1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Menurut Robbins dan Coultler (2002a, p6) manajemen adalah
proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan
tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang
lain. Secara sedehana manajemen adalah apa yang dilakukan oleh manajer.
Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, dikutip
http://organisasi.org/pengertian_definisi_dari_manajemen, tanggal akses
11 Maret 2012, diantaranya :
1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner Manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua
sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet Manajemen
adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui
orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
20
21
Lain lagi dengan beberapa pendapat mengenai manajemen, berikut ini
adalah kutipan dari berbagai pendapat yaitu :
Berdasarkan pendapat Bateman dan Shell (2004, p14) :
“Management is the process of working with people and resources to
accomplish organizational goals”
(Manajemen adalah proses bekerja sama dengan orang-orang dan sumber
daya untuk mewujudkan tujuan organisasi).
Berdasarkan beberapa pendapat, Manajemen adalah cara seseorang
me-manage semuanya dengan baik dan teratur untuk mencapai tujuan
bersama maupun tujuan organisasi. Proses menggambarkan fungsi-fungsi
yang sedang berjalan atau kegiatan kegiatan utama yang dilakukan oleh
para
manajer.
Fungsi-funsi
itu
lazimnya
disebut
merancang,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input
yang terkecil karena manajer menghadapi input yang langka yang meliputi
sumber daya seperti orang, uang, dan peralatan-mereka memperhatikan
sekali penggunaan yang efisien atas sumber daya itu.
Efektivitas sering digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu
dengan benar yaitu, aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu
organisasi mencapai sasaran.
22
Gambar 2.1 Efisiensi dan Keefektifan Manajemen
Sumber : Robbins & Coulter (2002, p7)
2.1.1 Fungsi dan Peran Manajemen
Fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter (2002b, p8) adalah
sebagai berikut :
Fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran,
menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran tersebut,dan menyusun
rencana guna memadukan & mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
Para manajer bertanggung jawab pula merancang pekerjaan guna
mencapai sasaran organisasi. Fungsi tersebut adalah pengorganisasian,
mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
23
harus mengerjakannya, dan bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas
itu, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkatan apa keputusan harus
diambil.
Setiap organisasi mencakup orang-orang dan tugas manajemen
adalah bekerja dengan dan melalui orang guna mencapai sasaran
organisasi. Itu merupakan fungsi kepemimpinan. Apabila para manajer
memotivasi bawahannya, mempengaruhi individu atau tim sewaktu
mereka bekerja, memilih saluran komunikasi yang paling ekfektif, atau
menyelesaikan masalah perilaku karyawan dengan cara apa pun, mereka
itu memimpin.
Fungsi manajemen terakhir yang dilakukan oleh para manajer
adalah pengendalian. Setelah sasaran ditentukan dan rencanan dirumuskan
(fungsi
perencanaan),
pengaturan
strukturnya
ditentukan
(fungsi
organisasi) dan orang-orang dipekerjakan, dilatih dan diberi motivasi
(fungsi memimpin), ada sejumlah evaluasi untuk mengetahui apakah
segala sesuatunya berjalan sesuai rencana.
Tugas utama dari manajer dalam melakukan aktivitas POSC
(Planning,Organizing,Staffing,Controlling) ini adalah mengatur aktivitas
dan mengatur orang. Mengatur aktivitas merupakan pekerjaan yang
bersifat teknis, seperti mengontrol persediaan, mesin, peralatan, informasi
24
dan sebagainya, sedangkan mengatur orang lebih merupakan seni.
Mengatur orang merupakan hal yang terpenting dalam kegiatan
manajemen.
Untuk manajemen orang membutuhkan seorang manajer yang
memiliki
ketrampilan
kepemimpinan,
motivasi,
komunikasi,
pendelegasian, dan pendekatan (lobi). Dengan ketrampilan-ketrampilan
tersebut maka komponen-komponen dalam organisasi akan dapat
termotivasi untuk berprestasi dan bekerja sama dengan meminimalisasi
konflik interen.
Tabel 2.1 Perbedaan Aktivitas POSC pada berbagai tingkatan manajemen
Sumber : Arman (2006)
Lebih lanjut menurut Robbins (2002, p10) peran manajemen
dibagidalam sepuluh peran, seperti dalam tabel di bawah ini :
25
Tabel 2.2 Peran Manajerial Mintzberg
Sumber : Robbins & Coultler (2002, P10)
Dari kesepuluh peran tersebut, dibagi lagi menjadi tiga kelompok
utama, yaitu:
Peran hubungan antar pribadi, semua manajer dituntut untuk
menjalankan tugas-tugas yang sifatnya seremonial dan simbolik. Semua
manajer
mempunyai
peran
pemimpin,
peran
ini
mencakup
mempekerjakan, melatih, memotivasi dan mendisiplinkan karyawan. Peran
ketiga dalam pengelompokan antar pribadi adalah peran penghubung.
26
Mintzberg menggambarkan kegiatan ini sebagai mengontak pihak luar
yang memberi informasi kepada manajer. Pihak luar ini dapat berupa
individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam dan di luar
organisasi. Manajer penjualan yang memperoleh informasi dari manajer
personalia dalam perusahaannya sendiri mempunyai suatu penghubung
intern.
Saat manajer penjualan tersebut mempunyai kontak dengan eksekutifeksekutif penjualan lain melalui asosiasi pemasaran perdagangan, ia
mempunyai suatu penghubung kemitraan yang berasal dari luar. Peran
informasi, sampai tingkat tertentu, semua manajer menerima dan
mengumpulkan informasi dari organisasi-organisasi dan lembaga lembaga
di luar organisasi mereka sendiri. Lazimnya ini dilakukan melalui
pembacaan majalah dan berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mempelajari perubahan selera publik, apa yang mungkin sedang
direncakan oleh para pesaing, dan sebagainya. Mintzberg menyebut ini
sebagai peran pemantau.
Para manajer juga bertindak sebagai penyalur untuk meneruskan
informasi kepada anggota-anggota organisasi. Inilah peran penyebar
(disseminator). Sebagai tambahan para manajer menjalankan peran juru
bicara ketika mereka mewakili organisasi itu menghadapi pihak luar.
27
Peran keputusan, akhirnya Mintzberg mengidentifikasi empat
peran yang berkisar pada pengambilan pilihan. Dalam peran wiraswasta
(entrepreneur), para manajer memprakarsai dan mengawasi proyek-proyek
baru yang akan menyempurnakan kinerja organisasi. Sebagai penanganan
terhadap hambatan, manajer mengambil tindakan korektif sebagai
tanggapan atas masalah-masalah tidak diduga sebelumnya.
Sebagai pengeluaran sumber daya, manajer bertanggungjawab
untuk mengalokasikan sumber daya manusia, fisik dan keuangan.
Terakhir, para manajer menjalankan suatu peran perunding, mereka
membahas berbagai isu dan tawar-menawar dengan unit-unit lain untuk
memperoleh keuntungan bagi unitnya.
Dalam Jurnal Leading coprorate citizenship : governance,
strucutre, systems, tahun 2009, menyatakan bahwa “Leadership by the
CEO is typically cited as the number one driver of effective corporate
citizenship by firms” yaitu kepemimpinan bagi CEO adalah sebagai salah
satu perusahaan menuju perusahaan bermasyarakat.
2.2
Optimalisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, p986) Optimalisasi
adalah proses, cara, dan perbuatan untuk mengoptimalkan (menjadikan
paling baik, paling tinggi, dsb).
28
Sedangkan dalam Kamus Oxford (2008, p358) “Optimization is
the process of finding the best solution to some problem, where ‘best’
accords to prestated criteria”.
Yang dapat diartikan bahwa “Optimalisasi adalah sebuah proses
pencarian solusi terbaik untuk beberapa masalah, dimana yang terbaik itu
sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan”.
Jadi, Optimalisasi adalah sebuah proses, cara, dan perbutan untuk
pencarian solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik itu
sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
2.3 Pemborosan
Definisi
Pemborosan
menurut
http://www.artikata.com/arti-
360324pemborosan.html adalah proses, cara, perbuatan memboroskan
(baik itu pemakaian uang, barang, tenaga, dan waktu)
Menurut
http://www.vorne.com/learning-center/tps.htm
The
Toyota Production System further defines “waste as activities that
consume time, resource and/or space but do not add value”.
29
Pemborosan (waste) menurut Vincet Gaspersz dalam bukunya
yang berjudul “Lean Six Sigma” (2011,p5) dapat difenisikan sebagai
segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses
transformasi input menjadi output sepanjang value stream (proses untuk
membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk baik barang dan atau
jasa ke pasar).
Berdasarkan persfektif Lean, semua jenis pemborosan
yang
terdapat sepanjang proses value stream, yang mentransfrormasikan input
menjadi output, harus dihilangkan guna meningkatkan nilai produk
(barang dan atau jasa) dan selanjutnya meningkatkan costumer value.
2.3.1 Jenis-jenis Pemborosan
Menurut Vincent Gaspersz “Lean Six Sigma” (2011,p7) pada
dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan, yaitu type one waste
dan type two waste.
Type one waste adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai
tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value
stream, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan
karena berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari
perspektif lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga
merupakan waste, namun pada saat sekarang kita masih membutuhkan
30
inspeksi dan penyortiran karena mesin dan peralatan yang digunakan
sudah tua sehingga tingkat keandalannya berkurang.
Demikian pula, dengan pengawasan terhadap orang, misalnya,
merupakan aktivitas tidak bernilai tambah berdasarkan perspektif lean,
namun pada saat sekarang kita masih harus melakukannya, karena orang
tersebut
baru
saja
direkrut
oleh
perusahaan
sehingga
belum
berpengalaman.
Dalam jangka panjang type one waste harus dapat dihilangkan atau
dikurangi. Type one waste ini sering disebut sebagai incidental activity
atau incidental work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai
tambah (non-value-adding work or activity).
Type two waste merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai
tambah dan data dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan
produk cacat (defect) atau melakukan kesalahan (error) yang harus dapat
dihilangkan dengan segera. Type two waste ini sering disebut sebagai
waste saja, karena benar-benar merupakan pemborosan yang harus dapat
diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera.
Vincent Gaspersz telah menciptakan akronim : E-DOWNTIME
waste agar lebih mudah dalam mengidentifikasi dan menghilangkan 9
waste yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu:
31
Keterangan :
E = Enviromental, Health, and Safety (EHS) adalah jenis pemborosan
yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip EHS.
D = Defects adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau
kegagalan produk (barang dan atau jasa).
O = Overproduction adalah jenis pemborosan yang terjadi karena produksi
berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan.
W = Waiting adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menungu.
N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities adalah jenis
pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan
secara optimal.
T = Transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena
tranportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream (proses dari
awal produksi sampai kepada tangan konsumen).
I = Inventories adalah jenis pemborosan yang terjadi karena inventories
yang berlebihan.
M = Motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya
pergerakan dari yang seharusnya sepanjang value stream.
E = Excess Processing adalah jenis pemborosan yang terjadi karena
langkah-langkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang
proses value stream.
32
Contoh table :
Tabel 2.3 Tabel E-DOWNTIME
Proses
E
D
O
W
N
T
I
M
E
A
B
C
D
Sumber : Lean Six Sigma, Vincent Gaspersz
2.4 Batu Bara
Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang
berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut
(WorldCoalInstitute.Org, 4 Maret 2012). Batu bara adalah bahan bakar
fosil. Batu bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik
yang terutama terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen.
Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara
strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan
panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batu bara.
Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan
pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur
rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam.
33
Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu
dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian
batu bara.
Gambar 2.2 Jenis-jenis batu bara
Sumber: http://www.australiancoal.com.au/origins.htm
Pembentukan batu bara dimulai sejak Carboniferous Period
(Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) –dikenal sebagai zaman
batu bara pertama– yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta
tahun yang lalu.
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan
serta lama waktu pembentukan,yang disebut sebagai ‘maturitas organik’.
Proses awalnya gambut berubah menjadi ‘lignite’ (batu bara muda) atau
‘brown coal’ (batu bara coklat) – Ini adalah batu bara dengan jenis
maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya,
batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat
sampai kecoklat-coklatan.
34
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi
batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan
membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.
Gambar 2.3 Proses Pembentukan batu bara
Sumber: http://www.australiancoal.com.au/origins.htm
Dalam jurnal Perencanaan Kapal Curah Sebagai Penunjang
Industri
Tambang
Batu
Bara
di
Indonesia
(http://linesplan.blogspot.com/2011/04/tugas-sdl1.html) “diketahui dalam
beberapa tahun terakhir, Batu bara telah memainkan peran yang cukup
penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini memberikan sumbangan
35
yang cukup besar terhadap penerimaan negara yang jumlahnya meningkat
setiap tahun. Pada 2004 misalnya, penerimaan negara dari sektor batubara
ini mencapai Rp 2,57 triliun, pada 2007 telah meningkat menjadi Rp 8,7
triliun, dan diperkirakan mencapai Rp 10,2 triliun pada 2008 dan lebih dari
Rp 20 triliun pada 2009. Sementara itu, perannya sebagai sumber energi
pembangkit juga semakin besar. Saat ini sekitar 71,1% dari konsumsi
batubara domestik diserap oleh pembangkit listrik, 17% untuk industri
semen dan 10,1% untuk industri tekstil dan kertas”.
Produksi batubara Indonesia mencapai 215 juta ton pada 2008,
meningkat 90,3% dibanding 2003. Peningkatan produksi 2008 didorong
oleh meningkatnya impor batubara oleh China menjadi 3 kali lipat atau
14,5 juta ton pasca pemangkasan impor batubara dari Australia sebanyak
34% karena aturan pengiriman barang dengan kapal angkut yang lebih
ketat. Sebagian besar produksi batubara Indonesia diekspor ke luar negeri.
Pada 2007, dari total produksi 215 juta ton, hanya 45,3 juta ton (21%)
yang dikonsumsi di dalam negeri, sedangkan 171 juta ton (79%) diekspor
ke berbagai negara terutama Jepang, Taiwan dan China.
36
2.4.1 Jenis-jenis Batubara
Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi
antrasit –disebut sebagai pengarangan– memiliki hubungan yang penting dan
hubungan
tersebut
disebut
sebagai
‘tingkat
mutu’
batu
bara
(Worldcoalinstitue.org, tanggal akses 4 Maret 2012).
Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan
subbitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan
kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya
rendah.
Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat
dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu
yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat
kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.
Antrasit adalah batu bara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian
memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban
2.4.2 Tambang Batu Bara
Pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi
endapan batu bara. Saat ini, tambang bawah tanah menghasilkan sekitar 60% dari
produksi batu bara dunia, walaupun beberapa negara penghasil batu bara yang
37
besar lebih menggunakan tambang permukaan. Tambang terbuka menghasilkan
sekitar 80% produksi batu bara di Australia, sementara di AS, hasil dari tambang
permukaan sekitar 67% (Worldcoalinstitue.org).
Ada dua metode tambang bawah tanah: tambang room-and-pillar dan tambang
longwall.
Dalam tambang room-and-pillar, endapan batu bara ditambang dengan
memotong jaringan ‘ruang’ ke dalam lapisan batu bara dan membiarkan ‘pilar’
batu bara untuk menyangga atap tambang. Pilar-pilar tersebut dapat memiliki
kandungan batu bara lebih dari 40% –walaupun batu bara tersebut dapat
ditambang pada tahapan selanjutnya– Penambangan batu bara tersebut dapat
dilakukan dengan cara yang disebut retreat mining (penambangan mundur),
Dimana batu bara diambil dari pilar-pilar tersebut pada saat para penambang
kembali ke atas. Atap tambang kemudian dibiarkan ambruk dan tambang tersebut
ditinggalkan.
Tambang longwall mencakup penambangan batu bara secara penuh dari
suatu bagian lapisan atau ‘muka’ dengan menggunakan gunting-gunting mekanis.
Tambang longwall harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang hati-hati
untuk memastikan adanya geologi yang mendukung sebelum dimulai kegiatan
penambangan. Kedalaman permukaan batu bara bervariasi di kedalaman 100350m. Penyangga yang dapat bergerak maju secara otomatis dan digerakkan
secara hidrolik sementara menyangga atap tambang selama pengambilan batu
38
bara. Setelah batu bara diambil dari daerah tersebut, atap tambang dibiarkan
ambruk. Lebih dari 75% endapan batu bara dapat diambil dari panil batu bara
yang dapat memanjang sejauh 3 km pada lapisan batu bara.
Keuntungan utama dari tambang room-and-pillar daripada tambang
longwall adalah, tambang room-and-pillar dapat mulai memproduksi batu bara
jauh lebih cepat, dengan menggunakan peralatan bergerak dengan biaya kurang
dari 5 juta dolar (peralatan tambang longwall dapat mencapai 50 juta dolar).
Pemilihan teknik penambangan ditentukan oleh kondisi tapaknya namun selalu
didasari oleh pertimbangan ekonomisnya, perbedaan-perbedaan yang ada bahkan
dalam satu tambang dapat mengarah pada digunakannya kedua metode
penambangan tersebut.
Tambang Terbuka –juga disebut tambang permukaan– hanya memiliki
nilai ekonomis apabila lapisan batubara berada dekat dengan permukaan tanah.
Metode tambang terbuka memberikan proporsi endapan batubara yang lebih
banyak daripada tambang bawahtanah karena seluruh lapisan batu bara dapat
dieksploitasi –90% atau lebih dari batu bara dapat diambil–
Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter persegi
dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk: dragline (katrol penarik),
yang memindahkan batuan permukaan; power shovel (sekop hidrolik), truk-truk
39
besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara, bucketwheel excavator
(mobil penggali serok), dan conveyor belt (ban berjalan).
Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali
dengan bahan peledak, batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan
menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu
bara terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan kemudian ditambang
secara sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam
truk besar atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau
langsung ke tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.
2.4.3 Pengangkutan Batubara
Dalam jurnal Teknologi Mineral dan Batu bara vol.5 No.3, Juli 2009,
“Prasarana Transportasi merupakan salah satu yang terpenting dalam mendukung
perkembangan ekonomi suatu daerah, demikian pula halnya bagi perusahaan
pertambangan batu bara. Prinsip efesiensi, efektif, dan ekonomis sangat erat
dengan dunia usaha ini yang berorientasi pada keuntungan.”
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut
dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam
pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau
tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk
membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Kapal laut Mother
40
Vessel umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran
berkisar dari Handymax (untuk pengangkutan dengan kapasitas 40.000-60.000
DWT), Panamax (untuk pengangkutan dengan kapasitas 60.000-80.000 DWT).
2.5 Kerangka Pemikiran
PT.KARUNIA PERSADA
KALIMANTAN
STATISTIK DESKRIPTIF
IDENTIFIKASI KONDISI
PENGANGKUTAN &
KENDALA BATU BARA
USULAN PERBAIKAN
UNTUK
PENINGKATKAN
KUALITAS PT.KPK
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teori
Sumber: Penulis
Download