Pengujian Bakteri Osmofilik - Pebrin Manurung

advertisement
Pebrin Manurung
24210090132
PEMBAHASAN
Selain sebagai pemanis, gula juga berperan sebagai pengawet karena
mengurangi nilai aktivitas air (Aw). Walaupun gula ini berperan sebagai pengawet,
tetapi bakteri masih mungkin untuk bisa bertahan hidup dalam kadar gula tinggi yaitu
bakteri osmofilik. Contoh bakteri osmofilik yaitu Leuconostoc. Jenis bakteri ini
bersifat osmotolerant yang berarti dapat tumbuh pada kadar gula rendah maupun
tinggi.
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah madu, SKM(susu
kental manis), sirup, dan sari buah. Semua sampel di atas mengandung kadar gula
yang tingi. Masing-masing sampel diencerkan hingga 10-3. Lalu dari pengenceran 102
dan 10-3 dituang ke dalam masing-masing ke dalam 2 cawan petri. Medium yang
digunakan adalah NA dan NA+30% sukrosa. Lalu diinkubasikan selama 2 hari pada
suhu 300C. Pengamatan yang dilakukan adalah hitung SPC, dan pewarnaan gram.
Sari buah (kelompok 8)
Pada cawan petri yang menggunakan medium NA, jumlah koloni bakteri pada
pengenceran 10-2 sebanyak 2 koloni dan 10-3 sebanyak 15 koloni. Karena jumlah
koloni bakterinya dibawah 30-300 maka jumlah yang digunakan adalah pada
pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 2 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (2,0 𝑥 102 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Pada cawan petri yang menggunakan media NA+30% sukrosa, jumlah koloni pada
pengenceran 10-2 sebanyak 12 koloni dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 6 koloni.
Jadi jumlah yang diambil adalah pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 21 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (2,1 𝑥 103 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh medium NA tersebut
merupakan bakteri gram negatif dengan bentuk baccil. Sedangkan bakteri pada
medium NA+30% sukrosa adalah gram negatif dengan bentuk kokus.
Sari buah (kelompok 9)
Pada cawan petri yang menggunakan medium NA, jumlah koloni bakteri pada
pengenceran 10-2 sebanyak 21 koloni dan 10-3 sebanyak 68 koloni. Berdasarkan teori
yang ada, yang diutamakan adalah jumlah koloni 30-300.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 68 𝑥
1
= < 6,8 𝑥 104 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−3
Pada cawan petri yang menggunakan media NA+30% sukrosa, jumlah koloni pada
pengenceran 10-2 sebanyak 11 koloni dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 1 koloni.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 11 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (1,1 𝑥 103 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh medium NA tersebut
merupakan bakteri gram positif dengan bentuk kokus. Sedangkan bakteri pada
medium NA+30% sukrosa adalah gram negatif dengan bentuk kokus.
Sirup (Kelompok 7)
Pada cawan petri yang menggunakan medium NA, jumlah koloni bakteri pada
pengenceran 10-2 sebanyak 2 koloni sedangkan pada pengenceran 10-3 tidak ada
koloni yang tumbuh. Jadi jumlah koloni dihitung dari pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 2 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (2,0𝑥 102 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Pada cawan petri yang menggunakan media NA+30% sukrosa, jumlah koloni pada
pengenceran 10-2 sebanyak 1 koloni dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 1 koloni.
Karena koloni yang tumbuh dibawah 30-300, maka pengenceran yang digunakan
adalah pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 1 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (1,0𝑥 102 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh medium NA tersebut
merupakan bakteri gram negatif dengan bentuk kokus. Sedangkan bakteri pada
medium NA+30% sukrosa adalah gram negatif dengan bentuk kokus juga.
Madu (kelompok 5)
Pada cawan petri yang menggunakan medium NA, jumlah koloni bakteri pada
pengenceran 10-2 sebanyak 5 koloni dan 10-3 sebanyak 12 koloni. Karena jumlah
koloni bakterinya dibawah 30-300 maka jumlah yang digunakan adalah pada
pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 5 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (5,0𝑥 102 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Pada cawan petri yang menggunakan media NA+30% sukrosa, pada pengenceran 102
koloni bakteri tidak tumbuh sedangkan pada pengenceran 10-3 sebanyak 10 koloni.
Karena jumlah koloni bakterinya dibawah 30-300 maka jumlah yang digunakan
adalah pada pengenceran terendah. Jadi disimpulkan jumlah bekteri yang tumbuh
sama dengan 0.
Setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh medium NA tersebut
merupakan bakteri gram negatif dengan bentuk kokus. Sedangkan bakteri pada
medium NA+30% sukrosa adalah gram negatif dengan bentuk kokus juga.
Susu Kental Manis (kelompok 6)
Pada cawan petri yang menggunakan medium NA, jumlah koloni bakteri pada
pengenceran 10-2 sebanyak 35 koloni dan 10-3 sebanyak 79 koloni. Karena jumlah
koloni bakterinya diantara 30-300 maka harus dicari perbandingan TPC pengenceran
tertinggi dengan TPC pengenceran terendah.
𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 =
7,9 𝑥 104
= 22,5(> 2)
3,5 𝑥 103
Karena perbandingannya lebih besar dari 2 maka jumlah bakteri diambil dari TPC
pengenceran terendah yaitu 3,5 x 103 unit koloni/ml
Pada cawan petri yang menggunakan media NA+30% sukrosa, pada pengenceran 102
sebanyak 2 koloni sedangkan pada pengenceran 10-3 koloni bakteri tidak tumbuh.
Karena jumlah koloni bakterinya dibawah 30-300 maka jumlah yang digunakan
adalah pada pengenceran terendah.
𝑗𝑙ℎ 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 = 2 𝑥
1
= < 30 𝑥 102 (2,0𝑥 102 )𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖/𝑚𝑙
10−2
Setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh medium NA tersebut
merupakan bakteri gram positif dengan bentuk baciil. Sedangkan bakteri pada
medium NA+30% tidak dilakukan pewarnaan gram karena pengambilan bakteri
dengan ose tidak sempurna.
Pengawetan dengan gula
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka
ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya
yang biasa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari
buah pekat, sirup buah-buhan, buah-buahan bergula,
umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar
manis, chutney, susu kental manis, madu. Walaupun gula sendiri mampu untuk
memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam
konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun
umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan
bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH
rendah), perlakukan dengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu
rendah, dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam
benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetan pangan yang penting.
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi
(paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan
berkurang. Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan
merupakan faktor satu-satunya
yang mengendalikan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang
berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yang
berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme.
Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak oleh khamir dan
kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas
(seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal lain.
Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan
disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama, dan digunakan dengan
sukrosa dalam beberapa produk seperti selai.
Selai, Jeli, Marmalade, Produk-Produk Selai Lainnya
Produk-produk ini terdiri dari buah-buahan, pulp buah-buahan, sari buah atau
potongan-potongan buah yang diolah menjadi suatu struktur seperti gel berisi buahbuahan, gula, asam dan pektin. Sifat-sifat yang penting dari produk ini termasuk
kestabilannya terhadap mikroorganisme dan struktur fisiknya.
Stabilitas mikroorganisme dari selai dan produk-produk serupa dikendalikan oleh
sejumlah faktor:
1. Kadar gula yang tinggi biasanya dalam kisaran padatan terlarut antara 65-73%
2. pH rendah, biasanya dalam kisaran antara 3,1-3,5 tergantung pada tipe pektin dan
konsentrasi
3. aw biasanya dalam kisaran antara 0,75-0,83
4. Suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105-106C), kecuali jika diuapkan
secara vakum dan dikemas pada suhu rendah.
5. Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan (misalnya jika diisikan ke dalam
wadah-wadah hermatik dalam keadaan panas)
Struktur khusus dari produk-produk jeli buah-buahan disebabkan karena
terbentuknya kompleks gel pektin-gula-asam. Pektin (asam poligalakturonat, dengan
derajat metoksilasi yang beragam sampai sekitar 12% sususan MeO) terdapat secara
alamiah dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil dari degradasi protopektin selama
pematangfan, dan mungkin ditambahkan dalam bentuk padat atau cair untuk
melengkapi buah-buahan yang kekurangan pektin seperti arbei.
Kondisi optimum untuk pembentukan gel adalah:
1. PEKTIN, 0,75-1,5% (tergantung pada tipenya)
2. Gula, 65-70%
3. Asam pH 3,2-3,4
Walaupun demikian, beberapa aspek lainnya seperti tipe pektin, tipe asam,
mutu buah-buahan, prosedur pemasakan dan pengisiandaopat juga memberi pengaruh
yang nyata pada mutu akhir dan stabilitas fisik dan stabilitas terhadap
mikroorganisme dari produk, kelainan utama dari produk-produk jeli adalah:
1. Kristalisasi yang disebabkan karena padatan terlarut yang berlebihan, (inversi)
sukrosa yang tidak cukup atau gula tidak cukup terlarut
2. Keras, gel, yang kenyal akibat kurangnya gula atau pektin yang berlebihan
3. Kurang masak, gel yang berbentuk seperti sirup karena kelebihan gula dalam
hubungannya dengan kadar pektin
4. Sineresis atau meleleh karena asam yang berlebihan
Pemasakan selai dilakukan baik pada tekanan atmosfer (pada suhu sampai 106C, atau
sama dengan kira-kira 68% padatan) atau dalam keadaan vakum, biasanya suhu tidak
melebihi 65C kecuali untuk pengisian.
Keuntungan dari pemasakan vakum termasuk:
1. Pemasakan suhu rendah menolong mempertahankan warna, cita-rasa dan
keutuhan buah dan menghindarkan degradasi pektin yang berlebihan.
2. Pemanasan setempat yang berlebihan dapat dihindarkan
3. Penetrasi gula ke dalam buah-buahan lebih efektif
4. Inversi sukrosa berkurang
Kerugiannya termasuk:
1. Modal instalasi yang tinggi
2. Pengusiran belerangdioksida dari pulp yang diawetkan dengan bahan kimia tidak
cukup memadai.
Sirup buah-buhan (cordial)
Produk-produk ini biasanya mengandung bahan-bahan pengawet kimia seperti
belerangdioksida, asam benzoat atau asam sorbat (ataugaram-garamnya) dan kadangkadang geliserol, disamping gula dan asam. Konsentarasi gula dalam kisaran antara
25-50% saja tidak cukup untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme apabila
produk disimpan pada suhu kamar.
Sari Buah Pekat
Penguapan dari suatu sari buah yang kuat (pH 2,5-4) sampai mencapai tingkat
padatan terlarut kira-kira 70 Brix (=%b/b) cenderung untuk membawa bahan yang
dikentalkan ini relatif aman dari kerusakan oleh mikroorganisme. Pada padatan
terlarut yang lebih rendah, tambahan metoda-metoda pengawetan seperti bahan-bahan
pengawet kimia lainnya (belerangdioksida dan lain-lain) atau penyimpanan dingin
(didinginkan, dibekukan) atau pasteurisasi dibutuhkan untuk stabilitas terhadap
mikroorganisme.
Buah-Buahan Bergula (Kristal, Kembang Gula)
Kestabilan terhadap mikroorganisme dari produk-produk ini adalah karena
padatan terlarut yang tinggi sebagai hasil pemberian sirup dan dehidrasi selanjutnya
dari jaringan-jaringan yang mengandung gula. Meskipun beberapa produk
mengandung belerang dioksida, adanya komponen ini dalam produk akhir dibutuhkan
terutama
untuk
mempertahankan
warna
(pencegahan
terhadap
nonenzimatik) dan bukan untuk stabilitasnya terhadap mikroorganism
pencoklatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000.Pengawetan Pangan dengan Garam, Asam, Gula dan Bahan Pengawet
Kimia. http://ceputelecenter.wordpress.com/2010/01/06/pengawetan-pangandengan-garam-asam-gula-dan-bahan-pengawet-kimia-bagian-2/. Available at :
17 May 2010, time : 17.52.
Buckle,
K.A.,
R.A.
Edwards,
G.H.
Fleet,
dan
M.
Wootton.2007.Ilmu
Pangan.Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono.Jakarta : UI-Press.
Fardiaz, Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan 1.Jakarta : PT Gramedi Pustaka Utama
Sumanti, Debby M.,Een Sukarminah.2008.Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjajaran. Jatinangor
.
KESIMPULAN
 Bakteri yang tumbuh pada media NA hanya jenis bakteri osmotolerant.
 Bakteri yang tumbuh pada medium NA+30% sukrosa adalah bakteri osmotolerant
dan bakteri osmofilik.
 Sampel yang paling banyak mengandung bakteri adalah Susu kental manis.
 Dari pewarnaan gram masing-masing sampel, bakteri
tumbuh adalah bakteri gram negatif.
yang paling dominan
Tanggal praktikum : 12 Mei 2010
Tanggal pengumpulan : 21 Mei 2010
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN
“Pengujian Bakteri Osmofilik”
KELOMPOK 8
Ardiansyah
240210090074
S. Salwa Rijadiputri
240210090122
Raditya Indirwan
240210090123
Bhakti Dharmawan
240210090124
Anissa Rizky Fauzia
240210090125
Pebrin Manurung
240210090132
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009
Download