BAB 13 PELAPORAN SEGMEN DAN INTERIM Pelaporan Untuk Segmen Diversifikasi ke produk baru dan pasar multinasional selama tahun 1990 an menciptakan kebutuhan untuk informasi yang terdisagregasi (terpisah-pisah) dari masing-masing segmen atau komponen perusahan. Perusahaan besar yang terdiservisikasi dapat dipandang sebagai sebuah fortofolio aset yang beroperasi sebagai divisi atau anak perusahaan yang seringkali memiliki cakupan multinasional.Berbagai komponen perusahaan besar dapat mempunyai tingkat keuntungan yang berbeda , tingkatan dan jenis risiko yang berbeda dan kesemapatan pertumbuhan yang berbeda. Permasalahan utama untuk akuntan adalah bagaimana mengembangkan dan mengungkapkan infornasi yang diperlukan untuk menceminkan perbedaan-perbedaan tersebut, Pembahasan berikut menyajikan standar akuntansi untuk pelaporan komponen operasi, operasi luar negeri dan pelanggan utama dari suatu entitas. Ilustrasi Uji Signifikansi Sepuluh Persen. 1. PT Induk mempunyai 80% dari Saham Biasa PT Anak .PT Anak melaporkan laba sebesar Rp 50.000.000,- untuk tahun 2011 dan membayar dividen sebesar Rp 30.000.000,- Saldo akun ekuitas pemegang saham PT Anak tanggal 31 Desember 2011 sebesar Rp 300.000.000,- dimana terdapat hak minoritas sebesar 20%. 2. PT Induk mengakuisisi 40 % saham PT B tanggal 1 Januari 2011, dengan biaya perolehan Rp 160.000.000,- yang sama dengan nilai buku saham pada tanggal tersebut. Metode ekuitas digunakan untuk mencatat investasi tersebut.PT B memperoleh laba selama tahun 2011 sebesar Rp 80.000.000,- dan membayar dividen sebesar Rp 20.000.000,-. Investasi tersebut dikelola oleh Kantor Pusat dan tidak dialokasikan sebagai segmen operasi. FIGUR 13 - 1 Laporan Keuangan Konsolidasi untuk PT Induk dan Anak Perusahaan. PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN Laporan Laba Rugi dan Saldo laba Konsolidasi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 Pendapatan Penjualan Pendapatan dari investasi pada PT B Beban dan pengurang : Harga Pokok Penjualan Depresiasi dan amortisasi Beban lain-lain Beban bunga Pendapatan untuk hak minoritas Pajak Penghasilan Laba Neto Saldo laba , 1 Januari 2011 Dikurangi : dividen 572.000.000,32.000.000,(267.000.000,-) ( 70.000.000,-) ( 15.000.000,-) ( 30.000.000,-) ( 10.000.000,-) (62.000.000,-) 150.000.000 300.000.000 ( 60.000.000) Saldo laba , 31 Desember 2011 390.000.000 PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA 31 Desember 2011 Kas Piutang Usaha Persediaan Investasi pada Saham PT B Tanah Bangunan dan Peralatan Dikurangi : Akumulasi Depresiasi Total aset 131.000.000 125.000.000 165.000.000 184.000.000 215.000.000 1.400.000 770.000 630.000.000 1.450.000.000 Utang Usaha 200.000.000 Utang Obligasi 300.000.000 Hak Minororitas 60.000.000 Saham Biasa 500.000.000 Saldo Laba 300.000.000 Total Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham 1.450.000.000 Figur 13 - 2 Kertas Kerja untuk Menganalisis Segmen Operasi PT induk dan Anak Perusahaan PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN Kertas Kerja Pengungkapan Segmen (Dalam Ribuan Rupiah) Segmen Operasi -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pos Produk Plastik dan Komsumsi dan Kesehatan Makanan Pengepakan Komersial dan Keilmuan Kimia Adm Pusat Gabungan Eliminasi Konsolidasi Antarsegmen -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Penjualan ke kons. non afiliasi 317.000 95.000 41.000 88.000 33.000 572.000 572.000 Penj.antarsegmen 6.000 18.000 4.000 28.000 (28.000) --------- --------- ----------====== ---------- ---------- --------- ----------- --------------323.000 113.000 45.000 88.000 33.000 600.000 (28.000) 572.000 Laba : Ba.Ops.ditelusuri langsung (103.000) (31.000) (63.000) (55.000) (37.000) (289.000) 18.000 (271.000) Depr.Aset Segmen ( 7.000) ( 4.000) ( 5.000) ( 6.000) ( 4.000) ( 26.000) ( 26.000) Depr.Dialokasikan ( 3.000) ( 1.000) ( 2.000) ( 3.000) ( 1.000) ( 10.000) ( 10.000) Pos Lain : Pend.Bunga A/Sgm 12.000 12.000 (12.000) Bebn Bunga ke Nonafl (30.000) ( 30.000) ( 30.000) Beban Bunga A/Sgn( 12.000) ( 12.000) 12.000 ---------- --------- ----------------- ---------------- --------- --------- -----------Laba (rugi) Segmen 198.000 59.000 (25.000) 22.000 ( 9.000) 245.000 (10.000) 235.000 Beban Umum Pst (45.000) (45.000) (45.000) Pend.Inv.Ekuitas 32.000 32.000 32.000 Pend. d/.Ops.berke lanjutan seb.Pajak 198.000 59.000 (25.000) 22.000 ( 9.000) (13.000) 232.000 (10.000) 222.000 Aset : Segmen Operasi (Sgmn selain A/S) 411.000 275.000 100.000 310.000 80.000 1.176.000(10.000) 1.166.000 Wesel A/Sgmn 100.000 100.000 (100.000) ---------- ---------- ------------------ ------------------- ----------- -----------Ttl Sgmn Ops. 411.000 375.000 100.000 310.000 80.000 1.276.000 (110.000)1.166.000 Kntr Pusat 100.000 100.000 100.000 Investasi Ekuitas 184.000 184.000 184.000 ---------------- ----------------- --------- --------- --------- ----------- ------------Total Aset 411.000 375.000 100.000 310.000 80.000 284.000 1.560.000(110.000) 1.450.000 ====== ======= ====== ====== ====== ====== =============== ======== Ttl pengl.yg dilakukan selama thn berjln u/.aset jangka panjang 48.000 21.000 10.000 29.000 12.000 120.000 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Uji Pendapatan 10% diterapkan sebagai berikut : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Persentase Pendapatan Gabungan dari Segmen Pendapatan Segmen Rp 600.000.000 Segmen Dilaporkan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Produk Makanan 323.000.000.000 53,8% Ya Plastik dan Pengepakan 113.000.000.000 18.8 % Ya Konsumsi dan Komersial 45.000.000.000 7.5 % Tidak Kesehatan dan Keilmuan 86.000.000.000 14,3 % Ya Kimia 33.000.000.000 5.5 % Tidak Total 600.000.000.000 100 % ============= ===== ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Uji Laba (Rugi) sebagai berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Segmen Laba Segmen Rugi Segmen -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Produk Makanan 198.000.000 Plastik dan Pengepakan 59.000.000 Konsumsi dan Komersial (25.000.000) Kesehatan dan Keilmuan 22.000.000 Kimia ( 9.000.000) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Uji Laba (Rugi) 10 % diterapkan sebagai berikut : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Persentase Pendapatan Gabungan dari Segmen Pendapatan Segmen Rp 279.000.000 Segmen Dilaporkan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Produk Makanan 198.000.000 71,0% Ya Plastik dan Pengepakan 59.000.000 21.1 % Ya Konsumsi dan Komersial (25.000.000) 9.0% Tidak Kesehatan dan Keilmuan 22.000.000 7.9% Tidak Kimia ( 9.000.000) 3.2% Tidak ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Uji Signifikansi 10 % diterapkan ke aset segmen sebagai berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Persentase Pendapatan Gabungan dari Segmen Pendapatan Segmen Rp 279.000.000 Segmen Dilaporkan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Produk Makanan 198.000.000 71,0% Ya Plastik dan Pengepakan 59.000.000 21.1 % Ya Konsumsi dan Komersial (25.000.000) 9.0% Tidak Kesehatan dan Keilmuan 22.000.000 7.9% Tidak Kimia ( 9.000.000) 3.2% Tidak -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Uji Aset.Uji terakhir untuk menentukan apakah segmen dilaporkan terpisah adalah uji aset 10 %. Pos-pos yang membentuk aset setiap segmen ditentukan oleh manajemen sebagaimana ditentukan untuk tujuan pengambilan keputusan internal. Manajemen dapat memasukkan aset tak berwujud , piutang bahkan pos antarperusahaan sebagaimana diidentifikasikan manajemen.Contoh , manajemen PT Induk mendefenisikan aset segmen dengan memasukkan pos antarperusahan seperti wesel antarperusahaan.Perlu diketahui bahwa manajemen berhak mendefinisikan mana yang berhak dimasukkan dan tidak daimasukkan ke dalam difinisi laba atau rugi segmen dan aset segmen. Aset gabungan dari segmen operasi (Rp 1.276.000.000.000,-)digunakan dalam pengujian ini.Perbedaan sebesar Rp 110.000.000,- antara aset gabungan dari segmen operasi (Rp 1.276.000.000.0000,-) dan jumlah yang dimasukkan dalam aset konsolidasi (Rp 1.166.000.000.000,-) disebabkan karena : a). laba antarperusahaan belum direalisasi sebesar Rp 10.000.000,- melalui penjualan kepada pihak ke tiga dan b) wesel antarperusahaan senilai Rp 100.0000.000,- Transaksi antarperusahaan tersebut harus dieliminasi dalam proses konsolidasi. Uji Signifikansi 10 persen ditetapkan ke aset segmen sebagai berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Persentase Jumlah Uji dari Segmen Aset Segmen Rp 1.276..000.000 Segmen Dilaporkan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Produk Makanan 411.000.000 32,2% Ya Plastik dan Pengepakan 375.000.000 29,4 % Ya Konsumsi dan Komersial 100.000.000 7.8% Tidak Kesehatan dan Keilmuan 310.000.000 24.3% Ya Kimia 80.000.000 6.3% Tidak --------------------Total 1.276.000.000 100 % -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- FIGUR 13 - 3 Ikhtisar Segmen Industri di laporkan Uji 10 % -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pos Produk Plastik dan Komsumsi dan Kesehatan Makanan Pengepakan Komersial dan Keilmuan Kimia -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Uji Pendapatan Ya Ya Tidak Ya Tidak Uji Laba (Rugi) Operasi Ya Ya Tidak Tidak Tidak Uji Aset Dapat Diidentifikasi Ya Ya Tidak Ya Tidak ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Uji Pengungkapan Komprehensif Setelah menentukan segmen mana yang dilaporkan berdasarkan salah satu dari dari tiga uji 10 persen kemudian perusahaan harus menerapkan uji komprehensif.Uji komprehensif adalah uji pendapatan konsolidasi 75 persen (75 percent consolidated revenue test) Uji Pendapatan Konsolidasi Tujuh Puluh Lima Persen. Penjualan ke konsumen nonafiliasi oleh segmen dilaporkan : Produk makanan 317.000.000 Pelastik dan Pengepakan 95.000.000 Kesehatan dan keilmuan 86.000.000 Total segmen dilaporkan 498.000.000 Pendapatan konsolidasi 572.000.000 ---------------- --------------Persentase segmen dilaporkan dari pendapatan konsolidasi (Rp 498.000.000 : Rp 572.000.000 87,1% ---------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan : Oleh karena % tersebut = atau lebih besar dari 75% maka maka tidak ada lagi segmen operasi yang dilaporkan terpisah . Jika persentase tersebut kurang dari 75% maka diperlukan segmen operasi tambahan untuk diperlakukan sebagai segmen dilaporkan sampai uji 75 % tersebut terpenuhi. FIGUR 13 - 4 Pengungkapan Catatan kaki yang Diperlukan untuk Operasi Segmrn PT Induk dan Anak Perusahaan --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan Kaki X Informasi mengenai Operasi Perusahaan dalam Segmen Operasi yang berbeda Segmen Operasi Pos Produk Plastik dan Kesehatan dan Makanan Pengepakan Keilmuan Lain-Lain Gabungan --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pend.dari pelanggan 317.000.000 95.000.000 86.000.000 74.000.000 572.000.000 Nonafiliasi Pend. a/.Segmen 6.000.000 18.000.000 4.000.000 28.000.000 P.Bunga a/.Segmen 12.000.000 12.000.000 B.Bunga a/.Segmen 30.000.000 30.000.000 Depresiasi 10.000.000 5.000.000 9.000.000 12.000.000 36.000.000 L/R Segmen 198.000.000 59.000.000 22.000.000 (34.000.000) 245.000.000 Aset Segmen 411.000.000 375.000.000 310.000.000 180.000.000 1.276.000.000 Peng. u/A.Segmen 48.000.000 21.000.000 29.000.000 22.000.000 120.000.000 Rekonsiliasi Pend.Segmen Dilaporkan dengan Pendapatan Konsolidasi Total Pend. Segmen Dilaporkan 522.000.000 Pend. lain-lain 78.000.000 Eliminasi Pend.a/.Segmen (28.000.000) Total Pendapatan Konsolidasi 572.000.000 Rekonsiliasi Laba atau Rugi Segmen dengan Laba atau Rugi Konsolidasi Total Laba dan Rugi Segmen Dilaporkan 279.000.000 Laba atau rugi lain-lain (34.000.000) Eliminasi laba .a/.Segmen (10.000.000) Beban umum perusahaan (45.000.000) Pend. dari investasi ekuitas 32.000.000 Laba sebelum pajak dan pos luar biasa 222.000.000 Rekonsiliasi Aset Segmen Dilaporkan dengan Aset Konsolidasi Total Aset Segmen Dilaporkan 1.096.000.000 Aset lain-lain 180.000.000 Eliminasi laba antar segmen dalam aset (10.000.000) Wesel antar segmen (100.000.000) Aset umum korporasi 100.000.000 Investasi ekuitas 184.000.000 Total aset konsolidasi 1.450.000.000 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- PELAPORAN KEUANGAN INTERIM Laporan Interim (interim report) adalah laporan yang mencakup periode waktu kurang dari satu tahun.Banyak entitas menyiapkan laporan bulanan untuk keperluan internnya dan entitas yang dimiliki publik diharuskan menyiapkan laporan keuangan kuartalan, setelah diterbitkan laporan tersebut biasanya langsung mendapat reaksi dari invertor maupun calon investor. Tujuan pelaporan interim adalah untuk menyediakan laporan terkini dari kemajuan operasi entitas kepada investor adan pihak lain yang berkepentingan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharuskan perusahaan publik untuk menyiapkan laporan untuk menyerahkan laporan keuangan reguler baik tahunan maupun tengah tahunan, sedangkan bursa efek indonesia (BEI) mewajibkan seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk menyerahkan laporan keuangan kuartal. FORMAT LAPORAN KEUANGAN INTERIM Pos-pos pelaporan keuangan interim sebagai berikut: 1. Laporan Laba Rugi untuk periode waktu kumulatif sampai dan untuk periode yang sama tahun fiskal sebelumnya 2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada akhir tengah tahun berjalan dan neraca untuk periode yang sama pada tahun fiskal sebelumnya. Akan tetapi sangat diperlukan pemahaman fluktuasi musiman dari kondisi keuangan perusahaan 3. laporan Arus Kas pada akhir periode waktu kumulatif berjalan dan untuk periode yang sama untuk tahun sebelumnya 4. Catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan saldo yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan interim ini mengikhtisarkan setiap peruubahan dalam pengukuran atau kejadian ekonomi utama yang terjadi sejak akhir tahun fiskal sebelumnya. PERMASALAHAN AKUNTANSI Laporan keuangan interim memasukkan laporan keuangan beberapa periode yang kurang dari setahun, misalnya laporan bulanan, kuartal, atau bagian lain dari periode satu tahun. Hal ini menimbulkan beberapa persoalan pengukuran teknis dan konseptual bagi seorang akuntan. Banyak perusahaan yang memulai mempublikasikan laporan kuartal setelah Bapepam-LK (sekarang OJK) mewajibkan untuk perusahaan yang dimiliki publik menyerahkan laporan interim tengah tahunan pada 1996. BEI mengharuskan penyerahan laporan keuangan interim kuartal kepada seluruh perusahaan publik pada tahun 2004. DSAK sendiri telah menerbitkan PSAK 3 tentang "Laporan Keuangan Interim" pada tahun 1994. Standar ini memecahkan sebagian permasalahan akuntansi yang terkait dengan laporan keuangan interim. Laporan tiga kuartal pertama mengesankan laba yang signifikan untuk tahun berjalan, kemudian penyesuaian arbitrer dan hal-hal yang diragukan pada kuartal keempat merekonsiliasi kerugian aktual untuk tahun tersebut. Pandangan Diskrit VS Pandangan Integral Dalam Pelaporan Interim Sebelum dikeleluarkan PSAK 3, terdapat dua pandangan berbeda mengenai pelaporan interim. Teori diskrit pelaporan interim (discrete theory of interim reporting) memandang tiap periode interim sebagai dasar periode akuntansi untuk dievaluasi seakan-akan periode tersebut merupakan periode akuntansi tahunan. Setiap penyesuaian akhir tahun dan penangguhan akan ditentukan menggunakan dasar prinsip akauntansi yang sama dengan yang digunakan dalam prinsip akuntansi tahunan. Teori Integral Pelaporan Interim (Integral theory of interim reporting) memandang periode interim sebagai bagian dari periode tahunan. Beradasrkan pandangan ini, pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan atau beban tertentu dapat dipengaruhi oleh pertimbangan mengenai hasil yang diharapkan dari operasi selama setahun. Sebagai contoh, beban yang umumnya akan dibebankan ke operasi dalam suatu periode untuk tujuan pelaporan akuntansi tahunan dapat ditangguhkan dan dibebankan di beberapa periode interim berdasarkan alokasi menggunakan volume penjualan, tingkat penjualan atau dasar yang lain. Peraturan Akuntansi untuk Pelaporan Interim PSAK 3 menstandarisasi penyusunan dan pelaporan laporan laba rugi interim Standar tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya berdasarkan sebuah basis interim, panduan tentang akuntansi atas divestasi, pos luar biasa, trnsaksi yang tidak biasa terjadi, ataupun tidak sering terjadi, serta kewajiban bersyarat pada laporan keuangan interim termasuk pengungkapan laporan keuangan interim. PSAK3 juga mengangkat permasalahan sulit yang berhubungan dengan pengukuran ketetapan pajak untuk pelaporan keuangan interim.Akuntansi untuk pajak penghasilan dalam laporan keuangan interim harus sejalan dengan kebijakan akuntansi untuk pajak penghasilan tahunan. Perubahan dalam kebijakan akuntansi diatur pada PSAK 25. Mengacu pada PSAK 25 setiap perubahan dalam kebijakan akuntansi diaplikasikan dengan melaporkan setiap penyesuaian pada periode sebelumnya sebagai sebuah penyesuaian untuk memulai saldo laba, kecuali jika jumlahnya tidak bisa ditentukan secara wajar. Perusahaan harus mengungkapkan perubahan tersebut dalam catatan laporan keuangan jika akan ada perubahan dalam kebijakan akuntansi pada periode akuntansi berikutnya. STANDAR PELAPORAN UNTUK LAPORAN LABA RUGI INTERIM Pada prinsipnya standar pelaporan keuangan interim sama dengan yang digunakan untuk laporan tahunan walapun PSAK 3 memberikan bantuan teknis yang memadai untuk pelaporan keuangan interim. Tinjauan Prinsip Akuntansi Laporan Laba Rugi Interim Pendapatan Diakui telah diperoleh selama periode interim menggunakan dasar = pelaporan tahunan Harga pokok penjualan Biaya produk untuk periode interim diakui dasarnya= pelaporan tahunan, kecuali u.interim: estimasi untuk laba bruto dapat digunakan untuk menentukan HPP interim Metode penilaian terendah atau biaya perolehan dan pasar memungkinkan pulihnya kerugian karena adanya peningkatan harga pasar di periode interim berikutnya dalam tahun fiskal yang sama Sistem biaya standar harus menggunakan prosedur = pelapotan tahunankecuali varian harga atau volume atau varian kapasitas yang diharapkan akan diserap pada akhir tahun harus ditangguhkan Biaya dan beban lainnya yang diterima sistematis dan Beban saat terjadi atau dialokasi diantara beban periode interim berdasarkan manfaat atau berdasarkan dasar lain yang rasional Pajak penghasilan Berdasarkan estimasi tarif pajak tahunan efektif Pelepasan segmen atau pos luar biasa, tidak biasa, jarang terjadi, dan bersyarat (kontinjen) Perubahan akuntansi: 1. Perubahan pada prinsp akauntansi: laporan Diakui dalam periode interim terjadinya 2. Perubahan pada estimasi akuntansi: Diterapkan hanya untuk periode laporan interim saat ini dan yang akan datang 3. Kesalahan Diterapkan pada semua perubahan dimana interim diterbitkan Penyajian kembali laporan keuangan yang lalu dengan mengoreksi kesalahan kesalahan pada --------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pendapatan Pendapatan dari penjualan produk atau atau penyediaaqn jasa harus diakui telah diperoleh selama periode interim dasarnya = periode setahun penuh.Pendapatan dari usaha musiman contohnya, pertanian, produk makanan, grosir dan ritel dan hiburan tidak dapat dimanupulasi untuk menghilangkan trend musiman. Laporan interim harus disajikan secara kumparatif dengan periode sebelumnya, dengan kondisi sebagai berikut : 1. Laporan keuangan interim (LKI) dibandingkan dengan laporan keuangan interim sebelumnya untuk mengetahui kecendrungan posisi keuangan 2. LKI dibandingkan dengan LKI yang sama dalam periode akuntansi yang lalu untuk mengetahui kecendrungan berulang musiman dari kegiatan usaha. 3. LKI dibandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari awal tahun buku s/d LKI untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan 4. LKI dibandingkan dengan LK tahun buku yang lalu untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja, dan arus kas periode akuntansi yang lalu. Harga Pokok Penjualan dan Persediaan PSAK3 membolehkan modifikasi praktis berikut atas aturan umum HPP : 1. Menggunakan estimasi persentase laba bruto. Estimasi persentase laba bruto dapat digunakan untuk pelaporan interim HPP, sehingga inventaris pisik tak perlu dicantumkan dalam setiap laporan periode interim 2. Penilaian harga pokok atau harga pasar terendah. Kerugian persediaan yang disebabkan penurunan harga pasar diakui pada periode penurunan harga dengan metode penilaian harga yang terendah antara harga pokok dan harga pasar.Pengembalian harga pasar di periode interim berikutnya pada tahun fiskal yang sama harus diakui sebagai keuntungan di periode interim berikutnya . Penurunan harga pasar temporer yang diharapkan akan berbalik pada akhir tahun fiskal tidak perlu diakui pada periode interim karena tidak ada kerugian yang diharapkan untuk tahun fiskal 3. Sistem biaya standar. Perusahaan yang menggunakan metode ini untuk persediaan. harus menggunakan prosedur yang sama atas perhitungan dan pelaporan varian dalam periode interim dengan yang digunakan untuk tahun fiskal. Akan tetapi, varian harga beli atau volume atau varian kapasitas yang diharapkan akan diserap pada akhir tahun fiskal harus ditangguhkan pada periode interim dan tidak dimasukkan sebagai laba interim. Ilustrasi Penurunan Nilai Pasar dan Pemulihan 1. Pada awal tahun fiskal PT Induk mempunyai 10.000 unti persediaan, dengan biaya FIFO sebesar Rp 10.000 per unit 2. tidak ada tambahan pembelian selama tahun berjalan 3. Penjualan dan persediaan pada akhir kuartal selama tahun fiskal adalah sebagai berikut: Kuartal Unit yang dijual dlm kuartal Ni;ai pasar unit pada akhir kuartal 1 2.000 Rp 7.000 2 2.000 Rp 6.000 3 2.000 Rp 7.000 4 2.000 Rp 11.000 ----------------------------------------------------------------------------------------------Harga Pokok Penjualan pada tiap kuartal Kuartal Biaya yang dialokasikan Persediaan akhir diturunkan Total ke HPP ke pasar atau (pemulihan kerugian) 1 2.000 x Rp 10.000 8.000 x Rp 3.000 Rp 44.000.000 2 2.000 x Rp 7.000 6.000 x Rp 1.000 Rp 20.000.000 3 2.000 x Rp 6.000 (4.000 x Rp 1.000) Rp 8.000.000 4 2.000 x Rp 7.000 (2.000 x Rp 3.000) Rp 8.000.000 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Dalam laporan interim : Kuartal 1 Rp 44.000.000 Kuartal2 Rp 20.000.000 Kuartal3 Rp 8.000.000 Kuartal4 Rp 8.000.000 -----------------------------------------------------------Analisis Interim Harga Pokok atau Harga Pasar Terendah dari Akun Persediaan PT Induk ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Persediaan Jumlah Unit H/U Total Saldo awal tahun 10.000 10.000 100.000.000 1 Persediaan dijual kuartal pertama 2.000 10.000 (20.000.000) Penyesuaian ke pasar 8.000 (3.000) (24.000.000) (8.000 x (10.000-3.000) Saldo akhir kuartal pertama 8.000 7.000 56.000.000 2 Persediaan dijual kuartal ke dua Penyesuaian ke pasar Saldo akhir kuartal ke dua (2.000) 6.000 6.000 7.000 (14.000.000) (1.000) ( 6.000.000) 6.000 36.000.000 3. Persediaan di jjual kuartal ke tiga Penyesuaian ke pasar Persediaan akhir (2.000) 4.000 4.000 6.000 (12.000.000) 1.000 4.000.000 7.000 28.000.000 4. Persediaan dijual kuartal ke empat (2.000) 7.000 (14.000.000) Penyesuaian ke pasar 2.000 3.000 6.000.000 Persediaan akhir 2.000 10.000 20.000.000* ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------* Walaupun nilai pasar Rp 11.000 tdk boleh melebihi nilai pokok Rp 10.000,- BIAYA DAN BEBAN YANG LAIN Kapan pengeluaran dapat ditangguhkan dan dialokasikan ke beberapa periode seperti terlihat pada tabel berikut : 1. Biaya perbaikan yang besar pada periode interim. Pada pelaporan interim biaya perbaikan dapat ditangguhkan (aset dibayar dimuka) aset akru (kewajiban perkiraan) dan dialokasikan untuk beban perbaikan ke setiap periode-periode interim yang mendapatkan manfaat dari pengeluaran tersebut. 2. Pajak bangunan dapat ditangguhkan atau di akru pada setiap period interim daripada mengakui secara penuh sebagai sebuah beban periode interim saat pajak itu dibayar 3. Biaya iklan yang besar dapat dialokasikan pada periode-periode interim yang menerima manfaatnya daripada mengakuinya semata-mata dalam periode interim saat biaya itu dikeluarkan. Ingat bahwa perusahaan dapat mengakru biaya yang mungkin dan dapat diestimasi diperiode interim yang lebih awal daripada periode biaya itu dibayarkan. Ilustrasi penangguhan dan alokasi biaya iklan 1 April Biaya iklan sebesar Rp 20.000.000 .Pada saat dibayar dicatat sebagai aset dibayar dimuka dan akan dibebankan ke periode interim bagi yang menerima manfaat dari iklan tersebut. Akuntansi untuk biaya iklan yang memberikan manfaat lebih dari satu periode interim Tanggal Penjualan Debit Kredit Saldo dalam Beban Iklan Iklan Dibayar dimuka IklanDibayar di Muka ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------1 April Rp 20.000.000 30 Juni Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000 30 September Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000 31 Desember Rp 200.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 0 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Perbedaan antara Akluntansi dan pajak Penghasilan Diatur dalan PSAK 46 tentang Akuntansi untuk Pajak Penghasilan. kategori pertama adalah perbedaan parmanen atau perbedaan nontemporer, Perbedaan parmanen dikategorikan sebagai hal-hal yang tidak dapat dimasukkan sebagai penghasilan kena pajak untuk suatu periode fiskal , contoh : 1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan (bukan beban yang dapat mengurangi penghasialan kena pajak) 2. Dana yang diterima dari perusahaan asuransi 3. Jenis tertentu denda yang dianggap bukan beban yang dapat mengurangi pajak 4. Pendapatan lain yang telah dikenakan, contohnya dividen Hal tersebut diatas termasuk dalam laporan laba rugi, sehingga perlu disesuaikan dengan dari laporan akuntansi agar sesuai dengan ketentuan perpajakan. Kategori ke dua biasa disebut dengan perbedaan temporer, Hal ini terjadi karena perbedaan pengakuan beban dan pendapatan menurut akuntansi maupun menurut peraturan perpajakan sehingga adanya pajak tangguhan. Contoh : 1. Sewa diterima dimuka (menurut pajak dilaporkan sebagai pendapatan dan bukan sebagai pendapatan menurut akuntansi) 2. Beban dan rugi yang diestimasikan( dilaporkan sebagai beban menurut akuntansi dan bukan beban menurut pajak) 3. Depresiasi yang dipercepat berdasarkan metode penurunan ganda menurut pajak dan berdasarkan garis lurus pada laporan keuangan ( beda beban depresiasi akuntansi vs pajak) 4. Penilaian persediaan menurut biaya terendah antara harga perolehan dan harga pasar pada laporan keuangan (penurunan diakui sebagai kerugian pada periode dihapusbukuan menurut akuntansi dan pada periode dijual menurut pajak. Aset pajak tangguhan atau kewajiban pajak tangguhan disebabkan oleh perbedaan temporer yang dilaporkan pada tanggal neraca. Beban pajak penghasilan yang dilaporkan pada laporan laba rugi merupakan penjumlahan atas utang pajak yang telah dibayar pada periode berjalan ditambah atau dikurangi jumlah pajak tangguhan untuk periode berjalan. Ilustrasi : 1. PT Induk dan Anak perusahaan memperoleh laba konsolidasi dari operasi berkelanjutan mencapai Rp 225.000.000 untuk tahun fiskal 2015 2. Perbedaan parmanen antara laba rugi akuntansi dan pajak diperkirakan sebesar Rp 2.000.000 mengenai premi yang dibayarkan untuk asuransi jiwa pegawai utama perusahaan (perusahaan adalah penenima manfaat atau benefit ) dan dividen sebesar Rp 27.000.000 yang diterima dari nvestasi perusahaan lain 3. Tarif pajak penghasilan 10% untuk pendapatan kurang dari Rp 50.000.000, 15% untuk pendapatan Rp 50.000.000 s.d Rp 100.000.000 dan 30% untuk pendapatan yang lebih dari Rp 100.000.000 Estimasi tarif pajak penghasilan untuk periode interim Laba dari operasi berkelanjutan Penyesuaian perbedaan parmanen Ditambah premi untuk asuransi jiwa pegawai utama Dikurang dividen yang diterima Estimasi laba tahunan kena pajak Perhitungan pajak penghasilan: 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 30% x Rp100.000.000 = Rp 30.000.000 Pajak penghasilan Estimasi jumlah tahunan Rp 225.000.000 Ayat jurnal berikut digunakan untuk mencatat penyisihan pajak (1) Beban pajak penghasilan Rp Utang pajak penghasilan Mencatat penyisihan pajak penghasilan kuartal pertama Rp Rp Rp 2.000.000 ( 27.000.000) 200.000.000 Rp 42.500.000 42.500.000 Rp 42.500.000 Perhitungan pajak penghasilan untuk kuartal ke dua terpisah dari kuartal pertama Berdasarkan data laba rugi pada kuartal ke dua perusahaan menghitung beban pajak tersendiri. Diasumsikan jika PT Induk melaporkan laba kena pajak sebesar Rp 250.000.000 dan beban pajak Rp 57.500.000 pada laporan konsolidasi kuartal ke dua, maka jurnal untuk pengakuan pajak untuk kuartal ke dua sebagai berikut : (2) Beban pajak penghasilan Rp 57.500.000 Utang pajak penghasilan Rp 57.500.000 Rugi dan Kerugian Operasi Carrybacks anda Carryforwards Akuntansi menghadapi permasalahan menarik pada saat perusahaan mengalami rugi pada akhir suatu periode interim. Umumnya rugi operasi menghasilkan manfaat pajak (yaitu mengurangi utang pajak) karena rugi tersebut dapat ditarik mundur (carried back) terhadap laba operasi dari tahun-tahun sebelumnya dan perusahaan dapat mengajukan klaim untuk pengembalian pajak yang dibayarkan di periode-periode sebelumnya. Setelah bagian yang ditarik mundur dari rugi operasi sudah habis digunakan, sisa rugi operasi ditarik maju (carried forward) terhadap laba operasi masa depan. Akan tetapi, penyisihan tarik mundur dan tarik maju diterapkan hanya untuk laba tahunan bukan untuk laba interim. Pelepasan Segmen atau Pos Luar Biasa, Tidak Biasa, Jarang Terjadi, dan Bersyarat PSAK3 mengharuskan pengukuran dan pelaporan pos nonoperasi utama menggunakan dasar yang sama saat mempersiapkan laporan tahunan. Untuk pos tidak biasa, operasi yang dihentikan, transaksi yang jarang terjadi harus dilaporkan pada periode interim dimana hal tersebut terjadi dan tidak dilalokasikan pada periode lain pada tahun tersebut. Tes material untuk pos luar biasa harus didasarkan pada estimasi atas pendapatan untuk seluruh periode tersebut. Tes material untuk seluruh kegiatan yang dihentikan dan transaksi yang jarang terjadi harus didasarkan atas pendapatan operasi untuk periode laporan interim dimana kegiatan tersebut dihentikan untuk pertama kali dilakukan. Kemungkinan atau ketidakpastian utama lain yang dapat memengaruhi perusahaan juga harus diungkapkan dengan dasar yang sama dengan yang digunakan dalam laporan tahunan. Pengungkapan ini diperlakukan untuk memberikan informasi atas pos pos yang dapat memengaruhi kewajaran laporan interim. Pemgungkapan seperti ini harus dilaporkan secara berulang pada laporan interim periode berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sehingga kewajiban kemungkinan telah ditetapkan. PERUBAHAN AKUNTANSI DI PERIODE INTERIM PSAK 25 tentang "Keuntungan dan kerugian periode berjalan. Kesalahan dan perubahan kebijakan Akuntansi".secara terperinci membagi perubahan akuntansi dalam tiga bentuk.yaitu : (1) perubahan prinsip akuntansi, (2) perubahan estimasi, dan (3) kesalahan mendasar. Perubahan Prinsip Akuntansi (Penerapan Rektrospektif) Perubahan dalam prinsip akuntansi dilakukan karena ada prinsip akuntansi baru yang lebih baik daripada prinsip akuntansi yang digunakan selama ini. Perubahan ini memungkinkan dan membutuhkan proses penerapan rektrospektif . Pendekatan ini akan diterapkan pada seluruh laporan keuangan sebelumnya termasuk laporan keuangan interim. Jika perubahan jenis pengaruh kumulatif dilakukan selama periode interim dan setelah periode interim pertama, maka laporan interim sebelumnya, dari tahun fiskal berjalan harus dinyatakan kembali seakan-akan perubahan telah efektif sejak awal tahun fiskal. Seluruh dampak langsung dari perubahan ini termasuk masalah pajaknya akan diterapkan pada pendekatan retrospektif. Namun demikian, perubahan akuntansi yang terkait dengan depresiasi, seperti biaya depresiasi, biaya deplesi, dan biaya amortisasi seperti biaya menurun ganda dan garis lurus dipandang sebagai metod perubahan estimasi dan bukan perubahan prinsip akuntansi. Penerapana Retrospektif Perubahan prinsip akuntansi akan langsung berpengaruh pada aset dan hutang. Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah pada arus kas atau aset lancar pada masa yang akan datang akibat dari perubahan prinsip akuntansi. Pengaruh tidak langsung dilaporkan pada periode dimana perubahan terjadi. Neraca yang telah disesuaikan akibat penerapan prinsip akuntansi yang baru harus disajikan pada periode yang paling cepat setelah penerapan prinsip baru. Seluruh laporan keuangan baik interim maupun tahunan akan ikut disesuaikan akibat perubahan prinsip tersebut. Contoh, perusahaan mengubah metode akuntansi dari rata-rata tertimbang menjadi FIFO pada suatu periode tertentu. Maka perusahaan harus menerapkan perubahan retrospektif dengan menerapkan FIFO untuk seluruh laporan keuangan yang telah diterbitkan. Begitu juga untuk seluruh nilai persediaan akhir tahun yang berdampak pada persediaan awal tahun, saldo laba, dan seluruh bagian lain pada laporan keuangan yang terkena dampak akibat perubahan tersebut. Jika pengaruh kumulatif perubahan tersebut dapat ditentukan, tetapi tidak dapat diterapkan penilaian pengaruhnya dari tahun ke tahun, maka perusahaan harus melaporkan pengaruh efek kumulatif perubahan tersebut pada periode paling awal. Kemudian merevisi penyajian laporan keuangan setelah periode tersebut. Jika perusahaan melakukan perubahan tersebut pada periode interim dan entitas tidak dapat menentukan pengaruh perubahan itu pada periode interim, maka entitas harus menunggu penerapannya hingga awal periode fiskal berikutnya untuk perubahan prinsip akuntansi tersebut. Perubahan Estimasi Akuntansi (Penerapan Saat ini dan Prospektif) Perubahan estimasi akuntansi merupakan informasi baru yang harus disiapkan oleh entitas. Perubahan ini akan disajikan pada periode berjalan dan prospektif saja, sehingga efek perubahan hanya akan terlihat pada periode dimana perubahan tersebut terjadi, dan periode setelah dilakukan perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi akuntansi dalam menghitung penyisihan piutang tak ttertagih karena berdasarkan informasi yang tersedia perhitungan saat ini tidak mencukupkan lagi. Perubahan pada Depresiasi, Amortisasi, dan Deplesi PSAK 25 mewajibkan perubahan dalam metode depresiasi, amortisasi atau deplesi atas aset jangka panjang dan aset non keuangan yang disebabkan informasi baru. Seperti pola penggunaan saat ini yang berbeda dengan yang diperkirakan akan dianggap sebagai perubahan dalam estimasi. Penerapan atas periode berjalan dan periode yang akan datang perlu dilakukan tetapi laporan keuangan yang telah dikeluarkan tersebut tidak perlu disajikan kembali. Kesalahan Mendasar Standar yang berlaku menyatakan bahwa koreksi atas kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya bukanlah perubahan prisnsip dan entitas itu harus menyajikan kembali laporan keuangan yang telah disajikan untuk menunjukkan koreksi atas kesalahan tersebut. Kesalahan biasanya merujuk pada angka/nilai tertentu pada periode yang telah dilaporkan . PSAK 25 mewajibkan kesalahan yang tlah dikoreksi pada periode yang lalu dinyatakan pada periode dimana terjadi kesalahan. Jika tidak dapat langsung menentukan pengaruhnya pada periode dimana terjadi kesalahan , maka penyesuaian harus dibuat pada saldo awal periode yang paling cepat di mana paling mungkin untuk menyajikan koreksi tersebut. Perusahaan yang membuat perubahan akuntansi juga diminta untuk membuat sejumlah pengungkapan pada periode dimana perubahan itu terjadi. Termasuk dalam pengungkapan ini adalah perubahan pada laba dari kegiatan operasi dan laba neto. Dalam kasus perubahan dalam prinsip akuntansi, entitas harus mengungkapkan kejadian dan dasar melakukan perubahan dan pengaruh kumulatif terhadap saldo laba maupun komponen lain di ekuitas pada periode dimasa penerapan pertama kali dilakukan.