pengaruh regulatory focus, temporal distance dan strategic

advertisement
PENGARUH REGULATORY FOCUS, TEMPORAL
DISTANCE DAN STRATEGIC ORIENTATION TERHADAP
KEPUTUSAN PERUSAHAAN PADA STRATEGI INOVASI DAN
IMITASI SERTA KONSEKUENSINYA PADA KINERJA
PERUSAHAAN
Dini Ayuandari
ABSTRACT
This research aims to test effect of strategic orientation if they are associated
with temporal distance and regulatory focus in the choices of imitation, innovation
and ambidextrous strategy, and then we test consequences of this strategy to firm
performance in the future. To test this study, research use two experimental studies to
distinguish the independent variable in each study. First study use experiment of
different strategic orientation and temporal distance. And the second study use
different strategic orientation and regulatory focus as independent variables. These
experiments use between subject method on a set of 240 masters degree student of
Magister Management Airlangga University and Gajah Mada University as
participant. The result shows that main effect of strategic orientation and temporal
distance can make different strategic choice of innovation and imitation strategy. But,
the interaction of temporal distance and market orientation cannot make significant
difference choice of innovation, imitation and ambidextrous strategy. In these study
regulatory focus failed to distinguish the choice of innovation and imitation strategy,
this make interaction of regulatory focus and strategic orientation failed to distinguish
the choice of imitation, innovation and ambidextrous strategy. This may caused by
dynamic external industry of smart phone. Future firm performance of each study has
different result. First study shows that innovation strategy will have better firm
performance, but second study shows that ambidextrous strategy will have better firm
performance in the future.
Keywords: temporal distance, strategic orientation, regulatory focus, imitation,
innovation, ambidextrous, and firm performance.
PENDAHULUAN
Apple dan Samsung adalah dua perusahaan teknologi yang saat ini menduduki
peringkat dua besar peringkat global smartphone market share (Vergara, 2012).
Berdasarkan Internal Data Corporation (www.idc.com) tahun 2014, pada kuartal
keempat tahun 2014 secara global Samsung memiliki pangsa pasar terbesar yaiu
dengan angka 19,9%, kemudian terbesar kedua Apple yang hanya selisih 0,2%
dengan angka 19,7%. Perbedaan yang sangat tipis ini membuat keduanya bersaing
dengan ketat, namun strategi yang diusung keduanya dalam memenangkan konsumen
berbeda. Apple adalah smartphone yang mempopulerkan teknologi layar sentuh yaitu
produknya iPhone, kemudian diikuti oleh Samsung yang meluncurkan Samsung
Galaxy. Apple adalah contoh perusahaan yang menggunakan strategi inovasi, produk
innovatifnya antara lain iPod, iPhone dan iPad. Sedangkan meskipun pada awalnya
Samsung melakukan strategi imitasi dari iPhone, kemudian Samsung memodifikasi
kembali dengan menambahkan fitur stylus dalam Samsung Galaxy S-nya. Strategi
yang digunakan samsung cukup berhasil, terbukti saat ini market share Samsung
mengungguli Apple. Strategi yang diterapkan oleh Samsung merupakan strategi
simultan antara strategi inovasi dan imitasi, bisa dikatan strategi ambidextrous atau
hybrid.
Strategi Imitasi sendiri memiliki definisi yaitu fokus strategi perusahaan
dalam meniru penawaran pesaing, meskipun perusahaan mengembangkan sesuatu
yang baru bagi perusahaan tapi sudah tidak baru lagi bagi pasar (Levitt 1966;
Shenkar, 2010). Imitasi adalah mengadopsi inovasi yang dihasilkan oleh perusahaan
lain, mengingat hanya ada satu pioneer pada pasar suatu produk (Golder dan Tellis,
1993; Kerin dkk., 1992; Schnaars, 1994). Sebaliknya, inovasi adalah beberapa
tahapan dimana perusahaan mentransformasi ide kedalam produk, layanan dan proses
yang baru/ yang lebih baik, agar sukses untuk maju, berkompetisi dan membedakan
dirinya di pasar (Beregheh, Rowley dan Sambrook, 2009). Menurut Kotler dan Keller
(2012) inovasi adalah barang, jasa atau ide yang seseorang persepsikan sebagai
sesuatu yang baru, tidak penting berapa lama sejarahnya. Jimenez-Jimenez dan Valle
(2011) menyimpulkan bahwa Inovasi adalah adopsi ide dan perilaku baru.
Penggunaan strategi iovasi dan imitasi secara simultan ini bisa dikatan sebagai
strategi hybrid atau strategi ambidextrous (He dan Wong, 2004). Strategi
ambidextrous mirip dengan creative imitation (Lee dan Zhou, 2012) yaitu
perusahaan memodifikasi aau menambahan fitur pada produknya sendiri berdasarkan
produk asli kompetitor dimana strategi ini terbukti secara signifikan memiliki kinerja
keuangan yang lebih kuat.
Inovasi dan imitasi memang telah banyak diteliti, namun kebanyakan
penelitian yang ada meneliti tentang imitasi dan inovasi level produk atau proses,
selain meneiti pada level produk san proses penelitian ini juga akan meneliti pada
level strategi karena belum banyak penelitian yang membahas imitasi dan inovasi
pada level strategi. Bicara mengenai sebuah strategi tentu dipengaruhi baik faktor
ekternal maupun internal, hal ini sering disebut dengan motivational antecedent.
Dalam membangun motivational antecedent dari imitasi dan inovasi ini berdasarkan
pada konsep motivational orientation yang sering disebut sebagai regulatory focus
(Higgins, 1998). Keputusan untuk melakukan imitasi dan inovasi diperngaruhi oleh
internal perusahaan, sebut saja budaya perusahaan dan orientasinya. Regulatory focus
(Tumasjan dan Braun, 2012) dinyatakan sebagai strategi yang digunakan oleh
seseorang (perusahaan) untuk meregulasi/ mengatur perilaku mereka dalam
pencapaian tujuan. Berdasarkan teori regulatory focus (Higgins, 1997), menyatakan
bahwa semua perilaku yang mengarah pada tujuan (goal-directed behavior) diatur
oleh dua sistem motivasi yang berbeda. Kedua sistem tersebut adalah, promotion dan
prevention.
Selain menggunakan motivational orientation (regulatory focus), dalam
penelitian ini juga akan menggunakan strategic orientation (orientasi strategis)
perusahaan sebagai salah satu antecedent dari keputusan inovasi dan imitasi. Dari sisi
strategi pemasaran, strategic orientation adalah prinsip yang mempengaruhi kegiatan
pemasaran perusahaan dan aktifitas pembuatan strategi perusahaan (Noble dkk.,
2002). Strategic orientation ini mengadopsi konsep marke orientatio yang dibangun
oleh Narver dan Slater (1990) yang menyatakan bahwamarket orientaion melupiti
orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan interfungsi. Perusahaan yang beorientasi
pada pelanggan memahami betul target pembelinya dan dapat menciptakan nilai yang
superior terus-menerus. Terciptanya nilai superior yang terus berkesinambungan
diiringi dengan inovasi. Sebaliknya jika perusahaan berorientasi pada pesaing artinya
perusahaan memahami kekuatan jangka pendek dan kelemahan serta kapabilitas dan
strategi jangka panjang dari pesaing saat ini dan pesaing potensial.
Karakteristik lain yang dapat memanipulasi keputusan stategis inovasi dan
imitasi adalah temporal distance. Temporal distance disini, menurut Liberman dan
Trope (1998) dalam construal level theory-nya menerangkan bagaimana seseorang
mengambil keputusan berkaitan dengan jarak waktu dekat atau jauhnya sebuah
outcomes. Dalam teori ini temporal distance didefinisikan sebagai persepsi jarak dari
sebuah kejadian dalam waktu tertentu, dapat merubah persepsi seseorang akan sebuah
kejadian dengan mengubah cara orang menafsirkan secara mental hal tersebut.
Karena temporal distance dapat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang
atau perusahaan maka peneliti berasumsi bahwa temporal distance akan
mempengaruhi organisasi atau perusahaan keputusan strategi imitasi dan inovasi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hult, Hurley dan Knight (2004)
telah menguji hubungan positif antara innovativeness dan kinerja bisnis. Dari sisi
imitasi Lee dan Zhou (2012) telah menguji pure imitation dan creative imitation
terhadap kinerja perusahaan, dan hasilnya creative imitation memiliki dampak yang
lebih kuat pada kinerja perusahaan dibandingkan pure imitation.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian oleh Wei, Zhao dan Zhang (2014) dengan judul “Organizational
ambidexterity, market orientation and firm performance” meneliti apakah dampak
ambidexterity pada kinerja perusahaan berbeda pada perusahaan dengan market
orientation proaktif atau responsif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis market
orientation dari perluasan yang dilakukan oleh Narver, Slater dan MacLachlan (2004)
proaktif dan responsif. Penelitian yang dilakukan oleh Hult, Hurley dan Knight
(2004) dengan judul “Innovativeness: Its antecedents and impact on business
performance” meneliti tentang (1) bagaimana beberapa perusahaan dalam sebuah
industri lebih inovatif dibandingkan lainnya? (2) bagaimana dampak innovativeness
terhadap kinerja bisnis? (3)Apakah hubungan antara innovativeness dan kinerja bisnis
terhantung dari konteks lingkungan? Dalam penelitian ini Hult, Hurley dan Knight
menggunakan variabel market orientation, learning orientation dan entrepreneurial
orientation sebagai variabel anteseden dari innovativeness. Kemudian menguji
hubungan langsung antara innovativeness terhadap kinerja bisnis. Dalam penelitian
ini juga menambahkan dampak moderasi dari lingkungan eksternal bisnis, dengan
membedakan lingkungan eksternal yaitu high market turbulance dan low market
turbulance. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa innovativeness memiliki
hubungan positif terhadap kinerja bisnis, dan variabel antesedennya seperti market
orientation, learning orientation dan entrepreneurial orientation memiliki hubungan
positif terhadap innovativeness.
Strategi Imitasi dan Inovasi
Dalam perusahaan, kita mengenal dua aktifitas yaitu eksplorasi dan
eksploitasi. Aktifitas eksplorasi terdiri atas aktifitas-aktifitas yang melakukan
pencarian (ide, bisnis baru), variasi, pengambilan resiko, eksperimentasi, fleksibilitas,
maupun inovasi. Adapun aktifitas eksploitasi merupakan aktifitas-aktifitas
perusahaan yang ditujukan untuk memperbaiki metode yang telah ada, seleksi,
efisiensi, maupun implementasi (Levinthal dan March, 1993). Dalam penelitian ini,
eksplorasi mirip dengan implementasi dari strategi inovasi, sedangkan eksploitasi
lebih dekat dengan strategi imitasi. Eksplorasi seperti yang telah dijelaskan yaitu
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Inovasi sendiri memiliki pengertian inovasi adalah barang, jasa atau ide yang
seseorang persepsikan sebagai sesuatu yang baru, tidak penting berapa lama
sejarahnya (Kotler dan Keller, 2012). Jimnez-Jimenez dan Valle (2011)
menyimpulkan bahwa Inovasi adalah adopsi ide dan perilaku baru.Inovasi adalah
beberapa tahapan dimana perusahaan mentransformasi ide kedalam produk, layanan
dan proses yang baru atau yang lebih baik, agar sukses untuk maju, berkompetisi dan
membedakan dirinya di pasar (Beregheh, Rowley dan Sambrook, 2009). Persamaan
antara inovasi dan eksplorasi adalah sama-sama mencari sesuau yang baru baik
pengetahuan maupun ide, perilaku dan produk. Sebaliknya eksploitasi seperti yang
telah dijelaskan adalah aktifitas perusahaan yang berorientasi pada penggunaan dan
pengembangan pengetahuan yang sudah ada. Pengertian dari imitasi sendiri adalah
fokus perusahaan dalam meniru penawaran pesaing, meskipun perusahaan
mengembangkan sesuatu yang baru bagi perusahaan tapi sudah tidak baru lagi bagi
pasar (Levitt 1966; Shenkar, 2010). Imitasi adalah mengadopsi inovasi yang
dihasilkan oleh perusahaan lain, mengingat hanya ada satu pioneer pada pasar suatu
produk (Golder dan Tellis, 1993; Kerin dkk., 1992; Schnaars, 1994). Selain kedua
aktifitas di atas (eksplorasi dan eksploitasi), peneliti di bidang organisasi juga
menemukan bahwa banyak perusahaan yang menggunakan kedua orientasi tersebut
secara berimbang – ambidextrous (mis: He dan Wong, 2004; O’Reilly dan Tushman,
2004). Menurut He dan Wong (2004), perusahaan yang ambidextrous mampu
mengeksplorasi dan mengeksploitasi secara simultan.
Regulatory focus
Regulatory focus digambarkan sebagai strategi yang digunakan oleh individu
untuk mengatur atau meregulasi perilakunya dalam mencapai tujuan (Tumasjan dan
Braun, 2012). Pertama kali dikembangkan oleh Higgins (1997,1998) regulatory focus
digambarkan sebagai perbedaan yang besar dalam proses melalui apakah seseorang
memiliki mendekati kesenangan atau menghindari rasa sakit atau
kerugian.Regulatory focus theory (Higgins, 1997, 1998) membandingkan antara dua
prinsip-prinsip motivational yaitu promotion al focus dan prevention focus. Secara
spesifik Higgins (1997) menyatakan bahwa seorang memiliki dua sistem selfregulation dasar. Pertama meregulasi pencapaian dari penghargaan dan
memfokuskan pada tujuan promotion . Kedua meregulasi penjegahan hukuman atau
konsekuensi negatif dan memfokuskan seseorang pada tujuan prevention. Promotion
goals menggambarkan “ideal self” dan termasuk harapan, keinginan dan aspirasi,
sedangkan prevention goals menggambarkan “ougth self” dan termasuk tanggung
jawab, kewajiban dan kewajiban. Masing-masing regulatori fokus memiliki
konsekuensi yang berbeda untuk persepsi, decision making, emotion seperti perilaku
dan kinerja individu (Higgins, 1997).
Orientasi strategis
Dari sisi strategi pemasaran, strategic orientation adalah prinsip yang
mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan dan aktifitas pembuatan strategi
perusahaan (Noble dkk., 2002). Dalam penelitian Narver dan Slater (1990), kita
mengenal orientasi pelanggan (customer oriented) dan orientasi pesaing (competitor
oriented) sebagai bagian dari elemen market orientation. Gatignon dan Xuereb
(1997) menyebutkan bahwa orientasi strategis terdiri dari orientasi pelanggan,
orientasi pesaing dan orientasi produk. Dalam penelitian ini akan hanya
menggunakan orientasi pelanggan dan pesaing untuk membedakan orientasi strategis
perusahaan yang akan memberikan pengaruh pada pemilihan strategi imitasi dan
inovasi perusahaan.
Orientasi pelanggan telah banyak dibahas dan dipercaya dapat memberikan
kinerja superior dan keuntungan peusahaan. Orientasi pelanggan adalah pemahaman
secara berkelanjutan akan kebutuhan saat ini dan kebutuhan potensial pelanggan yang
ditarget dan konsumen dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk menciptakan
nilai superior bagi mereka (Narver dan Slater, 1990). Dapat dikatakan bahwa
orientasi pelanggan menggambarkan sikap proaktif perusahaan. Lebih jauh Narver
dan Slater dan MacLachlan (2004) menyatakan bahwa market orientation terdiri dari
dua esensi perilaku. Yang pertama adalah “responsive” market orientation dimana
bisnis berusaha mencaritahu, memahami dan memuaskan kebutuhan pelanggan yang
telah diekspresikan. Yang kedua adalah “proactive” market orientation dimana
perusahaan mencari tahu, memahami dan memuaskan kebutuhan pelanggan yang
belum disadari (latent). Orientasi pelanggan membutuhkan pemahaman seluruh rantai
nilai pembeli tidak hanya hari ini begitu juga kedepannya karena hal ini berevolusi
dari waktu ke waktu tergantung keadaan internal dan dinamika pasar. Kohli dan
Jaworski (1990) menyatakan bahwa orientasi pelanggan termasuk juga mendapatkan
informasi tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan. Menurut Gatignon dan
Xuereb (1997), orientasi pelanggan adalah komitmen perusahaan untuk
mengintegrasikan preferensi pelanggan kedalam pengembangan produk dan proses
pemasaran.
Sedangkan orientasi pesaing adalah komitmen perusahaan untuk
mengiterasikan intelegensi pesaing pada pengembangan produk dan proses
pemasaran (Gatignon dan Xuereb, 1997). Orientasi pesaing berarti perusahaan
memahami kekuatan dan kelemahan jangka pendek serta kapabilitas dan strategi
jangka panjang baik pesaing yang sudah ada dan pesaing potensial (Narver dan
Slater, 1990). Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing juga merupakan elemen dari
orientasi strategis perusahaan. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing
menentukan kelemahan dan kekuatan merek tidak hanya berdasarkan produk dan
pemasaran tapi juga berdasarkan proses dan organisasinya. Orientasi pesaing berarti
kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi pesaing, memahami dan merespons
kekuatan, kelemahan, kapabilitas dan strategi pesaing, serta secara konstan mencari
informasi mengenai pesaing dari pasar (Han dkk., 1998; Im and Workman, 2004;
Narver and Slater, 1990).
Temporal distance
Construal level theory adalah teori pendahulu mengenai bagaimana seseorang
membuat keputusan berdasarkan waktu yang dekat atau waktu yang lama (Lieberman
dan Trope, 1998). Liberman dan Trope menggunakan “construal level theory” untuk
menjelaskan bagaimana perbedaan temporal distance mempengaruhi representasi,
evalusi dan preferensi seseorang (Trope dan Lieberman, 2000, 2003). Nadkarni dan
Chen (2011) menyatakan bahwa memahami persepsi waktu para eksekutif di
perusahaan semakin banyak dibahas dalam ranah strategis. Persepsi ini disajikan
sebagai temporal filters atau saringan waktu yang membentuk ekspektasi dan
evaluasi dari situasi keputusan dan membentuk dasar pertimbangan keputusan
eksekutif yang berhubungan dengan alokasi sumber daya dan prioritisasi serta
pengakuan mereka dari waktu dan urgensi dari aktifitas strategis (Das, 1987; Das &
Teng, 2001; Mosakowski & Earley, 2000; Shi, Sun, & Prescott, 2012).
Kinerja perusahaan
Menurut Lee dan Zhou (2012) Kinerja adalah prinsip utama dalam strategi
pemasaran, dan kinerja pemasaran dan kinerja keuangan merupakan dua dimensi
yang sangat berbeda (Morgan, Vorhies dan Mason, 2009). Kinerja pemasaran
menggambarkan efektifitas strategi perusahaan dan biasanya berhubungan dengan
market-related goals, seperti pangsa pasar. Kinerja keuangan menggambarkan
profitabilitas perusahaan berdasarkan strategi dan biasanya digambarkan oleh ROI
(return of investment), (ROE) return on equitydan lainnya (Lee dan Zhou, 2012).
Hubungan Temporal Distance dan Strategi inovasi dan imitasi
Pennington dan Roese (2003) membedakan temporal focus menjadi dua,
yaitu: temporally distance goal dan proximal goal. Penelitian yang dilakukan oleh
March (1991) mengebangkan argumen bahwa proses adaptif dengan menerapkan
eksploitasi lebih cepat dibandingkan eksplorasi, kemungkinan menjadi efektif dalam
jangka pendek namun akan membahayakan diri sendiri dalam jangka panjang. Maka
dapat diartikan bahwa strategi eksploitasi memang lebih menguntungkan dalam
jangka pendek, namun untuk jangka panjang strategi eksplorasi lebih
menguntungkan.
H1: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana mereka berorientasi
jangka panjang dan (b) imitasi bilamana mereka berorientasi jangka pendek.
Hubungan Regulatory Focus dan Strategi inovasi dan imitasi
Penelitian yang dilakukan oleh Das dan Kumar (2011) menggunakan
regulatory focus sebagai motivasi perusahaan dalam melakukan aliansi. Dikatakan
bahwa regulatory focus memiliki dua fokus, yaitu prevention dan promotion .
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kammerlander dkk. (2014) telah meneliti
hubungan antara regulatory focus CEO dengan level eksplorasi dan eksploitasi pada
perusahaan UKM di Swiss. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa level promotion
CEO berpengaruh positif terhadap eksploitasi dan eksplorasi. Sedangkan level
prevention CEO hanya memiliki pengaruh negatif pada level explorasi dan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap eksploitasi. Setiap regulatory focus memiliki
konsekuensi yang berbeda pada persepsi, pembuatan keputusan dan emosi, sama
seperti untuk perilaku individu dan kinerja (Higgins, 1997, 1998).
H2: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana mereka mempunyai
regulatory focus promosi, (b) imitasi bilamana mereka mempunyai regulatory focus
prevensi.
Hubungan Strategic orientation dan Strategi inovasi dan imitasi
Belum banyak penelitian yang meneliti hubungan antara orientasi strategis
pelanggan dan pesaing terhadap strategi inovasi dan imitasi. Namun, orientasi
pelanggan dan orientasi pesaing yang dalam penelitian ini disebut dengan strategic
orientation merupakan bagian dari market orientation. Telah banyak penelitian yang
meneliti hubungan antara market orientation dan strategi inovasi dan imitasi. Salah
satunya penelitian Hult dkk. (2004) yang menyatakan adanya hubungan positif antara
market orientation dengan firm innovativeness. Karena strategic orientation adalah
bagian dari market orientation maka dapa dihipotesi
H3: Perusahaan cenderung menggunakan (a) inovasi bilamana orientasi strategis
nya nya terhadap pelanggan, (b) imitasi bilamana orientasi strategis nya terhadap
pesaing.
Interaksi Strategic Orientation dengan Temporal Distance terhadap Strategi
inovasi dan imitasi
Berdasarkan March (1991) jika eksploitasi memang efektif dilakukan dalam
jangka pendek dan membahayakan dalam jangka panjang maka perusahaan akan
lebih maka perpektif waktu ini juga dapat mempengaruhi keputusan para eksekutif
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk strategi inovasi dan imitasi.Jika
sebelumnya dihipotesakan bahwa ketika tujuan perusahaan adalah untuk keberhasilan
jangka panjang maka cenderung akan menggunakan strategi inovasi, dan jika ingin
memenangkan persaingan dalam jangka waktu yang dekat akan cenderung
menggunakan strategi imitasi. Dan seperti yang telah dihipotesakan sebelumnya
ketika perusahaan berorientasi pada pelanggan maka perusahaan akan berusaha untuk
memenuhi unariculated needs pelanggan dan akan terus berinovasi, sedangkan jika
perusahaan fokus pada pesaing maka proses pencarian informasi akan beorientasi
pesaing dan cenderung akan mengimitasi pesaingnya. Maka, jika perusahaan fokus
pada jangka panjang dan berorientasi pada pesaing maka perusahaan cenderung
menggunakan strategi ambidextrous, begitu juga ketika perusahaan dengan fokus
jangka pendek dan dengan orientasi pelanggan perusahaan akan cenderung
menggunakan strategi ambidextrous. Fokus perusahaan pada pelanggan yang
cenderung mengarah pada inovasi akan dilemahkan oleh strategi perusahaan dalam
jangka pendek, begitu juga sebaliknya kecenderungan strategi imitasi oleh
perusahaan yang memiliki orientasi pada pesaing akan dilemahkan oleh strategi
jangka panjang perusahaan. Namun interaksi dari orientasi perusahaan terhadap
pelanggan akan diperkuat dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan jangka panjang sehingga perusahaan akan melakukan inovasi terus
menerus. Sebaliknya pemilihan strategi imitasi oleh perusahaan yang berorientasi
terhadap pesaing akan diperkuat dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek.
H4:
Perusahaan cenderung mengkombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous)
ketika (a) orientasi terhadap pelanggan dengan strategi jangka pendek atau (b)
berorientasi terhadap pesaing dengan strategi jangka panjang.
Interaksi Strategic Orientation dengan Regulatory Focus terhadap Strategi
inovasi dan imitasi
Jika sebelumnya berdasarkan Kammerlander dkk. (2014) telah dihipotesakan
bahwa ketika perusahaan memiliki preventionfocus maka akan cenderung memilih
strategi imitasi untuk menghindari resiko, sedangkan perusahaan dengan promotion
focus tidak begitu rentan terhadap resiko dan lebih mengutamakan kinerja yang akan
dihasilkan atau pencapaiannya, maka lebih cenderung melakukan strategi inovasi.
Jika perusahaan memiliki reguatory focus promotion dan berorientasi pada pesaing
maka perusahaan cenderung menggunakan strategi ambidextrous, begitu juga ketika
perusahaan dengan regulatory focus prevention dan dengan orientasi pelanggan
perusahaan akan cenderung menggunakan strategi ambidextrous. Perusahaan yang
memiliki regulatory focus promotion cenderung mengarah pada inovasi akan
dilemahkan oleh orientasi perusahaan pada pesaing, begitu juga sebaliknya
kecenderungan strategi imitasi oleh perusahaan yang memiliki orientasi pada
pelanggan akan dilemahkan regulatory focus preventon yang dimiliki perusahaan.
Namun interaksi dari orientasi perusahaan terhadap pelanggan akan diperkuat dengan
regulatory focus perusahaan promotion akan melakukan inovasi terus menerus.
Sebaliknya pemilihan strategi imitasi oleh perusahaan yang berorientasi terhadap
pesaing akan diperkuat dengan regulatory focus perusahaan prevention.
H5:
Perusahaan cenderung mengombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous)
ketika (a) orientasi terhadap pelanggan dengan regulatory focus prevention atau (b)
berorientasi terhadap pesaing dengan regulatory focus promotion .
Hubungan Strategi inovasi dan imitasi dan Firm Performance
Penelitian yang dilakukan oleh Ruberra dan Kirca (2012) telah membuktikan
tentang pengaruh firm innovativeness terhadap financial position, market position,
dan firm value. Dalam penelitian itu menunjukkan bahwa firm innovativeness
memiliki pengaruh positif yang lebih kuat terhadap firm value dibandingkan market
position dan financial position. Hult, Hurley dan Knight (2004) juga meneliti tentang
hubungan antara innovativeness dan kinerja bisnis, dibuktikan bahwa terdapat
hubungan positif antara innovativeness dan business performance. Dalam penelitian
ini menggunakan tiga jenis strategi inovasi dan imitasi: inovasi, imitasi dan
ambidextrous. Maka berdasarkan penelitian diatas ketika perusahaan mengiteraksikan
imitasi dan inovasi atau yang disebut dengan ambidextrousmaka kinerja perusahaan
akan lebih baik dibandingkan ketika perusahaan hanya menerapkan salah satu dari
strategi inovasi atau imitasi.
H6: Perusahaan cenderung memiliki kinerja yang lebih baik ketika ambidextrous
dibandingkan imitasi/ inovasi
Model Penelitian
Gambar 2.1. Model Penelitian Studi Pertama
Temporal distance


Long term
Short term
Strategic Orientation


Customer
Competitor
Strategi Inovasi
dan Imitasi



Imitation
Innovation
Ambidextrous
Firm Performance
Gambar 2.2. Model Penelitian Studi Kedua
Regulatory focus


Prevention
Promotion
Strategi Inovasi
dan Imitasi



Imitation
Innovation
Ambidextrous
Firm Performance
Strategic Orientation


Customer
Competitor
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen menurut Cooper dan Schindler (2013) adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta
kontrol.Penelitian ini terdiri dari dua studi yang keduanya menggunakan metode
eksperimen, dimana penelitian melakukan manipulasi pada suatu variabel dan melihat
dampak variabel tersebut pada variabel lainnya dalam penelitian. Kedua studi
memiliki variabel independen yang berbeda. Pada studi satu kita akan mengukur
interaksi dari regulatory focus dan orientasi strategis terhadap strategi inovasi dan
imitasi dan konsekuensinya pada kinerja keuangan dan kinerja pemasaran. Untuk
studi dua, peneliti akan mengukur dapak interaksi dari temporal distance dan market
orientationterhadapstrategi inovasi dan imitasi dan konsekuensinya pada kinerja
keuangan dan kinerja pemasaran. Masing-masing studi menggunakan desain faktorial
2x2.
Tabel Desain Faktorial Studi Pertama
Skenario No.
Regulatory focus
Strategic orientation
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Skenario 4
Prevention
Prevention
Promotion
Promotion
Pelanggan
Pesaing
Pelanggan
Pesaing
Tabel Desain Faktorial Studi Kedua
Skenario No.
Temporal
distance
Strategic orientation
Skenario 1
Skenario 2
Jangka panjang
Jangka panjang
Pelanggan
Pesaing
Skenario No.
Temporal
distance
Strategic orientation
Skenario 3
Skenario 4
Jangka pendek
Jangka pendek
Pelanggan
Pesaing
Manipulasi eksperimental (variabel bebas) yang dilaksanakan pada stimulus
dengan membuat empat skenario untuk masing-masing studi yang menceritakan
situasi fiktif tentang ciri-ciri perusahaan, dan menceritakan bahwa perusahaan akan
mengambil keputusan akan inovasi atau imitasi, skenario ini dilampirkan di bagian
awal kuesioner yang mengadopsi penelitian Laufer dan Gillespie (2004). Setiap
skenario ditampilkan seakan-akan sebagai kliping koran serta terdiri skenario yang
menceritakan tentang orientasi pasar perusahaan tersebut, regulatory focus-nya dan
temporal distance dari keputusan yang akan diambil perusahaan. Setelah itu
responden akan diberikan filter task sebelum menjawab pertanyaan untuk variabel
konsekuensi yaitu kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan
sample yang digunakan adalah purposive sampling (Cooper dan Schindler, 2011)
dimana peneliti menentukan kriteria tertentu untuk mengambil sample yang akan
dijadikan responden. Hal ini dilakukan agar responden yang dijadikan sample bisa
memberikan data yang representatif.
Peneliti menentukan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
yang sedang menempuh Magister Manajemen di Indonesia yang sedang menempuh
matakuliah dan memiliki pengalaman bekerja. Sedangkan, sampel penelitian ini yaitu
Mahasiswa Magister Manajemen pada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang
memiliki pengalaman bekerja, Misalnya UGM, UNAIR dan ITB. Background
pengalaman kerja tersebut yang dibutuhkan agar sample yang dipilih layak menjadi
responden penelitian ini, karena penelitian ini merupakan eksperimen keputusan
strategis. Masing-masing studi memiliki 4 skenario maka jumlah partisipan masingmasing studi 120 dan jumlah patisipan dua studi 240 partisipan.
Untuk menguji perbedaan variabel terikat pada penelitian ini menggunakan
Anova dan Manova. Multivariate analysis of variance (MANOVA) adalah ANOVA
dengan beberapa variabel terikat. MANOVA digunakan untuk mencari dampak
utama dan dampak interaksi dari kategori variabel dalam beberapa interval variabel
terikat. Untuk memperoleh hasil statistik dalam menjawab hipotesis, MANOVA
digunakan untuk menguji masing-masing pengaruh signifikan utama yang dihasilkan
dari dua variabel bebas yaitu temporal distance, regulatori focus dan strategic
orientation. Selain itu, MANOVA juga digunakan untuk mengetahui interaksi
pengaruh dari variabel terikat pada masing-masing variabel bebas (strategi inovasi
dan imitasi dan kinerja perusahaan).
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Studi 1
Berdasarkan tabel uji Manova dapat dilihat main effect, interaction effect
dalam penelitian yang dilakukan. Untuk main effect dapat diketahui bahwa pada
temporal distance dengan jangka panjang memiliki rata-rata strategi inovasi dan
imitasi yang lebih tinggi (𝑋=3,690) dibandingkan dengan rata-rata temporal distance
jangka pendek (𝑋=3,369) dengan perbedaanyang signifikan (F=4,388 , p<0,038).
Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan
sebaliknya, sehingga H1diterima. Orientasi perusahaan terhadap pelanggan
menghasilkan strategi inovasi dan imitasi yang lebih tinggi (𝑋=3,757) dibandingkan
dengan orientasi perusahaan terhadap pesaing (𝑋=3,302) dengan perbedaan yang
signifikan (F=8,784, p<0,004).Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka
semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H3 dapat diterima.Hasil
analisa menyatakan bahwa dampak interaksi antara temporal distance dan strategic
orientation terjadi secara tidak signifikan (F=0,295, p>0,588). Interaksi strategi
perusahaan yang berorientasi pada kesuksesan jangka panjang dan pada pelanggan
memiliki nilai rata-rata tertinggi (𝑋=3,876) dibandingkan dengan orientasi
perusahaan pada pesaing (𝑋=3,505).Ketika perusahaan berorietasi pada kesuksesan
jangka pendek, perusahaan dengan orientasi strategis pada pelanggan memiliki ratarata yang lebih tinggi (𝑋=3,638) dibandingkan dengan perusahaan yang berorientasi
pada pesaing(𝑋=3,100). Semakin tinggi rata-rata yang dihasilkan maka semakin
perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga H4tidak dapat diterima karena
tidak ada perbedaan yang signifikan antara interaksi orientasi strategis dan temporal
distance. Interaksi antara variabel temporal distance dengan orientasi strategis dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
Tabel 5.7 Uji Manova Strategi inovasi dan imitasi Studi 1
Strategi inovasi dan imitasi
Mean
F-value Sig
Variabel Penelitian
Main effect
Temporal distance
Long
Short
Strategic orientation
Customer
Competitor
Long x Customer
Long x Competitor
Short x Customer
Short x Competitor
3,690
3,369
4,388
0,038
3,757
3,302
Interaction effect
3,876
3,505
3,638
3,100
8,784
0,004
0,295
0,588
Gambar 5.1
Grafik Perbedaan Rata-rata pada Strategi inovasi dan imitasi
3, 876
3, 638
Strategi inovasi
dan imitasi
Strategic
orientation
3,505
Customer
Competitor
3, 100
Long
Temporal
Distance
Short
Setelah mengukur variabel strategi inovasi dan imitasi, partisipan diminta
untuk memilih strategi apa yang sebaiknya digunakan (imitasi, inovasi dan
ambidextrous) oleh perusahaan berdasarkan stimuli yang diberikan. Pada tabel 5.8
skenario 1 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada
pelanggan dan temporal distance jangka panjang sebanyak 56,7% partisipan
menyarankan perusahaan menggunakan strategi inovasi. Pada skenario 2 dimana
stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan
temporal distance jangka panjang, 60% partisipan memilih strategi ambidextrous.
Pada skenario 3 dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan
pada pelanggan dan temporal distance jangka pendek 56,7% partisipan memilih
strategi ambidextrous. Pada skenario 4 dimana stimuli yang diberikan adalah
orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan temporal distance jangka pendek,
pilihan partisipan terbanyak pada strategi ambidextrous sebesar 46,7%.
Tabel 5.8
Tabel Frekuensi Pemilihan Strategi Studi 1
Skenario
Stimulus
Items
Jawaban
Frekuensi
%
1
(Inovasi)
Pelanggan
x
jangka panjang
OL 8
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
2
11
17
6,7
36,7
56,7
2
(ambidextrous)
Pesaing
x
jangka panjang
OL 8
3
(ambidextrous)
Pelanggan
x
jangka pendek
OL 8
4
(imitasi)
Pesaing
x
jangka pendek
OL 8
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
2
18
10
17
13
9
14
7
6,7
60
33,3
56,7
43,3
30
46,7
23,3
Tabel 5.9 Uji Anova Kinerja Perusahaan Studi 1
Variabel
Innovation
Ambidextrous
Imitation
Total
Mean
4,017
3,867
3,217
3,700
F-value
15,462
Sig.
0,000
Hasil analisis Anova untuk kinerja perusahaan menggambarkan adanya
perbedaan rata-rata kinerja perusahaan yang signifikan (F=15,462p>0,000) pada
masing-masing strategi. Namun, inovasi memiliki rata-rata kinerja perusahaan yang
lebih tinggi (𝑋=4,017) dibandingkan dengan strategi ambidexrous (𝑋=3,867) dan
imitasi (𝑋=3,217), maka H6 tidak dapat diterima. Dibawah ini adalah grafik perbedan
rata-rata kinerja perusahaan pada masing-masing strategi
Gambar 5.2
Grafik Perbedaan Rata-rata Kinerja Perusahaan
4,017
3,867
Kinerja
Perusahaan
Kinerja
Perusahaan
3,217
Inovasi
Ambidextrous
Strategi
inovasi dan
imitasi
Imitasi
Studi 2
Hasil analisis menunjukkan bahwa main effect regulatory focus promosi
memiliki rata-rata strategi inovasi dan imitasi yang sedikit lebih tinggi(𝑋=3,969)
dibandingkan dengan prevensi (𝑋=3,817) namun tidak memiliki perbedaan yang
signifikan(F=1,459, p<0,230), sehingga H2tidak dapat diterima. Orientasi
perusahaan terhadap pelanggan menghasilkan strategi inovasi dan imitasi yang lebih
tinggi (𝑋=4,050) dibandingkan dengan orientasi perusahaan terhadap pesaing
(𝑋=3,736)denganperbedaa yang signifikan (F=6,207, p<0,014).Semakin tinggi ratarata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga
H3 dapat diterima.
Tabel 5.15 Uji Anova dan Manova Studi 2
Strategi inovasi dan imitasi
Mean
F-value Sig
Variabel Penelitian
Main effect
Regulatory focus
Promotion
Prevention
Strategic orientation
Customer
Competitor
Promotion x Customer
Promotion x Competitor
Prevention x Customer
Prevention x Competitor
3,969
3,817
1,459
0,230
4,050
3,736
Interaction effect
3,929
4,010
4,171
3,462
6,207
0,014
9,817
0,002
Hasil uji MANOVA menggambarkan bahwa hasil interaksi antara regolatory
focus dengan strategic orientation terjadi secara signifikan (F=9,817, p<0,002).
Interaksi antara regulatory focus perusahaan promotion dengan orientasi strategis
pada pesaing (𝑋=4,010) memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
pelanggan (𝑋=3,929). Ketika perusahaan memiliki regulatory focus prevention dan dengan
orientasi strategis pada pelanggan (𝑋=4,171) memiliki rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan jika orientasi strategis perusahaan pesaing (𝑋=3,462). Semakin tinggi ratarata yang dihasilkan maka semakin perusahaan berinovasi dan sebaliknya, sehingga
H5tidak dapat diterima meskipun perbedaannya signifikan. Interaksi antara variabel
regulatory focus dengan orientasi strategis dapat dilihat pada grafik gambar 5.3.
Gambar 5.3
Grafik Perbedaan Rata-rata pada Strategi inovasi dan imitasi
4,171
4,010
Strategic
orientation
Strategi inovasi
dan imitasi
3,929
Customer
Competitor
3,462
Promotion
Prevention
Regulatory
focus
Setelah mengukur variabel strategi inovasi dan imitasi, partisipan diminta
untuk memilih strategi apa yang sebaiknya digunakan (imitasi, inovasi dan
ambidextrous) oleh perusahaan bedasarkan stimuli yang diberikan. Pada skenario 1
dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan
dan regulatory focus
promotion
sebanyak 66,7% partisipan menyarankan
perusahaan menggunakan strategi inovasi. Pada skenario 2 dimana stimuli yang
diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan regulatory focus
promotion , 50% partisipan memilih strategi inovasi. Pada skenario 3 dimana stimuli
yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pelanggan dan regulatory
focus prevention 63,3% partisipan memilih strategi ambidextrous. Pada skenario 4
dimana stimuli yang diberikan adalah orientasi strategis perusahaan pada pesaing dan
regulatory focus prevention, pilihan partisipan terbanyak pada strategi ambidextrous
sebesar 43,3%.
Tabel 5.16
Tabel Frekuensi Pemilihan Strategi Studi 2
Stimulus
Items
Jawaban
Frekuensi
Skenario
1
(Inovasi)
Promotion
x
pelanggan
OL 8
2
(ambidextrous)
Promotion
x
pesaing
OL 8
3
(ambidextrous)
Prevention
x
pelanggan
OL 8
4
(imitasi)
Prevention
x
pesaing
OL 8
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
Imitasi
Ambidextrous
Inovasi
10
20
1
14
15
1
10
19
5
13
12
%
33,3
66,7
3,3
46,7
50
3,3
33,3
63,3
16,7
43,3
40
Tabel 5.17 Uji Anova Kinerja Perusahaan
Variabel
Innovation
Ambidextrous
Imitation
Total
Mean
3,654
3,850
3,492
3,665
F-value
3,201
Sig.
0,044
Hasil analisis Anova pada studi dua untuk kinerja perusahaan menggabarkan
adanya perbedaan rata-rata kinerja perusahaan yang signifikan (F=3,201, p>0,044)
pada masing-masing strategi. Anova menunjukkan bahwa strategi ambidextrous
(𝑋=3,850) memiliki rata-rata kinerja perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan
strategi inovasi (𝑋=3,654) dan imitasi (𝑋=3,492), maka H6 dapat diterima.
KESIMPULAN
Hipotesis pertama dari penelitian ini adalah perusahaan cenderung
menggunakan inovasi ketika mereka berorientasi jangka panjang dan imitasi ketika
perusahaan berorienasi jangka pendek. Hipotesis ini diterima sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh March (1991) bahwa proses adaptif dengan menerapkan
eksploitasi lebih cepat dibandingkan eksplorasi, kemungkinan menjadi efektif dalam
jangka pendek namun akan membahayakan diri sendiri dalam jangka panjang. Dapat
disimpulkan bahwa temporal distance dapat membedakan strategi inovasi dan imitasi
perusahaan.Hipotesis kedua dari penelitian ini adalah perusahaan cenderung akan
menggunakan inovasi ketika perusahaan memiliki regulatory focus promosi dan
cenderung melakukan imitasi ketika perusahaan memiliki regulatory prevensi.
Hipotesis ini tidak diterima sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kammenlander dkk. (2014) dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa regulatory
focus prevention tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan level eksploitasi
perusahaan.Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu perusahaan cenderung
menggunakan inovasi ketika orientasi strategisnya pada pelanggan dan cenderung
melakukan imitasi ketika orientasi strategisnya pada pesaing. Hipotesis ini diterima di
kedua studi dalam penelitian ini, hal ini sesuai dengan penelitian Hult dkk. (2004)
yang menyatakan adanya hubungan positif antara market orientation dengan firm
innovativeness.
Hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan
cenderung mengkombinasikan inovasi dan imitasi (ambidextrous) ketika (a) orientasi
terhadap pelanggan dengan strategi jangka pendek atau (b) berorientasi terhadap
pesaing dengan strategi jangka panjang. Hipotesis ini tidak diterima dan hasilnya
menunjukkan strategi ambidextrous lebih dipilih meskipun perusahaan menginginkan
outcomes jangka pendek dan orientasi pada pesaing. Hipotesis kelima dalam
penelitian ini adalah perusahaan cederung mengkombinasikan inovasi dan imitasi
(ambidextrous) ketika orientasi terhadap pelanggan dengan regulatory focus
prevention atau berorientasi terhadap pesaing dengan regulatory focus promotion .
Hipotesis ini tidak diterima dan hasilnya menunjukkan bahwa justru perusahaan harus
tetap melakukan inovasi meskipun regulatory focus perusahaan adalah prevention
dan orientasi perusahaan pada pesaing.
Hipotesis keenam yaitu perusahaan cenderung memiliki kinerja yang lebih
baik ketika menggunakan strategi ambidextrous dibandingkan imitasi/ inovasi.
Hipotesis ini diterima hanya pada studi satu dan tidak diterima pada studi dua. Pada
studi 1 inovasi memiliki kinerja perusahaan yang lebih tiggi sedangkan pada studi 2
ambidextrous memiliki kinerja perusahaan yang lebih tinggi.
Penelitian ini hanya menggunakan satu industri yaitu industri smartphone,
dimana dalam industri ini memiliki lingkungan yang sangat dinamis. Sehingga
diharapkan pada penelitian selanjutkan eksperimen dibedakan antara industri yang
dinamis dan stabil agar dapat mengeahui strategi mana yang lebih dominan pada
industri masing-masing. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen sehingga
partisipan hanya membayangkan karakteristik perusahaan, perlu adanya survey yang
mendalam dengan perusahaan yang sebenarnya agar dampak yang dihasilkan akan
semakin jelas. Variabel konseskuensi pada penelitian ini hanya menggunakan satu
variabel taitu kinerja perusahaan, maka diharapkan dapat menambah variabel
dependen lainnya seperti citra merek, ekuitas merek dalam jangka panjang, agar
semakin memperkaya penelitian inovasi dan imitasi. Penelitian ini juga belum
memasukkan variabel kontrol atau co-variate untuk menghilangkan beberapa
kesalahan sistematis diluar kendali (control) peneliti yang dapat membuat hasil
penelitian menjadi bias. Dalam penelitian ini, semua variabel anteseden berasal dari
behavior atau karakteristik interal dari perusahaan, maka perlu kontrol dari variabel
yang berasal dari eksternal perusahaan. Hmielski dan Baron (2008) membedakan
lingkungan industri menjadi dua yaitu stabil dan dinamis. Selain itu mungkin bisa
ditambahakan ukuran perusahaan dan usia perusahaan dan beberapa variabel lain
yang dapat mempengaruhi strategi inovasi dan imitasi perusahaan.
Daftar Pustaka
Cooper, Donald R., dan Pamela. S. Schindler (2013). Business Research Methods.
New York: Mc Graw Hill
Das, T. K. 1987. Strategic planning and individual temporal orientation. Strategic
Management Journal, 8(2): 203-209.
Das, T.K. dan Rajesh Kumar. (2011). Regulatory Focus and Opportunism in the
Alliance Development Process. Journal of Management, 37(3), 682-708.
Das, T. K. 1987. Strategic planning and individual temporal orientation. Strategic
Management Journal, 8(2): 203-209.
Das, T. K., & Teng, B.-S. 2001. Strategic risk behavior and its temporalities: between
risk propensity and decision context. Journal of Management Studies, 38(4):
515-534..
Felton, Arthur (1959), “Making the Marketing Concept Work,”Harvard Business
Review, 37 (4), 55–65.
Golder, P. N., & Tellis, G. J. (1993). Pioneering advantage: Marketing logic or
marketing legend. Journal of Marketing Research, 30(2), 158−170.
Higgins, E. T. (1997). Beyond pleasure and pain. American Psychologist, 52, 1280–
1300
Higgins, E. T. (1998). Promotion and prevention: regulatory focus as a motivational
principle. Advances in Experimental Social Psychology, 30, 1–46.
Hmielski, Keith M. dan Robert A. Baron. (2008). Regulatory Focus and New Venture
Performance: A Study of Entrepreneurial Opportunity exploitation Under
Condition Of Risk Versus Uncertainty, Strategic Entrepreneurship Journal, 2:
285-299.
Hult, G.T.M.,R.F., Hurley and G.A., Knight. (2004). Innovativeness: Its Antecedents
and Impact on Business Performance, Industrial Marketing Management. 33:
429– 438.
Kammerlander, N., Burger, D., Fust, A., & Fueglistaller, U. (2014). Exploration and
exploitation in established small and medium-sized enterprises: The effect of
CEOs’ regulatory focus. Journal of Business Venturing.
Kerin, R. A., Varadarajan, R. R., & Peterson, R. A. (1992). First-mover advantage: A
synthesis, conceptual framework, and research propositions. Journal of
Marketing, 56(4), 33−52.
Kotler dan Keller, (2012).Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson
Prentice Hall.
Laufer, Daniel dan Kate Gillespie. 2004. Differences in consumer attributions of
blame between men and women: The role of perceived vulnerability and
empathic concern. Psychology & Marketing, 21, 141-157
Lee, Ruby P. dan Kevin Zheng Zhou. (2012).Journal of International Marketing, 20
(3). 1-16
Levitt Theodore (1966) Innovative Imitation, Harvard Business Review, SeptemberOctober, 63-70.
Liberman, Nira and Yaacov Trope (1998), “The Role of Feasibility and Desirability
Considerations in Near and Distant Future Decisions: A Test of Temporal
Construal Theory,” Journalof Personality and Social Psychology, 75 (July), 5–
18.
March, J. G. (1991). Exploration and exploitation in strategi inovasi dan imitasi.
Organizational Science, 2 (1), 71–87
Mosakowski, E., & Earley, P. C. 2000. A selective review of time assumptions in
strategy research Academy of Management Review, 25(4): 796-812
Morgan, Neil A., Douglas W. Vorhies, and Charlotte H. Mason (2009), “Market
Orientation, Marketing Capabilities, and Firm Performance,” Strategic
Management Journal, 30 (8), 909–920.
Nadkarni, Sucheta dan Jianhong Chen. 2011.Bridging yesterday, today, and
tomorrow: CEO temporalfocus, environmental dynamism, and rate of new
productintroduction. Academi Manajement Journal
Narver, J.C., Slater, S.F., and MacLachlan, D.L. (2004). Responsive and
proactivemarket orientation and new-product success. Journal of Product
Innovation Management, 21, 334-347.
Narver, J. C. and Slater, S. F. (1990). The effect of a market orientation on business
profitability. Journal of Marketing, 54(4), 20-35.
Noble, C.H., Sinha, R.K. and Kumar, A. (2002) Market Orientation and Alternative
Strategic
Orientations: A Longitudinal Assessment of Performance
Implications. Journal of Marketing. 66(4): 25-39.
O’Reilly, C. A., & Tushman, M. L. 2004. The ambidextrous organization. Harvard
Business Review, 82: 74-81.
Pennington, G. L., & Roese. 2003.Regulatory focus and temporal distance. Journal of
Experimental Social Psychology, 39, 563-576
Schnaars, S. P. (1994). Managing imitation strategies: How late entrants seize
marketing from pioneers. New York: The Free Press.
Shenkar, Oded (2010a), Copycats: How Smart Companies Use Imitation to Gain a
Strategic Edge. Boston: Harvard Business Press.
Shi, W. L., Sun, J., & Prescott, J. E. 2012. A temporal perspective of merger and
acquisition and strategic alliance initiatives: Review and future direction.
Journal of Management, 38(1): 164-209.
Smartphone
Vendor
Market
Share,
Q1
2015.
(http://www.idc.com/prodserv/smartphone-market-share.jsp.) Diakses 15
Januari 2015.
Tumasjan, A. & Braun, R. (2012). In the eye of the beholder: How regulatory focus
and self-efficacy interact in influencing opportunity recognition. Journal of
Business Venturing, 27 (6), 622-636
Vasenska, I. (2013). Strategi inovasi dan imitasi and Employee Empowering
Increasing Tourist Destination Performance. Proceedings of the 2013 Active
Citizenship by Knowledge Management & Innovation: Proceedings of the
Management, Knowledge and Learning International Conference 2013, 615624.
Vergara, Raymond A.G. 2012. Samsung Electronics and Apple, Inc.: A Study in
Contrast in Vertical Integration in the 21st Century. American International
Journal o Contemporarry, 2(9), 77-81
Wei, Zelong, Jie Zhao, dan Chenlu Zhang. (2014).Organizational ambidexterity,
market orientation, and firm performance.Journal of Engineering and
Technology Management, 33, 134-153
Download