BUKU 2 : BIDANG MINERAL II.18 KAJIAN POTENSI BAHAN KERAMIK SUMATERA BAGIAN SELATAN Oleh : Zulfikar1, Frank Edwin2, Bayu Sayekti1, Kusdarto1, Irwan Muksin1 SARI “Keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan tambang seperti lem- pung, felspar, pasir kuarsa dan kaolin melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi (sekitar 1.300 °C).Industri keramik menghasilkan devisa US$ 220 juta pada tahun 2008 atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 212 juta serta penyerapan tenaga kerja lebih dari 200.000 orang. Endapan lempung Formasi Muara Enim di daerah Kabupaten Muara Enim terdapat baik sebagai overburden di bagian atas lapisan batubara, ataupun sebagai interburden di antara dua lapisan batubara. Dalam kegiatan penambangan batubara, endapan lempung tersebut selama ini dipandang sebagai tailing atau limbah penambangan yang cukup membebani perusahaan pertambangan dalam hal biaya pengupasan dan pemindahannya. Formasi Kasai, terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan, sebagai hasil endapan gunungapi, formasi ini banyak mengandung felspar, endapan felspar di daerah Kabupaten Lampung Tengah terdapat sebagai batuan granit yang sudah lapuk atau sebagai aplit yang menerobos batuan granit. Felspar bila dicampur dengan lempung dalam komposisi tertentu merupakan bahan baku utama dalam pembuatan benda keramik. Bahan tunggal lempung Formasi Muaraenim dapat digunakan sebagai bahan untuk bata Expose dengan penambahan bahan penolong pasir (10 %) dan felspar dari daerah Lampung Tengah (5%), pada suhu pembakaran 1100 °C. Komposisi optimal untuk bodi ubin adalah lempung Formasi Muara Enim + felspar Lampung Tengah atau felspar Formasi Kasai dengan rasio 1 : 1 pada suhu pembakaran 1100 °C. ’’ 1 Pusat Sumber Daya Geologi, 2 Balai Besar Keramik PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL PENDAHULUAN Formasi Muaraenim, yang terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir tufaan, merupakan formasi pembawa batubara. Formasi ini paling umum tersingkap di sekitar Tanjung Enim, dan merupakan daerah konsesi eksploitasi batubara milik Perusahaan Tambang Bukit Asam (PTBA). Ketebalan batubara pada formasi ini sangat bervariasi dari beberapa sentimeter sampai lebih dari 10 meter. Sedangkan batuan sampingnya, seperti batulempung dan batupasir tufaan diharapkan menjadi komoditas non logam lain yang dapat dimanfaatkan, seperti bentonit, bond clay, dan pasir. Formasi Kasai, terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan yang mengandung batuapung. Di Kabupaten Muara Enim, Formasi Kasai sangat mendominasi, sebagai hasil endapan gunungapi, formasi ini banyak mengandung felspar. Endapan lempung Formasi Muara Enim di daerah Kabupaten Muaraenim terdapat baik sebagai overburden di bagian atas lapisan batubara, ataupun sebagai interburden di antara dua lapisan batubara. Dalam kegiatan penambangan batubara, endapan lempung tersebut selama ini dipandang sebagai tailing atau limbah penambangan yang cukup membebani perusahaan pertambangan dalam hal biaya pengupasan dan pemindahannya. Sedangkan endapan felspar di daerah Kabupaten Lampung Tengah terdapat sebagai batuan granit yang sudah lapuk atau sebagai aplit yang menerobos batuan granit. Felspar bila dicampur dengan lempung dalam komposisi tertentu merupakan bahan baku utama dalam pembua- II.18 tan benda keramik. Lokasi Kajian Lokasi kajian dibatasi hanya mencakup wilayahwilayah di bagian daratan Pulau Sumatera, yakni Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, sebagian Provinsi Sumatera Barat, sebagian Provinsi Jambi, dan sebagian Provinsi Riau. Studi kasus dan peninjauan lapangan (uji petik) di daerah Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan untuk bahan galian lempung serta daerah Kabupaten Lampung Tengah di Provinsi Lampung untuk bahan galian felspar. Pemilihan lokasi Kabupaten Muara Enim sebagai lokasi uji petik antara lain ditentukan mengingat terdapatnya endapan lempung dalam jumlah cukup besar yang terdapat baik sebagai lapisan penutup ataupun di antara lapisan batubara. Dalam kegiatan penambangan batubara endapan lempung ini dianggap tidak memiliki arti ekonomis sehingga menjadi limbah yang dibuang. Sedangkan untuk endapan felspar kegiatan uji petik dilakukan di daerah sebaran batuan granit di wilayah Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Felspar di daerah ini terdapat sebagai batuan granit yang sudah lapuk dan kaya akan kandungan mineral felspar. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari tahapan pengumpulan data sekunder, data sekunder sampai penyusunan laporan berlangsung selama 8 bulan, mulai bulan Mei 2011. PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL TINJAUAN UMUM Keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan tambang seperti lempung, felspar, pasirkuarsa dan kaolin melalui tahapan pembakaran dengan suhu tinggi (sekitar 1.300 °C). Adapun karakteristik industri keramik: padat energi, padat karya dan bahan baku tambang yang tidak dapat diperbaharui. Industri keramik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : Kelompok Industri Hulu Meliputi Industri bahan baku keramik seperti lempung, kaolin, felspar, pasir kuarsa, zircon, dan lainnya. Bahan baku dan penolong yang masih di impor sebagian besar dari China seperti felspar, glazur/fritz, China Stone dan zat pewarna (pigmen). Sedangkan sumber deposit bahan baku tersebut banyak terdapat di Indonesia tetapi belum diolah dan digunakan langsung pada industri keramik. Kelompok Industri Antara Meliputi bahan baku bodi keramik, bahan pewarna dan glasir. Kelompok Industri Hilir Meliputi industri barang jadi keramik seperti perlengkapan rumah tangga dari porselin, bahan bangunan dari porselin, alat laboratorium dan alat listrik/teknik dari porselin, barang untuk keperluan laboratorium kimia dan kesehatan dari porselin serta barang-barang lainnya dari porselin. Keramik termasuk dalam katagori thermoset yaitu suatu benda yang setelah mengalami pemanasan dan pendinginan kembali tidak dapat berubah lagi kebentuk asalnya. Berdasarkan fungsi dan strukturnya produk keramik dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu keramik konvensional dan keramik maju (high tech ceramic/ advanced ceramics). Menurut Kementerian Perindustrian dalam Roadmap Industri Keramik (2009), industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan nasional melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti lempung, felspar dan pasir kuarsa yang tersebar di berbagai daerah, industri keramik terus tumbuh baik dalam kapasitas maupun tipe dan desain produk yang semakin berdaya saing tinggi. Kondisi ini dapat terlihat pertumbuhan rata – rata sekitar 6% dan perolehan devisa yang mencapai US$ 220 juta pada tahun 2008 atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 212 juta serta penyerapan tenaga kerja lebih dari 200.000 orang. Saat ini kapasitas kapasitas industri ubin keramik mencapai 327 juta m2 keramik saniter 4,6 juta pcs dan keramik tableware 268 juta pcs, sehingga untuk keramik telah menempatkan Indonesia sebagai produsen keramik terbesar dunia setelah China, Italy, Spanyol, Turki dan Brazil. PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 II.18 BUKU 2 : BIDANG MINERAL GEOLOGI UMUM Stratigrafi Keadaan geologi dan stratigrafi daerah Sumatera Bagian Selatan ini tercakup dalam 23 lembar Peta Geologi Bersistem Indonesia berskala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (sekarang Pusat Survey Geologi). Berdasarkan Peta Geologi lembar-lembar tersebut di atas, tatanan stratigrafi daerah ini secara regional terdiri dari berbagai batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan malihan, dan batuan terobosan dari berbagai formasi batuan dan umur geologi. Dari keseluruhan formasi batuan tersebut, yang berhubungan dengan bahan keramik untuk daerah uji petik yakni Formasi Muaraenim (Tmpm) dan Formasi Kasai (QTk), yang sebarannya meliputi : Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, sebagian Provinsi Sumatera Barat, sebagian Provinsi Jambi, dan sebagian Provinsi Riau, serta batuan terobosan Granit Kapur (KGr) di daerah Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung dan Granit (gr), berumur Trias, di daerah Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Sebaran formasi batuan tersebut dapat dilihat pada peta geologi yang telah disederhanakan (Gambar 1). Uraian singkat untuk formasi-formasi batuan tersebut di atas dapat diperikan sebagai berikut : • Formasi Kasai (QTk), berumur Plistosen hingga Pliosen, merupakan batuan sedimen berfasies gunungapi yang terdiri dari batuan II.18 tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan yang mengandung batuapung. Setempat dengan sisipan tipis lignit dan kayu terkersikkan. Formasi Kasai ini terletak tidak selaras di atas Formasi Muaraenim. • Formasi Muaraenim (Tmpm), berumur Pliosen hingga Miosen Akhir, merupakan batuan sedimen yang terdiri dari batulempung, batulanau, dan batupasir tufaan dengan sisipan batubara. Formasi Muaraenim ini terletak tidak selaras di bawah Formasi Kasai. • Granit Kapur (Kgr), berumur Kapur, berupa batuan terobosan yang terdiri dari granit, granodiorit, dan tonalit terdaunkan. Batuan Granit Kapur ini tersingkap di banyak lokasi, antara lain di daerah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. • Granit (gr), berumur Trias, berupa batuan terobosan yang bersusunan sekitar leuko granit hingga monzonit kuarsa. Batuan granit ini juga tersingkap di banyak lokasi, antara lain di daerah Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. KEGIATAN KAJIAN Kegiatan Uji Petik Di Kabupaten Muaraenim Daerah Uji Petik secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, termasuk daerah penambangan batubara PT. Bukit Asam dan PT. Manambang Muara Enim. PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL Metoda peninjauan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan singkapan batuan serta pengumpulan informasi seputar galian dan timbunan dari material lempung yang menjadi over burden, interburden dan tailing/limbah penambangan batubara pada lokasi PT. Bukit Asam dan PT. Manambang Muara Enim, conto dianalisis, meliputi analisis kimia major, analisis petrografi dan analisis XRD, dan analisis keramik Metoda pemercontohan dilakukan dengan menggunakan sistim pick sampling pada singkapan batuan yang mewakili/ menggambarkan kondisi endapan bahan galian keramik, terutama pada satuan batuan lempung dari Formasi Muaraenim dan tufa dari Formasi Kasai. Kegiatan Uji Petik Di Kabupaten Lampung Tengah Daerah Uji Petik secara administrasi berada di wilayah Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Metoda peninjauan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan singkapan bahan galian felspar, sebagian sudah ditambang oleh PT. Internusa Listelindo, PT. Kreasi Graha Wisesa dan CV. Indofelspar. Selanjutnya conto batuan yang diambil dilakukan analisis, yang meliputi analisis kimia major, analisis petrografi dan analisis XRD pada Laboratorium Penguji KimiaFisika Mineral di Pusat Sumber Daya Geologi serta analisis keramik (analisis fisik, analisis bakar, pendahuluan/teknologi dan pembuatan prototipe bata ekspose dan aplikasi glasir ubin) pada Balai Besar Industri Keramik. Metoda pemercontohan dilakukan dengan menggunakan sistim pick sampling pada singkapan batuan yang mewakili/ menggambarkan kondisi endapan bahan galian keramik, terutama pada satuan batuan lempung lapukan dari Formasi Kasai (QTk) dan felspar dari lapukan Granit Kapur (Kgr). Analisis Laboratorium Analisis laboratorium dilakukan terhadap percontohan bahan baku keramik yang dijumpai di daerah uji petik. Adapun jenis analisis yang dilakukan antara lain analisis kimia (major element) sebanyak 30 conto, analisis petrografi 5 conto, analisis XRD 11 conto dan analisis keramik 19 conto. HASIL KAJIAN Endapan bahan galian keramik di daerah Kabupaten Muara Enim Daerah uji petik di kabupaten ini mengunjungi lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam dan PT. Manambang Muara Enim. Pada lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam lempung berupa lapisan over burden dan interburden yang sudah digali dan ditimbun pada lokasi waste dump. Di lokasi waste dump ini, lempung, berwarna abu-abu (kelabu) sampai hitam, keras dan pejal sampai rapuh, sebagian pasiran, dari hasil analisis XRD terdiri dari quartz, kaolinite dan illite. Lempung yang berupa over burden di daerah IUP Air Laya, mempunyai tebal ± 10 m – 25 m, sedangkan yang berupa inter burden mempunyai ketebalan ± 6 m – 9 m, keduanya mengandung PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 II.18 BUKU 2 : BIDANG MINERAL quartz, kaolinite dan illite. Pada lokasi PT. Manambang Muara Enim, dijumpai lempung berwarna abu-abu kelabu sampai hitam, keras dan pejal sampai rapuh, dijumpai juga lempung bentonitan mempunyai tebal tersingkap ± 3 m. Over burden yang tersingkap di daerah ini berupa batuan tufa dan lempung. Batuan tufa yang tersingkap mempunyai ketebalan ± 10 m, ketebalan lempung 6 m. Tufa berwarna putih, kelabu sampai kekuningan, pasiran, lunak, dijumpai mineral pirit. Lempung interburden mempunyai ketebalan 10 m – 25 m, mengandung cristobalite, albite, montmorilonite, quartz, kaolinite dan illite. Selain lempung di daerah uji petik juga dijumpai endapan bahan galian felspar, dijumpai pada Formasi Kasai berupa tufa berwarna putih, putih kelabu sampai krem, berbutir halus sampai pasiran, rapuh, lunak sampai setengah keras, mengandung komponen kuarsa dan felspar. Dari hasil analisis keramik endapan felspar cukup baik sebagai imbuhan bahan keramik. Luas sebaran Formasi Muaraenim di Kabupaten Muaraenim 126.800 ha tebal over burden maupun interburden berupa lempung rata-rata 15 m, maka sumberdaya hipotetik lempung 19.020.000.000 m3. IUP Air Laya sendiri mempunyai luas 7.700 ha, dari luas tersebut ± 15%nya digunakan sebagai tempat/lokasi waste dump. Berdasarkan data PT BA, galian lempung baik dari over burden maupun interburden pada bulan Juni 2011 baru mencapai/ terealisasi sebesar 80% (1.752.000 bcm) dari rencana 2.190.000 bcm (bank cubic meter). II.18 Daerah penambangan PT. Manambang Muara Enim mempunyai luas 1.594 ha. Dari awal beroperasi sampai dengan tahun 2011, sudah menghasilkan buangan yang berupa lempung sebanyak 2.000.000 bcm (waste dump). Felspar di daerah ini dijumpai pada Formasi Kasai, berupa tufa berwarna putih, putih kelabu sampai krem, berbutir halus sampai pasiran, rapuh, lunak sampai setengah keras, mengandung komponen kuarsa dan felspar. Luas sebaran Formasi Kasai di kabupaten ini 438.500 ha, dengan tebal rata-rata 5 m, maka sumberdaya hipotetik felspar 219.250.000.000 m3. Endapan bahan galian keramik di daerah Kabupaten Lampung Tengah Bahan galian keramik di daerah uji petik dijumpai berupa lempung dan felspar. Lempung dijumpai merupakan hasil pelapukan pada Formasi Kasai di daerah Payung Batu, Kecamatan Pubian, berwarna coklat kekuningan sampai putih kekuningan, lembek dan liat jika kena air, mempunyai ketebalan rata-rata 4 m, sudah diusahakan oleh penduduk sekitar sebagai bahan baku pembuatan batubata dan genteng. Felspar di daerah ini dijumpai pada Granit Kapur (Kgr) berupa aplit dan lapukan granit, berwarna putih sampai putih kemerahan, berbutir kasar sampai pasiran, rapuh sampai keras, mengandung komponen kuarsa, mika dan felspar. Dari hasil analisis kimia contoh felspar di atas baik digunakan sebagai imbuhan dalam industri keramik K2O+Na2O rata-rata 8,90 %. Felspar di daerah ini dijumpai pada Granit Kapur, felspar di daerah : Desa Payung Makmur, Keca- PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL matan Pubian mempunyai sumberdaya hipotetik 16.800.000 ton, di Desa Nyukang Harjo, Kecamatan Selagai Lingga 9.600.000 ton, dan di Desa Nyukang Harjo, Kecamatan Selagai Lingga 4.200.000 ton. Total sumberdaya hipotetik felspar di daerah ini 30.600.000 ton. Hasil Analisis Prototip Benda Keramik Dari kegiatan uji petik di Kabupaten Muaraenim, tim mengambil contoh lempung Formasi Muaraenim di daerah penambangan batubara PT Bukit Asam dan PT. Manambang Muara Enim serta contoh felspar dari Formasi. Dari kegiatan uji petik di Kabupaten Lampung Tengah, tim mengambil contoh lempung dan felspar pada penambangan PT. Kreasi Graha Wisesa. Pada tahap ini uji coba keramik dilakukan pada contoh tunggal masing-masing lempung dari daerah PT Bukit Asam dengan kode contoh BA dan PT. Manambang Muara Enim dengan kode contoh MME. Dari hasil uji teknologi disimpulkan lempung tersebut di atas dapat digunakan sebagai bahan bodi gerabah padat (stone ware) karena memiliki kuat lentur > 255 kg/cm2, penyerapan air < 5% dan lolos ayakan 80 mesh sesuai SNI 15-13271989. Tahap Prototip Pada tahap ini dilakukan : • Pengaturan Komposisi • Pembuatan Prototip (Ubin dan bata expose) Metode uji yang dilakukan untuk menghasilkan benda prototip keramik, dalam hal ini ubin keramik (Ceramic tile), ada tiga tahapan, yakni Tahap Pendahuluan, Tahap Teknologi, dan Tahap Protoripe. Tahap Pendahuluan Bakaran PS 14 (Sifat-sifat keramik) Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui sifatsifat dasar bahan baku keramik, pada uji coba tahap ini diuji 13 contoh, yang hasilnya adalah sebagai berikut : Dari hasil uji bakar PS 14, terlihat bahwa contoh felspar dapat digunakan sebagai bahan pelebur. Tahap Teknologi • Pembakaran suhu 1.100o dan 1.200o C • Pengujian Prototip (Susut dan Peresapan air) Setelah dilakukan pengaturan komposisi, pembuatan prototip, pembakaran pada suhu 1.100o dan 1.200o C, , yang hasilnya sebagai berikut : • Bahan tunggal lempung PT Bukit Asam atau lempung PT. Manambang Muara Enim dapat digunakan sebagai bahan untuk Bata Expose dengan penambahan bahan penolong pasir (10 %) dan felspar Nyukang Harjo (Lampung Tengah) (5%), pada suhu pembakaran 1100 °C. • Komposisi optimal untuk bodi ubin adalah lempung PT Bukit Asam + Felspar Nyukang PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 II.18 BUKU 2 : BIDANG MINERAL Harjo atau Felspar Kasai dengan rasio 1 : 1 dan lempung PT. Manambang Muara Enim + Felspar Nyukang Harjo atau Felspar Kasai dengan rasio 1 : 1 pada suhu pembakaran 1.100 ° C. Untuk menghindari terjadinya “black core” dalam produk/prototip hasil pembakaran,maka produk /prototip berbahan baku lempung PT Bukit Asam maupun lempung PT. Manambang Muara Enim yang memiliki trayek sintering yang panjang, harus dibakar dalam suasana atmosfir oksidasi, menggunakan tungku gas. Disarankan untuk tidak menggunakan tungku listrik dalam pembakaran produk/prototip berbahan baku lempung PT Bukit Asam maupun lempung PT. Manambang Muara Enim karena bahan tersebut mengandung kadar besi dan karbon yang tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil kegiatan Kajian Potensi Bahan Keramik Sumatera Bagian Selatan, berdasarkan evaluasi dari data uji petik dan hasil analisis laboratorium, baik kimia, fisika dan hasil analisis uji prototip benda keramik, dapat disimpulkan sebagai berikut : Sumberdaya lempung hasil penggalian batubara (waste dump), baik dari over burden maupun interburden di daerah penambangan PT. Bukit Asam Air Laya 2.190.000 bcm (bank cubic meter). Daerah penambangan PT. Manambang Muara II.18 Enim sudah menghasilkan buangan yang berupa lempung sebanyak 2.000.000 bcm (waste dump). Luas sebaran Formasi Muaraenim di Kabupaten Muara Enim 126.800 ha, jika tebal over burden maupun interburden lapisan batubara, berupa lempung 10 m – 25 m (rata-rata 15 m), maka sumberdaya hipotetik lempung 19.020.000.000 m3. Dari hasil analisis XRD mengandung cristobalite, albite, montmorilonite, quartz, kaolinite dan illite Felspar di daerah ini dijumpai pada Formasi Kasai, berupa tufa berwarna putih, putih kelabu sampai krem, berbutir halus sampai pasiran, rapuh, lunak sampai setengah keras, mengandung komponen kuarsa dan felspar. Luas sebaran Formasi Kasai di kabupaten ini 438.500 ha, dengan tebal rata-rata 5 m, maka sumberdaya hipotetik felspar 219.250.000.000 m3. Dari hasil analisis keramik, endapan felspar yang cukup baik sebagai imbuhan bahan keramik. Felspar di daerah Lampung Tengah dijumpai berupa pelapukan Granit Kapur, dengan sumberdaya hipotetik 30.600.000 ton. Dari hasil analisis kimia contoh felspar di atas baik digunakan sebagai imbuhan dalam industri keramik K2O + Na2O rata-rata 8,90 %. Dari hasil uji teknologi disimpulkan lempung tersebut di atas dapat digunakan sebagai bahan bodi gerabah padat (stone ware) karena memiliki kuat lentur > 255 kg/cm2, penyerapan air < 5% dan lolos ayakan 80 mesh sesuai SNI 15-13271989. Setelah dilakukan pengaturan komposisi, pembuatan prototip, pembakaran pada suhu 1.100 oC dan 1.200 oC, didapat hasil yang baik sebagai pro- PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL totip ubin keramik adalah komposisisi lempung PT Bukit Asam dengan felspar Nyukangharjo, Lampung Tengah, komposisisi lempung PT Bukit Asam dengan felspar Kasai, komposisisi lempung PT. Manambang Muara Enim dengan felspar Nyukangharjo, komposisisi lempung PT. Manambang Muara Enim dengan felspar Kasai, pada suhu 1.100 °C dengan komposisi 1 : 1. Saran Melihat luas sebaran Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai yang luas, seperti : di Provinsi Jambi luas sebaran Formasi Muaraenim 109.700 ha = 1.097.000.000 m 2 jika tebal over burden maupun interburden lapisan batubara, berupa lempung rata-rata 15 m, maka sumberdaya hipotetik lempung 16.455.000.000 m3. Luas sebaran Formasi Kasai Provinsi Jambi 106.700 ha = 1.067.000.000 m2 jika tebal felspar rata-rata 15 m, maka sumberdaya hipotetik felspar 16.005.000.000 m3. Luas sebaran Formasi Muaraenim Provinsi Sumatera Selatan 367.100 ha = 3.671.000.000 m2 jika tebal over burden maupun interburden lapisan batubara, berupa lempung rata-rata 15 m, maka sumberdaya hipotetik lempung 55.065.000.000 m3. Luas sebaran Formasi Kasai Provinsi Sumatera Selatan 322.900 ha = 3.229.000.000 m2 jika tebal felspar rata-rata 15 m, maka sumberdaya hipotetik felspar 48.435.000.000 m3. Disarankan untuk dilakukan kegiatan kajian yang sama seperti yang dilakukan pada daerah Tanjung Enim, melihat prospek pemanfaatannya, yang cukup baik, untuk itu perlu kerjasama antara Badan Geologi dengan pihak Pemda, Balai Besar Keramik dan tentu saja pelaku usaha dalam industri keramik (Gambar 2). DAFTAR PUSTAKA Amin, N.A., dkk., 2004, Inventarisasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Muara Enim, Kerjasama Pemda Kabupaten Muara Enim dengan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, tidak dipublikasikan Amin, T.C., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Kota Agung, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Gafoer, S., dkk., 1992, Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Gafoer, S., dkk., 1995, Peta Geologi Lembar Palembang, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Gafoer, S., dkk., 1986, Peta Geologi Lembar Lahat, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Gafoer, S., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Baturaja, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Kastowo, dkk., 1996, Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Kusdarto, dkk., 2006, Inventarisasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Lampung Tengah Dan Lampung Timur, Lampung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung Mangga, A. S. dkk.,1993, Peta Geologi Lem- PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 II.18 BUKU 2: BIDANG MINERAL bar Jambi, Sumatera, skala 1 : 250.000, P3G, Bandung Rosidi, H.M.D., dkk., 1996, Peta Geologi Lembar Painan, Sumatera, skala 1 : 250.000, Gambar 1. Geologi Daerah Sumatera Bagian Selatan (disederhanakan) II.18 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 2 : BIDANG MINERAL Gambar 2. Peta lokasi daerah usulan kajian keramik. PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 II.18