BAB IV. SIFAT PARTIKEL DARI GEL0MBANG Partikel dan gelombang merupakan dua konsep yang berbeda tetapi dari pengalaman sehari-hari tenyata ada sesuatu yang misterius. Dari kedua hal tersebut terdapat hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep atau hukum fisika yang telah ditemukan terdahulu (klasik). Analisis kedua gejala tersebut merupakan awal dari kata fisika modern yaitu sifat dualitas partikel gelombang. Kita akan memulai bahas topik dualitas partikel gelombang. Pembahasan sifat partikel gelombang yaitu radiasi elektromagnet atau dalam kondisi tertentu gelombang elektromagnet dapat memiliki sifat seperti partikel. Sifat gelombang partikel dalam hal ini yang kita bahas adalah elektron. Karena elektron dalam kondisi tertentu mempunyai sifat seperti gelombang. Munculnya teori kuantum (cahaya) diawali dari usaha menerangkan radiasi panas dari benda-benda bersuhu tinggi berdasarkan teori mekanika statistik klasik. Muatan yang bergerak dipercepat akan memancarkan gelombang elektromagnet. Radiasi panas semacam radiasi elektromagnet yang dipancarkan oleh benda-benda karena suhunya. A. Photon dan Efek Foto Listrik Photon merupatan bentuk materi dari cahaya atau gelombang elektromagnet. Photon dianggap sebagai partikel (materi) tanpa massa diam (mo = 0). 1. Teori Kuantum Cahaya Energi dan momentum photon dihubungkan dengan frekuensi dan panjang gelombang dinyatakan oleh bentuk h E = hf dan p = 1 Persamaan (1) menyatakan E energi satuan joule f frekuensi hertz p momentum kg ms-1, λ panjang gelombang meter dan h tetapan Planck 6,626 .10-34 Js atau 4,14 .10-15 eVs (Max Planck 1858 - 1947). Dalam dinamika terdapat hubungan E hf f 1 p = (c kelajuan cahaya) p = dan = . Besaran tersebut memenuhi huc c c bungan dengan persamaan (1). Konsep photon hanya digunakan dalam interaksi radiasi elektromagnet dan partikel bermuatan atau interaksi radiasi elektromagnet dengan materi (bukan inter 44 aksi dengan elektron bebas). Dengan demikian interaksi gelombang elektromagnet dengan elektron atau partikel bermuatan lain di dalam proses berhubungan dengan photon sejumlah energi dan momentum dapat saling bertukar. Contoh 1. Berapakah energi dan momentum sebuah photon cahaya merah (λ 650 nm) ? Berapakah panjang gelombang photon yang berenergi 2,4 eV ? Penyelesaian menggunakan persamaan (1) hc (4,14 .10 15 eVs)(3 .108 ms 1 ) E= = = 1,91 eV = 3,06 .10-19 J 9 650 .10 m 15 h (4,14 .10 eVs) p= = = 1,91 eV c-1 = 3,06 .10-19 J c-1 9 650 .10 m hc h (4,14 .10 15 eVs)(3 .10 8 ms 1 ) λ = = = = 517 n m = 517 .10-9 m 2 , 4 eV E p 2. Efek Foto Listrik Peristiwa foto listrik terjadi pada permukaan logam yang disinari (berkas cahaya) ke luarlah sejumlah elektron dari permukaannya. Prinsip dasar yang perlu diketahui dalam masalah radiasi dan penyerapan energi gelombang elektromagnet dalam atom (dapat molekul, inti) adalah atom tersebut hanya dapat mengeluarkan atau menyerap energi radiasi gelombang elektromagnet hanya pada frekuensi tertentu. Energi atom (mungkin molekul) terkuantisasi dan hanya memiliki nilai tertentu. Seandainya ada atom dalam keadaan mantap energi E menyerap radiasi gelombang elektromagnet frekuensi f dan sesudahnya ia memiliki kemantapan lain dengan energi lebih tinggi E!. Perubahan energi atom E! - E dan pada sisi lain energi photon yang diserap hf. Hukum kekekalan energi kedua hal tersebut sama sehingga E! - E = hf 2 Persamaan (2) disebut formula Bohr pertama kali disampaikan oleh ahli fisika berkebangsaan Denmark (Niels Bohr 1885 - 1962) pada tahun 1913. Persamaan (2) menyatakan apabila atom melepaskan photon atau energi mantapnya berubah dari E! menjadi E dan energi sisanya sebagai energi gelombang (hf). Konsep photon digunakan pada seluruh proses interaksi gelombang elektromagnet dengan materi. Salah satu contoh gambaran konsep photon adalah peristi- 45 wa efek foto listrik. Gagasan tentang efek foto listrik ditemukan oleh Heinrich Hertz (1857 - 1894) pada tahun 1887 dalam suatu percobaan tentang perambatan Gelombang elektromagnet. Hertz melakukan pengamatan, penyinaran dengan sisinar nar ultraviolet pada elektroda. Wilhelm Hallwachs (1859 - Na 1922) melakukan pengamatan emisi listrik karena penyinaran pada logam Zn, Rb, K dan Na. Peristiwa munculnya arus elektrometer Gambar 1 listrik atau lepasnya elektron dari logam disebut dengan gejala efek foto listrik. Percobaan, cara untuk menunjukkan adanya peristiwa efek fotolistrik. Permukaan logam disinari (cahaya) dan dihubungkan dengan elektrometer yang telah bermuatan negatif (gambar 1). Akibat penyinaran keping elektrometer mula-mula menyempit akhirnya membuka kembali (artinya sekarang elektrometer bermuatan positif berlawanan dengan muatan awal). Hal tersebut terjadi karena penyinaran membebaskan elektron (logam menjadi bermuatan positif atau logam menjadi ion posirif). Aliran elektron (arus listrik) tersebut (dalam Anoda percobaan) terus bertambah seiring bertambahnya intensitas cahaya yang dijatuhkan pada permuka- Katoda A Gambar 2 an logam. Namun demikian terdapat frekuensi ter kecil (frekuensi ambang fo) cahaya yang tidak menghasilkan peristiwa foto elektron. Pancaran arus elektron mempunyai energi kinetik maksimum semakin besar jika panjang gelombang cahaya yang digunakan I semakin pendek (frekuensi semakin besar). Tidak b seluruh panjang gelombang menghasilkan pancara an arus elektron. Panjang gelombang terbesar sinar penghasil fotoelektron λo (harga λo disebut nilai ambang harga paling besar dapat menghasil- Φo Gambar 3. V kan arus elektron un tuk seterusnya sinar-sinar penghasil fotoelektron nilai panjang gelombang- nya < λo). Lepasnya elektron dari atom (mungkin dari molekul) sehubungan dengan pe 46 nyerapan energi tertentu (Φo) oleh logam. Bila elektron menyerap energi dari caha ya E = hf sehingga sisa energi dijadikan energi kinetik (Ek) oleh elektron Ek = E - Φo 3 Bila E energi cahaya (E < Φo) pada logam tidak akan terjadi pancaran elektron. Tidak setiap elektron logam dapat lepas memerlukan energi Φo (fungsi kerja) yang sama. Akan tetapi setiap mengganti logam (dalam percobaan) diperoleh grafik gambar (4) selalu sejajar dengan nilai Vo berbeda (nilai tersebut berhubungan dengan fungsi kerja setiap logam). Koefisien arah grafik merupakan nilai tetapan Planck. Vo Energi terkecil untuk melepaskan elektron 2,35 dari permukaan logam disebut fungsi kerja (Φo) a logam yang bersangkutan (nilai terkecil agar elek tron lepas dari permukaan logam adalah hfo = Φo 0,72 c Vo 6 b 10 = f Gambar 4 hc ). Dengan demikian Ek maksimum dari peo nyinaran cahaya yang memiliki frekuensi f Ekm = hf - Φo atau Ekm = hf - hfo 4 Persamaan (4) h adalah tetapan Planck. Besarnya Ekm dari arus elektron dapat ditunjukkan dengan menempatkan potensial penghalang (Vo) agar arus elektron ber henti dalam tabung sehingga terjadi hubungan eVo = hf - hfo atau Φo = e Vo 5 Persamaan (5) jika dibuat grafik energi vs frekuensi berupa garis lurus (h tetapan planck sebagai koefisien arah). Pengukuran potensial penghalang dapat dilakukan dengan gambar (2). Beda tegangan anoda-katoda diperbesar arus menjadi semakin kecil (pembacaaan ampe remeter menurun menuju nol). Tegangan yang bersangkutan disebut potensial penghalang (potensial henti Vo). Pengukuran Vo merupakan cara untuk menentukan Ekm elektron (cara menentukan fungsi kerja logam Φo = e Vo). Dengan memperhatikan hubungan (f, v dan λ gelombang) persamaan (4) dapat pula ditulis sebagai bentuk 1 1 Ekm = h c ( ) = ½ m v2 o 47 Tabel, fungsi kerja (Φo dalam elektronvolt) fotolistrik beberapa logam No. logam lambang Φo logam lambang Φo 1. cesium Cs 1,9 eV kalsium Ca 3,2 eV 2. kalium K 2,2 eV tembaga Cu 4,5 eV 3. natrium Na 2,3 eV perak Ag 4,7 eV 4. litium Li 2,5 eV platina Pt 5,6 eV Hasil percobaan efek fotolistrik dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Arus fotolistrik bertambah bila intensiats cahaya yang digunakan bertambah. 2. Ekm elektron fotolistrik tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang di gunakan 3. Ekm bertambah jika frekuensi cahaya yang digunakan lebih besar (naik) 4. Setiap logam memiliki frekuensi ambang (fo) sendiri-sendiri. Jika ada cahaya memiliki frekuensi < fo tidak akan mampu melepaskan fotoelektron (efek foto listrik tidak terjadi). Elektron yang berada jauh di bawah permukaan logam dibutuhkan energi > Φo (be berapa diantaranya ke luar dengan Ek yang lebih rendah). Sebuah photon yang me masok energi sebesar Φo (energi yang tepat untuk melepaskan sebuah elektron) berkaitan dengan panjang gelombang ambang λo. Panjang gelombang tersebut tidak memiliki kelebihan energi yang tersisa bagi Ek fotoelektron sehingga persama an (4) disederhanakan menjadi Φo = hf sehingga λo = hc o 6 Contoh 2. Carilah Ek foto elektron jika sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 3500 Å jatuh pada permukaan kalium ! Penyelesaian menggunakan persamaan (4). Persamaan (4) Ek = hf - Φo atau Ek = hc - Φo 3 .10 m s 1 Dengan demikian Ek = (4,14 .10-15 eV s) - 2,2 eV = 1,3 eV 3500 .10 -10 m Contoh 3. Suatu percobaan mengasilkan grafik gambar (4). Sumbu mendatar frekuensi 48 (dinyatakan dalam 1014 Hz), sumbu vertikal dinyatakan dalam volt. Berapakah nilai h (tetapan Planck) dalam percobaan tersebut ? Seandainya nilai Vo logam tersebut berhubungan dengan frekuensi 4,3 .1014 Hz. Berapakah nilai fungsi kerja dari logam yang bersangkutan yang digunakan. Penyelesaian menggunakan persamaan (4) Ek dinyatakan dalam eV sehingga persamaan (4) menjadi eVo = hf - hfo. Vo h h Potensial penghalang Vo = (f - fo) atau = dengan grafik gambar e e f fo (4) dihasilkan bentuk Vo = garis ab dan f - fo = garis bc sehingga (2,35 0,72) V h = = 4,1 .10-15 Vs atau h = 1,6 .10-19 C (4,1 .10-15 Vs) e 10 14 (10 6 ) Hasil nilai tetapan Planck menjadi h = 6,56 .10-34 J s. Φo = hfo = (6,63 .10-34 Js)(4,3 .1014 Hz) = 2,9 .10-19 J atau 1,8 eV Contoh 4. Fungsi kerja logam tungsten 4,52 eV. Berapakah panjang gelombang ambang tungsten ? Berapakah Ekm elektron yang dipancarkan apabila digunakan radiasi dengan panjang gelombang 200 nm ? Berapakah potensial henti kasus ini ? Penyelesaian menggunakan persamaan (4, 5 dan 6) hc 1240 eV nm λo = = = 274 nm (berada pada daerah ultraviolet) o 4,52 eV hc 1240 eV nm Ekm = hf - Φo = - Φo = - 4,52 eV = 1,68 eV 200 nm Ek m 1,68 eV Vo = = = 1,68 V e e C. Sinar Rǒentgen (Sinar X). Gejala sinar Roentgen (sinar x) merupakan gejala kebalikan dari efek fotolistrik. Elektron dipercepat (diberi medan listrik) lalu dihentikan oleh logam (sasar an tumbukan) Ek elektron menjadi nol (diam) dan energi tersebut diubah menjadi energi gelombang (sinar x). 1. Produksi Sinar X. Dalam tabung hampa udara (tekanan udara kecil) ditempatkan logam sebagai sasaran (anoda) ditembaki dengan elektron (berasal dari katoda) menghasilkan sinar yang tidak tampak. Interaksi elektron dengan logam sasaran terebut itulah yang menghasilkan radiasi sinar. Radiasi sinar yang tidak tampak tersebut 49 pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Konrad von Roentgen (1895) ahli fisika ber kebangsaan Jerman hidup antara tahun 1845 - 1923 sinar x Radiasi sinar Roentgen pada saat itu cukup misterius sehingga dinamakan juga si A e K nar x. Sinar x memiliki sifat antara lain - dapat menyebabkan beberapa logam berpendar (misal ZnS) Gambar 5 - memiliki daya tembus yang cukup besar (dapat menembus beberapa logam dan zat-zat lain - dapat menghitamkan (merusak) film fotografi. - sinar x merupakan gelombang elektromagnet dengan gelombang sangat pendek (hanya beberapa 10-10 m) - dapat merusak dan menembus jaringan tubuh - merambat lurus (tidak dibelokkan oleh medan listrik maupun magnet) Sifat sinar x tersebut semakin kuat bila elektron yang menumbuk sasaran semakin kuat (cepat) dan semakin besar jumlah elektronnya akan semakin besar juga intensitasnya. Radiasi sinar x terjadi apabila elektron yang bergerak dipercepat lalu menumbuk sasaran (anoda atau dihentikan) radiasi yang muncul merupakan radiasi pengereman atau bremstrahlung. Percobaan dilanjutkan dengan cara mengubah-ubah logam sasaran (anoda) yang dijadikan sasaran tumbukan elektron misal molybdenum memunculkan grafik spektrum yang dijelaskan menggunakan teori elektromagnet. Panjang gelombang sinar x minimum memiliki hubungan antara beda potensial anoda-katoda (V) Secara eksperimen Duane dan Hunt merumuskan hubungan sebagai 1,24 .10 6 V m λmim = V Contoh 5. 7 Mesin penghasil sinar x menghasilkan spektrum dengan panjang gelombang minimum 0,1 A. Berapakah beda potensial pemercepat elektron (beda potensial anoda-katoda) yang digunakan agar menghasilkan panjang gelombang dalam nilai tersebut ? Penyelesaian menggunakan persamaan (7) 50 1,24 .10 6 volt m = 1,24 .105 volt 11 10 m Beda potensial mesin tersebut yang digunakan untuk mempercepat elektron nilai- V = nya adalah 1,24 .105 volt. Panjang gelombang minimum tersebut berhubungan dengan energi kinetik maksimum foton sinar x tersebut Ek = eV = h υmak. hc Ek = h fmak = mim Contoh 6. 8 Dari contoh soal nomor lima tentukan frekuensi maksimumnya ! Penyelesaian menggunakan persamaan (8) Frekuensi maksimum terjadi jika λ minimum karena, kecepatan c tetap sec 3 .10 8 m s 1 hingga fmak = = = 3 .1019 s-1 = 3 .1019 Hz mim 10 11 m 2. Difraksi Sinar x Willian Henry Bragg 1862 - 1942 W. Lawrence Bragg 1890 - 1971 meng analisis λ sinar x dihitung dengan menggunakan cara difraksi kisi kristal (ideal). Misal sinar x datang pada deretan atom dengan sudut θ serta jarak antar atom d sehingga selisih perjalanan dua sinar tersebut 2 d Sin θ. Apabila interferensi sinar saling memperkuat panjang gelombang sinar x dihitung dengan cara difraksi 2 d Sin θ = n λ 9a Persamaan (7a) n menyatakan orde sinar terhambur. Sebaliknya dengan menggunakan per- . . . . d. . . θ . Gambar 6 . . . . . samaan (9a) kita dapat menghitung jarak antar . . atom dari kristal jika panjang gelombang berkas sinar x terhambur diketahui. Jika interferensi gelombang saling memperlemah bentuk persamaan (9a) menjadi 2 d Sin θ = (n + ½ ) λ 9b Contoh 7. Jarak atom-atom Ca 3 .10-10 m. Apabila sinar x didatangkan pada kristal tersebut dengan sudut 2,8o. Interferensi saling memperkuat terjadi pada orde per- 51 tama tentukan panjang gelombang sinar x yang digunakan ! Penyelesaian menggunakan persamaan (9) Persamaan (9) menghasilkan 2 (3 .10-10 m) Sin 2,8o = (1) λ sehingga menghasilkan nilai λ = 3 .10-11 m atau λ sinar x adalah 0,3 Ao. 3. Produksi Pasangan. Gejala lain interaksi sinar x dengan materi adalah produksi pasangan elektron (e- atau - 1,6 .10-19 C) dan positron (e+ atau 1,6 .10-19 C). Dalam gejala foto listrik ada kemungkinan sebuah photon menyerahkan sebagian atau seluruh energinya pada elektron. Atau mungkin photon berubah menjadi sebuah elektron dan sebuah positron suatu proses perubahan energi elektromagnet menjadi energi diam. Gejala ini akan terjadi bila energi photon sinar x yang digunakan ≥ 2 mo c2 (dengan mo adalah massa diam elektron besar 9,1 .10-31 kg atau 0,51 MeV). Dengan demikian produksi pasangan akan terjadi jika energi photon ≥ 1,02 MeV atau bersesuaian dengan panjang gelombang λ = 0,012 Ao. Gelombang elektromagnet dengan λ = 0,012 Ao disebut sinar gamma (). Sinar γ di alam sebagai pan caran inti radioaktif dan dalam sinar kosmik. Kelebihan energi photon tersebut dijadikan energi kinetik elektron dan positron h f = E + + E -. h f = (me c2 + Ek +) + (me c2 + Ek -) 10 Nilai besaran Ek+ dan Ek – selalu positif sehingga photon harus memiliki energi serendah-rendahnya 2 me c2 = 1,02 M eV. Proses ini dapat terjadi photon harus berada pada daerah sinar gamma inti atom yang berenergi setinggi itu. photon → elektron + positron Positron ditemukan pertama kali oleh Anderson pada tahun 1932 (keberadaannya telah diramalkan oleh P. A. M. Dirac pada tahun 1928. Produksi pasangan hanya terjadi di bawah pengaruh medan inti. 4. Proses Anihilasi. Kebalikan dari produksi pasangan terjadi, bila elektron dan positron bertemu dan lenyap muncul sepasang photon (elektron + positron → photon). (me c2 + Ek +) + (me c2 + Ek -) = E1 + E2 11 52 Karena nilai Ek+ dan Ek– sangat kecil sehingga positron dan elektron dapat dianggap diam. Sehingga kekekalan momentum mensyaratkan kedua photon memiliki energi sama me c2. Arah photon sedemikian rupa sehingga energi dan momentum liniernya tetap (segaris arah berlawanan). Proses pelenyapan (anihilasi) terjadi tidak perlu ada pengaruh medan inti atau partikel lain. D. Efek Compton Efek Compton (contoh lain) merupakan interaksi materi dan gelombang. Me nurut teori kuantum cahaya photon (materi cahaya) berlaku sebagai partikel. Photon (materi cahaya) tidak memiliki massa diam (mo = 0). Jika hal tersebut benar sehingga penyinaran dapat dianalisis dengan menggunakan bentuk tumbukan antar partikel. Gambar (7) menunjukkan tumbukan yang dilakukan oleh photon sinar x (1) menumbuk elektron diam (2). Photon sinar x (1) mengalami hamburan dari arah semula dengan membuat sudut θ (3) dan elektron yang semula diam terpental dengan sudut φ dari arah horisontal (4) dan bergerak (karena memperoleh impuls). Dalam tumbukan ini dipandang photon sinar x kehilangan sejumlah energi kinetik dan diberikan pada elektron. Jika photon sinar x (1) berfrekuensi f dan photon hamburan (3) berfrekuensi f! (dengan anggapan energinya berkurang sehingga f > f!) hilangnya energi photon akan sama dengan energi yang dimiliki oleh elektron (4) sebagai Ek. Ek = h f - h f! 12 Energi photon (1) (partikel tidak memiliki massa diam) berenergi E = pc atau E hf h p= = = . 13 c c Dalam tumbukan berlaku hukum kekekalan energi (artinya energi sebelum tumbukan sama dengan setelah tumbukan) sehingga menjadi E + mo c2 = E! + mo2 c 4 p42 c 2 14 Hukum kekekalan momentum berlaku momentum sebelum tumbukan dan sesudah tumbukan sama p1 + p2 = p3 + p4 Dari persamaan (15) diperoleh persamaan momentum arah mendatar hf hf ! + 0 = Cos θ + p Cos φ c c 15 atau 53 p c Cos φ = h f - h f! Cos θ E! = p3 c E = h f! (3) (2) p2 = 0 16a Momentun arah tegak lurus ! (1) E= hf p1 = hf c moc2 (4) p4 E= m c p c 2 o 4 hf ! Sin θ - p Sin φ c p c Sin φ = h f! Sin θ 0 = 2 4 atau 16b θ merupakan sudut hamburan photon, dan φ su2 dut pental (lemparan) elektron. Gambar 7 Persamaan (16) dikuadratkan serta dijum- lahkan akan dihasilkan bentuk (p c)2 = (hf)2 - 2 (hf)(hf!) Cos θ + (hf!)2 17 Energi total E = Ek + mo c2 serta E = m c p c dengan mengkuadratkan 2 o 4 2 4 2 kedua persamaan tersebur diperoleh Ek2 + 2 (mo c2)(Ek) + (mo c2)2 = mo2 c 4 + p42 c 2 Dalam hal ini p42 c 2 = (p c)2 sehingga (p c)2 = (Ek)2 + 2 (mo c2)(Ek). Persamaan (12) untuk mengganti Ek sehingga (p c)2 = (hf)2 - 2 (hf)(hf!) + (hf!)2 + 2 (mo c2)(hf – hf!) 18 Bentuk persamaan (17 = 18) digabungkan akhirnya menjadi 2 (mo c2)(hf – hf!) = 2 (hf)(hf!)(1 - Cos θ) 19 ! ! mc f f f f Persamaan (19) akan menjadi o ( ) = (1 – Cos θ) atau c c c h c h (λ! - λ) = (1 - Cos θ) 20 mo c Persamaan (20) diperoleh Arthur Holly Compton (1892 - 1962) pada tahun 1920 akhirnya gejala tersebut dinamakan efek Compton. Gejala ini juga menunh jukkan bukti pembenar teori kuantum radiasi cahaya. Besaran disebut panjang mo c gelombang Compton (nilai untuk elektron 2,426 .10-12 m). Gejala efek Compton, dapat pula dipandang sebagai hasil tumbukan partikel berkecepatan tinggi. Contoh 8. Sinar X panjang gelombang 24 .10-12 m dihamburkan (secara compton) dan berkas hamburan teramati dengan sudut 60o (relatif terhadap sinar datang). Carilah 1. panjang gelombang hamburan sinar X 2. energi photon hamburan sinar X 3. energi kinetik dan arah elektron terlempar 54 Penyelesaian menggunakan persamaan (20) h λ! = λ + (1 - Cos θ) = 24 .10-12 m + 2,426 .10-12 (1 – Cos 60o) mo c = 24,12 .10-12 m hc 1240 eV nm E! = ! = = 5141 eV λ 0 ,2412 nm 1240 eV nm Ek = E - E! = - 5141 eV = 5167 eV – 5141 eV = 26 eV 0 ,24 nm E !Sin ( 5141 eV )( Sin60 o ) tg φ = = = 1,715 atau φ = 59o 42! ! o E E Cos ( 5167 5141 ) eV ( Cos60 ) Contoh 9. Sinar X panjang gelombang 22 .10-12 m atau berenergi 56 keV, ditujukan pa da karbon serta terjadilah hamburan (sudut hamburan 85o). Berapakah penambahan panjang gelombang Compton ? Berapa presen energi photon awal yang hilang ? Kemana arah gerak elektron hambur ! Penyelesaian menggunakan persamaan (16 dan 20) 6 ,63 .10 34 Js Persamaan (20) Δλ = (1 - Cos 85o) 31 8 1 9,11 .10 kg (3 .10 ms ) Perpanjangan gelombang tersebut nilainya Δλ = 2,21 .10-12 m E E! (c / ) ( c / !) ! hf hf ! Presentase kehilangan energi = = = E c/ hf ! Pernyataan λ! – λ = Δλ dan λ! = λ + Δλ sehingga prosentasenya hilang menjadi ή = 21 2,21 .10 12 m Jadi ή = = 0,091 atau 9,1 % (22 .10 12 2,21 .10 12 )m E !Sin ! Sin 85 o = E E !Cos ! Cos 85 o (24,21)(0,995) (24,21)(10 12 )(0,995) tg φ = dan φ = arc tg 12 22 (24.21)(0,087 ) [22 (24.21)(0,087 )](10 ) Dari persamaan (16) dihasilkan bentuk tg φ = E. Photon dan Gravitasi Photon dalam situasi tertentu dapat berlaku serupa dengan partikel. Misal pada proses radiasi atau efek fotolistrik Compton dan lain-lain dengan massa berupa massa geraknya. Prinsip kesetaraan menyatakan bahwa massa inersial (kelembaman) suatu benda sama dengan massa gravitasinya. Prinsip tersebut diakui dari suatu kenyataan bahwa dalam percobaan seorang atau pengamat dalam la- 55 boratorium tertutup tidak dapat membedakan antara efek yang dimunculkan oleh medan gravitasi dan efek yang ditimbulkan oleh percepatan laboratoriumnya. Perbedaan antara keduanya (jenis massa gravitasi dan lembam) terletak pada kenyataan bahwa massa kelembaman suatu benda sebagai penentu tanggapan terhadap gaya yang di terapkan sedang massa gravitasi sebagai penentu gaya tarik gravitasi atau interaksi dengan massa lain. Kedua pemikiran tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa cahaya harus mengalami efek gravitasi. Dari hasil pengamatan, photon ketika bertumbukan berlaku seakan-akan mempunyai masa kelem baman sebesar (walaupun telah disimpulkan photon tidak memiliki massa diam), p hf hf m = = 2 (hal tersebut karena p = dan untuk photon v = c) c v c Bukti dari kedua hal tersebut (memiliki kenyataan) antara lain - cahaya bintang yang melewati dekat matahari (atau benda dengan massa masif) dibelokkan 0,0005o. Nilai sebesar itu teramati saat gerhana matahari. Prosedur pengamatan dengan cara membandingkan posisi cahaya lewat dekat matahari saat gerhana dan tidak saat cahaya lewat tidak dekat matahari. - benda massa m dijatuhkan dari ketinggian h dekat permukaan bumi (me miliki energi gravitasi mgh), akan dipercepat sampai di bumi akan memiliki energi kinetik ½ mv2 atau v = 2 gh . Hal tersebut jika dialami oleh photon yang jatuh lewat jarak s (manifestasinya photon akan memiliki tambahan energi mgs) dalam bentuk lain yaitu pertambahan frekuensi dari f menjadi f! (pertambahan massa hf/c2 diabaikan) sehingga hfgs gs hf! = hf + mgs = hf + atau hf! = hf (1 + 2 ) 2 c c Contoh 10. 22 Berapakah perubahan frekuensi relatif photon saat photon dipancarkan dari permukaan bintang sejauh 20 m ? Penyelesaian menggunakan persamaan (22). gs f f! f Jika perubahan frekuensi relatif = = 2 c f f Dengan nilai g = 9,8 ms-2 dan c = 3 .108 ms-1 maka nilai f = 2,2 .10-15. f 56 Bila frekuensi photon bergerak menuju bumi bertambah (panjang gelombang menjadi panjang menuju merah) sehingga saat menjauhi bumi berkurang (disebut pergeseran merah grafitasi). Medan M gravitasi bumi tidak begitu kuat, tetapi me f! dan gravitasi bintang sangat kuat . Misal hf photon (massa m = 2 ) berfrekuensi awal c Gambar 8. f dipancarkan oleh sebuah bintang bermassa M berjari-jari R sehingga energi potensial photon pada permukaan bintang Mm Ep = - G 23a R Persamaan (23a) tanda (-) menunjukkan tarik menarik dengan demikian persamaR f an (23a) menjadi Mhf Ep = - G 2 23b c R Energi total (E) jumlahan dari energi kuantum hf ialah Mhf M E = hf - G 2 = hf (1 – G 2 ) 24 c R c R Pada jarak yang cukup jauh dari bintang (misal di bumi) photon tersebut di luar jangkauan medan gravitasi bintang (energi totalnya tetap). Dengan demikian photon energinya keseluruhan dalam bentuk elektromagnetik dan E = hf !, (f menyatakan frekuensi elektron datang). Karena Ep photon dalam medan gravitasi bumi diabaikan dibandingkan dengan medan gravitasi bintang sehingga persamaan (24) M M f! menjadi hf! = hf (1 - G 2 ) atau = 1-G 2 akhirnya c R c R f M f f f! f = = 1= G 2 25 c R f f f Photon berfrekuensi rendah di bumi bersesuaian dengan kehilangan energinya ketika photon tersebut meninggalkan bintang (terjadi pergeseran spektrum). M Bila terjadi G 2 ≥ 1 persamaan (25) tidak akan ada photon yang ke luar c R dari bintang. Bintang sejenis ini tidak dapat memancarkan photon [tidak tampak suatu lubang hitam (black hole)]. Contoh 11. Carilah (pendekatan) pergeseran merah gravitasi pada cahaya 5000 Ao yang dipancarkan oleh bintang kerdil putih yang massanya sama dengan massa mataha- 57 ri [jari-jari sama dengan jari-jari bumi (6,4 .106 m)] ! Penyelesaian menggunakan persamaan (25) M f c 3 .108 ms 1 = G 2 dan f = = = 6 .1014 Hz 7 5 .10 m c R f Dari soal diketahui tetapan-tetapan dengan nilai λ = 5000 Ao = 5 .10-7 m M = 2 .1030 kg ; R = 6,4 .106 m ; c = 3 .108 m s-1 dan G = 6,67 .10-11 m3 kg-1 s-2 M c Dari nilai-nilai tersebut dihasilkan ∆f = G 2 diperoleh ∆f = 1,40 .1011 Hz. c R 11 f 1,4 .10 Hz Dengan demikian = = ≈ 2,3 .10-4 14 6 .10 Hz f