3742 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK
PERNIKAHAN USIA MUDA PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI DESA
TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM KABUPATEN REMBANG
ARTIKEL
Oleh
RETNO DWI PUSPITASARI
NIM. 040111a055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
0
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Usia Muda
Pada Kesehatan Reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten
Rembang
The Description about Knowledge of Mothers of Female Adolescents about Teen
Marriage Impact on Reproductive Health at Tegaldowo Village Gunem Sub-district
Rembang Regency
Retno Dwi Puspitasari1, Sugeng Maryanto2, Sundari3
[email protected]
Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan usia
muda tertinggi di dunia. Faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya pernikahan usia muda
adalah faktor ekonomi, pendidikan, orang tua, media massa dan adat. Dampak dari
pernikahan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu dan bayi serta
berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia muda pada kesehatan
reproduksi di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional. Subyek penelitian ini
adalah semua ibu yang menikahkan putrinya pada usia muda di Desa Tegaldowo, Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang tahun 2013 yaitu sebanyak 39 ibu. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pernikahan usia
muda pada kesehatan reproduksi dalam katagori kurang (64,1%), pengetahuan ibu tentang
dampak pernikahan usia muda dalam katagori kurang terhadap kehamilan sebanyak 17 ibu
(43,6%), terhadap persalinan 29 ibu (74,4%), terhadap bayi yang dilahirkan 21 ibu (53,8%),
dan terhadap organ reproduksi 23 ibu (59,0%).
Bagi ibu supaya mencari informasi pada tenaga kesehatan dan media informasi
tentang dampak-dampak yang dapat terjadi akibat pernikahan usia muda terhadap kehamilan,
persalinan, bayi yang dilahirkan dan organ reproduksi serta ibu tidak menikahkan putrinya
pada usia muda.
Kata Kunci
: Pengetahuan, dampak pernikahan usia muda
Kepustakaan : 23 pustaka (2002 – 2013)
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
1
ABSTRACT
Indonesia is the top five countries with the highest percentage of teen marriages in the
world. The underlying factors of teen marriage are economic, education, parents, mass media
and customs. Teen marriage can affects the high rate of maternal and infant mortality and has
an impact on the health of mothers and children. This study aims to find the description of
mother’s knowledge about teen marriage on reproductive health at Tegaldowo Village
Gunem Sub-district Rembang Regency.
This was a descriptive observational study. The subjects of this study were all mothers
who wed their daughter at a young age at Tegaldowo Village, Gunem Sub-district Rembang
Regency in 2013 as many as 39 mothers. The data sampling used total sampling technique.
The results of this study indicated that mothers' knowledge about the impact of teen
marriage on reproductive health was mostly in the less good category, mothers' knowledge
about the impact of teen marriage was mostly in the less good catagory which is toward
pregnancy in 17 mothers (43.6%), toward baby delivery in 29 mothers (74.4%), toward
babies in 21 mothers (53, 8%), and the reproductive organs in 23 mothers (59.0%).
The mothers should seek information to health personnel and the media information
about the impacts that may occur as a result of teen marriage age toward pregnancy, delivery,
baby born and reproductive organs as well as the mother should not wed or for their daughter
at a young age.
Keywords
References
: Knowledge, the impact of teen marriage
: 23 (2002 – 2013)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data World Health
Organization
(WHO),
sekitar
16
juta perempuan berusia 15-19 tahun
melahirkan setiap tahunnya, sekitar 11%
dari semua kelahiran di seluruh dunia.
Sembilan puluh lima persen dari kelahiran
remaja
terjadi
di
negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia.
(Sarwono, 2011)
Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia
masih
tergolong
tinggi.
Pemerintah
Kementerian
Kesehatan
(Kemkes) melakukan berbagai upaya
untuk menurunkannya dan mencapai target
pembangungan milenium (Milienium
Development
Goals/MDGS)
yang
ditargetkan pada 2015. Banyak faktor yang
menyebabkan angka kematian ibu tinggi,
yaitu dari medis dan di luar medis. Pada
faktor yang ada di luar medis, ada
keterkaitan antara tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatan ibu yang menikah pada
usia muda. Orang hamil perlu investasi
yang tidak hanya dari gizi saja, melainkan
dukungan dan persiapan suami maupun
lainnya, yang menjadi masalah ini jika
menikah di usia terlalu muda yaitu 15-19
tahun. Usia tersebut sangat rawan.
Pernikahan usia muda cukup tinggi yaitu
sebanyak 48 persen. Selain masalah
kesehatan saat persalinan, salah satu faktor
tingginya angka kematian ibu adalah
banyak perkawinan pada usia muda ini.
Berdasarkan data hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
AKI di Indonesia mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per
1000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk
tahun 2013, berdasarkan laporan daerah
yang diterima Kemenkes menunjukan
bahwa jumlah ibu yang meninggal karena
kehamilan dan persalinan adalah sebanyak
5019 orang. Sedangkan, jumlah bayi yang
meninggal di Indonesia berdasarkan
estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681
anak. (Mukti, 2014).
Di Indonesia wanita yang berusia 25
sampai 29 tahun yang menikah dibawah
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
2
usia 18 tahun mencapai 34 %, dan
Indonesia
termasuk
dalam
lima
besar negara-negara yang persentase
pernikahan dini tertinggi di dunia.
Berdasarkan usia pernikahan dan level
pendidikan, data statistik di Indonesia
menunjukkan terdapat 20 % wanita yang
menikah diusia sekitar 15-19 tahun dan 18
% wanita yang menikah dengan laki-laki
dibawah usia 20 tahun. Pernikahan dini
15-20% dilakukan oleh pasangan baru,
secara nasional pernikahan dini usia
pengantin di bawah usia 16 tahun
sebanyak 26,9%.(Depkes RI, 2005).
Menurut Kepala Desa Tegaldowo pada
tahun 2013 yang melakukan pernikahan
usia muda yaitu 88,6 %.
Menurut UU, usia minimal untuk
suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7
UU No. 1/1974 tentang perkawinan). Jelas
bahwa UU tersebut menganggap orang di
atas usia tersebut bukan lagi anak-anak
sehingga mereka sudah boleh menikah,
batasan usia ini dimaksud untuk mencegah
perkawinan terlalu muda. Walaupun begitu
selama seseorang belum mencapai usia 21
tahun masih diperlukan izin orang tua
untuk menikahkan anaknya. Setelah
berusia di atas 21 tahun boleh menikah
tanpa izin orang tua (Pasal 6 ayat 2 UU
No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa
walaupun UU tidak menganggap mereka
yang di atas usia 16 tahun untuk wanita
dan 19 tahun untuk pria bukan anak-anak
lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh
sehingga masih perlu izin untuk
mengawinkan mereka. Ditinjau dari segi
kesehatan reproduksi menurut Sarwono
(2006) pada usia 16 tahun bagi wanita.
berarti yang bersangkutan belum berada
dalam usia reproduksi yang sehat dan siap
untuk bereproduksi. Meskipun batas usia
kawin telah ditetapkan UU, namun
pelanggaran masih banyak terjadi di
masyarakat terutama dengan menaikkan
usia agar dapat memenuhi batas usia
minimal tersebut.
Dampak dari pernikahan usia muda
dilihat dari kesehatan, pasangan usia muda
berpengaruh pada tingginya angka
kematian ibu, kematian bayi serta
berpengaruh pada rendahnya derajat
kesehatan ibu dan anak. Usia yang kecil
resikonya dalam melahirkan adalah antara
20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia
kurang dari 20 tahun mengandung risiko
tinggi. Ibu hamil yang berumur di bawah
20 tahun dapat berisiko melahirkan
prematuritas (zlahir sebelum waktunya),
kemungkinan cacat bawaan, fisik, mental,
kebutaan, ketulian. (Sarwono, 2011)
Faktor-faktor yang melatar-belakangi
adanya pernikahan usia muda adalah
faktor ekonomi, pendidikan, orang tua,
media massa dan adat. Faktor orang tua
merupakan
faktor
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
terjadinya
pernikahan usia muda pada anaknya.
Dalam hal ini pengetahuan orang tua
sangat berperan penting. Pengetahuan
yang harus dimiliki orang tua remaja putri
adalah pengetahuan tentang dampak
pernikahan dini pada kesehatan reproduksi
yang meliputi kehamilan, persalinan, bayi
yang dilahirkan, dan organ reproduksi.
Pengetahuan tentang dampak pernikahan
dini pada kesehatan reproduksi dapat
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman
diri sendiri dan pengalaman orang lain,
media
massa
serta
lingkungan.
(Suryono,2005)
Di Desa Tegaldowo, Kecamatan
Gunem, kabupaten Rembang salah satu
faktor yang mempengaruhi pernikahan
usia muda yaitu faktor adat. Desa
Tegaldowo terdapat kepercayaan apabila
orang tua memiliki anak perempuan dan
diminta seorang laki-laki untuk dinikahi
harus diterima, karena apabila menolak,
maka dipercaya perempuan itu tidak akan
mendapatkan jodoh. Oleh karena itu orang
tua tidak memperdulikan apakah anak
gadisnya mau dinikahkan atau tidak.
Remaja putri disana juga masih tinggi
kepatuhan terhadap orang tuanaya
sehingga anak gadis usia belia di Desa
Tegaldowo banyak yang sudah menjanda
dan menurut tradisi disana janda lebih
diterima ketimbang menjadi perawan tua.
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
3
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
pada tanggal 10 Desember 2013 terhadap
11 ibu remaja putri yang menikahkan
putrinya dibawah umur 20 tahun di Desa
Tegaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten Rembang didapatkan 8 ibu
remaja putri yang belum mengetahui
dampak yang akan ditimbulkan terhadap
pernikahan usia muda terutama terhadap
kesehatan reproduksi dan 3 ibu remaja
putri
sudah
mengetahui
dampak
pernikahan usia muda tetapi belum
mengetahui
dampaknya
terhadap
kesehatan reproduksi. Mereka hanya
mengetahui dampak pernikahan usia muda
yaitu banyak konflik dalam rumah tangga
sehingga berpengaruh terhadap psikologi
dan dapat berakibat terhadap keadaan fisik
remaja putri tersebut. Alasan ibu
menikahkan putrinya pada usia muda
karena mereka mengangap putrinya sudah
besar dan sudah pantas untuk dinikahkan
daripada menjadi perawan tua serta sudah
merupakan suatu adat budaya di Desa
Tegaldowo. Dampak dari pernikahan usia
muda di Desa Tegaldowo terdapat
kejadian anemia pada ibu hamil sebanyak
80%, prematuritas 10%, dan BBLR 20%
pada tahun 2013. Hasil survey tersebut
menunjukkan bahwa masih sangat
rendahnya
pengetahuan
orang
tua
khususnya pada ibu remaja putri tentang
dampak pernikahan usia muda pada
kesehatan reproduksi, dan masih perlu
banyak pengetahuan tentang pernikahan
dini dan dampak yang akan ditimbulkan
bagi kesehatan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu remaja putri tentang
dampak pernikahan usia muda pada
kesehatan reproduksi di Desa
Tegaldowo Kecamatan Gunem
Kabupaten Rembang
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu remaja putri
tentang dampak pernikahan usia
muda
terhadap kehamilan di
Desa Tegaldowo Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang
b. Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu remaja putri
tentang dampak pernikahan usia
muda
terhadap persalinan di
Desa Tegaldowo Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang
c. Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu remaja putri
tentang dampak pernikahan usia
muda terhadap bayi yang
dilahirkan di Desa Tegaldowo
Kecamatan Gunem Kabupaten
Rembang
d. Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu remaja putri
tentang dampak pernikahan usia
muda terhadap organ reproduksi
di Desa Tegaldowo Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan ini
dapat bermanfaat bagi :
1. Ibu
Dapat mengetahui dampak apa
saja yang timbul akibat pernikahan
usia muda, khususnya untuk
kesehatan reproduksi, agar orang tua
tidak menikahkan putrinya pada usia
muda.
2. Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat
menjadi
bahan
ilmu
pengetahuan
tentang kesehatan
reproduksi khususnya mengenai
pernikahan usia muda.
3. Masyarakat
Sebagai
masukan
bagi
masyarakat khususnya orang tua
yang memiliki remaja putri, agar
mengetahui dampak yang dapat
ditimbulkan karena pernikahan usia
muda.
4. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan
berupa referensi dalam melakukan
penelitian
selanjutnya
yang
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
4
berhubungan dengan
reproduksi remaja.
kesehatan
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
desain penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
variabelnya adalah gambaran pengetahuan
ibu remaja putri tentang dampak
pernikahan usia muda pada kesehatan
reproduksi. Penelitian dilakukan pada
tanggal 10 Juli – 13 Juli 2014. Populasi
yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah semua ibu remaja putri yang
menikahkan putrinya pada usia muda pada
tahun 2013 di Desa Tegaldowo Kecamatan
Gunem Kabupaten Rembang yang
berjumlah 39 ibu. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu menggunakan
metode total sampling. Alat pengumpul
data yang digunakan adalah kuesioner.
Dilakukan uji instrumen penelitian yaitu
uji validitas dengan teknik korelasi
product moment
dan uji reliabilitas
menggunakan teknik alpha cronbrach.
analisis univarat digunakan distribusi
frekuensi
untuk
menggambarkan
pengetahuan ibu remaja putri tentang
dampak pernikahan usia muda pada
kesehatan reproduksi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Sesuai tujuan penelitian, pada bab ini
menyajikan gambaran pengetahuan ibu
remaja putri tentang damapak pernikahan
usia muda pada kesehatan reproduksi di
Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang dengan mengambil
responden sejumlah 39 ibu remaja putri
yang menikahkan putrinya di usia muda di
Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang. Hasil dari penelitian
ini disajikan berikut ini.
A. Karakteristik Responden
1. Pendidikan
Tabel 1 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pendidikan
Persentase
Pendidikan Frekuensi
(%)
Tdk Tmt SD 6
15,4
SD
28
71,8
SMP
5
12,8
Jumlah
39
100
Berdasarkan tabel 1, dapat
diketahui bahwa dari 39 responden ibu
remaja putri di Desa Tegaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten
Rembang,
sebagian
besar
berpendidikan SD, yaitu sejumlah 28
responden (71,8%).
2. Usia Menikah
Tabel 2 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Usia Menikah
Usia
Persentase
Frekuensi
Menikah
(%)
Menikah
35
89,7
Muda
Tidak
Menikah
Muda
Jumlah
4
10,3
39
100
Berdasarkan tabel 2, dapat
diketahui bahwa dari 39 responden ibu
remaja putri di Desa Tegaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten
Rembang, sebagian besar responden
menikah pada usia muda, yaitu
sejumlah 35 responden (89.7%).
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil
penelitian
tentang
pengetahuan ibu remaja putri tentang
damapak pernikahan usia muda pada
kesehatan
reproduksi
di
Desa
Tegaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten Rembang, yang meliputi
pengetahuan
tentang
kehamilan,
persalinan, bayi yang dilahirkan, dan
organ reproduksi.
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
5
1.
Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Pernikahan Usia Muda terhadap
Kehamilan
Tabel 3
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan
Ibu
tentang
Dampak
Pernikahan Usia Muda
terhadap Kehamilan
Persentase
Pengetahuan Frekuensi
(%)
Kurang
17
43,6
Cukup
13
33,3
Baik
9
23,1
Jumlah
39
100,0
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
kehamilan
di
Desa
Tagaldowo
Kecamatan
Gunem
Kabupaten
Rembang dalam ketegori baik yaitu 9
responden (23,1%), katagori cukup 13
responden (33,3%), sedangkan kategori
kurang yaitu 17 responden (43,6%)
Berdasarkan
hasil
penelitian
tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan responden sebagian besar
dalam katagori kurang yaitu 17
responden (43,6%) tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
kehamilan. Hal
ini terbukti dari
responden banyak yang memilih salah
dari pernyataan pada instrumen
penelitian yaitu tentang remaja putri
yang hamil dibawah umur 20 tahun
dapat mengalami keracunan kehamilan
dengan tanda yaitu tekanan darah
tinggi, sakit kepala, mata berkunangkunang, serta bengkak pada kaki, muka,
dan tangan (76.9%), dapat berisiko
mengalami keguguran pada saat hamil
(64.1%). Responden banyak yang
beranggapan bahwa remaja yang
menikah pada usia muda tidak bersiko
mengalami keracunan kehamilan dan
keguguran. Sedangkan menurut Bobak
(2004), menyatakan bahwa resiko
pernikahan usia terhadap usia muda
meliputi keguguran, mudah terkena
infeksi, anemia, kercunan kehamilan,
dan kematian pada ibu.
Kurangnya
pengetahuan
ibu
tentang dampak pernikahan usia muda
terhadap kehamilan di Desa Tegaldowo
tersebut dikarenakan sebagian besar
pendidikan ibu hanya tamat SD yaitu 28
responden
(71,8%).
Pendidikan
merupakan penuntun manusia untuk
mendapatkan
informasi
sehingga
mampu
meningkatkan
kualitas
hidupnya. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah
menerima informasi menurut Nursalam
(2005), bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang,
maka
makin
mudah
menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Responden
apabila
berpendidikan
tinggi akan mudah menyerap informasi,
sehingga ilmu pengetahuan yang
dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya
responden yang berpendidikan rendah
akan mengalami hambatan dalam
penyerapan informasi sehingga ilmu
pengetahuan yang dimiliki lebih rendah
yang berdampak pada kehidupannya.
Pengetahuan
dalam
katagori
kurang
juga
dipengaruhi
oleh
pengalaman usia ibu menikah yaitu
kurang dari 20 tahun yang tidak
berdampak negatif pada saat hamil dan
ibu cenderung menikahkan putrinya
pada usia muda. Hal ini dapat
dibuktikan sebagian besar responden
melakukan pernikahan usia muda yaitu
sebanyak 35 responden (89,7%).
Menurut Nursalam (2005), pengalaman
adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
mengalami kejadian dari dampak
pernikahan usia muda terhadap
kehamialan.
Terdapat juga responden yang
memiki tingkat pengetahuan dalam
katagori cukup tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
6
kehamilan sebanyak 13 responden
(33,3%). Hal ini terbukti dari responden
memilih
jawaban
benar
pada
pernyataan instrumen penilitian yaitu
tentang remaja putri yang berumur
dibawah 20 tahun dapat berisiko
mengalami anemia (kurang darah) saat
hamil (56.4%), dan memilih jawaban
salah pada pernyataan negatif yaitu
perempuan berumur 10-19 tahun yang
sudah haid, secara fisik berarti sudah
siap kandungannya
untuk hamil
(69.2%). Dilihat dari faktor lain
responden memiliki pengetahuan dalam
kategori
cukup
dikarenakan
dipengaruhi oleh informasi dari
pengalaman orang sekitar misalnya
tetangga, teman, dan saudara dimana
ada yang kehamilannya bermasalah
pada ibu hamil yang usianya masih
muda.
Sehingga
pengetahuannya
kurang lengkap dan hanya pada
kategori cukup saja. Pengalaman
pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan.
Selanjutnya
terdapat
pula
pengetahuan responden dalam katagori
baik sebanyak 9 responden (23,1%).
Hal
ini
dibuktikan
banyaknya
responden yang memilih jawaban benar
pada pernyataan instrumen penelitian
tentang remaja putri yang berumur
dibawah 20 tahun dapat berisiko mudah
terkena penyakit saat hamil (74,4%).
2. Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Pernikahan Usia Muda terhadap
Persalinan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Dampak Pernikahan
Usia Muda terhadap Persalinan
Persentase
Pengetahuan Frekuensi
(%)
Kurang
29
74,4
Cukup
6
15,4
Baik
4
10,2
Jumlah
39
100,0
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang dampak
usia muda terhadap persalinan dalam
katagori baik yaitu sebanyak 4
responden (10,2%), katagori cukup 6
responden (15,4%), sedangkan ketegori
kurang yaitu 29 responden (74,4%).
Berdasarkan penelitian bahwa
sebagian besar tingkat pengetahuan
responden tentang dampak pernikahan
usia pada usia muda terhadap
persalinan dalam katagori kurang
sebanyak yaitu sebanyak 29 responden
(74,4%) disebabkan mereka belum
mengerti bahwa pernikahan usia dapat
menyebabkan risiko pada persalinan
dikarenakan
kurangnya
informasi
mengenai dampak pernikahan usia
muda terhadap persalinan diperoleh dari
keluarga, teman maupun sekolah.
Pengetahuan responden kurang dapat
dibuktikan bahwa banyak responden
memilih jawaban salah pada pernyataan
instrumen penelitian yaitu tentang
pernikahan usia muda dapat menjadikan
perdarahan banyak setelah bersalin
yang disebabkan akibat otot rahim
remaja lemah (66,7%) dan dapat
mengakibatkan perdarahan saat bersalin
sehingga beresiko pada ibu (66,7%).
Responden beranggapan menikah pada
usia muda tidak mengakibatkan
perdarahan banyak karena mereka juga
melakukan pernikahan usia muda tidak
berisiko mengalami perdarahan pada
saat melahirkan. Sedangkan menurut
Manuaba (2008) dampak fisik dari
pernikahan
usia
muda
dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu bagi ibu
meliputi IUFD, prematur, perdarahan
pada saat melahirkan antara lain
disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi,
kematian ibu dan bagi bayi meliputi
bayi lahir kurang cukup bulan, BBLR.
Dilihat dari faktor lain tingkat
pengetahuan responden dalam katagori
kurang dikarenakan faktor pendidikan.
Sebagian besar reponden berpendidikan
rendah yaitu hanya tamat sekolah dasar
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
7
(SD) sebanyak 28 responden (71,8%)
sehingga pengetahuan responden dalam
katagori kurang. Menurut Notoatmojo
(2010),
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
seseorang
maka
pengetahuannya akan semakin baik.
Sehingga semakin tinggi pendidikan
seseorang maka akan mudah menyerap
informasi dan sebaliknya semakin
rendah pendidikan seseorang maka
akan sulit menyerap informasi tentang
dampak pernikahan usia muda terhadap
persalinan serta akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Terdapat juga responden yang
memiliki tingkat pengetahuan dalam
katagori cukup tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
persalinan. Hal ini dibuktikan bahwa
masih ada responden yang menjawab
salah pada instrumen penelitian yaitu
pada pernyataan perempuan yang
berumur dibawah 20 tahun saat
melahirkan dapat berisiko mengalami
perdarahan
(66,7%).
Responden
beranggapan bahwa perempuan yang
berumur dibawah 20 tahun pada saat
melahirkan tidak berisiko mengalami
perdarahan karena pada saat mereka
melahirkan pada umur tersebut tidak
mengalami
perdarahan.
Pada
pernyataan kuesioner masih ada
responden yang memilih jawaban benar
tentang remaja dapat berisiko panggul
sempit karena masih pada pertumbuhan
sehingga menyulitkan pada saat proses
melahirkan(53,8%).
Responden
yang
memiliki
pengetahuan dalam katagori baik baik
yaitu sebanyak 4 responden (10,2%).
Hal ini dibuktikan masih ada responden
yang memilih jawaban benar pada
pernyataan remaja yang berumur
dibawah 20 tahun dapat mengakibatkan
proses bersalin yang lama dan berisiko
(64.1%).
Responden
beranggapan
tenagan remaja yang masih kurang
sehingga pengetahuan dalam katagori
baik.
Faktor lain yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan dalam katagori
baik sebagian besar ibu yang
pendidikan menengah pertama (60,0%).
Menurut Nursalam (2003), bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang,
maka
makin
mudah
menerima
informasi maka makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sehingga
seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi maka akan lebih mudah
menerima informasi serta lebih baik
pula pengetahuan yang dimiliki tentang
dampak pernikahan usia muda terhadap
persalinan dan sebaliknya.
3. Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Pernikahan Usia Muda pada Bayi yang
di Lahirkan
Tabel 5
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Dampak Pernikahan Usia
Muda terhadap Bayi yang di
Lahirkan
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
Kurang
21
53,8
Cukup
8
20,5
Baik
10
25,6
Jumlah
39
100,0
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap bayi di
Desa Tagaldowo, Kecamatan Gunem,
Kabupaten Rembang, dalam kategori
baik 10 responden (25,6%), katagori
cukup 8 responden (20,5%), sedangkan
ketegori kurang yaitu 21 responden
(53,8%).
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan responden dalam
katagori kurang sebanyak 21 responden
(53,8%).
Banyaknya
responden
berpengetahuan kurang tentang dampak
pernikahan usia terhadap bayi, hal ini
dibuktikan responden memilih jawaban
salah pada pernyataan instrumen
penelitian yaitu tentang dampak
pernikahan usia muda yang dapat
berisiko
bayi yang dilahirkan
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
8
mengalami cacat bawaan (76.9%), dan
responden memilih jawaban benar pada
pernyataan negatif tentang pernikahan
usia muda tidak mempunyai risiko
melahirkan
bayi
kurang
bulan
(prematur) (64.1%). Responden banyak
yang beranggapan salah jika pernikahan
usia muda dapat menyebabkan cacat
bawaan, melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah, dan prematur. Sedangkan
menurut Menurut Bobak (2004)
dampak fisik pernikahan usia muda
seperti adanya masalah saat kehamilan
dan persalinan seperti bayi lahir
prematur, bayi cacat fisik, kemacetan
persalinan, perdarahan dan keguguran.
Hal ini disebabkan responden tidak
melihat langsung risiko yang terjadi dan
responden juga melakukan pernikahan
usia muda tidak mengalami dampakdampak tersebut bahkan pernikahan
usia muda sudah membudaya pada
lingungannya
sehingga
tingkat
pengetahuan dalam katagori kurang.
Budaya
dapat
mempengaruhi
pengetahuan mereka dimana banyak
yang melaksanakan pernikahan usia
muda tanpa memperhatikan dampakdampak yang dapat terjadi akibat
pernikahan pada usia muda terutama
pada bayi yang dilahirkan karena
sebagai generasi penerus agar manusia
semakin berkualitas. Menurut Ahmad
(2009) lingkungan merupakan seluruh
kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok. Sistem sosial budaya yang
ada
pada
masyarakat
dapat
mempengaruhi
dalam
menerima
informasi.
Pengetahuan
tentang
pernikahan usia muda dipandang
sebagai bagian dari kebudayaan, yakni
pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia sebagai mahkluk sosial yang
digunakan untuk memahami dan
menafsirkan
lingkungan
yang
dihadapinya dan mendasari serta
mendorong terwujudnya kelakuankelakuan.
Terdapat juga responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup
tentang dampak pernilahan usia muda
terhadap bayi yang dilahirkan sebanyak
8 responden (20,5%). Hal ini
dibuktikan bahwa masih ada responden
memilih jawaban salah pada pernyataan
instrumen penelitian yaitu tentang
pernikahan
usia
muda
besar
kemungkinan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (berat badan lahir
kurang dari 2500 gram) (46.2%),dan
masih ada yang memilih jawaban benar
tentang pertumbuhan bayi di dalam
rahim
yang
belum
sempurna
disebabkan karena kurang darah pada
remaja yang hamil dibawah umur 20
tahun.
Responden
yang
memiliki
pengetahuan baik tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap bayi
yang dilahirkan sebanyak 10 responden
(25,6%). Hal ini dapat dibuktikan
responden memilih jawaban benar pada
pernyataan instrumen penelitian tentang
remaja yang berumur kurang dari 20
tahun dapat berisiko mengalami
kegagalan bernafas saat lahir (66,7%).
Faktor lain yang mempengaruhi
pengetahuan responden dalam katagori
baik tentang dampak pernikahan usia
muda terhadap bayi yang dilahirkan
disebabkan oleh faktor lingkungan.
Responden melihat kejadian secara
langsung dari dampak pernikahan usia
muda
seperti
BBLR
sehingga
berpengaruh pada pengetahuannya.
Lingkungan
dapat
mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang tentang
dampak pernikahan usia muda terkait
pada bayi yang dilahirkan dimana
kejadian- kejadian bayi yang dilahirkan
yang bermasalah pada bayi ibu yang
berusia muda. Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat
mempelajari hal – hal yang buruk
tergantung sifat kelompoknya. Dalam
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
9
lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh
pada
cara
berfikir
seseorang.
(Notoatmodjo, 2010).
4. Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Pernikahan Usia Muda terhadap Organ
Reproduksi
Tabel 6 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Dampak Pernikahan
Usia Muda terhadap Organ
Reproduksi
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
Kurang
23
59,0
Cukup
13
33,3
Baik
3
7,7
Jumlah
39
100,0
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap organ
reproduksi di Desa Tagaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten
Rembang, kategori baik 3 responden
(7,7%) katagori cukup 13 responden
(33,3%), sedangkan ketegori kurang
yaitu 23 responden (59,0%).
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan ibu tentang
dampak pernikahan usia muda terhadap
organ reproduksi dalam katagori kurang
yaitu sebanyak 23 responden (59,0%).
Hal ini dapat dibuktikan bahwa
responden banyak yang memilih
jawaban salah pada pernyataan
instrumen penelitian yaitu tentang
remaja yang melakukan pernikahan usia
muda, rahim dan jalan lahir remaja
belum siap atau matang sehingga dapat
menyebabkan kanker leher rahim
(66,7%), penyebab kanker leher rahim
yaitu pernikahan usia muda (59.0%).
Responden
banyak
yang
beranggapan bahwa remaja yang
menikah tidak berisiko terkena kanker
leher
rahim
disebabkan
faktor
pendidikan. Responden sebagian besar
berpendidikan rendah yaitu tamat SD
sejumlah 28 responden (71,8%).
Menurut Notoatmodjo (2010), semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka pengetahuannya akan semakin
baik. Sehingga sebaliknya semakin
rendah pendidikan seseorang maka
akan lebih sulit menyerap dan
mendapatkan informasi maka akan
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
dampak pernikahan usia muda terhadap
organ reproduksi.
Responden
yang
memiliki
penetahuan dalam katagori cukup
tentang dampak pernikahan usia muda
terhadap organ reproduksi. Hal ini
dibuktikan bahwa masih ada yang
memilih jawaban salah pada pernyataan
negatif instrumen penelitian yaitu
tentang remaja putri yang menikah pada
usia muda tidak berisiko terkena kanker
leher rahim (53,8%) karena dipengaruhi
oleh informasi dari pengalaman orang
sekitar misalnya tetangga, teman, dan
saudara dimana ada yang organ
reproduksinya bermasalah pada ibu
yang dulu melakukan pernikahan usia
muda.
Sehingga
pengetahuannya
kurang lengkap dan berpengetahuan
cukup. Pengalaman pribadi seseorang
dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan.
Responden
yang
memiliki
pengetahuan dalam katagori baik
tentang damapak pernikahan usia muda
terhadap organ reproduksi disebabkan
responden masih ada yang memilih
benar pada pernyataan instrumen
penelitian yaitu tentang perempuan
yang menikah diusia muda dapat
berisiko terjadi ketidaknormalan pada
rahimnya (69,2%). Responden masih
ada yang beranggapan jika menikah
pada usia muda dapat berisiko terjadi
ketidaknormalan
pada
rahim
dikarenakan
kemungkinan
mendapatkan informasi dari orang lain
atau tenaga kesehatan yaitu bidan.
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
10
5. Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Pernikahan Usia Muda pada Kesehatan
Reproduksi
Tabel 7
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
tentang Dampak Pernikahan Usia
Muda pada Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
Kurang
25
64,1
Cukup
8
20,5
Baik
6
15,4
Jumlah
39
100,0
Berdasarkan tabel 7, dapat
diketahui bahwa pengetahuan ibu
secara
umum,
tentang
dampak
pernikahan usia muda pada kesehatan
reproduksi di Desa Tagaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten
Rembang, sebagian besar dalam
ketegori kurang yaitu 25 responden
(64,1%), katagori cukup 8 responden
(20,5%), sedangkan kategori baik 6
responden (15,4%).
C. Keterbatasan Penelitian
Penulis
menyadari
terdapat
keterbatasan dalam membuat karya tulis
ilmiah ini mengingat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat
pengetahuan saja. Selain itu kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner
tertutup di mana sudah tersedia
pertanyaan yang dibuat oleh penulis
dan responden cukup menjawab benar
atau salah sehingga belum dapat
mengukur pengetahuan responden
secara mendalam.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
berjudul gambaran pengetahuan ibu
remaja
putri
tentang
dampak
pernikahan usia muda pada kesehatan
reproduksi di Desa Tegaldowo,
Kecamatan
Gunem,
Kabupaten
Rembang terhadap 39 ibu dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan
usia
muda
pada
kesehatan reproduksi sebagian besar
dalam katagori kurang (64,1%)
2. Pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
kehamilan adalah kurang (43,6%).
3. Pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
persalinan adalah kurang (74,4%)
4. Pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap bayi
adalah kurang (53,8%)
5. Pengetahuan ibu tentang dampak
pernikahan usia muda terhadap
organ reproduksi adalah kurang
(59,0%)
B. Saran
1. Bagi Ibu
Ibu supaya mencari informasi
pada tenaga kesehatan dan media
informasi tentang dampak-dampak
yang dapat terjadi akibat pernikahan
usia muda terhadap kehamilan,
persalinan, bayi yang dilahirkan dan
organ reproduksi dan ibu tidak
menikahkan atau memberi izin
putrinya menikah pada usia muda.
2. Bagi peneliti
Diharapkan
memberikan
pengalaman
nyata
dalam
melaksanakan penelitian sederhana
secara
ilmiah
dalam
rangka
mengembangkan
diri
dan
melaksanakan fungsi bidan sebagai
peneliti.
3. Bagi PPN
Diharapkan PPN diberikan
pelatihan dan seminar tentang
kesehatan reproduksi agar dapat
memberikan
pengetahuan
atau
penyuluhan kepada orang tua yang
akan menikahkan anaknya pada usia
muda
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
11
4. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan dalam hal
ini yaitu perpustakaan Ngudi waluyo
untuk menambah referensi edisi
terbaru tentang pernikahan usia
muda dan kesehatan reproduksi
sehingga
memudahkan
dalam
mencari sumber referensi.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan untuk mengadakan
penelitian dampak pernikahan usia
muda
dengan
menggunakan
kuesinoner terbuka sehingga data
yang diperoleh lebih lengkap dan
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BKKBN. 2005. Kesehatan Reproduksi
Remaja.
http//:www.BKKBN/2011.co.id.
Accessed ( 30 Desember 2013).
Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2005, Kesehatan Reproduksi
Remaja, Jakarta
Dewi, M dan
Wawan A. 2011.
Pengetahuan dan Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogjakarta : Nuha Medika
Erfandi. 2009. Pengetahuan dan Faktor
Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan.
http://www.conboys.co.cc.
Diakses
tanggal 25 Desember 2013.
Fardian. 2007. Pernikahan Dini terhadap
persalinan.
Http://www.Pernikahandini.com.
Diakses tanggal 30 Desember 2013
Fransiska. 2011. Dampak Pernikahan di
Usia
Muda.
Http://www.Young
Married.com. Diakses tanggal 25
Desember 2013
Hidayat, Alimul. 2007. Riset Keperawatan
dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusmiran,
Eny.
2012.
Kesehatan
Reproduksi remaja dan Wanita.
Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu
Kebidanan, Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Salemba
medika
Mathur, Greene, Malhotra. 2003. Too
Young Too Wed (The Lves, Rights And
Health Pf Young Married Girl).
Internasional centerfor research on
women (ICRV).
Narendra,dkk.
2002.
Kesehatan
Reproduksi Remaja. Yogyakarta :
Firtamaya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu
kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati
dan
Misaroh.
2009.
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari,
2011,
Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sarwono,
Sarlito
Wirawan.
2006.
Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Setiawan, A. 2007. Metodelogi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu &
perkembangannya
di
Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Widyastuti,dkk.
2009.
Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Firtamaya
Gambaran Pengetahuan Ibu Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Usia Muda Pada
Kesehatan Reproduksi Di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang
12
Download