upaya guru pendidikan agama islam dalam

advertisement
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGUN
KARAKTER PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI
Ruwiah Abdullah Buhungo
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Abstrak
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, melalui jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah (UUGD Pasal 1). Sebagaimana tertuang dalam pengertian
tersebut tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik karakter. Hal ini tampak pada kata-kata
“mendidik, membimbing, mengarahkan, menilai, melatih”. Oleh karnanya upaya-upaya itu tercermin dalam
perilaku guru dalam mensikapi peserta didik. Pembentukan karakter peserta didik oleh guru Pendidikan
Agama Islam pada hakekatnya tidak menekankan pada ranah kognitif dan psikomotoriknya saja,akan tetapi
yang lebih utama adalah penekanan pendidikan pada ranah afektif. Guru pendidikan Agama Islam dituntut
untuk menstransfer ilmunya dan memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya,serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Peranan tersebut tidak cukup dilakukan oleh Guru Agama saja akan tertapi
membutuhkan kerja sama elemen sekolah yang terkait. Pendidikan karakter merupakan upaya yang
dicanangkan dan dilaksanakan secara sistimatis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai peri laku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan, berdasarkan normanorma Agama, tata karma budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan,
perasaan dan tindakan.
Kata kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, karakter, peserta didik ,Globalisasi.
A.
PENDAHULUAN
Guru pendidikan agama Islam adalah orang
yang memberikan pengetahuan, keterampilan
pendidikan dan pengalaman agama Islam pada
peserta didik, secara umum pengertian guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertugas
mengajarkan pendidikan agama Islam pada sekolah
baik swasta maupun negeri, baik guru tetap
maupun tidak tetap. Mereka mempunyai peran
sebagai pengajar maupun yang sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama Islam.
Zakiyah daradjat mengatakan bahwa guru
pendidikan agama Islam adalah merupakan guru
agama disamping melaksanakan tugas pengajaran,
yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia
juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik,ia mampu membantu
kepribadian
dan
pembinaan
akhlak,
juga
menumbuhkan dan mengembangan keimanan dan
1
ketaqwaan para peserta didik.
Ditengah-tengah perkembangan dunia yang
begitu cepat dan semakin canggih, prinsip-prinsip
untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta
didik
tetap harus dipegang. Akan tetapi perlu
dilakukan dengan cara yang berbeda atau kreatif
sehingga
mampu
mengimbangi
perubahan
kehidupan. Guru harus memiliki kemitmen yang kuat
dalam melaksanakan pendidikan secara holistic yang
berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik.
1
Zakiyah daradjat, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta
: Bumi Aksara, 1992)h.99
120
Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta
didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan
2
dunia dengan perkembangan ilmu dan teknologi
Salah satu yang dilakukan oleh guru agama
adalah melakukan pembinaan karakter peserta didik
melalui pemaksimalan pungsi mata pelajaran pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama dapat
dijadikan basis untuk pembinaan karakter peserta
didik. Guru pendidikan agama bersama-sama para
guru-guru yang lain dapat merancang berbagai
aktifitas sehari-hari bagi siswa disekolah
yang
diwarnai dengan nilai-nilai ajaran Islam, dengan cara
ini siswa diharapkan terbiasa untuk melakukan
aktivitas-aktivitas keagamaan yang pada akhirnya
dapat membentuk karakternya.
Dasar pendidikan karakter sebaiknya
diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age), karena usia ini terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8
tahun,dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir
dasa warsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya
pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga,
yang merupakan lingkungan pertama pada
pertumbuhan karakter anak.
2
M. Furqon,Pendidikan karakter membangun
peradaban bangsa (Surakarta : Yuma Pustaka)h.25
Akan
tetapi,
bagi
sebagian
keluarga,barangkali proses pendidikan karakter yang
sistimatis diatas sangatlah sulit, terutama bagi
sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang
padat. Karena itu seyogianya pendidikan karakter
juga diberikan pada anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman
kanak-kanak. Disinilah peran guru, yang dalam
filosof jawa disebut “ digugu lan ditiru”, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak dikelas,
3
yang berhadapan langsung dengan peserta didik .
Pembinaan karakter peserta didik disekolah berarti
adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
pembentukan karakter peserta didik yang identik
dengan pembinaan akhlak mulia.
B.
Hakekat Guru Pendidikan Agama Islam.
Pendidik atau guru adalah orang yang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi, status
pendidik dalam model ini bisa diemban oleh siapa
4
saja, dimana saja, dan kapan saja.
Guru adalah pendidik profesional, karenanya
secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima
dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka
tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus
berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Sehingga untuk
menjadi guru yang dapat mempengaruhi anak didik
kearah kebahagiaan dunia dan akhirat sesung5
guhnya tidaklah ringan.
Dalam undang-undang RI nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen dalam pasal 1 ayat (1)
disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Sedangkan dalam undang-undang tentang
system pendidikan nasional pada bab I pasal1 ayat
(6), pendidik atau guru adalah tenaga pendidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan. Sedangkan pada bab XI pasal
39 ayat (2), guru merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.secara implisit
Sebagai pendidik yang professional, tugas
guru tidak saja mendidik melainkan juga mengajar
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti
6
Dalam
mengembankan
keterampilan
siswa .
menjalankan kewenangan profesinya, guru dituntut
untuk memiliki keaneka ragaman kecakapan yang
bersifat psikologi meliputi ranah kognitif, ranah afektif
7
dan ranah psikomotorik
Kaitannya dengan pengertian guru pendidikan agama Islam adalah orang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan pendidikan dan pengalaman agama islam kepada peserta didik yang secara
umum dapat diartikan sebagai guru yang bertugas
mengajarkan pendidikan agama Islam atau sekaligus
merupakan pendidik dalam bidang agama Islam.
Untuk menjadi guru pendidikan agama islam harus
berdasarkan tuntutan hati nurani dan tidak semua
orang dapat melakukannya, karena orang harus
merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan
kehidupannya, mengabdi kepada Negara dan
bangsa guna mendidik anak didiknya menjadi
manusia susila yang cakap, demokratis dan
bertanggung jawab atas dirinya dan pembangunan
bangsa dan Negara.
Pekerjaan guru pendidikan agama islam
adalah luas yakni membina seluruh kemampuankemampuan dan sikap-sikap yang baik dari anak
didik sesuai dengan ajaran islam. Hal ini berarti,
bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak
terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan dikelas
saja. Dengan kata lain fungsi guru pendidikan agama
islam tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar
saja tetapi fungsi pendidikan agama islam meliputi,
pertama,sebagai pengajar, kedua, guru agama islam
sebagai pembimbing atau pemberi bimbingan,
ketiga, guru agama sebagai pemimpin (manajer
8
kelas)
Guru pendidikan agama islam adalah orang
yang menguasai ilmu pengetahuan agama islam
sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau
pengetahuan agama islam, internalisasi, serta
amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta
didik agar dapat tumbuh dan berkembang
kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan
diri dan masyarakatnya, mampu menjadi model atau
sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta
didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan
moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat,
minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu
menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
3
Masnur Muslic, Pendidikan karakter menjawab
tantangan krisis multidimensional (Jakarta : Bumi Aksara,
2011)h 81-82
4
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi pendidikan
Islam,( UIN Malang pres 2008), h.71
5
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam,(Jakarta,
Bumi Aksara,1992),h.39-40
6
Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching, (Jakarta:Quantum Traching, 2005),h.6
8
Idem, Metodik khusus pengajaran Agama Islam
(Jakarta: Bumi aksara,2004)h.265
121
dalam membangun peradaban yang diredhai oleh
Allah Swt
Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh
guru dalam pendidikan islam antara lain: zuhud, tidak
mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
keridhaan Allah semata, bersih tubuhnya, jauh dari
dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki,
permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat tercela
lainnya. Selain itu guru juga iklas dalam pekerjaannya, pemaaf, mencintai murid-muridnya seperti
cintanya terhadap anak-anaknya, memikirkan muridmuridnya seperti memikirkan anaknnya sendiri,
9
mengetahui tabiat murid, dan menguasai pelajaran
Sebagai seorang guru pendidikan agama
islam, hendaknya seorang guru berprinsip amar
makruf nahi munkar dan menjadikan prinsip tauhid
sebagai
pusat
kegiatan
penyebaran
misi
iman,islam,ikhsan. Kekuatan yang dilakukan oleh
guru agama islam adalah kekuatan indivualitas,sosial
dan moral atau nilai-nilai agama
C.
Membangun Karakter Peserta Didik
Istilah Karakter secara etimologi berasal dari
bahasa latin “character” yang antara lain berarti
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi
dari bahasa latin Kharakter, kharession, dan xharaz,
yang berarti tool for marking, yang dalam bahasa
inggris menjadi character yang berarti tabiat, budi
pekerti dan watak. Dalam bahasa arab, karakter
diartikan “ khuluq, sajiyyah, thab’u” (budi pekerti,
tabiat atau watak). Kadang juga diartikan
syakhsiyyah yang artinya lebih dekat dengan
10
personality (kepribadian).
Karakter berasal dari bahasa yunani “to
mark” yang berarti menandai dan mempokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter berasal
dari bahasa latin yang berarti “dipahat”, secara
harfiah, karakter artinya adalah kualitas mental atau
11
moral, kekuatan moral.
Berdasarkan kamus Besar bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain, tabiat, watak. Adapun berkarakter adalah
mempunyai
tabiat,
mempunyai
kepribadian,
12
Sehingga secara terminologi (istilah)
berwatak.
karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya yang tergantung pada faktor kehidupan
13
sendiri.
9
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1990)h.136
10
Fitri Agus Zaenul Pendidikan karakter berbasis
nilai dan etika disekolah. (Jokjakarta : Ar-ruzz
Media,2012)h.20
11
Ma’ruf Asmani Jamal Buku Panduan
Internalisasi Pendidikan karakter di Sekolah. (Jokjakarta:
DIVA Press,2012)h.27-28
12
Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Bumi Aksara,2007)h.445
13
loc. Cit.
122
Dari pengertian diatas dapat dipahami
bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga
karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia,
baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya,
dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma agama, tata krama, budaya dan
adat istiadat.
Pendidikan karakter merupakan bagian
integral yang tak terpisahkan dari pendidikan
nasional secara utuh. Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal 1 Undang-undang sistem pendidikan nasional
Tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangakan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
14
kepribadian dan akhlak mulia.
Dalam pendidikan karakter ini, segala sesuatu
yang dilakukan guru harus mampu mempengaruhi
karakter peserta didik sebagai pembentuk watak
peserta didik, guru harus menunjukan keteladanan.
Segala hal tentang perilaku guru hendaknya menjadi
contoh peserta didik, misalnya, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan warga
negara yang baik.
Kriteria manusia, warga masyarakat dan
warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa secara umum didasarkan pada nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh
budaya masyarakat dan bangsanya itu sendiri. Oleh
karena itu, hakekat dari pendidikan karakter dalam
pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai,
yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri serta niali-nilai dari
ajaran agama, dalam rangka membina generasi
muda
Tumbuh dan berkembangnya karakter yang
baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan
kapasitas dan komitmennya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya
15
dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Dalam dunia pendidikan biasanya pengertian
peserta didik, siswa dan anak didik sering
disamakan. Bukan istilah – istilah tersebut yang
menjadi patokan utama dalam mendidik, tapi
karakteristiknya yang lebih penting dan harus
diperhatikan dalam kegiatan pendidikan. Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu (Bab 1, Pasal 1 Peraturan
14
Munir
Abdullah
Pendidikan
Karakter.
(Yokyakarta: Pedagogia,2010)h.4
15
Idem,
Internalisasi
Pendidikan
Karakter.(Jokjakarta: Diva Press,2011)h.38
Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional).
Anak didik (siswa) adalah anak yang
karena ketergantungannya menimbulkan tanggung
jawab pendidikan pada orang dewasa (pendidik),
sehingga secara sengaja orang dewasa itu
memberikan bantuan kearah kedewasaan. Karakter
yang dimaksudkan adalah karakter yang mulia yang
diharapkan dan dapat dikembangkan peserta didik.
Dalam hal ini membangun karakter peserta didik
mengarah pada pengertian tentang mengembangkan
peserta didik agar memiliki kepribadian, prilaku, sifat,
tabiat, dan watak yang selagi mulia. Karakter seprti
ini mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku,
motivasi, dan kecakapan yang memenuhi standar
nilai dan norma yang dijunjung tinggi dan dipatuhi.
Peserta didik yang memiliki karakter mulia
memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai yang positif dan mulia dan
selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang
terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama lingkungan
bangsa dan negara bahkan terhadap negara
Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya.
D.
Upaya guru pendidikan agama Islam dalam
membangun karakter peserta didik di era
Globalisasi.
Membangun peradaban sebuah bangsa
pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan
karakter manusia unggul dari sisi intelektual,
spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh
fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak
kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang
sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.
Dalam
konteks
pembangunan
sektor
pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang
amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya
meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah
suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan
program-program pelatihan secara tersistem agar
tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap
melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa),penghargaan dan
kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan
jasanya, sehingga setiap inovasi dan pembaruan
dalam bidang pendidikan dapat diterima dan
dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian
karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas ketika
menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi
moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan
pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik.
Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu
menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah
frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak
destruktif.
Dalam karakter pendidikan guru penting
sekali dikembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung
jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain
bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya
seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru
harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter
peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku
yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah seharihari. Yang terpenting adalah semua komponen
sekolah bertanggung jawab terhadap standarstandar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilainilai inti.
Dalam dunia pendidikan, para guru dan
perancang pembelajaran dalam mengembangkan
strategi pembelajaran moral perlu mengupayakan
peningkatan kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan moral, misalnya melalui pemberian
tugas, diskusi kelompok, atau bermain peran tentang
seorang pahlawan atau sebaliknya, serta mencari
contoh-contoh seorang pahlawan yang sesuai
dengan idola mereka. Guru hendaknya menanggapi
dengan serius segala persoalan moral dalam bentuk
apapun, agar merangsang proses pemikiran mereka
tentang pentingnya moral.
Pada Era globalisasi dewasa ini dekadensi
moral tidak hanya terjadi di kalangan remaja saja,
namun banyak terjadi pula dikalangan orang
dewasa. Hal ini tidak bisa kita pungkiri lagi, ternyata
di negeri tercinta yang berdasarkan Pancasila ini
telah menodai nilai-nilai luhur dari Pancasila itu
sendiri. Hal ini terbukti semakin maraknya korupsi
hampir di setiap departemen yang ada di negeri kita
ini.
para guru di sekolah dan orang tua harus
saling mengisi untuk menumbuhkan karakter positip
pada anak melalui pembelajaran yang berkaitan
dengan pendidikan agama sehingga generasi
mendatang bangsa kita menjadi bangsa yang
beriman berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia.
E.
Penutup.
Dasar pendidikan karakter sebaiknya
diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age), karena usia ini terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8
tahun,dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir
dasa warsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya
pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga,
yang merupakan lingkungan pertama pada
pertumbuhan karakter anak.
Keseimbangan kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosi, menjadi modal penting dalam
mempersiapkan anak menghadapi masa depan.
Melalui pendidikan karakter yang positif diharapkan
menghasilkan siswa yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, beriman, berprestasi, disiplin,
tanggung jawab, sopan, berakhlak mulia, kreatif,
mandiri, dan percaya diri.
123
Tumbuh dan berkembangnya karakter yang
baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan
kapasitas dan komitmennya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya
dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Guru pendidikan agama islam adalah orang
yang menguasai ilmu pengetahuan agama islam
sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau
pengetahuan agama islam, internalisasi, serta
amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta
didik agar dapat tumbuh dan berkembang
kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan
diri dan masyarakatnya, mampu menjadi model atau
sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta
didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan
moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat,
minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu
menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradaban yang diredhai oleh
Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah Yasin, Dimensi-dimensi pendidikan Islam, UIN
Malang pres 2008
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam,Jakarta, Bumi
Aksara,1992
Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching, Jakarta:Quantum Traching, 2005
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan
Islam Jakarta: Bulan Bintang,1990
M.
Furqon,Pendidikan
karakter
membangun
peradaban bangsa Surakarta : Yuma
Pustaka
Masnur
Muslic, Pendidikan karakter menjawab
tantangan krisis multidimensional Jakarta :
Bumi Aksara, 2011
Fitri Agus Zaenul Pendidikan karakter berbasis nilai
dan etika disekolah. Jokjakarta : Ar-ruzz
Media,2012
Ma’ruf Asmani Jamal Buku Panduan Internalisasi
Pendidikan karakter di Sekolah. Jokjakarta:
DIVA Press,2012
Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta:
Bumi Aksara,2007
Munir Abdullah Pendidikan Karakter. Yokyakarta:
Pedagogia,2010
124
Download