BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan, tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.1 Dengan demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom of expression).2 Reformasi yang berlangsung sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia memasuki transisi dari negara dengan sistem otoriter menuju negara yang demokratis. 3 Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan landasan bagi kehidupan bangsa yang menerapkan nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar ideologi Negara yaitu Pancasila. 1 Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945, (Bandung : Lembaga Penelitian UNPAD, 2000), p. 15. 2 Ibid., p. 16. 3 Inu Kencana Syaffie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2002), p. 27. 2 Reformasi tersebut pada dasarnya menuntut sistem politik pengawasan dan keseimbangan (checks and balances), supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), menegaskan kebebasan berpendapat, serta kebebasan berkumpul dan berserikat.4 Setiap warga negara bebas melaksanakan permusyawaratan, rapat, forum dialog, dan sebagainya, serta bebas untuk menjadi anggota suatu perkumpulan, organisasi, atau partai yang mempunyai komitmen dan tujuan untuk memajukan bangsa dan Negara Indonesia. Contoh penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari–hari berdasarkan prinsip kebebasan berkumpul dan berserikat adalah organisasi kemasyarakatan yang biasa disebut Ormas.5 Ormas dapat dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan, profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan, budaya, ekonomi, hukum dan sebagainya. Ormas merupakan peran serta masyarakat dalam melaksanakan pembangunan untuk memajukan kehidupan yang berkeadilan dan kemakmuran. Sejak awal kemerdekaan, organisasi-organisasi terus bermunculan. Tiap organisasi dengan karakteristik yang dimiliki mencoba mengoptimalkan peran dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kekosongan kekuasaan dan institusi sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, organisasiorganisasi itu tentu saja berhadapan dengan realitas perubahan sosial yang dilalui sepanjang sejarahnya. Perkembangan dan perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik, memberikan pengaruh yang fungsional terhadap perkembangan pemikiran 4 5 Ibid., p. 28. Rukmana Amanwinata, loc.cit. 3 ormas. Rumusan pemikiran tersebut kemudian membentuk satu sistem nilai yang menjadi referensi atau rujukan aktivitas ormas baik dalam kapasitas individualnya maupun kelembagaan.6 Tiap organisasi, masing-masing mengadopsi pemikiran ini menjadi basis gerakan sosial. Keberadaan ormas di Indonesia sebenarnya mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia. Bahkan sebagian dari organisasi kemasyarakatan tersebut akhirnya menjadi partai politik yang mempelopori gerakan kebangsaan. Di Bali, terdapat beberapa ormas yang masing-masing memiliki massa yang bisa dibilang tidak sedikit. Ormas-ormas yang ada memiliki berbagai agenda menyangkut sosial kemasyarakatan hingga perpolitikan. Ormas-ormas di Bali juga sangat aktif berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai kegiatan politik. Peran aktif ormas selain menjaga situasi kondusif dan keamanan Pulau Dewata dalam rangka Pemilu maupun Pemilukada, tidak jarang ormas juga terlibat langsung dalam mensukseskan salah satu kandidat yang akan maju maupun salah satu partai politik. Ormas di Bali sendiri dewasa ini sudah semakin terorganisir dengan baik. Ada beberapa latar belakang berdirinya ormas, salah satunya adalah lahir akibat hubungan atau afiliasi ormas dengan Parpol atau penguasa seperti FPD, Laskar Bali, Baladika Bali, dan PBB. Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat memiliki keterikatan dengan kekuasaan Parpol atau tokoh masyarakat tertentu. Tidak semua ormas lahir dari afiliasi (pembentukan kontak-kontak sosial yang menghasilkan sebuah pertalian) dengan partai politik atau penguasa. Latar 6 Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta: SIPress, 1999), pp. 16-17. 4 belakang yang kedua adalah lahir dari kelompok yang mengatasnamakan kekuasaan atas sebuah kawasan atau daerah seperti SDPD dan Armada Racun. Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat ini memiliki keterikatan dengan kawasan dan anggota kelompok tersebut. Di Kota Denpasar pada khususnya, kemunculan ormas dapat ditelusuri ke belakang pada era 1960-an, ketika Suka Duka Pemuda Denpasar dibentuk. Kelompok ini ingin melindungi Denpasar dari kelompok yang disebut “Anak Sudirman”, atau militer non-Bali dari Kodam Udayana, yang berupaya melakukan hal-hal yang negatif di Denpasar. Selain Suka Duka Pemuda Denpasar ada juga Armada Racun, dan Forum Peduli Denpasar yang sudah lebih terorganisasi dengan baik. Sepintas, FPD berwujud sebuah organisasi yang santun. Organisasi ini menggalang dukungan untuk pengungsi Timor Timur, dan menawarkan bantuan bagi korban serangan bom di Legian pada Oktober 2002 sampai-sampai menerima penghargaan bergengsi dari Kapolri, Dai Bachtiar, dalam sebuah acara besar di Hotel Borobudur di Jakarta. Akan tetapi, FPD menunjukkan wajah kurang ramah ketika menyerang seorang pembela salah satu pelaku insiden bom Bali, dan terlibat dalam swiping anti pendatang pada 2002 dan 2003.7 Organisasi kemasyarakatan sangat berkembang secara pesat dan kemunculan ormas-ormas lainnya seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu, dan lain-lain memiliki cakupan yang semakin luas hingga ke pelosok-pelosok desa di Denpasar. Dua ormas pertama mempunyai massa terbesar di Bali. Setiap desa 7 A. Prasetyo (ed.), Henk Schule Nordholt, Bali Benteng Terbuka 19952005, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2010), p. 55. 5 ataupun kelurahan pasti memiliki perwakilan untuk daerah tersebut yang sering disebut dengan koordinator lapangan atau akrab di telinga dengan sebutan korlap yang akan mengkoordinir kegiatan ormas tersebut. Kota Denpasar memiliki jumlah penduduk sebanyak 788.445 jiwa. Secara administratif pemerintahan Kota ini terdiri dari 4 Kecamatan, 43 desa atau kelurahan dengan 209 dusun.8 Kehidupan sosial masyarakat di Kota Denpasar sangatlah beragam. Kehidupan sosial di Kota Denpasar memang sudah berada dalam kumpulan desa serta banjar dan kelompok lainnya, akan tetapi saat ini berkembang dengan dibebaskannya masyarakat tersebut berkumpul bersama dengan cara membentuk susunan organisasi diluar desa atau lingkungannya. Masyarakat di Kota Denpasar cenderung membentuk kelompok sendiri ataupun ikut terlibat dengan ormas yang sudah ada. Setiap sudut Kota Denpasar bisa dilihat berbagai spanduk-spanduk maupun baliho yang menunjukkan keberadaan ormas di Kota Denpasar. Masingmasing ormas memiliki agenda dan program kerja mereka masing-masing yang melingkupi kesejahteraan anggota dan masyarakat luas. Namun kebanyakan yang terlihat mereka hanya berkegiatan untuk lingkup intern saja, dan belum ada gerakan berarti untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat luas. Selain itu, memang kerap terjadi bentrok yang melibatkan ormas. Ormas dengan ormas seperti FPD dengan Laskar Bali pada awal tahun 2000an, atau ormas dengan masyarakat umum seperti kasus Laskar Bali di karaoke Denpasar Moon. Ini tentu membuat tanda tanya di masyarakat apa sebenarnya fungsi ormas 8 Pemerintah Kota Denpasar, Dresta Ilkita Pemerintah Kota Denpasar, (Denpasar: 2010), p.20. 6 tersebut. Mereka seolah-olah hanya berjuang untuk kepentingan golongannya saja. Sejauh ini, keberadaan dan aktivitas sosial ormas-ormas tersebut belum terlalu terlihat di Kota Denpasar. Masing-masing ormas hanya menampakkan diri dengan memasang baliho disetiap sudut Kota. Dari banyaknya ormas yang terdapat di Kota Denpasar, beberapa ormas dengan massa yang besar sudah mendaftar secara resmi di Kesbanglinmaspol. Salah satunya adalah Baladika Bali yang sudah mendaftarkan organisasinya secara resmi di Badan Kesbangpolinmas Provinsi Bali dengan nomer inverntarisasi ; 220 / 208 / KBPM / ORG.9 1.2 Rumusan Masalah Suatu penelitian disebabkan oleh adanya sesuatu masalah yang memerlukan suatu solusi dan pemecahan yang tepat. Dalam penulisan ini yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar? b. Bagaimana dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar? c. Apa kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Agar sesuatu dapat terlaksana dengan baik, maka kegiatan ini harus dilandasi dengan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas tersebut 9 DPD BALADIKA BALI, Anggaran Dasar Keluarga Suka Duka Baladika Bali, (Denpasar: 2008), p. 2. 7 maka dapat direncanakan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan baik, efektif dan efisien. Bertolak pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. b. Untuk mengetahui dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. c. Untuk mengetahui kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat teoritis dan praktis, baik itu kepada pribadi maupun orang lain. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka melalui penelitian ini diharapkan mampu memperoleh manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitianpenelitian yang berkenaan dengan keterlibatan dan usaha organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam mewujudkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Selain itu pula dapat memberikan informasi dan masukan yang memperjelas konsep maupun teori mengenai hubungan antar organisasiorganisasi kemasyarakatan yang ada. 8 b. Manfaat Praktis 1) Bagi masyarakat di Kota Denpasar, diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Organisasi Kemasyarakatan dan bagi masyarakat yang ingin bergabung agar lebih bijak dalam memilih ormas. 2) Bagi organisasi kemasyarakatan, diharapkan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan harus berlandaskan kepada AD/ART yang ada pada setiap organisasi kemasyarakatan. 3) Bagi pemerintah, diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan terkait menyikapi masalah-masalah ormas di masyarakat, dan konflik-konflik ormas yang sering terjadi. 4) Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. 1.5 Tinjauan Pustaka Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Putra Widia Sukma dengan judul “Eksistensi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati” pada tahun 2013. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Kecamatan Sukawati yang bertujuan untuk dapat mengetahui (1) sejauh mana keterlibatan organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik di Kecamatan Sukawati (2) strategi 9 yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik di Kecamatan Sukawati (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik di Kecamatan Sukawati. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah: (a) anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) (b) anggota partai politik (c) tokoh masyarakat dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan empiris dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Serta dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang teramati dengan metode pengambilan sampel (purfursip sampling). Hasil penelitian ini adalah (1) keterlibatan organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik sejauh ini terlihat dalam (a) memberikan pengawalan dalam kegiatan partai politik (b) turut serta hadir dalam undangan rapat partai politik (c) memberikan dan mencarikan dukungan bagi anggota partai politik (d) menjalin bentuk kerjasama atau kesepakatan antara anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai politik (e) pemasangan atribut oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun partai politik. (2) Strategi yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik yaitu (a) karena adanya kedekatan dari salah seorang anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai yang mengarah pada seluruh 10 anggota organisasi kemasyarakatan (ormas). (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik yaitu (a) susahnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menolak ajakan dari anggota partai politik tersebut (b) sulitnya organisasi kemasyarakatan (ormas) menyepakati kesepakatan kerja sama (c) ruang gerak organisasi kemasyarakatan (ormas) menjadi sangat terbatas (d) sulitnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) kami dalam lingkungan masyarakat mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. 10 Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat ormas yang seharusnya mandiri, netral dan tidak menjadi anggota kekuatan politik manapun perlahan sudah menyimpang dan tidak sesuai dengan AD/ART yang telah dibuat ormas tersebut. Keterlibatan ormas dalam partai politik memungkinkan adanya potensi konflik antar anggota ormas yang berbeda prinsip dan kepentingan, dan juga konflik ormas dengan ormas lainnya yang berbeda bendera partai. Kekurangan dari penelitian ini adalah : 1. Cakupan atau ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas karena penelitian ini hanya meneliti eksistensi ormas dalam partai politik di Kecamatan Sukawati. 2. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dari anggota ormas, pengurus parpol, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Sukawati. 10 I Wayan Putra Widia Sukma, “Eksistensi Organisasi Masyarakat (ORMAS) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2013. 11 3. Penelitian ini terlalu terfokus mengenai eksistensi ormas dalam partai politik. Penelitian lainnya yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tjokorda Istri Amrita Purnama dengan judul “Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja” pada tahun 2014. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Desa Peguyangan Kaja yang bertujuan untuk dapat mengetahui (1) eksistensi ormas di Desa Peguyangan Kaja (2) syarat pendirian dan pendaftaran ormas di Desa Peguyangan Kaja (3) kendala yang dihadapi oleh ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. Hasil penelitian ini adalah (1) ada beberapa ranting dari ormas-ormas menunjukkan keberadaannya di Desa Peguyangan Kaja, melalui berbagai kegiatan sosial, dan berbagai atribut ormas seperti spanduk dan baliho di lingkungan Desa Peguyangan Kaja (2) dipilihnya seorang Korlap (Koordinator Lapangan) untuk mengawasi ormas di Desa Peguyangan Kaja yang nantinya akan merekrut anggota di daerahnya yang telah berusia 17 tahun. Namun sebelum korlap merekrut anggota, DPD (Dewan Pengurus Daerah) akan memanggil dan memberi pemahaman jelas tentang visi dan misi ormas (3) kendala yang dihadapi ormas adalah membina anggota yang bisa dikatakan sudah terlanjur terjerumus dalam 12 gaya hidup yang arogan dan keras. Sangat jelas, untuk meluruskan mereka kembali dibutuhkan kesabaran, kebesaran hati, dan keikhlasan. 11 Kekurangan dari penelitian ini adalah : 1. Ruang lingkup penelitian terlalu kecil yaitu hanya Ormas Baladika Bali Korlap Peguyangan Kaja. 2. Ormas Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja memiliki 4 korlap, namun yang diteliti pada penelitian ini hanya 1 korlap saja sehingga hal ini tidak dapat mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, kewajiban ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. 3. Korlap Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja yang diteliti masih termasuk korlap baru yang baru berusia ± 3 tahun, jadi kurang mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, dan kewajiban ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. Dari kedua penelitian di atas, saya tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Perkembangan Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru - reformasi tahun 1970 - 2014”. Penelitian ini menggabungkan antara 2 penelitian sebelumnya, mencakup tentang pemberdayaan ormas dalam masyarakat, dan hubungan ormas dengan partai politik. Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru reformasi pada tahun 1970 - 2014. Penelitian ini meneliti tentang latar belakang 11 Tjokorda Istri Amrita Purnama, “Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2014. 13 lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dan kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat dan partai politik di Kota Denpasar. Penelitian ini ruang lingkupnya lebih luas karena tidak hanya meneliti 1 ormas melainkan 6 ormas yang ada di Kota Denpasar. 1.6 Metodologi Sejarah yang Digunakan Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat disebut masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan. Dalam metodologi, terus menerus mengecek semua langkah dalam pekerjaan dan pemikiran. Pendekatan empiris digunakan sebagai suatu cara pendekatan dimana gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar (real situation). Gejala yang ada secara wajar adalah gejala yang telah ada tersebut memang sudah ada sebelum penelitian ini dilakukan sehingga gejala itu tidak perlu dibuat lagi.12 Pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Secara umum pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metodologi untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah 12 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara. 1999), p. 26. 14 yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar empiris,13 jadi bukan hanya menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung. Pendekatan ini juga berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, pemeriksaan data, dan analisis dan penafsiran data.14 Dalam sistem kecil terdapat 3 unsur ialah ekonomi, sosial, dan politik. Kedudukan sejarah, sosial, dan politik adalah saling memerlukan dan saling memberi kontribusi. Dalam hal ini, penelitian senantiasa memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia dan waktunya. Kehidupan sosial masyarakat lambat laun mulai berkembang, membentuk wadah organisasi, berinteraksi dengan banyak karakter yang berbeda karakteristik, dan peran penting yang mulai diembannya. 1.7 Kerangka Teoritis dan Konseptual 1.7.1 Kerangka Teoritis Kajian historis bertujuan untuk menyusun rekonstruksi masa lalu dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti 13 Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), p. 5. 14 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), pp. 63-64. 15 untuk menegakkan fakta guna memperoleh simpulan yang kuat.15 Dalam upaya membantu proses tersebut, peneliti perlu menggunakan teori tertentu sehingga dapat menghasilkan tulisan sejarah yang ilmiah dan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Teori berguna sebagai kerangka penelitian, generalisasi, dan memberikan prediksi awal terhadap suatu permasalahan yang hendak dikaji. Seperti disebutkan Sartono Kartodirdjo dalam buku “Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah”, teori sangat penting karena : “ . . memudahkan peneliti dalam merumuskan substansi penulisan naratif dengan segala unsur-unsurnya, seperti fakta-fakta, subfakta, struktur, dan proses; faktorfaktor; dan lain sebagainya. Tanpa kerangka teoritis dan konseptual tidak ada butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi, argumentasi.”16 1.7.1.1 Teori Konflik Ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan, dinamika yang terjadi pada gerakan sosial tidak bisa dilepaskan dari konflik. Konflik berlangsung dengan pihak luar dan juga didalam tubuh organisasi. Organisasi sosial merupakan hasil dari ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kesenjangan ketidakharmonisan. realitas dengan Dihadapkan pada idealisme mengandung kepentingan naluri manusia makna yang menginginkan kepenuhan kebutuhan, kesenjangan membuka ruang untuk melakukan perubahan. 15 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV Rajawali, 1992), p.16. 16 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), pp. 85-86. 16 Lewis Coser dalam bukunya yang berjudul “The Functions of Social Conflict (1956)”, mengemukakan bahwa tidak ada teori konflik sosial yang mampu merangkum seluruh fenomena konflik karena hasilnya prematur.17 Oleh karena itu, Coser tidak mengonstruksi teori umum. Ia hanya berusaha untuk menjelaskan konsep konflik sosial serta mengonsolidasikan skema konsep itu, sesuai dengan data yang berlangsung dalam konflik sosial. Caranya adalah dengan mengintegrasikan teori konflik yang dikembangkan oleh George Simmel. 18 Konflik dapat bersifat instrumental untuk pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Coser melihat adanya keuntungan dengan munculnya konflik sosial sebagai katup penyelamat (savety-value). Katup penyelamat membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur. Konflik membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang sedang kacau.19 Coser melihat konflik merupakan jalan keluar yang meredakan permusuhan. Katup penyelamat dalam hal ini hanya sebagai pengalihan masalah aslinya, jadi bersifat sementara. Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik yang realistis dengan yang tidak realistis.20 Konflik yang realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang tidak terpenuhi. Sedangkan konflik tidak realistis, adalah konflik yang bukan berasal dari persaingan yang 17 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta, CV Rajawali, 1984), p. 107. 18 Lewis Coser, The Fungtions of Social Conflict, (New York: The Free Press, 1956), pp. 34-37. 19 Ibid., p. 41. 20 Ibid., p. 49. 17 bersifat antagonis dan sepihak. Perspektif Coser tentang konflik sosial adalah banyak ahli sosiologi cenderung memandang pada sisi negatif. Menurut Coser, bahwa konflik sosial dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi, atau berkonflik dengan masyarakat lain dapat terintegrasi. 21 Dalam hal ini, bagaimana konflik dapat memberi sumbangan pada ketahanan dan adaptasi kelompok, interaksi dan sistem sosial. Integrasi dapat terjadi dengan meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan keutuhan dan keseimbangan.22 Sumbangan integrasi sosial ini bisa saya lihat pada awal perjuangan revolusi, dimana masyarakat Indonesia berhasil bersatu melawan Belanda. Kedua, bahwa konflik sosial mampu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain.23 Sepanjang awal revolusi sampai sekarang, ketika ada masalah bersama, elemen pemuda dan pelajar selalu membangun aliansi. Baik itu oleh ormas, perkumpulan, dan lain-lain. Masing-masing berkumpul dan menyatakan sepakat menyelesaikan masalah bersama-sama. Seperti yang terjadi pada Deklarasi Cipayung tahun 66. Ketiga, konflik sosial dapat mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi.24 Semula, partisipasi anak-anak sekolah tidak pernah dianggap sebagai bagian dari penentu perubahan sosial. Tapi ketika secara organisatoris melawan komunis pada tahun 1965, dan mengajak anak-anak sekolah ikut bersama-sama 21 Ibid., p. 72. Margaret M. Poloma, op.cit., p. 115. 23 Lewis Coser, op.cit., p. 93. 24 Ibid., p. 118. 22 18 berdemonstrasi. Terbukti, mereka memiliki potensi dan jumlah dan kekompakan menentang komunis. Pengakuan terhadap kelompok terisolasi dan meniadakan kepentingan personal bisa menjadi gerakan radikal ketika berhadapan dengan musuh. Keempat, konflik sosial juga membantu fungsi komunikasi antar berbagai kelompok masyarakat.25 Dalam hal ini, konflik mampu mempertegas siapa lawan dan siapa kawan, dengan adanya komunikasi, antar kelompok membangun kepercayaan dan memutuskan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi musuh bersama. Komunikasi antar kelompok juga memungkinkan munculnya ide terbaik dalam menyusun perubahan sosial yang dikehendaki bersama. Keempat sumbangan teori konflik yang dikembangkan Lewis Coser diatas digunakan untuk membedah perjalanan ormas sepanjang masa Orde Reformasi, polemik tentang ormas selalu bernada negatif. Diskriminasi terhadap ormas sebagai fundamentalis, radikal, arogan sampai premanisme, selalu membayangi perjalanan ormas. 1.7.1.2 Teori Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti yang diketahui bahwa, manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lainnya (makhluk sosial). Interaksi sosial merupakan 25 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2004), p. 159. 19 hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok.26 Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa, Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorang dengan kelompok.27 Gillin dan Gillin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif yang terdiri dari kerjasama, akomodasi, dan asimilasi, dan proses dissosiatif yang terdiri dari persaingan dan pertentangan.28 1.7.2 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam studi kepustakaan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Judul dari penelitian ini mengangkat mengenai organisasi kemasyarakatan atau ormas. Organisasi kemasyarakatan dapat dijelaskan sebagai berikut: Organisasi merupakan perkumpulan masyarakat yang membentuk organisasi yang sifat dan strukturnya teratur, biasanya mulai dari 26 Elly M. Setiadi, et.al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Edisi Kedua, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2007), p. 92. 27 Ibid. 28 Ibid., p. 97. 20 tingkat tertinggi/pusat sampai tingkat terendah/pimpinan di tingkat daerah atau bahkan rukun warga.29 Kemasyarakatan berasal dari kata “masyarakat” yang berarti kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar yang saling membutuhkan, memiliki ciri-ciri yang sama sebagai kelompok.30 Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan “masyarakat” berarti sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama; sedangkan kata “kemasyarakatan” diartikan sebagai perihal (mengenai) masyarakat.31 Organisasi kemasyarakatan dapat dengan menggabungkan pengertian “organisasi” dengan pengertian “kemasyarakatan”, sebagaimana uraian diatas arti organisasi kemasyarakatan adalah sekelompok orang, yang mempunyai visi, misi, ideologi dan tujuan yang sama, mempunyai anggota yang jelas, mempunyai kepengurusan yang terstruktur sesuai hierarki, kewenangan, dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka memperjuangkan anggota dan kelompoknya di bidang/mengenai/perihal kemasyarakatan seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, dan lain-lain dalam arti kemasyarakatan seluas-luasnya. 29 Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), p. 967. 30 Ibid., p. 872. 31 Ibid. 21 Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan adanya kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk bergabung pada kelompok masyarakat dalam sebuah organisasi yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Kepentingan para anggota masyarakat tidaklah senantiasa sama, namun kepentingan yang sama mendorong pengelompokkan diantara mereka. 32 1.8 Metode Penelitian dan Sumber Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan aktivitas yang diamati.33 Sifat istimewa dari data verbal ini adalah bahwa data itu mengatasi ruang dan waktu, sehingga membuka kemungkinan bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang gagasan dan aktivitas sosial yang telah musnah.34 Selain melakukan kajian terhadap dokumen yang ada juga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kota Denpasar. Deskripsi historis digunakan untuk membantu memetakan uraian teoritis skripsi sehingga data dan informasi yang ada bisa tersusun sistematis. Uraian teoritis itu dapat menempatkan kejadian dalam suatu kerangka untuk membuat 32 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa,1980), p. 95. 33 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), p. 19. 34 Sartono Kartodirdjo, “Metode Penggunaan Bahan Dokumen” dalam Koentjaraningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), p. 63. 22 perbandingan atau dalam mencari gejala-gejala sosial yang serupa data empiris sebagai petunjuk fakta yang menjadi referensi empiris dari konsep dan teori.35 Menggunakan prosedur ini bahan masa lampau yang termuat dalam dokumen tersusun secara sistematis, sehingga kemampuan menerangkan harus diperinci, dengan pendekatan kualitatif peneliti berharap semua kejadian dan data yang ada disajikan secara kompleks dari kekuatan-kekuatan sosial, digambarkan sebagai suatu proses sosial yang unik, dan digambarkan sedemikian rupa sehingga tampak hubungan antara sektor ekonomi, sosial, politik dan keagamaannya. Dilakukan dengan melakukan wawancara terbuka dan penelusuran lewat dokumen. Hal ini digunakan untuk memberikan landasan bagi penjelasan adanya asumsi keterkaitan antara masa lalu dengan fenomena yang terjadi saat ini.36 Dua hal yang dimilikinya, mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu fenomena. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan secara menyeluruh dan utuh terhadap suatu fenomena. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ormas, buku-buku AD/ART ormas, buku-buku yang membahas ormas, sosial, dan politik, wawancara dengan tokoh-tokoh ormas dan juga masyarakat umum, internet, dan skripsi yang menelaah mengenai Ormas. 35 Ibid., p. 65. Masri Singarimbun, Tipe, Metode dan Proses Penelitian, (Jakarta: LP3ES, 1981), p. 04. 36 23 1.8.1 Subjek dan Lokasi Penelitian Sebuah penelitian haruslah ada subjek yang akan dijadikan sebagai pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Subjek penelitian adalah setiap pendukung atau orang yang dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian yang biasanya disebut informan. Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dalam hal ini, yang menjadi subjek penelitian yaitu : (1) Tokoh-tokoh Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar (2) Masyarakat Kota Denpasar. Lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi situasi sosial, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kota Denpasar, Bali. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena banyaknya organisasi kemasyarakatan yang bermunculan di Kota Denpasar, dan juga eksistensi organisasi kemasyarakatan dominan terlihat di wilayah Kota Denpasar. 1.8.2 Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial, yang diperoleh dengan metode 24 lainnya.Dalam hubungan ini, peneliti akan tinggal di lokasi penelitian dalam jangka waktu tertentu untuk mengamati segala aspek rutinitas sosial budaya yang berkaitan dengan latar belakang tentang tinjauan perspektif sosial-politik yang terjadi di Kota Denpasar. b. Wawancara Dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari para informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Selanjutnya informasi dari informan itu dicatat secara sistematis. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah I Nyoman Sugiartha (Korlap Baladika Bali Peguyangan Kaja), Nyoman Gde Sudiantara, S.H (Ketua Dewan Pembina Baladika Bali), A.A Bagus Indralaba (Sekjen Laskar Bali), A.A Made Sumenadi (Ketua Harian II Laskar Bali), Made Muliawan Arya, S.E (Ketua I Pemuda Bali Bersatu), I Made Sudira (mantan anggota SDPD, dan anggota Dewan Pembina FPD), I Made Sudhana Lokanthara, S.Th (mantan anggota Armada Racun), I Gede Gobleg (mantan anggota Armada Racun). c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji, yaitu dengan menggunakan rekaman atau foto guna mendapatkan tinjauan teoritis sebagai bahan pertimbangan. Dalam hubungan ini, peneliti akan mendokumentasikan semua hal yang berkaitan dengan jenis data yang hendak diteliti nantinya. 25 1.9 Sistematika Penulisan Penulisan dalam bentuk skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yaitu : Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi sejarah yang digunakan, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan sumber-sumber yang digunakan, dan sistematika penulisan. Bab II Lahirnya Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini membahas tentang sejarah perkembangan organisasi kemasyarakatan dan bagaimana lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. Bab ini juga menguraikan tentang keberadaan ormas Suka Duka Pemuda Denpasar, Armada Racun, Forum Peduli Denpasar, Laskar Bali, Baladika Bali, dan Pemuda Bali Bersatu. Bab III Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini menguraikan tentang dinamika-dinamika yang terjadi pada organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti hak, dan kewajiban anggota organisasi kemasyarakatan, hubungan antar organisasi kemasyarakatan, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan masyarakat, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan partai politik, dan kendala-kendala yang dihadapi organisasi kemasyarakatan seperti dalam pembinaan anggota dan cara ormas dalam menyelesaikan konflik. Bab IV Kontribusi Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini menguraikan tentang kontribusi-kontribusi yang ditunjukkan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti kontribusi ormas kepada masyarakat dan juga kontribusi ormas kepada partai politik. 26 Bab V Kesimpulan. Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian mengenai perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru-reformasi.