politik tersebut (b) sulitnya organisasi kemasyarakatan
(ormas) menyepakati kesepakatan kerja sama (c) ruang gerak organisasi
kemasyarakatan (ormas) menjadi sangat terbatas (d) sulitnya anggota organisasi
kemasyarakatan (ormas) kami dalam lingkungan masyarakat mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. 10 Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan
bahwa sifat ormas yang seharusnya mandiri, netral dan tidak menjadi anggota
kekuatan politik manapun perlahan sudah menyimpang dan tidak sesuai dengan
AD/ART yang telah dibuat ormas tersebut. Keterlibatan ormas dalam partai
politik memungkinkan adanya potensi konflik antar anggota ormas yang berbeda
prinsip dan kepentingan, dan juga konflik ormas dengan ormas lainnya yang
berbeda bendera partai.
Kekurangan dari penelitian ini adalah :
1. Cakupan atau ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas karena
penelitian ini hanya meneliti eksistensi ormas dalam partai politik di
Kecamatan Sukawati.
2. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dari anggota ormas,
pengurus parpol, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Sukawati.
10
I Wayan Putra Widia Sukma, “Eksistensi Organisasi Masyarakat
(ORMAS) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2013.
11
3. Penelitian ini terlalu terfokus mengenai eksistensi ormas dalam partai
politik.
Penelitian lainnya yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tjokorda Istri Amrita Purnama dengan judul
“Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja” pada tahun 2014. Hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Desa Peguyangan Kaja yang
bertujuan untuk dapat mengetahui (1) eksistensi ormas di Desa Peguyangan Kaja
(2) syarat pendirian dan pendaftaran ormas di Desa Peguyangan Kaja (3) kendala
yang dihadapi oleh ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan
Kaja.
Hasil penelitian ini adalah (1) ada beberapa ranting dari ormas-ormas
menunjukkan keberadaannya di Desa Peguyangan Kaja, melalui berbagai kegiatan
sosial, dan berbagai atribut ormas seperti spanduk dan baliho di lingkungan Desa
Peguyangan Kaja (2) dipilihnya seorang Korlap (Koordinator Lapangan) untuk
mengawasi ormas di Desa Peguyangan Kaja yang nantinya akan merekrut anggota
di daerahnya yang telah berusia 17 tahun. Namun sebelum korlap merekrut
anggota, DPD (Dewan Pengurus Daerah) akan memanggil dan memberi
pemahaman jelas tentang visi dan misi ormas (3) kendala yang dihadapi ormas
adalah membina anggota yang bisa dikatakan sudah terlanjur terjerumus dalam
12
gaya hidup yang arogan dan keras. Sangat jelas, untuk meluruskan mereka
kembali dibutuhkan kesabaran, kebesaran hati, dan keikhlasan. 11
Kekurangan dari penelitian ini adalah :
1. Ruang lingkup penelitian terlalu kecil yaitu hanya Ormas Baladika Bali
Korlap Peguyangan Kaja.
2. Ormas Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja memiliki 4 korlap, namun
yang diteliti pada penelitian ini hanya 1 korlap saja sehingga hal ini tidak
dapat mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, kewajiban ormas dalam
pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja.
3. Korlap Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja yang diteliti masih
termasuk korlap baru yang baru berusia ± 3 tahun, jadi kurang mewakili
jika diteliti mengenai fungsi, hak, dan kewajiban ormas dalam
pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja.
Dari kedua penelitian di atas, saya tertarik untuk mengambil penelitian
yang berjudul “Perkembangan Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar era
orde baru - reformasi tahun 1970 - 2014”. Penelitian ini menggabungkan antara 2
penelitian
sebelumnya,
mencakup
tentang
pemberdayaan
ormas
dalam
masyarakat, dan hubungan ormas dengan partai politik. Kelebihan dari penelitian
ini yaitu penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu
perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru reformasi pada tahun 1970 - 2014. Penelitian ini meneliti tentang latar belakang
11
Tjokorda Istri Amrita Purnama, “Fungsi, Hak, Dan Kewajiban
Organisasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan
Kaja”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2014.
13
lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dinamika organisasi
kemasyarakatan di Kota Denpasar, dan kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi
masyarakat dan partai politik di Kota Denpasar. Penelitian ini ruang lingkupnya
lebih luas karena tidak hanya meneliti 1 ormas melainkan 6 ormas yang ada di
Kota Denpasar.
1.6 Metodologi Sejarah yang Digunakan
Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat
disebut masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat
bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana memandangnya, dimensi mana
yang diperhatikan. Dalam metodologi, terus menerus mengecek semua langkah
dalam pekerjaan dan pemikiran. Pendekatan empiris digunakan sebagai suatu cara
pendekatan dimana gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar (real
situation). Gejala yang ada secara wajar adalah gejala yang telah ada tersebut
memang sudah ada sebelum penelitian ini dilakukan sehingga gejala itu tidak
perlu dibuat lagi.12
Pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Secara umum pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami
(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat
menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Pendekatan kualitatif adalah salah satu
metodologi untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah
12
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:
Bumi Aksara. 1999), p. 26.
14
yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan
terkontrol atas dasar empiris,13 jadi bukan hanya menyajikan data apa adanya
melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada
yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung.
Pendekatan ini juga berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian,
perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, pemeriksaan data, dan analisis dan
penafsiran data.14
Dalam sistem kecil terdapat 3 unsur ialah ekonomi, sosial, dan politik.
Kedudukan sejarah, sosial, dan politik adalah saling memerlukan dan saling
memberi kontribusi. Dalam hal ini, penelitian senantiasa memerlukan bahasa
sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang
terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia dan waktunya.
Kehidupan sosial masyarakat lambat laun mulai berkembang, membentuk wadah
organisasi, berinteraksi dengan banyak karakter yang berbeda karakteristik, dan
peran penting yang mulai diembannya.
1.7 Kerangka Teoritis dan Konseptual
1.7.1
Kerangka Teoritis
Kajian historis bertujuan untuk menyusun rekonstruksi masa lalu dengan
cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti
13
Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), p. 5.
14
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), pp. 63-64.
15
untuk menegakkan fakta guna memperoleh simpulan yang kuat.15 Dalam upaya
membantu proses tersebut, peneliti perlu menggunakan teori tertentu sehingga
dapat menghasilkan tulisan sejarah yang ilmiah dan pengetahuan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Teori berguna sebagai kerangka penelitian, generalisasi,
dan memberikan prediksi awal terhadap suatu permasalahan yang hendak dikaji.
Seperti disebutkan Sartono Kartodirdjo dalam buku “Pendekatan Ilmu Sosial
dalam Metodelogi Sejarah”, teori sangat penting karena :
“ . . memudahkan peneliti dalam merumuskan substansi penulisan naratif dengan
segala unsur-unsurnya, seperti fakta-fakta, subfakta, struktur, dan proses; faktorfaktor; dan lain sebagainya. Tanpa kerangka teoritis dan konseptual tidak ada
butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi, argumentasi.”16
1.7.1.1 Teori Konflik
Ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan, dinamika yang terjadi pada
gerakan sosial tidak bisa dilepaskan dari konflik. Konflik berlangsung dengan
pihak luar dan juga didalam tubuh organisasi. Organisasi sosial merupakan hasil
dari ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan sehingga tidak bisa memenuhi
kebutuhan.
Kesenjangan
ketidakharmonisan.
realitas
dengan
Dihadapkan pada
idealisme
mengandung
kepentingan naluri manusia
makna
yang
menginginkan kepenuhan kebutuhan, kesenjangan membuka ruang untuk
melakukan perubahan.
15
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV Rajawali,
1992), p.16.
16
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), pp. 85-86.
16
Lewis Coser dalam bukunya yang berjudul “The Functions of Social
Conflict (1956)”, mengemukakan bahwa tidak ada teori konflik sosial yang
mampu merangkum seluruh fenomena konflik karena hasilnya prematur.17 Oleh
karena itu, Coser tidak mengonstruksi teori umum. Ia hanya berusaha untuk
menjelaskan konsep konflik sosial serta mengonsolidasikan skema konsep itu,
sesuai dengan data yang berlangsung dalam konflik sosial. Caranya adalah dengan
mengintegrasikan teori konflik yang dikembangkan oleh George Simmel. 18
Konflik dapat bersifat instrumental untuk pembentukan penyatuan dan
pemeliharaan struktur sosial. Coser melihat adanya keuntungan dengan
munculnya konflik sosial sebagai katup penyelamat (savety-value). Katup
penyelamat membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan
seluruh struktur. Konflik membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang
sedang kacau.19 Coser melihat konflik merupakan jalan keluar yang meredakan
permusuhan. Katup penyelamat dalam hal ini hanya sebagai pengalihan masalah
aslinya, jadi bersifat sementara.
Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik
yang realistis dengan yang tidak realistis.20 Konflik yang realistis berasal dari
kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang tidak terpenuhi. Sedangkan
konflik tidak realistis, adalah konflik yang bukan berasal dari persaingan yang
17
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta, CV Rajawali,
1984), p. 107.
18
Lewis Coser, The Fungtions of Social Conflict, (New York: The Free
Press, 1956), pp. 34-37.
19
Ibid., p. 41.
20
Ibid., p. 49.
17
bersifat antagonis dan sepihak. Perspektif Coser tentang konflik sosial adalah
banyak ahli sosiologi cenderung memandang pada sisi negatif.
Menurut Coser, bahwa konflik sosial dapat membantu mengeratkan ikatan
kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami
disintegrasi, atau berkonflik dengan masyarakat lain dapat terintegrasi. 21 Dalam
hal ini, bagaimana konflik dapat memberi sumbangan pada ketahanan dan
adaptasi kelompok, interaksi dan sistem sosial. Integrasi dapat terjadi dengan
meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan
keutuhan dan keseimbangan.22
Sumbangan integrasi sosial ini bisa saya lihat pada awal perjuangan
revolusi, dimana masyarakat Indonesia berhasil bersatu melawan Belanda. Kedua,
bahwa konflik sosial mampu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan
kelompok lain.23 Sepanjang awal revolusi sampai sekarang, ketika ada masalah
bersama, elemen pemuda dan pelajar selalu membangun aliansi. Baik itu oleh
ormas, perkumpulan, dan lain-lain. Masing-masing berkumpul dan menyatakan
sepakat menyelesaikan masalah bersama-sama. Seperti yang terjadi pada
Deklarasi Cipayung tahun 66.
Ketiga, konflik sosial dapat mengaktifkan peran individu yang semula
terisolasi.24 Semula, partisipasi anak-anak sekolah tidak pernah dianggap sebagai
bagian dari penentu perubahan sosial. Tapi ketika secara organisatoris melawan
komunis pada tahun 1965, dan mengajak anak-anak sekolah ikut bersama-sama
21
Ibid., p. 72.
Margaret M. Poloma, op.cit., p. 115.
23
Lewis Coser, op.cit., p. 93.
24
Ibid., p. 118.
22
18
berdemonstrasi. Terbukti, mereka memiliki potensi dan jumlah dan kekompakan
menentang komunis. Pengakuan terhadap kelompok terisolasi dan meniadakan
kepentingan personal bisa menjadi gerakan radikal ketika berhadapan dengan
musuh.
Keempat, konflik sosial juga membantu fungsi komunikasi antar berbagai
kelompok masyarakat.25 Dalam hal ini, konflik mampu mempertegas siapa lawan
dan siapa kawan, dengan adanya komunikasi, antar kelompok membangun
kepercayaan dan memutuskan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi
musuh bersama. Komunikasi antar kelompok juga memungkinkan munculnya ide
terbaik dalam menyusun perubahan sosial yang dikehendaki bersama.
Keempat sumbangan teori konflik yang dikembangkan Lewis Coser diatas
digunakan untuk membedah perjalanan ormas sepanjang masa Orde Reformasi,
polemik tentang ormas selalu bernada negatif. Diskriminasi terhadap ormas
sebagai fundamentalis, radikal, arogan sampai premanisme, selalu membayangi
perjalanan ormas.
1.7.1.2 Teori Interaksi Sosial
Interaksi
sosial
merupakan
suatu
proses
dimana
orang-orang
berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti yang
diketahui bahwa, manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari
hubungan satu dengan yang lainnya (makhluk sosial). Interaksi sosial merupakan
25
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern,
(Jakarta: Kencana, 2004), p. 159.
19
hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok dengan kelompok, dan
antara individu dengan kelompok.26
Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa, Interaksi sosial
adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok
orang, dan orang perorang dengan kelompok.27 Gillin dan Gillin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam
proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses
asosiatif yang terdiri dari kerjasama, akomodasi, dan asimilasi, dan proses
dissosiatif yang terdiri dari persaingan dan pertentangan.28
1.7.2
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan antar
variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep
dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan dalam studi kepustakaan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi
atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian.
Judul dari penelitian ini mengangkat mengenai organisasi kemasyarakatan
atau ormas. Organisasi kemasyarakatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Organisasi merupakan perkumpulan masyarakat yang membentuk
organisasi yang sifat dan strukturnya teratur, biasanya mulai dari
26
Elly M. Setiadi, et.al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Edisi Kedua,
(Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2007), p. 92.
27
Ibid.
28
Ibid., p. 97.
20
tingkat tertinggi/pusat sampai tingkat terendah/pimpinan di tingkat
daerah atau bahkan rukun warga.29
 Kemasyarakatan berasal dari kata “masyarakat” yang berarti
kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu
kesatuan yang besar yang saling membutuhkan, memiliki ciri-ciri
yang sama sebagai kelompok.30 Sejalan dengan itu, yang dimaksud
dengan “masyarakat” berarti sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama;
sedangkan
kata
“kemasyarakatan”
diartikan
sebagai
perihal
(mengenai) masyarakat.31
 Organisasi kemasyarakatan dapat dengan menggabungkan pengertian
“organisasi” dengan pengertian “kemasyarakatan”, sebagaimana
uraian diatas arti organisasi kemasyarakatan adalah sekelompok
orang, yang mempunyai visi, misi, ideologi dan tujuan yang sama,
mempunyai anggota yang jelas, mempunyai kepengurusan yang
terstruktur sesuai hierarki, kewenangan, dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka memperjuangkan anggota dan kelompoknya di
bidang/mengenai/perihal
kemasyarakatan
seperti
pendidikan,
kesehatan, keagamaan, kepemudaan, dan lain-lain dalam arti
kemasyarakatan seluas-luasnya.
29
Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), p. 967.
30
Ibid., p. 872.
31
Ibid.
21
Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan adanya
kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk bergabung
pada kelompok masyarakat dalam sebuah organisasi yang pelaksanaannya
diatur dalam undang-undang. Kepentingan para anggota masyarakat
tidaklah senantiasa sama, namun kepentingan yang sama mendorong
pengelompokkan diantara mereka. 32
1.8 Metode Penelitian dan Sumber
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan aktivitas yang diamati.33 Sifat istimewa dari data
verbal ini adalah bahwa data itu mengatasi ruang dan waktu, sehingga membuka
kemungkinan bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang gagasan dan
aktivitas sosial yang telah musnah.34 Selain melakukan kajian terhadap dokumen
yang ada juga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial
tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kota Denpasar.
Deskripsi historis digunakan untuk membantu memetakan uraian teoritis
skripsi sehingga data dan informasi yang ada bisa tersusun sistematis. Uraian
teoritis itu dapat menempatkan kejadian dalam suatu kerangka untuk membuat
32
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa,1980),
p. 95.
33
Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1992), p. 19.
34
Sartono Kartodirdjo, “Metode Penggunaan Bahan Dokumen” dalam
Koentjaraningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1981), p. 63.
22
perbandingan atau dalam mencari gejala-gejala sosial yang serupa data empiris
sebagai petunjuk fakta yang menjadi referensi empiris dari konsep dan teori.35
Menggunakan prosedur ini bahan masa lampau yang termuat dalam dokumen
tersusun secara sistematis, sehingga kemampuan menerangkan harus diperinci,
dengan pendekatan kualitatif peneliti berharap semua kejadian dan data yang ada
disajikan secara kompleks dari kekuatan-kekuatan sosial, digambarkan sebagai
suatu proses sosial yang unik, dan digambarkan sedemikian rupa sehingga tampak
hubungan antara sektor ekonomi, sosial, politik dan keagamaannya. Dilakukan
dengan melakukan wawancara terbuka dan penelusuran lewat dokumen. Hal ini
digunakan untuk memberikan landasan bagi penjelasan adanya asumsi keterkaitan
antara masa lalu dengan fenomena yang terjadi saat ini.36 Dua hal yang
dimilikinya, mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya suatu fenomena. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan secara
menyeluruh dan utuh terhadap suatu fenomena. Sumber-sumber yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ormas, buku-buku AD/ART
ormas, buku-buku yang membahas ormas, sosial, dan politik, wawancara dengan
tokoh-tokoh ormas dan juga masyarakat umum, internet, dan skripsi yang
menelaah mengenai Ormas.
35
Ibid., p. 65.
Masri Singarimbun, Tipe, Metode dan Proses Penelitian, (Jakarta:
LP3ES, 1981), p. 04.
36
23
1.8.1
Subjek dan Lokasi Penelitian
Sebuah penelitian haruslah ada subjek yang akan dijadikan sebagai
pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Subjek penelitian
adalah setiap pendukung atau orang yang dapat memberikan informasi mengenai
permasalahan yang dikaji dalam penelitian yang biasanya disebut informan.
Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk penelitian. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data
yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka
mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dalam hal ini,
yang
menjadi
subjek
penelitian
yaitu
:
(1)
Tokoh-tokoh
Organisasi
Kemasyarakatan di Kota Denpasar (2) Masyarakat Kota Denpasar.
Lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi situasi sosial, yang
dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Lokasi
penelitian yang dipilih adalah di Kota Denpasar, Bali. Pemilihan lokasi ini
disebabkan karena banyaknya organisasi kemasyarakatan yang bermunculan di
Kota Denpasar, dan juga eksistensi organisasi kemasyarakatan dominan terlihat di
wilayah Kota Denpasar.
1.8.2
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh
gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial, yang diperoleh dengan metode
24
lainnya.Dalam hubungan ini, peneliti akan tinggal di lokasi penelitian dalam
jangka waktu tertentu untuk mengamati segala aspek rutinitas sosial budaya yang
berkaitan dengan latar belakang tentang tinjauan perspektif sosial-politik yang
terjadi di Kota Denpasar.
b. Wawancara
Dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari para
informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Selanjutnya informasi dari
informan itu dicatat secara sistematis. Informan yang diwawancarai dalam
penelitian ini adalah I Nyoman Sugiartha (Korlap Baladika Bali Peguyangan
Kaja), Nyoman Gde Sudiantara, S.H (Ketua Dewan Pembina Baladika Bali), A.A
Bagus Indralaba (Sekjen Laskar Bali), A.A Made Sumenadi (Ketua Harian II
Laskar Bali), Made Muliawan Arya, S.E (Ketua I Pemuda Bali Bersatu), I Made
Sudira (mantan anggota SDPD, dan anggota Dewan Pembina FPD), I Made
Sudhana Lokanthara, S.Th (mantan anggota Armada Racun), I Gede Gobleg
(mantan anggota Armada Racun).
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan
permasalahan-permasalahan yang akan dikaji, yaitu dengan menggunakan
rekaman atau foto guna mendapatkan tinjauan teoritis sebagai bahan
pertimbangan. Dalam hubungan ini, peneliti akan mendokumentasikan semua hal
yang berkaitan dengan jenis data yang hendak diteliti nantinya.
25
1.9 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam bentuk skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yaitu :
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
sejarah yang digunakan, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan
sumber-sumber yang digunakan, dan sistematika penulisan.
Bab II Lahirnya Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab
ini membahas tentang sejarah perkembangan organisasi kemasyarakatan dan
bagaimana lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. Bab ini juga
menguraikan tentang keberadaan ormas Suka Duka Pemuda Denpasar, Armada
Racun, Forum Peduli Denpasar, Laskar Bali, Baladika Bali, dan Pemuda Bali
Bersatu.
Bab III Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab
ini menguraikan tentang dinamika-dinamika yang terjadi pada organisasi
kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti hak, dan kewajiban anggota organisasi
kemasyarakatan, hubungan antar organisasi kemasyarakatan, hubungan organisasi
kemasyarakatan dengan masyarakat, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan
partai politik, dan kendala-kendala yang dihadapi organisasi kemasyarakatan
seperti dalam pembinaan anggota dan cara ormas dalam menyelesaikan konflik.
Bab IV Kontribusi Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada
bab ini menguraikan tentang kontribusi-kontribusi yang ditunjukkan organisasi
kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti kontribusi ormas kepada masyarakat
dan juga kontribusi ormas kepada partai politik.
26
Bab V Kesimpulan. Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian
mengenai perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde
baru-reformasi.
Download