Sinematografi Disampaikan Oleh : Ferry Suprianto Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα "gerakan" dan graphein γράφειν "merekam") adalah merekam gambar fotografis untuk pengaturan pencahayaan dan kamera ketika suatu sinema (gambar-gambar yang berkesinambungan).Jadi sinematografi mencakup segala aspek visualisasi dalam film. Sama halnya dengan fotografi yakni menangkap cahaya atau gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Sehingga jelas terlihat perbedaan dalam cara penyampaian pesan dalam gambar tunggal dengan penyampaian pesan dalam rangkaian gambar. Agar dapat menyampaikan pesan dengan baik sehingga penonton dapat mencerna. Untuk itu maka hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain pesan lewat film adalah penguasaan tentang teknik-teknik pegambilan gambar, komposisi gambar, ukuran gambar, pemilihan angle, camera movement, kontiniti atau kesinambungan urutan antar beberapa shot. Sinematografer atau biasa disebut Director of Photography atau disingkat DoP adalah orang yang bertanggung jawab dalam segala aspek visual suatu film. Mencakup Interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera, jenis bahan baku yang akan dipakai, pemilihan lensa, pemilihan jenis filter yang akan dipakai di depan lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam skenario. Seorang sinematografer juga memutuskan gerak kamera, membuat konsep Visual, membuat floorplan untuk ke-efisienan pengambilan gambar. Artinya seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab baik secara teknis maupun non-teknis di semua aspek visual dalam film. Sinematografer HARUS mendukung visi dari skenario dan sutradara, karena bagaimanapun yang akan di sampaikan ke pada penonton adalah semua informasi dalam bentuk Visual yang sesuai dengan visi sutradara dan visi skenario walaupun di beberapa kasus, sutradara bisa merubah jalan cerita dalam skenario demi keindahan bercerita yang sudah merupakan gaya sutradara tersebut. DoP membawahi departement kamera dan department lighting. Ada beberapa hal dalam sinematografi yang perlu diperhatikan dalam upaya dalam pembuatan film yang menarik dan tepat dalam penyampaian pesan : 1. Camera angle / Sudut Kamera Camera angle adalah sudut penempatan kamera untuk merekam objek yang ingin di filmkan. Berbeda sudut,berbeda pula perasaan yang dibangun. Dengan sudut tertentu kita dapat menciptakan kesan tertentu sesuai dengan visi sutradara dan skenario. Tipe camera angle: 1.1 Angle kamera objektif. Angle ini menempatkan kamera dari sudut penonton yang tersembunyi. Kamera melihat dari sudut pandang penonton dan tidak dari sudut pandang pemain tertentu. 1.2 Angle kamera subjektif. Kamera ditempatkan dari sudut pandang penonton yang dilibatkan atau kamera ditempatkan dari sudut pandang pemain yang memperhatikan pemain lainnya dalam suatu adegan. 1.3 Angle kamera Point of View. Angle kamera point of view adalah angle gabungan antara objektif dan subjektif yang merekam adegan dari titik pandang pemain tertentu. 2. Level kamera 2.1 Eye Level / Normal angle Kamera berada pada sejajar axis kamera, atau pada posisi datar. Dikatakan eye level karena biasanya menyesuaikan sejajar mata dari aktor BUKAN sejajar mata kameramen. Memberi kesan normal dan atau saat tekanan emosi atau konflik mereda. 2.2 High Angle Kamera berada lebih tinggi dari axis kamera atau dari objek, sehingga kamera harus menunduk untuk mengambil gambar. Membawa penonton lebih tinggi dari objek, menciptakan objek terlihat kecil, hina, tertekan, dan kehilangan dominasi. 2.3 Low Angle Kamera berada lebih rendah dari axis kamera atau dari objek, sehingga kamera harus mendongak dalam pengambilannya. Memberi kesan dominan, powerful, karena penonton di tempatkan lebih rendah dari objek. Akan lebih tergambarkan ketika digabungkan dengan background vertikal seperti gedung yang tinggi dsb. 3. Framming / Type of Shot Framming menentukan informasi apa yang ingin disampaikan dan menentukan tensi dari suatu adegan. Tipe-tipe dari shot dibagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada komunikasi visual, ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan. Pada dasarnya Type of Shot dibagi menjadi 3, yaitu Long Shot, Medium Shot, dan Close Up. Namun ketiga tipe tersebut dibagi lagi demi memudahkan dalam proses komunikasi antar crew. 3.1 Long Shot / LS Frame luas, menampilkan ruang yang lebih pada kepala dan kaki objek. Digunakan untuk memperlihatkan keadaan sekitar atau ambience. Long shot dibagi menjadi Extreme Long Shot (lebih luas dari LS,objek terlihat kecil), dan Medium Long Shot (termasuk di dalamnya Full Shot bisa juga Knee Shot dan berbagai sebutan lainnya, intinya lebih sempit daripada LS dan tidak lebih dari Medium Shot) 3.2 Medium Shot / MS Objek terpotong dari bagian pinggang atau perut ke atas kepala, masih ada keseimbangan antara objek dan background. 3.3 Close Up / CU Frame padat, objek merupakan titik utama, terpotong dari bagian bahu ke atas kepala. Menunjukkan ekspresi tokoh, lebih mendekatkan penonton pada action. CU dibagi menjadi beberapa, seperti Medium Close Up (terpotong dari bagian dada sampai atas kepala), Big Close Up (dari bawah dagu ke atas kepala), Extreme Close Up (detail suatu objek,seperti mata, telinga, tangan dll). Kemudian ada beberapa shot yang juga mempengaruhi komposisi, seperti : -OTS / OS / Over The Shoulder : Objek berada pada sisi kanan atau kiri, kemudian di bingkai oleh bahu lawan bicaranya. Sering digunakan untuk adegan percakapan. -TS / Two Shot : Shot yang menunjukkan dua objek. -Three Shot -Group Shot : Shot yang menunjukkan lebih dari 3 orang atau objek. Dan masih ada sebutan-sebutan lainnya dalam shot, seperti Establishing Shot (shot menunjukkan keadaan sekitar set scene yang akan berlangsung), Beauty shot (biasa panorama alam) dan masih banyak lagi. Yang harus diperhatikan adalah JANGAN terkecoh atau bingun dengan masalah penyebutan dan istilah, karena setiap filmaker mempunyai sebutan sendiri yang menurutnya dan crew-nya nyaman dipakai, INTINYA adalah 3 Shot di atas tadi. Close up pada video/film akan memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dari suatu kejadian. Dengan close up maka kita akan bisa menyajikan bagian terkecil dari sebuah adegan dalam film kepada penonton. Misalnya adegan seorang dokter yang sedang menancapkan jarum suntik pada pasiennya maka tentunya akan diambil secara close up saat menancapkan jarumnya ketubuh pasiennya. Close up yang dipilih secara seksama, direkam secara sempurna dan disunting secara tepat akan menciptakan dampak dramatik pada suatu kejadian. Close up merupakan sarana penuturan cerita yang sangat kuat bagi pembuatan video/film. Sutradara film cerita biasanya sangat berkepentingan dengan aspek-aspek visual dan close up. Close up ada dua jenis yaitu: a. Close up cut in Adalah suatu pengambilan gambar close up (lebih dekat) dari pengambilan gambar sebelumnya yang lebih besar. biasanya merupakan bagian dari adegan utama. Close up cut in dibuat untuk menciptakan kesinambungan dari adegan sebelumnya yang dilanjutkan dengan shot yang lebih dekat dari seorang pemain, objek tertentu atau action tertentu yang biasanya mempunyai kesan yang lebih mendalam. Contohnya seorang penjahit yang pada realitanya butuh waktu yang cukup lama untuk melakukan proses tersebut kalau ditampilkan apa adanya dan akan membosankan. Sebuah cut in pada reaksi wajah orang yang sedang menjahit baru saja memulai pekerjaannya disambung dengan cut in jarum jahit yang sedang bergerak kemudian disambung dengan tertariknya di atas mesin jahit dan diakhiri dengan adegan menjahit tersebut telah selesai dengan medium shot. Close up cut in juga bisa untuk menghilangkan / menutup loncatan gambar yang tidak bisa disambung antara long shot dengan medium shot. Dengan diselipi close up cut in loncatan tersebut tidak terasa. b. Close up cut away Adalah suatu pengambilan gambar close up yang menyajikan action kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan di suatu tempat yang mempunyai kaitan secara penuturan. Biasanya close up cut away diantaranya digunakan untuk memperlihatkan reaksi para pemain yang berada diluar layar, membantu penonton untuk memahami sebuah cerita, mengantikan adegan-adegan mengerikan yang tidak etis untuk dipertontonkan dsb. Contohnya serombongan orang sedang masuk pintu kereta api, tiba-tiba terdengan suara signal pemberangkatan dan pengumuman. Maka kamera akan cut to kepada speaker stasiun, kemudian cut to antrian para penumpang yang kelihatan tergesa-gesa atau adegan bendera yang dilambai-lambaikan petugas tanda kereta mulai berangkat. 4. Camera Movement Camera movement adalah pergerakan kamera yang mana dibutuhkan untuk menambah efek dramatis guna mewujudkan pesan skenario dan sutradara, beberapa diantaranya adalah : 4.1 Panning Adalah gerakan kamera memutar horizontal pada porosnya ke kiri (Pan Left) atau kanan (Pan Right). Tehnik panning digunakan untuk menunjukkan sebuah set secara horizontal, pemandangan, dan juga dapat memberikan efek penasaran. Digunakan juga untuk mengikuti person yang berjalan (Follow). 4.2 Tilting Adalah gerakan kamera memutar vertikal pada porosnya ke atas (Tilt Up) atau bawah (Tilt Down). Tehnik tilting ini digunakan menambah dramatis contoh pada peluncuran pesawat terbang, menambah tensi pada person yang duduk kemudian berdiri karena emosi, bisa juga digunakan untuk mengambil establish. 4.3 Dolly (bukan gang), Track Dolly (bukan gang) atau Track adalah gerakan kamera mendekati objek atau menjauhi objek, biasanya menggunakan alat yaitu dolly track dan slider pada umumnya dan masih banyak produk DIY (buatan sendiri) lainnya. Dolly in / Track in : Kamera mendekati Objek Dolly out / Track Out : Kamera menjauhi Objek Kegunaan tehnik ini salah satunya dapat mendongkrak emosi saat person sedang terkejut atau mendapat kabar yang tidak enak kemudian kamera D / T in dengan lambat..maknyoooss.. 4.4 Crab Crab adalah gerakan kamera secara lateral atau mmenyamping berjalan sejajar dengan Obyek yang sedang bergerak. Crab Left : Gerakan menyampping kekiri. Crab Right : Gerakan menyamping ke kanan. 4.5 Padestal Padestal adalah gerakan kamera diatas pedestal (tidak mendongak ataupun menunduk). Padestal Up : Kamera dinaikkan Padestal Down : kamera diturunkan Dengan Padestal Up / Down bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari pemandangan. 4.6 Crane Crane adalah gerakan kamera diatas katrol naik dan turun. 4.7 ARC ARC adalah gerakan kamera memutar mengitari Obyek dari kiri kekanan atau sebaliknya. 4.8 Zooming Zooming adalah tehnik merubah focal length pada lensa. Zoom in : Mendekati objek Zoom out : menjauhi objek Katanya tehnik ini sudah terlupakan dan tidak terpakai, oow jangan salah. Silahkan tonton film-film seperti Transformer dsb atau film perang yang menampilkan monster besar atau benda yang melayang. There you can find this magic technique. 4.9 Rack Focus Rack focus adalah tehnik merubah fokus pada lensa dari foreground ke center kemudian ke background atau sebaliknya. Fungsi tehnik ini adalah merubah fokus pandang pada menonton mengikuti area yang tidak blur atau fokus atau dari satu objek ke objek lain. 5. Kontiniti Pada intinya sebuah film adalah sebuah continuity. Sebuah film harus menampilkan sebuah urutan gambar yang berkesinambungan. Sebuah film baik itu dokumenter atau fiksi harus mampu memberikan kepada penontonnya sebuah realitas kehidupan yang nyata. Maka bisa dikatakan film adalah suatu dunia pura-pura yang meyakinkan dan itu bisa terwujud apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik serta diterima “wajar” oleh penonton. Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail karena dengan cara demikianlah continuity bisa terjaga dengan baik. Continuity adalah logika sebuah film yang dapat membuat film menjadi realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam cerita yang dibuat dari awal hingga akhir. Film mempunyai ruang dan waktu sendiri. Waktu dalam sebuah film bisa dipercepat atau dilambatkan atau bahkan dibiarkan berhenti selama yang diinginkan. Film bisa diceritakan seperti sekarang tetapi bisa juga dilempar ke masa lalu atau bisa juga melesat kemasa yang akan datang. 5.1 Masa sekarang: Film mengunakan continuity masa sekarang berarti membuat keseluruhan film itu seperti terjadi saat ini. Kejadian masa lampau bisa juga diceritakan seperti terjadi pada masa kini. Kesan dramatis akan terasa lebih kuat karena seolah-olah penonton diajak terlibat seperti menjadi saksi peristiwa tersebut. 5.2 Masa lampau: Masa lampau bisa diceritakan dengan flash back untuk mengambarkan peristiwa yang terjadi sebelum cerita dimulai atau mengulang peristiwa yang sudah disajikan terdahulu. 5.3 Masa depan: Kilasan ke depan adalah kebalikan dari flash back. Waktu bergerak kemasa depan untuk mengambarkan kejadian yang akan datang atau bisa juga berupa sebuah dugaan atau khalayan ilmiah. 5.4 Menurut kondisi waktu: Adalah sebuah pengambaran waktu sebagaimana dikondisikan oleh elemen-elemen lain dalam cerita karena sikap mental tertentu. Biasanya digunakan untuk mengambarkan mimpi buruk, fantasi tokoh yang ada dalam cerita, ingatan seseorang akan peristiwa yang traumatik,dsb. Demikian juga dengan persoalan ruang dalam film bisa dipersempit atau dikembangkan. Penuturan cerita yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan pemikiran yang continuity agar dapat diterima oleh penonton. Untuk mengambarkan perjalanan panjang ruang bisa dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukkan. Cukup mengambil bagian-bagian yang penting dan bagus serta dapat memberikan kesan suatu progres ketujuan. 5.5 Kontiniti Ruang Penuturan cerita yang actionnya bergerak dari satu tempat ketempat lain melibatkan kontiniti ruang (space continuity). Misalnya film expedisi atau perjalanan. Penonton dibuat menyadari akan lokasi dari action dan arah dari gerakan. Dari mana gerakan pemain dan kemana mereka pergi. 5.6 Kontiniti Arah Arah dari gerakan seseorang atau kendaraan. Film dibuat dengan banyak shoot, direkam dari beberapa angle, dirangkum dalam sebuah sequence. Kalau arah gerakan atau pandangan yang sudah diperlihatkan dalam satu shot kemudian shot itu berubah pada shotshot yang lain, maka kontiniti film akan rusak. 6. Garis Imajiner (Aturan 180°) Aturan 180° merupakan aturan baku yang dipakai dalam produksi film hingga saat ini. Aturan 180° adalah sebuah aturan dimana posisi kamera tidak boleh melewati garis aksi ketika transisi shot (cut) dilakukan. Garis 180° adalah garis imajiner persis dimana sebuah aksi berlangsung yang biasanya searah dengan arah karakter atau obyek menghadap. Adegan dua orang berdialog, orang berjalan, serta kendaraan yang sedang melaju garis imajiner searang dengan arah aksinya. Aturan 180° menentukan area dimana posisi kamera dapat diletakan dan tidak boleh melewati garis imajiner ini. Untuk lebih jelasnya fungsi aturan 180° kita gunakan satu contoh adegan dialog: B D Diatas adalah peletakan semua posisi kamera A untuk pengambilan long-shot. Posisi B untuk jarak pengambilan medium-shot. Dan posisi C dan D untuk jarak pengambilan medium close-up atau close-up. Sementara posisi E adalah contok posisi yang kamera salah melanggar aturan 180°. Fungsi penggunaan aturan 180° dalam sebuah adegan pertama adalah memastikan posisi obyek (karakter) dalam frame selalu konsisten. jika shot diambil dari posisi A,B,C dan D maka posisi karakter tidak akan pernah berubah ketika transisi shot dilakukan. Cowok akan selalu tetap disebelah kiri dan cewek selalu tetap sebelah kanan . namun jika shot diambil dari posisi kamera E maka posisi karakter akn berubah. Perubahan posisi ini akan mengganggu konitiniti (kesinambungan) shot karena cowok dan cewek seolah betukar posisi. Fungsi kedua adalah memastikan garis mata selalu konsisten. Jika shot diambil dari posisi A,B,C dan D maka arah mata karakter juga tidak akan pernah berubah ketika transisi shot dilakukan. Cowok akan selalu memandang kearah kanan dan cewek akan selalu akan memandang kearah kanan. Penonton akan selalu sadar jika mereka saling bertatapan. Namun jika shot cowok diambil dari posisis E maka ia juga akan memandang kearah kiri dan tampak cewek terlihat seperti menatap cowok yang tengah menatap orang lain. Seperti gambar di bawah: 7. Komposisi Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen –elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup keseimbangan, Simetris, keindahan, point interest . Secara umun komposisi shot terkait dengan posisi obyek dalam frame dapat dikelompokan dua jenis, yaitu komposisi simetrik dan komposisi dinamik. 7.1 Komposisi Simetrik Komposisi Simetrik sifatnya statis. Obyek terletak persis ditengah-tengah frame dan proporsi ruag di sisi kanan dan kiri obyek relatif seimbang. Komposisi simetrik dapat digunakan untuk berbagai macam motif dan simbol seperti, efek tertutup, terperangkap, atau keterasingan seorang karakter dalm lingkungannya. Shot simetrik sering kali digunakan untuk obyek yang besar dan megah seperti bangunan bersejarah, pusat pemerintahan, serta tempat ibadah. 7.2 Komposisi Dinamik Komposisi dinamik sifatnya fleksibel dan posisi obyek dapat berubah sejalan dengan waktu. Komposisi dinamik tidak mempunyai komposisi yang seimbang (simetris) layaknya komposisi simetrik. Ukuran,posisi, arah gerak obyek sangat dipengaruhi komposisi dinamik. Salah satu cara yang paling mudah untuk mendapatkan komposisi dinamik adalah dengan menggunakan sebuah aturan rule of thirds. Disadur dari : Angle, Komposisi, Close Up Editing dalam Sinematografi (Joseph V. Mascelli, A.S.C) Sinematografi (Fuad Asrori) Sinematografi (Panji Mas Agam) Sinematografi (Depto Laby Armadya)