2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi tentang kejadian ML yang muncul akibat adanya infeksi dari ALV–J serta mengetahui perubahanperubahan yang terjadi pada organ internal. TINJAUAN PUSTAKA Hematopoiesis Hematopoiesis adalah proses pembentukan darah yang terjadi di dalam jaringan hemopoietik. Hematopoiesis dimulai dari kantung kuning telur dan di daerah dorsal aorta pada awal embrio (Liippo dan Lassila 2006). Proses ini akan berlangsung hingga dewasa. Aktifitas hematopoiesis mencapai puncaknya kirakira 2 minggu pasca menetas, kemudian aktifitas hematopoiesis berkurang. Sel darah immature dapat ditemukan di sekitar sumsum tulang, timus, bursa fabrisius, aorta jantung, faring, saraf kranial, ganglion spinalis, jaringan subkutan, otot, gonad, pankreas, dan ginjal. Proses hematopoiesis setelah ayam menetas paling utama dilakukan di sumsum tulang dan tulang belakang (Riddell 1996). Sumsum tulang dapat dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh hewan itu sendiri maupun lingkungan sekitar. Peningkatan sel sumsum tulang umumnya disebabkan oleh hiperplasia sebagai hasil dari persembuhan atrofi sumsum tulang. Proses hematopoiesis sel pluripoten berkembang menjadi sel limfoid dan sel myeloid. Sel limfoid kemudian berdiferensiasi menjadi sel T dan sel B, sedangkan sel myeloid akan berdiferensiasi menjadi sel-sel eritroblas, megakarioblas, normoblas, dan myeloblas. Sel myeloblas akan berproliferasi menjadi sel myelosit yang selanjutnya akan berubah menjadi basofil, heterofil, dan eosinofil. Peningkatan sel darah putih di dalam sirkulasi sering disebabkan oleh penyakit infeksius pada unggas. Sel-sel di dalam darah sering dikaitkan dengan kejadian tumor yang disebabkan oleh virus termasuk limfoid leukosis, eritroblastosis, myeloblastosis, dan myelositomatosis (Riddell 1996). Myelositomatosis Penyakit myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML) adalah suatu tumor sel myelosit yang disebabkan oleh avian leukosis virus subgroup J (ALV–J). Gambaran patomorfologi tumor ini satu diantaranya terlihat adanya infiltrasi sel myelosit terinfeksi yang terakumulasi melimpah di dalam sumsum tulang dan organ-organ internal ayam (Calnek 1997; Wu et al. 2010). Sel myelosit secara normal berasal dari perkembangan sel myeloblas di dalam sumsum tulang dan tidak akan ditemukan pada peredaran darah perifer serta jaringan tubuh. Kasus infeksi oleh ALV–J, ditandai dengan ditemukannya sel myelosit yang bersirkulasi di dalam sistem peredaran darah (leukosis) dan berakumulasi dalam jaringan sebagai tumor ML. Secara mikroskopis tumor terlihat seperti sel myelosit dengan 3 karakteristik nukleus besar berbentuk bulat atau elips dan berada pada bagian tepi dengan kromatin yang terlihat jelas, serta sitoplasma yang bergranul eosinofilik (Fadly 2000; Wu et al. 2010). Selain menyebabkan tumor sel darah putih tipe myelosit, pertumbuhan tumor myelosit pada organ-organ viseral dan limfoid dapat menyebabkan imunosupresi pada ayam yang dapat berakibat pada kegagalan vaksinasi serta meningkatnya berbagai kasus penyakit di lapang (Agungpriyono et al. 2006). Avian Leukosis Virus–J Galur baru ALV berhasil diisolasi dari ayam broiler di Inggris pada tahun 1988. Galur ini dinamakan sebagai subgroup J. Avian leukosis virus termasuk ke dalam genus Alpharetrovirus dari keluarga Retroviridae (Gao et al. 2011). Infeksi virus ALV–J menyerang sistem kekebalan tubuh unggas, terutama menyerang selsel darah putih tipe myelosit dan menyebabkan transformasi sel tumor myelosit atau ML (Agungpriyono et al. 2006). Avian leukosis virus–J menyebar secara vertikal melalui embrio dan horizontal melalui kontak langsung (Payne 1998). Penyakit yang ditimbulkan oleh ALV–J akan menyebar dengan cepat dan menjadi salah satu permasalahan yang utama dalam industri ayam broiler (Venugopal 1999). Selain itu, virus ini juga dapat menginduksi berbagai tumor dan menyebabkan kerugian ekonomi yaitu penurunan produksi dan meningkatnya jumlah kematian pada ternak ayam broiler (Payne 1998). Imunosupresi Imunosupresi adalah suatu kondisi terjadinya penurunan reaksi pembentukan zat kekebalan tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid (Machdum 2014). Secara garis besar imunosupresi dibagi dalam 2 golongan yaitu imunosupresi kongenital dan dapatan (Radji 2010). Imunosupresi kongenital pada umumnya disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan berupa kelainan dalam sistem fagosit dan komplemen atau dalam proses diferensiasi fungsi limfosit. Imunosupresi dapatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obatan kortikosteroid yang bersifat sitotoksik, dan penyakit tumor. Dengan adanya penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka agen penyakit akan lebih mudah masuk dan menginfeksi tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan produksi. Tanda-tanda terjadinya kasus imunosupresi adalah performa produksi yang buruk dari suatu flock peternakan, yang dapat disebabkan oleh terjadinya kematian yang sangat tinggi, penurunan bobot tubuh, konversi pakan yang tinggi, dan banyaknya ayam yang kerdil. Aspergilosis Aspergilosis didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh spesies kapang Aspergillus spp. (Dorland 2012). Penyakit ini menyerang saluran 4 pernapasan, terutama paru dan kantung hawa unggas, serta menyebabkan gangguan pernapasan. Akibatnya, produktivitas telur dan daging ayam terganggu (Gholib 2005). Aspergilosis menyerang semua tingkatan umur dan telah tersebar di seluruh dunia, terutama negara-negara tropis yang bercuaca panas dan lembab. Penyakit ini menyerang secara sistemik yang berarti menyerang di dalam tubuh ternak dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Spora Aspergillus spp. dapat masuk ke dalam tubuh unggas secara perinhalasi, pakan yang terkontaminasi, dan telur yang mengandung spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh, terbawa aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Lesio aspergilosis pada organ dapat berupa hifa di dalam sarang-sarang radang granuloma pada organ respirasi terutama paru dan kantung hawa. Radang granuloma merupakan bentuk dari pertahanan tubuh terhadap agen penyebab granuloma yang persisten. Radang granuloma merupakan bentuk radang kronis yang ditandai dengan adanya kumpulan makrofag termodifikasi (sel raksasa multinukleus) yang menyerupai sel epitel, yang umumnya dikelilingi sel limfosit (Dorland 2012). Teknik identifikasi kapang pada kasus granuloma akibat Aspergillus spp. umumnya menggunakan pewarnaan khusus seperti periodic acid–Schiff (PAS). Teknik pewarnaan ini dapat mewarnai dinding polisakarida dari kapang Aspergillus spp. (Permi et al. 2012). METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Veteriner, Divisi Patologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, FKH IPB. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai bulan Februari 2014. Alat dan Bahan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang dari 21 sampel ayam broiler. Selain itu juga dibutuhkan bahan-bahan untuk membuat preparat histopatologi seperti paraffin, xylol, alkohol (70%, 80%, 90%, absolute), formalin 10%, buffered neutral formalin (BNF) 10%, dan etelan. Pewarnaan yang digunakan untuk pewarnaan hematoksilin–eosin (HE), periodic acid–Schiff (PAS), dan Masson trichrome (MT). Bahan-bahan untuk pewarnaan PAS yaitu periodic acid 1%, air sulfit, akuades, reagen schiff, dan pewarnaan hematoksilin. Bahan-bahan untuk pewarnaan MT yaitu meordant, carrazi’s hematoxylin, orange G 75%, acetic acid 1%, ponceau xylidine fuchsin, phosphotungstic acid 2,5%, anilin blue, alkohol 95%, dan akuades.