Ilmuwan Islam Sebelum Datangnya Barat

advertisement
Ilmuwan Islam Sebelum
Datangnya Barat
Written by Andi Rahmanto
Wednesday, 06 May 2009
Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Philipe
Pinel (1793) merupakan orang pertama yang
memperkenalkan metode penyembuhan penyakit jiwa.
Tak cuma itu, Barat juga menyatakan rumah sakit jiwa
(RSJ) pertama di dunia adalah Vienna's Narrenturm yang
dibangun pada tahun 1784. Benarkah klaim peradaban
Barat itu?
Klaim itu tentu sangat tak berdasar. Sebab, jauh
sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit
jiwa berikut tempat perawatannya, pada abad ke-8 M di
Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B. Ph.D dalam
bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead
of its times", mengatakan, rumah sakit jiwa atau insane
asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam
beberapa abad sebelum peradaban Barat menemukannya.
Hampir semua kota besar di dunia Islam pada era
keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di
Baghdad ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah insane
asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu,
rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada
tahun 800 M. Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan
Aleppo juga telah memiliki rumah sakit jiwa.
Mari kita bandingkan dengan Inggris. Negara
terkemuka di Eropa itu baru membuka rumah sakit jiwa
pada t1831 M. Rumah sakit jiwa pertama di negeri Ratu
Elizabeth itu adalah Middlesex County Asylum yang
terletak di Hanwell sebelah barat London. Pemerintah
Inggris membuka rumah sakit jiwa setelah mendapat
desakan dari Middlesex County Court Judges. Setelah itu
Inggris mengeluarkan Madhouse Act 1828 M.
Lalu bagaimana peradaban Islam mulai
mengembangkan pengobatan kesehatan jiwa? Menurut
Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Kristen di
abad pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada
penjelasan yang takhayul, dokter Muslim justru lebih
bersifat rasional.
Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan
kajian klinis terhadap pasien-pasien yang menderita sakit
jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim berhasil
mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang ini.
Mereka
berhasil
menemukan
psikiatri
dan
pengobatannya berupa psikoterapi dan pembinaa moral
bagi penderita sakit jiwa.
''Selain itu, para dokter dan psikolog Muslim juga
mampu menemukan bentuk pengobatan modern bagi
penderita sakit jiwa seperti, mandi pengbatan dengan
obat, musik terapi dan terapi jabatan,'' papar Syed
Ibrahim.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani
pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh
seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed
ibnu Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul
Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh
dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit
antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah alTibb al-Ruhani untuk menjelaskan keseharan spritual
dan kesehatan psikologi.
Sedangkan untuk kesehatan mental dia kerap
menggunakan istilah Tibb al-Qalb . Ia pun sangat
terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang
kesehatan jiwa yang berhubungan dengan tubuh.
Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat
berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit,
maka tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu
bisa menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.
Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan
bisa pula sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan
ketidakseimbangan.
Dia
menulis
bahwa
ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan
demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan,
ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan
kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala
yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.
Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab
depresi. Menurut dia, depresi bisa disebabkan alasan
yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau
kehilangan. Ini bisa disembuhkan secara psikologis.
Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak
diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe
kedua ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu
kedokteran.
Selain al-Balkhi, peradaban Islam juga memiliki
dokter kejiwaan bernama Ali ibnu Sahl Rabban alTabari. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang ditulisnya
pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi
untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan
jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara
psikologi dengan kedokteran.
Menurut dia, untuk mengobati pasien gangguan
jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. AlTabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit
karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Untuk
mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui
''konseling bijak''. Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang
dokter yang cerdas dan punya humor yang tinggi.
Caranya dengan membangkitkan kembali kepercayaan
diri pasiennya.
Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri
dan Al-Hawi , dokter Muslim legendaris al-Razi juga
telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms
(gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental
dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
kesehatan mental.
Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau
psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di
sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pemikir Muslim
lainnya di masa keemasan Islam yang turut
menyumbangkan pemikirannya untuk pengobatan
penyakit kejiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan
termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait
psikologi sosial dan berhubungan dengan studi
kesadaran.
Selain itu, Ibnu Zuhr, alias Avenzoar juga telah
berhasil mengungkap penyakit syaraf secara akurat. Ibnu
Zuhr juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi
neuropharmakology modern. Yang tak kalah penting
lagi, Ibnu Rusyd atau Averroes ilmuwan Muslim
termasyhur - telah mencetuskan adanya penyakit
Parkinson’s.
Sejarawan Francis Bacon menyebut Al-Haitham
sebagai ilmuwan yang meletakkan dasar-dasar
psychophysics dan psikologi eksperimental. Berdasarkan
hasil penelusuran yang dilakukannya, Bacon merasa
yakin bahwa Al-Haitham adalah sarjana pertama yang
berhasil menggabungkan fisika dengan psikologi,
dibandingkan Fechner yang baru menulis Elements of
Psychophysics pada tahun 1860 M. Begitulah,
kedokteran dan psikologi Islam mengembangkan
pengobatan penyakit jiwa. heri ruslan
Utang Budi Kedokteran Modern
Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia
adalah fakta yang tak terbantahkan. Para sejarawan sains
Barat dalam sebuah konferensi mengakui bahwa dunia
kedokteran modern berutang begitu banyak terhadap
para ilmuwan Muslim di era keemasan Islam. Betapa
tidak, dokter Muslim di era kekhalifahan merupakan
perintis diagnosis dan penyembuhan beragam penyakit.
Dr Emilie Savage-Smith dari St Cross College di
Oxford mengungkapkan, Islam adalah peradaban
pertama yang memiliki rumah sakit. Menurut dia, rumah
sakit pertama di dunia dibangun Kekhalifahan
Abbasiyah di kota Baghdad, Irak sekitar tahun 800 M.
''Rumah sakit yang berdiri di Baghdad itu lebih mutakhir
dibandingkan rumah sakit di Eropa Barat yang dibangun
beberapa abad setelahnya,'' papar Savage-Smith seperti
dikutip Independent.
Savage-Smith mengungkapkan, rumah sakit (RS)
Islam terbesar di zaman keemasan dibangun di Mesir
dan Suriah pada abad ke-12 dan 13 M. Pada masa itu,
RS Islam sudah menerapkan sistem perawatan pasien
berdasarkan penyakitnya. Menurut Savage-Smith,
pembangunan sebuah sistem rumah sakit yang begitu
luas merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam
peradaban Islam pada abad pertengahan.
''Peradaban Islam pada abad ke-10 M untuk
pertama kalinya memperkenalkan sistem pendidikan
kedokteran secara langsung di rumah sakit,'' papar
Savage-Smith. Ia pun mengagumi Islam yang
mengajarkan umatnya untuk merawat seluruh jenis
penyakit tanpa memandang status ekonomi pasiennya.
Menurut dia, rumah sakit Islam pada era
kejayaannya terbuka bagi semua; laki-laki, perempuan,
warga sipil, militer, kaya, miskin, Muslim dan nonMuslim. Pada masa itu, kata Savage-Smith, rumah sakit
memiliki beragam fungsi yakni sebagai; pusat perawatan
kesehatan, rumah penyembuhan bagi pasien yang sedang
dalam tahap pemulihan dari sakit atau kecelakaan.
Selain itu, ungkap Savage-Smith, peradaban
Islam juga sudah memiliki rumah sakit jiwa atau insane
asylum. Menurut dia, masyarakat Muslim juga tercacat
sebagai yang pertama mendirikan dan memiliki rumah
sakit jiwa. Rumah sakit pada era keemasan Islam juga
berfungsi sebagai tempat perawatan para manusia lanjut
usia (manula) yang keluarganya kurang beruntung.
Smith-Savage menuturkan, para dokter Muslim
menguasai dunia kedokteran berkat upaya penerjemahan
terhadap karya-karya kedokteran Yunani klasik. Tak
cuma menerjemahkan, namun para dokter Muslim pun
mengembangkan, menemukan serta menulis buku-buku
kedokteran.
Para dokter Muslim pun berhasil menemukan
sejumlah
penyakit,
cara
pengobatan
hingga
penyembuhannya. Menurut Smith-Savage, dokter
Muslim telah mampu menjelaskan beragam jenis
penyakit infeksi seperti cacar air. Selain itu, kedokteran
Islam juga menemukan penyakit yang sebelumnya tak
diketahui manusia, seperti kataraks. Bahkan, kedokteran
Islam juga telah berhasil melakukan operasi atau bedah.
Peradaban
Barat
pun
belajar
dan
mengembangkan hasil penemuan dan penelitian di
bidang kedokteran. Tanpa kontribusi kedokteran Islam,
boleh jadi dunia Barat tak akan menguasai ilmu
kedokteran seperti saat ini.(rpb)
Sumber:
http://www.suaramedia.com/sejarah-islam/ilmuan-islamsebelum-datangnya-barat.html
Download