Budaya Politik Pengertian Budaya Politik Tujuan Sosialisasi Politik Komponen Budaya Politik Jenis Budaya Politik Sosialalisasi Politik Agen Sosialisasi Politik Partisipasi Politik Budaya Politik menurut Almond dan Powell Budaya Politik menurut Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews Budaya Politik menurut G.A. Almond dan S. Verba Kesimpulan dari pengertian budaya politik Budaya politik adalah sikap orientasi warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu. ( G.A. Almond dan S. Verba, 1991:21 ) Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dari pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi ( Almond dan Powell, 1996:23 ) Budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya ( Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews, 1986:41 ) Budaya politik adalah orientasi tingkah laku individu / masyarakat terhadap sistem politik. • Orientasi Kognitif meliputi berbagai pengetahuan dan keyakinan tentang sistem politik. • Orientasi afektif menunjuk pada aspek perasaan dan sikap terhadap sistem politik. Contoh: tingkat pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik Contoh: saat seseorang ikut serta memberi suara dalam pemilu. • Orientasi evaluatif berkaitan dengan penilaian moral seseorang terhadap sistem politik. Contoh: saat seseorang menilai kinerja pemerintah dalam kebijakan politik yang diambil. ParokialSubjekSubjekParokial Partisipan Subjek l l Partisipan Parokial Budaya Politik •Sebagian Mochtar Masoed dan Colin McAndrews besar masyarakatnya telah Sebagian besar telah menolak ••• Terbatas Menunjuk pada pada suatu orang wilayah –orang dan yang terdapat Mochtar dan Colin McAndrews menyatakan menyatakan bahwa budaya politik • erlaku Ciri: Masoed ‡Bmemiliki di negara-negara orientasi input yang bersifat dalam melibatkan masyarakat diri dalam yang kegiatan tradisional politik dan tuntutan masyarakat feodal atau bahwa budaya politik subjek menunjuk pada “or parokial menunjuk pada “orang-orang 1. Cenderung menyerah kepada segala khusus dan serangkaian pribadi sebagai ang-orang yang secara pasif patuh pada pejabatsederhana. mempunyai informasi yang cukup banyak berkembang kesukuan yang samasekali atau kebijakan yang tidak diambil pemeran seorang aktivis pejabat pemerintahan dan menyadari UUoleh tetapi tidak •‡ Ciri: tentang kehidupan politik engembangkan kesetiaan terhadap mengabaikan adanya pemerintahan dan politikkecil melibatkan diri dalam politik maupun memberikan ‡D‡SM ikenalkan norma-norma ebagian lainnya terus berorientasi ke • 1. Ciri: Anggota masyarakatnya cenderung tidak suara dalam pemilihan” politik” 2. Pemahaman danlebih penerimaan sistem politik yang kompleks arah struktur pemerintahan yang otoriter 1. menaruh Kesadaran minat masyarakat terhadap sebagai objek-objek anggota yang bersifat partisipan •• Masyarakatyang bersangkutan sudah relatifhuruf, maju Masyarakatnya mungkin buta masyarakat bahwa masyarakat dan secara relatif mempunyai serangkaian dengan struktur pemerintah pusat politik aktif dalam yang luas kehidupan (pasif) politik dalam pemahaman sebagai warga negara dan tinggal diIndonesia daerah terpencil, bermataterstruktur secara hirarkis ‡Corientasi ontoh: pribadi yang pasif yang bersifat khusus memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi 2. 2. Partisipasi Individu aktifpolitiknya (terjun langsung) sangat dalam rendah pencaharian sebagai petani maupun buruh ‡C‡ ontoh: Jepang masih pasif karena dunia perpolitikan dominannya suatu faktor negara kognitif Ctani. ontoh: Cina LEMBAGA PENDIDIKAN AGEN LAIN TEMAN PERGAULAN PARTAI PEMERINTAH POLITIK FORMAL MEDIA MASA KELUARGA Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga lainya tergantung Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik pada eksistensinya. Bagigroup. keluargaPemerintah inti(nuclear family) agen sosialisasi meliputi Teman pergaulan (sering juga disebut teman secondary merupakan agen yang Partai politik adalah agen sosialisasi politik Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah Lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, punyasecara kepentingan langsung atas sosialisasi politik. bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, dan tinggal bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada secondary group. Partai politik biasanya menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari Pemerintah yang menjalankan sistem politik dan organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, membawakan kepentingan nilaimelibatkan spesifik dari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya stabilitasnya. Pemerintah biasanya family) , agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satudiri rumah teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok prestasi (achievement), universalisme, dan kakek, kekhasan sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai warga negara, seperti agama, kebudayaan, dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang beberapa meliputi nenek, dalam politik pendidikan, di mana mata tindakan-tindakan pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam yang bersifat rekreatif, namun dapat pula paman, dan bibinasionalisme, di yang samping anggota keluarga inti. Fungsi keluarga (specificity). Diditujukan lingkungan rumah seorang anak keadilan, dan sejenisnya. Melalui pelajaran untuk memperkenalkan siswa beberapa agen-agen ini sangat besar. antara lain: kasus, pengaruh-pengaruh mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu partai politik dan kegiatannya, individu dapat 1. Pengaturan seksual melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di bermain sekolah setelah keluarga. Puncak pengaruh teman kebangsaan, dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara itu, sosialisasi politik juga ditentukan oleh faktor interaksi 2.Selain Reproduksi mengetahui kegiatan politik di negara,sendiri sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan seseorang dalam keluarga, tempat tidakpada langsung, melakukan sosialisasi politik melalui 3.pengalaman-pengalaman Sosialisasi adalah masa remaja. Kelompok bermain lebih pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakandengan penuh rasadan tanggung jawab.Karena Sehingga sekolah dirasa pendidikan pergaulannya. hal ini yang sangat 4.tinggal, Pemeliharaan tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, banyak berperan dalam membentuk kepribadian membentuk karakter anak untuk dewasa nantinya. kebijakan yang ada. 5.berperan Penempatan anak di dalam masyarakat sebagai tempat yang cukup efektif dalam mendidik orientasi afektif individu bisa terpengaruh danseorang ini seorang individu. 6. Pemuas kebutuhan perseorangan anak untuk memupuk rasa tanggung jawab untuk kewajiban mempengaruhi budaya politiknya. 7. Kontrol sosial Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. dan haknya. Tujuan Sosialisai Politik menumbuh kembangkan serta menguatkan sikap politik dikalangan masyarakat (penduduk) secara umum (menyeluruh), atau bagian-bagian dari penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan peranan-peranan politik,administrative, judicial tertentu. Menurut Hyman dalam buku panduan Rusnaini (2008) sosialisasi politik merupakan suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar secara emosional (emotional learning) maupun indoktrinasi politik yang manifes dan dimediai oleh segala partisipasi dan pengalaman si individu yang menjalaninya. Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di dalam sebuah sistem politik. METODE SOSIALISASI POLITIK 1. Imitasi Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi. 2. instruksi Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi yang intruktif sifatnya. 3. Motivasi Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error). Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasiorientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik. Budaya Politik Indonesia • Menurut Herbert Feith, seorang Indonesianis dari Australia, mengemukakan bahwa Indonesia memiliki 2 budaya politik yang dominan yaitu : aristrokasi Jawa dan wiraswasta Islam. • Menurut Clifford Geertz. Ia membedakan masyarakat Jawa ke dalam 3 golongan yaitu : Golongan Santri atau pemeluk agama Islam yang taat, lalu Golongan Abangan atau golongan petani kecil, dan Golongan Priyayi atau golongan yangb masih berpandangan Hindu-Buddha, yang kebanyakan terdiri dari golongan terpelajar dan golongan atas penduduk kota. Bentuk budaya politik sebagaimana dilukiskan oleh tokoh-tokoh diatas bukan merupakan budaya politik Indonesia, melainkan hanya sebagai subbudaya politik. Alasannya karena itu adalah bagian dari budaya politik Indonesia. Nazarudin Sjamsudin menyatakan bahwa dalam sebuah budaya politik ciri utamanya adalah sesuatu nilai atau orientasi yang menonjol dan diakui oleh masyarakat atau bangsa secara keseluruhan. • Menurut Afan Gaffar, Menurutnya yang dapat dilakukan adalah menggambarkan pola budaya politik dominan, yang berasal dari kelompok entis dominan, yaitu kelompok etnis Jawa. Budaya politik etnis ini menurutnya, sangat mewaarnai sikap, perilaku, dan orientasi politik kalangan elit politik Indonesia. • Menurut Fachry Ali. Konsepsinya ada 2 yaitu : Pertama, kekuasaan bersifat memusat tidak memancar, tidak berkurang ataupun bertambah; Kedua, kekuasaan berasal dari alam adikorati, bukan dari rakyat sebagaimana teori kedaulatan rakyat. Afan Gaffar menyatakan bahwa budaya politik Indonesia mempunyai 3 ciri dominan, yaitu : Hirarki yang Tegar/Kuat Masyarakat Jawa dan masyarakat lain di Indonesia pada dasarnya bersifat hirarkis. Pengaruh strasifikasi sosial semacam itu tercermin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya. Mereka cenderung melihat dirinya sebagai pamong/guru/pendidik bagi rakyat. Kecenderungan Patronage Oleh James Scott, hubungan macam itu disebut sebagai pola hubungan Patron-client. Pola hubungan ini bersifat individualis, • Menurut Yahya Muhaimin, dalam sistem bapakisme ( hubungan bapak-anak), “bapak” (patron dipandang sebagai tumpuan dan sumber pemenuhan kebutuhan material dan bahkan spiritual serta pelepasan kebutuhan emosional “anak” (client). Kecenderungan Neo-patrimonialistik Artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Ciri-ciri organisasi atau birokrasi modern yang dimaksud diantaranya : 1. Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi. 2. Adanya posisi-posisi atau jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas. 3. Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standarstandar formal yang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya. 4. Adanya personil yang secara teknis memenuhi syarat, yang diperkejakan atas dasar karir, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan • Menurut Max Weber, dalam negara yang patriomonilaistik penyelenggaraan pemerintahan berada di bawah kontrol langsung pimpinan negara. Selain itu, negara patriomonialistik memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut : 1. Kecenderungan untuk mempertukarkan sumber daya yang dimiliki seorang penguasa kepada teman-temannya. 2. Kebijakan seringkali lebih bersifat partikularistik daripada bersifat universalistik. 3. Rule of Law lebih bersifat sekunder bila dibandingkan kekuasaan penguasa (rule of man). 4. Penguasa politik seringkali mengaburkan antara kepentingan umum dan kepentingan publik. Dalam kehidupan politik di Indonesia, budaya politik neo-patrimonialistik telah menyebabkan kekuasaan tidak terkontrol. Akibatnya, negara menjadi sangat kuat dan peluang munculnya civil society terhambat. Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik a. Pengertian Umum • Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat, dimana individu memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. • Terlaksananya sosialisasi politik sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dimana seseorang berada. Selain itu, interaksi pengalaman serta kepribadian seseorang pun turut mempengaruhi. B. Pengertian Menurut Para Ahli • Gabriel A. Almond Sosialisasi politik menunjuk pada proses dimana sikapsikap dan pola-pola politik diperoleh dan merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan dan keyakinan politik pada generasi berikutnya. • Richard E. Dawson Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai pewarisan pengetahuan, nilai-nilai, dan pandangan-pandangan politik melalui sarana-sarana sosialisasi kepada warga negara baru atau yang baru menginjak dewasa. • Irvin L. Child Sosialisasi politik adalah segala proses dimana individu yang dilahirkan dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi dalam jajaran kebiasaan dan dapat diterima olehnya sesuai standar kelompoknya. • Alfian Pendidikan politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyrakat sehingga mereka menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem yang ideal yang hendak dibangun. • Dari beberapa pendapat ahli tersebut, banyak terdapat kesamaan dalam mengemukakan beberapa segi penting sosialisasi politik : 1. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses belajar dari pengalaman maupun pola aksi 2. Memberi indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu maupun kelimpok dalam batas yang luas. Lebih khusus mengenai informasi, motif, dan sikap 3. Sosialisasi bukan terbatas pada usia remaja dan anak-anak saja melainkan sepanjang hidup 4. Sosialisasi merupakan pra-kondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial C. Proses Sosialisasi Politik Dalam proses sosialisasi politik, metode yang kerap digunakan yaitu: a. Terjadi melalui suatu proses dialog sehinggga masyarakat mengenal nilai, norma, dan simbol politik. • Easton dan Dennis mengemukakan 4 tahap proses sosialisasi politik anak : 1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua dan anak, presiden dan polisi 2. Perkembangan pembedaan antara otoritas eksternal dan internal,yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah 3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen), mahkamah agung, dan pemilu 4. Perkembangan pembedaan antara institusiinstitusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusiinstitusi ini Sarana-sarana yang dapat digunakan sebagai perantara dalam sosialisasi politik: 1. Keluarga Adalah wadah penanaman nilai-nilai politik yang paling efektif dan efisien. Tanpa sadar terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap anak. 2. Sekolah Melalui pelajaran kewarganegaraan, siswa dan guru saling berdiskusi nilai-nilai politik teoritis maupun praktis. 3. Partai Politik setelah melakukan perekrutan terhadap kader maupun simpatisan, baik secara periodik maupun saat kampanye mampu menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. D. SosialisasiPolitik Dalam Mastarakat Berkembang • Robert Le Vine : Sosialisasi politik di negaranegara berkembang cenderung memiliki relasi lebih dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada dengan sistem-sistem politik nasional. Namun masalah terberat yang dihadapi negara-negara berkembang adalah adanya berbagai macam kelompok dan tradisi di negara itu. 3 faktor penting dalam sosialisasi politik pada masyarakat berkembang (Robert Le Vine) : 1. Pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang dapat melampaui kapasitas mereka untuk memodernisasi keluarga tradisional 2. Sering terdapat perbedaan yang besar antara pendidikan dan nilai-nilai tradisional antara jenisenisenis kelamin 3. Urbanisasi yang berpengaruh besar terhadap tumbangnya nilai-nilai tradisional, juga perubahan nilai-nilai di perkotaan dengan banyaknya pembentukan komunitas kesukuan dan etnis METODE SOSIALISASI POLITIK 1. Imitasi Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi. 2. instruksi Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi yang intruktif sifatnya. 3. Motivasi Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error). Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik. Prtisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pemimpin atau upaya mempengaruhi kebijakan politik. N o Bentuk Prtisipasi Keterangan 1 Aphatetic inactivites Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah memilih 2 Passive supporters Memilih secara reguler, menghadiri parade politik 3 Contact specialist Pejabat penghubung lokal dalam masalah masalah tertentu 4 Communicators Mengikuti informasi politik dan terlibat dalam diskusi surat kabar, mengirim pesan serta dukungan 5 Party and campaignn wokers Bekerja untuk partai politik 6 Community activists Bekerja dengan oranglain untuk membentuk suatu kelompok 7 Protesters Bergabung dalam demonstrasi publik Budaya Politik di Indonesia Budaya politik di Indonesia adalah parokial kaula di satu pihak dan di pihak lahin bersifar partisipan. Hal ini terjadi karena ikatan primodalisme dan paternalisme masih sangat kuat di kalangan masyarakat Indonesia, dan karena penjajahan yang dilakukan sangat lama sehingga menyebabkan hal tersebut terjadi. Fungsi Partai Politik • Menampung aspirasi masyarakat • Mencari dan mempertahankan kekuasaan yang berguna untuk mewujudkan program parpol tersebut • Mensosialisasikan pendidikan politik di Indonesia