GAMBARAN PENGETAHUAN IBU REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN USIA MUDA PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM KABUPATEN REMBANG ARTIKEL Oleh RETNO DWI PUSPITASARI NIM. 040111a055 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2014 Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 0 Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang The Description about Knowledge of Mothers of Female Adolescents about Teen Marriage Impact on Reproductive Health at Tegaldowo Village Gunem Sub-district Rembang Regency Retno Dwi Puspitasari1, Sugeng Maryanto2, Sundari3 [email protected] Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan usia muda tertinggi di dunia. Faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya pernikahan usia muda adalah faktor ekonomi, pendidikan, orang tua, media massa dan adat. Dampak dari pernikahan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu dan bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional. Subyek penelitian ini adalah semua ibu yang menikahkan putrinya pada usia muda di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang tahun 2013 yaitu sebanyak 39 ibu. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi dalam katagori kurang (64,1%), pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda dalam katagori kurang terhadap kehamilan sebanyak 17 ibu (43,6%), terhadap persalinan 29 ibu (74,4%), terhadap bayi yang dilahirkan 21 ibu (53,8%), dan terhadap organ reproduksi 23 ibu (59,0%). Bagi ibu supaya mencari informasi pada tenaga kesehatan dan media informasi tentang dampak-dampak yang dapat terjadi akibat pernikahan usia muda terhadap kehamilan, persalinan, bayi yang dilahirkan dan organ reproduksi serta ibu tidak menikahkan putrinya pada usia muda. Kata Kunci : Pengetahuan, dampak pernikahan usia muda Kepustakaan : 23 pustaka (2002 – 2013) Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 1 ABSTRACT Indonesia is the top five countries with the highest percentage of teen marriages in the world. The underlying factors of teen marriage are economic, education, parents, mass media and customs. Teen marriage can affects the high rate of maternal and infant mortality and has an impact on the health of mothers and children. This study aims to find the description of mother’s knowledge about teen marriage on reproductive health at Tegaldowo Village Gunem Sub-district Rembang Regency. This was a descriptive observational study. The subjects of this study were all mothers who wed their daughter at a young age at Tegaldowo Village, Gunem Sub-district Rembang Regency in 2013 as many as 39 mothers. The data sampling used total sampling technique. The results of this study indicated that mothers' knowledge about the impact of teen marriage on reproductive health was mostly in the less good category, mothers' knowledge about the impact of teen marriage was mostly in the less good catagory which is toward pregnancy in 17 mothers (43.6%), toward baby delivery in 29 mothers (74.4%), toward babies in 21 mothers (53, 8%), and the reproductive organs in 23 mothers (59.0%). The mothers should seek information to health personnel and the media information about the impacts that may occur as a result of teen marriage age toward pregnancy, delivery, baby born and reproductive organs as well as the mother should not wed or for their daughter at a young age. Keywords References : Knowledge, the impact of teen marriage : 23 (2002 – 2013) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 16 juta perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar 11% dari semua kelahiran di seluruh dunia. Sembilan puluh lima persen dari kelahiran remaja terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. (Sarwono, 2011) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tergolong tinggi. Pemerintah Kementerian Kesehatan (Kemkes) melakukan berbagai upaya untuk menurunkannya dan mencapai target pembangungan milenium (Milienium Development Goals/MDGS) yang ditargetkan pada 2015. Banyak faktor yang menyebabkan angka kematian ibu tinggi, yaitu dari medis dan di luar medis. Pada faktor yang ada di luar medis, ada keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan ibu yang menikah pada usia muda. Orang hamil perlu investasi yang tidak hanya dari gizi saja, melainkan dukungan dan persiapan suami maupun lainnya, yang menjadi masalah ini jika menikah di usia terlalu muda yaitu 15-19 tahun. Usia tersebut sangat rawan. Pernikahan usia muda cukup tinggi yaitu sebanyak 48 persen. Selain masalah kesehatan saat persalinan, salah satu faktor tingginya angka kematian ibu adalah banyak perkawinan pada usia muda ini. Berdasarkan data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk tahun 2013, berdasarkan laporan daerah yang diterima Kemenkes menunjukan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan, jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. (Mukti, 2014). Di Indonesia wanita yang berusia 25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 2 usia 18 tahun mencapai 34 %, dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan dan level pendidikan, data statistik di Indonesia menunjukkan terdapat 20 % wanita yang menikah diusia sekitar 15-19 tahun dan 18 % wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun. Pernikahan dini 15-20% dilakukan oleh pasangan baru, secara nasional pernikahan dini usia pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,9%.(Depkes RI, 2005). Menurut Kepala Desa Tegaldowo pada tahun 2013 yang melakukan pernikahan usia muda yaitu 88,6 %. Menurut UU, usia minimal untuk suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan). Jelas bahwa UU tersebut menganggap orang di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah perkawinan terlalu muda. Walaupun begitu selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia di atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal 6 ayat 2 UU No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa walaupun UU tidak menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka. Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi menurut Sarwono (2006) pada usia 16 tahun bagi wanita. berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat dan siap untuk bereproduksi. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut. Dampak dari pernikahan usia muda dilihat dari kesehatan, pasangan usia muda berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Usia yang kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun mengandung risiko tinggi. Ibu hamil yang berumur di bawah 20 tahun dapat berisiko melahirkan prematuritas (zlahir sebelum waktunya), kemungkinan cacat bawaan, fisik, mental, kebutaan, ketulian. (Sarwono, 2011) Faktor-faktor yang melatar-belakangi adanya pernikahan usia muda adalah faktor ekonomi, pendidikan, orang tua, media massa dan adat. Faktor orang tua merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada anaknya. Dalam hal ini pengetahuan orang tua sangat berperan penting. Pengetahuan yang harus dimiliki orang tua remaja putri adalah pengetahuan tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi yang meliputi kehamilan, persalinan, bayi yang dilahirkan, dan organ reproduksi. Pengetahuan tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri dan pengalaman orang lain, media massa serta lingkungan. (Suryono,2005) Di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, kabupaten Rembang salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda yaitu faktor adat. Desa Tegaldowo terdapat kepercayaan apabila orang tua memiliki anak perempuan dan diminta seorang laki-laki untuk dinikahi harus diterima, karena apabila menolak, maka dipercaya perempuan itu tidak akan mendapatkan jodoh. Oleh karena itu orang tua tidak memperdulikan apakah anak gadisnya mau dinikahkan atau tidak. Remaja putri disana juga masih tinggi kepatuhan terhadap orang tuanaya sehingga anak gadis usia belia di Desa Tegaldowo banyak yang sudah menjanda dan menurut tradisi disana janda lebih diterima ketimbang menjadi perawan tua. Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 3 Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 10 Desember 2013 terhadap 11 ibu remaja putri yang menikahkan putrinya dibawah umur 20 tahun di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang didapatkan 8 ibu remaja putri yang belum mengetahui dampak yang akan ditimbulkan terhadap pernikahan usia muda terutama terhadap kesehatan reproduksi dan 3 ibu remaja putri sudah mengetahui dampak pernikahan usia muda tetapi belum mengetahui dampaknya terhadap kesehatan reproduksi. Mereka hanya mengetahui dampak pernikahan usia muda yaitu banyak konflik dalam rumah tangga sehingga berpengaruh terhadap psikologi dan dapat berakibat terhadap keadaan fisik remaja putri tersebut. Alasan ibu menikahkan putrinya pada usia muda karena mereka mengangap putrinya sudah besar dan sudah pantas untuk dinikahkan daripada menjadi perawan tua serta sudah merupakan suatu adat budaya di Desa Tegaldowo. Dampak dari pernikahan usia muda di Desa Tegaldowo terdapat kejadian anemia pada ibu hamil sebanyak 80%, prematuritas 10%, dan BBLR 20% pada tahun 2013. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa masih sangat rendahnya pengetahuan orang tua khususnya pada ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi, dan masih perlu banyak pengetahuan tentang pernikahan dini dan dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 2. Tujuan Khusus. a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kehamilan di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda terhadap bayi yang dilahirkan di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan ini dapat bermanfaat bagi : 1. Ibu Dapat mengetahui dampak apa saja yang timbul akibat pernikahan usia muda, khususnya untuk kesehatan reproduksi, agar orang tua tidak menikahkan putrinya pada usia muda. 2. Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai pernikahan usia muda. 3. Masyarakat Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja putri, agar mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan karena pernikahan usia muda. 4. Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan masukan berupa referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 4 berhubungan dengan reproduksi remaja. kesehatan METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. variabelnya adalah gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi. Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Juli – 13 Juli 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu remaja putri yang menikahkan putrinya pada usia muda pada tahun 2013 di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang yang berjumlah 39 ibu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode total sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Dilakukan uji instrumen penelitian yaitu uji validitas dengan teknik korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbrach. analisis univarat digunakan distribusi frekuensi untuk menggambarkan pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sesuai tujuan penelitian, pada bab ini menyajikan gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang damapak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dengan mengambil responden sejumlah 39 ibu remaja putri yang menikahkan putrinya di usia muda di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Hasil dari penelitian ini disajikan berikut ini. A. Karakteristik Responden 1. Pendidikan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Persentase Pendidikan Frekuensi (%) Tdk Tmt SD 6 15,4 SD 28 71,8 SMP 5 12,8 Jumlah 39 100 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 39 responden ibu remaja putri di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, sebagian besar berpendidikan SD, yaitu sejumlah 28 responden (71,8%). 2. Usia Menikah Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Menikah Usia Persentase Frekuensi Menikah (%) Menikah 35 89,7 Muda Tidak Menikah Muda Jumlah 4 10,3 39 100 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 39 responden ibu remaja putri di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, sebagian besar responden menikah pada usia muda, yaitu sejumlah 35 responden (89.7%). B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu remaja putri tentang damapak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, yang meliputi pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, bayi yang dilahirkan, dan organ reproduksi. Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 5 1. Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Kehamilan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Kehamilan Persentase Pengetahuan Frekuensi (%) Kurang 17 43,6 Cukup 13 33,3 Baik 9 23,1 Jumlah 39 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kehamilan di Desa Tagaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang dalam ketegori baik yaitu 9 responden (23,1%), katagori cukup 13 responden (33,3%), sedangkan kategori kurang yaitu 17 responden (43,6%) Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden sebagian besar dalam katagori kurang yaitu 17 responden (43,6%) tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kehamilan. Hal ini terbukti dari responden banyak yang memilih salah dari pernyataan pada instrumen penelitian yaitu tentang remaja putri yang hamil dibawah umur 20 tahun dapat mengalami keracunan kehamilan dengan tanda yaitu tekanan darah tinggi, sakit kepala, mata berkunangkunang, serta bengkak pada kaki, muka, dan tangan (76.9%), dapat berisiko mengalami keguguran pada saat hamil (64.1%). Responden banyak yang beranggapan bahwa remaja yang menikah pada usia muda tidak bersiko mengalami keracunan kehamilan dan keguguran. Sedangkan menurut Bobak (2004), menyatakan bahwa resiko pernikahan usia terhadap usia muda meliputi keguguran, mudah terkena infeksi, anemia, kercunan kehamilan, dan kematian pada ibu. Kurangnya pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kehamilan di Desa Tegaldowo tersebut dikarenakan sebagian besar pendidikan ibu hanya tamat SD yaitu 28 responden (71,8%). Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk mendapatkan informasi sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi menurut Nursalam (2005), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden apabila berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya responden yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya. Pengetahuan dalam katagori kurang juga dipengaruhi oleh pengalaman usia ibu menikah yaitu kurang dari 20 tahun yang tidak berdampak negatif pada saat hamil dan ibu cenderung menikahkan putrinya pada usia muda. Hal ini dapat dibuktikan sebagian besar responden melakukan pernikahan usia muda yaitu sebanyak 35 responden (89,7%). Menurut Nursalam (2005), pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman mengalami kejadian dari dampak pernikahan usia muda terhadap kehamialan. Terdapat juga responden yang memiki tingkat pengetahuan dalam katagori cukup tentang dampak pernikahan usia muda terhadap Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 6 kehamilan sebanyak 13 responden (33,3%). Hal ini terbukti dari responden memilih jawaban benar pada pernyataan instrumen penilitian yaitu tentang remaja putri yang berumur dibawah 20 tahun dapat berisiko mengalami anemia (kurang darah) saat hamil (56.4%), dan memilih jawaban salah pada pernyataan negatif yaitu perempuan berumur 10-19 tahun yang sudah haid, secara fisik berarti sudah siap kandungannya untuk hamil (69.2%). Dilihat dari faktor lain responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup dikarenakan dipengaruhi oleh informasi dari pengalaman orang sekitar misalnya tetangga, teman, dan saudara dimana ada yang kehamilannya bermasalah pada ibu hamil yang usianya masih muda. Sehingga pengetahuannya kurang lengkap dan hanya pada kategori cukup saja. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan. Selanjutnya terdapat pula pengetahuan responden dalam katagori baik sebanyak 9 responden (23,1%). Hal ini dibuktikan banyaknya responden yang memilih jawaban benar pada pernyataan instrumen penelitian tentang remaja putri yang berumur dibawah 20 tahun dapat berisiko mudah terkena penyakit saat hamil (74,4%). 2. Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Persalinan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Persalinan Persentase Pengetahuan Frekuensi (%) Kurang 29 74,4 Cukup 6 15,4 Baik 4 10,2 Jumlah 39 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang dampak usia muda terhadap persalinan dalam katagori baik yaitu sebanyak 4 responden (10,2%), katagori cukup 6 responden (15,4%), sedangkan ketegori kurang yaitu 29 responden (74,4%). Berdasarkan penelitian bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang dampak pernikahan usia pada usia muda terhadap persalinan dalam katagori kurang sebanyak yaitu sebanyak 29 responden (74,4%) disebabkan mereka belum mengerti bahwa pernikahan usia dapat menyebabkan risiko pada persalinan dikarenakan kurangnya informasi mengenai dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan diperoleh dari keluarga, teman maupun sekolah. Pengetahuan responden kurang dapat dibuktikan bahwa banyak responden memilih jawaban salah pada pernyataan instrumen penelitian yaitu tentang pernikahan usia muda dapat menjadikan perdarahan banyak setelah bersalin yang disebabkan akibat otot rahim remaja lemah (66,7%) dan dapat mengakibatkan perdarahan saat bersalin sehingga beresiko pada ibu (66,7%). Responden beranggapan menikah pada usia muda tidak mengakibatkan perdarahan banyak karena mereka juga melakukan pernikahan usia muda tidak berisiko mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Sedangkan menurut Manuaba (2008) dampak fisik dari pernikahan usia muda dapat digolongkan menjadi 2 yaitu bagi ibu meliputi IUFD, prematur, perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi, kematian ibu dan bagi bayi meliputi bayi lahir kurang cukup bulan, BBLR. Dilihat dari faktor lain tingkat pengetahuan responden dalam katagori kurang dikarenakan faktor pendidikan. Sebagian besar reponden berpendidikan rendah yaitu hanya tamat sekolah dasar Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 7 (SD) sebanyak 28 responden (71,8%) sehingga pengetahuan responden dalam katagori kurang. Menurut Notoatmojo (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. Sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mudah menyerap informasi dan sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka akan sulit menyerap informasi tentang dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan serta akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Terdapat juga responden yang memiliki tingkat pengetahuan dalam katagori cukup tentang dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan. Hal ini dibuktikan bahwa masih ada responden yang menjawab salah pada instrumen penelitian yaitu pada pernyataan perempuan yang berumur dibawah 20 tahun saat melahirkan dapat berisiko mengalami perdarahan (66,7%). Responden beranggapan bahwa perempuan yang berumur dibawah 20 tahun pada saat melahirkan tidak berisiko mengalami perdarahan karena pada saat mereka melahirkan pada umur tersebut tidak mengalami perdarahan. Pada pernyataan kuesioner masih ada responden yang memilih jawaban benar tentang remaja dapat berisiko panggul sempit karena masih pada pertumbuhan sehingga menyulitkan pada saat proses melahirkan(53,8%). Responden yang memiliki pengetahuan dalam katagori baik baik yaitu sebanyak 4 responden (10,2%). Hal ini dibuktikan masih ada responden yang memilih jawaban benar pada pernyataan remaja yang berumur dibawah 20 tahun dapat mengakibatkan proses bersalin yang lama dan berisiko (64.1%). Responden beranggapan tenagan remaja yang masih kurang sehingga pengetahuan dalam katagori baik. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam katagori baik sebagian besar ibu yang pendidikan menengah pertama (60,0%). Menurut Nursalam (2003), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi maka makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sehingga seseorang yang berpendidikan lebih tinggi maka akan lebih mudah menerima informasi serta lebih baik pula pengetahuan yang dimiliki tentang dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan dan sebaliknya. 3. Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda pada Bayi yang di Lahirkan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Bayi yang di Lahirkan Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kurang 21 53,8 Cukup 8 20,5 Baik 10 25,6 Jumlah 39 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap bayi di Desa Tagaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, dalam kategori baik 10 responden (25,6%), katagori cukup 8 responden (20,5%), sedangkan ketegori kurang yaitu 21 responden (53,8%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden dalam katagori kurang sebanyak 21 responden (53,8%). Banyaknya responden berpengetahuan kurang tentang dampak pernikahan usia terhadap bayi, hal ini dibuktikan responden memilih jawaban salah pada pernyataan instrumen penelitian yaitu tentang dampak pernikahan usia muda yang dapat berisiko bayi yang dilahirkan Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 8 mengalami cacat bawaan (76.9%), dan responden memilih jawaban benar pada pernyataan negatif tentang pernikahan usia muda tidak mempunyai risiko melahirkan bayi kurang bulan (prematur) (64.1%). Responden banyak yang beranggapan salah jika pernikahan usia muda dapat menyebabkan cacat bawaan, melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, dan prematur. Sedangkan menurut Menurut Bobak (2004) dampak fisik pernikahan usia muda seperti adanya masalah saat kehamilan dan persalinan seperti bayi lahir prematur, bayi cacat fisik, kemacetan persalinan, perdarahan dan keguguran. Hal ini disebabkan responden tidak melihat langsung risiko yang terjadi dan responden juga melakukan pernikahan usia muda tidak mengalami dampakdampak tersebut bahkan pernikahan usia muda sudah membudaya pada lingungannya sehingga tingkat pengetahuan dalam katagori kurang. Budaya dapat mempengaruhi pengetahuan mereka dimana banyak yang melaksanakan pernikahan usia muda tanpa memperhatikan dampakdampak yang dapat terjadi akibat pernikahan pada usia muda terutama pada bayi yang dilahirkan karena sebagai generasi penerus agar manusia semakin berkualitas. Menurut Ahmad (2009) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dalam menerima informasi. Pengetahuan tentang pernikahan usia muda dipandang sebagai bagian dari kebudayaan, yakni pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai mahkluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya dan mendasari serta mendorong terwujudnya kelakuankelakuan. Terdapat juga responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang dampak pernilahan usia muda terhadap bayi yang dilahirkan sebanyak 8 responden (20,5%). Hal ini dibuktikan bahwa masih ada responden memilih jawaban salah pada pernyataan instrumen penelitian yaitu tentang pernikahan usia muda besar kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (berat badan lahir kurang dari 2500 gram) (46.2%),dan masih ada yang memilih jawaban benar tentang pertumbuhan bayi di dalam rahim yang belum sempurna disebabkan karena kurang darah pada remaja yang hamil dibawah umur 20 tahun. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak pernikahan usia muda terhadap bayi yang dilahirkan sebanyak 10 responden (25,6%). Hal ini dapat dibuktikan responden memilih jawaban benar pada pernyataan instrumen penelitian tentang remaja yang berumur kurang dari 20 tahun dapat berisiko mengalami kegagalan bernafas saat lahir (66,7%). Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden dalam katagori baik tentang dampak pernikahan usia muda terhadap bayi yang dilahirkan disebabkan oleh faktor lingkungan. Responden melihat kejadian secara langsung dari dampak pernikahan usia muda seperti BBLR sehingga berpengaruh pada pengetahuannya. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang dampak pernikahan usia muda terkait pada bayi yang dilahirkan dimana kejadian- kejadian bayi yang dilahirkan yang bermasalah pada bayi ibu yang berusia muda. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal – hal yang buruk tergantung sifat kelompoknya. Dalam Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 9 lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang. (Notoatmodjo, 2010). 4. Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Organ Reproduksi Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda terhadap Organ Reproduksi Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kurang 23 59,0 Cukup 13 33,3 Baik 3 7,7 Jumlah 39 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi di Desa Tagaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, kategori baik 3 responden (7,7%) katagori cukup 13 responden (33,3%), sedangkan ketegori kurang yaitu 23 responden (59,0%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi dalam katagori kurang yaitu sebanyak 23 responden (59,0%). Hal ini dapat dibuktikan bahwa responden banyak yang memilih jawaban salah pada pernyataan instrumen penelitian yaitu tentang remaja yang melakukan pernikahan usia muda, rahim dan jalan lahir remaja belum siap atau matang sehingga dapat menyebabkan kanker leher rahim (66,7%), penyebab kanker leher rahim yaitu pernikahan usia muda (59.0%). Responden banyak yang beranggapan bahwa remaja yang menikah tidak berisiko terkena kanker leher rahim disebabkan faktor pendidikan. Responden sebagian besar berpendidikan rendah yaitu tamat SD sejumlah 28 responden (71,8%). Menurut Notoatmodjo (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. Sehingga sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka akan lebih sulit menyerap dan mendapatkan informasi maka akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi. Responden yang memiliki penetahuan dalam katagori cukup tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi. Hal ini dibuktikan bahwa masih ada yang memilih jawaban salah pada pernyataan negatif instrumen penelitian yaitu tentang remaja putri yang menikah pada usia muda tidak berisiko terkena kanker leher rahim (53,8%) karena dipengaruhi oleh informasi dari pengalaman orang sekitar misalnya tetangga, teman, dan saudara dimana ada yang organ reproduksinya bermasalah pada ibu yang dulu melakukan pernikahan usia muda. Sehingga pengetahuannya kurang lengkap dan berpengetahuan cukup. Pengalaman pribadi seseorang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan. Responden yang memiliki pengetahuan dalam katagori baik tentang damapak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi disebabkan responden masih ada yang memilih benar pada pernyataan instrumen penelitian yaitu tentang perempuan yang menikah diusia muda dapat berisiko terjadi ketidaknormalan pada rahimnya (69,2%). Responden masih ada yang beranggapan jika menikah pada usia muda dapat berisiko terjadi ketidaknormalan pada rahim dikarenakan kemungkinan mendapatkan informasi dari orang lain atau tenaga kesehatan yaitu bidan. Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 10 5. Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda pada Kesehatan Reproduksi Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Dampak Pernikahan Usia Muda pada Kesehatan Reproduksi Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kurang 25 64,1 Cukup 8 20,5 Baik 6 15,4 Jumlah 39 100,0 Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu secara umum, tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tagaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, sebagian besar dalam ketegori kurang yaitu 25 responden (64,1%), katagori cukup 8 responden (20,5%), sedangkan kategori baik 6 responden (15,4%). C. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari terdapat keterbatasan dalam membuat karya tulis ilmiah ini mengingat variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. Selain itu kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup di mana sudah tersedia pertanyaan yang dibuat oleh penulis dan responden cukup menjawab benar atau salah sehingga belum dapat mengukur pengetahuan responden secara mendalam. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul gambaran pengetahuan ibu remaja putri tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang terhadap 39 ibu dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan reproduksi sebagian besar dalam katagori kurang (64,1%) 2. Pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kehamilan adalah kurang (43,6%). 3. Pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap persalinan adalah kurang (74,4%) 4. Pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap bayi adalah kurang (53,8%) 5. Pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda terhadap organ reproduksi adalah kurang (59,0%) B. Saran 1. Bagi Ibu Ibu supaya mencari informasi pada tenaga kesehatan dan media informasi tentang dampak-dampak yang dapat terjadi akibat pernikahan usia muda terhadap kehamilan, persalinan, bayi yang dilahirkan dan organ reproduksi dan ibu tidak menikahkan atau memberi izin putrinya menikah pada usia muda. 2. Bagi peneliti Diharapkan memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dan melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti. 3. Bagi PPN Diharapkan PPN diberikan pelatihan dan seminar tentang kesehatan reproduksi agar dapat memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada orang tua yang akan menikahkan anaknya pada usia muda Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 11 4. Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan dalam hal ini yaitu perpustakaan Ngudi waluyo untuk menambah referensi edisi terbaru tentang pernikahan usia muda dan kesehatan reproduksi sehingga memudahkan dalam mencari sumber referensi. 5. Bagi peneliti selanjutnya Disarankan untuk mengadakan penelitian dampak pernikahan usia muda dengan menggunakan kuesinoner terbuka sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. BKKBN. 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja. http//:www.BKKBN/2011.co.id. Accessed ( 30 Desember 2013). Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta : EGC Depkes RI. 2005, Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta Dewi, M dan Wawan A. 2011. Pengetahuan dan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogjakarta : Nuha Medika Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. http://www.conboys.co.cc. Diakses tanggal 25 Desember 2013. Fardian. 2007. Pernikahan Dini terhadap persalinan. Http://www.Pernikahandini.com. Diakses tanggal 30 Desember 2013 Fransiska. 2011. Dampak Pernikahan di Usia Muda. Http://www.Young Married.com. Diakses tanggal 25 Desember 2013 Hidayat, Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Salemba medika Mathur, Greene, Malhotra. 2003. Too Young Too Wed (The Lves, Rights And Health Pf Young Married Girl). Internasional centerfor research on women (ICRV). Narendra,dkk. 2002. Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta : Firtamaya Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Proverawati dan Misaroh. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari, 2011, Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Setiawan, A. 2007. Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu & perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Widyastuti,dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Firtamaya Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 12